Copy of Bk PRiNT

93
LAPORAN OBSERVASI MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI 1 JAKENAN KABUPATEN PATI Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu: Drs. Heru Mugiarso, M.Pd. Disusun oleh : Sujiono 4001410008 Sri Wahyuni 4001410014 Ivon Ayu Subekti 4001410017 Andi Cahyono 4001410018 Wahyu Yosi Efendi 4001410022 Rombel 09 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

bk

Transcript of Copy of Bk PRiNT

LAPORAN OBSERVASI

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

SMA NEGERI 1 JAKENAN

KABUPATEN PATI

Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen pengampu: Drs. Heru Mugiarso, M.Pd.

Disusun oleh :

Sujiono4001410008

Sri Wahyuni4001410014

Ivon Ayu Subekti4001410017

Andi Cahyono4001410018

Wahyu Yosi Efendi4001410022

Rombel09

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan.

Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, pelaksanaan survey tentang pelaksanan bimbingan dan konseling ini tidak akan dan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada:

1. Drs. Heru Mugairso,M.Pd selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling.

2. Sukari, S.Pd selaku kepala SMA N 1 Jakenan yang telah berkenan memberikan izin survey sekaligus sebagai nara sumber pelaksanaan bimbingan dan konseling.

3. Sri Kustini, BA selaku koordinator dan nara sumber pelaksanaan bimbingan dan konseling.

4. Widjatmoko, S.Pd selaku nara sumber dari pihak guru bidang studi Matematika.

5. Siti Markonah, S.Pd, Bibit Zumrotun, S.Psi, Dra. Sri Rejeki K. selaku guru pembimbing bimbingan dan konseling.

6. Para guru SMA N 1 Jakenan yang telah mendukung survey pelaksanaan bimbingan dan konseling.

7. Para siswa SMA N 1 Jakenan yang telah bekerjasama denagn baik dalam kegiatan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Penyusun menyadari bahwa laporan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Jakenan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesuatu perencanaan yang besar tidak akan berhasil tanpa adanya usaha untuk melaksanakannya.

Jika kita berhasil merencanakan sesuatu maka sesungguhnya kita telah merencanakan keberhasilan.

Jika kita gagal merencanakan sesuatu maka sesungguhnya kita merencanakan kegagalan.

Ku persembahkan karya ini kepada:

1. Bapak kepala sekolah, guru BK dan nara sumber di SMA Negeri 1 Jakenan Bimbingan dan arahanmu adalah semangatku.

2. Bapak Dosen mata kuliah bimbingan dan konseling Dari tetesan keringatmu adalah pemicu keberhasilanku.

3. Teman-teman mata kuliah bimbingan dan konseling Kerja sama dan semangat inspirasimu yang kukuh membuatku mampu meraih impianku.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Permasalahan

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. PROFIL SEKOLAH

IV. ISI

A.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari Guru Bidang Studi

B.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari Personil Bimbingan dan Konseling

C.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling oleh Pimpinan Sekolah

D.Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari Pihak Siswa

V. PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VII. DAFTAR PUSTAKA

VIII. LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Daftar Nara Sumber Observasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Jakenan

B. Stuktur Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Jakenan

C. Lembar Pertanyaan kepada Guru Bimbingan

D. Lembar Pertanyaan kepada Guru Bidang Studi

E. Lembar Pertanyaan untuk Kepala Sekolah

F. Lembar Pertanyaan untuk Siswa

G. Angket

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan praktik mahasiswa program studi pendidikan dalam rangka melakukan pengamatan serta wawancara secara langsung kepada personil-personil sekolah tentang penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai bekal pelaksanaan bimbingan dan konseling setelah terjun ke sekolah sebagai tenaga pendidik. Dalam penyelenggaraannya mahasiswa praktik bertindak sebagai pengamat dan pencari data dengan wawancara secara langsung kepada nara sumber maupun melalui angket kepada siswa.

.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyelenggaraan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Maksud dan Tujuan Umum

Kegiatan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan nilai dan sikap mahasiswa dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai bekal saat terjun ke sekolah sebagai tenaga pendidik yang profesional.

b. Maksud dan Tujuan Khusus

Kegiatan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai tugas khusus bagi mahasiswa dalam hal:

i) Melatih mahasiswa praktikan dalam menjalin hubungan baik dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait terutama kepala sekolah, guru pembimbing, guru bidang studi dan siswa dalam mendapatkan data mengenai pelaksanaan bimbingan dank konselimg di sekolahnya.

ii) Menyusun laporan survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai tugas mata kuliah bimbingan dan konseling.

C. Permasalahan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah khususnya di SMA Negeri 1 Jakenan meliputi siswa SMA Negeri 1 Jakenan baik yang pernah melakukan bimbingan maupun yang tidak pernah melakukan bimbingan dan pihak sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru pembimbing, guru bidang studi maupun personil yang lain dalam menangani masalah-masalah yang harus ditangani berkaitan dengan empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier dalam arah menentukan pribadi yang mampu mengenal lingkungannya serta mengaktualisasikan diri secara optimal dan mandiri serta menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan bermakna dalam proses pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : showing a way (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat).

Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.

Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :

a. Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.

b. Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai : the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities.

c. United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

d. Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : guidance is the help given by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.

e. I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.

f. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

g. Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa

a. Bimbingan merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.

b. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.

Dari pendapat Prayitno, dkk. yang memberikan pengertian bimbingan disatukan dengan konseling merupakan pengertian formal dan menggambarkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional.

Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu. Selama perjalanannya telah mengalami beberapa kali pergantian istilah, semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan sebelumnya), kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai meluncurkan sebutan Profesi Konseling, meski secara formal istilah ini belum digunakan.

Untuk kepentingan penulisan ini, penulis akan menggunakan istilah Bimbingan dan Konseling sesuai dengan istilah formal yang saat ini dipergunakan dalam sistem pendidikan nasional.

2. Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling

Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarang pun, dalam prakteknya masih ditemukan) bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling cenderung bersifat klinis-therapeutis atau menggunakan pendekatan kuratif, yakni hanya berupaya menangani para peserta didik yang bermasalah saja. Padahal kenyataan di sekolah jumlah peserta didik yang bermasalah atau berperilaku menyimpang mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dari 100 orang peserta didik paling banyak 5 hingga 10 (5% - 10%). Selebihnya, peserta didik yang tidak memiliki masalah (90% -95%) kerapkali tidak tersentuh oleh layanan bimbingan dan konseling. Akibatnya, bimbingan dan konseling memiliki citra buruk dan sering dipersepsi keliru oleh peserta didik, guru bahkan kepala sekolah. Ada anggapan bimbingan dan konseling merupakan polisi sekolah, tempat menangkap, merazia, dan menghukum para peserta didik yang melakukan tindakan indisipliner. Anggapan lain yang keliru bahwa bimbingan dan konseling sebagai keranjang sampah tempat untuk menampung semua masalah peserta didik, seperti peserta didik yang bolos, terlambat SPP, berkelahi, bodoh, menentang guru dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti itu dapat diantisipasi dan diatasi oleh para guru mata pelajaran atau wali kelas dan tidak perlu diselesaikan oleh guru pembimbing.

Mengingat keadaan seperti itu, kiranya perlu adanya orientasi baru bimbingan dan konseling yang bersifat pengembangan atau developmental dan pencegahan pendekatan preventif. Dalam hal ini, Sofyan. S. Willis (2004) mengemukakan landasan-landasan filosofis dari orientasi baru bimbingan dan konseling, yaitu :

a. Pedagogis; artinya menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan individual diantara peserta didik.

b. Potensial, artinya setiap peserta didik adalah individu yang memiliki potensi untuk dikembangkan, sedangkan kelemahannya secara berangsur-angsur akan diatasinya sendiri.

c. Humanistik-religius, artinya pendekatan terhadap peserta didik haruslah manusiawi dengan landasan ketuhanan. peserta didik sebagai manusia dianggap sanggup mengembangkan diri dan potensinya.

d. Profesional, yaitu proses bimbingan dan konseling harus dilakukan secara profesional atas dasar filosofis, teoritis, yang berpengetahuan dan berketerampilan berbagi teknik bimbingan dan konseling.

