Biaya Modal dan Pengungkapan Sumber Daya...
Transcript of Biaya Modal dan Pengungkapan Sumber Daya...
Biaya Modal dan Pengungkapan Sumber Daya
Manusia: Sebuah Bukti di Indonesia
Full Paper
Fajar Kristanto Gautama Putra Universitas Airlangga
Abstract: Firm’s capital providers take cost of capital as their compensation for asymmetry
information they encountered. Human resource disclosure is one of fundamental information
that needed by firm’s capital provider to ensure that their funds is managed by right people.
The purpose of this paper is to examine the extent both of cost of debt and cost of equity and
identify their impact on human resource disclosures in annual reports of Indonesian listed
companies. This research is conducted using 552 samples of Indonesian listed companies
from all industries, except financial industry for period of 2014-2015. Cross-sectional
ordinary least square (OLS) is use to test research hypotheses. Consistent with expectation,
researcher found that cost of debt associated significant and negatively with human resource
disclosure, while cost of equity associated negatively with human resource disclosure.
Furthermore the research finding is mainly derived from high growth industries which are
both of cost of debt and equity associated significant and negatively with human resource
disclosure. This paper contributes to the human resource research causal relationship with
cost of debt and equity, highlight that high cost of debt and equity is indication that human
resource disclosure is less than firm’s capital provider expect.
Keyword: non-financial disclosure, human disclosure index, cost of debt, cost of equity.
I. Pendahuluan
Pada masa ini, sumber daya manusia menjadi salah satu hal yang patut
dipertimbangkan. Sumber daya manusia yang efisien dimana para pekerja yang memiliki
keahlian dan pengetahuan adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif di pasar
globalisasi (The World Bank, 1995). Sumber daya manusia yang tepat adalah katalisator bagi
perkembangan sumber daya lain dimana tujuannya adalah tetap membuat perusahaan dapat
bertahan di masa modern ini. Sebagai salah satu asset tak berwujud, pengukuran sumber daya
manusia tidak mudah. Salah satu metode yang umum digunakan adalah pengungkapan
sumber daya manusia di laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan sumber daya manusia
sendiri bagi perusahaan terbuka di Indonesia sendiri belum menjadi sebuah kewajiban bagi
perusahaan dengan regulasi khusus. Hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas
pengungkapan sumber daya manusia perusahaan terbuka di Indonesia menjadi sangat
beragam.
Pengungkapan informasi oleh perusahaan didasari oleh hubungannya dengan kreditur
dan investor. Huang et al., (2008) menemukan bahwa investor pada umumnya mencari
informasi mengenai manajemen dan sumber daya manusia perusahaan yang menjadi
investasinya. Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa pengungkapan sumber daya
manusia berdampak signifikan dan negatif terhadap biaya hutang dan biaya ekuitas
(Armitage and Marston, 2007; Bouljebene and Habib, 2012), namun hal itu akan
menyebabkan hubungan kausalitas. Di Indonesia, biaya hutang dan biaya ekuitas bedasarkan
kondisi 31 Desember sedangkan kebanyakan penyusunan dan pembuatan laporan tahunan
perusahaan terbuka di Indonesia dilakukan setelah 31 Desember. Hal itu membuat biaya
hutang dan biaya ekuitas adalah hal yang terjadi terlebih dahulu daripada pengungkapan
sumber daya manusia.
Kreditur dan investor yang menerapkan biaya hutang dan biaya ekuitas tinggi adalah
indikasi bahwa perusahaan tidak memberikan pengungkapan sumber daya manusia yang
cukup bagi kreditur dan investor. Pengungkapan sumber daya manusia pada laporan tahunan
sendiri adalah kualititatif dan mencerminkan pandangan perusahaan mengenai sumber daya
manusia perusahaan itu sendiri. Penelitian ini diterapkan pada 552 sampel perusahaan terbuka
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2015, dimana menggunakan tiga
kategori pengungkapan sumber daya manusia untuk mengukur pengungkapan sumber daya
manusia yang telah divalidasi secara empiris. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan
metode ordinary least square regression analysis pada aplikasi statistik Stata.
