Heat Exchanger

22
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM UNIT DAN OPERASI PROSES I Double Pipe Heat Exchanger (Revisi) Disusun Oleh: Kelompok 5 Rabu Atan Tuahta 1206226341 Muhammad Fatah Karyadi 1206263370 Paramita Dona Fitria 1206263383 Syafarudin 1306482035 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014

description

a

Transcript of Heat Exchanger

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM UNIT DAN OPERASI PROSES I

    Double Pipe Heat Exchanger (Revisi)

    Disusun Oleh:

    Kelompok 5 Rabu

    Atan Tuahta 1206226341

    Muhammad Fatah Karyadi 1206263370

    Paramita Dona Fitria 1206263383

    Syafarudin 1306482035

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK 2014

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    2

    BAB III

    PERCOBAAN

    3.1 Prosedur Percobaan

    A. Percobaan Aliran Searah (co-current)

    1. Aliran uap air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 1, 8, 10, 12,

    13.

    2. Aliran air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 4, 6 dan buka

    kran 14 sebanyak 1/5 putaran.

    3. Amati dan catat T3, T4, T2, T1 setelah suhu tersebut konstan.

    4. Amati dan catat kecepatan alir air pada flow meter.

    5. Dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch ukurlah laju uap air, dengan

    mengukur kondensat yang terjadi.

    6. Lakukan percobaan ini untuk 3 macam bukaan kran 14.

    B. Percobaan Aliran Berlawanan (counter-current)

    1. Aliran uap air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 1, 8, 11, 9,

    13.

    2. Aliran air: buka penuh semua aliran di bawah ini secara berurutan: 4, 6 dan buka

    kran 14 sebanyak 1/5 putaran.

    3. Amati dan catat T3, T5, T2, T1 setelah suhu tersebut konstan.

    4. Amati dan catat kecepatan alir air pada flow meter.

    5. Dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch ukurlah laju uap air, dengan

    mengukur kondensat yang terjadi.

    6. Lakukan percobaan ini untuk 3 macam bukaan kran 14.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    3

    3.2. Hasil Pengamatan

    Tabel 1. Data hasil pengamatan aliran searah

    Jenis

    Aliran

    Bukaan Valve Suhu Air (oC) Suhu Steam(

    oC) Volume (mL)

    Masuk Keluar Masuk Keluar Air (dalam 30s) Kondensat (dalam 30s)

    Searah 1/5 27 70 125 92 320 72

    2/5 27 68 105 76 590 68

    3/5 27 64 95 66 870 72

    4/5 27 49 90 53 1360 66

    5/5 27 46 86 50 1426 70

    DATA FISIK HE:

    -Do( diameter pipa bag.luar ) 2,5 cm

    -Di ( diameter pipa bag.dalam ) 1,4cm

    -Panjang HE ( masing-masing ) 81 cm

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    4

    BAB IV

    PENGOLAHAN DATA

    a. Menghitung Laju Alir (Q) dan Suhu Rata-Rata Aliran

    Tabel 1V.A.1. Hasil Perhitungan Laju Alir dan Suhu Rata rata Air pada Aliran Searah

    Jenis

    Aliran

    Bukaan

    Valve

    Qair (m3/s) Tair Tavg air

    (0C)

    in out

    Searah 1/5 0.000064 27 70 48.5

    2/5 0.000118 27 68 47.5

    3/5 0.000174 27 64 45.5

    4/5 0.000272 27 49 38

    5/5 0.000285 27 46 36.5

    Tabel IV.A.2. Hasil Perhitungan Laju Alir dan Suhu Rata rata Steam pada Aliran Searah

    Jenis

    Aliran

    Bukaan

    Valve

    Qsteam

    (m3/s)

    Tsteam Tavg steam

    (0C)

    in out

    Searah 1/5 0.0000073 125 92 108.5

    2/5 0.0000068 105 76 90.5

    3/5 0.0000072 95 66 80.5

    4/5 0.0000066 90 53 71.5

    5/5 0.000007 86 50 68

    b. Nilai

    Data-data yang diperlukan adalah . Semua data ini didapatkan dari

    Tabel A.9 Buku Heat Transfer 10th

    ed.- J.P Holman. Diperoleh data sesuai temperatur operasi

    dengan melakukan interpolasi.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    5

