DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

25
Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 160 ISSN: 1411-9587 DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN PERAIRAN TAMBAK UDANG INTENSIF: SEBUAH ANALISIS KORELASI Phytoplankton Community And Water Quality Dynamics In Aquatic Environmrnt of Intensive Shrimppond: A Corelation Analysis Bambang Widigdo 1,2 * dan Yusli Wardiatno 2 1. Universitas Borneo Tarakan, Jl. Amal Lama No. 1, Tarakan, Kalimantan Utara 2. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680 *Penulis untuk korespondensi: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur komunitas fitoplankton di tambak dan perairan sekitarnya dan mengkaji korelasinya dengan kualitas perairan di lingkungan pertambakan udang intensif. Pengambilan sampel air dan fitoplankton dilakukan pada tujuh stasiun di lingkungan dan pada lima tambak. Analisis data yang digunakan adalah indeks similaritas dan analisis komponen utama. Komunitas fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 47 genera dari enam kelas yaitu Bacillariophyceae, Dinophyceae, Cyanophyceae, Chlorophyceae, Euglenophyceae, dan Chrysophyceae, dengan dominasi umum Kelas Bacillariophyceae. Sementara pada tambak didominasi oleh Cyanophyceae dan Chlorophyceae. Kelimpahan fitoplankton di tambak cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya DOC (Day Of Culture). Kelimpahan fitoplankton menurun pada saluran pembuangan utama (canal main outlet). Penurunan ini diduga akibat adanya percampuran air buangan dengan air laut dan efek sedimentasi di sepanjang saluran tersebut. Indeks similaritas memperlihatkan bahwa air buangan tambak tidak mempengaruhi kelimpahan fitoplankton di lingkungan perairan sekitar area pertambakan dikarenakan konsentrasi limbah yang mencapai lingkungan telah menurun akibat pengenceran pada saluran pembuangan utama. Kelimpahan fitoplankton di lingkungan perairan berkorelasi erat dengan Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN), Dissolved Inorganic Phosphate (DIP), dan TSS. Sedangkan di kolam budidaya (tambak), kelimpahan fitoplankton berkorelasi erat dengan DIP, kecerahan, dan salinitas. Kata kunci: fitoplankton, kualitas air, tambak udang, korelasi ABSTRACT The research was amied to reveal phytoplankton community in shrimp ponds and the surrounding waters, and to study the correlation between phytoplankton community and water quality. Water sample and phytoplankton collections were made in seven stations in the surrounding waters and in five shrimp ponds. Similarity index and principal component analyses are used for data analyses.The results showed that 47 genera phytoplankton from six classes (i.e. Bacillariophyceae, Dinophyceae, Cyanophyceae, Chlorophyceae, Euglenophyceae, and Chrysophyceae) were found, and it is dominated by Class Bacillariophyceae in the surrounding waters. While in the shrimp ponds, Cyanophyceae and Chlorophyceae were the two dominants. The abundance of phytoplankton tended to increase with DOC (Day Of Culture). In the shrimp pond area, especially in canal main outlet the abundance decreased due to mixing processes with sea water in the canal. Similarity index

Transcript of DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Page 1: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 160 ISSN: 1411-9587

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS PERAIRAN DILINGKUNGAN PERAIRAN TAMBAK UDANG INTENSIF: SEBUAH ANALISIS

KORELASI

Phytoplankton Community And Water Quality Dynamics In Aquatic Environmrnt ofIntensive Shrimppond: A Corelation Analysis

Bambang Widigdo1,2* dan Yusli Wardiatno2

1. Universitas Borneo Tarakan, Jl. Amal Lama No. 1, Tarakan, Kalimantan Utara2. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680*Penulis untuk korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur komunitas fitoplankton di tambak danperairan sekitarnya dan mengkaji korelasinya dengan kualitas perairan di lingkunganpertambakan udang intensif. Pengambilan sampel air dan fitoplankton dilakukan pada tujuhstasiun di lingkungan dan pada lima tambak. Analisis data yang digunakan adalah indekssimilaritas dan analisis komponen utama. Komunitas fitoplankton yang ditemukan terdiri dari47 genera dari enam kelas yaitu Bacillariophyceae, Dinophyceae, Cyanophyceae,Chlorophyceae, Euglenophyceae, dan Chrysophyceae, dengan dominasi umum KelasBacillariophyceae. Sementara pada tambak didominasi oleh Cyanophyceae danChlorophyceae. Kelimpahan fitoplankton di tambak cenderung meningkat seiring denganbertambahnya DOC (Day Of Culture). Kelimpahan fitoplankton menurun pada saluranpembuangan utama (canal main outlet). Penurunan ini diduga akibat adanya percampuran airbuangan dengan air laut dan efek sedimentasi di sepanjang saluran tersebut. Indeks similaritasmemperlihatkan bahwa air buangan tambak tidak mempengaruhi kelimpahan fitoplankton dilingkungan perairan sekitar area pertambakan dikarenakan konsentrasi limbah yang mencapailingkungan telah menurun akibat pengenceran pada saluran pembuangan utama. Kelimpahanfitoplankton di lingkungan perairan berkorelasi erat dengan Dissolved Inorganic Nitrogen(DIN), Dissolved Inorganic Phosphate (DIP), dan TSS. Sedangkan di kolam budidaya(tambak), kelimpahan fitoplankton berkorelasi erat dengan DIP, kecerahan, dan salinitas.Kata kunci: fitoplankton, kualitas air, tambak udang, korelasi

ABSTRACT

The research was amied to reveal phytoplankton community in shrimp ponds and thesurrounding waters, and to study the correlation between phytoplankton community and waterquality. Water sample and phytoplankton collections were made in seven stations in thesurrounding waters and in five shrimp ponds. Similarity index and principal componentanalyses are used for data analyses.The results showed that 47 genera phytoplankton from sixclasses (i.e. Bacillariophyceae, Dinophyceae, Cyanophyceae, Chlorophyceae,Euglenophyceae, and Chrysophyceae) were found, and it is dominated by ClassBacillariophyceae in the surrounding waters. While in the shrimp ponds, Cyanophyceae andChlorophyceae were the two dominants. The abundance of phytoplankton tended to increasewith DOC (Day Of Culture). In the shrimp pond area, especially in canal main outlet theabundance decreased due to mixing processes with sea water in the canal. Similarity index

Page 2: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 161 ISSN: 1411-9587

indicated that shrimp pond effluent did not affect phytoplankton community of thesurrounding waters. In the surrounding waters, phytoplankton abundance was significantlycorreated with Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN), Dissolved Inorganic Phosphate (DIP),and TSS. While in shrimp ponds, it was significantly correlated with DIP, transparency andsalinity.Keywords: phytoplankton, water quality, shrimp pond, correlation

PENDAHULUANegiatan budidaya udang selainmemberikan keuntungan ekonomisyang tinggi namun juga berpotensi

berdampak negatif bagi lingkungan perairan(Burford et al., 2003). Kegiatan budidayaakan menghasilkan limbah berupa bahanorganik dan unsur hara terutama N yangbersumber dari sisa pakan dan eksresi(Jackson et al., 2003). Pengelolaan air berupapembuangan sebagian air dari tambak adalahupaya umum dalam pengelolaan untukmemastikan kualitas air yang baik bagipertumbuhan udang yang dipelihara. Airbuangan tambak yang mengandung nutriendan bahan tersuspensi tinggi ini berpotensimempengaruhi badan air penerima buanganserta dapat menstimulir ledakan pertumbuhanfitoplankton dan menyebabkan kondisianoksik (Naylor et al., 1998; Smith et al.,1999). Sekitar 80% dari nitrogen yangdimasukkan ke tambak sebagai pakan udangtidak membentuk biomassa udang dan akanterbuang (Briggs and Funge, 1994; Jacksonet al., 2003). Nitrogen sisa dalam tambakdapat berfungsi sebagai bahan bakar planktondan produksi mikrobial dalam tambaksehingga mampu menciptakan situasi negatifterhadap kualitas air dan sedimen tambak.Kondisi ini dapat menghasilkan komposisifitoplankton yang tidak dikehendakipengelola tambak (Moriarty, 1997; Burfordand Glibert, 1999). Dari sisi pemulihankondisi lingkungan secara alami, diperlukanluasan mangrove antara 2-22 hektar untukmengasimilasi buangan dari setiap hektartambak udang (Robertson and Phillips, 1995).

Fenomena umum yang terjadi diIndonesia dan wilayah lain di dunia, buangantambak yang mengandung 22-57% darinitrogen yang dimasukkan ke tambak akan

mengalir ke perairan sekitarnya baik itusungai, estuari atau perairan pantai(PaezOsuna et al., 1997; Funge-Smith andBriggs, 1998; Preston et al., 2000; Jackson etal., 2003). Hal ini akan menimbulkaneutrofikasi di badan penerima buangan(Sansanyuth et al., 1996; Naylor et al., 1998).Terkadang pula air buangan ini dipakaisebagai sumber air masukan bagi tambaklainnya. Mekanisme yang demikian dapatmenjadi sumber penyebaran penyakit daritambak ke tambak (Pruder, 1992).

Penelitian tentang efek buangantambak terhadap kualitas lingkungan perairanbadan air penerima relatif terbatas dan datayang ada kerap bercampur dengan efekkegiatan lain seperti pertanian, pemukimanatau industri lain (Grant et al., 1995; Jones etal., 2001). Penelitian-penelitian denganparameter fisika-kimia telah mengidentifikasibahwa gejala buangan tambak (e.g.peningkatan nutrien dan konsentrasi klorofil)hanya dapat terukur pada lokasi yangberdekatan dengan sumber buangan (Hensey,1991; Samocha and Lawrence, 1997),padahal faktanya pengaruh secara biologidapat mencapai jarak yang lebih jauh (Joneset al., 2001).