Kontribusi penelitian ini adalah pertama masih jarang penelitian mengenai
pengungkapan sumber daya manusia di laporan tahun dengan menggunakan sampel
perusahaan Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sebab
dan akibat dari pengungkapan sumber daya manusia, baik bagi perusahaan, pemilik modal,
maupun masyarakat umum. Kedua penelitian ini juga menjelaskan hubungan kasualitas
antara biaya hutang dan biaya ekuitas dengan pengungkapan sumber daya manusia. Hal ini
tentunya akan memperkaya pandangan mengenai konsekuensi dari pengungkapan sumber
daya manusia. Struktur dari penelitian ini adalah: bagian ke 2 adalah telaah literatur dan
pengembangan hipotesis; bagian ke 3 deskripsi sampel dan variabel penelitian; bagian ke 4
hasil dan penelitian; bagian ke 5 kesimpulan, limitasi, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
II. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis
Biaya hutang dan biaya ekuitas adalah faktor penting dalam pengambilan keputusan
untuk struktur modal suatu bisnis (Dhaliwal et al, 2011). Manajemen melihat biaya modal
adalah biaya yang diperlukan untuk menjamin keberadaan sumber modal mereka sedangkan
bagi pemberi pinjaman dan pemilik saham, biaya modal dipandang sebagai kompensasi atas
resiko yang mereka tanggung. Besaran jumlah dari biaya hutang dan biaya ekuitas ditentukan
oleh tingkat laba yang diharapkan penyetor modal dan tentunya resiko yang ditanggung
penyetor modal. Resiko tersebut timbul akibat adanya ketidakseimbangan informasi yang
didapat oleh manajemen dan penyetor modal. Menurut Paton & Littleton (1970), penyetor
modal tidak memiliki kesempatan untuk menggabungkan informasi yang dilaporkan dengan
informasi yang didapat secara langsung mengenai kondisi dan aktivitas perusahaan.
Sebagai salah satu sumber daya paling penting, pengungkapan sumber daya manusia
mutlak dibutuhkan oleh penyetor modal. Beberapa penelitian mengenai pengukapan
informasi sumber daya manusia. Kaur (2016) menyelidiki berbagai variabel yang dapat
mempengaruhi pengukapan sumber daya manusia suatu perusahaan. Pengukapan sumber
daya manusia sendiri berpengaruh signifikan dan positif terhadap reputasi suatu perusahaan
(Dominiguez, 2011). Cuadrado-Ballesteros et al (2016), menemukan bahwa pengukapan
informasi secara umum telah mengurangi tingkat informasi asimetris dan berhubungan
signifikan dan negative dengan biaya modal. Pengukapan modal intelektual sendiri telah
diketahui mengurangi biaya hutang (Orens et al, 2009; Guidara et al, 2015) dan biaya ekuitas
(Bouljelbene dan Habib, 2013). Sehubungan dengan penelitian sebelumnya, biaya hutang dan
biaya ekuitas adalah bentuk dari informasi asimetris dan ketidakjelasan dari perusaahaan
yang mengelola modal dari mereka. Di Indonesia biaya hutang dan biaya ekuitas bedasarkan
kondisi saat akhir tahun sedangkan pengungkapan sumber daya manusia dalam laporan
tahunan disajikan akhir bulan keempat setelah tahun berjalan berakhir. Sehingga biaya hutang
yang tinggi adalah pertanda informasi sumber daya manusia yang mengolah pinjaman
mereka kurang dari yang diharapkan oleh pemberi pinjaman.
H1: Biaya hutang berdampak negatif signifikan kepada pengukapan sumber
daya manusia
Sejalan dengan biaya hutang, biaya ekuitas juga timbul akibat resiko atas
ketidakpastian mengenai saham yang telah dibeli. Pemegang saham menghadapi resiko bisnis
yang tinggi karena mereka tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai sumber daya
manusia perusahaan yang sahamnya dibeli mereka. Sehingga biaya ekuitas yang tinggi adalah
pertanda bahwa informasi sumber daya manusia yang mereka terima kurang dari yang
diharapkan.
H2: Biaya ekuitas berdampak negatif signifikan terhadap pengungkapan
sumber daya manusia
III. Metode Penelitian
3.1. Sampel dan Sumber Data
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2014-2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada
laporan tahunan perusahaan terkait yang didapat dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, situs
resmi perusahaan terkait, dan database ORBIS. Penelitian ini tidak melibatkan perusahaan
yang bergerak di industri keuangan karena format laporan tahunan yang berbeda serta
perusahaan yang tidak memiliki cukup informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
Bedasarkan kriteria sampling tersebut, maka total sampel penelitian ini adalah 318
perusahaan.
