Gender

12
1 Definisi dan pengertian gender Gender diartikan sebagai peran lakilaki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial. Peranperan ini dipelajari, dapat berubah dengan berjalannya waktu, dan variasinya sangat berbeda dalam sebuah kebudayaan atau antar kebudayaan yang berbeda. Karena peran sosial gender merupakan sesuatu yang bisa dipelajari, maka hal ini juga dapat diubah dan diisi dengan normanorma gender yang lebih progresif. Policy brief ini mengusulkan agar sekolah, kurikulum, dan bukubuku sekolah memuat peranperan gender yang lebih mempromosikan bentukbentuk kesetaraan hubungan antara lakilaki dan perempuan (Utomo dkk, 2009). Peran gender yang lebih progresif akan tercipta dalam masyarakat bila antara perempuan dan lakilaki mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hal, antara lain dalam berbagi tugas domestik dan mengasuh serta merawat anak; pendidikan dan pekerjaan; hubungan kerja; hak yang sama dalam jabatan di pemerintahan; berpartisipasi dalam masyarakat, kegiatan keagamaan dan politik; serta perlakuan yang sama dalam semua aspek kehidupan. Peran gender yang progresif mempunyai makna bahwa perempuan dan anak perempuan tidak diperlakukan dengan lebih rendah atau dilihat sebagai objek seksual. Hasil Temuantemuan dari Analisa Gender dalam Bukubuku Sekolah SD sampai SMA Analisa gender dalam buku sekolah SD sampai SMA dilakukan berdasarkan deskripsideskripsi, ungkapanungkapan dan gambargambar yang terdapat di dalam buku Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama Islam, Ilmu Pengetahuan Alam dan Biologi, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Pendidikan Kesegaran Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (PENJASKES). Bukubuku sekolah yang dianalisa adalah bukubuku pelajaran untuk Kelas I, VI, IX dan XII. Kami menciptakan sebuah modul yang digunakan oleh tim peneliti untuk mengevaluasi bukubuku tersebut. Setiap peneliti melakukan analisa buku secara terpisah. Hasil evaluasi dari tiap peneliti dikumpulkan dan dianalisa dengan menggunakan statistik sederhana yang hasilnya dapat dilihat pada grafikgrafik di bawah ini. Selain itu setiap peneliti juga mencatat isi dan gambargambar yang digunakan dalam masingmasing buku dan dicatat secara terpisah. Gender and Reproductive Health Study Policy Brief no. 1 Deskripsi Gender Dalam Buku-buku yang Digunakan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Atas: Jalan Untuk Maju Ke Depan Iwu Dwisetyani Utomo dan Peter McDonald Kesetaraan gender dapat dicapai bila pengertian bahwa perempuan dan lakilaki mempunyai hak yang sama sudah diajarkan sejak dini mulai dari sekolah dasar dan bila seorang anak dibiasakan melihat contohcontoh perilaku di rumah dengan melihat tugastugas rumah tangga yang dilakukan tanpa membedakan antara tugas lakilaki dan tugas perempuan. Bukubuku ajar yang di gunakan di sekolah perlu direvisi sehingga bisa lebih mengakomodasikan informasiinformasi yang tidak bias gender. Hal ini merupakan cara terbaik untuk mengupayakan terciptanya masyarakat yang lebih menghargai dan selalu bersikap dengan mempertimbangan kesetaraan antara perempuan dan lakilaki..

Transcript of Gender

Page 1: Gender

            

   

    

    

Definisi dan pengertian gender  Gender  diartikan  sebagai  peran  laki‐laki  dan perempuan  yang  dikonstruksikan  secara  sosial. Peran‐peran  ini dipelajari, dapat berubah dengan berjalannya waktu, dan variasinya sangat berbeda dalam sebuah kebudayaan atau antar kebudayaan yang  berbeda.  Karena  peran  sosial  gender merupakan sesuatu yang bisa dipelajari, maka hal ini  juga  dapat  diubah  dan  diisi  dengan  norma‐norma gender yang lebih progresif. Policy brief ini mengusulkan  agar  sekolah,  kurikulum, dan buku‐buku  sekolah memuat  peran‐peran  gender  yang lebih mempromosikan  bentuk‐bentuk  kesetaraan hubungan antara laki‐laki dan perempuan (Utomo dkk, 2009).   Peran  gender  yang  lebih  progresif  akan  tercipta dalam  masyarakat  bila  antara  perempuan  dan laki‐laki  mempunyai  kesempatan  yang  sama dalam  berbagai  hal,  antara  lain  dalam  berbagi tugas  domestik  dan  mengasuh  serta  merawat anak; pendidikan dan pekerjaan; hubungan kerja; hak  yang  sama  dalam  jabatan  di  pemerintahan; berpartisipasi  dalam  masyarakat,  kegiatan keagamaan dan politik; serta perlakuan yang sama dalam semua aspek kehidupan. Peran gender yang progresif  mempunyai  makna  bahwa  perempuan 

