Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

download Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

of 20

Transcript of Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    1/20

    Bencana

    Senin, 05 Januari 2015

    10 Mei 1883, seorang penjaga mercusuar di sebuah titik di Laut Jawa merasa bahwa fondasi

    menara itu beralih. Laut tampak berubah putih, seakan-akan sejenak beku, seperti cermin

    yang menakutkan.

    Itulah tanda-tanda awal tsunami dan ledakan besar Krakatau yang dicatat dan digambarkan

    kembali oleh Simon Winchester dalamKrakatoa: The Day the World Exploded: August 27,

    1883.

    Dari pelbagai dokumen sejarah, kita tahu betapa mengerikannya bencana itu. Hampir seluruhPulau Krakatau lenyap. Energi yang menggelegak dari letusan itu diperkirakan empat kali

    lebih besar ketimbang ledakan bom thermonuklir. Asap vulkanis yang membubung ke

    angkasa mengitari bumi beberapa bulan. Warna langit senja di mana-mana berubah, sampai

    ke New York. Bahkan merah dan jingga yang tampak di latar lukisan Edvard Munch yang

    terkenal, "Teriak--yang menggambarkan wajah seseorang yang ketakutan--diduga berasal

    dari efek Krakatau di angkasa Norwegia.

    Sekitar 40 ribu orang tewas. Tsunami yang berbareng dengan ledakan itu mengempaskan

    gelombang setinggi 40 meter dan menghancurkan kota Merak dan sebagian wilayah

    Lampung.

    Seratus dua puluh tahun sebelum Winchester menuliskan bukunya, hanya dua bulan setelah

    bencana besar itu, sudah ada sebuah naskah yang ditulis seseorang yang tak dikenal, yang

    merekam kesaksiannya. Syair Lampung Karam, terbit pada 1883, ditulis dalam aksara Jawi.

    Penulisnya Muhammad Saleh. Bulan ini, naskah itu terbit sebagaiKrakatau: The Tale of

    Lampung Submerged, dalam bahasa asli dan bahasa Inggris, terjemahan John H. McGlynn

    dari The Lontar Foundation.

    Mula-mula, pada bulan Rajab, demikian syair ini bercerita, turun abu putih sampai setebal

    "dua jari". Kemudian suara gemuruh menggelegar dan angin kencang melabrak. Dan padasebuah pagi hari Ahad, setelah "guruh menderu-deru" seperti suara kapal api yang mendekat,

    ombak yang besar pun melanda.

    Pukul lima nyatalah hari,

    Gaduhlah orang di dalam kali,

    Perahu berlaga sama sendiri,

    Airnya datang tidak terperi.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    2/20

    Sepanjang 345 bait, syair ini melukiskan bagaimana bencana itu menghabisi nyawa dan harta

    pelbagai dusun. Muhammad Saleh agaknya reporter pertama dalam sejarah Indonesia yang

    melaporkan semua itu secara faktual: "Bukan hamba membuat dusta."

    Sebagai balada, bentuk syair memang biasa ditulis untuk mengisahkan sebuah peristiwa yang

    masih hangat. "Sesungguhnya inilah gaya jurnalistik pada abad naskah," tulis Ian Proudfootdan Virginia Hooker dalam penutup buku terjemahan McGlynn ini.

    Tentu, bentuk syair punya keterbatasan untuk jadi sebuah reportase. Harus mengikuti bait dan

    rima yang sudah tertentu, kesaksian tentang karamnya wilayah Lampung di abad ke-19 ini

    tak seleluasa deskripsi Abdullah bin Abdulkadir Munsyi tentang perubahan sosial di

    Singapura di masa Raffles dalam Hikayat Abdullah. Penyusun Syair Lampung Karamharus

    membatasi kata-katanya.

    Tapi bentuk syair ini memberi peluang bagi sikap seorang pencatat: berbeda dengan puisi

    liris modern, ada jarak emosional antara dia dan apa yang disampaikannya. Kita bahkan taktahu, sejauh mana bencana itu menimpa penulisnya atau keluarganya.

    McGlynn pantas dihargai karena ia merawat jarak emosional itu dengan menyusun kuatren-

    kuatren yang memakai rima yang teratur, meskipun dengan bunyi dan variasi kata yang lebih

    beragam (bahasa Inggris memungkinkan itu) dan dengan makna yang terkadang

    menyimpang.

    Dalam keteraturan itu, versi asliLampung Karamtak menimbulkan gerak dan progresi yang

    membuat kita terpukau. Laporan di dalamnya mencakup wilayah yang luas, tapi tak dibangun

    dengan suspens melalui waktu yang berjenjang. Banyak deskripsi yang nadanya tak meninggi

    atau merendah. Kisah seperti berulang-ulang biarpun tentang tempat dan kejadian yang

    berubah-ubah. Hampir seluruhnya sebuah monotoni.

    Tapi pada dasarnya: sebuah harmoni. Muhammad Saleh, sebagai seorang muslim zaman itu,

    tak ingin menggugat nasib yang menimpa orang banyak yang tak bersalah tapi seakan-akan

    menerima laknat itu. Ia bahkan tak mengisyaratkan kemarahan--meskipun, menurut

    Winchester, bencana Krakatau berpengaruh pada antagonisme penduduk Islam di Banten

    kepada kekuatan kolonial.

    Di bait 274 digambarkan bagaimana putri sang pejabat Belanda ("Tuan Kontelir") hilang

    dipukul gelombang seperti kebanyakan penduduk. Di bait 280-281 dikisahkan bagaimanabahkan di antara orang-orang yang berniat membunuhnya ada yang mengasihaninya--hingga

    ia selamat. Dalam beberapa bait sejak 344, kita bertemu dengan Residen yang dengan ramah

    membantu para korban.

