Fisiolo FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAKi Gerak Reflek Dan Biolistrik...

14
FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAK Detya Indrawan (3415133046), Merlis Nurlyta (3415133050), Rumi Subekti (3415133072), Tiara Arisenda K. (3415133073), Zamita Amalia (3415131026) 1 1 Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2013 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta ABSTRACT The nervous system is a system of the body which is the body's adaptation to the stimulus received from the outside. The purpose of this study was to determine the physiological reflex and bioelectric in the nervous system of frogs. This practicum was conducted on Friday, April 24th, 2015 which took place at the Laboratory of Physiology Faculty UNJ. In the result, the frog spinal cord is the center of the frog reflex, because spinal cord of the frog has been tampered, the frog can not provide a response to a given stimulus. While in the observation bioelectric on frogs obtained results in the form of electrical current that can generate action potentials which then resulted in a response to the impulse. When the nerve is blocked using 70% alcohol, the alcohol diffuses into nerve axons and mixed with nerve cells in the intracellular fluid containing ions - positive of negative ions and disrupt the process of propagation so impuls yang propagate in axons have to "work hard" to pass through. Keywords : bioelectric, reflex, frog, spinal cord, nerves PENDAHULUAN Pemberian nama otot rangka disebabkan karena otot ini menempel pada system rangka. Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang- tulang tubuh. Otot rangka dapat kita kaji lebih dalam misalnya dengan mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot gastroknemus katak banyak digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak jelas (tendon Achillus) pada permukaan kaki. Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamen- filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen

description

FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAK

Transcript of Fisiolo FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAKi Gerak Reflek Dan Biolistrik...

  • FISIOLOGI GERAK REFLEK DAN BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF KATAK

    Detya Indrawan (3415133046), Merlis Nurlyta (3415133050), Rumi Subekti (3415133072),

    Tiara Arisenda K. (3415133073), Zamita Amalia (3415131026)1

    1 Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2013 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Negeri Jakarta

    ABSTRACT

    The nervous system is a system of the body which is the body's adaptation to the stimulus

    received from the outside. The purpose of this study was to determine the physiological reflex

    and bioelectric in the nervous system of frogs. This practicum was conducted on Friday, April

    24th, 2015 which took place at the Laboratory of Physiology Faculty UNJ. In the result, the

    frog spinal cord is the center of the frog reflex, because spinal cord of the frog has been

    tampered, the frog can not provide a response to a given stimulus. While in the observation

    bioelectric on frogs obtained results in the form of electrical current that can generate action

    potentials which then resulted in a response to the impulse. When the nerve is blocked using

    70% alcohol, the alcohol diffuses into nerve axons and mixed with nerve cells in the

    intracellular fluid containing ions - positive of negative ions and disrupt the process of

    propagation so impuls yang propagate in axons have to "work hard" to pass through.

    Keywords : bioelectric, reflex, frog, spinal cord, nerves

    PENDAHULUAN

    Pemberian nama otot rangka

    disebabkan karena otot ini menempel

    pada system rangka. Otot rangka adalah

    masa otot yang bertaut pada tulang yang

    berperan dalam menggerakkan tulang-

    tulang tubuh. Otot rangka dapat kita kaji

    lebih dalam misalnya dengan mempelajari

    otot gastroknemus pada katak. Otot

    gastroknemus katak banyak digunakan

    dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini

    lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta

    disisipi oleh tendon tumit yang tampak jelas

    (tendon Achillus) pada permukaan kaki.

    Mekanisme kerja otot pada dasarnya

    melibatkan suatu perubahan dalam keadaan

    yang relatif dari filamen-filamen aktin dan

    myosin. Selama kontraksi otot, filamen-

    filamen tipis aktin terikat pada dua garis

    yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen

    tersebut tidak bertambah banyak.Namun,

    gerakan pergeseran itu mengakibatkan

    perubahan dalam penampilan sarkomer,

    yaitu penghapusan sebagian atau

    seluruhnya garis H. selain itu filamen

  • myosin letaknya menjadi sangat dekat

    dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta

    lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga

    kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung

    pada interaksi antara aktin miosin untuk

    membentuk komplek aktin-miosin.

    Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa

    faktor antara lain

    1. Treppe atau staircase effect, yaitu

    meningkatnya kekuatan kontraksi

    berulang kali pada suatu serabut

    otot karena stimulasi berurutan

    berseling beberapa detik. Pengaruh

    ini disebabkan karena konsentrasi

    ion Ca2+ di dalam serabut otot yang

    meningkatkan aktivitas miofibril.

    2. Summasi, berbeda dengan treppe,

    pada summasi tiap otot berkontraksi

    dengan kekuatan berbeda yang

    merupakan hasil penjumlahan

    kontraksi dua jalan (summasi unit

    motor berganda dan summasi

    bergelombang).

