Chapter II 3
-
Upload
tomi-faizal -
Category
Documents
-
view
10 -
download
2
description
Transcript of Chapter II 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Pengertian sistem informasi akuntansi menurut Bodnar (2004 : 1) adalah
“An accounting information sistem is a collection of resource, such as people
and equipment, designed to transform financial and other data into information”.
Pengertian sistem informasi akuntansi menurut Barry E. Chusing dalam
Midjan dan Susanto (2001 : 30) adalah “Sistem informasi akuntansi merupakan
seperangkat sumber daya manusia dan modal dalam suatu organisasi yang
dibangun untuk menyajikan informasi keuangan yang diperoleh dari
pengumpulan dan pemerosesan data keuangan”.
Widjajanto (2001 : 41) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi
adalah ”Susunan berbagai fomulir, catatan, peralatan, termasuk komputer dan
perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang
terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data
keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen”.
Berdasarkan teori di atas maka akan disimpulkan bahwa sistem informasi
akuntansi dibangun untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan
pihak manajemen, yang diperoleh dari pengumpulan dan pemrosesan data
Universitas Sumatera Utara
keuangan sehingga dapat dijadikan sebagai dasar bagi perusahaan untuk
mencapai tujuan.
a. Unsur-unsur Sistem informasi Akuntansi
Unsur-unsur sistem informasi akuntansi menurut Barry E. Chusing
yang dialih bahasakan oleh Kosasih (2007 : 24) adalah sebagai berikut :
1). Sumber daya manusia 2). Peralatan 3). Formulir 4). Catatan 5). Prosedur 6). Laporan
1). Sumber daya manusia
Sistem informasi akuntansi membutuhkan sumber daya untuk
dapat berfungsi. Sumber daya dapat diklasifikasikan sebagai alat, data,
bahan pendukung, sumber daya manusia dan dana. Sistem informasi
akuntansi pada umumnya diberi nama menurut sumber daya manusia
yang digunakan. Suatu sistem informasi akuntansi-akuntansi manual.
Jika suatu sistem informasi akuntansi melibatkan penggunaan
komputer dan perlengkapan-perlengkapannya dinamai sistem
informasi akuntansi dengan komputer (computer based accounting
information sistem). Manusia merupakan unsur sistem informasi
akuntansi yang berperan dalam pengambilan keputusan dan
mengendalikan jalannya sistem informasi.
Universitas Sumatera Utara
2). Peralatan
Peralatan merupakan unsur sistem informasi akuntansi yang
berperan dalam mempercepat pengolahan data, meningkatkan
ketelitian kalkulasi atau perhitungan dan kerapihan bentuk informasi
3). Formulir
Formulir merupakan unsur pokok yang digunakan untuk mencatat
semua trasnsaksi yang tejadi. Formulir sering disebut dengan istilah
dokumen. Karena dengan formulir peristiwa yang terjadi dalam
organisasi direkam (didokumentasikan) diatas secarik kertas.
Menurut Barry E. Chusing dalam Kosasih (2007 : 81) formulir
terdiri dari 4 bagian pokok, yaitu:
(1) Pengenalan (introduction) Pengenalan disajikan pada bagian atas formulir dan harus memuat judul formulir dan nomor formulir.
(2) Instruksi (Instruction) Instruksi terdiri dari dua jenis, yaitu bagaimana mengisi formulir dan apa yang harus dikerjakan terhadap formulir setelah selesai pengisian.
(3) Isi Utama (main body) Informasi yang berhubung secara logis harus digolongkan bersama-sama pada formulir dengan memakai kolom dan tanda batas persegi (box)) yang digunakan sebanyak mungkin untuk menyediakan ruang (spasi) bagi data yang dicatat.
(4) Kesimpulan (conclusion) Kesimpulan disajikan pada bagian bawah formulir. Bagian ini harus memberikan ruang (spasi) yang cukup untuk menyangkut diposisi akhir dan atau persetujuan akhir transaksi yang dicatat pada formulir termasuk tanda tangan persetujuan dan tanggalnya.