3.2. Pengukuran Variabel Operasional
Penelitian ini menggunakan variabel dependen pengungkapan sumber daya manusia
(HRDI). Setiap laporan tahunan perusahaan akan dicari bagian yang berkaitan dengan sumber
daya manusia. Setelah teridentifikasi bagian yang terkait dengan sumber daya manusia, maka
informasi tersebut dibagi menjadi tiga kategori: informasi mengenai sumber daya manusia,
informasi sosial, dan informasi etis, dimana tahap berikutnya adalah menghitung jumlah
kalimatnya (Dominiguez, 2011). Untuk pengungkapan dalam bentuk visual, peneliti
menggunakan satuan baris dalam dari objek visual tersebut. Jumlah HRDI sebuah perusahaan
merupakan gabungan dari jumlah kalimat dan jumlah baris dari objek visual.
Tabel 1
Koding Informasi pada Sumber Daya Manusia (Domínguez, 2011)
Panel A: Informasi mengenai sumber daya manusia 1. Deskripsi mengenai karyawan 2. Pelatihan dan sumber daya karyawan
(a) Hari, jam, dan biaya dari pelatihan karyawan (b) Sertifikasi profesional, tanggung jawab, talenta, inovasi, pengalaman (c) Pemilihan karyawan (merekrut yang terbaik, promosi internal) (a) Hasil pelatihan (b) Manajemen sumber daya karyawan (c) Sistem informasi manajamen sumber daya
3. Peforma karyawan
manusia (a) Laba kotor per karyawan (b) Laba bersih per karyawan (c) Biaya per karyawan
Panel B: informasi sosial 4. kompensasi, insentif, motivasi karyawan 5. Interaksi dengan karyawan 6. Kesehatan dan keselamatan kerja 7. Perekrutan karyawan
(a) Gaji, aktivitas, total biaya, gaji bedasarkan jenis kelamin dan kualifikasi (b) Insentif, keperawatan, remunerasi secara tidak langsung (c) Opsi saham (d) Insentif gaji (a) Komunikasi internal (b) Umpan balik karyawan (c) Karyawan sebagai komunikasi pelanggan, kepuasan pelanggan (d) Komunikasi yang berkembang, saran, ide (a) Kesehatan dan keselamatan, pencegahan, kampanye kesehehatan (b) Tragedi saat bekerja (c) Ketidakhadiran (a) Jam kerja fleksibel (b) Pengurangan hari kerja (c) Stabilitas pekerjaan (d) Kesempatan bagi pemuda
Panel C: informasi etika 8. Hak pekerja dan serikat karyawan
(a) Relasi antara manajemen dengan serikat karyawan (b) Hak pekerja (c) Kepuasan kerja
Sumber: (Domínguez, 2011)
Untuk variabel independennya, penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu biaya
hutang (COD) dan biaya ekuitas (COE). Peneliti menggunakan pengukuran yang sama
dengan Francis et al (2005) untuk biaya hutang yaitu total beban bunga dibagi dengan total
hutang. Pengukuran ini menggunakan total hutang bukan total liabilitas karena tidak semua
liabilitas membebankan bunga seperti hutang dagang. Sedangkan untuk biaya ekuitas sendiri
menggunakan pengukuran model discount dividend model (Abdelghany, 2005; Gregory,
2011; Embong et al, 2012). Model ini mengukur biaya ekuitas dengan rumus:
dimana:
COE biaya ekuitas
Dt dividen tahun berjalan
mp harga pasar saham perusahaan pada tahun berjalan
g perubahan konstan dari dividen
Menurut Ehrhardt (2001), perubahan konstan dari dividen dapat dihitung
menggunakan rumus:
dimana:
Dl dividen yang dibagikan 6 tahun yang lalu
Peneliti menggunakan dividen 6 tahun lalu atas pertimbangan ketersediaan informasi
keuangan khususnya dividen yang dibayarkan pada database ORBIS.
Untuk variabel control penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran dari perusahaan
(SIZE) yang diukur dengan logaritma natural dari total asset; tingkat hutang (LEV) yang
dihitung menggunakan rasio total hutang dengan total ekuitas; auditor dari perusahaan
tersebut (BIG4) dimana akan mendapatkan nilai 1 jika auditor perusahaan adalah Ernst &
Young, Deloitte, Price Water Coopers, atau KPMG sedangkan untuk auditor lainnya
mendapat nilai 0; jumlah tahun dari penerbitan saham perdana hingga tahun 2018 (AGE); dan
laba setelah pajak perusahaan terkait (PROFIT). Semua variabel kontrol ini bedasarkan
penelitian terdahulu (Dominiguez, 2012; Kaur et al, 2016; Abhayawansa and Guthrie, 2016;
Petera and Wagner, 2017) dan diterapkan atas ketersediaan informasi yang ada di Indonesia.
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1. Statistik Deskriptif
Pemahaman mengenai variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabel statistik
deskriptif. Tabel 2 menyajikan statistic deskriptif untuk sampel penelitian ini.
Tabel 2
Tabel Statistik Deskriptif
Mean Median Minimum Maksimum
HRDI 76.921 44.000 1.000 527.000
COD 4.299 0.145 0.000 114.424
COE 29312.057 0.000 -1.000 901713.905
AGE 14.623 14.000 0.000 33.000
SIZE 21.801 21.763 18.416 25.678
LEV 1.459 0.946 -5.023 13.332
BIG4 0.374 0.000 0.000 1.000
PROFIT 5.675e+08 35591219.000 -1.815e+09 1.561e+10
Semua data sampel tersebut telah di winsorize minimum 1 persen dan maksimum 1
persen sehingga data outliners dapat dieliminasi. Melalui tabel tersebut dapat diketahui
bahwa pengungkapan sumber daya manusia (HRDI) perusahaan Indonesia mulai dari hanya
nilai satu hingga 527. Biaya hutang (COD) memiliki nilai minimum 0 karena ada beberapa
perusahaan yang tidak beban bunga sama sekali pada tahun berjalan. Biaya ekuitas (COE)
memiliki nilai median 0. Selebihnya, tabel tersebut menunjukan nilai rata-rata, tengah,
minimum dan maksimum variabel kontrol.
4.2. Uji Korelasi Person
Penggunaan tabel uji Pearson menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
baik antara HRDI dengan COD maupun HRDI dengan COE. Sedangkan terhadap hubungan
HRDI dengan variabel control menjunkan hasil signifikan kecuali terhadap tingkat hutang
perusahaan. Spesifiknya, umur perusahaan (AGE) memiliki hubungan negatif signifikan
terhadap HRDI pada 1 persen sedangkan untuk ukuran perusahaan (SIZE), auditor eksternal
perusahaan (BIG4) dan laba bersih setelah pajak (PROFIT) memiliki hubungan positif
signifikan terhadap HRDI.
Tabel 3
Tabel Uji Korelasi Pearson
HRDI COD COE AGE SIZE LEV BIG4 PROFIT
HRDI 1.000
COD -0.056 1.000
(0.315)
COE 0.033 -0.006 1.000
(0.558) (0.920)
AGE -0.222***
0.079 0.034 1.000
(0.000) (0.158) (0.551)
SIZE 0.354***
0.060 0.262***
0.124**
1.000
(0.000) (0.287) (0.000) (0.027)
LEV 0.046 -0.015 -0.024 0.059 0.066 1.000
(0.418) (0.786) (0.673) (0.296) (0.240)
BIG4 0.124**
-0.040 0.140**
0.229***
0.441***
0.017 1.000
(0.027) (0.477) (0.012) (0.000) (0.000) (0.767)
PROFIT 0.100* 0.040 0.278
*** 0.165
*** 0.437
*** -0.036 0.226
*** 1.000
(0.075) (0.473) (0.000) (0.003) (0.000) (0.525) (0.000) p-values in parentheses * p < 0.1,
** p < 0.05,
*** p < 0.01
4.3. Uji Regresi Model OLS
Peneliti menggunakan analisis regresi menggunakan metode Cross-Sectional
Ordinary Least Square. Analisis regresi sendiri digunakan untuk menguji hubungan biaya
hutang dan sekaligus hubungan biaya ekuitas terhadap pengungkapan sumber daya manusia.
Model analisis regresi yang dikembangkan untuk penelitian ini adalah:
Tabel 4 menunjukan hasil analisis regresi menggunakan seluruh sampel dari
penelitian. Tabel tersebut mengkonfirmasi dampak biaya hutang terhadap pengungkapan
sumber daya manusia adalah negatif siginifikan dengan nilai (-2.23) yang memiliki tingkat
siginifikansi sebesar 5%. Sedangkan untuk hubungan biaya ekuitas terhadap pengungkapan
sumber daya manusia tidak menunjukan hasil yang signfikan namun memiliki hasil negatif.
Untuk variabel control yang memberikan hasil signifikan hanya umur perusahaan dan ukuran
perusahaan. Uniknya adalah untuk umur perusahaan terbuka Indonesia memberikan hasil
yang berkebalikan dengan penelitian Kaur (2016).
Tabel 4
Tabel Uji Regresi OLS Seluruh Sampel
n=318* t < 1.65,
** t < 1.97,
*** t < 2.59
Setelah menggunakan seluruh sampel, peneliti tertarik untuk membagi sampel
kedalam dua kategori bedasarkan perkembangan industri di Indonesia untuk meneliti lebih
dalam hubungan penelitian ini terhadap perkembangan industri. Kategori pertama adalah
industri Indonesia yang memiliki perkembangan pesat sedangkan kategori kedua adalah
industri yang dinilai lamban dalam perkembangan. Menurut Indonesia Investment (2014),
industri yang berkembang pesat di Indonesia antara lain adalah pertambangan dan konstruksi
(SIC 1); manufaktur (SIC 2 dan SIC 3); pedagang retail dan grosir (SIC 5) sedangkan untuk
industry yang perkembangannya lamban adalah agrikultur, kehutanan dan perikanan (SIC 0);
transportasi, komunikasi, listrik, gas, dan jasa sanitasi (SIC 4); jasa (SIC 6 dan SIC 7);
administrasi public (SIC 9). Untuk industri yang berkembang pesat disajikan dalam tabel 5
menunjukan bahwa biaya hutang dan biaya ekuitas berdampak signifikan negatif terhadap
pengungkapan sumber daya manusia. Sedangkan untuk industry yang perkembangannya
lamban disajikan dalam tabel 6 tidak menunjukan hasil signifikan baik biaya hutang maupun
biaya ekuitas. Hasil kedua tabel tersebut menunjukan bahwa hubungan antara biaya hutang
dan biaya ekuitas terhadap pengungkapan sumber daya manusia didorong oleh perusahaan
yang bergerak di industry yang berkembang pesat.
Tabel 5
Tabel Uji Regresi OLS Sampel Industri Berkembang Pesat
Prediksi
Hubungan HRDI HRDI
COD - (-2.23)**
COE - (-0.95)
AGE + (-4.07)***
(-4.19)***
SIZE + (5.43)***
(5.47)***
LEV + (0.81) (0.81)
BIG4 + (0.49) (0.62)
PROFIT + (-0.51) (-0.31)
CONSTANT (-4.68)***
(-4.71)***
r2 0.240 0.240
N 318 318
Prediksi
Hubungan HRDI HRDI
COD - (-1.77) *
COE - (-2.35)**
AGE + (-2.97)***
(-3.14)***
SIZE + (3.72)***
(3.93)***
LEV + (0.43) (0.42)
BIG4 + (0.79) (0.91)
PROFIT + (1.97)* (2.55)
**
n=219* t < 1.65,
** t < 1.97,
*** t < 2.60
Tabel 6
Tabel Uji Regresi OLS Sampel Industri Berkembang Lamban
n=99* t < 1.66,
** t < 1.98,
*** t < 2.63
4.5 Pembahasan
4.5.1. Dampak Biaya Hutang terhadap Pengungkapan Sumber Daya Manusia
Biaya hutang adalah indikasi bahwa pemberi pinjaman kurang mendapat informasi
mengenai sumber daya manusia. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa biaya hutang
berdampak signifikan negatif terhadap pengungkapan sumber daya manusia. Hal ini
dikarenakan biaya hutang tinggi adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung pemberi
pinjaman atas ketidaktahuannya akan profil dan kapabilitas sumber daya manusia yang
meninjam dananya. Pada sampel perusahaan yang bergerak di industri berkembang pesat
hasil yang ditunjukan tetap sama meskipun hasil signifikasinya berkurang. Untuk penelitian
pada sampel perusahaan industri berkembang lamban menunjukan hasil tidak signifikan. Hal
ini didasarkan pada pandangan pemberi hutang terhadap masa depan perusahaan. Perusahaan
yang bergerak di industri perkembangan lamban cenderung tidak dapat memberikan
kepastian yang menguntungkan bagi pemberi hutang, sehingga biaya hutang tidak dapat
menjadi indikasi lagi bahwa pengungkapan sumber daya manusia yang kurang. Namun
meskipun tidak menunjukan hasil signifikan, dampak biaya hutang terhadap pengungkapan
sumber daya manusia menunjukan hasil negatif.
