CHF
-
Upload
raja-alfian-irawan -
Category
Documents
-
view
218 -
download
3
description
Transcript of CHF
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC. III/IV ec. PJK + COPDCONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC. III/IV ec. PJK + COPD
EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIKEXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK
CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)
Defenisi
Merupakan suatu sindroma klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi
ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja
fisis (effort intolerance), retensi cairan dan memendeknya umur hidup (reduced longevity).
Klasifikasi Fungsional menurut New York Heart Association (NYHA) adalah :
- Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
- Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari
tanpa keluhan.
- Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
- Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah
baring.
Klasifikasi berdasarkan Etiologi
1. Menurut Backward & Forward
Backward failure adalah apabila ventrikel gagal untuk memompakan darah maka
darah akan terbendung dan tertekan di atrium serta vena-vena dibelakangnya akan
naik.
Forward failure adalah gagal jantung timbul akibat berkurangnya aliran darah
kesistem aterial, sehingga terjadi pengurangan perfusi pada organ-organ yang vital
dengan segala akibatnya.
2. Menurut Right-Sided dan Left-Sided
Left heart failure adanya kongesti pulmonal pada infark ventrikel kiri, hipertensi dan
kelainan-kelainan pada katup aorta serta mitral.
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
1
1
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Right heart failure, apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, cairan yang
terbendung akan berakumulasi secara sistemik : dikai, asites, hepatomegali, efusi
pleura, dan lain-lain.
3. Gagal Jantung Low-output dan High-Out put
Menunjukkan bagaimana keadaan curah jantung (tinggi atau rendahnya), curah jantung yang
rendah dapat menimbulkan low-out put failure pada penyakit jantung apapun. Curah jantung
yang tinggi misalnya pada tyrotoxicosis, beri-beri, paget’s, anemia dan fistula arteri – vena.
4. Gagal Jantung Akut dan Menahun
Gagal jantung disini hanya menunjukkan saat atau lamanya gagal jantung terjadi atau
berlangsung. Apabila terjadi mendadak, disebut gagal jantung akut. Sedangkan pada
penyakit-penyakit jantung katup, kardimyopati atau gagal jantung akibat infark jantung lama,
terjadinya gagal jantung secara perlahan atau karena gagal jantungnya bertahan lama
dinamakan gagal jantung menahun.
5. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Secara implicit defenisi gagal jantung adalah apabila gagal jantung yang terjadi sebagai
akibat abnormalitas fungsi sistolik, yaitu ketidakmampuan mengeluarkan darah dari ventrikel,
dinamakan sebagai gagal jantung sistolik. Jenis gagal jatung ini adalah yang paling klasik dan
paling dikenal sehari-hari. Penyebabnya adalah gangguan kemampuan inotropik miokard.
Sedangkan apabila abnormalitas kerja jantung pada fase diastolic, yaitu kemampuan
pengisian darah pada ventrikel (terutama ventrikel kiri), misalnya pada iskemia jantung yang
mendadak, hipertrofi konsentrik ventrikel kiri dan kardiomiopati restriksi, gagal jantung yang
terjadi dinamakan gagal jantung diastolic.
Kriteria Diagnostik
Kriteria mayor :
1. Dispnu nocturnal paroxysmal atau ortopnu
2. Peningkatan tekanan vena jugularis
3. Ronki basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
2
2
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
5. Edema paru akut
6. Irama derap S3
7. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8. Refluks Hepatojugular
Kriteria Minor :
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dispnu d’ effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7. Takikardi (>120 x/menit)
Kriteria Mayor atau Minor :
Penurunan berat badan lebih dari 4,5 kg dalam 5 hari setelah terapi
Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor, atau 1 kriteia mayor dan 2 kriteriia minor harus ada
pada saat yang bersamaan.
Pemeriksaaan Penunjang :
Pemeriksaan foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali, corakan vaskiular paru
menggambarkan kranialisasi, garis Kerley A/B, infiltrat pre kordial kedua paru, dan efusi pleura.
Fumgsi elektro kardiografi (EKG) untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark
miokarddan aritmia. Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan Hb, elektrolit, ekokardiografi,
angiografi, fungsi ginjal, dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.
Penatalaksanaan
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan mkonsumsi O2
melalui istirahat/pembatasan aktivitas.
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
3
3
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia
- Digitalisasi :
a. Dosis digitalis :
- Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6 dosis selama 24
jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4 hari.
