Heat Conduction Kelompok 4
-
Upload
laras-diah-pratiwi -
Category
Documents
-
view
374 -
download
38
description
Transcript of Heat Conduction Kelompok 4
LAPORAN PENDAHULUAN
LABORATORIUM UNIT PROSES
HEAT CONDUCTION
OLEH
KELOMPOK 4
1. Firmansyah Putra (03111003013)
2. Laras Diah Pratiwi (03111003054)
3. Naufal Husnan (03111003063)
4. Nahdia Chairani (03111003092)
5. Moh. Fauzi Hendrawan (03111003100)
6. Ahmad Ambari (03111003102)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau
pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan
yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus
berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan
pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan
yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan
endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan
pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada pengembunan dan penghabluran
(kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga
pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan bahwa kalor
adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini
disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya,
kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah
panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin
pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang
harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada kondisi-
kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-komponen
peralatan, seperti misalnya sudu-sudu turbin atau dinding ruang bakar, tergantung
pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan membuang panas
secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu permukaan. Juga pada
rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator dan bantalan, harus
diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari konduksi-konduksi yang
akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan peralatan.
Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang keteknikan
dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan dengan
penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada
ilmu perpindahan panas.
Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan
lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi
(pengandaian) dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik
secara tepat, dan untuk merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang
dapat diselesaikan kita perlu mengadakan beberapa pengira-iraan
(approximation).
Pada waktu menafsirkan hasil ahir suatu analisa, kita perlu mengingat
asumsi, idealisasi dan pengira-iraan yang telah kita buat selama mengadakan
analisa tersebut. Kadang-kadang kita perlu mengadakan pengira-iraan keteknikan
dalam penyelesaian suatu soal, karena tidak memadainya keterangan tentang sifat-
sifat fisik. Sebagai contoh, dalam merancang bagian-bagian mesin untuk
pengoperasian pada suhu tinggi mungkin kita perlu memakai batas proporsional
(proportional limit) atau kuat-lelah (fatigue strength) bahannya dari data suhu
rendah. Guna menjamin pengoperasian yang memuaskan dari bagian mesin ini,
perancang harus menerapkan faktor keamanan (safety factor) pada hasil yang
diperoleh dari analisanya. Pengira-iraan semacam itu perlu pula dalam soal-soal
perpindahan panas.
Sifat-sifat fisik seperti konduktivitas termal atau viskositas berubah
dengan suhu, tetapi jika dipilih suatu harga rata-rata yang tepat, maka
penyelesaian soal dapat sangat disederhanakan tanpa memasukan kesalahan yang
cukup besar dalam hasil ahirnya.
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding, seperti misalnya
didalam ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan
akan mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang
memuaskan dalam jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor
keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas ada tiga
jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi,
dan radiasi.
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui prinsip dan cara kerja heat conduction apparatus.
2) Untuk mengetahui penerapan Hukum Fourier untuk konduksi linier
sepanjang logam.
3) Untuk mengetahui perubahan geometris (cross sectional area) pada profil
temperatur sepanjang konduktor panas dan membandingkannya dengan Q
supply.
1.3 Permasalahan
a) Bagaimana mengetahui pengaruh perubahan cross sectional area pada
profil temperatur dan termasuk untuk menghitung koefisien perpindahan
panas overall untuk masing-masing sistem konduksi.
b) Bagaimanakah kesesuaian antar Q supply dengan Q hasil perhitungan dari
rumus Fourier, mulai dari peristiwa konduksi untuk satu jenis logam
sampai untuk komposisi logam.
c) Bagaimanakah mekanisme konveksi sebagai perpindahan panas pada liquid
atau gas melalui gerakan molekul-molekulnya dan pengaruh perbedaan
temperatur.
1.4 Manfaat
Melalui percobaan ini kita diharapkan agar dapat mengetahui penerapan
konduktivitas panas pada peralatan Heat Exchanger dan penerapannya di pabrik.
