empati pada kedokteran
-
Upload
septyan-putra-yusandy -
Category
Documents
-
view
72 -
download
0
description
Transcript of empati pada kedokteran
I. Skenario
Ibnu Sabil, 23 year old is daily worker for his life and his father life. His mother died
when he was born and his father could not work because suffering from liver disease
(cirrhosis hepatis) which spent lot of money for treatment.
Three years ago, he pushed his father to sell their house for praying liver disease and
he gave one of his liver disease as a donor.
One day he bought lot of bread for diner but during the way he gave that bread to a
beggar which was hungry for 3 days. When he arrived at hus hut, he saw a foreigner gave 3
boxes of gold coin as a result of his fther business partnership in Arab country. Now they
become rich.
Ibnu Sabil runs a big food factory. His father built a mosque and also went for Haj
and Umrah several times.
Before pass away, his father saw in his dream that his good deed was balanced. His
merit going Haj and Umrah also given to Ibnu Sabil. Reward for bread sadaqah was bigger
then built a mosque.
He asked you to explain this condition.
II. Klarifikasi Istilah
Chirrhosis hepatis : peradangan interstisial pada hati.
Daily worker : pekerja harian.
Desease : sensasi abnormal yang disebabkan oleh adanya perubahan
fungsi dan sruktur dalam tubuh.
Foreigner : warga Negara asing.
Business parthnership : hubungan kemitraan kerja.
Donor : organism yang member jaringan hidup untuk dapat digunakan
pada tubuh orang lain.
1
Merit : kebaikan/ balas jasa/ pahala.
Sadaqah : memberikan sesuatu milik kita kepada orang lain.
III. Identifikasi Masalah
1. Ayah ibnu sabil tidak bisa bekerja karena menderita chirrhosis hepatis dan
menghabiskan banyak uang untuk pengobatan.
2. Ibnu Sabil mendorong ayahnya untuk menjual rumah.
3. Ibnu Sabil mendonorkan sebagian hatinya kepada ayahnya.
4. Ibnu Sabil memberikan roti untuk makan malamnya kepada pengemis yang
kelaparan.
5. Ibnu Sabil dan ayahnya mendapatkan tiga peti emas sebagai hasil kerja sama di
Negara Arab sehingga mereka menjadi kaya.
6. Hasil dari sedekah roti lebih besar daripada membangun masjid.
IV. Analisis masalah
1. a. Apakah peran seorang ayah di dalam keluarga?
b. Mengapa pengibatan Chirrhosis Hepatis membutuhkan banyak biaya?
2. a. Apa alas an Ibnu Sabil mendorong ayahnya untuk menjual rumah?
b. Apakah tindakan Ibnu Sabil sudah tepat?
3. a. Bagaimana etik transplantasi?
b. Apakah tindakan pendonoran tersebut termasuk empati Ibnu Sabil kepada
ayahnya?
4. a. Apa yang mendorong Ibnu Sabil memberikan rotinya kepada pengemis?
2
b. Apakah tindakan yang dilakukan Ibnu Sabil sudah tepat?
c. Apa dampak dari tindakan yang dilakukan oleh Ibnu Sabil?
5. a. Mengapa hasil dari sedekah roti lebih besar daripada membangun masjid dan
dari sudut pandang apa?
b. Berdasarkan filsafat dari aspek agama Islam, apa yang membedakan nilai dari
suatu perbuatan baik dengan perbuatan baik lainnya?
Brain Storming
1. a. Peranan ayah dalam keluarga :
Pemimpin dalam keluarga
Memberi nafkah dalam keluarga
Menentukan kondisi anak ketika besar nanti
Memberi pemecahan masalah
Member warna cara mengambil keputusan
Pembangun keberanian
Membangun kestabilan
b. Karena penggunaan terapi obat tentu akan berlangsung lama dan harus dilakukan
secara berkala. Sehingga secara otomatis hal ini akan membutuhkan biaya yang
tidak sedikit dan bisa dikatakan cukup mahal.
2. a. Untuk membiayai pengobatan ayahnya.
b. Sudah tepat karena tindakannya menunjukkan rasa empati terhadap ayahnya dan
juga hal ini merupakan hal yang bermanfaat.
3. a. Beberapa pasal dalam kodeki yang harus didasarkan pada etik transplantasi:
Pasal 2
Dokter harus selalu melakukan / profesinya sesuai dengan pengukuran
tertinggi.
Pasal 10
Setiap dokter harus selalu ingat dan tegas untuk melindungi hidup seseorang.
Pasal 11
3
Setiap dokter harus jujur dan lurus ke depan dan menggunakannya/
pengetahuan dan keterampilan untuk kebutuhan pasien.
Selain itu, transplantasi harus dilaksanakan dengan dua syarat, yaitu keamanan dan
voluntarisme.
b. iya, karena Ibnu Sabil ikut merasakan penderitaan ayahnya sehingga mau
mendonorkan sebagian hatinya.
4. a. karena memiliki belas kasihan dan bersimpati, serta berempati kepada pengemis
dan sadar bahwa hal tersebut merupakan akhlak mulia.
b. iya, karena dalam kondisi tersebut si pengemis belum makan selama tiga hari dan
tidak ada perbuatan yang sia-sia.
c. Allah SWT membalas kebaikan Ibnu Sabil dengan tiga peti emas sebagai hasil dari
kerja sama ayahnya di Arab, padahal kejadian tersebut belum diketahui
sebelumnya.
5. a. Karena dilihat dari situasi Ibnu Sabil, Ibnu Sabil memberikan sedekah secara diam-
diam, tidak diketahui oleh banyak. Sedangkan, kalau membuat masjid semua orang
akan tahu.
Selain itu, dapat dilihat juga dari beberapa sudut pandang, yaitu
Sudut pandang situasi dan kondisi.
Sudut teori deontologi,, yang menjelaskan bahwa pelaksanaan kebaikan atas
dasar kewajiban.
Dari sudut saat mendapat balasan (dalam hal ini rezeki).
b. - Nilai juga kondisi, yang didasari pada niat dan tujuan.
- Sesuai dengan kebutuhan saat itu.
4
V. Hipotesis
Ibnu Sabil, ayahnya, dan orang asing mempunyai rasa empati dan melakukan akhlak mulia
karena mengharapkan pahala.
VI. Kerangka Konsep
5
Filsafat Agama Islam
Virtue Ethics
Etik Transplantasi Perbuatan baik
Akhalak Mulia Empati
PAHALA
Membngun masjid
Memberi makan pengemisDonor hati
VII. Learning Issue
Pokok bahasan What I know What I don’t KnowWhat I Have
to Prove
How I Will
Learn
Virtue etik Definisi Prinsip-prinsip
penerapan
Virtue ethics
berguna bagi
kehidupan
seseorang Internet
Jurnal
Text book
Empati Definisi Bagaimana
mencapai empati
Perbedaan empati
dan simpati
Manfaat empati
Ibnu Sabil
memiliki rasa
empati pada
ayahnya dan
pengemis
Akhlak mulia Definisi Jenis-jenis akhlak
mulia
Keutamaan
Cara membangun
akhlak mulia
Indicator dan
tujuan akhlak
mulia
Akhlak mulia
berperan bagi
kehidupan
dunia dan
akhirat
Etik
transplantasi
Definisi Pengaturan
hokum etik
transplantasi
Tujuan
Syarat-syarat
Etik
transplantasi
dibutuhkan
dalam proses
pendonoran
Filsafat agama
Islam
Definisi Sejarah
terbentuknya
filsafat agama
Islam
Ciri khas
Ibnu Sabil
menerapkan
filsafat
agama Islam
dalam
6
Tokoh-tokoh
filsafat agama
Islam
kehidupanny
a
Deontology Definisi Keuntungan
Sedekah Definisi Manfaat
Hukum
bersedekah
Sedekah akan
mendapatkan
bnyak
manfaat
Pahala Definisi Cara mendapatkan
pahala
Faktor-faktor
Panduan
Setiap orang
yang berbuat
kebaikan
akan
memperoleh
pahala
VIII. Sintesis
VIII.1. Virtue Ethics
Virtue ethics/ etik keutamaan berasal dari dua kata, yaitu:
Virtue : karakter moral/kebaikan/ kemuliaan
Ethics : kumpulan asas moral yang berkenaan dengan akhlak
Virtue etik adalah suatu bentuk nilai etika yang didasarkan pada kapasitas terbaik
(akhlak mulia) yang dilakukan oleh pelakunya. Virtue ethics ini menegaskan moral karakter
dan bukannya kewajiban atau peraturan atau sesuatu yang menegaskan tentang konsekuensi
suatu tindakan. Juga merupakan suatu cara pandang untuk membedakan tindakan baik dan
buruk dengan melihat dari karakteristik (perilaku) dasar orang yang melakukannya, (suatu
tindakan yang baik/benar pada umumnya akan keluar dari orang yang memiliki karakter yang
7
baik pula). Peranan di sini diletakkan pada moral individu yang dalam skenario ini Ibnu Sabil
bukan hanya pada kebenaran tindakan yang dilakukannya.
