Buku Teknik IO Full Edition.pdf
-
Upload
victorfirmana -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
Transcript of Buku Teknik IO Full Edition.pdf
-
BADAN PUSAT STATISTIK
DATA MENCERDASKAN BANGSA
BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003
Jakarta 10010
Telepon : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax. :
(021) 3857046
-
TEKNIK PENYUSUNAN
TABEL INPUT-OUTPUT
Nomor Katalog : 9214.
ISBN : 979-598-628-7
Nomor Publikasi: 06330.0001
Naskah :
DIREKTORAT NERACA PRODUKSI
DIREKTORAT NERACA PENGELUARAN
Gambar Kulit :
SUBDIREKTORAT KONSOLIDASI NERACA
PRODUKSI NASIONAL
Diterbitkan oleh :
BADAN PUSAT STATISTIK
Dicetak oleh :
CV. Putra Sejati Raya.
-
Kata Pengantar
Konsep pembangunan ekonomi secara terpadu ternyata telah
berkembang menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Seiring
dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap informasi dan atau alat
analisis yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor
ekonomi pun menjadi semakin penting. Salah satu jenis data yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah data yang dimuat dalam
kerangka tabel input-output.
Tabel input-output sebagai sistem penyajian data sebenarnya telah mulai
dikembangkan pada dekade 1930-an oleh Profesor Wasilly Leontief. Akan
tetapi minat terhadap penggunaan tabel ini berikut kerangka analisisnya baru
benar-benar meningkat pada dekade 1970-an. Tabel input-output
sebenarnya hanyalah merupakan sistem pencatatan setiap transaksi barang
dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dan selanjutnya dapat dijadikan
sebagai dasar dalam melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam
melakukan kegiatan produksi. Kemampuan terakhir inilah yang merupakan
salah satu keunggulan tabel input-output.
Sampai saat ini memang masih relatif sulit untuk menemukan referensi
tentang tabel dan model input-output. Oleh karena itu salah satu tujuan dari
penulisan buku ini adalah untuk memperkaya referensi tentang tabel input-
output, khususnya dalam hal teknik penyusunannya.
Buku ini pada dasarnya dapat dianggap sebagai pelengkap dari
Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output yang sebelumnya telah
diterbitkan oleh BPS. Bab-bab yang dimuat sebenarnya merupakan
kumpulan bahan yang telah disajikan dalam berbagai pelatihan tentang tabel
input-output, baik yang diselenggarakan di BPS maupun di instansi lain. Oleh
karena itu kepada para pengajar dari Direktorat Neraca Produksi dan
Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik yang telah
menuangkan berbagai bahan pengajaran mereka ke dalam bentuk tulisan
diucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya kepada para pihak yang telah membantu dan berperan dalam
mewujudkan buku ini diucapkan terima kasih. Disadari masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalam buku ini. Oleh karenanya kami sangat
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran untuk perbaikan. Begitu pun
diharapkan buku ini dapat bermanfaat.
Jakarta, November 2008
Tim Penyusun
-
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Sistematika Penyajian ........................................................... 5
BAB 2. KERANGKA TABEL INPUT-OUTPUT .................................. 7
2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output ..................................... 7
2.2. Jenis-jenis Tabel Transaksi .................................................. 15
2.2.1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli ........... 17
2.2.2. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Konstan ........... 19
2.2.3. Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga
Pembeli .................................................................... 21
2.2.4. Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga
Produsen ................................................................. 23
2.3. Konsep dan Definisi .............................................................. 25
BAB 3. PROSEDUR UMUM DAN PENDEKATAN PENYUSUNAN
TABEL INPUT-OUTPUT ....................................................... 27
3.1. Prosedur Umum .................................................................... 27
3.1.1. Persiapan ................................................................. 28
3.1.2. Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output ................. 38
3.1.3. Rekonsiliasi .............................................................. 48
3.2. Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output ....................... 48
3.2.1. Pendekatan Langsung (Metode Survei) .................. 49 3.2.2. Pendekatan Tak Langsung ...................................... 51
iv
BAB 4. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK
ESTIMASI PERMINTAAN ANTARA ..................................... 53
4.1. Survei yang Diperlukan ......................................................... 53
4.1.1. Survei Khusus Input-Output (SKIO) ......................... 54
4.1.2. Non-SKIO ................................................................. 55
4.2. Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral ......................... 56
4.2.1. Sektor Pertanian ....................................................... 56
4.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ..................... 62
4.2.3. Sektor Industri Pengolahan ...................................... 63
4.2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ............................. 79
4.2.5. Sektor Konstruksi ...................................................... 84
4.2.6. Sektor Perdagangan, restoran dan hotel ................. 86
4.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................... 90
4.2.8. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
................................................................................... 94
4.2.9. Sektor Jasa-jasa ....................................................... 104
BAB 5. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK
ESTIMASI PERMINTAAN AKHIR DAN IMPOR ................... 109
5.1. Estimasi Permintaan Akhir dan Impor ................................... 110
5.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ................... 110
5.1.2. Konsumsi Pemerintah ............................................... 120
5.1.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto ............................. 135
5.1.4. Perubahan Inventori ................................................. 141
5.1.5. Ekspor ....................................................................... 143
5.1.6. Impor.......................................................................... 153
-
v
BAB 6. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: PROSES
REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN TABEL TRANSAKSI
HARGA PRODUSEN ............................................................ 167
6.1. Proses Rekonsiliasi (Penyeimbang Sisi kolom dan Sisi
Baris) ..................................................................................... 167
6.1.1. Ilustrasi Proses Rekonsiliasi ..................................... 169
6.1.2. Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi
................................................................................... 173
6.2. Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen .................... 184
BAB 7. TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT:
METODE TIDAK LANGSUNG .............................................. 195
7.1. Metode Non-Survei ............................................................... 195
7.1.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan
Metode Non-Survei ................................................... 197
7.1.2. Contoh Penerapan .................................................... 200
7.2. Metode Semi-Survei ............................................................. 210
7.2.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan
Metode Semi-Survei ................................................. 210
7.2.2. Contoh Penerapan .................................................... 212
BAB 8. PERLAKUAN KHUSUS ........................................................ 217
8.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ............................... 217
8.2. Konsumsi Pemerintah ........................................................... 221
8.3. Perlakuan Subsidi ................................................................. 223
8.4. Produk Ikutan dan Sampingan .............................................. 224
8.5. Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran .................................. 227
8.6. Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) ....................... 229
vi
BAB 9. TABEL INPUT-OUTPUT REGIONAL ................................... 229
9.1. Tabel Input-Output Satu Region ........................................... 230
9.1.1. Teknik Penyusunan .................................................. 230
9.1.2. Permasalahan ........................................................... 232
9.2. Tabel Input-Output Antar Region .......................................... 237
9.2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region
.... ............................................................................... 238
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 243
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
1
1.1 Latar Belakang Buku ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan dan teknik dalam menyusun suatu tabel input-output dan merupakan pelengkap dari buku yang telah diterbitkan BPS sebelumnya mengenai kerangka teori dan analisis tabel input-output. Berdasarkan hal ini maka pembahasan yang dilakukan akan lebih banyak tentang prosedur dan cara melakukan penaksiran atau estimasi dari isian sel-sel yang ada dalam suatu tabel input-output. Walaupun demikian kerangka teori dan pengertian dasar tabel input-output tetap akan dibahas secara ringkas, terutama pada beberapa bab awal. Tabel input-output pada dasarnya hanyalah merupakan suatu sistem pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang terjadi antar produsen dalam suatu perekonomian. Jadi, tabel input-output sama sekali bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai inventori dan arus (flow) barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang menjadikan tabel input-output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif. Tabel input-output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an. Pengembangan sistem tersebut berikut kerangka analisisnya bahkan telah
Pendahuluan
Bab 1. Pendahuluan
2