dan  anak  perempuan  tidak  diperlakukan  dengan lebih rendah atau dilihat sebagai objek seksual.  Hasil Temuan‐temuan dari Analisa Gender dalam Buku‐buku Sekolah SD sampai SMA  Analisa  gender  dalam  buku  sekolah  SD  sampai SMA  dilakukan  berdasarkan  deskripsi‐deskripsi, ungkapan‐ungkapan  dan  gambar‐gambar  yang terdapat di dalam buku Bahasa  Indonesia, Bahasa Inggris, Agama Islam, Ilmu Pengetahuan Alam dan Biologi,  Ilmu Pengetahuan  Sosial, dan Pendidikan Kesegaran  Jasmani,  Olah  Raga  dan  Kesehatan (PENJASKES).  Buku‐buku  sekolah  yang  dianalisa adalah buku‐buku pelajaran untuk   Kelas  I, VI,  IX dan  XII.  Kami  menciptakan  sebuah  modul  yang digunakan  oleh  tim  peneliti  untuk mengevaluasi buku‐buku  tersebut.  Setiap  peneliti  melakukan analisa  buku  secara  terpisah.  Hasil  evaluasi  dari tiap  peneliti  dikumpulkan  dan  dianalisa  dengan menggunakan  statistik  sederhana  yang  hasilnya dapat dilihat pada grafik‐grafik di bawah ini. Selain itu  setiap peneliti  juga mencatat  isi dan  gambar‐gambar  yang  digunakan  dalam  masing‐masing buku dan dicatat secara terpisah.   

   

 

Gender and Reproductive Health Study Policy Brief no. 1

Deskripsi Gender Dalam Buku-buku yang Digunakan di Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama dan Atas: Jalan Untuk Maju Ke Depan

Iwu Dwisetyani Utomo dan Peter McDonald

  Kesetaraan  gender  dapat  dicapai  bila  pengertian  bahwa  perempuan  dan  laki‐laki mempunyai hak yang sama sudah diajarkan sejak dini mulai dari sekolah dasar dan bila  seorang  anak  dibiasakan  melihat  contoh‐contoh  perilaku  di  rumah  dengan melihat tugas‐tugas rumah tangga yang dilakukan tanpa membedakan antara tugas laki‐laki  dan  tugas  perempuan.  Buku‐buku  ajar  yang  di  gunakan  di  sekolah  perlu direvisi  sehingga  bisa  lebih mengakomodasikan  informasi‐informasi  yang  tidak  bias gender. Hal ini merupakan cara terbaik untuk mengupayakan terciptanya masyarakat yang  lebih menghargai  dan  selalu  bersikap  dengan mempertimbangan  kesetaraan antara perempuan dan laki‐laki..

Page 2: Gender

Deskripsi Norma‐norma dan Peran‐peran Gender yang Terdapat Dalam Buku‐buku SD sampai dengan SMA   Figur  1 merupakan  gambaran  dari  83  buku  yang dianalisa dalam penelitian  ini. Secara keseluruhan ada  15  penerbit  buku  yang  dianalisa  dan  yang paling  banyak  digunakan  adalah  penerbit, Yusdhistira (19.28 %) and Erlangga (14.46 %).    

 Sumber:  Penelitian  Analisa  Buku  Gender  dan  Kesehatan Reproduksi Tahun 2008  Dunia Publik: Dominasi Laki‐laki  Figur  2  and  3 menggambarkan  bagaimana  buku‐buku  sekolah  mendeskripsikan  gender  dalam dunia  publik.  Kami  menemukan  pemaparan‐pemaparan peran gender yang sangat tradisional, yaitu  dunia  publik  didominasi  oleh  laki‐laki  dan dunia domestik didominasi oleh perempuan.    

 Sumber:  Penelitian  Analisa  Buku  Gender  dan  Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian:  Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki  (bar  warna  oranye);  nilai  2:  sebagian  besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan  (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau). 

 

Deskripsi bahwa  laki‐laki menguasai  dunia  publik sangat  jelas  di  buku‐buku  Kelas  VI  namun  lebih jarang ditemukan dalam buku‐buku Kelas I.  

 Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian:  Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki (bar warna oranye); nilai 2: sebagian besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau).  Gambar‐gambar yang digunakan dalam buku‐buku tersebut  menunjukkan  gambaran  bagaimana dunia  publik  dideskripsikan  dalam  buku. Gambar 1‐3 merupakan  contoh  tentang dominasi  laki‐laki di dunia publik yang digunakan dalam buku‐buku yang  kami  analisa. Gambar‐gambar  laki‐laki  yang menguasai  dunia  publik  menjadi  sangat  bias karena  dalam  kenyataannya      banyak  juga perempuan  yang  bekerja  dalam  bidang  ini. Gambar 4‐7 merupakan contoh yang sangat jarang digunakan  dalam  buku‐buku  tentang  perempuan yang  bekerja  dalam  bidang‐bidang  professional. Deskripsi  dan  ilustrasi  perempuan  dan  laki‐laki yang  berkerja  bersama  dalam  sebuah  kantor dalam Gambar 8  (serupa dengan Gambar 5)  juga sangat  jarang  ditampilkan  dalam  buku‐buku sekolah.  Seyogyanya  buku‐buku  yang  digunakan dari  SD‐SMA  lebih  banyak menampilkan  ilustrasi keadaan  sebuah  kantor  yang  menggambarkan perempuan  dan  laki‐laki  sedang  bekerja  sama serta mempunyai kedudukan yang setara.          

