perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to...

82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan, masyarakat, dan bangsa merupakan rangkaian yang tak

terpisahkan dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman. Pendidikan yang

maju akan mewujudkan masyarakat yang maju. Masyarakat yang maju akan

mewujudkan bangsa yang maju pula. Bangsa yang maju hanya dapat diwujudkan

oleh masyarakat yang memiliki sumber daya manusia yang mendukung

keterlaksanaan pengembangan dan pemajuan bangsa. Pendidikan yang berfokus

pada pengembangan life skill untuk pelayanan masyarakat merupakan kunci untuk

menjawab tantangan perkembangan dan kemajuan jaman. Hal ini juga didukung

oleh Kemendiknas (2010) yang mendefinisikan pendidikan sebagai suatu usaha

sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik dan

mempersiapkan generasi muda untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat dan

bangsa yang lebih baik di masa depan.

Pemerintah juga telah mencanangkan tujuan pendidikan nasional untuk

mewujudkan suatu bangsa yang maju. Tujuan dari pendidikan nasional yaitu

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan adanya partisipasi aktif antara

sekolah, guru dan juga siswa. Ketercapaian tujuan pendidikan nasional

bergantung pada keberhasilan proses belajar mengajar antara guru dan siswa.

Peran guru dalam hal ini adalah membelajarkan sedangkan peran siswa adalah

belajar.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa yang disebabkan oleh

perubahan konsepsi dan kebiasaan berpikir siswa. Perubahan tingkah laku hasil

dari kegiatan belajar disebut hasil belajar. Tingkah laku hasil belajar (behavior)

dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional. Kata kerja operasional

merupakan kata kerja yang harus dapat dilakukan oleh siswa (workable), dapat

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

diamati (observable) oleh guru atau penilai dan harus dapat diukur (observable)

tingkat keberhasilannya. Rustaman (2005) merumuskan kata kerja operasional

berdasarkan Taksonomi Bloom menjadi tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Sejalan dengan hal tersebut, Biologi dalam hakikatnya

sebagai sains menuntut peserta didik untuk tidak hanya mengembangkan aspek

kognitif (produk) saja, tetapi juga harus mengembangkan aspek-aspek yang lain

yaitu aspek psikomotorik (proses), dan juga afektif (sikap).

Perkembangan jaman menuntut peningkatan pola pikir siswa. Siswa

dipersiapkan untuk memahami hakikat biologi sebagai sains yang meliputi proses,

produk dan sikap. Siswa diharapkan memiliki bekal pengetahuan konsep dan

keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi atau untuk diterapkan sebagai life skill dalam kehidupan (Sudargo, 2010).

Kenyataan di pembelajaran umunya menunjukkan pencapaian hasil belajar yang

kurang optimal. Salah satu dampaknya adalah kurangnya kontribusi siswa dalam

masyarakat dan lingkungan. Pembelajaran sains yang telah dilakukan cenderung

kurang memberi wawasan berpikir terhadap lingkungan (Wulan, 2007). Salah satu

penyebab kurang optimalnya pencapaian hasil belajar yang berakibat pada

rendahnya kontribusi pembelajaran sains terhadap kebutuhan masyarakat dan

lingkungan adalah penggunaan strategi pembelajaran yang belum tepat sasaran.

Berdasarkan pemikiran tersebut, strategi pembelajaran yang tepat perlu

diterapkan dalam proses pembelajaran agar dapat mencetak siswa yang tidak

hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga dapat menguasai keterampilan serta

sikap untuk mengatasi atau mengurangi persoalan di masyarakat yang terjadi

sehari-hari di sekitar peserta didik untuk keberlangsungan dan dan keunggulan

bangsa di masa mendatang. Strategi pembelajaran yang diterapkan juga harus

dapat meningkatkan hasil belajar untuk menunjang peningkatan kontribusi

pembelajaran sains terhadap kebutuhan masyarakat, kualitas warga negara dan

lingkungan.

Salah satu strategi yang tepat sasaran dalam meningkatkan hasil belajar

untuk menunjang peningkatan kontribusi pembelajaran sains terhadap kebutuhan

masyarakat, kualitas warga negara dan lingkungan adalah Service Learning.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Service Learning (SL) merupakan strategi pembelajaran yang mengintegrasi

antara pengetahuan akademik dengan penyediaan kebutuhan masyarakat

khususnya dalam hal pemecahan masalah yang ada (Billig, 2009). Pendapat

tersebut didukung oleh Youth Service America (2011) yang memaparkan bahwa

SL merupakan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan antara pendidikan

akademik dengan pelayanan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan,

keterlibatan dalam kewarganegaraan serta hubungan dengan masyarakat. SL

diharapkan selain meningkatkan pengetahuan siswa tapi juga dapat membangun

kesadaran siswa terhadap lingkungan masyarakat, serta meningkatan kontribusi

siswa terhadap kebutuhan masyarakat, kualitas warga negara dan lingkungan.

Thompson melakukan penelititan terhadap efek pada siswa yang

berpartisipasi dalam penerapan SL dengan siswa yang memiliki kelas yang relatif

sama tanpa penerapan SL. Hasil yang didapatkan bahwa siswa yang mengambil

kelas dengan penerapan SL lebih cenderung menghormati keragaman, mampu

mengatur waktu dan bertanggung jawab, memiliki keterampilan karir,

kemampuan berpikir kritis, dan cita-cita demokrasi serta kewarganegaraan yang

baik daripada yang siswa yang menghadiri kelas tanpa penerapan SL (Manolis,

2011).

Manfaat SL di antaranya dapat meningkatkan kemampuan akademik

(kognitif), sikap individu (afektif), dan keterampilan siswa dalam masyarakat

(psikomotorik) (Bringle, 2010). Berdasarkan uraian tersebut maka SL tidak hanya

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam produk saja, tapi juga dapat

meningkatkan keterampilan serta sikap peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

hasil belajar siswa dalam pembelajaran Biologi melalui penerapan strategi Service

Learning. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kontribusi SL terhadap pembelajaran, maka penelitian ini berjudul Pengaruh

Penerapan Service Learning terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/ 2012

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan

di atas serta untuk memperjelas masalah maka disusun sebuah rumusan masalah

yaitu apakah penerapan Service Learning berpengaruh terhadap hasil belajar

biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh Service Learning

terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun

pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkuat teori yang sudah ada dalam dunia pendidikan mengenai

penggunaan strategi pembelajaran Service Learning dalam peningkatan

hasil belajar siswa.

b. Memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pengajaran biologi

terutama dalam hal penerapan strategi pembelajaran yang inovatif.

c. Meningkatkan kepedulian siswa pada lingkungan masyarakat melalui

Service Learning.

d. Meningkatkan kesadaran siswa sebagai warga negara yang baik melalui

Service Learning.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, sebagai masukan dalam rangka pemilihan strategi pembelajaran

biologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

b. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi

khususnya terkait dengan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotor

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

c. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajar (ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotor) siswa dalam pembelajaran biologi.

d. Bagi peneliti lain di bidang pendidikan, agar dapat melakukan penelitian

sejenis tentang hasil belajar biologi.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Hasil Belajar Biologi

a. Belajar

Belajar merupakan pilar terbentuknya pendidikan, tanpa belajar

pendidikan tidak akan terlaksana dengan baik. Terdapat beberapa

pemaparan tentang definisi belajar. Menurut Slameto (2003), belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan

dengan hal tersebut, menurut Aunurrahman (2009) belajar merupakan suatu

usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku

yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

Menurut Wenno (2008), belajar merupakan proses penambahan

pengetahuan yang dapat menginterpretasikan fakta-fakta yang ada ke dalam

konteks kehidupan pribadi. Belajar dalam sains memiliki dua konteks.

Konteks belajar pertama mendefinisikan belajar sebagai suatu keterampilan

yang memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui

informasi. Konteks yang kedua mendefinisikan belajar sebagai kontrol

siswa dalam menggunakan model-model keterampilan yang dipakai sebagai

cara dalam meningkatkan prestisnya.

Berdasarkan beberapa pemaparan tentang definisi belajar di atas,

dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar individu

untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang dimaksud

merupakan hasil dari penambahan pengetahuan.

Seseorang dikatakan belajar bilamana mengalami tiga ciri umum

belajar. Aunurrahman (2009) memaparkan tiga ciri umum belajar. Pertama,

belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau

disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

lingkungannya. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah

laku. Tiga ciri umum belajar yang telah dipaparkan tersebut mengakibatkan

terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi

mengetahui.

Pelaksanaan proses belajar dalam konteks ini sains, biologi

khususnya, memiliki prinsip-prinsip yang menyertainya. Wenno (2008)

memaparkan prinsip belajar sains ada tiga, yaitu cara berbuat

(psikomotorik), cara berpikir (kognitif) dan cara bersikap (afektif). Ketiga

prinsip tersebut akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang

mendalam tentang alam sekitarnya. Prinsip belajar tersebut mendudukkan

siswa sebagai pusat perhatian dalam interaksi aktif dengan teman (tutor

age), lingkungan (environment), dan sumber belajar yang lain. Hal ini dapat

dipahami bahwa prinsip belajar sains merupakan dasar dalam melaksanakan

proses belajar sains khususnya biologi yang tidak dapat ditinggalkan.

Biologi merupakan bagian dari sains yang tidak dapat terpisahkan.

Belajar sains dari aspek biologi menyangkut struktur dan fungsi dalam

sistem kehidupan, reproduksi dan penurunan sifat, regulasi dan tingkah

laku, populasi dan ekosistem, serta keragaman dan adaptasi organisme.

Biologi dalam pembelajarannya perlu didesain berdasarkan situasi dunia

nyata dan memotifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Wenno,

2008). Hal ini dilakukan agar apa yang dipelajari di kelas benar-benar dapat

dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa belajar biologi

merupakan suatu usaha sadar individu untuk memperoleh perubahan

tingkah laku, dimana perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil dari

penambahan pengetahuan yang didesain berdasarkan apa yang ada pada diri

dan lingkungan sekitar dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari. Belajar biologi memiliki dua komponen yang menyertainya,

yaitu proses belajar biologi dan hasil belajar biologi. Setiap proses belajar

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

biologi yang dilakukan akan diiringi dengan munculnya hasil belajar biologi

yang menyertainya.

b. Hasil Belajar Biologi

Belajar dan hasil belajar merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan. Suatu proses belajar akan menghasilkan suatu hasil belajar.

Terdapat beberapa definisi dari hasil belajar. Menurut Aunurrahman (2009),

hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku hasil dari

suatu proses belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai berbagai

perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran

bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan

(Widoyoko, 2009).

Sudjana (2010) memaparkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar tidak terlepas dari proses belajar. Hasil

belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. Hal ini berarti

optimalnya hasil belajar siswa bergantung pada proses belajar siswa dan

proses mengajar guru.

Berdasarkan beberapa definisi hasil belajar yang telah dipaparkan di

atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan

tingkah laku hasil dari suatu proses pengalaman belajar yang mencakup

perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan. Hasil belajar ditandai

dengan perubahan tingkah laku, tetapi tidak semua perubahan tingkah laku

merupakan hasil belajar. Perubahan tingkah laku dalam hal ini merupakan

sesuatu perubahan yang dapat diamati, tetapi juga tidak selalu perubahan

tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati.

Menurut Aunurrahman (2009) perubahan tingkah laku sebagai hasil

belajar yang mudah untuk diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan

dimensi psikomotorik, tetapi perubahan tingkah laku hasil belajar juga

menyentuh perubahan pada aspek afektif dan kemampuan berpikir atau

aspek kognitif. Jadi, dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa hasil

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

belajar menyangkut tiga ranah perubahan tingkah laku, yaitu ranah

psikomotorik, afektif dan kognitif. Penggolongan atau tingkatan hasil

belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan, yaitu ranah kognitif yang

mencakup enam jenis atau tingkatan perilaku, ranah afektif yang mencakup

lima jenis perilaku, dan ranah psikomotor yang terdiri dari tujuh perilaku

atau kemampuan psikomotorik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (2010) yang membagi hasil

belajar menjadi tiga ranah, yakni keterampilan dan kebiasaan (psikomotor)

yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak, pengetahuan dan pengertian (kognitif) yang berkenaan dengan

hasil belajar intelektual, dan sikap (afektif) yang berkenaan dengan hasil

belajar sikap siswa dalam pembelajaran.

Wenno (2008) memaparkan pembelajaran sains memiliki tiga

dimensi sasaran, yaitu dimensi proses, produk dan sikap yang satu sama lain

tidak dapat dipisahkan dan diabaikan dalam proses belajar menmgajar sains.

Target pembelajaran sains selain mengembangkan aspek kognitif juga

meningkatkan keterampilan proses, sikap, kreativitas dan kemampuan

aplikasi konsep.