Kualitas air lingkungan perairanterkait dengan pengembangan perikananbudidaya menjadi perhatian dunia saat ini,mengingat timbulnya sejumlah efek negatifyang tercatat pada beberapa lokasi(Landesman, 1994; Lacerda et al., 2006). Halumum namun penting adalah bahwa kualitasair akan mempengaruhi pertumbuhan optimaludang dan panen di tambak. Secara klasik,kajian tentang kualitas air akanmengkombinasikan parameter fisika-kimiadan indikator biologi (Jones et al., 2001).Fakta memperlihatkan bahwa pada budidaya

K

Page 3: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 162 ISSN: 1411-9587

tambak intensif melibatkan penambahanpakan buatan, pupuk, dan bahan kimia lainuntuk menstabilkan dasar tambak, sehinggapenggunaan parameter fisika-kimia untukmengkaji secara akurat di dalam tambak danlingkungan sekitarnya menjadi tidak cukup(Wolanski et al., 2000). Tambahan lagi,adanya kelangkaan informasi dalampenggunaan komunitas plankton sebagaiindikator biologi terkait dengan kualitas airdalam sistem akuakultur, terutama dilingkungan perairan laut.

Oleh karena itu, parameter biologidapat digunakan untuk mengkaji efekbuangan tambak sebagai tolok ukurkeberhasilan pengelolaan tambak dalam artiyang memiliki efek minimal terhadaplingkungan sekitarnya. Cakupan penelitianini meliputi bagian perairan sebelum adanyakegiatan tambak, lingkungan di dalamkawasan tambak, dan perairan sekitarnyasetelah menerima buangan tambak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuistruktur komunitas fitoplankton sertakaitannya dengan parameter fisika-kimia ditambak dan lingkungan perairan sekitarnya.

BAHAN DAN METODEWaktu dan lokasi penelitian

Pengambilan contoh air danfitoplankton dilaksanakan di kawasan tambakudang intensif PT. Centralpertiwi Bahari(CPB) pada bulan Mei sampai September2008. Sampel diambil dari lingkungan sekitarkawasan tambak dan dari dalam kolambudidaya (tambak).

Pengambilan sampel di lingkungandilakukan sebanyak tiga kali, yaitu bulan Juli,Agustus, dan September 2008. Lokasidiamati tujuh titik yang meliputi sungai,muara, dan pintu utama air masuk kawasan,masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Lokasi stasiun pengambilan contoh di lingkungan sekitar kawasan dan karakteristikmasing-masing stasiun

StasiunLetak Geografis

KarakteristikLS BT

14°38’2,2’’ 105°47’0,6’’ Badan sungai Way Terusan yang belum terkena

dampak aktivitas kawasan2 4°38’54,1’’ 105°53’21,1’’ Air laut yang digunakan untuk budidaya3 4°38’35,7’’ 105°53’40,8’’ Titik pembuangan sisa budidaya (sebelum pompa 71)4 4°38’35,7’’ 105°53’37,8’’ Titik pembuangan sisa budidaya (setelah pompa 71)5 4°40’28,9’’ 105°51’19,1’’ Perairan umum yang menerima buangan budidaya6 4°38’00,7’’ 105°53’22,6’’ Perairan umum yang menerima buangan budidaya7 4°40’41,4’’ 105°51’40,8’’ Muara sungai Way Terusan

Sampel di dalam kawasan diambil dari 5tambak (kolam budidaya) dimulai dari awalbudidaya hingga mendekati panen setiap 10hari. Adapun kelima tambak yang diamatiadalah 71.09.21; 71.09.22; 71.09.23;71.10.22; 71.10.23 dan lokasi kelima tambaktersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Identifikasi sampel plankton dilakukanmenggunakan mikroskop, Sedgewick RafterCounting Cell, dan buku identifikasiplankton dari Yamaji (1996) dan Mizuno(1979). Bahan yang digunakan untukmengawetkan plankton adalah larutan lugol.

3

Page 4: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 163 ISSN: 1411-9587

Gambar 1. Lokasi stasiun pengambilan contoh

Pengambilan contoh air dan fitoplanktonFitoplankton

Sampel fitoplankton diambil di kolomair bagian atas (permukaan) menggunakanSimple Sampler lalu disaring menggunakan

plankton net dengan mesh size 24 µm.Volume air yang disaring tergantung daritingkat kepekatan air yaitu di stasiun 1sebanyak 100 liter, stasiun 2 dan 7 masing-masing sebanyak 20 liter dan stasiun 3, 4, 5,

Page 5: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 164 ISSN: 1411-9587

6 masing-masing sebanyak 10 liter.Sementara itu volume sampel air yang

disaring dari kolam budidaya berkisar antara0,6 - 6 liter (Tabel 2).

Tabel 2. Volume air yang disaring selama pengamatan pada tambak (kolam budidaya).

DOC 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110Volume(liter)

6 6 6 6 1,2 1,2 1,2 1,2 0,6 0,6 0,6 0,6

Sampel fitoplankton yang tersaringkemudian dimasukkan ke dalam botol sampelberukuran 50 ml dan diawetkanmenggunakan 3 - 5 tetes larutan lugol.Selanjutnya dilakukan identifikasi diLaboratorium Integrated Quality Assurance(IQA) PT. Centralpertiwi Bahari. Identifikasifitoplankton dilakukan dengan metode strippada Sedgewick Rafter Cell (SRC) di bawahmikroskop dengan perbesaran 100 kali.Pengukuran parameter fisika-kimia perairan

Parameter yang diukur terdiri dariparameter yang diukur secara in situ dan

diukur di laboratorium. Parameter fisika-kimia yang diukur disajikan dalam Tabel 3.Parameter yang diukur langsung di lokasi (insitu) adalah suhu, pH, kecerahan, salinitas,dan oksigen terlarut. Contoh air yang tidakdapat dianalisis secara langsung di lapangandiambil menggunakan simple sampler dipermukaan. Air yang didapat dimasukkan kedalam botol sampel plastik berukuran 600 mldan dianalisis di Laboratorium IntegratedQuality Assurance (IQA) PT. CentralpertiwiBahari.

Tabel 3. Parameter fisika dan kimia yang diukur.

No. Parameter Unit AlatA. Fisika

1 Suhu °C DO meter YSI 51 B2 Kecerahan Cm Secchi disk3 TSS mg/l Kertas saring, vacum pump, timbangan analitik4 Salinitas psu Refraktometer

B. Kimia5 pH - pH meter6 DO mg/l DO meter YSI 51 B7 Amonia mg/l Spektrofotometer8 Nitrit mg/l Spektrofotometer9 Nitrat mg/l Spektrofotometer

10 Orthofosfat mg/l Spektrofotometer

Analisis dataAnalisis data yang digunakan pada penelitianini adalah Uji Kruskal-Wallis, IndeksSumilaritas dan Analisis Komponen Utama.Penghitungan dibantu dengan programkomputer yang relevan. Uji Kruskal-Wallisdigunakan untuk mengetahui apakah terdapatperbedaan kelimpahan fitoplankton padaumur budidaya (DOC) yang diamati. IndeksSimilaritas digunakan untuk melihat indikasi

adanya dampak air buangan terhadaplingkungan sekitar tambak berdasarkanpengelompokan stasiun dengan datakelimpahan fitoplankton. Sedangkan AnalisisKomponen Utama untuk menentukankorelasi parameter fisika-kimia dengankomunitas fitoplankton.

Page 6: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 165 ISSN: 1411-9587

HASIL DAN PEMBAHASAN

FitoplanktonFitoplankton yang ditemukan di

seluruh stasiun terdiri dari 47 genera darienam kelas. Keenam kelas tersebut antaralain Bacillariophyceae (23 genus),

Dinophyceae (8 genus), Cyanophyceae (11genus), Chlorophyceae (2 genus),Euglenophyceae (1 genus), danChrysophyceae (2 genus). Adapun genusyang ditemukan pada masing-masing kelasdapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Genus fitoplankton yang ditemukan selama pengamatan di seluruh stasiun

Kelas GenusBacillariophyceae Amphiphora, Asterionella, Bacteriastrum, Biddulphia,

Cerataulina, Chaetoceros, Coscinodiscus, Cyclotella,Ditylum, Gyrosigma, Melosira, Navicula, Nitzschia,Pleurosigma, Rhizosolenia, Skeletonema, Stephanodiscus,Straurastrum, Streptotecha, Thallassionema, Thallassiosira,Thallassiothrix, Triceratium

Dinophyceae Alexandrium, Ceratium, Dinophysis, Gymnodinium,Noctiluca, Peridinium, Prorocentrum, Protoperidinium

Cyanophyceae Anabaena, Anabaenopsis, Aphanizomenon, Chroococcus,Coelosphaerium, Gomphosphaeria, Merismopedia,Microcystis, Nostoc, Oscillatoria, Spirulina

Chlorophyceae Closterium, OocystisEuglenophyceae EuglenaChrysophyceae Cosmocladium, Dictyocha

Komposisi fitoplanktonKomposisi fitoplankton di lingkungan

Komposisi kelas berdasarkankelimpahan fitoplankton yang ditemukanselama pengamatan didominasi oleh kelasBacillariophyceae (diatom) pada hampirsemua stasiun pengamatan kecuali stasiun 3dan 4. Hal ini sesuai yang dikemukakan olehRaymont (1963) dan Arinardi et al. (1994)bahwa kelas fitoplankton yang seringdijumpai di laut dalam jumlah yang besaradalah Kelas Bacillariophyceae. Nontji (2007)juga menyatakan bahwa fitoplankton yangbiasa atau umum tertangkap oleh jaringplankton umumnya tergolong dalam tiga

kelompok utama yakni diatom, dinoflagellatadan alga biru (blue-green algae). Casé et al.(2008) yang meneliti komposisi fitoplanktondi tambak udang di negara Brazilmenemukan juga dominasi diatom (KelasBacillariophyceae) hampir 70%. Di perairanIndonesia diatom paling sering ditemukan,baru kemudian dinoflagellata. Alga birujarang dijumpai, tetapi sekali muncul seringpopulasinya sangat besar. Namun, faktoryang menjadi penyebabnya tidak disebutkan.Persentase kelas fitoplankton yangditemukan pada masing-masing stasiunsetiap bulan dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 7: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 166 ISSN: 1411-9587

