Credit Rating Agency Sebagai Non-State Actor Dalam ...
Transcript of Credit Rating Agency Sebagai Non-State Actor Dalam ...
1
Credit Rating Agency Sebagai Non-State Actor Dalam Hubungan Internasional
Bernadette Aderi Puspaningrum, Yuni Reti Intarti, dan Shofwan Al Banna C
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Peran CRA (Credit Rating Agency) dalam system financial global mutlak diperlukan bagi investor untuk dapat menanamkan modalnya dalam pasar modal dan ke negara lain. Informasi kredit yang dikeluarkan oleh CRA dalam sistem finansial terangkum secara sederhana dalam bentuk alphabet rating setelah melalui proses penilaian dengan methodologi kuantitatif maupun kualitatif. Oleh sebab itu, rating CRA secara cepat diterima dan digunakan secara global. Rating CRA diharapkan dapat menjadi “gatekeeper” yang diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem finansial. Namun dalam perkembangannya, instabilitas finansial yang terjadi seringkali menyoroti CRA yang dipandang lalai dalam menjalankan aktifitasnya. Dalam kondisi tersebut, CRA masih tetap saja digunakan oleh pelaku pasar sehingga memunculkan pertanyaan mengenai pentingnya CRA sebagai non-state actor dalam sistem finansial global. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran CRA dalam sistem finansial. Hasil penelitian menunjukan bahwa CRA sebagai non-state actor internasional memiliki karakteristik yang khusus sehingga penggunaannya dalam sistem sulit untuk digantikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa CRA dapat dikategorikan sebagai aktor internasional berdasarkan indikator Ryo Oshiba, karena: 1) CRA memiliki independensi sebagai lembaga privat, 2) CRA mampu memobilisasi sumber daya dalam hal ini modal dalam sistem internasional, 3) CRA mampu mempengaruhi aktor lain baik aktor negara maupun non-negara terkait keputusannya untuk menempatkan modal dalam pasar modal domestik maupun internasional.
Credit Rating Agency as Non-State Actors in International Relations The role of CRA (Credit Rating Agency) in the global financial system is absolutely necessary for investors to be able to invest in the capital market and to other countries. Credit information issued by CRA in the financial system are summarized simply in the form of rating after alphabet through assessment with quantitative and qualitative methodologies. Therefore, CRA rating can quickly be accepted and used globally. With that ability CRA is expected to be a "gate keeper" which can maintain the stability of the financial system. But in its development, financial instability that occurs often highlights the CRA deemed negligent in doing its activities. In these conditions, the CRA is still used by market participants so raises questions about the importance of CRA as non-state actors in the global financial system. This study aims to look at the role of CRA in the financial system. The results showed that the CRA as an international non-
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
2
state actors have special characteristics, so its use in the system difficult to replace. The results show that the CRA can be categorized as an international actor based on Ryo Oshiba's international actor indicator, because: 1) CRA has independence as private institutions, 2) CRA able to mobilize resources (capital) in the system of international, 3) CRA is able to influence other factors both state actors and non-state-related decision to place the capital in domestic and international capital markets. Keywords: Global Financial Instability, Capital Markets, Credit Risk Rating, and Independence. Pendahuluan
Berkembangnya inovasi di sektor finansial ini, mempercepat dan
mempermudah distribusi modal bahkan jauh melampaui batas-batas teritorial
negara. Akan tetapi di sisi lain, peningkatan inovasi sektor perbankan belum dapat
menjawab kekhawatiran akan adanya dampak negatif resiko kegagalan pasar
(market failure) yang mungkin terjadi akibat bentuk pasar yang tidak sempurna.
Menyadari masalah tersebut, industri rating tumbuh untuk mengisi kebutuhan
akan salah satu ketidaksempurnaan pasar, yaitu terkait ketidaksempurnaan
persebaran informasi dalam pasar finansial global.
CRA (Credit Rating Agency) merupakan perusahaan privat yang bergerak
pada sektor jasa penyedia informasi perbankan dalam bentuk rating yang secara
global mudah dipahami penggunaannya. Informasi yang terformulasi dalam
bentuk rating ini secara cepat digunakan sebagai standar ukuran informasi
perbankan karena mudah dipahami dan dapat menggambarkan resiko yang
dimiliki produk perbankan dalam pasar secara sederhana. Penggunaan industri
rating dalam sistem finansial AS sejak tahun 1970 mendorong digunakannya
mekanisme yang sama bagi pelaku pasar lain dalam pasar finansial global. Hal itu
terjadi karena besarnya pergerakan kapital AS hingga mempengaruhi pelaku pasar
secara keseluruhan dimasa itu. Dominasi AS dalam pasar finansial tersebut di lain
sisi berdampak pada konsentrasi pertumbuhan industri yang terfokus pada
beberapa perusahaan saja. Hingga kini terdapat tiga perusahaan rating yang
dominan menguasai 98% market share dalam industri rating global, yaitu
Moody’s, Standard & Poor’s (S & P), dan Fitch.1 Oleh sebab itu, dalam
penenilitian ini, perusahaan rating Moody’s, S&P, dan Fitch (Big Three)
1 Sinclair,T .J. Globalmonitor, bond rating agencies. New Political Economy (2003): 147–148.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
3
menjadi pusat penelitian dengan mengesampingkan peran perusahaan rating
lain karena pengaruhnya yang kurang signifikan di tingkat global.