    Tabel IV.B.1 Data Literatur untuk air pada Aliran Searah

    Bukaan

    Valve

    Air

    Tavg Q Cp

    (kJ/kg.oC)

    (kg/m3) (kg/m.s) k (W/m.oC) Pr

    1/5 48.5 0.000064 4.174 988.9 5.68E-04 0.6435 3.7

    2/5 47.5 0.000118 4.174 989 5.73E-04 0.642 3.78

    3/5 45.5 0.000174 4.174 989.8 5.94E-04 0.642 3.86

    4/5 38 0.000272 4.174 992.9 6.81E-04 0.631 4.5

    5/5 36.5 0.000285 4.174 988.9 5.68E-04 0.6435 3.7

    Tabel IV.B.2 Data Literatur untuk Steam pada Aliran Searah

    Bukaan

    Valve

    Steam

    Tavg Q Cp

    (kJ/kg.oC)

    (kg/m3) (kg/m.s) k (W/m.oC) Pr

    1/5 108.5 0.0000073 4.221 950.5 2.53E-04 0.684 1.62

    2/5 90.5 0.0000068 4.196 964.8 3.17E-04 0.677 1.96

    3/5 80.5 0.0000072 4.194 971 3.54E-04 0.671 2.22

    4/5 71.5 0.0000066 4.187 977.2 4.00E-04 0.665 2.5

    5/5 68 0.000007 4.185 979.2 4.17E-04 0.663 2.6

    c. Menghitung nilai laju massa (W)

    Menggunakan persamaan:

    Diperoleh data sebagai berikut:

    Tabel IV.C. Hasil perhitungan nilai laju massa (W) aliran Searah

    Jenis

    Aliran

    Bukaan

    Valve

    Q W

    Air Steam Air Steam Air Steam

    Searah 1/5 0.000064 0.0000073 988.9 950.5 0.06329 0.006939

    2/5 0.000118 0.0000068 989 964.8 0.116702 0.006561

    3/5 0.000174 0.0000072 989.8 971 0.172225 0.006991

    4/5 0.000272 0.0000066 992.9 977.2 0.270069 0.00645

    5/5 0.000285 0.000007 93.6 979.2 0.026695 0.006854

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    6

    d. Menghitung nilai Diameter Ekuivalen (De) dan Diameter Hidraulik (Dh)

    e. Menghitung Bilangan Reynold (Re)

    Diperoleh hasil sebagai berikut:

    Tabel IV.E. Hasil perhitungan bilangan Reynold

    Jenis

    Aliran

    Bukaan

    Valve

    W Re

    Air Steam Air Steam

    Searah 1/5 0.06329 0.006939 3639.907 2495.495

    2/5 0.116702 0.006561 6653.19 1883.169

    3/5 0.172225 0.006991 9471.45 1797.011

    4/5 0.270069 0.00645 12954.88 1467.134

    5/5 0.026695 0.006854 1238.679 1495.67

    Dimana ketentuan bilangan Reynold

    Re < 2100 Laminar

    2100 < Re < 10000 Transisi

    Re > 10000 Turbulen

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa aliran air bersifat turbulen, dan untuk steam

    bersifat laminar.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    7

    f. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Pipa Bagian Dalam (steam)

    ( hi )

    Untuk aliran laminar

    Sehingga diperoleh:

    Tabel IV.F. Hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi pipa bagian dalam

    (steam)

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve Re K (W/m.

    0C) Pr h1 (W/m.

    0C)

    Searah 1/5 2495.495 0.684 1.62 1588.074

    2/5 1883.169 0.677 1.96 1574.407

    3/5 1797.011 0.671 2.22 1649.502

    4/5 1467.134 0.665 2.5 1870.402

    5/5 1495.67 0.663 2.6 1991.6

    g. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Pipa Bagian Annulus (air)

    (ho)

    Untuk aliran turbulen

    Sehingga diperoleh:

    Tabel IV.G. Hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi pipa bagian dalam (air)

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    Re k (W/m.0C) Pr h0 (W/m.

