Gerakan Mahasiswa Indonesia

download Gerakan Mahasiswa Indonesia

of 29

Transcript of Gerakan Mahasiswa Indonesia

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    1/29

    ERAKAN MAHASISWA INDONESIA

    ADAKAH ITU SUATU USAHA SEJARAH

    MENGUBAH RAKYAT MENJADI MASSA REVOLUSIONER?

    oleh: Nur Farid, S.H(Pekerja Politik dan Mantan Direktur Yayasan Cakrawala Timur-Surabaya)

    Kelas yang tersubordinasi akan benar-benar bebas dan menjadi dominan bila dapat

    mengukuhkan tipe negara baru. Kebutuhan akan tipe negara baru tumbuh secara konkrit karena

    adanya perkembangan tatanan moral dan intelektual baru, yakni yang dapat menjelaskan tipemasyarakat baru, oleh karenanya di butuhkan penjelasan konsep yang paling jauh daya

    jangkaunya sebagai senjata ideologi yang paling tersaring dan ampuh.

    LATAR BELAKANG SEJARAH

    Pembuktian sejarah gerakan mahasiswa Indonesia, sesuai dengan konteks jamannya, haruslahmemberikan kesimpulan apakah gerakan tersebut, dalam orientasi dan tindakan politiknya,benar-benar mengarah dan bersandar pada problem-problem dan kebutuhan struktural rakyat

    Indonesia. Orientasi dan tindakan politik cermin daripada bagaimana mahasiswa Indonesia

    memahami masyarakatnya, menentukan pemihakan pada rakyatnya serta kecakapan merealisasinilai-nilai tujuan ideologinya.

    Karena pranata mahasiswa merupakan gejala pada masyarakat yang telah memiliki kesadaran

    berorganisasi, dan mahasiswa merupakan golongan yang di berikan kesempatan sosial untuk

    menikmati kesadaran tersebut, maka asumsi bahwa gerakan mahasiswa memberikan

    penghargaan yang tinggi terhadap kegunaan organisasi dalam gerakkannya adalah absah.

    Dengan demikian kronologi sejarah gerakan mahasiswa harus memperhitungkan batasanbagaimana mahasiswa memberikan nilai lebih terhadap organisasi. namun demikian tidak ada

    maksud untuk menghargai gerakan rakyat spontan.

    Nilai lebih organisasi dalam gerakan mahasiswa hanyalah bermakna bahwa didalam organisasi

    gerakan mahasiswa ditempa dan di penuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    1) Pemahaman terhadap masyarakat problem-problem rakyatnya,

    2) Pemihakan kepada rakyat-nya, dan

    3) Kecakapan-kecakapan dalam tindakan mengolah massa-nya.

    Ketiga syarat tersebutlah yang mencerminkan:

    1) Tujuan dan orientasi gerakan mahasiswa,

    2) Metodologi gerakan maha-siswa,

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    2/29

    3) Strukturalisasi sumberdaya manusia, logistik dan keuangan gerakan mahasiswa, dan

    4) Program-program gerakan mahasiswa yang bermakna strategik-taktik.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah merupakan akumulasi dan kulminasi dari dialektika

    kondisi obyektif dengan tindakan subyektif masa-masa sebelumnya. Oleh karena itu gerakanmahasiswa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh:

    1) Perang-perang heroik dan patriotik didalam dan diluar negri; gerakan petani pada abad 19 dan

    buruh diawal tahun 1920-an didalam dan diluar negeri; pemberontakan-pemberontakan terhadap

    kolonialisme-imperialisme Belanda; munculnya kekuatan partai-partai politik di tahun 20-an,

    2) Penyebaran ideologi liberal, nasionalisme, komunisme, sosial-demokrat, dan islam,

    3) Kondisi ekonomi politik.

    MASA PENJAJAHAN BELANDA

    Murid-murid STOVIA mencoba memulai gerakan dengan mendirikan Trikoro Dharmo di tahun1915. Gerakkannya bukan dalam kerangka konsep mahasiswa tetapi pemuda, dan juga belum

    memiliki konsep nasionalisme yang jelas (kedaerahan) atau tujuannya: Djawa Raya. Dalam hal

    ini jelas bahwa walaupun konsep tentang mahasiswa, nasionalisme ataupun keadilan sosial sudah

    bisa masuk ke tanah jajahan Hindia Belanda, namun pada konteks jamannya semua idealismekonsep-konsep tersebut belum bisa dirumuskan dan terwujud sebagai artikulator problem-

    problem konkrit masyarakat pada waktu itu ; Kolonialisme, kapitalisme dan sisa-sisa feodalisme.Dan yang lebih parah: belum bisa menggerakkan massanya sesuai dengan artikulasinya tersebut.

    Sejarawan-sejarawan yang idealis sering mengatakan, bahwa pada tahap awal gerakan elemen-elemen pelopor, pertama-tama harus bisa merumuskan problem-problem masyarakat dankemudian menyampaikannya dalam bentuk agitasi dan propaganda. Namun, realita sejarah

    menghidangkan kenyataan yang lain: kondisi subyektif gerakan belum bisa bersatu dengan

    kondisi obyektif di luar gerakan. Keduanya belum solid, keduanya belum bisa menyatu melalui

    tahap-tahap panjang, rumit dan mengesalkan.

    Dan juga ada keharusan yang katanya logis dan absah, yang dipaksakan oleh sejarawan-sejarawan idealis, yakni keharusan yang mengatakan: karena ide-ide nasionalisme, liberal,

    komunisme, sosial-demokrat, islam dan lain-lainnya sudah masuk ke tanah jajahan Hindia

    Belanda, seharusnya kaum intelaktual membentuk diri menjadi pelopor yang mengartikulasi

    problem-problem masyarakat serta rakyatnya dan kemudian menggerakkan massanya.Persoalannya bukan saja terletak pada keinginan subyektif dan normatif dari kaum intelektual;

    persoalannya juga terletak pada tingkat kesadaran (level of consciesness) kaum intelektual itu

    sendiri (sebagai kondisi subyektif), tingkat kesadaran rakyatnya dan atmosfir ekonomi-politikpendorong tingkat kesadaran tersebut (sebagai kondisi obyektif). Jadi, logika sejarawan idealis

    tidaklah berpijak pada realitas sejarah, logika yang tidak historis.

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    3/29

    Atau bentuk dan watak organisasi seperti Trikoro Dharmo hanya merupakan taktik kaum pelopor

    dalam menghadapi kondisi pada saat itu? Tidak, tidak didapatkan data ilegal, baik tertulis

    (dokumen) maupun lisan, yang menyatakan hal tersebut.

    Organisasi-organisasi yang tumbuh kemudian adalah juga organisasi kedaerahan (Jong

    Sumatera, Jong Celebes, Jong Minahasa, Bond Ambon) dan tidak ada upaya berkonsolidasi.Hanya atas bantuan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI) maka organisasi-

    organisasi tersebut dilebur menjadi Indonesia Moeda (IM) tahun 1930. Dalam tindakan

    konsolidasi, pelajar-pelajar mengambil inisiatif, juga dalam hal merubah konsep pelajarnyamenjadi pemuda, yang secara teoretis lebih memungkinkan mewadahi massa yang lebih luas.

    Perjuangan IM pada umumnya lunak, kecuali cabang Surabaya, Radikalisasi IM Surabayaberhasil memprovokasi kepala sekolah-kepala sekolah menengah untuk mengeluarkan

    Schoolverbood (pemecatan bagi pelajar-pelajar sekolah menengah yang memasuki IM). Dengan

    adanya peraturan tersebut dan intel-intel bangsa sendiri yang menyusup ke IM untuk

    mengadakan provokasi, maka IM menjadi lemah: menjadi organisasi dekaden/bejad, tempat

    foya-foya.

    Hanya anggota IM yang sadarlah yang bisa keluar dari IM dan kemudian membentuk SoeloehPemoeda Indonesia (SPI) dan Pergerakan Pemoeda Revolusioner (PERPIRI). Namun, dan

    memang wajar dalam masyarakat kolonial, dikeluarkanlah Vargader-verbod (pembubaran dan

    larangan berkumpul) bagi SPI dan PERPIRI. Tapi anggota-anggota yang konsisten melakukangerakan bawah tanah. Tahun 1915-1930 merupakan waktu yang cukup panjang bagi pemuda dan

    pelajar untuk memiliki penjelasan yang lebih jernih tentang nasionalisme yang melekat pada

    organisasi Indonesia Moeda dan melepaskan diri dari organisasi sektarian pemuda dan

    mahasiswa guna lebih mempertajam orientasi anti kolonial. Selain itu juga gerakan ini telahmelewati masa-masa sulit: kelumpuhan pergerakan nasional akibat pemerintah kolonial yang

    semakin represif, setelah pemerintah kolonial di uji oleh pemogokan-pemogokan buruh di awaltahun 1920-an dan pemberontakan PKI tahun 1926. Gerakan pemogokan buruh danpemberontakan PKI tersebut merupakan suatu pengorbanan yang berharga positif; memberikan

    atmosfir pendidikan politik bagi kelanjutan pergerakan nasional. Banyak sejarawan Indonesia

    masih menolak menuliskan tinta emasnya bagi sejarah Indonesia kurun itu.