Penggunaan sistem rating sejak kurang lebih dua dekade kebelakang,
tanpa disadari telah menciptakan hubungan dependensi dalam pasar finansial
terhadap industri ini. Fenomena-fenomena instabilitas sistem finansial yang telah
terjadi selama ini memperlihatkan tidak berjalannya informasi secara sempurna
meskipun telah diolah oleh entitas yang dipandang paling independen dalam
sistem finansial global. Penelitian ini dilakukan untuk memperlihatkan bagaimana
sebenarnya posisi CRA dalam sistem finansial global sehingga dapat berpengaruh
besar dalam menjaga stabilitas sistem finansial global. Perkembangan industri
rating yang semula adalah industri domestik dan berkembang sebagai industri
global menjadi fenomena yang menarik sebagai kajian ilmu hubungan
internasional karena memperlihatkan akan adanya aktor lain selain negara namun
dapat mempengaruhi interaksi aktor dalam sistem internasional. Oleh sebab itu,
penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan: Mengapa Credit Rating Agency
dapat dikategorikan sebagai non-state aktor internasional dalam sistem
finansial global?
Tinjauan Teoritis
Penelitian ini akan menggunakan kerangka pemikiran mengenai aktor
internasional menurut Ryo Oshiba.2 Dalam kajiannya, Ryo Oshiba mengajukan
adanya peninjauan kembali akan peran aktor dalam hubungan internasional. Hal
ini dilakukan karena adanya berbagai perubahan dalam sistem internasional
seiring dengan adanya perkembangan zaman. Kerangka pemikiran dari Ryo
Oshiba dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini karena mampu menjabarkan
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan CRA sebagai
salah satu aktor dalam sistem internasional. Konsep non-state actor berkembang
karena adanya pandangan akan hilangnya batas-batas ekonomi (borderless
economy) yang kemudian memberikan pengaruh pada keterbatasan negara untuk
2 Prof.. Dr. Ryo Oshiba adalah Profesor Ilmu Hubungan Internasional dan Wakil Presiden Eksekutif di Universitas Hitotsubashi Jepang. Bidang utama yang menjadi pusat utama kajiannya adalah terkait Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional. Ia mendapatkan gelar M.A. dari Graduate School of Law di Universitas Hitotsubashi dan Ph.D. Ilmu Politik dari Universitas Yale.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
4
mengontrol kedaulatannya. Meningkatnya interaksi di tingkat internasional
berdasarkan jakauan isu maupun aktor yang terlibat didalamnya disisilain juga
memberikan tantangan akan semakin kompleksnya permasalahan yang mungkin
muncul sehingga negara tidak lagi dapat menggunakan otoritasnya sebagai aktor
yang berdaulat. Terus meningkatnya kerjasama antar negara mendorong
berkembangnya interaksi lain di berbagai bidang yang juga melibatkan berbagai
entitas dalam sistem internasional. Ryo Oshiba dalam kajiannya kemudian melihat
perlunya pemeriksaan kembali terhadap peran aktor dalam kajian hubungan
internasional. Pemeriksaan kembali dipandang perlu untuk melihat bagaimana
perubahan aktor sebagai subjek penelitian dalam kajian hubungan internasional
mendapat pengaruh dari adanya perubahan struktur politik sistem internasional.
Ketidakmampuan negara sebagai aktor internasional menangani
kompleksitas masalah yang mungkin timbul akibat adanya perubahan struktur
dalam sistem internasional juga dapat mendorong adanya perubahan pada peran
aktor-aktor lain dalam hubungan internasional. Oleh sebab itu,
pengindentifikasian ulang aktor perlu dilakukan dengan melihat berbagai
karakteristik seperti sifat independensi (the nature of independance), kemampuan
memobilisasi individu maupun sumber daya lainnya (the ability of mobilization),
dan sifat internasionalitas (the nature of internationality).3 Hal ini dilakukan untuk
kemudian dapat melihat perbedaan peran dan pengaruh aktor dalam sistem
internasional. The nature of independence pada dasarnya menekankan pada
kemampuan suatu entitas untuk menentukan tujuan dan kepentingannya sendiri
dan dapat mempertanggungjawabkannya. Kedua, the ability of mobilization
adalah kemampuan aktor internasional untuk memobilisasi individu dan ataupun
sumber daya/asset sebagai bentuk realisasi dari tujuan dan kepentingan yang
dimilikinya. Teridentifikasinya kemampuan aktor untuk memobilisasi tersebut,
semakin mengukuhkan posisi dan peran objek penelitian ini dalam sistem
internasional. Ketiga, aktor internasional harus mampu mempengaruhi aktor
internasional lain dalam ruang lingkup yang berbeda.
3 Ryo Oshiba(1998), “Introduction: reconsidering international actors of international relations,” International Relations, Vol. 119, 1-9.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
5
Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif,
karena pada dasarnya dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam terkait suatu realita yang menjadi perhatian dalam kajian hubungan
internasional.4 Penelitian ini menganalisa secara kualitatif berbagai indikator yang
memperlihatkan posisi CRA sebagai salah satu aktor dalam sistem internasional.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi literatur
terhadap data primer dan data sekunder mengenai peran dan pengaruh CRA dalam
sistem finansial global.
Pembahasan
Proses pengidentifikasian CRA sebagai aktor internasional dalam skripsi ini
sesuai dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya akan dilakukan berdasarkan
indikator aktor internasional menurut Ryo Oshiba. Dengan demikian, pembahasan
pertama dari bagian ini akan membahas mengenai independensi CRA dilihat dari
berbagai aktifitas CRA yang mendorong perwujudan tujuan dan kepentingan yang
dimilikinya. Dalam pembahasan kedua, pembahasan mengenai kemampuan yang
dimiliki CRA dalam memobilisasi sumberdaya dalam sistem finansial global akan
terlihat dari bentuk industri rating yang berkembang hingga saat ini. Selanjutnya
pembahasan ketiga akan membahas bagaimana rating CRA kemudian mimiliki
pengaruh yang penting bagi interaksi dalam sistem finansial global dan katifitas
berbagai aktor didalamnya.
