HE

download HE

of 11

Transcript of HE

  • 5/22/2018 HE

    1/11

    A. Pengertian Hipertensi EsesnsialTekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri

    ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah

    mirip dengan tekanan dari air (darah) di dalam pipa air (arteri). Makin kuat

    aliran yang keluar dari keran (jantung) makin besar tekanan dari air

    terhadap dinding pipa. Jika pipa tertekuk atau mengecil diameternya

    (seperti pada atherosklerosis), maka tekanan akan sangat meningkat

    (Manik.2012).

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah terjadinya peningkatan

    secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali pemeriksaan

    tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak

    berjalan sebaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara

    normal. Sedangkan menurutErfitrina (2013), hipertensi adalah Hipertensi

    adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

    dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

    Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi

    adalah peningkatan secara abnormal dimana tekanan darah sistolik lebih

    dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg dan terus-

    menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan

    satu atau beberapa faktor risiko.

    Hipertensi dapat diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) dan

    hipertensi sekunder. Dikatakan hipertensi primer (esensial) apabila

    Hipertensi primer (hipertensi esensial), adalah hipertensi yang

    penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90% penderita

    hipertensi. Hipertensi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapaperubahan pada jantung dan pembuluh darah yang kemungkinan bersama-

    sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

    Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktor yang dipengaruhi

    oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh faktor gentik ini sangat

    bervariasi, dilaporkan sekitar 15% pada populasi tertentu sampai dengan

    60% pada populasi lainnya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

    tekanan darah antara lain obesitas, stres, peningkatan asupan natrium,

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Erfitrinahttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Erfitrinahttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabeth
  • 5/22/2018 HE

    2/11

    konsumsi alkohol yang berlebihan, dan lain-lain. Pada hipertensi esensial,

    diastolik meninggi saat berdiri, penurunan menunjukkan hipertensi

    sekunder. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 50 tahun.

    (Manik.2012).

    Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

    gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya

    tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang

    hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah

    terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan

    jantung (Manik.2012)

    B. Patologi Hipertensi EsensialKaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam

    pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar:

    Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. (Sianturi.2008).

    Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan

    hipertensi esensial antara lain (Haniefa.2011) :

    1. Curah jantung dan tahanan periferKaplan mengatakan peningkatan Curah Jantung dapat melalui

    2 cara, yaitu : peningkatan volume cairan (preload) atau

    rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraksi jantung. Bila

    curah jantung meningkat tiba-tiba, misalnya akibat gangguan

    syaraf adrenergik, barorefleks akan menyebabkan penurunan

    resistensi vaskuler dan tekanan darah akan normal, namun pada

    orang tertentu, kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidakadekuat, ataupun kencenderungan yang berlebihan akan terjadi

    vasokonstriksi perifer, menyebababkan hipertensi yang temporer

    akan menjadi hipertensi yang menetap. Peningkatan curah jantung

    dijumpai pada awal borderlinehipertensi dan sirkulas hiperkinetik.

    Pada hipertensi yang menetap, terjadi peningkatan resistensi perifer

    sedangkan curah jantung normal /menurun(Sianturi.2008).

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabeth
  • 5/22/2018 HE

    3/11

    2. Sistem Renin-AngiotensinGinjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume

    cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin

    merupakan system endokrin yang penting dalam pengontrolan

    tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus

    ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau penurunan

    asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik

    (Hanifa.2011).

    Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

    angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting

    enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam

    mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang

    diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal)

    akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif).

    Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

    menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin

    II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat

    sebagai vasoconstrictormelalui dua jalur, yaitu (Hanifa.2011).

    a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) danrasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar

    pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur

    osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,

    sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

    (antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi

    osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairanekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik

    cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume darah

    meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.

    b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan

    penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan

    ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl

  • 5/22/2018 HE

    4/11

    (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.

    Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali

    dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler

    yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan

    tekanan darah

    3. Sistem Saraf OtonomSirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan

    vasokonstriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini

    mempunyai peran yang penting dalam pempertahankan tekanan

    darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf

    otonom dan sistem renin-angiotensin bersama sama dengan

    faktor lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa

    hormon .(Hanifa.2011).

    4. Disfungsi EndoteliumPembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting

    dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi

    sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida

    endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus

    hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan antihipertensi

    menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit

    (Hanifa.2011).