Gambar 4. Komposisi fitoplankton (%) berdasarkan kelimpahan dari masing-masing kelaspada setiap bulan pengamatan

Stasiun 1, 2, 5, 6, dan 7 didominasioleh kelas Bacillariophyceae denganpersentase berkisar 68,4 - 100 %. Persentasekelas Dinoflagellata berkisar 0 - 30,7 % danproporsi kelas-kelas lainnya hanyaditemukan di bawah 10 % dari total jenisfitoplankton yang dicacah. Proporsi kelasBacillariophyceae pada stasiun 3 dan 4 hanya1,2 - 66,8 %, sedangkan proporsi kelasCyanophyceae lebih besar yaitu 32,5 -97,3 %. Persentase kelas-kelas lainnya

ditemukan di bawah 10 %. ProporsiCyanophyceae yang tinggi di kedua stasiunini dapat disebabkan oleh rasio N : P yangrendah dimana rasio N : P yang terukurhanya sekitar 2 : 1. Baffico and Pedrozo(1996) menyatakan bahwa Cyanophyceaeditemukan lebih dominan pada rasio N : Pyang rendah yaitu di bawah 10 : 1. Hal inijuga didukung oleh pernyataan Plinski andJozwiak (1999) bahwa persentase alga hijaubiru meningkat pada saat rasio N : P adalah

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 166 ISSN: 1411-9587

Gambar 4. Komposisi fitoplankton (%) berdasarkan kelimpahan dari masing-masing kelaspada setiap bulan pengamatan

Stasiun 1, 2, 5, 6, dan 7 didominasioleh kelas Bacillariophyceae denganpersentase berkisar 68,4 - 100 %. Persentasekelas Dinoflagellata berkisar 0 - 30,7 % danproporsi kelas-kelas lainnya hanyaditemukan di bawah 10 % dari total jenisfitoplankton yang dicacah. Proporsi kelasBacillariophyceae pada stasiun 3 dan 4 hanya1,2 - 66,8 %, sedangkan proporsi kelasCyanophyceae lebih besar yaitu 32,5 -97,3 %. Persentase kelas-kelas lainnya

ditemukan di bawah 10 %. ProporsiCyanophyceae yang tinggi di kedua stasiunini dapat disebabkan oleh rasio N : P yangrendah dimana rasio N : P yang terukurhanya sekitar 2 : 1. Baffico and Pedrozo(1996) menyatakan bahwa Cyanophyceaeditemukan lebih dominan pada rasio N : Pyang rendah yaitu di bawah 10 : 1. Hal inijuga didukung oleh pernyataan Plinski andJozwiak (1999) bahwa persentase alga hijaubiru meningkat pada saat rasio N : P adalah

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 166 ISSN: 1411-9587

Gambar 4. Komposisi fitoplankton (%) berdasarkan kelimpahan dari masing-masing kelaspada setiap bulan pengamatan

Stasiun 1, 2, 5, 6, dan 7 didominasioleh kelas Bacillariophyceae denganpersentase berkisar 68,4 - 100 %. Persentasekelas Dinoflagellata berkisar 0 - 30,7 % danproporsi kelas-kelas lainnya hanyaditemukan di bawah 10 % dari total jenisfitoplankton yang dicacah. Proporsi kelasBacillariophyceae pada stasiun 3 dan 4 hanya1,2 - 66,8 %, sedangkan proporsi kelasCyanophyceae lebih besar yaitu 32,5 -97,3 %. Persentase kelas-kelas lainnya

ditemukan di bawah 10 %. ProporsiCyanophyceae yang tinggi di kedua stasiunini dapat disebabkan oleh rasio N : P yangrendah dimana rasio N : P yang terukurhanya sekitar 2 : 1. Baffico and Pedrozo(1996) menyatakan bahwa Cyanophyceaeditemukan lebih dominan pada rasio N : Pyang rendah yaitu di bawah 10 : 1. Hal inijuga didukung oleh pernyataan Plinski andJozwiak (1999) bahwa persentase alga hijaubiru meningkat pada saat rasio N : P adalah

Page 8: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 167 ISSN: 1411-9587

6,5 : 1. Dalam keadaan seperti ini N menjadifaktor pembatas di kolom air, sedangkanCyanophyceae mampu mengikat N dariudara bebas sehingga Cyanophyceae akanlebih cepat tumbuh dibandingkan kelas-kelaslainnya. Menurut Edhy et al. (2003),beberapa genus dari kelompokCyanophyceae yang berbentuk benangmemiliki sel khusus yang disebutheterocysta yang mampu mengikatnitrogen bebas dari udara (fiksasinitrogen), sehingga jenis ini dapatbertahan hidup dalam perairan yangmemiliki konsentrasi nitrogen yang rendahsementara jenis lain tidak dapatmelakukannya. Edhy et al. (2003)selanjutnya menambahkan jenis BGA adayang mengeluarkan racun penyebab bau

lumpur (Geosmin) sehingga udang atau ikanyang dibudidayakan berbau tanah (offflavour).

Penyebab lain tingginya persentaseCyanophyceae di stasiun 3 dan 4 adalahtingginya konsentrasi fosfat di lokasi ini danhal tersebut pernah dikemukakan olehProwse (1962) dan Mackentum (1969)bahwa jenis Cyanophyceae akanmendominasi perairan yang berkadar fosfatlebih dari 0,10 mg/l. Pada kedua lokasi inikadar rata-rata orthofosfat (DIP) yangdidapat dari tiga bulan pengamatan adalah0,93 mg/l dan 0,84 mg/l, berbeda denganstasiun-stasiun lainnya yang tidak melebihi0,10 mg/l. Rasio N : P dan konsentrasiorthofosfat (DIP) rata-rata dapat dilihat padaTabel 6.

Tabel 6. Rasio N : P dan konsentrasi orthofosfat (DIP) rata-rata selama pengamatan dilingkungan

ParameterStasiun

1 2 3 4 5 6 7N : P 61 13 2 2 8 12 11DIP (mg/l) 0,01 0,07 0,93 0,84 0,06 0,05 0,04

Rasio N : P yang optimal bagipertumbuhan fitoplankton adalah 16 : 1, rasioini disebut dengan Redfield Ratio (Sanders,2004). Rasio N : P di bawah 16 : 1mengindikasikan N menjadi faktor pembatasdan di atas 16 : 1 mengindikasikan P yangmenjadi faktor pembatas. Menurut Nontji(1984), rasio N/P di perairan terbukabiasanya hampir konstan yaitu sekitar 15 : 1,tetapi pada perairan di dekat pantai rasionyasangat bervariasi.

Arinardi et al. (1995) menyatakanbahwa genus predominan adalah genus yangmemiliki komposisi kelimpahan ≥10 % daritotal komposisi jenis fitoplankton yangditemukan pada masing-masing stasiunpengamatan. Genus predominan yang palingsering ditemukan di sekitar area pertambakanini adalah Skeletonema (dari kelasBacillariophyceae). Arinardi et al. (1997)menyatakan bahwa jenis fitoplankton

Skeletonema sp. Dapat memanfaatkan kadarzat hara lebih cepat daripada diatom lainnya.Hal tersebut dapat menjadi alasanSkeletonema lebih banyak ditemukandibandingkan dengan genus lainnya. Genusini ditemukan di hampir semua stasiunkecuali stasiun 3. Pada stasiun 3 lebih banyakditemukan fitoplankton dari genusOscillatoria dan Nostoc dan keduanyatermasuk ke dalam Kelas Cyanophyceae. Halini dikarenakan rata-rata rasio N : P padastasiun ini hanya 2 : 1 selama tiga bulanpengamatan. Pada stasiun 4 juga tercatatbahwa rasio N : P tidak begitu berbedadengan stasiun 3. Akan tetapi, air padastasiun ini telah bercampur dengan air laut disekitar area pertambakan sehinggafitoplanktonnya pun ikut tercampur. Genuspredominan yang ditemukan di stasiun 4adalah Skeletonema dan Oscillatoria.

Page 9: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 168 ISSN: 1411-9587

Stasiun 1 juga memiliki ciri tersendirikarena fitoplankton di daerah ini lebihdidominasi oleh genus Coscinodiscus (dariKelas Bacillariophyceae). Meskipundemikian Skeletonema masih ditemukan dantergolong juga ke dalam genus predominan.Pada stasiun 1 ditemukan fitoplankton yangkurang baik pada saat pengamatan bulanAgustus 2008 yaitu Prorocentrum (dariKelas Dinophyceae). Genus ini tergolong kedalam Kelas Dinoflagellata dimana dalamjumlah yang besar dapat menimbulkanfenomena pasang merah (red tide).

Beberapa jenis dari Dinoflagellatadiketahui dapat menimbulkan kematianmassal pada ikan-ikan yang di perairansekitar timbulnya red tide. Dinoflagellatajuga dapat secara langsung membahayakanudang karena menimbulkan penyakit yangdisebut Blunted Head Syndrom yaituterjadinya pengikisan di kepala bagiananterior (rostrum dan antennula).Keterdapatan Dinoflagellata di sekitar areapertambakan perlu diwaspadai apalagisampai ditemukan sebagai genus predominan.Oleh karena itu, upaya monitoring yang rutindan data yang reliable merupakan langkahawal yang tepat untuk memastikankeberhasilan suatu usaha budidaya. Secaraspasial komposisi jenis fitoplankton adalahsebagai berikut :1. Perairan umum di sekitar kawasan

didominasi oleh fitoplankton kelasBacillariophyceae. Pada stasiun 2, 5, 6dan 7 didominasi oleh Skeletonema. Padabadan Sungai Way Terusan (stasiun 1)didominasi oleh Coscinodiscus.

