Contoh Literature Review Jurnal

download Contoh Literature Review Jurnal

of 24

description

review jurnal

Transcript of Contoh Literature Review Jurnal

  • )

    CHANGE DETECTION ANALYSIS

    FOR EARTHQUAKE DAMAGE ASSESSMENT

    (METHODS AND COMPARISONS)

    Literature Review

    Topik Dalam Pengolahan Citra

    Abd. Aziz Bouty

    0906503736

    Magister Ilmu Komputer

    Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia

    Depok

    Desember, 2009

  • )

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi ...................................................................................................................... 2

    Bab I Pendahuluan .................................................................................................... 3

    1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3

    1.2. Permasalahan ........................................................................................... 3

    1.3. Tujuan ...................................................................................................... 4

    Bab II Pembahasan ..................................................................................................... 5

    2.1. Paper Review ........................................................................................... 5

    Paper I : The Comparative Study of Three Methods of Remote

    Sensing Change Detection .................................................. 5

    Paper II : A SDSS-Based Earthquake Damage Assessment For

    Emergency Response: Case Study In Bam .......................... 9

    Paper III : Extraction Of Damaged Buildings Using High-Resolution

    Satellite Images In The 2006 Central Java Earthquake ....... 15

    2.2. Paper Analysis ......................................................................................... 19

    2.3. Paper Comparison .................................................................................... 21

    Bab III Penutup .................................................................................................. 22

    3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 22

    3.2. Saran ........................................................................................................ 23

    Daftar Pustaka ............................................................................................................ 24

  • )

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Change detection adalah penerapan dari teknologi remote sensing merupakan

    sebuah aplikasi yang sangat penting, yang dapat memastikan perjadinya perubahan fitur-

    fitur tertentu dalam suatu interval waktu tertentu, serta menyediakan distribusi spasial dan

    informasi kualitatif dan kuantitatif dari perubahan fitur tersebut. Change detection sangat

    berguna untuk monitoring: urbanisasi, pembangunan pertanian, pengelolaan lahan

    kehutanan, ramalan es, dll. Untuk itu, metode yang paling banyak digunakan adalah:

    perbedaan image, Rasio image, klasifikasi perbandingan, dan analisis perubahan vektor.

    Banyak penelitian dilakukan terkait dengan penilaian kerusakan akibat gempa.

    Penelitian tersebut sering difokuskan pada berbagai aspek dalam deteksi kerusakan,

    termasuk merancang algoritma yang dapat mendeteksi kerusakan setelah terjadinya

    gempa dengan menggunakan data optik dan SAR untuk mendeteksi bangunan yang

    hancur, dan kemudian membuat suatu sistem pemetaan untuk menampilkan data

    geospasial dari gempa tersebut (Eguchi et al., 1999, 2000a,b; Huyck and Adams, 2002).

    Dengan adanya sistem tersebut diharapkan dapat memberikan respon secara cepat

    terhadap penyediaan informasi kerusakan kawasan pemukiman dalam bentuk informasi

    spasial makroseismik. Informasi ini sangat dibutuhkan pada pembuatan skala prioritas

    kegiatan evakuasi dan proses perencanaan pembangunan kembali (Adam dkk,2003).

    1.2. Permasalahan

    Kurang reliable, kurang up to date, kurang tersedianya data geospasial yang

    qualified adalah merupakan salah satu dari permasalahan yang ditemukan untuk

    mendapatkan respon yang lebih baik terhadap kejadian bencana alam. Disisi lain,

    kompleksitas dari suatu fenomena gempa dilihat dari segi waktu, posisi dan intensitas,

    membuat sulit untuk diakses. Disamping itu, belum terdapat tool yang komprehensif

    untuk melakukan analisis spasial yang dapat mendukung pengambilan keputusan terkait

    bencana tersebut.

  • )

    1.3. Tujuan

    Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :

    1. Mempelajari serta memberi ulasan terhadap paper yang ditulis oleh para peneliti,

    khususnya dalam topik change detection.

    2. Menganalisis paper-paper tersebut, ditinjau dari segi isi / materi maupun

    penulisan paper itu sendiri.

    3. Melakukan komparasi terhadap paper-paper tersebut, terkait dengan persamaan

    dan perbedaannya terutama dari segi isi / materi dan penerapan metode maupun

    teknik-teknik yang digunakan/dilakukan.

  • )

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Paper Review

    Paper I : The Comparative Study of Three Methods of Remote Sensing Change

    Detection

    Pada tahun 1980-an, change detection mulai dipelajari oleh beberapa orang.

