Dasar dasar Pengukuran Tanah (Surveying) jilid 2.pdf

337

Transcript of Dasar dasar Pengukuran Tanah (Surveying) jilid 2.pdf

  • -1"t

    .l'r-:.,'. :

    EDISI KETUJUH

    *r 4.# 4i tq*.4ti 1; -t

    Jilid 2,]

    Adjunct Professor of Civil EngineeringNew Mexico State University

    il".rt j :) i:r..'.;Professor, Civil and Environmental Engineering

    University of Wisconsin at MadisonAlih Bahasa:

    i . .1 ,.i.

    Direktorat Agraria

    1997

    Jl. H. Baping Raya No. 100Ciracas, Jakarta 13740

  • Judul Asli: Et.EmIi.yI'AIil' t{,1fiI f-y/\{;{elrr;dIi l)ii{ir;t:

    Hak Cipta O 1984 dalam Bahasa Inggris pada Harper & Row, Publishers, Inc.Hak Terjemahan dalam Bahasa Indonesia pada Penerbit Erlangga.

    Diterjemahkan oleh: f .! i q lir) Wft i i-! r-i: i ? ;'' tt i . !'-'Kepala Sub Direktur PendafiaranTanah pada Direktorat AgraiaPropinsi lawa Tengah

    - Semarang.

    Dilarang keras mengutip, menjiplnk atau memphotocopy sebagian atau seluruh isibuku ini, serta memperjual-beliknnnya tanpa izin rcnulis dari Penerbit Erlangga.

    Buku ini diset oleh bagian Produksi Penerbit Erlangga dengan huruf PR-10-M.Setting oleh : [r.nr]ra 5.Lay Out oleh : Bagrrili Prcili.if.si llertrt ii i-irlans:,aDicetak oleh : ilL (lr:lt,re Aksarir lrrat.lilri

    Cetakan kedua, 1997

    !; trdAK {IIPTA X}ILINDIjNG{ {}LEH {INDANG-{INI}ANG

  • -\

    ffiffi&ffi&ru Yffiffiffiffi& K&ffi*M

    Para pengarang ingin menyan-rpaikan terima kasih atas saran-saran dan bantuan-bantuanyang berguna. atau bahan-bahan yang dipakai untuk edisi ini maupun edisi-edisi sebelum-nya, atau kedua-duanya. yang telah diberikan oleh Profesor-profesor A.S. Cutler, O.S. Zel-ne. dan L.F. Boon; C.B. Andrews; P.P. Rice;D.F. Griffin; A.S. Chase;L. Perez;Let. Ko1.W.L. baxter; E.G. Rich;J.P. Rastroni; D.V. Smith; E.C. Wagner, H.E. Kallsen, J.L. Clapp.,R.B. Buckner, dan S.D. Johnson;G.B. Lyon;W.A. Wintz, Jr.; D.C. McKee;J.M. DeMarche;C.F. Meyer; C.H. Drown; J.R. Coltharp; P. W. McDonnell. Jr. .l:O. Eichler;D.C. McNeese;D.A. Tyler; D.S. Turner; J.O. Meadows; E.F. Kuhlan;R.E. Hauck;K.S. Curtis;P.E. Borgo;P.B. Newlin; A.C. Kellie; C.E. Balleisen;W.I. Strong; E.F. Burkholder;H.2. Lewis; A.P.Vonderohe. dan D.F. Mezera. Juga. W.C. Wattles, R.P. Irwin, T.E. Henderson, F.A. Sieker,F.P. Thomack, R.H. Holdridge. R. Minnick, J.M. Kesler, B.A. Dewitt, J.W. Schoonmaker,J.D. Henry, E. Gammon, R.J. Fish. dan E. Zimmerman. Ucapan terima kasih khusus di-sampaikan kepada Louise Shafer untuk sumbangannya yang banyak bagi buku ini.

    Bahan berupa gambar dan bantuan lainnya telah diberikan dengan cuma-cuma olehU.S. Bureau of Land Management, U.S. Geological Survey, National Godetic Suwey,U.S. Soil Conservation Service, Defense Mapping Agency. dan Technical Advisor, Inc.

    Perusahaan-perusahaan alat ukur yang menyediakan foto-foto adalah the Keuffel &Esser Company; Kern Instrumints. Inc.; Lietz Company; American Paulin System; CarlZeiss Oberkochen; Wild Heerbrugg Instruments, Inc.; Lenker Manufacturing Company;Wanen Knight Company; AGA Geodimeter, Inc.; Hewlett Packard, Inc.; Telludist, Inc.;Dietzgen, Inc.;W. & L.E. Gurley; Numonics Corporation; Magnivox; Orven Ayres & Associates, Inc.;Bausch & l,omb, Inc.; Shell Canada Resources, Ltd.;Kelsh Instrument Divisi-on, Danko fulington, Inc.; dan Benchmark Company.

  • '. ::, .t.*# s'**s

    ii.!l:

    s,i"

    r #,%l-.rlii!: . ::;.1

    ";,*j;i ,: {.,"- ' :d *- E-,*!

    Halaman

    P.ng.nL,Pengukuran Takimetri untuk Titik Bidik HorisontalPengukuran Takimetri untuk Bidikan MiringRambu TakimetriBusur BeamanTakimeter Swa-reduksiCatatan LapanganProsedur LapanganPoligon TakimetriTopografiSipat Datar TakimetriKesaksamaanSumber-sumber Galat dalam Pekerjaan TakimetriKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    'l

    1

    367I8

    1011

    11111112121214

  • PengantarMetode-metode untuk Pengu ku ran TopografikTitik Tetap (Titik Kontrol) untuk Pengukuran TopografikCara-cara Menempatkan Detail Topografik di LapanganLokasi GarisLokasi Garis-garis dari Titik TunggalGqLq-TiassrSifat-sifat Garis Tin ggiCara Langsung dan Tak Langsung Menentukan Garis TinggiMetode-metode Lapangan dalam Memperoleh TopografiMetode RadiasiMetode TakimetriMetode PlansetMetode Bujur Sangkar KoordinatSimpangan dari Garis SumbuGaris Tinggi (Counturs) dengan Alat Sipat Datar TanganPemilihan Metode LapanganSpesifi kasi Penguku ran Topograf ikSumber-sumber Galat dalam Pengukuran TopografikKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    PengantarBadan-badan PemetaanSkala PetaPenggambaran PetaMenggambar Titi k KontrolMenggambar Sudut (Plottin g Angles)Metode TangenMetode Tali BusurMetode Busur Deraiat (Protractor Method)Kebaikan dan Keburukan Metode-metode yang BerbedaMqnggambar

    -Detail ,lnterval Garis Tinggi irvr

    "n ggr; bii Ga riffi n ggi

    Simbol-simbol TopografikMenempatkan Peta dalam LembaranPanah MeridianJudu ICatatanBahan PenggambaranPemetaan OtomatisSumber-sumber Galat dalam PemetaanKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    15151617181919222324242424252627272728282830

    313232333334343435363637373941424243434446464647

    L"

  • Pen ga ntarGambaran PlansetPemakaian PlansetMemasang dan Mengorientasikan PlansetPoligonMetode MemancarPemotongan ke Depan, atau Metode Triangulasi GrafisPemotongan ke Belakang (Resection )Masalah Dua-TitikMasalah Tiga-TitikSipat DatarPemakaian Planset dalam Pekerjaan KonstruksiKebaikan dan Keburukan PlansetSaran-saran PraktisSumber-sumber Galat dalam Pekerjaan PlansetKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    i i,: ij{: it,:i.:

  • rI

    L]..

    Jaringan Titik Kontrol NasionalHirarki Jaringan Titik Kontrol Horisontal NasionalHirarki Jaringan Titik Kontrol Vertikal NasionalDiskrlpsi Titik KontrolTriangu lasiTi njauan-sel idi k ( Reconnaissance ) Trian g.ulasiPengukuran Lapangan untuk TriangulasiPeralatan Triangulasi (Triangulation Adjusment)Poligon Saksama (Precise Traverse)TrilaterasiSistem Pengu ku ran Kelem baman ( I nerti a I Surveyi n g Systems )Sistem Doppler SatelitPengukuran Titik Kontrol VertikalSoal-soalDaftar Pustaka

    PengantarProyeksi Kerucut Konformal Lambert (Lambert Conformal Conik Projec-

    tion)Proyeksi Merkator Melintang (1 ransverse)Koordinat Bidang Negara Bagian dengan Pemrosesan Data OtomatikMenghitung Koordinat Titik Poligon Negara BagianPengukuran dari Satu Zone ke Zone lainProyeksi Universal Transverse Merkator (UTM)Proyeksi-proyeksi Peta LainnyaSoal-soalDaftar Pustaka

    PengantarAlas Hak-hak TanahGambaran Hak Milik dengan Ukuran dan PerbatasanGambaran (Penjelasan) Hak Milik dengan Sistem Blok'dan-kaplingGambaran Hak Milik dengan KoordinatPengkapl inganMem petak-petakkan TanahPekerjaan LapanganPendaftaran Hak TanahSumber-sumber GalatKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    'rn1,_,, .1; . _1

    PengantarPetunjuk-petunjuk Pengukuran Tanah NegaraTitik Pusat (lnitial Point)Meridian Utama (Principal Meridian)Garis Basis (Base Line)

    97979999

    101102103104104105106108111115116

    :,

    117

    120121123123127128129130132

    133135136139139141141143144145145145148

    149150152152153

  • Paralel Standar (garis koreksi)Meridian PedomanBagian Luar Township, Garis Meridional, dan Garis TownshipPenetapan TownshipPemecahan Segiempat (Ouadrangle) menjadi TownshipPemecahan Township menjadi SectionPemecahan SectionSection PecahanCatatan-catatanGaris Besar Langkah-langkah PemecahanPenandaan Titik Sudut (Marking Corners)Titik Sudut SaksiTitik Sudut Tepi Air (Meander Corners)Titik Sudut yang Hilang dan Tak-berbekasKetelitian Pengukuran Tanah NegaraGambaran (Penjelasan ) dengan Township, Section dan Pemecahan (Petak)

    yang lebih KecilSumber-sumber GalatKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    PengantarPeralatan untuk Pengukuran KonstruksiTitik Kontrol Horisontal dan VertikalPemancangan untuk Jalur PipaPemancangan Tanjakan Jalur PipaPemancangan Bangunan (Gedung)Pemancangan Jalan RayaPengukuran Konstruksi LainnyaSumber-sumber GalatKesalahan-kesal ahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    := pri :jiiri a:,ri.a: i!li.l: I rr;:i.1:PengantarDerajat LengkunganPenurunan Rumus-rumusPenentuan Titik-titik Lengkungan (Curve Stationing)Prosedur Umum Perancangan Lengkungan dengan Sudut Belokan

    memakai Teodolit Kompas atau Teodolit dan Pita 191Menghitung Sudut Belokan dan Tali Busur (Declection Anglesand Chords) 192Catatan Lengkungan 194Prosedur Terperinci untuk Perancangan Lengkungan dengan Sudut Belok-

    xr

    155155155155156157159159160160160162162163163

    1641U165165167

    169170171173174176177181182182183184

    185187187189

    194195

    195196

    an memakai Teodolit Kompas atau Teodolit dan PitaPemasangan Alat pada LengkunganPerancangan Lengkungan dengan Sudut Belokan memakai Takimeter

    ElektronikPerancangan Lengkungan dengn Simpangan (Offsets)

  • rvxrl

    199199200200201202202202206

    i)-;

    207208

    209210212213214215216217217219

    1.i i221221221224224225227228230

    method) 231232232232233235

    Masalah-masalah Lengkungan Melingkal KhususMelewatkan Lengkungan Melingkar melalui sebuah Titik TertentuPerpotongan sebuah Lengkungan MelingkarLengkungan-lengkungan Majemuk dan BerbalikJarak Pandang pada Lengkungan HorisontalSumber-sumber GalatKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    ,*,':"i:,ltt:r :it;: ; i):r, :rilL i I l'PengnntarPersamaan Umum Lengkungan ParabolikPersamaan Len gku n gan Parabol i k Sa ma-tangen dalam Termi nol ogi

    PengukuranHitungan Lengkungan Vertikal memakai Persamaan ParabolikSifat Sama-tangen sebuah ParaboliH itun gan-h i tu n gan untu k sebu ah Lengku n gan Beda-tan genTitik Tinggi atau Rendah pada Lengkungan VertikalMerencana Lengkungan Lewat sebuah Titik TertentuJarak-pandangKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    t':1,:,:-r,,

    PengantarMetode-metode Pengukuran VolumeMetode Tampang (lrisan) Melintang (Cross Section Method)Jenis-jenis lrisan (Tampang) MelintangRumus Luas-ujung-purata (Average-End-Area Formula)Menentukan Luas UjungMenghitung Perpotongan Lereng (Slope lntercepts)Rumus PrismoidalHitungan VolumeMetode Luas-Satuan atau Lubang Galian Sumbang (Borrow-pitMetode Luas-garis-tinggi (Countur-Area Method)Sumber-sumber GalatKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    FotogrametnPengantarPemaka ian F otogrametriKamera UdaraJenis-ienis Foto UdaraFoto Udara VertikalSkala Foto Udara VertikalKoordinat Terestris (Tanah) dari Foto Vertikal Tunggal

    :lJl237238239241241243245

    \

    rSai:1,rii

  • Pergeseran Relief (Relief Displacement) pada Foto VertikalTinggi Terbang Foto VertikalParalaks StereoskopikPandan gan Stereoskopi kPengukuran Paralaks Stereoskopi kMesin-gambar (Pl otters) Stereoskopi kFotogrametri AnalitisOrtofotoTitik Kontrol untuk FotogrametriPerenca naan Penerban ganSumber-sumber Galat dalam FotogrametriKesalahan-kesalahan BesarSoal-soalDaftar Pustaka

    xiii

    246248249252253254257258258259260262262264

    .,. !ii. i

    l:t,t':,. t

  • *t& s:t f: :'*; f. {* .* fd Ysa il''Edisi Ketujuh dari Elementary Surveying ini memakai pendekatan yang sama dengan edisi'edisi sebelumnya dalam menyajikan sebuah buku teks yang mudah dibaca, berisi teori dasardan bahan praktis untuk pemakaian di lapangan maupun di ruang kuliah. Dengan mema'sukkan fakta-fakta yang kurang dikenal tetapi berkaitan dengan dan menekankan aspek-aspek profesional pengukuran tanah, diharapkan dapat mendorong minat pada profesibersejarah ini. Pembahasan tentang kemajuan-kemajuan teknolog yang mengarah ke per-baikan metode dan peralatan merupakan motivasi utama untuk memperbaiki buku ini.

