Hukum Perbankan - lecturedatabase.files.wordpress.com · 1.Leasing (SGU) 2.Factoring (AP) ......
Transcript of Hukum Perbankan - lecturedatabase.files.wordpress.com · 1.Leasing (SGU) 2.Factoring (AP) ......
Hukum Perbankan Semester Genap 2015 (Feb-Mei 2015)
INDONESIA FINANCIAL SYSTEM
Non Financial Institution/IKNB Monetary/Banking System
Financial Services Authority/OJK OJK/Bank IndonesiaIndonesia Deposit
Insurance Corporation/LPS
Finance Institution
Ventura
Capital
Insurance Pension
FundCapital Market
Pawn based
Financial
services
company,
Perusahaan
Penjaminan
Commercial Banks
BU - BUS Rural Banks /
BPR - BPRS
1.Leasing (SGU)
2.Factoring (AP)
3.Consumer –
Finance
4.Credit Card –
Company
1. PMV
Daerah
2. PMV
Nasional
3.PMV
Patungan
1..Asuransi
Kerugian
2. As.Jiwa
3. As.Sosial
4. Reasuransi
5. Broker As
Dana Pensiun
Pemberi Kerja
DaPen Lembaga
Keuangan
Bursa Efek
Perush. Efek
Reksa Dana
Bank BUMN
Bank BPD
Bank Asing
Bank Campuran
Secondary
Mortgage
Multi
Finance
Infrastructure
Finance Corp.
Micro Finance Institution/
Lembaga Keuangan Mikro
INDONESIA FINANCIAL SYSTEM
Non Financial Institution Monetary/Banking System
Financial Services Authority Bank IndonesiaIndonesia Deposit
Insurance Corporation
Multi Finance Ventura
Capital
Insurance Pension
FundCapital Market
Pawn based
Financial
services
company,
Perusahaan
Penjaminan Commercial
Banks
Rural Banks
Leasing
Factoring
Consumer
Finance
Credit Card
Company
PMV
Daerah
PMV
Nasional
PMV
Patungan
As.
Kerugian
As.Jiwa
As.Sosial
Re-
asuransi
Broker
Asuransi
Dana Pensiun
Pemberi Kerja
Dana Pensiun
Lembaga
Keuangan
Bursa Efek
Perush. Efek
Reksa Dana
Bank BUMN
Bank BPD
Bank Asing
Bank Campuran
Secondary
Mortgage
NON FINANCIAL INSTITUTION
• Total aset IKNB hingga November 2014 sebesarRp 1.514,6 triliun.
• Penguasaan aset terbesar IKNB terdapat padaindustri perasuransian sebesar Rp 772,7 triliun yangdiikuti perusahaan pembiayaan sebesar Rp 435,9triliun, dana pensiun sebesar Rp 186,1 triliun, lembagajasa keuangan khusus sebesar Rp 114,9 triliun, danindustri jasa penunjang Rp 4,9 triliun (sumber: OJKJan 2015)
• Industri perasuransian: 400 Perusahaan (tahun 2014).
• Industri perusahaan pembiayaan: 202 Perusahaan (tahun 2014)
CATATAN KULIAH
SKI – SPI:
Krisis 1998:
50% dari GDP – krisis multi dimensional
80 % dari sistem keuangan nasional
Multi finance : memberikan berbagai
pembiayaan
Bank follow the trade perdgn diikuti bank
Catatan KuliahDAPENBUN pernah punya AGROBANK, skrg
diambil alih BRI;
Pasar uang:
CP sdh dibatasi.
Sistem Perbankan :
Specialized dgn Universal Banking :
BPR tdk mengenal Cek, BG, CD; Secondary Bank
tdk mencipta uang giral
Bentuk Hukum BPR selain yg ada diUUPerbankan
juga ada bentuk lainnya: Lumbung Ptih Nagari etc.
Catatan Kuliah
WHY BANK IS DIFFERENT?
Capital Adequacy Ratio – Min 8 %
(Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum Bank)
1. Menghimpun dana2. Menyalurkan dana3. Penyertaan saham : pada Lembaga Keuangan
Mendirikan DP – DPPK atau DPLK4. Menerbitkan, menjual-beli dan menjamin surat
berharga5. Memberikan jasa-jasa di bidang lalu lintas
pembayaran / perbankan
Catatan Kuliah
Penyertaan Saham sementara sbg akibat
kegagalan dalam pemberian kredit –
Restructuring - Debt to Equity Swap +
Technical assistant
Penyrtaan Smntr maksimal 5 thn;
Buy Back Clause
Catatan Kuliah1. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal.
2. Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus
didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang,
Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.
3. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah
badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan
modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan
pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi
konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil
usaha.
4. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang
didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk
Penyediaan dana pada proyek infrastruktur.
Catatan Kuliah
5. Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha
dengan hak opsi (Finance Lease) maupun Sewa Guna Usaha tanpa
hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna
Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran.
6. Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan
berikut pengurusan atas piutang tersebut.
7. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan
kebutuhankonsumen dengan pembayaran secara angsuran.
8. Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaanuntuk
pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.
Catatan KuliahLembaga Pembiayaan meliputi:
• a. Perusahaan Pembiayaan;
• b. Perusahaan Modal Ventura; dan
• c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi:
• a. Sewa Guna Usaha;
• b. Anjak Piutang;
• c. Usaha Kartu Kredit; dan/atau
• d. Pembiayaan Konsumen.
Kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura meliputi:
• a. Penyertaan saham (equity participation);
• b. Penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity
participation); dan/atau
• c. Pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/revenue
sharing).
Catatan Kuliah
Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur meliputi:
• a. Pemberian pinjaman langsung (direct lending) untuk Pembiayaan Infrastruktur;
• b. Refinancing atas infrastruktur yang telah dibiayai pihak lain; dan/atau
• c. Pemberian pinjaman subordinasi (subordinated loans) yang berkaitan dengan
Pembiayaan Infrastruktur;
• (2) Untuk mendukung kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dapat pula melakukan:
• a. Pemberian dukungan kredit (credit enhancement), termasuk penjaminan untuk
Pembiayaan Infrastruktur;
• b. Pemberian jasa konsultasi (advisory services);
• c. Penyertaan modal (equity investment);
• d. Upaya mencarikan swap market yang berkaitan dengan Pembiayaan Infrastruktur;
dan/atau
• e. Kegiatan atau pemberian fasilitas lain yang terkait dengan Pembiayaan
Infrastruktur setelah memperoleh persetujuan dari Menteri.
Catatan Kuliah
LEMBAGA PEMBIAYAAN (MULTI FINANCE)
Leasing (SEWA GUNA USAHA)
Factoring (anjak piutang) – trade receivables, export
import; subrogatie - cessie
Consumer Finance
Credit Card Company - Diner’s club, GE Capital
Kartu Kredit banyak diterbitkan oleh Bank
Modal Ventura (Penyertaan Modal) – PNM, Bahana
Ventura
BANCASSURANCE
BANKER’S CLAUSE
Catatan Kuliah
Pasar Modal : securities company;
Underwriting = penjamin emisi efek; full
commitment, best effort basis
Brokerage= perantara penjualan efek
Fund manager = penasehat investasi
Bank boleh listing di PM
Settlements transaction via Banks
Catatan Kuliah
Bank vs Pegadaian:
Keduanya menggunakan hukum gadai;
Vide Psl 8 UU Perbankan:
B menilai orang & prospek usahanya :
character, capacity… collateral terakhir;
Pgdn hanya menilai barang agunan.
Secondary Mortgage Facility – assets back
securities
Universal Banking (UU 7/92) vs Specialized
Banking (UU 14/67)
SISTEM KEUANGAN INDONESIANo. Perbedaan PERUSAHAAN
Pembiayaan
Dana Pensiun
Asuransi Pegadaian Perbankan
1. Dasar Hukum Keppres No. 61 Tahun1988 (dicabut dg PERPRES No. 9/09)Kep Menkeu No.1251/KMK.013/’88 joKep Menkeu No.1256/KMK.000/’89 joKep Menkeu No.468/KMK.017/’95 joKep Menkeu No.448/KMK.017/’00 joKep Menkeu No.172/KMK.06/’02PMK No.84/PMK. 012/2006 (Pmbiayaan)PERPRES No. 9/2009
UU No.11/92 UU Nomor. 40/ 2014 menggantikan UU No. 2/92
PP No. 7/1969Keppres No. 55/1985PP No. 103/’00Perum PegadaianNomor 51 Tahun 2011Persero PegadaianTahun 2012 tanggal 4 April 2012 – PT Pegadaian (Persero)
UU No.7/1992 ttgPerbankan sbgmntlh diubah dgn UU No. 10/1998; UU No. 21/2008 ttg Prbnkn syariahUU No. 23/’99 sbgmn tlh diubahdgn UU No. 3/2004 jis UU No. 6/2009 ttgBank Indonesia
2. OtoritasPemberian Izin dan Pengawasan
OJK OJK OJK OJK OJK ; dan bersama BIkhususnya dalam (Pengawasan SIB –macroprudentials)
3. Sumber Dana Sebagian besar pinjaman, modal sendiri
Iuran Peserta Premi Pinjaman & Modal Sendiri
Sebagian besar dari Simpanan (kl. 90%)
4. Usaha •Factoring (anjak piutang)•Leasing (sewa guna usaha)•Kartu Kredit•Pembiayaan Konsumer•Modal Ventura(Venture Capital)
Memberikanmanfaatpensiun bagipeserta
Memberikan perlindungan bagi pemegang polis terhadap resiko
Meminjamkan uang kepada nasabah
•Menghimpun dana•Menyalurkan dana•Menerbitkan, menjual-beli danmenjamin suratberharga•Penyertaan•Memberikan jasa-jasa di bidang lalulintas pembayaran/ perbankan
PERBEDAAN BANK UMUM DAN BPR
No P E R B E D A A N B A N K U M U M BANK PERKREDITAN RAKYAT
1. D e f i n i s i Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Ps.1 angka 3)
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Ps.1 angka4)
2. Tempat Kedudukan Dimana saja dalam wilayah Indonesia Di kecamatan di luar ibukota, kabupaten, kotamadya, propinsi atau ibukota negara.
3. Modal Disetor Rp 3 trilliun BUK
Rp. 1 triliun BSyariah
• Rp. 5 miliar untuk DKI Jakarta;
• Rp. 2 milyar untuk di ibukota propinsi di Pulau Jawa dan Bali dan di wilayah kabupaten atau kotamadya Botabek;
• Rp. 1 milyar untuk ibukota propinsi di luar Pulau Jawa dan Bali wilayah dan di wilayah Pulau Jawa dan Bali selain wilayah butir a) dan b) di atas; dan
• Rp 500 juta di wilayah lain di luar wilayah sebagaimana disebut dalam butir a), b) dan c).
4. Pemilikan Boleh dimiliki WNA atau badan hukum asing
Harus dimiliki oleh WNI atau badan hukum Indonesia (Pasal 23)
5. Bentuk Hukum Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Perusahaan Daerah (PD) Bentuklainnya (Bank Asing)
Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas & bentuk lainnya jo Pasal 58
6. Bentuk Penghimpunan Dana
Giro, tabungan, deposito, dan sertifikat deposito (Ps.6 huruf a) Mencipta uang giral
Tabungan, deposito berjangka (Pasal 13 huruf a) (bukan pencipta uang giral)
7. Kegiatan Valuta Asing Boleh (Ps. 7 huruf a) Tidak boleh
8. Penyertaan Boleh (Ps. 7 huruf b) Tidak boleh
9. Kliring Peserta Kliring Tidak ikut Kliring
PERBEDAAN PASAR UANG DAN PASAR MODAL
No M A T E R I PASAR UANG PASAR MODAL
1. Otoritas Bank Indonesia OTORITAS JASA KEUANGAN
2. Piranti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, Commercial Paper, Certificate of Deposit
Saham, Obligasi dan derivatifnya
3. Jangka Waktu Pendek Panjang
4. Hasil Bunga, Bagi Hasil deviden/capital gain (loss), bunga & bagi hasil
5. Tempat bertemu tidak ada Bursa
6. Pelaku Bank-Bank & Financial Institution, Money Broker
Securities Company (Perusahaan Sekuritas)
7. Valuta Rupiah dan mata uang asing Rupiah dan mata uang asing
8. Investasi lebih mudah/aman, sederhana, return relatif kecil
lebih complicated, lebih beresiko
9.
Pertanyaan :
1. Mengapa bank berbeda dengan industry keuangan
lainnya?
2. Jelaskan mengenai pasar uang dan pasar modal dan
bagaimana hubungan antara bank dengan pasar
modal?
3. Mengapa hanya ada 2 jenis bank saja dan apa beda
keduanya?
4. Jelaskan jenis badan usaha yang dapat digunakan oleh
Bank? Bagaimana persyaratan dan prosedur pendirian
bank umum?
5. Mengapa bank diatur dan diawasi secara ketat, mulai
sejak pendirian hingga menjalankan kegiatan
usahanya?
Hukum Perbankan Semester Genap 2015 (Feb-Mei 2015)
BANK INDONESIA - OJK
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN OJKGlobalisasi Sistem Keuangan
Perkembangan di bidang Teknologi Informasi (ICT)
Inovasi Finansial
Konglomerasi Sektor Keuangan
sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis,dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik dalam halproduk maupun kelembagaan.
Permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yangmeliputi tindakan moral hazard, belum optimalnyaperlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunyastabilitas sistem keuangan semakin mendorongdiperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektorjasa keuangan yang terintegrasi
BANK INDONESIA - OJK
Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas
dan wewenangnya berlandaskan asas-asas :
1. asas independensi
2. asas kepastian hukum
3. asas kepentingan umum
4. asas keterbukaan
5. asas profesionalitas
6. asas integritas
7. asas akuntabilitas
BANK INDONESIA - OJK
a. Dasar pembentukan, status dantujuan.
b. Fungsi, tugas dan wewenang.
c. Pengawasan perbankan.
d. Perlindungan Konsumen
BANK INDONESIA - OJK
DASAR PEMBENTUKAN1. Pembentukan OJK merupakan amanat Pasal 34 UU No 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Pasal itu berintikan
tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang independen paling
lambat 31 Desember 2002. Namun, dalam perjalanannya,
pembahasan OJK cukup alot, sehingga isi Pasal 34 harus
direvisi melalui UU No 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
UU No 23 Tahun 1999. Revisi itu memuat ketentuan bahwa
pembentukan OJK paling lambat 31 Desember 2010.
2. OJK dibentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terdiri
dari 71 Pasal dan mulai berlaku sejak tanggal 22 November
2011
BANK INDONESIA- OJK
STATUS
OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-
Undang ini[Ps. 2 (2) UUOJK]
TUJUAN
agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; dan
c. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat. [Ps. 4 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
FUNGSI
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan.(Ps. 5 UUOJK)
TUGAS
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap:
a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya.[Ps. 6 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
WEWENANG
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan
bank yang meliputi:
1.perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,
anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan,
kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank; dan
2.kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana,
penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di
bidang jasa;
[Ps. 7 (a) UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
WEWENANG
Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank
yang meliputi:
1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio
kecukupan modal minimum, batas maksimum
pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan,
dan pencadangan bank;
2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja
bank;
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan
5. standar akuntansi bank; [Ps. 7 (b) UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
WEWENANG
Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-
hatian bank, meliputi:
1. manajemen risiko;
2. tata kelola bank;
3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan; dan
Pemeriksaan bank.
[Ps. 7 (c) & (d) UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
WEWENANG
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan,
kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank
merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan
microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK.
Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan
macroprudential, yakni pengaturan dan pengawasan selain
hal yang diatur dalam pasal ini, merupakan tugas dan
wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan
pengawasan macroprudential, OJK membantu Bank
Indonesia untuk melakukan himbauan moral (moral
suasion) kepada Perbankan
[Ps. 7 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
WEWENANG
Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang:
c.melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan Konsumen, dan tindakan lain
terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,
dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
[Ps. 9 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
DEWAN KOMISIONER
Dewan Komisioner beranggotakan 9 (sembilan) orang anggota yang
ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dengan Susunan terdiri atas:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
c. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
d. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
e. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap
anggota;
f. seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
g. seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen;
h. seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
i. seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan
pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan. [Ps. 10 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJKSyarat calon anggota Dewan Komisioner adalah :
a. warga negara Indonesia;
b. memiliki akhlak, moral, dan integritas yang baik;
c. cakap melakukan perbuatan hukum;
d. tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pengurus
perusahaan yang menyebabkan perusahaan tersebut pailit;
e. sehat jasmani;
f. berusia paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada saat
ditetapkan;
g. mempunyai pengalaman atau keahlian di sektor jasa keuangan; dan
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman 5 (lima)
tahun atau lebih.[Ps. 15 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
Anggota Dewan Komisioner tidak dapat diberhentikan
sebelum masa jabatannya berakhir, kecuali apabila
memenuhi alasan sebagai berikut:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. masa jabatannya telah berakhir dan tidak dipilih kembali;
d. berhalangan tetap sehingga tidak dapat melaksanakan
tugas atau diperkirakan secara medis tidak dapat
melaksanakan tugas lebih dari 6 (enam) bulan berturut-
turut;
[Ps. 17 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJKAnggota Dewan Komisioner tidak dapat diberhentikan sebelum masa
jabatannya berakhir, kecuali apabila memenuhi alasan sebagai berikut:
e. tidak menjalankan tugasnya sebagai anggota Dewan Komisioner
lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan;
f. tidak lagi menjadi anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia bagi
anggota Ex-officio Dewan Komisioner yang berasal dari BI;
g. tidak lagi menjadi pejabat setingkat eselon I pada Kementerian
Keuangan bagi anggota Ex-officio Dewan Komisioner yang berasal
dari Kementerian Keuangan;
h. memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dan/atau
semenda dengan anggota Dewan Komisioner lain dan tidak ada
satu pun yang mengundurkan diri dari jabatannya;
i. melanggar kode etik; atau
j. tidak lagi memenuhi salah satu syarat Pasal 15 dan melanggar
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22. [Ps. 17 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
(1) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Komisioner
diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(2) Pembagian tugas di antara anggota Dewan Komisioner
diputuskan berdasarkan rapat Dewan Komisioner dan
ditetapkan dengan Keputusan Dewan Komisioner.
(3) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud
diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
[Ps. 14 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
Untuk Perlindungan Konsumen dan masyarakat,
OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian
Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:
a. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat
atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan
produknya;
b. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk
menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut
berpotensi merugikan masyarakat; dan
c. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.[Ps. 28 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
OJK MELAKUKAN PENCEGAHAN KERUGIAN NASABAH DENGAN CARA :
1. MEMBERIKAN INFORMASI DAN EDUKASI
KEPADA MASYARAKAT
2. MEMINTA PENYEDIA JASA KEUANGAN
MENGHENTIKAN KEGIATAN YANG
BERPOTENSI MERUGIKAN MASYARAKAT
3. MENGAMBIL TINDAKAN LAIN YANG
DIANGGAP PERLU(Pasal 28 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan)
BANK INDONESIA- OJK
OJK MELAYANI PENGADUAN NASABAH
YANG MELIPUTI :
1. MENYIAPKAN PERANGKAT YANG
MEMADAI
2. MEMBUAT MEKANISME PENGADUAN
MASYARAKAT, dan
3. MEMFASILITASI PENYELESAIAN
PENGADUAN KONSUMEN
(Pasal 29 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan)
BANK INDONESIA- OJK
UNTUK MELINDUNGI KONSUMEN OJK MELAKUKAN
PEMBELAAN HUKUM YANG MELIPUTI :
1. MEMERINTAHKAN PENYEDIA JASA KEUANGAN
UNTUK MENYELESAIKAN PENGADUAN
KONSUMEN
2. MENGAJUKAN GUGATAN UNTUK MEMPEROLEH
KEMBALI HARTA KEKAYAAN MILIK PIHAK YANG
DIRUGIKAN
3. UNTUK MEMPEROLEH GANTI RUGI DARI PIHAK
YANG MENIMBULKAN KERUGIAN
(Pasal 30 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan)
BANK INDONESIA- OJKUntuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan
pembelaan hukum, yang meliputi:
a. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa
Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan
Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;
b. mengajukan gugatan:
untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari
pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di bawah penguasaan
pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun di bawah penguasaan
pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau
untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada
Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran
atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Ganti kerugian hanya digunakan untuk pembayaran ganti kerugian kepada
pihak yang dirugikan.
[Ps. 30 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJKAnggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa
keuangan.
Anggaran OJK digunakan untuk membiayai kegiatan operasional, administratif,
pengadaan aset serta kegiatan pendukung lainnya.
Untuk penetapan anggaran OJK terlebih dahulu meminta persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat
OJK mengenakan pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di
sektor jasa keuangan. Pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa
keuangan wajib membayar pungutan yang dikenakan OJK
Dalam hal pungutan yang diterima pada tahun berjalan melebihi kebutuhan
OJK untuk tahun anggaran berikutnya, kelebihan tersebut disetorkan ke Kas
Negara. Ketentuan lebih lanjut mengenai pungutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
[Ps. 34-37 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJKYang dimaksud dengan “pungutan” antara lain pungutan untuk
biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, dan pengesahan,
biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, serta penelitian
dan transaksi perdagangan efek.
Pungutan digunakan untuk membiayai anggaran OJK yang tidak
dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pungutan
OJK digunakan untuk membiayai kegiatan operasional,
administrasi dan pengadaan aset serta kegiatan pendukung
lainnya untuk penyesuaian biaya-biaya dimaksud terhadap
standar yang wajar di industri jasa keuangan.
Yang dimaksud dengan “pihak yang melakukan kegiatan di
sektor jasa keuangan” adalah Lembaga Jasa Keuangan
dan/atau orang perseorangan atau badan yang melakukan
kegiatan di sektor jasa keuangan.[Ps. 34-37 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJKDalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank
Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan
antara lain:
a. kewajiban pemenuhan modal minimum bank;
b. sistem informasi perbankan yang terpadu;
c. kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta
asing, dan pinjaman komersial luar negeri;
d. produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya
(a.l.: kartu kredit, kartu debit, dan internet banking);
e. penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important
bank (SIB adalah suatu bank yang karena ukuran aset, modal, dan
kewajiban, luas jaringan, atau kompleksitas transaksi atas jasa
perbankan serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat
mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank-bank lain
atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial,
apabila bank tersebut mengalami gangguan atau gagal. ; dan
f. data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan
informasi [Ps. 39 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJKBANK BERMASALAH
OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan
mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan
oleh OJK sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan.
Dalam hal OJK mengindikasikan bank tertentu mengalami kesulitan
likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk, OJK segera
menginformasikan ke Bank Indonesia untuk melakukan langkah-
langkah sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia. Yang dimaksud
dengan “langkah-langkah sesuai kewenangan Bank Indonesia” adalah
pemberian fasilitas pembiayaan jangka pendek dalam menjalankan
fungsi Bank Indonesia sebagai lender of last resort. Dalam
menjalankan fungsi dimaksud, Bank Indonesia dapat melakukan
pemeriksaan terhadap bank dengan menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis kepada OJK.[Ps. 41 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
Lembaga Penjamin Simpanan dapat
melakukan pemeriksaan terhadap bank
yang terkait dengan fungsi, tugas dan
wewenangnya, serta berkoordinasi terlebih
dahulu dengan OJK.
Lingkup pemeriksaan meliputi pemeriksaan
premi, posisi simpanan bank, tingkat bunga,
kredit macet dan tercatat, bank bermasalah,
kualitas aset, dan kejahatan di sektor
perbankan.[Ps. 42 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
FKSSK
Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dibentuk Forum Koordinasi
Stabilitas Sistem Keuangan dengan anggota terdiri atas:
a. Menteri Keuangan selaku anggota merangkap koordinator;
b. Gubernur Bank Indonesia selaku anggota;
c. Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota; dan
d. Ketua Dewan Komisioner LPS selaku anggota.
Dalam kondisi tidak normal untuk pencegahan dan penanganan krisis,
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan
Komisioner OJK, dan/atau Ketua Dewan Komisioner Lembaga
Penjamin Simpanan yang mengindikasikan adanya potensi krisis atau
telah terjadi krisis pada sistem keuangan, masing-masing dapat
mengajukan ke Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan untuk
segera dilakukan rapat guna memutuskan langkah-langkah
pencegahan atau penanganan krisis. .
[Ps. 45 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
Yang dimaksud dengan “krisis pada sistem keuangan”
adalah kondisi sistem keuangan yang sudah gagal
menjalankan fungsi dan perannya secara efektif dalam
perekonomian nasional yang ditunjukkan dengan
memburuknya berbagai indikator ekonomi dan keuangan
antara lain berupa kesulitan likuiditas, masalah solvabilitas,
dan/atau penurunan kepercayaan publik terhadap sistem
keuangan.
Yang dimaksud dengan “bank gagal” adalah bank yang
mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan
kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi
disehatkan oleh OJK sesuai dengan kewenangan yang
dimilikinya.
[Ps. 45 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
FKSSK
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan
Komisioner OJK, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin
Simpanan berwenang mengambil dan melaksanakan keputusan untuk
dan atas nama institusi yang diwakilinya dalam rangka pengambilan
keputusan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan, dalam
kondisi tidak normal sebagaimana dimaksud di atas
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan menetapkan dan
melaksanakan kebijakan yang diperlukan dalam rangka pencegahan
dan penanganan krisis pada sistem keuangan sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
Keputusan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan yang terkait
dengan penyelesaian dan penanganan suatu bank gagal yang
ditengarai berdampak sistemik mengikat Lembaga Penjamin
Simpanan.[Ps. 45 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
Kebijakan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan yang
terkait dengan keuangan negara wajib diajukan untuk mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat wajib ditetapkan dalam
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam sejak pengajuan
persetujuan diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Pengajuan persetujuan disampaikan oleh Menteri Keuangan
selaku koordinator Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat ditujukan langsung
kepada Pimpinan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat
yang membidangi keuangan dan perbankan dengan tembusan
kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat. Surat dinyatakan
diterima setelah dibacakan dalam rapat pleno alat kelengkapan
Dewan Perwakilan Rakyat dimaksud.[Ps. 46 UUOJK]
BANK INDONESIA- OJK
PENYIDIKAN
Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya yang meliputi pengawasan sektor jasa
keuangan di lingkungan OJK, diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.[Ps. 48 UUOJK]
KETENTUAN PIDANA (Ps. 52-54)
BANK INDONESIA-OJK
KEWENANGAN
MENGATUR DAN MENGAWASI BANK
Kewenangan
untuk memberi izin /
Right to licence
Kewenangan
Untuk Mengatur /
Right to regulate
Kewenangan
Untuk Mengawasi /
Right to control
Kewenangan
Untuk Mengenakan Sanksi /
Right to impose sanction
Ps. 6-7; 16; 18-20; 22, 26;
28; 41-42 UU Perbankan
1. Ps. 2; 8; 11; 15;
21-28; 32; 40; 42A
UUPerbankan;
2. Ps. 4 UUSNT & LLD;
dan
3. Ps. 25 UUBI
Ps. 29-35 UUBIPs. 37; 37A; 46- 53
UUPerbankan
Ps. 24 jo. Ps. 4 UUBI
BANK INDONESIA-OJK
Pengaturan dan pengawasan bank oleh BankIndonesia meliputi wewenang:a. Kewenangan untuk memberikan izin (Right to License):
• menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu
bank,
• Memberikan dan mencabut izin usaha,
• memberikan izin pembukaan, penutupan dan
pemindahan kantor bank,
• memberikan persetujuan atas kepemilikan dan
kepengurusan bank,
• memberikan izin untuk menjalankan kegiatan usaha-
usaha tertentu.
• Memberikan izin membuka Rahasia bank etc
BANK INDONESIA-OJK
b. Kewenangan untuk mengatur (Right to Regulate):
menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usahadan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakanperbankan yang sehat dan mampu memenuhi jasaperbankan yang diinginkan masyarakat
c. Kewenangan untuk mengawasi (Right to Control):
melakukan pengawasan kegiatan usaha bank secaralangsung (on-site supervision) dan tidak langsung (off-site supervision)
BANK INDONESIA-OJK
d. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (Rightto Impose Sanction):
Menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuanperundang-undangan apabila suatu bankkurang atau tidak memenuhi ketentuan.
Tindakan ini mengandung unsur pembinaanagar bank beroperasi sesuai dengan azasperbankan yang sehat
BANK INDONESIA-OJK
PENGAWASAN
PERBANKAN
Pengawasan terhadap Kepatuhan/
Compliance Based SupervisionPengawasan terhadap Resiko/
Risk Based Supervision
1. Resiko Kredit;
2. Resiko Pasar;
3. Resiko Likuiditas;
4. Resiko Operasional;
5. Resiko Hukum;
6. Resiko Reputasi;
7. Resiko Strategik;dan
8. Resiko Kepatuhan.
BANK INDONESIA-OJK
KEWENANGAN UNTUK MENGAWASI/
(RIGHT/POWER TO CONTROL)
Pengawasan Langsung/
On-Site Supervision/
Direct Supervision
Pengawasan Tidak Langsung/
Off-Site Supervision/
Indirect Supervision
1. Umum/berkala; dan
2. Setiap waktu.
Ps. 31 UU No. 10/1998
jo. UU No. 7/1992
Laporan
BANK INDONESIA-OJK
KEWENANGAN UNTUK MENGAWASI /
(RIGHT/POWER TO CONTROL)
Fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
industri keuangan non-bank sejak 31 Desember
2012 (IKNB) dan di sektor perbankan sejak
31Desember 2013 telah beralih ke Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).Ps. 34-35 UU No. 23/1999 jo. UU No. 3/2004 dan UU No. 21/2011 Pasal 55
BANK INDONESIA-OJK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Bank wajib melakukan penilaian Tingkat
Kesehatan Bank secara individual dengan
menggunakan pendekatan risiko (Risk-based
Bank Rating), dengan cakupan penilaian terhadap
faktor-faktor sebagai berikut:
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dilakukan
berdasarkan analisis yang komprehensif terhadap
kinerja, profil risiko, permasalahan yang
dihadapi, dan prospek perkembangan Bank.
BANK INDONESIA-OJK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
• Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen
Risiko
• Penilaian Good Corporate Governance
(GCG)
• Rentabilitas (earnings); dan
• Permodalan (capital).
BANK INDONESIA-OJK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank
yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
• Kondisi yang secara umum sangat sehat sehinggadinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatifyang signifikan dari perubahan kondisi bisnis danfaktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat
BANK INDONESIA-OJK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank
yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
• Kondisi yang secara umum sehat sehingga dinilai
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan
dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya, tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian,
antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan
permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat
kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut
kurang signifikan.
BANK INDONESIA-OJK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank
yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
• Kondisi yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya, tercermin dari
peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan
GCG, rentabilitas, dan permodalan, yang secara umum cukup baik.
Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan
tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan
baik oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha
Bank.
BANK INDONESIA-OJK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank
yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
• Kondisi yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya, tercermin dari
peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan
GCG, rentabilitas, dan permodalan, yang secara umum kurang baik.
Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan dan tidak dapat
diatasi dengan baik oleh manajemen serta mengganggu
kelangsungan usaha Bank.
BANK INDONESIA-OJK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi Bank
yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
• Kondisi yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan
kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya, tercermin dari peringkat
faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG,
rentabilitas, dan permodalan, yang secara umum tidak baik.
Terdapat kelemahan yang secara umum sangat signifikan sehingga
untuk mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang
saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi
keuangan Bank.
