BAB V - UKSW · 2018. 5. 4. · 51 BAB V Implementasi Diplomasi Budaya Jepang melalui budaya Anime...
Transcript of BAB V - UKSW · 2018. 5. 4. · 51 BAB V Implementasi Diplomasi Budaya Jepang melalui budaya Anime...
51
BAB V
Implementasi Diplomasi Budaya Jepang melalui budaya Anime dan manga
V.1 Soft Power Jepang pada Anime dan Manga
What is soft power? It is the ability to get what you want
through attraction rather than coercion or payments. It arises from
the attractiveness of a country's culture, political ideals, and policies.
When our policies are seen as legitimate in the eyes of others, our
soft power is enhanced.
Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York.
Public Affairs px
Dari tulisan yang di kutip penjelasan singkat mengenai soft power
adalah ketika seseorang atau suatu negara mampu mendapatkan keinginannya
melalui ketertarikan sehingga apa yang di inginkan tidak harus di capai dengan
paksaan atau persyaratan. Apa yang di kutip melalui tulisan Joseph Nye ini
pada saat ini banyak terjadi di dalam hubungan bilateral melalui hal-hal khusus
seperti kebudayaan atau kerjasama tertentu yang membuat masyarakat suatu
negara tertarik. Sebagai contoh dalam penggunaan soft power dalam hubungan
bilateral seperti yang di lakukan oleh negara tertentu melalui pagelaran tari
untuk menarik minat masyarakat negara tetangga. Atau dapat dengan
menggunakan subyek tertentu seperti music dan gambar untuk memberikan
pengaruh . Apa yang di cari dari mengaplikasikan softpower bukanlah suatu hal
yang bisa di dapat secara cepat1. Hal ini tergantung pada subyek yang
menerima bentuk softpower tersebut.
Sama halnya dengan apa yang di lakukan oleh Jepang selama
melakukan hubungan bilateral. Beberapa hal yang menjadikan Jepang menjadi
salah satu Negara yang memiliki identitas sebagai negara yang
mengaplikasikan soft power, adalah karena kemampuan dari Jepang sendiri
dalam menggunakan budaya yang di miliki sebagai kekuatan untuk
berdiplomasi2. Penggunaan budaya Jepang untuk mampu menjual image
negaranya sendiri masih merupakan upaya yang cukup efektif bagi Jepang
untuk merebut hati banyak masyarkat. Hal ini juga di sampaikan oleh Edmund
Gullion3 sebagai upaya pemerintah dalam melakukan komunikasi pada
masyarakat luar negeri4.
“a government’s process of communicating with foreign publics in an
attempt to bring about understanding for its nation’s ideas and ideals, its
institutions and culture, as well as its national goals and current policies”
Edmund Gullion
Toshiya Nakamura. Japan’s New Public Diplomacy: Coolnessin Foreign
Policy Objectives
1 Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public
Affairs p9 2 Toshiya Nakamura. Japan’s New Public Diplomacy: Coolnessin Foreign Policy Objectives p1
3 Diplomat Amerika tahun 1965 yang juga seorang mantan Dekan di Fletcher Shool sejak tahun
1964 hingga tahun 1978 di Massachuset Amerika 4 Ibid p3
53
Selain menggunakan nilai budaya yang di miliki sebagai upaya untuk
memajukan negaranya. Upaya Jepang dalam menjaga asset yang di miliki juga
merupakan suatu bukti dari kepentingan Jepang untuk terus mampu
menggunakan nilai budaya yang dimiliki. Sebagai bukti dari upaya tersebut
Jepang mampu menggunakan sumber daya manusia yang mampu memberikan
sumber soft power dalam bentuk karya dan memberinya apresiasi untuk terus
mampu berkarya5. Upaya yang di lakukan oleh Jepang ini sudah di buktikan
salah satunya dengan memberikan penghargaan bagi seniman manga juga
memberikan kesempatan pada seniman yang berkecimpung di dunia anime
untuk bisa bersaing di ajang kompetisi film yang di adakan oleh negara lain6.
Sebagai bukti dari hal tersebut dapat di lihat dari pendapat Taro Aso Perdana
Menteri Jepang pada periode 2006 “I would like for Japan, as the originator of
manga, to award to the standard-bearers appearing in the world of manga all
around the globe, a prize which carries real authority - the equivalent of a
Nobel Prize in manga. And I hope that by receiving that prize, they will have a
feeling of association
with Japan”7.
Kepedulian dari masyarakat jepang dan Juga perhatian pemerintah akan
salah satu karya yang di hasilkan oleh seniman Jepang, memberikan bukti
5 Toshiya Nakamura. Japan’s New Public Diplomacy: Coolnessin Foreign Policy Objectives p4
6 Ibid
7 Ibid
tentang bagaimana sebuah soft power di lakukan dan di bentuk. Kemampuan
dari Jepang untuk menggunakan Soft Power sebagai upaya dalam
memperkenalkan negaranya juga sudah di terima oleh banyak masyarakat
negara lain sebagai bentuk kerjasama yang menguntungkan. Selain
memberikan kerjasama dalam hal budaya populer, kerjasama dengan tujuan
membangun perspektif yang di lakukan oleh jepang melalui program
pendidikan8 juga merupakan salah satu bukti dari kemampuan Jepang
memberikan bantuan dan kerjasama yang dapat memberikan pengaruh positif
bagi citra Jepang dalam hubungan diplomatis9.
5.2 Sejarah singkat anime dan manga
Anime adalah salah satu kebudayaan Jepang yang mendunia hingga saat
ini. Definisi dari anime antara lain adalah anime sebenarnya adalah sebuah kata
yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan semua jenis
kartun yang ada, tanpa mengurangi kebudayaan nasional yang ada; dan Di luar
Jepang, kata anime digunakan untuk menggambarkan kepada kartun Jepang.10
Sehingga dari pendefinisian diatas dapat dijelaskan mengenai bagaimana
sebenarnya Anime itu dan mengapa Anime menjadi salah satu ikon kebudayaan
Jepang di dunia ini. Anime Jepang telah tersebar di berbagai penjuru dunia.