    Dalam change detection, multi-band remote sensing images biasanya digunakan untuk

    dapat menyediakan informasi yang cukup. Metode ini dapat dibagi kedalam image

    substraction method dan method of change detection after classification.

    Dalam pembahasan paper ini, pertama adalah membahas tentang metode

    eliminasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap change detection. Kedua,

    memperkenalkan prinsip dasar dari tiga metode tersebut serta bagaimana percobaan

    mengenai metode-metode tersebut yang dilakukan dengan menggunakan software Erdas.

    Ketiga, melakukan analisa perbandingan terhadap manfaat serta ruang lingkup yang

    ditunjukkan dari ketiga metode tersebut diatas.

    Didalam penerapannya, banyak terdapat metode change detection untuk data

    multi-spectral image. Metode ini dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu :

    1). Analisis karakteristik dari tipe spektral

    Tujuan dari analisis ini adalah untuk memastikan distribusi serta karakteristik

    perubahan berdasarkan klasifikasi spektral dan lalu kemudian menghitung fase dalam

    remote sensing images yang berbeda.

    2). Analisis vektor dari perubahan spectral

    Analisis ini dilakukan untuk memastikan kekuatan serta arah karakteristik dari suatu

    perubahan berdasarkan pada radikalisasi perubahan images dari waktu yang berbeda,

    terutama menganalisis perbedaan dari tiap-tiap band.

    3). Analisis time series.

    Tujuannya adalah untuk menganalisis proses dan tren perubahan dari pemantauan

    ground objects berdasarkan data observasi remote sensing secara kontinu.

  • )

    Secara garis besar, paper ini membahas tentang 3 metode yang terdapat dalam

    change detection. Metode-metode tersebut adalah :

    1. Image Substraction Method

    Metode ini merupakan sebuah metode change detection terhadap aplikasi yang

    paling luas. Hal ini dapat diterapkan untuk berbagai jenis image dan lingkungan

    geografis.

    2. Image Ratio Method

    Image Ratio Method adalah merupakan sebuah metode yang membandingkan nilai

    sebuah pixel dari sebuah gambar yang sesuai dengan gambar lain diwaktu yang

    berbeda. Pada metode ini rasio pixel yang sesuai pada tiap-tiap band pada dua

    image dari periode yang berbeda setelah perhitungan image registration.

    3. The Method of Change Detection AfterClassification

    Metode ini adalah merupakan yang paling sederhana, dimana teknik analisisnya

    hanya berdasarkan pada klasifikasi. Metode ini dapat digunakan untuk dua atau

    lebih image after registration, termasuk langkah didalam klasifikasi serta

    pembandingan.

    Hasil Eksperimen dan Analisis

    Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa penelitian ini menggunakan

    software ERDAS. Dengan menggunakan Panchromatic band dari remote sensing images

    pada 10 Mei 2001, 1 April 2002 di Beijing dimana data digunakan dalam Image

    Subtraction Method dan Image Ratio Method. Kemudian 3-bands remote sensing images

    di Wuhan pada 1995 dan 2000 dimana data digunakan pada metode change detection

    after classification.

    Setelah melalui image preprocessing, didapati bahwa objek dari remote sensing

    change detection adalah images yang berada pada region yang sama dalam periode yang

    berbeda. Latar belakang dari lingkungan tercermin melalui remote sensing image yang

    diperoleh berbeda secara cepat. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

    terjadi dalam proses akuisisi. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dibagi kedalam dua

    kategori, yaitu :

  • )

    a. Remote sensing system factors

    Merupakan dampak dari resolusi temporal, resolusi spasial, resolusi spektral dan

    resolusi radiasi.

    b. Environmental factors

    Merupakan dampak dari kondisi atmosfir, kelembaban tanah dan karakteristik dari

    phenological.

    Dampak pada waktu yang berbeda dan akibat pengaruh dari faktor-faktor pada images

    harus sepenuhnya diperhitungkan dalam change detection. Pengaruh ini dapat

    dihilangkan sebanyak mungkin dengan melakukan registrasi geometris dan koreksi

    radiometris pada remote sensing images. Dengan demikian dapat membuat eksperimen

    ini dibangun secara terpadu dan dapat diperoleh hasil yang lebih objektif.

    Gambar 1. Hasil dari Image Subtraction Method Gambar 2. Hasil dari Image Ratio Method

    Gambar 3. Hasil dari Method of Change Detection After Classification

  • )

    Tabel 1. Keuntungan dan kerugian dari hasil eksperimen ketiga metode change detection

    Methods Advantages Disadvantages

    Image Subtraction

    Method

    - Konsepnya sederhana dan mudah

    - Mudah dipahami serta mudah

    untuk digunakan

    - Dapat mengurangi kemungkinan

    terjadinya error (dibandingkan

    dengan metode change detection

    after classification)

    - Tidak refleks terhadap perubahan

    yang terjadi pada setiap kategori

    - Metodenya sangat sederhana pada

    proses change detection dari natural

    images

    - Tidak cocok digunakan untuk change

    detection di daerah perkotaan.