4.5.2. Dampak Biaya Ekuitas terhadap Pengungkapan Sumber Daya Manusia
Berbeda dengan biaya hutang, hasil penelitian mengenai dampak biaya ekuitas
terhadap pengukapan sumber daya manusia menunjukan hasil tidak signifikan. Penemuan ini
mengungkapkan bahwa hipotesis penelitian ini tidak terbukti di perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan di
berbagai negeri (Orens et al, 2009: Bouljelbene dan Habib, 2013) yang menunjukan hasil
signifikan negatif. Faktor utama yang membuat hal ini adalah para pemilik saham dapat
mengetahui informasi mengenai sumber daya manusia tidak hanya lewat pengungkapan pada
CONSTANT (-2.53)**
(-2.73)***
r2 0.259 0.275
N 219 219
HRDI HRDI
COD (-0.73)
COE (0.86)
AGE (-2.73)***
(-2.63)***
SIZE (3.81)***
(3.86)***
LEV (0.49) (0.52)
BIG4 (-0.51) (-0.57)
PROFIT (-3.31)***
(-3.26)***
CONSTANT (-3.45)***
(-3.54)***
r2 0.247 0.251
N 99 99
laporan tahunan sehingga tingkat biaya ekuitas bukan menjadi indikasi bahwa pemilik saham
tidak cukup memiliki informasi sumber daya manusia. Namun jika sampel penelitian
dipersempit hanya untuk perusahaan yang bergerak di industri yang perkembangannya pesat
maka hasil regresi menunjukan biaya ekuitas berdampak signifikan negatif terhadap
pengungkapan sumber daya manusia. Hal ini disebabkan pemilik saham secara umum
memiliki resiko yang tinggi sehingga sangat memperhatikan masa depan dari perusahaannya.
Pemilik saham akan membutuhkan semua informasi mengenai sumber daya manusia dari
segala sumber pada perusahaan yang memiliki berkembangan pesat dikarenakan hal tersebut
akan menguntungkannya, sehingga biaya ekuitasnya menjadi indikasi atas tingkat
pengungkapan sumber daya manusia. Untuk perusahaan yang bergerak pada bidang industri
berkembang lamban sejalan dengan seluruh sampel, yaitu tidak signifikan.
V. Kesimpulan dan Limitasi
Tujuan utama penelitian ini adalah meneliti hubungan akan biaya modal terhadap
pengungkapan sumber daya manusia pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2014-2015. Biaya modal sendiri dibagi menjadi dua yaitu biaya hutang dan
biaya ekuitas. Secara umum hasil penelitian dampak biaya hutang terhadap pengungkapan
sumber daya manusia menunjukan hasil signifikan negatif. Hal ini mengkonfirmasi bahwa
hasil penelitian tidak menolak hipotesis satu yang diajukan oleh peneliti. Namun pada
industri yang perkembangan lamban tidak ditemukan hasil yang signifikan.
Dampak biaya ekuitas terhadap pengungkapan sumber daya manusia bedasarkan
penelitian ini adalah tidak signifikan. Hal ini menolak dari hipotesis kedua yang berpendapat
bahwa biaya ekuitas berdampak signifikan negatif terhadap pengungkapan sumber daya
manusia. Temuan ini menunjukan bahwa tingkat pengungkapan sumber daya manusia tidak
ditentukan oleh kompensasi yang diinginkan oleh pemilik saham. Hal ini didorong karena
pemilik saham memiliki beberapa cara lain yang tidak dimiliki pemberi pinjaman seperti
Rapat Umum Pemegang Saham untuk mendapat informasi sumber daya manusia. Sedangkan
variabel lain yang dapat dikatakan determinan signifikan bagi pengungkapan sumber daya
manusia adalah umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan laba bersih setelah pajak
perusahaan.
Peneliti menemukan beberapa limitasi saat melakukan penelitian ini diantaranya
adalah terkait dengan metode pengukuran biaya ekuitas. Bedasarkan Abdelghany (2005),
untuk membuat perkembangan konstan dividen memerlukan data dengan jangka waktu
sepuluh tahun, namun karena keterbatasan informasi sehingga peneliti hanya menggunakan
data selama enam tahun. Selain itu penelitian ini juga tidak mencangkup pengungkapan
sumber daya manusia melalui sumber lain seperti media sosial dan situs resmi perusahaan.
Hambatan lain yang ditemukan adalah tidak semua laporan tahunan perusahaan tersedia di
situs Bursa Efek Indonesia maupun di situs resmi perusahaan terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman Anam, Ousama, Fatima, A, & Rahshid, Hafiz. (2011/06/27). Effect of Intellectual capital information diclosed in annual reports on market capitalisation: evidence from bursa malaysia. Journal of Human Resource Costing & Accounting, 85-101.
