Fisiolo FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAKi Gerak Reflek Dan Biolistrik...
-
Upload
tiaraarisenda -
Category
Documents
-
view
178 -
download
36
description
Transcript of Fisiolo FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAKi Gerak Reflek Dan Biolistrik...
-
FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAK
Detya Indrawan (3415133046), Merlis Nurlyta (3415133050), Rumi Subekti (3415133072),
Tiara Arisenda K. (3415133073), Zamita Amalia (3415131026)1
1 Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2013 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Jakarta
ABSTRACT
The nervous system is a system of the body which is the body's adaptation to the stimulus
received from the outside. The purpose of this study was to determine the physiological reflex
and bioelectric in the nervous system of frogs. This practicum was conducted on Friday, April
24th, 2015 which took place at the Laboratory of Physiology Faculty UNJ. In the result, the
frog spinal cord is the center of the frog reflex, because spinal cord of the frog has been
tampered, the frog can not provide a response to a given stimulus. While in the observation
bioelectric on frogs obtained results in the form of electrical current that can generate action
potentials which then resulted in a response to the impulse. When the nerve is blocked using
70% alcohol, the alcohol diffuses into nerve axons and mixed with nerve cells in the
intracellular fluid containing ions - positive of negative ions and disrupt the process of
propagation so impuls yang propagate in axons have to "work hard" to pass through.
Keywords : bioelectric, reflex, frog, spinal cord, nerves
PENDAHULUAN
Pemberian nama otot rangka
disebabkan karena otot ini menempel
pada system rangka. Otot rangka adalah
masa otot yang bertaut pada tulang yang
berperan dalam menggerakkan tulang-
tulang tubuh. Otot rangka dapat kita kaji
lebih dalam misalnya dengan mempelajari
otot gastroknemus pada katak. Otot
gastroknemus katak banyak digunakan
dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini
lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta
disisipi oleh tendon tumit yang tampak jelas
(tendon Achillus) pada permukaan kaki.
Mekanisme kerja otot pada dasarnya
melibatkan suatu perubahan dalam keadaan
yang relatif dari filamen-filamen aktin dan
myosin. Selama kontraksi otot, filamen-
filamen tipis aktin terikat pada dua garis
yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen
tersebut tidak bertambah banyak.Namun,
gerakan pergeseran itu mengakibatkan
perubahan dalam penampilan sarkomer,
yaitu penghapusan sebagian atau
seluruhnya garis H. selain itu filamen
-
myosin letaknya menjadi sangat dekat
dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta
lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga
kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung
pada interaksi antara aktin miosin untuk
membentuk komplek aktin-miosin.
Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain
1. Treppe atau staircase effect, yaitu
meningkatnya kekuatan kontraksi
berulang kali pada suatu serabut
otot karena stimulasi berurutan
berseling beberapa detik. Pengaruh
ini disebabkan karena konsentrasi
ion Ca2+ di dalam serabut otot yang
meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe,
pada summasi tiap otot berkontraksi
dengan kekuatan berbeda yang
merupakan hasil penjumlahan
kontraksi dua jalan (summasi unit
motor berganda dan summasi
bergelombang).
3. Fatique adalah menurunnya
kapasitas bekerja karena pekerjaan
itu sendiri.
4. Tetani adalah peningkatan
frekuensi stimulasi dengan cepat
sehingga tidak ada peningkatan
tegangan kontraksi.
5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar
ATP dalam otot telah dihabiskan,
sehingga kalsium tidak lagi dapat
dikembalikan ke RS melalui
mekanisme pemompaan.
Potensial aksi merupakan
depolarisasi dan repolarisasi membran sel
yang akan terjadi secara cepat (Seeley,
2002). Pada sel ototm potensial aksi
menyebabkan otot berkontraksi (Seeley,
2002). Berdasarkan Campbell (2004),
sebuah potensial aksi tunggal akan
menghasilkan peningkatan tegangan otot
yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau
kurang yang disebut sebuah kontraksi
tunggal. Jika potensial aksi kedua tiba
sebelum respons terhadap potensial aksi
pertama selesai, tegangan tersebut akan
menjumlahkan dan menghasilkan respons
yang lebih besar. Jika otot menerima suatu
rentetan potensial aksi yang saling tumpang
tindih, maka akan terjadi sumasi yang lebih
besar lagi dengan tingkat tegangan yang
bergantung pada laju perangsangan. Jika
laju perangsangan cukup cepat, sentakan
tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang
halus dan bertahan lama yang disebut
tetanus.