2. Lokasi sekitar pompa pembuangan utamadimana belum terjadi atau baru terjadisedikit percampuran dengan air lautdidominasi adalah fitoplankton dari kelasCyanophyceae seperti Oscillatoria danNostoc serta kelas Bacillariophyceaeseperti Skeletonema.

Komposisi fitoplankton di dalam kolambudidaya

Jumlah kelas fitoplankton di dalamkolam budidaya sama seperti di lingkungan

yaitu Bacillariophyceae, Dinophyceae,Cyanophyceae, Chlorophyceae,Euglenophyceae, dan Chrysophyceae.Kelimpahan masing-masing kelas selamamasa budidaya dari rata-rata 6 petakbudidaya dapat dilihat pada Gambar 5.Persentase Bacillariophyceae di dalam kolambudidaya tidak sebanyak di lingkungan.Cyanophyceae ditemukan dominan dari awalhingga pertengahan masa budidaya sekitarDOC 80 dan kondisi fitoplankton seperti inikurang baik untuk udang. KelimpahanCyanophyceae yang tinggi tersebutdisebabkan oleh rasio N : P yang rendahdimana rasio N : P yang terukur dari awalhingga akhir budidaya tidak melebihi 2 : 1.Jumlah Chlorophyceae kemudian meningkatdengan cepat mulai DOC 80 hingga panendan penyebabnya masih belum diketahui.Cyanophyceae dan Dinophyceae merupakankelas yang tidak diinginkan karena keduakelas tersebut dapat menghasilkan racun bagiudang.

Menurut Lovell dan Sacky (1973)alga hijau biru mampu menghasilkangeosmin dan 2-methylisoborneol yangkemudian dieksresikan ke dalam perairan dandiserap oleh biota air sehingga organismeyang dibudidayakan berbau tidak sedap.Kelas Dinophyceae menghasilkan racun PSP(Paralytic Shellfish Poisoning), NSP(Neurotoxic Shellfish Poisoning) dan DSP(Diarrheic Shellfish Poisoning). Fitoplanktonyang diharapkan untuk tumbuh adalah darikelas Chlorophyceae dan Bacillariophyceaekarena kedua kelas ini dapat dijadikansebagai pakan alami bagi udang selainsebagai penambah oksigen di kolom air.Secara umum, keenam petak budidaya yangdiamati didominasi oleh Cyanophyceae danChlorophyceae. Boyd (1990) menyatakanbahwa pada tambak di bagian SelatanAmerika biasanya alga hijau dan hijau-biruditemukan dalam jumlah sangat banyakdengan persentase mencapai 90 % atau lebihsaat musim panas.

Page 10: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 169 ISSN: 1411-9587

Gambar 5. Kelimpahan dari masing-masing kelas fitoplankton selama satu siklus budidaya(sel/l)(a) tanpa Cyanophyceae, Chlorophyceae, dan Euglenophyceae(b) dengan Cyanophyceae, Chlorophyceae, dan Euglenophyceae

Jika keenam kelas tersebut dijabarkan lebihspesifik ke dalam genus, maka akanditemukan 18 genus predominan selamakurun waktu satu siklus budidaya. Genuspredominan yang paling sering munculadalah Oscillatoria dan Oocystis. Oocystismerupakan genus yang baik untukberkembang di dalam tambak. Akan tetapilain halnya dengan Oscillatoria, genus inisebenarnya tidak diharapkan untuk tumbuhkarena dapat menghasilkan racun yang

berbahaya bagi udang. Menurut Isnansetyodan Kurniastuty (1995), alga hijau-biru dariFamilia Oscillatoriaceae diketahui dapatmenimbulkan sindroma hemocytis enteristispada krustasea dan ikan. Di tambak udangLitopenaeus vannamei di negara Brazil Caséet al. (2008) menemukan beberapa spesiesyang sering muncul seperti Pseudoanabaenalimnetica cf., Scrippsiella trochoidea,Gymnodinium sp., Cyclotella meneghiniana,dan Chlorella sp. Smith (1983) melaporkan

Page 11: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 170 ISSN: 1411-9587

bahwa rasio beban nutrien dapatmenyebabkan efek selektif yang kuatterhadap komunitas fitoplankton. Diekosistem perairan dangkal seperti tambak,ketersediaan fosfor dan nitrogen di airinterstitial dapat menjadi sumber tambahannutrien bagi ledakan populasi fitoplankton.Ditambahkan juga, sekitar 80% nitrogenyang masuk ke tambak melalui pakan udangtidak terkonversi menjadi biomassa udang,malahan berfungsi sebagai sumber nutrienfitoplankton (Sanders et al., 1987).

Kelimpahan fitoplanktonKelimpahan fitoplankton di lingkungan

Pada Gambar 6 terdapat variasibulanan kelimpahan fitoplankton secaratemporal. Adapun nilai total kelimpahanfitoplankton yang ditemukan padapengamatan bulan Juli dan Agustus masing-masing sebanyak 17.014.793 sel/l dan15.027.065 sel/l. Stasiun 1 pada bulan Julimemiliki nilai kelimpahan fitoplanktonterendah dari seluruh pengamatan dengannilai kelimpahan sebesar 552 sel/l dankelimpahan tertinggi terdapat di stasiun 3pada bulan Agustus yaitu sebanyak7.031.983 sel/l.

Pada bulan Juli 2008, kelimpahanfitoplankton setiap stasiunnya sangatbervariasi pada kisaran 552 – 6.978.933 sel/l.Pada bagian perairan yang sebelum adanyaarea pertambakan seperti sungai WayTerusan (1), kelimpahan fitoplankton yang

didapatkan paling rendah dibandingkanstasiun-stasiun lainnya yaitu 552 sel/l.Kelimpahan tertinggi terdapat di stasiun 4,yaitu 6.978.933 sel/l dan diikuti oleh stasiun3 sebesar 5.764.117 sel/l. Hal tersebutdisebabkan oleh lokasi stasiun 3 dan 4merupakan point source buangan sisabudidaya udang yang berasal dari kawasan.Kelimpahan fitoplankton selanjutnyamenurun seiring dengan perjalanan airlimbah sepanjang saluran main outlet.Selama dalam saluran ini, air sisa budidayamengalami pengenceran oleh air laut karenapasang dan sedimentasi, sehingga pada saatmencapai ujung pertemuan dengan perairanumum, yaitu stasiun outlet CPB Way Seputih(5) dan outlet CPB Sungai Burung (6)kelimpahan fitoplankton telah menurunmasing-masing menjadi 1.055.900 sel/l dan2.636.783 sel/l. Kelimpahan fitoplankton diSungai Burung (6) relatif lebih tinggidibandingkan dengan outlet CPB WaySeputih (5) pada setiap bulan pengamatankarena letak stasiun 6 lebih dekat terhadapstasiun 4/pompa pembuangan utama yangmerupakan pusat pembuangan air sisabudidaya. Berdasarkan pengukuran pada peta,rasio jarak antara stasiun 5 - Pompa 71 :stasiun 6 - Pompa 71 adalah 6,4 : 1.Kelimpahan fitoplankton di stasiun 7 yangmerupakan ujung pertemuan muara SungaiWay Seputih dengan laut juga telah menurundibandingkan stasiun 5 dan 6, yaitu sebesar270.567 sel/l.

Page 12: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 171 ISSN: 1411-9587

Keterangan :St 1 : Sungai Way TerusanSt 2 : Pintu AirSt 3 : Sebelum Pompa Utama Blok 71St 4 : Setelah Pompa Utama Blok 71St 5 : Outlet CPB di Sungai Way SeputihSt 6 : Outlet CPB di Sungai BurungSt 7 : Muara

Gambar 6. Kelimpahan fitoplankton pada masing-masing stasiun

Kelimpahan fitoplankton secaraspasial pada bulan Agustus memiliki polayang hampir sama dengan bulan sebelumnya.Perbedaannya kali ini, kelimpahan tertinggiyaitu sebanyak 7.031.983 sel/l didapat distasiun 3, sedangkan yang terendah tidakberbeda dari bulan sebelumnya yakniditemukan di stasiun 1 dengan kelimpahansebesar 2.507 sel/l. Kelimpahan fitoplanktonyang ditemukan pada bulan Septemberberbeda dibandingkan dengan bulan-bulansebelumnya. Secara umum, kelimpahanfitoplankton meningkat di hampir semualokasi pengamatan, kecuali stasiun 3. Darisegi letak, stasiun 3 memang tidak terhubungdengan stasiun lainnya karena stasiun inimerupakan bagian dari saluran suboutletmodul 15 blok 71. Air pada stasiun 3 hanyaakan keluar menuju luar kawasan apabilapompa pembuangan utama dioperasikan.