Hasil belajar yang telah dikemukakan tidak berdiri sendiri, tetapi

selalu berhubungan antara satu dengan yang lain. Menurut Sudjana (2010),

seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu

telah berubah pula sikap dan perilakunya. Ketiga hasil belajar penting

diketahui guru dalamk rangka merumuskan tujuan pengajaran dan

menyusun alat-alat penilaian.

Paparan tentang hasil belajar diatas sejalan dengan hakikat

pembelajaran biologi sebagai sains yaitu pembelajaran yang menerapkan

pencapaian hasil belajar tidak hanya mencakup aspek pengetahuan

(kognitif) saja tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif)

yang saling berintegrasi satu dengan yang lain. Jadi, dapat dipahami bahwa

hasil belajar biologi mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

c. Ranah dalam Hasil Belajar

Hasil belajar meliputi tiga ranah perubahan tingkah laku, yaitu ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik. Sudjana (2010) juga memaparkan bahwa

klasifikasi Benyamin Bloom tentang hasil belajar digunakan dalam

perumusan tujuan pendidikan sistem pendidikan nasional yang secara garis

besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif,

dan ranah psikomotor. Yulaelawati (2004) juga menyebutkan bahwa

Taksonomi Bloom menggolongkan tiga kategori hasil belajar yang

berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga kategori tersebut adalah ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Anurrahman (2009) juga memaparkan

terdapat tiga perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yaitu keterampilan

(psikomotorik), sikap (afektif) dan juga kemampuan berpikir (kognitif).

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan

tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat mengingat

sampai ke tingkat paling tinggi yaitu mencipta. Hal tersebut didukung

oleh Yamin (2008), definisi tersebut didasarkan pada tujuan kognitif

yang berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan

intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada

kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk

menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur

yang sebelumnya dipelajari. Sudjana (2010) juga memaparkan bahwa

ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Yamin (2008)

juga menambahkan bahwa kemampuan yang berkaitan dengan

pengetahuan (mengingat), memahami dan menerapkan hanya

membutuhkan proses berfikir rendah (lower level of thinking process),

sedangkan menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan membutuhkan

proses berfikir tingkat tinggi (higher level of thinking process).

Anderson (2010) melakukan revisi pada taksonomi Bloom

tingkatan pada ranah kognitif (cognitive). Ranah kognitif (C) menurut

Anderson terdiri dari enam tingkatan. Tingkatan yang pertama (C1)

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

adalah mengingat, peserta didik diharapkan dapat menjelaskan jawaban

faktual, menguji ingatan dan pengenalan. Tingkatan kedua (C2) adalah

memahami, peserta didik diharapkan mampu menerjemahkan,

menjabarkan, menafsirkan, menyederhanakan, dan membuat

perhitungan. Tingkatan ketiga (C3) adalah menerapkan, peserta didik

diharapkan mampu memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan

dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi yang baru, tidak biasa,

dan agak berbeda atai berlainan. Tingkatan keempat (C4) adalah

menganalisis, peserta didik diharapkan mampu memecahkan ke dalam

bagian, bentuk, dan pola. Tingkatan kelima (C5) adalah menilai, peserta

didik diharapkan mampu menilai berdasarkan kriteria dan menyatakan

alasannya. Tingkatan yang keenam (C6) adalah menciptakan, peserta

didik diharapkan mampu menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk

atau pola yang sebelumnya kurang jelas. Tingkatan ranah kognitif dari

dasar sampai ke tingkatan tertinggi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Tingkatan ranah kognitif

Keenam jenis perilaku ini bersifat hirarkis, artinya perilaku

tersebut menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimiliki seseorang.

Perilaku terendah sebaiknya dimiliki terlebih dahulu sebelum

mempelajarai atau memiliki perilaku yang lebih tinggi (Aunurrahman,

2009).

.

Mengevaluasi

Menganalisis (Analyze)

Menerapkan (Apply)

Memahami (Understand)

Mengingat (Remember)

Mencipta

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2) Ranah Afektif

Taksonomi Krathwohl mengurutkan ranah afektif (Affective) ke

dalam lima tingkatan berdasarkan penghayatan. Tingkatan yang pertama

(A1) adalah peneriman, merupakan pemilikan kemampuan untuk

membedakan dan menerima perbedaan. Tingkatan kedua (A2) adalah

penanggapan, merupakan suatu komitmen untuk berperan serta

berdasarkan penerimaan. Tingkatan ketiga (A3) adalah perhitungan atau

penilaian, merupakan keinginan untuk diterima, diperhitungkan, dan

dinilai orang. Tingkatan keempat (A4) adalah pengaturan atau

pengelolaan, merupakan kemampua mengatur dan mengelola sesuatu

secara harmonis dan konsistenberdasarkan pemilikan filosofi yang

dihayati. Tingkatan kelima (A5) adalah bermuatan nilai, merupakan

perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar

nilai tinggi (Yulaelawati, 2004). Tingkatan ranah afektif dari dasar

sampai ke tingkatan tertinggi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tingkatan ranah afektif

Kelima perubahan tingkah laku hasil belajar aspek afektif di atas

bermula dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah pada kondisi

.

Organisasi (Organizing)

Valuing

Responding

Receiving atau Afending

Internal- isasi nilai

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pra-belajar, meningkat pada kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.

Proses ini merupakan suatu proses yang dinamis, dimana siswa melalui

keaktifannya dapat terus-menerus mengembangkan kemampuan dan

kepekaannyaa untuk mencapai tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi

melalui proses belajar yang dilakukan (Aunurrahman, 2009).

3) Ranah Psikomotor

Sudjana (2010) mengelola taksonomi ranah psikomotor

(psycomotor) menurut derajat koordinasi Anita Harrow. Ranah

psikomotor memiliki enam tingkatan. Tingkatan pertama adalah gerakan

refleks, merupakan keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.

Tingkatan kedua adalah gerakan dasar. Tingkatan ketiga adalah gerakan

tanggap (perceptual), merupakan penafsiran terhadap segala rangsangan

dari lingkungan dan termasuk didalamnya membedakan visual, auditif,

motoris, dan lain-lain. Tingkatan keempat adalah kemampuan fisik,

merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan. Tingkatan kelima adalah gerakan-gerakan Skill, mulai dari

keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

Tingkatan keenam adalah komunikasi tidak berwacana (komunikasi non-

decursive), merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh, seperti

gerakan ekspresif dan interpretative.

Ketercapaian hasil belajar biologi pada ranah psikomotor berupa

keterampilan dan kemampuan bertindak siswa mulai dari tingkatan dasar

hingga kompleks. Tingkatan ranah psikomotor dari dasar sampai ke

tingkatan tertinggi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Gambar 2.3. Ranah taksonomi psikomotor

Keenam tingkatan perubahan tingkah laku hasil belajar aspek

psikomotorik di atas bergerak dari bawah ke atas, artinya siswa

mengembangkan kemampuan atau keterampilan motoriknya untuk

mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan atau keterampilan motorik

yang lebih tinggi melalui proses belajar atau latihan yang dilakukan

(Aunurrrahman, 2009).

Aunurrahman (2009) menambahkan bahwa ketiga ranah yang

dikemukakan dia ats bukan merupakan bagian-bagian yang terpisah, akan

tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Sudjana (2010) juga

memaparkan masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang

saling berkaitan. Jadi, dapat dipahami dari kedua paparan tersebut bahwa

ketiga ranah hasil belajar tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling

berkaitan antara satu dengan yang lain yang dapat meningkatkan kualitas

individu setelah melakukan suatu proses belajar.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Slameto (2003)

menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi

Gerakan-Gerakan Skill

Kemampuan Fisik

Gerakan Tanggap (Perceptual)

Gerakan Dasar

Gerakan Refleks

non- decursive Communicaぼon

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern terdiri dari

kesehatan, psikologi dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal merupakan

faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal dibagi menjadi tiga, yaitu

faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor dari sekolah

disini adalah strategi mengajar guru dan strategi belajar siswa. Strategi

mengajar guru harus diusahakan tepat, efisien dan efektif sehingga dapat

memunculkan cara yang belajar siswa yang tepat dan efektif untuk

perolehan hasil belajar yang maksimal.

2. Strategi Service Learning

a. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran akan menunjang peningkatan hasil belajar.

Rustaman (2005) menyatakan bahwa guru memerlukan strategi ketika

membuat persiapan pembelajaran untuk memilih dan menetapkan bentuk

pengalaman belajar siswa agar didapatkan hasil belajar yang maksimal.

Terdapat beberapa definisi tentang strategi pembelajaran. Menurut Wenno

(2008), strategi pembelajaran merupakan strategi yang dipelajari dan

dimodifikasi dalam berbagai bentuk teknik atau merode pembelajaran

sehingga membuat suasana pembelajaran yang humanistik sesuai dengan

karakteristik siswa. Strategi pembelajaran secara singkat merupakan teknik

yang digunakan dalam melaksanakan/praktek pembelajaran di kelas.

Menurut Rustaman (2005) memaparkan strategi pembelajaran merupakan

suatu rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang secara seksama sesuai

dengan tuntutan kurikulum sekolah untuk mencapai hasil belajar siswa yang

optimal, dengan memilih pendekatan, metode, media, dan keterampilan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa strategi

pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk mencapai hasil belajar siswa

yang optimal.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Service Learning

Service Learning merupakan salah satu strategi pembelajaran yang

diterapkan dengan tujuan menanggulangi masalah ketidakpuasan

pemerintah dan sekolah terhadap input peserta didik dalam meningkatkan

kualitas masyarakat. Terdapat beberapa definisi tentang Service Leraning.

Menurut Billig (2009), Service Learning (SL) merupakan strategi

pembelajaran yang mengintegrasi antara pengetahuan akademik dengan

penyediaan kebutuhan masyarakat khususnya dalam hal pemecahan masalah

yang ada. Pendapat tersebut didukung oleh Youth Service America (2011)

yang memaparkan bahwa SL merupakan strategi pembelajaran yang

mengintegrasikan antara pendidikan akademik dengan pelayanan

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterlibatan dalam

kewarganegaraan serta hubungan dengan masyarakat.

Sejalan dengan pemaparan tersebut, Meyers (2009) menjelaskan

bahwa SL merupakan strategi pembelajaran yang kuat untuk mengajar dan

mendorong peserta didik untuk mengintegrasikan teori dan praktek dalam

penerapan serta pelayanan kepada masyarakat. Bilig (2009) juga

memaparkan SL merupakan strategi pembelajaran di mana siswa

mempelajari pentingnya penyediaan pelayanan terhadap kebutuhan

masyarakat. Hal ini didukung oleh Olim (2010) memaparkan SL merupakan

suatu bentuk strategi pembelajaran berdasar pengalaman di mana semua

pihak yang terlibat, yaitu guru, murid dan semua pendukung lainnya

bekerjasama dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Strategi

ini perlu didukung oleh kemampuan dan pengetahuan untuk

mengaplikasikan hasil belajar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Melalui pembelajaran seperti ini akan dipenuhi manfaat harfiah belajar

berbasis layanan masyarakat.

Berdasarkan beberapa paparan tentang definisi SL di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa SL merupakan strategi pembelajaran yang

mngintegrasikan teori dan praktik dalam penerapan pelayanan kebutuhan

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterlibatan dalam

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kewarganegaraan serta hubungan dengan masyarakat. SL diharapkan selain

meningkatkan pengetahuan siswa tapi juga dapat membangun kesadaran

siswa terhadap lingkungan masyarakat, serta meningkatan kontribusi siswa

terhadap kebutuhan masyarakat, kualitas warga negara dan lingkungan.

c. Penerapan Service Learning dalam Pembelajaran

Penerepan strategi pembelajaran Service Learning ditempuh melalui

lima tahapan IPARD. YSA (2011) menjelaskan bahwa IPARD di sini

merupakan kepanjangan dari Investigation (Investigasi), Preparation and

Planning (Persiapan dan Perencanaan), Action (Tindakan), Reflection

(Refleksi), dan Demonstration (Demonstrasi). Hal yang serupa juga

dipaparkan oleh Billig (2005) ciri dari terlaksananya SL adalah siswa yang

dapat melaksanakan investigasi, perencanaan, refleksi dan demonstrasi.

1) Investigasi (Investigation)

Investigasi merupakan tahapan pertama dalam SL. Tahap

investigasi meminta siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan

kepentingan masyarakat dan memulai penelitian. Proses ini sering

disebut analisis sosial, dengan cara menilai kebutuhan dengan merancang

survey, melakukan wawancara, menggunakan media yang bervariasi

termasuk buku dan internet, menggambarkan pengalaman pribadi dan

melalui observasi. Siswa kemudian mendokumentasikan cakupan dan

sifat masalah dan menetapkannya sebagai data dasar untuk memantau

kemajuan. Masyarakat sebagai mitra diidentifikasi. Penyelidikan pribadi

yang dilakukan siswa juga memiliki nilai besar yang selama wawancara

siswa satu sama lain saling mengidentifikasi serta mengonsolidasikan

minat, keterampilan, dan bakat masing-masing (YSA, 2011).