    Bencana bisa membuat orang protes, tapi juga bisa membuat kita bersama berkabung.

    Meskipun tanpa khotbah, tanpa petuah.

    Goenawan Mohamad

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    3/20

    Revolusi Metode Pembelajaran

    Senin, 05 Januari 2015

    M. Syamsul Arifin,pegiat di Forum Penulis Muda Jogja

    Generasi hari ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi hari ini terlahir ketika di

    sekelilingnya dipenuhi kecanggihan teknologi digital. Ketika belajar membaca dan menulis

    hingga beranjak usia remaja, mereka dimanjakan olehgame online, MP3 player, hingga yang

    menyita banyak waktu: media sosial.

    Namun masalah selanjutnya adalah, teknologi digital (smart phone) tidak hanya membawasejumlah dampak positif, tapi juga sejumlah dampak negatif. Dalam konteks pembelajaran,

    sejatinyasmart phonebisa mendukung proses belajar-mengajar yang dilakukan guru-murid.

    Proses knowledge transfermembina karakter dan keterampilan agar yang dilakukan guru bisa

    berjalan lancar.

    Di samping dampak positifnya,smart phonejuga berdampak buruk. Kita kerap menjumpai

    remaja yang berada dalam sebuah forum tanpa berkomunikasi satu sama lain. Generasi

    sekarang seolah asyik dengan dunianya sendiri, yang dipenuhi kecanggihan digital.

    Meminjam bahasa Don Tapscott (2013), inilah generasi acuh tak acuh. Minat mereka hanya

    kultur populer, para pesohor, dan teman-teman mereka. Karena itu, transformasi

    pembelajaran menjadi mutlak harus kita lakukan. Bertolak dari hal di atas, revolusi metode

    pembelajaran menjadi mutlak harus kita lakukan.

    Pertama, kurangi metode ceramah. Mereka sudah bosan dengan gaya ini. Menurut Felder dan

    Soloman (1993): "Pembelajar di zaman informasi ini mempunyai kecenderungan gaya

    belajar aktif, sequential, sensing, dan visual."

    Kedua, fokus pada pembelajaran seumur hidup, bukan pada mengajarkan untuk ujian semata.Yang terpenting bukan hanya tentang apa yang mereka ketahui ketika mereka lulus, tapi juga

    untuk mencintai pembelajaran seumur hidup. Para guru tidak perlu khawatir siswanya lupa

    tanggal peristiwa penting dalam sejarah, karena mereka dapat mencari informasi itu kapan

    saja dengan melalui buku maupun web. Para guru perlu mengajari mereka cara belajar, gemar

    membaca dan menulis, bukan hanya cara mengetahui.

    Ketiga, berdayakan para siswa untuk berkolaborasi. Dorong mereka agar bekerja sama

    dengan yang lain dan tunjukkan cara mengakses sumber pengetahuan yang tersedia di web

    dan lain-lain. Dalam hal ini, mungkin kita dapat belajar dari pengalaman Uri Treisman,

    seorang profesor Matematika di Universitas California-Berkeley.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    4/20

    Melihat banyak mahasiswa kulit hitam yang nilai Kalkulus-nya sangat jelek, Prof Treisman

    melakukan riset kecil. Ia membandingkannya dengan kelompok mahasiswa asal Cina, yang

    semua memperoleh nilai bagus. Ia menemukan bahwa mahasiswa Cina suka bekerja dalam

    kelompok, sedangkan mahasiswa kulit hitam cenderung bekerja mandiri. Ia mengubah

    kondisi dan tata letak kelas serta menerapkan sistem pembelajaran kelompok. Tak lamakemudian, prestasi para mahasiswa kulit hitam meningkat pesat.

    Guru menghadapi manusia, bukan seperti buruh pabrik dan karyawan perusahaan yang

    berhadapan dengan benda mati. Guru memiliki tugas perencanaan, pembelajaran, dan

    penilaian (evaluasi). Perencanaan dilakukan sebelum mengajar di kelas dan penilaian setelah

    mengajar di kelas selesai. Inilah yang diinginkan Kurikulum 2013.

    Sekarang revolusi (metode) pembelajaran ada di tangan para guru di seantero Indonesia.

    Apakah mereka akan melakukan revolusi? Kita tunggu gebrakannya untuk menciptakan

    generasi emas.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    5/20

    Kesejahteraan Petani 2014

    Senin, 05 Januari 2015

    Kadir,bekerja di Badan Pusat Statistik

    Pada 2 Januari 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa nilai tukar petani (NTP)

    nasional--indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani dan

    nelayan--pada Desember 2014 hanya sebesar 101,32. Padahal target NTP yang dipatok

    pemerintah selama ini minimal sebesar 110. Itu artinya, tingkat kesejahteraan petani dan

    nelayan negeri ini masih jauh dari harapan.

    NTP yang dirilis BPS tersebut juga memberi konfirmasi bahwa tingkat kesejahteraan petani

    dan nelayan negeri ini cenderung stagnan sepanjang 2014. Soalnya, NTP Desember 2014

    lebih rendah daripada NTP Januari 2014 yang sebesar 101,95. Jadi, tidak membikin heran

    bila kemiskinan tetap berpusat di pedesaan, dan sebagian besar petani serta nelayan negeri ini

    masih terkungkung dalam kondisi hidup serba kekurangan alias miskin.

