FISHERIES STAKEHOLDER PERSPECTIVE QUANTIFICATION ON ...
Transcript of FISHERIES STAKEHOLDER PERSPECTIVE QUANTIFICATION ON ...
ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122 e-ISSN: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim.2020.008.01.09
110
Cite this as: Arsanti et al. (2020). Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish
Cultivation Diversification. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 08(01): 110-122 Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/
FISHERIES STAKEHOLDER PERSPECTIVE QUANTIFICATION ON FRESHWATER FISH
CULTIVATION DIVERSIFICATION
KUANTIFIKASI PERSPEKTIF STAKEHOLDER PERIKANAN DALAM DIVERSIFIKASI USAHA
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
Arsanti*1), Rodhi Firmansyah1), Ramona Indah Bagariang2), Ipan Adityamada2), and Rizky Ondolan Pulungan2) , Ramona Indah Bagariang1), Ipan Adityamada2), dan Rizky Ondolan3) Pulungan2)
1) Program Studi Akuakultur, Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli 2) Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli
Jl. K.H. Dewantara No.1 Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara
Received: August 31, 2020 / Accepted: October 25, 2020
ABSTRACT There is still a different perspective on the fishery aspect of the importance of diversifying the fish farming business in freshwater, causing a low quantity of aquaculture entrepreneurs as well as the diversity of fish cultivation businesses in freshwater. Therefore, a reference basis is needed through a study on the perspective of these stakeholders to determine an appropriate cultivation business strategy to be implemented. The study used interview methods and questionnaires for 40 stakeholder respondents in the field of fisheries and analyzed with Analysis Hierarchy Process (AHP). The results show that land suitability, supportive laws and regulations, market demand, public perception/perspective, and adequate availability of human resources are the main contributing factors in the expansion of the freshwater fish farming business on Sibundong river. The actors expected by the community in the expansion of fish aquaculture business are Bappeda, Freshwater Seed Hall, Marine and Fisheries Affairs and Government of Central Tapanuli, and Matauli College of Fisheries and Marine Science. All of them can be achieved by coordinating between relevant agencies intensively, conducting training/making pilot pools of freshwater cultivation, improving the distribution channels of freshwater aquaculture fisheries, conducting multi-species cultivation, and conducting environmentally-minded cultivation.
Keywords: decision-making, Sibundong River, Analysis Hierarchy Process (AHP).
ABSTRAK
Masih berbedanya perspektif para pemangku kepentingan pada aspek perikanan mengenai pentingnya
diversifikasi bisnis budidaya ikan air tawar menyebabkan rendahnya kuantitas pengusaha budidaya serta
keberagaman bisnis budidaya ikan air tawar. Oleh karena itu, diperlukan suatu dasar acuan melalui suatu
penelitian mengenai cara pandang para pemangku kepentingan agar dapat menentukan suatu strategi
usaha perluasan usaha budidaya yang tepat untuk diterapkan. Penelitian ini menggunakan metode
wawancara dan pengisian kuesioner terhadap 40 responden pemangku kepentingan perikanan dan
dianalisis dengan menggunakan Analysis Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesesuaian lahan, peraturan perundang-undangan yang mendukung, permintaan pasar, persepsi/sudut
pandang masyarakat, dan ketersediaan sumber daya manusia yang mencukupi menjadi aspek
pendukung utama perluasan bisnis budidaya ikan air tawar di Sungai Sibundong. Aktor yang diharapkan
masyarakat dalam perluasan bisnis budidaya perairan ikan air tawar pada Kecamatan Sorkam adalah
Bappeda, Balai Benih Air Tawar, Pemerintah Tapanuli Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan Tapanuli
Tengah, dan Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli. Hal ini dapat diraih dengan cara melakukan
koordinasi antar instansi terkait secara intensif, melakukan pelatihan/membuat kolam percontohan
budidaya air tawar, meningkatkan saluran distribusi hasil perikanan budidaya air tawar, mengadakan
budidaya beragam spesies, dan mengadakan budidaya berwawasan lingkungan.
Kata kunci: pengambilan keputusan, Sungai Sibundong, Analysis Hierarchy Process (AHP).
* Corresponding author: Arsanti, [email protected]
Program Studi Akuakultur, Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
111 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
PENDAHULUAN
Hasil perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah pada aspek bisnis pemeliharaan ikan air tawar
hingga saat ini, tercatat meningkat dari tahun ke tahun. Data di tahun 2016 menunjukkan produksi
budidaya perikanan di Kabupaten Tapanuli Tengah mencapai 149,64 ton, kemudian pada tahun
2017 meningkat hingga 567,71 ton, dan pada tahun 2018 terealisasi hingga 557,79 ton dari 152,63
ton yang ditargetkan (DKP-Kabupaten Tapanuli Tengah, 2020). Akan tetapi, peningkatan hasil
produksi tersebut tidak sejalan dengan meningkatnya jumlah rumah tangga pembudidaya dan
beragamnya hasil budidaya yang hanya didominasi oleh produksi ikan lele dan ikan mas (Arsanti,
2018). Hal tersebut dikarenakan rendahnya pemahaman akan pentingnya diversifikasi usaha
budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tapanuli Tengah (Arsanti, 2018). Rendahnya pemahaman
tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan cara pandang dalam penentuan skala pilihan
pembangunan, yang menyebabkan dampak yang negatif dalam pengembangan sub-sektor
perikanan (Panggabean, 2016). Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui cara
pandang konsep pengembangan budidaya (Pascoe, et.al., 2009) perikanan air tawar oleh para
pemangku kepentingan (stakeholder) perikanan sebagai fondasi pemastian proporsi preferensi
pengalokasian dana bidang ekonomi kepada sub-sektor perikanan, yang diharapkan akan lebih
mengoptimalkan sasaran pembangunan daerah (Panggabean, 2016).