Dan praktikan dapat menghitung dan membandingkan berbagai macam nilai k
pada setiap material.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peristiwa Perpindahan Panas
Perpindahan panas (kalor) umunya adalah bentuk kalor yang dapat
berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Hal ini
terjadi dikarenakan perbedaan temperatur driving force dan aliran panas dari
daerah temperatur tinggi ke panas yang rendah. Sedangkan kalor ini merupakan
suatu bentuk energi atau dapat juga didefinisikan sebagai jumlah panas yang ada
dalam suatu benda. Perpindahan panas dalam bentuk kalor dapat terjadi
diberbagai tipe proses baik secara kimia maupun fisika. Perpindahan panas sering
terjadi dalam berbagai unit operasi, seperti lumber of foods, alcohol distilation,
burning of fuel, dan evaporation.
Secara umum ada tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu :
konduksi (conduction; dikenal dengan istilah hantaran), radiasi (radiation) dan
konveksi (convection; dikenal dengan istilah ilian). Jika kita berbicara secara
tepat, maka hanya konduksi dan radiasi dapat digolongkan sebagai proses
perpindahan panas, karena hanya kedua mekanisme ini yang tergantung pada beda
suhu. Sedang konveksi, tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas,
karena untuk penyelenggaraanya bergantung pada transport massa mekanik pula.
Tetapi karena konveksi juga menghasilkan pemindahan energi dari daerah yang
bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah, maka istilah
“perpindahan panas dengan cara konveksi” telah diterima secara umum.
Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu
tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau
gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar menurut teori
kinetik. Suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi kinetik rata–rata
molekul–molekul yang membentuk elemen itu. Energi yang dimiliki oleh suatu
elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan posisi relative molekul–
molekulnya disebut energi dalam. Perpindahan energi tersebut dapat berlangsung
dengan tumbukan elastik (elastic impact), misalnya dalam fluida atau dengan
pembauran (difusi/diffusion) elektron–elektron yang bergerak secara cepat dari
daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah ( misalnya
logam). Konduksi merupakan satu– satunya mekanisme dimana panas dapat
mengalir dalam zat padat yang tidak tembus cahaya. Contoh dari perpindahan
panas secara konduksi yaitu perpindahan panas melalui dinding heat exchanger
atau sebuah refrigerator, perlakuan panas pada steel forgings, pendinginan tanah
sepanjang musim dingin dan lain-lain.
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat
penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat,
cairan atau gas. Perpindahan panas secara konveksi diklasifikasikan dalam
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut
cara menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata –
mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu,
maka disebut konveksi bebas atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur
disebabkan oleh suatu alat dari luar seperti pompa atau kipas, maka prosesnya
disebut konveksi paksa. Keefektifan perpindahan panas dengan cara konveksi
tergantung sebagian besarnya pada gerakan mencampur fluida. Akibatnya studi
perpindahan panas konveksi didasarkan pada pengetahuan tentang ciri–ciri aliran
fluida. Contoh konveksi adalah perpindahan entalpi oleh pusaran-pusaran aliran
turbulen dan oleh arus udara panas yang mengalir melintas dan menjauhi radiator
(pemanas ) biasa.
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu
tinggi ke benda yang bersuhu rendah, bila benda–benda itu terpisah didalam
ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda–benda tersebut. Semua
benda memancarkan panas radiasi secara terus menerus. Intensitas pancaran
tergantung pada suhu dan sifat permukaan . Energi radiasi bergerak dengan
kecepatan cahaya (3x108 m/s) dan gejala–gejalanya menyerupai radiasi cahaya.
Menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal hanya berbeda
dalam panjang gelombang masing – masing. Sebagai contoh, kuarsa lebur akan
meneruskan hampir semua radiasi yang menimpanya: permukaan buram,
mengkilap atau cermin memantulkan sebagian besar radiasi yang jatuh padanya,
sedang permukaan hitam atau yang tidak mengkilap akan menyerap kebanyakan
radiasi yang diterimanya, dan mengubah energi yang diserapnya itu secara
kuantitatif menjadi kalor.
Keseimbangan momentum, keseimbangan energi, atau keseimbangan
massa pada unsteady state dapat digunakan sebagai dasar keseimbangan
perpindahan panas, sehingga didapatlah suatu persamaan keseimbangan heat
transfer:
(panas masuk) + (panas yang terbentuk) = (panas keluar) + (panas yang
terakumulasi)
Jika suatu benda melepaskan kalor pada benda lain maka kalor yang
diterima benda lain sama dengan kalor yang dilepas benda itu. Pernyataan ini
disebut juga sebagai Asas Black, yaitu jumlah kalor yang dilepas sama dengan
kalor yang diterima.
