Case Report - App Kronis

download Case Report - App Kronis

of 24

Transcript of Case Report - App Kronis

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    1/24

    CASE REPORT

    APENDISITIS KRONIS

    Disusun Oleh

    Alam Akbar

    Intan Herlina

    Dokter Pembimbing

    dr. Yuswardi, Sp.B

    KEPANITERAAN KLINIK STASE BEDAH

    RSUD R. SYAMSYUDIN, S.H SUKABUMI

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

    2013

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    2/24

    2

    CASE REPORT

    A.IDENTITAS PASIENNama : Ny. E

    Umur : 22 tahun

    Alamat : Sukabumi

    Jenis Kelamin : Perempuan

    No.RM : Axxxxxxx

    Pekerjaan : -

    Tanggal Masuk RS : 30-12-2013

    ANAMNESIS

    Autoanamnesa pada tanggal 30 Desember 2013

    KU:Nyeri perut kanan bawah sejak 1 bulan yang lalu

    RPS: Sejak 2 tahun yang lalu, os sering merasakan sakit pada bagian ulu hati,

    nyeri dirasakan hilang timbul. 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan berpindah

    ke bagian perut kanan bawah, nyeri hilang timbul, nyeri dirasakan

    terutama setelah beraktivitas dan nyeri dirasakan berkurang jika berbaring.

    Tadi pagi nyeri dirasakan menetap dan tidak berkurang saat istirahat.

    Demam disangkal, mual (+), muntah (-), nafsu makan berkurang, BAB

    dan BAK normal

    Riwayat menstruasi : Menarche usia 16 tahun, haid tidak teratur, nyerihaid (+), tidak ada riwayat keputihan.

    Riwayat penyakit dahulu : Os mengaku belum pernah mengalami sakitini sebelumnya, riwayat maag (+) 2 tahun

    Riwayat penyakit keluarga : Os mengaku tidak ada di keluarga yangpernah mengalami sakit seperti ini

    Riwayat pengobatan : Os mengaku sudah berobat di klinik dan diberiobat, Os lupa nama obatnya, namun tidak ada perbaikan

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    3/24

    3

    Riwayat kebiasaan : makan tidak teratur dikarenakan adanya penurunannafsu makan yang disertai dengan mual dan muntah, riwayat merokok

    disangkal.

    Pemeriksaan Fisik

    Kesan Umum a.Tampak sakit sedang b.Kesadaran : CMTanda Vital

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : Frekuensi: 78x/menit, Reguler

    Pernafasan : 22 x/menit

    Suhu Tubuh : 36.8oC

    KEPALA DAN WAJAHRambut : Hitam, tidak mudah rontok

    Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm

    Telinga : sekret -/-, serumen -/-

    Hidung : deviasi septum (-), sekret -/-

    Mulut : Mukosa oral dan bibir basah, sianosis (-), coated tongue (-), lidah

    tremor (-)

    LEHERTidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat

    THORAXParu-Paru

    Inspeksi : gerakan dinding paru saat bernafas simetris saat statis dan

    dinamis, bekas operasi (-)Palpasi : stem fremitus kiri = kanan

    Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

    Auskultasi : vesikular breath sound +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

    ABDOMENInspeksi : Cembung, spider nevi (-), tonjolan (-), bekas operasi (-),

    darm contour (-), darm steifung (-), defans muscular(-)

    Auskultasi : Bising usus (+) pada seluruh kuadran, 9 x/menit

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    4/24

    4

    Palpasi : Supel, nyeri tekan di titik McBurney (+) , Rovsign (-),

    Psoas sign (+), blumberg (-), Obturator sign (+), tidak

    teraba massa pada abdomen

    Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran

    EKSTREMITASSuperior : Akral Hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

    Inferior : Edema (-/-), Sianosis (-/-)

    UROGENITALIAInspeksi : Datar, tidak tampak suatu penonjolan

    Palpasi : Ballotement (-)

    Perkusi : Redup, nyeri ketok (-)