8 Pang Er Lam. 2007. Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation
9 Ibid
10 Gilles Poitras. 2008. Contemporary Anime in Japanese Pop CulturedalamMark W .
MacWilliams. 2008. Japanese Visual Culture : Exploration in the World of Manga and Anime.
New York: An East Gate Book. P. 48
55
Adapun berbagai Anime-anime Jepang yang sangat terkenal pada jamannya,
dimana para penikmat Anime pada saat itu sangat menikmati suguhan-suguhan
dari Anime-anime yang tayang pada saat itu.
Di Negara-negara Barat, mereka memiliki perspektif tersendiri
mengenai Anime. Dimana mereka akan meninggalkan sebuah impresi mengenai
bagaimana sebuah anime Jepang tersebut sangat berbeda dengan animasi-
animasi yang ada di Negara Barat. Anime Jepang memiliki perbedaan yang
sangat besar jika dibandingkan dengan animasi-animasi yang ada di Barat,
dimana jika dikaji kembali Anime Jepang lebih menonjokan kepada
penggambaan tokoh dari Anime yang ada, alur cerita yang berbeda dan
kompleks, dan juga adanya hal-hal yang menarik lainnya yang disuguhkan
dalam sebuah Anime. Anime Jepang memiliki berbagai macam genre dan juga
memiliki daya tarik tersendiri yang ditujukan untuk memberikan daya tarik
kepada para penikmatAnime. Anime merupakan penggambaran dari sebuah
kebebasan seni dimana di dalamnya terkadang terdapat sedikit alur pornografi,
atau bahkan terdapat Anime yang memiliki jalan alur cerita yang dramatis yang
memiliki latar belakang musik yang sangat bagus di dalamnya.11
Hal
demikianlah yang dijadikan sebagai tolak ukur mengapa Anime sangat banyak
11
Gilles Poitras. 2008. Contemporary Anime in Japanese Pop CulturedalamMark W .
MacWilliams. 2008. Japanese Visual Culture : Exploration in the World of Manga and Anime.
New York: An East Gate Book. P. 48
peminatnya dan salah satu dari berbagai alas an yang memberikan penjelasan
mengenai perbedaannya dengan animasi-animasi yang lain.
Darimana sebenarnya Anime datang? Anime sebenarnya tidak memiliki
sesuatu yang khusus mengenai bagaimana munculnya, tetapi pada abad ke-19
lah yag menjadi akar dari kemunculan Anime sekarang ini.12
Abad ke-19 yang
dimaksudkan adalah ketika Era Meiji, pada saat pertengahan abad ke-19 dan
awal abad ke-20 dimana terdaat aliran berbagai pengetahuan yang bersifat
teknisi dan artistic antara kebudayaan Jepang, Eropa, dan Amerika.
Anime-anime yang sangat digemari oleh masyarakat pada waktu itu
antara lain adalah Kauboi bappu tenku no Tobira atau dalam bahasa lain adalah
coboy Bebop : Knockin’ on Heaven’s Door pada tahun 2001, Metropolisu
(Metropolis, 2001), Tokyo Goddofasazu (Tokyo Godfather, 2003), atau Kokaku
kidotai (Ghost In The Shell, 1995) dan Kido keisatsu Patlabor (Patlabor, 1989,
1993, 2002), dimana dari berbagai Anime di atas telah melewati berbagai jaman
dimana memiliki banyak episode, sesuatu yang digambarkan klasik, komedi
yang ada, adegan-adegan yang keras yang dimana adalah sesuatu yang biasa di
12
Gilles Poitras. 2008. Contemporary Anime in Japanese Pop CulturedalamMark W . MacWilliams. 2008. Japanese Visual Culture : Exploration in the World of Manga and Anime. New York: An East Gate Book p. 49.
57
dalam animasi Negara Barat. Mereka akan melihat banyak sekali drama,
humor, aksi, kesenangan, tragedi, komedi, cinta, dan yang lainnya.13
Manga merupakan sebuah istilah yang di gunakan oleh orang-orang
Jepang sebagai istilah untuk menyebut komik atau cerita yang di tampilkan
dalam bentuk gambar berpanel. Hal yang membedakan antara manga dan
komik pada umumnya adalah fakta jika manga merupakan karya yang cukup
melekat di masyarakat Jepang terutama pada hal yang berkaitan dengan sejarah,
politik, ekonomi, keluarga hingga agama dan Gender14
. Sejarah awal manga di
awalnya mulai di gunakan oleh kaum pemuka agama Buddha sebagai media
untuk menjelaskan tentang nilai keagamaan15
.
Beberapa cerita kuno yang sering di naskahkan pada gulungan kitab dan
menjadi cerita di masyarakat adalah cerita tentang hantu, neraka, perjalanan
Buddha hingga keadaan masyarakat yang sering di gambarkan dalam cerita
jenaka serta pemandangan alam yang di lkuiskan dengan indah16
. Bentuk
komik yang lebih modern masuk ke Jepang lewat pengaruh orang barat pada
masa perdagangan Jepang di era tahun 187417
. Pada masa ini bentuk komik
yang sering di gunakan adalah jenis komik satir yang memberikan kesan
13
Gilles Poitras. 2008. Contemporary Anime in Japanese Pop Culture dalamMark W .
MacWilliams. 2008. Japanese Visual Culture : Exploration in the World of Manga and Anime.
New York: An East Gate Book. P. 48 14
kINko Ito. Manga in Japanese History dalam Mark W. MacWilliams.2008.Japanese VISUAL
CULTURE :Explorations inthe World of Manga and Anime. New York: An East Gate Book.
