BALENCED SCORECARD FOR...
Transcript of BALENCED SCORECARD FOR...
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 1 of 26
BALANCED SCORECARD FOR GOVERNMENT INSTITUTION
Oleh Wilopo
If we can measure it, we can manage it.
If we can manage it, we can achieve it. Organisasi sebagai open system berada dalam lingkungan yang tidak
vacuum, dalam pertumbuhan dan perkembangannya akan banyak
berbenturan dengan perubahan dan dinamika lingkungan. Begitu pula dengan
Instansi Pemerintah tidak lengang dari banyaknya tuntutan, dorongan dan
rangsangan untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan kebutuhan
lingkungan, apabila instansi pemerintah tidak ingin dibaca sebagai satu
kendala utama dalam “ekosistem”-“ekosistem” 1 yang ada dimasyarakat.
Apakah “ekosistem” ekonomi, “ekosisitem” perdagangan, “ekosistem” social
sampai pada “ekoisistem” konservasi alam, artinya dalam ekosistem-
ekosistem tersebut Instansi pemerintah memiliki posisi sebagai pemain
penting, terlebih dalam system kenegaraan kita dimana negara masih
memiliki posisi dominan dihampir semua sector. Hasil kinerja instansi
pemerintah akan besar pengaruhnya pada sirkulasi ekosistem secara
keseluruhan.
Tidaklah mengherankan apabila salah satu kendala perbaikan sistem
ekonomi kita juga tergantung sampai sejauhmana kinerja instansi pemerintah
sebagai partner sector swasta/private. Lambatnya tingkat responsitas instansi
pemerintah akan memperlambat pertumbuhan sistem ekonomi itu pula.
Tidaklah mengherankan apabila KKN merak dimana-mana karena banyaknya
tuntutan terhadap kecepatan responsitas instansi pemerintah , yang selama
ini terhambat oleh birokrasi dan ketiadaan mekanisme yang handal dalam
melakukan koordinasi antar instansi pemerintah.
Responsitas bukanlah merupakan tuntutan tunggal dari masyarakat
atau lingkungan terhadap instansi pemerintah, namun lebih dari itu tuntutan
1 Ekosistem yang dimaksud adalah hubungan sebab akibat yang akan saling mempengaruhi antara pelaku negara, masyarakat , dan swasta. Seperti alam semesta dimana hukum telah menetapkan adanya ekosistem, rusaknya salah satu bagian ekosistem tersebut akan berakibat buruk terhadap kehidupan koloni-koloni habitat tertentu.
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 2 of 26
efisiensi operasional, efektifitas sistem, kualitas pelayanan, kemudahan
akses, dan kemampuan memberikan kepuasan pada masyarakat merupakan
tuntutan yang tidak akan lengang sebelum adanya perubahan signifikan
dalam organisasi dan manajemen instansi pemerintah.
Dalam konstalasi itulah banyak para pemikir yang mulai mengadaptasi
(bukan mengadopsi) pendekatan dalam mendesain organisasi dan
manajemen di instansi swasta, dan mentransformasikan semangat
kewirausahaan ke dalam instansi pemerintah. Hal ini dapat ditengarai oleh
perkembangan pemikiran “Reinventing Government” oleh David Osborn &
Ted Gaebler, “Memangkas Birokrasi” oleh David Osborn dan Peter Plastrik
dan banyak lainnya. Sejalan bergulirnya semangat, pemikiran dan rekayasa
organisasi dalam instansi pemerintah, masih tetap dibutuhkan satu tool atau
alat untuk mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi didalam instansi
pemerintah, baik secara internal maupun secara eksternal. Dan sampai
sejauhmana perubahan-perubahan tersebut telah memberikan kepuasan
kepada market. Oleh karenanya pemerintah dituntut untuk memiliki system
kontrol dan manajemen kinerja (performance management system) dari
setiap instansi pemerintah. Sehingga segala kebijakan instansi pemerintah
akan terukur dan terkendali dalam koridor visi dan misi.
Balanced Scorecard merupakan pendekatan baru yang lebih
integrative didalam mengukur kinerja instansi pemerintah. Konsep BSC lebih
memiliki kemampuan menjawab terhadap berbagai persoalan pengukuran
secara konprehensif, integral dan dapat dipakai dengan mudah sebagai
pijakan didalam membuat Strategi Manajemen Instansi Pemerintah kedepan.
Dalam tulisan ini akan dielaborasi secara umum posisi Balances Scorecard
Sebagai satu matra didalam mendesain strategi instansi pemerintah.
MODEL BALANCED SCORECARD
Konsep Balanced Scorecard pertama kali dipublikasikan dalam sebuah
artikel Harvard Business Review (Januari-Februari 1992) dengan judul “ The
Balanced Scoracard-Measure Drive Performance”. Artikel ini merupakan hasil
penelitian tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan” oleh David
Norton, CEO Nolan Norton, yang dibantu Robert Kaplan, Profesor Harvard
Business School, sebagai konsultan akademis. Penelitian ini dimotivasi oleh
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 3 of 26
suatu keyakinan bahwa berbagai pendekatan ukuran kinerja keuangan yang
ada saat ini, terutama yang didasarkan pada berbagai ukuran keuangan,
pada kenyataanya malah tidak membantu perusahaan untuk mampu
menciptakan nilai ekonomis masa depan.
Perusahaan masa depan adalah perusahaan yang berada dalam
lingkungan persaingan yang didominasi oleh informasi, atau dengan kata lain
bersaing dalam abad informasi. Dengan demikian telah terjadi pergeseran
besar dari abad industri ke abad informasi. Munculnya abad informasi telah
menggugurkan segala asumsi dasar persaingan abad industri, dan
memunculkan separangkat asumsi baru dalam abad informasi , yaitu:
1. Lintas Fungsi.
2. Kaitan Dengan Pelanggan dan Pemasok
3. Segmentasi Pelanggan
4. Skala Global
5. Inovasi
6. Pekerja Yang Berpengetahuan
Keberhasilan mengelola instansi di abad informasi akan ditentukan
oleh bagaimana investasi dan pengelolaan aktiva interlektual dilaksanakan.
Spesialisasi fungsional harus diintegrasikan didalam proses bisnis
berorientasi pada kepuasaan customer dan pihak terkait. Guna menciptakan
jasa pelayanan inovatif yang fleksibel, responsive dan bermutu tinggi yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap segmen pelanggan sasaran,
diperlukan para pekerja yang mendapatkan pelatihan ulang, teknologi
informasi yang superior, dan selarasnya berbagai prosedur operasional
Perusahaan.