    Image Ratio

    Methods

    - Sangat berguna untuk

    mengekstraksi vegetasi dan

    tekstur.

    - Memiliki fitur kemiringan yang

    berbeda antara band

    - Sangat tepat dan akurat, serta

    dapat digunakan dalam penelitian

    tentang change detection

    diperkotaan.

    - Masih terdapat beberapa informasi

    perubahan yang tidak terdeteksi.

    - Jenis perubahan dari fitur tidak dapat

    tercermin.

    - Pemilihan nilai threshold sangat sulit.

    - Perbedaan fitur pada kemiringan yang

    sama dapat membingungkan, dan ratio

    synthesized image sering membuat

    kompensasi dalam analisisnya.

    The Method of

    Change Detection

    After Classification

    - Dapat memastikan rentang ruang

    dari perubahan.

    - Menyediakan formasi mengenai

    karakter perubahan, misalnya

    jenis apa yang berubah dan

    sebagainya.

    - Membutuhkan requirement cukup

    besar terhadap klasifikasi ketegori.

    - Kurangnya isolasi terhadap langkah

    klasifikasi dan langkah dari change

    detection

    - Kesalahan dalam klasifikasi sangat

    sensitif dalam metode ini.

    Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, perbedaan dari masing-masing

    metode change detection diatas dapat dijabarkan dalam beberapa perspektif, yaitu :

    - Dari perspektif sudut pandang, didapati bahwa perubahan wilayah dalam image

    ratio method sangat akurat, kemudian diikuti oleh image subtraction method, dan

    terakhir adalah change detection after classification method.

  • )

    - Dari prespektif operasional, image subtraction method dan image ratio method

    memiliki operasi yang relatif sederhana dan waktu yang sedikit. Sedangkan change

    detection after classification method sangat komplikasi dan memakan waktu.

    - Dari perspektif aplikasi, image subtraction method dan change detection after

    classification method tidak berlaku untuk change detection secara datail dala

    perkotaan. Sedangkan image ratio method dapat digunakan untuk change detection

    dalam kota, terutama analisis mengenai vegetasi dan tanah.

    Melihat dari hasil citra, image subtraction method dan image ratio method hanya dapat

    mendeteksi cakupan serta tingkat perubahan tetapi tidak bisa memberikan sifat dan

    penyebab perubahan. Dalam hal ini, change detection after classification method dapt

    memberikan informasi ini.

    Paper II : A SDSS-Based EarthQuake Damage Assessment for Emergency

    Response: Case Study in Bam

    Saat ini, penelitian-penelitian yang dilakukan untuk menilai kerusakan yang

    diakibatkan oleh gempa bumi difokuskan pada beberapa aspek yang termasuk dalam

    deteksi kerusakan, termasuk mengembangkan algoritma untuk mendeteksi kerusakan

    pasca gempa tersebut dengan menggunakan optik dan SAR data untuk menemukan

    bangunan yang runtuh, dan sistem pemetaan untuk menampilkan serta menyebarkan

    informasi gempa yang terkait dengan data multimodal geospasial (Eguchi et al., 1999,

    2000a,b; Huyck and Adams, 2002).

    Secara umum, paper ini membahas tentang sebuah metodologi untuk

    mengestimasi nilai kerusakan akibat gempa bumi menggunakan Spatial Decision Support

    System (SDSS). Metodologi ini berdasarkan pada perhitungan jumlah bangunan yang

    hancur akibat gempa bumi dengan menggunakan high resolution remotely sensed images

    dan data spasial lainnya untuk dapat diintegrasikan kedalam SDSS.

    Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini dan diestimasi nilai

    kerusakannya adalah kerusakan yang disebabkan oleh gempa dengan kekuatan 6.6 skala

    richter yang terjadi di kota Bam, yang terletak disebelah tenggara dari propinsi Iran.

    Dicatat dari korban yang meninggal, gempa di kota Bam ini tercatat merupakan gempa

    terburuk yang terjadi dala sejarah di Iran. Dilaporkan bahwa jumlah korban meninggal

  • )

    sebanyak 26.200 orang dan 75.600 orang kehilangan tempat tinggal. Dan juga dilaporkan

    dari organisasi bantuan bahwa diestimasi antara 70-95% bangunan hancur.