P26 15
Ibid 16
ibid p27 17
Ibid p31
lawakan. Bentuk komik satir merupakan bentuk komik klasik yang di gunakan
sebagai media untuk menghibur melalui media Koran. Pada tahun 1877
perkembangan komik satir menjadi bahan bacaan tersendiri di Jepang 18
.
Mulai tahun 1890 trend komik di Jepang mulai di pengaruhi oleh
komik jurnalis Amerika19
. Perbedaan mendasar dari komik pada masa ini
adalah penggunaan 4 panel dalam satu cerita seperti pada komik modern di
media surat kabar atau juga biasa di kenal sebagai komik strip. Pada tahun 1905
penggunaan komik strip mulai di variasi dengan penggunaan warna untuk
pertama kalinya di Jepang20
. Pada masa tahun 1925 dengan kondisi global yang
mengarah pada Perang Dunia I komik di Jepang yang biasa di gunakan sebagai
media kritik di Jepang di batasi tata cara penyampaiannya. Hal ini di
maksudkan untuk menghindari adanya konflik di dalam negara. Pada masa
Perang Dunia II peran komik Jepang berubah menjadi salah satu media untuk
memajukan propaganda Jepang21
.
Setelah masa Perang Dunia II di Jepang. Komik menjadi salah satu
karya yang tidak bisa lepas dari masyarakat. Kondisi masyarkat pada tahun
1950 di Jepang yang membangun ekonomi dan masuknya animasi dari
Amerika seperti Walt Disney memberi inspirasi baru bagi kalangan seniman
18
kINko Ito. Manga in Japanese History dalam Mark W. MacWilliams.2008.Japanese
VISUAL CULTURE :Explorations inthe World of Manga and Anime. New York: An East
Gate Book p31 19
Ibid p32 20
Ibid 21
Ibid P 34
59
komik untuk membuat cerita-cerita baru yang mengangkat tokoh pahlawan
lokal22
. Pada masa ini komik yang di terbitkan sudah berupa komik drama dan
pada masa tersebut jenis komik drama merupakan salah satu karya yang
populer di kalangan pemuda. Di tahun 1960-1970 komik di Jepang mengalami
perubahan drastis di mana cerita komik sudah mulai di tujukan untuk usia
tertentu. pada era tahun 1960-1970 komik di Jepang sudah mulai menjadi
komoditas khusus di mana komik menjadi sebuah media yang di terbitkan
secara bulanan atau mingguan23
.
Pada era tahun 1970 hingga tahun 1980 perkembangan komik di Jepang
memulai langkah baru. Pada masa ini jenis komik khusus pembaca wanita atau
biasa di kenal dengan sebutan shojo manga mulai di kenal oleh masyarakat
Jepang. Istilah Shojo Manga tidak hanya sebatas tentang siapa yang membaca
namun juga mengarah pada isi dan tema dari komik itu sendiri24
. Jenis komik
Shojo manga lebih mengarah pada cerita tentang roman serta gaya gambar yang
terkesan lebih menonjolkan gambar karakter yang terkesan tampan atau
cantik25
. Kemunculan Shojo manga juga menjadi cikal bakal dari di mulainya
komik sebagai salah satu komoditas ekspor, hal ini di karenakan oleh peminat
22
kINko Ito. Manga in Japanese History dalam Mark W. MacWilliams.2008.Japanese VISUAL
CULTURE :Explorations inthe World of Manga and Anime. New York: An East Gate Book
p36 23
Ibid 24
Ibid p39 25
Ibid
dari komik Shojo manga banyak yang berasal dari luar negeri terutama dari
daerah Korea Selatan dan China26
.
Perkembangan komik pada era setelah 1980 merupakan perkembangan
yang cukup maju. Hal ini di karenakan perkembangan dari komik di Jepang
juga di ikuti oleh perkembangan anime yang juga mengadaptasi cerita dari
komik27
. Beberapa judul komik yang di masa itu di terbitkan dan di adaptasi
menjadi anime adalah Dokyusai dan Tokyo Love Story28
. Perkembangan yang
cukup luas dari komik dan anime ini pada akhirnya memberikan perhatian
tersendiri bagi pemerintah. Pada tahun 1999 pemerintah Jepang memberi
inisiatif melalui kementrian pendidikan untuk membuat program pendidikan
kartun animasi serta seni komik di Universitas Sika Kyoto29
. Apa yang di
lakukan oleh pemerintah Jepang ini merupakan salah satu bentuk apresiasi yang
dapat membuat karya komik di Jepang mampu di hargai dengan baik oleh
masyarakat lokal. Namun kebebasan berkarya yang di miliki oleh seniman
kadangkala perlu di batasi untuk mengurangi nilai tertentu yang dapat memicu
hal-hal buruk. Sebagai contoh pada tahun 2005 akibat sebuah karya komik
yang berjudul KenKaryu yang berarti membenci budaya Korea Selatan atau
26
kINko Ito. Manga in Japanese History dalam Mark W. MacWilliams.2008.Japanese VISUAL
CULTURE :Explorations inthe World of Manga and Anime. New York: An East Gate Book
p39 27
Ibid p44 28
Ibid p45 29
Ibid p46
61
Halyu30
para pembaca di luar Jepang merasa tersinggung oleh karenanya hal ini
di karenakan komik KenKaryu berisi pandangan mengenai Jepang yang sudah
60 tahun terbebas dari masalah perang dan sudah sepanntasnya untuk tidak
terus memohon maaf pada negara tetangga seperti Korea Selatan dan China
atas apa yang sudah di lakukan31
5.3 Anime dan Manga di Korea Selatan serta pembatasan impor budaya di
tahun 1993 dan pemberhentian masa pembatasan budaya di tahun2000
Perkembangan Manga dan anime di Korea Selatan pertama kali masuk
pada era tahun 1980. Pada era tersebut Korea Selatan masih pada masa