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan informasi mengenai cara pandang dan
peranan pemangku kepentingan (stakeholder) pada usaha perikanan budidaya air tawar menuju
perikanan optimal, lestari serta berkelanjutan (Radiarta, et.al., 2015). Selain hal tersebut, penelitian
ini juga bertujuan untuk menunjukkan keterkaitan sektor perikanan terhadap sektor pembangunan
lainnya (Panggabean, 2016; Pascoe, et.al., 2009) dalam upaya meningkatkan perekonomian
Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah (Arsanti, 2018). Pada akhirnya, hasil penelitian ini
akan menghasilkan strategi pengembangan budidaya perikanan air tawar yang menyeluruh dan
tepat guna demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih efektif.
METODE PENELITIAN
Bahan yang dipergunakan dalam kajian ilmiah ini adalah daftar isian pertanyaan yang sudah
dibuat sebelumnya. Selanjutnya, instrumen penelitian yang dipergunakan adalah lembar pendataan
responden, alat tulis, dan software pengolahan data Super Decision Software versi 3.0 (Saaty, 2017)
dalam proses AHP (Analysis Hierarchy Process). Pengambilan data primer dan sekunder pada
masyarakat serta instansi terkait dilakukan di Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kelurahan Sorkam Kiri dan Dusun III pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 26 Januari 2019
(Gambar 1). Masyarakat Dusun III di Kelurahan Sorkam Kiri berperan sebagai sampel populasi
masyarakat yang melakukan kegiatan sehari-hari dan memanfaatkan air sungai di sepanjang
Sungai Sibundong.
Specimen merupakan salah satu bagian dari suatu anggota dari keseluruhan kumpulan.
Pengambilan specimen pada kajian ilmiah ini berdasarkan atas metode pengambilan keputusan
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
112 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
yang didasarkan atas pertimbangan dari keseluruhan kumpulan atas dasar pemilihan eksklusif
dengan tetap memperhitungkan kepakaran serta ketergantungan bakal narasumber terhadap
kegiatan kajian ilmiah yang diteliti. Pengambilan specimen tersebut berlangsung sekiranya peneliti
ingin menentukan komponen specimen didasarkan atas suatu standar khusus (Kartajaya, 2004).
Guna memudahkan analisis, maka dilakukan tabulasi data kemudian data dianalisis berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai dengan alat analisis yang telah ditentukan (Kartajaya, 2004). Wawancara
dan pengisian kuisioner dilakukan pada populasi masyarakat yang melakukan aktivitas dan
memanfaatkan aliran air sungai di sepanjang Sungai Sibundong Kecamatan Sorkam yang
dipusatkan di Dusun III Kelurahan Sorkam Kiri Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 40 (empat
puluh) orang responden.
Pengambilan data sekunder dilakukan pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah,
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan pengambilan data melalui buku
yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (Kecamatan Sorkam Dalam Angka 2013, 2014, 2017
dan 2018 (Sorkam District in Figures Nomor Katalog 1102001.1204060)) ataupun data yang
dikumpulkan melalui laman resmi instansi (httsp://tapanulitengahkab.bps.go.id). Selain itu,
pengambilan data juga dilakukan kepada stakeholder perikanan dan kelautan seperti: Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah, Bappeda (Badan Perencanaan dan
Pengembangan Daerah), Balai Besar Benih dan Riset Air Tawar di Sibabangun, Sekolah Tinggi
Perikanan dan Kelautan Matauli pada program studi Akuakultur/Budidaya Perairan, Pemerintah
Daerah Tapanuli Tengah, Lembaga/aparat/tokoh masyarakat, Masyarakat Dukuh III Kelurahan
Sorkam Kiri Kecamatan Sorkam, Konsumen/Pedagang, dan Lembaga Keuangan (Koperasi Petani
Ikan). Hasil wawancara dan pengisian kuisioner kemudian dianalisis dengan metode Analisis
Tingkatan Proses (AHP) di Laboratorium Komputasi Perikanan di Sekolah Tinggi Perikanan dan
Kelautan Matauli. Berikut merupakan lokasi penelitian dan pengambilan sampel yang ditunjukkan
oleh Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
113 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu program ataupun perhitungan yang
dipakai dalam mengatasi persoalan yang terdiri dari berbagai tolak ukur (Multi-Criteria Decision
Making) (Jennings. et.al., 2009; Mohanty, 2018; Morgan, 2017; Nelsen & Mathiesen, 2006; Saaty,
2008; Saaty, 2017; Vaidya & Kumar, 2006; Zeraatkish, 2015). Cara kerja AHP adalah memberikan
suatu aturan yakni dengan menetapkan suatu pengutamaan pilihan kepada satu pilihan yang paling
penting dengan mengambil satu contoh pada suatu standar yang sudah ditentukan. Dengan kata
lain, AHP dapat memilah-milah beragam tingkatan bangunan jenjang keputusan yang didasarkan
atas arah, standar, sub-standar, serta pilahan ataupun substitusi (Jennings, et.al., 2009; Mohanty,
2018; Morgan, 2017; Nelsen & Mathiesen, 2006; Saaty, 2008; Vaidya Kumar 2006; Zeraatkish,
2015). Analisis ini pula memperhitungkan pikiran dan sentimen menjadi bagian rekomendasi saat
menentukan suatu ketetapan. Suatu kumpulan analogi yang bersama-sama selanjutnya dipakai
untuk membuat suatu tingkatan bagian yang dibedakan (Vaidya & Kumar, 2006). Penitikberatan
standar-standar tersebut yang didasarkan atas skala proses AHP, selanjutnya dianalisis dengan
memakai Super Decision Software versi 3.0 (Saaty, 2017).
