Identifikasi Kemampuan Pohon dalam Menyerap Gas...
Transcript of Identifikasi Kemampuan Pohon dalam Menyerap Gas...
Identifikasi Kemampuan Pohon dalam Menyerap Gas SOx
(Contract Document No. 00002735)
Kerjasama antara
PT International Nickel Indonesia Tbk
(Contact person Andi Nur Taslim)
dengan
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
(Contact Person Endes N Dahlan)
Abstract
One of the activities in PT International Nickel Indonesia Tbk release SOx. The gas is
very harmful to human as well as natural ecosystem. It is recommended that the gas
should be reduced. One of the efforts is planting trees which have very high absorption
ability. The objective of the research is to identify absorption ability of several trees
found in the mining area. All leaves of 3 branches of certain species were collected, put
in plastic bags and soaked in alcohol for about 1 hour. The leaves of all species then put
in paper bags and put in oven of 60oC for 1 night. The dried leaves then grind to get
material powder and then sent to laboratory to analyze the sulfur content. The research
revealed that sulfur content of leaves were varied depend on species and locations. It is
assumed that the variation caused by absorption ability of plants species. It was noticed
that there are 19 sample species which have high sulfur content, more than average
(0,2167%). The study should be followed with other studies to prove that the cause is
only by air SOx and to calculate number of trees required for absorbing SOx produced
by PT Inco.
1. Pendahuluan
Aktivitas peleburan bijih nikel di parik PT International Nickel Indonesia TBk
menghasilkan gas SOx yang terdiri dari SO2 dan SO3 yang ke luar dari cerobong
asap pabrik. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar. Gas ini merupakan gas
beracun yang sangat berbahaya baik terhadap manusia maupun komponen ekosistem
lainnya termasuk flora, fauna, ekosistem tanah dan air. Gas ini jika terhirup manusia
akan mengakibatkan sesak napas dan rasa perih di mata. Gas SO2 akan berekasi
dengan oksigen membentuk SO3 : Bersifat sangat reaktif, mudah bereaksi dengan
uap air di udara membentuk asam Sulfat (H2SO4) yang bersifat korosif dan iriratif.
Baik gas SO2 dan SO3 bereaksi dengan uap air akan membentuk asam sulfat dan
sulfit yang dikenal dengan istilah HUJAN ASAM (acid rain) yang juga merusak. Gas
yang ke luar dari crobong asap tidak dapat naik ke kolom udara yang lebih atas
ketika terjadi Inversi Suhu (thermal inversion). Sehingga efek negatifnya akan lebih
buruk, baik bagi manusia maupun flora dan fauna. Gas SOx selain masuk ke daun
lewat stomata juga dapat masuk lewat lenti sel/kutikula (15%), oleh sebab itu tetap
sama berbahaya untuk jenis deciduous plants (jenis yang menggugurkan daun). Gas
SO2 mengakibatkan Klorosis dan Nekrosis pada daun. Masuk ke dalam daun
kemudian berubah menjadi Bisulfit (HSO3-) yang nontoxic dan Sulfit (SO3-) ,
kemudian kedua senyawa itu akan diubah menjadi sulfat yang relatif kurang toxic.
Sulfit 30 X lebih merusak drpd Sulfat. Laju pembentukan HSO3- dan SO3- lebih
cepat drpd pembentukan SO4- terjadi kerusakan, jika sebaliknya, maka kerusakan
tidak mudah terlihat.
Mengingat gas SOx sangat berbahaya, maka emisi gas ini yang keluar dari cerobong
asap harus diturunkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan Scrubber yang sangat mahal harganya. Cara lain yang dapat
dilakukan yaitu dengan menggunakan pepohonan dalam jumlah yang banyak yang
berkemampuan tinggi dalam menyerap gas SOx, dengan demikian konsentrasi gas
ini di udara ambien menjadi kecil dan tidak berbahaya baik bagi manusia maupun
lingkungan.
Tujuan penelitian:
Mengidentifikasi kadar sulfur pada tanaman untuk mendapatkan tanaman dengan
kemampuan tinggi dalam menyerap gas SOx.
2. Metodologi
Semua daun (pucuk sampai daun tua) pada 3 ranting diambil lalu diawetkan dengan
menggunakan alkohol dan direndam dalam kantong plastik selama 1 jam. Daun lalu
dikering dalam oven dengan suhu 60oC selama 1 malam. Setelah kering sampel daun
kemudian dikirim ke laboratorium untuk diukur kandungan Sulfurnya.
