DNa extraction.docx
-
Upload
maria-kordak -
Category
Documents
-
view
84 -
download
10
Transcript of DNa extraction.docx
Mariamariamariamariamariamariabnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdmghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
LAPORAN PRAKTIKUM
Ekstraksi DNA
7 Maret 2013
MARIA JENIFER KORDAK11 302 443
Kata Pengantar
Puji syukur kepada TUHAN yang Maha Esa, karena atas kehendak-Nya lah sehingga
Laporan Praktikum Ekstraksi DNA pada Capung ini bisa terlaksana dengan baik.
Terima kasih juga bagi kedua orang tua saya, bahkan orang tua asuh saya yang selalu
memberi motivasi dan dorongan kepada saya dalam menyelesaikan laporan ini.
Terlebih, terima kasih banyak juga bagi Dosen Pembimbing Mata Kuliah Biologi
Molekuler Bpk. Yeremia Mokosuli, S.Si., M.Si, yang selalu menemani dan membimbing
kami sehingga Laporan Praktikum ini bisa terselesaikan dengan baik.
Mohon maaf apabila dalam penyelesaian Laporan Praktikum ini terdapat kesalahan
atau kekeliruan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca, penulis harapkan demi
kemajuan penulisan laporan praktikum yang lebih baik.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Tondano, 13 Maret 2013
Hormat saya,
Penulis
MARIA J. KORDAK Page 2
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
DNA (Deoxyribonulceic acid) merupakan suatu jenis asam nukleat yang menyimpan
totalitas informasi genetik suatu makhluk hidup. Dimana DNA mengkode penghasilan
protein dalam tubuh, yang kemudian diolah oleh sel menjadi enzim, hormon, dsb., yang
berguna untuk kelangsungan hidup suatu spesies. Karena kalau tubuh manusia tidak memiliki
hormon, enzim, otomatis seluruh aktifitas metabolisme dalam dirinya tidak akan terjadi, dan
lama kelamaan sel akan mati.
Ekstraksi menurut Wikipedia Bahasa Indonesia adalah proses pemisahan suatu zat
berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya pelarut organik.
Ekstraksi atau isolasi asam nukleat adalah salah satu teknik dasar yang harus
dikuasai dalam mempelajari teknik biologi molekular. Tujuan dari ekstraksi atau isolasi asam
nukleat adalah membuang dan memisahkan asam nukleat dari komponen sel lainnya (protein,
karbohidrat, lemak, dll) sehingga asam nukleat yang diperoleh dapat dianalisis dan atau
dimodifikasi lebih lanjut dengan teknik biologi molekular lainnya.
Oleh karena pentingnya DNA dalam kehidupan makhluk hidup maka para ilmuwan
mencari cara untuk dapat memodifikasi DNA dan untuk keperluan molekuler selanjutnya
seperti pembuatan antibodi, hormon, dan sebagainya, dengan langkah awal ialah
mengekstraksi DNA dan mengetahui konsentrasi dan kemurniannya dalam suatu sampel.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mendapatkan DNA dari Capung
sekaligus mengetahui konsentrasi dan kemurniannya.
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dialaksanakan pada hari Rabu, 7 Maret 2013 pukul 08.30 – 13.00
WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado.
MARIA J. KORDAK Page 3
II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mengenal Capung
Capung atau sibar-sibar dan Capung Jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke
dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka
bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa daerah adalah
papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn), tjapung.
Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo
Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau
terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa
jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan
sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya.
a. Klasifikasi Capung
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Upaordo : Epiprocta
Infraordo : Anisoptera (Selys, 1854)
Suku : Aeshnidae, Austropetaliidae, Cordulegastridae, Corduliidae, Gomphidae,
Libellulidae, Macromiidae, Neopetaliidae, Petaluridae
b. Habitat dan Kebiasaan
Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau,
hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga
ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenisnya, umumnya jenis capung, merupakan penerbang
yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan
wilayah hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah
jauh.
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan
hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada
di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh
MARIA J. KORDAK Page 4
telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di
dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung
dewasa.
Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air,
dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai
hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan
memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama
empat bulan.
c. Macam-macam Capung
Pic 1 Aeshna cyanea female
Pic 2 Capung merah
Pic 3 Army dragonfly
MARIA J. KORDAK Page 5
Pic 4 Capung Kuning
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Capung
2. Ekstraksi DNA
Metode yang paling dikenal untuk ekstraksi/isolasi asam nukleat adalah metode
fenol/khloroform/isoamilalkohol. Metode ini sangat bermanfaat untuk aplikasi PCR karena
dapat membantu menghilangkan penghambat PCR yang terdapat pada larutan ekstrak.
