Failure Modes and Effect Critically Analysis-1
-
Upload
dwi-agustin-nuriani-s -
Category
Documents
-
view
40 -
download
7
Transcript of Failure Modes and Effect Critically Analysis-1
FAILURE MODES AND EFFECT CRITICALLY ANALYSIS
Failure Modes and Effect critically AnalysisSuatu metodelogi yang mengungkap mekanisme kerja sumber penyebab dan potensial defect yang akan terjadi dan pengaruhnya dari aspek frekuensi kejadian, keseriusan defect dan tingkat kemudahan pendeteksian serta pengaruh defect.
If you always do what do always did, you will always get what you always gotDisusun dan disampaikan oleh
Sutarno, Ir, MTQuality Improvement sistem, desain, proses dan produk
Direktorat Aerostructure, PT Dirgantaran Indonesia
Bandung, 5 Januari 2008
1. Intisari
Dorongan untuk continual improvement menempatkan FMEA sebagai tools yang powerful dan menjadi dokumen yang dinamis, sehingga perubahan desain, proses, produk, dan pelayanan yang bermuara kepada reliabilitas sistem akan menjadi lebih baik.
Pelatihan ini menyediakan tahapan proses pemahaman dan pengembangan serta implementasi FMEA dalam memperbaiki kapabilitas produk berbasis fungsi.
2. Sasaran Sasaran yang hendak dicapai dalam pelatihan ini antara lain mencakup :
Memahami penggunaan FMEA dalam konteks improvement.
Mempelajari tahapan pengembangan dan penggunaan FMEA
Memahami relasi FMEA dengan tools improvement lainnya
Implementasi FMEA dan QMS3. Konsep dasar Life cycle, kegagalan, reliabilitas, bisnis proses
Continuous improvement
4. Metodologi Tahapan proses dalam FMEA menyangkut analisis kegagalan, sistem, Identifikasi kegagalan, pengaruh kegagalan, penentuan penyebab kegagalan dan tindakan perbaikan & pencegahan
Model FMEA
Pelaporan dan dokementasi
5. Tools
Fishbone, histogram Statistik
Standarisasi resiko kegagalan, tingkat keseriusan, frekuensi kejadian, deteksi dini
Model Form FMEA
6. Studi kasus dalam perencanaan dan implementasi
Team
Bisnis process
Rencana & jadual
Progress
7. Audit
Abstraks
Reliability atau kehandalan adalah kemampuan sebuah item untuk melaksanakan suatu fungsi yang dibutuhkan dibawah kondisi yang telah ditentukan untuk suatu periode waktu yang ditetapkan (BS 4778)
Failure atau kegagalan adalah terminasi kemapuan sebuah item untuk melaksanakan fungsi (BS 4778)
Biasanya operator manufakturing memahami dengan baik bagaimana memproduksi suatu item tetapi ia tidak faham bagaimana mekanisme item itu gagal menjalani fungsi, dampak kegagalan dari aspek desain, manufaktur, maintenance dan potensi kegagalannya. Kata kuncinya adalah kita tidak pernah memahami bagaimana item itu berkerja.Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan suatu metodologi yang khusus mengevaluasi suatu sistem, desain, proses, produk dan pelayanan dimana potensial terjadinya kegagalan akibat berbagai masalah, kesalahan, resiko dan dapat terjadi. Evaluasi ini berbasis engineering knowledge, kehandalan, teknik pengembangan organisasi dan teamwork. Dorongan untuk continual improvement (perbaikan secara berkesinambungan) menempatkan FMEA sebagai tools yang powerful dan menjadi dokumen yang dinamis, sehingga perubahan sistem, desain, proses, produk, dan pelayanan akan menjadi lebih baik. Inilah jawaban mengapa FMEA adalah dokumen yang hidup dan dinamis.1. Pendahuluan
Sejak awal tahun 1980an, dunia kualitas diperkenalkan konsep continual improvement, sebuah konsep yang lebih menitikberatkan kepada pencegahan (preventif) dibanding penilaian (appraisal). Perubahan orientasi ini mendorong penggunaan berbagai tools improvement seperti SPC (statistical Process Control), TQM (Total Quality Management), 6Sigma, lean manufacturing, QFD (Quality Function and Deployment), dan tools lainnya, silih datang dan pergi yang memberikan beberapa pengaruh perbaikan dari aspek kualitas, produktivitas, biaya dan keamanan, kenyaman kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi tidak substansial.
Failure atau kegagalan diartikan sebagai ketidak mampuan suatu item (sistem, desain, proses, produk dan pelayanan) untuk melakukan fungsinya. Bentuk kegagalan dapat ditemukan dengan istilah korosi, keausan dan fraktur/retakan atau bahkan karena mengalami distorsi ukuran dan bentuk. Dalam faktor produksi seperti sudah dikenal dengan singkatan 4ML (manusia, material, metoda, mesin dan lingkungan kerja) kegagalan fabrikasi suatu item bersumber dari salah satu faktor diatas atau kombinasinya. Setiap kegagalan harus diidentifikasi, baik menyangkut frekuensi kejadiannya (occurrence), tingkat keseriusan dari kegagalan (severity) dan mudah tidaknya dideteksi adanya kegagalan (detectability). Hasil perkalian dari Severity, occurrence, dan detectability merupakan Risk Priority Number (RPN), yaitu suatu angka resiko relatif terhadap failure mode (defect). Angka ini digunakan untuk menempatkan prioritas dimana item untuk dilakukan analisis sumber penyebab dan perencanaan tindakan yang menekankan meminimasi kemungkinan atau pengaruh akibat kegagalan.
Analisis kegagalan misalnya dari suatu produk dalam menjalankan fungsinya merupakan suatu kajian yang sangat kompleks dan harus melibatkan interdisiplin bidang keilmuan seperti ahli mesin, fisika, metalurgi, kimia elektrokimia, proses manufakturing, analisis tegangan, analisis desain, mekanika retakan, dan beberapa ahli lainnya. Hampir tidak mungkin seseorang ahli, menguasi dalam bidang yang sangat luas dalam mengkaji sebuah kegagalan.