    0C)

    Searah 1/5 3639.907 0.6435 3.7 505.0337

    2/5 6653.19 0.642 3.78 821.5719

    3/5 9471.45 0.642 3.86 1096.689

    4/5 12954.88 0.631 4.5 1450.037

    5/5 13149.06 0.627 4.7 1477.242

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    8

    h. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi pada Keadaan Bersih (Uc)

    Asumsi: tube & shell HE terbuat dari Cu dimana pada T=20oC , nilai k Cu =386 W/m

    2 oC

    Sehingga diperoleh:

    Tabel IV.H. Hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi bersih

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    h0 (W/m.0C) h1

    (W/m.0C)

    Uc (W/m2 o

    C)

    Searah 1/5 505.0337 1588.074 573.0546

    2/5 821.5719 1574.407 755.9704

    3/5 1096.689 1649.502 890.7081

    4/5 1450.037 1870.402 1079.293

    5/5 1477.242 1991.6 1127.553

    i. Menghitung Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi pada Keadaan Kotor (Ud)

    LMTDA

    qU D

    Dimana:

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    9

    sehingga diperoleh:

    Tabel IV.I. Hasil Perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi kotor

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    q (kJ/s) LMTD Ud (W/m2 o

    C)

    Searah 1/5 3.290537 59.86085 1.544094

    2/5 2.995746 42.71947 1.969832

    3/5 3.191944 34.84708 2.572994

    4/5 3.159355 32.93261 2.694774

    5/5 3.328497 30.72001 3.043524

    j. Menghitung Fouling Factor (Rd)

    Tabel IV.J. Hasil perhitungan fouling factor (Rd)

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    Uc (W/m2

    oC)

    Ud (W/m2

    oC)

    Rd (W/m2 o

    C)

    Searah 1/5 573.0546 1.544094 0.645884

    2/5 755.9704 1.969832 0.506335

    3/5 890.7081 2.572994 0.38753

    4/5 1079.293 2.694774 0.370162

    5/5 1127.553 3.043524 0.32768

    k. Menghitung nilai efektifitas HE (e)

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    10

    Tabel IV.K. Hasil perhitungan nilai efektifitas HE

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    e %e

    Searah 1/5 0.336735 33.67347

    2/5 0.371795 37.17949

    3/5 0.426471 42.64706

    4/5 0.587302 58.73016

    5/5 0.610169 61.01695

    l. Menghitung nilai NTU

    Untuk menentukan nilai NTU untuk keefektifan heat exchanger, digunakan

    persamaan berikut untuk double pipe cocurrent flow berupa :

    dan counter current flow berupa :

    Persamaan ini menghasilkan data NTU sebagai berikut :

    Tabel IV.L. Hasil perhitungan nilai NTU

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve Cmin NTU

    Searah 1/5 0.29288 0.221736

    2/5 0.275284 0.113027

    3/5 0.293211 0.081576

    4/5 0.270041 0.047911

    5/5 0.286857 0.048504

    m. Menghitung nilai efisiensi ()

    Untuk menentukan efisiensi dari alat perpindahan kalor ini (heat exchanger), dapat

    dilakukan dengan cara membandingkan kalor yang dilepas dengan kalor yang diterima.

    Persamaannya dapat ditulis seperti :

    Perhitungan efisiensi dari masing-masing bukaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    11

    Tabel IV.M. Hasil perhitungan nilai efisiensi

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve qsteam qair

    Searah 1/5 3.290537 32.55756 10.10683

    2/5 2.995746 59.05985 5.07239

    3/5 3.191944 84.28322 3.787164

    4/5 3.159355 115.2567 2.741146

    5/5 3.328497 117.3868 2.835494

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    12

    BAB V

    ANALISIS

    5.1 Analisis Percobaan

    Analisa Percobaan

    Percobaan heat exchanger ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja alat penukar

    kalor jenis pipa ganda (double pipe heat exchanger) dengan menghitung koefisien

    perpindahan panas, faktor kekotoran, efisiensi dan perbandingan aliran searah dan

    berlawanan. Parameter-parameter tersebut didapatkan dari percobaan dengan mengukur laju

    alir dan mengukur suhu masuk dan suhu keluar aliran. Alat penukar kalor pipa ganda (double

    pipe heat exchanger) terdiri dari dua pipa konsentris. Pipa yang berada diluar dinamakan

    anulus (shell), sedangkan bagian dalam dikenal sebagai pipa (pipe).

    Dalam HE terjadi pertukaran kalor antara kedua fluida namun terjadi secara tidak

    langsung. Pada percobaan ini, fluida yang digunakan adalah air dan steam. Air merupakan

    fluida dingin dan dilewatkan pada bagian anulus dan steam adalah fluida panas yang dialirkan

    pada bagian tube. Perpindahan kalor yang terjadi pada aliran fluida adalah proses konveksi,

    sedangkan dari aliran panas yang ingin mengalir ke aliran dingin mengalami proses konduksi

    karena ada dinding pipa yang menghalangi kedua fluida tersebut.