Peningkatan paling signifikan terdapat distasiun 1 (Way Terusan) dimana terjadipeningkatan kelimpahan hingga 263 kalidibandingkan bulan sebelumnya dengan nilaikelimpahan sebesar 650.000 sel/l.Peningkatan populasi fitoplankton secaradrastis yang dikenal dengan istilah bloomingini mengindikasikan terjadinya penyuburanpada badan sungai tersebut.Kelimpahan fitoplankton di dalam kolambudidaya

Kelimpahan total rata-ratafitoplankton yang dikumpulkan dari enamkolam budidaya selama masa budidayaditunjukkan pada Tabel 7. Kelimpahanfitoplankton saat awal budidaya masihrendah yaitu 15.667 sel/l. Seiring denganbertambahnya masa budidaya (DOC), makaakumulasi sisa pakan dan kotoran udang punbertambah. Keduanya merupakan bahan

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 171 ISSN: 1411-9587

Keterangan :St 1 : Sungai Way TerusanSt 2 : Pintu AirSt 3 : Sebelum Pompa Utama Blok 71St 4 : Setelah Pompa Utama Blok 71St 5 : Outlet CPB di Sungai Way SeputihSt 6 : Outlet CPB di Sungai BurungSt 7 : Muara

Gambar 6. Kelimpahan fitoplankton pada masing-masing stasiun

Kelimpahan fitoplankton secaraspasial pada bulan Agustus memiliki polayang hampir sama dengan bulan sebelumnya.Perbedaannya kali ini, kelimpahan tertinggiyaitu sebanyak 7.031.983 sel/l didapat distasiun 3, sedangkan yang terendah tidakberbeda dari bulan sebelumnya yakniditemukan di stasiun 1 dengan kelimpahansebesar 2.507 sel/l. Kelimpahan fitoplanktonyang ditemukan pada bulan Septemberberbeda dibandingkan dengan bulan-bulansebelumnya. Secara umum, kelimpahanfitoplankton meningkat di hampir semualokasi pengamatan, kecuali stasiun 3. Darisegi letak, stasiun 3 memang tidak terhubungdengan stasiun lainnya karena stasiun inimerupakan bagian dari saluran suboutletmodul 15 blok 71. Air pada stasiun 3 hanyaakan keluar menuju luar kawasan apabilapompa pembuangan utama dioperasikan.

Peningkatan paling signifikan terdapat distasiun 1 (Way Terusan) dimana terjadipeningkatan kelimpahan hingga 263 kalidibandingkan bulan sebelumnya dengan nilaikelimpahan sebesar 650.000 sel/l.Peningkatan populasi fitoplankton secaradrastis yang dikenal dengan istilah bloomingini mengindikasikan terjadinya penyuburanpada badan sungai tersebut.Kelimpahan fitoplankton di dalam kolambudidaya

Kelimpahan total rata-ratafitoplankton yang dikumpulkan dari enamkolam budidaya selama masa budidayaditunjukkan pada Tabel 7. Kelimpahanfitoplankton saat awal budidaya masihrendah yaitu 15.667 sel/l. Seiring denganbertambahnya masa budidaya (DOC), makaakumulasi sisa pakan dan kotoran udang punbertambah. Keduanya merupakan bahan

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 171 ISSN: 1411-9587

Keterangan :St 1 : Sungai Way TerusanSt 2 : Pintu AirSt 3 : Sebelum Pompa Utama Blok 71St 4 : Setelah Pompa Utama Blok 71St 5 : Outlet CPB di Sungai Way SeputihSt 6 : Outlet CPB di Sungai BurungSt 7 : Muara

Gambar 6. Kelimpahan fitoplankton pada masing-masing stasiun

Kelimpahan fitoplankton secaraspasial pada bulan Agustus memiliki polayang hampir sama dengan bulan sebelumnya.Perbedaannya kali ini, kelimpahan tertinggiyaitu sebanyak 7.031.983 sel/l didapat distasiun 3, sedangkan yang terendah tidakberbeda dari bulan sebelumnya yakniditemukan di stasiun 1 dengan kelimpahansebesar 2.507 sel/l. Kelimpahan fitoplanktonyang ditemukan pada bulan Septemberberbeda dibandingkan dengan bulan-bulansebelumnya. Secara umum, kelimpahanfitoplankton meningkat di hampir semualokasi pengamatan, kecuali stasiun 3. Darisegi letak, stasiun 3 memang tidak terhubungdengan stasiun lainnya karena stasiun inimerupakan bagian dari saluran suboutletmodul 15 blok 71. Air pada stasiun 3 hanyaakan keluar menuju luar kawasan apabilapompa pembuangan utama dioperasikan.

Peningkatan paling signifikan terdapat distasiun 1 (Way Terusan) dimana terjadipeningkatan kelimpahan hingga 263 kalidibandingkan bulan sebelumnya dengan nilaikelimpahan sebesar 650.000 sel/l.Peningkatan populasi fitoplankton secaradrastis yang dikenal dengan istilah bloomingini mengindikasikan terjadinya penyuburanpada badan sungai tersebut.Kelimpahan fitoplankton di dalam kolambudidaya

Kelimpahan total rata-ratafitoplankton yang dikumpulkan dari enamkolam budidaya selama masa budidayaditunjukkan pada Tabel 7. Kelimpahanfitoplankton saat awal budidaya masihrendah yaitu 15.667 sel/l. Seiring denganbertambahnya masa budidaya (DOC), makaakumulasi sisa pakan dan kotoran udang punbertambah. Keduanya merupakan bahan

Page 13: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 172 ISSN: 1411-9587

organik yang kemudian akan diuraikan olehbakteri menjadi senyawa-senyawa anorganik(seperti amonia, nitrat, nitrit, dan orthofosfat)sehingga perairan pun menjadi semakinsubur. Peningkatan kesuburan sebagai akibatakumulasi sisa pakan dan kotoran udangselanjutnya berdampak pada peningkatankelimpahan fitoplankton yang mencapai3.211.389 sel/l pada DOC 90.

Komunitas fitoplankton merupakanhal yang penting diperhatikan pada saat

budidaya karena fitoplankton merupakanpenyumbang oksigen selain kincir air danmampu menyerap racun di perairan. Denganbertambahnya kelimpahan fitoplankton,maka oksigen yang dapat dihasilkan punakan lebih banyak. Namun, konsumsioksigen pada malam hari pun akanbertambah sehingga mengancamketersediaan oksigen bagi udang.

Tabel 7. Jumlah genus dan kelimpahan rata-rata dari 5 kolam budidaya selama satu siklusbudidaya

DOC/Day ofCulture

Jumlah genus Kelimpahan (sel/l)Simpanganbaku (sel/l)

0 10 15.667 9.76710 10 47.389 12.97420 15 63.944 39.89130 13 58.667 30.90240 12 832.500 458.24150 10 688.519 348.01160 16 1.133.333 988.65170 13 711.574 226.53580 15 2.146.111 403.09190 15 3.211.389 2.335.689

100 14 2.196.944 1.677.812110 16 2.988.056 2.239.634

Upaya pemeliharaan kestabilanfitoplankton yang umumnya dilakukan antaralain dengan melakukan pergantian sebagianair, melakukan siphon bahan organik di dasarkolam untuk mengeluarkan bahan organikyang tertumpuk, bahkan penambahan klorinatau BKC kadang sengaja dilakukan untukmengurangi kelimpahan fitoplankton ataupenambahan pupuk jika terjadi dropfitoplankton. Kelimpahan fitoplanktonbiasanya dideteksi dengan mengukurkecerahan. Kelimpahan fitoplankton selamabudidaya dapat saja berfluktuasi selama satusiklus budidaya seperti yang terlihat padaTabel 7 karena beberapa hal, misalnyapergantian air dan aktivitas siphon dasarkolam. Akan tetapi, dari pengamatan enampetak tambak kelimpahan fitoplankton tetapcenderung meningkat seiring peningkatanDOC. Standar deviasi dari rata-rata

kelimpahan enam kolam sangat besar. Inimenunjukkan bahwa kondisi setiap tambakbudidaya tidaklah sama, bahkan berbeda jauh.Kondisi setiap tambak memang akanberbeda-beda karena kondisinya sangatbergantung pada pengelola kolam tersebutatau yang lebih dikenal dengan sebutan PondOperator (PO) dan pengelolaan tambakselalu disesuaikan dengan kondisi tambaktersebut.

Parameter fisika-kimia perairanLingkungan perairan sekitar

Keberadaan fitoplankton di suatuperairan dipengaruhi oleh kondisi perairanbersangkutan. Suhu rata-rata yang terukurselama pengamatan berada dalam kisaran (27- 30,1) °C. Nilai pH berada pada kisaranyang masih tergolong baik untuk perairan,yaitu antara 6,95 - 8,08.

Page 14: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 173 ISSN: 1411-9587

TSS yang tinggi terdapat di stasiun 3dan 4 masing-masing sebesar 161 mg/l dan159 mg/l, sedangkan terendah di stasiun 1sebesar 15 mg/l. Pada kedua ujung outletCPB (stasiun 5 dan 6) konsentrasi TSS telahmenurun menjadi hanya 59 - 66 mg/l.Konsentrasi TSS tergolong tinggi di stasiun 2yaitu sebesar 84 mg/l. Tingginya konsentrasiTSS di lokasi ini disebabkan oleh adanyaarus yang kuat di sekitar bangunan pemecahombak. Nilai kecerahan berbanding terbalikdengan konsentrasi TSS, jika TSS tinggimaka kecerahan menjadi rendah.

Konsentrasi DO terendah terdapat distasiun 3 dan 4, penyebabnya adalah limbahsisa budidaya di wilayah ini masih tinggisehingga kebutuhan oksigen untukdekomposisi juga besar. DO yang terukur distasiun 3 adalah 1,4 - 2,7 mg/l dan stasiun 4sebesar 2,1 - 2,9 mg/l, konsentrasi DOsedemikian rupa kurang baik untuk biota laut.Pada lokasi lainnya kandungan DO berada ≥3,5 mg/l.