Pada saat sel saraf dalam keadaan
istirahat (reseptor tidak dirangsang),
membran sel dalam keadaan impermeable
terhadap ion. Jika sel saraf dirangsang,
maka saluran ion akan terbuka. Ion natrium
akan masuk ke dalam sel dan ion kalsium
bersama ion Cl akan keluar dari dalam sel.
-
Muatan ion di dalam sel menjadi lebih
positif dan muatan ion di dalam sel menjadi
lebih negatif. Keadaan ini diseut
depolarisasi. Membran sel dalam keadaan
permeable terhadap ion. Perjalanan impuls
saraf dapat diblokir oleh rangsang dingin
panas atau tekanan pada serabut saraf.
Pemblokiran yang sempurna dicapai
dengan memberikan zat7 anastetik.
METODE PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
Jarum pentul, Pinset, Beker glass 50 ml (2
buah), Asam cuka, Papan bedah, Alat
bedah, Batrei, Kabel, Stopwatch, Rana sp.,
Alcohol 70%, NaCl.
Cara Kerja
1. Gerak Reflek pada Katak
Mengamati posisi katak ketika tegak, lalu
mencatat waktu ketika katak dicubit
menggunakan pinset pelan, keras dan
ketika dimasukkan ke dalam asam cuka
dalam keadaan normal.
Menusuk bagian otak katak dengan jarum
Meletakkan katak dipapan bedah
Menunggu beberapa menit supaya keadaan
shock yang terjadi karena penusukan otak
hilang sama sekali
Perhatikan posisi katak
Lalu cubit katak dengan pinset pelan, catat
waktunya. Kemudian cubit katak dengan
keras, lalu catat waktunya
Lalu celupkan kaki katak ke dalam asam
cuka, catat waktunya sampai terjadinya
reflek penarikan serta reflek menghapus
setiap kali selesai dengan satu percobaan,
kaki katak harus dicuci dengan cara
memasukkan ke dalam beker glass yang
berisi air
Rusaklah sumsum tulang belakang katak
Ulangi percobaan dengan memberikan
rangsangan seperti sebelumnya, lalu catat
waktunya.
2. Rambatan Impuls pada
N.Branchialis dan N.Sciatic Katak
Membedah kulit kaki
belakang dan kulit dibagian badan katak
Membedah bagian perut
Membuka rongga perut bagian dorsal,maka akan terlihat serabut
saraf yang mempersarafi tungkai depan dan belakang,
yaitu N.Branchialis dan N.Sciatic Katak
Berilah perangsangan listrik
dengan menghubungkan kutub positif dan
negatif pada 2 saraf yang berbeda
Mengamati dan
menghitung waktu
terjadinya tanggapan (kontraksi)
Melakukan pemblokiran pada
serabut saraf dengan NaCl ,
amati. Lalu berikan alkohol 70%
Mengamati dan menghitung waktu
terjadinya tanggapan, dan
jarak antara perangsangan dan
efektor yang bergerak
-
3. Perambatan Impuls pada Otot
Gastrocnemius Katak
HASIL & PEMBAHASAN
1. Kerja otak
Sistem syaraf adalah suatu sistem
penyampaian impuls yang diterima oleh
reseptor dan dikirim ke pusat syaraf untuk
ditanggapi. Sistem syaraf terdiri dari sistem
syaraf pusat dan syaraf perifer. Aktifitas
sistem syaraf memerlukan kerja sama dari
beberapa sel, antara lain dalam mekanisme
gerak sensori dan reseptor. Rangkaian dari
stimulus dalam sebuah situasi diaplikasikan
ke dalam suatu gerak. Sistem syaraf pusat
terdiri atas otak dan dan batang spinal otak
merupakan ujung anterior lubang neural
yang membesar. Otak bekerja sama sebagai
suatu rangkaian untuk menerima impuls
(Goenarso, 1989).