Dengan adanya orientasi baru ini, bukan berarti upaya-upaya bimbingan dan konseling yang bersifat klinis ditiadakan, tetapi upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling lebih dikedepankan dan diutamakan yang bersifat pengembangan dan pencegahan. Dengan demikian, kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah akan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh peserta didik, tidak hanya bagi peserta didik yang bermasalah saja.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dengan orientasi baru Bimbingan dan konseling terdapat beberapa fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. yaitu:

a. Pemahaman; menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk pengembangan dan pemacahan masalah peserta didik meliputi: (a) pemahaman diri dan kondisi peserta didik, orang tua, guru pembimbing, (b) lingkungan peserta didik termasuk di dalamnya lingkungan sekolah dan keluarga peserta didik dan orang tua, lingkungan yang lebih luas, informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan, dan sosial budaya terutama nilai-nilai oleh peserta didik. b. Pencegahan; menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat proses perkembangannya.c. Pengentasan; menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.d. Advokasi; menghasilkan kondisi pembelaaan terhadap pengingkaran atas hak-hak dan atau kepentingan pendidikan.e. Pemeliharaan dan pengembangan; terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Sejumlah prinsip mendasari gerak langkah penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta berbagai aspek operasionalisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan: (a) melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial, (b) memperhatikan tahapan perkembangan, (c) perhatian adanya perbedaan individu dalam layanan.b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu: (a) menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar, (b) timbulnya masalah pada individu oleh karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan dan Konseling: (a) bimbingan dan konseling bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik, (b) program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, (c) program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu, (d) program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian hasil layanan.d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan: (a) diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri, (b) pengambilan keputusan yang diambil oleh klien hendaknya atas kemauan diri sendiri, (c) permaslahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu, (d) perlu adanya kerja sama dengan personil sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang berkewenangan dengan permasalahan individu, dan (e) proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.

5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :

a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin, b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.d. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.e. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik. f. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.g. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.i. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.j. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.(Prayitno,1999:115)

6. Peranan Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas dalam Bimbingan dan Konseling

Dalam kurikulum 2004, secara tegas dikemukakan bahwa : Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa yang menyangkut tentang pribadi, sosial, belajar, dan karier. Dengan adanya kata kewajiban, maka setiap sekolah mutlak harus menyelenggarakan bimbingan dan konseling.

Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah , guru mata pelajaran dan wali kelas.

Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah, sebagai berikut :

a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.

b. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.

c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling Di sekolah kepada Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya.

e. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.

Sedangkan, peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :

a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa

b. Membantu Guru Pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.

c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada Guru Pembimbing

d. Menerima siswa alih tangan dari Guru Pembimbing, yaitu siswa yang menuntut Guru Pembimbing memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).

e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.

f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.

g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.

h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan :

a. membantu Guru Pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;

b. membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya;

c. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;

d. berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan

e. mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada Guru Pembimbing.

Berkenaan peran guru mata pelajaran dan wali kelas dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.

7. Kegiatan Layanan dan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Kegiatan layanan merupakan kegiatan dalam rangka memenuhi fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Sedangkan kegiatan pendukung merupakan kegiatan untuk menopang terhadap keberhasilan layanan yang diberikan.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan dan lima kegiatan pendukung. Namun sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem pendidikan.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tujuh jenis layanan dan lima kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.

a. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

i. Layanan Orientasi; Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

ii. Layanan Informasi; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

iii. Layanan Pembelajaran; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.

iv. Layanan Penempatan dan Penyaluran; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.

v. Layanan Konseling Perorangan; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi

vi. Layanan Bimbingan Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan.

vii. Layanan Konseling Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

b. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, kiranya perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu :

i. Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.

ii. Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.

iii. Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.

iv. Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.

v. Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.

III. PROFIL SEKOLAH

SMA Negeri 1 Jakenan merupakan salah satu sekolah yang berada pada naungan Dinas Pendidikan Pemeritah Daerah Kabupaten Pati. Berdiri tanggal 22 November 1985 dengan SK 06/0/1985 dengan status sebagai sekolah baru. Alamat SMA Negeri 1 Jakenan berada di Jalan Jakenan-Winong Km. 1,5 Desa Puluhan Tengah Kecamatan Jakenan Kabupatan Pati Provinsi Jawa Tengah dengan Kode Pos 59182.

Meskipun letaknya di pedesaan, sekolah dengan jumlah siswa 845 orang, jumlah tenaga guru 52 orang termasuk empat guru pembimbing serta tenaga kependidikan sebanyak 14 orang ini telah mencapai akreditasi A (amat baik), berdasarkan keputusan Rapat Badan Akreditasi Sekolah Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 29 September 2007.

Dalam pelakasanaan proses belajar, SMA Negeri 1 Jakenan telah membuka 20 rombongan belajar atau kalas paralel dengan perincian: tujuh kelas untuk kelas X dengan progam studi umum dengan jumlah siswa sebanyak 286 siswa, tujuh kelas untuk kelas XI dengan program studi IPA sebanyak lima kelas dengan jumlah siswa sebanyak 212 siswa dan program IPS sebanyak dua kelas dengan jumlah 84 siswa, enam kelas untuk kelas XII dengan pembagian empat kelas program studi IPA dangan sisawa sebanyak 181 siswa dan program studi IPS sebanyak dua kelas dengan jumlah siswa sebanyak 82 siswa.

IV. ISI

A. Paparan Data Pelaksanaan BK dari Guru Bidang Studi

Bimbingan dan konseling oleh bidang studi merupakan usaha yang dilakukan untuk membantu tugas guru pembimbing dalam hal untuk menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM). Di sini guru dituntut sedemikian hingga peserta didik atau siswa dapat pengalaman belajar yang diharapkan diterima oleh siswa atau peserta didik dengan baik dari guru bidang studi.

Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling oleh guru bidang studi merupakan usaha dalam memperlancar proses pembelajaran baik di sekolah saat kegietan belajar mengajar (KBM) maupun di rumah dengan pemberian pekerjaan rumah (PR).

Untuk meningkatkan suasana belajar yang dapat meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM), tentu saja guru bidang studi tidak bisa bekerja sendiri. Dalam hal ini penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar melibatkan personil sekolah lainnya yang berperan sesuai batas kewenangan dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu batas kewenangan dan tanggung jawab guru bidang studi adalah yang menyangkut pada proses belajar mengajar tersebut. Dengan sangkut pautnya penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar menyangkut personil sekolah yang lain, tentu saja harus ada kerja sama yang baik antara guru bidang studi dengan personil-personil sekolah yang lain, termasuk guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling dan wali kelas dalam membantu memecahkan masalah siswa. Oleh karena itu guru bidang studi bersama guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling dan wali kelas dalam memecahkan masalah siswa dalam hal peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM). Sebagai contohnya apabila ada siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) denag baik karena mengantuk. Maka guru bidang studi dapat memberikan bimbingan secara langsung dengan cara menyuruhnya mencuci muka supaya lebih segar. Namun guru bidang studi juga menanyakan latar belakang siswa tersebut mengantuk, mungkin karena begadang, capek atau sebab yang lain supaya guru bidang studi dapat memberikan timbal balik dalam pemberian bimbingan untuk tidak melakukannya lagi. Andaikan hal itu berlangsung berulang-ulang maka guru bidang studi dapat memberikan informasi kepada wali kelasnya atau guru pembimbing mangenai masalah tersebut dan bagaimana penanganan masalah tersebut.

Andaikan ada kasus lain, misalnya siswa yang telat masuk ke sekolah. Di sini peran bimbingan diambil juga dari pihak lain seperti satpam sekolah. Menurut kesepakatan yang telah ada di sekolah bahwa jika siswa telat sampai melebihi pukul 07.00 WIB maka siswa tidak akan diizinkan masuk ke lingkungan sekolah, kecuali jika ada perizinan sebelumnya dari pihak sekolah. Peran satpam di sini juga bisa dilakukan sekaligus memberikan bimbingan. Namun jika masalahnya siswa telat masuk kelas tentu saja ini peran guru bidang studi dalam menyelesaikan masalah ini.

