Communication and Educational Mediawoodmag.co.id/wp-content/majalah/pdf/eng/woodmag54.pdf ·...
Transcript of Communication and Educational Mediawoodmag.co.id/wp-content/majalah/pdf/eng/woodmag54.pdf ·...
visit us at www.woodmag.co.id
Indonesia Woodworking Magazine
Communication and Educational Media
September 2018No. 54
Communication and Educational Media | Magazine for Ekamant's Premier Customer
Representative Office Kuala LumpurHead Quarter Aarhus, Denmark
Phone +60 3 7610 2049Mail [email protected]
www.globaltimber.dk
Contact our professional team
We are global!
- Specialists in high quality hardwoods
We are ...
and selected softwood products
- A trustworthy corporate partner
- Represented with our own staff in the major asian countries
- Environmentally committed
- Sourcing from all four corners of the globe
26-29 SEPTEMBERJAKARTA INTERNATIONAL EXPO
MEET US AT IFMAC SHOW BOOTH NO. B3-A17
2
RUBRIKASI
1004 14 20 34Published by
POSE MEDIA INDOKREASIfor PT Ekamant Indonesia
Editor in ChiefArief Odon
EditorEmir Wiraatmadja
CirculationRedaksi
Designwww.rrupa.co.id
ContributorMichael Buckley
Emir WiraatmadjaAndri Franniko
AdvertisingArief Odon
Alamat RedaksiPuri Cinere Blok C3 No. 8Depok 16513 - IndonesiaTel. (+62 21) 754 3312
Catatan Editor
Editor in Chief
Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha 1439H. Semoga tahun ini membawa keberkahan dan kesuksesan bagi semua pembaca WoodMag tercinta.
Edisi akhir tahun 2018 WoodMag menghadirkan insight dari sejumlah pelaku bisnis furnitur dan kayu olahan di tanah air. Direktur Utama PT Bineatama Kayone Lestari, Edo Wijaya, berbagi tentang visinya terhadap maksimalisasi penggunaan tiga kayu rakyat yaitu Albasia, Bambu dan Kelapa. Disingkat ABC, demikian ungkap Edo Wijaya.
Masih dari Tasik, menurut Budi Purwanto, Kepala Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga Asosiasi ILWA, kondisi industri barecore berlaku hukum pasar, artinya terjadi seleksi alamiah akibat kondisi over supply. Sejalan dengan visi Edo, bahwa pelaku industri barecore, blockboard dan plywood, perlu menyuguhkan output yang bernilai tambah dan pembukaan pasar baru.
Rubrik Profile kali ini menampilkan Michael Wandana, Direktur PT. Sukses Abadi Bersama, di kota Malang. Penerapan standar Jepang dalam proses produksi inilah yang akhirnya segenap team fokus pada kerja kualitas. Kerapihan dan kebersihan lingkungan sangat terasa, saat redaksi berkunjung ke lokasi pabrik.
Dalam edisi kali ini juga menarik disimak kegiatan bersama dalam program Bimbingan Teknis SDM Proses Pengampelasan untuk aplikator pengguna ampelas yang diadakan oleh Direktorat Industri Bahan Galian Non-logam Kementerian Perindustrian, bekerja sama dengan Asosiasi Himki, Asmindo dan PT. Ekamant Indonesia, selama dua hari pelatihan aplikator pengampelasan ampelas di kota Jepara. Juga dari Jepara, insight dari Rensi Eka Prattistia, CV Kalingga Jati, diharapkan cukup inspiratif kepada pengusaha-pengusaha muda di industri sejenis.
Hasil kunjungan editor WoodMag ke Xi’an, China, dalam event konvensi ke-23 American Hardwood Export Council, banyak menghadirkan karya disain arsitektural dan interior design karya dari arsitek Kinney Chan.
Ekamant Solution menghadirkan topik dan solusi tentang pengampelasan plywood menggunaan ampelas berbacking kain merek Ekalite. Didukung informasi tentang produk-produk ampelas untuk aplikasi di industri plywood.
Selamat membaca...
32BIESSE “Gerak Minimum, Kinerja Maksimal. Daya Saing Berarti Mengurangi Waktu Produksi ”
1690 TAHUN EKAMANT! “2018 Menandai Ulang Tahun Pendirian EKAMANT yang ke-90”
ADVERTORIAL
20 Pelatihan Bimbingan Teknis Pengampelasan: Mengatasi kelangkaan Talenta di Jepara
SPECIAL REPORT
18 Cabinet VisionSeasia" Looking to invest in machinery and software? It is all in the planning..."
PRODUCT & TECHNOLOGY
24 Jeshua Sadeli, Chief Vision dan Strategic Officer PT Kayu Permata: “Quality Product through Innovation”
40 Indonesia Light Wood Association (ILWA): “Fokus pada Dua Hal”
INDUSTRY NEWS
28 MIFF Announces 2019 Dates or 25TH Anniversary Edition: Spectacular Showcases in PWTC and MITEC from March 8-11
BIZNEWS
30 Rossi Group unveils new ‘state of the art’ Emporium Hardwoods mill
42EKAMANT NEWS
Training SMK PiKA | PT Pijar Sukma
EKAMANT SOLUTION | 37 | 39PRODUCT INFO | 43 | 46
14 Rensi Eka Prattistia, SE, MBA., Director CV Kalingga Jati: "Prioritas pada Quality, Independenbility, Speed dan Efficiency"
04 Michael Wandana, Direktur PT Sukses Abadi Bersama
PROFILE
INSIGHT
10 Edo Wijaya, Direktur Utama PT Bineatama Kayone Lestari: “ABC dan Regulasi Bervisi ke Masa Depan”
34 | SPECIAL REPORT AHEC 2018
MEET US AT IFMAC SHOW 2018 - BOOTH B3-E03 - 26-29 SEPTEMBER - JIEXPO KEMAYORAN
4
PROFILE
Direktur PT Sukses Abadi Bersama
Michael Wandana menyebutkan
bahwa sekalipun pangsa ekspor
produk plywood pabriknya ke
Jepang sangat kecil, namun pihaknya
memang sudah bertekad untuk
menerapkan Japan Industrial
Agricultural Standard (JAS)
dilingkungan pabriknya. “Memang
produk plywood kami dipasarkan ke
Jepang, Korea Selatan dan Malaysia
selama ini,” ujarnya saat ditemui
Redaksi WoodMag di pabriknya di
Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Yang menarik sekalipun pasar
terbesarnya adalah pasar domestik,
namun manajemen puncak bertekad
menerapkan standar Jepang dalam
perusahaan. “Pasar domestik
menyerap 60-70% dari total produksi,
pangsa ekspor ke Jepang justru
terkecil. Hanya satu persen” kata
General Manager Putu Wahyudi.
“Kalau dulu orientasi kami adalah kerja
kuantitas, sekarang jadi kerja kualitas”
kata Michael. Menurutnya semua
yang dikerjakan harus lah terbaik,
“Sekalipun kuantitasnya turun tapi nilai
kami justru bertambah,” lanjutnya.
Ia membeberkan tantangan terbesar
saat itu justru pada penggeraknya
dalam perusahaan mulai dari top
manajemen hingga lapis terbawah.
“Semua kepala dan staff departemen
harus punya visi serupa,” tegas
Michael. Perlu pemahaman bersama
dan memotivasi agar mengerti kondisi
sebenarnya industri dan bisnis ini. “Agar
mereka bekerja untuk perusahaan,
bukan untuk per individu,” lanjutnya.
Michael mengakui butuh waktu agar
perubahan bisa teraplikasikan. Untuk
menggarap pasar Jepang, “Kami
baru lakukan itu pada tahun lalu dan
perlu penyesuaian 3-4 bulan agar bisa
berjalan”. Sebelumnya perusahaan belum
pernah mengerjakan produk untuk
pasar ini, hingga butuh penyesuaian
di lapangan dan di tiap lini agar sesuai
dengan tuntutan. “Proses pemahaman
di tiap divisi perlu waktu tiga bulan”.
Tantangan terberat justru pada bahan
baku. “Betul-betul pilihan. Kian
banyak volume yang mau dikerjakan
kian banyak kayu yang harus dikupas
untuk dipilih,” katanya. “Jauh lebih
selektif dibanding sebelumnya dan
itu tantangan peralihan dari kerja
Michael Wandana, Direktur PT Sukses Abadi Bersama:
“Dari Kerja Kuantitas ke Kerja Kualitas”
Michael Wandana, Direktur PT Sukses Abadi Bersama
76
kuantitas ke kerja kualitas,” tegasnya.
Putu menjelaskan pasokan bahan baku
tidak jadi soal karena sejak lama sudah
mengembangkan orientasi kerja kualitas.
Ini ditandai dengan “Berkurangnya
volume pemakaian,” tuturnya.
Kerja kuantitas menuntut ketersedian
bahan baku setiap saat. Kerja kualitas
memungkinkan pengurangan volume
bahan baku yang digunakan. “Kerja
kuantitas memakai banyak material,
bekerjanya lebih keras tapi hasilnya sama
dengan kerja kualitas. Ini membuat
bahan baku tidak lagi soal,” imbuhnya.
Putu juga menjelaskan kalau dulu yang
terjadi adalah mengejar rendemen
dan kapasitas, lalu berubah dengan
masuk ke produk berkualitas tinggi.
Ini membutuhkan pengaturan
ulang internal perusahaan.
Keberhasilan ini mendorong Michael
dan jajaran manajemen puncak PT
Sukses Abadi bersama melangkah
merencanakan keperluan reinvestasi
mesin-mesin baru dalam lima tahun
ke depan. Saat ini perusahaan sudah
melakukan perubahan dalam Sumber
Daya Manusianya. Salah satu hasil
yang kasat mata adalah kebersihan
pabriknya, “Memang masih ada
pabrik yang lebih bersih dari kami,”
ujarnya merendah. Tidak dipungkiri
bila pabrik PT Sukses Abadi Bersama
jauh lebih bersih, bebas debu, dan alur
kerjanya pun tertata baik dari proses
paling awal hingga paling akhir.
Diakuinya pihaknya mungkin akan
bertahan menggunakan mesin-mesin
eks-China. Namun itu bergantung
pada permintaan buyer. “Kalau bisa
menerima kualitas produksi seperti
saat ini, kami tetap menggunakannya.
Jika diminta kualitas lebih tinggi, kami
harus pastikan ordernya menjamin
pengembalian biaya reinvestasi,”
kata Michael. “Kalau tidak ada maka
pengembaliannya bisa jadi lama.”.
Ia mengutip pendapat sejumlah sumber
di lingkungan industri ini yang menyebut
buat apa menggunakan mesin non-China
jika produknya sesuai permintaan buyer. Baginya, “Yang terpenting spesifikasinya
mendekati ketebalan, flatness dan
grade atau Standard Operational Procedures yang diinginkan buyer. Paling tidak sesuai grading rulesnya, dan
kami berpikir seperti ini,” tuturnya.
PROFILE
7
PROFILE
Michael Wardana & Putu WahyudiManajemen & Staff PT Sukses Abadi Bersama
Putu Wahyudi: “Butuh Intervensi Pemerintah”
“Perlu intervensi pemerintah dalam membatasi jumlah pabrikan saat ini. Ini terkait pasokan bahan bakunya. Perlu pengaturan sesuai kapasitas produksinya. Perumahan menjamur sekarang apalagi ada program sejuta rumah, lantas di mana lahan untuk Sengon. Jangan-jangan nanti Sengon ditanam di tebing”.
“Pertanyaannya apakah pemerintah sudah berhitung keseluruhannya. Apakah industri ini bisa dipasok bahan mentahnya secara aman di masa depan dengan pertimbangan berbagai faktor demografis dan kependudukan. Sementara pabriknya menjamur di mana-mana.
“Masyarakat kita sudah cukup pandai, dan mereka tidak mau diarah-arahkan. Mereka tahu mana yang menguntungkan dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Mereka tergiur uang yang disodorkan secara cepat. Kalau ditawar Sengonnnya hanya berusia tiga tahun, tidak soal yang penting dapat uang tunai dengan cepat. Mereka pikir bisa segera mulai menanam pengggantinya.
“Tumpang sari mestinya bisa menguntungkan. Kian tinggi Sengon, kian sulit tanaman tumpang sarinya mendapatkan sinar matahari. Kalau ditebang semua mulai lagi dari awal. Jadi mengatur barrier of entry menjadi kewenangan pemerintah yang paling menentukan. Sekarang ketika harganya jebluk di pasar dunia maka jebluk semua. Yang diperlukan adalah pemetaan dalam sektor ini.
“Malang ini berkembang karena pariwisata dan residensial terenak. Lahan kian mengecil karena kebutuhan perumahan. Lantas apakah 5-10 tahun ke depan masih bisa bertahan predikat lumbung sengon di Malang. 97% haji di Malang ini disebut haji Sengon. Juga biaya umroh dibiayai penjualan Sengon.
“Di Jawa tengah ada sekitar 100-an pabrik kecil-kecil. Ini mengganggu tidak hanya di bahan baku tapi juga marketingnya. Kondisinya oversupply lah. Dampaknya tidak pernah terpikirkan pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat. Otonomi daerah mendorong terjadinya oversupply”.
Menurutnya, pasar luar akan fokus
pada kualitas produk. Ini butuh
perubahan untuk memenuhinya.
“Buyer mungkin berpikir dengan
standar flatnessnya karena butuh
produk setengah jadi untuk diolah
jadi produk akhirnya” katanya. Tentu
panelnya tetap harus flat dan bermutu
bagus agar bisa ditempelkan cover.
Menurut Putu, perawatan mesin yang
intens menjadi persoalan sekalipun diakui
itupun ada batasnya. Namun hingga
4 tahun ke depan pihaknya masih bisa
kerja dengan mesin yang sama. “Setelah
lima tahun maka mesin eks-China
harus diganti total. Persoalannya ada
pada presisinya,” jelasnya. “Centering
mesin sudah tidak lagi masuk dan itu
pernah dikatakan salespersonnya,”
katanya. Apalagi untuk mengupas
kayu bulat yang keras dan besar maka
centering mesin yang sudah berumur
akan bermasalah. Namun diakui bila
pihaknya cenderung menggunakan
mesin eks-China “Yang penting
produknya jadi uang dan disetujui
buyernya, sehingga kami mencari mesin
yang investasinya cepat kembali”.