    Gambaran yang lebih membuat miris tersaji pada subsektor tanaman pangan (padi dan

    palawija). Betapa tidak, nilai tukar petani tanaman pangan pada Desember 2014 hanya

    sebesar 100,07, atau sedikit mengalami peningkatan dibanding NTP pada Januari 2014 yang

    sebesar 99,88. NTP sebesar 100 menunjukkan rata-rata pendapatan petani tanaman pangan

    berbeda tipis dengan pengeluarannya. Pendek kata, mayoritas petani tanaman pangan masih

    sulit merengkuh kesejahteraan karena pendapatan yang pas-pasan.

    Ditengarai, rendahnya tingkat kesejahteraan petani tanaman pangan disebabkan nihilnya

    tingkat profitabilitas kegiatan usaha tani tanaman pangan. Hal itu tecermin dari hasil Survei

    Usaha Tanaman Padi dan Palawija 2014(SPD/SPW-2014) yang dirilis BPS pada akhir

    Desember tahun lalu. BPS mencatat, rata-rata keuntungan yang diperoleh petani dari

    mengusahakan satu hektare padi sawah dan jagung masing-masing hanya sebesar Rp4,5 juta

    dan Rp2,9 juta per musim tanam. Sedangkan dari mengusahakan satu hektare tanamankedelai, petani justru merugi.

    Celakanya, sebagian besar petani tanaman pangan mengelola lahan pertanian kurang dari satu

    hektare. Hasil Sensus Pertanian 2013 memperlihatkan, jumlah petani yang mengelola lahan

    pertanian di bawah 0,5 hektare (gurem) mencapai 14,25 juta rumah tangga, atau mencakup

    55,33 persen dari total jumlah rumah tangga pertanian pengguna lahan. Rata-rata penguasaan

    lahan sawah bahkan hanya 0,2 hektare per rumah tangga. Akibatnya, efisiensi usaha tani

    relatif rendah dan skala usaha tani yang menguntungkan sulit digapai.

    Hasil SPD/SPW-2014memberi konfirmasi bahwa pemerintah harus mendorong peningkatan

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    6/20

    profitabilitas usaha tanaman pangan. Hal itu, antara lain, dapat dilakukan dengan memberikan

    insentif usaha tani berupa subsidi outputdan/atau subsidi input.Kebijakan tersebut perlu

    dilakukan. Sebab, upaya meningkatkan efisiensi dan skala usaha tani melalui penambahan

    luas lahan garapan sangat sulit dilakukan, karena terhambat terbatasnya akses penguasaan

    lahan.

    Upaya meningkatkan profitabilitas usaha tanaman pangan merupakan aspek yang sangat

    penting dan sudah semestinya menjadi fokus perhatian pemerintah. Pasalnya, hal itu

    menyangkut kesejahteraan lebih dari 15 juta rumah tangga petani. Tak bisa dimungkiri,

    mereka adalah penentu keberhasilan dalam mewujudkan target ambisius swasembada beras

    (padi), jagung, dan kedelai yang telah dicanangkan pemerintah.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    7/20

    Denny Sakrie Mengisahkan Musik

    Rabu, 07 Januari 2015

    Aris Setiawan,Etnomusikolog

    Begitu banyak musik dipentaskan dan direkam, namun sangat sedikit yang dituliskan. Dan

    Denny Sakrie adalah satu di antara sedikit orang yang menziarahkan hidupnya di wilayah itu.

    Ia menjadi pengamat musik populer dengan kemampuan menulis yang andal. Tulisannya

    adalah "bank data" sejarah perkembangan musik Indonesia. Kita pun bisa mengetahui sejauh

    mana musik Tanah Air telah memberi kontribusi penting bagi kehidupan lewat catatan-

    catatan yang telah dibuatnya.

    Dunia musik kita berkembang dan berubah begitu cepat. Kita sering kali melupakan peristiwa

    penting dalam musik, semata karena tiadanya jejak yang dapat dibaca dan direnungkan.

    Akibatnya, dokumentasi dan analisis tentang perjalanan karya musik Tanah Air tidak terarsip

    dengan baik. Denny Sakrie memandang musik tak sebatas fenomena suara dan bunyi. Lebih

    dari itu, ada kisah yang tersembunyi, seperti latar belakang, konsep, ide, dan proses

    penciptaan yang menyertainya. Dengan menuliskannya, berarti ada usaha untuk memahami

    apa-apa yang tak terjelaskan oleh bunyi dari karya musik.

    Denny Sakrie mengawali karier sebagai penulis musik sejak duduk di bangku sekolah

    menengah pertama (SMP). Pertama kali artikelnya dimuat di mediaPedoman Rakyatyang

    terbit di Makassar (1979). Hal itu kemudian mengantarnya menjadi penulis musik ulung di

    Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tempo, Kompas, danRollingstone Indonesia. Ia pun

    kerap muncul di layar kaca untuk mengulas dan mengomentari perkembangan industri musik

    Indonesia terakhir.

    Artikel yang ditulisnya cukup mencerahkan. Ia pandai dalam mengisahkan dunia musik dari

    berbagai sudut, terutama sejarah. Sebagai kolektor kaset, buku, dan majalah musik lawas, ia

    membuktikan diri sebagai penulis yang sadar data. Lihatlah bagaimana kuatnya referensi itu

    digunakan saat ia mengulas musik lewat blog-nya, http://dennysakrie63.wordpress.com/.

    Membacanya, seolah kita menemukan sesuatu yang selama ini telah hilang atau terlupakan.

    Namun Denny juga memiliki daya analisis kuat: mampu mengambil kesimpulan yang

    mencerahkan, serta melontarkan kritik pedas bagi musikus dan kelompok (band) musik

    Tanah Air.