PERINGKAT KOMPOSIT PREDIKAT HASIL PENILAIAN
PK-1 Sangat Sehat
PK-2 Sehat
PK-3 Cukup Sehat
PK-4 Kurang Sehat
PK-5 Tidak Sehat
HASIL PENILAIANPENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
Ditetapkan dalam 5 Peringkat Komposit (PK), yaitu:
Ps. 5; 6; 7 PBI NO. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum tgl 12 April 2004 telah dicabut
dengan PBI 13/1/PBI/2011 Penilaian Tingakt Kesehatan Bank Umum; PBI 9/1/PBI/2007 Sistem Penilaian TS Bank Umum Syariah
BANK INDONESIA-OJK
PENGAWASAN BANK OLEH BI
Pengawasan Normal :
Pengawasan normal adalah pengawasan terhadap Bank yang tidak memenuhi kriteria pengawasan
bank intensif dan pengawasan bank khusus
Pengawasan Intensif ( jangka waktu 1 tahun, dapat diperpanjang 1 tahun)
Pengawasan intensif adalah suatu peningkatan proses pengawasan terhadap Bank yang sebelumnya
berada dalam pengawasan normal, dengan tujuan untuk memulihkan kondisi Bank. Pemulihan
tersebut dilakukan dengan menetapkan tindakan pengawasan (supervisory actions) yang sesuai
dengan permasalahan Bank dengan tujuan untuk memulihkan kondisi Bank tersebut.
Pengawasan Khusus (jangka waktu 3 bulan)
Pengawasan khusus adalah suatu peningkatan proses pengawasan terhadap Bank yang sebelumnya
berada dalam pengawasan normal atau pengawasan intensif dengan tujuan untuk memulihkan kondisi
Bank. Pemulihan tersebut dilakukan dengan menetapkan tindakan pengawasan (supervisory actions)
yang sesuai dengan permasalahan Bank termasuk penambahan modal Bank dengan tujuan untuk
memulihkan kondisi Bank tersebut.
PBI No15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status & Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum
Konvensional & PBI No 13/3/PBI/2011 tentang Penetapan Status & Tindak Lanjut Pengawasan Bank
BANK INDONESIA-OJK
TINGKAT KESEHATAN BANK
*KURANG SEHAT*
1. Pembinaan; dan/atau
2. Action Plan.
Ps. 37 UU No. 7/ 1992 jo. UU No. 10/1998.
BANK INDONESIA-OJK
3 UNSUR BANK SENTRAL/OJK
1. Keterbukaan/transparansi/Disclosure;
2. Akuntabilitas; dan
3. Independensi/Kemandirian.
BANK INDONESIA
KEMANDIRIAN BANK SENTRAL/OJK
1. Kemandirian Lembaga/Institutional Independence;
2. Kemandirian Fungsi/Functional Independence;
3. Kemandirian Organisasi/Organization Independence;
dan
4. Kemandirian Anggaran/Financial Independence.
[Fabian Amtenbrink, The Democratic Accountability of Central Banks (A Comparative Study of The European Central
Bank), Oxford & Portland, Oregon: Hart Publishing Ltd., 1999]
Hukum Perbankan Semester Genap 2015 (Feb-Mei 2015)
Pendirian Bank Umum
serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Pendahuluan Setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana darimasyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izinusaha sebagai Bank dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabilakegiatan penghimpunan dana dimaksud diatur dengan undang-undangtersendiri.
Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat oleh siapapun, merupakan
kegiatan yang perlu diawasi, mengingat dalam kegiatan itu terkait
kepentingan masyarakat yang dananya disimpan pada pihak yang
menghimpun dana tersebut. Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang telah
memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan
Rakyat. Namun, terdapat pula lembaga lainnya yang juga melakukan
kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat misalnya yang dilakukan
oleh kantor pos, oleh dana pensiun, atau oleh perusahaan asuransi.
Kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut diatur dengan
Undang-Undang tersendiri.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Pendirian Bank
Dasar Hukum Pendirian Bank:
• UU No. 40 Th. 2007 tentang Perseroan Terbatas
• UU No. 21 Th. 2008 tentang Perbankan Syariah
• UU No. 7 Th. 1992 tentang Perbankan jo UU No. 10 Th. 1998
• UU No.21 Th. 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
• PBI No. 11/ 1 /PBI/2009 tgl. 27 Januari 2009 ttg Bank Umum
• PBI No. 11/ 3 /PBI/2009 tgl. 29 Januari 2009 ttg Bank Umum Syariah
• PBI No 8/26/PBI/2006 tgl 8 November 2006 ttg Bank Perkreditan Rakyat
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Untuk mendapatkan izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan wajib dipenuhi persyaratan tentang :
a) susunan organisasi dan kepengurusan ;
b) permodalan ;
c) kepemilikan ;
d) keahlian dibidang perbankan ;
e) kelayakan rencana kerja.
Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimanadimaksud di atas, ditetapkan oleh Bank Indonesia
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Persyaratan & Prosedur Pendirian Bank Umum
1. Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana darimasyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulumemperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari Pimpinan BankIndonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana darimasyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri. Ps16 UUP jo Ps 2 PBI 11/01/09
2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandalam 2 (dua) tahap:
a.persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukanpersiapan pendirian Bank; dan
b.izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatanusaha Bank setelah persiapan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a selesai dilakukan.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Persyaratan & Prosedur Pendirian Bank UmumModal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan paling kurang
sebesar Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah).
Modal disetor sebesar Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah)
ini adalah setoran yang dilakukan dalam bentuk setoran tunai
diluar setoran dalam bentuk lain yang dimungkinkan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Modal disetor bagi Bank yang berbentuk badan hukum Koperasi
adalah simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah sebagaimana
diatur dalam Undang-undang tentang Perkoperasian
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
(1) Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 ayat (2) huruf a diajukan paling kurang oleh salah satu calon pemilik kepadaGubernur Bank Indonesia, disertai dengan:
• a. rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan AnggaranDasar yang paling kurang memuat:1. nama dan tempat kedudukan;
2. kegiatan usaha sebagai Bank;
3. permodalan;
4. kepemilikan;
5. wewenang, tanggung jawab, dan masa jabatan anggota Dewan Komisaris sertaanggota Direksi; dan
6. persyaratan bahwa pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksiharus memperoleh persetujuan Bank Indonesia terlebih dahulu;
• b. data kepemilikan berupa:
1. daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masingkepemilikan saham bagi Bank yang berbentuk badan hukum PerseroanTerbatas/Perusahaan Daerah;
2. Daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpananwajib, serta daftar hibah bagi Bank yang berbentuk badan hukum Koperasi;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• c. daftar calon anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi disertaidengan:
1. pas foto 1 (satu) bulan terakhir ukuran 4 x 6 cm;
2. fotokopi tanda pengenal berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau pasporyang masih berlaku;
3. riwayat hidup;
4. surat pernyataan pribadi yang menyatakan tidak pernah melakukan tindakantercela di bidang perbankan, keuangan, dan usaha lainnya, tidak pernahdihukum karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan, dan tidak sedangtercantum dalam Daftar Tidak Lulus sebagaimana diatur dalam ketentuanmengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) yangditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
5. surat pernyataan pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidakpernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi pemegang saham, anggotaDireksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalahmenyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapanpengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum tanggal pengajuanpermohonan;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Termasuk dokumen yang dilampirkan dalam daftar Riwayat Hidup di atas adalah suratketerangan atau bukti tertulis dari perusahaan tempat bekerja sebelumnya mengenaipengalaman operasional di bidang perbankan bagi calon anggota Direksi atau bagi calonanggota Dewan Komisaris yang mempunyai pengalaman, apabila ada.
• Surat Pernyataan sbgmn angka (5) & (6) di atas, bermeterai cukup yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan:
a) bersedia mematuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
khususnya di bidang perbankan;
b) tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang
telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(inkracht van gewisjde) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum
tanggal pengajuan permohonan;
c) tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi anggota
Dewan Komisaris Bank (bagi calon anggota Dewan Komisaris) atau anggota
Direksi Bank (bagi calon anggota Direksi);
d) tidak memiliki kredit macet;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
e) tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi komisaris atau direksi
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit
berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum
tanggal pengajuan permohonan;
f) merupakan pihak yang independen terhadap pemilik Bank atau PSP (khusus
bagi Komisaris Independen);
g) baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama tidak memiliki saham melebihi
25% (dua puluh lima persen) dari modal disetor pada suatu perusahaan lain (bagi
calon anggota Direksi Bank);
h) merupakan pihak yang independen terhadap PSP bank (khusus bagi calon
Direktur Utama Bank); dan
i) tidak sedang menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan
kepatutan pada suatu bank.
Bukti telah memiliki sertifikat manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuanBank Indonesia mengenai sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bankumum.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• d. rencana susunan dan struktur organisasi, sertapersonalia;
. e. rencana bisnis (business plan) untuk 3 (tiga) tahun pertama yang paling kurang memuat:
1. studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensiekonomi;
2. rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan danpenyaluran dana serta langkah-langkah kegiatan yang akandilakukan dalam mewujudkan rencana dimaksud; dan
3. proyeksi neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kasbulanan selama 12 (dua belas) bulan yang dimulai sejakBank melakukan kegiatan operasional;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• f. rencana strategis jangka menengah dan panjang (corporate plan);
• g. pedoman manajemen risiko, rencana sistem pengendalian intern, rencanasistem teknologi informasi yang digunakan, dan pedoman mengenaipelaksanaan Good Corporate Governance;
• h. sistem dan prosedur kerja;
• i. bukti setoran modal paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari modaldisetor minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dalam bentukfotokopi bilyet deposito pada Bank di Indonesia dan atas nama “DewanGubernur Bank Indonesia qq. salah satu calon pemilik untuk pendirian Bankyang bersangkutan”, dengan mencantumkan keterangan bahwapencairannya hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulisdari Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
• j. surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi Bank yang berbentukbadan hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calonanggota bagi Bank yang berbentuk badan hukum Koperasi, bahwa setoranmodal sebagaimana dimaksud dalam huruf i:
1. tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapundari Bank dan/atau pihak lain di Indonesia; dan/atau
2. tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundering).
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• (2) Daftar calon pemegang saham atau daftar calon anggota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b:
a. dalam hal perorangan wajib disertai dengan:
1. dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c angka 1sampai dengan angka 5;
2. dokumen dan/atau surat pernyataan lainnya yang diperlukan oleh
Bank Indonesia;
b. dalam hal badan hukum wajib disertai dengan:
1. akta pendirian badan hukum, yang memuat Anggaran Dasarberikut perubahan-perubahan yang telah mendapat pengesahandari instansi berwenang termasuk bagi badan hukum asing sesuaidengan ketentuan yang berlaku di negara asal badan hukumtersebut;
2. dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c angka 1
sampai dengan angka 5;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• 3. rekomendasi dari instansi berwenang di negara asal bagi badanhukum asing;
• 4. daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing
kepemilikan saham bagi badan hukum Perseroan Terbatas /Perusahaan Daerah, atau daftar anggota berikut rincian jumlahsimpanan pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah bagibadan hukum Koperasi;
• 5. laporan keuangan badan hukum yang telah diaudit oleh akuntanpublik dengan posisi paling lama 6 (enam) bulan sebelumtanggal pengajuan permohonan persetujuan prinsip;
• 6. seluruh struktur kelompok usaha yang terkait dengan Bank dan
badan hukum pemilik Bank sampai dengan pemilik terakhir; dan
• 7. dokumen dan/atau surat pernyataan lainnya yang diperlukanoleh Bank Indonesia;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• c. dalam hal pemerintah, baik pusat atau daerah, wajibdisertai dengan:
1.fotokopi dokumen yang menyatakan keputusanpembentukan Pemerintah Daerah bagi PemerintahDaerah;
2.dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c angka 1 sampai dengan angka 5 dari pejabatyang berwenang mewakili pemerintah;
3.Anggaran Pendapatan dan Belanja; dan
4.dokumen dan/atau surat pernyataan lainnya yangdiperlukan oleh Bank Indonesia.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
(1)Persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan prinsipsebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a diberikan palinglambat 60 (enam puluh) hari kerja setelah dokumen permohonan diterimasecara lengkap.
(2)Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melakukan:
a. penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen;
b. analisis yang mencakup antara lain tingkat persaingan yang sehat antar
Bank, tingkat kejenuhan jumlah Bank, dan pemerataan pembangunanekonomi nasional; dan
c. Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) terhadap
calon PSP, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
(1) Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu1 (satu) tahun terhitung sejak tanggalpersetujuan prinsip diterbitkan.
(2) Pihak yang telah mendapat persetujuan prinsipdilarang melakukan kegiatan usaha perbankan,sebelum mendapat izin usaha.
(3) Apabila sampai dengan jangka waktu 1 tahunpihak yang telah mendapat persetujuan prinsipbelum mengajukan permohonan izin usahakepada Bank Indonesia maka persetujuanprinsip yang telah diterbitkan menjadi tidakberlaku.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Permohonan untuk mendapatkan izin usahadiajukan oleh pihak yang telah mendapatpersetujuan prinsip kepada Gubernur BankIndonesia, disertai dengan:
• a.akta pendirian badan hukum, yang memuatAnggaran Dasar yang telah disahkan olehinstansi berwenang;
• b.data kepemilikan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (1) huruf b yangmasing-masing disertai dengan dokumensebagai-mana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(2), dalam hal terjadi perubahankepemilikan;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• c. daftar susunan Dewan Komisaris dan Direksi, disertai dengan:1. contoh tanda tangan dan paraf;
2. identitas dan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(1)
huruf c, dalam hal terjadi perubahan; dan
3. fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal
Tetap (KITAP) dan fotokopi surat izin bekerja dari instansiberwenang, bagi warga negara asing:
i. untuk anggota Direksi; dan/atau
ii.untuk anggota Dewan Komisaris yang bermaksud menetap diIndonesia;
• d. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h, dalam hal terjadiperubahan;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• e. bukti pelunasan modal disetor minimum sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5, dalam bentuk fotokopi bilyet deposito pada Bank diIndonesia atas nama “Dewan Gubernur Bank Indonesia qq. salah satupemilik Bank yang bersangkutan”, dengan mencantumkan keteranganbahwa pencairannya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan tertulisdari Dewan Gubernur Bank Indonesia;
• f. bukti kesiapan operasional yang paling kurang berupa:1. daftar aktiva tetap dan inventaris;
2. bukti kepemilikan, penguasaan atau perjanjian sewa gedung kantor;
3. foto gedung kantor dan tata letak ruangan;
4. contoh formulir/warkat yang akan digunakan untuk operasional Bank;dan
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan(TDP);
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
• g. surat pernyataan dari pemegang saham bagi Bank yangberbentuk badan hukum Perseroan Terbatas/ PerusahaanDaerah atau dari anggota bagi Bank yang berbentuk badanhukum Koperasi, bahwa pelunasan modal disetor :
• 1. tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalambentuk apapun dari Bank dan/atau pihak lain di Indonesia,dan/atau
• 2. tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (moneylaundering);
• h. surat pernyataan dari anggota Dewan Komisaris bahwa yangbersangkutan tidak merangkap jabatan melebihi ketentuansebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesiamengenai pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank;
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
i. surat pernyataan dari anggota Direksi bahwa yang bersangkutantidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalamPeraturan Bank Indonesia mengenai pelaksanaan GoodCorporate Governance bagi Bank;
j. surat pernyataan dari anggota Dewan Komisaris dan anggotaDireksi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai hubungankeluarga sebagaimana dimaksud dalam Peraturan BankIndonesia mengenai pelaksanaan Good Corporate Governancebagi Bank;
k. surat pernyataan dari anggota Direksi bahwa yang bersangkutanbaik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama tidak memilikisaham melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari modal disetorpada suatu perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalamPeraturan Bank Indonesia mengenai pelaksanaan GoodCorporate Governance bagi Bank.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
(1)Bank yang telah mendapat izin usaha dari GubernurBank Indonesia wajib melakukan kegiatan usahaperbankan paling lambat 60 (enam puluh) hari kerjaterhitung sejak tanggal izin usaha diterbitkan.
(2)Pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Direksi Bank kepadaBank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerjasetelah tanggal pelaksanaan kegiatan operasional.
(3)Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Bank belum melakukan kegiatan usaha,izin yang telah diterbitkan menjadi tidak berlaku.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Kepemilikan Bank Umum
(1) Bank hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;atau
b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesiadengan warga negara asing dan/atau badan hukum asingsecara kemitraan.