Sistem syaraf perifer
mengumpulkan informasi dari permukaan
tubuh, dari organ-organ khusus dan dari isi
perut, kemudian menghantarkan sinyal-
sinyal ke sistem syaraf pusat. Sistem syaraf
juga memiliki saluran yang membawa
sinyal ke organ-organ efektor ke dalam
tubuh (Bevelender, 1988). Sistem syaraf
terdiri dari neuron-neuron yang saling
berhubungan yang dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik. Syaraf itu sendiri
terdiri dari beberapa bagian dengan
fungsinya masing-masing yaitu, dendrit,
inti sel syaraf, badan sel, akson, selubung
myelin, nodus ranvier, sinaps
(Hadikastowo, 1982).
Syaraf berfungsi dengan
mekanisme depolarisasi dan repolarisasi.
Kerja
Otak Normal Spinal
(-) CNS &
spinal
Posisi
tegak
Membentuk sudut
45
Kepala hampir sejajar
dengan papan bedah
Kepala
makin
merebah
pada
papan
bedah
Mekanik
pelan 2 detik 1,46 detik
Tidak ada
respon
Mekanik
keras 1,15 detik 3 detik
Tidak ada
respon
Asam
cuka 0,73 detik 40 detik
Tidak ada
respon
Memotong kaki katakyang mempersarafi otot
gastrocnemius
Melakukan perangsangan listrik dengan
menempelkan kabel pada kedua ujung dari M.
Gastrocnemius dan tendon Achilles
Amati dan catat waktu ketika terjadi rangsangan
Melakukan pemblokiran dititik tengah dengan NaCl, amati dan catat
waktunya.
Melakukan pemblokiran dititik tengah dengan
Alkohl 70%
Mengamati waktu terjadinya tanggapan
-
Kedua mekanisme tersebut berkaitan
dengan transportasi ion menembus
membran (transmembran). Pada hewan
tingkat tinggi komunikasi intrasel yang
kompleks dan amat cepat ditengahi oleh
impuls-impuls syaraf. Neuron-neuron (sel-
sel saraf) secara elektrik menghantarkan
sinyal (implus) melalui bagian syaraf yang
memanjang (sekitar 1 mm pada hewan
berukuran besar). Impuls tersebut berupa
gelombang-gelombang berjalan yang
berbentuk arus-arus ion. Transmisi sinyal
antara neuron-neuron dan antara neuron
otot seringkali dimediasi secara kimiawi
oleh neurotransmitter (penghantar impuls
saraf) (Gunawan, 2002).
Unit dasar setiap kegiatan refleks
terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung
refleks ini terdiri dari alat indra, serat saraf
aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat
di susunan saraf pusat atau di ganglion
simpatis, serat saraf eferen, dan efektor.
Pada mamalia, hubngan (sinaps) antara
neuron somatik aferen dan eferen biasanya
terdapat di otak atau medula spinalis. Serat
neuron aferen masuk susunan saraf pusat
melalui radiks dorsalis medula spinalis atau
melalui nervus kranialis, sedangkan badan
selnya akan terdapat di ganglion dorsalis
atau di ganglion-ganglion homolog nervi
kraniales. Serat neuron eferen keluar
melalui radiks ventralis atau melalui nervus
kranial yang sesuai. Kenyataan radiks
dorsalis medula spinalis bersifat sensorik
dan radiks ventralis bersifat motorik
dikenal sebagai hukum Bell-Mangendie.
Mekanisme gerak reflek secara sederhana
menurut Kimball (1988), adalah sebagai
berikut :
Stimulus pada gerak refleks yang
diberikan akan diterima reseptor. Reseptor
merupakan jaringan saraf yang khusus
untuk menerima perubahan lingkungan
yang berupa tenaga dan biasanya disebut
rangsang. Setelah rangsang diterima akan
diubah menjadi potensial aksi sehingga
dikenal sebagai generator potensial. Neuron
afferen ini impulsnya akan menuju ke
sistem saraf pusat, oleh karena itu
menggunakan spinal katak jadi disini
refleks yang sentrumnya di medulla spinalis
dinamakan refleks spinal atau refleks
sederhana (Gordon, 1977). Menurut
Kimball (1988), refleks spinal pada katak
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang
berupa reseptor rangsangan. Reseptor
rangsangan tersebut dapat berupa reseptor
gaya mekanis, reseptor terhadap cahaya,
dan reseptor terhadap zat kimia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks
spinal yaitu sebagai berikut:
1. Ada tidaknya stimulus
a. Rangsangan dari luar
misalnya temperatur, kelembaban,
sinar matahari, tekanan, zat-zat
-
yang terkandung dan lain
sebagainya.