Selain pengukuran sulfur pada daun dilakukan juga analisis visual untuk menentukan
jenis yang ekstrim jelek. Jenis yang ekstrim jelek, maka tidak dianjurkan lagi pada
penanaman berikutnya. Analisis visual dilakukan dengan cara, jika didapatkan suatu
jenis pertumbuhannya sangat jelek yang ditandai dengan: (1). Tidak nampak
pertambahan tinggi, (2). Daun banyak yang mati meranggas, dan (3). Kerusakan
daun (klorosis dan nekrosis) sangat parah pada sebagian besar daun.
Jika tidak terjadi hal-hal ekstrim seperti yang telah disebutkan di atas, maka
dilakukan penentuan berdasarkan analisis sebagai berikut:
No Nama Jenis Ketahanan Daya serap Total Skor
1 A T T 6
2 B T R 4
3 C R S 5
4 D R R 2
Jika total skor:
• 5 – 6 : terpilih, ditanam pada daerah industri dekat cerobong asap, perkantoran
dan permukiman
• 3 – 4 : sedang ditanam pada daerah kurang tercemar
• 1 – 2 : rendah ditanam jauh dari daerah industri
3. Hasil Penelitian
3.1. Analisis Wilayah dan Keragaman Biodiversitas
Daerah hutan Anoa nampaknya sangat kurang kadar polusinya yang ditandai dengan
tidak adanya kerusakan daun akibat pencemaran udara dan pertumbuhan
pepohonannya cukup baik. Selain itu banyak burung pada pohon Kole (Alphitonia
incana) dan lebah juga didapati terbang di sana. Burung dan lebah merupakan salah
satu bioindikator adanya pencemaran udara.
Daera hutan alam tergolong tercemar ringan. Ada burung elang dan beberapa daun
Macaranga terlihat spot necrosis ringan.
Lokasi lainnya (Debbi-Viona, arboretum) tergolong sedang dan Watu Labu
tergolong berat.
3.2. Analisis Visual Pohon
Dari analisis visual diperoleh hasil:
Eucalyptus urograndis umumnya di semua lokasi mati meranggas khususnya di
bagian percabangan daun di sebelah bawah. Oleh sebab itu, jenis ini tidak
dianjurkan untuk ditanam di masa yang akan datang.
Jenis tanaman yang sensitif: Psidium guajava (jambu batu) – klorosis dan daun
tertutup jelaga, Callophyllum soulatri (Betau) – di semua lokasi daun mengalami
klorosis pada tepi daun demikian juga dengan Mallotusa sp. Acacia mangium –
klorosis, Swietenia macrophylla – klorosis, Macaranga – nekrosis.
Bunu (Colona scabra), Sengon buto dan Eucalyptus plita dianjurkan untuk ditanam
sebagai tanaman pionir. Jenis untuk penghijauan di perkantoran dan permukiman
yang tahan: nangka, mangga dan Kihujan/trembesi (Albizia saman).
3.3. Analisis Kandungan Sulfur
Pada dasarnya gas SOx sangat mudah diserap oleh daun tanaman, karena gas ini
sangat mudah larut di dalam protoplasma sel. Kandungan sulfur pada daun bervariasi
menurut jenis tanaman dan lokasi penanaman.
Diasumsikan tingginya kadar sulfur disebabkan oleh masuknya SOx ke dalam daun
melalui stomata sehingga daya serap SOx oleh jenis-jenis tertentu sangat tinggi.
Daftar Kandungan sulfur pada setiap jenis tanaman pada beberapa lokasi dapat
dilihat pada lampiran. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis pohon
yang memiliki kadar sulfur di atas rata-rata (0,2167%) ada 21 jenis. Diasumsikan
tingginya kadar sulfur disebabkan oleh masuknya SOx ke dalam daun melalui
stomata, karena tingginya daya serap SOx oleh jenis-jenis tertentu.