    Bab 1 sampai dengan 17 merupakan bahan untuk sebuah progam (proyek) kuliah-tunggal yaitu pembuatan peta topografik dengan bagian-ba$ian yang lengkap termasukteori galat (errors), pencatatan hasil pengukuran, pemakaian peralatan, metode-metode la-pangan, hitungan dan prosedur-prosedur penggambaran.

    Bab 18 sampai dengan 28 adalah pelajaran kedua yangmerupakanmaterikuliahyanglebih maju dan khusus, sambil memberi gambaran kepada para mahasiswa program studitunggal, tentang apayatgmerupakan kelanjutannya. Bahan dalam teks tetapi tidak dibahasdi ruang kuliah, akan tetap bermanfaat untuk pemakaiai di kemudian hari, karena paramahasiswa pengukuran tanah dan rekayasa (engineering) mungkin akan menyimpan buku-buku lanjutan untuk acuan selanjutnya dalam tugas profesional dan untuk persiapan ujiaruujian memperoleh lisensi juru-ukur.

    Edisi-edisi yang lampau dan sekarang telah dilengkapi dengan gagasan dan timbanganbuku dari banyak pengajar dan praktisi seperti ditunjukkan oleh daftar panjang nama-namadalam bagian Ucapan Terima Kasih.

  • 7Txvr

    Di antara banyak perubahan yang memperbaiki dan memperbaharui buku ini adalahsebagai berikut;

    Tiga bab (Pengukura-r Linear, Sipat Datar, serta Teodolit Kompas dan Teodolit)telah dipecah masing-masing menjadi dua bab baru agar lebih baik susunannya danmenghasilkan pokok persoalan dengan keluamn yang memadai.Bab-bab menenai Pengamatan Astronomis, Pengukuran untuk Konstruksi, Leng-kungan Melingkar, dan Volume pada pokoknya telah dirubah.Penekanan lebih besar diberikan padajenis-jenis peralatan yang lebih baru, sepertiinstrumen-instrumen "stasiun kotah" (total station) dan teodolit digital denganpembacaan otomatik. Foto-foto dan sifat-sifat instrumen telah dimutakhirkan.Pemakaian instrumen EDM (EDMIs) dalam sebuah "cara pelacakan" (trackingmode) untuk pemancangan konstruksi dibicarakan pula.Pembahasan tentang sistem-sistem Kelembaman (Inertial System) dan SatelitDoppler telah ditambah, dan diperkenalkan materi tentang sistem koordinat UTM.Tiga program komputer, ditulis dalam BASIC untuk hitungan poligon, dan reduksidata azimut untuk pengamatan Polaris dan Matahari, termuat dalam Apendikxdisertai soal-soal contoh untuk menggambarkan penerapannya.Sebuah bab baru tentang Geometri Koordinat dalam hitungan pengukuran tanahtelah ditambahkan dalam Apenxiks.Perataan-perataan baru daripada datum-datum horizontal dan vertikal nasional,yang dibuat oleh the l.lational Geodetic Survey, dibicarakan pula.Bagian-bagian baru dalam bab Lengkungan Melingkar adalah Rancangan kng-kungan dengan Sudut Belokan (Deflection Angle) memakai Takimeter Elektronik("instrumen stasiun kotah") dan Perpotongan Dua Lengkungan Melingkar.

    i; Pengkaplingan yang bagus sebagai hasil penggambaran oleh komputer menunjuk-kan kemajuan di bidang ini sejak diterbitkannya Edisi Keenam.

    1 1 Data baru tentang proyek-proyek pengukuran dan pemetaan oleh Pemerintahtelah dicatat dan ditambah dengan butir-butir penjelasan tentang PengukuranTanah Negara.

    r.-. Metode-metode reduksi jarak EDM, untuk mengoreksi penyimpangan vertikaldaripada instrumen EDM (EDMI) dan teodolit yang dipasang di bawahnya, telahditambahkan.

    i.r. Liputan bab tentang astronomi diperluas dengan bagian singkat tentang Pengamatan untuk Lintang dan Bujur.

    i 1 Peta Isogonik baru yang meliputi dua halaman menggantikan peta yang lama.I :,. Beberapa saran lagi tentang penulisan catatan ukuran ditambahkan pada daftarr

    yang telah panjang.ir, Beberapa sifat khas lagi dari garis tinggi telah ditambahkan untuk memperbaiki

    tabulasi menyeluruh.I Formulir sipat datar resiprok telah diperbaiki., S. Sebuah daftar acuan relevan yang terpilih telah ditambahkan sehabis tiap bab.

    Materi tentang instrumen jenis lama agak dikurangi tetapi tidak dihilangkan. Pitabaja, alat sipat datar sederhana (dumpy level), teodolit kompas dan planset masih dibuat,dijual dan dipakai oleh para mahasiswa dalam tahap-tahap pertama di banyak perguruantinggi dan oleh banyak orang di lapangan. Alat-alat ini menggambarkan pokok-pokokdasar pengukuran tanah, misalnya teori galat (error), dengan memperkenalkan pengukuran-pengukuran kasar. Pertimbangan para pemula dapat lebih dimatangkan dengan membacanonius dan pita ukur daripada merekan tombol dan memperoleh jawaban yang secaraotomatis terpilih dan tercatat.

  • xvu

    Titik-berat di dalam teks diletakkan pada teori galat, dan pada korelasi antara teori danmetode-metode lapangan yang praktis. Hampir 900 soal terdapat di tiap akhir bab dan dibagian belakang buku ini terdapat kira-kira seperempat jawabannya untuk membantu paramahasiswa untuk belajar sendiri.

    Para insinyur, arsitek, ahli geologi dan kehutanan harus mampu membuat pengukurandan menganalisa kesaksamaan dan ketelitian hasil yang diperoleh orang lain. Mereka se-harusnya memenuhi syarat kemampuan untuk menempatkan dan mengatur mesin-mesindengan benar, merancang gedung-gedung dan bangunan biasa lainnya, mengerti dan mem-buat peta-peta topografik sederhana. Masing-masing bidang ini dibahas, dan dikemukakanprosedur lapangannya yang benar untuk memperoleh kesaksantaan yang diinginkan.

    Beberapa acuan tentang biaya dibicarakan pula agar para mahasiswa secara dini di da-lam tugas di perguruan tinggi belajar mengenali tiga dasar praktek pengukuran tanah danrekayasa, teori, penerapan dan biaya. Semua pengukuran tanah adalah merupakan per-juangan terus-menerus untuk mengurangi atau mengucilkan galat dan kesalahan besar.Di bagian akhir kebanyakan bab, para mahasiswa diingatkan akan hal ini dengan daftargalat dan kesalahan besar yang biasa terjadi.

    Walaupun seluruh tujuh edisi mempertahankan judul Elementary Surveying (dengandemikian menghindari kembalinya ke edisi "pertama" lagi), isinya melewati batas tingkatdasar dalam hal isi dan cakupannya. Tetapi sejumlah besar bab memungkinkan mengikut-sertakan atau menghilangkan beberapa pokok bahasan untuk menyesuaikan diri denganwaktu kuliah yang tersedia untuk para mahasiswa dalam pengukuran tanah, teknik sipil,kurikula rekayasa yang lain, arsitektur, geologi, pertanian dan kehutanan.

    Bab-bab diatur dengan urutan yang paling memudahkan di banyak perguruan tinggi.Bahan-bahan dasar terkumpul dalam tujuh belas bab pertama. Teori dan pemakaian instru-men-instrumen dasar pengukuran terestris * pita, peralatan EDM, alat sipat datar, teodolitkompas, teodolit dan planset

    -

    dibicarakan secara terperinci dan dibahas pula peralatanjenis-jenis baru. Sembarang bab setelah bab 17 dapat dilewati tanpa kehilangan kesinam-bungan, walaupun ada beberapa yang cukup pendek sehingga cocok untuk sebuah penugas.an (pekerjaan rumah).

    Liputan terbatas pada pokok-pokok bahasan seperti astronomi lapangan, pengukur.an batas dan fotogrametri, diberikan untuk menyesuaikan berbagai program yang ada.

    Sebagai contoh, bab pendek tentang pengukuran batas dimaksudkan agar para mahasiswamenyadari beberapa masalah yang terlibat dalam pengukuran dan'pemindahan hak tanahserta persyaratan yuridis pendaftaran profesi. Beberapa pengajar memberikan pelajaranpengukuran tanah secara luas dan menginginkan para mahasiswanya memperoleh gambar-an umum menyeluruh dari banyak fungsi pengukuran tanah. Ada keyakinan bahwa susun-an dan cakupan bahan yang disajikan di sini akan mencukupi pula kebutuhan semacam itu.

    Pengukuran dengan pita, pengukuran jarak elektronik, sipat datar, dan pemakaianteodolit kompas dan teodolit merupakan urutan yang dipakai karena para mahasiswa lebihmudah mendapat sedikit kelancaran kerja dengan peralatan yang diurutkan seperti ini.Susunan ini juga memungkinkan permulaan dan kelanjutan kerja lapangan dengan waktukuliah dasar yang minimum, serta memungkinkan memulai hitungan serta penggambaranyang berhasil-guna wlaupun hanya sebentar di lapanganjika cuaca buruk terjadi.

    Disadari adanya kesulitan menyelesaikan semua materi latar-belakang (konsepsi dasarprofesi, sejarah, teori galat dan metode-metode pencatatan) sebelum mulai pekerjaanlapangan pada minggu pertama (selain pengukuran dengan langkah).

    Namun demikian, para pengarang percaya bahwa topik-topik ini sudah semestinyamendahului teori dan pemakaian instrumen.

    Perihal formulir catatan -

    sebuah bagian penting dari pengukuran tanah dan rekayasa

  • /-xviii

    -

    dibicarakan dalam satu bab terpisah. Kebanyakan contoh formulir catatan dikumpulkandalam Apendiks D. tidak tersebar di seluruh buku, sehingp dapat diketemukan denganmudah.

  • irr 1. lit lii-l,qr.:TI:F:. "Metode stadia", yang disebut "takimetri" di Eropa. adalah carayang cepat dan efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti untuk sipat datar trigonometrik, beberapa poligon dan penentuan lokasi detail-detail topografik. Lebih lanjut, didalam metode ini cukup dibentuk regu 2 atau 3 orang, sedangkan pada pengukuran dengar.rtransit dan pita biasanya diperlukan 3 atau 4 orang.

    Stodia berasal, dari kata Yunani untuk satuan panjang yang asal-mulanya diterapkandalam pengukuran jarak-jarak untuk pertandingan atletik

    -

    dari sinilah muncul kata"stadium" ("stadion") dalam pengertian modern. Kata ini nrenyatakan 600 satuan Yunani(sama dengan pengertian "feet"), atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Anrerika sekarang.

    lstllah stadia sekarang dipakai untuk benang silang dan rambu yang dipakai dalampengukuran, maupun metodenya sendiri. Pembacaan bptis (stadia) dapat dilakukan dengantransit, teodolit, alidade dan alat sipat datar.

    Peralatan stasiun-kotah yang baru, menggabungkan teodolit, EDMI, dan kemampuanmencatat-menghitung hingga reduksi jarak lereng secara otomatis dan sudut vertikal. Yangdihasilkan adalah pembacaan jarak horisontal dan selisih elevasi, bahkan koordinat. Jadiperalatan baru tadi dapat memperkecil regu lapangan dan mengambil alih banyak proyektakimetri. Namun demikian, prinsip pengukuran takimetri dan metodenya memberikankonsepsi-konsepsi dasar dan sangat mungkin dipakai terus-menerus.

    1s-2. PrNGt.lK[-iRAl* TAKIMETRIS l.il\JTUK TlilK BtDiK HoBtsCINTAL. Selain be-nang silang tengah, diafragma transit atau teodolit untuk takimetri mempunyai dua benang

  • horisontal lambahan yang ditemparkan sa a jauh dari benanS lengah,s epeni pada CaJnbar 15-6. lnlerval antaru benang-benang stadia ilu lada kebanyakan instrumen nenrbcrikanperpolonsan vertikal I ft pada ranrbu yanS dipasang seiauh 100 fi (arau I m pada j{rak100 ml. Jadi jarak ke ranbu yang dibasi secala desunal dalam fee1. persepuluhan dan peI-seratusan dapar langsung dibxca sampai fool lerdekar Ini sudah cLtku! saksama uniukmenentukan lokasi detail-detail topogralik seperti sungdl, lenrbalan dan jatan, vans akandjgambar pada pela dengan skala lebih kecjl darjpada I in = 100 ft, dan kadang-kadancbahkan unluk skala.skala lebih besar misalnya I in - 50 fr.