Selain itu menyangkut fungsi guru sebagai mediator, karena letaknya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru bidang studi dapat berperan sebagai media yang menghubungkan antara siswa dengan guru pembimbing, dimana dapat melakukan identifikasi siswa seperti contohnya pada kasus siswa yang mengantuk saat KBM dan kasus siswa yang telat dalam penjalesan di atas. Andaikan guru bidang studi tidak mampu menyelesaikan suatu masalah siswanya maka gura bidang studi melakukan proses alih tangan masalah kepada pihak sekolah yang lebih berkompeten di bidangnya yakni guru bimbingan dan konseling. Menyangkut fungsi guru bidang studi yang dapat bekerja sama dengan pihak sekolah seperti wali kelas dan guru pembimbing, guru bidang studi juga bisa melakukan kerja sama dengan pihak orang tua siswa untuk membantu proses belajar mengajar, misalnya dengan meminta tanda tangan kepada orang tua untuk setiap hasil ulangan siswa.

Guru bidang studi karena letaknya yang strategis maka sangat berperan juga pada fungsi fasilisator. Guru bidang studi dapat melayani siswa dalam pengertian membantu cara belajar siswa di dalam kelas dalam proses KBM maupun memberikan motivasi siswa dengan belajar di rumah dengan memberikan pekerjaan rumah (PR). Untuk menekankan cara belajar siswa yang baik guru bidang studi dapat menekankan program 5T (Terprogram, Teratur, Tekun, Terlatih dan Teruji) kepada siswa sebagai bentuk cara belajar siswa yang baik. Selain itu guru bidang studi juga memiliki kemampuan untuk melakukan pencegahan munculnya masalah siswa dalam mengembangkan potensi siswa khususnya masalah pembelajaran.

B. Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari Personil Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan secara kontinu baik di kelas maupun di kantor bimbingan dan konseling. Setiap satu bulan sekali guru pembimbing masuk ke setiap kelas dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling, baik dengan memberikan materi-materi maupun informasi-informasi yang penting. Guru pembimbing dapat masuk ke kelas harapannya guru bimbingan dapat secara langsung bertatap muka dengan siswa sehingga dapat secara langsung mengetahui siswa yang perlu mendapatkan bimbingan, meskipun selain dari tatap muka secara langsung guru bimbingan juga telah mendapat informasi dari guru bidang studi dan wali kelas. Hal ini sangat efektif mengingat mata pelajaran bimbingan dan konseling tidak ikut dalam jadwal kurikulum tetapi menggunakan jam mata pelajaran olahraga setiap satu bulan sekali (minimal) di setiap kelasnya.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling juga dilakukan di kantor bimbingan dan konseling. Disini bimbingan biasanya lebih bersifat individu tetapi tidak menutup kemungkinan bersifat kelompok, karena masalah-masalah tertntu melibatkan sekelompok orang. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di kantor bimbingan dan konseling juga selalu terbuku untuk siswa dari mulai jam awal masuk sampai jam pelajaran selesai (07.00-13.30 WIB) tetapi jika ada masalah yang membutuhkan waktu yang mengharuskan penanganan ekstra dan harus segera ditangani dan memerlukan waktu jam di luar maka akan di berikan waktu tambahan sesuai kesepakatan antara pihak-pihak yang terkait. Andaikan penanganan memerlukan jam mata pelajaran tertentu maka guru pembimbing akan berkoordinasi dengan guru bidang studi atau wali kelas yang bersangkutan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk itulah pentingnya koordinasi dengan guru bidang studi dan wali kelas dengan guru bimbingan dan konseling selain untuk alih tangan dan penyampaian informasi.

Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan yang dilakukan oleh guru bimbingan meliputi kegiatan diantaranya:

1. Penyusunan perencanaan program kegiatan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses maka dalam pelaksanaannya memerlukan suatu program yang baik, untuk itu perlu perencanaan yang sistematis dan terarah.

Program adalah seperangkat kegiatan yang dirancang dan dilakukan secara kait mengkait untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.(Sugiyo, 1988:63)

Penyusunan perencanaan program kegiatan bimbingan dan konseling yang menghinpun seluruh materi bimbingan dan konseling, baik perencanaan program harian, mingguan, bulanan semesteran, maupun tahunan malalui bentuk layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

Penyusunan program yang dilakukan oleh guru pembimbing SMA Negeri 1 Jakenan, terdiri dari program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan dan harian.

a. Program tahunan

Program tahunan merupakan kegiatan BK yang menghimpun seluruh materi kegiatan bimbingan dan konseling dalam empat bidang bimbingan yang diselenggarakan mulai berbagai kegiatan layanan dan pendukung Bimbingan dan konseling dalam kurun waktu satu tahun tertentu yang tersusun dalam program kerja bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Jakenan periode 2010/2011.

b. Program semestaran

Program semesteran merupakan pembagian program dalam kurun tiap satu semester dalam periode 2010/2011 yang merupakan bagian dari program tahunan. Program semesteran didasarkan pada perkiraan kebutuhan siswa akan Bimbingan dan konseling untuk semester yang bersangkutan dengan memperhatikan pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling pada semester yang bersangkutan sebelumnya. Program semester diturunkan dari program tahunan.

c. Program bulanan

Merupakan program kegiatan Bimbingan dan konseling yang diturunkan dari program semester, yang perencanaannya disesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah.

d. Program mingguan

Program mingguan merupakan program yang diturunkan dari program bulanan. Penyusunan program mingguan berdasarkan program bulanan yang telah disusun, sehingga pada program mingguan ditetapkan minggu ke berapa, serta tanggal berapa kegiatan Bimbingan dan konseling tersebut dilaksanakan dalam tiap minggunya.

e. Program harian

Program harian merupakan program bimbingan dan konseling yang secara langsung diselenggarakan pada hari, tanggal dan tempat yang telah ditetapkan. Program harian ini diturukan dari program mingguan. Program harian dinyatakan dalam bentuk satuan pendukung untuk suatu materi dalam bidang tertentu dalam jumlah kegiatan atau buku agenda.

2. Operasional Program Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah mewujudkan program-program kerja yang telah direncanakan ke dalam kegiatan nyata. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan erdidiri atas tahapan-tahapan yaitu:

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam rangka penyusunan program bimbingan dan konseling yang telah disusun, baik dalam program tahunan, semester, bulanan, mingguanmaupun harian adalah dengan merencanakan kegiatan pengumulan data dan informasi tentang keadaan siswa.

2. Pengumpulan data

Setelah melakukan persiapan yaitu dengan merencanakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang siswa selengkap mungkin. Pengumpulan data ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan (insidental), adapun data yang dikumpulkan antara lain identitas pribadi siswa, data keluarga, data pendidikan dan kecerdasan, data hubunagn sosial siswa. Dalam rangka pengumpulan data yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling adalah dengan mengguanakan beberapa metode diantaranya:

a. Observasi

Yaitu dengan mengamati secara langsung kondisi dan lingkungan fisik di SMA Negeri 1 Jakenan.

b. Wawancara

Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara interviewer dengan interviewe. Wawancara sebagai alat pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka (face to face) bertujuan untuk menjaring data dan informasi tentang kondisi siswa di SMA Negeri 1 Jakenan.

c. Dokumentasi

Dokementasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari data siswa yang telah dilakukan sebelumnya, baik yang telah dilakukan olah pihak BK sendiri maupun dari data Tata Usaha (TU).