menghantarkan Profesor Leontief sebagai penerima Hadiah Nobel untuk bidang ekonomi pada tahun 1973. Berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Leontief, informasi yang dimuat dalam suatu tabel input-output pada hakekatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang menyebabkan tabel input-output populer juga disebut sebagai tabel transaksi antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari penyusunan suatu tabel input-output, yaitu untuk melakukan analisis saling ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian. Tabel input-output pada dasarnya disusun berdasarkan data ekonomi dari suatu wilayah geografis tertentu (negara, provinsi, kabupaten/kodya dan sejenisnya) untuk suatu periode waktu tertentu (tahun, semester, triwulan, bulan dan sejenisnya). Informasi yang ada selanjutnya disajikan dalam bentuk matriks dan dapat digunakan untuk mengamati suatu kegiatan atau sekelompok kegiatan yang sekaligus bertindak sebagai produsen barang dan jasa (output) dan sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri lain (input). Dalam praktek, banyaknya sektor atau industri yang digunakan dalam penyusunan suatu tabel input-output dapat bervariasi, tergantung pada ketersediaan data, dana dan waktu. Jika data yang tersedia cukup rinci, maka dapat disusun tabel input-output dengan jumlah sektor relatif banyak. Begitupun jika dana yang tersedia terbatas, maka jumlah sektor tersebut harus dikurangi sesuai dengan kemampuan untuk membiayai pengolahan datanya. Begitu pula waktu yang tersedia juga dapat mempengaruhi penentuan jumlah sektor, karena umumnya semakin banyak sektor yang digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan pengolahan. Informasi dasar yang sangat penting dalam analisis input-output adalah tentang arus produk dari setiap sektor yang diperlakukan sebagai produsen ke masing-masing sektor yang bertindak sebagai konsumen. Dalam tabel input-output, informasi ini berada pada kuadran 1 atau tabel transaksi antara. Informasi sepanjang baris pada tabel ini menjelaskan distribusi produk atau output suatu sektor ke seluruh sektor ekonomi yang ada, sementara
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
3
kolomnya menunjukkan komposisi input yang diperlukan untuk melakukan kegiatan produksi di suatu sektor tertentu. Berdasarkan informasi dasar inilah kemudian dapat dikembangkan suatu model yang dapat digunakan untuk melakukan analisis saling ketergantungan antar industri. Sehingga dengan mudah, misalnya, dapat diketahui dampak dari perubahan output (kapasitas produksi) terhadap output sektor lain. Barangkali kenyataan inilah yang membuat tabel input-output semakin banyak diminati oleh para analis dan perencana ekonomi akhir-akhir ini. Tabel input-output untuk Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1969, yaitu ketika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mulai melakukan exercise untuk menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1969 melalui metode tidak langsung atau non-survey method. Selanjutnya BPS bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Institute of Developing Economics (IDE)-Jepang menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1971 dengan metode langsung, yaitu pengumpulan datanya dilakukan secara langsung melalui berbagai survei. Sejak saat itulah Tabel Input-Output secara berkesinambungan disusun BPS untuk setiap periode lima tahunan. Jadi sampai saat ini BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan 2005. Disamping itu BPS telah beberapa kali melakukan updating (penyusunan tabel input-output melalui cara tidak langsung) yaitu tahun 1988, 1993, 1998 dan terakhir 2003. Pada awalnya penggunaan model input-output untuk perencanaan dan analisis ekonomi kurang diminati oleh para analis dan praktisi perencana pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh relatif kecilnya animo terhadap tabel-tabel input-output yang dihasilkan oleh BPS. Kebanyakan pengguna dari tabel-tabel tersebut justru lembaga-lembaga internasional dan konsultan asing. BPS telah melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan penggunaan model input-output, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pelatihan, khususnya bagi tenaga-tenaga teknis dari departemen maupun dari BPS sendiri. Seiring dengan upaya tersebut dan munculnya kebutuhan terhadap instrumen perencanaan yang bersifat
Bab 1. Pendahuluan
4
lintas sektoral, maka sejak awal 1980-an minat terhadap model input-output mulai meningkat. Model-model input-output yang diimplementasikan dalam analisis ekonomi antara lain adalah analisis dampak kegiatan pariwisata, APBN dan ekspor terhadap perekonomian. Implementasi lain adalah untuk melakukan analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penggunaan sumber daya alam, teknologi dan lingkungan. Di tingkat internasional, BPS bekerjasama dengan IDE telah menyusun tabel input-output bilateral Indonesia-Jepang, untuk tahun 1975, 1985 dan 1990. Dengan menggunakan tabel-tabel ini maka dapat dikembangkan model input-output bilateral yang dapat digunakan untuk mengukur dampak kebijaksanaan ekonomi di suatu negara terhadap perekonomian negara lain. Bahkan sejak tahun 1999, atas kerja sama BPS dengan IDE-Jepang, telah dikembangkan tabel input-output multilateral untuk tahun 1995, 2000 dan 2005 yang meliputi 10 negara dan rest of the world (ROW). Pada tingkat regional, kebutuhan model input-output sebagai alat perencanaan pembangunan dan analisis ekonomi juga mulai muncul. Kondisi ini didukung oleh meningkatnya kebutuhan terhadap data dan alat analisis yang memadai untuk menyusun perencanaan pembangunan regional. Apalagi dengan semakin kuatnya arus disentralisasi melalui kebijakan otonomi daerah, tuntutan kebutuhan terhadap alat analisis yang handal akan semakin meningkat. Dengan demikian suka atau tidak, perencanaan pembangunan regional harus mampu merefleksikan proses desentralisasi perencanaan di satu pihak dan bottom-up planning di lain pihak. Tentu saja dengan tetap memperhatikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah model input-output regional. Melalui model ini antara lain dapat dilakukan analisis terhadap struktur dan keterkaitan ekonomi antar sektor di dalam suatu region tertentu atau keterkaitan dengan sektor di region lain bahkan dengan luar negeri. Untuk maksud tersebut, sejumlah provinsi telah mencoba melakukan penyusunan tabel input-output regional. Sebagian kecil dari tabel input-output provinsi tersebut disusun dengan metode langsung
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
5
(survey technique), dan sebagian besar justru masih menggunakan metode tidak langsung. Saat ini hampir semua provinsi telah berhasil menyusun tabel input-outputnya masing-masing, walaupun diakui masih banyak hambatan dan keterbatasan. Sampai saat ini penggunaan model input-output baik di tingkat nasional maupun regional tampak masih menghadapi berbagai kendala. Pertama, kurangnya pemahaman terhadap manfaat dan jenis-jenis model input-output yang dapat dikembangkan telah mengakibatkan kurangnya apresiasi terhadap model input-output. Disamping itu, sebagai produsen tabel input-output, BPS baik di tingkat pusat maupun daerah juga menghadapi kendala sumber daya manusia dalam menyusun tabel input-output. Kendala lain adalah masih adanya perbedaan dalam hal rincian dan kelengkapan data antara nasional dan daerah. Masih dijumpai adanya ketidakseragaman dalam penggunaan metode dan pendekatan antara satu daerah dengan daerah lainnya dan antara daerah dengan nasional, termasuk perbedaan dalam penggunaan data. Salah satu tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk mengurangi berbagai kendala yang telah disebutkan. Diharapkan buku ini dapat menjadi salah satu referensi utama, terutama bagi para penyusun tabel input-output atau para peminat lain. Tujuan ini penting mengingat sampai saat ini belum banyak referensi tentang input-output, khususnya tentang cara penyusunan tabel input-output. 1.2 Sistematika Penyajian Selain Bab 1, buku ini memuat 8 bab lainnya. Pada Bab 2 akan diuraikan tentang kerangka dan pendekatan dalam menyusun tabel input-output. Pembahasan antara lain mencakup konsep dan definisi penting yang digunakan dalam tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi yang biasa disajikan dan asumsi serta keterbatasan dari model yang dikembangkan berdasarkan suatu tabel input-output.
Bab 1. Pendahuluan
6
Sementara itu Bab 3 menjelaskan tentang prosedur umum dan pendekatan penyusunan tabel input-output. Pembahasan dimulai dengan teknik penyusunan klasifikasi sektor dan dilanjutkan dengan cara melakukan estimasi terhadap isian sel-sel tabel input-output. Dalam bab ini didiskusikan pula secara ringkas beberapa metode yang biasa digunakan dalam penyusunan tabel input-output, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Diskusi lebih jauh tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan metode langsung berturut-turut dilakukan pada Bab 4, 5 dan 6. Bahasan pada Bab 4 adalah cara melakukan estimasi permintaan antara. Sementara estimasi permintaan akhir dan impor dibahas pada Bab 5. Setelah estimasi tersebut, maka perlu dilakukan rekonsiliasi agar diperoleh tabel input-output yang konsisten. Pembahasan tentang teknik rekonsiliasi ini disajikan pada Bab 6 Sementara pada Bab 7 diuraikan tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan metode tak langsung. Pembahasannya antara lain mencakup model-model yang dapat digunakan, data atau informasi yang diperlukan serta mekanisme penyusunan tabel, baik untuk teknik non-survei maupun semi-survei. Bab 8 secara khusus membahas tentang beberapa perlakuan khusus yang diperlukan sehubungan dengan alternatif yang akan ditempuh baik dalam penyusunan maupun penyajian tabel. Perlakuan khusus dimaksud mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pemerintah, barang bekas dan apkiran, subsidi dan produk sampingan. Sebagai bab terakhir, diskusi pada Bab 9 adalah tentang tabel input-output Regional, baik untuk tabel input-output suatu region (intra regional) maupun tabel input-output antar region (inter regional). Walaupun secara umum teknik penyusunan tabel input-output regional sama dengan tabel input-output nasional, namun ada beberapa hal yang berbeda. Penekanan bahasan pada bab ini adalah pada teknik penyusunan dan berbagai masalah berikut upaya penyelesaiannya.
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
7
Tabel input-output pada dasarnya merupakan sistem penyajian data
statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi
di suatu wilayah. Namun demikian, tabel input-output tidak mampu
memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara
rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat oleh suatu tabel input-
output terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan
gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi.