Beberapa rangsangan langsung
bereaksi pada sel atau jaringan,
tetapi kebanyakan hewan-hewan
mempunyai reseptor yang special
untuk organ yang mempunyai
kepekaan. Pada refleks spinal,
somafosensori dimasukkan dalam
urat spinal sampai pada bagian
dorsal. Sensori yang masuk dari
kumpulan reseptor yang berbeda
memberikan pengaruh pada saraf
spinal, sehingga terjadi refleks
spinal (Gordon, 1977).
b. Rangsangan dari dalam
misalnya dari makanan, oksigen,
air, dan lain sebagainya.
2. Berfungsinya sumsum tulang
belakang.
Sumsum tulang belakang
mempunyai dua fungsi yang
penting yaitu untuk mengatur
implus dari dan ke otak dan sebagai
pusat refleks, dengan adanya
sumsum tulang belakang maka
pasangan saraf spinal dan kranial
menghubungkan tiap reseptor dan
efektor dalam tubuh sampai terjadi
respon, apabila sumsum tulang
belakang telah rusak total maka
tidak ada lagi efektor yang
menunjukan respon terhadap
stimulus atau rangsang.
3. Terjadinya interkoneksi dari
satu sisi korda spinalis ke sisi lain.
Adanya refleks spinal katak berupa
respon dengan menarik
kaki belakang saat perusakan
sumsum tulang belakang
disebabkan karena masih terjadi
inter- koneksi dari satu sisi korda
spinalis ke sisi yang lain (Ville et
al., 1988).
Praktikum refleks spinal pada katak
diperoleh hasil yaitu katak dapat
memberikan respon gerak refleks pada
perlakuan pemberian mekanik berupa
cubitan pelan, cubitan keras dan
pencelupan kaki ke dalam larutan asam
cuka sebelum bagian otaknya dirusak.
Perusakan selanjutnya adalah pada bagian
otak (CNS), hasil yang diperoleh adalah
posisi tegak katak membentuk sudut hampir
180 atau kepala katak hampir sejajar
dengan papan bedah, saat katak diberikan
perlakuan mekanik berupa cubitan pelan,
cubitan keras dan pencelupan kaki ke dalam
larutan asam cuka, katak masih
memberikan respon tetapi lebih lambat.
Perusakan yang terakhir adalah pada bagian
spinal sehingga katak telah kehilangan
fungsi CNS dan spinalnya sehingga
diperoleh hasil yaitu posisi tegak katak
-
sudah 180 atau posisi kepalanya makin
merebah pada papan bedah, dan katak
sudah tidak memberikan respon ketika
diberi perlakuan mekanik berupa cubitan
pelan, cubitan keras dan pencelupan kaki ke
dalam larutan asam cuka.
Hasil dari percobaan tersebut sesuai
dengan pernyataan Djuhanda (1982) yang
menyatakan bahwa perusakan otak tidak
berakibat langsung terhadap respon gerak
refleks yang diberikan oleh suatu hewan,
ketika otak dirusak serabut-serabut saraf
penghubung yang berada di sumsum tulang
belakang masih terhubung sehingga masih
dapat menghantarkan impuls untuk
memberikan respon dari perlakuan yang
diberikan. Gerak refleks merupakan
respons sel saraf motorik, sensorik,
interneuron, efektor, dan organ-organ
sensor secara cepat dalam waktu
bersamaan. Gerak refleks berada di dalam
jalur saraf tepi di bawah kendali sistem
saraf somatik yang bekerja dalam kondisi
tak sadar. Jalur penghantaran impuls pada
gerak refleks dipersingkat sehingga tidak
perlu ada regulasi dari sistem saraf di otak.
Sumsum tulang belakang atau
spinal merupakan pusat gerak refleks,
sehingga semakin tinggi tingkat perusakan
sumsum tulang belakang maka semakin
lemah respon yang diberikan. Saat spinal
yang dirusak maka refleks pada kaki depan
sudah tidak ada lagi, begitu pula kaki
belakang. Hal ini dikarenakan kerusakan
neuron motorik atas atau dimana otot
sebenarnya bukan lumpuh tetapi lemah dan
kehilangan kontrol, disamping itu sudah
tidak adanya hubungan antara interneuron
dengan sumsum tulang belakang.