    Melode takimetrl dldasarkan pada prinsip bahwa pada segitiSa seBttisa sebangun, sisiyang sepihak adalah sebandinS. Pada Gambar 15-1 yang mengga,nbarkan teropongwmpunan luar, berkas sinal dari rilik ,4 dan B melewatl pusat lensa membenruk sepasangsegillSa sebangun AnB d^n (mb. D sinj ,4, = n adailh perpoiongan flnb! (intenalsradld) dan d, adalah selang antala benan8 benang stadia

    Sr,nbolsimbol baku yans dipakai dalam pensukuran takirnetri dan definisinva adalah

    : = iarak pumpun lel,sa (sebuah telapan untuk gabungan lensa obyekti f tertntu ).Dapal dilenlukan dengan pumpunan pada obyek yang iaul dan mengukLtr ja'rak anrara pusat lensa obyekrif (sebenarnlra adalal litik snnpul dengan dia-fragma.'(jarak pumpun = focal length)

    i j = jarak ba yan8an ar au jarak dali pusat (sebenarnya inik simpul.) l.nsa obyekti Ike bidang benang-sildng scwaktu telopong terpunrpun pada sualu titik leltentu.

    i , = jarak obyek arau jarak dari pusal (seben am ya adalah litik simp ul) dengan dja-iilik lertentu sewaklu telopong terpumpun pada tillk ltu Bila/, trk terhin8ga,arau amat besar./, =, urhat Pers (6-6)1.

    i = selang xnlara benanS benangstadia (4, pada Cambar 151).t1= laktot pensali, biasanya 100. (stadi, inlervrl lrctol), biasanya 100, = jarak dari pusal lnsnumen (sumbu I) k pusal lensa obyekdl. Harga c sedikit

    beragan sewaklu lensa obyeklil bergerak masuk alau ke lual untuk panjang!idikan b.beda. retapi biasanya dianggap telapan.

    lO.l"- ,"1,"r. t"t". r"".", senbeang simr di ruang obvet terdah ke puel lene pertama alau

    dep.n akm muncul di ruans baymgan dari pusi tedua Oe1*a.8) sjajar densan annva senula Jadilirik tirll puul lersa nenetap*m sunbu optis sislennva.

  • ( = c + f. C disebul tettpan sradla, palaupun sedikn berubah karena..

    ,i = jarak dari ritik pumpun di depan teropong ke rambu.| = C+ d = jarak dad pusal ilrsirumen ke permukaan ranrbu.Dari segitiga-segitiga sebangun pada Canrbar t 5-1.

    dan

    (l5-l)Benang-benang silang jarak oplis leiap pada transit. reodoLit. alar sipal dalar dan

    dengan cermal diatur lerahrva oleh pabrik insrrunrennya agar faktor pen8alj ,7l s3madengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari kira-kira 0,75 sampai l.l5 fr unruk teropong-telopong pumpunan luar yang berbeda. terapi biasanya dianggap sama dengan I fr. Saru-stunya variabel di ruas kanarr per$trraan. adalah R ).aitu perpotongar beran8,benan8stadia. Pada Cambrr l5-1. bila perpotong.n R ,dalah 4.17 x. jarak dari insrrunren kerambu adalalr 417 + I = 418 fr.

    Yang relah dijelaskan adalab reropon8 punlpunanluar jenh lama. karena dengan gam.bar sederhana daprt ditunjukkan hubunFo.hubun_gar dengan benar. Lensa obyekrif.e.c!po s puheunan dala,r (jems yang sehrarrg dipakai pada insiruDerr ukur ranah) me pu.nyai kedudukan telparang lelap stdangkan lensa punrpunan negarifdapar digerakkan antarulensa obyektifdan bidarg benangsilang untuk mengublh arah brkas sinar. Hasilnya. telap-an stadia menjadidenrikian kecil selnngga dapar djarggap not.

    Renans stadia )a s nenshila,ry dd\t dipatni pada bebempa instrunren lanra unrukmenghuldari kek cauan dengan benant rengah horisonrat. Dafrapn)a dari kaca )Jng n."dern drbuar dellgan ga ygaris sradir plndel JJI b

  • Gamhd l5-2. Pengukuranlarak ollir mnn'g

    Misalnya S adalah jarang miring ,r; t/ adalal jarak horisontal ,G = ,lrrv; dan Iz adalaftjarak vertikal rG = Olr'. &hnjutnya

    H Scosd/:Ssin.l

    Jika seandainya Iambu dapat dipegang tegaklurus garis bidik di titik O, pembacaan,{'B' adalal R' akan diperoleh, mn,adi

    : R',/ '

    Ii

    Karena memegang rambu denFn miring sebesa, a itu tidak praktis, mata ditegaklunrs-kan dan dibaca,4B atau R. Karera kebanyakan bidikan terbentuk sudut kecil di r, matacukup teliti untuk menganggap sudut ,{,4'D siku-siku. Oleh karena itu

    I/:Rlcos'a+Ccosa (15-2)

    (15- l)

    Untuk sudut'sudut kecil dan teropong pumPunan-luar, halga C mendekali I ft, dan

    r=r1cos'a+r (15-3)

  • Agar tidak ada perkalian R dengan cos' a yang rnerupalan angka desimal yang besar,rumus unluk # dapat ditulis kembali untuk pernakaian dalam hirungaa nenjadi

    I/ (/l .1j\: r I IJikari =(, maka

    l/ L\r/i l{)lrt \|r ,rl/ Lrr)/l ll)l)H !n ,r

    (p!.rILnrflurr I

    // AR ARlirr,r (Jarak vertikal diketemukan dengan rumus

    /l \ i ,r .(,\ ,r + ( \rJr ,/Untuk sudutsudut kecil, sin d sanpt kecil dan kuantitas C sin a dapat diabaikan.

    Dengrn mengganti j sin 2 unluk sina cosa, rumusnya menjadiI A /{rl

    'if ^''/l 1li '-rDalam bntuk akhir yang umun dipakai, f diambil sebesar 100 dan rumu$rumus un-

    tuk reduksi bidikn mirinS menjadi jarat horisontal danjarak yertikal adalah

    I l5 rrr

    Tabel-tabel, diagram, mistar hitung lhusus, dan kalkulator elekironik telah dipakaioleh para juru-ukur unluk memperoleh penyelesaian rumus-rumus ini dengrn cepat. TabelE-l dalam Apendiks E memuat jarat-jarak horisonial dan vertikal untuk peryotonSanrambu 1 fi dan sudur$rdut vertikal dari 0 sampai 16' (74 sampai 90" dan 90 sanpai 106'unruk pembacaan-pembacaan dari zenit). Men8gunakan tabel untuk mengecek reduksicaralan akan menumbuhlan penilaian alas kewajarrnjawaban suatu faktor rawan dalampraktek pengukuran tanah dan rekayasa.

    Sebuah tabel tak dikenal harus selalu diselidiki dengan memasukkan harga,harga didalamnya yanS akan meinberikan hasil yang telah diketahui. Sebagai conloh. sudutsudut5. 10, dan 15" dapat dipakai untuk mengecek hasil-hasil memakai tabel. Misalnya sebuahsudut ve(ikal 15"00'Gudut zenir 75"), perpolongan rambu l,O0 fl dan tetapan stadia I ft,diperoleh hasil-hasil sebasai berikut. Densan Tabel E-1,

    t 5i)R\llil

    Dengan Pers. (1s-8).

    l1 r)l,rl) ! 1,1 0 | I 9.1,r ri3u 9.1 li

  • CONTOH 15-1Misalkan dalam Gamb I5'2, elevasi,u adaiah 268.2 ft;t.i.=l',14=5,6 ftiperpotong-

    an rambu ,4,B = R = 5,28 fij sudut venikal d ke titik , dibaca 5,6 ft pada rambu adalah+4"16'idan C = 1 ft. Hitunglah iarak ,{, beda elevasi I/ dan elevasi tiiik O.

    PE]\ryELESAIANDari Tabel E 1, untuk sudul sebesar 4'16' (sudut zenit 85'44') dan perpotongan ram-

    bu I fl, jarak-jarak horisonlal dan vertikal beturut-rurut adalah 99,45 d3n 7.42 ft. Selan-jutnya

    H = 100 ! I,(X) 100 i 10,:591: - I =,1.1,.1. arau9l ir

    F/: (qtr,tj i,llt *l=ili,l r slh[tI': (7,12 r s,lEl+ 0,08 = 19,lE + (),01i: 39,j il

    F.levasi titik O adalah

    Rurnus lengkap

    elerrsir)=:6r.1 r j.6 r -l().-r i.6=:0r.irr (lilrl)untuk menentukan selisr! elevasi antara,l, da! O pada Gambar 15':

    elev,, ele!.v=1i+ I p rhx.trrlr rilnbuDari Pers. (15.i0), keuntungan bidika. dengan pembacaan sebesar 1.i- aBdr lerbaca

    sudut venikal. sudah ie1as. Karena pcmbacaan la.lbu dan i.i. berlawanJn 1anda, bila hargtmudaknya $ma akan salins mendilangkan dan dapal dihapuskan dari hilurgan elevasi.Jika f.i. lrk dapa! leriihat karena lerhalang, sembarang pembacaan rambu dapal dibidikdan Pen. (15'10) dipakai. Mernasang benang silang tengah pada tanda salu foor penuh sedi-kit di alas arau di bawah r.i. menyderhanakan hitungannya-

    Penentuan beda elevasi dengan takimelri dapat dibandingkan dengan sipat datar me-mmjang. T.i. sesuai sebuah bidikan plus, dan pernbacaan rrmbu sesuai bidikan ,nnrus. Pada'nya djtindihkan sebuah jarak vertihl yang dapat plus atau minus, t.]ndanya tergantdngpada sudut kefliringan. Pada bidikan.bidikan pentilg ke arah tllik-titik dan patok-patokkontrol, galar-ga1a1 inslrumenlal akan dikurangi dengin prosedur lapangan yang baik mens-gunakan prinsip timbal-balik yailu, membaca sudursudul vertikal dengan kedudukanteropong biasa dan luar biasa.

    Penrbacaan langsun8 pada rambu dengan saris bidik horisontal (seperii pada sipaldatar). bukan sudul !erlikal, dikeriakan bila keadaan menrunsknkdn, untuk rnetr)edcrhanakan reduksi catalan'calxtirn. Tirjauan pada Trbel E.l nrcnu jukkan bahwr unlL'ksudut-sudul veflikal di bawah kila-kira 4". selisih atrrara jarak Ilriling dan jarak horison'1al dapat diabaikan kecuali pada bidikan jauh (di maoa galal pctlbacaaniarak jLrga l,"bihbesar). Dengu demikirn teropong boleh miring beberapa derajal untDk penrbacaan jalakopiis seteial membual 'bidikan depan 'yang darar untuk memperoleh sudul verlikd).

    l5-4. RAMBU TAK|METBI. Berbagri jenis tanda dipakai padr rambu lakimetri telapisemua mempunyai bentuk-bentuk geomelrik yang menyolok dirancang aSar jelas padajarak jauh. Kebanyakan rambu takimetri telah dibagi menjadi fet dan persepuluhan &erse'ratusan diperoleh dengan interpolasi), ietapi pernbagian skla sistem merrik sedangmenjadimakin umum. Warna-u'arna berbeda membanlu membedakan angka-angka dan pembagian,pernbagtun sk3la.

  • Rmbu{ambu takimeri biasa berbentuk saiu-ba1ang, lipatan atau polongan-polongandengan panjang l0 atau 1: ft. Kalau dibuat lebih panjanS dapat meningkalkan jarak,bidikletapi makin berat dan sult ditingani. Senngkali bagian brwah satu arau dua fool darirambu 12 ft akar terhalang oleh rumpui atau semak, tinggal sepanjang hmya 10 ft yangkelihalan. Pmjang bidikan maksimum dengan denikian adalah kira-kira 1000 ft. Padabjdikan yang lebih jauh, serengah-inteffal (perpotongan anlara bena.flg tengah dan benangstadia alas atau bawah) dapat diba.a dan dilipllduakan uniuk dipakai dalam persamaanreduksr takr elri yangbaku. Bila ada benBng-pere patan antara benang tengah dan benangsradla atas, secara teoritjs dapa! ditaksnjarak se.jauh hampir.1000 fl. Pada bidikan pendek.munskin sanrpai 200 ft, rambu sipat datar biasa sepertl jenis Philadelphia sudah cukup

    15 5. BUSUB BEAMAN. Busu! Beaman (Gambar l5-3) adalal sebuah alat yanS drtemparkan pada beberapa transit dan alidade untuk memudahkan hirungan-hitungan takimerris.Alat jni dapat mrupakan bagian dari linSkaran vertikal atau sebuah piringan tersendiri.S*ala-skala H dan V busur itu dibagi dalam persn. Skala V menunjukkan selisih elevasi tiap100 f jarak lereng, sedangkan ska.la H memberikan torcrJ ap 100 ft untuk dikurangkandari jarak takimelris. kiena V berbanding lurus dengan ,j sln 22 dan koreksi untuk H ter,ganlung pada sin'1 a, selang-selang pembagian skala mrldn rapat bila sudut venikal mening-kat. Oleh karena itu nonius ridak dapat dipakai di sini, dan penbacaan tepat hanya dapa!dilakukan dengan memasang busur pada pembacran rngka bular.

    Penunjuk skala-V (indeks) terpasngagar terba.a 50 (munskin 30 alau 100 pada bebe,rapa inslrumen)bila teropong horisontal untuk menghindan h3Jga-harga minus. Pembacra.lebih besar daripada 50 diperoleh untuk bidikan.bidikan di alas horison,lebih kecil dari 50di bawalnya. Ilrnu hilung yang diperlukan dalam pemakaian busur Bedman disederhanakandengan memasang skala V pada sebuah angka bulat dan membiarkan benang srlang iegahterleiak di tempat deka! f.i. Skala H kemudian umumnya tak akan terbaca pada anska

    Canbar 15.3. Lrtr,L Lr. ri nlLlr. lf, }. r ,. I r 1 .1.,. r.r \r .r I (j. 1.,

  • bulat dan harga-lrarganya harus diimerpolasi. Ini tidak penting karen, hitungannya telrp

    Elevasi sebuan dlik }, yang dibidik dengrn transit lerpasltns di tirik ! didapat dengan

    penrbicrrn rlnrhu densrn benrng rergah 1ta- )Anda harus ne perhatikan dengan ieliti tanda-tanda atabarnya. Inslrumen-instrumen

    lain mernpunyai busur serupa disebut lingkaran stadia dengan skala V yang sana, relapjskala H tidak mentberikan koreksi persentase melainlan sebuah pensati (multiptier).