    3. Fatique adalah menurunnya

    kapasitas bekerja karena pekerjaan

    itu sendiri.

    4. Tetani adalah peningkatan

    frekuensi stimulasi dengan cepat

    sehingga tidak ada peningkatan

    tegangan kontraksi.

    5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar

    ATP dalam otot telah dihabiskan,

    sehingga kalsium tidak lagi dapat

    dikembalikan ke RS melalui

    mekanisme pemompaan.

    Potensial aksi merupakan

    depolarisasi dan repolarisasi membran sel

    yang akan terjadi secara cepat (Seeley,

    2002). Pada sel ototm potensial aksi

    menyebabkan otot berkontraksi (Seeley,

    2002). Berdasarkan Campbell (2004),

    sebuah potensial aksi tunggal akan

    menghasilkan peningkatan tegangan otot

    yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau

    kurang yang disebut sebuah kontraksi

    tunggal. Jika potensial aksi kedua tiba

    sebelum respons terhadap potensial aksi

    pertama selesai, tegangan tersebut akan

    menjumlahkan dan menghasilkan respons

    yang lebih besar. Jika otot menerima suatu

    rentetan potensial aksi yang saling tumpang

    tindih, maka akan terjadi sumasi yang lebih

    besar lagi dengan tingkat tegangan yang

    bergantung pada laju perangsangan. Jika

    laju perangsangan cukup cepat, sentakan

    tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang

    halus dan bertahan lama yang disebut

    tetanus.

    Pada saat sel saraf dalam keadaan

    istirahat (reseptor tidak dirangsang),

    membran sel dalam keadaan impermeable

    terhadap ion. Jika sel saraf dirangsang,

    maka saluran ion akan terbuka. Ion natrium

    akan masuk ke dalam sel dan ion kalsium

    bersama ion Cl akan keluar dari dalam sel.

  • Muatan ion di dalam sel menjadi lebih

    positif dan muatan ion di dalam sel menjadi

    lebih negatif. Keadaan ini diseut

    depolarisasi. Membran sel dalam keadaan

    permeable terhadap ion. Perjalanan impuls

    saraf dapat diblokir oleh rangsang dingin

    panas atau tekanan pada serabut saraf.

    Pemblokiran yang sempurna dicapai

    dengan memberikan zat7 anastetik.

    METODE PRAKTIKUM

    Alat dan Bahan

    Jarum pentul, Pinset, Beker glass 50 ml (2

    buah), Asam cuka, Papan bedah, Alat

    bedah, Batrei, Kabel, Stopwatch, Rana sp.,

    Alcohol 70%, NaCl.

    Cara Kerja

    1. Gerak Reflek pada Katak

    Mengamati posisi katak ketika tegak, lalu

    mencatat waktu ketika katak dicubit

    menggunakan pinset pelan, keras dan

    ketika dimasukkan ke dalam asam cuka

    dalam keadaan normal.

    Menusuk bagian otak katak dengan jarum

    Meletakkan katak dipapan bedah

    Menunggu beberapa menit supaya keadaan

    shock yang terjadi karena penusukan otak

    hilang sama sekali

    Perhatikan posisi katak

    Lalu cubit katak dengan pinset pelan, catat

    waktunya. Kemudian cubit katak dengan

    keras, lalu catat waktunya

    Lalu celupkan kaki katak ke dalam asam

    cuka, catat waktunya sampai terjadinya

    reflek penarikan serta reflek menghapus

    setiap kali selesai dengan satu percobaan,

    kaki katak harus dicuci dengan cara

    memasukkan ke dalam beker glass yang

    berisi air

    Rusaklah sumsum tulang belakang katak

    Ulangi percobaan dengan memberikan

    rangsangan seperti sebelumnya, lalu catat

    waktunya.

    2. Rambatan Impuls pada

    N.Branchialis dan N.Sciatic Katak

    Membedah kulit kaki

    belakang dan kulit dibagian badan katak

    Membedah bagian perut

    Membuka rongga perut bagian dorsal,maka akan terlihat serabut

    saraf yang mempersarafi tungkai depan dan belakang,

    yaitu N.Branchialis dan N.Sciatic Katak

    Berilah perangsangan listrik

    dengan menghubungkan kutub positif dan

    negatif pada 2 saraf yang berbeda

    Mengamati dan

    menghitung waktu

    terjadinya tanggapan (kontraksi)

