Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres 1 Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Correlation between Resiliency and Stress in Completing Thesis on College Students at Department of Psychology Sebelas Maret University Marlyn Triyana, Tuti Hardjajani, Nugraha Arif Karyanta Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret ABSTRAK Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menemui berbagai hambatan yang membuat mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami stres perlu penanganan secepatnya, sebab mahasiswa yang mengalami stres saat menyusun skripsi berdampak pada kelulusan mahasiswa tidak tepat waktu. Di sisi lain, resiliensi merupakan salah satu faktor penting bagi mahasiswa yang mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang sedang mengerjakan skripsi dengan masa studi lebih dari empat tahun. Penelitian ini adalah studi populasi yang melibatkan seluruh populasi yang berjumlah 40 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan yaitu skala stres dalam menyusun skripsi dengan daya beda aitem 0,305 - 0,659 dan reliabilitas 0,746, skala resiliensi dengan daya beda aitem 0,300 - 0,653 dan reliabilitas 0,805. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hubungan tersebut ditunjukkan dari hasil korelasi product moment diperoleh r = -0,427 dan p = 0,006 (p < 0,05). Adanya hubungan negatif tersebut didukung hasil tingkat stres dalam menyusun skripsi responden penelitian termasuk kategori tinggi dan tingkat resiliensi responden penelitian termasuk kategori rendah. Artinya, semakin rendah resiliensi, maka semakin tinggi stres dalam menyusun skripsi. Besarnya sumbangan resiliensi terhadap stres dalam penyusunan skripsi 18,3%. Hal ini berarti masih terdapat beberapa variabel lain yang mempengaruhi stres dalam penyusunan skripsi sebesar 81,7%. Kata kunci: Resiliensi, stres, mahasiswa. PENDAHULUAN Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas maupun institusi atau akademi. Individu yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Monks (2007) menjelaskan bahwa mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu pada usia 18-21 dan 22-24 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal. Remaja akhir dan dewasa awal merupakan tahap perkembangan yang sulit dan kritis. Tugas perkembangan pada masa tersebut menuntut perubahan besar dalam bersikap dan berperilaku sehingga mampu

Transcript of Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

Page 1: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

1

Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Correlation between Resiliency and Stress in Completing Thesis on College Students at

Department of Psychology Sebelas Maret University

Marlyn Triyana, Tuti Hardjajani, Nugraha Arif Karyanta

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret

ABSTRAK

Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menemui berbagai hambatan yang membuat

mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami stres perlu penanganan secepatnya, sebab

mahasiswa yang mengalami stres saat menyusun skripsi berdampak pada kelulusan mahasiswa

tidak tepat waktu. Di sisi lain, resiliensi merupakan salah satu faktor penting bagi mahasiswa yang

mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan stres

dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 di Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang sedang mengerjakan skripsi dengan

masa studi lebih dari empat tahun. Penelitian ini adalah studi populasi yang melibatkan seluruh

populasi yang berjumlah 40 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan yaitu skala stres dalam

menyusun skripsi dengan daya beda aitem 0,305 - 0,659 dan reliabilitas 0,746, skala resiliensi

dengan daya beda aitem 0,300 - 0,653 dan reliabilitas 0,805.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres

dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret. Hubungan tersebut ditunjukkan dari hasil korelasi product moment

diperoleh r = -0,427 dan p = 0,006 (p < 0,05). Adanya hubungan negatif tersebut didukung hasil

tingkat stres dalam menyusun skripsi responden penelitian termasuk kategori tinggi dan tingkat

resiliensi responden penelitian termasuk kategori rendah. Artinya, semakin rendah resiliensi, maka

semakin tinggi stres dalam menyusun skripsi. Besarnya sumbangan resiliensi terhadap stres dalam

penyusunan skripsi 18,3%. Hal ini berarti masih terdapat beberapa variabel lain yang

mempengaruhi stres dalam penyusunan skripsi sebesar 81,7%.

Kata kunci: Resiliensi, stres, mahasiswa.

PENDAHULUAN

Mahasiswa adalah orang yang belajar di

perguruan tinggi, baik di universitas maupun

institusi atau akademi. Individu yang terdaftar

sebagai murid di perguruan tinggi dapat

disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).

Monks (2007) menjelaskan bahwa mahasiswa

digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa

awal, yaitu pada usia 18-21 dan 22-24 tahun.