Setelah penafsiran isian jawaban kepada stakeholder, kemudian dilaksanakan pengerjaan
informasi dalam menentukan rancangan perluasan bisnis pemeliharaan ikan air tawar terutama di
Sungai Sibundong, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah. Terdapat aspek yang kuat
yang memberikan pengaruh, yakni pelaku yang terkait, hasil yang ingin dituju dan pilihan rancangan
yang akan dipandankan dengan keadaan daerah bisnis pemelihaaran ikan di air tawar (Jennings.
et.al, 2009; Mohanty, 2018; Morgan 2017; Nelsen & Mathiesen, 2006; Saaty, 2008; Vaidya & Kumar,
2006; Zeraatkish, 2015). Hasil kerangka imbangan beriringan kedua banding diawali dengan
penentuan standar taksiran skala perbandingan berpasangan yang didasarkan pada standar
taksiran skala berpasangan (Mohanty, 2018; Saaty, 2008), seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Nilai Skala Banding Perpasangan (AHP)
Selisih 0 Kriteria Nilai Murni Nilai Kebalikan
1 Sama Penting 1 1,000 2 Diantara 2 0,500 3 Sedikit Lebih Penting 3 0,333 4 Diantara 4 0,250 5 Sangat Penting 5 0,200 6 Diantara 6 0,167 7 Jelas lebih penting 7 0,143 8 Diantara 8 0,125 9 Mutlak lebih penting 9 0,111
Sumber: Hasil Analisis Penelitian (2019)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah berada pada 01o335’LU 98o99’BT. Wilayah
Kecamatan Sorkam berbatasan langsung di bagian utaranya dengan Kecamatan Pamonangan
Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat dengan
Kecamatan Sorkam Barat, sebelah timur dengan Kecamatan Kolang (BPS Kabupaten Tapanuli
Tengah, 2018). Luas daerah Kecamatan Sorkam mencapai 80,60 km2 dengan kepadatan
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
114 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
penduduknya 235 jiwa per km2. Jumlah penduduk Kecamatan Sorkam di Kelurahan Sorkam Kiri
yakni 316 jiwa penduduk laki-laki, 307 jiwa penduduk perempuan, dan yang mendiami sepanjang
aliran Sungai Sibundong adalah 40 orang di Dukuh III yang umumnya bergerak pada sektor
perikanan laut (BPS Kabupaten Tapanuli Tengah, 2018).
Subsektor perikanan memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian di
Kabupaten Tapanuli Tengah. Akan tetapi, penyumbang APBD utama di subsektor perikanan berasal
dari perikanan tangkap dan bukan berasal dari perikanan budidaya (Panggabean, 2016). Hal ini
ditunjukkan dari tidak adanya usaha perikanan budidaya air tawar di Kecamatan Sorkam dan
Kelurahan Sorkam Kiri Kabupaten Tapanuli Tengah sampai dengan di tahun 2017 (Arsanti, 2018;
BPS Kabupaten Tapanuli Tengah, 2018). Pada tahun 2018, budidaya perairan air tawar mulai
digalakkan sejak dibangunnya tempat pariwisata baru Muara Nauli di Desa Muara Nauli Kecamatan
Sorkam yang berkonsep ekowisata bahari yang pasokan ikannya berupa ikan nila yang
dikembangbiakkan di kolam-kolam alami air payau yang berada di sepanjang pantai Muara Nauli
Kecamatan Sorkam (Arsanti, 2018). Ramainya wisatawan domestik yang mengunjungi objek
pariwisata Muara Nauli terutama di hari-hari libur mingguan dan nasional, menyebabkan kurangnya
pasokan ikan nila dan ikan air tawar lainnya pada objek pariwisata tersebut (Arsanti, 2018).
Saat ini, mulai bertumbuhan kolam-kolam pembudidayaan ikan air tawar di Kecamatan Sorkam
terutama di desa Nai Pos-Pos Barat yang berbatasan langsung dengan desa Muara Nauli dan
Kelurahan Sorkam Kiri Kabupaten Tapanuli Tengah yang memiliki jalan pintas ke objek pariwisata
tersebut (Arsanti, 2018). Hal ini merupakan suatu potensi perikanan budidaya air tawar yang
menjanjikan dalam hal meningkatkan pendapatan, meningkatkan ketahanan pangan di subsektor
perikanan, diversifikasi usaha perikanan air tawar, menyerap banyak tenaga kerja, mengurangi
pengangguran dan kantong-kantong kemiskinan di Kecamatan Sorkam pada khususnya dan
Kabupaten Tapanuli Tengah pada umumnya (Arsanti, 2018).
Tingkatan Pertama
Tingkatan utama sebagai fokus strategi pengembangan bisnis pemeliharaan ikan di air tawar
Sungai Sibundong, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah. Pada bagian ini mencakup
pemilihan pemecahan yang didapatkan dari hasil penilaian kesesuaian lahan di sepanjang aliran
Sungai Sibundong, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah. Sebagai hasil isian
pertanyaan yang didapatkan melalui suatu pemeringkatan pilihan dari masing-masing unsur yakni
komponen, pelaku, hasil akhir dan pilihan yang tersaji dalam suatu pemeringkatan (Arsanti, 2018)
seperti yang disajikan pada Gambar 2.