Page 3: Gender

Gambar 1. Bapak Iskandar, ayah Anton sedang memberikan penjelasan tentang telekomunikasi di sekolah Anton.  

 Sumber: Nurcholis dan Mafrukhi, 2007:11.   Gambar 2. Seorang dokter laki‐laki sedang memberikan penjelasan kepada ibu‐ibu.  

  Sumber: Darisman, M. et.al., 2007a:92   Gambar 3. Seorang dokter laki‐laki sedang memeriksa seorang anak yang diantar oleh ibu dan kakak perempuannya.  

 Sumber: Darisman, M. et.al. 2007:5 

  

Gambar 4. Dokter gigi perempuan sedang memeriksa pasiennya.   

 Sumber: Panu.t et.al., 2006:9    Gambar 5. Seorang ilmuwan perempuan  bekerja dengan seorang ilmuwan laki‐laki.  

 Sumber: Kadaryanto et.al., 2007:145 

  Gambar 6. Seorang profesional perempuan di sebuah kantor.   

    Sumber: Sudarti dan Grace, 2007:78 

 

Page 4: Gender

 Gambar 7. Seorang pembaca berita perempuan di TV.  

 Sumber: Sudarti dan Grace, 2007:158. 

  Gambar 8. Perempuan dan laki‐laki profesional bekerja di sebuah kantor.   

 Source: Hardiyanti, A. 2006: 75.   Dunia Domestik: Kewajiban dan Tugas Perempuan dan Anak perempuan  Figur  3  memperlihatkan  peran  perempuan  yang sangat dominan dalam dunia domestik, dan hal ini sangat  mudah  ditemukan  di  semua  buku  yang kami analisa. Perempuan digambarkan melakukan berbagai  tugas  domestik  seperti  memasak, mencuci  pakaian, membersihkan  rumah,  belanja, merawat  dan  menjaga  anak  atau  orang  yang sedang sakit, dan mengantar anak ke dokter atau mengantar anak ke sekolah. Tugas‐tugas domestik seperti merawat  anak dan orang  lanjut usia  juga digambarkan  dilakukan  oleh  perempuan. Gambaran  tugas‐tugas  domestik  yang  sangat dikaitkan  sebagai  tugas  perempuan  jelas  terlihat dalam  buku‐buku  Kelas  VI  dan  Kelas  I.  Dalam kehidupan  sehari‐hari,  keadaan  dimana  seorang perempuan  bertanggung  jawab  dan  melakukan tugas‐tugas  domestik  serta  merawat  anak  atau 

anggota keluarga yang sakit merupakan gambaran keadaan  yang  umum  terjadi  di  Indonesia  dan sampai  saat  ini  belum  mengalami  perubahan (Utomo, 2005).   Gambar  9‐11  memperlihatkan  anak  perempuan, tetapi  bukan  anak  laki‐laki,  dididik  untuk melakukan  pekerjaan‐pekerjaan  domestik,  serta merawat  dan  menjaga  anggota  keluarga  yang sakit.  Ilustrasi  seperti  ini  akan  mempersulit berubahnya  pandangan  bahwa  pekerjaan‐pekerjaan  dalam  dunia  domestik  seharusnya bukan hanya dilakukan oleh perempuan dan anak perempuan saja, tetapi  juga dapat dilakukan oleh laki‐laki dan anak laki‐laki.  Bahkan  dalam  buku‐buku  IPA  sekalipun,  ilustrasi peran gender yang  tradisional banyak digunakan, seperti gambar perempuan yang sedang memasak digunakan  untuk  menerangkan  tentang  sumber‐sumber panas (Gambar 12). Dalam sebuah contoh yang  berbeda,  contoh  persahabatan  antara  tiga murid, Geni dan Eca (murid perempuan) dan Sakti (murid  laki‐laki)  selalu  digunakan  sebagai  tokoh‐tokoh  yang  berperan  dalam  sebuah  buku  IPA (Gambar  13).  Geni  dalam  ilustrasi‐ilustrasi  yang digunakan  selalu  digambarkan  sebagai  seorang murid  perempuan  yang  senang  menjelaskan tentang suatu keadaan dan juga senang bertanya. Geni juga kadang‐kadang digambarkan melakukan hal‐hal  yang  salah  yang  dapat  diinterpertasikan sebagai  kecerobahan  atau  kebodohan,  misalnya memegang penggorengan  yang panas, atau  tidak mematikan  lampu  pada  waktu  tidur  malam. Secara  kontras  Eca  digambarkan  sebagai  murid perempuan  yang  selalu  bertanya  karena  ketidak tahuannya dan Sakti digambarkan sebagai seorang murid  laki‐laki  yang  selalu  tahu  jawaban  yang benar  dan  menjelaskannya  pada  Geni  dan  Eca (Rachmat,  2007).  Gambaran  tentang  dua  orang anak  perempuan,  Geni  dan  Eca,  yang  tidak sepandai  anak  laki‐laki,  Sakti,  tidak  mendukung dan  tidak membentuk  norma  kesetaraan  gender yang benar terhadap anak didik.   Gambar‐gambar  14‐18  juga  memaparkan  infor‐masi  yang  sangat  kuat  bahwa  perempuan bertanggung  jawab  untuk  pekerjaan‐pekerjaan domestik  serta merawat  dan menjaga  anak  atau anggota  keluarga  yang  sakit.  Gambar  16 merupakan salah satu gambar dari banyak gambar yang  digunakan  dalam  buku‐buku  yang melukiskan laki‐laki sedang santai minum teh atau 