Akan tetapi dengan segala keterbatasannya, tabel input-output tetap
merupakan sumber informasi yang komprehensif dalam melakukan berbagai
analisis ekonomi. Berdasarkan tabel input-output antara lain dapat
dikembangkan suatu model yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam
melakukan evaluasi, analisis dan perencanaan pembangunan di bidang
ekonomi.
Untuk memberikan gambaran tentang cara penyajian dan
menginterpretasikan informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output,
pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka dasar tabel input-output, jenis-
jenis tabel transaksi serta beberapa konsep dan definisi pokok yang pada
umumnya digunakan dalam penyusunan tabel input-output.
2.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian
data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris
Kerangka Tabel Input-Output
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
8
tabel input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output
yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh
sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom
menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor
dalam kegiatan produksinya.
Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang
disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub
matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Kerangka Penyajian Tabel Input-Output
Kuadran I
(n x n)
Kuadran II
(n x m)
Kuadran III
(p x n)
Kuadran IV
(p x m)
Keterangan :
Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks
pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris
dan simbol kedua adalah banyaknya kolom.
Isian dari kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang dan jasa
yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kuadran I sering disebut juga
sebagai input/permintaan antara untuk menegaskan bahwa semua transaksi
pada kuadran ini hanya merupakan "antara" untuk diproses lebih lanjut, dan
bukan untuk keperluan konsumsi akhir. Dengan demikian jelas, bahwa
kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam
melakukan kegiatan produksi. Isian sepanjang baris pada kuadran I
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
9
menunjukkan alokasi output yang dihasilkan oleh suatu sektor dan digunakan
sebagai input oleh sektor-sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang
kolomnya menunjukkan struktur penggunaan/input oleh suatu sektor yang
diperoleh dari output sektor lainnya.
Sedangkan dalam kuadran II sekaligus dicakup dua jenis transaksi, yaitu
transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan
akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan
jasa selain yang digunakan dalam kegiatan/proses produksi. Permintaan
akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponen-komponen
pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan yang dimaksud
dengan penyediaan adalah semua barang dan jasa yang digunakan untuk
memenuhi permintaan (baik permintaan antara maupun akhir). Komponen
penyediaan terdiri dari impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan
serta output dari sektor-sektor domestik. Jadi, isian sepanjang baris pada
kuadran II menunjukkan komposisi permintaan akhir dan penyediaan di suatu
sektor menurut jenis komponen. Sedangkan isian sepanjang kolom
menunjukkan struktur masing-masing komponen permintaan akhir dan
penyediaan menurut sektor.
Sementara itu, informasi pada kuadaran III adalah tentang input primer
atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai
kuadran Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Input primer adalah
input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri
dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Isian
sepanjang baris kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan komponen
NTB menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan
komposisi penciptaan NTB menurut komponennya di suatu sektor.
Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung
didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi sepanjang baris
kuadran IV menunjukkan alokasi komponen NTB menurut komponen
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
10
permintaan akhir. Sedangkan informasi sepanjang kolom menunjukkan
struktur NTB untuk setiap komponen permintaan akhir. Namun demikian,
kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk beberapa alasan dalam
penyusunan tabel input-output Indonesia, kuadran ini diabaikan.
Oleh karena tabel input-output pada hakekatnya merupakan suatu sistem
pencatatan transaksi, maka dalam proses penyusunannya digunakan
beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan
tabel input-output adalah:
a. Homogenitas (homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya akan
menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan
tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda.
b. Proporsionalitas (proportionality), yaitu asumsi bahwa kenaikan
penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan
output yang dihasilkan oleh sektor tersebut.
c. Aditivitas (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan
produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap
pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus
menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem input-output
diabaikan.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka model yang dikembangkan
berdasarkan tabel input-output memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan
tersebut antara lain adalah pada rasio input yang diasumsikan konstan
selama periode analisis. Akibatnya perubahan susunan input atau perubahan
teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat dideteksi menggunakan model
input-output.
Di samping itu, asumsi-asumsi tersebut juga menegaskan bahwa
pelipatgandaan input di suatu sektor akan menghasilkan pelipatgandaan
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
11
output yang sebanding. Artinya, peningkatan output di suatu sektor hanya
disebabkan oleh peningkatan inputnya dan bukan dipengaruhi oleh faktor-
faktor produksi yang digunakan seperti perubahan teknologi, peningkatan
produktivitas faktor-faktor produksi dan lain sebagainya. Hal ini sekaligus
menunjukkan bahwa perubahan harga dan kuantitas input dalam model
input-output akan selalu sebanding dengan perubahan harga dan kuantitas
outputnya.
Walaupun model input-output mengandung berbagai kelemahan seperti
yang telah diuraikan, namun model input-output masih tetap merupakan alat
analisis yang handal dan bermanfaat. Terutama karena kemampuannya
untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif.
Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output,
berikut ini diberikan ilustrasi tabel input-output (Tabel 2.2) pada sistem
perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu sektor 1, 2 dan 3.
Tabel 2.2
Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi
Permintaan Antara
Penyediaan Alokasi
Output Struktur Input 1 2 3
Permintaan Akhir
Impor Jumlah Output
Input Antara
1 2 3
x11 x21 x31
x12 x22 x32
x13 x23 x33
F1 F2 F3
M1 M2 M3
X1 X2 X3
Input Primer V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3
Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi.
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
12
Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi
penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal
dari output domestik ( X i ) dan impor untuk produk sejenis ( M i ). Sedangkan
permintaannya terdiri dari permintaan antara ( ijx ) dan permintaan akhir
( F i ). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang
digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut terdiri dari
input antara ( ijx ) dan input primer (V i ).
Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka
angka-angka setiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel
di kuadran I (transaksi antara), misalnya 12x , dari sisi baris angka ini
menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang digunakan untuk
memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom,
angka tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari
penyediaan sektor 1.
Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa
penyajian informasi dalam tabel input-output menunjukkan suatu jalinan yang
saling berhubungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor.
Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah penyediaannya adalah sebesar
11 MX + dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 1,
2 dan 3 masing-masing sebesar 11x , 12x dan 13x ; sedangkan sisanya
sebesar F1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan
yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian
tersebut maka untuk setiap baris pada tabel 2.2 dapat disusun persamaan:
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
13
333333231
222232221
111131211
MXFxxx
MXFxxx
MXFxxx
+=++++=+++
+=+++ .. (2.1)
Persamaan (2.1) selanjutnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
umum:
iiij
ij MXFx +=+=
3
1
, untuk I = 1,2,3 .. (2.2)
atau
iij
iji MFxX +==
3
1
..... (2.3)
di mana:
ijx = Penyediaan sektor i yang digunakan oleh sektor j
X i = Jumlah output (domestik) sektor i
F i = Permintaan akhir terhadap sektor i
M i = Impor pada sektor i
Dengan melakukan pengamatan dari sisi kolom terhadap tabel 2.2 dapat
diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi.
Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar
X 1 . Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya
input antara yang diperoleh dari sektor 1, 2 dan 3 masing-masing adalah
sebesar 11x , 21x dan 31x . Sedangkan input primernya adalah sebesar V 1 .
Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pengamatan
terhadap sektor 2 dan 3. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan terhadap
kolom-kolom di tabel 2.2 dapat diturunkan persamaan aljabar:
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
14
33332313
22322212
11312111
XVxxx
XVxxx
XVxxx
=+++=+++=+++
.. (2.4)
atau dalam bentuk persamaan umum:
jjj
ij XVx =+=
3
1
, untuk j = 1,2,3 .. (2.5)
di mana
V j = Input primer (NTB) sektor j
Sesuai dengan asumsi yang digunakan, pada tabel input-output berlaku
bahwa jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor harus sama dengan
jumlah outputnya. Hal ini berarti ji XX = , untuk i = j atau
==
=n
jj
n
ii XX
11
.. (2.6)
Persamaan (2.6) tersebut merupakan persamaan dasar yang menjelaskan
hubungan antara angka-angka yang disajikan dalam tabel input-output
dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB).
Dari persamaan (2.3) dan (2.5) diperoleh:
MFx X in
=1i
i
n
=1i
ij
n
j=1
n
=1i
i
n
=1i
- + = ... (2.7a)
VxX jn
j=1
ij
n
=1i
n
j=1
j
n
j=1
+ = ...... (2.7b)
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
15
Berdasarkan persamaan (2.6), maka i ix pada (2.7a) dapat di substitusikan ke dalam (2.7b), sehingga:
VxMFx jn
j=1
ij
n
=1i
n
j=1
i
n
=1i
i
n
=1i
ij
n
j=1
n
=1i
+ = - +
karena, =n
j
n
iij
n
i
n
jij xx maka diperoleh:
VMF jn
=1i
i
n
=1i
i
n
=1i
= - ...... (2.8)
Sisi kanan pada persamaan (2.8) adalah jumlah NTB dari semua sektor
perekonomian yang sebenarnya sama dengan angka Produk Domestik
Bruto. Persamaan (2.8) hanya berlaku untuk sistem perekonomian secara
keseluruhan dan tidak berlaku untuk masing-masing sektor.