Universitas Sumatera Utara
4). Catatan
Catatan terdiri dari :
a). Jurnal
Merupakan catatan akuntansi yang pertama digunakan untuk
mecatat, mengklasifikasi dan meringkas data keuangan dan data
yang lainnya.
b). Buku besar
Terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas
data keuangan yang telah dicatat sebelumnya kedalam jurnal.
5). Prosedur
Prosedur merupakan urutan atau langkah-langkah untuk
menjalankan suatu pekerjaan, tugas atau kegiatan. Biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam atas transaksi
perusahaan yang terjadi berulang. Prosedur-prosedur yang termasuk
dalam kegiatan persediaan bahan baku adalah sebagai berikut :
a). Prosedur Pembelian Persedian Bahan Baku
Pimpinan bagian produksi memberitahukan kepada bagian
pembelian mengenai bahan baku apa saja yang harus dibeli, berapa
banyak dan pada waktu mana harus dipesan, dengan menyerahkan
surat atau daftar permintaan pembelian (purchase order). Bagian
pembelian akan mengurus pesanan dan pembeliannya sampai barang-
Universitas Sumatera Utara
barang tersebut diterima. Setelah permintaan pesanan datang dari
bagian produksi, maka bagian pembelian mengirimkan surat pesanan
(purchase order) kepada calon supplier. Isi dari surat pesanan ini
adalah :
(1) Kuantitas pesanan yang harus dibeli
(2) Spesifikasi barang yang dipesan
(3) Taksiran barang yang harus dibeli
(4) Tanggal berapa barang tersebut diharapkan datang
b). Prosedur Penerimaan Persedian Bahan Baku
Setelah supplier mengirimkan barang yang dipesan, maka
bagian penerimaan akan memeriksa apakah barang yang diterima
tersebut sesuai dengan yang dipesan. Setelah diperiksa, maka bagian
ini memberikan laporan kepada bagian pembelian. Barang yang telah
diperiksa dan terbukti sesuai dengan pesanan diteruskan ke bagian
penyimpanan. Laporan penerimaan barang dibuat dalam beberapa
rangkap (copy) yang antara lain dikirimkan ke :
a. Bagian pembelian
b. Bagian akuntansi (untuk inventory records)
c. Bagian Gudang
Di samping pengiriman barang yang dipesan, maka supllier
juga akan mengirimkan faktur pembelian yang diterima oleh bagian
pembelian dan diteruskan kepada bagian pembukuan/akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
c). Prosedur Penyimpanan dan Pengeluaran Persediaan Bahan Baku
Pada bagian ini barang yang telah diterima harus dikelompokan
menurut jenis, ukuran dan sifatnya. Selanjutnya apabila bagian produksi
memerlukan bahan baku tersebut untuk proses produksinya, maka
bagian ini mengirimkan :
(1) Surat permintaan pemakaian bahan baku kepada bagian gudang
(2) Rangkap (copy) dari surat permintaan ini dikirimkan pula
kebagian pembukuan atau akuntansi untuk dipakai dalam
pencatatan perubahan persediaan (inventory records) dan
pencatatan akuntansi biaya.
Dengan adanya surat permintaan pemakaian bahan ini, maka :
(1) Bagian gudang mengeluarkan bahan baku yang diminta oleh
bagian produksi.
(2) Bagian akuntansi akan mencatat pengurangan jumlah bahan
baku serta pembebanan pada biaya produksi.
6). Laporan
Hasil akhir dari sistem informasi akuntansi adalah laporan
keuangan dan laporan manajemen. Suatu laporan dihasilkan untuk
kepentingan para pengguna (user) yang berlainan, semuanya
tergantung dari laporan apa yang dibutuhkan para pengguna tersebut.