Page 5: Gender

membaca  koran,  sedangkan  gambar  perempuan yang  sedang  santai  atau  membaca  koran  tidak dijumpai  dalam  buku‐buku  yang  kami  analisa. Gambar  yang  bisa  berdampak  sangat  positif terhadap  pandangan  kesetaraan  gender  dapat dilihat  pada  Gambar  14,  dimana  ayah  sedang menjaga anaknya yang berusia BATITA.     Gambar 15, 17, dan 18 menunjukkan bahwa  laki‐laki  juga dapat  melakukan  pekerjaan  domestik,  namun kelemahannya  adalah  bahwa  laki‐laki  dan  anak laki‐laki  diilustrasikan  sedang  melakukan pekerjaan‐pekerjaan  rumah  tangga  yang  ada  di luar  rumah  sementara  perempuan  dan  anak perempuan  sedang melakukan  pekerjaan  rumah tangga di dalam  rumah.  Ilustrasi seperti  ini dapat membentuk  persepsi  anak  didik  bahwa  dunia perempuan  dan  anak  perempuan  hanya  berkisar dalam dunia domestik,  sedang dunia  laki‐laki dan anak  laki‐laki  berkisar di  luar  rumah  dan mereka juga menguasai dunia publik.  Cerita dan gambar‐gambar yang digunakan dalam buku‐buku  Bahasa  Inggris  lebih  progresif dibandingkan dengan yang digunakan dalam buku‐buku  lainnya  yang  kami  analisa,  dalam  hal penyampaian pesan‐pesan  yang mengilustrasikan terdapatnya  kesetaraan  antara  laki‐laki  dan perempuan.  Sebagai  contoh,  Gambar  19  men‐ceritakan tentang seorang anak  laki‐laki yang bisa membuat  gado‐gado  bersama  seorang  teman perempuan. Gambar 20 menggambarkan seorang ayah  setelah  pulang  dari  kantor mempersiapkan makan  malam  bersama  anak  laki‐lakinya  dan memberi kesempatan beristirahat kepada istrinya, hal  ini merupakan  gambaran  yang  sangat  langka didapatkan dalam buku‐buku sekolah.  Kepemimpinan Sosial dan Teknologi  Ilustrasi‐ilustrasi  dalam  buku  sekolah  tentang kepemimpinan  sosial  didominasi  oleh  laki‐laki, walau dalam kehidupan nyata sebenarnya banyak perempuan  Indonesia  yang  menjadi  pemimpin dan  aktivis,  politikus,  bahkan  presiden, menteri‐menteri  dan  pejabat‐pejabat  tinggi.  Perempuan Indonesia  juga  banyak  yang  menjadi  ilmuwan, bahkan  ada  yang  menerima  penghargaan internasional  dan  antariksawati,  tetapi  tokoh‐tokoh  perempuan  sebagai  pemimpin,  ilmuwan apalagi  yang  ahli  dalam  teknologi  sangat  langka digambarkan dalam buku‐buku ajar.   

Kesenian dan Lingkungan  Dunia  kesenian  dalam  buku‐buku  ajar  juga digambarkan  lebih didominasi oleh  laki‐laki. Yang sangat  menarik  untuk  diungkapkan  adalah pekerjaan  yang  berhubungan  dengan  pelestarian dan  perawatan  lingkungan  yang  sering diilustrasikan dalam bentuk kerja bakti. Dalam hal kerja  bakti  memang  representasi  laki‐laki  dan perempuan yang berpartisipasi ditampilkan secara menyeluruh  dalam  buku‐buku,  namun  demikian dalam melakukan  kerja  bakti  yang  lebih  banyak ditampilkan  adalah  laki‐laki  yang  sedang membersihkan  saluran  air,  membersihkan sampah,  membetulkan  dan  membuat  jembatan kayu;  sebaliknya  secara  samar‐samar  dan  tidak ditonjolkan,    perempuan  menyiapkan  konsumsi untuk para  laki‐laki yang sedang kerja bakti. Anak laki‐laki  juga diperlihatkan dalam gambar‐gambar tersebut  membantu  mengerjakan  tugas‐tugas yang  dilakukan  laki‐laki,  sementara  anak‐anak perempuan  membantu  menyiapkan  konsumsi. Jadi  contoh‐contoh  tradisional  antara  pembagian pekerjaan  domestik  juga  diberikan  untuk pekerjaan‐pekerjaan  sukarela  dan  pekerjaan‐pekerjaan  kemasyarakatan.  Berkaitan  dengan temuan  ini,  hal  yang  perlu  dicatat  adalah kontribusi  laki‐laki  dalam  masyarakat  lebih  ditonjolkan dan diutamakan dan  bukan pekerjaan sosial yang banyak dilakukan oleh perempuan.   Maju ke Depan Menuju Kesetaraan Gender: Ilustrasi Pelaku dan Korban Kekerasan  Hal positif dari  temuan kami adalah  tidak banyak ditemukannya  ilustrasi  tentang  kekerasan  dalam buku‐buku sekolah. Ilustrasi yang menggambarkan kekerasan  domestik  dan  kekerasan  pada  anak didapatkan  dalam  buku‐buku  Kelas  III  SMA, termasuk  data  tentang  kekerasan  terhadap perempuan.  Ilustrasi  tentang kekerasan domestik merupakan  hal  yang  sangat  progresif  karena beberapa  tahun  yang  lalu  belum  dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Pelaku kekerasan (Figur 4) dan korban kekerasan (Figur 5) didominasi oleh laki‐laki  (bar  berwarna  oranye)  karena  banyak ilustrasi  dalam  buku  sekolah  yang menggambar‐kan  anak  laki‐laki  sedang  berkelahi.  Walaupun gambaran  perempuan  sebagai  korban  kekerasan masih  sedikit  dibandingkan  laki‐laki,  gambaran perempuan  sebagai  korban  kekerasan  banyak 