Perusakan total spinal berakibat respon
negatif terhadap semua perlakuan yang
diuji, baik itu respon mekanik berupa
cubitan pelan, cubitan keras maupun
pencelupan kaki ke dalam larutan asam
cuka. Hal ini terjadi karena refleks spinal
sudah tidak ada lagi. Menurut Djuhanda
(1982) bahwa apabila seluruh sumsum
tulang belakang dirusak, maka seluruh
system syaraf yang menyebabkan refleks
spinal akan kehilangan respon, sebab tonus
otot sudah tidak ada lagi dan tubuh hewan
(katak) menggantung lemah.
2. Rambatan Impuls pada N.Branchialis
dan N.Sciatic Katak
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur
kecepatan perambatan impuls pada tubuh katak.
Katak yang telah di rusak otak dan sumsum tulang
belakangnya, dibedah dan diambil organ dalamnya
namun serabut sarafnya jangan sampai terambil.
KEADAAN
KATAK
KECEPATAN
IMPULS
Normal 0,53 Detik
Ditambahkan NaCl 1 Detik
Ditambahkan
Alkohol 1,08 Detik
-
Kemudian katak diberikan kejutan listrik yang
berasal dari batu baterai. Lalu praktikan mengamati
dan menghitung waktu yang diperlukan untuk
kontraksi antara N.Branchialis dan N.Sciatic pada
katak. Percobaan ini, menggunakan baterai dengan
tegangan rendah yaitu 1,5 V sebagai impuls untuk
memperlihatkan kontraksi antara N.Branchialis
dan N.Sciatic. Ketika dihubungkan rangkaian
listrik dengan saraf muncul getaran yang terlihat
jelas. Getaran tersebut menyebabkan kontraksi otot.
Ion-ion yang terdapat di otot tersebut mengalami
perpindahan keluar masuk di dalam otot yang
diatur oleh pergerakan aktin-miosin. Tegangan
baterai berfungsi sebagai impuls dan
memungkinkan terjadinya kontraksi otot. Impuls
adalah pesan saraf yang di alirkan
sepanjang akson dalam bentuk gelombang
listrik. Pada sel otot (serabut-serabutotot),
potensial aksi menyebabkan otot berkontraksi
(Seeley, 2002). Potensial aksi adalah aktivitas
sel dari polarisasi menjadi depolarisasi lalukembali
lagi ke polarisasi.
Pada keadaan normal waktu yang di
perlukan adalah 0,53 detik. Selanjutnya katak di
beri 2 perlakuan yang pertama ditambahkan
dengan larutan NaCl dan yang kedua di tambahkan
alkohol. Waktu yang diperlukan untuk merespon
setelah ditambahkan NaCl adalah 1 detik,
sedangkan pada alkohol adalah 1,08 detik. Dari
hasil yang didapatkan terlihat bahwa rangsangan
semakin lambat setelah diberi larutan NaCl dan
alkohol. Pemberian alkohol menghambat
terjadinya pergerakan / kontraksi otot. Hal ini
dikarenakan alkohol bersifat menghambat
(inhibitor) terjadinya biolistrik pada otot
katak sehingga kontraksi otot menjadi lebih lambat,
begitu juga pada ion-ion pergerakan (keluar-
masuk) juga terhambat. Alkohol juga merupakan
larutan nonelektrolit yang tidak bisa
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, pada
saat katak otot diberi alkohol, maka rangsangan
akan semakin lama dibandingkan dengan katak
yang hanya diberi NaCl.
3. Rambatan Impuls pada Otot
Gastrocnemius Katak
Respon
Otot
Waktu Respon
Sebelum
diberikan
Setelah
diberikan
Alkohol Alkohol
Respon 1 0,2 detik 0,16 detik
Respon 2 0,4 detik 0,57 detik
Pada serabut-serabut otot (sel otot),
potensial aksi menyebabkan otot
berkontraksi (Seeley, 2003). Impuls saraf
terdiri atas suatu gelombang depolarisasi
membran yang disebut Potensial Aksi dan
merambat sepanjang sel saraf. Penyebab
terjadinya potensial aksi ini ialah
peningkatan permeabilitas membran
terhadap ion Na+ secara transien kemudian
diikuti oleh peningkatan permeabilitas
membran terhadap ion K+ secara transien
serta penurunan drastis pada permeabilitas
membran terhadap ion Na+. Perubahan
permeabilitas yang spesifik ion itu (hanya
khusus ion tertentu) disebabkan oleh
-
adanya protein membran transaxonal.