    Melakukan pemblokiran pada

    serabut saraf dengan NaCl ,

    amati. Lalu berikan alkohol 70%

    Mengamati dan menghitung waktu

    terjadinya tanggapan, dan

    jarak antara perangsangan dan

    efektor yang bergerak

  • 3. Perambatan Impuls pada Otot

    Gastrocnemius Katak

    HASIL & PEMBAHASAN

    1. Kerja otak

    Sistem syaraf adalah suatu sistem

    penyampaian impuls yang diterima oleh

    reseptor dan dikirim ke pusat syaraf untuk

    ditanggapi. Sistem syaraf terdiri dari sistem

    syaraf pusat dan syaraf perifer. Aktifitas

    sistem syaraf memerlukan kerja sama dari

    beberapa sel, antara lain dalam mekanisme

    gerak sensori dan reseptor. Rangkaian dari

    stimulus dalam sebuah situasi diaplikasikan

    ke dalam suatu gerak. Sistem syaraf pusat

    terdiri atas otak dan dan batang spinal otak

    merupakan ujung anterior lubang neural

    yang membesar. Otak bekerja sama sebagai

    suatu rangkaian untuk menerima impuls

    (Goenarso, 1989).

    Sistem syaraf perifer

    mengumpulkan informasi dari permukaan

    tubuh, dari organ-organ khusus dan dari isi

    perut, kemudian menghantarkan sinyal-

    sinyal ke sistem syaraf pusat. Sistem syaraf

    juga memiliki saluran yang membawa

    sinyal ke organ-organ efektor ke dalam

    tubuh (Bevelender, 1988). Sistem syaraf

    terdiri dari neuron-neuron yang saling

    berhubungan yang dapat melaksanakan

    fungsinya dengan baik. Syaraf itu sendiri

    terdiri dari beberapa bagian dengan

    fungsinya masing-masing yaitu, dendrit,

    inti sel syaraf, badan sel, akson, selubung

    myelin, nodus ranvier, sinaps

    (Hadikastowo, 1982).

    Syaraf berfungsi dengan

    mekanisme depolarisasi dan repolarisasi.

    Kerja

    Otak Normal Spinal

    (-) CNS &

    spinal

    Posisi

    tegak

    Membentuk sudut

    45

    Kepala hampir sejajar

    dengan papan bedah

    Kepala

    makin

    merebah

    pada

    papan

    bedah

    Mekanik

    pelan 2 detik 1,46 detik

    Tidak ada

    respon

    Mekanik

    keras 1,15 detik 3 detik

    Tidak ada

    respon

    Asam

    cuka 0,73 detik 40 detik

    Tidak ada

    respon

    Memotong kaki katakyang mempersarafi otot

    gastrocnemius

    Melakukan perangsangan listrik dengan

    menempelkan kabel pada kedua ujung dari M.

    Gastrocnemius dan tendon Achilles

    Amati dan catat waktu ketika terjadi rangsangan

    Melakukan pemblokiran dititik tengah dengan NaCl, amati dan catat

    waktunya.

    Melakukan pemblokiran dititik tengah dengan

    Alkohl 70%

    Mengamati waktu terjadinya tanggapan

  • Kedua mekanisme tersebut berkaitan

    dengan transportasi ion menembus

    membran (transmembran). Pada hewan

    tingkat tinggi komunikasi intrasel yang

    kompleks dan amat cepat ditengahi oleh

    impuls-impuls syaraf. Neuron-neuron (sel-

    sel saraf) secara elektrik menghantarkan

    sinyal (implus) melalui bagian syaraf yang

    memanjang (sekitar 1 mm pada hewan

    berukuran besar). Impuls tersebut berupa

    gelombang-gelombang berjalan yang

    berbentuk arus-arus ion. Transmisi sinyal

    antara neuron-neuron dan antara neuron

    otot seringkali dimediasi secara kimiawi

    oleh neurotransmitter (penghantar impuls

    saraf) (Gunawan, 2002).

    Unit dasar setiap kegiatan refleks

    terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung

    refleks ini terdiri dari alat indra, serat saraf

    aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat

    di susunan saraf pusat atau di ganglion

    simpatis, serat saraf eferen, dan efektor.

    Pada mamalia, hubngan (sinaps) antara

    neuron somatik aferen dan eferen biasanya

    terdapat di otak atau medula spinalis. Serat

    neuron aferen masuk susunan saraf pusat

    melalui radiks dorsalis medula spinalis atau

    melalui nervus kranialis, sedangkan badan

    selnya akan terdapat di ganglion dorsalis

    atau di ganglion-ganglion homolog nervi

    kraniales. Serat neuron eferen keluar

    melalui radiks ventralis atau melalui nervus

    kranial yang sesuai. Kenyataan radiks

    dorsalis medula spinalis bersifat sensorik

    dan radiks ventralis bersifat motorik

    dikenal sebagai hukum Bell-Mangendie.