“Jika kami dituntut produk dengan
permukaan rata dan mulus namun
bahan bakunya tidak ada, maka
Michael Wandana: “JAS tidak Mudah Mendapatkannya”
“Kami dapat masukan kalau bisa memperoleh sertifikasi Jepang akan mudah penyesuaian masuk ke standar negara-negara lainnya. JAS itu tidak mudah untuk memilikinya namun sekali bisa melampauinya entah mau dipakai atau tidak maka kami sudah terbiasa dengan standar itu. Kami akan mengawali semuanya seperti itu, termasuk dengan pabrikan baru di Jember nanti. Itu termasuk Sumber Daya Manusianya (SDM). Semuanya diawali dengan dokumentasi dari semua kegiatannnya, dan semua orang harus menulis. Tidak semua orang bisa mengikuti aturan ini. Jadi SDM-nya memang pilihan. Untuk bisa menerapkannya bisa dalam hitungan bulanan tapi bisa jadi dua tahunan. Jadi ada faktor kedisiplinan di sini”.
Kondisi pabrik yang bersih dan teratur
Kantor PT Sukses Abadi Bersama Gantungan ampelas di PT SAB
Proses bahan baku
8
RUBRIKASI
Proses sanding koreksi espor ke Jepang
PROFILE
harus dicarikan alternatifnya seperti
menggunakan teknologi printing yang
ditempelkan ke permukaan substrate,”
kata Putu. “Atau menggunakan kayu
keras sebagai facenya,” ujarnya.
Ini butuh proses laminasi yang bisa
dikerjakannya. “Kalau investasi
yang dibutuhkan besar maka bisa
bekerja sama dengan perusahaan
lain. Kami kirimkan substratenya,
mereka yang melaminasinya dan
barulah diekspor,” lanjutnya.
Michael membeberkan bila pihaknya
sudah mempersiapkan pembangunan
pabrik baru di Jember untuk
mengantisipasi pengembangan cakupan
produksi di masa depan. Untuk itu,
pihaknya sedari awal mempersiapkan
kerja kualitas. “Dari pembangunan
fisiknya pabrik, layout mesin-mesinnya
dan pemahaman produksinya sudah
harus tertangani dengan baik. Memulai
lebih baik daripada memperbaiki,”
ujarnya. Ia memperkirakan pabrikan
baru di Jember, Jawa Timur, akan
siap beroperasi secara komersial
pada tahun 2019 mendatang.
Semua persiapan termasuk sertifikat
yang diperlukan, dan dimulai dengan
kepemilikan sertifikat JAS. “Diawali
dengan permesinan hingga ke semua
proses yang terkait dibelakangnya,”
katanya. Menurutnya, beberapa bulan
sebelum beroperasi akan dijai ulang
soal produk dan pasar yang berpeluang
untuk jadi target ekspornya. “Diawali
dengan pasar Jepang namun setelah
itu diputuskan kepasar mana dan
produk yang akan menjadi fokusnya”.
Michael Wandana: “Mempersiapkan ke Depan”
“Situasi berubah, ganti pemerintah ganti pemimpin ganti kebijakan. Jadi bisnis harus bisa beradaptasi dan lihat bagaimana peluangnya. Apakah kualitasnya, pasar, atau memunculkan market baru. itu tugas kami sebagai enterpreneur. Pemerintah di satu sisi kan keluhan kami, tapi kan bukan jaminan juga.
“Kami baru dalam proses pengembangan e-commerce namun masih belum operasional, jadi masih harus menunggu eksekusi. Namanya toko distributor. Yang mahal kan idenya, dan trust dari pasar. bagaimana memperolehnya dalam 5-10 tahun kedepan.
Fasilitas permesinan PT SAB
Situasi pabrik PT SAB
Fasilitas Mesin Sanding PT SAB
“Dari pembangunan fisiknya pabrik, layout mesin-mesinnya dan pemahaman produksinya sudah harus tertangani dengan baik. Memulai lebih baik daripada memperbaiki,”
10
INSIGHTINSIGHT
11
Edo Wijaya, Direktur Utama PT Bineatama Kayone Lestari:
“ABC dan Regulasi Bervisi ke Masa Depan”
Direktur Utama PT Bineatama
Kayone Lestari Edo Wijaya (47
tahun) menghela napas panjang
ketika berbicara mengenai visinya. Ia
dengan santai mengatakan bahwa
orang lain boleh menganggapnya
pemimpi dan kontroversial. Namun
sejak awal, ia selalu menekankan
pentingnya maksimalisasi
penggunaan tiga kayu rakyat yaitu
Albasia, Bambu dan Kelapa alias
Coconut. “Saya sebut ABC,” katanya.
Baginya, maksimalisasi ketiga kayu
rakyat tidak didasarkan keuntungan
Ikuti kutipan perbicangannya dengan
Redaksi WoodMag di kantornya yang
berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Arahnya kan sudah jelas, apalagi bagi
industri yang memproduksi komoditas.
Mereka yang dulu memproduksi sabut
kelapa juga hanya berjaya dalam waktu
singkat, lantas ambruk bisnisnya.
Pemainnya bertambah dari waktu ke
waktu, jadilah semua pemain dalam
industri ini bisa diadu domba. Apalagi
regulasi yang membatasi tidak ada,
maka waktunya hanya sebentar.
“Dulu waktu Indonesia masih mengimpor
15000 kontainer perbulannya, tidak
diregulasi sama sekali. Kami berharap
saat itu sudah terbit regulasi yang
bisa menahan penambahan pemain
barunya. Regulasi itu penting untuk bisa
mengamankan suplai bahan baku, bukan
untuk kepentingan bisnis dan keuntungan
semata. Andaikata sudah diregulasi saat
itu agar bahan bakunya benar-benar
siap dan sustain, barulah bisa dinaikkan
kapasitas produksi total secara bertahap.
Semuanya harus diatur dengan regulasi.
“Tahun 2007, saya sudah memprediksi
akan terjadi sesuatu ke depannya jika
tidak diregulasi. Bayangnya bargaining
position industri pelaku industri terhadap
pemerintah tidak memungkinkan untuk
memberikan masukan saat itu. Saat
ini sudah diregulasi sekalipun sudah
terlambat. Sebagian dari industri barecore
sudah masuk ke pembuatan blockboard.
Sebagian lagi seperti Bineatama
Kayone Lestari sudah memproduksi
blockboard yang dicoating, atau
dilaminasi paper printing dan melamine.
Semuanya dengan brand Bestwood.
“Jadi sudah tidak menggunakan HPL
yang harus diimpor. Saat ini lapisan
paper printing memang masih diimpor
tapi kami sudah merencanakan
untuk memproduksinya secara
local bekerja sama dengan industri
lainnya. Masa tidak bisa? Indonesia
semata tapi lebih luas dari itu. “Ini
bukan soal nasionalisme tapi upaya
penyelamatan kekayaan hayati bangsa
ke masa depan. Jangan pernah
mengeksploitasi secara besar-besaran
sehingga tidak tersisa lagi di masa depan.
Sekarang kan sudah terbukti hancurnya
kekayaan hayati di sini,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung dukungan dari
pemerintah berupa regulasi yang
konsisten yang mengatur industri,
agar tidak jatuh dan bangun karena
dipermainkan pihak asing. “Butuh
regulasi yang bervisi ke masa depan”.
Edo Wijaya
‘kan penghasil kertas juga.
“Kami mengeskpor ke Amerika, Eropa,
Timur Tengah. Kami tidak ekspor ke
Jepang, apalagi China karena mereka
juga memproduksinya. Kami menghindari
head on dengan produsen serupa.
Kalau dihitung secara jeli, produk
Indonesia masih bisa bersaing jika
head-on dengan produk asal China.
Kami butuh dukungan pemerintah
secara konsisten, apalagi pelaku industri
didalamnya banyak yang berskala besar.
“Masa kondisinya selalu dibiarkan jatuh
dan bangun begitu saja seperti industri
rotan dan sabut kelapa. Dalam pemikiran
saya sebenarnya industri sabut kelapa
masih bisa ditangani dan ditingkatkan
kapasitas produksinya dari yang ada
saat ini. Yang penting pemasarannya
langsung ke Eropa dan Amerika. Apalagi
penggunaannya teramat luas dan bisa
menggantikan dacron dan kapas.
“Sources kita teramat banyak hanya tidak
ada regulasi yang mengaturnya. Padahal
itu penting untuk mengatur ketersediaan
keamanan bahan bakunya. Jangan
meregulasi hanya untuk mengekspor
sebatas komoditas. Ini bisa berkontribusi
terhadap pendapatan Negara diluar
minyak dan gas bumi (Migas).
“Sejak lama saya usul agar pemerintah
meregulasi tiga kayu rakyat, yaitu
Albasia, Bambu dan Kelapa (Coconut).
Kayu ABC yang paling bermanfaat.
Tujuannya bagaimana memaksimalkan
penggunaan ketiganya. Salah satu
keuntungannya adalah mengurangi
eksploitasi kayu keras dan kayu hutan
di Indonesia. Jadi ada moratorium
by-side karena harus memaksimalisasi
penggunaan ABC. Ketiganya terbukti
bisa digunakan sebagai material
beragam keperluan, mulai dari plywood, barecore, blockboad, atau untuk
penggunaan konstruksi. Gunakan dan
maksimalisasi ketiganya. Ketiganya bisa
dimodifikasi sesuai kebutuhannya.
“Kami sudah bekerja sama dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Institut Teknologi Bandung (ITB)
dan Universitas Gajah Mada (UGM)
dalam mengembangkannya untuk
menjadi material pengganti kayu keras.
“Kami tidak bisa mengandalkan
pada produk barecore yang banyak
diproduksi saat ini. Mau tidak mau
mentransformasikan menjadi produk
lanjutan. Pangsanya sekitar limapuluh
hingga enampuluh persen produk
barecore di sini. Untuk sementara
penjualan terbesarnya masuk ke pasar
lokal karena ekspornya belum seperti
yang diharapkan. Ekspornya masih lewat
Negara ketiga, terutama buyer asal
China. Nyaris tujuhpuluh persen produk
barecore kami dibeli hanya satu buyer.
“Untuk produk Bestwoodnya masih
dalam penjajakan ekspornya, dan
diharapkan sekitar enam puluh persen
akan tereskpor. Pasar Amerika juga
sedang dalam penjajakan. Kami memiliki
sistem dan teknologi yang berbeda
dengan kebanyakan produsen serupa.
Karena itu juga harus menciptakan
mesin-mesin untuk keperluan itu.
Hasilnya tidak mengecewakan
karena bisa menghasilkan produk
pintu yang tahan banting dan tahan
terhadap kelembaban tropis yang
tinggi. Pencapaiannya luar biasa
tapi perlu pengorbanan waktu dan
biaya guna bisa menghasilkannya.
Bisa dihitung sudah masuk tahun
keempat dan harus jadi produknya.
“Produk Bestwood sudah diserap pasar
lokal. Memang ada kesulitan waktu awal
memasarkan karena memang produk
baru. Selama tiga hingga empat tahun
itu termasuk setahun untuk mendevelop
kerja sama dan pelatihan dengan
berbagai pihak lokal terutama yang
usaha berskala kecil dan menengah.
“Ketiga kayu rakyat seperti Albasia bisa
digunakan untuk pembuatan furnitur,
mulai dari top table hingga pengganti
kayu solid untuk kaki meja atau kursi.
Kami membidik pasar lokal namun
persoalannya terletak dipembayarannya.
Nanti kami akan perlihatkan hasil
pengembangannya di pabrikan yang
berlokasi di Cirebon. Sasarannya untuk
Sources kita teramat banyak hanya tidak ada regulasi yang mengaturnya. Padahal itu penting untuk mengatur ketersediaan keamanan bahan bakunya.
Edo Wijaya Direktur Utama PT Bineatama Kayone Lestari
12 13
PROFILE
“ Enhance the natural beauty of real wood ”VENEER + VACU PRESS solusi kreatif tanpa batas untuk Anda memadu padankan motif alami serat kayu nan eksotis dan menawan. Dengan menggunakan Vacu Press, selain Ekonomis dan Efisien kekuatan pompa vacum dapat diandalkan sehingga menghasilkan kualitas setara dengan Hot Press. Ide sesulit apapun yang Anda bayangkan dapat dengan mudah diwujudkan!
Kunjungi showroom kami untuk melihat koleksi veneer dan demonstrasi VacuPress GRATIS!
keperluan interior dan furniture hotel dan
apartemen. Kami juga sudah membuat
mockup untuk kebutuhan hotel bintang
tiga hingga bintang lima. Juga apartemen
dari tipe studio hingga yang berkamar
tiga. Semuanya ada di Cirebon.
“Pengembangan produk ini sebenarnya
jalan keluar dari kebutuhan kayu
saat ini. Ketiga jenis kayu in tidak
boleh hilang dari Indonesia. Begitu
hilang maka butuh waktu lama untuk
recovery-nya. Ini juga terkait dengan
perencanaan pemanfaatan energi
bukan migas di masa depan.Terkait ini
nanti kami beberkan di lain waktu.
“China misal memiliki spesies kayu
serupa yang gradenya di bawah
Albasia. Jumlahnya banyak sekali dan
ditanam secara massif. China juga
mengembangkan spesies hardwood
mirip Oak. Hanya saja masa panen
keduanya butuh waktu relatif lama
dibanding dengan Albasia dan kayu
keras kita. Karena itu saya berani
bilang kalau produk kayu Indonesia
masih bisa bersaing secara head-on. Asalkan Albasia kita tidak punah
keberadaannya. Ini kekayaan kita.
Masa harus dimatikan lagi?
“Dulu waktu tahun 1998, kayu keras
dinyatakan krisis keadaannya tapi kita
bisa bangkit dengan albasia. Mana ada
spesies lightwood di dunia ini yang fast growing dan dipanen pada lima tahun.
Ini benar-benar anugerah Tuhan.
“Kayu ABC dan bisa tumbuh disemua
wilayah di Indonesia. Bambu lebih
banyak tumbuh di dataran tinggi,
kelapa di dataran rendah dan Albasia
bisa tumbuh dari nol hingga ketinggian
enam ratus meter dari permukaan
laut. Jadi dari dataran rendah hingga
dataran tinggi bisa ditanami ketiganya.
Yang harus dipikirkan memodifikasinya
untuk menggantikan bahan baku.
Kalau hanya penggunaan tunggal tidak
akan bisa seperti bambu atau kelapa
dijadikan plywood. Kalau orang Sunda
bilang harus sabilulungan, sauyungan,
gotong royong untuk jadi bahan baku
berkualitas. Butuh pengkombinasian
agar menghasilkan sesuatu yang bagus.
“Butuh visi ke depan untuk bisa
menciptakan bahan baku pengganti.
Misal serat bambu sudah bisa dikreasikan
sebagai bahan baku tekstil di China. Saya
sudah melihat kalau material dihasilkan
nantinya environmental friendly. Lem
yang digunakan pun menggunakan
karet hanya harus ditemukan teknologi
yang membuatnya murah. Teknologi
yang ada saat ini terlalu mahal untuk
produksi massal. Saya lihat bisa
dilokalisasi dan semua tersedia di sini.
Yang tidak ada ‘kan visi dan dukungan
pemerintah untuk mewujudkannya.