Dalam melakukan investasi untuk berbagai kapabilitas baru ini,
keberhasilan (atau kegagalan) Perusahaan tidak dapat dimotivasi atau diukur
dalam jangka pendek oleh model akutansi keuangan tradisional. Model
finansial tersebut, yang dikembangkan bagi Perusahaan, mengukur peristiwa
masa lalu bukan mengukur investasi yang ditanamkan dalam berbagai
kapabilitas yang menghasilkan nilai masa depan.
Balanced Scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk
mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan.
Selain ukuran kinerja keuangan masa lalu, Balanced Scorecard juga
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 4 of 26
memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan. Pendorong kinerja,
yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran
serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan
yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan
ukuran yang nyata.
Balanced Scorecard menutup lubang yang ada di sebagian besar
sistem manajemen, yakni kurangnya proses sistematis untuk melaksanakan
dan memperoleh umpan balik sebuah strategi, melalui 4 (empat) perspektif
dasar yaitu:
Gambar 1 BALANCED SCORECARD
Strategic Perspectives
Perspektif Keuangan
Bagi perusahaan atau instansi swasta penggunaan perspektif
keuangan merupakan ukuran yang sangat penting didalam merangkum
kinerja dari tindakan ekonomis yang telah diambil. Ukuran kinerja keuangan
dapat memberikan indikasi apakah strategi perusahaan, dan implementasinya
telah memberikan kontribusi ekonomi atau keuntungan bagi perusahaan.
Untuk itu ada 3 (tiga) tema keuangan yang dapat mendorong penetapan
strategi:
Bauran dan pertumbuhan pendapatan
Penghematan biaya/peningkatan produktifitas
Pemanfaatan aktiva/strategi investasi
KEUANGAN
PELANGGAN PROSES BISNIS
INTERNAL
PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN
VISI &
STRATEGI
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 5 of 26
Perspektif Pelanggan
Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen
penghasilan tujuan keuangan perusahaan, karena pusat laba terdapat di
pasar bukan di perusahaan. Perspektif pelanggan memungkinkan
perusahaan menselaraskan berbagai ukuran - kepuasan, loyalitas, akuisisi
dan profitabilitas terhadap pelanggan dan segmen pasar sasaran.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif proses bisnis internal, perusahaan dituntut melakukan
identifikasi berbagai proses yang sangat penting bagi pencapaian tujuan
pelanggan dan pemegang saham. Perusahaan biasanya mengembangkan
tujuan dan ukuran-ukuran untuk perspektif ini setelah merumuskan tujuan dan
ukuran untuk perspektif keuangan dan pelanggan. Konfigurasi proses internal
bisnis didalam menciptakan rantai nilai akan masuk dalam 3 (tiga) proses
bisnis utama yaitu:
Inovasi
Operasi
Layanan purna jual
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran
Tujuan yang ditetapkannya dalam masing-masing perspektif keuangan,
pelanggan, dan proses bisnis internal mengidentifikasikan apa yang harus
dikuasai perusahaan untuk menghasilkan kinerja istimewa. Tujuan didalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur
yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya dapat
tercapai. Ada 3 (tiga ) katagori utama untuk perspektif pertumbuhan &
pembelajaran:
Kapabilitas pekerja
Kapabilitas Sistem Informasi
Motivasi, Pemberdayaan dan Keselarasan
Melalui 4 (empat ) prespektif tersebut memiliki pendekatan yang sistemik,
koprehensif, koheren dan seimbang didalam mengukur sasaran strategik
yang ditetapkan perusahaan.
Karekteristik konsep Balances Scorecard yang banyak menutupi
kelemahan dan paradoks didalam konsep manajamen saat ini telah
menjadikan konsep ini banyak dijalankan dihampir perusahan besar dan ini
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 6 of 26
terbukti hampir 65% lebih dari 500 perusahaan besar, versi majalah Fortune,
mengalami peningkatan kinerja berlipat ganda setelah perusahaan tersebut
menjalankan konsep Balanced Scorecard, seperti Mobil Oil, Caltex, Boing,
Sier, City Bank, Motorola dan masih banyak lainnya.
Keberhasilan Balanced Scorerad di dunia bisnis oleh perusahan
multinasional, menarik bagi beberapa negara untuk menerapkannya di sektor
publik, hal ini dapat dipelajari penerapan Balanced Scorecard seperti:
Federal States Cities Counties Defense Energy Commerce Transportation Coast Guard IRS Veterans Affairs …..
Virginia Lowa Maryland Pourto Rico Texas Minnesota Oregon Florida Washington Utah Maine ……
San Diego Portland Worcester Seattle Austin …..
Monroe Fairfax Prince William Montgomery Santa Clara …
Beberapa departemen Pemerinatah Amerika Serikat sepeti The Department
of Housing and Urban Development (HUD), U.S. Postal Service (USPS), U.S.
Coast Guard, the Bureau of Land Management (BLM), the Florida Department
of Environmental Protection, Charlotte, North Carolina, including Natural
Resources Canada, the St. Lawrence Seaway Management Corporation,
Atomic Energy of Canada, Ltd., and the Trademarks Office, Pemerintahan
Kota Sidney - Australia, Pemerintahan Kota Washington DC, dan bererapa
negara bagian, kota, dan kecamatan di US telah memakai konsep Balanced
Scorecard sebagai pengukuran kinerja dan manajemen strategi kota.
KENAPA HARUS BALANCED SCORECARD?
“Why should you as a government leader try to achieve a balanced set of
performance measures ? …
Because you need to know what your customer’s expectations are and
what your employee needs to have to meet these expectations. Because
you cannot achieve your stated objectives without taking those
expectations into account. More importantly, because it works, as can be
seen from the success of our partners.”
-- National Partnership for Reinventing Government, 1999
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 7 of 26
Pemikiran yang mendorong pemakaian BSC sebagai alat ukur kinerja
untuk sector publik adalah didasarkan oleh beberapa manfaat dan nilai
strategi yang dikandungnya diantaranya adalah:
Sebuah Sistem Manajemen Kinerja (A performance management
system)
Instansi pemerintah sebagai institusi menyandang misi pemerintah,
negara dan stakeholder akan terlibat minimal pada 3 (tiga) kegiatan utama
yaitu:
(1) mendesain jasa yang sesuai dengan amanat konstitusi,
(2) memproduksi jasa tesebut secara cost effective,
(3) memasarkan, menyampaikan atau men-delivery jasa tersebut secara
efektif kepada customer atau user.