2.2 Perpindahan Panas Konduksi
Ketika salah satu bagian benda yang mempunyai suhu tinggi bersentuhan
dengan benda bersuhu rendah, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi menuju
bagian benda bersuhu rendah. Adanya tambahan energi menyebabkan atom dan
molekul-molekul penyusun benda bergerak semakin cepat. Ketika bergerak,
molekul-molekul tersebut memiliki energi kinetik (EK = ½ mv2). Molekul-
molekul yang bergerak lebih cepat (energi kinetiknya lebih besar) maka akan
menumbuk molekul yang berada di sebelahnya. Molekul-molekul yang saling
bertumbuk tadi menumbuk lagi molekul lain yang berada di sebelah. Demikian
seterusnya. Jadi molekul-molekul saling bertumbukan, sambil memindahkan
energi. Perpindahan kalor yang terjadi melalui tumbukan antara molekul
pernyusun benda dinamakan perpindahan kalor secara konduksi.
Laju perpindahan panas konduksi melalui suatu lapisan material dengan
ketebalan tetap adalah berbanding lurus dengan beda suhu di pangkal dan ujung
lapisan tersebut, berbandung lurus dengan luas permukaan tegak lurus arah
perpindahan panas dan berbanding terbalik dengan ketebalan lapisan.
Hukum Fourier menyatakan bahwa laju perpindahan kalor dengan
sistem konduksi dinyatakan dengan :
Gradien temperatur dalam arah-x dinyatakan dengan, dT/ dx.
Luas perpindahan kalor arah normal pada arah aliran kalor, A.
Rumus Hukum Fourier:
Dimana:
Qx = laju perpindahan kalor ( Watt )
K = konduktivitas thermal, merupakan sifat material (W/m.C)
A = luas penampang yang tegak lurus denga arah laju perpindahan kalor
(m2)
dT/dx = Gradien temperatur dalam arah x (C/m)
Panas dikonduksikan dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang
suhunya rendah. Sebagai akibatnya gradien suhu (dT/dx) kearah x positif menjadi
negatif. Dengan adanya tanda negatif pada persamaan diatas akan menyebabkan
nilai laju perpindahan panas dari suhu tinggi ke suhu rendah ini akan menjadi
positif.
Bila bahan atau material adalah isontropis maka konduktivitasnya tidak
bervariasi terhadap arah x. Catatan, bahwa tanda negatif pada persamaan Fourier
diatas diperoleh dari Hukum II Termodinamika untuk meyakinkan bahwa laju
panas positif dalam arah penurunan temperatur (dari daerah yang memiliki panas
tinngi ke daerah yang memiliki panas lebih rendah).
Contoh dari perpindahan panas secara konduksi adalah ketika kita melihat
seorang tukang menempah besi menjadi sesuatu barang semisal parang. Walau
hanya ujung besi yang dipanaskan, namun rasa panas akan menjalar ke semua
bagian besi, sehingga para tukang biasanya mengalasi ujung besi yang tidak
dipanaskan dengan kain. Contoh sederhana lainnya adalah ketika tangan kamu
memegang gelas panas, maka telapak tangan kamu akan menerima panas dari
gelas tersebut. Panas merambat melalui partikel zat. Partikel zat yang dilalui
hanya bergetar atau bergerak lebih cepat di tempatnya kerena dilalui panas. Panas
dapat mempercepat getaran atau gerakan partikel zat.
2.3 Perpindahan Panas Konduksi untuk Keadaan Satu Dimensi
Membahas konduksi panas keadaan tunak (stedy state) melalui sistem yang
sederhana dimana suhu dan aliran panas merupakan fungsi dari satu koordinat saja.
1. Dinding datar
Perhatikan suatu dinding datar, dimana menerapkan Hukum Fourier. Jika
persamaan dintegrasikan, maka akan didapatkan :
Jika konduktifitas termal berubah menurut hubungan linier dengan suhu,
seperti k = ko(1 +βT), maka persamaan aliran kalor menjadi :
2. Silinder berlubang
Gambar 2.3-1 Sketsa yang melukiskan nomenklatur untuk konduksi melalui silinder berlubang.