2. Pengertian FMEA
Failure mode and effect analysis (FMEA) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis pengaruh mode kegagalan, merupakan sebuah instrumen yang dibuat dan diperkenalkan serta digunakan pertama kali oleh SAE reliability engineers. FMEA merupakan suatu proses untuk menganalisis potensi mode kegagalan dalam sebuah sistem yang selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan kerseriusan atau kemungkinan pengaruh dari suatu kegagalan sistem. Dalam suatu kenuataan, setiap indivisu melkaukan FMEA berbasis kegiatan rutin harian dalam setiap situasi yang dihadapi yang karena suatu hal tidak secra sistematis dilakukan sehingga berpeluang terjadinya kesalahan.
Kita mengenal RCCA atau Root cause corrective dimana ini dilakuakn setelah adanya kejadian yang memerlukan tindakan perbaikan. Hal ini sangat berbeda dengan FMEA, sebagai metoda yang melihat ke depan dan melakukan antisipaasi isu yang berpotensi sebelum. FMEA memainkan peranan penting dalam memperbaiki performansi organisasi (rejection rate, productivty, efficiency, cost, target of production and delivery) dan kepuasan pelanggan (complaint, sendback product, finalty, ect) serta citra perusahaan.
FMEA menjadi suatu metodologi analisis-teknis-sistematis berbasis engineering knowledge, realibility, teknik pengembangan organisasi dan teamwork untuk mengoptimasi critically item dalam sistem, desain, proses, produk dan pelayanan. Dengan kata lain, FMEA merupakan suatu metodologi khusus yang mengevaluasi suatu sistem, desain, proses, produk dan pelayanan untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya kegagalan karena (permasalahan, kesalahan, resiko, keprihatinan) dapat terjadi. Berkaitan dengan critically item, dalam prakteknya sering ditemukan istilah FMECA, dimana :
FMEA + C = FMECA
C = Critically = Risk = Severity/Probability Assessment
Critically item dapat diartikan sebagai sumber ketidakpastian dan resiko yang akan senantiasa muncul dalam setiap transformasi perubahan. Karena itu, pengelolaan organisasi yang sistematis dan tepat dapat mencegah atau memperkecil terjadinya resiko. Eliminasi, kontrol atau reduksi resiko merupakan sebuah komitment total dari seluruh karyawan dan menejemen dalam suatu organisasi perusahaan. Dari perspektif resiko, ada beberapa sumber resiko dalam berbisnis, sebagaimana ditunjukan oleh Gambar 2.
Gambar 2. Pesepsi resiko dalam berbisnis
Dorongan untuk continual improvement (perbaikan secara berkesinambungan) menempatkan FMEA sebagai tools yang powerful dan menjadikan setiap perubahan perbaikan sistem, desain, proses, produk, dan pelayanan tercatat dan terdokumentasikan secara dinamis. Inilah yang melatarbelakangi mengapa FMEA adalah dokumen yang hidup, mampu usut dan terukur dalam setiap perbaikannya.
Dalam sixsigma, FMEA merupakan suatu konsep yang mengidentifikasi cara suatu produk atau proses dapat gagal dan selanjutnya membuat rencana untuk mencegah kegagalan terjadi.
FMEA sangat berguna untuk setiap fase strategi dalam:
Mengukur : identifikasi CTQ
Analisis : hubungan causes terhadap effect
Improve : menentukan tindakan perbaikan yang diambil
Control : mengembangkan rencana kontrol proses
Komplikasi dari pendekatan selalu tergantung dari kompleksitas masalah seperti yang telah didefinisikan oleh Dr. Juran dan Gryna, (1980) sebagai berikut :
NoPrasyaratDeskripsi
1Safety
Injury paling serius dalam semua pengaruh kegagalan, Hazard analysis, Failure mode and critically analysis (FMCA)
2Down time
Pengaruh terhadap hasil, cara memantau pengaruh, jenis pengujian, repair yang tepat, preventive maintenance planning, dst
3Repair planningrepair time, manufacturability, repair cost, repair tools, recommendation perubahan spesifikasi agar memenuhi fit, form dan function
4Acess
Melepas item, perubahan hukum dan perundangan, lingkungan, dst.
Untuk melaksanakan metodologi yang tepat paling tidak ada 4 prayarat yang harus difahami, yaitu :
Semua masalah tidak sama Masalah yang terjadi senantiasa berbeda dalam hal pengaruh, fungsi dan tingkat keseriusannya. Karena itu, FMEA hadir dan diperlukan untuk membantu mengidentifikasi prioritas seperti halnya prinsip Pareto yaitu vital view and trivial many.
Pelanggan harus diberi tahu
Dalam aspek desain FMEA, pelanggan akan mengkaji sebagai end user, sedangkan dalam proses FMEA, pelanggan mengkaji sebagai operasi berikutnya. Ramifikasi atau percabangan definisi mengenai pelanggan (internal dan eksternal) akan mempunyai konskuensi yang berlainan. Karena itu seyogyanya pelanggan harus diberitahu.
Fungsi harus diketahui
Adalah sangat penting mengetahui fungsi, tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan. Jika tidak, dapat diduga hanya akan menghabiskan waktu (wasting time) dan usaha yang dlakukan tidak fokus. Akan lebih baik jika setiap orang yang terlibat memahami fungsi, tujuan dan sasaran apa yang harus dilaksanakan.
Harus berorientasi preventif
Continual improvement harus dapat mendorong agar upaya yang dilakukan FMEA tidak statis. FMEA harus mendasari semua aktifitas dalam upaya memperbaiki performansi organisasi, dan bukan sekedar untuk memuaskan pelanggan, atau memenuhi selera persyaratan pasar. Inilah masalah umum yang tanpa disadari dalam memngimplementasikan program FMEA, yang dalam perspektif miopik dan spirit perbaikan akan hilang dan muspro.
Perlu kiranya disadari bahwa semua aktifitas yang hanya menekankan pada kecepatan dan mengabaikan faktor penting lain hanya akan menghasilkan sukses sesaat dan kerugian bisnis dimasa mendatang. Ingat, tidak ada korelasi waktu dengan kualitas, sebagai ditunjukkan oleh diagram berikut.