    Apalah artinya jika musik tak memiliki kritikus? Musik akan berkembang tanpa kontrol, dan

    kreativitas seniman akan mandek. Sayangnya, selama ini musik justru menjadi salah satu

    dunia seni pertunjukan yang miskin kritikus. Dengan demikian, Denny Sakrie adalah oranglangka, kehadirannya sangat dibutuhkan. Kepergiannya semakin menambah kemandulan

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    8/20

    dunia kritik musik Tanah Air.

    Pada usia 51 tahun, Denny pergi meninggalkan timbunan tulisan tentang musik. Itu adalah

    satu-satunya warisan yang paling berharga. Denny Sakrie memberi inspirasi kreatif tentang

    dunia kekaryaan, terutama wacana-keilmuan musik di Indonesia. Kita patut khawatir: siapapenggantinya setelah ia pergi?

    Maklum, bekerja sebagai pengamat-kritikus musik berarti bersiap untuk hidup tak

    berkecukupan harta. Komentarnya diburu dan menjadi rujukan banyak media, membesarkan

    nama artis dan kelompok musik, sementara ia masih setia berkubang di kesederhanaan hidup.

    Namun Denny Sakrie, dengan segala kesederhanaan itu, telah mampu memberi sumbangan

    besar demi kemajuan dunia musik Indonesia. Kita patut berucap terima kasih atas segala jasa-

    jasanya.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    9/20

    Beras

    RABU, 07 JANUARI 2015

    Toto Subandriyo, penulis

    Pada era 1970-an hingga awal 1980-an pernah populer terminologi "Karawang Bergoyang"

    di kalangan wartawan Ibu Kota. Istilah ini merupakan simbolisasi dari kondisi harga

    gabah/beras yang sedang bergejolak di Tanah Air. Gejolak harga dapat berupa anjloknya

    harga gabah/beras saat puncak panen raya, atau meroketnya harga gabah/beras di pasar akibat

    musim paceklik seperti sekarang ini.

    Kabupaten Karawang sering menjadi laboratorium teknologi pertanian yang menghasilkanberbagai inovasi untuk dijadikan program nasional. Salah satunya adalah program Bimbingan

    Massal (Bimas), yang diinisiasi oleh para pakar pertanian Institut Pertanian Bogor. Program

    ini sukses membawa Indonesia berswasembada beras pada 1984. Hingga sekarang, daerah ini

    selalu dijadikan sebagai barometer situasi pangan Republik.

    Beberapa bulan terakhir ini, harga beras di sejumlah daerah diberitakan telah melambung

    tinggi, menyentuh batas psikologis masyarakat. Salah satu pemicu tingginya angka inflasi

    beberapa bulan terakhir berasal dari komponen harga bergejolak, terutama kelompok volatile

    foods,seperti beras, cabai merah, dan cabai rawit. Angka inflasi nasional pada Oktober,

    November, dan Desember 2014 berturut-turut adalah 0,47 persen, 1,5 persen, dan 2,46

    persen.

    Tingginya angka inflasi yang dipicu oleh meroketnya harga volatile foodsmerupakan sinyal

    peringatan bagi pemerintah. Henri Josserand dari Global Information and Early Warning

    System, FAO, mengingatkan bahwa inflasi yang diakibatkan melambungnya harga pangan

    merupakan pukulan paling berat bagi warga miskin. Sebabnya, pengeluaran untuk belanja

    pangan keluarga miskin tidak kurang dari 60 persen dari total pengeluaran. Studi Bank

    Pembangunan Asia pada April 2011 juga sampai pada kesimpulan, kenaikan harga pangan 10

    persen di negara berkembang Asia akan menambah jumlah penduduk miskin baru sebanyak

    64 juta orang (dasar perhitungan garis kemiskinan US$ 1,25 per hari).

    Orang awam mungkin berpikir bahwa harga beras yang tinggi saat ini menguntungkan petani.

    Sejatinya, harga beras yang tinggi saat ini tidak dinikmati petani, melainkan sebaliknya justru

    memberatkan beban hidup mereka. Mengapa? Karena komposisi terbesar petani kita adalah

    petani gurem (menggarap sawah kurang dari 0,5 hektare). Beras hasil panen telah habis

    dikonsumsi keluarga. Pada saat seperti ini mereka telah menjadi net consumerberas. Untuk

    keperluan makan sehari-hari, mereka juga membeli beras seperti konsumen lainnya.

    Karena itu, untuk mendongkrak daya beli masyarakat dan sedikit meringankan beban hidupmereka, pemerintah harus segera melakukan upaya stabilisasi harga berbagai kebutuhan

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    10/20

    pangan yang tengah meroket. Upaya stabilisasi harga tersebut antara lain dapat dilakukan

    dengan operasi pasar khusus (OPK) atau operasi pasar murni (OPM).

    Upaya-upaya tersebut merupakan bentuk kehadiran pemerintah di tengah-tengah beban hidup

    masyarakat yang makin berat. Kehadiran pemerintah tersebut belakangan dirasakan nyaris

    nihil karena situasi politik yang gaduh. Profesor Toru Yano dari Kyoto University pernah

    mengingatkan: "Ancaman bangsa Indonesia bukanlah berasal dari serangan dan invasi negara

    lain. Ancaman sesungguhnya justru berasal dari dalam negeri. Cukup disulut dengan isu

    kelangkaan beras dan bahan kebutuhan pokok lain, maka keresahan sosial akan mudah

    tersulut."*

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    11/20

    Lensa Kamar Putih Fariz R.M.

    JUM AT, 09 JANUARI 2015

    Danang Probotanoyo,Alumnus Universitas Gadjah Mada

    Kau bawa diri dalam khayal lensa kamar putih/.... Tubuh yang menuntut tak kompromi tak

    mau tahu/Kau jual diri sebagai pengganti jenuh dan frustrasi/Membiarkan racun datang

    mengabdi untuk meronta/Terlentang tak sadar di dalam lensa kamar putih/Mencari mimpi

    yang tiada berarti/Tenggelam kenyataan hidup ini dalam semu/Mencoba lupakan yang lalu...