3. Pelaksanaan Berbagai Layanan Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan layanan bimbinngan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling adalah permasalahan-permasalahan dalam bimbingan dan konseling yang mencakup empat bidang bimbingan yaitu bimbingan sosial, pribadi, belajar dan karier. Empat bidang bimbingan tersebut dijabarkan dalam berbagai layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang mengacu pada pola 17.

a. Masalah yang dilayani

i) Bidang bimbingan pribadi

Bidang bimbingan pribadi adalah bidang bimbingan dan konseling yang membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Dalam topik materi yang berkaitan dengan bimbingan pribadi yang disampaikan dalam pembelajaran antara lain adalah Pertumbuhan dan perkembangan remaja dengan tujuan agar siswa mampu memahami dan menyesuaikan diri terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

ii) Bimbingan sosial

Bimbingan sosial adalah bidang bimbingan dan konsling yang membantu siswa mengenal dan mampu berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur serta bertanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Dalam topik materi yang dalam pembelajaran antara lain adalah Pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan tujuan agar siswa mengetahui jenis-jenis, gejala dini penggunaan narkoba dan bahayanya dan pancegahan penyalahgunaan narkoba.

iii) Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah bidang bimbingan konseling yang membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan serta menyaipkan untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam topik materi yang dalam pembelajaran antara lain adalah Penempatan siswa dalam kegiatan ekstakurikuler sesuai dengan bakat dan minatnya. Tujuannya agar siswa dapat memilih dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai bakat dan minat siswa dengan baik.

iv) Bimbingan Karier

Bimbingan karier adalah bidang bimbingan dan konseling yang membantu siswa mengembangkan potensi dirinya ke dalam bidang-bidang kegiatan yang disesuaikan dengan bakat dan minat siswa, yang terdiri dari rencana studi, ketrampilan, mempersiapkan dunia kerja dan sebagainya. Dalam topik materi yang dalam pembelajaran antara lain adalah Rencana studi lanjut. Tujuannya agar siswa dapat memahami potensi dirinya dan dapat merencanakan studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

b. Isi Layanan

Layanan bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok. Dari layanan-layanan dijelaskan sebagai berikut:

i) Layanan Orientasi

Yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan yang baru dimasuki, untuk mempermudah dan memperlancar peserta didik di lingkungan yang baru. Bentuk kegiatan dari layanan orientasi ini lebih ditujukan kepada siswa baru yang dilakukan dengan kegiatan masa orientasi peserta didik baru (MOPDB) yang dilakukan pada bulan juli bulan kelima sampai agustus minggu pertama. Tujuan kegiatan ini daalah supaya siswa atau peserta didik baru untuk mengenali lingkungan sekolah dan sekitarnya.

ii) Layanan informasi

Layanan informasi adalah layanan yang memungkinkan siswa mengetahui informasi-informasi yang tentang segala sesuatu tentang keadaan sekolah. Dalam kebutuhan layanan informasi ini diberikan kepada peserta didik baru dalam kaitannya tentang informasi-informasi yang penting yang diberikan oleh pihak sekolah kepada peserta didik atau siswa baru. Layanan ini juga untuk kepada siswa yang lama. Dalam program dicanangkan pada bulan juli minggu ketiga yang melayani masalah pembagian kelas dan maupun penjurusan dan informasi informasi lain yang sifatnya insidental.

iii) Layanan penempatan dan penyaluran

Layanan Bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pemahaman dan pengembangan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa yang bersangkutan serta dapat menempatkan dirinya sesuai bidang yang dimiliki. Layanan ini memberikan pmahaman mengenai rencana studi, karier dan sebagainya. Bentuk kegiatannya adalah dengan adanya penempatan dan penyaluran siswa ke dalam kegiatan ekstra kurikuler yang di minati oleh siswa yang bersangkutan yang didahului dengan pemberian angket, penjurusan bagi kelas kelas XI yang akan naik ke kelas XII ke dalam program studi IPA maupun IPS, kelas XII yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi, dan kegiatan lainnya yang direncanakan pada bulan mei bulan kedua.

iv) Layanan pembelajaran

Layanan pembelajaran merupakan layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik atau siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Pada pelaksanaannya layanan ini tidak hanya terfokus pada pembelajaran di kelas saja tetapi siswa dituntut juga aktif dalam pembelajaran di luar jam mata pelajaran bimbingan dan konseling mengingat jam pelajaran untuk bimbingan dan konseling di dalam kelas hanya terbatas satu kali dalam satu bulan (minimal) untuk setiap kelas. Teknisnya jam pelajaran bimbingan dan konseling di kelas menggunakan jam pelajaran olahraga.

v) Layanan konseling perorangan

Layanan ini merupakan layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik atau siswa mendapat layanan langsung tatap muka secara perorangan dengan guru bimbingan dalam rangka untuk pembahasan maupun pengentasan permasalahan pribadi dari peserta didik (klien). Adapun pelaksanaannya dilakukan secara kontinu dan bersifat insidental.

vi) Layanan bimbingan kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan kobnseling yang memungkinkan peserta didik atau siswa memperoleh kesempatan untuk bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dan nara sumber tertentu dan atau membahas bersama-sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu pelajar maupun dalam keadaan sosialnya dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu. Pelaksanaannya juga dilaksanakan insidental.

vii) Layanan konseling kelompok

Layanan ini merupakan layanan yang memungkinkan peserta didik atau siswa memperoleh kesempatan untuk membahas permasalahan pribadi peserta didik dengan cara menggunakan dinamika kelompok. Layanan ini berguna untuk menunjang pemahaman dan pengembangan diri peserta didik dan untuk melatih dalam pengambilan keputusan.

c. Kegiatan Pendukung

selain kegiatan layanan tersebut, dalam bimbingan dan konseling ada kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk memecahkan suatu masalah, melainkan untuk memperoleh data dan keterangan lain untuk membantu dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan pendikung ini dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan. Kegiatan yang dilakukan oleh guru pembimbing di SMA Negeri 1 Jakenan meliputi aplikasi / instrumentasi, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi kasus dan alih tangan kasus.

i) Aplikasi atau instrumentasi

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument, baik yang berupa tes maupun non tes. Kegiatan instrumentasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jakenan diantaranya dengan Daftar Cek Masalah (DCM) dan Sosiometri.

i.1) Daftar Cek Masalah (DCM)

Daftar Cek Masalah (DCM) adalah seperangkat pertanyaan yang menggambarkan jenis-jenis masalah yang mungkin dihadapi klien. Dengan kata lain diartikan sebagai daftar kemungkinan masalah yang pernah dan yang sedang dialami, baik yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan oleh siswa. Tujuan diberikannya DCM ini untuk mendapatkan data dan informasi tentang permasalahan-permasalahan yang sedang atau pernah dialami oleh siswa, sehingga akan memudahkan guru bimbingan dalam menentukan materi yang akan diberikan kepada peserta didik sesuai kondisi dan kebutuhan siswa. Adapun materi yang terdapat dalam DCM mencakup keempat bidang bimbingan yaitu pribadi, social, belajar, dan karier. Keempat bidang tersebut dijabarkan dalam 100 permasalahan. Setelah peserta didik atau siswa mengisi DCM dan dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk penentuan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran bimbingan dan konseling.

i.2) Sosiometri

Sosiometri merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur hubungan sosial siswa di dalam kelompoknya. Dengan kata lain sosiomtri banyak dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok. Tujuan sosiometri untuk mengetahui tingkat hubungan maupun popularitas siswa dalam kelas. Sosiometri dapat digunakan untuk kegiatan kelompok belajar dan bimbingan kelompok.