Pada usia tersebut mahasiswa mengalami

masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa

awal. Remaja akhir dan dewasa awal

merupakan tahap perkembangan yang sulit

dan kritis. Tugas perkembangan pada masa

tersebut menuntut perubahan besar dalam

bersikap dan berperilaku sehingga mampu

Page 2: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

2

mengarahkan diri dan mengambil keputusan

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Saat mahasiswa telah menempuh semester

akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata

kuliahnya, mahasiswa diwajibkan untuk

membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi. Di

setiap angkatan dapat dipastikan ada beberapa

mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan

perkuliahan tepat waktu. Hal ini dibuktikan

penelitian yang pernah dilakukan oleh Dewi

(2011) di Universitas Sebelas Maret pada

Program Studi Psikologi. Mahasiswa angkatan

2004 yang telah lulus selama empat tahun

(delapan semester) sebanyak 17 orang dari

sejumlah 54 mahasiswa, artinya sekitar 68%

mahasiswa lainnya terlambat lulus. Sedangkan

pada angkatan 2005 yaitu dari 40 mahasiswa,

baru terdapat 8 orang lulus, dengan kata lain

80% mahasiswa masih dalam proses skripsi.

Angkatan 2006 yang telah lulus sebanyak 13

orang dari 70 mahasiswa, artinya 81,4%

terlambat lulus. Pada angkatan 2007 dari 68

mahasiswa, sebanyak 12 mahasiswa yang

lulus, artinya sekitar 82,4% yang tidak

mencapai kelulusan selama empat tahun studi.

Mahasiswa yang kelulusannya tidak tepat

waktu, karena dalam pengerjaan skripsi

menemui berbagai hambatan, antara lain

hambatan membuat judul yang menarik dan

pencarian bahan atau literatur memang tidak

mudah, karena tidak semua informasi dapat

dijadikan literatur dan proses pencarian

membutuhkan waktu yang relatif lama.

Mahasiswa kurang tekun untuk berkonsultasi

dengan dosen, dengan alasan dosen sulit

ditemui, dan ketidakmampuan mahasiswa

dalam membagi waktu dalam menyusun

skripsi.

Berbagai hambatan seperti dijelaskan di atas

berpotensi memberikan tekanan pada diri

mahasiswa, cemas, sulit berkonsentrasi, malas

mengerjakan skripsi, menghindar, atau bahkan

meningkatnya permasalahan psikologis yang

lain, misalnya frustasi, stres, atau menunda

mengerjakan skripsi. Dampak mahasiswa

yang tidak lulus tidak tepat waktu dapat

mengurangi kualitas perkuliahan dan nilai

Indeks Prestasi (IP). Hasil penelitian lain

yang dilakukan oleh Fadilah (2013) di

Universitas Mulawarman menjelaskan bahwa

mahasiswa yang sedang menyusun skripsi

mengalami peningkatan stres yang tinggi.

Semua kesulitan dapat menimbulkan stres

yang akan bertambah jika ada teman-teman

satu angkatan atau angkatan di bawahnya

sudah mampu menyelesaikan lebih dahulu.

Oleh sebab itu, mahasiswa dituntut untuk

segera menyelesaikan skripsi tersebut dalam

jangka waktu yang telah ditentukan, sehingga

tidak timbul stres.

Stres terjadi ketika tekanan dirasa melebihi

kemampuan seseorang untuk mengatasinya

Palmer (2007). Stres merupakan kondisi

ketika individu berada dalam situasi yang

penuh tekanan atau ketika individu merasa

tidak sanggup mengatasi tuntutan yang

dihadapinya. Tuntutan terhadap mahasiswa

merupakan sumber stres yang potensial.

Sumber stres yang potensial memicu

timbulnya stres yang berhubungan dengan

Page 3: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

3

peristiwa akademis (academic stress) maupun

psikologis. Ketika individu mengalami stres

seringkali tidak memiliki kemampuan

mengatasi atau melakukan strategi dengan

tepat, sehingga permasalahan yang dihadapi

tidak mampu terselesaikan. Reaksi stres

mahasiswa dapat muncul dalam bentuk

perubahan psikologis dan fisik yang

mempengaruhi motivasi rendah dan

berdampak pada penundaan penyusunan

skripsi. Hambatan yang bersifat psikologis

biasanya menjadi penyebab yang paling

berpengaruh dalam timbulnya stres (Shenoy,

2004).

Amelia, dkk. (2014) menjelaskan, bahwa stres

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Riau, bersumber dari akademik

maupun non akademik. Stres yang bersumber

dari akademik seperti jadwal kuliah dan

praktikum yang padat, tugas yang menumpuk,

bahan ujian yang banyak, Indeks Prestasi

Kumulatif (IPK) rendah dan masalah

akademik lainnya. Sedangkan stres yang

berasal dari non akademik adalah masalah

keuangan, masalah keluarga, interpersonal

maupun intrapersonal. Kutipan tersebut

menjelaskan bahwa faktor stres yang terjadi

pada mahasiswa dipengaruhi oleh faktor di

luar mahasiswa, seperti tugas yang padat,

jadwal kuliah padat, IPK rendah, masalah

keuangan, dan keluarga.