2.2 Jenis-jenis Tabel Transaksi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, informasi yang disajikan pada
kuadran I, II dan III tabel input-output adalah transaksi barang dan jasa
antara sektor ekonomi. Berdasarkan hal ini maka tabel-tabel dalam ketiga
kuadran, disebut juga sebagai tabel transaksi.
Sesuai dengan lingkup pencatatannya, transaksi yang disajikan pada
tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi total dan
transaksi domestik. Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan
jasa, baik yang berasal dari impor maupun dari produk sektor domestik.
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
16
Sedangkan pada transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan
jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik).
Di samping itu, penilaian atas transaksi yang disajikan dalam tabel input-
output dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian atas dasar harga
produsen dan atas dasar harga pembeli (konsumen). Jika penilaiannya
dilakukan atas dasar harga produsen, maka nilai transaksinya hanya
mencakup harga barang/jasa yang dibayarkan kepada produsen barang/jasa
tersebut. Sedangkan nilai transaksi atas dasar harga pembeli disamping
mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen juga mencakup margin
perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari kegiatan penyaluran
barang/jasa dari produsen ke konsumennya.
Berdasarkan uraian di atas, maka jenis-jenis tabel transaksi yang dapat
disajikan dalam penyusunan tabel input-output akan terdiri dari (a) tabel
transaksi total atas dasar harga pembeli, (b) tabel transaksi total atas dasar
harga produsen, (c) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan
(d) tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen.
Penjelasan dari masing-masing jenis tabel transaksi tersebut secara ringkas
adalah sebagai berikut
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
17
2.2.1 Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli
Nilai transaksi yang disajikan pada tabel ini mencakup nilai transaksi dari
seluruh barang/jasa (impor dan domestik) dan menggunakan dasar penilaian
harga pembeli. Oleh karena itu pada tabel jenis ini, impor, margin
perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai kolom
penyediaan. Oleh karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan
sudah dicakup pada setiap transaksi, maka tidak ada input antara yang
berasal dari sektor perdagangan. Begitu juga input antara dari sektor
pengangkutan, biaya pengangkutan selain biaya pengangkutan yang dicakup
adalah seluruh biaya angkutan barang dagangan, seperti angkutan umum
dan barang pindahan.
Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut.
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
18
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
19
2.2.2 Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen
Nilai transaksi pada tabel ini juga mencakup nilai dari semua transaksi
barang/jasa baik impor maupun domestik, akan tetapi harga yang digunakan
untuk menilai transaksinya adalah harga produsen. Oleh karena setiap
transaksi hanya mencakup harga produsen, maka margin perdagangan dan
biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari
sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Dengan demikian margin
perdagangan dan biaya pengangkutan di kolom penyediaan nilainya akan
sama dengan nol. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen dapat
diperoleh dari tabel transaksi total atas dasar harga pembeli setelah margin
perdagangan dan biaya pengangkutan dikeluarkan dari setiap sel
transaksinya.
Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga produsen
disajikan pada tabel 2.4.
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
20
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
21
2.2.3 Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli
Setiap sel pada tabel jenis ini hanyalah transaksi atas barang dan jasa
yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik) dan menggunakan dasar
penilaian harga pembeli. Oleh karena setiap transaksinya hanya mencakup
barang dan jasa domestik, maka kolom penyediaan yang berasal dari impor
nilainya akan sama dengan nol. Untuk tetap menjaga keseimbangan jumlah
input dan jumlah output, maka seluruh input yang berasal dari impor disajikan
pada baris tersendiri.
Contoh penyajiannya adalah seperti pada tabel 2.5.
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
22
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
23
2.2.4 Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Setiap nilai transaksi pada jenis tabel ini hanya mencakup barang/jasa
domestik dan dinilai atas dasar harga produsen. Oleh karenanya kolom
penyediaan dari impor dan margin perdagangan & biaya pengangkutan
nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi domestik atas dasar harga
produsen dapat juga diperoleh dari tabel transaksi domestik atas dasar harga
pembeli dengan mengeluarkan margin perdagangan dan biaya
pengangkutan dari setiap transaksinya. Tabel transaksi domestik atas dasar
harga produsen memiliki peran penting dalam analisis dengan model yang
diturunkan dari tabel input-output, terutama karena transaksi pada jenis tabel
ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestik
yang dinilai dengan harga produsen.
Contoh penyajian tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen
dapat dilihat pada tabel 2.6.
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
24
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
25
2.3 Konsep dan Definisi Beberapa konsep dan definisi dasar yang diperlukan dalam membaca informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output akan diuraikan secara ringkas berikut ini. Output Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh sektor produksi di suatu wilayah domestik. Oleh karena itu output sering juga disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu sektor tanpa membedakan pelaku produksinya. Jadi pelaku produksinya dapat berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau perusahaan dan penduduk asing. Seluruh produk barang dan jasa yang telah dihasilkan sebagai bagian dari output, tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak. Dalam proses penyusunan tabel input-output penghitungan output
memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai Control Total ( CT ) yang nilainya harus dipertahankan dalam proses rekonsiliasi antar sektor. Oleh karena itu penghitungan output harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Input Input adalah seluruh barang dan jasa yang diperlukan oleh suatu sektor dalam kegiatan produksinya. Input dibedakan menjadi dua, yaitu input antara dan input primer. Input antara adalah seluruh barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat berupa barang/jasa hasil produksi dalam negeri atau impor. Sedangkan input primer adalah balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi. Input primer dalam prakteknya berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto.
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
26
Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa yang digunakan untuk keperluan konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dapat berupa barang dan jasa hasil produksi domestik dan impor. Khusus untuk permintaan ekspor hanya boleh dipenuhi dari hasil produksi domestik. Sejalan dengan penjelasan tersebut jelas bahwa impor bukan merupakan komponen permintaan akhir, melainkan sebagai komponen penyediaan. Ekspor dan impor dalam konteks tabel input-output adalah transaksi yang terjadi antara penduduk di suatu wilayah tertentu dengan penduduk di luar wilayah tersebut. Namun demikian khusus untuk pembelian langsung yang dilakukan oleh penduduk ada perlakuan khusus. Pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk asing diperlakukan sebagai transaksi ekspor, sebaliknya pembelian langsung oleh penduduk suatu wilayah yang dilakukan di luar wilayah tersebut diperlakukan sebagai transaksi impor. Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan Dalam praktek, produk yang dihasilkan oleh produsen pada umumnya melalui proses penyaluran terlebih dahulu agar dapat sampai ke produsen. Akibat dari proses penyaluran tersebut maka timbul selisih dari harga produk yang diterima oleh produsen dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli (konsumen). Harga yang diterima oleh produsen disebut sebagai harga produsen dan harga yang dibayar oleh pembeli disebut harga pembeli. Margin perdagangan dan biaya pengangkutan adalah selisih harga pembeli dan harga produsen. Selisih tersebut mencakup keuntungan perdagangan dan biaya pengangkutan atas barang yang diperdagangkan dari produsen barang ke pembeli.
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
27
Diskusi dan pembahasan pada bab ini hanya dimaksudkan untuk
memberikan gambaran secara umum tentang proses dan teknik yang dapat
digunakan dalam menyusun suatu tabel input-output. Sedangkan
pembahasan secara rinci akan dilakukan pada bab-bab berikutnya. Sejalan
dengan tujuan ini maka pembahasan pada bab ini hanya mencakup prosedur
umum dan metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun
tabel input-output.
3.1 Prosedur Umum
Secara umum tahapan penyusunan suatu tabel input-output adalah
seperti yang disajikan pada diagram 3.1. Pertama, pada tahap persiapan
disusun tim kerja dan klasifikasi sektor. Langkah berikutnya adalah
melakukan penaksiran isian setiap sel dalam tabel input-output. Estimasi
akan tabel input-output pada umumnya secara kolom terlebih dahulu,
sehingga konsistensi isian secara baris belum tentu dapat terpenuhi. Untuk
itulah perlu dilakukan proses rekonsiliasi yang tujuan utamanya untuk
menyeimbangkan berbagai persamaan yang berlalu dalam suatu tabel input-
output.
Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
28
Diagram 3.1
Prosedur Umum Penyusunan Tabel Input-Output
3.1.1 Persiapan
Seperti halnya kegiatan lain, penyusunan tabel input-output pun
memerlukan persiapan agar seluruh proses dapat berjalan lancar. Persiapan-
persiapan yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antara lain
3. Persiapan:
a. Penyusunan Tim Kerja b. Penyusunan Klasifikasi Sektor
2. Proses Rekonsiliasi
Penyeimbangan baris dan kolom
1. Estimasi:
a. Output b. Input Antara c. Input Primer d. Permintaan Akhir dan Impor e. Ekspor
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
29
mencakup penyusunan tim kerja, pembuatan klasifikasi sektor, penetapan
jadwal kegiatan dan penyusunan anggaran. Dua hal terakhir, jadwal dan
anggaran, sangat tergantung pada dua hal pertama, yaitu tim kerja dan
klasifikasi sektor yang digunakan. Semakin banyak anggota tim yang
dilibatkan akan semakin besar dana yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya
untuk balas jasa anggota tim. Begitu juga semakin banyak sektor yang akan
digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan, di samping
semakin banyak pula tim yang diperlukan. Berdasarkan kenyataan tersebut
maka uraian lebih lanjut tentang tahap persiapan hanya akan dibatasi pada
dua hal pertama, yaitu penyusunan tim kerja dan klasifikasi sektor. Bagi para
pihak yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang penyusunan jadwal
dan anggaran dapat menggunakan bacaan lain sebagai acuan, misalnya
berbagai buku yang membahas tentang manajemen proyek dan sejenisnya.
a. Penyusunan Tim Kerja
Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan bahwa tabel input-output pada
hakekatnya hanyalah sebuah tabel yang memuat informasi tentang transaksi
ekonomi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang disajikan dalam bentuk
matriks. Kenyataan tersebut menyiratkan dua hal penting yang perlu
diperhatikan dalam menyusun tim kerja dalam rangka menyusun suatu tabel
input-output, yaitu transaksi ekonomi dan bentuk matriks. Hal ini sekaligus
menegaskan bahwa dalam penyusunan tabel input-output sekurang-
kurangnya diperlukan dua kelompok tenaga ahli, yaitu kelompok ahli
ekonomi dan kelompok ahli pengolahan data.
Masing-masing tim ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output
pada umumnya mempunyai tanggung jawab terhadap suatu sektor ekonomi
tertentu, oleh karena itu mereka biasa juga disebut sebagai penanggung
jawab sektor. Kualifikasi dasar yang diperlukan bagi seorang penanggung
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
30
jawab sektor adalah pengetahuan tentang karakteristik dari sektor yang
bersangkutan.
Dalam bab-bab yang lalu telah pula dijelaskan bahwa setiap sel pada
suatu tabel memiliki makna ganda, yaitu sebagai bagian output dari suatu
sektor (informasi sepanjang baris) dan sebagai bagian dari input sektor yang
bersangkutan (informasi menurut kolom). Sesuai dengan hal ini maka
seorang penanggung jawab sektor sekurang-kurangnya dituntut untuk
mengetahui secara logis susunan input dari sektor yang menjadi tanggung
jawabnya. Sehingga penanggung jawab sektor yang bersangkutan dapat
memutuskan apakah susunan input dari sektor yang diolahnya sudah layak
atau belum. Begitu juga seorang penanggung jawab sektor harus mengetahui
sektor-sektor apa saja yang menjadi konsumen dari output sektor yang
menjadi tanggung jawabnya dan diharapkan mampu menilai kelayakan dari
alokasi output sektor bersangkutan ke sektor-sektor ekonomi lain. Dengan
kata lain, seorang tim ahli ekonomi yang terlibat dalam proses penyusunan
tabel input-output dituntut untuk mengetahui karakteristik input dan output
dari sektor-sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan uraian
tersebut jelas bahwa banyaknya anggota dari tim ahli ekonomi yang
diperlukan akan sangat tergantung dari banyaknya sektor ekonomi yang
digunakan dalam tabel dan tingkat kapabilitas masing-masing anggota untuk
menjadi penanggung jawab sektor.
Seperti yang telah disebutkan, disamping ahli ekonomi dalam
penyusunan tabel input-output diperlukan juga tim ahli pengolahan data.
Banyaknya tim ahli pengolahan data untuk penyusunan tabel input-output
pada umumnya sekitar dua atau tiga orang. Sedangkan kualifikasi dasar
yang dibutuhkan adalah kemampuannya untuk mengolah data dalam bentuk
matriks, yaitu sistem pengolahan data yang menggunakan dua dimensi, baris
dan kolom. Dengan berkembangnya perangkat lunak komputer, terutama
untuk melakukan pengolahan data dalam bentuk lembar-lembar kerja
(spreadsheets), tuntutan kualifikasi ini relatif tidak sulit untuk dipenuhi. Sebab
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
31
pada fasilitas yang disediakan oleh berbagai perangkat lunak sejenis ini,
misalnya Excel atau Mini Tab, memungkinkan untuk melakukan pengolahan
data dalam bentuk matriks menjadi mudah.
b. Penyusunan Klasifikasi Sektor
Penyusunan klasifikasi sektor merupakan tahap penting yang harus
diselesaikan dengan baik dalam tahap persiapan. Hasil dari tahap ini akan
menentukan dan mempengaruhi tahap pekerjaan berikutnya, termasuk akan
mempengaruhi besar kecilnya tim yang diperlukan, jadwal penyelesaian dan
anggaran yang diperlukan. Oleh karena itu penyusunan klasifikasi sektor
dalam proses penyusunan tabel input-output pada umumnya justru dilakukan
sebelum tim kerja terbentuk. Walaupun ada juga yang melakukannya secara
simultan bersamaan dengan pembentukan tim kerja. Untuk memperoleh
tabel input-output yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak,
maka dalam proses penyusunan klasifikasi sektor perlu dipertimbangkan
untuk melibatkan berbagai pihak, baik pihak penyedia data maupun pihak
calon pengguna tabel. Tanpa melibatkan kedua pihak ini kemungkinan
klasifikasi sektor yang dihasilkan justru tidak operasional atau kurang
bermanfaat.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun klasifikasi
sektor antara lain adalah peranan suatu komoditi dalam perekonomian,
ketersediaan data dan berbagai kebijakan tentang komoditi strategis di
wilayah perekonomian yang akan disusun tabel input-outputnya.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai
dasar dalam menentukan apakah suatu komoditi dapat dijadikan suatu sektor
ekonomi tersendiri atau harus digabungkan terlebih dahulu dengan komoditi
lain.
Dalam praktek penyusunan tabel input-output Indonesia yang dilakukan
oleh BPS, pertimbangan utama yang digunakan adalah peranan suatu
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
32
komoditi dalam perekonomian. Dalam hal ini peranan antara lain ditentukan
dengan menggunakan parameter output, nilai tambah dan atau tingkat
pentingnya suatu komoditi dalam perekonomian. Namun demikian pada
umumnya pertimbangan terhadap peranan tersebut digabungkan dengn
pertimbangan tentang ketersediaan data, sebab walaupun suatu komoditi
memiliki peranan yang sangat penting tetapi jika datanya tidak memadai akan
menimbulkan persoalan dalam proses penaksiran isian sel-sel untuk komoditi
yang bersangkutan.
Selain berbagai pertimbangan seperti yang telah diuraikan, untuk
menetapkan eksistensi suatu kegiatan dalam tabel input-output juga
mengikuti prinsip teknologi tunggal dalam proses produksi.Teknologi
tunggal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa hanya ada satu
teknologi atau cara yang digunakan untuk menghasilkan seluruh output oleh
suatu sektor ekonomi. Atau dengan kata lain dalam satu sektor berlaku
prinsip homogenitas output. Disamping itu hubungan antara output dengan
input bersifat linier, artinya peningkatan output suatu sektor akan diikuti
dengan peningkatan input yang sebanding. Penerapan prinsip dasar tersebut
dalam penyusunan klasifikasi sektor untuk tabel input-output Indonesia
diwujudkan dalam bentuk keseragaman komoditi dan atau aktivitas ekonomi
dalam satu sektor ekonomi.
Sayangnya, prinsip teknologi tunggal ternyata tidak selalu mudah
diterapkan. Penciptaan suatu produk pada kenyataannya selalu memerlukan
teknologi tersendiri. Akibatnya jika prinsip teknologi tunggal diterapkan, maka
jumlah sektor dalam tabel input-output akan sama banyaknya dengan jenis
produk yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan produksi yang beroperasi di
suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa jumlah sektor dalam tabel input-output
Indonesia harus mencapai puluhan ribu untuk mengakomodir seluruh produk
yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian Indonesia. Sudah barang tentu
kondisi ini akan sangat menyulitkan pengolahan datanya, disamping
kenyataan bahwa jumlah sektor yang digunakan dalam tabel input-output
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
33
juga sangat mempengaruhi besarnya biaya, waktu dan data atau informasi
harus disediakan.
Itulah sebabnya penerapan prinsip teknologi tunggal untuk pembentukan
sektor dalam tabel input-output harus dikompromikan dengan berbagai
kondisi seperti ketersediaan data, dana dan waktu. Sebagai konsekwensi dari
hal tersebut maka beberapa komoditi yang mempunyai sifat fisik serupa atau
diproses dengan teknologi serupa dapat digabungkan menjadi satu sektor
yang sama. Bahkan untuk beberapa sektor terpaksa tidak lagi menganut
prinsip dasar, karena eksistensinya merupakan tempat penampungan dari
komoditi atau teknologi yang heterogen sebagai sisa pilihan dari sektor-
sektor yang terbentuk sebelumnya. Sektor yang terakhir ini biasanya diberi
nama Sektor Lainnya.