    GENITALIATidak dilakukan pemeriksaan

    Pemeriksaan Laboratorium 30Desember 2013

    Hematologi Jumlah Nilai Normal

    Hb 12,1 mg/dl L = 1316

    P = 12-14

    Leukosit 7.800 mg/dl 4.000-11.000

    Trombosit 272.000

    mg/dl

    150.000-400.000

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    5/24

    5

    Resume Perempuan usia 22 tahun, mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak 1

    bulan SMRS. Sejak 2 tahun yang lalu, os sering merasakan sakit pada

    bagian ulu hati, nyeri dirasakan hilang timbul. 1 bulan yang lalu, nyeri

    dirasakan berpindah ke bagian perut kanan bawah, nyeri hilang timbul,

    nyeri dirasakan terutama setelah beraktivitas dan nyeri dirasakan

    berkurang jika berbaring. Mual (+), Muntah (-), nafsu makan berkurang.

    Nyeri saat haid

    Dari PF didapatkan nyeri tekan di titik McBurney (+) , Psoas sign (+),

    Obturator sign (+)

    Rencana Pemeriksaan PenunjangPro USG Abdomen

    Diagnosa KerjaAkut abdomen et causa apendisitis kronis eksaserbasi akut

    Diagnosa Banding- Kista ovarium- Ureterolitiasis- Amebiasis intestinal

    Rencana PenatalaksanaanTerapi konservatif pada pasien ini, (bed rest total, diet cair, rendah serat,

    pemberian antibiotik spektrum luas) lalu diobsevasi.

    Bila diagnosa klinis sudah jelas dilakukan apendiktomi

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    6/24

    6

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi dan Fisiologi Apendiks Vermiformis

    Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira kira 10

    cm (kisaran 3 15 cm), dan berpangkal di sekum.Lumennya sempit di bagian

    proksimal dan melebar dibagian distal.Namun demikian, pada bayi apendiks

    berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya.

    Gambar 1. Apendiks vermicularis

    Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal.Kedudukan itu

    memungkinkan apendiks bergerak, dan ruang geraknya bergantung pada panjang

    mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks terletak

    retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum, dibelakang kolon asendens, atau di tepi

    lateral kolon asendens.

    Gambar 2. Variasi lokasi Apendiks vermicularis

    Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan

    parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika

    superior dan arteri appendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    7/24

    7

    nervus thorakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di

    sekitar umbilikus.

    Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis, cabang dari

    a.Ileocecalis, cabang dari a. Mesenterica superior. A. Appendikularis merupakan

    arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada

    infeksi, appendiks akan mengalami gangren.

    Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1 2 mL per hari.Lendir itu

    normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.

    Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis

    apendisitis.7

    Awalnya, Apendiks dianggap tidak memiliki fungsi. Namun akhir-akhir

    ini, Apendiks dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif mensekresikan

    Imunoglobulin terutama Imunoglobulin A (IgA). Walaupun Apendiks merupakan

    komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT),

    fungsinya tidak penting dan Appendectomytidak akan menjadi suatu predisposisi

    sepsis atau penyakit imunodefisiensi lainnya.

    2.2 Apendisitis

    2.2.1 Definisi

    Apendisitis adalah proses keradangan pada apendiks. Periapendikular

    Infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh

    omentum dan usus usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk

    massa (appendice

    al mass).

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    8/24

    8

    2.2.2 Epidemiologi

    Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada negara

    berkembang.Namun, dalam tiga empat dasawarsa terakhir kejadian menurun

    secara bermakna.Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan

    makanan berserat dalam menu seharihari.

    Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang

    dari satu tahun jarang dilaporkan.Insidens tertinggi pada kelompok umur 20 30

    tahun, setelah itu menurun.Insiden pada lelaki dan perempuan umumnya

    sebanding kecuali pada umur 20 30 tahun, ketika insidens pada lelaki lebih

    tinggi.

    Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun

    atau lebih; daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah

    cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.