    Untuk mengetahui unjuk kerjanya, dilakukan dua buah percobaan dengan perbedaan

    arah aliran kedua fluida, yaitu dengan aliran searah dan aliran berlawanan arah. Tiap jenis

    aliran dilakukan lima kali perlakuan dengan perbedaan laju alir fluida. Hal yang dilakukan

    untuk mengatur arah aliran dalam alat penukar kalor ini adalah dengan mengganti bukaan

    valve. Tujuan variasi arah aliran yang dilakukan pada percobaan ini adalah untuk menentukan

    arah aliran manakah yang lebih efektif dalam proses pertukaran kalor, apakah aliran searah

    ataupun aliran lawan arah. Data yang diambil untuk masing-masing arah aliran sebanyak 5

    variasi laju alir air pendingin dari valve (yaitu 1/5 , 2/5, 3/5, 4/5, dan 5/5 putaran valve).

    Semakin besar bukaan valve, maka semakin besar pula laju alir air yang mengalir melalui

    bidang batas penukaran kalor.

    Percobaan dilakukan dengan variasi laju aliran air yang berada di anulus dan arah

    aliran steam yang berada di pipa. Untuk percobaan pertama mempergunakan arah aliran co-

    current, lalu dilanjutkan counter current. Steam sengaja alirkan di dalam pipa dengan tujuan

    agar kalor yang dibangkitkanb steam terserap dengan baik oleh air dibandingkan apabila

    steam dialirkan di dalam annulus.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    13

    Aliran air mengalir di dalam anulus dan steam mengalir dalam pipa/tube. Steam

    sengaja dialir-kan pada pipa (tube) dengan tujuan agar kalor yang dibangkitkan oleh steam

    dapat terserap dengan baik oleh air dibandingkan apabila steam tersebut dialirkan di dalam

    anulus.

    Aliran kalor cenderung menuju ke arah lingkungan, karena itu steam dialirkan didalam

    agar semua kalor yang keluar dapat terserap secara sempurna oleh air pada anulus. Jika steam

    berada diluar (anulus) maka akan ada panas yang terbuang ke lingkungan secara konveksi

    (heat loss), jadi pemanasan tidak efisien. Sebagai tambahan, steam yang dialirkan di bagian

    tube akan mengurangi pemakain steam sehingga tidak berlebihan dalam pemakaiannya.

    Penggunaan steam di pipe juga berhubungan dengan faktor keamanan dari HE tersebut.

    Percobaan pertama menggunakan aliran searah. Valve aliran diatur sehingga aliran air

    dan steam menjadi searah. Percobaan aliran searah dilakukan sebanyak lima kali dengan

    variasi laju alir air yang keluar dengan mengatur valve. Pada setiap variasi laju alir, praktikan

    melakukan pengukuran laju alir dari air dan steam dengan cara menampung aliran air dan

    kondensat yang keluar dengan tabung ukur untuk lama waktu yang ditentukan. Pengukuran

    laju alir dilakukan dengan prinsip banyaknya fluida yang keluar per satuan waktu di mana

    banyaknya fluida tersebut memiliki satuan volum. Oleh karena itu, disebut laju alir

    volumetrik. Pengukuran dengan metode ini sebenarnya kurang akurat, tetapi masih bisa

    ditolerir asal ketika pembacaan skala pada gelas ukur serta pengukuran dengan waktu tepat

    dan seteliti mungkin. Dari volum dan waktu yang ditentukan, praktikan mendapatkan laju alir

    air dan steam. Setelah itu, praktikan mencatat suhu pada aliran masuk air dan steam serta suhu

    aliran keluar air dan steam.

    Pada alat ini terdapat faktor pengotor karena usia alat ini yang sudah cukup lama

    sehingga diperhitungkan juga faktor pengotoran pada perhitungan performa alat ini nantinya.

    Akibat adanya faktor pengotoran, perpindahan kalor yang terjadi antarfluida menjadi kurang

    sempurna. Pengotoran ini disebabkan terutama akibat korosi. Karat tersebut memberikan

    tahanan tambahan terhadap aliran kalor dan menyebabkan turunnya kinerja heat exchanger.