Langkah dalam tahapan investigasi bisa dilakukan dengan

menerapkan dasar investigasi SL, yaitu a) alasan kenapa pelayanan

dibutuhkan, b) alasan kenapa masalah yang dibahas penting untuk

masyarakat, c) apa yang harus dilakukan kemudian, d) apa tujuan dari

pelaksanaan pelayanan, e) bagaimana cara berkontribusi terhadap

masyarakat dan apa visi ke depan (YSA, 2011).

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2) Persiapan dan Perencanaan (Prepare and Planning)

Tahap selanjutnya dari SL adalah persiapan dan perencanaan.

Pada tahap ini siswa diminta untuk merancang cara dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat atau sumbangan dalam untuk memperbaiki situasi.

Perencanaan meliputi mengembangkan visi umum untuk kesuksesan,

memutuskan apa yang akan terjadi dan siapa yang akan melakukan setiap

bagian dari pekerjaan, merancang jadwal kegiatan, daftar material dan

biaya, dan mengawasi sarana dan prasarana dan melihat kemajuan yang

akan dicapai. Menjelaskan peran dan tanggung jawab adalah kata kunci

(YSA, 2011).

3) Tindakan (Action)

Tahapan selanjutnya dalam SL adalah tindakan (Action). Tahapan

ini meminta siswa mengoordinasi seluruh pihak yang terlibat utnuk

melaksanakan rencana dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat

atau berkontribusi pada kepentingan umum. Tindakan yang paling umum

dilakukan adalah seperti pelayanan langsung, pelayanan tidak langsung,

advokasi, penelitian, atau merupakan gabungan dari pendekatan layanan

tadi (YSA, 2011).

4) Refleksi (Reflection)

Tahapan berikutnya dalam SL adalah refleksi (reflection). Pada

tahapan sebelumnya, siswa memperoleh pembelajaran dalam bentuk

pengalaman yang mereka peroleh, pengetahuan, dan keterampilan yang

berhubungan dengan kehidupan sendiri dan komunitas masyarakat

sekitar mereka. Melalui kegiatan yang beragam ini mereka memikirkan

kebutuhan, tindakan, dampak, memikirkan tentang apa yang berhasil dan

tidak berhasil, dan peran mereka dalam semua kegiatan ini. Tahapan

refleksi ini meliputi baik respon analitis maupun sikap yang harus

ditunjukkan. Refleksi akhir berupa tindakan atau cara lain untuk

mengukur hasil kegiatan (YSA, 2011).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

5) Demonstrasi/menikmati hasil (Demonstration)

Pada tahapan demonstrasi, siswa menunjukkan kepada orang lain

dari pengaruh dan prestasi yang dapat dicapai. Mereka menampilkan apa

dan bagaimana hasil belajar yang telah dicapai dan keterampilan

diperoleh dan pengetahuan yang dapat diperoleh. Dalam konteks

demonstrasi, bersama dengan mitra mereka, siswa juga dapat

merencanakan dan melaksanakan bentuk syukuran dari apa yang telah

mereka capai dan melihat dampak dari pembelajaran yang dilakukan

(YSA, 2011).

Kelima tahapan di atas dilakukan secara menyeluruh untuk

menerapan SL dalam pembelajaran. Tahapan satu dengan yang lain

saling berintegrasi dan saling mempengaruhi. Kesuksesan pencapaian

hasil belajar dapat diperoleh jika kelima tahapan terlaksana dengan baik

sesuai dengan tujuan kurikulum.

d. Keunggulan dan Manfaat Service Learning

Manolis (2011) juga menyebutkan ada tiga keuntungan utama dari

strategi SL, yaitu keefektifan pembelajaran, keefektifan pelayanan, dan

keefektifan integrasi antara sekolah dengan masyarakat. Manolis juga

menyebutkan bahwa SL dapat membantu siswa dalam membangun

technical skills dan soft skill, seperti kerjasama kelompok efektif,

kemampuan interpersonal, kemampuan berkomunikasi dan sensitivitas

terhadap keragaman. Luna (2010) memaparkan bahwa SL memberikan

manfaat pada siswa yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,

dan kebiasaan.

Olim (2010) juga memaparkan bahwa SL dianggap memiliki nilai

keunggulan dibanding lainnya, yaitu 1) setiap siswa didorong untuk

mencintai belajar dan sebelumnya tidak memperoleh kesempatan untuk itu,

2) semua siswa merasa benar-benar bahwa yang dipelajari memiliki dengan

komunitas sekolah serta dunia di sekitar mereka, 3) semua siswa memahami

kesesuaian antara pikiran dengan tindakan, 4) setiap siswa memiliki

kesempatan untuk meraih cita-cita dan pendidikan bukan hanya tujuan akan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

tetapi perjalanan seumur hidup, 5) kecakapan diukur langsung dari kinerja

dan kemampuan siswa secara langsung, 6) setiap siswa menemukan

kemampuan untuk memimpin dan mengarahkan dirinya sendiri, 7) setiap

siswa memupuk kebermaknaan untuk kesejahteraan orang lain, 8) kerja tim

adalah sumber kesuksesan dan kepemimpinan adalah katalis yang mampu

menarik pihak lain kearah kebaikan, 9) semua siswa memiliki kepercayaan

diri dalam mengekspresikan ide-ide dan pendapat, 10) memberikan

pengenalan pada masyarakat bahwa sekolah tempat siswa belajar adalah

sekolah yang peduli lingkungan, aman, dan nyaman, 11) keluarga adalah

mitra dalam pendidikan anak-anak mereka, 12) masyarakat memiliki

kebanggaan akan sekolah, 13) lulusan siswa siap untuk mencapai tujuan dan

mengejar impian mereka.

Olim (2010) juga menyatakan melalui penerapan SL secara langsung

dapat dilihat perubahan pada diri siswa mengenai 1) peningkatan harga diri

dan merasakan sebagai bagian dari masyarakat, 2) meningkatkan

kemampuan dalam melakukan kerjasama, 3) memberikan peluang bagi

siswa untuk merefleksikan diri sesuai dengan tuntutan modal dan nilai

kemasyarakatan, serta 4) memberikan peluang bagi siswa untuk

berpartisipasi langsung pada pembuatan keputusan.

3. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian terhadap SL telah banyak dilakukan terutama di luar negeri,

khususnya Amerika. Tapi belum banyak ditemukan penelitian tentang SL di

Indonesia. Terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dengan dengan

pengaruh SL terhadap hasil belajar siswa.

Hasil penelitian Manolis (2011) menunjukkan bahwa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat, mengembangkan pengalaman siswa dalam belajar,

merespon keinginan dari stakeholders, beberapa sekolah juga berusaha untuk

meningkatkan keterlibatan siswa dalam program pelayanan masyarakat. Jika

diperkuat dengan penelitian lebih lanjut, penelitian ini menyatakan bahwa

beberapa isu yang penting bagi perubahan sikap siswa serta ketertarikan siswa

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

untuk berpartisipasi meningkatkan keterlibatannya dalam pelayanan

masyarakat.

Penelitian Clayton (2010) juga menunjukkan bahwa pengembangan

pembelajaran dengan penerapan SL yang berorientasi pada kebutuhan

masyarakat merupakan kunci perubahan instusional yang dapat memberi

dorongan positif pada penyelesaian masalah yang ada di masyarakat. Hasil

penelitian ini memaparkan bahwa SL dapat mempengaruhi sikap siswa

terhadap kebutuhan masyarakat dan negara.

Hasil penelitian Donisen (2010) menunjukkan bahwa SL dapat

meningkatkan kualitas akademik (kognitif) dan perkembangan keterampilan

(psikomotorik) pada siswa. SL juga dapat meningkatkan profesionalisme kerja

siswa dan meningkatkan keaktifan sebagai warga negara serta meningkatkan

respon terhadap masyarakat.

Hasil penelitian Guthrie (2010) memaparkan bahwa SL dapat

digunakan untuk pengembangan sikap siswa terhadap masalah keadilan hukum

dan respon terhadap masyarakat. Penelitian ini juga memaparkan bahwa

kebijakan hukum, respon terhadap masyarakat, dan kepemimpinan saling

mempengaruhi terhadap pelaksanaan SL.

Beberapa penelitian tersebut mengindikasikan bahwa SL dapat

meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup aspek pengetahuan akademik

(kognitif), sikap siswa (afektif) dan keterampilan yang dimiliki siswa

(psikomotorik).

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian seperti pada

Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Kerangka pemikiran

Faktor yang mempengaruhi belajar

Pelaksanaan pada pembelajaran konvensional

Pembelajaran di kelas umumnya belum mengaktifkan peran aktif siswa.

Pembelajaran masih berorientasi pada pencapaian ranah kognitif.

Pembelajaran kurang mampu berkontribusi dalam penyelesaian masalah di masyarakat dan lingkungan.

Keadaan siswa

Siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran.

Siswa kurang meningkatkan keterampilan dan sikap.

Siswa kurang berkontribusi dalam kebutuhan masyarakat dan lingkungan.

PENERAPAN STRATEGI SERVICE LEARNING

Faktor internal Faktor eksternal

Hasil belajar biologi yang dicapai siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik kurang optimal.

Pengaruh

Hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat mengalami peningkatan menjadi lebih baik dan optimal

Prosedur

Penerapan tahapan IPARD (Investigation, Preparation and Planning, Action, Reflection, and Demonstration) secara menyeluruh.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

B. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis

penelitiannya adalah ada pengaruh penerapan Service Learning terhadap hasil

belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran

2011/2012.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boyolali yang

beralamat di Jln. Kates Nomor 8, Boyolali.

2. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2011/2012 dan dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama persiapan kemudian

tahap kedua pelaksanaan dan tahap pengolahan data dan penyusunan laporan.

Ketiga tahap tersebut disusun pada Gambar 3.1.

Tahap Kegiatan penelitian

Bulan ke (dalam tahun 2011-2012) 08 09 10 11 12 01 02 03 04 05 06

Persiapan

1. Permohonan pembimbing

2. Survei sekolah 3. Konsultasi

judul

4. Konsultasi draf proposal

5. Konsultasi instrumen dan seminar proposal

Pelaksanaan

1. Ijin penelitian dan melengkapi instrumen

2. Try out instrumen penelitian

3. Pelaksanaan penelitian dan konsultasi bab I, II, dan III

Pengolahan data dan penyusunan laporan

Pengolahan data hasil penelitian dan penyusunan laporan

Gambar 3.1. Waktu Penelitian

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

B. Rancangan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang akan dipelajari, maka penelitian ini

menggunakan metode eksperimen semu (Quasi exsperimental research). Metode

ini digunakan karena banyak dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol

atau dikendalikan (Darmadi, 2011). Tujuan penelitian eksperimen semu adalah

mencari hubungan sebab-akibat dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu

pada dua kelompok eksperimen.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Posttest Only Control

Design dimana dalam desain kelompok atau kelas dipilih secara random (R)

sebanyak dua kelas. Kelas pertama yang terpilih adalah sebagai kelas kontrol

sedangkan kelas kedua adalah kelas eksperimen. Kemudian kelas eksperimen

diberi treatment atau perlakuan baru berupa penerapan strategi pembelajaran

Service Learning dan untuk kelas kontrol tidak diberikan treatment atau tetap

menggunakan strategi pembelajaran ekspositori (ceramah, tanya jawab, evaluasi).

Selanjutnya kedua kelompok tersebut diberi posttest (Sugiyono, 2011). Data

primer yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh penerapan SL terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Boyolali. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada Tabel

3.1.

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Posttest Only Control Design

Kelompok Treatment Posttest

Kontrol (R) X1 O1 Eksperimen (R) X2 O2

Keterangan: X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol dengan strategi

pembelajaran ekspositori (ceramah, tanya jawab, evaluasi). X2 : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dengan strategi

pembelajaran Service Learning. O2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok kontrol. O2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen. (R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)

Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa penerapan strategi

pembelajaran Service Learning dan penerapan strategi pembelajaran ekspositori

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

terhadap variabel terikat yang berupa hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik tertuang dalam paradigma penelitian. Skema paradigma penelitian

bisa dilihat pada Gambar 3.2.

Keterangan : X = Strategi pembelajaran X1 = Strategi pembelajaran ekspositori X2 = Strategi Service Learning Y = Hasil belajar biologi siswa Y1 = Hasil belajar biologi siswa ranah kognitif Y2 = Hasil belajar biologi siswa ranah afektif Y3 = Hasil belajar biologi siswa ranah psikomotor X1Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan strategi

pembelajaran ekspositori pada ranah kognitif. X1Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan strategi

pembelajaran ekspositori pada ranah afektif. X1Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan strategi

pembelajaran ekspositori pada ranah psikomotor. X2Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan strategi Service

Learning pada ranah kognitif. X2Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan strategi Service

Learning pada ranah afektif. X2Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan strategi Service

Learning pada ranah psikomotorik.