    CONTOH I5 ]NIisaloya pada cambar 15-l pembacxan skala,V busur Beaman adalah 56;pembdcarn

    skdla-H. 0,4: perpotongan rambu 6,28 lt: t.i. =:1.2 It;pembacaan rambu dengan benangten8ah 7.3 fr;C = 0r dan elcvasi liiik M adalah 101,5 ft Hirunglah elevasirilkB

    PE}JYF]I FSAIANclc\ O = 101.5 I ll I 156 50)l6.t|ir ..i- 116 I tL

    H =1100)(6lsl (0.1)(6ll) (,15 lt15-6. TAKIMETER SWA-REDUKSI. Takimeter swa-reduksj (Gambar l5-4) drn alidaderelah dikembangkan di nana garis-saris lengkong stadia nanpak bergerak nremjsrl dllusaling rnendekal sewaktu tropong diberj elevasi rhu junarn. Sebenarnya. Baris-garis itu digoreskdn pada sebuah piringan kaca yan8 berputar mengelilinci sebuafi sumbu (rertetak dilL!ar teropong) sewaklu teropong dibidiH(an ke sasaran

    Pada Gambar 15-5 (yang tidak berlaku untuk DK.RV Gambar 15-.1.). grris-garis arasdan bawah (dua garis luxr) melengkung untuk nenyesuaikan dengan keragaman datamfungsi rrisono etrik cosr , dnn dipakaj unluk pengukuran jai:rk Dua garis dda,n menen-iukan selisih elevasi dan nelengkung unluk ,nenggambrrkrn funSsi sjn d cos a Sebuah garislertikal. landa silang tengah, drn saris-saris sradia pendek merupakan rxnda pada pirin-sangelas kedua yang l erpasang 1etap. 1e lputnpun serenrak dengan garis-gr s lenglung.

    Sebuah tetapan fakror pengrli 100 dipakai untukjarak horisontal. Faktor 20,50. atau100 djlcrapkan pada pengukuran beda tinggi. Harganya lerganiung pada sudut lerens drndirunjukkan o1fi garis-grris pendek diremparkan antara kufle,kurve elevasi.

    Takimele. 'diagr nr" lainnya pada dasarnya bekerja irtas prinsip yang samai Sudurvertikal secars otomalis dipampds oleh pisahan garis stadia yans beragam. Sebuah takimelerswa.reduksi mernakar selual garis ho.isontai tehp pada sebuah diafragma dan gans hon,sont lainnya pada diafragma kedua yangdaprt belgerak, yang bekerja aris dasar perubah-all sudut verlikal. Kebanyakan alidade plrnset memakai suatu jenis prosedur reduksi lakj

    Seblah Rmbu Topo khusus yrns berkaki dapar{ipanjaflskm densan anska not rer,pasang pada r 1.. biasalla dj!njurkan untuk dipakai agar insrnxnen rakirnerri xepenuhnla

    157. CATATAN LAPANGAN. Conloh catxtan lapangan taldmetri tercanrun dalamGanbar D-9. Trdsit dtau teodolitnya biasanya diorientasikan dengan azimur meridional,dan diambil pembacaan sudut searah jarurnjam ke titik lirik yang dikehendaki.

    Dalrnr pekerjaan takimetri, banyak bidikan dapal diarnbil dari satu patuk. O/r, ialcnaitu oientasi haru\ dicek l.ng nrnftklik padn gans kontrol s?telah tiap t0dtel 20 titik-toposralik dan sebelunt np inssalkan pot.tk.

  • Crmbar l5-1, lrkim.t.r rcdrLk!DX I{\' (At,rik.brLLln ]\.flr li

    Seperti dikemukakan sebclumnye, pada tanah yang hampir dxt sebaiknya tidak dl.pakai bidikal miring lerapi bidikan horhortal blh mungknr. Sclanjuti)a penrhlc,anpcmb,rc,rrn tunrbu menjadi bidikan minus, seperli drllm sipal daidr profil Prosedur inimengun.si kemunski.an salah dan nrenyederha.akan hitungan.

    Kolo.r.kolonr drlam calrtan dlsusun sesuNi urutan penrbacran tlxk dibidik. perpo,longan ra,nbu. azi ul. drn sudut verllkirl. Sebuah skersr dan datr vang berkaitan diienrpar-kan seperti biasrn)a yairu pada hrlarndn kanan. Pemberim nomor titik titik topogrrfikmulai dcngan 1 di prrok prlama dan berrurul turut berlanjul searah jarum jam lewatsemua lainn),a unruk menghindari kemun8kinan nomor rangkap !ada sketla. Reduksi caial-

  • l0

    Grmh.i 15.5. i,.1 r.

    'Lr'

    ( , .f lr,l

    an dikerjakan di kanlor. kecusli diperlukan segera adanya informasi untuk kontrol ataupenSSanrbaran pada bldang pianset.

    Meiode-melode yang lebih baru menggunakaD pengunpul dala untuk mempelcepatpembuatan catatrn dan mngurangi pembualan rabel. Tetapi pencatat masih harus mem-

    15 L PFOSEDUR LAPANGAN. Prosedul lapangar yangbenal Inenghemat waktudao me-nsuransi sejunlan kesalahan dalam semua pekejaaan ukur tanah. Urutan pembacaan yangpaling sesuaj ntuk pekeiaa tnki,ieti ia s melibatkan sudut ,erlital adalah sebagai

    It!i rI:r rirl,r,l.irl,l,i :).,]inir!.!likrl.I).!rrrf .r,r.!r!: r.fr.:.rlr lir![ir.L Ji l i.l.trlk:irl..r]rr!l,,,,,ihr,xdrtrfJt!Jl,frll1.,,1 :-.!lrt .L1r L,i.irrrro t,.rir r!nrbrL reLnl,.ll,.! \.fri: rirs. ,lr. ,l lIr, leirri, kurrngkri l.:rrl,r.rr:r l,r.rn!r b!nrlr ':rrll,.,Llif\r. Lrr 1rk h.rrtf, ,leli pe|?olorri3tr rrDl,L: trrrl (r1r I :.:r!krri Itt.i l1:cn.r I r1 )lirrl3 terr.r.r:-rn lnrhn irtr.G'r,il,kl |.,ur!,.ftllr l.1 1. (leri!3f .r.nrc!x! .kr!.crglerxlhrlr\l.nitrll'.rrlrhl.rn tr.r.$ ! rxrxlr urIui, Iarrl,l i. i:rrl l.:rik.rl,r\r ,leririr r)r.rl,trr Lrf L,.rriI(, ii.r ,1rr] . rrrlih sLr,lirr |, ,1i,,f Jlr)j r

    I l]]rr ,l.,l .rirr rl, .LLILLL ,!r1rkx!rl.lProsedur ini menyebabkan pemegang inslrumen dapat membuat sibuk sekaligus dua

    atau iiga pelugas r.mbu di tsnah terbuka di mana liiik lilik yanS akm ditetrpkan lokasinya trpisah jauh Lirulan yang sama dapat dipakai bila mengsunakan busut Beaman.tetapi prdr langkxh 4 skala V ditepalkan lada sebuah angka bulal. dan padr langkah 7pembacaan.pembacaan skala-H dan skala-V dicatat.

    Sewaktu membaca jarak optis setelah benang bawah dilepatkan pada sebuah landafoot bular, benang tenSah tidak tepat pada t.i. atau penbagian skala terbaca untuk sudutvertikal. lni bia$nya lidak menyebabkan galat yang berarti dalam proses reduksikecuali

  • ll

    pada bidikan-bidikan panjanS dan sudutsudut vertikal curan. Bila rambu ridak tegaklurusrentu saia akan meoyebabkan galat-galal yanF berarti. d3n unruk menqalasi masalah inidipakai nivo rambu.

    15.9. POLIGON TAKII\,1ETBl. Dal3m poligon tmnsir-optis, jarik, sudut horisonral dan su-dut vedikal diukur pada tiap titik. Reduksi catatan sewaktu pengukuran berjalannengha.siikan elevasi untuk dibawa dari patok ke patok. Harga jalak optis rata-rata da,:l selisihelevasi diproleh dari bidikan depan dan belakang padr tiap garis. Pengecekan elevasi hnrusdiadakan dengan jalan kembali ke titik awal. atau litik tetap duga di dekalnya unruk pol-gon terbuka. Walaupun tidak seteliti poligon dengan pita, sebuah regu yang rerdiri alas tigaanggola seoraflS penegang instrumen, pencatat, dan petugas lambu merupakan kebia-saan. Seorang petugas mmbu lagi dapar mempercepat peke{aanbila banyak detail ter-

    Sudul.sudui horisontal juga harus dicek ke$lahan penutupnya- Bila ada kesalahan pe-nutup sudul haJus diratakan, Ar dan l"{ dihitung dan kesaksamaan poligon dicek denganmetode-metode pada Bab 13.

    15 r0. TOPOGIIAFI. Melode takimerri ltu paling bermanfaar dalam penenruan tokasisejumlah besar detail lopografik, baik horisontal maupun veltikal, dengan transil atauplanset. Di wilayall.wilayah perkolaar, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebihcepal daripada pencataun pengukLrran dan pembuatan sketsa oleh pencatat.

    Pemakaian takimeiri dalam pekerjaan topograiik diliput lebih mendetail dalam bab-bab renlaflg lopografi dan plansei.

    15.11. SIPAT DATAR TAKI|llETRlS. Metode takimerri dapar dipakai uniuk sipat datarrrigonomelrik. TI (tinggi instrumen di atas datum.) dirntukan denSan membidik padastasiun yanS dikelalui elevasinya, atau dengan memasang inslmmen pada lirik semacam itudan mengukur ringgi sumbu II di atasnya dengan rambu takimerri. Selanjutnya elevasi tiliksembarang dapal dicai dengan hitungan dari peryotongan rambu dan sudut verrikal. Jikadikehendaki dapat dilakukan untai sipat datar untuk menetapkan dan mengecek elevasi duarifk atau lebih.

    'tt12. KESAKSAMAAN (PREclsloN). Sebuah perbandingan galat Gatio or errors!sampai;o dapat diperoleh unluk poligon trrnsil-oplis yanS dilaksanakan dengan kecer,matan biasa dan pembacaan baik bidikan depan, dan bidikan belakang. Ketelitian dapatlebih baik bila bidikan,bidikan pendek pada poligon panjaog dengan prosedur,prosedurkhusus. Calar8alat dalam pekerjaan takimeid biasanya bukan karena sudulsudui tidakbenar tetapi karena pembacaan rambu yang kuranS benar. caiat 1 menit pada pernbacaansebuah sudui vertikal tidak memberikan pengaruh yang berafi padajarak horisonlal- Galat1 menit ladi menyebabkan selisih elevasi kurang dari 0,1 ft pada bidikan 300 ft unluk su-dul sudut vertikal ukuran biasa.

    Ganrbar 15-6 menu jukkan bahwn bila jarak optis ditentukan sampai foor teidekat(kasus umum), sudut-sudul horisontal *e tnk nnk topogalk hanya perlu dibrca $mpaibatas 5 atau 6 menil untuk memperoleh kesaksamaan yang sebanding pada bidikan 300 fr.Ja.ak optis yanS diberikan sampai fool terdekat dianggap benar Mmpd bataskira.kna,l ft.Dengan galatjarak memanjang I ft itu, arahnya dapat menyimpnng sebesar 5 menit (mudahdihirung dari sin I menit = 0,00029). Bila dipakai lransil Amerika, karenanya sudursudutdapat dibaca lanpa nonius, hanya deqln mengira kedudukan penunjuk nonius.

    Kelelitian sipat datar triSonometrik dengan jarak optis terganrung pada panjang bidik-an dan ukuran sudut vertikal yang diperlukan.

  • t2

    Cambar 15'6., ',l

    l5-l. Atas dasar prhsip apakah metode takimetri itu Il5'2. Kalankah menguntungkan bila nrenakai sebuah fansii sebagai a]at srpat datar

    dalam pekerjen takimetril

    l:, lil S.rlt:Atli!rllBEF,lit.iTDi:,\r,'FE(EN i,\, liK faLT't Galat.galal vanSrerjadi pada pekerjaan dengan lransil dan teodolir, Juga lerjadi pada pekerjaa takimetri.Sumber-sumber salat lainnya adalall:

    I \i \I( \] \II\\IRI !II\J\Ll. Benang raumetri yargjarakn) a ridak benar.:. Galat indeks.3. Penrbagian skala ranrbu yans rak bcnar;l Garis brdik transil rrd!k sejajrr rars arJr nrvo teropons(,\L \ I (,\l \l i'hlli\i)il. Ranbu tak dipesang rcg,k. {HrnLlari dengln nrcnrakd nivo r!nrbu).:. Salah pen)bacaan r!inbu karen! bid,tan jauh-1. Kelahian mendatarkan Lrntuk petrrbacaan bunir tcnikalKbanyakan gal r drlarr peke{!dn r!kiorerii dlpui dihilangkan densan 1x) rnersgLrna.

    kan instrumen dengrn benar. (b) membrtasi panjang l,.idikan. tc) menlakai rambu dlD ni!onmbu yrng baik. dan (d) nren8ambil harSa rata{ala penrbacaan dalam arah kc depan drnke belakans. Calar saris bidik lidak dapal dibetulkrn dengan prosedur lapangan insrru-

    llri kESALAHA\KESAtAHA\tlEsAR Beberap! kesrlhan yang biasa Llalam peke.jaan rakimetn.dalah:

    l. Galar indks diterapkan dengan tanda yang salahi Keka."u0n rdrJdplusd"nmrau.pid",rdu

    ^udrr veri\rl.3. Kesdrhan aritmerik dalam mengluiung perpoiongan rambu..r. Pmakaian faktor pengali yanB lidlk benari. Nrengayunkan rambu. (Rd"lbu hurus seLalLl ltJcsatls rcsuklutus).