Metode ini akan menghasilkan lapisan air yang mengandung asam nukleat, lapisan antara
fenol dan air yang berisi protein penghambat yang mengalami presipitasi dan polimer
(termasuk karbohidrat), dan lapisan khloroform-isoamilalkohol yang mengikat lemak. Setelah
ektraksi fenol ini, lapisan air dipindahkan ke tabung mikrosentrifus steril dan asam nukleat
dipresipitasi dengan menambahkan 3 M Sodium asetat pH 5,2 yang diikuti dengan pencucian
menggunakan etanol 100% dilanjutkan dengan etanol 70% untuk membuang sisa fenol dan
garam. Meskipun sangat murah dan relatif mudah, yang perlu diingat adalah
phenol/khloroform/isoamilalkohol sangat toksik dan limbahnya perlu perlakukan khusus
sebelum dibuang.
Saat ini kita dapat menemukan berbagai macam metode ektraksi DNA. Para peneliti
selalu berusaha menyederhanakan tahapan yang digunakan atau mengurangi jumlah
perlakukan. Tahapan atau perlakuan yang terlalu panjang dan terlalu kompleks sering
meningkatkan resiko kegagalan, terutama bagi pemula. Tahapan atau perlakuan dalam
ekstraksi DNA juga dipengaruhi asal sel/jaringan target.
DNA biasanya diisolasi dari sel dengan menggunakan metode yang melisiskan sel
tetapi mencegah fragmentasi DNA. Langkah ini biasanya melibatkan EDTA
(ethylenediaminetetraacetic acid) yang dalam proses tersebut akan mengikat ion magnesium
(kofaktor yang dibutuhkan oleh enzim DNase). Idealnya dinding sel (jika ada) didigesti
secara enzimatis (misalnya dengan enzim lisosim). Selanjutnya membran sel sebaiknya
MARIA J. KORDAK Page 6
disolubilisasi dengan detergen. Jika disrupsi fisik dibutuhkan sebaiknya dilakukan seminim
mungkin. Dalam proses disrupsi ini enzim nuklease yang terlepas dari komponen selular
dapat mencerna asam nukleat secara efisien, sehingga kerja enzim nuklease harus dihambat.
Disrupsi sel dan sebagian besar langkah selanjutnya sebaiknya dilakukan pada suhu 4 0C,
menggunakan alat yang terbuat dari gelas dan larutan yang telah di-autoclave (fungsi
autoclave adalah untuk menghancurkan aktivitas DNase pada alat atau larutan tersebut).
Setelah melepaskan asam nukleat dari sel, RNA dapat dihilangkan dengan penambahan
RNase yang telah diterapi panas untuk menginaktivasi DNase kontaminan (RNase relatif
stabil terhadap panas karena adanya ikatan disulfida yang akan menyebabkan proses
renaturasi ketika didinginkan). Kontaminan mayor lainnya, yaitu protein, dihilangkan dengan
dengan larutan fenol atau campuran fenol-khloroform (keduanya akan mendenaturasi protein
tetapi tidak mendenaturasi asam nukleat). Setelah campuran tersebut dibuat menjadi emulsi,
dilakukan pemusingan. Setelah pemusingan akan terbentuk bagian organik di bagian bawah
dan bagian aqueous di bagian atas dipisahkan lapisan yang terdiri dari protein yang
terdenaturasi. Cairan aqueous diambil dan dideproteinisasi beberapa kali sampai tidak ada
lagi material yang terlihat pada lapisan tengah. Kemudian DNA yang sudah tidak
mengandung protein ini dicampur dengan dua bagian etanol. DNA akan menjadi presipitat,
terpisah dari larutan sampel tersebut. Setelah dipusingkan, pelet DNA kemudian dilarutkan
kembali.
Secara umum mekanisme isolasi total DNA seluler secara konvensional adalah
sebagai berikut:
1. homogenisasi sel/jaringan (dalam suhu 4 0C, semua bahan dan peralatan steril)
2. lisis seluler (dengan detergen atau lisosim)
3. penambahan chelating agents: EDTA/sitrat
4. penambahan proteinase (proteinase K)
5. ekstraksi fenol (atau fenol-khloroform)
6. presipitasi alkohol (70% atau 100% etanol)
7. pelarutan kembali DNA, misalnya dengan bufer TE (Tris-EDTA)
Beberapa senyawa mempunyai fungsi multipel dalam protokol ekstraksi asam nukleat.