Jika dihitung rerata pada setiap lokasi, daya rosot SOx Watu Labu (0,2600), Debbi –
Viona (0,1811) dan Anoa Himalaya hanya 0,1125. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa tinggi rendahnya nilai tersebut sangat berkaitan dengan emisi gas
SOx. Watu Labu merupakan lokasi yang sangat dekat dengan cerobong asap pabrik
yang mengakibatkan tanaman terpapar gas dengan konsentrasi yang cukup tinggi,
sementara Debbi – Viona agak jauh. Daerah Anoa – Himalaya nampaknya kadar
SOx yang ada di daerah tersebut relatif rendah. Rendahnya kadar polutan di daerah
ini memungkinkan untuk burung dan lebah dapat hidup dengan baik.
Menurut Literatur beberapa jenis yang tinggi daya serapnya terhadap gas SO2 antara
lain adalah: Carolina Crane’s Bill (Geranium carolinianum L.) dan Lolium perenne
L. (Ledge and Krupa, 2002).
4. Pembahasan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian awal ini menunjukkan bahwa daun dari
semua jenis pohon mengandung sulfur. Sulfur dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
pembentukan protein klorofil dan bintil akar pada legum (Frazer, 19..). Ada yang
rendah dan ada yang tinggi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kadar
sulfur pada daun terendah pada Trema Love di Kawasan Anoa (0,0233%) dan
tertinggi pada Dengen (0,4392%) pada Dengen juga di Anoa. Hasil penelitian ini
sejalan dengan Frazer (19..) yang mengemukakan bahwa nilai rerata dari 21 jenis
tumbuhan berkisar antara 0,042 – 0,475%. Sementara Bohne (1970) menyatakan,
kisaran kadar SO3 di daun berkisar antara 0,36 – 1,87%.
Di muka telah dinyatakan bahwa ada 21 contoh jenis yang memiliki kadar sulfur di
atas rerata (0,2167%). Tingginya kadar sulfur di daun dimungkinkan karena gas SOx
dapat masuk lewat stomata daun dan larut menjadi sulfit atau sulfat. Jika kadar sulfit
lebih tinggi daripada sulfat, maka tanaman dapat menderita keracunan, karena
senyawa sulfit 30 kali lebih toksik dibandingkan senyawa sulfat. Jika itu yang terjadi,
tanaman dapat menunjukkan gejala klorosis atau nekrosis. Walaupun demikian,
proses detoksifikasi dapat saja terjadi sesuai dengan metabolisme yang ada di dalam
tubuh tanaman.
Telah dijelaskan di muka bahwa nilai rerata pada setiap lokasi, Watu Labu
(0,2600%), Debbi – Viona (0,1811%) dan Anoa Himalaya hanya 0,1125%.
Diasumsikan kandungan Sulfur pada tanah pada setiap lokasi sama karena tanah
berasal dari batuan yang sama. Maka disimpulkan bahwa tinggi rendahnya nilai
tersebut sangat berkaitan dengan emisi gas SOx. Watu Labu (dengan rerata 0,2600%)
merupakan lokasi yang sangat dekat dengan cerobong asap pabrik, sementara Debbi
– Viona agak jauh (reratanya 0,1811%). Daerah Anoa – Himalaya (0,1125%)
nampaknya kadar SOx yang ada di daerah tersebut relatif rendah, karena agak jauh
dan gas SOx nampaknya tidak di bawa ke arah itu, karena arah angin yang dominan
tidak ke sana. Dengan demikian, burung dan lebah dapat hidup dengan baik, karena
rendahnya kadar polutan di daerah ini.
Tingginya nilai Sulfur pada daun pohon Dengen (0,4392) di wilayah Anoa yang
kadar polutannya relatif tidak tinggi, mungkin ada kaitannya dengan buah dari pohon
ini berasa sangat masam. Nampaknya Sulfur pada daun berupa asam sulfit dan asam
sulfat yang rasanya masam yang kemudian akan ditranslokasikan ke buah.
Data tentang keadaan kualitas pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1,
sedangkan nama latinnya dan karakteristik fisik daun (berat dan lebar daun) terdapat
pada Lampiran 2. Data tentang karakteristik fisik daun (berat dan lebar daun) akan
dipergunakan nanti untuk penelitian yang menentukan kemampuan rosot setiap jenis
per pohon. Penelitian ini diperlukan untuk menentukan berapa pohon yang
diperlukan sebagai penyerap gas SOx untuk menyerap semua gas yang dihasilkan
oleh pabrik PT Inco.
5. Kesimpulan
1. Semua jenis pohon yang ada di areal PT Inco dapat berfungsi (potensial)
sebagai rosot gas SOx.