Gambar 3.2. Skema Paradigma Penelitian

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan objek

penelitian (Darmadi, 2011). Sugiyono (2011) menambahkan bahwa sampel

yang diambil dari populasi tersebut harus bersifat representatif agar penarikan

kesimpulan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel dalam penelitian ini

terdiri dari dua kelompok atau kelas yang ada di kelas XI IPA SMA Negeri 1

Boyolali yaitu XI IPA 4 sebagai kelompok kontrol yang didalamnya terapat 32

siswa dan XI IPA 6 sebagai kelompok eksperimen yang didalamnya terdapat

32 siswa.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random

sampling dimana sampel yang dipilih secara random bukan secara individual,

tetapi kelompok-kelompok yang anggotanya memiliki karakteristik sama

(Darmadi, 2011). Teknik tersebut memandang populasi sebagai kelompok-

kelompok sampel dimana kelompok tersebut terdapat di kelas XI IPA. Kelompok

sampel atau kelas diambil secara acak untuk dipilih dua kelas yang digunakan

sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga dalam sampel ini unit

analisisnya bukan individu tetapi kelompok atau kelas yang terdiri atas sejumlah

individu (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Sebelum pengambilan sampel dilakukan,

terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sampel memiliki

karakteristik yang sama dalam rata-rata nilai hasil belajar. Pengujian dilakukan

dengan cara menguji data sekunder berupa dokumen hasil belajar biologi siswa.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Penelitian ini mengambil kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol dan XI

IPA 6 sebagai kelas eksperimen. Perbandingan hasil belajar kedua kelas secara

lebih teliti dapat diketahui melalui uji t. Syarat dari uji t adalah data berdistribusi

normal dan homogen. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov

( dan menggunakan bantuan program SPSS 16. H0 menyatakan bahwa

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan H1 menyatakan bahwa

sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Keputusan uji

dinyatakan bahwa Ho diterima jika Dhitung < Dtabel dan Sig. > 0.050. Hasil

pengolahan data sekunder menunjukan bahwa tiap kelompok dalam populasi

kelompok XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali memiliki nilai Dhitung < Dtabel dan Sig. >

0.050 pada setiap kelompok sehingga menunjukan distribusi yang normal untuk

nilai hasil belajar siswa. Hasil uji normalitas untuk kelas kontrol dan eksperimen

dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Dokumen Hasil Belajar

Ranah Kelas Kolmogorov-Smirnova Hasil

DK_S N Sig. Dtabel Keterangan Keputusan Hasil belajar

XI IPA 4 (Kontrol) 0,127 32 0,679 0,230

Dhitung<Dtabel Sig. > 0,050 normal.

XI IPA 6 (Eksperimen)

0,208 32 0,125 0,230 Dhitung<Dtabel Sig. > 0,050

normal.

Pengolahan data tersebut menunjukan bahwa nilai Dhitung<Dtabel pada setiap

kelas kontrol dan eksperimen, sehingga H0 diterima dan dapat dinyatakan bahwa

data dokumen tersebut berdistribusi normal. Data kemudian diuji kembali

yang menggunakan bantuan

program SPSS 16 untuk mengatahui apakah populasi bersifat homogen. H0

dinyatakan bahwa tiap kelas memiliki variansi yang sama (homogen). H1

dinyatakan bahwa tiap kelas tidak memiliki variansi yang sama. Keputusan uji

dinyatakan jika F < Ftabel( ,df1,df2) dan Sig. > 0,050 (Pramesti, 2011) maka Ho

diterima. Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 3.3 dan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 4 (halaman 273).

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Dokumen Hasil Belajar

Variabel df1 df2 Statistic (F) F(0.05;1,62) Sig. Keterangan Keputusan

Hasil Belajar

1 62 1,487 4,00 0,227 Flavene< F (0.05;1,62)

Sig.>0,05 H0 diterima

F < Ftabel( ,df1,df2) untuk data

hasil belajar sehingga kedua kelas memiliki varians yang tidak berbeda nyata atau

bersifat homogen. Data dinyatakan homogen maka dilanjutkan uji-t untuk

mengetahui keseimbangan kedua kelas dengan H0 dinyatakan bahwa tiap kelas

memiliki mean yang tidak berbeda nyata. H1 dinyatakan bahwa tiap kelas

memiliki mean yang berbeda nyata.

Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji t Dokumen Hasil Belajar

Variabel Uji t t tabel Hasil

T df Sig. Keterangan Keputusan Hasil belajar 1,404 62 0,165 1,999 thitung < ttabel

sig.>0,05 H0 diterima

Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 3.4. Hasil uji t menunjukan thitung < ttabel untuk

semua ranah hasil belajar sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukan bahwa antara

kelas kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan yang sama.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan dan

sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Dalam penelitian

ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Service Learning.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa

kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 yang

meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

a. Metode tes

Metode tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang

di tes dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan

dalam angka. Pertanyaan dalam tes dapat berupa tes tertulis maupun lisan.

Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes pencapaian (tes

prestasi) yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif

yaitu menyangkut penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah

melalui proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu (Darmadi,

2011). Tes berupa tes objektif yaitu bentuk pilihan ganda.

b. Metode Nontes

1) Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpukan data,

mengambil catatan-catatan dan menelaah dokumen yang ada yang

dimiliki kaitan dengan objek penelitian (Riduwan, 2004). Metode

dokumentasi pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data

sekunder berupa nilai ujian semester ganjil siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 yang digunakan untuk

mengetahui keseimbangan hasil belajar biologi yang meliputi ranah

kognitif, psikomotor, dan afektif pada kelas kontrol dan kelas

perlakuan.

2) Teknik pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian yang

digunakan untuk mengukur tingkah laku individu dalam suatu proses

kegiatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses

belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, partisipasi

siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan alat peraga pada waktu

mengajar serta keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

(Sudjana, 2010). Teknik observasi ini digunakan untuk mengukur

hasil belajar ranah psikomotorik, ranah afektif dan mengontrol

keterlaksanaan sintaks strategi SL. Penilaian dilakukan oleh observer,

guru, dan peneliti dengan melakukan checklist pada lembar

observasi. Lembar observasi menggunakan skala penilaian (rating

scale) yang memiliki skala 1, 2, 3, dan 4 (Cartono, 2006).

3) Teknik Angket

Angket merupakan cara pengumpulan data dengan

menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan

dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal

mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat. Angket

digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa ditinjau dari ranah

afektif. Pengukuran hasil belajar ranah afektif menggunakan angket

dalam bentuk checklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket

tinggal memberi tanda check

Skor penilaian angket menggunakan skala Likert (Sudjana, 2010:81)

yang dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert

Skor untuk aspek yang dinilai Nilai

(+) (-) Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

3. Teknik Penyusunan Instrumen

a. Penyusunan Instrumen Ranah Kognitif

Menurut Widoyoko (2009) pengukuran ranah kognitif dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik tes. Beberapa langkah dapat

dilakukan untuk menyusun instrumen ranah kognitif. Langkah pertama

adalah pemilihan materi berdasarkan kurikulum sesuai dengan

Kompetensi Dasar. Langkah kedua adalah penyusunan indikator dan

tujuan pembelajaran ranah kognitif agar instrumen menjadi lebih spesifik

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dan terarah. Langkah ketiga adalah pembuatan alat ukur sesuai indikator

yang dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator

yang diharapkan. Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang

mencakup 6 tingkatan kemampuan kognitif yang menurut Anderson dan

Krathwohl (2010) yaitu C1 (mengingat), C2 (mengerti), C3

(mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (menilai), C6 (mencipta).

Langkah selanjutnya adalah memnyusun item soal ranah kognitif.

Instrumen ini kemudian diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan

reliabilitas. Item diuji lagi dengan uji tingkat kesukaran item dan uji daya

pembeda item soal. Instrumen yang telah melalui semua tes tersebut

kemudian siap digunakan sebagai postes.

b. Penyusunan Instrumen Ranah Afektif

Pengukuran ranah afektif menggunakan angket dan lembar

observasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap sikap siswa

selama berlangsungnya proses pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh

siswa dengan memberikan checklist pada angket. Angket dibuat

menggunakan skala Likert dengan lima respon yang menunjukkan

tingkatan tertentu sebagai alat ukurnya (Arikunto, 2010). Ranah afektif

menurut Sudjana (2010) meliputi lima jenjang kemampuan yaitu receiving

(penerimaan), responding (menanggapi), valuing (menilai), organization

(mengorganisasi), dan characterization by a value (karakterisasi atau

internalisasi suatu nilai).

Beberapa langkah telah dilakukan untuk menyusun instrumen

ranah afektif. Langkah pertama adalah pemilihan materi berdasarkan

kurikulum sesuai dengan Kompetensi Dasar. Langkah kedua adalah

penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran ranah afektif agar

instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah

pembuatan alat ukur sesuai indikator yang dilanjutkan dengan pembuatan

kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan. Langkah

selanjutnya adalah menyusun item pernyataan angket afektif. Instrumen

ini kemudian diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan reliabilitas.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba tes. Hasil dari uji coba

tersebut kemudian dianalisis butir soalnya mencakup validitas dan

reliabilitasnya. Jika item pernyataan angket tidak valid maka butir

pernyataan yang tidak valid di perbaiki melalui keputusan ahli, kemudian

di lakukan tes ulang (retest) untuk butir pernyataan yang tidak valid.

Instrumen yang telah melalui semua tes tersebut kemudian siap digunakan

sebagai postes.

c. Penyusunan Instrumen Ranah Psikomotorik

Pengukuran ranah psikomotor menggunakan lembar observasi

dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi terhadap

keterampilan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan oleh observer, guru, dan peneliti dengan melakukan

checklist ( pada lembar observasi. Lembar observasi menggunakan skala

penilaian (rating scale) yang memiliki skala 1, 2, 3, dan 4 (Cartono, 2006).

Ranah psikomotorik meliputi gerakan refleks, gerakan dasar

(fundamental), gerakan tanggap (perceptual), kemampuan fisik, gerakan

terampil, dan komunikasi tidak berwacana (Yulaelawati, 2004). Penilaian

ranah psikomotor meliputi penilaian keterampilan yang harus dikuasai

siswa selama pembelajaran berlangsung.

Beberapa langkah telah dilakukan untuk menyusun instrumen

ranah psikomotorik. Langkah pertama adalah pemilihan materi

berdasarkan kurikulum sesuai dengan Kompetensi Dasar. Langkah kedua

adalah penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran ranah psikomotorik

agar instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah

pembuatan alat ukur sesuai indikator yang dilanjutkan dengan pembuatan

kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan. Selanjutnya

instrumen diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan reliabilitas oleh

pakar. Instrumen yang telah melalui semua tes tersebut kemudian siap

digunakan sebagai penilaian penampilan atau penilaian hasil belajar ranah

psikomotorik.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

E. Validasi Instrumen Penelitian

Penilaian ranah kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Instrumen

penilaian ranah afektif yang digunakan berupa angket dan lembar observasi serta

instrumen penilaian ranah psikomotor berupa lembar observasi untuk mendapat

data diri siswa. Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data harus diuji

cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Pengujian

kelayakan instrumen dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Uji validitas

Validitas merupakan mutu penting dari setiap tes. Validitas

merupakan ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan

fungsi ukurnya (Darmadi, 2011). Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang

digunakan meliputi uji validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas

instrumen tes, lembar observasi dan angket dilakukan dengan cara

mencocokkan antara isi instrumen dengan indikator pembelajaran dan materi

pelajaran yang diajarkan (Sudjana, 2010). Hal tersebut dilakukan agar tes dan

angket yang digunakan dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan

tujuan akhir pembelajaran, yaitu mampu mengukur hasil belajar siswa baik

pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Uji validitas konstruk

instrumen dilakukan dengan menguji kesesuaian instrumen dengan aspek dari

variabel yang diukur. Instrumen yang telah disusun dikonsultasikan dengan

ahli (Sugiyono, 2011).

Setelah dilakukan pengujian validitas isi dan konstruk oleh ahli, maka

diteruskan dengan uji coba instrumen. Uji coba (try out) dilakukan pada

sampel dari populasi penelitian. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa jumlah

anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Uji coba instrumen dalam

penelitian ini digunakan untuk mengukur validitas instrumen yang berbentuk

tes hasil belajar pada ranah kognitif dan afektif, sedangkan pengujian validitas

untuk ranah psikomotorik cukup sampai validitas isi dan konstrak. Validitas

butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan rumus koefisien

Product moment dari Karl Pearson menurut Arikunto (2010).