Agen chaotropic seperti GuSCN (guanidine isothiocyanate), NaI (sodium iodide), dan LiCl
(lithium chloride) memiliki kemampuan untuk menghancurkan kapsul lemak dan merusak
integritas sel, denaturasi protein dan menginaktivasi nuklease. GuSCN dengan molaritas di
atas 4 M dapat mempresipitasi DNA dan RNA berberat molekular tinggi. Dalam lingkungan
yang tinggi garam chaotropic ini senyawa silika dapat berikatan secara spesifik dengan
MARIA J. KORDAK Page 7
molekul DNA dan RNA, sedangkan lemak dan protein kontaminan hanya mempunyai
afinitas yang moderat terhadap silika sehingga dapat dicuci bersih darinya. Absorbsi asam
nukleat pada matriks silika meningkat pada pH asam dan konsentrasi garam yang tinggi,
sehingga larutan bufer yang mengandung pH yang tinggi dan konsentrasi garam yang rendah
dapat digunakan untuk mencuci-lepaskan asam nukleat dari matriks silika. Cara lain
pemanfaatan silika dalam proses ekstraksi asam nukleat adalah dengan melakukan perubahan
kimia pada matriks silika sehingga akan secara spesifik berikatan dengan protein atau
polisakarida (prosesnya berkebalikan dengan penjelasan sebelumnya). Ekstraksi asam nukleat
berbasis silika ini telah menjadi dasar metode ekstraksi asam nukleat kit komersial. Matriks
silika dalam kit komersial tersebut dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti filter
(spin column), gel (glassmilk, silica gel), suspensi (celite, plain-coarse silicate), bahkan
partikel berselubung magnetik (Dynabeads). Filtrasi, sentrifugasi, atau penggunaan magnet
memungkinkan pemisahan asam nukleat yang berikatan dengan silika dari kontaminasi
lemak, karbohidrat dan protein melalui langkah pembilasan yang multipel. Metode ini juga
mendasari pembuatan alat ekstraksi asam nukleat. Metode alternatif yang berbasis matriks
silika antara lain teknik hibridisasi fragmen asam nukleat yang menggunakan probe yang
didesain spesifik yang melekat pada matriks solid atau bead magnetik. Kelemahan umum
dari teknik penangkapan seperti ini adalah selama proses pelekatan dan cuci-lepas, dapat
terjadi fragmentasi dan hilangnya DNA target.
DNA juga dapat diisolasi dari organela spesifik atau partikel virus. Untuk ekstraksi
DNA semacam ini sebaiknya dilakukan isolasi organela target atau virus tersebut terlebih
dahulu sebelum dilakukan ekstraksi DNA-nya karena isolasi DNA target dari campuran DNA
(DNA total) relatif sulit. Jika dibutuhkan isolat DNA dengan kemurnian yang tinggi, DNA
dapat dimurnikan dengan density gradient centrifugation menggunakan CsCl (Caesium
chloride).
Untuk memeriksa integritas DNA dapat dilakukan dengan elektroforesis pada gel
agarose. Secara kasar gambaran yang diperoleh dari elektroforesis pada gel agarose tersebut
juga dapat digunakan untuk menaksir konsentrasi isolat DNA kita. Cara yang lebih akurat
untuk mengetahui konsentrasi dan kemurnian DNA yang diperoleh adalah dengan
menggunakan spektrofotometer UV. DNA untai tunggal mempunyai koefisien absorbsi
0,027, DNA untai ganda 0,02 dan RNA 0,025 g per-ml per-cm pada panjang gelombang
260 nm. Rasio absorbsi 260/280 nm dapat digunakan untuk mengetahui adanya kontaminasi
protein atau fenol (protein memiliki absorbsi maksimum pada 280 nm). Sampel DNA yang
murni memiliki rasio 260/280 nm sebesar 1,8-1,9, sedangkan sampel RNA yang murni 1,9-
MARIA J. KORDAK Page 8
2,0. Jika rasio tersebut di bawah 1,8 berarti ada ketidakmurnian yang signifikan yang masih
tertinggal di dalam sampel. Saat ini sudah banyak dijual alat spektrofotometer otomatik yang
secara otomatis mengkalkulasi rasio 260/280 nm dan kuantitas asam nukleat. Yang perlu
diingat dalam penggunaan spektrofotometer adalah jangan lupa untuk selalu melakukan
kalibrasi dengan larutan “blank” sebelum memeriksa konsentrasi asam nukleat sampel. Yang
digunakan sebagai “blank” adalah pelarut yang digunakan untuk melarutkan asam nukleat
yang diperiksa. (Sumber : afie.staff.uns.ac.id/.../2009/.../materi-asistensi-biom...)