(2) Kepemilikan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asingsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling banyaksebesar 99% (sembilan puluh sembilan persen) dari modal disetorBank.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
(1)Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik Bank wajib memenuhi syarat:
• a. memiliki akhlak dan moral yang baik;
• b.memiliki komitmen untuk mematuhi peraturanperundang-undangan yang berlaku;
• c.memiliki komitmen yang tinggi terhadappengembangan operasional Bank yang sehat; dan
• d. tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus.
(2) Dalam hal pemilik Bank berbentuk badan hukum makapersyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berlaku bagi pemilik maupun pengurus dari badanhukum tersebut.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
(1) Pihak-pihak yang dapat menjadi PSP Bank wajib memenuhi persyaratan:
• a. Integritas, yang paling kurang mencakup :
1. memiliki akhlak dan moral yang baik;
2. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundangundangan
yang berlaku;
3. memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasionalBank yang sehat; dan
4. tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadipemegang saham dan/atau Pengurus Bank dan/atau BPR;
• b. Kelayakan keuangan, yang paling kurang mencakup :
1. persyaratan kemampuan keuangan;
2. pemenuhan persyaratan administratif dalam rangka penilaiankemampuan keuangan sebagaimana diatur dalam ketentuan yangberlaku; dan
3. tidak memiliki hutang yang jatuh tempo dan bermasalah.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Bentuk hukum suatu Bank dapat berupa:
• a. Perseroan Terbatas;
• b. Perusahaan Daerah; atau
• c. Koperasi
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Kepemilikan BPR
Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki
oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia
yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia,
pemerintah daerah atau dapat dimiliki bersama diantara
ketiganya.
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Permodalan Bank Umum:
Modal disetor sebesar Rp. 3 trilyun untuk Bank Umum
Modal disetor sebesar Rp. 1 trilyun untuk Bank UmumSyariah
Pada saat pengajuan izin prinsip (preliminary approoval)harus sudah disetorkan sebesar Rp. 1 trilyun u/ BankUmum dan Rp. 350 Milyar untuk Bank Umum Syariah
Pada saat pengajuan Izin usaha harus sudah disetorkansebesar Rp. 3 trilyun u/ BU & Rp. 1 trilyun u/ BUS
Pendirian Bank serta
Merger Konsolidasi & Akuisisi (MKA) Perbankan
Permodalan BPR:a) Rp. 5 miliar untuk DKI Jakarta;
b) Rp. 2 milyar untuk di ibukota propinsi di Pulau Jawa
dan Bali dan di wilayah kabupaten atau kotamadya
Botabek;
c) Rp. 1 milyar untuk ibukota propinsi di luar Pulau Jawa
dan Bali wilayah dan di wilayah Pulau Jawa dan Bali
selain wilayah butir a) dan b) di atas; dan
d) Rp 500 juta di wilayah lain di luar wilayah
sebagaimana disebut dalam butir a), b) dan c).
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Landasan Hukum Merger antar Bank Umum (Emiten) a.l :• UU No. 40 Th. 2007 tentang Perseroan Terbatas
• UU No. 21 Th. 2008 tentang Perbankan Syariah
• UU No. 8 Th. 1995 tentang Pasar Modal
• UU No. 7 Th. 1992 tentang Perbankan jo UU No. 10 Th. 1998
• PP Nomor 27 Th. 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
• PP Nomor 28 Th. 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
• SK Direksi BI No.32/51/KEP/DIR tgl.14 Mei 1999 tentang Persyaratan & Tata Cara Merger, Konsolidasi & Akuisisi Bank Umum
• SK Direksi BI No.32/52/KEP/DIR tgl.14 Mei 1999 tentang Persyaratan & Tata Cara Merger, Konsolidasi & Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat
• Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. KEP-52/PM/1997 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten (KEP-52) ;
• Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. KEP-12/PM/1997 tentang Benturan Kepentingan transaksi tertentu (KEP-12) { jika dalam merger tersebut mengandung unsur benturan kepentingan} ;
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
(1) Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank dapat dilakukan atas :
a. inisiatif Bank yang bersangkutan;
b. permintaan Bank Indonesia; atau
c. inisiatif Badan Khusus.
(2) Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari
Direksi Bank Indonesia.
Merger atau Konsolidasi antara Bank konvesional dengan Bank berdasarkan
Prinsip Syariah hanya dapat dilakukan apabila Bank hasil Merger atau
Konsolidasi dimaksud menjadi :
a. Bank berdasarkan Prinsip Syariah; atau
b. Bank konvensional, namum memiliki Kantor Cabang berdasarkan Prinsip
Syariah.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Izin Merger atau Konsolidasi dapat diberikan apabila dipenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham;
b. pada saat terjadinya Merger atau Konsolidasi jumlah Aktiva Bank hasil
Merger atau Konsolidasi setinggi-tingginya 20% (dua puluh perseratus dari
jumlah aktiva seluruh Bank di Indonesia;
c. permodalan Bank hasil Merger atau Konsolidasi memenuhi ketentuan rasio
kewajiban pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
d. calon dewan komisaris dan direksi Bank hasil Merger atau Konsolidasi
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur kepengurusan Bank.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Langkah-langkah dalam proses merger :
• Penandatanganan Naskah Kesepakatan
• Pembentukan Tim Merger
• Penunjukan pihak-pihak independenAkuntan Publik
Konsultan Hukum
Appraisal Company
Financial Advisor
Notaris
• Proses Due Diligence
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
• Pengiriman RP kepada Kreditur ;
• Penyampaian Pernyataan Penggabungan kepada OJK dan Bursa Efek ;
• Pengumuman Ringkasan RP disurat kabar dan kepada Karyawan masing-masing Bank Peserta Penggabungan
• Pembuatan Surat Edaran kepada Pemegang Saham ;
• Pembuatan konsep Akta Penggabungan ;
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
• Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa diikuti dengan pelaporan dan pengumuman hasil RUPSLB kepada pihak-pihak terkait ;
• Pengajuan permohonan persetujuan Merger ke Bank Indonesia ;
• Pengajuan permohonan persetujuan Menteri Hukum & HAM atas perubahan Anggaran Dasar Bank Penerima Penggabungan ;
• Pengajuan izin Penggabungan ke Bank Indonesiadengan tembusan kepada Menteri Hukum &HAM
• Pengumuman Hasil Merger
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Permohonan untuk memperoleh izin Merger atau Konsolidasi diajukan
oleh direksi masing-masing Bank yang akan melakukan Merger atau
Konsolidasi secara bersama-sama kepada Direksi Bank Indonesia
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah Rapat Umum
Pemegang Saham dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman.
Permohonan izin Merger atau Konsolidasi tersebut wajib dilampiri
dengan :
a. Notulen Rapat Umum Pemegang Saham;
b. Akta Merger atau Akta Konsolidasi dan Akta perubahan Anggaran Dasar Bank hasil
Merger dan/atau Akta Pendirian termasuk Anggaran Dasar Bank hasil Konsolidasi ;
c. Bukti pelaporan kepada OJK dan pengumuman kepada investor, bagi Bank yang
terdaftar di pasar modal;
d. Bukti pengumuman mengenai ringkasan rancangan Merger atau rancangan
Konsolidasi
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan izin Merger atau Konsolidasi, Bank
Indonesia melakukan ;
a. penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen;
b. wawancara terhadap calon anggota dewan komisaris
dan direksi Bank hasil Merger atau Konsolidasi.
Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin Merger atau
Konsolidasi diberikan oleh Direksi bank Indonesia dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima secara lengkap.
Tembusan persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disampaikan oleh Bank Indonesia kepada Menteri KumHAM.
Dalam hal permohonan ditolak maka bank Indonesia akan menjelaskan
alasan penolakan secara tertulis.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Izin Merger atau Konsolidasi bagi Bank yang berbentuk
huku Perseroan Terbatas berlaku sejak :
a. tanggal persetujuan perubahan Anggaran Dasar atau
Akta Pedirian oleh Menteri KumHAM;
b. tanggal pendaftaran Akta Merger dan Perubahan
Anggaran Dasar dalam daftar perusahaan apabila
perubahan Anggaran Dasar tidak memerlukan
persetujuan Menteri Kehakiman.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Bank yang telah memperoleh izin Merger atau Konsolidasi wajib:
a. menyusun neraca penutupan masing-masing Bank yang melakukan
Merger atau Konsolidasi;
b. menyusun neraca pembukaan Bank hasil Merger atau Konsolidasi;
c. mengumumkan hasil Merger atau Konsolidasi disertai dengan
neraca pembukaan Bank hasil Merger atau Konsolidasi dalam 2
(dua) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal berlakunya izin Merger
atau Konsolidasi ;
d. menyampaikan laporan pelaksanaan Merger atau Konsolidasi
kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari
setelah tanggal pengumuman dan dilampiri dengan :
1.fotokopi Akta perubahan Anggaran Dasar atau fotokopi Akta Pendirian
termasuk Anggaran Dasar yang telah mendapat persetujuan dari instansi
berwenang;
2.guntingan surat kabar harian sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Persyaratan dan Tata Cara Akuisisi (1) Akuisisi bank dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum, baik
melalui pembelian saham secara langsung maupun Pembelian Saham
Melalui Bursa.
(2) Akuisisi Bank dilakukan melalui pembelian seluruh atau sebagian jumlah
saham Bank yang mengakibatkan beralihnya Pengendalian Bank kepada
pihak yang mengakuisisi.
(3) Pembelian saham Bank dianggap mengakibatkan beralihnya Pengendalian
Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila kepemilikan saham :
a. menjadi sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari
modal disetor Bank; atau
b. kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari modal
disetor Bank namum menentukan baik langsung maupun tidak langsung
pengelolaan dan/atau kebijaksanaan Bank.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Izin akuisisi dapat diberikan apabila dipenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham dari Bank yang akan diakuisisi;
b. pihak yang melakukan Akuisisi memenuhi persyaratan
sebagai pemilik Bank sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bank Indonesia yang mengatur kepemilikan
Bank;
c. apabila Bank yang diakuisisi terdaftar di pasar modal
maka wajib dipenuhi ketentuan pasar modal mengenai
penawaran tender dan keterbukaan informasi pemegang
saham tertentu.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
Permohonan untuk memperoleh izin Akuisisi diajukan
direksi Bank yang akan diakuisisi bersama dengan pihak
yang akan mengakuisisi kepada direksi Bank Indonesia
dan wajib dilampiri dengan rancangan Akuisisi beserta
dokumen pendukungnya.
Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan izin Akuisisi, Bank Indonesia melakukan :
a. penelitian kelengkapan dan kebenaran dokumen;
b. wawancara terhadap pihk yang akan mengakuisisi.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
(1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin Akuisisi
diberikan oleh Bank Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari setelah permohonan diterima secara lengkap.
(2) Tembusan izin Akuisisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan oleh Bank Indonesia kepada Menteri KumHAM,
apabila terdapat perubahan Anggaran Dasar.
(3) Dalam hal permohonan ditolak maka Bank Indonesia akan
menjelaskan alasan penolakan secara tertulis.
Akuisisi Bank mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan Akta
Akuisisi.
Direksi Bank wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Akuisisi
kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah
tanggal penandatanganan Akta Akuisisi dilampiri dengan fotokopi Akta
Akuisisi.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
MKA Atas Permintaan Bank Indonesia
Apabila menurut penilaian Bank Indonesia suatu Bank mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan Bank
tidak dapat melaksanakan langkah-langkah perbaikan yang ditetapkan
Bank Indonesia maka Bank Indonesia dapat meminta kepada pemiliki
dan pengurus Bank yang bersangkutan untuk :
a. melakukan Merger atau Konsolidasi dengan Bank lain; atau
b. menjual sebagian atau seluruh kepemilikannya kepada Bank atau
pihak lain;
sebagaimana diatur dalam pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Pelaksanaan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi dilakukan sesuai
dengan ketentuan sebagaimana telah diuraikan di atas.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
MKA Atas Permintaan Badan Khusus
Badan khusus wajib meminta izin kepada Bank Indonesia
untuk melakukan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi
terhadap Bank yang kepemilikannya telah diambil alih oleh
Badan Khusus.
Pelaksanaan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi dilakukan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana di atas.
Merger Konsolidasi & Akuisisi
(MKA) Perbankan
DEMIKIAN DAN HARAP PELAJARI KEMBALI MATERI INI,
SEMOGA SUKSES
Hukum Perbankan Semester Genap 2015 (Feb-Mei 2015)
Perbankan Syariah
di Indonesia
Perbankan Syariah di Indonesia
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Oktober 2011
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Oktober
2011
Perbankan Syariah di Indonesia
• Pangsa pasar perbankan syariah saat initelah mencapai 4,9% dari total asetperbankan di Indonesia
• pertumbuhan rata-rata aset industriperbankan syariah, telah mencapai rata-rata37,4% dalam 5 tahun terakhir. Dengan totalaset sekitar 21 miliar dolar AS. Industriperbankan syariah memiliki hampir 13 jutarekening simpanan, dan kurang lebihdidukung dengan 3000 jaringan kantor diseluruh Indonesia.
sumber: OJK -2014
PENGERTIAN BANK SYARIAH
BANK SYARIAH adalah Bank yang menjalankankegiatan usahanya berdasar kan Prinsip Syariah danmenurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariahdan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yangdalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah BankSyariah yang dalam kegiatannya tidak memberikanjasa dalam lalu lintas pembayaran.
UNIT USAHA SYARIAH
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS,adalah unit kerja dari kantor pusat Bank UmumKonvensional yang berfungsi sebagai kantor indukdari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatanusaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau
unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yangberkedudukan di luar negeri yang melaksanakankegiatan usaha secara konvensional yang berfungsisebagai kantor induk dari kantor cabang pembantusyariah dan/atau unit syariah.
SEJARAH PERBANKAN SYARIAH
Sejarah singkat Lembaga Keuangan Islam Internasional :
Mit Ghamr Bank (di Mesir) perintis pertama di tahun1960an sangat berarti bagi perkembangan sistim finansialdan ekonomi islam ;
Islamic Development Bank didirikan pada tahun 1975
Mulai tahun 1970an berdiri Bank-bank Islam di beberapanegara : Mesir, Sudan, Pakistan, Bangladesh, Turki,Malaysia dan Indonesia
PERBANKAN SYARIAH di
BERBAGAI NEGARA• Pendirian Lembaga Keuangan/Bank Syariah di berbagai
Negara :
• Uni Emirat Arab : th 1975 Dubai Islamic Bank ;
• Kuwait : th 1977 Kuwait Finance House
• Mesir : th 1978 Faisal Islamic Bank
• Pakistan : th 1979 sistim bunga dihapuskan
• Siprus : th 1983 Faisal Islamic Bank of Kibris (Cyprus)
• Malaysia : th 1983 Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB)
• Turki : th 1984 Daar al Maal Islam-Faisal Financial Institution
• Indonesia : th 1992 Bank Muamalat Indonesia
PERBANKAN SYARIAH DI
INDONESIALatar belakang PendirianPerbankan Syariah di Indonesia
Ummat islam memandang perlunya layanan perbankan yanglebih baikdan adil (Bank Islam = bebas riba)
19-22 Agustus 1990 Lokakarya tentang Bank Islam di Cisarua, Bogor oleh MUI
22-25 Agustus 1990 dalam Munas IV MUI disepakati untuk mendirikanBank Islam
November 1991 didirikan PT BMI
Maret 1992 BMI mulai beroperasi
Oktober 1994 BMI menjadi Bank Devisa
Setelah beroperasinya BMI, mulai bertumbuhan BPRS di berbagaiwilayah Indonesia
Dengan UU No. 10 th 1998, maka pada tahun 1999 mulai beroperasiBank Syariah baik berbentuk Unit Usaha Syariah (Bank IFI cabangSyariah) maupun Bank Umum (Bank Syariah Mandiri)
Perbankan Syariah di Indonesia
• Tahun 1999 dibentuk Dewan Syariah Nasional
(DSN) oleh MUI
• Fungsi DSN untuk melaksanakan tugas
memajukan ekonomi ummat islam
• Tugas DSN : mengkaji, merumuskan nilai dan
prinsip hukum islam untuk menjadi pedoman
transaksi/implementasi di lembaga keuangan
syariah
Peraturan Perundang-Undangan terkait usaha PerbankanSyariah:
•Undang-undang tentang Perbankan (UU No. 7/1992 jo UU No.10/1998) berikut peraturan pelaksanaannya ;
•Undang-undang tentang Perbankan Syariah (UU No. 21/2008) ;
•Al-Qur’anul Kariim, Sunnah Rasululllah SAW, Ijma, Qiyas, MasalihMursalah, Fiqih Muamalah
•Undang-undang tentang Bank Indonesia (UU No. 23/1999 jo UUNo. 3/2004) berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistim Nilai Tukar(UU No. 24/1999) berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Pencucian Uang (UU No. 8/2010) berikutperaturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU No.24/2004) berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Perseroan Terbatas (UU No. 40/2007)berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Pasar Modal (UU No. 8/1995) berikutperaturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Sukuk (surat berharga syariah negara)
PBI PERBANKAN SYARIAH
1. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/
3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM
SYARIAH
2. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/
15 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN
KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL
MENJADI BANK SYARIAH
3. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
11/10/PBI/2009 TENTANG UNIT USAHA
SYARIAH
PENDIRIAN
BANK UMUM SYARIAHProses pendirian BUS kurang lebih = BUK
Modal Rp. 1 T
Bentuk Hukum harus PT
Harus ada DPS
DEWAN PENGAWAS
SYARIAH• Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di
Bank Syariah dan Bank Umum Konvensionalyang memiliki UUS.