2. Eucalypyus urograndis hidup meranggas, maka jenis ini tidak disarankan untuk
digunakan pada program rehabilitasi pasca tambang di masa yang akan datang.
3. Ada 5 jenis tanaman yang menunjukkan gejala klorosis atau nekrosis dan mati
cabang yakni: betao (Callophyllum soulattri), damar (Agathis damara),
Mangium (Acasia mangium), Macaranga (Macaranga triloba) dan Eucalyptus
urograndis yang daunnya mati meranggas. Ke lima jenis ini disarankan untuk
ditanam di halaman perkantoran dan permukiman dan lokasi yang sangat
rendah kadar emisinya, tidak di daerah yang tinggi kadar emisinya.
4. Dari data pengamatan di Watu Labu (lokasi yang sangat dekat dengan pabrik)
ternyata ada 8 jenis tanaman yaitu : macaranga, jambu daun lebar, mataha,
kolaka dan ficus, pulai, saga dan uru yang memiliki daya rosot SOx yang
sangat tinggi dan tidak menunjukkan gejala kerusakan (daya tahan tinggi).
Oleh sebab itu, jenis tersebut dapat ditanam di lokasi dengan emisi gas tinggi.
5. Ada 19 jenis pohon (bertanda * pada Lampiran 1) yang memilki daya rosot di
atas nilai rerata dan tidak menunjukkan gejala tidak sehat, sehingga dapat
disarankan untuk ditanam secara massal di lokasi lainnya untuk menurunkan
konsentrasi gas SOx ambien.
5. Saran-Saran
1. Jenis tanaman Macaranga, Jambu daun lebar, Mataha, Kolak dan Ficus,
Alstonia scholaris (pulai), Saga dan Uru memiliki daya rosot SOx yang sangat
tinggi dan tidak menunjukkan gejala kerusakan (daya tahan tinggi) walau di
tanam di lokasi dengan emisi gas SOx yang tinggi, sehingga dapat dianjurkan
untuk dikembangkan di lokasi penghijauan PT Inco pada lokasi dengan emisi
berat, sedangkan jenis lainnya (bertanda * pada Lampiran 1) pada lokasi
lainnya yang berfungsi untuk mengurangi konsentrasi gas SOx.
2. Ada penelitian lanjutan untuk menentukan daya serap setiap jenis tanaman per
satuan waktu per satuan pohon, sehingga dapat ditentukan jumlah pohon yang
dibutuhkan untuk menyerap gas SOx berdasarkan emisi dan rosot (supply dan
demand).
3. Trembesi dapat disarankan untuk ditanam di lokasi PT Inco sebagai penyerap
gas SOx, karena jenis ini memiliki daya rosot gas CO2 yang sangat tinggi
(Dahlan, 2007).
Daftar Pustaka
Bohne, H., 1970. Fluorides and Sulfur Dioxides as Causes of Plant Damage. Journal
of the International Society for Fluoride Research. July 1970 (Volume 3,
Issue 3: 137-142.
Dahlan, EN., 2007. Rosot Gas CO2 oleh Beberapa Jenis Tanaman. TRUBUS
Februari 2007.
Frazer, J., 19…. Sulphur Content of Plants.
Ledge, AH and SV Krupa, 2002. Effects of Sulphur Dioxide in Air Pollution and
Plant Life. John Willey. England .
Lampiran 3. Daftar Kandungan Sulfur daun pada beberapa jenis pohon pada beberapa
lokasi penelitian.