    2.2.3 Etiologi

    Obstruksi

    Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada apendisitis akut. Fecalith

    merupakan penyebab umum obstruksi apendiks, yaitu sekitar 20% pada anak

    dengan apendisitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi apendiks.

    Penyebab yang lebih jarang adalah hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa

    apendiks, barium yang mengering pada pemeriksaan sinar X, biji-bijian, gallstone,

    cacing usus terutama Oxyuris vermicularis.2,4

    Obstruksi apendiks juga dapat terjadi akibat tumor carcinoid, khususnya

    jika tumor berlokasi di 1/3proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, corpus alienum

    seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya apendisitis.

    Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya apendisitis adalah trauma, stresspsikologis, dan herediter.

    Frekuensi obstruksi meningkat sejalan dengan keparahan proses inflamasi.

    Fecalith ditemukan pada 40% kasus apendisitis akut sederhana, sekitar 65% pada

    kasus apendisitis gangrenosa tanpa perforasi, dan 90% pada kasus apendisitisakut

    gangrenosa dengan perforasi.

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    9/24

    9

    Gambar 4. Appendicitis (dengan fecalith)

    Bakteriologi

    Apendisitis merupakan infeksi polimikroba, dengan beberapa kasus

    didapatkan lebih dari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang

    mengalami perforasi.Flora normal pada apendiks sama dengan bakteri pada Colon

    normal. Flora pada apendiks akan tetap konstan seumur hidup kecuali

    Porphyomonas gingivalis. Bakteri ini hanya terlihat pada orang dewasa. Bakteri

    yang umumnya terdapat di apendiks, Apendisitis akut dan Apendisitis perforasi

    adalah Eschericia coli dan Bacteriodes fragilis. Namun berbagai variasi danbakteri fakultatif dan anaerob dan Mycobacteria dapat ditemukan.

    Tabel 1. Organisme yang ditemukan pada Apendisitis akut

    Bakteri Aerob dan Fakultatif Bakteri Anaerob

    Batang Gram (-)

    Eschericia coli

    Pseudomonas aeruginosa

    Klebsiella sp.

    Coccus Gr (+)

    Streptococcus anginosus

    Streptococcus sp.

    Batang Gram (-)

    Bacteroides fragilis

    Bacteroides sp.

    Fusobacterium sp.

    Batang Gram (+)

    Clostridium sp.

    Coccus Gram (+)

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    10/24

    10

    Enteococcus sp. Peptostreptococcus sp.

    Peranan lingkungan: diet dan higieneDi awal tahun 1970an, Burkitt mengemukakan bahwa diet orang Barat

    dengan kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan

    berhubungan dengan kondisi tertentu pada pencernaan. Apendisitis, penyakit

    Divertikel, carcinoma Colorectal lebih sering pada orang dengan diet seperti di

    atas dan lebih jarang diantara orang yang memakan makanan dengan kandungan

    serta lebih tinggi. Burkitt mengemukakan bahwa diet rendah serat berperan pada

    perubahan motilitas, flora normal, dan keadaan lumen yang mempunyai

    kecenderungan untuk timbul fecalith.

    2.2.4 Patofisiologi

    Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

    hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

    peradangan sebelumnya, atau neoplasma.

    Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian

    proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa

    apendiks yang distensi. Obstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang diproduksi

    mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak,

    namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga

    menyebabkan peningkatan intralumen. Kapasitas lumen apendiks normal hanya

    sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan intalumen

    sekitar 60cmH20. Manusia merupakan salah satu dari sedikit makhluk hidup yang

    dapat mengkompensasi peningkatan sekresi yang cukup tinggi sehingga menjadi

    gangrene atau terjadi perforasi.

    Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami

    hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri.

    Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin

    iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks).

    Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

    Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut

    dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    11/24

    11

    Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal

    tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan

    menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum

    setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut

    dengan apendisitis supuratif akut.

    Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang

    diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila

    dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisi tis perfor asi.

    Bila semua proses patofisiologi apendisitis berjalan lambat, omentum dan

    usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa

    lokal yang disebut Apendikularisinfiltrat. Peradangan apendiks tersebut dapat

    menjadi abses atau menghilang.