“Bisa dibayangkan jika usaha kecil
berguguran maka akan ada kesulitan
pengadaan bahan baku. Mau tidak mau
kualitas dinaikkan untuk mengatasinya.
Ini berdampak pada produk plywood
karena mempertahankan kualitas bagus.
Akibatnya luas, kami pun tidak berani
menekan usaha kecil dan pemasok bahan
baku karena resikonya terlalu besar. Bisa
berdampak pada keseimbangan yang
kami jaga hingga kini. Jangan sampai ada
yang jatuh dalam lingkaran bisnis dan
industri ini. Kalau kita turunkan harga
jual, maka akan dimain-mainkan buyer.
“Di sisi lain kita tidak dibantu apalagi
dilindungi pemerintah kalau ada
kesulitan. Contohnya kami sudah teriak
untuk diregulasi pada tahun 2010 agar
tidak ada peluang dimainkan buyer. Toh
tidak dijawab pemerintah. Sekarang
kan ordernya sudah turun jauh, hanya
1500 kontainer perbulannya. Dulu
pernah mencapai 15000 kontainer
perbulannya. Jadi tidak akan ada
kesempatan untuk buyer menimbunnya.
Jadi gelagatnya sudah bisa ditebak.
“Butuh regulasi pemerintah yang bervisi
ke depan. Pemerintah bisa meregulasi
penggunaan kayu keras lokal dalam
waktu panjang ke depan. Dalam kondisi
itu, maksimalisasikan penggunaan tiga
spesies ABC. Jika perlu gunakan kayu
keras impor. Ini bukan soal nasionalisme
tapi penyelamatan kekayaan hayati
bangsa ke masa depan. Jangan pernah
mengeksploitasi secara besar-besaran
sehingga tidak tersisa lagi di masa
depan. Sekarang kan sudah terbukti
hancurnya kekayaan hayati di sini.
“Kita bisa impor Oak dari Amerika
untuk dijual produk jadinya ke pasar
mereka. Itu akan lebih mudah diterima
di pasar mereka. Tidak hanya kayu
solidnya tapi juga gunakan veneernya.
Jadi ada solusi yang berdampak
buat Indonesia dan mereka.
“Ini pemikiran ke depan untuk
menyelematkan hutan dan kekayaan
hayati Indonesia. Ketika berlimpah, kita
jual murah sekali. Sekarang, malah kita
yang kesulitan mencarinya. Padahal
semestinya dulu harga jualnya sudah
tinggi. Bukan kebalikannya. Ini karena
kita tidak pernah bervisi ke depan.
Kayu Albasia
14 15
PROFILEPROFILE
Rensi Eka Prattistia, SE, MBA., Director CV Kalingga Jati:
“Prioritas pada Quality, Independenbility, Speed
dan Efficiency”
Membalik keadaan memang tidak
semudah membalik tangan, “itu
butuh waktu, kerja keras dan ambisi
serta semangat baru,” kata Rensi
Eka Prattistia, SE, MBA., Director CV
Kalingga Jati. Generasi kedua pemilik
industri furniture outdoor yang
berlokasi di Jepara, membuktikan
bahwa hanya dalam tiga-empat
tahun ia bisa membalik keadaan.
Jika dulu, ia merasa berada di titik nadir
terendah dan hanya memiliki kurang dari
lima puluh karyawan dan hanya satu
buyer aktif maka kini perusahaannya
kembali berkiprah dengan 22 buyer aktif.
Jumlah kayawannya pun sudah mencapai
dua ratus orang. “Masih satu shift hingga
kini karena kian sulit mendapatkan
tenaga kerja di sini,” tuturnya. Ikuti
perbincangan singkatnya dengan
Redaksi WoodMag disela kesibukannya
sebagai tuan rumah Bimbingan
Teknik Kementerian Perindustrian di
pabriknya pada medio Juli lalu.
“Buyer terbesar saat ini dari Belanda
dan Perancis. Sedangkan untuk pasar
Amerika ada di Florida, California, dan
New Jersey. Buyer asal Swedia juga
masih bertahan dengan order produk
yang customized. Sekalipun kursi lipat
khasnya sudah tidak lagi di order kesini.
“Dulu furnitur garden memang sudah
decline. Hanya sedikit manufakturnya di
Jepara yang bisa bertahan karenanya.
Kini, karena perspektifnya lebih
general, lebih umum, justru demandnya
meningkat luar biasa sehingga kami tidak
mampu menyuplainya. Karena itu kami
punya rasa percaya diri dari sisi pasar,
tapi juga harus berjuang keras dalam
meningkatkan kapasitas produksinya
“Hambatan secara teknis hanya
manajerial dan permodalan. Kalau
ketersediaan bahan baku terutama
kayu jati tidak jadi soal karena kami
menggunakan semua grade sehingga
bisa mengakomodir semua customer. Di sini satu company melawan 22
customer, kami lah yang kalah.
“Kami masih mempertahankan satu
shift tapi seringkali over time untuk
mengejar deadlinenya. Tambah karyawan
bukan persoalan mudah saat ini karena
di saat sama, banyak perusahaan
di Jepara membutuhkan banyak
karyawan. Jadi keroyokan situasinya.
“Saat ini saya berkolaborasi dengan
bapak. Karena orang lama maka beliau
bersikap keras, sementara saya memiliki
pendekatan yang lebih soft. Kombinasi
keduanya membuat perusahaan
mampu berjalan hingga kini. Jadi ada
fleksibilitas tapi juga ada ketegasan
yang membuat pencapaian target.
“Ke depan, saya berfikir menambahkan
satu shift lagi. Hari ini saya kekurangan
karyawan sehingga tidak mungkin
dibagi dalam dua shift. Minimal harus
dengan jumlah yang sama dengan
shift pertamanya. Itu tidak akan
jadi soal jika dompetnya tebal.
“Saya melihat pengalaman sebuah
perusahaan serupa yang sudah go-public. Saat hendak IPO, perusahaan
itu hanya punya modal bersih IDR5
Rensi Eka Prattistia
milyar. Itu di luar tanah dan bangunan.
Sahamnya ditawarkan pada harga
IDR300 perlembar, dengan jumlah 1,5
milyar lembar. Hasilnya, perusahaan
itu memperoleh tambahan modal
segar IDR450 milyar. Mereka pun bisa
terbang mengejar targetnya ini.
“Di sini kami mati-matian hanya untuk
memperoleh pinjaman IDR1 atau 2 milyar.
Harus memasukan agunan ini dan itu
sehingga untuk mengakses modal yang
sebesar itu membuat kerepotan kami.
“Kalau ditanya mungkin itu untuk
Kalingga? Ada dua cara, pertama bisa
jika diijinkan bapak selaku pemilik
tunggal perusahaan. Atau menset up
perusahaan serupa untuk bisa go-public. Untuk bisa kesana kami harus
kuat secara eksternal dan internal.
“Secara eksternal, manajemen
perusahaan harus bisa cepat beradaptasi
dengan perubahan di lingkungan
eksternalnya. Terus terang kami
perusahaan dengan nilai kecil karena
setahun baru bisa mencapai IDR30-
40 milyar. Di Jepara ini hanya sedikit
sekali perusahaan yang omsetnya di
atas kisaran IDR100 milyar setahun.
Kalau pun ada hanya satu atau dua.
Kalau di Semarang justru lebih banyak.
Jika mereka bisa memiliki persediaan di
atas 10.000 kubik setahun maka sudah
bisa dipastikan omsetnya diatas IDR100
milyar setahunnya. Di bawah kubikasi itu
maka omsetnya belum mencapai itu.
“Online marketing mencapai tujuh
puluh persen dari total omset Kalingga
Jati. Ini merupakan keberhasilan
perusahaan sejak pertama kali diambil
alih. Kami ikut dalam sejumlah market place atau domain kuat hingga saat
ini. Tapi itu ‘kan cara menangkap
ikannya, yang terpenting adalah
bagaimana meramu dan memasak
ikannya agar disukai pelanggannya.
“Prioritas kami tetap pada quality, independenbility, speed dan efficiency. Itu fondasinya. Tanpa kualitas yang
mumpuni tidak akan ada saling
ketergantungan antara kami di
manufaktur dengan pelanggan di
pasar. Itu menentukan speed kami
sebagai sebuah industri. Itu tercapai
jika produk yang dijual mulai stabil
sehingga tidak banyak perubahan
dalam settingan mesinnya. Kalau
speed sudah tercapai maka barulah
bisa dilihat dan ditilik efisiensinya.
“Kalau teman-teman UKM karena
skalanya masih kecil maka prioritasnya
adalah efisiensi, sehingga bisa
menghasilkan profit tertinggi. Terkadang
mengabaikan kualitas produknya,
melupakan komponen kaizen dan
hejunka. Saya coba menerapkan
metode Toyota Production System
di sini, sekalipun memang terdapat
perbedaan. Line manufacturing-nya
saya tiru. Pendekatan macam ini
hanya saya yang mengetahuinya.
“Menyeimbangkan antara kualitas
dan efisiensi. Butuh effort besar
untuk memenangkan kepercayaan
pelanggan. Prioritasnya pada empat
komponen tadi. Kalau di awal hanya
bisa memperoleh 50% kepercayaannya
maka dengan effort besar kami harus
bisa memenangkan trustnya. Kalau
itu tercapai maka perusahaan sudah
pasti akan terbang. Itu butuh biaya dan
waktu, dan kebanyakan dari korporasi
justru mengalami kekalahan disitu.
Andaikata mereka memiliki
perspektif seperti saya, maka akan
banyak perusahaan di sini yang
maju dan berkembang. Untuk bisa
memenangkannya tidak hanya butuh
biaya adan waktu tapi juga knowledge
dan kerja keras. Kunci kerumitannya
hanya itu, entah itu mau rugi tapi tetap
harus dihadapi lebih dulu. Tidak mungkin
pelanggan memberikan kepercayaan
penuh ketika pertama kali berhubungan.
“Buyer akan memulainya dengan reserve
dan tugas kita adalah memenangkan
atau mencapainya. Itu yang sekarang
kami lakukan ke pelanggan, dan
mereka pun baru menyadari setelah
lama berhubungan dengan kami. Kalau
dengan suplier lain mereka hanya
bicara soal barang dan harga, tapi tidak
ada valuenya disitu. Kami mencoba
meningkatkan value hubungan kami
dengan pelanggan. Saya selalu bicara
dengan teman-teman kalau pelanggan
yang datang kesini haruslah setara alias
equal. Saya tidak mau dia diperlakukan
lebih tinggi karena kami butuh
ordernya. Nantinya bisa dijajah kami.
“Mengatasi ketidaksetaraan itu butuh
waktu dan proses, hanya dengan
iman, taqwa dan ikhtiar yang kuat
akan teratasi. Mereka harus visioner. Leader di UKM harus visioner. Selalu
meningkatkan knowledgenya dan
mencari informasi terbaru. Tidak ada
shortcut. Leader yang punya leadership
sehingga mampu memberikan contoh.
Leader yang baik harus mampu
menciptakan more leader dibawahnya.
Butuh leader untuk menggerakan
teamwork di tempat kerjanya.
“Generasi muda Indonesia beruntung
karena meluasnya penetrasi teknologi
dan terbukanya akses ke pendidikan
tinggi. Ketika saya masuk ke dalam
perusahaan ini, perusahaan ini
nyaris bangkrut. Hanya bermodalkan
ambisi dan semangat baru, anak
muda macam saya bisa mengatasi
persoalan yang ada di depan mata.
Saya kira generasi baru pengusaha
Indonesia memang sudah disetting
bisa mengatasinya. Bapak saya bilang
percayakan pada saya urusan di depan,
sehingga beliau berada di lini belakang
untuk fokus memasak hidangan.
“Butuh pembuktian yang makan waktu
dan berproses dari waktu ke waktu.
Butuh keseriusan pemimpin dalam
mengeksekusinya. Saya kira semua
faktor yang mendukung kemajuan
itu ada di sini. Saya juga berkompetisi
dengan sejumlah perusahaan lokal
di sini. Perusahaan yang maju bukan
dilihat dari apa yang dijual, tapi lebih
pada organisasi macam apa yang
dibangun dalam perusahaannya.Jadi
ada willing to sacrifice dan servant leader alias pemimpin yang melayani
seperti saya di Kalingga Jati.
Di sini kami mati-matian hanya untuk memperoleh pinjaman IDR1 atau 2 milyar
16 17
Ekamant adalah salah satu
produsen terkemuka produk abrasif
berlapis untuk industri kayu.
Sebuah perusahaan global yang
berdiri kuat di Swedia.
Selama 90 tahun dalam bisnis ini,
kami adalah salah satu yang paling
berpengalaman — serta salah
satu yang paling inovatif, dengan
sejarah memperkenalkan teknologi
terobosan abrasif berlapis untuk
melayani konsumen secara global.
Produk kami dapat ditemukan di
seluruh industri kayu global, mulai
dari unit manufaktur besar hingga
toko kayu kecil dari Cina hingga AS.
Namun kami masih memiliki hati,
semangat, pabrik produksi utama
dan kantor pusat kami di kota kecil
Markaryd, yang terletak di provinsi
Småland, di Swedia selatan. Ini juga
merupakan tempat di mana Ekamant
pernah didirikan pada tahun 1928.
Konsep bisnis Ekamant adalah untuk
menawarkan rangkaian lengkap
produk abrasif berlapis berkualitas
tinggi kepada konsumen akhir dan
distributor di pasar global, dalam
gabungan dengan distribusi dan
penawaran layanan yang luar biasa.
Produk abrasif Ekamant dijual di lebih
dari 50 negara di seluruh dunia. Kami
memiliki organisasi penjualan global
dan pabrik konversi kami sendiri
di delapan negara yang berbeda
dengan total sekitar 500 karyawan.
90 Tahun Ekamant!“2018 Menandai Ulang Tahun Pendirian EKAMANT yang ke-90”
ADVERTORIAL
Cabinet Vision South East Asia is a leading distributor of software products servicing the woodworking industry. Our solutions fully automate and integrate the design to manufacturing processes, saving time, eliminating costly mistakes and increasing productivity. Want to find out how Cabinet Vision South East Asia can help your business?
Visit us at Stand B3-U25
www.cabinetvisionseasia.com
Contact us today: Email: [email protected] Website: www.cabinetvisionseasia.com
18 19
PRODUCT & TECHNOLOGYPRODUCT & TECHNOLOGY
Cabinet VisionSeasia
Looking to invest in machinery and software? It is all in the planning...
Traditionally, when a company is
looking to increase production,
their first thought is focused on
machinery, choosing which machine
is best suited to handle the increasing
workload as this has a strong visual
impact in a factory. Something
that is quite often an afterthought
is software. The fact is, both are
important along with workflow
planning, tooling, compressed air,
dust extraction…. the list goes on.