Santrock (2003) menyebutkan, bahwa faktor-

faktor yang menyebabkan stres, yaitu: 1)

beban yang terlalu berat, konflik, dan

frustrasi; 2) faktor kepribadian; dan 3) faktor

kognitif. Tipe kepribadian yang dimiliki

mahasiswa berpengaruh terhadap upaya-upaya

yang dilakukan oleh mahasiswa dalam

menyelesaikan skripsinya. Ada tipe

mahasiswa yang tetap optimis ketika menemui

kesulitan, tetapi ada juga mahasiswa yang

pesimis.

Mahasiswa yang memiliki kepribadian

optimistis dalam menghadapi hambatan akan

berusaha untuk mengatasi hambatan dan

terhindar dari stres, sehingga penyusunan

skripsi dapat diselesaikan. Sebaliknya,

mahasiswa yang memiliki kepribadian pesimis

kurang berusaha dalam mengatasi hambatan

yang menjadi beban, sehingga mahasiswa

dalam mengerjakan skripsi menjadi tidak tepat

waktu. Kepribadian optimis memotivasi

mahasiswa untuk memaksimalkan

kemampuannya dalam menyelesaikan skripsi.

Kemampuan mahasiswa untuk tetap

mengerjakan skripsi walaupun mengalami

kesulitan disebut resiliensi.

Mahasiswa yang memiliki resiliensi tinggi

adalah mahasiswa yang berhasil keluar dari

masalah-masalah yang dihadapi dan sukses

dalam menjalani masa studinya serta

menganggap masalah tersebut adalah bagian

dari tantangan masa studinya, dan bukan hal

yang harus dijadikan alasan untuk terpuruk.

Widuri (2012) dalam penelitiannya dengan

subjek mahasiswa di Universitas Ahmad

Dahlan menjelaskan bahwa mahasiswa

membutuhkan resiliensi agar mampu

menyesuaikan diri dan tetap dapat

Page 4: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

4

mengembangkan dirinya dengan baik sesuai

kompetensi yang dimiliki.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat

diketahui, bahwa mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi menemui berbagai

hambatan yang membuat mahasiswa

mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami

stres perlu penanganan secepatnya, sebab

mahasiswa yang mengalami stres saat

menyusun skripsi berdampak pada kelulusan

mahasiswa tidak tepat waktu. Mahasiswa akan

menunda-nunda menyelesaikan skripsi.

Resiliensi merupakan salah satu faktor penting

bagi mahasiswa yang mengalami stres. Oleh

sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian

pada mahasiswa Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret dengan judul: “Hubungan antara

Resiliensi dengan Stres dalam Menyusun

Skripsi pada Mahasiswa Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret”.

DASAR TEORI

1. Stres pada Mahasiswa dalam Menyusun

Skripsi

Stres dialami oleh setiap orang, tidak

mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan,

jabatan atau status sosial ekonomi. Stres bisa

dialami oleh bayi, anak-anak, remaja maupun

orang dewasa. Stres merupakan istilah yang

berasal dari bahasa latin “singere” yang

berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami

perubahan seiring dngan perkembangan

penelaahan yang berlanjut dari waktu ke

waktu dari straise, strest, stresce, dan stress

(Yosep, 2007).

Stres menurut Sarafino (1998), adalah kondisi

yang disebabkan oleh interaksi antara individu

dengan lingkungan, menimbulkan persepsi

jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari

situasi yang bersumber pada sistem biologis,

psikologis, dan sosial dari seseorang. Stres

muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan

yang melebihi kemampuan individu untuk

memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa

memenuhi tuntutan kebutuhan, akan

merasakan suatu kondisi ketegangan dalam

diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan

tidak ada penyelesaian akan berkembang

menjadi stres.

Menurut Sarwono (1997), mahasiswa adalah

kelompok masyarakat yang statusnya terikat

dengan perguruan tinggi. Ismanda dkk.

(2013), mendefinisikan mahasiswa adalah

setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk

mengikuti pelajaran-pelajaran di Perguruan

Tinggi dengan batas usia 18-30 tahun. Untuk

mencapai kelulusan di perguruan tinggi,

mahasiswa harus menyelesaikan tugas

membuat skripsi. Mengerjakan sebuah skripsi

menjadikan kebanyakan mahasiswa stres,

takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga

yang nekat bunuh diri.

Stres pada mahasiswa dalam menyusun

skripsi, yaitu keadaan internal yang dapat

diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau

kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai

Page 5: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

5

potensial membahayakan, tidak terkendali

atau melebihi kemampuan individu untuk

mengatasinya, sehingga individu merasakan

suatu kondisi ketegangan dalam diri saat

menyusun skripsi sebagai tugas akhir dalam

perkuliahan.

Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-

faktor yang menyebabkan stres terdiri atas:

a. Beban yang terlalu berat, konflik dan

frustrasi menyebabkan perasaan tidak

berdaya, kelelahan secara fisik dan

emosional.

b. Faktor kepribadian, tipe kepribadian A

merupakan tipe kepribadian yang

cenderung untuk mengalami stres.

c. Faktor kognitif, sesuatu yang

menimbulkan stres tergantung bagaimana

individu menilai dan menginterpretasikan

suatu kejadian secara kognitif.

Aspek-aspek stres menurut Sarafino (1998)

ada dua, yaitu:

a. Biologis, individu yang mengalami stres

diketahui akan menunjukkan reaksi

jantung berdetak lebih cepat, bernafas

lebih cepat, kemudian otot tangan dan

kaki menjadi tegang. Reaksi tersebut

berasal dari sistem saraf simpatik dan

sistem endokrin yang berusaha

mempertahankan tubuh ketika

menghadapi hal-hal yang menyebabkan

stres.

b. Psikososisal, yang terdiri atas:

1) Kognitif, seorang individu yang

mengalami stres, perhatiannya akan

menjadi kacau dan juga fungsi otaknya

berkurang, misalnya dalam proses

mengingat.

2) Emosi, emosi cenderung terjadi

mengiringi stres, dan seringkali orang-

orang menggunakan keadaan emosinya

untuk menjelaskan stres yang dialami.

3) Sistem sosial, stres dapat mengubah

perilaku individu terhadap sesamanya.

Situasi yang berpotensi menimbulkan

stres dapat mempengaruhi seseorang

menjadi lebih perhatian dan berjiwa

sosial.

2. Resiliensi

Resiliensi berasal dari bahasa latin “salire”

artinya untuk musim semi dan “resilire”

artinya kembali musim semi. Hal ini berarti

resiliensi dianggap sebagai kapasitas untuk

memulihkan atau bangkit kembali (Davidson

et al., 2005, dalam Schaap dkk, 2006).

Menurut Desmita (2007), resiliensi adalah

kemampuan yang dimiliki individu untuk

menghadapi, menempuh, mengurangi, dan

menghilangkan dampak-dampak negatif dari

keadaan yang tidak menyenangkan.

Everall (2007) memaparkan tiga faktor yang

mempengaruhi resiliensi, yaitu:

a. Faktor individual, faktor individual

meliputi kemampuan kognitif individu,

konsep diri, harga diri, dan kompetensi

sosial yang dimiliki individu.

b. Faktor keluarga, faktor-faktor keluarga

yang berhubungan dengan resiliensi, yaitu

hubungan yang dekat dengan orangtua

yang memiliki kepedulian dan perhatian,

Page 6: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

6

pola asuh yang hangat, teratur dan

kondusif bagi perkembangan individu.

c. Faktor komunitas, faktor komunitas

meliputi kemiskinan dan keterbatasan

kesempatan. Dukungan sosial yang

diberikan oleh komunitas (dalam hal ini

tetangga, teman, penolong) merupakan

penanda kesuksesan bagi individu..

Reivich dan Shatte (2002) memaparkan tujuh

aspek resiliensi, yaitu pengaturan emosi,

kontrol terhadap impuls, optimisme,

kemampuan menganalisis masalah, empati,

efikasi diri, dan pencapaian.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 yang

sedang menyusun skripsi dengan masa studi

lebih dari empat tahun di Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret. Sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah mahasiswa

angkatan 2008 sampai 2010 yang sedang

menyusun skripsi dengan masa studi lebih dari

empat tahun di Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret dengan jumlah sampel penelitian

ditentukan sebanyak 40 mahasiswa. Teknik

sampling dalam penelitian ini menggunakan

studi populasi yang melibatkan semua

individu dalam populasi sebagai responden

yang sesuai dengan karakteristik responden

penelitian yaitu mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi dengan masa studi lebih dari

4 tahun.

Metode pengumpulan data penelitian ini

menggunakan alat ukur berupa skala psikologi

dengan jenis skala Likert dengan empat

pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S

(Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat

Tidak Sesuai). Ada dua skala psikologi yang

digunakan, yaitu:

1. Stres dalam Menyusun Skripsi

Skala untuk mengukur stres dalam menyusun

skripsi menggunakan skala stres dari Permana

(2013) dan disusun berdasarkan aspek-aspek

yang dikemukakan oleh Sarafino (1998) yaitu

aspek biologis atau fisik dan aspek psikososial

meliputi gejala kognitif, gejala emosi, dan

gejala sistem sosial atau tingkah laku.

2. Resiliensi

Skala untuk mengukur resiliensi

menggunakan skala stres dari Yuniardi dan

Djudiyah (2011) dan disusun berdasarkan

aspek-aspek yang dikemukakan oleh Reivich

dan Shatte (2002) yaitu pengaturan emosi,

kontrol terhadap impuls, optimisme,

kemampuan menganalisis masalah, empati,

efikasi diri, dan pencapaian.