    Apendikularisinfiltrat merupakan tahap patologi Apendisitis yang dimulai

    dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48

    jam pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses

    radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau Adnexa

    sehingga terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis

    jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk

    abscess, Apendisitis akan sembuh dan massa periappendikular akan menjadi

    tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

    Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih

    panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya

    tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan

    pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh

    darah.Kecepatan terjadinya peristiwa tersebut tergantung pada virulensi

    mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum,

    usus yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti Vesika urinaria,

    uterus tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. Bila

    proses melokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi perforasi maka akan timbul

    peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    12/24

    12

    kuat menahan tahanan atau tegangan dalam cavum abdominalis, oleh karena itu

    penderita harus benar-benar istirahat (bedrest).

    Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan

    membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan

    sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan

    bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan

    mengalami eksaserbasi akut.

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    13/24

    13

    2.2.5 Manifestasi Klinis

    Gejala apendisitis akut umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai

    dengan nyeri perut yang didahului anoreksia.Gejala utama apendisitis akut adalah

    nyeri perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu menetap,

    kadang disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-12 jam,

    dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi di RLQ

    (Right Lower Quadrant). Variasi dari lokasi anatomi apendiks berpengaruh

    terhadap lokasi nyeri, sebagai contoh; apendiks yang panjang dengan ujungnya

    yang inflamasi di LLQ (Left Lower Quadrant) menyebabkan nyeri di daerah

    tersebut, apendiks di daerah pelvis menyebabkan nyeri suprapubis, retroileal

    apendiks dapat menyebabkan nyeri testicular.

    Umumnya, pasien mengalami demam saat terjadi inflamasi apendiks,

    biasanya suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh

    meningkat hingga > 39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis. Pada

    75% pasien dijumpai muntah yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali saja.

    Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan ileus. Umumnya, urutan munculnya

    gejala apendisitis adalah anoreksia, diikuti nyeri perut dan muntah. Bila muntah

    mendahului nyeri perut, maka diagnosis apendisitis diragukan.Muntah yang

    timbul sebelum nyeri abdomen mengarah pada diagnosis gastroenteritis.1,5,7,8

    Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan

    banyak pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul

    pada beberapa pasien terutama anak-anak.Diare dapat timbul setelah terjadinya

    perforasi apendiks.

    Gejala apendisitis yang terjadi pada anak dapat bervariasi, mulai dari yang

    menunjukkan kesan sakit ringan hingga anak yang tampak lesu, dehidrasi, nyerilokal pada perut kanan bawah, bayi yang tampak sepsis.Pasien dengan peritonitis

    difus biasanya bernafas mengorok.Pada beberapa kasus yang meragukan, pasien

    dapat diobservasi dulu selama 6 jam.Pada penderita apendisitis biasanya

    menunjukkan peningkatan nyeri dan tanda inflamasi yang khas.

    Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau

    terlalu tua. Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat

    sehingga Appendicitisnya telah mengalami perforasi. Pada awal perjalanan

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    14/24

    14

    penyakit pada bayi, hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia.

    Selanjutnya, muncul gejala muntah, demam, dan nyeri.1,4

    Apendisitis infiltrat didahului oleh keluhan apendisitis akut yang kemudian

    disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik Apendicitis akut biasanya

    bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan

    dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan

    menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia,

    malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi

    tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah. Pada permulaan timbulnya

    penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam

    nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif.

    Tabel 2. Gejala Apendisitis Akut

    Gejala* Frekuensi (%)

    Nyeri perut 100

    Anorexia 100

    Mual 90Muntah 75

    Nyeri berpindah 50

    Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian

    anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ

    kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)

    50

    *-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

    2.2.6 Pemeriksaan Fisik

    Anak-anak dengan apendisitis biasanya lebih tenang jika berbaring dengan

    gerakan yang minimal. Anak yang menggeliat dan berteriak-teriak, pada akhirnya

    jarang didiagnosis sebagai apendisitis, kecuali pada anak dengan apendisitis letak

    retrocaecal. Pada apendisitis letak retrocaecal, terjadi perangsangan ureter

    sehingga nyeri yang timbul menyerupai nyeri pada kolik renal.