    Didalam kondisi kelumpuhan pergerakan nasional seperti ini, muncullah alternatif kelompok

    study (studieclub) yang politis dilihat dari orentasi dan tindakan politiknya, terbentuknyaIndonesia Studieclub (IS) dan Algemeene Studieclub (AS). Makna politis dari kelompok study

    pada waktu itu adalah:

    1) Mempelajari kondisi dan problem-problem konkrit yang berhubungan dengan negeri danrakyat, kemudian mengadakan ceramah-ceramah dan kursus-kursus tentangnya. Misalnya, yang

    berhubungan dengan buruh; upah, kesejahteraan dan jam kerja; tentang perumahan rakyat; hal

    kondisi organisasi politik; keuntungan atau kerugian dengan adanya pemilihan anggotaGementeraad (dewan Kota); Arti pergerakan, pendidikan nasional, parlemen, statistik

    perdagangan, gerakaan persatuan, kooperasi dan non-kooperasi, kerjasama diantara organisasi-

    organisasi politik dal lain-lain,

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    4/29

    2) Membentuk komite dan pengumpulan bahan mengenai masyarakat koloni terutama Hindia

    Belanda, kemudian menyebarkannya dalam bentuk brosur-brosur atau surat kabar atau majalah,

    seperti Soeloeh Ra'jat Indonesia dan Soeleoeh Indonesia,

    3) Mencari alternatif bagi perbaikan terhadap problem-problem konkrit tersebut dan kemudian

    dilakukan tindakan nyata,

    4) forumnya ditujukan pada sasaran masyarakat luas, pertemuannya terbuka di gedung-gedung

    pertemuan umum yang di hadiri oleh kalangan pergerakan dan masyarakat luas,

    5) Mendukung pemogokan buruh bengkel dan elektrik di Surabaya bulan nopember 1925.Namun tidak dapat di pungkiri ada juga kelompok studi yang apolitis dan hanya berkubang di

    masalah-masalah teoritis, yaitu apa yang dinamakan Debating Club (Sukarno keluar dari

    organisasi ini dan masuk ke Algemeene Studieclub)

    Dalam merespons perubahan politik yang lebih liberal akibat penggantian gubernur Jendral de

    Fock oleh de Graeff (pendukung van Limburg Stirum, liberalis), dan dalam kondisi ekonomiBelanda serta Hindia Belanda yang berada pada posisi merambat ke arah ekses penawaran(posisi demikian merupakan masa positif sebelum mencapai puncak konjunktur ekses penawaran

    dalam masa depresi kapitalisme pada tahun 1929-1930 maka IS dan AS berubah menjadi Partai

    Bangsa Indonesia (PBI) dan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Kelompok studi berhasilbertranformasi menjadi partai, ia merupakan cikal-bakal partai yang banyak menyumbang bagitercapainya "kemerdekaan" Republik Indonesia. Tanda kutip pada kata kemerdekaan bermakna:

    Setelah Indonesia merdeka partai-partai tersebut,ternyata tidak berhasil memenangkan

    pertempuran untuk merubah hubungan sosial rakyat Indonesia menjadi lebih adil, unsur-unsurreaksioner juga turut dihidupkan dan menjadi kuat oleh momen sejarah Indonesia.

    Namun demikian Studieclub telah memperlihatkan keunggulannya ketimbang kelompok studitahun 1980-an. Kelompok studi tahun 80-an lebih menyerupai debating club dalam tindakannya,

    apolitis:

    1) berkubang di masalah-masalah teoritis,

    2) tidak bisa berdialektika sebagai unsur subyektif yang merespons dan menstimulasi kondisi

    obyektif dalam kondisi ekonomi-politik Orde Baru, ia bukannya bertransformasi menjadi politis

    tapi malahan membusuk. Lebih gegabah lagi bila kelompok studi tahun 80-an disimpulkan

    menjadi bertransformasi menjadi pelopor, dominan atau bahkan mengambil peranan kecilsekalipun sebagai koordinator dalam gerakan mahasiswa tahun 80-an. Kesimpulan ini bukan

    berarti kami tidak menghargai nilai lebih diskusi. Jangan samakan antara tindakan diskusidengan tindakan kelompok studi secara keseluruhan.

    Analisa terhadap sejarah studieclub jelas memberikan kesimpulan bahwa kondisi obyektif

    ekonomi-politik pada saat itu politik kolonial yang semakin represif, yang kemudian berubahmenjadi liberal karena perubahan status ekonomi Belanda dan Hindia Belanda bisa direspon dan

    distimulasi oleh kondisi obyektif Studieclub yang bertransformasi menjadi partai. Jadi, sungguh

    suatu kesimpulan yang spekulatif bila dikatakan bahwa mandulnya gerakan mahasiswa dari basis

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    5/29

    kampus pada masa Orde Baru dan larinya mahasiswa dari basis kampus untuk membentuk

    kelompok studi adalah akibat oleh NKK/BKK. Sungguh suatu kesimpulan yang spekulatif,

    seolah-olah bila tidak ada NKK/BKK maka akan semarak dan menjadi kuatlah gerakanmahasiswa. Apakah hal ini terbukti pada gerakan mahasiswa masa Orde Baru tahun 60-an dan

    70-an dimana pada waktu itu belum ada NKK/BKK? Tidak, sejarah membuktikan bahwa kondisi

    subyektif gerakan mahasiswa Orde Baru tahun 60-an dan 70-an tidak bisa merespons danmenstimulus ekonomi politik Orde Baru pada tahun 60-an dan 70-an. Perdebatan mengenaikondisi ekonomi-politik Orde Baru tahun 60-an dan 70-an memerlukan ruang tersendiri. Namun

    yang jelas, sebagai gejala, gerakan mahasiswa Orde Baru tahun 60-an dan 70-an benar-benar

    telah dilumpuhkan, terutama tahun 60-an benar-benar merupakan borok sejarah. Justru dalamskala tertentu, gerakan mahasiswa tahun 80-an dapat menembus NKK/BKK. Namun akumulasi

    dan kulminasi tindakan politik, maka yang lebih dapat di hargai adalah gerakan mahasiswa masa

    Orde Baru tahun 70-an. Penghargaan itu tentunya adalah hanya sebatas bahwa gerakan tersebut

    telah memberikan atmosfir pendidikan politik dan tapak-tapak kabur pedoman menujudemokratisasi.

    Masa setelah bertransformasinya Studieclub menjadi PBI dan PNI pada kurun sejarah inilahdapat di tebar pupuk momentum bagi konsolidasi, penyaringan dan semaraknya wadah-wadah

    massa pemuda dan pelajar. Hal ini terbukti dengan di selenggarakannya kongres PemoedaIndonesia pada tahun 1928, yang berhasil menggabungkan pergerakan-pergerakan pemuda yangberorentasi luhur, memprioritaskan terwujudnya cita-cita nasionalisme, menjunjung harkat nusa

    bangsa: mengolah tercapainya kemerdekaan. Nama organisasi gabungan tersebut, dilihat secara

    semantik saja, sungguh mengejutkan dan menggembirakan: Pemoesatan Pergerakan PemoedaIndonesia (PERPINDO) di pusat dan Pergaboengan Pemoeda (PERDA) di daerah. Dan, anggota-

    anggotanya adalah IM, Pemoeda Muhaammadijah, Persatoean Pemoeda Taman Siswa, Pemoeda

    Muslimin Indonesia, Persatoean Pemoeda Kristen Djawi, Barisan Pemoeda GERINDO dan

    PRRI.

    MASA PENJAJAHAN JEPANG

    Tentu saja ruang ini tidak cukup tersedia untuk membahas gerakan mahasiswa pada masa ini,

    yang cukup menggairahkan untuk di analisa namun harus memperhitungkan spektrumperdebatan yang cukup luas.

    Yang pasti, semua organisasi pemuda yang ada di bubarkan, dan pemuda di masukkan kedalam,yang utama Seinendan-Keibondan (Barisan Pelopor) dan Pembela Tanah Air (PETA) untuk

    dididik politik dan kegiatan-kegiatan menunjang fasisme: latihan militer untuk membela

    kepentingan ekonomi-politik Asia Timur Raya.

    Jalan keluar bagi gerakan pemuda adalah: gerakan bawah tanah (Underground-legal). Ramainya

    pamflet-pamflet gelap, dan rapat-rapat gelap yang mengakibatkan adanya penangkapan-

    penangkapan oleh penguasa fasis Dai Nippon Jepang. Momentum gerakan bawah tanah, yangjuga "katanya" dikombinasikan dengan gerakan legal Sukarno, merupakan jalan keluar yang

    lebih mencekam dan belum memassa, tingkat kesadaran massa untuk mengambil jalan keluar ini

    belum mencapai tingkat yang revolusioner. Dan harus dilacak mengapa Fron Anti Fasis tidakmenampakkan sosok yang jelas.

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    6/29

    MASA KEMERDEKAAN

    1945-1950

    Suatu momentum yang tidak disia-siakan oleh gerakan pemuda dan pelajar: selain mereka

    melucuti senjata Jepang, juga memunculkan kembali organisasi-organisasi mereka, misalnyaAngkatan Pemoeda Indonesia (API), Pemuda Repoeblik Indonesia (PRI), Gerakan Pemoeda

    Repoeblik Indonesia (GERPRI), Ikatan peladjar Indonesia (IPI), Pemoeda Poetri Indonesia (PPI

    dan lain-lainnya.