Perubahan Bentuk Industri Rating Sebagai Upaya Untuk Mencapai Tujuan
(Goals) Dan Kepentingan (Interest) CRA.
Perubahan dalam sistem ekonomi tersebut menjadi kesempatan telah
membuka kesempatan pada CRA untuk mengembangkan jangkauan industrinya
ke sektor yang lebih luas. CRA yang semula adalah perusahaan jasa penyedia
informasi domestik AS terkait kredit modal pembangunan jalur kereta api,
kemudian berkembang menjadi penyedia informasi kredit di sektor perbankan.
Berkembangnya industri rating ke sektor perbankan juga dipengaruhi oleh faktor 4 Dr. Prasetya Irawan, M.Sc., Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Depok: Dept. Ilmu Administrasi FISIP UI, 2006), 6 – 12.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
6
domestik negara melalui kebijakan pemerintah AS. Di tahun 1929, misalnya,
kebijakan standard requirement for selling issue (standar syarat penjualan
obligasi) menjadi awal dimasukannya penggunaan rating CRA dalam sistem
finansial AS. Selanjutnya, sebagai pengaruh dari gejolak ekonomi AS pasca
terjadinya Great Depression tahun 1930, kebijakan speculative securities
membuat rating CRA dipublikasikan secara bebas. Seperti yang telah dijelaskan
dalam bab sebelumnya kebijakan speculative securities yang mengatur pelarangan
penerbitan obligasi di bawah rating BBB, pada dasarnya memperlihatkan adanya
pengakuan akan sistem rating yang dibuat oleh CRA. Namun meski peran rating
akibat kebijakan tersebut menjadi sangat penting fungsinya dalam sistem
finansial, kondisi ekonomi politik saat itu membuat industri rating tidak
berkembang dan dirugikan. Investor pays sebagai bentuk industri rating saat itu,
membuat semua investor yang memegang informasi akan obligasi perbankan
mempublikasikan secara bebas informasi yang dimilikinya. Aksi publikasi
informasi rating secara bebas oleh investor ketika itu pada dasarnya didasari oleh
kepanikan pasar dalam sistem finansial yang fluktuatif. Oleh sebab, itu sebagai
industri pivat yang bergerak di sektor jasa, sejak periode 1930 hingga 1970,
industri rating tidak mengalami perkembangan dan terus mengalami kerugian
karena aksi free-rider investor yang melakukan aktifitasnya hanya dengan
mengandalkan informasi yang telah tersebar secara bebas ke ranah publik.
Berlakunya floating exchange rate dalam sistem finansial global
dimanfaatkan oleh industri ini untuk mengubah bentuk industrinya dari investor
pays menjadi issuer pay di tahun 1970. Bentuk industri issuer pays sendiri pada
dasarnya penerbit obligasi membayarkan sejumlah uang untuk mendapatkan
penilaian (rating) pada obligasi yang akan diterbitkannya. Dengan bentuk industri
issuer pays, industri rating mulai kembali bertumbuh. Gambar 1. memperlihatkan
terus meningkatkan penggunaan rating dalam penilaian investment grade dan
speculative grade dalam sistem finansial global sejak tahun 1970.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
7
Terus meningkatnya jumlah obligasi yang menjalani proses rating seperti
yang terlihat dalam Gambar Grafik 1., pada dasarnya memperlihatkan semakin
meningkatnya kesadaran pelaku pasar untuk menggunakan rating dalam aktifitas
finansialnya. Peningkatan penggunaan rating dalam perkembangan sistem
finansial pada dasarnya juga mendapatkan pengaruh dari pengembangan produk
investasi baru dalam pasar finansial global dalam bentuk vibrant junk bond
market. Di kembangkannya produk perbankan ini dilakukan dengan tujuan
mempermudah aliran modal melalui penerbitan surat hutang oleh entitas yang
memerlukan modal dari pasar finansial. Jika dilihat dari tujuan pengembangannya,
produk perbankan ini seharusnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di
berbagai sektor, namun kebangkrutan Penn Central Railroad AS menjadi
peringatan bagi pelaku pasar yang melakukan investasi perbankan dalam bentuk
bond atau surat hutang.5 Hingga saat ini, dengan perubahan bentuk industri yang
dilakukannya, CRA terus mendapatkan pertumbuhan keuntungan dari aktifitasnya
dalam sistem finansial global.
5 Timothy J. Sinclair, The New Masters of Capital : American Bond Rating Agencies and The Politics of Creditworthiness (New York: Cornell University Press, 2005), 27.
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Bisnis Rating (1970-2006) Sumber: Moody’s Investors Service, 2007, Corporate Default and Recovery Rates, 1970–2006, 33
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
8
Selain kemampuan untuk melakukan perubahan dalam bentuk bisnis sesuai
dengan kebutuhannya, penggunaan pendekatan “rate through the cycle” hingga
saat ini juga menunjukan kemampuan CRA sebagai aktor internasional yang
independen. Pendekatan “rate through the cycle” digunakan dalam proses rating
sebagai periode penilaian produk perbankan secara jangka panjang, terus
mendapatkan kritik karena lamanya periode rating seringkali terlambat
memperingatkan pasar akan resiko default yang mungkin terjadi. Kelemahan
pendekatan ini dapat terlihat dalam Tabel 1 yang menggambarkan kegagalan CRA
memprediksi default pada sovereign rating hingga menyebabkan.terjadinya krisis
Asia yang terjadi tahun 1997-1998 dan instabilitas ekonomi negara-negara lain
seperti Rumania, Rusia, Argentina, dan Uruguay. Dalam peristiwa-peristiwa
tersebut, CRA selalu melakukan downgrade lama setelah krisis terjadi.