No Nama Sampel Gejala kerusakan S (%)
1 Uru (Ermerellia thyampacca)-Debby 0.1613
2 Kemiri (Aleurites moluccana) –Debby 0.1552
3 Ficus (Ficus spp.) - Debby 0.1552
4 Agathis (Agathis dammara) -Debby 0.2391 *
5 Mangium (Acasia mangium) – Debby 0.2094
6 Bitti (Vitex coffasus) – Debby 0.1548
7 Kayu Tanduk (Alsthonia spectabilis) – Debby 0.2075
8 Jambu-jambu 1 (Psidium guajava) – Viona 0.1796
9 Jambu-jambu 2 (Psidium guajava) - Viona 0.1622
10 Kokopu (Elaeocarphus sp.) – Viona 0.1804
11 Kayu Asah (Lithocarpus sp.) –Viona 0.1838
12 Makaranga (Macaranga triloba) Spot lesion 0.2190
13 Glochidion uttorate Blume 0.2235 *
14 Gluchidian mollucanum Blume 0.0593
15 Nama local ? (Premna sp) 0.2258 *
16 Eucalyptus urograndis - w.labu Meranggas 0.3003
17 Kemiri (Aleurites molluccana) -w.labu 0.1858
18 Betao daun tipis (C. soulatri) -w.labu Klorosis pada tepi daun 0.1756
19 Kayu Hitam (Diospyros celebica) -w.labu 0.2754 *
20 Kumea ((Manilkara celebica) - w.labu 0.2054
21 Agathis (A. damara) - w.labu Klorosis 0.2363
22 Trema tomentosa-w.labu 0.0515
23 Nangka (Artocarpus integra) -w.labu Sangat tahan 0.0987
24 Buri (Weinmannia devogelii ) -w.labu 0.2395 *
25 Mangium (Acasia mangium) - w.labu Klorosis 0.2848
26 Kapuk randu (Zeiba petandra) -w.labu 0.2420 *
27 Nyatoh (Palaqium sp.) - w.labu 0.1071
28 Trema love (Trema tomentosa) -w.labu 0.2779 *
29 Spathodea (S. campanulata) -w.labu 0.2767 *
30 Saga (Adenanthera pavonina) -w.labu 0.2979 *
31 Uru (Ermerellia thyampacca) -w.labu 0.2984 *
32 Macaranga ((Macaranga triloba)-w.labu Nekrosis 0.3361
33 Nyatoh batu (Palaqium sp.) - w.labu 0.2954 *
34 Jambu daun lebar (P. guajava) -w.labu 0.3219 *
35 Mataha (Calicarpa sp.) - w.labu 0.3928 *
36 Kolak (Palaquium sp) -w.labu 0.3295 *
37 Betao (C. soulatri) lebar-w.labu Klorosis ringan 0.3557
38 Ficus (Ficus spp.) - w.labu 0.3444 *
39 Trema (T. tomentosa) - w.labu 0.2783 *
40 Pulai (Alstonia scolaris) - w.labu 0.3023 *
41 Kayu tanduk (Alsthonia spectabilis) - w.labu 0.2401 *
42 Ficus (Ficus spp. ) – Anoa 0.1758
No Nama Sampel Gejala kerusakan S (%)
43 Eucalyptus – Himalaya 0.1142
44 Betao (C. soulatri) – Himalya 0.0727
45 Ficus (Ficus spp.) – Anoa 0.0693
46 Kayu Tanduk (Alsthonia spectabilis) –
Himalaya 0.0696
47 Bunu (Colona scabra) - Hasan 0.2234
48 Dengen (Dillenia serrata) – Anoa 0.4392 *
49 Mahoni (Swietania mahagoni) –Hasan 0.1998
50 Kemiri (A. molluccana) -Hasan 0.0933
51 K. Hitam (D. celebica) - Hmly 0.0856
52 Uru-Hasan 0.0524
53 Betau daun kecil (C. soulatri) –Hasan 0.0372
54 Trema (T. tomentosa) -Hmly 0.0346
55 Trema love (T. tomentosa) - Anoa 0.0233
56 Kayu Afrika (Maesopsis eminii) –Hasan 0.0792
57 Bitti (Vitex coffasus) - Hasan 0.0311
Keterangan :
Eucalyptus urograndis tidak diambil sampelnya di banyak tempat, karena tanaman ini
mati meranggas seluruh cabang di bagian bawahnya, hanya tinggal bagian pucuknya
saja yang masih berdaun, itu pun mengalami nekrosis berat.
Lampiran 2. Nama latin, famili dan karakteristik fisik daun (berat dan lebar daun)
Blok : I
Lokasi : Debby
No.