Pesan moral dari diagram adalah tidak mungkin 3 faktor (murah, cepat dan kualitas tinggi) dapat dicapai dalam waktu yang bersamaan, tanpa melakukan perubahan teknologi, proses, metoda dan kontrol produksi, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 3.
Black Belt drive performance improvement in processes with adequate technology and poor control
Gambar 3. Perubahan kontrol vs teknologiDalam bahasa yang gamblang dapat dikatakan bahwa, selama kita hanya melakukan seperti biasanya, maka yang kita akan peroleh juga hanya seperti biasanya Ini berarti, bahwa kalau kita menginginkan suatu yang lebih (baik, murah, aman, nyaman) maka kita harus melakukan perubahan baik menyangkut metoda, proses, teknologi atau kombinasinya.Kecenderungan (propensity) manager dan rekayasawan untuk mengurangi resiko terutama dalam sistem, desain, proses dan pelayanan telah memaksa suatu pengujian realibility engineering untuk tidak hanya meminimasi resiko, tetapi juga mendefinisikan resiko itu bila memungkinkan. Setiap resiko ini harus dapat identifikasi dan diukur oleh reliability engineering atau analisis statistic. SPC merupakan tools lain yang menyediakan daya dorong yang menggerakan implementasi FMEA terutama untuk proses FMEA dan pelayanan. SPC menyediakan informasi tentang kinerja proses dalam kaitannya dengan terjadinya perubahan baik yang tidak terkendali maupun yang diinginkan berbasis sumber penyebab dalam istilah common cause dan assignable cause atau special cause.
Dari perspektif FMEA, common cause mungkin dapat dipertimbangkan sebagai suatu kegagalan yang tidak dapat dipisahkan (inherent). Dalam kasus ini, common cause membutuhkan informasi tambahan untuk perbaikan sistem atau desain. Sebaliknya, special cause dapat dipertimbangkan sebagai kegagalan sebagai akibat cacat item selama proses manufacturing. Cacat ini mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap populasi. Beberapa keuntungan implementasi FMEA dari sebuah organisasi, perusahaan antara lain, yaitu :
Membantu mendefinisikan banyak peluang yang signifikan untuk pencapaian perbedaan yang fundamental
Melakukan perbaikan kualitas, reliability, safety produk dan pelayanan
Membantu memilih alternative dalam desain, sistem, proses dan produk serta pelayanan dengan keandalan dan satefy yang tinggi dalam fase desain awal , manufacturing dan pemakian
Memperbaiki citra perusahaan dan kompetisi
Memperbaiki kepuasan pelanggan
Failure analysisProses formal desain dengan sasaran perbaikan yang melekat pada reliabilitas adalah FMEA. Interatif proses yang berpengaruh pada desain dengan mengidentifikasi failure mode, assessing probabilitas kejadian dan pengaruhnya pada sistem, isolasi penyebab, dan tindakan perbaikan dan pencegahan serig dilakuakn secara bottom up analysis dengan menggunakan FMEA dapat dilakukan pada fase awal desain. FMEA menyedialkan suatu desain tool yang mengukur progress sasaran reliabilitas dan memberikan umpan balik kepada untuk dilakukan redesain. Satu tahapan dalam menlakukan FMEA menyangkut definisi sitem, identifikasi failure mode, menentukan sumber penyebab dan pengaruhnya, klasifikasi severity, estimasi probabilitas kejadian dan menentukan tindakan koreksi dan pencegahannya.Mendefinisikan sistem
Tujuan tahap awal adalah mengidentifikasi komponen sistem yang akan dikenai potensi failure. Suatu deskripsi analisis fungsi dan fisik sistem menyediakan definisi dan batas analisis yang harus dilakukan. Sistem dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir dan korelasinya. Anlisis fungsi dapat dilakukan dengan pendekatan top- down analysis sistem.Identifikasi Failure mode
Failure mode akan diidentifikasi dari salah satu komponen atau fungsi. Melalui pengembangan pengujian dan reliabilitas dan analisisnya dari diagram alir, pengamatan dan predeksi failure mode diidentifikasi dan diuraikan. Failure mode diamati dalam berbagai cara dimana komponen fail antara lain : arus pendek, terbuka, rupture, power losses, fracture, in tolerance, loss input/output. Failure dapat juga terjadi sebagai hasil dari kejadian awal, failure to operate, intermitten operation, degradasi performansi dan sebagainya.
Penentuan sumber penyebab
Untuk setiap Failure mode assesment dibuat sebagai suatu kemungkinan penyebab yang spesifik misalnya :
Abnormal stress
Mechanical stress
Kontaminasi
Evaporasi
Fatigue
Friction
Temperature cycling
Ageing and wear out
Substandard or defective error
Operator maintenance error
CorrosionSetiap failure mode kemungkinan mempunyai lebih dari satu dan setiap penyebab harus punya atribut terhadap component yang lebih rendah. Untuk mempermudah tindakan perbaikan, maka sangat membantu apabila memahami dengan benar mekanisme kegagalan itu sendiri. Penyebab dalam contoh didefinisikan dengan membauat katagori (listrik, panas, chemical, mekanikal) dan penyebab itu sendiri serta mekanisme kegagalan.Assessment of effect
Dampak dari setiap kegagalan harus dilakukan terlebih dulu sistem. Pengaruhnya boleh jadi mempunyai rentang failure sistem, degrasi partial yang berdampak kepada performansi. Bilaman suatu kegagalan terjadi dalam kondisi redundan unit, sistem performansi tidak secara langsung dipengaruhi. Tetapi reliabilitas sistem akan tereduksi. Kapabilitas perawatan dan sistem keselamatan boleh jadi terpengaruh.
Klasifikasi severity
Variasi severity diklasifikasikan untuk setiap failure mode untuk menentukan ranking corrective action misalnya :
katagori 1: katastropik katagori 2: critical
katagori 3: marginal
katagori 4: negligible.
