Chapter 11 Akper
description
Transcript of Chapter 11 Akper
![Page 1: Chapter 11 Akper](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082402/5695d2831a28ab9b029ab941/html5/thumbnails/1.jpg)
Akuntansi Perilaku
Behavioral Aspects of Performance Evaluation dan Behavioral
Effects of Nonfinancial Performance Measures
Disusun Oleh :
Anisa Suci R. F0313010
Densi Fauziah F. F0313021
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
![Page 2: Chapter 11 Akper](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082402/5695d2831a28ab9b029ab941/html5/thumbnails/2.jpg)
Chapter 11
Behavioral Aspects of Performance Evaluation
A. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah metode penilaian secara periodik atas keefektifan
operasional suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan standar kinerja atau tujuan
yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja didesain untuk mengukur tiga dasar elemen yaitu
kinerja personal, hasil yang telah dicapai dari tujuan operasi perusahaan, dan tingkat
pengembalian dari investasi (return of invesment). Tujuan utama dari penilaian kinerja
adalah memotivasi para karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan dan agar para
karyawan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan sehingga tindakan dan hasil
pekerjaan menjadi lebih baik.
Manfaat dari penilaian kinerja adalah:
1. Mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien melalui pemberian
motivasi pada sumber daya manusia secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang beruhubungan dengan sumber daya
seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kriteria kebutuhan pelatihan karyawan.
4. Memberikan umpan balik kepada karyawan tentang bagaimana atasan melihat
kinerja mereka.
5. Menjadi dasar untuk pemberian hadiah dan hukuman.
B. Motivasi Sebagai Alat Promosi Efesiensi Operasional
Motivasi adalah proses utama dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan
bertujuan. Dari aspek perilaku, motivasi bersangkutan dengan sesuatu yang mendorong
karyawan berperilaku sesuai dengan ketentuan.
Expectacy theory merupakan suatu teori yang paling baik dalam memprediksi
motivasi dan kinerja. Teori harapan (Expectancy Theory) menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh upaya untuk mencapai kepuasaan pribadi, untuk itu ada tiga hal yang
perlu diperhatikan:
![Page 3: Chapter 11 Akper](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082402/5695d2831a28ab9b029ab941/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Hubungan usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan kinerja.
2. Hubungan kinerja dengan hasil yang didapatkan.
3. Hubungan antara hasil yang diharapkan dengan tujuan pribadi.
C. Pengaruh Imbalan pada Perilaku
Ada tiga cara untuk membentuk perilaku karyawan yang bekerja dalam organisasi:
1. Memberikan respon terhadap perilaku yang diinginkan dengan sesuatu yang
menyenangkan hati (misal: pujian atau hadiah). Hal ini disebut Positive
Reinforcement.
2. Negative Reinforcement adalah teknik yang digunakan untuk mencegah perilaku
dengan pemindahan atau penghindaran suatu kejadian negatif sebagai
konsekuensi dari perilaku.
3. Hukuman (Punishment) adalah salah satu solusi untuk mengatasi perilaku yang
tidak diinginkan.
D. Jenis dan Manfaat Imbalan dalam Dorongan dan Penguatan Perilaku Fungsional
Imbalan dapat dikelompokkan ke dalam kategori intrinsik dan ekstrinsik. Imbalan
intrinsik adalah imbalan yang dinilai di dalam dan dari diri pegawai, yang melekat pada
aktivitas itu sendiri. Contoh imbalan intrinsik ini adalah perasaan individu akan
kemampuan pribadi (personal competence) sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan
dengan baik, perasaan pencapaian pribadi, tanggung jawab dan otonomi pribadi dan
perasaan pertumbuhan dan pengembangan pribadi. Sedangkan, imbalan ekstrinsik tidak
mengikuti secara alamiah atau secara inheren kinerja sebuah aktivitas, namun diberikan
kepada pegawai oleh pihak-pihak dari luar. Imbalan-imbalan ini sering digunakan oleh
organisasi dalam usaha untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja pegawai. Termasuk
dalam imbalan ekstrinsik adalah pengakuan dan pujian dari atasan, promosi, tunjangan-
tunjangan finansial serta imbalan sosial seperti kesempatan untuk berteman dan
menjumpai banyak orang baru.
E. Tahap Penilaian Kinerja
1. Tahap persiapan
![Page 4: Chapter 11 Akper](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082402/5695d2831a28ab9b029ab941/html5/thumbnails/4.jpg)
a. Menentukan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung
jawab
Apabila orang yang memegang tanggung jawab dalam kinerjanya,
pertanggungjawabannya harus ditentukan secara jelas. Jika suatu perusahaan
tidak peduli terhadap pembatasan garis letak pertanggungjawaban maka
tujuan kinerja ataupun standar kinerja tidak akan mungkin dapat dicapai dan
penilaian kinerja akan gagal dari awal.
b. Menetapkan kriteria kinerja untuk setiap segmen dan aktivitas organisasi
Manajemen puncak harus memastikan karyawannya termotivasi untuk
bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan. Agar ini terjadi diperlukan adanya
keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan perusahaan. Keselarasan
tujuan dipengaruhi oleh prosedur yang digunakan untuk melakukan penilaian
kinerja.
c. Mengukur kinerja aktual
Langkah selanjutnya dalam melakukan penilaian kinerja adalah mengukur
hasil sesungguhnya dari aktivitas–aktivitas yang dilakukan. Meskipun hal
tersebut pada pemukaannya menjadi objektif, berulang-ulang, dan aktivitas
rutin, pengukuran itu sendiri akan menunjukkan respon disfungsional.