Maka diharapkan laporan tersebut dapat memberikan gambaran yang
Universitas Sumatera Utara
memadai bagi pihak yang memerlukan dan bagi pihak yang
menggunakan terutama di dalam pengambilan sebuah keputusan.
Bagian Gudang Bagian Kartu Persediaan Bagian Jurnal
Dari Bagian Penerimaan Via bagian Piutang
Gambar 2.1 : Bagan Alir dokumen sistem informasi akuntansi persediaan
Sumber : Mulyadi (2003: 568)
Laporan Penerimaan Barang
Kartu Gudang N
Diterima dari Bagian Penerimaan
LPB
Memo Kredit
Mengisi harga pokok barang pada memo kredit
LPB
Memo Kredit
Kartu Persediaan 1
1
LPB
Memo Kredit
N
Kartu Gudang Selesai
Mulai
Universitas Sumatera Utara
b). Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Dalam merancang suatu sistem setiap perusahaan berupaya agar
kegiatan usahanya berjalan dengan lancar sesuai dengan yang
direncanakan. Setiap perusahaan hendaknya mengantisipasi agar dalam
menghadapi para pesaingnya, sehingga perusahaan dapat
mempertahanakan keberadaannya.
Kebutuhan akan adanya sistem informasi akuntansi yang dapat
memenuhi tujuan tersebut semakin berkembang, sejalan dengan semakin
banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan akan mencapai
tujuan utama perusahaan. Sistem informasi harus dapat memenuhi
fungsinya. Dalam memenuhi fungsinya sistem informasi akuntansi harus
mempunyai tujuan untuk memberikan informasi berupa laporan kepada
pihak manajemen yang berguna sebagai dasar bagi perusahaan dalam
mengambil keputusan.
Tujuan utama sistem informasi akuntansi menurut Wilkinson
(2000: 8) adalah sebagai berikut “To provide accounting information to a
wide variety of users”.
Sedangkan tujuan spesifik sistem informasi akuntansi menurut
Wilkinson (2000 : 8) adalah sebagai berikut :
2) To support the Day-To-Day-Operator
3) To support decision making by internal decision making.
4) To fulfill obligation relating to steward ship
Universitas Sumatera Utara
Jadi tujuan sistem informasi akuntansi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Untuk memberikan sistem informasi yang cepat.
2) Untuk memberikan informasi yang efisien.
3) Untuk memberikan informasi akuntansi yang dapat dipercaya
keandalannya.
4) Untuk memberikan informasi akuntansi yang berguna untuk
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen.
Menurut La Midjan Azhar dan Susanto (2001 : 30) fungsi utama
sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut : “Mendorong seoptimal
mungkin agar dapat menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang
berkualitas yaitu informasi yang tepat waktu, relevan, akurat (dapat
dipercaya) dan lengkap yang secara keseluruhan informasi akuntansi
tersebut mengandung arti dan berguna”.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi
akuntansi harus berguna, tepat waktu dan relevan untuk pengambilannya
keputusan, serta meningkatkan pelayanan dalam memberikan informasi yang
berguna bagi pihak manajemen dalam rangka mencapai tujuan suatu
perusahaan.
2. Pengertian Persediaan Bahan Baku
Menurut Fess dan Warren (2005 : 255) pengertian persediaan bahan baku
adalah “Inventory is used to indicate (1) merchandise held for sale in the normal
Universitas Sumatera Utara
course of business, and (2) matrelias in the process of production or held for
production.”
Pengertian persediaan bahan baku menurut Assauri (2009 : 171) adalah
“Persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses prroduksi,
barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari supllier
atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang
menggunakannya”.