Pendekatan periode rating ini seakan berlawanan dengan fungsi CRA yang
diharapkan dapat menjadi gatekeeper dalam sistem.
Sumber: Bhatia (2002), 5
Keengganan untuk mengubah periode rating through the cycle menurut
sudut pandang CRA didasari oleh permintaan pasar akan adanya stabilitas dalam
Tabel 1. Statistik Kegagalan Sovereign Rating 1997-2002
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
9
sistem finansial global.6 Downgrade ataupun upgrade rating yang dilakukan
secara tiba-tiba dalam periode yang singkat dinilai dapat memunculkan gejolak
dalam iklim investasi. Kekhawatiran lain muncul dengan adanya rating triggers
yang dapat memicu terjadinya krisis likuiditas akibat penurunan tajam
kepercayaan investor hingga dapat memicu kebangkrutan. Sikap CRA tersebut
menunjukan bagaimana promote rating stability menjadi landasan utama
pemberian nilai obligasi sehingga pemberian rating tidak jarang dilakukan dengan
terlalu berhati-hati untuk menghindari kerugian bagi issuer maupun investor
dalam jangka pendek. Dengan demikian, pada dasarnya pendekatan rate through
the cycle hanya mampu menciptakan stabilitas jangka pendek saja namun tidak
menjamin stabilitas jangka panjang.
Pengaruh CRA sebagai Certification dan Standardization Body pada
Mobilisasi Kapital dalam Sistem Finansial.
Rating menjadi acuan bagi pelaku pasar untuk melakukan investasi pada
obligasi dengan resiko yang rendah (dengan rating di atas investment grade)
maupun pada obligasi dengan resiko yang tinggi (speculative grade). Keputusan
dalam investasi pada dasarnya berada di tangan pelaku pasar sedangkan posisi
rating menurut CRA hanya sebagai opini.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah dalam prakteknya pelaku pasar
memiliki ketergantungan yang besar pada informasi yang dikeluarkan oleh CRA.
Dalam sovereign debt rating, misalnya. Pelaku pasar tidak memiliki sumber
informasi lain selain CRA untuk mengetahui resiko default pada investasi obligasi
yang ingin atau telah dilakukannya. Hal ini terjadi karena informasi yang
diperlukan dalam sovereign debt rating pda dasarnya tidak dapat dijangkau secara
menyeluruh oleh investor kerena merupakan kepentingan suatu negara.
Sedangkan negara dalam hal ini yang menerbitkan surat hutang dalam pasar
modal tidak dapat melakukan penilaian terhadap obligasi yang akan
diterbitkannya sendiri karena terkait dengan konflik kepentingan yang dimiliki
negara. Akan tetapi, pandangan akan fungsi mitigasi CRA dalam principle agent
problem yang terjadi antara negara dan investor dalam kasus sovereign rating 6 Carol Ann Frost, Credit Rating Agencies in Capital Markets: A Review of Research Evidence on Selected Criticisms of the Agencies, (New York: State University of New York, 2006): 9.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
10
tersebut mengakibatkan adanya kepercayaan pasar yang berlebihan pada hasil
rating yang dikeluarkan CRA. Dapak negative dari dependensi pelaku pasar
finansial terhadap CRA dapat terlihat dalam krisis finansial AS yang
mengakibatkan pada terentinya aliran uang dalam sistem finansial global akibat
kontaminasi CDO AS yang mengalami perubahan status menjadi junk bond.7
Stabilitas pasar modal AS menjadi signifikan pengaruhnya dalam krisis
finansial 2007-2008. Hal tersebut terjadi karena besarnya modal dalam mata uang
dollar dan luasnya persebaran obligasi AS dalam pasar modal global. Downgrades
obligasi yang dilakukan oleh CRA dalam periode antara tahun 2007-2008 secara
cepat juga berpengaruh pada aliran modal dalam sistem financial global.
Ketimpangan antara neraca supply dan demand dalam sektor properti AS
mengakibatkan jatuhnya harga properti yang selama ini dipandang akan terus
menguntungkan. Kejatuhan nilai ini diperparah dengan kondisi kredit macet yang
terjadi karena berbagai keringanan yang diberikan kepada peminjam kredit
sehingga peminjam dengan creditworthiness yang rendah juga memiliki
kesempatan untuk melakukan pinjaman (sub-prime mortgage). Kondisi ini
7 Maurice Mullard, “The Credit Rating Agencies and Their Contribution to the Financial Crisis,” The Political Quarterly, Vol. 83, No. 1, (January–March 2012): 81.
Gambar 2. Grafik Perubahan Rating dalam Obligasi Global Tahun 1999-2010
Sumber: Fitch Ratings Global Structured Finance 2010 Transition and Default Study, March 24, 2011 diakases dari http://static.ow.ly/docs/Global+Structured+Finance+Default+Study+1978-
2012+A+Defining+Moment+For+Credit+Performance+Stability_19Xu.pdf, pada 20Mei 2016.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
11
mendorong dilakukannya downgrades terhadap 40% CDO oleh Fitch dan dua
CRA besar lainnya (Moody’s dan S&P) seperti yang terlihat dalam Gambar
Grafik 2.8 Hampir 75% CDO yang mengalami downgrades tersebut pada
dasarnya berhubungan dengan Mortgage-Backed Securities.9
Perubahan sejumlah besar obligasi finansial ke dalam status junk bons
tersebut menimbulkan market shock yang ditandai dengan menurunnya
permintaan terhadap beberapa jenis mortgage-backed securities seperti yang
tergambar dalam Gambar 3., akibat menurutnya profit yang diperoleh dari
obligasi tersebut.