Rendahnya kandungan DO di stasiun3 dan 4 berimplikasi pada rendahnya kadarnitrat di kedua stasiun ini karena pada kadarDO yang rendah nitrogen akan bergerakmenuju amonia. Hasilnya, amonia di keduastasiun ini juga lebih tinggi dibandingkanstasiun-stasiun lainnya yaitu masing-masingsebesar 1,53 mg/l dan 1,60 mg/l. Tingginyakadar amonia mengindikasikan bahwatingkat pencemaran bahan organik di keduatitik ini masih tinggi. Hal ini didukung jugadengan konsentrasi orthofosfat di stasiun 3dan 4 yang masing-masing sebesar 0,93 mg/ldan 0,84 mg/l. Keberadaan canal mainoutlet/saluran buangan utama yang panjangdan pengenceran limbah oleh air laut padasaluran ini tampaknya memang efektif untukmenurunkan kandungan nutrien sebelummencapai perairan umum seperti halnya yangterjadi pada kelimpahan plankton. Hal initerlihat dari penurunan kadar amonia danorthofosfat yang signifikan pada stasiun 5(Outlet CPB Way Seputih) dan stasiun 6(Outlet CPB Sungai Burung) masing-masingmenjadi 0,18 mg/l dan 0,29 mg/l untuk

amonia serta 0,06 mg/l dan 0,05 mg/l untukorthofosfat. Konsentrasi rata-rata orthofosfatyang terendah selama tiga bulan pengamatanterdapat di stasiun 1, yaitu 0,01 mg/l. Hasilanalisis parameter fisika-kimia perairan dilingkungan selama pengamatan disajikanpada Gambar 8.Kualitas Air Kolam budidaya

Kisaran pH selama budidaya masihterlihat stabil dengan kisaran 7,4 - 8,5.Kisaran pH yang baik di tambak sebaiknya7,5 - 8,5. Salinitas berkisar antara 24 dan 34psu. Menurut Boyd (1990), salinitas yangideal untuk pertumbuhan P. vannamei adalah15 sampai 25 psu, akan tetapi produksinyajuga tetap baik pada salinitas lebih rendahataupun lebih tinggi dari kisaran tersebutkarena udang cenderung tahan akanperubahan salinitas asalkan perubahannyaterjadi secara perlahan. Kandungan TSScenderung semakin tinggi seiring denganpeningkatan umur budidaya dan sebaliknyadengan kecerahan. Penyebabnya adalahakumulasi sisa pakan, kotoran udang, danfitoplankton seiring dengan bertambahnyaDOC. Kandungan TSS yang diukur selamabudidaya berkisar pada 148 mg/l – 329 mg/l,menurut Alabaster dan Lloyd (1982) inEffendi (2003) kandungan TSS tersebutkurang baik bagi kepentingan perikanan.

Selain itu, konsentrasi TAN, nitrit,nitrat dan orthofosfat juga cenderungmeningkat seiring bertambahnya umurbudidaya. Menurut Boyd (komunikasipribadi, 2008), proses nitrifikasi di dalamtambak berlangsung dengan baik sehinggakonsentrasi amonia tidak melebihi 1,74 mg/l.Namun, kandungan nitrat yang terukur tetaprendah yaitu berkisar pada 0,00 mg/l – 0,60mg/l. Penyebabnya diduga karena kondisioksigen di sedimen yang rendah, sehingganitrat yang dihasilkan dari proses nitrifikasidi kolom air akan langsung mengalamidenitrifikasi secepat laju nitrifikasi di kolomair. Konsekuensinya adalah kandungan nitritmenjadi tinggi dan hal ini terjadi karena nitrityang dihasilkan dari proses denitrifikasinitrat di dasar kolam terangkat ke kolom air

Page 15: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 174 ISSN: 1411-9587

akibat adanya kincir. Konsentrasi nitritbahkan melebihi 3 mg/l pada DOC 80. Akantetapi menurut Boyd (komunikasi pribadi,2008), konsentrasi tersebut tidak terlalumembahayakan udang. Kandunganorthofosfat juga meningkat seiringbertambahnya DOC. Penyebabnya adalah

dasar tambak yang tertutup plastik (fullplastic), sedangkan plastik mencegah kontakantara air dan tanah sehingga orthofosfattidak dapat terserap ke dalam tanah.Konsentrasi tertinggi dicapai pada DOCmendekati panen yaitu 3,77 mg/l pada DOC100.

Gambar 8. Parameter fisika-kimia yang diukur di lingkungan

Kandungan DO minimum yang terukurselama pengamatan semakin rendah seiringdengan peningkatan DOC. Ada dua hal yang

dapat menjadi kemungkinan penyebabnya,yaitu peningkatan populasi fitoplankton danpertambahan biomassa udang. Dari DOC 70,

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 174 ISSN: 1411-9587

akibat adanya kincir. Konsentrasi nitritbahkan melebihi 3 mg/l pada DOC 80. Akantetapi menurut Boyd (komunikasi pribadi,2008), konsentrasi tersebut tidak terlalumembahayakan udang. Kandunganorthofosfat juga meningkat seiringbertambahnya DOC. Penyebabnya adalah

dasar tambak yang tertutup plastik (fullplastic), sedangkan plastik mencegah kontakantara air dan tanah sehingga orthofosfattidak dapat terserap ke dalam tanah.Konsentrasi tertinggi dicapai pada DOCmendekati panen yaitu 3,77 mg/l pada DOC100.

Gambar 8. Parameter fisika-kimia yang diukur di lingkungan

Kandungan DO minimum yang terukurselama pengamatan semakin rendah seiringdengan peningkatan DOC. Ada dua hal yang

dapat menjadi kemungkinan penyebabnya,yaitu peningkatan populasi fitoplankton danpertambahan biomassa udang. Dari DOC 70,

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 174 ISSN: 1411-9587

akibat adanya kincir. Konsentrasi nitritbahkan melebihi 3 mg/l pada DOC 80. Akantetapi menurut Boyd (komunikasi pribadi,2008), konsentrasi tersebut tidak terlalumembahayakan udang. Kandunganorthofosfat juga meningkat seiringbertambahnya DOC. Penyebabnya adalah

dasar tambak yang tertutup plastik (fullplastic), sedangkan plastik mencegah kontakantara air dan tanah sehingga orthofosfattidak dapat terserap ke dalam tanah.Konsentrasi tertinggi dicapai pada DOCmendekati panen yaitu 3,77 mg/l pada DOC100.

Gambar 8. Parameter fisika-kimia yang diukur di lingkungan

Kandungan DO minimum yang terukurselama pengamatan semakin rendah seiringdengan peningkatan DOC. Ada dua hal yang

dapat menjadi kemungkinan penyebabnya,yaitu peningkatan populasi fitoplankton danpertambahan biomassa udang. Dari DOC 70,

Page 16: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 175 ISSN: 1411-9587

mulai ditemukan konsentrasi DO minimumyang < 2,0 mg/l pada beberapa kolam. Nilaitersebut kurang baik bagi pertumbuhanudang. Menurut Towell et al. (2002) inTjahyo et al. (2006) kandungan oksigenterlarut yang optimal untuk udang adalah 3 –

7 mg/l dan menimbulkan stress jikakandungan oksigennya di bawah 2 mg/l.Hasil analisis parameter fisika-kimia perairanpada tambak budidaya selama pengamatandisajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Parameter fisika-kimia yang diukur di 5 kolam budidaya

Pengelompokan stasiun berdasarkankelimpahan fitoplanktonLingkungan

Dalam dendrogram pada Gambar 10terlihat bahwa terdapat empatpengelompokan stasiun pada taraf kesamaan

80 %. Kelimpahan fitoplankton di stasiun 1,2, 5, dan 7 relatif dekat dan dapat dikatakansatu kelompok, sedangkan kelompok lainnyaadalah stasiun 6, stasiun 3 dan stasiun 4.

Kelimpahan fitoplankton di stasiun 3dan 4 masih sangat tinggi. Ini diduga karena

Page 17: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 176 ISSN: 1411-9587

konsentrasi limbah di titik ini juga masihtinggi mengingat kedua titik ini terletaksangat dekat dengan pompa pembuanganutama blok 71. Namun, penyebab tingginyakelimpahan fitoplankton di kedua lokasi inijuga dapat dikarenakan perairannya yangtenang (arus lemah dilihat secara visual).Perairan yang tenang memungkinkanfitoplankton untuk tinggal lebih lama danberkembangbiak sehingga terjadi akumulasipada kedua lokasi tersebut. Akan tetapi

ternyata stasiun 3 dan stasiun 4 adalahkelompok yang berbeda, penyebabnya adalahkomposisi fitoplankton di dalamnya yangberbeda. Perairan di stasiun 3 mendapatpengaruh kuat dari dalam kawasan danstasiun 4 telah tercampur dengan air laut,fitoplankton di laut didominasi olehBacillariophyceae dan di dalam tambakdidominasi oleh Cyanophyceae danChlorophyceae.

S tas iun

Kes

amaa

n(%

)

4365721

32.73

55.15

77.58

100.00

Gambar 10. Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan rata-rata masing-masing genus selama tiga bulan pengamatan

Stasiun 1, 2, 5, dan 7 tergolong kedalam satu kelompok pada tingkat kesamaan80 %. Keempat stasiun ini terdapat diperairan umum sehingga dapat puladikatakan bahwa dampak limbah budidayatidak berpengaruh terhadap kelimpahanfitoplankton di lingkungan sekitar areapertambakan. Akan tetapi yang perludiperhatikan adalah kelimpahan fitoplanktondi stasiun 6 (outlet CPB Sungai Burung)masih tergolong tinggi sehingga stasiun inimembentuk kelompok sendiri. Kemungkinanpenyebabnya adalah jarak stasiun 6 kepompa pembuangan utama yang lebih dekatdaripada outlet CPB Way Seputih (stasiun 5)yang menyebabkan limbah masih cukup

pekat, sehingga akan lebih baik jika air sisabudidaya diarahkan keluar melalui stasiun 5dengan mengatur kemiringan kedalamansaluran pembuangan utama (canal mainoutlet). Dengan mengeluarkan air sisabudidaya melewati stasiun 5, makakonsentrasi limbah yang masuk ke perairanumum diharapkan menjadi lebih rendah.Kolam budidaya

Berdasarjan Uji Kruskal-Wallis padaselang kepercayaan 95 % diketahui bahwatidak semua DOC dari kolam budidaya yangdiamati memiliki kelimpahan fitoplanktonyang sama. Hal ini diperkuat dengan ujisimilaritas bahwa komunitas fitoplanktonhanya memiliki kemiripan di atas 80 % mulai

Page 18: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 177 ISSN: 1411-9587

dari awal budidaya hingga mencapai DOC 50saja, sedangkan sisanya membentukkelompok masing-masing. Berdasarkandendrogram (Gambar 11) terlihat ada 6kelompok DOC yakni DOC 70, DOC 80,DOC 90, DOC 100, DOC 110 membentukkelompok masing-masing dan DOC 0 – 50membentuk satu kelompok.

