Heat Exchanger
-
Upload
paramitha-dona -
Category
Documents
-
view
46 -
download
1
description
Transcript of Heat Exchanger
-
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM UNIT DAN OPERASI PROSES I
Double Pipe Heat Exchanger (Revisi)
Disusun Oleh:
Kelompok 5 Rabu
Atan Tuahta 1206226341
Muhammad Fatah Karyadi 1206263370
Paramita Dona Fitria 1206263383
Syafarudin 1306482035
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2014
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
2
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Prosedur Percobaan
A. Percobaan Aliran Searah (co-current)
1. Aliran uap air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 1, 8, 10, 12,
13.
2. Aliran air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 4, 6 dan buka
kran 14 sebanyak 1/5 putaran.
3. Amati dan catat T3, T4, T2, T1 setelah suhu tersebut konstan.
4. Amati dan catat kecepatan alir air pada flow meter.
5. Dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch ukurlah laju uap air, dengan
mengukur kondensat yang terjadi.
6. Lakukan percobaan ini untuk 3 macam bukaan kran 14.
B. Percobaan Aliran Berlawanan (counter-current)
1. Aliran uap air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 1, 8, 11, 9,
13.
2. Aliran air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 4, 6 dan buka
kran 14 sebanyak 1/5 putaran.
3. Amati dan catat T3, T5, T2, T1 setelah suhu tersebut konstan.
4. Amati dan catat kecepatan alir air pada flow meter.
5. Dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch ukurlah laju uap air, dengan
mengukur kondensat yang terjadi.
6. Lakukan percobaan ini untuk 3 macam bukaan kran 14.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
3
3.2. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data hasil pengamatan aliran searah
Jenis
Aliran
Bukaan Valve Suhu Air (oC) Suhu Steam(
oC) Volume (mL)
Masuk Keluar Masuk Keluar Air (dalam 30s) Kondensat (dalam 30s)
Searah 1/5 27 70 125 92 320 72
2/5 27 68 105 76 590 68
3/5 27 64 95 66 870 72
4/5 27 49 90 53 1360 66
5/5 27 46 86 50 1426 70
DATA FISIK HE:
-Do( diameter pipa bag.luar ) 2,5 cm
-Di ( diameter pipa bag.dalam ) 1,4cm
-Panjang HE ( masing-masing ) 81 cm
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
4
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
a. Menghitung Laju Alir (Q) dan Suhu Rata-Rata Aliran
Tabel 1V.A.1. Hasil Perhitungan Laju Alir dan Suhu Rata rata Air pada Aliran Searah
Jenis
Aliran
Bukaan
Valve
Qair (m3/s) Tair Tavg air
(0C)
in out
Searah 1/5 0.000064 27 70 48.5
2/5 0.000118 27 68 47.5
3/5 0.000174 27 64 45.5
4/5 0.000272 27 49 38
5/5 0.000285 27 46 36.5
Tabel IV.A.2. Hasil Perhitungan Laju Alir dan Suhu Rata rata Steam pada Aliran Searah
Jenis
Aliran
Bukaan
Valve
Qsteam
(m3/s)
Tsteam Tavg steam
(0C)
in out
Searah 1/5 0.0000073 125 92 108.5
2/5 0.0000068 105 76 90.5
3/5 0.0000072 95 66 80.5
4/5 0.0000066 90 53 71.5
5/5 0.000007 86 50 68
b. Nilai