Nama Tanaman Berat Daun Berat
Replika
Daun
(g)
Berat
kertas
contoh(g)
luas
kertas
contoh
(cm2)
Luas
daun
(cm2)
Lokal Latin Family Berat basah
(g)/lembar
Berat kering
(g)/lembar
daun
1 Kemiri Aleurites moluccana Euphorbiaceae 3,74 7.09 / 9 1,25 0,03 4,00 11,97
2 Premna/Tanpa nama Premna sp. Verbenaceae 4,76 17.89 / 17 1,32 0,03 4,00 14,42
3 Kayu tanduk Alsthonia spectabilis Apocynaceae 5,72 17.64 / 34 1,57 0,03 4,00 14,57
4 Uru Ermerellia thyampacca Magnoliaceae 10,54 20.68 / 6 3,76 0,03 4,00 11,21
5 Ficus 1 Ficus spp. Apocynaceae 10,6 10.14 / 7 3,66 0,03 4,00 11,58
6 Akasia mangium Acasia mangium 3,33 17.84 / 36 0,70 0,03 4,00 19,03
7 Agathis Agathis dammara Araucariaceae 1,39 17.23 / 78 0,31 0,03 4,00 17,94
8 Bitti Vitex coffasus Verbenaceae 2,4 13.37 / 33 0,62 0,03 4,00 15,48
Blok : II
Lokasi : Fiona
No.
Nama Tanaman Berat Daun Berat
Replika
Daun
(g)
Berat
kertas
contoh(g)
luas
kertas
contoh
(cm2)
Luas
daun
(cm2)
Lokal Latin Family Berat basah
(g)/lembar
Berat kering
(g)/lembar
daun
1 Macaranga Macaranga triloba Euphobiaceae 24,95 30.69 / 4 12,4 0,03 4,00 8,05
2 Kayu Asah Lithocarpus sp. Fagaceae 1,07 12.12 / 28 0,52 0,03 4,00 8,23
3 Kokopu Elaeocarphus sp. Elaeocarphaceae 2,87 21.65 / 17 1,99 0,03 4,00 5,77
4 Jambu2 daun besar Zysigium sp. Myrtaceae 12,63 32.52 / 16 1,92 0,03 4,00 26,31
5 Glochidiuon/legum 01 Glochidion littorate 0,9 10.35 / 636 0,19 0,03 4,00 18,95
6 jambu2 daun kecil Zysigium sp. Myrtaceae 2,03 7.47 / 18 0,76 0,03 4,00 10,68
7 Glochidiuon Glochidion littorate 13,16 35.43 / 13 3,49 0,03 4,00 15,08
Blok : III
Lokasi : Watulabu
No.
Nama Tanaman Berat Daun Berat
Replika
Daun
(g)
Berat
kertas
contoh(g)
luas
kertas
contoh
(cm2)
Luas
daun
(cm2)
Lokal Latin Family Berat basah
(g)/lembar
Berat kering
(g)/lembar
daun
1 Kemiri Aleurites moluccana Euphorbiaceae 9,27 40.05 /13 2,76 0,03 4,00 13,43
2 Saga merah Adenanthera pavonina 0,18 29.00 / 63 0,07 0,03 4,00 10,29
3 Pulai Alsthonia scolaris Apocynaceae 2,94 23.55 / 57 0,92 0,03 4,00 12,78
4 Mataha Calicarpa sp. Verbenaceae 3,22 25.84 / 30 1,26 0,03 4,00 10,22
5 Betao daun tebal Callophyllum sp. Clusiaceae 13,69 43.19 / 13 2,15 0,03 4,00 25,47
6 Ficus 1 Ficus spp. Apocynaceae 17,72 35.22 / 18 5,63 0,03 4,00 12,59
7 Nato batu Planconella sp. Sapotaceae 4,04 35.40 / 34 0,82 0,03 4,00 19,71
8 Uru Ermerellia thyampacca Magnoliaceae 11,86 29.81 / 13 3,71 0,03 4,00 12,79
9 Macaranga Macaranga triloba Euphorbiaceae 34,18 26.89 / 2 14,56 0,03 4,00 9,39
10 Nangka Arthocarphus sp. Apocynaceae 4,75 40.16 / 50 1,34 0,03 4,00 14,18
11 Pohon nona Spathodhea sp. Bignoniaceae 1,85 29.13 / 75 0,71 0,03 4,00 10,42