  • TAKI METRI

    I 5-3. Apakah anggapan yang ada dalam rumus takimetri untuk bidikan miring agar seder-hana?

    I5-4. Terangkan mengapa "tetapan" stadia hampir nol untuk teropong pumpunal-dalam?l5-5. Mengapa garis bidik melalui benang silang bawah harus diusahakan selalu beberapa

    feet di atas tanah yang menonjol ke atas bila mungkin?l 5-6. Berapa faktor pengali yang dulu dipakai pada beberapa alat sipat datar "saksama"

    model lama?I 5-7. Sebuah teropong pumpunanJuar mempunyai jarak fokus l0 in. Berapa galat selang

    benang-benang stadia yang mengrbah interval dari 100,00 menjadi 99,70?I 5-8. Mengapa lebih sulit memperoleh kesalahan penutup elevasi yang baik daripada kesa-

    lahan penutup panjang jarak yang baik. pada pengukuran takimetri dengan transit?l5-9. Apakah takimetri metode batang-ukur jarak terletak pada sebuah bidang datar hori-

    sontal? Terangkan.l5-10. Mengapa amat penting dalam pekerjaan takimetri untuk mempunyai garis bidik

    instrumen sejajar dengan garis arah nivo teropong?l5-l l. Sebutkan keuntungan-keuntungan sebuah busur takimetri Beaman dalam pembaca-

    an selisih-selisih jarak dan elevasi.l5-12. Mengapa skala-skala busur Beaman harus dicek dengan cermat sebelum pemakaian?l5-13. Uraikan pentingrrya warna-warna cat pada rambu takimetri.l5-14. Haruskah kedua nonius A dan B pada transit dibaca dalam pekerjaan takimetri?

    Terangkan.l5-15. Menppa harus diadakan bidikan ke depan dan ke belakang pada tiap jurusan dalam

    mengr.rkur poligon takimetris?l5-16. Bagaimana sebuah poligonjarak optis terbuka dapat dicek?l5-17. Bagaimana sebuah pembacaan sudut vertikal dapat dicek di lapangan bila memakai

    transit dengan faktor pengali 100?15-18. Hitung galat jarak bila puncak rambu takimetri 12 ft miring sejauh 6 in ke arah

    pengamat dan perpotongan rambu adalah 6,00 ft pada bidikan horisontal.l5-19. Seorang pemegang instrumen pada bidikan optis dengn transit tidak dapat menem-

    patkan benang tengah pada t.i. atau melihat benang atas karena adanya. cabangpohon yang menjorok. Bagaimana dapat ditemukan jarak dan selisih elevasi?

    Hitung jarak-jarak horisontal dan selisih-selisih elevasi'untuk data dalam Soal l5-20dan l5-21.t5-20. Perpotongan rambu = 5,54 ft, a=

    -4"10', K = 99,O,C = O.15-21. Perpotongan rambu = 6,17 ft,a = +6o12',K = 100, C = 1,2 ft.

    Hitunglah perpotongan rambu unhrk catatan-catatan dalam Soal l5-22 dan l5-23.15-22. Jarakhorisontal = 200 ft,d = 5o00' (pada t.i.),K = 98,0, C= 0.l5-23. Jarak horisontal = 135,0 ft, a = +?o00'(pada t.i.),,( = 101,4, C = 0.l5-24. Ketentuar-ketentuan untuk sebuah poligon jarak optis memerlukan batas ketelitian

    #O-. ni atas sudut vertikal berapakah bidikan miring harus direduksi ke horisontal?I 5-25. Serupa Soal l5-24, kecuali untuk ketelitian E+6' .

    Pada patok X, dibidikkan alat ke BM Plug, elevasi I 75,0 ft. Hitung elevasi patok Xpada Soal l5-26 dan l5-27.l5-26. S = 400 ft, a = +1"30' sampai 7,00 pada rambu, t.i. = 4,8 ft, C = 1,0.15-27. S = 299 ft, a = +2o2O' sampai 9,6 ft pada rambu, t.i. = 5,0 ft, C =0.

    Hitung jarak horisontal AB dan elevasi I untuk pembacaan busur Beaman diambildi ,4, elevasi = 345 ,6 ft, t.i. = 5,3 ft, untuk Soal I 5-28 dan I 5-29. Dasar indeks skala-V ada-lah 50.l5-28. R = 2,80, skala V terbaca 78 sampai 6,il f.t pada rambu, dan skala H = 9.l5-29. R = 3,2O, skala V terbaca 72 sampai 5,8 ft pada rambu, dan skala H = 5.

    l3

  • l4 DASA R.OASAR PENGUKU RAN TANAH

    Seberapa dekat sudut-sudut harus dibaca untuk kesaksamaan sudut dan jarak optisy'ang panggah dalam Soal i 5-30 sampai dengan I 5-32.l5-30. Sebuah bidikan 650 ft. C = 0.l5-31. Sebuah bidikan 100 m. C = 0.I 5-32. Sebuah bidikan 800 ft (ditaksir sampai 5 ft terdekat), C = 1,0 ft.

    Pada patok l, elevasi 640,0 dibuat bidikan depan pada patok F; instrumen dipin-dah k e 1j. dan dibuat bidikan belakang pada L. Hitunglah jarak E.F dan elevasi patok F padaSoal 1-5-i3 dan 15-34.l5-33. Di L, R = 4.52.a =

    -3"15'sampai 7,2pada rambu, t.i. = 5.1 ft.Dt f, R= 4.50. o = +3c18' sampai 3.5 pada rambu. t.i. = 5,2 ft

    l5-34. Di ['. R = 2.82. a = +7o 52' sampai 1,6 pada rambu. t.i. = 5.4 ft.Dr /.R = 2.82. d =

    -1'46' sampai 3,3 padarambu. t.i. = 4.9 ft.

    DAFTAR PUSTAKA

    Cr-rlcord. J.E. 1971. "Takimetri dalam Rekayasa Pengukuran"..4SCl Journal of the Surveying andllapping Division 9'7(no. SUI): 39.

    Harringt

  • I6 PENGUKURANTOPOG RAFIK16-1. PENGANTAR. Pengukuran topografik dilaksanakan untuk menentukan perubahan(relie.f) permukaan bumi dan untuk penentuan letak lokasi ciri-cirialaniah datkebttda,va-arz di atasnya. Dengan bantuan berbagai garis dan simbul-simbul konvensional, peta-petatopografik dihasilkan dari data pengukuran. Peta topografik adalah penyajian dari sebagianpemukaan bumi memperlihatkan kebudqtaan, relief, hidrografi, dan mungkin tumbuh-tumbuhan. Ciri-ciri kebudayaan (buatan) adalah produk manusia, misalnya jalan, jalan se-tapak, gedung, jembatan, saluran, dan garis batas. Nama-nama dan legenda pada peta mem-beri nyata-diri ciri-ciri itu.

    Peta topografik dibuat dan dipakai oleh insinyur dalam menentukan lokasilokasi yangpaling dikehendaki dan ekonomis untuk jalan raya, jalan baja. saluran, jalur pipa, jalurlistrik, waduk, dan fasilitas-fasilitas lain; oleh ahli geologi untuk menyelidiki minerai,minyak, air, dan sumber-sumber daya lain;oleh ahli kehutanan untuk menentukan lokasijalan dan menara pengendalian kebakaran; oieh arsitek dalam perancangan perumahan danpertamanan; oleh atrli pertanian dalam pekerjaan pengawetan tanah; dan oleh ahli-ahliarkeologi, geografi dan ilmuwan dalam banyak bidang.

    Peta pianintetrik mengambarkan ciri-ciri alamiah dan budaya hanya pada bidang datarsa1a. Peta hipsometrik memperlihatkan relief dengan konvensi-konvensi misalnya garis ting-gi. arsiran, pemberian bayang-bayang dan memberi warna.

    16-2. METODE-METODE UNTUK PENGUKURAN TOPOGRAFTK. Pengukuran topo-grafik dilaksanakan dengan metode fotogrametrik atau metode terestris, dan sering gabung-

  • 16. DASAR.OASAR PENGUKURAN TANAH

    an dad keduanya. Peralatan dan prosedur telah diperhalus yang ada sekarang telah mem-buat fotogrametri menjadi teliti dan ekonomis; karenanya, hampir semua proyek pemetaantopografik yang meliputi wilayah luas memakai metode ini. Namun pengukuran terestrismasih sering dipakai, terutama untuk menyiapkan peta-peta skala besar dari wilayah-wila-yah kecil. Bahkan walaupun dipakai fotogrametri, pengukuran terestris diperlukan untukmenetapkan titik-titik kontrol dan mengadakan pengecekan lapangan ciri-ciri yang dipeta'kan untuk memperoleh ketelitian. Bab ini menitikberatkan pada metode-metode terestris.Akan dibicarakan beberapa prosedur lapangn untuk menetapkan lokasi ciriciri topo'grafik, baik secara horisontal maupun vertikal. Fotogrametri dibicarakan dalam Bab 28.

    16.3. TTTIK TETAP (TITIK KONTROL} UNTUK PENGUKURAN TOPOGRAFIK' PCT-syaratan pertama untuk suatu pengukuran topografik adalah titik kontrol yang baik, apa-kah pengukuran dikerjakan dengan metode terestris atau metode fotogrametrik. Titikkontrol, yang dibicarakan pada Bab 20, diklasifikasikan sebagai horisontal dan vertikal.

    Titik kontrol hoisontal merupakan dua titik atau iebih di tanah, yang ditetapkan de'ngan saksama kedudukan horisontalnya dengan jarak dan arah. Titik kontrol horisontalbiasanya ditetapkan dengan pengukuran poligon, triangulasi, trilaterasi, atau metode-metode kelembaman dan satelit, dan dapat ditebarkan di wilayah luas secara fotogrametris.fotogrametris.

    Untuk wilayah kecil, titik kontrol horisontal untuk pekerjaan topografik biasanya di-tetapkan dengan poligon, walaupun dalam beberapa kasus sebuah garis tunggal mungkintelah cukup. Triangulasi dan trilaterasi merupakan cara penetapan titik kontrol dasar palingekonomis untuk pengukuran membentang sebuah negara bagian atau seluruh AmerikaSerikat. Tetapi teknik-teknik ini di kemudian hari mungkin diganti oleh sistem-sistem ke-

    -lembaman dan pesawat penerima doppler satelit. Tugu-tugu sistem koordinat bidang negarabagian sudah bagus sekali untuk segala macam pekerjaan, tetapi sayang di kebanyakan wila-yah masih diperlukan lebih banyak lagi.

    Kesalahan penutup maksimum yang dibolehkan untuk titik kontrol horisontal danvertikal harus ditetapkan lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan'

    Titik konnol vertit@l diberikan oleh titik-titik tetap-duga (bench marks) pada atau de'kat bidang tanah yang diukur. Ini menjadi dasar untuk menggambarkan relief dengan benarpada sebuah peta. Jaringan titik-titik kontrol vertikal ditetapkan dengan jalur-jalur sipatdatar dari dan kernbali pa

  • PENGUKURAN TOPOGRAFIK ::

    II

    t7

    \r/ \ / .'1"."/t" V dSBI (aI 6 {bi

    ( Sudut terukur # Jarak terukut

    Gambar 16-1. Menentukan lokasi sebuah titik P

    untuk tujuan-tujuan lain. Jadi diperlukan perhatian khusus dalam mengambil dan men-catat data lapangan.

    Jenis titik kontrol (poligon, triangulasi, atau trilaterasi) dan metode yang dipilih untukmemperoleh detail-detail topografik menentukan kecepatan, biaya, dan hasilguna sebuahpengukuran topografik. Gabungan teodolit-EDMI, instrumen stasiun-kotah dengan sistempelacak, perlengkapan penyimpanan data, dan perekam suara plus sistem komunikasiuntuk penjelasan, memudahkan tugas pencatat dan mengurangi galat-galat lapangan. Tetapisketsa-sketsa masih harus dibuat dalam buku lapangan. Berbagai gabungan peralatan dapatdipilih untuk metode lokasi yang dibicarakan dalam paragraf-paragraf berikut.

    16-4. CARA MENEMPATKAN DETAIL ToPocRAFtK Dt LAPANGAN. obyek-obyekyang ditentukan lokasinya dalam sebuah pengukuran dapat berkisar dari titik-titik tunggalsampai zungai berkelok-kelok dan bentukan geologis yang ruwet. Proses pengikatan detail-detail topografik padir jaringan titik kontrol disebut pengukuran d.etoil.

    Tujuh cara yang dipakai untuk menentuka,r lokasi sebuah titik P di lapangan digam-barkan pada Gambar 16-1. Semua didasarkan pada titik kontrol horisontal. Sebuah garis-4.8, harus ditetapkan pada masing-masing empat cara pertama, dan panjangnya diketahuipada cara 1,2 dan 4. Kedudukan tiga titik harus diketahui atau dapat dikenal untuk pene-rapan cara ketujuh yang disebut pemotongan ke belakang atau soal tiga-titik. Kuantitasyang diukur dalam urutan diagram-diagram adalah:

    1. Dua jarak.2. Dua sudut.3. Satu sudut dan jarak di sampingnya.4. Satu sudut dan jarak di hadapurnya (dua kemgngkinan titik p)5. Satu jarak dan sebuatr sirnpangan tegaklurus.6. Perpotongan garis hubung patok-patok berhadapan.7 . Dua sudut di titik yang ditetapkan lokrsinya.Metode 3 adalah 1'ang paling sering dipakai, tetapi seorang pemimpin regu yang ber-

    pengalaman memakai metode manapun yang sesuai dengan keadaan yang dijumpai, mem-pertimbangkan baik persyaratan lapangan maupun persyaratan kantor (hitungan daa peta).