Estimasi probabilitas kejadian
Level A: tinggi
Level B: Probable
Level C: Occasional
Level D: Romote
Level E
: Extremly unlikely
Kumputasi Indeks Kritis
Kuantifikasi tingkat kekritisan failure mode yang dikombinasikan dengan probabilitas kejadian failure mode dengan severity ranking. Indeks kekritisan dihitung untuk setiap koresponden failure mode. Indeks didefiniskan sebagai
Failure effect berkaitan dengan nilai dapat dilihat pada Tabel berikut :
dimana :
Ck = indeks kritis untuk failure mode k
kp =
p = failure rate of component p
t = duration of time used in the analysis
conditional probability of failure mode, dan k given component p has failNoFailur effect
1Certain =1.00
2Probable0.10 1.00
3Possible0 0.10
4No effect =0
Angka kekritisan dapat dihitung untuk setiap komponen dengan menyumlahkan semua komponen yang mempunyai indeks kekritisan failure mode. Suatu angka terpisah dihitung untuk setiap komponen dan kombinasi severity. Matriks kekritisan dibuat seperti Gambar berikut
A
Most emphasis
B
C
D
E
Least emphasis
IV
IIIIII
Low Severity highGambar 4. Matriks kekritisanFMEA
identifikasi potensi kegagalan produk atau proses
Mode kegagalan dan penyebab
mekanisme dan efek kegagalan
frekuensi kegagalan
tingkat kekritisan kegagalan
step kompensasi yang diperlukan (korektif)
Diagram sebab akibat dapat digunakan untuk memabntu identifiaksi penyebab
Pareta analysisi dapat membantu dalam menidentifiaksi area yang memerlukan perhatian segera.
Pendekatan umum dalam melakukan FMEA
1. Identifiaksi perbedaan mode kegagalan
2. Menentukan penyebab kegagalan
3. Mementukan pengaruh kegagalan
4. Identifikasi cara mendeteksi kegagalan
5. Menentukan severity dari mode kegagalan
6. Derajad kegagalan 1 sd 10 dengan derajad severity
minor effect
: 1
low effect
: 2-3
Moderate effect: 4-6
high effect
: 7-8
Very high effect: 9-10
7. Menetukan frekuensi kejadian probabilitas kegagalan 1 sd 10 remote (failure is unlikely)
: 1
low (relatively few failure)
: 2-3
Moderate ( occasional failure): 4-6
high (repetitive failure)
: 7-8
very high(failure is almost inevitable): 9-10
8. Menetukan probabilitas kefgagalan daapt dideteksi very high
: 1-2
high
: 3-4
moderate
: 5-6
low
: 7-8
very low
: 9
absolute certainty of non detection: 10
9. Analisis kekritisan mode kegagalan dengan RPN (Risk Priority Number)RPN = [severity rating] x [frekensi rating] x [probabilitas of detection rating]
= S x O x D10. Identifiaksi kritika area untuk rekomendasi modifiaksi atau improvement yaitu iterasi proses identifikasi area dengan RPN, evaluasi penyebab, dan inisiasi rekomendasi untuk proses dan produk improvement
Penentuan tindakan koreksi Tidakan koreksi sangat bervariasi, tergantung dari analisis failure mode dengan identifikasi penyebab dan mekanisme failure. Pada prinsipnya, failure mode mempunyai indeks kekritisan dan severity classification tinggi selayaknya mendapatkan perhatian lebih. Karena itu, desain harus memfokuskan hal ini untuk memperbaiki via redesain atau menurunkan probabilitas kejadian atau mereduksi severity dari failure. Adapun untuk memperjelas kasusnya, Tabel xx berikut dapat dijadikan contoh riil aplikasi FMEA.
Sebuah FMEA dapat dilaksnakan dari berbagai perspektif. Utamanya harus fokus pada perbaikan reliabilitas selama desain, tetapi teknik ini juga sekaligus digunakan untuk mempertimbangkan system safety, availability, maintenanability dan logistic support dalam sparepart
Fault Tree AnalysisFault tree analysis, FTA merupakan suatu pendekatan deduktif yang melibatkan grafik permasalahan dan analisis dengan cara pandang berbeda dimana sistem mengalami kegagalan, peluang kerjadinya kegagalan dan tingkat keseriusan adanya kegagalan serta peluang untuk mendeteksi secara dini dari kegagalan yang akan terjadi.
FTA akan memberikan indikasi setiap mode kegagalan kritis yang berdampak pada tidak tercapainya sasaran yang diinginkan. Setiap penyebab dilakukan tindakan koreksi, pencegahan sehingga secara sistem akan sinergi dan terintegrasi. Kajian target bisnis Aerostructure berbasis FTA dapat dilihat pada Gambar 2. berikut.
Sebuah tools yang powerful untuk melakukan suatu analisis system safety adalah Fault tree Analysis (FTA). Ada 4 langkah untuk FTA yaitu :
Mendefinisikan sistem, batas sistem dan diurut dari atas kebawah (top-down analysis)
Kontruk FTA dengan simbulnya
Evaluasi kualitatif dengan mengidentifikasi kombinasi kejadianyang akan menyebabkan kejadian atas (top event)
Evaluasi secara kuantitatif dengan mengakses peluang kegagalan.
Dari Gambar xx ini, maka setiap fungsi di lingkungan Divisi Operasi dapat mensinergikan kapabilitas secara terintegrasi sehingga memberikan hasil sesuai dengan prinsip Operation excellent, yakni kualitas, produktivitas dan biaya yang minimal.
3. Metodologi FMEA
Memahami pengembangan dan penggunaan FMEA dalam konteks perbaikan yang berkesinambungan diperlukan suatu metodologi baku FMEA sebagaiman ditunjukkan pada Gambar 4. Dengan mengetahui mekanisme kegagalan suatu produk dan proses, maka hampir dipastikan perencanaan pencegahan dan mitigasi kegagalan dapat diantisipasi sedini mungkin. Tahapan dalam metodologi FMEA antara lain sebagai berikut :
3. Resume FMEA
3.1. Sasaran
Mengerti dan memahami penggunaan FMEA dalam konteks metodologi 6sigma
Memperlajari tahap untuk mengembangkan dan penggunaan FMEA
3.2. Apa dan bagaimana FMEA
Apakah failure modes dan effect analysis itu ?
