Case 1 Nico AMC Dr.mpf
-
Upload
nicomichael -
Category
Documents
-
view
56 -
download
14
description
Transcript of Case 1 Nico AMC Dr.mpf
Laporan Kasus I
Astigmatisma Miopia Compositum ODS + Presbiopi
Oleh:Nico Michael Muliawan
11-2014-211
Pembimbing :
dr.Margrette PF, Sp.M, MSc
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Periode 5 Oktober s/d 7 November 2015
RS Family Medical Center (FMC), Sentul
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk –Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari/Tanggal Ujian/Prese ntasi Kasus : Agustus 2015
SMF ILMU PENYAKIT MATARumah Sakit Family Medical Center-Sentul
Tanda Tangan
Nama : Nico Michael Muliawan ……………...
NIM : 11-2014-211
Dr. Pembimbing : dr. Margrette PF, Sp.M, MSc -------------------
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. WM
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alamat : Pondok aren, jalan bali no.165Tanggal Pemeriksaan : 13 Oktober 2015
ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2015
Keluhan Utama:
Melihat jauh terasa buram
Keluhan Tambahan:
-
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan buram saat melihat jauh sejak 1 bulan
SMRS.Buram perlahan, tidak mendadak. Pusing juga dirasa, saat melihat benda tidak
lurus seperti seharusnya. Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan kacamata baca
yang ia gunakan sudah tidak nyaman lagi. Pasien sudah menggunakan kaca mata baca
sejak 3 tahun yang lalu. Kacamata yang pasien pakai, ia beli sendiri di optik dengan
ukuran S+1.00 kanan kiri. Pasien belum pernah memeriksakan matanya ke dokter
mata. Selain itu pasien juga mengeluhkan matanya terkadang berair saat membaca.
Keluhan mata terasa gatal, ada kotoran , dan pandangan kabur disangkal oleh pasien.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat trauma pada mata dan riwayat alergi. Pasien
menyangkal mempunyai penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus dan asma.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Umum
- Hipertensi (-)
- Diabetes Melitus (-)- Asma (-)- Jantung (-)- Alergi (-)
b. Mata
- Riwayat sakit mata sebelumnya : Tidak ada
- Riwayat penggunaan kaca mata : Ada ( 3 tahun)
- Riwayat operasi mata : Tidak ada
- Riwayat trauma mata sebelumnya : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Penyakit mata serupa : tidak ada
Penyakit mata lainnya : tidak ada
Asthma : tidak ada
Alergi : tidak ada
Riwayat Kebiasaan:
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36.7oC
Kepala/leher : Pembesaran KGB tidak ada
Thorax, : Simetris statis dinamis
Jantung : BJ 1 – BJ 2 murni reguler, gallop (-)
Paru : WH (-/-) , RH (-/-)
Abdomen : BU ( + )
Ekstremitas : akral hangat
STATUS OPTHALMOLOGIS
Visus 0,25
PH : 0,8
0,25
PH :0,8
Kedudukan Bola
Mata
Orthoforia
Gerakan Bola Mata
Segmen Anterior
silia
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva tarsus
superior
Konjungtiva tarsus
Trichiasis (-)
Hiperemis (-) edema (-)
Hiperemis (-) edema (-)
Papil (-) folikel (-)
Papil (-) folikel (-)
Trichiasis (-)
Hiperemis (-) edema (-)
Hiperemis (-) edema (-)
Papil (-) folikel (-)
Papil (-) folikel (-)
inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
Bilik Mata Depan
Iris
Pupil
Lensa
Injeksi (-)
Jernih
Jernih
Kripta iris normal
Bulat, RC (+)
Jernih
Injeksi (-)
Jernih
Jernih
kripta iris normal
bulat, RC (+)
jernih
Koreksi kacamata pada pemeriksaan Objektif
Dextra ; Sinistra:
S : - 1.00 S : -0.75
C : - 0.50 C : - 0.75
A : 112” A :89”
Pemeriksaan subjektif
Dextra : Sinistra :
S : - 1.50 S : - 1.25
C : - 0,75 axis 900 C : - 0,75 axis 1000
add + 2.25 1.0 add + 2.25 1.0
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
RESUME
Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke poli klinik mata RS
FMC dengan keluhan buram saat melihat jauh 1 bulan SMRS. Pasien juga
mengeluh pusing. Kacamata baca yang ia gunakan sudah tidak nyaman sejak 1
bulan SMRS. Sebelumnya pasien memakai kacamata dengan S+1.00 tanpa Sferis
negatif. Pasien belum pernah memeriksakan matanya ke dokter mata. Selain itu
pasien juga mengeluhkan matanya sering berair saat membaca.