Pengertian persediaan bahan baku menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2009 : 14.2) adalah “ Persediaan adalah aktiva :
1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal ;
2) Dalam proses produksi atau dalam perjalanan ;
3) Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapannya (supllier) untuk
digunakan dalam proses pemberian jasa”.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan
bahan baku merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa yang diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari
supllier bagi perusahaan yang menggunakannya.
a. Sistem Pencatatan Persediaan Bahan Baku
Menurut Midjan dan Susanto (2001 : 154) terdapat dua sistem pencatatan
persediaan, yaitu :
1) Perpetual Inventory System
2) Periodical (physical) Inventory System
Universitas Sumatera Utara
Kedua sistem pencatatan persediaan bahan baku di atas akan diuraikan
sebagai berikut :
1) Perpetual Inventory System
Dalam hal ini pencatatan atas transaksi persediaan dilaksanakan setiap
waktu, baik terhadap pemasukan maupun pengeluaran. Sistem ini dilaksanakan
untuk barang-barang yang bernilai agak tinggi atau untuk barang yang mudah
untuk dicatat terutama pemakaian dan pengeluaran di gudang.
2) Periodical (physical) Inventory System
Pencatatan atas transaksi persediaan hanya untuk pembelian. Pemakaian
tidak dicatat dan biasanya tidak menggunakan bon pemakaian atau pengeluaran
barang. Pada akhir tahun diadakan inventarisasi fisik untuk mengetahui sisa
persediaan, selisihnya sebagai pemakaian atau pengeluaran dimasukkan ke dalam
harga pokok penjualan atau produksi. Metode ini sangat tepat untuk barang-
barang bernilai rendah atau secara teknis sulit untuk dicatat pemakaian atau
pengeluarannya, misalnya peniti, baut, pasir dan lain-lain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kedua sistem
pencatatan ini tergantung pada jenis dan nilai persediaan. Untuk persediaan
bernilai rendah digunakan sistem periodikal, sedangkan untuk persediaan bernilai
tinggi digunakan sistem persediaan perpetual.
Universitas Sumatera Utara
b. Metode Penilaian Persediaan Bahan Baku
Menurut ketentuan Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 147.7) metode
penilaian persediaan yang dapat digunakan untuk menghitung harga pokok
adalah sebagai berikut :
1) Metode FIFO (First In First Out)
2) Metode LIFO (Last In First Out)
3) Metode Harga Rata-Rata (Average Cost)
Ketiga metode penilaian persediaan bahan baku di atas akan diuraikan
sebagai berikut :
1) Metode FIFO (First In First Out)
Dalam metode ini biaya dibebankan sesuai dengan biaya yang
sebenarnya timbul. Prinsip dasar metode ini adalah barang yang
pertama kali masuk dikeluarkan terlebih dahulu. Jadi setiap kali ada
penjualan barang, harga pokok barang yang keluar dinilai
berdasarkan harga pokok pembelian barang yang lebih awal
masuknya dan harga pokok persediaan barang yang masih ada dinilai
berdasarkan harga pokok pembelian terakhir.
2) Metode LIFO (Last In First Out)
Metode ini menganggap bahwa biaya terakhir akan diperhitungkan
terhadap penjualan yang terjadi. Prinsip dasar dari metode ini adalah
barang yang terakhir masuk atau diterima, dikeluarkan terlebih
dahulu, karena itu persediaan yang masih ada dinilai dengan harga
Universitas Sumatera Utara
pokok dari pembelian barang terlebih dahulu, sedangkan pengeluaran
barang dinilai dengan harga pokok dari pembelian terakhir.
3) Metode Harga Rata-Rata (Average Cost)
Dalam metode ini, baik barang yang telah terjual maupun yang masih
ada, dinilai berdasarkan harga pokok rata-rata yang berlaku dalam
periode yang bersangkutan. Jadi metode ini menganggap semua unit
persediaan tercampur. Suatu biaya rata-rata diperoleh dengan
membagi jumlah harga barang yang tersedia selama satu periode
dengan jumlah barangnya. Biaya rata-rata ini dipergunakan untuk
menghitung nilai persediaan dari harga pokok barang yang dijual.
Dari ketiga metode penilaian persediaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pihak manajemen bebas menggunakan metode penilaian mana saja asalkan yang
sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan, tetapi penerapan metode penilaian
persediaan tetap harus dilakukan secara konsisten.
3. Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku
Sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku merupakan salah satu
bagian dari sistem informasi akuntansi yang berperan penting dalam mencapai
tujuannya. Sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku merupakan salah
satu cara untuk menyajikan suatu informasi mengenai persediaan bahan baku
kepada pihak manajemen di dalam suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi persediaan yang
terdiri dari sistem dan prosedur persediaan menurut Midjan dan Susanto (2001 :
150) adalah untuk dapat menangani hal-hal sebagai berikut:
a. Sebagian besar kekayaan perusahaan dagang dan industri pada umumnya tertanam dalam persediaan, oleh karenanya perlu disusun sistem dan prosedurnya agar persediaan selain dapat ditingkatkan efisiensinya, juga dapat ditingkatkan efektivitasnya.
b. Persediaan bagi perusahaan dagang dan industri harus diamankan dari kemungkinan pencurian, terbakar, kerusakan dan lain-lain demi mempertahankan kontinuitas perusahaan.
c. Perusahaan harus ditangani dengan baik, selain penyimpanan dan pengeluarannya juga pemasukannya ke perusahaan. Kesalahan dalam pemasukan yang disebabkan karena harga dan kualitas akan mempengaruhi baik terhadap hasil produksi juga terhadap harga pokok penjualannya.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan yang ada di dalam
perusahaan sudah seharusnya ditangani dengan baik oleh pihak yang
bertanggungjawab dalam menanganinya, karena sebagian besar kekayaan
perusahaan itu tertanam dalam persediaan perusahaan. Oleh karena itu,
diperlukan sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku sebagai alat bantu
dalam pencapaian tujuan perusahaan.
4. Kelancaran Proses Produksi
a) Pengertian Kelancaran
Pengertian kelancaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 :
633) adalah “Lancar adalah melaju dengan cepat atau bergerak maju dengan
cepat. Sedangkan kelancaran adalah keadaan lancarnya (sesuatu)
Universitas Sumatera Utara
pembangunan sangat bergantung pada sarana, tenaga dan biaya yang
tersedia”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bawa kelancaran
merupakan suatu keadaan di mana sesuatu berjalan dengan lancar, bergerak
maju dengan cepat dan sangat bergantung pada sarana, tenaga dan biaya yang
tersedia, sehingga pelaksanaan yang diharapkan dapat terjamin.
b) Pengertian Proses Produksi
Dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat barang atau jasa yang
diperjualbelikan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Barang atau jasa tersebut
ada yang diperjualbelikan dan dapat langsung dikonsumsi tetapi ada yang
perlu diolah lebih lanjut untuk dijadikan barang lain. Adanya barang atau jasa
ini tidak mungkin timbul dengan sendirinya tanpa kegiatan proses produksi.
Ini berarti harus ada aktivitas yang dimaksudkan untuk menambah atau
menciptakan kegunaan suatu barang atau jasa tersebut. Aktivitas itulah yang
sebenarnya merupakan suatu proses tersebut.
Seluruh perusahaan yang berproduksi untuk menghasilkan satu atau
beberapa macam barang tentu akan memerlukan bahan baku untuk
pelaksanaan proses produksinya. Pada umumnya, baik dan buruknya kualitas
bahan baku tersebut akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
kualitas produk akhir dari perusahaan yang bersangkutan.
Untuk pengadaan bahan baku akan mengadakan pemesanan atau
pembelian kepada perusahaan-perusahaan lain (sebagai perusahaan
Universitas Sumatera Utara
pemasok/supplier). Dari beberapa perusahaan pemasok ini, belum tentu
semuanya dapat memnuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditentukan
oleh perusahaan, baik dari segi persediaan bahan baku, waktu pengiriman
bahan serta kualitas bahan baku yang dikirim tersebut. Oleh karena itu, maka
sebaiknya perusahaan yang bersangkutan ini dapat melaksanakan seleksi
sumber bahan baku sehingga bahan baku yang diperolehnya akan mempunyai
kualitas yang memadai dengan harga yang cukup murah pula.
