BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

download BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

of 37

Transcript of BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    1/37

    BAB III

    GEOTEKNIK DAN PELEDAKAN

    3.1 Kajian Geoteknik

    Geoteknik adalah bidang kajian rekayasa kebumian yang berkonsentrasi pada aplikasi

    teknologi teknik sipil untuk konstruksi yang melibatkan material alam yang terdapat pada atau

    dekat permukaan bumi. Geoteknik tambang merupakan aplikasi dari rekayasa geoteknik pada

    kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu

    Mekanika Tanah, Mekanika Batuan, Geologi, dan Hidrologi. Melalui geoteknik tambang

    diharapkan rancangan suatu tambang baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah dapat

    dilakukan analisis terhadap kestabilan yang terjadi karena proses penggalian dan atau penimbunan,

    sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan ekonomis.

    Data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan tambang bawah tanah meliputi :

    - Kondisi geologi

    - Kondisi hidrologi dan hidrogeologi

    - Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas, void ratio, batas Atterberg kadang-kadang

    diperlukan untuk material tanah)- Sifat mekanik (kuat tekan uniaksial, parameter kekuatan geser (kuat geser, kohesi, sudut geser

    dalam)

    - Tegangan in situ (tegangan vertical, tegangan horizontal)

    Parameter geoteknik di atas diperoleh melalui penyelidikan baik di lapangan maupun di

    laboratorium (lihat Gambar 3.1).

    III - 1

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    2/37

    Gambar 3.1

    Penyelidikan geoteknik untuk rancangan tambang bawah tanah

    Tujuan utama program penyelidikan geoteknik tambang bawah tanah dalam suatu proyek

    pertambangan adalah untuk:

    - Memperoleh data kuantitatif kondisi geologi, hidrologi, hidrogeologi, sifat fisik, dan sifat

    mekanik.

    III - 2

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    3/37

    - Mengetahui karakteristik massa batuan atau tanah sebagai dasar perancangan

    penambangan.

    - Menyusun suatu klasifikasi dari berbagai tipe urutan stratigrafi batuan, dan untuk mengkaji

    stabilitas relatifnya di bawah tegangan terinduksi akibat penambangan.

    - Mengembangkan rancangan lereng yang stabil untuk penambangan yang akan datang

    berdasarkan analisis sensitivitas terhadap kondisi geoteknik dari strata.

    Dalam kajian geoteknik metode rancangan berdasarkan analisi statistik, yaitu melalui

    rancangan pendekatan empirik dari banyak pekerjaan serupa sebelumnya. Pendekatan empirik

    yang paling baik ialah klasifikasi massa batuan, contohnya adalah Klasifikasi Rock Mass Rating.

    Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR = klasifikasi Geomekanika) dibuat pertama kali oleh

    Bieniawski (1973). Sistem klasifikasi ini telah dimodifikasi beberapa kali, terakhir padatahun1989. Modifikasi selalu dengan data yang baru agar dapat digunakan untuk berbagai

    kepentingan dan disesuaikan dengan standard internasional.

    3.1.1. Uji Laboratorium

    Data geoteknik diambil sejak dilakukan penelitian di lapangan maupun pada saaat pengujian

    di laboraturium. Pengambilan data lapangan meliputi:

    1. Pengukuran bidang diskontinuitas di lapangan. Data yang diperoleh:

    a. Arah kemiringan (dip direction)

    b. Kemiringan

    2. Pengambilan conto batuan

    a. Pengambilan conto batuan untuk uji sifat fisik maupun sifat mekanik

    b. Pengambilan conto batuan pada vein untuk uji sifat kimia

    c. Pengambilan conto tanah untuk uji sifat fisik tanah.

    Dalam pembahasan mengenai kajian geoteknik diperlukan data secara kuantitatif. Data-data

    secara kuantitatif tersebut didapatkan dari hasil pengujian laboratorium yang meliputi pengujian

    laboratorium mekanika batuan. Selain itu diperlukan data diskontinuitas batuan untuk mengetahui

    pembobotan massa batuannya.

    III - 3

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    4/37

    1. Pengujian Mekanika Batuan

    Pengujian mekanika batuan dilakukan di Laboratorium Mekanika Batuan Program Studi

    Teknik Pertambangan yang meliputi pengujian sifat fisik dan mekanik batuan.

    a. Pengujian sifat fisik batuan

    Pengujian sifat fisik hanya dilakukan pada 1 perconto batuan yang mana

    diasumsikan batuan pada posisi vein. Hal ini dikarenakan vein merupakan zona lemah.

    Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.1

    Tabel 3.1.

    Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan

    Sifat Fisik Breksi Andesit

    Berat Asli (gr) 265.6

    Berat Jenuh (gr) 276.1

    Berat Tergantung (gr) 158.9

    Berat Kering (gr) 258.9

    Bobot Isi Asli (gr/cm3) 2.27

    Bobot Isi Jenuh (gr/cm3) 2.36

    Bobot Isi Kering (gr/cm3) 2.21

    Apparent SG 2.21

    True SG 2.59

    Kadar Air Asli (%) 2.59

    Kadar Air Jenuh (%) 6.64

    Derajat Kejenuhan (%) 38.95

    Porositas (%) 14.68

    Void Ratio 0.17

    b. Pengujian Sifat Mekanik Batuan

    Pengujian sifat mekanik batuan dilakukan pada kondisi batuan foot wall, hanging

    wall dan vein. Sample batuan diperoleh dari batuan yang tersingkap di lapangan. Hasil

    pengujian sifat mekanik batuan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

    III - 4

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    5/37

    Tabel 3.2.

    Pengujian Sifat Mekanik Batuan

    Sifat mekanika batuan Vein Hanging wall Foot wall

    Kohesi (c) 0,42 Mpa 0,327 Mpa 0,493 Mpa

    Sudut geser dalam() 38.08 43.78 37.16

    Kuat tekan (c) 47.50 Mpa 41,25 Mpa 68,75 Mpa

    Modulus young (E) 8,75 x 102 1,25 x 103 5,83 x 102

    Poisson's ratio (v) 0.5 0.428 0.133

    3.1.2. Analisa Kemantapan Terowongan

    Dalam analisa kemantapan terowongan dalam hal ini digunakan metode pembobotanmasssa batuan. Pembobotan massa batuan yang digunakan adalah RMR (Rock Mass Rating) yang

    digunakan oleh Bieniawski (1973). Metode ini dipilih karena merupakan metode yang sederhana

    dan telah disesuaikan dengan standar internasional. Klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating

    menggunakan 6 parameter berikut ini :

    1. Kuat tekan uniaksial dari material batuan

    2. Rock quality design (RQD)

    3. Spasi ketidak-menerusan

    4. Kondisi rekahan, meliputi : kekasaran (rougness), lebar celah (aperture) dan ketebalan bahan

    pemisah/pengisi celah (width filled/gouge), tingkat pelapukan (weathered) dan kemenerusan

    kekar/terminasi (extension).

    5. Kondisi air tanah

    6. Orientasi ketidak-menerusan.

    Analisa pembobotan massa batuan dengan sistem RMR didapat dari hasil analisa

    laboratorium mekanika batuan dan data lapangan. Tabel pembobotan RMR dapat dilihat padaTabel 3.3.

    Tabel 3.3.

    Parameter Klasifikasi dan Pembobotannya dalam sistem RMR

    III - 5

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    6/37

    Parameter Selang Nilai

    1

    Kuattekan

    batuanutuh

    PLI (MPa) > 10 4 10 2 4 1 2Untuk kuat tekanrendah perlu UCS

    UCS (MPa) > 250 100 250 50 100 25 50 5-25 1-5 2 0,6 2 0,2 0,6 0,06 0,2 < 0,06

    Bobot 20 15 10 8 5

    4

    Kondisi diskontinuiti

    Sangat kasar, tdkmenerus, tidakada pemisahan,

    dinding batutidak lapuk

    Agak kasar,pemisahan

    1 mm,dinding agak

    lapuk

    Agak kasar,pemisahan

    < 1 mm,dinding

    sangat lapuk

    Slickensided/tebal gouge 5 mm, ataupemisahan

    >5mm, menerus

    Bobot 30 25 20 10 0

    5

    Airtanahpadakekar

    Aliran/10 mpanjang tunnel

    (liter/menit)None < 10 10 25 25 125 > 125

    Tek. Air padakekar/Maks tegutama (KPa)

    0 < 0,1 0,1 0,2 0,2 0,5 > 0,5

    Kondisi umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir

    Bobot 15 10 7 4 0

    Berikut ini adalah analisa parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan :

    1. Kuat tekan batuan utuh

    Dari hasil pengujian laboratorium didapatkan hasil kuat tekan uniaksial pada posisi vein,hanging walldanfoot walldari hasil tersebut dapat dilakukan pembobotan nilai RMR sesuai pada

    Gambar 3.2. sehingga didapatkan hasil yang terlihat pada tabel 3.4.