Dari status oftalmologis didapatkan :
OD OS
0.25 ph 0.8
S -1.50 C-0.75x90 add+2.251.0
Visus 0.25 ph 0.8
S -1.25 C-0.75x100 add+2.251.0
DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan pandangan buram secara perlahan dan
pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan penurunan visus namun masih membaik saat
diberikan pinhole dan dikoreksi, maka pasien didiagnosis astigmatismat miopia compositum
+ presbiop ODS , karena tidak didapatkan kelainan pada media refraksi serta didapatkan
sferis lebih tinggi dibandingkan dengan astigmat dan umur pasien lebih dari 40 tahun.
PEMERIKSAAN ANJURAN
- Tidak ada
PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
- Kacamata : OD: S -1.50 C-0.75x90 add+2.251.0
OS: S -1.25 C-0.75x90 add+2.251.0
EDUKASI
- Hindari mengucek mata dengan tangan
- Gunakan kacamata setiap saat kecuali saat mandi dan tidur
PROGNOSIS
OCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Mata
Bola mata (bulbus oculi terdapat di dalam rongga orbita yang melindungi bola mata.
Bola mata digerakkan oleh otot okular. Struktur lain yang berhubungan dengan mata yaitu
otot, fasia, alis mata, kelopak mata, konjungtiva, dan apparatus lacrimal.1,2
Bola mata diselubungi oleh lemak, tetapi terdapat selubung membranosa yang
memisahkan bola mata dari lemak yaitu fascia bulbi. Mata terbagi menjadi dua segmen yaitu
segmen anterior yang transparan dan merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen posterior
yang merupakan 5/6 bagian bola mata. 3-5
Struktur yang terdapat pada mata dari anterior ke posterior yaitu konjungtiva, kornea,
sklera, iris, aquaeus humor, lensa, uvea, badan siliar, vitreus humor, choroid, retina, dan saraf
optik. 4,5
Gambar 1. Anatomi mata, potongan melintang. (www.merck.com)
Kelainan Refraksi
Definisi
Gangguan refraksi (ametropia) merupakan gangguan yang terjadi dimana sinar paralel
yang masuk pada mata yang tidak berakomodasi tidak terfokus pada retina. Yang termasuk
gangguan refraksi yaitu miopia, hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia terjadi
karena cahaya yang datang berfokus di depan retina sedang hiperopia terjadi karena cahaya
berfokus di belakang retina. Astigmatisma terjadi jika cahaya yang masuk ke mata tidak
disokuskan pada satu titik fokus. Astigmatisma dapat terjadi karena gangguan pada kornea,
lensa, atau retina. Namun yang paling sering adalah karena gangguan pada kornea. Presbiopia
adalah kondisi penurunan daya akomodasi karena usia tua. Gangguan refraksi yang dikatakan
ringan sampai sedang adalah miopia yang kurang dari 6.0 D, hiperopia yang kurang dari 3.0
D, dan astigmatisma regular yang kurang dari 3.0 D. jika lebih dari batasan tersebut
dikelompokkan sebagai gangguan refraktif berat. 1,4,5
Pembagian Kelainan Refraksi
Miopia atau rabun dekat, titik fokus berada di depan retina karena korneanya terlalu
cembung, panjang sumbu axial terlalu panjang, atau keduanya. Objek yang jauh tampak
kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas. Untuk mengoreksi miopia
digunakan lensa cekung. Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina
karena korneanya terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek yang jauh
tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas. Penderita dengan
hiperopia ringan masih dapat melihat jelas karena kemampuan berakomodasinya. Untuk
mengoreksi hiperopia digunakan lensa cembung. Astigmatisma disebabkan karena sinar dari
arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan
kelengkungan kornea yang bervariasi. Lensa silindris digunakan untuk mengoreksi
astigmatisma. Presbiopia adalah hilangnya kemampuan lensa untuk mengubah bentuk dalam
memfokuskan bayangan karena usia. Biasanya mulai dikeluhkan pada usia 40 tahun ke atas.