Penurunan permintaan tersebut berdampak pada tersendatnya aliran modal
bagi pemberi pinjaman (bank investasi dan perusahaan besar penjual obligasi)
yang menggantungkan pendanaanya dari modal jangka pendek atau
securitization.10 Bank maupun lembaga pemberi pinjaman lain akibatnya mulai
melakukan pengetatan dalam pemberian pinjaman karena berkurangnya cadangan
modal bank akibat kerugian yang diperoleh dari penurunan nilai obligasi yang
diperjualbelikannya dalam pasar modal. Pengetatan pemberian kredit bank dapat
8 National Association of Insurance Commisioners, Capital Markets Special Repots, diakses dari http://www.naic.org/capital_markets_archive/110527.htm, pada tanggal 9 July 2016 pukul 20.22 WIB. 9 Ibid. 10 Ibid.
Gambar 3. Persebaran Modal dalam Pasar Modal Australia, Eropa, UK, Dan AS Tahun 2007-2009
Sumber: Bloomberg; Tullett Prebon (Australia) diakses dari http://www.rba.gov.au/publications/bulletin/2009/may/pdf/bu-0509-4.pdf, pada tangga;16 Juli 2016
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
12
mempengaruhi konsumsi publik atau konsumen diberbagai sektor sehingga
memicu terjadinya perlambatan ekonomi ditingkat makro seperti yang terlhat
dalam Gambar 4.
Gambar 4. World Economy Gross Product Growth, 1980-2013
Sumber: IMF World Economy Outlook DataBase (1980-2009), IMF World Economy Outlook, Januari 2012; A.T. Kaerney Projection, diakses dari
https://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2012/update/01/, pada tanggal 6 Juni 2016.
Pengaruh Bentuk Oligopoli Industri CRA terhadap Besar Pergerakan Modal
dalam Pasar Finansial.
Pada bagian latar belakang dalam penelitian ini telah ditekankan
sebelumnya bahwa Big Three CRA (Moody’s, S&P, dan Fitch) menjadi pusat
penelitian karena tidak signifikannya peran aktor lain di tingkat global. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya status NRSRO yang diberlakukan di AS sebagai negara
awal terbentuknya industri rating. Status NRSRO sebenarnya dibuat untuk
melindungi pelaku pasar akan kredibilitas informasi yang ada dalam pasar
finansial pasca terjadinya perubahan bentuk industri rating menjadi issuer pays.11
Keberadaan status NRSRO sendiri dalam prakteknya tidak hanya berdampak pada
CRA namun juga pada issuer dan investor.
Bagi CRA, tidak dimilikinya status NRSRO berdampak pada luas pasar
bisnisnya. CRA tanpa status NRSRO tidak dapat menjalankan bisnis di luar
negara induknya sehingga tidak memiliki kesempatan untuk berkembang baik dari
segi industri maupun pengalaman berdasarkan keberagaman klien yang pernah
11 Maurice Mullard, “The Credit Rating Agencies and Their Contribution to the Financial Crisis,” The Political Quarterly, Vol. 83, No. 1, (January–March 2012): 80.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
13
ditanganinya.12 Akibatnya, tidak hanya di tingkat global, CRA lokal juga
cenderung kurang diperhitungkan di negara asalnya sendiri. Dengan kerugian
tersebut, kepemilikan status NRSRO dalam industri rating menjadi sangat penting
perannya meski dalam prakteknya ketentuan yang ada dalam NRSRO sulit untuk
dipenuhi oleh pemain baru dalam industri rating. Kritik terhadap NRSRO status
terutama terkait kriteria kepemilikan kurang lebih 20 issuer dan subscribers besar
sebagai klien dari CRA tersebut.13 Pasal ini dalam prasyarat pengajuan satus
NRSRO, jika dilihat dari bentuk industrinya, sulit dipenuhi oleh CRA yang baru
saja merintis bisnisnya. Bisnis rating sebagai penyedia jasa informasi sangat
bergantung pada kepercayaan konsumen yang tentunya tidak dapat diperoleh
dalam waktu yang singkat.14 Akibatnya, CRA yang terbangun sejak lama tentunya
akan memiliki dominasi dalam industri rating.
Dominasi Big Three ini membuat hasil rating yang dikeluarkan olehnya
lebih diperhitungkan dalam pasar finansial global. Besarnya presentase jumlah
rating dalam industri rating menjadi indikator kredibilitas suatu CRA karena
luasnya kepemilikan jaringan informasi yang diharapkan dapat menghasilkan
rating yang lebih akurat. Akan tetapi, dominasi ini memiliki konsekuensi lain
terutama terkait kompetisi oligopoli yang terbentuk antara ketiganya yang
cenderung menciptakan adanya konflik kepentingan CRA dalam pemberian
rating. Dalam pasar oligopoli ini, konflik kepentingan dalam persaingan harga
dapat mempengaruhi pemberian nilai rating demi kepuasan konsumen.15 Dari
sudut pandang konsumen dalam hal ini issuer yang menyadari bentuk persaingan
dalam industri rating, hal ini dimanfaatkan dengan melakukan rating shopping
untuk mendapatkan nilai rating terbaik yang kemudian akan digunakan dalam
pasar finansial.
