Bagian 3 - Teori Janis Mengenai Group Think

download Bagian 3 - Teori Janis Mengenai Group Think

of 7

Transcript of Bagian 3 - Teori Janis Mengenai Group Think

TUGAS KELOMPOK Mata Kuliah Komunikasi Kelompok Communication In Group Decision Making : Groupthink Theory

Disusun Oleh : David Dominggo Sitompul Indra Ambar Pratiwi Endah Hartimulyani Gumindar Husnul Khotimah Muftia Oktavialih F1C010014 F1C010015 F1C010016 F1C010017 F1C010018

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI 2012

Teori Janis Mengenai Groupthink

Disini kita akan melihat salah satu dari teori Janis yang lebih sering dikenal sebagai Hipotesis Groupthink. Janis menguji beberapa rincian mengenai pembuatan keputusan dalam kelompok. Dengan menekankan pada pemikiran kritis, Ia menunjukkan bagaimana kondisi tertentu dapat mengarah kepada tingginya kepuasan suatu kelompok namun dengan hasil yang tidak efektif. Groupthink didefinisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang ada. Groupthink merupakan hasil langsung dari kohesivitas kelompok yang pertama kali dibahas secara mendalam oleh Kurt Lewin sekitar tahun 1930 dan sejak saat itu menjadi sebuah variable penting dalam keefektifitasan kelompok. Kohesivitas adalah sebuah tingkatan dari ketertarikan antar sesama anggota dalam kelompok. Kohesivitas merupakan sebuah hasil dari sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa tujuan mereka dapat dipenuhi di dalam kelompok. Hal ini tidak membutuhkan kesamaan sikap, namun setiap anggota dari kelompok tersebut saling bergantung satu sama lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Semakin tinggi tingkat kohesivitas dalam suatu kelompok, semakin tinggi tekanan yang diberikan kepada setiap anggota. Kohesivitas dapat menjadi sesuatu yang baik karena membawa anggota kelompok dalam satu kesatuan dan meningkatkan hubungan antar pribadi. Meskipun Janis tidak menyangkal akan kebaikan dari kohesivitas, namun Ia menyadari akan bahayanya. Salah satunya adalah, tingginya tingkat kohesivitas pada suatu kelompok dapat memungkinkan anggotanya untuk memberikan energi yang lebih banyak dalam rangka menjaga keutuhan kelompok agar tidak retak ketika mereka membuat keputusan bersama. Terkadang hal ini dilakukan agar mereka diakui dalam kelompoknya. Konflik yang terjadi pada kelompok yang mempunyai tingkat kohesivitas rendah biasanya adalah perdebatan dan perseteruan mengenai suatu masalah.

Janis > groupthink dapat menghasilkan 6 hal yang tidak baik : 1. Kelompok membatasi pembahasan mereka hanya pada beberapa alternatif tanpa mempertimbangkan kemungkinan lain. Solusinya mungkin tampak nyata dan sederhana bagi kelompok, dan hanya sedikit eksplorasi mengenai ide lainnya.

2. Pendapat yang awalnya disukai oleh sebagian besar anggota tidak pernah dipelajari ulang untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan. Dengan kata lain, kelompok tidak kritis dalam mempelajari suatu masalah untuk menemukan solusinya. (tidak ada evaluasi)

3. Kelompok tidak berhasil mempelajari pendapat yang awalnya tidak disukai oleh mayoritas. Pendapat minoritas secara langsung ditolak dan dihindari.

4. Kelompok tidak berusaha untuk mencari pendapat ahli. Mereka merasa puas dengan diri mereka sendiri dan merasa terancam dengan orang luar.

5. Kelompok menyeleksi berbagai informasi. Mereka lebih berkonsentrasi pada apa yang mendukung ide mereka.

6. Kelompok merasa percaya diri dengan ide yang mereka miliki tanpa memikirkan rencana cadangan. Tidak peduli apakah ide mereka berjalan dengan baik ataupun tidak. Semua ini merupakan hasil dari kurangnya informasi dan rasa percaya diri yang tinggi akan kelompoknya. Janis mengemukakan bahwa groupthink ditandai dengan beberapa gejala : 1. ilusi ketangguhan yang tercipta karena adanya sikap optimistis yang tinggi. Ada pengertian yang begitu kuat mengatakan bahwa Kami tahu apa yang kami lakukan jadi jangan mengacaukan keadaan. 2. kelompok menciptakan usaha kolektif untuk merasionalisasikan tindakan yang telah mereka putuskan.

3. kelompok mempertahankan keyakinan yang tidak dapat dibantahkan dalam moralitas yang terkandung di dalamya, melihatnya sebagai sesuatu yang harus dilakukan demi mencapai hasil yang diinginkan. 4. orang luar dipandang sebagai orang yang jahat, lemah dan tidak mengerti apa apa. 5. tekanan langsung diberikan pada setiap anggota bukan untuk mengungkapkan opini yang bertentangan. Perbedaan pendapat dengan cepat dimusnahkan, dan ini mengarah pada gejala yang keenam yaitu 6. penyensoran diri dari perselisihan. 7. ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat 8. otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok (mindguards). Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari efek negatif dari groupthink adalah sebagai berikut: 1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran kelompok dengan sengaja konsekuensinya. 2. Ditekankan perlu adanya keberpihakan atas posisi yang lain. 3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan dan menguraikan keraguan. 4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok. 5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal dari setiap anggota. 6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain (saingan), dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan ataupun kemungkinan lainnya yang dinilai membahayakan. 7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk mengevaluasi kembali dalam kesempatan yang berbeda. 8. Menyediakan waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghadiri pertemuan kelompok, guna mengkritisi atau menolak pandangan kelompok.

9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan secara terbuka di forum lain, dengan catatan hasilnya semata-mata untuk kelompok. 10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent), untuk bekerja secara bersama dalam memecahkan suatu persoalan. Faktor faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu : 1. Faktor Anteseden Kalau hal hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik. 2. Faktor Kebulatan Suara Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok, daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak. 3. Faktor Ikatan Sosial Emosional Kelompok yang ikatan sosial emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang ikatannya legas dan berdasarkan tegas belaka cenderung lebih rendah pikiran kelompoknya. 4. Toleransi Terhadap Kesalahan Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan kesalahan dibiarkan daripada tidak ada toleransi atau kesalahan kesalahan yang ada. Sebagaimana teori - teori lainnya, teori groupthink juga tak lepas dari kritik. Kritik tersebut antara lain: 1. Aldag dan Fuller (1993) Menurut keduanya, analisis groupthink bersifat retrospektif (berlaku surut), sehingga Janis dapat mengambil bukti-bukti yang mendukung teorinya saja, keterpaduan kelompok itu sendiri belum tentu menimbulkan pikiran kelompok. Contohnya: perkawinan dan keluarga, dapat tetap terpadu atau kohesif tanpa menimbulkan pikiran kelompok, dengan tetap membiarkan perbedaan pendapat tanpa mengurangi keterpaduan itu sendiri.

2. Tetlock, dkk (1992) Mereka menilai, fakta sejarah membuktikan bahwa ada juga kelompok-kelompok yang sudah mengikuti prosedur yang baik, namun tetap melakukan kesalahan. Contohnya: ketika Presiden Carter dan penasehat-penasehatnya merencanakan pembebasan sandera di Iranpada tahun 1980. Operasi itu gagal total dan Amerika Serikat dipermalukan, walaupun kelompok itu sudah mengundang beragam pendapat dari luar dan memperhitungkan segala kemungkinan secara realistik.

Contoh dari Teori Groupthink : Perusahaan A yang bergerak di bidang konstruksi bangunan memenangkan sebuah tender untuk membangun sebuah jembatan di daerah padat penduduk. Jembatan ini akan diletakkan di atas sungai yang melintasi daerah tersebut. Karena mendapatkan tempat seperti itu, para anggota tim berpikir sedemikian rupa untuk menggambarkan sebuah model jembatan yang cocok diletakkan ditengah tengah kawasan pemukiman padat penduduk. Ketua tim percaya bahwa komposisi dan model yang Ia ajukan pada presentasi merupakan model yang paling cocok. Ia pun berhasil meyakinkan anggota tim lainnya agar mengikuti pilihannya. Pada saat itu, salah seorang anggota tim menyadari bahwa ada yang salah dengan komposisi pilar jembatan pada gambar rancangan ketua tim. Namun, Ia tidak mengungkapkan hal itu karena mayoritas anggota kelompok telah menyetujui pendapat sebelumnya. Ia takut bahwa pendapatnya akan membuat kacau rencana yang telah disetujui. Akhirnya setelah beberapa bulan, pembuatan jembatan pun selesai. Tak lama setelah jembatan berdiri dengan kokohnya ditengah tengah pemukiman penduduk, jembatan tersebut rubuh dan memakan korban yang sedang melintas di atas jembatan. Ketika diteliti ulang, hal ini disebabkan karena kurang kokohnya pilar jembatan untuk menopang jembatan itu. Setelah kecelakaan ini, salah seorang dari anggota tim yang dulu tidak berani mengemukakan pendapatnya lalu berbicara mengenai hal yang baru saja terjadi. Mendengar hal itu, anggota tim lainnya pun sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan dulu. Jika saja mereka mau mendengarkan pendapat selain pendapat mayoritas kelompok, hal ini tidak akan terjadi. Kini mereka belajar dari pengalaman mereka. Mereka mulai menghargai pendapat orang lain.

Daftar Pustaka Setiansah, Mite dan Edi Santoso. Teori Komunikasi. 2010. Graha Ilmu. West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. 2009. Jakarta : Salemba Humanika.