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
115 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Gambar 2. Skenario Pengembangan Budidaya
Tingkatan Kedua
Tingkatan kedua merupakan gambaran komponen penunjang yang berpengaruh yakni
kualifikasi atau komponen penentu kesuksesan dalam melaksanakan bisnis pemeliharaan ikan di
sepanjang aliran Sungai Sibundong (Arsanti, 2018; Radiarta et al., 2015). Berdasarkan nilai hasil
kerangka imbangan unsur beriringan, maka didapatkan urutan pilihan pertama adalah kesesuaian
lahan dengan titik berat pada (0,22), kemudian pilihan kedua adalah menaati peraturan perundang-
undangan dengan titik berat (0,20), pilihan ketiga adalah selalu memperhatikan permintaan pasar
dengan titik berat (0,16), pilihan keempat adalah perlunya dukungan persepsi masyarakat dengan
titik berat (0,12), pilihan kelima adalah ketersediaan sumber daya manusia dengan titik berat (0,10),
pilihan keenam adalah birokrasi yang mendukung dengan titik berat (0,09), pilihan ketujuh adalah
tersedianya sarana dan prasarana dengan titik berat (0,07), pilihan kedelapan adalah penerapan
ilmu pengetahuan budidaya dengan titik berat (0,02), dan pilihan terakhir adalah permodalan yang
mencukupi dengan titik berat (0,02). Hasil kerangka imbangan beriringan tersebut disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Kerangka Imbangan Beriringan Kedua (Aspek Penunjang)
Aspek Pendukung
KS LH
TS PR
KS DM
PP SR
PP MT
BK RM
TI BD
MD LM
PP UU
JLH Rata-Rata
Titik berat
Pilihan
SLH 1,00 9,00 8,00 0,17 5,00 9,00 9,00 2,00 9,00 52,17 5,80 0,22 1 TSPR 0,11 1,00 0,08 6,00 0,20 0,25 8,00 0,50 0,11 16,25 1,81 0,07 7 KSDM 0,13 8,00 1,00 0,17 0,20 0,25 4,00 2,00 7,00 22,74 2,53 0,10 5 PPSR 6,00 0,17 6,00 1,00 0,17 6,00 6,00 6,00 6,00 37,33 4,15 0,16 3 PPMT 0,20 5,00 5,00 6,00 1,00 0,25 5,00 5,00 0,11 27,56 3,06 0,12 4 BKRM 0,11 4,00 4,00 0,17 4,00 1,00 4,00 4,00 0,11 21,39 2,38 0,09 6 TIBD 0,11 0,13 0,25 0,25 0,20 0,25 1,00 3,00 0,11 5,30 0,59 0,02 8 MDLM 0,50 2,00 0,50 0,17 0,20 0,25 0,33 1,00 0,11 5,06 0,56 0,02 9 PPUU 0,11 9,00 0,14 0,17 9,00 9,00 9,00 9,00 1,00 46,42 5,16 0,20 2
Jumlah 8,27 38,2 24,9 14,0 19,9 26,2 46,3 32,5 23,5 234,22 26,02 1,00
Sumber: Hasil Analisis Penelitian (2019). Keterangan: KSLH: Kesesuaian Lahan, BKRM: Birokrasi Mendukung, PPMT: Persepsi Masyarakat, TIBD: Ilmu pengetahuan Budidaya, TSPR: Tersedianya Sarana dan Prasarana, MDLM: Modal Yang Mencukupi, KSDM: Ketersediaan Sumber Daya Manusia, PPUU: Peraturan Per-Undang- Undangan, PPSR: Permintaan Pasar, JLH: Jumlah).
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
116 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Dari Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa unsur penunjang yang menjadi pilihan utama untuk
bisnis pemeliharaan ikan di air tawar yakni kesesuaian lahan, sangat tepat jika dibandingkan dengan
aspek lain, apabila sudah terdapat lahan yang tepat maka terdapat peluang besar bisnis tersebut
bisa diterapkan (Arsanti, 2018; Radiarta et al., 2015). Supaya lahan tersebut dimanfaatkan atau bisa
berjalan dengan baik, tentunya aspek pemenuhan modal memiliki peranan yang sangat penting.
Aspek permodalan merupakan aspek penting dalam melakukan bisnis pemeliharaan ikan yang
ditujukan dalam aktivitas sehari-hari (Brooks, et.al., 2015). Pada penerapan ilmu pengetahuan
pemeliharaan ikan di air tawar perlu diperhatikan mengenai kesesuaian lahan apakah sudah
mencakup kondisi secara teknisnya (Arsanti, 2018; Radiarta et.al., 2015). Dalam mempermudah
dan memperlancar tingkat kesuksesan pemeliharaan, diperlukan aspek sokongan dari para birokrat
(Pascoe, et.al., 2014). Selanjutnya, aspek tercukupinya alat dan bahan lainnya diperlukan dalam
pemenuhan pencapaian standar tersebut (Arsanti,2018; Radiarta et.al., 2015).
Tingkatan Ketiga
Tingkatan ketiga adalah aspek pendukung yang diikutsertakan dalam bisnis perluasan
pemeliharaan ikan di air tawar sepanjang aliran Sungai Sibundong (Arsanti, 2018). Hasil kerangka
imbangan beriringan elemen berpasangan ketiga menunjukkan tingkatan pilihan, pilihan yang
pertama adalah: Bappeda dengan titik berat (0,111), pilihan kedua adalah Balai Benih Ikan Air Tawar
dengan titik berat (0,111), pilihan ketiga adalah Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
titik berat (0,111), pilihan keempat adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Tapanuli Tengah dengan
titik berat (0,112), pilihan kelima adalah Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli dengan titik
berat (0,109), pilihan keenam adalah Lembaga/Aparatur Masyarakat dengan titik berat (0,115),
pilihan ketujuh adalah Lembaga Keuangan dengan titik berat (0,113), pilihan kedelapan adalah
Petani Ikan dengan titik berat (0,005) dan pilihan kesembilan adalah Konsumen/Pedagang Ikan
dengan titik berat (0,120). Hasil kerangka imbangan beriringan kedua perbandingan berpasangan
tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Kerangka Imbangan Beriringan Ketiga (Aspek Pelaku)
Aspek Pendukung
DN KP
BP DA
BB AT
ST PK
PD KT
LA TM
PD IK
KN PD
LB GK
JLH Rata-Rata
Titik berat
Pilihan
DNKP 1,00 0,11 8,00 5,00 0,14 4,00 3,00 2,00 2,00 25 2,81 0,112 4
BPDA 9,00 1,00 0,11 9,00 7,00 9,00 9,00 9,00 9,00 62 6,90 0,111 1 BBAT 0,13 9,00 1,00 5,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 45 5,01 0,111 2
STPK 0,20 0,11 0,20 1,00 0,14 5,00 5,00 5,00 5,00 22 2,41 0,109 5 PDKT 7,00 0,14 0,14 7,00 1,00 7,00 7,00 7,00 7,00 43 4,81 0,111 3 LATM 0,25 0,11 0,17 0,20 0,14 1,00 4,00 4,00 0,50 10 1,15 0,115 6 PDIK 0,33 0,11 0,17 0,20 0,14 0,25 1,00 3,00 0,50 6 0,63 0,005 8 KNPD 0,50 0,11 0,17 0,20 0,14 0,25 0,33 1,00 0,50 3 0,36 0,120 9 LBGK 0,50 0,11 0,17 0,20 0,14 2,00 2,00 2,00 1,00 8 0,90 0,113 7
Jumlah 19 11 10 28 15 35 37 39 32 225 25 1
Sumber: Hasil Analisis Penelitian (2019). Keterangan: DNKP: Dinas Kelautan dan Perikanan, PDIK: Pembudidaya Ikan, BPDA: Bappeda, KNPD: Konsumen/ Pedagang, BBAT: Balai Benih Air Tawar, LBGK: Lembaga Keuangan, PDKT: Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, LATM: Lembaga/Aparat/Tokoh Masyarakat di wilayah, STPK: Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli, JLH: Jumlah).