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    15/24

    15

    Penderita apendisitisumumnya lebih menyukaisikap jongkok pada paha

    kanan, karena pada sikap itu Caecum tertekansehingga isi Caecum berkurang. Hal

    tersebut akan mengurangi tekanan ke arah apendiks sehingga nyeri perut

    berkurang.

    Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih

    tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu axillar dan

    rektal sampai 1C.

    Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering

    terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Appendicitis infiltrat atau

    adanya Appendicular abscess terlihat dengan adanya penonjolan di perut kanan

    bawah.

    Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa

    disertai nyeri lepas. Defence muscular menunjukkan adanya rangsangan

    peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci

    diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut kanan

    bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada Appendicitis retrosekal atau retroileal

    diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.

    Jika sudah terbentuk abscess yaitu bila ada omentum atau usus lain yang

    dengan cepat membendung daerah apendiks maka selain ada nyeri pada fossa

    iliaka kanan selama 3-4 hari (waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan abscess)

    juga pada palpasi akan teraba massa yangfixeddengan nyeri tekan dan tepi atas

    massa dapat diraba. Jika apendiks intrapelvinal maka massa dapat diraba pada

    RT(Rectal Toucher) sebagai massa yang hangat.

    Peristaltik usus sering normal, peristaltik dapat hilang karena ileus

    paralitik pada peritonitis generalisata akibat Apendisitis perforata.Pemeriksaancolok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari

    telunjuk, misalnya pada Apendisitis pelvika.

    Pada Apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci

    diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.Colok dubur pada

    anak tidak dianjurkan.Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan

    pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak Appendix.

    Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    16/24

    16

    Rovsings signJika LLQ (Left Lower Quadrant) ditekan, maka terasa nyeri di RLQ

    (Right Lower Quadrant). Hal ini menggambarkan iritasi peritoneum.

    Sering positif pada apendisitis namun tidak spesifik.

    Psoas signPasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang

    lutut pasien dan tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai

    kanan pasien digerakkan dalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver

    ini menggambarkan kekakuan musculus psoas kanan akibat refleks atau

    iritasi langsung yang berasal dari peradangan apendiks. Manuver ini tidak

    bermanfaat bila telah terjadi rigiditas abdomen.

    Obturator signPasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak

    kaki kanan pasien sedangkan tangan kiri di sendi lututnya.Kemudian

    pemeriksa memposisikan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan

    articulatio coxae dalam posisi endorotasi kemudian eksorotasi.Tes ini

    positif jika pasien merasa nyeri di hipogastrium saat eksorotasi.Nyeri pada

    manuver ini menunjukkan adanya perforasi Apendiks, abscess lokal, iritasi

    M. Obturatorius oleh apendisitis letak retrocaecal, atau adanya hernia

    obturatoria.

    Gambar 5. Cara melakukan Obturator sign

    Blumbergs sign (nyeri lepas kontralateral)Pemeriksa menekan di LLQ (Left Lower Quadrant) kemudian

    melepaskannya. Manuver ini dikatakan positif bila pada saat dilepaskan,

    pasien merasakan nyeri di RLQ (Right Lower Quadrant).

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    17/24

    17

    Wahls signManuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat

    dilakukan perkusi di RLQ (Right Lower Quadrant), dan terdapat

    penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada auskultasi.

    Baldwins testManuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank

    saat tungkai kanannya ditekuk.

    Defence musculareDefence musculare bersifat lokal sesuai letak apendiks.

    Nyeri pada daerah cavum DouglasiNyeri pada daerah cavum Douglasi terjadi bila sudah ada abscess di

    cavum Douglasi atau Apendisitis letak pelvis.

    Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral Dunphys sign (nyeri ketika batuk)

    2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    Leukositosis ringan berkisar antara 10.000-18.000/ mm3, biasanya

    didapatkan pada keadaan akut, apendisitis tanpa komplikasi dan sering disertai

    predominan polimorfonuklear sedang. Jika hitung jenis sel darah putih normal

    tidak ditemukan shift to the left pergeseran ke kiri, diagnosis apendisitis akut

    harus dipertimbangkan. Jarang hitung jenis sel darah putih lebih dari 18.000/ mm 3

    pada apendisitis tanpa komplikasi. Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah

    tersebut meningkatkan kemungkinan terjadinya perforasi apendiks dengan atau

    tanpa abscess.

    CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu reaktan fase akut yang disintesis

    oleh hati sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Jumlah dalam serum mulai

    meningkat antara 6-12 jam inflamasi jaringan.

    Kombinasi 3 tes yaitu adanya peningkatan CRP 8 mcg/mL, hitung

    leukosit 11000, dan persentase neutrofil 75% memiliki sensitivitas 86%, dan

    spesifisitas 90.7%.

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    18/24

    18

    Pemeriksaan urine bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis infeksi dari

    saluran kemih. Walaupun dapat ditemukan beberapa leukosit atau eritrosit dari

    iritasi Urethra atau Vesica urinaria seperti yang diakibatkan oleh inflamasi

    Appendix, pada Apendisitis akut dalam sample urine catheter tidak akan

    ditemukan bakteriuria.

    Ultrasonografi (USG)

    Ultrasonografi cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis apendisitis.

    apendiks diidentifikasi atau dikenal sebagai suatu akhiran yang kabur, bagian usus

    yang nonperistaltik yang berasal dari caecum. Dengan penekanan yang maksimal,

    apendiks diukur dalam diameter anterior-posterior. Penilaian dikatakan positif bila

    tanpa kompresi ukuran anterior-posterior apendiks 6 mm atau lebih.

    Ditemukannya appendicolith akan mendukung diagnosis. Gambaran USG dari

    apendiks normal, yang dengan tekanan ringan merupakan struktur akhiran tubuler

    yang kabur berukuran 5 mm atau kurang, akan menyingkirkan diagnosis

    apendisitis akut. Penilaian dikatakan negatif bila apendiks tidak terlihat dan tidak

    tampak adanya cairan atau massa pericaecal. Sewaktu diagnosis apendisitis akut

    tersingkir dengan USG, pengamatan singkat dari organ lain dalam rongga

    abdomen harus dilakukan untuk mencari diagnosis lain. Pada wanita-wanita usia

    reproduktif, organ-organ panggul harus dilihat baik dengan pemeriksaan

    transabdominal maupun endovagina agar dapat menyingkirkan penyakit

    ginekologi yang mungkin menyebabkan nyeri akut abdomen. Diagnosis

    apendisitis akut dengan USG telah dilaporkan sensitifitasnya sebesar 78%-96%

    dan spesifitasnya sebesar 85%-98%. USG sama efektifnya pada anak-anak dan

    wanita hamil, walaupun penerapannya terbatas pada kehamilan lanjut.1

    USG memiliki batasan-batasan tertentu dan hasilnya tergantung padapemakai. Penilaian positif palsu dapat terjadi dengan ditemukannya

    periappendicitis dari peradangan sekitarnya, dilatasi Tuba fallopi, benda asing

    (inspissated stool) yang dapat menyerupai appendicolith, dan pasien obesitas

    apendiks mungkin tidak tertekan karena proses inflamasi apendiks yang akut

    melainkan karena terlalu banyak lemak. USG negatif palsu dapat terjadi bila

    apendisitis terbatas hanya pada ujung apendiks, letak retrocaecal, apendiks dinilai

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    19/24

    19

    membesar dan dikelirukan oleh usus kecil, atau bila apendiks mengalami perforasi

    oleh karena tekanan.