• Dewan Pengawas Syariah diangkat olehRapat Umum Pemegang Saham atasrekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
• Dewan Pengawas Syariah bertugasmemberikan nasihat dan saran Kepadadireksi serta mengawasi kegiatan Bank agarsesuai dengan Prinsip Syariah.
Konversi BUK menjadi BUS
• Bank Konvensional dapat melakukan perubahan kegiatan
usaha menjadi Bank Syariah.
• Perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank
Syariah dapat dilakukan:
• a. Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah;
• b. BPR menjadi BPRS.
• BPR atau BPRS yang ingin menjadi Bank Umum Syariah
harus mendirikan Bank Umum Syariah terlebih dahulu.
Selanjutnya, seluruh hak dan kewajiban (asset and liabilities)
BPR atau BPRS dialihkan kepada Bank Umum Syariah baru,
kemudian izin usaha BPR atau BPRS dicabut atas
permintaan bank (self liquidation).
KONVERSI BUK - BUS
Bank Konvensional yang akan melakukan
perubahan kegiatan usaha menjadi Bank
Syariah harus:
a. menyesuaikan anggaran dasar;
b. memenuhi persyaratan permodalan;
c. menyesuaikan persyaratan Direksi dan Dewan
Komisaris;
d. membentuk DPS; dan
e. menyajikan laporan keuangan awal sebagai
sebuah Bank Syariah.
KONVERSI BUK - BUS
• memiliki rasio Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) paling kurang
sebesar 8 % (delapan persen); dan
• Besarnya rasio KPMM didasarkan pada
hasil penilaian Bank Indonesia.
• b. memiliki modal inti paling kurang
sebesar Rp.100.000.000.000,00 (seratus
milyar rupiah).
Pendirian Unit Usaha Syariah
• Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja dari BUK yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah;
• BUK yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah wajib membuka UUS.
• Rencana pembukaan UUS harus dicantumkan dalam rencana bisnis BUK.
Pendirian Unit Usaha Syariah
• (1) Pembukaan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia.
• (2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk izin usaha.
• (3) Permohonan izin usaha UUS diajukan oleh Bank Umum Konvensional (BUK) dengan menggunakan format surat sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 40 dan didukung dengan dokumen sebagai berikut:
• a. rancangan perubahan anggaran dasar, yang paling kurang memuat kegiatan usaha UUS sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• b. identitas dan dokumen pendukung calon Direktur UUS
• C. Dst = izin BUS atau BUK
Pendirian Unit Usaha Syariah
• Modal kerja UUS ditetapkan dan dipelihara paling
kurang sebesar Rp 100.000.000.000,00 (seratus milyar
rupiah).
• Yang dimaksud dengan “modal kerja” adalah dana
bersih yang ditempatkan BUK pada UUS setelah
dikurangi dengan penempatan UUS pada BUK, yang
diperlakukan sebagai komponen modal untuk UUS.
• (2) Modal kerja UUS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus disisihkan dalam bentuk tunai.
• Yang dimaksud dengan “tunai” adalah setoran dalam
bentuk kas, bukan dalam bentuk tanah, gedung atau
bentuk sejenis lainnya.
Perbankan Syariah
Peraturan Perundang-Undangan terkait usaha perbankan syariah:
• Undang-undang tentang Hak Tanggungan (UU No. 4/1996); berikut peraturan pelaksanaannya;
• Undang-undang tentang Fidusia (UU No. 42/1999) berikut peraturan pelaksanaannya;
• Peraturan Bank Indonesia (dahulu Surat Keputusan (SK) Direksi BI)
• Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) terkait dengan kegiatan usaha perbankan ;
• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ;
• Kitab Undang-undang Hukum Dagang
• Dan peraturan perundangan lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha perbankan.
Perbankan Syariah di Indonesia
• Kegiatan usaha perbankan syariah secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam beberapa kegiatan :
1) Menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk Giro,Tabungan, Deposito, Sertifikat Deposito dan bentuk lainnya yangdipersamakan dengan itu ;
2) Menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplusspending unit) kepada pihak yang memerlukan dana (deficitspending unit)
3) Menerbitkan, menjual, membeli surat-surat berharga di Pasar uangSyariah
4) Melakukan penyertaan modal dalam batas yang ditentukan Undang-undang dan
5) Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
6) Bertindak selaku investor, agent, Manajer Investasi dan lembaga sosial (menerima ZIS dan Wakaf Tunai)
Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 12, No. 1, Desember 2013
PBI 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan PBI No. 9/19/PBI/2007Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana danPenyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
PBI 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalamKegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkanfatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapanfatwa di bidang syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yangmemuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan PrinsipSyariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentangPerbankan Syariah.
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain prinsip keadilan dan keseimbangan (‘adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objek haram.Yang dimaksud dengan:“ ‘Adl” yaitu menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya danmemberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukansesuatu sesuai posisinya.“Tawazun” adalah keseimbangan yang meliputi aspek material danspiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnisdan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan kelestarian.“Maslahah” adalah segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi danukhrawi, material dan spiritual serta individual dan kolektif serta harusmemenuhi 3 (tiga) unsur yakni kepatuhan syariah (halal), bermanfaat dan membawa kebaikan (thoyib) dalam semua aspek secara keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan.“Alamiyah” adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan diterima oleh,dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
“Gharar” adalah transaksi yang objeknya tidak jelas, tidakdimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapatdiserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur laindalam syariah.
“Maysir”, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatukeadaan yang tidak pasti dan bersifat untunguntungan;
“Riba”, adalah pemastian penambahan pendapatan secara tidaksah (bathil) antara lain dalam transaksi pertukaran barangsejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktupenyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjamyang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitasmengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjamankarena berjalannya waktu (nasiah).
“Zalim”, adalah transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagipihak lainnya.
“Objek Haram”, adalah suatu barang atau jasa yang diharamkandalam syariah
Dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain Akad Wadi’ah dan Mudharabah;
Giro dan Tabungan atas dasar Akad Wadi’ah
Giro atas dasar Akad Mudharabah
Tabungan dan deposito atas dasar Akad Mudharabah
Dalam kegiatan penyaluran dana berupa Pembiayaan denganmempergunakan antara lain Akad Mudharabah, Musyarakah,Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bitamlik dan Qardh; dan
Dalam kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain Akad Kafalah, Hawalah dan Sharf.
DEWAN PENGAWAS
SYARIAH• Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di
Bank Syariah dan Bank Umum Konvensionalyang memiliki UUS.
• Dewan Pengawas Syariah diangkat olehRapat Umum Pemegang Saham atasrekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
• Dewan Pengawas Syariah bertugasmemberikan nasihat dan saran Kepadadireksi serta mengawasi kegiatan Bank agarsesuai dengan Prinsip Syariah.
KOMITE PERBANKAN
SYARIAH
• Komite Perbankan Syariah, yang selanjutnya disebut Komite adalah forum yang beranggotakan para ahli di bidang syariah muamalah dan/atau ahli ekonomi, ahli keuangan, dan ahli perbankan, yang bertugas membantu Bank Indonesia dalam mengimplementasikan fatwa Majelis Ulama Indonesia menjadi ketentuan yang akan dituangkan ke dalam Peraturan Bank Indonesia.
• Majelis Ulama Indonesia, yang selanjutnya disebut MUI adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, tokoh masyarakat (zuama) dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama, yang salah satu peran utamanya adalah sebagai pemberi fatwa (Mufti).
Catatan Kuliah
• CEASE & DESIST ORDER
SELAMAT MEMPELAJARI/MENDALAMI
PERBANKAN SYARIAH
Perbankan Syariah di
Indonesia
oleh :
Aad Rusyad N, S.H., M.Kn
Perbankan Syariah di Indonesia
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Oktober 2011
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Oktober
2011
Perbankan Syariah di Indonesia
Sejarah singkat Lembaga Keuangan Islam Internasional :
Mit Ghamr Bank (di Mesir) perintis pertama di tahun1960an sangat berarti bagi perkembangan sistim finansialdan ekonomi islam ;
Islamic Development Bank didirikan pada tahun 1975
Mulai tahun 1970an berdiri Bank-bank Islam di beberapanegara : Mesir, Sudan, Pakistan, Bangladesh, Turki,Malaysia dan Indonesia
Perbankan Syariah di Indonesia
• Pendirian Lembaga Keuangan/Bank Syariah di berbagai Negara :
• Uni Emirat Arab : th 1975 Dubai Islamic Bank ;
• Kuwait : th 1977 Kuwait Finance House
• Mesir : th 1978 Faisal Islamic Bank
• Pakistan : th 1979 sistim bunga dihapuskan
• Siprus : th 1983 Faisal Islamic Bank of Kibris (Cyprus)
• Malaysia : th 1983 Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB)
• Turki : th 1984 Daar al Maal Islam-Faisal Financial Institution
• Indonesia : th 1992 Bank Muamalat Indonesia
Perbankan Syariah di Indonesia
• Latar belakang PendirianPerbankan Syariah di Indonesia
• Ummat islam memandang perlunya layanan perbankan yang lebih baik dan adil (Bank Islam = bebas riba)
• 19-22 Agustus 1990 Lokakarya tentang Bank Islam di Cisarua, Bogor oleh MUI
• 22-25 Agustus 1990 dalam Munas IV MUI disepakati untuk mendirikan Bank Islam
• November 1991 didirikan PT BMI
• Maret 1992 BMI mulai beroperasi
• Oktober 1994 BMI menjadi Bank Devisa
• Setelah beroperasinya BMI, mulai bertumbuhan BPRS di berbagai wilayah Indonesia
• Dengan UU No. 10 th 1998, maka pada tahun 1999 mulai beroperasi Bank Syariah baik berbentuk Unit Usaha Syariah (Bank IFI cabang Syariah) maupun Bank Umum (Bank Syariah Mandiri)
Perbankan Syariah di Indonesia
• Tahun 1999 dibentuk Dewan Syariah Nasional
(DSN) oleh MUI
• Fungsi DSN untuk melaksanakan tugas
memajukan ekonomi ummat islam
• Tugas DSN : mengkaji, merumuskan nilai dan
prinsip hukum islam untuk menjadi pedoman
transaksi/implementasi di lembaga keuangan
syariah
Perbankan Syariah di Indonesia
Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
Dasar Hukum
Konsep Uang
Fungsi &
Kegiatan Bank
UU 21 thn 2008
No time value of money
Financial Intermediary, Manajer Investasi,
Investor,Jasa Keuangan& Sosial
UU 7 1992 jo 10 1998
Time value of money
Financial Intermediary &Jasa Keuangan
Mekanisme & Obyek Usaha
VISI & MISI
Bagi Hasil (Profit Sharing); anti MAGRIB (Maysir, Gharar, Riba & Batil)
Taawun, ibadah
Bunga, Pro MAGRIB
Kepentingan bisnis
Hubungan dengan Nasabah
Kemitraan Pinjam Meminjam
Perbankan Syariah di Indonesia
Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
Permodalan
Governance
Nasabah
Rp. 1 trilyun
Committment, structure, process & Outcome
Mitra, Investor, Debitur
Rp. 3 trilyun
Debitur, Kreditur
Struktur Dewan PengawasSyariah
Tidak ada DPS
Resiko rate of return, investment + 7 resiko lainnya
8 jenis resiko: kredit, likuiditas, operational, reputational, market, legal, strategic & compliant
Perbankan Syariah di Indonesia
Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
Ruang lingkupusaha
Leasing (Ijarah, IMBT),
Jual beli (Murabahah)
Bagi hasil (Mudharabah)
via subsidiary company (anakperusahaan bank)
Money Market PUAS (Pasar UangSyariah), SWBI/SBIS(Sertifikat WadiahBI)
SBI, PUAB (Pasar Uangantar Bank)
Pembiayaan Pembiayaan(Financing), tdk adaOverdraft tetapi via Qard (Bridging Finance)
Kredit, Overdraft
Perbankan Syariah di Indonesia
Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
Fatwa DSN wajib mengikuti Fatwa DSN
tidak ada fatwa DSN
dispute settlement
ADR (alternative Disputes Settlement)
BASYARNAS,
Peradilan Agama,
Peradilan Umum(Negeri)
ADR,
Peradilan Negeri
Penjaminan Tidak ada maksimum nisbah berdasarkan bagi hasil
ada maksimum bunga penjaminan LPS
Perbankan Syariah di Indonesia
Konsep Operasi Bank Islam
Pemilik Dana Bank Syariah Pengguna Dana
Shahibul Maal Mudharib
Shahibul Maal Mudharib
Bagi Hasil Bagi Hasil Bagi Hasil &
Marjin
Pembiayaan
Peraturan Perundang-Undangan terkait usaha PerbankanSyariah:
•Undang-undang tentang Perbankan (UU No. 7/1992 jo UU No.10/1998) berikut peraturan pelaksanaannya ;
•Undang-undang tentang Perbankan Syariah (UU No. 21/2008) ;
•Al-Qur’anul Kariim, Sunnah Rasululllah SAW, Ijma, Qiyas, MasalihMursalah, Fiqih Muamalah
•Undang-undang tentang Bank Indonesia (UU No. 23/1999 jo UUNo. 3/2004) berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistim Nilai Tukar(UU No. 24/1999) berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Pencucian Uang (UU No. 8/2010) berikutperaturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU No.24/2004) berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Perseroan Terbatas (UU No. 40/2007)berikut peraturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Pasar Modal (UU No. 8/1995) berikutperaturan pelaksanaannya;
•Undang-undang tentang Sukuk (surat berharga syariah negara)
PBI PERBANKAN SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3 /PBI/2009
TENTANG BANK UMUM SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 15
/PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA
BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/10/PBI/2009
TENTANG UNIT USAHA SYARIAH
Perbankan Syariah
Peraturan Perundang-Undangan terkait usaha perbankan syariah:
• Undang-undang tentang Hak Tanggungan (UU No. 4/1996); berikut peraturan pelaksanaannya;
• Undang-undang tentang Fidusia (UU No. 42/1999) berikut peraturan pelaksanaannya;
• Peraturan Bank Indonesia (dahulu Surat Keputusan (SK) Direksi BI)
• Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) terkait dengan kegiatan usaha perbankan ;
• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ;
• Kitab Undang-undang Hukum Dagang
• Dan peraturan perundangan lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha perbankan.