12 Kayu tanduk Alsthonia spectabilis Apocynaceae 3,23 38.98 / 56 1,01 0,03 4,00 12,79
13 Akasia Acasia mangium 2,62 20.79 / 48 0,76 0,03 4,00 13,79
14 Kumea Manilkara celebica Myristicaceae 3,47 22.47 / 31 0,73 0,03 4,00 19,01
15 po'eme / buri' Weinmannia devogelii Cunnoniaceae 0,34 50.21 / 574 0,13 0,03 4,00 10,46
16 Kapuk Ceiba petandra 1,56 7.85 / 32 0,74 0,03 4,00 8,43
17 Trema Trema tomentosa Euphorbiaceae 3,60 25.94 / 76 2,20 0,03 4,00 6,55
18 Nyatoh Palaqium sp. Sapotaceae 6,90 36.38 / 21 1,86 0,03 4,00 14,84
19 Trema love Trema spp. Euphorbiaceae 0,82 10.01 / 54 0,36 0,03 4,00 9,11
20 Ekaliptus Ecalipthus urograndis 0,59 18.86 / 103 0,26 0,03 4,00 9,08
21 Agathis Agathis dammara Araucariaceae 1,93 27.30 / 71 0,40 0,03 4,00 19,30
22 X1 hitam 4,49 26.69 / 34 1,23 0,03 4,00 14,60
23 Kolaka Palaqium sp. Sapotaceae 3,10 30.44 / 29 0,87 0,03 4,00 14,25
24 Betao daun tipis Callophyllum sp. Clusiaceae 1,96 24.78 / 63 0,68 0,03 4,00 11,53
25 Jambu2 daun lebar Zisigium sp. Myrtaceae 16,68 35.64 / 8 2,34 0,03 4,00 28,51
Blok : IV
Lokasi : Hasan
No.
Nama Tanaman Berat Daun Berat
Replika
Daun
(g)
Berat
kertas
contoh(g)
luas
kertas
contoh
(cm2)
Luas daun
(cm2) Lokal Latin Family
Berat basah
(g)/lembar
Berat kering
(g)/lembar
daun
1 Bitti Vitex coffasus Verbenaceae 2,22 24.43 / 36 1,02 0,03 4,00 8,71
2 Nato batu Planconella sp. Sapotaceae 2,33 29.00 / 37 0,62 0,03 4,00 15,03
3 Kemiri Aleurites moluccana Euphorbiaceae 6,8 26.31 / 16 1,98 0,03 4,00 13,74
4 Kayu Afrika 1,01 27.49 / 111 0,05 0,03 4,00 80,80
5 Jambu2 daun besar Zysigium sp. Myrtaceae 7,03 20.95 / 13 1,29 0,03 4,00 21,80
6 Johar Cassia siamea Leguminoceae 0,15 31.27 / 33 0,11 0,03 4,00 5,45
7 Betao daun tebal Callophyllum soulattri Clusiaceae 16,07 26.73 / 6 3,06 0,03 4,00 21,01
8 Trema tomentosa Trema tomentosa Euphorbiaceae 1,62 23.26 / 55 0,62 0,03 4,00 10,45
9 Bunu Colona scabra Tiliaceae 1,59 25.85 / 63 0,5 0,03 4,00 12,72
10 Betao daun tipis Callophyllum sp. Clusiaceae 2,1 22.76 / 37 0,98 0,03 4,00 8,57
11 Uru Ermerellia thyampacca Magnoliaceae 9,58 22.02 / 7 3,34 0,03 4,00 11,47
12 Mahoni Sweetenia macrophylla 2,13 35.74 / 51 0,75 0,03 4,00 11,36
13 Kayu Tanduk Alsthonia spectabilis Apocynaceae 2,99 38.98 / 56 0,99 0,03 4,00 12,08
14 Ecauliptus Ecalipthus urograndis 0,29 11.68 / 138 0,16 0,03 4,00 7,25
15 Nyatoh Palaqium sp. Sapotaceae 6,38 15.29 / 8 2,15 0,03 4,00 11,87
16 Trema sp. Trema sp. Euphorbiaceae 2,34 20.48 / 32 1,76 0,03 4,00 5,32
17 Saga Adenanthera pavonina 0,09 38.35 / 1728 0,04 0,03 4,00 9,00
Blok : V
Lokasi : Anoa
No.