Andil pelaku sebagai penunjang dalam bisnis perluasan pemeliharaan ikan air tawar di
sepanjang aliran Sungai Sibundong yang menjadi pilihan utama adalah Badan Perencanaan
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
117 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tapanuli Tengah. Pilihan yang tepat dikarenakan
menjadi elemen instansi yang bertanggungjawab terhadap kesuksesan dari peranannya (Arsanti,
2018). Akan tetapi, tanggung jawab tersebut tidak harus ditanggung sendirian, melainkan
diharuskan mengikutsertakan institusi yang memiliki peranan yang sama, antara lain Balai Benih
Ikan Air Tawar (BBAT) Sibabangun yang dapat membantu merencanakan pengembangan
perikanan air tawar. Selain itu, BBAT Sibabangun sangat sesuai jika diikutsertakan dikarenakan
institusi tersebut menjadi pencipta ilmu pengetahuan pemeliharaan ikan di air tawar yang sangat
mengenai tata cara pelaksanaannya tersebut (Arsanti, 2018; Radiarta et al., 2015). Sedangkan
Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Dinas Kelautan dan Perikanan Tapanuli Tengah
memiliki peran yang sangat banyak dan penting dalam menyusun dan menunjang penggunaan
lahan di sepanjang aliran sungai Sibundong bisa dipergunakan secara produktif tidak hanya
dipergunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan saja (Arsanti, 2018).
Otonomi Daerah (OTDA) menjamin dukungan pengorganisasian sumber daya alam yang akan
meningkatkan perolehan daerah (Arsanti, 2018; Radiarta et al., 2015). Selain itu, elemen lain yang
memiliki arti penting dalam menunjang keberhasilan tersebut adalah Sekolah Tinggi Perikanan dan
Kelautan Matauli, pembeli/pedagang, tokoh masyarakat di daerah, pelaku budidaya di tambak dan
lembaga keuangan (Arsanti, 2018; Brooks, et.al., 2015; Radiarta et al., 2015). Seluruh aktor
pendukung pengembangan budidaya air tawar harus memaksimalkan pengembangan dalam
keadaan seimbang antara dimensi ekonomis dan ekologisnya. Selain itu, para aktor tersebut
memiliki kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan, keahlian, keterampilan, pelibatan dalam
pengelolaan, dan memaksimalkan keuntungan dengan melakukan pengembangan bidang sosial
budaya, kegiatan rekreasi dan gaya hidup agar keuntungan usaha pengembangan budidaya
tersebut juga dapat dinikmati juga oleh masyarakat sekitar (Brooks, et.al., 2015).
Tingkatan Keempat
Tingkatan keempat adalah hasil akhir yang akan diketahui dari perluasan bisnis pemeliharaan
ikan air tawar di sepanjang aliran Sungai Sibundong (Arsanti, 2018; Nelsen & Mathiesen, 2006;
Pascoe, et.al., 2009, Radiarta et.al., 2015; Triantafillos, et.al, 2014). Hasil kerangka imbangan
beriringan maka didapatkan tingkatan pilihan pertama adalah peningkatan perolehan masyarakat
dengan titik berat (0,125), pilihan kedua adalah penambahan keleluasaan berkarya dan berikhtiar
dengan titik berat (0,126), pilihan ketiga adalah penambahan kualitas sumberdaya manusia dengan
titik berat (0,127), pilihan keempat adalah penambahan nilai lahan yang tidak bermanfaat dengan
titik berat (0,123), pilihan kelima adalah penambahan perolehan asli daerah dengan titik berat
(0,124), pilihan keenam adalah menekan derajat kerusakan alam dengan titik berat (0,123), pilihan
ketujuh adalah alokasi dan pengedaran ikan hasil pemeliharaan dengan titik berat (0,126), pilihan
kedelapan adalah penambahan kegiatan konservasi alam dan lahan dengan titik berat (0,123). Hasil
kerangka imbangan beriringan keempat perbandingan berpasangan tersebut disajikan pada Tabel
4.
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
118 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Pilihan pertama dari destinasi atau manfaat yang akan ditemukan dari perluasan bisnis
pemeliharaan ikan di air tawar sepanjang aliran Sungai Sibundong adalah penambahan perolehan
petani ikan ataupun masyarakat setempat (Arsanti, 2018). Tujuan ini seiring sejalan dengan impian
dari petani atau masyarakat setempat yang selama ini bergantung hanya pada kegiatan pertanian
dan perkebunan saja dikarenakan tidak memiliki kemampuan teknis budidaya dan masih
bergantung pada bantuan modal dan pakan dari berbagai pihak tanpa adanya keinginan untuk
mandiri (Arsanti, 2018). Tujuan lainnya adalah penambahan kemungkinan berkarya dan berbisnis
sebagai pilihan kedua (Radiarta et al., 2015). Selain itu, adanya penambahan sumber daya manusia
merupakan pilihan selanjutnya dalam merancang kemampuan keterampilan dalam perluasan bisnis
pemeliharaan ikan di air tawar sepanjang aliran Sungai Sibundong (Arsanti, 2018). Kemudian,
selain pilihan ketiga sebelumnya masih terdapat keuntungan lain yakni, penambahan kemungkinan
kerja dan berkarya, pengelolaan dan penggunaan bentala serta debit air di sepanjang aliran Sungai
Sibundong, pelestarian lingkungan/ekosistem (Nelsen & Mathiesen, 2006; Pascoe, et.al., 2009,
Radiarta et.al., 2015; Triantafillos, et.al, 2014) sungai, mengurangi tingkat degradasi ekosistem
perairan dan ekploitasi ikan (Nelsen & Mathiesen, 2006; Pascoe, et.al., 2009) di sepanjang aliran
Sungai Sibundong sebagai bagian dari pengelolaan perikanan yang optimal, lestari, serta
berkelanjutan (Nelsen & Mathieen, 2006; Pascoe, et.al., 2009; Radiarta et. al. 2015; Triantafillos,
et.al, 2014), serta menambah perolehan asli daerah (PAD).