HASIL- HASIL

Hasil uji validitas skala stres dalam

menyusun skripsi, diketahui dari 56 aitem

skala terdapat 22 aitem yang gugur dengan

koefisien reliabilitas sebesar 0,746. Hasil uji

validitas skala resiliensi, diketahui dari 60

aitem skala terdapat 20 aitem yang gugur

dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,805.

1. Uji Asumsi Dasar

a. Uji Normalitas

Page 7: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

7

Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov bahwa nilai

signifikansi stres dalam menyusun

skripsi adalah sebesar 0,753 > 0,05.

Nilai signifikansi resiliensi adalah

sebesar 0,841 > 0,05. Berdasarkan

hasil signifikansi kedua variabel

penelitian menunjukkan nilai diatas

0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data variabel penelitian telah

terdistribusi secara normal.

b. Uji Linearitas

Variabel dikatakan linear jika taraf

signifikansi kurang dari 0,05.

Hubungan antara stres dalam

menyusun skripsi dengan resiliensi

menghasilkan nilai signifikansi

(linearity) sebesar 0,003, maka dapat

disimpulkan bahwa antara variabel

stres dalam menyusun skripsi dengan

resiliensi terdapat hubungan yang

linear.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui

bahwa nilai korelasi (r) antara variabel

resiliensi dengan stres dalam menyusun

skripsi sebesar -0,427 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,05).

Artinya hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini diterima, yaitu terdapat

hubungan yang negatif dan signifikan

antara resiliensi dengan stres dalam

menyusun skripsi.

Nilai koefisien korelasi ganda R dalam

penelitian ini adalah 0,427 dan nilai

determinasi R2 (R square) adalah 0,183

atau 18,3%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penghitungan analisis hasil

penelitian yang telah Peneliti lakukan, didapat

hasil uji korelasi product moment dari Pearson

antara resiliensi dengan stres dalam menyusun

skripsi diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar

-0,427 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006

(p < 0,05), artinya hubungan antara resiliensi

dengan stres dalam menyusun skripsi adalah

signifikan. Hubungan kedua variabel yang

terbentuk masuk dalam kategori sedang. Arah

hubungan adalah negatif karena nilai r negatif,

artinya semakin tinggi resiliensi maka

semakin rendah tingkat stres dalam menyusun

skripsi pada mahasiswa Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret. Demikian pula sebaliknya,

semakin rendah resiliensi maka semakin

tinggi pula tingkat stres dalam menyusun

skripsi pada mahasiswa Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret.

Hasil penelitian tersebut mendukung

penelitian yang pernah dilakukan oleh

Vesdiawati (2008) dengan subjek yang

berbeda. Kesimpulan penelitian yaitu ada

hubungan negatif antara resiliensi dengan

stres pada anggota Polri di wilayah Poltabes

Yogyakarta dapat diterima. Hasil analisis

korelasi dengan menggunakan teknik korelasi

Page 8: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

8

product moment dari Pearson menunjukkan

koefisien korelasi (r) sebesar -0,314 dengan p

= 0,002 (p < 0,05), dengan hasil tersebut dapat

diartikan bahwa ada hubungan negatif yang

sangat signifikan antara resiliensi dengan stres

pada anggota Polri. Semakin tinggi resiliensi

maka semakin rendah stres yang dialami

anggota Polri.

Berdasarkan hasil analisis determinasi,

diperoleh nilai R Square sebesar 0,183. Hasil

ini menunjukkan stres dalam menyusun

skripsi sebagai variabel tergantung dapat

dijelaskan oleh resiliensi sebagai variabel

bebas sebesar 18,3%. Dapat dikatakan pula

bahwa resiliensi secara bersama-sama mampu

memberikan kontribusi pengaruh terhadap

stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret sebesar 18,3%.

Sisanya 81,7% dipengaruhi variabel atau

faktor yang berasal dari dalam maupun dari

luar diri subjek. Dijelaskan oleh Sarafino

(1998), bahwa faktor dari dalam individu

dapat muncul melalui penyakit. Tingkatan

stres yang muncul tergantung pada keadaan

rasa sakit dan umur individu, motivasi, konsep

diri. Sedangkan faktor eksternal antara lain

dapat muncul dari keluarga, tempat kerja, dan

lingkungan di sekitarnya. Lingkungan fisik

yang dapat menyebabkan stres antara lain

kesesakan, suhu yang terlalu panas,

kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan

sebagainya.

Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian dari

NIOSH (National Institute For Occupational

Safety and Health) (dalam Mochtar, 2004),

yang menyatakan bahwa penyebab stres dapat

berasal dari dalam diri individu yaitu usia,

kondisi fisik, dan faktor kepribadian maupun

dari luar individu baik dari lingkungan

keluarga, lingkungan kerja, cita-cita maupun

ambisi. Setiap individu dalam menghadapi

stres berbeda-beda, tergantung diri individu

dalam memaknai stresnya.

Hasil analisis deskriptif stres dalam menyusun

skripsi berdasarkan karakteristik demografik

responden penelitian menunjukkan terdapat

perbedaan skor rata-rata tingkat stres dalam

menyusun skripsi pada tiap-tiap kelompok

dalam setiap karakteristik demografik, yang

meliputi jenis kelamin dan tahun angkatan.

Skor rata-rata stres dalam menyusun skripsi

pada mahasiswa perempuan (113,20) lebih

tinggi daripada laki-laki (110,80). Ditinjau

dari tahun angkatan, mahasiswa angkatan

2010 memiliki skor rata-rata lebih tinggi

(115,14) dibandingkan mahasiswa angkatan

2009 (109,92) dan mahasiswa angkatan 2008

(110,80).

Berdasarkan uji Independent Samples Test dan

One-Way ANOVA diperoleh hasil bahwa

secara statistik tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara stres dalam menyusun

skripsi ditinjau dari karakteristik demografik

yaitu jenis kelamin, sedangkan terdapat

perbedaan pada tahun angkatan. Pada uji

independent samples test untuk jenis kelamin

terhadap stres dalam menyusun skripsi

diperoleh bahwa nilai t hitung lebih kecil

daripada t tabel yaitu sebesar –1,6859 ≤ –0,788

Page 9: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

9

≤ 1,6859 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan

secara statistik, tidak terdapat perbedaan

tingkat stres dalam menyusun skripsi antara

mahasiswa laki-laki dengan perempuan

sehingga mahasiswa laki-laki dan perempuan

memiliki tingkat stres dalam menyusun skripsi

yang sama meskipun terdapat perbedaan skor

rata-rata. Kecenderungan variasi tingkat stres

akademik diantara laki-laki dan perempuan

pada mahasiswa Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret dipengaruhi oleh respon dari masing-

masing mahasiswa. Hasil penelitian ini tidak

sesuai dengan penelitian Agolla dan Ongori

(2009), yang menentukan bahwa tingkat stres

pada perempuan lebih tinggi daripada laki-

laki. Hal itu disebabkan remaja laki-laki

menggunakan koping yang berorientasi ego,

sehingga lebih santai dalam menghadapi

stresor yang berasal dari kehidupan akademik.

Pada uji ANOVA, hasil yang diperoleh untuk

tahun angkatan terhadap stres dalam

menyusun skripsi adalah F hitung> F tabel yaitu

3,929 > 3,23 dan p < 0,05 (0,028 < 0,05). Hal

ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat

stres dalam menyusun skripsi antara

mahasiswa angkatan 2010, 2009, dan 2008.

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada output

Tukey HSDa,,b

yang menunjukkan nilai rata-

rata mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 tidak

berbeda secara statistik karena berada pada

subset yang sama yaitu subset satu, sedangkan

nilai rata-rata mahasiswa angkatan 2010

terletak di subset dua sehingga secara statistik

berbeda dibandingkan dengan mahasiswa

angkatan 2008 dan 2009.

Berdasarkan kategorisasi data deskriptif yang

dilakukan pada skala resiliensi diperoleh hasil

bahwa sebanyak 20 mahasiswa (5%) memiliki

resiliensi yang sangat rendah, 20 mahasiswa

(50%), memiliki resiliensi yang rendah, dan

18 mahasiswa (45%) memiliki resiliensi yang

sedang. Nilai rerata empirik resiliensi sebesar

86,08. Dengan demikian, disimpulkan bahwa

secara umum mahasiswa Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret memiliki resiliensi yang

rendah. Hasil wawancara yang telah

dijelaskan mengenai ketidakmamupuan

mahasiswa dalam memahami penyusunan

skripsi sesuai keinginan dosen merupakan

faktor individual yang mempengaruhi

resiliensi responden penelitian rendah.

Dijelaskan oleh Everall (2007), bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi resiliensi

yaitu faktor individual. Faktor individual

meliputi kemampuan kognitif individu.

Keterampilan kognitif berpengaruh penting

pada resiliensi individu. Inteligensi minimal

rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan

resiliensi pada diri individu karena resiliensi

sangat terkait erat dengan kemampuan untuk

memahami dan menyampaikan sesuatu lewat

bahasa yang tepat, kemampuan membaca, dan

komunikasi non verbal.