Perbankan Syariah di Indonesia
• Kegiatan usaha perbankan syariah secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam beberapa kegiatan :
1) Menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk Giro,Tabungan, Deposito, Sertifikat Deposito dan bentuk lainnya yangdipersamakan dengan itu ;
2) Menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplusspending unit) kepada pihak yang memerlukan dana (deficitspending unit)
3) Menerbitkan, menjual, membeli surat-surat berharga di Pasar uangSyariah
4) Melakukan penyertaan modal dalam batas yang ditentukan Undang-undang dan
5) Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
6) Bertindak selaku investor, agent, Manajer Investasi dan lembaga sosial (menerima ZIS dan Wakaf Tunai)
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKUU ttg Perbankan (UU No. 7/1992 sbgmn telah diubah dengan UU No. 10/1998) :
Beberapa ketentuan UUP yang berkaitan dengan Perkreditan Bank:
1. Pasal 1 ayat (11), (12), (18) & (23) ;
2. Pasal 6 huruf b & m ;
3. Pasal 7 (C) ;
4. Pasal 8 ;
5. Pasal 11 ;
6. Pasal 12 ;
7. Pasal 12 A ;
8. Pasal 29 (3), (4) ;
9. Pasal 37 (1C).
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKPasal 1 ayat (11) :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakandengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihakpeminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentudengan pemberian bunga ;
Pasal 1 ayat (12) :
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uangatau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuanatau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkanpihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebutsetelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 1 ayat (18) :
Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitaskredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atauyang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bankdengan nasabah yang bersangkutan ;
Pasal 1 ayat (23) :
Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan NasabahDebitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kreditatau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKPrinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkanhukum Islam antara bank dan pihak lain untukpenyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengansyariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagihasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsippenyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barangdengan memperoleh keuntungan (murabahah), ataupembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewamurni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihanpemindahan kepemilikan atas barang yang disewa daripihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 6 huruf b :
Usaha Bank Umum meliputi :
b. memberikan kredit ;
Pasal 7 (c) :Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal6, Bank Umum dapat pula :
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasiakibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkanPrinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ; dan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 8 :1. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyaikeyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atasitikad dan kemampuan serta kesanggupan NasabahDebitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikanpembiayaan dimaksud sesuai dengan yangdiperjanjikan.
2. Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan PedomanPerkreditan dan Pembiayaan Berdasarkan PrinsipSyariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 11 :1 Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas
Maksimum Pemberian Kredit atau Pembiayaanberdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yangserupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjamatau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepadaperusahaan-perusahaan dalam kelompok yang samadengan bank yang bersangkutan.
2 Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh perseratus) darimodal bank yang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKPasal 11 :
3.Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas MaksimumPemberian Kredit atau Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberianjaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa,yang dapat dilakukan oleh bank kepada :
► pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh perseratus) atau lebih darimodal disetor bank ;
► anggota dewan komisaris ;
► anggota direksi ;
► keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan hurufc ; dan
► pejabat bank lainnya ; serta
► perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d danhuruf e.
4.Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh melebihi10% (sepuluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuanyang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 11 :
4A.Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkanPrinsip Syariah, bank dilarang melampaui batasmaksimum pemberian kredit atau pembiayaanberdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalamayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (3) wajib dilaporkan sesuai denganketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 12 :
1. Untuk menunjang pelaksanaan program peningkatantaraf hidup rakyat banyak melalui pemberdayaankoperasi, usaha kecil dan menengah, Pemerintahbersama Bank Indonesia dapat melakukan kerjasamadengan Bank Umum.
2. Ketentuan mengenai kerjasama dengan Bank Umumsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjutdalam Peraturan Pemerintah.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKPasal 12 A :
1. Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruhagunan, baik melalui pelelangan maupun di luarpelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarelaoleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untukmenjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam halNasabah Debitur tidak memenuhi kewajibannya kepadabank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebutwajib dicairkan secepatnya.
2. Ketentuan mengenai tata cara pembelian agunan danpencairannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 29 :
1. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkanPrinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya,bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikanbank dan kepentingan nasabah yang mempercayakandananya kepada bank.
2. Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakaninformasi mengenai kemungkinan timbulnya risikokerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yangdilakukan melalui bank.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Pasal 37 ayat (1c) :
1.Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, Bank
Indonesia dapat melakukan tindakan agar :
(c)bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah yang macet dan
memperhitungkan kerugian bank dengan
modalnya ;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
Five C’s of Credit (5C) :
Character ;
Capacity ;
Capital ;
Condition of Economy ;
Collateral.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK
A. Prinsip Kehati-hatian Dalam Perkreditan
B. Organisasi dan Manajemen Kredit
C. Kebijaksanaan Persetujuan Kredit
D. Dokumentasi dan Administrasi Kredit
E. Pengawasan Kredit
F. Penyelesaian Kredit Bermasalah
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
II. PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN
A. Perjanjian Pada umumnya
Ps. 1320 KUHPer
1. Kesepakatan
2. kecakapan
3. Objek Tertentu
4. Kausa yang Halal
B. Perjanjian Kredit
1. Judul
2. Komparisi
3. Isi Perjanjian Kredit
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKISI PERJANJIAN KREDIT a.l :
• Judul
• Komparisi
• Isi Perjanjian Kredit, antara lain ;
a. Mengenai fasilitas kredit & jangka waktu
b. Suku bunga kredit
c. Klausula mengenai barang agunan kredit
d. Biaya yang timbul spt provisi, commitment fee etc
e. Klausula mengenai asuransi kredit
f. Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Debitur
g. Klausula tentang cara penarikan kredit
h. Pihak bank dapat mengakhiri perjanjian kredit setiap waktu
i. Penyelesaian kredit
j. Dan lain-lain
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN
BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN
1. BMPK
2. Kredit Kepada Non-Residen
3. Kredit Untuk Jual Beli Saham
4. Kredit Untuk Setoran Marjin Deposit Transaksi Derivatif
5. Kredit Untuk Pembelian Tanah
6. Pelunasan Kredit Dengan Commercial Paper (CP)
7. Kredit Untuk Pembiayaan Yang bertentangan Dengan UU
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK
A. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan
Kebijakan pokok perkreditan yang sehat
Tatacara penilaian kualitas kredit
Profesionalisme dan integritas pejabat kredit
Kredit kepada pihak terkait
Pemberian kredit yang perlu dihindari
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK
B. Organisasi & Manajemen Kredit
Pengendalian intern dalam proses perkreditan
Komite Kebijaksanaan Perkreditan & Komite Kredit
Tugas & wewenang Direksi Dalam Perkreditan
Tugas & wewenang Komisaris Dalam Perkreditan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKI. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK
C. Kebijaksanaan Persetujuan Kredit
Persetujuan Kredit mempertimbangkan konsep hubungan total pemohon Kredit
Proses persetujuan Kredit
Permohonan Kredit
Rekomendasi persetujuan Kredit
Pemberian persetujuan Kredit
Perjanjian Kredit
Persetujuan pencairan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK
A. Dokumentasi & Administrasi Kredit
Seluruh Kredit harus dicatat dan dibukukan secara benar
Administrasi Kredit harus ada unsur pengendalian intern
Penetapan Pejabat dan SatKer Perkreditan
Penyusunan Statistik Perkreditan
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK
E. Pengawasan Kredit
Mengawasi pelaksanaan Kredit sesuai KPB
Mengawasi pemberian Kredit
Mengawasi penilaian kolektibilitas Kredit
Melakukan pembinaan kepada debitur
Memantau kebenaran pemberian Kredit
Memantau pengadministrasian Kredit
Memantau kecukupan PPAP
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
I. PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PERKREDITAN BANK
F. Penyelesaian Kredit Bermasalah :
Rescheduling
Reconditioning
Restructuring
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
► RESTRUKTURISASI KREDIT
► 1.1 Penurunan Suku Bunga
► 1.2 Pengurangan Tunggakan Bunga
► 1.3 Pengurangan Tunggakan Pokok
► 1.4 Perpanjangan Jangka Waktu
► 1.5 Penambahan fasilitas Kredit
► 1.6 Pengambilaalihan Agunan
► 1.7 Konversi Kredit ke Saham
► 1.8 Cessie
► 1.9 Pembebasan/ Hapus Tagih
193
PROSES PEMBERIAN KREDIT
.2.
PEMENUHAN KELENGKAPAN PERSYARATAN
KREDIT+
5 c’SBANK (CAB) PROSEDURAO
3. ANALISIS
KREDIT
-YURIDIS
-JAMINAN
-FINANCIAL
4.
PERSETUJUAN
KREDIT
5.
PEMENUHAN
PERSYARATAN
LEGAL
11. TIDAK SETUJU
8.FILE
(kyc)
6. DROPPING DANA
/ PENCAIRAN
FRAUD
POSSIBILITY
.PEMBAYARAN/
PELUNASAN
SETUJU
1.
PENGAJUAN
PROPOSAL
REKOMENDASI
CABANG/ KP
DIREKSI
7
CABANG/ KP
NASABAH
NASABAH
CALON DEBITUR
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKII. PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN
► Judul
► Komparisi
► Isi Perjanjian Kredit, al:
a) Mengenai fasilitas Kredit & jangka waktu
b) Suku bunga Kredit
c) Klausula mengenai barang agunan Kredit
d) Biaya yang timbul seperti provisi, commitment fee etc
e) Klausula mengenai asuransi Kredit
f) Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh Debitur
g) Klausula tentang cara penarikan Kredit
h) Pihak Bank dapat mengakhiri perjanjian Kredit setiap waktu
i) Penyelesaian Kredit
j) Dan lain-lain
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN
DENGAN PERKREDITAN
► Batas Maksimum Pemberian Kredit
Dasar Hukum :
Pasal 11 ayat (1) UU No. 7/1992 jo UU no. 10/1998 ;
• PBI No. 7/3/PBI/2005 tgl 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit jo Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/13/PbI/
2006;
BMPK bagi satu peminjam & kelompok peminjam yang terkaitdengan bank masing-masing maksimal 10 % dari modal bank;
BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank paling tinggi 20 % dari modal bank;
BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait denganbank paling tinggi 25 % dari modal bank;
BMPK kepada BUMN untuk tujuan pembangunan & mempengaruhi hajat hidup orang banyak paling tinggi sebesar 30 % dari modal bank;
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III.BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN
2. Kredit kepada Non-Residen
Dasar hukum :
SEBI No. SE.8/28/UPK tgl. 27 Nov 1975 jo
PBI No. 3/3/PBI/2001
Bank dilarang memberikan Kredit baik dalam rupiahmaupun dalam Valas kepada perorangan atau perusahaanyang berstatus bukan penduduk termasuk bukanpenduduk yang telah menerima kuasa
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN
BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN
3. Kredit untuk jual beli saham
Dasar hukum : SK Dir BI No. 24/32/KEP/DIR &
SEBI No. 24/1/UKU tgl 12 Agsts ’91
a.Bank dilarang memberikan Kredit untuk jual beli saham
b.Bank diperkenankan memberikan Kredit kepada perusahaansekuritas dengan ketentuan :
- Maksimal sebesar jumlah terkecil antara 25 % dari modal perusahaan sekuritas atau 15 % dari modal bank
- Keseluruhan Kredit maksimal 30 % dari modal bank
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN
3.a. Kredit untuk jual beli saham
Saham yang dapat dijadikan agunan tambahan dengansyarat :
- selama 3 bulan terakhir aktif diperdagangkan - hargasaham di atas nilai nominal
- Nilai saham yang diagunkan 50 % dari harga pasar
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN
PERKREDITAN
4. Kredit untuk setoran margin deposit transaksi derivatif
Dasar hukum :
SK Dir BI No. 28/119/KEP/DIR tgl. 29 Desember 1995 telah dicabutdengan PBI No. 7/31/PBI/2005 juncto PBI No. 10/38/ PBI/2008 tentang Transaksi Derivatif
Bank dilarang memelihara posisi atas transaksi derivatif yang dilakukan oleh nasabah group dari Bank, Direksi, Komisaris danpemilik Bank ;
Bank dilarang memberikan fasilitas Cerukan (Overdraft) dalam rangkakewajiban pemenuhan margin deposit nasabah untuk keperluantransaksi derivatif kepada nasabah.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN
DENGAN PERKREDITAN
5. Kredit untuk pembelian tanah
Dasar hukum :
SK Dir BI No. 30/46/KEP/DIR dan
SEBI No. 30/2/UK tgl. 7 Juli 1997
Bank dilarang memberikan Kredit kepada pengembang(developer) untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahantanah (dikecualikan bagi pengembang untuk tujuan pembangunanrumah sederhana ;
Bank dapat memberikan Kredit kepada pengembang selain untukpengadaan dan atau pengolahan tanah sepanjang memenuhipersyaratan.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANKIII. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN
DENGAN PERKREDITAN
6. Pelunasan Kredit dengan Commercial Paper (CP)
Dasar hukum :
SK Dir BI No. 28/52/KEP/DIR tgl. 11 Agsts 1995
Pembelian CP oleh Bank tidak dapat diperhitungkan sebagaiangsuran atau pelunasan Kredit debitur ;
Bank dilarang bertindak sebagai arranger, agen penerbit, dealer,agen pembayaran dan pembeli dari CP yang diterbitkan oleh pihakterkait dengan bank, debitur yang memiliki kolektibilitas diragukandan macet.
ASPEK HUKUM
PERKREDITAN BANK
III. BEBERAPA PEMBATASAN DAN LARANGAN BERKAITAN DENGAN PERKREDITAN
7.Kredit untuk pembiayaan yang bertentangandengan Undang-Undang
Pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian harusmemenuhi syarat kausa yang halal yaitu tidakboleh bertentangan dengan Undang-undang,ketertiban Umum dan kesusilaan.
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Pengertian Kredit Sindikasi :
A syndicated loan is a loan which is provided to
the borrower by two or more banks known as
participants, which is governed by a single loan
agreement.
The loan is arranged and structured by an
arranger, and managed by an agent. The
arranger and the agent may also be participants.
Each participant provides a defined percentage
of the loan, and receives the same percentage
of repayment. (Andrew Fight, 2004:1)
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Ciri-ciri Utama Kredit Sindikasi antara lain:
1. Ada lebih dari satu Pemberi Kredit
2. Hanya ada satu dokumentasi kredit
3. Besarnya jumlah kredit
4. Jangka waktu kredit
5. Hanya ada satu tingkat suku bunga bagi
Debitur
6. Memiliki satu agent bank yang sama
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASIManfaat bagi Bank antara lain :
1. Mengatasi masalah BMPK/Legal Lending Limit
2. Sharing of the risks
3. Meningkatkan reputasi bank peserta sindikasi
4. Mendapatkan pembayaran fees dari debitur
5. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
Manfaat bagi Debitur antara lain :
1. Memperoleh dana dalam jumlah yang besar
2. Negosiasi cukup dengan arranger
3. Jalan keluar adanya BMPK bagi bank
4. Memupuk track record dengan banyak bank
5. Menambah reputasi dan kredibilitas di kalangan perbankan
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Proses pembentukan Kredit Sindikasi :
1. Pre mandate phase
2. Post mandate phase
3. Post signing phase
1. Penunjukan arranger(s): lead manager / lead bank Penyampaian offer oleh arranger danacceptance oleh Debitur Pemberian Mandate oleh Debitur
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
1. Post-Mandate Phase
Penyiapan Information Memorandum
Penyiapan draft perjanjian kredit sindikasi
Pengiriman Undangan untuk ikut dalam sindikasi
Roadshows
Tanggapan Calon peserta terhadap undangan arranger
Penunjukan Agent Bank
Penandatangan perjanjian kredit sindikasi
Publisitas /tombstone
1. Post Signing Phase
Peranan Arranger (s) berakhir dan digantikan oleh Agent Bank ; notices of the drawdown …
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Jenis-jenis Agent Bank :
Facility agent
Security agent/ collateral agent
Jenis-jenis fees
Front-end fees :
Arrangement fee
Underwriting fee
Management fee
Participation fee
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Annualised fees :
Agency fee
Commitment fee
Facility fee
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Isi Perjanjian Kredit Sindikasi :
Pendahuluan
Definisi-definisi
Penunjukan Agent Bank & tugas-tugasnya
Besarnya Jumlah kredit
Mata uang yang digunakan
Tujuan Penggunaan kredit
Jangka waktu kredit
Tingkat suku bunga
Jadwal penarikan kredit
Besarnya angsuran kredit dan waktu pembayarannya
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASIIsi Perjanjian Kredit Sindikasi :
Jenis-jenis fee dan besarnya fee yang harus dibayar
Jenis-jenis jaminan dan cara pengikatannya
Conditions precedents (syarat-syarat tangguh)
Covenants (positive-negative etc)
Jaminan (indemnity) bagi Agent Bank
Larangan Peserta sindikasi berhubungan langsung denganDebitor
Representations and warranties
Sharing Clause
Events of default & Cross Default
Prepayment
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Isi Perjanjian Kredit Sindikasi :
Hak Pengajuan Permohonan Pailit Debitor
Hak Individual Anggota Sindikasi
Kewenangan Pengambilan Keputusan
Voting Clause
Loan Transfer
Kewajiban Agent Bank mengungkapkan informasi
Larangan Agent Bank mendelagasikan tugasnya
Exculpation Clause
Pengunduran Diri dan Penggantian Agent Bank
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Ingkar janji oleh anggota Sindikasi :
Clawback Provision
Loan Restructuring
Choice of law
Choice of jurisdiction
ASPEK HUKUM
PERJANJIAN KREDIT -
SINDIKASIPertanyaan:
1. Dalam memberikan kredit , Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang Diperjanjikan. Jelaskan dengan lengkap bagaimanakah cara yang dilakukan oleh bank dalam menilai hal-hal tersebut ?