Prinsip-prinsip:
1. Compasison dalah gabungan sikap mulia terhadap kesejahteraan makhluk insane
berupa sikap mengasihi , menyayangi, melindungi, simpati, empati, dan lain-lain.
2. Discerement adalah sikap arif dan bijaksana untuk melakukan penilaian dan
pertimbangan dangan benar, handal, adil dan jujur tanpa dipengaruhi oleh berbagai
kepentingan.
3. Trustworthiness adalah terpecaya untuk dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan
moralitas yang terbaik.
4. Integrity adalah yang dicerminkan sikap konsekuen dengan penuh tanggung jawab
dan percaya diri dan rela berkorban untuk bertindak sesuai dengan moralitas yang
dianutnya.
5. Conscientiousness adalah memiliki hati nurani dan kesadaran batin mulia untuk dapat
melaksanakan moralitas yang tertinggi.
Penerapan virtue ethics dapat berupa sikap:
• Baik hati
• Tidak berpihak
• Berpikir masuk akal
• Beradab
• Bersahabat
• Percaya diri
• Belas kasih
• Murah hati
• Pengendalian diri
• Teliti
• Jujur
• Disiplin diri
• Mau dan mampu bekerja sama
• Tekun
• Mengandalkan diri sendiri
• Berani
• Adil
• Pandai bergaul
• Ramah
• Setia
• Peduli
• Dapat diandalkan
• Moderasi
• Toleransi
Dalam skenario ini, terlihat bahwa Ibnu Sabil menerapkan Virtue ethics dalam
kehidupannya, begitupun dengan prinsip-prinsi virtue ethics juga telah diaplikasikan oleh
Ibnu Sabil. Hal ini terbukti saat Ibnu Sabil rela bekorban demi kesembuhan ayahnya dengan
8
mendonorkan sebagian hatinya. Hal serupa juga terlihat pada prilaku Ibnu Sabil yang rela
memberikan rotinya untuk pengemis yang kelaparan di jalanan. Padahal roti tersebut akan
digunakan oleh Ibnu Sabil untuk makan malam. Namun, karena adanya rasa empati, belas
kasih, dan juga peduli terhadap sesama, Ibnu Sabil melakukan semua itu dengan ikhlas tanpa
paksaan.
VIII.2. Empati
Beberapa definisi mengenai empati:
Everett M. Roger dan Dilip K. Bhowmik mendefinisikan empati sebagai kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain secara psikologis.
Empati adalah suatu usaha kognitif dan afektif seseorang dalam memahami perasaan
orang lain.
Dengan adanya empati dalam diri seseorang, akan didapat beberapa fungsi yang dapat
membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di
lingkungan masyarakat.
Langkah-langkah kunci yang disarankannya mencakup hal-hal seperti :
1. Mengakui adanya perasaan-perasaan kuat dalam situasi klinis bagu pasien seperti rasa
takut, marah terpendam, kesedihan, kekecewaan, dan sebagainya.
2. Berhenti sejenak dan membayangkan apa yang sedang diraskan oleh pasien yang
bersangkutan.
3. Mengekspresikan persepsi dokter tentang perasaan pasien tersebut.
4. Melegetimasi perasaan-perasaan tersebut.
5. Menghargai usaha-usaha pasien untuk bekerjasama dalam proses pengobatan.
6. Menawarkan suatu dukungan atau kerjasama.
Melatih bersikap empati:
1. Mulai dari diri sendiri
2. Dengarkan cerita dari oranglain
3. Memposisikan diri kita dalam posisi orang lain
9
Mungkin hal-hal berikut ini dapat membantu kita untuk menumbuhkan rasa Empati itu, yaitu:
1. Jelaskan selalu berpikir, tapi kita harus berpikir.
2. Jangan merasa derajat kita lebih tinggi dari oranglain, tetapi selalu ingat
bahwa hidup itu seperti roda, kadang kita di atas, kadang kita di bawah.
3. Jangan kita memberikan perhatian atau bantuan hanya kepada orang yang
menurut kita akan menguntungkan kita saja.
4. Cobalah jalan-jalan ke tempat di mana banyak orang susah yang berkumpul di
sana. Dengan itu kita akan melihat ada sisi lain dari kehidupan manusia.
5. Selalu tebarkan senyum kepada oranglain tapi jangan kebanyakan.
Perbedaan Empati dan Simpati
Pengertian empati dapat dikontraskan dengan pengertian simpati. Dalam simpati, kita
menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Bila saya melihat Anda
menangis karena kehilangan kekasih Anda, saya akan mencoba membayangkan perasaan
saya bila saya juga kehilangan kekasih. Saya beranggapun Andapun mempunyai perasaan
seperti perasaan saya. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain,
kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati
artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati, kita
berusaha melihat sepoerti orang lain melihat, merasakan, seperti orang lain merasakannya.
Ibnu Sabil memiliki rasa empati kepada ayahnya karena ia mendonorkan hatinya
kepada ayahnya, juga ketika ia rela memberikan rotinya kepada si pengemis. Kita lihat disini
bahwa empati itu tidak hanya mementingkan rasa belas kasihnya saja, tetapi juga apa yang
kita lakukan untuk membantu orang tersebut. Tidak hanya menyangkut perasaan saja tetapi
juga menyangkut apa yang kita perbuat untuk mereka.
VIII.3. Akhlak mulia
10
Pengertian akhlak mulia adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang
setiap kali lahir manifestasi hal-hal mulia dengan mudah tanpa melalui pertimbangan atau
proses penalaran yang berat dan lama.
Akhlak Dari Segi Bahasa
Akhlak dari segi bahasa didefinisikan sebagai moral, tabiat, perangai, budi, adab, sifat
semulajadi, maruah, watak, amalan agama atau rupa batin seseorang. Akhlak berasal dari
bahasa Arab yaitu Khuluqun yang bererti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Definisi ilmu akhlak menurut Prof. Omar Al Toumy Al Syaibani pula, ilmu yang mengkaji
tentang hakikat perbuatan berakhlak, sifat kebaikan, kejahatan, kebenaran, kewajipan,
kebahagiaan, hukum dan tanggungjawab akhlak, motif kelakuan dan asas-asas teori gagasan
akhlak.
Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya ‘Al- Akhlaq’ merumuskan pengertian akhlak
sebagai : Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat ” Manakala menurut Dr. Miqdad Yalchin akhlak ialah “
Prinsip-prinsip dan dasar atau kaedah yang ditentukan oleh wahyu untuk mengatur tingkah
laku manusia dalam kehidupannya. Ia membentuk dan menentukan hubungan dengan orang
lain agar misi kehidupan manusia terlaksana dengan sempurna ”.
Akhlak adalah sains yang mengkaji soal kebaikan dan keburukan serta cara untuk
mempraktikkan kebaikan dan menolak keburukan. Akhlak juga berkait rapat dengan
kejiwaan. Oleh itu ada yang mentafsirkan akhlak sebagai ilmu yang menyarankan cara-cara
membersihkan jiwa dengan tumpuan kepada apakah itu kebaikan dan keburukan; apakah
kriteria yang dapat menilai sesuatu itu sebagai baik dan buruk; dan apakah motif dan nilai di
sebalik sesuatu perlakuan tersebut.
Akhlak Dari Segi Agama Islam
Islam telah membahagikan akhlak kepada dua Yaitu akhlak yang mulia atau akhlak
terpuji (Al-Akhlak Mahmudah) dan akhlak yang buruk atau akhlak tercela (Al-Akhlak
Mazmumah). Menurut Imam Ghazali, akhlak yang mulia mempunyai empat perkara yaitu
11
bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan hawa
nafsu) dan bersifat adil. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei "hanya saja
bangsa itu kekal selama berakhlak, bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa
itu” Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna
imannya ialah yang paling baik akhlaknya."(Hadith Riwayat Ahmad)
Dalam agama Islam, Rasulullah dipertanggungjawabkan memikul tugas membawa
akhlak yang mulia-memperbaiki dan mengajar Akhlak terpuji yang perlu diikuti oleh umat
Islam adalah akhlak Nabi Muhammad s.a.w. Menurut hadis riwayat Bukhari “Akhlak
Rasulullah s.a.w. adalah Al-Quran”. Menurut hadis riwayat Muslim “Sesempurna iman
seseorang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaknya”.