Tabel 4. Hasil Kerangka Imbangan Beriringan Keempat (Aspek Tujuan)
Aspek Pendukung
PP PM
PP PDI
PK KB
PL ET
PS DM
PP KT
MD EA
MP AD
JLH Rata- Rata
Titik berat
Pilihan
PPPM 1,00 9,00 8,00 3,00 7,00 6,00 4,00 5,00 43 5,38 0,125 1 PPPDI 0,11 1,00 0,13 0,33 7,00 0,17 0,20 0,20 9 1,14 0,126 7 PKKB 0,13 8,00 1,00 8,00 7,00 6,00 0,25 5,00 35 4,42 0,126 2 PLET 0,33 3,00 0,13 1,00 0,14 0,13 0,20 3,00 8 0,99 0,123 8 PSDM 0,14 0,14 0,14 7,00 1,00 7,00 7,00 7,00 29 3,68 0,127 3 PPKT 0,17 6,00 0,17 8,00 0,14 1,00 6,00 0,17 22 2,71 0,123 4 MDEA 0,25 5,00 4,00 5,00 0,14 0,17 1,00 0,20 16 1,97 0,123 6 MPAD 0,20 5,00 0,20 0,33 0,14 6,00 5,00 1,00 18 2,23 0,124 5
Jumlah 2 37 14 33 23 26 24 22 154 23 1
Sumber: Hasil Analisis Penelitian (2019). Keterangan: PPPM: Peningkatan Pendapatan Petani Ikan/Masyarakat, PPKT: Penataan dan Pemanfaatan Kembali Lahan, PPDI: Peningkatan Penyediaan dan Distribusi Ikan, MDEA : Mengurangi Tingkat Degradasi Ekosistem Perairan dan Eksploitasi Ikan, PKKB: Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha, PLET: Pelestarian Lingkungan/ Ekosistem Lahan, MPAD: Meningkatkan/Menambah Pendapatan Asli Daerah, PSDM: Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, JLH: Jumlah).
Tingkatan Kelima
Tingkatan kelima adalah pilihan garis haluan yang sebaiknya dilaksanakan dalam perluasan
pemeliharaan ikan di air tawar sepanjang aliran Sungai Sibundong (Arsanti, 2018; Radiarta et al.,
2015). Berdasarkan hasil kerangka imbangan beriringan banding elemen berpasangan kelima,
maka urutan pilihan pertama yang dipilih adalah melaksanakan pengaturan dengan institusi
bersangkutan dengan titik berat (0,167), pilihan kedua adalah melaksanakan pelatihan dengan titik
berat (0,167), pilihan ketiga adalah melaksanakan pengedaran hasil pemeliharaan dengan titik berat
(0,171), pilihan keempat adalah melaksanakan pemeliharaan berwawasan lingkungan (0,173),
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
119 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
pilihan kelima adalah melaksanakan dukungan pinjaman aktiva bergulir dengan titik berat (0,172),
pilihan keenam adalah melakukan budidaya berwawasan beragam spesies dengan titik berat
(0,165). Hasil kerangka imbangan beriringan kelima perbandingan berpasangan tersebut disajikan
pada Tabel 5.
Pilihan kebijakan yang harus dilaksanakan dalam perluasan bisnis pemeliharaan ikan air tawar
sepanjang aliran Sungai Sibundong yakni pilihan utama adalah melaksanakan keterikatan antar
pihak (Arsanti, 2018). Pilihan yang tepat mengingat pentingnya kerjasama atau pengayoman dari
stakeholder, sehingga tidak terbentuk adanya bentrokan keperluan antar bidang nantinya
mengekang aktivitas pemeliharaan ikan di air tawar sepanjang aliran sungai Sibundong. Sebagai
alternatif selanjutnya adalah melakukan transfer ilmu pengetahuan pemeliharaan ikan di air tawar
sepanjang aliran Sungai Sibundong (Arsanti, 2018; Radiarta et al., 2015). Transfer ilmu
pengetahuan ini sangat penting dalam memacu jalannya penjelasan untuk petani ikan atau
masyarakat sekitar mengenai pemeliharaan ikan di air tawar (Arsanti, 2018; Radiarta et al., 2015).
Pilihan kebijakan selanjutnya adalah menumbuhkan jejaring persebaran hasil pemeliharaan ikan di
air tawar tersebut (Brooks et al., 2015). Penyebaran hasil dari pemeliharaan ikan di air tawar tersebut
sangat penting, sehingga perlu perluasan sehingga tidak terjadi penguasaan mandiri yang
membebani penghasil (Brooks et al., 2015). Melalui perluasan ini akan menjadikan harga kompetitif,
sehingga para penghasil produk perikanan ini akan bersaing dalam menambah jumlah produksi
karena dengan bertambahnya permohonan dan nilai komoditasnya yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan yang akan diterima petani ikan (Brooks et al., 2015).