    SDSS adalah sebuah sistem interaktif yang berbasis komputer yang dirancang

    untuk mendukung pengguna atau kelompok pengguna dalam mencapai efektivitas yang

    lebih tinggi dalam pengambilan keputusan pada saat memecahkan masalah pada semi

    struktur spasial. (Sprague and Carlson 1982). Perancangan ini untuk membantu

    perencana spasial dengan panduan dalam membuat keputusan mengenai penggunaan

    lahan. Dengan demikian tercipta sebuah sistem yang memiliki model keputusan yang

    dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi pemilihan keputusan yang efektif.

    Untuk langkah-langkah didalam metodologinya dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

    Diagram : Langkah-langkah dalam membangun sebuah SDSS

    berbasis pada penilaian kerusakan akibat gempa untuk kebutuhan tanggap darurat

  • )

    Untuk gempa bumi yang tergolong cukup kuat seperti yang terjadi di kota Bam

    dapat menyebabkan kerusakan yang sangat parah bagi bangunan. Mengevaluasi

    bangunan-bangunan yang rusak akibat gempa adalah sangat penting untuk

    mengalokasikan regu penyelamat ke daerah-daerah yang mengalami kerusakan sekaligus

    dapat mengestimasi kerusakan tersebut.

    Salah satu cara tercepat untuk mendapatkan informasi tentang tempat-tempat

    yang rusak dan untuk menghitung jumlah yang rusak terutama di daerah perkotaan

    dengan menggunakan gambar satelit untuk membandingkan gambar sebelum dan

    sesudah terjadinya gempa bumi. Untuk perkembangan terkini dari teknik remote sensing

    adalah dengan melakukan ekstraksi secara otomatis dari informasi citra satelit secara

    mungkin. Disebutkan dalam paper ini menggunakan citra satelit Quickbird yang

    merupakan produk standar yang high resolution.

    Gambar 1: Citra satelit Quickbird dari kota Bam,

    diperoleh sebelum terjadinya gempa bumi pada 26 Desember 2003

    Gambar 2: Citra satelit Quickbird dari kota Bam,

    diperoleh setelah terjadinya gempa bumi pada 26 Desember 2003

  • )

    Untuk memaksimalkan korespondensi spasial antara multi-temporal scenes

    "setelah" image telah didaftarkan ke image "sebelum", menggunakan serangkaian titik

    kontrol dengan transformasi polinomial orde pertama. Hasil dari analisis tersebut adalah

    sebuah raster layer, dengan nilai pixel 0, 1, 2 sesuai dengan non-parcel pixels, pasrcels

    damaged pixel dan parcels undamaged pixels.

    Dalam paper ini metode untuk mengekstrak informasi adalah dengan

    menggunakan geostatistik dan artificial neural network. Klasifikasi dilakukan pada sifat

    tekstur dari image. Secara statistik, tekstur dari sebuah image memiliki dua komponen :

    variabel lokal dan korelasi spasial. Dimana variabel lokal dapat lebih jelas dengan

    menggunakan variansi akan tetapi tidak menunjukkan korelasi spasial dari variabel.

    Namun secara geostatistik mengukur bahwa kedua variabel ini menggunakan parameter

    utama dari geostatistik yang semivarian.

    Dimana : t = Nilai numerik dari pixel yang digunakan untuk klasifikasi

    h = Jarak antara masing-masing dua pixel

    N = Jumlah pixel yang berada dalam jarak h dari satu sama lain

    = Perhitungan semivarians untuk nilai yang berbeda dan arah yang berbeda

    semivarians untuk nilai yang berbeda dan arah yang berbeda disimpulkan menggunakan

    semivariogram

    Sebuah Image klasifikasi dan sebuah parcels vector layer dibuatkan dalam

    sebuah skala 1 : 2000 yang merupakan input data untuk kode ArcObjects. parcels vector

    layer dari Bam diperoleh dari survey tanah. Pada images ini, nilai dari 0, 1, 2 sesuai

    dengan non-parcel pixels, parcels damaged pixel dan parcels undamaged pixels.

  • )

    Gambar 3: Image bagian sebelah kiri adalah merupakan klasifikasi image.

    Sebelah kanan adalah merupakan parcels vector layer dari Bam.

    Dalam paper ini juga diterangkan mengenai metode statistik klasifikasi, yang

    secara spesifik menentukan kerusakan bagian pada tiap parcel dengan memperhatikan

    jumlah pixel dengan nilai 0, 1, 2. dengan demikian dapat mengidentifikasi bangunan

    yang runtuh dari segi karakteristik statistik yang beda dari struktur bangunan yang utuh

    pada waktu sesudah terjadinya gempa, daripada tingkat peruahan antara images

    sebelum dan sesudah kejadian (Gusella et. al., 2005). Diasumsikan tiga kriteria sebagai

    berikut :

    Parcels tidak mengalami kerusakan ketika jumlah pixel dengan nilai relatif 1

    terhadap total pixel dari parcel adalah lebih kecil dari 0,3.