    III - 6

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    7/37

    Gambar 3.2.

    Grafik Pembobotan untuk Kekuatan Batuan Utuh

    Tabel 3.4.

    Nilai RMR pada parameter kuat tekan batuan utuh

    PosisiNilai Kuat Tekan

    (Mpa)Nilai RMR

    Hanging wall 41,25 4,5

    Foot wall 68,75 7

    Vein 47,5 5,3

    2. RQD (Rock Quality Designation)

    Parameter dan pembobotan sistem RMR dapat dilihat pada Tabel 3.3. Sedang RQD (Rock

    Quality Designation) adalah modifikasi persentase perolehan inti pemboran yang utuh dengan

    panjang 100 mm atau lebih. Palmstrom (1982) mengusulkan jika tidak tersedia inti, maka RQD

    dapat diperkirakan dari jumlah kekar-kekar (joints) per meter.

    Nilai RQD (%) dihitung dengan rumus :

    RQD (%) = 100 e-0.1(0,1+1)

    III - 7

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    8/37

    Dengan : = jumlah kekar per meter.

    Gambar 3.3.

    Grafik Pembobotan untuk RQD

    Hasil pengukuran kekar dilapangan pada posisi vein, hanging walldanfoot walldengan

    panjang scanline 1 meter dan menggunakan perhitungan nilai RQD maka dapat dilakukan

    pembobotan nilai RMR sesuai pada Gambar 3.3 sehingga didapatkan hasil yang terlihat pada tabel

    3.5.

    Tabel 3.5.

    Nilai RMR pada parameter RQD

    PosisiJumlah kekar per meter

    ()

    Nilai

    RQDNilai RMR

    Hanging wall 46 5,6 3,5

    Foot wall 48 4,7 3,3

    Vein 51 3,7 3,2

    III - 8

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    9/37

    3. Jarak diskontinuitas

    Hasil pengukuran kekar dilapangan pada posisi vein, hanging walldan foot walldengan

    panjang scanline 1 meter maka jarak diskontinuitas dapat dihitung dengan cara perbandingan

    antara panjang scanline dengan jumlah kekar per scanline. Maka dapat dilakukan pembobotan nilaiRMR sesuai pada Tabel 3.3. sehingga didapatkan hasil yang terlihat pada tabel 3.6.

    Tabel 3.6.

    Nilai RMR pada parameter Jarak diskontinuitas

    PosisiNilai jarak

    diskontinuitas (mm)Nilai RMR

    Hanging wall 22 5

    Foot wall 21 5

    Vein 20 5

    4. Kondisi diskontinuitas

    Hasil pengamatan kekar dilapangan dapat dianalisa kondisi rekahannya, secara keseluruhan

    kondisi rekahannya memiliki permukaan agak kasar, tidak menerus, tidak ada pemisahan, dinding

    batuan agak lapuk. Sehingga dari pengamatan tersebut didapatkan nilai pembobotan RMR yang

    terdapat pada tabel 3.3. sebesar 25.

    5. Kondisi air tanah pada kekar

    Hasil pengamatan kekar dilapangan pada posisi vein, hanging wall dan foot wall dapatdianalisa kondisi air tanahnya, secara keseluruhan kondisi air tanahnya kering. Sehingga dari

    pengamatan tersebut didapatkan nilai pembobotan RMR yang terdapat pada tabel 3.3. sebesar 15.

    6. Orientasi Kekar

    III - 9

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    10/37

    Parameter orientasi kekar penggunaan dan penerapannya disesuaikan dengan penggunaan

    RMR untuk rekayasa batuan yang terkait dengan terowongan. Arah umum kekar sebesar N 229o

    E/54o dan dengan arah terowongan yang direncanakan N 22o E (lihat Gambar 3.2.),dari data

    tersebut dianalisis efek orientasi jurus dan kemiringan kekar dalam terowongan adalah arah jurus

    memotong sumbu terowongan, maju penggalian searah kemiringan, maka didapat katergori sangat

    menguntungkan yang mana terlihat pada tabel 3.7

    Gambar 3.4.