Data-data yang diperlukan adalah . Semua data ini didapatkan dari
Tabel A.9 Buku Heat Transfer 10th
ed.- J.P Holman. Diperoleh data sesuai temperatur operasi
dengan melakukan interpolasi.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
5
Tabel IV.B.1 Data Literatur untuk air pada Aliran Searah
Bukaan
Valve
Air
Tavg Q Cp
(kJ/kg.oC)
(kg/m3) (kg/m.s) k (W/m.oC) Pr
1/5 48.5 0.000064 4.174 988.9 5.68E-04 0.6435 3.7
2/5 47.5 0.000118 4.174 989 5.73E-04 0.642 3.78
3/5 45.5 0.000174 4.174 989.8 5.94E-04 0.642 3.86
4/5 38 0.000272 4.174 992.9 6.81E-04 0.631 4.5
5/5 36.5 0.000285 4.174 988.9 5.68E-04 0.6435 3.7
Tabel IV.B.2 Data Literatur untuk Steam pada Aliran Searah
Bukaan
Valve
Steam
Tavg Q Cp
(kJ/kg.oC)
(kg/m3) (kg/m.s) k (W/m.oC) Pr
1/5 108.5 0.0000073 4.221 950.5 2.53E-04 0.684 1.62
2/5 90.5 0.0000068 4.196 964.8 3.17E-04 0.677 1.96
3/5 80.5 0.0000072 4.194 971 3.54E-04 0.671 2.22
4/5 71.5 0.0000066 4.187 977.2 4.00E-04 0.665 2.5
5/5 68 0.000007 4.185 979.2 4.17E-04 0.663 2.6
c. Menghitung nilai laju massa (W)
Menggunakan persamaan:
Diperoleh data sebagai berikut:
Tabel IV.C. Hasil perhitungan nilai laju massa (W) aliran Searah
Jenis
Aliran
Bukaan
Valve
Q W
Air Steam Air Steam Air Steam
Searah 1/5 0.000064 0.0000073 988.9 950.5 0.06329 0.006939
2/5 0.000118 0.0000068 989 964.8 0.116702 0.006561
3/5 0.000174 0.0000072 989.8 971 0.172225 0.006991
4/5 0.000272 0.0000066 992.9 977.2 0.270069 0.00645
5/5 0.000285 0.000007 93.6 979.2 0.026695 0.006854
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
6
d. Menghitung nilai Diameter Ekuivalen (De) dan Diameter Hidraulik (Dh)
e. Menghitung Bilangan Reynold (Re)
Diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel IV.E. Hasil perhitungan bilangan Reynold
Jenis
Aliran
Bukaan
Valve
W Re
Air Steam Air Steam
Searah 1/5 0.06329 0.006939 3639.907 2495.495
2/5 0.116702 0.006561 6653.19 1883.169
3/5 0.172225 0.006991 9471.45 1797.011
4/5 0.270069 0.00645 12954.88 1467.134
5/5 0.026695 0.006854 1238.679 1495.67
Dimana ketentuan bilangan Reynold
Re < 2100 Laminar
2100 < Re < 10000 Transisi
Re > 10000 Turbulen
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aliran air bersifat turbulen, dan untuk steam
bersifat laminar.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
7
f. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Pipa Bagian Dalam (steam)
( hi )
Untuk aliran laminar
Sehingga diperoleh:
Tabel IV.F. Hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi pipa bagian dalam
(steam)
Jenis Aliran Bukaan
Valve Re K (W/m.
0C) Pr h1 (W/m.
0C)
Searah 1/5 2495.495 0.684 1.62 1588.074
2/5 1883.169 0.677 1.96 1574.407
3/5 1797.011 0.671 2.22 1649.502
4/5 1467.134 0.665 2.5 1870.402
5/5 1495.67 0.663 2.6 1991.6
g. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Pipa Bagian Annulus (air)
(ho)
Untuk aliran turbulen
Sehingga diperoleh:
Tabel IV.G. Hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi pipa bagian dalam (air)
Jenis Aliran Bukaan
Valve
Re k (W/m.0C) Pr h0 (W/m.