When looking to invest in upgrading
existing machinery, or purchasing
CNC machinery for the first time, it is
important to consider what effect this
will have on the work flow, not just in
your factory, but in your business. As
we have all heard before, ‘Human’s
by nature do not like change’. This
statement needs to be listened to and
planning for this change will make
the process smoother, although it
will not be without its challenges.
My recommendation is to look
at what systems you have which
will drive the new machinery.
For many years now, furniture and
kitchen manufacturers have been
providing their customers with computer
generated designs to show their client
what their project will look like when
it is completed then, traditionally,
these designs would then be handed
over to production for manufacturing
and, depending on the information
provided, the customer may or may not
end up with the result they wanted.
This 2-step process is heavily reliant on
good communication and the accuracy
of the information handed over to
production and the accuracy of the
drawings supplied to the customer.
These drawings would quite often
have illegible hand-written notes, quite
often of critical information, which
would then be missed by the factory
set out staff. Investing in a capable
software solution, which looks after all
areas of the ‘Design to Manufacturing’
process will greatly reduce production
errors and the need for rework on
some components, remember even
the most capable tradesman make
mistakes, it is only human nature.
When we talk about Design to
Manufacturing software, we are
really talking about using a computer-
generated drawing, breaking it down,
and using the electronic information
it contains for manufacturing
purposes all within the 1 process.
A lot of people look to take the leap into
Design to Manufacturing software when
they are investing in CNC machinery
and quite often make a quick decision
without taking a planned and well
thought out approach to the process,
a lot of time is often spent comparing
different CNC machine brands and
software is often an ‘afterthought’ or
a customer takes the easier option of
just getting the software supplied with
the CNC machine. However, a good
software solution for your business is key
to ensure all your goals from investing
in CNC machinery come to fruition. You
also need to ensure the software solution
you invest in has a strong history in the
industry and is focused on developing
and improving the software for what
the future of industry demands.
If you have not yet made the
investment into CNC machinery, our
recommendation is that you integrate
the software into your business before
you invest in CNC machinery, with
this approach your staff will be able
to start the change process in your
business early, and by staging the
changes, you will allow your staff to
adapt to the new technology easier and,
ideally not have as many headaches
if you try and implement a new CNC
and software at the same time.
If you have already made the
investment into CNC machinery,
why not look to streamline your
‘Design to manufacturing’ process
and invest in software?
Cabinet Vision, which is supplied and
supported by ‘Cabinet Vision South East
Asia’ is the perfect fit for a business
wanting to start down the path of
a Design to Manufacturing system,
with options to suit different business
requirements. For example, you can start
with a solution which will allow you to
print out a cutting list, provide your client
with a Photo Realistic render and when
your business requirements change, you
can simply upgrade the system for more
functionality, or add-on Cabinet Vision’s
Screen to Machine Center to send NC
code directly to your CNC machines. With
a solution to suit every business size and
budget, have a look at Cabinet Vision
today at: www.cabinetvisionseasia.com
Cabinet Vision South East Asia is
proud to be participating in the
7th Annual IFMAC & WoodMAC
2018 exhibition for their 2nd time
since launching the business into
South East Asia in June 2017.
Living RoomBangkok
20 21
Pelatihan Bimbingan Teknis Pengampelasan:Mengatasi kelangkaan
Talenta di Jepara
SPECIAL REPORT BIMTEK JEPARA
Direktur Industri Bahan Galian Non-
Logam Kementerian Perindustrian
Ir. Fridy Juwono, MM., menyebutkan
bahwa setiap permintaan bantuan
akan dikomunikasikan secara hati-
hati. Hal itu diungkapkannya dalam
pidato pembukaan Bimbingan
Teknis (Bimtek) Sumber Daya
Manusia Proses Pengampelasan
untuk Aplikator Tenaga Pengguna
Ampelas di Hotel Dseason
Premiere, Jepara, Jawa Tengah.
Bimbingan Teknis yang merupakan
kerja sama antara Kementerian
Perindustrian, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Jepara,
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan
Indonesia Jepara Raya, didukung
oleh Asosiasi Industri Konverting dan
Ampelas Indonesia (Aikasindo) dan
PT Ekamant Indonesia, berlangsung
pada tanggal 18 dan 19 Juli 2018.
Fridy lantas menceritakan dengan
gamblang kesulitan yang pernah dialami
pihaknya ketika gagal menyalurkan
bantuan yang diminta oleh salah satu
pemerintah daerah, hanya karena
“Kepala dinas yang meminta telah
digantikan pejabat baru,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa Pusat
Pendidikan dan pelatihan Kementerian
Perdagangan kini memiliki beragam
program dan pendanaan yang
mencukupi, sehingga disarankan agar
bisa dimanfaatkan oleh industri guna
peningkatan kualitas di masa depan.
“Program kerja pun tidak lagi untuk
jangka pendek per tahun anggaran,
namun diprogram untuk lima tahun
kemuka,” kata Fridy. Untuk itu, pihaknya
membutuhkan masukan bersama
dari semua pemangku kepentingan.
“Manfaatkan itu agar industri kayu
dan mebel di Jepara bisa eksis dan
meraih sukses ke depan,” tegasnya.
Menurutnya, persoalan yang paling
krusial dalam industri kayu dan
mebel di Jepara adalah persoalan
ketersediaan bahan baku kayu. Fridy
menunjuk pada perbedaan tafsir
kubikasi yang seharusnya diselesaikan
dengn berpatokan pada aturan
yang dimiliki Perhutani. Sedangkan
persoalan grading membutuhkan
komunikasi intens antara pedagang
dengan konsumen kayu di Jepara.
Persoalan lain yang krusial adalah
meningkatkan jumlah tenaga terampil
Ir. Fridy Juwono,MM, Plt. Direktur Industri Bahan Galian Non-logam Kementerian Perindustrian Republik
SPECIAL REPORT BIMTEK JEPARA
dalam industri mebel dengan menarik
minat anak-anak muda untuk
memasuki pendidikan vokasi. “Yang
terjadi saat ini malah peminatnya
turun drastis,” ungkapnya.
Hal ini diakui Ketua HIMKI Jepara Raya
Maskur Zaenuri yang menyebutkan
bahwa minat kalangan usia muda
di Jepara untuk belajar di dua
Sekolah Menegah Kejuruan kayu dan
permebelan di Jepara menurun drastis.
Padahal di saat yang sama, “Dibuka
Politeknik mebel Jawa Tengah pada
awal tahun ajaran baru-baru ini,”
katanya. Menurutnya, kalau dulu
Jepara mampu menjual produk dari
talenta dalam bidang perkayuan dan
mebel maka sekarang hal itu tidak bisa
dilakukan sama sekali. “Perlu pemetaan
ulang industri di sini berdasarkan One Village, One Product,” sambungnya.
Maskur juga memperkuat pernyataan
Direktur Industri Bahan Galian Non-
logam Kemenperind Ir. Fridy Juwono,
MM., “Seringkali bantuan yang datang
dari pemerintah tidak matching dengan
kebutuhan pelaku industri”. Itu sebabnya
ia menyebutkan perlunya koordinasi
lebih intens dalam mengatasi persoalan
ini. Apalagi pemerintah pusat melalui
Kemenperind mensubsidi sekitar 35%
dari biaya peremajaan mesin industri
bagi Industri Kecil dan Menengah
yang mendominasi industri di Jepara.
“Hampir 95% merupakan Industri
Kecil dan Menegah,” tegasnya.
Ketua Kamar Dagang dan Industri
Jepara Andang Wahyu Trianto, SE, MM,
persoalan mendesak saat ini adalah
bagaimana merubah Sumber Daya
Manusia di Jepara menjadi manusia
bersumber daya. Ia mengakui dari
duapuluh enam sekolah kejuruan
berbasis kayu di Jawa Tengah, dua
diantaranya berada di Jepara. Namun
itu belum berarti menyelesaikan
masalah penyediaan tenaga kerja
terampil karena kian sepinya peminat.
Andang menyebutkan pula adanya
benturan antara Rencana Tata Ruang
dengan Rencana peraturan daerah
pengembangan industri di Jepara.
Hal ini dipandangnya memperumit
persoalan apalagi pemerintah daerah
memang dipaksa untuk memperbesar
Pendapatan Asli Daerah dengan
menarik investasi beragam industri
yang tidak berbasiskan kayu.
Sedangkan Kepala Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Jepara
yang diwakili Kepala Seksi Eko Budi
Setyanto mengakui masuknya industri
tidak berbasiskan kayu seperti industri
kabel otomotif, garmen dan footwear ke kabupaten Jepara telah memicu
perebutan sumber daya manusia yang
ada di sentra ukir dan mebel ini. Ia tidak
menampik adanya persaingan pemenuhan
kebutuhan pemerintah daerah akan
peningkatan PAD yang bersinggungan
langsung dengan ketergantungan
masyarakat Jepara akan industri kayu
yang sudah mendarah daging.
Penyerahan Sertifikat kepada Peserta Bimtek oleh Bapak Thamrin, Kasubdit IBGNL
Diskusi Panel Progam Bimtek Jepara
Peserta Pelatihan Bimtek Jepara 18-19 Juli 2018
22 23
SPECIAL REPORT BIMTEK JEPARA
Andri Franniko, Instruktur Pelatihan Bimtek, memberikan bimbingan teknis di hari kedua Bimtek
Peserta Bimtek sedang praktek teknik pengampelasan mebel ukir
Eko dalam diskusi terbuka di akhir
hari pertama Bintek mengakui SDM
industri sangat terbatas dan tidak
bisa menjangkau hingga seluruh desa
yang ada di Jepara. Dengan jeli ia
menyarankan pelaku industri untuk
memasukan kebutuhan masing-
masing industrinya dalam Musyawarah
Rencana Pembangunan Desa.
Sementara itu di hari kedua Bimtek
diselenggarakan di CV Kalingga Jati yang
dikomandani Rensi Eka Prattistia, SE,
MBA. Industri yang berhasil melakukan
bouncing back dari posisi nyaris bangkrut
pada empat-tiga tahun lalu memang
diharapkan menginspirasi Industri Kecil
Menengah yang menjadi peserta Bimtek.
Pada hari kedua lebih difokuskan pada
materi dan praktik pengampelasan
dibimbing Andri Franniko, ST, Technical
Support Manger PT Ekamant Indonesia.
Dihadiri lebih dari empat puluh peserta
yang berasal dari berbagai industri
kayu dan mebel di Jepara mengikuti
kegiatan yang terbagi dalam dua sesi.
Sesi pertama merupakan sesi kelas,
sedang sesi kedua usai makan siang
merupakan praktik pengampelasan
dengan menggunakan hand sander.
Salah satu materi yang dibahas adalah
membedakan antara pasir silicon carbide
dan aluminium oxide. Menurut Andri,
kesalahan dalam mengidentifikasi
sekaligus mengaplikasi jenis pasir akan
berdampak besar. Pasir aluminium oxide
memiliki ketajaman lebih dibanding
pasir silicon. Jenis pasir ini lebih cocok
untuk pengampelasan kalibrasi dan
intermediate. Sedang pasir silicon
carbide lebih banyak digunakan
untuk pengampelasan akhir atau
finishing, karena tidak menimbulkan
goresan (scratches) sehingga hasil
pengampelasan lebih baik dan halus.
Menggunakan aluminium oxide
ditahap finishing akan menimbulkan
baret atau scratch yang nampak usai
pengecatan atau coating dilakukan.
Sedang menggunakan silicon
carbide di tahap awal justru akan
memboroskan ampelas, sekaligus
memperpanjang proses pengampelasan.
Andri memberikan tips mudah untuk
membedakan kedua jenis pasir ampelas.
“Aluminium itu transparan sehingga
sering diberi pewarna, sedang silicon itu
berwarna gelap alias kehitaman sehingga
Instruktur Pelatihan mengenalkan hasil pengampelasan dari grade berbeda
SPECIAL REPORT BIMTEK JEPARA
tidak bisa diwarnai,” jelasnya. Namun ia
mengingatkan jangan menggeneralisir
terlalu jauh karena Ekamant memiliki
produk ampelas dengan lapisan stearate
atau lubricated. Warna ampelas ini
putih mengarah keabu-abuan, jenis
ampelas ini agak sudah dibedakan
karena bisa digunakan pada pasir
silicon carbide dan pasir aluminium
oxide. Kegunaan ampelas ini adalah
memiliki usia pakai lebih panjang.
Lapisan stearate mampu menjaga
temperature pengampelasan dan
meredam panas sehingga mengurangi
penempelan debu pengampelasan.
Andri juga mengingatkan kembali
mengenai lompatan grit ampelas. Hal
sepele yang sering dilupakan operator
pengampelasan namun berdampak besar
pada hasil pengampelasan. Agar bisa
menghasilkan produk pengampelasan
secara efektif dan efisien, maka lompatan
maksimal hanya diperbolehkan dua
grade. Ini bertujuan agar baret-baret
pengampelasan bisa dihilangkan oleh
proses pengampelasan berikutnya.
Menurut Andri, pasir ampelas didesain
memiliki ketahanan terhadap permukaan
kayu dan logam misalnya. Namun
pasir ampelas sangat sensitif jika
berhadapan dengan pasir ampelas.
“Gesekan pasir ampelas dengan
pasir ampelas akan membuat pasir
patah,” jelasnya. Perlu kehatian-hatian
ekstra dalam memperlakukannya
terutama saat mengeluarkan ampelas
wide belt sander (WBS) dari kotak
penyimpanannya. Ia menyarankan agar
ada ruang bebas antara satu gantungan
ampelas dengan gantungan lainnya.
“Jangan terlalu rapat,” tegasnya.
Kotak penyimpanan ampelas ditujukan
agar ampelas memperoleh relaksasi,
sebelum digunakan pada keesokan
harinya. “Kalau langsung dikeluarkan
dari kotak pembungkus, maka cenderung
kaku dan sulit bagi operator ampelas
untuk memasangkan dalam mesin
WBS,” jelasnya. Selain itu, di dalam
kotak penyimpanan, ampelas terjaga
kekeringannya karena adanya lampu
pemanas di bagian bawah kotak.
Pada sesi praktik, peserta Bimtek diajak
untuk mengenali secara langsung
hasil pengampelasan dari grade yang
berbeda. Hanya dengan menyentuh
permukaan kayu maka bisa dirasakan
dan dikenali kasar atau halusnya hasil
pengampelasan itu. Ini membuat peserta
pelatihan menjadi kian antusias. Peserta
diajak untuk melakukan pengampelasan
dengan menggunakan handsander yang
berbeda-beda. Mereka juga diberikan
tip mengenai menjaga kebersihan
permukaan pad handsander saat
pergantian ampelas. Tujuannya adalah
menghindari penempelan debu yang
akan menciptakan cacat pengampelasan.