MARIA J. KORDAK Page 9
III
METODOLOGI
1. Alat dan Fungsi
Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah sebagai berikut.
- Vortex : untuk mencapur komposisi sampel
- Tube : sebagai tempat menaruh sampel
2 ml collection tube
QIAshredder spin column
DNeasy mini spin column
Microcentrifuge tube
- Centrifuge : Tempat untuk memisahkan sampel yang padat dan yang ringan
- Micropipet : Sebagai pengukur volume yang akan digunakan
- Timbangan analitik : Sebagai tempat penimbangan sampel sebelum digunakan
- Nano-Photomer : Mesin yang dapat membaca konsentrasi dan kemurnian DNA suatu
sampel
- Lumpang porselen : Sebagai tempat menaruh es batu yang digunakan untuk inkubasi
- QIAcube : tempat melakukan ekstraksi dengan secara otomatis
- Dry Block Thermostat : inkubator suhu tinggi.
- Perangkat QIAcube : rotor adaptor, dan lain-lain.
Bahan
- Aluminium foil secukupnya : sebagai tempat menaruh sampel yang akan dihancurkan
- Sampel (Seluruh tubuh capung) bermassa 38,5 mg
- Buffer :
AP1
AP2
AP3/E
AW
AE
- Rnase A : sebagai pendegradasi RNA dalam sel
- Es batu : sebagai inkubator pada suhu rendah
d. Langkah Kerja
MARIA J. KORDAK Page 10
Sebagai larutan penyangga
Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Sampel ditimbang hingga mencapai 38,5 mg
2) Hancurkan secara manual, menggunakan alat-alat yang steril seperti collection tube dan
tip disposable
3) Masukkan sampel yang telah hancur ke dalam 2 ml collection tube
4) Tambahkan 400µl Buffer AP1 kemudian campurkan dengan menggunakan vortex
5) Masukkan 5µl Rnase kemudian vortex lagi
6) Inkubasi 10 menit pada Dry Block Thermostat, pindahkan sampel ke lubang yang lain
setiap 3 menit.
7) Tambahkan 130 µl buffer AP2 kemudian vortex
8) Centrifuge pada Tom centrifuge (centrifuge sederhana) selama beberapa detik
9) Inkubasi dengan es batu selama 5 menit
10) Sentrifius sampel selama 6 menit pada 13.000 rpm dalam suhu 250C.
11) Ambil lysate dengan mikropipet, pindahkan ke microcentrifuge tube yang baru
12) Sentrifius agar memisah antara sampel ringan dan padat
13) Tempatkan buffer di botol-botol baru yang akan ditempatkan pada QIAcube. Buffer-
buffer tersebut ialah Buffer AP3, AE, dan AW.
14) Pada rotor adaptor yang akan ditempatkan di dalam QIAcube, urutan penempaatan tube
(dari sebelah kiri) yaitu : Dneasy, QIAshredder mini spin column, 1,5 m collection tube.
Perhatian : Penutup tube-tube ini, yang samping kiri-kanannya dilekatkan pada sisi
kanan-kirinya seperti yang telah tersedia. Sedangkan untuk bagian tengahnya, penutup
tube harus dipotong karena tidak ada tempat untuk melekatkan penutupnya.
15) Keadaan rotor adaptors harus seimbang posisinya. Jika rotor adaptornya hanya satu,
tambahkan satu lagi di lubang yang sejajar dengan rotor yang pertama, tanpa harus
mengisi dengan tube-tube. Kemudian tempatkan rotor pada tempatnya.
16) Tempatkan lid pada tempatnya, dan tempatkan semua alat dan bahan yang harus tersedia
sesuai petunjuk pemakaian.
17) Jangan lupa untuk membuka penutup botol-botol buffer di dalam QIAcube dan tube
sampel.
18) Ikuti petunjuk yang ada dan mulailah mengekstraksi DNA menggunakan QIA cube.
19) Setelah melewati tahap Clear lysate, Blind, Wash, dan Elute, Ambil sampel dan sampel
siap di uji kemurniannya pada nano-spektometer.
20) Pada nano-photomer, ambil dulu dengan mikropipet DNA 0,7µl kemudian taruh di cufet
dan tutup dengan lid factor 10 kemudian klik sample. Maka muncullah hasil pembacaan
konsentrasi dan kemurnian DNA tersebut.