0C)
Searah 1/5 3639.907 0.6435 3.7 505.0337
2/5 6653.19 0.642 3.78 821.5719
3/5 9471.45 0.642 3.86 1096.689
4/5 12954.88 0.631 4.5 1450.037
5/5 13149.06 0.627 4.7 1477.242
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
8
h. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi pada Keadaan Bersih (Uc)
Asumsi: tube & shell HE terbuat dari Cu dimana pada T=20oC , nilai k Cu =386 W/m
2 oC
Sehingga diperoleh:
Tabel IV.H. Hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi bersih
Jenis Aliran Bukaan
Valve
h0 (W/m.0C) h1
(W/m.0C)
Uc (W/m2 o
C)
Searah 1/5 505.0337 1588.074 573.0546
2/5 821.5719 1574.407 755.9704
3/5 1096.689 1649.502 890.7081
4/5 1450.037 1870.402 1079.293
5/5 1477.242 1991.6 1127.553
i. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi pada Keadaan Kotor (Ud)
LMTDA
qU D
Dimana:
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
9
sehingga diperoleh:
Tabel IV.I. Hasil Perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi kotor
Jenis Aliran Bukaan
Valve
q (kJ/s) LMTD Ud (W/m2 o
C)
Searah 1/5 3.290537 59.86085 1.544094
2/5 2.995746 42.71947 1.969832
3/5 3.191944 34.84708 2.572994
4/5 3.159355 32.93261 2.694774
5/5 3.328497 30.72001 3.043524
j. Menghitung Fouling Factor (Rd)
Tabel IV.J. Hasil perhitungan fouling factor (Rd)
Jenis Aliran Bukaan
Valve
Uc (W/m2
oC)
Ud (W/m2
oC)
Rd (W/m2 o
C)
Searah 1/5 573.0546 1.544094 0.645884
2/5 755.9704 1.969832 0.506335
3/5 890.7081 2.572994 0.38753
4/5 1079.293 2.694774 0.370162
5/5 1127.553 3.043524 0.32768
k. Menghitung nilai efektifitas HE (e)
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
10
Tabel IV.K. Hasil perhitungan nilai efektifitas HE
Jenis Aliran Bukaan
Valve
e %e
Searah 1/5 0.336735 33.67347
2/5 0.371795 37.17949
3/5 0.426471 42.64706
4/5 0.587302 58.73016
5/5 0.610169 61.01695
l. Menghitung nilai NTU
Untuk menentukan nilai NTU untuk keefektifan heat exchanger, digunakan
persamaan berikut untuk double pipe cocurrent flow berupa :
dan counter current flow berupa :
Persamaan ini menghasilkan data NTU sebagai berikut :
Tabel IV.L. Hasil perhitungan nilai NTU
Jenis Aliran Bukaan
Valve Cmin NTU
Searah 1/5 0.29288 0.221736
2/5 0.275284 0.113027
3/5 0.293211 0.081576
4/5 0.270041 0.047911
5/5 0.286857 0.048504
m. Menghitung nilai efisiensi ()
Untuk menentukan efisiensi dari alat perpindahan kalor ini (heat exchanger), dapat
dilakukan dengan cara membandingkan kalor yang dilepas dengan kalor yang diterima.
Persamaannya dapat ditulis seperti :
Perhitungan efisiensi dari masing-masing bukaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
11
Tabel IV.M. Hasil perhitungan nilai efisiensi
Jenis Aliran Bukaan
Valve qsteam qair
Searah 1/5 3.290537 32.55756 10.10683
2/5 2.995746 59.05985 5.07239
3/5 3.191944 84.28322 3.787164
4/5 3.159355 115.2567 2.741146
5/5 3.328497 117.3868 2.835494
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
12
BAB V
ANALISIS
5.1 Analisis Percobaan
Analisa Percobaan
Percobaan heat exchanger ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja alat penukar
kalor jenis pipa ganda (double pipe heat exchanger) dengan menghitung koefisien
perpindahan panas, faktor kekotoran, efisiensi dan perbandingan aliran searah dan
berlawanan. Parameter-parameter tersebut didapatkan dari percobaan dengan mengukur laju
alir dan mengukur suhu masuk dan suhu keluar aliran. Alat penukar kalor pipa ganda (double
pipe heat exchanger) terdiri dari dua pipa konsentris. Pipa yang berada diluar dinamakan
anulus (shell), sedangkan bagian dalam dikenal sebagai pipa (pipe).
Dalam HE terjadi pertukaran kalor antara kedua fluida namun terjadi secara tidak
langsung. Pada percobaan ini, fluida yang digunakan adalah air dan steam. Air merupakan
fluida dingin dan dilewatkan pada bagian anulus dan steam adalah fluida panas yang dialirkan
pada bagian tube. Perpindahan kalor yang terjadi pada aliran fluida adalah proses konveksi,
sedangkan dari aliran panas yang ingin mengalir ke aliran dingin mengalami proses konduksi
karena ada dinding pipa yang menghalangi kedua fluida tersebut.