Komunitas fitoplankton yang tidakstabil setelah DOC 50 ini perlu ditanganidengan baik pada budidaya selanjutnya agartidak terjadi guncangan parameter kualitas airyang dapat menimbulkan stres pada udang.Komunitas fitoplankton yang stabil selamabudidaya berperan sangat penting karenaterkait dengan kompetisi pemanfaatanoksigen (dilihat dari segi kelimpahanfitoplankton) dan kesehatan udang (dilihatdari segi komposisi fitoplankton). Aktivitassiphon dasar tambak dan pergantian sebagianvolume air yang telah diterapkan pada sistimbudidaya di pertambakan ini merupakan carayang sangat baik dalam rangka menjagakestabilan komunitas fitoplankton didalamnya. Oleh karena itu, untuk mengatasimasalah di atas maka aktivitas siphon danpergantian massa air dapat dilakukan lebih

sering pada saat umur budidaya (DOC) telahmelewati 50 hari karena semakin besarukuran udang maka potensi limbah yangakan dihasilkan pun semakin banyak.Limbah yang dihasilkan dari kegiatanbudidaya udang dapat berasal dari beberapasumber antara lain kotoran udang, kulit sisamoulting maupun sisa pakan yang apabiladibiarkan menumpuk di dasar kolam akanterurai menjadi nutrien. Limbah tersebutharus ditangani dengan baik karena akan adakonsekuensi yang timbul jika pengelolaannyakurang diperhatikan. Ada tiga konsekuensiyang dapat timbul jika limbah ini tidakdikeluarkan dari dalam kolam, yaitu deplesioksigen akibat aktivitas dekomposisi olehbakteri, blooming fitoplankton, danberkurangnya ruang gerak bagi udangsehingga dapat meningkatkan potensikanibalisme. Selain itu, perlu diperhatikanjuga bahwa dari segi proporsinya ternyataOscillatoria masih sering mendominasi dikolam-kolam budidaya yang diamati. Olehkarena itu, perlu ditemukan pemecahanmasalah ini agar fitoplankton yangberkembang berasal dari jenis-jenis yangmenguntungkan.

DOC

Kesa

maa

n(%

)

111210975863241

39.31

59.54

79.77

100.00

Gambar 11. Dendrogram pengelompokan DOC berdasarkan kelimpahan rata-rata masing-masinggenus dari 5 kolam budidaya

0 20 50 906040701030 110 10080

Page 19: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 178 ISSN: 1411-9587

Analisis komponen utamaLingkungan

Korelasi antara kelimpahanfitoplankton dan parameter fisika-kimiaperairan serta korelasi antara parameterfisika-kimia itu sendiri diketahui denganmenggunakan analisis komponen utama.Korelasi tersebut dapat dilihat pada Gambar12. Kelimpahan fitoplankton berkorelasipositif terhadap Dissolved InorganicPhosphate (Orthofosfat), DissolvedInorganic Ammonia (DIN), TSS, dansalinitas, sedangkan kecerahan berbandingterbalik terhadap kelimpahan fitoplankton.DIN merupakan penjumlahan dari amonia,nitrat dan nitrit, lalu DIP adalah orthofosfat.Jika dilihat pada matriks korelasi, DIN danDIP merupakan parameter yang paling eratkorelasinya dengan fitoplankton. Nilaikorelasi fitoplankton terhadap DIN dan DIPmasing-masing sebesar 0,986 dan 0,974.Korelasi yang sangat erat juga terlihat antarafitoplankton dan TSS yaitu sebesar 0,927yang dapat menandakan bahwa sebagianbesar TSS yang terkandung dalam perairan diarea pertambakan ini terdiri dari fitoplankton.Namun, hubungan antara kelimpahanfitoplankton terhadap salinitas dan kecerahantidak terlalu erat karena korelasinya masihsekitar 0,500.

Gambar 12(b) menunjukkan penciristasiun berdasarkan parameter-parameteryang diukur. Dari gambar terlihat bahwastasiun 3 dan 4 mengelompok dicirikandengan kelimpahan fitoplankton, DIN, danDIP yang mirip. Pada kedua stasiun inikelimpahan fitoplankton, konsentrasi DIN,dan konsentrasi DIP ditemukan dalam

konsentrasi yang masih tinggi. Stasiun 1 jugaterpisah dengan stasiun lainnya dan dicirikannilai kecerahan, nilai kecerahan pada stasiunini paling tinggi di antara stasiun lainnya.Kolam budidaya

Gambar 13 menunjukkan hasilanalisis komponen utama antar fitoplankton,DIN, DIP, TSS, kecerahan, dan salinitas.Kelimpahan fitoplankton di dalam tambakberkorelasi erat dengan DIP dan kecerahandengan nilai korelasi 0,739 dan -0,646.Korelasi yang tidak erat antara fitoplanktondan TSS diduga disebabkan waktupengambilan sampel berhimpitan denganwaktu pemberian pakan sehingga nilai TSSpada saat pengukuran juga ikut terpengaruholeh pakan, sedangkan dengan DIN masihbelum diketahui dengan jelas.Korelasi yang erat ditemukan terhadapsalinitas yaitu sebesar 0,909. Kelimpahanfitoplankton cenderung meningkat seiringbertambahnya waktu dalam satu siklusbudidaya karena bertambahnya unsur harahasil dekomposisi bahan organik. Salinitaspun juga meningkat seiring bertambahnyaumur budidaya. Evaporasi yang terjadi disiang hari akan membuat kadar garam didalam kolam meningkat karena volume airberkurang. Pada saat volume air berkurangpetambak menambahkan air dari luar untukmenjaga kedalaman kolam. Hal yangdemikian terjadi terus menerus sehinggakadar garam di dalam kolam semakinmeningkat hingga akhir budidaya. Dengandemikian, korelasi antara kelimpahanfitoplankton dan salinitas menjadi erat.

Page 20: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 179 ISSN: 1411-9587

Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)

Active

fitoplankton

sal

TSS

kecerahan

DIN DIP

-1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0

Factor 1 : 78,64%

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

Fact

or 2

: 20

,07%

(a)Projection of the cases on the factor-plane ( 1 x 2)

Cases with sum of cosine square >= 0,00

Active

1

2

3 4

5

6 7

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Factor 1: 78,64%

-3,0

-2,5

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Fact

or 2

: 20,

07%

(b)Gambar 12. Analisis komponen utama di lingkungan

(a) Korelasi antara parameter yang diamati(b) Penyebaran stasiun berdasarkan parameter yang diamati

Page 21: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 180 ISSN: 1411-9587

Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)

Active

fitoplankton

salinitas

TSS

Kecerahan

DIN

DIP

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0

Factor 1 : 72.90%

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Fact

or 2

: 11

.96%

(a)Projection of the cases on the factor-plane ( 1 x 2)

Cases with sum of cosine square >= 0,00

Active

010

20

30

40

50

60

7080

90

100

110

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Factor 1: 71,49%

-2,5

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Fact

or 2

: 14,

25%

(b)Gambar 13. Analisis komponen utama di kolam budidaya

(a) Korelasi antara parameter yang diamati(b) Penyebaran stasiun berdasarkan parameter yang diamati

KESIMPULANFitoplankton yang ditemukan di area

pertambakan terdiri dari 47 genus dari enamkelas. Fitoplankton di dalam petak budidayadidominasi oleh kelas Cyanophyceae dan

Chlorophycea dengan genus Oscillatoria danOocystis dengan kelimpahan total berkisar15.667 – 3.211.389 sel/l. Fitoplankton dilingkungan sekitar tambak didominasi olehkelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae.

Page 22: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 181 ISSN: 1411-9587

Komposisi fitoplankton berdasarkan genusdidominasi oleh Skeletonema danOscillatoria. Kelimpahan total berkisarantara 552 – 7.031.983 sel/l dan fitoplanktonterkonsentrasi di sekitar pompa pembuanganutama. Secara umum, limbah budidaya tidakmempengaruhi kelimpahan fitoplankton diperairan sekitarnya.

Kelimpahan fitoplankton di perairansekitar area pertambakan berkorelasi eratdengan Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN),Dissolved Inorganic Phosphate (DIP), danTSS. Pada kolam budidaya, kelimpahanfitoplankton berkorelasi erat dengan DIP,kecerahan, dan salinitas.

UCAPAN TERIMA KASIHPenelitian ini dapat dilakukan atas kebaikanPT. Centralpertiwi Bahari (CPB) yang telahmenyediakan fasilitas dan dukungan selamapenelitian. Pengambilan sampel dan analisisdata dilakukan oleh Feridian Efinurfajri.

DAFTAR PUSTAKAAPHA (American Public Health Association).

1989. Standard Method for TheExamination of Water and WasteWater. American Public HealthAssociation. Water Pollution ControlFederation. Port City Press.Baltimore, Mariland. 1202 p.

Arinardi, O. H, Trimaningsih dan Sudirdjo.1994. Pengantar tentang planktonserta kisaran kelimpahan danplankton predominan di sekitarPulau Jawa dan Bali. PuslitbangOseanologi-LIPI Jakarta.108 hal.

Arinardi, O.H., Trimaningsih, S.H. Riyono, E.Asnaryanti. 1995. Kisarankelimpahan dan komposisi planktonpredominan di sekitar PulauSumatra. Pusat Penelitian danPengembangan Oseanografi.Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. 110 hal.

Arinardi, O.H., Trimaningsih, Sudirdjo,Sugestiningsih dan S. H. Riyono.1997. Kisaran kelimpahan dankomposisi plankton predominan diperairan Kawasan Timur Indonesia.

Pusat Penelitian dan PengembanganOseanografi. Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jakarta. 140hal.