    Pada saat belum ada pemuda dan pelajar yang berbentuk federasi, diselenggarakanlah kongresPemoeda Seloeroeh Indonesia I (1945) dan ke-II (1946). Kedua kongres tersebut sangat penting

    artinya karena:

    1) Dapat melahirkan organisasi gabungan Pemoeda Sosialis Indonesia (PESINDO) yangmerupakan hasil peleburan API, PRI, GERPRI, AMRI dan sebagainya,

    2) Terbentuknya badan Kongres ke-I berada dalam suasana semangat perjuangan bersenjata(pemuda turut berpartisipasi dalam pertempuran Nopember di Surabaya),

    3) Kongres ke-II menghasilkan keputusan antara lain: Berpegang teguh pada Undang-Undang

    Dasar, membentuk dan memperkuat laskar, mengisi jabatan-jabatan penting di pemerintahan dan

    mematuhi pimpinan yang mengajak revolusi nasional dan revolusi sosial.

    Organisasi-organisasi seperti Perhimpoenan Mahasiswa Djakarta (PMD), PerhimpoenanMahasiswa Katholik Jogja (PMJ), Sarekat Mahasiswa Indonesia (SMI), Perhimpoenan

    Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpoenan Mahasiswa Kedokteran Hewan (PMKH), Perhimpoenan

    Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKRI) dan Persatoean Peladjar Pergoeroean Tinggie Malang(PPPM) setuju membentuk Perserikatan Perhimpoenan-perhimpoenan Mahasiswa Indonesia

    (PPMI) dan Badan Koordinasi Mahasiswa Indonesia (BKMI) yang khusus berada di daerahpendudukan Belanda. Dalam perjalanannya, keberadaan

    Dinamika Gerakan Mahasiswa dalam Bingkai Sejarah: Atas Nama Rakyat

    Indonesia

    Dinamika Gerakan Mahasiswa dalam Bingkai Sejarah:

    Atas Nama Rakyat Indonesia

    Mahasiswa hidup di tengah-tengah masyarakat. Itulah sebabnya mereka mengerti dan memahami betul apa yang

    dirasakan dan dialami masyarakat... Jika ada yang mengatakan tidak boleh atau melarang aksi mahasiswa,

    mungkin ada yang tidak senang dengan aksi mahasiswa.(Dr. A. H. Nasution)

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    7/29

    Pendahuluan

    Agaknya sepenggal kalimat yang diungkapkan oleh Dr. A. H. Nasution di atas dapatmemberikan kita gambaran nyata tentang sosok mahasiswa dalam panggung pergerakan. Apa

    pun kondisi yang sedang berlangsung saat ini, dan dari sudut pandang mana pun akan kita tilik

    kondisi tersebut, tak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa adalah the most important society.Mahasiswa adalah struktur unik dalam tatanan kemasyarakatan, politik maupun budaya. Unikkarena mahasiswa memiliki status, latar belakang, dan ideologi yang boleh jadi membuat mereka

    bangga.

    Dibalik itu semua, patut kita sadari bahwa mahasiswa adalah manusia biasa. Anggota asli dari

    sebuah tatanan kemasyarakatan di mana mereka hidup dan berjibaku di dalamnya. Dalam

    konteks ini, mahasiswa adalah figur lemah yang senantiasa dijadikan objek (padahal mereka

    hakikinya adalah subjek). Namun, dalam segala keterbatasan dan sangat biasanya mahasiswa,mereka bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan luar biasa yang tidak bisa dibendung dengan

    senjata apa pun juga. Lebih lanjut, mahasiswa boleh jadi bangga atas intelektualitas yang mereka

    miliki karena mereka termasuk orang-orang yang beruntung yang dapat mengenyam pendidikanhingga jenjang yang tertinggi. Maka tidak salah memang, jika mereka-mereka ini menyandang

    sebutan mahasiswa, status superior bagi pelajar di Indonesia.

    Status yang disandang ini memberikan konsekuensi logis adanya hubungan timbal-balik antarastatus dan peran mahasiswa. Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa harus peka terhadap

    apa yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat. Mengutip Ali Syariati, seorang intelektual

    bagaikan direktur film. Ia harus mengetahui, memahami, dan mengenal baik masyarakatnya. Apayang ia katakan ada sangkut-pautnya dengan masyarakat..dengan demikian tanggung jawab

    pokok cendikiawan adalah membangkitkan dan membangun masyarakat Pentingnya peran

    mahasiswa ini layak kita garis-bawahi. Tidak hanya terletak pada posisi mahasiswa yang

    cenderung 'elitis' karena stigma positif yang melekat atas kedudukan mereka yang istimewa dimata masyarakat, tetapi juga berkaitan dengan aktivitas mahasiswa atas tanggung jawab moral-

    sosial kemasyarakatan yang digantungkan oleh masyarakat kepada mereka. Mahasiswa menjadi

    representatif bagi masyarakat dalam mengaspirasikan tuntutan. Oleh karena itulah, tuntutanmahasiswa adalah tuntutan rakyat, tuntutan yang atas nama Rakyat Indonesia.

    Perjalanan Gerakan Mahasiswa

    Tidak dapat dipungkiri peran mahasiswa menjadi begitu penting dalam sejarah perjuangan

    bangsanya dari masa ke masa. Gerakan mahasiswa telah membuktikan bahwa mereka mampu

    untuk menumbangkan keotoritarian kaum elite atas rakyatnya. Gerakan mahasiswa untuk

    kemudian menjadi bentuk perjuangan dan kontribusi nyata kaum intelektual atas tanggung jawabmoral-sosial mereka kepada rakyat.

    Gerakan mahasiswa tampaknya memang sudah menjadi tuntutan zaman. Keberadaannya timbuldan tenggelam dalam pergolakan bangsa-bangsa yang ingin menata kehidupan demokrasinya

    menuju ke arah yang lebih baik. Pengalaman historis perjuangan bangsa telah membuktikan

    bahwa mahasiswa selalu memainkan peranan penting dalam setiap perjuangan. Mahasiswa telahmenjadi kekuatan yang ada pada setiap perubahan yang tertoreh dalam sejarah bangsanya.

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    8/29

    Istilah gerakan mahasiswa menjadi sangat populer setelah terjadi sebuah fenomena monumental

    di tahun 1998. Meskipun pada masa sebelumnya, gerakan mahasiswa juga pernah secara aktifmemelopori perubahan. Dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa telah

    memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim

    otoritarian.

    Kalau kita melihat sejenak peran gerakan mahasiswa dalam konteks semangat zamannya, kita

    bisa menengok kembali kepada peran mahasiswa dalam kurun waktu yang amat menentukan

    dalam sejarah bangsa kita. Munculnya angkatan-angkatan 1908, 1928, 1945, 1966, 1974, 1978,dan 1998 di pentas politik baik yang berhasil ataupun yang gagal total kiranya senantiasa

    dilandasi semangat untuk melakukan kritik terhadap status quo dan mengharapkan kehidupan

    baru yang lebih baik dan dengan impian dan harapan yang lebih baik pula.

    Mahasiswa pernah menjadi salah satu bagian dari gerakan pemuda yang tidak dapat dipisahkandengan proses perjuangan bangsa, sejak terjadinya kebangkitan pemuda 1908. Pada masa

    kebangkitan nasional ini, kaum intelektual muda adalah bagian pendobrak cara pandang yang

    kolot dengan mengadopsi cara pikir yang cerdas. Posisi kaum intelektual (mahasiswa) pasca1908 adalah munculnya generasi gerakan di tahun 1966 yang diyakini berhasil menumbangkan

    rezim Orde Lama dan menggantikannya dengan rezim Orde Baru. Kemudian, gerakan

    mahasiswa angkatan 1978 muncul sebagai kekuatan yang menolak usaha-usaha depolitisasi

    terhadap mahasiswa. Sementara itu, angkatan 1980-an muncul sebagai generasi gerakan kritisyang tidak memunculkan gerakan yang masif, tetapi intensif terjun lagsung dalam masyarakat

    dalam kelompok-kelompok diskusi dan LSM-LSM yang bekerja secara langsung dalam basis

    masyarakat. Puncak dari gerakan mahasiswa terjadi pada angkatan 1998 yang diyakini berhasilmenumbangkan rezim Orde Baru. Gerakan yang dipelopori mahasiswa ini bersifat masif dan

    berhasil meruntuhkan hegemoni dan kekuasaan riil negara. Bahkan, militer pun berhasil

    diredupkan posisinya berkat kekuataan massa di bawah kepeloporan mahasiswa-mahasiswa.

    Gerakan mahasiswa dari masa ke masa selalu memberikan nafas baru yang kemudian melahirkan

    aktivis-aktivis mahasiswa yang cerdas dan berani. Pada umumnya, gerakan yang dibangun oleh

    para aktivis mahasiswa ini berangkat dari sebuah kesadaran tentang posisi masyarakat yangberhadapan dengan negara (konsep patron-client). Kesadaran tersebut kemudian membawa

    aktivitas gerakan pada sebuah tujuan yang hendak dicapai. Dengan melibatkan berbagai wacana

    yang mampu mendukung terwujudnya tujuan gerakan, para aktivis akan mengembangkan sebuahmetode, strategi, atau taktik gerakan sebagai hasil dan tindak lanjut dari tingkat kesadaran yang

    mereka miliki tentang ketegangan antara negara dengan masyarakat. Dalam perjalanan sejarah

    Bangsa Indonesia sendiri, aktivitas gerakan mahasiswa selalu mengalami pasang surut, tercapai

    atau tidaknya tujuan gerakan sangat tergantung pada metode dan strategi gerakan yang

    digunakan. Beda zaman beda tantangan, begitulah gambaran dinamika gerakan mahasiswa dalamtorehan sejarah.