Jadi, dengan menggunakan berbagai pertimbangan, prinsip dan berbagai
kondisi lain akhirnya diharapkan dapat disusun suatu klasifikasi sektor dalam
tabel input-output yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak. Baik
pihak yang menggunakan tabel input-output sebagai basis data maupun
sebagai bahan dasar untuk melakukan analisis perekonomian. Sejauh
mungkin juga harus diupayakan agar klasifikasi sektor yang dihasilkan sudah
merupakan hasil optimal setelah mempertimbangkan data yang tersedia
serta tingkat ketelitian yang ingin dicapai.
b.1 Sistem Pemberian Nama (Judul) Sektor
Ada dua sistem yang dapat digunakan untuk memberikan nama atau
judul sektor dalam tabel input-output, yaitu berdasarkan nama komoditi,
berdasarkan jenis kegiatan atau aktivitas dan gabungan antara keduanya.
Pemberian nama sektor pada kegiatan yang termasuk dalam lapangan
usaha pertanian dan pertambangan pada umumnya didasarkan pada nama
komoditi yang dihasilkan. Begitu juga pada sebagian lapangan usaha
bangunan dan jasa-jasa. Sedangkan pada kegiatan ekonomi industri,
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
34
pengangkutan, perdagangan dan pemerintahan yang digunakan sebagai
nama sektor adalah nama kegiatannya. Namun demikian dalam tabel input-
output Indonesia yang dihasilkan oleh BPS, pemberian nama sektor sejauh
mungkin diupayakan menggunakan nama komoditi, misalnya sektor industri
semen menjadi sektor semen saja, tidak lagi mengandung kata industri.
b.2 Prinsip Dasar Penyusunan Klasifikasi
Disamping penggunaan prinsip teknologi tunggal, penyusunan klasifikasi
atau pengelompokkan komoditi/kegiatan, harus memenuhi syarat beberapa
syarat, yaitu
a. Semua komoditi atau kegiatan perekonomian di suatu wilayah harus
terbagi habis ke dalam sektor. Dengan kata lain tidak boleh ada satupun
komoditi/kegiatan yang tidak masuk ke dalam salah satu sektor tertentu.
b. Tidak ada penafsiran ganda terhadap penempatan suatu komoditi atau
kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan pencatatan ganda
terhadap transaksi ekonomi yang terjadi.
c. Tidak ada keragu-raguan terhadap cakupan komoditi pada setiap sektor
yang dibentuk.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, klasifikasi sektor tabel input-
output dapat didasarkan pada: (a) komoditi, (b) aktivitas dan (c) gabungan
antara komoditi dan aktivitas. Cara yang paling ideal sebenarnya adalah
menempatkan satu jenis komoditi pada satu sektor. Namun hal itu tidak
mungkin dilakukan karena jumlah sektor yang akan terbentuk akan menjadi
terlalu banyak.
Untuk memilih dan mengelompokkan komoditi atau aktivitas menjadi
suatu sektor dengan cermat maka harus dilakukan dengan membuat daftar
atau listing dari semua jenis komoditi yang ada lengkap dengan segala sifat-
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
35
sifat fisik dan teknologi pembuatannya. Akan tetapi untuk melakukan hal ini
ternyata tidak mudah. Oleh sebab itu akan lebih mudah bila sistem klasifikasi
tabel input-output diawali dan didasarkan pada klasifikasi yang sudah ada
seperti Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Klasifikasi
Komoditi Indonesia (KKI), International Standard of Industrial Clasification
(ISIC) dan Harmonized System (HS). Cara kedua inilah yang pada umumnya
digunakan untuk menyusun klasifikasi sektor dalam penyusunan tabel-tabel
input-output di Indonesia.
Struktur klasifikasi pada KBLI terdiri dari lima tingkat, tiap tingkat
menunjukkan digit dan diberi kode nomor. Digit pertama menunjukkan sektor,
digit kedua, ketiga, keempat dan kelima berturut-turut menunjukkan
subsektor, golongan pokok, golongan dan subgolongan. Subgolongan
merupakan kelompok terkecil yang masih mencapai tingkat homogenitas.
Oleh karena klasifikasi tabel input-output didasarkan pada homogenitas
komoditi atau aktivitas, maka pengambilan kelompok KBLI tidak hanya
bertumpu pada salah satu tingkat, melainkan beranjak dari subsektor sampai
ke subgolongan.
Untuk penyusunan sektor-sektor pertanian pada umumnya digunakan
sampai tingkat golongan. Sedangkan untuk sektor-sektor industri pengolahan
digunakan sampai pada tingkat subgolongan. Sebagai contoh, golongan
01111 KBLI adalah pertanian padi dan dalam tabel input-output menjadi
sektor padi (dalam tabel input-output Indonesia 2005 kodenya adalah 001).
Sementara subgolongan 15321 (KBLI, industri tepung terigu) menjadi sektor
industri tepung terigu (kode 058 dalam tabel input-output Indonesia 2005).
c. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Komoditi
Penggunaan teknologi tunggal pada proses produksi biasanya
menghasilkan satu jenis komoditi. Kalaupun hasilnya lebih dari satu jenis
umumnya tidak mempunyai bobot yang sama dalam arti jika salah satu hasil
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
36
merupakan produk utama, maka yang lainnya merupakan produk ikutan,
sampingan atau tambahan. Kegiatan bercocok tanam ketela pohon misalnya,
hanya menghasilkan satu produk utama yaitu umbi, tetapi di samping itu ada
hasil ikutan berupa daun dan batang ketela. Walaupun teknologi yang
digunakan pada usaha penanaman ketela pohon merupakan teknologi
tunggal, ternyata hasilnya tidak tunggal, yaitu terdiri tiga jenis komoditi. Ketiga
jenis komoditi tersebut dalam tabel input-output dihimpun dalam satu sektor.
Pembentukan sektor kadang-kadang hanya ditentukan oleh
keseragaman dalam cara penggunaan satu komoditi tanpa memperhatikan
teknologi pembuatannya. Komoditi yang tergabung dalam sektor ini kadang-
kadang mempunyai fisik yang sangat berbeda, begitu pula cara melakukan
kegiatannya. Contohnya sektor buah-buahan terdiri dari berbagai jenis
komoditi utama antara lain durian, semangka dan pepaya. Cara menanam
durian dan semangka sudah barang tentu sangat berbeda, begitu pula sifat
fisiknya. Namun semua jenis komoditi buah-buahan dihimpun ke dalam
sektor yang sama. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menghindari terlampau
banyaknya jumlah sektor input-output.
Beragamnya teknologi yang digunakan dalam suatu sektor akan
menyebabkan koefisien teknis menjadi kurang akurat, sehingga matriks
pengganda yang dihasilkan juga menjadi kurang berdaya guna. Hal tersebut
kerapkali tidak dapat dihindari, berhubung sangat banyaknya jenis komoditi
dalam suatu sektor, khususnya produk-produk industri manufaktur. Dalam
sektor kosmetik, misalnya, terdapat ratusan jenis komoditi, begitu pula pada
sektor kimia dasar, obat-obatan, tekstil, insektisida dan sebagainya.
Di samping sektor-sektor seperti tersebut di atas yang mempunyai
bermacam-macam teknologi, terdapat pula beberapa sektor yang amat
heterogen komoditinya baik sifat fisik maupun teknologi pembuatannya, yaitu
sektor-sektor dengan sebutan perkebunan lainnya. Contohnya adalah sektor
hasil perkebunan lainnya terdiri dari berjenis komoditi seperti kakao, panili
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
37
sirih, nilam dan lain-lain. Sifat fisik dan teknologi penanaman kakao jelas
berbeda dengan panili, tetapi tetap dihimpun dalam satu sektor.
d. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas
Hasil dari suatu kegiatan pada umumnya terdiri dari beberapa jenis
komoditi, dan dalam proses produksinya sering kali menggunakan beberapa
teknologi. Kegiatan penyulingan minyak bisa dilakukan terhadap minyak
bumi, minyak kayu putih, bahkan terhadap air. Teknologi yang digunakan
untuk penyulingan minyak bumi, jauh berbeda dengan teknologi penyulingan
minyak kayu putih, begitu pula hasilnya amat berbeda baik sifat fisik maupun
cara penggunaannya. Bandingkan misalnya kerosin sebagai hasil dari
pengilangan minyak bumi dengan minyak kayu putih.
Makna aktivitas ditinjau dari urutan proses lebih dekat dengan jenis
kegiatan perusahaan/usaha (enterprise, establishment), sehingga
pembahasan tentang aktivitas selalu terkait dengan perusahaan. Produk-
produk suatu perusahaan memang sangat beragam, namun tetap dapat
ditentukan jenis komoditi tertentu sebagai produk utamanya. Komoditi di luar
produk utama harus dapat dipindahkan (transfer out) ke sektor lain sesuai
dengan jenis komoditinya. Sebagai contoh, yang dihasilkan pada perusahaan
pupuk adalah pupuk, amoniak dan listrik. Dalam hal ini maka amoniak
ditransfer ke sektor amoniak dan listrik ditransfer ke sektor listrik, sehingga
perusahaan pupuk menjadi sektor tunggal yang hanya menghasilkan
komoditi pupuk.