2. Jelaskan dengan lengkap apa saja yang diatur dalam Pedoman Kebijaksanaan Perkreditan Bank ?
3. Jelaskan sedikitnya 3 (tiga) batasan dan larangan dalam pemberian kredit yang berlaku bagi perbankan di Indonesia. Mengapa diperlukan batasan & larangan tersebut?
4. Jelaskan perbedaan penting (sekurang-kurangnya 4 perbedaan) antara Perkreditan (Bank Konvensional) dengan Pembiayaan (Bank Syariah).
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah dalam perkreditan di bawah ini:
a. Ultra vires b. Representation & warranties c. Side streamingd. Conditons precedents c. Events of Default d. Cross default
ASPEK HUKUM
KREDIT SINDIKASI
Terima kasih
&
selamat mempelajari lebih lanjut.
Hukum Perbankan Semester Genap 2015 (Feb-Mei 2015)
Tindak Pidana di Bidang
Perbankan & Money Laundering
Dalam Undang-undang tidak ditemukan definisi yang resmi mengenai Tindak Pidana di Bidang Perbankan.
Arti tindak pidana Perbankan lebih sempit dibandingkan dengan istilah Tindak Pidana di Bidang Perbankan (TPBP).
TPBP adalah tindak pidana yang menjadikan Bank sebagai Sarana (Crime through the Bank) dan atau Sasaran/Obyek kejahatan (Crime against the Bank)
Terdapat beberapa ketentuan yang dapat digunakan dalam TPBP yakni :
KUHP Ps. 263, 264 pemalsuan surat ; Ps. 362 pencurian ; Ps. 372 penggelapan dan Ps. 378 penipuan
UU 31/199 jo UU 20/2001 Pemberantasan TP Korupsi
UU Perbankan
UU Money Laundering
Apakah TP Perbankan yang diatur dalam UU Perbankan masuk dalam TP Umum atau TP Khusus?
TP Umum di atur dalam KUHP
TP Khusus diatur dalam KUHP dan juga mempunyai Hukum Acara Sendiri ( mengenai penahanan, barang bukti) serta hukuman diperberat (hukuman badan + Denda ; kumulatif) dengan disertai pidana minimum khusus
KUHAP Penyidik = Polisi
TP Khusus ada penyidik lain : Jaksa, PPNS, Komnas HAM etc.
TPBP dalam prakteknya dilaporkan ke POLRI ditembuskan ke Kejaksaan .
Sanksi Pidana dalam UU Perbankan: Ps. 16, Ps 30, Ps 34, Ps. 40, Ps. 41, Ps. 41 A, Ps. 42, Ps. 42 A, Ps. 44 A, Ps. 46, Ps. 47, Ps. 47 A, Ps. 48, Ps. 49, Ps. 50, Ps. 50 A.
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48 ayat (1), Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 50A adalah kejahatan.
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) adalah pelanggaran.
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang
Perbankan & Money LaunderingPasal 46 :
1. Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000 (dua ratus miliar rupiah).
2. Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan atau koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya.
Disebut juga dengan TP Bank Gelap atau Bank Tanpa Izin (illegal Bank)
Bisa terjadi dalam bank sendiri:
Bank dalam bank ; orang dalam menampung simpanan masyarakat dalam rekening penampungan
Kasus Bank Perkembangan Asia (Lee Darmawan); simpanan nasabah ditampung dalam Rekening penampung sementara untuk kemudian digunakan oleh LD sendiri. Dijerat dengan UU Korupsi.
Kaveling Serasi (Bank Lippo Cab. Kebumen) dijerat dengan KUHP ps. 378.
Bisa terjadi di luar Bank :
Kasus Yayasan Adil Makmur, Firma Meridien, PT QSAR
Dipidana dengan tuduhan Bank Gelap.Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang
Perbankan & Money Laundering
Pasal 47 :
1. Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, Pasal 41A, dan Pasal 42, dengan sengaja memaksa bank atau Pihak Terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000 (dua ratus miliar rupiah)
2. Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp.8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah).
TP yang diatur dalam Pasal 47 ini adalah Pembocoran Rahasia Bank, hingga saat ini belum ada preseden.
Dalam Pasal 47 ini terdapat 2 delik yakni :
1. TP tanpa membawa perintah tertulis/izin dari BI dengan sengaja memaksa bank atau Pihak Terafiliasi untuk membocorkan Rahasia Bank ;
2. TP yang dilakukan oleh Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi lainnya yang dengan sengaja membocorkan Rahasia Bank ;
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang
Perbankan & Money Laundering
Pasal 47 A:
Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42A dan Pasal 44A, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi kepada :
a. Pejabat pajak untuk kepentingan pemeriksaan Perpajakan atas Wajib Pajak yang menyimpan dananya di Bank ;
b. Pejabat DJPLN dalam rangka penyelesaian piutang negara ;
c. Polisi, Jaksa atau Hakim untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang Perbankan
& Money Laundering
Pasal 48 :
1. Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000.000 (seratus miliar rupiah).
2. Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang lalai memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana kurungan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda sekurang-kurangnya Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.2.000.000.000 (dua miliar rupiah).
Pasal 48 ini merupakan senjata Bank Indonesia untuk mendapatkan data dalam pemeriksaan Bank.
Pasal 48 ayat 2 merupakan TP Pelanggaran
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang Perbankan
& Money Laundering
Pasal 49 ayat (1)
Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja :
• membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank ;
• menghilangkan atau tidak memasukan atau menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
• mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000 (dua ratus miliar rupiah).
Dalam Pasal 49 ayat (1) ini terdapat 3 delik yang merupakan TP Usaha Bank yaitu:
1. membuat pencatatan palsu dalam pembukuan/laporan/rekening suatu bank (Window Dressing)
2. menghilangkan atau tidak memasukan pencatatandalam pembukuan/laporan/rekening suatu bank
3. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan/laporan/rekening suatu bank
Kasus Bank Dwipa Semesta : Deposito tidak dicatatkan dalam pembukuan Bank (unrecorded transaction)
Window Dressing sanksi hukum sangat berat bagi bank yang ketahuan melakukannya tingkat kesehatan menjadi Tidak Sehat dan Pengurus dipidana.
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang Perbankan
& Money Laundering
Pasal 49 ayat (2) :Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja :
a. meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank ;
b. tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-perundangan lainnya yang berlaku bagi bank,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Dalam Pasal 49 ayat (2) ini terdapat 2 delik yang merupakan TP Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN) dan TP tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan UU dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Pasal 49 ayat 2b), jika Bank melakukan pelanggaran maka diminta oleh BI untuk memperbaiki (Action Plan) dalam jangka waktu tertentu (1-3 bulan), jika setelah dibuat kesepakatan tidak dilakukan juga maka diberikan peringatan pertama dan kedua. Jika setelah peringatan kedua juga masih tidak mau melakukan perbaikan maka barulah dapat diterapkan Pasal 49 ayat (2b) ini.
Pelanggaran yang dilakukan Bank dapat berupa pelanggaran atas ketentuan BMPK, GWM, PDN, CAR etc.
Bentuk perbaikan dapat berupa : Action Plan yang dibuat Bank, Surat Pembinaan dari BI bisa juga berbentuk Risalah Rapat yang ditanda tangani oleh Bank & BI berisi kesepakatan para pihak. Cease & Desist Order :perintah dari BI kepada Bank untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam batas waktu yang ditentukan.
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang
Perbankan & Money Laundering
Pasal 50 :
Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan peraturan perundangan-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan ) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).
Pasal 50 mengatur Delik yang dilakukan oleh Pihak Terafiliasi dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap UU.
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang
Perbankan & Money Laundering
Pasal 50 A :Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah).
Pasal 50 A mengatur delik yang dilakukan Pemegang Saham Bank yang dengan sengaja menyuruh dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang
Kuliah Hukum Perbankan
Tindak Pidana di Bidang
Perbankan & Money LaunderingPasal 52
1. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50A, Bank Indonesia dapat menetapkan sanksi administratif kepada bank yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang ini, atau Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain :
a. denda uang;
b. Teguran tertulis;
c. penurunan tingkat kesehatan bank;
d. larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan;
f.pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia;
g.pencantuman anggota pengurus, pegawai bank pemegang saham dalam daftar orang tercela di bidang Perbankan.
3. Pelaksanaan lebih lanjut mengenai sanksi administratif ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Kuliah Hukum Perbankan
Hukum Perbankan Semester Genap 2015 (Feb-Mei 2015)
Rezim Anti Pencucian Uang IndonesiaBerdasarkan UU No. 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan TPPU
Oleh: Yunus Husein
November 2010
Lahir 29 Desember 1956 di Mataram, Lombok, NTB.
Pendidikan SD, SMP dan SMA diselesaikan di Mataram. Sarjana Hukum
dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1981), Master of Laws (LL.M)
dalam International Legal Studies dari Washington College of Law, The
American University, Washington D.C. USA (1986), dan memperoleh Doktor
dalam bidang Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia (2003).
Saat ini sebagai Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) diangkat dengan KEPPRES No. 201/M, Oktober 2002.
Saat ini pula menjadi Anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum dan Ketua Bidang Publik Komite
Nasional Good Governance (KNKG), serta Ketua Tim Pembentukan RUU Perampasan Aset.
Co-Chair Asia Pacific Group (APG) on Money Laundring periode 2006-2008.
Merupakan pejabat karir di Bank Indonesia sejak 1982. Pada tahun 2002 menjadi Deputi Direktur Hukum
BI (2002);
Dosen tidak tetap mata kuliah Hukum Perbankan pada FHUI untuk program regular dan ekstensi (1990-
sekarang), Program S2 (eksekutif) dan Notariat FHUI (2001-sekarang), Program Pascasarjana
Universitas Pancasila (2001-sekarang).
DR. YUNUS HUSEIN, S.H., LLM.
Sistematika Penyajian:
I. Rezim Anti Pencucian Uang
II. Kerjasama Antar Lembaga
III. Statistik Pelaporan dan Hasil Analisis
232
Rezim Anti
Pencucian Uang
233
DEFINISI PENCUCIAN UANGUpaya untuk mengaburkan asal usul harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang sah.
“Placing, Receiving or Controlling Dirty Money is Money
Laundering”
234
T P P U
KEJAHATAN SUMBER UANG TIDAK SAH (PASAL 2 UU PPTPPU)
Pasar Modal
Asuransi
Narkotika
Psikotropika
Perdg. Orang
Perdg. Senjata Glp
Penculikan
Terorisme
Pencurian
Penggelapan
Penipuan
Pemalsuan Uang
Perjudian
Prostitusi
Perpajakan
Kehutanan
Lingk. Hidup
Kelautan &Perikanan
Lainnya
Perbankan
Penyelundupan Brg
Korupsi
PenyelundupanImigran
Penyelundupan TK
Penyuapan
PIDANA
ASAL
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, Mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
Menghibahkan, menitipkan, membawa ke Luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan
dengan mata uang atau surat berharga,Atau perbuatan lain atas harta kekayaan
(Pasal 3 UU TPPU)
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkanAsal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,
Atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan (Pasal 4)
Setiap orang yang menerima, atau menguasai Penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
Sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakanHarta kekayaan (Pasal 5)
Kepabean
Cukai
Tujuan Pencucian Uang
• Menyembunyikan uang/kekayaan yang diperoleh dari
kejahatan;
• Menghindari penyelidikan dan/atau tuntutan hukum;
• Menghindari Pajak. Uang legal berusaha
disembunyikan untuk menghindari pajak.
• Meningkatkan keuntungan. Uang ilegal diikutsertakan
dalam bisnis legal.
236
Menghilangkan motivasi pelaku kejahatan
Hasil kejahatan as “Blood of the Crime”
Harta kekayaan adalah titik terlemah dari rantai kejahatan
Efektivitas penegakan hukum/pencegahan tindak pidana (menambah
sanksi/penghukuman).
Kesulitan membuktikan perbuatan pidana dan pertanggungjawaban aktor intelektual
kejahatan diatasi dengan menelusuri harta kekayaan hasil kejahatan (“follow the money”).
Lebih adil dan lebih jauh jangkauannya.
PARADIGMA BARU Follow the Money
237
PROSES PENCUCIAN UANG
PlacementPenempatan hasil kejahatan ke dalamsistem keuangan
LayeringMemindahkan atau mengubah bentuk dana melaluitransaksi keuangan yang kompleks dalam rangkamempersulit pelacakan (audit trail) asal usul dana
IntegrationMengembalikan dana yang telah tampak sahkepada pemiliknya sehingga dapat digunakandengan aman
Dampak
• Persfektif Bisnis: rusaknya reputasi, terlibat masalah hukum, mengganggu operasional dan likuiditas bisnis;
• Persfektif Ekonomi: Meningkatkan instabilitas sistem kuangan, distorsi ekonomi, menyulitkan otoritas moneter mengendalikan jumlah uang beredar;
• Persfektif Sosial: Menciptakan/memperparah ketidakadilan sosial;
• Persfektif Internasional: TPPU merupakan persoalan dan perhatian dunia.
239
REZIM ANTI PENCUCIAN UANG
PRESIDEN
DPR MASYARAKAT KOMITE KOORDINASI NASIONAL
PPATKKerjasama
Internasional
LBG PENGAWAS & PENGATUR
Penyedia Jasa KeuanganBank & Non Bank
PELAPOR
PENYIDIK PENUNTUT HAKIM
PROSES HUKUM
BEA CUKAI
LEMBAGA PENEGAKAN HUKUM & PERADILAN
Kerjasama Dalam Negeri
KEJAHATAN ASALHASIL KEJAHATAN LAW ENFORCEMENT APPROACH
Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain
Lbg. Pemerintah & SwastaLbg. Penerima Lap. Profesi
Pelapor (Ps. 17 ayat (1))
PENYEDIA JASA KEUANGAN:
• Bank
• Perusahaan Pembiayaan
• Perusahaan Asuransi & Pialang Asuransi
• Dana Pensiun Lembaga Keuangan,
• Perusahaan Efek,
• Manajer Investasi,
• Kustodian,
• Perposan sebagai Penyedia Jasa Giro
• Wali Amanat,
• Pedagang Valuta Asing
• Penyelenggara alat Pembayaran Menggunakan Kartu
• Penyelenggara E-money/e-wallet
• Koperasi simpan pinjam;
• Penyelenggaran Kegiatan Usaha Pengiriman Uang
• Pegadaian
• Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi 240
Penyedia Barang dan/atau jasa lain:
• Perusahaan Properti/Agen Properti
• Pedagang Kendaraan Bermotor;
• Pedagang Permata dan Perhiasan/Logam Mulia
• Pedagang barang seni & antik
• Balai lelang.