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

rXY =}}{{ 2222 YYNXXN

YXXYN

Keterangan : rXY : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X : skor untuk butir ke-i Y : skor total (dari subyek try out)

Nilai rXY kemudian digunakan dalam perhitungan pada uji-t. Uji-t

digunakan karena responden yang digunakan dalam pengujian instrumen

merupakan sampel, sehingga diperlukan generalisasi ke dalam populasi agar

dapat dianggap mewakili seluruh karakteristik yang ada dalam populasi

(Muhidin dan Abdurahman, 2009). Uji-t dilakukan dengan rumus Riduwan

(2004) yaitu:

thitung =2

XY

XY

r1

2r N

Keterangan : t : nilai t menurut perhitungan uji t rXY : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)

Langkah selanjutnya adalah melihat distribusi (Tabel t) untuk taraf

signifikansi = 0,05 dan derajad kebebasannya (dk= N-2). Perbandingan

tersebut menghasilkan keputusan uji yaitu jika jika thitung < ttabel maka item soal

tidak valid, sedangkan jika thitung > ttabel maka item soal dapat dinyatakan

sebagai soal yang valid. Hasil try out pertama uji validitas tes kognitif dan

angket afektif secara lengkap disajikan pada Tabel 3.6 dan selengkapnya pada

Lampiran 2 (halaman 182).

Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Try Out Uji Validitas Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas

Valid Invalid Kognitif 50 20 30 Afektif 50 42 8

Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji

validitas soal kognitif menunjukkan bahwa dari 50 item soal yang diberikan

terdapat 20 item yang valid dan 30 item invalid. Uji validitas angket afektif

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

menunjukkan bahwa dari 50 item soal yang diberikan terdapat 42 item yang

valid dan 8 item invalid. Soal-soal invalid kemudian di tes ulang (retest) dan

diberi tambahan soal sebagai cadangan sebanyak 20 soal setelah melalui

peninjauan ulang dari ahli. Hasil dari tes ulang menunjukan bahwa 30 item

soal tes kognitif dan 8 item angket afektif valid. Hasil retest selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman 190).

2. Uji Reliabilitas

Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf

reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap

walaupun diteskan berulang-ulang (Arikunto, 2010). Riduwan (2004)

menyatakan bahwa reliabilitas instrumen tes yang memberikan jawaban yang

benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0 dapat diukur menggunakan

rumus Kuder Richardson (KR-20) sebagai berikut:

2

2

11 1 S

pqS

k

kr

Reliabilitas item angket dihitung dengan menggunakan rumus Alpha

(Riduwan, 2004), yaitu:

t

t11 S

S1

1kk

r

Keterangan: r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan k = Banyaknya item S = Standar deviasi dari tes p = Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar q = Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 p)

= Jumlah hasil perkalian antara p dan q t = Jumlah varians skor tiap-tiap item

St = Varians total

Jika harga r11 < rtabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item

pertanyaan dikatakan tidak reliabel, dan sebaliknya jika r11 > rtabel maka item

pertanyaan dinyatakan reliabel. Indeks korelasi yang digunakan sebagai

acuan tingkat reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 3.7. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item. No Skala r11 Keterangan 1 2 3 4 5

Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Antara 0,00 sampai dengan 0,199

Sangat Tinggi (ST) Tinggi (T) Cukup (C) Rendah (R) Sangat Rendah (SR)

Hasil try out uji reliabilitas soal tes kognitif dan angket afektif

disajikan pada Tabel 3.8 dan selengkapnya pada Lampiran 2 (halaman 193).

Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Try Out Uji Reliabilitas. Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji

Reliabilitas Kriteria

Reliabilitas Kognitif 50 0,453 Cukup Afektif 50 0,898 Sangat Tinggi

Berdasarkan Tabel 3.8 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes

kognitif menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) diperoleh r11 = 0,453

yang berarti bahwa koefisien reliabilitas soal tes kognitif memiliki kriteria cukup.

Hasil uji reliabilitas angket afektif berdasarkan Tabel 3.8 yang menggunakan

rumus Alpha menunjukan r11 = 0,898 yang berarti bahwa koefisien reliabilitas

angket afektif memiliki kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas

dapat diketahui bahwa instrumen penelitian baik tes kognitif maupun angket

afektif reliabel atau memiliki ketetapan yang tinggi untuk digunakan.

3. Analisis Butir soal

a. Uji Taraf Kesukaran Soal

Arikunto (2010) menyatakan bahwa soal yang baik adalah soal

yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang

menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal dinyatakan dalam Indeks

Kesukaran (P). Indeks Kesukaran (P) diperoleh dengan rumus sebagai

berikut :

sJ

B P

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan : P : Indeks Kesukaran

B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item JS : Jumlah selurus siswa peserta tes

Indeks kesukaran diklasifikasikan oleh Arikunto (2010: 210)

menjadi tiga tingkatan yang dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Skala Penilaian Indeks Kesukaran Butir Soal atau Item

No Skala P Kategori Soal 1 2 3

Antara 0,10 sampai dengan 0,30 Antara 0,30 sampai dengan 0,70 Antara 0,70 sampai dengan 1,00

Sukar Sedang Mudah

Hasil try out uji taraf kesukaran tes kognitif disajikan pada Tabel

3.10 dan selengkapnya pada Lampiran 2 (halaman 182).

Tabel 3.10. Rangkuman Hasil Try Out Uji Taraf Kesukaran.

Tabel 3.10 menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran pada hasil

try out pertama diperoleh 20 soal yang valid dan mempunyai indeks

kesukaran yang mudah sebanyak 6 soal, sedang 7 soal, dan sukar

sebanyak 7 soal. Try out kedua dilakukan sebagai tes ulang soal-soal yang

tidak valid dari try out pertama dan didapatkan 30 soal valid dengan

indeks kesukaran sebanyak 14 soal mudah, 13 soal sedang, dan 3 soal

sukar. Berdasar atas data tersebut maka instrumen penelitian berupa tes

kognitif secara umum memiliki 50 soal dengan kriteria 20 soal mudah, 20

soal sedang, dan 10 soal sukar

b. Daya Pembeda Soal

Soal yang baik memiliki kemampuan untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang

berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi disebut Indeks

Jenis Tes Kognitif Jumlah

Soal Valid Kriteria Mudah Sedang Sukar

Hasil Try Out Pertama 20 6 7 7 Hasil Retes 30 14 13 3 Instrumen Penilaian Tes Kognitif 50 20 20 10

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Diskriminasi (D). D diperoleh dengan rumus (Arikunto, 2010) sebagai

berikut:

D = B

B

A

A

J

B

J

B= PA - PB

Keterangan : J : Jumlah peserta tes JA : Jumlah peserta kelompok atas JB : Jumlah peserta kelompok bawah BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Penilaian daya pembeda butir soal menurut Arikunto (2010) dapat

dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Skala Penilaian Daya Pembeda Butir Soal.

No Nilai D Keterangan 1 2 3 4 5

Antara 0.00 sampai dengan 0.20 Antara 0.20 sampai dengan 0.40 Antara 0.40 sampai dengan 0.70 Antara 0.70 sampai dengan 1.00 Negatif

jelek (poor) cukup (satisfactory) baik (good) baik sekali (excellent) sangat jelek dan butir soal dibuang

Hasil try out uji daya beda butir soal tes kognitif disajikan pada

Tabel 3.12 dan selengkapnya pada Lampiran 2 (halaman 182).

Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Try out Uji Daya Beda.

Jenis Tes Kognitif Jumlah Soal

Valid

Kriteria

Negatif Jelek Cukup Baik Baik sekali

Hasil Try Out Pertama 20 0 5 10 5 0

Hasil Retes 30 0 11 10 9 0

Instrumen Tes Kognitif 50 0 16 20 14 0

Try out menghasilkan 20 soal valid dari 50 butir soal yang

disediakan dan Tabel 3.12 menunjukkan bahwa hasil uji daya beda pada

20 butir soal valid tersebut mempunyai indeks deskriminasi baik sebanyak

5 butir soal, cukup sebanyak 10 butir soal, dan jelek sebanyak 5 butir soal.

Try out pertama ini berarti menyisakan 30 butir soal yang tidak valid.

Butir soal yang tidak valid yang memiliki indeks diskrimitif negatif atau

jelek tersebut diperbaiki dengan peninjauan ulang dari ahli. Tiga puluh

butir soal kemudian di retest dan menghasilkan butir soal dengan indeks

deskriminasi baik sebanyak 9 butir soal, cukup sebanyak 10 butir soal, dan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

jelek sebanyak 11 butir soal. Berdasar pada data tersebut dapat diketahui

bahwa instrumen penilaian hasil belajar kognitif memiliki 50 butir soal

dengan indeks deskriminasi baik sebanyak 14 butir soal, cukup sebanyak

20 butir soal, dan jelek sebanyak 16 butir soal dalam penelitian.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis kuantitatif hipotesis dapat menggunakan statistik parametris

dan statistik nonparametris. Syarat untuk statistik parametris salah satunya

adalah berdistribusi normal (Sugiyono, 2011). Berdasarkan pernyataan

tersebut maka sebelum menguji hipotesis, harus dilakukan uji prasyarat untuk

menentukan statistik uji hipotesis yang akan kita gunakan. Umumnya uji

prasyarat yang digunakan untuk uji komparasi dua sampel adalah uji

normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi

normal atau tidak Budiyono (2009). Uji normalitas data hasil belajar pada

ranah kognitif, psikomotorik dan afektif untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov

0,050 dan dibantu program SPSS 16. H0 dinyatakan bahwa berdistribusi

normal. H1 dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. Jika nilai

sig. sig > 0,050) dan Dhitung<Dtabel

maka H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi

normal (Muhidin dan Abdurahman, 2009).

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi

antar kelompok dari data yang diperoleh antar kelompok yang diuji

berbeda atau tidak (Budiyono, 2009). Homogenitas data hasil belajar pada

ranah kognitif, psikomotorik dan afektif menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov dengan dan dibantu program SPSS 16. H0 dinyatakan

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

bahwa tiap kelas memiliki variansi yang sama (Homogen). H1 dinyatakan

bahwa tiap kelas tidak memiliki variansi yang sama. Keputusan untuk uji

ini adalah jika nilai sig. dari uji normalitas lebih besar da sig. dan

Fhitung<Ftabel maka H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data

homogen (Muhidin dan Abdurahman, 2009). Data yang diharapkan adalah

data dengan variansinya homogen.

2. Uji Hipotesis

Hipotesis nihil/nul (Ho) dalam penelitian ini menyebutkan bahwa tidak

ada perbedaan antara penerapan strategi Service Learning (SL) dengan strategi

pembelajaran menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab

terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali

tahun pelajaran 2011/2012, sedangkan H1 menyebutkan bahwa ada perbedaan

antara penerapan strategi SL dengan strategi pembelajaran menggunakan

metode ceramah, diskusi dan tanya jawab terhadap hasil belajar biologi siswa

kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis komparatif dua

sampel yang independen dengan uji-t yang dibantu dengan program SPSS16.

Uji hipotesis ini adalah uji generalisasi rata-rata data dua sampel yang tidak

berkorelasi berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel yang

independen atau perbandingan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang dipilih secara acak (Sugiyono, 2011).

Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis

adalah tingkat signifikasi ( ): 0,05. H0 ditolak jika signifikasi probabilitas

(sig) < dan thitung>ttabel. Hal ini berarti jika signifikasi probabilitas

(sig) < 0,050 maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan sebaliknya jika signifikasi

probabilitas (sig) > 0,050 maka hipotesis nihil diterima.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data hasil dari penelitian ini berupa hasil belajar yang mencakup ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik siswa pada materi Sistem Reproduksi. Data

hasil belajar ranah psikomotorik yang melalui lembar observasi, ranah afektif

melalui angket, sedangkan ranah kognitif diperoleh dari nilai tes tertulis. Data-

data tersebut diambil dari dua kelas sebagai 1 kelas kontrol dan 1 kelas

eksperimen dengan jumlah sampel 64 siswa dari kelas XI IPA 4 dan XI IPA 6

SMA N 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Kelas XI IPA 4 sebagai kelompok

kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah disertai diskusi dan tanya

jawab dengan jumlah siswa 32 orang. Kelas XI IPA 6 sebagai kelompok

eksperimen menggunakan strategi Service Learning (SL) dengan jumlah siswa 32

orang.

Berikut adalah data penelitian hasil belajar biologi siswa:

1. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif

Data penelitian hasil belajar biologi ranah kognitif pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

3 (halaman 211) dan terangkum pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Kognitif

Hasil Statistik Kelompok Kontrol (Konvensional)

Kelompok Eksperimen (SL)

Rata-rata 86,625 91,250 Standar deviasi 5,552 6,217 Variansi 30,823 39,157

Minimum 74,000 80,000 Maksimum 94,000 98,000 Median 90,000 93,000 N 32 32

Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata nilai kognitif siswa pada

kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Variansi pada

kelompok eksperimen juga lebih tinggi daripada kelompok kontrol artinya

tingkat keragaman dari nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih besar.

Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari rentang nilai maksimum dan

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

minimum pada kelompok eksperimen yang lebih besar dibandingkan

kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelas eksperimen juga lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Perbedaan hasil belajar kognitif siswa pada kelompok kontrol dan

ekperimen juga dapat dilihat dari nilai hasil belajar kognitif siswa pada setiap

tingkatan mulai dari C1 hingga C6. Data hasil belajar kognitif siswa dari

setiap tingkatan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Belajar Kognitif Setiap Tingkatan

No Tingkatan Perolehan Nilai

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen 1 Mengingat (C1) 91,11 91,35 2 Memahami (C2) 95,00 98,75 3 Mengaplikasikan (C3) 80,31 90,31 4 Menganalisis (C4) 78,91 79,69 5 Mengevaluasi (C5) 89,84 94,53 6 Mencipta (C6) 80,00 97,50

Data hasil belajar kognitif setiap tingkatan pada Tabel 4.2

menunjukkan bahwa nilai setiap tingkatan ranah kognitif pada kelas kontrol

dan eksperimen terdapat perbedaan. Semua tingkatan hasil belajar kognitif

pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Nilai

kognitif tertinggi kelompok eksperimen diperoleh pada tingkatan C2

(memahami) dan terendah pada tingkatan C4 (menganalisis). Nilai kognitif

tertinggi kelompok kontrol diperoleh pada tingkatan C2 dan terendah pada

tingkatan C4.

2. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotor

Data penelitian hasil belajar biologi ranah psikomotor pada kelompok

kontrol kelas dan kelompok eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 3 (halaman 228) dan terangkum pada Tabel 4.3.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 4.3. Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Psikomotor

Hasil Statistik Kelompok Kontrol

(Konvensional) Kelompok Eksperimen

(SL) Rata-rata 44,73 93,945 Standar deviasi 2,462 3,707 Variansi 6,576 13,00

Minimum 37,50 87,50 Maksimum 46,875 100,00 Median 45,313 93,80 N 32 32

Tabel 4.3 menunjukan bahwa rata-rata nilai psikomotor siswa pada

kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Standar

deviasi dan variansi pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok

eksperimen, artinya tingkat keragaman pada kelompok kontrol lebih besar.

Perbedaan hasil belajar psikomotor siswa pada kelompok kontrol dan

ekperimen juga dapat dilihat dari nilai hasil belajar psikomotor siswa pada

setiap tingkatan mulai dari P1 hingga P6. Data hasil belajar kognitif siswa dari

setiap tingkatan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Belajar Psikomotorik Setiap Tingkatan

No Tingkatan Perolehan Nilai

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen 1 Gerak Refleks (P1) 25,00 100,00 2 Gerak Dasar (P2) 48,44 97,66 3 Gerak Tanggap (P3) 82,81 96,09 4 Kegiatan Fisik (P4) 64,84 89,84 5 Gerakan Skill (P5) 25,00 86,72 6 Gerakan Ekspresif (P6) 25,00 89,84

Data hasil belajar kognitif setiap tingkatan pada Tabel 4.4

menunjukkan bahwa nilai setiap tingkatan ranah psikomotorik pada kelas

kontrol dan eksperimen terdapat perbedaan. Semua tingkatan hasil belajar

psikomotorik pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok

kontrol. Nilai psikomotor tertinggi kelompok eksperimen diperoleh pada

tingkatan P1 (Gerak Refleks) dan terendah pada tingkatan P5 (Gerakan Skill).

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Nilai psikomotor tertinggi kelompok kontrol diperoleh pada tingkatan P3 dan

terendah pada tingkatan P1, P5, dan P6.

3. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif

Data penelitian hasil belajar biologi ranah afektif pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

3 (halaman 234) dan terangkum pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif

Hasil Statistik Kelompok Kontrol (Konvensional)

Kelompok Eksperimen (SL)

Rata-rata 74,452 77,944 Standar deviasi 5,054 5,167 Variansi 25,599 26,071 Minimum 61,600 65,200 Maksimum 81,600 82,800 Median 70,600 75,400 N 32 32

Tabel 4.5 menunjukan bahwa rata-rata nilai afektif (Angket) siswa

pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Standar

deviasi dan variansi pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok

eksperimen, artinya tingkat keragaman pada kelompok kontrol lebih besar.

Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari rentang nilai maksimum dan

minimum pada kelompok kontrol yang lebih besar dibandingkan kelompok

eksperimen.

Perbedaan hasil belajar afektif siswa pada kelompok kontrol dan

ekperimen juga dapat dilihat dari nilai hasil belajar afektif siswa pada setiap

tingkatan mulai dari A1 hingga A5. Data hasil belajar afektif siswa dari setiap

tingkatan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Belajar Afektif Setiap Tingkatan

No Tingkatan Perolehan Nilai

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen 1 Penerimaan (A1) 73,75 77,69 2 Penanggapan (A2) 68,61 72,29 3 Penilaian (A3) 72,81 74,06 4 Pengorganisasian (A4) 73,13 75,18 5 Bermuatan nilai (A5) 69,72 72,43

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Data hasil belajar afektif setiap tingkatan pada Tabel 4.6 menunjukkan

bahwa nilai setiap tingkatan ranah afektif pada kelas kontrol dan eksperimen

terdapat perbedaan. Semua tingkatan hasil belajar afektif pada kelompok

eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Nilai afektif tertinggi

kelompok eksperimen diperoleh pada tingkatan A1 (penerimaan) dan terendah

pada tingkatan A2 (penanggapan). Nilai afektif tertinggi kelompok kontrol

diperoleh pada tingkatan A1 dan terendah pada tingkatan A2.

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, Tabel 4.3, dan Tabel 4.5 dapat dibuat

diagram batang perbandingan hasil belajar biologi kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen seperti pada Gambar 4.1.

RANAH HASIL BELAJAR

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARISTRATEGI PEMBELAJARAN

EKSPERIMEN

KONTROL

91,25086,625

93,945

44,73

77,94474,452

Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Belajar Biologi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen.

Gambar 4.1 menunjukan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol baik dari aspek kognitif, afektif

maupun psikomotor. Hal tersebut juga didukung oleh data pada Tabel 4.2, Tabel

4.4, dan Tabel 4.6 sebagian besar nilai rata-rata pada tingkatan hasil belajar baik

kognitif, psikomotorik maupun afektif kelompok eksperimen juga terlihat lebih

tinggi daripada kelompok kontrol walaupun ada beberapa tingkatan yang nilainya

lebih tinggi kelompok kontrol daripada eksperimen. Keadaan tersebut

menunjukan bahwa penerapan strategi pembelajaran Service Leraning mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

B. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Salah satu syarat uji-t adalah data berdistribusi normal. Data yang

berdistribusi normal atau tidak dapat diuji dengan uji normalitas. H0

dinyatakan bahwa berdistribusi normal. H1 dinyatakan bahwa data tidak

berdistribusi normal. Uji normalitas data hasil belajar pada ranah kognitif,

psikomotorik dan afektif untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan

menggunakan uji Kolmogorov- 0 dan dibantu program

SPSS 16. Keputusan uji dinyatakan bahwa Ho diterima jika Dhitung<Dtabel dan

Sig. > 0.050. Jika H0 diterima maka dapat dikatakan bahwa data terdistribusi

normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar

Ranah Hasil belajar Kelas N DK-S Dtabel Sig

Hasil Keterangan Keputusan

Kognitif Kontrol 32 0.197 0,230 0,166

Dhitung<Dtabel Sig.>0,050

Normal

Eksperimen 32 0,215 0,230 0,104

Dhitung<Dtabel

Sig.>0,050 Normal

Psikomotorik Kontrol 32 0,299 0,230 0,070

Dhitung<Dtabel Sig.>0,050

Normal

Eksperimen 32 0,201 0,230 0,150

Dhitung<Dtabel

Sig.>0,050 Normal

Afektif Kontrol 32 0,134 0,230 0,617

Dhitung<Dtabel Sig.>0,050

Normal

Eksperimen 32 0,131 0,230 0,638

Dhitung<Dtabel

Sig.>0,050 Normal

Hasil uji normalitas hasil belajar pada Tabel 4.7 menunjukan bahwa

nilai Sig.> 0,050 dan nilai Dhitung<Dtabel pada kelompok kontrol maupun

kelompok eksperimen, sehingga H0 diterima dan dapat dinyatakan bahwa nilai

hasil belajar baik pada ranah pada ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif

berdistribusi normal.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

2. Uji Homogenitas

Syarat lain dari uji-t adalah data yang digunakan adalah data yang

homogen. Homogen berarti bahwa data antar kelompok eksperimen dan

kontrol mempunyai variansi yang sama atau homogen. Homogenitas data hasil

belajar pada ranah kognitif, psikomotorik dan afektif menggunakan uji

50 dan dibantu program SPSS 16. H0 dinyatakan

bahwa tiap kelas memiliki variansi yang sama (Homogen). H1 dinyatakan

bahwa tiap kelas tidak memiliki variansi yang sama. Keputusan untuk uji ini

adalah jika nilai Sig. dari uji homogenitas lebih besa Sig.> dan nilai

F < F maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data

homogen (Pramesti, 2011). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar

Pengolahan data pada Tabel 4.8 tersebut menunjukan bahwa nilai

Sig.>0,050 dan nilai F < Ftabel(0,5;1,62), sehingga H0 diterima. Hal ini

menunjukan bahwa nilai hasil belajar pada kelompok kontrol dan eksperimen

memiliki variansi yang sama atau tidak berbeda nyata baik pada ranah kognitif,

psikomotorik maupun afektif, sehingga nilai hasil belajar dapat dinyatakan

bersifat homogen.

Ranah Le

Statistik (F) df1 df2

Sig. F(0,05;1,62) Keterangan Keputusan

Kognitif 1,143 1 62 0,289 4,00 Fhitung<Ftabel Sig >0,050

Homogen

Psikomotorik

3,404 1 62 0,070 4,00 Fhitung<Ftabel Sig >0,050

Homogen

Afektif 0,129 1 62 0,721 4,00 Fhitung<Ftabel Sig >0,050

Homogen

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

C. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t.

Data hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada

penelitian dinyatakan normal dan homogen, sehingga prasyarat uji-t telah

terpenuhi. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis

adalah H0 ditolak jika signifikasi probabilitas (Sig.) < dan thitung > t( ,df).

Hal ini berlaku pula sebaliknya yaitu jika signifikasi probabilitas (Sig.)

(0,050) dan thitung < t( ,df), maka H0 diterima (Budiono, 2009; Pramesti, 2011).

Hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini menyebutkan bahwa tidak ada

perbedaan antara penerapan strategi Service Learning (SL) dengan strategi

pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya

jawab terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali

tahun pelajaran 2011/2012, sedangkan H1 menyebutkan bahwa ada perbedaan

antara penerapan strategi Service Learning dengan strategi pembelajaran

konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab terhadap

hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran

2011/2012.

Perbedaan yang ditunjukan antara penerapan strategi SL dengan strategi

pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya

jawab dianggap sebagai sebuah pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI

IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Hasil belajar biologi

tersebut meliputi hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

1. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif

Hipotesis untuk pengujian pengaruh strategi SL terhadap hasil belajar

biologi siswa pada ranah kognitif dinyatakan dengan H0 yang menunjukkan

bahwa perolehan nilai kognitif rata-rata antara kelompok kontrol dengan

kelompok eksperimen tidak berbeda nyata dan H1 yang menunjukkan bahwa

perolehan rata-rata nilai kognitif antara kelompok kontrol dengan kelompok

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

eksperimen berbeda nyata. Hasil dari uji hipotesis tersebut dapat dilihat pada

Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Pengaruh SL Terhadap Hasil Belajar Kognitif Hasil Belajar t df Sig t(0.5,62) Keterangan Keputusan Uji

Kognitif 3,139 62 0,003 1,999 thitung > t ,df) sig < 0,050

H0 ditolak

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai Sig. < 0,050 dan nilai thitung > t( ,df)

sehingga H0 ditolak, hal ini berarti perolehan rata-rata nilai kognitif antara

kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen berbeda nyata. Rata-rata

nilai kognitif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada siswa

kelompok kontrol. Berdasar pada perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat

diketahui bahwa strategi SL berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 pada

ranah kognitif.

2. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik

Hipotesis untuk pengujian pengaruh strategi SL terhadap hasil belajar

biologi siswa pada ranah psikomotorik dinyatakan dengan H0 yang

menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai psikomotorik antara kelompok

kontrol dengan kelompok eksperimen tidak berbeda nyata dan H1 yang

menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai psikomotorik antara kelompok

kontrol dengan kelompok eksperimen berbeda nyata. Hasil dari uji pengaruh

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Pengaruh SL Terhadap Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil Belajar t df Sig t(0.5,62) Keterangan Keputusan Uji Psikomotorik 61,415 62 0,000 1,999 thitung > t ,df)

sig < 0,050 H0 ditolak

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai Sig. < 0,050 dan nilai thitung >

t( ,df) sehingga H0 ditolak, hal ini berarti perolehan rata-rata nilai afektif antara

kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen berbeda nyata. Rata-rata nilai

afektif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelompok

kontrol. Berdasar pada perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui

bahwa strategi SL berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi siswa

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 pada ranah

psikomotorik.

3. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif

Hipotesis untuk pengujian pengaruh strategi SL terhadap hasil belajar

biologi siswa pada ranah afektif dinyatakan dengan H0 yang menunjukkan

bahwa perolehan rata-rata nilai afektif antara kelompok kontrol dengan

kelompok eksperimen tidak berbeda nyata dan H1 yang menunjukkan bahwa

perolehan rata-rata nilai afektif antara kelompok kontrol dengan kelompok

eksperimen berbeda nyata. Hasil dari uji pengaruh tersebut dapat dilihat pada

Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Pengaruh SL Terhadap Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar t df Sig t(0.5,62) Keterangan Keputusan Uji

Afektif 2,568 62 0,013 1,999 thitung > t ,df) sig < 0,050

sig < 0,050 H0 ditolak

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai Sig. < 0,050 dan nilai thitung >

t( ,df) sehingga H0 ditolak, hal ini berarti perolehan rata-rata nilai psikomotorik

antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen berbeda nyata. Rata-

rata nilai psikomotorik siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada

siswa kelompok kontrol. Berdasar pada perbedaan nilai rata-rata tersebut

dapat diketahui bahwa strategi SL berpengaruh positif terhadap hasil belajar

biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012

pada ranah psikomotorik.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa strategi Service Learning (SL)

berpengaruh terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif, ranah psikomotor dan

ranah afektif. Pernyataan tersebut juga didukung secara diskriptif yaitu data nilai

rata-rata, nilai minimal, nilai maksimal dan nilai tiap tingkatan hasil belajar siswa

di kelompok eksperimen yang menggunakan SL dalam pembelajaran lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan strategi pembelajaran

konvensional dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Peningkatan nilai hasil belajar yang terjadi disebabkan karena strategi SL

pada materi Sistem Reproduksi memberikan beberapa hal baru yang tidak terdapat

pada strategi pembelajaran konvensional yang selama ini dilakukan. Beberapa hal

baru dalam SL yang tidak terdapat dalam pembelajaran konvensional terangkum

dalam langkah-langkah IPARD yang meliputi Investigation (investigasi), Prepare

and Planning (persiapan dan perencanaan), Action (tindakan), Reflection

(refleksi), dan Demonstration (demonstrasi). Langkah-langkah IPARD pada

pembelajaran yang berbasis pada usaha pelayanan masyarakat merupakan ciri

khas yang terdapat pada SL (YSA, 2011). Manolis (2011) juga menambahkan

bahwa pembelajaran SL dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam program

pelayanan masyarakat sehingga mampu memaksimalkan kemampuan yang

dimiliki siswa.

Penerapan strategi SL pada kelompok eksperimen dikontrol melalui

lembar observasi, sehingga dapat diketahui tingkat keterlaksanaan strategi SL.

Hasilnya menunjukkan bahwa lengkah-langkah IPARD pada strategi SL

seluruhnya telah terlaksana (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman

251). Hal tersebut menunjukan bahwa guru melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang telah dirancang pada strategi

SL. Keterlaksanaan aktivitas siswa yang direncanakan juga turut mendukung

kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh langkah rancangan pembelajaran pada

strategi SL terlaksana dengan baik. Keterlaksanaan langkah IPARD yang

diimplementasikan dalam pembelajaran diyakini mampu meningkatkan hasil

belajar biologi baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikmotorik. Selanjutnya,

akan dibahas pengaruh strategi SL terhadap hasil belajar yang meliputi tiga ranah

hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Hasil belajar kognitif merupakan pengetahuan siswa yang didapatkan

setelah mengikuti proses belajar. Hasil belajar kognitif dapat diasumsikan

sebagai tingkat pemahaman atau penguasaan siswa terhadap konsep yang telah

dipelajari. Pemahaman siswa tercermin pada hasil tes kognitif yang

dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung. Hasil belajar kognitif

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

diperoleh dengan memberikan soal kepada siswa sebanyak 50 soal pilihan

ganda dari jenjang C1 sampai C6. Soal tersebut disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar (KD) dan indikator yang telah ditentukan.

Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji hipotesis diketahui bahwa strategi SL

berpengaruh positif untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif sebesar

3,319. Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata tes kognitif siswa di kelas

eksperimen yang menggunakan strategi SL dalam pembelajaran lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah,

diskusi dan tanya jawab yaitu 91,250 untuk kelas eksperimen dan 86,625

untuk kelas kontrol. Berdasarkan tingkatan pada ranah kognitif juga dapat

dianalisis skor perolehan siswa kelompok kontrol dan eksperimen dari C1

sampai C6. Berdasarkan Tabel 4.2, terlihat bahwa hasil perolehan nilai siswa

pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol pada

semua tingkatan.

Perbedaan hasil belajar kognitif pada seluruh tingkatan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena strategi SL yang diterapkan

di kelas eksperimen dengan materi pelajaran Sistem Reproduksi memberikan

kesempatan untuk mengembangkan dan memaksimalkan kemampuan berpikir

siswa untuk dapat melakukan pelayanan terhadap masyarakat. Setiap langkah

dalam pembelajaran SL menuntut siswa untuk tidak hanya menguasai

pengetahuan tentang materi yang dipelajari saja tetapi juga menuntut siswa

untuk memberikan pelayanan tentang masalah yang ada di lingkungan tempat

siswa berdomisili yang berhubungan dengan materi yang dipelajari.

Strategi SL mampu melatih kemampuan kognitif siswa dalam hal

penguasaan materi, penyelesaian masalah dan penyampaian solusi dengan

langkah-langkah dalam pembelajaran SL. Langkah-langkah dalam

pembelajaran SL adalah IPARD (Investigation, Planning and Prepare, Action,

Reflection, Demonstration) (YSA, 2011). Investigation merupakan langkah

pertama pada pembelajaran SL. Langkah investigasi dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa pada tingkatan menganalisis (C4) dan menilai

(C5). Pada tahap ini siswa dituntut untuk menganalisis permasalahan yang ada

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

di masyarakat atau menggunakan kemampuan berpikir tingkatan menganalisis

(C4). Peningkatan kemampuan berpikir C4 (menganalisis) dapat dilihat dari

perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen (79,69) yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok kontrol (78,91). Tahap investigasi

berikutanya adalah menilai permasalahan yang penting dan berkaitan dengan

materi pelajaran yang dibahas atau menggunakan kemampuan berpikir

tingkatan menilai (C5). Peningkatan kemampuan berpikir C5 (menilai) dapat

dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen (94,53) yang

lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (89,84).

Langkah kedua dalam pembelajaran Sl adalah Prepare and Planning.

Langkah persiapan dan perencanaan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

siswa pada tingkatan memahami (C2) dan mencipta (C6). Pada tahap ini siswa

dituntut untuk memahami materi yang akan disampaikan pada masyarakat

pada tahap Action atau menggunakan kemampuan berpikir tingkatan

memahami (C2). Peningkatan kemampuan berpikir C2 dapat dilihat dari

perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen (98,75) yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok kontrol (95,00). Tahap persiapan dan

perencanaan berikutnya adalah membuat atau menciptakan perencanaan

pelayanan masyarakat yang akan dilaksanakan atau menggunakan kemampuan

berpikir tingkatan mencipta (C6). Peningkatan kemampuan berpikir C6 dapat

dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen (97,50) yang

lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (80,00).

Langkah ketiga dalam pembelajaran SL adalah Action. Langkah

Action dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada tingkatan

mengingat (C1) , memahami (C2) dan mengaplikasikan (C3). Pada tahap ini

siswa dituntut untuk mengingat dan memahami materi yang akan disampaikan

pada masyarakat atau menggunakan kemampuan berpikir tingkatan

mengingat(C3) dan memahami (C2). Peningkatan kemampuan berpikir C1

dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen (91,35)

yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (91,11). Tahap

persiapan dan perencanaan berikutnya adalah mengaplikasikan C1 dan C2

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dalam suatu tindakan dalam pembelajaran adalah pelayanan terhadap

masyarakat atau menggunakan kemampuan berpikir tingkatan

mengaplikasikan (C3). Peningkatan kemampuan berpikir C3 dapat dilihat dari

perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen 90,31) yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok kontrol (80,31).

Langkah keempat dalam pembelajaran SL adalah Reflection. Langkah

refleksi dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada tingkatan

menilai (C5). Pada tahap ini siswa dituntut untuk menilai dan mengevaluasi

hasil pelayanan masyarakat yang telah dilakukan atau menggunakan

kemampuan berpikir tingkatan menilai (C5). Peningkatan kemampuan

berpikir C5 dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa kelompok

eksperimen (94,53) yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol

(89,84).

Langkah terakhir dalam pembelajaran SL adalah Demonstration.

Langkah demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada

tingkatan menilai (C5) dan mencipta (C6). Pada tahap ini siswa dituntut untuk

menyampaikan hasil evaluasi kegiatan pelayanan masyarakat yang telah

dilaksanakan. Peningkatan kemampuan berpikir C5 dapat dilihat dari

perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen (94,53) yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok kontrol (89,84). Tahap demonstrasi

berikutnya adalah membuat demonstrasi hasil pelayanan masyarakat yang

telah dilaksanakan. Peningkatan kemampuan berpikir C6 dapat dilihat dari

perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen (97,50) yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok kontrol (80,00).

Nilai kognitif tertinggi terdapat pada tingkatan C2 disebabkan karena

tingkatan C2 merupakan tingkatan berpikir paling rendah setelah C1.

Tingkatan C2 dapat secara maksimal berkembang karena dalam pelaksanaan

pembelajaran siswa dituntut untuk dapat memahami materi yang dibahas

terutama di kelompok eksperimen pada tahap Action. Pembelajaran di

kelompok eksperimen pada tahap Action menuntut siswa memahami dan

menguasai materi yang dibahas untuk dapat disampaikan dan diwujudkan

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

pada kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Tingkatan berpikir C2

(memahami) lebih meningkat daripada C1 (mengingat) karena terdapat cukup

banyak istilah-istilah yang perlu diingat atau dihafalkan yang terdapat pada

materi pokok bahasan Sistem Reproduksi sehingga menyebabkan kurang

maksimalnya penguasaan tingkatan C1 pada siswa.

Nilai kognitif terendah terdapat pada tingkatan C4 (menganalisis) baik

untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kurang maksimalnya

tingkatan berpikir menganalisis terdapat pada langkah Investigation dalam

pembelajaran SL di kelompok eksperimen. Tingkatan berpikir menganalisis

(C4) kurang berkembang dibandingkan tingkatan yang lain karena pada

tingkatan ini siswa dituntut untuk menganalisis permasalahan yang ada di

masyarakat. Permasalahan yang ada di masyarakat begitu luas dan bervariasi

sehingga menyulitkan siswa dalam membatasi masalah dan merumuskan

masalah yang ada.

Langkah-langkah IPARD yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan

hasil belajar ranah kognitif siswa baik secara keseluruhan maupun tiap

tingkatan sehingga siswa dapat menguasai materi yang telah mereka pelajari

dan terapkan. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa strategi SL memberikan

pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif. Hal tersebut

sejalan dengan hasil penelitian dari Donisen (2010) yang menyatakan bahwa

penerapan SL dapat meningkatkan kualitas akademik (kognitif) siswa.

2. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik

Hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau

kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu.

Hasil belajar psikomotor ditunjukkan dengan keterampilan manual yang

terlihat pada siswa dalam kegiatan fisik. Penilaian hasil belajar ranah

psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi.

Berdasarkan Tabel 4.10 hasil uji hipotesis diketahui bahwa strategi SL

berpengaruh positif untuk meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik

sebesar 61,415 untuk nilai thitung nya. Peningkatan hasl belajar dapat dilihat

pula pada Tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata psikomotorik

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

siswa di kelas eksperimen yang menggunakan strategi SL dalam pembelajaran

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode

ceramah, diskusi dan tanya jawab yaitu 93,945 untuk kelas eksperimen dan

44,73 untuk kelas kontrol. Berdasarkan tingkatan pada ranah kognitif juga

dapat dianalisis skor perolehan siswa kelompok kontrol dan eksperimen dari

P1 sampai P6. Berdasarkan Tabel 4.4, terlihat bahwa hasil perolehan nilai

siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol

pada semua tingkatan. Hal ini disebabkan karena strategi SL yang diterapkan

di kelas eksperimen dengan materi pelajaran sistem reproduksi memberikan

kesempatan siswa untuk aktif secara fisik.