Bagi suatu kegiatan/perusahaan yang menghasilkan sejumlah komoditi
dengan sifat fisik tidak serupa dengan produk utama sektor lain, maka tidak
perlu dilakukan transfer out. Komoditi-komoditi itu tetap tergabung dalam
sektor yang sama. Contohnya industri pengolahan kedele menghasilkan
tauco, kecap, tahu, tempe dan oncom. Sepanjang tidak ada sektor tauco,
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
38
kecap, tahu atau tempe yang berdiri sendiri maka sektor industri pengolahan
kedele tetap menjadi satu sektor.
e. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas dan Komoditi
Cara menentukan sesuatu sektor berdasarkan aktivitas dan komoditi
dilakukan apabila peran dari keduanya adalah sama. Misalnya industri semen
akan menghasilkan semen, sehingga semen dimunculkan menjadi sektor
karena pertimbangan kegiatan dan sekaligus komoditi.
f. Klasifikasi Impor
Barang-barang impor dikelompokkan ke dalam suatu sektor berdasarkan
komoditi, selaras dengan komoditi-komoditi domestik. Sebagian komoditi
impor, ditinjau dari segala aspek serupa dengan komoditi domestik, sebagian
lainnya terdapat perbedaan-perbedaan. Pensil impor, misalnya, serupa
dengan pensil dalam negeri, tetapi buah apel impor berbeda dengan buah
apel dalam negeri.
Barang-barang impor dapat dikenali dengan mempelajari keterangan-
keterangan pada klasifikasi HS, sedang barang-barang dalam negeri dikenali
melalui KBLI/KKI. Berdasarkan matching klasifikasi-klasifikasi tersebut maka
barang-barang impor dapat ditentukan dalam sektor input-output tertentu.
3.1.2 Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output
Setelah klasifikasi sektor tabel input-output disusun, maka tahap kegiatan
berikutnya adalah mengisi sel-sel sesuai dengan kerangka tabel input-output.
Untuk keperluan tersebut maka ada beberapa informasi yang diperlukan.
Untuk mengisi kuadran I dan III, misalnya, diperlukan data tentang output,
input antara dan biaya primer (nilai tambah). Sedangkan untuk mengisi
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
39
kuadran III harus tersedia data tentang konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal termasuk perubahan inventori dan ekspor-
impor.
Dalam praktek, seluruh data yang diperlukan tersebut tidak selalu
tersedia secara lengkap. Oleh karena itu diperlukan penaksiran atau estimasi
agar semua sel tabel input-output dapat terisi. Berikut ini akan dijelaskan
secara ringkas tentang prosedur estimasi sel-sel tabel input-output beserta
pengertiannya.
a. Output
Output adalah nilai dari seluruh produksi yang dihasilkan oleh sektor-
sektor produksi di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Produk dalam
hal ini mencakup seluruh produksi yang dihasilkan tanpa memperhatikan
apakah produk tersebut terjual atau tidak dalam periode perhitungan. Output
disebut sebagai output domestik karena hanya mencakup produksi dalam
suatu wilayah, tanpa melihat pelaku ekonominya.
Produksi pada dasarnya dapat dibedakan antara produksi barang dan
produksi jasa. Sektor-sektor yang wujud produksinya berupa barang adalah
sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder
(industri, listrik, gas dan air minum). Sedangkan untuk sektor-sektor yang
produksinya berwujud jasa sebagai sektor tersier yang antara lain mencakup
kegiatan usaha perdagangan, pengangkutan, bank dan lembaga keuangan
lainnya, pemerintahan dan jasa-jasa lainnya. Oleh karena itu penghitungan
kedua wujud produksi tersebut memiliki ciri tersendiri.
Untuk sektor-sektor produksi yang menghasilkan barang, penghitungan
outputnya dapat dirumuskan:
X P Qi i i=
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
40
di mana:
iX = output sektor i
iP = harga per unit produksi sektor i
iQ = kuantitas (jumlah) sektor i
Namun demikian dalam praktek sering dijumpai masalah, yaitu jumlah
(kuantitas) produksi tidak diketahui. Untuk mengatasinya diperlukan suatu
pendekatan dengan indikator produksi. Sebagai contoh, subsektor perikanan
darat, terdapat indikator rata-rata produksi per bulan. Output perikanan darat
dapat diperoleh dengan mengalikan produksi setahun (rata-rata produksi
perbulan x bulan produksi) dengan harga tertimbang dari jenis ikan yang
dibudidayakan. Secara lengkap metode estimasi penghitungan output setiap
sektor akan dibahas pada Bab 4.
Produk yang dihasilkan oleh suatu sektor dapat dibedakan menjadi tiga
jenis berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu produk utama, produk
ikutan dan produk sampingan. Produk utama adalah hasil produksi yang
memiliki nilai atau kuantitas yang dominan di antara produk yang dihasilkan
lainnya. Produk ikutan adalah hasil produksi yang terbentuk secara otomatis
pada saat menghasilkan produk utamanya dengan menggunakan metode
tunggal. Sedangkan produk sampingan adalah produk yang dihasilkan
sejalan dengan produk utama tetapi menggunakan teknologi yang terpisah.
Misalnya, industri semen, untuk memenuhi kebutuhan listrik dan penciptaan
outputnya, industri tersebut memproduksi listrik sendiri. Ada sebagian produk
listrik yang dijual ke pihak lain, dan ini merupakan produk ikutan yang dalam
penyusunan input-output akan tercakup ke dalam sektor listrik.
Sementara penghitungan sektor-sektor yang produknya berupa jasa
harus digunakan pendekatan lain, sebab tidak dengan mudah dapat dihitung
banyaknya jasa yang dihasilkan berikut harganya. Pendekatan yang lazim
digunakan untuk menghitung output dari sektor penghasil jasa adalah nilai
jual dari jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor. Jika pendekatan ini
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
41
dirasa masih sulit maka digunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan jasa yang bersangkutan.
b. Input Antara
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan habis dalam proses
produksi berupa bahan tidak tahan lama dan jasa. Barang dan jasa tersebut
dapat diperoleh dari produksi dalam negeri maupun impor. Barang tidak
tahan lama berupa barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang
umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Sebagai contoh adalah bahan
baku, bahan penolong, jasa asuransi, jasa perusahaan dan sebagainya.
Penilaian atas pembelian barang dan jasa yang digunakan sebagai input
antara dilakukan atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan
pada saat pembelian barang dan jasa tersebut.
Dalam praktek penghitungan kita harus berhati-hati memisahkan biaya
yang dikeluarkan oleh produsen, apakah termasuk dalam input antara, input
primer atau pembentukan modal. Misalnya produsen memberi cuma-cuma
atau harga lebih rendah dari pasar kepada pegawainya, sepanjang
pengeluaran tersebut untuk kesejahteraan pegawai dimasukkan sebagai
balas jasa pegawai (upah dan gaji). Perbaikan ringan atas barang-barang
modal dicatat sebagai input antara, sedangkan pengeluaran untuk perbaikan
berat atau rehabilitasi besar-besaran yang dapat memperpanjang usia
pemakaian barang modal dikategorikan sebagai pembentukan modal bagi
produsen. Secara rinci estimasi pengisian sel-sel pada struktur input antara
sektoral akan dibahas bab 4.
Struktur input antara di dalam kuadran I, tabel input-output dibentuk dari
data/informasi yang diperoleh dari survei-survei yang dilakukan BPS maupun
data penunjang lainnya. Di samping dari pendekatan survei, pembentukan
komposisi input suatu sektor diperoleh dengan metode tak langsung yang
dibahas pada Bab V.
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
42
c. Input Primer
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian input yang berupa faktor
produksi, terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input
primer disebut juga nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output
dan input antara. Komponen input primer dalam penyajian tabel input-output
adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak
langsung neto. Pada dasarnya nilai tambah bruto yang diciptakan oleh
setiap sektor ekonomi dalam tabel input-output adalah Produk Domestik
Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bila cakupan
wilayahnya regional. PDB/PDRB diperoleh dengan menjumlahkan nilai
tambah sektoral dengan pajak penjualan impor dan bea masuk yang
sebenarnya merupakan bagian dari nilai tambah sektoral identik dengan
PDB/PDRB maka penghitungannya ada beberapa pendekatan:
1. Menurut pendekatan produksi, yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit/produksi di suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendekatan unit-unit
produksinya adalah setiap sektor yang tercakup dalam klasifikasi sektor
tabel input-output.
2. Menurut pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Komponen nilai tambah
dari pendekatan ini adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan
atas barang modal dan pajak tak langsung neto.