    (Lensa Kamar Putih, Fariz/1984)

    Itulah baris-baris lirik lagu berjudul Lensa Kamar Putih, yang menjadi hitpada medio

    1984. Pelantunnya adalah Fariz Rustam Munaf, yang akrab dipanggil Fariz, musikus multi-

    instrumentalis, komposer, penata musik, sekaligus penyanyi.

    Remaja era 1980-an sangat mengidolakan Fariz. Dia banyak disebut sebagai salah satu

    pembaharu musik pop modern Indonesia. Bersama komunitas pemusik Pegangsaan, seperti

    Chrisye (alm.), Jockie Suryoprayogo, dan Keenan Nasution, Fariz mengubah haluan musik

    Indonesia dari musik-musik "mainstream mellow" menjadi musik dinamis, modern, dan

    keren. Orang dulu bilang "musik gedongan".

    Fariz mencuat lewat albumnya, Sakura, pada awal 1980. Julukan "anak ajaib" atau "anak

    jenius" sempat disematkan media kepada Fariz yang fenomenal itu. Belum ada dalam catatan,

    seorang musikus membuat album rekaman begitu total seperti halnya Fariz di album Sakura

    itu. Fariz pun menjadi kiblat poros musik tertentu di Indonesia. Muncullah terminologi "pop

    progresif" atau "pop kreatif", sebagai penunjuk jenis musik yang dimainkan Fariz.

    Kemasyhuran Fariz membuat dia banyak diajak dalam berbagai kolaborasi musik. Tercatat

    Fariz menggawangi aneka band berbeda waktu itu, seperti Badai Band, SYMPHONY,

    WOW!, Jakarta Rhythm Section, GIF, Transs, Superdigi, dan entah berapa lagi. Selain mainband dengan banyak grup, Fariz kebanjiran order mencipta lagu, berpasangan duet nyanyi,

    hingga mengaransemen musik bagi banyak penyanyi.

    Seperti kata pepatah, sesuatu yang ada di dunia tiada yang abadi. Ada pasang, ada surut.

    Begitu pun yang terjadi pada Fariz. Perlahan namun pasti, kariernya meredup di pertengahan

    1990-an. Fariz "menghilang" bak ditelan bumi. Tiba-tiba dia "muncul kembali" pada 2007

    dan mengguncang publik karena kasus narkotik. Dengan kebijakan hakim, Fariz "diampuni"

    dan dirujuk untuk direhabilitasi dari ketergantungan narkotik.

    Selepas itu, Fariz bak terlahir kembali. Ia justru semakin sering tampil di panggung-panggungmaupun layar kaca daripada sebelum terciduk aparat. Berbagai raihan prestasi ia dulang lagi

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    12/20

    bak di era keemasannya dulu. Salah satu yang prestisius adalah, Fariz dinobatkan majalah

    RollingStone Indonesiasebagai salah satu dari "25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang

    Sejarah" atau "The Immortals" tahun 2008. Nyaris sejak keluar dari sel pada awal 2008

    hingga Desember 2014, Fariz main musik di mana-mana tanpa jeda.

    Dan, roda berputar ulang. Pada 6 Januari 2015, selang sehari setelah merayakan ulang

    tahunnya yang ke-56, Fariz kembali ditangkap polisi di rumahnya, lagi-lagi karena narkotik.

    Lirik lagu Lensa Kamar Putihmilik Fariz di awal tulisan ini memberi gambaran bahwa

    narkotik nyata dalam meracuni, mengubur, dan menenggelamkan para pemakainya.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    13/20

    Menolong dalam Kesulitan?

    JUM AT, 09 JANUARI 2015

    J. Sumardianta,Guru SMA Kolese De Britto, Yogyakarta

    Ketika ibumu semakin tua. Saat sorot mata penuh cinta dan harapannya tidak lagi menatap

    seperti dulu. Kala kaki letihnya tidak bisa lagi menopang perjalanan, pinjamkan lenganmu

    buat memapah. Hiburlah dia. Temanilah berjalan-jalan untuk terakhir kali. Jika ibu meminta

    sesuatu, berikanlah. Akan datang waktu paling getir dalam hidupmu. Ketika mulut ibu tidak

    pernah meminta apa-apa lagi. Itulah saatmu menangis sejadi-jadinya."

    Siapa sangka alegori ini ditulis Adolf Hitler. Sisi kemanusiaan sang diktator terbit kalakehilangan ibu. Bagaimana seorang penjahat kemanusiaan, penyebab tragedi bagi jutaan

    orang saat Perang Dunia II, memberikan tausiah cinta? Hitler mungkin menulis sajak itu jauh

    sebelum menjadi iblis.

    Membaca ulang sajak Hitler, hati bagai dirajam sembilu. Ibu saya dipanggil Tuhan sehari

    menjelang perayaan Natal 2004 lalu. Proses berpulangnya terbilang mendadak. Pukul 16.00

    sore ibu meminta diantar ke rumah sakit karena tidak enak badan. Naik-turun mobil

    dilakukannya sendiri. Sampai di IGD, sesak napas dan kejang. Pukul 17.45, ibu berpulang

    pada usia 72 tahun meninggalkan suami dan enam anak.

    Sesederhana itu proses kematian ibu. Sesederhana cara pandang, sikap, dan perilaku

    almarhumah dalam mengatasi kerasnya hidup. Ibu anak tunggal dari istri kedua kakek. Kakek

    menikah empat kali. Saat ibu berumur sebulan, kakek menggorok tiang bambu penyangga

    rumah yang sekaligus berfungsi sebagai celengan nenek. Duit ludes buat berjudi.