    Faktor pengotoran merupakan angka yang menyatakan tingkat pengotoran suatu HE.

    Faktor utama yang mempengaruhi faktor pengotoran secara langsung adalah nilai

    koefisien transfer panasnya, Uc dan Ud. Secara teoritis, nilai Uc > Ud sehingga nilai dari Rd

    tidak bernilai negatif. Untuk menentukan besarnya performa heat exchanger dipakai nilai

    efektivitas yang besarnya ditentukan sebagai berikut:

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    14

    mungkinyangmaksimumkalornperpindaha

    nyatakalornperpindaha

    Perpindahan kalor nyata dapat dihitung dari energi yang dilepaskan oleh fluida panas

    atau energi yang diterima oleh fluida dingin.

    untuk aliran searah : )()( 1221 cccchhhh TTcmTTcmq

    untuk aliran lawan arah: )()( 2121 cccchhhh TTcmTTcmq

    Perpindahan kalor maksimum terjadi bila salah satu fluida mengalami perubahan suhu

    sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam penukar kalor itu, yaitu selisih antara suhu

    masuk fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang mungkin mengalami beda suhu maksimum

    ialah yang nilai mc nya minimum.

    5.2 Analisis Hasil dan Perhitungan

    Setelah melakukan percobaan, praktikan mendapatkan hasil berupa suhu masuk dan keluar

    air, suhu masuk dan keluar uap, laju alir air, dan laju alir uap.

    Tabel 5.2. Data hasil percobaan alirah Searah dan Berlawanan Arah

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    Suhu Air (oC) Suhu Steam(

    oC) Volume (mL)

    Masuk Keluar Masuk Keluar Air

    (dalam 5s)

    Kondensat

    (dalam 10s)

    Searah 1/5 28 40 94 37 860 30

    2/5 28 38 94 37 900 26

    3/5 28 37 94 37 920 26

    4/5 28 36 94 36 960 20

    5/5 28 36 94 36 1000 19

    Berlawanan

    Arah

    1/5 28 48 104 32 580 29

    2/5 28 45 103 31 750 29

    3/5 28 44 103 31 860 27

    4/5 28 44 103 30 940 26

    5/5 28 43 104 30 950 26

    Secara teoritis, data yang didapatkan pada percobaan diatas adalah data yang salah. Hal ini

    dibuktikan dengan lebih tingginya suhu keluaran air dibandingkan dengan suhu keluaran steam.

    Apabila suhu keluaran air lebih tinggi daripada suhu keluaran steam, maka perpindahan panas justru

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    15

    akan terjadi dari air ke steam, padahal seharusnya perpindahan panas terjadi dari fluida yang

    suhunya lebih panas yaitu steam ke fluida yang lebih rendah suhunya yaitu air. Oleh karena itu,

    praktikan mengulang untuk mengambil data praktikum. Dan didapatkan data baru sebagai berikut.

    Tabel 1. Data hasil pengamatan aliran searah

    Jenis

    Aliran

    Bukaan Valve Suhu Air (oC) Suhu Steam(

    oC) Volume (mL)

    Masuk Keluar Masuk Keluar Air (dalam 30s) Kondensat (dalam 30s)

    Searah 1/5 27 70 125 92 320 72

    2/5 27 68 105 76 590 68

    3/5 27 64 95 66 870 72

    4/5 27 49 90 53 1360 66

    5/5 27 46 86 50 1426 70

    Secara teoritis, saat pengukuran suhu, jika fluida dingin dari keran memiliki laju alir

    besar, maka kedua fluida keluar berada pada kondisi tidak terlalu panas (suhu keluar air

    hampir sama dengan suhu keluar kondensat). Hal ini dikarenakan perpindahan kalor yang

    kurang merata akibat jumlah fluida dingin yang terlalu banyak. Jumlah kondensat yang

    dihasilkan relatif besar karena hampir semua steam telah berubah menjadi kondensat karena

    kalor dalam steam telah ditransfer ke fluida dingin. Saat fluida dingin masuk memiliki laju

    alir kecil, pembacaan laju alir volumetrik menjadi agak sulit karena aliran fluida yang keluar

    panas (bersuhu relatif tinggi). Pada saat percobaan, untuk bukaan valve yang lebih kecil

    didapatkan kenaikan temperatur air yang semakin besar karena lebih banyak terjadi kontak

    dengan aliran steam yang konstan. Namun volume keluaran kondensat cenderung konstan

    pada setiap bukaan valve.