    Hasil Analisa Kekar dengan Software Dips

    Tabel 3.7.

    Efek Orientasi Jurus & Kemiringan Kekar Dalam Terowongan

    Arah jurus memotong sumbu terowonganArah jurus searah Kemiringan 0-

    20

    sumbu terowongan

    tidakmemperhatikan

    Maju searah kemiringanMaju berlawanan

    kemiringan Kemiringan

    45-90 20-4545-90

    20-45 45-90 20-45

    III - 10

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    11/37

    Sangatmenguntungkan sedang

    tidak sangat tidak Sedang

    tidak

    menguntungkan menguntungkan menguntungkan menguntungkan

    Hasil dari analisa di atas maka didapatkan pembobotan untuk orientasi jurus dan

    kemiringan untuk pembuatan terowongan didapatkan nilai = 0, seperti yang terlihat pada tabel 3.8.

    Tabel 3.8.

    Penyesuaian Pembobotan Orientasi Kekar Untuk Terowongan

    Orientasi jurus &kemiringan

    sangatmenguntungkan sedang

    Tidak sangat tidak

    menguntungkan Menguntungkanmenguntungka

    n

    pembobotan

    Terowongan 0 -2 -5 -10 -12

    Fondasi0 -2 -7 -15 -25

    Lereng0 -2 -25 -50 -60

    Hasil analisa kemantapan terowongan baik data yang diperoleh dari lapangan dan uji

    laboratorium yang dihiting berdasarkan klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating (RMR).

    Sample batuan yang berasal dari daerah penelitian geoteknik didapat tiga jenis batuan berupa vein,

    hangingwalldanfootwall. Selanjutnya masing-masing jenis batuan tersebut dilakukan pembobotan

    untuk diklasifikasikan ke dalam jenisnya masing-masing. Di bawah ini ini disajikan hasil dari

    pembobotan menurut Rock Mass Rating (RMR) dapat dilihat pada tabel 3.9.

    Tabel 3.9.Hasil pembobotan dengan sistem RMR untuk batuan vein

    III - 11

    Parameter Pembobotan

    1. Kekuatan batuan utuh 42.RQD (%) 3

    3. Spasi rekahan 5

    4. Kondisi rekahan 25

    5. Kondisi air tanah 15

    6. Orientasi kekar 0

    RMR 52

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    12/37

    Tabel 3.10.Hasil pembobotan dengan sistem RMR untuk batuan hangingwall

    Parameter Pembobotan

    1. Kekuatan batuan utuh 4

    2.RQD (%) 3

    3. Spasi rekahan 5

    4. Kondisi rekahan 25

    5. Kondisi air tanah 15

    6. Orientasi kekar 0

    RMR 52

    Tabel 3.11.

    Hasil pembobotan dengan sistem RMR untuk batuan footwall

    Parameter Pembobotan

    1. Kekuatan batuan utuh 7

    2.RQD (%) 3

    3. Spasi rekahan 5

    4. Kondisi rekahan 25

    III - 12

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    13/37

    5. Kondisi air tanah 15

    6. Orientasi kekar 0

    RMR 55

    Dari hasil total pembobotan RMR dapat dikelompokkan bahwa batuan padaHanging wall,

    Foot wall, dan vein termasuk dalam kelas III (sedang) 41-60.

    3.1.3. Penentuan Sistem Penyanggan untuk Main Haulage Level

    3.1.3.1 Sistem Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR)

    a. Span, Stand Up Time dan Rekomendasi Penyanggaan.

    Geomekanik berkaitan erat dengan penentuan sistem penyanggaan yang akan digunakan

    setelah lubang bukaan bawah tanah selesai digali. Tujuan utama merancang penyangga pada

    lubang bukaan di bawah tanah adalah untuk membantu massa batuan menyangga dirinya sendiri.

    Perlunya penyangga dan sistem penyanggan dipengaruhi oleh kondisi geologi batuan, bentuk dan

    ukuran bukaan serta metode dan prosedur penggalian. Massa batuan sebenarnya adalah diskontinu,

    anisotrop dan heterogen serta mempunyai kelakuan mekanik yang sangat komplek.