Baffico, G.D. and F. L. Pedrozo. 1996.Growth factors controllingperiphyton production in a temperatereservoir in Patagonia used for fishfarming. Lakes & Reservoirs:Research & Management 2 (3-4):243–249.

Boyd, C.E. 1989. Water QualityManagement and Aeration in ShrimpFarming. Auburn University.Alabama. 84 p.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds forAquaculture. Auburn University.Alabama. 482p.

Briggs, M.R.P. and S. J. Funge-Smith. 1994.A nutrient budget of some intensivemarine shrimp ponds in Thailand.Aquaculture and FisheriesManagement 25: 789–811.

Burford, M.A. and P. M. Glibert. 1999.Short-term nitrogen uptake andregeneration in early and late growthphase shrimp ponds. AquacultureResearch 30: 1–13.

Burford, M. A., S.D. Costanzo, W.C.Dennison, C.J. Jackson, A.B. Jones,A.D. McKinnon, N.P. Preston andL.A. Trott. 2003. A synthesis ofdominant ecological processes inintensive shrimp ponds and adjacentcoastal environments in NEAustralia. Marine Pollution Bulletin46: 1456–1469.

Casé, M., E. E. Leça, S. N. Leitão, E.. E.Sant′Anna, R. Schwamborn and A. T.de Moraes Junior. 2008. Planktoncommunity as an indicator of waterquality in tropical shrimp cultureponds. Marine Pollution Bulletin 56:1343–1352.

Davis, C.C. 1955. The Marine andFreshwater Plankton. MichiganState University. Academic Press.New York. 229 p.

Page 23: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 182 ISSN: 1411-9587

Edhy, W.A., J. Pribadi, dan Kurniawan. 2003.Plankton di lingkungan PT.Centralpertiwi Bahari: suatupendekatan biologi dan manajemenplankton dalam budidaya udang.Laboratorium Central DepartmentAquaculture Division PT.Centralpertiwi Bahari (tidakdipublikasikan).

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air BagiPengelolaan Sumberdaya danLingkungan Perairan. Kanisius.Yogyakarta. 258 hal.

Funge-Smith, S.J. and M.R.P. Briggs. 1998.Nutrient budgets in intensiveshrimpponds: implications for sustainability.Aquaculture 164: 117–133.

Goldman, C.R. dan A.J. Horne. 1983.Limnology. Mc Graw HillInternational Book Company. Tokyo.563 p.

Grant, J., A. Hatcher, D.B. Scott, P.Pocklington, C.T. Schafer and G.V.Winters. 1995. A multidisciplinaryapproach to evaluating impacts ofshellfish aquaculture on benthiccommunities. Estuaries 18: 124–144.

Hensey, M.P., 1991. Environmentalmonitoring for fish farms. In:DePauw, N. and J. Joyce (Eds.).Aquaculture and the Environment.Special Publication of the EuropeanAquaculture Society, Oxford,England. pp. 536.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. TeknikKultur Phytoplankton danZooplankton Pakan Alami UntukPembenihan Organisme Laut.Kanisius. Yogyakarta. 116 hal.

James, A. and L. Evison. 1979. BiologicalIndicators of Water Quality. JohnWilley & Sons. New York.

Jackson, C. N. Preston, P. Thompson and M.Burford. 2003. Nitrogen budget andeffluent nitrogen components at anintensive shrimp farm. Aquaculture218: 397–411.

Johnson, R.I., O. Grahl-Nielsen, B.T.Lunestad. 1993. EnvironmentalDistribution on Organic Waste FromA Marine Fish Farms Aquaculture.

Jones, A.B., M.J. O’Donohue, J. Udy andW.C. Dennison. 2001. Assessingecological impacts of shrimp andsewage effluent: biologicalindicators with standard waterquality analyses. Estuarine, Coastaland Shelf Science 52: 91–109.

Landesman, L. 1994. Negative impacts ofcoastal aquaculture development.World Aquaculture 25: 12-17.

Lacerda, L.D., A.G. Vaisman, L.P. Maia, E.Cunha and C.A.R. Silva. 2006.Relative importance of nitrogen andphosphorus emissions from shrimpfarming and other anthropogenicsources for six estuaries along theNE Brazilian coast. Aquaculture 253:433-446.

Lovell, R.T. and Sackey, L.A. 1973.Absorption by channel catfish ofearthy-musty flavor compoundssynthesized by cultures of blue-greenalgae. Transactions of the AmericanFisheries Society 102 (4): 774– 777.

Mackentum, K.M. 1969. The Practice ofWater Pollution Biology. UnitedStates Departement of Interior,Federal Water Pollution ControlAdministration, Division ofTechnical Support. 411 p

Mc Donald, M.E., C.A. Tikkanen, R.P. Axler,C.P. Larsen, dan G. Host. 1996. FishStimulation Culture Model ForAquaculture Wasteload Application.Aquaculture Engineering.

Mizuno, T. 1979. Illustration of TheFreshwater Plankton of Japan.Hoikusha Publishing Co., Ltd.Japan. 335p.

Moriarty, D.J.W. 1997. The role ofmicroorganisms in aquacultureponds. Aquaculture 151: 333–49.

Naylor, R.L., R. J. Goldburg, H. Mooney, M.Beveridge, J. Clay, C. Folke, N.

Page 24: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 183 ISSN: 1411-9587

Kautsky, J. Lubchenco, J.Primavera and M. Williams. 1998.Nature’s subsidies to shrimp andsalmon farming. Science 282:883–884.

Nontji, A. 1984. Biomassa dan ProduktivitasFitoplankton di perairan TelukJakarta serta Kaitannya denganFaktor-faktor Lingkungan. Disertasi.Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di BumiTanpa keberadaan Plankton.Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Pusat PenelitianOseanografi. Jakarta. 199 hal.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. PenerbitDjambatan. Jakarta. 372 hal.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: SuatuPendekatan Ekologis. Alih bahasa :H. M. Eidman, D. G. Koesoebiono,M. Bengen. PT. Gramedia. Jakarta.459 p.

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology.3rd edition. W. B. Sounders Co.Philadephia. 574 p.

Paez-Osuna, F. 2001. The environmentalimpact of shrimp aquaculture:causes,effects and mitigating alternatives.Environmental Management 28:131–140.

Plinski, M. dan T. Jozwiak. 1999.Temperature and N : P Ratio asFactors Causing Blooms of Blue-Green Algae in The Gulf of Gdansk.Oceanologia 41 (1): 73-80.

Preston, N.P., C. Jackson, P.A. Thompson, M.Austin and M. Burford.2000. Prawnfarm effluent: composition, originand treatment. Fishing Research andDevelopment Corporation FinalReport 95/162. FRDC, Canberra.

Prowse, G.A. 1962. The use of fertilizers infish culture. Proc. Indo. Pacific. FishCoun. 9 (2-3): 73-75.

Pruder, G.D. 1992. Marine shrimp effluent:characterisation and environmentalimpact. In: J. Wyban (Ed.).

Proceedings of the Special Sessionon Shrimp Farming. WorldAquaculture Society, Baton Rouge,pp. 187–194.

Raymont, J.E.G. 1963. Plankton andproductivity in the ocean. PergamonPress, Oxford and New York. 660 pp.

Robertson, A.I. and M.J. Phillips. 1995.Mangroves as filters of shrimp pondeffluents: predictions andbiogeochemical research needs.Hydrobiologia 295: 311–321.

Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. PAU-IPB. Bogor. 177 hal.

Sanders, J. 2004. Phytoplankton & ClimateChange: Model Shows Long-HeldConstant in Ocean Nutrient RatioMay Vary as Ecological ConditionsChange. Georgia Institute ofTechnology. Georgia.

Samocha, T.M. and A.L. Lawrence. 1997.Shrimp farms’ effluent waters,environmental impact and potentialtreatment methods. In: B.J. Keller(Ed.). Interactions Between CulturedSpecies and Naturally OccurringSpecies in the Environment. pp. 35–38.

Sansanyuth, P., A. Phadungchep, S.Ngammkontha, S. Ngdngam, P.Sukasem, H. Hoshino and M.S.Ttabucanon. 1996. Shrimp pondeffluent: pollution problems andtreatment by constructed wetlands.Water Science and Technology 34:93–98.

Smith, J. M. 1983. The effects of the CedarBayou electric generating station onphytoplankton in adjacent waters.MSc thesis, Texas A&M University,College Station, TX.

Smith, V.H. G. D. Tilman, and J. C. Nekola.1999. Eutrophication: impacts ofexcess nutrient inputs on freshwater,marine and terrestrial ecosystems.Environmental Pollution 100: 179–196.

Page 25: DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN KUALITAS …

Dinamika Komunitas Fitoplankton …………

Jurnal Biologi Tropis. Vol.13 No. 2 Juli 2013. 184 ISSN: 1411-9587

Sumich, J.L. 1988. An Introduction to theBiology of Marine Life. Wm. C.Brown Publisher. Dubuque. 425 p.

Tjahyo, D.W.H, E. S. Kartamihardja, dan S.E. Purnamaningtyas. 2006. KualitasAir, Produktivitas Primer, danPotensi Ikan Waduk Darma UntukMendukung Kehidupan danPertumbuhan Udang Galah(Macrobrachium rosenbergii) yangDiintroduksikan. Jurnal PenelitianPerikanan Indonesia 12 No. 1.

Wetzel, R.G. 2001. Limnology Lake andRiver Ecosystems. 3rd edition.Academic Press. California. 985p.

Wolanski, E., S. Spagnol, S. Thomas, K.Moore, D.M. Alongi, L.A. Trott andA. Davidson. 2000. Modeling andvisualizing the fate of shrimp pondeffluent in a mangrove-fringed tidalcreek. Estuarine, Coastal and ShelfScience 50: 85–97.

Yamaji, I.E. 1996. Illustration of The MarinePlankton of Japan. HoikushaPublishing Co., Ltd. Osaka. Japan.987p.