    Setelah melakukan pengolahan data, praktikan mencari nilai Reynold untuk

    mengetahui kondisi aliran dari kedua fluida tersebut.

    Tabel 2. Perhitungan nilai Reynold pada aliran Searah

    Jenis

    Aliran

    Bukaan

    Valve

    W Re

    Air Steam Air Steam

    Searah 1/5 0.06329 0.006939 3639.907 2495.495

    2/5 0.116702 0.006561 6653.19 1883.169

    3/5 0.172225 0.006991 9471.45 1797.011

    4/5 0.270069 0.00645 12954.88 1467.134

    5/5 0.026695 0.006854 1238.679 1495.67

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    16

    Dapat dilihat, bahwa kondisi aliran pada fluida air adalah turbulen, hal ini dapat dilihat pada

    saat percobaan air yang keluar sangat deras jadi kemungkinan aliran tersebut merupakan

    turbulen. Namun hal yang berbeda pada aliran uap air, didapat aliran tersebut laminar karena

    nilai Re < 2100.

    Analisis Perhitungan h0 dan hi

    Nilai h0 ( koefisien konveksi pipa bagian luar) air

    Nilai hi (koefisien konveksi pipa bagian dalam) steam

    Berikut adalah tabulasi hasil perhitungan:

    Tabel V.2.1. Tabulasi Data Perhitungan h0 dan hi

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    h0 (W/m.0C) h1

    (W/m.0C)

    Searah 1/5 505.0337 1588.074

    2/5 821.5719 1574.407

    3/5 1096.689 1649.502

    4/5 1450.037 1870.402

    5/5 1477.242 1991.6

    Merujuk pada data yang telah diamati dan diolah, kita dapat melihat sebuah

    kecenderungan bahwa bahwa semakin tinggi aliran air, suhu steam keluaran akan

    semakin kecil hal ini disebabkan karena makin banyak kalor yang dibutuhkan untuk

    memanaskan air dalam pipa, yang berakibat pada makin berkurangnya suhu steam. Hal ini

    juga mempengaruhi nilai hi dan h0. Nilai h1 dan h0 sangat dipengaruhi oleh jenis aliran

    (terlihat dari bilangan Reynold) dan sifat-sifat thermal fluida tersebut, jadi perubahan

    aliran yang mengakibatkan perubahan suhu akan mengakibatkan perubahan pada h1 dan h0.

    Jika dilihat berdasarkan persamaan, bilangan Reynold sangat dipengaruhi oleh laju alir.

    Semakin besar laju alirnya maka semakin besar nilai bilangan Reynoldnya. Begitu juga yang

    terjadi dalam percobaan. Sehingga secara tidak langsung, nilai hi dipengaruhi oleh laju alir

    fluida. Dimana hi dengan laju alir akan berbanding lurus.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    17

    Analisis Perhitungan Uc, Ud, dan Rd

    Dari nilai tersebut, praktikan dapat menghitung nilai koefisien perpindahan panas total

    (Uc), dimana

    01

    1 1

    1 0 0

    1

    ln1 1

    2

    cUr

    Ar A

    h KL A h

    Berikut adalah tabulasinya:

    Tabel V.2.2.a. Tabulasi Data Perhitungan Uc

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    h0 (W/m.0C) h1

    (W/m.0C)

    Uc (W/m2 o

    C)

    Searah 1/5 505.0337 1588.074 573.0546

    2/5 821.5719 1574.407 755.9704

    3/5 1096.689 1649.502 890.7081

    4/5 1450.037 1870.402 1079.293

    5/5 1477.242 1991.6 1127.553

    Nilai Uc berbanding lurus dengan hi dan ho. Dan berdasarkan data hasil

    perhitungan, semakin tinggi nilai hi dan ho, maka nilai Uc juga akan semakin besar. Dengan

    kata lain, percobaan dengan teori memiliki kesamaan. Nilai Uc tidak hanya dipengaruhi oleh

    nilai hi dan ho, secara tidak langsung, nilai Uc juga dipengaruhi faktor-faktor yang

    mempengaruhi hi dan ho, yaitu sifat termal fluida, dan jenis aliran.