Page 6: Gender

terdapat  dibuku‐buku  ajar  Kelas  III  SMA  (bar warna biru dan warna ungu), dan merupakan hal yang  progresif  karena mengilustrasikan  informasi tentang adanya kekerasan domestik.  Pesan‐pesan dan juga gambar‐gambar (Gambar 21 dan  22)  mengenai  pelecehan  seksual    dan pelaporan pelecehan  seksual pada  yang berwajib terdapat dalam  buku‐buku  PENJASKES mulai dari Kelas  V  SD    (Tim  Penjas  SD,  2007a:  60‐62;  Tim Penjas  SD,  2007b;  Suryatmo,  2006).  Hal  ini memberikan  ilustrasi  dan  contoh‐contoh  yang sangat  progresif  tentang  norma‐norma  kesetara‐an  gender dan merupakan  salah  satu  cara  untuk maju  kearah  kesetaraan  antara  laki‐laki  dan perempuan  dan  penghargaan  terhadap perempuan dan anak‐anak perempuan.   Kesimpulan  Kami menemukan  ilustrasi  yang menggambarkan kesetaraan  gender  dalam  buku  sekolah  kelas  1. Dalam ilustrasi tersebut, digambarkan perempuan dan laki‐laki bekerja bersama. Ilustrasi dalam buku sekolah yang menggambarkan guru,  staf  sekolah, orang  tua,  dan  anggota  keluarga  yang  lain,  baik laki‐laki  maupun  perempuan  sedang  melakukan pekerjaan yang sama akan sangat membantu anak didik  untuk  membentuk  konsep  tentang  norma kesetaraan  gender  yang  progresif.  Sebaliknya,  penggunaan  ilustrasi  yang menggambarkan perbedaan  peran  gender  secara tradisional,  yaitu  laki‐laki  mendominasi  peran publik  dan  perempuan  mendominasi  peran domestik, akan menanamkan konsep yang kurang benar  tentang  peran  kesetaraan  gender  yang progresif.   Sekali  konsep  seperti  ini  terbentuk, maka akan sangat menyulitkan perempuan karena sudah  tertanam  bahwa  perempuanlah  satu‐satunya  yang  bertanggung  jawab  dan berkontribusi  terhadap  pekerjaan  domestik, sementara laki‐laki bebas dari pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah, memasak, merawat anak  dan  anggota  keluarga  yang  sakit.   Saat  ini  banyak  perempuan  yang  berpendidikan dan  bekerja  di  sektor  publik  sementara  mereka juga  tetap  bertanggung  jawab  untuk  melakukan pekerjaan  rumah  tangga,  sementara  laki‐laki hanya  dididik  untuk  bekerja  di  sektor  publik. 

Berkaitan  dengan  hal  itu,  buku  sekolah memiliki peran  penting  dalam  membentuk  masyarakat Indonesia  yang  memiliki  pandangan  dan mengaplikasikan  kesetaraan  gender  yang progresif,  yang  mengkondisikan  bahwa  laki‐laki dan  perempuan  bisa  berkontribusi  yang  sama dalam sektor publik dan domestik.   

 Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian:  Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki (bar warna oranye); nilai 2: sebagian besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau).    

 Sumber: Penelitian Analisa Buku Gender dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2008 Catatan penilaian:  Dari kiri ke kanan, Nilai 1: didominasi oleh laki‐laki (bar warna oranye); nilai 2: sebagian besar didominasi oleh laki‐laki (bar warna kuning); nilai 4: sebagian besar didominasi oleh perempuan (bar warna biru):; nilai 5: didominasi oleh perempuan (bar warna ungu); nilai 3: terjadi kesetaraan antara laki‐laki dan perempuan (bar warna hijau).    