    Parcels menagalami semi kerusakan apabila ketika jumlah pixel dengan nilai relatif 1

    terhadap total pixel dari parcel adalah lebih besar atau sama dengan 0,3 atau lebih

    kecil atau sama dengan 0,6.

    Parcels mengalami kerusakan yang cukup komplit apabila ketika jumlah pixel

    dengan nilai relatif 1 terhadap total pixel dari parcel adalah lebih besar atau sama

    dengan 0,6.

    Implementasi dari hasil penelitian ini mendapatkan dua status yang berbeda dari

    proses yang terjadi didalam format vektor dan raster. Output dari sebelumnya adalah

    sebuah vektor berbasis kerusakan yang digambarkan pada peta dan Output yang

  • )

    dihasilkan setelah itu adalah sebuah format raster yang berbasis kerusakan yang

    digambarkan pada peta.

    Gambar 4: Output raster layer dari kerusakan Gambar 5: Output vector layer dari kerusakan

    bangunan pada gempa Bam bangunan pada gempa Bam

    Adapun hasil dari penelitian ini dapat membawa manfaat yang signifikan dalam

    melakukan tindakan tanggap darurat terhadap pasca terjadinya bencana. Teknik deteksi

    kerusakan akan memberikan akan memberikan tanggapan bagi pejabat pemerintah,

    lembaga-lembaga bantuan internasional dan pemulihan bencana agar secara cepat dapat

    melihat sehingga dapat mengestimasi kerusakan secara regional dan mendapatkan rincian

    terhadap total kerusakan yang terjadi pada bangunan. Tools ini akan memungkinkan

    upaya prioritas dan koordinasi dalam hal bantuan dan kunjungan ke lokasi gempa

    sehingga dapat mendukung operasi pemulihan secara cepat. Berdasarkan hal tersebut,

    berhasil dibangun sebuah objek berbasis klasifikasi dan metode segmentasi yang sukses

    digunakan pada gempa di Bam tersebut. Didapatkan informasi bahwa terdapat 18872

    bangunan yang terdapat di kota Bam, 6473 bangunan (34%) hancur akibat gempa. Hasil

    dari kesimpulan awal mengindikasikan akurasi secara keseluruhan dari klasifikasi

    kerusakan adalah 80.5%.

  • )

    Paper III : Extraction of Damaged Buildings Using High-Resolution Satellite

    Images in The 2006 Central Java EarthQuake

    Gempa bumi terjadi di Jawa Tengah dengan kekuatan 6.3 skala richter yang

    terjadi pada tanggal 27 Mei 2006. Akibat gempa ini, dicatat sekitar 5.800 orang korban

    yang meninggal duniadan sekitar 38.000 orang menderita luka parah. Dengan

    menggunakan QuickBird images, diperoleh image sebelum dan sesudah terjadinya

    gempa. Dalam penelitian ini dicoba untuk mengekstrak area dari bangunan yang

    mengalami kerusakan dengan berdasarkan klasifikasi objek.

    Pada tahap awal, sangat penting untuk memahami suatu tingkat kerusakan yang

    terjadi setelah terjadinya bencana alam. Dengan kemajuan teknologi remote sensing kita

    akan bisa mendapatkan citra satelit dengan resolusi tinggi, seperti misalnya QuickBird

    dan Ikonos, dimana kita dapat mengidentifikasi rumah atau mobil serta gambar satelit

    dengan resolusi moderat tidak lama setelah bencana terjadi.

    Dijelaskan dalam paper ini mengenai kegunaan dari klasifikasi objek yang

    menjadi penelitian lebih lanjut dalam mendeteksi kerusakan bangunan dari citra satelit

    dengan resolusi tinggi yang diperoleh sebelum dan sesudah gempa Jawa Tengah pada

    tahun 2006. Dalam hal ini area bangunan diekstrak untuk gambar yang sebelum dan

    sesudah dengan berbasis pixel dan klasifikasi objek. Kemudian hasil dari dua metode

    tersebut dibandingkan dan kemudian dengan mengambil perbedaan area bangunan dari

    gambar sebelum dan sesudah,. Area yang mengalami kerusakan bangunan diidentifikasi

    dan hasilnya dibandingkan dengan menggunakan inspeksi visual.