Untuk mengetahui unjuk kerjanya, dilakukan dua buah percobaan dengan perbedaan
arah aliran kedua fluida, yaitu dengan aliran searah dan aliran berlawanan arah. Tiap jenis
aliran dilakukan lima kali perlakuan dengan perbedaan laju alir fluida. Hal yang dilakukan
untuk mengatur arah aliran dalam alat penukar kalor ini adalah dengan mengganti bukaan
valve. Tujuan variasi arah aliran yang dilakukan pada percobaan ini adalah untuk menentukan
arah aliran manakah yang lebih efektif dalam proses pertukaran kalor, apakah aliran searah
ataupun aliran lawan arah. Data yang diambil untuk masing-masing arah aliran sebanyak 5
variasi laju alir air pendingin dari valve (yaitu 1/5 , 2/5, 3/5, 4/5, dan 5/5 putaran valve).
Semakin besar bukaan valve, maka semakin besar pula laju alir air yang mengalir melalui
bidang batas penukaran kalor.
Percobaan dilakukan dengan variasi laju aliran air yang berada di anulus dan arah
aliran steam yang berada di pipa. Untuk percobaan pertama mempergunakan arah aliran co-
current, lalu dilanjutkan counter current. Steam sengaja alirkan di dalam pipa dengan tujuan
agar kalor yang dibangkitkanb steam terserap dengan baik oleh air dibandingkan apabila
steam dialirkan di dalam annulus.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
13
Aliran air mengalir di dalam anulus dan steam mengalir dalam pipa/tube. Steam
sengaja dialir-kan pada pipa (tube) dengan tujuan agar kalor yang dibangkitkan oleh steam
dapat terserap dengan baik oleh air dibandingkan apabila steam tersebut dialirkan di dalam
anulus.
Aliran kalor cenderung menuju ke arah lingkungan, karena itu steam dialirkan didalam
agar semua kalor yang keluar dapat terserap secara sempurna oleh air pada anulus. Jika steam
berada diluar (anulus) maka akan ada panas yang terbuang ke lingkungan secara konveksi
(heat loss), jadi pemanasan tidak efisien. Sebagai tambahan, steam yang dialirkan di bagian
tube akan mengurangi pemakain steam sehingga tidak berlebihan dalam pemakaiannya.
Penggunaan steam di pipe juga berhubungan dengan faktor keamanan dari HE tersebut.
Percobaan pertama menggunakan aliran searah. Valve aliran diatur sehingga aliran air
dan steam menjadi searah. Percobaan aliran searah dilakukan sebanyak lima kali dengan
variasi laju alir air yang keluar dengan mengatur valve. Pada setiap variasi laju alir, praktikan
melakukan pengukuran laju alir dari air dan steam dengan cara menampung aliran air dan
kondensat yang keluar dengan tabung ukur untuk lama waktu yang ditentukan. Pengukuran
laju alir dilakukan dengan prinsip banyaknya fluida yang keluar per satuan waktu di mana
banyaknya fluida tersebut memiliki satuan volum. Oleh karena itu, disebut laju alir
volumetrik. Pengukuran dengan metode ini sebenarnya kurang akurat, tetapi masih bisa
ditolerir asal ketika pembacaan skala pada gelas ukur serta pengukuran dengan waktu tepat
dan seteliti mungkin. Dari volum dan waktu yang ditentukan, praktikan mendapatkan laju alir
air dan steam. Setelah itu, praktikan mencatat suhu pada aliran masuk air dan steam serta suhu
aliran keluar air dan steam.
Pada alat ini terdapat faktor pengotor karena usia alat ini yang sudah cukup lama
sehingga diperhitungkan juga faktor pengotoran pada perhitungan performa alat ini nantinya.
Akibat adanya faktor pengotoran, perpindahan kalor yang terjadi antarfluida menjadi kurang
sempurna. Pengotoran ini disebabkan terutama akibat korosi. Karat tersebut memberikan
tahanan tambahan terhadap aliran kalor dan menyebabkan turunnya kinerja heat exchanger.
Faktor pengotoran merupakan angka yang menyatakan tingkat pengotoran suatu HE.