Abhayawansa, S., and James, G. (2016), “Does intellectual capital disclosure in analyst’ report vary by firm characteristic?”, Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, Vol. 35, pp. 26-38.
Abdelghany, K., E., (2005), "Informational content of the cost of equity capital: empirical evidence", Managerial Auditing Journal, Vol. 20 Iss 9 pp. 928 - 935
Anam, O.A., Fatima, A.H. and Majdi, A.R.H. (2011), “Effects of intellectual capital information disclosed in annual reports on markrt capitalisation”, Journal of Human Resource Costing and Accounting, Vol. 15 No. 2, pp. 85-101.
Armitage, S., & Marston, C. (2008). “Corporate disclosure, cost of capital and reputation: evidence from finance directors”. The British Accounting Review, Vol. 40, pp. 314–336.
Barnard, C. (1938), The functions of the executive, Cambridge, MA: Harvard University Press.
Bendickson, J., Jeff, M., Eric, W., L., & Phillip, E., D., (2016). “Agency theory: background and epistemology”, Journal of Management History, Vol. 22 Iss 4, pp.437-449.
Bontis, N. (2003), “Intellectual capital disclosure in Canadian corporations”, Journal of Human Resource Costing and Accounting, Vol. 7 No. 1, pp. 9-20.
Boujelbene, M., A., and Habib, A. (2013), “The impact of intellectual capital disclosure on cost of equity capital: A case of French firms”, Journal of Economics, Finance, and Administrative Science, Vol. 18 Iss 34, pp. 45-53.
Camfferman, Kees and Terrence E. Cooke (2002). “An Analysis of Disclosure in the Annual Reports of U.K. and DutVch Companies”, Journal of International Accounting Research, Vol. 1 No. 1, pp 3-30.
Chan, K.H. (2009), “Impact of intellectual capital on organisational performance. An empirical study of companies in the Hang Seng Index (Part 1,2)”, The Learning Organization, Vol. 16 No. 1, pp. 4-39.
Chen, J., J., Xinsheng, C., Stephen, X., G., & Youchao, T. (2014), “Do higher value firms voluntarily disclose more information? Evidence from China”, The British Accounting Review, Vol. 46 Iss 1, pp. 18-32.
Cuadrado-Ballesteros, B., Isabel-Maria, G., and Jennifer, M., F., (2016), "How are corporate disclosures related to the cost of capital? The fundamental role of information asymmetry", Management Decision, Vol. 54 Iss 7 pp. 1669-1701
Dhaliwal, D. S., Li, O. Z., Tsang, A., & Yang, Y. G. (2011). “Voluntary nonfinancial disclosure and the cost of equity capital: The initiation of corporate social responsibility reporting”, The Accounting Review, Vol. 86 Iss 1, pp. 59-100.
Dominguez, A. A. (2011). The impact of human resource disclosure on corporate image. Journal of Human Resource Costing & Accounting, 279-298.
Embong, Z., Mohd-Saleh, N., and Hassan, M., S., (2012), “Firm size, disclosure and cost of equity capital”, Asian Review of Accounting, Vol. 20 No. 2, pp. 119-139.
Ehrhardt, M.C. (2001), The Search for Value: Measuring the Company’s Cost of Capital, Harvard Business School Press, Boston, pp. 39-40.
Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983), “Separation of ownership and control”, Journal of Law and Economics, Vol. 26, pp. 301-325.
Firer, S and Williams, S.M. (2003), “Intellectual capital and traditional measures of corporate performance”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 no. 3, pp 348-60
Francis, J. R., Khurana, I. K., and Pereira, R. (2005b), "Disclosure incentives and effects on cost of capital around the world", The Accounting Review, Vol. 80 No. 4, pp. 1125-1162.
Garcia-Ayuso, M., Moreno-Campos, I. and Sierra-Molina, G. (2000), “Fundamental analysis and human capital:empirical evidence on the relationship between the quality of human resources and fundamental accounting variables”, Journal of Human resource Costing and Accounting, Vol. 5 No. 1, pp. 45-57.
Gregory, A., (2011), "The Expected Cost of Equity and the Expected Risk Premium in the UK", Review of Behavioural Finance, Vol. 3 Iss 1 pp. 1 – 26.
ICMD
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976), “Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure”, Journal Financial Economics, Vol. 3, pp. 305-360.