    Meskipun pemeriksaan kerusakan secara visual memberikan informasi yang

    sangat berguna akan tetapi cukup memakan waktu. Oleh karena itu, metode image

    processing digunakan untuk meningkatkan performa interpretasi. Sejauh ini pendekatan

    yang dilakukan adalah klasifikasi land cover berbasis pixel, misalnya metode maximum

    likelihood. Disamping itu, untuk images dengan resolusi tinggi, pendekatan pixel-based

    dapat menimbulkan banyak noise pada hasilnya nanti karena resolusi yang terlalu tinggi.

    Untuk mengatasi masalah noise yang terdapat pada images dengan resolusi

    tinggi, dalam paper ini diperkenalkan pula klasifikasi berbasis objek. Pada gempa yang

    terjadi di Boumerdes, Algeria tahun 2003, Kouchi et. al. (2005) membandingkan hasil

  • )

    yang didapat dari klasifikasi berbasis pixel dengan berbasis objek untuk deteksi puing-

    puing menggunakan QuickBird images.

    Klasifikasi Berbasis Pixel

    Secara konvensional, klasifikasi berbasis pixel dilakukan berdasarkan metode

    maksimum likelihood. Pada proses klasifikasi, digunakan 8 bit data dari biru, hijau, merah

    dan band inframerah. Lalu kemudian diikuti dengan 8 kelas : atap bangunan yang

    berwarna hitam, berwarna abu-abu, berwarna merah, puing, jalan, vegetasi dan bayangan

    yang ditandai. Adapun atap bangunan yang berwarna putih dan kelas tanah tidak

    digunakan untuk post-even image karena kesulitan dalam pemilihan data training dan

    juga sangat mendekati kelas puing-puing. Area bangunan yang diperoleh melalui

    klasifikasi berbasis pixel ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Pada gambar tersebut,

    bangunan yang memiliki warna atap yang berbeda-beda ditampilkan dalam warna yang

    sama, hal tersebut agar mudah dipahami.

    Klasifikasi Berbasis Objek

    Klasifikasi ini menggunakan software e-Cognition. Pertama, segmentasi citra

    dilakukan untuk membuat objek dengan menggunakan citra sebelum dan sesudah

    kejadian. Dijelaskan dalam paper ini bahwa proses segmentasi dalam e-Cognition

    ditentukan oleh 5 parameter, yaitu : Layer Weight, Compact Weight, Smooth Weight,

  • )

    Shape Factor dan Scale Parameter (Baatz et. al., 2004). Adapun parameter yang paling

    penting adalah Scale Parameter, yang menentukan ukuran objek. Sedangkan Shape

    Factor untuk menentukan level penting dari spektral heterogeneity atau shape

    heterogeneity dalam segmentasi. Lebih rinci dikatakan bahwa spektral heterogeneity

    ditentukan juga oleh Layer Weight, yang memberi bobot pada masing-masing band.

    Disamping itu pula, untuk shape heterogeneity ditentukan Compact Weight dan Smooth

    Weight.

    Gambar 3: Bagian dari area bangunan yang terdeteksi sebelum terjadi gempa

    Gambar 4: Bagian dari area bangunan yang terdeteksi setelah terjadi gempa

    (area yang sama seperti gambar diatas)

    Membandingkan hasil dari klasifikasi berbasis pixel dan klasifikasi berbasis objek

    dengan inspeksi visual, noise cukup terlihat dalam klasifikasi berbasis pixel. Oleh karena

    itu dapat disimpulkan bahwa dalam resolusi dan ukuran dari objek target ini, hasil yang

    terbaik dapat diperoleh melalui klasifikasi berbasis objek. Akan tetapi, dalam objek

  • )

    berbasis klasifikasi beberapa seperti jalan dan area yang berbayang mengalami kesalahan

    pada kelas bangunan karena nilai spektral dari area yang menjadi sampel mempunyai

    kemiripan dengan kelas bangunan.oleh karena itu, hal seperti ini dalam klasifikasi

    berbasis objek perlu untuk dibuang dengan menggunakan indeks fitur objek, seperti

    panjang, atau hubungan spasial.

    Dengan perbandingan hasil oleh image processing yang dikemukakan diatas

    tersebut, tingkat akurasi yang wajar diperoleh produser akurasi 67.4% dan user akurasi

    adalah 51.5%.