    Mekanisme gerak reflek secara sederhana

    menurut Kimball (1988), adalah sebagai

    berikut :

    Stimulus pada gerak refleks yang

    diberikan akan diterima reseptor. Reseptor

    merupakan jaringan saraf yang khusus

    untuk menerima perubahan lingkungan

    yang berupa tenaga dan biasanya disebut

    rangsang. Setelah rangsang diterima akan

    diubah menjadi potensial aksi sehingga

    dikenal sebagai generator potensial. Neuron

    afferen ini impulsnya akan menuju ke

    sistem saraf pusat, oleh karena itu

    menggunakan spinal katak jadi disini

    refleks yang sentrumnya di medulla spinalis

    dinamakan refleks spinal atau refleks

    sederhana (Gordon, 1977). Menurut

    Kimball (1988), refleks spinal pada katak

    dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang

    berupa reseptor rangsangan. Reseptor

    rangsangan tersebut dapat berupa reseptor

    gaya mekanis, reseptor terhadap cahaya,

    dan reseptor terhadap zat kimia.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks

    spinal yaitu sebagai berikut:

    1. Ada tidaknya stimulus

    a. Rangsangan dari luar

    misalnya temperatur, kelembaban,

    sinar matahari, tekanan, zat-zat

  • yang terkandung dan lain

    sebagainya.

    Beberapa rangsangan langsung

    bereaksi pada sel atau jaringan,

    tetapi kebanyakan hewan-hewan

    mempunyai reseptor yang special

    untuk organ yang mempunyai

    kepekaan. Pada refleks spinal,

    somafosensori dimasukkan dalam

    urat spinal sampai pada bagian

    dorsal. Sensori yang masuk dari

    kumpulan reseptor yang berbeda

    memberikan pengaruh pada saraf

    spinal, sehingga terjadi refleks

    spinal (Gordon, 1977).

    b. Rangsangan dari dalam

    misalnya dari makanan, oksigen,

    air, dan lain sebagainya.

    2. Berfungsinya sumsum tulang

    belakang.

    Sumsum tulang belakang

    mempunyai dua fungsi yang

    penting yaitu untuk mengatur

    implus dari dan ke otak dan sebagai

    pusat refleks, dengan adanya

    sumsum tulang belakang maka

    pasangan saraf spinal dan kranial

    menghubungkan tiap reseptor dan

    efektor dalam tubuh sampai terjadi

    respon, apabila sumsum tulang

    belakang telah rusak total maka

    tidak ada lagi efektor yang

    menunjukan respon terhadap

    stimulus atau rangsang.

    3. Terjadinya interkoneksi dari

    satu sisi korda spinalis ke sisi lain.

    Adanya refleks spinal katak berupa

    respon dengan menarik

    kaki belakang saat perusakan

    sumsum tulang belakang

    disebabkan karena masih terjadi

    inter- koneksi dari satu sisi korda

    spinalis ke sisi yang lain (Ville et

    al., 1988).

    Praktikum refleks spinal pada katak

    diperoleh hasil yaitu katak dapat

    memberikan respon gerak refleks pada

    perlakuan pemberian mekanik berupa

    cubitan pelan, cubitan keras dan

    pencelupan kaki ke dalam larutan asam

    cuka sebelum bagian otaknya dirusak.

    Perusakan selanjutnya adalah pada bagian

    otak (CNS), hasil yang diperoleh adalah

    posisi tegak katak membentuk sudut hampir

    180 atau kepala katak hampir sejajar

    dengan papan bedah, saat katak diberikan

    perlakuan mekanik berupa cubitan pelan,

    cubitan keras dan pencelupan kaki ke dalam

    larutan asam cuka, katak masih

    memberikan respon tetapi lebih lambat.

    Perusakan yang terakhir adalah pada bagian

    spinal sehingga katak telah kehilangan

    fungsi CNS dan spinalnya sehingga

    diperoleh hasil yaitu posisi tegak katak

  • sudah 180 atau posisi kepalanya makin

    merebah pada papan bedah, dan katak

    sudah tidak memberikan respon ketika

    diberi perlakuan mekanik berupa cubitan

    pelan, cubitan keras dan pencelupan kaki ke

    dalam larutan asam cuka.

    Hasil dari percobaan tersebut sesuai

    dengan pernyataan Djuhanda (1982) yang

    menyatakan bahwa perusakan otak tidak

    berakibat langsung terhadap respon gerak

    refleks yang diberikan oleh suatu hewan,

    ketika otak dirusak serabut-serabut saraf

    penghubung yang berada di sumsum tulang

    belakang masih terhubung sehingga masih

    dapat menghantarkan impuls untuk

    memberikan respon dari perlakuan yang

    diberikan. Gerak refleks merupakan

    respons sel saraf motorik, sensorik,

    interneuron, efektor, dan organ-organ

    sensor secara cepat dalam waktu

    bersamaan. Gerak refleks berada di dalam

    jalur saraf tepi di bawah kendali sistem

    saraf somatik yang bekerja dalam kondisi

    tak sadar. Jalur penghantaran impuls pada

    gerak refleks dipersingkat sehingga tidak

    perlu ada regulasi dari sistem saraf di otak.