Yang juga menarik adalah pengenalan
akan peralatan ampelas profil. Perangkat
kerja ini merupakan jawaban atas
kebutuhan peralatan pengampelasan
hasil ukir-ukiran. Perangkat pneumatik
ini sudah terbukti mampu mempercepat
proses, sekaligus memberikan
hasil yang sesuai ekspektasi.
“Aluminium itu transparan sehingga sering diberi pewarna, sedang silicon itu berwarna gelap alias kehitaman sehingga tidak bisa diwarnai”
Andri Franniko, Instruktur Bimtek dalam presentasi pengenalan produk ampelas dan pengampelasan
Peserta BimbinganTeknis SDM Proses Pengampelasan, Jepara, 18-19 Juli 2018
24 25
Jeshua Sadeli, Chief Vision dan Strategic Officer PT Kayu Permata:
“Quality Product through Innovation”
PT Kayu Permata sudah melewati
satu siklus kehidupan berbisnisnya,
perusahaan yang sudah berusia
44 tahun ini memiliki dua lokasi
pabrik, di Kawasan Industri M2100
di Cibitung yang ditempati sejak
1995. Menurut Chief Vision dan
Strategic Officer Jeshua Sadeli,
pabrik di Cibitung dikhususkan
memproduksi pintu engineer kayu
solid sejak puluhan tahun lalu.
“Sejak awal kami konsisten
menggunakan engineer solid hardwood
sebagai core pintu, sebagian besar
menggunakan kelompok kayu meranti
dan seluruh sisa potongan didaur ulang
menjadi bahan core,” ujar Jeshua. Ia
menambahkan kalau pabrik lain banyak
yang menggunakan panel sebagai
corenya, pihaknya memilih kayu keras.
“Buyer tertentu lebih memilih solid hardwood sebagai bahan core karena
durability dan stabilitasnya,” lanjutnya.
Produknya selama ini diekspor
seluruhnya ke Amerika Serikat, Eropa,
Australia dan Jepang. “Amerika Utara
dan Eropa merupakan pasar terbesar
dengan masing-masing 40 persen
ekspor,” imbuh Chief Sales Marketing Officer Hermansjah Joswidjaja.
Jeshua menegaskan hanya membidik
segmen pasar tertentu yang sesuai
dengan karakter perusahaan.
“Kami melihat diri kami bukan
sebagai perusahaan yang besar tapi
sebagai perusahaan yang cantik,”
katanya. “Kami sangat senang
berinovasi dan mendevelop hal-hal
baru dan menurut kami itu adalah
strong point kami,” lanjutnya.
“Value kami di sana, quality product through innovation,” katanya. Sambil
bercanda ia memaparkan ada juga
yang membeli produknya hanya untuk
dibelah dan diteliti isi perutnya. Ia
tidak menyangkal banyak pihak yang
berusaha menduplikasinya, namun
selalu ada masalah dan komplain yang
menyusul. “Ya itu resiko,” lanjutnya.
Menurut Hermansjah, follower, candanya
itu tidak bisa membeli kualitas dan
inovasi. “Mereka bisa memproduksi
pintu serupa tapi tidak bisa menyamai
kualitas kami”. Ia pun menambahkan
mereka bisa jadi mempunyai lebih banyak
sumberdaya daripada Kayu Permata,
“Namun kami memiliki mentor yang luar
biasa yang mengajarkan untuk memiliki
passion, konsitensi dan jiwa innovasi,”
ujarnya sambil melirik ke arah Founder dan CEO PT Kayu Permata Bhakti Sadeli.
Jeshua sangat mendukung kepemilikan
sertifikasi seperti FSC (Forest Stewardship Council) dan SVLK (Sistem Verfikasi
Legal Kayu). Ini membuat buyer nyaman
dan percaya dalam berbisnis dengan
pihaknya. “Sertifikat-sertifikat itu
salah satu bukti keseriusan kami dalam
berbisnis,” ungkapnya. Ini meerupakan
produk hijau yang ramah lingkungan.
Dengan solid engineered wood,
perusahaan bisa memaksimalisasi
rendemen dan menekan limbah hingga
minimal. “Seluruh sisa potongan
kau dalam produksi, didaur ulang
untuk mencapai tujuan zero waste,”
jelasnya. Namun ia mengakui jika
persoalan bahan baku yang dipasok
pemasok masih belum terpecahkan
sepenuhnya. “Persoalan agak sulit karena
permasalahnnya disini bukan di hilir,
tapi di hulunya. Ini soal warisan dari
kebijakan deforestasi di masa lalu, dan
tidak ada yang mau menanam ulang”.
Menurutnya, sawmill tidak bisa
bekerja karena tidak ada bahannya.
Akibatnya harga melonjak dan itu
berdampak ke industri kayu. “Itu
sebabnya kami cari market yang kami
impor, buat manufacturingnya di sini
lalu dijual keluar. Itu value yang paling
sustainable buat kami. Apa itu yang
sebenarnya kami ingin lakukan?” Ia
pun menggelengkan kepalanya. “Kami
sebenarnya ingin bahan baku lokal,
diproduksi di sini dan dijual keluar.
Menggunakan kayu impor tidak
soal tapi harganya terus naik, lantas
prosedur impornya kian sulit. Segala
macam dipersoalkan. “Benahi dulu
hulunya dulu. Pikirkan matang-
matang, mana lebih penting apa yang
di kantong kita saat ini atau generasi
depan bangsa ini? Sementara Negara-
negara maju sudah berpikir sekian
generasi ke depannya,” kata Jeshua.
Ia memaparkan bahwa pasar di luar
kian membesar. “Orang kaya makin
banyak sedang middle class justru
berkurang. Di Amerika, rumah berharga
USD1 juta makin banyak,” katanya.
Menurutnya pasar cenderung meminta
harga stabil, bahkan turun padahal
di sini harga kayu mentah tiap tahun
naik. “Kalau ini terus terjadi sulit
berbicara untuk 20 tahun ke depan”.
Ia dan Hermansjah sepakat menyebut
suplai kayu lokal menjadi persoalan
serius di sini. Baginya, kayu impor itu
hanya solusi jangka pendek dan hanya
waktulah yang memutuskannya. Bagi
Jeshua, negara tanpa sumber daya
kayu lokal sudah lama memikirkan itu
termasuk upah tenaga kerjanya. Salah
satu solusinya adalah full automation.
Jika itu terjadi di sini maka ia
mempertanyakan bagaimana
manpowernya. Jika full automation,
pertanyaan yang muncul dari mana
bahan bakunya. Itu hanya solusi jangka
pendek, “Itu hanya 10-15 tahun ke
depan mungkin bisa mengalihkannya
ke kayu impor sebagai bahan bakunya.
Dalam waktu yang sama, negara-
negara lain akan lebih advance
dibanding kita. Kuncinya adalah
pembenahan pengelolaan hutan kita”.
Opsi menggunakan kayu impor
untuk menyeimbangkan defisit
neraca perdagangan hanya untuk
keuntungan short term. “Intinya,
kita tidak menawarkan keuntungan
yang merupakan keunggulan kita bila
menggunakan kayu lokal. Kita juga tidak
punya bargaining position dibanding
dengan negara-negara pengguna kayu
impor lainnya. Semua negara berpikiran
sama ‘kami bisa memproduksinya”.
Kondisinya berbeda bila menggunakan
kayu lokal. Mahoni misalnya salah satu
primadona yang bisa membedakannya.
Jeshua menambahkan banyak
spesies lokal dengan sedikit mata.
Itu membuatnya berbeda dan
menjadikannya luar biasa. Ia tak
menampik ada segmen pasar yang
“Dari Traditional ke Innovative Business”
“Generasi muda Indonesia yang masih mau bergelut di industri kayu sudah sangat sedikit jumlahnya. Lihat saja generasi keduanya saat ini, nyaris seluruhnya keluar dari industri ini. Ini industri tua yang selalu bikin pusing generasi penerusnya. Kondisinya memang lebih tough dibanding saat generasi pertama menjalankannya. Konsepnya pun berbeda karena generasi pertama masih traditional business, sedang generasi kedua lebih ke innovative business”.
Bhakti Sadeli & Hermansjah Joswidjaja
Hermansjah Joswidjaja & Bhakti Sadeli
PRODUCT & TECHNOLOGYPRODUCT & TECHNOLOGY
26 27
RUBRIKASI
menyukainya tapi rumah-rumah bergaya
modern kontemporer memilih interiornya
clean dengan kayu tanpa mata.
“Kayu lokal kita yang bisa memenuhi
persyaratan itu,” ujarnya. Itu sebabnya,
ia menyebutkan butuh regulasi yang firm
untuk menyelesaikan soal pasokan kayu.
Bagi Jeshua, ke depan ia tak ingin
membesarkan skala pabriknya.
“Kami hanya ingin jadi pabrik yang
cantik, dengan kapasitas yang sama
tapi added value yang meningkat”.
Kekuatirannya hanya di stok kayu
dan harganya. Ini memaksa pihaknya
mulai berpikir untuk mengkombinasi
material yang akan digunakan.
“Bisa beragam nantinya tergantung
permintaan pasar juga,” tambahnya.
Ia berharap ke depan pemerintah
menargetkan ekspor produk jadi atau
produk akhir. “Kalau mau survive di masa
depan hanya ada satu cara, produksi
barang jadi. Tidak lagi ada peluang untuk
produk setengah jadi seperti selama
ini”. Perlu juga pemerintah memikirkan
mekanisme pemberian bantuan untuk
industri dalam R&D. “Tidak perlu
memberikan bantuan finansial langsung.
Andaikata pemerintah mau membuat
wood innovation center maka akan
berdampak besar bagi perkembangan
industri kayu di masa depan”.
Wood Door Kayu Permata
Packing 1 Packing 2
“Benahi Hulunya”
“Kekurangan di Indonesia adalah volume. Kami menghendakinya tapi banyak persoalan di hulunya untuk bisa memenuhinya. Sawmill Filipina berani beli mesin-mesin modern, rendemennya mencapai 68-70%. Di sini tertinggi hanya 50%, rata-ratanya 45% yang bisa dikonversikan dari log ke sawntimber. Di hulunya sudah terjadi pemborosan, lantas bagaimana mau kompetitif. Buang-buang kayu sudah terjadi di sana. Hilirnya sudah berorientasi ke pasar ekspor, sedang hulunya masih belum tersentuh sama sekali”.
P&T
28 29
RUBRIKASI
World’s
Leading
Event
Fresh ideas and progressive solutions ! All in one place !
At interzum, you’ll fi nd everything you could possibly need in terms of innovating for the future of your business : visionary technology, the newest
materials and innovative design. The best ideas and innovations for the furniture and interiors industry make their debut at interzum. As the leading
industry event, interzum is the doorway to the future. This is where the key players, trend-setters and driving inspirational forces of the industry come
together. Get the competitive edge – and get inspired !
Contact Information: Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman (EKONID) Jl. H A Salim No. 115, Jakarta 10310, IndonesiaTel. +62 21 3154685, Fax +62 21 3155276, [email protected]
The future starts here.
interzum21.–24.05. 2019
Furniture productionInteriorsCologne
interzum.com
Years
iz19_210x297_WoodMag_IND.indd 1 10.08.18 09:46
MIFF ANNOUNCES 2019 DATES FOR 25TH ANNIVERSARY EDITION Spectacular Showcases in PWTC and MITEC
from March 8-11
KUALA LUMPUR, 1 Aug: The Malaysian
International Furniture Fair (MIFF) marks
25 consecutive years of global success
in 2019 buoyed by the momentum of
its biggest expansion and stature as
Southeast Asia’s most global furniture
gateway.
Next year’s show returns from March 8-11
to Putra World Trade Centre (PWTC) and
the new modern Malaysia International
Trade and Exhibition Centre (MITEC),
promising to be even better and more
spectacular.
Organised by UBM Malaysia, the
expanded 2018 show broke all records
with 625exhibitors and US$984 million
orders signed off across 100,000 sqm
exhibition space. Attendees from 134
countries swelled to 20,000 with 40%
coming for the first time while 42% were
back to revisit suppliers.
The outcome underscored MIFF’s
capability for innovation and to curate a
much bigger event with design quality
and new products. The blend of core
quality buyers and new attendees
underlined the show’s robust reputation
for variety and value that kept the trading
floor buzzing throughout the four days.
Many companies have rebooked for 2019,
excited by the spacious and airy indoor
space, to better showcasetheir new styles
and latest collections in PWTC and MITEC.
Ms Karen Goi, MIFF General Manager said: “We are delighted to celebrate
MIFF’s 25th anniversary from such a
position of strength. It is such a privilege
to partner businesses from all over the
world for over two decades. they are
an integral part of our success. The best
way to reward this wonderful support is
to deliver a productive time for exhibitors
and buyers from every aspect of the
show experience to more new products
and fresh moving ideas. The number
of overseas buyers has been increasing
steadily. Naturally, our plan is to target
even more in 2019 and we are optimistic
looking at the current dynamics of global
furniture trade flow.”
Key target buyers, a growing cohort
in MIFF, will find it easier to source for
products even more efficiently across
the 18 exhibition halls at the two venues,
that includes designRena, MIFF Office, Sofa Hall, MIFF Timber Mart, Muar Hall, China Hall, Taiwan Hall and young
designers showcases, FDC in Action and
Millennials@Design. MIFF is popular
among buyers who find themselves talking
business directly with manufacturers for
an extensive range of Malaysian solid
wood furniture for bedroom, dining
room, living room, kitchen, children and
outdoor furniture.
In the commercial furniture category, it is
no surprise that office products are the
most sought at the show because MIFF Office is unrivalled in the region for its
size and extensive selections.
Two new highlights launched in 2018,
designRena is set to up its attractions
on an exclusive lifestyle exhibition floor
for top Malaysian companies while MIFF TimberMart was well received as a one-
stop platform for wood and wood-related
suppliers and buyers.
To further promote the high quality and
designs of Malaysian-crafted furniture, a
new zone will be created in the MITEC
lobby to give buyers a window to view
the latest innovations from selected top
exhibitors.
The Muar Hall celebrates yet another year
of strategic partnership between MIFF
and the Muar Furniture Association, the
driving force behind Malaysia’s successful
furniture export industry that ships to over
160 countries.
Stay connected with MIFF 2019 on
www.miff.com.my or email: [email protected] /
+603 2176 8788 for assistance.
MEDIA CONTACT
Ms Kelie Lim Tel: +603-2176 8788 Fax: +603-2164 8786 Email: [email protected]
BIZNEWS
30
BIZNEWS BIZNEWS
Rossi Group LLC of Connecticut has
opened its new mill at Emporium in
western Pennsylvania, one of the
most advanced in America, following
the destruction of its sawmill by fire
just 15 months earlier. President Ted
Rossi says the new mill will produce
50% more graded sawn lumber with
the same staff and help to secure
jobs for up to 250 local families
for at least the next 40 years.