Pembelajaran SL melatih keterampilan psikomotorik melalui langkah-

langkah IPARD. Langkah Investigation terdapat beberapa keterampilan-

keterampilan. Keterampilan pertama yang terdapat pada langkah Investigation

yaitu ketrampilan melaksanakan investigasi yang dapat meningkatkan hasil

belajar psikomotorik tingkat P5 (Gerakan-Gerakan Skill) dilihat dari

perbedaan hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen (86,72) lebih

tinggi daripada kelas kontrol (25,00). Keterampilan ketiga yang terdapat pada

langkah Investigation yaitu ketrampilan mengoreksi jawaban teman pada

lembar pemahaman materi awal yang dapat meningkatkan hasil belajar

psikomotorik tingkat P2 (Gerakan Dasar) dilihat dari perbedaan hasil belajar

psikomotorik pada kelas eksperimen (97,66) lebih tinggi daripada kelas

kontrol (48,44). Keterampilan ketiga yang terdapat pada langkah Investigation

yaitu ketrampilan menghitung prosentase tingkat pemahaman awal yang dapat

meningkatkan hasil belajar psikomotorik tingkat P1 (Gerak Refleks) dilihat

dari perbedaan hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen (100,00)

lebih tinggi daripada kelas kontrol (25,00). Keterampilan keempat yang

terdapat pada langkah Investigation yaitu ketrampilan merumuskan

pembatasan masalah yang dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik

tingkat P3 (Gerakan tanggap) dilihat dari perbedaan hasil belajar psikomotorik

pada kelas eksperimen (96,09) lebih tinggi daripada kelas kontrol (82,81).

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Keterampilan-keterampilan yang terdapat pada langkah Planning and

Prepare yaitu keterampilan merancang perencanaan dan persiapan pelayanan

penyuluhan yang dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik tingkat P2

(Gerakan Dasar) dilihat dari perbedaan hasil belajar psikomotorik pada kelas

eksperimen (97,66) lebih tinggi daripada kelas kontrol (48,44) dan

keterampilan membuat media pelayanan yang dapat meningkatkan hasil

belajar psikomotorik tingkat P4 (Kegiatan Fisik) dilihat dari perbedaan hasil

belajar psikomotorik pada kelas eksperimen (89,84) lebih tinggi daripada

kelas kontrol (64,84). Keterampilan yang terdapat pada langkah Action yaitu

ketrampilan menyampaikan hasil diskusi dalam hal ini adalah materi

pelayanan yang dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik tingkat P3

(Gerakan Tanggap) dilihat dari perbedaan hasil belajar psikomotorik pada

kelas eksperimen (96,09) lebih tinggi daripada kelas kontrol (82,81).

Keterampilan-keterampilan yang terdapat pada langkah Reflection yaitu

keterampilan mengoreksi jawaban teman pada lembar pemahaman materi

yang dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik tingkat P2 (Gerakan

Dasar) dilihat dari perbedaan hasil belajar psikomotorik pada kelas

eksperimen (97,66) lebih tinggi daripada kelas kontrol (48,44), keterampilan

menghitung prosentase tingkat pemahaman akhir yang dapat meningkatkan

hasil belajar psikomotorik tingkat P1 (Gerakan Refleks) dilihat dari perbedaan

hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen (100) lebih tinggi daripada

kelas kontrol (25,00), dan keterampilan menyimpulkan hasil pelayanan yang

dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik tingkat P3 (GerakanTanggap)

dilihat dari perbedaan hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen

(96,09) lebih tinggi daripada kelas kontrol (82,81). Keterampilan-keterampilan

yang terdapat pada langkah Demonstration yaitu keterampilan membuat

produk pelayanan masyarakat yang dapat meningkatkan hasil belajar

psikomotorik tingkat P6 (Komunikasi tidak berwacana) dilihat dari perbedaan

hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen (89,84) lebih tinggi daripada

kelas kontrol (25,00) dan keterampilan mendemonstrasikan hasil pelayanan

yang dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik tingkat P2 (Gerakan

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Dasar) dilihat dari perbedaan hasil belajar psikomotorik pada kelas

eksperimen (97,66) lebih tinggi daripada kelas kontrol (48,44).

Nilai hasil belajar psikomotorik siswa terdapat tingkatan yang

memiliki nilai psikomotor tertinggi dan terendah. Nilai psikomotor tertinggi

kelompok eksperimen diperoleh pada tingkatan P1 (Gerak Refleks) karena P1

merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi

stimulus jadi kemampuan motorik yang digunakan cenderung mudah untuk

dilakukan (Yulaelawati, 2004). Nilai psikomotor yang terendah terdapat pada

tingkatan P5 (Gerakan Skill) karena pada tingkatan P5 diperlukan

keterampilan yang kompleks dalam pelaksanaannya (Sudjana, 2010).

Setiap langkah pada pembelajaran SL menjadikan siswa aktif dan

kreatif dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa strategi SL

memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi ranah

psikomotorik. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Donisen (2010)

yang menyatakan bahwa penerapan SL berpengaruh terhadap keterampilan

siswa secara positif.

3. Hasil Belajar Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai nilai, interes, apresiasi

(penghargaan) dan penyesuaian perasaan social. Indikator afektif dalam

pembelajaran IPA merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa

melakukan proses pembelajaran yang berkaitan dengan sikap ilmiah. Sikap

ilmiah tersebut antara lain jujur, teliti, disiplin, terbuka, objektif, dan tanggung

jawab. Rustaman (2005) menyatakan dalam pembelajaran sains tidak hanya

menghasilkan produk dan proses, tetapi juga sikap. Pada penelitian ini hasil

belajar afektif diperoleh dengan angket.

Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji hipotesis diketahui bahwa strategi SL

berpengaruh positif untuk meningkatkan hasil belajar ranah afektif sebesar

2,568 untuk nilai thitung nya. Peningkatan hasil belajar afektif juga dapat

dilihat pada Tabel 4.5 yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata afektif siswa di

kelas eksperimen yang menggunakan strategi SL dalam pembelajaran lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

ceramah, diskusi dan tanya jawab yaitu 77,944 untuk kelas eksperimen dan

74,452 untuk kelas kontrol. Berdasarkan tingkatan pada ranah kognitif juga

dapat dianalisis skor perolehan siswa kelompok kontrol dan eksperimen dari

A1 sampai A5. Berdasarkan Tabel 4.2, terlihat bahwa hasil perolehan nilai

siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol

pada semua tingkatan. Hal ini disebabkan karena strategi SL yang diterapkan

di kelas eksperimen dengan materi pelajaran Sistem Reproduksi memberikan

kesempatan siswa untuk meningkatkan karakter dan keterampilan sosial siswa

di kelas dan juga di masyarakat.

Peningkatan karakter dan keterampilan sosial siswa diperoleh melalui

proses IPARD yang dilakukan selama proses pembelajaran. Langkah

Investigation menuntut siswa untuk dapat menghargai pendapat dan mereima

sara dari orang lain sehingga dapat meningkatkan sikap siswa dalam hal

penerimaan (A1) dilihat dari perbedaan hasil belajar afektif pada kelas

eksperimen (77,69) lebih tinggi daripada kelas kontrol (73,75). Langkah

Planning and prepare menuntut kerjasama siswa dalam kelompok untuk

menanggapi secara aktif masalah yang telah diinvestiasi serta bersama teman

satu kelompok memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan sikap

siswa dalam hal penanggapan (A2) dan penilaian (A3) dilihat dari perbedaan

hasil belajar afektif pada kelas eksperimen (72,29 untuk A2 dan 74,06 untuk

A3) lebih tinggi daripada kelas kontrol (74,06 untuk A2 dan 72,81 untuk A3).

Langkah Action menuntut siswa untuk aktif dalam melakukan pelayanan

dalam hal mempertahankan pendapat dan memadukan pendapat pada saat

diskusi sehingga dapat meningkatkan sikap siswa dalam hal pengorganisasian

(A4) dilihat dari perbedaan hasil belajar afektif pada kelas eksperimen (75,18)

lebih tinggi daripada kelas kontrol (73,13). Langkah Reflection menuntut

siswa untuk menghargai pendapat orang lain, teliti dan jujur saat menghitung

prosentase tingkat pemahaman yang dapat sehingga dapat meningkatkan sikap

siswa dalah hal bermuatan nilai (A5) dilihat dari perbedaan hasil belajar

psikomotorik pada kelas eksperimen (72,43) lebih tinggi daripada kelas

kontrol (69,72). Langkah Demonstration menuntut siswa untuk bertanggung

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

jawab atas pelayanan masyarakat yang telah dilaksanakan dan

mendemonstrasikannya di depan kelas sehingga dapat meningkatkan sikap

siswa dalam hal penanggapan (A2) dilihat dari perbedaan hasil belajar

psikomotorik pada kelas eksperimen (72,29) lebih tinggi daripada kelas

kontrol (68,61).

Nilai afektif tertinggi kelompok eksperimen diperoleh pada tingkatan

A1 (penerimaan) karena pada pembelajaran SL siswa harus dapat menerima

perbedaan yang terdapat di masyarakat untuk dapat melakukan investigasi.

Nilai afektif terendah pada tingkatan A2 (penanggapan) karena dalam

pembelajaran terdapat berbagai permasalahan yang diterima yang memerlukan

tanggapan yang tepat sehingga memerlukan sikap penanggapan yang tinggi

dalam menanggapi berbagai masalah di masyarakat sedangkan kapasitas siswa

masih belum mencukupi untuk menanggapi semua permasalahan yang ada di

masyarakat diantaranya terdapat kendala koordinasi kelompok dan tenggang

waktu pelaksanaan.

Berdasarkan pernyataan di atas terlihat bahwa seluruh kegiatan dalam

pembelajaran SL baik pada Investigation, Planning and prepare, Action,

Reflection, dan Demonstration mampu meningkatkan karakter dan

keterampilan sosial siswa. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa strategi SL

memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi ranah afektif. Hal

tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Clayton (2010) dan Guthrie

(2010) yang menyatakan bahwa penerapan SL dapat mempengaruhi sikap

siswa secara positif.

Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar siswa yang menerapkan strategi pembelajaran SL dengan siswa yang

menerapkan pembelejaran ceramah bervariasi. SL dapat meningkatkan hasil

belajar siswa yang mencakup aspek kognitif, psikomotorik dan afektif yang

didapatkan dari kegiatan pelayanan masyarakat yang telah dilakukan menurut

tahapan-tahapan IPARD yang terdapat pada strategi pembelajaran SL sehingga

siswa dapat berpartisipasi secara aktif dsalam masyarakat. Hasil tersebut didukung

oleh hasil penelitian dari Bringle (2010) yang menunjukkan bahwa SL dapat

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

meningkatkan kemampuan akademik (kognitif), sikap individu (afektif), dan

keterampilan siswa dalam masyarakat (psikomotorik). Peningkatan hasil belajar

tersebut dalam SL dapat diaplikasikan secara maksimal untuk peningkatan

kemampuan dan keterampilan siswa dalam melakukan pelayanan terhadap

masyarakat serta mempersiapkan peserta didik menjadi pelaku peningkatan

kualitas dalam masyarakat. Peserta didik menjadi kreatif untuk menciptakan

produk pelayanan masyarakat yang dapat dilihat pada Lampiran 6 (halaman 284)

dan terdapat respon dari masyarakat melalui lembar pesan dan kesan yang dapat

dilihat pada Lampiran 6 (halaman 283). Hal ini didukung oleh Donnison (2010)

yang menunjukkan bahwa pembelajaran pelayanan atau SL dapat meningkatkan

pengalaman akademik, individu dan profesionalisme yang berdampak pada

peningkatan partisipasi siswa dalam hubungan dengan masyarakat.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh strategi pembelajaran

Service Learning terhadap hasil belajar biologi dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran Service Learning berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi

ranah kognitif, psikomotor dan afektif

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan kajian dan

referensi pada penelitian sejenis mengenai strategi pembelajaran Service Learning

dan hasil belajar biologi

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru

dalam memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan menerapkan pembelajaran

dengan kegiatan pelayanan masyarakat secara aktif sehingga dapat

mengeksplorasi kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak siswa dan

meningkatkan hasil belajar biologi ranah kognitif, psikomotor dan afektif siswa.

C. Saran

1. Guru

a. Guru mata pelajaran biologi diharapkan mampu menerapkan strategi

pembelajaran Service Learning agar siswa berlatih mengembangkan

kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak untuk mengaplikasikannya

dalam program pelayanan masyarakat sehingga target hasil belajar biologi

dapat tercapai dan siswa mampu memaknai materi pelajaran biologi.

b. Guru mata pelajaran biologi diharapkan lebih banyak menerapkan strategi

pembelajaran melalui kegiatan siswa yang dapat meningkatkan partisipasi

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Pengaruh...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user . perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

aktif siswa dalam masyarakat sehingga dapat mempersiapkan individu yang

bermanfaat untuk masyarakat.

2. Peneliti

Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu

diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penerapan strategi

pembelajaran Service Learning dan Hasil Belajar Biologi yang lebih luas dan

mendalam.