    Sumsum tulang belakang atau

    spinal merupakan pusat gerak refleks,

    sehingga semakin tinggi tingkat perusakan

    sumsum tulang belakang maka semakin

    lemah respon yang diberikan. Saat spinal

    yang dirusak maka refleks pada kaki depan

    sudah tidak ada lagi, begitu pula kaki

    belakang. Hal ini dikarenakan kerusakan

    neuron motorik atas atau dimana otot

    sebenarnya bukan lumpuh tetapi lemah dan

    kehilangan kontrol, disamping itu sudah

    tidak adanya hubungan antara interneuron

    dengan sumsum tulang belakang.

    Perusakan total spinal berakibat respon

    negatif terhadap semua perlakuan yang

    diuji, baik itu respon mekanik berupa

    cubitan pelan, cubitan keras maupun

    pencelupan kaki ke dalam larutan asam

    cuka. Hal ini terjadi karena refleks spinal

    sudah tidak ada lagi. Menurut Djuhanda

    (1982) bahwa apabila seluruh sumsum

    tulang belakang dirusak, maka seluruh

    system syaraf yang menyebabkan refleks

    spinal akan kehilangan respon, sebab tonus

    otot sudah tidak ada lagi dan tubuh hewan

    (katak) menggantung lemah.

    2. Rambatan Impuls pada N.Branchialis

    dan N.Sciatic Katak

    Praktikum ini bertujuan untuk mengukur

    kecepatan perambatan impuls pada tubuh katak.

    Katak yang telah di rusak otak dan sumsum tulang

    belakangnya, dibedah dan diambil organ dalamnya

    namun serabut sarafnya jangan sampai terambil.

    KEADAAN

    KATAK

    KECEPATAN

    IMPULS

    Normal 0,53 Detik

    Ditambahkan NaCl 1 Detik

    Ditambahkan

    Alkohol 1,08 Detik

  • Kemudian katak diberikan kejutan listrik yang

    berasal dari batu baterai. Lalu praktikan mengamati

    dan menghitung waktu yang diperlukan untuk

    kontraksi antara N.Branchialis dan N.Sciatic pada

    katak. Percobaan ini, menggunakan baterai dengan

    tegangan rendah yaitu 1,5 V sebagai impuls untuk

    memperlihatkan kontraksi antara N.Branchialis

    dan N.Sciatic. Ketika dihubungkan rangkaian

    listrik dengan saraf muncul getaran yang terlihat

    jelas. Getaran tersebut menyebabkan kontraksi otot.

    Ion-ion yang terdapat di otot tersebut mengalami

    perpindahan keluar masuk di dalam otot yang

    diatur oleh pergerakan aktin-miosin. Tegangan

    baterai berfungsi sebagai impuls dan

    memungkinkan terjadinya kontraksi otot. Impuls

    adalah pesan saraf yang di alirkan

    sepanjang akson dalam bentuk gelombang

    listrik. Pada sel otot (serabut-serabutotot),

    potensial aksi menyebabkan otot berkontraksi

    (Seeley, 2002). Potensial aksi adalah aktivitas

    sel dari polarisasi menjadi depolarisasi lalukembali

    lagi ke polarisasi.

    Pada keadaan normal waktu yang di

    perlukan adalah 0,53 detik. Selanjutnya katak di

    beri 2 perlakuan yang pertama ditambahkan

    dengan larutan NaCl dan yang kedua di tambahkan

    alkohol. Waktu yang diperlukan untuk merespon

    setelah ditambahkan NaCl adalah 1 detik,

    sedangkan pada alkohol adalah 1,08 detik. Dari

    hasil yang didapatkan terlihat bahwa rangsangan

    semakin lambat setelah diberi larutan NaCl dan

    alkohol. Pemberian alkohol menghambat

    terjadinya pergerakan / kontraksi otot. Hal ini

    dikarenakan alkohol bersifat menghambat

    (inhibitor) terjadinya biolistrik pada otot

    katak sehingga kontraksi otot menjadi lebih lambat,

    begitu juga pada ion-ion pergerakan (keluar-

    masuk) juga terhambat. Alkohol juga merupakan

    larutan nonelektrolit yang tidak bisa

    menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, pada

    saat katak otot diberi alkohol, maka rangsangan

    akan semakin lama dibandingkan dengan katak

    yang hanya diberi NaCl.