Emporium sits at the heart of some of
the best hardwood forest in the eastern
U.S. with high quality and sustainable
supplies of cherry, red and white oak and
other species. During the construction
of the highly automated mill, key
operating staff have been trained and
certified by the National Hardwood
Lumber Association in NHLA Grading
Rules, so that the mill now has nine
graduate graders. Every decision in
the mill affecting quality will be made
only by a certified graduate grader.
Production of graded lumber will be
sold to domestic and long-standing
Rossi customers around the world.
“We now offer the best in technology,
timber resources, production expertise
and market experience to ensure
that Emporium Hardwoods can be
considered the gold standard for
American cherry and other species of
June 2018
Rossi Group unveils new ‘state of the art’ Emporium Hardwoods mill
American hardwood lumber,” says Ted
Rossi. The mill was unveiled in June with
tours by the Penn York Lumberman’s
Club and is expected to be fully
operational by the end of the year.
Rossi Group LLC,
www.rossilumber.net
Tel: +1 (860) 632 3505
Two McDonough head rigs at Emporium Hardwoods
Emporium Hardwoods, PA log yard
Automatic sorting line with 37 bays at Emporium Hardwoods
The new MP260 Planer/Moulder
delivers full flexibility to produce
finished timber products for
timber processing workshops.
Wood-Mizer has released the MP260
four-sided planer/moulder - a versatile,
compact machine engineered for
professional woodworkers, carpenters,
or joiners in the construction trade.
Affordable and easy to use, the MP260
planes and moulds
boards on all four sides
in a single pass into a
variety of professionally
finished products
including flooring,
planed boards, crown
moulding, cabinet trim,
paneling, door and
window frames, and
furniture components.
Top Features:• 4-sided planing and profiling in one pass.
• Large 4-sided cutting capacity - 260 mm wide x 100 mm high.• Even larger 1-sided and 2-sided planing/moulding capacities.
“The MP260 Planer/Moulder is the
perfect companion to a Wood-Mizer
sawmill,” Said Robert Baginski, Wood-
Mizer Industries President. “With this
versatile and durable planer/moulder
used in combination with a Wood-
Mizer sawmill, our customers can truly
realize their full creativity and produce
whatever timber is needed by their
clients. – from log all the way through
to finished timber products.”
The MP260 ships on a pallet and
requires minimal assembly. Wood-
Mizer supplies planer knives and
moulding profiles through their line
of cutting tools, and also supplies
comprehensive sawdust extraction
systems to accompany the MP260.
The release of the MP260 Planer/
Moulder builds on Wood-Mizer’s
position as a worldwide manufacturer
and supplier of narrow band sawmills,
now offering a full range of equipment
that can seamlessly convert logs into
timber and finally into finished wood
products - all backed by Wood-
Mizer’s expertise and commitment
to excellent customer service.
Wood-Mizer Releases Affordable MP260 4-sided Planer/Moulder for Workshops
PEFC - Programme for the Endorsement of Forest Certification
Your customers require proof of legality and sustainability. PEFC, the world’s largest forest certification system, offers you the largest supply.
Get PEFC Chain of Custody to source and sell certified, sustainable materials.
www.pefc.org/getcertified [email protected]
PEFC: YOUR SOURCE FOR SUSTAINABLE MATERIALS
PEFC/01-00-01
Woodmag_210x147mm_PEFC_2015_02_05.indd 1 05/02/2015 15:26
Woodmag_210x147mm_PEFC_2015_02_05_PRINT-READY.pdf
The MP260 and MP360 planer moulders enable small to large workshops to produce a variety of planed and moulded timber
32 33
ADVERTORIAL BIESSEADVERTORIAL BIESSE
Karena pasar lebih menuntut
produk yang disesuaikan dalam
waktu singkat, pabrikan sekarang
mencari mesin yang membantu
mereka memenuhi kebutuhan
spesifik dari beragam kebutuhan
produksi yang dapat mengurangi
biaya dan masa siklus.
Mesin pengeboran vertikal Brema
dapat melakukan semua operasi
pengeboran, penggilingan dan lem
dan penyisipan paku semat, serta
kemampuan untuk mengelola sisipan
perangkat keras tambahan. Struktur
mesin-mesin ini telah dirancang
untuk mencapai pemuatan dan
penurunan yang ergonomis dan
optimal, dengan jejak kecil yang
menghemat 50% ruangan, selain
menawarkan waktu pemasangan nol
dan tingkat produktivitas yang tinggi.
Brema Eko 2.1 adalah mesin bor
vertikal baru yang ringkas dan
serbaguna, dan yang menunjang
permesinan berbagai ketebalan dan
format ukuran dalam lingkungan
tapak mesin yang kurang. Hal ini
adalah solusi ideal untuk manufaktur
“tepat waktu” bagi para pengrajin,
perusahaan kecil dan komponen
khusus dalam perusahaan besar.
“Gerak Minimum, Kinerja Maksimal. Daya Saing Berarti Mengurangi Waktu Produksi ”
Posisi vertikal panel dan meja
kerja dengan rol karet memastikan
pemuatan/ penurunan yang optimal
secara ergonomis yang menunjang
permesinan bahkan dari permukaan
yang paling peka sekalipun.
Sistem pemindai laser, yang mendeteksi
awal dan ujung papan, memungkinkan
mesin untuk mengimbangi kesalahan
ukuran, memperbaiki dimensi-X panel.
Struktur dan komponen mesin
menjamin ketelitian yang tertinggi
untuk semua jenis operasi permesinan.
Biesse menggunakan komponen
teknologi tinggi yang sama untuk semua
mesin dalam rangkaian produknya.
Electrospindle, kepala bor dan agregat
diproduksi untuk Biesse oleh HSD,
pemimpin global di sektor mekatronik.
Biesse Group mempromosikan,
memelihara dan mengeratkan
hubungan dengan pelanggan
untuk lebih memahami kebutuhan
mereka dan meningkatkan produk
dan layanan purna jualnya.
Biesse Group Asia memiliki ruang
pameran permanen dengan berbagai
Sistem sensor atas terdiri dari dua fotosel
yang dapat mendeteksi ketinggian panel
dan mengoreksi ukuran sumbu “Y”teknologi yang dipilih khusus untuk
demonstrasi langsung di Kuala Lumpur.
Hubungi tim lokal Biesse di Indonesia
di Enquiry.Asia@biesse atau di +62 21
75673838 untuk informasi lebih lanjut.
1
3
2
Klem dilengkapi dengan sistem
pendeteksi ketebalan panel
yang memungkinkan mesin
untuk memodifikasi nilai-nilai
program dalam waktu yang
sebenarnya, menjamin ketelitian
pengoperasian mesin sumbu “Z”.
EFISIENSI MANUFAKTUR MAKSIMAL DENGAN PENGHAPUSAN WAKTU PENYETELAN
KUALITAS PRODUK YANG OPTIMAL
26 27
ADVERTORIAL BIESSEADVERTORIAL BIESSE
Karena pasar lebih menuntut
produk yang disesuaikan dalam
waktu singkat, pabrikan sekarang
mencari mesin yang membantu
mereka memenuhi kebutuhan
spesifik dari beragam kebutuhan
produksi yang dapat mengurangi
biaya dan masa siklus.
Mesin pengeboran vertikal Brema dapat
melakukan semua operasi pengeboran,
penggilingan dan lem dan penyisipan
paku dinding, serta kemampuan untuk
mengelola sisipan perangkat keras
tambahan yang membanggakan.
Struktur mesin-mesin ini telah
dirancang untuk mencapai muatan
yang ergonomis dan pembongkaran
yang optimal, dengan jejak kecil yang
menghemat 50% ruangan, selain
menawarkan waktu pemasangan nol
dan tingkat produktivitas yang tinggi.
Brema Eko 2.1 adalah mesin bor vertikal
baru yang ringkas dan serbaguna
yang mendukung permesinan dari
berbagai ketebalan dan format ukuran
untuk mengurangi jejak. Hal ini
adalah solusi ideal untuk manufaktur
"tepat waktu" bagi para pengrajin,
perusahaan kecil dan komponen
khusus dalam perusahaan besar.
“Gerak Minimum, Kinerja Maksimal. Daya Saing Berarti Mengurangi Waktu Produksi ” EFISIENSI MANUFAKTUR
MAKSIMAL DENGAN PENGHAPUSAN WAKTU PEMASANGANPosisi vertikal panel dan meja
kerja dengan rol karet memastikan
pemuatan/pembongkaran yang optimal
secara ergonomis yang mendukung
permesinan bahkan dari permukaan
yang paling sulit sekalipun.
Klem dilengkapi dengan sistem
pendeteksi ketebalan panel
yang memungkinkan mesin
untuk memodifikasi nilai-nilai
program dalam waktu yang
sebenarnya, menjamin ketelitian
pengoperasian mesin sumbu "Z".
KUALITAS PRODUK YANG OPTIMALStruktur dan komponen mesin menjamin tingkat ketelitian
yang tertinggi untuk semua jenis operasi permesinan.
Biesse menggunakan komponen teknologi tinggi yang sama untuk semua mesin dalam
rangkaian produknya. Electrospindle, ujung kepala bor dan kumpulannya dirancang
dan diproduksi untuk Biesse oleh HSD, pemimpin global di sektor mekatronik.
Biesse Group mempromosikan, memelihara dan mengembangkan hubungan
yang dekat dan membangun dengan pelanggan untuk lebih memahami
kebutuhan mereka dan meningkatkan produk dan layanan purna jualnya.
Biesse Group Asia memiliki ruang pameran permanen dengan berbagai
teknologi yang dipilih khusus untuk demonstrasi langsung di Kuala
Lumpur. Hubungi tim lokal Biesse di Indonesia di Enquiry.Asia@
Sistem pemindai laser, yang mendeteksi
awal dan akhir papan, memungkinkan
mesin untuk mengimbangi kesalahan
ukuran, memperbaiki dimensi panel X.
Sistem sensor atas terdiri dari dua fotosel
yang dapat mendeteksi ketinggian
panel dan mengoreksi ukuran dengan
menghubungkan ke sumbu "Y".
3534
“Living Beauty with Sustainable American Hardwood”
SPECIAL REPORT AHECSPECIAL REPORT AHEC
Keindahan hidup dengan kayu
hardwood Amerika menjadi tema
dalam pertemuan tahunan American
Hardwood Export Council kedua
puluh tiga yang diselenggarakan
di Hotel Westin, Xi’an, Provinsi
Shanxi, China, pada 21-22 Juni 2018.
Menurut Director AHEC Greater
China dan South East Asia John
Chan, pemilihan tema kali ini terkait
dengan meluasnya aplikasi kayu
Amerika dalam berbagai karya dan
desain arsitektural dan interior
serta eksterior pada akhir-akhir
ini. Bahkan aplikasinya bisa dilihat
dan dirasakan langsung dalam
interior dalam hotel yang menjadi
tempat seminar berlangsung.
Hal ini bisa dilihat dari sejumlah desain-
desain yang ditampilkan Arsitek
Kinney Chan, Pemilik dan Pendiri Biro
Arsitektur Kinney Chan and Associates
di HongKong. Imajinasi dan pemahaman
mendalam terhadap material yang akan
digunakan dalam proses mendesain,
mendorong Kinney berani melakukan
eksplorasi bebas dalam penggunaan
material kayu hardwood Amerika.
Desainnya yang bertemakan Se Sa Me
misalnya meraih penghargaan bergengsi
Best of Year Honore 2012 di HongKong.
Desainnya cenderung rumit namun unik
dan sangat indah memanfaatkan variasi
tekstur dan warna dari kayu hardwood
Amerika untuk sebuah restoran di China.
Hasilnya memang sangat mengagumkan
dan mengundang decak kekaguman.
Chan juga menampilkan desain toilet
pria yang unik. Inspirasinya justru datang
dari pertanyaan sederhana, apa yang
anda lakukan ketika kebelet pipis di
tengah hutan. Jawabannya sederhana,
melakukannya di balik pohon. Dan
woolaaa terciptalah desain tandon urin
pria yang berbentuk pohon dengan
rongga di tengahnya. Menggunakan kulit
kayu bundar (log) Amerika terciptalah
bentuk tandon yang unik. Keberanian
mengeksplorasi juga diperlihatkan
Chan ketika mendesain wastafel yang
berbentuk potongan kayu bundar
alias log. Karya-karya itu merupakan
contoh nyata living beauty yang menjadi
tema konferensi AHEC kali ini.
Yang juga spektakuler adalah desainnya
yang berjudul Hotel Fusion. Mahakarya
yang secara berani memadukan
material kayu Amerika untuk berbagai
lingkungan. Hasilnya memang sangat
unik namun sangat indah. Ia juga
mendesain chandelier berukuran
besar dengan menggunakan kayu
Amerika sebagai materi utamanya.
Bekerja sama dengan desainer dan
arsitek juga menjadi pilihan realistis
ketika David Venables, Director AHEC
Europe yang berkedudukan di London,
Inggris; menjabat pertama kalinya.
Venables menceritakan bahwa kerja
sama dengan desainer dan arsitek
di penjuru Eropa memudahkan
penerimaan kayu hardwood Amerika.
Sejumlah proyek digelar untuk menarik
minat calon pengguna akhirnya. Tidak
hanya yang bersifat eksperimental
seperti Endless Stairs dan Timber wave. Namun juga sejumlah karya spektakuler
seperti the Smile yang merupakan
mega tabung yang terbuat dari kayu
tulip Amerika yang dikreasikan pada
London Design Festival tahun 2011;
atau Bostanli foot bridge and sunset lounge di Turki. Juga karya the MultiPly
yang merupakan salah satu landmark
dalam London Design Festival 2018.
Venables juga mengungkapkan bahwa
Eropa sudah mulai menggunakan
kayu Amerika dalam pembangunan
gedung bertingkat. Secara perlahan
dan pasti kayu hardwood Amerika
mulai menggeser peran penting beton
dan besi baja dalam konstruksi dan
pembangunan bangunan bertingkat.
London memulai pembangunan gedung
hunian bertingkat sembilan. Menurutnya
pembangunan gedung hunian ini super
cepat, karena hanya butuh satu minggu
untuk menyelesaikan satu lantai dengan
hanya empat orang pekerja. Selain
itu, gedung ini benar-benar ramah
lingkungan karena tidak membutuhkan
penggalian tapak konstruksi
sedalam dan serumit bangun beton.
Pengerjaannya pun tidak menimbulkan
kebisingan dn kekotoran seperti
pada pengerjaan bangunan beton.
Karya firma Arsitektur Waugh Thisleton
ini merupakan bangunan hunian
yang seutuhnya dari kayu Spruce,
dan mampu mengakomodasikan 300
keluarga di dalamnya. Berbeda dengan
bangunan beton, para penghuninya
menyebut bangunan kayu utuh ini
lebih adaptif terhadap perubahan
cuaca dan mampu meredam kebisingan
dari dalam maupun luar bangunan.