Protein tersebut berfungsi sebagai saluran-
saluran spesifik ion (ion Na+ atau ion K+)
yang sensitif terhadap beda potensial.
Potensial aksi merupakan depolarisasi dan
repolarisasi membran sel yang terjadi
secara cepat (Seeley, 2003). Sebuah
potensial aksi tunggal akan menghasilkan
peningkatan tegangan otot yang
berlangsung sekitar 100 milidetik atau
kurang yang disebut sebuah kontraksi
tunggal (Campbell, 2004). Jika potensial
aksi kedua tiba sebelum respons terhadap
potensial aksi pertama selesai, tegangan
tersebut akan menjumlahkan dan
menghasilkan respons yang lebih besar.
Jika otot menerima suatu rentetan potensial
aksi yang saling tumpang tindih, maka akan
terjadi sumasi yang lebih besar lagi dengan
tingkat tegangan yang bergantung pada laju
perangsangan. Waktu antara datangnya
rangsang ke neuron motoris dengan awal
terjadinya kontraksi disebut fase laten;
waktu terjadinya kontraksi disebut fase
kontraksi, dan waktu otot berelaksasi
disebut fase relaksasi (Seeley,2003). Jadi,
otot dapat bergerak karena adanya impuls
ataupun rangsangan dari luar yang
kemudian diterima oleh reseptor diteruskan
ke saraf sensorik dibawa oleh saraf
konektor sampai ke otak.
Otot rangka merupakan salah satu
jaringan tubuh yang mempunyai kelistrikan
yang diperankan oleh ion-ion intrasel dan
ekstrasel. Rangsangan listrik
mengakibatkan perubahan potensial
membran istirahat yang ditandai dengan ion
natrium masuk ke intrasel
otot(depolarisasi). Proses depolarisasi akan
diikuti oleh proses repolarisasi yang
ditandai dengan keluarnya ion kalium ke
ekstrasel otot.
Pada percobaan ini menggunakan
otot gastrocnemius sebelah kiri pada katak.
Pemilihan otot ini karena otot ini besar dan
mudah diamati, bila dibandingkan dengan
otot lain pada katak. Pada tiap ujungnya
terdapat hubungan bekas tendon saat masih
menempel pada kaki katak. Pada percobaan
kali ini sebelum diberi aliran listrik, otot di
potong dari badan katak. Setelah itu, otot
tersebut diberi aliran listrik. Ternyata, otot
bereaksi (bergerak). Setelah itu, diantara
otot ditetesi NaCl. Kemudian diberi aliran
listrik lagi hasil pengamatan menunjukkan
bahwa reaksi menjadi sedikit lambat.
Kemudian diantara otot ditetesi alkohol.
Kemudian diberi aliran listrik lagi, hasil
pengamatan menunnjukan bahwa reaksi
menjadi lebih lambat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa alkohol dapat
menghambat kerja impuls.
Perubahan potensial ini ke arah
yang lebih positif(depolarisasi)
menyebabkan sel menjadi lebih peka-
-
rangsang, sementara penurunannya ke arah
yang lebih negatif (hiperpolarisasi)
menyebabkan sel menjadi kurang peka-
rangsang. Seperti yang kita ketahui, adanya
impuls kaitannya dengan peristiwa
depolarisasi dan polarisasi. Pada saat sel
saraf dalam istirahat, ion positif Na+ lebih
banyak di luar sel dan ion negative seperti
CL- berada di dalam sel. Keadaan ini
disebut polarisasi, muatan ion di luar sel
lebih positif dan dalam sel lebih negative.
Untuk Natrium, potensial Nernst adalah
+61 milivolt. Karena potensial membran
istirahat di neuron adalah sekitar -65
milivolt, dapat diperkirakan bahwa natrium
akan berpindah ke dalam sel saat istirahat.
Namun, Na tidak dapat masuk karena
saluran Na tertutup. Sedangkan potensial
Nernst pada Cl adalah -70 milivolt. Secara
umum, ini lebih negatif daripada potensial
membran istirahat neuron pascasinaps.