Agar efektif ketiga kegiatan tersebut perlu direncanakan dengan baik,
diperlukan system perencaaan menyeluruh tentang tiga kegiatan tersebut dan
pengendalian pelaksanaan rencana.
Pengendalian pelaksanaan rencana merupakan sarangkain kegiatan
yang tidak sekedar ditekankan pada aspek evaluasi pasca kegiatan, namun
lebih dari itu dibutuhkan satu mekanisme dimana pengendalian berlangsung
secara simultan dan terus menerus didalam proses pelaksanaan sampai pada
proses perencanaan berikutnya. Untuk itu proses perencanaan, implementasi
dan pengendalian merupakan satu rangkain utama yang tidak dapat
dipisahkan, tiga kegiatan tersebut merupakan satu system yang menyeluruh,
terpadu, efisien dan effektif. Dengan demikian dibutuhkan seperangkat
teknologi atau alat mendukung satu proses pengendalian yang sistemik dan
terintergrasi dengan system perencaaan tersebut. Keterpaduan antara
strategy system perencaaan, pengendalian dan pengukuran dapatlah
digambarkan secara sederhana sebagai mana Gambar 2.
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 8 of 26
Gambar 2
Diagram pada Gambar 2 tersebut menempatkan penilian kinerja
(peformence measure) tidak sebagai bagian kecil kegiatan evaluasi tetapi
merupakan aktifitas khusus yang mampu mendinamisir seluruh bagian
kegiatan penting mulai dari penyusunan perencanaan strategi, implementasi
sampai evaluasi. Sistem tersebut memerlukan perangkat pengukuran yang
mampu menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan penting
dan strategis. Terlebih salah satu kandungan utama setiap desain strategis
adalah memiliki dimensi waktu kedepan, artinya strategi tersebut harus
mampu mengeksploitasi peluang dimasa mendatang. Untuk itu perangkat
pengukurannya pun haru memiliki kapasitas untuk menjawab persoalan waktu
dan pemanfaatan peluang dimasa mendatang, tidak sekedar mengukur
kinerja masa lalu saja.
Kemampuan memberikan informasi atas hasil pengukuran terhadap
perubahan positif budaya organisasi, system dan proses melalui kesepakatan
bersama terhadap penetuan kinerja tujuan, skala prioritas dan alokasi
sumberdaya, lintas informasi antar maneger dalam konfirmasi dan perubahan
arah kebijakan dan program untuk mencapai tujuan. Itulah yang merupakan
gambaran tentang Manajemen Kinerja (Performance Management) yang
dikadung oleh konsep Balanced Scorecard. Balanced Scorecard melengkapi
EVALUATE
Customer & Other Requirements
Mission
Strategy
Goals
Plans
Resources
EXECUTE Performance
Measures
Outcomes Outputs Inputs
P R O C E S S
TYPICAL PUBLIC SECTOR
PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 9 of 26
dirinya dengan beberapa ukuran yang lebih memiliki relevansi kedepan atau
jangka panjang, hal ini dituangkan didalam pengukuran intangible asset
intansi yang dimilikinya (seperti kepuasan masyarakat penggunan jasa
instansi pemerintah, budaya kerja, system dan prosedur kerja), tidak sekedar
pengukuran terhadap tangible asset yang selama ini dilakukan yang dengan
mudah terbaca dalam laporan keuangan instansi tersebut. BSC mampu
memberikan informasi tidak saja keuangan namun mampu memberikan
infomasi yang non-keuangan seperti customer, internal proses , pembelajaran
dan pertumbuhan, dalam konfigurasi keseimbangan penilaian (balanced
score). Hal ini terdiagramkan sebagai mana dibawah ini:
Gambar 3: Sebagaimana konsep Balanced Scorecard yang dilaksananakan oleh Instansi
Swasta, konsep BSC untuk sector public pun memiliki perspektif yang sama,
yaitui Perspektif Keuangan/Budget, Perspektif Pelanggan/Customer,
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran/Learning & Growth, dan Perspektif
Proses Bisnis Internal/Internal Busienss Process. Ke empat perpektif tersebut
ditempat pada posisi sebagai satu terjemahan terhadap misi dan strategi
instansi, dan masing-masing perspektif tersebut saling memiliki keterkaitan.
Pada perspektif Keuangan atau budget yang menjadi tema pokok
adalah penciptaan nilai tambah dan kontrol biaya atas pengelolaan
sumberdaya masyarakat . Tema pokok perspektif Internal Business Process
To satisfy our sponsor and customers, at what business
process must we excel?
To prudently manage public resources, how should we add value and control costs?
To achieve our mission how should we create value for
our customers?
Customer Objective Measure Target Initiative
Budget Objective Measure Target Initiative
Internal Business Process Objective Measure Target Initiative
Mission &
Strategy
To achieve our vision, how will we sustain our ability to
change and improve?
Learning & Growth Objective Measure Target Initiative
TYPICAL PUBLIC SECTOR BALANCED SCORECARD SYSTEM
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 10 of 26
adalah memberikan kepuasan pada stakeholder dan customer melalui
proses bisnis atau pengelolaa jasa yang semakin efektive dan effisien.
Sedangkan tema utama perspektif Learning and Growth adalah mengelola
kepabilitas untuk mencapai visi melalui perubahan dan perbaikan terus
menerus. Dan Perspektif Customer memiliki tema utama yaitu menciptakan
nilai bagi customer. Melalui tema pokok dari masing-masing perspektif maka
Balanced Scorecard mengajak siste Manajemen untuk bergerak maju untuk
mencapai visi.
Analogi system pengukuran yang dilakukan BSC adalah laksana pilot
yang akan, sedang dan menyelesaikan penerbangan, dimana sebelum
pesawat take off akan memeriksa kesiapan keseluruhan pesawat dari mulai
kelayakan pesawat untuk terbang, kesiapan awak kabin, sampai pada
kesiapan penumpang untuk diberangkatkan. Ketika pesawat terbang maka
pilot dengan instrumen pengukuran yang ada dapat mengontrol segala
kegiatan vital mulai ketersediaan bahan bakar, ketinggian, aktifitas mesin,
tekanan udara, arah perjalanan pesawat, kecepatan, dan keseimbangan
dalam satu panel yang terpadu terintegrasi , begitu pila ketika pilot akan me-
landing-kan pesawat, segala dikontrol demi keselamatan dan kenyamanan
penumpang dan seluruh awak pesawat, dan pesawat itu sendiri.