Keberhasilan London ternyata diikuti oleh
Australia yang mulai mengkonstruksi
bangunan kayu bertingkat setinggi
sepuluh lantai, dan Belgia yang
merencanakan pembangunan bangun
serupa delapan belas lantai. Austria dan
Skandinavia juga sudah mulai masuk
pada tahapan eksekusi pembangunan
gedung kayu bertingkat. “Bangunan
bertingkat dengan materi kayu akan
lebih massal ke depannya,” ujarnya.
Keberhasilan ini juga ditunjang dengan
kemajuan teknologi dalam pemrosesan
kayu seperti Thermally Modified Timber atau TMT dan Cross Laminated
Dana Spessert, Chief Inspector NHLA David Venables, European Director AHEC (UK)
Michael Snow, Executive Director AHEC
Kinney Chan, Founder of Kinney Chan & Associates
Scott Seyler, Chairman AHEC
3736
SPECIAL REPORT AHEC
Timber alias CLT. Hal ini
juga diungkapkan oleh
Managing Director AHEC
yang berkedudukan
di Washington DC,
Michael Snow dalam
presentasinya. Teknologi
TMT memungkinkan kayu
Amerika bisa digunakan
keperluan luar ruang,
sedangkan teknologi
CLT memungkinkan kayu
Amerika digunakan bagi
keperluan konstruksi. Kedua teknologi
baru ini memungkinkan perluasan
penggunaan kayu-kayu hardwood
Amerika dalam satu dekade terakhir.
Snow juga mengungkapkan salah
satu keberhasilan AHEC adalah
merubah pola pikir calon pengguna
akhirnya. Ia menceritakan ketika AHEC
mendonasikan sejumlah lantai kayu
pada pameran di Milan beberapa waktu
lalu, sejumlah arsitek mempertanyakan
berapa banyak pohon yang harus
ditebang untuk itu. Ia pun menjawab
pertanyaan itu dengan tangkas “Bukan
itu persoalannya tapi seberapa cepat
pohon penggantinya tumbuh”. Di hutan
Amerika Serikat, dibutuhkan waktu
1,75 detik untuk menggantikan setiap
meter kubik kayu yang dipanen.
Luar biasanya, di hutan Amerika
diaplikasikan metode kehutanan bukan
perkebunan. “Kami tidak melakukan
reboisasi atau penanaman kembali
pohon dengan tenaga manusia, namun
itu dilakukan secara alamiah,” ujar
Snow. Metode ini sudah dilakukan
dalam lima dekade terakhir, dan berhasil
memperluas areal hutan di sana. Tegakan
pohon yang tumbuh kian banyak
dibanding dengan lima puluh tahun
lalu. Tantangannya adalah bagaimana
mencegah terjadinya mortalitas
pohon di hutan serendah mungkin,
dengan memanen pada waktunya.
“Ancamannya terlepasnya kandungan
karbon di udara karena kayu yang
membusuk atau terbakar merupakan
yang paling serius,” lanjutnya. Apalagi
ini diperkuat dengan metode tebang
pilih yang dilakukan selama ini.
Itu sebabnya Snow menyebutkan
pemanfaatan kayu asal hutan Amerika
sebenarnya tidak terkait dengan isu
deforestasi selama ini. Isu ini lebih
ditujukan pada deforestasi yang terjadi
di negara-negara tropis. Snow menuding
hilangnya hutan tropis untuk perluasan
perkebunan sawit, perluasan perkebunan
kedelai dan peternakan sapi seperti
di Brasil merupakan contoh nyatanya.
Ia dengan tegas menunjuk aktivitas-
aktivitas itu sebagai deforestasi yang riil.
Snow justru lebih memprihatinkan
penyebar luasan penyakit yang
berasal dari bakteri yang mengancam
keberlangsungan spesies Ash. Jenis
kayu yang banyak digemari di banyak
negara termasuk China. “Saat ini kami
dan ilmuwan di Amerika masih belum
menemukan pencegahanya yang
efektif menghentikan penyebarannya,”
katanya. Saat ini yang bisa dilakukan
adalah melakukan penebangan dini
sebelum bakteri tersebut meluas
penyebarannya dalam satu areal tertentu.
Ia menegaskan bahwa untuk saat ini
hal tersebut belumlah berdampak atas
ketersediaan dan penjualan jenis kayu ini.
Ketakutan atas menghilangnya hutan
sebenarnya lebih tertuju pada hutan
tropis. Ini diungkapkan Profesor Scott
Bowe dari University of Wisconsin dalam
presentasinya. Menurutnya ketakutan ini
tidak berdasar dan tidak tepat ditujukan
bagi pengelolaan hutan di Amerika
Serikat. Ia menyebutkan memang
ada metode perkebunan seperti yang
diterapkan untuk kayu ringan di sana,
namun tidak untuk kayu keras yang
areal dan sebarannya jauh lebih luas.
Itu sebabnya metode penebangan yang
diterapkan sudah pasti tebang pilih.
Tebang pilih sebenarnya memiliki
konsekuensi luas atas replantasi dan
keberagaman hayati alias biodiversity. “Tidak hanya untuk spesies pohon
dan tumbuhan tapi juga keberagaman
serangga dan hewan di dalamnya,”
jelasnya. “Kalau dulu dilakukan secara
manual oleh para penebang namun saat
ini dilakukan secara mekanis dengan
perangkat harvester,” sambungnya.
Dengan harvester penebangan kayu
dapat dilakukan secara cepat dalam
waktu singkat. Namun tetap saja
dilakukan saat musim dingin.
Inspektur Kepala National Hardwood
Lumber Association Dana Spessert
mengungkapkan bahwa salah satu
kesulitan dalam memahami sistem
grading kayu Amerika adalah perbedaan
antara sistem metrik yang digunakan
di banyak negara Asia dan Eropa
dengan sistem Imperial. Ia mengakui
jika upaya ini sudah pernah dilakukan
pada tahun 1998 lalu, namun tidak
berjalan lancar. “Sistem metrik tidak
mengakomodasi penggunaan angka
per yang sifatnya ganjil misal 662/3%,”
ujar Spessert dengan gamblang. “Angka
atau persentase semacam itu sulit
untuk dikonversikan ke dalam sistem
metrik,” tegasnya. Namun ia kembali
menegaskan bahwa sistem grading
Amerika mengacu pada persentase
bagian terbaik dari permukaan kayu
yang terbaik. “Anda hanya membayar
untuk yang terbaik,” lanjutnya.
John Chan, Regional Director AHEC SE & Greater China Scott Bowe, Professor & Wood Product Specialist, University of Wisconsin USA
EKAMANT SOLUTION
Indonesia merupakan salah satu
negara dengan luas hutan terbesar di
dunia. Dari hutan tersebut, Indonesia
memiliki sumber daya kehutanan
yang melimpah dan menjadikannya
sebagai salah satu produsen kayu
dengan kuantitas besar di dunia.
Kayu lapis merupakan komoditas
kehutanan andalan Indonesia
semenjak beberapa dekade yang lalu.
Kayu lapis (plywood) adalah produk
komposit yang terbuat dari lembaran-
lembaran papan vinir (veneer) yang
direkat bersama dengan susunan
bersilangan tegak lurus. Papan vinir yang
direkatkan biasanya berjumlah ganjil
(3, 5, 7 lembar) sehingga sering disebut
dengan istilah triplex atau multiplex.
Namun ada sejumlah kayu lapis yang
diproduksi dengan jumlah papan vinir
yang genap (4 atau 6 lembar) seperti
yang dibuat dari jenis softwood.
Kayu lapis memiliki keunggulan
dibandingkan kayu solid di antaranya
adalah dimensinya lebih stabil,
tidak pecah atau retak pada bagian
sisinya apabila dipaku, kekuatan tarik
tegak lurus serat lebih besar, ringan
dibandingkan luas permukaannya,
bidang yang luas dapat ditutup dalam
waktu singkat, warna tekstur dan
serat dapat diseragamkan sehingga
corak atau polanya bisa simetris.
Kualitas akhir dari plywood salah
satunya ditentukan oleh jenis
ampelas yang digunakan pada proses
pembuatan, baik proses kalibrasi
maupun proses pengampelasan akhir.
PT. Ekamant Indonesia saat ini memiliki
brand EKALITE dengan beberapa tipe
produk ampelas dengan backing kain
dan kertas yang cocok digunakan pada
proses pengampelasan plywood. Dari
beberapa tipe tersebut bisa diaplikasikan
sesuai dengan tahapan pada proses
pengampelasan pembuatan plywood.
Tahapan Awal yaitu :
Proses pengampelasan awal atau
kalibrasi, biasanya pada permukaan
dasar plywood/core. Pada proses ini
direkomendasikan mengunakan tipe
TX200Y dengan grit yang umum
digunakan 40,60,80 & 100. Kombinasi
grit yang digunakan tergantung
permukaan kayu dan jumlah head pada
mesin Wide belt sander. TX200Y memiliki
karakter backing yang tebal dan sangat
kuat berbahan polycotton serta didukung
dengan pengunaan jenis pasir Aluminium
oxide yang sangat tajam sehingga
proses pengampelasan untuk meratakan
permukaan kayu sangat cepat dan awet.
Contoh ilustrasi pengampelasan awal:
Pengampelasan Plywood Mengunakan Ampelas Backing Kain EKALITE
% Pengikisan : 50% 30% 20%
Max Stock removal : P40 = 1 30 mm P60 = 0 90 mm P80 = 0 60 mm
P40P 60 P80
Abrasives Specs:
- Belt Speed : 1000 - 1200 m/mnt - Feeding Speed : 7 - 8 m/mnt - Tracking : 30x/mnt (head1)
30x/mnt (head2)30x/mnt (head3)
- - Amplas :#40, #40 dan #80 - ukuran :1350 x 2750EB 1 zz - spec : XY Cloth, Al.Ox
Max Stock Removal saat ini :
P40 = 1,30 mm
P60 = 0,90 mm
P80 = 0,60 mm
Total = 2,80mm
Max pengikisan 2,80 mm
Hasil akhir #80
3938
EKAMANT SOLUTIONEKAMANT SOLUTION
Tahapan Akhir yaitu :
Proses pengampelasan akhir atau
pengampelasan permukaan (face),
biasanya dilakukan untuk mendapatkan
hasil permukaan yang halus sesuai
dengan permintaan buyer.
Pada proses ini direkomendasikan
mengunakan tipe EX100 dengan grit yang umum digunakan 120, 180, 240
& 320 (khusus). Kombinasi grit pada
proses pengampelasan akhir umumnya
seperti ini, adapun perbedaan finish
akhir ditentukan pada head akhir pada
mesin wide belt sander tergantung dari
permintaan buyer dengan grit 180, 240
atau 320. EX100 memiliki karakter backing
yang cukup tebal dan kaku berbahan
polycotton, mengunakan jenis pasir
Aluminium oxide yang tajam sehingga
bisa menghilangkan scratches dari
pengampelasan awal serta menghasilkan
permukaan yang sangat halus.
Contoh ilustrasi pengampelasan Akhir:
Dua tipe ampelas brand EKALITE di
atas sangat cocok digunakan pada
industri plywood, akan tetapi brand
EKALITE masih memiliki beberapa
tipe pendamping yang bisa digunakan
dengan kualitas yang baik dan
harga yang ekonomis, sehingga
didapatkan hasil pengampelasan yang
efisien. Adapun tipe tersebut adalah
EKALITE TX100, EKALITE TX300.
Sedangkan untuk backing kertas EKALITE
memiliki tipe baru dengan backing
kertas E paper yaitu tipe EKALITE AE100
dan backing kertas F paper yaitu tipe
EKALITE AF100. EKALITE backing kertas
AE100 dan AF100 bisa diaplikasikan
di kedua proses pengampelasan baik
pengampelasan awal (core) maupun
pada pengampelasan akhir / permukaan
(face), dengan hasil yang sangat halus
dan daya tahan sangat baik juga.
Berikut produk-produk EKALITE:
TX200Y EX100 TX100
TX300 AE100 AF100
% Pengikisan : 50% 30% 20%
Max Stock removal : P180 = 0 25 mm P180 = 0 10 mm P240 = 0 05 mm
P120 P180 P240
Calibration Sanding: -B elt Speed : 1000 - 1200 m/mnt-F eeding Speed : 10 -1 5m/mnt -T racking : 30x/mnt (head1)
30x/mnt (head2) 30x/mnt (head3)
- Abrasives Spec. : - Amplas :#120, #180 dan #240 - ukuran :1350 x 2750EB 1 zz - spec : XY Cloth, Al.Ox
Max Stock Removal saat ini :
P120 = 0,25 mm
P180 = 0,10 mm
P240 = 0,05 mm
Total = 0,40mm
Max pengikisan 0,40 mm.
Hasil akhir P240
41
INDUSTRY NEWSINDUSTRY NEWS
Kepala Bidang Organisasi
dan Hubungan antara
Lembaga Indonesia Light
Wood Association (ILWA) Budi
Purwanto, BSc., mengungkapkan
bahwa kondisi saat ini lebih
banyak demand ketimbang
supply. “hukum pasar lah
yang berlaku,” ujarnya. Hal ini
diperkuat Budi Santoso yang
akrab dipanggil Budi Kwang,
“Karena pabrikannya lebih
banyak maka berlakulah seleksi
alam, banyak diantaranya
yang tidak bisa berproduksi
full,” kata General Manager
PT Tatalestari Rimbabuana.
Dalam kondisi semacam ini yang
terjadi “Perebutan semuanya, nanti
berebut bahan bakunya. Menjualnya
pun ditekan,” kata Budi Kwang.
“Semua produk komoditas pasti
mengalaminya,” lanjutnya. Baginya,
jika pelaku industri barecore ingin
survive maka idealnya membuat
produk lain. Serta pasarnya tidak
tergantung ke satu negara. “Kan
sekarang sudah problem. Di sana
baru batuk, di sini sudah masuk
ICU. Susah kita jadinya,” lanjutnya.
Ketergantungan pasar terhadap
sedikit negara, terutama China dan
disusul Taiwan menjadi persoalan
besar di sini. Bayangkan, dari total
produksi sebanyak 6000 kontainer
perbulan, sekitar 3000 kontainer
mengalir ke China dan sekitar 500
kontainer diekspor ke Taiwan.
Dalam kondisi ini, Budi Purwanto
menyebutkan bila pihaknya
lebih menginginkan pengaturan
tata niaga. “Ini terkait dengan
sedemikian banyak jumlah industri
barecore, namun terbatasnya
pasar tujuan ekspornya ke China
dan Taiwan,” ujarnya. Hal ini
diakui oleh Alvin dari PT Suya Jaya Lestari, “Kami
masih mengekspor ke China tapi sudah lama
tidak lagi mengeskpor ke Taiwan,” jelasnya.