Nama Tanaman Berat Daun Berat
Replika
Daun
(g)
Berat
kertas
contoh(g)
luas
kertas
contoh
(cm2)
Luas
daun
(cm2)
Lokal Latin Family Berat basah
(g)/lembar
Berat kering
(g)/lembar
daun
1 Motaha Calicarpa sp. Verbenaceae 2,9 32.66 / 37 1,18 0,03 4,00 9,83
2 Trema sp. Trema spp. Euphorbiaceae 1,32 23.42 / 40 0,61 0,03 4,00 8,66
3 Trema love Trema spp. Euphorbiaceae 0,75 23.50 / 104 0,34 0,03 4,00 8,82
4 Trema tomentosa Trema tomentosa Euphorbiaceae 1,02 17.67 / 47 0,4 0,03 4,00 10,20
5 Ficus 2 Ficus spp. Apocynaceae 1,49 25.01 / 54 0,62 0,03 4,00 9,61
6 Ficus 1 Ficus spp. Apocynaceae 9,09 23.06 / 7 4,52 0,03 4,00 8,04
7 Dengen Dillenia serrata Dilleniaceae 7,16 24.54 / 8 2,67 0,03 4,00 10,73
8 Macaranga sp. Macarangan sp. Euphorbiaceae 6,72 21.99 / 10 3,07 0,03 4,00 8,76
Blok : VI
Lokasi : Himalaya
No.
Nama Tanaman Berat Daun Berat
Replika
Daun
(g)
Berat
kertas
contoh
(g)
luas
kertas
contoh
(cm2)
Luas
daun
(cm2)
Lokal Latin Family Berat basah
(g)/lembar
Berat kering
(g)/lembar
daun
1 Betao daun tebal Callophyllum soulattri Clusiaceae 11,77 34.64 / 6 1,9 0,03 4,00 24,78
2 Bitti Vitex coffasus Verbenaceae 2,97 21.83 / 34 1,09 0,03 4,00 10,90
3 Jambu2 daun besar Zisigium spp. Myrtaceae 3,95 29.92 / 24 0,66 0,03 4,00 23,94
4 Beringin Ficus benjamina Apocynaceae 0,91 23.78 / 108 0,26 0,03 4,00 14,00
5 Durian Durio zebathinus 1,56 20.36 / 74 0,5 0,03 4,00 12,48
6 Nyatoh Palaqium sp. Sapotaceae 4,87 26.77 / 23 1,54 0,03 4,00 12,65
7 Manggis hutan Garcinia sp. Clusiaceae 1,23 19.04 / 61 0,27 0,03 4,00 18,22
8 Bunu Colona scabra Tiliaceae 3,15 18.75 / 27 1,01 0,03 4,00 12,48
9 Kolaka Palaqium sp. Sapotaceae 1,71 37.41 / 57 0,37 0,03 4,00 18,49
10 Betao daun tipis Callophyllum sp. Clusiaceae 1,74 18.82 / 59 0,47 0,03 4,00 14,81
11 Mata kucing Shore sp. Diptrocharpaceae 2,32 28.75 / 64 0,65 0,03 4,00 14,28
12 Mangga Mangifera indica 2,47 25.53 / 27 0,68 0,03 4,00 14,53
13 Kayu Tanduk Alsthonia spectabilis Apocynaceae 1,95 18.86 / 34 0,57 0,03 4,00 13,68
14 Agathis Agathis sp. Araucariaceae 1,44 17.90 / 92 0,31 0,03 4,00 18,58
15 Jambu2 pucuk merah Zisigium spp. Myrtaceae 7,06 23.45 / 13 1,05 0,03 4,00 26,90
16 Jambu2 daun kecil Zisigium spp. Myrtaceae 0,96 26.77 / 132 0,22 0,03 4,00 17,45
17 Jambu2 pucuk ungu Zisigium spp. Myrtaceae 2,71 29.10 / 86 0,44 0,03 4,00 24,64
18 Kayu kukuh Pericopsis mooniana 1,08 28.77 / 90 0,59 0,03 4,00 7,32
19 Bance' Anthocephalus sp. Rubiaceae 14,32 36.76 / 3 9,46 0,03 4,00 6,05
20 Nato putih Planconella sp. Sapotaceae 1,08 15.99 / 93 0,36 0,03 4,00 12,00
21 Belulang Stemonurus celebica Icacinaceae 5,43 24.55 / 23 1,13 0,03 4,00 19,22
22 Uru Ermerellia thyampacca Magnoliaceae 9,05 21.57 / 8 2,45 0,03 4,00 14,78
23 Kayu Hitam Diosphyros celebica Ebenaceae 3,99 22.34 / 17 1,56 0,03 4,00 10,23
24 Trema sp. Trema spp. Euphorbiaceae 6,47 36.55 / 15 3,45 0,03 4,00 7,50