Akibatnya, ion klorida berpindah keluar sel
dan potensial membran menjadi lebih
negatif (hiperpolarisasi) dan sel menjadi
kurang peka-rangsangan.
Jika sel saraf dirangsang, maka
saluran ion akan terbuka. Ion natrium akan
masuk ke dalam sel dan ion Cl- keluar sel.
Muatan ion menjadi lebih positif di dalam
sel dan di luar sel menjadi negative, disebut
depolarisasi. Jika depolarisasi melewati
ambang letup, maka akan terjadi potensial
aksi. Potensial aksi inilah yang disebut
impuls. Penambahan alkohol pada
hubungan kedua otot gastrocnemius
bertujuan untuk membuktikan bahwa
alkohol menghambat jalannya impuls.
KESIMPULAN
1. Pusat gerak refleks adalah
sumsum tulang belakang atau
spinal.
2. Perusakan otak tidak berakibat
langsung terhadap respon gerak
refleks yang diberikan oleh suatu
hewan, ketika otak dirusak
serabut-serabut saraf penghubung
yang berada di sumsum tulang
belakang masih terhubung
sehingga masih dapat
menghantarkan impuls untuk
memberikan respon dari
perlakuan yang diberikan.
3. apabila seluruh sumsum tulang
belakang dirusak, maka seluruh
system syaraf yang menyebabkan
refleks spinal akan kehilangan
respon, sebab tonus otot sudah
tidak ada lagi dan tubuh hewan
(katak) menggantung lemah.
4. Rangsangan antara N.Branchialis dan
N.Sciatic semakin lambat setelah di beri
larutan NaCl dan alkohol, hal ini di
karenkan alkohol bersifat menghambat
(inhibitor) terjadinya biolistrik pada otot
katak sehingga kontraksi otot menjadi
-
lebih lambat, begitu juga pada ion-ion
pergerakan (keluar-masuk) juga
terhambat. Sedangkan NaCl juga
bersifat menghambat namun NaCl
masih bersifat elektrolit sehingga masih
bisa menghantarkan biolistrik pada otot
katak.
5. Bila membran sel saraf dipicu atau
diberi rangsangan secara tepat,
maka membran sel saraf akan
menglami perubahan potensial
secara singkat dan cepat yang
dikenal dengan potensial aksi.
6. Perambatan impuls pada sel saraf
terjadi sangat cepat yaitu hanya
beberapa detik.
7. Kecepatan rambatan impuls dapat
dihambat dengan pemberian
alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, J. B. Reece, L. G dan Mitchell.
2004. Biologi Edisi kelima. Jilid 3.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djuhanda, T. 1988. Anatomi
Perbandingan Vertebrata
II. Bandung : Armico.
Ganong WF. 2001. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Oswari J, editor. Edisi
21. Penerjemah : Andrianto P. Jakarta
: EGC.
Goenarso. 1989. Fisiologi Hewan. Pusat
antar Universitas Bidang Ilmu
Hayati. Bandung : ITB
Gordon, M.S. 1977. Animal Physiology.
New York : Mc Millan Publisher
Co. Ltd,.
Gunawan, Adi, M. S. 2002. Mekanisme
Penghantaran dalam Neuron
(Neurotransmisi). Integral, vol. 7
no. 1.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku ajar
fisiologi kedokteran. Setiawan I,
editor . Edisi 9. Penerjemah:
Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A.
Jakarta: EGC.
Hadikastowo. 1982. Zoologi
Umum. Bandung : Alumni.
Kimball, J.W. 1988. Biologi Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga.
Seeley, R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2002.
Essentials of Anatomy dan
Physiology fourth edition. New
York : McGraw-Hill Companies.
Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003.
Essentials of Anatomy and
Physiology fourth edition. New York
: McGraw-Hill Companies.
Ville, C. A., W. F Walker, R. D
Barnes. 1988. Zoologi
Umum. Jakarta : Erlangga.
PERTANYAAN
-
1. Rangsang mana yang ditanggapi
lebih cepat? (Rangsangan kimiawi
atau rangsangan dari larutan asam
cuka). Mengapa?