Akhlak Dari Segi Agama Hindu
Dalam agama Hindu, berdasarkan kepada kitab Veda yang mengandungi dasar-dasar
ketuhanan dan prinsip-prinsip etika yang wajib dipegang teguh oleh pengikutnya. Prinsip
tersebut ialah sifat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara keagamaan. Tanda-tanda
kebaikan dalam agama Hindu ialah kemerdekaan, kesihatan, kekayaan dan kebahagiaan.
Tanda-tanda kejahatan pula ialah perhambaan, sakit, fakir dan kecelakaan. Prinsip etika
Hindu ialah peraturan agama itu dipandang sebagai sumber segala kemuliaan akhlak manusia
Etika dalam agama Hindu bergantung kepada prinsip “Brahma” yang menjadi dasar kepada
norma yang teratur dan bermatlamat. Ia bermaksud keadilan, kebaikan, kesucian, benar,
sederhana dan suci. Brahma ini menjadi kod etika yang merangkumi semua aspek kehidupan
manusia. Brahma merupakan salah satu matlamat hidup yang mesti diikuti berdasarkan kelas
dan status seseorang.
Akhlak Dari Segi Agama Buddha
Pengajaran Buddha diasaskan oleh Siddartha Gautama. Menurut ajaran Buddha,
terdapat Empat Kebenaran Mulia atau etika yang diperjuangkan yaitu:
1. Hidup manusia penuh penderitaan.
2. Manusia menderita kerana nafsu.
3. Manusia perlu menghapuskan nafsunya untuk melepaskan diri daripada penderitaan
dan mencapai nirwana.
4. Penderitaan dapat dihapuskan dengan mengamalkan Jalan Lapan Lapis Mulia.
12
Jalan Lapan Lapis Mulia menurut ajaran Buddha ialah pengetahuan yang baik,
pemikiran yang baik, pertapaan yang baik, perkataan yang baik, keinginan yang baik,
kelakuan yang baik, usaha yang baik dan kehidupan yang baik.
Kerangka dasar ajaran Buddha ialah:
1. Ajaran tentang Sradha (keyakinan).
Penganut Buddha harus memiliki keyakinan terhadap Tuhan, adanya para Buddha,
kitab suci dan nirwana.
2. Ajaran tentang sila (etika).
Sila atau budi pekerti manusia dititikberatkan supaya manusia boleh mencapai suatu
kebijaksanaan yang sempurna. Kesempurnaan ini dapat diperoleh dengan
mengamalkan enam jalan sempurna yaitu pemberian dalam bentuk kebendaan dan
moral; keseimbangan, keteguhan dan kebersihan perbuatan, perkataan dan pemikiran;
pemikiran yang tenang dan seimbang; semangat yang berkobar-kobar dan penuh
perjuangan untuk mencapai tujuan; dan niat untuk mempersatukan pemikiran.
3. Ajaran tentang rituil (bhakti).
Rasa hormat dan sujud kepada sesuatu yang harus dihormati.
Akhlak Dari Segi Agama Kristen
Agama Kristian diasaskan oleh Jesus Christ- kitab Injil. Ajaran agama Kristian
menitikberatkan unsur kasih sayang dan belas kasihan antara sesama manusia. Ajaran
asasnya ialah mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan mencintai jiran seperti mencintai diri
sendiri. Old Testament (Perjanjian Lama) ada menyebutkan undang-undang yang berupa The
Ten Commandments yang diperkenankan Tuhan melalui para nabi bertujuan supaya manusia
mengamalkan cara hidup yang baik, di antaranya jgn berzina, menghormati kedua ibubapa,
jgn membunuh, mencuri, etc
Old Testament juga menekankan keadilan, kejujuran dan berbuat baik. Dalam New
Testament prinsip etika turut ditekankan. Tujuan hidup bukan hanya untuk mengumpul
kebendaan, kedudukan dan pangkat kerana itu tidak kekal.
Ajaran Confusionisme dibawa oleh Kung Fu Tse, seorang ahli falsafah China yang
terkenal membawa nilai-nilai murni dalam ajarannya. Ajaran etika beliau termasuklah:
13
1. Orang yang bijaksana mampu untuk mencapai kesempurnaan berbanding dengan
orang biasa.
2. Kebijaksanaan boleh dicapai melalui proses berfikir, menaakul, menganalisis,
meneliti dan belajar mencari kebenaran. Hanya kebenaran dapat menghasilkan etika
yang baik.
3. Mengasingkan diri dengan tujuan mengabdikan diri kepada Tuhan. Perbuatan
mengasingkan diri untuk beribadat dianggap beretika
4. Sentiasa gemarkan majlis ilmu. Sentiasa menghadiri dan menganjurkan perbincangan
yang berkaitan dengan ilmu secara terbuka.
5. Membimbing dan menyebarluaskan ilmu berkaitan dengan etika kepada ahli
masyarakat.
6. Masyarakat digalakkan mengamalkan etika yang baik dan mengelakkan etika yang
jahat supaya hidup selesa dan bahagia.
Pembentukan akhlak mulia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: agama, diri
sendiri, keluarga, pendidikan, dan persekitaran.
Akhlak mulia memiliki 9 asas antara lain:
1) Asas iman kepada Allah, sebagai asal dan tujuan hidup, yang mutlak senantiasa hadir
beserta manusia di manapun dan kapanpun,
2) Asas kesadaran pertangungjawaban mutlak di Hari Kemudian atas segala tingkah laku di
dunia,
3) Asas kepercayaan kepada adanya makhluk gaib, khususnya para malaikat, yang selalu
mengawasi tingkah laku sehari-hari manusia,
4) Asas kesediaan menerima ajaran kebenaran universal seperti termuat dalam kitab-kitab
suci dan dibawakan oleh para nabi sepanjang sejarah umat manusia di masa lalu,
5) Asas kesadaran sosial, dengan memperhatikan nasib sesama manusia dalam masyarakat
luas,
6) Asas memenuhi kewajiban beribadat kepada Allah, dengan kesadaran penuh sebagai
hamba Allah yang harus tunduk dan pasrah (islam) kepada-Nya,
7) Asas kesadaran fungsi sosial dari harta kekayaan, bahwa semuanya itu adalah amanat
Allah,
8) Asas kesetiaan kepada janji dan perjanjian sesama manusia (dalam hal ini, secara syrai'ah,
termasuk hukum-hukum kenegaraan)
14
9) Asas ketabahan menghadapi kesulitan hidup, penuh harapan kepada Allah, tidak putus asa.
Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlak mulia berati
seluruh prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan dan adab sopan santun.
Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok
yaitu :
1
.Akhlak kepada Tuhan
Akhlak mulia kepada tuhan berati mengikuti seluruh perintah yang telah
disampaikan tuhan kepada Rasul.
2 Akhlak kepada ciptaan Tuhan
Akhlak terhadap ciptaan tuhan meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab
dan sopan santun sesama ciptaan tuhan yang terdiri atas ciptaan tuhan yang gaib
dan ciptaan tuhan yang nyata, benda hidup dan benda mati.
Secara garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia
adalah :
1. Sebagai pengamalan agama
Sebagai pengamalan agama pengamalan akhlak yang mulia itu insya Allah akan
menjadi ibadah bagi umat yang mengamalkanya.
2. Sebagai Identias
Sebagai Identias, Akhlak mulia ini kepada manusia yang berakal budi karena
dengan tuntunan akhlak yang mulia akan bisa membedakan antara manusia
dengan hewan
3. Pengatur Tatanan Sosial
Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan pengamalan akhlak
mulia mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah
bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan
sosial yang terbentuk semakin memberikan makna dan nilai yang tidak saling
merugikan.
4. Rahmat Bagi Seluruh Alam
15
Berarti akhlak mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur
tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara
manusia dengan makhluk – makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya
5. Perlindungan Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM )
Akhlak Mulia Sebagai Perlindunagn Diri dan Hak Azazi Manusia (HAM ) berarti
dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan
terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan.