Mengidentifikasi mekanisme kegagalan produk atau proses
Merencanakan bagaimana mencegah kegagalan itu sendiri
Tindakan mitigasi untuk failure modes
3.3. Bagaimana FMEA bekerja
Identifikasi potensial Failure modes dan rate the severity of their effect
Evaluasi sasaran probabilitas kejadian (occurrance) dari penyebab dan kemampuan untuk mendeteksi penyebab bial terjadi
Rank order potensial prosduct or process deficiencies
Fokuskan menghilangkan produk dan proses dan Bantu mencegah masalah agar tidak terjadi
3.4. Definisi FMEA
Suatu konsep adalah mengidentifikasi cara suatu produk atau proses dapat gagal dan selanjutnya membuat rencana untuk mencegah kegagalan terjadi.
FMEA sangat berguna untuk setiap pase terobosan strategi dalam:
Mengukur : identifikasi CTQ
Analisis
: hubungan causes terhadap effect
Improve : menentukan tindakan perbaikan yang diambil
Control
: membantu mengembangkan rencana kontrol proses
3.5. Suatu pendekatan struktur terhadap
Identifikasi cara diamana suatu proses dapat gagal untuk memenuhi persyaratan kritis pelanggan
Estimasi resiko yang spesifik yang menyebabkan berkaiatan dnegan kegagalan in
Evaluasi rencana pengendalian yang dilakukan sekarang untuk pencegahan kegagalan dari kejadian
Prioritaskan tindakan yang diambil untuk memperbaiki prosesw
3.6. Tujuan dan keuntungan FMEA
Memperbaiki kualitas, realibitas, dan safety produk
Membantu meningkatkan kepuasan pelanggan
Mereduksi waktu dan biaya pengembangan produk
Tindakan tracking dan dokumentasi terhadap reduksi resiko
3.7. Jenis FMEA
1. Sistem FMEA : digunakan untuk analisi sistem dan subsistem dalam konsep awal dan tahap desain. Fokus pada potential falure modes yang tergabung dengan fungsi sistem yang disebabkan oleh desain
2. Desain FMEA : digunakan untuk menganalisis produk sebelum diturunkan ke lantai pabrik untuk diproduksi
3. Proses FMEA : Digunakan untuk menganalisis proses manufakturing, assembly dan transaksi proses.
3.8. Tahapan dalam proses FMEA
Seperti apakah FMEA itu dan sebuah kajian dari tahap proses FMEA. FMEA memerlukan team, untuk mengumpulkan informasi, membuat evaluasi dan perubahan implementasi
Seperti kita ketahui bahwa FMEA adalah dokumen yang hidup dan dinamis, karena itu harus senantiasa di updated secara teratur karena perubahan proses yang dibuat.
3.9. Definisi istilah
3.9.1. Failure modes
Suatu cara dimana suatu item atau proses dapat gagal memenuhi persyaratan spesifikasi
Biasanya tergabung dengan suatu defect atau nonconformance
Bentuk failure modes berupa oversize, undersize, gap, crack, eccentric, salah harga, salah hitung, item hilang
3.9.2. Cause
Suatu defisiensi atau penyimpangan yang dihasilkan dalam suatu Failure modes
Dikarenakan oleh sumber variabilitas
Bentuk cause antara lain dapat berupa : broken tools, poor handling, procedur not followed, pelatihan tidak memadahi,
3.9.3 Effect
Dampak pada pelanggan jka failure modes tidak dicegah atau dikoreksi
Pelanggan menjadi terlambat atau kepuasan tidak maksimum
Bentuk effect berupa : pelanggan tidak dapat menggunakan produk, perakitan tidak selesai, produk mengalami kegagalan fungsi di penggunaannya, produksi di pelanggan mengalami hambatan atau bahkan terhenti, pelanggan tidak puas.
Kata kunci : Failure modes dapat dianggap sebagai defect selama proses berlangsung. Dimana suatu effect adalah dampak pada persyaratan pelanggan
3.10. Tahapan pengukuran / measure phase
3.10.1. Model FMEA
Merupakan kaitan failure mode terhadap cause dan effect
FMEA dipertimbangkan oleh beberapa yang lebih proaktif, sistematis cara untuk pendekatan proses. Untuk melakukan FMEA yang efektif proses harsu dianalisis seobjektif mungkin untuk menentuakn :1. Konsekwensi keseriusan
Lebih serius konskwensi potensi kegagalan suatu kejadian, memerlukan upaya yang harus amsuk kedalam katagori pencegahan/prevensi. Keseriusan konskwensi kegagalan mengaruah suatu rentang kemungkinan terjadi dan menimbulkan resiko terhadap kehidupan, implifikasi biaya dan beerdampak pada persepsi organisasi atau kehandalan produk. Dimana potensi kejadian tidak dapat dieliminasi, keseriusan konskwensi mungkin direduksi.
2. Peluang kejadian
Frekuensi atau peluang dai suatu kejadian juga penting. Karena itu dalam rating FMEA kemungkinan berlaju rendah. Namun demikian, karena konskwensi menjadi resius, elemen demikian harus berlaju lebih tinggi.3. emudahan untuk mendeteksi
Kemundahan suatu issue dapat dideteksi adalah juga pentingJikalau sangat sulit untuk melakukan deteksi suatu issue, selanjutnya upaya harus diidentifikasi dan dampaknya pada efektivitas FMEA. Setiap factor, diberikan dalam bentuk rating, dimana multiple, menyedikan RPN yang membantu mengidentifikasi jenis dan urgensi tindakan yang diperlukan.4. Situasi saat ini
Apa yang sudah diketahui dari potensal issue dan yang sedang berjalan dan tidak diperoleh suatu rating dalam sistem FMEA. Tetapi akan embantu mengklarifikasi tindakan apa yang haris dilakukan. Harapannya, area tersebut sudah diidentifikasi dan ratinynya, tindakan telah ditentukan untuk mitigasi resiko. Tetapi bila tidak, harus dilakukan.Yang perlu diingat, bahwa tidak mudah proses untuk memdapatkan yang benar dan baik tetapi potential value yang merupakan representasi penghematan waktu kemungkinan antisipasi dan mitigasi yang lebih serius.
Defect adalah sesuatu yang menghasilkan ketidakpuasan pelanggan, sesuatu hasil dalam suatu nonconformance.