Materi dalam sosiometri yaitu siswa diminta untuk menuliskan teman yang disukai untuk kegiatan kelompok dan yang kurang disukai dan alasan mengapa memilihnya. Materi ini disebarkan melalui angket. Dalam analisis data hasil ini dapat disajikan dalam bentuk table dan dari data table itu disajikan dalam bentuk sosiogram untuk melihat siswa mana yang paling disukai atau popular dan siswa yang tidak disukai atau terisolir.

ii) Penyelenggaraan himpunan data

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik atau siswa. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Himpunan data ini dapat dilihat dengan mempelajari data pribadi siswa, khususnya bagi siswa yang menjadi klien dalam konseling individual. Dalam perencanannya dilakukan pada bulan juli minggu ketiga.

iii) Kunjungan rumah

iv) Konferensi Kasus

v) Alih tangan kasus

4. Peningkatan profesionalisme guru

a. Pertemuan MGP

b. Pendidikan dan Latihan

c. Seminar atau Lokakarya

5. Kerjasama atau Hubungan dengan Masyarakat

a. Dengan Orang Tua / Wali Murid

b. Dengan Instansi Terkait

c. Dengan Alumni

6. Penyusunan Laporan

a. Bulanan

b. Semesteran

7. Evaluasi Pelaksanaan Program

8. Analisa Hasil Evaluasi

9. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi

10. Revisi Penyusunan Program

C. Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling oleh Kepala Sekolah

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat penting. Kepala Sekolah adalah penanggung jawab semua kegiatan proses pendidikan di sekolah yang meliputi proses pengajaran, administrasi, maupun kegiatan bimbingan dan konseling, yang mana semua kegiatan ini bertujuan demi terwujudnya lingkungan belajar yang mendukung pengembangan mutu siswa secara optimat sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki siswa. Dalam visi dan misinya yaitu mengembangkan mutu siswa dengan asah, asih dan asuh. Yakni peningkatan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Jakenan pada khususnya dengan mengasah kemampuan dan bakat yang dimiliki siswa dengan pengajaran yang mengedepankan sifat asih atau kasih sayang tanpa adanya kekerasan serta melakukan proses asuh atau pengajaran serts pendidikan yang mana mengedepankan sikap santun sebelum prestasi sesuai dengan misinya Santun dalam perilaku dan prima dalam prestasi serta menciptakan lingkungan sekolah yang penuh dengan Imtaila (iman, taqwa, ilmu dan amal).

Selain sebagai penanggung jawab atas segala kegitan proses pendidikan di sekolah, Kepala Sekolah juga memiliki peran pula pada pelaksanaan bimbingan dan konseling sebagaimana personil-personil sekolah yang lain. Kegiatan yang menyangkut bimbingan dan konseling yang melibatkan Kepala Sekolah adalah kegiatan-kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, kunjungan rumah serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pihak luar seperti contohnya pengadaan tes IQ untuk siswa yang memerlukan peran dari Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah juga memiliki kompetensi untuk menetapkan koordinator guru bimbingan yang ada di sekolah yang bertujuan untuk mengkoordinasi setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang di laksanakan sesuai dengan program kerja bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan. Penetapan koordinator guru bimbingan oleh Kepala Sekolah harus ada persetujuan dari personil-personil guru bimbingan yang lain dan juga Kepala Sekolah memiliki wewenang untuk memberikan surat tugas kepada guru bimbingan untuk melakukan proses layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah. Sedangkan segala sarana dan prasarana dalam pelaksanaan layanan bimbingan menjadi tanggung jawab sekolah oleh kepala sekolah.

Peran Kepala Sekolah yang lain adalah pelaksanaan evaluasi dan supervisi terhadap pelaksanaan layanan yang telah dilakukan oleh guru bimbingan kepada siswa. Adapun pembuatan laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan setiap bulannya oleh personil guru bimbingan dan dilakukan evaluasi setiap semesternya oleh Kepala Sekolah. Contoh bentuk laporan yang disusun dapat dilihat dalam lampiran. Laporan ini termasuk pelaksanaan evaluasi (penilaian) analisis dan tindak lanjut satuan layanan / kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Tujuan dilakukannya evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah untuk mengukur sejauh mana perkembangan dan tingkat efisiensi dan efektifitas program kerja yang telah dilaksanakan maupun yang masih dalam program, apakah program kerja itu tetap digunakan dan dilanjutkan ataukah dilakukan revisi program kerja. Ini dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan layanan yang telah dicanangkan oleh siswa.

Selanjutnya, Kepala Sekolah juga harus melakukan hubungan dengan berbagai pihak di lingkungan sekolah, baik yang merupakan intern sekolah maupun ekstern sekolah. Hubungan intern sekolah dapat dilakukan dengan personil-personill dalam sekolah yang meliputi wakil kepala sekolah, guru bimbingan, guru bidang studi, komite sekolah, tata usaha, satpam sekolah dan personil-personil sekolah lainnya yang ada didalam lingkungan sekolah. Sedangkan hubungan intern dengan ekstern sekolah adalah hubungan yang melibatkan hubungan dengan pihak di luar sekolah yang meliputi kepala desa setempat, pihak kecamatan, pihak kepolisian, PLBK, Depnaker dan instansi-instansi lain yang ada diluar lingkungan sekolah. Harapannya dengan hubungan-hubungan tersebut akan ada suatu ikatan untuk saling mendukung dan kerjasama sehingga penciptaan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan mutu siswa secara optiaml akan tercapai.

D. Paparan Data Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Dari Siswa

Data pelaksanaan bimbingan dan konseling dari siswa diperoleh dengan cara pemberian angket berupa lembar pertanyaan untuk siswa yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, baik yang berupa pertanyaan pilihan maupun pertanyaan uraian yang membutuhkan jawaban tertutup dan jawaban terbuka. Soal yang diberikan sejumlah 7 soal yang merupakan soal yang memiliki pilihan jawaban serta yang harus dijawab secara uraian maupun kombinasi keduanya. Lembar pertanyaan dapat dilihat dalam lampiran.

Pada perencanaan program survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan dilakukan dengan metode pengamatan, wawancara dan angket. Perencanaan program survey pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Jakenan dapat dilihat dalam lampiran. Namun pada pelaksanaannya terjadi perubahan yaitu pada proses pemerolehan data dari siswa. Direncanakan untuk mendapatkan data dari siswa dilakukan dengan cara wawancara dan angket, tetapi karena adanya kekurangan dalam perencanaan, untuk memperoleh data dari siswa hanya bisa dilakukan dengan cara angket daftar pertanyaan untuk siswa.

Adapun sasaran angket ini ditujukan kepada kelas XI, dengan pertimbangan kelas XI dapat mewakili seluruh siswa di SMA Negeri 1 Jakenan baik kelas X,XI, maupun kelas XII. Ini dipertimbangkan jika dipilih kelas X maka pengalamannya di SMA N 1 kurang banyak atau kurang bisa mewakili keadaan kakak kelasnya. Jika dipilih kelas XII ini menunjukkan data yang relatif lebih banyak, jika ini digunakan untuk mewakili kelas X rasanya kurang dapat mewakili. Maka dari itu untuk pengambilan data yang dapat mewakili yang paling tepat adalah kelas XI karena terpaut pengalamannya dengan kelasX dan XII relatif tidak banyak terpaut. Selain itu kelas XII juga relatif banyak memiliki masalah-masalah karena telah terhindar dari masalah orientasi atau penyesuaian diri di kelas X dan belum memikirkan untuk memikirkan kelulusan yang dipikirkan kelas XII.

V. PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

Untuk mendapatkan simpulan data dari pemaparan data dari pihak-pihak personil sekolah maka paparan data tersebut dapat di bahas dan analisis sebagai berikut:

1. Pembahasan dan Analisa Data dari Guru Bidang Studi

Secara umum bimbingan merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau siswa berupa bantuan yang bersifat psikologis dengan tujuan tercapainya penyesuaian diri, pengembangan diri secara optimal dan kemandirian yang dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling yang neliputi pemahaman, pencegahan, pengentasan, advokasi serta pemeliharaan dan pengembangan diri dari masalah yang dihadapi. Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling diarahkan sesuai prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling oleh guru bidang studi merupakan usaha yang dilakukan oleh guru bidang studi untuk membantu tugas guru bimbingan dalam hal menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun melakukan bimbingan secara langsung kepada siswa yang bermasalah jika masalah itu masih mampu untuk diselesaikan oleh guru bidang studi. Andaikan masalah itu dirasa tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri maka guru bidang studi akan mengalihtangankan kepada guru bimbingan.

Sementara dari pihak guru bimbingan mengharapkan adanya kerjasama dari guru bidang studi mengingat guru bimbingan terbatas hanya dapat masuk di kelas cuma satu kali dalam satu bulan di setiap kelasnya. Karena itulah adanya koordinasi antara guru bidang studi dengan guru bimbingan sangat diperlukan. Dalam hal ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik yang saling mengisi kekurangan masing-masing antara guru bidang studi dengan guru bimbingan.