Cara membangun akhlak mulia:
• Keimanan
• Mengingat kematian
• Punya rasa malu dan takut kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Memperbanyak kebajikan dan menghindari perbuatan dosa
• Meneladani akhlak nabi
Indicator akhlak mulia:
• Tertanamnya keimanan di dalam hati
• Memiliki budaya malu
• Amanah
• Pemaaf dan sabar
• Menjadi teladan yang baik
Tujuan akhlak:
• Agar manusia dapat membedakan antara amal yang baik dan buruk.
• Agar manusia terbiasa melaksanakan amal saleh
• Agar manusia terbiasa meninggalkan perbuatan tercela
• Agar amal perbuatan yang dikerjakan sesuai dengan akal sehat
Hubungannya dengan skenario yakni akhlak mulia merupakan sifat dasar utama
yang melandasi Ibnu Sabil dalam berbuat kebaikan. Ibnu Sabil telah memahami benar
tentang segala sesuatu mengenai akhlak mulia. Sehingga iapun dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti ketika ia memberikan roti yang akan
digunakannya untuk makan malam kepada pengemis yang kelaparan.
16
Hal ini akan membuat kehidupan yang lebih baik bagi diri dan lingkungan, sehingga
akan terbentuk hubungan yang harmonis dan saling pengertian dalam kehidupan sehari-hari.
VIII.4. Filsafat Agama Islam
a. Pengertian Filsafat Islam
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa
Arab yang juga diambil dari bahasa Yunani, philosopia, Philo = cinta, sopia =
kebijaksanan. Jadi dilihat dari akar katanya, filsafat mengandung pengertian ingin
tahu lebih mendalam atau cinta kebijaksanaan.
Pengertian filsafat dari segi istilah adalah berpikir secara sistematis, radikal dan
universal untuk mengetahui tentang hakikat segala seesuatu yang ada, seperti hakikat
alam, hakikat mansia, hakikat masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
muncullah filsafat alam, filsafat manusia, filsafat masyarakat, dan lain sebagainya.
Adapun pengertian filsafat Islam adalah berpikir secara sistematis, radikal dan
universal tentang segala sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Filsafat Islam itu adalah
filsafat yang berorientasi pada Al-Quran, mencari jawaban mengenai masalah-
masalah asasi berdasarkan wahyu Allah.
b. Sejarah Tumbuhnya Filsafat Islam
Jalan filsafat Islam dibentangkan oleh 2 lingkungan yang hidup sejaman yang sama-
sama meletakkan sendi-sendi kajian rasional Islam. Pertama adalah lingkungan kaum
penerjemah yang memasok dunia Islam dengan buah pemikiran klasik, baik timur maupun
barat. Kedua, lingukngan sekte-sekte teologi Islam. Bahasa Arab memang memanfaatkan
ajaran filsafat timur dan barat sebagai penaklukan-penaklukan Islam. Mereka mempelajari
teks-teks tertulis dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun-tahun terakhir abad
pertama hijriah, tampillah sebagian penerjemah dari bahasa asing. Gerakan ini berjalan 3
abad dan dilaksanakan oleh para penerjemah spesialis yang menguasai bahas Arab. Mereka
17
ada yang berspesialisais pada aspek-aspek tertentu dari peradaban, seperti kedokteran,
filsafat-filsafat.
Gerakan penerjemah Islam mengarah sedemikian rupa kepada hikmah dan filsafat,
sehingga berhubungan dengan kebudayaan Hindu-Persia dan menerjemahkan dari literatur-
literatur Brahmanisme, Samaniah, dsb. Ia memberikan perhatian khusus kepada filsafat
Yunani, sehingga mengenal pendahulu Socrates dan tokoh-tokoh aliran Alexandria. Pemkiran
Platinus, walaupun pendapat orang lain, mendapat porsi yang baik dikalangan umat muslim.
Tidak diragukan lagi bahwa Platonisme lebih dekat kepada pemikiran Islam, karena
mengandung unsur perpaduan antara filsafat dan agama2. Para penerjemah juga menulis
langsung. Sebagian ada yang difokuskan pada kedokteran, kimia, falak/filsafat, yang tidak
kalah pelak lagi merupakan langkah awal bagi tulisan ilmiah dan filsafat Islam. Para
penerjemah itu mengadakan kontak dengan para pemikir yang ada disekitarnya. Kelompok-
kelompok aliran kalamiah, pada tahun terakhir abad pertama hijriah, mengangkat ke
permukaaan problematika-problematika filsafat, seperti masalah determinisme. Dan pada
abad kedua hijriah lahir problem akidah Islam.
c. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
1. Al-Kindi
Al-Kindi merupakan filosof kenamaan pertama. Beliau bukan hanya seorang filosof,
tetapi juga ilmuwan pada jamannya. Mengenai filsafat, Al-Kindi berpendapat bahwa antara
agama dan filsafat tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid adalah cabang termulia dari filsafat.
Filsafat membahas kebenaran/hakekat. Dan hakekat pertama itu adalah Tuhan. Al-Kindi
mengulas teori keadilan Tuhan dan berpendapat bahwa semua
perbuatan Allah itu tidak mengandung unsur zalim. Al-Kindi juga membicarakan soal jiwa
dan akal. Jiwa manusia mempunyai 3 daya. Daya bernafsu yang terpusat di perut, daya berani
yang berpusat di dada, dan daya berpikir yang berpusat di kepala. Daya berpikir inilah yang
disebut akal. Dalam pemikiran filosofisnya, Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh Aristoteles,
Plato dan Neo-Platonisme. Sebagian besar karya beliau (berjumlah sekitar 270 buah) lenyap.
Ibnu al nadim berdasarkan tulisan alqifti mengelompokkan tulisan-tulisan Al-Kindi menjadi
17 kelompok,yaitu:
Filsafat,seperti kitab al kindi ilal mu’tasyim billah fil falsafah al ula,kitab al harts ala
ta’allum al falsafah,kitab fi ibarat al jawami al fikriyah,dan lain sebagainya.
18
Logika,seperti ikhtisar kitab isaghuji li farfuris,risalah fi’amal alah mukhrijat al
jawami, risalah fil ashwat al khomsah,dan lain sebagainya.
Ilmu hitung,seperti risalah fil kamiyat al mudhofah,risalah fi ta’lif al a’dad,risalah fil
madkhal ilal aritmatiqhi,dan lain sebagainya.
Sferika,seperti risalah fil kuriyat,rialah fi amalia samiti ala kuroh,risalah fi tashihil
kurah,dan lain sebagainya.
Music,risalah al kubra fit ta’lif,risalah fil madkhal ila shina’atil musiqi,dan lain
sebagainya.
Astronomi,seperti risalah mathrah al syu’aa,risalah fil fashlayn,dan lain sebagainya.
Geometri,sepeerti risalah fi ikhtilaf manazhir al mir’at,risalah fiaghradh kitab
uglidis,dan lain sebagainya.
Sfera-sfera langit,seperti risalah fi zhahiriyah al falak,risalah fil alan al aqsha,dan lain
sebagainya.
Ilmu pengobatan,seperti risalah fil ghidza wad dawa’al muhlik,risalh fi aqsam al
humayyat,dan lain sebagainya.
Astrologi,seperti risalah fi madkhal ahkam,risalah fil qada’ alal kusuf,dan lain
sebagainya.
Psikologi,seperti risalah fi mahiyat al nawm war ru’ya,kalm lil kindi fin
nafs,mukhtasyar wajiz,dan lain sebagainya.
Tulisan-tulisan polemix,seperti risalah fir radd alats tsanawiyah,risalah fi jawahir
alajsm,dan lain sebagainya.
Politik,seperti risalah fi tashil subul al fadhail,risalah fi alfazh sughath,dan lain
sebagainya.
Meteorology,seperti risalah fi illat ikhtilaf anwa’us sanah,risalah fi ma’iyat az zaman
wal hin wad dhar,dna lain sebagainya.
Kebesaran(magnitude),seperti risalatuhul kubra fir rub’il maskun,risalah fi akbar an
ad ajram,dan lain sebagainya.
Ramalan,seperti risalah fin nahl,risalah fi na’til hijarah,dan lain sebagainya.
2. Al-Farabi
Al-Farabi memfokuskan diri pada kebahagiaan, yang menurutnya tujuan tertinggi
yang didambakan manusia yang bisa diraih hanya dengan perbuatan terpuji melalui kehendak
dan pemahaman yang diniati. Dari aspek psikologis, Al-Farabi berkonsentrasi untuk
19
menjalankan ‘amal iradi. Untuk itu, beliau membedakan iradah dari ikhtiar. Beliau
berpendapat bahwa iradah (kehendak) dilahirkan oleh rasa rindu dan keinginan yang
dibangkitkan oleh rasa dan imajinasi. Sedangkan ikhtiar semata-mata dilahirkan oleh
pemikiran dan analisa5.