  

Page 7: Gender

Rekomendasi Kebijakan 

• Kurikulum  nasional  kita  tidak  menjelaskan  secara  eksplisit  tentang  kebijakan  yang mengharuskan  digunakannya  ilustrasi  yang  menggambarkan  hubungan  antara  perempuan dan  laki‐laki yang mencerminkan kesetaraan peran antara perempuan dan laki‐laki.  Kurikulum  tersebut  perlu  direvisi  secepatnya,  termasuk  untuk  setiap  mata pelajaran dan buku yang digunakan dalam setiap mata pelajaran. 

• Ilustrasi  dan  gambar  yang  digunakan  dalam  buku  ajar  Kelas  I  sampai  Kelas  III  SMA banyak  yang  bias  gender,  sehingga  perlu  untuk  segera  direvisi.  Ilustrasi  dan  gambar dengan  pesan‐pesan  yang  lebih  gender  progresif  dan  dapat  membentuk  sikap kesetaraan antara perempuan dan laki‐laki perlu banyak dipakai. 

• Departmen  Pendidikan  Nasional  dan  Kantor  Kementerian  Negara  Pemberdayaan Perempuan  dan  Perlindungan Anak  harus menjadi  pelopor  dan  pemimpin  agar  buku‐buku  sekolah dari SD  sampai SMA memasukkan pengetahuan,  ilustrasi dan  informasi, dan  menggunakan  gambar‐gambar  yang  mempromosikan  dan  dapat  membentuk norma‐norma  dan  sikap‐sikap  anak  didik  dalam  hal  pengertian  tentang  kesetaraan antara perempuan dan laki‐laki. 

• Anggaran  pembangunan  sebaiknya  dialokasikan  juga  untuk  pelatihan  penulis‐penulis buku sehingga penulis‐penulis buku menjadi paham dan mendalami konsep‐konsep dan pengertian‐pengertian kesetaraan gender dan menggunakannya dalam ilustrasi‐ilustrasi dan gambar‐gambar yang mereka tulis dalam buku‐buku ajar tersebut. 

• Sebaiknya penulis‐penulis buku ajar mendapat sertifikasi setelah mempunyai pengertian tentang  konsep‐konsep  dan  pengertian  tentang  norma‐norma  gender  progresif  dan hanya penulis buku yang mempunyai sertifikasi yang diijinkan untuk menulis buku ajar sekolah.  

   Referensi 

Kompas  online.  2009.    Yudhoyono  susun  cara mengevaluasi  kabinet  http://nasional.kompas. com/read/xml/2009/09/06/05041977/yudhoyono.susun.cara.mengevaluasi.kabinet.  Access  7 September. 

Utomo  I.D.  2005.  Women’s  Lives:  Fifty  Years  of Change and Continuity.  In  ‘People, Population and Policy  in  Indonesia’,  edited  by  Terence  H.  Hull. Jakarta  and  Singapore:  Equinox  Publishing  (Asia) and Institute of Southeast Asian Studies. p. 71‐125. Equinox Publishing. 

Utomo,  I.D.,    McDonald,  P.,  Hull,  T.,  Rosyidah,  I., Hartimah,  T.,  Idrus,  N.I.,  Sadli,  S.  and Makruf,  J. 2009.  Gender  depiction  in  Indonesian  school textbooks:  progress  or  deterioration?  Paper presented  at  the  XXVI  IUSSP  International 

Population  Conference,  Marrakech,  Morocco, September.   

 

Buku ajar sekolah 

Darisman,  M.  et  al.  2007.  Lets  learn  Bahasa Indonesia (Ayo belajar berbahasa Indonesia), Kelas 6, Semester Kedua 6B. Yudhistira, Bogor. 

Darisman,  M.  et  al.  2007.  Lets  learn  Bahasa Indonesia (Ayo belajar berbahasa Indonesia), Kelas 6, Semester Kedua 6A. Yudhistira, Bogor. 

Hardiyanti,  A.  2006.  Sociology  for  College  and Religious College, Year XI (Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI), Widya Utama, Jakarta:75.  

 

 

Page 8: Gender

Kadaryanto,  Jati  Wijaya,  Mukido,  Chalsum  Umi, Harsono, 2007. Biologi 3, To  reveal  the  secrets of life  (Mengungkapkan  rahasia  alam  kehidupan), SMP  kelas  IX,  Seri  IPA,  Sesuai  Standar  Isi  2006, Yudhistira. 

Lianawati,  H.  Civil  for  Year  I  (Semangat  Kewarga‐negaraan untuk SD Kelas I). Sinergi. Bandung. West Java: 71.  

Mukarto, 2007. Grow with English, an English Course for Elementary School Students, Book 6. Erlangga: Jakarta: 78. 

Nurcholis  and Mafrukhi,  2007.  I  like  using  Bahasa Indonesia  for  Year  VI  (Saya  senang  berbahasa Indonesia untuk  Sekolah Dasar Kelas VI), Penerbit Erlangga, Jakarta: 34; 68; 84; 115. 

Panut  H.,  S.P.  Muchtar  and  Kasmuri.  2006.    The World  of  Science  for  Year  1  (Dunia  Ilmu Pengetahuan Alam, Kelas  I SD). Yudhistira. Bogor: 49. 

Rachmat, S. 2007. Science  is my best friend, Science Subject   for Year 6 (Sains Sahabatku, Pelajaran IPA untuk SD Kelas 6). KTPS. Ganeca Exact, Jakarta.  

