Buku Sambutan GBI PTBI2015

download Buku Sambutan GBI PTBI2015

of 44

Transcript of Buku Sambutan GBI PTBI2015

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    1/44

    SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA

     Jakarta, 24 November 2015

    SINERGI UNTUK

    PERCEPATAN TRANSFORMASI

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    2/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    2

    Salam Pembuka ............................................................................................ 1

    Pendahuluan ................................................................................................. 2

    Dinamika Ekonomi Global dan Pengaruh pada Ekonomi Domestik ...... 3

    Respons Kebijakan ........................................................................................ 7

    Kondisi Ekonomi Terkini .............................................................................. 10

    Tantangan Global ke Depan ........................................................................ 13

    Penguatan Ekonomi Domestik .................................................................... 14Dua Sasaran Antara ...................................................................................... 19

    Tiga Prinsip Kebijakan Ekonomi .................................................................. 22

    Empat Prioritas Kebijakan Ekonomi ........................................................... 24

    Arah Kebijakan Bank Indonesia .................................................................. 30

    Koordinasi Kebijakan dan Penguatan Internal Bank Indonesia .............. 38

    Prospek Ekonomi 2016-2019 ....................................................................... 40

    Penutup .......................................................................................................... 42

    Daftar Isi

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    3/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Sinergi untuk Percepatan Transformasi 

    Agus D.W. MartowardojoGubernur Bank Indonesia

    Sambutan Gubernur Bank Indonesia pada

    Pertemuan Tahunan Bank Indonesia

     Jakarta, 24 November 2015

    Yang kami hormati,

    • Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo

    Yang kami hormati,

    • Para Pimpinan Lembaga Negara: MPR, DPR, DPD, BPK,

    Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial• Para Menteri Kabinet Kerja, Pimpinan Lembaga Pemerintah

    • Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung dan Ketua KPK

    • Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Komisioner OJK

    • Deputi Gubernur Senior dan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia

    • Ketua dan Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan

    • Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komisi XI DPR RI

    • Para Gubernur Kepala Daerah dari Seluruh Indonesia

    • Para Pendahulu kami sebagai Gubernur Bank Indonesia• Para Pimpinan Perbankan dan Korporasi Non-Bank

    • Para Akademisi, Pengamat Ekonomi, Pemimpin Media Nasional

    • Undangan lain yang kami hormati

    1

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    4/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

     Assalamualaikum Wr. Wb.,

    Salam Damai Sejahtera untuk kita semua,

    Om Swastiastu,

    Namo Buddhaya

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya

    atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul, dalam keadaan sehat dan baik, di

    “Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015”.

    Kita memperoleh kehormatan atas kehadiran kembali Bapak Joko Widodo,

    Presiden Republik Indonesia. Kami menghaturkan selamat datang kepada

    Bapak Presiden RI di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015.

    Dengan segala kerendahan hati, kami juga menghaturkan terima kasih atas

    kehadiran seluruh tamu undangan.

    Kehadiran Bapak Presiden dan Bapak/Ibu dari berbagai pemangku

    kepentingan menunjukkan komitmen kita, untuk bersinergi mengantisipasi

    tantangan perekonomian ke depan. Suatu tantangan yang masih cukup

    berat, dan perlu kita jawab dengan mempercepat transformasi perekonomi-an nasional.

    Transformasi sangat diperlukan untuk mengubah wajah perekonomian

    kita, dari negara yang berorientasi konsumsi menjadi negara produsen,

    dari negara importir menjadi negara eksportir, serta dari negara yang

    berbasis sumber daya alam menjadi negara pengolah yang menghasilkan

    produk bernilai tambah tinggi.

    Berkenaan dengan hal tersebut, perkenankan kami pada malam ini

    menyampaikan beberapa pemikiran yang dirangkum dalam tema

    “Sinergi untuk Percepatan Transformasi”.

    Kami berharap perspektif yang kami sampaikan dapat meneguhkan komit-

    men kita memantapkan langkah menghadapi dinamika perekonomian

    dunia, dan membangun Indonesia yang makmur dan sejahtera.

    2

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    5/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Dinamika Ekonomi Global dan Pengaruh pada Ekonomi Domestik

    Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan dan ujian bagi

    perekonomian Indonesia. Tekanan terhadap stabilitas ekonomi begitukuat, muncul dari segala arah, dan seakan-akan sebagai sebuah dimensi

    konstan yang terus menerus mengikuti langkah kita.

    Tekanan yang mengemuka telah mengaburkan berbagai kinerja positif

    yang dicapai sebelumnya, seperti inflasi yang terkendali, defisit transaksi

    berjalan yang menurun, serta langkah struktural reformasi subsidi BBM

    yang ditempuh Pemerintah tahun lalu. Perkembangan dan langkah yang

    sesungguhnya positif, serta dipandang akan meningkatkan resiliensi

    perekonomian Indonesia oleh investor global dan lembaga pemeringkat

    internasional.

    Berbagai tekanan yang dihadapi Indonesia tersebut tidak terlepas dariterjadinya berbagai pergeseran fundamental dalam perekonomian dunia

    dan perubahan konstelasi kebijakan ekonomi di negara maju dan berkem-

    bang sejak krisis keuangan global 2008. Tiga variabel utama dunia, yakni

    pertumbuhan ekonomi, harga komoditas, dan aliran modal ke negara

    berkembang, bergerak dalam arah yang berbeda paska krisis keuangan

    global 2008. Arah pergerakan inilah yang kemudian mewarnai dinamika

    ekonomi negara-negara berkembang di berbagai belahan dunia,

    termasuk Indonesia.

    3

    Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi

    Global

    Grafik 2. Aliran Modal Asing ke

    Negara Berkembang

     p) proyeksi Sumber: International Monetary Fund (IMF) dan Perkiraan Bank Indonesia

     p) proyeksi Sumber: Institute of International Finance (IIF)

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    6/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Melihat catatan-catatan perjalanan yang telah kita lewati, pada periode

    tahun 2009-2012 ekonomi dunia ditandai pertumbuhan ekonomi dan

    harga komoditas yang tinggi, serta aliran modal masuk ke negara berkem-

    bang dalam jumlah besar (Grafik 1 - Grafik 3). Kondisi global yang kondusif

    dalam periode tersebut mendorong ekonomi Indonesia bergerak ke

    lintasan ekonomi yang menjanjikan.

    Saat itu ekspor Indonesia meningkat, didorong oleh kenaikan pertumbu-

    han ekonomi dunia dan harga komoditas. Peningkatan ekspor ini padagilirannya memberikan kontribusi yang tidak kecil pada pertumbuhan

    ekonomi nasional, sehingga sampai dengan tahun 2011 perekonomian

    Indonesia masih mampu tumbuh di atas 6% (Grafik 4).

    4

    Grafik 3. Harga Komoditas Global

    Sumber: Bloomberg 

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

    Grafik 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    7/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Namun episode membaiknya perekonomian dunia tersebut tidak

    berlangsung lama. Terjadi perubahan-perubahan mendasar dalam dinami-

    ka perekonomian global, yang dalam banyak aspeknya merupakan efekturunan dari dahsyatnya krisis keuangan global yang terjadi delapan

    tahun silam. Dipicu krisis keuangan di AS pada akhir 2008, krisis berlanjut

    ke Yunani, yang selanjutnya meluas ke seluruh dataran Eropa.

    Dampaknya, negara-negara berkembang yang sebelumnya menjadi

    mesin pertumbuhan ekonomi global, mengalami perlambatan ekonomi

    yang struktural. Bahkan beberapa negara berkembang besar turut menja-

    di sumber kerentanan global.

    5

    Grafik 5. Aliran Modal Asing di

    Pasar Keuangan

    Sumber: Bank Indonesia

    Pada saat bersamaan, kondisi

    ekonomi juga semakin kuat karena

    derasnya modal asing yang

    mengalir masuk dan mendorongtren apresiasi nilai tukar rupiah. Hal

    tersebut bahkan pernah

    mendorong nilai tukar rupiah

    hingga menyentuh level terkuatnya

    sebesar Rp8.700 per dolar AS pada

    tahun 2011 (Grafik 5 - Grafik 6).

    Sumber: Bank Indonesia

    Grafik 6. Nilai Tukar Rupiah

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    8/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Perekonomian Tiongkok yang sebelumnya tumbuh dua digit dalam satu

    dekade terakhir, melambat signifikan hingga di bawah 7% (Grafik 7). Tidak

    dapat dielakkan, pelemahan perekonomian Tiongkok -sebagai konsumen

    komoditas berbasis sumber daya alam terbesar dunia- membawapengaruh pada merosotnya harga komoditas di pasar global.

    Tekanan yang cukup besar muncul kepada ekonomi negara berkembang

    lain, terutama negara-negara yang banyak bergantung pada komoditas

    sumber daya alam. Rusia dan Brazil yang ekspornya berbasis komoditas

    bahkan tengah memasuki resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dunia

    pada 2015 pun diperkirakan menurun menjadi 3,1%, dari sebelumnya

    yang mencapai 3,4% pada 2014.

    Selain melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan menurunnya

    harga komoditas global, aliran masuk modal asing ke negara berkembang

     juga berkurang signifikan, terutama sejak tahun 2014. Kondisi ini tidakterlepas dari dampak tren penurunan prospek ekonomi negara

    berkembang di tengah penantian pasar terhadap rencana normalisasi

    suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, setelah suku bunga acuan

    Fed Funds Rate cukup lama berada pada level yang rendah (Grafik 8).

    Tekanan semakin bertambah ketika otoritas moneter Tiongkok pada

    Agustus 2015 tanpa diduga sebelumnya melakukan devaluasi mata uang

    Yuan, sehingga memicu terjadinya gejolak di pasar keuangan global.

    6

    Grafik 7. Pertumbuhan Ekonomi

    Tiongkok

     p) proyeksi Sumber: International Monetary Fund (IMF) dan Perkiraan Bank Indonesia

    Grafik 8. Pertumbuhan Ekonomi AS

    dan FFR

     p) proyeksi 

    Sumber: International Monetary Fund (IMF) dan Federal Reserve

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    9/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Kesemuanya itu menyebabkan arus modal asing ke negara berkembang

    menurun drastis, termasuk ke Indonesia, dan menurunkan pasokan

    valuta asing secara signifikan. Kami mencatat bahwa sepanjang tahun

    2015 terjadi beberapa episode pembalikan modal asing yang menekanhampir seluruh mata uang, termasuk rupiah.

    Kerentanan pada tingkat mikro juga meningkat karena sektor korporasi di

    negara berkembang tidak hanya mengalami kemerosotan penghasilan

    akibat jatuhnya harga komoditas, namun juga dihadapkan dengan mening-

    katnya beban pelunasan utang luar negeri yang semakin membesar, di

    tengah menguatnya dolar AS terhadap seluruh mata uang. Kerentanan di

    sektor korporasi ini memperoleh perhatian khusus di berbagai fora

    international karena menjadi sumber kerentanan baru. Hal ini penting

    karena tekanan di sektor korporasi dapat menjalar ke sektor perbankan,

    yang apabila tidak dimitigasi dapat menganggu stabilitas sistem keuangan

    suatu negara.

    Respons Kebijakan

    Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, Indonesia tidak dapat

    menghindar dari dinamika global tersebut. Pertumbuhan ekonomi global

    yang masih lemah, tidak berimbang, dan rentan terhadap gejolak, tentu-

    nya mempengaruhi kestabilan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

    Di satu sisi, sebagai dampak dari melemahnya ekonomi Tiongkok dan

    terus merosotnya harga komoditas, kinerja ekspor Indonesia menurun

    dan pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 4,7% pada semester perta-ma 2015. Di sisi lain, gejolak di pasar keuangan global sebagai dampak dari

    antisipasi pasar terhadap rencana kenaikkan suku bunga di AS dan melam-

    batnya ekonomi Tiongkok menekan pasar keuangan domestik, terutama

    ditandai dengan tekanan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

    Merespons hal tersebut, Bank Indonesia dengan penuh keyakinan

    mengambil langkah kebijakan untuk memulihkan stabilitas ekonomi,

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    10/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    agar tekanan tidak berlanjut dan mengganggu sendi-sendi perekonomian

    lainnya.

    Dalam kerangka tersebut, respons Bank Indonesia diwujudkan dalamsuatu bauran kebijakan, dengan fokus jangka pendek pada upaya pengen-

    dalian stabilitas nilai tukar rupiah. Bauran kebijakan tersebut meliputi

    kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran nasional,

    yang perumusan dan implementasinya dilaksanakan sesuai fungsi, tugas,

    dan kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia.

    Dari sisi moneter, kami tetap konsisten mengedepankan stance kebijakan

    moneter yang dapat menjaga inflasi tetap sesuai sasaran dan mengelola

    neraca transaksi berjalan agar semakin sehat dan kondusif, namun pada

    sisi lain tetap memberikan ruang bagi pemulihan ekonomi nasional.

    Melengkapi stance kebijakan moneter di atas, berbagai langkah pengenda-

    lian stabilitas nilai tukar rupiah juga dilakukan secara berhati-hati.

    Langkah-langkah pengendalian ditempuh melalui tiga pilar kebijakan

    yakni mengelola stabilitas nilai tukar rupiah, memperkuat pengelolaanlikuiditas rupiah di pasar uang, dan memperkuat pengelolaan supply  dan

    demand  di pasar valas.

    Dalam konteks menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia

    secara terukur berupaya meminimalkan volatilitas nilai tukar agar tidak

    berlanjut kepada meningkatnya ekspektasi depresiasi rupiah dan inflasi.

    Strategi ini tentu memiliki “harga”, yakni turunnya cadangan devisa

    sebagai first line of defence.

    Selama sepuluh bulan terakhir, upaya meminimalkan volatilitas nilai tukar

    berdampak pada berkurangnya cadangan devisa dari USD111,8 miliar

    pada akhir 2014 menjadi USD100,7 miliar pada akhir Oktober 2015 (Grafik

    9). Kendati menurun, level cadangan devisa kami pandang masih mema-

    dai dalam menjaga ketahanan eksternal, karena masih berada diatas

    standar internasional, serta dapat membiayai 6,6 bulan impor dan pemba-

    yaran utang luar negeri pemerintah.

    8

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    11/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    9

    Selain menerapkan kebijakan moneter, Bank Indonesia juga melakukan

    pengawasan dan menetapkan kebijakan makroprudensial  secara

    terukur dan proporsional. Pelaksanaan pengawasan dan perumusan

    kebijakan makroprudensial ditempuh untuk memastikan terjaga dan

    terpeliharanya stabilitas sistem keuangan, serta dilakukan secaraterkoordinasi antar otoritas di sistem keuangan.

    Implementasi pengawasan makroprudensial antara lain diwujudkan

    melalui pelaksanaan surveillance dan pemeriksaan bersama dengan OJK

    terhadap bank-bank yang memiliki eksposur risiko valuta asing terbesar.

    Hal ini dilakukan untuk memitigasi munculnya risiko sistemik di

    perbankan Indonesia akibat pelemahan nilai tukar.

    Sementara itu, kebijakan makroprudensial diarahkan pada upaya

    pengendalian risiko-risiko utama yang berpotensi menimbulkan risiko

    sistemik dan menjaga keseimbangan sistem keuangan. Kebijakan

    makroprudensial secara terukur juga ditempuh untuk memberikan ruang

    pemulihan pada sektor-sektor ekonomi yang risikonya relatif terkendali.

    Pada pertengahan tahun 2015, Bank Indonesia melakukan penyesuaian

    kebijakan makroprudensial yang terkait dengan peningkatan besaran -

    Sumber: Bank Indonesia

    Grafik 9. Cadangan Devisa

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    12/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Loan to Value Ratio atau Financing to Value Ratio untuk kredit properti dan

    penurunan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor.

    Kebijakan makroprudensial lain yang juga ditempuh ialahpenyempurnaan ketentuan Giro Wajib Minimum – Loan to Funding Ratio

    yang memungkinkan diperhitungkannya surat-surat berharga yang

    diterbitkan bank sebagai komponen dana pihak ketiga. Langkah terakhir

    ini diharapkan dapat memberikan fleksibilitas dan ruang yang lebih besar

    kepada perbankan dalam menyalurkan kredit, termasuk kredit kepada

    UMKM, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

    Di bidang sistem pembayaran, kebijakan secara konsisten ditujukan

    untuk memastikan kelancaran sistem pembayaran nasional.

    Dalam konteks bauran kebijakan, kewajiban penggunaan rupiah di

    wilayah Republik Indonesia telah memberikan hasil sesuai harapan, dan

    secara efektif mampu menegakkan kedaulatan rupiah sebagai mata uang

    Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Kondisi Ekonomi Terkini

    Berbagai langkah Bank Indonesia yang kami sampaikan tadi merupakan

    bagian yang tidak terpisahkan dengan berbagai reformasi kebijakan -

    10

    Grafik 10. Transaksi Antar Penduduk

    dalam Valas Melalui Bank

    Domestik

    * Angka Sementara ** Angka Sangat SementaraSumber: Bank Indonesia

    Dengan adanya kewajiban ini,

    transaksi non tunai di dalam negeri

    yang semula menggunakan mata

    uang dolar AS mulai menurun tajam

    sejak Juli 2015 (Grafik 10).

    Perkembangan ini kami pandang

    positif karena turut mendukung

    upaya pengelolaan permintaanvaluta asing dan stabilitas nilai tukar

    rupiah secara keseluruhan.

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    13/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    - Pemerintah yang dijalankan sejak tahun lalu; mulai dari reformasi subsidi

    BBM, pelayanan terpadu satu pintu, percepatan proyek infrastruktur,

    hingga berbagai paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi pada

    beberapa bulan terakhir.

    Kami memandang sinergi kebijakan yang ditempuh telah mampu mem-

    berikan kontribusi yang optimal pada terjaganya ketahanan ekonomi

    nasional. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan masih terkendalinya

    depresiasi nilai tukar rupiah, sehingga tekanan berlebihan kepada

    kegiatan ekonomi dapat dihindari.

    Pada kesempatan ini, perkenan kami menyampaikan perbandingan depre-

    siasi yang terjadi pada rupiah dengan yang dialami oleh mata uang negara

    lain. Sampai akhir Oktober 2015, rupiah melemah 9,5%, lebih rendah

    dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain (Grafik 11).

    Demikian pula halnya dengan volatilitas pergerakan mata uang, volatilitas

    yang terjadi pada rupiah juga lebih kecil dibandingkan dengan volatilitas

    mata uang negara lain (Grafik 12).

    Sejak awal Oktober 2015 rupiah bahkan kembali bergerak dalam tren

    menguat. Tren penguatan ini ditopang meningkatnya aliran masuk modal

    asing sejalan dengan sedikit meredanya ketidakpastian kenaikan Fed

    Funds Rate, serta optimisme pasar terhadap berbagai respon kebijakan

    yang ditempuh Bank Indonesia, Pemerintah, dan Otoritas Jasa Keuangan.

    11

    Grafik 11. Depresiasi Mata Uang

    Regional 2015

    *) Data s.d. 30 Oktober 2015Sumber: Reuters

    Grafik 12. Volatilitas Mata Uang

    Regional

    *) Data s.d. 30 Oktober 2015Sumber: Reuters

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    14/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Bahkan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 juga sudah kembali

    meningkat menjadi 4,73%, sehingga kami memperkirakan untuk keseluru-

    han tahun 2015 pertumbuhan ekonomi dapat berada pada kisaran

    4,7-5,1%. Dalam pandangan kami, kondisi ini menjadikan Indonesia tetap

    sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling stabil dalam skala

    negara berkembang.

    Demikian pula halnya dengan pengaruh pelemahan kurs terhadap inflasi,

    yang masih terkendali terutama paska penghapusan subsidi BBM. Inflasi

    masih dalam tren menurun dan kami perkirakan berada dalam sasaran

    4±1% pada 2015 (Grafik 14).

    12

    Kami menilai pelemahan yang

    terjadi pada nilai tukar rupiah

    sampai saat ini juga tidak

    memberikan dampak berlebihan

    pada kegiatan ekonomi. Meskipunmenurun dibandingkan capaian

    tahun lalu, pertumbuhan ekonomi

    yang terendah di tahun 2015, yaitu

    sebesar 4,67% pada triwulan

    II-2015, masih lebih tinggi

    dibandingkan dengan capaian

    negara-negara lain (Grafik 13).

    Grafik 13. Pertumbuhan Ekonomi

    Beberapa Negara

    Sumber: Bloomberg dan Badan Pusat Statistik (BPS)

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

    Grafik 14. Inflasi Indonesia

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    15/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Tantangan Global ke Depan

    Ke depan, kami melihat perekonomian global masih akan dihadapkan

    dengan ketidakpastian yang tinggi, bahkan ada potensi untuk menjadisemakin kompleks. Ketidakpastian tidak hanya bersumber dari risiko yang

    telah kita identifikasi (known – unknown), tetapi dapat berasal dari sesuatu

    yang belum terpikirkan sebelumnya (unknown-unknown).

    Kami mencermati setidaknya terdapat tiga risiko utama yang perlu kita

    antisipasi dan sikapi. Risiko pertama terkait dengan prospek pertumbu-

    han ekonomi global. Walaupun prospek pertumbuhan ekonomi global

    pada 2016 diperkirakan membaik menjadi 3,5%, ada risiko proyeksi terse-

    but dapat menjadi lebih rendah.

    Risiko koreksi akan terjadi terutama apabila pemulihan ekonomi Tiongkok

    dan negara berkembang lain tidak sesuai harapan. Kekhawatiran ini

    cukup beralasan karena hingga kini geliat ekonomi Tiongkok dirasakan

    masih belum cukup kuat. Proses rebalancing   ekonomi Tiongkok dari

    perekonomian berbasis investasi ke konsumsi akan memakan waktu yangcukup lama sejalan dengan perkembangan demografi yang tengah

    memasuki aging population. Kondisi ini berisiko membawa pertumbuhan

    ekonomi Tiongkok memasuki era new normal , yaitu era pertumbuhan

    ekonomi yang lebih rendah dibandingkan yang ditorehkan dalam satu

    dasawarsa terakhir.

    Risiko kedua  terkait penurunan harga komoditas yang diperkirakan

    masih berlanjut pada tahun 2016 sejalan dengan berakhirnya super-cycleharga komoditas. Perkembangan ini perlu terus kita sikapi, karena dapat

    semakin menurunkan ekspor Indonesia dan menghambat pemulihan

    ekonomi apabila kita tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungan

    pada ekspor berbasis sumber daya alam.

    Selanjutnya risiko ketiga  terkait dampak global yang dapat ditimbulkan

    oleh proses normalisasi kebijakan moneter AS, baik dari sisi timing

    maupun besaran perubahan Fed Funds Rate.

    13

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    16/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    14

    Sejalan dengan proses normalisasi tersebut, pasar keuangan global akan

    memasuki episode likuiditas dolar AS yang cenderung lebih ketat sehing-

    ga menopang penguatan dolar AS (US Dollar Supercycle). Kita perlu

    mewaspadai terjadinya proses rekomposisi modal portofolio oleh parapemodal global, yang dapat memutarbalikan arah aliran modal keluar

    dari negara berkembang, yang dalam tujuh tahun terakhir menyerap

    banyak dana-dana jangka pendek dari negara maju.

    Selain ketiga risiko tersebut, tentunya kita perlu terus mencermati

    berbagai dinamika global lain, termasuk konstelasi kebijakan ekonomi

    global yang menjurus pada upaya untuk meningkatkan daya saing melalui

    mata uang (currency war), yang bisa saja muncul tanpa diduga dan

    berdampak signifikan pada ekonomi Indonesia. Pengalaman kita di tahun

    2015, risiko seperti saat Tiongkok melakukan kebijakan devaluasi

    terhadap mata uang Yuan pada Agustus 2015 muncul tiba-tiba tanpa

    diperkirakan sebelumnya.

    Penguatan Ekonomi Domestik

    Masih tingginya ketidakpastian global ini memang dapat mengganggu

    upaya kita membawa perekonomian nasional tumbuh lebih cepat.

    Namun, di tengah pusaran globalisasi yang semakin kuat, kita tidak bisa

    menghindar dari berbagai tantangan global ke depan yang diperkirakan

    intensitasnya semakin besar.

    Semakin beratnya tantangan global ke depan tentu menuntut kerja keras

    semua pihak, untuk segera bergegas membenahi dan memperkuat struk-tur ekonomi kita, baik di sektor riil maupun di sektor keuangan, sehingga

    kita tidak terombang-ambing dalam gelombang ketidakpastian global

    tersebut (Diagram 1).

    Pembenahan dan penguatan struktur ekonomi ditujukan untuk mening-

    katkan kembali kemampuan berproduksi (supply side)  perekonomian

    nasional. Hal ini perlu dilakukan baik untuk memenuhi peningkatan

    konsumsi, seiring dengan membesarnya jumlah penduduk kelas -

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    17/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    15

    Diagram 1. Tantangan Perekonomian Domestik

    KomposisiEkspor

    StrukturPasar &

    Tata Niaga

    PenguatanIndustri

    Pengolahan

    Sektor

    Riil

    Peran Asing(SBN,ULN)

    StrukturKredit

    StrukturDana

    Hedging(Lindung

    Nilai)

    PendalamanPasar

    Keuangan

    SektorKeuangan

    -menengah, maupun untuk memperkuat peran ekspor agar Indonesia

    masuk ke dalam mata rantai nilai global (global value chain).

    Dalam satu dekade terakhir, kemampuan berproduksi kita terus menurunkarena menyusutnya investasi dan lambatnya peningkatan produktivitas.

    Akibatnya, kebutuhan konsumsi masyarakat kelas menengah kita

    terhadap produk yang semakin bervariasi dan berkualitas, harus dipenuhi

    dari impor. Hal ini menyebabkan setiap upaya kita memacu pertumbuhan

    ekonomi menjadi terkendala karena akan diikuti dengan membesarnya

    defisit necara transaksi berjalan.

    Pada sektor riil, pembenahan perlu diprioritaskan pada upaya memper-

    baiki komposisi produk ekspor. Dalam hal ini, komposisi produk ekspor 

    yang mayoritas berupa produk sumber daya alam perlu direstrukturisasi

    agar beralih menjadi produk olahan bernilai tambah tinggi. Dalam catatan

    kami, keragaman ekspor Indonesia sejak tahun 2004 semakin terkonsen-

    trasi pada produk sumber daya alam (Grafik 15).

    Masih di sektor riil, kita juga perlu lebih cepat memperkuat peran sektor

    industri  sebagai basis peningkatan nilai tambah perekonomian.

    Penguatan sektor industri semakin mendesak mempertimbangkan kontri-

    busi sektor industri pengolahan yang terus turun dan pemasarannyasebagian besar berorientasi ke pasar domestik (Grafik 16).

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    18/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    16

    Grafik 15. Keragaman Barang

    Ekspor - Impor

    Sumber: UN COMTRADE (diolah)

    Grafik 16. Kontribusi Sektor Industri

    Pengolahan dalam PDB

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

    Penguatan sektor industri juga berkenaan dengan hilangnya peran indus-

    tri hulu dalam keseluruhan lanskap sektor industri domestik paska krisis

    Asia. Ketiadaan industri-industri seperti logam dasar dan kimia dasar yang

    mampu memasok industri domestik menjadi salah satu titik lemah dalam

    struktur transaksi berjalan kita. Sektor industri barang antara menjadi

    rentan terhadap depresiasi kurs karena harus mengimpor bahan-bahan

    dasar. Kerentanan ini sungguh berbahaya karena keseluruhan rantai nilai

    industri domestik dapat kehilangan daya saing globalnya. Kita tidak bisamembiarkan ini terus terjadi. Sudah saatnya mengambil langkah-langkah

    ekstra kuat, beyond the ordinary , untuk kembali meningkatkan populasi

    industri besar di sektor barang-barang dasar untuk keperluan industri

    tersebut.

    Selain rekomposisi produk ekspor dan penguatan sektor industri, pembe-

    nahan di sektor riil juga terkait dengan upaya mendorong persaingan

    pasar dan tata niaga yang lebih sehat di beberapa komoditas, termasukkomoditas makanan pokok. Kami mengidentifikasi struktur pasar komodi-

    tas beras cenderung oligopolistik dengan rantai distribusi yang panjang

    sehingga rentan memicu harga bahan pangan menjadi berfluktuasi.

    Pada sektor keuangan, pembenahan perlu dilakukan terkait dengan

    penguatan struktur pembiayaan domestik agar dapat secara optimal

    menopang pembiayaan ekonomi. Dalam konteks ini, kita perlu segera

    merumuskan strategi yang dapat memobilisasi dana domestik sebagai -

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    19/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    17 

    - sumber utama pembiayaan ekonomi, terutama untuk pembiayaan

     jangka menengah-panjang yang dapat meningkatkan kapasitas produksi

    dan daya saing nasional.

    Sejauh ini kita melihat peran sumber pembiayaan dari domestik masih

    terbatas. Di tengah kebutuhan pembiayaan yang besar, keterbatasan

    sumber pembiayaan dari domestik mendorong terjadinya kenaikan peran

    dana asing, khususnya dana asing jangka pendek. Meskipun keberadaan

    dana asing tersebut dapat menjembatani kesenjangan pembiayaan

    ekonomi, besarnya porsi dana asing jangka pendek menimbulkan

    kompleksitas pengendalian inflasi dan nilai tukar, serta dapat membuat

    ekonomi kita mudah terombang-ambing saat terjadi gejolak global.

    Besarnya peran dana asing jangka pendek antara lain terlihat di pasar

    keuangan. Di pasar saham, pergerakan arus modal asing memiliki

    pengaruh cukup signifikan pada pergerakan Indeks Harga Saham

    Gabungan. Demikian pula halnya di pasar Surat Berharga Negara, peran

    dana asing bahkan telah mencapai 36,8% dari keseluruhan nilai Surat

    Berharga Negara pada Oktober 2015.

    Peran dana asing yang besar juga tampak pada struktur pembiayaan

    korporasi. Data yang kami kelola menunjukkan utang luar negeri

    korporasi berada dalam tren meningkat sejak 2010, didorong murahnya

    dana global paska kebijakan pelonggaran moneter negara maju (Grafik

    17). Dibandingkan dengan negara lain, ketergantungan korporasi di

    Indonesia terhadap utang luar negeri juga cukup besar (Grafik 18).

    Ketergantungan korporasi pada utang luar negeri menimbulkan

    kerentanan dalam perekonomian nasional ketika kesadaran untuk

    melakukan kegiatan lindung nilai terhadap kewajiban valuta asing baru

    menyentuh sebagian kecil korporasi. Sampai dengan triwulan II-2015,

    kami mencatat baru sekitar 20% korporasi pemilik utang luar negeri yang

    sudah melakukan lindung nilai. Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena

    dapat meningkatkan risiko bagi korporasi saat terjadi tekanan terhadap

    nilai tukar rupiah.

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    20/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    18

    Grafik 18. Profil Hutang Korporasi

    2014

    Sumber: International Monetary Fund (IMF)

    Selain pembenahan permasalahan ketergantungan pada dana asing

     jangka pendek, pembenahan struktur ekonomi di sektor keuangan juga

    terkait dengan ketimpangan komposisi pendanaan dan penyaluran kredit

    di industri perbankan.

    Dari sisi pendanaan, ketimpangan diakibatkan dominannya komposisi

    dana jangka pendek yang berasal dari dana deposan besar (Grafik 19).

    Kondisi ini mengakibatkan perbankan terbebani biaya dana yang cukuptinggi karena sumber dana menjadi sensitif terhadap perubahan suku

    bunga.

    Komposisi dana yang tidak seimbang tersebut pada gilirannya mengaki-

    batkan kemampuan perbankan memberikan kredit/pembiayaan menjadi

    tidak optimal. Perbankan menjadi rentan terhadap risiko maturity

    mismatch sehingga penyaluran kredit/pembiayaan lebih banyak ditujukan

    pada sektor ekonomi tertentu seperti perdagangan, industri, dan jasa

    dunia usaha yang cenderung berjangka waktu pendek (Grafik 20).

    Kami mencermati permasalahan lain di sektor keuangan juga berkaitan

    erat dengan komposisi pembiayaan di pasar keuangan domestik yang

    belum seimbang. Pembiayaan ekonomi banyak bergantung pada kredit

    perbankan yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan sumber

    pembiayaan lain, seperti pasar saham dan obligasi.

    Grafik 17. Utang Luar Negeri

    Indonesia

    Sumber: Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    21/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    19

    Sejak akhir tahun 2014 hingga pertengahan 2015 jumlah pembiayaan

    yang berasal dari perbankan dan pasar modal mencapai Rp235 triliun,

    dengan 33% diantaranya berasal dari pasar modal. Rasio pasar keuangan

    Indonesia terhadap PDB juga masih belum optimal dan berada dibawah

    negara tetangga.

    Selain itu, pasar keuangan juga belum cukup dalam, antara lain akibat

    masih terbatasnya keragaman jenis instrumen pasar dan sempitnya basisinvestor domestik. Dalam pandangan kami, hal ini berisiko meningkatkan

    kerentanan pasar keuangan kita karena fluktuasi harga di pasar keuangan

    sering mengalami lonjakan yang berlebihan hanya dengan sedikit peruba-

    han volume transaksi.

    Dua Sasaran Antara

    Secara keseluruhan, upaya pembenahan dan penguatan terhadappermasalahan dan kelemahan pada struktur ekonomi di berbagai aspek

    tersebut sejalan dengan visi bertransformasi untuk menjadi ekonomi

    yang dapat bertumbuh secara kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

    Dalam mencapai visi pembangunan ekonomi tersebut, kami memandang

    strategi kebijakan ekonomi perlu diarahkan untuk mencapai 2 (dua)

    sasaran antara, yang dilandasi 3 (tiga) prinsip pengelolaan ekonomi

    yang sehat, serta difokuskan kepada 4 (empat) prioritas kebijakan.

    Grafik 19. Komposisi Dana Pihak

    Ketiga Perbankan

    Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) * Data September 2015

    Grafik 20. Kredit Menurut Sektor

    Ekonomi

    Sumber: Laporan Bank Umum (LBU)

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    22/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    20

    Dua sasaran antara yang menjadi tumpuan pencapaian visi

    pembangunan ekonomi adalah peningkatan produktivitas  dan

    perluasan partisipasi ekonomi. Sasaran antara yang pertama, yakni

    peningkatan produktivitas, menjadi prioritas dan sangat kritikal karenakita akan segera masuk ke gerbang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

    pada akhir tahun ini.

    Di era integrasi ekonomi, peningkatan produktivitas menjadi kritikal

    karena pengalaman di banyak negara menunjukkan peran nilai tukar

    dalam menjaga daya saing semakin berkurang perannya. Peran kunci di

    era ini ialah kemampuan suatu negara meningkatkan produktivitas

    perekonomian.

    Faktor penentu yang sering mendapat perhatian dalam upaya

    peningkatan produktivitas ialah pasar tenaga kerja. Survei yang

    dilaksanakan oleh McKinsey Global Institute (MGI) pada tahun 2014

    menunjukkan produktivitas tenaga kerja Indonesia masih lebih rendah

    dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam,

    Thailand dan Filipina (Grafik 21). Sejalan dengan itu, GlobalCompetitiveness Report 2014-2015 juga menyatakan efisiensi pasar

    tenaga kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan

    negara-negara lain di kawasan ASEAN (Grafik 22).

    Grafik 21. Peringkat Produktivitas

    Tenaga Kerja

    Sumber: McKinsey Global Institute (2014) * Data Tahun 2012

    Grafik 22. Peringkat Efisiensi Pasar

    Tenaga Kerja

    Sumber: World Economic Forum

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    23/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    21

    Sementara itu, perluasan tingkat partisipasi ekonomi sebagai sasaran

    antara yang kedua memiliki dua makna penting. Makna pertama berkaitan

    dengan kemampuan kebijakan ekonomi untuk memberikan kesempatan

    serta merangkul masyarakat luas, agar semakin berperan aktif dalammendorong kegiatan ekonomi bersama-sama dengan Pemerintah. Dalam

    kaitan ini, kehadiran swasta, termasuk UMKM, menjadi sangat penting

    untuk mengisi keterbatasan kemampuan Pemerintah dalam

    pembangunan ekonomi.

    Kami meyakini deregulasi dan debirokratisasi yang ditempuh Pemerintah

    sudah membuka jalan bagi keterlibatan sektor swasta yang lebih besar

    dalam perekonomian dan menjadi bagian penting untuk mencapai

    sasaran antara yang kedua ini.

    Selain keterlibatan sektor swasta yang lebih luas, tingkat partisipasi

    ekonomi juga berkaitan dengan upaya kita menggali potensi dan peran

    dana domestik dalam pembiayaan ekonomi baik secara konvensional

    maupun syariah. Beberapa potensi masih bisa digali dalam skala besar

    terkait dengan potensi sumber dana, mulai dari pengelolaan zakat danwakaf hingga pengembangan pasar obligasi korporasi.

    Dalam kaitan dengan upaya menggali potensi dana masyarakat ini maka

    perluasan jangkauan layanan jasa keuangan sampai lapisan masyarakat

    terbawah di seluruh pelosok negeri, juga perlu menjadi perhatian.

    Makna kedua  tentang perluasan tingkat partisipasi ekonomi berkaitan

    dengan bagaimana hasil-hasil kebijakan ekonomi dapat menjangkau dandinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di berbagai pelosok negeri. Ini

    menjadi tantangan kita bersama, termasuk dalam upaya kita untuk

    mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah (Grafik 23).

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    24/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    22

    Tiga Prinsip Kebijakan Ekonomi

    Sebagaimana kami sebutkan diatas, pencapaian sasaran antara perlu

    dilandasi oleh tiga prinsip pengelolaan ekonomi yang sehat. Ketiga

    prinsip kebijakan tersebut ialah kebijakan yang berkesinambungan,

    konsisten, dan bersinergi. Ketiga prinsip tersebut tidak hanya relevan

    untuk kebijakan di pemerintah pusat, tetapi juga relevan dengan

    pengambilan kebijakan di pemerintah daerah.

    Berbagai prinsip kebijakan ini sesungguhnya telah kita tempuh danterbukti mampu memberikan ketahanan ekonomi di periode gejolak

    ekonomi global seperti yang terjadi pada tahun ini.

    Dalam konteks prinsip pertama, yaitu kebijakan yang

    berkesinambungan (sustainable), suatu kebijakan tidak boleh diarahkan

    hanya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Kebijakan yang

    ditempuh harus diarahkan untuk horizon waktu lebih panjang, yakni agar

    ekonomi dapat tumbuh secara seimbang dan berkesinambungan.

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

    Grafik 23. Pendapatan (PDRB) per Kapita menurut Provinsi Tahun 2014

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    25/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Kebijakan untuk menjamin keberlanjutan ekonomi ini perlu dijaga, karena

    tanpa kita sadari hal tersebut telah menjadi peredam gejolak saat terjadi

    krisis global. Hal ini pula yang membedakan kita dengan kondisi pada

    krisis tahun 1997/1998.

    Dalam hal ini, upaya menjaga kesinambungan kebijakan fiskal tetap perlu

    dipertahankan. Bank Indonesia juga tetap berkomitmen mengarahkan

    kebijakan moneter  kepada pencapaian stabilitas ekonomi sebagai

    pra-kondisi dan landasan keberlanjutan ekonomi. Kebijakan stabilitas

    sistem keuangan  juga tetap perlu terus diperkuat untuk meningkatkan

    daya tahan sistem keuangan terhadap berbagai potensi risiko, sekaligus

    mendorong fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih efisien dan

    merata untuk mendukung sektor-sektor yang menjadi prioritas

    pemerintah.

    Kebijakan di sektor riil juga perlu tetap diarahkan untuk mendorong sisi

    supply  yang berperan penting dalam meraih pertumbuhan ekonomi agar

    lebih berkelanjutan. Kebijakan lain yang penting juga perlu mendapat

    perhatian ialah pengelolaan utang luar negeri. Kami memandangpengelolaan utang luar negeri yang kuat juga penting untuk

    meminimalkan risiko perekonomian dalam era integrasi ekonomi yang

    meningkat.

    Pengalaman di banyak negara menunjukkan pelemahan nilai tukar di

    negara dengan profil utang luar negeri yang besar berisiko menurunkan

    kinerja korporasi, mengganggu ketahanan sistem perbankan, dan

    akhirnya mengganggu perekonomian secara keseluruhan. Dalam konteksini, kebijakan Bank Indonesia pada Oktober dan Desember 2014 terkait

    kebijakan lindung nilai utang luar negeri korporasi selaras dengan upaya

    pengelolaan utang luar negeri korporasi tersebut.

    Pada prinsip kedua, kebijakan perlu ditempuh secara konsisten  agar

    tetap selaras dengan landasan filosofis yang mendasari dikeluarkannya

    kebijakan tersebut. Konsistensi bisa terkait penerapan kebijakan yang

    konsisten antar waktu di masing-masing sektor, kebijakan yang

    23

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    26/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    konsisten antar sektor,  kebijakan yang konsisten antara kebijakan

    pusat-daerah, serta - kebijakan yang konsisten antar kebijakan daerah. 

    Kami meyakini bahwa kebijakan yang konsisten ini pada gilirannya akan

    memperkuat kredibilitas dan meningkatkan efektivitas kebijakan. Selainitu, aspek konsistensi kebijakan ini sangat diperlukan untuk menunjang

    iklim usaha karena memberikan kepastian bagi peningkatan investasi.

    Dalam konteks prinsip kebijakan kedua ini, kami mendukung konsistensi

    Pemerintah dalam bidang reformasi sektor energi, termasuk kebijakan

    yang terkait dengan subsidi BBM. Kami meyakini, konsistensi reformasi di

    sektor energi dapat menambah ruang gerak pada fiskal dan mendukung

    tujuan realokasi sumber daya secara lebih efisien.

    Pada prinsip ketiga, sinergi antar pemangku kebijakan baik di pusat

    maupun di daerah perlu dilaksanakan agar memberikan dampak positif

    berganda kepada kebijakan yang ditempuh. Termasuk dalam sinergi

    kebijakan ini adalah sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

    Daerah.

    Sinergi antara pusat dan daerah antara lain berupa dukungan terhadap

    peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam mendorong pertumbuhan

    ekonomi ke depan, sejalan dengan meningkatnya transfer daerah pada

    APBN 2016 mendatang. Dalam konteks ini, kami berkeyakinan terobosan

    Pemerintah Daerah dalam meningkatkan penyerapan anggaran belanja

    daerah akan menjadi penopang kuat pertumbuhan ekonomi nasional ke

    depan.

    Empat Prioritas Kebijakan Ekonomi

    Pertanyaan praktis tentu mengemuka, dari sekian banyak kebijakan yang

    perlu kita tempuh, kebijakan mana yang harus menjadi prioritas? Kami

    memandang strategi kebijakan ekonomi perlu difokuskan pada prioritas

    kebijakan yang sangat mendesak untuk mencapai sasaran antara dan visi

    pembangunan ekonomi yang dituju.

    24

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    27/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Dalam pandangan kami, ada empat prioritas kebijakan yang patut ditem-

    puh guna memperkuat ketahanan dan daya saing ekonomi nasional.

    Kebijakan tersebut adalah kebijakan memperkuat ketahanan dankemandirian energi dan pangan, serta ketersediaan air; kebijakan industri-

    alisasi di berbagai sektor; kebijakan percepatan pembangunan infrastruk-

    tur fisik dan non fisik; serta kebijakan penguatan sektor keuangan.

    Kebijakan-kebijakan tersebut pada dasarnya sudah menjadi komitmen

    kita bersama dan telah dilakukan dengan baik dalam setahun ini. Namun,

    sebagaimana disampaikan sebelumnya, ketidakpastian global yang tinggi,

    menuntut kita untuk bergegas dan mempercepat berbagai kebijakan di

    keempat bidang tersebut.

    Prioritas kebijakan yang pertama terkait berbagai upaya untuk mening-

    katkan ketahanan dan kemandirian energi dan pangan, serta keterse-

    diaan air. Dari sisi kebijakan energi, kami merekomendasikan agar kebija-

    kan terus diarahkan pada upaya untuk mendorong peningkatan energi

    primer dan meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam kerang-ka bauran energi nasional.

    Dari sisi ketahanan pangan, kebijakan untuk membenahi tata niaga impor

    dan penyelesaian permasalahan distribusi bahan kebutuhan pokok diper-

    lukan dalam jangka pendek guna menjamin ketersediaan pasokan, dan

    mencegah kesenjangan pasokan saat permintaan meningkat dan produk-

    si terganggu.

    Namun, di saat bersamaan, kebijakan jangka menengah dan panjang

    untuk meningkatkan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri,

    -antara lain melalui modernisasi sektor pertanian, meningkatkan kinerja

    pertanian di daerah pedesaan seperti melalui program klaster-, juga perlu

    dilakukan untuk menopang kemandirian dan ketahanan pangan. Terakhir,

    kebijakan memperkuat ketersediaan air bersih perlu memperoleh perha-

    tian karena akan berkaitan dengan pembangunan ekonomi berwawasan

    lingkungan.

    25

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    28/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Prioritas kebijakan kedua, yaitu kebijakan industrialisasi, tidak hanya

    terbatas pada sektor industri pengolahan tetapi juga berlaku untuk sektor

    unggulan lainnya. Kami meyakini kebijakan industrialisasi juga sudah

    menjadi agenda kerja pemerintah baik pada penguatan industri huluseperti industri logam dasar dan industri kimia dasar maupun pada kebija-

    kan hilirisasi sumber daya alam melalui pemanfaatan keunggulan kompa-

    ratif kita pada sumber daya alam yang berlimpah.

    Di samping itu, kebijakan industrialisasi juga perlu diarahkan untuk

    mengembangkan sektor-sektor industri yang memiliki keterkaitan yang

    panjang dengan berbagai sektor lain (backward dan forward linkage) dan

    memperluas ruang inovasi serta kreasi termasuk pada industri kreatif,

    industri yang memberikan nilai tambah namun tetap menyerap tenaga

    kerja yang tinggi, serta industri yang berorientasi ekspor. Prioritas kebija-

    kan industrialisasi di atas akan semakin memberikan makna pada

    pembangunan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan apabila diser-

    tai dengan kebijakan yang memfasilitasi pengembangan industri di

    wilayah selain Jawa.

    Dalam keseluruhan upaya kita membangun sektor industri yg kokoh dan

    berdaya saing ini, tidak dapat dilupakan pentingnya membangun kawa-

    san-kawasan berikat yang terhubung dengan baik ke pasar dunia dalam

    rangka menurunkan distance to market . Pengalaman negara-negara peers

    pesaing menunjukkan pentingnya untuk mendorong aglomerasi industri

    dalam kawasan-kawasan industri yang didorong oleh Pemerintah.

    Aglomerasi industri tersebut memperkuat dampak positif sektor industri

    pada perekonomian karena memperlancar aliran barang dalam rantainilai, mendorong labor pooling , dan meningkatkan aktivitas inovasi.

    Pembangunan kawasan-kawasan berikat perlu pula diikuti dengan

    pengembangan perkotaan layak hidup (livable city) dan cerdas (smart city)

    disekelilingnya dimana pekerja dan talent  dapat hidup layak dan memban-

    gun aset bagi diri dan masa depan keluarganya.

    Sejalan dengan kebijakan industrialisasi, kami melihat kebijakan di sektor

    pariwisata dan sektor maritim perlu terus diperkuat sebagai wujud-

    26

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    29/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    - optimalisasi berbagai potensi alam yang dimiliki Indonesia. Sektor

    pariwisata memiliki potensi yang cukup besar untuk terus ditingkatkan,

    mengingat sektor ini dapat menjadi peredam gejolak ekonomi, termasuk

    saat terjadi gejolak nilai tukar rupiah.

    Sementara itu, upaya menggali potensi sektor maritim juga perlu terus

    didukung karena dapat semakin meningkatkan nilai tambah kekayaan

    sumber daya alam. Dalam kaitan ini, kami mendukung penuh upaya

    Pemerintah dalam meningkatkan industri penunjang galangan kapal

    (marine plate & marine engine). Selain itu, kami juga mendukung inisiatif

    insentif ekspor untuk produk-produk kelautan dan perikanan, seperti

    pembebasan bea / tarif dan pajak ekspor.

    Prioritas kebijakan ketiga  adalah percepatan pembangunan

    infrastruktur, baik kebijakan infrastruktur dalam arti fisik  maupun

    kebijakan infrastruktur yang bersifat non-fisik.

    Dalam kaitan dengan infrastruktur fisik, kami terus mendukung upaya

    pemerintah untuk membangun proyek-proyek seperti pembangunan jalan tol, kereta api, dan revitalisasi pelabuhan. Kami meyakini hal ini akan

    berdampak pada penguatan konektivitas fisik, penurunan biaya logistik

    yang merata di seluruh wilayah dan akhirnya peningkatan daya saing

    Indonesia.

    Percepatan pembangunan pembangkit listrik dan transmisinya juga kami

    dukung penuh karena akan berperan penting dalam mendorong proses

    industrialisasi. Demikian pula pembangunan infrastruktur yangmendukung ketahanan pangan dan energi serta ketersediaan air bersih

    seperti sistem pengelolaan air di berbagai lokasi.

    Dari sisi infrastruktur non-fisik, beberapa aspek yang perlu mendapat

    perhatian adalah tentang komitmen kita bersama untuk terus

    memperkuat berbagai modal dasar pembangunan, yang mencakup

    modal manusia, inovasi dan teknologi, serta kelembagaan yang kuat.

    Aspek modal manusia serta inovasi dan teknologi menjadi modal penting

    27 

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    30/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    dalam upaya kita meningkatkan produktivitas ekonomi.

    Dalam kaitan dengan aspek kelembagaan ini, berbagai upaya untuk

    meningkatkan kemudahan berusaha juga perlu diteruskan. Untuk itu,

    sekali lagi kami memberikan apresiasi terhadap berbagai kebijakan

    deregulasi dan debirokratisasi yang gencar ditempuh Pemerintah dewasa

    ini.

    Kami meyakini komitmen Pemerintah untuk terus memperbaiki aspek

    kelembagaan tidak hanya akan meningkatkan kemudahan berusaha di

    Indonesia, tetapi juga akan dapat memperbaiki daya saing perekonomian

    kita, yang dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai menunjukkan

    perbaikan dari peringkat 50 pada 2012, menjadi peringkat 37 pada 2015.

    Prioritas kebijakan yang keempat  ialah penguatan kebijakan di sektorkeuangan. Kebijakan di sektor ini selain diarahkan untuk memperluas

    peran sektor keuangan pada pembiayaan ekonomi, juga diarahkan untuk

    meningkatkan ketahanan sektor keuangan.

    Kebijakan untuk meningkatkan ketahanan sektor keuangan dalam

    pandangan kami mencakup dua hal penting, yaitu kebijakan yang terkait

    dengan landasan hukum penanganan krisis di sektor keuangan dan

    kebijakan yang terkait dengan kelembagaan institusi keuangan.

    28

    Grafik 24. Indeks Persepsi Korupsi

    Beberapa Negara

    Sumber: Transparency International 

    Dari aspek kelembagaan, komit-

    men pemberantasan korupsi danmemperkuat kepastian hukum di

    Indonesia telah mengalami kema-

     juan. Salah satu kemajuan terlihat

    dari indeks persepsi korupsi yang

    terus membaik dari tahun ke tahun.

    Namun, perbaikan perlu dipercepat

    agar dapat berada pada peringkat

    yang lebih baik dibandingkan

    dengan negara lain (Grafik 24).

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    31/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Kami mengapresiasi langkah Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat

    yang telah memulai pembahasan rancangan Undang-undang Jaring

    Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) sebagai payung hukum penanganan

    krisis di sektor keuangan.

    Hal kritikal dalam RUU JPSK tersebut selain hal-hal yang terkait dengan

    fungsi, tugas, dan kewenangan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)

    adalah minimalisasi penggunaan dana publik dalam penanganan

    permasalahan di sistem keuangan, penerapan prinsip illiquid but solvent

    dalam mengakses pinjaman likuiditas khusus, serta keselarasannya

    dengan inisiatif global di sektor keuangan.

    Bank-bank yang mengalami permasalahan dan termasuk dalam

    Systemically Important Banks  (SIB) juga perlu menjalankan resolution and

    recovery plan  terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu, sebelum

    penyelesaian permasalahannya diambil alih oleh otoritas terkait.

    Sementara itu, kebijakan prioritas di sektor keuangan yang berkaitan

    dengan kelembagaan institusi keuangan perlu dilaksanakan secaraterkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin

    Simpanan, dan Pemerintah. Dalam hal ini, penguatan secara kelembagaan

    bertujuan agar infrastruktur yang tersedia mampu berfungsi secara

    maksimal untuk memastikan bahwa para pelaku memiliki modal yang

    cukup, likuiditas yang memadai, manajemen risiko yang sehat, efisiensi

    yang tinggi, dan mekanisme entry-exit  yang jelas.

    Saat pasar keuangan domestik terintegrasi dengan pasar keuanganglobal, infrastruktur pasar keuangan domestik yang dalam dan likuid juga

    diperlukan agar memiliki daya redam yang memadai guna menghadapi

    berbagai gejolak eksternal. Untuk itu diperlukan upaya untuk

    mempercepat pendalaman pasar keuangan yang setidaknya mencakup

    aspek keragaman instrumen pasar, perluasan basis investor, dan

    penguatan infrastruktur pasar.

    29

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    32/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Arah Kebijakan Bank Indonesia

    Bank Indonesia berada dalam gerbong yang sama dengan Pemerintah

    dalam mempercepat proses transformasi ekonomi nasional. Dalam kaitanini Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter,

    kebijakan makroprudensial, dan kebijakan sistem pembayaran dan penge-

    daran uang rupiah, guna menjaga stabilitas makroekonomi dan turut

    serta memperkuat stabilitas sistem keuangan.

    Upaya menjaga stabilitas ekonomi tersebut perlu digarisbawahi karena

    menjadi pra-kondisi bagi upaya kita memperkuat ketahanan dan mening-

    katkan daya saing perekonomian, terlebih pada era integrasi ekonomi

    yang semakin kuat.

    Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia secara konsisten dan hati-ha-

    ti menempuh kebijakan yang akan mengarahkan inflasi sesuai dengan

    sasarannya, mengendalikan defisit transaksi berjalan ke level yang sehat,

    dan mendukung stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

    Dalam kerangka ini, stance  kebijakan moneter diarahkan agar kegiatan

    ekonomi dapat bergerak sepadan dengan kapasitas perekonomian, dan

    tidak menimbulkan tekanan kepada peningkatan inflasi dan defisit

    transaksi berjalan.

    Saat ini memang tekanan pada inflasi dan defisit transaksi berjalan sudah

    mulai menurun. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan yang tinggi

    terhadap kondisi eksternal yang berisiko mengganggu kestabilanperekonomian nasional, termasuk potensi risiko instabilitas global yang

    dapat dipicu oleh rencana kenaikan suku bunga di AS. Di tengah besarnya

    komposisi dana asing yang rentan berbalik arah, kebijakan moneter perlu

    ditempuh secara hati-hati dan terukur, sehingga tidak meningkatkan

    kembali tekanan kepada stabilitas ekonomi dan akhirnya memperlemah

    momentum pertumbuhan ekonomi.

    Kebijakan moneter juga akan ditopang dengan penguatan operasional -

    30

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    33/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    - moneter yang diarahkan untuk mendukung efektivitas kebijakan mone-

    ter yang ditempuh. Dalam hal ini, kebijakan nilai tukar tetap diarahkan

    untuk mengendalikan stabilitas nilai tukar rupiah agar sesuai dengan nilai

    fundamentalnya, serta memperkuat pengelolaan struktur penawaran danpermintaan di pasar valuta asing, termasuk transaksi valuta asing berjang-

    ka (forward market) untuk kebutuhan lindung nilai.

    Di tengah semakin tingginya ketidakpastian global, pengembangan instru-

    men lindung nilai (hedging)  di pasar valuta asing juga menjadi sangat

    mendesak mengingat perannya yang semakin signifikan dalam memban-

    tu pelaku pasar mengelola risiko nilai tukar. Dukungan terhadap peman-

    faatan instrumen lindung nilai juga telah diberikan beberapa lembaga

    negara penegak hukum yang menyepakati kerugian (biaya) yang ditimbul-

    kan dari transaksi lindung nilai, bukan merupakan kerugian negara, sepan-

     jang transaksi dilakukan secara konsisten, konsekuen dan akuntabel

    sesuai dengan ketentuan.

    Demikian pula halnya dengan upaya pendalaman pasar keuangan yang

    sudah mulai dirintis sejak awal 2014. Bank Indonesia akan melanjutkandan memperkuat program pendalaman pasar keuangan yang sedang

    berjalan, dengan fokus baik peningkatan peran pasar keuangan sebagai

    sumber pembiayaan ekonomi yang efisien, maupun penguatan resiliensi

    pasar keuangan dalam menyerap kejutan eksternal. Untuk meningkatkan

    perannya sebagai sumber pembiayaan, Bank Indonesia akan mendorong

    pengembangan berbagai instrumen di pasar uang (money market) dengan

    tetap memperhatikan pengelolaan risikonya agar kredibilitas pasar keuan-

    gan domestik tetap terjaga.

    Untuk meningkatkan resiliensi pasar, selain mendorong pengembangan

    instrumen derivatif untuk tujuan lindung nilai, Bank Indonesia juga akan

    melanjutkan berbagai program kerja untuk mendorong agar pasar valuta

    asing (forex market)  dan pasar uang (money market)  di Indonesia lebih

    likuid disertai terciptanya pembentukan harga (price discovery) yang lebih

    efisien.

    31

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    34/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Untuk meningkatkan peran pasar keuangan sebagai sumber pembiayaan

    ekonomi jangka menengah, Bank Indonesia akan memperkuat jalinan

    koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan.

    Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan akan membentuk “Forum Koordinasi Pembiayaan Pemban-

    gunan melalui Pasar Keuangan” yang akan ditindaklanjuti dengan penan-

    datanganan Nota Kesepahaman sebagai landasan bekerja forum tersebut

    dalam waktu dekat.

    Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan

    mendorong penggunaan Global Master Repo Agreement (GMRA) dalam

    bertransaksi repo. Sementara untuk mendukung pelaksanaan hedging,

    Bank Indonesia akan menerbitkan Indonesia schedule of International Swap

    and Derivatives Agreement (ISDA) yang mengakomodir hukum Indonesia.

    Di pasar keuangan syariah, seiring dengan telah diterbitkannya fatwa

    Dewan Syariah Nasional-MUI yang memperkenankan pelaksanaan

    transaksi lindung nilai (tahawwut) melalui transaksi forward  dan swap, Bank

    Indonesia juga akan menerbitkan ketentuan mengenai transaksi lindungnilai berdasarkan prinsip syariah.

    Dari sisi kebijakan makroprudensial, kebijakan Bank Indonesia akan

    terus diarahkan untuk memperkuat, menjaga, dan memelihara stabilitas

    sistem keuangan. Hal tersebut perlu menjadi perhatian mengingat pelaja-

    ran dari krisis keuangan global 2008 yang menunjukkan bahwa ketahanan

    sistem keuangan tidak cukup hanya dengan mencermati ketahanan

    individu lembaga keuangan, namun juga perlu diperkuat dengan upayamenjaga ketahanan sistem keuangan secara keseluruhan.

    Beberapa langkah strategis akan ditempuh Bank Indonesia dalam kerang-

    ka kebijakan makroprudensial. Pertama, mempertegas fungsi, tugas, dan

    kewenangan Bank Indonesia dalam stabilitas sistem keuangan. Upaya

    tersebut dilakukan antara lain melalui penguatan kewenangan makro-

    prudensial, yang saat ini pengaturannya terdapat dalam UU Otoritas Jasa -

    32

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    35/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    - Keuangan, untuk kemudian diakomodasi dan dipertegas sebagai tugas

    pokok BI dalam amandemen Undang-undang Bank Indonesia. Kami

    memandang hal ini diperlukan untuk menjamin terlaksananya fungsi

    pengaturan pengawasan makroprudensial yang efektif di sektorkeuangan.

    Kedua, BI akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk

    meningkatkan ketahanan permodalan perbankan, menjaga kecukupan

    likuiditas serta memperdalam pasar keuangan. Kebijakan ini antara lain

    melalui implementasi standar permodalan Countercyclical Capital Buffer

    (CCB), penerapan Liquidity Coverage Ratio (LCR), serta penerbitan regulasi

    untuk percepatan pendalaman pasar keuangan.

    Termasuk dalam kerangka tersebut ialah pelaksanaan Regulatory

    Consistency Assessment Programme (RCAP) dan Financial System Assessment

    Program  (FSAP) untuk memastikan keselarasan antara standar yang

    digunakan dalam sistem keuangan domestik dengan standar

    internasional.

    Ketiga, mendorong pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga yang

    merata di daerah melalui peningkatan fungsi intermediasi perbankan di

    lingkup nasional dan regional. Hal ini dilaksanakan dengan memfasilitasi

    pemberian kredit/pembiayaan ke sektor-sektor ekonomi produktif yang

    menjadi prioritas Pemerintah dan memiliki nilai tambah signifikan

    terhadap perekonomian nasional melalui koordinasi antara Bank

    Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Pemerintah c.q. Kementerian

    teknis. Dukungan pada pertumbuhan kredit ini dilaksanakan dengantetap memperhatikan tingkat risiko dan keseimbangan di sistem

    keuangan agar stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dan terpelihara.

    Keempat , Bank Indonesia bersama-sama dengan Otoritas Jasa Keuangan

    dan Pemerintah akan berkolaborasi untuk terus mengembangkan peran

    ekonomi dan sistem keuangan syariah dalam perekonomian Indonesia.

    Arah kebijakan ini ditempuh melalui pengembangan instrumen moneter

    berbasis syariah dan pengembangan instrumen keuangan berbasis -

    33

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    36/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    - syariah baik untuk tujuan investasi maupun pengelolaan likuiditas.

    Dalam kaitan ini, pendalaman pasar sukuk, penggalian potensi dana dari

    zakat dan wakaf, serta perumusan regulasi yang kondusif terhadaptransaksi keuangan berbasis syariah akan terus dilakukan, termasuk

    finalisasi inisiatif global  Zakat Core Principles yang diprakarsai Indonesia.

    Inisiatif pengelolaan zakat dan wakaf tersebut saat ini juga telah

    diformalkan dalam bentuk pendirian Islamic Inclusive Financial Services

    Board (IIFSB) yang diharapkan berperan luas dalam mengembangkan

    dana keuangan sosial syariah ke semua negara Islam termasuk Indonesia.

    Kami berharap peningkatan peran Indonesia dalam pengembangan

    ekonomi dan sistem keuangan syariah global akan mendukung dan

    memantapkan langkah untuk menempatkan Indonesia sebagai salah satu

    pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.

    Agenda lain di bidang stabilitas sistem keuangan yang juga menjadi

    perhatian Bank Indonesia adalah penguatan peran dan kapasitas UMKM

    di perekonomian. Kami memandang penguatan UMKM  selaras denganupaya kita memperkuat ketahanan ekonomi dan sejalan dengan prinsip

    memperluas partisipasi kegiatan ekonomi di seluruh lapisan masyarakat.

    Strategi pengembangan UMKM oleh Bank Indonesia diimplementasikan

    melalui dua pendekatan utama yaitu perluasan dan pendalaman

    infrastruktur keuangan, serta peningkatan kapasitas UMKM. Strategi ini

    antara lain ditempuh dengan mendorong pengembangan infrastruktur

    keuangan pendukung, meningkatkan kelayakan keuangan UMKM, danmendorong peningkatan kapasitas UMKM dalam rangka memperoleh

    akses kepada jasa keuangan. Dalam kaitan dengan upaya peningkatan

    kapasitas UMKM, Bank Indonesia juga memperluas program klaster

    beberapa makanan pokok seperti bawang, cabai merah dan beras ke

    daerah lain.

    Inisiatif lain yang akan dilakukan adalah berkoordinasi dengan

    Pemerintah untuk menjajaki pembentukan lembaga pemeringkat UKM

    34

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    37/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    sebagai salah satu infrastruktur pendukung di industri keuangan. Selain

    itu, Usaha Mikro dan Kecil (UMK) juga didorong melakukan pencatatan

    dan penataan laporan keuangan dengan baik melalui standar laporan

    keuangan sederhana yang diterbitkan Bank Indonesia bekerjasamadengan Ikatan Akuntan Indonesia.

    Dari sisi sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, kebijakan

    Bank Indonesia akan diarahkan untuk memperkuat sistem pembayaran

    agar semakin aman, lancar, dan efisien. Sementara itu, kebijakan

    pengelolaan uang rupiah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan uang

    berkualitas dengan jumlah yang memadai dan pecahan yang sesuai

    secara tepat waktu di seluruh wilayah NKRI.

    Dalam implementasinya, Bank Indonesia berupaya memastikan

    ketersediaan, keamanan, dan kualitas layanan alat pembayaran sesuai

    perkembangan kebutuhan masyarakat, baik tunai maupun non tunai. Dari

    sisi tunai, selain menjangkau seluruh wilayah NKRI, uang harus memiliki

    kualitas yang baik dengan fitur keamanan yang tidak mudah dipalsukan.

    Sementara pada non tunai, penekanan dilakukan pada penguatankeamanan, peningkatan efisiensi dan kualitas layanan, perluasan akses,

    serta pembenahan regulasi sistem pembayaran.

    Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan bertransaksi di

    masyarakat tidak terlepas dari perkembangan dan evolusi instrumen

    pembayaran. Oleh karena itu, kebijakan di bidang sistem pembayaran dan

    pengelolaan uang rupiah secara komprehensif akan menjangkau setiap

    tahapan evolusi, mulai dari ketersediaan uang tunai yang berkualitas;penggunaan cek/bilyet giro dalam Sistem Kliring Nasional; transfer dana

    high-value  melalui Real Time Gross Settlement (RTGS); sampai kepada

    penggunaan uang elektronik, alat pembayaran menggunakan kartu, dan

    instrumen berbasis teknologi digital.

    Upaya ini kami lakukan secara kontinu. Pada tanggal 16 November 2015,

    Bank Indonesia telah memperbaharui infrastruktur pasar keuangan

    Indonesia dengan mengimplementasikan sistem BI-RTGS dan BI-SSSS

    35

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    38/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Generasi II guna meningkatkan efisiensi sistem pembayaran nasional

    serta meningkatkan perlindungan dan kecepatan layanan bagi nasabah.

    Pesatnya penggunaan instrumen pembayaran berbasis teknologi sepertikartu kredit dan ATM/Debit, uang elektronik, dan teknologi digital seperti

    internet banking dan mobile payment  perlu diantisipasi dari sisi keamanan,

    efisiensi, dan keandalannya. Oleh karena itu, salah satu fokus kebijakan

    diarahkan untuk memperkuat fitur keamanan pada kartu melalui

    implementasi PIN 6 digit kartu kredit dan penggunaan chip  pada kartu

    ATM/Debit.

    Demikian pula dari sisi infrastruktur, kami juga akan mengakselerasi

    pengembangan infrastruktur Pembayaran Nasional. Hal ini perlu

    dilakukan untuk mewadahi inisiatif peningkatan efisiensi layanan pelaku

    domestik terhadap pemanfaatan instrumen pembayaran berbasis

    teknologi, antara lain melalui interoperabilitas sistem pembayaran pada

    National Payment Gateway.

    Fokus kebijakan juga diarahkan pada penguatan landasan hukumtransaksi dan pengawasan terhadap penyelenggara sistem pembayaran

    seperti penyelenggara transfer dana, kegiatan layanan uang termasuk

    Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA), dan e-commerce.

    Pembenahan di sisi regulasi ini diharapkan akan memberikan kepastian

    aspek pembayaran dan perlindungan bagi masyarakat.

    Upaya meningkatkan perlindungan masyarakat, juga terus kami lakukan

    melalui koordinasi intensif dengan Kepolisian Republik Indonesia untukmemitigasi risiko terjadinya cybercrime. Dalam kaitan ini, kami mendukung

    kebijakan Pemerintah yang mewajibkan penyelenggara sistem

    pembayaran untuk menempatkan data center di wilayah Indonesia.

    Dalam rangka memfasilitasi percepatan berbagai inisiatif di bidang sistem

    pembayaran yang berkualitas, Bank Indonesia akan meningkatkan

    koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan.

    Termasuk dalam hal ini ialah kerjasama yang dilakukan melalui Forum

    Sistem36

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    39/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Pembayaran Indonesia yang dibentuk beberapa waktu lalu sebagai wadah

    koordinasi antara Bank Indonesia dengan Kementerian Keuangan,

    Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika,

    serta Otoritas Jasa Keuangan yang juga melibatkan pelaku usaha.

    Berbagai inisiatif di atas tentu tidak cukup apabila belum menyentuh

    masyarakat pada lapisan bawah. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan

    terus berperan aktif mendorong inisiatif keuangan inklusif , dengan fokus

    pada pengembangan inovasi berbasis teknologi digital untuk

    meminimalkan hambatan masyarakat dalam mengakses dan

    memanfaatkan layanan jasa keuangan, sekaligus memberikan

    perlindungan pada masyarakat.

    Strategi yang ditempuh dalam mendukung program keuangan inklusif

    berbasis inovasi ini dilaksanakan dalam beberapa inisiatif. Pertama,

    meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyaluran bantuan sosial

    Pemerintah secara non tunai melalui pengembangan model bisnis yang

    berkesinambungan.

    Kedua, mewujudkan interoperabilitas dan mendorong skim insentif uang

    elektronik. Kedua hal tersebut kami yakini akan meningkatkan

    penggunaan uang elektronik serta mendorong pengembangan dan

    perluasan penggunaan Layanan Keuangan Digital (LKD) di masyarakat.

    Ketiga, mengembangkan model bisnis remitansi bagi TKI, yang tidak hanya

    untuk meningkatkan kemudahan dan efisiensi pengiriman uang dari luar

    negeri, namun juga untuk memberikan keamanan dan kenyamanan.

    Keempat , mensinergikan LKD dengan Laku Pandai dari Otoritas Jasa

    Keuangan untuk mendukung percepatan dan perluasan keuangan

    inklusif.

    Selain mengedepankan perluasan akses keuangan, pemanfaatan

    elektronifikasi untuk memfasilitasi transaksi pembayaran di masyarakat

     juga terus dikembangkan. Dalam hal ini, pengembangan ekosistem

    37 

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    40/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    e-payment   di masyarakat akan terus diperkuat, baik melalui komunitas,

    pelaku industri, maupun kerjasama dengan Pemerintah. Termasuk dalam

    hal ini adalahfasilitasi implementasi pembayaran grup usaha kepada

     jaringan pemasok, penerapan e-government dalam penerimaan danpengeluaran Pemerintah, serta dukungan pada upaya penyesuaian

    regulasi dan prosedur operasional penggunaan transaksi non tunai pada

    instansi terkait.

    Kami juga akan terus aktif memfasilitasi inovasi pembayaran retail di

    bidang  financial technology   yang saat ini berkembang sangat pesat.

    Berbagai bentuk inovasi yang mengarah pada pembayaran digital

    tersebut diharapkan dapat mendorong e-payment   di Indonesia dan

    berkontribusi positif bagi perekonomian.

    Pada kesempatan ini perkenankan kami memberikan apresiasi atas

    pencapaian Pemerintah DKI Jakarta dalam inisiatif e-payment , yang secara

    siginifikan telah dapat meningkatkan pendapatan parkir di beberapa

    wilayah yang signifikan. Suatu pencapaian yang dapat dijadikan contoh,

    baik untuk sektor lain, maupun bagi Pemerintah Daerah lainnya diIndonesia.

    Koordinasi Kebijakan dan Penguatan Internal Bank Indonesia

    Berbagai kebijakan yang akan ditempuh Bank Indonesia tadi tentu akan

    terlaksana dengan efektif apabila ditopang koordinasi dengan berbagai

    pemangku kebijakan, baik di pusat maupun di daerah. Oleh karena itu,

    berbagai media koordinasi di tingkat pusat dan daerah seperti RoundTable Policy Dialogue (RTPD), Tim Pengendalian Inflasi (TPI), dan Tim

    Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Forum Koordinasi Stabilitas Sistem

    Keuangan (FKSSK), serta Forum Sistem Pembayaran Indonesia (FSPI) akan

    terus kami optimalkan.

    Kami juga berkomitmen menjadi mitra strategis bagi Pemerintah Daerah

    melalui optimalisasi forum nasional Kebijakan Ekonomi Keuangan Daerah

    (KEKDA) antara Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah secara nasional.

    38

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    41/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Selain itu, Bank Indonesia juga akan berkoordinasi dengan Pemerintah

    Pusat maupun Daerah dalam mendorong perdagangan dan investasi

    penanaman modal di Indonesia. Dalam kaitan ini, kami akan terus

    memperkuat peran Investor Relation Unit (IRU) dalam memfasilitasi aliranmodal asing.

    Upaya ini juga akan diperkuat dengan memanfaatkan peran Kantor

    Perwakilan Bank Indonesia di Dalam Negeri melalui Regional IRU dan juga

    mengoptimalkan peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Luar Negeri.

    Bank Indonesia juga akan memperkuat koordinasi dengan Pemerintah

    Daerah dalam mengimplementasikan program Local Economic

    Development  (LED) atau Pengembangan Ekonomi Lokal.

    Dalam bidang kerjasama internasional, Bank Indonesia juga akan terlibat

    lebih aktif di berbagai fora internasional untuk menjaga kepentingan

    domestik. Dalam beberapa waktu terakhir, peran aktif Bank Indonesia

    antara lain diwujudkan dengan dukungan kepada Pemerintah di fora G20

    dalam mendirikan Islamic Investment Infrastructure Bank  atau World Islamic

    Investment Bank (WIIB) dan Global Infrastructure Hub (GIH), sebagai wadahpembiayaan infrastruktur di negara berkembang.

    Peran aktif dan kepemimpinan Bank Indonesia dalam bidang syariah juga

    ditunjukkan dengan diberikannya kepercayaan kepada Bank Indonesia

    mewakili Indonesia sebagai Ketua Islamic Financial Services Board (IFSB) -

    lembaga yang mengatur standar-standar keuangan syariah dunia - pada

    tahun 2015. Selain itu, pada tahun 2016 Bank Indonesia mewakili

    Indonesia juga akan menjabat sebagai Ketua International IslamicLiquidity Management (IILM), lembaga yang menerbitkan Sukuk

    Internasional berjangka pendek untuk memfasilitasi manajemen likuiditas

    lintas negara.

    Lebih lanjut, Bank Indonesia juga memberikan dukungan penuh kepada

    Pemerintah dan turut berperan aktif dalam rencana penyelenggaraan

    sidang tahunan International Monetary Fund (IMF) - World Bank (WB)

    tahun 2018 di Bali, sebagai forum untuk menyuarakan kepentingan

    39

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    42/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Indonesia dan kawasan di tataran internasional.

    Di tengah berbagai tantangan perekonomian yang mengemuka, kami juga

    terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitaskelembagaan  untuk mewujudkan visi Bank Indonesia sebagai bank

    sentral yang kredibel dan terbaik di regional. Berbagai inisiatif dalam

    kerangka program transformasi terus dilaksanakan untuk memperkuat

    efektivitas dan kelancaran pelaksanaan fungsi, tugas, dan kewenangan

    Bank Indonesia sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang.

    Sejalan dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat kapabilitas Kantor

    Perwakilan Bank Indonesia di Dalam Negeri dalam rangka mengefektifkan

    fungsi Bank Indonesia sebagai mitra strategis Pemerintah Daerah di setiap

    Provinsi membangun perekonomian daerah. Upaya tersebut antara lain

    dilakukan dengan memberikan peran kepada Kantor Perwakilan Bank

    Indonesia di Dalam Negeri untuk melakukan surveillance dalam skala lokal

    dan regional guna mendukung pengawasan dan perumusan kebijakan

    yang terkait dengan stabilitas sistem keuangan secara nasional.

    Kami juga terus berupaya meningkatkan kompetensi dan kapasitas

    sumber daya manusia Bank Indonesia dengan menginisiasi pembentukan

    Bank Indonesia Institute  yang operasionalisasinya secara bertahap

    sudah dimulai sejak 1 Juli 2015. Ke depan, kami berharap kehadiran Bank

    Indonesia Institute ini akan dapat turut mendukung upaya

    pengembangan sumber daya manusia di Indonesia yang memiliki jiwa

    kepemimpinan yang kuat dan kemampuan manajerial yang tangguh.

    Prospek Ekonomi 2016-2019

    Luasnya cakupan tantangan global yang kita hadapi tidak serta merta

    berarti bahwa prospek perekonomian kita ke depan gairahnya akan

    meredup.

    Setidaknya terdapat empat kekuatan domestik yang harus menjadikan

    kita tetap perlu optimis dan mantap dalam menatap masa depan.

    40

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    43/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    Pertama, berbagai langkah yang telah diinisiasi Pemerintah tahun ini,

    untuk mengatasi berbagai hambatan struktural, menjadi salah satu modal

    dasar bagi perekonomian nasional menjadi lebih berdaya saing.

    Kedua, dalam 15 tahun ke depan, Indonesia masih akan memiliki

    penduduk usia produktif, yang akan terus berekspansi, secara persisten

    menopang pertumbuhan ekonomi ke depan, sekaligus memperkuat basis

    permintaan barang dan jasa di pasar domestik. Ketiga, Indonesia telah

    memasuki zaman dimana konsolidasi kehidupan politik di alam

    demokrasi yang bebas dan terbuka, telah mampu berjalan seiring dan

    bersanding dengan pencapaian positif pada kemajuan ekonomi.

    Keempat, kedisiplinan dalam pengelolaan makroekonomi selama ini

    merupakan modal dasar yang tidak kalah pentingnya untuk menjaga

    stabilitas perekonomian selama ini. Disiplin dalam menjaga stabilitas ini

    merupakan modal dasar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang

    berkelanjutan.

    Kami berkeyakinan prospek ekonomi Indonesia akan kembali membaikdengan ditopang struktur ekonomi yang lebih sehat, seimbang, dan

    berdaya tahan. Optimisme kami terhadap ketahanan ekonomi tidak

    terlepas dari komitmen kita bersama untuk terus mempercepat dan

    melaksanakan reformasi struktural secara berkelanjutan, konsisten, dan

    bersinergi antar sektor.

    Kami memproyeksikan bahwa di tahun 2016 perbaikan perekonomian

    domestik akan berlanjut dan membawa pertumbuhan ekonomi mencapai5,2-5,6%. Perbaikan ini dalam pandangan kami akan ditopang permintaan

    domestik terutama dari sisi investasi, mengingat kondisi eksternal belum

    pulih secara signifikan.

    Sejalan dengan prospek perbaikan ekonomi, pertumbuhan kredit dan

    pembiayaan perbankan pada tahun 2016 kami perkirakan dalam kisaran

    12-14% yang ditopang pertumbuhan dana pihak ketiga dalam kisaran

    13-15%. Sementara itu, sejalan dengan komitmen kami menjaga stabilitas

    41

  • 8/18/2019 Buku Sambutan GBI PTBI2015

    44/44

    PERTEMUAN TAHUNAN BANK INDONESIA 2015

    perekonomian, kami memperkirakan inflasi akan berada dalam kisaran

    targetnya sebesar 4±1% di tahun 2016. Adapun defisit transaksi berjalan

    diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan tahun ini sejalan dengan

    intensifnya proyek-proyek infrastruktur, namun tetap pada level yangsehat di bawah 3%.

    Kami meyakini proyeksi perekonomian di tahun 2016 yang

    mengisyaratkan terjadinya perbaikan ekonomi akan menjadi landasan

    bagi pertumbuhan ekonomi yang semakin solid pada tahun 2017-2019.

    Kami berkeyakinan sinergi kebijakan dalam mempercepat transformasi

    ekonomi dapat membawa perekonomian tumbuh lebih sehat, berimbang,

    dan inklusif, serta menegaskan prospek keberlanjutannya.

    Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada periode 2017-2019

    akan berada dalam lintasan yang meningkat pada kisaran 6,0-6,5% pada

    2019 dengan ditopang oleh inflasi yang terkendali dalam kisaran 3,5±1%.

    Sementara itu, defisit transaksi berjalan diharapkan akan berada pada

    lintasan yang menurun dan tetap berada pada level yang sehat di kisaran

    2,5%.

    Penutup

    Demikian yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini. Kami

    meyakini semangat, komitmen, dan sinergi kita akan menjadi modal kuat

    mempercepat transformasi ekonomi menuju perekonomian nasional

    yang lebih baik. Transformasi yang tidak hanya membuat kita menjadi

    lebih berdaya tahan dan berdaya saing, tetapi juga menjadi lebih berdikariuntuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa: “Indonesia yang maju

    dan sejahtera”.

    Sekian dan terima kasih.

    Wassalamualaikum Wr. Wb