Al-Farabi menjelaskan bahwa manusia bisa berbuat baik jika ia berkehendak. Karena
ia bebas untuk mewujudkan apa yang ia kehendaki dan perbuat. Namun kebebasan ini tunduk
kepada hukum-hukum alam, masing-masing diberi fasilitas sesuai dengan kejadiannya, dan
setiap yang ada ini terjadi atas qada dan qadarnya6. Karangan-karangan beliau yaitu:
• Agradhu ma ba’da at tabi’ah
• Al jam’u baina ra’jai al hakimain
• Tahsil as sa’adah
• ‘ujun ul masa’il,dan lain sebagainya.
3. Ibnu Sina
Ibnu Sina terkenal dengan 2 bukunya, yaitu Al-Qanun Fi AL-Tibb dan Al-Syifa. Al-
Qanun, suatu ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Al-Syifa merupakan ensiklopedia
tentang filsafat Aristoteles dan ilmu pengetahuan. 5 Al-Farabi, Ara’u, Leiden 1890, halm 64
6 Al-Farabi, al-Samiah, al-Mardiyyah fi Ba’d AlRisalah al-Farabiyyah, Leiden 1890, halm 64
9 Ibnu Sina mengulang pernyataan Al-farabi, “berbuatlah karena masing-masing diberi
kebebasan sesuai dengan kodratnya”.
4. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd banyak memusatkan perhatiannya pada filsafat Aristoteles dan menulis
ringkasan-ringkasan dan tafsiran yang mencakup sebagian besar karangan filosof Yunani
tersebut. Dalam bidang filsafat, Tahafut Al-Tahafut, beliau tulis sebagai jawaban atas buku
Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasiyah.
Buku-buku Ibnu Rusyd mengenai filsafat Aristoteles banyak diterjemahkan ke dalam
bahasa latin dan berpengaruh bagi ahli piker Eropa. Kemudian di Eropa trdapat aliran
Averroism. Menurut aliran ini, filsafat mengandung kebenaran, sedangkan agama dan wahyu
membawa hal-hal yang tidak benar. Pendapat ini mungkin bersumber dari Ibnu Rusyd.
Kekeliruan ini timbul dari kesalahpahaman penulis barat tentang tafsiran Ibnu Rusyd
terhadap filsafat Aristoteles.
20
VIII.5. Etik Transplantasi
Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada
tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak
befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ
dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.
d. PENGATURAN HUKUM TRANSPLANTASI
Di Indonesia pengaturan hukum transplantasi organ adalah dalam UU No 23/1992
tentang Kesehatan dan PP No. 18/1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis, serta Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia. PP ini merupakan
pelaksanaan dari UU No 9/1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan, yang telah dicabut. Akan
tetapi PP ini masih tetap berlaku karena berdasarkan pasal 87 UU No 23/1992 tentang
Kesehatan, semua peraturan pelasksanaan dari UU No 9/1960 masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan UU No. 23/1992.
e. SEJARAH TRANSPLANTASI ORGAN
Sejarah transplantasi modern diawali oleh keberhasilan transplantasi kornea pada
tahun 1905. Sejak saat itu berbagai organ mulai ditransplantasikan untuk menggantikan organ
yang rusak, meliputi transplantasi kornea, ginjal, paru, jantung, liver, muka, tangan, dan
bahkan penis. Tabel 1 dibawah ini menggambarkan perkembangan transplantasi organ dari
waktu ke waktu.
f. TUJUAN TRANSPLANTASI
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh
atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi
21
lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto transplantasi), pada
orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xeno-
transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit,
dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris
hilang karena suatu penyakit. Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi
merupakan salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan
kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/
1992). Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh merupaka
anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari keuntungan
atau komersial.
g. TENAGA KESEHATAN YANG BERWENANG
Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar adanya persetujuan dari donor maupun
ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU No. 23/1992). Karena transplantasi organ merupakan
tindakan medis, maka yang berwenang melakukannya adalah dokter. Dalam UU ini sama
sekali tidak dijelaskan kualifikasi dokter apa saja yang berwenang. Dengan demikian,
penentuan siapa saja yang berwenang agaknya diserahkan kepada profesi medis sendiri untuk
menentukannya.
Secara logika, transplantasi organ dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak dokter dari
berbagai bidang kedokteran seperti bedah, anestesi, penyakit dalam, dll sesuai dengan jenis
transplantasi organ yang akan dilakukan. Dokter yang melakukan transplantasi adalah dokter
yang bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP 18/1981). Untuk
menghindari adanya konflik kepentingan, maka dokter yang melakukan transplantasi tidak
boleh dokter yang mengobati pasien (pasal 11 ayat 2 PP 18/1981)
h. SYARAT PELAKSANAAN TRANSPLANTASI
Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup, pengambilan organ
dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan. Pengambilan organ
baru dapat dilakukan jika donor telah diberitahu tentang resiko operasi, dan atas dasar
22
pemahaman yang benar tadi donor dan ahli watis atau keluarganya secara sukarela
menyatakan persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992)
Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah:
1. Keamanan: tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima organ. Secara
umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan sarana dan alat
kesehatan.
2. Voluntarisme: transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa dilakukan jika telah
ada persetujuan dari donot dan ahli waris atau keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No.
23/1992). Sebelum meminta persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya,
dokter wajib memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal 15
PP 18/1981).
i. TRANSPLANTASI DARI DONOR JENAZAH
Dari segi etika, transplantasi dari donor jenazah tidak mempunyai masalah dari
segi etika dan moral. Paus Pius XII pada tahun 1956 menyatakan : ”Seorang mungkin
berkehendak untuk mendonorkan tubuhnnya dan memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan
yang berguna, yang secara moral tidak tercela, bahkan luhur, diantaranya adalah keinginan
untuk menolong orang yang sakit dan menderita. Seseorang dapat membuat keputusan akan
hal ini dengan hormat terhadap tubuhnya sendiri dan dengan sepenuhnya sadar akan
penghormatan yang pantas untuk tubuhnya. Keputusan ini hendaknya tidak dikutuk,
melainkan sungguh dibenarkan”.
Pada dasarnya berbagai organ tubuh dari seorang yang meninggal dunia dapat
digunakan untuk menolong menyelamatkan atau memperbaiki hidup orang lainnya yang
masih hidup. Dengan demikian transplantasi adalah baik secara moral dan bahkan patut
dipuji. Donor wajib memberikan persetujuannya dengan bebas dan penuh kesadaran sebelum
wafatnya atau keluarga terdekat wajib melakukannya pada saat kematiannya. Transplantasi
organ tidak dapat diterima secara moral kalau pemberi atau yang bertanggungjawab untuk dia
TIDAK memberikan persetujuan dengan penuh kesadaran.
Dalam hal pengambilan organ dari jenazah dikenal ada 2 sistem yang diberlakukan
secara nasional
23
1. Sistem izin (toestemming system): sistem ini menyatakan bahwa transplantasi baru dapat
dilakukan jika ada persetujuan dari donor sebelum pengambilan organ. Indonesia menganut
sistem ini.
2. Sistem tidak berkeberatan (geen bezwaar system): dalam sistem ini transplantasi organ
dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan dari pihak donor. Tidak adanya
penolakan dari donor, dalam sistem ini, ditafsirkan sebagai ”donor tidak keberatan dilakukan
pengambilan organ”
Pasal 14 PP No 18/1981 menyatakan bahwa pengambilan organ dari korban yang meninggal
dunia dilakukan atas dasar persetujuan dari keluarga terdekat. Dalam keluarga terdekat tidak
ada, maka keluarga jenazah harus diberitahu. Jika setelah lewat 2 x 24 jam keluarga tidak
ditemukan, maka dapat dilakukan pengambilan organ tanpa izin keluarga. Pengaturan ini
tidak bermanfaat banyak dalam praktek, karena setelah lewat waktu tersebut, organ
sudah membusuk dan tidak dapat digunakan lagi, kecuali jika kesegaran jaringan
dipertahankan dengan tetap mempertahankan sistem sirkulasi dan pernapasan dengan
alat bantu penopang hidup.
j. PENENTUAN SAAT KEMATIAN
Pada transplantasi organ dari jenazah, penentuan saat kematian merupakan isyu
yang sangat penting. Keberhasilan transplantasi jenis ini sangat tergantung pada kesegaran
organ, artinya operasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah donor meninggal. Namun
demikian, donor tidak boleh dinyatakan meninggal secara dini atau kematiannya dipercepat
agar organ tubuhnya dapat segera dipergunakan.