    Semakin turbulen alirannya, maka perpindahan panasnya pun akan lebih baik,

    hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien perpindahan panas yang semakin besar. Nilai Uc

    menunjukan koefisien perpindahan panas saat HE dalam kondisi bersih.

    Faktor Pengotoran (Rd)

    Salah satu faktor yang mempengaruhi unjuk kerja HE adalah faktor pengotoran (Rd), karena

    seiring dengan berjalannya waktu, HE tidak lagi sebersih seperti saat pertama digunakan

    akibat pengotor yang menempel pada HE, hal tersebut tentunya akan mengurangi unjuk kerja

    HE, sehingga harus diperhitungkan dengan:

    .

    Sehingga, perhitungan tersebut dapat dirangkum dalam tabel:

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    18

    Tabel V.2.2.b. Tabulasi data perhitungan Ud

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    q (kJ/s) LMTD Ud (W/m2 o

    C)

    Searah 1/5 3.290537 59.86085 1.544094

    2/5 2.995746 42.71947 1.969832

    3/5 3.191944 34.84708 2.572994

    4/5 3.159355 32.93261 2.694774

    5/5 3.328497 30.72001 3.043524

    Secara teoritis, pada aliran berlawanan arah, LMTD yang dihasilkan lebih

    besar, karena kenaikan suhu air lebih signifikan pada aliran berlawanan, sehingga

    semakin banyak panas yang berhasil ditransfer. Sehingga pada proses-proses di industri

    yang melibatkan proses HE, lebih banyak menggunakan aliran berlawanan daripada searah.

    Pada praktikum ini, pada bkaan valve yang lebih kecil didapatkan nilai LMTD yang lebih

    besar, hal ini dikarenakan laju alir air yang lebih rendah memungkinkan perpindahan panas

    lebih efektif terjadi karena kontak antar fluida bisa dilakukan lebih lama sehingga panas yang

    ditransfer juga akan semakin banyak

    Tabel V.2.3. Perhitungan Rd data praktikum

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    Uc (W/m2

    oC)

    Ud (W/m2

    oC)

    Rd (W/m2 o

    C)

    Searah 1/5 573.0546 1.544094 0.645884

    2/5 755.9704 1.969832 0.506335

    3/5 890.7081 2.572994 0.38753

    4/5 1079.293 2.694774 0.370162

    5/5 1127.553 3.043524 0.32768

    Adanya faktor pengotoran ini menghambat jalannya perpindahan panas. Faktor

    pengotoran (fouling factor) merupakan besaran yang menyatakan tingkat pengotoran suatu

    Heat Exchanger. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi faktor kekotoran

    secara langsung adalah nilai koefisien transfer panasnya, Uc dan Ud. Secara teoritis, nilai

    Uc > Ud. Sehingga nilai dari Rd tidak bernilai negatif. Semakin besar nilai Ud, maka nilai

    Rd-nya akan semakin kecil, dan sebaliknya untuk Uc. Pada percobaan yang dilakukan,

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    19

    praktikan mendapat nilai Rd dengan range 0.3-0.6. Dalam dunia industri, nilai Rd yang masih

    dapat diterima adalah 10-3

    2x10-3. Bila dibandingkan dengan hasil yang didapatkan sangat

    besar perbedaan nya, dengan kata lain dengan besarnya faktor pengotor, alat ini tidak layak

    untuk dipakai dalam dunia industri.

    Analisis Perhitungan efektivitas dan efisiensi

    Efektivitas HE (e)

    Efisiensi adalah suatu bilangan yang menunjukkan tingkat keefisienan dari suatu alat.

    Semakin besar efisiensinya, maka alat tersebut semakin baik.

    Nilai efisisiensi Heat Exchanger:

    Tabel V.2.4. Perhitungan e data praktikum

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve

    e %e

    Searah 1/5 0.336735 33.67347

    2/5 0.371795 37.17949

    3/5 0.426471 42.64706

    4/5 0.587302 58.73016

    5/5 0.610169 61.01695

    Secara keseluruhan terlihat bahwa efisiensi aliran berlawanan arah lebih besar dibandingkan

    dengan aliran searah. Hal ini dikarenakan kenaikan suhu air lebih signifikan pada aliran

    berlawanan, sehingga semakin banyak panas yang berhasil ditransfer, sehingga efektifitas

    HE semakin besar.