Aliran panas radial dengan cara konduksi melalui silinder berpenampang
lingkaran yang berlubang merupakan satu lagi soal konduksi satu-dimensi
yang besar arti pentingnya dalam praktek. Contoh yang khas adalah konduksi
melalui pipa dan melalui isolasi pipa. Jika silinder itu homogen dan cukup
panjang sehingga pengaruh ujung-ujungnya dapat diabaikan dan suhu
permukaan-dalamnya konstan pada Ti sedangkan suhu luarnya dipertahankan
seragam pada To maka laju konduksi panasnya adalah:
3. Cangkang yang berbentuk bola
Gambar 2.3-2 Sketsa yang melukiskan nomenklatur untuk konduksi melaluicangkang yang berbentuk bola.
Di antara semua bentuk geometri, bola mempunyai volume per luas
permukaan luar terbesar. Karena bola berongga kadang-kadang dipergunakan
dalam industry kimia untuk pekerjaan suhu rendah, bila kerugian panas harus
diusahakan sekecil mungkin. Konduksi melalui cangkang bola adalah juga
soal keadaan-stedi satu-dimensi jika suhu permukaan dalam dan luarnya
seragam dan konstan. Laju konduksi panas dalam hal ini (Gb. 2.3-2) adalah
4. Dinding komposit
Gambar 2.3-3 menunjukkan dinding komposit dari jenis yang khas
dipergunakan pada tanur yang besar. Lapisan dalam yang bersinggungan
dengan gas-gas yang bersuhu tinggi terbuat dari bahan tahan api. Lapisan-
antaranya terbuat dari bata isolasi; menyusul lapisan luar dari bata merah
biasa. Tiialah suhu gas-gas panas dan adalah konduktansi permukaan
satuan pada permukaan dalam. To ialah udara disekitar tanur dari adalah
konduktansi permukaan satuan pada permukaan luar.
Gambar 2.3-3 Distribusi suhu dan rangkaian termal untuk aliran panas melalui dinding datar komposit seri.
2.4 Perpindahan Panas Konduksi untuk Keadaan Dua Dimensi
Untuk menganalisis aliran panas keadaan tunak dua dimensi, berlaku
persamaan Laplace,
Dengan menganggap konduktivitas termal tetap, persamaan ini dapat diselesaikan
dengan cara analitik, numerik atau grafik.
2.5 Konduktivitas Termal
Membahas mengenai perpindahan panas secara konduksi maka kita tidak
akan melewatkan hal mengenai konduktivitas termal (panas). Konduktivitas
termal atau kehantaran termal adalah suatu nilai yang menyatakan kemampuan
suatu bahan untuk menghantarkan panas. Sifat ini merupakan salah satu dari sifat
transpot bahan. Satuan k adalah Btu/ft2 jam (F/ft) yang dapat ditulis sebagai
Btu/ft2 jam F atau W/mC. Nilai angka konduktivitas termal itu menunjukkan
berapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu. Jadi, konduktivitas termal
tergantung pada temperatur.
Bahan yang dapat menghantarkan kalor disebut konduktor kalor, misalnya
besi, baja, tembaga, seng, dan aluminium (jenis logam). Adapun penghantar kalor
yang kurang baik atau penghantar kalor yang buruk disebut isolator kalor,
misalnya kayu, kaca, wol, kertas, dan plastik (jenis bukan logam).
Dari Hukum Fourier, konduktivitas dinyatakan dengan:
Hukum Fourier menyatakan bahwa k tidak bergantung pada gradient suhu
tetapi tidak selalu demikian halnya dengan suhu itu sendiri. Ketidaktergantungan
k ini telah dibuktikan dengan eksperimen dalam jangkau landaian suhu yang
cukup luas, kecuali untuk zat padat berpori, dimana radiasi antar partikel yang
tidak mematuhi hukum suhu yang linier, merupakan bagian penting dari aliran
kalor total. Di lain pihak k merupakan fungsi suhu, walaupun bukan fungsi kuat.
Untuk jangkau suhu yang tidak besar, k dianggap konstan. Tetapi untuk jangkau
yang lebih luas konduktivitas dapat didekati dengan persamaan dalam bentuk:
k = a + bT
dimana a dan b adalah konstanta empiris.