Kriteria moral menuntut bahwa donor harus sudah meninggal dunia sebelum organ-
organ tubuhnya dipergunakan untuk transplantasi. Untuk menghindari terjadinya konflik
kepentingan, saat kematian hendaknya ditetapkan oleh dokter yang mendampingi donor pada
saat kematiannya, atau jika tidak ada, dokter yang menyatakan kematiannya. Dokter tersebut
tidak diperkenankan ikut ambil bagian dalam prosedur pengambilan atau transplantasi organ.
Dalam kaitan dengan hal tersebut diatas, maka definisi mati menjadi penting. Pasal
1g PP 18/1981 menyatakan bahwa mati adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan dan atau denyut jantung
seseorang telah berhenti. Secara medis definisi tersebut sudah lama ditinggalkan karena
kematian yang dianut saat ini adalah mati batang otak. Mati batang otak merupakan kematian
24
yang paling mudah dideteksi, karena untuk mendeteksinya tidak diperlukan peralatan yang
canggih. Adanya kematian batang otak ditandai oleh adanya gangguan pada refleks pupil
terhadap cahaya, refleks mata boneka, refleks kornea, EEG, TCD (untuk mengecek adanya
aliran darah ke otak).
Penentuan kematian harus dilakukan oleh dua orang dokter yang tidak ada sangkut
pautnya dengan dokter yang akan melakukan transplantasi (pasal 12 PP No 18/1981)
k. TRANSPLANTASI DARI DONOR HIDUP
Transplantasi organ dari donor hidup mendatangkan lebih banyak permasalahan dari
segi etika dan moral. Keberhasilan transplantasi ginjal yang pertama kali pada tahun 1954
telah menimbulkan perdebatan sengit di kalangan para teolog. Debat tersebut berfokus pada
prinsip totalitas, yang menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu seseorang diperkenankan
mengorbankan salah satu bagian atau salah satu fungsi tubuhnya demi kepentingan seluruh
tubuh. Sebagai contoh, seseorang diperkenankan mengangkat rahimnya yang terserang
kanker demi memelihara kesehatan seluruh tubuhnya. Sebagian teolog berargumen, bahwa
seseorang tidak dibenarkan mengangkat suatu organ tubuhnya yang sehat dan mendatangkan
resiko masalah kesehatan di masa mendatang, dengan mendonorkan satu ginjalnya yang sehat
untuk orang yang membutuhkan. Operasi ytang demikian menurut mereka mendatangkan
pengudungan (amputasi) yang tidak perlu atas tubuh dan karenanya merupakan tindakan
amoral.
Di pihak ada lain ada teolog yang pro transplantasi. Mereka berpendapat bahwa
orang sehat yang mendonorkan sebuah ginjalnya untuk orang lain yang membutuhkan,
sebenarnya melakukan tindakan pengorbanan yang sejati demi menyelamatkan nyawa orang
lain. Bagi mereka tindakan tersebut sesuai dengan ajaran yang menyatakan bahwa ”Inilah
perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak
ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya (Yoh 15: 12-13)”. Menurut meraka pengorbanan yang demikian, secara
moral dapat diterima apabila resiko celaka pada donor, yang mungkin terjadi akibat operasi
maupun akibat kehilangan organ tubuh, proporsional dengan manfaatnya bagi si penerima.
Dengan demikian, mereka berpendapat bahwa meskipun transplantasi organ tubuh dari donor
hidup tidak melindungi keutuhan anatomis atau fisik (yakni adanya kehilangan suatu organ
tubuh yang sehat), namun sungguh memenuhi totalitas fungsional (yakni terpeliharanya
25
fungsi dan sistem tubuh sebagai suatu kesatuan). Dengan demikian, seorang yang
mendonorkan satu ginjalnya yang sehat dan ia masih dapat memelihara kesehatannya dan
fungsi tubuhnya dengan satu ginjal yang tersisa, maka tindakan donor yang demikian secara
moral dapat diterima. Dengan alasan yang sama, maka seseorang tidak dapat mengorbankan
satu matanya untuk diberikan kepada seorang buta, sebab tindakan tersebut mengganggu
fungsi tubuhnya.
Gereja Katolik sendiri setuju dengan pemahaman belas kasihan dengan penafsiran prinsip
totalitas yang lebih diperluas. Paus Pius XII menggaris bawahi bahwa ”donor
mempersembahkan korban diri demi kebaikan orang lain. Paus Paulus II menyatakan bahwa
setiap transplantasi organ tubuh bersumber dari keputusan yang bernilai luhur, yakni
keputusan untuk memberi satu bagian dari tubuhnyha sendiri tanpa imbalan demi kesehatan
dan kebaikan orang lain. Disinilah tepatnya terletak keluhuran tindakan ini, suatu tindakan
yang merupakan tindakan kasih sejati. Bukan sekedar memberikan sesuatu yang adalah milik
kita, melainkan memberikan sesuatu yang adalah diri kita sendiri”. (Amanat kepada
partisipan Kongres Transplantasi Organ, 20 Juni 1991, No 3).
Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 4 persyaratan:
1. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan
oleh tindakan tersebut atas diri penerima
2. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor atau
fungsi tubuhnya.
3.Perkiraan penerimaan organ tersebut oleh penerima
4. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaram dan bebas, dengan mengetahui resiko
yang mungkin terjadi
l. LARANGAN DAN SANKSI HUKUM
Pelanggaran terbanyak atas aturan internasional adalah jual beli organ dalam rangka
transplantasi organ. Jual beli organ terjadi akibat tidak seimbangnya kebutuhan (need) dan
penawaran (demand) organ untuk keperluan transplantasi. Dalam kaitan dengan isyu ini,
China dianggap sebagai negara pelanggar terbesar. Sejak beberapa dekade terakhir,
transplantasi organ merupakan penyumbang devisa negara China yang amat besar. Besarnya
suplay organ, yang kebanyakan diperoleh dari narapidana tereksekusi, menyebabkan banyak
orang berbondong-bondong mencari organ di China. Pencarian organ yang bisa memakan
26
waktu berbelas tahun di negara lain, dapat diperoleh di China hanya dalam waktu beberapa
minggu. Banyaknya suplay, tingginya ketrampilan dokter dan harganya yang relatif
terjangkau membuat China menjadi tujuan pertama pasien-pasien yang memerlukan donor
organ. Ada kecurigaan, sejak tahun 2001 China telah melakukan pelanggaran Hak Azasi
Manusia karena telah mengeksekusi secara sengaja para pengikut Falun Gong yang dipenjara,
untuk diambil organ tubuhnya. Organ-organ ini lalu dijual kepada pasien yang membutuhkan
dengan mengambil keuntungan besar (laporan David Kilgour dan David Matas, 2007).
Dalam beberapa tahun terakhir transplantasi ginljal di China mencapay 41.500 kasus.
Berkaitan dengan hal ini, maka pada Istambul Summit yang diadakan pada pertengahan tahun
2008, dan dihadiri oleh 150 orang perwakilan ilmiah dan dokter dari 78 negara, pegawai
pemerintah, ilmuwan sosial dan pakar etika, semua menyatakan ikrar untuk menentang organ
trafficking (penjualan organ manusia), komersialisasi transplantasi (pengobatan organ
sebagai komoditas) dan transplant tourisme (turisme dalam rangka penyediaan organ untuk
pasien dari negara lain)
Dalam hukum di Indonesia, pada prinsipnya ada beberapa larangan:
1. Larangan komersialisasi organ atau jaringan tubuh: Pasal 16 PP 18/1981 menyatrakan
bahwa donor dilarang menerima imbalan material dalam bentuk apapun. Pasal 80
ayat 3 UU No 23/1992 menyatakan bahwa barangsiapa dengan sengaja melakukan
perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh atau
jaringan tubuh atau tranfusi darah dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan
pidana denda paling banyak 300 juta rupiah.
2. Larangan pengiriman dan penerimaan organ jaringan dari dan keluar negeri (pasal 19 PP
No. 18/1981)
Transplantasi adalah cara terakhir untuk membantu pasien yang memiliki kegagalan
fungsi dari salah satu nya / organ nya. dari sisi etika medis, tindakan ini harus dilakukan jika
ada indikasi, didasarkan pada beberapa pasal dalam KODEKI yaitu:
Pasal 2
Dokter harus selalu melakukan / profesinya sesuai dengan pengukuran tertinggi.