Tabel 5. Hasil Kerangka Imbangan Beriringan Tingkatan Kelima (Aspek Pilihan Kebijakan)
Aspek Pendukung
MKAI MPDC MDHB MBMS MBWL MMBK JLH Rata-Rata
Titik berat
Pilihan
MKAI 1,00 9,00 8,00 4,00 5,00 6,00 33 5,50 0,167 1 MPDC 0,11 1,00 8,00 5,00 8,00 8,00 30 5,02 0,167 2 MDHB 0,13 0,13 1,00 7,00 0,14 6,00 14 2,40 0,171 3 MBMS 0,25 0,20 0,14 1,00 0,20 0,17 2 0,33 0,165 5 MBWL 0,20 0,13 7,00 5,00 1,00 0,17 13 2,25 0,173 4 MMBK 0,17 0,13 0,17 6,00 6,00 1,00 13 2,24 0,172 4
Jumlah 2 11 24 28 20 21 106 18 1
Sumber: Hasil Analisis Penelitian (2019). Keterangan: MKAI: Melakukan Koordinasi Antar Instansi dalam Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar, MPDC: Mengadakan Pelatihan dan Diseminasi/Percontohan Budidaya Ikan Air Tawar, MDHB: Mengembangkan Distribusi dari Hasil Budidaya Ikan Air Tawar, MBMS: Mengembangkan Budidaya Ikan Air Tawar Multispesies, MBWL: Mengembangkan Budidaya Ikan Air Tawar Berwawasan Lingkungan, MMBK: Memberikan Pinjaman Modal Bergilir/Pinjaman Kredit Lunak, dan lain-lain, JLH: Jumlah.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Lahan di sepanjang aliran Sungai Sibundong, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah
secara umum dapat dipergunakan untuk kegiatan pengembangan budidaya perikanan. Hasil
analisis kesesuaian lahan di sepanjang aliran Sungai Sibundong menunjukkan adanya beberapa
aspek pembatas utama/serius hingga kurang serius, maka dengan demikian harus tetap
diperhatikan dan selalu dicarikan solusi alternatifnya yang tepat dan sesuai (Arsanti, 2018).
Penerapan ilmu pengetahuan ataupun pemilihan solusi alternatif dari permasalahan perluasan
bisnis pemeliharaan ikan air tawar di sepanjang Sungai Sibundong oleh Dinas Kelautan dan
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
120 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah ataupun pihak-pihak lainnya baik dalam skala pemerintahan
ataupun swasta hendaknya dilaksanakan dengan mengadakan koordinasi antar instansi atau
pemangku kepentingan yang terkait. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi atau informasi terlebih
dahulu antar pemangku kepentingan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah (Arsanti, 2018).
Pentingnya diadakan acara temu petani ikan, pengelola serta pengguna daerah pesisir lainnya yang
diadakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
mengikutsertakan Pemerintah Daerah, Lembaga/Perangkat Kecamatan, Lembaga/Perangkat Desa,
Balai Benih dan Riset Budidaya Air Tawar di Sibabangun, Program Studi Akuakultur/Budidaya
Perairan Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli, Bappeda, Lembaga/Perangkat, dan
Tokoh Masyarakat (Arsanti, 2018).
Terdapat persoalan ataupun tantangan, hingga diperlukan ketetapan suatu implementasi
hukum dengan hukuman tegas kepada pada pelaku pencemar atau perusak di lingkungan perairan
(Radiarta et al., 2015). Selain itu, perlu pengawasan keamanan lingkungan perairan secara reguler
dan dilaksanakan dengan baik (Pascoe, et.al., 2014). Pilihan aktivitas yang akan dibuat baik dari
Pemerintah Daerah Kabupaten maupun Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah
seharusnya adalah pilihan kebijakan yang tidak merugikan seluruh pihak masyarakat produsen,
konsumen, Pemerintah Daerah maupun Dinas Kelautan dan Perikanan itu sendiri (Arsanti, 2018;
Radiarta et al., 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian kebijakan pengelolaan perikanan harus
menyeluruh yang meliputi aspek biologis, ekologis, ekonomis, sosial, dan politik (Pascoe, et.al.,
2014).
Berdasarkan data hasil isian para pemangku kepentingan perikanan yang selama ini terhubung
langsung di sepanjang aliran Sungai Sibundong hingga ke daerah pesisir dari Kecamatan Sorkam
Kabupaten Tapanuli Tengah, maka dihasilkan suatu pilihan yang diharapkan adalah:
“Melaksanakan kerjasama antar instansi terpaut dalam perluasan bisnis pemeliharaan ikan di air
tawar dengan strategi optimalisasi pengembangan pemeliharaan ikan di air tawar sepanjang aliran
Sungai Sibundong yang melibatkan semua stakeholder” (Arsanti, 2018).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Cara pandang para pemangku kepentingan (stakeholder) perikanan mengenai pengembangan
diversifikasi usaha budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tapanuli Tengah masih berbeda-beda.
Ditunjukkan dengan tidak adanya nilai hasil analisis tingkatan proses yang sama yang berarti sub-
sektor perikanan di bidang budidaya air tawar belum menjadi pilihan pembangunan daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun, peranan para stakeholder dalam bisnis pengembangan
diversifikasi budidaya ikan air tawar masih sangat diperlukan untuk melaksanakan strategi
perluasan bisnis pemeliharaan ikan air tawar tersebut dalam rangka meningkatkan jumlah rumah
tangga pembudidaya dan beragamnya usaha budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tapanuli
Tengah.
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
121 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Saran
Strategi pengembangan usaha diversifikasi bisnis pemeliharaan ikan di air tawar salah satunya
adalah dengan mengadakan kerjasama, adanya keterkaitan, dan koordinasi antar pemangku
kepentingan untuk mencapai tujuan strategi pengembangan yakni menambah kesejahteraan
masyarakat sekitar dan pendapatan asli daerah melalui usaha budidaya ikan air tawar yang tetap
mengedepankan prinsip-prinsip budidaya berwawasan lingkungan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Akbar Tandjung, Dr. Ir. Syukri
Batubara, M.H, Ibu Krisnina Maharani Tandjung, Dr. Ir. Joko Samiaji, M.Sc, Bapak Boy Rahman
Hasibuan, S.Ip, Bapak Rinaldy Pasaribu, serta Masyarakat Kecamatan Sorkam, Masyarakat
Kelurahan Sorkam Kiri dan Dukuh III.