Disamping itu karena letak yang strategis yang dimiliki oleh guru bidang studi yakni guru bidang studi dapat berinteraksi secaar langsung dan dapat bertaatp muka dengan obyek bimbingan yakni siswa mengharuskan guru bidang studi memiliki fungsi-fungsi dalam kegiatan yang dapat membantu terlaksananya program bimbingan dan konseling yang dicanangkan. Fungsi-fungsi tersebut yang dimaksud adalah fungsi informator, fasilisator, mediator, motivator,dan juga fungsi kolaborator.

Fungsi informator oleh guru bidang studi adalah pemberian informasi-informasi yang penting yang diperlukan oleh siswa baik yang merupakan sangkut pautnya dengan materi mata pelajaran. Adapun fungsi informator yang dilakukan guru bidang studi dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah memberikan informasi yang ada hubungannya dengan bimbingan dan konseling yang menyangkut pengertian, fungsi, manfaat dan lain-lain. Fungsi ini sejalan dengan fungsi guru bimbingan sebagai fungsi pemahaman mengenai layanan bimbingan dan konseling.

Selanjutnya fungsi fasilisator oleh guru bidang studi adalah memfasilitasi kegiatan bimbingan dan konseling yang terutama dalam layanan pembelajaran baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat kuratif atau yang bersifat pencegahan maupun yang bersifat pengobatan. Dikarenakan guru bidang studi dapat berinteraksi secara langsung dengan siswa maka umumnya guru bidang studi lebih memahami ketrampilan maupun kelemahan siswa dalam belajar.Untuk itulah guru bidang studi umumnya lebih memahami metode-metode apa yang harus digunakan dalam proses kegietan belajar mengajar dibandingkan dengan guru bimbingan. Karena itulah dalam kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling guru memiliki kompetensi untuk melakukan pencegahan masalah siswa, khususnya dalam proses belajar mengajar dan pengajaran. Dari kelebihan yang dimiliki oleh guru bidang studi ini bisa dimanfaatkan oleh guru bimbingan. Sedangkan jika ada masalah yang ada diluar kegiatan proses pengajaran atau di luar kemampuan guru bidang studi, maka guru bimbingan akan membantu. Ini juga menunjukkan adanya fungsi yang saling melengkapi antara guru bidang studi dengan guru bimbingan.

Sedangkan fungsi guru bidang studi sebagai mediator adalah bagaimana peran guru bimbingan untuk menjadi media atau perantara yang menghubungkan antara guru bimbingan dengan siswa, dimana kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi tugas berikut adalah dengan melakukan identifikasi siswa yang bermasalah, seperti contohnya pada siswa yang sering mengantuk di kelas saat proses KBM berlangsung. Guru bidang studi dapat mengidentifikasi siswa yang bermasaalh tersebut, apa masalahnya dan apa penyebabnya. Andaikan guru bidang studi tidak mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut maka masalah tersebut akan dialihtangankan kepada guru bimbingan yang sebelumnya didahului usaha untuk menanganinya. Andaikan guru bimbingan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan saat KBM berlangsung maka seharusnya guru bidang studi dapat merupakanmberikan waktu siswa tersebut untuk melakukan bimbingan. Ini menunjukkan hubungan saling terkait antara guru bidang studi dengan guru bimbingan dalam hal mediasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Namun andaikan guru bimbingan juga tidak mampu untuk menyelesaikan masalah siswa maka guru bimbingan akan mengalihtangankan kepada pihak yang lebih berkompeten. Sebagai contohnya kepada psikiater dalam masalah psikologis, dokter jika masalahnya kesehatan dan pihak kepolisian jika menyangkut masalah kriminalitas atau kejahatan. Sehingga hubungan antara guru bidang studi dengan guru bimbingan dapat berupa hubungan saling lurus.

Mengenai fungsi guru bidang studi sebagai motivator adalah bagaimana cara seorang guru untuk memberikan semangat kepada siswa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti memberi masukan, motivasi, berperilaku menarik dan cara-cara lain sehingga siswa dapat memperoleh semangat untuk mencegah masalah, memecahkan masalah sampai memelihara keadaan untuk tetap baik setelah mendapatkan masalah. Motivasi juga dapat diberikan saat proses KBM berlangsung seperti memberikan respon secara langsung dari stimulus yang diberikan oleh siswa atau memberikan balikan disertai penguatan secara langsung terhadap respon yang diberikan oleh siswa. Dengan respon, maupun balikan yang disertai dengan penguatan yang diberikan oleh guru kepada siswa akan menumbuhkan sikap senang dan merasa dihargai. Jika sikap ini terus dipelihara maka akan menghasilkan seamngat dalam mengikuti pelajaran dan akhirnya dapat berkembang pada kegiatan lain. Untuk itu respon yang tanggap sangat diperlukan pula oleh guru. Selain cara ini dapat pula menggunakan cara pemberian latihan soal, tugas ataupun pekerjaan rumah (PR). Namun untuk memberikan tugas harus dipertimbangkan pula dengan kemampuan dan waktu atau faktor lain yang dapat dinalar secara rasional karena pemberian tugas yang berlebihan dapat berakibat sebaliknya yakni siswa menjadi malas bukannya menjadi semangat. Cara lain lagi memberi motivasi adalah dengan memberikan prinsip-prinsip atau pedoman mengahdapi sesuatu, sebagai contohnya program 5T untuk memperoleh cara belajar yang baik. 5T merupakan singkatan dari terprogram, teratur, tekun, terlatih dan teruji. Cara pemberian motivasi ini harus disesuaikan dengan keadaan siswa yang dihadapi dan yang lebih tahu adalah guru bidang studi yang melakukan pengajaran. Sebenarnya inti dari pemberian motivasi ini adalah memberikan semangat dan agar siswa tidak berfikir pesimis dan mengedepankan sikap optimis dalam menghadapi masalah yang dihadapi. Jika dibandingkan dengan fungsi guru bimbingan yakni fungsi pencegahan, fungsi pengentasan serta fungsi pemeliharaan dan pengembangan fungsi ini memiliki persamaan dalam hal tujuannya namun berbeda menurut proporsinya masing-masing. Guru bidang studi terdapat pada proses pembelajaran sedangkan guru bimbingan lebih ke luar pembelajaran maupun yang ada hubungannya dengan proses pembelajaran.

Fungsi-fungsi yang dibahas di atas menunjukkan adanya kolaborasi antara kerja dari guru bidang studi dengan guru bimbingan atau bisa dikatakan keduanya mempunyai fungsi kolaborator. Selain hubungan kolaborasi yang telah dijelaskan di atas, fungsi kolaborator ini juga terlihat pada kegiatan pendukung bimbingan konseling seperti konferensi kasus. Dalam konferensi kasus terlihat adanya kolaborasi antara guru bimbingan dengan guru bidang studi. Namun hubungan kolaborasi ini tidak cuma menutup kemungkinan hanya hubungan kolaborasi dengan guru bidang studi. Dapat pula melibatkan pihak lain seperti wali kelas, kepala sekolah atau bahkan personil lain yang berhubungan.