    Gerakan Mahasiswa dari Masa ke Masa

    1. Munculnya Pergerakan Kaum Terpelajar (1908)

    Kaum terpelajar Indonesia muncul seiring dibangunnya sekolah-sekolah oleh Belanda pada

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    9/29

    abad-18. Dari pembangunan tersebut hingga tahun 1906 di Hindia sudah terdapat beberapa orang

    terpelajar pribumi yang kebanyakan berasal dari keluarga para raja atau bangsawan tinggi

    mendapatkan pendidikan menengah dan tinggi. Munculnya perguruan tinggi di Hindia Belandamerupakan politik etis (politik balas jasa) yang diterapkan Belanda yang meliputi aspek edukasi,

    emigrasi, dan imigrasi. Sayangnya, politik etis tersebut hanyalah merupakan taktik dari kolonial

    untuk mendapatkan tenaga terdidik yang murah untuk membuka lahan perkebunan, danmembuat irigasi yang tentunya hanya menguntungkan pihak Belanda. Walaupun demikian, peranpolitik etis ini menjadi besar bagi kemunculan kaum terpelajar yang pada awalnya masih

    didominasi oleh putra-putra priyayi, yang dari perkenalannya dengan Eropa mereka menyadari

    kekurangan bangsanya: tingkat pendidikan, pengetahuan dan ilmu, terutama teknologi, danperadaban pada umumnya.

    Munculnya kaum terpelajar turut mendorong berkembangnya organisasi-organisasi soSial.

    Organisasi soSial yang pertama kali muncul adalah Sarikat Priyayi pada tahun 1906. Organisasiini didirikan oleh Tirto Adhi Soerjo, termasuk Thamrin Mohamad Thabrie dan R.A.A.

    Prawiradiredja. Sarikat Priyayi kemudian tidak berkembang karena tidak mampu menggerakkan

    para priyayi yang sudah mapan, dan tidak mau bergerak tanpa restu dari pemerintah. Kemudianpada tahun 1908 berdirilah Boedi Oetomo dengan tokoh-tokohnya antara lain E. Douwes Dekker

    dan Wahidin Soediro Hoesodo. Boedi Oetomo didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-

    pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, sebuah sekolah kedokteran di Jakarta.

    Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur

    pengorganisasian modern. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah menghendaki adanya

    kemajuan bagi Hindia. Wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektualterlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya. Awalnya Boedi Oetomo bergerak secara

    terbatas di Jawa dan Madura, tetapi kemudian meluas ke seluruh Hindia. Bidang kegiatan yang

    dipilih oleh Boedi Oetomo adalah bidang pendidikan dan budaya, dengan tidak melibatkan diri

    dalam kegiatan politik.

    Pada kongres pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan:

    Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran,pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan. Keterlibatan golongan

    tua moderat dan priyayi yang mengutamakan jabatan, membuat Boedi Oetomo justru semakin

    melemah dan terjerembab masuk dalam kerangka politik etis. Kondisi ini menjadikan BoediOetomo cenderung memajukan pendidikan bagi priyayi dengan meluaskan pendidikan Barat.

    Pada tahun 1911, di Solo berdiri sebuah perkumpulan bernama Sarekat Islam (SI). Organisasi ini

    didirikan bukan semata-mata sebagai perlawanan terehadap para pedagang-pedagang Cina, tetapi

    juga digunakan sebagai front untuk melawan semua bentuk penghinaan terhadap rakyatbumiputera. Organisasi merupakan reaksi terhadap rencana krestenings-politiek (politik

    pengkristenan) dari kaum zending, perlawanan terhadap penindasan dari pihak kolonial. Berbeda

    dengan Boedi Oetomo yang elitis karena hanya berada di lingkungan priyayi, SI mampumenjamah lapisan masyarakat bawah untuk melawan segala bentuk penindasan dan

    kesombongan rasial.

    Tujuan didirikannya SI antara lain: mengembangkan jiwa berdagang; memberi bantuan kepada

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    10/29

    anggota-anggotanya yang menderita kesukaran; memajukan pengajaran dan semua yang dapat

    mempercepat naiknya derajat bumiputera; dan menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang

    islam. Tujuan SI secara tidak langsung menghubungkan organisasi ini dengan dunia politik.

    Disamping itu, pada tahun 1908, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda,

    salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool diRotterdam mendirikan organisasi bernama Indische Vereeniging yang kemudian berubah namamenjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat

    kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih

    mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, pada tahun 1925 organisasi ini bergantinama baru menjadi Perhimpunan Indonesia. Perhimpunan Indonesia menyerukan kesatuan di

    antara organisasi-organisasi yang ada. Dari persatuan tersebut diharapkan terbentuk front tunggal

    yang dapat menarik dukungan massa atas dasar nasionalisme. Metode yang digunakan untuk

    mendapatkan pengaruh adalah melalui boycott terhadap dewan tuan tanah kolonial, mengikuticontoh India dengan gerakan non-cooperation, dan secara umum bergantung pada kekuatan dan

    kemampuan bangsa sendiri.

    Berdirinya Indische Vereeniging dan organisasi-organisasi lain, seperti: Indische Partij yang

    merupakan partai politik pertama di Hindia yang berdiri pada tanggal 25 Desember 1912 dengan

    Douwes Dekker sebagai ketua dan Tjipto Mangunkusomo sebagai wakilnya yang senantiasa

    melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia; Sarekat Islam; Muhammadiyah yang beralirannasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)

    yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal

    tersebut di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkanBoedi Oetomo karena banyak orang kemudian memandang Boedi Oetomo terlalu lembek oleh

    karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan terlalu elitis serta sempit keanggotaannya

    (yaitu hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa).

    Kehadiran Boedi Oetomo, Indische Vereeniging, dan lain-lain pada masa itu merupakan suatu

    episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar

    dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya. Generasi 1908 dengan tujuan utamanyamenumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia

    untuk memperoleh kemerdekaan kian mendorong semangat rakyat melalui penerangan-

    penerangan pendidikan yang mereka berikan untuk berjuang membebaskan diri dari penindasankolonialisme.

    2. 1928

    Pada tahun 1922, sekumpulan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeniging yangkemudian berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan

    perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang

    dihadapi, mereka membentuk kelompok studi yang mempraktekkan ide-ide mereka dan dikenalamat berpengaruh karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah

    Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal

    29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie Club) yangkemudian menjadi Perserikatan Nasional Indonesia, direalisasikan oleh para nasionalis dan

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    11/29

    mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli

    1925. Tujuan PNI sendiri adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia dengan dua metode yang

    digunakan, yaitu pertama, ke dalam: dengan mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah, bank-bank, dan sebagainya; kedua, keluar: dengan memperkuat opini publik di rapat-

    rapat umum (vergadering) dan menerbitkan surat-surat kabar.

    Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudianPerhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruhelemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St.

    Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV)

    bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam padatahun 1930-an.

    Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, generasi

    baru pemuda Indonesia muncul dan tercetus Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-

    28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI. Pada tahun 1930 hampir semua perkumpulan pemuda

    Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda.

    3. 1945

    Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengankehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi

    Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan

    memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai BangsaIndonesia (PBI) sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia

    (PNI).

    Secara umum, kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepangjauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, Ketika Jepang masuk ke Indonesia

    tahun 1942 terjadi pelarangan semua kegiatan yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti

    dengan membubarkan semua organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik. Praktis,akibat kondisi yang sangat represif itu, mahasiswa dan pemuda memilih melakukan kegiatan

    berkumpul dan berdiskusi di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah

    kemerdekaan dan berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh adalah Asrama AngkatanBaru Indonesia (Menteng 31), Asrama Fakultas Kedokteran (Cikini), dan Asrama Indonesia

    Merdeka (Kebon Sirih).

    Asrama Angkatan Baru Indonesia (Menteng 31) didirikan dengan tujuan menciptakan inti

    aktivis yang setelah menyelesaikan pendidikannya akan disebar ke daerah-daerah. Temapendidikan dalam asrama ini berpusat pada masalah nasionalisme dan Semangat Asia Timur

    Raya. Siswa-siswa dalam asrama ini antara lain Chairul Saleh dan Sukarni, mereka merupakan

    angkatan muda 1945 yang bersejarah, yang pada saat itu terpaksa menculik dan mendesakSoekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini yang

    kemudian dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok.

    Berbeda dengan Asrama Angkatan Baru Indonesia, Asrama Fakultas Kedokteran dihuni oleh

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    12/29

    mahasiswa dari latar belakang menengah ke atas yang kesehariannya menggunakan bahasa

    Belanda dengan pandangan sosial demokratnya, juga bukan kelompok pemuda yang aktif dalam

    kegiatan politik. Sedangkan Asrama Indonesia Merdeka didirikan dengan tujuan untukmengimbangi Angkatan Darat dalam menarik pemuda. Dan pada akhir tahun 1944, berdiri

    organisasi bernama Angkatan Muda yang dalam konferensinya menghasilkan beberapa

    resolusi antara lain: Pertama, seluruh golongan harus dipersatukan dan disentralisasi di bawahsatu pimpinan tunggal. Kedua, kemerdekaan Indonesia harus diwujudkan secepat mungkin.