Rusmiyati, Mulyanto,  P.  Suwanto  and  E. Wihartati. 2007.  My  language  is  Bahasa  Indonesia  1,  for primary School Year 1 (Bahasaku Bahasa Indonesia 

1  untuk  Sekolah  Dasar  Kelas  I),  Bumi  Aksara, Jakarta: 31 & 52. 

Sudarti, Th. M. and Eudia Grace. 2006.  Look Ahead an English Course  for Senior High School Students Year XII, Erlangga. Jakarta: 78 &158.  

Suryatmo Bismo, Sumyana, Yayat Supriyatna; Tasim Sutisman,  Juli Haryanta, 2006. Physical, Sport and Health  Education  for  Year  6,  Public  and  Religious Schools  (Pendidikan  Jasmani,  olahraga,  dan kesehatan untuk SD dan MI Kelas VI), KTPS, Widya Utama, Jakarta: 64. 

Tim  Penjas  SD.  2007a.  Physical,  Sport  and  Health Education  for  Year  5  (Pendidikan  Jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk SD Kelas V), Sesuai Standard Isi 2006, Yudhistira, Jakarta: 175. 

Tim  Penjas  SD.  2007b.  Physical,  Sport  and  Health Education  for  Year  6  (Pendidikan  Jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk SD Kelas VI), Sesuai Standard Isi 2006, Yudhistira, Jakarta: 175. 

 

(Judul naskah asli: “Gender and Reproductive Health Study,  Policy  Brief  No.1,  Gender  Depiction  in Indonesian Primary and Secondary School Textbooks: The  Way  Forward”.  Diterjemahkan  oleh  Dr.  Iwu Dwisetyani Utomo). 

                          

                         

Page 9: Gender

 

Acknowledgement:  Policy  brief  ini  didanai  oleh  AusAID  melalui  Australian  Development Research Award, Ford Foundation, ADSRI‐ANU dan BAPPENAS. 

Tim Peneliti   

Australian Demographic and Social Research Institute‐Australian National University (ADSRI‐ANU): • Dr. Iwu Dwisetyani Utomo 

(Kepala‐Peneliti Utama I) • Prof. Peter McDonald (Peneliti Utama II) • Prof. Terence Hull   

Konsultan: • Prof. Saparinah Sadli    Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta: • Dra. Ida Rosyidah, MA.  • Dra. Tati Hartimah, MA.  • Dr. Jamhari Makruf   

Universitas Hasanuddin: • Prof. Nurul Ilmi Idrus   

Bila ada pertanyaan tentang policy brief ini dapat ditanyakan melalui e‐mail pada: [email protected] atau [email protected]  Deskripsi tentang studi: Memasukkan Materi Gender Dan Kesehatan Reproduksi Dalam Kurikulum Sekolah: Sebuah Tantangan Untuk Indonesia  

Tahap pertama dari penelitian dua tahap ini menganalisa lebih dari 300 isi buku sekolah SD sampai SMA dalam hal pendidikan  kesehatan  reproduksi  dan  gender.  Analisa buku  ini  kemudian  dilanjutkan  dengan  survei  pada sekolah‐sekolah  di  Jakarta,  Jawa  Barat,  Nusa  Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.  

Dalam  analisa  buku  untuk  masalah  pendidikan reproduksi  dan  kesehatan  seksual,  tim  peneliti menganalisa  isi  dari  kurikulum  nasional  dan mengevaluasi  apakah  ada  kata‐kata  atau  kalimat  yang digunakan  yang  berhubungan  dengan  kesehatan reproduksi  dan  juga  mencari  kalimat‐kalimat  yang mungkin  terselubung  tetapi  sebenarnya  menjelaskan tentang  kesehatan  reproduksi.  Setelah  hasil  analisa kurikulum  menghasilkan  dan  menujukkan  pada  kelas berapa,  dalam mata  pelajaran  apa  dan  pada  semester berapa  informasi  tentang  kesehatan  reproduksi diberikan,  sejumlah  buku  yang  berhubungan  dari berbagai  penerbit  dipilih  untuk  dianalisa. Dalam  hal  ini buku‐buku  yang  dipilih  untuk  dianalisa  adalah  buku‐buku:  PENJASKES;  IPA‐Biologi;   IPS  dan  Agama  Islam.  Perangkat analisa untuk mengevalusi buku‐buku tersebut dikembangkan oleh tim peneliti dan13 bidang kesehatan 

reproduksi  dianalisa.  Ketiga  belas  bidang  tersebut adalah:  kebersihan  genitalia;  PMS;  HIV/AIDS;  masalah kesehatan  reproduksi  perempuan;  masalah  kesehatan reproduksi  laki‐laki;  kehamilan  dan  melahirkan; pertumbuhan  dan  perkembangan  manusia;  technologi reproduksi;  aspek  sosial  dari  kesehatan  reproduksi; pengaruh  dari  budaya  liberal;  institusi  keluarga; kekerasan  seksual  dan  aspek  religius  dari  kesehatan reproduksi. Cakupan, keakuratan dan aspek normatif dari ke 13 informasi dan materi yang dipaparkan dalam buku‐buku tersebut di analisa oleh anggota tim peneltiti.  