Jawaban : Refleks pada katak yang
dicelupkan ke dalam larutan asam cuka
lebih cepat dari rangsangan yang lain
karena pada rangsangan cubit dan jepit
keras bersifat rangsangan lokal
sehingga hanya sel saraf perifer saja
yang dirangsang. Sedangkan
rangsangan pada larutan cuka bersifat
difusi dan mengenai seluruh bagian
tubuh katak tersebut sehingga
menimbulkan kontraksi dari otot
rangka. Larutan asam cuka dalam air
merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion
H+ dan CH3COO-. Asam cuka encer
(CH3COOH) menginduksi mitokondria
yang terdapat di otot rangka untuk
menghasilkan Ca2+. Peningkatan
konsentrasi Ca2+ di otot rangka
digunakan untuk kontraksi otot polos
2. Apa beda sinapsis yang EPSP
(excitatory post sinaps potential)
dan IPSP (inhibitory post sinaps
potential) dilihat dari biolistrik
neuron post sinaps?
Jawaban : Berdasarkan perubahan
permeabiltas membran sel saraf
pascasinaps akibat interaksi
neurotransmiter dengan reseptor pada
membran pascasinaps, dikenal dua tipe
sinaps. Kedua tipe sinaps tersebut
adalah sinaps pembangkit (sinaps
eksitatori) dan sinaps penghambat
(sinaps inhibitori). Pada sinaps
pembangkit, respon terhadap interaksi
reseptor-neurotransmiter adalah
terbukanya saluran Na+ dan K+ pada
membran subsinaps, sehingga
meningkatkan permeabilitas terhadap
dua ion tersebut. Baik gradien
konsentrasi maupun gradien kelistrikan
untuk Na+ menyebabkan perpindahan
ion ini ke dalam sel saraf pascasinaps
pada potensial istirahat, sedangkan
perpindahan K+ ke luar hanya
disebabkan oleh gradien konsentrasinya
saja. Sehingga perubahan permeabilitas
mengakibatkan suatu perpindahan
simultan:sedikit K+ ke luar sel saraf
pascasinaps dan lebih banyak Na+
masuk. Kejadian ini menghasilkan
suatu kelebihan perpindahan ion positif
masuk sel saraf, membuat bagian
sebelah dalam membran kurang negatif
daripada saat istirahat, membran sel
saraf pascasinaps mengalami
depolarisasi kecil (membran
dibangkitkan). Depolarisasi kecil ini
bagaimanapun juga dapat membawa
neuron pascasinaps lebih dekat ke
potensial ambang. Apabila potensial
ambang tercapai maka potensial aksi
-
akan terjadi. Perubahan suatu potensial
pascasinaps yang terjadi pada sinaps
pembangkit disebut potensial
pascasinaps pembangkit (excitatory
postsynaptic potential=EPSP).
Pada sinaps penghambat (sinaps
inhibitori), interaksi antara
neurotransmitter dengan reseptor
subsinaps akan meningkatkan
permeabilitas membrane subsinaps
terhadap K+ dan Cl- dengan mengubah
konformasi dari masing-masing
saluran tersebut. Dalam kasus ini hasil
gerakan ion menyebabkan suatu
hiperpolarisasi kecil dari sel saraf
pascasinaps (bagian dalam sel lebih
negatif dari saat istirahat).
Hiperpolarisasi kecil ini
menggerakkan potensial membran
menjauhi potensial ambang,
merupakan pengurangan kemampuan
sel saraf pascasinaps itu disebut
dihambat, dan hiperpolarisasi kecil dari
sel pascasinaps disebut suatu potensial
penghambat pascasinaps (inhibitory
postsynaptic potential=IPSP).
Sinapsis pada EPSP melakukan
depolarisasi dan biasanya menambah
Na+ atau mengurangi K+ dan
mengakumulasi untuk membuat
potensial aksi. Sedangkan, IPSP
biasanya berhiperpolarisasi dan
menambah Cl atau K.
-
LAMPIRAN
Otot gastrochnemius
katak kiri yang akan
diberikan rangsangan
listrik.
Otot
gastrochnemius
katak kiri yang
sedang diberikan
rangsangan listrik.
Perlakuan mekanis berupa
cubitan
Perlakuan mekanis berupa air
cuka
Foto katak yang di hubungkan
dengan rangkaian listrik
N. Branchialis
N. Vertebralis
N. Sciatic