Model Fishbone Failure mode
Tahapan dalam proses FMEA
NoDeskrepsiDeskrepsiDeskrepsi
1seleksi team Daftar cara proses bervariasi (causes) terhadap input dan identifikasi failure Modes and effectTentukan rekomendasi tindakan untuk mereduksi RPN
2Buat diagram alr proses dan identifikasi tahapan prosesDaftar causes lain (source of variability) dan asosiasi dengan FMEATetapkan jangka waktu untuk tindakan perbaikan
3Daftar kritis keluaran yang dapat memuaskan pelanggan internal/eksternal berbasis persyaratn spesifikasi/desainTunjukan Severity, occurrence and detection rating terhadap setiap causeBuatkan grafik untuk memprediksi reduksi resiko
4Daftar kritis masukan untuk setiap tahapan prosesKalkulasi Risk priority Number untuk setiap potensial failure modes scenarioAmbil tindakn yang tepat
5Buatkan matriks relasi antara produk dan variable prosesRekalkulasi semua RPN
6Buatkan ranking masukan sesuai dengan tingkat kepentinganLetakan kontrol di tempat kerja
3.11. Kalkulasi FMEA
Risk analysis is list of the potential causes of variation and effect of variation consist of frequency of occurrence of a defect, the severity of the impact of a defect, and the ability to detect a defect in the characteristics3.11.1. Risk rating
1. Severity (SEV) : bagaimana signifikansi dampak effect terhadap internal atau eksternal pelanggan.
2. Occurence (OCC) : bagaimana likely cause failure mode terjadi
3. Detection (DET) : bagaimana likely sistem yang ada akan mendeteksi cause atau failure mode jika terjadi
3.11.2. Risk priority Number (RPN) :
1. Suatu angka hasil kalkulasi resiko relative dari failure mode
2. RPN = SEV x OCC x DET
3. Angka ini digunakan untuk menempatkan prioritas dimana item dibutuhkan perencanaan kualitas tambahan.
3.12. standard ratings
Mmerupakan petunjuk standar yang dapat digunakan untuk memberikan angka SEV, OCC, dan DET dalam membuat peringkat (ranking) terhadap failure mode. Satndar ini telah memperhitungkan secara statistik dan kapabilitas dengan peluang atau probobilitas yang selengkapnya ada di Tabel 1.
3.13. Kapan memulai FMEA
Bila sistem, produk dan proses baru dalam tahap desain
Bia desain atau proses yang ada terjadi perubahan
Bial terjadi carryover desain atau proses dalam lingkungan atau aplikasi baru
Setelah problem solving selesai untuk mencegah problem berulang
Untuk suatu system FMEA, setelah fungsi produk terdefinisi tetapi sebelu hardware atau item diseleksi
Unruk suatu desain FMEA setelah fungsi produk d\terdefinisi tetapi sebelum desain diapproved dan released ke manufakturing
Untuk process FMEA bila prelimenery drawing produk tersedia
Numerical rating analysing risk potential
NoDegree of SeverityLikelihood of occurenceAbility to detect
1Pelanggan tidak memberikan cacatan adanya pengaruh jelek atau tidak signifikan
Numerical ranking
Numerical rankingOccurance
Likelihood (1 dalam .....)Detection
Certainty (%)
1106100
220,00099
35,00095
42,00090
550085
610080
75070
82060
91050
102< 50
3.14. Siapa yang menyiapkan suatu FMEA
Team menyiapkan sangat direkomendasikan
Sistem produk manufakturing atau assebly engineer dari FMEA team
Desain atau process engineer representatif diharapkan terlibat seluruh aktifitas. Anggota Team harus melibuti desain, manufakturing, assebly, tools manufakturing, QC, logistic, testing, dan tenaga ahli yang relevan dengan masalah.
3.15. Kapan suatu FMEA diupdated
Bilamana suatu perubahan dipertimbangkan terhadap suatu desain produk, aplikasi, lingkungan material atau terhadap setiap proses
3.16. Siapa yang mengupdates suatu FMEA
Sistem, produk, atau manufakturing atau assebly enineer bertanggung jawab menjaga ke upto date
Supliermenjaga FMEA agar selalu up to dates
3.17. Kapan suatu FMEA selesai atau sempurna
Suatu desain FMEA Bila desain direleased untuk produksi
Suatu process FMEA tidak pernah selesai jika proses tidak ditarik dari lantai produksi
3.18. FMEA praktis dalam 20 menit
Buat 2 atau lebih proyek dalam team anda dan buat FMEA untuk identifikasi area improvement untuk proses anda
Adakan 2 atau lebih potensial yang vital yang dapat diidentifikasi
Jikalau ada apakah dimungkinkan dilakukan tindakan mitigasi failure mode
4. Contoh implementasi FMEA
4.1. Drilldown FMEA (sistem item)
4.1.1. Identifikasi item
4.1.2. Drilldown sistem otomotif
4.1.3. Failure Mode and Effect analysis
Risk assessment
NoItem identifikasi fungsiFailure modeFailure causeFailure effectTargetSeverityOccurenceDetectabilityRisk NumberCurrent
Control
1Radator 10-11 Body
CupBocorGrat resak
Defektif sealSalah pasang Gagal fungsi
Gagal fungsi
2Water pump 10-12Rusak Seal bocor Gagal fungsi
3CoolantHabisIndikator rusak Panas
4Hoses/clamp
Clamp dan ulir rusakClamp kendor Gagal fungsi
5Thermostat
RusakPutus Gagal fungsi
Notasi : P: personil, E : equipment, H : produk, L : enviroment
4.2. Drilldown sistem cooker
4.2.1. Failure Mode and Effect analysis Risk assessment
NoItem identifikasi fungsiFailure modeFailure causeFailure effectTargetSeverityOccurenceDetectabilityRisk NumberCurrent
Control