    4. 1966

    Pasca proklamasi kemerdekaan, muncul berbagai organisasi mahasiswa dengan dasar ideologi

    yang berbeda-beda. Pada tanggal 5 Februari 1947 diresmikan terebentuknya Himpunan

    Mahasiswa Islam (HMI), kemudian diikuti berdirinya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

    (GMKI) pada tanggal 25 Maret 1947 dan kemudian disusul dengan berdirinya PerhimpunanMahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI). Organisasi-organisasi mahasiswa ini

    menggunakan ideologi agama seperti Islam, Kristen, dan Katholik. Kemunculan organisasi-

    organisasi mahasiswa ini mengikuti lahirnya partai-partai politik yang juga menggunakan basisideologi agama seperti Masyumi yang berdiri tanggal 7 November 1945 dan Partai Katholik

    yang berdiri tanggal 8 Desember 1945.

    Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistemkepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan

    organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik

    Indonesia (PMKRI) dengan Partai Katholik; sementara partai besar lainnya yaitu partai NasionalIndonesia (PNI) juga memiliki organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang

    berdiri tanggal 23 maret 1954; Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI;

    Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berafiliasi dengan Partai NU; Himpunan

    Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi; dan Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia(CGMI) yang dibentuk pada tahun 1956 sebagai hasil penggabungan tiga organisasi kecil

    mahasiswa di Bandung, Bogor, dan Yogyakarta. Pada Kongres CGMI ke IV tahun 1964 di

    Jakarta dinyatakan CGMI akan mendekati partai yang berpihak kepada rakyat. Dalamperkembangannya, CGMI memiliki kedekatan dengan PKI. Program yang dibawa oleh CGMI

    waktu itu adalah Tritunggal, yaitu: pertama, studi; kedua, menjadi nomer satu dalam studi;

    ketiga, bergerak di bawah. Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjolsetelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955.

    Di permulaan tahun 60an dan pada periode Demokrasi Terpimpin, para mahasiswa berhadapan

    dengan dua kekuatan besar yaitu Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) dan Manifesto

    Kebudayaan (Manikebu). Lekra mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan intelektualIndonesia waktu itu. Organisasi ini memasukkan pandangan-pandangan mereka dalam bidang

    kesenian, kesusastraan, dan gagasan-gagasan dengan pendekatan realisme kritis atau

    romantisme revolusioner. Lekra anti terhadap nilai-nilai kebudayaan yang non-Indonesia.Sedangkan Manikebu bertujuan untuk membendung makin besarnya kekuatan Lekra dalam

    kehidupan kesusastraan dan kesenian. Kelompok ini menolak politik kebudayaan nasional

    sempit yang dicanangkan oleh Soekarno dengan dukungan kuat Lekra.

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    13/29

    Organisasi gerakan mahasiswa yang meramaikan panggung perpolitikan dalam masa Demokrasi

    Terpimpin adalah organisasi yang memiliki afiliasi pada partai politik. Mereka saling berlomba,

    adu program untuk mendapatkan massa yang besar. Organisasi mahasiswa yang tersingkir daripanggung politik mengorganisir diri melalui kesatuan-kesatuan aksi. Puncaknya ketika pecahnya

    peristiwa G30S, mahasiswa berideologi liberal yang tersingkir kemudian bersatu dengan tentara.

    Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1965yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh MenteriPerguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI,

    HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-

    organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa(IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan

    perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Sebelum

    KAMI gerakan mahasiswa yang menyikapi peristiwa G30S masih bersifat local. Kemunculan

    KAMI tersebut membuat isu yang dibawa semakin terfokus menjadi Trotura (Tri TuntutanRakyat) yang berisi: Bubarkan PKI, retool Kabinet Dwikora, dan turunkan harga barang.

    Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia

    (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi SarjanaIndonesia (KASI), dan lain-lain. Titik puncak aksi mahasiswa terjadi pada saat diadakannya

    pelantikan kabinet Dwikora tanggal 24 Februari 1966 oleh Soekarno di istana Presiden. Ketika

    demonstrasi mencapai jalan Merdeka Utara, dua demonstran yaitu Arief Rahman Hakin

    (mahasiswa Kedokteran UI) dan Zubaedah (pelajar sekolah menegah) tewas tertembak.Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan

    yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi

    awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakanmahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang

    kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua

    Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI, Akbar

    Tanjung dari HMI, dan lain-lain. Angkatan '66 mengangkat isu komunis sebagai bahaya latennegara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa

    menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama

    berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursiDPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. Di masa ini ada salah satu

    tokoh yang sangat idealis, yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa

    yang idealis setelah masanya, dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi ataudidekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa ini, dia adalah Soe Hok

    Gie

    5. 1974

    Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika

    generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang

    dialami adalah konfrontasi dengan militer. Pasca peristiwa G 30S, gerakan mahasiswa cenderungmemakai konsep gerakan moral (moral force). Dalam konsepsi ini, mahasiswa bertindak sebagai

    kekuatan moral daripada sebagai kekuatan politik, dalam arti bahwa mahasiswa muncul sebagai

    aktor politik ketika situasi bangsa sedang krisis, setelah krisis berlalu kemudian kembalikekampus belajar. Arief Budiman menyebut gerakan ini sebagai Gerakan Koreksi. Gerakan ini

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    14/29

    sifatnya hanya melakukan kritik terhadap suatu permasalahan. Gerakan ini merasa tidak perlu

    mengumpulkan massa yang besar dan melengkapi dirinya dengan ideologi alternatif.

    Bangkitnya gerakan mahasiswa pada periode ini tidak dapat dilepaskan dari konstalasi politik

    dan ekonomi nasional pada waktu itu. Jika pada tahun 1968 dan 1969 kondisi kampus tenang-

    tenang saja, maka pada tahun 1970 terjadi berbagai aksi dan protes yangdilakukan olehmahasiswa. Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya aksi ini adalah faktor objektif sepertijumlah mahasiswa bertambah terus tetapi anggaran pendidikan relatif kurang; jumlah mahasiswa

    baru yang tidak sepadan dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia, meningkatnya inflasi dan

    bertambahnya kesulitan hidup sehari-hari; semua itu menimbulkan ketegangan. Ditambah lagidengan merajalelanya korupsi di tahun 1970 yang mengiringi pertumbuhan ekonomi di samping

    munculnya tanda-tanda pertama dari boom minyak. Selain itu, pembangunan ternyata tidak

    membuat sejahtera seluruh lapisan masyarakat, pembangunan hanya dinikmati oleh sekelompok

    kecil masyarakat.

    Pada tahun 1970 para aktivis yang dimotori oleh Arief Budiman membentuk gerakan bernama

    Mahasiswa Menggugat. Gerakan ini memprotes kenaikan harga bensin yang mengakibatkanharga-harga dan juga korupsi. Diikuti dengan gerakan-gerakan anti korupsi dalam skala yang

    lebih luas, pada tahun 1970, pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan

    membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya Komite Anti

    Korupsi ini dapat dilihat sebagai reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yangdisponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai

    Komisi Empat.

    Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an,

    sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek

    kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:

    Golongan Putih (Golput) yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada1972 karena Golkar dinilai curang.

    Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada tahun 1973 yang

    menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus

    mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam

    bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo denganmengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-

    undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan

    MPR/DPR/DPRD.

    Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupunmahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi

    rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi

    Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, AdnanBuyung Nasution, Asmara Nababan. Golongan putih (Golput) dimaksudkan untuk menghimpun

    orang-orang yang tidak mengikuti pemilu

    Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    15/29

    anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak

    dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah

    (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.

    Protes terus berlanjut. Pada akhir 1973, suasana semakin menghangat dengan berbagai faktor

    seperti lahirnya UU perkawinan dan isu modal asing yang masuk ke Indonesia seiring dengandiangkatnya Asisten Pribadi (Aspri) Presiden. Memasuki tahun 1974, pada tanggal 14 Januarimahasiswa berdemonstrasi di lapangan udara Halim Perdanakusuma memprotes kedatangan

    Perdana Menteri Jepang Tanaka yang datang ke Indonesia dan sehari kemudian mahasiswa

    meneriakkan kembali tritura yang berisi: 1. Bubarkan Asisten pribadi (Aspri); 2. Turunkanharga; 3. Ganyang Korupsi. Demostrasi ini memuncak pada tanggal 15 Januari yang membuat

    pusat kota Jakarta sempat terhenti aktivitasnya selama dua hari. Hampir 1000 mobil, kebanyakan

    buatan Jepang, 144 gedung dibakar atau dirusak, 9 orang meninggal, seratus lebih cedera dan

    820 orang ditangkap. Peristiwaq ni kemudian dikenal dengan peristiwa Malari atauMalapetaka 15 Januari 1974. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi

    Presiden.

    6. 1978

    Setelah peristiwa Malari, dikeluarkan SK Pemerintah No. 028/1974 yang memberi wewenang

    yang lebih besar kepada pimpinan perguruan tinggi untuk mengontrol aktivitas mahasiswa dikampus, pers mahasiwa harus diawasi oleh Menteri Penerangan dan birokrat kampus, dan

    peraturan yang mengharuskan organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan partai untuk

    bergabung menjadi satu organisasi yang diatur oleh rejim, ditambah dengan pencucian otak paramahasiswa dengan pembentukan komisi yang merubah Pancasila menjadi alat kontrol politik.

    Hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa

    disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasidengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan

    mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.

    Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul

    kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik

    diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukantanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-

    daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat

    lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.