Faktor utama yang mempengaruhi faktor pengotoran secara langsung adalah nilai
koefisien transfer panasnya, Uc dan Ud. Secara teoritis, nilai Uc > Ud sehingga nilai dari Rd
tidak bernilai negatif. Untuk menentukan besarnya performa heat exchanger dipakai nilai
efektivitas yang besarnya ditentukan sebagai berikut:
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
14
mungkinyangmaksimumkalornperpindaha
nyatakalornperpindaha
Perpindahan kalor nyata dapat dihitung dari energi yang dilepaskan oleh fluida panas
atau energi yang diterima oleh fluida dingin.
untuk aliran searah : )()( 1221 cccchhhh TTcmTTcmq
untuk aliran lawan arah: )()( 2121 cccchhhh TTcmTTcmq
Perpindahan kalor maksimum terjadi bila salah satu fluida mengalami perubahan suhu
sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam penukar kalor itu, yaitu selisih antara suhu
masuk fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin mengalami beda suhu maksimum
ialah yang nilai mc nya minimum.
5.2 Analisis Hasil dan Perhitungan
Setelah melakukan percobaan, praktikan mendapatkan hasil berupa suhu masuk dan keluar
air, suhu masuk dan keluar uap, laju alir air, dan laju alir uap.
Tabel 5.2. Data hasil percobaan alirah Searah dan Berlawanan Arah
Jenis Aliran Bukaan
Valve
Suhu Air (oC) Suhu Steam(
oC) Volume (mL)
Masuk Keluar Masuk Keluar Air
(dalam 5s)
Kondensat
(dalam 10s)
Searah 1/5 28 40 94 37 860 30
2/5 28 38 94 37 900 26
3/5 28 37 94 37 920 26
4/5 28 36 94 36 960 20
5/5 28 36 94 36 1000 19
Berlawanan
Arah
1/5 28 48 104 32 580 29
2/5 28 45 103 31 750 29
3/5 28 44 103 31 860 27
4/5 28 44 103 30 940 26
5/5 28 43 104 30 950 26
Secara teoritis, data yang didapatkan pada percobaan diatas adalah data yang salah. Hal ini
dibuktikan dengan lebih tingginya suhu keluaran air dibandingkan dengan suhu keluaran steam.
Apabila suhu keluaran air lebih tinggi daripada suhu keluaran steam, maka perpindahan panas justru
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
15
akan terjadi dari air ke steam, padahal seharusnya perpindahan panas terjadi dari fluida yang
suhunya lebih panas yaitu steam ke fluida yang lebih rendah suhunya yaitu air. Oleh karena itu,
praktikan mengulang untuk mengambil data praktikum. Dan didapatkan data baru sebagai berikut.
Tabel 1. Data hasil pengamatan aliran searah
Jenis
Aliran
Bukaan Valve Suhu Air (oC) Suhu Steam(
oC) Volume (mL)
Masuk Keluar Masuk Keluar Air (dalam 30s) Kondensat (dalam 30s)
Searah 1/5 27 70 125 92 320 72
2/5 27 68 105 76 590 68
3/5 27 64 95 66 870 72
4/5 27 49 90 53 1360 66
5/5 27 46 86 50 1426 70
Secara teoritis, saat pengukuran suhu, jika fluida dingin dari keran memiliki laju alir
besar, maka kedua fluida keluar berada pada kondisi tidak terlalu panas (suhu keluar air
hampir sama dengan suhu keluar kondensat). Hal ini dikarenakan perpindahan kalor yang
kurang merata akibat jumlah fluida dingin yang terlalu banyak. Jumlah kondensat yang
dihasilkan relatif besar karena hampir semua steam telah berubah menjadi kondensat karena
kalor dalam steam telah ditransfer ke fluida dingin. Saat fluida dingin masuk memiliki laju
alir kecil, pembacaan laju alir volumetrik menjadi agak sulit karena aliran fluida yang keluar
panas (bersuhu relatif tinggi). Pada saat percobaan, untuk bukaan valve yang lebih kecil
didapatkan kenaikan temperatur air yang semakin besar karena lebih banyak terjadi kontak
dengan aliran steam yang konstan. Namun volume keluaran kondensat cenderung konstan
pada setiap bukaan valve.