1Pengatur tekananSalah baca skala diset terlalu tinggiDefektif penujuk skala bacaan Nasi dingin Bakteri tidak mati
Misi gagal
Hilang waktu
HL
P
P
Salah baca skala diset terlalu rendah Nasi panas
Bakteri mati
Safety valve
terbakarHL
L
E
2Clamp Clamp dan ulir rusakDefektif meledak
terbakar uap terbuang
gakmatengEH
E
H
Notasi : P: personil, E : equipment, H : produk, L : enviroment4.3. Drilldown sistem
4.3.1. Identifikasi item
4.3.2. Failure Mode and Effect analysis
Risk assessment
NoItem identifikasi fungsiFailure modeFailure causeFailure effectTargetSeverityOccurenceDetectabilityRisk NumberCurrent
Control
1Hoist Motor
Drum
2Internal power source
3
4
5
6
7
8
Notasi : P: personil, E : equipment, H : produk, L : enviroment
Key Step operation123123123
Cause
1. Racking systemNo barrierNo trap of steel ballTight parts to hangerBaut no lose in hanger Electrical contact
2. Pre cleaningNo dirtyAir pressureWater break FreeWater break FreeOn except
3. Main processTDS Flow rate steel ballIntensityFree-CrO3Temp., VoltageElectrical contactviscosityspraying
4. Post process End peeningBuldgingSiO2
5. PersonnelcertifiedskillexperienceWell trainskillexperiencecertifiedskillexperience
6. CoordinationReadiness of facilityStock paintReadiness of facilityTemperature & humidity
Failure mode (defect)Certain area No peeningImproper peeningBurningNo anodize coatingImproper anodize coatingPeel offImproper thicknessAdhesion
Effect of DefectCorrosion rest AdhesionNo paint coatingOver/lower thickness
Current control
Improvement plan
.3.2. Failure Mode and Effect analysis
Risk assessment
NoItem identifikasi fungsiFailure modeFailure causeFailure effectTargetSeverityOccurenceDetectabilityRisk NumberCurrent
Control
1Hoist
Motor
Drum
2Internal power source
3
4
5
6
7
8
Notasi : P: personil, E : equipment, H : produk, L : enviromen
t
Failure Mode and Effect Analysis
RISK PRIORITY CATEGORY
FMEA Number:PFMEA-001 (Rev 0I SSUED 07/01/08URGENT ACTIONRPN 200 +
Supplier:IAE IMPROVEMENT REQUIREDRPN 100 - 199
Process Name:Slate skin BombardierNO ACTION (MONITOR ONLY)RPN 1 - 99
ITEM NUMBERProcess Step or VariablePotential Failure ModesPotential Failure EffectsSEVPotential CausesOCCCurrent Process ControlsDETRPNActions RecommendedOwner & Target DateReview Actions Taken
What is the process step? (This must be taken from detailed Process flow analysis)List all things that could or have gone wrong in this operation? What EFFECT does this on Bombardier?How Severe is effect to the Spirit Aerosystems?What can CAUSE this Failure mode?How frequent is Failure Mode likely to Occur?What are the existing controls that either prevent the failure mode from occurring or detect it should it occur? How probable is Detection of cause?Calculate RISK PRIORITY NUMBER (RPN)What improvements could reduce Occurrence of the causes, or improving Detection? Who is responsible for implementing the required action ? Agree completion dateReview of actions implemented? Include completion Date & Set No. (Then recalculate new RPN)
1Remove maskantwater stainThe appearance is not homogen2Part was not complete drying2Verify before masking operation, part has been dried28Operator shall rack the part in posisition so that no water trap and complete drying of partYayan cahyana, Deni Reliadi and emanClosed
11Alodine Alodine on outer surface The appearance is not homogen2The maskant was peel off2Operator shall always check the maskant condition (if any peel off) 312Opeartor alodine shall ensure the area feel off maskant and perfome pad maskAchmad Hamdani, Suwitoclosed
The pad mask was not completed driedEnsure the pad mask have dried before alodining processOperator shall drying pad mask 5 minutes min bebore alodining processAchmad Hamdani, Suwitoclosed
13Inspection before packaging chemical stain yellow (rainbow in color)Investigation the type of chemical stain 4(If) Chemical etch (high rate)2Black color traces on the surface (actual yellow-raibow)648Operator & inspector shall ensure that all descrepancies recordedIsharyanto, Deni A, Karman closed
(if) Deoxidizer solutionThe surfacewas more clean (actual yellow-rainbow)Operator & inspector shall ensure that all descrepancies recorded Deni, Suharta, Karmanclosed
(if) Chromic solutiondisappear if wiping (the color was not disappear, yellow-rainbow)Operator & inspector shall ensure that all descrepancies recorded Deni, Suharta, Karmanclosed
(if) Alodine 1200the color was not disappear (yellow-rainbow) and no etch clean rack before use Deni, Suharta, Karmanclosed
Process Mapping- Aerostructure
Format Laporan FMEA
1. Intisari Eksekutif (abstraks laporan lengkap)
2. Lingkup analisis
a. Diskripsi singkat masalah ( current problem 1)b. Analisis lingkup masalah (diagram alir dan peta proses)
c. Fase dan kondisi operasi
d. Target
e. Standard operation procedure (SOP) untuk Operator
f. Frekuensi dan jenis data kegagalan (histogram)3. Analisis
a. FMEA metodologi
b. Risk assessment
c. Resolusi 4. Temuan permasalahan dan pembahasana. Interpretasi hasil
b. Hazard (impact to..)