    Pada gerakan mahasiswa tahun 1978, mahasiswa memfokuskan membangun aliansi antara

    dewan mahasiswa ketimbang membangun aliansi dengan faksi-faksi elit yang tidak mendukungSoeharto. Pada bulan Januari 1978, dewan mahasiswa ITB menerbitkan Buku Putih Perjuangan

    Mahasiswa 1978 yang dinyatakan sebagai kritik Indonesia sistematis pertama terhadap

    kebijakan rezim Orde Baru. Buku ini mencerca pemerintah untuk korupsi yang meluas,kebijakan ekonomi yang memfasilitasi kepentingan memperkaya diri sendiri dengan biaya

    kesejahteraan sosial, represi terhadap suara politik independen dan kehilangan hubungan dengan

    rakyat.Pada periode ini terjadi pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    16/29

    telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978

    lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus dan tidak terpancing

    keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974. Akibatnya, pada tanggal 21 Januari1978 Pangkomkamtib Soedomo menerbitkan SK Komkamtib yang berisi tentang pembubaran

    Dewan Mahasiswa semua universitas dan pendudukan atau pengambilalihan kampus oleh

    militer. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga mengeluarkan instruksi No.1/U/1978 dan SKMenteri pendidikan dan kebudayaan No.037/U/1979 yang berisi pembubaran Dewan Mahasiswadan pembatasan aktivitas mahasiswa.

    Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah,yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat

    bahkan menolak kepemimpinan nasional.

    7. Era NKK/BKK

    Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa

    selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/BadanKoordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa. Upaya pemerintah

    untuk mengeliminasi mahasiswa dari kegiatan politik semakin kuat ketika pada tanggal 19 April

    1978, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang saat itu dijabat oleh Daoed Joesoef menerapkan

    kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) yang berarti menata ulang dan redefinisikampus secara mendasar, fungsional, dan bertahap. Kebijakan ini membuat mahasiswa hanya

    boleh melakukan kegiatan kampus dan dilarang berhhubungan dengan kehidupan politik praktis.

    Kebijakan ini dituangkan dalam SK Menteri pendidikan dan Kebudayaan No.0156/V/1978 yangmenyatakan bahwa aktivitas dan ekspresi politik mahasiswa di dalam kampus adalah tidak sah

    serta hanya mengijinkan adanya diskusi akademik tentang subjek politik. Selain SK

    Mendikbud, dirjen DIKTI juga mengeluarkan instruksi No.002/DK/Inst/1978 yang

    menempatkan semua aktivitas mahasiswa di bawah kontrol Pembantu Rektor III yang dibantuoleh pembantu dekan III di tiap fakultas. Keputusan tersebut mengakibatkan adanya badan

    koordinasi untuk urusan kemahasiswaan, sebuah institusi kampus yang memberikan otoritas

    efektif pada rektor untuk menunjuk atau mengganti pemimpin organisasi mahasiswa dengansegera.

    Tanggal 24 Februari 1979, setelah melewati pembahasan intensif antara Departemen Pendidikandan Kebudayaan dan para rektor, Mendikbud mengeluarkan SK No.37/U/1979 yang mengatur

    Bentuk Susunan Lembaga atau organisasi Kemahasiswaan Lingkungan Perguruan Tinggi

    Departemen P dan K. dengan begitu di tiap perguruan tinggi dibentuk Badan Koordinasi

    Kemahasiswaan (BKK) sebagai badan nonstruktural yang berfungsi membantu rektor untuk

    merencanakan kegiatan mahasiswa. Dengan begitu maka sejak peraturan-peraturan itudimunculkan, praktis semua kegiatan mahasiswa baik kurikuler maupun non kurikuler dikontrol

    oleh pimpinan perguruan tinggi.

    Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan

    Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat

    Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun halyang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    17/29

    pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud

    tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.

    Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstrakampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh.

    Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik

    praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alatpemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yangapatis, sementara posisi rezim semakin kuat.

    Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awaltahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh

    kekuasaan refresif penguasa. Kelompok Studi (KS) merupakan arena untuk mengasah

    kemampuan kritis mereka atas persoalan sosial dan politik. KS muncul sebagai alternatif akibat

    ketidakmampuan organisasi mahasiswa formal di kampus untuk menyalurkan ide-ide kritismahasiswa mengenai perubahan sosial. Era KS dimulai sejak 1982-1983, kemunculannya yang

    meskipun berjumlah kecil dan hanya terdapat di kota-kota tertentu mampu meramaikan kembali

    gerakan mahasiswa. Pemikiran-pemikiran kritis yang dikaji dalam KS antara lai karya KarlMarx, Paolo Freire, Ivan Illich, Jurgen Habermas, dan Michael Foucalt.

    Dalam perkembangannya, eksistensi kelompok ini tidak hanya berfungsi sebagai arena untuk

    diskusi melainkan juga mealkukan aksi-aksi advokasi. Advokasi tersebut berupa turun kebawah yakni bekerja sama dengan dan mendampingi kaum buruh dan petani. Kehadiran wadah-

    wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur menjadi alternatif gerakan

    mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakaikendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan

    aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam),

    PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional

    Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia), GMKI (GerakanMahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga

    membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.

    Selain kemunculan berbagai macam organisasi mahasiswa tersebut, gerakan mahasiswa pada

    massa ini juga mengaplikasikan hasil diskusinya dengan cara melakukan pengorganisiran di

    basis-basis massa rakyat. Demonstrasi-demonstrasi kampus pertama muncul kembali pada 1987yang memuncak pada tahun 1989 dalam rangkaian protes mahasiswa mengenai isu tanah dan

    kekerasan terhadap rakyat sipil. Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi

    mahasiswa antara lain: kasus tanah waduk Kedung Ombo, Kacapiring, Blengguan, Pandega, dan

    lain-lain. Kasus Kedung Ombo patut diberi catatan tersendiri karena kasus ini yang membawa

    para mahasiswa kembali keluar dari ruang kuliahnya dan terlibat ke dalam masalah sosial politik.Bahkan leibh dari itu, kerjasama antara mahasiswa yang ada di berbagai kota di Jawa Tengah

    dan Jakarta mulai dibina.

    8. 1990

    Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabutdan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    18/29

    PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat

    Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas

    (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra menanggapi SK

    tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun

    dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswayang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hidden agenda untukmenarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan

    di luar kampus.

    Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena

    kegagalan konsep ini. Konsep SMPT tidak banyak berbeda dengan NKK/BKK. Mahasiswa

    menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk

    birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa diUGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai

    landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.

    Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis

    serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa

    untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa

    ditahun 1990-an.Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan

    kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987-1990 sehingga akhirnya demonstrasi

    bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luarkampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

    Fenomena negara yang sangat kuat sehingga bisa mengontrol kebebasan berbicara dan berpikir

    masyarakat khususnya mahasiswa, membangun kesadaran massif di antara kalangan mahasiswa,sehingga ketika terjadi sikap-sikap otoriter dari negara, ingatan masyarakat semakin mengental

    untuk menyatakan sikap ketidaksetujuan terhadap negara otoriter.

    Gerakan menjadi bertambah besar sejak terjadinya peristiwa 27 Juli 1996 yang disertai dengan

    hilangnya aktivis prodemokrasi. Dalam peristiwa 27 Juli 1996 ini sebenarnya masyarakat mulai

    melihat bahwa proses politik mengalami kemandegan yang luar biasa serta semakin jelasnyaposisi negara Orde baru yang otoriter. Peristiwa penyerbuan kantor DPP PDI telah memicu

    pengorganisasian kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan ideologi. Ideologi

    dalam hal ini lebih dipahami sebagai kesamaan cita-cita dan tatanan nilai yang sama. Landasan

    nilai yang sama tersebut memudahkan melakukan pengorganisasian yang kemudian diarahkan

    untuk melakukan perlawanan wacana terhadap isu yang dikembangkan oleh negara dan aparatmiliter.

    9. 1998

    Badai krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997. Krisis ini bermula dari jatuhnya mata uang

    Thailand (Bath) dan kemudian menyapu seluruh Asia Tenggara. Pada bulan Juli 1997 nilai tukarrupiah menurun menjadi 2400, akibatnya terjadi lonjakan pengangguran, industri gulung tikar,

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    19/29

    dan perdagangan macet. Untuk mengatasi hal tersebut, Soeharto memohon bantuan kepada

    negara-negara imperialis melalui IMF dengan syarat Indonesia harus mencabut subsidi terhadap

    barang-barang kebutuhan pokok. Akhirnya, Soeharto mengumumkan kenaikan tarif transportasiumum, hanya beberapa jam setelah sebelumnya mengumumkan kenaikan listrik dan BBM

    (bahan bakar minyak), sesuai dengan rekomendasi IMF untuk mengurangi subsidi bagi kedua

    komoditas tersebut. Ketika rupiah jatuh pada nilai 10.000 terhadap dolar Amerika, Soehartokembali membuat konsensus dengan IMF dengan mencabut subsidi atas BBM dan listrik.Akibatnya, harga bahan bakar naik sebesar 47% dan listrik rata-rata naik sebesar 60%.

    Mahasiswa menemukan momentumnya seiring dengan krisis ekonomi yang terjadi tersebut.Dalam kurun waktu awal Februari sampai Mei 1998, secara kuantitatif dan kualitatif gerakan

    mahasiswa naik secara drastis, dari tuntutan yang sudah politis dan metode yang radikal. Pelaku

    gerakan pada masa ini bukan hanya organisasi-organisasi gerakan yang sudah lama bergerak

    sejak tahun 80an melainkan juga kalangan aktivis kampus dari organisasi-organisasi sepertiSenat Mahasiswa, BEM, dan senat-senat fakultas. Para aktor dari kalangan kmapus ini menyebut

    gerakan mereka sebagai gerakan moral dengan format aksi keprihatinan di kampus. Mereka

    juga banyak didukung oleh para staf pengajar dan pimpinan perguruan tinggi yan menjadikangerakan mahasiswa sebagai gerakan civitas academica.