Pasal 10
setiap dokter harus selalu ingat dan tugas, untuk melindungi hidup seseorang
Pasal 11
27
setiap dokter harus jujur dan lurus ke depan dan menggunakan nya / pengetahuan dan
keterampilan untuk kebutuhan pasien.
Berdasarkan artikel di atas, sehingga seorang dokter harus menguasai,
mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi transplantasi untuk
pasien dan / nya manfaat keluarganya.
Dalam skenario di atas, disinggung pula mengenai etik transplantasi yakni yang
berhubungan dengan pendonoran organ. Dalam skenario, Ibnu Sabil mendonorkan sebagian
hatinya kepada ayahnya. Pendonoran tersebut diharapkan dapat dilakukan sesuai dengan etik
transplantasi. Sehingga segala prosedur yang dilakukan tidak akan menyimpang dari
peraturan yang ada.
VIII.6. Deontologi
Deontologi adalah sebuah pendekatan untuk sebuah etika bahwa hakim moralitas dari
suatu tindakan berdasarkan kepatuhan tindakan untuk sebuah aturan. Deontologists melihat
aturan dan tugas.
Hal ini kadang-kadang digambarkan sebagai "tugas" atau "kewajiban" atau "aturan" -
etika berbasis, karena aturan "mengikat anda untuk tugas anda" Istilah "deontologis" pertama
kali digunakan dalam cara ini pada tahun 1930, di CD Broad. buku, Lima Jenis Teori Etis.
Etika Deontologis umumnya kontras dengan konsekuensialis atau teori etika
teleologis, yang menurutnya kebenaran dari suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensinya.
Namun, ada perbedaan antara etika deontologis dan absolutisme moral. Deontologists yang
juga moral absolutis yakin bahwa beberapa tindakan yang salah tidak peduli apa konsekuensi
mengikuti dari mereka. Immanuel Kant, misalnya, berpendapat bahwa satu-satunya benar-
benar baik adalah akan baik, dan faktor penentu tunggal apakah suatu tindakan secara moral
benar adalah kehendak, atau motif dari orang yang melakukannya. Jika mereka bertindak atas
pepatah buruk, misalnya "Saya akan berbohong", maka tindakan mereka yang salah, bahkan
jika beberapa konsekuensi yang baik datang dari itu. Deontologists non-absolutisme, seperti
WD Ross, berpendapat bahwa konsekuensi dari suatu tindakan seperti berbohong kadang-
kadang bisa membuat berbohong yang tepat untuk dilakukan. Kant dan teori-teori Ross
28
dibahas lebih rinci di bawah. Jonathan Baron dan Mark Spranca menggunakan Lindung Nilai
istilah ketika mengacu pada nilai-nilai yang diatur oleh peraturan deontologis.
DeontologiEtika
Ketika CD Broad pertama kali menggunakan "deontologis" dalam cara yang relevan
di sini, dia kontras istilah dengan "teleologis", dimana "teleologis" teori adalah mereka yang
peduli dengan hasil atau konsekuensi. Broad perhatian utama adalah posisi yang
membedakan teori etika berbeda mengambil hubungan antara nilai-nilai dan tindakan yang
benar. Dia menulis:
"
[Teori] yang berpendapat bahwa ada hubungan khusus antara [Moral Kewajiban dan
Moral Nilai ].... mungkin mengambil bentuk sebagai berikut. Konsep kewajiban yang
mendasar dan konsep nilai yang didefinisikan dalam hal dari mereka. Jadi mungkin
berpendapat bahwa gagasan kewajaran adalah fundamental, dan bahwa "X adalah intrinsik
baik" berarti bahwa itu adalah pas untuk setiap rasional untuk teori X. keinginan tersebut bisa
disebut Deontologis. Konsep nilai yang mendasar, dan konsep kewajiban yang didefinisikan
dalam hal dari mereka. teori-teori tersebut dapat disebut teleologis. Misalnya, mungkin akan
berpendapat bahwa "X adalah sebuah tindakan yang benar" berarti bahwa X yang
kemungkinan akan menghasilkan konsekuensi yang setidaknya sama baiknya dengan orang-
orang tindakan lainnya yang terbuka bagi agen pada saat itu. (Bold cetak tidak dalam
dokumen asli).
Teori Perintah Ilahi
Meskipun tidak semua Deontologists bersifat keagamaan, banyak yang percaya
dalam The 'Ilahi Komando Teori'. 'Perintah Ilahi Teori adalah sekelompok teori terkait yang
menyatakan bahwa suatu tindakan benar jika Allah telah menyatakan bahwa itu adalah hak
[7] William Ockham, René Descartes dan Calvinis kedelapan belas-abad. Semua diterima
versi teori moral, menurut Ralph Cudworth, karena mereka semua berpendapat bahwa
kewajiban moral timbul dari perintah-perintah Allah [8] Perintah Ilahi Teori adalah suatu
bentuk deontologi karena menurut itu,. kebenaran tindakan apapun tergantung pada tindakan
29
yang sedang dilakukan karena merupakan tugas, bukan karena konsekuensi baik yang timbul
dari tindakan itu. Jika Allah memerintahkan orang-orang tidak bekerja pada hari Sabat, maka
orang bertindak benar jika mereka tidak bekerja pada hari Sabat karena Tuhan telah
memerintahkan bahwa mereka tidak melakukannya. Jika mereka tidak bekerja pada hari
Sabat karena mereka malas, maka tindakan mereka tidak benar-benar bicara "benar",
meskipun tindakan fisik yang sebenarnya dilakukan adalah sama. Jika Allah memerintahkan
untuk tidak mengingini barang-barang tetangga, teori ini menyatakan bahwa akan bermoral
untuk melakukannya, bahkan jika mengingini memberikan hasil yang menguntungkan dari
drive untuk berhasil atau melakukannya dengan baik.
Teori Immanuel Kant tentang etika dianggap deontologis alasan yang berbeda.
Pertama, Kant berpendapat bahwa untuk bertindak dengan cara dan secara moral yang
benar, orang harus bertindak dari kewajiban (Deon).
Kedua, Kant mengemukakan bahwa bukanlah konsekuensi dari tindakan yang
membuat mereka benar atau salah namun motif orang yang melakukan tindakan.
Dalam melakukan perbuatan baik, Ibnu Sabil telah menerapkan deontologi dalam
aplikasinya. Hal ini terbukti ketika Ibnu Sabil memberikan sebagian hatinya kepada ayahnya. Ini
merupakan suatu kewajiban dari seorang anak untuk menolong ayahnya yang saat itu berada dalam
keadaan butuh pertolongan.
VIII.7. Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh
seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha
(ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa
memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT yang artinya:
30
''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak
Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114).
Hadis yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya.
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak
berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam
kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah
tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum
sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang
kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang
lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar
hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat. Sedekah
lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam
arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari
sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang
mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan
kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh
tangan kanannya tersebut.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum
diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-
betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan,
para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan
disukai oleh pemiliknya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya;
''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).
Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia
berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang
berarti:
31
''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264).
Manfaat sedekah:
Mensucikan harta
Membuat harta bertambah
Menghindarkan balak
Merendahkan murka Allah
Menimbulkan rasa kasih saying
Mendapat pahala
Membendung 70 pintu bencana
Memadamkan dosa
Memadamkan panasnya siksa kubur
Dalam skenario, Ibnu Sabil telah bersedekah pada si pengemis yang kelaparan. Hal
ini membuktikan bahwa Ibnu Sabil telah melakukan suatu kebaikan. Telah dijanjikan bahwa
suatu kebaikan dalam bentuk apapun akan menerima balasannya pula. Hingga terbukti dalam
skenario, secara tidak langsung tiga peti emas adalah wujud balasan atau imbalan atas
sedekah (kebaikan) yang telah diperbuat oleh Ibnu Sabil. Oleh karena, diharapkan agar setiap
manusia dapat selalu bersedekah untuk sesama.
VIII.8. Pahala
Bimbingan untuk meraih pahala besar.
Setiap manusia mempunyai tabiat ingin meraih kebaikan yang banyak, baik dalam
materi duniawi maupun pahala ukhrawi, namun orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat lebih mengharapkan pahala akhirat dari kesenangan dunia yang sedikit, karena akhirat
itu lebih baik dan lebih kekal.