Pada dasarnya, bentuk industri oligopoli dalam industri CRA menunjukan
besarnya kemampuan mobilisasi kapital yang dimiliki sebagian aktor dalam
sistem finansial global. Untuk alasan yang sama pula maka bentuk oligopoli CRA 12 Joanne Li, “Reaction of Japanese market to change in credit rating by global and local agency,” Jurnal of banking and finance, (2006), 1010. 13 Piero Cinquegrana, “The Reform of the Credit Rating Agencies: A Comparative Perspective, ECMI Policy Brief No. 12, (February 2009):7. 14 Lawrence J. White, The Credit Rating Industri: An Industrial Organization Analysis, (2001): 10-12. 15 Ibid.,15.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
14
dipertahankan sehingga aliran modal secara sederhana dapat diprediksi
perpindahannya berdasarkan akitifitas dari sejumlah (Big Three) pemain dalam
sistem finansial global saja. Hal ini mungkin saja memberikan keuntungan dari
segi efisiensi analisa kondisi pasar glsobal secara sederhana dengan bertumpu
pada pemain-pemain besar yang memegang kendali modal besar dalam sistem
finansial. Dominasi government securities sebesar 76,6% memiliki resiko yang
besar jika hanya bergantung pada sebagian pemain dari pasar finansial dalam hal
ini Big Three CRA. Sovereign rating hanya dapat dinilai peringkat resikonya oleh
CRA, dengan demikian dikendalikan stabilitasnya hanya oleh kredibilitas aktifitas
sebagian kecil aktor dari sistem finansial saja.
Sovereign Rating Mempengaruhi Keputusan Aktor dalam Aktifitas
Finansialnya.
Sovereign rating sebagai salah satu kunci penentu interest rate (bunga)
negara dalam membayarkan pinjamannya. Perlunya independensi terkait
informasi sovereign rating dalam sistem finansial membuat CRA menjadi satu-
satunya entitas yang mampu mengeluarkan peringkat creditworthiness negara
hingga saat ini. Berbeda dengan kategori corporate rating (rating obligasi
perusahaan), sovereign rating harus dapat memperhitungkan kemampuan
(capacity) dan kemauan (willingness) negara untuk membayarkan pinjamannya.
Karakteristik negara yang seharusnya tidak dapat mengalami kebangkrutan
membuat sovereign rating berkembang menjadi save investment bagi para
investor. Oleh sebab itu, pemeringkatan CRA pada sovereign rating memiliki
metodologi yang berbeda dengan penggunaan metodologi kuantitatif dan
kualitatif. Gambar Grafik 3.4 memperlihatkan hubungan antara rating dan bunga
hutang yang harus dibayarkan negara. Gambar 5., menunjukan semakin tinggi
rating yang dimiliki negara maka semakin rendah bunga hutang yang harus
dibayarkannya relatif terhadap presentase GDP negara tersebut. Sebaliknya,
semakin rendah sovereign rating yang dimiliki negara maka kuntitas bunga
hutang yang harus dibayarkan, akan semakin besar persentasenya terhadap GDP
negara tersebut. Dengan demikian, bagi negara-negara peminjam penurunan
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
15
peringkat memiliki efek negatif pada akses mereka ke kredit dan biaya pinjaman
yang harus dibayarkannya.
Sovereign rating juga digunakan sebagai indikator resiko yang
membuka peluang pinjaman tambahan bagi perusahaan domestik. Meskipun
tidak digunakan sebagai batas atas pemeringkatan credit risk domestik, CRA
seperti Fitch umumnya juga akan mempublikasikan corporate rating berserta
dengan sovereign rating dari negara tempat perusahaan atau entitas tersebut
berada. Berdasarkan temuan dari Borensztein, Kowan, dan Valenzuela
menyimpulkan bahwa terdapat kecenderungan bagi investor untuk menggunakan
sovereign rating sebagai garis pedoman seberapa besar resiko investasi terhadap
obligasi tertentu dari private issuer.16
Gambar 5. Grafik Peringkat Rating, Beban Hutang Dan Beban Bunga
Negara
Sumber: IMF, International Financial Statistics and World Economic Outlook; Bloomberg; national data; BIS calculations (2015), diakses dari http://www.bis.org/publ/qtrpdf/r_qt1512h.htm ,
pada tangal 26 Mei 2016.
16 Finnerty, J.D. 2007, Project financing: asset-based financial engineering, 2nd edn, John Wiley, Hoboken, N.J.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
16
Pengaruh CRA dalam Regulasi Finansial Negara.
Kemampuan CRA dalam mempengaruhi keputusan aktor dapat terlihat dari
persebaran industri rating saat ini di tingkat internasional. Negara maju seperti
Amerika Serikat, Prancis, Inggris dan Jepang, umumnya telah lama mengakui
keberadaan CRA sebagai aktor yang diperlukan dalam sistem finansialnya. Di sisi
lain, negara berkembang seperti Singapura, Indonesia, India, Korea Selatan, serta
Filipina umumnya memberikan peluang pada industri ini untuk dapat berkembang
pasca diberlakukannya Brandy Plan Debt, yang memberikan insentif bagi negara-
negara yang mau meliberalisasi sistem finansialnya.
Kemampuan CRA untuk mempublikasikan unsolicited rating pada dasarnya
juga menjadi pertimbangan bagi negara maupun pelaku pasar lain untuk mengakui
keberadaan CRA. Unsolicited rating secara umum cenderung memberikan
kerugian bagi issuer baik negara maupun non-negara. Hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang menunjukan adanya kecenderungan CRA
memberikan pemeringkatan yang lebih rendah dengan gambaran profil finansial
yang kurang memadai bagi issuer yang tidak melakukan pembayaran untuk rating
yang dikeluarkannya.17 Oleh sebab itu, unsolicited rating sering dinilai sebagai
upaya blackmailing dari CRA terhadap issuers sehingga kemudian melakukan
pembayaran untuk solicited rating.18 Karena pengaruh yang dimiliki CRA
tersebut terdapat negara-negara yang hingga tahun 2000an belum resmi menjadi
anggota BCBS (Basel Committee on Banking Supervision), namun telah lebih
dulu mengakui keberadaan CRA dengan utamanya mengakui Big Three CRA,
negara-negara tersebut yaitu Australia, Hongkong, Chile, dan Argentina.