Analisa  serupa  juga  dilakukan  untuk  analisa  gender. Perangkat  untuk  analisa  gender  diciptakan  oleh  tim peneliti.  Bidang‐bidang  yang  dianalisa  meliputi:  dunia publik  dan  dunia  domistik;  pendidikan  dan  gender; kepemimpinan sosial; kesenian; technologi; peran‐peran dalam  pelestarian  lingkungan  alam;  kekerasan  dan gambar‐gambar atau photo‐photo yang digunakan dalam buku.  Semua  aspek  tersebut  dianalisa  dengan menggunakan kriteria apakah peran tersebut: didominasi oleh  laki‐laki atau perempuan; sebagian didominasi oleh laki‐laki dan  sebagian didomonasi oleh perempuan; dan peran‐peran  tersebut  seimbang  antara  laki‐laki  dan perempuan.  Analisa  gender  ini  dilakukan  untuk  buku‐buku:  PENJASKES; IPA‐Biologi; IPS; Agama  Islam; Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Kelas I, VI, IX dan XII.  

Pada phase kedua, dilakukan survei pada: siswa Kelas VI  (N=1837)  dan  Kelas  XII  (N=6555),  guru  (N=521)  dan Kepala  Sekolah  (59)  di  Jakarta,  Jawa  Barat,  Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan untuk mengetahui pengertian responden tentang kesehatan reproduksi dan gender.  Sampling  untuk  sekolah  dilakukan  dalam beberapa tahapan. Pertama untuk setiap propinsi dipilih dua Kabupaten,  kota dan desa. Dua  sekolah negeri dan dua  sekolah  agama  yang  dapat  mewakili  sekolah unggulan dan satu sekolah yang prestasinya biasa dipilih. Jadi  dalam  setiap  propinsi  16  sekolah  terpilih.  Dari sekolah‐sekolah  yang  terpilih,  semua  siswa  di  Kelas  VI dan XII  ikut dalam  survei  yang dilakukan di dalam kelas dengan  mengisi  daftar  pertanyaan.  Pada  siswa  diberi penjelasan  oleh  peneliti  tentang  cara  pengisian  daftar pertanyaan.  Selama  pengisian  daftar  pertanyaan  tim peneliti  menunggu  di  dalam  kelas  untuk  menjaga seandainya ada siswa yang tidak mengerti. Setelah survei selesai  dilakukan,  dilakukan  wawancara  mendalam terhadap  guru  dan  Kepala  Sekolah,  tokoh‐tokoh  agama dan  para  pengambil  kebijakan.  Dari  hasil  penelitian  ini akan  dihasilkan  serangkaan  policy  brief  .  Peneltian  ini dipimpin dan  dimotori oleh  Iwu Dwisetyani Utomo dan Peter McDonald. 

     

Page 10: Gender

10 

Lampiran  

Gambar  9.  Mentransfer peran domestik yang stereotip dari nenek ke cucu perempuan.  

 Sumber: Nurcholis, 2007: 34.   Gambar 10. Seorang nenek sedang dilayani oleh cucu perempuannya dengan secakir teh.  

 Sumber: Darisman, 2007a: 53. 

  Gambar 11. Ibu dan Anak perempuan sedang merawat suami/ayah yang sakit.  

   Sumber: Darisman, 2007b:20. 

Gambar 12. Penjelasan tentang berbagi sumber panas dalam buku IPA, pemaparan perempuan melakukan pekerjaan domistik dengan ilustrasi memasak?   

 Sumber: Panut et. al. 2006, 49.   Gambar 13. Geni, Eca dan Sakti,  tiga serangkai murid yang digunakan dalam buku sebagai contoh teman diskusi untuk masalah yang berhubungan dengan alam dan ilmu alam.   

 Sumber: Rachmat, 2007: 154.  Gambar 14. Merawat dan menjaga anak I.  

 Sumber: Lianawati, H. 2006. 71. 

Page 11: Gender

11 

Gambar 15. Merawat dan menjaga anak serta pekerjaan‐pekerjaan domestik II.  

 Source: Nurcholis and Mafrukhi, 2007: 115. 

  Gambar 16.  Merawat dan menjaga anak serta pekerjaan‐pekerjaan domestik III.  

 Sumber: Nurcholis and Mafrukhi, 2007: 84. 

  Gambar 17. Pekerjaan domistik IV.  

 Sumber: Rusmiyati et al. 31.  

Gambar 18. Pekerjaan Domistik V.  

 Source: Rusmiyati et al. 52.   Gambar 19. Peran gender yang progresif dalam pekerjaan domestik.   

 Sumber: Mukarto, 2007: 71. 

  Gambar 20. Peran gender yang progresif dalam pekrjaan domestik.  

 Sumber: Mukarto, 2007: 78.  

Page 12: Gender

12 

Gambar 21. Gambar‐gambar yang progresif dan pesan‐pesan tentang pelecehan seksual.  

 Sumber: Tim Penjas: 175. 

  

Gambar 22. Gambar dan pesan tentang pelaporan pelecehan seksual.  

 Sumber: Suryatmo: 64.