- Digoksin IV 0,75 – 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
- Cedilanid IV 1,2 – 1,6 mg dalam 24 jam
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung : Digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal, dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonum akut yang berat :
- Digoksin : 1 – 1,5 mg IV perlahan-lahan.
- Cedilanid 0,4 – 0,8 mg IV perlahan-lahan
COPD COPD
I. PENDAHULUAN
Chronic Obstruction Pulmonary Disease (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang sering
disngkat dengan COPD bukanlah suatu diagnosis, melainkan suatu kumpulan gejala klinik, dimana
terdapat unsur obstruksi jalan nafas yang sifatnya menahun.
Perjalanan penyakit dapat berubah karakter, misalnya pada msa bayi timbul asma brobkhial,
pada usia 30-40 tahun timbul bronkhitis menahun dan pada usia tua timbul emfisema.
Istilah COPD digunakan untuk berbagai penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronko
konstriksi yang irreversible.
II. DEFENISI DAN KLASIFIKASI
Chronic Obstruction Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu kelainan klinis, dengan etiologi
belum jelas, ditandai dengan batuk-batuk kronis yang disertai dahak dan sesak nafas berbunyi akibat
meningkatnya tahanan jalan nafas.
Pada makalah ini akan dibahas emfisema yang disebabkan oleh bronkhitis kronis .
Klasifikasi dari emfisema adalah :
1. Emfisema Asinus Distal = Emfisema Para Septal.
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
4
4
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lesi biasanya terletak di sekitar septum lobulus, bronkhus dan pembuluh darah atau
disekitar pleura. Bila terjadi di sekitar pleura maka mudah menimbulkan pneumotoraks
pada orang muda.
2. Emfisema Sentrilobular = Emfisema Asinus Proximal = Emfisema Bronkhiolus
Respiratorius.
Biasa terjadi bersama dengan pneumokoniosis atau penyakit-penyakit oleh karena debu
lainnya. Penyakit ini paling sering didapat bersamaan dengan obstruksi kronik dan
berbahaya bila terdapat pada bagian atas paru.
3. Emfisema Panasinar
Biasanya terjadi pada seluruh asinus. Secara klinis berhubungan erat dengan defisiensi 1-
antitripsin, bronkus dan bronkiolus obliterans.
4. Emfisema Irreguler =Emfisema Jaringan Parut.
Biasanya terlokalisir, bentuk irreguler dan tanpa gejala klinis.
III. ETIOLOGI
Faktor resiko penyebab dari COPD adalah (Tabrani) :
1. Kebiasaan merokok
2. Bertambahnya usia.
3. Polusi Lingkungan.
4. Pasien yang tingggal di kota kemungkinan untuk terkena COPD lebih tinggi daripada pasie
nyang tinggal di desa.
5. Pekerjaan, terutama lingkungan yang berdebu.
6. Berbagai faktor lainnya, yaitu :
- Jenis kelamin; pasien laki-laki lebih banyak daripada wanita.
- Status ekonomi sosial
- Infeksi bronkus yang berulang.
- Alergi maupun hipersensitif pada bronkus.
- Faktor genetik, dimana terdapat 2- protease inhibitor yang rendah.
Apapun juga etiologinya, bila terjadi hipersekresi maka yang berperan adalah sel-sel goblet
dan kelenjar-kelenjar mucosa di submucosa. Sekret bronkhus yang dihasilkan cukup banyak
volumenya serta kental, dan karena kaya akan kandungan protein, maka akan merupakan
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
5
5
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------pembenihan ideal bagi berbagai jenis kuman yang berhasil masuk dalam saluran pernafasan bawah.
Sekali terjadi infeksi sekunder, maka dahak akan menjadi semakin pekat, kental dan lengket.
Sekret yang lengket tidak selalu berhasil dibatukkan keluar seluruhnya, apalagi kalau
penderita menggunakan obat-obat penekan refleks batuk dan hal ini juga akan terjadi pada saat-saat
terjadi infeksi sekunder. Sekret kental ini akan menyumbat lumen bronkhus-bronkhus kecil dan
bronkhiolus (obstruksi) dan dapat berperan ibarat sebuah pentil. Mengingat inspirasi selalu
merupakan gerakan aktif yang menggunakan otot-otot pernafasan, maka udara masih akan dapat
menembus sumbatan dan masuk ke dalam alveolus. Tetapi karena ekspirasi adalah gerakan yang
pasif dan hanya berdasarkan elastisitas jaringan intertitial paru (dimana terdapat banyak serat-serat
elastis) maka tidak semua udara hasil inspirasi berhasil dikeluarkan lagi, dengan perkataan lain akan
timbul sisa udara bekas inspirasi terdahulu dalam rongga alveolus. Siklus ini akan terus berulang
sehingga akhirnya akan terjadi distensi alveolus. Proses ini dikenal dengan “air –trapping”.