2. Pembahasan dan Analisa Data dari Guru Bimbingan

Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan di SMA Negeri 1 Jakenan dilakukan secara kontinu baik di dalam kelas melalui proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Pelaksanaan layanan pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan terbatas dalam satu kali pertemuan 2x45 menit setiap bulan sekali di setiap kelasnya. Layanan pembelajaran bimbingan dan konseling di kelas dilaksanakan dengan kegiatan pemberian materi maupun pemberian informasi-informasi yang perlu diberikan. Misalnya informasi tentang beasiswa maupun mengenai perguruan tinggi. Jika guru bimbingan dapat melakukan layanan pembelajaran, harapannya guru bimbingan dapat langsung berinteraksi dengan siswa sehinggadapat mengetahui siswa-siswa yang perlu mendapat bimbingan. Dari layanan pembelajaran ini pula guru bimbingan dapat bertatap muka dan berkomunikasi secara langsung dengan siswa. Dari keadaan ini diharapkan siswa dengan guru bimbingan bisa menjadi lebih dekat, lebih kenal dan lebih nyaman sehingga andaikan siswa ingin mengutarakan masalahnya menjadikan rasa takut dan canggung dapat diminimalisir sehingga layanan bimbingan dan konseling yang lain dapat mengena pada siswa. Sedangkan layanan bimbingan dan konseling yang ada di luar proses pembelajaran dilakukan di kantor bimbingan dan konseling. Layanan ini juga akan lebih bermakna jika proses layanan pembelajaran di kelas berhasil. Artinya jika siswa tidak bisa mengungkapkan masalahnya di depan umum dan karena merasa sudah dekat denagn guru bimbingan maka bimbingan dapat dilakukan di kantor bimbingan dan konseling. Namun tingkat keberhasilan pelayanan di kantor bimbingan dan konseling tidak hanya dipengaruhi dalam proses layanan pembelajaran di kelas saja. Namun ini juga dipengaruhi pula pada kepercayaan siswa kepada pihak guru bimbingan. Mungkin saja seorang siswa mencoba untuk mengutarakan masalahnya kepada pihak konseling dan mendapatkan respon yang baik sehingga siswa tersebut menjadi percaya kepada layanan bimbingan dan konseling yang diberikan sehingga jika dia mendapatkan masalah, dia tidak segan-segan untuk membawa masalahnya kepada guru bimbingan. Atas baiknya layanan yang diberikan tidak menutup kemungkinan siswa ini menyarankan kepada temannya yang lain untuk melakukan bimbingan di kantor bimbingan dan konseling dan demikian seterusnya. Melihat fenomena ini harapannya guru bimbingan selalu berkomitmen dan profesional karena andaikan ada masalah lain yang timbul akibat dari layanan bimbingan dan konseling maka kekurangan itu akan menyebar sebagaimana kelebihannya. Untuk itulah diharapkan guru bimbingan lebih hati-hati dalam bertindak, bersikap profesional dan komitmen yang tinggi.

Selanjutnya dalam program kerja yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jakenan yang meliputi perencanaan program, operasional dan pelaksanaan program serta evaluasi dan supervisi. Dalam proses pencapaian suatu tujuan, tentu saja diperlukan suatu program. Demikian juga dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada individu atau siswa berupa bantuan yang bersifat psikologis dengan tujuan tercapainya penyesuaian diri, pengembangan diri secara optimal dan kemandirian yang dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling yang neliputi pemahaman, pencegahan, pengentasan, advokasi serta pemeliharaan dan pengembangan diri dari masalah yang dihadapi. Adapun pelaksanaan bimbingan dan konseling diarahkan sesuai prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan dan konseling.

Pada proses perencanaan program yang dicanangkan oleh SMA Negeri 1 Jakenan merupakan hasil dari musyawarah dari anggota-anggata musyawarah guru bimbingan (MGP) se-Karisedenan Pati yang terdiri dari guru-guru bimbingan dan konseling di kabupaten Pati, Rembang, Blora, Kudus dan Jepara. Program kerja ini tersusun dalam program tahunan, program semesteran, program bulanan, sampai program mingguan yang telah terancang dan disusun secara sistematis dan saling terkait satu sama lain untuk mencapai tujuan layanan bimbingan dan konseling. Program-program kerja layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan dapat dilihat dalam lampiran.

Sedangkan pada operasional program bimbingan dan konseling meliputi tahap persiapan dan pengumpulan data. Persiapan-persiapan yang dilakukan meliputi persiapan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling maupun penyediaan fasilitas, program kerja dan lain-lain yang telah tersusun dalam program tahunan, program semesteran, program bulanan, program mingguan sampai program harian. Sedangkan pengumpulan data siswa dimulai sejak pendaftaran awal siswa baru, masa orientasi sampai siswa telah masuk sebagai siswa SMA Negeri 1 Jakenan yang dilakukan dengan metode-metode yang antara lain dengan (1) Metode Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung kondisi lingkungan fisik di SMA Negeri 1 Jakenan, (2) Metode Wawancara yaitu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung, dan (3) Metode Dokumentasi yaitu dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca atau mempelajari data siswa yang didapat sebelumnya.

Dari program perencanaan dan operasional di atas dapat dilihat adanya kesinambungan kerja yaitu rencana dan operasionalnya antara rencana program dengan rencana pelaksanaan dan fasilisitasnya menunjukkan adanya singkronisasi antar program-program tersebut. Lalu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan yang diberdayakan oleh guru bimbingan yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Jakenan tercakup dalam bidang sosial, pribadi, belajar dan karier. Empat bidang bimbingan tersebut dijabarkan dalam berbagai layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung yang mengacu pada pola 17.

Masalah-masalah yang dilayani dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier dengan layanan-layanan yang tersusun demikian rupa dari layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok. Adapun untuk mendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yaitu dengan kegiatan-kegiatan pendukung seperti aplikasi / instrumentasi yaitu yang dilakukan dengan Daftar Cek Masalah (DCM) atau Alat Ungkap Masalah (AUM) yang berisi kumpulan masalah-masalah yang mencakup keempat bidang bimbingan yakni masalah pribadi, sosial, belajar dan karier yang digunakan oleh guru bimbingan dalam menentukan materi-materi yang akan digunakan dalam pembelajaran bimbingan dan konseling untuk mengetahui tingkat hubungan sosial dalam suatu keanggotaan kelas. Angket ini berisi pertanyaan dengan perintah memilih teman yang disukai dan yang tidak disukai masing-masing tiga dan beserta alasannya. Alat cukup afektif untuk melihat siswa-siswa yang punya masalah sosial di kelasnya. Namun alat ini memiliki data yang tidak valid jika adanya suatu kesepakatan sebelumnya oleh anggota kelompok tertentu untuk memilih dan tidak memilih orang tertentu pula yang cenderung tidak sesuai dengan kata hatinya sendiri. Contoh DCM maupun Angket ini dapat dilihat dalam lampiran. Kegiatan pendukung lainnya adalah himpunan data, kunjungan rumah, konferensi kasus dan alih tangan kasus.

Himpunan data adalah kegiatan menghimpun atau mengumpulkan data dan keterangan yang relevan dengan keperluan untuk mengembangkan siswa. Himpunan data diselenggarakan secara sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat tertutup yang hanya digunakan untuk mengembangkan siswa. Kegiatan pendukung berikutnya adalah kunjungan rumah dan studi kasus. Kedua kegiatan pendukung ini bersifat insidental atau keberadaannya sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Andaikan tidak diperlukan maka kegiatan pendukung ini tidak diberlakukan. Dalam penanganan-penanganan masalah siswa yang menggunakan salah satu ataupun keduanya dari kegiatan pendukung inimerupakan masalah-masalah yang serius ataupun masalah-masalah yang membutuhakn perhatian khusus dalam penanganannya. Contohnya siswa yang sudah lama tidak masuk sekolah tanpa adanya suatu pemberitahuan dan tidak adanya koordinasi dari orang tua siswa. Lalu kegiatan pendukung yang lainnya adalah alih tangan kasus. Alih tangan kasus yang dilakukan oleh guru bimbingan jika guru bimbingan tidak mampu menyelesaikan atau menangani masalah yang terjadi pada diri siswa atau dengan kata lain berada di luar kompetensi guru bimbingan dalam menanganinya.Contohnya kasus anak yang terganggu jiwanya yang harus segera ditangani oleh psikiater, kasus kriminal yang melibatkan siswa yang mana guru bimbingan tidak mampu menanganinya dan sudah seharusnya mealkukan alih tangan kepada pihak yang lebih berkompeten. Namun selain menjadi pihak yang bisa melakukan alih tangan kasus, guru bimbingan dan konseling juga memiliki kompetensi untuk untuk meneriam alih tangan kasus. Misalnya alih tangan kasus dari guru bidang studi dan alih tangan kasus dari wali kelas. Namun hubungan antara kedua belah pihak ini lebih ditekankan pada hubungan saling koordinasi. Hubungan ini dapat dilihat dalam struktur organisasi dalam lampiran.