Maksimalisasai dan Konsentrasi Usaha dan Sumber Daya (Aligns and
focuses organizational efforts and resources)
Salah satu kegiatan utama instansi pemerintah adalah memprodukdi
jasa secara cost effective. Cost effective hanya mampu tercapai apabila
sumberdaya yang dimilikinya mampu dioleh sampai pada puncak keunggulan
nilai (value advantage) melalui maksimalisasi usaha. Keunggulam nilai
melalui creative value dan maksimalisasi usaha akan tercapai apabila
diarahkan untuk mengekspoitasi peluang, bukan sekedar menjawab
persoalan masa lalu. Hal ini semakin nyata bagi instansi pemerintah,
merupakan instansi strategis, yang seharusnylaah lebih proaktif untuk
mempersiapkan dirinya dengan seperangkat konsep untuk mengekspoitasi
peluang masyarakat kedepan. Artinya strategi yang ditetapkan bukanlah
creating the future from the past (menciptakan masa depan melalui masa
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 11 of 26
lalu) melainkan creating the feture from the future (menciptakan masa depan
melalui masa depan).
Salah satu ciri konsep strategi yang berbasis masa lalu creating the
future from the past adalah ukuran dan evaluasi yang lebih banyak
ditekankan pada perspektif keuangan/budget. Hal ini ditengarai oleh proses
proyeksi-proyeksi data masa lalu sebagai dasar perumusan kebijakan
kedepan. Pendekatan tersebut akan berhasil guna apabila karekteristik
lingkungan tidak mengalami perubahan dari masa lau ke masa depan (linier),
namun pada lingkungan yang penuh perubahan, penuh lompatan, dan
kadang tidak berkoneksi pada masa lalu, maka pendekatan tersebut menjadi
tidak memiliki kontribusi yang cukup signifikan untuk mengekspoitasi masa
depan.
Institusi pemerintah sebagai organisasi dibangun dengan banyak
sumber daya/asset diantaranya tangible asset seperti keuangan, dan
intangible asset seperti informasi, kapabilitas sumberdaya manusia,
kepercayaan masyarakat, budaya perusahaan, ketrampilan, komitmen dan
loyalitas karyawan. Pemanfaatan sumberdaya tersebut tidak lepas dari posisi
negara/pemerintah dalam konteks kehidupan berbangsa, dimana posisi
negara/pemerintah memiliki bargaining power dan posisi dominan diseluruh
aspek kehidupan bangsa. Maka desain organisasi dan setting strategy-nya
lebih pada pendekatan Inside-out, satu pendekatan yang lebih menekankan
aspek internal organisasi didalam melayani masyarakat. Sumberdaya dan
kompetensi yang dimiliki itulah yang menjadi pijakan didalam mengelola row
material, produksi jasa, dan men-delivery jasa tersebut kepada
masyarakat/customer. Pendekatan ini menjadi produktif ketika berada dalam
lingkungan dimana tingkat perubahan preferensi masyarakat terhadap
pemerintah relatif stabil atau tidak banyak mengalami perubahan secara
cepat.
Gambar 4:
The Customer Channels Product/Service
Offering Input/Row Material
Assets/Core Competencies
INSIDE – OUT APPROACHES TO STRATEGY SETTING
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 12 of 26
Pendekatan ini banyak terjadi dalam iklim dimana siklus komunikasi
tripartit yaitu Lembaga Legeslatif, Executive dan masyarakat, tidak berjalan
dengan baik (lihat Gambar 5). Pada posisi ini masyarakat akan menerima
apa saja yang diperbuat, disajikan dan pelayanan yang diberikan oleh negara
atau pemerintah. Terlebih bahwa setiap program pemerintah dilegitimasi oleh
legeslatif yang tidak representatif kehendak masyarakat. Kondisi keterputusan
kominikasi antara kostituen/masyarakat/customer dengan lembaga legeslatif
sebagai lembaga pengelola aspirasi, akan semakin mendorong setting
strategi yang lebih pada pendekatan Inside-out.
Gamber 5: SIKLUS KOMUNIKASI TRIPARTIT
Inside-out merupakan pendekatan dimana setting strategy lebih didasarkan
pada keberadaan asset dan kompetensi didalam mengelola sumberdaya,
produksi jasa dan penyampaian jasa/pelayanan pada masyarakat/customer.
Apakah pelayanan/ jasa yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan,
keinginan, harapan, aspirasi masyarakat bukanlah menjadi pertimbangan
utama dalam mendesain setting strategy tersebut. Hal ini dipahami ketika
memang lingkaran komunikasi antara legeslatif, executive dan masyarakat
mengalami stagnasi.
LEGESLATIF DPR/DPRD
EXECUTIVE Pemerintah
CUSTOMER Masyarakat
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 13 of 26
Namun demikian seiring dengan arah pembangunan masyarakat yang
lebih mencita-citakan masyarakat madani sebagai kondisi ideal, maka akan
semakin mengurangi peran pemerintah dibanyak sector, dimana negara
hanya berfungsi sebagai menjaga regulasi dan pengayom masyarakat miskin
dan tidak mampu. Diluar itu masyarakat sipillah yang memberikan peran aktif
membangun bangsa dan negara. Hal ini bisa terjadi apabila regulasi yang
diciptakan sudah aspiratif dan sesuai dengan tingkat dinamika masyarakat.
Pada poisisi ini maka legeslatif dan pemerintah harus menempatkan
kepentingan, preferensi, aspirasi masyakat sebagai dasar desain setting
strategy yang ditetapkan. Pendekatan Outside-in merupakan setting strategy
yang layak untuk dipakai didalam mengelola perubahan lingkungan di
masyarakat.
Gamber 6
Perubahan lingkungan telah meningkatkan tuntutan masyarakat
terhadap hasil kinerja instansi pemerintah, dimana perubahan perubahan
yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Kemajuan tehnologi yang melebihi dari yang diimajinasikan
manusia
2. Sumberdaya yang menjadi semakin langka
3. Tuntutan publik terhadap efficiensi dan effectivitas operasi instansi
pemerintah
4. Dominasi sikap kritis masyarakat ketimbang patuh terhadap
peraturan
5. Tumbuh berkembangnya orientasi pada hasil
Pendekatan Outside-In merupakan pendekatan yang terbalik dibanding
dengan pendekatan Inside-Out. Pada pendekatan Outside-In, aspirasi
/preferensi dan harapan akan menjadi pijakan didalam menetukan cara
penyampaian/dilevery system, sistem produksi jasa, penentuan input atau row
material hingga jenis asset dan kompetensi yang seharusnya dibutuhkan dan
Asset/Core Competencies
Input/Row Material
Product/Service Offering Channels The Customer
OUTSIDE – IN APPROACHES TO STRATEGY SETTING
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 14 of 26
dimiliki oleh instansi pemerintah. Melalui pendekatan ini maka sumberdaya,
yang nilainya semakin mahal, akan digunakan semaksimal mungkin sesuai
dengan cost effective, dan segala upaya instansi akan lebih terfokus pada visi
dan misi. Anggaran akan dipakai se-effective mungkin guna menciptakan nilai
tambah bagi masyarakat. Pada permasalahan ini maka ukuran keberhasilan
suatu program yang tandai oleh terserapnya anggaran 100%, menjadi sangat
tidak relevan, karena didalamnya tidak bicara masalah efektivitas, effisiensi
program, nilai tambah yang diciptakan bagi masyarakat, dan kepuasan
masyarakat terhadap program tersebut.