241
LAW ENFORCEMENT APPROACH
ANTI MONEY LAUNDERING APPROACH
+ PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KRIMINALITAS
KRIMINALITAS MENURUN
INTERGRITAS & STABILITAS SISTEM KEUANGAN
MENINGKAT
TUJUAN AKHIR
242
Financial Intelligence Unit (Badan Intelijen Keuangan).
Dasar Pembentukan UU No.15/2002, UU 25/2003, UU 8/2010.
Bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
PPATK tidak berada di bawah suatu Departemen, Kementerian atau Lembaga Negara.
Personil berasal dari beberapa instansi terkait.
Laporan pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan kepada Presiden dan DPR setiap 6 bulan.
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)
243
Pencegahan dan Pemberantasan TPPU
Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh
Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor
Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan berindikasi TPPU atau tindak pidana lain.
FUNGSI PPATK (Pasal 40)
244
Meminta data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yg memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari lembaga yg menerima laporan dari profesi ttt;
Menetapkan pedoman identifikasi TKM; Mengoordinasikan upaya pencegahan TPPU
dengan instansi terkait; Memberikan rekomendasi kepada pemerintah
mengenai upaya PPTPPU; Mewakili pemerintah RI dalam forum
internasional berkaitan dengan PP TPPU; Menyelenggarakan diklat APU; Menyelenggarakan sosialisasi PP TPPU.
WEWENANG PPATK (Pasal 41)
245
Meminta dan menerima laporan dari Pelapor;
Meminta info kpd instansi/pihak terkait;
Meminta info kepada pelapor berd. Pengembangan analisis;
Meminta info kepada pelapor berd. Permintaan penegak hukum atau mitra kerja LN;
Meneruskan info dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, DN-LN;
Menerima laporan/info dr masyarakat;
Meminta keterangan pelapor & pihak terkait ttg dugaanTPPU;
Rekomendasi intersepsi/penyadapan;
Meminta PJK menghentikan sementara transaksi;
Meminta info pkbgn penyelidikan dan penyidikan;
Mengadakan keg. Administratif;
Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kpd penyidik.
FUNGSI ANALISIS DAN PEMERIKSAAN PPATK(Ps. 44)
246
(Suspicious Transaction Report–STR)
Transaksi Tidak Wajar (unusual):(Pasal 1 angka 5 UU PPTPPU)
1. menyimpang dari profil, karakteristik atau pola kebiasaan transaksi nasabah;
2. bertujuan untuk menghindari pelaporan transaksi;
3. dilakukan/batal dilakukan diduga dengan menggunakan harta kekaayaan berasal dari tindak pidana.
4. TK yang diminta PPATK karena melibatkan harta kekayaan yg diduga berasal dr hasil TP.
Dilaporkan plg lama 3 hari sejak PJK mengetahui adanya unsur TKM.
Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM)
247
(Cash Transaction Report – CTR)
Transaksi keuangan yg dilakukan dengan uang kertas dan atau uang
logam (Pasal 1 angka 6)
Dalam jumlah kumulatif sebesar Rp 500 juta rupiah atau lebih atau
mata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali
transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari (Pasal 23
ayat (1) huruf b))
Transaksi tersebut antara lain berupa transaksi penerimaan,
penarikan, penyetoran, penitipan, baik yang dilakukan dengan uang
tunai maupun instrumen pembayaran yang lain, misalnya traveller
cheque, cek dan bilyet giro
Dilaporkan paling lama 14 hari sejak tanggal transaksi.
Laporan Transaksi Keuangan Tunai
248
248
Dari dan ke Luar Negeri (Ps. 23 ayat (1) huruf c)
• Tidak ada batasan jumlah;
• Dilakukan paling lama 14 hari sejak tanggal transaksi dilakukan;
PJK yang tidak memenuhi kewajiban laporan kepada PPATK
dikenai sanksi administratif.
Transaksi Keuangan Transfer Dana
249
Laporan Pembawaan Uang Tunai
Setiap orang yang membawa uang tunai dlm mata uang
rupiah dan/asing dan/atau instrumen pembayaran lain dlm
bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet
giro ke dalam atau ke luar daerah kepabean RI sejumlah Rp
100 juta atau lebih, atau mata uang asing yang nilainya
setara, harus melaporkan ke Ditjen Bea dan Cukai
Ditjen Bea dan Cukai wajib menyampaikan laporan
tentang informasi yang diterimanya tersebut kepada
PPATK selama jangka waktu 5 hari kerja
Pelanggaran dikenai sanksi denda 10% dari seluruh
jumlah, paling banyak Rp. 300 Juta.
250
Pelaporan oleh Penyedia Barangdan/Jasa Lainnya (Ps. 27)
PBJ wajib menyampaikan kepada PPATK
transaksi yang dilakukan oleh pengguna jasa
dengan mata uang rupiah dan atau mata uang
asing yang nilainya paling sedikit atau setara
dengan Rp. 500 Juta.
Disampaikan paling lama 14 hari sejak tanggal
transaksi dilakukan.
Pelanggaran dikenai sanksi administratif.
• PPATK melakukan pemeriksaan TKM terkait adanya indikasi TPPU
atau tindak pidana lain (Ps. 64)
• Dalam hal ditemukan adanya indikasi TPPU atau tindak pidana lain,
PPATK menyerahkan hasil analisis kepada penyidik untuk dilakukan
penyidikan (Ps. 64)
• Penyidikan oleh penyidik berkoordinasi dengan PPATK.
Pemeriksaan & Penghentian Sementara Transaksi
• PPATK dapat meminta PJK menghentikan sementara seluruh atau
sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil
tindak pidana, rekening penampung harta kekayaan berasal dr tindak
pidana, menggunakan dokumen palsu;
• PJK membuat berita acara penghentian sementara;
• Paling lama 5 hari sejak pembuatan berita acara, PPATK dapat
memperpanjang 15 hari kerja;
• Apabila dalam waktu 20 hari tidak ada pihak yg mengajukan
keberatan, PPATK menyerahkan penanganan kepada penyidik;
• Dalam hal pelaku TP tidak ditemukan dlm 30 hari penyidik dapat
mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri utk memutuskan
harta kekayaan tsb sbg aset negara/dikembalikan kpd yg berhak.
• Dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
kecuali ditentukan lain oleh UU PPTPPU (Ps. 68);
• Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di pengadilan tidak wajib dibuktikan terlebih
dahulu tindak pidana asalnya (Ps. 69);
Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Pengadilan
• Penyidik, penuntut umum atau hakim berwenang
memerintahkan pelapor untuk melakukan penundaan transaksi
5 hari kerja (Ps. 70);
• Penyidik, penuntut umum atau hakim berwenang
memerintahkan pihak pelapor melakukan pemblokiran harta
kekayaan paling lama 30 hari (Ps. 71);
• Harta kekayaan yg diblokir harus tetap berada pada pihak
pelapor ybs.
Penundaan & Pemblokiran
• Utk. Kepentingan pemeriksaan, penyidik, penuntut umum atau
hakim berwenang meminta pelapor untuk memberikan
keterangan secara tertulis mengenai harta kekayaan dari:
• Orang yg telah dilaporkan PPATK;
• Tersangka; atau
• Terdakwa.
• Surat permintaan ditembuskan kepada PPATK.
Permintaan Keterangan dari Pelapor (Ps. 72)
• Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam KUHAP; dan atau
• Alat bukti berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik
atau alat yang serupa optik dan dokumen.
Alat Bukti (Ps. 73)
254
• Penyidikan TPPU dilakukan oleh penyidik TP Asal: Kepolisian,
Kejaksaan, KPK, BNN, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai;
• Dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yg cukup
terjadinya TPPU dan TP asal, penyidik menggabungkan
penyidikan TP asal dan TPPU dan memberitahukannya kepada
PPATK
Penyidikan (Ps. 74-75 dan Penjelasannya)
• PU wajib menyerahkan berkas perkara TPPU kepada
pengadilan negeri plg lama 30 hari kerja sejak diterima berkas
perkara yg dinyatakan lengkap;
• PN wajib membentuk majelis hakim plg lama 3 hari kerja.
Penuntutan (Ps. 76)
• Terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan
merupakan hasil tindak pidana (Ps. 77);
• Hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa harta
kekayaan yg terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan
tindak pidana (Ps. 78);
• Pembuktian oleh terdakwa dengan pengajuan alat bukti yang cukup.
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
• Dalam hal terdakwa telah dipanggil sec. sah dan patut tidak hadir
tanpa alasan yg sah, perkara dpt diperiksa dan diputus tanda
hadirnya terdakwa (Ps. 79);
• Kehadiran terdakwa sblum putusan dijatuhkan, terdakwa wajib
diperiksa. Segala ket.saksi dan surat dianggap diucapkan dlm sidang
sekarang;
• Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan, & terdapat
bukti yg kuat, hakim atas tuntutan penuntut umum memutuskan
perampasan harta kekayaan yg telah disita;
• Diumumkan & Penetapan perampasan tdk dpt dilakukan upaya
hukum;
• Setiap org yg berkepentingan dpt mengajukan keberatan 30 hari sejak
pengumuman.
In Absensia
• Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh pihak
pelapor dikecualikan dari kerahasiaan yg berlaku
bagi pihak pelapor ybs (Ps. 28);
• Dalam melaksanakan kewenangannya, terhadap
PPATK tidak berlaku ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kode etik yang mengatur
kerahasiaan (Ps. 45);
• Dalam meminta keterangan bagi penyidik, penuntut
umum, atau hakim tidak berlaku ketentuan peraturan
perundang perundang-undangan yg mengatur
rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan
lainnya (Ps. 72 ayat (2).
Penerobosan Rahasia dan Kode Etik
257
• Pejabat dan Pegawai PPATK, penyidik, penuntut
umum, atau hakim wajib merahasiakan pihak
pelapor dan pelapor. Pelanggaran memberi hak
pelapor menuntut ganti rugi (Ps. 83);
• Pihak pelapor, pelapor dan saksi wajib diberi
perlindungan khusus oleh negara dr ancaman yg
membahayakan diri, jiwa, dan atau hartanya,
termasuk keluarganya (Ps. 84 & 86);
• Di sidang pengadilan dilarang
menyebutkan/mengungkapkan identitas pelapor &
hakim wajib mengingatkan (Ps. 85);
• Pelapor dan atau saksi tidak dapat dituntut baik
secara perdata maupun pidana atas laporan atau
kesaksian (Ps. 87);
Perlindungan bagi Pelapor dan Saksi
Tindak Pidana Lain• Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum,hakim, dan
Setiap Orang yang memperoleh Dokumen atau keterangan dalam rangka pelaksanaan tugasnya menurut Undang-Undang ini wajib merahasiakan Dokumen atau keterangan tersebut, kecuali untuk memenuhi kewajiban menurut Undang-Undang ini. Pelanggaran pidana maks 4 thn (Ps 11).
• Direksi, komisaris, pengurus atau pegawai Pihak Pelapor dilarang memberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara apa pun mengenai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang sedang disusun atau telah disampaikan kepada PPATK (Ps. 12 ayat (1).Pejabat atau pegawai PPATK atau Lembaga Pengawas dan Pengatur dilarang memberitahukan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang akan atau telah dilaporkan kepada PPATK secara langsung atau tidak langsung dengan cara apa pun kepada Pengguna Jasa atau pihak lain (Ps 12 ayat (3).Pidana penjara maks 5 tahun, denda maks 1 tahun.
259
KerjasamaPencegahan dan Pemberantasan
TPPU
KERJASAMA ANTAR LEMBAGA
Bentuk kerjasama:
• Pertukaran informasi.
• Pertukaran staf.
• Sosialisasi dan pelatihan bersama.
• Kerjasama dituangkan dengan atau tanpa Nota Kesepahaman.
261
PERTUKARAN INFORMASI
1. Pemberian Informasi (outgoing exchange):• Atas dasar permintaan pihak lain
(request)• Atas dasar inisiatif PPATK (spontaneous)
2. Penerimaan Informasi (incoming exchange):• Atas dasar permintaan PPATK (request)• Atas dasar inisiatif pihak lain (spontaneous)
262
KERJASAMA DOMESTIK
PPATK telah melakukan MoU dengan:1. Bank Indonesia2. Bapepam - LK3. Direktorat Jenderal Pajak4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai5. Kepolisian RI6. Kejaksaan RI7. KPK8. Departemen Kehutanan9. CIFOR10. BPK11. Itjen Departemen Keuangan12. Komisi Yudisial13. Ditjen AHU Depkumham14. Ditjen Imigrasi Depkumham15. BPKP16. Badan Narkotika Nasional (BNN)17. Pemda NAD18. Universitas Surabaya19. STIE Perbanas20. Universitas Gadjah Mada21. Bawaslu
1. Bappebti2. Universitas Soedirman3. Badan Pertanahan Nasional4. Universitas Andalas5. Ditjen Pos dan
Telekomunikasi6. Universitas Hasanuddin7. Institut Teknologi Bandung8. Universitas Diponegoro9. Lembaga Penjamin Simpanan10. Universitas Muhammadiah
Surakarta11. Lembaga Penjamin Simpanan12. Setjen Depkeu13. Universitas Indonesia14. Universitas Jember15. KPPU16. Universitas Padjajaran17. Dirjen Kesbangpol
Kemendagri18. Universitas Mataram
KERJASAMA INTERNASIONAL
PPATK telah melakukan MoU dengan:1. FIU Thailand (AMLO)2. FIU Malaysia (UPW-BNM)3. FIU Korea Selatan (KoFIU)4. FIU Australia (AUSTRAC)5. FIU Filipina (AMLC)6. FIU Rumania (NOPCML)7. FIU Italia (UIC)8. FIU Belgia (CTIF-CFI)9. FIU Spanyol (SEPBLAC)10. FIU Polandia (GIFI)11. FIU Peru (UIF)12. FIU RR China (CAMLMAC)13. FIU Meksiko (FIUMFPCUMS)14. FIU Canada (FINTRAC)15. FIU Myanmar16. FIU Afrika Selatan17. FIU Cayman Island (FRA)18. FIU Jepang (JAFIO)
1. FIU Bermuda (BPSFIU)2. FIU Mauritius (FIU)3. FIU Selandia Baru4. FIU Turki5. FIU Finlandia (NBIMLCH)6. FIU Georgia7. FIU Kroatia8. FIU Moldova9. FIU Amerika Serikat10. FIU Brunei Darussalam11. FIU Bangladesh12. FIU Senegal 13. FIU Sri Langka14. FIU Fiji Island15. FIU Macao16. FIU Solomon Island17. FIU Uni Emirat Arab18. FIU Qatar
264
KERJASAMA INTERNASIONAL
• Anggota Egmont Group 120negara.
• PPATK menjadi anggota the Egmont Group pada Juni 2004.
• Sekretariat di Kanada.
Indonesia pernah masuk dalam NCCTs’ list FATF pd tahun 2001-2005
• Anggota APG 40 Negara. Sekretariat di Sidney Australia.
• Indonesia menjadi anggota Asia Pacific Group on ML pada tahun 2000
• Indonesia Menjadi Co-Chair APG 2006-2008
Pelaporan dan Hasil Analisis PPATKOktober 2010
Jumlah Kumulatif PJK Pelapor dan LTKM Terkait yang disampaikan PJK Kepada PPATK Menurut Jenis PJK
Jumlah LTKT dan Jumlah Kumulatif LTKT yang
disampaikan PJK Kepada PPATK
Jumlah Kumulatif
Laporan Pembawaan
Uang Tunai yang
disampaikan PJK
Kepada PPATK
Menurut Lokasi
Pelaporan
Hasil Analisis berdasarkan Tindak Pidana Asal
Jumlah Kumulatif Hasil Analisis yang Disampaikan ke Apgakum
271
E-Learning KYC/AML: http://elearning.ppatk.go.id
Website: http://www.ppatk.go.idE-mail: [email protected] or [email protected]
Phone: +62-21-3853922; 3850455Fax: +62-21-3856809
Terimakasih
Kalau bersih,
kenapa harus risih?