    Kakek minggat ke Jogja. Di alun-alun utara ia mendapati ratusan lelaki berseragam dinaikkan

    ke truk. Kakek ingin ikut rombongan. Sewaktu melapor, kakek langsung diberi seragam dan

    disuruh naik truk juga. Kakek baru menyesal saat iring-iringan truk memasuki Pelabuhan

    Tanjung Perak, Surabaya. Semua penumpang masuk kapal. Jepang hendak mempekerjakan

    mereka sebagai romushadi Borneo.

    Pada 1945, tiga tahun sesudah menjalani romusha, kakek menikah lagi di Kalimantan. Kakek

    lalu pindah ke Deli Serdang, Sumatera Utara, bersama tiga anak lelaki dari istri keempat.

    Pada 1960-an kakek mengubah hutan menjadi area persawahan di Lampung Tengah. Di

    sinilah hidupnya mulai membaik.

    Teringat anak yang ditelantarkannya, kakek baru pulang ke Jawa pada 1970-an. Bapak-anak

    bertemu lagi setelah berpisah tiga dekade. Elegi mengharukan seorang penyintas (survivor)

    romusha. Kakek diganjar romushagara-gara menganut falsafah mo limo: main/judi,

    mendem/mabuk, madon/kawin-mawin, madat/narkoba, dan maling/mencuri.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    14/20

    Pada masa muda, tahun 1960-an, ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga keluarga Cina

    di Jakarta. Di bilangan Cikini, ibu menyaksikan seorang perempuan hamil, sedang

    menggendong kedua anaknya, mati tertembak peluru nyasarpengikut Karto Suwiryo. Bedil

    sebenarnya diarahkan pada Bung Karno, yang tengah berpidato peresmian gedung sekolah.

    Dalam kesulitan, memberi pertolongan. Itulah yang dilakukan kedua orang tua saya saat

    masih bekerja di kota. Di rumah kami yang sempit, bapak-ibu mau memberi tumpangan buat

    kerabat pengidap kanker rahim saat menjalani terapi di rumah sakit. Rumah kami terbuka

    bagi kerabat dari kampung yang transit untuk kuliah atau kerja. Waktu itu, saya tidak habis

    pikir mengapa rumah yang sudah sesak dengan rupa-rupa impitan ini masih dijejali

    kenestapaan akibat kemurahan hati orang tua.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    15/20

    Karikatur

    Sabtu, 10 Januari 2015

    Agus Dermawan T,Pengamat Budaya Dan Seni

    Karikatur tentang Nabi Muhammad SAW yang dimuat di majalah Charlie Hebdo(CH) di

    Paris menimbulkan dendam. Rasa sakit hati itu terkumpul menjadi kemarahan brutal yang

    berbentuk pembunuhan atas 12 awak redaksi CH,7 Januari lalu. Peradaban kemanusiaan

    mengutuk aksi teror yang berdarah-darah dan penuh murka. Sebaliknya, peradaban

    kebudayaan akan menyampahkan karikatur yang rendah etika sosialnya.

    Kekeliruan besar karikatur CHbisa ditelaah dari dua persoalan yang mendasar. Pertama

    adalah pelanggaran moral yang dilakukan oleh editor dan seniman sembrono: yang tak punya

    rasa hormat serta tidak memiliki sensibilitas atas dogma agama. Kedua, menyangkut akar

    seni karikatur, yang tampaknya tidak dipahami oleh para karikaturis di majalah satireitu.

    Artikel ini membahas persoalan kedua.

    Karikatur adalah seni rupa yang dibuat dengan tujuan menyindir atau mengkritik, dengan

    memakai wajah seseorang yang berkaitan dengan konteks. Untuk menajamkan persoalan,

    wajah seseorang itu dideformasi sedemikian rupa sehingga menjadi ganjil. Keunikan ini oleh

    para karikaturis diformulasi menjadi lucu, karena kelucuan dianggap pintu masuk untuk

    mencari perhatian.

    Deformasi (bahkan distorsi) wajah dalam karikatur adalah ciri utama dari seni karikatur.

    Etimologi akan menjelaskan hal itu. Karikatur atau caricature (Inggris), caricatuur

    (Belanda), karikatur(Jerman) bermula dari kata Italia, caricare, yang artinya memberikan

    muatan (kepada wajah seseorang). Ini ada hubungannya dengan kata caratere(Itali) untuk

    character(Inggris).

    Dalam bahasa rupa, upaya meng-caricare, atau memberi muatan, diwujudkan denganmengubah dan melebih-lebihkan bentuk wajah seseorang yang digambarkan di situ. Namun

    gambar harus tetap menghadirkan karakter tokoh yang dikarikaturkan. Kesimpulannya,

    lahirnya karikatur harus bersumber dari wajah yang jelas-jelas pernah dilihat (langsung atau

    tak langsung) oleh para karikaturisnya, dan didalami karakternya.

    Di sisi lain dipahami bahwa keindahan karikatur bergantung pada iktikadnya. Iktikad itu

    adalah upaya untuk membuat perubahan: dari yang buruk menjadi baik. Dengan begitu,

    keindahan sebuah karikatur terpancar lewat kualitas moral yang tergambar.

    Menyentuh karikatur di CH(termasuk karikatur di majalah Denmark,Jyllands-Posten, yang

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    16/20

    bikin heboh pada 2005), adakah para karikaturis itu pernah melihat wajah Nabi Muhammad?

    Sangat diyakini: tidak. Dengan begitu, sederet karikatur tersebut cuma hasil imajinasi

    karikaturisnya.