Dalam perusahaan industri, proses pproduksi merupakan aktivitas
utama. Di mana dalam proses produksi terjadi perubahan kegunaan dan
bentuk dari bahan baku menjadi barang jadi.
Definisi proses produksi menurut Assauri (2009 : 75) adalah “Proses
produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan
atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses produksi
merupakan suatu aktivitas yang berupa kerjasama antara tenaga kerja, mesin,
bahan-bahan dan dana untuk menambah kegunaan dari suatu barang atau jasa.
c) Unsur-Unsur Kelancaran Proses Produksi
Kelancaran proses produksi merupakan salah satu tujuan yang sangat
diharapkan perusahaan terutama pada perusahaan yang melakukan kegiatan
produksi. Suatu proses produksi dapat dikatakan lancar apabila proses
produksi tersebut tidak mengalami hambatan dalam memproduksi suatu
Universitas Sumatera Utara
barang, sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan
kuantitas dan kualitas yang direncanakan serta hasil dari proses produksi dapat
selesai tepat pada waktunya.
Proses produksi dapat dikatakan lancar jika ditunjang oleh unsur-unsur
proses produksi. Pengoperasian sistem produksi dan operasi tersebut menurut
Assauri (2009 : 18) mencakup :
1) Penyusunan rencana produksi dan operasi. 2) Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan. 3) Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan. 4) Pengendalian mutu. 5) Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).
Berikut ini merupakan uraian dari unsur-unsur kelancaran proses
produksi di atas :
1) Penyusunan rencana produksi dan operasi.
Kegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi harus dimulai
dengan penyusunan produksi dan operasi. Dalam rencana produksi dan
operasi harus tercakup penetapan target produksi, scheduling, routing,
dispatching, dan follow-up. Perencanaan kegiatan produksi dan operasi
merupakan kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi.
2) Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan dan
kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi produksi
dan operasi tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau masukan bagi
Universitas Sumatera Utara
produksi dan operasi ditentukan baik tidaknya pengadaan bahan serta rencana
dan pengendalian persediaan yang dilakukan.
3) Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan operasi
harus selalu terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga
dibutuhkan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan
ini akan dicakup tentang penting dan penerapan dari kegiatan pemeliharaan
atau perawatan, macam macam kegiatan pemeliharaan atau perawatan, syarat-
syarat bagi terlaksananya kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang efektif
dan efisien, serta proses pelaksanaan kegiatan pemeliharaan atau perawatan
mesin dan peralatan.
4) Pengendalian mutu.
Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi
menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi.
Dalam rangka ini perlu dipelajari kegiatan pengendalian mutu yang harus
dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya. Pembahasan yang tercakup
dalam pengendalian mutu adalah maksud dan tujuan dari kegiatan
pengendalian mutu, proses kegiatan perencanaan dan pengendalian mutu,
peran pengendalian mutu, peran pengendalian proses dan produk dalam
pengendalian mutu, teknik dan peralatan pengendalian mutu, serta
pengendalian mutu secara statistik (statistical quality control).
5) Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan oleh
kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber daya
manusianya. Dalam pembahasan manajemen tenaga kerja atau sumber daya
manusia akan mencakup pengelolaan tenaga kerja dalam produksi dan
operasi, desain tugas dan pekerjaan, serta pengukuran kerja (work
measurement).
Jadi dengan adanya unsur-unsur kelancaran proses produksi di atas
diharapkan dapat memenuhi kuantitas produk yang diperlukan pada waktu
yang tepat, sesuai dengan total biaya minimum serta sesuai dengan kualitas
yang diminta oleh konsumen.