pengembangan ekonomi. Pada waktu yang sama Jepang sudah mulai
menggunakan komik atau manga sebagai salah satu bagian dari komoditas
ekspornya32
. Pada masa perkembangan ekonomi yang cukup cepat tersebut
upaya dari Jepang dalam menyebarkan komoditas ekspor dalam bentuk komik
di arahkan kepada negara di Asia dan di Eropa33
. Upaya yang di lakukan oleh
Jepang ini di lanjutkan dengan melakukan ekspor dengan menggunakan media
televisi berlangganan pada tahun 1991, upaya yang di lakukan melalui media
30
Ibid p47 31
kINko Ito. Manga in Japanese History dalam Mark W. MacWilliams.2008.Japanese VISUAL
CULTURE :Explorations inthe World of Manga and Anime. New York: An East Gate Book
p47 32
Fusanosuke Natsume; East Asia and Manga Culture: Examining Manga-Comic
Culture In East
Asia. Natsume Fusanosuke Office Co./ Essayist, Japan. The Asian Face of
Globalisation Reconstructing Identities, Institutions, and Resources The Papers of the
2001 API Fellows 33
Ibid
channel Star TV34
ini terus berlanjut hingga tahun 1997. Pada masa setelah
tahun 1997 upaya yang di lakukan oleh Jepang mengalami masalah oleh karena
kondisi Krisis ekonomi yang terjadi secara global35
. Kondisi di Korea Selatan
pada masa tersebut merupakan salah satu kondisi di mana budaya Jepang dalam
bentuk komik dan anime bisa di peroleh secara bebas oleh masyarakat, namun
terjadi pengecualian pada sejak tahun1993 akan masuknya budaya Jepang
Korea Selatan oleh karena permasalahan politis.
Mulai pada era tahun 1993 kondisi Korea Selatan kondisi di Korea
Selatan di mulai dengan masa pemerintahan Presiden Kim Yong-Sam. Pada
masa ini di berlakukan pembatasan masuknya budaya Jepang oleh pemerintah
sebagai upaya untuk menjadikan Korea Selatan sebagai negara mandiri36
.
Kondisi ini membuat masyaarakat Korea selatan tidak mampu dengan bebas
mengakses komik Jepang dan anime. Apa yang di lakukan oleh pemerintah
Korea Selatan selama masa ini di perketat dengan adanya larangan mengenai
penampilan budaya Jepang dalam bentuk peragaan apapun37
. Apa yang sudah
di lakukan pada masa pemerintahan Kim Yong-Sam membuat masyarakat
34
ibid 35
Fusanosuke Natsume; East Asia and Manga Culture: Examining Manga-Comic
Culture In East
Asia. Natsume Fusanosuke Office Co./ Essayist, Japan. The Asian Face of
Globalisation Reconstructing Identities, Institutions, and Resources The Papers of the
2001 API Fellows 36 In- Taek Hyun .2008. South Korea strategic thought toward Asia in the Kim Yong-
Sam era . dalam Gilbert Rozman; In-Taek Hyun; Shin-wha Lee. 2008. South Korean
Strategic Thought toward Asia. New York. Palgrave. P- 56 37
Haksoon Yim .2002. Cultural Identity and Cultural Policy in South Korea. London
and New York . Routledge
63
Korea Selatan di kala itu tidak mengenal manga ataupun anime. Kondisi ini
mulai berangsur membaik hingga masa pemerintahan Kim Yong-Sam berakhir.
Mulai era setelah pemerintahan Kim Yong-Sam, Presiden Kim Dae
Jung mulai mengambil alih. Pada masa pemerintahan Kim Dae-Jung kondisi
pembatasan budaya yang di lakukan oleh Presiden Kim Yong-Sam mulai di
rubah. Adapun keinginan dari Presiden Kim Dae-Jung, yaitu keinginan untuk
dapat merangkul negara lain melalui pertukaran budaya seperti halnya pada
Jepang yang mampu melakukan pertukaran budaya melalui komoditas manga
dan anime38
. Pada akhirnya apa yang ingin di lakukan oleh Presiden Kim Dae-
Jung mulai di lakukan setelah beberapa bulan Presiden Kim Dae-Jung
menjabat. Pembebasan budaya anime dan manga baru benar-benar terjadi pada
tahun 200039
. Pada tahun 2000 program dari Presiden Kim Yong-Sam untuk
mampu menerima masuknya budaya dari Jepang baru benar-benar di setujui
oleh Kementrian Luar Negeri Korea Selatan40
. Hal ini di tandai dengan mulai
kembali masuknya budaya pop Jepang seperti musik pop dalam bentuk video
dan kaset rekaman, video game serta anime, manga serta program-program
tayangan televisi41
. Oleh karena program dari Kim Dae-Jung yang di upayakan
untuk melakukan pengembangan negara dengan menerima kebudayaan lain ini
38
Haksoon Yim .2002. Cultural Identity and Cultural Policy in South Korea. London and New
York . Routledge 39
Ibid 40
Ibid 41
Ibid
Kim Dae-Jung oleh masyarakat Korea Selatan di sebut sebagai Bapak
kebudayaan.
Upaya yang di lakukan oleh Presiden Kim Dae-Jung belum sepenuhnya
terjadi. Hal ini di karenakan proses menjadikan Korea Selatan sebagai salah
satu negara yang dapat menerima budaya asing di perlukan upaya yang
bertahap. Dalam program yang sudah di rancang oleh Presiden Kim Dae-Jung
program yang sudah di susun memiliki empat tahapan. Tahapan dalam program
yang sudah di rencanakan oleh Presiden Kim Dae Jung adalah sebagai berikut
First step - 10 October 1998
1. Movies & Videos
Japan and Korea Co-production film
1.1. Japanese actors participation in Korean Film
1.2 Four Award films(Cannes, Venice, Berlin, Academy)
2. print publication
Anime, Manga
The second step - 1999 September 10th
1. Movies & Videos
1.1 70 international Film festival awards.
1.2 No age restricted film
1.3 No animefor movie theatre
2. Music
Singers less than 2000 seats (No Live, Record, video)
The Third Step - 2000 June 27th
1. Movies & Videos
65
1.1 Restricted
Films except 12-14 years under.
1.2 nor restriction for international
Film festival awards films.
1.3 restricted
Anime in the theatre, Only international film festival awards anime
2. Music
Japanese music in Korean Accepted all albums except Japanese lyrics.
3. Games soft
All game soft (PC games, On-line games)
Except videogame using a video game machine.
4. Broadcast
Sports, Documentary,
Cable ,TV, Satellite Broadcast (keep the second step conditions)
The fourth step - 2004 September 16th/January 1st September 16th
1. Movies & Videos
Released all restrictions
2. Music
CD, Tapes,
Lyrics in Japanese.
3. Games soft
Released all restrictions
January 1st
4. Broadcast
Cable, Satellite:
Life Information, educational programme, movie, Theatre anime (restricted
Shown in Korea)
All Japanese Lyrics, TV drama (restricted 12 years above),
Co production TV drama,
(NB : Daftar Program diambil dari : Seiko Yasumoto. Japan and Korea as a Source of
Media and Cultural Capital. The University of Sydney)
Upaya yang di lakukan oleh Presiden Kim Dae-Jung merupakan salah
satu upaya yang cukup berani. Perubahan dengan menggunakan budaya sebagai
upaya untuk membuat perubahan mendasar di Korea Selatan yang sebelumnya
tertutup oleh budaya tertentu, merupakan langkah besar bagi Kore selatan untuk
bisa berkembang lebih luas. Selain memberikan program yang mampu
memperluas pengembangan Korea Selatan, upaya yang di lakukan oleh Kim
Dae Jung juga memberikan kesempatan baru bagi hubungan bilateral dengan
Jepang yang pada beberapa masa menjadi tertutup oleh karena permasalahan
pembatasan impor budaya. Namun selain melakukan perubahan secara besar-
besaran dalam hal budaya, upaya yang di lakukan oleh Kim dae Jung
merupakan upaya yang tidak bisa di lakukan dengan singkat. Hal ini terjadi
juga karena adanya factor dari masyarakat Korea selatan yang masih melihat
kasus sejarah antara Korea Selatan dengan Jepang yang sudah terjadi selama
beberapa masa.
67
5.4 Upaya Jepang dalam menjalankan Soft Power dalam Anime dan Manga
Dalam menjalankan upayanya untuk menggunakan soft power dalam
bentuk anime dan manga, Jepang melakukan beberapa cara guna
memaksimalkan usaha soft power yang di gunakan. Jepang dalam melakukan
upaya untuk meningkatkan kualitas soft power melakukan beberapa upaya agar
soft power yang di lakukan mampu di terima oleh banyak pihak.
Salah satu cara yang di lakukan oleh Jepang dalam membangun soft
power yang di miliki adalah dengan membangun relasi dengan pihak industri.
Dalam hal industry di bidang anime dan manga, Jepang memiliki pengalaman
yang cukup baik oleh karena ketertarikan masyarakat global dalam menerima
manga dan anime sebagai salah satu hiburan42
. Pengalaman yang sudah di
miliki oleh Jepang ini telah di buktikan melalui beberapa prestasi seperti yang
di lansir oleh Japan Economic Monthly Juni 2005. Japanese animation
(“anime”) has been acclaimed worldwide for its original, Japan-based culture
and content, to the extent that it is called “Japanimation.” Director Mamoru
Oshii’s animated film Innocence was nominated for an award at the 57th
Cannes film festival in 2004. Innocence is the sequel to Ghost in the Shell
(1995), which reached number one on Billboard’s video chart in the United
States. Miyazaki’s Spirited Away won the feature length animation Oscar at the
75th Academy Awards in 2003, reprising its capture of the Golden Bear at the
42
JETRO Japan Economic Monthly; Japan Animation Industry Trends, June 2005
2002 Berlin Film Festival and proving once again Japan produces world-class
animation43
. Apa yang sudah di lakukan pemerintah Jepang dalam hal
memberikan kepercayaan kepada industry anime dan menjadikannya rekanan,
merupakan salah satu bukti tentang bagaimana kepercayaan pemerintah dan
pelaku industry anime memberikan timbale balik.
Sebagai salah satu negara yang juga merupakan negara Industri, potensi
industry anime di Jepang secara tidak langsung memberikan ketertarikan
tentang potensi anime menjadi salah satu bidang industri yang mampu
menyerap tenaga kerja asing. Sebagai bukti seperti yang di lansir oleh Japan
Economic Monthly Juni 2005:Many American and Asian animators reportedly
want to work on Japanese anime productions, indicating that Japanese
animation is viewed by professionals as leading its field. Spirited Away’s
commercial success, however, demonstratedJapanese anime’s merits and
international competitiveness among the global general public as well. The
world clearly views Japanese anime as having potential for big business44
.
Potensi yang di miliki oleh industry anime ini memberikan bukti tentang
bagaimana soft power dari industri anime di Jepang memegang peran dalam
upaya mengembangkan potensi Jepang sebagai negara yang memiliki soft
power dalam bidang budaya dan berhasil mengolahnya menjadi sesuatu yang
menguntungkan.
43
JETRO Japan Economic Monthly; Japan Animation Industry Trends, June 2005 44
Ibid
69
Bukti dari berkembangnya Industri anime yang mampu menarik
perhatian masyarakat asing ini juga di dukung oleh oleh pernyataan Taro Aso
pada tahun 2006 mengenai bagaimana soft power Jepang “What is the image
that pops into someone’s mind when they hear the name ‘Japan’? Is it a bright
and positive image? Warm? Cool? The more these kinds of positive images pop
up in a person’s mind, the easier it becomes for Japan to get its views across
over the long term. In other words, Japanese diplomacy is able to keep edging
forward, bit by bit, and bring about better and better outcomes as a result45
”.