    3. Rambatan Impuls pada Otot

    Gastrocnemius Katak

    Respon

    Otot

    Waktu Respon

    Sebelum

    diberikan

    Setelah

    diberikan

    Alkohol Alkohol

    Respon 1 0,2 detik 0,16 detik

    Respon 2 0,4 detik 0,57 detik

    Pada serabut-serabut otot (sel otot),

    potensial aksi menyebabkan otot

    berkontraksi (Seeley, 2003). Impuls saraf

    terdiri atas suatu gelombang depolarisasi

    membran yang disebut Potensial Aksi dan

    merambat sepanjang sel saraf. Penyebab

    terjadinya potensial aksi ini ialah

    peningkatan permeabilitas membran

    terhadap ion Na+ secara transien kemudian

    diikuti oleh peningkatan permeabilitas

    membran terhadap ion K+ secara transien

    serta penurunan drastis pada permeabilitas

    membran terhadap ion Na+. Perubahan

    permeabilitas yang spesifik ion itu (hanya

    khusus ion tertentu) disebabkan oleh

  • adanya protein membran transaxonal.

    Protein tersebut berfungsi sebagai saluran-

    saluran spesifik ion (ion Na+ atau ion K+)

    yang sensitif terhadap beda potensial.

    Potensial aksi merupakan depolarisasi dan

    repolarisasi membran sel yang terjadi

    secara cepat (Seeley, 2003). Sebuah

    potensial aksi tunggal akan menghasilkan

    peningkatan tegangan otot yang

    berlangsung sekitar 100 milidetik atau

    kurang yang disebut sebuah kontraksi

    tunggal (Campbell, 2004). Jika potensial

    aksi kedua tiba sebelum respons terhadap

    potensial aksi pertama selesai, tegangan

    tersebut akan menjumlahkan dan

    menghasilkan respons yang lebih besar.

    Jika otot menerima suatu rentetan potensial

    aksi yang saling tumpang tindih, maka akan

    terjadi sumasi yang lebih besar lagi dengan

    tingkat tegangan yang bergantung pada laju

    perangsangan. Waktu antara datangnya

    rangsang ke neuron motoris dengan awal

    terjadinya kontraksi disebut fase laten;

    waktu terjadinya kontraksi disebut fase

    kontraksi, dan waktu otot berelaksasi

    disebut fase relaksasi (Seeley,2003). Jadi,

    otot dapat bergerak karena adanya impuls

    ataupun rangsangan dari luar yang

    kemudian diterima oleh reseptor diteruskan

    ke saraf sensorik dibawa oleh saraf

    konektor sampai ke otak.

    Otot rangka merupakan salah satu

    jaringan tubuh yang mempunyai kelistrikan

    yang diperankan oleh ion-ion intrasel dan

    ekstrasel. Rangsangan listrik

    mengakibatkan perubahan potensial

    membran istirahat yang ditandai dengan ion

    natrium masuk ke intrasel

    otot(depolarisasi). Proses depolarisasi akan

    diikuti oleh proses repolarisasi yang

    ditandai dengan keluarnya ion kalium ke

    ekstrasel otot.

    Pada percobaan ini menggunakan

    otot gastrocnemius sebelah kiri pada katak.

    Pemilihan otot ini karena otot ini besar dan

    mudah diamati, bila dibandingkan dengan

    otot lain pada katak. Pada tiap ujungnya

    terdapat hubungan bekas tendon saat masih

    menempel pada kaki katak. Pada percobaan

    kali ini sebelum diberi aliran listrik, otot di

    potong dari badan katak. Setelah itu, otot

    tersebut diberi aliran listrik. Ternyata, otot

    bereaksi (bergerak). Setelah itu, diantara

    otot ditetesi NaCl. Kemudian diberi aliran

    listrik lagi hasil pengamatan menunjukkan

    bahwa reaksi menjadi sedikit lambat.

    Kemudian diantara otot ditetesi alkohol.

    Kemudian diberi aliran listrik lagi, hasil

    pengamatan menunnjukan bahwa reaksi

    menjadi lebih lambat. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa alkohol dapat

    menghambat kerja impuls.

    Perubahan potensial ini ke arah

    yang lebih positif(depolarisasi)

    menyebabkan sel menjadi lebih peka-

  • rangsang, sementara penurunannya ke arah

    yang lebih negatif (hiperpolarisasi)

    menyebabkan sel menjadi kurang peka-

    rangsang. Seperti yang kita ketahui, adanya

    impuls kaitannya dengan peristiwa

    depolarisasi dan polarisasi. Pada saat sel

    saraf dalam istirahat, ion positif Na+ lebih

    banyak di luar sel dan ion negative seperti

    CL- berada di dalam sel. Keadaan ini

    disebut polarisasi, muatan ion di luar sel

    lebih positif dan dalam sel lebih negative.

    Untuk Natrium, potensial Nernst adalah

    +61 milivolt. Karena potensial membran

    istirahat di neuron adalah sekitar -65

    milivolt, dapat diperkirakan bahwa natrium

    akan berpindah ke dalam sel saat istirahat.