  • l8 DASAR-DASAR PENGUKU RAN TANAH

    TrProyeksl

    ra 4OS o

    U

    Gambar l6-2. Lokasi detail-detail.

    16-5. LOKASI GABIS. Kebanyakan obyek ditentukan lokasinya dengan menganggap me-reka terdiri dari garis-garis lurus, sedangkan masing-masing garis ditentukan oleh dua titik.Garis-garis tak beraturan atau melengkung dapat dianggap lurus antara titik-titik yangcukup dekat satu sama lain;jadi pengukuran detail menjadi suatu proses penentuan lokasititik-titik. Dua contoh akan menggambarkan pengukuran-pengukuran yang dilaksanakanuntuk menentukan lokasi garis-garis lurus dan melengkung.

    Pada Gambar 16-2, rumah abcdea akan diikatkan pada garis poligon .48. Bentuk ba-ngunan hanya memerlukan penentuan dua titik sudut utama, misalnya a dan e. Titik su-dut a dapat ditentukan lokasinya dengan salah satu dari lima cara pertama Gambar l6-1,tetapi sebuah sudut dan jarak dipakai seperti diperlihatkan. Bila mungkin, merupakanpraktek yang baik bila ditambahkan titik sudut ketiga, untuk pengecekan. Semua sisirumah diukur dengan pita dan panjangrya dicatat pada sketsanya. Jika hanya tersediasebuah pita, lokasi kandang dengan pengukuran-pengukuran dari rumah itu sudah cukupbaik, tetapi menentukan dua sudut dan jarak dari patok-patok poligon memberikan hasilyang lebih cepat dan mandiri. Stasiun-stasiun yang diproyeksikan pada poligon garis-pusatdari rumah kedua, q. r, s dan r, adalah praktis dalam pengukuran jalur lintas, tetapi lagi,sudut-sudut dan jarak-jarak adalah pilihan yang kuat.

    Jika transit atau teodolit dipakai untuk mengukur sudut, jarak ke a dan e dapat diper-oleh dengan memakai pita atau optis. Bila gabungan teodolit-EDMl dipakai untuk peng-ukuran detail, jarak-jarak dapat diukur secara elektronis

    -

    sangat memudahkan bila jarak-jaraknya panjang. Semua pengukuran dapat ditunjukkan pada sebuah sketsa, tetapi biasa-nya sudut dan jarak dari titik-titik poligon ditulis dalam tabel pada halaman kiri bukulapangan untuk menghindari keruwetan gambar. Titik-titik topografik kemudian diberitanda pengenal dengan nomor urut, bukan huruf-huruf. seperti pada Gambar D-9.

    Lokasi sebuah sungai berkelok-kelok dengan menggunakan metode simpangan di-tunjukkan pada Gambar 16-3. Pada selang-selang sepanjang jalur poligon, simpangan-simpangan ke tepi sungai diukur. Simpangan dapat diambil dengan selang teratur atau ber-

  • PENGUKURAN TOPOGRAFIK

    Gambar l6-3. Lokasi sungai dengan metode simpanuan.

    lq

    selang menurut keadaan yang dapat menghasilkanturutan.

    lurus antara dua sinrpangan ber.

    16'6. LoKAsl cARls-cARls DARI rlrtK TUNGGAL. Metode titik-tunggal dapat di-pakai untuk menentukan lokasi garis-garis sebuah bentuk tertutup. misalnya batas-batassebuah lapangan. Suatu titik O dipililr dari nrana senrua pojok lapangan terlihat. seperti padaGambar l6-4(a). Arah ke nrasing-nrasing titik sudut didapat dengan nrengukur sentua sudutpusat, atau dengan azimut-azimut dari titik O. Panjang garis-garis tnemancar, seperti Oz{dan OB. ditentukan secara optis, dengan pita, atau EDfr{, dan jarak keliling dihitung dengantrigonometri, karena dua sisi dan sudut di antaranya pada masing-masing segitiga diketahui.Sebagai pengecekan, koordinat masing-masing titik sudut dapat dihitung dari panjang danarah garis-garis memancar, dan jarak-jarak AB, BC dan seterusnya, dihitung dan dibuktikandengan pengukuran.

    Sebuah penyelesaian panjang batas yang lebih ketat. diperoleh dengan metode yangdisajikan pada Gambar 16a(b). Sebuah gais oo'dipi1ilr sebagai basis dan panjangnya di-ukur dengan cermat. Sudut-sudut diukur dari masing-masing ujung basis ke semua titiksudut. dan setnua garis nrenlancar diukur seperti dalam ntetode titik-tunggal. Karena prose-dur ini menghasilkan pengamatan lebih. dapat dibuat perataan

    -

    misalnya dengan kuadratterkecil.

    16-7. GARIs rlNGGl. Metode terbaik untuk menggambarkan perbukitan, pegunungan,lekukan, dan gelombang di permukaan tanah secara kuantitatif pada sehelai kertas dua

    garls

  • 20 DASAR.DASAR PENGUKU RAN TANAH

    ':it:;il,

    Gambar 164. (a) Lokasi gads dari titik tunggal. (b) Lokasi garis &iri garis basis.

    dimensi adalah dengan garis tinggi. sebuah gais tinggi adalah gais yang menghubungkanitik-titik clengan elevasi sann. Garis tinggi dapat berbentuk kelihatan misalnya garis pantaisebuah danau, tetapi biasanya di tanah, hanya elevasi beberapa titik ditentukan lokasinyadan garis tinggi ditarik antara titik-titik kontrol ini'

    Garis tinggi ditunjukkan pada peta sebag'ai bekas'bekas bidang mendatar dengan elevasiberbeda (Gamuar to-5;. raai bidang-bidang mendatar yang memotong sebuah kerucut verti-kal membentuk garis-garis tinggi melingkar dan memotong kerucut miring untuk menghasil'kan garis tinggi elliptis. Pada permukaan yang miring seragam, misalnya pada galian jalanraya, garis tingginya garis'garis lurus.

    Klbanyakan garis tinggi berbentuk garis tak beraturan seperti jalur lingkar tertutupuntuk bukit pada Gambar 16-5. Jarak vertikal antara bidang-bidang mendatar yang mem-

    Gambar 16-5. Garis-garis tinggi.

    -r-1*r

    -)x(

  • PENGUKURAN TOPOGRAFIK 21

  • DASA R.DASAR PENGUKU RAN TANAH

    bentuk garis tinggi disebut interyal garis tinggi, Untuk segiempat topografik dengan skala1 : 24,000, Geological Survey Amerika Serikat memakai salah satu interval garis tinggiberikut ini: 5, 10, 20,40, atau 80 ft. Kadang-kadang satuan-satuan foot untuk interval garistinggi diganti dengan meter.

    Interval garis tinggi yang dipilih tergantung pada tujuan peta, skala, dan keragamanrelief dalam wilayah. Mengurangi interval memerlukan biaya dan kesaksamaan pekerjaanlapangan yang lebih tinggi. Di wilayah yang berdaerah pantai datar dan juga bergunung-gunung dalam satu peta, digambar garis tinggi tambahan pada pertengahan atau pelempat-an interval dasar (dengan garis'garis putus).

    Gambar 16-6 adalah peta garis tinggi dengan interval 10 ft. Elet,osftink diberikan un-tuk titik kritis seperti puncak, lekukan, kali, dan persimpangan jalan raya. Sebaiknya di-buat sketsa punggung bukit, lembah dan garis-garis aliran (garis putus) sebelum meng-gambar garis-garis tinggi.

    16-8. SIFATSIFAT GARIS TlNGGl. Sifat-sifat tertentu garis tinggi bersifat mendasar da-lam lokasi dan penggambarannYa.

    6 ,.&ritgris,til4gl harU3 ngfupskanbeatuk garis tertutup, baik di dalap maupun dirr,,'

    :i'- tti,Gada tirlggi ddak',dapat terputu$begitu saja','2' ,,.eariilgarii tinggi tpgakhirus'pada'ar& leemiringan lereng maksimum-

    , 3. .", ki;",antarargaris,garli ting$; dianggap seragam. Jika tidak, semua perubahan' ,

    ',,.,

    tcemiidirp tanan harus,ditenfirkan lokasinya dalam pemetaan topografik.: 4.i i,;ia]k a*iara garittaris ti1ggi menunjukkan kecuraman sebuah lereng.'Garis-garis',. , , ii11ggi,,.lrang trpis& jauh menunjukkan lereng yang landai;garis'garis yang rapat,.r: ,, 'leiengpya cuiam; gads.pris sejajar berjarak sama menunjukkan adanya lereng

    sragam.5i.". ,G&,is.gari* tinggi tak beraturan menggambarkan daerah yang berbukit"bukit tidak

    , ' 'r rat*, rGarisgaris:halus menunjukkan lereng yang beranpur-angsur perubahannya.. 6' r'gs65rgarisititggi yang teitutup dan sepusat dengan elevasi rnertirrgkat rnenggam'

    , '

    ,birkan bukit: Oarls'tin$ yang membeotuk jalur lingkar tanah yang lebih rendah,'::dise-bqt,:,garii..tinggi. deplrsi lGaris,gQIis,,arsirsn pada gqris tinggi terbawah dan

    . '..::m;e&adap kel,dasar lubang itau l.'el kan,,ianpa jalan alir ke luar, membuat pem', ' .r bt aan peta lebih mudah. Elev6si garis tin$i ditutrjukkan pada.sisi garis menanjakr .r,:,' r,,,'fu*i *tau,padirgarisny-a dengan ,memutus &pa4iang ruang ang!

  • PENGUKURAN TOPOGRAFIK

    Gambar 16-7. Cara langsung menempatkan garis tinggi.

    23

    ..::lr.

    .,,]3''ll:':,:'.t:

    ,:ia,

    &t'se*.

    6armU ,eeril:.1ing i:il&r rcxtk,

    Dengan selalu memperhatikan prinsip-prinsip ini, mudah untuk membayangkan garistingginya bila melihat suatu wilayah dan mencegah terjadinya kesalahan serius dalam pem-buatan sketsa. Banyak titik mungkin diperlukan untuk menentukan lokasi garis tinggipada jenis-jenis permukaan tanah tertentu. Misalnya dalam kasus luar biasa di mana harusada garis tinggi pada lapangan datar, lokasi yang tepat dari sebuah garis tinggi tunggal akanmakan waktu atau barangkali tidak mungkin.

    16.9. CARA LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG MENENTUKAN GARIS TINGGI. GA.ris tinggi dapat ditetapkan dengan ntetode langsung (ntetode garis-tinggi-telusur) atav me-tode tak longsung (ntetode titik-ikat). Dalam metode langsung, pembacaan rambu (bidikandepan) ditentukan, untuk dikurangkan dari-Tl menghasilkan elevasi garis tinggi. Kemudianpetugas rambu memilih titik-titik coba yang diperkirakan menghasilkan bidikan minus inidan diperintahkan naik lereng atau turun oleh pemegang instrumen hingga pembacaan yangdiperlukan benar-benar diperoleh (dalam batas 0,1 sampai 0,5 ft, selisih yang dibolehkantergantung pada permukaan t-anah dan ketelitian yang ditentukan).

    Dalam Gambar 16-7 instrumen dipasang di titik,4, elevasi 674,3 ft, t.i.4,9 ft, danTl 619,2 ft. Jika sedang ditentukan lokasi garis tinggi 5 ft, pembacaan 4,2 atau 9,2 denganteropong mendatar akan menempatkan rambu pada sebuah titik garis tinggi. Sebagai con-toh, pada Gambar 16-7 , pembacaan rambu 9,2 ,t berarti bahwa titik X terletak pada garistingg 670 ft. Setelah titik ini ditentukan letaknya dengan coba+oba, jarak dan aztnutdibaca dan proses diulang. Pekerjaan dipercepat dengan memakai secarik kain merah seki-tar lebar 0,2 ft, yatg dapat digerakkan ke atas dan ke bawah pada rambu takimetri untukmenandai pembacaan yang diperlukan dan tidak perlu mencari sebuah angka.

    Jarak maksimum antara titik-titik garis tinggi ditentukan oleh keadaan permukaantanah dan ketelitian yang ditentukan. Kecenderungan para pemula adalah mengambilbidikan lebih banyak daripada yang diperlukan pada permukaan tanah biasa. Garis-garistinggi dibuat sketsany4 antara titik-titik yang ditentukan lokasinya sebagai bagian pekerja-an ruang gambar, tetapi dapat pula digambar dalam buku lapangan untuk menjelaskankeadaan-keadaan luar biasa.

    Kecuali bila rambu dapat dibaca memakai transit atau teodolit sebagai alat sipat datar,metode-langsung untuk menetapkan lokasi garis tinggi adalah tidak praktis. Terlalu banyak

  • 24 DASA R.DASAR PENGUKU RAN TANAH

    waktu terbuang mengatur gabungan sudut vertikal dan jarak optis untuk memperoleh selisih elevasi yang diperlukan. Tetapi takimeter swa-reduksi atau EDMIs yang dengan oto-matis dapat memisahkan jarak miring menjadi komponen horisontal dan vertikalnya, ber-dayaguna dalam pekerjaan ini.

    Pada metode tak langsung, rambu dipasang di titik kritis di mana terjadi perubahankemiringan tanah, misalnya, B, C, D, E, F, dan G pada Gambar 16-7. Elevasi diperoleh de-ngan teropong datar bilamana memungkinkan, untuk mengfuemat waktu reduksi catatandan meningkatkan ketelitian. Titik-titik dipilih secara acak atau sepanjang garis azimutyang bersangkutan. Petugas rambu bergerak searah jarum jam untuk memudahkan pem-buatan catatan dan penggambaran. Garis tinggi didapat dengan interpolasi antara titik-titiktinggi dan rendah yang elevasinya diketemukan.

    Metode langsung menguntungkan di wilayah yang berlereng landai;metode tak lang-sung lebih baik di permukaan tanah yang bergelombang dan berbukit-bukit.