Apa yang di katakana oleh Perdana Menteri Jepang Taro Aso memang secara
tidak langsung memberikan bukti mengenai Soft Power Jepang dalam hal
budaya terutama anime dan manga. Hal ini sudah di buktikan dengan adanya
industri anime di Jepang yang sudah cukup terbuka bagi creator anime di luar
Jepang.
Selain melakukan penarikan tenaga kerja untuk masyarakat asing.
Industry anime juga membuat perluasan di bidang industry dengan
memberikan kerjasama dengan Korea Selatan dalam melakukan industry anime
yang di miliki. Seperti yang di lansir dari Japan Economic Monthly Juni 2005 :
While planning, directing and other processes requiring advanced expertise
have remained in Japan, animating, coloring and other simple operations are
being shifted to other countries. Processes in which young staff acquire basic
45
Peng Er Lam. Japan’s Quest for“Soft Power”: Attraction and Limitation. Springer Science +
Business Media B.V. 2007
animation skills are declining in Japan, which has set off alarms regarding the
domestic industry’s own production capabilities46
. Masuknya tenaga kerja
asing yang bekerja di industri anime juga memberikan keuntungan tersendiri
bagi industry anime yang ada di Jepang. Pengembangan industri ini
memberikan investasi khusus bagi Jepang untuk bisa menggunakan tenaga
asing yang berada di luar wilayah Jepang dan melanjutkan upaya Pemerintah
Jepang untuk terus meluaskan soft power yang di miliki.
Pada kerjasama antar negara di bidang industry yang di lakukan oleh
Jepang terhadap luar negeri, Korea Selatan memberikan kerjasama yang khusus
bagi industry anime. Sebagaimana telah di tulis pada bab sebelumnya hubungan
bilateral antara kedua negara kadangkala memberikan respon yang tidak baik.
Seperti yang di tulis oleh Japan Economic Monthly Juni 2005 perihal hubungan
kerjasama Korea Selatan dalam industry anime: Moreover, South Korea, which
previously served as a subcontractor for Japan, has been laying plans for a
national policy to promote its domestic anime industry as a result of rapidly
accumulating expertise in recent years. Almost all animation on South Korean
television used to be from Japan, but now about 30% to 40% is produced
locally. It is feared that the hollowing out of Japanese production sites and the
concomitant increase in the competitiveness of other countries and regions is
46
JETRO Japan Economic Monthly; Japan Animation Industry Trends, June 2005
71
undermining the foundations of Japan’s anime industry47
. Secara tidak
langsung keberadaan creator anime di Korea Selatan memberikan keuntungan
tambahan bagi soft power Jepang. Keberadaan kreator anime yang berasal dari
Korea Selatan memberikan bantuan bagi Jepang untuk membantu menyebarkan
citra Jepang sebagai salah satu negara yang memiliki industry anime yang
terbuka bagi kreator anime secara global, serta menunjukan pada masyarakat
global mengenai identitas anime yang berasal dari Jepang.
Keuntungan yang di dapat Jepang melalui industry anime memberikan
peran lain bagi industry anime Jepang. Dalam hal menyebarkan soft power
yang di miliki dalam bentuk anime industry anime Jepang juga menghadapi
persaingan dengan negara lain yang memiliki image dalam bentuk film
animasi. Di terimmanya anime sebagai salah satu hiburan bagi masyarakat
global membuat ketertarikan salah satu raksasa animasi dunia untuk menanam
modal di industry anime. Sebagaimana di jelaskan dalam Japan Economic
Monthly Juni 2005 : The Disney Group has set up an entertainment content
purchasing division within its Japanese organization, which until then had
focused on distributing Disney animation in Japan. It is now buying Japanese
anime with games and other products for distribution in 54 countries. Joint film
and anime productions in Japan are also being considered. There are now
examples of overseas TV stations and distribution companies investing in
47
JETRO Japan Economic Monthly; Japan Animation Industry Trends, June 2005
anime produced in Japan and becoming involved from the planning stage, joint
productions with overseas production companies being broadcast in both
countries, and overseas production houses investing in anime production
companies in Japan48
. Keuntungan yang di dapat dari investasi yang di lakukan
oleh Disney ini menunjukan betapa kuatnya citra anime secara global dan
memberikan gambaran mengenai suksesnya upaya Jepang dalam menyebarkan
citra soft power nya ke wilayah global.
Upaya Lain yang di lakukan oleh Jepang dalam melakukan penyebaran
citra negaranya melalui anime, adalah dengan menggunakan penjualan
merchandise atau barang-barang yang berupa mainan ataupun figure yang
menyerupai tokoh anime. Upaya yang di lakukan oleh Jepang dalam bentuk
penjualan barang ini termasuk dalam industry kreatif yang di dukung oleh
pemerintah49
. Upaya pemerintah dalam memberikan citra yang mampu di
peroleh melalui barang-barang, menjadi salah satu program yang memberikan
gambaran pada masyarakat mengenai image Jepang sebagai salah satu
produsen barang yang bisa memberikan layanan bagi penggemar anime
ataupun bagi penggemar budaya Jepang50
.