    Namun, Na tidak dapat masuk karena

    saluran Na tertutup. Sedangkan potensial

    Nernst pada Cl adalah -70 milivolt. Secara

    umum, ini lebih negatif daripada potensial

    membran istirahat neuron pascasinaps.

    Akibatnya, ion klorida berpindah keluar sel

    dan potensial membran menjadi lebih

    negatif (hiperpolarisasi) dan sel menjadi

    kurang peka-rangsangan.

    Jika sel saraf dirangsang, maka

    saluran ion akan terbuka. Ion natrium akan

    masuk ke dalam sel dan ion Cl- keluar sel.

    Muatan ion menjadi lebih positif di dalam

    sel dan di luar sel menjadi negative, disebut

    depolarisasi. Jika depolarisasi melewati

    ambang letup, maka akan terjadi potensial

    aksi. Potensial aksi inilah yang disebut

    impuls. Penambahan alkohol pada

    hubungan kedua otot gastrocnemius

    bertujuan untuk membuktikan bahwa

    alkohol menghambat jalannya impuls.

    KESIMPULAN

    1. Pusat gerak refleks adalah

    sumsum tulang belakang atau

    spinal.

    2. Perusakan otak tidak berakibat

    langsung terhadap respon gerak

    refleks yang diberikan oleh suatu

    hewan, ketika otak dirusak

    serabut-serabut saraf penghubung

    yang berada di sumsum tulang

    belakang masih terhubung

    sehingga masih dapat

    menghantarkan impuls untuk

    memberikan respon dari

    perlakuan yang diberikan.

    3. apabila seluruh sumsum tulang

    belakang dirusak, maka seluruh

    system syaraf yang menyebabkan

    refleks spinal akan kehilangan

    respon, sebab tonus otot sudah

    tidak ada lagi dan tubuh hewan

    (katak) menggantung lemah.

    4. Rangsangan antara N.Branchialis dan

    N.Sciatic semakin lambat setelah di beri

    larutan NaCl dan alkohol, hal ini di

    karenkan alkohol bersifat menghambat

    (inhibitor) terjadinya biolistrik pada otot

    katak sehingga kontraksi otot menjadi

  • lebih lambat, begitu juga pada ion-ion

    pergerakan (keluar-masuk) juga

    terhambat. Sedangkan NaCl juga

    bersifat menghambat namun NaCl

    masih bersifat elektrolit sehingga masih

    bisa menghantarkan biolistrik pada otot

    katak.

    5. Bila membran sel saraf dipicu atau

    diberi rangsangan secara tepat,

    maka membran sel saraf akan

    menglami perubahan potensial

    secara singkat dan cepat yang

    dikenal dengan potensial aksi.

    6. Perambatan impuls pada sel saraf

    terjadi sangat cepat yaitu hanya

    beberapa detik.

    7. Kecepatan rambatan impuls dapat

    dihambat dengan pemberian

    alkohol.

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell, J. B. Reece, L. G dan Mitchell.

    2004. Biologi Edisi kelima. Jilid 3.

    Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Djuhanda, T. 1988. Anatomi

    Perbandingan Vertebrata

    II. Bandung : Armico.

    Ganong WF. 2001. Buku ajar fisiologi

    kedokteran. Oswari J, editor. Edisi

    21. Penerjemah : Andrianto P. Jakarta

    : EGC.

    Goenarso. 1989. Fisiologi Hewan. Pusat

    antar Universitas Bidang Ilmu

    Hayati. Bandung : ITB

    Gordon, M.S. 1977. Animal Physiology.

    New York : Mc Millan Publisher

    Co. Ltd,.

    Gunawan, Adi, M. S. 2002. Mekanisme

    Penghantaran dalam Neuron

    (Neurotransmisi). Integral, vol. 7

    no. 1.

    Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku ajar

    fisiologi kedokteran. Setiawan I,

    editor . Edisi 9. Penerjemah:

    Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A.

    Jakarta: EGC.

    Hadikastowo. 1982. Zoologi

    Umum. Bandung : Alumni.

    Kimball, J.W. 1988. Biologi Edisi Kelima.

    Jakarta : Erlangga.

    Seeley, R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2002.

    Essentials of Anatomy dan

    Physiology fourth edition. New

    York : McGraw-Hill Companies.

    Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003.

    Essentials of Anatomy and

    Physiology fourth edition. New York

    : McGraw-Hill Companies.

    Ville, C. A., W. F Walker, R. D

    Barnes. 1988. Zoologi

    Umum. Jakarta : Erlangga.

    PERTANYAAN

  • 1. Rangsang mana yang ditanggapi

    lebih cepat? (Rangsangan kimiawi

    atau rangsangan dari larutan asam

    cuka). Mengapa?