    5.

    Substansi vasoaktifBanyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium

    dalam mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal.

    Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu juga

    endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensitifitas garam pada

    tekanan darah serta mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal.

    Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang diproduksi di

    atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini

  • 5/22/2018 HE

    5/11

    dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang

    akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan dan hipertensi

    (Hanifa.2011).

    6. HiperkoagulasiPasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan

    dari dinding pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan

    sel endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan

    fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik

    dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan

    merusak organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan

    pemberian obat anti-hipertensi (Hanifa.2011).

    7. Disfungsi diastolikHipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat

    beristirahat ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk

    memenuhi peningkatan kebutuhaninput ventrikel, terutama pada

    saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atriumkiri melebihi

    normal, dan penurunan tekanan ventrikel (Hanifa.2011).

    C. Pencegahan1. Pencegahan Primordial

    Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi

    terhadap hipertensi, belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko

    hipertensi, contoh adanya peraturan pemerintah membuat peringatanpada rokok, dengan melakukan senam kesegaran jasmani untuk

    menghindari terjadinya hipertensi (Manik.2012).

    2. Pencegahan PrimerPencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum

    seseorang menderita hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-

    faktor risiko hipertensi terutama pada kelompok risiko tinggi. Tujuan

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabeth
  • 5/22/2018 HE

    6/11

    pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit

    dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-

    faktor risikonya.(Kurnia.2009)

    Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap

    hipertensi antara lain (Manik.2012):

    a. Pola makan yang baik1) Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi

    Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan

    tekanan darah hingga ke tingkat yang membahayakan.

    Panduan terkini dari British Hypertension Society

    menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4

    gram sehari. Jumlah tersebut setara dengan 6 gram garam,

    yaitu sekitar 1 sendok teh per hari. Mengurangi asupan garam

  • 5/22/2018 HE

    7/11

    darah.

    Olahraga aerobik maksudnya olahraga yang dilakukan

    secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat

    dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam, renang, dan

    bersepeda. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

    meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran

    kalori). Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan sekurang-

    kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar. Melakukan

    olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah

    sistolik 4-8 mmHg. (Manik.2012).

    2) Menghentikan rokokTembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja

    jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah

    berkurang dan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok

    merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk

    mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi.

    (Manik.2012).

    3) Membatasi konsumsi alkoholMinum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan

    peningkatan tekanan darah. Minuman keras sangat berbahaya

    bagi kesehatan karena alkohol berkaitan dengan stroke. Wanita

    sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit

    per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit perminggu

    Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4

    mmHg (Manik.2012).

    4)

    Mengurangi Kelebihan Berat BadanDibandingkan dengan yang kurus, orang yang gemuk lebih

    besar peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat

    badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui

    perubahan pola makan dan olahraga secara teratur.

    Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS 5-20 mmHg

    per 10 kg penurunan BB (Manik.2012).

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabeth
  • 5/22/2018 HE

    8/11

    3. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang

    sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan

    ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-

    akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis dini dan

    pemberian pengobatan. Dalam pencegahan ini dilakukan pemeriksaan

    tekanan darah secara teratur dan juga kepatuhan berobat bagi orang

    yang sudah pernah menderita hipertensi. (Kurnia. 2009)

    a. Diagnosis HipertensiData yang diperlukan untuk diagnosis diperoleh dengan cara

    anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan

    pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering

    merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga

    diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat. Anamnesis

    yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama

    menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan

    seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan

    lainnya, apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala

    yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktivitas

    atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan

    faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain).

    Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah

    dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa

    ulang dengan kontrolatera. (Manik.2012)

    b.

    Penatalaksanaan Hipertensi1)Penatalaksanaan Nonfarmakologis

    Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal

    sebelum penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu

    diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi obat.

    Pada pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan

    nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat

    pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabeth
  • 5/22/2018 HE

    9/11

    hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena

    berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi

    (Manik.2012).