    Gambar 5. Bagian dari deteksi vegetasi Gambar 6. Bagian dari area bangunan

    dan area bayangan (area yang sama yang terdeteksi mengalami kerusakan

    dengan gambar 3) (area yang sama dengan gambar 3)

    Gambar 7. Area Bangunan yang mengalami kerusakan Gambar 8. Konsep produser

    akurasi dan user akurasi

  • )

    2.2. Paper Analysis

    Paper I : The Comparative Study of Three Methods of Remote Sensing Change

    Detection

    Dalam paper yang ditulis oleh Zhang Shaoqing dan Xu Lu ini terdapat beberapa

    hal yang belum dibahas secara jelas. Hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

    1. Proses yang dilakukan pada preprocessing tidak dijelaskan secara detail

    menyangkut registrasi geometrik maupun koreksi radiometrik, dimana agar secara

    geometrik mendapatkan lokasi yang akurat dan secara radiometrik agar intensitas

    pixel untuk objek yang sama mempunyai relatif intensitas yang sama.

    2. Untuk penjelasan pada image ratio method diperlukan suatu nilai treshold, hal ini

    terutama apabila tidak tersedianya ratio feature library.

    3. Pada daerah perkotaan jenis objek cukup banyak (jalan, taman, bangunan, sungai,

    dll) sehingga warna/intensitas tidak homogen. Hal ini dalam paper tidak

    digambarkan mengenai kemampuan dari ketiga metode change detection dalam

    kondisi tersebut.

    Paper II : A SDSS-Based EarthQuake Damage Assessment for Emergency

    Response: Case Study in Bam

    Dalam paper yang ditulis oleh Teimouri,M dkk ini terdapat beberapa hal yang

    belum dibahas secara jelas. Hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

    1. Dalam paper ini dikatakan bahwa untuk melakukan klasifikasi dari informasi yang

    telah diekstrak dalam hal ini yang merupakan nilai dari semivarian digunakan analisis

    artificial neural network (ANN), tetapi tidak dijelaskan tentang sedikit proses

    didalam ANN itu sendiri.

    2. Demikian juga, penggunaan dari ArcObjects code untuk suatu klasifikasi image dan

    sebuah parcels vector layer dengan skala 1:2000 tidak digambarkan secara rinci.

    3. Secara metode klasifikasi statistik yang dilakukan, didapatkan tiga kriteria : non-

    collapsed, semi-collapsed dan completely-collapsed. Akan tetapi untuk penentuan

    nilai yang menjadi acuan dari mendapatkan tiga kriteria tersebut tidak dijelaskan.

  • )

    Paper III : Extraction of Damaged Buildings Using High-Resolution Satellite

    Images in The 2006 Central Java Earthquake

    Dalam paper yang ditulis oleh Kazuki Matsumoto dkk ini terdapat beberapa hal

    yang belum dibahas secara jelas. Hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

    1. Dikatakan dalam paper ini bahwa dengan menggunakan QuickBird image langkah

    pertama yang dilakukan adalah menghasilkan pan-sharpened image dari resolusi

    0.6m yang dihasilkan melalui penggabungan panchromatic images dan multi-spectral

    images. Kemudian, langkah selanjutnya melakukan registrasi antara images sebelum

    dan sesudah terjadinya gempa menggunakan metode RST transformation dan Nearest

    Neighbour resampling. Adapun penggunaan kedua metode tersebut tidak dijelaskan

    didalam paper ini.

    2. Dalam membangun klasifikasi berbasis pixel secara konvensional berdasarkan pada

    Metode maximum likelihood. Dalam paper ini penjabaran tentang metode maximum

    likelihood tidak dijelaskan.

    3. Secara detail juga, penggambaran tentang noise yang didapat pada perbandingan hasil

    dari klasifikasi berbasis pixel dengan berbasis objek melalui inspeksi visual tidak

    diperlihatkan dengan jelas.

  • )

    2.3. Paper Comparison

    Paper Objective Approach Features Results

    Zhang Shaoqing *,

    Xu Lu (2009)

    The Comparative Study of Three

    Methods of Remote

    Sensing Image

    Change Detection

    Discusses three main

    methods of change

    detection

    1. Image Subtraction Method

    2. Image Ratio Method 3. Change Detection

    after Classification

    Method

    Introduced and the

    experiments of the

    methods are carried

    on ERDAS

    software

    Panchromatic

    band of remote

    sensing images

    on April 1,

    2002, May 10,

    2001 in Beijing

    Three bands

    remote sensing

    images in

    Wuhan in 1995

    and 2000

    image subtraction method

    and image ratio method

    can only detect the scope

    and degree of changes and

    can not give the nature

    and causes of changes,

    namely the transformed

    information of the types.

    The method of change

    detection after

    classification can provide

    this information.

    Teimouri,M, et. al.