DAFTAR PUSTAKA
Arsanti. (2018). Analisis Kesesuaian Lahan dan Strategi Pengembangan Budidaya Perairan di Sungai Sibundong Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Penelitian Dosen Pemula. Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli. Pandan. 163 halaman.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. (2013). Kecamatan Sorkam Dalam Angka. Nomor Katalog 1102001.1204060. Badan Pusat Statistik Tapanuli Tengah. Tapanuli Tengah. Sumatera Utara. ISBN : 12045.1315.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. (2014). Kecamatan Sorkam Dalam Angka. Nomor Katalog 1102001.1204060. Badan Pusat Statistik Tapanuli Tengah. Tapanuli Tengah. Sumatera Utara. ISBN : 12045.1405.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. (2017). Situs Resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. Internet. Diacu pada 01 Agustus 2018. https://tapanulitengahkab.bps.go.id/dynamictable/2017/07/05/5/pdrb- kabupaten tapanuli-tengah-atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-lapangan-usaha-tahun2010-2016-juta-rupiah-.html.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. (2017). Kecamatan Sorkam Dalam Angka. Nomor Katalog 1102001.1204060. Badan Pusat Statistik Tapanuli Tengah. CV. Rilis Grafika Tapanuli Tengah. Sumatera Utara. ISBN : 12040.1717.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. (2018). Situs Resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. Internet. Diacu pada 01 Agustus 2018. https://tapanulitengahkab.bps.go.id/subject/52/produk-domestik-regional bruto.html#subjekViewTab3.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. (2018). Kecamatan Sorkam Dalam Angka. Nomor Katalog 1102001.1204060. Badan Pusat Statistik Tapanuli Tengah. CV Bima Masa. Tapanuli Tengah. Sumatera Utara. ISBN : 12040.1817.
Brooks, K., Schirmer, J., Pascoe, S., Triantafillos, L., Jebreen, E., Cannard, T., Dichmont, C.M. (2015). Selecting and assessing social objectives for Australian fisheries management. Marine Policy, 53, 111–122. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2014.11.023.
Dinas Kelautan dan Perikanan-Kabupaten Tapanuli Tengah. (2020). Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kuliah Umum di Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli pada tanggal 10 Februari 2020. Pandan. Sumatera Utara.
Arsanti et al: Fisheries Stakeholder Perspective Quantification on Freshwater Fish Cultivation Diversification
122 ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 08(01): 110-122
Kartajaya, H. (2004). Positioning, diferensiasi dan brand. Gramedia Pustaka Utama.
Jennings, S., Pascoe, S., Norman-Lopez, A., Le Bouhellec, B., Hall-Aspland, S., Sullivan, A., Pecl, G. (2013). Identifying Management Objectives Hierarchies and Weightings Four Key Fisheries in South Eastern Australia.
Mohanty, A.K. (2018). SWOT-AHP: A Multi-Attribute Decision Making Model in Fisheries Management. ICAP, Short Course on Advanced Statistical Methods and Computation Software for Fisheries Research and Management 17-26 July 2018.
Morgan, R. (2017). An Investigation of Constraints Upon Fisheries Diversification Using the Analytic Hierarchy Process (AHP). Marine Policy. 86, 24-30. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2017.05.037.
Nelsen, J.R., Mathiesen, C. (2006). Stakeholder Preference for Danish Fisheries Management of Sand and Norway Pout. Fisheries Research. 77, (1), 92-101. https://doi.org/10.1016/j.fishres.2005.08.002.
Panggabean MA. (2016). Studi Peran Subsektor Perikanan dalam Pengembangan Wilayah di Kota Sibolga. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 18, (1), 49-55. https://doi.org/10.29244/jitl.18.1.49-55.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah. (2018). Situs Resmi Kabupaten Tapanuli Tengah. Internet. Diacu pada 01 Agustus 2018. http://www.tapteng.go.id/potensidaerah.html?id=Kelautan_dan_Perikanan.
Pascoe, S., W. Proctor, P. Wilcox, J. Innes, W. Rochester, N. Dowling. (2009). Stakeholder Objective Preferences in Australian Commonwealth Managed Fisheries. Marine Policy, 33, (5), 750-758. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2009.02.008.
Pascoe, S., K. Brooks., T. Cannard, C.M. Dichmont, E. Jebreen, J. Schirmer, L. Triantafillos. (2014). Social Objectives of Fisheries Management: What Are Manager Priorities?. Ocean & Coastal Management. 98, 1-10. https://doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2014.05.014.
Radiarta, I.N., Erlaina, E., Haryadi, J. (2015). Analisis Pengembangan Perikanan Budidaya Berbasis Ekonomi Biru Dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 10, (1), 47-59. http://dx.doi.org/10.15578/jsekp.v10i1.1247.
Saaty, T.L., Sodenkamp, M. (2008). Making desicions in hierarchic and network systems. International Journal Applied Decision Sciences, 1, (1), 24-79. https://doi.org/10.1504/IJADS.2008.017952.
Saaty, T.L., De Paola, P. (2017). Rethinking design and urban planning for the cities of the future. Buildings, 7, (3), 76. https://doi.org/10.3390/buildings7030076.
Triantafillos, L., Brooks, K., Schirmer, J., Pascoe, S., Cannard, T., Dichmont, C., Thebaud, O., Jebreen, E. (2014). Developing and Testing Social Objectives for Fisheries Management. Fisheries Research and Development Corporation.
Vaidya, O.S., Kumar, S. (2006). Analytic Hierarchy Process: An Overview of Application. European Journal of Operational Research, 169, (1), 1-29. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2004.04.028.
Zeraatkish, S.Y. (2015). Utilization of Analytic Hierarchy Process (AHP) to Meet Management Objectives in Fisheries Industry of the Sea of Oman. Iranian Journal of Fisheries Sciences, 15, (4), 1379-1387. http://jifro.ir/article-1-1876-en.html.