Widuri (2012) dalam penelitiannya dengan

subjek mahasiswa di Universitas Ahmad

Dahlan menjelaskan, bahwa mahasiswa

membutuhkan resiliensi agar mampu

Page 10: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

10

menyesuaikan diri dan tetap dapat

mengembangkan dirinya dengan baik sesuai

kompetensi yang dimiliki. Kemampuan

individu untuk bertahan, bangkit, dan

menyesuaikan dengan kondisi sulit dapat

melindungi individu dari efek negatif yang

ditimbulkan dari kesulitan. Seseorang yang

memiliki resiliensi dapat mengatasi berbagai

permasalahan kehidupannya. Dari hasil

penelitian ini, menunjukkan bahwa subjek

telah memiliki resiliensi yang tinggi, sehingga

dapat membantu dalam menghadapi stres.

Selain itu berdasarkan kategorisasi data

deskriptif yang dilakukan pada skala stres

dalam menyusun skripsi, diperoleh hasil

bahwa 1 mahasiswa (2,5%) memiliki tingkat

stres dalam menyusun skripsi sedang, 22

mahasiswa (55%) memiliki tingkat stres

dalam menyusun skripsi tinggi, dan 17

mahasiswa (42,5%) memiliki tingkat stres

dalam menyusun skripsi sangat tinggi. Nilai

rerata empirik stres dalam menyusun skripsi

sebesar 112,90. Dengan demikian,

disimpulkan bahwa secara umum mahasiswa

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret memiliki tingkat

stres dalam menyusun skripsi yang tinggi.

Hasil tersebut didukung jawaban dari 5

mahasiswa yang diperoleh dari hasil

wawancara saat pengisian kuesioner (17

Maret 2015) ada persamaan jawaban bahwa

mahasiswa pada waktu menyusun skripsi

mengalami stres. Skripsi yang dikerjakan

sering direvisi untuk memenuhi permintaan

dosen, di sisi lain mahasiswa kurang mampu

memahami apa yang diinginkan dosen. Selain

itu, mahasiswa kesulitan dalam mencari jurnal

yang sesuai dengan judul penelitian terlebih

mahasiswa seangkatan sudah banyak yang

lulus. Pernyataan tersebut sesuai dengan

pendapat Fadilah (2013) bahwa mahasiswa

yang sedang menyusun skripsi mengalami

peningkatan stres yang tinggi. Semua

kesulitan dapat menimbulkan stres yang akan

bertambah jika ada teman-teman satu

angkatan atau angkatan di bawahnya sudah

mampu menyelesaikan lebih dahulu.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan negatif dan

signifikan antara resiliensi dengan

stres dalam menyusun skripsi pada

mahasiswa Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret.

2. Presentase sumbangan pengaruh yang

diberikan resiliensi terhadap stres

dalam menyusun skripsi sebesar

18,3% yang ditunjukkan dengan

koefisien determinasi (R2) sebesar

0,183, sedangkan sisanya 81,7%

dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak diteliti oleh peneliti.

3. Nilai rerata empirik resiliensi 86,08

dan termasuk dalam kategori rendah.

Hasil yang diperoleh menunjukkan

5% mahasiswa memiliki resiliensi

yang sangat rendah, 50% mahasiswa

memiliki resiliensi yang rendah, dan

18% mahasiswa memiliki resiliensi

Page 11: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

11

yang sedang. Adapun nilai rerata

empirik stres dalam menyusun skripsi

sebesar 112,90 dan termasuk dalam

kategori tinggi. Hasil yang diperoleh

menunjukkan 2,5% mahasiswa

memiliki tingkat stress yang sedang,

55% mahasiswa memiliki tingkat stres

yang tinggi, dan 42,5% mahasiswa

memiliki tingkat stres yang sangat

tinggi.

B. Saran

1. Untuk mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu

mengurangi stres ketika menyusun

skripsi dengan cara menyadari peran

dan tanggung jawab yang menentukan

kesuksesan dirinya baik kini maupun

dimasa depan. Cara yang dapat

dilakukan mahasiswa yaitu mengikuti

perkuliahan dan membuat rencana

penyusunan skripsi yang dilakukan

dengan disiplin, mencari judul skripsi

yang sesuai dengan kemampuan,

menentukan judul skripsi yang

teorinya mudah diperoleh, konsultasi

dengan dosen pembimbing untuk

mengatasi kesulitan yang ditemui,

sehingga mahasiswa dapat

menghindari stres dalam menyusun

skripsi.

2. Untuk pihak Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret

Pihak Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, dapat

menyelenggarakan program

pembimbingan dan pendampingan

seperti orientasi akademik dan masa

depan yang informatif pada awal

tahun pertama perkuliahan, perwalian

akademik rutin sebanyak 2-3 kali

persemester, pembimbingan khusus

bagi mahasiswa yang mengalami

kesulitan akademik dan masa studi di

atas empat tahun, dan program lainnya

yang dapat dilakukan oleh para dosen.