    (2008)

    A SDSS-Based Earthquake Damage

    Assessment for

    Emergency

    Response:

    Case Study In Bam

    a methodology to assess

    damage estimation due

    to an earthquake using

    spatial decision support

    system (SDSS)

    use optical and

    SAR data to locate

    buildings collapsed,

    and a mapping

    system to display

    and disseminate

    earthquake-related

    multimodal

    geospatial data

    Classification

    texture of an

    image : local

    variable and

    spatial

    correlation

    The results of this paper

    can assist decision makers

    to allocate rescue forces to

    the damaged areas based

    on their degree of

    destruction

    Kazuki Matsumoto,

    et. al. (2006)

    Extraction of Damaged Buildings

    Using High-

    Resolution Satellite

    Images in The 2006

    Central Java

    Earthquake

    - Building areas were extracted for the pre-

    event image and the

    post-event image by

    pixel-based

    classification

    - Taking the difference of the building areas for

    the pre- and post-event

    images by the object-

    based approach

    result was

    compared with that

    by visual inspection

    pixel-based

    classification

    and object-

    based

    classification

    the object-based classifi-

    cation is considered to be

    more suitable to identify

    the areas covered by

    buildings in high-

    resolution satellite images

    Because salt-and pepper

    noises were seen in the

    pixel-based classification

    result

  • )

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Change Detection adalah sebuah aplikasi penting didalam teknologi remote

    sensing, yang merupakan sebuah teknologi yang dapat memastikan perubahan fitur

    tertentu dalam suatu interval waktu tertentu. Change detection menyediakan distribusi

    spasial dari fitur, serta informasi kualitatif dan kuantitatif dari perubahan fitur tersebut.

    Metode change detection untuk data image yang multi spektral terdiri dari banyak

    jenis. Dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu : analisis karakteristik dari tipe

    spektral, analisis vektor dari perubahan spektral serta analisis time series.

    Sehubungan dengan metode-metode tersebut, ditinjau dari permasalahan bencana

    alam, banyak penelitian dilakukan terkait dengan penilaian kerusakan akibat gempa. Dari

    penelitian-penelitian yang dilakukan memang untuk mendapatkan respon yang lebih baik

    terhadap terjadinya bencana alam masih terdapat banyak kekurangan, hal ini disebabkan

    karena kurang reliable, informasi kurang up to date, dan kurang tersedianya data

    geospasial yang qualified.

    Disisi lain, kompleksitas dari suatu fenomena gempa dilihat dari segi waktu,

    posisi dan intensitas, membuat sulit untuk diakses. Disamping itu, belum terdapat tool

    yang komprehensif untuk melakukan analisis spasial yang dapat mendukung

    pengambilan keputusan terkait bencana tersebut.

    Untuk itu, pada tahap awal, sangat penting untuk memahami suatu tingkat

    kerusakan yang terjadi setelah terjadinya bencana alam. Apalagi, dengan kemajuan

    teknologi remote sensing kita akan bisa mendapatkan citra satelit dengan resolusi tinggi,

    seperti misalnya QuickBird dan Ikonos, dimana kita dapat mengidentifikasi rumah atau

    mobil serta gambar satelit dengan resolusi moderat tidak lama setelah bencana terjadi.

    Dengan demikian diharapkan dengan membangun metode dan sistem tersebut

    diatas dapat memberikan respon secara cepat terhadap penyediaan informasi kerusakan

    kawasan pemukiman dalam bentuk informasi spasial makroseismik. Sehingga informasi

    tersebut dapat segera digunakan dalam mendukung keputusan terkait dengan gempa.

  • )

    3.2. Saran

    1. Penjelasan terhadap metode-metode yang digunakan sebaiknya disertai dengan

    contoh secara konkrit sehingga memudahkan untuk pemahaman serta analisis.

    2. Didalam melakukan analisis terhadap hasil eksperimen agar lebih jelas, bukan hanya

    disebutkan akan tetapi diberi penjelasan secara rinci.

    3. Untuk perhitungan nilai, akurasi atau tingkat error dari hasil eksperimen yang

    dilakukan sebaiknya digambarkan secara rinci, sehingga dapat diketahui performa

    dari parameter-parameter yang diukur.

  • )

    DAFTAR PUSTAKA

    Kazuki Matsumoto, et. al., Extraction of Damaged Buildings Using High-Resolution

    Satellite Images in the 2006 Central Java Earthquake, Proceedings of the

    Conference of the Remote Sensing Society of Japan. 2006

    Teimouri, M, et. al., A SDSS-Based Earthquake Damage Assessment For Emergency

    Response: Case Study In Bam, The International Archives of the Photogrammetry,

    Remote Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII. Part B8. Beijing.

    2008

    Zhang Shaoqing *, Xu Lu, The Comparative Study of Three Methods of Remote

    Sensing Image Change Detection, Geoinformatics, 2009 17th International

    Cenference