    Gambar 6.Ultrasonogram pada potongan longitudinal Apendisitis

    Pemeriksaan radiologi

    Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis apendisitis akut, tetapi

    dapat sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien

    apendisitis akut, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal

    ini merupakan temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada

    foto polos, tapi bila ditemukan sangat mendukung diagnosis. Pemeriksaan inidilakukan terutama pada anak-anak.

    Tandatanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan,

    mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan caian

    udara di sekum atau ileum).

    Foto polos pada apendisitis perforasi :

    a. Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di kuadrankanan bawah.

    b. Penebalan dinding usus disekitar letak apendiks, seperti sekum dan ileum.c. Garis lemak pra peritoneal menghilang.d. Skoliosis ke kanane. Tandatanda obstruksi usus seperti garisgaris permukaan cairan akibat

    paralisis usususus lokal di daerah proses infeksi.

    Gambaran tersebut diatas seperti gambaran peritonitis pada umumnya,

    artinya dapat disebabkan oleh bermacammacam kausa.3

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    20/24

    20

    Foto thorax kadang disarankan untuk menyingkirkan adanya nyeri alih

    dari proses pneumoni lobus kanan bawah.

    Teknik radiografi tambahan meliputi CT Scan, barium enema, dan

    radioisotop leukosit. Meskipun CT Scan telah dilaporkan sama atau lebih akurat

    daripada USG, tapi jauh lebih mahal. Karena alasan biaya dan efek radiasinya, CT

    Scan diperiksa terutama saat dicurigai adanya Abscess apendiks untuk melakukan

    percutaneousdrainage secara tepat.

    Diagnosis berdasarkan pemeriksaan barium enema tergantung pada

    penemuan yang tidak spesifik akibat dari masa ekstrinsik pada caecum dan

    apendiks yang kosong dan dihubungkan dengan ketepatan yang berkisar antara

    50-48 %. Pemeriksaan radiografi dari pasien suspek appendisitis harus

    dipersiapkan untuk pasien yang diagnosisnya diragukan dan tidak boleh ditunda

    atau diganti, memerlukan operasi segera saat ada indikasi klinis.1,4,7

    Gambar 7. Gambaran CT Scan abdomen: Penebalan Apendiks (panah) dengan

    appendicolith

    Laparoscopy

    Laparoscopy adalah Suatu tindakan dengan menggunakan kamera

    fiberoptic yang dimasukan dalam abdomen, apendiks dapat divisualisasikan

    secara langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila

    pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada apendiks maka

    pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan apendiks.

    Histopatologi

    Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas (gold standard) untuk

    diagnosis apendisitis akut. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai gambaran

    histopatologi apendisitis akut. Perbedaan ini didasarkan pada kenyataan bahwa

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    21/24

    21

    belum adanya kriteria gambaran histopatologi apendisitis akut secara universal

    dan tidak ada gambaran histopatologi apendisitis akut pada orang yang tidak

    dilakukan operasi.

    2.2.8 Skor Alvarado

    Semua penderita dengan suspek apendisitis akut dibuat skor Alvarado dan

    diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor 6. Selanjutnya

    ditentukan apakah akan dilakukan Appendectomy. Setelah Appendectomy,

    dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan apendiks dan hasil PA

    diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu radang akut dan bukan radang akut.

    Tabel 3. Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis.

    Gejala Klinik Value

    Gejala Adanya migrasi nyeri 1

    Anoreksia 1

    Mual/muntah 1

    Tanda Nyeri RLQ 2

    Nyeri lepas 1

    Febris 1

    Lab Leukositosis 2

    Shift to the left 1

    Total poin 10

    Keterangan:

    0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil

    5-6 : bukan diagnosis Appendicitis

    7-8 : kemungkinan besar Appendicitis

    9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis

    Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6

    maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    22/24

    22

    2.2.9 Diagnosis Banding

    Diagnosis banding dari apendisitis akut pada dasarnya adalah diagnosis

    dari akut abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk

    suatu penyakit tetapi spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan

    fungsi. Jadi pada dasarnya gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari

    berbagai proses akut di dalam atau di sekitar cavum peritoneum yang

    mengakibatkan perubahan yang sama seperti apendisitis akut.

    Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi operasi, namun

    pada umumnya proses-proses penyakit yang diagnosisnya sering dikacaukan oleh

    Apendisitis sebagian besar juga merupakan masalah pembedahan atau tidak akan

    menjadi lebih buruk dengan pembedahan.

    Diagnosis banding Apendisitis tergantung dari 3 faktor utama: lokasi

    anatomi dari inflamasi Apendiks, tingkatan dari proses dari yang simple sampai

    yang perforasi, serta umur dan jenis kelamin pasien.

    1. Crohn diseaseTeraba massa pada perut kanan bawah disertai nyeri dikarenakan terdapat

    inflamasi usus halus, nyeri menetap, terlokalisir. Terdapat diare, LED

    meningkat, terdapat anemia ringan. Pemeriksaan USG. terdapat ulkus

    aptosa.

    2. Tumor sekumBerat badan menurun, anoreksia, anemia, malaise, perubahan buang air

    besar (konstipasi atau diare), perubahan diameter feses (berawarna merah,

    kehitaman, bercampur lendir), timbul rasa nyeri, mual, muntah, massa

    pada kuadran kanan bawah,

    3.

    Torsi kista ovariumTimbul nyeri mendadak dengan intensitas tinggi dan teraba massa dalam

    rongga pelvis pada pemeriksaan perut, vaginal toucher, atau rectal toucher.

    Tidak terdapat demam. Pemeriksaan USG dapat memastikan diagnosis.

    4. Amebiasis intestinalTeraba massa biasanya pada sigmoid atau sekum. BAB berdarah, nyeri

    terlokalisir,

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    23/24

    23

    2.2.10 Penatalaksanaan

    Terapi konservatif berlangsung selama 6 hari di rumah sakit, lalu

    direncanakan untuk dilakukan appendectomyelektif setelah 4-6 minggu kemudian

    untuk mencegah kemungkinan risiko rekurensi dan perforasi yang lebih luas. Dari

    hasil penelitian komplikasi setelah operasi dengan penanganan konservatif

    terlebih dahulu lebih sedikit bila dibandingkan dengan terapi pembedahan segera

    seperti cedera pada ileum (Ileal injury), abses intrabdominal, infeksi karena luka

    saat operasi. Sehingga terapi non-operatif pada appendicitis yang diikuti dengan

    appendectomy elektif merupakan metode yang aman dan efektif.

    Dalam buku ajar ilmu bedah disebutkan, bila diagnosa klinis sudah jelas,

    tindakan paling tepat dan merupkan satu-satunya pilihan yang baik adalah

    apendiktomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya ptidak perlu diberikan

    antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisistis perforata.

    Penundaan tindak bedah sambil diberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses

    atau perforasi.

    Apendiktomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan laparoskopi. Bila

    apendiktomi terbuka, insisi mcBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada

    penderita yang diagnosisnya tidak jelas, sebaiknya dilakukan observasi terlebih

    dahulu. Pemeriksaan laboratorium dan usg dapat dilakukan bila dalam observasi

    masih terdapat keraguan. Bila tersedia laparosko, tindakan laparoskopi diagnostik

    pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau

    tidak.

    2.2.11 Komplikasi

    Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa

    perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalamipendindingan berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan

    lekuk usus halus.

    Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu

    peritonitis generalisata. Tanda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah :

    Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomenmenyeluruh

    Suhu tubuh naik tinggi sekali.

  • 8/12/2019 Case Report - App Kronis

    24/24

    24

    Nadi semakin cepat. Defance Muskular yang menyeluruh Bising usus berkurang Perut distendedAkibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya :

    1. Pelvic Abscess

    2. Subphrenic absess

    3. Intra peritoneal abses lokal.

    Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena bakteri masuk

    kerongga abdomen, dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.

    2.2.12 Prognosis

    Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan tingkat mortalitas dan

    morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan

    morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi

    bila appendiks tidak diangkat.