3. Untuk peneliti selanjutnya

a. Diharapkan hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai informasi

dan bahan acuan dalam penelitian-

penelitian selanjutnya oleh peneliti

lain khususnya ilmuwan psikologi

yang tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan tema yang

sama.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan

dapat memperluas area populasi

sehingga sampel yang diperoleh

menjadi lebih banyak dan

generalisasi penelitian dapat lebih

luas.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan

dapat mengadakan penelitian lain

dengan tema yang sama secara

lebih mendalam sehingga faktor-

faktor lain yang mempengaruhi

stres dalam menyusun skripsi pada

mahasiswa dapat terungkap secara

lebih gamblang dan jelas.

Page 12: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

12

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, S., Asni, E., dan Chairilsyah, D.

2014. Gambaran Ketangguhan Diri

(Resiliensi) pada Mahasiswa Tahun

Pertama Fakultas Kedokteran

Universitas Riau. Jom FK. Volume 1

No. 2. Hal. 1-9.

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dewi, C.P. 2011. Hubungan Self Efficacy dan

Dukungan Sosial Dosen Pembimbing

dengan Motivasi Mahasiswa dalam

Menyelesaikan Skripsi. Skripsi. (Tidak

Diterbitkan). Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Everall, R.D. 2007. Creating a Future: A

Study of Resilience in Suicidal Female

Adolescent. Journal of Counseling and

Development, 84,461- 47.

Fadilah, A.E.R. 2013. Stres dan Motivasi

Belajar pada Mahasiswa Psikologi

Universitas Mulawarman yang Sedang

Menyusun Skripsi. eJournal Psikologi,

Volume 1, Nomor 3, Hal. 254-267.

Gunawati, R., Hartati, S., dan Listiara, A.

2006. Hubungan Antara Efektivitas

Komunikasi Mahasiswa Dosen

Pembimbing Utama Skripsi dengan

Stres dalam Menyusun Skripsi pada

Mahasiswa Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro. Jurnal Psikologi

Universitas Diponegoro. Vol.3 No. 2.

Hal 93-115.

Ismanda, S., Supriyatna, A., dan Rahayu, N.I.

2013. Analisis Aktivitas Rekreasi

Terhadap Penurunan Tingkat Stres

Mahasiswa Ilmu Keolahragaan.

IKOR,Volume 1 Nomor 3.

Lazarus, R.S dan Folkman, S. 2006. Stress

and Emotion : A New Synthesis. New

York : Springer Publishing Company

Inc.

Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R.

2002. Psikologi Perkembengan

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,

Edisi Keempat Belas. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Palmer, S. & Cooper, C. 2007. How to Deal

with Stress. London & Philadelphia:

Kogan Page.

Permana, A.C. 2013. Hubungan Dukungan

Sosial Keluarga dengan Tingkat Stres

pada Lansia Andropause Di Gebang

Wilayah Kerja Puskesmas Patrang

Kabupaten Jember. Skripsi (Tidak

Diterbitkan). Jember: Universitas

Jember.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence:

Perkembangan Remaja (alih bahasa

Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih).

Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S.W. 1997. Psikologi Remaja.

Jakarta: Raja Grafindo.

Schaap, I.A., Smeets, E.C. 2006. Citizen and

Resilience: The BalanceBetween

Awareness and Fear. Amsterdam:

Impact, Dutch Knowledge & Advice

Centre for Post-Disaster Psychological

Care.

Shenoy, U.A. 2004. Colledge-stress and

Symptom-Expression in International

Students: A Comperative Study.

Diunduh dari:

http://scholarlib.vt.edu/thesis/

available/etd.07022001-115853

tanggal 31 Juli 2014.

Page 13: Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres

13

Takwin, B. 2008. Menjadi Mahasiswa.

Artikel. Diakses pada tanggal 18

Oktober 2014, dari

http://bagustakwin.multiply.com/journ

al/item/18.

Vesdiawati, D. A. 2008. Hubungan Antara

Resiliensi dengan Stres pada Anggota

Polri. Jurnal Psikologi. Yogyakrat:

Universitas Islam Indonesia.

Widuri, E.L. 2012. Regulasi Emosi dan

Resiliensi pada Mahasiswa Tahun

Pertama. Humanitas. Vol. IX No.2.

Hal. 147-156.

Yosep, I. 2007. Mencegah Gangguan Jiwa

Mulai dari Keluarga Kita. Bandung:

FIK Universitas Padjajaran.

Yuniardi, M.S dan Djudiyah. 2011. Support

Group Therapy Untuk

Mengembangkan Potensi Resiliensi

Remaja Dari Keluarga "Single

Parent" di Kota Malang. Psikobuana.

Vol. 3. No. 2. Hal. 135–140.