    Dalam pemahaman etimologis, karikatur demikian dikategorikan sebagai gambar yangberbohong. Sementara itu, ditilik dari kualitas moralnya, karikatur itu jelas tidak menawarkan

    apa-apa, kecuali untuk mengganggu dan memprovokasi lewat gambar-gambar reka-simbolis

    belaka.

    Akhirul kalam, biasanya seni yang menyimpan kebohongan sangat tidak dipedulikan, karena

    tidak mempunyai kekuatan kebudayaan apa-apa. Dan seni yang tidak menawarkan keindahan

    moral akan terkategori sebagai sepah, dan akan dibuang ke keranjang sampah. Dengan

    begitu, sesungguhnya majalah serta karikatur CHakan terkubur dengan sendirinya, tanpa

    perlu dilawan dengan amuk dar-der-dor.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    17/20

    Fikih Sosial Kiai Sahal

    Sabtu, 10 Januari 2015

    Ali Nur Sahid, aktif di Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina

    Saya merindukan fikih sosial Kiai Sahal Mahfudz-yang haulnya jatuh Januari ini. Sang

    pembaharu dari Kajen, Jawa Tengah ini berusaha mendidik ribuan santrinya agar tidak jumud

    berkutat dengan kitab kuning belaka, namun dengan lainnya. Hal itu diterapkan pada lembaga

    pendidikan yang diasuhnya, Mathali'ul Falah, Kajen, Pati, sejak 1967. Santri diajak untuk

    berakar pada tradisi, sekaligus berbaur dengan konteks. Bahkan, fikih menjadi alat rekayasa

    sosial untuk menjawab persoalan kesehatan perempuan, pemberdayaan ekonomi petani, danburuh.

    Ada lima ciri pokok fikih sosial Kiai Sahal, seperti yang telah dirumuskan dalam halakah

    NU. Pertama, interpretasi teks-teks fikih secara kontekstual. Kedua, perubahan pola

    bermazhab dari bermazhab secara tekstual (madzhab qauli) ke bermazhab secara metodologis

    (madzhab manhaji). Ketiga, verifikasi mendasar mana ajaran yang pokok (ushul) dan mana

    yang cabang (furu'). Keempat, fikih dihadirkan sebagai etika sosial, bukan hukum positif

    negara. Dan kelima, pengenalan metodologi pemikiran filosofis, terutama dalam masalah

    budaya dan sosial.

    Metode pemahaman hukum Islam yang terbuka terhadap berbagai disiplin ilmu "non-agama"

    berguna agar pemahaman kitab kuning benar-benar sesuai dengan konteksnya, baik konteks

    masa lalu saat kitab itu ditulis maupun konteks permasalahan yang dihadapi sekarang. Fikih

    ditempatkan sebagai paradigma pemaknaan situasi sosial. Memaknai fikih dan konteks sosial

    ini menjauhkan pemahaman yang kaku, mencari maslahah amah(kemaslahatan umum) dan

    tidak memposisikan fikih menjadi yurisprudensi legalistik yang dapat "menghakimi" segala

    macam secara baku.

    Contoh penerapan prinsipnya bisa dilihat dalam melihat lokalisasi. Dalam hal ini diterapkankaidah: jika ada dua hal perusak, harus dilihat mana yang lebih besar kerusakannya dan

    diambil yang lebih ringan kerusakannya. Prostitusi jelas dilarang agama. Tapi, sebagai

    persoalan sosial yang kompleks, hal ini bukan perkara mudah untuk diberangus. Kebijakan

    lokalisasi prostitusi dibenarkan dalam rangka mencegah liarnya prostitusi sehingga tidak bisa

    dikontrol dan menimbulkan kerusakan lebih besar.

    Mengangkut tradisi dan kemodernan dalam satu gerbong memang menjadi ciri khas gerakan

    kaum sarungan NU muda; menjadi otentik sekaligus modern; mengikuti perkembangan

    zaman, namun tetap berpegang pada asas pokok ketentuan agama.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    18/20

    Di tangan Kiai Sahal, kitab kuning menjadi humanis dan tidak murung. Fikih (hukum Islam)

    menjadi ilmu yang segar, jernih, dan hangat. Lihat saja sejumlah karyanya dalam Thariqatal-

    Hushul ila Ghayahal-Ushul, Nuansa Fikih Sosial, Ensiklopedi Ijma', Luma' al-Hikmah ila

    Musalsalat al-Muhimmat, danAl-Tsamarah al-Hajainiyah. Tak banyak kiai yang produktif

    menulis buku seperti Kiai Sahal.

    Islam, sebagai ajaran yang universal, dilaksanakan untuk melindungi kehidupan seluruh

    manusia, dengan dipahami sebagai ajaran yang terbuka. Bukan praktek keberagamaan yang

    kaku dan berwajah garang. Dalam konteks Indonesia, muslim diajak untuk mampu

    menunjukkan sikap toleran, dengan menghadapi kemajemukan sebagaisunatullah.

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    19/20

    Bayang-bayang Cina di Palestina

    SABTU, 10 JANUARI 2015

    Smith Alhadar, Staf Ahli Institute for Democracy Education

    Sejak paruh kedua 2014, terjadi perubahan sikap beberapa anggota Uni Eropa (UE) terhadap

    Palestina. Hal ini dikaitkan dengan genosida Israel terhadap penduduk Jalur Gaza sepanjang

    Juli-Agustus tahun lalu. Bagi saya, ada hal yang lebih substantif daripada tragedi itu. Sebab,

    pada 2007 dan 2012, Israel melakukan teror yang sama terhadap kawasan itu, tapi UE dan

    Amerika Serikat bersikap business as usual. Hal substantif itu adalah kebangkitan Cina yang

    akan segera menjadi negara adidaya baru.