Setelah melakukan pengolahan data, praktikan mencari nilai Reynold untuk
mengetahui kondisi aliran dari kedua fluida tersebut.
Tabel 2. Perhitungan nilai Reynold pada aliran Searah
Jenis
Aliran
Bukaan
Valve
W Re
Air Steam Air Steam
Searah 1/5 0.06329 0.006939 3639.907 2495.495
2/5 0.116702 0.006561 6653.19 1883.169
3/5 0.172225 0.006991 9471.45 1797.011
4/5 0.270069 0.00645 12954.88 1467.134
5/5 0.026695 0.006854 1238.679 1495.67
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
16
Dapat dilihat, bahwa kondisi aliran pada fluida air adalah turbulen, hal ini dapat dilihat pada
saat percobaan air yang keluar sangat deras jadi kemungkinan aliran tersebut merupakan
turbulen. Namun hal yang berbeda pada aliran uap air, didapat aliran tersebut laminar karena
nilai Re < 2100.
Analisis Perhitungan h0 dan hi
Nilai h0 ( koefisien konveksi pipa bagian luar) air
Nilai hi (koefisien konveksi pipa bagian dalam) steam
Berikut adalah tabulasi hasil perhitungan:
Tabel V.2.1. Tabulasi Data Perhitungan h0 dan hi
Jenis Aliran Bukaan
Valve
h0 (W/m.0C) h1
(W/m.0C)
Searah 1/5 505.0337 1588.074
2/5 821.5719 1574.407
3/5 1096.689 1649.502
4/5 1450.037 1870.402
5/5 1477.242 1991.6
Merujuk pada data yang telah diamati dan diolah, kita dapat melihat sebuah
kecenderungan bahwa bahwa semakin tinggi aliran air, suhu steam keluaran akan
semakin kecil hal ini disebabkan karena makin banyak kalor yang dibutuhkan untuk
memanaskan air dalam pipa, yang berakibat pada makin berkurangnya suhu steam. Hal ini
juga mempengaruhi nilai hi dan h0. Nilai h1 dan h0 sangat dipengaruhi oleh jenis aliran
(terlihat dari bilangan Reynold) dan sifat-sifat thermal fluida tersebut, jadi perubahan
aliran yang mengakibatkan perubahan suhu akan mengakibatkan perubahan pada h1 dan h0.
Jika dilihat berdasarkan persamaan, bilangan Reynold sangat dipengaruhi oleh laju alir.
Semakin besar laju alirnya maka semakin besar nilai bilangan Reynoldnya. Begitu juga yang
terjadi dalam percobaan. Sehingga secara tidak langsung, nilai hi dipengaruhi oleh laju alir
fluida. Dimana hi dengan laju alir akan berbanding lurus.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
17
Analisis Perhitungan Uc, Ud, dan Rd
Dari nilai tersebut, praktikan dapat menghitung nilai koefisien perpindahan panas total
(Uc), dimana
01
1 1
1 0 0
1
ln1 1
2
cUr
Ar A
h KL A h
Berikut adalah tabulasinya:
Tabel V.2.2.a. Tabulasi Data Perhitungan Uc
Jenis Aliran Bukaan
Valve
h0 (W/m.0C) h1
(W/m.0C)
Uc (W/m2 o
C)
Searah 1/5 505.0337 1588.074 573.0546
2/5 821.5719 1574.407 755.9704
3/5 1096.689 1649.502 890.7081
4/5 1450.037 1870.402 1079.293
5/5 1477.242 1991.6 1127.553
Nilai Uc berbanding lurus dengan hi dan ho. Dan berdasarkan data hasil
perhitungan, semakin tinggi nilai hi dan ho, maka nilai Uc juga akan semakin besar. Dengan
kata lain, percobaan dengan teori memiliki kesamaan. Nilai Uc tidak hanya dipengaruhi oleh
nilai hi dan ho, secara tidak langsung, nilai Uc juga dipengaruhi faktor-faktor yang
mempengaruhi hi dan ho, yaitu sifat termal fluida, dan jenis aliran.