    Selama bulan Maret pasca terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden yang ketujuh kalinya

    sampai bulan Mei, isu dan tuntutan mahasiswa semakin meningkat dan bertambah banyak.Target politiknya juga jelas yaitu menuntut Soeharto untuk mundur. Puncaknya terjadi pada

    tanggal 12 Mei 1998, ketika 6 mahasiswa Trisakti gugur diterjang peluru militer. Peristiwa ini

    menyulut solidaritas dan perlawanan yang semakin massif dari mahasiswa dan masyarakat.Tanggal 13 Mei, lebih dari 32 aksi di 16 kota di Indonesia serentak digelar untuk menyatakan

    solidaritas. Selain aksi besar-besaran dengan ribuan massa yang terjadi diberbagai kota di

    Indonesia, peristiwa lain yang mempercepat proses turunnya Soeharto adalah pendudukan

    terhadap Gedung MPR/DPR yang dilakukan oleh puluhan ribu mahasiswa sejak tanggal 18 Mei1998. Akhirnya tanggal 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya.

    peristiwa yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi nasonal dan swasta ini kemudian

    disambut dengan gembira oleh mahasiwa dan masyarakat.

    Gerakan mahasiswa 1998 lebih merupakan kebangkitan civil society yang dukungannya berasal

    dari kekuatan civil society itu sendiri. Jika berbicara tentang proses radikalisasi yang terjadidalam gerakan mahasiswa pada periode Mei 1998, para aktivis mahasiswa sendiri menyadari

    bahwa banyaknya mahasiswa yang turun dan begitu seringnya mendapatkan perlakuan buruk

    dari pihak aparat dalah faktor yang cukup penting. Dari peristiwa-peristiwa berdarah yang tidak

    jarang meminta korban jiwa itulah sebenarnya muncul satu bentuk semangat perlawanan

    bersama yang terus menjalar di benak aktivis gerakan dan diikuti oleh semakin banyak kelompokmahasiswa dan masyarakat lainnya. Jadi ikatan yang paling menonjol dari gerakan mahasiswa

    angkatan 1998 bukan terletak pada kepentingan ideologi, tetapi pada semangat kebersamaan.

    Hal lain yang juga menarik untuk diamati dari ciri khas gerakan mahasiwa Angkatan 1998 ini

    adalah strategi gerakan yang dikembangkan adalah strategi untuk menyatukan diri dengan

    kekuatan masyarakat secara umum. Selain naluri gerakan muncul dari kesadaran akan adanyaketegangan antara negara dan masyarakat, tingkat kesadaran yang lebih tinggi adalah bahwa

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    20/29

    mereka merasa bagian dari masyarakat.

    10. Pasca Reformasi

    Masa Habibie

    Pasca reformasi, praktis gerakan mahasiswa mulai menemukan polanya masing-masing. Gerakanmahasiswa yang tadinya seiring sejalan dalam menurunkan Soeharto kini mulai berguguran dan

    terpecah ke dalam dua kelompok pada periode Habibie yaitu gerakan mahasiswa yang

    mendukung Habibie dan gerakan mahasiswa yang tidak mendukung Habibie. Dengan dorongantuntutan reformasi rezim Habibie, pada bulan November diadakan Sidang istimewa. Sepanjang

    dilakukannya Sidang Istimewa, mahasiswa melakukan demonstrasi. Demonstrasi tersebut tidak

    dilakukan oleh mahasiswa sendiri tetapi terhitung hingga ratusan ribu rakyat menolak Sidang

    Istimewa. Puncaknya pada Sidang Istimewa terakhir terjadi tragedi Semanggi di mana 18 orangmeninggal dunia, tujuh mahasiswa, satu siswa SMU, sembilan orang pejalan kaki, dan satu

    polisi. 253 orang terluka sedang yang terluka oleh tembakan senjata api adalah 14 mahasiswa,

    satu dosen, dua siswa SMU, dan 15 pejalan kaki.

    Empat bulan sejak peristiwa Semanggi I, gerakan mahasiswa mengalami penurunan dalam

    kuantitas peserta demonstrasi yang sangat drastik. Dalam menghadapi Pemilu 1999, gerakan

    mahasiswa kembali terpecah dalan tiga sikap. Pertama, mendukung pelaksanaan pemilu. Kedua,gerakan mahasiswa yang mendukung pemilu dengan syarat. Ketiga, gerakan mahasiswa

    yangtetap meneruskan isu-isu utama sebelumnya antara lain: pengadilan Soeharto beserta kroni-

    kroninya, penghapusan KKN, pencabutan Dwi Fungsi ABRI, dan pembentukan pemerintahantransisi.

    Pasca pemilu, rezim Habibie ingin mensahkan RUU-PKB yang dibuat oleh DPR. Dan kebijakan

    ini pun ditolak oleh mahasiswa dan massa rakyat dengan melakukan perlawanan. Hal ini karenaisi pasalnya memberikan kewenangan besar dalam tugas-tugas polisional kepada militer, dalam

    situasi negara dinilai darurat atau dalam keadaan berbahaya. Puncak aksi penolakan ini berujung

    pada Peristiwa Semanggi II yang terjadi pada 23-24 September dimana korban dari mahasiswadan masyarakat kembali berjatuhan.

    Masa Gus Dur

    Kemenangan PDI-P dalam Pemilu tidak serta merta mengantarkan Megawati Soekarno Putri

    menjadi presiden. Berdasarkan hasil voting anggota MPR, Gus Dur mengungguli Mega yang

    berarti membawa Gus Dur menjadi presiden. Dalam pemerintahan Gus Dur, terjadi

    perkembangan baru dalam dunia kampus, gerakan mahasiswa menyebutnya privatisai kampus,sementara rezim menyebutnya otonomi kampus. Pemberian status Badan Hukum Milik Negara

    (BHMN) kepada empat Perguruan Tinggi Negeri yaitu UI, ITB, UGM, dan IPB pada tahun 2004

    berimplikasi pada penghentian subsidi pendidikan dan mengharuskan perguruan tinggi mencaridana sendiri. Isu-isu mengenai pendidikan kemudian marak diusung oleh gerakan mahasiswa

    pada masa ini. Tuntutan mereka antara lain:pendidikan murah, perombakan kurikulum

    pendidikan, dan peningkatan kesejahteraan guru.

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    21/29

    Kesimpulan

    Dalam bingkai sejarah, gerakan mahasiswa pernah menjadi bagian dari sebuah gerakan pemudaIndonesia. Mahasiswa pernah menjadi salah satu bagian dari gerakan pemuda sebagaimana

    dilukiskan sebagai sosok yang dinamis ini, posisi pemuda yang didalamnya termasuk

    mahasiswa, tidak bisa dipisahkan dengan proses perjuangan bangsa, sejak terjadinya kebangkitanpemuda 1908. Pemuda adalah pelopor pada zamannya. Pada masa kebangkitan nasional, pemudaadalah bagian pendobrak cara pandang kegelapan dengan cara mengadopsi cara pikei yang

    aukflaris dalam gegap gempita modernisasi.

    Pemuda memiliki posisi mitologis sebagai kekuatan selalu tampil untuk menyuarakan danmemperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan menentang segala bentuk ketidakadilan pada

    zamannya. Dan dari perjalanan sejarah sejak pembentukan bangsa modern sampai dengan

    reformasi ini, pemuda (mahasiswa) terbukti selalu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi

    bangsa dan rakyat Indonesia. Kesan herois ini di satu sisi memang tidak bisa ditolak, meskipundi sisi lain perlu dikritisi secara mendalam.

    Keragaman latar belakang, motivasi, visi politik serta orientasi masing-masing kesatuan aksi

    telah menjadikan gerakan mahasiswa tidak dapat dilihat sebagai entitas yang homogen. Apalagijika dilihat dari perjalanan gerarakan mahasiswa, sangat sulit menempatkan unsur mahasiswa

    sebagai satu barisan monolitik dari civil society. Terlalu banyak varian dan afiliasi terhadap

    kelompok-kelompok lain yang kemudian muncul sebagai variasi gerakan mahasiswa.

    Gerakan mahasiswa tidak terbatas pada sebuah gerakan yang lahir dari mahasiswa yang

    menginginkan perubahan dan sekedar mendobrak status quo, tetapi juga gerakan yang berusaha

    untuk mempertahankan nilai-nilai yang diperjuangkan. Disadari atau tidak, gerakan mahasiswaakan selalu identik dengan perubahan. Seperti yang dikatakan oleh Saul Alinsky, seorang aktivis

    Amerika bahwa Change means movement. Movement means friction. Only in the frictionless

    vacuum of a nonexistent abstract world can movement or change occur without that abrasive

    friction of conflict. Sejauh mana kita kaji perjalanan gerakan mahasiswa, berhasil atau tidaknyatujuan yang hendak dicapai tidak hanya bergantung dari strategi atau taktik yang diterapkan oleh

    mahasiswa dalam penyelesaian konflik atau ketegangan antara negara dan rakyat. Tetapi juga,

    sejauh mana mahasiswa mampu berafiliasi dan membangun jaringan ke tingkat elite, turun kebawah mengadvokasi akar rumput, bergelut dengan friksi demi tercapainya sebuah perubahan

    yang nyata, serta menjadi penghubung lidah rakyat dengan tuntutan yang atas nama rakyat

    Indonesia kepada negaranya.