Dalam Program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan dicanangkan program peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan dengan kegiatan pertemuan MGP, pendidikan dan latihan serta seminar dan lokakarya. Harapannya dari program peningkatan profesionalisme guru bimbingan. Dapat diperoleh ilmu yang dapat meningkatkan kinerja guru bimbingan dalam melakukan layanan kepada siswa. Adapun pelaksanaan program ini dilakukan secara insidental kecuali pertemuan MGP yang diprogramkan dilakukan setiap dua bulan sekali. Dari pertemuan MGP ini selain untuk mendapatkan informasi, forum ini juga digunakan dalam penyususunan program kerja bimbingan dan konseling maupun konsultasi masalah-masalah keapda pihak yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru bimbingan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

Pelaksanaan program-program kerja SMA Negeri 1 Jakenan tidak akan bisa berjalan sesuai yang diharapkan tanpa adanya hubungan dengan dengan masyarakat. Demikian pula program kerja bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Jakenan. Untuk itu guru bimbingan harus melakukan hubungan secara langsung maupun tak langsung kepada masyarakat sekitar yang dapat mendukung peningkatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Hubungan dengan masyarakat ini meliputi hubungan dengan orang tua siswa/wali murid dalam hal kegiatan seperti panggilan ke sekolah dan juga kegiatan kunjungan rumah, hubungan dengan instansi terkait seperti kepolisian mengenai penyuluhan pencegahan penyalahgunaan Narkoba,dengan Departemen tenaga kerja (Depnaker) untuk mendapatkan informasi tentang ketenagakerjaan, dengan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk keperluan pemberian ketrampilan kepada siswa dan juga hubungan dengan alumni untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan dan perguruan tinggi.

Adapun program yang selanjutnya adalah penyusunan laporan, evaluasi, analisa hasil evaluasi dan tindak lanjut evaluasi sera revisi penyusunan program. Penyusunan laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru bimbingan kepada kepala sekolah yang disusun setiap bulannya dan diadakan evaluasi setiap semesternya. Dengan kata lain evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah pada khususnya dan program kerja bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staff bimbingan dan konseling pada umumnya. Untuk itulah adanya evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dan selanjutnya hasil evaluasi dianalisis oleh pihak guru bimbingan dan dilakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh kepala sekolah terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah, apakah program yang direncanakan akan tetap dilaksanakan atau akan dilakukan revisi penyusunan program. Contoh bentuk penyusunan laporan , evaluasi, analisa hasil evaluasi dan tindak lanjut evaluasi sera revisi penyusunan program dapat dilihat pada lampiran.

3. Pembahasan dan Analisa Data dari Kepala Sekolah

Peran Kepala Sekolah adalah mengkoordinir seluruh kegiatan pendidikan yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, dan juga bimbingan dan konseling di sekolah. Karena itu seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah tercakup dalam koordinasi kepala sekolah. Untuk itu kepala sekolah juga bertanggung jawab pada pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Adapun tujuannya adalah demi terciptanya lingkungan belajar yang mendukung pengembangan mutu siswa secara optimal sesuai minat, kemampuan dan meningkatkan mutu siswa sesuai visi dan misi sekolaqh masing-masing.

Kepada sekolah dalam kedudukannya mempunyai wewenang langsung atau garis perintah dari kepala sekolah kepada seluruh personil sekolah termasuk guru bimbingan dalam bidang bimbingan dan konseling dan guru bidang studi dalam bidang pembelajaran. Namun dalam pertanggungjawabannya guru bimbingan maupun guru bidang studi masih mendapatkan koordinasi dalam bidangnya masing-masing. Guru bimbingan oleh koordinator bimbingan dan konseling dan guru bidang studi oleh wakasek kurikulum. Hubungan antara kepala sekolah dengan guru bimbingan dan konseling dapat dilihat dalam struktur organisasi bimbingan dan konseling pada lampiran.

Selain itu kepala sekolah juga bertanggung jawab pula dalam pemenuhan sarana dan prasarana kegiatan bimbingan dan konseling sekolah. Sebagai salah satu personil sekolah, Kepala Sekolah juga memiliki peran melaksanakan proses bimbingan dan konseling dan juga terlibat langsung dalam pelaksanaan program kerja bimbingan dan konseling. Sebagai contonya pada kegiatan pendukung bimbingan dan konseling seperti konferensi kasus. Kepala Sekolah turut berperan aktif dalam kegiatan terebut sebagai bentuk pelaksanaan proses bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah.

Selanjutnya dalam hubungan dengan pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah merupakan pihak yang melakukan penilaian terahdap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan laporan disusun oleh personil bimbingan dan konseling setiap bulannya dan dilakukan evaluasi setiap semesternya. Dari ealuasi ini diperoleh kepastian apakah program kerja yang telah dilakukan sudah efektif ataukah belum, tetap dilanjutkan atau perlu direvisi terhadap program kerja yang telah dilakukan dan melalui analisa data hasil evaluasi tersebut maka akan diberikan tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi yang telah diberikan oleh Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah juga memiliki kompetensi untuk menjalin hubungan dengan pihak-pihak di di dalam maupun di luar instansi sekolah. Harapannya dengan keja sama atau hubungan tersebut akan lebih mempermudah pelaksanaan penciptaan lingkungan yang mendukung terciptanya suasana yang mendukung pengembagan potensi siswa yang sesuai mnat dan bakat yang dimilikinya serta suasana yang aman, nyaman dan tertib sehingga proses menuju tujuan pemdidikan dapat dicapai dengan baik. Untuk itulah perlu adanya hubungan intern yang meliputi semua personil sekolah, baik kepakla sekolah, wakil kepala sekolah, guru bimbingan, guru bidang studi, karyawan dan tata usaha dan personil intern sekolah yang lain. Dan juga hubungan ekstern atau pihak luar sekolah seperti kepala desa setempat, pihak kecamatan, kabupaten, Kepolisian, LPK, Depnaker dan pihak-pihak intern lain yang terkait yang mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif.

4. Pembahasan dan Analisa Data dari Siswa

Pembahasan dan analisa data ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan yang dialami oleh siswa di SMA Negeri 1 Jakenan dengan mengambil sampel dari kelompok siswa berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada siswa mengenai keadaan layanan bimbingan yang diberikan pihak sekolah yang dirasakan oleh siswa. Keadaan siswa pada suatu kelompok diasumsikan dapat mewakili keadaan secara keseluruhan atau dapat memberi cerminan dari sampel kelas di SMA Negeri 1 Jakenan. Kelas yang akan menjadi sasaran dalam pengambilan sampel adalah kelas XII, dengan pertimbangan waktu yang telah dilalui di SMA dan pengalaman yang diperoleh siswa kelas XI relatif tidak terpaut jauh. Sehingga kelas XII dirasakan tepat untuk menjadi tolok ukur pada keadaan siswa seluruhnya. Kelas yang digunakan sebagai sampel kelas adalah siswa kelas XI IPS 2. Sdangkan alat yang digunakan untuk mandapatkan data berupa angket.

Angket (daftar isian) adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk pengumpulan data dimana melalui dat pertanyaan atau pernyataan tersebut diharapkan dapat memberikan tanggapan secara tertulis. Tanggapan dapat berbentuk pemberian data pada jawaban ataupun kalimat-kalimat pendek. Daftar isian menurut bentuknya dapat dibagi atas daftar isian tertutup dan daftar isian terbuka. Daftar isian tertutup adalah daftar isian yang jawabannya sudah disediakan oleh pembuat angket dan responden tinggal memilih salah satu atau beberapa yang sesuai dengan keadaannya. Daftar isian terbuka adalah daftar isian yang jawabannya tidak ditentukan terlebuh dahulu oleh pembuat angket tetapi responden diberi keleluasaan untuk memberikan jawaban.

Masing-masing daftar isian memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan diantaranya diuraikan sebagai berikut:

1. Bentuk tertutup

- Kebaikannya:

a. Dapat dijawab dengan mudah karena masing-masing butir pertanyaan sudah disediakan jawabannya.

b. Responden tinggal memilih jaawban yang disediakan.

c. Variansi jawaban tidak banyak berbeda.

- Kelemahannya:

a. Karena jawabannya sudah disediakan, boleh jadi jawab