32
Ada beberapa perkara yang harus kita fahami, agar dapat meraih pahala besar :
1. Memahami syarat di terimanya amal.
Syarat diterimanya amal adalah ikhlas, beramal saleh, todak mempersekutukan, dan
berharap karidoan
2. Tidak ada pahala kecuali dengan niat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membagi niat menjadi dua : niat amal dan niat
idlofah, niat amal mempengaruhi sah atau tidaknya amal, sedangkan niat idlofah
mempengaruhi pahala atau siksa yang akan ia dapatkan.
Saudaraku, niat sangat mempengaruhi besar kecilnya pahala yang diraih oleh seorang
hamba sebagaimana yang telah terdahulu, namun niat mempunyai beberapa syarat
yang harus dipenuhi agar menjadi absah, yaitu :
a. Islam.
b. Tamyiz, Yaitu usia anak yang dapat membedakan, kebanyakan anak mumayyiz
pada umur tujuh tahun
c. Berilmu tentang apa yang ia niatkan.
Maksudnya ia harus mengetahui apakah ia akan ibadah wajib atau sunnah, tidak
boleh ibadah sunnah dengan niat ibadah wajib atau sebaliknya. Dan ini
menunjukkan bahwa seorang hamba harus menuntut ilmunya dahulu sebelum
beramal.
d. Antara niat dan perbuatan tidak saling bertentangan.
Maksudnya niat harus sesuai dengan apa yang akan ia lakukan, maka jika
seseorang berniat puasa namun tidak direalisasikan dengan perbuatannya, maka
ibadahnya tidak sah.
e. Niat harus berada di awal amal.
f. Niat harus selalu ada dari awal sampai akhir ibadah.
33
Maksudnya tidak boleh diputus, Maka orang yang lupa melakukan shalat dzuhur,
kemudian sholat ashar lalu ditengah sholat ia ingat belum melaksanakan sholat
dzuhur, kemudian ia langsung merubah niatnya menjadi sholat dzuhur, maka sholat
dzuhur dan ‘asharnya tidak sah, karena ia tidak memulai niat dari awal dan telah
memutus niatnya.
g. Tidak boleh ada dua niat dalam satu ibadah.
3. Bersikap sedang dalam melaksanakan sunnah lebih baik dari bersungguh-sungguh
dalam bid’ah.
4. Pahala ibadah dilipat gandakan bila bertepatan dengan waktu yang mulia.
5. Pahala ibadah dilipat gandakan bila bertepatan dengan tempat yang mulia.
6. Ibadah yang pahalanya menular kepada orang lain lebih utama dari ibadah yang
pahalanya hanya untuk diri sendiri.
7. Ibadah yang berhubungan dengan dzat ibadah lebih utama dari ibadah yang
berhubungan dengan tempatnya.
8. Bila bertemu dua ibadah yang sama-sama diperintahkan, maka di dahulukan yang
wajib dari ibadah yang sunnah.
9. Apabila bertemu dua kewajiban maka didahulukan ibadah yang paling wajib.
10. Ibadah yang lebih memperbaiki hati lebih utama dari yang tidak demikian.
11. Semakin sulit suatu ibadah semakin besar pahala yang diraih.
12. Suatu amal semakin besar manfaat, mashlahat dan faidahnya semakin besar pula
pahalanya.
13. Mengetahui ibadah yang paling utama.
Perbedaan Pendapat Mengenai Ibadah Yang Paling Utama
Kelompok Pertama
34
Ibadah yang paling utama menurut mereka adalah yang paling berat kepada jiwa, mereka
beralasan karena itu adalah yang paling jauh dari hawa nafsunya yang merupakan hakikat
ibadah, sedangkan besarnya pahala ibadah disesuaikan dengan kesulitan yang ada padanya.
Kelompok Kedua
Ibadah yang paling utama adalah zuhud dalam kehidupan dunia, mempersedikit darinya
semampu mungkin, dan mereka terbagi menjadi dua kelompok :
Kelompok Ketiga
Ibadah yang paling utama menurut mereka adalah yang manfaatnya menular kepada orang
lain, sehingga mereka memandang bahwa membantu fakir miskin, sibuk dengan mengurus
kemashlahatan manusia dan memenuhi kebutuhan mereka, serta membantu dengan harta dan
kedudukan adalah ibadah yang paling utama.
Kelompok Keempat
Ibadah yang paling utama adalah mencari keridloan Allah pada waktunya masing-masing
sesuai dengan (ibadah) yang ada pada waktu tersebut. Yang paling utama di waktu jihad
dikumandangkan adalah berjihad, walaupun harus meninggalkan wirid yang biasa dilakukan,
atau meninggalkan sholat malam, bahkan meninggalkan menyempurnakan sholat fardlu.
Setiap melakukan suatu perbuatan, jarang sekali orang melakukannya tanpa suatu
tunjuan. Tentunya, dalam suatu tindakan tersebut, awalnya akan berorientasi pada suatu
tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibnu Sabil. Dalam melakukan
perbuatan baik, ia berharap akan mendapat pahala dari buah kebaikaannya (selain
kesembuhan ayahnya). Dengan hal ini, maka akan timbul motivasi dalam diri Ibnu Sabil
untuk melakukan perbuatan baik.
VIII.9. Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores kata jamak dari mos yang berarti
adat kebiasaan, susila. Jadi, moral adalah prilaku yang sesuai dengna ukuran-ukuran tindakan
yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
35
Moralisasi, berarti uraian tentang perbuatan & kelakuan yang baik.
Moral dalam istilah dipahami juga sebagai :
Prinsip hidup yang berkenaan dengna benar & salah, baik & buruk.
Kemampuan untuk memahami perbedaan benar & salah.
Ajaran / gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Moral dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat setiap manusia sebagai suatu
penngejewantahan dari pancaran illahi.
2. Moral terapan, yaitu moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran filosofis, agama,
adat yang menguasai pemutaran manusia.
Moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi, sehingga dinyatakan baik/buruk,
benar/salah. Faktor penentu moralitas manusia adalah motivasi, tujuan akhir, dan lingkungan
perbuatan. Moralitas dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Moralitas intrinsik, yaitu moralitas yang menentukan benar salahnya perbuatan
berdasarkan hakikatnya, terlepas dari pengaruh hukum positif.
2. Moralitas ekstrinsik, yaitu moralitas yang menentukan benar salahnya perbuatan
sesuai dengan sifatnya sebagai perintah / larangan dalam hukum positif.
Adanya moral dalam diri Ibnu Sabil merupakan salah satu faktor yang mendorong
Ibnu Sabil dalam melakukan perbuatan baik, yaitu ketika ia memberi makan kepada seorang
pengemis padahal ia sendiri dalam keadaan susah. Selain itu, Ibnu Sabil juga rela
mendonorkan sebagian hatinya untuk ayahnya dengan harapan ayahnya bisa sembuh. Kedua
hal ini telah membuktikan bahwa betapa pentingnya moral bagi seseorang, terutama dalam
berbuat kebaikan.
36
Daftar Pustaka
http://www.daaruttauhiidMessagBdaaruttauhiidDFW5BislamDWashilahsepotongroti.htm
www.c31.sabda.org/rating_tertinggi.htm
www.meiliemma.wordpress.com
http://abuyahyabadrusalam.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=52:bimbingan-untuk-meraih-pahala-
besar&catid=10:fiqih-dan-hadits&Itemid=22
http://'transplantasi organ dan aspek medikolegalnya',djajasurya's blog message on
Netlog.mht
http://en.wikipedia.org/wiki/Deontological_ethics
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/transplantasi-organ-dan-jaringan-
tubuh.html
http://www.lfip.org/english/pdf/baliseminar/Aspek%20moral%20dan%20etika%20dalam
%20penegakan%20hukum%20intl%20-%20sumaryo%20suryokusumo.pdf
http://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/surga.htm
Nasution, Prof. Dr. Harun. 1985. Islam ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid II.
Jakarta : UIP
Nasution, Prof. Dr. Harun. 1992. Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta :
Bulan Bintang
Madkour, Dr. Ibrahim. 1995. Aliran dan Teori Filsafat Islam. Jakarta : Bumi
Aksara
Qadir, C. A. 1989. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia
Nata, Dr. H. Abuddin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Anshari, Endang Saifudin. 1982. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu
Bakhtiar, Amsal. 1997. Filsafat Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu
http://filsafat.ugm.ac.id/download/artikel/ahmad_azhar_basyir.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab12-
agama_dan_filsafat.pdf
37
http://rizkisaputro.files.wordpress.om/2008/03/sedikit-tentang-filsafat-islam.pdf
38