Pegawai akan mencoba untuk memanipulasi informasi untuk memenuhi
tujuan mereka sendiri. Beberapa jenis dari metode manipulasi data tersebut
yaitu:
1) Smoothing: menaik-turunkan angka di laporan kinerja yang sebenarnya
tidak sesuai dengan kondisi riilnya. Contohnya memasukkan biaya tahun
ini ke biaya tahun depan agar kinerja tahun ini kelihatan bagus
2) Biasing: cenderung menggunakan data yang menguntungkan. Contoh: ada
banyak prediksi yang dibuat oleh lembaga riset independen tentang
proyeksi pertumbuhan GDP tahun depan. Manajer menggunakan prediksi
yang paling rendah (pesimis) sebagai dasar penetapan target tahun depan
agar kinerjanya tampak bagus.
3) Gaming: menyiasati aturan yang ada atau menggunakan proses/rumus
yang dapat membuat kinerja tampak bagus, walaupun sebenarnya tidak
![Page 5: Chapter 11 Akper](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082402/5695d2831a28ab9b029ab941/html5/thumbnails/5.jpg)
bagus. Contoh: agar indikator kinerja biaya kantong per ton semen
rendah, bagian pemasaran lebih banyak menjual semen dalam bulk,
meskipun profit marginnya rendah.
4) Focusing: agak mirip dengan biasing, melaporkan kinerja yang bagus dan
menyembunyikan kinerja yang buruk. Contoh: bagian pemasaran
melaporkan market share yang tumbuh tapi tidak melaporkan profit
margin yang turun.
5) Illegal acts: melakukan manipulasi data untuk membuat kinerja tampak
bagus. Contoh: memanipulasi data waktu setup mesin agar kinerja tampak
bagus
2. Tahap penilaian
a. Perbandingan kinerja aktual dengan tujuan
Perbandingan ini diperoleh melalui laporan kinerja periodik. Timbal balik ini
ditujukan pada manajer untuk menunjukan ketidakefektifan dan
ketidakefesiensian dalam kinerja.
b. Menentukan penyebab operasional dan perilaku varian yang tidak
menguntungkan
Penyebab dari terjadinya penyimpangan ditemukan dari tepat atau tidaknya
tindakan yang diambil. Antara kondisi ketidakpuasan dan kepuasan harus
mendapat perhatian dari manajemen dan harus dianalisis serta
diinterprestasikan. Adanya tanda-tanda penyimpangan yang kurang baik
membutuhkan adanya investigasi lebih lanjut untuk menemukan penyebab
utama dari penyimpangan tersebut.
c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan penindakan untuk mencegah
terulangnya perilaku yang tidak diinginkan
Langkah terakhir dari penilaian kinerja adalah proses penegakan perilaku
yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang
tidak diinginkan. Perilaku adalah tindakan orang-orang yang menciptakan
hasil. Hasil merupakan indikator dari keefektifan seperti laba, kualitas output,
dan tingkat penjualan. Perusahaan harus menilai antara perilaku dan hasil
yang didapat. Fungsi evaluasi kinerja sistem akuntansi menyediakan sebagian
![Page 6: Chapter 11 Akper](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082402/5695d2831a28ab9b029ab941/html5/thumbnails/6.jpg)
besar data kuantitatif untuk menentukan bagaimana, kepada siapa, dan untuk
apa imbalan yang harus didistribusikan atau dipotong. Hal ini juga
menunjukkan daerah di mana modifikasi perilaku harus mengambil tempat
untuk meningkatkan pertumbuhan di masa depan.
F. Aspek Perilaku Dari Penilaian Kinerja Yang Menggunakan Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi pada semua level perusahaan atau pusat pertanggungjawaban
sangat berperan untuk melakukan penilaian kinerja. Jika informasi akuntansi dipakai
sebagai salah satu dasar penilaian kinerja, maka yang akan dibutuhkan adalah informasi
akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan peran kunci individu dalam suatu
perusahaan.
1. Hubungan Antara Struktur Organisasi dengan Struktur Laporan Keuangan
Jika sebuah struktur organisasi dengan struktur pelaporan sesuai, maka akan
terdapat keseimbangan antara pertanggungjawaban manajer dengan pengendalian
pendapatan/beban. Penilaian kinerja akan dirasa adil dan mempunyai makna serta
akan menjadi petunjuk perilaku dan aspirasi dimasa yang akan datang. Jika manajer
memegang tanggung jawabnya sesuai dengan struktur organisasi yang tidak memiliki
pengendalian mungkin mereka akan mengabaikan laporan kinerja dan bahkan akan
memanipulasi informasi.
2. Tingkat partisipasi dalam pengaturan standar
Reaksi bermusuhan sering dipicu oleh kriteria tidak cocok yang digunakan
dalam evaluasi kinerja atau jika penetapan tujuan dan format laporan yang dianggap
lemah. Untuk meminimalkan keluhan ini dan untuk mendorong penerimaan tujuan
anggaran dan standar biaya sebagai realistis dan adil, manajer segmen harus
berpartisipasi dalam menetapkan langkah-langkah yang digunakan dalam evaluasi
kinerja bawahan.
3. Tingkat Pemahaman Sistem Akuntansi
Karyawan memerlukan pemahaman yang baik terhadap metode yang mereka
gunakan dalam proses penganggaran, penetapan harga standar, dan tujuan dalam
proses penilaian kinerja. Tingkat pemahaman akuntansi yang tinggi penting agar
![Page 7: Chapter 11 Akper](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082402/5695d2831a28ab9b029ab941/html5/thumbnails/7.jpg)
informasi tersebut dapat digunakan oleh setiap level manajemen. Jika para manajer
paham terhadap sistem akuntansi maka akan berdampak baik bagi perusahaan.
Behavioral Effects of Nonfinancial Performance Measures: The Role of Procedural Fairness