5. Prinsip Pengendalian Internal pada Proses Produksi
Kepala produksi tidak dapat mengawasi secara keseluruhan jalannya proses
produksi, untuk itu diperlukan adanya suatu pengendalian internal pada proses
produksi. Prinsip pengendalian internal yang harus ada pada proses produksi
menurut Midjan dan Susanto (2001 : 219) adalah sebagai berikut :
a) Harus terdapat organisasi intern yang memadai di mana terdapat pemisahan fungsi dan pembagian kerja yang baik dan tegas di antara : (1) Fungsi perencanaan produksi dan pengawasan produksi oleh biro
produksi (PPC). (2) Fungsi pelaksanaan produksi oleh bagian produksi/pabrik. (3) Fungsi penyimpanan bahan baku dan hasil produksi oleh gudang
dan hasil jadi. (4) Fungsi pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi dalam
proses produksi oleh bagian akuntansi produksi/biaya. b) Terdapat sistem pencatatan, prosedur, metode dan pelaporan yang
memadai dalam proses produksi. c) Terdapat standar/norma dan budget dalam pemakaian bahan, jam kerja
dan jam mesin berikut hasil produksinya.
Universitas Sumatera Utara
d) Terdapat pengawasan atas proses produksi (on the jon control) yang sedang berjalan maupun hasil akhir (inspection, quality control).
e) Bagian inspection dan quality control harus sendiri di luar bagian pembelian, bahan penjualan maupun pabrik dan memegang fungsi staf. Dapat juga bagian inspection dan quality control berada pada biro produksi.
6. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku dalam
Menunjang Kelancaran Proses Produksi
Dalam perusahaan industri persediaan bahan baku meliputi bahan baku
yang dibeli dan dipakai untuk diproses kembali dalam proses produksi yang
berhubungan dengan kegiatan usaha normal. Persediaan bahan baku merupakan
aktiva lancar yang sangat mempengaruhi kelancaran operasi perusahaan industri,
sehingga harus dikendalikan secara baik, dalam hal ini sistem informasi
akuntansi persediaan bahan baku yang merupakan subsistem dari sistem
infromasi akuntansi secara keseluruhan merupakan alat bantu manajemen untuk
melaksanakan kelancaran proses produksi.
Proses produksi dapat dikatakan lancar, jika ditunjang oleh unsur-unsur
proses produksi. Pengoperasian sistem produksi dan operasi tersebut menurut
Assauri (2009 : 18) mencakup :
a. Penyusunan rencana produksi dan operasi. b. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan. c. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan. d. Pengendalian mutu. e. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).
Universitas Sumatera Utara
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penekanan peran sistem
informasi akuntansi persediaan bahan baku dalam menunjang proses produksi
ada pada perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku.
Fungsi yang berkaitan dengan siklus konversi produk menurut Wilkinson
(2005 : 253) adalah :
a. Melaksanakan perencanaan produksi strategis. b. Mendapatkan dan mengelola persediaan bahan baku. c. Mengawali proses produksi. d. Menyelenggarakan dan mengendalikan operasi produksi. e. Menyelesaikan dan mentransfer barang jadi. f. Menyusun laporan keuangan.
Dengan adanya sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku akan
membantu perusahaan dalam mengelola persediaannya, sehingga arus
pemindahan persediaan bahan baku akan jelas melalui informasi yang membuat
ketersediaan bahan baku untuk berjalannya proses produksi yang lancar. Sistem
akuntansi yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan adalah sistem akuntansi
pembelian, sistem akuntansi persediaan dan sistem akuntansi hutang.