    Sistem lain, sebuah kisi radial, dapat dipasang bersama sebuah instrumen stasiun-kotahuntuk menentukan lokasi garis tinggi dengan teliti memakai metode tak langsung di tanahbergelombang. Garis-garis radial pada interval 20o (atau lain) diproyeksikan dari patokpoligon sejauh yang dikehendaki, dipancangjarak-jarak 50 atau 100 ft, dan elevasi ditentu-kan. Pembacaan pelengkap juga dapat dibuat pada titik-titik garis radial yang dipilih secaraacak. Metode langsung menentukan lokasi garis tinggi dapat dipakai dengan cara serupa.

    Jika sebuah bukit atau punggung bukit di dekat situ dapat dipakai melihat sebagianbesar atau seluruh wilayah yang diukur, sebuah cabang poligon dapat dibuat di atasnyauntuk memperoleh garis-garis raCial lebih banyak dan lebih panjang. Garis-garis radial yangberpotongan dari patok-patok poligon yang berdekatan, menjamin menyeluruhnya liputandan memberikan pengecekan pada lokasi-lokasi garis tinggi.

    1610. METODE-METODE LAPANGAN DALAM MEMPEROLEH TOPOGRAFI. l,okasidetail-detail topografik biasanya diperoleh dengan salah satu dari metode-metode berikut ini:(a) radiasi, (b) takimetri, (c) planset, (d) kisi (bujursangkar) koordinat, atau (e) simpangandari garis sumbu (penampang atau pengukuran profil). Sebuah penjelasan singkat tentangpemakaian, keuntungan dan kerugian masing-masing sistem akan diberikan.

    16-10.1. METODE RADIASI. Dalam metode radiasi, stasiun-stasiun poligon didudukitransit atau teodolit, dan sudut-sudut ke titik-titik garis-tinggi dan ciri-ciri lainnya, diukur.Jarak diperoleh dengan pita atau EDM. Setelah pojok-pojok gedung, jembatan dan detail-detail lain telah diketahui lokasinya, panjang, lebar dan proyeksinya diukur dengan pitadan dibuat sketsanya di buku lapangan. Prosedur radiasi adalah teliti dan berhasil guna biladipakai gabungan teodoiit-EDMl (instrumen stasiun-kotah) dengan kemampuan swa-reduksi. Tetapi bila jarak harus diukur dengan pita, dapat menjadi terlalu lambat dan matraluntuk pekerjaan biasa.

    16-10.2. METODE TAKIMETR!. Metode takimetri mirip dengan proses radiasi, ke-cuali bahwa jarak-jarak diperoleh secara optis. Prosedur ini cepat dan cukup teliti untuk ke-bayakan pengukuran topogiafik. Jarak-jarak optis, azimut dan sudut vertikal dibaca untukgaris-garis terpancar dari transit, teodolit atau planset ke titik-titik yang diperlukan. Gam-bar D-9 menunjukkan contoh catatan untuk pengukuran transit-optis.

    16-10.3 METODE PLANSET. Dalam metode ini sebuah alidade dibidikkan pada se-buah rambu yang dipegang di titik yang akan ditentukan lokasinya, dibaca jarak optisdan sudut vertikal (atau busur Beaman). Arah garis digambar dengan penggaris alidade, se-

  • PENGUKURAN TOPOGRAFIK 25

    ffi

    hingga tidak perlu mengukur atau mencatat sudut-sudut horisontal. Jika mungkin, sudutvertikal juga dihindari dengan jalan memakai alidade sebagai alat sipat datar.

    Pemegang instrumen membuat sketsa garis-garis tinggi dengan metode langsung atautak langsung sambil melihat wilayahnya. Karena peta digambar di lapangan, liputan dapatdicek dengan pengamatan. Penggunaan planset dibicarakan dalam Bab 18 dengan lebihterinci.

    16-10.4. METODE BUJURSANGKAR KOORDINAT. Metode bujursangkar koor-dinat (metode kisi) lebih baik dipakai untuk menentukan lokasi garis tinggi daripada ciri-ciri budaya, tetapi dapat dipakai untuk kedua-duanya. Wilayah yang diukur dipatokimembentuk bujur-bujur sangkar bersisi 10, 20,50, atau 100 ft (5, 10, 20,atav 40 m),ukurannya tergantung permukaan tanah dan ketelitian yang diperlukan. Transit atauteodolit dapat dipakai untuk memasang garis-garis tegak lurus satu sama lain, seperti ADdan D3 pada Gambar 16-8. Panjang kisi ditandai dan sudut-sudut lain dipatoki dari per-potongan garis-garis yang diukur pita. Titik-titik pojok dikenal dengan nomor dan hurufgaris-garis berpotongan. Jika tidak ada transit, semua pekerjaan pemasangan dapat dilaku-kan dengan pita ukur.

    Untuk memperoleh elevasi titik-titik sudut, sebuah alat sipat datar ditempatkan ditengah-tengatr bidang, atau pada kedudukan dari mana dapat diambil bidikan ke masing-masing titik. Garis tinggi diinterpolasi antara elevasi+levasi titik sudut (sepanjang sisisisiblok) dengan taksiran atau jarak sebanding yang dihitung. Kecuali untuk menggambar garis-garis tinggi, ini adalah prosedur yang sama dengan yang dipakai dalam masalah lubang gali-an-sumbang (borrow-pit problem) dalam Paragraf 27-lO.

    Gambar 16-8. Bujursangkar koordinat.

  • 26 OASAR-DASA R PENGUKURAN TANAH

    Gambar l6-9. Prisma pentagonal ganda (dari samping). (Atas kebaikan Kern Instruments, Inc.)

    Dalam menggambar garis tinggi dengan metode kisi, elevasi-elevasi yang diperolehdengan interpohsi sepqniang diagonal-diagonal pada unwmnya tidak akan cocok dengangais tinggi dari interpolasi sepanjang keempat sisinya karerw permukaan tanahnya meliuk.

    16-10.5. SIMPANGAN DARI GARIS SUMBU. Setelah sumbu lintas jalur ditetapkan,dilaksanakan pengukuran proltl untuk memperoleh elevasi pada stasiun-stasiun berjaraktertentu dan titik-titik kritis. Detail-detail seperti pagar dan gedung ditentukan lokasinyadengan simpangan-simpangan tegaklurus. Sudut 90" dapat diukur dengan prisng penta-gonal dari jenis yang terlihat pada Gambar 16-9, atau ditaksir dengan berdiri pada garissumbu, mengacungkan lengan-lengan pada arah berlawanan sepanjang garis, kemudianmempertemukan telapak-telapak tangan bersama di muka badan (mata harus tertutupuntuk mencegah pengarahan tak sengaja pada obyek yang menonjol dekat garis tegaklurus).

    Pengukuran tampang melintang adalah pembuatan irisan vertikal pada permukaan ta-nah tegaklurus garis sumbu lintas jalur. Dengan kata lain ini berarti pengukuran profil me-lintang sumbu jalur. Pembacaan rambu diambil pada semua perubahan permukaan tanahdan dicatat berdasarkanjarak-jarak yang bersangkutan. Gambar D-10 adalah contoh serang-kaian catatan tampang melintang.

    Data tampang melintang dapat dipakai untuk menyusun garis-garis tinggi, ttitapi lebihumum merupakan dasar untuk membuat hitungan volume pekerjaan tanah. Dalam penerap-an ini, jarak dari sumbu dan elevasi-elevasi digambar di atas kertas khusus yang paling biasadigarisi menjadi f -in persegi dibagi secara desimal oleh garis-garis lebih tipis terpisah0,1.in vertikal dan horisontal. Catatan tampangmelintang

    -

    bila digambar bersama denganpapan penggambar pola rancangan (lebar dasar dan lereng-lereng samping) untuk jalan rayaatau saluran yang direncanakan

    -

    menghasilkan garis besar luas galian dan timbunan, yangdiukur atau dihitung dengan mudah. Kuantitas penggalian dapat dihitung dari luas tampangmelintang dan jarak terpisahnya seperti dibicarakan dalam Bab 27 .

    Dalam tahun-tahun terakhir ini, komputer elektronik umumnya telah menggantikan pe-kerjaan menggambar tampang lintang dengan tangan dan hitungan luas dengan planimeter.Dalam hai ini catatan lapangan tampang melintang dan harga-harga gambar pola rancangandibaca ke dalam sebuah komputer, bersama dengan program yang sesuai untuk menghitungdan menuiiskan luas galian dan timbunan, juga volume-volume penggalian dan timbunan.Tampang melintang yang ditumpangi gambar pola rancangan dapat digambar secara oto-matis oleh alat tambahan komputer elektronik yang cepat bekerjanya.

    Pada beberapa pengukuran, titik-titik garis tinggi dengan langsung ditetapkan lokasinya bersarna dengan perubahan-perubahan penting yang ada pada lereng tanah. Misalnya,

  • PENGUKURAN TOPOGRAFIK

    jika garis tinggi 5-ft sedang ditarik, maka serangkaian

  • DASA R.OASAR PENGUKU RAN TANAH

    Ketelitian Horisontal. Untuk peta-peta dengan skala lebih besar daripada I : 20,000,tak boleh lebih dari 10% titlk-titlk yang diuji mempunyai galat lebih dari $ in (O,a mm).Pada peta-peta dengan skala lebih kecil, batas galat adalah $ in (O,S mm), atau kira-kira40 ft di tanah pada peta dengan skala I : 24rOO0. Batas-batas ketelitian ini berlaku dalamsemua kasus untuk kedudukan titik-titik yang jelas saja misalnya tugu, titik tetap duga,simpangan jalan raya, dan pojok gedung yan dapat digambar sampai 0,1 in pada skala peta.

    Dengan pandangan biasa, jarak dapat digambar dalam batas $ atau fr in (atau 0,5sampai 0,25 mm). Persyaratan ketelitian lapangan yang lebih besar untuk topografi dapatditetapkan untuk menyesuaikan dengan itu.

    Ketelitian Vertikal. Tak lebih dari 10% elevasi-elevasi yang diuji mempunyai galatlebih dari setengah interval garis tinggi. Peta-peta terbitan yang memenuhi syarat-syaratketelitian ini biasanya ditulisi dalam legendanya; "Peta ini memenuhi persyaratan Pemba-kuan Ketelitian Peta Nasional."

    Ketelitian suatu peta dapat diuji dengan perbandingan kedudukan titik-titik yang 1o-kasi atau elevasinya ditunjukkan di situ dengan kedudukan titik-titik tersebut yang ditentu-kan oleh pengukuran dengan ketelitian lebih tinggi. Kedudukan horisontal tergambar dariobyek-obyek dicek dengan pengukuran poligon, triangulasi, atau trilaterasi yang mandiri ketitik-titik yang dipilih oleh orang atau instansi pemberi pekerjaan pengukuran. Sebuahpengukuran profil dari sembarang titik ke sembarang arah dibandingkan dengan profil yangdibuat dari garis-garis tinggi tergambar;jadi baik pekerjaan lapangan maupun penggambar-an petanya sekaligus dicek.

    16-13. SUMBER-SUMBER GALAT DALAM PENGUKURAN TOPOGRAFIK. Beberapasumber galat dalam pengukuran topografik adalah:

    1. Galat-galat instrumental, khususnya garis bidik yang tak teratur dalam pekerja-an takimetri.

    2. Galat-galat dalam pembacaan instrumen.3. Tidak ditetapkannya, dicek dan diratakannya titik kontrol sebelum pengambilan

    topografi.4. Titik-titik kontrol yang terlalu jauh terpisah dan pemilihannya yang buruk untuk

    liputan yang baik pada suatu wilayah.6. Pemilihan titik-titik yang tidak baik untuk penarikan garis-garis tinggi.

    16-14. KESALAHAN-KESALAHAN BESAR. Beberapa kesalahan yang umum dalampengukuran topografik adalah :

    l. Peralatan yang tidak baik atau metode yang tidak cocok di lapangan untuk peng-ukuran tertentu dan keadaan tanah yang ada.

    2. Kesalahan dalam pembacaan instrumen.3. Kelalaian mengecek orientasi azimut bila banyak titik detail ditentukan lokasinya

    dari sebuah stasiun instrumen.4. Terlalu sedikit (atau terlalu banyak) titik garis tinggi yang diambil.5. Hilangnya beberapa detail topografik.

    SOALSOALl5-1. Tulislah lima detail topografik yang tergolong ciri+iri "budaya" yang belum terse-

    but dalam Paragraf l6-1.I 6-2. Apakah kebaikan-kebaikan sebuah telaga sebagai titik balik atau titik tetap duga?

  • PENGUKURAN TOPOGRAFIK

    16-3. Uraikan metode-metode terbaik untuk menentukan elevasi permukaan air danauyang terganggu angin kecil dan gelombang kecil?

    16-4. Buatlah sketsa yang baik pemakaian masing-masing dari tujuh metode lapangan un-tuk penentuan lokasi titik.

    l6-5. Siapkan serangkaian catatan lapanpn untuk menentukan lokasi detail-detail topo-grafik pada Gambar 16-2. Jaruk-jarak agar diskala dan sudut ditentukan.

    l6-5. Berilah contoh dan buatlah sketsa keadaan lapangan di mana cara terbaik menenfu-kan garis tinggi adalah dengan (a) metode kisi, (b) metode langsung (c) metode taklangsung.

    l5-7. Apakah tujuan pembuatan peta topografik untuk bagian baru sebuah kota? Sebuahtaman kota? Untuk letak kawasan industri?

    l6-8. Terangkan bagaimana peta pada Gambar 16-6 dapat diuji ketelitiannya dengan me-makai sebuah sketsa-tindih?

    l6-9. Sebuah peta garis tinggi mempunyai intewal 2 ft dan skala 1 : 1200. Jikaduagaristinggi berdekatan terpisah 80 ft, berapa lereng rata-rata tanah antara kedua garistinggi?

    l6-10. Pada sebuah peta dengan skala I m = 500 ft, berapa jauh terpisah garis-garis tilggil-ft pada lereng seragam 47o?