Budi Kwang menyarankan perlunya pembukaan
market baru ke sejumlah negara. Menurutnya,
selain China masih terbuka pemasaran ke
Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Eropa
bahkan Amerika Serikat. “Peluang ke Amerika
sedang terbuka lebar karena sedang berkonflik
dagang dengan China,” katanya. “Di sana juga
bingung mencari sumber pasokan penggantinya
namun waktunya terlalu singkat. Mencari dalam
jumlah besar ‘kan tidak mudah, dan tidak semua
pabrikan di sini siap untuk itu,” lanjutnya.
Untuk membenahi kondisi internal, Budi
Purwanto menyebutkan bila pihaknya sudah
berkirim surat pada tiga kementerian terkait yaitu
Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Perindustrian
dan Perdagangan. “Dulu, kami mengusulkan
moratorium pembangunan pabrik baru,” kata
Budi Purwanto. Namun sulit karena ada regulasi
yang memberikan kewenangan pada pemerintah
kabupaten untuk pengeluaran ijin investasi
dibawah IDR10 milyar, dan Pemerintah Provinsi
untuk investasi diatas IDR10 milyar. Kategori itu
membuat sepanjang semua persyaratan investasi
terpenuhi maka sudah pasti ijinnya keluar. “Tanpa
memperhatikan kondisi dalam setiap sektor
industrinya. Asosiasi berharap dijadikan mitra
pemerintah untuk mengatasinya. Kami tidak
punya kewenangan dalam membatasinya, tapi
hanya memberikan informasi bahwa sebenarnya
kondisinya sudah over,” sambungnya.
Sebagai asosiasi, ia sering berhubungan dan
bertukar informasi dengan kalangan perbankan.
Menurutnya pihaknya perlu berhati-hati dalam
berbicara. “Jika dibilang sunset maka akan
ada reaksi negatif dari perbankan namun kami
harus memberikan potret sebenarnya industri
ini. Kami masih China sentris. Kalau ditanya
apakah tidak ada peluang pemasaran di luar
China, saya jawab ada,” kata Budi Purwanto.
Pihaknya sudah menjajaki pembicaraan
dengan pengusaha asal Maroko dan Libya.
Namun masih belum ditindak lanjuti. “Jadi
potensi pengembangan pasar memang ada.
Cuma dipikir kenapa ekspor jauh-jauh hanya
dalam bentuk barecore,” lanjutnya.
Asosiasi memuji langkah sejumlah
anggotanya di Magelang yang berinisiatif
menyiasati kondisi industri barecorenya.
“Mereka sudah melakukan inovasi,
tidak lagi barecore sentris dan tidak lagi
komoditas,” kata Purwanto. “Mereka
mulai beralih membuat door plant, juga
fingerjoint laminating. Lanjutan yang
paling simpel kan bikin blockboard,
kalau pun masih bikin barecore maka
pasarnya ke Jepang,” lanjutnya.
Menurutnya, sebenarnya tugas
umum asosiasi kan menyeimbangkan.
“Sebagai asosiasi, kami menghimbau
dan memberikan arahan, karena sulit
mengatur anggotanya,” katanya.
Persoalan standar kualitas bahan baku
dan kualitas produk, serta harga jual
menjadi domain anggotanya. “Ini agar
anggota bisa menjaga eksistensi dan
survival bisnisnya,” ujarnya. Asosiasi
akan fokus pada dua hal yaitu pertama
pembukaan peluang pasar untuk
produk lightwood; kedua sebagai mitra
atau pengkritisi kebijakan pemerintah
yang dianggap menghambat industri
lightwood. “Saya tidak lagi bicara
sebatas barecore,” lanjutnya.
Menurut Budi Kwang, barecore nyaris
tidak punya diversifikasi karena material
untuk diolah menjadi blockboard
dan lainnya. “Kami sudah bikin dan
tidak hanya memproduksi barecore.
Kalau kami tidak deal dan tidak
menjual ke China pun tidak soal.
Kalau harganya tidak bagus ya tidak
perlu menjual kesana,” katanya.
Menurut Budi Kwang, sebagian Anggota
ILWA sudah siap namun sebagian lagi
tidak siap mengkoversikan produk
barecorenya ke produk lanjutan.
“Barecore masih dominan. Kesulitannya
yang pasti mesin yang beda, butuh
skill pekerja yang lebih tinggi karena
ini melapis barecore menjadi produk
bernilai tambah tinggi. Modalnya jauh
lebih banyak. Padat modal dan padat
keterampilan,” ujarnya. Ia melihat produk
plywood lebih berpeluang dibanding
blockboard. Bisa menggunakan semua
spesies kayu tropis yang ada di sini.
“Ketersediaan spesies kayu tropis
Indonesia kan banyak sekali, bahkan
bisa dengan menggunakan kayu
keras seperti Meranti,” lanjutnya.
“Butuh keberanian untuk bisa maju ke
muka. Pertanyaannya siap atau tidak.
Bisnis ini ‘kan medan perang. Saat ini
semua masuk ke barecore, nanti pindah
masuk ke blockboard. Persaingannya
yang berpindah medannya. Nanti
yang terjadi seperti ini, hanya medan
perangnya yang pindah. Namun tidak
semua berpindah ke sana. Ada juga
yang tetap bahkan binasa karena adanya
seleksi alam. Kian lama kian ketat. Yang
bisa eksis nanti adalah yang kerja mutu,
bukan kerja volume. Kalo kerja volume,
setiap orang yang punya uang akan
bisa masuk ke sana. Kan susah nanti,”
tutur Budi Kwang berpanjang lebar.
Untuk peluang pasar lokal, Budi Kwang
melihat konsumsinya bisa meningkat
tapi kesulitannya distributor dan toko
ritel tidak mau dikenakan PPn. “Ini yang
membuat susah kami, ritel outlet kecil
kan tidak mau dibebankan PPn,” katanya.
Indonesia Light Wood Association (ILWA):
“Fokus pada Dua Hal”
Budi Purwanto ILWA
Lokasi salah satu pabrik Plywood di Jawa Barat
Truk angkutan kayu Albasia
40
Kunjungan Redaksi WoodMag ke PT. Tatalestari Rimba Buana
4342
EKAMANT NEWS
Pada tanggal 16 Mei 2018 PT. Ekamant
Indonesia melakukan kegiatan training
rutin di sekolah SMK PIKA, kegiatan
ini merupakan kerjasama dan menjadi
agenda rutin setiap tahun PT. Ekamant
Indonesia dengan sekolah SMK PIKA.
Sesi pertama kegiatan training
dilaksanakan pada pagi hari diruangan
training PIKA, kegiatan berjalan dengan
lancar dan diikuti dengan sangat antusias
dari para peserta yang mengikuti. Sesi
kedua merupakan kegiatan praktek
yang dilakukan di bengkel SMK PIKA.
Adapun materi teori yang disampaikan di
kelas adalah pengenalan dasar ampelas
yang meliputi : Spesifikasi ampelas
(jenis jenis pasir ampelas, jenis backing
ampelas), metode pengampelasan
(cara menentukan kombinasi grit yang
ideal & stock removal, mulai dari proses
SMK PIKAJumlah peserta : 40 orang
Tanggal pelaksanaan : 16 Mei 2018
Trainer : Andri Franniko
pembahanan sampai dengan proses
finishing sesuai dengan jenis kayu) aplikasi
pengampelasan manual dan mesin (jenis
jenis mesin ampelas dan aplikasinya),
cacat cacat pengampelasan dan
penyimpanan ampelas. Dari materi yang
dijelaskan sangat banyak pertanyaan yang
ditanyakan peserta pada sesi tanya jawab.
Sedangkan pada sesi ke dua merupakan
kegiatan praktek area produksi,
yaitu pengenalan aplikasi aplikasi
pengampelasan beserta cara penggunaan
dan perawatan yang meliputi berbagai
mesin, diantaranya mesin double action sander, stroke sander, wide belt sander, serta pengampelasan manual
dengan pad (hand sanding) & diakhir
kegiatan juga diperkenalkan proses
pengampelasan untuk hasil high gloss.
Dengan melihat langsung aplikasi pada
mesin dan langsung melakukan praktek
pengampelasan manual maka siswa
akan lebih tau dan merasakan proses
pengampelasan yang baik dan benar.
PT Pijar SukmaJumlah peserta : 7 orang
Tempat pelaksanaan : Ruang meeting PT Pijar Sukma
Trainer : Jefri
Pelatihan kali ini berlangsung di
PT. Pijar Sukma yang berlokasi di
Jepara. Menggelar pelatihan untuk
kesekian kalinya pada tanggal 14
Mei 2018. Adapun materi pelatihan
yang diberikan mengenai dasar-
dasar dan aplikasi pengampelasan.
Pelatihan berlangsung di ruang training
PT. Pijar Sukma, dengan jumlah peserta
7 orang berlangsung cukup interaktif.
Peserta yang mengikuti pelatihan bisa
lebih fokus karena banyak pertanyaan
muncul mengenai jenis ampelas yang tepat
untuk water base, lompatan grit ampelas
yang tepat dan solusi pengampelasan
lainnya. Dengan adanya pelatihan
ini diharapkan dapat meningkatkan
hasil produksi yang lebih baik.
TrainingEKALITE AE100
Ekalite AE100 adalah ampelas dengan backing kertas terbaru yang ekonomis, dibuat untuk mendampingi produk yang sudah ada yaitu EKA1000 dan RKEO. Produk ini menggunakan jenis backing kertas E Paper yang cukup kuat dan alot sehingga cocok untuk pengampelasan kalibrasi maupun intermediate pada mesin wide belt sander maupun digunakan pada mesin dengan ampelas narrow belt dan untuk ampelas disc. Produk AE100 menggunakan jenis pasir Aluminium Oxide yang memungkinkan proses pengampelasan lebih cepat dan efisien pada semua grit.
KARAKTERISTIK
Removal rate High
Lifetime Long
Stability High
Clogging Low
Finish Good
SPESIFIKASI
Backing E - Paper
Bonding Resin over resin
Grit Aluminium Oxide
Coating Semi open coat
Grit range P60 - 240
Grain side color Red
Back side color White
PENGGUNAAN
Dipergunakan untuk pengampelasan dengan mesin dengan ukuran wide belt maupun narrow belt dan disc. Produk ini direkomendasikan untuk proses pengampelasan ringan maupun berat pada kayu keras dan lunak, besi, stainless steel, dll.
Market segment Woodworking & Metalworking
APLIKASI
PRODUCT INFO
4544
EKALITE TX100
Ekalite TX100 adalah ampelas dengan backing kain polycotton yang kuat cocok, dengan warna backing hitam, cocok untuk pengampelasan kalibrasi maupun intermediate pada mesin wide belt sander maupun pada mesin yang menggunakan narrow belt, dengan jenis pasir Aluminium Oxide yang memungkinkan proses pengampelasan menjadi lebih cepat dan efisien untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
KARAKTERISTIK
Removal rate Very high
Lifetime Long
Stability High
Clogging Low
Finish Rough good
SPESIFIKASI
Backing X/Y Cloth
Bonding Resin over resin
Grit Aluminium Oxide
Coating Open Coat
Grit range AA 60 - 400
Grain side color Red
Back side color Black
PENGGUNAAN
Dipergunakan untuk pengampelasan dengan mesin, dengan ukuran wide belt maupun narrow belt. Produk ini direkomendasikan untuk proses pengampelasan kering pada kayu, besi, dan juga bidang lain.
Market segment Woodworking & Metalworking
APLIKASI
EKALITE TX200Y
Ekalite TX200Y adalah ampelas dengan backing kain polyester yang sangat tebal, cocok untuk pengampelasan kalibrasi maupun intermediate pada mesin wide belt sander maupun pada mesin yang menggunakan narrow belt, dengan jenis pasir Aluminium Oxide yang memungkinkan proses pengampelasan menjadi lebih cepat dan efisien untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
KARAKTERISTIK
Removal rate Very high
Lifetime Long
Stability High
Clogging Low
Finish Rough good
SPESIFIKASI
Backing Y Cloth
Bonding Resin over resin
Grit Aluminium Oxide
Coating Open Coat
Grit range AA 40 - 400
Grain side color Red
Back side color Yellow
PENGGUNAAN
Dipergunakan untuk pengampelasan dengan mesin, dengan ukuran wide belt maupun narrow belt. Produk ini direkomendasikan untuk proses pengampelasan kering pada kayu, besi, tembok, dan juga bidang lain.
Market segment Woodworking & Metalworking
APLIKASI
PRODUCT INFOPRODUCT INFO
46
PRODUCT INFO
EKALITE EX100Ekalite EX100 adalah ampelas tipe terbaru yang dibuat untuk mendampingi produk yang sudah ada yaitu RKXO. Produk ini menggunakan jenis backing kain polycotton (X/Y Cloth) yang kuat dan kokoh sehingga cocok untuk pengampelasan kalibrasi maupun intermediate pada mesin wide belt sander maupun digunakan pada mesin dengan ampelas narrow belt. Produk EX100 menggunakan jenis pasir Aluminium oxide yang memungkinkan proses pengampelasan menjadi lebih cepat dan efisien untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
KARAKTERISTIK
Removal rate Very high
Lifetime Long
Stability High
Clogging Low
Finish Rough good
SPESIFIKASI
Backing X/Y Cloth
Bonding Resin over resin
Grit Aluminium Oxide
Coating Semi open coat
Grit range P60 - 240
Grain side color Red
Back side color Brown
PENGGUNAAN
Dipergunakan untuk pengampelasan dengan mesin, dengan ukuran wide belt maupun narrow belt. Produk ini direkomendasikan untuk proses pengampelasan ringan maupun berat pada kayu, besi, stainless steel, dan lain-lain.
Market segment Woodworking & Metalworking
APLIKASI
TOP QUALITYTECHNOLOGIES
for Indonesia’sExpanding
Furniture Industry
2018
In Conjunction with: Exclusively Endorsed by: Contact Information: PT WAHANA KEMALANIAGA MAKMURKomplek Perkantoran Graha Kencana Blok CH-CIJl. Raya Pejuangan No. 88 • Kebon Jeruk • Jakarta 11530 • IndonesiaTel: (62) 21 5366 0804 • Fax: (62) 21 5325 890/887E-mail: [email protected] • Website: www.ifmac.net
Organized by:
Pre Register Your Visit Now!Daftarkan Kunjungan Anda Segera! www.ifmac.net
In Conjunction with: Exclusively Endorsed by: Contact Information: PT WAHANA KEMALANIAGA MAKMURKomplek Perkantoran Graha Kencana Blok CH-CIJl. Raya Pejuangan No. 88 • Kebon Jeruk • Jakarta 11530 • IndonesiaTel: (62) 21 5366 0804 • Fax: (62) 21 5325 890/887E-mail: [email protected] • Website: www.ifmac.net
Organized by: