Bmf 53 teologi reformed
-
Upload
pt-wings-surya -
Category
Spiritual
-
view
383 -
download
19
Transcript of Bmf 53 teologi reformed
TEOLOGI REFORMED (BMF 53)
BMF collections - 2015
i | P a g e
Table of Contents Jemaat-jemaat Kristus di Asia Melintasi Abad Ke-21 (Bagian 1) ............................ 1
Jemaat-jemaat Kristus di Asia Melintasi Abad Ke-21 (Bagian 2) .......................... 10
Permulaaan Pembaharuan Gereja (Reformasi) ................................................... 20
Perubahan-perubahan Radikal, Sebagai Akibat Reformasi ................................. 31
Mengenang Dr. Cornelius Van Til: Tokoh Apologetika Reformed ....................... 40
John Wycliffe dan John Hus ................................................................................. 47
Philip Melanchthon .............................................................................................. 59
Teologi Reformed ialah Teologi Covenant ........................................................... 63
Gereja Beraliran Teologi Reformed...................................................................... 70
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa Kini .............................. 81
Bimbingan dan Rencana Allah (1) ........................................................................ 98
Bimbingan dan Rencana Allah (2) ...................................................................... 114
Penebusan Yang Terbatas .................................................................................. 129
Sola Fides Justificate .......................................................................................... 145
Doktrin Sola Scriptura ........................................................................................ 315
Kematian Rohani dan Kehidupan Rohani ........................................................... 336
Presuposisi Teologi ............................................................................................. 366
Spiritualitas Injili: Suatu Tinjauan Ulang ............................................................ 374
Gereja; Mau Kemana? Konservatif dan Radikal ................................................. 385
Allah Tidak Berubah ........................................................................................... 402
Kemuliaan Bagi Allah .......................................................................................... 406
"Ekklesia" -- Gereja............................................................................................. 419
Inti Kekristenan .................................................................................................. 436
Karya Roh Kudus dalam Mematikan Dosa ......................................................... 455
ii | P a g e
iii | P a g e
1 |TEOLOGI REFORMED
Jemaat-jemaat Kristus di Asia Melintasi Abad Ke-21
(Bagian 1)
Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Saya senang membaca biografi orang-orang terkenal, karena ada banyak
hal yang dapat kita pelajari dari mereka, khususnya pemikiran- pemikiran
mereka yang cemerlang, prinsip-prinsip hidup mereka yang sangat
bernilai, dan pengalaman hidup mereka yang penuh perjuangan. Dalam
dunia kekristenan ada banyak tokoh "pembela iman" yang kita kenal,
tetapi hanya sedikit saja tokoh yang sebagian besar hidupnya dipakai
untuk mengajarkan dan menegakkan kebenaran doktrin yang
berpusatkan kepada Kristus dan berdasarkan pada Alkitab. Di antara
jumlah yang sedikit itu adalah Dr. Cornelius Van Til.
Tulisan Pdt. Cornelius Kuswanto berikut ini akan menolong kita mengenal
tokoh Teologia Apologetika Reformed tersebut. Meskipun artikel ini
pendek tapi isinya padat. Saya harap kita bisa belajar sesuatu yang
berharga dari tulisan tentang Dr. Cornelius Van Til ini dan menghargai
karya-karyanya yang memuliakan Tuhan dan yang memberi pengaruh
bagi gereja Reformed masa kini.
In Christ,
Yulia
Edisi:
046/I/2004
Isi:
2 |TEOLOGI REFORMED
Bagaimana penggembalaan gerejawi di Asia menghadapi tendensi
perkembangan gereja dan masyarakat abad ke-21?
Ladang pelayanan penggembalaan gereja Asia adalah negara-negara di
Asia, maka sebelum membicarakan bagaimana menyusun strategi
penggembalaan gerejawi di Asia dalam menghadapi tendensi
perkembangan gereja dan masyarakat abad ke-21, perlu meninjau
kembali prinsip dan strategi perkembangan sejarah tiap suku bangsa,
sambil juga meninjau bagaimana pemimpin-pemimpin negara di Asia
merancangkan rencana pembangunan negara untuk masa mendatang.
Selain itu, yang terpenting adalah cara-cara Allah. Penguasa sejarah
dalam menangani segala perkara dengan benar, yang tercantum dalam
Alkitab itu perlu didiskusikan dan dipanuti sebagai strategi yang terbaik.
I. MENINJAU KEMBALI PRINSIP DAN STRATEGI PERKEMBANGAN SEJARAH
NEGARA- NEGARA DI ASIA
Suku bangsa tertua di Asia adalah suku Jawa. Menurut catatan arkeologi,
telah ditemukan fosil "manusia Jawa" yang berumur 10.000-100.000
tahun. Karena belum ada kesimpulan akhir, maka kita tidak perlu
membicarakannya. Memang benar bahwa suku Jawa telah 4.000 tahun
lebih dapat menerima sejarah itu. Menurut Buku Sejarah yang diterbitkan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 3.000 tahun
yang lalu sejumlah besar suku Mongol berimigrasi ke Kepulauan
Indonesia. Rute perjalanan suku Mongol ini mula-mula ke Han Chong
(daratan Cina Tengah), kemudian Yun Nan, Thailand, Semenanjung
Malaka, Sumatra, Jawa, akhirnya tersebar ke Kalimantan, Sulawesi, Bali
dan Kepulauan lainnya. Imigrasi kedua terjadi pada 2.000 tahun yang
lampau, sekitar abad ke-1, termasuk sejumlah suku Yun Nan yang
berimigrasi ke Selatan. Suku Yun Nan sebenarnya adalah suku Mongol
yang mula-mula, setelah imigrasi ke Selatan berbaur dengan suku
setempat. Jalur perjalanan imigran kedua ini sama dengan yang pertama.
3 |TEOLOGI REFORMED
Alasan imigrasi adalah karena kekacauan akibat peperangan,
perdagangan, mencari tempat tinggal yang lebih aman dan sejahtera.
Imigrasi besar ketiga berasal dari India. Mereka memakai jalur darat dan
laut: Lautan Hindia, Thailand, Myanmar ke Sumatra, Jawa, dan kemudian
pada abad ke-2 mendirikan Kerajaan Prambanan di Jawa Tengah. Sampai
pada abad ke 8, penganut agama Budha dari Cina dan India datang dan
mendirikan Kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatra Selatan.
Imigrasi besar keempat adalah penganut agama Islam dari Arabia, di
Timur Tengah. Kebanyakan di antaranya yang kini menjadi orang-orang
Pakistan. Pada abad ke-12, dengan amanat untuk menaklukkan dunia
bagi Islam, mereka datang ke Aceh, Sumatra Utara, Kalimantan,
kemudian ke Selatan, tiba di Pulau Jawa, dan mendirikan Kerajaan
Majapahit. Sesudah itu ekspansi ke Timur Laut menaklukkan Sulawesi,
dan ke Utara sampai ke Pulau Mindanao, Filipina Selatan. Pada abad ke-
15, tentara Spanyol menaklukkan Pulau Luzon, kemudian ke Selatan
menghambat rencana ekspansi Islam ke utara ke Pulau Luzon itu.
Kolonialisme Eropa Barat pertama yang berekspansi ke Timur adalah
Portugis, yang mulai menaklukkan Goa di pantai Barat India, kemudian
menyeberangi selat Malaka di Lautan Hindia, tiba di Pulau Jawa,
memerintah Indonesia selama kurang lebih 100 tahun lamanya. Bangsa
Spayol menjajah pulau Luzon. Pada abad ke-16, Belanda menyerang
Indonesia, mengusir Portugis dan menjajah Indonesia selama 350 tahun
lamanya. Pada abad ke-18, kolonialisme Inggris menjajah negara-negara
Arab, India, Myanmar, Malaysia, Borneo Utara (sekarang Sarawak, Sabah
dan Brunei). Sampai Perang Dunia II, negara-negara Eropa dikalahkan
Jepang. Abad ke-19, Perancis menjajah daratan Indocina: Vietnam,
Kamboja, Laos. Melihat negara-negara Eropa memiliki negara jajahan di
Asia Tenggara, Timur Tengah, daratan India dan memiliki kekayaan yang
besar, maka tentara Amerika Serikat maju ke Timur, mengusir Spanyol,
dan menjajah Filipina selama 50 tahun lamanya. Usia Perang Dunia II,
4 |TEOLOGI REFORMED
Amerika Serikat menang atas Jerman, Italia dan Jepang, dan mengusir
kolonialisme Inggris, Perancis dan Belanda kembali ke Eropa, bersikap
sebagai pahlawan mendukung negara-negara di Asia Tenggara.
Perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat mulai menanam modal di
Asia Tenggara, melalui pendidikan dan teknologi menarik para
cendekiawan untuk melakukan berbagai penelitian. Dengan demikian
Amerika Serikat menjadi negara adikuasa dalam bidang pendidikan,
kesenian, ekonomi, militer dan dunia hiburan (catatan: Materi di atas
dikutip dari Sejarah Indonesia, dan artikel Ensiklopedia Britanica tentang
perkembangan kolonialisme di Asia).
Di masa 500 tahun yang silam, kolonialisme yang menjajah negara-negara
di Asia Tenggara, memiliki angkatan laut yang kuat, dan menguasai
perniagaan dan ekonomi. Dengan filsafat Romawi dan Yunani, serta
kemajuan teknologi (sebenarnya adalah relatif), membuat rasa
superioritas bangsa dan budaya, yang meremehkan bangsa dan budaya
Timur. Pandangan tersebut kemudian berubah sejalan dengan kemajuan
ekonomi yang telah dicapai negara-negara Asia akhir-akhir ini.
Meninjau kembali sejarah singkat di atas, Asia didiami oleh berbagai suku
bangsa, dan pemeluk berbagai agama, memiliki beraneka ragam budaya
dan pemikiran filsafat, serta berbagai sistem pemerintahan. Wilayah ini
memiliki sumber daya alam yang kaya raya, oleh sebab itu beratus-ratus
tahun lamanya terjadi perebutan kekuasaan, yang kuat menindas yang
lemah. Mungkin karena iklim yang baik sepanjang tahun, alam yang
indah, sehingga yang pernah datang mengunjungi negeri-negeri di sini,
ingin datang lagi, bahkan berusaha menetap untuk jangka waktu yang
panjang. Penduduknya ramah dan sopan, lapang dada dan terbuka,
mudah menerima kebudayaan dan agama lain yang masuk. Tidak
demikian dengan para pendatang yang kuat itu, yang sering menindas,
merampok dan membunuh. Namun setelah lewat puluhan, ratusan
tahun, yang tidak membaur, setelah tiba waktunya, di saat kekuatan
makin melemah, mereka pun kembali ke negerinya.
5 |TEOLOGI REFORMED
Dari perkembangan sejarah di atas, kita dapat mengambil beberapa
prinsip: Dengan sikap yang sabar dan lapang dada menerima budaya,
agama dan bangsa lain, memberikan ruang gerak bagi mereka dan
waktulah yang akan menentukan semuanya. Kebijakan yang diambil oleh
negara-negara Asia adalah bersatu berjuang untuk bangsa dan negara,
walaupun cara atau strategi berbeda, tetapi tujuannya adalah sama.
II. RENCANA PEMBANGUNAN NEGARA-NEGARA DI ASIA UNTUK MASA
MENDATANG
Di masa 30 tahun silam (1965-1995), kebanyakan pemimpin-pemimpin
politik di negara-negara Asia berunding dengan kelompok pemikir
internasional untuk menggariskan rencana politik negara jangka panjang.
Seperti Indonesia, Rencana Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun tahap
pertama: tahun 1969-1994. Pembangunan tersebut meliputi: Wajib
belajar 9 tahun (bebas biaya) untuk warga negara Indonesia. Minimal
mendirikan sebuah Perguruan Tinggi di setiap ibukota kabupaten,
mendorong lembaga-lembaga keagamaan berperan serta dalam
pembangunan di sektor pendidikan. Anggaran pendidikan mencapai 12%
dari Rancangan Anggaran Belanja Negara. Mendirikan satu poliklinik
dengan tim dokter di setiap desa yang berpenduduk 500 kepala keluarga.
Mengupayakan listrik masuk desa. Demi kelancaran transportasi,
dibangun jalan-jalan raya, pelabuhan laut, lapangan udara, dan jalan
kereta api. Juga membangun tempat-tempat pariwisata. Di sektor
perekonomian, mengupayakan kemajuan di bidang industri, perdagangan
dan pertanian. Membangun industri minyak bumi, petrokimia,
pertambangan, pertanian, perikanan, industri mobil dan pesawat
terbang, bank-bank dan perusahaan asuransi yang bertaraf internasional,
investasi modal asing. Laporan akhir dari hasil pembangunan jangka
panjang tahap pertama ini menunjukkan peningkatan: 12% warga negara
sudah dapat mengenyam pendidikan perguruan tinggi, 28% pendidikan
menengah dan 48% pendidikan dasar 6 tahun. Pendapatan per kapita
setiap tahun meningkat dari US$ 15 menjadi US$ 1,000, 1997.
6 |TEOLOGI REFORMED
Perdagangan internasional meningkat dari US$ 800 juta menjadi US$ 67,6
miliar. Laju perekonomian tiap tahun meningkat 6,5%-7,8%. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang tahap kedua dimulai tahun 1994 sampai
tahun 2019.
Sejak 30 tahun silam, Singapura juga melaksanakan pembangunan jangka
panjang. Penduduk yang dapat mengenyam pendidikan telah mencapai
98%, pendapatan per kapita sebesar US$ 22,520, 98,3% penduduk telah
beroleh pekerjaan. Perdagangan internasional mencapai US$ 200 miliar
tiap tahun. Laju ekonomi tiap tahun meningkat 6,8-8,3%. Kini Singapura
telah mengembangkan industri elektronik yang canggih dan mahal, dan
menjadi pusat moneter, pusat perhubungan di Asia, dan kota
internasional.
Sejak merdeka di tahun 1957, Malaysia dipimpin oleh lebih dari sepuluh
partai politik. Malaysia juga melaksanakan rencana pembangunan jangka
panjang tahun 1991-2020. 90% penduduk sudah bisa mengenyam
pendidikan. Pendapatan per kapita telah mencapai US$ 3,530. 97,1%
penduduk telah beroleh pekerjaan. Perdagangan internasional mencapai
US$ 120 miliar lebih per tahun. Laju perekonomian tiap tahun meningkat
8,5-10%. Negara ini kaya akan hasil tambang: minyak bumi, batu bara,
timah, tembaga dan sebagainya. Kekayaan hutan yang besar terdapat di
Sabah dan Sarawak. Dalam kurun waktu yang tidak lama lagi, negara ini
bisa menjadi negara terkaya ke-5 di Asia.
Sistem pemerintahan Thailand adalah monarki konstitusional, dipimpin
oleh Kabinet Parlementer. Pada masa lalu secara bergantian dipimpin
oleh kekuatan militer, namun kini dikuasai oleh kaum cendekiawan.
Walaupun selalu berganti kabinet, tetapi dengan dilaksanakannya
rencana pembangunan jangka panjang, maka tercapailah kemajuan di
sektor pendidikan dan ekonomi. Pemerataan pendidikan baik pendidikan
umum juga pendidikan wihara. 87% penduduk telah mengenyam
pendidikan dasar. Pendapatan per kapita telah mencapai US$ 2,315.
7 |TEOLOGI REFORMED
96,3% penduduk telah beroleh pekerjaan. Perdagangan internasional
mencapai US$ 100 miliar per tahun. Laju perekonomian tiap tahun
meningkat sejumlah 7-8%. Setelah Perang Dunia II, negara ini menjadi
markas besar ASEAN. Pada masa 20 tahun perang di daratan Indocina,
negara ini dijadikan markas bagi tentara PBB dan Amerika Serikat.
Sejak Filipina merdeka di tahun 1946, karena dijajah dan dididik selama
500 tahun lebih oleh Spanyol dan Amerika Serikat, negara ini telah
menjadi negara Timur yang sangat dipengaruhi oleh budaya barat.
Agama Roma Katolik ditetapkan sebagai agama negara. Pemerataan
pendidikan menengah ke atas mencapai angka 90%. Pendapatan per
kapita US$ 1,010. 89,1% penduduk telah mendapat pekerjaan. Tetapi
diperkirakan ada 600.000 tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri, yang
menghasilkan devisa negara sebesar US$ 2,5 miliar tiap tahun. Sejak
tahun 1986, dibawah kekuatan pemerintahan rakyat, sangat
mengutamakan kesejahteraan dan keamanan masyarakat, kemajuan
ekonomi, investasi modal asing dan sebagainya.
Brunei adalah sebuah negara kecil yang berpenduduk 300.000 orang.
Yang dipimpin oleh Sultan. Secara geografis letaknya tidak terlalu
menonjol, namun produksi minyaknya mencapai 200.000 barel per hari,
sehingga pendapatan per kapita mencapai US$ 18,500 per tahun. Semua
penduduk dapat menikmati pendidikan dan pengobatan gratis. Setiap
tahun Departemen Pendidikan menyediakan bea siswa untuk 1.000 orang
pemuda yang diutus belajar di universitas-universitas terkemuka di dunia.
Setelah menyelesaikan pendidikan, mereka kembali untuk membangun
tanah air. Tidak ada pengangguran di negara ini (0%), sebaliknya kira-kira
ada 17.000 orang asing yang bekerja di negara ini. Perdagangan
internasional mencapai US$ 6 miliar. Laju perekonomian tiap tahun
meningkat 3%.
Setelah usai perang Vietnam tahun 1975, walaupun Vietnam menganut
paham komunis, pada tahun 1985 Vietnam mulai mengubah
8 |TEOLOGI REFORMED
perekonomian pasar, dengan memberi kesempatan bagi penanam modal
asing untuk mendirikan industri-industri. Walaupun kini pendapatan per
kapita hanya US$ 220 per tahun tetapi laju perekonomian telah
meningkat 8%. Volume perdagangan internasional telah mencapai US$
10 miliar. 88% warga negara yang telah beroleh pekerjaan. (Materi di
atas diambil dari laporan dalam Majalah Tahunan Bank Dunia edisi 1994,
dan Asiaweek edisi Juni 1995).
Dalam segi keagamaan, mayoritas penduduk Indonesia, Malaysia dan
Brunei adalah pemeluk agama Islam, juga ada pemeluk agama Kristen,
Budha dan Hindu. Mayoritas penduduk Thailand dan Vietnam adalah
pemeluk agama Budha, tetapi diberikan juga ruang gerak yang luas bagi
agama Islam, Kristen dan agama tradisional Cina. Penduduk di Singapura
memeluk agama tradisional Cina, Budha, Kristen, Hindu dan Islam, dan
ada kerukunan beragama di sana. Walaupun Filipina adalah negara Roma
Katolik, tetapi penduduk di Pulau Mindanao (Selatan Filipina) adalah
pemeluk agama Islam, juga ada agama tradisional Cina dan Agama
Kristen.
Kini penduduk Asean sudah berjumlah 420 juta jiwa, pertambahan
pendudukan per tahun 2,2%, berarti setiap tahun akan bertambah ± 10
juta jiwa. Sampai tahun 2.000, jika Kamboja, Myanmar dan Laos masuk
ASEAN, maka jumlah penduduk akan menjadi 500 juta jiwa. Sedangkan
umat Kristen, termasuk umat Roma Katolik hanya berjumlah sekitar 100
juta, 20% dari jumlah seluruhnya. Setiap negara berusaha untuk
mencapai masyarakat yang sejahtera, agar dapat memajukan
perekonomian, sehingga sikap terhadap kemajuan di bidang agama
adalah "terbatas tapi bebas, bebas tapi terbatas." Dilarang menyerang
kegiatan agama lain. Dilarang melanggar apa yang telah menjadi
ketetapan pemerintah. Sebaliknya mendukung semua kegiatan yang
memasyhurkan dan mengharumkan nama bangsa dan negara di mata
internasional. Meninjau tendensi-tendensi di atas, bagaimanakah gereja-
gereja Asean menggariskan strategi dan langkah-langkah untuk
9 |TEOLOGI REFORMED
menghadapi era pemerataan pendidikan, era informatika, era globalisasi,
pluralis, dan teknologi canggih ini? Semuanya ini harus menjadi
perenungan bagi para pemimpin gereja. Berdoalah kepada Kristus,
Kepala Gereja itu, agar Ia mengutus Roh Kudus untuk memimpin kita,
bagaimana berlandaskan kepada prinsip-prinsip Alkitab untuk mendobrak
tradisi-tradisi denominasi gereja, berembuk menyusun rencana dan
strategi, yang mendukung rencana pembangunan pemerintah,
menunaikan Amanat Agung Kristus, menunggu Kristus datang kembali.
III. PERLENGKAPAN YANG DIBUTUHKAN DALAM PENGGEMBALAAN DI
GEREJA-GEREJA ASEAN
(Bersambung ke Bagian 2)
Sumber:
Sumber:
Judul Buku : Hamba Tuhan dan Jemaat Kristus yang Melintasi Zaman
Pengarang : Dr. Peter Wongso
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT)
Tahun : 1997/2002
Halaman : 7 - 23
http://reformed.sabda.org/jemaat_jemaat_kristus_di_asia_melintasi_aba
d_ke_21_bagian_1
10 |TEOLOGI REFORMED
Jemaat-jemaat Kristus di Asia Melintasi Abad Ke-21
(Bagian 2) Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Saya senang membaca biografi orang-orang terkenal, karena ada banyak
hal yang dapat kita pelajari dari mereka, khususnya pemikiran- pemikiran
mereka yang cemerlang, prinsip-prinsip hidup mereka yang sangat
bernilai, dan pengalaman hidup mereka yang penuh perjuangan. Dalam
dunia kekristenan ada banyak tokoh "pembela iman" yang kita kenal,
tetapi hanya sedikit saja tokoh yang sebagian besar hidupnya dipakai
untuk mengajarkan dan menegakkan kebenaran doktrin yang
berpusatkan kepada Kristus dan berdasarkan pada Alkitab. Di antara
jumlah yang sedikit itu adalah Dr. Cornelius Van Til.
Tulisan Pdt. Cornelius Kuswanto berikut ini akan menolong kita mengenal
tokoh Teologia Apologetika Reformed tersebut. Meskipun artikel ini
pendek tapi isinya padat. Saya harap kita bisa belajar sesuatu yang
berharga dari tulisan tentang Dr. Cornelius Van Til ini dan menghargai
karya-karyanya yang memuliakan Tuhan dan yang memberi pengaruh
bagi gereja Reformed masa kini.
In Christ,
Yulia
Edisi:
047/I/2004
Isi:
III. PERLENGKAPAN YANG DIBUTUHKAN DALAM PENGGEMBALAAN DI
GEREJA-GEREJA ASEAN
11 |TEOLOGI REFORMED
Selama 40 tahun lebih, oleh anugerah Tuhan, penulis menjadi pengajar di
seminari, mengadakan penginjilan, membuka ladang baru, mendirikan
gereja dan sekolah Kristen. Semuanya itu dilakukan penulis selaku hamba
kecil yang menaati dan melakukan kehendak-Nya. Dengan pemahaman
yang dangkal, melalui kesempatan ini penulis mencoba memberikan
beberapa saran, kiranya pembaca yang terhormat berkenan memberi
petunjuk dan koreksi.
Dosen seminari dan pemimpin gereja perlu membentuk kelompok
pemahaman Alkitab untuk menyelidiki seluruh doktrin Alkitab, kebenaran
Alkitab yang tak pernah berubah itu, untuk mengevaluasi doktrin-doktrin
yang telah menjadi tradisi denominasi-denominasi gereja Barat, yang
selama ini disebut sebagai kepercayaan ortodoks, namun tidak sesuai
dengan kebenaran Alkitab. Memisahkan kebenaran Alkitab yang tidak
berubah itu dengan kebudayaan barat, agar orang Asean dengan jelas
mengenal garis pemisah antara kebenaran agama Kristen dan
kebudayaan Barat, untuk mengurangi sikap menentang kebudayaan
Barat sebagai alasan menentang kebenaran Kristen.
Dosen seminari dan pemimpin gereja perlu membentuk kelompok kecil
untuk mempelajari rencana pembangunan nasional. Berdasarkan
kebenaran Alkitab, dengan sikap positif meresponinya, serta mendorong
orang Kristen turut berperan serta di berbagai sektor pembangunan
nasional. Yusuf, Ester, Mordekai, Daniel dan juga tidak sedikit orang
Kristen yang saleh yang mempunyai kontribusi dalam politik negara.
Alangkah baiknya jika dapat mengundang politikus Kristen untuk hadir
dalam pertemuan-pertemuan kelompok kecil ini.
Dosen seminari perlu menyelidiki baik buruknya pemikiran, motivasi,
langkah-langkah, dan penafsiran. Menjadualkan pengadaan seminar,
dengan mengundang Gembala atau hamba Tuhan dan orang Kristen yang
berpendidikan tinggi, bersama-sama meneliti dan diskusi, kemudian
menjelaskan kembali hasilnya kepada jemaat. Hal ini dapat menghindari
12 |TEOLOGI REFORMED
agama menyalahgunakan nama kekristenan untuk menentang kebenaran
Alkitab, yang berdampak negatif bagi citra gereja, juga dapat mencegah
orang Kristen menerima teori yang nampak benar tetapi sesungguhnya
salah, dan menggantikannya dengan slogan rohani yang muluk-muluk,
dengan sembrono mengikutinya demi keuntungan material.
Perlu adanya kerja sama antara seminari dan gereja setempat untuk
membentuk pendidikan teologi kaum awam, di mana dosen teologi dan
orang Kristen awam dapat berinteraksi secara langsung selaku guru dan
sahabat. Kebenaran yang murni itu disampaikan dengan rinci, konkret,
praktis, aplikatif, dan universal. Pendidikan teologi kaum awam dapat
menjadi tempat di mana dari tangan pertama seorang dosen teologi
mendapatkan persoalan-persoalan yang berkaitan langsung dengan
kehidupan orang Kristen di tengah-tengah masyarakat dunia, dan orang
Kristen memperoleh jawaban yang berbobot yang sesuai dengan
kebenaran Alkitab. Gembala Sidang setempat sebaiknya juga menjabat
sebagai dosen pendidikan teologi kaum awam, sehingga dalam proses
belajar mengajar yang cukup panjang itu, gembala sidang memacu
jemaat untuk menyelidiki kebenaran Alkitab dengan saksama.
Gereja harus memberikan kesempatan secara berkala bagi gembala
sidang atau hamba Tuhan untuk mengikuti pendidikan teologi lanjutan.
Konsep tentang seorang hamba Tuhan cukup berbekalkan pendidikan
teologi selama 4 tahun dan kemudian melayani seumur hidup harus
diubah. Pada era informatika dan meledaknya pengetahuan kini, jika
setiap minggu seorang gembala sidang atau hamba Tuhan tidak secara
intensif membaca 1-2 buah buku ilmiah atau yang berbobot, 5-7 tahun
kemudian tidak mengikuti 1-2 tahun pendidikan lanjut, maka dengan
kerutinan setiap minggu yang harus membuat 2-3 naskah khotbah itu, ia
akan terasa begitu sulit dan kering. Setiap kali ia akan merasa letih lesu,
kecewa dan putus asa, dengan langkah yang berat dan tidak bersemangat
menuju mimbar. Sekalipun jemaat datang beribadah dengan hati yang
hormat dan takut kepada Tuhan, rindu untuk memperoleh makanan
13 |TEOLOGI REFORMED
rohani yang dibutuhkan sebagai pedoman dalam kehidupannya, tetapi
kenyataannya ialah: "kata-kata usang atau kata klise belaka, yang tak
bermakna", yang tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani mereka. Yang
lebih fatal, karena pengkhotbah merasa begitu tertekan, seringkali tanpa
sadar mengeluarkan kata-kata omelan, sindiran di mimbar, menjadikan
jemaat sebagai tempat pelampiasan amarah, akibatnya hubungan antara
gembala dengan jemaat akan semakin memburuk. Ini adalah bencana
bagi gereja, bahkan bencana yang besar! Jika secara berkala gembala
atau hamba Tuhan itu mengikuti pendidikan lanjut, lebih meneliti dan
mendalami Alkitab, maka Firman Tuhan akan disampaikannya dengan
penuh keyakinan dan suara yang mantap. Ditambah dengan doa serta
kuasa Roh Kudus, maka akan seperti air sungai yang mengalir dengan
lancar, bersemangat dan mendatangkan berkat bagi yang mendengarkan.
Pelayanan mimbar merupakan kesempatan di mana seorang hamba
Tuhan bekerja sama dengan Tuhan, juga merupakan suatu kenikmatan
rohani. Hal ini merupakan kunci bagi pertumbuhan rohani orang Kristen
dan vitalitas gereja.
Setiap minggu gembala sidang atau hamba Tuhan harus berusaha untuk
menulis artikel-artikel yang bersifat penelitian dan sistematis, atau
mengundang orang Kristen yang pandai dalam kesusasteraan untuk
menulisnya. Kemudian dimuat dalam buletin gereja. Di samping melatih
diri sendiri agar semakin maju dalam membuat naskah khotbah. (Karena
untuk diterbitkan, sudah tentu akan lebih teliti memikirkan secara rinci,
dan akan berusaha untuk menggunakan materi yang lebih tepat.) Juga
melatih diri melakukan pelayanan literatur. Jikalau dalam satu tahun
memiliki 52 naskah khotbah yang ringkas, pada akhir tahun dapat
diterbitkan sebagai sebuah buku, baik untuk dijual kepada orang Kristen,
atau sebagai kenang-kenangan di hari Natal kepada sanak saudara dan
sahabat. Dalam anugerah Tuhan, selama pelayanan 50 tahun, ia akan
memiliki 50 buah buku kumpulan khotbah, dengan demikian ia telah
menjadi gembala yang mengarang. Yang lebih berharga ialah ketika ia
14 |TEOLOGI REFORMED
kembali ke pangkuan Bapa, hasil karya ini dapat menjadi kesaksian untuk
orang banyak. Pelayanan yang tahan lama ini, juga melatih gembala atau
hamba Tuhan untuk memiliki kehidupan yang teratur, ulet dan mau
berupaya untuk maju. Selain Gembala sidang atau hamba Tuhan harus
memiliki tekad ini, gereja juga harus memberi dukungan kepada mereka.
Contoh: John Wesley (abad-18), Charles Spurgeon (abad-19), Harun
Hadiwijono, R. Sudarmo, J. L. Ch. Abeneno (abad-20).
IV. STRATEGI YANG DIKEMUKAKAN KRISTUS BAGI GEREJA DALAM
MENGHADAPI PERUBAHAN SEJARAH
Kristus belum datang kembali, namun gereja telah memasuki abad ke-21.
Beberapa pemimpin gereja mengamati sejarah 100 tahun yang lalu, di
mana gereja di Eropa dan Amerika semakin melemah dan mundur,
sebaliknya agama-agama lain bangkit, bertumbuh, dengan gigih maju
mendobrak semua penghalang, menembus masuk ke dalam basis gereja
di Eropa dan Amerika. Walaupun di negara-negara Asia memberikan
keleluasaan bagi kekristenan, tetapi ketika memperkenalkan anugerah
keselamatan Kristus kepada yang lain, seringkali dihalangi karena alasan
"kerukunan dan ketenteraman". Sehingga tidak sedikit yang peduli akan
masa depan penggembalaan gereja menjadi cemas, dan umumnya
bersikap membalas, bahkan untuk menunaikan Amanat Agung sampai ke
seluruh dunia, mereka siap membayar harga "lebih baik mati berkalang
tanah, daripada hidup bercermin bangkai." Berdasarkan kebenaran
Alkitab, kita akan melihat bagaimana Kristus menangani strategi gereja
menghadapi perubahan sejarah.
Dasar Gereja Kristus
Tuhan Yesus Kristus sendiri adalah dasar bagi gereja (Mat. 16:18-20; lKor.
3:11; Ef. 2:20). Dasar ini bukan bersifat materi, bukan organisasi manusia
yang kelihatan, bukan orang banyak yang kenyang karena makan roti,
terlebih bukan teologi dari teolog timur dan barat, atau pencerahan
khusus para penafsir. Dasar ini adalah: Yesus Kristus, Firman yang telah
15 |TEOLOGI REFORMED
menjadi manusia, diam di antara manusia, taat sepenuhnya kepada
kehendak Bapa, dengan darah-Nya yang kudus oleh Roh yang kekal telah
mempersembahkan diri-Nya sebagai korban bagi penebusan dosa umat
manusia, yang telah bangkit dari kematian, dan yang telah menang atas
segala kuasa. Ia adalah kekal, hidup selama-lamanya, menjadi Pemimpin
semua raja-raja di dunia. Dia adalah Raja yang telah diurapi Allah Bapa
sejak kekekalan (Mzm. 2:7; Ibr. 1:8-13; Why. 5:9-14; 6:16; 19:11-16; dan
sebagainya).
Dengan hidup yang kekal Kristus telah mempersembahkan korban yang
kekal. Hidup yang diberikan-Nya adalah hidup dari Allah, dan gereja
didirikan oleh-Nya dan merupakan kumpulan orang-orang yang oleh-Nya
telah beroleh hidup. (Yoh. 1:12-13; 10:10-11, 17-18; 17:3; 20:31; Ibr.
9:11-14; 10:10-18 dan sebagainya). Oleh sebab itu, gereja Kristus itu
adalah hidup dan rohaniah, yang adalah milik Allah yang esa dan benar.
Karena gereja didirikan di atas darah tubuh Kristus yang kekal, maka
gereja bersifat kekal dan kokoh.
Ujian Gereja Kristus
Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: "Di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mat.
16:18). Hal ini menyatakan: Ketika mendirikan jemaat (gereja), ada
kekuatan yang menolak dan merusakkannya, tetapi tidak akan dapat
menguasainya.
Sejarah gereja juga memberitahukan kepada kita, ketika Kristus
memberitakan Injil Kerajaan Surga di bumi ini, untuk menyelamatkan
semua bangsa, pemimpin-pemimpin Yahudi menolak-Nya, menyerang-
Nya bahkan bersiasat untuk membunuh-Nya (bandingkan Yoh. 5:16; 7:1,
30; 8:59, 34; 11:53, 57; 19:6-7, 15; dan sebagainya). Gereja pada zaman
para Rasul juga menderita penganiayaan dari golongan Yudaisme. Orang-
orang Yahudi berupaya keras untuk memusnahkan orang Kristen
(bandingkan Kis. 4:1-3, 5-7, 17-18; 5:17-40; 6:9-14; 7:54-59; 8:1-3; 9:1-2;
16 |TEOLOGI REFORMED
13:50; 14:1-6, 19; 17:1-9; 18:12-17; 21:27-36; 23:12-15 dan sebagainya).
Sesudah itu, pada masa Kekaisaran Romawi berkuasa pada tahun 60-12
TM, sepuluh kali gereja menderita penganiayaan besar. Pada abad-7,
sebuah agama baru muncul di Timur Tengah dan menghancurkan gereja-
gereja di Arab, Mesir, Afrika Utara dan Spanyol, serta membunuh ratusan
ribu orang Kristen. Pada abad-14 dan 15, agama Timur Tengah di Turki
memusnahkan hampir seluruh umat Kristen di negara itu. Pada abad-20,
ketika Partai Komunis berkuasa di Rusia, juga hampir memusnahkan
Gereja Ortodoks Yunani, Roma Katolik di Eropa Timur Rusia dan Agama
Kristen di Cina. Namun selama 2.000 tahun, gereja yang berakar dalam
Kristus yang telah bangkit dan hidup selama-lamanya itu, tetap
bereksistensi, bahkan seturut kehendak Allah masuk ke dalam semua
lapisan masyarakat, bersaksi kepada penganiaya-penganiaya itu. Seperti
yang dikatakan dalam surat Wahyu "Kuasa kegelapan berupaya dengan
berbagai cara ingin menyerang dan menelan gereja, bagaikan naga
merah yang besar itu menelan anak yang dilahirkan perempuan itu,
tetapi Allah sendiri menyediakan tempat bagi perempuan dan anaknya di
padang belantara, memeliharanya, sehingga tidak ditelan oleh naga
merah besar itu" (Why. 12:1-6, 13-17).
Perkembangan Gereja Kristus
Gereja yang ditebus dan didirikan oleh darah Kristus adalah gereja yang
hidup dan bersifat rohani. Karena hidup, maka akan terus berkembang
biak; karena bersifat rohani, maka tidak dibatasi oleh dunia materi.
Kristus pernah memakai perumpamaan benih untuk melukiskan firman
yang hidup dan rohani. Ia berkata, "Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yoh. 12:24). Seorang Kristen
yang memiliki hidup dibunuh, berarti sebuah benih yang hidup jatuh ke
tanah dan mati. Tidak lama kemudian akan menghasilkan banyak buah.
Oleh sebab itu, darah kaum martir adalah benih-benih Injil yang jatuh dan
mati. Di mana ada seorang martir Kristen, benih Injil tersebut akan
17 |TEOLOGI REFORMED
melampaui ruang dan waktu, di situ ia akan menghasilkan banyak buah
yaitu orang-orang Kristen yang memiliki hidup Kristus, orang-orang
Kristen dari berbagai bangsa dan negara. Contoh: Martir Stefanus (Kis. 7),
benih yang mati dan menghasilkan buah yaitu Paulus yang menjadi rasul
untuk bangsa bukan Yahudi (Kis. 9).
Selama 2.000 tahun ini sejarah gereja memberitahukan kepada kita:
Eksistensi dan misi gereja yang ditebus dan diselamatkan oleh darah
Kristus, di tempat, bangsa, budaya dan zaman yang berbeda, selalu
ditentang, didesak, difitnah, dilarang, bahkan diancam untuk dibunuh,
namun karena Kepala gereja adalah Kristus yang telah bangkit, yang telah
menang atas kematian dan maut, yang hidup untuk selama-lamanya
selalu menyertai gereja-Nya, menderita bersama-sama dengan gereja-
Nya. Dengan cara yang ajaib, Ia memelihara semua orang Kristen yang
mengasihi-Nya, yang taat memberitakan Injil-Nya di seluruh bumi,
sehingga Injil dapat diberitakan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Gereja berkembang dan menyebar dari satu bangsa ke bangsa yang lain,
keselamatan oleh darah Kristus diteruskan dari satu generasi ke generasi
yang berikut, Alkitab diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain.
Penyebaran gereja bagaikan sebuah perahu yang berlayar, mengarungi
lautan, menerpa badai dan ombak, dengan gagah maju terus, untuk
menggenapkan amanat pemberitaan Injil yang telah ditetapkan Allah
dalam kekekalan, agar semua bangsa menjadi murid Kristus.
Kesaksian Gereja Kristus
Alkitab Perjanjian Baru secara konkret menjelaskan isi iman Kristen,
amanat orang Kristen dalam kehidupan dan karir sehari-hari, baik atau
tidak baik waktunya, harus memberitakan keselamatan dalam Kristus.
2.000 tahun silam, kepercayaan Kristen tak putus-putusnya mengalami
penolakan dan penyerangan dari kekuatan pikiran filsafat manusia dan
arus kejahatan yang ada dalam budaya sekular, agar moral orang Kristen
yang bersih dan murni itu dinodai, serta menurunkan standar yang
18 |TEOLOGI REFORMED
ditetapkan Alkitab. Namun, Kristus yang bangkit, oleh darah-Nya yang
tetap berkhasiat, dan kuasa Roh Kudus, senantiasa menyucikan,
memelihara kekudusan gereja dan orang Kristen (bandingkan 1Yoh. 1:5-
2:2; Why. 7:14; dan sebagainya). Membangun yang gagal, menopang
yang lemah, memanggil yang bertekad meneladani Kristus, menyangkal
diri, memikul salib-Nya (bandingkan Luk. 22:31-34, 60-62; Yoh. 10:28-29;
1Tes. 5:23-24; Yud. 24-25 dan sebagainya). Roh Kudus seturut kehendak-
Nya mengaruniakan berbagai karunia rohani kepada setiap orang Kristen
di posisi masing-masing: berkata-kata dengan hikmat, pengetahuan,
iman, kasih, mengajar, menasihati, memimpin, membedakan bermacam-
macam roh, memberitakan Injil, menggembala-kan jemaat, menafsirkan
kebenaran Alkitab dan sebagainya, agar saling melengkapi, membangun
kerohanian orang Kristen, di tiap zaman, tiap tempat, tiap bangsa, tiap
lapisan masyarakat (bandingkan Rm. 12:6-8; Ef. 4:11; 1Kor. 12:8-10, 28-
29; lPtr. 4:10-11 dan sebagainya).
Selama 2.000 tahun, dalam kondisi seperti inilah gereja Kristus
bereksistensi, bertumbuh dan menyebar sampai ke semua bangsa.
Sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya, gereja dan orang Kristen
akan tetap menghadapi tantangan dan penganiayaan, serangan dan
kebejatan moral, ketidaktenteraman di dalam dan agresi dari luar,
sekalipun secara bentuk dan kualitas berbeda, tetapi satu motivasi yaitu
untuk menentang dan memusnahkan gereja. Namun, bagaimanapun
dahsyatnya penolakan dan pukulan itu, gereja tetap bereksistensi dan
berkembang. Seturut kehendak Kristus, gereja terus maju dan berani
bersaksi kepada orang-orang yang tidak percaya, di zaman yang jahat dan
kacau balau ini.
Jikalau gembala sidang, hamba Tuhan dan orang Kristen tidak mengerti
bahwa penderitaan dan penganiayaan yang dialami itu adalah
kesempatan bersaksi yang Tuhan berikan, dan di bawah pengontrolan
Kristus, maka ketika orang-orang yang mengasihi Tuhan ini menghadapi
ketidaktenteraman di dalam dan agresi dari luar, akan menjadi kecewa
19 |TEOLOGI REFORMED
dan putus asa, merasa sendiri dan tak berdaya untuk menunaikan
amanat beritakan Injil ke seluruh bumi. Bahkan ada sebagian gembala
sidang dan hamba Tuhan yang pasif, ketika menghadapi kegarangan
tantangan dan serangan iblis, akan menyerah, berkhianat menyangkal
Tuhan, menjual saudara seiman, juga menjual diri sendiri.
Perjalanan sejarah gereja selama 2.000 tahun ini membuktikan bahwa
Kristus senantiasa beserta dengan gereja-Nya dalam penderitaan,
menderita dan menang bersama-sama. Gereja telah melewati milenium
ke-2, 20 abad, yakinlah bahwa sebelum Kristus datang lagi, gereja-Nya
tetap akan sanggup dan tenang melewati milenium ke-3, abad-21,
bahkan memiliki kekuatan bersaksi pada setiap zaman, kepada setiap
umat manusia yang kosong hatinya, yang hidup tanpa berpengharapan
dan tanpa tujuan yang pasti.
Gembala sidang gereja-gereja di Indonesia yang mengerti dengan baik
strategi Kristus yang diwahyukan dalam Alkitab, baiklah bersandar pada
bimbingan dan pertolongan Roh Kudus untuk memanfaatkannya. Barulah
dapat bersama-sama dengan gembala-gembala sidang yang ada pada
setiap zaman menggenapkan amanat misi di seluruh bumi, serta
mengalami kemenangan dalam Kristus.
[ Catatan: Artikel ini diterjemahkan (dari bahasa Chinese ke bahasa
Indonesia) oleh Ev. Amy Kho, Sm. Th. ]
Sumber:
Judul Buku : Hamba Tuhan dan Jemaat Kristus yang Melintasi Zaman
Pengarang : Dr. Peter Wongso
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT)
Tahun : 1997/2002
20 |TEOLOGI REFORMED
Halaman : 7 - 23
http://reformed.sabda.org/jemaat_jemaat_kristus_di_asia_melintasi_abad_ke_
21_bagian_2
Permulaaan Pembaharuan Gereja (Reformasi) Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Selamat Hari Reformasi Gereja yang tahun ini kita peringati tanggal 31 Oktober
2004. Kiranya semangat untuk terus memperbaharui gereja tetap menyala-
nyala sebagaimana para Reformator dulu. Jangan hanya memperbaharui
tampilan gereja saja (seperti tempatnya dan gedungnya), tapi yang terutama
doktrin dan pengajarannya (teologianya).
Sola Scriptura, Sola fide, Sola gracia.
Soli Deo gloria!
In Christ,
Yulia Oen
Edisi:
055/X/2004
Isi:
Yang menyebabkan timbulnya pembaruan gereja ialah perbedaan antara teologi
serta praktik gereja dengan ajaran Alkitab seperti yang ditemukan oleh Luther.
Peristiwa yang membuat Reformasi itu mulai adalah penjualan surat-surat
penghapusan siksa di Jerman oleh Tetzel. Menentang ucapan-ucapan Tetzel,
Luther menyusun ke-95 dalilnya.
21 |TEOLOGI REFORMED
Apa yang telah ditemukan oleh seorang guru teologi jauh di daerah, merupakan
bahan peledak yang nanti akan meruntuhkan susunan gereja. Tetapi pemimpin-
pemimpin gereja di pusat tidak menyadari bahaya yang mengancam. Paus Leo X
dan tokoh-tokoh gereja lainnya sibuk merencanakan pembangunan gereja
raksasa, yaitu gereja Santo Petrus di Roma, yang harus melambangkan
keagungan Gereja Barat. Untuk mengumpulkan dana bagi proyek itu, mereka
memaklumkan penghapusan siksa bagi orang-orang yang akan memberi
sumbangan. Di Jerman, surat-surat penghapusan siksa itu diperdagangkan oleh
Tetzel. Dan perdagangan itulah yang menjadi pendorong dimulainya Reformasi.
Meskipun Tetzel seorang anggota Ordo Dominikan, namun ia tidak begitu
mengindahkan rumusan-rumusan teologi yang halus. Ajaran resmi mengenai
penghapusan siksa itu menentukan bahwa penghapusaan itu hanya berlaku,
kalau orang sungguh-sungguh menyesali dosanya dan kalau dosa itu telah
diampuni melalui sakramen pengakuan dosa. Namun, Tetzel berusaha
meningkatkan penjualan barangnya dengan mengatakan bahwa surat-surat
yang ditawarkannya itu menghapuskan dosa juga dan memperdamaikan orang
dengan Allah. Demikianlah orang mendapat kesan bahwa pengampunan dosa
dan pendamaian dengan Allah bisa diperoleh dengan uang, di luar penyesalan
hati dan di luar sakramen-sakramen juga.
Luther, sebagai seorang imam juga harus menerima pengakuan dosa dari pihak
anggota-anggota jemaat. Karena pengalamannya sendiri, maka ia sangat
bersungguh-sungguh dalam hal ini. Kini ia didatangi oleh orang-orang yang
menganggap sepi ajakan yang diberikannya sesudah pengakuan, agar mereka
betul-betul menyesal dan menunjukkan penyesalan mereka dengan
perbuatannya. Mereka memperlihatkan kepadanya surat penghapusan siksa
sambil berkata: dosa kami sudah diampuni. Luther kaget. Akhirnya ia mengambil
keputusan untuk menjadikan hal ini sebagai pokok pembicaraan antara sarjana-
sarjana teologi. Begitulah ia menyusun 95 dalil mengenai penghapusan siksa,
dalam bahasa Latin, bahasa kaum cendekiawan. Pada tanggal 31 Oktober 1517,
ia memperkenalkan dalil-dalil itu dengan menempelkannya di pintu gereja di
Wittenberg (bacaan 1).
Dalil-dalil Luther menyangkut perkara yang sudah menghebohkan masyarakat
Jerman, meskipun biasanya dengan alasan lain (harta Jerman yang mengalir ke
22 |TEOLOGI REFORMED
luar negeri). Dari sebab itu, tulisan tersebut dibaca dengan asyik oleh orang
banyak. Sebaliknya, pemimpin-pemimpin gereja di Roma menuding Luther
sebagai seorang penyesat.
Dalam dalil-dalilnya itu, Luther menentang perkataan-perkataan Tetzel. Bahkan,
ia menegaskan pula bahwa penyesalan sejati bukanlah sesuatu hal yang dapat
diselesaikan orang dengan memenuhi syarat- syarat yang ditentukan oleh iman
setelah pengakuan dosa, misalnya dengan mengucapkan Doa Bapa Kami sekian
kali. Penyesalan itu berlangsung selama hidup! Itulah makna dalil yang pertama,
yang berbunyi: "Apabila Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus berkata: Bertobatlah,
dan seterusnya, yang dimaksudkanNya ialah bahwa seluruh kehidupan orang
percaya haruslah merupakan pertobatan (= penyesalan)." Siapa yang betul-betul
mengasihi Allah, tidak akan berusaha secara egoistis menebus hukuman atas
dosanya, apalagi dengan uang; yang penting baginya ialah agar Allah
mengampuni kesalahannya. Luther belum menyangkal adanya api penyucian,
sama seperti ia belum menyangkal kekuasaan sri paus dan banyak hal lain yang
di kemudian hari ditolaknya. Maksudnya, hanyalah untuk melawan pendapat
seakan-akan surat-surat penghapusan siksa itu dapat memberi keselamatan,
seperti yang didengung-dengungkan oleh para penjajanya untuk menipu rakyat
biasa. Namun, sebenarnya Luther telah merombak seluruh ajaran Gereja Abad
Pertengahan, bila ia mengatakan, "Bukan sakramen, melainkan imanlah yang
menyelamatkan."
Dalil-dalil diterjemahkan oleh mahasiswa-mahasiswanya ke dalam bahasa
Jerman, dan dalam waktu empat minggu saja sudah tersiar ke seluruh Jerman.
Umat Kristen, yang sudah lama tidak senang lagi mengenai keadaan gereja, kini
mendengar suara yang menyatakan keberatannya dan yang sekaligus
menunjukkan jalan lain. Sebaliknya, pemimpin-pemimpin gereja tidak begitu
senang. Dalam waktu yang singkat saja hasil penjualan surat-surat penghapusan
siksa telah menjadi sangat berkurang. Luther dituduh di hadapan paus sebagai
seorang penyesat, dan Leo X menuntut supaya ia menarik kembali ajaran yang
salah itu. Luther menjelaskan maksud dalil-dalilnya kepada paus dalam sepucuk
surat yang penuh penghormatan. Tetapi paus memberi perintah kepadanya
untuk menghadap hakim-hakimnya di Roma dalam waktu 60 hari. Itu berarti
bahwa Luther akan dibunuh.
23 |TEOLOGI REFORMED
Akan tetapi, keadaan politik di Jerman menolong Luther. Sebenarnya negeri
Jerman adalah kekaisaran, namun kekuasaan kaisar sangat terbatas. Jerman
terbagi atas ratusan daerah yang praktis yang merupakan negara-negara
merdeka. Salah satu yang terbesar di antara daerah-daerah itu ialah Kerajaan
Sachsen, di mana Luther tinggal. Kalau rajanya, Raja Friedrich yang Bijaksana,
berbuat sesuatu yang menentang gereja, kaisar atau paus tidak bisa berbuat
apa-apa. Friedrich tidak mau menyerahkan Luther, namun paus tidak berani
melawan Friedrich, sebab memerlukan dukungan Friedrich dalam pemilihan
seorang kaisar baru (Charles V, 1519-1555).
Lalu Luther diperiksa di Jerman sendiri, tetapi di luar wilayah Saksen, oleh
Kardinal Cajetanus (1518). Sudah barang tentu ia mengira bahwa ia akan
ditangkap dan dibunuh. Di tengah jalan, orang- orang meneriakkan kepadanya,
"Balik, balik!" Tetapi Luther menjawab, "Di sana pun berkuasa Kristus. Semoga
Kristus hidup, Martinus binasa, bersama dengan setiap orang berdosa!" Ia
menghadap sang kardinal dengan berlutut dan ia mencoba membujuk Luther
baik-baik, tetapi dengan segera toh terjadi perdebatan. Pegawai-pegawai istana
paus menertawakan Luther yang begitu bodoh membenarkan dirinya
berdasarkan Kitab Suci. Akibatnya, sang kardinal menjadi marah, dan Luther
terpaksa diselundupkan ke luar kota, supaya ia lolos dari bahaya maut. Baru dua
tahun kemudian Luther dihukum secara resmi.
Sementara itu, gerakan Reformasi semakin meluas. Luther sendiri makin sadar
bahwa pengertiannya yang baru itu akan berpengaruh terhadap seluruh ajaran
dan tata gereja: makin banyak unsur dari teologi dan praktik Gereja Roma yang
ia tolak.
Banyak kota dan daerah di Jerman yang memihak kepada Luther dan namanya
mulai terkenal di luar negeri juga. Kalangan humanis bergelora semangatnya
karena pembaruan-pembaruan yang dianjurkannya. Salah seorang humanis
yang selama hidupnya bersahabat dengan Luther ialah rekannya di Universitas
Wittenberg, Melanchthon (1497-1560), yang pada tahun 1518 menjadi guru
besar bahasa Yunani di sana. Pengajaran sekolah umum di negeri Jerman
disusunnya secara baru, menurut asas-asas Reformasi. Dialah yang menulis
buku dogmatika protestan yang pertama, yang berjudul: Loci Communes
24 |TEOLOGI REFORMED
("Pokok-pokok Teologi", 1521). Ia juga merupakan pembantu Luther dalam hal
penerjemahan Alkitab.
Pandangan-pandangan baru Luther tidak berkembang dengan cepat, sebab ia
berwatak konservatif, dan tidak suka melepaskan apa yang pernah dianutnya.
Namun justru dialah yang terpanggil untuk memelopori pembaruan gereja! Baru
pada tahun 1519, ia menginsafi bahwa paus bisa keliru juga, bahwa konseli-
konseli gereja pun bisa sesat. Dengan demikian, seluruh tradisi gereja, yaitu
anggapan-anggapan dan kebiasaan-kebiasaan yang telah muncul dan dipelihara
berabad-abad lamanya, kehilangan kekuasaannya di samping Alkitab. Tradisi itu
hanya masih berlaku di bawah kekuasaan Alkitab: apa yang berlawanan dengan
ajaran Alkitab harus dihapuskan.
Pada tahun 1520 Luther menerbitkan tiga tulisan yang di dalamnya, ia
menguraikan pandangannya yang baru. Yang paling terkenal ialah "Kebebasan
Seorang Kristen", yang merupakan buku etika protestan yang pertama.
Dalam ketiga karangan itu, Luther merobohkan seluruh sistem Abad
Petengahan. Yang pertama ialah" Kepada para pemimpin Kristen Jerman,
mengenai perbaikan masyarakat Kristen. Di sini Luther menyatakan bahwa paus
dan kaum rohaniwan tidak boleh berkuasa atas "kaum awam". Setiap orang
Kristen adalah seorang imam dan ikut bertanggung jawab dalam gereja. Dunia
juga tidak "bertingkat dua". Berkhotbah atau bercocok tanam sama tingkatnya,
sebab sama-sama bertujuan melayani Allah. Jadi, tidak dengan sepatutnya kaum
"rohaniwan", khususnya paus, menuntut kekuasaan atas negara dan
masyarakat. Bangsa Jerman, dengan diwakili oleh pemimpin-pemimpinnya,
boleh dan harus memperbaiki sendiri keadaan gerejanya.
Karangan yang kedua berjudul: Pembuangan Babel untuk Gereja. Buku itu berisi
uraian tentang sakramen-sakramen. Hanya baptisan dan Perjamuan Kudus yang
bisa ditemukan dasarnya dalam Alkitab. Tentang pengakuan dosa, Luther masih
ragu-ragu; keempat sakramen lainnya ditolaknya. Arti sakramen dan hubungan
antara sakramen dengan Firman Tuhan dirumuskannya secara baru juga:
sakramen bukanlah saluran anugerah ke dalam diri kita. Sakramen, menurut
Luther adalah tanda dari apa yang dinyatakan oleh Firman itu, Firman dalam
rupa tanda, dan jawaban kita atas penerimaan sakramen itu hanyalah iman.
25 |TEOLOGI REFORMED
Pada karangan pertama, Luther berbicara kepada para penguasa. Pada karangan
kedua, ia berdiskusi dengan teolog-teolog. Pada karangan ketiga, Kebebasan
Seorang Kristen, ia menulis bagi rakyat Kristen. Buku itu menguraikan soal
perbuatan-perbuatan baik. Luther mulai dengan merumuskan dua dalil yang
tampaknya saling bertentangan:
"Seorang Kristen bebas dari segala ikatan dan bukanlah hamba kepada siapa
pun";
"Seorang Kristen terikat pada segala sesuatu dan hamba dari semua orang".
Demikian yang dimaksud Luther: Seorang Kristen bebas dari hukum atau taurat
mana pun, dan tidak terikat pada peraturan yang dikeluarkan oleh siapa pun,
biar sri paus sekalipun, sebab ia telah memiliki kebenaran Kristus dan tidak
membutuhkan lagi perbuatan-perbuatan amal. Tetapi di dalam diri orang
Kristen itu masih ada kemauan yang buruk, tubuhnya yang penuh hawa nafsu
(Luther pernah menjadi rahib!) dan tubuh itu harus dikekang dengan banyak
"perbuatan-perbuatan": dengan askese juga. Namun, perbuatan-perbuatan itu
tidak mengandung amal - bukankah kita telah mendapat seluruh amal yang kita
butuhkan di dalam Kristus? (bacaan 2).
Gereja Roma dan Negara Jerman mengutuk dan mengucilkan Luther. Akan
tetapi, Raja Friedrich yang Bijaksana tetap melindungi dia.
Pada tahun 1520, keluarlah bulla (surat resmi) dari paus, yang telah lama
ditunggu-tunggu. Jikalau Luther tak mau menarik kembali ajarannya yang sesat
itu, ia akan dijatuhi hukuman gereja. Luther membalas bulla itu dengan
karangan yang berjudul: "Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Krist". Lalu
bulla itu dibakarnya di muka pintu gerbang kota Wittenberg di hadapan para
guru besar dan mahasiswa. Kemudian, keluarlah bulla-kutuk paus.
Menurut anggapan abad pertengahan, negara tidak bisa tidak menghukum
seorang penyesat yang telah dikutuk oleh gereja. Tetapi karena banyak kepala
daerah (bnd. pasal 2) menyetujui ajarannya, maka Luther dipanggil ke "sidang
kekaisaran" yang pada bulan April 1521 diadakan di kota Worms untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan- perbuatan dan karangan-karangannya.
Sahabat-sahabat Luther takut kalau-kalau ia akan ditangkap dan oleh sebab itu
26 |TEOLOGI REFORMED
memohon kepadanya supaya jangan pergi juga. Tetapi Luther berkata, "Biarpun
di Worms ada setan sebanyak genteng di atas rumah, aku pergi juga! "
Pembelaannya di hadapan kaisar dan raja-raja pada tanggal 18 April 1521
menjadi termasyhur. Wakil paus menuntut kepadanya supaya ia memungkiri
segala pandangannya yang sesat itu, tetapi Luther menunjuk pada Alkitab,
"Bahwa saya bisa sesat sebagai manusia, tentang itu saya yakin. Akan tetapi,
hendaknya saya diperbolehkan menuntut supaya dari Firman Allah dibuktikan
kepada saya bahwa saya sesat." Namun, bukti itu tidak akan diberikan, karena
ajarannya sudah lebih dahulu ditolak oleh gereja. Lalu kata Luther, "Saya tidak
percaya kepada paus atau kepada konseli-konseli saja, karena sudahlah jelas
seperti siang bahwa mereka berkali-kali sesat dan seringkali bertentangan
dengan dirinya sendiri. Suara hati saya sudah terikat oleh perkataan Kitab Suci
dan saya tertangkap dalam Firman Allah: menarik kembali, saya tidak dapat dan
saya tidak mau sama sekali. Semoga Allah menolong saya. Amin!"
Beberapa minggu kemudian, dalam Edik Worms, Luther bersama pengikut-
pengikutnya dikucilkan dari masyarakat dengan "kutuk kekaisaran". Segala
karangan Luther juga harus dibakar. Ia sendiri boleh ditangkap atau dibunuh
oleh siapa saja yang menemukan dia. Karena kaisar telah memberi jaminan
keamanan, maka Luther boleh pulang dulu ke kotanya. Ketika keretanya
melintasi suatu hutan, sekonyong-konyong ia disergap oleh sepasukan orang
berkuda yang bersenjata. Orang menyangka Luther telah dibunuh seteru-
seterunya, tetapi sebenarnya ia dilarikan atas perintah Friedrich yang Bijaksana,
yang hendak meluputkan sahabatnya itu dari bahaya maut. Luther dibawa ke
puri Wartburg, supaya ia aman dan tersembunyi untuk sementara waktu.
Sepuluh bulan lamanya, Luther tinggal di Wartburg dengan berpakaian ksatria
dan memakai nama samaran, yaitu "Pangeran Georg". Di tempat yang sunyi itu,
hatinya digoda oleh banyak kebimbangan. Benarkah ia mengikuti jalan Tuhan
dengan gerakannya itu? Kata orang, pernah Luther melemparkan sebotol tinta
kepada Iblis yang tampak olehnya dalam biliknya dan yang mengganggu dia.
Yang pasti ialah bahwa ia melawan Iblis dengan tinta yang keluar dari penanya:
Luther bekerja keras di Wartburg, dan dalam beberapa bulan saja Perjanjian
Baru sudah siap diterjemahkannya ke dalam bahasa Jerman, dengan memakai
juga naskah Yunani terbitan Erasmus. Di samping itu, ia mengarang sebuah kitab
27 |TEOLOGI REFORMED
rencana khotbah untuk pendeta-pendeta Protestan yang sangat membutuhkan
pimpinan dalam hal berkhotbah.
Sesudah satu tahun, Luther kembali lagi ke Wittenberg dan meneruskan
pekerjaan Reformasi. Sekarang ia mulai memperbarui tata kebaktian.
Luther berwatak konservatif (pasal 3), sehingga ia mau mempertahankan
sebanyak mungkin tata kebaktian yang lama. Asasnya ialah bahwa yang perlu
diubah hanyalah apa yang nyata bertentangan dengan Alkitab. Jadi, kebaktian
Protestan, khususnya yang memakai aturan Lutheran, tetap berjalan seperti
Misa Katholik: sesudah salam-berkat, jemaat mengaku dosanya dan
pengampunan diberitakan, lalu Alkitab dibacakan, khotbah diadakan, kemudian
ada perayaan sakramen.
Akan tetapi, dalam beberapa hal harus ada perubahan. Pertama: bahasa. Misa
biasanya dilayankan dengan memakai bahasa Latin. Sulit bagi rakyat untuk
memahami bahasa itu. Padahal, kebaktian itu justru dimaksudkan untuk
menyampaikan Firman kepada mereka! Jadi, bahasa Latin diganti dengan
bahasa Jerman (dan di negeri-negeri lainnya yang menerima Reformasi, dengan
bahasanya sendiri). Kedua: pengertian mengenai makna ibadah berubah secara
asasi. Dalam teologi Katholik, Misa adalah pengulangan korban Kristus secara
tak berdarah. Melalui penerimaan sakramen itu, berlangsung penyaluran
anugerah yang menjadikan manusia sanggup berbuat sesuai dengan kehendak
Allah. Karena itu, yang menjadi pusat ibadah ialah perayaan sakramen Misa.
Kebaktian tanpa khotbah tetap merupakan ibadah yang lengkap, tetapi
kebaktian tanpa Ekaristi tidaklah lengkap. Malah, kebaktian dimana satu dua
orang imam sendiri merayakan Ekaristi dengan tidak dihadiri jemaat,
merupakan ibadah juga. Kedua wawasan tentang makna sakramen Misa itu tadi
ditolak oleh Luther. Baginya, makna ibadah bukan pengorbanan Kristus dalam
Misa, bukan juga penyaluran anugerah, melainkan pemberitaan rahmat Tuhan
kepada setiap orang yang mau mendengar. Pemberitaan itu terjadi dalam
pemberitaan Firman, dan dalam perayaan sakramen, yang menandai dan
memperlihatkan apa yang dinyatakan dalam pemberitaan Firman itu. Maka,
khotbah diberi tempat yang lebih wajar dalam kebaktian. Khotbah harus ada; itu
dilakukan beberapa kali seminggu; perayaan Perjamuan Kudus "hanya" ada
pada setiap Minggu pagi, sesudah khotbah. Sama halnya seperti sebuah buku
28 |TEOLOGI REFORMED
yang teksnya bisa dipahami walau tidak ada gambar; tetapi gambar itu
ditambahkan supaya teksnya lebih jelas lagi. Luther berpegang pada kehadiran
nyata tubuh dan darah Kristus dalam Ekaristi (Perjamuan); hanya tubuh dan
darah itu tidak hadir sebagai ganti roti dan anggur (trans-substansiasi), tetapi
bersama dengannya (con-substansiasi, con/cum = bersama dengan).
Perubahan ketiga yang membuat Misa Katholik menjadi kebaktian Protestan
ialah kegiatan jemaat di dalamnya. Pada zaman Ambrosius, kebaktian diselingi
nyanyian jemaat (Kid. Jemaat 245 berasal dari Ambrosius). Tetapi dalam Abad
Pertengahan, jemaat semakin tidak aktif. Sekarang Luther sendiri dan ahli-ahli
musik serta penyair lain menyusun lagu-lagu dalam bahasa Jerman untuk
jemaat yang tidak biasa menyanyi itu, sehingga bisa dipakai sebagai nyanyian
dalam kebaktian gereja dan di rumah.
Bacaan-bacaan:
Beberapa di antara ke-95 dalil Luther
37. Setiap orang Kristen telah mengambil bagian dalam segala harta Kristus dan
gereja; hal itu dianugerahkan kepadanya oleh Allah, biarpun tidak ada surat
penghapusan siksa dari gereja.
43. Patutlah kepada orang-orang Kristen diajarkan: "Kalau seorang memberikan
sesuatu kepada orang miskin, atau meminjamkan uang kepada orang yang
membutuhkannya, ia berbuat lebih baik, ketimbang kalau ia membeli surat
penghapusan siksa."
44. Karena oleh perbuatan kasih, kasih bertambah dan manusia bertambah
baik; tetapi oleh penghapusan siksa ia tidak bertambah baik, hanya saja lebih
bebas dari hukuman.
65. Harta Injil ialah jala-jala, yang dengannya dahulu kala orang ditangkap dari
kekayaan (Matius 4:9; Lukas 18:18-27).
66. Harta penghapusan siksa ialah jala-jala, yang dengannya sekarang
ditangkaplah kekayaan orang.
Dari Kebebasan Seorang Kristen
29 |TEOLOGI REFORMED
Seorang Kristen bebas dari semuanya dan atas seluruhnya, sehingga dia tidak
membutuhkan sesuatu perbuatan untuk menjadikan dia benar dan
menyelamatkannya, karena hanya iman saja yang menganugerahkan semuanya
berlimpah-limpah.
Walaupun seseorang cukup dibenarkan oleh iman, namun ia masih hidup di
dunia yang fana ini. Dalam hidup ini, ia harus menguasai tubuhnya (= segala
nafsunya yang menentang kehendak Allah) dan bergaul dengan sesamanya. Dia
menemukan tantangan kehendak di dalam tubuhnya yang berdaya upaya
melayani dunia dan yang mencari segala kepuasan. Hal ini tak dapat dibiarkan
oleh roh iman. Karena melalui iman, jiwa kita disucikan dan digerakkan untuk
mengasihi Allah, maka jiwa itu menghendaki segala sesuatu. Teristimewa
tubuhnya sendiri, menjadi suci-murni, sehingga segala sesuatu akan turut serta
dengannya dalam mengasihi dan memuji Allah. Oleh karena itu, manusia tidak
lagi malas, karena kebutuhan tubuhnya mendorongnya dan memaksanya
mengerjakan banyak perbuatan yang baik supaya tubuh itu dapat ditaklukkan.
Dengan jalan ini, tiap-tiap orang sangat mudah mempelajari bagi dirinya sendiri,
pembatasan dan kebijaksanaan dari penyiksaan badannya, karena ia akan
berpuasa, berjaga-jaga dan bekerja sebanyak yang diperlukan untuk menahan
keinginan hawa-nafsu tubuhnya.
Akhirnya, kita akan membicarakan juga hal-hal perbuatan kepada sesama
manusia. Seseorang tidak hidup untuk dirinya sendiri saja dalam tubuh yang
fana ini, dan bekerja untuk dirinya saja, tetapi ia hidup untuk orang lain dan
bukan untuk dirinya sendiri. Untuk tujuan inilah, ia menaklukkan tubuhnya,
supaya dapat lebih ikhlas dan lebih bebas melayani orang lain. Dari iman
mengalirlah kasih dan kegembiraan dalam Tuhan, dan dari kasih pikiran yang
gembira, tulus dan bebas, yang melayani sesama manusia dengan rela hati dan
tidak memikirkan penghargaan atau olok-olok, pujian atau celaan, untung atau
rugi.
Luther mengenai "rohaniwan " dan "awam ". (Dari: Kepada para pemimpin
bangsa Jerman, pasal 1).
Menamakan para paus, uskup, imam, biarawan, dan biarawati "golongan
rohaniwan", sedangkan para pangeran, tuan, tukang, dan petani "golongan
30 |TEOLOGI REFORMED
duniawi", merupakan akal yang direka-reka oleh orang-orang lihai. Karena
semua orang Kristen, tanpa kecuali, benar-benar dan sungguh-sungguh
termasuk golongan rohaniwan, dan tidak ada perbedaan di antara mereka,
kecuali pekerjaan mereka yang berlainan. (...) Tidak ada di antaranya perbedaan
dalam hal kedudukan Kristen. Semuanya bersifat rohani kedudukannya, dan
semuanya sungguh-sungguh imam, uskup, dan paus. Mereka yang sekarang
dinamakan kaum rohaniwan , tidak lebih luas atau lebih besar pangkatnya
daripada orang Kristen lainnya, kecuali dalam hal bahwa mereka mempunyai
tugas menerangkan Firman Allah dan melayankan sakramen-sakramen. Tukang
sepatu, pandai besi, petani, masing-masing mempunyai kesibukan tangan dan
pekerjaannya; sementara itu, mereka semuanya dapat dipilih pula untuk
bertindak sebagai imam dan uskup.
Sumber:
Bahan di atas diedit dari sumber:
Judul Buku : Harta dalam Bejana - Sejarah Gereja Ringkas
Judul Artikel : Permulaan Pembaruan Gereja (Reformasi)
Penulis : Dr. Th. Van Den End
Penerbit : PT BPK Gunung Mulia Jakarta
Tahun : 2001
Halaman : 162 - 172
http://reformed.sabda.org/permulaaan_pembaharuan_gereja_reformasi
31 |TEOLOGI REFORMED
Perubahan-perubahan Radikal, Sebagai Akibat
Reformasi Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Beberapa waktu yang lalu, saya tertarik untuk membaca kembali buku
terbitan BPK tahun 1985 (cetakan ketiga) yang berjudul "Theologia Kaum
Awam", tulisan Dr. H. Kraemer (jelas buku tersebut pasti ditulis jauh
sebelum tahun 1985). Walaupun kelihatannya buku ini sudah "kuno",
ternyata isu-isu yang dibahas di dalamnya masih sangat segar dan relevan
dengan keadaan gereja masa kini, yaitu tentang kedudukan kaum awam
dalam gereja. Sebelum Reformasi, kaum awam jelas tidak memiliki
kedudukan yang penting dalam gereja. Semua urusan gereja merupakan
tugas "para klerus" (pendeta-pendeta yang ditahbiskan), sedangkan
kaum awam (jemaat) hanya menjadi objek saja. Setelah Reformasi,
terjadi perubahan yang radikal, karena prinsip-prinsip gereja yang salah
dan tidak alkitabiah didobrak, salah satu hasilnya adalah konsep
"keimaman orang percaya" atau istilah yang dipakai Dr. H. Kraemer,
"imamat am semua orang percaya", bahwa semua orang Kristen adalah
imam, tak ada perbedaan di antara mereka (termasuk dengan para
klerus), kecuali dalam hal jabatan.
Pikiran-pikiran yang dilahirkan para Reformator begitu tajam dan sangat
sarat dengan kebenaran Alkitab. Tuhan menunjukkan hikmat kepada
mereka untuk menjadi jalan bagi kita mengerti lebih dalam akan
panggilan Tuhan bagi jemaat-Nya. Tapi sayang sekali, menurut Dr.
Kraemer, usaha para Reformator untuk mengembalikan kedudukan kaum
awam pada tempat yang sewajarnya ternyata sebagian besar hanya
sampai pada pemikiran saja. Menurut beliau, kalau kita jujur, kita harus
mengakui bahwa pada kenyataanya pikiran-pikiran Reformasi tersebut
sulit untuk dijalankan/diaplikasikan, bahkan sampai hari ini. Mengapa?
32 |TEOLOGI REFORMED
Saya harap pertanyaan "Mengapa" ini dapat memicu keingintahuan dan
kekritisan Anda untuk berpikir lebih jauh tentang topik ini. Untuk itu,
silakan baca cuplikan artikel dari buku Dr. Kraemer di bawah ini.
In Christ,
Yulia
< yulia in-christ.net >
Penulis:
H. Kraemer
Edisi:
062/V/2005
Isi:
Pikiran-pikiran pokok dari Reformasi memberi kemungkinan untuk
perubahan-perubahan radikal dalam seluruh konsep dan tempat kaum
awam. Pada saat yang menentukan, karena kepatuhan kepada Firman
Allah, Luther menolak untuk patuh kepada gereja yang terjelma dalam
kekuasaan hirarkis Paus. Konsep Luther tentang gereja, terutama dalam
tulisan- tulisan militannya yang terdahulu, adalah suatu serangan frontal
terhadap konsep gereja hirarkis. Faham tentang pejabat gereja yang
hirarkis juga ditolak. Secara prinsip perbedaan antara "kaum klerus" dan
"kaum awam" tidak ada lagi.
Dalam manifestonya kepada kaum bangsawan Kristen ia mengumumkan,
"Semua orang Kristen adalah benar-benar imam, tak ada perbedaan di
antara mereka kecuali dalam hal jabatan .... Setiap orang yang sudah
dibaptis dapat berkata bahwa ia sudah ditahbiskan menjadi imam, uskup
atau paus." Hanya demi ketertiban, orang-orang tertentu dipisahkan oleh
jemaat, mereka adalah "pelayan-pelayan", bukan imam-imam dalam arti
budaya, orang-orang perantara antara Allah dan jemaat atau antara Allah
33 |TEOLOGI REFORMED
dan manusia, tapi "pelayan-pelayan Firman" (verbi divini ministri). Pada
prinsipnya, pelayanan yang diartikan secara baru ini (mengajar dan
berkhotbah, membaptiskan, melayani Perjamuan Kudus, mengikat dan
melepaskan dosa, berdoa syafaat, mempertimbangkan ajaran dan
membeda-bedakan roh) adalah hak setiap orang Kristen yang telah
dibaptis. Ini berarti imamat orang-orang yang percaya atau, seperti biasa
disebut, "imamat am" adalah semua orang yang percaya. Sejak itu prinsip
ini selalu disertai oleh hukum "sola gratia", "sola scriptura". Kedua prinsip
ini sudah menjadi prinsip besar resmi dari Reformasi dan khususnya
Protestantisme.
Dalam faham-faham yang militan ini terdapat benih-benih individualisme
dan equalitarianisme yang tidak sepenuhnya sesuai dengan pandangan
Alkitab, yaitu "imamat yang berkerajaan", yang adalah milik semua orang
percaya secara keseluruhan. [1] Militansi dan pernyataan yang
nampaknya berlebih-lebihan ini dapat dimengerti melihat kenyataan
bahwa pada waktu itu Luther harus berjuang melawan sistem hirarki
yang luar biasa, faham hirarki yang sudah tertanam sangat dalam di
pikiran orang sejak berabad-abad. Faham seperti itulah yang hendak
digugatnya di hadapan forum faham Alkitab mengenai gereja beserta
anggota- anggotanya. Implikasi dari serangan-serangannya itu ialah
penghapusan semua klerikalisme dan pemulihan tempat yang sewajarnya
bagi kaum awam.
Tapi, secara jujur harus disebut di sini bahwa konsep baru tentang gereja
dan pemulihan tempat kaum awam tidak pernah menjadi pokok-pokok
yang dominan. Prinsip yang banyak digembar-gemborkan tentang
"imamat am semua orang percaya" mempunyai akibat-akibat tertentu
yang sangat menarik dalam Dunia Baru, tapi pada umumnya di Dunia
Lama hal ini tak pernah punya efek apa-apa. Sampai sekarang prinsip itu
hanya punya peranan sebagai bendera, bukan prinsip yang memberi
hidup dan kekuatan. Sudah tentu, sejak Reformasi dan lahirnya banyak
macam gereja sebagai akibatnya, pandangan eklesiastik hirarkis tentang
34 |TEOLOGI REFORMED
gereja tidak pernah lagi mendapat tempat yang tidak dapat diganggu-
gugat seperti sebelumnya. Panggilan untuk membenarkan setiap doktrin
gereja dan tugas anggota-anggotanya berdasarkan Alkitab, tak pernah
lagi diabaikan seperti sebelumnya. Dasar etika Calvinisme tentang orang-
orang awam yang harus membuktikan bahwa mereka adalah orang-
orang yang sudah dipilih Allah dengan bekerja sepenuh hati, adalah
akibat dari prinsip "imamat am semua orang percaya". Juga tak dapat
disangkal bahwa prinsip ini, terutama pada abad 19 di bawah pengaruh
faham liberalistis-individualistis, sudah lebih merupakan kata-kata muluk
teologis untuk faham modern pada waktu itu, dari pada sumber kekuatan
rohani yang mengubah gereja.
Mengapa definisi baru dari Luther dan Calvin tentang gereja, pelayanan
dan tentang tempat sentral dan utama dari jemaat secara keseluruhan,
akhirnya hanya menjadi prinsip dan bukan menjadi kenyataan? Mengapa
kaum pendeta yang jadi dominan dan bukan jemaat (Gemeinde) secara
keseluruhan?
Pertama-tama, kita akan menyebut sebab-sebabnya, lepas dari keadaan-
keadaan sejarah yang banyak mempengaruhinya. Ketika para Reformator
kembali kepada Alkitab dan mendapati bahwa Yesus Kristus adalah satu-
satunya Kepala Gereja yang benar, yang memerintah gereja melalui Roh-
Nya yang kudus, anugerah dan pengampunan-Nya, dan menghapuskan
semua tingkatan-tingkatan kekuasaan dan hak, mereka bertekad untuk
meninggalkan sistem tingkatan-tingkatan hirarkis dan penyamaan gereja
dengan kaum klerus yang dianggap sebagai imam pengantara sakramen.
Gereja terdiri atas orang-orang percaya dan orang-orang berdosa yang
sudah diampuni. Tapi ketika mengorganisir atau mereorganisir gereja,
mereka berusaha menghindari dan menghapuskan pelanggaran-
pelanggaran mencolok dan kebobrokan sistem yang dominan. Pandangan
para Reformator tentang gereja tidak sepenuhnya alkitabiah. Ini dapat
dimengerti, sebab kecamuk dan hangatnya perjuangan dan pandangan
mereka sangat dipengaruhi oleh protes dan polemik. Lagi pula, ucapan-
35 |TEOLOGI REFORMED
ucapan Luther bahwa setiap orang Kristen yang dibaptis mempunyai
kuasa seperti yang dipunyai oleh paus, uskup-uskup dan imam-imam,
mengandung bahaya- bahaya tersembunyi.
Bahaya PERTAMA ialah: bahwa dalam suatu gereja yang sudah berabad-
abad "orang Kristen yang dibaptis" sama sekali tidak sama dengan
seorang Kristen yang benar-benar percaya. Sebab, walaupun benar
pendapat bahwa otoritas untuk mengatur dan mengadakan konsep
tentang gereja terletak dalam pola-pola alkitabiah tentang gereja, itu
bukan berarti bahwa pola-pola alkitabiah itu yang harus ditiru. Situasi
sejarah yang lain memerlukan ekspresi kreatif yang lain walaupun
peraturan dan konsep pokoknya sama.
Yang KEDUA: anggota-anggota gereja yang sudah berabad-abad itu
menghalangi anggota-anggotanya menjadi dewasa secara rohani, karena
ajaran tentang "iman implisit" dari kaum awam, tidak dapat dengan tiba-
tiba menjadi orang-orang dewasa dalam kerohanian.
Yang KETIGA: gerakan Reformasi menekankan pentingnya khotbah di
samping penghapusan habis-habisan perbedaan antara "kaum klerus"
dan "kaum awam". Memberi tekanan penting terhadap khotbah yang
benar dan "murni" [2] (die reine Predigt) sebagai makanan rohani yang
memberi hidup. Untuk itu, diperlukan orang-orang yang cakap untuk
memegang jabatan itu. Pelayanan sakramen yang benar, yang juga
dinyatakan sebagai salah satu tanda hakiki dari gereja, terutama
Perjamuan Kudus di banyak gereja, tidak mendapat tempat yang sama
penting seperti "khotbah murni Firman Allah". Pelayanan sakramen
hanya diperuntukkan bagi pendeta-pendeta. Walaupun perkembangan
ini mempunyai alasan- alasan yang baik, hal ini menimbulkan kekaburan
arti dalam keseluruhan konsep "pelayanan". Di satu pihak, hal ini
cenderung kepada pembentukan kembali suatu golongan "kaum klerus",
padahal di pihak lain, setidak-tidaknya dalam prinsip, diusahakan
menghapuskan perbedaan antara "kaum klerus" dan "kaum awam".
36 |TEOLOGI REFORMED
Pentahbisan ke dalam "status rite vocatus", yang telah menjadi dinding
pemisah antara "kaum klerus" dan "kaum awam" di gereja sebelumnya,
sebenarnya sekarang juga masih menjadi semacam dinding pemisah.
Seperti yang telah dikatakan di atas, perbedaan ini diadakan demi tata
tertib. Motif itulah satu-satunya motif yang benar, kalau ditinjau dalam
terang prinsip "imamat am semua orang percaya". Sebagai jawaban
terhadap konsep imam sebagai perantara sakramen di masa yang lalu,
prinsip itu ingin meninggalkan faham tentang "para klerus" yang
mempunyai tempat yang lebih tinggi dan terasing dari kaum awam. Tapi
sebenarnya, berlawanan dengan teori tentang tidak adanya perbedaan
secara fundamentil, dalam praktiknya prinsip itu menempatkan kaum
awam lebih rendah dari kaum pendeta, membuat kaum awam jadi pasif,
memberi tekanan besar pada arti "jabatan" (Amt) dan pimpinannya.
Perkembangan ini makin diperkuat dengan kenyataan bahwa para
pendeta, yang tugas utamanya ialah untuk mengkhotbahkan Firman Allah
dengan benar, makin lama makin kelihatan sebagai "ahli-ahli teologia",
"orang-orang yang tahu", dan dalam tingkatan sosial mereka mempunyai
status "rohaniawan"; dengan kata lain sebagai pneumatikoi, manusia-
manusia rohani (1Korintus 3). Akibat buruknya ialah bahwa kaum awam
lambat-laun menerima saja kedudukan sebagai "orang-orang yang tidak
tahu", orang-orang yang tidak dewasa secara rohani. Hal ini
menghasilkan suatu situasi, yang terdapat di semua gereja, dimana ada
perpisahan jelas antara pejabat gereja yang memimpin dan kaum awam
yang dipimpin. Dengan kata lain, gereja adalah urusan pendeta-pendeta.
Pada masa Reformasi sendiri dan pada masa-masa permulaan
pengkonsolidasiannya, unsur-unsur konkret dalam sejarah sudah
menghalangi dipraktikannya "imamat am semua orang percaya" itu. Pada
mulanya, Reformator-reformator itu tidak bermaksud mendirikan gereja
baru. Tujuan mereka mula-mula ialah untuk memurnikan iman. Tapi
ketika perlawanan keras dari pimpinan gereja memaksa mereka untuk
mengorganisir hidup gereja menurut prinsip-prinsip mereka sendiri, maka
37 |TEOLOGI REFORMED
mereka harus berhadapan dengan kurangnya pengetahuan dan
pengertian kaum awam dan dengan susahnya memelihara ketertiban
dalam jemaat-jemaat. Keadaan seperti ini bukan saja terdapat di Jerman,
melainkan juga di Inggris, dimana Reformasi berlangsung tidak sedrastis
dan sesistematis seperti di negeri-negeri lain [3].
Lagipula, suatu Reformasi yang terorganisir tak dapat dilangsungkan
tanpa pertolongan dan kekuasaan raja-raja dan hakim-hakim yang
memihak kepada gerakan Reformasi itu. Akibatnya ialah bahwa raja-raja
dan hakim-hakim menduduki tempat-tempat penting dalam urusan-
urusan gereja. Jadi, golongan awam yang besar itu walaupun mereka
bukan orang-orang yang tidak tahu, tidak melihat kemungkinan lain
kecuali menyerahkan saja kepengurusan hidup gereja kepada para
pendeta dan badan-badan negara yang dibentuk itu. Pada tahun 1526
Luther sudah mengakui bahwa untuk mendirikan suatu jemaat yang
benar-benar ideal, ia belum mendapati cukup banyak orang-orang Kristen
dan malahan ia belum menjumpai banyak orang yang meminta supaya
jemaat seperti itu didirikan. Organisasi yang dihasilkan oleh
perkembangan itu tidak memberi status yang memungkinkan jemaat-
jemaat mempunyai tanggung jawab yang aktif. Jemaat-jemaat itu
menjadi objek dari pekerjaan pastoral pendeta dan peraturan-peraturan
pemerintah. Akibatnya, walaupun kaum awam lain keadaannya dari masa
sebelum Reformasi, mereka tetap seperti semula, tetap sebagai objek,
sama sekali bukan sebagai subjek. Berlainan dengan Luther, Calvin
menghadapi soal yang sama hanya dalam satu kota dan bukan di negeri-
negeri yang berlain-lainan, makanya ia lebih berhasil dengan
"Ordonnance ecclesiastique"-nya pada tahun 1541 untuk mewujudkan
kebebasan relatif dalam kehidupan gereja. Ini merupakan hasil dari
fahamnya tentang tata gereja yang ditetapkan oleh Allah. "Ordonnance
ecclesiastique" Calvin itu adalah tata gereja yang paling dinamis yang
berasal dari Reformasi. Konsepnya tentang kekuasaan dan pentingnya
pendeta bagi suatu gereja yang terpimpin baik, mengandung unsur-
38 |TEOLOGI REFORMED
unsur, walaupun tak disengaja, yang mengabaikan arti dan pentingnya
kaum awam.
Amerika, yang waktu itu disebut Dunia Baru, mempunyai corak-corak
tersendiri. Sejarah Amerika merupakan suatu rangkaian dari adaptasi dan
readaptasi kepada dunia yang baru dengan kondisi-kondisi baru dan
dengan perubahan-perubahan yang terus-menerus terjadi. Gereja-gereja
di Amerika adalah gereja-gereja Eropa yang dipindahtanamkan dalam
tanah baru dengan keadaan sekeliling yang baru. Dalam proses ini
Amerika memperkembangkan gereja corak baru. Sejak datangnya
pendatang- pendatang baru, terutama gelombang-gelombang besar
pendatang baru pada abad 19, proses itu berjalan terus. Hasilnya ialah
munculnya gereja- gereja parokhial yang berpemerintahan sendiri yang
khas Amerika, dengan pengawasan dan partisipasi yang lebih besar dari
kaum awam. Dengan prinsip yang sangat dipegang teguh, yakni prinsip
kemerdekaan beragama dan pemisahan antara gereja dengan negara,
gereja dianggap sebagai perkumpulan sukarela dari orang-orang yang
diselamatkan dan sebagai suatu institut untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat dengan jalan menyelamatkan perorangan-perorangan.
Urbanisasi telah memaksa gereja mencari dan melayani segala macam
orang dan golongan, dan gereja-gereja itu cenderung untuk memperkuat
persekutuan batiniah dari gereja setempat. Pelayanan oleh kaum awam
telah makin maju karena perkembangan ini.
Kalau kita bandingkan kehidupan gereja di Eropa dengan Amerika, kita
lebih cenderung untuk berkata bahwa struktur dan suasana di dalam
gereja-gereja Eropa tidak memberi banyak dorongan kepada inisiatif-
inisiatif kaum awam. Di Amerika sebaliknyalah yang terjadi. Di Amerika,
bukannya hasil pemikiran-pemikiran teoritis yang menghasilkan keadaan
seperti itu, melainkan hasil pertimbangan-pertimbangan pragmatis, yaitu
bahwa kegunaan gereja sebagai institut yang efektif tergantung hampir
sepenuhnya pada kesediaan kaum awam untuk melibatkan dirinya.
39 |TEOLOGI REFORMED
Untuk mengakhiri pembahasan historis yang selektif tentang status
teologis kaum awam, kita hendak menyebutkan beberapa patah kata lagi.
Pada abad 19, pada zaman dimana orang semakin menjauhi gereja dan
kekristenan, Johann Heinrich Wichern [4], bapak dari "Innere Mission" di
Jerman, mencoba mengaktuilkan "prinsip-prinsip" Reformasi tentang
imamat am semua orang percaya. Ia tidak menafsirkannya menurut
tafsiran biasa seperti "mempunyai hubungan langsung dengan Allah"
tanpa perantaraan imam, tapi sebagai kewajiban terhadap "diakonia",
yang berlaku bagi semua anggota gereja. Dinamisme "Communio
Sanctorum" terletak pada kenyataan, menurut dia, bahwa "communio
sanctorum" itu bukan saja "Congregatio vere credentium" (persekutuan
orang-orang yang benar-benar percaya), melainkan terutama adalah
"congregatio vere amantium" (persekutuan orang-orang yang benar-
benar mengasihi). Hal ini sudah menunjuk kepada suatu arah yang baru.
Catatan Kaki:
T.F. Torrance, Royal Priesthood, hal. 35, catatan 1, mencela sebutan
"imamat am orang-orang percaya" sebagai sesuatu yang kurang tepat,
"sebab di dalamnya ada unsur-unsur individualisme yang merusak".
Yaitu tafsiran yang benar dari Firman Allah.
Pembahasan yang berikut banyak saya ambil dari buku W. Pauck "The
Ministry in Historical Perspectives", hal. 110 - 147.
Bnd. Martin Gerhardt: J.H. Wichern, Hamburg 1927.
Sumber:
Bahan di atas dikutip dari sumber:
Judul buku : Theologia Kaum Awam
40 |TEOLOGI REFORMED
Penulis : Dr. H. Kraemer
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1985
Hal : 45 - 51
Mengenang Dr. Cornelius Van Til: Tokoh Apologetika
Reformed Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Saya senang membaca biografi orang-orang terkenal, karena ada banyak hal
yang dapat kita pelajari dari mereka, khususnya pemikiran- pemikiran mereka
yang cemerlang, prinsip-prinsip hidup mereka yang sangat bernilai, dan
pengalaman hidup mereka yang penuh perjuangan. Dalam dunia kekristenan
ada banyak tokoh "pembela iman" yang kita kenal, tetapi hanya sedikit saja
tokoh yang sebagian besar hidupnya dipakai untuk mengajarkan dan
menegakkan kebenaran doktrin yang berpusatkan kepada Kristus dan
berdasarkan pada Alkitab. Di antara jumlah yang sedikit itu adalah Dr. Cornelius
Van Til.
Tulisan Pdt. Cornelius Kuswanto berikut ini akan menolong kita mengenal tokoh
Teologia Apologetika Reformed tersebut. Meskipun artikel ini pendek tapi isinya
padat. Saya harap kita bisa belajar sesuatu yang berharga dari tulisan tentang
Dr. Cornelius Van Til ini dan menghargai karya-karyanya yang memuliakan
Tuhan dan yang memberi pengaruh bagi gereja Reformed masa kini.
In Christ,
Yulia
Penulis:
Pdt. Cornelius Kuswanto
41 |TEOLOGI REFORMED
Edisi:
045/XI/2003
Tanggal:
1988
Isi:
Cornelius Van Til dilahirkan di dalam sebuah keluarga Kristen yang mengasihi
Tuhan di Nederland pada tanggal 5 Mei 1895. Selain mendapat pendidikan
agama Kristen di rumah, Cornelius Van Til juga mendapat pendidikan yang baik
dari sekolah Kristen. Melalui latar belakang yang baik ini, Cornelius Van Til
mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dan ia menyadari bahwa semua
bidang kehidupan manusia ada di bawah pengaturan Tuhan yang Maha Kuasa
dan Maha Bijaksana.
Pada usia sepuluh tahun, Cornelius Van Til pindah ke Amerika Serikat. Beliau
menjadi besar bersama kaum imigran Belanda yang tinggal di negara bagian
Indiana. Kemudian beliau melanjutkan sekolah di Calvin College dan Princeton
Theological Seminary.
Beliau mendapat gelar Ph.D dari Princeton Seminary. Setelah melayani Tuhan
sebagai pendeta di Spring Lake, Michigan, beliau mengajar Apologetika di
Princeton Seminary selama satu tahun (1928-1929). Pada tahun 1929, tokoh-
tokoh dari PCUSA (Presbyterian Church in the United States of America)
mencoba mengubah Princeton Seminary agar tidak menekankan kesetiaan
kepada doktrin Reformed. Hal ini menyebabkan beberapa dosen dari Princeton
keluar dan mendirikan sebuah seminari yang berdiri teguh pada doktrin
Reformed. Tokoh-tokoh yang keluar dari Princeton dan turut serta dalam
mendirikan Westminster Seminary ialah Robert Dick Wilson, J. Gresham
Machen, Oswald T. Allis, Cornelius Van Til, dan John Murray yang ikut keluar
pada tahun berikutnya.
Di Westminster Seminary Dr. Van Til mengajar Apologetika dari tahun 1929-
1972. Dari tahun 1972-1987 Dr. Van Til menjadi guru besar pensiun di
Westminster.
42 |TEOLOGI REFORMED
Selain merupakan salah seorang tokoh pendiri Westminster Seminary, Dr. Van
Til juga merupakan seorang pendiri dari sebuah sekolah Kristen yang terkenal di
Philadelphia. Sekolah ini didirikan pada tahun 1942 dan dikenal dengan nama
Philadelphia-Montgomery Christian Academy. Sekarang sekolah itu sudah
berkembang menjadi tiga sekolah, masing- masing mulai dari TK sampai SMA.
Dr. Van Til meninggal pada tanggal 17 April 1987 dan dimakamkan pada tanggal
22 April. Upacara pemakaman dipimpin oleh Pendeta Steven F. Miller dari
Calvary Orthodox Church di mana Dr. Van Til mengetahui bahwa ia akan
meninggal, beliau minta Pendeta Miller membacakan dua pasal terakhir dari
kitab Wahyu. Bagian Alkitab ini merupakan tujuan dari hidup beliau. Iman beliau
menengadah kepada janji Tuhan, yang akan memberikan kesembuhan kepada
bangsa-bangsa melalui pohon kehidupan yang ada di taman Tuhan dimana tidak
ada lagi kutukan. Dr. Van Til hidup selama 91 tahun dan 11 bulan. Untuk
mengenang jasa beliau yang besar terhadap Westminster Seminary, bangunan
kelas Westminster diberi nama Van Til Hall.
PANDANGAN DAN PIKIRAN PENTING DARI DR. VAN TIL
Sumbangsih yang terbesar dari Dr. Van Til bagi gereja Tuhan ialah dalam bidang
Apologetika. Ayat pegangan bagi beliau untuk melakukan apologetika
ialah 2Korintus 10:5,
"Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang
dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah.
Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus."
Dr. Van Til menekankan bahwa ketika Paulus mengajar kita mengenai menawan
segala pikiran, Paulus mau agar kita menaklukkan setiap argumentasi dan dalih
dari dunia yang menentang Tuhan. Kita harus membawa semua kebenaran
kepada kemuliaan Tuhan. Dalam melakukan apologetika, Dr. Van Til setia
kepada Alkitab. Beliau menghendaki agar kita juga mengritik pikiran dan
pandangan yang bukan Kristen sesuai dengan ajaran Alkitab.
Ajaran ahli filsafat Jerman, Immanuel Kant, merupakan "musuh" Dr. Van Til.
Menurut Kant, pengetahuan kita terbatas oleh pengalaman kita. Pengetahuan
seseorang dibatasi oleh bidang phenomenal (phenomenal realm) atau bidang
43 |TEOLOGI REFORMED
pengalaman dan penglihatan manusia. Kita tak dapat menyelidiki kenyataan-
kenyataan yang berada di luar batas pengalaman kita. Semua yang berada di
luar batas pengalaman kita, menurut Kant. termasuk dalam bidang noumenal
(noumenal realm). Dr. Van Til melukiskan posisi Kant sebagai berikut:
noumenal -----> di luar kemampuan kita untuk mengetahui
phenomenal ---> sumber dari semua pengetahuan kita
Kelemahan Kant yang terbesar menurut Dr. Van Til adalah:
Semua pengetahuan adalah bersifat subyektif (tergantung dari orang yang
mengetahuinya);
Manusia tidak dapat mempunyai pengetahuan tentang Allah, karena
pengetahuan ini termasuk dalam bidang noumenal.
Dualisme ini menurut Dr. Van Til tidak perlu ada. Beliau menyelesaikan
persoalan ini dengan membuat sebuah lingkaran yang mengelilingi baik bidang
noumenal maupun bidang phenomenal. Tuhan menciptakan kedua bidang ini
dan Tuhan dinyatakan dalam dua bidang ini. Baik bidang noumenal maupun
bidang phenomenal ada di bawah kekuasaan Tuhan dan mereka adalah satu di
dalam ciptaan dan wahyu-Nya. Perbedaan yang dibuat oleh Kant adalah salah.
Dr. Van Til memakai apologetika yang berkeyakinan pada Allah Tritunggal: Bapa,
Anak, dan Roh Kudus berbicara kepada kita melalui Alkitab. Alkitab mengajar
bahwa kita harus melihat perbedaan posisi yang besar antara Allah sebagai
Pencipta dan manusia sebagai ciptaan. Sebagai Pencipta, Allah tidak bergantung
kepada manusia. Sebaliknya semua manusia sebagai ciptaan Allah, bergantung
kepada Allah.
Menurut Dr. Van Til, pikiran manusia yang sudah jatuh dalam dosa tidak dapat
menjadi jawaban untuk menyelesaikan persoalan hidup manusia. Alkitab adalah
jawaban yang final untuk menjawab persoalan manusia. Dr. Van Til dengan
tegas menolak prinsip manusia yang mau hidup secara otonom, tidak mau
bergantung pada Allah. Manusia yang mau hidup otonom adalah manusia yang
tidak menyadari bahwa ia adalah ciptaan Allah.
44 |TEOLOGI REFORMED
Dr. Van Til berkata bahwa Kristus yang diberitakan dalam Alkitab selalu menjadi
titik pusat dari apa yang beliau ajarkan. Seorang guru besar kesayangan Dr. Van
Til waktu beliau masih belajar di Princeton Seminary ialah Dr. Geerhardus Vos.
Kekaguman Dr. Van Til pada Dr. Vos disebabkan karena Dr. Vos mengajarkan
Alkitab yang berpusat pada Kristus. Bertitik tolak dari hal ini, Dr. Van Til
meninggikan Kristus dalam apologetika. Segenap bidang kehidupan harus
berpusat pada Kristus; bukan saja di gereja, tetapi juga di rumah, di sekolah, di
universitas, di pasar, di bidang politik, bahkan segala sesuatu di dalam hidup
bermasyarakat.
PENGARUH DR. CORNELIUS VAN TIL BAGI ORANG KRISTEN
Selain menjadi berkat di bidang Apologetika, Dr. Van Til juga memberikan
sumbangsih yang besar di bidang-bidang lain. Teologi Sistematika juga tak lepas
dari perhatian Dr. Van Til. Dalam bukunya, "In Defense of the Faith" jilid ke-5,
Dr. Van Til membahas mengenai pentingnya Teologi Sistematika. Dr. Richard
Gaffin, seorang dosen Teologi Sistematika di Westminster Seminary berkata,
"Saya tidak dapat membayangkan Teologi Sistematika tanpa Van Til." Dr. Van Til
membedakan antara Teologi Sistematika dan Apologetika. Kedua bidang ini
mengajarkan hal yang sama, yaitu Alkitab, tetapi dengan tujuan yang berbeda.
Teologi Sistematika dipakai untuk menghadapi gereja, sedangkan Apologetika
dipakai untuk menghadapi dunia. Sebagaimana Alkitab merupakan dasar untuk
melakukan Apologetika, demikian pula Alkitab merupakan dasar untuk Teologi
Sistematika. Menurut Dr. Van Til, kita tak dapat menjadi seorang apologet
Kristen yang baik, kalau kita belum mengetahui teologi secara sistematis. Untuk
melakukan apologetika dengan baik, kita harus mengetahui Teologi Sistematika
dengan baik juga. Kedua bidang ini saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Dr. Van Til juga berpengaruh dalam bidang misi dan penginjilan. Dalam 1Petrus
3:15, Petrus mengimbau kita agar kita siap sedia pada segala waktu untuk
memberi pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada pada kita.
Penginjilan lebih menekankan apa yang kita percaya, sedangkan Apologetika
lebih menekankan mengapa kita percaya. Apologetika merupakan langkah lebih
lanjut dari penginjilan, di mana kita berusaha membela kebenaran Alkitab dan
berusaha meyakinkan orang yang tidak percaya mengenai berita penghukuman
dan pengharapan yang ada di dalam Alkitab. Baik dalam melakukan apologetika
45 |TEOLOGI REFORMED
maupun dalam penginjilan, Dr. Van Til menekankan pentingnya keyakinan
Kristen (Dr. Van Til memakai istilah Christian presupposition) dan epistemologi
Kristen. Dosen Harvie Conn yang mengepalai Departemen Misi di Westminster
Seminary memakai prinsip ini dalam melaksanakan penginjilan. Kita dapat
mengenal ajaran Dr. Conn yang bertitik tolak dari prinsip Dr. Van Til melalui
bukunya yang berjudul "Eternal Word in Changing World".
Departemen Sejarah Gereja dan Konseling di Westminster Seminary juga
mengikuti jejak pendirian Dr. Van Til yang berdiri teguh di atas Alkitab. Van Til
tidak menghendaki Sejarah Gereja berada dalam bidang yang netral. Konseling
yang diajarkan di Westminster juga bertitik tolak dari ajaran Van Til. Profesor
John Bettler, seorang dosen konseling di Westminster berkata, "Kita berusaha
mempraktekkan apologetika Van Til di dalam bidang psikologi."
Kita mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat Tuhan yang besar pada gereja-
Nya melalui kehidupan Dr. Van Til. Kalau Dr. Van Til beserta pikiran dan karya
tulisnya sudah menjadi berkat yang besar untuk gereja Tuhan di Amerika,
biarlah berkat-berkat tersebut juga boleh menjadi berkat yang besar bagi gereja
dan umat Tuhan di Indonesia.
Dr. Van Til gemar mengutip Abraham Kuyper (pendeta, pendiri Free University
of Amsterdam, juga mantan perdana menteri Belanda), yang pernah berkata,
"Tidak ada satu sentimeter pun dari kehidupan di mana Kristus tidak berkata,
'Itu adalah milik-Ku.'" Biarlah segenap bidang pendidikan dan hidup kita dikuasai
seluruhnya oleh Kristus dan dipakai untuk meninggikan serta memuliakan Dia,
Raja atas segala raja dan Tuhan atas sekalian yang dipertuan.
KEPUSTAKAAN
Beberapa buku (yang penulis miliki) yang ditulis mengenai Van Til:
Churchill, Robert K. Lest We Forget. A Personal Reflection on the Formation of
the Orthodox Presbyterian Church. Philadelphia: The Committee for the
Historian of the Orthodox Presbyterian Church.
Notaro, Thom. "Van Til and the Use of Evidence. Phillipsburg, New Jersey:
Presbyterian and Reformed, 1980.
46 |TEOLOGI REFORMED
Pratt, Richard L. Every Thought Captive. Phillipsburg, New Jersey: Presbyterian
and Reformed, 1979.
Beberapa buku (yang penulis miliki) yang ditulis oleh Van Til:
Van Til, Cornelius. Why I Believe in God. Philadelphia: Great Commission
Publication, no date.
A Christian Theory of Knowledge. Philipsburg, New Jersey: Presbyterian and
Reformed, 1969.
The Defense of the Faith. Phillipsburg, New Jersey, Presbyterian and Reformed,
1967. Cetakan ketiga.
In Defense of the Faith Vol. 2. A Survey of Christian Epistemology. Phillipsburg,
New Jersey: Presbyterian and Reformed, no date.
In Defense of the Faith. Vol. 5. An Introduction to Systematic Theology.
Phillipsburg, New Jersey: Presbyterian and Reformed, 1974.
Catatan:
Pdt. Cornelius Kuswanto selama 8 tahun menempuh studi lanjut di Amerika
Serikat, terakhir di Westminster Theological Seminary. Beliau saat ini mengajar
di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang.
Sumber:
Sumber:
Judul
Majalah : Momentum 5
Judul Artikel : Mengenang Dr. Cornelius Van Til: Tokoh Apologetika
Reformed Gereja
Penulis : Pdt. Cornelius Kuswanto
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, Des
47 |TEOLOGI REFORMED
1988
Halaman : 40 - 42
John Wycliffe dan John Hus Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Artikel di bawah ini sebenarnya saya siapkan untuk menyambut "Hari
Reformasi Gereja", tanggal 31 Oktober 2002. Tapi karena satu dan lain
hal artikel ini terlambat dikirim. Untuk itu saya mohon maaf sebesar-
besarnya. Namun meskipun terlambat, saya kira tidak ada salahnya untuk
tetap mengirim artikel ini.
Ada dua judul artikel yang saya siapkan, adalah berupa biografi dari dua
tokoh perintis Reformasi yaitu: JOHN WYCLIFFE dan JOHN HUS. Kedua
tokoh ini dianggap memiliki jasa besar karena mereka telah memberikan
sumbangsih yang sangat berarti bagi terbukanya jalan yang lebar untuk
lahirnya gerakan Reformasi Gereja. Melalui kesaksian hidup yang penuh
perjuangan dan tantangan dari kedua tokoh yang luar biasa ini kiranya
kita dapat belajar bagaimana dapat memiliki hidup yang berprinsip pada
kebenaran Firman Tuhan (Alkitab). Dengan takut akan Tuhan, mari kita
teruskan perjuangan para perintis Reformasi gereja ini.
Belated HARI REFORMASI GEREJA 2002!
In Christ,
Yulia
Artikel Terkait
48 |TEOLOGI REFORMED
Sejarah dan Pentingnya Alkitab Geneva
John Calvin Mencari Istri Yang Tepat, Idelette
Philip Melanchthon
Mengenang Dr. Cornelius Van Til: Tokoh Apologetika
Reformed
Jemaat-jemaat Kristus di Asia Melintasi Abad Ke-21
(Bagian 1)
Jemaat-jemaat Kristus di Asia Melintasi Abad Ke-21
(Bagian 2)
Permulaaan Pembaharuan Gereja (Reformasi)
Edisi:
034/XI/2002
Isi:
JOHN WYCLIFFE
John Wycliffe dilahirkan di Yorkshire pada tahun 1325. Studi teologianya
ditempuh di Universitas Oxford dan memperoleh gelar doktor teologia di
sana pada tahun 1372. Wycliffe dikenal sebagai seorang mahasiswa yang
sangat cerdas. Banyak kalangan sangat menghormatinya sebagai orang
yang bijaksana dan berpendidikan. Reputasi Universitas Oxford ikut
terangkat karena keberadaan Wycliffe sebagai pengajar di universitas ini,
yang telah dimulainya sejak tahun 1361. Hampir sebagian besar hidup
Wycliffe akhirnya ia habiskan untuk mengabdi di sekolah ini.
Kehidupan Wycliffe pada dasarnya penuh dengan kontroversi. Ia
mempunyai kebiasaan berbahaya yaitu mengatakan apa saja yang
dipikirkannya. Jika apa yang dipelajarinya membuatnya mempertanyakan
49 |TEOLOGI REFORMED
tentang ajaran Katolik resmi, maka ia langsung akan menyuarakannya.
Namun hal yang membuat gereja mulai bermusuhan dengan Wycliffe
adalah ketika ia mempertanyakan tentang hak Gereja atas kuasa duniawi
dan kekayaan gereja. Paus telah menuntut bahwa hak milik gereja-gereja
di Inggris adalah milik Paus. Wycliffe sangat tidak menyetujui tuntutan
seperti itu. Menurutnya harta milik gereja adalah milik negara. Persoalan
inilah yang mendorong Wycliffe mulai menyelidiki prinsip dasar
kepemilikan dalam Alkitab. Ia menarik kesimpulan bahwa gereja
seharusnya tidak memiliki harta duniawi. Gereja harus menjadi miskin
dan sederhana seperti gereja pada masa Perjanjian Baru. Dalam hal ini
Paus dikritik secara tajam oleh Wycliffe. Menurutnya Paus dan konsili
seharusnya berada di bawah hukum Allah, karena Kristus lah Kepala
Gereja. Oleh karena Kristus tidak pernah mentahbiskan Paus, maka Paus
tidak mempunyai kekuasaan dari Kristus. Bahkan sampai puncaknya
Wycliffe menyebut Paus sebagai Si Anti-Kristus.
Selain itu Wycliffe juga mempertanyakan tentang penjualan kartu- kartu
pengampunan dosa dan jabatan-jabatan gerejawi, penyembahan kepada
para santo dan religi yang berbau takhayul. Ia mempertanyakan juga
pandangan resmi tentang Ekaristi (doktrin transubstansiasi) yang
dikeluarkan oleh Konsili Lateran Keempat. Untuk pandangan-
pandangannya inilah Wycliffe sering harus berhadapan dengan para
uskup dan konsili-konsili untuk disidang. Namun, Inggris pada dasarnya
penuh sentimen terhadap Gereja Roma, khususnya pada tahun- tahun
1300-an. Para pangeran -- dan banyak orang awam yang memegang
kepemimpinan yang sangat kuat di Inggris.-- menyesalkan cara Gereja
merampas kekuasaan dan harta rakyat. Dalam hal inilah Wycliffe
mendapat dukungan dari John Gaunt (Pangeran Lancaster). Dengan
memanfaatkan kecerdasan Wycliffe, John Gaunt sering memakai ide-ide
dan kepopuleran Wycliffe untuk berargumentasi dengan Gereja. Sebagai
imbalannya, Pangeran John Gaunt memberi Wycliffe semacam
perlindungan.
50 |TEOLOGI REFORMED
Pada tahun 1377, Wycliffe akhirnya diajukan ke persidangan dan diminta
menghadap uskup London untuk mempertanggungjawabkan pandangan
dan ajaran-ajaran sesat yang dituduhkan kepadanya. Namun persidangan
terpaksa dihentikan, sebelum Wycliffe sempat mengeluarkan sepatah
kata pun, karena ternyata John Gaunt dan pemimpin persidangan beradu
pendapat tentang bagaimana persidangan dijalankan, tentang apakah
Wycliffe harus duduk atau berdiri. Namun sejak itu Paus mengutuk
pandangan dan ajaran Wycliffe. Tulisan- tulisan Wycliffe mulai dilarang
beredar.
Selama kritik Wycliffe adalah seputar kebusukan-kebusukan Paus dan
tentang penyelewengan terhadap pengambilalihan hak milik gereja,
maka Wycliffe merupakan pahlawan yang populer. Paus sangat geram
terhadap Wycliffe dan memerintahkannya untuk berhenti berkotbah,
bahkan meminta universitas Oxford untuk memecatnya, namun tidak
berhasil karena Wycliffe mendapat perlindungan dari John Gaunt. Oxford
justru mendukung Wycliffe. Dewan doktor di Oxford menyatakan bahwa
tidak satupun tuduhan itu dapat membuktikan bahwa ajaran Wycliffe
salah. Buku yang berjudul "Protes" akhirnya ditulis Wycliffe, sebagai
pembelaan terhadap ajaran-ajarannya.
Namun, ketika Wycliffe mulai menyerang gereja dalam hal doktrin
transubstansiasi, ia mulai kehilangan banyak pendukung. Hal lain yang
terjadi yang akhirnya menyakitkan Wycliffe adalah Skisma Besar yang
menyebabkan Inggris menjalin persekutuan dengan Roma dan
Pembrontakan Petani (1381) yang dianggap merupakan hasil dari
pengajarannya yang sesat. Akibatnya, tulisan-tulisannya dilarang, bahkan
diperintahkan untuk dibakar. Wycliffe sendiri akhirnya kehilangan
kedudukannya di Oxford dan dilarang berkotbah. Para pengikutnya juga
diusir dari Oxford.
Akibat pengusirannya ini, Wycliffe justru memanfaatkan waktunya untuk
menterjemahkan Alkitab. Menurut Wycliffe, setiap orang harus diberi
51 |TEOLOGI REFORMED
keleluasaan membaca Kitab Suci dalam bahasanya sendiri. "Oleh karena
Alkitab berisikan Kristus, yang diperlukan untuk mendapatkan
keselamatan. maka Alkitab sangat diperlukan bagi semua orang, bukan
hanya bagi para imam saja," tulisnya. Maka meskipun Gereja tidak setuju,
ia bekerjasama dengan sarjana lain untuk menterjemahkan Alkitab
bahasa Inggris pertama yang lengkap. Menggunakan salinan tulisan
tangan Vulgata (Alkitab terjemahan bahasa Latin) Wycliffe berusaha
keras membuat Kitab Suci agar dapat dimengerti oleh orang- orang
sebangsanya. Edisi pertama diterbitkan. Penerbitan kedua mengalami
perbaikkan tetapi baru selesai dikerjakan setelah Wycliffe meninggal.
Edisi itu dikenal sebagai "Alkitab Wycliffe", dan dibagi- bagikan secara
ilegal oleh para Lollard (skolar dari Oxford).
Karena kelemahan badan yang menyerangnya, Wycliffe akhirnya tinggal
di Lutterworth dan menghabiskan waktunya di sana untuk menulis.
Begitu produktifnya Wycliffe dalam menulis sampai membuat para
musuhnya kagum. Pada tanggal 31 Desember 1384 Wycliffe meninggal
karena serangan stroke. Tiga puluh satu tahun setelah Wycliffe
dikuburkan, Konsili Konstanz mengucilkan dan menghukum dia. Pada
tahun 1428 kuburannya digali dan tulang-tulangnya dibakar, abunya
disebarkan di sungai Swift.
Pengaruh ajaran Wycliffe sangat kuat, khususnya keyakinannya yang
sangat dalam terhadap otoritas Alkitab sehingga memberi inspirasi yang
luar biasa bagi munculnya gerakan Reformasi di kemudian hari. Itu
sebabnya sangat pantas jika John Wycliffe mendapat julukan "Si Bintang
Fajar Reformasi", karena melalui semangatnya Reformasi mulai muncul
seperti munculnya fajar di pagi hari.
Pada dasarnya Wycliffe berusaha untuk tetap bertahan di Gereja Roma,
namun Gereja tidak lagi menghendakinya. Sesudah Wycliffe, para
pengikutnya juga ditindak di Inggris, namun pandangan-pandangannya
mulai tersebar dengan cepat ke Eropa. Diantara para pengikut Wycliffe
52 |TEOLOGI REFORMED
muncul seorang murid Kristus yang setia dan mengikuti jejaknya, yaitu
John Hus.
JOHN HUS
John Hus dilahirkan di kota Husinetz, wilayah Bohemia Selatan, dari
sebuah keluarga petani. Pendidikan dasar dan menengahnya ditempuh di
Husinetz, tetapi kemudian melanjutkan studi theologinya ke Universitas
Charles, di Praha, yang diselesaikannya tahun 1396.
Diantara teman-teman sebayanya, John Hus dikenal sebagai seorang
mahasiswa yang pandai. Kesukaannya membaca melebihi teman-
temannya. Hampir semua macam buku dibacanya, baik itu buku-buku
teologia yang diakui resmi oleh gereja maupun yang dianggap sesat oleh
gereja, seperti halnya buku karangan para pembaharu gereja Bohemia,
Milic, Yanov, dan buku-buku John Wycliffe, sang reformator Inggris. John
Hus adalah seorang yang sangat ramah dan bersahabat dengan orang-
orang di sekitarnya. Selain diakui sebagai seorang yang saleh, ia juga
dianggap sebagai seorang yang mempunyai tingkah laku yang sangat
terpuji.
Pada tahun 1401 ia ditahbiskan menjadi imam dan tahun 1402 diangkat
menjadi rektor Universitas di Praha. Di kampus inilah John Hus
menghabiskan sebagian besar waktunya. Namun disamping tugasnya
sebagai rektor, ia juga menjadi pengkhotbah rutin di Kapel Betlehem,
sebuah kapel yang sangat berpengaruh, yang letaknya tidak jauh dari
universitas itu. Di Kapel ini Hus berkotbah dua kali sehari.
Kapel Bethlehem banyak dihiasi dengan lukisan-lukisan gambar Kristus
dan Paus, namun dengan prilaku yang justru sangat berlawanan. Di satu
sisi adalah gambar Kristus yang sedang berjalan tanpa alas kaki, di sisi lain
gambar Paus yang sedang menunggang kuda. Di satu sisi gambar Yesus
yang sedang membasuh kaki murid-murid-Nya, di sisi lain gambar Paus
yang sedang diciumi kakinya. Hus sangat geram dengan sifat keduniawian
53 |TEOLOGI REFORMED
para rohaniwan gereja saat itu, termasuk Paus. Pada kesempatan
berkotbah inilah ia terus menerus mengajarkan tentang kesucian pribadi
dan kemurnian hidup. Tapi tak jarang ia gunakan kesempatan kotbahnya
untuk mengkritik kehidupan gereja, khususnya para klerus, uskup dan
juga kepausan. Dari semua kotbahnya sangat jelas terlihat bahwa ajaran
tentang otoritas Alkitab adalah penekanan utamanya.
Di antara buku dan tulisan para reformator gereja pada abad
pertengahan, Hus paling tertarik pada pandangan-pandangan Wycliffe.
Meskipun John Wycliffe ada di Inggris namun pengaruh tulisannya
tersebar sampai ke Bohemia, bahkan sampai ke istana, khususnya ke
saudara perempuan raja Bohemia, Anne, yang menikah dengan Raja
Richard II dari Inggris. Hus lah yang menjadi penyebar utama ajaran-
ajaran Wycliffe di Bohemia. Ajaran-ajaran Wycliffe dikuliahkannya kepada
mahasiswanya, bahkan karangan Wycliffe "Trialogus" diterjemahkannya
ke dalam bahasa Cekoslowakia. Banyak orang tertarik dengan ajaran yang
baru itu sehingga Hus menjadi sangat terkenal, bahkan sampai ke
kalangan aristokrat, termasuk sang ratu. Ketika pengaruh Hus di
universitas semakin besar, maka semakin populerlah tulisan-tulisan
Wycliffe.
Namun dari pihak gereja, hal ini dipandang sebagai malapetaka. Uskup
Agung Praha menolak ajaran Hus dan mulai memerintahkan Hus untuk
berhenti berkotbah. Namun Hus menolak perintah tsb. Paus Innocentius
VII (salah satu dari tiga Paus hasil Skisma Besar) memerintahkan Uskup
Agung Bohemia untuk mengambil tindakan-tindakan perlawanan
terhadap ajaran Wycliffe yang sudah dinyatakan sesat pada tahun 1407.
Universitas secara khusus diperintahkan untuk membakar semua tulisan-
tulisan Wycliffe. Paus John XXIII akhirnya menempatkan Praha di bawah
"interdict" -- suatu tindakan untuk mengucilkan seluruh kota itu, sehingga
tidak ada seorang pun di kota itu yang dapat menerima sakramen gereja.
Demi jemaat, akhirnya Hus bersedia meninggalkan kota Praha. Namun,
Hus mempunyai cukup banyak pendukung. Tantangan- tantangan yang
54 |TEOLOGI REFORMED
dihadapi Hus justru membangkitkan semangat nasionalisme rakyat
Bohemia, termasuk Raja Bohemia.
Di luar kota Praha Hus terus melanjutkan perjuangannya dengan
mengembangkan perlawanan terhadap gaya hidup yang amoral dari
kaum rohaniwan, termasuk Paus, bahkan menegaskan bahwa hanya
Kristus lah Kepala Gereja, bukan Paus. Dalam bukunya yang berjudul "On
the Church", Hus mencela otoritas kaum rohaniwan, tapi menekankan
bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Menurut Hus, jika
doktrin gereja bertentangan dengan ajaran Alkitab, maka ajaran Alkitab
lah yang harus dijunjung tinggi.
Pengajaran Hus tentang otoritas Alkitab inilah yang sangat menonjol,
bahwa Alkitab adalah satu-satunya yang memiliki kewibawaan yang
tertinggi dalam gereja. Kristus adalah Kepala yang memerintah gereja,
bukan Paus. Semua ajaran gereja yang bertentangan dengan Alkitab
ditolak oleh Hus, seperti penjualan surat penghapusan dosa, kehidupan
mewah dan amoral dari para pejabat gereja, termasuk Paus, dan
mendesak agar roti dan anggur dalam perjamuan juga harus diberikan
kepada semua anggota jemaat.
Menyadari sangat berbahayanya ajaran-ajaran Wycliffe, yang
dipopulerkan oleh Hus, bagi Gereja Katolik Roma saat itu, maka Paus
Gregorius memperingatkan Uskup Agung agar melakukan tindakan yang
tegas terhadap Hus dan tulisan Wycliffe. Oleh karena itu pada bulan Juni
1408 diadakan sidang sinode yang memutuskan untuk membrendel
semua tulisan Wycliffe dan meminta Hus untuk tidak lagi
mengajarkannya. Akibat dari keputusan tersebut Hus mengadakan
perlawanan terhadap Uskup Agung. Hal yang tidak dapat dielakkan
adalah terjadinya pergolakan dalam Universitas Praha karena ada
sebagian orang yang mendukung Hus tapi ada juga yang melawan.
Namun demikian Hus bertekad untuk menegakkan pengajaran yang ia
yakini berdasarkan pada Alkitab. Selama hampir dua tahun ia mencoba
55 |TEOLOGI REFORMED
mengadakan pembelaan lewat tulisan-tulisan dan kotbah-kotbahnya,
sampai akhirnya Paus John XXIII menggunakan kekuasaannya untuk
mengucilkan Hus dan para pendukungnya dari gereja. Raja Romawi,
Sigismund sebenarnya menaruh simpati terhadap Hus. Itu sebabnya ia
menawarkan bantuannya untuk menyelesaikan pertikaian Hus dengan
Paus. Didesaknya John Hus untuk mau menghadiri konsili yang akan
diadakan oleh Paus pada thun 1414. Pada pikirnya konsili yang akan
membahas tentang tindakan-tindakan pembaharuan dalam gereja akan
dapat mengakomodasi ide-ide Hus. Karena tempat diadakannya konsili
adalah di Contanz, maka jika Hus bersedia menghadirinya, Sigismund
menjanjikan keselamatan diri Hus, bahkan jika hasil konsili tidak
menguntungkan Hus.
Itikat baik Raja Sigismund diterima dengan baik oleh Hus, sehingga ia
setuju untuk menghadiri konsili dengan tujuan agar ia dapat
mempertanggungjawabkan pandangan-pandangan teologinya yang
dituduh menyesatkan jemaat. Namun, malapetaka menimpa diri Hus,
setibanya di Contanz, John Hus ditangkap dan dijebloskan ke dalam
penjara. Kesempatan untuk pembelaan diri dalam konsili ternyata tidak
pernah diberikan, sebaliknya Hus dihadapkan ke beberapa kali
persidangan dengan tuduhan-tuduhan yang sangat memojokkannya.
Konsili akhirnya memutuskan untuk meminta Hus menarik kembali
ajaran-ajarannya yang dianggap sesat, namun Hus menolak dengan tegas
dan menuntut untuk suatu persidangan yang adil. Hus bersedia mengaku
bersalah hanya jika konsili berhasil menunjukkan dari Alkitab bahwa
ajarannya telah menyimpang. Untuk hal ini Hus tidak pernah
mendapatkan jawaban dari sidang konsili. Selama delapan bulan masa
persidangan yang silih berganti Hus dipaksa harus meringkuk di dalam
penjara dan diperlakukan dengan tidak layak.
Sekali dua kali Raja Sigismund berusaha untuk membujuk anggota sidang
konsili agar mereka mendengarkan pembelaan Hus. Namun konsili
menolak bahkan mengancam untuk mengucilkan Raja dari gereja jika ia
56 |TEOLOGI REFORMED
terus mendesak konsili. Ancaman ini membuat Raja tidak berkutik untuk
membela Hus, sehingga janji perlindungan Raja terhadap keselamatan
Hus pun terpaksa harus dibatalkan dengan alasan bahwa janji terhadap
penyesat tidak perlu ditepati.
Keadaan penjara dan masa persidangan yang panjang membuat kondisi
fisik Hus menurun dengan drastis. Namun ditengah kelemahan tubuh
karena kurang tidur dan penyakit yang menyerangnya, serta desakan Raja
agar Hus menyerah, Hus tetap menyatakan tidak bersalah, bahkan ia
terus menuntut haknya untuk memberikan pembelaan diri atas tuduhan-
tuduhan yang diberikan kepadanya. Pada sidang konsili ia berseru:
"Meskipun ditawarkan sebuah kapel yang penuh dengan emas, saya tidak
akan mundur dari kebenaran." Selama dalam penjara John Hus masih
sempat menulis banyak surat kepada sahabat- sahabatnya di Bohemia.
Surat-suratnya penuh memuat petunjuk- petunjuk bagi para pengikutnya,
bahkan untuk beberapa tahun lamanya surat-surat itu menunjukkan
wibawa yang besar.
Pada tanggal 6 Juli 1415, sidang konsili di hadapan jemaat membacakan
tiga puluh tuduhan yang diberikan kepada ajaran Hus, yang mana tidak
satu pun dari tuduhan itu betul. Gereja akhirnya memutuskan dengan
resmi menyatakan bahwa Hus adalah pengajar sesat, jabatannya sebagai
imam dicopot dan ia diserahkan kepada pihak otoritas sekuler untuk
segera dihukum mati pada hari itu juga. Dalam perjalanan menuju
tempat eksekusi, Hus melewati halaman sebuah gereja dimana sedang
berkobar sebuah api unggun yang dibuat dari buku-bukunya. Hus masih
sempat berseru kepada orang-orang yang berkumpul di jalan agar tidak
mempercayai kebohongan yang beredar tentang dia dan ajarannya. Pada
saat Hus siap dibakar mati di atas tiang pancang, yaitu hukuman paling
keji yang pantas dijatuhkan bagi pengajar sesat jaman itu, pejabat
pemerintah yang bertugas melaksanakan hukuman mati masih berharap
agar Hus menarik kembali ajaran-ajarannya, namun Hus berkata: "Allah
adalah saksi saya. Bukti yang mereka kemukakan salah. Saya tidak pernah
57 |TEOLOGI REFORMED
mengajar atau berkotbah kecuali untuk maksud memenangkan manusia,
jika mungkin, dari dosa mereka. Hari ini saya siap mati dengan gembira."
Walaupun John Hus telah mati dibakar hidup-hidup, tetapi
pengajarannya masih terus dikumandangkan oleh para pengikutnya yang
setia. Mereka menamakan diri Kaum Hussit. Selama beberapa waktu
pengikut kelompok ini dikejar-kejar dan dihambat dengan sangat kejam.
Namun pemerintah Bohemia dan Gereja Katolik Roma tidak mampu
membendung semangat mereka. Setelah melewati perang Hussit yang
panjang akhirnya Gereja Hussit diakui keberadaannya di Bohemia
disamping Gereja Katolik Roma.
Abu jasad John Hus telah hanyut di sungai, tapi semangat Hus untuk
menegakkan pengajaran Alkitab yang murni tidak pernah dihanyutkan
oleh jaman dan waktu. Pengaruh dari semangat dan kegigihan John Hus
untuk membela kebenaran Alkitab telah membuka jalan bagi pencerahan
rohani yang memuncak pada terjadinya Reformasi Gereja Protestan.
Sumber:
Bahan disusun oleh Yulia Oeniyati dari sumber-sumber:
1. Judul Buku
Judul
Artikel
Penulis
Penerbit
Halaman
:
:
:
:
:
Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah
Gereja
1. Hus, John
2. Wycliffe, John
Drs. F.D. Wellem, M.Th.
PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1989
1. 134-136
2. 246-247
2. Judul Buku
Judul
Artikel
:
:
:
100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen
1. John Hus, Dibakar pada Tiang Pancang
2. Wycliffe Mengawasi Penerjemahan Alkitab ke dalam
Bahasa Inggris
58 |TEOLOGI REFORMED
Penulis
Penerbit
Halaman
:
:
A. Kenneth Curtis, dkk.
PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1991
1. 68-69
2. 66-67
3. Judul Buku
Judul
Artikel
Penulis
Penerbit
Halaman
:
:
:
:
:
The New International Dictionary of the Christian Church
1. Hus, Jan
2. Wycliffe, John
J. D. Douglas
Zondervan Publishing House
1. 492-493
2. 1064-1065
4. Judul Buku
Judul
Artikel
Penulis
Penerbit
Halaman
:
:
:
:
:
New Dictionary of Theology
1. Hus, John
2. Wyclif, John
Sinclair B. Ferguson
InterVarsity Press
1. 323 - 324
2. 732
59 |TEOLOGI REFORMED
Philip Melanchthon Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Tanggal 31 Oktober ditetapkan oleh gereja Kristen sebagai hari perayaan
peristiwa bersejarah "Reformasi Gereja". Banyak orang Kristen yang
hanya tahu Martin Luther dan John Calvin sebagai tokoh Reformasi. Tapi
sebenarnya ada banyak tokoh-tokoh Reformasi lain yang ikut ambil
bagian dalam mempersiapkan, mematangkan dan mengembangkan
Reformasi Gereja pada tahun 1517. Di antara tokoh-tokoh tersebut
adalah seorang Jerman yang bernama Philips Melanchthon. Nah, dalam
rangka memperingati "Hari Reformasi Gereja" 2001, mari kita mengenal
lebih dekat Philip Melanchthon dan karya tulisan Teologia Sistematiknya
"Loci Communes".
Selamat Hari Reformasi Gereja.
In Christ,
Yulia
Edisi:
021/X/2001
Isi:
RIWAYAT HIDUP PHILIP MELANCHTHON
Melanchthon dilahirkan dari keluarga yang terhormat dan saleh pada 16
Februari 1497 di Bretten, Palatin, Jerman. Ayahnya adalah seorang
penyalur tenaga tentara yang cakap bagi Pangeran Philip dan kaisar
Maximilianus I. Ibunya adalah kemenakan Reuchlin yang terkenal itu.
Dalam menentukan studinya sangat ditentukan oleh pamannya, Reuchlin.
60 |TEOLOGI REFORMED
Melanchthon adalah salah seorang sarjana Jerman yang matang sebelum
waktunya. Ia memiliki keahlian dalam banyak bidang ilmu pengetahuan
terutama philologi klasik. Pada umur 17 tahun ia telah memperoleh gelar
MA dari Universitas Tubingen. Ia menulis dan berbicara dalam bahasa
Yunani, Latin lebih baik daripada orang Jerman lainnya. Puisi-puisinya
disusun juga dalam bahasa-bahasa itu.
Ia memulai karyanya di depan umum di Universitas Tubingen sebagai
dosen bahasa-bahasa klasik. Ia menterjemah karya-karya Plutarch,
Aristoteles. Pada tahun 1518 ia menerbitkan Tata Bahasa Yunani yang
diterbitkan beberapa kali. Namanya terkenal di mana-mana sehingga
datanglah tawaran untuk menjadi mahaguru pada Universitas Ingolstadt,
Leipzig dan Wittenberg. Ia memutuskan untuk pergi ke Wittenberg untuk
menjadi mahaguru Yunani. Reuchlin memberikan rekomendasi kepada
kemenakannya sebagai berikut: "Saya tahu tidak seorangpun di antara
orang Jerman yang melebihi Philip Schwarzerd kecuali Eramus
Roterdamus, seorang Belanda yang melebihi kita semua dalam bahasa
Latin".
Di Wittenberg Philip Melanchthon mendapat penghormatan yang besar
dari rekan mahagurunya serta pendengar-pendengarnya. Melanchthon
adalah seorang yang berperawakan tinggi, berdahi lebar, bermata biru
yang bagus. Kecendekiawannya tidak perlu diragukan dan demikian juga
dengan kesalehan dan hidup keagamaannya.
Melanchthon mencurahkan perhatiannya kepada studi bahasa Yunani
agar memajukan penelitian terhadap Alkitab. Pada tahun 1519 ia juga
memberikan kuliah tafsiran. Sekalipun ia tidak pernah ditahbiskan
sebagai imam, namun ia sering menyampaikan khotbahnya kepada
mahasiswa-mahasiswa asing yang kurang mengerti bahasa Jerman.
Khotbah-khotbah itu diucapkannya dalam bahasa Latin. Ia mendapatkan
panggilan ke mana-mana, namun ia lebih suka tinggal di Wittenberg
hingga meninggal.
61 |TEOLOGI REFORMED
Atas anjuran Luther ia menikah dengan Katharina Krapp, saudara
perempuan walikota Wittenberg, yang dengan setia menemaninya dalam
suka dan duka. Mereka memperoleh 4 orang anak. Philip Melanchthon
biasa mengucapkan pengakuan iman tiga kali sehari dalam keluarganya.
Istrinya meninggal tahun 1557 sementara Philip Melanchthon dalam
perjalanan ke Diet Worms. Ketika ia mendengar kematian istrinya di
Heidelberg, ia berkata: "Syukurlah, saya segera akan mengikutimu".
Melanchthon mempersiapkan suatu theologia yang sistematis untuk
golongan reformatis sementara Luther berada di Watburg. Karangannya
itu disebut LOCI COMMUNES, yang diselesaikannya pada tahun 1521.
Dalam buku ini Philip Melanchthon menguraikan ajaran-ajaran pokok
reformatis terutama mengenai dosa dan anugerah; pertobatan dan
keselamatan. Loci merupakan buku dogmatik pertama dari kalangan
reformatoris serta mempersiapkan jalan kepada Pengakuan Augsburg, di
mana Melanchthon menyusunnya sendiri. Pengakuan Augsburg ini
adalah salah satu surat pengakuan resmi Gereja Lutheran.
Melanchthon memainkan peranan penting dalam diet-diet yang diadakan
oleh kaisar Karel V. Ia hadir dalam Diet Speyer, 1529; di Margburg, 1529.
Dalam diet Margburg ia menentang dengan keras ajaran Zwingli tentang
perjamuan kudus. Melanchthon di masa-masa akhir hidupnya
mencurahkan perhatiannya kepada mengorganisir gerejanya di Saksen
atas dasar semi-episkopal. Karena pandangan-pandangan theologinya
mirip dengan Calvin, maka Philip Melanchthon sering dicurigai sebagai
Cripto-Calvinisme (Calvinisme tersembunyi). Melanchthon meninggal
pada tahun 1560 di Wittenberg.
LOCI COMMUNES
Karya Melanchthon "LOCI COMMUNES" ini telah menjadi Buku Pegangan
Dogmatika pertama (terbit thn. 1521) yang dibuat untuk kalangan Gereja
Lutheran. Isinya antara lain adalah pembahasan tentang kebenaran
Firman Allah yang disusun berdasarkan urutan yang dipakai Rasul Paulus
62 |TEOLOGI REFORMED
dalam suratnya kepada Jemaat di Roma. Menurut Melanchthon seluruh
isi Alkitab dapat dibagi menjadi tiga topik/ bagian besar, yaitu: Dosa,
Hukum dan Anugerah.
Pada bagian yang pertama, yaitu - Dosa -, dijelaskan bahwa manusia
dengan kehendak bebasnya sendiri tidak mungkin melakukan sesuatu
yang dapat menghasilkan pembenaran dari Allah, karena pohon yang
jelek akan menghasilkan buah yang jelek pula. Pada bagian - Hukum -,
Melanchthon berpendapat bahwa Allah memberikan hukum kepada
manusia supaya ia sadar akan keberdosaannya. Hukum Illahi yang
diberikan oleh Allah menuntut ketaatan manusia. Di sini manusia sadar
bahwa ia tidak mungkin dapat memenuhinya, kecuali jika Tuhan bersedia
mengampuni dosa-dosa manusia. BErangkat dari pokok inilah kemudian
Melanchthon membahas kebutuhan manusia akan - Anugerah - Allah,
yaitu bagian ketiga dari bukunya.
Buku LOCI COMMUNES telah direvisi berkali-kali oleh Melanchthon. Pada
edisi aslinya Melanchthon menyetujui semua pendapat Luther, namun
pada edisi-edisi perbaikan berikutnya ia memberikan beberapa
pandangan yang tidak sepenuhnya setuju dengan Luther. Sebaliknya,
Philip Melanchthon mengambil posisi di tengah, antara Luther dan Calvin,
khususnya dalam pandangannya tentang Perjamuan Kudus. Juga pada
edisi sebelumnya pandangan Melanchthon tentang predistinasi lebih
cenderung fatalistis (determination), tetapi dalam edisi perbaikan Philip
Melanchthon lebih cenderung mengikuti pandangan Calvin.
Sumber :
Judul Buku
Penulis
Penerbit
Halaman
:
:
:
:
Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah
Gereja
Drs. F.D. Wellem, M.Th.
PT BPK Gunung Mulia Jakarta, tahun 1999
181 - 182
63 |TEOLOGI REFORMED
http://reformed.sabda.org/philip_melanchthon
Teologi Reformed ialah Teologi Covenant Richard Pratt Jr*
Teologi Reformed sering diasosiasikan dengan “teologi covenant”[1]
(covenant theology). Jika Anda mendengarkan dengan seksama, Anda
akan sering mendengar pendeta dan pengajar menggambarkan diri
mereka sebagai “Reformed dan covenantal.” Istilah ‘”Reformed” dan
“Covenant” digunakan bersama dengan begitu luas sehingga membuat
kita memahami mengapa keduanya terkait.
Teologi Covenant merujuk kepada salah satu kepercayaan dasar yang
Calvinis pegang mengenai Alkitab. Semua orang Protestan yang tetap
setia kepada warisan menegaskan Sola Scriptura, kepercayaan bahwa
Alkitab ialah otoritas yang tertinggi dan tidak terbantahkan.
Bagaimanapun, teologi Covenantmembedakan pandangan Reformed
mengenai Kitab Suci dari pandangan kaum Protestan lain dengan
menekankan bahwa covenant ilahi menyatukan pengajaran seluruh
Alkitab.
Perkembangan awal dalam Reformed, pemahaman covenantal mengenai
Kitab Suci mencapai puncaknya di Inggris pada abad ke tujuhbelas
dengan Pengakuan Iman Westminster (1646), Deklarasi Savoy (1658),
Pengakuan Baptis London di tahun 1689, dan setiap perwakilan kelompok
64 |TEOLOGI REFORMED
yang berbeda dari Calvinis berbahasa Inggris. Dengan hanya sedikit sekali
variasi di antara mereka, dokumen-dokumen ini masing-masing
mencurahkan sebuah bab penuh tentang jalan covenant Allah dengan
manusia, yang menyingkapkan kesatuan dari semua yang Alkitab ajarkan.
Sebagai contohnya, Pengakuan Iman Westminster berbicara mengenai
kerendah hatian Allah untuk menyingkapkan diri-Nya kepada manusia
dengan cara covenant. Ini kemudian membagi seluruh sejarah Alkitab
hanya ke dalam dua covenant: “covenant kerja” (covenant of works)
dalam Adam dan “covenantAnugerah” (covenant of grace) di dalam
Kristus. Covenant kerja adalah rencana Allah dengan Adam dan Hawa
sebelum mereka jatuh ke dalam dosa. Covenantanugerah mempengaruhi
sisanya di dalam Alkitab. Dalam pandangan ini, semua
tahap covenant anugerah adalah sama secara substansi. Mereka berbeda
hanya karena Allah mengurs satu covenant anugerah-Nya di dalam
Kristus dalam bermacam cara di sepanjang sejarah Alkitab.
Sepanjang garis yang sama ini sejumlah teolog Reformed yang lebih
belakangan telah menegaskan kesatuan covenantal dari Kitab Suci
dengan menghubungkan covenant biblikal tertentu dengan apa yang
Perjanjian Baru sebut “Kerajaan Allah.” Yesus mengindikasikan
kepentingan Kerajaan Allah dalam kata-kata pembuka Doa Bapa kami:
“Bapa Kami yang ada di sorga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:9-
10). Kata-kata Yesus yang pertama menandakan bahwa yang tujuan
terutama dari sejarah ialah kemuliaan dan hormat bagi Allah sendiri.
Tetapi, kata-kata-Nya juga mengindikasikan bahwa Allah akan menerima
kemuliaan ini melalui kedatangan Kerajaan-Nya di bumi sebagai terjadi di
sorga. Tujuan Allah adalah selalu menerima pujian kekal dari setiap
ciptaan dengan mendirikan Kerajaan-Nya yang mulia di bumi. Meminjam
pujian yang sangat terkenal dalam Wahyu 11;15, di akhir sejarah
“kerajaan dunia akan menjadi Kerajaan Allah kita dan Kristus-Nya (TB LAI:
Dia yang diurap-Nya), dan Dia akan memerintah selama-lamanya.
65 |TEOLOGI REFORMED
Penemuan arkeologis belakangan telah menunjukkan bahwa
bagaimanacovenant Allah terkait dengan kerajaan-Nya di bumi. Dalam
zaman Alkitab, banyak raja bangsa-bangsa mendukung Israel yang
menjalankan ekspansi kerajaan mereka melalui persetujuan
internasional. Sarjana Alkitab telah memperhatikan paralel yang luar
biasa di antara persetujuan kuno ini dancovenant biblikal dengan Adam,
Nuh, Abraham, Musa, Daud, dan Kristus. Kesamaan-kesamaan ini
menandakan bahwa Kitab Suci menghadirkan covenantsebagai cara Allah
mengatur ekspansi kerajaan-Nya di bumi.
Covenant alkitabiah menekankan apa yang diperlukan pada tahap khusus
tentang Kerajaan Allah dengan melanjutkan prinsip-
prinsip covenantsebelumnya. Allah mulai dengan Adam untuk
menyingkapkan kerajanian-Nya sendiri, peran manusia, dan tujuan akhir
yang Dia telah canangkan untuk dunia (Kej. 1-3). Prinsip-prinsip ini terus
dibawa ke depan sebagaimana Allah menjanjikan kestabilan dalam alam
untuk pelayanan manusia dalam covenantNuh (Kej. 6, 9). Allah
mempertinggi covenant-Nya sebelumnya dengan menjanjikan bahwa
keturunan Abraham akan menjadi kerajaan yang besar dan menyebarkan
berkat Allah kepada bangsa-bangsa lain (kej. 15, 17). Allah akan
membangun di atas covenant ini dengan memberkati Israel dengan
hukum-Nya di masa Musa (Kel. 19-24). Setiap covenant sebelumnya
dibawa kepada ketinggian yang baru ketika Allah membangun dinasti
Daud dan menjanjikan bahwa salah satu keturunannya akan memerintah
dalam kebenaran atas Israel dan atas seluruh dunia (Mzm. 72; 89; 132).
Semua covenant Perjanjian Lama kemudian dilanjutkan dan digenapi di
dalam Kristus (Yer. 31:31; 2Kor. 1:19-20). Sebagai keturunan terbesar dari
Daud, hidup, kematian, kebangkitan, kenaikan, dan kedatanganNya
secara kekal menjamin perubahan seluruh dunia kepada Kerajaan Allah
yang mulia.
Banyak orang Kristen Injili hari ini menemukan kesulitan untuk
memercayai bahwa semua yang ada dalam Kitab Suci setelah Kejadian
66 |TEOLOGI REFORMED
3:15 mengenai Kerajaan Allah, dijalankan melalu penyingkapan
sebuah covenantanugerah. Mayoritas orang Injili Amerika memandang
Kitab Suci terbagi atas periode waktu yang dikuasai oleh prinsip-prinsip
teologis yang berbeda secara substansial. Ketika orang Kristen mengikuti
pendekatan populer ini, tidak lama sebelum mereka menjadi yakin
bahwa covenant baru dari masa kita sebenarnya aneh dengan banyak
aspek dari Perjanjian Lama.
Setidaknya tiga isu sering muncul ke depan: perbuatan (works) dan
anugerah, iman kelompok (corporate) dan pribadi, dan perhatian spiritual
dan duniawi. Pertama, banyak orang Injili memercayai bahwa penekanan
Perjanjian Lama pada perbuatan baik tidak sesuai dengan keselamatan
oleh anugerah melalui iman di dalam Kristus. Kedua, hubungan kelompok
Israel dengan Allah sebagai sebuah komunitas nampak digantikan oleh
sebuah fokus pada relasi pribadi seseorang dengan Allah. Ketiga, banyak
orang Injili memercayai bahwa Perjanjian Lama ada untuk mendirikan
kerajaan duniawi bagi Allah yang kontras dengan penekanan Perjanjian
Baru pada kerajaan rohani di dalam Kristus.
Teologi Covenant telah memampukan teolog Reformed untuk melihat
bahwa Perjanjian Baru sebenarnya cukup sama dengan Perjanjian Lama
dalam tiga area ini. Pertama, dalam pandangan keselamatan oleh
anugerah melalui iman di dalam Kristus adalah satu-satunya cara
keselamatan alam kedua perjanjian. Seluruh Alkitab membicarakan
perbuatan baik karena iman yang menyelamatkan selalu enghasilkan
buah ketaatan kepada Allah. Kedua, teologicovenant menolong kita
melihat bahwa kedua perjanjian berbicara tentang relasi pribadi dan
kelompok dengan Allah. Semua covenant Allah berurusan dengan orang-
orang pada kedua level tersebut. Ketiga, teologi covenant telah
menunjukkan bahwa Kerajaan Allah selalu duniawi dan rohani. Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru berfokus pada pelayanan kita dalam dua dunia
tersebut. Dalam satu dan lain cara, teologi covenant memiliki banyak hal
untuk ditawarkan kepada komunitas Injili yang lebih luas. Di saat yang
67 |TEOLOGI REFORMED
sama, ada keperluan yang bertumbuh untuk teologi covenant untuk
dipertegas dengan kuat dalam lingkaran orang Reformed masa kini.
Dalam dekade belakangan, banyak pembela teologi Reformed yang lebih
baru telah mengabaikan teologi covenant.
Lagi dan lagi, kita menemukan bahwa teologi Reformed telah direduksi
kepada apa yang kita sering sebut doktrin anugerah – kepercayaan
familier seperti kerusakan total (total depravity), pemilihan tanpa syarat
(unconditional election), penebusan terbatas (limited atonement),
anugerah yang tidak bisa ditolak (irresistible grace), dan ketekunan
orang-orang kudus (perseverance of the saints). Tentu saja, kita
seharusnya menghargai kebenaran-kebenaran Kitab Suci ini, tetapi waktu
kita gagal menekankan kerangka yang lebih luas yang
teologi covenant berikan, pemahaman kita tentang Alkitab segera mulai
kacau dalam tiga area yang sama.
Pertama, doktrin anugerah tanpa teologi covenant telah membawa
beberapa orang memercayai bahwa teologi Reformed perhatian
utamanya mengajarkan bahwa anugerah Allah menopang kehidupan
orang Kristen dari permulaan hingga akhirnya. Tentu saja, ini benar.
Tetapi, covenant kedua perjanjian secara konsisten mengajarkan bahwa
Allah selalu memerlukan usaha penentuan dari umat-Nya sebagai respon
kepada anugerah-Nya dan Dia akan membalas ketaatan dan menghukum
ketidaktaatan.
Kedua, terpisah dari teologi covenant, banyak orang dalam lingkup kita
terlihat berpikir bahwa teologi kita semuanya tentang menemukan
keunikan cara Reformed bagi individu-individu untuk mengembangkan
relasi mereka dengan Tuhan. Dalam zaman kita, sejumlah langkah
menuju kesucian prbadi dan kesalehan telah diperlakukan sebagai ciri
sentral dari teologi Reformed. Sepenting individu dalam Alkitab,
teologi covenant menyoroti relasi bersama kita dengan Allah juga. Tidak
ada covenant alkitabiah yang dibuat hanya dengan satu orang. Mereka
68 |TEOLOGI REFORMED
juga meliputi relasi yang Allah bangun dengan sekelompok orang. Karena
alasan ini, kedua perjanjian mengajarkan kita bahwa keluarga orang
percaya ialah komunitas covenant dimana dalamnya kemurahan Allah
disalurkan dari generasi ke generasi lain. Lebih lagi, gereja yang kelihatan
di dalam kedua perjanjian ialah komunitas covenant dimana dalamnya
kita menerima Injil dan perangkat umum dari anugerah.
Ketiga, doktrin anugerah dapat denga mudah memberi kesan bahwa
teologi Reformed hanya terkait soal spiritual. Banyak orang dalam lingkup
kita sangat memperhatikan perubahan batiniah melalui pemahaman
Kitab Suci yang benar. Tetapi, kita sering mengabaikan efek sosial dan
fisikal dari dosa dan keselamatan. Teologi covenant memberi kita sebuah
visi yang lebih besar dan lebih memaksa tentang pengharapan kita
sebagai orang Kristen. Dalam kedua perjanjian, orang-orang percaya
memperluas Kerajaan Allah baik secara rohani maupun duniawi. Kita
harus mengajarkan Injil Kristus kepada semua bangsa supaya orang-orang
mungkin diubahkan secara rohani, tetapi pembaharuan spiritual ini demi
perluasan ketuhanan Kristus dalam semua faset budaya di seluruh dunia.
Kesimpulan mengatakan bahwa teologi covenant memiliki lebih banyak
hal untuk ditawarkan kepada setiap orang Kristen. Sehingga ketika kita
bertanya pada diri kita sendiri, “apa itu teologi Reformed?” akan sangat
berguna jika kita merespon, “teologi Reformed ialah teologi covenant.”
Catatan Akhir:
[*] Dr. Richard L. Pratt, Jr (Th.D, Harvard University) ialah salah seorang
teolog Perjanjian Lama yang sangat brilian pada masa ini. Dia adalah
salah satu anugerah Tuhan bagi kekristenan Injili masa kini. Ketelitan,
logis, komprehensif, dan aplikatif adalah ciri-ciri pembahasannya. Dia
69 |TEOLOGI REFORMED
telah menulis banyak buku yang sangat baik, beberapa di antaranya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Momentum maupun
SAAT (Dirancang bagi Kemuliaan, judul asli Designed for Dignity;
Menaklukkan Segala Pikiran kepada Kristus, judul asli Every Thought
Captive; Dia Berikan Kisah-Nya, judul asli He Gave Us Stories). Artikel ini
merupakan terjemahan dari tulisannya yang berjudul, “Reformed
Theology is Covenant Theology,” yang dibaca di sini
Trans. Dr. Richard L. Pratt Jr (Th. D, Harvard University) is a one of the
most briliant Old Testament theologians today. He is one of God’s gifts
for Evangelical Christianity this day. Thorough, logic, comprehensive, and
applicable are his main styles in writing. He has authored many very good
books which some of them has been translated into Indonesian either by
Momentum or SAAT (SEABS; South East Asia Bible Seminary: Dirancang
bagi Kemuliaan forDesigned for Dignity; Menaklukkan Segala Pikiran
kepada Kristus for Every Thought Captive; Dia Berikan Kisah-Nya, for He
Gave Us Stories). This article is translated from his writing
entitled “Reformed Theology is Covenant Theology,” that could be read
at here
[1] Secara umum, kata “covenant” biasanya diterjemahkan menjadi
‘perjanjian.” Akan tetapi, penerjemahan tersebut sebenarnya tidak
terlalu tepat sebab kata “perjanjian” terlalu sempit untuk memuat makna
yang dikandung kata “covenant.” Beberapa orang berusaha
menransliterasikan kata “covenant” menjadi “kovenan,” namun tindakan
ini sendiri tidak terlalu tepat karena kata tersebut bukan kata yang baku
dalam bahasa Indonesia. Maka dari itu, mengingat tidak adanya padanan
kata, saya tetap mempertahankan kata ini dalam bahasa Inggris.
http://abbamenjawab.blogspot.com/2011/04/teologi-reformed-ialah-teologi-
covenant.html
70 |TEOLOGI REFORMED
Gereja Beraliran Teologi Reformed Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Saya membeli sebuah buku kecil dengan judul yang sangat menarik, "The
Readable TULIP". Buku tersebut ditulis oleh seorang Pendeta Gereja
Covenant Evangelical Reformed di Singapura yang bernama Cheah Fook
Meng. Belum pernah terbayang dalam benak saya ada buku yang
membahas TULIP (Lima Inti Calvinisme), sekecil dan setipis itu. Tentu
menyenangkan sekali menemukan kenyataan bahwa itu bukan mimpi
lagi.
Saya kira kata "Readable" yang dipakai di sini bukan dimaksudkan sebagai
sindiran (kalau untuk sindiran, kata-katanya mungkin akan seperti ini:
"TULIP for the Dumies"), tapi sebagai pembelaan, bahwa walaupun
kebenaran iman Reformed memang tidak mudah (harus berpikir), namun
bukan berarti tidak bisa dijelaskan dengan sederhana, khususnya bagi
orang Reformed baru. Yang menjadi masalah adalah, yang
mempersulitnya justru orang Reformed itu sendiri. Selain bahasanya yang
sederhana, cara penyampaian gagasan dalam buku ini kelihatan
bersahaja. Memang ada kesan tegas, solid, dan bertahan pada pendirian,
namun tidak sombong. Memang ada kesan elite, tapi tidak eksklusif.
Bagian pertama buku ini menjelaskan tentang TULIP. Namun, saya
sengaja tidak mengambil bagian ini untuk saya bagikan kepada Anda
karena saya berasumsi bahwa kebanyakan dari Anda sudah tahu. Saya
justru mengambil dua artikel pendek lain sesudahnya karena bagi saya,
bagian ini lebih menarik. Dua bab yang saya ambil adalah:
Why We are Reformed?
What if We Reject the Reformed Faith?
71 |TEOLOGI REFORMED
Silakan menyimak. Jika Anda ingin memberi komentar, silakan
berkunjung (tapi harus mendaftar menjadi anggota dulu) ke situs Soteri
di:
==> http://reformed.sabda.org
In Christ,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
Penulis:
Cheah Fook Meng
Edisi:
102/VIII/2008
Tanggal:
14-8-2008
Isi:
GEREJA BERALIRAN TEOLOGI REFORMED
MENGAPA KAMI MENJADI JEMAAT REFORMED?
Gereja dan teologi Reformed tidak populer untuk banyak orang. Kalau
mau jujur, kalau saya bercita-cita ingin membangun gereja yang nantinya
akan dipenuhi dengan pengunjung, maka saya tidak akan membangun
gereja Reformed. Gereja-gereja kontemporer dengan musik pop dan
nada musik yang keras serta panggung/mimbar yang ditata dengan apik,
lebih populer. Gereja-gereja yang sangat menekankan pemuridan (red:
sel group), sedang digemari pada era milenium ini. Gereja-gereja yang
memfokuskan diri pada kebutuhan manusia juga memiliki banyak jemaat.
72 |TEOLOGI REFORMED
Namun, posisi gereja Reformed tidak terlalu baik dalam popularitas
kekristenan.
Citra umum gereja Reformed adalah bahwa gereja ini membosankan dan
banyak batasannya. Gaya penyembahannya yang kuno tidak relevan
dengan budaya modern berteknologi tinggi. Jemaatnya berpenampilan
terlalu tenang karena penekanannya pada kerusakan moral; hidup
mereka nampak pasif karena ajaran predestinasi. Dan lagi, usaha
penginjilannya tidak menarik untuk zaman sekarang. Namun meski
kurang populer, kami tetap ingin menjadi jemaat Reformed. Mengapa?
Pertama, menjadi jemaat Reformed bukanlah pilihan, namun pendirian.
Menjadi jemaat Reformed berarti menjadi alkitabiah. Semua doktrin
iman Reformed -- predestinasi, kerusakan moral total, penebusan dosa
yang absolut, anugerah yang luar biasa, dan ketekunan orang percaya --
merupakan kebenaran yang ada dalam Injil. Meskipun istilah-istilah yang
kami gunakan untuk menyimpulkan iman Reformed, tercipta dari
panasnya debat teologi, namun kebenarannya berakar dalam pada
pengajaran Alkitab. Seperti yang dikatakan sang pengkhotbah, Charles
Spurgeon, "menjadi Calvinis berarti menjadi alkitabiah".
Kedua, menjadi Reformed berarti menjadi apostolik. Kami tidak percaya
pada rangkaian apostolik seperti agama Katolik Roma memercayainya.
Mereka percaya pada rangkaian jasa para santo. Namun, kami percaya
pada rangkaian doktrin orang kudus. Iman Reformed bukanlah suatu
ajaran baru. Iman Reformed muncul pada era Reformasi abad ke-16.
Meskipun namanya diambil dari kata Reformasi, doktrin iman Reformed
diajarkan oleh Agustinus bahkan sebelum Martin Luther melontarkan 95
tesisnya. Iman Reformed dan penekanannya pada kedaulatan anugerah
Allah, bersumber pada wahyu Injil.
Ketiga, iman Reformed memuliakan Allah. Gereja superbesar
(megachurch) pada zaman sekarang menyembah Allah dengan musik
kontemporer dan aksi panggung yang terus berkembang. Gereja
73 |TEOLOGI REFORMED
Reformed memuliakan Allah dengan pengagungannya yang dalam pada
kedaulatan dan kekudusan Allah. Allah berdaulat atas karya penciptaan
dan pemeliharaan. Kedaulatan Allah adalah sebuah kebenaran yang
sangat diakui oleh iman Reformed. Namun iman Reformed mengatakan
lebih dari itu. Karena saat kami mengakui bahwa Allah berdaulat atas
karya penebusan, kami mengatakan bahwa keselamatan adalah murni
karena anugerah. Kami tidak mulai bertobat dengan sendirinya. Allah
mengubahkan kami oleh anugerah-Nya. Dengan kuasa-Nya, Ia membuat
kami berkehendak untuk berubah. Respons iman adalah sebuah
anugerah yang Allah kerjakan dalam hati orang-orang pilihan-Nya. Hal ini
bertentangan dengan teologi populer. Dalam banyak presentasi Injil,
karya keselamatan dinyatakan sebagai sebuah kerja sama. Allah
mengerjakan 50% dalam anugerah-Nya dan menunggu tak berdaya untuk
manusia mengerjakan 50% sisanya dalam kehendak bebasnya. Charles
Spurgeon pernah mengatakan bahwa jika ada satu persen kehendak
manusia dalam selubung kebenaran-Nya, ia akan selamanya tersesat.
Keempat, iman Reformed memberikan jaminan sejati bagi gereja dan
jemaatnya dalam masa pencobaan dan krisis. Iman Reformed bukanlah
sebuah doktrin teoritis alternatif. Iman Reformed merupakan teologi
dengan kebenaran yang secara praktis sangat berkuasa. Saat seorang
anak Allah mengalami pencobaan hebat, ia memandang pada kasih
pemeliharaan Allah dan mengakui bahwa Allah berkuasa atas segalanya.
Ia mengakui bahwa Allah berkuasa memberikan kelepasan. Lebih
daripada mengharapkan datangnya kelepasan, orang itu akan berpegang
pada imannya yang percaya bahwa Allah sanggup membawa kebaikan
bahkan, dalam situasi yang paling buruk sekalipun.
Orang Reformed tidak pernah putus asa. Bandingkan iman sederhana ini
dengan pengakuan arogan beberapa pendoa kesembuhan. Mereka
mengatakan kepada kita bahwa Allah ingin menyembuhkan penyakit kita.
Dan saat kesembuhan tidak terjadi, kesalahan ditimpakan kepada orang
percaya dengan alasan bahwa ia tidak cukup beriman untuk dapat
74 |TEOLOGI REFORMED
sembuh. Namun, orang Kristen Reformed lebih dewasa dalam
pandangannya. Pertama-tama, ia menginginkan kesembuhan jiwa. Saat ia
memohon kesembuhan fisik, ia tahu bahwa Allah mungkin akan
mengabulkannya, tapi mungkin juga tidak, sesuai dengan kedaulatan
tujuan-Nya. Dan saat kesembuhan tidak juga datang, itu bukan karena ia
kurang beriman, namun karena Allah ingin ia percaya bahwa Ia sanggup
memberikan kebaikan, bahkan dalam hal buruk sekalipun. Orang Kristen
Reformed mensyukuri kekayaan dan kebahagiaan, tapi juga dalam
penderitaan. Ia tahu bahwa Allah berkuasa atas dua hal ekstrim yang ada
dalam kehidupan itu.
Kelima, iman Reformed selalu memperbaiki. Iman Reformed tidak pernah
mandek (stagnan). Meski mengakui iman yang sudah kuno, namun iman
ini selalu bekerja keras memahami lebih banyak kebenara-Nya dari
firman Tuhan. Kita tidak akan pernah dapat memahami segalanya
tentang Allah. Meski Allah dapat dikenali, Ia juga tidak terpahami.
Pengetahuan kita akan Allah akan semakin dalam, khususnya pada
saat-saat Ia mencobai kita dengan kesulitan-kesulitan. Dari pencobaan-
pencobaan itulah kami biasanya melihat lebih banyak keindahan dan
kemuliaan-Nya. Iman Reformed tidak berkembang dari perenungan di
tempat tinggi dengan suasana yang tenang. Kebenaran iman Reformed
diformulasi saat ada pertumpahan darah, ancaman, dan kontroversi.
Kebenaran-kebenaran itu dikembangkan untuk memenuhi perjuangan
umat Allah sehari-hari. Katekisme Heidelberg, yang jelas merupakan iman
Reformed paling disukai, diawali dengan pertanyaan yang benar-benar
praktis dalam instruksinya, "Apa yang menjadi satu-satunya penghiburan
bagi Anda dalam kehidupan dan kematian?"
Yang terakhir namun tak kalah pentingnya, iman Reformed selalu
konsisten. Dispensasionalisme memiliki banyak variasi. Karismatisme
memiliki banyak jemaat. Arminianisme mengubah Allah dan
membuatnya makin terbuka dan mudah dikecam. Namun, iman
75 |TEOLOGI REFORMED
Reformed konsisten dalam pengakuannya atas anugerah kedaulatan
Allah. Apa yang diakui iman Reformed kini sama dengan yang diakui pada
generasi yang akan datang. Setiap generasi mungkin memerluasnya.
Namun presuposisi dan prinsip dasarnya tetap sama -- Allahlah yang
berkuasa. Dan karena kekonsistenannya ini, hanya iman Reformedlah
yang dapat membawa gereja melalui masa depan yang terus berubah.
Kebenaran-Nya tidak pernah berubah. Allah berkuasa kemarin. Ia
berkuasa sekarang ini. Dan Ia berkuasa selamanya.
BAGAIMANA JADINYA JIKA KITA MENOLAK IMAN REFORMED?
Menyepelekan Allah adalah Konsekuensi dari Menolak Iman Reformed
"Aku percaya padamu". Siapa yang mengucapkannya? Itulah yang
pertama kali terlintas di benak saya saat melewati sebuah gereja yang
memasang spanduk bertuliskan kalimat itu. Filsuf, psikologis, humanis,
atau ahli manajemen mana yang telah mengatakan sesuatu yang sangat
berpusat pada manusia itu? "Apakah filsuf besar Yunani, Socrates, yang
mengatakannya?" tanyaku. Ia adalah orang yang bersikeras bahwa Anda
harus "mengenal diri Anda sendiri". Apakah Narcissus, seorang pemikir
sombong yang jatuh cinta dengan citra dirinya sendiri dan memuji
kebajikannya sebagai manusia dan keterlibatan pribadinya?
Saat saya melihat di bagian bawah tulisan yang dicetak tebal itu untuk
mencari sumbernya, saya benar-benar kaget. Allah yang mengatakannya.
Allah? Saya segera membaca cepat seluruh Perjanjian Lama dan Baru
untuk mencari firman Allah yang mengatakan, "Aku percaya padamu."
Saya tidak bisa menemukannya. Kalimat itu tidak ada dalam Alkitab.
"Sejak kapan Allah menempatkan manusia sebagai objek kepercayaan-
Nya," pikirku. Kalimat itu mungkin terlihat keren bagi generasi modern,
namun tidak sesuai dengan teologi yang saya tahu di Alkitab.
76 |TEOLOGI REFORMED
Alkitab menjelaskan kejatuhan manusia sebagai "maut dalam
pelanggaran dan dosa". Alkitab mengatakan kepada kita bahwa
"keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah". Alkitab
mengatakan bahwa setiap manusia telah berdosa dan kehilangan
kemuliaan Allah. Dan bahkan Alkitab dengan berani mengatakan bahwa
kita "diperanakkan dalam kesalahan dan dikandung ibu kita dalam dosa.
Dengan pernyataan-pernyataan tegas tentang keadaan manusia yang
tersesat seperti itu, hal baik apa yang membuat manusia yang sudah
berdosa dan rusak itu menjadi objek kepercayaan-Nya?
Pernyataan itu memang tegas. Seperti kebanyakan tipu muslihat iklan,
pernyataan itu ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat modern.
Dan dalam usahanya menarik massa, bahkan ada juga yang cukup berani
menulis ulang pokok-pokok iman Kristen.
Mereka menulis ulang apa yang Injil katakan tentang manusia, dan
membuatnya menjadi seseorang dengan bawaan lahir ilahi yang
disenangi Allah. Namun, Injil menegaskan bahwa manusia jasmani tidak
dapat menyenangkan Allah (Roma 8:6-8). Mengatakan Allah percaya
pada manusia berarti menyatakan secara tak langsung bahwa manusia
memiliki kebaikan dan keterampilan spiritual yang terhadapnya Allah
berkenan. Hal baik apa yang ada dalam manusia berdosa yang dapat
membuat Allah mengatakan padanya, "Aku percaya padamu?"
Mungkin Allah terkesan dengan intelegensi kita. Lagipula, kita adalah
manusia yang berpendidikan tinggi dan inovatif. Kita telah menghasilkan
sarjana-sarjana dan menciptakan sistem yang memiliki kontribusi besar
dalam membentuk masyarakat global.
Mungkin Allah terkesan dengan budaya populer kita. Pada 1960-an, kita
memiliki Beatles dan kemudian, Bee Gees, dan kini kita punya Westlife
dan Britney Spears. Mungkin Allah senang dengan bagaimana kita
77 |TEOLOGI REFORMED
memakai musik untuk menghilangkan stres dan membuat jiwa kita
menari.
Mungkin Allah terkesan dengan bagaimana kita saling mencintai satu
sama lain sebagai manusia. Karena kasih adalah hal yang terpenting,
mungkin Allah tergerak oleh bagaimana kita mengasihi tanpa penilaian,
pernikahan, etika, dan tanggung jawab. Mungkin Ia terkesan dengan
bagaimana kita dapat dengan mudah terlibat dan melakukan pernikahan
sesama jenis.
Mungkin Allah terkesan dengan bagaimana kita dapat lebih maju dalam
memandang kehidupan. Ada yang bilang kita berasal dari kera. Yang lain
berkata bahwa materialisme dan kesenangan hidup adalah yang
terpenting. Namun, yang lain lagi berkata bahwa kita harus memutuskan
etika kita berdasarkan perasaan kita -- jika dirasa baik, lakukan. Dan
mungkin Allah terkesan dengan bagaimana pandangan- pandangan ini
mampu bertahan dalam pasar publik tanpa persaingan.
Atau mungkin terkesan dengan bagaimana kita percaya terhadap diri kita
sendiri. Manusia adalah tolok ukur segala sesuatu. Ia adalah kapten dari
takdirnya sendiri. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk dunia tanpa
Allah. Dan karena semua yang dapat dilakukan manusia itu, Allah percaya
padanya.
"Aku percaya padamu?" Sebaliknya, saya menemukan di Alkitab kalimat
yang jauh lebih menenangkan. Allah mengatakan kepada setiap orang
yang memusatkan diri pada manusia bahwa jika Anda hidup dalam
daging, Anda akan mati (Roma 8:13).
Pernyataan itu mengubah apa yang sudah dituliskan Allah, karena
merendahkan kedaulatan Allah dan menjadikan Allah sekadar sebagai
penonton, motivator, "Aku percaya padamu, kamu pasti bisa!"
78 |TEOLOGI REFORMED
Allah, dalam kepercayaan Protestan tradisional, disembah sebagai
Pencipta dan Penebus. Ia memutuskan hidup semua manusia. Ia
menentukan bagaimana segala sesuatu akan terjadi. Ia melakukan segala
sesuatu menurut kehendak-Nya. Tidak seorang pun dapat menggagalkan
rencana-Nya. Tak seorang pun mampu menentang perkataan- Nya. Dan
tak seorang pun yang menyarankan-Nya bahwa rencana B jauh lebih baik.
Salah satu pernyataan paling indah tentang Allah ada di Yesaya 46.
"... Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang
seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan
dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata:
Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan."
(Yesaya 46:9-10)
Allah tidak perlu percaya kepada siapa pun. Ia sendiri adalah Yang
Mahakuasa. Tak ada yang seperti-Nya. Tak seorang pun memiliki kuasa
membentuk masa depan. Tak seorang pun dapat menebus kejatuhan
manusia. Tak seorang pun dapat melakukan sesuatu tanpa Allah. Tanpa
Allah, manusia dan segala ciptaan bahkan tidak dapat hidup barang
sesaat. Mengapa Allah mengatakan kepada manusia, "Aku percaya
padamu?"
"Aku percaya padamu" hanyalah satu dari banyak peryataan yang dapat
Anda temukan di www.lovesingapore.org.sg. Pernyataan lain di
antaranya: "Aku berpikir akan membuat dunia hitam dan putih. Lalu Aku
berpikir ... naaaah." "Aku benci aturan. Itulah sebabnya mengapa aku
hanya membuat sepuluh aturan." Dan semua pernyataan itu
dipertautkan dengan Allah.
"Golden rules" seperti itu dimaksudkan untuk menempatkan Allah di
jantung kota, untuk membuat-Nya nampak keren, jenaka, tak ketinggalan
zaman, dan dapat diterima. Namun sungguh, hal ini merupakan sesuatu
yang menjelaskan bagaimana gereja modern sudah melangkah terlalu
jauh. Gereja masa kini telah kalah oleh budaya populer. Jika sesuatu tidak
79 |TEOLOGI REFORMED
modern, maka sesuatu itu tidak relevan. Karena itu gereja yang memakai
metode iklan baru ini memutuskan untuk membuat Allah lebih modern.
Namun dengan membuat Allah menjadi lebih relevan, mereka tidak
menghormati Allah. Kini, Allah menjadi seperti produk konsumen. Ia
harus didikte untuk berkata sesuatu yang tampak keren di budaya
populer kita. Jadi, perkataan-Nya harus dinyatakan ulang, status-Nya
diposisikan ulang, dan kedaulatan-Nya direndahkan dalam rangka
membuat-Nya lebih relevan dengan keadaan masa kini. Allah harus
mengatakan apa yang para pembuat iklan inginkan untuk Dia katakan.
Dan orang-orang yang mendanainya sepertinya tidak merasa bahwa
menggunakan nama Allah dengan begitu sembarangan dan tidak
menghormati adalah pelanggaran perintah yang ketiga, "Jangan
menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan." Nama Allah,
yang adalah kemuliaan-Nya, kini direduksikan menjadi label komersial,
untuk mempromosikan produk baru Injil masa kini.
Penyepelean Allah ini adalah sesuatu yang serius. Perhatikan komentar
Warren Wiersbe, seorang pengkhotbah Kristen yang terkenal, "Kita tidak
perlu mengutuk atau bersumpah untuk menyebut nama Allah dengan
sembarangan. Kita hanya perlu menggunakan nama-Nya dalam hal- hal
sepele, maka kita pun sudah menghina nama Allah. Tak semestinya
familiaritas dapat merendahkan nama ilahi layaknya penghinaan nama
Allah yang jelas-jelas diucapkan. Mengucapkan hal-hal spiritual yang
berharga dengan cara seadanya dan terkesan menyepelekan merupakan
sebuah dosa dan sekaligus menyangkal kebenaran-Nya.
Menyepelekan Allah sama dengan menyingkirkan Allah dari kekristenan
historis. Pernyataan "Aku percaya padamu" bukanlah pernyataan yang
netral dan tak berbahaya. Pernyataan itu adalah perusakan teisme dan
humanisme. Pernyataan itu merupakan sebuah paduan yang jelas
antialkitabiah. Pernyataan itu lebih buruk daripada Arminianisme yang
membawa masalah bagi gereja pada era Reformasi. Arminianisme
80 |TEOLOGI REFORMED
bersifat sinergis. Paham ini mengatakan bahwa Allah membutuhkan kerja
sama manusia. Namun pernyataan "Aku percaya padamu" nampak
seperti sinkretisme, yang membawa suara humanistis yang halus namun
tegas. Manusia memiliki masa depan yang dapat ia atur sendiri. Manusia
dapat melakukan apapun menurut kehendaknya untuk menyenangkan
Allah. Dan saat manusia itu berhasil, Allah bertepuk tangan untuknya dan
berkata, "Benar, kan, kamu pasti bisa melakukannya. Aku selalu percaya
padamu." Pernyataan ini menempatkan Allah dan manusia pada derajat
yang sama.
Allah yang dipromosikan dalam iklan-iklan itu bukanlah Allah yang ada di
dalam Injil. Saya yakin gereja-gereja yang mendukung slogan ini tidak
bermaksud untuk merendahkan dan menyingkirkan Allah dari
kekristenan historis. Namun pernyataan itu jelas membuktikannya. Hal ini
membawa saya kepada pertanyaan yang perlu diselidiki: "Sudahkah kita
menjadi sedemikian acuh secara teologis sampai-sampai kita tidak lagi
mampu membedakan dasar kekristenan dari humanisme dan
ketidakpercayaan?"
Memasang tulisan-tulisan seperti itu di dalam dan di luar gereja tidak
akan membuat kekristenan menjadi keren dan relevan. Pernyataan itu
hanya menunjukkan seberapa jauh komunitas Kristen secara teologis
sudah sangat tersesat. Fakta banyaknya gereja terkemuka memasang
spanduk seperti itu telah mencerminkan tidak adanya kepemimpinan
teologis dalam komunitas Kristen lokal. Warisan Protestan di Singapura
telah kalah oleh roh zaman ini. Allah alkitabiah tidak ada lagi dalam
spanduk-spanduknya. Segera, Ia akan hilang dari aula suci kita ... kecuali
kita kembali kepada kesehatan rohani alkitabiah dan mulai menghormati
Allah serta menyadari kemuliaan-Nya. (t/Dian)
Sumber:
Diterjemahkan dari:
81 |TEOLOGI REFORMED
Judul buku : The Readable TULIP
Judul asli
artikel : 1. Why We are Reformed? 2. What if We Reject
Reformed Faith?
Penulis : Cheah Fook Meng
Penerbit : Genesis Books, Singapura 2003
Halaman : 62 -- 71
http://reformed.sabda.org/gereja_beraliran_teologi_reforme
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa
Kini Editorial:
Dear All,
Pertama-tama, mohon maaf karena pengiriman artikel bulan ini agak
terlambat.
Artikel yang saya muat bulan ini diambil dari buku "Sebuah Bunga Rampai
dalam Peringatan 25 Tahun Kependetaan Caleb Tong."
Mudah-mudahan artikel ini menjadi berkat dan mendorong kita untuk
semakin mengenal dan menghargai semangat gerakan Reformed. Selain
itu harapan saya inti dari gerakan Reformed dapat semakin nampak di
gereja kita dan kehidupan kita masing-masing.
In Christ,
Yulia
Artikel Terkait
82 |TEOLOGI REFORMED
Jika Kristus Tidak Dibangkitkan
Roh Kudus dan Alkitab
Inti Kekristenan
Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi (2)
Apakah Tujuan Kematian Kristus?
Bimbingan dan Rencana Allah (1)
Gereja Beraliran Teologi Reformed
Penulis:
Stephen Tong
Edisi:
026/III/2002
Isi:
PENDAHULUAN
Teologia Reformed merupakan sesuatu gerakan pengertian firman Tuhan
yang berdasarkan hati nurani yang murni dan perasaan tanggung jawab
yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Baik dari Martin Luther, Zwingli
maupun Calvin mereka sebenarnya tidak ada maksud untuk memecah
gereja, mengajarkan doktrin-doktrin yang baru atau memisahkan
sebagian orang untuk memihak mereka, melainkan mereka benar-benar
terdorong oleh suatu keadaan yang menyedihkan yaitu penyelewengan-
penyelewengan yang terjadi dalam gereja terhadap Alkitab dan doktrin-
doktrin yang diajarkan dari jaman ke jaman.
83 |TEOLOGI REFORMED
Para Reformator adalah orang-orang jujur yang mau kembali setia
kepada Allah dan mereka juga mau mempengaruhi gereja agar kembali
setia kepada Allah. Mereka tidak menegakkan doktrin yang baru,
melainkan menjelaskan doktrin yang dari kekal sampai kekal tidak
berubah berdasarkan firman Tuhan yang diwahyukan dalam Kitab Suci.
Khususnya Calvin, dalam "Institutes of the Christian Religion",
mempunyai motivasi supaya manusia mengenal bahwa ajaran-ajaran
Reformed adalah sesuai dengan ajaran-ajaran Kitab Suci. Boleh dikatakan
ini adalah semacam kebangunan doktrinal yang bersangkut-paut dengan
pengertian kepada interpretasi yang sah terhadap iman rasuli. Selain
daripada pengaruh dalam hal doktrin yang benar, kekristenan juga
membawa kita sebagai anak-anak Tuhan yang setia menjalankan tugas
kehidupan di dalam dunia ini untuk mempunyai perasaan tanggung-
jawab kultural dan sosial. Baik di dalam aliran Lutheran maupun Calvinis
keduanya memiliki gagasan bagaimana orang Kristen hidup sebagai
warga negara yang harus menjadi terang dunia dan dapat mempengaruhi
kebudayaan serta membawa Kekristenan kepada Kristus yang
sebenarnya adalah Raja di atas segala bidang dan aspek kebudayaan.
Dengan demikian di mana teologi Reformed berada, daerah itu
menerima pengaruh daripada kebenaran di dalam semua aspek
kebudayaan.
Selain kembali kepada ajaran Kitab Suci dan hidup bertanggung jawab
dan memberi pengaruh kebudayaan, Calvin juga mementingkan:
Kedaulatan Allah di dalam seluruh dunia, khususnya di dalam Tubuh
Kristus,
hanya berdasarkan iman saja manusia dibenarkan.
Di dalam kedua hal di atas, boleh dikatakan bahwa kedua Reformator
mendapat pengaruh dari Agustinus. Doktrin anugerah, doktrin
keselamatan, doktrin Allah dan Injil yang murni ditegakkan kembali di
dalam ajaran teologia Reformed sehingga kita tidak asing dengan istilah-
84 |TEOLOGI REFORMED
istilah: sola scriptura, solagratia, sola fide, soli Deo gloria dan lain-lain.
Kesemuanya adalah cetusan istilah yang begitu singkat namun tepat
untuk melukiskan tekanan-tekanan dari gerakan Reformasi pada jaman
itu yang berpengaruh ke segala jaman.
Itulah sebabnya sejak Reformasi, 470 tahun lebih y.l., kita melihat
pengaruh Teologi Reformed sangat menonjol, seperti:
Di mana pengajaran Reformed disebarkan di sana penghargaan terhadap
kehormatan atau martabat manusia tidak terlepas dari gerakannya. Dan
akibat dari penghargaan terhadap hak manusia ini maka di mana
Calvinisme berada di sana boleh dikatakan menjadi tempat-tempat
suburnya demokrasi di dalam pembentukan masyarakat dan politik
mereka.
Selain daripada itu aliran Lutheran dan Calvinis juga berpengaruh di
bidang sastra, bahasa maupun musik. Ini merupakan suatu kontribusi
yang penting. Sesudah beberapa ratus tahun kemudian, mandat kultural
menjadi sesuatu aspek yang dipentingkan dan ditekankan oleh kaum
Calvinis. Maka kita melihat semua negara Protestan mencapai kemajuan
di dalam bidang industri, ilmiah lebih pesat daripada negara-negara yang
tidak dipengaruhi oleh teologia Protestan. Sampai hari ini produksi-
produksi yang paling akurat dan dapat diandalkan, misalnya, adalah
berasal dari Jerman, Swedia dan sebagainya. Ini adalah pengaruh tidak
langsung dari Reformasi. Hal yang sama juga terjadi di bidang musik. Jadi
boleh dikatakan bahwa pengaruh ini telah meluas dan mencapai segala
bidang, seperti yang dikatakan oleh Abraham Kuyper bahwa tidak ada
satu inci pun di dalam bidang hidup manusia yang Kristus tidak ada
takhtanya.
TEOLOGIA REFORMASI DI TENGAH-TENGAH KONTEKS BERGEREJA DI
INDONESIA
85 |TEOLOGI REFORMED
Indonesia pernah dijajah oleh Belanda sehingga gereja Protestan
merupakan gereja yang sangat luas dan berakar di Indonesia semasa
penjajahan. Kami pikir gereja pada waktu itu merupakan gereja dari
lapisan kelompok masyarakat yang agak tinggi sehingga Keristenan
sebenarnya masih belum terlalu mendarat dan berakar dalam
masyarakat umum. Menunggu sampai Gereja Pentakosta timbul di
Indonesia, barulah Injil dikabarkan kepada khalayak yang lebih banyak.
Khususnya melalui karunia-karunia seperti kesembuhan dan sebagainya.
Hal ini menarik banyak orang miskin datang kepada Kekristenan sehingga
Kekristenan menurun kepada lapisan yang lebih rendah.
Sedikit berbeda dengan penginjilan di daratan Tiongkok yang pada waktu
itu lapisan masyarakat atasnya adalah penganut Konfusianisme, mereka
bersikap antipati kepada Keristenan. Karena itu Kekristenan melalui OMF
(dahulu CIM) hanya mencapai kebanyakan orang dari lapisan bawah atau
rendah. Sedangkan di Indonesia karena gereja adalah milik lapisan yang
agak atas atau tinggi, kecuali di beberapa tempat yang dahulunya
merupakan daerah animisme dan kemudian ada sebagian yang menjadi
daerah Kristen, maka kami tidak berpandangan bahwa orang-orang
Kristen itu sudah menerima dengan jelas atau mempunyai posisi teologia
Reformed dengan pengertian dan kepercayaan yang kuat di dalam
kondisi sedemikian. Setelah gereja-gereja harus menghadapi kultur yang
lebih bersifat pluralistik, kita melihat banyak gereja Protestan mempunyai
gejala yang sangat tidak normal. Misalnya sebagian dari mereka tidak
puas dengan pelayanan gereja masing-masing sehingga banyak yang
terpengaruh dan menuju kepada gereja-gereja yang lebih bercorak
emosional maupun gerakan pengalaman ke gerakan Karismatik atau
Pentakostal dan sebagainya. Sementara banyak orang yang dulunya
anggota Protestan masih menyimpan jimat-jimat dan berhala-berhala
sebagai pengaruh kebudayaan lama yang tidak mereka lepaskan sesudah
menamakan dirinya Kristen. Di sini terlihat bahwa gerakan Protestan
sendiri masih berusaha di dalam suatu ketidak-stabilan teologia maupun
86 |TEOLOGI REFORMED
iman kepercayaan dan pengalaman agama yang sesuai dengan teologia
itu. Karenanya teologia Reformed perlu cepat-cepat ditanamkan dengan
sebenar-benarnya dan sekokoh-kokohnya kepada jemaat yang ada
bahkan hendaknya mulai berpengaruh dinamik kepada orang-orang yang
belum mengenal teologia Reformed.
Pada dewasa ini sebagian dari pemimpin-pemimpin gereja Reformed
sudah terlalu menyimpang dan jauh dari ajaran Reformed yang asli.
Misalnya mereka tidak lagi memegang prinsip-prinsip dari jaman
Reformasi, termasuk sola scriptura, sola gratia, sola fide dan sebagainya
sehingga orang-orang gereja Protestan sudah dipengaruhi oleh teologia-
teologia kontemporer yang menamakan dirinya tetap bertradisi
Reformed tetapi yang sebenarnya sudah banyak menyimpang. Misalnya:
aliran neo- ortodoks, baik dari Karl Barth maupun Emil Brunner semuanya
menganggap diri beraliran Reformed. Mereka menganggap sendiri tetap
membela teologia Reformed tetapi dari semangat dan prinsip dasarnya
sudah jauh sekali dari Reformed yang asli. Kalau orang Kristen di
Indonesia sudah banyak terpengaruh oleh mereka sehingga mereka
menganggap diri juga termasuk orang-orang Reformed yang bersifat
lebih dinamis karena merasa gereja harus menyesuaikan atau
mempunyai semangat adaptasi di dalam setiap jaman dan sebagainya,
maka kami kira ada bahaya yang harus cepat disadari oleh para
pemimpin gereja maupun orang-orang Kristen di Indonesia pada jaman
ini.
PERKEMBANGAN MANDAT KULTURAL DAN SOSIAL DALAM TRADISI
REFORMASI
Teologia Reformed mempunyai satu ciri khas selain memberitakan Injil
sebagai mandat utama juga ada mandat kultural yang harus kita kerjakan
sehingga ini memungkinkan orang Kristen menjadi terang di dalam segala
bidang kehidupan. Jikalau kita mau menyaksikan Kristus bukan hanya di
dalam lingkup gereja, maka kita harus mempunyai semangat Kekristenan
87 |TEOLOGI REFORMED
yang harus dibawa ke dalam bidang-bidang di mana kita diutus sebagai
hakim, profesor, presiden, guru, dokter, pedagang dan sebagainya
seharusnya membawa "tanda" dari iman Kristen dan semangat
Kekristenan untuk mempengaruhi bidang-bidang di mana mereka
berada. Di dalam hal ini terlihat bahwa negara-negara Barat menjunjung
tinggi kejujuran lebih daripada negara-negara yang bukan dipengaruhi
oleh Kekristenan. Sedangkan kejujuran ini menjadi suatu hal yang
dianggap sangat merugikan diri di banyak kebudayaan Timur yang kuno,
maka akhirnya kita melihat nilai kejujuran itu bukan saja tidak merugikan
Barat karena negara-negara yang menjunjung tinggi kejujuran malah
diberkati oleh Tuhan dengan kekuatan yang melebihi negara-negara
agama lain maupun negara-negara komunis. Bagi Mao Ze Dong dan bagi
Moscow, Watergate Affair merupakan suatu hal yang tidak perlu
diperjuangkan, tetapi bagi orang-orang yang dipengaruhi oleh
Protestantisme, hal itu merupakan suatu hal yang penting sekali bagi
filsafat negara mereka. Ini adalah suatu contoh kasus untuk membuktikan
pengaruh tidak langsung dari Kekristenan di Barat.
Selain daripada itu pengaruh pertemuan-pertemuan ilmiah menjadi
makin pesat sekali bertumbuh di bawah pengaruh langsung maupun tak
langsung Kekristenan di Barat sehingga negara-negara Protestan jauh
lebih cepat maju dibanding dengan negara-negara Katholik maupun
negara-negara beragama lainnya. Dan di bidang politik karena mereka
meninggikan hak azasi manusia sebagai ciptaan Allah menurut peta dan
teladan-Nya, ini mengakibatkan kesama-rataan dan penghormatan
terhadap harkat manusia menjadi mungkin. Hal inilah yang menjadi dasar
yang penting dari demokrasi di Barat. Meskipun banyak yang belum bisa
menjalankan demokrasi ini, seperti politik Apartheid (diskriminasi) dan
sebagainya, namun hal ini sebenarnya bertentangan dengan semangat
Kekristenan.
Musik sebelum Johan Sebastian Bach dikatakan kebanyakan dimonopoli
di Italia daerah Katholik, tetapi Jerman merupakan suatu negara yang
88 |TEOLOGI REFORMED
mengalami Reformasi sehingga semacam semangat keketatan dan
semangat ketelitian diwarisi di sana sampai sekarang ini. Dan Martin
Luther adalah seorang petani yang mempunyai semangat keakuratan,
ketelitian, kejujuran serta kesungguhan yang tak bisa dikompromikan. Hal
seperti ini juga mengakibatkan timbulnya semacam pengalaman peitisme
ditambah dengan semangat keakuratan yang telah berakar menyebabkan
Johann Sebastian Bach dan lain-lainnya mencetuskan musik-musik yang
sampai kini diakui amat tepat dengan presisi yang tinggi bahkan setelah
diuji dan dianalisa dengan komputer. Baik George Frederick Handel
maupun Bach adalah orang-orang Protestan. Semuanya ini merupakan
permulaan kebangunan musik di daerah Jerman yang sebelumnya tidak
pernah mencapai mutu setinggi ini di dalam dunia musik. Kedua orang
Jerman ini telah dikagumi baik oleh Joseph Haydn, Mozart maupun
Ludwig van Beethoven. Dan ketiga orang yang disebutkan belakangan ini
adalan orang-orang Katholik, namun pengaruh dari Handel dan Bach
sudah meresap mendalam kepada mereka.
MISI DAN PEKABARAN INJIL DALAM TRADISI REFORMASI
Sepanjang sejarah penginjilan terlihat Reformasilah yang mengembalikan
Kekristenan kepada Injil yang paling murni dengan pemberitaan,
kepercayaan dan dasar teologi yang tidak berkompromi. Skop Injil ini
adalah bahwa hanya dengan mengenal Tuhan Yesus saja kita
diselamatkan, hanya melalui iman saja kita diterima dan hanya melalui
kedaulatan Tuhan kita boleh menjadi anak-anakNya serta hanya melalui
Kristus saja kita ditebus. Maka Reformasi ini merupakan satu-satunya era
yang begitu kompak dan murni untuk kembali kepada Injil yang asli
sehingga teologi Reformed itu juga disebut teologia Injili. Dan dari
permulaan gereja Lutheran disebut evangelical church sehingga nama
"Injili" merupakan suatu istilah yang tak terpisahkan dari gereja-gereja
Protestan. Misalnya pada waktu Injil disebarkan di Indonesia, gereja-
gereja Protestan selalu tidak lupa mencantumkan istilah tersebut dalam
nama lengkapnya. Contohnya: Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM),
89 |TEOLOGI REFORMED
Gereja Masehi Injili Timor (GMIT), Gereja Masehi Injil Sangir-Talaud
(GMIST) dan istilah-istilah ini adalah suatu indikasi yang menunjukkan
bahwa Injil memang sangat penting. Dan di mana gereja Protestan
berada di sana banyak orang kembali kepada Tuhan sehingga boleh
dikatakan bahwa gereja Protestan mempunyai jiwa injili yang luar biasa.
Namun fakta juga menunjukkan banyak gereja Reformed sesudah melalui
suatu jangka waktu mereka lupa akan anugerah Tuhan atau
menginterpretasikannya secara tidak benar. Kita mengambil contoh:
karena segala sesuatu berdasarkan anugerah maka kalau berdosapun
akan diampuni dan lain sebagainya. Ini mengakibatkan etika dan moral
gereja-gereja Protestan itu tidak ditekankan. Dengan perkataan lain
kesalah-pengertian ini telah mengakibatkan banyak orang Kristen hidup
tak sesuai dengan ajaran kepercayaannya. Hal ini tentu sangat disesalkan
dan menyedihkan.
Itulah sebabnya juga setelah 150 tahun dari gerakan Reformasi Martin
Luther, gerakan Pietisme berusaha merubah kesulitan-kesulitan yang
timbul. Di Indonesia banyak orang Kristen di daerah Protestan yang
sangat tidak mementingkan hidup sesuai dengan panggilan sebagai saksi
Kristus di dalam dunia ini. Salah satu sebab lainnya adalah karena di
dalam gerakan Reformed, Protestan sangat mementingkan penanaman
dan penyebaran gereja, maka banyak yang menjadi anggota gereja tanpa
mempunyai pengalaman sendiri bergumul untuk bertobat, menerima
Kristus secara pribadi dan lain sebagainya. Karena di dalam gereja
Protestan umumnya orang mempercayai akan perjanjian keluarga
sehingga seisi keluarga menjadi orang Kristen, maka amat mungkin
sebagian dari anak- anak yang dibaptiskan itu belum atau tidak
mengalami pertobatan pribadi. Dapat dikatakan inilah letak titik
kelemahan jiwa atau semangat penginjilan dalam gereja-gereja bertradisi
Reformed.
ANTARA PROTESTANTISME DAN KAPITALISME
90 |TEOLOGI REFORMED
Bagi kami, Kapitalisme adalah semacam hasil dari keserakahan manusia
yang egosentris dan usaha mendapatkan uang melalui cara-cara yang
tidak adil di dalam masyarakat. Maka menurut Max Webber, hal
sedemikian ini makin menonjol sesudah Protestantisme timbul. Tetapi
kita harus mengetahui dan memisahkan hal ini dengan jelas. Sebelum
terjadi Reformasi, Kapitalisme sudah ada. Kapitalisme merupakan
semacam gejala masyarakat yang konsisten semenjak permulaan sejarah
sampai akhir jaman. Tetapi mengapakah kapitalisme dianggap menonjol
sesudah Reformasi timbul, khususnya Calvinisme? Ini adalah karena
ajaran penatalayanan (stewardship) yaitu manusia adalah juru kunci di
hadapan Allah yang harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu
termasuk kesehatan, waktu, uang, bakat dan seluruh karunia yang
diberikan-Nya. Ajaran ini menyebabkan semua orang Kristen harus baik-
baik memakai waktunya untuk bekerja. Uang yang mereka dapatkan
tidak boleh dihamburkan untuk berjudi, bermabuk-mabukan, berzinah
dan sebagainya sehingga dengan penghematan sedemikian mereka justru
menyimpan uang lebih banyak lagi. Uang yang banyak ini ditambah
dengan rasa tanggungjawab terhadap Tuhan mengakibatkan mereka
tidak secara sembarangan mempergunakannya. Maka mereka menanam
modal dan bekerja lagi sampai mendapatkan uang (kapital) yang lebih
besar lagi. Jadi kita tidak bisa tidak mengakui bahwa karena konsep
bekerja keras, penghematan dan rasa tanggungjawab kepada Tuhan telah
mengakibatkan dimana Protestantisme sejati berada di sana pasti ada
kekayaan yang lebih besar dibandingkan masyarakat yang bukan
Protestan.
Sebagai contoh kita melihat bahwa masyarakat Bali memakai uang yang
banyak hasil kerja mereka untuk upacara pemakaman dan sebagainya,
sehingga bagaimanapun juga mereka tidak akan menjadi terlalu kaya. Ini
merupakan kenyataan bagaimana agama mempengaruhi hidup
perekonomian manusia.
91 |TEOLOGI REFORMED
Tetapi karena sesudah negara-negara kapitalis menjadi kaya, lalu mereka
berusaha meminjamkan uang kepada negara-negara miskin, maka secara
tidak langsung ini menimbulkan penindasan antara manusia dengan
manusia melalui penerimaan suku bunga dan sebagainya. Semuanya ini
merupakan suatu hal yang tak bisa dihindarkan. Namun sekalipun
demikian, kita harus membedakan antara Kapitalisme dengan prinsip
Kekristenan. Banyak negara meskipun mayoritas penduduknya Kristen
tetapi tidak menjalankan prinsip Kekristenan karena pemerintahan di
sana dipegang oleh orang-orang yang tidak setia kepada Kekristenan yang
sejati.
MEMPERTAHANKAN TRADISI REFORMASI DALAM KONTEKS GEREJA
KONTEMPORER MASA KINI
Kita harus membagi teologia dan aplikasinya secara jelas. Teologia berarti
pengertian manusia secara ilmiah akan Allah, sedangkan aplikasinya yaitu
bagaimana menyatakan iman kita dan fungsi iman di dalam hidup sehari-
hari. Teologia Reformed mengajarkan tentang Allah Tritunggal, Kristus
adalah Mediator satu-satunya, Roh Kudus adalah diri-Nya Allah, dan
Alkitab adalah firman Tuhan yang diwahyukan serta gereja adalah orang-
orang Kristen yang ditebus oleh Tuhan, juga melalui pertobatan dan
diperanakkan pula manusia menjadi anak-anak Allah dan lain sebagainya.
Kesemuanya adalah ajaran yang bukan saja harus dipertahankan,
melainkan tidak boleh berubah dari selama-lamanya sampai selama-
lamanya. Dan ini dimasukkan ke dalam kategori iman kepercayaan yang
bersifat mutlak dan melampaui segala jaman dan daerah. Kita harus
mempertahankan, memperjuangkan dan memperdebatkan hal ini dalam
keadaan bagaimanapun demi menjaga kemurnian kepercayaan maupun
substansi dari Kekristenan itu sendiri.
Sedangkan di dalam masyarakat orang Kristen harus menjadi terang atau
cahaya kesaksian melalui pengamalan akan sifat kasih, keadilan dan
kesucian Allah dalam hidup kita. Hal ini merupakan sesuatu yang harus
92 |TEOLOGI REFORMED
kita pelajari yakni bagaimana memancarkan kemuliaan Allah di dalam
setiap jaman yang berbeda. Di samping itu harus diketahui bagaimana
mempertahankan hidup Kekristenan dan bahkan bisa mempengaruhi
orang lain melalui sifat-sifat ilahi yang bersangkut-paut dengan etika
serta penerapannya di dalam masyarakat yang sangat pluralistik.
Dalam katekismus Heidelberg dikatakan bahwa gereja yang benar dan
sejati harus mengajarkan kebenaran firman Tuhan dengan benar dan
ketat, lalu menjalankan sakramen dengan benar serta melaksanakan
disiplin gereja dengan benar pula. Selain itu gereja harus memberitakan
Injil demi menjamin kelangsungan dan kesehatan pertumbuhan gereja
secara konsisten.
Apa yang seharusnya gereja bina pada masa kini?
Gereja yang baik, pertama, harus membenahi doktrin-doktrin
kepercayaannya sehingga berakar dengan mengetahui siapa, apa dan
mengapa kita percaya. Kedua, pengajaran tentang hidup bertanggung
jawab kepada Allah menurut etika yang sesuai dengan ajaran Alkitab
yakni memancarkan sifat ilahi di bidang moral kepada sesama manusia.
Ketiga, membenahi akan makna hidup dan pelayanan. Sebagaimana kita
adalah orang-orang Kristen maka kita harus hidup dan melayani orang
lain sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Keempat, kita harus berusaha
membina orang Kristen untuk memuliakan Tuhan di bidang- bidang yang
berbeda dalam masyarakat luas. Kelima, bagaimana gereja mendorong
pelebaran pekabaran Injil di dalam melaksnakan tugas Amanat Agung.
Akhirnya, bagaimana gereja bisa mempunyai orang-orang yang mampu
memimpin di dalam masyarakat?
Kecuali gereja bisa memberikan isi pemberitaan dan pengajaran yang
dirasakan cukup oleh orang-orang berpotensi maka barulah kita bisa
mendapatkan orang-orang yang bermutu bagi Kekristenan. Mereka yang
berkualitas ini harus membimbing agar lebih berkembang, potensi
93 |TEOLOGI REFORMED
mereka perlu digali serta diarahkan dengan benar. Dengan demikian,
untuk mengharapkan munculnya pemimpin-pemimpin yang menjadi
kunci dalam masyarakat maka seharusnya para pemimpin gereja pada
masa kini memiliki hati yang lapang, visi yang jauh, pandangan yang tepat
serta cinta kasih yang limpah dan bijaksana. Jikalau tidak, maka
Kekristenan akan selalu tertinggal di belakang. Di lain pihak
kepemimpinan itu bukanlah sekedar bisa dilatih atau dicetak oleh usaha
manusia, melainkan dibangkitkan oleh Tuhan ditambah dengan
penggalian dan latihan sehingga segenap potensi dapat
diperkembangkan. Juga harus diciptakan kemungkinan praktek di ladang
sebagai sarana output dari apa yang sudah ada padanya ditambah
dengan ujian yang lama barulah seseorang bisa menjadi pemimpin yang
kuat yang hebat!
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Menuju Tahun 2000; Tantangan Gereja
Di Indonesia
Judul Artikel : Teologia Reformed dan Revelansinya Bagi
Gereja Masa Kini
Penulis : -
Penerjemah : -
Penerbit : Momentum
Halaman : 47 - 55
94 |TEOLOGI REFORMED
http://reformed.sabda.org/teologia_reformed_dan_relevansinya_bagi_g
ereja_masa_kini
Situs-situs Reformed
Lebih dari 80 Artikel tentang Doktrin. Situs yang
menyediakan artikel-artikel seputar Doktrin Kristen.
Publikasi elektronik e-Reformed.
Situs PESTA (Pendidikan Elektronik Studi Teologi Awam).
Sebuah Situs penyelenggara Pendidikan Teologi untuk
Awam.
Situs SOTERI (Situs Online Teologi Reformed Injili). Situs
SOTeRI menyediakan berbagai Artikel-Artikel Teologia
yang memiliki corak pemahaman Teologia Reformed.
Yabina Ministry (Yayasan Bina Awam Ministry). Situs yang
menyediakan artikel-artikel Teologia Kristen.
Situs GKRI-Exodus: Doktrin (Gereja Kristen Rahmani
Indonesia-Exodus). Halaman dari situs GKRI-Exodus yang
berisi artikel-artikel seputar Teologia.
Reformed Injili Center
Iman Reformed, Semangat Injili
Blog Teologi Reformed
Blog Daniel Ronda
Reformed Indonesia
Christian Reformed Ink
95 |TEOLOGI REFORMED
Blog Wahyu Pratama
Blog Denny Tan
Blog Hendri
Denny Teguh Sutandio
Forum Teologi
Forum Reformed Sarapan Pagi Biblika
Ekaristi Org
Aku Percaya
eInjil
Mangapul Sagala
Gereja dan Organisasi Reformed
World Reformed Fellowship
Schottish Reformaed Presbyterian Seminary
Calvin Theological Seminary
Westminster Theological Seminary
GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia)
Buletin Pillar - Buletin Pemuda GRII
STEMI
STTRII (Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia)
Penerbit Momentum
96 |TEOLOGI REFORMED
Reformed CRS (Christian Reformed Center for Religion and
Society)
Institut Reformed Jakarta
IRECT (Indonesian Reformed Evangelical Church)
Persekutuan Studi Reformed
JIBC (Jakarta International Baptist Church) - Reformed
Facebook dan Twitter Reformed
FB SABDA Reformed
Twitter SABDA Reformed
Twitter Reformed Injili
Facebook Reformed CRS
Facebook GRII
Facebook STTRII
Reformed Baptis Indonesia (fanpage 1 - 2)
Reformed Baptist Institute Jakarta
Jakarta Reformed Church
Artikel tentang Teologi
Apa itu Teologi Reformed?
Quo Vadis Kristologi?
Apakah Yesus Kristus adalah Allah?
Teologi Penginjilan
97 |TEOLOGI REFORMED
Doktrin-doktrin Esensial Kekristenan
De'Bultman'isasi Mitos Paskah
Penetapan Atas Dosa
Jesus Seminar
Doktrin tidak penting?
Ayub 28:1-28, Manusia tidak dapat menemukan hikmat
Hukum Taurat dan Dosa
Milis Teologi
Metamorphe. Untuk berlangganan layangkan surat
ke Metamorphe
Rohani. Untuk berlangganan layangkan surat ke Milis
Rohani
Kristen sejati (perlu mendaftar). Untuk berlangganan
layangkan surat ke KristenSejati
Debatkan kebenaran itu. Untuk berlangganan layangkan
surat ke Debatkankebenaranitu
Soli Deo Gloria (perlu mendaftar). Untuk berlangganan
layangkan surat ke solideogloria
http://reformed.co/TOP_Reformed
98 |TEOLOGI REFORMED
Bimbingan dan Rencana Allah (1) Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Dalam perjalanan hidup Kristen kita, sejak bertobat sampai bertumbuh
menjadi murid-murid Kristus, saya kira pertanyaan yang paling sering kita
tanyakan adalah tentang bagaimana mengetahui "kehendak Allah" bagi
hidup kita. Kebanyakan dari kita terjebak pada pemikiran bahwa Allah
sejak semula sudah menetapkan rencana-Nya yang terbaik bagi hidup
kita, tapi sekarang tugas kita adalah mencari tahu apa rencana terbaik itu
supaya kita tidak salah melangkah. Tapi pertanyaannya, bagaimana kalau
dalam perjalanan hidup kita, kita sudah mengambil langkah yang salah?
Apakah berarti rencana Tuhan yang terbaik itu menjadi tidak mungkin
terjadi dalam hidup kita? Apakah Tuhan memiliki rencana cadangan bagi
kita?
Menurut James C. Petty, penulis buku "STEP BY STEP", orang Kristen
perlu memahami Doktrin Providensia Allah dengan benar agar pengertian
kita ditopang oleh pengajaran yang alkitabiah. Nah, untuk itu saya
kirimkan tulisan James C. Tetty ini, agar kita semua dapat memahami
dengan jelas dimana letak kesalahan kita ketika kita memikirkan tentang
kehendak dan rencana Tuhan bagi hidup kita.
Selamat menyimak.
In Christ,
Yulia
<yulia in-christ.net></yulia
Artikel Terkait
Kematian Kristus
99 |TEOLOGI REFORMED
Christ's Church and Our Calling
Gereja; Mau Kemana? Konservatif dan Radikal
Mengenal Yesus Kristus
Diselamatkan dalam Pengharapan (1)
Calvin dan Tuduhan Skisma dari Katolik Roma Terhadap
Para Reformator: Sebuah Studi Tentang Kesatuan Gereja
(Bag. 1)
Siapakah Kristus Yang Naik Ke Surga?
Penulis:
James C. Petty
Edisi:
064/VII/2005
Isi:
RICK adalah perancang grafis berbakat yang saya kenal beberapa tahun
lalu. Ia telah sepuluh tahun bekerja di sebuah perusahaan periklanan
yang sukses, namun ia tertekan oleh persaingan yang tajam di antara
para karyawan yang berebut untuk menjadi rekanan di perusahaan
tersebut. Ia juga mencemaskan kondisi moral yang rendah dan tekanan
kerja yang berat. Wajar jika ia mulai berpikir untuk berwiraswasta,
namun ia sangat takut untuk bersaing dengan perusahaan lamanya. Ia
bermimpi bahwa jika ia dapat memulai perusahaannya sendiri, ia tentu
akan dapat mengatur hidupnya sendiri. Ia dapat menetapkan jam
kerjanya dan dapat lebih banyak terlibat dalam pelayanan. Namun, ia
juga memiliki seorang istri dengan tiga anak yang masih kecil. Jika ia gagal
100 |TEOLOGI REFORMED
dalam usahanya untuk berwiraswasta, semua akan menderita. Ia
mungkin akan kehilangan rumah dan tabungannya.
Rick berdoa agar Allah menyatakan rencana-Nya. Ia bertanya apakah
Allah mau memanggilnya untuk berwiraswasta atau tetap bertahan
dengan pekerjaannya sekarang. Ia mulai mencari cara-cara yang mungkin
Allah gunakan untuk berkomunikasi dengannya. Ia mencari pelanggan
potensial yang mungkin datang dengan cara yang tidak seperti biasanya.
Ia mulai berusaha mendengarkan suara Allah dalam pikirannya beberapa
"kesan" khusus yang akan meyakinkannya bahwa pikiran tersebut
sungguh berasal dari Allah. Ia mencari-cari alat uji yang dapat ia pakai
untuk mengambil keputusan. Misalnya, jika ada fitnah, gosip yang tidak
wajar, atau hal-hal buruk lain saat ia merayakan hari pertobatannya,
mungkin itu menjadi tanda bahwa tempat kerjanya sudah terlalu rusak.
Saat ia merenungkan semua ini, sebuah gagasan yang menggelisahkan
mulai menyusup dalam benaknya. Ia tidak yakin, tapi ia takut kalau- kalau
ia sudah keluar dari rencana Allah sejak saat ia masih kuliah dulu. Ia telah
menghadiri Konvensi Misionaris Mahasiswa Urbana dan telah
menyerahkan diri untuk pelayanan misi. Namun saat kembali ke kampus,
dengan mudah pembimbing akademisnya meyakinkannya untuk
meninggalkan niat tersebut. Apa yang akan terjadi seandainya ia
memakai kemampuan komunikasinya bukan untuk menciptakan iklan,
melainkan untuk menyebarkan Injil? Mungkin ia telah berada jauh dari
kehendak Allah bagi hidupnya sehingga sia-sia untuk mencoba kembali,
atau untuk meminta Allah membimbingnya dalam rencana yang "tidak
taat" ini.
Masalah yang dihadapi Rick dalam mencari bimbingan Allah sangat lazim
terjadi pada umat Kristen. Bagi Rick dan sebagian besar orang,
pemahaman mereka tentang rencana dan kehendak Allah tidak pernah
dipertajam oleh konsep yang alkitabiah. Salah satu masalah utama yang
101 |TEOLOGI REFORMED
dihadapi Rick adalah mencampuradukkan dua penggunaan yang sangat
berbeda di dalam Alkitab untuk istilah "kehendak Allah".
Dalam Alkitab, frasa "kehendak Allah" bisa berarti rencana atau perintah
Allah. Para teolog menjelaskan hal ini sebagai dua bentuk kehendak
Allah: "Kehendak-Nya yang dekritif" (dekrit/ketetapan atau rencana
Allah) dan "kehendak-Nya yang preseptif" (titah atau perintah Allah)
(Hodge 1865, 1:405). Kehendak Allah yang dekritif mengarahkan segala
sesuatu yang terjadi di bawah kendali Allah. Kehendak Allah yang
preseptif berkaitan dengan perintah Allah apa yang Ia perintahkan
supaya kita lakukan. Karena Alkitab memakai kata "kehendak Allah"
untuk menyebut keduanya, maka kerancuan mudah sekali terjadi dan
mengacaukan upaya kita dalam mencari bimbingan. Inilah salah satu
masalah Rick.
Supaya Anda terhindar dari jebakan ini, mari kita memeriksa kedua
konsep yang Alkitab ajarkan tentang kehendak Allah ini. Dalam bab ini
kita akan melihat "kehendak Allah" yang merujuk kepada rencana Allah
yang berdaulat (yang dalam teologi sering disebut sebagai ketetapan atau
kehendak-Nya yang dekritif). Dalam bab berikut kita akan mempelajari
"kehendak Allah" sebagai perintah-perintah Allah.
Kehendak Allah: Rencana-Nya
Alkitab sering memakai frasa "kehendak Allah" untuk menyebut rencana
Allah. Paulus dalam Efesus 1:5 berbicara tentang rencana Allah yang
berdaulat, "Ia [Allah] telah menentukan kita dari semula ... sesuai dengan
kerelaan kehendak-Nya." Setiap orang percaya seharusnya terhibur jika
mengetahui bahwa ia telah dipilih sebelum penciptaan untuk mewarisi
keselamatan. Pilihan itu dilakukan oleh Allah dalam rencana-Nya yang
berdaulat. Paulus melanjutkan tema ini dalam Efesus 1:11, "Di dalam
Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula
ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang
di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya."
102 |TEOLOGI REFORMED
Yakobus 4:15 merupakan contoh lain yang serupa. Yakobus mendorong
pembacanya untuk tidak membuat rencana (berangkat ke sebuah kota,
tinggal dan berdagang) dengan bersandar pada diri sendiri. Mereka
seharusnya berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan
berbuat ini atau itu." Yakobus tidak mengecam perencanaan; ia
mengecam rencana yang tidak melibatkan rencana Allah di dalamnya.
Yakobus mengajarkan kepada kita untuk tidak memberikan perhatian
yang berlebihan pada rencana kita, karena hidup kita adalah seperti uap
yang terlihat hanya sebentar kemudian lenyap begitu saja.
Dalam Roma 15:32, Paulus menerapkan ajaran Yakobus. Ia meminta
jemaat Roma untuk berdoa demikian, "Agar aku yang dengan sukacita
datang kepadamu oleh kehendak Allah, beroleh kesegaran bersama-sama
dengan kamu." Paulus ingin mengunjungi orang-orang Kristen di Roma,
namun ia sadar bahwa ia bisa datang hanya oleh karena providensi dan
rencana Allah, yaitu jika Allah menetapkannya.
Jika kita bermaksud memaksakan makna lain kepada frasa "kehendak
Allah" yang ada dalam perikop ini, hasilnya tidak akan masuk akal. Paulus
tidak meminta agar orang-orang Roma berdoa supaya ia dapat
melakukan kehendak Allah (seperti memenuhi perintah Allah). Paulus
ingin mereka berdoa supaya Allah mengizinkannya datang ke Roma
dengan menyediakan kondisi yang memungkinkan hal itu terjadi.
Contoh terakhir: Petrus memakai kata "kehendak Allah" juga dalam arti
ini di 1Petrus 3:17: "Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika
hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat."
Ketika mendorong umat Kristen untuk menderita karena berbuat baik
daripada menderita karena berbuat jahat, Petrus mengemukakan pokok
tambahan bahwa penderitaan itu sendiri datang melalui izin dan rencana
Allah. Karena itu, ia berbicara tentang penderitaan yang bisa terjadi "jika
hal itu dikehendaki Allah". Sekali lagi, kita bertemu dengan pelaksanaan
rencana Allah.
103 |TEOLOGI REFORMED
Rick tidak hanya mengacaukan kedua istilah ini, tetapi kekacauan ini
menjeratnya ke dalam apa yang saya sebut sebagai "Sindrom Rencana B".
Menurut pemikiran Rick: jika Allah memiliki rencana yang sudah
ditetapkan secara mendetail bagi kehidupan setiap orang percaya dan Ia
ingin kita mengikuti rencana itu, apa yang harus kita lakukan ketika kita
terlanjur menyimpang dari rencana itu? Kita akan turun ke Rencana B dan
harus memulainya dari sana.
Saya akan memberikan contoh. Setiap tahun saya menghadapi rutinitas
yang menyusahkan karena harus menentukan rencana mana yang akan
saya pilih untuk kontrak servis bagi alat panggangan tua saya. Menurut
penjual bensin langganan kami yang ramah, Rencana A tampaknya akan
menjauhkan semua kekuatiran saya. Dengan Rencana A mereka akan
memperbaiki segala kerusakan, tetapi tentu biayanya mahal. Biaya
Rencana B lebih terjangkau, tapi hanya mengatasi permasalahan yang
perlu saja. Rencana C hanya memberikan servis tanpa perbaikan apa-apa.
Jika saya memiliki uang cukup, maka saya cenderung memilih Rencana A.
Jika tidak, maka saya akan memilih Rencana C, dan dengan Rencana C itu
berarti tukang reparasi akan sering datang ke rumah saya tiap tahun.
Kita pun cenderung berpikir bahwa meskipun Allah memiliki sebuah
rencana yang "terbaik" bagi hidup kita, Ia juga memiliki rencana lain yang
"lebih murah" bagi mereka yang telah meleset dari rencana yang terbaik
itu. Kita teringat keputusan bodoh dan berdosa yang pernah kita ambil
dan, akibatnya, kita melihat diri kita berada dalam "Rencana B" kehendak
Allah bagi hidup kita. Jika kita tetap membuat keputusan yang jelek, maka
kita akan turun lagi ke Rencana C, Rencana D, dan karena kita orang
berdosa kita akan segera kehabisan daftar abjad yang tersedia. Kita
berpikir tentang "apa yang mungkin terjadi" seandainya kita tidak
menikahi pasangan hidup kita yang sekarang, seandainya kita tidak hamil
sebelum hari pernikahan, seandainya kita tidak mengambil pekerjaan
yang mengerikan ini dan menerima pekerjaan satunya yang mungkin
104 |TEOLOGI REFORMED
akan membuat kita sukses, atau seandainya kita tidak meledak dalam
kemarahan kepada anak kita yang masih remaja.
Dalam bab ini kita akan melihat bahwa bagi mereka yang berada di dalam
Kristus, hanya ada satu rencana, Rencana A. Rencana ini tetap tergenapi
meskipun kita melakukan berbagai dosa dan kesalahan. Kita akan melihat
keajaiban perhatian Allah sebagai Gembala, dan detail kasih-Nya di
sepanjang rencana yang telah Ia tetapkan bagi hidup kita. Kebenaran
agung ini sungguh mencerahkan, menghiburkan, dan terkadang
menakutkan ciptaan Allah yang sombong.
Satu Rencana yang Berdaulat
Alkitab mengajarkan bahwa (1) Allah memiliki satu rencana khusus bagi
hidup Anda dan (2) peristiwa-peristiwa dan pilihan-pilihan dalam hidup
Anda secara tak dapat ditolak dan secara berdaulat mengerjakan rencana
itu dalam setiap detailnya. Berlawanan dengan pandangan Rick tentang
rencana Allah, seseorang tidak mungkin bisa "gagal ujian" dalam rencana
itu. Semua kesalahan, kebutaan, dan dosa Anda telah diperhitungkan
sebelumnya. Kebenaran ini diajarkan dalam doktrin providensi Allah.
Tanpa memahami providensi, kita tidak akan dapat memahami
keterlibatan Allah secara jelas dalam hidup kita sehari-hari. Kekacauan
dalam hal bimbingan Allah di kalangan Kristen banyak disebabkan oleh
kurangnya pemahaman akan doktrin ini.
Doktrin providensi telah diringkaskan dengan sangat cemerlang pada
tahun 1648 dalam Pengakuan Iman Westminster (Westminster
Confession of Faith, dokumen yang mendasari theologi gereja
Kongregasional, Reformed, Presbiterian, dan Baptis yang berbahasa
Inggris). Bab 5 yang diberi judul "Mengenai Providensi" dimulai demikian:
"Allah, Pencipta yang agung atas segala sesuatu, menopang, memimpin,
mengatur, dan memerintah atas semua ciptaan, tindakan, dan segala
sesuatu; mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil; dengan
105 |TEOLOGI REFORMED
providensi-Nya yang agung dan suci; menurut pra-pengetahuan-Nya yang
tak dapat bersalah (infallible) dan pertimbangan kehendak-Nya yang
bebas dan kekal; untuk mendatangkan pujian bagi kemuliaan hikmat,
kuasa, keadilan, kebaikan, dan kemurahan-Nya."
Pernyataan ini meringkaskan jawaban bagi banyak pertanyaan yang
muncul saat kita mencoba memahami apa yang Alkitab katakan tentang
pengendalian Allah atas dunia ini. Perhatikan, doktrin ini menegaskan
bahwa Allah mengerjakan setiap detail "menurut pertimbangan
kehendak- Nya yang kekal [tidak berubah]". Jika hal ini benar, dampaknya
sangat luas sekali terhadap Rick ketika ia mengevaluasi pilihannya. Rick
tidak perlu memanjat keluar dari lubang yang telah ia gali sendiri agar
dapat kembali pada kehendak Allah bagi hidupnya. Sejarah hidup Rick
dan keputusan-keputusan yang menyebabkan hal itu terjadi, berada di
dalam rencana keselamatan yang Allah siapkan baginya.
Jika hal ini benar, itu berarti keputusan yang harus diambilnya sekarang
juga adalah sah, karena ia tidak terjerat dalam situasi terbaik kedua atau
situasi terbaik kedua puluh. Ia berada dalam program providensi Allah
yang Mahabijaksana dan Mahasempurna. Ia bukan seperti pemain golf
yang harus memulai pertandingan dengan dua puluh pukulan penalti. Jika
doktrin ini benar, ada harapan yang besar ketika kita membuat
keputusan-keputusan dalam hidup kita.
Namun sebelum kita melihat lebih jauh implikasi dari kebenaran ini, kita
harus bertanya, "Apakah ini sungguh-sungguh benar?" Dan jika ini benar,
bagaimana dengan tanggung jawab dan kebebasan manusia? Bagaimana
dengan masalah yang diakibatkan oleh dosa dan kebebalan kita?
Bagaimana dengan masalah kejahatan yang ada di dunia ini? Apakah itu
menempatkan Allah sebagai sumber kejahatan? Mari kita uji beberapa
bagian kunci Alkitab yang dipakai untuk mendasari doktrin providensi.
Semua ini akan menolong kita memahami implikasi providensi terhadap
banyak bidang kehidupan kita yang penting.
106 |TEOLOGI REFORMED
Berbagai Situasi
Apakah Allah mengendalikan segala keadaan dalam semua situasi?
Kristus sendiri menjawab pertanyaan itu dalam Matius 10:29-31. Ia
berkata, "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun
seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak
Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya." Yesus
menjelaskan pemeliharaan dan pengendalian Allah yang luar biasa ini
untuk menenangkan ketakutan para murid ketika mereka menghadapi
ujian dan penganiayaan. Hal-hal yang terlihat kebetulan (menemukan
seekor burung mati di tepi jalan) tidak terjadi tanpa seizin Allah. Kristus
berkata (ay. 31), "Sebab itu janganlah kamu takut karena kamu lebih
berharga dari pada banyak burung pipit."
Perhatikan tujuan pengajaran Yesus. Ia tidak bertujuan menyusun suatu
prinsip abstrak yang dapat diterapkan dalam segala hal yang kita
angankan. Ia mengajarkan hal ini untuk mengatasi ketakutan umat-Nya
akan kehilangan, kematian, penderitaan, penganiayaan, dan lain-lain.
Pengajaran ini dengan jelas menegaskan pengendalian Allah yang
berdaulat dan menyeluruh atas kehidupan, tetapi doktrin ini juga
memiliki maksud pastoral yang harus dihormati.
Sebagian orang mungkin bertanya, "Bagaimana saya dapat menerima
penghiburan dari doktrin yang mengajarkan bahwa segala sesuatu telah
ditetapkan, yang implikasinya adalah bahwa tidak ada gunanya saya
berdoa dan berupaya?" Orang non-Kristen mungkin akan menolak dan
berkata, "Mengapa saya harus menerima pandangan yang menempatkan
Allah sebagai sumber kejahatan?" Kesalahan mereka adalah melihat
doktrin ini sebagai kebenaran yang terisolasi, yang bertentangan dengan
logika mereka. Alkitab tidak pernah memakai doktrin kedaulatan Allah
untuk meremehkan doa atau upaya manusia, yang benar justru
sebaliknya. Karena Allah dapat campur tangan, kita harus berdoa dan
berupaya. Doktrin ini tidak pernah dipakai untuk mengesahkan Allah
107 |TEOLOGI REFORMED
sebagai sumber kejahatan. Hal ini jelas dibantah dalam Yakobus 1:13 dan
banyak bagian Alkitab lain. Iblis dan dosa umat manusialah yang dilihat
sebagai penyebab semua kejahatan.
Mari kita perhatikan tujuan doktrin ini dalam Alkitab. Doktrin ini
bertujuan menjadikan makhluk ciptaan Allah rendah hati (Roma 9:20),
membangkitkan pujian bagi kasih Allah yang besar atas para pendosa
(Efesus 1:11), meyakinkan orang percaya kepada kasih Allah yang tidak
dapat dirusak dan sangat praktis (Roma 8:28), dan untuk menegur para
musuh akan pemberontakan dan perlawanan mereka yang sia-sia
(Mazmur 2:9-10; Daniel 4:34-35). Doktrin ini menggarisbawahi fakta
bahwa individualitas dan musim-musim kehidupan kita diatur oleh Allah
(Mazmur 139:13-16). Daud merenungkan betapa bernilainya
pemahaman bahwa Allah terus memperhatikannya. Ia berkata:
"Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar
jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada
pasir." (Mazmur 139:17-18)
Berapa banyak dari antara kita yang sungguh-sungguh percaya bahwa
Allah yang kita sembah begitu menyadari kondisi-kondisi kehidupan kita?
Bahwa Ia memperhatikan kondisi-kondisi kita bahkan secara lebih
mendetail daripada yang kita bayangkan? Daud berkata bahwa kita
bahkan tidak dapat menghitung pikiran Allah, apa lagi memberikan
perhatian yang begitu berlimpah dan mendetail kepada kondisi-kondisi
kita sendiri. Saya menangisi orang Kristen yang telah menyimpulkan
bahwa mereka tidak dapat menikmati keyakinan kepada providensi Allah
karena takut membuat Allah menjadi sumber kejahatan.
Kita mungkin pernah bertemu dengan orang-orang yang
menyalahgunakan doktrin providensi, seperti seorang Calvinis garis keras
(yang percaya bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu) yang suatu
pagi terjatuh di tangga saat ia akan sarapan pagi. "Untungnya" tangga itu
dilapisi karpet sehingga ia masih mampu bangkit berdiri, mengebaskan
108 |TEOLOGI REFORMED
debu, dan berjalan terpincang-pincang menuju meja. Ia duduk,
memandang istrinya, dan berkata, "Saya lega semua ini telah berakhir."
Meski secara logis (dan humoris) respons itu mungkin menarik, respons
itu hanya mengalihkan perhatiannya dari tugas untuk memikirkan apa
yang salah dan mengambil langkah pencegahan untuk masa mendatang.
Allah tidak menyingkapkan realitas providensi-Nya untuk membuat kita
tidak lagi mengurus hidup kita. Tetapi panggilan intim seperti itu
terkadang memang mengingatkan kita kepada perhatian Allah yang tidak
kelihatan.
Saya pernah mendengar kisah tentang John Witherspoon, presiden
Princeton University dan juga penandatangan Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat. Suatu hari dalam perjalanan menuju Princeton, ia
terlempar dari kereta kudanya. Kereta kuda itu masuk ke selokan, dan ia
terlempar sampai tergeletak di tanah dan berlumuran kotoran.
Sesampainya di kantor, ia mulai membersihkan diri dan mengomentari
providensi Allah yang begitu ajaib dalam melindungi hidupnya pada
situasi yang amat berbahaya. Asistennya yang masih muda mengamati
dengan bijak, "Tetapi Dr. Witherspoon, bukankah perhatian Allah bahkan
lebih ajaib dalam ratusan pagi hari saat Anda berangkat kerja tanpa
mengalami kecelakaan?" Witherspoon mendapat pelajaran berharga
tentang mensyukuri providensi Allah saat hal itu tidak terlihat dan tidak
dramatis.
Sebuah gambaran indah mengenai providensi Allah tercatat di Kejadian
50:20. Pada bagian itu dikisahkan bagaimana saudara-saudara Yusuf
menjualnya menjadi budak, bagaimana ia secara keliru dituduh
memperkosa dan dipenjara secara tidak adil, bagaimana ia mendapat
kekuasaan yang besar di Mesir, lalu menyelamatkan Mesir dan
keluarganya dari bencana kelaparan. Setelah semua itu, Yusuf berkata
kepada saudara-saudaranya mengapa ia tidak membalas dendam atas
pengkhianatan mereka. Katanya, "Memang kamu telah mereka-rekakan
yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk
109 |TEOLOGI REFORMED
kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini,
yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." Setiap tindakan
saudara-saudara Yusuf, Yusuf sendiri, Firaun, dan bahkan cuaca yang
mendatangkan bencana, semua sesuai dengan kendali Allah yang
berdaulat.
Singkatnya, tidak ada situasi mulai dari jumlah rambut hingga pergerakan
bangsa-bangsa yang dalam segala halnya tidak menggenapi rencana
Allah.
Jika kita mengakui bahwa semua situasi ditentukan oleh providensi Allah,
bagaimana dengan akibat tindakan umat manusia yang jahat? Kisah Yusuf
memperlihatkan jawabannya.
Orang Baik, Orang Jahat, dan Politikus
Apakah rencana Allah digenapi oleh tindakan manusia yang bebas dan
bertanggung jawab, entah itu baik atau jahat? Inilah pertanyaan yang
ditimbulkan oleh Hitler, Pol Pot, dan penjahat keji yang menyerang anak
Anda. Inilah pertanyaan Wilberforce dan Martin Luther King, yang
memperjuangkan hak asasi dan martabat keturunan Afrika.
Pertanyaan ini wajar sehubungan dengan realitas penghakiman terakhir
yang akan menuntut setiap pria, wanita, dan anak-anak untuk
bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Menurut Yohanes 5:28-29:
"Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa
semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan
mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup
yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk
dihukum."
Implikasi dari kisah Yusuf di atas secara khusus diajarkan dalam Alkitab:
setiap tindakan yang dilakukan setiap individu adalah sesuai dengan
cetak biru Allah yang tidak dapat berubah. Alkitab menekankan fakta
110 |TEOLOGI REFORMED
bahwa orang yang paling "bebas" (para raja dan penguasa) mengerjakan
rencana Allah. Amsal 21:1 menyatakan, "Hati raja seperti batang air di
dalam tangan Tuhan, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini." Bagian-bagian lain
Alkitab juga membawa pesan yang sama tentang kedaulatan Allah:
"Tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya
turun-temurun." (Mazmur 33:11)
"Tuhan semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat
menggagalkannya? Tangan-Nya telah teracung, siapakah yang dapat
membuatnya ditarik kembali?" (Yesaya 14:27)
"Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah
Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti
Aku, Yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari
zaman purbakala apa yang belum terlaksana, Yang berkata: Keputusan-
Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan." (Yesaya
46:9-10)
"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang
terlaksana." (Amsal 19:21)
Tidak ada tindakan musuh-musuh Allah atau para penguasa yang
berpengaruh terhadap kemampuan Allah untuk melaksanakan setiap
detail dari rencana-Nya. Sebaliknya, tindakan-tindakan mereka tidak
terpisah dari rencana yang telah Allah tetapkan, sama seperti tindakan
Firaun yang sia-sia ketika menentang Musa dalam Keluaran. Roma 9:17
mencatat perkataan Allah kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku
membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di
dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi."
Sangat menarik bahwa di dalam catatan Keluaran tentang
pemberontakan Firaun, dikatakan Allah mengeraskan hati Firaun tetapi
juga dikatakan bahwa Firaun mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 14:4;
111 |TEOLOGI REFORMED
9:34). Firaun bertindak menurut kehendaknya sendiri, namun
kehendaknya itu melaksanakan rencana kekal Allah.
Kedaulatan Allah atas tindakan jahat manusia dinyatakan dengan paling
murni dalam khotbah Petrus di Kisah Para Rasul 2:23. "Dia [Yesus] yang
diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan
dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka." Perhatikan,
sekalipun Petrus menyatakan bahwa kejahatan terkeji dalam sejarah
manusia itu telah ditetapkan oleh rencana Allah, namun ia tetap berani
meletakkan tanggung jawab atas kejahatan itu secara langsung kepada
para permimpin rohani bangsa Israel.
Pemahaman bahwa semua tindakan manusia tercakup di dalam rencana
Allah sungguh sangat menghibur saya setiap hari. Istri saya adalah staf
pengerja kampus di InterVarsity Christian Fellowship [Perkantas]. Tiga
atau empat kali dalam seminggu ia pergi ke kampus hingga larut malam
(anak-anak kami sudah beranjak remaja). Baru-baru ini, seorang siswi
diculik di pinggiran jalan sekitar jam delapan malam. Padahal istri saya
baru saja melewati jalan itu sekitar sepuluh menit sebelumnya. Siswi itu
dibawa ke sebuah parkiran kosong lalu diperkosa. Dengan kondisi seperti
itu, saya sangat mengkuatirkan istri saya yang sering keluar malam, dan
kami mengambil beberapa langkah pencegahan. Tetapi hal yang paling
menghibur kami adalah pemahaman bahwa tak seorang pun, termasuk
pemerkosa paling tangguh, yang dapat menyentuh istri saya tanpa
menggenapi rencana keselamatan Allah.
Anda mungkin bertanya, "Bukankah mustahil, bahwa Allah yang
mengendalikan, namun manusia tetap menjadi penyebab bagi kebaikan
dan kejahatan?" Hal ini terbukti tidak mustahil bagi Allah. Pikiran kita
tidak dapat memahami bagaimana Allah dapat menciptakan makhluk
bertanggung jawab yang benar-benar harus memberi
pertanggungjawaban kepada-Nya meskipun semua dosa mereka, sejak
Adam di taman hingga pedihnya kebinasaan akhir si Iblis, terlaksana
112 |TEOLOGI REFORMED
sesuai dengan rencana- Nya. Kehidupan berada di bawah kendali yang
sedemikian rumit, yang melampaui kemampuan manusia untuk
memahaminya. Dengan kehendak kita sendiri yang bertanggung jawab,
kita mengerjakan rencana Allah meskipun Allah sama sekali tidak
mencobai atau secara langsung memaksa kehendak kita. Meski kita tidak
tahu bagaimana Allah mengendalikan segala sesuatu, tampaknya Ia
biasanya tetap "lepas tangan" terhadap mekanisme kehendak kita. Tetapi
kita bertanggung jawab dan dengan bebas memilih untuk melakukan
semua yang Ia rencanakan.
Selama bertahun-tahun begitu banyak orang percaya berkata kepada
saya, "Anda tidak mungkin bisa mempercayai kedua-duanya secara
bersamaan; Anda harus memilih antara tindakan manusia yang
sepenuhnya bertanggung jawab, atau rencana Allah yang sedang
bekerja." Kita harus dengan tegas menolak pendapat bahwa karena kita
tidak tahu bagaimana Allah melakukan hal ini, maka kita harus memilih
antara tanggung jawab manusia atau kedaulatan ilahi; kita menolak
anggapan bahwa kita hanya bisa memilih satu, dan bukan kedua-duanya.
Fakta bahwa keduanya benar merupakan kemuliaan bagi hikmat Allah.
Kita harus sujud dan menyembah, bukannya terhanyut dalam pikiran kita
yang dengan sombong memikirkan apa yang bisa atau tidak bisa Allah
kerjakan. Kita adalah ciptaan yang terbatas dan tidak memiliki akses
untuk menjangkau tingkat pemikiran atau eksistensi Allah. Sesungguhnya
ini merupakan inti dari logika dan pemahaman yang baik, yang
mempercayai pewahyuan Allah tentang diri-Nya. Kita harus menikmati
kepenuhan providensi Allah yang begitu mulia, dan penghiburan dari
pengendalian-Nya yang misterius dan berdaulat. Seharusnya ini
mendorong kita untuk menanggapi dengan gentar sebagai orang-orang
yang mengetahui bahwa diri mereka yang harus bertanggung jawab,
sebagai penyandang gambar dan rupa Allah.
113 |TEOLOGI REFORMED
Bukan hanya perbuatan-perbuatan jahat yang tercakup di dalam
providensi Allah, tetapi perbuatan-perbuatan baik manusia juga telah
ditetapkan sebelumnya. Efesus 2:10 menyatakan, "Karena kita ini buatan
Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,
yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di
dalamnya." Tetapi kita tetap berulang kali diperintahkan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan baik (1Timotius 6:18; Ibrani 10:24).
Dalam Filipi 2:12-13, Paulus menyingkapkan tirai metafisika dan
mengizinkan kita melihat dua fakta ini berfungsi bersamaan. Ia berkata,
"... tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, ... karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Bukannya mengurangi tanggung
jawab orang Kristen, kebenaran ini justru meningkatkan tanggung jawab
dengan mengaitkannya kepada kuasa yang tidak dapat ditolak Allah
sedang mengerjakan rencana-Nya yang baik di dalam diri kita. Dari sini
kita melihat providensi Allah sedang berkarya di dalam keselamatan kita.
(Redaksi: Bagian 2 dari artikel di atas akan dikirimkan pada pengiriman e-
Reformed edisi berikutnya.)
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Step By Step
Judul Artikel : -
Penulis : James C. Petty
Penerjemah : -
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2004
Halaman : 41 - 54
114 |TEOLOGI REFORMED
Bimbingan dan Rencana Allah (2) Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Berikut ini adalah Bagian (2) dari posting bulan lalu. Selamat menyimak.
P.S. Bagi Anda yang belum/tidak mendapatkan Bagian (1) dari artikel ini,
silakan berkunjung ke arsip Publikasi e-Reformed di alamat:
==> http://www.sabda.org/publikasi/reformed/064/>
In Christ,
Yulia
<yulia in-christ.net></yulia
Artikel Terkait
Bagaimana Theolog Reformed Bertheologi pada Masa Kini
(I)
Spiritualitas Injili: Suatu Tinjauan Ulang
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis
Dan Pastoral (1)
Dilahirkan Untuk Menderita
Bagaimana Theolog Reformed Bertheologi pada Masa Kini
(II)
Kemuliaan Bagi Allah
115 |TEOLOGI REFORMED
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis
Dan Pastoral (2)
Penulis:
James C. Petty
Edisi:
065/VIII/2005
Isi:
Providensi Allah dalam Keselamatan dan Penghakiman
Di sini kita memasuki area providensi yang paling kudus. Kita akan segera
dijadikan rendah hati oleh ketakjuban dan kedahsyatan dari bagian Kitab
Suci yang akan kita baca. Jika kita mendekati perikop klasik Alkitab yang
berkaitan dengan "predestinasi" dan meyakini pernyataannya yang paling
gamblang, maka sangatlah jelas bahwa orang percaya bisa menjadi
percaya karena mereka dipilih oleh Allah. Kita memilih Dia karena Dia
memilih kita. Berikut adalah beberapa ayat yang mengajarkan hal itu:
"Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus
untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya."
(Efesus 1:5)
"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu ...
supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap."
(Yohanes 15:16)
"Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.... Dan inilah
kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang
telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya
Kubangkitkan pada akhir zaman." (Yohanes 6:37,39)
116 |TEOLOGI REFORMED
Di ayat-ayat ini Yesus menyatakan bahwa Allah memberi-Nya
sekelompok orang tertentu untuk diselamatkan, dan masing-masing dari
mereka akan sungguh-sungguh diselamatkan. Perhatikan bagaimana
Yesus menyeimbangkan ajaran-Nya dengan mengatakan bahwa setiap
orang yang datang kepada-Nya menginginkan keselamatan akan
menemukannya. Ia tidak akan menolak seorang pun. Keselamatan ini
bersifat pribadi dan eksklusif, tetapi sekaligus terbuka bagi semua orang.
Di sini kembali kita perhatikan paradoks agung itu, yang tercipta oleh cara
Allah yang bertingkat dan misterius (bagi kita), memerintah atas ciptaan-
Nya. Ia memiliki rencana yang kekal dan tidak mungkin berubah, yang
tidak dapat digagalkan oleh apa pun juga, namun Allah dapat
menciptakan dunia dengan martabat dan tanggung jawab yang
sesungguhnya.
Cara Allah merencanakan dan menggenapi keselamatan untuk umat
pilihan- Nya ini tercatat dalam Roma 8:28-30, yang berbunyi demikian:
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua
orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia,
Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka
yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil- Nya. Dan
mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka
yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dipermuliakan-Nya."
Seluruh garis waktu keselamatan kita -- sejak sebelum penciptaan hingga
pemuliaan berjalan sesuai "rencana Allah". Setiap orang yang dipilih-Nya
(bdk. Roma 11:2, yaitu Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya)
telah ditentukan, dan setiap orang yang ditentukan akhirnya
dipermuliakan. Tidak ada orang yang dapat menyimpang dari sistem ini.
117 |TEOLOGI REFORMED
Kitab Roma lebih jauh menyatakan bahwa bahkan mereka yang tidak
pernah bertobat dan yang dihakimi karena kebencian mereka terhadap
Allah, juga berbuat demikian sesuai rencana Allah, yang telah ditetapkan
sebelum penciptaan.
Roma 9:11 berbicara tentang anak-anak Ribka (Yakub dan Esau), "Sebab
waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik
atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan,
bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan- Nya
dikatakan kepada Ribka: `Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang
muda,` ... Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." Paulus
kemudian menjelaskan maksud kebenaran ini di ayat 16: "Jadi hal itu
tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada
kemurahan hati Allah."
Paulus tidak menyatakan pokok-pokok filsafat yang dapat dipakai oleh
pikiran-pikiran yang kreatif sesuka mereka. Tidak, ia menyingkapkan tirai
yang ada di ruang tahta Allah supaya kita dapat melihat bahwa
keselamatan kita adalah karena anugerah semata, bersumber di dalam
kasih Allah yang murni dan pribadi. Sekali lagi, yang dapat kita kerjakan
hanyalah menyembah.
Sementara kita merasa begitu sulit untuk mencerna obat keras yang
menyembuhkan kesombongan manusia ini, doktrin ini tidak akan terlalu
menyulitkan bila kita memakainya di dalam tujuan pastoral yang memang
menjadi maksud diwahyukannya kebenaran ini. Saya harus kembali
berkata bahwa kebenaran-kebenaran teologis, tidak peduli betapa
alkitabiahnya, harus dipakai secara alkitabiah. Kebenaran-kebenaran ini
bukan peluru yang dapat kita tembakkan ke semua arah, melainkan
hanya kepada arah yang dinyatakan dalam Alkitab.
Misalnya, kita tidak dapat memakai hak Allah untuk memilih sebagai
alasan untuk menyangkal tanggung jawab manusia atau untuk
meyakinkan diri bahwa usaha kita menginjili atau berdoa bagi orang-
118 |TEOLOGI REFORMED
orang yang belum percaya tidak ada gunanya. Sebaliknya, predestinasi
dan pengendalian Allah memberi harapan bahwa Allah akan bertindak.
Karena itu, kita berdoa agar Allah menyelamatkan mereka. Allah dapat
menyelamatkan atau menghukum dengan adil, dan Ia memiliki otoritas
dan kuasa untuk melakukan keduanya.
Paulus menampilkan sikap yang benar tentang para kerabat Yahudinya
yang belum diselamatkan.
"Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara
hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita
dan selalu bersedih hati. Bahkan aku mau terkutuk dan terpisah dari
Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Sebab
mereka adalah orang Israel." (Roma 9:1-4)
Paulus memahami pergumulan kita dan menyuarakan kesedihan yang
kita rasakan saat memikirkan kesesatan orang-orang yang kita kasihi.
Tetapi ia menanggapi kerinduannya akan keselamatan mereka dengan
memberitakan Injil tanpa gentar kepada saudara sebangsanya di tiap
kota, dan dengan berdoa agar mereka diselamatkan (Roma 10:1).
Rencana dan kehendak Allah yang dilaksanakan dalam providensi
merupakan realitas yang sangat besar dan tidak terlihat aktif setiap menit
untuk melindungi, membimbing, dan menentukan aliran nasib kita. Jika
kita ada di dalam Kristus, kita memiliki hak untuk mempercayakan diri
kepada kehendak Allah yang kekal dan tidak berubah, yang menopang
hidup kita sehari-hari. Anda berada dalam keharmonisan yang tidak
terlihat dengan rencana Allah atas hidup Anda. Tidak ada Rencana B, C,
atau D. Yang ada hanya apa yang Allah tetapkan dalam rencana-Nya, dan
tindakan kita yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam kedaulatan-Nya
yang misterius (bagi kita), keduanya menjadi satu.
Kristus menawarkan keamanan yang tidak terbayangkan bagi siapa pun
yang ingin datang kepada-Nya untuk beroleh keselamatan. Kebenaran
119 |TEOLOGI REFORMED
bahwa Kristus dapat menawarkan pilihan kepada ciptaan mana pun yang
menginginkannya rasanya merupakan "hal yang terlalu muluk untuk bisa
dianggap sebagai kenyataan" bagi pikiran manusia yang merasa dirinya
mandiri. Kristus dapat menawarkan pilihan dan kasih Allah yang dari
kekal hingga kekal kepada orang-orang yang datang kepada-Nya dan
meminta hal itu. Mungkin Injil adalah satu-satunya hal yang sungguh-
sungguh "terlalu muluk untuk bisa dianggap sebagai kenyataan" di alam
semesta ini, tetapi toh Injil tetap merupakan kenyataan. Sekali lagi, tidak
seorang pun dapat membayangkan bagaimana Allah melakukan hal
tersebut, namun Allah benar-benar melakukannya. Kita hanya dapat
menarik nafas melihat kebesaran dan keluarbiasaan Allah dalam
menyatakan kuasa dan kemurahan-Nya.
Pengetahuan yang Beracun?
Anda mungkin seperti saya di bulan-bulan pertama saya di seminari. Saya
marah dan meremehkan pemikiran bahwa saya tidak bisa memahami
pengaturan Allah atas kebaikan dan kejahatan. Saya menuntut,
"Bagaimana Anda bisa mempercayai Allah Alkitab tanpa memahami hal
ini? Bagaimana Anda bisa tahu bahwa kekristenan benar jika Anda tidak
dapat memeriksanya?" Banyak orang rindu untuk bisa mengetahui
seperti Allah mengetahui, tetapi saya menuntut untuk mengetahuinya.
Itulah godaan yang dialami Adam dan Hawa di taman Eden (Kejadian 3:5).
Tetapi inilah esensi kuasa dan kekuatan Allah yang memampukan diri-
Nya untuk menetapkan dan mengetahui setiap peristiwa yang akan
terjadi di surga dan alam semesta. Pengetahuan akan masa depan seperti
ini tidak diberikan kepada kita demi kebaikan kita sendiri. Ada sejumlah
alasan mengapa kita akan mendapatkan masalah bila kita memiliki
pengetahuan semacam itu.
PERTAMA, pengetahuan Allah mencakup segalanya. Pengetahuan itu
menciptakan dan meliputi gerakan setiap partikel atom sejak awal
penciptaan. Bahkan, Daud mengakui bahwa pikiran Allah tentang dirinya
120 |TEOLOGI REFORMED
saja lebih banyak dari pasir yang ada di tepi laut (Mazmur 139:7), yang
mungkin ratusan juta jumlahnya. Singkat kata, rencana Allah dalam
memerintah dunia jauh melampaui tingkatan kita -- baik dalam
kerumitan maupun kuantitas informasinya. Sebagai misal, ketika Allah
menjelaskan apa sebenarnya relasi antara teori kuantum dan gravitasi, Ia
bahkan tidak mungkin menemukan satu orang ilmuwan di bumi yang
dapat memahaminya. Bahkan, kata gravitasi dan kuantum bisa begitu
dangkal dan sama sekali tidak berguna. Bahkan, pemahaman kita
mengenai proses- proses yang telah Allah jadikan begitu jelas tetapi
seperti lelucon primitif. Contohnya, para ilmuwan telah mempelajari
bentuk kehidupan yang paling sederhana selama ratusan tahun, dan
meskipun kita memiliki begitu banyak contoh kehidupan "primitif", kita
tetap belum mampu menghasilkan bentuk kehidupan yang paling
sederhana sekalipun. Pertanyaan Allah kepada Ayub mengenai alam (psl.
38-42) menantang Ayub hingga ia meminta Allah berhenti bertanya.
Tetapi, kita dapat bertanya apakah kita setidaknya bisa memiliki sebagian
kecil saja dari sketsa rencana Allah yang begitu luas atas hidup kita. Hal
ini membawa kita kepada alasan KEDUA mengapa kita tidak dapat
mengetahui rencana Allah. Informasi itu akan merusak kita. Hal itu terlalu
beracun untuk bisa kita tangani. Mari saya jelaskan.
Misalnya, kita mungkin berpikir bahwa akan sangat menentramkan hati
bila kita dapat melihat daftar orang yang Allah pilih untuk menerima
hidup kekal. Kita ingin memastikan apakah kita termasuk di dalam daftar,
atau justru tidak terdaftar, sehingga kita bisa berhenti berusaha dan
mulai bersantai, makan, minum, dan bergembira sepanjang sisa waktu
yang kita miliki. Tetapi, mengetahui dengan pasti pengetahuan Allah
bahwa kita akan diselamatkan, tidak peduli apa yang kita lakukan atau
percayai, akan merusak kita sehingga tidak lagi dapat dikenali sebagai
orang Kristen. Pengetahuan itu akan menjadi racun bagi perjalanan
kekristenan kita.
121 |TEOLOGI REFORMED
Saya pernah mengkonseling sepasang suami istri Kristen yang secara
menyedihkan berusaha menghujat Roh Kudus agar mereka bisa
memastikan kebinasaan mereka. Demikian besar obsesi mereka untuk
"mengetahui dengan pasti". Mereka pikir hal itu setidaknya dapat
membuat mereka bisa mengendalikan masa depan dan tempat di mana
mereka akan menjalani kekekalan. Mereka percaya mereka dapat
merampas kendali Allah atas masa depan. Mereka menyimpulkan dengan
tepat bahwa mereka tidak akan pernah bisa mengetahui dengan
kepastian seperti yang dimiliki Allah mengenai apakah mereka akan pergi
ke surga atau ke neraka. Namun, mereka berencana bahwa jika mereka
menghujat Roh Kudus, mereka (dengan kuasa seperti yang dimiliki Allah)
dapat memutuskan sendiri nasib mereka dan lepas dari ketidakpastian
dan kecemasan. Mereka bernafsu mendapatkan kepastian pengetahuan
Allah akan masa depan dan mereka bersedia menukarnya dengan nyawa!
Pengetahuan akan kematian merupakan contoh lain dari pengetahuan
beracun. Kita mungkin berpikir akan sangat menarik bila dapat
mengetahui hari dan cara kematian kita, atau kematian anak-anak dan
orang yang kita cintai. Kita pikir akan sangat menolong bila kita dapat
mengetahui lebih dulu hal-hal mengerikan dan hal-hal ajaib yang akan
terjadi bertahun-tahun sebelum kejadiannya. Tidakkah menentramkan
hati bila kita dapat mengetahui lebih dulu apakah karir kita akan sukses
atau tidak? Apakah usaha kita akan sukses? Ketika kita memikirkan hal
ini, ada hal yang jelas muncul di benak kita. Jika kita tahu apa yang
tercakup dalam sebagian besar tindakan kita, kita mungkin tidak akan
pernah memulainya. Kita dapat mengatasi permasalahan yang muncul
sehari-hari, namun kita tidak akan dapat mengatasi masalah jika kita
telah terlebih dahulu mengetahuinya.
Pengetahuan kita tentang kebaikan dan kejahatan dibatasi oleh kasih
Allah kepada kita. Yang baik terlalu baik dan yang jahat terlalu jahat bagi
kita. Sebagai contoh, Allah tidak memberi tahu Ayub asal-usul
malapetaka yang menimpanya, padahal ia adalah orang yang saleh dan
122 |TEOLOGI REFORMED
benar, yang takut akan Allah dalam semua jalannya. Ia juga tidak
memberi tahu Ayub tentang peperangan kosmis antara diri-Nya dan Iblis
yang terjadi melalui penderitaan Ayub. Sama dengan hal ini, Allah juga
tidak menyingkapkan rencana dekritif-Nya kepada ciptaan-Nya -- dan ini
demi kebaikan kita.
Problema kejahatan telah mengesalkan hati orang Kristen selama
berabad-abad (khususnya generasi Kristen yang kedua). Orang-orang
non- Kristen dengan gembira menolak pernyataan Kristus sambil berkata,
"Jika Allah begitu baik dan berdaulat, mengapa Ia mengizinkan kejahatan
ada?" Karena Allah tidak menyingkapkan jawaban yang spesifik bagi
pertanyaan itu, maka itulah yang harus kita katakan kepada mereka. Bagi
orang tidak percaya, hal tersebut otomatis berarti Allah tidak baik atau Ia
tidak berdaulat atau Allah tidak baik dan sekaligus tidak berdaulat.
Mereka secara naluriah membatasi pilihan Allah sebatas yang dapat
mereka bayangkan. Itu meliputi apa yang dapat mereka pahami, dengan
pengetahuan manusia yang ditempatkan sebagai titik awal, tertinggi, dan
penentu kebenaran.
Mereka tidak pernah berpikir bahwa Allah sedang menjaga kita dari
informasi yang tidak dapat kita tangani. Suatu hari kelak, saya percaya
kita akan belajar lebih banyak tentang pemberontakan Iblis yang terjadi
sebelum penciptaan [dunia]. Kita akan belajar lebih banyak tentang asal
mula Iblis. Mungkin kita akan belajar lebih banyak tentang mengapa Allah
memilih untuk menyelamatkan dunia yang telah dirusak oleh pengaruh
Iblis, dan bukannya memusnahkan dan memulai lagi dari awal. Ada
berbagai tingkatan irasionalitas mengenai asal-usul kejahatan yang tidak
dapat dipahami oleh ciptaan yang terbatas, atau akan melumpuhkan jika
kita berusaha menyingkapkannya saat ini. Kita berada pada posisi dimana
kita harus bergantung pada penilaian yang baik dari Allah yang mengasihi
kita dan yang berketetapan memberi hidup sekalipun kita pernah
memberontak melawan- Nya.
123 |TEOLOGI REFORMED
Allah telah berketetapan, dengan beberapa pengecualian, bahwa nama-
nama umat pilihan dan orang binasa harus tetap menjadi rahasia. Kitab
kehidupan dan "kitab" lainnya itu tidak dibuka hingga Hari Penghakiman
(Wahyu 20:12). Perang ultimat antara kebaikan dan kejahatan, dan
refleksi perang itu dalam providensi Allah, paling baik kita serahkan
kepada Allah.
Yesus mengajarkan bahwa kita "dimampukan" untuk mengatasi
kekuatiran sehari untuk sehari tidak lebih daripada itu (Matius 6:34).
Dalam praktik konseling, saya mendapati bahwa hampir semua masalah
yang berkaitan dengan kekuatiran, disebabkan oleh kebutuhan yang
dipaksakan untuk mengetahui masa depan. Itulah yang ditawarkan oleh
astrolog, pelihat, penyihir, dan seluruh armada ilmu gaib. Semua itu jelas
bertentangan dengan orang yang takut akan Tuhan, yang percaya bahwa
Allah sanggup memerintah semesta seorang diri.
"Pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan" yang sekarang kita
pahami secara terbatas adalah akibat pemberontakan manusia terhadap
Allah (Kejadian 3:5). Manusia ingin mengetahui dan memahami dasar
dari segala yang Allah perintahkan, namun karena kita bukan Allah,
pengetahuan ini memicu problema yang mengancam hidup kita.
Pemahaman akan kejahatan tampaknya mengandung unsur yang
mematikan. Bahkan apa yang Allah nyatakan sepertinya dipaparkan
dalam bahasa kiasan, dan sepertinya Ia sengaja membiarkan pertanyaan-
pertanyaan kita tidak terjawab, demi kebaikan kita.
Musa dengan indah mengungkapkan perbedaan antara dua macam
pengetahuan ini dalam Ulangan 29:29.
"Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal- hal
yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-
lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
124 |TEOLOGI REFORMED
Dalam ayat ini Musa mengajar kita untuk tidak mencari tahu hal-hal yang
Allah sembunyikan, dan mendorong kita untuk memusatkan diri pada apa
yang telah Allah nyatakan, yaitu hukum-hukum-Nya, dan bagaimana kita
dapat menerapkannya pada masa kini. Ia menasihati kita untuk tidak
memboroskan tenaga dan waktu mencari cara membuka rencana-
rencana Allah yang tersembunyi, baik bagi kita maupun bagi orang lain.
Allah ingin kita mempercayai-Nya untuk hal itu. Allah menghendaki kita
memusatkan diri untuk menata hidup kita sesuai dengan apa yang telah
Ia nyatakan, yaitu Firman-Nya.
Kebanyakan pengetahuan gaib berusaha menerobos batasan
pemahaman yang bermanfaat yang telah Allah tetapkan. Para penyihir
menawarkan komunikasi dengan arwah orang mati. Para petenung
berupaya menembus batasan alam berpikir seseorang. Para pelaku
praktik semacam itu tidak mempercayai kuasa Allah atas masa depan
ataupun keterbatasan mereka. Mereka menginginkan pengetahuan yang
dapat memberikan kuasa dan kelegaan yang muncul dari
ketidakpercayaan mereka. Bruce Waltke menunjukkan bahwa gagasan
tentang "menemukan kehendak Allah" adalah gagasan kafir (Waltke
1995, 30) karena gagasan itu biasanya berusaha menembus rencana
Allah yang bersifat rahasia (dekritif).
Mendapatkan arahan semacam itu dari para dewa merupakan kegiatan
utama di dalam hampir semua masyarakat pra-Kristen. Hal ini
menghabiskan banyak uang dan waktu dari para praktisi agama-agama
non-Kristen (Waltke 1995, 30). Kuasa atas masa depan juga dianggap
sangat bermanfaat. Manfaat ini dicari mulai dari Afrika pedalaman
(Oosthuizen dkk. 1988, 47-62) hingga kebudayaan Druids yang paling
maju (Ellis 1994, 248).
Bertolak belakang dengan pengetahuan yang menjanjikan terbatasnya
manusia dari ketergantungan kepada Allah, Yesus menyingkapkan Allah
dalam bentuk yang memberi hidup, tidak beracun, dan tidak mematikan.
125 |TEOLOGI REFORMED
Ia memberi tahu kita apa yang kita perlu ketahui agar dapat
diperdamaikan dengan Allah dan mendapatkan hidup baru di dalam-Nya.
Kematian-Nya di atas kayu salib mengubah hati kita yang menakutkan
dan sombong agar kita dapat menjadi ciptaan yang penuh sukacita,
bukan dewa-dewi yang frustrasi. Kini kita dapat mempercayai Allah yang
mengendalikan masa depan kita, dan memusatkan diri untuk hidup bagi-
Nya di masa sekarang ini.
Terangkatnya seluruh beban kekuatiran akan masa depan dari pundak
kita merupakan pengalaman yang sangat membebaskan. Yesus tidak
datang untuk memberi kita akses ke dalam hal-hal rahasia yang ada di
dalam providensi Allah, namun untuk menyingkapkan misteri
tersembunyi tentang bagaimana Allah menebus dunia yang berdosa ini.
Ia memberikan kebenaran yang membebaskan kita. Kebenaran-Nya
memusatkan kekuatan kita pada ketaatan dan pelayanan saat ini. Kita
dapat berkata seperti Salomo, "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia
akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:6) Allah berjanji memperhatikan
setiap rintangan yang ada di jalan orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Yesus berjanji, "Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33) Kini kita
dapat kembali pada situasi yang dihadapi Rick dengan memegang semua
konsep ini.
Saat Rick bergumul menentukan apakah ia harus berwiraswasta atau
tidak, ia tidak akan mampu membedakan rencana Allah bagi dirinya
seketika itu juga. Namun, ia dapat mengetahui bahwa karena karya
Kristus, ia tidak berada di Rencana B, C, atau Z. Di dalam Kristus hanya
ada satu rencana: Rencana A. Ia harus berusaha keras menemukan
prinsip-prinsip Alkitab dan mengaplikasikannya pada situasi yang ia
hadapi. Ia harus mengumpulkan informasi tentang dirinya dan situasi
yang dihadapinya. Ia harus berdoa lalu mengambil keputusan. Rick akan
sangat diteguhkan jika ia tahu bahwa ia membuat keputusan dalam
126 |TEOLOGI REFORMED
keadaan terlindung. Sang Gembala Agung, Allah Yang Mahakuasa,
mengawasinya. Pengawasan itulah yang disebut providensi.
Pagar Pengaman Providensi
Providensi Allah mirip dengan pagar pengaman di pegunungan. Di suatu
musim panas ketika saya masih kuliah, saya pergi ke Amerika Selatan
dalam suatu perjalanan misi bersama dua belas rekan musisi muda lain.
Suatu hari kami harus melintasi dua kota di Kolombia yang terletak di
pegunungan Andes. Kami berangkat jam enam pagi dan mengembara
hingga jam enam sore melintasi sebuah jalan kecil berkerikil. Jalan yang
mengerikan ini tingginya ratusan kaki dari permukaan lembah, dengan
belokan tajam setiap menit.
Tidak ada pagar pengaman, satu pun tidak! Saya ingat si sopir meluncur
diiringi bunyi klakson di setiap tikungan untuk memperingatkan
pengendara lain dari arah berlawanan yang hampir tertabrak oleh kami.
Sepanjang jalan ada tanda peringatan bagi korban yang meninggal di
lokasi itu. Ada catatan angka pada setiap rambu peringatan di sepanjang
jalan itu. Karena bus yang seharusnya berkapasitas empat puluh dua
telah diisi hingga enam puluh lima orang penumpang, saya mendapat
kehormatan harus berdiri dalam bus itu seharian. Saya sangat tertolong
karena bisa bersandar pada tiga orang ketika saya muntah dari jendela
bus (saya mabuk darat bila naik mobil).
Tetapi kemudian saya sadar bahwa sesungguhnya terdapat pagar
pengaman di tepian jalan itu: providensi Allah yang berdaulat. Saya
terhibur oleh fakta bahwa saya tidak akan bisa disentuh oleh kematian,
kecuali Allah menyetujui terjadinya kecelakaan. Saya bayangkan pagar
pengaman yang tidak terlihat dan tidak dapat ditembus, ditopang, dan
dijaga oleh Allah yang hidup. Saya pikir kami benar-benar telah menabrak
pagar pengaman yang tidak terlihat itu beberapa kali.
127 |TEOLOGI REFORMED
Bagi keputusan yang kita ambil, providensi Allah yang berdaulat
menyerupai pagar pengaman itu. Kita meluncur cepat di gunung
kehidupan dengan melintasi belokan-belokan tajam dan jalur-jalur
pindah yang terus ada di depan kita. Namun, kita memiliki keyakinan
bahwa Allah telah menetapkan batasan hidup kita. Ia menggandeng kita
dengan hati- hati di tangan-Nya meskipun ada bahaya yang harus kita
hadapi dan keputusan-keputusan bodoh yang telah kita buat. Hanya di
surga kita akan mengetahui berapa kali kita telah menabrak pagar
pengaman rencana Allah dan kita tetap dilindungi demi rencana-Nya
yang penuh kemurahan itu.
Bagaimana mungkin kita tidak sujud dan menyembah Allah yang
berdaulat seperti ini, yang mempedulikan baik perkara kecil maupun
besar dalam hidup kita? Ia adalah Allah yang melindungi kita, melatih kita
dengan providensi-Nya, dan cukup mengasihi kita sehingga bersedia
mengajar kita untuk percaya kepada-Nya di saat kita merasa sulit
memahami-Nya. Bukankah pengetahuan bahwa ada rencana berdaulat
semacam itu seharusnya membuat kita menyembah, hormat, bersyukur,
dan berkeyakinan penuh di dunia yang semakin kacau ini?
Mereka yang ada di dalam Kristus tahu bahwa terlepas dari semua
keputusan yang dihadapi, kesalahan yang diperbuat, dosa yang
ditinggalkan, dan hal-hal yang tidak diperkirakan, Allah bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan yang mengubah kita
menjadi serupa dengan gambar Kristus, Anak Allah (Roma 8:28). Melalui
providensi Allah atas anak-anak-Nya, Allah, Gembala Agung kita,
memimpin kita dengan tongkat-Nya yang perkasa menuju hidup yang
kekal. Jika itu tujuan hidup Anda, Anda pasti akan aman-aman saja!
Untuk Tinjauan dan Refleksi
Apa perbedaan penting antara kehendak dekritif Allah dan kehendak
preseptif Allah?
128 |TEOLOGI REFORMED
Bagaimana pemahaman yang kacau atas kedua bentuk kehendak itu
dapat menimbulkan masalah bagi orang Kristen yang sedang menghadapi
berbagai pilihan dalam kehidupan?
Bagaimana kita menyelaraskan antara kendali Allah yang berdaulat atas
seluruh kehidupan dan tanggung jawab moral kita?
Mengapa Allah tidak menjawab pertanyaan kita tentang problema
kejahatan?
Mengapa pengetahuan kita tentang kedaulatan Allah harus membuat kita
menyembah dan percaya kepada-Nya?
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Step By Step
Judul Artikel : -
Penulis : James C. Petty
Penerjemah : -
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2004
Halaman : 55 - 67
129 |TEOLOGI REFORMED
Penebusan Yang Terbatas Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Tak lama lagi, kita akan merayakan Paskah. Saya berharap artikel yang
saya kirimkan ini dapat menolong kita semua untuk mempersiapkan hati
merenungkan kasih Allah yang luar biasa bagi kita, umat pilihan-Nya.
Ada banyak orang Kristen yang mungkin merayakan Paskah sekadar
sebagai tradisi gereja saja. Kristus dipandang hanya sebagai "Pahlawan"
kemanusiaan, bahwa Ia rela mati untuk manusia secara umum. Kita ikut
senang karena kita adalah anggota dari manusia secara umum. Karena
itu, perayaan Paskah acap kali menjadi sangat "impersonal". Namun,
pernahkah Anda sungguh-sungguh merenungkan bahwa secara khusus
Kristus datang, menanggung sengsara, dan mati adalah untuk Anda
secara pribadi? Nah, artikel di bawah ini akan memaksa Anda untuk
mengetahui kebenaran ini.
Selamat merayakan Paskah. Biarlah kebenaran bahwa Kristus telah
mengalahkan maut supaya kita dapat hidup, menjadi kekuatan kita untuk
terus hidup bagi Dia.
"Hidup bagiku adalah Kristus." (Fil. 1:21)
In Christ,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
Artikel Terkait
Inti Kekristenan
Karya Roh Kudus dalam Mematikan Dosa
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa Kini
130 |TEOLOGI REFORMED
Roh Kudus dan Alkitab
Bimbingan dan Rencana Allah (1)
Gereja Beraliran Teologi Reformed
Juru Selamat: Yesus Kristus
Penulis:
Cheah Fook Meng
Edisi:
109/III/2009
Tanggal:
25-3-2009
Isi:
PENEBUSAN YANG TERBATAS
(LIMITED ATONEMENT)
Hal mendasar yang paling kontroversial dalam iman Reformed adalah
doktrin tentang penebusan yang terbatas (limited atonement). Istilah itu
sendiri kontroversial karena sepertinya menyiratkan gagasan bahwa
penebusan itu terbatas dalam kuasanya yang menyelamatkan. Tapi isi
doktrinnya mungkin lebih kontroversial daripada istilahnya. Karena
menurut doktrin iman Reformed -- bertentangan dengan sudut pandang
aliran teologi lain -- menyatakan bahwa Kristus mati hanya untuk
sejumlah orang saja.
Seperti halnya banyak orang, saya dulu memercayai gagasan umum
bahwa Kristus mati untuk semua manusia. Awalnya saya berpikir bahwa
itulah kebenaran paling logis untuk dipercayai, apalagi saat Anda melihat
131 |TEOLOGI REFORMED
fakta Alkitab yang mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini" (Yohanes 3:16). Pemikiran saya yang sederhana
mengatakan bahwa sesuatu yang baik seperti anugerah keselamatan
pasti menguntungkan semua manusia. Jika anugerah ini sifatnya selektif,
maka Allah tidak adil.
Namun, saat saya merenungkan isu penebusan dosa ini dengan lebih
dalam, saya menyadari bahwa pendapat saya tentang "Kristus mati untuk
semua manusia" sebenarnya tidak terlalu konsisten dengan apa yang
selama ini Alkitab ajarkan tentang natur dan desain penebusan dosa.
Pemahaman saya yang terbatas tentang penebusan dosa menghalangi
saya mengetahui kuasa dan tujuan kematian Kristus bagi para pendosa.
Sebelum kita masuk lebih dalam kepada kontroversi itu, kita perlu
memahami lebih dahulu konsep-konsep yang ada dalam doktrin
penebusan.
ISTILAH PENEBUSAN (ATONEMENT)
Di Alkitab, istilah "penebusan" digunakan dalam dua hal. Di Perjanjian
Lama (PL), istilah ini berarti "menutupi, atau menyembunyikan". Istilah
yang digunakan di konteks ibadah PL merujuk pada makna menutupi
dosa seseorang. Penebusan dosa ini melibatkan penyembelihan anak
domba yang tidak bercela. Pada saat anak domba ini disembelih,
darahnya dipercikkan ke selubung emas Tabut Perjanjian untuk
menghapus murka Allah. Darah itu juga dipercikkan kepada anak domba
kedua yang kemudian dibiarkan bebas. Kebebasan ini mengindikasikan
kebebasan pendosa. Dia dibebaskan dari dosa karena hidupnya sudah
ditebus oleh darah anak domba.
Di Perjanjian Baru (PB), istilah "penebusan" digunakan di Roma 3:5 untuk
kata "pendamaian". Pendamaian mencakup pemadaman murka Allah
sehingga seorang pendosa tidak perlu lagi mananggung penderitaan
akibat murka Allah terhadapnya. Hasil dari pendamaian ini adalah
132 |TEOLOGI REFORMED
anugerah pengampunan dan kebebasan. Pendosa dibebaskan dari dosa
dan diperdamaikan dengan Allah.
PENEBUSAN KRISTUS: PELUNASAN KEADILAN TUHAN YANG SUNGGUH
MENYELAMATKAN
Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Penebus kita. Dia adalah
Anak Domba yang tidak bercela yang digiring ke Kalvari untuk menutupi
dosa kita dengan darah-Nya. Kematian Yesus tidak terjadi karena Dia
melakukan tindak kriminal. Yesus mati sebagai penanggung dosa kita. Dia
mengambil dosa-dosa kita dan menjadi bersalah karena dosa-dosa kita.
Dan oleh karena hal ini, Dia menanggung murka Allah.
Dengan kematian-Nya, Kristus juga menghapus murka Allah. Dia
melakukan ini untuk memenuhi semua persyaratan yang Allah tetapkan
untuk seorang pendosa kembali kepada-Nya. Allah itu adil. Keadilan-Nya
menuntut dua hal dari pendosa agar dapat diperdamaikan dengan Allah.
Pertama, semua pendosa harus mati untuk dosanya. Tuhan tidak main-
main dengan dosa. Dia menghukum semua pendosa dengan maut.
Kedua, pendosa yang ingin diselamatkan dari murka-Nya harus
memenuhi semua perintah hukum Allah yang benar. Dosa adalah suatu
pelanggaran terhadap hukum Allah. Dan untuk diperdamaikan dengan
Allah, seseorang harus menaati semua perintah-perintah Allah. Jika kita
dapat memenuhi dua persyaratan tersebut, Allah akan mencabut murka-
Nya atas kita.
Masalahnya sudah jelas. Semua orang telah berdosa. Tidak ada satu
orang pun yang dapat memenuhi persyaratan Allah yang sempurna.
Manusia harus menemukan penggantinya. Pengganti kita adalah Yesus
Kristus.
Yesus Kristus pergi ke Kalvari untuk memenuhi tuntutan kebenaran Allah
dan untuk menarik murka-Nya atas kita. Yesus Kristus sangat cocok untuk
melakukan penebusan ini karena Dia adalah Manusia yang sempurna,
133 |TEOLOGI REFORMED
Manusia tak berdosa. Pada saat Yesus Kristus menawarkan diri-Nya
sebagai Penebus kita, Dia melakukannya sebagai Seseorang yang
menanggung dosa-dosa kita. Jadi, Yesus menggantikan kita menanggung
maut. Selain itu, saat Dia memberikan diri-Nya sendiri kepada Allah
sebagai Penebus dosa-dosa kita, Dia menampilkan diri-Nya sendiri
sebagai Seseorang yang telah memenuhi tuntutan kebenaran Allah demi
kita.
Allah dipuaskan dengan kematian Yesus. Di sepanjang hidup-Nya, Yesus
menaati mandat Bapa untuk menderita bagi umat-Nya dan menaati
hukum atas nama mereka. Dia tidak menyerah terhadap tekanan yang
mendesak- Nya untuk meninggalkan tugas-Nya. Dia memenuhi misi-Nya,
bahkan saat Dia mengetahui bahwa misi tersebut mengharuskan-Nya
untuk menanggung murka Bapa. Yesus berhasil menuntaskan misi
tersebut. Di kayu salib, Dia berteriak, "Sudah selesai." Penebusan telah
terpenuhi. Arti sesungguhnya dari hal ini adalah bahwa Yesus sungguh
dan secara efektif menghapuskan murka Allah dan membawa
perdamaian antara Allah dan manusia. Di kematian-Nya, Dia telah
mencurahkan darah-Nya untuk menutupi dosa-dosa kita sehingga Allah
tidak lagi menghukum kita dengan maut. Dalam kematian Kristus, kita
sungguh-sungguh dibebaskan. Kita dapat mengatakan bahwa penebusan-
Nya efektif; yakni, penebusan ini sungguh menyelamatkan kita dari
murka Allah, karena kalau tidak, kita pasti sudah masuk neraka.
Bahkan sebelum kita menjawab pertanyaan tentang arti luas penebusan,
yakni, "Untuk siapa Kristus mati?", kita harus yakin pada fakta bahwa
Kristus, dengan kematian-Nya, sesungguhnya memenuhi keadilan Allah
yang sempurna, dan akhirnya menebus kita dari kutuk maut. Bukti dari
hal ini adalah di Ibrani 9:12: "dan Ia telah masuk satu kali untuk
selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan
dengan membawa darah domba jantan dan darah anak
lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan
dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal."
134 |TEOLOGI REFORMED
Ayat ini menunjukkan bahwa penebusan Kristus adalah tindakan
penyelamatan yang pasti. Ini adalah kematian yang sungguh
menyelamatkan. Ayat tersebut mengatakan bahwa Kristus telah
"mendapat kelepasan yang kekal". Kata "mendapatkan" berarti
penebusan telah tercapai dan terwujud. Salah satu versi terjemahan
Alkitab menggunakan kata "memperoleh".
Bagi non-Calvinis, penebusan hanyalah sebuah syarat. Kristus mati hanya
untuk membuat keselamatan menjadi mungkin. Kematian Kristus, kata
mereka, telah menyingkirkan segala halangan yang mencegah pendosa
untuk datang kepada Kristus. Tidak ada apa pun yang berdiri di antara
dirinya dan Kristus, kecuali ketidakmauannya sendiri.
Hal ini tidak benar. Nilai apa yang ada dalam penebusan semacam ini?
Jika penebusan hanya membentuk dasar dari keselamatan, namun tidak
memiliki kuasa untuk menyelamatkan, nilai apa yang terkandung di
dalamnya? Nilai apa yang didapat dari sebuah penebusan yang tidak
memberikan keselamatan?
Lebih tepat untuk mengatakan bahwa Kristus mati demi menghapus dosa
kita. Kristus tidak mati hanya untuk membuka jalan yang memungkinkan
penghapusan dosa dan keselamatan dapat dialami oleh para pendosa.
Kematian-Nya sungguh merupakan suatu penebusan dosa, yaitu, Dia
benar- benar mati untuk menghapus dosa-dosa kita. Meskipun kenyataan
pengampunan ini tidak dialami seorang pendosa hingga ia menerimanya
dengan iman, Kristus benar-benar menggantikan kita di kayu salib. Dosa
kita ditanggungkan pada Kristus, dan kebenaran-Nya diberikan kepada
kita. Perubahan pribadi tentu saja tidak terjadi hingga kita menaruh iman
kita pada Kristus. Namun, sebuah penggantian benar-benar terjadi dalam
alam spiritual saat Kristus berteriak, "Sudah selesai." Hal ini terlihat
abstrak. Saya akan menjelaskannya dengan sebuah contoh.
Jimmy berusia 7 tahun. Ayahnya mengirim $1 juta ke rekening Jimmy.
Tapi karena dia masih terlalu muda untuk menggunakan uang sebanyak
135 |TEOLOGI REFORMED
itu, ayahnya mengatakan padanya bahwa dia hanya dapat menarik
uangnya pada saat ia berumur 25 tahun. Meskipun Jimmy hanya dapat
memilikinya di kehidupannya nanti, namun $1 juta yang telah
didepositokan di bank itu sungguh ada dan nyata. Buku tabungan atas
namanya benar-benar menunjukkan saldo $1 juta. Pada umur 7 tahun,
Jimmy memiliki $1 juta. Namun, dia belum benar-benar menjadi seorang
miliuner hingga ia dewasa nanti.
Kematian Kristus sungguh-sungguh merupakan karya penyelamatan, di
mana benar-benar terjadi sebuah pertukaran. Murka Allah secara efektif
dihapuskan; dosa-dosa kita sungguh dilenyapkan, dan perdamaian
terjadi. Kematian-Nya bukanlah, saya katakan lagi, sebuah prasyarat, di
mana Dia hanya membuka jalan bagi para pendosa untuk kembali kepada
Allah. Iman Reformed mengajarkan bahwa di buku kehidupan Allah,
pertukaran terpenuhi saat Kristus mati di kayu salib. Pertukaran yang
sungguh terjadi ini menjamin perubahan sejati yang akan terjadi pada
saat pendosa secara sadar datang kepada Kristus untuk hidup yang baru.
Sekarang kita yakin (saya harap), bahwa kematian Kristus benar-benar
merupakan karya keselamatan, dan kita siap untuk menghadapi
pertanyaan, "Untuk siapa Kristus mati?" Pertanyaan ini adalah
pertanyaan logis yang mengikuti kesimpulan kita sebelumnya. Jika Kristus
sungguh melakukan sebuah karya penyelamatan di kayu salib, untuk
siapakah Dia menyerahkan diri-Nya untuk membawa keselamatan?
KEMATIAN KRISTUS ADALAH SEBUAH SUBSTITUSI
Alkitab selalu menggunakan istilah penggantian (substitusi) untuk istilah
penebusan dosa. Teologi Kristen mengatakan bahwa kematian Kristus
adalah kematian yang menggantikan. Ini merupakan faktor dasar dalam
menganalisa doktrin penebusan dosa yang terbatas. Dalam kematian-
Nya, Ia menanggung dosa. Tapi dosa siapa? Dia dihukum demi kita. Tapi
"kita" itu siapa?
136 |TEOLOGI REFORMED
Pertanyaan "untuk siapa Kristus mati?" adalah pertanyaan yang
menyinggung penebusan dalam arti luas. Kita harus menjawab
pertanyaan ini dengan terlebih dahulu menegaskan apa yang telah kita
katakan sebelumnya tentang natur penebusan dosa oleh Kristus. Anda
ingat, penebusan dosa merupakan karya nyata keselamatan yang
membawa sebuah transaksi yang benar-benar menyelamatkan antara
Allah dan pendosa. Kenyataan ini adalah kebenaran yang tidak dapat
ditawar-tawar. Faktor kedua yang harus dipertimbangkan adalah karakter
penggantinya.
Iman Reformed memandang penebusan dosa sebagai sebuah
penggantian (substitution). Ini berarti bahwa Kristus mati untuk
menggantikan kita.
Kita semua tahu apa arti substitusi/penggantian itu. Dalam permainan
sepak bola, seorang pelatih kadang memanggil seorang pemain cadangan
untuk menggantikan pemain lain yang cedera atau permainannya buruk.
Pemain itu keluar dan pemain cadangan menggantikan tempatnya.
Kristus adalah pengganti kita di kayu salib. Dia mati menggantikan kita.
Alih-alih memaku kita di salib, Allah menyediakan pengganti bagi kita di
kayu salib dan mencurahkan murka-Nya atas-Nya. Namun di kayu salib,
Allah juga memberikan kepada kita kebenaran (righteousness) Kristus.
Hal ini, seperti Rev. Carl Haak (seorang pendeta gereja Reformed
Protestan) katakan dalam salah satu pesannya melalui radio, adalah
sesuatu yang tidak biasa. Ketika seorang pemain cadangan dalam
olahraga menggantikan posisi pemain lain, skor yang diperolehnya tidak
diberikan pada orang yang dia gantikan. Namun, skor yang ia dapat
adalah untuk dirinya sendiri.
Namun, penggantian yang Kristus lakukan di kayu salib berbeda. Ketika
Dia mati di kayu salib, Tuhan memberikan kebenaran-Nya pada kita! Apa
yang Pengganti kita dapatkan untuk kita, diberikan-Nya kepada kita.
137 |TEOLOGI REFORMED
Dalam teologi Kristen, kita menyebut penebusan ini sebagai penebusan
yang dilakukan untuk orang lain. Alkitab menggunakan preposisi "untuk"
(dalam bahasa Yunani -- "atas nama") untuk menunjukkan natur
penebusan dosa yang substitusional dan dilakukan untuk orang lain ini.
"Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami
telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk
(atas nama) semua orang, maka mereka semua sudah
mati." (2 Korintus 5:14)
"dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika
satu orang mati untuk (atas nama) bangsa kita dari pada
seluruh bangsa kita ini binasa." (Yohanes 11:50)
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,
oleh karena Kristus telah mati untuk (atas nama) kita,
ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)
"yang sudah mati untuk (atas nama) kita, supaya entah
kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-
sama dengan Dia." (1 Tesalonika 5:10)
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun
telah menderita untuk (atas nama) kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti
jejak-Nya." (1 Petrus 2:21)
"Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia
telah menyerahkan nyawa-Nya untuk (atas nama) kita;
jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk
saudara-saudara kita." (1 Yohanes 3:16)
Pengertian penggantian ini bukanlah pengertian asing yang ada dalam
agama dan budaya Ibrani. Dalam budaya Ibrani, ada sebuah praktik yang
138 |TEOLOGI REFORMED
sangat menarik yang disebut penebus kerabat yang bisa menggambarkan
aspek penggantian dalam penebusan dosa yang dilakukan Kristus.
Pada masa lalu, saat seorang wanita kehilangan suaminya, dia sangat
rawan sekali dirugikan dan berada dalam bahaya. Dalam masyarakat yang
menganut sistem patrilineal, di mana para pria yang berkuasa dan
bekerja, sulit bagi seorang janda mencari pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Dan lagi, dia juga menjadi mangsa yang empuk
bagi orang-orang jahat yang ingin mengambil keuntungan dari status
hidupnya yang inferior.
Untuk melindungi seorang janda, hukum Musa mengizinkan seorang
kerabat dekat untuk menikahinya. Kerabat pria yang akan menikahinya
untuk menyelamatkannya dari situasi berbahaya ini disebut penebus
kerabat.
Kamus Alkitab Easton mencatat beberapa fakta mengenai penebus
kerabat dari Alkitab:
Bahasa Ibrani untuk kerabat adalah "goel". Akar makna goel adalah
menebus. Ini menyiratkan bahwa dalam pola pikir Ibrani, penebusan
dilakukan untuk menyelamatkan orang-orang tertentu.
"Goel" di antara kaum Ibrani, haruslah pria yang memiliki hubungan
darah terdekat.
"Goel" ini dibutuhkan untuk menyelesaikan beberapa kewajiban
pentingnya. Bila seseorang dalam keadaan miskin dan tidak dapat
menebus hartanya, adalah tugas kerabat untuk menebusnya (Imamat
25:25, 28; Rut 3:9, 12). Dia juga harus menebus kerabatnya yang telah
menjual diri sebagai budak (Imamat 25:48, 49).
"Goel" juga merupakan penuntut darah (Bilangan 35:21) bila kerabatnya
mati dibunuh.
139 |TEOLOGI REFORMED
Yang paling mengesankan adalah fakta bahwa Allah adalah "Goel" umat-
Nya, sebab Dia menebus mereka.
"Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN,
Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang
Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan
menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan
hukuman-hukuman yang berat."(Keluaran 6:6)
"Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang
menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau,
hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus
engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu,
engkau ini kepunyaan-Ku." (Yesaya 43:1)
"Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang
memahkotai engkau dengan kasih setia dan
rahmat," (Mazmur 103:4)
Baca juga Yesaya 41:14; 44:6, 22; 48:20 dan Ayub 19:25.
Kristus adalah Penebus kerabat, "Goel", yang menebus umat Allah dari
dosa. Penulis Perjanjian Baru menerapkan kebenaran ini dalam banyak
cara. Salah satu pasal tentang hal ini terdapat dalam Roma 5.
Dalam Roma 5, Paulus membahas dua kepala umat manusia. Adam,
katanya, adalah kepala umat manusia yang telah jatuh dalam dosa.
Kristus adalah Kepala umat manusia yang sudah ditebus dan dibenarkan.
"Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua
orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu
perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran
untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu
orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian
140 |TEOLOGI REFORMED
pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang
benar."(Roma 5:8, 19)
Ketidakpatuhan Adam telah membawa maut bagi semua yang berdosa.
Ini termasuk tiap-tiap manusia. Karena setiap manusia berdosa akibat
dosa asal yang diwariskan Adam.
Ketaatan Kristus membawa kehidupan bagi manusia yang dibenarkan
dalam kehidupan. Namun tentu saja, hal ini bukan untuk setiap manusia,
karena tidak setiap manusia diselamatkan di dalam dan oleh Kristus.
Alasan mengapa semua orang mati karena Adam adalah karena Adam
bertindak sebagai wakil kita di Taman Firdaus. Karena itu, dosa
pribadinya memiliki konsekuensi yang sangat luass. Dosanya itu
menghancurkan seluruh manusia. Dengan prinsip perwakilan yang sama,
ketaatan Kristus telah memberikan kehidupan bagi banyak orang. Alasan
mengapa tidak semua manusia dibenarkan dalam hidup adalah karena
Kristus bukan wakil dari setiap manusia. Dia datang dan mati sebagai
wakil dari umat pilihan Allah.
Bagaimana dengan kata "semua" di ayat 19? Kata ini jelas tidak secara
serta-merta menunjuk kepada semua orang. Kata "semua" yang
digunakan dalam teks tersebut digunakan untuk menunjukkan fakta
bahwa konsekuensi dari dosa Adam berdampak pada lebih dari satu
orang. Demikian pula, ketaatan Kristus membawa kehidupan bagi lebih
dari satu orang. Ketaatan-Nya memberikan kehidupan bagi banyak orang.
Prinsip perwakilan ini adalah sebuah prinsip umum yang berlaku dalam
banyak bidang kehidupan. Misalnya saja tragedi 11 September. Ketika
Presiden Bush mengumumkan perang terhadap terorisme, pengumuman
ini tidak hanya merupakan pernyataan pribadi. Meskipun keputusan itu
dibuat oleh presiden, pernyataan itu merupakan proklamasi nasional.
Suaranya mewakili suara seluruh rakyat Amerika.
141 |TEOLOGI REFORMED
Penebusan adalah penggantian. Penebusan juga adalah sebuah
pelunasan. Apa yang diajarkan oleh dua kebenaran ini adalah bahwa
penebusan Kristus melalui kematian-Nya benar-benar menghapuskan
murka Allah terhadap mereka yang telah ditebus melalui kematian
Kristus.
TIGA KEMUNGKINAN
Kita telah mengerti dua konsep dasar mengenai penebusan ini, sekarang
marilah kita membahas tiga kemungkinan yang berhubungan dengan arti
luas dari penebusan.
Kristus mati untuk semua orang.
Kristus mati bukan untuk siapa-siapa.
Kristus mati untuk beberapa orang.
Apakah Kristus mati untuk semua manusia? Pernyataan pertama yang
mengatakan, "Kristus mati untuk semua", saya katakan pada Anda,
adalah hal yang mustahil. Jika Kristus benar-benar mati untuk menghapus
murka Allah terhadap semua manusia di bumi, maka tidak ada seorang
pun yang akan masuk neraka. Dan jika Kristus benar-benar menanggung
kesalahan semua manusia di atas kayu salib, maka akibatnya pasti semua
manusia akan diampuni, dibenarkan, dan diselamatkan. Pernyataan ini
tentu saja tidak sesuai dengan apa yang kita lihat dalam kehidupan yang
sebenarnya. Bahkan orang-orang non-Kristen dapat melihat bahwa tidak
setiap orang masuk surga. Malahan, di dalam kehidupan nyata, banyak
orang yang tersesat tanpa Tuhan.
Pandangan yang menyatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang
disebut sebagai universalisme. Pandangan ini dianut oleh sedikit kaum
Kristen. Namun, kaum liberal sangat berpegang teguh memertahankan
pandangan bahwa semua manusia suatu hari nanti akan diselamatkan.
142 |TEOLOGI REFORMED
Apakah Kristus mati bukan untuk siapa-siapa? Pernyataan bahwa Kristus
mati bukan untuk siapa-siapa menunjukkan bahwa kematian Kristus
semata-mata hanya sebagai suatu syarat. Dengan kata lain, Dia mati
untuk membukakan jalan bagi para pendosa untuk diperdamaikan
dengan Allah, dan mendapatkan pengampunan dan keselamatan.
Jelas ada masalah dalam pernyataan ini. Karena untuk mengatakan
bahwa Kristus mati bukan untuk siapa-siapa benar-benar membuat
penebusan itu tidak ada artinya. Sekali lagi, kita harus menanamkan
dalam pikiran kita bahwa penebusan adalah suatu pelunasan dan
penggantian yang benar-benar terjadi. Penebusan ini benar-benar
menghapuskan murka Allah terhadap orang-orang yang ditebus melalui
kematian Kristus. Pernyataan yang pertama paling tidak mengatakan
bahwa Kristus benar- benar mati untuk manusia. Dia mati untuk semua
orang. Tetapi opini yang kedua ini menghina seluruh doktrin penebusan.
Karena opini yang kedua ini mengatakan bahwa Kristus menghapus
keadilan Allah, tetapi bukan untuk siapa-siapa. Dan Kristus bukanlah
penebus dosa bagi siapa pun. Dia juga tidak menghapus kesalahan setiap
pendosa. Dan jika Kristus tidak menanggung dosa siapa pun, lalu untuk
siapa Dia mati? Pernyataan ini membuat pernyataan di Alkitab yang
menyatakan bahwa "Kristus mati bagi orang-orang yang berdosa"
menjadi tidak berarti. Apakah Dia mati untuk semua manusia? Atau
apakah Dia mati bukan untuk siapa-siapa? Kedua pernyataan itu tidak
benar.
Jika kematian Kristus bagi semua orang berarti bahwa semua manusia
akan masuk surga, maka Kristus mati bukan untuk siapa-siapa
menunjukkan bahwa tidak seorang pun akan masuk surga. Pernyataan
pertama tidaklah masuk akal, sedang pernyataan kedua adalah konyol.
Bagaimana mungkin seseorang bisa mengatakan bahwa Kristus mati
untuk pendosa bila pada saat yang sama dia menyatakan bahwa Dia mati
bukan untuk para pendosa? Hal ini seperti meminta seorang manajer
143 |TEOLOGI REFORMED
bank mengatakan bahwa Anda tidak punya uang di bank padahal
sebenarnya Anda sudah mendepositokan uang Anda seminggu yang lalu.
Pernyataan kedua membuat penebusan menjadi benar-benar tidak
diperlukan. Bila Kristus mati bukan untuk siapa-siapa, maka Dia datang
tanpa tujuan yang spesifik untuk menyelamatkan manusia yang ini atau
yang itu. Keselamatan benar-benar merupakan pilihan manusia. Kristus
mati hanya untuk membuka jalan kepada Tuhan. Di kayu salib, Dia hanya
bisa berharap bahwa manusia akan berbalik kepada-Nya. Kristus
menunggu para pendosa kembali kepada-Nya. Karya-Nya telah selesai.
Kini giliran kita. Dan Kristus tidak bisa menyelamatkan kita bila kita tidak
melakukan sesuatu dengan kehendak dan kemampuan bebas kita.
Apa yang saya lihat sangat kurang dalam pandangan Arminian tentang
penebusan ini adalah pandangan alkitabiah tentang penggantian
(substitution). Suatu penebusan pengganti yang tidak menggantikan,
menurut saya bukanlah suatu penebusan. Seorang yang tidak menebus
tidak bisa disebut sebagai penebus.
KRISTUS MATI UNTUK MEREKA YANG TERPILIH
Pernyataan terakhir yang menyatakan bahwa Kristus mati hanya untuk
beberapa orang adalah satu-satunya doktrin yang benar. Pernyataan
tersebut benar bukan karena kita telah menolak kedua pernyataan
sebelumnya, sehingga kita tinggal memiliki satu pilihan. Pernyataan
tersebut benar karena doktrin ini sesuai dengan natur alkitabiah dalam
doktrin penebusan. Kristus disalib untuk membayar lunas dosa orang-
orang pilihan-Nya.
Mari kita lihat beberapa bukti alkitabiah yang menyiratkan bahwa Kristus
mati untuk orang-orang tertentu.
Kristus mati untuk "umat-Nya":
144 |TEOLOGI REFORMED
"Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan
menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matius 1:21)
Kristus mati untuk domba-domba-Nya:
"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik
memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" (Yohanes
10:11)
Kristus mati untuk gereja-Nya:
"Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah
mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
baginya" (Efesus 5:25)
Kristus mati untuk orang-orang pilihan:
"Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan
Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang
akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati?
Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di
sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi
kita?" (Roma 8:33-34)
Dari semua ayat di Alkitab yang membuktikan penebusan yang terbatas
(ada banyak lagi ayat selain yang disebutkan di atas), saya paling suka
menggunakan ayat dalam Roma 8. Di ayat 33, Paulus menguatkan
pembacanya dengan mengatakan kepada mereka bahwa tidak seorang
pun bisa menggugat orang-orang pilihan Allah dan menghukum mereka.
Paulus menjelaskan alasannya di ayat 34, bahwa Kristus adalah Pribadi
yang mati bagi mereka.
Kristus mati hanya untuk orang-orang pilihan. Ini adalah doktrin Alkitab
yang jelas dan menyakinkan. (t/dian)
145 |TEOLOGI REFORMED
Sumber:
Diterjemahkan dari:
Judul buku : The Readable Tulip: Understanding the Doctrines of
Grace
Judul asli
artikel : Limited Atonement
Penulis : Cheah Fook Meng
Penerbit : Genesis Book, Singapore 2003
Halaman : 29 -- 42
Sola Fides Justificate Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Di tengah-tengah gencarnya arus pengajaran gereja yang hanya
menggembar-gemborkan tentang "berkat-berkat" Tuhan, mari kita duduk
diam untuk merenungkan, apakah inti iman Kristen sebenarnya?
Sangat disayangkan banyak gereja, termasuk jemaatnya, yang saat ini
terlena dalam penyesatan zaman. Secara perlahan tapi pasti, pijakan
gereja beralih dari "Batu Karang" yang teguh dan keras, kepada pijakan
yang lebih empuk dan enak, yaitu kenikmatan dunia yang terselubung
dalam pameran karunia-karunia rohani dan berkat-berkat rohani.
Alangkah enaknya mendengar khotbah-khotbah yang menghibur bahwa
pada dasarnya manusia itu baik dan berharga, bahwa dosa itu hal yang
kecil yang bisa diatasi cukup dengan meminta doa dari para pengkhotbah
146 |TEOLOGI REFORMED
terkenal, dan sekarang kita berhak hidup dengan sebebas-bebasnya
menikmati semua berkat-berkat Tuhan?
Kapan terakhir kali Anda mendengar khotbah pendeta gereja Anda yang
membuka borok-borok hati kita yang penuh kenajisan dan dosa-dosa
yang tersembunyi? Kapan terakhir kali Anda mendengar bahwa manusia
pada dasarnya adalah durhaka dan patut dimurkai Allah? Kapan Anda
mendengar khotbah yang mengatakan bahwa Anda tidak lagi memiliki
hak atas hidup Anda, tetapi Kristus?
Apa yang sebenarnya menjadi inti iman Kristen kita? Bukankah pada
kasih Allah yang besar sehingga manusia yang seharusnya dibuang ke
dalam hukuman kekal, sekarang mendapat anugerah pengampunan dosa
dalam Yesus Kristus? Bahwa hidup yang dulu bagi diri sendiri, sekarang
hidup hanya bagi Dia dan kesukaan Dia?
Tepat tanggal 31 Oktober ini umat Kristen akan memperingati hari yang
sangat bersejarah bagi gereja, yaitu Hari Reformasi Gereja. Untuk itu saya
hadirkan sebuah artikel tulisan Pak Paul Hidayat, ketua Persekutuan
Pembaca Alkitab (PPA), yang sangat bagus untuk kita renungkan
bersama. Saya harap menjadi berkat bagi kita semua.
In Christ,
Yulia
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Kita Percaya bahwa Kita adalah, dan Selalu akan Menjadi
Pakar dalam Berbuat Dosa
Bimbingan dan Rencana Allah (2)
Penebusan Yang Terbatas
Allah Tidak Berubah
147 |TEOLOGI REFORMED
Doktrin Sola Scriptura
Kitab Suci: Perkataan Manusia, Mitos atau Firman Tuhan?
Doktrin Kecukupan Alkitab
Penulis:
Paul Hidayat
Edisi:
067/X/2005
Isi:
Pertanyaan: "Bagaimanakah Anda dibenarkan di hadapan Allah?" Jawab:
"Hanya oleh iman yang sejati kepada Yesus Kristus sehingga, walaupun
setahu hati saya mengemukakan tuduhan, bahwa saya berdosa sekali
terhadap segala Firman Allah, dan tidak ada yang saya taati, dan bahwa
saya masih tetap cenderung kepada segala macam kejahatan, namun
Allah, dengan tak ada jasa barang apapun dari pihak saya, tetapi semata-
mata karena anugerah saja, memberikan dan menghitungkan kepada
saya penggantian dan pelunasan yang sempurna, kebenaran dan
kesucian dari Kristus, seolah-olah saya belum pernah berdosa atau
berbuat dosa, bahkan seolah-olah saya sendirilah mengerjakan, jikalah
saya menerima kebajikan itu dengan hati yang percaya."
(Katekismus Heidelberg: Pertanyaan 60)
Bulan Oktober bagi orang Kristen Protestan adalah bulan bersejarah. Bila
bangsa kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila tiap 1 Oktober, gereja-
gereja Protestan memperingati Hari Reformasi, yaitu hari kemenangan
Firman Injil kebenaran tiap tanggal 31 Oktober. Di hari itulah, pada tahun
1517, Martin Luther dengan berani telah menempelkan 95 pernyataan
teologis yang tanpa dimaksudkannya semula telah mengobarkan api
148 |TEOLOGI REFORMED
reformasi. Reformasi adalah suatu revolusi teologis dan spiritual. Bila kita
membandingkannya dengan revolusi Copernicus yang menemukan
tempat di bumi sesungguhnya sebagai satelit matahari; Reformasi
mengakui kedudukan manusia sesungguhnya yang harus bergantung
penuh pada kemurahan dan anugerah Allah.
Pergumulan Martin Luther
Sesudah beralih studi dari hukum ke teologi karena suatu peristiwa
dramatis yang hampir merenggut nyawanya, Martin Luther banyak
dibimbing oleh seorang profesor teologi dari ordo Agustinian bernama
Johann Staupitz. Meskipun Luther adalah seorang biarawan yang taat,
namun ia banyak bergumul tentang dosa-dosanya. Dalam terang Roma
1:17 yang diartikannya sebagai pernyataan keadilan Allah, dia hanya
mampu melihat dirinya sebagai orang yang tidak mungkin mencapai
standar kebenaran Allah. Dia hanyalah seorang berdosa yang harus
dimurkai Allah.
Sesuai dengan ajaran gereja pada waktu itu, Luther berusaha
memperoleh anugerah Allah dengan berdoa, berpuasa, berjaga dalam
doa semalam suntuk, melakukan berbagai perbuatan kebajikan. Namun,
dalam tulisan-tulisannya terbaca bahwa pada saat yang sama jiwanya
tetap merana, seolah sedang menenggak hukuman kekal Allah.
Karena itu, berulangkali ia menjumpai mentor teologis dan spiritualnya:
Johann Staupitz, mengakui dosa-dosanya. Seringkali ia memerlukan
waktu berjam-jam, mengakui dosa di hadapan Staupitz. Yang diakuinya
itu kebanyakan adalah hal-hal yang timbul dalam hati dan angan-
angannya. Seringkali sesudah satu sesi pengakuan dosa selesai, ia
kembali lagi kepada Staupitz untuk mengakui hal yang teringat dan belum
diakuinya. Itu sebabnya pada suatu kesempatan Staupitz mengatakan
demikian: "Saudara Martin, jika begitu banyak hal yang ingin kauakui,
mengapa tidak kau buat sesuatu yang nyata yang memang patut untuk
diakui? Bunuhlah ayah atau ibumu. Berzinahlah. Jangan lagi bolak-balik
149 |TEOLOGI REFORMED
ke sini hanya mengakui dosa-dosa yang hanya merupakan angan-angan
dan semu belaka!"
Ucapan itu tentu tidak dimaksudkan Staupitz secara harafiah. Namun,
ucapan itu membuat Martin Luther menggumuli dosa bukan saja secara
pribadi, melainkan juga secara teologis, dalam kadar sangat dalam yang
mungkin tak seorang pun pernah menggumulinya sedalam itu. Pada saat
itu ajaran gereja menganggap dosa sebagai penyimpangan, atau
penyakit, atau kelemahan. Dengan kata lain, dosa adalah
ketidakberdayaan moral. Padahal, ajaran gereja saat itu juga mengatakan
bahwa secara kodrati manusia masih memiliki kemampuan budi pekerti,
intelektual, moral yang baik yang dapat dikembangkan untuk
mengupayakan anugerah Allah. Jelas dua posisi teologis yang
bertentangan ini yang membuat orang semacam Luther mengalami
frustrasi yang berat. Tambahan, ajaran tentang anugerah pun tidak
memberinya jalan keluar. Allah memang memberikan pengampunan
aktual, yaitu mengampuni dosa-dosa aktual. Tetapi anugerah
pengampunan dosa-dosa aktual itu harus dilengkapi dengan anugerah
untuk dosa-dosa habitual yang ditanamkan ke dalam manusia untuk
mengubah kecenderungan hatinya. Anugerah habitual itu harus
diusahakan. Jelas semakin berat saja tindihan di hati Luther. Bagaimana
mungkin orang yang dibuat tidak berdaya oleh dosa berupaya untuk
beroleh anugerah dengan usahanya sendiri?
Puncak kegelapan jiwa Luther dialaminya ketika ia menyadari bahwa
dosa bukan saja kelemahan, tetapi yang ada di hatinya itu juga
diinginkannya sebab itu adalah sifat berontak dirinya yang terdalam
melawan kehendak Allah. Dalam kegelapan itu, Luther membuat suatu
pernyataan penting: "Jika ada orang yang sungguh merasakan besarnya
dosanya, ia tidak mungkin lagi sesaat pun melanjutkan hidupnya.
Alangkah besar dan berkuasanya dosa!"
Terang Firman Tuhan
150 |TEOLOGI REFORMED
Selain dibimbing oleh Staupitz dan banyak membaca buku-buku rohani,
terang yang mengenyahkan kegelapan hatinya itu terbit ketika ia mulai
menafsirkan Kitab Mazmur dan kemudian Kitab Roma. Dalam perspektif
Mazmur, dilihatnya bahwa Daud beroleh anugerah dan pengampunan
bukan karena usahanya untuk mengubah kondisi hidupnya, melainkan
karena Allah tidak memperhitungkan dosa-dosanya itu kepadanya.
Pembenaran bukan seperti pernyataan dokter yang memeriksa pasiennya
dan menemukan bahwa kondisi pasien itu sehat-sehat saja. Pembenaran
lebih tepat diumpamakan sebagai pernyataan seorang hakim yang
menyatakan seorang terdakwa bebas dari hukuman karena dinyatakan
tidak bersalah. Pernyataan Allah yang membebaskan seseorang dari salah
itu tidak didasarkan atas usaha atau kondisi manusia, tetapi atas hidup
dan karya Yesus Kristus yang diimani oleh orang bersangkutan.
Itu sebabnya, reformasi dikenal dengan slogan-slogan teologis penting:
Sola Gratia, Sola Fide, Sola Scriptura. Keselamatan hanya karena iman
berdasarkan anugerah semata. Kebenaran penting yang membangkitkan
kehidupan penuh syukur dan bebas untuk hidup benar itu dialami karena
Martin Luther mempersilakan Allah berbicara kepadanya melalui Alkitab.
Di dasar terdalam semua prinsip penting itu adalah Kristus saja: Solo
Christo!
Iman yang hidup
Reformasi meletakkan anugerah Allah dalam Yesus Kristus sebagai pusat
pengharapan untuk manusia. Tetapi, pemberian Allah yang tanpa syarat
itu yang berkhasiat untuk menyelamatkan siapa saja, hanya akan
bermanfaat bagi orang yang beriman kepada Kristus.
Luther melihat iman sesuai yang Firman Allah ajarkan. Tidak cukup
beriman bahwa Kristus untuk Petrus, untuk Paulus, dan lain sebagainya.
Tidak cukup beriman tentang fakta-fakta sejarah kehidupan dan
perbuatan Yesus Kristus. Iman itu harus merupakan langkah yang
melaluinya seseorang percaya masuk dalam relasi yang hidup: "Kristus
151 |TEOLOGI REFORMED
untukku, untuk kita": Christo pro me, pro nobis! Iman yang merupakan
uluran tangan menyambut uluran tangan Allah itu harus bersifat fiducia,
sikap mempercayakan diri penuh terhadap janji-janji Allah dalam Firman
Injil dan pada realitas sifat Allah yang membuat janji- janji-Nya patut
dipercayai. Luther juga melihat iman seumpama tindakan seorang wanita
menerima cincin pernikahan dari suaminya, suatu ungkapan komitmen
dan persekutuan hidup timbal-balik yang dinamis.
Bebas untuk Allah
Luther melihat dengan jelas bahwa di dalam dirinya sendiri manusia sejati
(dalam tulisannya: The Freedom of a Christian), ia merdeka dari murka
Allah. Kemerdekaan itu memungkinkan orang tidak lagi hidup di sekitar
poros keakuannya yang berdosa, tetapi di sekitar poros anugerah Allah
dalam Yesus Kristus, suatu hidup yang penuh dengan kegembiraan
karena keselamatan, penuh dengan suasana syukur yang pada waktu
berikutnya mendorong orang untuk mempersembahkan seluruh
hidupnya bagi Tuhan.
Prinsip-prinsip penting reformasi ini patut kita hayati ulang secara segar
dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi. Kehidupan Kristen adalah
kehidupan yang direguk dalam suasana iman. Orang benar akan hidup
dari iman kepada iman. Hanya bila kita sudah mengalami anugerah Allah
yang membenarkan diri kita, kita dimungkinkan hidup bagi Allah, bebas
bagi Dia. Bahkan, iman dan semua perbuatan baik kita pun adalah akibat
dari bekerjanya anugerah Allah itu dalam diri kita.
Sumber:
Bahan di atas diambil dari sumber:
Judul buku : Menerbangi Terowongan Cahaya
Penulis : Paul Hidayat
152 |TEOLOGI REFORMED
Penerbit : PPA, Jakarta, 2002
Hal : 29 - 33
Kristus adalah Semua ...
Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Tak terasa bulan Desember telah kita masuki dan sebentar lagi seluruh
umat Kristen di seluruh dunia akan merayakan Hari Kelahiran Kristus di
dunia, yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Memang tidak ada sesuatu yang
"magic" ketika kita merayakan hari lahir Kristus, bahkan tanggal
kelahiran-Nya pun kemungkinan besar bukan tanggal 25 dan bukan bulan
Desember.... Namun, ada sesuatu yang sangat amat penting tentang
Kristus sehingga hari kelahiran-Nya perlu dirayakan dan menjadi tonggak
iman bagi umat Kristen, tidak peduli tanggal berapa dan bulan apa Ia
dilahirkan.
Banyak orang Kristen mungkin hanya mengenal dan mengagungkan
Kristus karena kelahiran-Nya yang ajaib sebagai Juruselamat. Rasa
sukacita muncul ketika kita menyebut Nama-Nya, khususnya pada hari
Natal. Tapi banyakkah di antara kita yang memiliki rasa hormat yang
tinggi kepada Kristus, bukan hanya karena Dia adalah Juruselamat, tetapi
juga karena Dia adalah Pencipta, Pemelihara, Raja dan Hakim yang
Mahatinggi, Tuhan yang memiliki seluruh alam semesta ini, serta pusat
dari segala sesuatu di dalam hidup kita dan di luar hidup kita? Sejauh
manakah kita telah mengagungkan Kristus?
Perayaan Natal sesungguhnya adalah peristiwa sangat penting bagi orang
Kristen. Tapi mengapa orang Kristen sering gagal menangkap makna
Natal? Apakah karena Natal sekarang ini terlalu banyak dibungkus
153 |TEOLOGI REFORMED
dengan berbagai keramaian acara yang meniru dunia "showbiz" dan juga
makan-makan dan dekorasi yang mengalihkan perhatian kita justru pada
hal-hal yang serba non-esensial?
Kita gagal menangkap makna Natal karena kita gagal meletakkan Kristus
sebagai pusat dari segala-galanya. Oleh karena itu, marilah pada
perayaan Natal tahun ini, kita memberikan hormat yang setinggi-
tingginya kepada Kristus, karena "Kristus adalah segala-galanya..." (BIS,
Kol. 3:11). Artikel yang Anda akan baca di bawah ini kiranya dapat
menolong kita semua memahami betapa luar biasanya Kristus, dan
biarlah kita merayakan Natal dengan pikiran yang benar tentang Dia yang
Mahatinggi sehingga kita tidak kehilangan esensi dari perayaan Natal
yang sesungguhnya; sehingga kita juga tidak kehilangan esensi dari hidup
Kristen yang sesungguhnya.
"Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa,
yang mengutus Dia" (Yoh. 5:23).
Pada kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan "Selamat Hari Natal"
kepada para sahabat dan pembaca e-Reformed semua! Biarlah segala
kemuliaan adalah bagi Dia, Raja di atas segala raja.
In Christ,
Yulia
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Bimbingan dan Rencana Allah (2)
Penebusan Yang Terbatas
Allah Tidak Berubah
Kita Percaya bahwa Kita adalah, dan Selalu akan Menjadi
Pakar dalam Berbuat Dosa
154 |TEOLOGI REFORMED
Kitab Suci: Perkataan Manusia, Mitos atau Firman Tuhan?
Doktrin Kecukupan Alkitab
Doktrin Sola Scriptura
Penulis:
J.C. Ryle
Edisi:
068/XI/2005
Isi:
"Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu"
(Kol. 3:11b)
Kata-kata dalam pernyataan ini sedikit, ringkas, dan cepat selesai bila
diucapkan. Tetapi kata-kata ini penuh makna bagi orang percaya sejati.
Kata-kata ini merupakan dasar dan intisari dari Kekristenan. Jika kita
memahaminya dalam hati kita, maka kita boleh yakin bahwa iman kita
sedang memimpin kita ke arah yang benar. Itulah sebabnya saya ingin
membahas pernyataan yang luar biasa ini. Barangsiapa mengejar
kekudusan tidak akan mengalami kemajuan, kecuali Kristus diberi tempat
yang benar dalam pikiran mereka.
Marilah kita memahami bahwa Kristus ada di dalam keseluruhan pikiran
Allah mengenai manusia
Ada suatu masa ketika dunia ini tidak ada. Tidak ada gunung- gunung,
lautan, dan bintang-bintang. Tidak ada makhluk hidup, tidak ada
manusia. Di mana Kristus saat itu? Saat itu Kristus ada bersama-sama
dengan Allah dan Ia adalah Allah dan setara dengan Allah (Yoh. 1:1; Flp.
2:6). Yesus berbicara tentang kemuliaan yang Ia miliki sebelum dunia ada,
155 |TEOLOGI REFORMED
"Ya Bapa, permuliakanlah Aku ... dengan kemuliaan yang Kumiliki di
hadirat-Mu sebelum dunia ada" (Yoh. 17:5). Dan bahkan saat itu pun
Kristus adalah Juruselamat -- Petrus menulis bahwa kita ditebus "...
dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum
dunia dijadikan" (1Ptr. 1:19-20).
Ada suatu masa ketika dunia diciptakan dalam bentuknya yang sekarang
ini. Matahari, bulan, bintang, laut, daratan, dan semua makhluk
diciptakan - dan yang terakhir dari semuanya ialah Adam, manusia
pertama, yang dibentuk dari debu tanah. Di mana Kristus saat itu?
Bacalah apa yang dikatakan Alkitab: "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan" (Yoh. 1:3). Dan di kemudian hari Paulus menulis, "Karena di
dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang
ada di bumi" (Kol. 1:16). Ibrani 1:10 berbunyi, "Pada mulanya, ya Tuhan,
Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-
Mu." Oleh sebab itu, apakah Anda heran kalau Tuhan senantiasa
mengajarkan pelajaran-pelajaran yang diambil dari dunia alam? Ketika
berbicara tentang domba, ikan, burung, gandum, pohon ara, dan pokok
anggur, Ia sedang berbicara tentang benda-benda yang telah Ia ciptakan
sendiri!
Ada suatu hari ketika dosa masuk ke dalam dunia melalui ketidaktaatan
Adam dan Hawa. Mereka kehilangan natur kudus yang mereka miliki
pada saat mereka diciptakan. Mereka kehilangan persahabatan dan
dukungan Allah, dan menjadi pendosa-pendosa yang rusak dan tidak
berdaya. Dosa mereka menjadi penghalang antara mereka sendiri dan
Bapa sorgawi mereka. Jika Ia memperlakukan mereka sesuai dengan apa
yang patut mereka terima maka tidak ada yang bisa diharapkan oleh
manusia keturunan mereka kecuali maut dan neraka kekal. Di mana
Kristus saat itu?
156 |TEOLOGI REFORMED
Pada hari itu juga Kristus dinyatakan sebagai satu-satunya pengharapan
keselamatan bagi orang-orang berdosa. Allah berkata kepada ular itu,
"Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,
antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan
meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej.
3:15). Dengan kata lain, seorang Juruselamat yang dilahirkan dari seorang
perempuan akan mengalahkan Iblis. Tidak pernah ada nama lain yang
dikenal yang melakukan hal ini selain nama Yesus Kristus.
Ada suatu masa ketika bangsa-bangsa di bumi tidak mengindahkan Allah.
Bangsa-bangsa Mesir, Siria, Persia, Yunani, dan Romawi, semuanya
tenggelam dalam dunia takhayul dan penyembahan berhala. Para
penyair, sejarawan, dan filsuf, semuanya menunjukkan bahwa dengan
segenap kekuatan intelektual mereka, mereka tidak dapat menemukan
Allah yang sejati. "Dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh
hikmatnya" (1Kor. 1:21). Kecuali sebagian orang Yahudi, seluruh dunia
mati secara rohani dalam kebebalan dan dosa. Apa yang dilakukan Kristus
saat itu?
Ia meninggalkan kemuliaan kekal yang Ia miliki bersama Allah Bapa dan
datang ke dunia yang durhaka ini untuk menyediakan jalan keselamatan
bagi para pendosa semacam itu. Ia mengambil bagi diri-Nya natur
manusiawi kita dan dilahirkan sebagai manusia. Sebagai manusia, Ia
melakukan kehendak Bapa-Nya dengan sempurna, dan inilah yang
seharusnya kita lakukan tetapi tidak mampu kita lakukan karena dosa
kita. Di atas salib Ia menanggung murka Allah yang seharusnya kita
tanggung. Dan dengan demikian, Ia membawa ke dalam dunia
kebenaran-Nya sendiri, yang melaluinya sekarang Ia dapat menebus
orang-orang berdosa. "Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran
kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita" (Rm. 4:25). Ia naik ke
sorga supaya kembali bersama-sama dengan Bapa-Nya, dan dari sana Ia
sekarang menganugerahkan keselamatan kepada semua orang yang mau
157 |TEOLOGI REFORMED
datang kepada-Nya dalam penyerahan diri yang sederhana dan penuh
iman.
Akan tiba saatnya ketika dosa akan disingkirkan dari dunia ini. Akan ada
langit dan bumi yang baru. "Seluruh bumi penuh dengan pengenalan
akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya" (Yes. 11:9). Dan di
mana Kristus saat itu? Apa yang akan Ia kerjakan? Ia akan menjadi Raja!
Ia akan datang kembali dengan kuasa dan kemuliaan besar dan dunia
akan menjadi kerajaan-Nya. Di hadapan-Nya semua lutut akan bertelut
dan semua lidah akan mengaku bahwa Ia adalah Tuhan. Kerajaan-Nya
akan menjadi kerajaan yang kekal, yang tidak akan pernah berlalu atau
dihancurkan. Seluruh bumi akan menjadi milik-Nya! Lihat apa yang
dikatakan Alkitab sehubungan dengan masa yang menakjubkan ini:
Mazmur 2:8; Daniel 7:14; Matius 24:30; Filipi 2:10-11; Wahyu 11:15.
Akan tiba saatnya ketika seluruh umat manusia akan dihakimi. Laut akan
menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, maut dan
kerajaan maut akan menyerahkan orang-orang mati yang ada di
dalamnya; dan mereka akan dihakimi masing-masing menurut
perbuatannya. Dan di mana Kristus saat itu? Kristus sendiri akan menjadi
Hakim! "Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya
setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan
yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat" (2Kor. 5:10).
Sesungguhnya kita melakukan yang baik jika kita memikirkan perkara-
perkara ini. Barangsiapa berpikiran remeh tentang Kristus, ia berpikiran
sangat berbeda dengan Allah Bapa! Dalam keseluruhan pikiran Allah
tentang masalah-masalah dunia ini dan manusia di dalamnya, Kristus
diberi tempat terhormat. Berpikiran remeh tentang-Nya berarti
menghina Pribadi yang sangat dijunjung tinggi oleh Allah. Tidak
mengherankan jika kita membaca, "Barangsiapa tidak menghormati
Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia" (Yoh. 5:23).
158 |TEOLOGI REFORMED
Marilah kita memahami bahwa Kristus ada di dalam semua kitab yang
membentuk Alkitab
Kristus ditemukan di dalam semua kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru - kurang jelas dalam kitab-kitab permulaan, lebih jelas dalam kitab-
kitab yang di tengah, dan secara lengkap dalam kitab-kitab yang terakhir -
namun secara nyata dan terus terang Ia ditemukan di mana-mana.
Pengorbanan Kristus di atas salib dan kerajaan-Nya adalah hal-hal yang
harus kita ingat bila membaca bagian mana pun dari Kitab Suci. Dialah
yang menjadi kunci untuk memahami banyak bagian yang sukar di dalam
Alkitab. Mari saya tunjukkan kepada Anda apa yang saya maksud:
Pengorbanan dan penyaliban Kristuslah yang digambarkan dalam korban-
korban binatang sembelihan di Perjanjian Lama. Korban- korban itu
menunjukkan bagaimana korban pengganti bagi orang berdosa dapat
menghapuskan dosa melalui penumpahan darah; "tanpa penumpahan
darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Ingatlah juga perkataan Yesus
yang penting, "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi
banyak orang untuk pengampunan dosa" (Mat. 26:28).
Pengorbanan Kristuslah yang digambarkan Habel ketika ia
mempersembahkan korban yang lebih baik daripada Kain, saudaranya
(Kej. 4). Dalam mempersembahkan seekor binatang dari kawanan ternak
gembalaannya sebagai pengganti dirinya sendiri, Habel menunjukkan
bahwa ia memahami bahwasanya tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan.
Kristuslah yang dinubuatkan Henokh selama merajalelanya kejahatan
dahsyat manusia sebelum air bah pada zaman Nuh, ketika ia berkata,
"Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya,
hendak menghakimi semua orang" (Yud. 1:14-15).
Kristuslah yang dipikirkan Abraham ketika ia mempercayai janji Allah
bahwa melalui salah satu keturunannya semua bangsa akan diberkati.
159 |TEOLOGI REFORMED
Seperti yang Tuhan Yesus katakan kepada orang-orang Yahudi, "Abraham
bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari- Ku dan ia telah
melihatnya dan ia bersukacita" (Yoh. 8:56).
Kristuslah yang dibicarakan Yakub kepada anak-anaknya ketika menjelang
ajal ia menubuatkan, "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda
ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang
yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa" (Kej.
49:10).
Semua upacara yang berkaitan dengan hukum Taurat yang Allah berikan
kepada bangsa Israel dirancang untuk mengajar mereka tentang karya
Kristus, Mesias yang akan datang itu. Korban- korban pagi dan petang,
penumpahan darah yang terus-menerus, perabot kemah suci, imam
besar, pasah (Passover), hari pendamaian, kambing Azazel - semua ini
adalah gambaran tentang Kristus dan karya-Nya.
Semua mujizat yang setiap hari terjadi di hadapan bangsa Israel di padang
gurun ketika mereka meninggalkan Mesir adalah gambaran tentang karya
Kristus. Tiang awan dan tiang api yang menuntun, manna dari sorga, air
dari gunung batu, ular tembaga yang bila dipandang akan menghindarkan
orang dari kematian akibat gigitan ular-ular tedung berbisa - semua ini
dan banyak yang lain dimaksudkan untuk mengajarkan tentang natur
pelayanan Kristus (1Kor. 10:4).
Kristuslah yang dicontohkan dalam diri para hakim, karena mereka
diangkat agar menjadi juruselamat bagi orang-orang yang dalam
kesesakan.
Kristuslah yang digambarkan dalam diri Daud. Daud dipilih menjadi raja
padahal hanya sedikit orang yang menyegani dan menghormatinya; ia
dihina dan dianiaya oleh banyak orang dari bangsanya sendiri, namun
pada akhirnya ia menjadi raja besar dan penuh kemenangan - semua ini
mengingatkan kita pada Kristus.
160 |TEOLOGI REFORMED
Kristuslah yang dibicarakan semua nabi, mulai dari Yesaya sampai
Maleakhi. Kadang-kadang mereka berbicara tentang penderitaan- Nya,
kadang-kadang kemuliaan-Nya. Kadang-kadang mereka diilhami untuk
berbicara tentang kedatangan-Nya yang pertama dalam kerendahan hati,
kadang-kadang tentang kemuliaan kedatangan-Nya yang kedua.
Kadangkala mereka melihat kedua kedatangan-Nya dan
membicarakannya seolah-olah keduanya itu satu, tetapi Kristuslah yang
selalu ada dalam pikiran mereka.
Perjanjian Baru penuh dengan Kristus. Kitab-kitab Injil berbicara tentang
kehidupan-Nya di tengah-tengah umat-Nya; Kisah Para Rasul berbicara
tentang Kristus yang diberitakan oleh orang-orang percaya mula-mula;
Surat-surat para rasul memberikan penjelasan yang teliti tentang
pengajaran-pengajaran Kristus, kitab Wahyu menjelaskan tentang akhir
dari semuanya, ke mana Kristus akan membawa segala sesuatu.
Kapan saja Anda mempelajari Alkitab, saya mendesak Anda untuk
mengingat bahwa Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu!
Marilah kita memahami bahwa Kristus ada di dalam semua pengalaman
religius semua orang Kristen sejati
Dengan mengatakan ini saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa
kebenaran-kebenaran Alkitab lainnya seperti doktrin Trinitas, doktrin
pemilihan Allah Bapa atas umat-Nya, atau doktrin Roh Kudus yang
menguduskan umat Allah tidak penting. Saya sungguh yakin bahwa saat
sampai di sorga setiap orang percaya akan memuji dan memegahkan tiga
Pribadi dalam diri Allah, yakni Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Walaupun begitu, saya melihat bukti yang jelas dalam Kitab Suci bahwa
Allah memaksudkan agar Kristus khususnya menangani masalah
penyelamatan manusia. Kelahiran dan kematian-Nya adalah dasar dari
keselamatan yang sepenuhnya. Kristus adalah jalan dan pintu yang
melaluinya semua orang percaya harus datang kepada Allah. Paulus
161 |TEOLOGI REFORMED
menulis kepada orang percaya di Kolose, "Seluruh kepenuhan Allah
berkenan diam di dalam Dia [Kristus]" (Kol. 1:19). Matahari memiliki arti
bagi langit kita, begitu pula Kristus bagi Kekristenan.
Kristus adalah semua dalam pembenaran orang berdosa di hadapan
Allah. Bagaimanakah kita dapat diterima di hadapan Allah? Bukan karena
apa pun yang pernah kita lakukan! Kita semua bersalah dalam hal
melanggar hukum-hukum Allah. Jadi, bagaimana kita dapat mendekati
Allah? Kita bisa datang kepada-Nya hanya dalam nama Yesus, sembari
menyatakan bahwa Ia mati bagi orang-orang durhaka dan bahwa kita
mempercayai-Nya. Nama Kristus adalah satu-satunya nama, satu-satunya
jasa yang melaluinya siapa saja dapat mencapai sorga.
Jangan pernah kita lupa bahwa Kristus harus menjadi semua bagi siapa
pun yang ingin dibenarkan di hadapan Allah. Kita harus puas dengan pergi
ke sorga sebagai pengemis-pengemis rohani, yang hanya mengandalkan
kasih karunia Allah dan karunia keselamatan-Nya untuk semua orang
yang beriman hanya kepada Kristus.
Kristus adalah semua dalam pengudusan orang percaya. Jangan salah
mengerti saya bila saya mengatakan hal ini. Saya tidak bermaksud
mengecilkan pekerjaan Roh Kudus yang berdiam di dalam diri orang-
orang percaya. Tetapi yang saya maksudkan ialah bahwa tidak seorang
pun dapat menjadi kudus jika mereka tidak datang terlebih dahulu
kepada Kristus dan dipersatukan dengan-Nya oleh iman. Yesus sendiri
berkata, "Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh. 15:5).
Tidak seorang pun dapat bertumbuh dalam kekudusan kecuali mereka
menjadi satu dengan Kristus.
Kristus adalah semua dalam memberikan penghiburan bagi orang- orang
percaya dalam kehidupan ini. Orang percaya mempunyai dukacita
mereka sendiri sama seperti orang lain. Mereka mempunyai tubuh yang
sama lemahnya seperti orang lain. Mereka mempunyai natur yang
sensitif, barangkali lebih sensitif daripada banyak orang lainnya. Mereka
162 |TEOLOGI REFORMED
harus menanggung kesedihan karena kematian, melawan pola pikir
dunia, menjalani kehidupan yang tak bercela. Mereka kerap dianiaya, dan
sama seperti orang lainnya, mereka harus mati. Tetapi orang-orang
Kristen semacam ini mempunyai suatu penghiburan yang besar; "dalam
Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih" (Flp. 2:1). Kristus adalah
sahabat yang lebih dekat daripada seorang saudara kandung; hanya Dia
yang dapat menghibur umat-Nya. Bagaimana orang percaya menanggung
kesusahan-kesusahan hidup kelihatan luar biasa, tetapi alasan di balik
semuanya itu adalah bahwa Kristus memberi penghiburan yang luar
biasa.
Kristus adalah semua dalam pengharapan orang Kristen tentang masa
depan. Hampir semua orang mempunyai harapan-harapan pribadi untuk
masa depan. Tetapi kebanyakan harapan itu tidak mempunyai dasar yang
kuat. Orang yang tidak percaya tidak mempunyai kepastian tentang
harapan di masa depan. Harapan orang Kristen untuk masa depan
didasarkan pada fakta bahwa Yesus Kristus akan datang kembali - datang
kembali untuk mengumpulkan semua keluarga-Nya agar mereka
bersama-sama dengan Dia untuk selamanya. Oleh karenanya, orang
percaya mampu menunggu masa depan mereka dengan sabar. Mereka
dapat menanggung berbagai kesukaran tanpa bersungut-sungut sebab
mereka sedang menunggu kedatangan Tuhan kembali dengan
pengetahuan yang pasti.
Sekarang orang percaya dapat menjadi moderat dalam segala perkara
sebab mereka tahu bahwa harta mereka ada di sorga, hal- hal yang
terbaik bagi mereka masih akan datang! Dunia ini bukan tempat
perhentian kita, melainkan sebuah hotel. Hotel bukan rumah. Kristus
akan datang, sorga akan datang - dan itu sudah cukup. "Hanya pada Allah
saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku" (Mzm. 62:6).
Marilah kita memahami bahwa Kristus adalah semua di sorga
163 |TEOLOGI REFORMED
Tidak mudah untuk berbicara tentang pokok bahasan ini, karena saya
tidak bisa bicara banyak tentang suatu dunia yang tidak terlihat dan tidak
dikenal, seperti sorga! Tetapi inilah yang saya tahu, bahwa semua orang
yang mencapai sorga akan menemukan bahwa di sana pun Kristus adalah
semua.
Seperti mezbah di Kemah Suci dan Bait Allah di Perjanjian Lama, luka-luka
Kristus yang disalib akan menjadi objek puji-pujian yang besar di sorga. Di
tengah-tengah takhta Allah akan ada Dia yang menyerupai "Anak Domba
seperti telah disembelih" (Why. 5:6). Nyanyian semua penghuni sorga
adalah, "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa,
dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan,
dan puji-pujian!" (Why. 5:12).
Kehadiran Kristus di sorga adalah semua. Kita akan melihat wajah- Nya,
mendengar suara-Nya, dan berbicara dengan-Nya seperti sahabat dengan
sahabat. Kehadiran-Nya akan memuaskan semua kebutuhan kita.
Melayani Tuhan Yesus Kristus akan menjadi pekerjaan abadi bagi
penghuni sorga. Pada akhirnya, orang-orang percaya akan dapat bekerja
bagi-Nya tanpa gangguan dan melayani Dia tanpa merasa lelah.
Betapa sorga akan menjadi tempat yang manis dan mulia bagi mereka
yang telah mengasihi Tuhan Yesus selagi mereka masih berada di bumi.
Tetapi yang menyedihkan adalah ada banyak orang yang berbicara
tentang kepergian menuju sorga bila mereka meninggal, tetapi tidak
mempunyai hubungan yang benar dengan Kristus. Di dunia, mereka tidak
menghormati-Nya, jadi apa yang akan mereka lakukan di sorga? Di dunia,
mereka tidak mempunyai persekutuan dengan-Nya, jadi apa yang akan
mereka lakukan di sorga? Di dunia, mereka tidak menikmati perkara-
perkara rohani, jadi bagaimana mereka bisa mendapatkan sukacita di
sorga?
Saya harap saya telah mulai menunjukkan kepada Anda betapa dalamnya
makna yang ada dalam frasa "Kristus adalah semua." Ada lebih banyak
164 |TEOLOGI REFORMED
lagi yang semestinya bisa saya katakan. Misalnya, Kristus seharusnya
adalah semua dalam kehidupan dan ibadah semua gereja Kristen.
Upacara- upacara yang semarak, gedung-gedung yang indah, jajaran
hamba Tuhan yang profesional, semua ini tidak ada artinya jika Tuhan
Yesus tidak diberi penghormatan yang tertinggi. Gereja di mana Kristus
bukan semua hanyalah menjadi kerangka yang mati.
Saya dapat menegaskan bahwa Kristus seharusnya adalah semua dalam
pengajaran seluruh pelayanan Kristiani. Para pengkhotbah dan guru
Kristen harus menjadi duta-duta yang membawa berita tentang Anak
Allah kepada dunia yang tidak percaya, dan jika mereka mengajar orang
untuk memikirkan lebih banyak hal yang lain selain Anak Allah, maka
mereka tidak cocok menjadi pengkhotbah dan guru Kristen. Allah tidak
akan pernah menghormati suatu pelayanan yang tidak mengajarkan
bahwa Kristus adalah semua.
Saya pun dapat menunjukkan betapa Alkitab tampaknya menghabiskan
bahasa dalam menggambarkan semua pelayanan Tuhan Yesus yang
beraneka ragam. Imam Besar, Pengantara, Penebus, Juruselamat,
Pembuka Jalan, Jaminan, Panglima, Sang Amin, Yang Mahakuasa, Allah
yang Perkasa, Penasihat - semua ini dan masih banyak lagi adalah
sebutan yang diberikan kepada Kristus dalam Kitab Suci. Cara-cara yang
menggambarkan kepenuhan Kristus ini kelihatannya hampir tidak ada
habis-habisnya!
Apakah Kristus adalah semua bagi Anda, hai pembaca? Jika tidak, maka
belajarlah dari apa yang telah saya katakan di sini bahwa iman
kepercayaan tanpa Kristus itu sama sekali tidak ada gunanya. Apakah
Kristus adalah semua bagi Anda? Jika tidak, maka belajarlah dari apa yang
telah saya katakan di sini bahwa sama sekali tidak ada gunanya untuk
berusaha menambahkan apa pun pada apa yang telah Kristus kerjakan
bagi keselamatan orang-orang berdosa. Anda jangan pernah berpikir
bahwa keselamatan ialah oleh Kristus ditambah dengan sesuatu yang
165 |TEOLOGI REFORMED
telah Anda kerjakan. Hal itu berarti mengubah rencana keselamatan Allah
yang di dalamnya Kristus adalah semua.
Apakah Kristus adalah segala bagi Anda? Jika tidak, maka langsunglah
berhubungan dengan Kristus sekarang! Hanya memandang sekoci
penyelamat tidak akan menyelamatkan pelaut yang mengalami karam
kapal, kecuali ia benar-benar masuk ke dalamnya. Hanya memandang roti
tidak akan menyelamatkan orang dari kelaparan kecuali ia sungguh-
sungguh memakannya. Demikian juga, yang akan menyelamatkan Anda
bukan pengetahuan tentang Kristus, atau bahkan kepercayaan Anda
bahwa Ia seorang Juruselamat, tetapi harus ada transaksi yang
sebenarnya antara Anda dan Dia, yaitu dengan sengaja Anda
mengikatkan diri kepada-Nya. Anda harus dapat berkata, "Kristus adalah
Juruselamat saya, karena saya telah datang kepada-Nya dengan rasa
percaya dan iman dan telah mengambil Dia sebagai milik saya."
Martin Luther berkata, "Ternyata dalam Kekristenan banyak digunakan
kata ganti milik. Ambillah kata "ku" (my) dari saya, maka Anda telah
mengambil Allah-ku!" Marilah kita hidup bergantung pada Kristus.
Marilah kita hidup bersama Kristus. Marilah kita hidup mengarah pada
Kristus. Dengan berbuat demikian, kita akan mencapai damai sejahtera
yang besar dan membuktikan bahwa "tanpa kekudusan tidak seorang
pun akan melihat Tuhan" (Ibr. 12:14).
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Aspek-aspek Kekudusan
Judul Artikel : -
Penulis : J.C. Ryle
166 |TEOLOGI REFORMED
Penerjemah : -
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2003
Halaman : 149 - 160
Firman Menjadi Daging (1)
Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Akhirnya, kita sampai dipenghujung tahun. Tahun 2006 sudah siap
menanti kedatangan kita semua. Apakah tahun 2006 akan lebih baik dari
tahun 2005? atau sebaliknya apakah akan lebih buruk? "Hanya Tuhan dan
Anda yang tahu ...." Mungkin Anda akan bertanya, "Kalau Tuhan saya
percaya pasti tahu, tapi apakah kita tahu? Hmmm ....
Menjelang tahun baru ada sebagian orang yang memiliki kebiasaan untuk
membuat "resolusi tahun baru". Apakah Anda termasuk orang yang
demikian? Di dalam resolusi ini, biasanya orang akan membuat janji- janji
untuk melakukan sesuatu yang baik, yang bermakna, yang memberi
kemajuan ... dll, pokoknya yang baik-baik, dengan harapan tahun di
depan nati kita bisa mewujudkannya. Nah ... pernahkah Anda membuat
resolusi agar tahun depan bisa lebih berhati-hati dalam berbicara?
Kelihatannya sepele, ya ... tapi ini seperti "musuh dalam selimut", sangat
berbahaya. Apalagi kalau kita melihat ke belakang dan menyadari betapa
banyaknya "kecelakaan" yang terjadi gara-gara mulut kita yang kurang
bijaksana atau kurang bisa mengontrol diri sehingga menghancurkan
hubungan dengan rekan kerja, teman dekat, bahkan dengan anggota-
anggota keluarga yang kita cintai, terutama istri atau suami atau anak.
Lalu terjadilah "sesal kemudian tak berguna", karena sudah terlanjur,
minta maaf pun sering tidak menolong. Tentu kecelakaan "perang mulut"
167 |TEOLOGI REFORMED
yang terjadi bukan sesuatu yang disengaja atau direncanakan, tapi
herannya hal-hal seperti ini terjadi begitu saja, dan tiba-tiba yang kita
alami adalah "shock" karena melihat hasilnya yang tak terduga dan
sangat menyakitkan, bukan dari satu pihak, tapi dari dua belah pihak,
sama-sama sedih dan menyesal. Tapi sayangnya "nasi sudah menjadi
bubur". Yang tinggal hanya kemampuan berandai- andai, "Seandainya
aku tahu akan begini, nggak bakal aku ngomong gitu tadi ..." atau
"kenapa cuman omongan yang sepele gitu aja bisa bikin 'perang',
andaikan aku tadi tutup mulut, mungkin ...."
Buku menarik yang saya baca beberapa waktu yang lalu, dengan judul
yang sangat provokatif "War of Words", menolong saya melihat masalah
komunikasi ini dari sudut pandang kebenaran Firman Tuhan. Wah ...
sangat bagus sampai saya ingin sekali mensharingkan hal ini dengan Anda
semua. Nah, selamat menikmati posting saya untuk menyambut Tahun
Baru 2006 ini. Kiranya dapat menolong kita semua untuk bisa melihat
masalah hidup kita yang sangat sensitif ini (khususnya dalam hal dosa
lidah) dengan lebih jelas dan lebih mendasar.
Tak lupa, sekali lagi saya mengucapkan: Selamat Tahun Baru!
In Christ,
Yulia Oen
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Gereja Beraliran Teologi Reformed
Karya Roh Kudus dalam Mematikan Dosa
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa Kini
Roh Kudus dan Alkitab
Bimbingan dan Rencana Allah (1)
168 |TEOLOGI REFORMED
Perjanjian Baru: Kovenan Penebusan dalam Yesus Kristus
Juru Selamat: Yesus Kristus
Penulis:
Paul David Tripp
Edisi:
069/XII/2005
Isi:
"Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita."
(Yohanes 1:14)
SAYA telah menikah selama lebih dari seperempat abad. Allah telah
memberikan kepada saya seorang istri yang saleh yang karakternya lebih
baik dari pada saya. Luella dan saya menikmati hubungan yang indah
dalam berbagai hal. Kami dibesarkan dalam keluarga Kristen dimana kami
diajarkan kebenaran sejak kecil. Kami berdua mengenal Kristus ketika
masih anak-anak dan dididik di perguruan tinggi Kristen. Kami telah
mempergunakan waktu kami untuk pelayanan dan telah diberkati
dengan pengajaran alkitabiah yang baik. Kami telah bekerja keras untuk
mengikuti rancangan Kristus bagi pernikahan kami.
Kami menghabiskan waktu bersama-sama setiap minggu di luar rumah
untuk membicarakan hal-hal yang perlu didiskusikan. Selama bertahun-
tahun kami telah mencoba untuk mengadakan ibadah keluarga setiap
hari. Namun, saya mengakui bahwa sekalipun dengan semuanya itu,
sampai saat saya mempersiapkan buku ini, kami tidak bebas dari
kesulitan dalam komunikasi kami. Saya tidak mengatakan bahwa kami
menjerit dan berteriak. Kami tidak selalu marah-marah dan bersitegang
urat leher satu sama lain. Tetapi kami tidak perlu melihat terlalu jauh
untuk menemukan dosa dalam percakapan kami. Dosa itu mungkin
169 |TEOLOGI REFORMED
adalah perkataan yang diucapkan terburu-buru dan tanpa pikir panjang,
kata- kata kekesalan, tuduhan yang terlalu cepat, tuntutan atau komentar
yang mementingkan diri sendiri, kalimat "Kan sudah saya bilang,"
sementara yang diperlukan sebenarnya adalah kata-kata penghiburan
dan pemberi semangat. Dosa itu mungkin juga berupa jawaban yang
tidak sabar, saat-saat mengorek detail yang tidak perlu, komentar yang
bernada membenarkan diri atau mengasihani diri, atau situasi dimana
dosa masa lalu diungkit kembali.
Sekalipun dengan semua ajaran Alkitab yang telah kami terima, dengan
semua komitmen pribadi dan usaha-usaha praktis kami, dengan semua
permohonan pengampunan kami dan doa kami meminta pertolongan,
sebagai pasangan kami masih bermasalah dengan percakapan kami.
Begitulah besarnya kebutuhan kami! Begitulah dalamnya persoalan kami!
KECENDERUNGAN KITA UNTUK LUPA
Ketika saya mengunjungi toko buku Kristen, kadang saya merasa heran
apakah kita telah melupakan persoalan kita yang sesungguhnya. Apakah
kita benar-benar merasa bahwa kita bisa menyelesaikan persoalan
komunikasi yang kronis dengan pengertian manusia dan teknik yang
pintar? Apakah kita telah melupakan bahwa masalah komunikasi
menunjukkan masalah yang jauh lebih mendalam dan tingkatan yang
lebih mendasar? Jika kita tidak mengatasi masalah yang lebih mendalam
ini, kita tidak akan pernah menyelesaikan permasalahan komunikasi kita
sehari-hari. Jika yang kita perlukan hanyalah pengetahuan dan
ketrampilan, Luella dan saya sudah menyelesaikan persoalan
pembicaraan kami jauh sebelumnya. Tetapi kami membutuhkan sesuatu
yang lebih mendalam daripada teknik, ketrampilan, dan pengetahuan.
Kebutuhan yang mendalam ini ditunjukkan setiap hari ketika kami
berkomunikasi.
Baru-baru ini saya memperhatikan dua anak laki-laki saya yang sedang
bertengkar. Ini bukan sesuatu yang baru; usia mereka terpaut dua tahun
170 |TEOLOGI REFORMED
dan telah sering bertengkar. Sebenarnya, pertengkaran ini adalah
pertengkaran yang telah sering mereka alami sebelumnya. Tetapi, sekali
ini pertengkaran mereka menarik perhatian saya. Kata-kata mereka
penuh dengan tuduhan. Nada bicara mereka penuh kemarahan. Tidak
ada di antara mereka yang berhenti untuk mendengarkan pada saat
berondongan perkataan mereka meningkat dan volume suara mereka
meninggi. Tidak begitu lama kemudian mereka telah meninggalkan
masalah yang mereka hadapi dan saling melemparkan luka masa lalu.
Mereka berdua berbicara dengan penuh rasa sakit, frustrasi dan
kemarahan, ketidaksabaran dan kecemburuan. Mereka tidak berbicara
untuk menyelesaikan persoalan atau mendengar untuk memahami. Kata-
kata mereka hanyalah senjata dalam peperangan. Masing-masing dari
mereka ingin membungkam lawannya dan menang. Kalimat-kalimat
mereka penuh dengan "kamu selalu" dan "kamu tidak pernah". Mereka
berdua berdiri di sana, terbungkus oleh jubah perasaan benar sendiri,
merasa cukup beralasan untuk menuduh yang lain. Dan sekalipun mereka
terus mengeluarkan keluhan mereka, mereka berdua
mengkomunikasikan keyakinan mereka bahwa mereka hanya sedang
membuang-buang waktu. Mereka merasa yakin bahwa lawannya tidak
akan pernah "memahaminya".
Ketika saya mendengarkan itu, dua pikiran muncul dan menarik perhatian
saya. Yang PERTAMA adalah bahwa saya tidak ingin mengatasi "perang"
ini sebagai hal pertama di pagi hari. Tetapi pikiran yang KEDUA lebih
teologis dan lebih mencengkeram. Saya menyadari bahwa saya tidak
pernah mengajar kedua anak laki-laki saya bagaimana bertengkar dan
berkelahi. Saya tidak pernah mengajar mereka bagaimana melukai satu
sama lain dengan kata-kata. Saya tidak pernah mengkuliahi mereka
tentang saat yang tepat untuk melemparkan catatan kesalahan pada
orang lain. Saya tidak pernah mencoba mengajari mereka ketrampilan
menuduh dan mengutuk. Tetapi anak-anak saya berduel dengan percaya
171 |TEOLOGI REFORMED
diri dan trampil. Mereka memiliki bakat yang alamiah untuk memakai
kata-kata persis seperti apa yang diinginkan hati mereka yang marah.
Ketika saya mulai campur tangan, hati saya penuh dengan kesedihan.
Saya dapat menghentikan pertengkaran itu, tetapi saya tidak dapat
mengubah apa yang benar-benar membutuhkan perubahan. Lagi pula,
saya menyadari sepenuhnya bahwa apa yang perlu diubah di dalam diri
mereka masih perlu diubah di dalam diri saya! Di rumah kami, jarang ada
beberapa jam (apalagi sehari penuh) yang berlalu tanpa konflik dalam
bentuk apa pun! (Dan, percaya atau tidak, kami memiliki keluarga yang
lumayan baik.) Betapa dalamnya kebutuhan kami! Saya berbicara kepada
anak-anak saya pagi itu dengan air mata, karena sekali itu saya lebih
dikuasai oleh beratnya kebutuhan rohani kami daripada oleh frustrasi
saya yang timbul karena pertengkaran kecil yang harus diselesaikan.
Mungkin Anda sedang berpikir apakah anak-anak saya akan mendapat
manfaat dengan mempelajari teknik komunikasi yang lebih baik atau
kejelian untuk mengenal tempat dan momen yang lebih baik. Tidak
diragukan lagi mereka akan mendapat manfaatnya. Tetapi, perang
perkataan pagi itu lebih dalam lagi sifatnya. Yang ditunjukkan adalah
kebutuhan rohani yang mendalam, yang tidak dapat dipuaskan dengan
beberapa prinsip komunikasi yang baik.
KEDATANGAN SANG FIRMAN
Bagaimana Allah, Sang Pembicara Agung, memenuhi kebutuhan kita
dalam bidang ini? Dia tidak menuntut kita untuk mencapai standar-Nya
dengan kekuatan kita. Tidak, Dia mengutus Anak-Nya, Sang Firman, untuk
menjadi daging, lalu hidup sebagai manusia dan menjadi yang paling
mulia dari seluruh wahyu Allah kepada kita! Firman itu telah menjadi
daging. Dengarkanlah perkataan Yohanes.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
172 |TEOLOGI REFORMED
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup
itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan
kegelapan itu tidak menguasainya ...
Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia
tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi
orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang
yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah,
yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang- orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara
jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
... Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia
demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi
kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorang
pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di
pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan- Nya. (Yohanes 1:1-5, 10-14, 16-
18)
Renungkanlah. Allah yang menciptakan perkataan dan menciptakan
dunia ini dengan berfirman, Allah yang memakai perkataan manusia
untuk menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya sepanjang zaman, datang
ke dunia- Nya sebagai Firman, kepada manusia yang telah meninggalkan-
Nya. Dia bukan hanya Pemberita kebenaran, Dia adalah Kebenaran, dan
hanya di dalam Dia ada harapan bagi kita. Hanya di dalam Firman kita
menemukan harapan untuk membereskan perang dengan kata-kata dan
kembali berbicara menurut contoh dan rancangan Pencipta kita. Firman
itu telah menjadi daging karena tidak ada jalan lain untuk mengoreksi
kerusakan di dalam diri kita.
173 |TEOLOGI REFORMED
Kenyataan bahwa Firman datang dalam daging memberi tahu kita akan
sesuatu yang sangat penting mengenai kesulitan kita dalam hal
pembicaraan: Persoalan kita pada dasarnya bukan persoalan
ketidaktahuan atau tidak adanya ketrampilan. Ingatlah perkataan
Yakobus: "Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-
binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah
dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorang pun yang berkuasa
menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan
penuh racun yang mematikan" (Yakobus 3:7-8). Maksud Yakobus adalah
bahwa masalah komunikasi kita tidak dapat diselesaikan dengan cara
manusia yang lazim. Perubahan pada lokasi, situasi, pendidikan,
pelatihan, dan pengulangan, atau sifat dari hubungannya tidak akan
menyelesaikan masalah. Lidah itu tidak dapat dijinakkan secara
manusiawi! Ia adalah sesuatu yang berkuasa, buas, dan tidak terkuasai
yang membuat kita semua kebingungan.
PERANG DI BALIK PERANG DENGAN KATA-KATA
Di sini ada satu pengamatan alkitabiah yang mendasar yang perlu kita
kemukakan: Firman tidak akan datang ke dunia kita kalau pergumulan
kita pada dasarnya adalah pergumulan darah dan daging. Masalah kata-
kata kita adalah masalah kerohanian yang sangat kental, masalah hati
manusia. Mungkin Anda adalah seorang istri yang sangat dilukai oleh cara
suami Anda berkomunikasi dengan Anda. Atau, mungkin Anda adalah
seorang remaja, dan sulit untuk tidak merasa terkutuk oleh cara orangtua
berbicara kepada Anda. Mungkin Anda adalah seorang suami yang
merasa getir karena kurangnya penghormatan yang diberikan oleh
keluarga kepada Anda. Masing-masing kita pernah secara pribadi dilukai
oleh kata-kata orang lain, dan masing-masing kita pernah mengucapkan
kata-kata yang telah menyengat orang lain. Oleh sebab itu, penting bagi
kita untuk mengakui bahwa perang dengan kata-kata sebenarnya adalah
buah dari perang yang lebih besar dan lebih mendasar. Perang ini adalah
perang dari segala perang; ini adalah masalah kehidupan. Paulus
174 |TEOLOGI REFORMED
menunjuk kepada perang ini di Efesus 6:12 ketika dia mengatakan,
"Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi
melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa,
melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh
jahat di udara."
Di Efesus 4 Paulus berbicara panjang lebar tentang percakapan di dalam
tubuh Kristus. Dia menyerukan, "Hendaklah kamu selalu rendah hati,
lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling
membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan
damai sejahtera ... dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam
kasih ... buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain,
karena kita adalah sesama anggota." Dia mengatakan, "Apabila kamu
menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari
terbenam, sebelum padam amarahmu." Dia memberi dorongan kepada
kita, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah
perkataan yang baik untuk membangun." Dia mengatakan, "Segala
kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah
dibuang dari antara kamu, demikian juga segala kejahatan, hendaklah
kamu ramah seorang terhadap lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kamu." Dalam Efesus 5 dan 6, Paulus menerapkan prinsip-prinsip ini
kepada gereja, rumah tangga, dan dunia di luar.
Anda tidak dapat membaca apa yang telah dikatakan Paulus tanpa
merasa terkesan oleh kedalaman dan jangkauan dari perintah-perintah
ini. Mungkin ketika Anda membaca, Anda berpikir, Paulus, Anda pasti
bercanda! Pembicaraan yang selalu rendah hati dan lemah lembut di
rumah kami? Tidak mungkin! Komunikasi yang bebas dari segala
kemarahan dan kejahatan? Itu akan menjadi hari yang penuh keajaiban!
Namun, ini adalah seruan Paulus kepada kita. Dan perintah-perintah ini
dimaksudkan untuk menolong ki�a.
175 |TEOLOGI REFORMED
Anda berkata, "Perintah-perintah ini tidak membantu saya -- malahan
meninggalkan saya dalam keadaan putus harapan!" Tetapi, mungkin ini
adalah masalahnya. Ketika Anda menghadapi standar Allah yang tinggi
bagi kata-kata kita dan melihat betapa jauhnya kejatuhan kita dari
standar itu, Anda dibuat untuk mengakui dua hal yang merupakan fokus
dari bab ini. Pertama-tama, Anda dan saya segera dihadapkan dengan
kenyataan bahwa kita menghadapi masalah yang menyedihkan dalam
komunikasi kita, masalah yang jauh lebih mendasar daripada
ketrampilan, teknik, dan perbendaharaan kata. Fakta kedua berasal dari
yang pertama: Oleh karena kebutuhan kita lebih mendalam daripada
teknik, kita memerlukan lebih daripada sekadar kelas latihan atau
seperangkat ketrampilan yang baru. Kita memerlukan pertolongan yang
hanya dapat diberikan Yesus, Firman yang hidup dan Penebus kita.
Oleh sebab itu, ketika usaha terbaik kita untuk memenangkan perang
dengan kata-kata gagal, kita menjumpai harapan terbesar. Tetapi, bukan
di dalam diri atau potensi kita, melainkan di dalam diri Sang Firman dan
penyertaan-Nya, kuasa-Nya, dan janji-Nya. Karena Kristus telah datang
untuk hidup, mati, dan dibangkitkan bagi kita, ada harapan bagi kita
untuk berbicara menurut rancangan Allah.
KEHIDUPAN ADALAH PEPERANGAN
Dengan demikian, kata-kata Paulus di Efesus 6:12 adalah paling praktis.
Ketika Paulus menulis tentang peperangan rohani di akhir surat ini, dia
tidak mengganti topik; tetapi merangkum apa yang telah dia katakan
sebelumnya (termasuk apa yang telah dia katakan tentang komunikasi).
Paulus sangat antusias agar kita menyadari bahwa kehidupan adalah
peperangan, bukan dengan orang lain, melainkan dengan roh-roh jahat di
udara!
Kehidupan adalah peperangan. Suatu konflik yang dramatis sedang
berlangsung antara kekuatan dari Sang Pembicara Agung dan Penipu
Besar. Sementara Allah mencoba memperdalam akar kita di dalam
176 |TEOLOGI REFORMED
kehidupan, damai sejahtera, dan kebenaran-Nya, Iblis mencoba
mencabut kita dari semua itu dengan rencana yang menipu, dusta yang
pintar, dan jebakan yang jahat. Seperti semua peperangan, peperangan
ini juga untuk merebut kendali. Ini adalah peperangan untuk merebut
hati kita. Dan jika peperangan rohani ini tidak terjadi, maka tidak akan
ada perang dengan kata-kata.
Ini memperkuat pemahaman kita akan Injil, yaitu tentang mengapa Yesus
perlu datang. Yesus, Firman yang hidup, datang sebagai Wahyu dan
Penebus sehingga kita memiliki apa yang kita perlukan untuk teguh
berdiri di tengah-tengah konflik. Pada diri kita sendiri, kita tidak sanggup
melawan "roh-roh jahat di udara" ini. Maka Kristus datang, bukan hanya
sebagai Firman, melainkan juga sebagai Adam kedua. Adam pertama
mewakili kita semua, dan ketika dia menghadapi Iblis, dia percaya kepada
dustanya, menyerah kepada jebakannya, dan jatuh ke dalam dosa.
Kristus harus datang sebagai Adam kedua, kembali sebagai Wakil kita
untuk menghadapi Iblis. Oleh sebab itu, sebelum memulai pelayanan-Nya
kepada orang banyak, Kristus menghadapi musuh-Nya. Tiga kali Dia
dicobai dengan dusta dan jebakan yang sama. Tiga kali Dia menaklukkan
Iblis, menunjukkan kuasa-Nya terhadap kekuatan jahat dan mencapai
kemenangan besar bagi kita (lihat Matius 4:1-11, 12:22-29; Roma 5:12-
21).
Melalui karya-Nya, Kristus memberi kita kuasa dan membekali kita untuk
peperangan ini, sehingga ketika datang hari yang jahat, kita mampu
berdiri teguh dan tidak ada sesuatu apa pun yang menggeser kita dari
kehidupan yang untuknya Dia memanggil kita. Kehidupan ini mencakup
berbicara dengan cara yang layak bagi Injil. Kemenangan Yesus memberi
kita kemampuan untuk hidup damai dengan-Nya dan dengan sesama.
Ini memberi kita pandangan yang sama sekali berbeda tentang rebutan
memakai kamar mandi atau siapa yang menghabiskan sereal yang paling
disenangi keluarga. Masalah pada momen-momen seperti ini melampaui
177 |TEOLOGI REFORMED
masalah yang tampak di permukaan, seperti terlalu banyak orang, terlalu
sedikit kamar mandi, dan terlalu banyak kotak sereal yang kosong. Kita
adalah masalahnya dalam setiap keadaan itu. Dan sangat penting bahwa
kita tidak mengecilkan masalah kita (dengan mengatakan bahwa momen-
momen ini tidak penting) atau menjadi pesimis (dengan mengatakan
bahwa tidak ada harapan untuk berubah). Momen-momen kecil ini
penting, karena di situlah kita hidup setiap hari. Namun ada harapan
untuk perubahan besar karena Yesus Kristus, Firman itu, Penebus itu,
telah memberi kita setiap sumber daya yang kita perlukan untuk
berbicara sebagaimana layaknya.
(Redaksi: Lanjutan dari artikel di atas akan dikirimkan pada pengiriman e-
Reformed edisi berikutnya.)
Sumber:
Bahan di atas dikutip dari sumber:
Judul buku : War of Words
Penulis : Paul David Tripp
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2004
Halaman : 43 - 53
Firman Menjadi Daging (2)
Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Berikut ini adalah lanjutan dari artikel bulan lalu. Semoga menjadi berkat.
Selamat menyimak.
178 |TEOLOGI REFORMED
In Christ,
Yulia Oeniyati
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Bimbingan dan Rencana Allah (2)
Penebusan Yang Terbatas
Allah Tidak Berubah
Kita Percaya bahwa Kita adalah, dan Selalu akan Menjadi
Pakar dalam Berbuat Dosa
Kitab Suci: Perkataan Manusia, Mitos atau Firman Tuhan?
Doktrin Kecukupan Alkitab
Doktrin Sola Scriptura
Penulis:
Paul David Tripp
Edisi:
070/I/2006
Isi:
SUMBER YANG TEPAT UNTUK MENGHADAPI PERGUMULAN
Apa yang telah diberikan Firman kepada kita sehingga kita dapat
berbicara dengan standar Allah dan menurut rancangan-Nya? Dalam doa
singkat di Efesus (1:15-23), Paulus memakai empat kata yang dinamis
untuk menyatakan sumber-sumber daya yang menjadi milik kita karena
karya penebusan Kristus.
179 |TEOLOGI REFORMED
Kata yang pertama adalah harapan. Di dalam Sang Firman kita
menemukan harapan bagi perkataan kita. Harapan ini bukan keinginan
dalam mimpi atau pengharapan yang tidak berdasar. Tidak, harapan yang
alkitabiah tidak kurang dari suatu pengharapan penuh keyakinan akan
hasil yang pasti. Di dalam Dia kita dapat menang dalam perang dengan
kata-kata. Kita tidak perlu berkompromi dengan komunikasi yang penuh
dengan kegetiran, kemarahan, perusakan, dan usaha memecah belah.
Kita boleh memiliki standar yang tinggi dan menentukan target yang
tinggi, bukan karena siapa kita ini, tetapi karena apa yang telah Dia
lakukan. Oleh karena itu, kita menolak status quo, kita menolak
membiarkan kesinisan yang ditimbulkan oleh keputusasaan merambat
dan menyebabkan kita menyerah di dalam pergumulan. Tidak, kita hidup
dan berbicara dengan iman dan keberanian, kita percaya bahwa sesuatu
yang lebih baik dapat dicapai karena apa yang telah Dia lakukan.
Sebagai istri, Anda tidak boleh membiarkan diri Anda percaya bahwa
komunikasi di dalam pernikahan Anda tidak akan pernah membaik.
Dalam Sang Firman ada harapan. Sebagai suami, Anda tidak boleh
menyerah pada kemarahan Anda dan kata-kata yang dicetuskan oleh
kemarahan itu. Ada harapan. Sebagai seorang teman, Anda tidak boleh
menolak berbicara di saat Anda terluka, dengan mengira itu tidak apa-
apa. Ada harapan. Sebagai orang tua, Anda harus percaya bahwa Anda
dapat melayani anak- anak Anda sekalipun Anda sendiri terluka dan
terkuras, karena Sang Firman telah datang, dan bersama-Nya juga, ada
harapan. Pembaca, tanyakanlah pada diri Anda, "Apakah komunikasi saya
mengalir dari keyakinan saya akan karya Firman yang memberikan
sumber kekuatan?"
Apa yang menjadi harapan kita untuk berbicara dengan sikap saleh ketika
anak remaja yang membangkang menolak kita? Apa yang menjadi
harapan kita untuk berbicara seperti yang dirancang oleh Allah kepada
suami yang menjauh, istri yang kritis, teman Kristen yang getir, atau
tetangga yang suka bertengkar? Dari mana kita mendapatkan kekuatan
180 |TEOLOGI REFORMED
untuk berbicara dengan benar kepada majikan yang keras, penuntut, dan
tidak berterima kasih, atau kepada anak-anak yang mementingkan diri
sendiri dan terus mengeluh? Harapan apa yang kita miliki untuk
komunikasi yang utuh ketika kita memulai pembicaraan yang sulit dalam
keadaan lelah dan patah semangat? Apa yang akan kita lakukan ketika
kita bergumul dengan kegetiran kita sendiri, ketika kita marah, atau
bergumul dengan keinginan mengikuti jalan kita sendiri? Apa yang akan
menolong kita ketika tuduhan kepada kita tidak benar, ketika kita merasa
tidak dihargai, tidak diperhatikan, atau kebaikan kita dianggap sudah
menjadi kewajiban kita? Apa yang menjadi harapan kita untuk berbicara
dengan cara yang menunjukkan karya Allah dalam diri kita dan bukannya
menurut keinginan dari sifat dosa kita? Harapan kita satu- satunya adalah
Sang Firman. Karya-Nya bagi kita mengubah sama sekali cara yang dapat
kita pakai untuk menanggapi pergumulan kata-kata kita.
Anda mengetahui bagaimana cara kerjanya. Kebanyakan dari komunikasi
kita sehari-hari tidak ditata atau ditulis. Kita terus-menerus hanyut ke
dalam saat-saat yang bukan merupakan bagian dari agenda kita untuk
hari itu.
Misalnya anak laki-laki saya datang kepada saya pada Kamis malam jam
10:30 dan berkata, "Papa, saya harus menyerahkan tugas pelajaran sains
besok dan ada beberapa hal yang saya butuhkan." Ingat, dia telah
mendapat tugas ini selama berminggu-minggu! Sambil mencoba menjaga
ketenangan, saya menanyakan apa yang dia butuhkan. "Oh, saya
memerlukan sedikit papan untuk poster," dia mengatakan dengan ragu-
ragu. "Itu masih lumayan," saya berpikir. "Kita dapat menyatukan karton-
karton yang ada di rumah." "Ada lagi?" saya bertanya. Dia berkata, "Oh,
mungkin saya perlu beberapa spidol." Saya dapat merasakan tingkat
kemarahan saya meningkat, tetapi saya berdalih bahwa kita mungkin
dapat menuangkan air ke dalam beberapa spidol kering yang ada di
rumah untuk menyelesaikan satu proyek lagi. Sekali lagi saya bertanya,
"Ada lagi yang lain?" Dengan suara yang ketakutan dia berkata, "Dua
181 |TEOLOGI REFORMED
belas anak ayam." Saya tidak dapat mempercayai apa yang saya dengar!
Saya merasakan wajah saya merah padam. "Tentu saja, saya akan pergi
ke toko ayam 24 jam dan membeli selusin yang segar!"
Dalam sekejap mata perang ini berkecamuk -- bukan, bukan antara anak
laki-laki saya dan saya, tetapi di dalam hati saya. Saya marah dan
frustrasi. Saya sudah lelah dengan ranjau-ranjau kesulitan yang tidak
terduga. Dengan menghantamnya dengan kata-kata, saya dapat dengan
berkuasa membuat kedudukan menjadi seri. Saya ingin mengatakan
kepadanya betapa bodohnya dia dan bahwa dia gila kalau dia pikir saya
akan membantunya. Saya ingin mengatakan kepadanya bahwa di zaman
saya, saya tidak pernah menunda-nunda tugas. Banyak sekali yang ingin
saya katakan, dan pada saat itu, sebaiknya saya mempunyai harapan
yang memampukan saya untuk melawan semua yang ingin saya lakukan
secara naluriah!
Jika perang berkecamuk di dalam hati kita pada momen-momen kecil dan
biasa, betapa hebatnya perang ini akan hadir pada momen-momen yang
menyakitkan dalam pernikahan, momen-momen yang mengecewakan
sebagai orang tua, dan kegagalan yang mengecewakan di dalam tubuh
Kristus! Kebanyakan dari momen-momen ini tidak dapat dihindarkan,
tetapi Anda akan menghadapinya dengan cara yang sama sekali berbeda
jika Anda percaya bahwa karena karya Firman, ada harapan bagi kita. Tiga
kata berikut yang dipakai Paulus untuk melukiskan harapan itu.
SEGALA SESUATU YANG KITA PERLUKAN
Kata kedua yang dipakai Paulus dalam Efesus 1:15-23 untuk menunjukkan
manfaat dari karya Sang Firman pada saat ini adalah kekayaan. Paulus
mengatakan tentang "betapa kayanya kemuliaan di dalam Kristus". Apa
yang dia sampaikan di sini? Petrus menangkapnya dengan baik ketika dia
mengatakan bahwa "kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita
segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh" (2Petrus 1:3).
Bukan hanya banyak, melainkan segala sesuatu yang berguna. Perhatikan
182 |TEOLOGI REFORMED
kata-kata itu di sini. Kata kerja di dalam ayat Alkitab ini ("telah
menganugerahkan") memakai bentuk waktu perfektif, yang menunjukkan
suatu tindakan di masa lalu dengan akibat yang terus berlangsung hingga
ke masa yang akan datang. Artinya, Kristus telah memasukkan segala
sesuatu yang saya perlukan ke dalam perbendaharaan saya. Mungkin
Anda bertanya, "Untuk apa?" Petrus mengatakan, "Untuk hidup yang
saleh." Kepada saya telah dianugerahkan bukan hanya segala sesuatu
yang saya perlukan untuk hidup yang kekal, melainkan juga segala
sesuatu yang saya perlukan untuk menjalankan kehidupan yang saleh
sejak saya diselamatkan sampai Allah membawa saya pulang kepada Dia!
Biarlah kuasa dari kata-kata ini diserap. Tuhan tidak akan pernah
membiarkan Anda di dalam suatu keadaan tanpa memberikan semua
yang Anda butuhkan untuk melaksanakan panggilan-Nya bagi Anda.
Misalnya, Anda adalah seorang istri yang berada dalam pembicaraan
yang sangat sulit dengan suami Anda. Untuk saat seperti ini sudah ada
kekayaan di dalam perbendaharaan Anda. Mungkin Anda adalah pekerja
yang bergumul menghadapi majikan yang sangat kritis. Segala sesuatu
yang Anda butuhkan untuk berbicara dengan saleh telah diberikan.
Sebagai orang tua, Anda menghadapi satu hari lagi dimana anak remaja
Anda membangkang dan tidak hormat. Tuhan telah memberikan semua
kekayaan yang Anda perlukan untuk melewati luka dan kemarahan Anda
sendiri, serta untuk berfungsi sebagai alat-Nya. Firman telah datang dan
di dalam tangan-Nya ada kekayaan yang mulia. Karunia-Nya adalah satu-
satunya alat yang dapat menjinakkan lidah manusia!
Hal ketiga di dalam daftar sumber daya yang diberikan Paulus adalah
kuasa. Paulus mengatakan, "Betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang
percaya" (Efesus 1:19). Karena karya Sang Firman, kita mempunyai kuasa
untuk menang dari perang yang menjadi penyebab pergumulan kita
dengan kata-kata. Kita tidak bergumul dalam komunikasi hanya karena
kita kekurangan ketrampilan atau kata-kata. Masalah kita adalah
183 |TEOLOGI REFORMED
ketidakberdayaan. Masalah kita adalah ketidakmampuan. Itulah
sebabnya Yakobus mengajukan pertanyaan retorika, siapa yang dapat
menjinakkan lidah? Jawaban Alkitab yang terbaik untuk pertanyaan ini
adalah tidak seorang pun di dunia ini yang mampu! Tetapi Kristus telah
datang, dengan menunjukkan kuasa-Nya dalam pelayanan-Nya,
menjalankan kuasa- Nya terhadap kejahatan di atas salib, dan
memberkati umat-Nya dengan kuasa di dalam pribadi Roh Kudus yang
berdiam di dalam mereka. Paulus mengatakan bahwa Allah, yang dapat
melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan,
sedang bekerja dengan kuasa- Nya di dalam kita (lihat Efesus 3:20).
Perhatikan ini sebentar. Allah tidak mengeluarkan serangkaian perintah
agung dan tinggi, kemudian duduk bersandar untuk melihat apakah kita
mentaatinya. Tidak, Dia memahami bahwa dosa kita telah membuat kita
tidak berdaya, dan bahwa kita tidak akan mengetahui apa yang kita perlu
ketahui dan tidak dapat melakukan apa yang perlu kita lakukan tanpa Dia.
Oleh sebab itu Dia telah membebaskan kita dan masuk ke dalam diri kita
dengan Roh-Nya. Kuasa-Nya yang tidak terbayangkan ada di dalam kita!
Dan bukan hanya di dalam, kuasa-Nya sedang bekerja! Paulus
mengatakan bahwa kita telah diberikan kuasa yang hanya dapat
dibandingkan dengan kuasa yang telah membangkitkan Kristus dari
kematian.
Ini mengubah segala sesuatu. Sang Firman telah menjadikan kita tempat
tinggal-Nya sehingga kita mempunyai kuasa untuk berbicara seperti yang
telah dirancang-Nya. Di dalam Dia apa yang tidak mungkin menjadi
mungkin. Perang dapat dimenangkan. Lidah dapat dijinakkan sehingga
bukan lagi menjadi alat kejahatan, melainkan penghasil kebaikan.
Apa yang membuat buku ini berbeda dari buku komunikasi yang lain
bukanlah besarnya perbendaharaan hikmat dan pengalaman dari penulis
buku. Tetapi hanya satu: Injil. Injil mengubah sama sekali cara kita
184 |TEOLOGI REFORMED
memahami dan melakukan perang dengan kata-kata yang merupakan
bagian terbesar dari pegumulan manusia.
Injil menghindarkan kita dari model komunikasi kekuatan independen
yang mengasumsikan bahwa masalah kita dapat diselesaikan dengan
pemahaman dan ketrampilan yang benar. Injil memaksa kita untuk
menghadapi ketidakmampuan kita. Injil juga menghindarkan kita dari
model komunikasi lemah dan tidak mampu yang membuat kita melihat
target Tuhan dan mengatakan, "Kalau saja kita sanggup!" Di dalam
Kristus kita merangkul ketidakmampuan dan kemampuan. Firman datang
dan memenuhi kita dengan kuasa-Nya karena kita begitu lemah. Tetapi di
dalam Kristus, kita yang dulunya tidak sanggup berdiri, sekarang sanggup
berdiri!
Terapkan ini ke dalam dunia pembicaraan Anda. Kuasa telah diberikan. Ia
tinggal di dalam Anda oleh Roh dan menjangkau sampai kelemahan
komunikasi Anda yang terdalam. Hai, istri, Anda menyangkal Injil jika
Anda melihat suami Anda lalu berkata kepada diri Anda sendiri, "Untuk
apa lagi? Dia tidak dapat berubah." Hai, suami, Anda menyangkal Injil
dengan membela diri dan merasa benar sendiri ketika istri Anda mencoba
berbicara kepada Anda tentang dosa di dalam percakapan Anda. Hai,
orang tua, Anda menyangkal Injil ketika Anda membiarkan komunikasi
Anda dengan anak Anda dikuasai oleh emosi dan keinginan yang tidak
terkendalikan. Karena Firman telah datang dan telah memberikan kepada
kita kuasa-Nya, kita dapat melangkah maju dengan penuh keberanian,
percaya bahwa kita akan berkembang dalam dunia pembicaraan kita.
Karena kehadiran Roh Allah yang tinggal di dalam kita, ada harapan
bahwa lidah dapat melakukan kebaikan yang telah ditentukan Allah.
Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa kita terlalu lemah ("Kalau saja
saya lebih beriman" atau "Kalau saja saya sedikit lebih berani atau "Kalau
saja saya dapat memikirkan hal yang tepat untuk dikatakan"). Tidak
seorang pun di antara kita yang dapat menyalahkan kepribadian kita
185 |TEOLOGI REFORMED
("Saya orangnya terbuka" atau "Saya sangat pemalu" atau "Maaf, saya
bukan orang yang mudah bangun pagi"). Tidak seorang pun dari kita yang
dapat menyalahkan masa lalu kita ("Saya tidak pernah diberikan contoh
komunikasi yang baik" atau "Saya selalu diajarkan untuk melawan" atau
"Orang tua saya tidak pernah sungguh-sungguh memakai waktu untuk
mengajar kami"). Tidak seorang pun dari kita yang boleh menyalahkan
orang-orang di sekeliling kita ("Kalau saja saya mempunyai anak-anak
yang lebih penurut" atau "Kalau saja suami saya lebih mengasihi dan
lebih perhatian, maka saya akan ..." atau "Kalau saja istriku tidak selalu
mengkritik saya" atau "Kalau saja majikan saya lebih menghargai apa
yang saya lakukan bagi dia setiap hari"). Tidak seorang pun di antara kita
yang boleh menyalahkan situasi kita sekarang ini ("Kalau saja saya
mempunyai lebih banyak waktu" atau "Kalau saja pekerjaan saya tidak
begitu banyak menuntut saya").
Benar, kita hidup dengan orang berdosa, jadwal kita padat, banyak di
antara kita dibesarkan di lingkungan yang negatif, dan kita semua telah
diberikan kepribadian yang berbeda yang membantu dan menghambat
kita dalam berbagai cara. Tetapi ini yang penting: Allah telah memberikan
kita Roh-Nya, bukan sekalipun, melainkan oleh karena kenyataan ini. Roh
Kudus diberikan agar kita dapat melakukan kehendak Allah sekalipun kita
adalah orang berdosa di dunia yang berdosa, sehingga hidup dan kuasa-
Nya dapat menutupi semua akibat dosa kita sendiri dan dosa orang lain
terhadap kita, sehingga kita benar-benar dapat melakukan kehendak
Allah! Kuasa-Nya tidaklah jauh atau terlelap, tetapi sedang bekerja di
dalam kita! Kita dapat berbicara menurut standar Allah dan menurut
rancangan-Nya karena Dia hidup di dalam kita dengan kuasa yang aktif.
PEMERINTAHAN KRISTUS YANG PERSONAL DAN YANG MENEBUS
Kata terakhir yang merangkum sumber daya yang telah dikaruniakan
kepada kita di dalam Kristus adalah kendali. Paulus mengatakan bahwa
Kristus adalah "Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-
186 |TEOLOGI REFORMED
Nya" (Efesus 1:22-23). Tidak ada situasi yang akan kita hadapi yang tidak
dikendalikan oleh Kristus. Kehidupan kita tidak berada di luar kendali.
Kristus secara hati-hati mengaturnya demi kebaikan kita dan kemuliaan-
Nya.
Konsep tentang pengepalaan dan kendali Kristus secara tepat masuk ke
dalam komunikasi kita yang paling bermasalah. Sering kata-kata kita
menunjukkan suatu usaha untuk mengendalikan segala sesuatu demi
kepentingan kita. Kita didorong oleh suatu perasaan pribadi tentang apa
yang kita inginkan atau apa yang kita anggap baik, sehingga kita berbicara
dengan cara yang menjamin bahwa kita akan mendapatkannya. Kita
membela diri, menuduh, menimbulkan rasa bersalah, memanipulasi,
merasionalisasi, bertengkar, mendesak, memohon, atau mengancam,
semuanya dengan tujuan mengendalikan seseorang atau suatu situasi.
Adakalanya kita melakukannya karena rasa takut. Rasanya sungguh
seolah-olah kehidupan kita sedang berguling di luar kendali kita. Memang
kelihatannya orang-orang di sekeliling kita sedang menghambat apa yang
kelihatannya paling baik. Kelihatannya tepat bagi kita untuk mengambil
kendali, kalau tidak, apa yang akan terjadi? Tetapi pembicaraan yang
didorong rasa takut melupakan salah satu janji paling berharga dari Injil:
bahwa Kristus sekarang ini, pada saat ini, sedang mengendalikan segala
sesuatu bagi kebaikan kita secara khusus sebagai anak-anak Allah.
Mungkin saya tidak selalu melihat tangan-Nya dan saya tidak selalu
melihat kebaikan yang Dia lakukan, tetapi Dia tetap aktif dan memegang
kendali. Komunikasi yang mencoba untuk mencari keamanan pribadi
dengan mengambil kendali telah melupakan salah satu karunia paling
manis dari Firman, yaitu kendali Allah atas segala sesuatu bagi anak-anak-
Nya.
Cara lain untuk mengatakan hal ini adalah bahwa kata-kata kita sering
menunjukkan bahwa kita tidak begitu percaya kepada Tuhan karena kita
187 |TEOLOGI REFORMED
mencoba menjadi Dia. Kita mencoba melakukan dengan kata-kata kita
apa yang hanya dapat dilakukan-Nya.
Sebagai contoh, seorang ayah tidak seharusnya begitu takut pada apa
yang akan terjadi pada anaknya sampai-sampai dia mencoba melakukan
dengan kata-katanya apa yang hanya dapat dilakukan Allah dengan
anugerah-Nya, "Kalau ini adalah hal terakhir yang akan saya lakukan, saya
akan membuat kamu, menghormati saya" (ancaman). "Pikirkan semua
kerja keras kami, pikirkan semua uang yang kami keluarkan, pikirkan
semua waktu yang kami tanamkan -- apakah ini ucapan terima kasih yang
kami dapatkan?" (rasa bersalah). "Ingat mobil yang kamu minta untuk
ulang tahunmu? Kalau kamu ____, kita tidak tahu -- mungkin kamu akan
memegang kuncinya" (manipulasi). Dalam masing-masing contoh,
pembicara mencoba memutar hati anaknya dengan sejenis alat verbal.
Tetapi usaha untuk mengendalikan dengan kata-kata tidak selalu muncul
dari rasa takut. Usaha ini sering juga timbul dari keangkuhan. Sebagai
orang berdosa, kita cenderung mementingkan diri sendiri. Kita cenderung
bergumul dengan rasa puas diri dan memasuki setiap keadaan penuh
dengan keinginan kita sendiri.
Ketika saya bangun pagi, sering sekali orang pertama yang saya pikirkan
adalah saya! Saya sudah dipenuhi dengan keinginan saya sendiri,
membayangkan di dalam pikiran saya seperti apa hari itu jadinya. Ketika
saya duduk di kantor dan telepon berbunyi, saya sering berpikir, "Apa
lagi?" karena takut kalau-kalau seseorang akan mengganggu rencana
saya. Ketika saya pulang sambil mengemudikan mobil di malam hari, saya
sering memimpikan seperti apa malam itu, mengkuatirkan bencana apa
yang akan dibawa orang lain ke dalam rumah yang akan merusak mimpi
saya. Kata-kata kita sering menunjukkan betapa kita berfokus pada diri
sendiri dan betapa inginnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan dari
orang lain.
188 |TEOLOGI REFORMED
"Tidak dapatkah saya menikmati kedamaian satu malam saja!" teriak
seorang ayah kepada anaknya yang datang meminta bantuannya untuk
proyek yang perlu waktu semalam suntuk. "Saya rasa kamu tidak
sungguh- sungguh mencintai saya!" kata seorang istri kepada suaminya
yang keluar dengan bergegas karena sudah terlambat dan sekarang
menjadi marah dan frustrasi pula. Kata-kata si istri terfokus pada diri
sendiri, dikatakan pada waktu yang tidak tepat, dan tidak mempedulikan
kebutuhan suaminya. "Kalau saya tidak tinggal di sini, separuh dari
persoalan saya akan selesai!" gerutu seorang remaja yang ditegur karena
sikapnya yang buruk. Karena didorong oleh keinginannya, dia balik
menyerang orang tuanya yang kelihatan selalu menghambatnya.
Injil membahas pergumulan ini juga. Kristus memanggil kita untuk suatu
agenda yang lebih tinggi daripada kesenangan kita sendiri. Kristus
mengendalikan segala sesuatu bagi kita, tetapi pengendalian-Nya bukan
dilakukan demi kesenangan kita. Kita dipanggil untuk mentaati Kristus
agar kita menjadi kudus dan supaya kekudusan kita memberikan
kemuliaan kepada-Nya.
Sang Firman telah datang dan telah membawa ke dalam dunia kita
pengendalian yang mulia, menyeluruh, setia, dan menebus. Pembicaraan
kita harus bersumber pada kedamaian yang kita temukan di dalam
pengendalian-Nya.
Sumber daya yang tersedia dalam Kristus merupakan satu-satunya
harapan kita agar kata-kata kita dapat diucapkan sesuai dengan standar-
Nya dan menurut rancangan-Nya. Di dalam Firman kita menemukan
harapan ketika segala sesuatu sepertinya tidak ada harapan, kita
menemukan kekayaan ketika kita merasa miskin, kita menemukan kuasa
ketika kita melihat kelemahan kita, dan kita menemukan pengendalian
ketika segala sesuatu di sekeliling kita kelihatannya di luar kendali.
INJIL DAN PEMBICARAAN ANDA
189 |TEOLOGI REFORMED
Pembicaraan yang utuh dari tubuh Kristus di rumah, gereja, atau tempat
kerja berakar pada kenyataan Injil yang mulia. Firman telah datang dan
membawa beserta-Nya segala sesuatu yang kita butuhkan untuk melalui
kehidupan dengan pembicaraan yang saleh. Karena Dia telah datang, kita
dapat mempunyai harapan bahwa kata-kata kita akan mengikuti pola dari
Sang Pembicara Agung dan bukan mengikuti si Pendusta Besar itu.
Firman telah datang untuk membebaskan kita dari kerusakan besar yang
ditimbulkan kejatuhan, dimana karunia komunikasi yang luar biasa
menjadi dunia kesusahan yang mengerikan. Kristus telah datang untuk
menjinakkan apa yang tidak akan pernah dijinakkan manusia. Dia telah
datang untuk memakai apa yang kelihatannya tidak dapat dipakai bagi
tujuan-Nya. Dia telah datang untuk memberikan kepada kita kekayaan
yang mulia dan kuasa yang tidak terimbangi sehingga lidah kita dapat
dipakai sebagai alat kebenaran-Nya. Dunia pembicaraan kita tidak perlu
menjadi dunia kesulitan karena satu alasan yang andal ini: Firman telah
datang.
PENDALAMAN DAN PENERAPAN PRIBADI: KRISTUS DAN PEMBICARAAN
ANDA
Ujilah pembicaraan Anda dengan orang lain minggu ini. Apakah
pembicaraan Anda dibangun di atas fondasi kokoh yang telah Kristus
dirikan bagi kita? Contohnya:
Apakah Anda dengan rendah hati mengakui ketidakmampuan Anda dan
memohon pertolongan Tuhan sebelum tiba waktunya untuk melakukan
komunikasi yang penting?
Dalam hubungan Anda yang penting, apakah Anda mencoba melakukan
dengan kata-kata hal yang hanya dapat dilakukan Tuhan dengan
anugerah dan kuasa-Nya?
190 |TEOLOGI REFORMED
Apakah Anda menjadi korban keputusasaan sehingga Anda tidak mau
berbicara ketika kata-kata Anda dibutuhkan atau menyerah pada pola
pembicaraan yang berdosa?
Apakah Anda mau mengakui kelemahan Anda dalam komunikasi,
mengenal adanya tema yang timbul berulang-ulang, mengaku pada
Tuhan dan orang-orang yang telah Anda sakiti, dan berkomitmen pada
pola pembicaraan yang baru? (Semua ini didasarkan pada merangkul janji
Kristus bahwa kekuatan-Nya disempurnakan di dalam kelemahan kita.)
Apakah Anda mampu memikirkan dengan rendah hati apa yang
ditunjukkan orang lain sebagai dosa dalam pembicaraan Anda? Ataukah
Anda menyangkal, merasionalisasi, menyerang balik, mencari kambing
hitam, atau bersenang-senang di dalam kegagalan Anda?
Apakah Anda bersyukur kepada Tuhan setiap hari atas karunia-Nya, dan
harapan yang diberikan sehingga Anda dapat berbicara dengan
memberkati orang lain dan memuliakan-Nya?
Bacalah Efesus 1:15-23. Mintalah Tuhan untuk membuka mata Anda
terhadap kebaikan yang mulia dari karya Kristus dan harapan yang
diberikan bagi kata-kata Anda. Mintalah agar Dia menunjukkan kepada
Anda di mana perubahan dibutuhkan dan melangkahlah dengan iman.
Terakhir, tinggallah di dalam kenyataan akan apa yang dikatakan Yohanes
tentang Firman itu: "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah
menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yohanes 1:16), dan percaya
bahwa aliran anugerah-Nya yang terus menerus mengalir dapat
mengubah dunia pembicaraan Anda secara radikal.
Sumber:
Bahan di atas dikutip dari sumber:
Judul buku : War of Words
191 |TEOLOGI REFORMED
Penulis : Paul David Tripp
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2004
Halaman : 53 - 66
Kematian Kristus
Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Senang sekali bisa berjumpa Anda lagi. Posting saya kali ini ingin saya
pakai untuk mempersiapkan kita semua dalam menyambut perayaan hari
penting umat Kristen, yaitu PASKAH, hari kematian Kristus. Namun
sebelum Anda membacanya, saya ingin minta maaf terlebih dahulu,
khususnya kepada para pembaca e-Reformed yang memiliki keyakinan
pada Doktrin Penebusan Universal, yaitu doktrin yang percaya bahwa
Kristus mati untuk semua orang. Tiga artikel pendek yang diambil dari
bukunya John Owen ini akan menjelaskan tentang beberapa masalah dari
Doktrin Penebusan Universal.
Saya perkirakan, sebagian besar umat Kristen di Indonesia lebih
mempercayai/menyukai Doktrin Penebusan Universal dibandingkan
dengan Doktrin Pilihan. Selain lebih mudah dinalar, Doktrin Penebusan
Universal juga dirasa lebih manusiawi. Namun demikian, kebenaran yang
kita pegang seharusnya berdiri di atas Kebenaran yang sejati, bukan di
atas penalaran dan perasaan manusia. Oleh karena itu, saya ingin
mengajak Anda untuk meninjau kembali kebenaran tentang "untuk siapa
Kristus mati" dengan meneliti kebenaran Alkitab. Artikel-artikel John
Owen yang saya kutipkan dari bukunya "The Death of Death in the Death
of Christ" ini saya pikir dapat menolong kita untuk melihat secara teliti
apa yang sebenarnya Alkitab katakan tentang tujuan kematian Kristus.
192 |TEOLOGI REFORMED
Salah satu ayat yang sering dipakai untuk mendukung Doktrin Penebusan
Universal adalah Yohanes 3:16. Ayat ini banyak ditafsirkan dengan cara
yang tidak sesuai dengan maksud penulisan bahasa aslinya. Artikel ketiga
yang saya sajikan di sini akan membahas secara khusus tentang
penafsiran ayat tersebut. Nah, supaya Anda tidak semakin penasaran,
silakan simak posting saya di bawah ini.
Selamat membaca dan merenungkan.
In Christ,
Yulia
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa Kini
Roh Kudus dan Alkitab
Gereja Beraliran Teologi Reformed
Karya Roh Kudus dalam Mematikan Dosa
Apakah Tujuan Kematian Kristus?
Bimbingan dan Rencana Allah (1)
Perjanjian Baru: Kovenan Penebusan dalam Yesus Kristus
Penulis:
John Owen
Edisi:
71/II/2006
Isi:
193 |TEOLOGI REFORMED
Artikel 1: JAWABAN TERHADAP EMPAT ALASAN UMUM
YANG SERING DIPAKAI OLEH DOKTRIN PENEBUSAN
UNIVERSAL
Artikel 2: PENJELASAN PENDAHULUAN MENGENAI AYAT-
AYAT YANG MENGGUNAKAN KATA "DUNIA"
Artikel 3: STUDI TERPERINCI MENGENAI YOHANES 3:16
JAWABAN TERHADAP EMPAT ALASAN UMUM YANG SERING DIPAKAI
OLEH DOKTRIN PENEBUSAN UNIVERSAL
Alasan 1.
Terdapat ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai apa yang dicapai
Kristus melalui kematian-Nya dengan istilah-istilah yang sangat umum
dan tidak jelas. Oleh karena itu timbul pendapat bahwa kematian-Nya
bukanlah bagi tujuan tertentu atau terbatas.
Sebagai contoh, Alkitab berbicara mengenai nilai kematian Kristus yang
tak terbatas. Di mana dikatakan mengenai pengucuran "darah Anak-Nya
sendiri" (Kis. 20:28). Kematian Kristus dikatakan sebagai suatu
persembahan "tanpa cacat" yang dipersembahkan oleh "Roh yang kekal"
(Ibr. 9:14). Darah Kristus dikatakan "mahal", lebih mahal dari perak atau
emas (lPtr. 1:18). Jika kematian Anak Allah memiliki nilai yang begitu
nyata dan tak terbatas, mungkinkah itu tidak cukup untuk menebus
semua manusia?
Kita tidak menyangkal bahwa kematian Kristus adalah pembayaran yang
cukup untuk menebus semua manusia. Apa yang kita tekankan ialah
Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa kematian Kristus tidak
dimaksudkan untuk menjadi tebusan bagi setiap manusia. Sebagian orang
mungkin keberatan: Jika Kristus tidak mati untuk semua manusia, maka
tidak ada gunanya untuk memberitakan Injil kepada semua orang, seperti
yang diperintahkan kepada kita (Mat. 28:19). Saya menjawab:
194 |TEOLOGI REFORMED
Terdapat sejumlah orang yang akan diselamatkan dari setiap bangsa. Hal
ini tidak dapat terlaksana tanpa pengabaran Injil kepada seluruh bangsa.
Karena sekarang tidak ada lagi perlakuan khusus untuk Bangsa Yahudi,
maka Injil harus diberitakan kepada semua bangsa tanpa pembedaan.
Panggilan kepada manusia untuk percaya, pertama-tama bukanlah
panggilan untuk percaya bahwa Kristus telah mati secara khusus bagi
mereka, tetapi panggilan untuk percaya bahwa di luar Kristus tidak ada
yang dapat membawa keselamatan.
Para Pendeta tidak pernah dapat mengetahui siapa di antara jemaatnya
yang adalah orang-orang pilihan Allah. Karena itu, mereka harus
memanggil semuanya untuk percaya, dan meyakinkan bahwa semua
yang percaya akan diselamatkan karena kematian Kristus cukup untuk
menyelamatkan setiap orang yang percaya.
Pembahasan tersebut seharusnya sudah cukup untuk menjelaskan bahwa
Injil harus diberitakan kepada semua orang, meskipun tidak semua orang
diselamatkan.
(Uraian panjang lebar penggunaan istilah-istilah "dunia" dan "semua
manusia" akan di bahas di dua artikel selanjutnya)
Alasan 2.
Alkitab terkadang memberikan kesan bahwa sebagian orang yang
untuknya Kristus mati tidak benar-benar diselamatkan. Hal ini berarti
bahwa Kristus pasti telah mati untuk semua orang, tetapi hanya beberapa
orang saja yang berhasil memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
Kita perlu memahami bahwa Alkitab sering menggambarkan manusia
dengan penampilan luarnya dan bukan keadaan sebenarnya di dalam
dirinya. Contohnya, Yerusalem disebut "kota kudus" (Mat. 27:53). Bukan
berarti kita harus berpikir bahwa Yerusalem sungguh-sungguh kudus.
195 |TEOLOGI REFORMED
Demikian juga, Alkitab seringkali menggambarkan orang-orang sebagai
"kudus" atau "orang-orang suci" atau bahkan sebagai "pilihan" karena
mereka secara lahiriah berkaitan dengan komunitas orang percaya.
Paulus berkata mengenai orang-orang percaya di Filipi: "Memang sudah
sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua" (Fil. 1:7). Dari
perkataan tersebut, tidak dapat disimpulkan bahwa semua penerima
surat Paulus adalah orang percaya. Paulus menilai mereka berdasarkan
pengenalan terbaik yang dimilikinya mengenai mereka. Jadi jika beberapa
orang gagal diselamatkan, kita tidak boleh mengatakan bahwa Allah
berniat untuk menyelamatkan semua tetapi hanya beberapa yang
terjangkau. Barangsiapa gagal, sebenarnya tidak pernah sungguh-
sungguh menjadi orang percaya, meskipun dari luar tampak seperti orang
percaya.
Alasan 3.
Alkitab terkadang mengesankan bahwa keselamatan ditawarkan secara
umum kepada semua orang, asal saja mereka mau percaya akan
diselamatkan. Dengan demikian, disimpulkan bahwa Kristus pasti mati
untuk semua orang.
Dalam Alkitab, memang iman dan keselamatan selalu berkaitan. Orang
yang percaya akan diselamatkan. Tetapi ini tidak lebih dari berarti bahwa
semua orang percaya pasti akan diselamatkan. Ini tidak berarti bahwa
Allah bermaksud untuk menyelamatkan semua orang jika mereka mau
percaya. Alasannya:
Kenyataan Allah tidak menawarkan hidup kekal pada semua manusia.
Sebagian besar umat manusia tidak pernah mendengar Injil.
Perintah umum Allah tidak memberitahukan kita akan maksud-maksud
khusus-Nya. Secara umum, Allah memerintahkan manusia untuk taat
kepada-Nya. Tetapi dalam contoh kasus Firaun, maksud Allah berbeda
dengan perintah-Nya, karena Ia mengeraskan hati Firaun (Kel. 4:21),
sementara itu juga memerintahkannya untuk taat.
196 |TEOLOGI REFORMED
Janji Injil mengajarkan kepada kita hubungan yang tak terpisahkan antara
iman dan keselamatan. Tetapi ini tidak berarti Allah menghendaki semua
orang bertobat dan percaya, karena jika demikian mengapa ada
pemilihan ilahi? Jika Ia bermaksud menyelamatkan semua orang,
mengapa hanya memilih sebagian? Dan bagaimanapun juga, jika Ia
bermaksud untuk menyelamatkan semua orang, mengapa Ia gagal untuk
mencapai maksud-Nya? (Tidak ada gunanya untuk berpendapat bahwa Ia
gagal karena manusia tidak mau percaya; Ia seharusnya sudah
mengetahui sebelumnya bahwa mereka tidak akan percaya; lalu
mengapa Ia merencanakan sesuatu yang Ia sudah tahu tidak akan
terlaksana?)
Juga fakta bahwa orang percaya dan yang tidak percaya hidup campur
bersama, dan para pendeta tidak dapat memastikan siapa yang dipilih
dan siapa yang tidak dipilih Allah, berarti ia harus berkhotbah secara
umum bagi semua orang. Ini tidak berarti bahwa janji Injil diperuntukkan
bagi semua orang secara umum, melainkan ia hanya dikabarkan kepada
semua orang. Karena Kristus hanya diterima berdasarkan iman, dan iman
merupakan pemberian Allah bagi mereka yang dikehendaki-Nya, maka
jelas bahwa Ia tidak mungkin merencanakan keselamatan mereka yang
tidak diberi-Nya iman.
Alasan 4.
Jika Kristus tidak mati untuk semua orang, bukankah seruan Alkitab
kepada semua orang bahwa mereka harus percaya tidak ada gunanya?
Perlu dipahami bahwa iman yang dibicarakan dalam Alkitab memiliki
berbagai tahap pertumbuhan dan urutan penggunaan yang logis. Kita
tidak boleh berpikir seruan Alkitab untuk percaya secara pasti akan
menjadikan setiap orang percaya Kristus mati untuknya secara khusus.
Ada hal-hal lain yang dipercayai, yang dapat diterima oleh semua
manusia. Tak seorang pun yang diperintahkan untuk mempercayai
sesuatu yang tidak memiliki cukup bukti. Sebagai contoh:
197 |TEOLOGI REFORMED
Hal pertama yang harus dipercayai oleh manusia adalah bahwa mereka
tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri, karena mereka adalah
orang berdosa. Setiap manusia mempunyai bukti mengenai hal ini di
dalam dirinya sebagaimana yang ditunjukkan Paulus dalam Roma 1-3.
Berapa banyak orang yang tidak mau mempercayai hal ini meskipun
mereka mempunyai banyak bukti untuknya!
Injil memanggil orang-orang berdosa untuk percaya bahwa Allah telah
menyediakan jalan keselamatan melalui Yesus Kristus. Berjuta-juta orang
telah mendengarnya tetapi menolak untuk menerima hal itu meskipun
ada banyak bukti untuknya.
Injil memanggil orang-orang berdosa untuk percaya bahwa tidak ada
Juruselamat yang lain selain Yesus Kristus. Hal ini merupakan hal yang
paling ditolak orang Yahudi. Mereka malah menganggap Kristus sebagai
musuh Allah!
Panggilan umum ini dilakukan bukan karena Kristus mati untuk semua
orang, tetapi karena kebenaran-kebenaran ini merupakan bukti untuk
semua orang. Dan hanya setelah penjelasan ini diberikan, orang baru
dipanggil untuk percaya bahwa Yesus mati untuknya secara khusus.
Sebagian orang telah memperhatikan bahwa Pengakuan Iman Rasuli
(Ringkasan kuno agama Kristen) menempatkan frasa "pengampunan dosa
dan hidup yang kekal" di bagian akhir. Hal ini mengisyaratkan bahwa
sebelum kita sampai pada pengampunan dosa dan hidup yang kekal, ada
hal-hal lain yang harus dipercayai dulu; dan telah ada banyak bukti bagi
hal itu.
PENJELASAN PENDAHULUAN MENGENAI AYAT-AYAT YANG
MENGGUNAKAN KATA "DUNIA"
198 |TEOLOGI REFORMED
Sebenarnya saya enggan untuk menyebutkan pasal-pasal Alkitab yang
telah digunakan untuk mendukung pendapat bahwa Kristus mati untuk
semua manusia. Bukan karena ayat-ayat tersebut sulit saya jelaskan,
tetapi karena saya tidak ingin menyinggung ketidakbenaran ini. Saya
menduga bahwa ayat-ayat tersebut telah disampaikan kepada para
pembaca oleh mereka yang meyakini kesalahan tersebut. Jadi sekarang
saya harus memberikan jawaban kepada Anda untuk menjawab mereka.
Jangan terbawa oleh kelogisan kata-kata semata. Ingatlah selalu apa yang
menjadi garis besar pengajaran Alkitab, dan jangan pernah menafsirkan
satu ayat bertentangan dengan garis besar tersebut. Sebagai contoh, kata
"dunia" dalam suatu ayat dapat diartikan berdasarkan ayat-ayat di
sekitarnya; ada 5 penggunaan yang berbeda dari kata "dunia":
Alam semesta atau bumi sebagai tempat tinggal
[Ayub 34:13
Matius 13:38
Kisah Para Rasul 17:24
Efesus 1:4
dan banyak ayat lainnya]
Penduduk dunia:
Semua orang tanpa terkecuali
[Roma 3:6
Semua tanpa perbedaan
Yohanes 7:4
Banyak orang Kebanyakan orang
Matius 18:7
Kerajaan Roma
Roma 1:8
199 |TEOLOGI REFORMED
Orang-orang yang baik
Lukas 2:1
Yohanes 6:33
Orang-orang yang jahat
Yohanes 14:17
dan banyak ayat lainnya]
Dunia sebagai sistim yang rusak
[Galatia 6:14]
dan banyak ayat lainnya
Pemerintahan manusia
[Yohanes 18:36
dan banyak ayat lainnya]
Kerajaan setan
[Yohanes 14:30
dan banyak ayat lainnya]
Sebagian orang mungkin mengajukan keberatan bahwa sebuah kata
harus selalu mempunyai makna yang sama di manapun letaknya dalam
Alkitab. Saya menjawab: Hal itu tidak benar, karena ada beberapa bagian
di mana Alkitab menggunakan arti yang berbeda untuk kata yang sama
dalam kalimat yang sama. Dalam Mat. 8:22, kata "mati" yang pertama
berarti kematian rohani dan yang kedua berarti kematian jasmani. Dalam
Yoh 1:10, kata "dunia" yang pertama berarti bumi tempat tinggal,
sedangkan yang kedua berarti planet bumi, dan ketiga berarti sebagian
manusia di atas bumi.
200 |TEOLOGI REFORMED
Demikianlah, jika kata "dunia" kadangkala digunakan untuk mengartikan
sebagian manusia, maka kata ini tidak boleh dipaksakan harus selalu
berarti semua manusia. Dan ada beberapa bagian di mana kata tersebut
secara jelas tidak mengacu pada semua manusia.
Lukas 2:1 - "seluruh dunia". Ini jelas mengacu pada Kerajaan Romawi.
Tidak mungkin mengacu pada setiap orang di dunia.
Yohanes 1:10 - "dunia tidak mengenal-Nya". Tetapi sebagian manusia
mengenal-Nya. Oleh karena itu kata "dunia" di sini tidak dapat diartikan
setiap orang.
Yohanes 8:26 - "Kukatakan kepada dunia". Tetapi hanya beberapa orang
Yahudi yang mendengarNya berbicara. Kata "dunia" tidak dapat diartikan
setiap orang.
Yohanes 12:19 - "seluruh dunia datang mengikuti Dia". Ini hanya dapat
diartikan sebagian besar bangsa Yahudi datang mengikuti Dia. Tidak
dapat diartikan setiap orang.
1 Yohanes 5:19 - "seluruh dunia". Tetapi ada banyak orang percaya dalam
dunia ini yang tidak berada dalam kuasa si jahat. Kata "dunia" tidak dapat
diartikan setiap orang.
Jadi secara umum kata "dunia" hanya mengacu pada sebagian orang di
dunia. Saya tidak tahu mengapa kata tersebut diartikan lain pada bagian-
bagian di atas dalam hubungannya dengan keselamatan.
Setelah pengamatan-pengamatan umum ini, marilah kita melihat
beberapa ayat Alkitab yang menggunakan istilah "dunia", antara lain Yoh.
1:29; 3:16; 4:42; 6:51; 2Kor. 5:19 dan 1 Yoh. 2:2. Dengan menggunakan
ayat- ayat tersebut, beberapa orang berpendapat:
Dunia meliputi semua dan setiap manusia.
Kristus dikatakan mati untuk dunia.
201 |TEOLOGI REFORMED
Jadi Kristus mati untuk semua dan setiap manusia.
Logika semacam ini salah karena kata "dunia" digunakan dalam dua
pengertian yang berbeda. Dalam pernyataan pertama, "dunia" mengacu
pada bumi sebagai planet. Dalam pernyataan kedua, kata ini mengacu
pada orang-orang di dalam dunia. Tidak ada titik temu di antara kedua
pernyataan tersebut. Jadi kesimpulan yang dihasilkan juga salah (kecuali
Anda ingin mengatakan bahwa Kristus mati untuk planet bumi).
Beberapa orang berusaha untuk merumuskan kembali argumen
tersebut secara demikian:
Di dalam beberapa bagian Alkitab, "dunia" mengacu pada semua dan
setiap manusia.
Kristus dikatakan mati untuk dunia.
Jadi Kristus mati untuk semua dan setiap manusia.
Argumen ini juga salah, karena Anda tidak dapat menarik suatu
kesimpulan umum jika pernyataan pertama hanya mengacu pada makna
sempit dari sebuah kata atau frasa, seperti kata "beberapa bagian". Juga
saya harus menegaskan bahwa pada banyak bagian, kematian Kristus
hanya dikaitkan pada "domba-domba-Nya" atau "jemaat-Nya".
Jadi argumentasi tersebut harus ditulis ulang, seperti ini:
Pada beberapa bagian Alkitab kata "dunia" berarti semua dan setiap
manusia.
Pada beberapa bagian Alkitab, Kristus dikatakan mati untuk seluruh
dunia.
Jadi Kristus mati untuk semua dan setiap manusia.
202 |TEOLOGI REFORMED
Jelas bagi siapa pun, argumentasi ini tampak menggelikan! Harus
ditunjukkan bahwa "beberapa bagian" dari pernyataan pertama adalah
sama dengan "beberapa bagian" pada pernyataan kedua. Bila tidak,
argumentasi tersebut tidak membuktikan apa-apa. Dan dalam kasus
apapun, sebuah kesimpulan umum tidak dapat diambil dari pernyataan
pertama yang terbatas, seperti yang telah kita lihat sebelumnya.
Jadi sebagai pembukaan, saya kira saya telah memaparkan kesalahan dari
argumen-argumen yang didasarkan pada penggunaan kata "dunia". Saya
berani mengatakan bahwa argumen-argumen lemah tersebut tidak
pernah dipakai oleh orang-orang yang berpikir baik-baik! Tinggalkanlah
argumen-argumen itu, marilah kita kembali kepada Alkitab itu sendiri.
STUDI TERPERINCI MENGENAI YOHANES 3:16
Ayat ini sering dipakai untuk mengajarkan bahwa:
"mengasihi" = Allah mempunyai kerinduan alamiah bagi
kebaikan dari
"dunia" =
seluruh umat manusia dari segala suku
bangsa di segala tempat dan waktu,
sehingga
"memberikan" =
Ia memberikan Anak-Nya untuk mati, bukan
untuk secara aktual menyelamatkan orang-
orang tertentu, tetapi
"Barangsiapa" = supaya setiap orang yang memiliki
kemampuan alamiah untuk percaya
"beroleh" = dengan demikian dapat beroleh hidup yang
kekal.
203 |TEOLOGI REFORMED
Seharusnya, kita memahami ayat tersebut sebagai berikut:
"mengasihi" = Allah mempunyai kasih yang begitu khusus
dan agung sehingga Ia menghendaki
"dunia" = Semua umat-Nya yang berasal dari segala
suku bangsa pasti akan diselamatkan
"memberikan" =
dengan menetapkan Anak-Nya menjadi
Juruselamat yang berdaulat untuk
menyelamatkan semua orang pilihan-Nya
"Barangsiapa" =
Ia memastikan bahwa semua orang percaya
[umat pilihan-Nya], siapa pun juga, dan
hanya mereka
"beroleh" = yang sungguh-sungguh memiliki semua hal
mulia yang disediakan-Nya untuk mereka.
Ada tiga hal yang harus dipelajari dengan hati-hati di sini.
Pertama, kasih Allah;
kedua, penerima kasih Allah, yang di sini disebut sebagai "dunia";
ketiga, maksud dari kasih Allah, yaitu supaya orang-orang percaya "tidak
binasa".
Penting untuk dipahami di sini bahwa tidak ada suatu
ketidaksempurnaan apa pun yang dapat dikatakan mengenai Allah.
Pekerjaan-Nya adalah sempurna. Tetapi jika dikatakan bahwa Ia
mempunyai kerinduan alamiah untuk menyelamatkan semua orang,
maka kegagalan bagi semua orang untuk diselamatkan mengesankan
bahwa keinginan-Nya lemah, dan kebahagiaan-Nya tidak lengkap.
Demikian juga, tidak ada bagian Alkitab yang mengajarkan kerinduan
alamiah Allah bagi "kebaikan" (baca: keselamatan - ed.) semua orang.
204 |TEOLOGI REFORMED
Sebaliknya, justru dikatakan bahwa Allah secara bebas dan berdaulat
menyatakan belas kasihan kepada siapa Ia ingin menaruh belas kasih-
Nya. Kasih-Nya merupakan tindakan bebas dari kehendak-Nya, bukan
sebuah emosi yang muncul di dalam diri-Nya karena keadaan kita yang
menderita. (Jika penderitaanlah yang menimbulkan keinginan alamiah
Allah untuk menolong maka Ia harus berbelaskasih pada Iblis dan orang-
orang terkutuk!)
Kasih yang digambarkan di sini adalah tindakan khusus dan berdaulat dari
kehendak Allah, dan diarahkan secara khusus kepada orang-orang
percaya. Kata-kata "begitu" dan "supaya" menekankan pada tindakan
luar biasa dari kasih ini, dan tujuan yang jelas bagi penyelamatan orang-
orang percaya dari kebinasaan. Oleh karena itu, kasih ini tidak mungkin
merupakan perasaan kasih-sayang yang umum terhadap semua orang
yang sebagian darinya akan binasa.
Ayat-ayat Alkitab yang lain juga membenarkan bahwa kasih Allah ini
merupakan sebuah tindakan agung, yang ditujukan secara khusus bagi
orang-orang percaya, contohnya Rm. 5:8 atau 1 Yoh. 4:9-10. Orang tidak
akan berbicara mengenai kecenderungan alamiah bagi kebaikan semua
orang dengan ayat-ayat yang begitu tegas seperti ini.
Adalah jelas bahwa Allah menginginkan kebaikan bagi mereka yang Ia
kasihi .... [Kasih yang khusus] inilah yang menyebabkan Ia memberikan
Kristus, dan semua hal lain yang mereka butuhkan. "Ia, yang tidak
menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita
semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu
kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Rm. 8:32). Karena itu, kasih
Allah yang khusus ini hanya mungkin dialami oleh orang-orang yang
kepadanya diberikan anugerah dan kemuliaan.
Sekarang Anda harus menentukan; mungkinkah kasih Allah, yang telah
memberikan Anak-Nya ini dimengerti sebagai sebuah keinginan baik
Allah yang bersifat umum kepada semua orang? Tidakkah ini lebih
205 |TEOLOGI REFORMED
merupakan kasih Allah yang khusus untuk orang-orang percaya pilihan-
Nya?
Selanjutnya, kita akan menyelidiki siapakah penerima kasih Allah, yang
disebut "dunia" itu.
Sebagian orang mengatakan: ini pasti berarti semua dan setiap manusia.
Saya tidak mengerti bagaimana bisa berarti demikian. Di depan, kita telah
diperlihatkan pengertian-pengertian yang berbeda dari kata "dunia"
dalam Alkitab. Dan dalam Yoh. 3:16, kasih disebutkan di bagian awal, dan
tujuan kasih itu di bagian akhir, tidak mungkin sesuai dengan pengertian
"semua dan setiap manusia" yang oleh sebagian orang diselipkan pada
kata "dunia" di tengah-tengah ayat ini!
Bagi kita, kata "dunia" ini dipahami sebagai orang-orang pilihan Allah
yang tersebar di seluruh dunia dari antara segala bangsa. Bukan sebagai
anugerah khusus Allah yang ditujukan hanya bagi orang Yahudi saja.
Pengertiannya adalah, "Allah, begitu mengasihi orang-orang pilihan-Nya
yang ada di seluruh dunia, sehingga Ia memberikan Anak-Nya dengan
tujuan supaya oleh-Nya orang-orang percaya dapat diselamatkan". Ada
beberapa alasan untuk mendukung pandangan ini.
Sifat kasih Allah, sebagaimana yang telah kita bahas di sini, tidak mungkin
dapat dipikirkan sebagai pemberian kepada semua dan setiap manusia.
Kata "dunia", dalam ayat ini harus mengacu pada suatu dunia yang
menerima hidup kekal. Hal ini ditegaskan oleh ayat berikutnya - Yoh. 3:17
- di mana, untuk ketiga kalinya kata "dunia" disebutkan. Dikatakan bahwa
tujuan Allah dalam mengirimkan Kristus adalah "supaya dunia
diselamatkan". Jika "dunia" di sini diartikan selain orang-orang percaya
yang dipilih, maka Allah telah gagal mencapai tujuannya, kita tidak dapat
membenarkan penjelasan seperti ini.
206 |TEOLOGI REFORMED
Dalam kenyataannya, bukan hal yang aneh kalau orang percaya disebut
dengan istilah-istilah semacam "dunia", "seluruh manusia", "seluruh
bangsa" dan "seluruh keluarga di atas bumi". Sebagai contoh, dalam Yoh.
4:42, Kristus dikatakan sebagai Juruselamat dunia. Juruselamat orang
yang tidak diselamatkan akan merupakan suatu pertentangan istilah.
Jadi, mereka yang disebut di sini sebagai "dunia" harus merupakan
mereka yang diselamatkan.
Ada beberapa alasan mengapa orang-orang percaya disebut "dunia".
Alasannya adalah untuk membedakan mereka dari malaikat-malaikat;
untuk menolak orang-orang Yahudi sombong yang menganggap hanya
mereka yang merupakan umat Allah; untuk mengajarkan perbedaan
antara Kovenan Lama yang dibuat dengan satu bangsa, dengan Kovenan
Baru - di mana seluruh bagian dunia dijadikan taat kepada Kristus; dan
untuk memperlihatkan kondisi orang percaya sebenarnya, sebagai
ciptaan yang hidup di atas bumi, di dalam dunia.
Jika tetap bersikeras bahwa kata "dunia" di sini mempunyai pengertian
seluruh dan setiap manusia sebagai penerima kasih Allah, maka mengapa
Allah tidak menyatakan Yesus kepada setiap orang yang begitu Ia kasihi?
Sungguh aneh, jika dikatakan Allah memberikan Anak-Nya kepada
mereka, namun Ia tidak pernah memberitahu mereka mengenai kasih-
Nya - berjuta-juta orang tidak pernah mendengar berita Injil! Bagaimana
mungkin Ia dikatakan mengasihi setiap manusia [dalam arti khusus], jika
ketetapan-Nya ini tidak diketahui oleh setiap orang?
Akhirnya, kata "dunia" tidak mungkin berarti seluruh dan setiap manusia
kecuali Anda siap untuk menerima bahwa:
Kasih Allah kepada sebagian orang adalah sia-sia,
karena mereka binasa.
Kristus diberikan kepada berjuta-juta orang yang tidak pernah
mengenal-Nya.
Kristus diberikan kepada berjuta-juta orang yang tidak
207 |TEOLOGI REFORMED
dapat mempercayai-Nya.
Allah merubah kasih-Nya, dengan mengabaikan mereka yang binasa
(atau
sebaliknya, Ia tetap mengasihi mereka dalam neraka).
Allah gagal untuk memberikan segala sesuatu kepada orang-orang yang
baginya Ia telah memberikan Kristus.
Allah sebelumnya tidak mengetahui siapa yang akan percaya dan
diselamatkan.
Kemustahilan-kemustahilan semacam ini tidak dapat kita terima; Kata
"dunia" hanya berarti orang-orang pilihan yang tersebar di seluruh dunia.
Cara supaya orang pilihan Allah menerima hidup yang ada di dalam
Anak-Nya adalah dengan percaya. Dikatakan "Setiap orang yang
percaya tidak akan binasa".[*]
Jika dikatakan bahwa Kristus mati untuk seluruh dan setiap manusia, dan
kita tahu bahwa hanya orang-orang percaya saja yang akan diselamatkan,
lalu apa perbedaan antara orang-orang percaya dengan orang-orang yang
tidak percaya? Mereka tidak mungkin membuat perbedaan itu sendiri
(lihat 1Kor. 4:7). Maka pasti Allah yang membuat perbedaan antara
mereka. Tetapi jika Allah yang membuat mereka berbeda, maka
bagaimana mungkin Ia dapat memberikan Kristus kepada mereka semua?
Ayat tersebut menyatakan maksud Allah bahwa orang-orang percaya
akan diselamatkan. Hal itu berarti bahwa Allah tidak memberikan Anak-
Nya untuk mereka yang tidak percaya. Bagaimana mungkin Ia
memberikan Anak- Nya bagi orang-orang yang kepadanya Ia tidak berikan
anugerah untuk percaya?
Sekarang silakan pembaca menimbang semua ini, pertama-tama dan
khususnya, mengenai kasih Allah, dan dengan serius menanyakan apakah
mungkin itu merupakan kasih kepada semua orang, yang membiarkan
kebinasaan begitu banyak orang yang dikasihi-Nya? Ataukah kasih ini
208 |TEOLOGI REFORMED
lebih baik dimengerti sebagai kasih yang unik dan khusus dari Bapa untuk
anak-anak-Nya yang percaya, yang menjamin masa depan mereka? Maka
Anda akan mendapatkan jawaban mengenai apakah Alkitab mengajarkan
bahwa Kristus mati sebagai tebusan umum - tidak berguna bagi sebagian
orang yang seharusnya telah ditebus - atau sebagai penebusan khusus
yang berlaku bagi setiap orang percaya secara berkemenangan. Dan
ingatlah ayat ini, Yoh. 3:16, yang begitu sering digunakan untuk
mendukung pendapat bahwa Kristus mati untuk setiap manusia -
meskipun, seperti yang telah saya jelaskan, sangat tidak sesuai dengan
pendapat demikian!
Ket. [*]:
Tidak ada gunanya mendukung penebusan universal dengan
berpendapat bahwa "barangsiapa" berarti "setiap orang", secara tidak
definit.
Bentuk kata Yunaninya sebenarnya adalah "setiap orang percaya".
Mengusulkan "setiap orang" berarti menyangkal bahwa kasih Allah
diberikan secara merata kepada setiap orang! Jika hanya sebagian yang
diperkenan-Nya - "barangsiapa", maka Allah tidak mungkin mengasihi
semua manusia secara merata. Namun bagaimanapun juga tampak jelas
bahwa Ia lebih mengasihi sebagian "barangsiapa" dari yang lainnya.
Sumber:
Bahan di atas dikutip dari sumber:
Judul buku : Kematian yang Menghidupkan
Penulis : John Owen
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2001
Halaman : 95 - 114
209 |TEOLOGI REFORMED
Mengenal Yesus Kristus
Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Kali ini saya akan menjumpai Anda dalam suasana PASKAH. Oleh karena
itu saya pilihkan satu artikel yang pas yang saya kutip dari buku hasil
seminar dari Pdt. Stephen Tong, yang berjudul: SIAPAKAH KRISTUS?
Jika orang bertanya kepada Anda, "ceritakan kepada saya, siapakah
Kristus?" Apakah jawaban Anda? Ada banyak orang Kristen yang
mengenal Kristus hanya sebatas dalam pengertian kognitif saja. Ibarat
burung beo yang pandai menirukan apa yang diajarkan tuannya.
Bagaimana dengan Anda? Pdt. Stephen Tong menyinggung satu fakta
yang ironis, bahwa jika kita dapat mendengar jawaban-jawaban yang
diberikan oleh orang-orang Kristen di Indonesia tentang siapakah Kristus,
maka kita akan mengetahui betapa simpang-siurnya kekristenan pada
zaman ini.
Melalui peristiwa perayaan PASKAH, marilah kita mengambil waktu untuk
merenungkan pertanyaan ini: siapakah Kristus menurut Anda? Apakah
Anda mengenal Kristus secara pribadi, ataukah masih sebatas menurut
apa kata orang? Mengenal Kristus menurut apa yang orang lain katakan
tentu tidak sama dengan jika Anda mengenal-Nya sendiri secara pribadi.
Pengenalan pribadi melibatkan bukan hanya pikiran, tapi juga emosi,
yang kemudian tentu akan melahirkan satu tindakan yang nyata. Nah,
kiranya artikel berikut ini dapat menjadi pengantar akan perenungan
Anda tentang siapakah Kristus.
Selamat Hari PASKAH 2006.
210 |TEOLOGI REFORMED
In Christ,
Yulia
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Sola Fides Justificate
Kristus, Buah Sulung Kebangkitan
Kematian Rohani dan Kehidupan Rohani
Kristus adalah Semua ...
"Ekklesia" -- Gereja
Presuposisi Teologi
Firman Menjadi Daging (1)
Penulis:
Pdt. Dr. Stephen Tong
Edisi:
072/III/2006
Isi:
Secara lahiriah, Yesus tidak berbeda dengan manusia lainnya. Ia
dilahirkan oleh seorang perempuan, dibesarkan di desa, dan berkata-
kata dalam bahasa manusia. Ia tidak memiliki hal yang begitu hebat
sehingga kita harus memikirkan Dia sedalam-dalamnya. Namun, selain
menjadi batu sandungan bagi banyak orang, kemanusiaan Yesus ini juga
menimbulkan daya tarik dan tanda tanya yang mengagumkan sekaligus
memusingkan banyak orang.
211 |TEOLOGI REFORMED
Jika kita berbicara dan berpikir tentang Kristus, maka kita harus kembali
pada satu waktu di mana Kristus menuntut manusia memberikan
penilaian tentang diri-Nya. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya,
"Menurut orang-orang, siapakah Aku?" Kalimat ini merupakan kalimat
yang sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Setiap orang juga pasti
pernah mempunyai pertanyaan seperti itu dalam dirinya. Dalam
pertanyaan "siapakah saya?" terkandung tiga pertanyaan kecil.
SIAPA YANG BERTANYA?
Pertanyaan ini menimbulkan satu kesulitan karena adanya percampuran
subjek dengan objek. Saat kita menanyakan siapakah diri kita, ada
sesuatu yang tidak bisa dianalisa dengan jelas karena yang bertanya
adalah yang ditanya; yang ingin mengetahui adalah yang ingin diketahui;
yang diketahui adalah yang tidak diketahui dan yang ingin mengetahui
sedang menanyakan tentang apa yang sedang diketahuinya. Ini
merupakan suatu pertanyaan yang tidak mungkin dibereskan oleh
manusia itu sendiri. Pada waktu Tuhan Yesus menanyakan hal tersebut,
Ia bukan menanyakan hal itu kepada diri-Nya sendiri, tetapi kepada
pengikut- pengikut-Nya yang sudah sekian lama melihat penyataan
Kristus. Dialah yang memberikan penyataan kepada manusia dan diri-
Nyalah yang dinyatakan. Dialah pewahyu sekaligus inti dari wahyu
tersebut, yang mewahyukan diri-Nya kepada manusia.
Waktu murid-murid-Nya secara mendadak menerima pertanyaan ini,
mau tidak mau mereka harus mempertanggungjawabkan pemikiran
mereka tentang Kristus. Momen seperti ini tidak bisa diciptakan manusia,
tetapi diberikan oleh Tuhan. Sebagai orang Kristen, apakah setelah
mendengar khotbah bertahun-tahun, membaca Kitab Suci, dibaptiskan
dan menjadi orang Kristen sekian lama, kita sudah dapat menjawab
pertanyaan tentang siapakah Kristus? Siapakah Dia?
Murid-murid Yesus mulai memberikan evaluasi tentang Kristus kepada
Dia yang menuntut evaluasi. Dari gudang pikiran mereka, mulailah timbul
212 |TEOLOGI REFORMED
jawaban-jawaban; mereka mulai memikirkan kembali tentang siapakah
Kristus. Ada yang menjawab bahwa Dia adalah seorang nabi; seorang
nabi yang besar; yang lain menjawab bahwa Dia adalah Yeremia[1]. Yesus
dinilai sebagai Yeremia karena dalam zaman yang sedang dilanda
kesedihan, Ia mempunyai tangisan dan perasaan yang sama dengan
seluruh zaman. Yang lain menjawab bahwa Ia adalah Yohanes Pembaptis
yang bangkit dari kematian. Orang-orang itu menganggap bahwa kuasa
Tuhan yang begitu besar dinyatakan-Nya dengan membangkitkan
Yohanes Pembaptis yang sudah dibunuh oleh Raja Herodes. Dan Yohanes
Pembaptis yang bangkit kembali itu adalah Yesus. Yang lain lagi
menjawab bahwa Yesus adalah nabi yang pernah disebutkan Musa
"barangsiapa yang mendengarkan Dia, akan hidup, tetapi barangsiapa
tidak mendengarkan Dia akan binasa".
Semua penilaian zaman itu diberikan kepada Yesus Kristus dalam waktu
tidak lebih dari tiga setengah tahun. Yesus telah melakukan begitu
banyak hal. Ia menyembuhkan, mengajar, dan membuktikan bahwa
Dialah Allah yang berkuasa yang diutus ke dunia. Lalu pada waktu semua
sudah memberikan penilaian-penilaiannya, Yesus tidak menanggapi apa-
apa, tapi Ia mendorong lagi dengan satu kalimat, "Menurutmu, siapakah
Aku?"[2] Pertanyaan ini penting karena bila kita memiliki pengenalan
pribadi tentang Kristus berdasarkan firman Tuhan, barulah kita
mempunyai kekuatan yang cukup untuk bersaksi bagi Dia. Apakah Kristus
itu sekadar dokter yang paling mujarab? Apakah Kristus itu hakim yang
keras? Mak comblang yang mencarikan jodoh bagi orang-orang muda?
Ahli sulap yang membuat Anda kaya? Apakah Kristus itu sekadar pemuas
emosi yang kita peroleh melalui kebaktian-kebaktian doa dan puji-pujian?
Jika Anda mengetahui jawaban-jawaban yang diberikan oleh orang-orang
Kristen di Indonesia, maka Anda akan mengetahui betapa simpang-
siurnya kekristenan pada zaman ini.
KEPADA SIAPA PERTANYAAN ITU DIAJUKAN?
213 |TEOLOGI REFORMED
Pernahkah Anda memikirkan dengan baik tentang siapakah Kristus?
Apakah artinya mengikut Kristus? Apakah artinya menjadi orang Kristen?
Bukankah di Indonesia ada lebih banyak orang yang bukan Kristen
daripada orang Kristen? Bukankah ada banyak agama-agama lain di
Indonesia? Mengapa Anda menjadi orang Kristen? Yesus tidak menolak
ataupun menghina jawaban dari dunia akademis tentang siapakah diri-
Nya. Ia tahu apakah Anda memiliki penilaian-penilaian yang bersifat
otoritatif. Tetapi Ia menuntut Anda secara pribadi untuk berakar,
mempunyai iman yang sungguh-sungguh, dan mengenal-Nya dengan
benar. Pada waktu Yesus menantang dengan pertanyaan demikian, maka
seolah- olah semua murid-Nya tidak mempunyai jawaban. Tetapi ada
satu murid yang menjawab dengan tegas, "Engkaulah Mesias, Anak Allah
yang hidup." Kalimat ini keluar dari mulut Petrus. Inilah suatu pengakuan
iman pertama dalam sejarah gereja. Petruslah orang pertama yang
mengaku tentang siapakah Yesus di hadapan orang banyak. Tidaklah
mudah bagi Petrus untuk menyimpulkan dan mengatakan pengertiannya
tentang siapakah Kristus. Ia bukanlah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan yang tinggi, juga bukan pengikut dari ahli-ahli Taurat yang
belajar Perjanjian Lama dengan ketat, tapi dia hanyalah seorang nelayan.
Seorang rakyat jelata yang mendengar bahwa seorang nabi telah muncul.
Jadi selain menangkap ikan, Petrus juga mengikuti dan mendengarkan
khotbah-khotbah Yohanes Pembaptis. Rupanya Petrus memperhatikan
bahwa Yohanes Pembaptis membawa berita yang berfokuskan pada
firman Allah, yaitu tentang kedatangan Kristus. Kedatangan Kristus
adalah sumber pengharapan bangsa Israel sehingga mereka berdoa siang
malam memohon kedatangan Mesias.
Konsep bangsa Israel tentang Kristus pada masa itu adalah konsep yang
sudah dibatasi oleh persepsi selektif. Pada waktu Petrus mengikut
Yohanes Pembaptis, ia melihat perbedaan antara Yohanes dengan para
ahli Taurat dan yang lainnya yang juga mengajarkan tentang kedatangan
Kristus yang pertama. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi juga belajar
214 |TEOLOGI REFORMED
tentang Kristus yang akan datang. Tetapi pada waktu mengajarkan
tentang Kristus, pengajaran mereka dibatasi oleh persepsi selektif yang
begitu sempit dan subjektif. Mereka tidak mau mengenal Allah melalui
apa yang sudah diberikan Allah. Mereka tidak mau mengenal Kristus
melalui wahyu yang sudah diberikan mengenai Dia. Mereka hanya
memilih bagian-bagian yang cocok dengan apa yang mereka inginkan.
Pada zaman sekarang juga ada begitu banyak orang yang tidak mau
mengenal Kristus yang tersalib, tapi hanya mau Kristus yang
menyembuhkan; mereka tidak mau mengenal Kristus yang menderita
tetapi hanya mau Kristus yang memberikan kekayaan.
Orang Yahudi terdampar dan dibuang oleh Tuhan karena mereka tidak
mencapai fokus Kristologi dari seluruh Kitab Suci. Di dalam Perjanjian
Lama Allah sudah berjanji bahwa Kristus akan datang, lahir di kota
Bethlehem, dijual seharga 30 keping perak, menderita, dipaku di atas
kayu salib, bahkan kedua tangan dan kaki-Nya akan ditusuk tanpa satu
tulang pun dari tubuh-Nya yang akan patah. Semua ditulis dengan begitu
jelas. Lalu pada aspek yang lain Alkitab menulis juga bahwa Kristus akan
menjadi Raja, dan seluruh kuasa akan berada di atas bahu-Nya dan
kuasa-Nya lebih besar daripada siapa pun. Dia akan melenyapkan kuasa
musuh, membangun kembali kerajaan Israel, membalas dendam kepada
mereka yang menginjak-injak kehormatan bani Israel; Kristus yang
menang, yang memberikan keadilan, menegakkan satu sistem dan ordo
politik dan militer yang baru di dalam dunia.
Pada waktu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempelajari
Perjanjian Lama, mereka mempelajarinya dengan satu persepsi selektif[3]
yang sudah menjadi kaku dan keras dalam hati mereka sehingga mereka
menilai nubuat-nubuat mengenai Kristus yang dihina, dipaku dan tidak
memiliki kemuliaan lahiriah sebagai hal-hal yang tidak benar. Mereka
berdoa memohon kedatangan Kristus yang membalas dendam kepada
orang- orang Romawi yang menjajah bangsa Yahudi serta yang akan
mencuci noda sejarah bangsa Israel yang dijajah. Orang-orang Yahudi
215 |TEOLOGI REFORMED
umumnya memohonkan kedatangan Kristus yang akan membawa bangsa
Yahudi ke dalam zaman keemasan yang dulu pernah mereka capai dalam
masa pemerintahan Daud. Doa-doa mereka dipengaruhi oleh persepsi
selektif atas Kristologi yang sudah dicemarkan oleh keinginan dunia dan
tidak lagi berfokus kepada Kristus dan salib-Nya.
Petrus adalah murid dari Yohanes Pembaptis sebelum ia mengenal Yesus.
Ia tidak tertarik oleh kedatangan Mesias seperti yang diajarkan oleh ahli-
ahli Taurat dengan persepsi selektifnya yang subjektif. Tetapi ia tertarik
dengan pengajaran Kristologi yang benar, yang lengkap, menyeluruh, dan
harmonis.
Pada waktu Adam makan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang
jahat, maka Allah membunuh binatang-binatang dan mengajarkan
kepada Adam bahwa tanpa ada pengaliran darah, tidak ada
pengampunan bagi manusia. Yohanes Pembaptis melihat dengan jelas
bahwa Yesus Kristus adalah Domba Allah yang dijanjikan itu, yang
menjadi korban pengganti manusia. Yohanes menyerukan, "Lihatlah anak
Domba Allah yang menghapus dosa dunia!" Jadi semua khotbah yang
muluk-muluk dan yang sudah diseleksi oleh para ahli tidak masuk ke
telinga Petrus; khotbah yang berfokus kepada Kristus yang akan mati
mengganti dosa umat manusia langsung masuk ke dalam hati dan pikiran
Petrus. Itulah sebabnya pada waktu Yesus Kristus menanyakan tentang
siapakah diri-Nya, Petrus langsung menjawab dengan tepat, "Engkaulah
Kristus, Anak Allah yang hidup!" Pengakuan iman yang akurat dan
dinamis yang pertama di dalam sejarah telah diucapkannya.
Hari itu Yesus langsung menjawab Petrus dengan satu kalimat,
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, karena apa yang kamu katakan
itu bukan berasal dari manusia tetapi dari Bapa-Ku yang ada di surga."
Yesus tidak pernah meremehkan doktrin-doktrin yang benar yang
membuat Anda menyatakan pengakuan iman yang sungguh-sungguh
berasal dari pengenalan yang benar yang merupakan sari dan kristalisasi
216 |TEOLOGI REFORMED
tentang Dia. Bukan saja tidak meremehkan bahkan Kristus
mengonfirmasikan bahwa hal itu bukan berasal dari manusia, tetapi dari
Allah. Pada saat itu juga Kristus memberikan wahyu selanjutnya yang
kedua yaitu mulai berdirinya gereja.
BERTANYA TENTANG APA?
Sekarang marilah kita memperhatikan beberapa hal berikut ini.
Gereja yang tidak mempunyai pengakuan iman tidak seharusnya berdiri
sebagai gereja. Tidak seharusnya gereja berdiri hanya karena membawa
orang beramai-ramai ikut kebaktian, tetapi tidak tahu apa yang akan
didirikan. Kristus tak pernah mengatakan sebelumnya tentang ekklesia
sampai Petrus mengeluarkan pengakuan iman yang benar itu. Gereja
harus mempunyai pengakuan iman yang berfokus kepada Kristus. Jikalau
gereja tidak mengaku Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, namun
hanya berfokus kepada-Nya sebagai sumber kepercayaan, maka gereja
itu pada suatu hari harus menutup pintunya sendiri. Bukankah pada saat
ini begitu banyak orang mengakui Yesus? Tetapi sebagai apakah Yesus itu
diakui? Sebagai pembagi rotikah? Sebagai pemberi berkatkah? Sumber
anugerahkah? Tabibkah? Atau satu-satunya Juruselamat yang diutus
Allah ke dalam dunia?
Pada waktu Petrus mengatakan, "Engkaulah Mesias, Anak Allah yang
hidup!" kita dapat memahami hal itu dalam pengertian sejarah dan
suprasejarah yang difokuskan menjadi satu. Sepanjang sejarah, Kristus
adalah yang dinanti-nantikan oleh umat manusia sepanjang zaman.
Berarti pada titik kedatangan Kristus, apa yang diharapkan manusia dari
zaman ke zaman sudah konkrit. Titik kedatangan Kristus juga berkait
dengan kekekalan. Kristus yang datang ke dalam sejarah adalah Kristus
yang berada dalam kekekalan yang melampaui sejarah. Pengharapan ini
adalah suatu pengharapan sejati seluruh umat manusia, bukan hanya
pengharapan dari bangsa Israel saja. Kekekalan dan kesementaraan
hanya mempunyai satu titik kontak yaitu inkarnasi. Kita semua berada di
217 |TEOLOGI REFORMED
dalam dunia yang bersifat sementara sedangkan Allah berada di surga
yang bersifat kekal. Agama-agama lain begitu takut dan gentar kepada
Allah karena mereka mengetahui bahwa yang sementara tidak mungkin
mencapai yang kekal, tetapi yang kekal itu mungkin memberikan
kemurahan kepada manusia. Namun, kemurahan itu belum dipastikan
sehingga mereka hanya dapat berkata, "Mudah-mudahan dapat tempat
yang baik di sisi Tuhan." Hal ini terjadi karena titik kontak itu tidak ada.
Mengakui adanya Allah tidak berarti bahwa manusia pasti menikmati
keberadaan-Nya. Tidak mengakui adanya Allah, tidak berarti bahwa
manusia bisa meniadakan keberadaan-Nya. Mengakui adanya Allah
dengan menikmati keberadaan Allah itu sama sekali
berbeda.Perbedaannya terletak pada adanya titik kontak antara yang
sementara dan yang kekal itu. Dan Kristus berada di titik kontak itu.
Manusia dicipta di tengah-tengah dua wilayah yaitu wilayah yang
kelihatan dan wilayah yang tidak kelihatan. Dalam wilayah yang
kelihatan, manusia harus menerima segala sesuatu yang meneruskan
keberadaannya di dalam alam materi, alam yang lebih rendah dari
manusia itu sendiri. Tuhan Yesus berkata, "Manusia hidup bukan hanya
bersandarkan roti saja, melainkan kepada setiap perkataan yang keluar
dari mulut Allah." Wilayah kedua, adalah wilayah yang tidak bisa dilihat
oleh manusia. Jadi, Allah mencipta dan menempatkan manusia untuk
hidup sekaligus dalam dua dunia yang bersifat berbeda secara kualitas.
Kaum komunis yang hanya mengakui keberadaan dunia materi akhirnya
akan hancur sendiri. Demikian pula orang-orang yang hanya mengakui
dunia spiritual seperti penganut-penganut ajaran mistik, akan hidup
menjadi schizoprenis sehingga terlepas dari kebutuhan dan kesaksian
sebagai wakil Tuhan di dalam dunia materi. Di dalam dunia materi yang
tercampur dengan dunia spiritual ini, mau tidak mau kita harus mengakui
terputusnya hubungan antara manusia dengan dunia yang tidak kelihatan
sebagai akibat dosa. Hal ini tercantum dalam kitab Yes. 59:1,2. Dosa
merupakan pemisah antara kita dan Pencipta dan Sumber hidup kita.
218 |TEOLOGI REFORMED
Orang bisa menjadi kaya tanpa merasa sejahtera. Orang bisa mempunyai
banyak uang tanpa mempunyai pengharapan. Orang boleh mempunyai
kenikmatan dunia sebanyak mungkin, tapi tidak akan mempunyai
kepuasan hidup sebab manusia sudah terpisah dari Allah. Manusia
berusaha mencari titik kontak antara kesementaraan dan kekekalan, dan
mereka mencarinya di dalam dirinya sendiri, di dalam agama, di dalam
nabi-nabi dan pengajar-pengajar yang akhirnya juga mati dengan
sendirinya. Ketidakmungkinan merajalela sehingga manusia mati dalam
kekecewaan dan keputusasaan tanpa memiliki pengharapan apa pun.
Mereka mati dan tidak tahu mau ke mana. Karena Tuhan mengasihi
manusia, Ia menurunkan satu titik kontak; titik kontak ini bersumber dari
atas ke bawah dan mengakibatkan inkarnasi. Inkarnasi berarti Tuhan
menjadi daging; Tuhan yang tidak kelihatan sekarang bisa dilihat; Allah
menyatakan diri dalam tubuh dan hidup sebagai manusia. Inilah fokus
dari Kristologi.
Melalui iman Petrus sudah mencapai pengertian yang jelas tentang
pertemuan dua dunia, antara yang kekal dan yang sementara. Inilah
kristalisasi iman Kristen yang benar. Kalau kita mempunyai pengenalan
Kristologi seperti ini, kita tidak akan terjerumus seperti orang yang tidak
mengenal Kristus. Kalau orang lain mengenal Kristus hanya sebagai
pengubah moral, sosiolog yang besar, revolusionis dalam politik,
pemimpin agama yang paling jenius, maka semua itu menjadi nihil pada
akhirnya. Petrus berkata, "You are The Christ, The Son of The Living God."
Istilah "are" berarti istilah yang menunjukkan kejadian yang terjadi
sekarang, secara nyata dan jelas. Dengan kedatangan Kristus, kita tidak
perlu lagi kembali kepada satu pengharapan yang hari depannya tidak
diketahui dengan pasti, yang secara abstrak ditunggu-tunggu oleh orang-
orang yang tidak mengenal Yesus Kristus. Kata "The Son of The Living
God", menunjukkan bahwa Yesus berasal dari dunia yang tidak kelihatan,
dunia kekekalan dan sekarang Ia ada dan berwujud dalam dunia yang
219 |TEOLOGI REFORMED
kelihatan, dunia sejarah. Inilah berkat terbesar di mana manusia boleh
bertemu dengan Tuhan yang begitu prihatin kepada umat manusia.
Sebenarnya, sebelum Petrus mengatakan hal itu, ada perkataan yang
mirip yang keluar dari mulut seorang bernama Simeon kepada Yesus
Kristus, kira-kira tiga puluh tahun sebelumnya. Simeon yang saat itu
menggendong Yesus Kristus yang masih bayi, berkata, "Ya Allah,
lepaskanlah kini hamba-Mu ke dalam damai karena hari ini dengan
mataku sendiri, aku sudah melihat keselamatan yang dari pada-Mu."
Kalimat itu merupakan kalimat yang agung karena sudah diurapi oleh Roh
Kudus dan keluar dari bibir seseorang dengan begitu tepat, "Aku sudah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu."
Keberadaan Kristus dalam sejarah merupakan suatu realisasi dari
keselamatan yang dikaruniakan kepada manusia. Maka Tuhan Yesus
berkata, "Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku dan alam
maut tidak akan menguasainya." Apakah artinya istilah batu karang?
Orang-orang Katolik mengatakan bahwa istilah itu dikenakan kepada
Petrus. Pengertian semacam ini tidak benar karena jika demikian, maka
seluruh pemberitaan Kitab Suci harus mengubah arahnya karena seluruh
Kitab Suci tidak pernah menyebut bahwa gereja didirikan di atas Petrus.
Satu ayat pun tidak ada yang menunjang kalimat dari pengakuan iman
Katolik tentang hal ini.
Kitab Suci mengatakan bahwa gereja didirikan di atas nabi dan rasul, dan
bentuk kata yang digunakan adalah bentuk yang jamak, bukan tunggal,
nabi-nabi dan rasul-rasul, bukan hanya di atas Petrus. Istilah nabi-nabi
dan rasul-rasul merupakan istilah yang menerangkan bahwa nabi-nabi
mewakili Perjanjian Lama dan rasul-rasul mewakili Perjanjian Baru.
Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru itulah
yang menjadi fondasi berdirinya gereja. Tapi inipun belum mencapai
finalnya karena Alkitab mengatakan bahwa gereja didirikan di atas Batu
Karang yang tidak pernah berubah. Siapakah Dia? Dialah Yesus Kristus.
220 |TEOLOGI REFORMED
Gereja didirikan di atas para nabi dan para rasul. Ini berarti bahwa gereja
yang benar, berdiri di atas kepercayaan pada Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru; dan isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru difokuskan
kepada Kristus. Tuhan tidak mengatakan bahwa Petruslah satu-satunya
yang menjadi fondasi didirikannya gereja; tak pernah demikian. Kita
menolak penafsiran demikian, tapi kita menerima kesaksian Kitab Suci
yang mengatakan bahwa Petrus adalah nama baru yang diberikan Tuhan
Yesus kepadanya. Yesus adalah Kristus di dalam sejarah dan Anak Allah
dalam supra- sejarah. Iman menjelajah kedua wilayah, terlepas dari dunia
yang kelihatan. Kita juga menikmati sekaligus dunia yang tidak kelihatan
karena kita berada di dalam Kristus.
Catatan kaki:
Yeremia adalah seorang nabi yang penuh dengan perasaan cinta kasih
kepada orang-orang yang perlu dikasihani dan ia juga penuh dengan
kesedihan dan prihatin. Jadi mereka berpendapat bahwa Yesus adalah
orang penuh dengan prihatin dan penuh dengan belas kasihan. Di dalam
Kitab Suci dicatat ada sepuluh kali Yesus "jatuh hati oleh belas kasihan"
(compassion); Dia sehati dengan mereka yang menangis, dengan mereka
yang membutuhkan, dengan mereka yang sedih.
Saya sangat tertarik dengan pertanyaan ini karena ada begitu banyak
pemuda-pemudi yang belajar Kristologi, belajar tentang Tuhan, tetapi
tidak belajar dari Tuhan sendiri melainkan belajar dari orang-orang lain
tentang Tuhan. Cara mereka menerangkan Tuhan adalah dengan
mengutip pandangan Kristus menurut Karl Barth, Emille Brunner, Rudolf
Bultmann, Jurgen Moltmann, Wolfhart Panennberg, dsb. Tetapi jika
ditanya tentang Kristus berdasarkan pengertian pribadi mereka, ternyata
mereka melarikan diri dari tanggung jawab kepercayaan mereka.
Tukang parkir tidak memperhatikan suara apa pun yang masuk ke
telinganya selain dari bunyi mobil yang baru distarter. Setiap suara yang
masuk ke telinga disaringnya. Tapi hanya suara mobil yang baru distarter
221 |TEOLOGI REFORMED
yang membuatnya bereaksi untuk menagih uang parkir. Konsep
penyaringan seperti itulah yang kita sebut sebagai persepsi selektif.
Sumber:
Bahan di atas diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku : Siapakah Kristus? Sifat dan Karya Kristus
Judul Artikel : -
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerjemah : -
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 2002
Halaman : 11 - 21
Siapakah Kristus Yang Naik Ke Surga?
Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Meskipun Hari Kenaikan Tuhan Yesus sudah berlalu seminggu y.l. namun
gaung pesan yang muncul dari peristiwa kenaikan tersebut tidak akan
pernah berlalu dari muka bumi ini sebelum kedatangan Tuhan Yesus
kembali yang kedua kalinya. Oleh karena itu mari kita camkan baik-baik
pesan penting yang diberikan Kristus sebelum Ia naik ke surga.
Kiranya artikel dari khotbah Pdt. Stephen Tong ini menolong kita melihat
dengan jelas makna kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga, karena itulah
yang menjadi misi kita orang-orang Kristen selama masih diijinkan Tuhan
hidup di dunia ini. Selamat menyimak.
222 |TEOLOGI REFORMED
In Christ,
Yulia
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Jika Kristus Tidak Dibangkitkan
Alkitab dan Reformasi
Inti Kekristenan
Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi (2)
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa Kini
Roh Kudus dan Alkitab
Gereja Beraliran Teologi Reformed
Penulis:
Pdt. Dr. Stephen Tong
Edisi:
074/V/2006
Isi:
Artikel ini disarikan dari khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di GRII Jakarta.
Dalam Mazmur 24:7-10, kita membaca mengenai adanya pintu kekekalan
yang dibuka menyambut seorang pemenang untuk selama-lamanya. Di
Vatikan, di dalam Gereja Basilica of Saint Peter, ada pintu yang hanya
boleh dibuka satu kali dalam 50 tahun. Pada waktu mereka membuka
pintu itu, kadang-kadang mereka membaca ayat ini. Mereka menganggap
223 |TEOLOGI REFORMED
itu merupakan suatu upacara yang agung sekali. Sebenarnya pintu itu
tidak mempunyai makna yang terlalu berarti bila dibandingkan dengan
ayat- ayat yang tercantum di sini.
"Semua pintu gerbang, terbukalah!" Untuk siapa pintu yang kekal
dibuka? "Untuk raja yang pernah berperang di dalam medan
peperangan." Siapakah raja yang pernah menang perang di medan
peperangan? "Yaitu yang diutus oleh Yehovah, yang menjadi Tuhan di
atas segala sesuatu."
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu,
hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!"
Siapakah dia itu Raja Kemuliaan? "Tuhan semesta alam, Dialah raja
semesta alam, Dia Raja Kemuliaan."
Tapi Dia pernah datang, pernah dicobai, pernah diberi kesempatan untuk
berjuang dan bertarung dengan kuasa-kuasa kejahatan. Iblis berusaha
meremukkan dan menjatuhkan Dia. Tetapi Dia naik ke surga. Ini
membuktikan bahwa Dialah Raja yang mulia, Raja yang menang, Raja
yang pernah bertempur di dalam medan pertempuran rohani
menggantikan engkau dan saya.
"Hai pintu gerbang, gerbang yang mulia, pintu yang kekal, bukalah!
Angkatlah kepalamu, bukalah pintumu menyambut Yesus Kristus sebagai
yang menang!"
Di dalam Pengakuan Iman Rasuli tertulis, "Dia naik ke surga, duduk di
sebelah kanan Allah Bapa". Bagian ini jangan dimengerti sebagai suatu
lokasi atau semacam pengertian secara tata ruang. Jikalau Yesus betul-
betul berada di sebelah kanan, berarti ada lokasinya. Bukankah ini juga
berarti bahwa Bapa berada di sebelah kiri Yesus? Jikalau Bapa berada di
kiri, lalu Yesus di kanan, yang mana yang lebih besar? Yang kanan atau
yang kiri? Lalu, di manakah Roh Kudus? Bila demikian, hal ini akan
224 |TEOLOGI REFORMED
mengaburkan arti rohaninya. Padahal pengertian tempat seperti itu
mempunyai arti rohani yang jauh lebih dalam.
Di dalam pemikiran Kitab Suci, tempat kanan mempunyai tiga arti.
Arti pertama, Yesus Kristus adalah orang yang sudah diterima dengan
sukacita oleh Tuhan Allah. Ini adalah delighted decision. Suatu tempat
yang diterima dengan baik, suatu tempat yang diberikan karena yang
memberi begitu senang kepada Dia. Kristus adalah Anak kesayangan
Bapa. "Dengarlah Dia! Dengarlah Anak yang Aku suka ini."
Arti kedua, tempat sebelah kanan berarti tempat pemenang. Setelah
orang yang bertempur dalam medan peperangan pulang, ia diberikan
tempat di sebelah kanan oleh raja. Jenderal yang menang, jenderal yang
begitu penting, duduk di sebelah kanan. Yesus Kristus menjadi pemenang
di dalam medan peperangan. Itu sebabnya Ia duduk di sebelah kanan
Bapa.
Ketiga, tempat kanan berarti tempat penguasa. Tuhan memberikan
kekuatan, kuasa, dan mandat yang melampaui apapun di bumi kepada-
Nya. Itulah kuasa yang diberikan kepada Yesus Kristus.
Puji Tuhan! "Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang! Dan
terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk
Raja Kemuliaan. Siapakah Dia, Raja Kemuliaan itu?" Itulah Tuhan semesta
alam, Dialah Raja Kemuliaan
Bagian kedua diambil dari Matius 28:18, dst. Yesus Kristus bukan saja
seorang pemenang, tapi Dia naik ke surga. Sewaktu naik ke surga, Dia
memberikan suatu amanat yang paling agung kepada semua orang yang
mengikuti Dia.
Pada zaman reformasi, orang-orang reformasi, khususnya yang berada di
Jenewa, menganggap amanat agung hanya diberikan kepada rasul-rasul
pada waktu itu. Ini merupakan suatu kelemahan besar yang
225 |TEOLOGI REFORMED
mengakibatkan kira-kira selama dua abad orang-orang reformasi, orang-
orang Lutheran, hanya mengerjakan penggembalaan di Eropa. Mereka
tidak mengutus orang keluar untuk mengabarkan Injil. Karena
kesalahtanggapan itu, akhirnya gereja menjadi lemah dalam penginjilan.
Lambat laun Tuhan membangkitkan orang-orang untuk membawa kita
kembali kepada visi yang benar, bahwa penginjilan itu bukan tugas gereja
mula- mula saja. Penginjilan bukan sudah tidak ada, tetapi ada pada
setiap zaman. Para rasul dan para nabi memang sudah tidak ada. Namun,
fungsi- fungsi kerasulan dan kenabian masih tetap ada. Jadi, yang diutus
mewakili Tuhan untuk berbicara adalah fungsi yang masih berada dalam
segala zaman. Maka kita juga harus menegaskan hal ini. Pengertian
tentang kesadaran semacam ini akan mengubah dan menggugat kembali
tugas kita terhadap dunia ini.
Yesus berkata, "Pergilah ke seluruh dunia dan jadikan segala bangsa
murid-Ku." Ini merupakan suatu penanaman visi, semacam pikiran yang
begitu besar kepada gereja. Bila suatu zaman tidak memiliki visi, maka
zaman itu akan penuh dengan kekacauan. Gereja yang sudah kehilangan
ketajaman dalam melihat visi akan menjadi tidak berdaya, tidak dinamis
lagi. Namun, bila visi itu kembali dipertajam dan menggugah hati
manusia, mau tidak mau gereja akan menjadi militan dan dinamis di
dalam pelayanan.
Begitu banyak orang Kristen yang malas, yang imannya kendur, yang
hidup rohaninya begitu sembarangan dan etikanya begitu tidak
bertanggung jawab karena sudah kehilangan ketajaman dan keinsyafan
tentang visi dan mandat dari Tuhan! Tetapi puji Tuhan! Yesus bukan
memberikan suatu khotbah dan amanat yang agung itu kepada mereka di
tempat sembarangan. Mereka naik ke gunung dan di atas gunung itu
Yesus mengutus mereka.
Pada waktu naik ke atas bukit, berada di tempat yang tinggi, kita akan
melihat suatu dataran yang lebih besar. Kita akan mempunyai
226 |TEOLOGI REFORMED
pemandangan yang jauh lebih luas dan di situ Tuhan membentuk suatu
pemikiran atau semacam wawasan yang luas bagi orang-orang yang mau
mengabarkan Injil. Barangsiapa yang tidak mempunyai hati yang luas,
yang tidak mempunyai pandangan rohani dengan wawasan yang luas,
tidak mungkin mempunyai penginjilan yang kekuatannya lebih besar
daripada pelayanan yang lain. Di sini kita melihat, gereja harus kembali
mengikuti teladan dan menaati perintah Yesus Kristus.
Kenaikan Kristus ke surga bukan hanya merupakan suatu catatan sejarah,
tetapi juga suatu amanat. Dia pergi dan tugas-Nya dikerjakan oleh engkau
dan saya. Barangsiapa merayakan hari kenaikan Kristus, dia juga harus
mengingat pesan Yesus sebelum Ia pergi.
Pesannya adalah "Pergilah ke seluruh dunia, jadikan segala bangsa murid-
Ku. Apa yang Aku katakan kepadamu ajarkanlah mereka, supaya mereka
menjalankannya dan engkau yang mengabarkan Injil akan Kusertai,
sampai kesudahan, sampai selama-lamanya."
Selanjutnya, kita akan melihat apa yang dikaitkan dengan kenaikan Yesus
ke surga. Dalam Yohanes 16:7-8, tertera suatu perjanjian yang lebih
penting lagi. Jikalau Yesus Kristus, yang sudah memberikan perintah
untuk pergi mengabarkan Injil ke seluruh dunia hanya membiarkan
pengikut-pengikut-Nya dengan keadaan yang begitu sulit, dengan
penganiayaan-penganiayaan yang kejam, yang ganas dan tidak
berperikemanusiaan, bukankah Ia adalah Tuhan yang meletakkan
kewajiban dan pergi melarikan diri? Tetapi bukanlah demikian. Alkitab
mengatakan, "Aku pergi justru berfaedah besar bagimu. Aku pergi untuk
kamu karena jikalau Aku tidak pergi Roh Kudus tidak turun." Di sini Yesus
Kristus mengaitkan kenaikkan-Nya ke surga dengan rencana yang
berkesinambungan di dalam konsistensi pikiran Tuhan Allah yang kekal.
Allah bukanlah Allah yang tidak berprogram. Allah adalah Allah yang
mempunyai program yang tertinggi. Allah adalah Allah yang mempunyai
cara berorganisasi dan mempunyai cara pemikiran dan jadwal yang paling
227 |TEOLOGI REFORMED
tepat. Itu sebabnya Tuhan berkata, "Jikalau Aku tidak pergi, tidak ada
faedahnya bagimu. Tetapi jikalau Aku pergi, kepergian-Ku akan
mendatangkan keuntungan bagimu, sebab setelah Aku pergi, Roh Kudus
akan dikirim turun dan menyertai serta menjadi penghibur bagimu."
Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga adalah
Kristus, Raja pemenang. Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang
naik ke surga adalah Kristus, yang mengutus kita mengabarkan Injil ke
seluruh dunia. Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke
surga adalah Kristus, yang bersama dengan Bapa mengutus Roh Kudus
menjadi pendamping bagi gereja.
Jikalau kita melihat abad pertama, kita mengetahui bahwa orang Kristen
bukan saja minoritas. Orang Kristen berada di kalangan bawah.
Kebanyakan yang menjadi orang Kristen adalah budak, nelayan, orang
miskin, orang di pasar, dan sedikit sekali pejabat-pejabat tinggi,
konglomerat, atau orang-orang penting di dalam masyarakat yang
beriman kepada Yesus Kristus. Dari antara 12 murid Yesus, kita melihat
begitu banyak nelayan yang dipanggil. Pengaruh mereka mulai dari grass-
root, mulai dari lapisan yang paling bawah sekali.
Yesus menjadi teman dari pemungut cukai, dari orang-orang berdosa. Ia
menerima orang-orang yang dibuang oleh masyarakat.
Melalui kira-kira 300 tahun, kita melihat pengaruh kekristenan sudah
mengakibatkan Raja Konstantin akhirnya harus berlutut di hadapan Yesus
dan mengakui Dia sebagai Tuhan. Di sini kita melihat di dalam 300 tahun
permulaan itu, gereja mengalami penganiayaan, pengucilan,
pembunuhan, dan penyiksaan. Begitu banyak martir yang mati
mengalirkan darah, mati syahid bagi kepercayaan dan iman kekristenan
yang mereka yakini.
Siapakah yang memberikan kekuatan? Bagaimana mereka bisa bertahan
bila tidak ada penolong yang setiap saat berada dengan mereka, yang
228 |TEOLOGI REFORMED
mempunyai kuasa ilahi, yang berada di tengah-tengah mereka? Siapakah
Penolong itu? Dialah Roh Kudus.
Maka Yesus berkata, "Aku harus pergi. Aku pergi, maka Dia akan datang.
Aku pergi dan bersama dengan Bapa mengirim Roh Kudus agar turun ke
atas kamu. Roh Kudus turun ke atas kamu, maka kamu akan berkuasa."
Berkuasa atas apa? Berkuasa atas penderitaan, penganiayaan, dan segala
kesulitan sehingga engkau dapat tetap memegang imanmu.
Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, umumnya masyarakat saat ini
memahami kuasa Allah melalui pertolongan dan kelancaran hidup serta
pemberian berkat secara materi atau jasmani. Tetapi kuasa yang kita lihat
dalam Perjanjian Baru setelah Kristus naik justru sama sekali terbalik.
Kalau Tuhan berkuasa, kenapa tidak menyembuhkan saya? Kalau Tuhan
berkuasa kenapa tidak menyertai? Kalau Tuhan berkuasa, kenapa situasi
politik dan situasi ekonomi begitu jelek? Kalau Tuhan berkuasa, mengapa
Nero saja bisa menganiaya rasul? Bisa memaku mati Petrus secara
terbalik? Di mana kuasa Tuhan?
Kekristenan justru memahami kuasa dari kerajaan Tuhan secara antitesis.
Di dalam penganiayaan, di dalam kesulitan, di dalam desakan, di dalam
kesempitan, di dalam segala sesuatu: kesulitan, sengsara, penderitaan
politik, ekonomi dan apa pun juga, iman orang Kristen tidak
berkompromi. Orang Kristen tidak menyerah kepada musuh. Itulah kuasa
Roh Kudus.
Saya sangat takut kalau gereja sudah menjadi sangat kaya. Saya sangat
takut kalau hamba Tuhan sudah beroleh segala kelonggaran sehingga
tidak lagi bersandar kepada Tuhan. Padahal melalui kemiskinan dan
kesulitanlah iman kita memiliki kesempatan untuk dilatih agar memiliki
suatu kekayaan rohani. Sebaliknya, saat kita sudah mempunyai segala
sesuatu, kita menjadi sangat miskin di dalam iman.
229 |TEOLOGI REFORMED
Tuhan berkata, "Aku pergi dan Aku mengirim Roh Kudus. Roh Kudus
mendampingi engkau, saat engkau diutus ke dalam dunia sebagai utusan
Tuhan."
Saya minta maaf jikalau saya harus memakai suatu kalimat, bahwa itulah
pengutusan yang paling kejam dalam sejarah. Jangan heran kalau ada
orang Kristen yang dibunuh. Jangan heran kalau gereja dianiaya. Jangan
heran kalau kadang-kadang kita dibiarkan miskin dan sulit luar biasa.
Jangan mengomel apalagi heran karena itu cara pengutusan dari Tuhan.
"Aku mengutus engkau seperti domba di tengah-tengah kawanan
serigala!" Bukankah itu hal yang paling kejam? Coba Saudara bayangkan,
seekor domba yang dikelilingi oleh kawanan serigala yang begitu kejam.
Serigala yang mempunyai gigi begitu tajam, sifat yang begitu keras,
kelompok yang begitu banyak kawannya. Itulah namanya utusan Tuhan.
"Aku mengutus engkau seperti domba di tengah-tengah serigala."
Itu sebabnya saya minta maaf kalau saya katakan pengutusan Tuhan
adalah pengutusan yang kejam. Tetapi tidak menjadi soal, jikalau domba
itu mengerti bahwa Roh Kudus sedang diutus untuk menyertainya. "Aku
pergi supaya Roh Kudus turun!" Inilah sudut ketiga yang kita lihat dari
kenaikkan Yesus ke surga.
Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia Raja yang menang di dalam
pertempuran rohani. Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia adalah Tuhan
yang memberikan mandat kepada kita, amanat yang paling agung:
mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Siapakah Yesus yang naik ke surga?
Dia adalah yang mengutus Roh Kudus yang menjadi parakletos, menjadi
penghibur, pendamping untuk kita.
Keempat, kita membaca dalam Ibrani 4:14-16. Bagian ini menyatakan
bahwa kita memiliki seorang Imam Besar yang sudah melintasi segala
langit. Yesus naik ke surga bukan berarti menghilang dari bumi ini setelah
kurang lebih 33 tahun berada di dunia. Atau seperti yang dikatakan oleh
doketisme, keberadaan-Nya hanya suatu dokaio saja. Dia hanya
230 |TEOLOGI REFORMED
dibayang-bayangkan pernah datang ke dunia, lalu hilang. Setelah pergi, Ia
naik ke surga dan melintasi segala langit. Ini merupakan suatu ajaran
yang begitu besar.
Pada hari kenaikan ini, saya merenungkan, terus merenungkan kenaikan
Yesus Kristus. Lalu saya berkata, "Puji Tuhan! Agama lain tak pernah
mempunyai seorang pendiri, tak pernah mempunyai seorang penghulu
agama yang datang dari sana ke sini, dan juga tidak pernah ada yang dari
sini ke sana dengan melintasi segala langit, kecuali Yesus Kristus." Mereka
hanya membayangkan adanya satu allah. Allah, yang belum pernah
datang ke dunia. Allah, yang katanya mencipta, menyelamatkan dan
mengampuni, satu-satunya yang rahmani, rahimi. Tapi allah yang mereka
bayangkan berbeda dengan Yesus Kristus yang adalah Allah yang pernah
meninjau sendiri, datang sendiri, menyelamatkan kita, hidup di tengah-
tengah kita, yang dengan mulut-Nya memakai bahasa manusia untuk
memberikan pengajaran yang terindah di dalam sejarah kepada kita, lalu
pergi setelah menyelesaikan tugas-Nya.
Sewaktu mengenang Kristus, kita mengenang Allah yang pernah datang.
Wujud-Nya begitu konkrit. Hubungan-Nya dengan manusia juga begitu
intim. Dalam bagian Firman ini dikatakan suatu kalimat yang begitu
menyentuh. Kita bukan mempunyai seorang Imam yang tidak mengerti
segala kelemahan kita. Saya percaya di dalam hidup setiap orang,
sedalam-dalamnya ada keluhan kesusahan hidup dalam dunia. Baik orang
kaya maupun orang miskin, orang sukses maupun orang yang penuh
dengan kegagalan, baik engkau yang kelihatan mempunyai materi yang
begitu besar, begitu banyak, atau mereka yang selalu mengejar hanya
untuk menyambung hidup saja.
Setiap orang mempunyai keluhan akan hal yang begitu sulit. Namun,
siapakah yang sungguh-sungguh dapat mengerti setiap orang? Suami
ingin dimengerti oleh isteri. Tapi justru isteri ingin dimengerti oleh suami!
Kekuatan kita untuk mengerti dan kemampuan kita untuk mau mengerti
231 |TEOLOGI REFORMED
dibandingkan dengan kebutuhan kita untuk dimengerti, selalu tidak
seimbang.
Adakah yang mengerti? Ada! Yesus Kristus mengerti segalanya. Dia
pernah datang. Dia pernah dilahirkan di tempat binatang. Dia pernah
diejek oleh bangsanya sendiri. Dia pernah seorang diri mengalami puasa
40 hari dan dicobai oleh iblis. Dia pernah menanggung berat. Dia pernah
menderita, berkorban emosi, berkorban perasaan. Yesus Kristus mengerti
segala kelemahan kita. Dia mengerti karena Dia sama seperti kita. Dia
merasakan segala pengalaman kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah
dicobai tetapi tidak berbuat dosa.
Yesus yang telah naik ke surga menjadi Imam Besar. Imam Besar inilah
yang membawa kesulitan kita kepada Allah yang sulit kita capai. Ia juga
membawa anugerah dari Allah kepada kita, anugerah yang tidak layak
kita terima. Inilah pekerjaan Imam. Imam yang berada di antara yang
hidup dan yang mati. Imam yang berada di antara yang tidak kelihatan
dan yang kelihatan. Imam yang berada di antara Allah dan manusia.
Kristuslah pengantara yang menjalankan tugas imam sekaligus sebagai
korban. Inilah perbedaan imam dalam sejarah orang Yahudi dengan
Imam yang paling besar, Yesus Kristus, bagi gereja-Nya. Imam- imam yang
lain tidak menjadi korban. Mereka mempersembahkan korban, namun
mereka sendiri bukan korban. Hanya Yesus yang bertindak sebagai Imam
Besar sekaligus korban.
Dengan bahasanya, manusia tidak akan sanggup untuk mengungkapkan
keagungan dan kebesaran cinta kasih Tuhan yang adalah Imam Besar
sekaligus korban. Ia mempersembahkan diri dengan roh-Nya yang kekal
dan darah-Nya yang suci yang tak bercacat cela untuk membersihkan dan
menjadikan kita milik-Nya yang dilayakkan untuk berdamai dengan Tuhan
Allah. Inilah Imam kita. Dan inilah bagian keempat yang kita lihat.
Selanjutnya, dalam Ibrani 7:24-25 kita melihat bahwa Yesus Kristus
mempunyai pekerjaan lain setelah naik ke surga. Dalam ayat 26,
232 |TEOLOGI REFORMED
dikatakan bahwa Yesus Kristus mempunyai tingkatan tertinggi sebagai
pengantara untuk berdoa syafaat bagi setiap kita. Dalam pasal 7 ayat 27-
28, serta pasal 9 ayat 27-28 terlihat bahwa Dialah yang menanggung dosa
kita dan yang menjadi pengantara yang berdoa syafaat bagi setiap orang
yang percaya kepada-Nya.
Siapakah Kristus? Dia pemenang, bukan? Siapakah Kristus? Dia pengutus,
bukan? Siapakah Kristus? Dia yang memberikan Roh Kudus kepada kita.
Siapakah Kristus? Dia yang berdoa bagi kita dengan pengertian karena Ia
sendiri pernah datang ke dalam dunia ini. Tidak hanya itu, Yesus adalah
Tuhan yang kembali ke surga untuk menyiapkan tempat bagi kita.
Dalam Injil Yohanes 14:1-4 Yesus berkata, "Aku pergi untuk menyediakan
tempat bagimu. Jikalau Aku tidak pergi tidak ada yang menyediakan
tempat bagimu dan jikalau Aku sudah menyediakan tempat bagimu Aku
pasti akan datang kembali lagi. Di mana Aku ada di sana pun engkau akan
berada."
Adakah penghiburan yang lebih besar dari ini? Tidak ada. Adakah seorang
Juruselamat seperti Kristus? Tidak ada. Dialah satu-satunya dan Dialah
yang paling sempurna di dalam menyediakan segala sesuatu bagi umat-
Nya. "Di jalan itu Aku pergi. Jalan satu-satunya dan engkau tahu juga."
Pada waktu Filipus bertanya kepada Dia, "Hai Guru, tunjukkan jalan itu
kepada kami," maka Yesus Kristus dengan menggelengkan kepala
bertanya, "Sudah sekian lama engkau mengikut Aku, engkau masih belum
tahu di mana jalan itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: `Akulah
jalan, Akulah kebenaran, dan Akulah hidup.`"
Saya melihat ketiga butir ini sebagai suatu gambaran tentang seluruh
dunia, yaitu di dalam filsafat, kebudayaan agama, dan kebijaksanaan,
yang terkristalisasi di dalam dunia mental manusia.
233 |TEOLOGI REFORMED
"Akulah jalan, Akulah kebenaran." Mengapa Yesus mengatakan: "Akulah
jalan"? Karena semua agama mencari jalan. Itulah yang dibutuhkan oleh
orang di Timur. "Akulah kebenaran." Mengapa Yesus menyatakan
kebenaran diidentikkan dengan diri-Nya? Karena manusia di Barat yang
mencari filsafat ingin mengetahui kebenaran dan Yesus mengisi
kebutuhan itu. Pada waktu Yesus mengatakan: "Akulah jalan", Ia sedang
menunjukkan kepada orang Timur yang mau mendapatkan jalan di dalam
agama. Ia berkata, "The way is not there. The way you are seeking is not
in religion, but in Me, in My life."
Yesus telah mengajak dunia Timur dan Barat untuk menerima
kesimpulan- Nya, "Akulah hidup yang tidak ada pada agama-agama, tidak
ada pada filsafat-filsafat dan sistem epistemologi dunia." Semua pendiri
agama akhirnya mati di tengah usahanya mencari jalan. Para filsuf juga
akhirnya mati di tengah usahanya mencari kebenaran. Dan Kristus
akhirnya berkata, "Di manakah jalan itu? Akulah jalan itu. Di manakah
kebenaran itu? Akulah kebenaran itu. Dan Akulah hidup."
Inilah satu-satunya solusi. The only solution, the only answer, for seeking
the truth in way thru philosophy, religion, culture, and human wisdom
concluded only in Jesus Christ, the truth revelation of God in human
form. Puji Tuhan! Dialah pernyataan Allah yang berbentuk manusia, yang
telah menyimpulkan segala sesuatu yang sedang digumuli dan dicari
agama maupun filsafat.
Paul Tillich, seorang teolog besar mengatakan, munculnya Yesus di dalam
sejarah harus menghentikan usaha semua agama dalam mencari apa pun
yang paling berharga yang mereka inginkan. The revelation of Christ, the
appearance of Christ in history is to cease off the effort of seeking truth
and way in religions. Puji Tuhan!
"Akulah jalan. Dan jalan itu bukan dari sini ke sana melainkan dari sana ke
sini. Akulah yang menghampiri manusia."
234 |TEOLOGI REFORMED
Manusia tidak akan pernah dapat menghampiri takhta Allah dengan
usaha dan kekuatannya sendiri. Allah yang suci dan kekal tidak akan
dapat dijangkau oleh manusia yang berdosa dan terbatas. Bagaimana
mungkin sesuatu yang terbatas, yang dicipta, yang bisa rusak dapat
menghampiri Tuhan yang tak terbatas dan kekal? Hal ini hanya mungkin
bila Allah, dari takhta yang tidak terbatas, yang kekal, yang tidak bisa
rusak, rela turun, lalu pergi kembali untuk menjadi jaminan kita.
Kalau agama-agama lain hanyalah one way traffic in human effort, jalan
yang hanya satu arah dari usaha manusia, kekristenan percaya kepada
suatu sistem keselamatan berupa two way traffic which initiative from
God and assured in the term of God. Kita percaya pada sistem dua jalur,
dari sana telah ke sini, yang membawa kita dari sini ke sana, yang dijamin
di dalam segala kekuatan yang kekal di dalam takhta Tuhan. Puji Tuhan!
"Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu. Aku pergi untuk
mempersiapkan segala sesuatu bagimu dan Aku akan datang kembali
untuk menyambut engkau sebagai seorang mempelai lelaki yang akan
menyambut mempelai perempuan." Gereja harus siap sedia. Gereja
harus senantiasa mempersiapkan diri dengan tidak menodai, tidak
mencemari tubuh Kristus. Gereja harus bersiap untuk menjadi mempelai
perempuan Kristus yang akan bersatu di dalam cinta kasih yang paling inti
yang digambarkan dalam hubungan suami isteri.
Ia yang akan datang kembali telah menyediakan tempat bagi kita. Ia
berkata, "Di mana Aku berada, di situ engkau berada."
Bagian terakhir ialah Kisah Para Rasul 1:9-11. "Hai orang Galilea,
mengapa engkau melihat seperti ini? Ingatlah, Yesus yang kau lihat
diangkat ke surga, akan datang dengan cara yang sama, kembali ke dalam
dunia ini."
Seluruh Kitab Suci mempunyai suatu konsistensi, mempunyai suatu
hubungan organis yang begitu erat, sehingga tidak bisa dipisah- pisahkan
235 |TEOLOGI REFORMED
sembarangan, kecuali oleh mereka yang sengaja atau mereka yang tidak
mengerti. Di dalamnya kita melihat rencana Allah yang sudah terbentuk
begitu sempurna. Yesus Kristus naik ke surga bukan karena Ia melarikan
diri. Ia tidak menyembunyikan diri. Ia pergi dengan tugas. Ia pergi dengan
rencana Allah yang sudah ditetapkan dan itu bukan titik yang terakhir. Itu
merupakan suatu janji bahwa suatu hari kelak Ia akan datang kembali
dengan cara yang sama, kembali ke dalam dunia.
Saya membayangkan orang-orang Galilea seperti Petrus dan Yohanes
yang sudah terbiasa didampingi oleh Yesus, yang bila ada kesulitan
langsung beralih kepada Yesus dan bertanya, "Bagaimanakah Tuhan?
Bagaimanakah cara-Mu menangani kesulitan ini, Guru?" Mereka sudah
terbiasa disertai, ditolong, dan berada bersama dengan Yesus Kristus.
Sekarang, untuk pertama kali dalam hidupnya, mereka sadar bahwa
Yesus tidak selamanya berada di samping mereka. Yesus harus pergi dan
mereka harus menghadapi dunia secara faktual, menghadapi dunia ini
dengan segala sesuatu yang tidak terlalu bersahabat dengan orang
Kristen. "Akan bagaimana perlakuan Herodes terhadap kita? Akan
bagaimana Pilatus terhadap kita? Dan bagaimana prinsip Kaisar dan
politikus-politikus Romawi? Dan jika berganti gubernur yang lain, akan
bagaimana? Kami tidak tahu."
Mereka hanya tahu Yesus pergi. "Lalu, hanya mimpikah 3 1/2 tahun yang
lampau itu? Janji kosongkah itu? Hanya menjadi catatan sejarahkah itu
semua? Ataukah kedatangan-Nya itu suatu kesempatan yang belum
pernah ada dalam sejarah sehingga kami dapat menikmatinya? Kalau
Tuhan sudah pernah turun, kenapa pergi lagi? Kalau Dia sudah menyertai,
kenapa naik lagi? Setelah naik lalu bagaimana?"
Kenaikan Yesus Kristus memaksa mereka untuk memikirkan
pertangungjawaban iman dan respon mereka terhadap kalimat nubuat
yang pernah diucapkan Yesus. Mereka harus memberikan semacam
tantangan kepada setiap orang percaya. Mereka harus
236 |TEOLOGI REFORMED
mempertanggungjawabkan tentang bagaimana meresponi, mengimani,
dan mengaplikasikan setiap kalimat nubuat yang pernah diucapkan Yesus
saat Ia ada di dunia.
Kadang-kadang saat papa dan mama ada kita tidak menghargai mereka.
Saat Tuhan memanggil mereka pulang, barulah kita sadar dan kalang
kabut. Sekarang kita harus menghadapi kenyataan bagaimana hidup di
dalam dunia ini. Baru kita ditantang untuk berpikir kembali, "Apa yang
pernah papa katakan dulu kalau menghadapi orang yang begini?"
Sekarang kita mulai mengingat-ingat. Sama persis dengan keadaan
sewaktu Yesus naik ke surga.
Waktu naik ke surga Yesus berkata, "Aku akan mengirim Roh Kudus untuk
kembali mengingatkan perkataan-perkataan yang sudah pernah Aku
katakan kepadamu."
Itu sebabnya kita ditantang untuk berespon, bertanggung jawab, dan
berdikari. Gereja ditantang untuk menjadi wakil Tuhan di dunia dengan
memuliakan Tuhan, merefleksikan segala moral kesucian, keadilan, cinta
kasih Allah dari zaman ke zaman. Inilah tugas gereja.
"Hai orang Galilea, untuk apa melihat terus ke awan? Mengapa melihat
terus ke langit? Yesus yang pernah beserta denganmu, yang pernah kau
saksikan pelayanan-Nya, sekarang sudah naik ke surga dan akan datang
kembali."
Setelah membaca enam bagian Kitab Suci yang begitu penting ini, dan
jikalau kita sungguh-sungguh menunggu dan mengharapkan Yesus Kristus
datang kembali, maka ada dua hal penting yang harus kita kerjakan.
Pertama, kita harus mengabarkan Injil kepada sesama. Tidak ada jalan
lain. Ini merupakan keikhlasan orang yang menantikan kedatangan Yesus
Kristus. Jikalau Injil ini dikabarkan ke seluruh dunia, maka hari itu akan
237 |TEOLOGI REFORMED
tiba. Berarti sebelum Injil dikabarkan kepada segala bangsa, segala suku,
segala sudut, Kristus tidak akan kembali.
Saya betul-betul salut, sedalam-dalamnya dari dalam hati saya, kepada
orang-orang di Wiclyffe Bible Translation Association. Mereka berada di
lembaga Alkitab yang khusus menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-
bahasa yang terpencil di daerah-daerah yang dilupakan oleh manusia.
Mereka pergi ke tempat yang begitu terpelosok, begitu dalam, begitu
sulit dicapai. Saya salut melihat mereka.
Saya berdoa dan mengajak kita semua supaya menjadikan gereja kita
sebagai gereja yang mau mendukung penginjilan, gereja yang
menghasilkan penginjil, gereja yang mengerti makna Injil, dan gereja yang
mau melibatkan diri ke dalam penginjilan misi seluruh dunia. Bila kita
menunggu kedatangan-Nya dengan hati yang sungguh-sungguh ikhlas
haruslah kita tunjukkan dengan menunjang dan melibatkan diri ke dalam
penginjilan.
"Hai orang-orang Galilea, mengapa melihat seperti ini? Mengapa terus
menengadah ke langit? Memang Yesus sudah naik, tapi tugasmu bukan
memandang Dia, tetapi pergi ke dunia mengabarkan Injil!"
Kedua, orang yang sungguh-sungguh menanti kedatangan Yesus Kristus
adalah orang yang menjaga hidup di dalam kesucian. Hidup di dalam
kesucian berarti kita terus memelihara diri kita supaya pada waktu Ia
datang kembali kita sudah siap, boleh menerima dan diterima oleh-Nya.
Barangsiapa yang menaruh pengharapan seperti ini kepada-Nya, biarlah
ia membersihkan dirinya! Ini adalah perintah dari Yohanes di dalam
1Yohanes 3. Barangsiapa yang menaruh pengharapan kepada kedatangan
Kristus biarlah ia menjaga dirinya, memelihara kesucian dan menunggu di
dalam doa akan kedatangan Yesus Kristus.
Terakhir kita akan melihat ayat terakhir dari seluruh Kitab Suci, yaitu
dalam Wahyu 22:20-21. Ayat terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian Lama,
238 |TEOLOGI REFORMED
diakhiri dengan kutukan. Ayat terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian Baru,
diakhiri dengan berkat.
Siapakah Ia, yang dalam ayat 20 berfirman dan memberi kesaksian
tentang semuanya? Jadi, Yesus Kristus berkata, "Ya, Aku datang segera.
Aku akan datang kembali secepat mungkin." "Amin. Datanglah Tuhan
Yesus." Atau terjemahan lain: "Oh Yesus, aku mengharapkan Engkau
datang!" Yesus berkata, "Ya, Aku datang segera." Gereja menjawab,
"Amin. Kami menunggu kedatangan-Mu."
Dengan mengingat kenaikan-Nya ke surga, kita kembali menyadari bahwa
Ialah pemenang, pemberi Roh Kudus, sekaligus pendoa syafaat yang
mengerti kesengsaraan kita. Ia pula yang menyediakan tempat di surga
yang akan datang kembali bagi kita. Kita pun bersedia menanti
kedatangan Tuhan kedua kalinya. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-
masing di dalam hidup kita sebagai orang Kristen di dunia.(EL)
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Momentum, 40, Triwulan II/1999
Judul Artikel : -
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerjemah : -
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Halaman : 3 - 13
Perspektif Kristen Tentang Ekonomi (1)
239 |TEOLOGI REFORMED
Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Artikel yang saya kirim ini cukup panjang, karena itu saya akan persingkat
prakatanya dengan menyimpulkan bahwa orang Kristen yang dekat
dengan Tuhan dapat dilihat dari pertanggungjawaban sikapnya terhadap
uang. Nah, selamat membaca, kiranya bisa menjadi bahan perenungan
untuk bulan ini. Nantikan sambungan artikel yang ditulis oleh Paul
Hidayat ini di edisi e-Reformed mendatang.
In Christ,
Yulia
< yulia in-christ.net >
Artikel Terkait
Gereja; Mau Kemana? Konservatif dan Radikal
Firman Menjadi Daging (2)
Christ's Church and Our Calling
Calvin dan Tuduhan Skisma dari Katolik Roma Terhadap
Para Reformator: Sebuah Studi Tentang Kesatuan Gereja
(Bag. 1)
Kematian Kristus
Diselamatkan dalam Pengharapan (1)
Calvin dan Tuduhan Skisma dari Katolik Roma Terhadap
Para Reformator: Sebuah Studi Tentang Kesatuan Gereja
(Bag. 2)
Penulis:
240 |TEOLOGI REFORMED
Paul Hidayat
Edisi:
075/VI/2006
Isi:
PERSPEKTIF KRISTEN TENTANG EKONOMI (1)
Peristiwa yang belum lama ini menimpa Indonesia dan kawasan Asia
Timur dalam bidang ekonomi dan politik, tepat bila dinilai sebagai
pengukuhan kebenaran firman yang diucapkan Tuhan Yesus dalam
perumpamaan-Nya "dua macam dasar" (Mat. 7:24-27). Perumpamaan
Tuhan Yesus yang diambil dari fakta hidup sehari-hari itu jelas
mengandung "common sense" yang berlaku bukan saja bagi
pembangunan kehidupan spiritual tetapi juga bagi seluruh aspek
kehidupan termasuk pembangunan kehidupan sosial ekonomi-politik.
Bila kehidupan sosial- ekonomi-politik tidak dibangun atas dasar-dasar
yang kokoh yaitu prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, kerja keras dan
cerdas, pelaksanaan hukum secara benar, pencerdasan bangsa, sikap
hemat, dlsb., maka hal-hal yang berhasil dibangun betapa pun megahnya
ternyata hanya berdiri di atas dasar-dasar yang rapuh.
Kebangkrutan ekonomi dan kejatuhan kepemimpinan politik belum lama
ini adalah akibat dari diabaikannya prasyarat-prasyarat tersebut.
Penjarahan dan perusakan yang belum lama ini terjadi di berbagai kota
kita, betapapun dengan pedih dan marah kita menyikapinya, hanya
mungkin terjadi di dalam kondisi di mana para penguasa dan pengusaha
lebih dulu telah menjarahi kalangan bawah dan membangun
kegemilangan di atas kehancuran banyak pihak. Prinsip yang sama pun
berlaku juga untuk lingkup lebih luas. Lautan api yang melahap ratusan
ribu hektar hutan-hutan di Kalimantan, Sumatera; perikliman dunia yang
beberapa tahun terakhir ini menjadi kacau; malapetaka El Nino yang
241 |TEOLOGI REFORMED
mungkin sekali akan berkelanjutan dengan datangnya La Nina; semua
kemungkinan besar diakibatkan oleh kebijakan dan perilaku ekonomi-
politik yang memperkosa prinsip-prinsip ekologis. Badai memang
menyukai negeri tempat orang menabur angin.
Tak terduga bahwa ekonomi Asia akan goncang, ekonomi Indonesia akan
runtuh. Sejak tahun 1970-an ketika seluruh dunia mengalami lesu darah
ekonomi, pertumbuhan ekonomi Asia Timur justru deras
mencengangkan. Hong Kong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan, disusul
Thailand, Indonesia, Malaysia, menjadi naga-naga ekonomi mengikuti
kiprah Jepang, sang naga ekonomi besar. Sampai dengan kwartal ketiga
tahun 1997, Indonesia mampu mencapai tingkat pertumbuhan antara 6,4
sampai 7% secara berkesinambungan. Selama kurun waktu tersebut, tiap
RAPBN selalu mencerminkan gairah pertumbuhan yang tak habis-habis.
Karena keberhasilan itulah, Indonesia beroleh reputasi internasional.
Indonesia begitu yakin akan segera memasuki "era lepas landas",
berkiprah besar dalam era pasar bebas Asia dan berikutnya dunia.
Keyakinan ini dipompakan setelah berhasil menjadi negara
berswasembada pangan, meningkatkan pendapatan per kapita sampai 18
kali dalam kurun waktu 30 tahun, dari US $ 60 di tahun 1966 menjadi US
$ 1100 di tahun 1996, menyebabkan persentase penduduk yang berada
di bawah garis kemiskinan merosot drastis dari 60% menjadi hanya 11%
dari total penduduk, berkembang dari negara pertanian menjadi negara
industri bahkan tak kepalang tanggung memasuki sektor industri pesawat
dirgantara. Ditambah dengan sediaan cadangan devisa yang dianggap
cukup dan tingkat inflasi di bawah dua digit, para pemimpin beranggapan
bahwa fundamental ekonomi Indonesia sangat baik.
Tetapi bangunan ekonomi megah tersebut ternyata menjulang di atas
dasar-dasar yang rapuh dan menggunakan bahan-bahan konstruksi yang
keropos. Komentar Paul Krugman yang semula dianggap menyakitkan
dan tidak benar namun kemudian ternyata benar bahwa mukjizat
ekonomi Asia hanya mitos belaka, justru seharusnya lebih dipertajam
242 |TEOLOGI REFORMED
dengan 2pernyataan bahwa yang kita alami sekarang adalah kutuk dari
membangun mukjizat palsu dalam bidang ekonomi (the curse of fake
economic miracle). Tingkah laku yang menyebabkan keruntuhan ekonomi
itu adalah hal-hal yang melanggar prinsip moral dan etika. Kebangunan
ekonomi Asia terutama didorong oleh faktor suntikan modal asing, upah
kerja yang rendah, penggunaan pinjaman asing berbunga rendah bukan
untuk produksi tetapi untuk prestise (mega proyek, property yang sering
dianggap seperti milik sendiri), sementara sistem ekonominya tidak sehat
dan berbiaya tinggi, pelaku manufakturnya tidak andal, teknologinya
kepalang tanggung, mentalitas budayanya bapakisme dan wawasan
hidupnya tentang realita dan waktu bersifat mistis melihat hidup sebagai
roda pedati menghasilkan sikap hidup nrimo.
Ketika imbas gempa moneter di Thailand, bergerak ke Indonesia,
mulailah rentetan keruntuhan ekonomi Indonesia. Nilai rupiah terhadap
dolar terbanting berulang kali, menjadi tidak sampai seperempatnya dari
nilai rupiah pada kwartal ketiga tahun 1997. Harga-harga membubung
tinggi, bank-bank bertumbangan, perusahaan-perusahaan hancur, PHK
melonjak, jumlah pengangguran meningkat menjadi sekitar 20 juta orang,
harga saham anjlok, hutang luar negeri menjadi membengkak
hitungannya dalam rupiah dan tidak terbayar, BBM dinaikkan, harga-
harga melangit. Hal-hal tadi dan masih banyak lagi lainnya menjadi
terowongan gelap yang di dalamnya keruntuhan ekonomi Indonesia
terjun bebas belum lagi menyentuh dasar. Ketika tulisan ini disusun,
empat bulan pertama 1998 inflasi sudah mendekati 45% (diramalkan
akan sekitar 85% tahun 1998) dan tingkat pertumbuhan melorot terus
dari 0%, ke -5% dan belakangan diramalkan lagi akan -20%. Tiba-tiba
bagaikan mimpi buruk di siang bolong, seluruh Indonesia jatuh miskin.
Tingkat pendapatan per kapita anjlok menjadi setara dengan penduduk
Zambia. 2Yang sudah miskin makin jatuh ke bawah, yang sempat
mencicipi kenikmatan hidup kelas menengah harus kembali lagi paling
tidak ke kelas menengah bawah, yang kaya bahkan konglomerat pun
243 |TEOLOGI REFORMED
jatuh miskin karena andaikan seluruh aset yang dimiliki dijual pun tetap
tidak memadai untuk membayar hutang-hutang luar negeri. Dan karena
banyak negara tetangga lain sedang menelan pil pahit yang sama, ratusan
ribu TKI mulai dipulangkan ke tanah air, membuat masukan devisa
menipis dan masalah bertambah seiring bertambahnya pengangguran.
"Berkat" dari ekspor yang diharapkan, akibat melorotnya nilai rupiah,
ternyata tidak terjadi, sebab harga-harga bahan baku yang harus diimport
tidak mungkin lagi dapat dijangkau. Penyakit ekonomi yang dialami
Indonesia kini sudah menjadi gejala komplikasi penyakit yang parah:
depresiasi rupiah, kenaikan harga-harga, inflasi, kebangkrutan
perusahaan dan perbankan, PHK, tingkat pengangguran bertambah,
kerawanan politik, ketidakpercayaan investor asing, semua ini membuat
perekonomian Indonesia makin terus terpuruk.
Mengapa dengan fundamental ekonomi yang kuat dan sehat itu,
ekonomi Indonesia goncang dan hancur juga? Mengapa naga ini kini
mendadak berubah menjadi cacing belaka? Lalu ramai-ramai orang
membuat berbagai macam analisis. Karena tidak jujur, tidak mawas diri,
kambing-kambing hitam pun dicari. "Soros sampai Sosro" (menggunakan
permainan kata Wimar Witoelar, Kompas, 23 Nov. 1997, hlm. 2) yaitu
para spekulan manca negara dan dalam negeri dituduh sebagai penyebab
semua masalah ekonomi ini. Baru sesudah masalah ekonomi ini berubah
menjadi masalah politik, krisis moneter berubah menjadi krisis
kepercayaan, ramai- ramai; orang meneriakkan pengakuan bahwa
penyebab semuanya adalah dilanggarnya prinsip-prinsip moral. Fondasi
bangunan ekonomi Indonsia itu ternyata bernama korupsi dan kolusi, lalu
bahan-bahan konstruksi yang dipakai untuk mengisi sistem
perekonomian Indonesia adalah nepotisme dan koncoisme. Beramai-
ramai pula orang menyerukan perlunya reformasi di segala bidang.
Semoga saja ramai-ramainya teriakan dan tudingan ini bukan sekadar
latah, gejala lain dari sakit yang entah sudah stadium ke berapa diidap
bangsa kita.
244 |TEOLOGI REFORMED
Kegagalan Gereja
Seharusnya gereja di Indonesia mengaku jujur bahwa problem ekonomi
di Indonesia ini tidak lepas juga dari andil kegagalan Gereja, teolog dan
umat Kristen di Indonesia dalam menaati kebenaran firman Tuhan.
Gereja gagal memberikan pengajaran yang jelas dan benar tentang
implikasi- implikasi kebenaran Alkitab ke dalam dunia ekonomi, tentang
prinsip- prinsip etika ekonomi dan moral bisnis, baik kepada warganya
maupun menyuarakannya sebagai wawasan dan sikap Kristen tentang
ekonomi kepada dunia luas. Sebaliknya Gereja sendiri malah cenderung
membuat kesalahan fatal memahami berita keselamatan dari Allah dalam
simbol- simbol moneter (Albert Widjaja, "Perspektif Ekonomi-Teologis:
Peran serta Kekristenan dalam Perkembangan Ekonomi di Era Globalisasi
Bagian I," hlm. 8). Kebanyakan gereja yang "maju" adalah gereja-gereja
yang bersemangat mengabarkan injil kemakmuran dan kesehatan,
gereja-gereja yang pandai memanfaatkan teknik, metode dan alat-alat
canggih yang sama seperti dikembangkan dalam teknik-teknik marketing.
Kebanyakan teori tentang kemajuan pertumbuhan gereja menggunakan
ukuran-ukuran kuantitatif dan bukan perilaku pertobatan sampai ke segi-
segi kehidupan ekonomi. Sebaliknya dari menyuarakan pesan kenabian
dan mengemban gaya hidup prihatin yang konsisten dengan firman
Tuhan, gereja sekadar membeo mengikuti berbagai suara dan aspirasi
yang dunia ini canangkan.
Para hamba Tuhan atau teolog pun terbagi ke dalam dua kutub. Yang
rohani sempit tidak paham tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam
dunia ekonomi-politik. Lalu mereka menyampaikan pesan-pesan surgawi
yang tidak kontekstual dengan kenyataan dan pergumulan hidup sehari-
hari. Akibatnya, di gereja orang bertingkah rohani, di dunia orang kembali
ke sifat asalnya yang sama dengan orang dunia yang tidak kenal Tuhan:
serakah, takut berbuat benar, licik, menghalalkan segala cara, dll. Yang
duniawi luas tidak lagi memercayai kebenaran-kebenaran rohani seperti
yang dinyatakan firman Allah, meski berupaya tetap punya peran dalam
245 |TEOLOGI REFORMED
dunia ini. Namun karena prinsip, landasan berpikir, dan sumber wibawa
yang diandalkan tidak beda dengan yang dipahami orang dunia, usaha
mereka menjadi sia-sia. Situasi itu terjadi sebab kebanyakan sekolah-
sekolah teologi tidak mampu mengembangkan pola pendidikan yang
solid berdasarkan komitmen pada kebenaran Alkitab dan yang jernih
menarik implikasi-implikasi teologis kebenaran tersebut ke segala aspek
kehidupan.
Tidak heran bila para warga gereja yang dibesarkan dalam suasana
kehidupan gereja yang notabene sama memberhalakan mamon dan
sama sekularnya dengan dunia ini pun meneruskan itu dalam perilaku
bisnis dan kerja mereka. Tidak banyak Kristen yang memiliki prinsip
berani membayar harga untuk tidak membayar suap demi melicinkan
tender, misalnya. Tidak banyak Kristen yang tidak main tempel penguasa
untuk beroleh kemudahan sehingga benar-benar mencapai kemajuan
bisnis karena cara-cara yang fair dan benar. Bila tiap kali berurusan
dengan aparat pemerintah ketika mengurus KTP, IMB, paspor, pajak,
tilang, dlsb. kita selalu siap dengan salam tempel; bila budaya dusta
(baca: tidak transparan), suap, sogok, korupsi, kolusi, koncoisme sama
biasanya kita lakukan dalam berbagai urusan; bila para pendeta sendiri
mengartikan perannya bukan sebagai panggilan tetapi sebagai karir atau
profesi; bila gereja sendiri pecah karena hal-hal seperti perebutan aset,
penggelapan, ketidakjujuran; tidak heran bila dunia ekonomi kita kini
terpuruk dan dunia politik kita terancam hal yang sama.
Kiranya kealpaan gereja selama ini tidak kita teruskan dalam keterlenaan
seterusnya. Momentum kini, ketika orang menyadari perlunya reformasi
dan pentingnya mentalitas, sikap kerja, etika ekonomi, moral bisnis,
justru harus diisi dengan pertobatan gereja dan pribadi Kristen dari dosa-
dosa ekonomi yang selama ini telah kita buat, baik terhadap Allah
maupun terhadap sesama kita. Kita yang mengaku telah mengalami
kuasa transformasi Allah atas hidup kita seharusnya konsisten
mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan ekonomi dan moral bisnis yang
246 |TEOLOGI REFORMED
Alkitabiah agar boleh terjadi penghayatan dan pewartaan yang memberi
arah yang benar dalam momentum reformasi ini. Inilah kesempatan
untuk gereja menyatakan kebenaran ekonomi Allah (oikonomia tou
Theou = tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, Ef. 3:2) yang meliputi
seluruh kehidupan secara lengkap dan utuh. Tulisan ini ingin menelusuri
ajaran Alkitab tentang isu-isu ekonomi, mempelajari implikasi ekonomis
dari beberapa prinsip teologis Kristen, membandingkannya dengan
berbagai pandangan tentang isu-isu ekonomi yang dianut orang,
meneropong berbagai permasalahan yang relevan dalam bidang ekonomi
dan mencoba menarik petunjuk-petunjuk prinsipil praktis bagi kehidupan
ekonomi kita masa kini.
Alkitab tentang Isu-isu Ekonomi
Di awal upaya menemukan petunjuk dan prinsip ekonomi dalam Alkitab,
kita harus berhadapan dulu dengan berbagai pertanyaan kritis. Ada tiga
keberatan yang sering diajukan orang. Pertama, mungkinkah menarik
prinsip-prinsip universal dan permanen dari Alkitab yang lahir di tengah
kultur yang zaman dan lokasinya berbeda jauh dari dunia dan negara kita
kini? Kedua, tepatkah menarik kesimpulan-kesimpulan tentang prinsip-
prinsip ekonomi dari suatu kitab yang pada hakikatnya adalah kitab
peribadahan? Ketiga, bagaimana mungkin memberlakukan bagian-bagian
Alkitab yang berbicara tentang berbagai isu ekonomi, bila kebanyakan isi
Alkitab itu terdapat dalam Perjanjian Lama yang tidak memisahkan
kehidupan bernegara dari kehidupan beragama (baca: teokrasi), padahal
kita tidak hidup dalam negara yang teokratis. Seiring dengan itu, ada
keberatan terhadap diberlakukannya prinsip- prinsip etis ekonomi dalam
Perjanjian Baru kepada konteks masyarakat luas karena anggapan bahwa
ajaran-ajaran itu hanya bisa diberlakukan di antara umat tebusan Allah
dan tidak di antara orang- orang yang belum ditebus.
Terhadap keberatan pertama dapat kita ingat bahwa memang ada
perbedaan dan kesenjangan budaya/zaman antara dunia Alkitab dan
247 |TEOLOGI REFORMED
dunia modern masa kini. Namun justru pengambilan prinsip tersebut bisa
terjadi karena mempertimbangkan dan bukan mengabaikan adanya
kesenjangan itu. Dengan demikian keberatan tentang kesenjangan
budaya ini sebenarnya dapat dijawab melalui usaha-usaha penafsiran
Alkitab yang teliti mempertimbangkan perbedaan konteks zaman dan
budaya Alkitab dengan konteks zaman dan budaya kita kini.
Terhadap keberatan kedua, kita akui bahwa Alkitab memang bukan buku
teks ekonomi, juga bukan buku teks ilmu-ilmu lain, bahkan bukan pula
buku teks dogma dan teologi. Dengan mengatakan demikian artinya kita
menyadari bahwa Alkitab tidak berisikan uraian deskriptif, analitis, dan
sistematis tentang hal-hal tadi seperti yang kita temukan dalam buku-
buku sumber pelajaran. Namun mengatakan demikian tidak harus berarti
bahwa kita tidak dapat melakukan abstraksi untuk menemukan pola-pola
wawasan dan petunjuk-petunjuk prinsipil tentang berbagai segi
kehidupan di dunia ini dari dalam isi Alkitab. Bila dari Alkitab kita dapat
menarik prinsip-prinsip dogmatis, seyogianya tentang hal- hal yang
mencakup segi ekonomi kehidupan manusia pun dapat kita simpulkan
dari firman Allah ini sebab Alkitab adalah firman Allah dalam kata-kata
manusia, yaitu kata-kata yang lahir untuk dan dari dalam pergumulan-
pergumulan nyata kehidupan dengan berbagai aspeknya. Seperti halnya
ketika Allah bersabda, Allah tidak saja membentangkan diri-Nya kepada
manusia tetapi juga membentangkan bagaimana adanya dan bagaimana
harusnya manusia, demikianlah isi Alkitab adalah sekaligus prinsip-prinsip
spiritual teologis yang mewujud nyata di dalam segi- segi kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, politis, pendidikan, dlsb. Oleh karena kita tidak
hendak mengambil model-model sistem ekonomi secara rinci yang
berasal dari situasi masyarakat nomad dan agraris, melainkan prinsip-
prinsip dasar etika ekonomi dan moral bisnis, tentunya keberatan tadi
tidak tepat.
Keberatan terakhir dapat kita sanggah dengan mengingat bahwa
sebagian besar prinsip-prinsip yang Tuhan nyatakan juga diberlakukan
248 |TEOLOGI REFORMED
(baca: dikaruniakan) Tuhan atas bangsa-bangsa lain dan orang bukan
Kristen pada umumnya. Hal mana dapat kita lihat dari teguran-teguran
para nabi seperti Yesaya kepada bangsa-bangsa sekitar Israel. Dengan
mengingat bahwa di dalam penyataan dan anugerah umum Allah bekerja
juga di dalam seluruh umat manusia, memberikan nurani, kerinduan
moral, kepekaan etis dan agamawi, serta kekuatan kehendak untuk
memperjuangkan hal-hal yang indah, tertib, dan benar, maka
menyuarakan dan memberlakukan prinsip-prinsip wahyu ke dalam
masyarakat luas adalah tindakan nyata dari keyakinan bahwa Allah
bekerja serasi dalam penyataan umum maupun penyataan khusus.
Dengan demikian keberatan ketiga ini pun pada intinya telah teratasi.
Singkat kata, di balik keberatan-keberatan itu terdapat awal dan akhir
berwawasan yang harus kita tentang sebagai orang beriman yaitu
menyingkirkan Allah dari realitas ekonomi. Justru kebobrokan ekonomi-
politik yang sedang kita derita kini adalah akibat dari orang-orang yang
berpola pikir dan bertingkah laku memberontak menolak Allah dari
percaturan bisnis dan kehidupan ekonomi. Apabila Kristen dan gereja
ingin berkontribusi nyata menyebabkan reformasi ekonomi berarah
benar, maka haruslah kita mulai dari pemikiran alkitabiah.
Apa kata Alkitab tentang isu-isu ekonomi? Kita akan terkejut atas fakta
bahwa Alkitab begitu banyak berbicara tentang isu-isu ekonomi. Dari
kisah yang sedang kita siap untuk masuki, penciptaan, kejatuhan,
perjanjian dengan Nuh, perjanjian dengan Abraham, keluaran dari Mesir,
pemberian Sepuluh Hukum, kitab-kitab hikmat, kitab-kitab para rabi,
ajaran Tuhan Yesus, gaya hidup jemaat mula-mula, ajaran para rasul, kita
temui banyak sekali bahan untuk menyimpulkan prinsip-prinsip ekonomi.
Kisah penciptaan (Kej. 1-2) adalah fondasi di atas mana seluruh realitas
ciptaan berdiri dan di dalam terangnya realitas harus kita pahami. Apa
yang dipaparkan dalam kisah penciptaan, apabila dibandingkan dengan
pandangan dan sikap bangsa-bangsa purba di Timur Tengah, adalah
249 |TEOLOGI REFORMED
sesuatu yang radikal. Di dalamnya kita menjumpai suatu visi ekonomi
sebagai implikasi dari kebenaran-kebenaran teologis yang Allah
tanamkan dalam umat-Nya. Di tengah pengilahian alam dan benda yang
tidak memungkinkan perlakuan objektif eksploratif terhadap alam serta
tidak menumbuhkan visi ekonomi, umat Tuhan justru diajar untuk
melihat adanya perbedaan ontologis antara Allah dan segenap ciptaan,
juga adanya kesamaan dan ketidaksamaan antara manusia dan alam
serta makhluk-makhluk lainnya. Terhadap Allah yang menciptakan
manusia dan yang menamai manusia, manusia menyapa Allah dengan
"Engkau". Terhadap alam, manusia ditempatkan Allah sebagai wakil-Nya
yang bertanggung jawab untuk mengelola dan memelihara alam demi
kemuliaan Allah dan demi kebaikan manusia dan segenap ciptaan. Di
dalam pemahaman demikian, logis bertumbuh sikap ilmiah sebab
manusia melihat alam sebagai sesuatu yang boleh diusahakan,
ditaklukkan, dan dikelola melalui keahlian, teknologi, institusi untuk
membangun peradaban.
Umat Tuhan diajar untuk menerima alam sebagai hal yang baik adanya
karena demikianlah keadaannya sebagai ciptaan Tuhan, dan karena itu
kita boleh menerima dan memanfaatkan semuanya itu dalam semangat
syukur kepada Allah. Di dalam tindakan Adam memberi nama kepada
binatang-binatang, terlihat sekaligus posisi Adam yang lebih tinggi
daripada binatang dan ciptaan lainnya, tetapi juga sikap Adam yang
menghargai, memelihara dan bukan merusak ciptaan-ciptaan Tuhan itu.
Kisah penciptaan memberi kita prinsip ekonomi bahwa hanya Allah yang
patut disembah dan dilayani oleh segenap hidup manusia, bahwa
manusia diberi makna hidup yang sangat mulia oleh Allah, bahwa
panggilan hidup manusia sebagai gambar Allah yang mulia itu adalah
menjadi hamba Allah, bahwa alam dan segenap potensinya boleh
diterima dan dikelola dengan penuh syukur oleh manusia, dan bahwa
kekayaan alam atau pun kekayaan hasil dari tindak kreatif manusia
mengelola alam itu bukan milik mutlak manusia tetapi Allah, sehingga
250 |TEOLOGI REFORMED
tidak boleh diberi tempat mutlak di dalam keberadaan manusia. Tidak
ada tempat bagi kehidupan ekonomi yang egosentris, yang serakah, atau
yang kebalikannya yaitu merendahkan benda dalam hidup bertarak, atau
sikap tidak ilmiah yang melumpuhkan kehidupan ekonomi karena
pantang menjamah alam dan materi yang dianggap suci ilahi.
Sayang sekali visi ekonomi yang sedemikian gemilang itu dirusakkan
manusia dalam Kejatuhan kita di dalam Adam dan Hawa ke dalam dosa
(Kej. 3). Manusia menerima aspirasi sesat, yaitu ingin menyamai Allah.
Kisah kejatuhan ini bukan sekadar peristiwa sejarah tetapi pembedahan
radikal dan peringatan untuk seluruh umat manusia. Dosa berarti
menarik diri dari Allah, menjadikan diri "allah" bagi diri sendiri, membuat
norma kita sendiri tentang apa yang baik dan apa yang jahat. Kejatuhan
pada hakikatnya adalah daya yang berbalik membelokkan visi ekonomi
penciptaan. Ekonomi Allah yang kini diganti oleh ekonomi manusia,
berbalik menjadi mukjizat palsu penuh kutuk. Kerja bukan lagi tanggung
jawab yang menyukakan tetapi membuat orang berjerih payah, bumi
yang tadinya menjadi sumber penopang hidup berubah mengeluarkan
onak duri, dan manusia sendiri yang tadinya makhluk ciptaan mulia sejak
itu tinggal debu yang kembali kepada debu saja. Ekonomi manusia itu
hanyalah kerajaan yang meluncur menuju kehancuran dan maut. Namun,
puji Tuhan bahwa anugerah Tuhan menahan dampak kutuk dosa itu.
Meski mengeluarkan onak duri, bumi masih juga mampu menumbuhkan
padi yang memberi manusia beras untuk dimakan. Janji benih
perempuan yang akan meremukkan kepala si penipu menunjukkan
bahwa bumi kini bukan lagi firdaus, namun bukan juga neraka, tetapi
adalah arena peperangan rohani yang akan ditebus dan dimenangkan
oleh Sang Pengemban Janji itu.
Berturut-turut kita melihat akibat-akibat buruk dari ekonomi manusia
(Kej. 4 dan 6). Diawali oleh konflik halus antara Adam dan Hawa, diikuti
oleh pembantaian Habel oleh Kain, pembangunan kota penuh aspirasi
jumawa manusia (Kain menamai kota itu dengan nama putranya) yang
251 |TEOLOGI REFORMED
berpuncak pada pemberontakan masal manusia melawan Allah via
menara Babel. Ketika Allah menindak manusia dan membuat perjanjian
dengan orang pilihan-Nya yaitu Nuh, tampak beberapa hal. Pertama,
Allah memperbarui perjanjian-Nya akan mempertahankan bumi dengan
berbagai potensi baik yang telah diciptakan-Nya diawal zaman. Kedua,
Allah menegaskan ulang wibawa manusia atas alam. Ketiga, meski
manusia berkuasa atas binatang namun kini ditandai oleh takut manusia
akan binatang buas dan penumpahan darah binatang untuk menopang
hidup manusia. Dari ketiga hal ini jelaslah bahwa providensia Allah adalah
upaya Allah untuk merombak ekonomi manusia agar berbalik arah
kembali ke Ekonomi Allah. Namun providensia adalah sesuatu yang
transisional dan temporal yang menantikan kedatangan transformasi
total di dalam tindakan Allah dalam kepenuhan waktu.
Kitab Keluaran bukan saja sangat hakiki bagi eksistensi umat Allah
Perjanjian Lama tetapi juga sangat fundamental bagi pemahaman kita
agar lebih matang tentang visi ekonomi. Kitab Keluaran mengungkapkan
kesetiaan Allah untuk mengembalikan manusia kepada Ekonomi Allah.
Dosa bukan saja masalah individual tetapi juga masalah institusional.
Allah memihak umat-Nya, melepaskan mereka dari perbudakan kejam
rejim Firaun. Bila sebelumnya Allah meneguhkan kebaikan bumi ini bagi
manusia, dalam Kitab Keluaran Allah memulihkan institusi demi kebaikan
umat-Nya dengan menciptakan suatu umat perjanjian yang dianugerahi
hukum-hukum kemerdekaan. Bagaimana kemerdekaan hidup individu
dan sosial itu harus dihargai dan diisi kini dinyatakan Allah di dalam
Sepuluh Hukum (Kel. 20), di dalam hukum-hukum ibadah di Kitab
Imamat, di dalam aturan-aturan tentang bagaimana umat Allah harus
memperlakukan sesamanya, pekerja-pekerjanya, institusi-institusi hukum
dan peradilannya, tanah, binatang-binatang dan harta miliknya, hari kerja
dan hari istirahatnya, hutang piutang, dlsb. Kita dapat membaca
perhatian Allah yang sedemikian teliti yang mengatur berbagai aspek
kehidupan ekonomi manusia agar umat Allah boleh mencerminkan
252 |TEOLOGI REFORMED
Ekonomi Allah itu dalam Imamat 25, Ulangan 15, Ulangan 25, dll.
Pelajaran yang dapat kita jadikan prinsip di sini adalah bahwa kemilikan,
kerja, hidup sangat berharga karena berasal dari Allah. Karena itu
manusia yang merdeka adalah manusia yang menghormati Allah,
menghormati kemilikan dirinya dan sesamanya, mengisi hidup
berekonomi dalam suasana syukur dan penuh sikap murah hati. Visi
ekonomi Keluaran bukan visi sosialisme atau kapitalisme, tetapi visi
ekonomi yang kudus sebagai akibat menghargai kepemilikan mutlak
Allah, mensyukuri setiap pemberian Allah dalam sikap penatalayanan,
dan ekonomi yang bergerak maju di dalam keadilan, kebenaran,
kesucian, kebersyukuran, kepedulian, kemurahan hati, kejuangan ibadah,
dan kesemarakan anugerah.
Pada intinya para nabi dan para penulis hikmat juga mengumandangkan
visi Ekonomi Ilahi. Sebelum pembuangan, umat Allah kembali berbalik ke
visi ekonomi yang berporoskan pada pemberontakan melawan Allah.
Kisah Pembuangan adalah kebalikan total dari Kisah Keluaran. Oleh
karena berpaling dari Allah kepada berhala-berhala yang intinya adalah
memperilah alam dan materi, pada giliran berikutnya umat Tuhan
mengalami kemerosotan dalam berbagai aspek hidup. Oleh karena
budak- budak yang telah dimerdekakan Allah menjadi umat itu
memperbudak sesamanya sendiri (lihat Amos), Allah membuang mereka
kembali ke dalam perbudakan. Realisasi dosa manusia itu tampak dalam
tingkah laku dan tindakan ekonomi yang menyimpang. Pengalaman
ekonomi memang bisa menjadi salah satu ukuran apakah umat di dalam
berkat Ekonomi Allah atau kutuk yang dijatuhkan Allah ke atas ekonomi
manusia. Hukuman Allah dicanangkan bukan atas kesukaan menikmati
kekayaan, tetapi atas kehidupan yang bergelimang dosa dan nafsu yang
tidak mencerminkan dengan benar kegemilangan hidup dalam prinsip
dominasi yang benar seperti yang Allah inginkan. Apabila kini segelintir
orang mengartikan kelimpahan materi dan kesehatan sebagai fakta-fakta
berkat Allah, sikap itu sebenarnya ada benarnya. Logikanya adalah,
253 |TEOLOGI REFORMED
ketaatan kepada kehendak Allah berarti menempatkan diri serasi dengan
Allah sumber segala berkat, kesehatan, kemakmuran, kelimpahan hidup.
Inisiatif Allah memberikan perjanjian dan menganugerahi berkat-berkat
rohani dan jasmani tidak berarti bahwa manusia tinggal pasif saja.
Sebaliknya perjanjian dan anugerah justru membangkitkan umat yang
tahu bersyukur, taat, berkarya nyata. Dengan demikian, kondisi spiritual
terukur objektif di dalam yang material, asalkan tidak kita lepaskan fakta
bahwa visi nabi-nabi ini beranjak dari visi ekonomi Kejadian dan Keluaran.
Bagaimana dengan visi ekonomi Tuhan Yesus? Di satu pihak kita
mengakui fakta bahwa Yesus lahir dalam kandang miskin di suatu
keluarga sederhana. Kita juga mengakui bahwa Yesus banyak berbicara
kritis terhadap para penguasa kaya yang hidupnya dan hidup ekonominya
dalam dosa. Jadi dapat dimengerti bila sebagian orang beranggapan
bahwa Yesus menganjurkan pemahaman ekonomi yang mendekati
paham sosialisme. Kesimpulan ini gegabah karena tidak teliti
mempertimbangkan banyak faktor dari hidup dan ajaran Yesus. Ia
memang dibesarkan dalam sebuah keluarga sederhana. Dibandingkan
dengan inkarnasi-Nya dari keberadaan Ilahi-Nya menjadi manusia,
tepatlah Paulus menyatakan bahwa Ia telah menjadi miskin (2Kor. 8:9).
Yang Paulus maksudkan itu ialah tindakan Yesus menjembatani
sedemikian luasnya bentangan antara Allah dan manusia melalui
inkarnasi dan kematian-Nya. Namun itu tidak berarti bahwa Ia dibesarkan
dalam sebuah keluarga miskin. Yusuf adalah seorang tukang kayu, berarti
tergolong kelas pekerja yang relatif berekonomi cukup baik zaman itu.
Yesus pun tidak menolak disokong oleh beberapa perempuan berharta,
bergaul dengan orang-orang berharta, tidak segan diejek sebagai pelahap
dan peminum (Luk. 7:34,35), memiliki pengikut dari kalangan menengah
dan atas seperti Petrus, Andreas, atau Filipus yang memiliki usaha
penangkapan ikan, Zakheus, Maria dan Marta, dlsb. Tentu saja Yesus
melawan perolehan kekayaan dari usaha memutarbalikkan tujuan ibadah
(Yoh. 2:13-25).
254 |TEOLOGI REFORMED
Ada kesamaan antara sikap dan ajaran Yesus dengan prinsip-prinsip
ekonomi yang telah kita pelajari sebelum ini. Bila Yesus mengajarkan para
pengikut-Nya untuk tidak kehilangan kesukaan hidup karena harta (Luk.
6:24-25;18:24-25) dan mendorong hidup yang murah hati (Luk. 18:22),
itu disebabkan Yesus menerima ajaran Taurat tentang kepemilikan
mutlak Allah atas harta dan tanggung jawab penatalayanan manusia atas
hartanya. Namun yang radikal ialah Yesus menyatakan bahwa di dalam
diri-Nya, yaitu hidup, ajaran dan karya-karya-Nya seluruh maksud Allah
dan segala kuasa di langit dan di bumi bertumpu dan beroperasi,
mewujudkan Ekonomi Allah dalam penciptaan suatu umat baru. Umat
Perjanjian Baru itu adalah bagian dari Kerajaan Allah, orang- orang yang
menikmati berlakunya pemerintahan Allah yang memerdekakan, yang
membuat mereka menikmati hidup seutuhnya sepenuhnya, mensyukuri
setiap pemberian Allah dalam sikap murah hati, menatalayan, dan karena
itu tidak terikat melainkan merdeka. Di dalam Yesus, Ekonomi Allah
memungkinkan ekonomi manusia tidak menjadi perhambaan materi,
pemberhalaan hartabenda, perbudakan keserakahan, melainkan
merdeka penuh syukur, kesemarakan yang saling menumbuhkan dan
yang menyukakan hati Allah. Itulah kehidupan ekonomi yang berkualitas
penuh harkat sejati karena diporosi oleh Ekonomi Allah.
Suasana koinonia itulah yang kita saksikan dalam kehidupan gereja purba
yang juga menjadi inti pengajaran surat-surat rasuli. Kehidupan gereja
purba bukanlah komunisme ala Kristen melainkan pewujudnyataan visi
Ekonomi Allah di dalam kehidupan umat. Tindakan koinonia di Kisah Para
Rasul 7 dan pengiriman bantuan oleh jemaat-jemaat Makedonia ke
jemaat Yerusalem lebih dari sekadar simpati membagi-bagi sembako
kepada pihak miskin. Tindakan itu adalah tindakan merdeka merayakan
tindakan pembebasan, penebusan, pembenaran, pemulihan,
pendamaian, penyelamatan, pengayaan, pengutuhan yang Allah selaku
Sang Liberator telah aktakan di dalam diri Yesus Kristus, dan yang telah
mengikutsertakan umat kepunyaan-Nya sebagai koliberator (baca rekan
255 |TEOLOGI REFORMED
sekerja-Nya dalam karya penyelamatan-Nya) bagi sesamanya. Lihat gema
prinsip-prinsip ini dalam nasihat Paulus agar jemaat bekerja (1Tes. 4:10-
11; 2Tes. 3:10), tentang bahaya mencintai uang (2Tim. 3:2), agar orang
kaya menjadi kaya dalam kemurahan hati (1Tim. 6:17-19), dan peringatan
Yakobus terhadap orang-orang yang mengejar kekayaan (Yak. 2:1-7; 4:13-
5:6). Dan ke arah Yerusalem baru yang tanpa cacat cela, oleh oikonomia
tou Theou (Ekonomi Allah atau penyelenggaraan kasih karunia Allah)
itulah kita semua sedang berarak mengikuti Yesus.
Dari menelusuri drama-drama besar Alkitabiah ini dapat kita tarik
kesimpulan awal berikut tentang prinsip-prinsip ekonomi.
Penyataan Allah secara khusus dan penyataan Allah secara umum perlu
dilihat sebagai dua kekuatan harmonis berdampak ekonomi, keduanya
terang terpercaya bagi pola pikir dan pengambilan keputusan ekonomi
manusia.
Allah adalah Pencipta-Pemelihara-Penebus, sumber dan pemilik mutlak
dari segala karunia yang manusia nikmati dalam hidup ini. Hanya Allah
boleh menerima kepercayaan, ketaatan, dan ketergantungan mutlak
manusia.
Manusia diciptakan Allah sebagai wakil Allah, dilimpahi berbagai
kemungkinan dan potensi untuk menikmati kebaikan-kebaikan Allah,
menggunakan wibawa-Nya dengan penuh tanggung jawab,
mengembangkan segenap aspek hidup, ekonomi-sosial-politis dalam
semangat syukur dan menatalayan. Harta benda adalah berkat Allah.
Harta benda baik adanya, patut disyukuri, namun bukan yang terpenting
dalam hidup, tidak tepat dijadikan andalan dan orientasi hidup, bukan
ukuran mutlak tentang kerohanian. Kita hanya pemilik kedua di bawah
kepemilikan mutlak Allah yang menciptakan dan mengadakan semua itu
demi kebaikan kita
256 |TEOLOGI REFORMED
.
Dosa adalah pemutarbalikkan prinsip-prinsip ekonomi tadi,
mendatangkan berbagai kutuk yang merusak dan menghancurkan.
Wawasan ekonomi yang materialistis, egosentris, kompetitif tak
terkendali, sekuler, tidak mensyukuri dan memuliakan Allah,
menyingkirkan etika dan moral dari ekonomi dan bisnis, adalah akibat
dari kerusakan manusia dalam dosa. Reformasi terhadap kondisi jahat itu
dapat terjadi bila manusia pada umumnya kembali kepada prinsip-prinsip
yang Tuhan telah nyatakan dalam hati nurani dan prinsip keluhuran hidup
dengan pertolongan Allah dan bila manusia Kristen konsisten
memberlakukan prinsip etika Kristennya.
Sepanjang sejarah manusia, dari Perjanjian ke Perjanjian sampai
puncaknya dalam Sang Penggenap Perjanjian, Allah menyelenggarakan
Ekonomi-Nya yang beranugerah, memerdekakan, memanusiawikan. Visi
Ekonomi Allah dalam Perjanjian Lama digenapi dalam Ekonomi hidup-
ajaran-karya penebusan Yesus Kristus. Gereja Tuhan sebagai
pengejawantahan Ekonomi Baru dari Allah itu patut menghayati penuh,
membagi dan memberitakan kebenaran Injil berdampak holistik itu bagi
sesamanya pada segala tempat dan segala zaman.
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Hidup dalam Ritme Allah
Judul Artikel : -
Penulis : Paul Hidayat
Penerjemah : -
Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta 2005
257 |TEOLOGI REFORMED
Halaman : 107 - 123
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis Dan Pastoral
(1)
Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Masyarakat Kristen saat ini telah dikacaukan dengan berbagai paham
`positif thinking` yang sangat tidak alkitabiah, terutama melalui
pengajaran-pengajaran dari teologia kemakmuran dan sejenisnya.
Pernahkah Anda mendengar kata-kata seperti berikut ini, "jika Anda
beriman, maka Anda akan sembuh" atau "jika Anda beriman maka Anda
kaya". Jika ternyata Anda sudah berdoa dan tidak sembuh atau tidak
kaya, maka itu tandanya Anda tidak beriman. Iman tak ubahnya dengan
rasa percaya diri, karena itu untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan
Anda harus beriman lebih keras lagi. Ini adalah pengajaran yang tidak
sesuai dengan Alkitab. Dari praktik-praktik pengajaran yang sesat seperti
ini, tidak heran jika banyak masyarakat Kristen Indonesia yang memiliki
kehidupan, cita-cita, dan pemikiran yang tidak jauh berbeda dengan
orang-orang yang bukan pengikut Kristus. Betapa jauhnya orang mengerti
tentang iman sebagaimana yang Alkitab maksudkan.
Iman bukan sesuatu yang diusahakan, tapi diterima. Iman juga bukan
sesuatu yang menghasilkan keuntungan bagi manusia, tapi ketaatan dan
kemuliaan bagi Allah. Lawan kata dari `iman` bukan `keragu-raguan` atau
`ketidakyakinan`, tapi `ketidaktaatan` atau kesombongan. Bagaimana
menjelaskannya?
Artikel yang saya baca beberapa waktu yang lalu dari Jurnal Teologi
Stulos, yang ditulis oleh Dr. Joseph Tong, telah menggugah saya untuk
mempelajari lebih dalam pengertian tentang iman. Saya sangat terkesan
258 |TEOLOGI REFORMED
dan melihat iman seakan-akan seperti melihatnya dengan cara pandang
yang baru, lain dari yang biasa saya lakukan. Sangat filosofis, karena itu
Anda harus membacanya perlahan-lahan dan dikunyah satu persatu,
kalau tidak Anda bisa tersedak alias mabok! Tapi percaya saya, `it`s worth
reading`. Ada banyak pokok-pokok pemikiran penting yang perlu
mendapat perhatian, khususnya bagi Anda yang dulunya merasa sudah
mengerti tentang arti iman. Biarlah kita semua semakin diperkaya dengan
kekayaan Firman-Nya, yaitu Firman yang hidup dan menghidupkan.
Selamat menyimak.
In Christ,
Yulia
< yulia(at)in-christ.net >
Artikel Terkait
Christ The Mediator
Penderitaan Sang Juruselamat
Kejutan dari Seorang Skeptis
Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi (1)
Jika Kristus Tidak Dibangkitkan
Alkitab dan Reformasi
Inti Kekristenan
Penulis:
Joseph Tong, Ph.D.
Edisi:
259 |TEOLOGI REFORMED
081/I/2007
Isi:
ANATOMI KEPERCAYAAN DAN IMAN: Sebuah Refleksi Teologis Dan
Pastoral (1)
PENDAHULUAN
Pada umumnya, kepercayaan dan iman dimengerti sebagai hal yang
identik. Secara harafiah, "kepercayaan" kurang lebih dianggap bersifat
subjektif dan pribadi, sedangkan "iman" dianggap sebagai sesuatu yang
condong obyektif, yaitu sebagai 'pengakuan kepercayaan di depan
publik.' Namun, dalam konteks studi keagamaan, penggunaan dua kata
dapat dipertukarkan dan menunjuk pada suatu keadaan khusus dalam
diri seseorang, atau pendirian yang dimiliki seseorang, ketika menghadap
suatu Pribadi yang kudus, yang mulia atau yang tak terpahami.
Kepercayaan dan iman diperlakukan secara berbeda hanya ketika aspek-
aspek khusus ingin ditekankan dalam wacana-wacana keagamaan atau
teologis.
Sebenarnya, kata "iman" telah beberapa kali mengalami perubahan
makna sepanjang zaman. Secara keagamaan, iman tentunya adalah
pengetahuan akal dan hati yang mengindikasikan soal dasar dan
menyeluruh dari jiwa dan pikiran manusia sebagai 'suatu keadaan dasar
yang menentukan perilaku dan keberadaan manusia.' Berbeda dengan
kepercayaan, iman bukan semata-mata masalah pribadi, atau hanyalah
keputusan yang bersifat pribadi yang tidak berhubungan dengan yang
lainnya. Sebenarnya, dalam teologi Kristen, baik kepercayaan maupun
iman tidak dapat dianggap hal pribadi atau hasil dari pikiran, emosi atau
keinginan pribadi; sebaliknya kepercayaan dan iman berasal dari Allah
dan wahyu Allah. Itulah sebabnya dikatakan, "Walaupun kepercayaan
adalah hasil dari pikiran, pendirian atau pengalaman religius dari
komitmen pribadi, tetapi kepercayaan bukanlah semata-mata hal
260 |TEOLOGI REFORMED
pribadi." Iman adalah tanggapan atau pernyataan tanggapan, ketika
seseorang merenungkan Allah serta karya dan penyataan-Nya. Secara
sederhana, sifat positif dari tanggapan seperti itu disebut "iman,"
sedangkan sifat negatifnya disebut "ketidakpercayaan" atau
"kepercayaan jahat atau sesat."
Persoalannya menjadi lebih rumit pembahasannya ketika kita
merenungkan atau menganalisis masalah tersebut secara teologis. Hal ini
dikarenakan oleh kenyataan bahwa kepercayaan dan iman tidak hanya
tentang pendirian, agama dan komitmen seseorang. Iman sebenarnya
adalah jumlah keseluruhan dari pikiran, perilaku dan keberadaan
seseorang, bahkan jaminan dan kepastian eksistensi seseorang. Inilah
sebabnya mengapa penulis kitab Ibrani memberikan pernyataan yang
membingungkan, tetapi meyakinkan itu, bahwa, "Iman adalah dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat!" (Ibrani 11:1)
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas di dalam kerangka filosofis,
dengan menyajikan suatu refleksi anatomi yang positif, di dalam wacana
teologis dan disertai kepedulian pastoral, tentang masalah tersebut.
Tujuan utamanya adalah untuk menjelaskan secara terperinci unsur-
unsur iman, hakikat, makna, konsekuensi dan dampak-dampak iman
kepercayaan dalam kehidupan orang-orang yang memilikinya. Penulis
berharap bahwa gereja akan memiliki pengertian yang lebih baik tentang
Kebenaran yang dipercayakan kepada kita dalam konteks pastoral,
sehingga kita dapat memegang teguh iman yang kita miliki dan lebih
berbuah dan setia di dalam gereja, maupun di dalam masyarakat kita.
PENJELASAN MENGENAI UNSUR-UNSUR IMAN
Secara Alkitabiah, Allah adalah satu-satunya sumber iman dan Firman-
Nya adalah dasar iman kita. Tanpa Allah dan Firman Allah, tidak akan
pernah ada iman, dan kita pun tidak membutuhkan iman. Sebagaimana
hubungan antara Allah dan Firman-Nya, demikian pula seharusnya
261 |TEOLOGI REFORMED
hubungan iman dengan Firman Tuhan. Iman selalu berkembang ketika
Roh Allah bekerja dan manusia menanggapi secara kooperatif. Secara
sederhana, iman tidak dapat datang dari manusia, atau atas inisiatif
manusia, juga tidak dapat dilengkapi oleh manusia. Seperti yang pernah
dikemukakan Paulus, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran
oleh firman Kristus ...." "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh
Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"
(Roma 10:17; 11:36). Allah ialah yang pertama memberi kita Firman-Nya,
dan Roh Kudus yang bekerja dalam cara yang khusus untuk membuat kita
berbalik kepada Allah dari berhala-berhala untuk melayani Allah yang
hidup dan yang benar (1Tesalonika 1:9).
Oleh karena itu, secara teologis, iman itu murni pemberian Allah. Adalah
Allah, yang dalam kemurahan-Nya, menyatakan Firman-Nya kepada kita
melalui wahyu, inkarnasi, pengilhaman dan penulisan Alkitab, dan
penyataan, untuk membawa kita mendengar Firman-Nya dan
menanggapi panggilan-Nya kepada pertobatan dan pengampunan dosa.
Namun, dari sudut pandang manusia, iman harus dimengerti sebagai
tanggapan dan perilaku manusia yang sepantasnya serta aktual terhadap
kehadiran Allah melalui penyajian Firman-Nya. Dalam teologi tradisional,
Alkitab menggambarkan iman dalam 3 cara, yaitu, iman intelektual
(noticia), iman perasaan (assensus), dan iman kehendak (fiducia); untuk
mengindikasikan unsur-unsur intelektual, emosional dan kemauan dalam
iman serta pengaruh-pengaruhnya pada keberadaan manusia, secara
berurutan. Semua ini dihasilkan dari pekerjaan Roh Kudus melalui Firman
dari penyajian Firman serta pernyataan-Nya. Firman itu membuka hati
manusia dan memperbarui pikiran mereka agar mereka dapat mengenal
Allah dan wahyu-Nya. Demikianlah, manusia mulai mengetahui
kebodohan, kesia-siaan, kebandelan dan kegelapan dari keberadaannya
yang mula-mula. Di bawah penerangan Allah, pikiran kita mulai
menyadari dan merasakan kesedihan yang mendalam akan kehidupan
kita yang berdosa, kemudian dengan rela dan senang menyetujui teguran
262 |TEOLOGI REFORMED
dari Roh, selagi hati kita tersayat dan berbalik kepada Allah (lihat Kisah
Para Rasul 2:37). Akhirnya, kita dapat dengan bahagia mempercayakan
diri kepada Allah dan Firman-Nya, dan menerima penghakiman-Nya
tanpa syarat, untuk kemudian menerima anugerah pengampunan-Nya
menuju regenerasi untuk memasuki kerajaan dari Anak-Nya yang terkasih
(Kolose 1:13).
Sebenarnya, baik iman intelektual maupun iman perasaan adalah
keadaan pikiran dalam alam intelektual dan emosional. Secara berurutan
keduanya disebut "pengetahuan intelektual" dan "pengetahuan indrawi.
Keduanya disebut "iman yang sementara," karena keduanya dibatasi oleh
hal-hal fisik dan eksistensial atau pengalaman. Karena fakta bahwa iman
yang sementara berserah kepada bukti-bukti faktual dan fisik, maka iman
sementara itu rentan untuk berubah dan menghilang dalam ruang dan
waktu. Tidak diragukan, iman intelektual dan iman indra memiliki
kepastian faktual; namun keduanya bersifat sementara sehingga tidak
bertahan lama. Inilah tepatnya, alasan mengapa kebanyakan gereja
tradisional menemukan dirinya mengalami kesulitan untuk menerima
gerakan Karismatik dan pekerjaannya di dalam gereja.
Sejauh berbicara mengenai iman, pengetahuan intelektual dan
pengetahuan indera memerlukan keputusan yang berkemauan dan
komitmen untuk menyelesaikan bagiannya. Keduanya membutuhkan
penanaman Firman untuk membangun kepenuhannya untuk dapat
disebut "iman yang sejati."
Dalam teologi, komitmen yang berkemauan disebut "fiducia", atau
'mempercayakan diri' (trust). Dalam konteks ini, keimanan yang
mempercayakan diri adalah suatu bentuk yang sama sekali berbeda dari
iman. Iman yang mempercayakan diri tidak hanya peduli tentang
kemauan, pilihan, keputusan, komitmen dan tindakan semata-mata.
Sebenarnya, iman yang mempercayakan diri untuk dinilai oleh obyek
iman, yang merupakan sasaran iman, bukan oleh iman itu sendiri. Yang
263 |TEOLOGI REFORMED
dipercaya, dan bukan yang memercayai, yang menentukan kepastiannya,
maknanya dan nilai dari iman yang memercayakan diri itu. Dengan
perkataan lain, dalam iman yang memercayakan diri, fokusnya bukan
hanya kepada keputusan dan tindakan iman yang memercayakan diri itu
saja; melainkan haruslah pada apa yang seseorang percayai dan siapa
yang dia percayai. Dalam doktrin kristiani, orang Kristen mempunyai dua
objek iman yang memercayakan diri itu, yakni: Kebenaran atau Firman
Allah dan Allah sendiri. Yang pertama disebut "iman berpreposisi" atau
"iman doktrinal," sedangkan yang kemudian disebut "iman relasional"
atau "iman yang hidup," yakni isi kebenaran atau isi kehidupan dari iman.
Secara sederhana, itu berarti mengetahui apa yang engkau percayai dan
siapa yang engkau percayai; dan mau mati bagi imanmu, seperti halnya
mau hidup baginya (atau bagi-Nya) pada saat situasi mengharuskannya.
Walaupun orang-orang setia tidak takut mati; tetapi mereka lebih suka
hidup bagi iman mereka. Dilaporkan, ketika Uni Soviet yang dulu
terpecah, banyak pejabat-pejabat tingkat tinggi melakukan bunuh diri.
Alasannya antara lain, adalah: bahwa mereka memiliki iman dalam
komunisme dan percaya bahwa ada sesuatu yang layak untuk ditebus
dengan kematian, tetapi sekarang mereka tidak menemukan sesuatu
yang layak untuk dijalani dalam kehidupan. Sementara kematian memang
memberi kesaksian pada sesuatu yang dipercayai seseorang, tetapi ketika
ia menemukan bahwa hidup tidak menyatakan kebenaran, apa gunanya
lagi hidup baginya? Sejauh berbicara mengenai Kebenaran, ketika
seseorang berkomitmen pada ideologi yang tidak benar, mungkin akan
ada banyak alasan yang layak untuk mati baginya, karena kematian
mengakhiri segala hal secara tidak dapat dikembalikan lagi, tetapi tidak
ada satupun alasan untuk hidup baginya, karena untuk hidup terus
adalah suatu penantian yang tidak ada akhirnya dan sia-sia.
Signifikansi iman Kristen yang sangat menonjol adalah, bahwa iman
Kristen memiliki Kebenaran sebagai presuposisinya; juga memiliki Kristus
yang hidup, Sang Juruselamat, sebagai dasar hidup dan relasi bagi
264 |TEOLOGI REFORMED
imannya. Dalam konteks seperti itu, iman percaya membuat seorang
percaya tidak hanya rela mati bagi apa yang diyakininya, tetapi juga
membuatnya mampu untuk terus menjalani apa yang diyakininya dalam
kehidupan. Karena Ia hidup, maka kita hidup, dan kita akan melayani-Nya
dengan gembira (Yohanes 14:19, 12:24-26). Karena memiliki iman yang
mempercayakan diri seperti ini, kita dapat berseru seperti Paulus,
"Karena bagiku hidup adalah Kristus ..." dan "... hidupku yang kuhidupi
sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang
telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Filipi 1:21;
Galatia 2:20).
INTISARI IMAN - FIRMAN ALLAH
Analisis filosofis menghasilkan fakta bahwa segala sesuatu yang memiliki
makna kekal atau nilai kekal harus memiliki hubungan langsung dengan
Kebenaran. Manusia tidak dapat hidup tanpa iman. Ini adalah akibat
fakta bahwa Allah telah membebankan kekekalan pada manusia
(Pengkhotbah 3:10). Jiwa yang kekal menjadi pemacu yang tidak ada
akhirnya, mendorong manusia untuk mengejar apa yang kekal dan abadi
-- Kebenaran. Kita semua tahu bahwa manifestasi-manifestasi kebenaran
yang luar biasa di dalam dunia fisik adalah fakta-fakta yang konkrit. Kita
juga pasti tahu bahwa manifestasi-manifestasi kongkrit/pengaktualisasian
kebenaran itu (fakta-fakta) belum tentu Kebenaran itu sendiri. Namun
demikian, kita tetap tidak henti-hentinya mencari fakta-fakta, seolah-olah
kebenaran adalah jumlah keseluruhan dari fakta-fakta. Meskipun ini tidak
jelas, kita tetap rela dan bahkan terus-menerus menderita begitu banyak
untuk pengejaran yang demikian sia-sia. Mengambil dalil kerangka
struktur pengertian dari Kant, pengejaran terus-menerus yang seperti itu
dengan jelas mengindikasikan kita yakin bahwa Kebenaran betul-betul
ada. Kita bahkan rela mendedikasikan diri kita pada pengejarannya yang
tiada akhir dan dengan gembira menyerahkan diri kita di bawahnya.
265 |TEOLOGI REFORMED
Dalam pandangan kristiani, kebenaran tidak hanya bersandar pada Allah
yang kekal semata; kebenaran juga bersandar pada wahyu yang Allah
telah berikan kepada manusia. Inilah alasan bagi kita untuk mengatakan
bahwa intisari dari iman bukanlah pada fakta-fakta, atau keyakinan
seseorang, ataupun pada kepercayaan diri seseorang atas fakta-fakta
semacam itu, tetapi pada Firman Allah yang diwahyukan. Karena Firman
berasal dari Allah yang kekal, Firman adalah saksi-Nya. Firman itu telah
menjadi daging dalam Kristus dan tinggal di antara kita. Firman itu
dinyatakan dan dipelihara oleh gereja yang telah ditebus Kristus. Untuk
alasan ini, teologi menjadikan Gereja sebagai pelindung iman, sebagai
yang memiliki simpanan iman. Alkitab menyebut gereja sebagai tiang
penopang dan dasar dari Kebenaran. (1Timotius 3:15).
Seseorang yang berada di dalam Gereja tidak akan hanya memiliki iman
terhadap Injil (fides evangelica) untuk menjadi anak Allah; ia akan
terpelihara dengan baik dalam Firman Allah dan bertambah dalam iman
dan berkepenuhannya. Oleh karena itu, iman yang sejati tidak hanya
dimulai oleh Firman, iman yang sejati juga harus ditanam di tanah yang
subur: Gereja. Iman yang sejati perlu dilestarikan dan dipelihara dalam
persekutuan yang penuh kasih dari orang-orang pilihan Allah. Dalam
konteks ini, Roh Kudus akan menyucikan kita dan memurnikan iman kita
dengan Firman-Nya untuk membuat kita berbuah. Inilah tujuan utama
teologi pastoral dan pelayanan.
(Bersambung)
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Jurnal Teologi Stulos, Volume 4, Nomor 1, Juni 2005
Judul Artikel : Anatomi Kepercayaan dan Iman: Sebuah
266 |TEOLOGI REFORMED
Refleksi Teologis dan Pastoral
Penulis : Joseph Tong, Ph.D.
Penerjemah : -
Penerbit : Sekolah Tinggi Teologia Bandung
Halaman : 103-108
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis Dan Pastoral
(2)
Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Artikel berikut ini adalah sambungan dari artikel yang diterbitkan di Edisi
e-Reformed sebelumnya. Jika Anda belum menerima edisi sebelumnya
tersebut, silakan menghubungi saya.
In Christ,
Yulia
< yulia(at)in-christ.net >
Artikel Terkait
Christ The Mediator
Penderitaan Sang Juruselamat
Kejutan dari Seorang Skeptis
Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi (1)
267 |TEOLOGI REFORMED
Jika Kristus Tidak Dibangkitkan
Alkitab dan Reformasi
Inti Kekristenan
Penulis:
Joseph Tong, Ph.D.
Edisi:
082/II/2007
Isi:
ANATOMI KEPERCAYAAN DAN IMAN: Sebuah Refleksi Teologis Dan
Pastoral (1)
MAKNA DAN DAMPAK IMAN
Berbicara dari sudut pandang teologis, iman berarti komitmen total dan
memercayakan diri dalam Kebenaran dan memiliki hidup persekutuan
dengan Allah sejati yang Esa -- sebuah perpalingan ontologikal kembali
kepada Sang Pencipta. Perpalingan kembali ini tidak boleh dimengerti
dalam pola pikir struktur pantheistik atau panentheistik, perpalingan
kembali ke asal, seperti dalam praktik-praktik kontemplatif para-religius,
kembali kepada sifat ketuhanan di dalam. Tidak juga boleh dimengerti
sebagai kemampuan mencapai Firman untuk menjadi seperti Tuhan, atau
untuk menjadi Tuhan. Sebaliknya, ini adalah sebuah perpalingan kembali
yang asasi kepada Allah dalam konteks keselamatan kristiani. Pengertian
yang benar akan kekristenan adalah bahwa Kristus adalah Firman yang
menjadi daging supaya kita menjadi manusia, bukan menjadi allah.
Sewaktu kita kembali kepada Allah, kita menjadi anak-anak Allah. Iman
kita di dalam Kristus menghasilkan kepastian dan jaminan di dalam diri
kita dengan cara-cara berikut ini dalam pengertian akan realitas:
268 |TEOLOGI REFORMED
Kepastian akan Kebaikan dan Kesempurnaan Allah
Masalah kejahatan dalam filsafat hanya dapat dijelaskan dalam konteks
iman kristiani, di mana iman menyediakan pembacaan dan interpretasi
yang benar akan realitas secara keseluruhan. Tanpa iman dan
kepercayaan kepada Firman Allah, tidak akan ada makna bagi keberadaan
apa pun. Iman kita dalam Kristus memberikan jaminan kepada kita akan
kepastian kebaikan, sekaligus meyakinkan bahwa kejahatan adalah kesia-
siaan. Dalam kekristenan, kejahatan tidak memiliki keberadaan yang
nyata. Sebenarnya, kejahatan bukanlah lawan dari kebaikan, tetapi
ketiadaan atau miskinnya kebaikan. Karya dan tindakan dari Allah yang
sempurna selalu baik. Kebaikan seperti itu adalah fondasi dari semua
kebaikan. Oleh karena itu, dalam iman, apa yang kita miliki dan apa yang
kita alami adalah baik sempurna. Kesempurnaan seperti itu menjadi
lengkap dan menjadi subjek pujian dalam keselamatan di dalam Yesus
Kristus bagi anak-anak-Nya yang ditebus.
Adalah benar bahwa kehidupan di dunia ini penuh kesulitan, penderitaan,
dan tragedi. Akan tetapi, bagi orang beriman, hidup itu penuh dengan
anugerah dan hal-hal yang menyenangkan. Sebagaimana terang menjadi
lebih cemerlang dalam kegelapan, kebaikan menjadi lebih manis di
tengah-tengah kepahitan, begitu pula hidup kita lebih bermakna di dalam
kesulitan, kesedihan dan penderitaan. Bagi mereka yang memiliki iman,
segala sesuatu bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Allah, yaitu mereka yang dipanggil oleh Allah
(Roma 8:28). Dalam imanlah kita melihat keindahan ciptaan,
pemeliharaan dan penebusan Allah.
Jaminan akan Makna dan Nilai yang Sejati
Dalam psikologi sosial dan ekonomi, nilai selalu mengikuti harga
sedemikian rupa sehingga nilai dapat diciptakan oleh harga. Makna
kemudian mengikuti. Oleh karena itu, selama seseorang berani untuk
membayar harganya, walaupun mungkin tidak ada pasaran untuk
269 |TEOLOGI REFORMED
sementara waktu, tetapi bila ia dapat bertahan cukup lama dan berani
untuk melipatgandakannya dengan propaganda dan promosi yang baik,
orang lain pastinya akan menerima nilai dalam harga tersebut, atau harga
yang mereka bayar. Dalam perilaku seperti itu, harga menentukan pasar,
dan lebih lanjut lagi, nilai dibentuk ketika harga dibayar. Manusia bahkan
akan berpikir bahwa makna yang benar sejalan dengan harga. Walaupun
kenyataannya tidak sesederhana itu, akan tetapi, seperti inilah tepatnya
bagaimana struktur nilai dalam pola pikir modern berjalan pada saat ini.
Kebanyakan orang tidak lagi tertarik dalam mencari makna dan nilai.
Inilah penyebab utama dari kerusakan moral pada saat ini: Deskripsi yang
murni dari manusia yang tidak mempunyai iman.
Secara teologis, maknalah yang menentukan nilai. Intisari dari makna
tidak ditemukan dalam pembacaan dan interpretasi kenyataan, tetapi
dalam relasi dan kesatuan antara makna tersebut dengan kebenaran dari
kenyataan secara keseluruhan. Kebenaran adalah dasar dari semua
makna. Sebenarnya, masalah kita bukanlah bahwa kita menyangkal
kenyataan bahwa kebenaran ada, tetapi dalam asumsi kita bahwa
kebenaran perlu dimengerti sebagai sesuatu yang nyata dan bermakna.
Inilah tepatnya alasan kebanyakan orang menganggap pembacaan dan
interpretasi kenyataan sebagai realitas dan kebenaran, meyakini bahwa
tanpa pembacaan dan interpretasi, fakta, realitas dan kebenaran tidak
memiliki makna dan oleh karena itu tidak memiliki nilai.
Asumsi seperti itu menegaskan bahwa kebenaran adalah murni
keberadaan yang pasif. Ini adalah asumsi yang salah. Oleh karena
pembacaan dan interpretasi harus dimulai dengan beberapa pendirian
dan mengasumsikan dasar-dasar tertentu, yang tanpanya tidak mungkin
ada komunikasi. Oleh sebab itu, dapat dicatat bahwa kebenaran tidaklah
pasif. Sebaliknya kebenaran harus aktif. Seseorang yang membaca,
memahami, dan menginterpretasikan, harus mengambil peran sebagai
peran pembantu. Aktor utamanya, dalam hal ini, adalah Kebenaran itu
270 |TEOLOGI REFORMED
sendiri atau pemberi Kebenaran. Iman hanyalah sebuah agen dalam
proses tersebut.
Dalam teologi, kita menganggap iman adalah sesuatu yang
dianugerahkan Allah oleh kemurahan-Nya di dalam hati manusia, yang
memampukannya untuk membuat tanggapan yang sepatutnya pada saat
kebenaran dinyatakan. Iman membuka pikiran manusia untuk menerima
wahyu Allah dan berserah kepada Kebenaran, mengenal Kebenaran,
menyatakan makna, menegaskan nilai dan mempertandingkan
keberadaan kita. Secara sederhana, iman yang sejati membawa kita
kepada pengertian yang jelas akan makna, merasakan nilainya, dan
menikmati keberadaan kita. Tanpa iman, makna menghilang, nilai
terlepas, dan keberadaan dipenuhi dengan kecemasan dan tekanan. Ini
menjawab pertanyaan mengapa orang yang tidak beriman selalu hidup
dalam kesia-siaan dan berkeluh tanpa harapan.
Kepastian akan Kenikmatan dari Keberadaan
Dalam penciptaan, keberadaan adalah sebuah keharusan ontological.
Seperti itu, keberadaan menjadi tidak ada rasanya, tidak bermakna,
membuat kita putus asa. Secara filosofis, selain Allah yang membuat
keberadaan-Nya sendiri, segala sesuatu penuh keterbatasan. Oleh karena
itu, jikalau tidak ada iman, tidak ada suatu apa pun dapat dinikmati.
Keberadan tanpa iman menghasilkan ketidakberdayaan dan membawa
keputusasaan, frustasi dan kebosanan. Iman membawa kita untuk
merasakan kenikmatan dari kehidupan. Inilah tepatnya mengapa Paulus
dapat berkata; Aku hidup oleh karena iman di dalam Anak Allah.
Bagi orang Kristen, karena kita percaya dalam Kristus dan mengambil
bagian dalam sifat Allah, kita pastinya mengalami kebesaran dan
kebaikan Allah, dan juga Allah sendiri, dalam keberadaan kita. Augustine
pernah berkata, Allah memberikan segala sesuatu bagi kita untuk
digunakan (uti) sehingga kita dapat menikmati (frui) Allah. Dalam
pengertian seperti itu, walaupun kita harus melalui pencobaan-
271 |TEOLOGI REFORMED
pencobaan Ayub, kita masih dapat bersukacita dalam penderitaan,
seperti Ayub menyatakan bahwa: "Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang
mengambil. Terpujilah nama Tuhan." (Ayub 1:21). Oleh karena itu,
sekalipun Ia membunuhku, aku akan tetap percaya kepada-Nya. Iman
membawa kita untuk merasakan anugerah-Nya dan Diri-Nya sendiri,
membuat kita tidak hanya bersuka dalam kehadiran Allah, tetapi juga
bersuka di dalam Tuhan. (Ibrani 11:6; Roma 5:11).
Puncak Kepercayaan dan Iman dalam Tindakan
Bagi kebanyakan orang, iman adalah suatu alat untuk mencapai atau
menegaskan anugerah Allah. Hal ini benar hanya dalam pandangan
pengertian religius akan iman. Secara teologis, iman bukanlah suatu alat;
melainkan iman adalah suatu keadaan hati dan jiwa sebagai kepercayaan
dan komitmen yang total kepada Allah. Kata "fiducia" dalam teologi
mengandung banyak makna yang dalam. Kadang kala disebut "fiducia
cordis" sebagai hati dan inti dari iman. Dalam bagian penggunaannya
sepanjang sejarah Gereja, kata itu tampaknya kehilangan maksud dan
maknanya seiring berlalunya waktu. Gereja secara bertahap telah
bergeser dari penekanannya pada aspek percaya seperti yang dituntut
oleh objek yang kita percayai, kepada aspek-aspek percaya tertentu dari
seseorang yang percaya. Bergeser dari penekanan teosentris kepada
penekanan antroposentris, dari teologi ke antropologi.
Bagi manusia, perwujudan kepercayaan dan iman adalah tindakan dan
perilaku yang baik, secara umum dikenal sebagai pembenaran di hadapan
manusia dan dipuji oleh orang lain. Karena Allah tidak memerhatikan
penampilan, Allah tidak perlu untuk mendasarkan pembenarannya pada
perbuatan baik manusia. Oleh karena itu, walaupun iman selalu didukung
oleh perbuatan baik, tetapi iman dalam ciri-cirinya sendiri adalah
perbuatan baik dihadapan Allah, bukan di hadapan manusia. Inilah
mengapa iman kadang-kadang disebut tindakan baik semata. (Lihat Lukas
12:8). Iman adalah tindakan kepada Allah dan di hadapan Allah. Inilah
272 |TEOLOGI REFORMED
mengapa Allah membenarkan manusia karena imannya bukan
perbuatannya. Dengan kata-kata biasa, karena iman adalah percaya
dalam Allah, percaya adalah penyerahan diri yang total kepada Allah,
seperti Paulus menyatakan bahwa kita dapat percaya pada-Nya dan juga
menderita bagi-Nya. (Filipi 1:29).
Sisa makalah ini akan mendedikasikan dirinya pada penjelasan mengenai
iman dalam arti "fiducia", dimana teologi Kristen menjelaskan lebih lanjut
maknanya dalam istilah-istilah "iman yang takut" (apprehensio fiducialis);
"iman inti atau hati yang percaya" (fiducia cordis), dan "kebaikan iman
atau tindakan iman" (actus fidei).
Aspek-aspek yang Takut dari Iman
Apa yang kita maksud dengan iman yang takut adalah hasil dari tindakan
dan pekerjaan yang mulia dari Roh Kudus, membuat manusia mampu
mengamati dan memahami anugerah, karya, dan kehendak sempurna
dari Allah dalam tindakan-Nya. Dengan kata lain, dalam iman yang takut,
pikiran manusia ditangkap oleh Firman Allah. Karenanya, dia akan
sepenuhnya mengerti dalam pengetahuan dan penyerahan kepada Allah
dan Firman-Nya yang dinyatakan, dan dengan rela menerima
penghakiman dan pengampunan-Nya.
Seperti Abraham, dia percaya apa yang telah Allah janjikan, dan Allah
menganggap hal ini sebagai kebajikan-Nya. Inilah dasar dari iman
kristiani, tantangan dan pencobaan yang utama yang dihadapi orang-
orang Kristen saat ini. Pemazmur berkata, apabila dasar-dasar
dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu? (Mazmur
11:2). Inilah tepatnya dimana penyakit-penyakit Gereja modern dan
teologi modern dihasilkan. Baru-baru ini, banyak usaha didedikasikan
pada diskusi-diskusi dan rekonstruksi teologi kristiani, mengabaikan fakta
bahwa kita telah meragukan dasar iman kita dan mencoba untuk
menggantikan Allah dengan nama-nama yang lain. (Mazmur 16:4). Ini
adalah sebuah tanda yang nyata akan kurangnya iman yang takut. Usaha
273 |TEOLOGI REFORMED
seperti itu dianggap gagal, karena bibit kerusakan ditanam pada saat itu
bahkan sebelum usaha itu memulai rekonstruksi.
Iman yang sejati memahami kehadiran Allah dan kebesaran Allah, bahkan
sebuah pengertian akan membawa kita pada pengalaman dari Yusuf
muda yang pernah berkata, "Bagaimana bisa aku melakukan dosa yang
begitu besar terhadap Allah! Bahkan ketika tak seorangpun tahu!"
Iman Inti atau Hati yang Percaya
Kata "cordis fiducia" mengandung dua arti: 1) sebagai sebuah indikasi
bahwa tempat iman adalah dalam hati manusia, dan 2) bahwa inti dari
iman adalah ketika hati menyatu dengan iman mengarahkan diri pada
Kebenaran. Hal yang terakhir menunjuk pada fakta bahwa iman
senantiasa melampaui intelektual dan ia berada pada jiwa yakni bagian
utama dari eksistensi manusia. "Cordis fiduca" menentukan religiusitas
manusia dan hubungannya dengan Allah. Hal yang terakhir itu mengacu
pada fakta bahwa jiwa memiliki kemampuan mengasihi, memerhatikan,
dan melekatkan diri pada Allah dan firman-Nya.
Secara harafiah dapat dikatakan bahwa kemampuan mengasihi dan
memberi penghargaan adalah dua hal yang berbeda. Kasih cenderung
lebih nyata sedangkan penghargaan berbentuk konkret. Keduanya adalah
tanda dari sebuah kondisi dari perasaan dan karya yang benar sebagai
suatu ungkapan dari sikapnya terhadap obyek dari keyakinan dan
kasihnya. Iman yang sejati mengungkapkan diri sendiri dalam hati dan
lewat ucapan. Hati dan ucapan berjalan seiring memercayai dan
mengakui bahwa Kristus adalah Tuhan (Rm. 10:9-10). Iman yang sejati
lebih dari sekedar itu, ia tidak akan pernah malu pada injil Yesus Kristus
(Rm. 1:16; Mrk. 8:38-39).
Dalam konteks pastoral, iman mengandung aspek mistik dan keajaiban.
Iman membawa seseorang yang percaya dalam keberadaan tertawan,
sehingga orang itu tidak dapat menahan diri untuk bersaksi di depan
274 |TEOLOGI REFORMED
umum ataupun menolak dorongan untuk memproklamirkan nama Kristus
dan memuliakan-Nya. Sesungguhnya, orang itu begitu bangga menjadi
miliki Allah.
Dari zaman ke zaman, kita telah menyaksikan bahwa walaupun
memercayai Yesus adalah hal spiritual dan pribadi, namun sejauh
kaitannya dengan iman, sekali orang mengakui imannya pada Kristus (?).
Dia tidak akan ragu untuk memproklamirkannya di depan umum
sekalipun ia harus membayar harga dengan nyawanya sendiri. Bagi orang
lain, seorang yang sudah percaya tidaklah perlu begitu offensif. Beberapa
orang bahkan berpikir bahwa orang percaya meyakini dan berdoa secara
diam-diam sendiri. Namun bagi orang percaya sejati, iman mereka
membara sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain melakukan
sesuatu. Seperti Maria dari Betania, orang percaya yang sejati akan
menghancurkan kendi minyak narwastu untuk mengurapi kaki Tuhan,
meresikokan dirinya diserang oleh kritik tajam dan kecaman orang lain.
Hal ini merupakan ekspresi dari penghargaan yang terbaik. Iman yang
sejati tidaklah dapat diungkapkan sepenuhnya. Iman sejati dapat
memperlihatkan dorongan yang dashyat, yang mampu memindahkan
gunung dan membelah lautan. Iman sejati seperti api yang
menghanguskan dan seperti air yang tiada henti menetes melubangi batu
kerikil yang tebal. Semua hal ini merupakan penjelasan tentang iman,
keyakinan yang dirasakan oleh hati.
Kebajikan atau Tindakan Iman
Sebagaimana kita diskusikan dalam tulisan ini, iman sejati tidaklah
membutuhkan perbuatan untuk membuktikannya. Iman sejati sebaliknya
merupakan perbuatan itu sendiri di hadapan Allah dan diterima oleh
Allah. Teologi merujuk kebenaran ini sebagai kebajikan iman atau
tindakan iman. Mengikuti Paulus, gereja tradisional menyakini iman,
pengharapan, dan kasih sebagai tiga pilar utama dari keutamaan Kristen.
Kebajikan iman, dipahami secara umum sebagai hal yang paling jelas di
275 |TEOLOGI REFORMED
antara ketiganya. Sekalipun demikian, secara ontologis, iman
sesungguhnya merupakan sebuah kesadaran diri yang jelas mengenai
kehadiran ilahi yang menuntut sebuah ketertundukan total dan
komitmen pada Allah dan firman-Nya. Penjelasan berikut ini memberikan
gambaran mengenai tindakan iman sebagai kebajikan moral.
IMAN DALAM KOMITMEN
Komitmen merupakan sebuah tindakan sukarela alami dari seorang yang
sudah diyakini oleh Kebenaran. Hal ini membawa kita pada beberapa
pertanyaan teologis, sejauh pembahasan dalam konteks iman dan
komitmen, apakah iman adalah hasil dari kemampuan subyektif manusia,
"habitus fidei", ataukah hasil dari anugerah Allah, yang memampukan
orang itu untuk secara total menyerahkan dirinya di hadapan Allah? Jika
iman adalah inisiatif ilahi, maka apa yang seorang manusia lakukan
hanyalah mempraktikkan hak istimewa yang diberikan oleh Allah saat ia
berkonfrontasi dengan wahyu ilahi. Manusia tidaklah memiliki pilihan lain
selain daripada respons yang sewajarnya kepada panggilan Allah.
Berbicara dalam terang keyakinan Reformed, komitmen iman bukanlah
usaha manusia, sebaliknya, iman adalah anugerah Allah. Dan dengan
demikian, keutamaan iman merupakan pekerjaan Allah itu sendiri. Jelas
tidak ada kontribusi manusia sama sekali. Oleh sebab itu tidak ada alasan
bagi manusia untuk mengakui bahwa iman itu miliknya. Iman itu ada
karena Allah bersedia tinggal di dalam manusia. Sebagaimana pepohonan
dihanyutkan oleh banjir badang, demikianlah manusia disandera oleh
Allah dan oleh kasih-Nya. Oleh sebab itu, komitmen penulis adalah agar
kita dapat tinggal tenang seperti anak yang terlelap, sepenuhnya
menyerahkan diri di atas pangkuan sang ibu. Dan hal ini merupakan
tanda dari iman yang sejati yang membawa ucapan syukur dan pujian
dalam diri kita. Orang yang memiliki iman tidaklah pernah
menyombongkan diri, dia lebih memilih untuk berkomitmen total dan
hanya bersedia berbicara hal yang besar mengenai Kristus yang tersalib
(1Kor. 2:1-5).
276 |TEOLOGI REFORMED
IMAN DALAM KETERTUNDUKAN DAN KETAATAN
Iman dan ketaatan tidak dapat dipisahkan, keduanya merupakan ekspresi
konkret dari keyakinan terhadap Kristus. Secara teologis, lawan dari iman
bukanlah ketidakpercayaan, ataupun keragu-raguan melainkan
kesombongan dan ketidaktaatan. Kejatuhan dari Adam dan Hawa, dan
seluruh tokoh Alkitab merujuk pada fakta bahwa mereka terlalu sombong
dan tidak taat. Alkitab menyatakan bahwa kesombongan mendahului
kehancuran. Langkah pertama dari iman yang sejati adalah penyangkalan
dan penyerahan diri dalam rangka mengikut Tuhan. Ketaatan dalam iman
melibatkan hal berikut:
Pengetahuan akan Allah
Mengenal kedaulatan dan kemuliaan Allah. Keberadaan kita amat
bergantung pada diri-Nya. Bagaimana kita dapat mempertanyakan Allah
dan meragukan diri-Nya, dan firman-Nya? Pemazmur pernah
mengatakan, "Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah
yang bertindak" (Mzm. 39:10). Demikian juga kita mendengar pemilik
kebun anggur berkata. "Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku
menurut kehendak hatiku? (Mat. 20:15) Apakah yang dapat kita lakukan
selain berkata "Aku hanya hamba Allah, lakukanlah sebagaimana yang
Engkau kehendaki." Ketika Anak Allah datang ke dunia ini, Dia sengaja
mengosongkan diri dan merendahkan diri. Mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi manusia. Saat menjadi seorang manusia, Ia
merendahkan diri sedemikian rupa dan taat sampai mati bahkan sampai
mati di kayu salib! (Fil. 2:6-8). Dia bahkan tetap taat saat menderita (Ibr.
5:8). Jika kita pernah mengenal Allah, mengapa kita tidak merendahkan
diri dan secara penuh merendahkan diri kepada Tuan kita?
Pengetahuan akan Diri Sendiri
Dalam kenyataannya, kita sering membandingkan diri kita pada yang lain.
Dengan berbuat demikian, kita akan terjebak di dalam kealpaan terhadap
277 |TEOLOGI REFORMED
diri, posisi dan pendirian kita sendiri. Sesungguhnya, sebagian besar
orang tidaklah puas terhadap hak istimewa yang mereka miliki. Hal ini
merupakan hasil dari kealpaan kita terhadap fakta bahwa kita merupakan
anggota keluarga sorgawi dan dunia (Ef. 3:15). Saat Petrus masih berpikir
banyak mengenai nasib yang akan menimpa Yohanes, Yesus menjawab
apa yang harus kamu lakukan adalah mengikuti Aku (Yoh. 21:22).
Sesungguhnya Allah telah menyediakan bagian dan piala bagi kita; Dia
menjaga harta benda kita agar tetap aman. Sebagaimana Pemazmur
mengungkapkan "Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang
permai; ya milik pusakaku menyenangkan hatiku." (Mzm. 16:6-8). Oleh
sebab itu, mari kita berdiam dan menenangkan diri dan ketahuilah bahwa
ialah Allah (Mzm. 46:10). Mari kita dengar perkataan-Nya pada Daniel,
"Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan
beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapatkan bagianmu pada
kesudahan zaman" (Dan. 12:13). Tunduklah pada rencana dan
pengaturan-Nya. Lakukan hal terbaik untuk tetap menaati-Nya. Karena
Dialah bagian dari warisan dan piala kita (Mzm. 16:5). Jika Anda memiliki
iman, akuilah dan puaslah dengan keadaanmu saat ini -- inilah tanda dari
pengetahuan yang benar mengenai diri sendiri.
Pengetahuan akan Otoritas
Takut akan orang yang memiliki kuasa merupakan sebuah praktik yang
wajar. Oleh sebab itu, otoritas dan kuasa telah menjadi tempat dimana
orang mudah untuk menunjukkan ketaatan. Ketakutan jenis ini
merupakan hasil dari ketidaktahuan akan otoritas yang sebenarnya.
Ketaatan yang sejati menyerahkan diri pada otoritas yang tidak mengenal
ketakutan. Otoritas itu adalah buah dari iman yang sejati. Di dalam
otoritas seperti ini, kasih dimungkinkan untuk bertumbuh.
Kita percaya dan taat pada Kristus bukan karena kita takut pada-Nya
namun karena kita terpaku oleh kedashyatan kasih Allah, dan oleh
karenanya kita mengasihi Allah. Dalam konteks ini, ketaatan dan
278 |TEOLOGI REFORMED
ketertundukan bukan lagi persoalan intelektual dan pemahaman
sensasional, melainkan sebuah dorongan dari jiwa menuju pemenuhan.
Oleh sebab itu, kita menjadikan hal menyenangkan hati Allah sebagai
tujuan hidup kita (2Kor. 5:9). Sekalipun kita tidak pernah melihat Dia, kita
mengasihi Dia. Dan sekalipun kita tidak melihat Dia saat ini, kita percaya
pada-Nya dan hati kita dipenuhi oleh sukacita yang tidak dapat
diungkapkan, karena kita telah menerima tujuan dari iman kita, yakni
keselamatan dari jiwa ini (1Pet. 1:8-9). Klarifikasi dari pemahaman kita
akan otoritas akan selalu menghasilkan ketaatan batiniah dalam diri kita.
IMAN DAN HAL MENGIKUT YESUS
Apa yang Kristus inginkan dari para pengikut-Nya adalah usaha
menyangkal diri mereka sendiri, memikul salib dan mengikuti-Nya. Orang
yang percaya pada Allah, akan mengikut Allah. Hal ini memerlukan iman.
Yohanes, murid yang dikasihi Kristus menyatakan bahwa orang yang
mengikut Kristus adalah mereka yang menaati firman-Nya, di mana kasih
Allah sungguh sempurna berada dalam diri mereka ... sebab barangsiapa
yang berkata ia hidup di dalam Dia haruslah ia melakukan apa yang Yesus
lakukan (1Yoh. 2:5-6).
Pesan terakhir Kristus kepada para murid-Nya hampir sama dengan
ungkapan di atas, Dia berkata: "sebab Aku telah memberikan suatu
teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah
Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya seorang
hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan
daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka
berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya" (Yoh. 13:15-17).
Mengikuti Kristus adalah salah satu karakteristik yang terpenting dari
menjadi seorang Kristen. Jika iman didirikan di atas dasar Firman Allah,
maka hasilnya adalah kasih terhadap Allah dan meneladani hidup Kristus.
Dokumen dan warisan literatur pada masa Abad Pertengahan
mengindikasikan bahwa para orang-orang kudus mewariskan praktik
279 |TEOLOGI REFORMED
hidup yang meneladani Kristus. Mereka mengikut Tuhan secara konstan
dan konsisten. Dibandingkan dengan hidup kita hari ini, patutlah kita
menjadi malu, karena walaupun kita mengakui telah mengenal Kristus
dan memproklamirkan nama-Nya, namun dalam hal ketertundukan dan
penyerahan diri untuk mengikuti serta meneladani-Nya, kita masih jauh
dari apa yang Tuhan harapkan.
KESIMPULAN
Penyederhanaan iman rupanya merupakan paradoks pada kenyataannya.
Setelah kejatuhan manusia, tidak ada seorangpun memiliki iman. Kita
telah jatuh di dalam perangkap kepercayaan, yakni ketidakpercayaan dan
keraguan terhadap hal-hal yang benar dan dapat dipercaya. Inilah
sebabnya sejarahwan dan filosof, Will Durant pernah berkata: "Agama
datang dan pergi, namun ketakhayulan berlangsung selamanya." Dalam
perjalanan sejarah umat manusia, ketakhayulan tampaknya selalu
mendahului agama yang sejati. Oleh sebab itu cara terbaik untuk
memperlakukan kepalsuan dan ketakhayulan ini bukanlah dengan
kekuasaan, politik, ideologi, teori ataupun uang. Bahkan tidak dengan
agama ataupun kepercayaan agama, melainkan melalui iman yang sejati -
- yakni iman yang berakar dalam Firman Allah dan pemahaman yang
benar mengenai Allah dan wahyu-Nya. Allah pernah berkata pada
Yeremia: "Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu,
dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu
dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? Demikian
Firman Tuhan. Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman Tuhan
dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yer. 23:28-29).
Firman Tuhan adalah satu-satunya perisai yang paling ampuh untuk
berhadapan dengan ketakhayulan dan keyakinan yang palsu. Biarkan kita
membangun diri kita dengan iman yang paling suci dan berdoa di dalam
Roh Kudus. Senantiasa berada di dalam lingkaran kasih Allah sementara
kita menunggu belas kasihan Yesus Kristus yang akan membawa kita
280 |TEOLOGI REFORMED
kepada hidup yang kekal (Yud. 20). Sebagaimana kita telah mengakhiri
pertandingan yang baik, "aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman" (2Tim 4:7-8), oleh sebab itu mari kita senantiasa
percaya dan dengan gembira menaati Dia. Menjadi orang yang taat dan
menjadi manusia beriman yang kelak mendapat pujian dari Allah.
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Jurnal Teologi Stulos, Volume 4, Nomor 1, Juni 2005
Judul Artikel : Anatomi Kepercayaan dan Iman: Sebuah Refleksi
Teologis dan Pastoral
Penulis : Joseph Tong, Ph.D.
Penerjemah : -
Penerbit : Sekolah Tinggi Teologia Bandung
Halaman : 103 - 108
Kejutan dari Seorang Skeptis
Editorial:
Dear Reformed Netters,
Artikel yang saya kirimkan ke Anda ini sangat menarik untuk disimak.
Kiranya dapat menjadi perenungan bagi kita menjelang perayaan Paskah
tahun ini. Doa saya, kita semua semakin menghargai pentingnya
kematian Kristus bagi iman keselamatan kita.
Selamat merayakan Hari Paskah 2008.
281 |TEOLOGI REFORMED
Redaksi, Yulia Oeniyati < yulia(at)in-christ.net >
Artikel Terkait
Spiritualitas Injili: Suatu Tinjauan Ulang
Firman Menjadi Daging (1)
Pemeliharaan Selamanya
Gereja; Mau Kemana? Konservatif dan Radikal
Firman Menjadi Daging (2)
Christ's Church and Our Calling
Calvin dan Tuduhan Skisma dari Katolik Roma Terhadap
Para Reformator: Sebuah Studi Tentang Kesatuan Gereja
(Bag. 1)
Penulis:
Lee Strobel
Edisi:
096/II/2008
Tanggal:
14-2-2008
Isi:
KEJUTAN DARI SEORANG SKEPTIS
282 |TEOLOGI REFORMED
Karena menganggap diri seorang ateis, maka saya mengawali perjalanan
spiritual saya dengan cara yang tidak biasa.
Saya minta pertolongan Tuhan.
Saya pikir-pikir, apa ruginya? Jika saya ternyata benar dan Tuhan sedang
tidak ada di surga, maka saya hanya akan kehilangan waktu selama tiga
puluh detik. Jika ternyata saya salah dan Tuhan menjawab saya, maka
saya akan mendapat untung besar. Maka, saat sendirian di dalam kamar;
pada 20 Januari 1980, saya panjatkan doa demikian ini:
"Tuhan, aku bahkan tidak percaya Engkau ada di sana, tetapi jika
memang benar Engkau ada, aku ingin menemukan-Mu. Aku benar-benar
ingin mengenal kebenaran-Mu. Maka jika Engkau memang ada, mohon
nyatakan diri-Mu padaku."
Apa yang tidak saya ketahui pada waktu itu yaitu, doa sederhana ini
melontarkan saya selama hampir dua tahun ke dalam petualangan
pencarian yang berakhir dengan sebuah revolusi dalam hidup saya.
Berbekal pelatihan bidang hukum yang pernah saya ikuti, yang memberi
saya pengetahuan mengenai bukti, juga latar belakang jurnalistik, yang
memberi saya keterampilan-keterampilan dalam mengejar-ngejar fakta,
saya pun mulai membaca berbagai macam buku dan mewawancarai
banyak ahli. Saya sangat dipengaruhi oleh Josh McDowell melalui buku-
bukunya. "More Than a Carpenter"[1] dan "Evidence That Demands a
Verdict"[2], telah membuka mata saya pada kemungkinan bahwa
seseorang bisa memiliki iman yang dapat dipertahankan secara
intelektual.
Tentu saja, saya juga membaca Alkitab. Namun, terlebih dahulu saya
sisihkan jauh-jauh pemikiran bahwa Alkitab itu benar-benar adalah
firman, yang adalah ilham dari Tuhan. Sebaliknya, pada saat itu saya
memandang Alkitab dengan sudut pandang yang tak terbantahkan --
283 |TEOLOGI REFORMED
sebagai suatu kumpulan dokumen masa lampau yang merekam kejadian-
kejadian yang memiliki nilai historis.
Saya juga membaca tulisan-tulisan religius lainnya, termasuk Kitab
Mormon, sebab saya rasa penting untuk memeriksa alternatif keyakinan
rohani yang berbeda. Sebagian besar keyakinan itu mudah dibuyarkan.
Sebagai contoh, Mormonisme dengan cepat runtuh di tengah penelitian
saya setelah saya menemukan beberapa ketidaksesuaian yang tidak
dapat ditolerir antara kesaksian-kesaksian sang pendiri, Joseph Smith,
dengan penemuan-penemuan arkeologi modern. Berbeda dengan
kekristenan, yang semakin saya teliti, semakin membangkitkan
ketertarikan saya.
Saya gambarkan proses ini seolah-olah saya sedang merangkai suatu
"jigsaw" (teka-teki bergambar) raksasa dalam benak saya. Tiap kali
menemukan bukti atau jawaban, itu seperti menemukan letak potongan
jigsaw yang tepat pada posisi yang semestinya. Saya tidak tahu seperti
apa jadinya gambar akhir dari rangkaian jigsaw tersebut -- itu adalah
suatu misteri -- tetapi setiap fakta yang dapat saya ungkap mengarah
pada satu langkah ke depan untuk makin dekat pada solusinya.
JAWABAN BAGI SEORANG ATEIS
Tak lama kemudian, saya menemukan bahwa orang Kristen telah
melakukan suatu kesalahan taktis. Agama-agama lain percaya pada
berbagai dewa atau tuhan yang tak berwujud, tidak kelihatan, dan
pemahaman itu sulit untuk diubah. Tetapi orang Kristen mendasarkan
agama mereka pada hal- hal yang katanya adalah ajaran dan mukjizat
dari sesosok Pribadi yang mereka klaim atau akui sebagai Orang yang
secara historis adalah nyata -- Yesus Kristus -- yang menurut mereka,
adalah Tuhan.
Saya rasa ini merupakan suatu kekeliruan yang besar sebab jika Yesus
benar-benar hidup, Ia pasti meninggalkan bukti-bukti historis. Saya pun
284 |TEOLOGI REFORMED
berpikir bahwa yang perlu saya lakukan adalah berusaha memastikan
kebenaran historis tentang Yesus dan mungkin saja saya akan
menemukan bahwa Dia adalah Orang yang baik, mungkin sangat
bermoral dan seorang Guru yang sempurna, tetapi yang pasti, sama
sekali tidak menyerupai Tuhan.
Saya memulainya dengan menanyakan pada diri saya sendiri pertanyaan
pertama dari seorang wartawan yang baik: "Ada berapa pasang mata di
sana?" "Mata" adalah istilah lain untuk saksi. Setiap orang tahu betapa
kuatnya kesaksian saksi mata dalam menetapkan kejujuran suatu
peristiwa. Percayalah, saya sudah melihat banyak terdakwa yang digiring
ke penjara oleh saksi mata.
Maka saya ingin mengetahui, "Ada berapa banyak saksi mata yang
menjumpai orang bernama Yesus ini? Berapa banyak yang mendengar-
Nya saat Dia memberikan pengajaran-pengajaran? Berapa banyak yang
melihat- Nya melakukan mukjizat-mukjizat? Berapa banyak yang benar-
benar telah melihat-Nya setelah Dia, yang katanya bangkit dari
kematian?"
Saya terkejut saat menemukan bahwa tidak hanya satu saksi mata yang
ada di sana; melainkan ada banyak, dan Perjanjian Baru dengan jelas
menyebutkan beberapa orang dari mereka. Sebagai contoh, ada Matius,
Petrus, Yohanes, dan Yakobus -- mereka semua adalah saksi mata.
Markus, seorang sejarawan, yang menulis berdasarkan wawancara
langsung dengan Petrus sendiri; Lukas, seorang dokter yang menulis
riwayat hidup Yesus berdasarkan kesaksian para saksi mata; dan juga
Paulus, yang hidupnya berubah 180 derajat setelah dia berkata bahwa
dirinya telah bertemu dengan Kristus yang telah bangkit kembali.
Petrus dengan teguh meyakinkan bahwa dia dengan teliti telah mencatat
informasi yang diperolehnya secara langsung. "Kami tidak mengarang
kisah-kisah yang kami ciptakan dengan cerdik saat kami mengatakan
285 |TEOLOGI REFORMED
kepada Anda mengenai kuasa dan kedatangan dari Tuhan kita Yesus
Kristus," tulisnya, "tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran- Nya."[3]
Yohanes berkata, dia telah menuliskan tentang hal-hal "yang telah kami
dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami
saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami."[4]
KESAKSIAN YANG DAPAT DIPERCAYA
Orang-orang ini tidak hanya menyaksikan secara langsung, tetapi
McDowell dengan jelas menunjukkan, mereka telah berkhotbah tentang
Yesus pada orang-orang yang hidup pada masa dan di daerah yang sama
dengan Yesus sendiri. Hal ini sangat penting sebab jika para murid itu
melebih-lebihkan atau hanya sekadar menulis ulang sejarah, maka para
pendengar, yang terkadang memusuhi mereka, pasti akan mengetahui
kebohongan itu dan menolak mereka. Tetapi sebaliknya, mereka dapat
berbincang-bincang mengenai berbagai hal yang telah diketahui orang
banyak dengan para pendengar tersebut.[5]
Sebagai contoh, tidak lama sesudah Yesus dibunuh, Petrus berkhotbah
pada orang banyak di kota yang sama di mana penyaliban itu
berlangsung. Banyak di antara mereka mungkin melihat Yesus dibunuh.
Petrus memulainya dengan berkata: "Hai orang Israel, dengarlah
perkataan ini: `Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang
yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan
kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang
dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu,
seperti yang kamu tahu.`"[6]
Dengan kata lain, "Ayolah, kalian semua -- kamu sudah mengetahui apa
yang Yesus lakukan. Kamu sendiri telah melihat hal-hal ini!" Lalu dia
mengungkapkan bahwa Raja Daud telah mati dan dikuburkan dan
kuburannya masih ada sampai hari ini, "Yesus inilah yang dibangkitkan
Allah, dan tentang hal itu kami adalah saksi."[7]
286 |TEOLOGI REFORMED
Yang menarik adalah reaksi para pendengar. Mereka tidak berkata, "Kami
tidak tahu apa yang kamu bicarakan!" Sebaliknya, mereka panik dan ingin
tahu apa yang harus mereka lakukan. Pada hari itu juga, sekitar tiga ribu
orang meminta pengampunan dan banyak lainnya juga turut serta --
sepertinya itu karena mereka mengetahui bahwa Petrus telah
mengatakan hal yang sebenarnya.[8]
Saya pun bertanya pada diri sendiri, "Apakah kekristenan dapat tumbuh
berakar dengan cepat karena memang benar tidak dapat dibantah jika
para murid itu berkeliling menyebarkan perkataan yang telah diketahui
oleh para pendengar mereka bahwa hal-hal itu dilebih-lebihkan atau
bahkan palsu?"
Potongan-potongan jigsaw mulai tertata tepat pada tempatnya.
Satu bukti lagi yang ditawarkan orang Kristen pada saya -- namun saya
tidak memercayainya -- yakni para murid Yesus pasti percaya pada apa
yang telah mereka khotbahkan tentang Dia karena sepuluh dari sebelas
orang murid memilih mengalami kematian yang mengerikan daripada
menarik kembali kesaksian mereka bahwa Yesus adalah Anak Allah yang
telah bangkit dari kematian. Beberapa orang lainnya disiksa hingga mati
melalui penyaliban.
Awalnya saya tidak menyadari hal menarik ini. Saya bisa menunjukkan
semua kelemahannya melalui sejarah, yakni ada orang-orang yang rela
mati karena membela keyakinan mereka. Tetapi para murid itu berbeda,
kata McDowell. Orang akan rela mati demi kepercayaan mereka jika telah
yakin dengan kebenaran kepercayaan itu, tetapi orang tidak akan mau
mati untuk kepercayaan jika tahu bahwa kepercayaan itu palsu.
Dengan kata lain, keseluruhan iman Kristen bergantung pada apakah
Yesus Kristus benar-benar bangkit dari kematian.[9] Tidak ada
kebangkitan, berarti tidak ada kekristenan. Para murid berkata bahwa
mereka melihat Yesus setelah Dia dibangkitkan dari kematian. Mereka
287 |TEOLOGI REFORMED
mengetahui apakah mereka berbohong atau tidak; hal itu tidak mungkin
merupakan halusinasi atau kekeliruan. Dan jika mereka memang
berbohong, akankah mereka dengan sepenuh hati rela mati demi hal
yang mereka ketahui adalah palsu?
Seperti yang diamati oleh McDowell, tidak ada orang yang dengan sadar
dan dengan sepenuh hati rela mati demi suatu kepalsuan.[10]
Fakta tunggal itu sangat memengaruhi saya, terlebih lagi ketika saya
mengetahui apa yang terjadi pada para murid setelah penyaliban. Sejarah
menunjukkan bahwa mereka muncul dan dengan terus terang
menyatakan bahwa Yesus mengatasi dunia kematian. Tiba-tiba, orang-
orang yang dahulunya penakut ini dipenuhi dengan keberanian, bersedia
berkhotbah hingga mati bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Apa yang mengubah mereka? Saya tidak mendapatkan penjelasan yang
lebih masuk akal lagi selain bahwa para murid itu telah memeroleh
pengalaman yang mengubah hidup mereka bersama dengan Kristus yang
telah dibangkitkan kembali.
SEORANG SKEPTIS ABAD PERTAMA
Penyelidikan saya terutama sampai pada diri seorang murid bernama
Thomas, sebab dia sama skeptisnya seperti saya. Saya rasa dia pasti
dapat menjadi seorang wartawan terkenal. Thomas berkata dia tidak
akan percaya bahwa Yesus telah kembali hidup kecuali jika dia bisa secara
pribadi memeriksa luka-luka di tangan dan kaki Yesus.
Menurut catatan dalam Perjanjian Baru, Yesus muncul dan memanggil
Thomas untuk memeriksa bukti bagi dirinya agar percaya, dan Thomas
melihat bahwa luka-luka itu benar. Saya terpesona saat mengetahui
bagaimana Thomas menghabiskan sisa hidupnya. Menurut sejarah, dia
mengakhiri hidupnya dengan tetap menyatakan -- hingga ditikam sampai
mati di India -- bahwa Yesus adalah Anak Allah yang telah bangkit kembali
288 |TEOLOGI REFORMED
dari kematian. Baginya, bukti telah meyakinkan dirinya dengan sangat
jelas.
Selain itu, adalah penting untuk membaca apa yang Thomas katakan
setelah dia menjadi puas oleh bukti bahwa Yesus telah mengalahkan
kematian. Thomas menyatakan: "Tuhanku dan Allahku."[11]
Selanjutnya, Yesus tidak menanggapinya dengan berkata, "Stop! Tunggu
sebentar, Thom. Jangan menyembah aku. Kamu hanya boleh
menyembah Tuhan, dan ingat, aku hanyalah seorang guru besar dan
Manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral." Sebaliknya, Yesus
menerima penyembahan Thomas.
Dengan demikian, tidak perlu lagi mencari kesalahan dari konsepsi
populer bahwa Yesus tidak pernah mengklaim atau mengaku bahwa Dia
adalah Allah. Selama bertahun-tahun, orang-orang yang skeptis atau
tidak percaya telah bercerita kepada saya bahwa Yesus tidak pernah
menganggap diri-Nya lebih dari sekadar manusia biasa dan bahwa Dia
marah di dalam kuburan-Nya jika Dia mengetahui bahwa orang-orang
menyembah diri-Nya. Tetapi ketika saya membaca Alkitab, saya
menemukan bahwa Yesus menyatakan berulang kali -- baik melalui
perkataan maupun perbuatan -- siapa diri-Nya sebenarnya.
Riwayat hidup Kristus yang paling tua menggambarkan bagaimana Dia
ditanyai secara langsung oleh imam besar selama proses pengadilan:
"Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"[12] Yesus tidak ragu-
ragu. Dua kata pertama yang diucapkan-Nya adalah: "Akulah Dia."[13]
Imam besar tahu apa yang Yesus katakan, karena itu dia dengan marah
menyatakan pada pengadilan, "Kamu sudah mendengar hujatan-Nya
terhadap Allah"[14] Hujat apa? Bahwa Yesus telah mengaku diri-Nya
adalah Allah! Ini, setelah saya pelajari, adalah kejahatan yang membuat-
Nya dihukum mati.
289 |TEOLOGI REFORMED
Ketika saya menjadi semakin yakin terhadap para saksi mata dalam
Perjanjian Baru, saya tetap teringat pada seorang skeptis lain yang
berbicara kepada saya bertahun-tahun yang lalu. Mereka mengklaim
bahwa Perjanjian Baru tidak bisa dipercayai karena buku itu ditulis
seratus tahun atau bahkan lebih setelah masa kehidupan Yesus. Mereka
berkata bahwa mitos-mitos tentang Yesus telah tumbuh subur selama
masa itu dan telah menyimpangkan kebenarannya tanpa disadari.
Tetapi ketika saya menguji fakta-fakta dengan objektif, saya mendapati
bahwa penemuan-penemuan arkeologis terbaru telah memaksa para ahli
untuk memberikan pernyataan bahwa masa penulisan Perjanjian Baru
lebih awal dari pernyataan sebelumnya.
Dr. William Albright, seorang profesor terkenal dari Universitas John
Hopkins dan mantan Direktur American School of Oriental Research in
Jerusalem, berkata bahwa ia yakin berbagai buku dari Kitab Perjanjian
Baru ditulis dalam masa lima puluh tahun setelah penyaliban dan sangat
mungkin dalam dua puluh atau empat puluh lima tahun sesudah masa
Yesus.[15] Ini berarti usia Perjanjian Baru sama tuanya dengan masa
kehidupan para saksi mata, yang pasti akan memperdebatkan isinya jika
penulisannya dibuat-buat.
Terlebih lagi, para ahli telah mempelajari mengenai waktu yang
diperlukan bagi suatu legenda untuk berkembang pada masa lampau.
Dan kesimpulan mereka yakni: Tidak ada waktu yang cukup, antara
kematian Yesus dan penulisan Perjanjian Baru, bagi suatu legenda untuk
dapat menyimpangkan kebenaran historis.[16]
Bahkan, saya kemudian mempelajari bahwa suatu pengakuan iman dari
gereja mula-mula -- yang menyatakan bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa
kita, dan dibangkitkan kembali, serta muncul di hadapan banyak saksi - -
telah ditelusuri ulang hingga tiga sampai delapan tahun setelah kematian
Yesus. Pernyataan iman ini, yang dilaporkan oleh Rasul Paulus dalam 1
290 |TEOLOGI REFORMED
Korintus 15:3-7, ditulis berdasarkan kesaksian langsung dan merupakan
suatu konfirmasi paling awal mengenai inti dari Injil.[17]
Sepotong demi sepotong, teka-teki jigsaw mental saya pun semakin
menyatu.
KUASA NUBUATAN
Selanjutnya saya mengarah pada nubuatan-nubuatan Alkitab, wilayah di
mana saya biasanya bersikap sangat sinis. Saya telah menulis banyak
artikel selama bertahun-tahun mengenai ramalan-ramalan tentang masa
depan -- salah satu dari kisah-kisah Tahun Baru yang menyibukkan semua
reporter pemula -- dan saya mengetahui betapa sedikitnya ramalan-
ramalan yang benar-benar terjadi. Sebagai contoh, setiap tahun orang-
orang di Chicago tetap percaya bahwa tim Chicago Cubs pasti akan
memenangkan kejuaraan dunia, dan hal itu belum pernah terjadi
sepanjang hidup saya!
Meskipun demikian, semakin banyak saya menganalisa nubuatan-
nubuatan dalam Perjanjian Lama, keyakinan saya menjadi semakin kuat
bahwa nubuat-nubuat tersebut membentuk rangkaian bukti-bukti
historis yang mengagumkan dalam mendukung klaim bahwa Yesus
adalah Mesias dan Anak Allah.
Sebagai contoh, saya membaca Yesaya 53 di Perjanjian Lama dan
menemukan hal yang sangat aneh mengenai gambaran bahwa Yesus
disalibkan -- dan itu ditulis lebih dari tujuh ratus tahun sebelum
penyaliban itu terjadi. Hal itu seperti upaya saya memprediksikan bahwa
Cubs akan berhasil pada tahun tahun 2700-an! Semuanya, ada sekitar
lima lusin nubuat utama mengenai sang Mesias, dan semakin dalam saya
mempelajari nubuat-nubuat itu, makin banyak kesulitan yang saya temui
untuk menjelaskannya.
291 |TEOLOGI REFORMED
Garis pertahanan pertama saya dalam menolak kekristenan adalah
bahwa Yesus mungkin dengan sengaja telah mengatur riwayat hidup-Nya
agar dapat menggenapi nubuatan-nubuatan tersebut sehingga Ia akan
dikira Mesias yang telah lama ditunggu-tunggu kedatangan-Nya. Sebagai
contoh, da1am Zakharia 9:9 diramalkan bahwa Mesias akan mengendarai
seekor keledai memasuki kota Yerusalem. Mungkin ketika Yesus akan
memasuki kota, Ia mengatakan pada para murid-Nya, "Pergi ambilkan
Aku seekor keledai. Aku ingin mengelabuhi orang-orang di sini hingga
berpikir Aku adalah Mesias karena Aku benar-benar ingin disiksa sampai
mati!"
Tetapi argumentasi itu runtuh ketika saya membaca nubuat-nubuat
tentang peristiwa-peristiwa yang tidak mungkin dapat diatur oleh Yesus,
seperti tempat kelahiran-Nya, yang telah diramalkan oleh nabi Mikha
tujuh ratus tahun sebelum Dia dilahirkan, juga silsilah keluarga-Nya,
bagaimana kejadian kelahiran-Nya, bagaimana Ia dikhianati demi uang
dalam jumlah tertentu, bagaimana Ia dibunuh, bagaimana tulang-tulang-
Nya tetap utuh dan tidak ada yang dipatahkan (berbeda dengan kedua
penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia), bagaimana para prajurit
mengundi pakaian-Nya, dan seterusnya.[18]
Garis pertahanan saya yang kedua adalah bahwa Yesus bukan satu-
satunya orang kepada siapa nubuat-nubuat itu ditujukan. Mungkin saja
beberapa orang dalam sejarah cocok dengan ramalan-ramalan tersebut,
tetapi karena Yesus memunyai lebih banyak agen hubungan masyarakat
yang baik, dengan demikian Dia menjadi yang paling diingat oleh setiap
orang.
Tetapi setelah membaca sebuah buku karya Petrus Stoner, seorang
profesor ilmu alam di Westmont College yang telah pensiun, keraguan
tersebut pun tersingkap. Stoner dengan enam ratus siswanya telah
melakukan perhitungan secara matematis bahwa hingga saat ini peluang
kemungkinan bagi setiap orang hanya dapat memenuhi delapan nubuat
292 |TEOLOGI REFORMED
Perjanjian Lama.[19] Peluang kemungkinan dalam hal ini, yaitu satu
peluang dengan kemampuan sebesar sepuluh per tujuh belas. Itu adalah
sebuah nominal dengan tujuh belas angka nol di belakangnya!
Untuk berusaha memahami jumlah yang sangat besar itu, saya
melakukan beberapa penghitungan. Saya membayangkan seluruh dunia
ditutup oleh ubin lantai berwarna putih berukuran satu setengah inci
persegi -- setiap permukaan tanah di bumi -- dan hanya satu ubin yang
dasarnya berwarna merah.
Selanjutnya seseorang diizinkan untuk mengembara seumur hidup di
tujuh benua. Ia hanya boleh membungkuk sekali untuk mengambil satu
potong ubin. Apakah aneh jika ternyata satu ubin yang diambil itu
dasarnya berwarna merah? Hal yang sama anehnya adalah hanya ada
peluang sebanyak delapan nubuat Perjanjian Lama yang dapat dipenuhi
oleh setiap orang sepanjang sejarah!
Hal itu cukup mengesankan, akan tetapi berikutnya Stoner menganalisa
empat puluh delapan nubuatan. Dia menyimpulkan bahwa hanya akan
ada satu peluang dengan kekuatan sebesar sepuluh per 157 yang akan
terjadi pada diri setiap orang sepanjang sejarah.[20] Itu adalah sebuah
nominal dengan 157 angka nol di belakangnya!
Saya telah melakukan suatu riset dan mempelajari bahwa atom itu begitu
kecilnya hingga diperlukan satu juta atom dibariskan agar sama dengan
lebar dari selembar rambut manusia. Saya juga mewawancarai para
ilmuwan mengenai perkiraan mereka akan jumlah atom yang ada di
seluruh alam semesta.
Dan sementara hasilnya adalah jumlah yang amat sangat besar, saya
simpulkan bahwa keanehan empat puluh delapan nubuat Perjanjian
Lama berpeluang terjadi pada diri individu mana pun adalah sama seperti
seseorang yang memilih secara acak satu atom yang telah ditentukan
293 |TEOLOGI REFORMED
lebih dahulu di antara semua atom di dalam jutaan triliun triliun triliun
triliun galaksi seukuran galaksi kita!
Yesus berkata Dia datang untuk menggenapi nubuat-nubuat tersebut. Ia
berkata, "Yakni bahwa harus digenapi semua yang tertulis tentang Aku
dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur."[21]
Saya pun mulai percaya bahwa semua nubuat itu digenapi -- hanya dalam
Yesus Kristus.
Saya bertanya kepada diri saya sendiri, jika seseorang menawari saya
suatu bisnis yang memiliki peluang rugi hanya sebesar sepuluh per 157,
berapa banyak uang yang akan saya investasikan? Saya akan menaruh
semua yang saya miliki untuk satu kesempatan -- pasti -- menang seperti
itu! Dan saya pun mulai berpikir, "Dengan adanya semua keanehan
tersebut, sepertinya saya perlu menginvestasikan hidup saya pada
Kristus."
REALITAS DARI KEBANGKITAN
Karena merupakan hal yang sentral bagi kekristenan, saya pun
menghabiskan cukup banyak waktu untuk meneliti bukti historis pada
kebangkitan Yesus. Saya bukan orang skeptis pertama yang
melakukannya. Ada banyak orang yang telah melakukan pengujian
serupa dan kemudian menjadi orang Kristen.
Sebagai contoh, seorang wartawan sekaligus pengacara Inggris bernama
Frank Morison yang ditugaskan untuk menulis buku yang menunjukkan
bahwa kebangkitan adalah suatu mitos. Namun, setelah bersusah payah
mempelajari bukti, dia menjadi seorang Kristen, dan berkata bahwa tidak
ada keraguan bahwa kebangkitan memiliki "suatu dasar historis yang
kuat dan mendalam"[22]. Buku tentang penyelidikan rohani yang
akhirnya dia tulis, memberi saya suatu analisa seorang pengacara yang
kritis mengenai kebangkitan.
294 |TEOLOGI REFORMED
Sudut pandang hukum lainnya datang dari Simon Greenleaf, seorang
profesor cerdas yang mendapat penghargaan karena membantu Harvard
Law School dalam meraih reputasi unggul bagi sekolah hukum tersebut.
Greenleaf menulis salah satu dari risalah-risalah hukum Amerika terbaik
yang pernah ditulis, dengan topik tentang apa yang mendasari
pembuktian secara hukum.
Bahkan, Mahkamah Agung Amerika Serikat pun mengutip perkataannya.
London Law Journal berkata bahwa Greenleaf mengetahui tentang
hukum pembuktian jauh lebih banyak daripada "semua pengacara yang
memenuhi pengadilan-pengadilan di Eropa".[23]
Greenleaf mengejek kebangkitan sampai seorang siswa menantangnya
untuk membuktikannya sendiri. Secara metodis, dia menerapkan
pengujian- pengujian secara hukum pembuktian dan menjadi yakin
bahwa kebangkitan adalah suatu peristiwa historis yang nyata. Profesor
berdarah Yahudi itu lalu menyerahkan hidupnya bagi Kristus.[24]
Secara ringkas, bukti dari kebangkitan adalah bahwa Yesus mati dibunuh
dengan cara disalib dan ditikam dengan tombak; Ia telah dinyatakan mati
oleh para ahli; Ia dibalut dengan kain kafan berisi tujuh puluh lima pon
rempah-rempah; Ia dibaringkan di dalam sebuah gua makam; sebuah
batu karang yang sangat besar digulingkan menutupi jalan masuk ke
dalam makam itu (menurut satu catatan historis masa lampau, begitu
besarnya batu itu hingga dua puluh orang pun tidak dapat
memindahkannya); dan makam itu dijaga oleh para prajurit berdisiplin
tinggi.
Lalu, tiga hari kemudian makam itu ditemui dalam keadaan kosong, dan
para saksi mata mengaku hingga ajal mereka bahwa Yesus muncul di
tengah-tengah mereka.
Siapa yang memunyai motif untuk mencuri tubuh Yesus? Para murid
tidak akan menyembunyikannya hingga disiksa sampai mati karena
295 |TEOLOGI REFORMED
berbohong mengenai hal itu. Para pemimpin Yahudi dan Romawi akan
senang dan berpawai mempertontonkan tubuh Yesus menyusuri jalanan
Yerusalem; sebab itu akan langsung mematikan kemashyuran agama
baru yang mulai menanjak itu, yang telah sekian lama ingin mereka
habisi.
Tetapi yang terjadi selanjutnya adalah selama empat puluh hari, Yesus
muncul secara langsung sebanyak dua belas kali pada waktu yang
berbeda-beda di hadapan lebih dari 515 orang -- menemui para skeptis
seperti Thomas dan Yakobus, dan suatu waktu muncul di hadapan
sekelompok orang, pada waktu lainnya menemui seseorang secara
pribadi, suatu saat muncul di dalam rumah, di saat yang lain muncul di
tempat terbuka pada siang hari. Ia berbincang-bincang dengan orang-
orang dan bahkan makan bersama dengan mereka.
Beberapa tahun kemudian, ketika Rasul Paulus menyebutkan bahwa ada
beberapa saksi mata kebangkitan Yesus, dia mencatat bahwa banyak di
antara mereka masih hidup, seolah-olah ia tujukan kepada para skeptis
abad pertama, "Pergi pastikan sendiri pada mereka jika kamu tidak
percaya padaku."[25]
Bahkan, jika Anda mendatangi para saksi menanyai setiap orang yang
benar-benar melihat Yesus yang dibangkitkan kembali, dan jika Anda
melakukan uji silang terhadap tiap-tiap orang selama hanya lima belas
menit, dan jika Anda lakukan hal ini siang dan malam selama 24 jam
tanpa berhenti, Anda akan mendengarkan kesaksian para saksi langsung
selama lebih dari lima hari yang melelahkan.
Dibandingkan dengan pengadilan-pengadilan yang saya liput, ini adalah
banjir bukti. Lebih banyak lagi jigsaw yang terkunci tepat pada
tempatnya.
MENGGALI KEBENARAN
296 |TEOLOGI REFORMED
Saya mengamati arkeologi dan ternyata bidang ini menegaskan catatan
Alkitab dari waktu ke waktu. Terus terang, masih ada beberapa isu yang
belum terungkap. Namun, seorang ahli arkeologi yang istimewa, Dr.
Nelson Gleuck, berkata: "Dapat dikatakan dengan pasti bahwa tidak ada
penemuan arkeologis yang berlawanan dengan referensi Alkitab. Bahkan,
sejumlah penemuan arkeologis mengkonfirmasikan dengan sangat jelas
atau sangat detail pernyataan-pernyataan historis yang ada dalam
Alkitab."[26]
Saya sangat terpesona oleh kisah seorang arkeolog terbesar sepanjang
sejarah, yakni Sir William Ramsay dari Universitas Oxford, Inggris. Dia
adalah seorang ateis; bahkan, putra dari pasangan ateis. Dia
menghabiskan dua puluh lima tahun untuk melakukan penggalian
arkeologis demi membuktikan kesalahan Kitab Kisah Para Rasul, yang
ditulis oleh Lukas, sejarawan yang juga menulis Injil dengan namanya
{Injil Lukas).
Tetapi bukannya meragukan Kitab Lukas, penemuan-penemuan Ramsay
justru mendukungnya. Akhirnya, ia menyimpulkan bahwa Lukas adalah
salah satu sejarawan paling akurat yang pernah hidup. Dipacu oleh bukti-
bukti arkeologis tersebut, Ramsay menjadi seorang Kristen.[27]
Saya pun berkata, "Baiklah, memang terbukti Perjanjian Baru dapat
dipercaya berdasarkan fakta sejarah. Tetapi apakah ada bukti mengenai
Yesus di luar Alkitab?"
Saya terkagum-kagum saat menemukan bahwa ada sekitar selusin
penulis sejarah kuno non-Kristen yang mengutip catatan sejarah
mengenai kehidupan Yesus, termasuk fakta bahwa Ia melakukan hal-hal
yang ajaib, bahwa Ia dikenal sebagai seorang yang berbudi luhur, bahwa
Ia disebut Mesias, bahwa Ia disalibkan, bahwa langit menjadi gelap saat
Ia terpaku di kayu salib, bahwa para murid-Nya berkata Ia telah bangkit
kembali dari dunia orang mati, dan bahwa mereka menyembah-Nya
sebagai Tuhan.[28]
297 |TEOLOGI REFORMED
Sebenarnya, ini hanyalah suatu ringkasan singkat dari penyelidikan rohani
saya, sebab saya telah menyelidiki secara mendalam terhadap lebih
banyak detil dibanding dengan yang digambarkan di sini. Dan saya tidak
menyarankan buku ini semata hanya sebagai latihan akademis murni.
Ada banyak ungkapan emosi yang terlibat di dalamnya. Tetapi
nampaknya, ke mana pun saya memandang, keandalan catatan Alkitab
tentang kehidupan, kematian, serta kebangkitan Yesus Kristus tampak
semakin nyata.
MEMECAHKAN TEKA-TEKI
Saya telah memilah-milah bukti selama satu tahun sembilan bulan hingga
sepulang dari gereja pada Minggu, 8 November 1981. Saya sedang
sendirian di dalam kamar tidur, dan saya berkesimpulan bahwa waktunya
telah sampai pada suatu putusan.
Kekristenan belum mutlak terbukti. Jika itu memang terbukti, maka tidak
akan ada ruang bagi iman. Tetapi jika memertimbangkan fakta- fakta
yang ada, saya menarik kesimpulan bahwa bukti historis yang ada dengan
jelas mendukung klaim-klaim tentang Kristus jauh melampaui setiap
keraguan. Bahkan sebenarnya, berdasarkan pada apa yang telah saya
pelajari, perlu lebih banyak iman agar tetap ateis daripada menjadi
seorang Kristen!
Oleh karena itu, setelah saya meletakkan potongan terakhir dari jigsaw
mental saya pada tempatnya, seolah-olah saya berhenti sejenak untuk
melihat potongan gambar dari rangkaian potongan jigsaw yang secara
sistematis telah saya satukan dalam benak saya selama hampir dua
tahun.
Gambar itu adalah potret dari Yesus Kristus, Anak Allah.
Seperti halnya Thomas, seorang skeptis terdahulu, saya pun merespons
hal ini dengan menyatakan: "Tuhanku dan Allahku!"
298 |TEOLOGI REFORMED
Setelah itu, saya menuju dapur, di mana Leslie sedang berdiri di samping
Alison di depan bak pencucian. Putri kami berusia lima tahun pada saat
itu, dan dengan berjinjit, untuk pertama kalinya ia hampir mampu
menggapai kran dapur.
"Lihat, Ayah, lihat!" serunya. "Aku dapat meraihnya! Aku dapat
meraihnya!"
"Ya Sayang, hebat sekali," kata saya sambil memeluk dirinya. Lalu saya
berkata kepada Leslie, "Kamu tahu, seperti itulah yang kini kurasakan.
Aku telah berusaha meraih seseorang dalam waktu yang lama, dan hari
ini akhirnya aku mampu meraih-Nya."
Dia mengetahui apa yang sedang saya katakan. Dengan berlinangan air
mata, kami berpelukan.
Dan selanjutnya, Leslie dan para sahabatnya berdoa bagi saya hampir
setiap hari sepanjang perjalanan rohani saya. Sering kali, doa-doa Leslie
terfokus pada ayat dari Perjanjian Lama ini:
"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari hatimu hati yang keras dan Kuberikan hati
yang taat."[29]
Puji syukur kepada Tuhan, sebab Dia setia pada janji-Nya itu.
Catatan Kaki:
Josh McDowell, "More Than a Carpenter" (Wheaton, Ill.: Living Books,
1977).
Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict" (San Bernardino:
Here`s Life, 1979).
2 Pet. 1:16
299 |TEOLOGI REFORMED
1 Yoh. 1:1
Lihat Josh McDowell, "More Than a Carpenter", 51-53, untuk sebuah
pembahasan akan topik ini.
Kis. 2:22.
Kis. 2:32
Kis. 2:41
1 Kor. 15:14
Poin ini dibahas oleh Josh McDowell dalam bukunya, "More Than
Carpenter", 70-71.
Yoh. 20:28
Mar. 14:61
Lihat Mar. 14:62
Mar. 14:64
Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict", 62-63.
A. N. Sherwin-White, "Roman Society and Roman Lazy in the New
Testament" (Grand Rapids, Mich.: Baker, 1978), 186-93.
Lihat J. P. Moreland, "Scaling the Secular City" (Grand Rapids, Mich.:
Baker, 1987), 150-51.
Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict", 166.
Peter W Stoner, "Science Speaks" (Chicago: Moody Press, 1969), 107.
Ibid., 109.
Luk. 24:44
300 |TEOLOGI REFORMED
Frank Morison, "Who Moved the Stone?" (Grand Rapids, Mich.:
Lamplighter, 1958. Reprint of 1938 edition. London: Faber & Faber, Ltd.),
193.
Irwin H. Linton, "A Lawyer Examines the Bible" (Grand Rapids, Mich.:
Baker, 1943), 36.
Simon Greenleaf, "An Examination of the Testimony of the Four
Evangelists by the Rules of Evidence Administered in the Courts of
Justice" (Qersey City, NJ.: Frederick D. Linn & Co., 1881).
Lihat 1 Kor. 15:6
Henry M. Morris, "The Bible and Modern Science" (Chicago: Moody,
1968), 95.
D. James Kennedy, "Why I Believe" (Dallas: Word, 1980), 33.
Untuk ringkasan bukti dari Yesus di luar Alkitab, lihat Gary R. Habermas,
"The Verdict History: Conclusive Evidence for the Life of Jesus" (Nashville:
Nelson, 1988).
Yeh. 36:26
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku : Inside the Mind of Unchurched Harry and Mary
Judul artikel : Kejutan dari Seorang Skeptis
Penulis : Lee Strobel
Penerjemah : Jonathan Santoso
Penerbit : Majesty Books Publisher, Surabaya 2007
Halaman : 29 -- 42
301 |TEOLOGI REFORMED
Doktrin Kecukupan Alkitab
Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Jika harus menjawab dengan jujur, saat Anda ditanya: "Apakah Anda suka
dikritik?" sebagian besar dari Anda pasti menjawab "tidak". Sebagian
kecil dari Anda mungkin akan menjawab: "Lihat-lihat dulu apa
kritikannya, kalau kritikan itu tidak menyakitkan dan tidak membuat
telinga saya merah, bolehlah." Jadi, pada dasarnya orang tidak suka
dikritik karena ia takut disakiti atau diusik dari zona nyamannya.
Cuplikan kecil dari buku yang berjudul "Our Sufficiency in Christ", yang
saya kirimkan berikut ini, penuh dengan kritikan, khususnya bagi para
pendeta. Jadi, kalau Anda orang yang tidak suka dikritik, lebih baik jangan
membaca artikel di bawah ini. Karena, kalau Anda membacanya dengan
serius, saya yakin Anda akan gelisah dan mulai mencari kambing hitam,
atau Anda harus mulai berpikir untuk melakukan suatu perubahan yang
mendasar.
Salah satu contohnya adalah kritikan John MacArthur, Jr., si penulis
artikel, terhadap gereja-gereja yang tidak memberikan pengajaran firman
Tuhan dengan kuat, tapi memilih menggunakan cara-cara sekuler untuk
menumbuhkan gerejanya, misalnya -- yang terlintas di benak saya --
gereja mulai mengundang para selebriti; mengubah ibadah dengan
musik-musik masa kini yang lebih memberi hiburan rohani; memberikan
pelayanan untuk memuaskan kenyamanan jemaat; memakai strategi
pemasaran masa kini untuk menarik lebih banyak orang datang ke gereja,
dan lain sebagainya.
Menurut penulis, dasar gereja adalah Kristus, karena itu gereja harus
berpangkal utama pada pengajaran Kristus, yaitu firman yang menjadi
302 |TEOLOGI REFORMED
daging, karena itu "mereka yang membangun gereja menurut dasar yang
lain berarti sedang mendirikan sebuah struktur bangunan yang tidak akan
diterima oleh sang Arsitek Agung".
Dan untuk pendeta-pendeta yang lebih suka membaca buku-buku
manajemen sekuler daripada belajar firman Tuhan, John MacArthur, Jr.
berkata, "... jika ia mempelajari buku-buku itu karena ia berpikir ia akan
menemukan rahasia besar yang sangat diperlukan, yang firman Tuhan
tidak ungkapkan tentang bagaimana menyembuhkan jiwa-jiwa yang sakit
atau bagaimana memimpin gereja, maka pengetahuannya tentang
kecukupan Alkitab sangatlah buruk. Jika ia mendasarkan pelayanannya
pada teori-teori sekuler, ia mungkin akan merancang sebuah sistem
penginjilan, konseling, dan kepemimpinan gereja yang tidak alkitabiah."
Nah, jika Anda suka dengan kritikan-kritikan seperti itu, selamat
membacanya.
In Christ,
Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://reformed.sabda.org/ >
< yulia(at)in-christ.net >
Artikel Terkait
Jika Kristus Tidak Dibangkitkan
Alkitab dan Reformasi
Kejutan dari Seorang Skeptis
Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi (2)
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa Kini
303 |TEOLOGI REFORMED
Roh Kudus dan Alkitab
Inti Kekristenan
Penulis:
John MacArthur, Jr.
Edisi:
112/VI/2009
Tanggal:
30-06-2009
Isi:
Suatu ketika di sebuah konferensi pendeta, seorang rekan pendeta
bertanya kepada saya, "Apa sebenarnya yang menjadi rahasia kekuatan
dan pertumbuhan gereja yang Anda gembalakan, yaitu Grace Community
Church?"
"Rahasia pertumbuhan gereja adalah memberikan pengajaran firman
Tuhan yang jelas dan kuat kepada jemaat," jawab saya.
Tapi saya sangat terkejut ketika dia membalas, "Jangan main-main! Saya
sudah mencobanya dan tidak berhasil. Katakan pada saya yang
sebenarnya, apa rahasianya?"
Saya cukup mengenal rekan pendeta itu dan saya berani berkata bahwa
jika Anda bertanya kepadanya apakah ia percaya pada doktrin kecukupan
Alkitab (sufficiency of Scripture), maka ia akan menjawab ya. Namun, apa
yang ia akui untuk dipercaya tidak sejalan dengan filosofi pelayanannya.
Ia beranggapan bahwa untuk membangun gereja yang efektif, diperlukan
trik-trik tertentu, sebuah strategi yang berdaya cipta, atau sebuah
metodologi yang lebih "up-to-date". Ia mencoba menambah
304 |TEOLOGI REFORMED
ketidakcukupan firman Tuhan yang ia bayangkan. Mungkin tanpa
menyadarinya, ia telah menyimpulkan bahwa Alkitab saja tidaklah cukup
untuk menjadi sumber dalam pelayanan, dan ia mencari sesuatu yang
lain untuk menutupi ketidakcukupan itu.
Pemimpin Kristen lain dikutip pernah mengatakan bahwa ia yakin tidak
akan pernah ada kebangunan rohani di Amerika kalau kita tidak memiliki
orang-orang Kristen di Kongres Amerika. Ia akhirnya meninggalkan
kependetaannya dan sekarang bekerja untuk mengusahakan orang-orang
Kristen terpilih menjadi anggota Kongres. Ia beranggapan bahwa ia dapat
mencapai keberhasilan melalui politik lebih daripada yang bisa ia capai
melalui mengajarkan firman Tuhan. Ia mungkin berani mempertaruhkan
hidupnya bagi kebenaran firman, namun karena satu dan lain hal, ia tidak
percaya bahwa mengajarkan firman Tuhan saja kepada jemaat dapat
memberikan pengaruh sebesar melakukan aksi politik.
Dapatkah politik mencapai keberhasilan rohani yang tidak dapat dicapai
oleh Alkitab? Pada zaman Nehemia, adalah firman Tuhan yang
mendorong kebangunan rohani bagi bangsa Israel (Nehemia 8). Apakah
firman Tuhan kini kurang efektif dibanding dulu? Jelas bahwa rekan saya
tadi secara verbal menegaskan otoritas, potensi, dan kecukupan Alkitab.
Tapi pada praktiknya, ia telah menyerah pada pencipta tren yang merasa
bahwa kita membutuhkan sesuatu yang lebih.
Saya lihat tren yang sama semakin banyak memengaruhi gereja, bahkan
yang sudah solid. Pendeta beralih mencari pertolongan pada buku-buku
teori manajemen sekuler. Mereka justru memandang CEO non-Kristen
sebuah perusahaan multinasional sebagai teladan -- seolah-olah model
bisnis sekuler memberikan panduan yang lebih penting untuk
membangun Kerajaan Allah daripada firman Tuhan. Tapi ingat, dunia
bisnis telah dikuasai untuk mencari "image" dan keuntungan, bukan
kebenaran. Sayangnya, gereja sudah menyerap prioritas yang salah itu.
Para pemimpin Kristen sepertinya terobsesi untuk meningkatkan
305 |TEOLOGI REFORMED
pertumbuhan gereja dengan akal manusia. Sering kali, mereka lebih
familiar dengan teori manajemen yang sekarang ada daripada teologi
alkitabiah. Padahal, firman Tuhan berkata bahwa Tuhanlah yang
menambah jemaat gereja (Kis. 2:47), bukan manusia. Kristus mengatakan
bahwa Ia akan membangun gereja-Nya (Mat. 16:18). Alat yang benar
untuk mengembangkan gereja semuanya bersifat supernatural, karena
gereja itu supernatural. Mengapa kita harus memakai metodologi
manusiawi untuk apa yang Tuhan lakukan bagi pembangunan Gereja-
Nya?
Saya yakin bahwa orang-orang Kristen yang mencari sumber di luar
firman Tuhan untuk strategi pelayanan pasti pada akhirnya, secara tidak
sadar, bertentangan dengan pekerjaan Kristus. Kita tidak perlu mencari
hikmat dunia yang busuk untuk memberikan pencerahan atau jawaban
baru bagi masalah-masalah spiritual. Jawaban yang paling dapat
dipercaya bagi kita ada di Alkitab. Hal itu benar, tidak hanya dalam bidang
konseling saja, namun juga dalam bidang-bidang lain, seperti penginjilan,
pertumbuhan rohani, kepemimpinan gereja, dan bidang- bidang lain yang
harus dipahami oleh orang Kristen untuk dapat melayani secara efektif.
Injil adalah satu-satunya cetak biru/rancangan yang sempurna untuk
semua pelayanan yang sejati. Mereka yang membangun gereja menurut
dasar yang lain berarti sedang mendirikan sebuah struktur bangunan
yang tidak akan diterima oleh sang Arsitek Agung.
Apa Lagi yang Dapat Dikatakan?
Apakah berarti saya membuang segala sumber bantuan di luar Alkitab
sebagai sesuatu yang sama sekali tidak berguna? Apakah tidak ada
pencerahan yang bermanfaat yang bisa didapat dengan melihat
pengamatan para sosiolog dan psikolog? Apakah tidak ada prinsip
bermanfaat dari para ahli manajemen sekuler yang dapat dipelajari oleh
para pemimpin gereja? Apakah tidak ada teknik dari ahli pengamatan
empiris yang dapat pendeta terapkan secara sah bagi pertumbuhan
306 |TEOLOGI REFORMED
gereja? Apakah tidak ada yang dipelajari di luar Alkitab yang dapat
berguna bagi gereja?
Apakah berguna? Mungkin. Apakah harus? Tidak. Jika semua itu memang
diperlukan, pasti secara prinsip semua itu sudah ada dalam firman Tuhan.
Kalaupun tidak, Tuhan sudah menyediakan cukup untuk apa yang kita
butuhkan, yang tidak terpikirkan. Kecerdikan manusia terkadang
berseberangan dengan Kebenaran. Bahkan jam yang mati pun, bisa benar
dua kali dalam sehari. Namun, performa seperti itu sangat buruk untuk
dibandingkan dengan firman Tuhan. Firman Tuhan benar dalam segala
penyatan-Nya dan cukup bagi setiap kehidupan dan pertumbuhan gereja.
Tentu saja tidak salah jika seorang pendeta membaca buku-buku sekuler
tentang teori hubungan/relasi atau manajemen dan menerapkan saran
bermanfaat yang mungkin ia temukan dari buku-buku tersebut. Namun,
jika ia mempelajari buku-buku itu karena berpikir ia akan menemukan
rahasia besar yang sangat diperlukan, yang firman Tuhan tidak
ungkapkan tentang bagaimana menyembuhkan jiwa-jiwa yang sakit atau
bagaimana memimpin gereja, maka pengetahuannya tentang kecukupan
Alkitab sangatlah buruk. Jika ia mendasarkan pelayanannya pada teori-
teori sekuler, ia mungkin akan merancang sebuah sistem penginjilan,
konseling, dan kepemimpinan gereja yang tidak alkitabiah.
Demikian juga, seorang pendeta mungkin sah-sah saja mempelajari seni
berpidato untuk mengasah keterampilannya dalam berkhotbah; atau
pelayan gereja yang mempelajari teknik bernyanyi agar lebih ekspresif.
Orang-orang percaya dalam pelayanan tentu saja dapat mengambil hal-
hal yang bermanfaat dari cara pembelajaran seperti itu. Namun, setiap
pelayan Tuhan yang berpikir bahwa teknik-teknik itu yang lebih baik dan
dapat menambah kekuatan dari pesan Alkitab, berarti ia memiliki
pemahaman yang tidak cukup akan kecukupan Alkitab.
Saya bertemu dengan seorang pria yang meninggalkan gereja di mana ia
melayani sebagai pemusik dan kemudian terjun dalam bisnis
307 |TEOLOGI REFORMED
pertunjukan. Ia berkata pada saya, "Saya belajar satu hal: Anda tidak bisa
hanya berdiri di sana dan mewartakan Injil. Anda harus memunyai
"platform". Anda harus mendapatkan respek dari banyak orang. Jika saya
bisa menjadi terkenal dan menggunakan status saya sebagai bintang
untuk mewartakan Injil, bayangkan betapa lebih berkuasanya pesan yang
akan saya sampaikan!"
Tanggapan saya adalah pesan itu tidak dapat lebih berkuasa dari apa
yang sudah ada di dalamnya, dan kekuatan orang yang
mempresentasikan tidak ada hubungannya dengan menjadi selebriti.
Firman Tuhan adalah "kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya" (Rom. 1:16). Apa maksud perkataan orang yang ingin
menjadi selebritis itu? Apakah ia percaya bahwa Injil itu lemah sebelum
kita membubuhinya dengan kredibilitas; apakah kita harus melakukannya
melalui popularitas dan bukan melalui kebajikan; melalui teknik, bukan
melalui kuasa Roh Allah?
Bagaimana gereja mula-mula dapat berfungsi tanpa "keahlian" yang kita
miliki kini? Kenyataannya justru orang-orang Kristen pada waktu itulah
yang mengguncangkan dunia (Kis. 17:6), dan mereka melakukan itu tanpa
kesaksian selebriti, tanpa teknik modern manajemen, tanpa psikoterapi,
tanpa media massa, dan tanpa sebagian besar alat yang dipandang gereja
kontemporer sebagai alat yang penting. Yang mereka miliki adalah firman
Tuhan dan kuasa Roh Kudus, namun mereka tahu bahwa semua itu sudah
cukup.
Bagaimana gereja yang murni, sederhana, dan saleh di negeri Tirai Besi
bisa sangat berkuasa sepanjang abad ini tanpa strategi pemasaran orang
Barat?
Saya khawatir gereja-gereja dan para pemimpin Kristen di dunia Barat
yang berpegang teguh pada kecukupan Alkitab tidak akan banyak lagi. J. I.
Packer melihat tren ini bertahun-tahun yang lalu dan menulis,
308 |TEOLOGI REFORMED
Pengamat di luar gereja melihat kita berjalan sempoyongan dari satu tipu
muslihat ke tipu mulihat yang lain, dari tantangan satu ke tantangan yang
lain, seperti orang mabuk di tengah kabut, tidak tahu ada di mana dan
jalan mana yang harus dilalui. Khotbah semakin kabur; para pemimpin
kacau balau; hati resah; keraguan semakin kuat; ketidakpastian
melumpuhkan tindakan .... Tidak seperti orang Kristen mula-mula yang
dalam 3 abad memenangkan dunia Romawi; orang-orang Kristen yang
memelopori Reformasi; kebangkitan Puritan dan kebangunan gerakan
Injili; serta gerakan misi besar pada abad terakhir."
Gereja menjadi kurang yakin karena gereja memandang Alkitab dengan
cara yang tidak benar. Banyak orang Kristen jelas-jelas tidak lagi percaya
bahwa Alkitab adalah buku panduan yang cukup untuk hidup dan
kelanjutan gereja.
Apa yang Penulis Ilahi Katakan
Untuk melawan tren itu, kita harus memahami apa yang Tuhan sudah
nyatakan tentang kecukupan mutlak Alkitab dan membiarkan-Nya
menentukan falsafah pelayanan kita. Tidak ada yang dapat menyangkal
posisi Allah sebagai Pemerintah tertinggi dalam hidup dan pelayanan kita.
Paulus menjelaskan kecukupan Alkitab yang lengkap dalam 2 Timotius
3:16, yang menunjukkan empat cara yang sudah Tuhan saksikan, bahwa
firman-Nya benar-benar cukup untuk setiap kebutuhan rohani:
Alkitab Mengajarkan Kebenaran
Yang pertama adalah Alkitab sangat bermanfaat untuk mengajar. Kata
Yunani yang diterjemahkan untuk "mengajar" (didaskalia) terutama
ditujukan lebih ke arah isi pengajaran, bukan proses mengajarnya. Yakni,
firman adalah panduan operasional kebenaran ilahi yang harus
memerintah hidup kita.
309 |TEOLOGI REFORMED
Setiap orang Kristen memiliki kapasitas spiritual untuk menerima dan
menanggapi Alkitab. Orang non-Kristen tidak memiliki kapasitas yang
cukup untuk menerima kebenaran alkitabiah: "Tetapi manusia duniawi
tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya
adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu
hanya dapat dinilai secara rohani" (1 Kor. 2:14). Sebaliknya, orang Kristen
memiliki "pikiran Kristus" (ay. 6). Roh Kudus memampukannya
memahami firman Tuhan dengan ketajaman, hikmat, dan pemahaman
rohani. Tidak ada orang Kristen yang tidak memiliki kemampuan itu;
masing- masing memiliki Roh Kudus sebagai tempat tinggal Guru
kebenaran (1 Yoh. 2:27).
Dalam praktik, KEKUDUSAN KITA SEPADAN DENGAN PENGETAHUAN DAN
KONSEKUENSI KITA UNTUK TAAT PADA FIRMAN TUHAN. Pemazmur
mengatakan, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan
berdosa terhadap Engkau" (Maz. 119:11). Semakin lengkap pengetahuan
kita tentang Alkitab, semakin kita tidak mudah terkena godaan dosa dan
kesalahan. Dalam Hosea 4:6, Tuhan mengatakan, "Umat-Ku binasa
karena tidak mengenal Allah." Karena menolak pengetahuan yang sejati,
mereka tidak mampu hidup sesuai dengan yang Allah kehendaki. Hidup
mereka adalah wujud pengabaian firman Tuhan secara sengaja -- namun
pengabaian dan kepuasan diri memiliki efek destruktif yang sama.
Karena itu, cara terbaik untuk menghindari masalah rohani yang serius
adalah dengan beriman, bersabar, dan mempelajari Alkitab secara
menyeluruh dengan hati yang taat -- "sebab dengan demikian
perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yos. 1:7-8)
Alkitab Menegur Dosa dan Kesalahan
Alkitab juga bermanfaat untuk menyatakan kesalahan (2 Tim. 3:16).
Alkitab menantang dan menegur perilaku dan pengajaran yang salah.
Menurut Uskup Agung Richard Trench, menyatakan kesalahan adalah
"menegur/menasihati seseorang dengan lengan teracung kepada
310 |TEOLOGI REFORMED
kebenaran, untuk membawanya -- walaupun tidak selalu kepada
pertobatan, namun setidaknya agar ia menyadari dosa-dosanya". Firman
memengaruhi kita saat kita mempelajarinya dan merasakan kuasa-Nya
yang menyadarkan kita. Juga akan menyadarkan orang lain saat kita
menunjukkan firman itu pada mereka.
Alkitab menjelaskan bahwa ada dua aspek pada teguran: teguran untuk
perilaku berdosa dan teguran untuk pengajaran yang salah. Paulus
meminta Timotius, yang mencoba membersihkan gereja di Efesus,
"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah ..." (2 Tim. 4:2).
Tujuan utama dalam pemikirannya adalah teguran untuk perilaku
berdosa. Timotius harus berkhotbah dan menerapkan firman Allah
sehingga orang-orang akan berpaling dari dosa dan berjalan dalam
kekudusan -- meski akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi
menerima ajaran sehat (ay. 3).
Ibrani 4:12-13 juga menjelaskan mengenai teguran untuk perilaku
berdosa. Ayat 12 menggambarkan firman Tuhan sebagai pedang bermata
dua yang menusuk amat dalam untuk mengungkapkan dan menghakimi
pikiran dan motif yang paling dalam. Ayat 13 mengatakan, "Dan tidak ada
suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala
sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita
harus memberikan pertanggungan jawab." Tuhan masuk dalam hati kita
dengan firman-Nya dan membuka segala isi hati kita.
Bahasa Yunani untuk "telanjang" di ayat itu digunakan untuk seorang
kriminal yang digiring ke pengadilan atau eksekusi. Sering kali, seorang
prajurit akan mengacungkan sebuah belati di bawah dagu sang kriminal
agar kepalanya tetap tegak sehingga semua orang dapat melihat siapa
dia. Mirip dengan pengertian itu, Alkitab mengungkapkan siapa kita
sebenarnya dan memaksa kita menghadapi realitas dosa kita.
311 |TEOLOGI REFORMED
Mungkin Anda berkali-kali hanyut dalam kepuasan diri rohani dan senang
berada dalam dosa, dan menemukan firman Tuhan menusuk dalam di
hati Anda dengan pengakuan yang tak tertahankan. Itu adalah kuasa
teguran Alkitab, dan itu merupakan anugerah yang berharga.
Cara yang Baik Untuk Memastikan Bahwa Gereja Tidak Menjadi Tempat
Berlindung Para Pendosa Adalah Pendeta Harus Mengkhotbahkan Firman
Tuhan Dengan Penuh Iman Dan Ketepatan. Dengan demikian, orang-
orang Kristen akan mengakui dosa-dosanya, dan orang yang tidak
percaya akan bertobat atau sebaliknya pergi meninggalkan gereja. Sedikit
orang mau memberi diri untuk ditegur oleh firman Tuhan dari minggu ke
minggu kecuali mereka merindukan kekudusan. Yesus mengatakan
bahwa yang berbuat jahat membenci terang dan tidak datang kepada
terang itu, sehingga perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak
(Yoh. 3:20). CARA MEMBUAT ORANG YANG TIDAK PERCAYA DAN PARA
PENDOSA MERASA NYAMAN DI GEREJA ADALAH DENGAN MEMBERINYA
KHOTBAH YANG HALUS, HAMBAR, DAN DANGKAL. Hal itu akan
memimpin mereka kepada kenyamanan palsu. Mereka akan senang
hadir, berpartisipasi, dan memiliki perasaan religius dan diterima. Tapi
hal itu menjadi kepalsuan yang mencelakakan.
Alkitab, yang merupakan standar untuk menguji semua klaim kebenaran,
juga menegur pengajaran yang tidak benar. Rasul Yohanes
mengungkapkan kuasa firman sebagai kebenaran saat dia mengatakan
bahwa orang-orang percaya dapat mengatasi yang jahat karena "mereka
kuat dan firman Allah diam di dalam mereka" (1 Yoh. 2:14). Yang jahat,
Iblis, bekerja melalui agama palsu (2 Kor. 11:14), namun cara itu tidak
mempan untuk mereka yang kuat dalam firman. Itu sebabnya mengapa
agama-agama palsu berusaha untuk menjelek-jelekkan, mengubah, atau
mengganti Alkitab dengan tulisan mereka sendiri. Karena Alkitab
menunjukkan kesalahan mereka, mereka mengubah maknanya untuk
membenarkan diri mereka sendiri. Namun, mereka yang
memutarbalikkan firman akan menjadi binasa (2 Pet. 3:16).
312 |TEOLOGI REFORMED
Orang Kristen yang memiliki pengertian yang cermat tentang kebenaran
alkitabiah bukanlah seperti bayi yang tidak mampu berpikir dengan
tajam. Mereka seperti anak-anak muda yang kuat, yang dapat dengan
mudah mengenali pengajaran palsu dan tidak menjadi "anak-anak, yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan
palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan" (Ef. 4:14).
Alkitab Mengoreksi Tingkah Laku
Firman juga bermanfaat untuk memperbaiki kelakuan (2 Tim. 3:16).
Firman tidak hanya menyatakan perilaku yang berdosa dan pengajaran
yang salah, namun juga memperbaikinya. Bahasa Yunani dari perbaikan
(epanorthosis) secara literal berarti "meluruskan" atau "mengangkat".
Dengan kata lain, firman mengembalikan kita pada postur kerohanian
yang benar.
Saya yakin Anda juga sering mengalami hal ini, bukan? Firman akan
menusuk hati dan membawa kita kepada pengakuan, namun kemudian
memberikan petunjuk sehingga kita dapat memperbaiki dosa. Firman
tidak membiarkan kita kandas secara rohani. Saat kita mengizinkan
firman untuk dengan segala kekayaannya tinggal dalam hati kita (Kol.
3:16), firman membangun kita (Kis. 20:32) dan mengubah kelemahan kita
menjadi kekuatan.
Ada aspek yang memurnikan dan membersihkan dalam kuasa perbaikan
yang Alkitab miliki. Yesus mengatakan, "Kamu memang sudah bersih
karena firman yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh. 15:3). Tidak ada
metode terapi buatan manusia yang memahami atau program anjuran
para ahli sekuler yang memiliki efek memurnikan dan membersihkan
seperti itu. Namun, setiap orang Kristen sudah mengalaminya. Ini adalah
satu lagi contoh kecukupan sempurna sumber-sumber yang kita miliki
dalam Kristus.
Alkitab Mendidik Orang dalam Kebenaran
313 |TEOLOGI REFORMED
Mendidik dalam kebenaran (2. Tim. 3:16) adalah proses lain di mana
firman Tuhan mentransformasi pemikiran dan tingkah laku kita.
Bahasa Yunani untuk mendidik (training) adalah "paidion", yang di
tempat lain dalam Alkitab diterjemahkan sebagai "anak" atau "anak-
anak" (contoh, lihat Matius 2:8; 14:21). Jadi, ayat ini menjelaskan bahwa
firman Tuhan mendidik orang-orang percaya seperti orang tua atau guru
mendidik anak. Dari bayi rohani sampai dewasa rohani, Alkitab melatih
dan mendidik orang-orang percaya dalam hidup yang ilahi.
Alkitab adalah nutrisi rohani orang-orang Kristen. Dalam 1 Timotius 4:6,
Paulus memberi instruksi kepada Timotius untuk menjadi "terdidik dalam
soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat". Dalam Matius 4:4,
Yesus mengatakan, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap
firman yang keluar dari mulut Allah." Petrus berkata bahwa kita harus
merindukan nutrisi firman Allah sama seperti bayi yang selalu
menginginkan air susu (1 Pet. 2:2).
Yakobus 1:21 mengatakan, "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang
kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah
lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa
menyelamatkan jiwamu." Terimalah firman Tuhan dengan hati yang
murni dan sikap rendah hati, itulah bagian kita. Saat kita melakukannya,
pemikiran, sikap, tindakan, dan kata-kata kita akan secara progresif
diperbaharui dan diubahkan. Firman mendidik kita dalam kebenaran.
Perenungan dan pembelajaran firman Tuhan secara saksama dan teratur
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kesehatan dan kemenangan
rohani kita. Bahkan bagi mereka yang mengerti Alkitab dengan baik harus
terus disegarkan oleh kuasa-Nya dan diingatkan oleh kebenaran- Nya.
Itulah sebabnya mengapa Petrus mengatakan,
"Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan
semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh
314 |TEOLOGI REFORMED
dalam kebenaran yang telah kamu terima. Aku menganggap sebagai
kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama
aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku
akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah
diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi aku akan
berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat
semuanya itu." (2 Pet. 1:12-15)
Saat Paulus akan meninggalkan Efesus, dia menuntut para tua-tua di sana
untuk tetap berpegang pada satu-satunya sumber kekuatan dan
kesehatan rohani: "Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan
dan kepada Firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu
dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua
orang yang telah dikuduskan-Nya." (Kis. 20:32)
Paulus memberikan perspektif yang sama seperti Petrus mengenai
pentingnya diingatkan secara terus-menerus tentang apa yang sudah kita
ketahui: "Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan.
Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi
kepastian kepadamu" (Fil. 3:1). Kita harus secara sistematis menyegarkan
diri kita tidak hanya dengan kebenaran baru, namun juga dengan
kebenaran lama yang telah kita kuasai. Penekanan yang kuat pada firman
Tuhan akan memastikan kita untuk menjadi "diperlengkapi untuk setiap
perbuatan baik" (2 Tim. 3:17). (t/Dian)
Diterjemahkan dari:
Sumber:
Judul
buku : Our Sufficiency in Christ
Judul bab : Bible-Believing Doubters
315 |TEOLOGI REFORMED
Penulis : John MacArthur, Jr.
Penerbit : Word Publishing, Dallas-London-Vancouver-Melbourne
1991
Halaman : 118 -- 128
Doktrin Sola Scriptura Editorial:
Dear e-Reformed netters,
Kiriman artikel bulan Juli ini diambil dari Majalah Veritas (Vol. 3, Nomor 1
- April 2002). Judul dan isi artikel ini saya yakin sangat menarik dan
penting, yaitu "Doktrin Sola Scriptura", yang ditulis oleh Sdr. Yohanes
Adrie Hartopo. Artikel sebelumnya telah disampaikan dalam Retreat
Pembinaan Doktrinal yang diselenggarakan oleh Seminari Alkitab Asia
Tenggara dalam rangka Hari Reformasi ke-484, di Hotel Kusuma
Agrowisata, Batu, pada 29-31 Oktober 2001.
Selamat membaca.
In Christ,
Yulia
Artikel Terkait
Bagaimana Theolog Reformed Bertheologi pada Masa Kini
(I)
Kemuliaan Bagi Allah
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis
Dan Pastoral (1)
316 |TEOLOGI REFORMED
Dilahirkan Untuk Menderita
Bagaimana Theolog Reformed Bertheologi pada Masa Kini
(II)
Bukan Damai, Melainkan Pedang
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis
Dan Pastoral (2)
Penulis:
Yohanes Adrie Hartopo
Edisi:
031/VII/2002
Isi:
[Catatan : **Angka merah dalam artikel adalah Catatan Kaki yang dapat
ditemukan pada akhir artikel]
PENDAHULUAN
"Unless I am convinced by Sacred Scriptura or by evident reason, I will
not recant. My consience is held captive by the Word of God and to act
against conscience is neither right nor safe."
Kata-kata ini diucapkan oleh Martin Luther pada 18 April 1521 ketika ia
diajukan pada sidang kekaisaran di kota Worms di hadapan kaisar Charles
V yang menjadi penguasa Jerman (dan beberapa bagian Eropa lainnya)
pada saat itu, serta di hadapan para pemimpin gerejawi. Luther dipanggil
ke kota ini dengan tujuan supaya ia menarik kembali perkataan dan
pengajarannya. Ia diminta mengaku salah di depan publik untuk apa yang
ia tuliskan dan ajarkan tentang Injil, keselamatan melalui iman, dan
hakikat gereja. Tetapi ia tidak bersedia melakukannya.**1
317 |TEOLOGI REFORMED
Mengapa Luther tidak bersedia? Sebab hati nuraninya dikuasai
sepenuhnya oleh firman Tuhan. Ia yakin sepenuhnya bahwa Alkitab
dengan jelas mengajarkan kebenaran tentang manusia, jalan
keselamatan, dan kehidupan Kristen. Ia melihat bahwa kebenaran-
kebenaran yang penting ini sudah dikaburkan dan diselewengkan oleh
gereja-gereja pada saat itu, yang seharusnya justru menjadi pembela
yang setia. Di mata Luther, dasar penyelewengan gereja pada saat itu
adalah pengajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab.**2 Ia tidak dapat
tahan lagi melihat kerusakan gereja yang telah melawan Alkitab, yang
juga sudah mencemari aspek-aspek kehidupan gereja lainnya.
Di sinilah kita melihat sikap Reformasi terhadap Alkitab. Prinsip penting
yang ditegakkan dalam gerakan Reformasi adalah Sola Scriptura (hanya
percaya kepada apa yang dikatakan oleh Alkitab yang adalah firman
Tuhan, karena hanya Alkitab yang memiliki otoritas tertinggi). Kita
mengetahui dua ungkapan yang mewakili gerakan Reformasi yaitu Sola
Fide dan Sola Scriptura. Sering dikatakan bahwa Sola Fide adalah prinsip
material dari pengajaran Reformasi, sedangkan Sola Scriptura adalah
prinsip formalnya.**3 Kalau ditelusuri lebih dalam lagi maka jelaslah
bahwa prinsip Sola Scriptura ada di balik semua perdebatan mengenai
pembenaran melalui iman, karena Luther yakin sekali bahwa kebenaran
ini diajarkan di dalam Alkitab.**4
SOLA SCRIPTURA DAN KEWIBAWAAN ALKITAB
Para Reformator tidak pernah berusaha menegakkan doktrin yang baru
atau berminat mendirikan gereja yang lain, yang mereka inginkan ialah
mereformasi gereja,**5 dalam pengertian mereka ingin menghidupkan
kembali kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek gerejawi yang
murni berdasarkan Alkitab. John R. de Witt mengatakan, "The
Reformation rediscovered and accentuated afresh the authority of the
Bible."**6 Para Reformator memiliki semangat untuk mengembalikan
318 |TEOLOGI REFORMED
iman orang Kristen dan kekristenan kepada otoritas Alkitab. John Calvin
mengemukakan,
Biarlah hal ini kemudian menjadi suatu aksioma yang pasti: bahwa tidak
ada yang lain yang harus diakui di dalam gereja sebagai firman Allah
kecuali apa yang termuat, pertama dalam Torah dan Kitab Nabi- nabi, dan
kedua dalam tulisan-tulisan para Rasul; dan bahwa tidak ada metode
pengajaran lain di dalam gereja yang berlainan dari apa yang sesuai
dengan ketentuan dan aturan dari firman-Nya.**7
Prinsip Sola Scriptura dengan jelas mendobrak tirani dari suatu hierarki
gerejawi yang sudah "corrupt" karena gereja menempatkan dirinya lebih
tinggi dari firman Tuhan. Padahal, berdasarkan Efesus 2:20 dapat
dikatakan bahwa otoritas Alkitab sudah lebih dulu ada sebelum gereja
berdiri karena gereja didirikan di atas dasar pengajaran para rasul dan
para nabi. Pengajaran para rasul dan nabi adalah pengajaran firman
Tuhan, yang jelas bukan hanya lebih tua tetapi juga lebih tinggi dari
pengajaran gereja. Alkitab mampu memberikan penilaian atas gereja
sekaligus memberikan model bagi gereja yang benar.
Para Reformator memiliki pendapat yang tegas bahwa wewenang gereja
dan para penjabatnya (para Paus, dewan-dewan dan teolog-teolog)
berada di bawah Alkitab. Ini tidak berarti mereka tidak memiliki
wewenang. Namun, sebagaimana diungkapkan Alister McGrath,
wewenang tersebut berasal dari Alkitab dan berada di bawah
Alkitab.**8Kewibawaan mereka dilandaskan pada kesetiaan mereka
pada firman Allah. Selanjutnya McGrath mengatakan, "Bila orang-orang
Katolik menekankan pentingnya kesinambungan historis, para
Reformator dengan bobot yang sama menekankan makna penting dari
kesinambungan ajaran.**9
Jadi, prinsip Sola Scriptura menolak otoritas tradisi gereja yang
disetarakan dengan otoritas Alkitab. Sebuah catatan perlu diberikan di
sini guna menghindari kesalahpahaman yang sudah cukup umum. Banyak
319 |TEOLOGI REFORMED
orang berpikir bahwa para Reformator percaya kepada otoritas Alkitab
yang tanpa salah, sedangkan gereja Roma Katolik percaya hanya kepada
otoritas gereja dan tradisinya yang tanpa salah. Ini suatu kekeliruan. Pada
masa Reformasi, kedua pihak sama-sama mengakui otoritas
Alkitab.**10 Contohnya, bagi sebagian besar teolog abad pertengahan,
Alkitab merupakan sumber yang mencukupi untuk ajaran
Kristen.**11 Yang menjadi pertanyaan dan perdebatan ialah: "Is the
Bible the only infallible source of special revelation?"**12
Gereja Roma Katolik mengajarkan ada dua sumber wahyu khusus, yaitu
Alkitab dan tradisi. Tradisi di sini dimengerti sebagai satu sumber yang
berbeda, di samping Alkitab. Alkitab tidak berkata apa-apa mengenai
sejumlah pokok masalah atau doktrin, dan Allah telah menetapkan suatu
sumber wahyu kedua untuk melengkapi kekurangan ini. Ini adalah suatu
tradisi yang tidak tertulis. Jikalau ditelusuri lebih mendalam, tradisi yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya di dalam gereja, itu
dianggap berasal dari para rasul. Jadi tradisi yang dimaksud di sini adalah
"a separate, unwritten source handed down by apostolic
succession."**13 Dengan demikian, suatu kepercayaan yang tidak
ditemukan dalam Alkitab, dapat dibenarkan dengan mengacu pada tradisi
yang tidak tertulis tersebut.
Gereja Roma Katolik memberikan otoritas kepada tradisi ini, karena itu
mereka tidak mengizinkan siapapun menafsir Alkitab dengan cara yang
bertentangan dengan tradisi tersebut. Jelas mereka meninggikan tradisi
melebihi Alkitab, bahkan menganggap bahwa Alkitab hanya bisa
ditafsirkan dan diajarkan dengan perantaraan Paus atau konsili gerejawi.
Para Reformator dengan tegas melawan konsep ini. Dalam perdebatan
dengan teolog-teolog Roma Katolik, Luther dengan berani menegaskan
bahwa adalah mungkin bagi Paus dan konsili gerejawi untuk melakukan
kesalahan.
320 |TEOLOGI REFORMED
Prinsip Sola Scriptura juga tidak dapat dilepaskan dari masalah kanon
Alkitab. Istilah "kanon" (aturan, norma) digunakan untuk merujuk pada
kitab-kitab yang oleh gereja dianggap otentik. Bagi teolog-teolog abad
pertengahan dan gereja Roma Katolik, yang dimaksud dengan Alkitab
ialah karya-karya yang tercakup dalam Vulgata. Di dalamnya terdapat
tambahan kitab-kitab yang sering disebut kitab-kitab Apokrifa, yang tidak
terdapat dalam PL bahasa Ibrani. Para Reformator tidak setuju dengan
adanya tambahan tersebut, dan mereka merasa berwenang untuk
mempersoalkan penilaian ini. Menurut mereka, tulisan-tulisan PL yang
dapat diakui untuk masuk ke dalam kanon Alkitab hanyalah yang asli
terdapat di dalam Alkitab Ibrani.**14 Kitab-kitab Apokrifa memang
merupakan bacaan yang berguna, tetapi tidak bisa digunakan sebagai
dasar ajaran.**15Penegasan Sola Scriptura mengakibatkan mereka
menyingkirkan semua kitab di luar keenam puluh enam kitab dalam
Alkitab. Perbedaan ini tetap ada sampai sekarang.**16
Mengapa para Reformator sangat menjunjung tinggi otoritas Alkitab?
Jawabannya sederhana sekali: karena Alkitab adalah firman Tuhan, maka
Alkitab dengan sendirinya memiliki kewibawaan atau otoritas. Luther
berkata, "The Scriptures, although they also were written by men, are not
of men nor from men, but from God."**17 Sedangkan menurut Calvin,
The Scriptures are the only records in which God has been pleased to
consign his truth to perpetual rememberance, the full authority which
they ought to possess with faithful is not recognized, unless they are
believed to have come from heaven, as directly as if God had been heard
giving utterance to them.**18
Jadi ada konsensus bahwa Alkitab harus diterima seakan-akan Allah
sendirilah yang sedang berbicara.
Otoritas Alkitab berakar dan berdasarkan pada fakta bahwa Alkitab
diberikan melalui inspirasi Allah sendiri (2Tim. 3:16). Inspirasi adalah cara
321 |TEOLOGI REFORMED
di mana Allah memampukan penulis-penulis manusia dari Alkitab untuk
menulis semua perkataan di bawah pengawasan Allah sendiri.
Kepribadian dan kemanusiawian para penulis Alkitab diakui aktif dalam
proses di mana Roh Allah memimpin mereka dalam proses inspirasi
tersebut. Karena itu apa yang ditulis bukan semata-mata tulisan mereka
sendiri tetapi firman Allah yang sejati. Calvin memberi komentar
mengenai 2Timotius 3:16,
This is the principles that distinguishes our religion from all others, that
we know that God hath spoken to us and are fully convinced that the
prophets did not speak of themselves, but as organs of the Holy Spirit
uttered only that which they had been commissioned from heaven to
declare. All those who wish to profit from the Scriptures must first accept
this as a settled principle, that the Law and the prophets are not
teachings handed on at the pleasure of men, or produced by men's minds
as their source, but are dictated by the Holly Spirit.**19
Bagaimana sebenarnya cara atau metode mengenai inspirasi ilahi ini
tidak dipaparkan secara jelas dalam Alkitab.**20 Butir yang lebih krusial
adalah fakta bahwa "the Scriptures are the direct result of the breathing
out of God."**21 B.B. Warfield memberikan komentar yang sangat baik
mengenai kata Yunani theopneustos:
The Greek term has...nothing to say inspiring or of inspiration: it speaks
only of a "spiring" or "spiration." What it says of Scripture is, not that it is
"breathed into by God" or that it is the product of the Divine
"inbreathing" into its human authors, but that it is breathed out by
God...when Paul declares, then, that "every scripture," or "all scripture" is
the product of the Divine breath, "is God-breathed," he asserts with as
much energy as he could employ that Scripture is the product of a
specifically Divine operation.**22
322 |TEOLOGI REFORMED
Ini berarti semua yang ditulis para penulis Alkitab itu berasal dari Allah.
Jadi, Alkitab berotoritas adalah karena kenyataan dirinya sebagai
penyataan ilahi yang diberikan melalui inspirasi ilahi.
Pertanyaan penting berkaitan dengan otoritas Alkitab ialah: Berdasarkan
apa kita menerima otoritas Alkitab tersebut? Bagaimana kita tahu dan
yakin bahwa yang kita tegaskan tentang otoritas Alkitab itu benar
adanya? Apakah melalui gereja kita mengerti dan diyakinkan akan
otoritas Alkitab sebagai firman Allah (pandangan gereja Roma Katolik
yang tradisional)? Di dalam sejarah gereja kita melihat ada banyak orang
berusaha memberikan argumen-argumen yang rasional guna mendukung
klaim bahwa Alkitab adalah firman Tuhan. Tetapi kita pun tahu bahwa
sering argumen-argumen itu, meskipun perlu dan penting, tidak
sepenuhnya "convincing."
Di sini kita melihat satu pokok pikiran Calvin yang sangat penting
berkaitan dengan masalah ini. Ia dengan tidak henti-hentinya
menegaskan bahwa dasar satu-satunya yang meyakinkan mengapa kita
percaya otoritas Alkitab adalah kesaksian Roh Kudus sendiri. Kita percaya
bahwa Alkitab adalah firman Allah karena kesaksian Roh Kudus. Ia
mengatakan:
The testimony of the Spirit is more excellent than all reason. For as God
alone is a fit witness of himself in his Word, so also the Word will not find
acceptance in men's hearts before it is sealed by the inward testimony of
the Spirit. The same Spirit, therefore, who has spoken through the
mouths of the prophets must penetrate into our hearts to persuade us
that they faithfully proclaimed what had been divinely commanded.**23
Jadi, otoritas Alkitab tidak tergantung pada bukti-bukti kehebatan dan
kesempurnaannya, tetapi oleh karena iman yang Roh Kudus sudah
kerjakan dalam hidup orang-orang percaya sehingga mereka
mempercayai kebenaran Alkitab dan menaklukkan diri di bawah otoritas
tersebut. James M. Boice mengutarakan bahwa kesaksian Roh Kudus ini
323 |TEOLOGI REFORMED
adalah "the subjective or internal counterpart of the objective or external
revelation."**24
Apa yang Calvin ajarkan di sini sesuai dengan perkataan Paulus
di 1Korintus 2:13-14. Jadi, jelas sekali bahwa terlepas dari karya Roh
Kudus seseorang tidak akan menerima kebenaran-kebenaran rohani dan
secara khusus tidak akan menerima kebenaran bahwa perkataan-
perkataan Alkitab adalah firman Allah. Calvin juga mengatakan, "But it is
foolish to attempt to prove to infidels that the Scripture is the Word of
God. This it cannot be known to be, except by faith."**25
Keyakinan yang datangnya dari kesaksian Roh Kudus adalah keyakinan
yang muncul ketika kita membaca firman Tuhan dan mendengar suara
Tuhan berbicara melalui perkataan-perkataan Alkitab tersebut serta
menyadari bahwa ini bukanlah kitab biasa. Roh Kudus berbicara di dalam
(in) dan melalui (through) perkataan-perkataan Alkitab dalam
memberikan keyakinan ini.**26 Tepatlah apa yang dikatakan oleh
seorang pastor, "If you have the Bible without the Spirit, you will dry up.
If you have the Spirit without the Bible, you will blow up. But if you have
both the Bible and the Spirit together, you will grow up."
Setelah zaman Reformasi, pandangan ortodoks mengenai Alkitab
mendapat serangan demi serangan. Gereja Roma Katolik bahkan secara
resmi pada tahun 1546 (konsili Trent) menempatkan tradisi gereja
berdampingan dan setara dengan Alkitab sebagai sumber penyataan.
Serangan lain datang dari golongan rasionalis pada abad 18 dan 19.
Alkitab bukanlah "God word to man" tetapi "man's word about God and
man." Alkitab hanya berisi kesaksian atau catatan manusia tentang karya
penyataan dan keselamatan Allah dalam sejarah. Sifat ilahi yang unik dari
Alkitab ditolak, sehingga otoritasnya pun ditolak. Otoritas tertinggi ialah
rasio manusia. Rasio menusia memiliki kebebasan mutlak yang harus
terlepas dari klaim-klaim teologis.**27
324 |TEOLOGI REFORMED
Bagaimana dengan sikap gereja-gereja Tuhan terhadap Alkitab? Sola
Scriptura adalah doktrin yang menegaskan bahwa Alkitab, dan hanya
Alkitab, yang memiliki kata akhir untuk semua pengajaran dan kehidupan
kita. Seluruh aspek pemikiran dan kehidupan kita harus tunduk pada
firman Allah. Benarkah demikian? David Well, dalam bukunya, No Place
for Truth,**28 memberikan kritik tajam kepada golongan injili yang
sudah jatuh ke dalam berbagai pencobaan zaman modern, sehingga
akhirnya kebenaran Allah sudah tidak lagi mengatur gereja-gereja. Hal-
hal apa sajakah yang menjadi mentalitas zaman ini? Menurut Well ada
beberapa, yakni:
Subjectivism: basing one's life upon human experience rather than upon
objective truth
Psychological therapy as the way to deal with human needs
A preoccupation with "professionalism," especially business management
and marketing techniques as the model for achievement any kind of
common enterprise
Consumerism: the notion that we must always give people what they
want or what they can be induced to buy
Pragmatism: the view that results are the ultimate justification for any
idea or action
Akibatnya, masih menurut Wells, Allah tidak lagi menjadi sesuatu yang
penting dalam hidup manusia. Kebenaran tidak lagi menguasai gereja.
Teologi tidak memberikan daya tarik. Khotbah-khotbah hanya
berpusatkan pada "felt needs." Teori-teori marketing dan manajemen
dalam pertumbuhan gereja menggantikan prinsip-prinsip Alkitab. Hal ini
perlu menjadi pemikiran serius bagi gereja-gereja Tuhan.
Bagaimana sikap para hamba Tuhan terhadap Alkitab? Panggilan hamba
Tuhan ialah panggilan untuk mempelajari dan menguraikan firman Tuhan
325 |TEOLOGI REFORMED
(bdk. Kis 20:27, dimana Paulus mengajarkan "the whole counsel of God"
selama pelayanannya di Efesus). Menurut de Witt, salah satu ciri khas
teologi Reformed ialah pandangan mengenai berkhotbah (preaching)
yang distingtif. Ia menulis, "It is by preaching that God confronts people
and draws them to himself, conforming them to the pattern of his Son;
indeed, it is by preaching that Jesus addresses himself to the hearts and
consciences of men (Rom. 10:14)."**29 Berdasarkan apa yang
dinyatakan di dalam Alkitab, preaching adalah eksposisi dan aplikasi
firman Tuhan. Tugas ini dipercayakan kepada para hamba Tuhan
(bdk. Kis. 6:1 dst.). John Stott dengan keras berkata, "Sehat tidaknya
keadaan jemaat-jemaat kita lebih banyak tergantung pada mutu
pelayanan pemberitaan firman Tuhan daripada hal-hal lainnya...apa yang
terjadi di bangku jemaat memancarkan apa yang terjadi di
mimbar."**30 Apakah tugas ini sudah kita jalankan dengan penuh
kesungguhan dan keseriusan karena kita memberitakan firman yang
memiliki otoritas dari Allah?
SOLA SCRIPTURA DAN PENAFSIRAN ALKITAB
Elemen baru di dalam pengajaran Sola Scriptura dari para Reformator
sebenarnya bukanlah permasalahan otoritas Alkitab, karena gereja Roma
Katolik juga berpegang pada hal itu. Elemen yang baru berkaitan dengan
masalah penafsiran Alkitab. Bukanlah hal yang berlebihan kalau
dikatakan bahwa Reformasi pada abad 16 tersebut pada dasarnya adalah
suatu revolusi hermeneutik.**31 Gerakan Reformasi menolak penafsiran
otoritatif terhadap Alkitab, khususnya dari gereja Roma Katolik yang
menekankan bahwa Paus atau konsili gerejawilah yang memiliki otoritas
untuk menafsirkan Alkitab. Sampai zaman Reformasi Alkitab masih
dianggap oleh kebanyakan orang sebagai kitab yang "obscure." Orang
awan biasa tidak dapat diharapkan untuk mengertinya, sehingga mereka
tidak didorong untuk membacanya. Bahkan Alkitab tidak tersedia dalam
bahasa yang mereka mengerti. Mereka jelas bergantung sepenuhnya
pada penafsiran gereja yang bersifat otoritatif. Pengajaran Alkitab
326 |TEOLOGI REFORMED
dikomunikasikan kepada orang-orang Kristen hanya melalui perantaraan
Paul, konsili, atau pastor.
Para Reformator sangat menekankan prinsip "private interpretation,"
yakni hak untuk menafsirkan Alkitab secara pribadi. Dengan demikian
setiap orang Kristen memiliki hak untuk membaca dan menafsirkan
Alkitab untuk dirinya sendiri.**32 Tetapi ini bukan berarti kepada setiap
individu diberikan hak untuk menyelewengkan atau mendistorsi Alkitab.
Ini adalah prinsip yang berasumsi bahwa Allah yang hidup berbicara
kepada umat-Nya secara langsung dan otoritatif melalui Alkitab. Karena
itu orang Kristen harus didorong untuk membaca Alkitab. Alkitab harus
diterjemahkan kedalam bahasa umum. Luther, contohnya, sangat
menekankan hal ini, sehingga ia menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa
Jerman.
Para tokoh Reformator sendiri tampaknya menekankan pengertian
mereka terhadap Alkitab dengan tidak mempedulikan apakah pengajaran
mereka bertentangan dengan keputusan-keputusan konsili atau penafsir-
penafsir gerejawi lainnya. Bagi mereka gereja bukanlah penentu arti
Alkitab, justru Alkitablah yang harus mengoreksi dan menghakimi gereja.
Tetapi pertanyaannya: apakah memang tidak ada peranan pengajaran
(tradisi) gereja sama sekali dalam hal ini? Reformasi sering kali dilihat
mempunyai ciri khas yaitu suatu "massive break" dengan tradisi gereja.
Yang benar adalah, para Reformator menentang otoritas tradisi dan
otoritas gereja, hanya sejauh otoritas tersebut mengungguli otoritas
Alkitab.**33
Para Reformator tidak pernah menolak tradisi eksegetis dan teologis dari
gereja yang didasarkan dan tunduk pada kebenaran Alkitab. Mereka
menghormati tradisi, khususnya yang diajarkan oleh bapa-bapa gereja
(terutama Agustinus). Luther berkata, "The teachings of the Fathers are
useful only to lead us to the Scriptures as they were led, and then we
must hold to the Scriptures alone."**34 Calvin, sebagai contoh, menulis
327 |TEOLOGI REFORMED
edisi Institutes pertama pada tahun 1536 ketika ia masih berusia dua
puluhan. Buku ini mengalami revisi beberapa kali, dan edisi akhir adalah
tahun 1559. Selama masa dua dekade tersebut ia berkecimpung dan
sibuk memberikan eksposisi Alkitab dan berkhotbah. Dalam hal ini ia
berinteraksi banyak dengan penafsiran penafsir-penafsir sebelumnya. T.
H. L. Parker berkata tentang Calvin:
As his understanding of the Bible broadened and deepened, so the
subject matter of the bible demanded ever new understanding in its
interrelation within itself, in its relations with secular philosophy, in its
interpretation by previous commentators.**35
Maka jelaslah, seperti yang Silva katakan, "the reformation marked a
break with the abuse of tradition but not with the tradition
itself."**36 Kritik yang diberikan adalah terhadap ajaran dan praktek
yang sudah menyeleweng dari, atau bertentangan dengan, Alkitab. Para
Reformator masih mempertahankan ajaran-ajaran gereja yang paling
tradisional (seperti keilahian Kristus, Trinitas, baptisan anak, dan
sebagainya) karena ajaran-ajaran tersebut sesuai dengan Alkitab. Mereka
menghargai tulisan-tulisan bapa-bapa gereja yang adalah pembela-
pembela kebenaran Alkitab.
Hak "private interpretation" haruslah disertai dengan tanggung jawab
untuk memakai dan menafsirkan Alkitab dengan hati-hati dan akurat.
Karena itu dalam hal ini kebutuhan akan penafsir dan guru sangat
diperlukan. Memang Alkitab dapat dibaca dan dimengerti oleh orang-
orang percaya (doktrin the clarity or perspicuity of Scripture), tetapi
masih ada hal-hal tertentu yang masih belum jelas dan sulit bagi banyak
orang yang sudah tentu membutuhkan suatu penyelidikan dan penelitian
akademik. Ketidakjelasan atau kekaburan tersebut lebih banyak
disebabkan oleh ketidaktahuan akan bahasa, tata bahasa, dan budaya
dari penulis Alkitab, daripada dikarenakan isi pengajaran atau subject-
328 |TEOLOGI REFORMED
matter-nya. Oleh sebab itu, "biblical scholarship" sangat penting dan
diperlukan.
Kontribusi penting dari para Reformator terhadap penafsiran Alkitab ialah
penegasan mereka mengenai "plain meaning" (arti yang alamiah atau
wajar) dari Alkitab. Secara khusus kepedulian mereka adalah
menyelamatkan Alkitab dari penafsiran alegoris yang masih terus ada
saat itu.**37 Luther mengungkapkan, "The Holy Spirit is the plainest
writer and speaker in heaven and earth and therefore His words cannot
have more than one, and that the very simplest sense, which we call the
literal, ordinary, natural sense." Apa yang ditekankan di sini bukanlah
penafsiran harafiah yang kaku. Prinsip ini menegaskan bahwa "the Bible
must be interpreted according to the manner in which it is
written."**39 Arti yang "plain" dari Alkitab adalah arti yang dimaksudkan
oleh penulis manusia, dan hal itu hanya dapat dimengerti melalui analisa
konteks sastra dan sejarah. Jadi jelaslah ada aturan- aturan dalam
penafsiran yang harus diikuti untuk menghindari penafsiran yang
subjektif dan aneh-aneh. Pengaruh dari semangat Renaissance dalam hal
ini tidak bisa dipungkiri. Kita melihat adanya suatu ketertarikan baru
terhadap sifat historis dari tulisan-tulisan kuno, di mana Alkitab termasuk
di dalamnya.**40
Ada yang mengatakan, "It is almost a truism to say that modern historical
study of the Bible could not have come into existence without the
Reformation."**41 Prinsip Reformasi ini terkait erat dengan apa yang
kita sebut metode penafsiran "Grammatical-Historical," yang berfokus
pada "historical setting" dan "grammatical structure" dari bagian-bagian
Alkitab. Dalam hal ini para Reformator berfokus pada sifat manusiawi dari
Alkitab itu sendiri. Ekses negatif dari pendekatan ini adalah pendapat
yang mengatakan bahwa Alkitab harus dimengerti dan ditafsirkan seperti
buku biasa lainnya. Inilah yang membuka jalan untuk pendekatan
"Historical-Critical" yang berkembang pada abad 18-19. Bedanya dengan
pendekatan Reformasi adalah, iman atau komitmen teologi tidak
329 |TEOLOGI REFORMED
diperbolehkan mempengaruhi penafsiran.**42 Mereka berusaha untuk
netral, tetapi sebenarnya tidak dapat netral karena mereka sudah
berpegang pada "teologi" (iman) mereka sendiri yaitu teologi yang tidak
percaya adanya intervensi Allah dalam dunia ini. Sumbangsih gerakan
Reformasi dalam hal penafsiran Alkitab sangat penting, di mana
prasuposisi iman tidak mungkin dilepaskan dari penafsiran Alkitab.
Pemikiran Reformasi mengenai penafsiran Alkitab juga menolong kita
untuk berhati-hati di dalam merespons segala bentuk pendekatan atau
metode penafsiran posmodernisme, yang secara khusus memberikan
penekanan pada respons dari pembaca masa kini (reader-response
approach). Pendekatan ini beranggapan bahwa tidak ada "meaning" yang
pasti dan benar, yang ada hanyalah "meanings" yang muncul atau
dihasilkan dari pembaca sendiri. Bahaya subjektivisme dan relativisme
sangat terlihat di sini. Memang betul penafsiran Alkitab tidak hanya
berhenti pada interpretasi, tetapi aplikasi. Kendati demikian ini bukan
berarti aplikasi yang tidak terkontrol dan sembarangan di mana seolah-
olah pembacanya yang menentukan arti dan aplikasinya.**43
Gerakan Reformasi juga menetapkan suatu prinsip penting dalam
penafsiran yaitu "Scripture is to interpret itself" (Sacra Scriptura sui
interpres). Kita menafsirkan Alkitab dengan Alkitab. Oleh sebab itu, kita
tidak mempertentangkan satu bagian Alkitab dengan bagian lainnya. Apa
yang tidak jelas di suatu bagian mungkin dapat dijelaskan oleh bagian
lain. Di balik prinsip ini ada sebuah keyakinan bahwa jikalau Alkitab ialah
firman Allah maka ia bersifat koheren dan konsisten pada dirinya sendiri.
Allah tidak mungkin berkontradiksi dengan diri-Nya sendiri. Memang
benar Alkitab dituliskan oleh orang-orang yang berbeda, yang hidup pada
zaman yang berbeda pula. Tetapi kita juga menyadari bahwa Allah adalah
Penulis aslinya, sehingga jelas ada kesatuan dan koherensi. Ini tidak sama
artinya dengan uniformitas (keseragaman). Para penulis manusia
menunjukan tulisan mereka pada situasi yang nyata, tetapi Allah dalam
kedaulatan-Nya menuntun mereka dan situasi mereka, bahkan secara
330 |TEOLOGI REFORMED
langsung mempengaruhi dan mengajar mereka (bdk. 2Ptr. 1:21),
sehingga kita melihat kesatuan pikiran di balik semua itu. Untuk
mengetahui maksud Allah tidak mungkin kita memperhatikan "bits" dan
"pieces" saja. Kita harus melihat Alkitab secara keseluruhan, sama seperti
ketika kita bermaksud mengetahui maksud penulis manusia, yaitu
dengan membaca hasil akhir karyanya.
Jelaskan bahwa Alkitab menyajikan tujuan ilahi. Concern Alkitab adalah
memberitahukan kepada kita suatu "story," yaitu cerita mengenai karya
penebusan Allah bagi umat-Nya melalui Yesus Kristus. Alkitab menyajikan
kepada kita "Redemptive History." Oleh sebab itu ayat-ayat dalam Alkitab
tidak pernah dapat ditafsirkan lepas dari konteks kesatuan keseluruhan
Alkitab. Setiap bagian Alkitab berkaitan erat dan tidak boleh ditafsirkan di
luar konteks rencana dan aktivitas Allah yang bersifat "redemptive-
historical" dan "covenantal" (relasi antara Allah dan umat-Nya).
PENUTUP
Apakah doktrin Sola Scriptura masih relevan untuk dipertahankan?
Melihat situasi yang kita hadapi saat ini maka penegasan doktrin yang
mendasar ini masih sangat penting. Kita sekarang hidup pada zaman yang
sering kali disebut sebagai zaman pascamodernisme. Apa yang menjadi
mentalitas zaman ini? William Edgar mengemukakan, "at the heart of the
postmodern mentalily is a culture of extreme skepticism... According to
many postmodernists, knowledge is no longer objective-nor even useful-
and ethics is not universal."**44 Inilah dunia yang tidak kompatibel
dengan kebenaran injil, dan di dalam dunia yang seperti ini Tuhan
memanggil kita untuk mempertahankan kebenaran firman-Nya.
Daftar Catatan Kaki
**1. Earle E. Cairns, Christianity Through the Centuries (Edisi ketiga;
GrandRapids: Zondervan, 1996) 284.
331 |TEOLOGI REFORMED
**2. Stephen Tong, Reformasi & Teologi Reformed (Jakarta: LRII, 1991)
13.
**3. Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: Gunung
Mulia, 1999) 174.
**4. R. C. Sproul, Grace Unknown: The Heart of Reformed Theology
(Grand Rapids: Baker, 1997) 42.
**5. Tony Lane, The Lion Concise Book of Christian Thought (Tring: Lion,
1984) 110-111.
**6. What is the Reformed Faith? (Edinburgh: Banner of Truth, 1981) 5.
**7. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi 182.
**8. Ibid. 185. McGrath juga mengutip Calvin yang mengatakan, "... kita
berpegang bahwa....bapa-bapa gereja dan dewan-dewan hanya
berwibawa sejauh mereka sesuai dengan aturan dari firman itu, kita
masih memberikan kepada dewan-dewan dan bapa-bapa gereja
kehormatan dan kedudukan seperti yang sesuai untuk mereka miliki di
bawah Kristus" (Sejarah Pemikiran Reformasi 186).
**9. Ibid. 186.
**10. J.M. Boice, Foundations of the Christian Faith (Downers Grove: IVP,
1986) 48.
**11. Alister McGrath, The Intellectual Origins the European Reformation
(Oxford: Oxford University Press, 1987) 140-151.
**12. Sproul, Grace Unknown 42.
**13. J. Van Engen, "Tradition" dalam Evangelical Dictionary of Theology
(ed. Walter Elwell; Grand Rapids: Baker, 1984) 1105.
332 |TEOLOGI REFORMED
**14. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi 182-183.
**15. Contohnya, pengajaran Roma Katolik mengenai doa untuk orang
mati didasarkan pada 2Makabe 12:40-46. Bagi para Reformator,
kebiasaan ini tidak mempunyai dasar alkitabiah, karena kitab tersebut
adalah kitab Apokrifa.
**16. Konsili Trent 1546 tetap mendifinisikan kanon sesuai dengan apa
yang ada di dalam Alkitab Vulgata.
**17. "That Doctrines of Men Are to Be Rejected" dalam What Luther
Says: An Anthology (ed. Elwald M. Plass; St. Louis:Concordia, 1959) 1.63.
**18. Institutes of the Cristian Relegion (tr. H. Beveridge; London: James
Clarke, 1953) I.vii.1.
**19. Calvin's New Testament Commentaries (tr. T. A. Small; Grand
Rapids: Eerdmands, 1964) 10.330.
**20. Luther sendiri juga tidak pernah mengembangkan teologi tentang
inspirasi Alkitab.
**21. Boice, Foundations 39.
**22. The Inspiration and Authority of the Bible (ed. Samuel G. Craig
London: Marshall & Scott, 1959) 133.
**23. Institutes I. vii. 4.
**24. Foundation 49.
**25. Institutes I.viii. 13.
**26. Dalam hal inilah kita berbeda dengan pandangan Neo-Ortodoksi
mengenai Alkitab. Kita percaya bahwa tulisan-tulisan dalam Alkitab
adalah perkataan Allah kepada kita, terlepas dari apakah kita
333 |TEOLOGI REFORMED
membacanya, mengerti, menerimanya atau tidak. Status Alkitab tidak
ditentukan oleh respons manusia. Neo-Ortodoksi menekankan bahwa
Alkitab menjadi firman Allah pada saat ada "encounter." Ketika tidak ada
encounter, maka Alkitab hanyalah kata-kata manusia belaka yang
menuliskannya. Sebenarnya pengertian wahyu sebagai suatu "encounter"
tersebut adalah apa yang kita mengerti sebagai iluminasi. Pada saat
seseorang diyakinkan akan suatu kebenaran tertentu, itu berarti
illuminasi sedang terjadi.
**27. Robert M. Grant dan David Tracy, A Short History of the
Interpretation of the Bible (Edisi kedua; Minneapolis: Fortress, 1984) 100-
109. Tepatlah apa yang dikatakan Boice, "The Catholic Church weakened
the orthodox view of the Bible by exalting human traditions to the
stature of Scripture. Protestans weakened the orthodox view of Scripture
by lowering the Bible to the level of traditions" (Foundations 70)
**28. Atau Whatever Happened to Evangelical Theology? (Grand Rapids:
Eerdmans,1993).
**29. What is the Reformed Faith? 17-18
**30. Alkitab: Buku Untuk Masa Kini (tr. Paul Hidayat; Jakarta: PPA,
1987)60-61.
**31. Moises Silva, Has the Church Misread the Bible? (Grand
Rapids:Zondervan, 1987)77.
**32. Sproul, Grace Unknown 55.
**33. Silva, Has the Church 95.
**34. Dikutip dari Dan McCartney dan Charles Clayton, Let the Reader
Understand: A Guide to Interpreting and Applying the Bible (Wheathon:
Bridgepoint, 1994) 93.
334 |TEOLOGI REFORMED
**35. John Calvin: A Biography (Philadelphia: Westminster, 1975) 132.
**36. Silva, Has the Church 96.
**37. Ibid. 77-78.
**38. Works of Martin kLuther (Philadelpia: Holman, 1930) 3.350
**39. Sproul, Grace Unknown 56.
**40. Edgar Krentz, The Historical-Critical Method (Philadelphia: Fortress,
1975) 7-10.
**41. Grant and Tracy, A Short History 92.
**42. Krentz, The Historical 16-30.
**43. Lihat ulasan yang menarik oleh Kevn J. Vanhoozer, Is There A
Meaning in the Text? The Bible the Reader, and the Morality of Literary
Knowledge (Grand Rapids: Zondervan, 1998) khususnya pasal 4 & 7.
**44. Reasons of the Heart: Recovering Christian Persuasion (Grand
Rapids: Baker, 1996) 25.
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Majalah Veritas (Vol. 3, Nomor 1 - April 2002)
Judul Artikel : Doktrin Sola Scriptura
Penulis : Yohanes Adrie Hartopo
Penerjemah : -
Penerbit : -
335 |TEOLOGI REFORMED
Halaman : -
336 |TEOLOGI REFORMED
Kematian Rohani dan Kehidupan Rohani Editorial:
Dear Reformed Netters,
Howard F. Sugden dalam bukunya yang ditulis bersama-sama dengan
Warren W. Wiersbe dan Paul R. Van Gorder, yang berjudul "Prioritas
Seorang Pendeta" menuliskan:
"Ketika tiba saatnya untuk membicarakan tugas-tugas pelayanan
pendeta, saya menyarankan agar digunakan kata 'gembala' sebagai salah
satu istilah untuk menggambarkan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh
seorang hamba Tuhan dalam hubungan dengan jemaatnya (sebab istilah
ini sesuai dengan Kitab Suci). Tetapi ada seseorang yang mengajukan
sanggahan, 'Dewasa ini tidak seorang pun yang mengetahui apa gembala
itu dan apa yang diperbuatnya dalam dunia kita sekarang ini.' Nampaknya
ada pemikiran untuk memperbaharui anggaran dasar sekarang ini dan
jangan kembali kepada jaman gembala dahulu.
Saya hampir tak sabar untuk kembali ke ruang belajar, membuka
konkordansi dan kamus 'Theological Dictionary of the New Testament'
karangan Kittel untuk menyegarkan kembali hati saya dengan kata
'gembala' yang dipakai untuk menyebut Tuhan kita dan hamba-Nya
sepanjang jaman. Saya menemukan bahwa kata 'gembala' atau 'domba'
itu digunakan lebih dari empat puluh kali dalam kitab Perjanjian Baru,
dan Kittel menjelaskan pokok itu sebanyak tujuh belas halaman.
Tapi betul juga teman saya yang membuat sanggahan itu. Siapakah orang
yang hidup pada jaman ini; jaman dimana ada kota-kota besar dan ramai,
jalan-jalan lintas cepat, dengan berbagai transportasi modern serta
banyak tempat rekreasi, yang masih tahu memikirkan tentang 'domba'
dan 'gembala'?"
337 |TEOLOGI REFORMED
Jika Anda adalah seorang "gembala" (pemimpin jemaat), ketika membaca
kutipan di atas mungkin Anda merasa tersanjung mendapat sebutan
sebagai seorang "gembala" karena Yesus sendiri menyebut diri sebagai
"Gembala" dan tugas yang diemban oleh "gembala" sangatlah dihargai
oleh Tuhan. Menjadi "gembala" merupakan panggilan yang mulia,
melakukan tugas sebagai seorang "gembala" merupakan suatu "hak
istimewa" yang tidak Tuhan berikan kepada setiap orang, tapi hanya
kepada orang-orang tertentu saja.
Tapi jika Anda seorang "domba" (jemaat), maka kutipan di atas membuat
anda merasa tersanjung, karena bagi "domba" memiliki "gembala"
artinya seperti mendapatkan "hak istimewa" untuk dilayani. Maka tidak
heran jika Anda menginginkan seorang "gembala" yang selalu siap sedia
melayani dan melindungi 'domba-domba-Nya, kalau perlu 24 jam. Anda
akan jengkel kalau mendengar "gembala" yang mengeluh atau
mengharapkan pujian dari apa yang dilakukannya, karena sebagai
seorang "gembala" sudah sepantasnya kalau ia menderita dan berkorban
bagi domba-domba- Nya.
Melihat kontras dua pemikiran di atas, saya tertarik untuk mengutipkan
beberapa surat-surat terbuka yang ditulis oleh 'domba-domba" yang
ditujukan kepada "gembala-gembala"nya. Sangat menarik mengetahui
apa yang dipikirkan oleh "domba-domba" tentang "gembala-
gembala"nya. Namun sambil anda membaca kutipan surat-surat tsb.,
saya mengajak anda untuk merenungkan dan menjawab beberapa
pertanyaan di bawah ini:
Jika anda seorang "gembala" jemaat:
Pernahkah anda memahami tugas berat yang harus diemban seorang
"gembala"?
Apa reaksi anda bila anda menerima surat-surat seperti itu?
338 |TEOLOGI REFORMED
Inginkah anda menerima surat-surat seperti itu dari "domba- domba"
anda?
Dalam hal bagaimana anda pantas menerima pujian-pujian dari "domba-
domba" anda?
Dalam hal bagaimana anda pantas menerima kritikan-kritikan dari
"domba-domba" anda?
Jika anda seorang "domba" jemaat:
Pernahkan anda memahami beratnya tugas seorang "gembala" jemaat?
Pernahkah anda mensyukuri apa yang "gembala" anda lakukan bagi
"domba-domba" jemaatnya?
Bagaimana reaksi "gembala" anda jika anda menulis surat-surat seperti
itu kepadanya?
Pernahkah anda menyatakan penghargaan kepada 'gembala" anda secara
terbuka?
Apa pentingnya bagi "gembala" anda untuk mengetahui apa yang anda
pikirkan tentang dia dan tugasnya?
Selamat merenungkan. Kiranya kiriman saya ini dapat menjadi berkat
bagi ke dua belah pihak; "gembala" dan "domba".
In Christ,
Yulia
Artikel Terkait
Doktrin Sola Scriptura
Sola Fides Justificate
Doktrin Kecukupan Alkitab
339 |TEOLOGI REFORMED
Presuposisi Teologi
Kristus adalah Semua ...
Kristus, Buah Sulung Kebangkitan
Spiritualitas Injili: Suatu Tinjauan Ulang
Penulis:
R.C. Sproul
Edisi:
033/X/2002
Isi:
Pasal 5 (Bag. 1)
KEMATIAN ROHANI DAN KEHIDUPAN ROHANI: KELAHIRAN BARU DAN
IMAN
Teologi "Reformed" terkenal dengan singkatan TULIP yang dibuat untuk
meringkas apa yang disebut "Five points of Calvinism." TULIP dijabarkan
sebagai berikut:
T
U
L
I
P
:
:
:
:
:
Total Depravity
Unconditional Election
Limited Atonement
Irresistible Grace
Perseverance of the Saints
TULIP ini telah membantu banyak orang untuk mengingat keunikan
teologi "Reformed". Tetapi, TULIP juga telah banyak menimbulkan
kebingungan dan kesalahmengertian. Sebuah singkatan biasanya dibuat
berdasarkan kata-kata yang telah ada dan disusun sedemikian rupa
340 |TEOLOGI REFORMED
supaya terlihat indah. Tetapi singkatan ini hanya berfungsi sebagai alat
bantu untuk mengingat.
Persoalan pertama tentang TULIP ini adalah dengan huruf pertama. Total
Depravity merupakan istilah yang bisa membawa pada konsep yang
sangat menyesatkan. Konsep dari "Total Depravity" sering disamakan
dengan "Utter Depravity." Dalam teologi "Reformed", "Total Depravity"
berarti bahwa seluruh kemanusiaan kita telah jatuh ke dalam dosa.
Artinya tidak ada satu bagian pun dari diri kita yang tidak terkena
pengaruh dari Kejatuhan itu. Dosa mempengaruhi kehendak kita, hati
kita, pikiran kita, dan tubuh kita. Saya kira apabila Adam tidak pernah
berdosa, ia tidak akan pernah membutuhkan kacamata plus pada waktu
ia mencapai usia setengah baya. Bahkan istilah setengah baya tidak akan
berarti apa-apa bagi Adam. Karena, apabila Adam tidak jatuh ke dalam
dosa, maka Adam tidak akan mengalami kematian. Bila seseorang hidup
untuk selama-lamanya, maka masa setengah baya tentu tidak berlaku
bagi dirinya.
"Total Depravity" juga menekankan fakta bahwa dosa telah mencapai
pusat dari keberadaan kita. Dosa bukan merupakan sesuatu yang
berakibat pada kulitnya saja, atau setitik noda yang mengotori manusia
yang sempurna. Dosa berakibat sangat radikal, oleh karena dosa telah
menyentuh akar kehidupan kita.
"Total Depravity" bukan "Utter Depravity." "Utter Depravity" berarti
bahwa kita semua adalah orang yang berdosa, dimana tidak ada kebaikan
lagi yang dapat dihasilkan dari kita. Kita tahu bahwa bukan begitu yang
terjadi pada diri manusia. Karena, seberapa pun jauhnya kita telah
berbuat dosa, kita masih tetap dapat memikirkan dosa yang lebih buruk
yang dapat kita lakukan. Bahkan Adolf Hitler tidak membunuh ibu
kandungnya sendiri.
Oleh karena "Total Depravity" sering disamakan artinya dengan "Utter
Depravity", maka saya lebih suka memakai istilah "radical corruption"
341 |TEOLOGI REFORMED
(pencemaran yang radikal) dari manusia, meskipun itu akan
mengacaukan singkatan kita. Pengertian karakter dosa yang radikal
mungkin merupakan konsep yang paling penting untuk kita mengerti jika
kita akan menjelaskan doktrin predestinasi yang Alkitabiah. Sebagaimana
yang telah saya singgung dalam pembahasan kita tentang
ketidakmampuan moral manusia, ini merupakan inti dari seluruh
perdebatan tersebut.
Saya teringat pada waktu mengajar teologi di sebuah Sekolah Teologi.
Kelas itu terdiri dari 25 mahasiswa yang berasal dari berbagai
denominasi. Pada awal kuliah tentang predestinasi, saya bertanya kepada
mereka, berapa orang di antara mereka yang menganggap dirinya
memiliki pandangan predestinasi Calvinis. Hanya satu orang yang
mengangkat tangannya.
Kami mulai dengan pelajaran tentang keberdosaan manusia. Setelah saya
memberikan kuliah selama beberapa hari tentang topik ini, kemudian
saya bertanya lagi, "Berapa banyak di antara kalian yang yakin bahwa apa
yang baru saja kalian pelajari itu merupakan doktrin keberdosaan
manusia yang diajarkan oleh Alkitab?" Semua mahasiswa mengangkat
tangannya. Saya bertanya, "Apakah kalian yakin?" Mereka menegaskan
bahwa mereka sungguh-sungguh yakin. Saya memberi peringatan
selanjutnya, "Hati-hatilah sekarang. Hal ini bisa datang lagi membayangi
kalian dalam kuliah-kuliah yang berikutnya." Tetapi, mereka tetap
menegaskan bahwa mereka yakin.
Pada waktu itu saya menulis tanggal hari itu di sudut papan tulis. Tepat di
samping tanggal itu saya menuliskan angka 25. Saya melingkari catatan
itu dan memohon supaya petugas tidak menghapus tulisan tersebut.
Beberapa minggu kemudian, kami mulai belajar doktrin predestinasi.
Ketika saya tiba pada topik mengenal ketidakmampuan moral manusia,
maka timbul protes keras dari para mahasiswa. Saya kemudian menunjuk
pada sudut papan tulis serta menunjukkan catatan persetujuan mereka.
342 |TEOLOGI REFORMED
Saya membutuhkan waktu dua minggu untuk meyakinkan mereka bahwa
jika mereka sungguh-sungguh menerima pandangan Alkitab tentang
pencemaran yang terjadi pada umat manusia, maka perdebatan tentang
predestinasi telah selesai.
Secara singkat, saya akan berusaha untuk melakukan hal yang sama
dalam bagian ini. Saya melanjutkan dengan peringatan yang sama.
PANDANGAN ALKITAB TENTANG PENCEMARAN UMAT MANUSIA
Marilah kita mulai pelajaran kita ini tentang tingkat kejatuhan manusia
dengan memperhatikan surat Roma Pasal 3. Di sini Paulus menulis:
"Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.
Tidak ada seorang pun yang berakal budi,
tidak ada seorang pun yang mencari Allah.
Semua orang telah menyeleweng,
mereka semua tidak berguna,
tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak."
(Rm. 3:10-12)
Di sini kita melihat pencemaran umat manusia yang bersifat universal.
Dosa itu berakibat sangat luas dan telah mencapai setiap orang tanpa
terkecuali. Paulus memakai kata-kata yang tegas untuk memperlihatkan
bahwa tidak ada pengecualian di antara manusia yang telah jatuh dalam
dosa. Tidak ada seorang pun yang benar, tidak ada seorang pun yang
berbuat baik.
Pernyataan "tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak" adalah
menentang asumsi kita yang telah membudaya. Kita bertumbuh menjadi
dewasa serta mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna.
Pernyataan bahwa kita adalah orang-orang berdosa merupakan
pernyataan yang mudah kita terima, tetapi kita tidak dapat menerima
pernyataan bahwa tak seorang pun diantara kita yang berbuat baik. Tidak
343 |TEOLOGI REFORMED
ada satu orang pun di antara seribu orang yang mau mengakui bahwa
dosa adalah masalah yang seserius ini.
Tidak ada seorang pun yang berbuat baik? Bagaimana mungkin hal itu
dapat terjadi? Setiap hari kita melihat orang-orang tidak percaya kepada
Allah yang berbuat kebaikan. Kita melihat mereka bersedia untuk
berkorban, bekerja dengan rajin, hati-hati, dan jujur. Dan kita melihat
orang-orang yang tidak percaya itu dengan seksama menaati batas
kecepatan, sedangkan mobil-mobil lain, yang menempelkan slogan-
slogan Kristen, melaju cepat menyusul mereka.
Paulus pasti menggunakan gaya bahasa hiperbola di sini. Ia pasti dengan
sengaja membesar-besarkan dengan maksud menekankan apa yang ia
ingin sampaikan. Tetapi sesungguhnya pasti ada manusia yang berbuat
baik. Tidak, anggapan itu salah! Allah yang benar, melalui Paulus
menyatakan bahwa tidak ada orang yang berbuat baik, seorang pun
tidak.
Kita tersandung di sini, karena kita mempunyai pengertian yang relatif
tentang arti "baik" itu. Sesungguhnya baik itu adalah istilah yang relatif
pula. Sesuatu itu hanya dapat dinilai baik menurut standar tertentu. Kita
memakai istilah itu sebagai perbandingan di antara manusia. Ketika kita
mengatakan bahwa orang itu baik, maksud kita adalah orang itu baik bila
dibandingkan dengan orang-orang lain. Tetapi standar tertinggi untuk
kebaikan, yaitu standar yang akan dipakai untuk menghakimi kita, adalah
Hukum Allah. Hukum itu bukanlah Allah, tetapi hukum itu datang dari
Allah dan merefleksikan karakter Allah yang sempurna. Jika penilaian
terhadap manusia didasarkan pada standar Allah itu, maka tidak ada
seorang pun yang baik.
Menurut kategori Alkitab, kebaikan diukur dari dua segi. Pertama,
kesesuaian lahiriah dengan hukum Allah. Artinya, jika Allah melarang
mencuri, maka adalah baik untuk tidak mencuri. Adalah baik untuk
mengatakan kebenaran. Adalah baik untuk membayar hutang atau
344 |TEOLOGI REFORMED
rekening kita tepat pada waktunya. Adalah baik untuk menolong orang
lain yang sedang membutuhkan. Perbuatan-perbuatan lahiriah ini
dilakukan setiap hari. Oleh karena itu, pada waktu kita melihat orang
melakukan kebaikan-kebaikan itu, maka dengan cepat kita menyimpulkan
bahwa orang itu sesungguhnya melakukan hal-hal yang baik.
Kedua, cara penilaian yang kedua inilah yang membawa kita pada
kesulitan. Karena, sebelum Allah menyatakan bahwa perbuatan itu
"baik", Ia tidak hanya menilai kesesuaian tindakan luarnya dengan Hukum
Allah, melainkan juga motivasinya. Kita melihat secara lahiriah saja, tetapi
Allah melihat apa yang ada di dalam hati kita. Suatu tindakan dinilai baik
apabila tindakan itu sesuai dengan Hukum Allah secara lahiriah, dan
dilakukan dengan motivasi yang tulus yaitu untuk mengasihi Allah.
Kita ingat Hukum Allah yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan Allahmu
dengan segenap hati, dengan segenap kekuatan, dan dengan segenap
akal budi...dan mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.
Setiap tindakan yang kita perbuat harus dimulai dari hati yang
sepenuhnya mengasihi Allah.
Dari kerangka berpikir seperti ini, maka mudahlah bagi kita untuk melihat
kenyataan bahwa tidak ada seorang pun yang berbuat baik. Tindakan-
tindakan kita yang terbaik dinodai oleh motivasi yang tidak murni. Tidak
ada seorang pun di antara kita yang pernah mengasihi Allah dengan
segenap hati atau dengan segenap akal budinya. Ada unsur kedagingan
kita yang selalu terlibat dalam semua tindakan kita, sehingga membuat
tindakan kita tidak sempurna.
Jonathan Edwards menyatakan tentang konsep Pencerahan Interes
Pribadi. Pencerahan Interes Pribadi menunjuk pada motivasi yang
mendorong kita untuk melakukan tindakan lahiriah yang benar dan
menahan diri terhadap dorongan-dorongan dari dalam diri kita sendiri
yang mendorong kita untuk melakukan yang jahat. Ada waktu-waktu
tertentu dan tempat-tempat tertentu di mana tindakan kriminal itu tidak
345 |TEOLOGI REFORMED
menguntungkan. Jika tindakan kriminal itu menanggung resiko hukuman
yang lebih berat dari pada upah yang kita terima, maka kita cenderung
untuk tidak melakukannya. Sebaliknya, kita mungkin melakukan
tindakan-tindakan yang saleh, tetapi hanya untuk mendapatkan
sanjungan dari orang. Kita mungkin melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu yang baik, tetapi hanya untuk mendapat pujian dari guru atau
penghargaan dari teman-teman kita.
Seluruh dunia menghargai para artis ketika mereka bersama-sama
memproduksi rekaman sebuah album dengan tujuan khusus, yakni
mengumpulkan dana untuk membantu bencana kelaparan di Etiopia.
Tepukan dan sorakan biasanya tidak merugikan karier seorang artis.
Meskipun ada pernyataan sinis yang mengatakan bahwa etika dan bisnis
tidak berjalan bersama-sama. Sebaliknya, kebanyakan dari kita telah
belajar bahwa etika mengembangkan reputasi kita dalam bisnis.
Saya tidak berpikir sebegitu sinis dengan anggapan bahwa apa yang
dilakukan oleh para artis bagi Etiopia itu hanya sekedar untuk
mendapatkan pujian bagi si artis itu sendiri semata-mata atau sekedar
pertunjukan umum. Pasti ada motivasi yang kuat atas dasar belas kasihan
dan perhatian terhadap orang-orang yang kelaparan. Tetapi, saya tidak
berfikir sebegitu naif bahwa motivasi mereka sama sekali terlepas dari
interes (kepentingan) pribadi. Belas kasihan mereka dapat dikatakan
lebih besar dari pada interes pribadi mereka sendiri, tetapi betapapun
kecilnya, pasti ada unsur interes pribadi yang terkandung di dalamnya.
Hal ini selalu terjadi di dalam diri kita. Jika kita menyangkal akan hal ini,
maka saya curiga bahwa penyangkalan kita tersebut sebagian dimotivasi
oleh interes pribadi kita.
Kita mau menyangkali dugaan ini. Kita merasakan dalam hati kita sendiri
bahwa kadang-kadang kita memiliki perasaan untuk melakukan sesuatu
hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban belaka. Kita suka
beranggapan bahwa kita benar-benar tidak mementingkan diri sendiri.
346 |TEOLOGI REFORMED
Tetapi tidak pernah seorang pun menyanjung kita lebih dari kita
menyanjung diri kita sendiri. Kadang-kadang motivasi kita mungkin lebih
cenderung kepada hal mementingkan orang lain, tetapi motivasi kita
tidak pernah secara sempurna demi kepentingan orang lain.
Allah menuntut kita untuk sempurna. Tidak seorang pun di antara kita
yang dapat melakukan perbuatan sampai pada taraf yang sempurna. Kita
tidak pernah melakukan apa yang Allah perintahkan. Karena itu, tentu
rasul Paulus tidak berlebih-lebihan. Penilaian-Nya adalah akurat. Tidak
ada orang yang berbuat baik, seorang pun tidak. Tuhan Yesus sendiri
menekankan hal ini pada waktu Ia berbicara dengan orang muda yang
kaya. "... Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja" (Luk.
18:19).
Pernyataan yang lain dalam surat Roma, yang sama sukarnya dengan
pernyataan ini, bisa lebih mencemaskan kita, khususnya bagi orang
Kristen Injili yang berbicara dan berpikir bertentangan dengan
pernyataan tersebut. Paulus menyatakan, "Tidak ada seorang pun yang
mencari Allah."
Berapa kalikah Anda mendengar orang Kristen berkata, atau Anda sendiri
pernah mengatakannya, "Si anu bukan orang Kristen, tetapi ia sedang
mencari-cari?" Ini merupakan pernyataan yang biasa di dengar di
kalangan orang Kristen. Idenya adalah bahwa ada manusia di dunia ini
yang sedang mencari Allah. Persoalan mereka adalah bahwa mereka
belum mampu untuk menemukan Dia. Ia sedang bermain "sembunyi-
sembunyian". Ia sukar untuk diketemukan.
Di Taman Eden, pada saat dosa masuk ke dalam dunia, siapakah yang
bersembunyi? Yesus datang ke dunia ini untuk mencari dan
menyelamatkan yang tersesat. Bukan Yesus yang bersembunyi. Allah
bukanlah buronan. Kita yang terus melarikan diri. Alkitab menyatakan
bahwa orang fasik melarikan diri padahal tidak ada seorang pun yang
mengejarnya. Seperti apa yang ditandaskan oleh Luther, "Orang yang
347 |TEOLOGI REFORMED
tidak percaya Allah gemetar pada bunyi kerisik sehelai daun yang tertiup
oleh angin." Ajaran Alkitab yang sama menyatakan bahwa manusia yang
jatuh dalam dosa melarikan diri dari Allah. Tak seorang pun yang mencari
Allah.
Ajaran Alkitab begitu jelas memaparkan bahwa tidak ada seorang pun
yang mencari Allah. Tetapi, mengapa orang Kristen bersikeras untuk
menyatakan bahwa ada orang yang sedang mencari Allah tetapi orang itu
belum menemukan Dia? Thomas Aquinas memberikan sedikit penjelasan
tentang hal ini. Aquinas berkata bahwa kita dibingungkan dengan dua
tindakan manusia yang serupa tapi tak sama. Kita melihat orang-orang
yang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan pikiran yang damai,
kebebasan dari kesalahan, makna dan tujuan hidup, dan penerimaan
yang penuh kasih. Kita tahu bahwa akhirnya hal-hal ini hanya dapat
ditemukan di dalam Allah. Karena itu kita menyimpulkan bahwa oleh
karena manusia sedang mencari hal-hal ini, maka mereka pasti sedang
mencari Allah.
Manusia tidak mencari Allah. Mereka mencari keuntungan-keuntungan
yang hanya dapat diberikan oleh Allah. Dosa dari manusia yang telah
jatuh ke dalam dosa adalah: Manusia mencari keuntungan-keuntungan
dari Allah dan pada waktu yang sama mereka melarikan diri dari Allah itu
sendiri. Kita pada dasarnya adalah buronan.
Alkitab berulang kali memerintahkan kepada kita untuk mencari Allah.
Perjanjian Lama berseru, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui..."
(Yes. 55:6). Yesus bersabda,"... Carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu" (Mat. 7:7). Kesimpulan
yang dapat kita ambil dari teks ini adalah bahwa oleh karena kita
diperintahkan untuk mencari Allah, maka hal itu pasti berarti bahwa,
biarpun kita dalam status telah jatuh ke dalam dosa, tetapi kita tetap
mempunyai kemampuan moral untuk mencari-Nya. Tetapi kepada
siapakah sebenarnya ayat-ayat ini ditujukan? Di dalam Perjanjian Lama,
348 |TEOLOGI REFORMED
mereka adalah bangsa Israel yang dipanggil untuk mencari Tuhan. Di
dalam Perjanjian Baru, ayat-ayat itu ditujukan kepada orang percaya yang
dipanggil untuk mencari kerajaan Allah.
Kita mungkin pernah mendengar seorang hamba Tuhan mengutip dari
kitab Wahyu: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada
orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan
masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan
ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20). Biasanya hamba Tuhan
mengaplikasikan ayat ini kepada orang yang belum bertobat, dengan
berkata, "Yesus sedang mengetok pintu hatimu. Jika engkau membuka
pintu, maka Ia akan masuk." Padahal sebenarnya Yesus menujukan ayat
ini kepada jemaat-Nya. Ayat ini sebenarnya bukan merupakan seruan
penginjilan.
Jadi, orang yang tidak percaya tidak pernah mencari Allah berdasarkan
kekuatannya sendiri atau inisiatifnya sendiri. Orang yang tidak percaya
tidak akan mencari. Orang yang tidak percaya tidak akan mengetok.
Mencari adalah urusan/kesibukan orang-orang percaya. Edwards
berkata, "Mencari kerajaan Allah adalah urusan/kesibukan utama dalam
kehidupan orang Kristen." Mencari adalah akibat atau hasil dari iman,
bukan penyebab dari iman.
Ketika kita bertobat kepada Kristus, kita memakai kata menemukan
untuk mengekspresikan pertobatan kita. Kita mengatakan bahwa kita
telah menemukan Kristus. Kita mungkin mempunyai sejumlah stiker
dengan tulisan, "SAYA TELAH MENEMUKANNYA" Pernyataan ini benar.
Tetapi dalam arti sebagai berikut: Pada saat kita menemukan Kristus, saat
itu bukan merupakan akhir dari pencarian kita, melainkan awal dari
pencarian kita. Biasanya, pada saat kita mendapatkan apa yang kita cari,
hal itu merupakan tanda berakhirnya pencarian kita. Tetapi, ketika kita
"mendapatkan" Kristus, itu adalah awal dari pencarian kita. Kehidupan
orang Kristen dimulai pada saat pertobatan, dan kehidupan ini tidak
349 |TEOLOGI REFORMED
berakhir pada saat dimulai. Kehidupan ini bertumbuh, bergerak dari iman
kepada iman, dari anugerah kepada anugerah, dari hidup kepada hidup.
Gerakan pertumbuhan ini digerakkan oleh pencarian akan Allah secara
terus menerus.
Ada satu hal lagi yang perlu kita pelajari secara singkat dari surat Roma
pasal 3. Rasul Paulus tidak hanya menyatakan bahwa tidak ada
seorangpun yang mencari Allah, tetapi ia juga menambahkan bahwa
"mereka semua tidak berguna." Kita harus ingat bahwa di sini Paulus
sedang berbicara mengenai manusia yang telah jatuh ke dalam dosa,
manusia alamiah, manusia yang belum bertobat. Ini adalah gambaran
tentang manusia yang masih berada di dalam kedagingannya.
Apa yang dimaksudkan Paulus dengan "Tidak berguna"? Sebelumnya
Yesus pernah berbicara tentang hamba yang tidak berguna. Berguna
harus dikaitkan dengan nilai yang positif. Orang yang belum bertobat,
berjalan dalam kedagingan, tidak menghasilkan nilai yang kekal. Dalam
kedagingannya ia boleh mendapatkan seluruh dunia ini tetapi kehilangan
hal yang paling berharga dari dirinya sendiri, yaitu jiwanya sendiri. Harta
milik yang paling bernilai yang dapat dimiliki seseorang adalah Kristus. Ia
adalah mutiara yang termahal. Memiliki Yesus Kristus berarti memiliki
keuntungan/manfaat yang terbesar.
Seseorang yang mati secara rohani, maka ia, dengan kedagingannya,
tidak dapat mendapatkan manfaat apa-apa dari Kristus. Ia dilukiskan
sebagai orang yang tidak memiliki rasa takut akan Allah (Roma 3:18).
Orang yang tidak benar, yang tidak berbuat baik, yang tidak pernah
mencari Allah, yang sama sekali tak berguna, dan yang tidak takut akan
Allah, tidak pernah mengarahkan hatinya kepada Kristus.
350 |TEOLOGI REFORMED
Pasal 5 (Bag. 2)
KEMATIAN ROHANI DAN KEHIDUPAN ROHANI: KELAHIRAN BARU DAN
IMAN
(Oleh : R.C. Sproul)
KEBANGKITAN DARI KEMATIAN ROHANI
Penyembuhan bagi kematian rohani adalah dengan cara penciptaan
kehidupan rohani di dalam jiwa kita oleh Allah Roh Kudus. Ringkasan
pekerjaan ini diberikan kepada kita dalam Surat Efesus:
"Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-
dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini,
karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang
sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya
dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di
dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran
kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus
dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan
rahmat, oleh karena kasih- Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada
kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun
kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu
diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita
juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya
pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih
karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya
terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,
supaya kita hidup di dalamnya"(Ef. 2:1-10).
351 |TEOLOGI REFORMED
Di sini kita menemukan satu perikop tentang predestinasi yang sangat
baik dan jelas. Perhatikanlah bahwa sepanjang perikop tersebut Paulus
sangat menekankan akan kekayaan anugerah Allah. Kita tidak boleh
meremehkan anugerah Allah itu. Perikop ini memproklamasikan
kehidupan yang baru yang diciptakan oleh Roh Kudus di dalam diri kita.
Pekerjaan Roh Kudus ini kadang-kadang disebut "quickening"
(pembangkitan kembali/pekerjaan menghidupkan kembali). Kata ini
hampir tidak pernah kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini
secara eksklusif dipakai untuk melukiskan suatu peristiwa yang terjadi
pada waktu kehamilan. "Quickening" menunjuk pada perasaan yang
pertama kali dirasakan oleh seorang wanita, yaitu adanya suatu
kehidupan dari bayi yang ada di dalam kandungannya.
"Quickening" (pembangkitan kembali/hal menghidupkan kembali) di
bagian lain dari Alkitab disebut "regeneration" (kelahiran baru). Istilah
"regeneration" itu sendiri berarti "a generating again" (hal
membangkitkan lagi atau hal menyebabkan terjadi/mulai lagi). "To
generate" berarti menyebabkan terjadi/mulai. Contohnya kitab pertama
dalam Alkitab merupakan tentang permulaan-permulaan yang disebut
"Genesis". kata depan re berarti "lagi". Kata regeneration berarti
memulai lagi sesuatu. Jadi yang kita bicarakan di sini adalah permulaan
yang baru suatu kehidupan, yaitu permulaan kehidupan rohani.
Gambaran mengenai kehidupan ini dikontraskan dengan gambaran
mengenai kematian. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dilukiskan
sebagai manusia yang telah "mati di dalam dosanya". Untuk membuat
manusia yang telah mati di hadapan Allah ini menjadi hidup di hadapan
Allah, maka Allah harus melakukan sesuatu "terhadap" dan "untuk" dia.
Orang yang telah mati tidak dapat menghidupkan dirinya sendiri. Orang
yang telah mati tidak dapat menciptakan kehidupan rohani di dalam
dirinya sendiri. Paulus dengan sangat jelas menyatakan bahwa hanya
Allah yang dapat menghidupkan kembali manusia itu, dan hanya Allah
352 |TEOLOGI REFORMED
saja yang dapat membangkitkan/menghidupkan kita dari kematian
rohani.
Manusia yang telah jatuh dalam dosa adalah mati di dalam dosa. Ia
dilukiskan di sini sebagai orang yang "pada dasarnya adalah orang yang
dimurkai." Pola kehidupan orang yang telah jatuh ke dalam dosa adalah
"mengikuti jalan dunia ini." Ketaatannya bukanlah kepada Allah,
melainkan kepada penguasaan kerajaan angkasa. Paulus menandaskan
bahwa ini bukan hanya merupakan kondisi dari orang-orang berdosa
yang paling buruk, melainkan kondisi Paulus sendiri dan saudara-
saudaranya yang seiman sebelum bertobat. ("Sebenarnya dahulu kami
semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa
nafsu daging dan menurut kehendak daging dan pikiran kami yang
jahat...").
Kebanyakan, pandangan presdestinasi dari "Non-Reformed" tidak secara
serius memperhatikan fakta bahwa manusia yang telah jatuh dalam dosa
itu adalah mati secara rohani. Kaum Injili yang lain mengakui bahwa
manusia telah jatuh ke dalam dosa dan kejatuhan manusia itu merupakan
hal yang serius. Mereka bahkan mengakui bahwa dosa merupakan
persoalan yang berakibat radikal. Mereka tidak ragu-ragu untuk
mengemukakan bahwa manusia itu tidak hanya sekedar sakit, tetapi sakit
yang bersifat kekal, sakit sampai mati. Tetapi manusia belum mati.
Manusia masih memiliki nafas kehidupan rohani yang kecil yang
tertinggal di dalam tubuhnya. Manusia masih memiliki sedikit kebenaran
dalam hatinya, sedikit kemampuan moral yang tertinggal dalam
kejatuhannya.
Saya pernah mendengar dua ilustrasi dari seorang hamba Tuhan yang
memohon pertobatan dari para pendengarnya. Ilustrasi pertama adalah
sebuah analogi tentang seseorang yang menderita penyakit yang
mematikan. Orang berdosa sama seperti seseorang yang menderita
penyakit yang mematikan. Ia tidak mampu untuk menyembuhkan dirinya
353 |TEOLOGI REFORMED
sendiri dari penyakit itu. Ia terbaring di atas tempat tidur dengan keadaan
hampir lumpuh total. Ia tidak dapat sembuh jika Allah tidak memberikan
obat yang dapat menyembuhkannya. Orang itu sedemikian buruk
kondisinya sehingga ia tidak mampu mengulurkan tangannya untuk
menerima obat itu. Oleh karena itu, Allah bukan hanya menawarkan obat
itu tetapi Allah harus meletakkan obat itu pada sebuah sendok dan
kemudian menyodorkan pada mulut orang itu. Kalau Allah tidak
melakukan hal itu, maka orang itu pasti meninggal. Tetapi walaupun Allah
telah melakukan 99% dari apa yang harus diperbuat-Nya, orang itu masih
tetap harus melakukan yang 1%lagi. Ia harus membuka mulutnya untuk
memakan obat itu. Ini adalah saatnya bagi kehendak bebas untuk
berperan, di mana keputusan yang diambil oleh orang itu akan
menentukan apakah dia akan ke surga atau ke neraka. Orang yang
membuka mulutnya untuk menerima pemberian obat itu akan
diselamatkan. Sebaliknya, orang yang tetap mengatupkan mulutnya akan
binasa.
Analogi ini hampir saja dengan benar menafsirkan pengajaran Alkitab dan
pengajaran Paulus tentang anugerah kelahiran baru. Tetapi analogi
tersebut tidak sepenuhnya tepat. Alkitab tidak membicarakan orang
berdosa yang menderita sakit yang mematikan. Menurut Paulus, orang
berdosa telah mati. Tidak ada sedikitpun kehidupan rohani yang teringgal
di dalam dirinya. Jikalau orang berdosa mau dijadikan hidup, Allah harus
berbuat lebih banyak dari pada sekedar memberikan obat baginya. Orang
mati tidak akan membuka mulutnya untuk menerima apapun yang
disodorkan. Rahang mereka sudah terkunci dalam kematian itu. Orang
berdosa harus dibangkitkan dari kematiannya itu. Orang berdosa harus
dibangkitkan dari kematian. Orang berdosa harus menjadi ciptaan baru
yang diciptakan oleh Kristus dan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.
Ilustrasi kedua berikut ini merupakan ilustrasi yang juga sangat terkenal
dalam usaha penginjilan. Dalam ilustrasi yang kedua ini, manusia yang
telah jatuh ke dalam dosa digambarkan sebagai seseorang yang sedang
354 |TEOLOGI REFORMED
tenggelam dan tidak dapat berenang. Orang ini telah timbul tenggelam
cukup lama di dalam air. Jikalau ia terbenam ke dalam air sekali lagi,
maka ia akan mati. Harapan satu-satunya ialah Allah melemparkan alat
penyelamat kepadanya. Allah lalu melemparkan alat penyelamat itu
tepat di sisi jari-jari orang yang akan tenggelam itu. Yang harus dilakukan
orang itu supaya diselamatkan adalah memegang erat penyelamat itu.
Jika ia memegang alat itu, maka Allah akan menariknya ke darat.
Sebaliknya apabila ia menolak alat penyelamat itu, maka ia pasti akan
binasa.
Sekali lagi, dalam ilustrasi ini jelas menunjukkan penekanan yang sama:
ketidakberdayaan manusia tanpa pertolongan Allah. Orang yang
tenggelam itu berada dalam kondisi serius. Ia tidak dapat menyelamatkan
dirinya sendiri. Tetapi, ia masih hidup. Ia masih dapat mengulurkan jari-
jarinya serta memegang erat alat penyelamat itu. Jari-jarinya merupakan
penghubung yang krusial dengan keselamatan dirinya. Nasibnya dalam
kekekalan bergantung kepada apa yang dilakukannya dengan jari-jari
tangannya itu.
Paulus berkata bahwa manusia telah mati. Manusia tidak hanya akan
tenggelam, melainkan ia telah tenggelam di dasar lautan. Oleh karena itu,
tidak ada gunanya melemparkan alat penyelamat kepada seorang yang
sudah tenggelam. Menurut saya, apa yang dimaksudkan oleh Paulus ialah
Allah menyelam ke dalam air serta menarik orang mati itu dari dasar
lautan dan kemudian melakukan tindakan ilahi, yaitu menghembuskan
nafas kepada orang mati itu dan memberikan hidup yang baru
kepadanya.
Adalah penting untuk mengerti bahwa regenerasi itu berhubungan
dengan hidup baru. Regenerasi berarti kelahiran baru atau dilahirkan
kembali. Orang sering kali bingung dalam hal ini. Kelahiran baru yang
disebut dalam Alkitab dikaitkan dengan kehidupan baru yang merupakan
milik kita di dalam Kristus. Sama seperti di dalam ilmu biologi natural
355 |TEOLOGI REFORMED
bahwa tidak akan ada kehidupan tanpa kelahiran, demikian pula halnya
dalam hal-hal yang supranatural, yaitu tidak akan ada kehidupan baru
tanpa kelahiran baru.
Kelahiran dan kehidupan memang berkaitan erat, tetapi keduanya bukan
hal yang sama. Kelahiran adalah awal dari kehidupan yang baru.
Kelahiran merupakan saat yang menentukan. Kita mengerti hal itu dalam
masalah biologi yang umum. Setiap tahun kita merayakan hari kelahiran
kita. Kita tidak sama dengan ratu dalam cerita Alice in wonderland yang
merayakan semua hari yang bukan hari kelahirannya. Kelahiran adalah
pengalaman satu kali. Hari itu bisa dirayakan tetapi tidak bisa di ulangi. Ini
adalah momen transisi yang menentukan apakah seseorang itu sudah
dilahirkan atau belum.
Demikian pula halnya dengan kelahiran kembali secara rohani. Kelahiran
kembali menghasilkan kehidupan yang baru. Kelahiran kembali itu
merupakan awal dari kehidupan baru tetapi bukan merupakan
keseluruhan dari kehidupan yang baru. Kelahiran baru adalah momen
transisi yang penting dari kematian rohani kepada kehidupan rohani.
Seseorang tidak pernah dilahirkan kembali secara sebagian. Oleh karena
itu, hanya ada satu kemungkinan: orang itu sudah dilahirkan baru atau
belum dilahirkan baru.
Pengajaran Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa regenerasi
merupakan pekerjaan Allah semata-mata. Kita tidak dapat
melahirbarukan diri kita sendiri. Daging tidak dapat menghasilkan roh.
Regenerasi merupakan tindakan penciptaan. Allah yang melakukan
penciptaan itu.
Dalam teologi ada istilah teknis yang dapat membantu kita untuk lebih
mengerti masalah ini, yaitu monergisme, yang berasal dari dua akar kata.
Mono artinya "satu". Monopoli merupakan suatu usaha yang memiliki
pasaran untuk dirinya sendiri. "Monoplane" merupakan pesawat terbang
dengan single-winged (berbaling-baling satu). Erg menunjuk pada satuan
356 |TEOLOGI REFORMED
usaha. Dari kata itu kita mendapat kata umum yang selalu dipakai yaitu
energi.
Menggabungkan kedua akar kata tersebut, maka kita mendapatkan arti
"one-working" (usaha satu pihak). Ketika kita mengatakan bahwa
regenerasi adalah monergistik, maksud kita adalah bahwa hanya satu
pihak saja yang melakukan pekerjaan itu. Pihak itu adalah Allah Roh
Kudus. Dialah yang melahirbarukan kita. Kita tidak mampu untuk
melakukannya sendiri, atau membantu-Nya untuk melaksanakan tugas
itu.
Seolah-olah kita memperlakukan manusia seperti boneka. Boneka dibuat
dari bahan kayu. Boneka tidak dapat memberikan tanggapan. Boneka itu
lembam, tanpa kehidupan. Boneka itu digerakkan dengan tali-tali dalam
pertunjukan panggung boneka. Tetapi, kita tidak berbicara tentang
boneka. Manusia tidak sama dengan boneka. Kita berbicara tentang
manusia yang merupakan mayat secara rohani. Manusia ini tidak
memiliki hati yang terbuat dari serbuk gergaji, tetapi terbuat dari batu.
Manusia ini tidak digerakkan oleh tali-temali. Secara biologis manusia ini
masih hidup. Manusia ini dapat bergerak dan bertindak. Manusia ini
membuat keputusan-keputusan, tetapi mereka tidak pernah mengambil
keputusan bagi Allah.
Setelah Anda melahirbarukan jiwa manusia, yaitu setelah Allah membuat
kita hidup kembali secara rohani, kita melakukan pemilihan. Kita percaya.
Kita memiliki iman. Kita bersandar kepada Kristus. Perihal kita percaya
kepada Kristus itu tidak diputuskan oleh Allah. Allah tidak memutuskan
hal percaya itu bagi kita. Tetapi, kita sendirilah yang memutuskan untuk
percaya kepada Kristus setelah kita dilahirbarukan oleh Allah. Jadi, iman
itu tidak bersifat monergistic (one-working atau usaha satu pihak) seperti
kelahiran baru.
Sebelumnya, kita telah membahas tentang keadaan yang buruk dari
manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dan status dari kehendak
357 |TEOLOGI REFORMED
manusia itu. Kita menegaskan bahwa walaupun manusia telah jatuh ke
dalam dosa, tetapi ia tetap memiliki kehendak bebas, dalam pengertian
bahwa ia masih dapat melakukan pemilihan/memilih. Masalah manusia
berdosa, yang kita definisikan sebagai ketidakmampuan secara moral,
adalah tidak adanya keinginan untuk memilih Kristus. Manusia itu tidak
mau dan tidak mempunyai inklinasi untuk memilih Kristus. Manusia harus
memiliki keinginan untuk memilih Kristus terlebih dahulu, sebelum ia
dapat memilih Kristus. Oleh karena itu, jika manusia manusia itu tidak
mempunyai keinginan untuk memiliki Kristus, maka ia tidak akan pernah
bersedia menerima Kristus.
Dalam kelahiran baru, Allah mengubah hati kita. Allah memberikan
kepada kita karakter yang baru dan kecenderungan yang baru. Ia
menanamkan keinginan terhadap Kristus di dalam hati kita. Kita tidak
akan pernah percaya kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan jika
kita tidak terlebih dahulu memiliki keinginan akan Kristus. Itulah
sebabnya kami mengatakan bahwa regenerasi mengawali atau
mendahului iman. Tanpa kelahiran baru, kita tidak memiliki keinginan
akan Kristus, kita tidak memilki keinginan akan Kristus. Tanpa keinginan
akan Kristus, kita tidak akan pernah memilih Kristus. Karena itu, kita
menyimpulkan bahwa sebelum seseorang akan percaya, dan sebelum
seseorang akan percaya, dan sebelum seseorang dapat percaya, Allah
terlebih dahulu harus mengubah karakter hati orang tersebut.
Tindakan Allah untuk melahirbarukan kita adalah merupakan tindakan
anugerah. Mari kita lihat kembali Efesus 2:4-5.
"Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang
besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita..."
Ada sebuah cindera mata pada meja tulis saya yang disulam oleh seorang
wanita di sebuah gereja yang pernah saya layani. Pada cindera mata yang
sederhana itu tertulis satu kata saja yakni "Tetapi". Ketika Paulus
berbicara mengenai keadaan kerohanian manusia yang telah jatuh ke
358 |TEOLOGI REFORMED
dalam dosa, pembicaraan itu cukup membuat kita putus asa. Akhirnya
sampai kepada kata penting yang membuat kita bisa bernafas lega.
"Tetapi". Tanpa kata "tetapi" ini, maka kita diperhadapkan pada
kebinasaan. Kata "tetapi" ini menunjuk pada esensi dari kabar baik itu.
Paulus berkata, "Tetapi Allah, yang kaya dengan rahmat..." Perhatikan
bahwa ia tidak berkata, "Tetapi manusia, yang kaya dengan rahmat."
Hanya Allah saja yang membuat kita hidup. Kapankah Ia melakukan hal
itu? Paulus tidak membiarkan kita untuk menebak. Ia berkata, "...ketika
kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita." Ini adalah anugerah yang
sangat ajaib, karena diberikan kepada kita ketika kita berada dalam
kematian rohani.
Paulus menyimpulkan bahwa hal itu semata-mata merupakan anugerah
dan bukan hasil usaha manusia. Sebagaimana yang ia nyatakan dalam
kesimpulan berikut, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah." Ayat ini harus
menjadi meterai bagi masalah ini untuk selama-lamanya. Iman yang
menyelamatkan kita merupakan pemberian. Ketika rasul Paulus
mengatakan bahwa itu bukan keluar dari diri kita, ia tidak bermaksud
bahwa iman itu bukan iman kita. Sekali lagi, Allah tidak membuat
kepercayaan itu untuk kita. Iman merupakan iman kita sendiri, tetapi
iman itu tidak berasal dari kita. Iman itu diberikan kepada kita.
Pemberian itu bukan merupakan hasil usaha kita atau diberikan oleh
karena kita layak menerimanya, tetapi merupakan pemberian yang
berdasarkan anugerah semata-mata.
Sepanjang "Reformed" Protestan, ada tiga slogan yang menjadi sangat
terkenal. Slogan itu dinyatakan dalam bahasa latin: Sola fide, Sola gratia,
dan Solo deo gloria. Ketiga slogan ini saling berkaitan erat satu dengan
yang lain. Ketiga slogan itu tidak boleh dipisahkan satu dengan yang lain.
Slogan itu berarti: Hanya dengan iman, Hanya dengan anugerah, dan
Kemuliaan hanya bagi Allah saja.
359 |TEOLOGI REFORMED
ANUGERAH YANG TIDAK DAPAT DITOLAK (IRRESSISTIBLE GRACE)
Kebanyakan orang Kristen setuju bahwa pekerjaan Allah dalam
regenerasi merupakan anugerah. Titik permasalahan yang telah
membuat kita menjadi kelompok-kelompok adalah persoalan tentang
apakah anugerah ini dapat ditolak atau tidak dapat ditolak. Apakah
mungkin jika seseorang menerima anugerah kelahiran baru tetapi di
dalam diri orang itu tetap tidak timbul iman kepada Kristus?
Kaum Calvinis akan menjawab dengan tegas : "Tidak!" Tetapi bukan
dalam pengertian bahwa anugerah keselamatan Allah itu secara harfiah
tidak bisa ditolak. Sekali lagi kita terbentur pada singkatan TULIP. Kita
telah merubah singkatan TULIP menjadi RULIP dan sekarang kita akan
mengubahnya lagi menjadi RULEP.
Istilah Irresitible grace dapat menyelewengkan arti yang sebenarnya.
Kaum Calvinis percaya bahwa manusia dapat menolak dan benar-benar
menolak anugerah Allah. Pertanyaannya adalah, "Apakah anugerah
regenerasi dapat gagal untuk menyelesaikan tujuannya?" Patut diingat
bahwa manusia yang mati secara rohani adalah masih hidup secara
biologis. Mereka masih memiliki kehendak untuk berpaling dari Allah.
Mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menolak anugerah Allah.
Sejarah Israel merupakan sejarah kekerasan hati manusia dan sejarah
ketegartengkukan manusia yang berulang kali menolak anugerah Allah.
Anugerah Allah dapat ditolak dalam pengertian bahwa kita dapat
menolaknya dan memang pada dasarnya kita menolaknya. Anugerah
Allah tidak dapat ditolak dalam pengertian bahwa anugerah Allah pasti
mencapai tujuannya. Anugerah Allah telah menjadikan kerinduan Allah
menjadi kenyataan. Oleh karena itu, saya lebih suka memakai istilah
effectual grace, atau anugerah yang efektif.
Kita sedang berbicara mengenai anugerah kelahiran baru. Pada waktu
kelahiran baru, Allah menciptakan keinginan terhadap Diri-Nya Sendiri di
360 |TEOLOGI REFORMED
dalam diri manusia. Dan pada saat keinginan itu ditanamkan dalam diri
kita, kita tetap akan bertindak sebagaimana biasanya, yakni kita
membuat pilihan/memilih berdasarkan motivasi yang terkuat pada waktu
itu. Jadi, apabila Allah memberikan kepada kita keinginan terhadap
Kristus, maka kita akan bertindak berdasarkan keinginan itu. Kita pasti
akan memilih objek dari keinginan yang ada di dalam diri kita itu, yaitu
kita akan memilih Kristus. Pada saat Allah menghidupkan kita secara
rohani, maka kita menjadi hidup secara rohani. Allah tidak sekedar
menciptakan suatu kemungkinan untuk menjadi hidup secara rohani.
Allah sungguh-sungguh menciptakan kehidupan secara rohani di dalam
diri kita. Pada saat Allah berfirman, maka terciptalah segala sesuatu yang
Ia Firmankan.
Kita berbicara mengenai "panggilan internal dari Allah." Panggilan
internal dari Allah memiliki kuasa dan keefektifan yang sama dengan
penggilan-Nya ketika ia menciptakan dunia ini. Allah tidak mengundang
dunia untuk menjadi ada. Dengan mandat Ilahi-Nya Allah berfirman,
"Jadilah terang!" maka jadilah terang itu, dan tidak dapat terjadi sesuatu
yang berbeda dengan apa yang difirmankan oleh Allah. Terang itu harus
mulai bersinar seketika itu juga.
Apakah Lazarus dapat tinggal dalam kuburan pada waktu Yesus
memanggilnya keluar? Yesus berseru, "Lazarus marilah ke luar!" Lazarus
segera keluar dari kuburan itu. Ketika Allah melakukan tindakan
menciptakan, Allah menggunakan kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah
sendiri. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menjadikan sesuatu dari
yang tidak ada, dan menjadikan kehidupan dari kematian.
Sampai pada pernyataan ini, kita menemukan lebih banyak kebingungan
lagi. Saya teringat akan pelajaran pertama yang pernah saya dengar dari
John Gerstner, yaitu berkenaan dengan topik predestinasi. Pada waktu
pelajaran diberikan, Dr. Gerstner diinterupsi oleh seorang murid yang
mengangkat tangannya. Gerstner kemudian memberikan kesempatan
361 |TEOLOGI REFORMED
kepada murid itu. Murid itu bertanya, "Dr. Gerstner, apakah saya dapat
berasumsi bahwa Bapak adalah seorang Calvinis?" Gerstner menjawab,
"Ya!" dan ia melanjutkan lagi pelajarannya. Beberapa menit kemudian
Gerstner berbalik bertanya kepada muridnya, "Apakah definisimu
tentang seorang Calvinis?"
Murid itu menjawab, "Seorang Calvinis adalah orang yang percaya bahwa
Allah memaksa sejumlah orang untuk memilih Kristus dan menghalangi
yang lain untuk dapat memilih Kristus." Gerstner sangat terkejut. Ia
berkata, "Jikalau itu merupakan definisi seorang Calvinis, maka saya pasti
bukan termasuk seorang Calvinis."
Pengertian yang salah akan anugerah yang tidak dapat ditolak telah
tersebar luas. Pada suatu waktu saya pernah mendengar seorang rektor
dari sebuah Seminari Presbiterian menyatakan, "Saya bukan seorang
Calvinis, karena saya tidak percaya bahwa Allah memaksa sejumlah orang
untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, padahal sebenarnya orang-orang
tersebut menolak mati-matian akan kehendak Allah ini. Dan pada saat
yang sama, Allah mengesampingkan orang-orang yang mati-matian ingin
masuk ke dalam Kerajaan Surga."
Saya menjadi tercengang mendengar perkataan ini. Saya tidak mengira
bahwa seorang rektor seminari Presbiterian dapat memiliki pandangan
yang begitu menyimpang dan mengajarkan teologi itu pada gerejanya. Ia
sedang menunjukkan gambaran dirinya yang sangat menyimpang dari
Calvinisme yang sebenarnya.
Calvinisme tidak pernah mengajarkan bahwa Allah memaksa sejumlah
orang yang mati-matian tidak mau untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga,
dan mengesampingkan orang-orang yang sangat ingin masuk ke sana.
Perlu diingat bahwa butir yang paling utama dari doktrin predestinasi
"Reformed" adalah terletak pada pengajaran Alkitab tentang kematian
rohani manusia. Manusia secara natural tidak menginginkan Kristus.
Manusia baru dapat menginginkan Kristus jika Allah menanamkan
362 |TEOLOGI REFORMED
keinginan terhadap Kristus di dalam hatinya. Pada waktu kerinduan itu
telah ditanamkan di dalam dirinya, maka manusia yang datang pada
Kristus itu tidak akan datang sambil berteriak-teriak oleh karena dipaksa
untuk melakukan sesuatu yang melawan kehendaknya sendiri. Mereka
datang karena mereka ingin datang. Mereka sekarang menginginkan
Kristus. Mereka segera berlari kepada Sang Juru selamat. Anugerah yang
tidak dapat ditolak adalah kelahiran baru yang menghidupkan seseorang
ke dalam kehidupan rohani sedemikian rupa, sehingga dapat melihat sifat
baik Yesus yang tidak dapat mereka tolak. Yesus menjadi Pribadi yang
tidak dapat ditolak oleh orang-orang yang telah dihidupkan keinginannya
pada hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Setiap jiwa yang hatinya
berdegup dengan kehidupan di dalam Allah, maka orang itu akan selalu
rindu kepada Kristus yang hidup. Semua yang Bapa berikan kepada
Kristus akan datang kepada Kristus (Yoh. 6:37).
Istilah "Anugerah yang Efektif" dapat menghindarkan kita dari
kebingungan. Anugerah yang Efektif merupakan anugerah yang secara
efektif mewujudkan apa yang Allah inginkan.
Apakah perbedaan pandangan ini dengan pandangan regenerasi dari
"Non-Reformed"? Alternatif lain yang sangat populer adalah pandangan
Prevenient Grace.
PREVENIENT GRACE
Prevenient Grace adalah anugerah yang datang sebelum/mendahului
sesuatu. Secara umum didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang Allah
lakukan bagi setiap orang. Allah memberikan kepada semua orang
anugerah yang cukup sehingga setiap orang dimungkinkan untuk dapat
memberikan tanggapan yang benar kepada Yesus. Dengan kata lain,
anugerah Allah cukup untuk memungkinkan seseorang dapat memilih
Kristus. Orang-orang yang bersedia untuk bekerja sama dengan Allah dan
mau menerima anugerah Allah ini adalah "orang-orang pilihan." Mereka
363 |TEOLOGI REFORMED
yang menolak untuk bekerja sama dengan anugerah Allah ini adalah
orang-orang yang terhilang."
Keunggulan dari pandangan ini adalah mengakui bahwa kondisi rohani
menusia yang telah jatuh ke dalam dosa adalah sangat parah sehingga
anugerah Allah dibutuhkan untuk menyelamatkannya. Kelemahan
pandangan ini dapat dilihat dari dua segi. Pertama, jikalau prevenient
grace ini hanya sekedar merupakan terobosan secara eksternal bagi
manusia, maka keadaannya sama dengan analogi obat dari tali
penyelamat yang sudah dibahas sebelumnya. Apakah manfaat prevenient
grace jika diberikan dari luar kepada ciptaan yang mati secara rohani?
Pada segi lain, jikalau "prevenient grace" menunjuk pada sesuatu yang
Allah perbuat di dalam hati manusia yang telah jatuh ke dalam dosa,
maka pertanyaan kita adalah: "Mengapa anugerah Allah ini tidak selalu
efektif?" Mengapa ada manusia yang memutuskan untuk bekerja sama
dengan "prevenient grace", dan ada manusia yang tidak mau? Bukankah
setiap orang mendapatkan porsi "prevenient grace" yang sama?
Cobalah memikirkan hal ini, bagaimana kalau saudara sendiri yang
mengalami secara pribadi. Saudara sebagai orang Kristen tentu dapat
melihat orang-orang di sekitar Saudara yang bukan Kristen. Apakah yang
membuat Saudara memilih Kristus? Mengapa Saudara berkata, "ya"
kepada "prevenient grace" sedangkan mereka mengatakan "tidak"?
Apakah karena saudara lebih benar daripada mereka? Apabila demikian,
maka itu berarti Saudara memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan.
Apakah kebenaran Saudara itu merupakan hal yang dicapai oleh usaha
Saudara sendiri, atau kebenaran itu merupakan hasil pemberian Allah?
Apabila kebenaran itu merupakan hasil usaha Saudara sendiri, maka pada
dasarnya keselamatan Saudara bergantung kepada kebenaran Saudara
sendiri. Apabila kebenaran itu merupakan pemberian Allah, lalu mengapa
Allah tidak memberikan hal yang sama kepada setiap orang?
364 |TEOLOGI REFORMED
Mungkin bukan karena Saudara lebih benar dari pada orang lain.
Mungkin karena Saudara lebih pandai dari mereka. Mengapa Saudara
dapat lebih pandai? Apakah karena Saudara belajar lebih banyak (yang
artinya sama dengan Saudara lebih benar dari orang lain)? Atau Saudara
lebih pandai oleh karena Allah mengaruniakan kepandaian kepada
Saudara yang Allah tidak berikan kepada orang lain?
Yang pasti, kebanyakan orang Kristen yang menganut pandangan
"prevenient grace" ini menjadi kecil nyalinya menghadapi jawaban-
jawaban seperti di atas. Mereka melihat kecongkakan terselubung di
dalam jawaban itu. Walaupun biasanya mereka akan menjawab, "Tidak,
saya memilih Kristus karena saya menyadari kebutuhan saya yang sangat
serius akan Dia."
Ungkapan tersebut tentu saja nampaknya lebih rendah hati. Tetapi saya
harus mengajukan pertanyaan lain. Mengapa Saudara dapat menyadari
kebutuhan yang sangat serius akan Kristus sementara sesama Saudara
tidak demikian? Apakah karena Saudara lebih benar dari sesama Saudara,
atau lebih pandai dari mereka?
Pertanyaan utama bagi pendukung pandangan "prevenient grace"
adalah: Mengapa ada orang yang bekerja sama dengan anugerah Allah
dan ada orang yang tidak? Jawaban kita terhadap pertanyaan ini akan
menyatakan kepercayaan atas keselamatan: keselamatan macam apa
yang kita dapatkan.
Pertanyaan berikutnya adalah: "Apakah Alkitab mengajarkan doktrin
"prevenient grace" kepada kita? Apabila "ya", di mana?
Kita menyimpulkan bahwa keselamatan kita adalah dari Tuhan. Dialah
yang melahirbarukan kita. Orang yang telah dilahirbarukan pasti akan
datang kepada Kristus. Jika tidak ada regenerasi maka tak seorang pun
akan pernah datang kepada Kristus. Jika kita mengalami regenerasi, maka
tidak ada seorang pun yang akan pernah menolak Dia. Anugerah
365 |TEOLOGI REFORMED
keselamatan Allah itu mengefektifkan apa yang akan Allah kehendaki atas
diri seseorang, sehingga apa yang Allah kehendaki itu terlaksana dengan
efektif.
RINGKASAN PASAL LIMA:
Keselamatan kita terjadi berdasarkan inisiatif Allah. Allah Roh Kudus yang
membebaskan manusia dari belenggu dosa. Allah Roh Kudus yang telah
meniupkan nafas kehidupan rohani ke dalam diri kita dan
membangkitkan kita dari kematian rohani.
Kondisi kita sebelum dibangkitkan adalah mati secara rohani. Kematian
secara rohani ini lebih parah dari pada penyakit yang mematikan. Tidak
ada kehidupan rohani sedikitpun di dalam diri kita jika Allah sendiri tidak
menghidupkannya.
Jika tidak ada kelahiran baru, maka tak seorang pun akan datang kepada
Kristus. Semua orang yang telah dilahirkan baru pasti datang kepada
kepada Kristus. Orang yang mati terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan Allah akan tetap mati terhadap Allah jika Allah tidak
menghidupkannya kembali. Orang yang dibangkitkan oleh Allah akan
hidup di hadapan Allah. Keselamatan adalah berasal dari Tuhan.
Sumber:
Sumber diambil dari:
(Bag. 1)
Judul Buku
Judul
Artikel
Penulis
Penerbit
Halaman
:
:
:
:
:
Kaum Pilihan Allah
Kematian Rohani dan Kehidupan Rohani: Kelahiran Baru
dan Iman
R.C. Sproul
SAAT Malang, 1998
93-104
366 |TEOLOGI REFORMED
(Bag. 2)
Judul Buku
Judul
Artikel
Penulis
Penerbit
Halaman
:
:
:
:
:
Kaum Pilihan Allah
Kematian Rohani dan Kehidupan Rohani: Kelahiran Baru
dan Iman
R.C. Sproul
SAAT Malang, 1998
104-119
Presuposisi Teologi Editorial:
Artikel Terkait
Bagaimana Theolog Reformed Bertheologi pada Masa Kini
(I)
Kemuliaan Bagi Allah
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis
Dan Pastoral (1)
Dilahirkan Untuk Menderita
Bagaimana Theolog Reformed Bertheologi pada Masa Kini
(II)
Bukan Damai, Melainkan Pedang
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis
Dan Pastoral (2)
Penulis:
367 |TEOLOGI REFORMED
Sutjipto Subeno
Edisi:
035/I/2003
Isi:
LATAR BELAKANG
Di dalam kita menggumulkan suatu permasalahan yang dilontarkan
seringkali saya mendapat kesan terjadi perdebatan yang serius
dikarenakan bukan di dalam permasalahan itu sendiri, tetapi di dalam
pola berpikir yang melandasi permasalahan. Inilah yang seringkali dikenal
sebagai Problema Presuposisi (atau kemudian dikenal sebagai Pra-asumsi
atau yang oleh Thomas Kuhn disebut sebagai Paradigma). Pada intinya,
setiap argumentasi yang kita keluarkan, di belakangnya pasti ada satu set
pola pikir yang melandasinya, entah ia sadari atau tidak sadari,
terstruktur atau acak-acakan, integratif atau kontradiktif.
PROBLEMATIKA PRESUPOSISI
Jika kita menyadari hal ini, tentulah kita segera sadar bahwa akar
permasalahan perdebatan kita disebabkan karena tidak adanya dasar
pijak yang sama, dan lebih parah lagi, setiap kita (entah sadar atau tidak)
tentunya memegang mati dasar pijak tersebut sebagai kebenaran mutlak
yang tidak boleh salah. Hal ini dapat dimengerti, karena kalau ia sendiri
belum yakin dasar pijaknya sebagai sesuatu yang mutlak benar, tentu ia
tidak akan berargumentasi dengan orang lain. Paling jauh ia hanya berani
bertanya atau memberi pertimbangan, tetapi tidak berargumentasi,
apalagi berdebat. Ketika seseorang sudah berani berdebat, tentulah ia
beranggapan dasar pijaknya mutlak benar.
Namun, masalahnya, apakah pasti benar dasar pijak yang dimutlakkan
tersebut. Di sini terdapat problematika yang serius. Dengan orang bukan
368 |TEOLOGI REFORMED
Kristen, pergunjingan ini bisa menimbulkan masalah besar, karena
seringkali manusia tidak suka kalau dasar pijaknya mulai dipertanyakan
(tentu dengan alasan tertentu, yang akan saya kemukakan kemudian),
sehingga lebih menimbulkan amarah ketimbang penyelesaian. Tetapi,
bagaimana di kalangan Kekristenan sendiri?
Di tengah Kekristenan, presuposisi ini bukannya tidak menjadi masalah.
Tetapi seringkali di tengah era Post-Modernisme yang serba relatif dan
dekonstruktif, maka manusia cenderung menolak adanya presuposisi ini,
sekalipun penolakan presuposisi sebenarnya merupakan satu presuposisi
juga (bahkan filsafat dasar bagi orang itu sekaligus merupakan
presuposisi bagi pikiran dan hidupnya juga). Jelas perlu disadari dan
diterima bahwa sekalipun sama-sama Kristen, presuposisi setiap orang
Kristen tidaklah sama.
PRESUPOSISI DAN TEOLOGI
Banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa presuposisi Kristen
identik dengan teologi yang dipegangnya. Padahal tidaklah demikian.
Presuposisi justru masih berada di belakang teologi (doktrin) yang
dipegangnya. Mengapa seseorang lebih mau menerima teologi A
ketimbang teologi B, disebabkan karena ia sudah mempunyai 'ancang-
ancang' yang baginya lebih 'cocok' dengan teologi A, ketimbang teologi B.
Persoalannya, jarang kita uji, mengapa kita lebih cocok dengan teologi A
ketimbang B, atau lebih tajam lagi, betulkah sikap kita lebih mencocoki
teologi A ketimbang teologi B? Apa dasar pembenaran, sehingga kita bisa
mengatakan bahwa memang menerima dan menyetujui teologi A lebih
bertanggung jawab dan lebih tepat benar ketimbang memegang teologi
B. Dari pengertian ini, jelaslah bahwa presuposisi tidak sama dengan
teologi.
Lebih jauh lagi, hal ini jika dipertajam lagi, menyebabkan seseorang
sekalipun memegang teologi tertentu, kemudian dalam bidang-bidang
369 |TEOLOGI REFORMED
atau aspek-aspek tertentu bisa tidak menyetujuinya, lalu berpindah ke
tempat lain. Terkadang hal ini membuat konsep dan pengertian
teologinya tidak terintegrasi lagi, alias saling berkontradiksi, karena ia
sudah punya presuposisi yang mau dipasangnya.
Yang lebih membahayakan lagi, jika orang itu kemudian menggunakan
dalih, yang kelihatannya sangat rohani, tetapi justru menggambarkan
egoisme dan ke-'sok tahu'-annya dengan mengatakan bahwa ia tidak
memegang teologi A atau B atau C, tetapi memegang teologi 'Yang
Alkitabiah.' Di balik perkataan ini, ada presuposisi pribadi yang
mengatakan bahwa semua teologi yang sekarang ada adalah teologi yang
tidak atau kurang Alkitabiah, dan hanya teologi yang ia bangunlah yang
alkitabiah. Kembali lagi, presuposisi ini didasarkan pada apa? Jika setiap
orang melakukan ini, maka akan terjadi Anto-isme, Budi-isme, atau John-
isme dan berbagai 'teologi baru' yang semuanya mengaku Alkitabiah,
padahal justru mungkin paling tidak Alkitabiah. Semangat relativisme
seperti ini merupakan bahaya besar di dalam dunia Kekristenan saat ini,
karena setiap orang akhirnya menjadi bingung dan berdebat tanpa ujung
pangkal, karena seluruh presuposisi yang dipegang setiap orang berbeda
tanpa bisa ditelusur dan dibereskan lagi kebenarannya.
MEMBANGUN PRESUPOSISI YANG BENAR
Sentral pembahasan saya ada disini. Dan harus disadari terlebih dahulu,
bahwa pembangunan presuposisi inipun merupakan satu presuposisi,
sehingga jika ingin mengomentarinya, tentu haruslah juga kita mulai dari
sini. Ada beberapa presuposisi dasar yang perlu dipakai untuk
membangun suatu presuposisi utama dalam kita berteologi.
Kebenaran sejati bersumber dari Allah sendiri Manusia bukanlah sumber
kebenaran, karena manusia sendiri masih mencari kebenaran, dan
manusia sendiri sadar bahwa tingkat pengetahuan kebenarannya tidaklah
absolut (banyak kesalahan yang masih kita lakukan di dalam hidup kita).
Karena itu, jika kita mau mencari kebenaran, haruslah kembali kepada
370 |TEOLOGI REFORMED
Allah sendiri, yang menjadi sumber kebenaran dan dirinya kebenaran.
Secara inkarnasi, maka di sepanjang sejarah, hanya satu 'manusia' saja
yang berhak mengklaim diri sebagai Kebenaran, yaitu Yesus Kristus
sendiri, Anak Allah yang Tunggal (Yoh 14:6).
Allah mewahyukan kebenaran di dalam Alkitab. Allah menyatakan
kebenaran-Nya kepada manusia melalui firman-Nya, yaitu Alkitab.
Dengan kata lain, Alkitab merupakan satu-satunya sarana untuk manusia
bisa kembali mengerti kebenaran yang paling hakiki. Inilah yang
ditekankan dengan proklamasi: Sola Scriptura (Hanya Alkitab Saja).
Dengan demikian, maka seluruh kebenaran harus berpresuposisi pada
Alkitab. Dengan lebih kritis lagi, bahwa setiap kebenaran yang bisa kita
dapat dan mengerti, jika memang benar, maka ia tidak bisa bertentangan
dengan Alkitab.
Alkitab merupakan satu kebenaran yang utuh dari Allah yang satu.
Karena Allah yang sama mewahyukan seluruh bagian Alkitab, maka
seluruh bagian Alkitab tidak bertentangan satu sama lain. Jika terjadi
pertentangan, maka bukan pengertian Alkitab itu sendiri, tetapi kesulitan
pikiran manusialah yang memang mempertentangkannya. Maka kembali
lagi, presuposisi manusia di dalam menghadapi Alkitab adalah presuposisi
keutuhan, bukan dekonstruktif.
DASAR PRESUPOSISI KRISTEN
Dalam acuan ini, Cornelius Van Til (18 -1987), seorang teolog dan filsuf
abad ini telah dengan sedemikian serius menggumulkan permasalahan
ini. Van Til melihat bahwa di dalam berpikir, yang mendasari seluruh
konsep teologis dan praktis kehidupan seseorang, hanya ada dua
presuposisi dasar yang sangat menentukan, yaitu: (1) Kedaulatan Allah
atau (2) Otonomi manusia.
Kedaulatan Allah dengan presuposisi ini, manusia akan mengacu dan
melihat segala sesuatu dari aspek kedaulatan Allah. Allah dipandang
371 |TEOLOGI REFORMED
sebagai Sumber segala sesuatu, Dasar dan Tujuan segala sesuatu (Rom
11:36). Inilah dasar yang benar bagi seluruh pemikiran manusia, apalagi
orang Kristen. Kita percaya bahwa Allah adalah Pencipta, Penopang dan
Penyempurna seluruh alam semesta, termasuk manusia. Hanya percaya
pada kedaulatan Allah, manusia bisa mendapatkan arah dan patokan
dasar berpikirnya secara benar.
Otonomi Manusia Gejala ini muncul ketika manusia jatuh ke dalam dosa.
Manusia berusaha mencari kebenarannya sendiri di mulai dengan
meragukan kebenaran dan kedaulatan Allah di taman Eden (Kej 3:6 dst.).
Ciri ini merupakan ciri manusia berdosa di sepanjang sejarah zaman.
Ketika manusia mulai berpikir menurut pikirannya sendiri, ada beberapa
hal yang pasti akan terjadi:
Non-proportional thinking.
Manusia jadi tidak lagi bisa berpikir proporsional secara tepat. Karena
titik acuannya tidak tepat, maka Martin Luther memisalkan keadaan
seperti ini bagaikan roda yang as-nya tidak tepat di tengah. Manusia tidak
lagi memiliki acuan yang tepat untuk berpikir, sehingga pemikirannya
pasti tidak mungkin berdiri tegak dalam kebenaran yang asasi.
Inconsistency
Manusia tercemar oleh prinsip dosa, yaitu inkonsistensi. Manusia tidak
dapat lagi konsisten secara murni di dalam cara berpikirnya. Akibatnya,
manusia hidup terus dalam konflik (entah disadari atau tidak disadari).
Dengan kembali kepada presuposisi yang benar, barulah kita bisa
membangun seluruh teologi kita secara benar. Dan berdasarkan teologi
yang benar, pembentukan konsep berpikir kita juga akan menjadi beres.
Tanpa presuposisi yang tepat, maka teologi kita akan diwarnai oleh
presuposisi yang tidak tepat, dan akibatnya hidup kitapun akan bercorak
dosa. Inilah bahaya kesalahan presuposisi yang seringkali tidak disadari
oleh orang Kristen.
372 |TEOLOGI REFORMED
PENUTUP
Sebagai penutup, saya ingin memberikan satu contoh kongkrit yang
merupakan problematika presuposisi di tengah Kekristenan. Ketika
seseorang berpresuposisi dasar 'otonomi manusia', yang berarti manusia
menegakkan sendiri apa yang ia anggap benar, maka ia terlebih dahulu
sudah menetapkan bahwa dirinya menjadi pusat segala sesuatu (bukan
Allah dan kedaulatan-Nya). Dari sini, pasti ia akan memulai segala
pemikiran yang akan memuaskan kepentingan dirinya. Itu kemudian
tercermin di dalam ia berteologi. Teologi menjadi 'conveyor' (pembawa)
pemuasan kepentingannya itu. Maka, karena ia menganggap bahwa
hidup ini perlu mendapatkan kepuasan dan kenikmatan, perlu ditunjang
dengan pemuasan keinginan duniawi, maka ia akan memperlakukan dan
membentuk teologi yang sesuai dengan itu. Dari sini tercermin beberapa
implikasi, seperti:
Saya senang lho ke gereja anu, karena di situ saya bisa melepas stress
saya, bisa bersukacita, atau
Wah, kalau jadi Kristen ya musti kaya, karena Tuhan ingin kita kaya, nggak
mau kita miskin. (Apa iya..?) atau
Kalau saya disembuhkan dari penyakit saya, atau saya bisa sukses bisnis,
atau saya bisa dapat pacar yang cantik, ya saya mau jadi Kristen, bahkan,
Kristen memberikan keselamatan buat saya, tetapi cukup sampai sekian,
kalau saya disuruh berkorban, ya saya keberatan, karena itu tidak cocok
dengan semangat cinta kasih Kristen (Apa iya...?), atau
Jadi Kristen jangan fanatik-fanatik, nanti rugi, apalagi kita nggak diberi
makan oleh gereja, dll.
Saya rasa daftar di atas ini bisa diperpanjang tanpa batas, sejauh teologi
dibangun berdasarkan Otonomi Manusia. Alkitab meminta kita untuk
bertobat, menanggalkan segala pikiran dosa, menjauhkan diri dari nafsu
373 |TEOLOGI REFORMED
daging dan keinginan daging yang mematikan dan kembali taat kepada
kedaulatan Allah (Gal 5: 16 dst.).
Persoalannya, apakah di dunia modern ini, semua orang Kristen,
termasuk para hamba Tuhan, menyadari kesalahan-kesalahan seperti ini?
Apakah implikasi yang dihasilkan oleh gereja-gereja Kristen saat ini?
Sudahkah betul-betul menghasilkan orang-orang Kristen yang bergumul
terus semakin mendalam di dalam firman Tuhan, semakin mengerti
kebenaran dan mengaplikasikan kebenaran? Ataukah kita hanya
menghasilkan orang-orang yang ahli berdebat dan menggunakan
argumentasi duniawi untuk menjadi acuan dasar atau presuposisi kita?
Biarlah perenungan ini bisa menjadi berkat bagi kita semua.
Soli Deo Gloria
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : -
Judul Artikel : -
Penulis : -
Penerjemah : -
Penerbit : website GRII Sby-Andhika, http:/www.griis.org
Halaman : -
374 |TEOLOGI REFORMED
Spiritualitas Injili: Suatu Tinjauan Ulang Editorial:
Artikel Terkait
Bagaimana Theolog Reformed Bertheologi pada Masa Kini
(II)
Bukan Damai, Melainkan Pedang
Anatomi Kepercayaan Dan Iman: Sebuah Refleksi Teologis
Dan Pastoral (2)
Budaya dan Alkitab (1)
Roh Kudus dan Doa
Penderitaan Sang Juruselamat
Esensi dan Relevansi Teologi Reformasi
Penulis:
Stanley J. Grenz
Edisi:
037/III/2003
Isi:
Lane Dennis mengatakan bahwa ciri khas Kaum Injili adalah
penekanannya pada keselamatan yang dialami secara pribadi-komitmen
kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat saya (pribadi). Kehebatan
gerakan ini adalah mempersatukan pengalaman religius dengan bahasa
teologis yang sama. Pengertian tentang natur Injili ini menunjukkan
perubahan mendasar dari kesadaran Kaum Injili. Perubahan identitas
375 |TEOLOGI REFORMED
yang berdasar pada pengakuan iman menuju kepada identitas yang
berdasarkan spiritualitas.
William W. Wells menyatakan tiga karekteristik unik Gerakan Injil ini:
orang Kristen Injili mempercayai otoritas Alkitab; menekankan
pengampunan Allah dan hubungan pribadi yang indah dengan Allah
melalui Kristus; dan menekankan perjuangan untuk hidup suci melalui
disiplin rohani. Meskipun Gerakan Neo-Injili tetap berpegang kepada
otoritas Alkitab, namun penekanan sekarang lebih kepada aspek
spiritualitas, yang sebelumnya sering terselubungi oleh dimensi
intelektual atau doktrinal.
Penekanan kepada dimensi spiritualitas sebenarnya sejalan dengan
sejarah Gerakan Injil itu sendiri. Sebelum abad kedua puluh, Puritanisme
dan Pietisme memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gerakan
injil ini. Puritanisme membangkitkan suatu bentuk kesalehan hidup
sebagai respon terhadap doktrin pilihan dari Calvinisme. Calvinisme
meletakkan keselamatan manusia dalam konteks pilihan Allah yang
bersifat misteri. Meskipun teologi ini memelihara kedaulatan Allah,
manusia menjadi tidak mempunyai kepastian bahwa dia memiliki status
sebagai orang pilihan atau tidak. Karena itu, tidak ada pengakuan iman
yang sungguh, tidak ada kesetiaan mengikuti sakramen, maupun
serangkaian hidup yang suci, yang dapat menjamin bahwa seseorang
merupakan umat pilihan Allah. Di tengah-tengah ketidakpastian inilah
kaum Puritan menemukan satu tanda umat pilihan: pengalaman rohani
secara pribadi terhadap anugerah keselamatan Allah. Dengan demikian,
kepastian status pilihan menjadi bergantung kepada kemampuan
seseorang menceritakan pengalaman pertobatannya. Lebih lagi,
penekanan kembali kepada hal-hal yang bersifat spiritual ini merupakan
pengaruh dari gerakan Pietis, khususnya keinginan mereka untuk
mereformasi hidup dan bukan mereformasi doktrin.
376 |TEOLOGI REFORMED
Karena itu, seperti John Wesley katakan, titik temu antara Pietisme dan
Gerakan Injili adalah pada: penggilan hidup baru, buah-buah rohani, dan
suatu hidup yang berbeda dengan kemalasan gereja dan anggota-
anggotanya yang sangat duniawi. Kaum Injili bersifat pietist dalam hal
fokusnya pada dinamika kehadiran Kristus dalam hidup orang percaya.
Hal ini menandai pergeseran dari gerakan sebelumnya yang menekankan
pada aktifitas (doing), kepada hal-hal yang bersifat kontemplasi (being).
Pembahasan lebih lanjut akan difokuskan kepada keunikan spiritualitas
Kaum Injili.
Menuju Pengertian Spiritualitas Injili
Salah satu definisi 'spiritualitas' yang cukup baik diberikan oleh Robert
Webber adalah: "Secara luas, spiritualitas dapat didefinisikan sebagai
hidup yang sesuai dengan hidup Kristus. Hidup yang menyadari bahwa
karya salib Kristus membuat kita menjadi warga negara sorga, dan
sorgalah yang menjadi tujuan hidup kita di dunia. Perjalanan hidup ini
dikerjakan dalam konteks kita sebagai anggota tubuh Kristus. Melalui
ibadah kepada Allah, spiritualitas kita terus- menerus dibentuk. Dan misi
kita di dunia adalah untuk memberitakan visi Kristen melalui perkataan
dan tindakan kita." Karena itu dapat dikatakan bahwa spiritualitas adalah
suatu perjuangan mengejar kesucian di bawah pimpinan Roh Kudus
bersama-sama dengan seluruh orang percaya. Mengejar hidup yang
dihidupi untuk memuliakan Allah, dalam persatuan dengan Kristus dan
hasil dari ketaatan kepada Roh Kudus.
Sesuai dengan ajaran Paulus dalam 1Korintus 2:14-3:3, Kaum Injili sangat
menekankan akan 'pola pikir rohani' yang dikontraskan dengan manusia
duniawi. Dengan menggabungkan salib dan Pentakosta - yaitu
bergantung pada kemenangan Kristus dan kehadiran Roh Kudus - Kaum
Injili menjalani hidup yang disebut oleh Watchman Nee sebagai 'the
normal Christian life', yaitu hidup yang semakin serupa dengan Kristus
yang ditandai dengan ketaatan total kepada kehendak Allah. Dengan
377 |TEOLOGI REFORMED
demikian Kaum Injili selalu menekankan hidup yang berkemenangan
melalui peperangan melawan kuasa setan, manusia lama, dan dunia. Dan
dengan kuasa Roh Kudus mengalahkan musuh-musuh rohani orang
percaya.
Kita dapat melihat bahwa inti dari spiritualitas Injili adalah suatu usaha
untuk menyeimbangkan dua prinsip yang kelihatan bertentangan, yaitu:
bagian dalam dari manusia (inward) dengan bagian luar (outward), dan
dimensi kesucian personal dengan komunal.
Keseimbangan Antara Inward dan Outward
Spiritualitas Kaum Injili mencoba menyeimbangkan kesucian hati dan
aktifitas pelayanan. Hati orang percaya harus dipenuhi dengan kasih
kepada Yesus Kristus. Komitmen ini lebih dari sekedar pengetahuan
tentang karya Kristus dalam sejarah atau menerima doktrin tentang
Kristus. Tetapi adanya suatu hubungan pribadi yang dekat dengan Yesus
yang bangkit dan hidup. Karena itu, bagian dalam dari manusia (inward)
merupakan fondasi dari spiritualitas. Akibatnya, Kaum Injili lebih tertarik
kepada respon pribadi seseorang kepada Yesus daripada kemampuan
mereka untuk memformulasikan atau menghafalkan pernyataan
doktrinal tentang Yesus.
Kaum Injili juga lebih mementingkan motivasi hati dalam mengikuti
ibadah dan perjamuan kudus daripada sekedar memenuhi kewajiban itu
secara eksternal. Ibadah eksternal tanpa kesadaran internal hanya
merupakan ritual yang mati. Karena itu, Kaum Injili tidak datang ke gereja
demi memenuhi tuntutan ibadah secara eksternal, tetapi karena
dorongah hati untuk memuliakan Allah dan bersekutu bersama umat
percaya. Kita termotivasi dari dalam hati dan bukan dipaksa dari luar
untuk menghadiri ibadah bersama. Sikap seperti ini dinyatakan dengan
suatu pujian dari hati 'I'm so glad I'm a part of the family of God.'
378 |TEOLOGI REFORMED
Dalam kaitan dengan ini, spiritualitas Injili juga sangat menekankan
pengalaman religius dalam hidup orang percaya. Penekanan ini berasal
dari Gerakan Pietisme yang sangat menekankan teologi lahir baru yang
bersumber pada Injil Yohanes: 'Iman harus menjadi nyata dalam
pengalaman! Iman harus mentransformasi hidup!' Pengalaman lahir baru
merupakan bagian sentral dan titik awal perjalanan hidup orang percaya
bersama Tuhan, yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Tetapi kelahiran
baru ini harus diikuti dengan perjalanan spiritual pribadi yang ditandai
dengan pertumbuhan dalam kesucian. Di hadapan Kaum Injili, James
Houston menggambarkan spiritualitas sebagai,
'The outworking...of the grace of God in the soul of man, beginning with
conversion to conclusion in death or Christ's second advent. It is marked
by growth and maturity in a Christlike life.' (Karya anugerah Allah dalam
jiwa manusia, yang dimulai dengan kelahiran baru dan diakhiri dengan
kematian atau kedatangan Kristus ke dua kali. Hal ini ditandai dengan
pertumbuhan dan kedewasaan dalam hidup seperti Kristus.)
Penekanan pada inward, sangat sentral dalam spiritualitas Injili dan akan
membentuk ketegangan kreatif ketika digabungkan dengan bagian luar
(outward) dari hidup Kristen. Spiritualitas memang bersumber pertama-
tama dari dalam hati, tetapi hidup Kristen juga berarti pemuridan. Dan
pemuridan bersifat outward. Faktanya, spiritualitas sejati harus
dinyatakan dalam perbuatan yang kelihatan. Perubahan hati harus
dinyatakan dalam hidup yang nyata. Tetapi perbuatan nyata ini bukan
untuk mendapatkan anugerah Allah, melainkan sebagai wujud dari
kerinduan kita untuk mengikuti jejak kaki Yesus. Natur dari kehidupan
spiritualitas adalah meneladani Yesus (the imitation of Christ). Pemuridan
berarti mengikuti model yang telah dinyatakan dalam hidup Yesus,
karena orang Kristen sejati akan merefleksikan karakter Yesus dalam
hidupnya.
379 |TEOLOGI REFORMED
Pengertian ini mempengaruhi Kaum Injili dalam memandang sakramen.
Kita menolak pandangan ekstrem dari sakramentalisme maupun
panghapusan sakramen. Di satu sisi, kita menolak memandang sakramen
sebagai suatu alat magis untuk mendapatkan anugerah Allah
(sakramentalisme), tetapi di lain sisi kita juga tidak membuang sakramen.
Kita memandang sakramen (baptisan dan perjamuan kudus) sebagai
suatu ibadah yang sangat penting untuk mengekspresikan secara fisik apa
yang sudah dikerjakan Allah di dalam hati. Sakramen merupakan tanda
yang kasat mata dari anugerah Allah yang tidak kasat mata.
Penekanan Kaum Injili tentang pemuridan sebagai meneladani Kristus
juga mempengaruhi pengertian kita tentang kehidupan gereja. Kita
menekankan mengikuti Kristus sebagai suatu ibadah setiap hari dan
bukan hanya ibadah hari minggu. James Houston menekankan bahwa
kekristenan bukanlah suatu acara khusus, tetapi merupakan gaya hidup
(life style). Sikap seperti ini mengakibatkan motivasi utama untuk
menghadiri ibadah bersama adalah untuk diajar, didorong, dan dikuatkan
untuk memiliki gaya hidup yang berkenan kepada Allah. Poin yang terus-
menerus ditekankan pada ibadah minggu adalah: 'Jika engkau adalah
orang percaya, hidup suci harus menjadi nyata bukan hanya pada hari
Minggu tetapi dari Minggu sampai Sabtu. Apa yang Anda dengar pada
hari Minggu harus diterjemahkan dalam perbuatan sepanjang minggu.
Jika tidak demikian, imanmu hanya merupakan iman hari Minggu.'
Dapat disimpulkan bahwa spiritualitas Injili mencoba menyeimbangkan
dimensi dalam dan dimensi luar dari hidup Kristen. Kita mencoba
menyeimbangkan hati yang hangat oleh kasih kepada Allah dengan hidup
yang mengikuti teladan Yesus. Kita memprioritaskan dimensi dalam
sebagai sumber dari dimensi luar, tetapi kita menganggap dimensi dalam
mati jika tidak menghasilkan ekspresi luar yang seharusnya dalam hidup
pemuridan. Lagu yang sering kita nyanyikan mengekspresikan dengan
baik kedua dimensi ini, 'Trust and obey, for there's no other way, to be
happy in Jesus, but to trust and obey.'
380 |TEOLOGI REFORMED
Keseimbangan Personal dan Komunal
Kekudusan hidup di antara Kaum Injili biasanya hanya dimengerti secara
individu. 'Membaca Alkitab' berarti membaca secara pribadi; 'berdoa'
berarti berdoa secara pribadi; 'keselamatan' berarti diselamatkan secara
pribadi; 'hidup dalam Kristus' berarti memiliki hubungan pribadi dengan
Kristus. Seperti dikatakan Daniel Stevick: 'Perjalanan Kristen dijalani
sendiri, keselamatan dari Allah ditujukan kepada pribadi. Pertolongan-
Nya selalu dalam konteks pribadi. Perjalanan diisi dengan penyucian
secara pribadi dan tujuannya adalah istana yang dibangun bagi pribadi.'
Dalam pengertian tertentu, karakteristik yang digambarkan ini memang
cukup tepat. Namun, pendekatan Kaum Injili terhadap perjalanan iman
orang percaya secara pribadi tidak pernah dilihat sebagai bagian yang
terisolasi, melainkan selalu dilihat dalam konteks persekutuan orang
percaya. Di sinilah terdapat keseimbangan antara kehidupan personal
dan komunal dari hidup spiritualitas.
Jelas kita mengerti spiritualitas Kristen sebagai sesuatu yang bersifat
individu atau personal. Kelahiran baru dan pertumbuhan iman harus
pertama-tama dialami secara individu. Masing-masing orang percaya
harus bertanggung jawab terhadap spiritualitasnya secara pribadi. Setiap
individu bertanggung jawab untuk hidup suci dan meneladani Kristus.
Penekanan pada tanggung jawab pribadi ini sejalan dengan prinsip
tradisional Protestan tentang keimamatan orang percaya dan terutama
penekanannya mengenai 'kompetensi individu'. Prinsip kompetensi
individu menyatakan bahwa setiap pribadi bertanggung jawab secara
pribadi kepada Allah dan dengan pertolongan Roh Kudus mampu
berespon secara pribadi kepada Allah. Prinsip ini memberikan implikasi
penting bagi spiritualitas. Hal ini berarti bahwa tidak ada seorang pun
yang dapat diperdamaikan dengan Allah oleh orang lain ataupun oleh
gereja. Tidak seorang pun dapat mengklaim dirinya sebagai orang Kristen
berdasarkan iman orangtua, karena melakukan ritual tertentu, lahir
381 |TEOLOGI REFORMED
dalam negara tertentu. Kaum Injili biasanya mengatakan: 'Allah hanya
mempunyai anak-anak, tetapi tidak mempunyai cucu.' Karena itu para
penginjil selalu menekankan: 'Keputusan untuk menerima Kristus atau
menolak-Nya ada padamu; tidak ada seorang pun yang dapat
menjawabnya bagimu.' Penekanan ini sangat jelas pada lagu yang begitu
terkenal: 'Lemah, lembut, Tuhan Yesus memanggil,. Memanggil saya dan
kau ...pulang, pulang, kau yang berlelah pulang.'
Karena spiritualitas adalah persoalan pribadi, Kaum Injili sangat
menekankan disipllin rohani sebagai sarana untuk pertumbuhan rohani.
Disiplin dalam membaca Alkitab setiap hari dengan apa yang disebut
sebagai 'saat teduh'; bersaksi secara pribadi; dan juga hal yang tidak
kalah pentingnya adalah menghadiri kebaktian secara rutin.
Penekanan pada aspek personal ini juga mempengaruhi strategi dalam
misi Kaum Injili. Dalam abad-abad permulaan kekristenan mulai tersebar
di luar Kerajaan Romawi ke daerah-daerah yang masih belum tersentuh
peradaban. Para misionaris biasanya memfokuskan pemberitaan Injil
kepada para pemimpin suku atau raja, sehingga ketika pemimpin ini
dibaptis, seluruh rakyatnya juga ikut dibaptis. Kaum Injili sangat kuatir
bahwa strategi ini hanya menghasilkan kekristenan yang bersifat pura-
pura, dangkal dan bahkan bisa bersifat sinkretistik. Meskipun tidak
menolak peran penting yang dimiliki para pemimpin, Kaum Injili sangat
menekankan Injil yang diberitakan kepada setiap individu. Karena kita
mengerti bahwa spiritualitas adalah tugas dari setiap pribadi.
Meskipun sangat menekankan dimensi personal bagi spiritualitas orang
Kristen, Kaum Injili juga menyeimbangkannya dengan dimensi komunal
atau korporat. Tidak seorang pun dapat hidup dan bertumbuh dalam
mengikuti Yesus dalam isolasi. Tetapi setiap kita harus bersekutu supaya
dapat bertumbuh secara dewasa. Analogi yang sering digunakan adalah
bara api. Bara api akan saling membakar ketika dikumpulkan bersama.
Tetapi ketika satu bara api dikeluarkan dari kelompoknya, dia akan segera
382 |TEOLOGI REFORMED
padam dan menjadi dingin. Begitu juga hidup Kristen: orang Kristen yang
menarik diri dari komunitas orang percaya akan sulit untuk bertumbuh
dan cepat menjadi dingin. Tetapi ketika bersekutu bersama, orang Kristen
akan saling mendukung dan dengan demikian akan terus hidup dan
berapi-api bagi Tuhan.
Jadi dalam pandangan Kaum Injili, meskipun setiap orang bertanggung
jawab atas pertumbuhan imannya sendiri, setiap orang juga bergantung
kepada kelompok orang percaya. Setiap orang percaya membutuhkan
dorongan dan nasihat dari saudara-saudara seiman lainnya.
Pandangan ini memberikan pengertian yang penting mengenai gereja.
Jemaat gereja lokal harus merupakan suatu komunitas yang saling
menasihatkan, mendukung dan mengajar satu dengan yang lainnya.
Lebih jauh, setiap anggota dari persekutuan orang percaya harus terlibat
dalam tugas-tugas yang dikerjakan bersama. Kita terpanggil bukan saja
untuk beribadah bersama, tetapi juga untuk masuk menjadi bagian dari
kehidupan keseharian anggota yang lain. Dengan demikian, setiap orang
berpartisipasi dan berperan dalam kehidupan komunitas Kristen. Inilah
esensi dari jemaat lokal dalam pandangan Injili.
Prinsip bahwa setiap orang percaya perlu bersekutu dengan yang lainnya
menghasilkan suatu penekanan klasik Injili terhadap kehadiran dalam
kebaktian. Kita harus hadir dalam kegiatan-kegiatan gerejawi secara
bersama. Tetapi tujuan penekanan ini berbeda dengan gereja-gereja
liturgikal. Kita tidak melihat kehadiran dalam kegiatan gereja sebagai
sarana mendapat anugerah, tetapi dalam perkumpulan orang percaya
inilah pengajaran dan kekuatan dinyatakan.
Pengertian di atas memberikan dampak terhadap apa yang dianggap
paling penting dalam ibadah Minggu. Roma Katolik menekankan
perjamuan kudus dalam ibadah, sedangkan gereja-gereja Injili
memfokuskan ibadah minggu pada pemberitaan Firman Tuhan. Di atas
segalanya, kita datang untuk mendengar kotbah, yang kita pandang
383 |TEOLOGI REFORMED
sebagai sarana utama manusia bertemu dengan Allah. Kita
mendengarkan kotbah dengan kerinduan untuk mendengar 'Allah sedang
berkata-kata kepada saya secara pribadi.' Sebagai akibatnya, kita
mendapat peringatan, kekuatan, dan bahkan arahan hidup melalui
kehadiran kita dalam ibadah bersama. Kita berkumpul untuk mendengar
Firman (Word), supaya kita bisa tersebar sebagai umat Allah di tengah-
tengah dunia (world).
Tetapi akhir-akhir ini Kaum Injili memiliki pengertian yang lebih dalam lagi
mengenai kepentingan ibadah bersama sebagai elemen yang sentral di
samping kotbah. Salah satu pemimpin dalam hal ini adalah Robert
Webber yang mengatakan:
'Worship is the rehearsal of our relationship to God. It is at that point
through the preaching of the Word and through the administration of the
sacrament, that God makes himself uniquely present in the body of
Christ. Because worship is not entertainment, there must be a restoration
of the incarnational understanding of worship, that is, in worship the
divine meets the human. God speaks to us in his Word. He comes to us in
the sacrament. We respond in faith and go out to act on it!' (Ibadah
adalah gladi bersih dari hubungan kita dengan Allah. Pada titik itulah
melalui pemberitaan Firman dan pelaksanaan sakramen, Allah hadir
secara khusus dalam tubuh Kristus. Karena ibadah bukan merupakan
hiburan, harus ada pengertian baru dari ibadah yang bersifat inkarnasi,
yaitu Allah bertemu dengan manusia dalam ibadah. Allah berbicara
kepada kita melalui Firman. Dia datang kepada kita dalam sakramen. Kita
berespon dengan iman dan keluar untuk hidup sesuai dengan itu!)
Seperti dikatakan Webber, penekanan pada ibadah bersama bukan
berarti meniadakan sentralitas kotbah dalam ibadah minggu. Tetapi hal
ini lebih merupakan suatu usaha untuk kembali mendapat keseimbangan
yang lebih baik lagi demi menjalankan tugas gereja dengan lebih efektif.
384 |TEOLOGI REFORMED
Di tengah-tengah penekanan Injili untuk 'menemukan pelayanan dalam
gereja', kita mendiskusikan interaksi yang penting antara dimensi
personal dan korporal dari iman Kristen. Kita mendorong setiap individu
untuk 'menemukan pelayanan' dalam konteks gereja lokal. Dan hal ini
jelas berkaitan dengan dimensi korporal dadri spiritualitas Kristen.
Sewaktu kita terlibat pelayanan dalam komunitas Kristen, kita
berpartisipasi dalam tugas mendorong pertumbuhan orang lain dan juga
secara tidak langsung kepada diri kita sendiri. Keterlibatan dalam hidup
orang lain merupakan kesempatan untuk mendorong, menasihati, dan
memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi tujuannya lebih dari itu: supaya
mereka yang menerima pelayanan itu bisa bertumbuh dewasaa secara
rohani dan kemudian akhirnya ikut melayani anggota lain dalam tubuh
Kristus.
Pandangan ini berimplikasi pada eklesiologi. Bagi kita, gereja adalah
persekutuan orang percaya, persekutuan murid Kristus, komunitas orang-
orang yang dengan serius bertanggung jawab secara pribadi bagi
spiritualitasnya dan pada saat yang sama terjun dalam pelayana untuk
mendorong pertumbuhan rohani secara korporal. Kaum Injili yang
bertanggung jawab bernyanyi bersama: 'Kami akan berjalan bersama,
kami akan berjalan bergandengan tangan.' Karena jalan spiritualitas
adalah jalan yang mengikat setiap individu bersama- sama.
[Catatan: Tulisan di atas disadur dari buku Stanley J. Grenz; Revisioning
Evangelical Theology; A Fresh Agenda for the 21th Century, Downers
Grove, Illinois; IVP, 1993. Hal. 37-59]
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Momentum 44/Triwulan III/2000
Judul Artikel : Spiritualitas Injili: Suatu Tinjauan Ulang
385 |TEOLOGI REFORMED
Penulis : Stanley J. Grenz
Penerjemah : -
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Halaman : 29 - 36
Gereja; Mau Kemana? Konservatif dan Radikal Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Selamat bertemu lagi!
Artikel ini saya kutip dari Majalah Momentum yang terbit tahun 1989
yang lalu. Menurut catatan Redaksi dari mana artikel ini diambil,
dikatakan bahwa meskipun makalah ini ditulis lebih dari 10 tahun yang
lalu (berarti sekarang sudah 24 tahun yang lalu) namun sangat cocok
dengan situasi kekristenan di Indonesia sekarang. Saya juga setuju bahwa
artikel ini masih cocok dengan situasi kekristenan di Indonesia tahun
2003. Oleh karena itu saya tertarik untuk membagikan artikel ini di milis
e-Reformed. Setelah membaca artikel ini marilah kita belajar untuk
mementingkan apa yang penting dan tidak mementingkan apa yang tidak
penting. Esensi lebih penting dari yang bukan esensi. Nah, apakah esensi
dari gereja dan apakah yang tidak esensi dari gereja? Silakan
merenungkan artikel ini.
In Christ,
Yulia
Artikel Terkait
386 |TEOLOGI REFORMED
Kitab Suci: Perkataan Manusia, Mitos atau Firman Tuhan?
Penebusan Yang Terbatas
Allah Tidak Berubah
Kita Percaya bahwa Kita adalah, dan Selalu akan Menjadi
Pakar dalam Berbuat Dosa
Sola Fides Justificate
Doktrin Kecukupan Alkitab
Doktrin Sola Scriptura
Penulis:
John RW Stott
Edisi:
042/VIII/2003
Isi:
Di dalam gereja kontemporer ada dua ekstrim yang tidak seharusnya ada,
yaitu aliran konservatif dan aliran radikal. Sebaiknya kita memberikan
definisi untuk kedua istilah ini terlebih dahulu. Yang disebut aliran
konservatif ditunjukkan kepada sebagian orang yang bertekad untuk
memelihara hal-hal yang sudah lewat dan meneruskannya, sehingga
menolak perubahan apapun. Sedangkan aliran radikal ditunjukkan
kepada sebagian manusia yang melawan tradisi-tradisi yang sudah
lampau sehingga senantiasa mencari perubahan di dalam kegelisahan.
Pada tahun 1968 saya mengikuti Sidang Raya IV dari Dewan Gereja
Sedunia yang diadakan di Upsala, Swedia sebagai penasehat. Setiba di
sana saya mendapatkan bahwa kami semua secara serentak sudah
387 |TEOLOGI REFORMED
diklasifikasikan, khususnya di dalam surat kabar pada hari itu. Jika bukan
dihina dan digolongkan sebagai aliran tradisionil yang konservatif, anti
perombakan, pemelihara kondisi sekarang atau aliran tradisionil yang
tidak menginginkan kemajuan, maka akan langsung digolongkan dan
diterima secara hangat ke dalam aliran radikal yang bersifat perubahan
dan revolusionir. Bukankah ini semua merupakan klasifikasi yang tidak
berarti sama sekali? Sebenarnya setiap orang Kristen yang seimbang
harus berjejak di atas kedua wilayah itu sekaligus. Ijinkan saya memberi
penjelasan lebih mendetail mengapa setiap orang Kristen harus sekaligus
menjadi konservatif dan juga radikal, khususnya di dalam pengertian
tertentu.
Setiap orang Kristen seharusnya bersifat konservatif karena seluruh
gereja dipanggil oleh Tuhan untuk memelihara Wahyu-Nya, sehingga
boleh memelihara mandat yang diberikan serta mempertahankan
kebenaran yang satu kali sudah diberikan kepada orang suci. (Yudas 17:
"Ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-
rasul Tuhan kita, Yesus Kristus"). Tugas gereja bukan menemukan Injil
yang baru secara terus menerus atau menemukan teologi baru atau
moral baru atau kekristenan yang baru, melainkan menjadi pemelihara
yang setia bagi satu-satunya Injil yang bersifat kekal. Wahyu yang
diberikan Allah sendiri sudah sempurna di dalam AnakNya Yesus Kristus
dan kesaksian- kesaksian rasul-rasulNya terhadap Kristus yang sudah
dicatat di dalam seluruh Kitab Suci. Pewahyuan dari diri Allah tidak boleh
diubah dengan bentuk dan cara apapun - tidak perduli ditambahkan atau
dikurangi- kebenaran dan otoritas Kitab Suci tidak boleh diubah.
Penulis dari buku "Pertumbuhan Dan Persatuan" mengutarakan konsep
ini dengan dinamis: "Tugas gereja yang utama adalah memelihara
keutuhan Injil. Untuk membicarakan kebiasaan mental ini dengan
maksud mengatakan, barang itu memang kuno serta penentang segala
pikiran baru, sama sekali bukan maksud kita. Penggemar hal-hal kuno dan
388 |TEOLOGI REFORMED
penentang pencerahan merupakan kebiasaan buruk orang Kristen,
sedangkan konservatifisme merupakan kebajikan orang Kristen."
Namun disesalkan ada sebagian orang Kristen yang tidak hanya
membatasi konservatifisme mereka di dalam teologi Alkitabiahnya, tetapi
juga dalam hal-hal lain. Bahkan mereka memiliki kepribadian yang
konservatif, sehingga mereka selalu bersifat konservatif di dalam
pandangannya tentang politik dan sosial, di dalam bentuk hidupnya,
pakaiannya, model rambutnya bahkan mode jenggotnya dan segala
bentuk hidup yang bisa kita bayangkan. Mereka semua sangat kuno
adanya. Bukan saja mereka telah menjerumuskan diri ke dalam lumpur
saja, melainkan lumpur yang sudah membeku sebagai semen. Mereka
membenci segala macam perubahan. Mereka mirip dengan seorang guru
besar yang pernah berbicara di dalam universitas Cambridge pada masa
mahasiswanya: "Perubahan macam apa saja di dalam waktu apa saja
dengan alasan apa saja, semuanya harus disesalkan"! Motto yang paling
digemari adalah "Sebagaimana permulaan dunia ini tetaplah sekarang
dan selama-lamanya seperti itu juga sampai selama-lamanya, Amin!"
Di pihak lain aliran radikal adalah mereka yang bertanya-tanya tentang
agama negara. Mereka menganggap tidak ada tradisi kebiasaan atau
organisasi yang begitu suci sehingga tidak boleh diganggu atau diubah;
juga menganggap tidak ada pribadi manusia yang begitu suci sehingga
tidak boleh dikritik. Sebaliknya mereka bersedia untuk mengadakan
penghakiman dan pengritikan terhadap segala sesuatu yang diwarisi dari
masa lampau. Bukan saja demikian, penghakiman semacam ini
senantiasa memimpinnya menuju perombakan yang tuntas, jika perlu
menuju revolusi (sebagai seorang Kristen mungkin ia tidak memakai
kekuatan yang rusuh).
Dilihat sepintas lalu aliran konservatif berlawanan dengan aliran radikal
sehingga kita tidak mungkin menghindarkan diri dari keekstriman di
dalam masalah ini, tetapi faktanya tidak demikian. Ini semua disebabkan
389 |TEOLOGI REFORMED
oleh kurangnya pengertian kita bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah
sekaligus konservatif dan radikal, tetapi di dalam segi- segi yang berbeda.
Sikap Tuhan terhadap Alkitab bersifat konservatif - kitab Suci tidak bisa
digugurkan. Ia berkata, "Aku datang bukan untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi melainkan untuk menggenapinya."(Matius
5:17). Juga berkata, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi
ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat
sebelum semuanya terjadi." (Matius 5:18). Teguran utama Yesus
terhadap pemimpin Yahudi sejamannya adalah mereka tidak
menghormati kitab Suci Perjanjian Lama serta kekurangan ketaatan yang
sejati terhadap otoritas kitab Suci yang kudus.
Tetapi Yesus juga sebenarnya harus disebut sebagai radikalis, Dia
merupakan pengeritik yang tajam terhadap aliran penguasa Yahudi yang
tajam, tanpa ketakutan apapun, bukan hanya karena mereka tidak setia
kepada firman Allah secara sempurna, juga karena mereka terlampau
setia kepada tradisi mereka sendiri. Yesus pernah secara tegas
menghapuskan tradisi yang sudah diturunkan secara berabad-abad demi
supaya firman Allah boleh dilihat kembali dengan jelas serta terpelihara.
Yesus sangat berani di dalam mendobrak segala kebiasaan sosial. Ia
menegaskan pentingnya memperhatikan lapisan masyarakat yang rendah
yang selalu dihina dan diabaikan. Ia berbicara dengan perempuan di
hadapan umum, yang tidak diijinkan dalam jaman itu, Ia mengundang
anak kecil datang kepadaNya, sedangkan di dalam masyarakat orang
Romawi anak-anak buangan selalu terlantar dan sangat kotor sehingga
umumnya manusia menganggap lumrah jika tidak mau diganggu oleh
anak-anak kecil. Ia mengijinkan para pelacur mendekatiNya (umumnya
orang Farisi menghindarkan diri dari perempuan macam ini karena
membencinya), sedangkan Yesus sendiri sungguh-sungguh menjamah
orang berpenyakit kusta yang sebenarnya dilarang untuk dijamah (orang
Farisi umumnya melempar batu kepada mereka supaya memelihara diri
390 |TEOLOGI REFORMED
dari mereka dalam jarak tertentu) di dalam cara-cara seperti ini dan
sebagainya. Yesus menolak untuk diikat oleh kebiasaan dan adat
manusia, hati nurani dan jiwaNya hanyalah diikat oleh firman Allah.
Sebab itu Yesus merupakan sesuatu kombinasi yang unik dari sifat
konservatif dan radikal. Ia bersifat konservatif terhadap Kitab Suci tetapi
jika diperhatikan secara saksama Ia bersifat radikal terhadap hal-hal lain
yang Ia temukan.
"Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari
pada tuannya." (Matius 10:24) demikianlah perkataan Kristus yang
pernah diucapkanNya. Maka jika Yesus dapat mengkombinasikan
semangat radikal dan semangat konservatif, kita yang menyebut diri
sebagai pengikutNya juga dapat meneladaniNya. Secara fakta jika kita
hendak setia kepadaNya kita haruslah demikian. Pada masa ini kita
sangat memerlukan lebih banyak orang-orang radikal konservatif
sehingga orang Kristen Injili memperkembangkan daya penelitian yang
lebih bersifat kritis untuk membedakan apakah yang boleh dan harus
diubah serta apa yang tidak perlu dan tidak boleh diubah.
Yang lebih patut kita perhatikan adalah kita perlu lebih jelas di dalam
membedakan Kitab Suci dan kebudayaan. Karena Kitab Suci merupakan
firman Allah yang tidak berubah untuk selama-lamanya. Sedangkan
kebudayaan dibentuk oleh tradisi gereja, kebiasaan dan adat masyarakat
serta daya kreatif manusia. Segala otoritas yang dimiliki kebudayaan
adalah diwarisi oleh masyarakat dan gereja[1]. Sebaliknya kebudayaan
berubah sesuai jaman dan tempat. Lebih dari itu kita orang Kristen
menyatakan kerelaan kita hidup di bawah otoritas firman Allah, maka
seharusnya kita menaklukkan kebudayaan jaman kita di bawah
penghakiman Alkitab yang terus menerus tanpa henti sehingga sama
sekali tidak merasa bosan atau menentang perubahan kebudayaan. Kita
seharusnya berpihak dan berdiri di front mereka yang mengusulkan serta
merombak kebudayaan, sehingga kebudayaan boleh menyatakan dengan
391 |TEOLOGI REFORMED
sungguh-sungguh kehormatan sifat manusia serta menyenangkan Allah
Pencipta kita.
Pada suatu kunjungan saya ke sekolah teologi Trinitas di Deerfield, Illinois
di Amerika Serikat, mahasiswa sekolah ini memberi kesan yang dalam
bagi saya. Meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda,
namun mereka menemukan bersama bahwa di dalam pengabdian
mereka terhadap Kekristenan yang Alkitabiah. Mereka bersatu untuk
melepaskan diri dari agama Kristen Amerika kontemporer serta bertekad
bulat untuk menerapkan Kitab Suci di dalam segala masalah besar hari
ini. Maka mereka bersama-sama membentuk satu persekutuan doa dan
studi yang bersifat gabungan. Organisasi tersebut bertumbuh menjadi
kesatuan Kekristenan rakyat, sedangkan jurnal mereka adalah "Manusia
Amerika yang berlalu". Cover edisi perdananya melukiskan Kristus yang
sedang memakai mahkota duri, tangan yang terbelenggu sedang
menudungi bendera yang bergaris dan berbintang. Ada yang
menganggap gambaran ini bersifat menghujat tetapi saya tidak berpikir
demikian. Lukisan ini merupakan pernyataan jenius yang memperhatikan
kemuliaan Kristus. Jimmy Wallace di dalam tajuk rencananya
mengumumkan: "Serangan terhadap agama yang ada berupa berita yang
menjelekkan kekristenan yang bersifat melepaskan agama dari
kebudayaan. Lembek dan tanpa daya hidup sehingga dengan sendirinya
ditolak oleh generasi kita ini secara gampang... . Kita menemukan bahwa
gereja Amerika sangat diikat oleh nilai kebudayaan kita dan bentuk
kehidupan kita..."
Ikatan terhadap gereja yang bersifat Amerika ini mengakibatkan hal yang
sangat disesalkan yaitu mempersamakan gaya hidup Amerika dengan
gaya hidup Kekristenan. Di dalam tempat-tempat lain di dunia penyataan
kebudayaan kekristenan juga demikian. Di dalam dunia ketiga dan bagi
banyak gereja ini merupakan masalah utama. Kekristenan dicangkokkan
oleh misionari dan Eropa dan Amerika Utara, sedangkan gereja sekarang
392 |TEOLOGI REFORMED
sedang mencari identitas mereka dengan kebudayaan yang ada. Mereka
menemukan masalah dalam menghadapi dua kebudayaan.
Pertama mengenai kebudayaan setempat atau suku mereka, khususnya
di Afrika, pemimpin Kristen setempat menyadari meskipun banyak
kebiasaan tradisional Afrika - yang berfungsi merefleksikan sumber
kebudayaan mereka yang kafir tetapi bukan saja tidak merugikan iman,
kasih, keadilan, dan hal-hal baik lainnya di dalam kemoralan dan
kerohanian, secara faktual mereka harus menaati kedaulatan Kristus yang
memungkinkan hidup secara kelimpahan.
Kedua adalah mengenai kebudayaan kafir (tidak perduli Eropa atau
Amerika) yaitu masalah setelah Injil dikabarkan di dunia ketiga. Masalah
ini sebagian disebabkan seolah-olah Injil, yang mengakibatkan
kebudayaan kekristenan, merupakan penghinaan terhadap kehormatan
kebudayaan bangsa mereka, sehingga seruan: "Usirlah agama orang
putih!" timbul di sana sini. Padahal seruan ini salah adanya. Karena
agama Kristen bukan milik orang putih atau organisasi yang lain. Yesus
Kristus merupakan Tuhan dari setiap bangsa, negara dan segala usia,
tanpa perbedaan. Tetapi untuk orang Asia, Afrika maupun Amerika Latin
yang menemukan serta memperkembangkan cara untuk mengutarakan
penerapan kebenaran Kristus dan kehidupan kekristenan melalui
kebudayaan yang ada pada mereka merupakan hal yang tepat. R. Peddila
di dalam kongres Penginjilan Sedunia di Lausanne pada tahun 1974 telah
memperdebatkan lagi dengan semangat yang menggebu-gebu tentang
masalah kebudayaan Kekristenan.
Itu sebabnya para pemimpin Kristen dari gereja-gereja Gerakan Baru
bukan hanya memerlukan hikmat untuk membedakan kebudayaan
bangsa dan kebudayaan impor, juga harus dapat membedakan
kebudayaan yang bernilai dan kebudayaan yang tidak bernilai. Mereka
juga harus memiliki keberanian untuk memelihara yang satu dan menolak
yang lain.
393 |TEOLOGI REFORMED
Kekristenan di Eropa juga harus demikian, sebab sumbernya boleh
ditelusuri sampai 2000 tahun yang lalu. Kekristenan di daerah ini juga
terpendam di bawah kebudayaan Spanyol pada abad-abad tersebut.
Pada saat kita membicarakan gereja Lutheran, Anglican, Presbyterian
atau Brethern kita perlu membedakan secara saksama. Karena setiap
aliran mengandung bentuk, tradisi atau kebudayaan Kekeristenan. Warna
bentuk kebudayaan tradisionil bukan hanya ditemukan di dalam
pengutaraan dotrinal, tetapi juga tidak luput dari liturgi dan musik,
arsitektur dan gaya serta pandangan peranan ulama dan kaum awam,
juga metode penggembalaan dan pemberitaan Injil. Pada faktanya setiap
hal dalam gereja kita adalah demikian dan setiap hal harus ditaklukkan ke
bawah penelitian Alkitab yang bersifat ketat dan kritis.
Maka pada saat kita menolak perubahan tidak peduli di dalam gereja
atau masyarakat, kita perlu instrospeksi sendiri apakah ini sesuai dengan
kitab Suci yang kita pertahankan (bila kebiasaan kita adalah
mempertahankan secara ketat), atau hanya terbatas di dalam tradisi yang
dihargai oleh sebagian tua-tua gereja atau tradisi kebudayaan saja. Ini
tidak berarti semua tradisi harus dibuang hanya karena semua adalah
tradisi. Aliran anti adat tanpa sifat kritis sama bodohnya dengan aliran
konservatif tanpa kekritisan, bahkan kadang-kadang lebih berbahaya.
Yang mau saya tegaskan adalah tidak ada tradisi yang berhak meloloskan
diri dari penelitian ulang dan tidak ada hak istimewa pada tradisi
tertentu.
Di lain pihak pada waktu kita tergesa-gesa di dalam perubahan, kita harus
mengerti dengan jelas Alkitab tidak melawan hal-hal yang ingin kita ubah.
Sebaliknya ada tradisi-tradisi yang tidak Alkitabiah sebenarnya boleh
diteruskan serta memerlukan perubahan untuk membenarkannya.
Jikalau ada yang tidak Alkitabiah dan nyata-nyata melawan prinsip
Alkitab, kita harus berani mendongkel serta menghentikannya sekuat
tenaga. Jika tradisi yang tidak Alkitabiah seolah-olah tidak relevan dengan
Alkitab, minimalnya kita harus mempertimbangkannya dengan kritis.
394 |TEOLOGI REFORMED
Pada umumnya kita mengetahui dan mengakui sifat otoritas dari pikiran,
kebudayaan yang kita bayangkan, namun kebenaran dan kekekalan
hanya dimiliki Kitab Suci. Kebudayaan telah menjadi sebagian perasaan
keamanan kita. Bila hal-hal ini diancam, kita juga merasakan ancaman itu
sehingga kita selalu menghindari bahaya dan berusaha
mempertahankannya.
Kadang-kadang kita kurang menaruh perhatian terhadap otoritas Alkitab.
Kita memperlakukan Firman Allah sama dengan cara kita memperlakukan
tradisi dan konsep manusia, sehingga gampang melalaikannya. Dengan
ini membuktikan kita masih orang Kristen duniawi, yang secara tuntas
sudah menerima sikap anti otoritas yang dimiliki oleh orang dunia,
sehingga tidak bersedia hidup di bawah otoritas Allah serta otoritas
pemerintahanNya terhadap umatNya.
Orang Kristen jaman ini dipanggil untuk menjalankan tali keseimbangan
ini. Kita tidak menolak segala perubahan, juga tidak mengubahnya secara
total secepat mungkin, lebih dari itu terhadap hal-hal yang diperbolehkan
oleh Alkitab dan yang dapat diubah juga kita serang dengan
serampangan. Setiap orang Kristen yang percaya Allah di dalam sejarah
dan pekerjaan Roh Kudus sepanjang sejarah gereja tidak mungkin merasa
senang untuk mengubah sesuatu hanya disebabkan ingin mengubahnya.
Kadang-kadang yang lama ada juga baiknya, karena telah bertahan dalam
ujian waktu. Kita perlu sikap peka terhadap orang Kristen tua yang
beraliran konservatisme. Mereka tidak mudah membiasakan diri
terhadap perubahan tetapi lebih gampang merugikan dan menghambat
perubahan. Dari pandangan Alkitab kita mengetahui yang kita butuhkan
adalah daya membedakan yang bijaksana. Maka kita harus bisa
menikmati tradisi yang lampau serta berdaya responsif terhadap aliran-
aliran baru. Hanya dengan demikian baru kita dapat mempergunakan
penghakiman dari Kitab Suci yang radikal di dalam segala macam
kebudayaan, serta di bawah pimpinan Tuhan baru mungkin mencapai
perubahan yang lebih baik.
395 |TEOLOGI REFORMED
Kiranya Tuhan memberikan kebijaksanaan yang sama kepada kita saat ini.
Kiranya Dia juga memberikan keberanian kepada kita sehingga
mempergunakan kebijaksanaan ini bukan hanya untuk urusan gerejani,
tetapi dapat juga diterapkan ke dalam wilayah sosial, etika, dan politik.
Mungkin saya boleh mempergunakan terminologi biologis untuk
mengutarakan maksud saya. Yaitu kita memerlukan kutu sapi Kristen
(orang yang membenci kita) untuk mengganggu dan menusuk kita
sehingga kita melangsungkan perubahan. Pada saat yang sama kita juga
memerlukan anjing penjaga Kristen (pengawal) pada saat kita
menyatakan tanda- tanda mengkompromikan kebenaran Alkitab. Di
dalam keadaan bagaimanapun, pengawal itu dapat menggonggong
dengan suara keras yang bertahan lama. Tidak perduli yang menusuk
orang atau menggonggong orang, kedua macam pribadi ini sulit kita ajak
kerja sama. Mereka pun tidak gampang menemukan minat persamaan
antara mereka sendiri. Namun yang menusuk harus tidak menggigit yang
menggonggong dan yang menggonggong harus tidak menelan yang
menusuk. Mereka harus belajar hidup rukun dalam gereja Kristus serta
mengkonsentrasikan perhatian terhadap umat Tuhan yang begitu
banyak, guna melaksanakan tugas mereka masing-masing. Kita
sebenarnya sangat membutuhkan kedua macam hamba Tuhan ini.
Setelah peringatan tentang bahaya dari perubahan yang terlalu banyak
dan perubahan yang terlalu sedikit, sekarang marilah kita mengambil
kesimpulan, yaitu bahaya yang lebih besar (paling sedikit di dalam aliran
Injili) adalah salah menanggapi unsur kebudayaan sebagai unsur
Alkitabiah sampai akhirnya menjadi terlampau konservatif dan terlampau
terikat oleh tradisi. Sehingga tidak bisa melihat hal-hal gerejawi dan sosial
yang tidak berkenan kepada Tuhan. Konsekuensinya kita menjadi terlalu
kolot di dalam ikatan kondisi sekarang serta menolak pengalaman yang
paling tidak enak yaitu perubahan.
BENTUK DAN KEBEBASAN
396 |TEOLOGI REFORMED
Dari membicarakan ekstrim konservatif dan radikal mari kita beralih
kepada ekstrim berorganisasi dan tidak berorganisasi. Organisasi sekuler
sedang mengalami perpecahbelahan di sana sini. Secara global manusia
melawan bentuk dan struktur yang kaku serta mengejar kebebasan dan
fleksibilitas. Gereja Kristen telah diakui di seluruh dunia sebagai satu
struktur organisasi yang menonjol dan mantap. Sehingga kita tidak
mungkin luput dari tantangan jaman yang satu ini. Kita harus ingat
tantangan ini berasal dari sudut internal maupun eksternal. Banyak orang
Kristen yang muda sedang menuntut sesuatu agama Kristen tanpa
organisasi untuk menanggalkan beban gereja Kristen yang harus
ditanggungnya. Mari kita menganalisa gerakan ini di dalam 3
pernyataannya yang utama.
Pertama orang sedang mencari gereja yang tidak memiliki bentuk yang
tetap. Kelompok-kelompok Kekristenan seluruh dunia sedang menerobos
tradisi dan mengerjakan segala hal menurut caranya sendiri.
Kedua, orang Kristen sedang mencari macam penyembahan yang tidak
terikat peraturan. Pendeta tidak lagi memimpin setiap upacara melainkan
mendorong jemaat untuk berpartisipasi, organ sudah diganti oleh gitar,
liturgi yang kuno sudah diganti oleh bahasa sehari-hari. Makin banyaknya
kebebasan berarti makin sedikitnya upacara. Makin banyaknya inisiatif
berarti makin sedikit hal-hal yang statis.
Ketiga, melawan denominasionalisme dan suatu hal yang ditekankan
yaitu kebebasan. Rupanya generasi yang baru ini sangat puas dengan
membuang segala sesuatu yang lampau. Bahkan semua ikatan gereja-
gereja lain pada saat ini. Mereka suka menyebut diri sebagai Kristen dan
tidak mau panji denominasi apapun.
Kita tidak perlu ragu bahwa ketiga tuntutan ini mempunyai kekuatan
yang meyakinkan. Mereka memiliki perasaan yang berkobar-kobar dan
mereka berbicara secara dinamis. Kita tidak bisa mengabaikannya atau
menganggapnya sebagai gila, maupun menganggap mereka adalah kaum
397 |TEOLOGI REFORMED
pemuda yang tidak bertanggung jawab. Karena ini merupakan sesuatu
gejala global yang menuntut kebebasan, fleksibilitas, kemandirian dan
non-organisasi. Orang Kristen generasi tua dan yang agak bersifat
tradisionil perlu mengerti hal ini. Kita harus bisa bersimpati dan sebisa
mungkin berjalan bersama dengan mereka. Kita harus mengakui bersama
bahwa Roh Kudus mungkin dan kadang-kadang sudah dibelenggu di
dalam struktur organisasi kita[2]. Dan terbatas di dalam bentuk yang ada
pada kita.
Namun saya masih ingin sampaikan bahwa kebebasan dan kacau balau
tidak mempunyai arti yang sama, apakah sebabnya kita memerlukan
semacam bentuk dan organisasi tertentu.
Pertama, gereja yang berorganisasi. Orang Kristen berasal dari latar
belakang gereja yang berbeda-beda dan mengasihi serta menghargai
tradisi yang berbeda-beda. Meskipun tidak semuanya, tapi paling tidak
mayoritas menyetujui bahwa pendiri gereja yang asli, yaitu Kristus,
menghendaki gerejaNya mempunyai organisasi yang tampak. Gereja juga
mempunyai aspek yang tidak bisa dilihat, ini merupakan satu fakta. Di
situ hanya ada "orang-orang" yang diketahui sebagai milikNya sendiri.
Tetapi tidak boleh kita memakai alasan bahwa gereja sejati adalah yang
tidak kelihatan untuk menyangkal bahwa Yesus Kristus mengharapkan
umatNya boleh dilihat dan diketahui oleh dunia, Dia sendirilah yang telah
menetapkan sakramen pembaptisan sebagai upacara masuk ke dalam
gereja, dan baptisan merupakan sesuatu yang terbuka dan bisa dilihat.
Dia juga mendirikan sakramen perjamuan suci bagi persekutuan orang
Kristen, yang melaluinya gereja boleh dipersatukan dan dengan ini pun
mengeksklusifkan orang-orang yang bukan anggota. Sehingga boleh
melaksanakan disiplin di dalam anggota-anggota gerejanya. Bukan saja
demikian, Dia juga mengutus gembala-gembala untuk memelihara kaum
dombaNya. Maka tidak perduli di mana pun, jika ada baptisan,
perjamuan suci, pendeta atau istilah-istilah tradisionil, penginjil,
sakramen, maka di sana ada organisasi. Mungkin organisasi ini bersifat
398 |TEOLOGI REFORMED
lebih sederhana dari denominasi-denominasi historis. Mungkin lebih
fleksibel tetapi tetap ada sesuatu organisasi yang jelas dan tegas. Lebih
dari ini seseorang boleh menyatakan perlawanan yang keras terhadap
nilai pemberitaan firman dan nilai sakramen namun pemberitaan firman
dan sakramen tetap diakui bersama oleh gereja-gereja yang berbeda.
Kedua, penyembahan yang resmi. Secara pribadi saya sama sekali
menyetujui penyembahan kaum muda yang timbul dari dalam hati yang
melimpah dengan sukacita dan ramai-ramai. Meskipun kadang-kadang
saya merasakan kepahitan di dalamnya seperti pengalaman saya satu kali
di suatu tempat. Telinga saya hanya berjarak beberapa inchi dari loud
speaker yang keras sekali.
Kadang-kadang penyembahan kita terlalu formil, terlalu tinggi dan
monoton. Bahkan di dalam kebaktian modern boleh dikatakan sama
sekali sudah kehilangan ibadat sehingga sangat merisaukan. Sebagian
orang Kristen seolah-olah menganggap bukti utama penyertaan Roh
Kudus adalah keramaian dan inspirasi inisiatif. Bukankah ini
mengisyaratkan bahwa kita sudah melupakan bahwa merpati, angin, dan
api sama-sama adalah tanda Roh Kudus? Pada saat Roh Kudus hadir
dengan kuasa-Nya di tengah- tengah umat, kadang-kadang Ia
mendatangkan ketenangan, kesejahteraan, keagungan dan
mengakibatkan perasaan takut kepada Tuhan. Suara kecilNya boleh
didengar. Di dalam ketakutan terhadap Roh, manusia berlutut di hadapan
kuasa Allah yang hidup dan sejati. Menyembah dengan "hanya Tuhan ada
di dalam BaitNya yang suci, manusia seluruh bumi sepatutnya berdiam
diri dan hormat di hadapanNya". Saya tidak bermaksud untuk
mengatakan ibadat dan bentuk pasti bersatu. Karena kebaktian yang
tidak resmipun kadang-kadang bersifat ibadat. Sedang penyembahan
resmi yang memakai upacara yang agung kadang-kadang tidak memiliki
ibadat yang bersifat rohani. Namun di mana terjadi persatuan antara
keagungan lahiriah dan ibadat batiniah, di sana penyembahan yang
dipersembahkan paling memuliakan Allah.
399 |TEOLOGI REFORMED
Ketiga, prinsip yang berelasi. Mayoritas kita menegaskan gereja lokal
paling sedikit harus memiliki sifat kemerdekaan tertentu. Sedangkan
menurut Kitab Suci gereja lokal adalah penyataan yang nampak di dalam
satu tempat yang bersifat gereja global. Sedangkan gereja lokal bukan
saja adalah gereja global, juga disebut sebagai Bait Allah dan tubuh
Kristus. (Gereja lokal: 1Korintus 3:16; 12:27, gereja global: Efesus 2:19-
22; 4:4, 16). Namun gereja lokal mungkin terlalu menekankan prinsip
otonomi gereja lokal ini sehingga melalaikan orang Kristen dari jaman
lampau dan jaman sekarang. Pada saat terjadinya kondisi semacam ini
gereja lokal akan menjadi terlampau memuaskan diri sehingga menekan
gereja Tuhan baik secara waktu dan ruang.
Maka kita perlu mengingatkan diri tentang kebenaran-kebenaran Alkitab
yang senantiasa mudah dilupakan oleh kaum muda. Apakah anda hanya
tertarik dengan keadaan sekarang, apakah generasi ini khusus
menggemari kalimat Henry Ford yang menganggap sejarah itu hampa
adanya? Kadang-kadang seolah-olah ini benar. Namun Allah macam
apakah yang anda percaya? Allah di dalam Kitab Suci adalah Allah sejati,
Allah Abraham, Ishak, Yakub, Allah Musa dan nabi-nabi, Allah Yesus
Kristus dan rasul-rasulNya, Allah gereja abad permulaan, Dialah yang
melampaui segala abad untuk merealisasikan kehendakNya. Jika Allah
memang adalah Tuhan sejarah, bagaimana kita boleh melalaikan sejarah
atau tidak tertarik kepadanya? Ia adalah juga Allah dari seluruh gereja.
Persatuan gereja berasal dari persatuan sifat ilahi karena hanya ada satu
Bapa, satu keluarga, karena hanya ada satu Tuhan, satu iman, satu
pengharapan, satu baptisan dan hanya karena ada satu Roh Kudus maka
hanya ada satu tubuh (gereja).
Jikalau kita tidak boleh melalaikan masa lampau, maka kita juga tidak
boleh melalaikan masa sekarang. Seluruh masalah yang berelasi dengan
orang Kristen yang lain adalah sangat kompleks dan mudah menimbulkan
perselisihan. Alkitab tidak memberikan jaminan untuk menemukan atau
memelihara persatuan tanpa kebenaran, tetapi Alkitabpun juga tidak
400 |TEOLOGI REFORMED
memberikan jaminan bahwa kita boleh menemukan kebenaran tanpa
persatuan. Ini benar adanya namun persekutuan di dalam kepercayaan
pengakuan bersama itu pun benar adanya.
Sekali lagi saya menyerukan di dalam masalah ini janganlah kita terus
menempuh cara ekstrim. Di dalam gereja Kristus berorganisasi atau
tanpa organisasi, formil atau tidak formil, suasana khidmat atau inspirasi
inisiatif, independen atau bersekutu, kita harus memberikan tempat
kepada keduanya.
Gereja masa permulaan telah memberikan teladan yang sempurna
kepada kita di dalam masalah ini. Bukankah kita membaca setelah hari
Pentakosta orang Kristen yang baru dipenuhi Roh Kudus berbakti ke
dalam rumah sembahyang dan memecahkan roti di dalam rumah mereka
sendiri. Maka mereka tidak langsung menolak gereja orang Yahudi, tetapi
memperbaikinya berdasarkan Injil yang diterimanya, bahkan mereka
memakai kebaktian di rumah mereka untuk mengisi penyembahan dan
permintaan yang formal di dalam Bait Allah. Apa yang saya lihat di sini
setiap gereja lokal seolah-olah harus menampung baik ibadah yang
formal di dalam gereja dan persekutuan tidak formal di dalam rumah ke
dalam pengaturan programnya. Sedangkan generasi tua dan anggota
gereja tradisionil yang senang kepada penyembahan formal memerlukan
pengalaman kebebasan dalam penyembahan keluarga. Sedangkan
anggota gereja yang muda, yang gemar kepada keramaian dan inspirasi
inisiatif memerlukan pengalaman penyembahan gerejani yang bersifat
khidmat dan formil. Karena kombinasi semacam ini adalah sangat sehat.
Catatan dari Pdt. Dr. Stephen Tong:
Hal ini merupakan refleksi masyarakat Barat di mana gereja mempunyai
peranan penting dalam masyarakat, bukan refleksi masyarakat Timur di
mana gereja merupakan minoritas masyarakat.
401 |TEOLOGI REFORMED
Sebenarnya Roh Kudus yang membebaskan tidak mungkin dibelenggu
oleh kita. Kalimat ini harus dimengerti sebagai berikut, yaitu: Jika kita
mementingkan organisasi dan struktur kita, kita akan mengikat diri di
dalam keterbatasan kita sendiri sehingga tidak mengalami berkat dan
kuasa Roh Kudus yang melampaui keterbatasan kita, maka kitalah yang
menjadi terbelenggu, bukan Roh Kudus.
Catatan tentang penulis:
Pendeta John Stott adalah pendeta emiritus dari gereja Segala Orang Suci
di London. Seorang teolog Injili yang terkenal di seluruh dunia. Otak
utama dari Lausanne Covenant. Beliau menulis banyak buku termasuk
Keseimbangan Agama Kristen, Seni Berkhotbah Abad XX, Agama Kristen,
Ajaran Khotbah di Bukit dll.
Sumber:
Sumber:
Judul Buku : Momentum 7
Judul Artikel : Gereja; Mau Kemana? Konservatif dan Radikal
Penulis : John RW Stott
Penerjemah : -
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1989
Halaman : 6-11
http://reformed.sabda.org/
402 |TEOLOGI REFORMED
Allah Tidak Berubah Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Selamat melangkah di tahun baru 2015. Suatu kesempatan yang indah
untuk menikmati awal tahun baru ini bersama dengan Tuhan. Bulan ini
menjadi titik awal dimulainya karya Allah dalam hidup kita sepanjang
tahun 2015. Jika sejak awal Allah telah memelihara kita, untuk seterusnya
kita pun boleh meyakini bahwa Ia akan memelihara, terutama karena
sifat Allah yang terus sama dan akan tetap sama sepanjang masa. Allah
yang telah menjelajah waktu, masa, dan sejarah, dari zaman Perjanjian
Lama sampai Perjanjian Baru, akan terus berkuasa atas segalanya
selamanya.
Artikel ini adalah cuplikan dari buku "Christian are Forever", yang ditulis
oleh John Owen. Dalam artikel pendek ini, penulis memaparkan satu hal
penting, yaitu tentang sifat Allah yang tidak berubah dalam kekekalan
natur-Nya, kebesaran kuasa-Nya, dan hikmat-Nya yang tidak terbatas.
Sebagai umat yang dipilih Allah, sifat Allah ini merupakan anugerah
terbesar di sepanjang sejarah manusia karena dengan sifat Allah ini, kita
dapat menaruh iman bahwa Allah akan menjadi Allah bagi umat pilihan-
Nya sepanjang masa. Kiranya artikel ini menolong kita untuk semakin
beriman kepada Allah dalam menghadapi hari-hari ke depan di tahun
2015 ini.
Tak lupa, segenap Redaksi e-Reformed mengucapkan, "Selamat tahun
baru 2015". Mari kita memulai tahun ini dengan kerinduan yang besar
untuk giat bertumbuh di dalam Kristus dan berbagi hidup. Soli Deo Gloria.
Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Ayub < ayub(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >
403 |TEOLOGI REFORMED
Edisi:
Edisi 160/Januari 2015
Isi:
Allah menampakkan ketidakberubahan kasih-Nya kepada umat-Nya
melalui lima hal yang tidak dapat diubah-Nya, yaitu:
Natur-Nya
Rancangan-Nya
"Covenant"-Nya
Janji-Nya
Sumpah-Nya
Ketekunan orang-orang kudus berlandaskan pada masing-masing poin ini.
Namun, pada artikel ini, kita hanya akan membahas poin pertama, yaitu
sifat ketidakberubahan Allah.
Dalam Maleakhi 3:6, Tuhan berkata, "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak
berubah, ...." Kemudian, sebagai konsekuensinya, Ia melanjutkannya
dengan berkata, "... dan kamu, bani (keturunan) Yakub, tidak akan
lenyap." Siapakah keturunan Yakub yang Allah maksudkan? Mereka tentu
saja bukan seluruh keturunan Yakub secara fisik, melainkan mereka yang
mempunyai iman seperti Yakub. Sebagaimana yang dikatakan Paulus, "...
Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel"
(Roma 9:6). Di antara mereka yang membanggakan diri sebagai
keturunan Abraham, terdapat orang-orang yang terancam oleh
penghakiman Allah, dan penghakiman itu akan segera terjadi oleh karena
pola hidup mereka yang jahat (Maleakhi 3:5). Kristus diutus "... untuk
menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang
Israel yang masih terpelihara ...." (Yesaya 49:6). Anak-anak Yakub
404 |TEOLOGI REFORMED
sejati adalah mereka yang telah dilahirbarukan "... bukan dari darah atau
dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki,
melainkan dari Allah" (Yohanes 1:13). Allah tidak akan pernah
berubah pikiran tentang anugerah panggilan-Nya. Paulus berkata
dalam Roma 11:29, "Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia
[anugerah] dan panggilan-Nya."
Keturunan Yakub sejati adalah mereka yang memiliki iman seperti yang
dimiliki Yakub. Mereka inilah Israel baru pilihan Allah. Allah telah
memasuki suatu "covenant" yang baru dengan mereka, untuk
menggantikan "covenant" sebelumnya yang telah diingkari oleh nenek
moyang mereka (Yeremia 31:31-34; Yehezkiel 36:24-28;
Ibrani 8:8-12). Mereka yang menikmati manfaat dari "covenant" yang
baru ini sebenarnya tidak layak mendapatkannya. Bagaimanakah
keadaan rohani orang-orang itu ketika Allah memanggil mereka? Mereka
dalam keadaan mati, diliputi kegelapan, dipenuhi kebodohan, dan
keterpisahan dari Allah. Tidak ada suatu pun alasan pada mereka yang
menyebabkan Allah harus menunjukkan anugerah-Nya kepada mereka.
Pengudusan dan pembenaran hanya berasal dari Allah semata.
Salah satu penghiburan yang terbesar dari Tuhan bagi umat-Nya adalah
bahwa mereka selamanya tidak akan pernah terpisahkan dari-Nya.
Dalam Yesaya 40:27-31, Israel menyatakan ketakutan bahwa
mereka akan terpisah dari Allah. Bagaimanakah Allah menjawab mereka?
Ia bertanya kepada mereka, "Apakah mereka benar-benar telah mengerti
sifat sejati Allah mereka?" Ia mengingatkan mereka akan kekekalan
natur-Nya, kebesaran kuasa-Nya, ketidakberubahan-Nya, dan hikmat-Nya
yang tidak terbatas. Inilah yang Allah kerjakan untuk orang-orang yang
meletakkan pengharapannya pada Tuhan. Ia akan mengaruniakan
kekuatan baru; mereka bagaikan rajawali yang terbang tinggi dengan
kekuatan sayapnya; mereka akan berlari tanpa menjadi lesu, dan mereka
akan berjalan tanpa lelah. Sebagai jawaban atas rasa takut yang dialami
umat-Nya, Allah berkata, "Yakub, hamba-Ku, janganlah takut. Aku telah
405 |TEOLOGI REFORMED
memilih engkau sejak kekekalan. Engkau merasa dirimu tandus, tidak
berguna, kering, dan layu. Aku akan mengubah semuanya dengan
memberikan Roh-Ku kepadamu. Kau akan mengerti bahwa engkau
adalah milik-Ku dan Aku adalah Tuhan dan Rajamu, Penebusmu, sejak
kekekalan." Sama sekali bukanlah suatu kesombongan jika kita percaya
bahwa Allah bersungguh-sungguh dengan perkataan-Nya, bahwa Ia
menjamin kita dengan kasih-Nya yang abadi bagi kita berdasarkan
ketidakberubahan-Nya.
Kita harus membedakan antara pertolongan Allah bagi suatu bangsa,
seperti bangsa Yahudi, dan tindakan-tindakan anugerah penyelamatan-
Nya bagi masing-masing orang. Allah memperlakukan rakyat bangsa-Nya,
bangsa Yahudi, dengan berkat dan hukuman lahiriah yang membedakan
mereka dari bangsa lainnya. Ketaatan mereka sebagai sebuah bangsa
kepada Allah memengaruhi perlakuan Allah terhadap mereka. Karena itu,
pada suatu waktu, Ia meruntuhkan apa yang telah dibangun-Nya. Pada
waktu lain, Ia mendirikan kembali apa yang telah diruntuhkan-Nya.
Meskipun demikian, perubahan-perubahan yang dilakukan-Nya terhadap
bangsa pilihan-Nya tersebut tetap memenuhi seluruh rancangan-Nya
yang tidak berubah bagi bangsa-Nya.
Kita dapat meyakini hal tersebut karena natur Allah itu tidak berubah, Ia
tidak akan pernah meninggalkan mereka yang telah diterima-Nya secara
cuma-cuma dalam Kristus. Orang-orang yang telah diterima itu tidak
pernah menjadi orang-orang murtad yang tidak bertobat.
Sumber:
Diambil dan disesuaikan dari:
Judul asli buku : Christian Are Forever
Judul buku terjemahan : Jaminan Keselamatan Kristen
406 |TEOLOGI REFORMED
Judul bab : Allah Tidak Berubah
Penulis : John Owen
Penerjemah : Yvonne Potalangi
Penerbit : Momentum, Surabaya 2005
Halaman : 9 -- 11
Kemuliaan Bagi Allah Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Artikel yang saya kirimkan kepada para pembaca bulan ini, saya ambil
dari Buletin Momentum yang diterbitkan oleh Lembaga Reformed Injili
Indonesia. Saya harap, Anda akan mendapat beberapa 'insight' dari
pembahasan tentang 'Kemuliaan bagi Allah" yang disampaikan oleh Pdt.
Dr. Stephen Tong ini.
Selamat membaca dan merenungkan!
In Christ,
Yulia Oen
Artikel Terkait
Presuposisi Teologi
Firman Menjadi Daging (1)
"Ekklesia" -- Gereja
407 |TEOLOGI REFORMED
Spiritualitas Injili: Suatu Tinjauan Ulang
Firman Menjadi Daging (2)
Pemeliharaan Selamanya
Gereja; Mau Kemana? Konservatif dan Radikal
Penulis:
Pdt. Dr. Stephen Tong
Edisi:
053/VIII/2004
Isi:
Catatan: Renungan ini ditranskrip dan diedit kembali dari khotbah Pdt.
Dr. Stephen Tong di Mimbar Gereja Reformed Injil Indonesia di Jakarta.
Kitab Roma 11:36 ini dikhotbahkan sebanyak 4 kali. Renungan ini
merupakan khotbah keempat dari 4 seri itu.
"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya." (Roma 11:36)
´Glory to God´ menjadi satu istilah, satu pemikiran yang begitu unik di
dalam kekristenan dan tidak ditemui pada agama-agama lain. Agama lain
lebih merasa takut kepada Tuhan, karena ilah mereka memberikan unsur
kontrol kepada kepribadian. Tetapi dalam kekristenan tidaklah demikian.
Dalam Kitab Yesaya 43:7 dikatakan dengan jelas, "Semua orang yang
disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku." We
are created in order to glorify God, we are created for His own glory.
Sebab itu, di dalam diri manusia, kita melihat peta dan teladan Tuhan,
yaitu pancaran kemuliaan Tuhan yang mewakili sang Pencipta.
408 |TEOLOGI REFORMED
Apakah arti kemuliaan Tuhan itu? Kemuliaan merupakan satu hal yang
abstrak. Jika dilihat dari ´linguistic philosophy´, kemuliaan itu tidak bisa
diuji dan diverifikasikan di dalam laboratorium, sehingga tidak perlu
banyak dibicarakan. Tetapi justru pada waktu tua, Ludwig Wittgenstein
sendiri menarik kembali sedikit pikiran yang ditulis olehnya.
Istilah kemuliaan memang abstrak, tidak konkret, dan tidak berwujud.
Tetapi, kemuliaan merupakan satu hal yang mau tidak mau akan
mempengaruhi hidup kita. Mengapa kita takut nama kita dicemarkan
oleh orang lain? Mengapa kita takut difitnah orang? Mengapa kalau ada
orang yang salah ketika memberi informasi tentang kita, kita marah?
Mengapa kita selalu membela sesuatu yang seharusnya tidak dirugikan,
tetapi sudah dirugikan? Mengapa kita selalu berdebat? Ini semua karena
ada unsur abstrak, unsur yang melampaui kekonkretan jasmaniah yang
memang berada di dalam kebudayaan. Kita membutuhkan nama baik,
membutuhkan kredibilitas, dan membutuhkan kepercayaan dari orang
lain. Semua itu karena apa? Unsur kemuliaan. Meskipun sama-sama
manusia, tetapi ada yang begitu bercahaya karakternya, ada yang begitu
gelap hidupnya, ada yang begitu menyenangkan orang lain, dan ada yang
membuat orang lain begitu benci, ini semua karena ada unsur abstrak
atau tidak konkret yang ikut berperan di dalam dunia ini. Di dalam dunia
bisnis, modal yang paling besar bukan uang yang Anda pinjam dari bank.
Tetapi, modal yang paling besar adalah kepercayaan dan perasaan
tanggung jawab yang membuat masyarakat mempunyai kesan terhadap
diri Anda. Dengan modal seperti ini, meskipun Anda jatuh, mengalami
musibah kebakaran, atau bangkrut sekali pun, tidak akan menjadi
persoalan. Karena modal Anda adalah kredibilitas. Modal kepercayaan
orang lain terhadap diri Anda, lebih kuat daripada modal yang berupa
rupiah atau dollar. Jadi, yang konkret tidak lebih penting dari yang
abstrak dan yang abstrak jauh lebih berperan daripada yang konkret ini.
Itu sebabnya, kemuliaan justru tidak disangkutpautkan dengan materi.
Orang biasa beranggapan kalau mempunyai giwang dengan berlian yang
409 |TEOLOGI REFORMED
beberapa karat besarnya, atau mempunyai mutiara yang begitu
cemerlang, tentu akan menarik orang, karena itu adalah kekayaan yang
besar. Tetapi tidaklah demikian, kemuliaan tidak terletak pada berlian,
pada perhiasan, atau pada pakaian yang bagus, kemuliaan justru terletak
di dalam unsur abstrak: karakter atau kepribadian seseorang. Itu
sebabnya, kita akan memikirkan tentang kemuliaan.
Kalau kita mengerti tentang kemuliaan, juga secara rohani, barulah kita
merenungkan, mengapa segala kemuliaan harus kembali kepada Tuhan
Allah? Kemuliaan mempunyai substansi yang menjadi pangkalan bagi
penghargaan. Kita menghormati atau menghargai seseorang, justru
karena dibalik orang yang kita hormati itu terdapat suatu substansi
rohaniah yang melampaui nilai jasmani. Dan substansi rohaniah itu
adalah Tuhan sendiri. ´God Himself is the substance and the original
reality of the glory´. Apakah arti kemuliaan? Kemulian berasal dari Tuhan
dan Tuhan sendiri adalah penghargaan yang tertinggi, nilai yang tertinggi,
diri- Nya merupakan sumber segala penghargaan dan kehormatan. Sebab
itu, tatkala manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Alkitab
menulis, "Allah memahkotai manusia dengan kemuliaan dan
kehormatan." Manusia adalah manusia, manusia menjadi manusia, dan
manusia berharkat manusia karena manusia mempunyai kehormatan dan
kemuliaan sebagai mahkota. Mahkota ini berasal dari Tuhan. Itu
sebabnya, Tuhan adalah sumber kehormatan, sumber penghargaan, dan
sumber kemuliaan. Yesus Kristus berkata, "Kemuliaan yang Kuterima,
bukan dari manusia, melainkan dari Allah saja."
Pada waktu Yesus Kristus harus mati di atas kayu salib, pada detik- detik
terakhir yang tercatat dalam Injil Yohanes pasal 13 sampai dengan 15, Dia
berbicara banyak tentang ajaran-ajaran yang penting kepada murid-
murid-Nya. Sedangkan dalam Injil Yohanes pasal 17 merupakan satu-
satunya pasal yang mencatat bahwa Anak Allah yang suci itu berbicara
kepada Allah Bapa yang suci. Semua isi doa itu diwahyukan kepada
manusia. Sebenarnya, apa yang dibicarakan antara Allah Anak, Allah
410 |TEOLOGI REFORMED
Bapa, dan Allah Roh Kudus selalu tidak kita ketahui. Tetapi, Injil Yohanes
pasal 17 merupakan satu-satunya pasal, di mana seluruh pasal, kecuali
kalimat pertama, berisi doa sang Anak kepada Bapa dalam bentuk
literatur manusia, tetapi isinya adalah komunikasi antara Anak dan Bapa.
Dalam pasal itu, kita melihat doa yang luar biasa. Yesus Kristus
mengatakan, "Muliakanlah Aku, sebagaimana Aku di dunia sudah
memuliakan Engkau. Istilah mulia di sini menjadi satu ´mutual
communication´. Tuhan Yesus meminta supaya Bapa memuliakan Dia,
apakah sebabnya? Sebab Dia sudah memuliakan Bapa. Maka, di sini kita
dapat melihat, kemuliaan bersubstansi realita pada diri Bapa. Bapa
menciptakan manusia dan mengutus Yesus ke dalam dunia ciptaan- Nya,
justru untuk menyatakan kemuliaan Bapa itu sendiri. Sebab itu, sesuai
dengan Kitab Yesaya 43:7, eksistensi hidup kita justru untuk memuliakan
Tuhan Allah. Tetapi, hal ini sering tidak kita sadari atau insyafi.
Dalam Injil Yohanes 12:28, Yesus Kristus berkata, "Bapa, muliakanlah
nama-Mu". Maka terdengarlah suara dari surga, "Aku telah memuliakan-
Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi." Suara ini didengar oleh begitu
banyak orang pada waktu itu. Tuhan Allah, sumber kemuliaan
menginginkan manusia untuk memuliakan Dia. Barangsiapa memuliakan
Tuhan, Tuhan rela memuliakan Dia pula.
Kemuliaan bersubstansi Tuhan Allah dan kemuliaan itu diwujudkan atau
dinyatakan, sehingga kemuliaan menjadi suatu dasar kebudayaan,
kredibilitas kepribadian, dan keagungan dari pada sejarah dan
pemancaran moral. Kemuliaan itu diwujudkan melalui beberapa tahap:
Allah menyatakan kemuliaan-Nya melalui inkarnasi.
Selain penciptaan, di mana Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk
menyatakan kemuliaan-Nya, pernyataan kemuliaan yang paling konkret
di dalam sejarah adalah melalui inkarnasi. Dari Injil Yohanes 1:14,18, kita
melihat: pertama, substansi kemuliaan adalah Allah sendiri. Pernyataan
411 |TEOLOGI REFORMED
kemuliaan, pertama-tama dapat kita lihat di dalam inkarnasi, yaitu Kristus
menjadi manusia. Allah datang ke dalam dunia manusia, Roh menjadi
daging, yang tidak kelihatan sekarang menjadi kelihatan, dari dunia
mutlak masuk ke dalam dunia relatif, ´from the invisible world, He come
into visible realm, to become man´. Dia menjadi manusia. Di sini
dikatakan, kita sudah melihat kemuliaan Allah di dalam diri Kristus, Anak
Allah yang tunggal yang dikaruniakan kepada manusia. Dalam ayat 18
dikatakan, "Tidak ada orang yang pernah melihat Allah, hanya Kristus,
Anak tunggal Allah, yang berada di dalam pangkuan Allah itu,
menyatakan Tuhan Allah kepada kita." Baca lagi, Kitab Ibrani 1:1-3. Ayat
yang paling jelas, menjelaskan siapakah Kristus di dalam alam semesta;
´the cosmic Christ, not only the historical Christ, not only the Christ in the
church´. Kita melihat Kristus, jauh lebih besar daripada apa yang kita
tahu.
Di University of Iowa, saya memberi judul khotbah saya, ´How big is
Christ?´ Pada waktu mereka mendengar judul itu, mereka kaget,
mengapa judul khotbah ini "Berapa Besarnya Kristus?" Saya berkata
kepada mereka, berapa besar menurut pengertian Anda, akan
mempengaruhi iman dan nilai hidup dalam seumur hidup Anda. Seluruh
hidup Anda akan ditetapkan penilaiannya dengan pengertianmu tentang
berapa besar Kristus, ´Christ is always bigger than you can imagine´,
Kristus selalu lebih besar daripada apa yang bisa kita bayangkan. Kalau
kita mengira Kristus sedemikian besar, Dia lebih besar daripada itu. Di sini
kita melihat, ´the biggest posibility of understanding Christ´. Siapakah
Kristus?
Kristus ditetapkan berhak mewarisi sesuatu.
Kristus ditetapkan menjadi pencipta segala sesuatu.
Kristus ditetapkan menjadi penopang segala sesuatu.
412 |TEOLOGI REFORMED
Segala sesuatu bersandar kepada Kristus, segala sesuatu diciptakan oleh
Dia, dan segala sesuatu pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
Kitab Ibrani 1:1-3 ini adalah ayat yang supplementary bila dibandingkan
dengan Roma 11:36. "Nya" di sini adalah Tuhan Allah, yang di dalam
Kristus. Maka, saya memberikan judul pada ayat-ayat ini: ´Christ in the
Cosmic Christ´; Kristus adalah Kristus kosmos, Kristus alam semesta,
Pencipta alam semesta, Penopang alam semesta, dan Pewaris alam
semesta. Segala sesuatu adalah dari Dia, segala sesuatu bersandar
kepada Dia, dan segala sesuatu kembali kepada Dia. Puji Tuhan!
Di sini kita dapat melihat bahwa Dia adalah cahaya dari kemuliaan Allah
dan gambar wujud Allah, yaitu ´the visible glory and the visible light of
the invisible God´; Allah berada di dalam cahaya yang tidak kelihatan,
tetapi Kristus adalah cahaya Allah yang dapat kita lihat. Umpama saya
bertanya kepada Saudara, pernahkah Saudara melihat matahari? Saudara
akan menjawab, setiap hari saya melihat matahari, bahkan sejak kecil
saya sudah melihatnya. Saya bertanya lagi, sanggupkah Saudara menatap
matahari? Saudara mulai merasa ragu, apa maksud pertanyaan ini?
mengapa Anda menanyakan hal ini? Saya berkata, Saudara belum pernah
melihat matahari secara langsung. Dari ketiga pertanyaan tadi,
pernahkah melihat matahari? Betulkah Saudara sudah melihatnya?
Saudara belum pernah melihat langsung, tapi Saudara pasti tahu, ada
suatu rahasia dibalik pertanyaan itu. Sebenarnya, kita tidak pernah
melihat matahari, kita hanya melihat cahaya matahari. Yang kita lihat
bukan mataharinya, tapi cahayanya. Kita belum pernah melihat matahari,
kita hanya melihat satu substansi yang bercahaya begitu jelas, waktu kita
melihat, kita tahu itu matahari, padahal yang kita lihat bukan elemen dari
matahari sendiri, namun hanyalah cahaya yang mengeluarkan sinar, yang
bersumber dan beradiasi dari matahari. Itu sebabnya, ´no one can see
God´, tak seorang pun yang bisa melihat Allah, yang kita lihat adalah
cahaya Allah itu sendiri. Ayat tadi mengatakan, "Dia adalah cahaya
413 |TEOLOGI REFORMED
kemuliaan Allah, dan gambar wujud Allah", itu sebabnya kita masuk ke
bagian lebih yang dalam.
Pada waktu inkarnasi itu sudah terjadi, maka keberadaan Yesus, itu
adalah wujud yang konkret, wakil yang mewakili kemuliaan Allah. Sebab
itu, Yesus Kristus berani mengatakan satu kalimat, yang belum pernah,
tidak mungkin, tidak akan pernah mungkin, tidak ada yang berani atau
boleh diucapkan oleh siapa pun di dalam sejarah. "Kamu melihat Aku,
bukan melihat Aku, melainkan melihat Dia, yang mengutus Aku." Adakah
orang lain yang pernah mengatakan, "Kamu melihat aku, bukan melihat
aku, melainkan melihat presiden Soeharto?" Tidak ada orang yang berani
mengatakan hal itu, karena orang yang mengatakan hal itu bukan
presiden Soeharto. Tetapi, Yesus berani mengatakan kalimat itu. Ini
merupakan satu lompatan yang luar biasa. Dari fenomena agama umum,
orang Yahudi tak mungkin pernah mengerti kalimat itu. Karena mereka
tahu, Allah tidak bisa dilihat. Saat manusia melihat Allah dengan mata
jasmani, saat itu pula manusia mati. Inilah pengertian orang Yahudi. Itu
sebabnya, waktu Yesus mengatakan kalimat itu, mereka mengatakan Dia
kurang ajar dan menghujat Allah. Padahal, Yesus Kristus tidak menghujat
Allah. Tetapi Dia mengatakan satu fakta, karena Dia adalah satu- satunya
cahaya kemuliaan Allah, satu-satunya wujud Dia, Dia adalah satu-satunya
cahaya kemuliaan Allah, satu- satunya wujud substansi Allah, dan satu-
satunya yang bisa menyatakan Allah yang tidak tampak. Kristus adalah
wakil Allah di dalam dunia.
Yesus Kristus berkata lagi, "Kamu percaya kepada-Ku, bukan percaya
kepada-Ku, melainkan percaya kepada Dia yang mengutus Aku." Aku
mewakili Allah. Inilah cahaya kemuliaan. Goethe, seorang Jerman, waktu
dia muda, dia patah hati dan ingin bunuh diri, tetapi tidak jadi. Dia
menuliskan niatnya ketika hendak bunuh diri ke dalam satu buku. Buku
itu dicetak dan dalam 6 bulan, lebih dari 200 orang yang membaca buku
itu bunuh diri. Lalu selama puluhan tahun, dia menyusun sebuah buku
yang berjudul "Force" untuk menyatakan seluruh filsafat hidupnya dan
414 |TEOLOGI REFORMED
akhirnya harus diakui, ´no one can surpass Jesus´, biar kebudayaan
manusia terus maju, tidak akan mungkin melampaui orang Nazaret itu,
tidak mungkin melampaui moral dan kemuliaan Yesus yang dicatat di
dalam keempat Injil.
Waktu saya membaca kalimat itu, saya sangat tergerak. Goethe, orang
yang besar, yang hidup sezaman dengan Beethoven, Mendelssohn.
Beethoven mati terlebih dulu dan dia masih hidup. Dia memanggil
Mendelssohn ke rumahnya untuk memainkan piano, musik yang
terbesar, yang pernah diciptakan di dalam sejarah. Mendelssohn yang
muda menabuh dari Bach sampai pada Mozart, Haydn, Bethoven I, II, III,
dan IV. Sampai Mendelssohn memainkan Beethoven symphoni V, baru
selesai movement pertama, Goethe mengatakan, "Sudah Mendelssohn,
stop jangan mainkan lagi." Mengapa? Karena waktu kau memainkan
Beethoven V, sejahtera yang saya pupuk dan saya latih melalui meditasi
dan lain-lain sejak saya muda, langsung hilang semuanya. Kamu telah
mengacaukan sejahteraku. Apa artinya? Sejahtera manusia tidak bisa
bertahan, hanya sejahtera yang dari Tuhan yang dapat bertahan. Waktu
dia sudah tua, dia mengira sudah melatih sifat manusianya dan sudah
sukses. Justru saat itulah, dia sama sekali gagal. Pada waktu Kristus akan
dibunuh di atas kayu salib, Dia mengatakan, "Aku memberikan sejahtera-
Ku kepadamu, dan sejahtera yang Kuberikan kepadamu, tidak mungkin
diberikan oleh orang lain." Yesus mati dengan sejahtera, Yesus bangkit
dengan sejahtera, setelah bangkit Dia mengatakan, "peace on you".
Goethe mengetahui, ´no one can surpass Jesus´, tidak ada orang seperti
Yesus, maka dia menuliskan, "Biar pun kebudayaan kebudayaan manusia
terus maju, tak mungkin melampaui kemuliaan yang pernah dipancarkan
Kristus."
Kemuliaan yang bagaimana yang dipancarkan Yesus? Tema ini
membutuhkan penguraian yang lebih panjang lagi. Tetapi secara singkat,
saya berkata kepada Saudara, "Kemuliaan dipancarkan melalui hidup-
Nya, melalui sengsara-Nya." Pada waktu Dia diumpat, difitnah, Dia sangat
415 |TEOLOGI REFORMED
tenang. Kemuliaan Yesus, kemuliaan Ilahi mutlak dan tidak terbatas.
Perhatikan teladan Yesus yang menyatakan kemuliaan Allah, pernah
dinyatakan sampai puncaknya secara konkret di Alkitab. Injil Matius
17:2 mengatakan, "Wajah-Nya seperti matahari, pakaian-Nya seperti
terang yang besar." Di dalam Alkitab, hal seperti ini pernah terjadi 3 kali:
Pertama kali, waktu Yesus masih hidup di dunia. Kedua, waktu Dia
memanggil Paulus. Lalu ketiga, waktu Dia menyatakan diri kepada
Yohanes, rasul termuda di pulau Patmos. Ketiga-tiganya memberikan
satu kesan bahwa Dia lebih bercahaya dibanding dengan matahari,
sehingga pada waktu siang hari, waktu paling terang, Paulus justru
melihat cahaya yang lebih terang daripada matahari. Bukan saja
demikian, Yohanes melihat, Dia mempunyai mata seperti api yang
menyala-nyala. Yesus Kristus adalah kemuliaan yang diwujudkan di dalam
dunia. Pada waktu Petrus tua, dia melukiskan istilah kemuliaan hanya
satu kali saja, istilah yang luar biasa berbeda dengan semua istilah yang
ada di dalam Kitab Suci. 2Petrus 1:16, dalam terjemahan bahasa
Indonesia "kebesaran- Nya", tetapi dalam bahasa Inggris "His majesty",
dalam bahasa Mandarin, kemuliaan yang sangat serius dan berwibawa.
Kata ´majesty´ dipakai untuk melukiskan keagungan seorang raja. Pada
waktu Petrus menulis ayat ini, dia membandingkannya dengan berita
isapan jempol. Ia berkata, "Karena kami pernah melihat dengan mata
sendiri, satu ´majesty´ atau kemuliaan yang dahsyat dari Tuhan sendiri."
Mengapa Petrus yang menuliskan hal ini? Karena Petrus, Yakobus, dan
Yohanes tiga orang yang pernah melihat Yesus Kristus menyatakan
kemuliaan Allah, melalui perubahan wajah; transfiguration; ´change His
figure´. Bukan saja demikian, kita juga dapat membaca dari Wahyu 1:16-
17, Kristus menyatakan diri dengan begitu mulia.
Apa yang disebut dengan kemuliaan Allah?
Pertama, kemuliaan Allah di dalam diri Kristus melalui inkarnasi. Kedua,
kemuliaan Allah di dalam anugerah penebusan. Ini merupakan kemuliaan
yang paling puncak, yang boleh kita terima di dalam pengalaman kita
416 |TEOLOGI REFORMED
masing-masing. Kita bukan hanya mengenal Dia, tetapi kita mengalami.
Kita bukan hanya mengetahui Dia, tetapi kita memiliki Dia melalui
anugerah kemuliaan. Baca Efesus 1:6. "Kasih karunia yang mulia atau
anugerah kemuliaan Tuhan. Apakah ini? Ini adalah kemuliaan yang
bersifat paradoks. Anugerah kemuliaan di dalam penebusan itu bersifat
paradoks artinya, justru semua kemuliaan itu tersimpan. Hal ini, dalam
theologia Martin Luther disebut sebagai ´the hiddeness of God´: suatu
ketersembunyian dari Tuhan Allah. Martin Luther menggambarkan dua
macam hal yang kita kenal tentang Kristus, ´the glory of Christ and the
cross of Christ´. Kita harus mengerti mengenai Kristus yang tersalib dan
Kristus yang mulia. Banyak orang hanya mau Kristus yang mulia, tetapi
tidak mau Kristus yang tersalib. Martin Luther mengatakan, "Dua-duanya
penting. Sebagaimana kita menyaksikan bulan, yang menghadapkan kita
pada satu aspek, sedangkan aspek yang lain tidak pernah bisa kita lihat,
kecuali kita melintasinya dengan roket yang melebihi tempat itu, barulah
kita bisa melihat belakangnya." Demikian juga Allah menyatakan kepada
kita, aspek-aspek yang rela Dia wahyukan, tetapi aspek yang tidak
dinyatakan, kita tidak tahu itu. Itu disebut sebagai ´the hiddenness of
God´.
Perhatikan, kemuliaan Allah yang kita lihat adalah Kristus yang menjadi
contoh teladan moral dan hidup yang mewakili Allah di dalam dunia ini
dan yang dahsyat kemuliaan-Nya, yang pernah Dia nyatakan kepada tiga
orang murid-Nya dan Paulus. Tetapi kita mau melihat sifat paradoks dari
aspek yang lain, yaitu kemuliaan yang terembunyi. Ketika raja menutup
pakaian kerajaannya dengan pakaian pengemis, jangan Anda kira bahwa
dia adalah seorang pengemis. Biar pun secara lahiriah, dia seorang yang
miskin, tetapi dia adalah tetap seorang raja yang berhak duduk di atas
tahta. Demikian juga pada waktu kita melihat kemuliaan yang
tersembunyi, itu berarti kemuliaan paradoks. Pada waktu Yesus dipaku di
atas kayu salib, di manakah kemuliaan Allah? Tidak ada. Pada waktu itu,
seluruhnya sudah menjadi tertutup, kebijaksanaan dan kuasa-Nya tidak
417 |TEOLOGI REFORMED
kelihatan dan segala kemungkinan kemuliaan sudah tertudung, sehingga
orang melihat salib, tempat yang bukan menyatakan kemuliaan,
melainkan tempat yang memalukan. Orang yang dipaku di atas kayu
salib, pakaiannya dilepas, mungkin hanya sisa satu helai kain untuk
menutupi kemaluannya, seluruh tubuh ditelanjangi dan dipamerkan di
atas kayu salib. Itu adalah tempat yang sangat memalukan, tetapi Allah
justru menyatakan bahwa inilah anugerah kemuliaan
(bandingkan 1Korintus 1:25). Pada waktu kita tidak melihat kemuliaan
Allah, tidak melihat pertolongan Allah, pada saat kita melihat hal
demikian di bukit Golgota, justru Tuhan mengatakan, "Open your inner
eyes, look penetrate into all the bondage, and you should understand
more than just superficial fenomena. Then look at the inner side: the
glory of God." Kemuliaan penebusan adalah kemuliaan yang ditudung
anugerah yang tersembunyi, yaitu kemuliaan yang menjadi ujian bagi
iman seluruh umat manusia. Puji Tuhan!
Maafkan saya sekali lagi untuk mengatakan kalimat yang saya ucapkan
dua tahun yang lalu, bahwa di dalam seluruh Kitab Suci, saya percaya
orang yang imannya paling besar, bukan Paulus atau Petrus, melainkan
perampok yang diselamatkan di atas kayu salib. Saya tercengang, apakah
yang menyebabkan dia mempercayai Kristus? Kalau Petrus, Paulus, atau
orang lain percaya Yesus adalah Kristus karena mereka melihat sesuatu
yang agung, bukan ´the hidden side´, tapi ´the expose side´, bukan pada
anugerah yang paradoks, tapi pada anugerah yang dipancarkan, yang
kelihatan. Namun, perampok itu sama sekali tidak melihat apa-apa dalam
diri Yesus Kristus, dia hanya melihat Yesus yang mengalirkan darah,
menerima ketidakadilan, disiksa, menderita, tidak bisa membalas, tidak
bisa berbuat apa- apa, dicemooh, dipaku, dihina, dan dibuang. Tetapi dia
mempunyai iman, yang melampaui fenomena, yang menembus
paradoks, langsung menanamkan imannya di dalam esensi yang melebihi
lahiriah. Kalau Anda bertanya kepada perampok itu, mengapa Anda
percaya kepada Yesus Kristus? Dia akan menjawab, saya tidak melihat
418 |TEOLOGI REFORMED
kedahsyatan kemuliaan yang dinyatakan, justru saya melihat ke dalam
sumsum, yang berada di balik penderitaan yang besar itu.
Dengan apa kita memuliakan Allah?
Sekarang, kita masuki bagian terakhir, saya akan membahas dengan
ringkas, dengan apa kita memuliakan Allah?
Dengan hidup yang ada, hidup yang diciptakan.
Dengan pengalaman penebusan, kita memuliakan Allah.
Dengan perbuatan dan kesempatan untuk bersaksi (Matius 5:13-16).
Di dalam kesengsaraan dan dengan mulut kita.
Kita perlu menderita bagi Tuhan supaya bisa mendapat kemuliaan. Sebab
itu, waktu kita menderita bagi Tuhan, biarlah kita memakai mulut kita
untuk memuliakan Allah. Pada waktu penganiayaan, kita tetap harus
memuliakan Allah. Puji Tuhan! Ia ada dalam seumur hidup kita, kita harus
memuliakan Allah.
Siapakah orang yang memuliakan Allah? Mungkin Saudara berkata,
orang-orang yang pandai menyanyi atau yang sering berkhotbah. Jika
hanya orang yang berkhotbah dan yang menyanyi, yang memuliakan
Allah, maka hanya segelintir orang Kristen di mimbar saja yang bisa
memuliakan Allah. Setiap orang Kristen dapat memuliakan Allah dengan
kesaksiannya. Masyarakat mengetahui bahwa kita adalah orang Kristen,
kita tidak bisa omong kosong saja, kita harus melakukan semuanya
dengan baik untuk memuliakan nama Tuhan.
Ayat ini mudah kita baca, namun masyarakat akan mempermalukan Allah
Saudara karena hidup Saudara yang sembrono. Saudara harus
memuliakan Allah di dalam usaha Saudara, di dalam keluarga Saudara,
dan di dalam pergaulan Saudara (el).
419 |TEOLOGI REFORMED
Sumber:
Sumber diambil dari:
Judul Buku : Momentum 28 Desember 1995 -- Buletin
Judul Artikel : Kemulian bagi Allah
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerjemah : -
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995
Halaman : 3 - 11
"Ekklesia" -- Gereja Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Saya terkesan sekali dengan penjelasan John Stott tentang gereja, karena
beliau memaparkannya dengan sangat jelas dan tepat. Separuh dari
artikel ini berbicara tentang pengertian gereja yang diambil dari Alkitab,
bahwa umat Allah yang dipanggil keluar ini adalah untuk menjadi satu
tubuh yang tidak lagi membedakan suku bangsa, tingkatan, ataupun jenis
kelamin. Namun pada kenyataannya, sering kali gereja justru
menciptakan perbedaan-perbedaan baru. Karena itu dengan berani John
Stott tanpa ragu berkata, "menafsirkan gereja dipandang dari segi
pembedaan kasta yang memberikan hak istimewa kepada golongan
pendeta atau struktur yang bersifat hierarki telah menghancurkan
doktrin Perjanjian Baru mengenai gereja."
420 |TEOLOGI REFORMED
Sebaliknya, jemaat yang mengingkari tanggung jawab untuk melayani,
bersaksi, dan memenangkan jiwa bagi Kristus, tetapi menyerahkan tugas
itu hanya kepada pendeta saja juga salah. John Stott menyimpulkan,
"Allah memanggil pendeta untuk suatu tugas yang penting, namun
kedudukan mereka harus selalu tunduk kepada gereja secara
keseluruhan, sebagai persekutuan yang ditebus oleh Allah sendiri. Kaum
awam hanya akan menemukan tempat mereka yang sesungguhnya jika
kebenaran yang sederhana ini disadari, yakni pendeta berada di tengah-
tengah mereka untuk melayani gereja, bukannya gereja melayani
pendeta."
Memang kebenaran yang dipaparkan oleh John Stott itu cukup keras, dan
mungkin sulit diterima oleh mereka yang sudah terbiasa hidup dalam
gereja yang sangat meninggikan kedudukan pendeta. Akan tetapi marilah
kita menerima kebenaran ini sebagai koreksi Allah atas gereja-Nya supaya
gereja-Nya semakin tunduk pada kehendak-Nya, sang Pemilik gereja.
In Christ,
Yulia
< yulia(at)in-christ.net >
http://reformed.sabda.org
http://fb.sabda.org/reformed
Artikel Terkait
Teologia Reformed dan Relevansinya bagi Gereja Masa Kini
Roh Kudus dan Alkitab
Inti Kekristenan
Karya Roh Kudus dalam Mematikan Dosa
Apakah Tujuan Kematian Kristus?
421 |TEOLOGI REFORMED
Bimbingan dan Rencana Allah (1)
Gereja Beraliran Teologi Reformed
Penulis:
John Stott
Edisi:
121/V/2010
Tanggal:
26-5-2010
Isi:
"Ekklesia" -- Gereja
(Oleh: John Stott)
Pertanyaan yang harus kita ajukan sebelum kita mulai ialah: Apakah
gereja itu sebenarnya?
Gereja adalah jemaat, suatu perhimpunan orang yang memperlihatkan
eksistensi, solidaritas, yang berbeda dari perhimpunan-perhimpunan lain
untuk satu hal, yakni "panggilan Allah".
Semua itu dimulai dari Abraham, yang dipanggil Allah untuk
meninggalkan negerinya sendiri dan keluarganya. Allah berjanji kepada
Abraham bahwa ia akan diberikan negeri dan kaum keluarganya akan
menjadi suatu bangsa yang besar, dan melaluinya segala bangsa di muka
bumi ini akan diberkati. Berulang kali perjanjian anugerah ini ditegaskan
kepada Abraham, yakni melalui keturunannya semua bangsa di bumi
akan diberkati.[1]Janji ini selanjutnya ditegaskan kepada Ishak, dan
422 |TEOLOGI REFORMED
kepada Yakub. Tetapi Yakub meninggal di dalam tawanan. Demikian juga
anaknya yang terkenal, Yusuf.
Memang, di akhir kitab Kejadian dijelaskan bahwa sesudah Yusuf
meninggal dunia, mayatnya dibalsam dan "ditaruh dalam peti mati di
Mesir." (Kejadian 50:26) Namun langkah-langkah pertama menuju
penggenapan janji Allah baru terjadi ketika Ia, melalui Musa, dari
keturunan Lewi bin Yakub, menyelamatkan bangsa itu dari perbudakan.
"Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku
itu." (Hosea 11:1) Tiga bulan sesudah keluar mereka memasuki padang
gurun Sinai, dan Tuhan memerintahkan Musa untuk mengatakan kepada
bangsa itu:
"Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan
bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan
membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh
mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu
akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa,
sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku
kerajaan iman dan bangsa yang kudus." (Keluaran 19:4-6)
Maka perjanjian disahkan, hukum diberikan, kemah suci didirikan, dan
ibadah dimulai. Kemudian tanah perjanjian ditaklukkan, dan setelah itu
pemerintahan diteguhkan. Tetapi semuanya itu berakhir dengan
malapetaka. Umat Allah melanggar perjanjian-Nya, menolak hukum-Nya,
dan meremehkan nabi-nabi-Nya, sehingga tidak ada pertolongan bagi
mereka. Penghukuman Allah ditimpakan atas mereka, dan penawanan
kedua (ke Babel) dimulai.
Namun Allah tidak membiarkan umat-Nya. Pada waktunya, sesuai
dengan janji-Nya, Ia akan memberkati mereka. Ia memanggil mereka
keluar dari Babel -- sebagaimana Ia telah memanggil mereka keluar dari
Mesir -- serta mengembalikan mereka ke tanah air mereka sendiri.
Seperti yang dikatakan Allah melalui Yeremia:
423 |TEOLOGI REFORMED
"Sebab itu, demikianlah firman Tuhan, sesungguhnya waktunya akan
datang, bahwa tidak dikatakan orang lagi: Demi Tuhan yang hidup yang
menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir!, melainkan: Demi Tuhan
yang hidup yang menuntun orang Israel keluar dari tanah utara dan dari
segala negeri kemana Ia telah mencerai-beraikan mereka! Sebab Aku
akan membawa mereka pulang ke tanahyang telah Kuberikan kepada
nenek moyang mereka." (Yeremia 16:14-15)
Tetapi Allah juga telah menjanjikan bahwa melalui umat-Nya Ia akan
memberkati semua bangsa di dunia; dan ini digenapi melalui Kristus.
Sebab panggilan Allah -- mula-mula kepada keluarga Abraham dari Ur dan
dari Haran untuk memasuki tanah Kanaan, kemudian terhadap keturunan
Yakub dari Mesir, dan setelah itu terhadap sisa-sisa suku Yehuda dari
Babel -- semuanya memberikan bayangan akan suatu panggilan yang
lebih baik, penebusan yang lebih besar, dan warisan yang lebih
berlimpah. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, Allah bermaksud
memanggil keluar dari dunia ini suatu umat pilihan bagi diri-Nya sendiri,
menebus mereka dari dosa, dan membuat mereka mewarisi janji-janji
keselamatan-Nya.
Maka gereja adalah umat Allah, "ekklesia"-Nya, yang dipanggil keluar dari
dunia ini untuk menjadi milik-Nya, dan eksis sebagai entitas yang
sungguh-sungguh ada dan terpisah, semata-mata hanya karena
panggilan- Nya. Perjanjian Baru sangat menuntut serta menekankan hal
ini. Allah telah memanggil kita "kepada persekutuan dengan Anak-Nya
Yesus Kristus, Tuhan kita," memanggil kita "menjadi milik Kristus". (1
Korintus 1:9, Roma 1:6) Panggilan ilahi ini adalah suatu "panggilan
kudus". (2 Timotius 1:9, 1 Tesalonika 4:7) Allah memanggil kita untuk
hidup kudus karena Dia adalah Allah yang kudus, dan "supaya hidup [kita]
sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan
itu" (1 Petrus 1:15,16; Efesus 4:1), sehingga dengan kuasa penyucian dari
Roh Kudus kita boleh berubah di dalam karakter dan tingkah laku sesuai
424 |TEOLOGI REFORMED
dengan status kita, yakni sebagai "orang-orang kudus", yang berbeda,
terpisah; umat yang dikuduskan bagi Allah.[2]
Namun, panggilan itu tidak dimaksudkan agar gereja menarik diri keluar
dari dunia kepada kehidupan pietisme. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Uskup Lesslie Newbigin, "Gereja ... adalah sekelompok musafir yang
sedang dalam perjalanan menuju akhir dari dunia dan waktu." Dan pula,
gereja merupakan khafilah umat Allah. Mereka sedang bergerak --
bergegas menuju akhir dari dunia ini dan memohon agar semua orang
didamaikan dengan Allah, dan bersegera menuju akhir waktu untuk
menjumpai Tuhannya yang akan mengumpulkan semua orang menjadi
satu.
Itulah sebabnya, lebih lanjut Newbigin mengemukakan, "Gereja tidak
mungkin dimengerti secara tepat kecuali di dalam suatu sudut pandang
misioner dan eskatologis sekaligus."[3] Oleh karena itu, penulis- penulis
Perjanjian Baru mengemukakan, Allah yang telah memanggil kita keluar
dari dunia ini telah mengutus kita kembali ke dalam dunia:
"Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus,
umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-
perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9)
Dia juga telah memanggil kita sebagaimana Kristus telah menderita
karena perlakuan yang tidak adil di dunia ini, dan melalui penderitaan-
Nya Dia telah memanggil kita "kepada kemuliaan-Nya yang kekal dalam
Kristus." (1 Petrus 2:20,21; 5:10)
Demikianlah gereja, umat Allah, yang dipanggil keluar dari dunia bagi Dia
sendiri, dipanggil untuk suatu misi, dipanggil untuk menderita, dan
dipanggil melalui penderitaan kepada kemuliaan.
Gereja Allah adalah Gereja yang Esa
425 |TEOLOGI REFORMED
Panggilan terhadap gereja ini juga merupakan panggilan terhadap
seluruh gereja dan setiap anggota dari gereja, tanpa suatu perbedaan
atau pembagian apa pun. Sebelumnya, panggilan Allah hanya ditujukan
kepada Abraham dan keturunannya, yang secara jasmaniah adalah
bangsa Israel, sedangkan bangsa-bangsa non-Yahudi "tidak termasuk
kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan
yang dijanjikan." (Efesus 2:12) Namun sekarang janji kepada Abraham itu
telah menjangkau dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain juga.
Maka Paulus menuliskan kepada jemaat di Efesus:
"Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu `jauh`, sudah
menjadi `dekat` oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita,
yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan
tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan matinya sebagai
manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan
ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru
di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan
untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah
oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu." (Efesus 2:13-
16)
Kita tidak boleh menghilangkan penjelasan Rasul Paulus mengenai
peniadaan dan penciptaan ini. Allah telah meniadakan (menghapuskan)
aspek dari hukum Taurat itu yang telah membuat Israel menjadi bangsa
yang terpisah, dan Dia menciptakan "seorang manusia baru."
Umat manusia yang baru ini, yakni gereja, merupakan perkumpulan yang
mengagumkan dan meliputi banyak hal. Kristus telah meniadakan lebih
dari sekadar penghalang-penghalang kesukuan dan kebangsaan; Dia telah
menghapuskan juga penghalang-penghalang kelas dan gender: "... tidak
ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus Yesus." (Galatia 3:28) Hari-hari diskriminasi telah
426 |TEOLOGI REFORMED
berlalu. Umat Kristus yang baru telah diciptakan di dalam gereja tanpa
memedulikan perbedaan suku bangsa, tingkatan, ataupun jenis kelamin.
Ini tidak berarti bahwa persamaan di dalam kekristenan itu sinonim
dengan anarki -- sebab Paulus juga mengimbau para istri agar taat
terhadap suaminya dan budak-budak tunduk terhadap tuannya, tetapi
lebih berarti bahwa segala hak istimewa dan berkat rohani di hadapan
Allah telah dikeluarkan:
"Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani.
Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi
semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru
kepada nama Tuhan akan diselamatkan." (Roma 10:12,13)
Sebagai akibatnya, semua orang Kristen yang percaya, baik Yahudi
maupun non-Yahudi, laki-laki atau perempuan, budak atau orang
merdeka, orang Yunani yang terpelajar atau orang barbar yang tidak
beradab adalah "kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-
anggota keluarga Allah", dan juga "ahli-ahli waris dan anggota-anggota
tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus karena
berita Injil." (Kolose 3:11, Efesus 2:19, 3:6) Di dalam ayat-ayat ini Paulus
memakai empat kata majemuk dari bahasa Yunani yang kemudian
diterjemahkan menjadi "para kawan sewarga" ("sumpolitai"), "para ahli
waris" ("sugkleronoma"), "para anggota" ("sussoma"), dan "para
pengambil bagian" ("summetocha")[4] untuk menegaskan dengan sejelas
mungkin mengenai partisipasi umum yang tidak boleh dibeda-bedakan
dari seluruh umat Allah dalam segala berkat yang terdapat di dalam Injil.
Paulus juga mengajarkan kebenaran yang sama dalam daftar kesatuan
yang dibuatnya:
"Hanya ada satu tubuh dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil
kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu
Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah
yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua." (Efesus 4:4-6)
427 |TEOLOGI REFORMED
Tetapi apakah kaitan atau hubungan antara hal ini dengan buku
mengenai kaum awam? Mengapa saya berpikir bahwa penting sekali bagi
kita untuk mempertegas kembali mengenai peniadaan hak istimewa dan
penciptaan satu umat yang baru dengan persamaan hak ini? Masalah
sebenarnya dalam sistem yang membedakan antara pendeta dengan
kaum awam nampaknya hanya sebagai usaha menentang dasar
kesamaan dan kesatuan umat Allah. Hal yang senantiasa dilakukan sistem
ini, yakni memusatkan kekuasaan dan hak istimewa di tangan pendeta,
telah menyembunyikan, bahkan membinasakan hakikat kesatuan umat
Allah.
Kedua pihak yang telah disatukan oleh Kristus dipisahkan menjadi dua
lagi oleh pemikiran sistem ini, yang satu lebih tinggi dan yang lainnya
lebih rendah, yang satu aktif dan yang lainnya pasif, yang satu benar-
benar penting karena sangat diperlukan bagi kehidupan gereja, yang
lainnya tidak terlalu diperlukan sehingga tidak terlalu penting. Saya tidak
ragu-ragu mengatakan bahwa menafsirkan gereja dipandang dari segi
pembedaan kasta yang memberikan hak istimewa kepada golongan
pendeta, atau struktur yang bersifat hierarki, berarti menghancurkan
doktrin Perjanjian Baru mengenai gereja.
Tetapi kita memunyai kebebasan menafsirkan gereja dipandang dari
sudut pandang seorang pendeta, dan mudah sekali bagi orang-orang
yang berpikiran demikian tergelincir ke dalam pola pemikiran di atas.
Untuk memaparkan hal ini, kita akan meninjau kembali beberapa
penggambaran penting berdasarkan Alkitab mengenai gereja. Kita tidak
dapat melakukan pemeriksaan secara lengkap dan mendalam, tetapi
pemeriksaan kita akan cukup untuk membuktikan hal ini: setiap
gambaran Alkitab mengenai gereja memberikan iluminasi mengenai
hubungan antara umat Allah dengan Allah sendiri di dalam Kristus
dan/atau dengan sesamanya. Hanya sedikit perhatian diarahkan kepada
golongan pendeta sebagai pihak ketiga yang berbeda dari yang lainnya.
Dengan kata lain, dalam pemaparan sifat dan tugas gereja, kebanyakan
428 |TEOLOGI REFORMED
pokok pikiran Perjanjian Baru bukanlah mengenai kedudukan pendeta,
juga bukan tentang hubungan antara pendeta dan kaum awam,
melainkan mengenai keseluruhan umat Allah dalam hubungan mereka
dengan Dia dan antara satu dengan yang lain; umat yang khusus yang
telah dipanggil oleh anugerah-Nya untuk menjadi ahli waris-Nya serta
duta-Nya di dunia.
Kiasan-Kiasan tentang Gereja
Tiga di antara gambaran yang paling indah mengenai gereja dalam
Perjanjian Baru diambil dari Perjanjian Lama. Ketiganya melukiskan umat
Allah sebagai pengantin wanita-Nya, kebun anggur-Nya, dan kawanan
domba-Nya. Semuanya menyoroti hubungan langsung yang telah
diteguhkan Allah dengan umat-Nya dan yang telah mereka nikmati
bersama-Nya.
Allah telah memandang Israel sejak masa mudanya, mempertunangkan
dia dengan diri-Nya sendiri sebagai pengantin perempuan-Nya, untuk
selanjutnya memasuki perjanjian nikah dengan-Nya. (Yehezkiel 16,
Yeremia 2:2, 31:32, Yesaya 62:5) Tetapi kemudian Allah mengeluh
tentang ketidaksetiaan Israel, dan tindakan-tindakan persundalan serta
perzinahannya (Hosea 2).
Allah telah mengambil sebatang pohon anggur dari Mesir dan
menanamnya di Kanaan, sebuah "lereng bukit yang subur." Di sana
pohon itu berakar dan bertumbuh memenuhi negeri itu. Ia mendirikan
sebuah menara jaga di tengah-tengahnya untuk mengawasinya dan
sebuah tempat memeras anggur untuk mempersiapkan panen anggur. Ia
mengharapkan kebun anggur-Nya itu menghasilkan buah anggur yang
baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah-buah anggur yang asam. Maka
Allah membiarkan kebun anggur-Nya diinjak-injak dan ditelantarkan.
Allah menantikan Israel berbuah keadilan, tetapi yang dihasilkannya
adalah buah kelaliman; Dia mengharapkan kebenaran, namun yang ada
hanya keonaran (Mazmur 80:9-20, Yesaya 5:1-7).
429 |TEOLOGI REFORMED
Allah adalah Gembala Israel. Dia menggiring Yusuf bagaikan kawanan
domba. Sebagaimana Dia telah membebaskan mereka dari perbudakan
di Mesir, "mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu
kala", demikian juga sesudah penawanan di Babel Dia akan menghimpun
domba- domba-Nya dalam tangan-Nya, anak-anak domba dipangku-Nya
dan induk- induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati (Mazmur 80:2,
Yesaya 63:9, 40:11).
Setiap gambaran di atas menekankan tindakan langsung dari kehendak
Allah terhadap umat-Nya sebagai satu bangsa, pemerintahan yang
berasal dari-Nya; Ia berinisiatif menyelamatkan mereka. Allah memilih
Israel sebagai pengantin wanita-Nya, Ia menanam dan merawat kebun
anggur-Nya, dan Ia menggembalakan kawanan domba-Nya. Dan ketika
Yesus dengan berani menerapkan kembali kiasan atau gambaran-
gambaran ini untuk diri-Nya, Dia bahkan lebih kuat menekankan
hubungan pribadi yang dimaksudkan oleh masing-masing kiasan itu.
Yesus adalah mempelai laki-laki, dan karena Ia hadir bersama-sama para
tamu maka mereka tidak pantas untuk berpuasa (Markus 2:18-20).
Paulus mengembangkan kiasan ini lebih rinci dengan penjelasan
mengenai kasih dan pengurbanan Kristus bagi gereja. Kepemimpinan-Nya
atas gereja serta tujuan akhir dari gereja ialah supaya gereja ditempatkan
di hadapan-Nya "dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang
serupa." (Efesus 5:27; 5:22-33) Pada akhir kitab Wahyu pertama-tama
kita membaca bahwa "hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan
pengantin-Nya telah siap sedia" dan "kota yang kudus, Yerusalem yang
baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin
perempuan yang berdandan untuk suaminya."(Wahyu 19:7, 21:2)
Yesus mengambil gambaran mengenai kebun anggur di dalam
perumpamaan- Nya mengenai penggarap-penggarap kebun yang jahat
(Markus 12:1-12), namun Dia juga melanjutkan hal itu, sebab Dia
menegaskan bahwa Dia sendirilah pokok anggur yang benar, carang-
430 |TEOLOGI REFORMED
carangnya bergantung kepada-Nya untuk dapat berbuah baik dengan
tetap tinggal di dalam Dia dan juga dengan dibersihkan oleh tukang-
tukang kebun (Yohanes 15:1-8).
Yesus menyebut diri-Nya sendiri "Gembala Yang Baik" yang mencari serta
menyelamatkan domba yang hilang -- sekalipun hanya seekor domba-Nya
yang hilang, yang mempertaruhkan nyawa-Nya demi domba-domba-Nya,
dan yang memimpin mereka ke padang rumput yang segar serta
melindungi mereka dari ancaman serigala (Lukas 15:3-7, Yohanes 10).
Empat kiasan lainnya mengenai gereja yang terdapat di dalam Alkitab
intinya juga mengiluminasikan hubungan yang telah diteguhkan Allah
dengan umat-Nya, sekalipun semuanya itu juga menuntut pengertian
lebih lanjut.
Pertama, umat Allah adalah suatu kerajaan, tempat Allah menjalankan
peraturan-peraturan-Nya; "wilayah kekuasaan-Nya" (Mazmur 114:2).
Pemerintahan teokrasi Israel yang sesungguhnya, yang telah ditolak
ketika bangsa itu menuntut seorang raja seperti yang dimiliki oleh
bangsa-bangsa kafir, telah dipulihkan dan dirohanikan melalui Kristus.
Dalam menyelamatkan kita, Allah "telah melepaskan kita dari kuasa
kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang
kekasih" (Kolose 1:13) dan Kristus menjalankan pemerintahan-Nya di
antara umat-Nya melalui Roh-Nya, "sebab Kerajaan Allah bukanlah soal
makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan
sukacita oleh Roh Kudus." (Roma 14:17)
Selanjutnya, umat Allah adalah rumah tangga atau keluarga-Nya. Apa
yang samar-samar terbayang di dalam Perjanjian Lama, yaitu ketika Israel
disebut anak Allah (Hosea 11:1), secara lengkap dipaparkan di dalam
Perjanjian Baru. Di dalam Kristus, Allah melahirkan kita kembali,
menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya, mengadopsi kita ke dalam
keluarga-Nya, serta mengirim Roh-Nya ke dalam hati kita sehingga kita
boleh memanggil Dia "Abba, Bapa."[5] Banyak hal dalam kehidupan
431 |TEOLOGI REFORMED
Kristen ditentukan -- seperti yang diajarkan Yesus -- oleh hubungan yang
intim dan terbuka seperti gambaran Allah dengan anak ini. Kita tidak
perlu lagi merasa khawatir memikirkan segala kebutuhan hidup kita
sehari-hari, karena Bapa surgawi kita mengetahui segala yang kita
perlukan. Kita cukup menyesuaikan diri dengan-Nya, dengan kerajaan-
Nya dan kebenaran-Nya, menyerahkan diri kita dan kehidupan kita
sehari- hari kepada-Nya, memercayai Dia yang memelihara kita, serta
percaya bahwa segala yang kita perlukan akan Ia berikan (Matius 6:7-13,
25-34, 7:7-11).
Ketiga, umat Allah adalah suatu bangunan "yang tidak dibuat oleh tangan
manusia", suatu bangunan yang dirancang oleh Allah sendiri, bait Allah
rohani yang dibangun kembali, dengan Yesus sebagai satu- satunya dasar
-- seperti yang dipersaksikan oleh para rasul dan para nabi -- dan Roh
Kudus di tempat mahasuci (1 Korintus 3:11, 16, Efesus 2:20-22).
Keempat, umat Allah adalah tubuh Kristus, gambaran yang paling
menonjol di dalam surat-surat Paulus dan satu-satunya yang tidak
memunyai padanan dengan Perjanjian Lama, dengan Kristus sebagai
Kepala yang mengatur dan memberi makan seluruh tubuh-Nya dan Roh
Kudus sebagai nafas yang memberi inspirasi kepada [gereja] (Efesus
4:4,15,16, Kolose 2:19).
Tetapi masing-masing dari keempat gambaran ini lebih dari sekadar
memberikan iluminasi mengenai hubungan antara Allah dengan umat-
Nya. Masing-masing menggambarkan juga hubungan-hubungan timbal
balik serta tugas dan tanggung jawab yang dimiliki umat Allah. Kita adalah
kawan sewarga dari kerajaan Allah, saudara-saudara di dalam keluarga,
batu- batu hidup untuk pembangunan rumah yang rohani, dan lebih dari
semuanya itu, anggota-anggota tubuh Kristus, yang bukan hanya
menerima hidup dan perintah dari Kepala, tetapi kita sendiri berperan
aktif dan saling bergantung satu dengan yang lainnya, dan oleh
432 |TEOLOGI REFORMED
karenanya kita tidak boleh saling merendahkan atau iri terhadap yang
lain (1 Korintus 12:14-26).
Banyak Kiasan -- Satu Berita
Semua kekayaan kiasan ini menunjukkan maksud yang sama. Dalam
setiap gambaran itu penekanannya adalah pada inisiatif Allah yang sangat
ramah. Dia sebagai Suami, [Pemilik Kebun], Gembala, Raja, Bapa,
Pembuat Bangunan, dan [Kepala]. Umat-Nya sebagai sekelompok orang
yang ditebus, baik sebagai pengantin-Nya, kawanan domba-Nya,
keluarga-Nya, tubuh-Nya, dan lain-lain. Hubungan satu dengan yang lain
sebagai carang-carang pada Pokok Anggur yang sama, domba-domba
dalam kawanan yang sama, anak-anak di dalam keluarga yang sama,
anggota-anggota tubuh yang sama. Tidak ada satu pun kiasan, baik yang
menunjang maupun yang menentang, membicarakan mengenai pendeta.
[Subjek tentang pendeta] sama sekali bukan yang dimaksud oleh Alkitab
mengenai gereja.
Tepat sekali Paulus menyamakan dirinya dengan sahabat mempelai laki-
laki pada pesta perkawinan, seperti yang juga diungkapkan Yohanes
Pembaptis sebelumnya (2 Korintus 11:2, Yohanes 3:29). Dia juga
membicarakan mengenai pelayanan mengajar yang dilakukannya
bersama Apolos di Korintus dengan gambaran orang yang menanam dan
menyiram benih di ladang Tuhan dan orang yang meletakkan dasar serta
membangun rumah Tuhan (1 Korintus 3:5-15). Sama halnya, pelayan-
pelayan gereja juga digambarkan sebagai gembala-gembala pengawas
yang dipercayakan memelihara kawanan domba[6] sebagai hulubalang-
hulubalang kerajaan, sebagai pelayan-pelayan rumah tangga, dan sering
kali juga digambarkan sebagai pengasuh-pengasuh di dalam keluarga[7].
Di samping itu juga, meskipun setiap orang Kristen di gereja sebagai
anggota tubuh Kristus memunyai peranannya masing-masing, namun
beberapa organ nampak memunyai peranan yang lebih penting daripada
yang lainnya, misalnya, kepala lebih penting dari kaki dan mata lebih
433 |TEOLOGI REFORMED
penting dari tangan (1 Korintus 12:21), meskipun masing-masing saling
membutuhkan dan tidak dapat melepaskan diri.
Meskipun demikian, setiap uraian menunjukkan suatu tambahan pada
kiasan itu. Kiasan atau gambaran itu sendiri sudah lengkap tanpa
tambahan-tambahan tersebut, dan lebih jelas lagi dikatakan, tidak
bergantung pada hal-hal tambahan itu. Semuanya memunyai bagian
masing- masing untuk dilakukan, tetapi hanya sebagai bagian yang
bersifat tambahan, dan boleh ditambahkan, bagian yang dapat
digantikan. Seorang sahabat pengantin laki-laki memang memunyai
peranan yang sangat penting pada pesta perkawinan, tetapi tanpa dia
pun pengantin pria dan wanita dapat tetap melangsungkan pernikahan
mereka. Pelayan-pelayan dan perawat-perawat sangat berperan penting
dalam suatu rumah tangga, tetapi seorang ayah tidak akan membiarkan
anak-anaknya mati hanya karena tidak ada mereka. Tidak. Kebenaran-
kebenaran yang paling penting yang digarisbawahi oleh kiasan-kiasan
mengenai gereja ini ialah sikap Allah yang ramah terhadap umat-Nya dan
tugas-tugas mereka yang bertanggung jawab terhadap Dia dan terhadap
yang lainnya.
Kesatuan hakiki gereja, yang dimulai di dalam panggilan Allah dan
digambarkan di dalam kiasan-kiasan Alkitab, memimpin kita sampai pada
kesimpulan ini: Segala tanggung jawab yang dipercayakan Allah kepada
gereja-Nya telah dipercayakan-Nya kepada seluruh Gereja-Nya. Siapakah
mereka yang dimaksudkan? "Kamu yang dahulu bukan umat Allah,"
Petrus menulis, "tetapi sekarang telah menjadi umat-Nya." Dan dia
menjelaskan lebih lanjut, umat Allah adalah imamat kudus, [yang
diciptakan] untuk mempersembahkan kepada-Nya persembahan-
persembahan yang rohani dan yang berkenan kepada-Nya berupa puji-
pujian dan doa, dan juga suatu umat yang misioner, [yang diciptakan]
untuk memberitahukan kepada orang-orang lain perbuatan-perbuatan
yang besar dari Allah mereka, Allah yang telah memanggil mereka kepada
terang-Nya yang ajaib dan yang telah menaruh belas kasihan atas mereka
434 |TEOLOGI REFORMED
(1 Petrus 2:5,9,10). Singkatnya, umat Allah memiliki tujuan untuk menjadi
persekutuan orang-orang yang beribadah kepada Dia serta menyaksikan
kemuliaan dan kebesaran-Nya. Dan kedua tugas ini menjadi tanggung
jawab segenap gereja sebagai Gereja-Nya. Pendeta tidak dapat
memonopolinya, demikian juga kaum awam atau jemaat tidak boleh
melarikan diri dari tanggung jawab ini. Baik pendeta maupun anggota
jemaat tidak dapat melimpahkan tanggung jawab ini kepada orang lain;
tidak mungkin ibadah dan kesaksian diwakili oleh orang lain.
Mempertahankan hal ini adalah suatu koreksi yang sehat terhadap sistem
yang terlalu melebih-lebihkan pendeta, yang sudah terlalu sering dan
cukup lama menempatkan kaum awam dan menyingkirkan mereka ke
posisi yang lebih rendah dan nonaktif. Hal ini tentu saja juga
mengaburkan gambaran mengenai gereja. Sudah barang tentu, Allah
memanggil pendeta untuk suatu tugas yang penting, namun kedudukan
mereka harus selalu tunduk kepada gereja secara keseluruhan, sebagai
persekutuan yang ditebus oleh Allah sendiri. Kaum awam hanya akan
menemukan tempat mereka yang sesungguhnya jika kebenaran yang
sederhana ini disadari, yakni pendeta berada di tengah-tengah mereka
untuk melayani gereja, bukannya gereja melayani pendeta. Agar benar-
benar mengerti kebenaran ini, kita harus menemukan kembali ajaran
Alkitab mengenai gereja sebagai umat Allah, dan khususnya kebenaran-
kebenaran ini -- yakni bahwa dalam hal kedudukan dan hak umat Allah
oleh panggilan-Nya dipersatukan dan tidak dapat dibedakan, dan bahwa
mempersembahkan ibadah serta bersaksi kepada dunia merupakan hak
yang tidak dapat dicabut serta tugas dari jemaat yang satu ini, yakni
keseluruhan gereja, pendeta bersama-sama kaum awam.
Catatan Kaki:
[1] Misalnya, Kejadian 22:17,18.
[2] Misalnya, Roma 1:7, 1 Korintus 1:2, lihat juga Kisah Para Rasul 15:14,
Titus 2:14.
435 |TEOLOGI REFORMED
[3] Lesslie Newbigin, The Household of God, hal. 31,25 -- "eskhatologis,"
berasal dari kata "eskhatos" (akhir) atau "eskhaton" (selesai), merujuk
kepada akhir zaman dan hal-hal yang terakhir, penyempurnaan yang
terjadi di luar sejarah.
[4] Tidak ada padanan bahasa Indonesia yang tepat untuk kata-kata
gabungan tersebut. Buku "Satu Umat" menerjemahkan "fellow citizens" -
kawan sewarga; "fellow heirs" - ahli-ahli waris; "fellow members" -
anggota-anggota; dan "fellow partakers", peserta-peserta.
[5] Misalnya, 1 Yohanes 2:29-3:3, 3:9,10, Roma 8:14-17, Galatia 4:4-7.
[6] Misalnya, Kisah Para Rasul 20:28, 1 Petrus 5:1-4.
[7] Misalnya, Kisah Para Rasul 20:25, 1 Korintus 4:1, 1 Tesalonika 2:7.
Sumber:
Diambil dan disunting dari:
Judul asli artikel : Perkumpulan Kristen (Ekklesia)
Judul buku : Satu Umat
Judul asli buku : One People
Penulis : John Stott
Penerjemah : Lena Suryana Himtoro
Penerbit : SAAT, Malang 1992
Halaman : 8--22 dan 140--141
436 |TEOLOGI REFORMED
Inti Kekristenan Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Mungkin kita pernah mendengar komentar seperti ini: "Katanya dia
sudah menjadi orang Kristen, tapi hidupnya kok masih amburadul, tidak
mencerminkan karakter Kristus?"
Menjadi Kristen bukan sekadar mengalami adanya perubahan tingkah
laku dan kondisi. Menjadi Kristen berarti kita memiliki status yang baru,
yaitu menjadi orang yang tidak lagi ada dalam penghukuman (berdosa)
dan menjadi orang yang "dibenarkan" (tidak berdosa) karena kita
sekarang ada di "DALAM KRISTUS". Status manusia baru kita adalah di
"DALAM KRISTUS". Jangan lagi mencoba memerbaiki manusia lama kita
karena hal ini hanya akan mengubah yang di luar saja (tingkah laku), tapi
dalamnya masih busuk. Menjadi manusia baru di "DALAM KRISTUS"lah
yang akan menjadikan hidup kekristenan kita nyata mencerminkan
karakter Kristus karena perubahan itu terjadi dari dalam hati dan
terpancar ke luar (tercermin dalam tingkah laku).
Banyak orang Kristen yang belum menyadari arti berada di "DALAM
KRISTUS" yang sesungguhnya. Artikel yang saya cuplik dari buku tulisan
Ray dan Anne Ortlund ini, semoga menolong kita untuk benar-benar
hidup sebagaimana layaknya manusia "DALAM KRISTUS" yang Tuhan
kehendaki. Selamat merenungkan.
In Christ, Yulia < yulia(at)in-christ.net >
Artikel Terkait
Kita Percaya bahwa Kita adalah, dan Selalu akan Menjadi
Pakar dalam Berbuat Dosa
Bimbingan dan Rencana Allah (2)
437 |TEOLOGI REFORMED
Penebusan Yang Terbatas
Allah Tidak Berubah
Doktrin Sola Scriptura
Kitab Suci: Perkataan Manusia, Mitos atau Firman Tuhan?
Doktrin Kecukupan Alkitab
Penulis:
Ray dan Anne Ortlund
Edisi:
099/V/2008
Tanggal:
16-05-2008
Isi:
Di dalam Kristus, tentukan posisimu Di mana Dia berada,
di situlah Anda berada. Di dalam Kristus, tentukan
siapakah Anda Seperti apa Dia, seperti itulah dirimu. Di
dalam Kristus, tentukan bagianmu Apa yang Dia punya,
bagikanlah. Di dalam Kristus, tentukan langkahmu Apa
yang Dia lakukan, lakukanlah.
INTI KEKRISTENAN
Ray menjadi anggota klub atletik di kampung halaman kami, daerah
Pantai Newport. Klub itu memiliki satu keistimewaan. Anda tidak akan
bisa masuk kecuali Anda menjadi anggotanya. Pemilik klub itu adalah
438 |TEOLOGI REFORMED
teman kami yang bernama John, seorang Kristen yang merasa sangat
terbantu oleh pelayanan Ray ketika ia menjadi pembicara di siaran radio
"Haven of Rest". Itulah sebabnya ia begitu baik memberikan fasilitas
keanggotaan gratis bagi Ray di klubnya.
Ray diperlakukan sama seperti anggota-anggota lain yang telah
membayar. Ia masuk ke klub dan tak seorang pun yang mengusirnya. Ia
mengangkat barbel, berlari di lintasan, menggunakan "jacuzzi", dan
mandi di sana. Ia benar-benar menjadi anggota klub itu.
Di mata penjaga klub olahraga itu, ada orang yang boleh masuk dan
menggunakan fasilitas, dan ada orang yang tidak boleh. Jadi ada dua
kategori, yang menjadi anggota dan yang tidak. Ini bukan masalah apakah
klub itu menyukai beberapa orang lebih dari yang lain atau mengagumi
seseorang lebih dari yang lain -- ini adalah masalah siapa yang adalah
anggota dan siapa yang bukan anggota.
Di mata Tuhan, ada juga orang-orang "yang anggota" dan "yang bukan
anggota". Dan bukan masalah bila Tuhan mengasihi yang satu lebih dari
yang lain -- Tuhan mengasihi semua orang. Tetapi untuk berada "di dalam
Kristus", ada harga yang harus dibayar; penyelamatan oleh Kristus,
melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Dengan harga yang telah dibayar
lunas oleh diri-Nya sendiri, Dia memberikan keanggotaan gratis sehingga
mereka dapat menjadi anggota.
Betapa sangat disayangkan apabila Ray tidak pernah mencoba
keanggotaan gratisnya. Hal itu juga akan sangat menyakitkan bagi John
yang sudah berbaik hati memberikan keanggotaan gratis itu kepada Ray.
Tetapi, jauh lebih buruk bila orang-orang percaya yang telah memiliki
keanggotaan di dalam Kristus, yang karena keinginan mereka sendiri, tak
pernah berjalan masuk dan menikmati semua hak-hak istimewa dan
fasilitas yang Tuhan tawarkan bagi siapa saja yang berada di dalam- Nya.
439 |TEOLOGI REFORMED
Salah satu alasan mengapa orang tidak menjadi anggota keluarga Allah
adalah karena mereka belum mengenal Yesus. Mereka tidak punya
gambaran akan keuntungan dan bagaimana masuk ke dalam
keanggotaan kerajaan Allah. Strong, dalam bukunya "Systematic
Theology" (Teologia Sistematika), mengatakan bahwa doktrin untuk
hidup di dalam Kristus adalah inti dari seluruh ajaran kekristenan, tapi
juga merupakan hal yang paling sering diabaikan.
Perhatikan bahwa inti kekristenan bukanlah pengetahuan, juga bukan
kesetiaan pada gereja, bukan pula etika Kristen. INTI KEKRISTENAN
ADALAH HIDUP DI DALAM KRISTUS.
Mari kita merenungkan hal ini lebih dari sekadar pengetahuan sejarah
tentang Kristus. Merenungkannya lebih dari sekadar tentang menerima
kematian-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita, yang
oleh-Nya nama kita boleh berada dalam daftar keanggotaan Tuhan.
"Dua kata `dalam Kristus` ini sangat menjelaskan siapa diri kita jika
dibandingkan dengan kata yang lain dan tidak ada deskripsi lain tentang
kita yang jauh lebih menakjubkan daripada `dalam Kristus` atau pun
implikasi lain selain `dalam Kristus`."
Dengan keinginan dan pengalaman sehari-hari, mulailah untuk hidup,
bergerak, dan menempatkan diri Anda "di dalam Dia". Seperti yang
Huegel katakan, "Serahkanlah hidupmu menjadi ... milik yang Empunya
hidup." (Huegel 1980:7)
DIRI ANDA YANG BARU
"Suatu kejadian aneh sering terjadi dalam salah satu perjalanan ke luar
angkasa," tulis San Diego Union (19 Mei 1979). "Setelah itu, beberapa
astronot terus membicarakannya." Frank Borman mengatakan bahwa
kejadian itu adalah "tujuan akhir dalam pengalaman rohani saya". Rusty
Schweickart berkata, "Saya tidak lagi menjadi orang yang sama." James
440 |TEOLOGI REFORMED
Irwin menimpali, "Saya ingin memberitahu orang banyak tentang ...
pesan dari Tuhan Yesus."
Beberapa dari kita dapat pergi ke bulan, tetapi kita perlu mundur,
menganggap seolah-olah kita berada di luar diri kita dan mendapatkan
pandangan kekekalan tentang diri kita sendiri sebagai orang Kristen.
Demikian juga kita perlu menjauhkan diri dari kesibukan kita sehari- hari
dan melihat hidup kita secara keseluruhan dan mengetahui apa
sebenarnya arti hidup di dalam Kristus.
Ketika Rasul Paulus menulis suratnya, dia sering menggunakan kata
"dalam Kristus", yang membuat Anda berpikir bahwa pencetak masa itu
pastilah sering sekali mencetak kata "dalam". Dari sembilan surat-
suratnya kepada berbagai jemaat, enam di antaranya menyebutkan
jemaat yang hidup "dalam Kristus". Tak peduli apakah mereka jemaat di
Korintus yang lemah dan memikirkan hal-hal duniawi atau jemaat di Filipi
yang kuat dan dewasa imannya -- apa pun kondisi iman mereka, Paulus
mengatakan bahwa mereka berada di dalam Kristus. Tidak peduli betapa
baiknya Anda, jika Anda adalah orang percaya ..., Anda harus ada di
"dalam Dia".
Tahukah Anda betapa pentingnya posisi Anda sebenarnya di dalam
Kristus? Sadarkah Anda betapa radikalnya pribadi Anda yang telah
diperbarui sebagai hasil hidup dalam Kristus? "Jadi, siapa yang ada `di
dalam Kristus`, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
"Keberadaan Anda di dalam Dia telah mengubah diri Anda dan telah
mengubah segala sesuatu yang berhubungan dengan Anda."
"Yang lama telah berlalu". Pikirkanlah pernyataan ini. Di mata Allah - -
dan lebih dari yang Anda bayangkan -- karakter lama yang ingin Anda
ubah adalah cerita lama; tujuan lama Anda yang tidak berharga telah
441 |TEOLOGI REFORMED
pergi; kecerobohan dan keegoisan Anda telah dibuang; sekarang dan
selamanya Anda berada di DALAM KRISTUS.
"Yang baru sudah datang". Cobalah untuk menganalisa menurut
kacamata Allah yang Anda miliki tentang hidupmu yang diperbarui,
kebaikan yang baru, kendali yang baru, hikmat baru, belas kasihan yang
baru, pandangan iman baru yang dibentuk dan diproses untuk jadi
sempurna -- semuanya dapat terjadi karena Anda ada di DALAM KRISTUS.
SEBUAH PERSPEKTIF BARU
Dalam Yohanes 14 dan 15, Yesus sendiri yang menumbuhkan ide
pentingnya agar Anda berada di dalam Dia. Paulus kemudian juga
menekankan indahnya hidup di dalam Dia dan betapa banyak hal indah
yang bisa kita rasakan di dalam Dia.
Kita menikah hanya "di dalam Tuhan". Anak-anak harus
mematuhi orang tuanya "di dalam Tuhan". Sukacita,
kesengsaraan, kemenangan, dan penderitaan semuanya
"di dalam Tuhan". Penghiburan kita ada "di dalam Yesus
Kristus". Teman sekerja kita "di dalam Yesus Kristus".
Jerih payah kita tidak akan sia-sia "di dalam Kristus".
Baptisan kita "di dalam nama Kristus Yesus". "Aku
bersukacita di dalam Tuhan," kata Paulus. Salam "Damai
sejahtera di dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan
"Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus".
Ungkapan "... yang aku kasihi di dalam Tuhan Yesus
Kristus". Ungkapan "Semua yang baik di dalam Tuhan
Yesus Kristus". Ungkapan "diberkatilah mereka yang mati
di dalam Tuhan Yesus Kristus".
"Karena orang percaya berakar di dalam Dia," tulis The Daily Walk,
"dibangun di dalam Dia, mati bersama-Nya, bangkit bersama Dia, hidup
dengan Dia, tersembunyi dalam-Nya, dan dilengkapi oleh Dia, jadi sangat
442 |TEOLOGI REFORMED
tidak mungkin bila orang percaya hidup tanpa Dia. Dilingkupi oleh kasih
sayang Tuhan, dengan damai sejahtera-Nya yang memimpin hidup dan
hati, mereka diperlengkapi untuk membuat Kristus semakin nyata dalam
hidup sehari-hari." [Daily Walk, 30 November 1986]
Beradalah "di dalam Dia" ketika membangun relasi dengan seseorang.
(Berdoalah: "Tuhan, Kau telah memberikan ______ (sebutkan namanya)
ke dalam hidupku. Tolonglah agar aku dapat senantiasa memberkatinya
dalam setiap pertemuanku dengannya? Berikan cara agar aku dapat
bertumbuh dan membantu dia untuk bertumbuh bersama.")
Beradalah "di dalam Dia" agar Anda menjadi bijak. (Berdoalah: "Tuhan,
tolong aku untuk menerima kekudusan-Mu yang membakar habis
karakterku yang buruk dan menguatkan aku untuk melakukan perbuatan-
perbuatan baik yang menyenangkan Engkau.")
Beradalah "di dalam Dia" agar Anda nyaman. (Berdoalah: "Tuhan, aku
mengamini bahwa kesusahan dalam hidupku semuanya atas kehendak-
Mu. Tetapi, tolonglah agar jangan sampai aku berkeluh kesah seperti
orang yang tidak punya pengharapan. Terpujilah nama-Mu yang disebut
orang sebagai Pemberi rasa aman!")
Beradalah "di dalam Dia" agar Anda dipimpin, diselamatkan,
disembuhkan, dan ditolong. (Berdoalah: "Tuhan, sekarang dan dalam
setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupku hari ini, biarlah setiap hal
yang aku lakukan menjadi doa dan membawaku semakin mendekat
pada-Mu.")
Tinggallah di dalam Dia -- karena segala sesuatu dijadikan baik dan indah
bagimu.
Teruslah mengaku, "Tuhan, Kaulah tempat perlindunganku."
POSISI ANDA DI DALAM KRISTUS
443 |TEOLOGI REFORMED
Dalam salah satu perjalanan ke Israel, kami berdua sempat menghabiskan
beberapa waktu di Swiss. Menghabiskan satu malam di sebuah hotel di
Swiss adalah pengalaman yang paling tak terlupakan. Saat itu musim
dingin di daerah pegunungan Alpen dan kami menghangatkan perut kami
dengan makan malam yang lezat sambil duduk di dekat perapian dan
kemudian beranjak tidur. Keesokan paginya, kami bangun dan menikmati
sarapan yang mengenyangkan sebelum berenang di kolam renang hotel
yang sangat mewah. Airnya hangat. Dua dari empat dinding di kolam
renang ruang tertutup tersebut terbuat dari kaca dengan sedikit salju
yang menempel di bagian luar dinding kaca itu. Di kejauhan tampak
pemandangan lereng gunung yang indah dan orang-orang yang bermain
ski menuruni gunung dan melintas beberapa meter saja dari dinding kaca
kami. Kami melihat semuanya itu -- Pegunungan Alpen, salju, dan para
pemain ski -- menyatu dengan hangatnya air kolam renang.
Sama seperti semua kenyamanan yang ada di hotel Swiss tersebut --
posisi kita sangat menentukan -- apakah kita berada "di luar" atau "di
dalam". Berada "di dalam Kristus" membuat semua perbedaan dalam
kehidupan kekristenan Anda. Semua titik keseimbangan Anda sebagai
seorang Kristen, pemahaman Anda mengenai sebuah hubungan, takdir,
fungsi-fungsi diri, semuanya berasal dari pengertian "di mana Anda
berada". Ketika Anda mengerti "di mana posisi Anda", apa artinya berada
di dalam Kristus, Anda akan memahami bagaimana Anda diperlengkapi
dan apa yang akan Anda lakukan sebagai hasilnya.
Paulus sebenarnya tidak pernah mendefinisikan istilah "di dalam Kristus";
kita pun tidak perlu melakukannya. Dia hanya "menggunakannya" secara
terus-menerus sampai Anda melihat pengaruhnya yang besar. Itu bukan
semata masalah yang klise, tetapi salah satu hal yang mendukung banyak
aspek kehidupan kekristenan.
APA MAKSUDNYA BERADA DI DALAM KRISTUS?
444 |TEOLOGI REFORMED
"ARTINYA KEDEKATAN YANG AMAT SANGAT DENGAN TUHAN." Ketika
Anda berada di dalam Kristus, Anda menjadi bagian dari-Nya, Anda
terhubung dengan Dia. Tidak ada situasi yang lebih dekat daripada ketika
Anda sudah berada di dalam Dia.
Paulus tahu bahwa dalam penjara di Roma, dalam kapal yang diserang
badai, di aula pengadilan Kaisar -- di mana pun dia, semuanya baik- baik
saja. Mengapa? Karena "di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada"
(Kisah Para Rasul 17:28). Lebih lanjut, Tennyson mengatakan demikian:
Berbicaralah kepada-Nya, sebab Ia mendengar, Agar
rohmu dan Roh-Nya dapat bertemu. Dia lebih dekat dari
napasmu, Dia lebih terjangkau dari tangan dan kakimu.
Jika saat ini Anda merasa jauh dari Allah, kita bukanlah subjek atau yang
"merasakan". Jangan pernah melandaskan apa yang Anda percayai pada
apa yang Anda alami, tetapi landaskanlah kepada kebenaran firman
Allah. Entah Anda merasakan atau tidak, ALLAH DEKAT KEPADA ANDA
DAN ANDA DEKAT KEPADA ALLAH -- amat sangat dekat.
Jika kedekatan itu menggetarkan jiwa Anda, berarti Allah
berada sangat dekat dengan Anda.
Jika kedekatan itu tidak menggetarkan Anda, Allah pun
tetap dekat kepada Anda.
Sementara Anda belajar untuk berjalan dengan iman dan bukan dengan
apa yang tampak, kedamaian dan kenyamanan akan mulai menyebar di
jiwa Anda. Anda akan tahu, seperti Paulus, DI MANA PUN ANDA BERADA,
SEGALANYA akan berjalan baik -- karena Anda dekat, sangat dekat
kepada-Nya. Anda berada DI DALAM DIA.
"BERADA `DI DALAM KRISTUS`, SEMUA KEBUTUHAN ANDA AKAN
TERPENUHI." "Allahku akan memenuhi semua kebutuhanmu," dikatakan
di Filipi 4:19, "... di dalam Kristus Yesus." Jadi tidak ada situasi-situasi yang
445 |TEOLOGI REFORMED
percuma ketika situasi-situasi itu "tidak memenuhi kebutuhan Anda".
Anda dilahirkan untuk hidup dalam ketenteraman dengan beberapa
kekurangan karena di baliknya, kebutuhan Anda yang terdalam dipenuhi -
- di dalam Kristus. Anda mungkin berganti pekerjaan atau berpindah kota
-- tetapi itu terjadi bukan karena kebutuhan Anda yang tidak terpenuhi.
Bahkan, arena Colosseum dengan singanya yang harus dihadapi -- karena
ANDA TAHU DI MANA ANDA BERADA, dan Anda digambar serupa dengan
Sumber Anda.
"DI DALAM KRISTUS", ADA PERLINDUNGAN. Kami mengenal seorang ibu
dan dua anak perempuannya yang alergi terhadap banyak zat di dunia ini
sehingga mereka harus hidup dalam sebuah rumah khusus di hutan yang
dibangun dan dilengkapi hanya untuk mereka dalam waktu yang lama.
Kita pernah membaca tentang anak-anak yang dilahirkan tanpa sistem
pertahanan tubuh sehingga mereka hidup dalam balon plastik untuk
menghindari kuman.
Berada di dalam Kristus, dalam arti rohani, berarti perlindungan yang
Anda perlukan untuk menghadapi segala yang jahat dan berbahaya di
dunia ini.
"Apa?" kata Anda. "Jadi aku tidak akan pernah mengalami kecelakaan
mobil? Aku tidak akan kehilangan orang yang aku kasihi? Aku tidak akan
pernah mendengar berita buruk?"
Hidup di dalam Kristus dimulai "dengan membedakan". Itu berarti
melibatkan kehidupan yang berlawanan. Ini dimulai dari tingkah laku.
Dan semuanya itu tidak ada hubungannya dengan keadaan lingkungan
Anda, tetapi "bagaimana Anda menanggapi" lingkungan Anda. Itulah
arena kehidupan yang sesungguhnya.
Pemazmur mengatakan:
446 |TEOLOGI REFORMED
"[Orang yang berjalan di dalam Tuhan] tidak akan goyah
untuk selamanya ... Ia tidak takut kepada kabar celaka;
hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan. Hatinya
teguh, ia tidak takut." (Mazmur 112:6-8)
Tuhan memagari orang yang benar -- seperti yang dilakukan-Nya kepada
Ayub (Ayub 1:10). Pagar itu adalah "tinggal di dalam Kristus". Dengan
demikian, Dia tahu bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat
menyentuhnya karena Bapa yang baik dan penuh kasih telah
merancangkan rencana terbaik untuknya. Allah berkata kepadanya,
"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah
hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu,
menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." (Yosua 1:9). Ketika Anda
mulai memahami bahwa ada perisai tak tampak yang melindungi Anda
tanpa henti ketika Anda tinggal di dalam Kristus, maka hidup Anda akan
mengalami banyak perubahan.
Kami memunyai teman, seorang pemilik toko buku Kristen dan istrinya,
yang baru saja melewati tahun yang berat. Tanpa diketahui, seorang
pembeli yang ceroboh membuat mereka berhutang 100.000 dolar
Amerika. Dalam pertemuan dengan para penjual buku, istrinya jatuh
sakit. Selama berbulan-bulan, dia menderita bronkitis dan sekarang
menderita pula penyakit ruam syaraf. Dia menulis kepada kami, "Selain
dari masalah- masalah ini, hidupku tampak baik-baik saja!"
Sepanjang kami mengenal mereka, pasangan ini telah menunjukkan
kedamaian tinggal di dalam Tuhan. Mereka tidak berlari dari masalah dan
menghadapinya dengan iman.
Dalam menghadapi masalah, Alkitab mengajarkan: "Janganlah heran,"
kata Petrus. "Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan," ajar Yakobus. Dan
banyak lagi yang mengatakan, "Jangan takut, jangan takut, dan jangan
takut." "Tinggallah di dalam Tuhan." "Percayalah kepada Tuhan."
447 |TEOLOGI REFORMED
Ketika Anda menyadari bahwa ada perisai yang tak terlihat yang terus
melindungi Anda, Anda akan tetap tinggal di dalam Kristus dengan
sukacita dan damai sejahtera di hati.
HIDUP ANDA DI DALAM KRISTUS
Seperti apa hidup Anda jika Anda tinggal di dalam Kristus?
KETIKA SITUASI YANG BURUK MENGANCAM, Anda tidak akan takut --
Anda akan berdoa,
"Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung."
(Mazmur 16:1)
KETIKA ANDA BERGUMUL DENGAN PERASAAN BERSALAH, Anda akan
mengingat janji-janji-Nya: "Semua orang yang berlindung pada-Nya tidak
akan menanggung hukuman." (Mazmur 34:22). "Demikianlah sekarang
tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus."
(Roma 8:1).
Firman di atas benar adanya bagi teman kami, Mark, yang bergumul
dengan banyak rasa ketidakamanan. Dia dibesarkan di panti asuhan,
tanpa mengetahui dari mana asalnya atau pun siapakah dia, yang dia
tahu adalah dia ada di dunia ini begitu saja. Bahkan, ketika di panti
asuhan, dia direndahkan dan akhirnya melarikan diri. Tapi tanpa
mengenal siapa dirinya, tanpa uang, tanpa pengalaman apa-apa, Mark
menjadi orang yang berhasil, kaya, dan punya banyak pengalaman.
Di dalam dirinya, kecenderungan manusiawinya adalah merendahkan
dirinya, rasa kuatir membuatnya bekerja terlalu keras dan berpikir bahwa
segala sesuatu tidak akan pernah cukup baginya. Tanpa Kristus, Mark
mungkin sudah bunuh diri. Tetapi, Mark terus-menerus datang dan
bertanya pada Yesus; pengalaman berdoa bersama Mark sungguh
merupakan pengalaman yang luar biasa. Posisinya "di dalam Kristus"
448 |TEOLOGI REFORMED
telah melepaskan ketegangan, menimbulkan sukacita, dan memberinya
kekuatan penuh kepadanya untuk melaju.
"DALAM SETIAP KESULITAN", Anda dapat bersandar kepada-Nya.
"Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi
orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu
kesesakan." (Mazmur 9:9)
Kami berlaku sangat emosional beberapa waktu lalu. Tanpa meluangkan
waktu untuk berdoa, kami menjadi penanggung hutang seorang teman
kami, yang sebenarnya tidak diizinkan menurut kitab Amsal. Kemudian,
teman kami bangkrut dan perusahaan yang meminjaminya mengambil
semua tabungan kami.
Sampai beberapa tahun lamanya, kami pikir akan kehilangan rumah
akibat menanggung hutang teman kami tersebut. Kami harus mengakui,
"Tuhan, kami berdosa. Kami yang meminta, maka kami juga harus berani
kehilangan." Tetapi, kami sungguh mengandalkan Tuhan sebagai tempat
perlindungan. Kami menyerahkan masalah ini ke dalam tangan-Nya.
(Mungkin inilah yang membantu kami karena pelayanan membuat kami
terlalu sibuk untuk benar-benar memikirkannya.)
"KETIKA SESEORANG BERLAKU JAHAT PADA ANDA", Anda akan semakin
dalam tinggal di dalam Kristus.
"Ya TUHAN, Allahku, pada-Mu aku berlindung;
selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku
dan lepaskanlah aku." (Mazmur 7:1)
Pada tahun ketiga dari dua puluh tahun pelayanan kami sebagai gembala
di Lake Avenue Congregational Church, tiga orang wanita menyatakan
bahwa kami mendukung komunis. Mereka menulis surat kepada tiga ribu
anggota kami -- termasuk kepada para misionaris yang sedang bertugas
di ladang misi karena mereka kuatir tentang pendeta baru mereka yang
449 |TEOLOGI REFORMED
"liberal". Mereka mendatangi setiap rumah jemaat dengan sebuah petisi
agar kami meninggalkan gereja kami; mereka bahkan membawa kami ke
badan pengurus gereja.
Melalui tahun yang sulit itu, tidak sekali pun kami mencoba
memertahankan diri kami (1 Petrus 2:21-23; Yesaya 53:7). Melihat
kembali kejadian itu, kami tahu betapa Allah tidak hanya melepaskan
kami dari kesulitan, tetapi Dia juga menggunakan hal ini untuk semakin
menyatukan kami dengan jemaat kami.
Ya, ketika reputasi Anda sedang terancam, maka perlindungan Anda
datangnya dari Kristus.
"Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah
aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu."
(Mazmur 25:20)
"DALAM BAHAYA, ANDA AKAN DAPAT BERSUKACITA"
"Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu
pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu;
Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku
pada kesesakanku." (Mazmur 59:16)
Pendek kata, "DI DALAM KRISTUS, ANDA TIDAK AKAN MENGALAMI
KEBINGUNGAN":
"Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota
bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada
keselamatanku dan kemuliaanku." (Mazmur 62:6,7)
Di dalam Tuhan, Anda akan mengetahui dari manakah sukacita Anda
berasal.
450 |TEOLOGI REFORMED
"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan
bersuka cita, mereka akan bersorak-sorai selama-
lamanya." (Mazmur 5:11)
Perjanjian Lama menyebut-Nya sebagai tempat perlindungan, gunung
batu, dan kekuatan; kata-kata ini memenuhi pikiran pemazmur. Kami
menghitung ada 61 kali di mana kata-kata ini mendeskripsikan Tuhan --
sebagai pendukung Mazmur lain yang mengatakan, "Banyak kesakitan
diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya
dengan kasih setia." (Mazmur 32:10); "Engkau menyembunyikan mereka
dalam naungan wajah-Mu" (Mazmur 31:20); "Engkaulah tempat
perteduhan kami turun-temurun." (Mazmur 90:1); "Orang yang duduk
dalam lindungan ... dan bermalam dalam naungan ...." (Mazmur 91:1); "...
pada-Mulah aku berteduh!" (Mazmur 143:9).
Perjanjian Baru menyebut secara spesifik nama Pelindung teguh ini
sebagai Yesus. Haleluya! Bahkan dengan spesifik disebut sebagai Kristus,
nama Pemilik kebangkitan dan kuasa.
Dalam kemuliaan menurut Injil Perjanjian Baru, saya dan Anda ada "DI
DALAM YESUS KRISTUS".
Anda berada di dalam-Nya sama seperti seorang bayi dalam kandungan --
bahkan lebih nyaman.
Anda berada di dalam-Nya sama seperti ulat dalam kepompong yang
akan menjadi kupu-kupu -- tapi lebih indah daripada itu.
Anda berada di dalam-Nya sama seperti penyelam dalam pakaian
selamnya -- bahkan lebih aman daripada itu.
Anda berada di dalam-Nya sama seperti burung di udara atau ikan di
dalam air -- tetapi tempat Anda jauh lebih baik.
451 |TEOLOGI REFORMED
Berada di dalam Kristus berarti Anda ditempatkan Allah di lingkungan
yang baru -- seperti yang dikatakan James Stewart, "Dipindahkan ke
dalam tanah yang baru dan iklim yang baru, di mana baik tanah maupun
iklim itu, keduanya adalah Kristus." (Stewart: 157)
Atau dapat kami katakan bahwa berada di dalam Kristus berarti hidup
Anda dan hidup-Nya yang penuh kemuliaan benar-benar menjadi satu.
"Kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu." (Yohanes 14:20). Dia dan
Anda berada "di dalam" satu sama lain -- bergabung, tidak dapat
dipisahkan, dan dilihat sebagai suatu kesatuan dengan Allah.
Jika pelajaran "berada di dalam Kristus" merupakan hal yang baru bagi
Anda, pengetahuan akan hal itu akan meluaskan pikiran Anda untuk
menangkap lebih lagi tentang karya "penyelamatan yang besar", dan
pelaksanaan dari pengenalan hidup di dalam Kristus akan mewarnai
seluruh kehidupan Anda. Kebenaran yang satu ini sangat penting dan
menjadi dasar kekristenan. Anda membangun hidup Anda di atasnya.
Ketika Anda belajar, Anda akan lebih memahami betapa luar biasa
indahnya Tuhan Yesus itu. Siapa yang pernah mendengar ungkapan
"berada dalam Abraham Lincoln" atau "berada dalam Shakespeare"?
Ketika Anda melihat bahwa diri Anda berada "di dalam Kristus", Anda
akan melihat Dia jauh di atas siapa pun yang paling berpengaruh dalam
sejarah.
Ketika Martin Luther menulis tentang berada "di dalam Kristus", dia
berkata, "Kita merasa seperti anak-anak yang belajar untuk berbicara.
Kita hanya dapat berbicara terpatah-patah atau pun hanya beberapa kata
ketika kita berbicara mengenai hidup dalam Kristus."
Allah mengangkat seorang pendosa miskin, oleh kasih karunia-Nya,
menyelamatkan dia, dan menempatkannya di dalam Kristus. Akan
menghabiskan seluruh hidup kita untuk mengetahui apa artinya tindakan
Tuhan tersebut. Tetapi, kami tahu hal itu berarti Anda dengan
452 |TEOLOGI REFORMED
kesungguhan hati dapat mengatakan, "YA TUHAN! KAULAH TEMPAT
PERLINDUNGANKU."
SEMAKIN MENGENAL KRISTUS
"Dua kata `dalam Kristus` mungkin merupakan kata yang paling tepat
untuk mendefinisikan Anda sebagai seorang Kristen dibanding kata yang
lain. Keberadaan Anda di dalam Dia telah mengubah Anda selamanya --
Anda sekarang tak terpisahkan dari Kristus, dilindungi dengan sangat oleh
Dia, dan memeroleh hidup kekal melalui Dia. Coba pikirkan lagi beberapa
hak dan keistimewaan yang Anda dapatkan di dalam Kristus, dan apa
artinya hal tersebut bagi Anda hari ini."
REFLEKSI PRIBADI
Baca 1 Petrus 1:3-9
Sekalipun Petrus tidak menggunakan istilah "di dalam Kristus", dia
menjelaskan bagaimana kita bisa berada "di dalam Kristus" pada ayat 3.
Bagaimana dia mendeskripsikannya?
Keuntungan apa yang kita dapatkan dengan menjadi seorang Kristen
menurut ayat 4? Jelaskan keuntungan itu?
Siapa yang dilindungi oleh perisai kuasa Allah (ayat 5)? Bagaimana
caranya?
Baca ayat 6-7. Bagaimana orang percaya dapat "selamat" atau bertahan
terhadap berbagai kesengsaraan? Apa tujuan pencobaan- pencobaan itu?
Keuntungan yang disebutkan di ayat 3-7 berkaitan dengan masa depan
kita. Keuntungan apa yang ada bagi mereka yang di dalam Kristus
sekarang (ayat 8-9)? Apakah Anda mengalaminya? Jika ya, mengapa, dan
jika tidak, mengapa?
Baca Efesus 2:11-22
453 |TEOLOGI REFORMED
Menurut ayat 12, lima hal apa yang terjadi bila seseorang berada di luar
Kristus? Mana dari hal-hal tersebut yang paling menyusahkan Anda jika
Anda belum menjadi Kristen?
Keuntungan apa yang dirasakan jemaat di Efesus karena pengenalan
mereka yang baru akan Kristus? Mana yang sesuai dengan Anda?
Menurut Anda, mengapa Paulus mengingatkan jemaat Efesus tentang
kehidupan mereka yang tanpa Allah? Apakah kehidupan iman Anda akan
tertolong jika mengingat hidup Anda dulu sebelum menjadi seorang
Kristen? Bagaimana hal itu menolong Anda?
Jika Anda harus memilih satu keistimewaan menjadi seorang Kristen yang
paling menguatkan Anda dari perikop ini, keistimewaan yang manakah
itu? Mengapa?
Cobalah beberapa saat menjadi seorang penulis lagu. Lalu, coba tuliskan
sebuah bait tentang rasa syukur Anda kepada Tuhan atas keistimewaan
yang Dia berikan kepada kita di dalam Kristus seperti yang dideskripsikan
di dalam perikop ini.
Jika Anda menggunakan pedoman belajar ini dalam kelompok, mintalah
setidaknya beberapa anggota untuk membaca bait yang telah mereka
tulis. (t/Anggit)
Referensi:
Huegel, F.J.. 1980. Bone of His Bone. Michigan: Zondervan Publishing
House. Stewart, James. A Man in Christ. New York: Harper and Row.
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Judul buku : Confident in Christ
Judul asli artikel : The Essence of Christianity
454 |TEOLOGI REFORMED
Penulis : Ray dan Anne Ortlund
Penerbit : Multnomah, Portland 1989
Halaman : 17 -- 30
455 |TEOLOGI REFORMED
Karya Roh Kudus dalam Mematikan Dosa Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan ketidakmampuan
manusia mengambil bagian dalam kekudusan Allah dan tidak lagi hidup
seturut kehendak-Nya. Kehidupan manusia berdosa telah dibelenggu
oleh kuasa dosa sehingga manusia selalu memiliki kecenderungan untuk
berbuat dosa. Namun, kita patut bersyukur, sebagai orang percaya, kita
tidak lagi hidup diperbudak oleh dosa. Roh Kudus yang telah memanggil
kita serta melahirbarukan, mempertobatkan, menganugerahkan iman,
membenarkan, dan menguduskan, telah memimpin kita untuk
mematikan dosa dan menghasilkan buah-buah ilahi. Tanpa Roh Kudus,
orang percaya tidak mungkin dapat menjalani kehidupan Kristen yang
sesungguhnya. Sebaliknya, melalui pimpinan-Nya, hidup kita akan selalu
diisi dengan kebenaran firman-Nya sehingga gaya dan sikap hidup kita
pun akan berubah.
Namun, kita melihat kenyataan yang sangat menyedihkan, yaitu
sekalipun memiliki Roh Kudus, orang Kristen masih hidup jatuh bangun di
dalam dosa. Seakan-akan, manusia hanya menjadi permainan Setan
karena tidak memiliki kuasa untuk mengalahkannya. Mengapa hal ini
terjadi? Bukankah Alkitab mengatakan bahwa orang-orang Kristen "lebih
dari seorang pemenang"? Bagaimana dengan janji Allah untuk
mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk menjadi Penolong bagi manusia?
Bagaimana cara kerja Roh Kudus untuk menolong orang Kristen
mematikan kuasa dosa yang bercokol di dalam hidupnya?
Artikel yang ditulis oleh John Owen di bawah ini kiranya dapat menjawab
pertanyaan di atas. Selamat menyimak dan mari mempelajari cara Roh
Kudus mematikan dosa-dosa kita.
Staf Redaksi e-Reformed, Ryan < http://reformed.sabda.org >
456 |TEOLOGI REFORMED
Edisi:
Edisi 156/September 2014
Isi:
Dalam bab ini, perhatian kita terfokus pada perihal kebergantungan
orang percaya pada karya Roh Kudus dalam melaksanakan kewajiban
mereka untuk mematikan dosa. Kebenaran hakiki yang ingin ditekankan
dalam bab ini bisa dirangkum sebagai berikut:
Hanya Roh Kudus yang sanggup melaksanakan pekerjaan ini. Segala cara
dan sarana untuk mematikan dosa tidak akan menghasilkan apa pun
tanpa pertolongan-Nya. Roh Kudus bekerja di dalam diri orang percaya
sesuai dengan kehendak hati-Nya untuk mengarahkan dan memberi
kuasa kepada dia dalam pekerjaan ini.
Rangkuman ini bisa diperluas menjadi dua bagian
besar:
a. Sia-sia saja mencari penawar untuk mematikan
dosa.
Banyak penawar yang pernah dianjurkan, beberapa di antaranya
merupakan penawar terkenal, tetapi semuanya tidak menyembuhkan.
Bagian yang paling religius dari Katolik Roma justru menyangkut cara dan
sarana yang keliru untuk mematikan dosa: mengenakan kain kabung,
nazar, ordo-ordo keagamaan, puasa, sakramen pertobatan, dan lain-lain.
Semua ini dianggap bisa mematikan dosa, tetapi sebenarnya tidak.
Sayangnya, pemikiran-pemikiran tentang mematikan dosa seperti itu
tidak terbatas pada Gereja Katolik Roma saja. Ada orang-orang yang
menyebut diri mereka Protestan, yang seharusnya lebih tahu dan
memiliki keuntungan berupa pemahaman yang lebih jelas tentang Injil,
tetapi tindakan mereka tidak lebih baik daripada umat Katolik Roma.
Mereka ini mengabdikan diri untuk memelihara hukum Allah; tetapi
457 |TEOLOGI REFORMED
pengabdian mereka sama sekali tidak berkaitan dengan Kristus atau Roh-
Nya sehingga hanya akan melahirkan kesombongan. Cara dan sarana
yang dianggap bisa mematikan dosa menunjukkan sangat kurangnya
pengenalan akan kuasa Allah dan misteri Injil.
Ada dua alasan utama mengapa upaya-upaya kaum
Katolik Roma dan orang-orang yang menyebut diri
Protestan ini gagal untuk benar-benar mematikan
dosa:
1. Banyak cara dan sarana yang mereka tekankan
untuk mematikan dosa memang tidak pernah
dimaksudkan Allah untuk tujuan ini.
Tidak ada cara dan sarana dalam agama sejati yang bisa mencapai
sasaran tertentu kecuali Allah sendiri telah menetapkannya untuk tujuan
tersebut. Mengenai kain kabung, nazar, sakramen pertobatan, dan hal-
hal lain semacam itu, Allah bertanya, "... siapakah yang menuntut itu dari
padamu ...?" (Yesaya 1:12), dan berkata, "Percuma mereka beribadah
kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia." (Markus 7:7)
2. Mereka gagal menggunakan dengan tepat sarana-
sarana yang telah Allah tunjuk, misalnya berdoa,
berpuasa, berjaga-jaga, bersaat teduh, dan lain-
lain.
Semua sarana ini berguna sebagaimana mestinya dalam pekerjaan ini
hanya ketika digunakan dengan iman dan ketaatan kepada Roh. Ketika
manusia berharap untuk berhasil membunuh dosa hanya dengan
kebajikan doa atau puasa yang begitu banyak, mereka gagal
menggunakan sarana yang Allah tunjuk dengan cara yang benar.
Sebagaimana yang Paulus katakan tentang sejumlah orang, dalam
konteks yang agak berbeda, bahwa mereka "... walaupun selalu ingin
diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran." (2 Timotius
458 |TEOLOGI REFORMED
3:7) Demikian pula, orang-orang semacam itu selalu berusaha
mematikan dosa, tetapi tidak pernah benar-benar melakukannya.
Dengan kata lain, mereka memiliki berbagai sarana untuk membunuh
manusia lahiriah yang berkaitan dengan kehidupan lahiriah, tetapi tak
satu pun dari sarana itu dapat mematikan keinginan jahat yang merusak
kehidupan rohani.
Inilah kesalahan umum yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
mengenal Injil. Inilah penyebab banyaknya takhayul dan agama yang
dibentuk berdasarkan pikiran manusia, yang telah datang ke dalam dunia.
Betapa parahnya kerusakan yang telah manusia perbuat terhadap dirinya
sendiri, betapa hebatnya penderitaan yang harus mereka alami karena
beranggapan bahwa mereka bisa membasmi dosa dengan menyerang
tubuh lahiriah dan bukannya menyerang manusia batiniah atau naturnya
yang rusak! Mencambuki diri atau jenis-jenis penyiksaan badani lainnya
(yang sayangnya, merupakan praktik yang tetap gigih dilakukan sejumlah
orang beragama), sama sekali tidak mematikan dosa.
Suatu bentuk yang lebih halus dan populer dari kesalahan ini, yang juga
sama sekali tidak mematikan dosa, adalah seseorang yang disiksa dengan
rasa bersalah atas suatu dosa yang telah mengalahkan dirinya. Dia
langsung berjanji kepada Allah dan dirinya sendiri bahwa dia tidak akan
melakukannya lagi. Dia mengawasi dirinya sendiri, dia berdoa sejenak,
sampai dorongan kepada dosa yang salah itu kembali mencengkeramnya.
Jika kita memerhatikan natur yang sebenarnya dari pekerjaan yang harus
dilakukan dalam mematikan dosa, jelaslah bahwa tidak ada satu pun
upaya dari manusia sendiri yang bisa mencapainya. Ini membawa kita
menuju ke bagian selanjutnya:
b. Mematikan dosa adalah karya Roh Kudus. Ada dua
alasan mengapa kita mengatakan seperti itu:
1. Allah telah berjanji dalam firman-Nya untuk
memberikan Roh Kudus melakukan pekerjaan ini.
459 |TEOLOGI REFORMED
Secara umum, membuang hati yang keras (yaitu, hati yang
memberontak, bebal, dan tidak mau percaya) merupakan pekerjaan
mematikan dosa yang sedang kita bahas ini. Kepada orang percaya
dijanjikan bahwa pekerjaan ini akan dilakukan oleh Roh: "... Aku akan
menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras .... Roh-Ku akan Kuberikan
diam di dalam batinmu ...." (Yehezkiel 36:26-27)
2. Semua pekerjaan mematikan dosa datang sebagai
karunia dari Kristus, dan segala karunia Kristus
datang kepada kita melalui Roh Kristus.
Tanpa Kristus, kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5).
Kristus mengaruniakan kepada kita usaha mematikan dosa kita. Dia
ditinggikan dan dijadikan Raja dan Juru Selamat untuk memberikan
pertobatan kepada kita (Kisah Para Rasul 5:31) dan usaha
mematikan dosa yang kita lakukan bukanlah bagian yang kecil dari
pertobatan tersebut. Bagaimanakah Kristus melakukannya? Sesudah
menerima Roh Kudus yang dijanjikan, Dia mencurahkan-Nya untuk tujuan
ini (Kisah Para Rasul 2:33).
Kesimpulan
Untuk menyimpulkan, mari kita pikirkan dua
pertanyaan penting berikut ini:
a. Bagaimanakah Roh mematikan dosa? Umumnya,
Roh Kudus menyelesaikan pekerjaan ini melalui tiga
cara:
1. Roh Kudus menyebabkan hati kita berlimpah
dengan anugerah dan menghasilkan buah yang
melawan natur berdosa, baik pada akar maupun
carangnya.
Dalam Galatia 5:19-23, Paulus mempertentangkan "perbuatan
[buah] daging [natur yang berdosa]" dengan "buah Roh". Jika buah Roh
460 |TEOLOGI REFORMED
berkembang dalam diri seseorang, natur berdosa tidak dapat
berkembang pada waktu yang bersamaan. Mengapa demikian? Paulus
menjawab, "Keduanya [yakni natur berdosa dan buah Roh]
bertentangan" (Galatia 5:17), maka keduanya tidak akan bisa bersama
di dalam diri satu orang pada tingkat apa pun. Pembaruan yang
dikerjakan oleh Roh Kudus ini, sebagaimana diserukan dalam Titus 3:5,
merupakan salah satu cara utama untuk mematikan dosa. Roh
menyebabkan kita berjuang dan penuh dengan anugerah yang melawan
dan menghancurkan pekerjaan natur yang berdosa dan sisa-sisa dari dosa
yang masih ada itu.
2. Roh Kudus memiliki pengaruh yang dramatis
terhadap akar dan kebiasaan dosa: melemahkan,
menghancurkan, dan menyingkirkannya.
Karena alasan inilah, Dia disebut Roh yang mengadili dan Roh yang
membakar (Yesaya 4:5). Dia benar-benar menghancurkan dan
menghanguskan keinginan kita untuk berbuat dosa. Dia memulai dengan
membuang hati yang keras dengan suatu kuasa yang dahsyat. Dia
melanjutkan sebagai api yang membakar habis akar keinginan yang jahat.
3. Roh Kudus membawa salib Kristus masuk ke
dalam hati orang berdosa melalui iman, dan
memberi kita persekutuan dengan Kristus di dalam
kematian dan penderitaan-Nya.
b. Jika ini merupakan karya Roh Kudus semata-
mata, mengapa ini menjadi kewajiban yang
diamanatkan untuk dilakukan oleh orang percaya?
Sedikitnya, ada dua jawaban untuk pertanyaan ini:
1. Sebagaimana karya Roh Kudus dalam
mengaruniakan anugerah dan berbagai pekerjaan
baik, mematikan dosa bukanlah karya yang
dilakukan Roh Kudus secara eksklusif.
461 |TEOLOGI REFORMED
Roh Kudus adalah pemberi setiap anugerah dan pekerjaan yang baik,
tetapi orang percayalah yang melakukan anugerah ini dan yang
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik secara nyata. Roh Kudus
"mengerjakan di dalam [kita] baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaan-Nya" (Filipi 2:13). "Segala sesuatu yang kami kerjakan,
Engkaulah yang melakukannya bagi kami." (Yesaya 26:12) Baca
juga 2 Tesalonika 1:11;Kolose 2:12; Roma 8:12-13;
Zakaria 12:10.
2. Roh Kudus tidak mematikan dosa di dalam diri
orang percaya tanpa ketaatan dan kerja sama dari
orang percaya tersebut.
Dia bekerja di dalam kita dan pada kita sesuai dengan natur manusia. Dia
tetap memelihara kebebasan dan ketaatan bebas kita. Dia bekerja di
dalam kita dan bersama kita, bukan melawan kita atau tanpa kita.
Pertolongan-Nya berupa dorongan untuk melakukan pekerjaan itu dan
bukannya alasan untuk mengabaikannya. Hal yang sedang kami tekankan
di sini adalah bahwa pekerjaan ini tidak bisa dilakukan tanpa pertolongan
yang penuh kuasa dari Roh Kudus. Tragisnya, ada orang-orang yang asing
terhadap Roh Allah, dan mereka benar-benar berusaha mematikan dosa
di dalam kehidupan mereka, tetapi gagal. Mereka berperang tanpa
kemenangan, bertempur tanpa pengharapan mendapatkan kedamaian,
dan tetap menjadi budak sepanjang hidup mereka.
Sumber:
Diambil dan disunting dari:
Judul buku : Mematikan Dosa: Suatu Pengajaran Alkitabiah Praktis
Judul asli
buku
: What Every Christian Needs to Know: About Temptation
and Putting Sin to Death
462 |TEOLOGI REFORMED
Judul bab : Karya Roh Kudus dalam mematikan dosa
Penulis : John Owen
Penerjemah : Ina Elia Gani
Penerbit : Momentum, Surabaya 2013
Halaman : 21 -- 28
http://reformed.sabda.org/