Kam, V. (1990). Accounting Theory, 2nd Ed, John Wiley & Sons
Kaur, S. et al. (2016). Impact of corporate characteristic on human resource disclosure. Asian Review of Accounting, 390-425.
Kettaneh, N., Berglund, A., & Wold, S. (2005). “PCA and PLS with very large data sets.” Computational Statistics & Data Analysis, Vol. 48 No. 1, pp. 69–85.
Krippendorff, K. (2004). Content analysis—An introduction to its methodology. California: Sage Publication, Inc.
Li, Y., Eddie, I., Liu, J., (2014),"Carbon emissions and the cost of capital: Australian evidence", Review of Accounting and Finance, Vol. 13 Iss 4 pp. 400 - 420
M. América Álvarez Domínguez, (2012),"Company characteristics and human resource disclosure in Spain", Social Responsibility Journal, Vol. 8 Iss 1 pp. 4-20
Martin Clarke, Dyna Seng, Rosalind H. Whiting, (2011) "Intellectual capital and firm performance in Australia", Journal of Intellectual Capital, Vol. 12 Issue: 4, pp.505-530.
Morris, S. S., Snell, S. A. and Wright P. M. (2005). “A resource-based view of human resources: Toward a framework of integrative and creative capabilities (CAHRS Working Paper #05-16). Ithaca, NY: Cornell University.
Motokawa, K., (2015),"Human capital disclosure, accounting numbers, and share price", Journal of Financial Reporting and Accounting, Vol. 13 Iss 2 pp. 159 – 178
Muttakin,M.B., Arifur, K., and Ataur, R., B., (2015), “Intellectual capital disclosures and corporate governance: An empirical examination”, Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, Vol. 31 Iss 2 pp. 219-227
Nahar, S., Mohammad, A., Christine, A., J., (2016), "Risk disclosure, cost of capital and bank performance", International Journal of Accounting & Information Management, Vol. 24 Iss 4 pp. 476-494.
Orens, R., Walter, A., and Nadine, L., (2009), “Intellectual capital disclosure, cost of finance and firm value”, Management Decision, Vol. 47 No. 10, pp. 1536-1554
Paton, W., A., and Littleton, A., C., (1970), An Introduction to Corporate Accounting Standards. American Accounting Association, Michigan.
Petera, P., and Jaroslav, W., (2017), "Human resources disclosure among companies in Czechia", Social Responsibility Journal, Vol. 13 Iss 4, pp.743-761.
Prencipe, Annalisa (2004). “Proprietary cost and voluntary segment disclosure: evidence from italian listed companies”. European Accounting Review, Vol 13, pp 319-340.
Qiu, Y., Shaukat, A., Tharyan, R., (2014), “Environmental and social disclosures: Link with corporate financial performance”, The British Accounting Review, Vol. 48 Iss 1, pp. 102-116.
Otoritas Jasa Keuangan, (2016). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 /POJK.04/2016 Tentang Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik.
Rosa, F., L., and Liberatore, G. (2014), “Biopharmaceutical and chemical firms’ R&D disclosure, and cost of equity: The impact of the regulatory regime”, European Management Journal, Vol. 32 No. 5, pp. 806-820.
Samudhram, A., Errol, S., Jayasinghe, W., and Jothee, S., (2014), “Value relevance of human capital based disclosures: Moderating effects of labor productivity, investor sentiment, analyst coverage and audit quality”, Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, Vol. 30 Iss 2, pp. 338-353.
Sekaran, U. & Bougie, R. (2009). Research Methods For Business. 6 th Ed, John Wiley & Sons, Inc.
Shiu, H.-J. (2006b), “The application of the value added intellectual coefficient to measure corporate performance: evidence from technological firms”, International Journal of Management, Vol. 23 No. 2, pp. 356-65.
Ting, I.W.K. and Lean, H.H. (2009), “Intellectual capital performance of financial institutions in Malaysia”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 10 No. 4, pp. 588-99.
Tovstiga, G. and Tulugurova, E. (2007), “Intellectual capital practices and performance in Russian enterprises”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 8 No. 4, pp. 695-707.
Wagiciengo, M., M., and Ataur, R., B., (2012). “Intellectual capital disclosures by South African companies: A longitudinal investigation”, Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, Vol. 28 Iss 1, pp. 111-119.
Wang, Y., Huang, H., W., Chiou, J., & Huang, Y., C., "The effects of industry expertise on cost of debt: an individual auditor-level analysis", Asian Review of Accounting, Vol. 25 Iss 3, pp.322-334.