Lensa yang dipakai untuk mengoreksi kelainan ini adalah lensa bifokal. 1,4,5
Anisometropia adalah kelainan dimana perbedaan dioptri antara kedua mata
signifikan (biasanya lebih dari 3 dioptri). Jika dikoreksi dengan kacamata maka terjadi
kesulitan fusi bayangan atau supresi salah satu bayangan. 1,6
Miopia
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di
depan retina dimana sistem akomodasi berkurang. Pasien dengan miopia akan menyatakan
melihat lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh.
Pasien miopia mempunyai punctum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esotropia.1,4,6
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti
degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer,dengan miopik kresen pada papil saraf
optik. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kaca mata sferis
negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi
dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25, maka
sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
sesudah dikoreksi.1,4
Miopia dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis, derajat, dan usia ketika terjadi.3
Berdasarkan klinis miopia dibedakan menjadi miopia simpleks, nokturnal,
pseudomiopia, degeneratif, atau terinduksi. Miopia simpleks terjadi karena gangguan pada
kekuatan optik kornea atau lensa ataupun yang lebih jarang karena panjang aksial bola mata
yang berlebihan. Miopia simpleks merupakan bentuk yang paling sering dan biasanya kurang
dari 6 dioptri. Miopia nokturnal terjadi karena kurangnya cahaya sehingga mata
berakomodasi lebih kuat dan terjadi gangguan kontras untuk stimulus akomodasi pada
keadaan gelap tersebut. Pseudomiopia terjadi karena peningkatan kemampuan refraktif akibat
overstimulasi akomodasi mata atau spasme otot siliar. Miopia degeneratif terjadi karena
perubahan degeneratif segmen posterior biasanya sering akibat sekuela retinal detachment
atau glaukoma. Miopia induksi terjadi akibat paparan obat, gula darah, atau sklerosis nuklear
lensa yang biasanya reversibel. 1,3
Berdasarkan derajat miopia dibagi menjadi ringan (1-3 dioptri), sedang (3-6 dioptri),
atau berat (lebih dari -6 dioptri).3,5
Berdasarkan onset terjadinya miopia dibedakan menjadi kongenital (terjadi pada
bayi), miopia onset muda (pada pasien <20 tahun), onset waktu dewasa muda (20-40 tahun),
dan dewasa lanjut (>40 tahun).5
Faktor resiko terjadinya miopia adalah terdapat riwayat keluarga yang menderita
miopia, terdapat miopia waktu retinoskopi nonsikloplegik pada bayi, penurunan emetropia
waktu masuk sekolah, esoforia dekat, gangguan kurvatura kornea, aksis yang terlalu panjang,
dan gangguan temporer retina waktu anak-anak. 1,5,6
Etiologi yang mungkin untuk miopia simpleks adalah diturunkan dari orang tua atau
melihat dekat yang terlalu sering, untuk miopia nokturnal karena level signifikan untuk
akomodasi fokus gelap, pada pseudomiopia karena gangguan akomodasi, eksoforia berat,
atau agen agonis kolinergik. Pada miopia degenerasi karena diturunkan, retinopati, dan
gangguan cahaya ketika melewati media okular. Pada miopia terinduksi karena katarak yang
berhubungan dengan ketuaan, kadar gula adrah yang tinggi, atau paparan obat seperti
sulfonamide. 1,5,6
Gejala yang banyak dikeluhkan adalah pandangan kabur. Penglihatan untuk jauh
kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak
pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam
posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga
posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila
terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia
pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang
disebut strabismus divergen (eksotropia).5
Tanda yang dijumpai pada pemeriksaan untuk miopia simpleks adalah pada segmen
anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang
ditemukan bola mata yang agak menonjol dan pada segmen posterior biasanya terdapat
gambaran yang normal atau dapat disertai kresen myopia (myopic cresent) yang ringan di
sekitar papil saraf optik. Pada miopia patologik dapat dijumpai gambaran pada segmen
anterior serupa dengan myopia simpleks sedang gambaran yang ditemukan pada segmen
posterior berupa kelainan-kelainan pada
Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi yang
terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.
Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan myopia
Papil saraf optic: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat lebih
pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh
lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi
dan pigmentasi yang tidak teratur
Makula: berupa pigmentasi, kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina pada
daerah makula
Retina bagian perifer: berupa degenersi kista retina bagian perifer
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai
fundus tigroid.1,3,5
Untuk mengoreksi miopia digunakan lensa cekung agar sinar jatuh tepat pada
retina.
Hiperopia
Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina karena korneanya
terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek yang jauh tampak kabur, tapi
pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas. Penderita dengan hiperopia ringan masih
dapat melihat jelas karena kemampuan berakomodasinya. 1,3,5
Mata hiperopik lebih pendek daripada normal. Cahaya dari objek jarak dekat
(misalnya ketika membaca buku), tidak dapat terfokus secara jelas pada retina.5
Bayi dan anak-anak cenderung mengalami hipermetropia ringan. Sejalan dengan
spertumbuhan dan bertambah panjangnya mata, hipermetropia semakin berkurang.1,5
Astigmatisma
Astigmatisma adalah keadaan dimana terjadi penglihatan yang kabur karena sinar dari
arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan
kelengkungan kornea yang bervariasi. Astigmatisma ringan dapat tanpa gejala namun
astigmatisma yang berat dapat menyebabkan penglihatan kabur, mata lelah, dan sakit
kepala.1,7
Presbiopia
Pada usia muda, lensa mata masih lunak dan lentur, sehingga bentuknya bisa berubah-
ubah guna memfokuskan objek dekat dan objek jauh. Setelah berusia 40 tahun, lensa
menjadi lebih kaku. Lensa tidak dapat dengan mudah merubah bentuknya sehingga lebih sulit
untuk membaca pada jarak dekat. Hal ini merupakan suatu keadaan yang normal, yang
disebut dengan presbiopia. Presbiopia bisa terjadi bersamaan dengan miopia, hiperopia
maupun astigmatisma.1,5
Gejala dan Tanda
Gejala utama gangguan refraksi adalah penglihatan yang kabur melihat objek jauh,
dekat, atau keduanya. Terkadang tonus musculus ciliaris yang terlalu kuat dapat
menyebabkan sakit kepala. Mata yang dipaksa untuk melihat dapat menyebabkan terjadinya
ocular surface desiccation, iritasi mata, gatal, mata lelah, sensasi terdapat benda asing, dan
kemerahan. Menyipitkan mata ketika membaca dan sering berkedip atau menggosok mata
merupakan gejala gangguan refraksi pada anak. Penglihatan kabur harus didiagnosis banding
dengan kelainan mata lainnya. Penting untuk dibedakan apakah mata kabur mengenai satu
atau dua mata, apakah pupil normal, bagaimana afferent pupillary defect (APD), apakah lensa
koreksi atau pinhole meningkatkan penglihatan. Penglihatan kabur monookuler dengan APD
dapat diduga optic neuritis, neuropati, atau atrophi. Penglihatan kabur binokular dengan
perbaikan jika melihat memakai lensa atau pinhole menunjukkan kelainan refraksi.1,5
Diagnosis Banding
Mata tenang visus turun perlahan didiagnosis banding dengan astigmatisma miopi
mixtus, astigmatisma miopi simplex, astigmatisma hipermetropik compositus, astigmatisma
hipermeropik simplex dan katarak senile.5
Pemeriksaan
Untuk kelainan refraksi, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan visus,
pengukuran koreksi terbaik untuk visus, dan keratometri untuk mengukur kelengkungan
kornea yang biasanya dilakuka untuk koreksi penglihatan dengan lensa kontak.1,5,8
Pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan bagian eksternal mata, kedudukan dan gerakan
bola mata, segmen anterior dan posterior hendaknya tetap dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan-kelainan lain. 1,5,8
Pemeriksaan Visus
Dilakukan di ruangan dengan pencahayaan cukup memakai kartu Snellen. Caranya:
1. Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Pemeriksan
dilakukan bergantian mata kanan dan kiri.
2. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu,mulai dari baris paling
atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya
dengan benar.
3. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji
hitung jari dari jarak 6 meter
4. Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter maka jarak dapat
dikurangi satu meter sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.
5. Jika pasien tetap tidak bisa melihat dilakukan uji lambaian tangan dan jika masih
tidak dapat dilakukan uji dengan arah sinar.
6. Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.
Nilai tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya bertanda 30
maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji
hitung jari pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad
jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang
normal pada jarak 60 meter.5,8
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila
mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam pengelihatan
adalah 1/300. 1,5,8
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja tapi tidak dapat melihat lambaian tangan,
maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tidak terhingga. 1,5,8
Pemeriksaan visus secara objektif dapat dilakukan dengan automated refraction yaitu
mesin yang mendeteksi kelainan refraksi dengan mengukur bagaimana perubahan sinar
ketika memasuki mata. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat
dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi
yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6
Koreksi Visus
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, bisanya dimulai mata kanan kemudian
mata kiri, dilakukan setelah tajam pengelihatan diperiksa dan diketahui terdapat kelainan
refraksi. Dengan cara:
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu snellen
2. Satu mata ditutup,dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca baris
terkecil yang masih dapat dibaca
3. Pada mata yang terbuka diletakkan lensa positif +0,50 untuk menghilangkan
akomodasi pada saat pemeriksaan
4. Kemudian diletakan lensa positif tambahan,dikaji:
a. Bila penglihatan tidak bertambah baik,berarti pasien tidak hipermetropia
b. Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah perlahan-
lahan bertambah baik,berarti pasien menderita hipermetropia.Lensa positif
terkuat yang masih memberikan ketajaman terbaik merupakan ukuran
lensa koreksi untuk mata hipermetropia tersebut.
5. Bila penglihatan tidak bertambah baik,maka diletakan lensa negative.bila menjadi
jelas,berarti pasien menderita miopi.Ukuran lensa koreksi adalah lensa negative
teringan yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal
6. Bila baik dengan lensa positif maupun negative penglihatan tidak maksimal
(penglihatan tidak dapat mencapai 6/6)maka dilakukan uji pinhole.Letakan
pinhole didepan mata yang sedang diuji dan diminta membaca baris terakhir yang
masih dapat dibaca sebelumnya. Bila:
a. Pinhole tidak memberikan perbaikan,berarti mata tidak dapat dikoreksi
lebih lanjut karena media penglihatan kruh,terdapat kelainan pada retina
atau saraf optik
b. Terjadi perbaikan penglihatan,maka berarti terdapat astigmatisma atau
silinder pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.
7. Bila pasien astigmatisma,maka pada mata tersebut dipasang lensa positif yang
cukup besar untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi astigmatisma
miopikus
8. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat dan ditanya garis pada kipas yang
paling jelas terlihat
9. Bila perbedaan tidak terlihat,lensa positive lensa positif diperlemah sedikit demi
sedikit hingga pasien dapat melihat garis yang terjelas dan kabur
10. Dipasang lensa silinder negative dengan sumbu sesuai dengan garis terkabur pada
kipas astigmat
11. Lensa silinder negative diperkuat sedikit demi sedikit pada sumbu tersebut hingga
sama jelasnya dengan garis lainnya
12. Bila sama jelasnya,dilakukan tes kartu snellen kembali
Bila tidak didapatkan hasil 6/6 mungkin lensa positif yang diberikan terlalu berat,
harus dikurangi perlahan-lahan atau ditambah lensa negative perlahan-lahan sampai tajam
penglihatan menjadi 6/6. Derajat astigmat adalah ukuran lensa silinder negatif yang dipakai
hingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas.5,8
Pemeriksaan penglihatan jauh dilakukan tanpa akomodasi. Dengan teknik
nonsikloplegik agar kekuatan koreksi lensa negatifnya tidak terlalu eksesif. Pada beberapa
kasus dimana mata tetap berakomodasi, terutama pada pasien usia muda dipakai sikloplegik.