Semakin turbulen alirannya, maka perpindahan panasnya pun akan lebih baik,
hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien perpindahan panas yang semakin besar. Nilai Uc
menunjukan koefisien perpindahan panas saat HE dalam kondisi bersih.
Faktor Pengotoran (Rd)
Salah satu faktor yang mempengaruhi unjuk kerja HE adalah faktor pengotoran (Rd), karena
seiring dengan berjalannya waktu, HE tidak lagi sebersih seperti saat pertama digunakan
akibat pengotor yang menempel pada HE, hal tersebut tentunya akan mengurangi unjuk kerja
HE, sehingga harus diperhitungkan dengan:
.
Sehingga, perhitungan tersebut dapat dirangkum dalam tabel:
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
18
Tabel V.2.2.b. Tabulasi data perhitungan Ud
Jenis Aliran Bukaan
Valve
q (kJ/s) LMTD Ud (W/m2 o
C)
Searah 1/5 3.290537 59.86085 1.544094
2/5 2.995746 42.71947 1.969832
3/5 3.191944 34.84708 2.572994
4/5 3.159355 32.93261 2.694774
5/5 3.328497 30.72001 3.043524
Secara teoritis, pada aliran berlawanan arah, LMTD yang dihasilkan lebih
besar, karena kenaikan suhu air lebih signifikan pada aliran berlawanan, sehingga
semakin banyak panas yang berhasil ditransfer. Sehingga pada proses-proses di industri
yang melibatkan proses HE, lebih banyak menggunakan aliran berlawanan daripada searah.
Pada praktikum ini, pada bkaan valve yang lebih kecil didapatkan nilai LMTD yang lebih
besar, hal ini dikarenakan laju alir air yang lebih rendah memungkinkan perpindahan panas
lebih efektif terjadi karena kontak antar fluida bisa dilakukan lebih lama sehingga panas yang
ditransfer juga akan semakin banyak
Tabel V.2.3. Perhitungan Rd data praktikum
Jenis Aliran Bukaan
Valve
Uc (W/m2
oC)
Ud (W/m2
oC)
Rd (W/m2 o
C)
Searah 1/5 573.0546 1.544094 0.645884
2/5 755.9704 1.969832 0.506335
3/5 890.7081 2.572994 0.38753
4/5 1079.293 2.694774 0.370162
5/5 1127.553 3.043524 0.32768
Adanya faktor pengotoran ini menghambat jalannya perpindahan panas. Faktor
pengotoran (fouling factor) merupakan besaran yang menyatakan tingkat pengotoran suatu
Heat Exchanger. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi faktor kekotoran
secara langsung adalah nilai koefisien transfer panasnya, Uc dan Ud. Secara teoritis, nilai
Uc > Ud. Sehingga nilai dari Rd tidak bernilai negatif. Semakin besar nilai Ud, maka nilai
Rd-nya akan semakin kecil, dan sebaliknya untuk Uc. Pada percobaan yang dilakukan,
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
19
praktikan mendapat nilai Rd dengan range 0.3-0.6. Dalam dunia industri, nilai Rd yang masih
dapat diterima adalah 10-3
2x10-3. Bila dibandingkan dengan hasil yang didapatkan sangat
besar perbedaan nya, dengan kata lain dengan besarnya faktor pengotor, alat ini tidak layak
untuk dipakai dalam dunia industri.
Analisis Perhitungan efektivitas dan efisiensi
Efektivitas HE (e)
Efisiensi adalah suatu bilangan yang menunjukkan tingkat keefisienan dari suatu alat.
Semakin besar efisiensinya, maka alat tersebut semakin baik.
Nilai efisisiensi Heat Exchanger:
Tabel V.2.4. Perhitungan e data praktikum
Jenis Aliran Bukaan
Valve
e %e
Searah 1/5 0.336735 33.67347
2/5 0.371795 37.17949
3/5 0.426471 42.64706
4/5 0.587302 58.73016
5/5 0.610169 61.01695
Secara keseluruhan terlihat bahwa efisiensi aliran berlawanan arah lebih besar dibandingkan
dengan aliran searah. Hal ini dikarenakan kenaikan suhu air lebih signifikan pada aliran
berlawanan, sehingga semakin banyak panas yang berhasil ditransfer, sehingga efektifitas
HE semakin besar.