MARIA J. KORDAK Page 11
Perhatian : sebelum menaruh 0,7µl DNA pada cuvet, kosongkan dulu nanospektrometer
dengan menekan tombol “Blank”.
21) Didapatlah hasilnya.
MARIA J. KORDAK Page 12
IV
PEMBAHASAN
1. Data Hasil Pengamatan
Pada tahap terakhir DNA extraction, didapatilah konsentrasi dan kemurnian DNA tersebut.
Konsentrasi yang di dapat adalah 150 atau 15, sedangkan kemurniannya pada A260/A280 adalah
1,000 dan pada A260/A230 adalah 0,356.
2. Analisis Prosedur
Sampel yang berupa keseluruhan tubuh capung, pertama-tama ditimbang hingga mencapai
38,5 mg. Sebenarnya massanya tidak harus sama seperti itu , hanya saja untuk mencegah terjadinya
kekurangan DNA yang akan diuji kemurniannya, jadi diambil jalan untuk membuat massa sampel
lebih banyak dari sebelumnya. Setelah itu, hancurkan secara manual, menggunakan alat-alat yang
steril seperti collection tube dan tip disposable. Kemudian masukkan sampel yang telah hancur ke
dalam 2 ml collection tube yang masih baru. Setelah itu, tambahkan 400µl Buffer AP1 kemudian
campurkan dengan menggunakan vortex dan masukkan 5µl RNase kemudian vortex lagi. Selesai itu,
inkubasi 10 menit pada Dry Block Thermostat, pindahkan sampel ke lubang yang lain setiap 3 menit.
Tambahkan 130 µl buffer AP2 kemudian vortex dan kemudian centrifuge pada Tom centrifuge
(centrifuge sederhana) selama beberapa detik. Inkubasi dengan es batu selama 5 menit. Es batu itu
ditempatkan di lumpang porselen. Sentrifius sampel selama 6 menit pada 13.000 rpm dalam suhu
250C. Setelah itu, ambil lysate dengan micropipet, pindahkan ke microcentrifuge tube yang baru,
sentrifius agar memisah antara sampel ringan dan padat pada sentrifius sederhana. Lalu, tempatkan
buffer di botol-botol baru yang akan ditempatkan pada QIAcube. Buffer-buffer tersebut ialah Buffer
AP3, AE, dan AW.
Pada rotor adaptor, alat yang akan ditempatkan di dalam QIAcube, urutan penempatan tube
(dari sebelah kiri) yaitu : Dneasy, QIAshredder mini spin column, 1,5 m collection tube.
Perlu diperhatikan, penutup tube-tube ini, samping kiri dan kanan dilekatkan pada sisi kiri maupu
kanan seperti yang telah tersedia. Sedangkan untuk bagian tengahnya (tempat QIAshredder mini spin
column), penutup tube harus dipotong karena tidak ada tempat untuk melekatkan penutupnya. Karena
jika tidak demikian, mesin QIAcube tidak akan berhasil menghasilkan DNA yang utuh. Keadaan rotor
adaptorspun harus seimbang posisinya. Jika rotor adaptornya hanya satu, tambahkan satu lagi di
lubang yang sejajar dengan rotor yang pertama, tanpa harus mengisinya dengan tube-tube tadi.
Kemudian tempatkan rotor pada tempatnya. Tempatkan lid pada tempatnya, dan tempatkan semua
alat dan bahan yang harus tersedia pada tempatnya sesuai petunjuk pemakaian. Jangan lupa untuk
MARIA J. KORDAK Page 13
membuka penutup botol-botol buffer di dalam QIAcube dan tube sampel juga. Ikuti petunjuk yang
ada, dan mulailah mengekstraksi DNA menggunakan QIA cube. Setelah melewati tahap Clear lysate,
Blind, Wash, dan Elute, ambil sampel, kemudian lihat ada perbedaan antara sampel yang pertama
sebelum dimasukkan di QIAcube, warnanya menjadi bening. Kami berasumsi bahwa sampel tersebut
bukan lagi sampel yang tadi melainkan tinggal DNA saja. Sampel pun dibawa di ruang khusus, di
tempat dimana terdapat nano-photomer. DNA diuji kemurniannya menggunakan alat tersebut.