Penerimaan ke-empat negara tersebut terhadap CRA meski belum terikat sebagai
anggota BCBS memperlihatkan adanya pengakuan negara terhadap pengaruh
CRA dalam sistem finansial global dan bukan terbatas sebagai dorongan peraturan
organisasi saja.
Sayangnya dalam perkembangannya regulasi yang ada tidak mampu
menjaga aktifitas CRA sehingga sebagai penyedia public goods, CRA cenderung
17 Poon, W., 2003. Are unsolicited credit ratings biased downward? Journal of Banking & Finance 27, 593–614. 18 Bannier, C., Behr, P., A. Guttler, 2008, Do Unsolicited Ratings Contain a Strategic Rating Component? Evidence from S&P, SSRN Working Paper.
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
17
berkembang dengan berbagai conflict interest yang dimilikinya sebagai aktor
privat dalam sistem sehingga memunculkan instabilitas finansial. Berbagai krisis
finansial yang telah dibahas dari awal penelitian ini mendorong adanya perubahan
dalam industri rating yang terutama datang dari host countries CRA sendiri.
Dibuatnya kedua regulasi tersebut pada dasarnya memperlihatkan
bagaimana perhatian negara akan dampak yang muncul akibat aktifitas yang
dilakukan oleh CRA. Secara umum pada dasarnya baik European Union dan
Amerika Serikat menyoroti empat poin yang sama yaitu transparansi,
independensi, civil liability, dan regulasi, sebagai empat faktor yang membuat
CRA tidak berfungsi sebagaimana mestinya dalam sistem. Sesuai dengan
perdebatan yang berkembang hingga kini, regulasi yang coba diberlakukan di
European Union dan AS pada dasarnya mencoba mempertahankan posisi CRA
dalam sistem finansial global namun dengan peningkatan dalam regulasi industri,
dikhawatirkan justru dapat mengurangi independensi rating yang dikeluarkan oleh
CRA. Kontrol negara yang terlalu besar terhadap industri rating pada dasarnya
juga tidak menyelesaikan masalah conflict interest dalam industri rating. Hingga
saat ini, upaya pembuatan regulasi di tingkat internsional juga masih terus
berlangsung di bawah BCBS dengan berfokus pada upaya pengendalian resiko
dalam pasar modal dengan mendorong kesadaran pelaku pasar untuk juga turut
melakukan berbagai analisa internal sebelum melakukan penerbitan maupun
pembelian asset. Hal ini dilakukan sebagai upaya pengurangan dependensi pelaku
pasar modal terhadap publikasi rating dari CRA. Akan tetapi, upaya tersebut juga
memiliki kekurangan jika dilihat dari efisiensi dari segi waktu maupun biaya yang
selama ini dilimpahkan kepada CRA.
Instabilitas yang terjadi dalam pasar modal hingga saat ini pada dasarnya
memperlihatkan adanya kelemahan dalam CRA sehingga hasil rating yang
dikeluarkannya semakin mendapatkan sorotan. Pelaku pasar umumnya akan
cenderung bereaksi pada rating yang negatif (downgrade) yang dikeluarkan CRA
dibandingkan peningkatan rating (upgrade). Pada dasarnya memiliki
pandangannya masing-masing dalam hal menanggapi rating downgrade yang
dilakukan CRA seperti yang terangkum dalam Tabel 3.5. Berdasarkan data dalam
Table 3.5 memperlihatkan rating paling berpengaruh terhadap stock market price
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
18
dan nilai tukar mata uang negara. Pengaruh rating terhadap nilai tukar mata uang
negara berdampak pada meningkatnya rasio hutang suatu negara terhadap dollar
Amerika Serikat. Dalam kondisi ini respon negara bervariasi bergantung pada
tingkat ketergantungan negara akan pendanaan dari pasar modal, kondisi ekonomi
negara – perlambatan ekonomi cenderung menjadi pertimbangan pembuat
kebijakan namun tidak semata-mata mengubah kebijakan negara karena
pandangan bahwa rating sebagai opini –, dan besar hutang luar negeri negara
tersebut.
Tabel 2. Tabel Penemuan Hasil Penelitian
Indikator
Aktor
Internasional
Pemenuhan Indikator Credit Rating Agency sebagai Sktor Internasional dalam Sistem
Finansial Global
Keterpenuhan Keterbatasan
The nature of
independence
1. Perubahan bentuk industri investor pays menjadi issuer pays. (Interest: profit oriented )
2. Tetap digunakannya “rate through the cycle” sebagai periode (Goals: rating stability)
1. CRA yang berorientasi pada profit dikhawatirkan dapat mengurangi keakuratan hasil rating.
2. CRA tidak dapat secara reaktif memperingatkan pelaku pasar dalam kondisi pasar yang tidak stabil
The ability to
mobilize
resource
1. Downgrade secara tiba-tiba terhadap suatu negara dapat mengguncang stabilitas negara tersebut.
2. Pengendalian informasi dalam pasar modal oleh sebagian kecil CRA dalam bentuk industri yang oligopoly
1. Downgrade cenderung dilakukan setelah instabilitas dalam sistem terjadi sehingga rating tidak sepenuhnya dapat digunakan sebagai ajuan untuk memperhitungkan resiko yang mungkin ada dalam sistem finansial
2. Penguasaan modal dalam jumlah besar oleh sebagian kecil aktor dalam sistem finansial global.
The nature of
internationality
1. CRA sebagai satu-satunya entitas yang mampu mengeluarkan sovereign rate
2. Rating sebagai opini
1. Unsolited rating dari hasil proses rating dengan data kurang komperhensif, dinilai sebagai suatu bentuk blackmailing terhadap issuer agar menggunakan jasa CRA
2. Respon terhadap rating bergantung dari ketergantungan aktor negara maupun non-negara pada pendanaan dari pasar modal (exsternal fund)
Sumber: Hasil Analisa Penulis
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
19
Kesimpulan
Pemenuhan indikator the nature of independence dalam kasus CRA
terlihat dari keputusan CRA melakukan perubahan bentuk industrinya dalam
kondisi yang kurang menguntungkan. Perubahan investor pays ke issuer pay
dipandang dapat menjaga kredibilitas rating yang beredar dalam sistem finansial.