    2) Penatalaksanaan FarmakologisSelain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan

    utama hipertensi primer adalah dengan obat. Keputusan

    untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan

    beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah,

    terdapatnya kerusakan organ target, dan terdapatnya

    manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko

    lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti

    dapat menurunkan sistol dan mencegah terjadinya stroke

    pada pasien usia 70 tahun atau lebih. (Manik.2012)

    4. Pencegahan TersierPencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi

    yang lebih berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada

    pencegahan tersier ini yaitu menurunkan tekanan darah sampai batas

    yang aman dan mengobati penyakit yang dapat memperberat

    hipertensi. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan follow up

    penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi. Follow up

    ditujukan untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan

    atau penambahan dosis obat (Manik.2012).

    D. EpidemiologiData epidemiologi menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi

    bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Baik hipertensi sistolik

    maupun kombinasi dari hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada

    lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun (Mehuli, 2007).

    Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal

    dari negara-negara yang sudah maju. Dari data The National Health and

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabeth
  • 5/22/2018 HE

    10/11

    Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa adanya

    peningkatan insidensi hipertensi pada orang dewasa sekitar 29-31% pada

    tahun 1999-2000, yang berarti sekitar 58-65 juta orang mengalami

    hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III

    tahun 1988-1991. Hipertensi primer (essensial) merupakan 95% dari

    seluruh kasus hipertensi (Mehuli.2007).

    Di Indonesia, belum ada data nasional lengkap untuk prevalensi

    hipertensi. Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995,

    prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3%. Survei faktor risiko

    penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta,

    menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90

    masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 12,1%

    (2000). Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993),

    dan 12,2% (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari

    50 tahun berkisar antara 15%-20%. Survei di pedesaan Bali (2004)

    menemukan prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita

    (Depkes, 2007)

    Manik, Margaret Elisabeth.2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

    Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

    Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematangsiantar Tahun 2011.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31642/5/Chapter%20II.p

    df.Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

    Nadya, Syarifah. 2013. Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi pada Pasien

    Hipertensi yang Berobat Rawat Jalan di Poliklinik Kardiologi RSUP H.Adam Malik Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/

    123456789/38691/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 26 Juni

    2014.

    Rosalina. 2009. Analisa Determinan Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Tiga

    Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6783/1/09E01491.pdf.

    Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabethhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31642/5/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31642/5/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Nadya%2C+Syarifahhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6783/1/09E01491.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6783/1/09E01491.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Nadya%2C+Syarifahhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31642/5/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31642/5/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Manik%2C+Margaret+Elisabeth
  • 5/22/2018 HE

    11/11

    Asmarida, Rita .2008. Penatalaksanaan Pasien Hipertensi Di Praktek Dokter

    Gigi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8408/1/000600095.

    pdf.Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

    Erfitrina.2013.

    Hubungan Tekanan Darah Pada Pasien Retinopati Hipertensi

    dengan Stadium Retinopati Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik Medan.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37304/4/Chapter%20II.p

    df.Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

    Kurnia, Rissa. 2009. Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap Di

    Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang

    Sumatera Barat Tahun 2002 - 2006. http://repository.

    usu.ac.id/bitstream/123456789/14618/1/08E01513.pdf. Diakses pada

    tanggal 26 Juni 2014.

    Mehuli, Sonya Arih.2013. Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap

    Penyakit Hipertensi dan Pengobatannya Di RSU Kabanjahe.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38927/4/Chapter%20ll.p

    df.Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

    Sianturi, Efendi . 2008. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui

    Pendekatan Faktur Resiko Di RS. Umum Pirngadi Kota Medan.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6856/1/05004920.pdf.

    Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

    Hanifa, Anggie.2011. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal

    Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20II.p

    df.Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

    Departemen Kesehatan RI.2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Indonesia tahun2007. Badan Penelitian dan pengembangan kesebatan Depkes RI,

    Desember,hal 111-113.

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Rita+Asmaridahttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8408/1/000600095.%20pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8408/1/000600095.%20pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8408/1/000600095.%20pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Erfitrinahttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37304/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37304/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Rissa+Kurniahttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Sonya+Arih+Mehuli+Ghttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38927/4/Chapter%20ll.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38927/4/Chapter%20ll.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Efendi+Sianturihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Efendi+Sianturihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38927/4/Chapter%20ll.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38927/4/Chapter%20ll.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Sonya+Arih+Mehuli+Ghttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Rissa+Kurniahttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37304/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37304/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Erfitrinahttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8408/1/000600095.%20pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8408/1/000600095.%20pdfhttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Rita+Asmarida