Konduktivitas termal zat cukup berbeda-beda. Umumnya konduktivitas
termal benda paadat lebih besar daripada gas. Setiap benda mempunyai
konduktivitas termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan
mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang lebih panas ke sisi yang
lebih dingin. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, semakin
cepat ia mampu mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain.
Benda yang memiliki konduktivitas termal (k) besar merupakan penghantar kalor
yang baik (konduktor termal yang baik). Sebaliknya, benda yang memiliki
konduktivitas termal kecil merupakan penghantar kalor yang buruk (konduktor
termal yang buruk).
Termal konduktivitas adalah proses untuk memindahkan energi dari
bagian yang panas ke bagian yang dingin dari substansi oleh interaksi molecular.
Dalam fluida, pertukaran energi utamanya dengan tabrakan langsung. Pada solid,
mekanisme utama adalah vibrasi molecular. Konduktor listrik yang baik juga
merupakan konduktor panas yang baik pula.
Contoh kasus sederhana yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari
mengapa ubin lebih sejuk daripada karpet. Hal ini dikarenakan ubin memiliki
konduktivitas termal yang lebih besar daripada karpet. Karenanya ubin merupakan
penghantar kalor yang bagus, sedangkan karpet merupakan penghantar kalor yang
buruk. Ketika kita menginjak karpet, kalor mengalir dari kaki menuju karpet. Hal
ini terjadi karena suhu tubuh kita lebih tinggi dari suhu karpet. Karpet merupakan
penghantar kalor yang buruk karenanya kalor yang mengalir dari kaki kita
menumpuk di permukaan karpet sehingga karpet menjadi lebih hangat. Ketika kita
menginjak ubin atau keramik, kalor mengalir dari kaki menuju ubin atau keramik.
Karena ubin merupakan penghantar kalor yang baik maka kalor tidak tertahan di
permukaan ubin. Kalor mengalir dengan lancar sehingga kaki kita terasa dingin.
Jika rumahmu berada di daerah dingin, sebaiknya alasi lantai kamarmu dengan
karpet agar tubuhmu tidak kehilangan kalor.
2.6 Fluks Panas
Fluks panas adalah perubahan panas secara terus menerus pada suatu
medium yang dipanasi.
Gambar 2.1-2 profil distribusi temperatur pada suatu batang logam
Menurut hukum fourier, untuk konduktivitas yang sama:
q (r ,t )=−k ∇ T (r , t )W m−2'
dimana :
= operator vektor
k = konduktivitas
T = temperatur
Untuk sistem koordinat rectangular, distribusi panas dinyatakan dengan :
q ( x , y , z , t )=−ik∂T∂ x
− jk∂ T∂ y
−kk∂ T∂ z
dari ketiga komponen vektor fluks panas diatas pada arah sumbu x,y,z ditentukan:
qx=−k∂T∂ x
q y=−k∂T∂ y
qz=−k∂ T∂ z
dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa laju perpindahan panas
dinyatakan dalam suatu gradien temperatur dikalikan dengan suatu konstanta yang
disebut dengan konduktifitas termal (k). Untuk logam harga k berubah terhadap
temperatur dan jarak.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
Power Supply
Stavolt
Heat conduction apparatus
Inier module & radial module
Pompa
Ember
Bahan:
Air pendingin
Material sample (Kuningan besar [A], kuningan kecil [B] dan stainless
stell [c])
3.2 Prosedur Percobaan
1. Rangkailah alat
2. Hidupkan power supply
3. Atur watt meter sesuai yang dikehendaki (untuk sistem linier dan radial)
4. Catat temperatur masuk air pendingin seketika setelah power supply
dihidupkan.
5. Catatlah harga-harga temperatur yang terbaca untuk T1, T2, sampai
dengan T9 untuk sistem linier dan T1, T2, T3, T7, T8 dan T9 untuk sistem
radial, apabila harga watt meter stabil seperti yang dikehendaki.
Catatan: Pembacaan temperatut T1 samapi T9 dilakukan dengan memutar
temperatur selector switch.
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 terhadap masing-masing jenis logam A, B
dan C untuk setiap variasi sistem.