Penglihatan dekat harus diperiksa sebelum pasien diberi agen sikloplegik. Uji refraksi dengan
sikloplegik diindikasikan jika akomodasinya tidak bisa relaksasi dan pada pasien dimana
gejalanya tidak konsisten dengan kesalahan refraksi manifes (nonsikloplegik) atau pada
pasien yang membutuhkan koreksi refraksi yang akurat. Biasanya agen yang dipakai adalah
tropikainamid dan siklopentolat. Tropikainamid memiliki onset cepat dan durasi kerja pendek
namun siklopentolat memberi efek sikloplegik yang lebih kuat sehingga pemeriksaan lebih
akurat. Perbedaan signifikan antara refraksi manifes dan sikloplegik sering terjadi pada anak-
anak yang kemampuan akomodasinya masih kuat. Pada orang dewasa bila ada perbedaan
signifikan maka dilakukan uji refraksi post-sikloplegik beberapa hari kemudian untuk
menentukan koreksi akhir yang tepat. 5,8
Uji koreksi visus dapat dilakuakn dengan frame dan trial lenses atau dengan foropter
yaitu alat dimana terdapat sejumlah lensa korektif sehingga pasien dapat membandingkan
level koreksi yang berbeda ketika melihat Snellen chart.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengoreksi kelainan refraksi adalah
penggunaan kacamata, lensa kontak, bedah refraktif, ataupun penggunaan obat-obatan
tertentu.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kualitas hidup paling buruk adalah pada pengguna
kacamata lalu pengguna lensa kontak dan yang paling baik adalah pasien yang menjalani
bedah refraktif untuk koreksi penglihatannya.9
Kacamata
Kacamata merupakan alat yang paling sederhana dan aman untuk mengoreksi
kelainan refraksi. Kacamata harus dikoreksi dalam jangka waktu tertentu jika terjadi
perubahan visus. Biasanya dilakukan pemeriksaan ulang setiap 1-2 tahun. Mata miopia
dikoreksi dengan lensa cekung atau negatif, hiperopia dikoreksi dengan lensa cembung atau
positif, dan astigmatisma dikoreksi dengan lensa silindris. Mata presbiopia dikoreksi dengan
lensa bifokal.1,3,6
Lensa Kontak
Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft contact lens) atau
rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan kornea. Lensa kontak menmberikan
koreksi penglihatan yang lebih baik dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan
untuk mengoreksi miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah
operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas permeable lens dapat
mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa kontak toric yang memiliki kirvatura
berbeda yang disatukan pada permukaan depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi
astigmatisma. 1,6
Lensa kontak dapat digunakan untuk pasien yang tidak mau memakai kacamata.
banyak pasien yang menyatakan bahwa ia merasa lebih nyaman dan penglihatannya lebih
baik dengan koreksi lensa kontak. Kontraindikasi relatif untuk pemakaian lensa kontak
adalah gangguan kelopak mata, adanya film air mata berlebihan atau abnormalitas permukaan
okular misalnya karena keratokonjungtivitis, sicca, blepharoconjunctivitis, acne rosacea,
conjunctival cicatrization, corneal exposure, neurotrophic keratitis, atauabnormalitas corneal
lainnya. Kontraindikasi relatif lainnya adalah penggunaan topical corticosteroids, inflamasi
segmen anterior, filtering bleb, hygiene buruk, lingkungan sekitar kotor, riwayat komplikasi
kornea karena lensa kontak, dan pasien yang tidak mengerti resiko pemakiannya. 1,6
Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat menyebabkan
hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah tarsal papillary conjunctivitis
dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial keratopathy, corneal neovascularization,
nonmicrobial infiltrates, dan corneal warpage. Perubahan endotel dapat terjadi termasuk
polymegethism, pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas sel endotelial. Stromal
edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah dilaporkan. Gejala klinisnya dapat
bermacam-macam. Asupan oksigen ke kornea penting diperhatikan terutama pada pasien
dengan kelainan refraksi tinggi akibatnya lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih
berpotensi menimbulkan masalah.1
1. Soft Contact Lens
Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate dan plastik
fleksibel serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm dan menutupi seluruh
kornea. lensa ini dapat digunakan untuk miopia dan hiperopia. Karena lensa ini
mengikuti lengkung kornea maka tidak dapat dipakai untuk mengoreksi
astigmatisma yang lebih dari astigmatisma minimal. Karena ukurannya yang lebih
besar soft contact lens lebih gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing
antara pada ruang lensa dan kornea serta adaptasinya juga cepat. 1,6
2. RGP (rigid gas permeable) lens
Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl
methacrylate. Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi sebagian
kornea mengapung di atas lapisan air mata.
Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam dibanding soft
contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga dapat mencegah infeksi
dan gangguan mata lain. Durasi pemakaian lensa RGP dapat lebih lama dibanding
soft contact lens. Lensa RGP disesuaikan ukurannya pada setiap mata dengan
lebih tepat dan teliti. Kerugiaannya adalah lensa RGP kurang nyaman dibanding
soft contact lens dan masa adaptasinya yang lebih lama. Lensa RGP dapat
mengoreksi kelainan seperti keratoconus dimana terdapat irregularitas bentuk
kornea yang tidak dapat dikoreksi soft contact lens. 1,6
Lensa kontak toric dipakai untuk mengoreksi astigmat. Lensa ini memiliki
dua power untuk sferis dan silindris. Agar berada pada posisi yang tepat dan stabil
biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki penanda di bawah. 1,6
3. Gabungan
Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft contact lens
dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni lebih mudah dipakai dan
pertukaran oksigen yang baik.
Operasi
Pembedahan dan terapi laser bisa digunakan untuk memperbaiki miopia, hiperopia
dan astigmata. Tetapi prosedur tersebut biasanya tidak mampu memperbaiki penglihatan
sebaik kacamata dan lensa kontak. Sebelum menjalani prosedur tersebut, sebaiknya penderita
mendiskusikannya dengan seorang ahli mata dan mempertimbangkan keuntungan serta
kerugiannya. Pembedahan refraktif biasanya dijalani oleh penderita yang penglihatannya
tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak dan penderita yang tidak dapat
menggunakan kacamata atau lensa kontak.6,10
Beberapa operasi untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah laser in situ
keratomileusis (LASIK), photorefractive keratectomy (PRK), intracorneal ring segments
(INTACS), conductive keratoplasty (CK), phakic intraocular lenses, clear lensectomy, radial
dan astigmatic keratotomy. 6,10
DAFTAR PUSTAKA
1. McLeod SD, et al. Preferred Practice Patterns American Academy of Ophthalmology.
American Academy of Ophthalmology Refractive Management. cited on 18 Oktober
2015. Available from: http://one.aao.org/CE/PracticeGuidelines
2. Edward MH, Lam CSY. The epidemiology of myopia in hongkong. Ann Acad Med
Singapore. 2004;33:34-8. [cited on 18 Oktober 2015 ]. Available from:
www.annals.edu.sg
3. Goss DA, et al. Optometric clinical practice guidelines: Myopia. American Optometric
Association. 1997. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from: www.aoa.org
4. Riordan-Eva P, White OW. Optik dan refraksi. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva
P, editor.Oftalmologi Umum. 17ed. Jakarta: EGC; 2010.389-406.
5. Sidarta I. Ilmu penyakit mata. 5rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2014.
6. Eye Disorder. Merck manual. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from:
www.merck.com
7. Astigmatism. American Optometric Association. [cited on 18 Oktober 2015]. Available
from: www.aoa.org
8. Sidarta I. Dasar-teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. 2nd ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2006.h.209-89
9. Pesudovs K, Garamendi E, Elliott DB. A quality of life comparison of people wearing
spectacles or contact lenses or having undergone refractive surgery. J Refract Surg. 2006;
22:19-27. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from: www.medscape.com
10. Bower KS, Weichel ED, Kim TJ. Overview of refractive surgery. American Academy of
Family Physician. October 2001. [cited on 18 Oktober 2015]. Available from:
www.aafp.org