Pada saat itu alveolus selain mengalami distensi juga mengalami konglomerasi (beberapa
alveolus yang sudah menggelembung lalu bersinggungan satu dengan yang lainnya dan jaringan
inter-lobuler akan semakin menipis dan akhirnya akan hilang. Akibatnya akan terjadi suatu
gelembung udara besar yang berasal dari beberapa alveolus).
Jaringan inter-alveolar, yang merupakan sebagian dari jaringan intertitial paru, pada
hakekatnya penuh dengan serat-serat elastis dan kolagen. Dengan semakin hilangnya jaringan ini,
serat-serat elstis turut menghilang. Akhirnya jaringan paru secara perlahan-lahan semakin dangkal,
dengan kata lain air trapping akan semakin progressif.
Juga dahak yang berlebihan akan memudahkan terjadinya infeksi sekunder, dengan
demikian semakin sering terjadi infeksi sekunder dan semakin banyak fibrin yang akan terbentuk,
maka elastisitas paru akan semakin menurun sebagai gejala konsekuensinya. Juga setiap kali terjadi
infeksi sekunder, maka akan timbul edema mucosa dan degan demikian lumen saluran pernafasan
akan menjadi semakin sempit.
IV. GEJALA KLINIS
a. keluhan
Trias dari emfisema terdiri dari batuk, sputum yang banyak, dan sesak nafas yang progressif
tanpa diikuti adanya wheezing. Hipoinflasi dari paru yang ditimbulkan oleh perangkap udara pada
saat aspirasi dan pulse lip breathing adalah usaha untuk mengeluarkan udara itu.
a.1. Batuk
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
6
6
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Batuk pada emfisema tidak begitu mencolok. Batuk dimulai pada pagi hari yang sering
dikatakannya karena merokok. Makin lama semakin memberat sehingga dapat menganggu
tidur pendeita.
a.2. Dahak
Dahak sangat banyak dan berwarna putih. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulent
atau muko purulent dan kental.
a.3. Sesak nafas
Keluhan sesak nafas akan timbul lebih dini dan lebih cepat bertambah pada
emfisema paru, tetapi bila timbul infeksi, sesak nafas akan bertambah dan kadang-kadang
disertai tanda-tanda payah jantung kanan.
b. Pemeriksaan fisik
Pada stadium dini tidak ditemukan kelainan fisik. Hanya kadang-kadang terdengar ronkhi
pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronkhi pada waktu
inspirasi maupun ekspirasi disertai bunyi mengi. Juga terdapat tanda-tanada over inflasi paru seperti
barrel chest, khifosis, dengan diameter AP dada bertambah.
Pada perkusi terdengar hypersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke
bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan jantung lemah.
Pada stadium lanjut penderita emfisema paru akan terlihat kurus, sesak nafas dan bernafas
dengan mengunakan otot-otot pernafasan tambahan. Bila dudud biasanya membungkuk dengan
kedua tangan diletakkan dimuka sebagai penahan.
c. emfisema yang mengalami eksaserbasi.
Gejala-gejala yang menandakan terjadinya eksaserbasi adalah :
- batuk yang berat, panjang dan berulang.
- Dispnoe
- Sputum yang mengental
- Bronkhospasme dan obstruksi mukus
- infeksi
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Pemeriksaan radiologis.
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
7
7
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
a. gambaran defisiensi arteri
over inflasi yaitu terlihat diafragma yang rendah dan datar. Kadang-kadang menjadi
konkaf. Udara diruang retrosternal bertambah (tappering air), juga terjadi pelebaran dan
mendatar dari tulang iga.
b. Corakan paru yang bertambah.
2. pemeriksaan Fungsi paru.
Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV dan KAEM (kecepatan Arus Ekspirasi
Maksimal). Kelainan diatas lebih jelas bila sudah stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan
hanya pada saluran naas kecil.