    Two roads diverged in a yellow wood,

    And sorry I could not travel both

    And be one traveler, long I stood

    And looked down one as far as I couldTo where it bent in the undergrowth(The Road Not Taken by Robert Frost)

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    22/29

    Disarikan dari Buku Bergerak Bersama Rakyat. Yogyakarta: Resist Book. 2007 dan A.

    Prasetyantoko & Ign Wahyu. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia. 2001. Jakarta:P.T. Alumni. 2001

    Eko Prasetyo. Jadilah Intelektual Progresif!. 2007. Yogyakarta: Resist Book.

    Gejolak Reformasi Menolak Anarki. Bandung: Penerbit Zaman Wacana Mulia. 1998Pramoedya Ananta Toer. Sang Pemula. Jakarta: Hasta Mitra. 1985. Halaman 106http://www.brainyquotes.com

    http://www.wikipedia.com

    eran mahasiswa sebagai agen of change, sosial control, dan iron stock

    oleh indah novitasari | Selasa, 24 Juli 2012

    Penulis sebagai mahasiswa dapat memetakan setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang menjadi

    tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang seharusnya dan paling

    idealnya.

    Creator of Change

    Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen perubahan. Penulismengatakan itu tidaklah benar, mengapa? Karena dalam defininya kata agen hanya merujuk bahwa

    mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan hanya menjadi objek perubahan, bukan sebagai

    pencetus perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini peranan mahasiswa banyak yang diboncengi

    pencetus perubahan lain seperti partai politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari kata pencetus,

    mahasiswa seharusnya dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.

    Hal ini dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali permasalahan bangsa

    yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mahasiswa yang

    mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi

    negara menjadi ideal. Lalu, apa yang menjadi alasan untuk berubah? Secara substansial, perubahan

    merupakan harga mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan walaupun

    keadaanya tetap diamsudah menjadi hukum alam. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan

    besar terjadi di tangan generasi muda mulai dari zaman nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain

    sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi agen perubahan saja, melainkan

    pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.

    http://indo-cyberr.blogspot.com/2012/07/peran-mahasiswa-sebagai-agen-of-change.htmlhttp://indo-cyberr.blogspot.com/2012/07/peran-mahasiswa-sebagai-agen-of-change.htmlhttp://indo-cyberr.blogspot.com/2012/07/peran-mahasiswa-sebagai-agen-of-change.html
  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    23/29

    Iron Stock

    Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa dengan ketangguhan

    idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumny, tentu dengan kemampuan dan

    akhlak mulia. Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan bangsa masa

    depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa, kaderasasi yang baik dan

    penanaman nilai yang baik tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin

    masa depan. Pasti timbul pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon

    pemimpin yang siap pakai? Tentu jawabannya adalah dengan memperkaya pengetahuan yang ada

    terhadap masyarakatnya. Selain itu, mempelajari berbagai kesalahan yang ada pada generasi

    sebelumnya juga diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan diri.

    Ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock? Bukan golden atau silver

    stock? Hal ini masuk akal, karena sifat besi itu sendiri yang berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga

    diperlukan pengganti besi-besi sebelumnya. Iron Stock

    Filosofi ini dapat dibenarkan, karena manusia yang disimbolkan sebagai besi tentu akan mati dan

    kehilangan tenaganya, maka dari itu dibutuhkan generasi manusia baru sebagai pengganti yang lebih

    baik.

    Social Control

    Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam masyarakat

    dan pemerintah. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki peranan menjaga dan

    memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita

    semua tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim rakyat, dan sudah seyogyanya mahasiswa

    memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.

    Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya sendiri dalam

    bertindak. Usut punya usut, pemerintah tidak menepati janji yang telah diumbar-umbar dalam

    kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan merajalela dalam kehidupan berbangsa

    bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa yang notabene sebagai anak rakyat harus bertindak

    dengan ilmu dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan

    sebagai kontrol sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    24/29

    yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika

    pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak

    sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.

    Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi

    yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap rakyat juga dapat

    ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja

    yang membutuhkannya.

    FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB MAHASISWA SEBAGAI GENERASI MUDA

    DALAM MENINGKATKAN RASA PERSATUAN DAN KESATUAN

    Ditulis padaMei 23, 2012

    Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan

    dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga

    belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga

    mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang

    diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat

    menggeser makna kebenaran tersebut.

    Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila

    mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap

    bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula

    rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun

    bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi,

    dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.

    1. Peran Mahasiswa

    1.1 Mahasiswa Sebagai Iron Stock

    Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh

    yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasisebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak

    dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan

    pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan

    terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat

    sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.

    http://ekanurulaisah.wordpress.com/2012/05/23/fungsi-dan-tanggung-jawab-mahasiswa-sebagai-generasi-muda-dalam-meningkatkan-rasa-persatuan-dan-kesatuan/http://ekanurulaisah.wordpress.com/2012/05/23/fungsi-dan-tanggung-jawab-mahasiswa-sebagai-generasi-muda-dalam-meningkatkan-rasa-persatuan-dan-kesatuan/http://ekanurulaisah.wordpress.com/2012/05/23/fungsi-dan-tanggung-jawab-mahasiswa-sebagai-generasi-muda-dalam-meningkatkan-rasa-persatuan-dan-kesatuan/http://ekanurulaisah.wordpress.com/2012/05/23/fungsi-dan-tanggung-jawab-mahasiswa-sebagai-generasi-muda-dalam-meningkatkan-rasa-persatuan-dan-kesatuan/
  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    25/29

    Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda sebagai generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54,

    yaitu pemuda sebagai pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan

    dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras terhadap kaum kafir.

    54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akanmendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah

    Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,

    dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa

    yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

    Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari

    zaman nabi, kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi

    bangsa.

    Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ? Jawabannya

    tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian

    maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di

    generasi-generasi sebelumnya.

    Lalu kenapa harus Iron Stock?? Bukan Golden Stocksaja, kan lebih bagus dan mahal ?? Mungkin

    didasarkan atas sifat besi itu sendiri yang akan berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga

    diperlukanlah penggantian dengan besi-besi baru yang lebih bagus dan kokoh. Hal itu sesuai dengan

    kodrat manusia yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran.

    1.2 Mahasiswa Sebagai Guardian of Value

    Mahasiswa sebagai Guardian of Valueberarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di

    masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, Nilai seperti apa yang harus dijaga ?? Untuk

    menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu

    berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    26/29

    renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga

    mahasiswa diwajibkan menjaganya.

    Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak

    ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah

    bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.

    Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga

    oleh mahasiswa, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang kebenaran

    ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha

    Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak

    ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di

    masyarakat.

    Pemikiran Guardian of Valueyang berkembang selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-nilai yang

    sudah ada sebelumya, atau menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, kesigapan, dan lain

    sebagainya. Hal itu tidaklah salah, namun apakah sesederhana itu nilai yang harus mahasiswa jaga ?

    Lantas apa hubungannya nilai-nilai tersebut dengan watak ilmu yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa

    ? Oleh karena itu saya berpendapat bahwa Guardian of Valueadalah penyampai, dan penjaga nilai-nilai

    kebenaran mutlak dimana nilai-nilai tersebut diperoleh berdasarkan watak ilmu yang dimiliki mahasiswa

    itu sendiri. Watak ilmu sendiri adalah selalu mencari kebanaran ilmiah.

    Penjelasan Guardian of Valuehanya sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan

    yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser tersebut sudah terlanjur

    menjadi sebuah perimeter kebaikan di masyarakat, maka kita akan kesulitan dalam memandang arti

    kebenaran nilai itu sendiri.

    1.3 Mahasiswa Sebagai Agent of Change

    Mahasiswa sebagaiAgent of Change,,, hmm..Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu

    perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, Kenapa harus ada perubahan ???. Untuk menjawab

    pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh

    sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati

    bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak

    rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita

    harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti

    akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam

    melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita

    anut dan kita anggap benar.

    Perubahan merupakan sebuah perintah yang diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Quran surat Ar-Rad

    : 11, dimana dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu

    keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang yang hari ini lebih baik

    dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    27/29

    kemarin adalah orang yang merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah perubahan yang

    harus kita lakukan.

    11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka

    menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

    merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap

    sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

    [767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa

    malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang menjaga

    secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.

    [768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

    Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahandikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang eksklusif, hanya 5% dari pemuda yang bisa

    menyandang status mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau

    mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa yang

    telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan

    bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah. Merekalah yang seharusnya melakukan

    perubahan-perubahan tersebut.

    Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan

    bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti

    teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan menciptakan

    mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain

    sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang

    mempengaruhi perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua

    pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih

    untuk mewujudkan hal-hal tersebut.

  • 5/20/2018 Gerakan Mahasiswa Indonesia

    28/29

    Sudah jelas kenapa perubahan itu perlu dilakukan dan kenapa pula mahasiswa harus menjadi garda

    terdepan dalam perubahan tersebut, lantas dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat

    metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu diri sendiri, lalu menyebar

    terus hingga akhirnya sampai ke ruang lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini.

    2. Fungsi Mahasiswa

    Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan

    demokrat yang

    1.

    Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat

    2.

    Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan

    3.

    Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat

    Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah

    membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa

    itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu

    mengembangkan dirinya.

    Insan akademis harus memiliki sense of crisisyaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang

    terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak

    ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut

    maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi

    menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.

    Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang

    tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.

    Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan

    peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu

    sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai

    kebenaran tersebut.

    3. Posisi Mahasiswa

    Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat

    dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis,

    dima