Tujuan dari sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku menurut
Midjan dan Susanto (2009 : 120) diantaranya adalah :
a. Agar dapat mempertahankan kontinuitas usaha dan perusahaan. b. Agar dapat merencanakan persediaan, dikarenakan apabila kualitas
persediaan bahan baku yang dibeli menyimpang atau kurang, akan mempengaruhi kualitas atas hasil produksi yang menggunakan bahan baku tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk tujuan sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku
menurut Midjan dan Susanto (2009 : 149) adalah untuk menciptakan informasi
dan pengendalian persediaan bahan baku melalui :
a. Adanya prosedur penerimaan barang. b. Adanya prosedur penyimpanan dan pengeluaran barang. c. Adanya fasilitas gudang. d. Adanya metode penilaian persediaan. e. Adanya kartu persediaan. f. Adanya metode pencatatan persediaan. g. Adanya pengendalian persediaan melalui penghitungan reorder point.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sistem informasi akuntansi
persediaan bahan baku yang memadai maka proses produksi akan berjalan
dengan lancar, sehingga sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku
berperan dalam menunjang kelancaran proses produksi.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Irma Yanti Hutagaol (2008)
Judul penelitian “Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Dengan
Menggunakan Electronic Data Processing (EDP) Pada PT. Rajawali Nusindo
Cabang Medan”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan sistem
informasi akuntansi persediaan perusahaan dengan menggunakan pengolahan
data akuntansi secara komputer (electronic data processing) telah berjalan secara
efektif dan efisien?”.
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan : Hasil perhitungan statistik rata-rata (mean) dalam menilai
efektifitas dan efisiensi penerapan sistem informasi akuntansi persediaan dengan
menggunakan electronic data processing (EDP) menunjukkan nilai X sebesar =
4,085 yang berarti penerapan sistem informasi akuntansi persediaan dengan
menggunakan electronic data processing (EDP) pada PT.Rajawali Nusindo
Cabang Medan telah berjalan secara efektif dan efisien.
2. Paulus Kristianto Kurniawan (2008)
Judul Penelitian “Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Alat-Alat
Medis Dalam Menunjang Keefektifan Pengelolaan Persediaan Alat-Alat Medis
Studi Kasus Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung”
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Sejauh mana sistem informasi
akuntansi persediaan yang diterapkan pada Sakit Santo Borromeus Bandung
menunjang tercapainya efektivitas pengelolaan persediaan alat-alat medis?”
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi persediaan yang
diterapkan pada Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung sudah cukup
menunjang dalam tercapainya efektivitas pengelolaan persediaan alat-alat medis,
namun Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung dalam mengelola persediaan
alat-alat medis sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual
Pada dasarnya setiap perusahaan, khususnya perusahaan industri selalu
membutuhkan persediaan, karena tanpa adanya persediaan maka para pengusaha
dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat
memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan dan atau meminta barang atau jasa
yang dihasilkan.
Istilah persediaan, umumnya ditujukkan pada barang-barang yang dimiliki
perusahaan untuk dijual kembali dalam operasi normal perusahaan. Persediaan sangat
penting bagi perusahaan karena berfungsi menghubungkan antara operasi yang
berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen
secara tepat waktu. Hal ini dapat mempermudah dan memperlancar jalannya operasi
perusahaan, sehingga keuntungan yang diharapkan itu lebih besar dari biaya-biaya
yang ditimbulkannya.
Perusahaan dalam melaksanakan persediaan bahan baku tentunya memerlukan
berbagai informasi yang menyangkut masalah persediaan agar menejer dapat
melakukan aktivitas proses produksinya dengan lancar. Informasi yang diperlukan
tersebut dapat disediakan oleh suatu sistem informasi akuntansi yang memadai,
sehingga bisa menunjang kelancaran proses produksi perusahaan.
Jadi, sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku dapat menunjang
kelancaran proses produksi, di mana bisa menunjang proses produksi berjalan sesuai
dengan rencana, dan dapat menghasilkan kualitas barang sesuai dengan yang
diharapkan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku dalam menunjang
kelancaran proses produksi pada PT. Sinar Abadi Jaya Cabang Binjai ini dapat dilihat
pada paradigma penelitian berikut ini:
Gambar 2.2: Kerangka Konseptual
Proses Produksi
PT. Sinar Abadi Jaya Cabang Binjai
SIA Persediaan Bahan Baku
Universitas Sumatera Utara