    Pada 6 Desember lalu, situs bisnisMarketwatch,mengutip data IMF, mengungkapkan

    besaran ekonomi Cina telah menyalip Amerika Serikat pada akhir Desember lalu, yang

    mencapai US$ 17,6 triliun, sedangkan AS sebesar US$ 17,4 triliun. Melihat tren ekonomi

    keduanya saat ini, besaran ekonomi Cina akan semakin jauh meninggalkan AS dalam waktu

    dekat. Ekonomi merupakan indikator utama kekuatan suatu bangsa, yang berkorelasi dengan

    pengaruhnya di arena internasional. Perubahan sikap UE itu terlalu mendadak untuk sekadar

    dikaitkan dengan genosida Gaza.

    Yang sesungguhnya terjadi adalah AS dan UE sedang berlomba dengan waktu untuk segera

    menyelesaikan masalah Israel-Palestina agar melanggengkan kehadiran mereka di kawasan

    paling vital di dunia itu, sebelum Cina masuk. Kalau sampai sekarang AS belum bisa tegas

    kepada Israel demi terciptanya keadilan bagi Palestina, itu karena presiden AS terbelenggu

    politik domestik di mana lobi Yahudi masih sangat kuat.

    Dalam strategi Sabuk Jalan Sutera, yang membentang dari timur Tiongkok ke Asia Tengah,

    Iran, Irak Utara, dan Turki sebagai gerbang ke Eropa, jelas terlihat Timur Tengah diproyeksi

    masuk ke dalam wilayah pengaruh Cina.

    Dilihat dari banyak segi, Tiongkok lebih mudah diterima di kawasan ini ketimbang Barat.

    Nabi Muhammad memberi apresiasi tinggi kepada Tiongkok, terlihat dari hadisnya yang

    sangat terkenal, "Tuntutlah ilmu hingga ke Tiongkok." Hadis ini mengindikasikan kesadaran

    Nabi bahwa Tiongkok memiliki peradaban tinggi dan perlunya umat Islam menimba ilmu

    dan bekerja sama dengan negeri tersebut. Hadis ini menemukan relevansinya saat ini.

    Keuntungan Cina lain, selain jaraknya yang dekat, demokrasi dan HAM yang menjadi

    masalah utama di negara-negara Timur Tengah tidak akan dipersoalkan Tiongkok yang

    memiliki catatan sama buruknya.

    Hal lain yang mengindikasikan bayangan Cina telah terproyeksikan ke Timur Tengah adalah

    mendekatnya AS ke Iran. Geostrategi Iran tak dapat digantikan oleh negara mana pun di

  • 8/10/2019 Caping+kolom Tempo 4.1.2015-10.1.2015

    20/20

    Timur Tengah, dalam hal kepentingan AS, baik dalam konteks Perang Dingin, ambisi Rusia

    di Ukraina, maupun fenomena kebangkitan Tiongkok. Dari Iran, militer AS dapat mencapai

    wilayah paling selatan jazirah Arab, India, jantung Rusia, dan Tiongkok, dalam waktu hampir

    sama cepatnya.

    Yang tak kurang penting, Iran negara kunci dalam konsep Jalur Sutera Tiongkok. Tanpa Iran,

    tidak ada Jalur Sutera. Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi AS kecuali membangun

    hubungan kuat dengan Iran untuk membuntukan rencana Cina itu.

    Bulan lalu, AS membiarkan pesawat tempur Iran menyerang basis-basis ISIS di Irak.

    Padahal, dalam perjanjian dengan Arab Saudi sebagai syarat keterlibatan Liga Arab dalam

    perang melawan ISIS, Iran tak boleh dilibatkan. Terkait dengan sikap Saudi yang dipatuhi AS

    tapi menyakiti Iran ini, empat kali Presiden AS Barack Obama mengirim surat rahasia kepada

    pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei.

    Selanjutnya, sesungguhnya AS bersikap lunak terhadap Iran dalam hal program nuklirnya.

    Sekiranya tidak ada desakan Israel dan Saudi agar mempereteli habis program nuklir Iran,

    hubungan Iran-AS sudah lama pulih. Gelagat mendekatnya AS ke Iran sudah dibaca oleh

    Arab.

    Karena itu, pada Juli lalu Arab Saudi, Mesir, dan Yordania menandatangani pakta pertahanan

    militer. Agar lebih luas, kuat, dan mendalam, Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dalam KTT-

    nya di Qatar awal Desember lalu menyepakati, antara lain, pembentukan angkatan laut

    bersama untuk menghadapi Iran. Negara mullahini dipandang agresif meluaskan pengaruh

    geopolitik melalui garis mazhab di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman. Sikap Arab tersebutmengindikasikan mereka sadar tak dapat lagi mengandalkan militer AS dalam menghadapi

    Iran.

    Namun, kalaupun hubungan AS-Iran bisa pulih dalam waktu dekat, hubungan itu tak akan

    bisa sepenuhnya harmonis selama Palestina yang menjadi concernAyatullah Ali Khamenei

    belum merdeka. Sebab, isu ini termaktub dalam Konstitusi Iran. Kalau masalah Palestina

    terus menggantung, Iran bisa memainkan kartu Tiongkok untuk menekan AS.

    Cina belum masuk secara agresif ke Timur Tengah karena belum tercipta momentum dan

    memang belum perlu. Tapi ucapan assalamualaikumkepada Palestina, yang dimulai Swediapada Oktober lalu, diikuti parlemen Inggris, Irlandia, Prancis, Spanyol, dan Luksemburg,

    adalah bayang-bayang sang naga itu sendiri.