48
JETRO Japan Economic Monthly; Japan Animation Industry Trends, June 2005 49
Minister of Economic Trade International Japan. Cool Japan Initiative.Juli 2014 50
Ibid
73
Upaya lain yang di lakukan oleh Jepang dalam melakukan upaya untuk
memberikan citra soft power nya di masyarakat global adalah dengan
melakukan adaptasi dari karya manga menjadi bentuk film, atau menerima ide
negara lain untuk mengadaptasi karya manga yang sudah ada. Sebagai contoh
dari kasus ini adalah dari karya manga Hanna Yori Dango51
. Komik Hanna
Yori Dango merupakan sebuah karya yang cukup populer di Jepang pada era
1990. Kepopuleran komik untuk remaja putrid ini cukup banyak di minati oleh
karena penggambaran karakternya yang di nilai sangat ideal untuk
menggambarkan tiap detil ekspresi hingga emosi dari cerita yang di miliki52
.
Beberapa negara yang sudah membuat adaptasi film dari karya komik ini
adalah Taiwan, Korea Selatan, China dan Filipina.
Seperti yang di tulis oleh Seiko Yasumoto dalam tulisannya yang
berjudul, Japan and Korea as a Source of Media and Cultural Capital, Seiko
Yasumoto menuliskan : Hana yori Dango was remade into a TV anime in
1996, broadcast by Asahi TV. It was then remade as an anime film in 1997
by the Toei film company. Due to itspopularity, it was remade into a
television drama in 2005. A second series, Hana yoriDango 2, was made in
2007. In 2008 it was remade as a TV drama Hana yori Dango:Final. The
original Hana yori Dango was remade into a Taiwanese TV drama called
51
SEIKO YASUMOTO. Japan and Korea as a Source of Media and Cultural Capital.
TheUniversity of Sydney 52
Ibid
Meteor Garden, using a Taiwanese cast for a Taiwanese audience, initially in
2001 and again in 2006 and 2007. Currently a Filipino broadcast company is
looking to acquire the
rights for remaking Hana yori Dango for a local audience. A Korean remaking
of Hanayori Dango in Korea is using Korean casts and Korean house
production for 200953
. Bukti dari di gunakannya komik Hanna Yori Dango
sebagai cerita utama adaptasi film, menunjukan bagaimana soft power Jepang
dalam bentuk karya manga atau komik mampu di terima dengan baik oleh
masyarakat global adaptasi yang di lakukan juga memberikan bukti seberapa
luas penyebaran komik sebagai bentuk soft power Jepang.
Upaya lain yang di lakukan oleh Jepang dalam menyebarkan soft power
dalam bentuk media anime dan komik, adalah dengan mengadakan program
khusus yang menayangkan acara dari Jepang serta menerima penayangan acara
anime atau film adaptasi manga di stasiun televisi lokal. Upaya yang di lakukan
oleh Jepang dengan memanfaatkan penayangan merupakan salah satu upaya
yang di dukung oleh pemerintah54
. Sebagai bukti dari penayangan program
televisi dari Jepang oleh stasiun televise lokal, Seiko Yasumoto menjabarkan
beberapa daftar program televisi yang ada di Korea Selatan selama beberapa
periode.
53
SEIKO YASUMOTO. Japan and Korea as a Source of Media and Cultural Capital.
TheUniversity of Sydney 54
Minister of Economic Trade International Japan. Cool Japan Initiative.Juli 2014
75
Table 4 :daftar program Televisi di Kore Selatan yang berasal dari Jepang pada beberapa periode
Sumber table : Seiko Yasumoto .Japan and Korea as a source of media capital
Dari tabel yang di jelaskan oleh Seiko Yamamoto dapat di lihat
bagaimana Korea Selatan mampu menerima acara televisi Jepang dan
menjadikannya sebagai bagian dari program televisi lokal. Upaya dari
pemerintah Jepang selain menerima penayangan program dari Jepang di
televise lokal juga membuat program khusus di tiap negara yang khusus
menayangkan acara tertentu yang berasal dari Jepang55
. Pada akhirnya
penerimaan budaya anime dan manga di Korea Selatan tidak sepenuhnya
memberikan citra yang buruk kepada Jepang, adanya respons positif Korea
55
Minister of Economic Trade International Japan. Cool Japan Initiative.Juli 2014
Selatan dengan menayangkan film dari Jepang memberikan bukti masih
diterimanya budaya popular Jepang di masyarkat Korea Selatan.
5.5 Dualisme perspektif dalam masyarkat Korea Selatan sebagai penerima
produk budaya
Permasalahan mengenai sejarah kelam antara hubungan bilateral Jepang
dan Korea Selatan merupakan bukti nyata bagaimana suatu kejadian sejarah
dapat mengubah perspektif banyak masyarakat menjadi suatu nilai yang tidak
bisa dengan mudah dilupakan. Namun seiring berjalannya waktu apa yang
diterima oleh suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat sebelumnya.
Kondisi yang berbeda ini pada akhirnya memunculkan perbedaan
pendapat akan penerimaan budaya asing yang masuk ke dalam masyarakat
Korea Selatan. Seperti yang banyak diketahui oleh masyarakat global saat ini,
Korea Selatan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam industry budaya
popular terutama pada bidang musik dan film. Namun juga tidak bisa
dipungkiri kenyataan jika budaya popular Jepang yang berbasis pada Anime
dan Manga masih menjadi salah satu budaya yang di konsumsi oleh masyarakat
Korea Selatan bahkan menjadi inspirasi bagi beberapa penggiat seni56
.
Seperti pada penjelasan mengenai hubungan antara industri animasi
Korea Selatan yang juga berkembang dengan adanya bantuan dari Jepang di
56
https://www.theguardian.com/film/filmblog/2013/jan/22/south-korean-animation-king-pigs diakses pada: 23 Feb 2017 pkl 17.00
77
periode tahun 1960, masyarakat Korea Selatan tidak sepenuhnya membenci
atau mengesampingkan posisi Jepang sebagai salah satu negara besar yang
memberikan bantuan dalam hal perkembangan industrinya. Salah satu contoh
kasus yang memberikan detail dari kondisi terbaginya perspektif masyarakat
Korea Selatan akan budaya yang masuk dari Jepang adalah kasus pada tahun
2014 dimana pada masa tersebut Jepang mengadakan pameran karya seni
manga terkenal One Piece di Seoul57
.
Pada kasus tersebut yang menjadi permasalahan adalah salah satu
fragmen dari gambar komik One Piece yang menyertakan gambar bendera
bajak laut yang mirip dengan bendera matahari terbit milik Jepang pada jaman
agresi Jepang saat Perang Dunia II58
. Akibat yang di timbulkan dari hal ini
adalah adanya demonstrasi dan tuntutan beberapa kelompok masyarakat agar
diberhentikannya pameran tersebut. Namun pada waktu yang hanya berselang
beberapa minggu setelah adanya demonstrasi acara pameran tersebut kembali
diadakan59
.
Kondisi yang dialami oleh masyarakat Korea Selatan ini merupakan
salah satu hasil dari bagaimana diplomasi budaya dijalankan. Kondisi yang
dialami oleh masyarakat Korea Sealatan ini dalam perspektif Soft Power di
sebut dengan istilah paradox of plenty. Apakah yang dimaksud dengan paradox
57
http://kotaku.com/one-piece-deemed-offensive-in-south-korea-exhibit-canc-1602882623 di
akses pada 23 Feb 2017 pkl 13.00 58
Ibid 59
ibid
of plenty ini?. Secara singkat paradox of plenty ini adalah suatu kondisi di mana
suatu masyarakat menerima informasi secara besar-besaran dan pada akhirnya
perhatian mereka terbagi untuk menerima informasi yang berasal dari identitas
mereka serta informasi yang baru dan terus berdatangan60
.
Dalam hal ini dimanakah kondisi paradox of plenty ini ditemukan
dalam masyarakat Korea Selatan?. Fenomena Paradox of plenty pada hubungan
antara Jepang dan Korea Selatan dapat dilihat dari adanya perbedaan perspektif
dari masyarakat Korea Selatan yang memiliki perbedaan respon terhadap
budaya populer Jepang. Sebagai contoh adalah pada kasus pameran komik One
Piece yang diadakan di Korea Selatan, dimana pada saat momen tersebut
terjadi ada perbedaan respon dari generasi masyarakat yang lebih tua untuk
mencabut kegiatan tersebut oleh karena permasalahan sejarah yang pernah
terjadi sedangkan pada masyarkat yang lebih muda hal ini dapat diterima tanpa
ada masalah.
Kondisi yang disebut sebagai paradox of plenty ini jika dilihat lebih
jauh pada aspek diplomasi publik merupakan suatu akibat yang oleh Joseph
Nye dijelaskan sebagai 3 dimensi diplomasi publik61
, dalam penjelasan
mengenai 3 dimensi diplomasi publik Joseph Nye menjelaskan sebagai berikut
60
Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public
Affairs p106 61
Ibid p107
79
1. The first and most immediate dimension is daily communications62
2. the second dimension is strategic communication, in which a set of
simple themes is developed, much like what occurs in a political or
advertising campaign63
3. The third dimension of public diplomacy is the development of
lasting relationships with key individuals over many years through
scholarships, exchanges, training, seminars, conferences, and access
to media channels64
.
dari ketiga penjelasan ini dapat dilihat dengan jelas apa yang sudah dilakukan
Jepang dalam diplomasi budaya serta bagaimana perbandingannya dengan
penjelasan dari Joseph Nye.
Jika membandingkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Jepang
malalui diplomasi budaya dengan penjelasan dimensi diplomasi public Joseph
Nye dapat dilihat upaya Jepang melakukan diplomasi public melalui budaya
anime dan manga sudah cukup memenuhi persyaratan bagaimana dimensi
diplomasi public ini dipenuhi persyaratannya sehingga dapat dijelaskan sebagai
berikut : berdasarkan kriteria pertama dimensi diplomasi public, budaya anime
dan manga Jepang diterima dengan cukup terbuka oleh masyarakat Korea-
62
ibid 63
ibid 64
Ibid
Selatan dan hal ini ditunjukkan dari adanya masyarakat yang memiliki
ketertarikan pada budaya anime dan manga.
Berdasarkan kriteria kedua, diplomasi budaya Jepang melalui anime dan
manga memiliki tema serta topik hiburan yang mudah diterima oleh
masyarakat luar Jepang, dalam hal ini tujuan dari tujuan diplomasi publik yang
dilakukan adalah memberi kesenangan dan hiburan bagi konsumen yang dalam
hal ini adalah masyarakat Korea Selatan. Berdasarkan kriteria ketiga, Jepang
melakukan hubungan diplomasi public melalui budaya anime dan manga secara
berkesinambungan kepada individu di Korea Selatan selama bertahun-tahun
melalui ekspor produk animasi dan komik yang pada akhirnya berlanjut hingga
masuknya saluran televisi kabel. Hal ini merupakan upaya yang cukup intens
dan mampu diterima oleh masyarakat Korea Selatan bahkan sejak sebelum
adanya masa pelarangan masuknya diplomasi budaya Jepang ke Korea Selatan
pada tahun 1998.
Dari penjelasan ini dapat dilihat jika upaya diplomasi budaya
Jepang sesungguhnya merupakan diplomasi budaya yang sukses dengan
ditandai oleh penerimaan msayrakat Korea Selatan akan budaya anime dan
manga di Korea Selatan. Upaya diplomasi budaya ini tidak hanya memberikan
kerjasama bagi kedua negara namun juga memberikan bantuan dalam bidang
industri hiburan animasi. Lebih jauh upaya diplomasi budaya yang dilakukan
oleh Jepang melalui budaya anime dan manga ini juga pada akhirnya
81
membantu Jepang untuk bisa terus membangun hubungan pemahaman akan
masing-masing negara meski dalam batasan nilai sejarah yang beberapa kali
menghambat jalannya diplomasi budaya Jepang sendiri.