    I 6-l I . Pada sebuah peta yang digambar dengan skala I in = 200 ft, garis-garis tinggi di tem-pat tertentu terpisah sejauh $ in. Interval garis tinggi adalah 5 ft. Berapa persen ke-miringan tanah antara dua garis tinggi berturutan?

    I6-12. Sama dengan Soal 16-11 kecuali untuk interval 2-m, terpisah 30 mm dan skala petalcm=50m.

    16-13. Tuliskan dan berilah contoh faktor-faktor bersangkutan yang dipertimbangkan da-lam pemilihan skala yang cocok untuk proyek pemetaan topografik dengan transitdan jarak optis.

    l6-14. Buatlah sketsa sebuah garis tinggi yang memotong jalan slebear 40-ft dengan tanjak-an +5,00%, muka-jalan parabolik 8-in dan kaki lima setinggi 4-in.

    16-15. Sama dengan Soal 16-14 kecuali sebuah jalan raya terbagi atas 4-jalur, lebar 8o-fttermasuk jalur tengah ZO-ft, pada tanjakan +3,O0%, l,0O% lereng samping, danbahu-jalan selebar 4-ft dengan kemiringan minimum.

    16-16. Untuk interval garis tinggi 25-ft, berapa galat terbesar yangdiharapkan pada elevasisuatu titik dibaca dari sebuah peta bila memenuhi persyaratan Pembakuan Keteliti-an Peta Nasional?

    l6-17. Kapan titik-titik yang ditentukan lokasinya untuk garis tinggi harus dihubungkandengan garis lurus? Kapan dengan kurve halus?

    Berikut ini adalah elevasi-elevasi pada pojok-pojok bujursangkar koordinat 50-ftdan berlaku untuk Soal 16-18 sampai dengan 16-21.

    57 56 51 56 60 6460 53 58 61 63 6658 s9 56 58 59 67

    l6-18. Sekitar angka manakah dalam tabel dapat ditari,k garis tinggi tertutup 5-ft?l6-19. Gambariah garis-garis tinggi 5-ft untuk wilayah itu. Bandingkan elevasi-elevasi pada

    lokasi beberapa titik pusat bujursangkar dengan iaterpolasi pada diagonaldiagonal.16-20. Sama dengan Soal 16-19, kecuali tambahkan baris elevasikeempat: 55,51, 56,60,

    68. dan 7 I (dari kiri ke kanan).l6-21. Sama dengan Soal l6-20, kecuali tambahkan baris elevasi kelima: 52,54,58,61,

    69, dan 70.16-22. Berilah sebuah sifat garis tinggi lagi yang belum disebut dalam Paragraf 16-8.l6-23. Menurut pendapat Anda, manakah yang paling penting di antara l4 sifat garis tinggi

    yang tersebut dalam Paragraf 1 6-8? Mengapa?16-24. Bagaimana "garis-garis bentuk" dipakai pada beberapa peta atau peta ikhtisar seba-

    gai ganti garis-garis tinggi?

    29

  • 30 DASAR-DASAR PENGUKU RAN TANAH

    l6-25. Pada jenis-jenis pengukuran mana alat sipat datar tangan sesuai untuk menentukanlokasi garis tinggi?

    l6-25. Mengapa metode simpanpn dari sumbu dipakai lebih banyak daripada sistem te-restris lainnya untuk penentuan lokasi titik pada pengukuran lintas jalur?

    16-27. Apakah metode menentukan letak garis tinggi langsung itu lebih cepat daripadametode tak langsung untuk tanah biasa? Lebih teliti? Terangkan.

    l6-28. Sebuah kota mempunyai banyak detail yang ditentukan lokasinya dengan transitjarak-optis. Terangkan metode terbaik untuk membuat catatan dan penggambaranlebih mudah.

    16-29. Apakah seseorang yang melaksanakan pengukuran topografik untuk pertamanansebuah tanah mi1ik, memakai garis batas pemilikan sebagai kontrotnya, disyaratkanharus seorang Juru-Ukur Terdaftar di negara bagian Anda?

    DAFTAR PUSTAKA

    Brown, R.L. 1980. "Usulan Buku Pedoman Pemilihan Penggunaan, Skala, dan Ketelitian Peta untukTujuan-tujuan Rekayasa dan yang Berkaitan: Ketersediaan Peta - Bab yl." ASCE Jdlrnal of theSt rv eyin g and Mapping Divisi on 1 06 (no. SUl ) : 14 9.

    crombie, B.W. lgTT. "Rancangan Garis Tinggi dan Pemakai Peta Topografik." canadian surveyor3l:34.

    Eliel, L.T,, et al. 1952. "Pemilihan Interval Garis Tinggi." Surveying and Mapping 12{no. 4): 344'Feldscher, C.B. 1980. "Buku Pedoman Baru tentang Pemakaian, Skala dan Ketelitian Peta." ASCE

    toumal o f the Surt eying and Mapping Division 1 06(no. SUl ) : 1 4 3.Hotine, M. 1975. "Pengukuran Topografik secara Cepat di Negara-negata Baru." Surveying and Mapping

    25(no.4):557.Keates, J.S. 1961 . "Teknik Penyajian Relief." Surt' eying and Maping 2l(no. 4): 459.Lee, M.P. 1981. "Lereng Terotomasi sebuah Teknik Baru." ACSM Bulletin 74:43'Lyddan, RH. 1954. "Berapa Banyak Detail Topograt'rk?" Surveying and Mapping 14(no. 7): 29.Thompson, M.M., dan G.H. Rosenfeld. 1971. "Tentang Spesihkasi-spesifikasi Ketelitian Peta." Survey'

    ing and Mapping 31(no. l): 5 7.Wolf, P.R, B. Wilder, dan G. Mahun. 1978. "sebuah Evaluasi Ketelitian dan Pencrapan Takimetri."

    Surveying and Mapping 38(no. 3): 231.

  • l7 PEMETAAN17-1. PENGANTAR. Sepanjang zaman, peta telah mempunyai dampak yang mendalampada kegiatan manusia, dan dewasa ini tuntutan akan peta barangkali.lebih besar darisebelumnya. Peta-peta sangat penting dalam rekayasa, pengelolaan sumber daya, peren-canaan kota dan regional, pengelolaan lingkungan hidup, konstruksi, pelestarian, geologi,pertanian, dan banyak bidang lainnya. Peta-peta memperlihatkan beraneka-ragam ciri

    -

    misalnya topografi, batas-batas hak milik, jalur lintas transportasi, jenis-jenis tanah, tum-buh-tumbuhan, pemilikan tanah untuk tujuan-tujuan pajak, dan lokasi mineral serta sum-ber daya. Peta-peta khususnya penting dalam rekayasa untuk perencanaan lokasi proyek,fasilitas peranc angan, dan taksiran kuanti tas-kuanti tas boron gan.

    Dinas militer selalu mengandalkan pada terbitan peta dan peta ikhtisar mutakhirsecara tetap. Selama Perang Dunia Kedua, ,Army Map Service, sekarang namanya Topo-graphic Center, Defense Mapping Agency (DMA), menyiapkan lebih dari 40.000 peta segalajenis meliputi kira-kira 400.000 mil persegi permukaan bumi; dan dicetak sebanyak 500 ju-ta lembar. Penyerbuan Nomtandy saja memerlukan 70 j\ta lembar peta dari 3000 peta ber-beda. Dalam empat minggu pertama perang Korea, Army Map Service dan Komando TimurJauh mencetak dan membagikan l0 juta lembar peta

    -

    lebih dari seluruh peta yang dicetakuntuk Perang Dr-rnia Kesatu. Karena ukuran dan tebaran kekuatan militer di Vietnam,fumy Map Service mengeluarkan peta kira-kira 500 juta lembar untuk mendukung perangitu. uputan seluruh negara dibuat dalam peta-peta berskala I : 50.000, dan kebanyakanjuga dibuat dengan skala I : 25.000. Banyak produk khusus untuk operasi militer di sungaidan peta-peta foto dipersiapkan.

  • 32 DASAR.DASAR PENGUKURAN TANAH

    17-2. BADAN-BADAN PEMETAAN. Peta-peta dibuat oleh para juru-ukur swasta, industri,kota, county, negara bagian, dan beberapa badan pemerintah I'ederal. Sayang. banyak ke-giatan pernetaan yang belum terkoordinasi; kareqrrnya terjadi beberapa kerangkapan upaya,dan adanya banyak informasi berharga yang tak diketahui sehingga tak tersedia bagi calonpemakai. Telah dirnulai usaha awal untuk memperbaiki keadaan ini dengan mendirikanpenyinrpanan data di beberapa kota dan negara bagian, di nrana setiap peta yang dapat di-peroleh, diarsipkan untuk manfaat pihak-pihak yang tnemerlukan. The National Cartogra-phic Inlormation Center rnenyediakan informasi yang membantu para juru-ukur, insinyur,ahli katografi dan pentakai peta teknis lainnya. l'naupun rakyat urnum.l Karttor ini nterupa-kan pusat sumber informasi tentang pengukuran dan peta, menyediakan data luas tentangpeta topografik, pernotretan udara, pengukuran titik kontrol geodetik, ditambah takta-faktadasar untuk program-program rekayasa dan konstruksi, seperti proyek irigasi, lokasi jalanraya dan jalan baja, pengembangan kota dan pedesaan, jalur-jalur transmisi dan pipa,lapangan terbang, dan lokasi fasilitas radio dan televisi.

    The Geological Survey mulai menerbitkan peta-peta topografik pada tahun 1886sebagai bantuan pada studi-studi ilmiah. Lembaran baku meliputi kotak-kotak bujur-sangkar 1l atau 15 menit dan memperli*ratkan ciri-ciri budaya dengSn warna hitam, garistinggi coklat, ciri air biru, wilayah perkotaan merah, dan wilayah hutan hijau. Sebuah petaindeks memberikan tahana pemetaan topografik di Amerika Serikat dan wilayah yang di-kuasainya tersedia cuma-cuma dari Geological Survey. Peta-peta indeks lain yang menun-jukkan tahana pemotretan udara dan mosaik foto udara di Arnerika Serikat diterbitkanoleh badan ini pula.

    Geological Survey sedang bergerak ke arah metrikasi dengan mempertimbangkankeperluan para pemakai peta. Unsur-unsur peta yang ditunjukkan dalam sistem metrik ada-lah kisi koordinat Universal Transverse Mercator (UTM), garis tinggi, elevasi, jarak, garistinggi kedalaman air dan pemeruman. Ada tujr-rh n.,".., skala peta yang dipakai. Intervaldasar garis tinggi untuk itu adalah 1,2,5,10, 20, 50, dan 100 m. Elevasi diberikan dalammeter; jarak dalam kilometer. Untuk rencana letak skala besar, disarankan interval 0,1, 0.2,atau 0,5 m. Seperti disebutkan dalam Bab 1, badan-badan lain juga rnenghasilkan petauntuk tuj uan-tujuan berbeda.

    17-3. SKALA PETA. Pemilihan skala peta tergantung pada tujuan, ukuran dan kesaksama-an yang diperlukan pada peta yang diselesaikan. Ukuran lembar baku, jenis dan banyaknyasimbul topografik, dan ketelitian yang disyaratkan untuk penerapan skala jarak merupakanbeberapa pertimbangan yang diperhatikan.

    Skala peta diberikan dalam tiga cara: (a) dengan perbandingon atau pecahan represen-tatif, misalnya I : 2000 atau ffi; (b) dengn sebuah persam(wn, misalnya, 1 in = 200 ft;dan (3) secara grafis. Dua skala grafik yang ditempatkan saling tegaklurus dan pada sudutberhadapan diagonal peta, menyebabkan dapat dibuatnya pengukuran teliti walaupunkertasnya berubah dimensi.

    Skala peta biasanya digolongkan sebagai besor, menengah, dan kecil. htas'batasskalanya berturut-turut adalah :

    Skala besar, I in = 100 ft (l : 1200) atau lebih besar.Skalamenengah, I in= 100

    -

    1000 ft (l : l200sampai 1 : 12.000).Skala kecil, I in = 1000 ft (l : 12.000) atau lebih kecil.Para juru-ukur dan pembuat peta dapat menyatakan semua skala peta dengan perban-

    dingan seperti dikerjakan sekarang untuk skala-skala metrik. Skala yang umum 1 in = 40 ft

    I Permintaan keterangan harus diatamatkan kepada National Cartogaphic lnformation Center,Reston, VA22092, Telepon: (703) 860-7000.

  • PEMETAAN

    (l : a80) mendekati perbandingan metrik I : 500.Pen.rbahasan dalarn bab ini terutama akan dibatasi pada peta-peta skala-besar. Sebuah

    peta yang diganlbar dengan sualu skala dapat diperbesar atau diperkecil dengan sebuahpantogral', proyektor pantul, alau secara lbtogralis. Tetapi penting untgk dicatat bahwauntuk peta yang diperbesar, galat-galatnya juga diperbesar dan produk hasilnya mungkintidak lagi memenuhi persyaratan ketelitian baku.

    17-4. PENGGAMBARAN PETA. Penggambaran peta pada urltuntnya terdiri atas dua tahap:persiapan naskah dan penggantbarap peta akhir. Naskah biasanya disusun dengan pensil.Naskah harus disiapkan dengan cerrnat untuk menetapkan lokasi senrua cili dan garis tinggiseteliti mungkin dan tiap detailnya lengkap, termasuk penempatan simbul-simbul danhuruf-huruf. Penulisan pada naskah tak perlu dikerjakan sangat hati-hati, karena tujuanutamanya adalah untuk menjamin rancangan keseluruhan peta yang baik dan penempatanyang benar. Naskah yang disiapkan dengan baik merupakan ancang-ancang untuk mencapaisebuah peta akhir yang berkualit