Gambar 6:
Dengan demikian maksimalisasi sumberdaya akan tercapai dengan
baik apabila dilakukan melalui upaya/aktivitas yang bernilai tambah, dan
sumberdaya tidak mencapai titik maksimal pemanfaatannya karena diolah
oleh aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah. Nilai tambah ini
merupakan nilai yang dipersepsikan oleh customer bukan oleh institusi
pemerintah, masyarakatlah yang menentukan apakah setiap jasa yang
diberikan instansi pemerintah tersebut bernilai tambah ataukah tidak.
Setting strategy Outside-in inipun membutuhkan seperangkat
instrumen yang mampu mengendalikan kompleksitas masalah yang di
olahnya. Dalam konteks inilah BSC merupakan tool yang tepat didalam
merespon pendekatan dan persoalan yang lebih komplek. Karena dengan
Masukan
Aktivitas Penambah Nilai
Aktivitas Bukan Penambah Nilai
Keluaran Customer
Proses
Cost Ineffectiveness Cost Ineffectiveness
Cost Effectiveness Cost Effectiveness
KONSEP COST EFFECTIVENESS MENURUT CUSTOMEr VALUE MINDSET
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 15 of 26
BSC segala asset dan usaha yang diukur kinerjanya. Hal ini sesuai dengan
kesimbangan sasaran-sasaran strategik yang terbaca pada Gambar 7.
Gamber 7:
Untuk itu tuntutan akan ketajaman didalam menterjemahkan visi
menjadi aksi bagi Instansi Pemerintah sudah tidak dapat dielakkan lagi,
sudah saatnya Instansi Pemerintah menggunakan suatu tehnik (tools) atau
Sistem Manajemen yang mampu menterjemahkan visi menjadi aksi,
membantu perencanaan jangka panjang yang lebih bersistem, dan
penciptaan masa depan berdasarkan kondisi yang diperkirakan akan terwujud
dimasa depan “ creating the future from the future”. Lebih dari itu Instansi
Pemerintah membutuhkan suatu tools yang mampu memenuhi kebutuhan
sistem bisnis yang selama ini belum terjawab dengan baik yaitu perencanaan
strategik yang komprehensif, koheren, seimbang dan terukur.
Balanced Scorecard (BSC) sebagai suatu kerangka kerja baru yang
mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan,
seperti pendorong kinerja finansial masa depan, perspektif pelanggan, proses
bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Pendekatan tersebut
sangat tepat didalam proses penterjemahan visi kedalam strategi dan aksi
perusahaan, yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai
tujuan dan ukuran yang nyata. Balanced Scorecard berperan dalam
Process Centric Internal Focus External Focus
People Centric
Financial Return yang berlipat ganda dan
berjangka panjang
Produk dan jasa yang mampu menghasilkan
value terbaik bagi customer
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan Perspektif
Pertumbuhan &
Pembelajaran
Sumber daya manusia yang produktif dan
berkomitmen
Perspektif Proses
Bisnis Internal
Proses yang produktif dan cost
effective
Keseimbangan Sasaran-Sasaran Strategik
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 16 of 26
menjadikan konprehensif dan koheren sasaran dan inisiatif yang dihasilkan
dalam perencanaan strategik.
Mensenyawakan Strategic Management dengan Balanced Scorecard
(BSC) akan dapat menutup lubang yang ada di sebagian besar sistem
manajemen, yakni kurangnya proses sistematis, koheren, seimbang,
komprehensif, dan terukur untuk melaksanakan dan memperoleh umpan balik
sebuah strategi. Hal tersebut dapat diiliutrasikan sebagai berikut:
Gambar 8:
Menkreasikan Nilai Jangka Panjang (Creates long-term value)
Instansi pemerintah merupakan organisasi pelayan masyarakat untuk
jangka waktu yang panjang, bahkan umurnya mengikuti umur bangsa itu
sendiri. Untuk menjadi keberadaannya agar tetap memiliki nilai strategis bagi
bangsa dan masyarakatnya, secara jangka panjang instansi pemerintah harus
senantiasa tidak kehilangan issu dan momentum untuk men-delivery nilai
Corporate
Results
Rp
• Mission
• Vision
• Strategic themes
• Perspectives
• Objectives
• Measures
• Targets
• Initiatives
• Capital plan
• Operating budget
• Special projects
• Analysis
Feed
back
KETERKAITAN BALANCED SCORECARD DENGAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN
SUMBERDAYA
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 17 of 26
tambah secara terus menerus. Terlebih saat ini dunia kompetisi tidak saja
berlaku untuk sector swasta namun kompetisi pun juga berlaku bagi antar
negara, antar propinsi, antar kota/kabupaten. Kompetisi secara langsung
untuk mendatangkan investor, menjadi tempat kunjungan, dan menarik
sumberdaya yang ada diluar wilayahnya. Secara tidak langsung, kompetisi
sector swasta akan melibatkan instansi negara sebagai mitra untuk
membangun keunggulan bersama,seperti system ekonomi yang competitive,
system perpajakan yang merangsang terproduksinya nilai tambah, system
ketenagakerjaan, sistem hukum, dan peraturan-peraturan yang secara
langsung akan mempengaruhi dinamika sector swasta. Artinya Instansi
pemerintah harus mampu mengintrodusir, men-delivey pelayanan yang ber-
nilai bahkan memiliki nilai tambah, agar masyarakat, sebagai institusi besar
tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan daerah yang lain. Pada titik
inilah nilai competitive advantage suatu daerah akan dinilai oleh semua pihak.
Issu mengkreasikan nilai tambah jangka panjang sudah tidak dapat
dihindari lagi bagi instansi pemerintah kedepan, yang menjadi persoalan saat
ini adalah bagaimana instansi pemerintah mampu melakukan hijrah besar
untuk masuk pada tatanan system organisasi dan Manajemen yang
terbudaya oleh penciptaan nilai tambah terus menerus (changing and
improving countinuesly).