3. Analisa Gas Darah
Ventilasi yang kuat masih sering dapat dipertahankan oleh penderita emfisema paru
sehingga PaCO2 rendah atau normal. Saturasi Haemoglobin penderita hampir mencukupi.
VI. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan emfisema terdiri dari :
1. Penyuluhan mengenai hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimanan cara pengobatannya
dengan baik.
2. Pencegahan
a. Rokok
b. Menghindari lingkungan dengan polusi buruk.
c. Vaksin
Dianjurkan untuk mencegah eksaserbsi akut terutama terhadap influenza dan infeksi pneumokokus.
3. Pengelolaan sehari-hari
dapat dilakukan untuk mengurangi obstruksi dan sangat membantu, yaitu :
a. Pemberian bronkhodilator
- Golongan Teofilin
Sejak dulu biasa digunakan untuk penderita bronkhitis kronis dan emfisema paru.
Dalam pemberian obat ini harus diperhatikan kadar teofilin dalam darah karena
metabolisme obat ini sangat bervariasi untuk setiap individu. Pada penderita
emfisema paru sering sudah lanjut usia, apalagi bila disertai dengan kelainan
jantung, dapat menyebabkan eksresi teofilin lebih menurun.
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
8
8
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Golongan Agonis 2
Sebaiknya diberikan dalam bentuk aerosolatau nebulizer. Efek samping utama
adalah tremor, tetapi menghilang dengan pemberian yang agak lama.
b. Pemberian kortikosteroid.
Pada beberapa penderita pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi obstruksi
saluran pernafasan. Dianjurkan untuk pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu.
c. Mengurangi sekresi mukus
Dapat dilakukanm dengan cara :
- Minum cukup, supaya tidak dehidrasi dan mukus lebih encer
- Ekspektoran
- Mukolitik
d. Fisiotherapi dan rehabilitasi.
Hal ini berguna untuk :
- Mengeluarkan mukus dari saluran pernafasan
- Memperbaiki efisiensi ventilasi
e. Pemberian O2 jangka panjang
Pengelolaan sama saja yaitu yang terkendali serta menanggulangi infeksi dan obstruksi
saluran pernafasan. Pemberian O2 harus sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
nekrosis, tetapi cukup untuk oksigenasi.
Penelitian dengan memberikan oksigen selama 15 jam sehari ternyata survival rate dapat
diperpanjang lebih dari 5 tahun.
Adapun yang digunakan sebagai kriteria keberhasilan terapi adalah :
1. Berkurangnya gejala.
2. Faal paru membaik
3. Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi
4. Bertambahnya kualitas hidup.
VII. PROGNOSIS
Tergantung pada :
1. Beratnya obstruksi
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
9
9
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Adanya Cor Pulmonale
3. Kegagalan jantung kongstif
4. Derajat gangguan analisa gas darah.
Bila dibuat diagnosis dini dan segera dikelola dengan optimal, prognosanya adalah baik. Bila
penderita sudah lanjut usia dan sesudah terdapat kelainan struktur jalan nafas maka survival 5 years
hanya 40% . bila penyebabnya adalah emfisema 1- antitripsin maka prognosanya menjadi jelek.
STATUS ORANG SAKITSTATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Tn. Djamin
Umur : 76 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
10
10
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Perguruan I Kampung Kantan Medan
Tgl. Masuk : 21 JUNI 2005
MR : 28-85-03
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Sesak napas.
Telaah : Keadaan ini telah dialami OS sejak 6 tahun yang lalu. Sesak mulai
memberat ± 2 hari yang lalu, Sesak napas tidak berhubungan dengan
cuaca tetapi berhubungan dengan aktifitas, riwayat terbangun tengah
malam oleh karena sesak (+) sehingga OS mengambil posisi setengah
duduk untuk mengatasi sesaknya.
Kaki bengkak (+) dialami OS sejak ± 2 minggu yang lalu
Batuk disertai dahak (+), dialami OS ± 6 bulan yang lalu, sifatnya hilang
timbul, warna putih kental, volume ± 1 sdm.
Nyeri dada (+) seperti ditusuk, dialami OS ± I bulan sebelum masuk
RSUPM diikuti dengan riwayat neri di persendian (+)
Demam (+), dialami OS ± 2 hari ini, sifatnya hilang timbul.
Riwayat merokok ± 15 tahun, 1 – 2 bungkus / hari
Riwayat BAK (+) N
Riwayat BAB (+) N
RPT : Batuk-batuk
RPO : Amoxicillin, prednison, Meptin, Barotec Inhaler.