    Jawaban : Refleks pada katak yang

    dicelupkan ke dalam larutan asam cuka

    lebih cepat dari rangsangan yang lain

    karena pada rangsangan cubit dan jepit

    keras bersifat rangsangan lokal

    sehingga hanya sel saraf perifer saja

    yang dirangsang. Sedangkan

    rangsangan pada larutan cuka bersifat

    difusi dan mengenai seluruh bagian

    tubuh katak tersebut sehingga

    menimbulkan kontraksi dari otot

    rangka. Larutan asam cuka dalam air

    merupakan sebuah asam lemah, artinya

    hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion

    H+ dan CH3COO-. Asam cuka encer

    (CH3COOH) menginduksi mitokondria

    yang terdapat di otot rangka untuk

    menghasilkan Ca2+. Peningkatan

    konsentrasi Ca2+ di otot rangka

    digunakan untuk kontraksi otot polos

    2. Apa beda sinapsis yang EPSP

    (excitatory post sinaps potential)

    dan IPSP (inhibitory post sinaps

    potential) dilihat dari biolistrik

    neuron post sinaps?

    Jawaban : Berdasarkan perubahan

    permeabiltas membran sel saraf

    pascasinaps akibat interaksi

    neurotransmiter dengan reseptor pada

    membran pascasinaps, dikenal dua tipe

    sinaps. Kedua tipe sinaps tersebut

    adalah sinaps pembangkit (sinaps

    eksitatori) dan sinaps penghambat

    (sinaps inhibitori). Pada sinaps

    pembangkit, respon terhadap interaksi

    reseptor-neurotransmiter adalah

    terbukanya saluran Na+ dan K+ pada

    membran subsinaps, sehingga

    meningkatkan permeabilitas terhadap

    dua ion tersebut. Baik gradien

    konsentrasi maupun gradien kelistrikan

    untuk Na+ menyebabkan perpindahan

    ion ini ke dalam sel saraf pascasinaps

    pada potensial istirahat, sedangkan

    perpindahan K+ ke luar hanya

    disebabkan oleh gradien konsentrasinya

    saja. Sehingga perubahan permeabilitas

    mengakibatkan suatu perpindahan

    simultan:sedikit K+ ke luar sel saraf

    pascasinaps dan lebih banyak Na+

    masuk. Kejadian ini menghasilkan

    suatu kelebihan perpindahan ion positif

    masuk sel saraf, membuat bagian

    sebelah dalam membran kurang negatif

    daripada saat istirahat, membran sel

    saraf pascasinaps mengalami

    depolarisasi kecil (membran

    dibangkitkan). Depolarisasi kecil ini

    bagaimanapun juga dapat membawa

    neuron pascasinaps lebih dekat ke

    potensial ambang. Apabila potensial

    ambang tercapai maka potensial aksi

  • akan terjadi. Perubahan suatu potensial

    pascasinaps yang terjadi pada sinaps

    pembangkit disebut potensial

    pascasinaps pembangkit (excitatory

    postsynaptic potential=EPSP).

    Pada sinaps penghambat (sinaps

    inhibitori), interaksi antara

    neurotransmitter dengan reseptor

    subsinaps akan meningkatkan

    permeabilitas membrane subsinaps

    terhadap K+ dan Cl- dengan mengubah

    konformasi dari masing-masing

    saluran tersebut. Dalam kasus ini hasil

    gerakan ion menyebabkan suatu

    hiperpolarisasi kecil dari sel saraf

    pascasinaps (bagian dalam sel lebih

    negatif dari saat istirahat).

    Hiperpolarisasi kecil ini

    menggerakkan potensial membran

    menjauhi potensial ambang,

    merupakan pengurangan kemampuan

    sel saraf pascasinaps itu disebut

    dihambat, dan hiperpolarisasi kecil dari

    sel pascasinaps disebut suatu potensial

    penghambat pascasinaps (inhibitory

    postsynaptic potential=IPSP).

    Sinapsis pada EPSP melakukan

    depolarisasi dan biasanya menambah

    Na+ atau mengurangi K+ dan

    mengakumulasi untuk membuat

    potensial aksi. Sedangkan, IPSP

    biasanya berhiperpolarisasi dan

    menambah Cl atau K.

  • LAMPIRAN

    Otot gastrochnemius

    katak kiri yang akan

    diberikan rangsangan

    listrik.

    Otot

    gastrochnemius

    katak kiri yang

    sedang diberikan

    rangsangan listrik.

    Perlakuan mekanis berupa

    cubitan

    Perlakuan mekanis berupa air

    cuka

    Foto katak yang di hubungkan

    dengan rangkaian listrik

    N. Branchialis

    N. Vertebralis

    N. Sciatic