c. Corrective action plan (untuk current problem 1)5. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
b. Rekomendasi
6. Lampiran data pendukung
murah
Cepat
Kualitas
Cause
Failure mode (defect)
Effect
Prevent or defect
Failure mode
(defect)
Method
Men
Material
Machine
environment
Effect
Improvement
Feed back for improvement
Preparasi
Legal
Statutory
Management
Emphasis
Development
Risks
Public
Liability
Warranty and
Service cost
Safety
Competition
Market pressure
Perceived
Risk
Drilldown
assembly
Drilldown
Sub assembly
Produk
Siklus 1, 2, 3 ..... n perbaikan berbasis FMEA
Control
Technology
Short-Term
Good
Poor
Focus of
Black Belt
Project
Upgrade Technology
or Change Process
Our bjective
Control process
Control Process, Then
Upgrade Technology
or Change Process
6
5
4
3
2
1
Good
Poor
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
EMBED Excel.Sheet.8
Parameter setting proses anodize
Customer Requirements
(customer CTQs)
Process Requirement
(process CTQs)
Kenaikan Voltase
Temperatur dan waktu operasi
Konsentrasi larutan (Free CrO3)
Tahapan process Anodizing
/alodine
CTQ
CTQ
CTQ3
CTQ
CTQ
CTQ
Drying
CTQ
CTQ
CTQ
Panting /oil protection
Chromic Anodizing
Process surface treatment
Saturation shot peening
Sealing
SAA/CAA
/Alodine
Deoxidizing
Alkaline cleaning
Jenis process surface treatment di Aerostructure
Manufakturing process di Aerostructure
Steel treat
Painting
Anodizing
Chemical Mill
Saturation / corrective peening
Sub assembly
Surface Treatment
Metal forming
Machining
Drilldown
Part
Process mapping Part
Sequence Process Part
Parameter
setting
SOP
Sequence assembly
Process mapping Assembly part
Hidden risk
High risk
System Safety
Improper maintenance
Leak of knowledge
Type of loading
Environment condition
Type of coating
Adherence
Variabilitas dimensi
Inherent korosi
Komposisi, struktur mikro, perlakuan campuran
Reliability, maintainability
Dissimilar joint
Fatigue & Fracture mechanic
Function
Service life
Function
Service life
Function
Service life
Fit
Form
Function
Sifat fisika,
kimia dan
mekanika dan lainnya
Periodical Maintenance
Use product in services
Raw material
Protecting
Product
Disposal
Review
requirements
Contract
requirements
Contract review
Gap variation analysis
Method
improvement
Self control range
Solution control efficiency test
Cp,
Cpk
Charting
inspection result
Technical sheet & inspection sheet
Work
packet order
Transformation
Analysis Cp dan corrective action
Measurement and charting
Parameter & setting process
Manufacturing process & quality control
Manufacturing & quality engineering
Customer voice
Drawing and specification
ANALYSIS AND CORECTIVE ACTION
Analysis of variation
Corrective action plan
Implementation plan
Continuous Quality Improvements
Implementation and measurement
Cp, Cpk based on SPC control
Productivity, efficiency each minifactory
Rejection rate
Breakdown, down time Machine
Losses ( rework, repair, scrap, overtime)
VOICE OF CUSTOMER
Rejection rate
Resources
Work environment
System & procedure
Cap improvement plan
Define CTQ each Business process
Training program based on competencies
Facility readiness, trouble shooting plan
Work simplification
Work environments
Business Process Capability
Business process analysis
Human resources and competencies
Facility Readiness
Resources
Work environment
System and procedure
PRINCIPLE OF COMPETITIVENESS BUILD
Voice of customer
Human Resources competencies
Management attribute
Business process
Tools improvement
Continuous Improvement
VISION AND MISION
We have a dream
We must create strategic to make a dream happen
Quality
Bisnis
Produk
Sistem /regulasi
Proses
Perbaikan
Tools
FMEA, Statistik, lean mfg
Ik
Capacity
Enlargements
and
Capability
Facility
Program
Investments
and
Financing
Capability
Kebijakan /procedure
Outsourcing
or
and
and
and
and
and
Target Business
Contract
Load balancing
Multi
Skill
Human resources
Loading-balancing
Utilization
Back up Key Facility
Retrofit
Spare part
Preventive
Procedure/ method
Internal Empowerment
Facility Readiness
Optimizing
23
_1297850307.unknown
_1297850430.unknown
_1347109090.xlsSheet1
RISK PRIORITY CATEGORY
FMEA Number:PFMEA-001 (Rev 0I SSUED 07/01/08URGENT ACTIONRPN 200 +
Supplier:IAEIMPROVEMENT REQUIREDRPN 100 - 199
Process Name:Slate skin BombardierNO ACTION (MONITOR ONLY)RPN 1 - 99
ITEM NUMBERProcess Step or VariablePotential Failure ModesPotential Failure EffectsSEVPotential CausesOCCCurrent Process ControlsDETRPNActions RecommendedOwner & Target DateReview Actions Taken
What is the process step? (This must be taken from detailed Process flow analysis)List all things that could or have gone wrong in this operation?What EFFECT does this on Bombardier?How Severe is effect to the Spirit Aerosystems?What can CAUSE this Failure mode?How frequent is Failure Mode likely to Occur?What are the existing controls that either prevent the failure mode from occurring or detect it should it occur?How probable is Detection of cause?Calculate RISK PRIORITY NUMBER (RPN)What improvements could reduce Occurrence of the causes, or improving Detection?Who is responsible for implementing the required action ? Agree completion dateReview of actions implemented? Include completion Date & Set No. (Then recalculate new RPN)
1Remove maskantwater stainThe appearance is not homogen2Part was not complete drying2Verify before masking operation, part has been dried28Operator shall rack the part in posisition so that no water trap and complete drying of partYayan cahyana, Deni Reliadi and emanClosed
11AlodineAlodine on outer surfaceThe appearance is not homogen2The maskant was peel off2Operator shall always check the maskant condition (if any peel off)312Opeartor alodine shall ensure the area feel off maskant and perfome pad maskAchmad Hamdani, Suwitoclosed
The pad mask was not completed driedEnsure the pad mask have dried before alodining processOperator shall drying pad mask 5 minutes min bebore alodining processAchmad Hamdani, Suwitoclosed
13Inspection before packagingchemical stain yellow (rainbow in color)Investigation the type of chemical stain4(If) Chemical etch (high rate)2Black color traces on the surface (actual yellow-raibow)648Operator & inspector shall ensure that all descrepancies recordedIsharyanto, Deni A, Karmanclosed
(if) Deoxidizer solutionThe surfacewas more clean (actual yellow-rainbow)Operator & inspector shall ensure that all descrepancies recordedDeni, Suharta, Karmanclosed
(if) Chromic solutiondisappear if wiping (the color was not disappear, yellow-rainbow)Operator & inspector shall ensure that all descrepancies recordedDeni, Suharta, Karmanclosed
(if) Alodine 1200the color was not disappear (yellow-rainbow) and no etchclean rack before useDeni, Suharta, Karmanclosed
Sheet2
3.146.268157.25122.7424.57824339.662592
Sheet3
_1261514721.unknown