Dengan cara, DNA diambil sedikit demi sedikit dari tube menggunakan micropipet berskala kecil,
karena pada nano-photomer tidak boleh memasukkan tetesan DNA lebih dari 1 µl. Namun, sebelum
memasukkan DNA, mesin harus dikosongkan dengan menekan tombol “Blank” agar memudahkan
mesin membaca konsentrasi dan kemurnian DNA. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya
konsentraasi dan kemuian DNA dapat dibaca pada volume 0,7 µl dengan mnggunakan lidfactor 10.
Dan akhirnya, hasilnya keluar dengan menekan tombol “Sample”.
3. Analisa Hasil
Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya, hasil yang ditunggu-tunggu bisa di dapatkan,
dimana kami bisa melihat konsentrasi dan kemurnian dari DNA Capung tersebut. Dimana konsentrasi
yang didapat adalah 15 dan kemurnian pada A260/A280 adalah 1, dan kemurnian pada A260/A230
adalah 0,356. Namun, bila dilandaskan pada teori yang ada, dimana suatu DNA dikatakan murni bila
rasio A260/A280 yang didapatkan adalah 1,8-2,0. Sehingga, berpaling pada kemurnian yang didapat
saat ini, bisa dikatakan bahwa DNA yang didapat berarti ada ketidakmurnian yang signifikan
yang masih tertinggal di dalam sampel.
V
PENUTUP
MARIA J. KORDAK Page 14
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, kami menyimpulkan bahwa terdapat DNA dalam
sampel yang telah di ekstraksi dengan konsentrasi 15 dan kemurnian A260/A280 = 1, dan
pada A260/A230 = 0,356. Namun, kemurnian yang didapatkan belum dapat diakatakan murni
karena rasio kemurniaannya 1, yang berarti kurang dari 1,8. Sedngkan, rasio terendah suatu
kemurnian DNA adalah 1,8.
B. Saran
Saya harap, praktikum mengekstraksi DNA akan terus berlanjut bahkan sampai ke
generasi berikutnya, sehingga akan semakin banyak mahasiswa terlebih khusus mahasiswa
Program Studi Ilmu Biologi yang mengetahui dan mengerti Cara Mengekstraksi DNA pada
Capung. Dan semoga pada hari-hari yang mendatang, kami bisa mendapatkan DNA dengan
kemurniannya yang lebih baik.
MARIA J. KORDAK Page 15
GAMBAR
Sampel ditimbang
Gambar 1 Proses penghancuran sampel secara manual
Gambar 2 Sampel yang telah dihaluskan di masukkan ke dalam 2 ml collection tube
MARIA J. KORDAK Page 16
Gambar 3 Penambahan Buffer AP1 ke dalam tabung sampel
Gambar 4 Sampel dicampur dengan cara vortex
Pic 5 Penambahan Rnase
Pic 6 Vortex kembali
MARIA J. KORDAK Page 17
Pic 7 Inkubasi panas
Pic 8 Penambahan Buffer AP2 dan dilanjutkan dengan vortex
Pic 9 Tom Sentrifius (sentrifius sederhana)
Pic 10 Inkubasi dengan es batu
MARIA J. KORDAK Page 18
Pic 11 Senrifius 6 menit
Pic 12 Pemindahan lysate ke microcentrifuge yang baru dan kemudian di sentrifius
Pic 13 Lysate
Pic 14 Persiapan botol-botol Buffer
MARIA J. KORDAK Page 19
Pic 15 Rotor Adaptor, didalamnya DNeasy minispin column, QIAshredder mini spin column, 1,5 ml collection tube
Pic 16 Posisi penempatan rotor adaptor
Pic 17 Penempatan tip
Pic 18 Penempatan tube sampel
MARIA J. KORDAK Page 20
Pemrosesan dimulai
MARIA J. KORDAK Page 21
Pic 19 Proses selesai
MARIA J. KORDAK Page 22
Pic 20 DNA
Pic 21 Micropipet membuat volume menjadi 0,7 µl
Pic 22 Nano-photomer dikosongkan
Pic 23 Penempatan DNA di atas cuvet
MARIA J. KORDAK Page 23
Pic 24 Lidfactor 10
Pic 25 Hasil
MARIA J. KORDAK Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.2013. Ekstraksi, from http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi, 19 Maret 2013
Wikipedia.2013. Capung, from http://id.wikipedia.org/wiki/Capung, 18 Maret 2013
Anonymous.2009. Materi Asistensi Biomedik FK UNS 2009-Afiono Agung Prasetyo, from
afie.staff.uns.ac.id/.../2009/.../materi-asistensi-biom..., 18 Maret 2013
MARIA J. KORDAK Page 25