Secara normative instansi pemerintah memiliki strategi Manajemen
jangka panjang sebagai wujud pertejemahan visi dan misinya, namun secara
actual begitu banyak aksi yang tidak mencerminkan terjemahan yang baik
terhadap visi yang ditetapkan. Sebagai contoh penetapan kota sebagai “Kota
Pendidikan” , pada actualisasi program dan gerakannya tidak ada satu yang
mengindikasikan dominasi pendidikan sebagai titik focus perencanaan,
indikasi tersebut bias terbaca dengan tidak adanya perpustakaan yang
memadai bagi warga kota, tidak adanya perlakukan istimewa bagi warga
pendidikan dalam hidup berwarga kota, tidak adanya even-even yang
merangsang warga kota untuk masuk dalam kultur pendidikan, dan lain
sebagainya. Sehingga yang banyak terjadi adalah adanya keterputusan
antara visi dan aksi. Ibarat pesawat yang mencoba lepas landas namun ketika
telah lepas landas pesawat kehilangan kendala untuk melanjutkan
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 18 of 26
penerbangan pada tingkat ketingggian yang diharapkan, itu terjadi apabila
pesawat tidak dilengkapi oleh instrumen memadai.
Value suatu instansi tidak ditentukan oleh instansi itu sendiri namun
value ditentukan oleh publik/customer karena value merupakan satu persepsi
harapan customer /publik yang seharusnya dipenuhi agar publik puas.
Dengan demikian setting strategi yang berpendekatan Ouside-in bagi
organisasi yang mapan akan terus memperbaiki tingkat efisiensi dan
efektifitas kinerja Manajemen secara keseluruhan melalui:
1. Menterjemahan visi intansi kedalam outcomes yang terukur sebagai
indikasi keberhasilan, sebagai pijakan proses transparansi baik
kepada publik maupun stakeholders;
2. Melengkapi dirinya dengan seperangkat instrumen untuk melakukan
penilaian, pengelolaan, dan perbaikan untuk seluruh kesehatan dan
keberhasilan system internal bisnisnya;
3. Memasukkan ukuran terhadap kualitas, biaya, kecepatan, pelayanan
pada masyarakat, pemberdayaan karyawan, motivasi, ketrampilan
kedalam system Manajemen kinerja.
Hal diatas untuk menjawab tuntutan nilai bagi masyarakat yang apabila
disederhanakan akan terumuskan sebagaimana dibawah ini:
Gambar 9
NILAI TAMBAH MENURUT CUSTOMER MINDSET
Untuk itu instansi pemerintah pada konteks penciptaan nilai tambah
yang sesuai dengan harapan publik, maka pendekatan perencanaan strategy
tidak berbasisi pada masa lalu namun berbasis pada peluang masa akan
datang, karena nilai tambah hanya didapat dalam konteks masa datang dan
pemanfaatan/eksploitasi peluang. Masa lalu lebih pada proses problem-
solving, dan hal tersebut tidak memberikan nilai tambah namun mencegah
agar persoalan (problem) tidak semakin bernilai negatif (kontra produktif).
Kulitas X Layanan
Biaya X Waktu Nilai =
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 19 of 26
Sehingga value creation secara jangka panjang akan terdesain sejak dini oleh
instansi pemerintah. Inilah profile instansi pemerintah yang tidak sekedar
membantu memecahkan persoalan masyarakat, namun secara bersama-
sema (partnership) dengan masyarakat, dan sector swasta meng-create
masa depan dengan baik. Pada momentum inilah misi negara sebagai
pencipta kesejahteraan atau institusi kesejahteraan (Welfare Institution).
Dalam kerangka BSC, value tersebut dapat dimunculkan sebagai
perpektif tambahan (walaupun secara internal telah terkandung dalam 4
perspektif yang ada). Namun untuk menjadikan intansi pemeritah lebih
memastikan dan lebih menfokuskan pada nilai tambah, maka nilai
tambah dapat dituangkan dalam bentuk perspektif tersendiri. Sebagaimana
dicontohkan Konsep BSC untuk Kota Washington DC dapat tergambarkan
dibawah ini:
Gamber 10
MODEL MODIFIKASI IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD
Model BSC diatas telah menempatkan secara spesifik nilai tambah pada
perspektif Value & Benefit (Nilai & Kemanfaatan), dan nampak jelas bahwa
Perspektif Value & Benefit tersebut merupakan keluaran utama dari hasil
kerja Perspektif Internal Process. Dan Perspektif Keuangan bukanlah
merupakan tujuan utama namun lebih sebagai batasan-batasan didalam
menjalankan misi, begitu pula dengan Perspektif Pelanggan. Model BSC
tersebut juga telah model tersebut mencerminkan model, konfigurasi, peta
Mission
Value & Benefit Financial & Social Cost
Customer & Constituents
Internal
Process
Learning: Skill, Knowledge,
Data, People
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 20 of 26
strategi, cause and effect antar masing-masing perspektif. Model tersebut
diawali oleh perspektif Learning & Growth dan berakhir pada pencapaian Misi.
Selanjutnya, dengan mengintegrasikan Balanced Scorecard ke dalam
kalender Manajemen, semua proses Manajemen dapat diselaraskan dan
tetap berfokus kepada pelaksanaan strategi jangka panjang.
Pendorong dan Penjelas (Promote and Explains)
Balanced Scorecard sebagai alat yang pengukur kinerja yang telah
tersistem secara strategis, dimana semua aktifitas-aktifitas instansi akan
termonitoring dengan baik. Dimana hasil monitoring tersebut secara sistemtis
ditempatkan sebagai input untuk perbaikan (improvement) terhadap system
keseluruhan. Perbaikan yang dapat dikontribusikan oleh Balanced Scorecard
adalah:
Menngangkat kepermukaan kemungkinan yang akan terjadi,
Mengidentifikasikan keperluan perubahan yang mendesak,
Membantu mengindentifikasi hal terbaik yang harus dilakukan,
Memberikan peluang untuk inovasi.
Sebagai suatu system Balanced Scorecard akan memberikan hasil
penilaian kinerja masing-masing perspektif untuk dipakai sebagai ucuan
didalam mengelola dan memperbaiki perjalanan instansi dalam mencapai
suatu misi. Dalam hal ini Balanced Scorecard tidak sekedar bicara angka
penilaian belaka, namun sebagai suatu system manajemen kinerja harus
mampu memberikan informasi cerdas untuk pengambilan keputusan.
Selama ini penilaian atau pengukuran hanya untuk mengetahui posisi
kinerja suatu program - baik, sedang, buruk – mulai dari aspek input, proses
sampai out put. Penilaian tersebut tidak sampai menggambarkan persoalan
dibalik kinerja suatu instansi. Di dalam Balances Scorecard pengukuran
tersebut dituntun untuk bergerak kait-mengkait antar perspektif sehingga peta
persoalan secara strategis akan terbaca dengan baik, sebagai gambaran
melalui Balanced Scorecard akan dapat dimonitoring - setiap periode yang
disepakati - apakah suatu program mengarah pada pencapaian misi dan visi,
ataukah program tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan misi dan visi.
Balanced Scorecard memberikan alternatif untuk terjadikan keterkaitan visi
dan aksi, melalui data-data kuatitaif maupun kwalitatif. Pada aspek ini
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 21 of 26
Balanced Scorecard dapat menjelaskan persoalan-persoalan strategis melalui
masing-masing perpektif yang dapat dipertanggungjawabkan secara
metodelogis.
Hasill kerja BSC selain sebagai alat penilian pengukuran atau
assessment atas “kesehatan” suatu intansi, BSC juga memberikan penjelasan
terhadap persoalan sekaligus memberikan inisitif (promote) didalam
pemecahan masalah. Keterkaitan pengukuran antar perspektif , secara
metodelogi, mampu ditarik pada tataran dalam menterjemahkan pengukuran
tersebut dalam problem mapping. Dan Ketika problem mapping dapat
terbaca dengan baik, maka problem mapping tersebut dapat dipakai sebagai
pijakan didalam merumuskan model strategi berikutnya. Inilah yang dikatakan
bahwa BSC mendorong adanya improvement terus menerus terhadap
strategi pencapaian tujuan, karena metedeloginya memungkinkan terjadnya
komunikasi yang inten antar pengukuran dan proses penyususnan model
berikutnya.
Gambar
Customer Perspective
Financial Accountability Perspective
Internal Process Perspective
Learning and Growth Perspective
Reduce Crime
Increase Perception of Safety
Availability of Safe, Convenient
Transportation
Maintain Competitive Tax Rates
Improve Service Quality
Strengthen Neighborhoods
Enhance Knowledge Management Capabilities
Close Skills Gap
Achieve Positive Employee
Climate
Expand Non-City Funding
Maximize Benefit/Cost
Grow Tax Base
Maintain
AAA Rating
Streamline Customer
Interactions
Improve Productivity
Increase Positive Contacts
Secure Funding/Service
Partners
Promote Community Based Problem Solving
Increase Infrastructure
Capacity
THE CITY OF ABC CORPORATE-LEVEL LINKAGE MODEL
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 22 of 26
Salah satu model strategi Instansi Pemerintah Kota melalui Konsep
BSC dapat dilihat pada Gambar 9. Pada gambar tersebut value atau nilai
yang di-delivery kepada customer atau warga kota adalah penurunan tingkat
kriminalitas, meningkatnya persepsi keamanan, kuatnya hubungan antar
rumah tangga kota, peningkatan kualitas pelayanan dan sebagainya, value-
value ini tertuangkan didalam Perspektif Customer. Untuk mencapai value
pada perpektif customer, maka model tersebut secara hipotetis membangun
aktifitas penting dalam Perspektif Internal Proses melalui aktifitas peningkatan
hubungan positif, membangun masyarakat atas dasar pemecahan masalah,
peningkatan produktifitas dan lain sebagainya. Disamping itu perspektif
Internal Proses, akan berdampak pada perspektif keuangan dengan indikator
peningkatan pendanaan dari non-kota, peningkatan pajak, maksimalisasi
kemanfaatan dan effisiensi biaya, dan masuk renting sebagai kota teraman
secara finansial. Untuk mencapai kinerja pada perpektif Internal Proses, maka
diperlukan pendorong melalui perspektif Learning & Growth yaitu peningkatan
kapabilitas manajemen Kota, menutup kesenjangan ketrampilan staf, dan
menciptakan iklim positif bagi karyawan.
Model diatas merupakan model hipotesis yang akan dipakai sebagai
pijakan didalam merumuskan ukuran untuk memonitoring perjalanan
implementasi model. Dimana melalui model tersebut maka pemerintah kota
dengan mudah akan memberlakukan Manajemen transparansi baik kepada
warga, konstituen, karyawan dan pihak-pihak terkait. Pada titik komunikasi
inilah Good Governance secara substantif dapat dilakukan, dan semua pihak
dapat merasakan keberadaan dan manfaat Good Governance tersebut.
Komunikasi instansi pemerintah dengan pihak luar (customer),
stakeholder) dan pihak dalam (karyawan) merupakan perspektif penting
untuk mencapai keselarasan antara sumberdaya dari dalam instansi dengan
masyarakat penerima jasa. Hal ini untuk memastikan terjadinya feedback
guna perbaikan dan peningkatan bobot strategi instansi pemerintah.
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 23 of 26
TRANSFORMASI MATRIK KINERJA DARI PRIVATE KE PUBLIC
Transformasi konsep-konsep Organisasi dan Manajemen yang telah
banyak teruji di sektor swasta akan banyak mengalami kendalam ketika akan
ditransformasikan ke sector publik. Hal ini didorong oleh alasan mendasar
keberadaan masing-masing instansi, instansi sector swasta lebih ditompang
oleh orientasi pada keuntungan sedangkan instansi pemerintah lebih
ditompang oleh misi pelayanan masyarakat atau mediator diantara aktifitas
masyarakat. Hal tersebutlah yang banyak merupakan kendala awal didalam
merumuskan suatu Balanced Scorecard, namun demikian terdapat kesamaan
besar antara swasta dan pulik bahwa segala aktifitasnya selalu didasari oleh
suatu dasar aturan, visi, misi, sasaran, dan seperangkat kebijakan. Kalaupun
dikomparasi seperangkat bagian strategi antara sector swasa dan sektor
publik dapat dibaca pada tabel 1.
Tujuan umum startegi untuk sector swasta adalah keunggulan dalam
kompetisi, keungguan harus tercapai agar kelayakan hidup jangka panjang
dapat terjamin kelangsungannya. Sedangkan instansi pemerintah, secara
umum strateginya bertujuan untuk mencapi misi instansi secara effective.
Efektifitas menjadi perhatian utama, karena sumberdaya dari instansi
pemerintah sangat mahal dan langka seperti pajak, dan distribusi lainnya.
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 24 of 26
Tabel 1 Komparaqsi Strategi Organisaasi Sektor Bisnis – Publik
Strategic Feature Private Sector Public Sector
General Strategic Goal
competitiveness mission effectiveness
General Financial Goals
profit; growth; market share cost reduction; efficiency
Values innovation; creativity; good will; recognition
accountability to public; integrity; fairness
Desired Outcome Customer satisfaction Customer satisfaction
Stakeholders stockholders; owners; market taxpayers; inspectors; legislators
Budget Priorities Defined by:
customer demand leadership; legislators; planners
Justification for secrecy
protection of intellectual capital; proprietary knowledge
national security
Key Success Factors
growth rate; earnings; market share
best management practices
uniqueness sameness; economies of scale
advanced technology standardized technology
Tujuan keuangan secara umum bagi instansi swasta adalah
keuntungan, pertumbuhan, dan bagian pasar. Instansi swasta merupakan
lembaga investasi dimana setiap Rupiah investasi diharapkan memiliki Return
yang lebih. Berbanding terbalik dengan instansi pemerintah dimana bukan
keuntungan yang dicari namun adalah memanfaatan sumberdaya yang ada
atau adanya yang ada untuk mencapai misi secara efektive dan efficien, oleh
kerenanya tujuan umum keuangan instansi pemerintah dan penekanan biaya
(menjadikan jasa berharga murah) dan effisiensi (menjadikan instansi
pemerintah sebagai instansi yang tidak boros). Dengan demikian yang diukur
dalam Balanced Scoreacd perspektif keuangan adalah tingkat efisiensi dan
cost reduction yang diharapkan dan yang telah dicapai oleh instansi dalam
periode yang ditetapkan. Evaluasi budgetnya pun tidak lepas dari cerminan
pencapaian misi melalui cost effectiveness, dan ini merupakan adalah satu
faktor didalam membangun kunci kesuksesan instnasi pemerintah untuk
mencapai scala economies.
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 25 of 26
Value atau nilai bagi instansi swasta dicerminkan oleh tingkat inovasi,
kreatifitas, kemauan baik, dan pengenalan, isu-isu tersebut berkembang
karena tuntutan lingkungan bisnis yang kompetitif dimana mereka yang
mampu menjaga isu-isu tersebut itulah mereka yang unggul dalam kompetisi.
Sedangkan Value yang dibangun oleh instansi pemerintah adalah
akuntabilitas publik, integritas dan keadilan, isu-isu tersebut terbangun karena
tuntutan lingkungan yang ada. Bahwa masyarakat butuh pertanggungjawab
publik, integritas instansi (satunya kata dan perbuatan), dan keadilan bagi
semua warga, semua isu tersebut merupakan fundamen dasar bagi
terbangunnya suasana politik melalui kepercayaan pulik (public trust). Isu
tersebut merupakan salah satu factor penting didalam mencapai kesuksesan
instansi melalui sameness.
Dua isu yang berbeda antara instansi swasta dan pemerintah bukan
lah saling bertentangan atau meniadakan, justru isu-isu instansi swasta juga
perlu diadaptasi bagi instansi pemerintah. Instansi pemerintah perlu inovatif,
creative didalam menyajika layanan kepada masyarakat. Begitu pula dengan
instansi swasta juga membutuhkan bahkan menjalankan isu-isu instasi
pemerintah seperti pertangungajawab publik, integritas dan keadilan terhadap
pasar.
Untuk membangun value tersebut dibutuhkan suatu sistem yang
memadai dan orang yang memiliki kapabilitas untuk itu. Perspektif Internal
Process merupakan prespektif yang salah satunya banyak terlibat didalam
pengelolaan akuntabilitas publik, integritas dan keadilan merupakan
pekerjaan yang harus tersistem dan terkendali kualitasnya. Initiative dan
pengukuran akuntabilitas publik, integritas dan keadilan merupakan isu utama
didalam mendesain perpektif internal proses Balanced Scorecad. Sedangkan
Perspektif Learning and Growth diantaranya bertugas mempersiapkan
sumberdaya manusia atau orang instansi pemerintah untuk memiliki
kapabilitas menjalankan system yang terbangun dalam perspektif internal
proses. Pada perpektif ini maka isu kapabilitas individu, kapabilitas informasi,
motivasi merupakan medan kerja yang harus dipersiapkan, dimonitoring dan
diukur dinamikanya. Dua prespektif tersebut disenyawakan bersama untuk
mencapai cost effectiveness, dan best managements practise bagi instansi
pemerintah.
C:\DOCUME~1\Administ\LOCALS~1\Temp\7zO5E.tmp\BALENCED SCORECARD FOR GOVERNMENT.doc Page 26 of 26
Outcome yang diharapkan (desire outcome) bagai instansi pemerintah
maupun swasta adalah kepuasan customer. Ini merupakan titik akhir
perjalanan dari semua yang diperbuat oleh instansi didalam menjalankan
urusannya baik swasta maupun pemerintah. Kepuasan pelanggan
merupakan salah jaminan masih dipercayanya instansi pemerintah untuk
menyelesaikan urutan customer pada masa akan datang. Sebaliknya apabila
pelanggan tidak puas, yang terjadinya adalah terbentuknya pasar atau
sekelompok pelanggan yang bersifat negatif, dimana setiap niat baik dari
instansi pemerintah akan dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif, tidak
menyenangkan atau bahkan merugikan. Apabila instansi pemerintah sudah
memasuki pasar demikian maka cost effectiveness bisa terganggu
pencapaiannya. Karena instansi pemerintah merupakan bagian siklus
ekosistem yang saling mempengaruhi antara internal dan eksternal. Oleh
karenanya dalam Perspektif Customer hal tersebut merupakan focus utama.
Instansi pemerintah harus memiliki strategi untuk kepuasan pelanggan dan
memiliki alat untuk memonitoring sekaligus memiliki mekanisme untuk adanya
perubahan-perubahan terhadap perspektif-perspektif yang lain apabila hasil
pengukuran pelanggan menunjukkan perubahan yang dinamis. Sumber
initiative untuk terjadinya perubahan banyak digali dari perspektif pelanggan,
instansi pemerintah harus menyiapkan option terhadap ketidakpuasan yang
terjadi pada pelanggan dan sebaliknya juga apabila kepuasan pelanggan
tercapai.
Tabel diatas bahwa hampir disemua bagian strategi baik sektor swasta
maupun publik memiliki content, walaupun content tersebut banyak berbeda
kecuali content coustomer satisfaction. Hal diperlukan sebagai rumusan awal
dalam formulasi Balanced Scorecard untuk sector publik.
Promote Economic
Opportunity
Promote Business