STATUS PRAESENS :
Sensorium : Compos Mentis Anemi [-] Pancaran wajah : lemah
Tekanan
darah
: 120/70 mmHg Ikterus [ -] Sikap paksa : (+) posisi ½
duduk
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
11
11
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nadi : 126 x/i, t/v cukup Dispnoe [+] Refleks fisiologis : (+) N
Pernapasan : 48 x/i, reg Edema [+] Refleks patologis : (-)
Temperatur : 38 0 C Cyanosis [ +] BB 60 kg, TB 165 cm, RBW = 92 %
KU/KP/KG : : Sedang/
Berat/
Normoweight
KEPALA :
Mata : Conjunctiva palpebra inferior pucat (-), sklera ikterik (-), pupil : isokor,
Refleks cahaya kiri=kanan, kesan normal
T/H/ : Tidak dijumpai kelainan
Mulut : Bibir : sianosis (+)
LEHER : TVJ R+ 1cmH2O , trachea medial , pembesaran KGB [-] , pembesaran
kel.tiroid [-]
TORAKS DEPAN:
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Sulit dinilai
Perkusi : sonor pada kedua paru
BPH R/A : ICR VI/VII, peranjakan (+).
BJR atas : ICR II/III kiri
Kanan : LSD
Kiri : ICR V 1 cm medial LMCS
Auskultasi : Suara pernafasan : Bronkial di lapangan paru kiri dan kanan
Suara tambahan : Ronki basah basal di lapangan paru kanan
Ekspirasi memanjang (+)
M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2
HR : 126 x/i , regular , desah [-]
TORAKS BELAKANG
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Sulit dinilai
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
12
12
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Perkusi : Sonor pada kedua paru.
Auskultasi : Suara Pernafasan : Bronkial di kedua lapangan paru
Suara Tambahan : Ronki basah basal di lapangan paru kanan
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris membesar
Palpasi : Soepel , H/L : Tidak teraba
Perkusi : Timpani, pekak hati (+)
Auskultasi : Peristaltik [+] normal.
PINGGANG : Nyeri ketok sudut costo vertebra [-]
INGUINAL : Pembesaran kel.getah bening [-]
GENITALIA : Laki-laki, tak ada kelainan
ANGGOTA GERAK ATAS : Tidak dijumpai kelainan
ANGGOTA GERAK BAWAH : Oedem pretibial (+) kanan dan kiri
LABORATORIUM [ 21 Juni 2005 ]Darah rutin
Hb : 13,3 gr% Hitung jenis : eo/b/bat/seg/l/m : 2/0/1/65/22/10 %
LED : 18 mm/jam Hematokrit : 34 %
Lekosit : 11100/mm3 Trombosit direct: 99.000/mm3
Urine rutin
Warna : kuning, jernih
Protein : (-)
Reduksi : (-)
Sediment : eritrosit : (-) /LPB
Leukosit : 0 -2 /LPB
Epitel : (-)
Blass epitel : (-)
Kristal : (-)/LPB
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
13
13
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Silinder : (-)/LPB
Urobilin : (-)
Urobilinogen : (+)
Ph : 6
BJ : 1,005
Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Ad Random : 148 mg/dl
Pemeriksaan AGDA
Sodium (Na) : 132 mmol/L
Potassium (K) : 3,5 mmol/L
PH : 7,426
PCO2 : 41 mmHg
PO2 : 63 mmHg
TCO2 : 28 mmol/L
HCO3 : 27 mmol/L
Base Excess : 3 mmol/L
O2 Saturasi : 92 %
Hasil Pemeriksaan EKG
Kesimpulan : Sinus Ritme
Axis : Normo axis
VR : 94 x / menit
Iskemik inferior (II,III,aVF) Lateral (V5 dan V6)
RESUME :
Anamnesis : Dispnoe (+), Batuk (+)
Status present : Sianosis (+), sikap paksa (+)
Pemeriksaan fisik
Bibir : Sianosis (+)
Abdomen : Pekak hati (+)
Ekstremitas : Tidak dijumpai kelainan
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
14
14
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DIAGNOSIS BANDING
1. CHF FC III/IV ec PJK + COPD Exaserbasi Akut ec. Baronkitis Kronik
2. CHF FC III/IV ec HHD + COPD Exaserbasi Akut ec. Baronkitis Kronik
3. CHF FC III/IV ec Cardiomiopaty + COPD Exaserbasi Akut ec. Baronkitis Kronik
4.