Perubahan bentuk industri ini dipandang baik adanya karena juga melibatkan
issuer sebagai sumber informasi tambahan dalam proses rating sehingga rating
yang diterbitkan diharapkan merupakan hasil penghitungan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan the ability to mobilize resource sangat terasa
dampaknya dalam proses downgrade yang terutama dikeluarkan oleh CRA yang
memiliki dominasi dalam sistem finansial global. Dominasi Big Three CRA
dalam sistem berdampak pada bergantungnya sebagian besar pergerakan modal
dalam sistem finansial terhadap aktifitas sebagian kecil aktor dalam sistem. Di sisi
lain, the nature of internasionalisation terlihat dari bagaimana CRA kini dengan
proses ratingnya digunakan dalam regulasi negara dan keberadaannya diterima di
negara-negara lain selain AS sebagai negara awal tumbuhnya industri rating.
Dengan demikian, pada dasarnya CRA dapat dikatakan sebagai aktor
internasional yang memiliki power sehingga berpengaruh dalam sistem finansial
global.
Rekomendasi
Adanya keterbatasan CRA sebagai aktor internasional membuat fungsinya
tidak sepenuhnya dapat dilakukan dengan baik. Perubahan yang terjadi dalam
sistem ekonomi dunia, mendorong CRA untuk turut beradaptasi dengan tetap
mengutamakan kepentingannya sebagai aktor privat. Hal ini berdapak pada
munculnya berbagai masalah dalam sistem finansial global. Dengan adanya
konflik internal di dalam CRA itu sendiri, maka akan berdampak negative
terhadap hasil rating yang dikeluarkan oleh CRA yang berakibat pada munculnya
kritik dari berbagai aktor yang terlibat dalam sistem finansial global. Oleh sebab
itu, upaya perbaikan regulasi finansial di tingkat nasional, regional, maupun
internasional perlu memperhitungkan kelebihan CRA sebagai non-state aktor
yang dipandang memiliki independensi, kredibilitas, dan jaringan yang luas dalam
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016
20
sistem finansial global. Akan tetapi di sisi lain, perlu adanya upaya untuk
mengatasi berbagai keterbatasan CRA sebagai aktor internasional yang masih
memiliki keterbatasan, sehingga CRA tidak dapat mencegah terjadinya gejolak
finansial global yang lambat laun situasinya dapat semakin memburuk.
DAFTAR PUSTAKA
Cantor, R., and F. Packer. 1994. “The Credit Rating Industri.” Federal Reserve Bank of
New York Quarterly Review. (Summer/Fall), Carol Ann Frost, Credit Rating Agencies in Capital Markets: A Review of Research
Evidence on Selected Criticisms of the Agencies, New York: State University of New York. 2006.
Cinquegrana, Piero “The Reform of the Credit Rating Agencies: A Comparative Perspective,” ECMI Policy Brief No. 12. (2009).
Dimitrov, Valentin Darius Palia, and Leo Tang, Impact of the Dodd-Frank Act on Credit Ratings, (New Jersey: Rutgers University, 2014) diakses dari http://andromeda.rutgers.edu/~dpalia/papers/DoddFrankCreditRatings.pdf, pada tanggal 30 Juni 2015.
Kruck, Andreas. Privat Rating, Publik Regulation; Credit Rating Agency and Global Financial Governance, (Great Britain: palgrave macmillan, 2011): 32-33.
Lastra, R. Central Banking and Banking Regulation. UK: Wilson Moss, Financial Markets Group London School of Economics and Political Science, (1996): 187.
Lawrence J. White, Markets The Credit Rating Agencies,” Journal of Economic Perspectives. Volume 24, Number 2, (2010).
Piero Cinquegrana, “The Reform of the Credit Rating Agencies: A Comparative Perspective,” ECMI Policy Brief No. 12, (2009).
Liu, Betty W. "Big Downgrades in Asia Are Criticized," Wall Streat Journal Europe. (1997).
Mullard, Maurice. “The Credit Rating Agencies and Their Contribution to the Financial Crisis.” The Political Quarterly. Vol. 83, No. 1. (2012).
Mohamad, Mahathir Bin. "We Don't Need Manipulators." Wall Streat Journal Journal Europe. (1997).
Nölke, Andreas and James Perry, “Coordination Service Firms and the Erosion of Rhenish Capitalism,” The Transnational Politics of Corporate Governance Regulation. London: Routledge.
Sinclair, Timothy J. Privat Actors And Public Policy: A Requiem For The New Basel Capital Accord, diakses dari www.Eolss.Net/Sample-Chapters/C14/E1-35-03-04.Pdf pada 30 Oktober 2015.
Sinclair, Timothy J. The New Masters of Capital : American Bond Rating Agencies and The Politics of Creditworthiness, New York: Cornell University Press. (2005).
Stiglitz, Joseph E. Capital Market Liberalization and Development. New York: Oxford University Press. (2008).
Credit Rating ..., Bernadette Aderi Puspaningrum, FISIP UI, 2016