Nilai efisiensi ()
Nilai efisiensi didapatkan dengan membandingkan kalor yang dilepas oleh steam dengan
kalor yang diterima oleh air. Perhitungan efisiensi dari masing-masing bukaan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
20
Tabel V.2.5. Perhitungan nilai efisiensi
Jenis Aliran Bukaan
Valve qsteam qair
Searah 1/5 3.290537 32.55756 10.10 %
2/5 2.995746 59.05985 5.072 %
3/5 3.191944 84.28322 3.787 %
4/5 3.159355 115.2567 2.741 %
5/5 3.328497 117.3868 2.84 %
Dari percobaan didapatkan nilai efisiensi untuk alat penukar kalor pipa ganda dengan range 3-
10% . Nilai efisiensi ini cukup kecil untuk dipakai dalam dunia industri, karena dalam dunia
industri efisiensi yang diperlukan berkisar diantara 50-60%. Dengan nilai efisiensi yang
sangat kecil jika dibandingkan dengan alat penukar kalor pada dunia industri, maka alat
penukar kalor pipa ganda ini tidak bisa dipakai dalam dunia industri. Nilai efisiensi yang kecil
diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah besarnya faktor pengotor pada alat ini.
5.3 Analisis Kesalahan
Ada beberapa hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan pada saat
praktikum, diantaranya adalah:
1. Pada saat pengambilan data laju alir air ataupun kondensat, waktu yang dicatat
seringkali mengandung banyak kesalahan paralaks praktikan
2. Pada saat pengambilan data suhu, sistem belum mencapai kesetimbangan sehingga
hasil pengukurannya belum merupakan hasil sebenarnya.
3. Bukaan valve yang bervariasi menyebabkan praktikan harus mengatur sedemikian
rupa sehingga bukaan valve yang satu dengan yang lain menghasilkan data yang
berbeda namun sesuai dan valid. Namun, dalam hal ini faktor kesalahan manusia
sangat rentan terjadi.
4. Bukaan valve tidak sesuai dengan asumsi, hal ini ditunjukan dengan pengurangan laju
alir air yang keluar tidak signifikan dengan bukaan valve sebelumnya.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
21
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan:
1. Double Pipe Heat Exchanger adalah suatu alat penukar kalor yang efektif dengan
fluida panas mengalir di pipa bagian dalam dan fluida dingin mengalir di bagian
anulus.
2. Beberapa faktor yang menjadi parameter unjuk kerja dari alat Double Pipe Heat
Exchanger adalah faktor kekotoran (Rd), luas permukaan perpindahan kalor,
koefisien perpindahan kalor, beda temperatur rata-rata, jenis aliran (bilangan reynold)
dan arah aliran (co-current atau counter current).
3. Proses perpindahan panas yang terjadi pada HE adalah dengan proses konveksi.
4. Perpindahan panas pada aliran berlawanan arah akan lebih efektif dibandingkan
dengan aliran searah karena fluida panas dan fluida dingin saling bertukar panas pada
titik-titik yang memiliki perbedaan suhu yang besar. Akibatnya pertukaran kalor akan
lebih menyeluruh serta suhu steam dan air keluar tidak terpaut jauh.
5. Nilai efektivitas dan NTU akan lebih besar pada aliran yang laju alir volumenya besar.
Secara berurutan: Q naik sehingga ho dan hi naik kemudian LMTD ikut naik, sehingga
naik maka NTU naik.
6. Parameter faktor kekotoran pada alat sangat mempengaruhi unjuk kerja alat tersebut.
Hal ini terlihat dari koefisien perpindahan panas menyeluruh antara alat saat bersih
(UC) dan saat kotor (UD), hal ini akan berpengaruh pada temperatur akhir yang
diperoleh.
-
Kelompok 5R Heat Exchanger
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA
22
DAFTAR PUSTAKA
Kreith, Frank. 1997. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
J.P. Holman. 1997. Perpindahan Kalor, ed. 6, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tim Penyusun. Buku Panduan Praktikum POT 1. 1989. Depok : Jurusan Teknik Gas &
Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Coulson & Richardson. 1996. Chemical Engineering, Vol1, 5e.