3. Menurut pendekatan pengeluaran, yaitu semua komponen permintaan
akhir, seperti: a) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga
swasta yang tidak mencari untung, b) komsumsi pemerintah, c)
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
43
pembentukan modal tetap bruto, d) perubahan inventori dan e) ekspor
neto, yaitu selisih ekspor dengan impor.
Pembahasan secara rinci masing-masing sektor akan dijelaskan pada
bab 4.
d. Permintaan Akhir dan Impor
Dalam tabel input-output, permintaan dikelompokkan menjadi 2 bagian,
yaitu permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan antara adalah
permintaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang
dan jasa lainnya. Jadi pengertian permintaan antara sebenarnya sama
dengan input antara, hanya berbeda dalam cara membacanya dalam tabel
input-output. Permintaan antara adalah input yang dibaca menurut baris
dalam tabel input-output, atau menyatakan alokasi output yang digunakan
oleh sektor lain dalam proses produksi.
Permintaan akhir adalah permintaan segala jenis barang dan jasa yang
digunakan sebagai konsumsi akhir, atau dengan kata lain permintaan atas
barang dan jasa bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari
pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang
tersedia untuk konsumsi permintaan akhir berasal dari dalam negeri
(domestik) dan impor. Dalam tabel input-output Indonesia impor merupakan
bagian dari penyediaan (supply), bukan bagian dari permintaan akhir.
Beberapa pengertian komponen-komponen permintaan akhir akan
dijelaskan di bawah ini sebagai dasar pengisian sel-sel tabel input-output di
kuadran II.
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
44
d.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa
dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal
ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali
pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Untuk
menjaga konsistensi data, maka konsumsi penduduk suatu negara yang
dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi
oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai
ekspor.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup juga pengeluaran yang
dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti lembaga
yang memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat dan sejenisnya.
d.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran
barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi
pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari
belanja pegawai, belanja barang bukan barang modal dan penyusutan.
Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik berupa pengeluaran
rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti pesawat terbang,
peralatan perang dan bangunan juga merupakan bagian dari pengeluaran
konsumsi pemerintah.
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
45
d.3 Pembentukan Modal Tetap
Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau
pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam negeri maupun impor,
termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap
yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam
negeri (domestik). Cakupan dari barang-barang modal tetap adalah sebagai
berikut:
1. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi, mesin-mesin, alat angkutan
dan perlengkapan, yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau
lebih.
2. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang
akan meningkatkan produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian.
3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan
areal hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan
tanaman keras.
4. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan
susu, pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk ternak untuk
dipotong.
5. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan
transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak
paten, hak cipta dan barang-barang modal bekas.
Dalam tabel input-output, isian pada kolom pembentukan modal tetap
hanya menggambarkan komposisi barang-barang modal yang dihasilkan oleh
sektor-sektor produksi dan tidak menunjukkan pembentukan modal yang
dilakukan oleh sektor-sektor produksi.
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
46
d.4 Perubahan Inventori
Perubahan inventori merupakan selisih antara nilai inventori barang pada
akhir tahun dengan nilai inventori pada awal tahun. Perubahan inventori
dapat digolongkan menjadi:
1. Perubahan inventori barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan
oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas dan
barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional.
2. Perubahan inventori bahan mentah dan bahan baku yang belum
digunakan oleh produsen.
3. Perubahan inventori di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-
barang dagangan yang belum terjual.
d.5 Eskpor dan Impor
Ekspor dan impor meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari
ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi,
asuransi dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup juga
pembelian langsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Sebaliknya
pembelian langsung di luar negeri oleh penduduk suatu negara dikategorikan
sebagai transaksi impor.
Transaksi ekspor barang dinyatakan dalam nilai free on board (f.o.b)
yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara
pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang
akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dinyatakan atas dasar
biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost insurance dan
freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
47
d.6 Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan
Arus barang dan jasa di antara sektor-sektor ekonomi dapat terjadi
karena adanya transaksi antara produsen dan konsumen. Transaksi barang
yang berlangsung tidak selalu langsung terjadi antara produsen dengan
konsumen, tetapi lebih banyak melalui perantara. Perantara transaksi dalam
kegiatan ekonomi dikenal dengan kegiatan perdagangan baik pedagang
besar maupun eceran dan sektor pengangkutan. Pencatatan transaksi
barang dan jasa dimaksudkan untuk menggambarkan arus barang dan jasa
sektoral sehingga dapat diketahui peranan dan kaitannya satu dengan yang
lain. Dalam rangka penyusunan tabel input-output pencatatan transaksi tidak
dilakukan melalui sektor perdagangan karena akan sulit mendapatkan
gambaran antar sektor dengan jelas. Pencatatan dilakukan langsung
terhadap sektor-sektor perekonomian, misalnya berapa besarnya produksi
(output) yang dihasilkan dan berapa input antara yang berasal dari sektor lain
atau sektor sendiri. Demikian pula berapa input primer yang diperlukan untuk
menghasilkan output tersebut.
Oleh karena tidak semua sektor melakukan transaksi langsung, tetapi
melalui pedagang dan pengangkutan, maka transaksi barang dan jasa pada
umumnya terjadi pada tingkat harga pasar (harga pembeli). Kegiatan sektor
perdagangan dan pengangkutan dalam transaksi menciptakan adanya
margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Margin perdagangan dan
biaya pengangkutan dalam tabel input-output sangat penting dalam hal
mendapatkan tabel input-output atas harga pembeli maupun produsen.
Angka-angka atau nilai-nilai margin perdagangan dan biaya pengangkutan
menunjukkan distribusi margin perdagangan dan biaya pengangkutan di
setiap sektor ekonomi. Biaya pengangkutan yang dimaksud di sini hanyalah
biaya untuk distribusi perdagangan barang dari satu sektor ke sektor lainnya.
Sedangkan biaya pengangkutan yang dikeluarkan dalam rangka
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
48
memproduksi barang itu tidak dimasukkan. Penjelasan lebih rinci akan
dibahas dalam bab IV.
3.1.3 Rekonsiliasi
a. Dengan melakukan estimasi untuk setiap komponen, maka seluruh sel
tabel input-output dapat terisi. Masalah yang tersisa adalah memeriksa
konsistensi antar isi sel. Tabel input-output menuntut terpenuhinya
hubungan:
b. Jumlah penyediaan (output domestik ditambah impor) harus sama
dengan jumlah permintaan (permintaan antara ditambah permintaan
akhir)
c. Jumlah output domestik (diperoleh dari informasi sepanjang baris) harus
sama dengan jumlah input (input antara ditambah dengan input primer,
informasi sepanjang kolom).
Jika kedua hubungan tersebut belum terpenuhi, maka harus dilakukan
penyesuaian terhadap isian masing-masing sel sampai hubungan tersebut
dapat dipenuhi. Proses penyesuaian data inilah yang disebut sebagai
rekonsiliasi dalam proses penyusunan tabel input-output. Uraian rinci tentang
proses rekonsiliasi ini selanjutnya dapat diikuti dalam diskusi pada Bab IV.
3.2 Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
Sesuai dengan jenis data yang tersedia, maka penyusunan tabel input-
output dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung
dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung atau metode survei
digunakan apabila seluruh data yang diperlukan dikumpulkan secara
langsung melalui survei atau penelitian lapangan, sedangkan pendekatan
tidak langsung atau metode non survei dan semi survei digunakan apabila
-
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
49
seluruh atau sebagian data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel input-
output lain yang sudah ada. Diskusi ringkas dari masing-masing pendekatan
tersebut adalah sebagai berikut.
3.2.1 Pendekatan Langsung (Metode Survei)
Penyusunan tabel input-output memerlukan informasi yang akurat
terutama dalam perolehan data pendukung pembentukan matriks kuadran I,
II dan III tabel input-output. Salah satu metode guna mendapatkan data
dalam penyusunan tabel input-output adalah metode survei. Metode survei
adalah suatu cara perolehan/pengumpulan data/informasi dari populasi yang
ada kemudian diambil beberapa sampel untuk diamati. Sampel yang diambil
tersebut kemudian diukur sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Dari
sampel yang diperoleh kita berkeinginan untuk menduga parameter yang
menjadi tujuan pengukuran, misalkan pendugaan terhadap populasi, rata-rata
populasi atau proporsi suatu populasi. Mengapa digunakan metode survei
daripada sensus mengingat bahwa dengan langkah ini akan didapatkan
informasi yang akurat dan terinci sesuai penelitian, biaya lebih murah, waktu
pengukuran lebih cepat, tenaga pencacah sedikit dan terutama konsentrasi
variabel-variabel yang diukur dapat diperoleh secara rinci dengan
menggunakan sampel.
Metode survei dapat digolongkan ke dalam dua metode, yaitu "probability
sampling" dan "non-probability sampling". Metode probability sampling
mendasarkan pada penentuan peluang (probabilitas) dalam pemilihan
sampel, seperti "simple random sampling (SRS)", "stratified random
sampling", "cluster sampling" dan lain sebagainya. Metode non-probability
sampling adalah suatu cara pengambilan sampel ya