DIAGNOSIS SEMENTARA
CHF FC III/IV ec PJK + COPD Exaserbasi Akut ec. Baronkitis Kronik
PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Diet M II
3. O2 2-4 lt/i
4. IVFD RL 20 gtt/I
5. Inj. Cefriaxon 1 gr / 12 jam / IV
6. Inj. Lasix 1 amp / 8 jam / IV
7. Barotec Inhaler 3 x II puff
8. Inflamid inhaler 3 x II puff
RENCANA PENJAJAKAN DIAGNOSTIK/ TINDAKAN LANJUT
1. U/D/F rutin
2. Spirometri
3. Lipid profile
4. AGDA
5. Foto toraks
6. Elektrolit
7. Konsul Divisi Kardiologi
8. Konsul Divisi Pulmonologi
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
15
15
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Follow up tgl. 22 Juni 2005
KU : Sesak napas (+).
St. praesens :
Sensorium : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
Pols : 98 x/i
RR : 40 x /i
T : 36,8 0 C
Pemeriksaan fisik : Sama seperti hari sebelumnya
DIAGNOSIS SEMENTARA
CHF FC III/IV ec PJK + COPD Exaserbasi Akut ec. Baronkitis Kronis
Terapi :
1. Bed rest
2. Diet M II
3. O2 2-4 lt/i
4. IVFDRL 20 gtt/i
5. Inj. Cefriaxon 1 gr / 12 jam / IV
6. Inj. Lasix 1 amp / 8 jam / IV
7. Barotec Inhaler 3 x II puff
8. Inflamid inhaler 3 x II puff
Follow up tgl. 23 Juni 2005
KU : Sesak napas (+).
St. praesens :
Sensorium : Compos mentis
TD : 130/60 mmHg
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
16
16
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pols : 100 x/i
RR : 40 x /i
T : 36,7 0 C
Pemeriksaan fisik : Sama seperti hari sebelumnya
DIAGNOSIS SEMENTARA
CHF FC III/IV ec PJK + COPD Exaserbasi Akut ec. Baronkitis Kronik
Terapi :
1. Bed rest
2. Diet M II
3. O2 2-4 lt/i
4. IVFDRL 20 gtt/I
5. Inj. Lasix 1 amp / 8 jam / IV
6. Inj. Cefriaxon 1 gr / 12 jam / IV
7. Inj. Deksametason 1 amp / 8 jam
8. GG 3 x 1 tab
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
17
17
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Permasalahan :
1. Apakah diagnosis kami di ruangan sudah benar ?
2. Apakah penatalaksanaan yang telah dilakukan terhadap OS di Ruangan sudah benar ?
3. Apakah kriterianya sehingga pada pasien ini di diagnosis dengan CHF FC III/IV ec PJK +
COPD exaserbasi Akut ec Bronkitis Kronik
4. Bagaimanakah prognosis pasien ini ?
Presentator : Antoni
Irma
Dokter Ruangan : dr. Sahat Situmorang
dr. Lili Syarief H
Stase DKR : dr. Sugiarto Gani
dr. Soroy Lardo
dr. Endang S
DKR : dr. Zulhelmi B,SpPD-KGH
dr. Daud Ginting, SpPD
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
18
18
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LAPORAN KASUS RUANGAN XXI
CHF FC III/IV ec. PJK + COPD EXSASERBASI AKUT CHF FC III/IV ec. PJK + COPD EXSASERBASI AKUT
ec. BRONKITIS KRONIK ec. BRONKITIS KRONIK
DISUSUN OLEH,
ANTONI 1)
IRMA 2)
COW Dokter Rungan
1. dr. Endang 1. dr. Lili Syarief H
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
19
19
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) FC III/IV ec. PJK + COPD EXASERBASI AKUT ec. BRONKITIS KRONIK--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. dr. Soroy 2. dr. Sahat Situmorang
3. dr. Sugiarto Gani
DKR
Dr. Daud ginting, Sp.PD
Dr. Zulhelmi B, Sp.PD
SMF PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI1), UNIVERSITAS BAITURRAHMAH2)
RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN
2003
___________________________________________________________________________KKS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RS PUTRI HIJAU MEDAN 02 JULI 2005HENDRA SAPUTRA 99 – 310061 UNIV BAITURRAHMAH
20
20