    Nilai efisiensi ()

    Nilai efisiensi didapatkan dengan membandingkan kalor yang dilepas oleh steam dengan

    kalor yang diterima oleh air. Perhitungan efisiensi dari masing-masing bukaan dapat dilihat

    pada tabel dibawah ini.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    20

    Tabel V.2.5. Perhitungan nilai efisiensi

    Jenis Aliran Bukaan

    Valve qsteam qair

    Searah 1/5 3.290537 32.55756 10.10 %

    2/5 2.995746 59.05985 5.072 %

    3/5 3.191944 84.28322 3.787 %

    4/5 3.159355 115.2567 2.741 %

    5/5 3.328497 117.3868 2.84 %

    Dari percobaan didapatkan nilai efisiensi untuk alat penukar kalor pipa ganda dengan range 3-

    10% . Nilai efisiensi ini cukup kecil untuk dipakai dalam dunia industri, karena dalam dunia

    industri efisiensi yang diperlukan berkisar diantara 50-60%. Dengan nilai efisiensi yang

    sangat kecil jika dibandingkan dengan alat penukar kalor pada dunia industri, maka alat

    penukar kalor pipa ganda ini tidak bisa dipakai dalam dunia industri. Nilai efisiensi yang kecil

    diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah besarnya faktor pengotor pada alat ini.

    5.3 Analisis Kesalahan

    Ada beberapa hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan pada saat

    praktikum, diantaranya adalah:

    1. Pada saat pengambilan data laju alir air ataupun kondensat, waktu yang dicatat

    seringkali mengandung banyak kesalahan paralaks praktikan

    2. Pada saat pengambilan data suhu, sistem belum mencapai kesetimbangan sehingga

    hasil pengukurannya belum merupakan hasil sebenarnya.

    3. Bukaan valve yang bervariasi menyebabkan praktikan harus mengatur sedemikian

    rupa sehingga bukaan valve yang satu dengan yang lain menghasilkan data yang

    berbeda namun sesuai dan valid. Namun, dalam hal ini faktor kesalahan manusia

    sangat rentan terjadi.

    4. Bukaan valve tidak sesuai dengan asumsi, hal ini ditunjukan dengan pengurangan laju

    alir air yang keluar tidak signifikan dengan bukaan valve sebelumnya.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    21

    BAB VI

    KESIMPULAN

    Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan:

    1. Double Pipe Heat Exchanger adalah suatu alat penukar kalor yang efektif dengan

    fluida panas mengalir di pipa bagian dalam dan fluida dingin mengalir di bagian

    anulus.

    2. Beberapa faktor yang menjadi parameter unjuk kerja dari alat Double Pipe Heat

    Exchanger adalah faktor kekotoran (Rd), luas permukaan perpindahan kalor,

    koefisien perpindahan kalor, beda temperatur rata-rata, jenis aliran (bilangan reynold)

    dan arah aliran (co-current atau counter current).

    3. Proses perpindahan panas yang terjadi pada HE adalah dengan proses konveksi.

    4. Perpindahan panas pada aliran berlawanan arah akan lebih efektif dibandingkan

    dengan aliran searah karena fluida panas dan fluida dingin saling bertukar panas pada

    titik-titik yang memiliki perbedaan suhu yang besar. Akibatnya pertukaran kalor akan

    lebih menyeluruh serta suhu steam dan air keluar tidak terpaut jauh.

    5. Nilai efektivitas dan NTU akan lebih besar pada aliran yang laju alir volumenya besar.

    Secara berurutan: Q naik sehingga ho dan hi naik kemudian LMTD ikut naik, sehingga

    naik maka NTU naik.

    6. Parameter faktor kekotoran pada alat sangat mempengaruhi unjuk kerja alat tersebut.

    Hal ini terlihat dari koefisien perpindahan panas menyeluruh antara alat saat bersih

    (UC) dan saat kotor (UD), hal ini akan berpengaruh pada temperatur akhir yang

    diperoleh.

  • Kelompok 5R Heat Exchanger

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA | UNIVERSITAS INDONESIA

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    Kreith, Frank. 1997. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

    J.P. Holman. 1997. Perpindahan Kalor, ed. 6, Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Tim Penyusun. Buku Panduan Praktikum POT 1. 1989. Depok : Jurusan Teknik Gas &

    Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

    Coulson & Richardson. 1996. Chemical Engineering, Vol1, 5e.