    Span tanpa penyanggan aktif adalah lebar terowongan atau jarak dari pemuka kerja sampai

    penyangga jika lebih panjang dari pada lebar terowongan. Stand up time adalah periode waktu

    dimana terowongan akan tetap bertahan tanpa penyanggan setelah penggalian.

    1. Stand up time

    Standup time terowongan yang berdasarkan klasifikasi massa bauan menurut RMR baik

    pada bagian vein, hanggingwall, footwallmasuk dalam kelas III (sedang) sehinggastand up time

    nya 20x103

    jam terlihatpasda gambar 3.3.

    III - 13

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    14/37

    Gambar 3.3.

    Hubungan Stand up time dan Span untuk Berbagai Massa Batuan Berdasarkan Klasifikasi

    Geomekanika

    2. Span

    Span terowongan yang berdasarkan klasifikasi massa bauan menurut RMR baik padabagian vein, hanggingwall, footwall masuk dalam kelas III (sedang) sehingga span untuk

    penyangga sendiri 2,8 meter danspan maksimum 15 meter yang terlihat pada gambar 3.3.

    3. Rekomendasi penggalian dan penyanggan

    Metode penggalian menggunakan pemboran dan peledakan maka pedoman untuk

    penggalian dan penyanggan batuan terowongan berkaitan dengan system pembobotan klasifikasi

    massa batuan RMR. Rekomendasi penggalian menggunakan pemboran dan peledakan dengan

    lebar dan tinggi terowongan 1,5-3 meter, penyanggan dimulai setelah dilakukan peledakan dengan

    jarak 10 meter dari muka terowongan. Rekomendasi penyanggan menggunakan baut batu (rock

    bolt) diameter 20 mm dengan panjang 4 meter, spasi 1,5-2 meter di atap dan dinding terowongan

    menggunakan wire mesh, menggunakan shotcrete 50-100 mm di atap terowongan dan 100 mm di

    dinding terowongan.

    Tabel 3.12.

    Pedoman untuk Penggalian dan Penyanggan Batuan Terowongan Berkaitan dengan Sistem

    Pembobotan Massa Batuan (RMR)

    III - 14

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    15/37

    3.1.3.2 Analisa Tegangan dan Regangan

    Desain terowongan cross cut pada level 172 mdpl yang direncanakan adalah lebar: 2 meter

    dan tinggi: 2 meter disesuaikan dengan dimensi alat, paritan dan saluran pipa untuk berbagai

    fungsi. Desain terowongan cross cut pada level 152 mdpl yang direncanakan adalah lebar: 4 meter

    dan tinggi: 4 meter disesuaikan dengan dimensi alat, puritan, saluran pipa dan tempat

    penampungan ore (ore bin) untuk berbagai fungsi. Terowongan ini akan dianalisis menggunakansoftware Phase 2 untuk memperoleh harga 1 dan 3 agar dapat menentukan faktor keamanannya

    (strenght factor).

    III - 15

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    16/37

    Gambar 3.4.

    Strength factor dan trajektori perpindahan pada Cross Cut level 172 mdpl

    Gambar 3.5.

    Strength factor dan trajektori perpindahan pada Cross Cut level 152 mdpl

    III - 16

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    17/37

    Gambar 3.6.Strength factor dan trajektori perpindahan pada main shaft

    3.1.4. Analisa Stabilitas Dinding Lombong (Stope)

    Lombong merupakan lubang bukaan yang digunakan sebagai tempat pekerjaan

    penambangan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian keamanan dan kestabilan lombong. Untuk

    menentukan hal tersebut digunakan software Phase2 dengan mengkorelasikan nilai strength factor

    pada hasil intepretasi data Phase2 dengan nilai faktor keamanan. Hasil analisa strength factor

    lombong dapat dilihat pada gambar 3.7. dan gambar 3.8.

    III - 17

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    18/37

    Gambar 3.7

    Strength factor dan trajektori perpindahan pada lombong level 152 mpdl

    Gambar 3.8.

    Strength factor dan trajektori perpindahan pada lombong level 172 mpdl

    3.2 Rancangan Peledakan

    Pembongkaran batuan dapat dilakukan baik secara manual, mekanis maupun dengan cara

    pemboran dan peledakan. Cara pemboran dan peledakan dipilih jika batuan yang akan dibongkar

    adalah sedemikian kuatnya atau jika diinginkan produksi pembongkaran yang besar. Berdasarkan

    hasil uji laboratorium mekanika batuan seperti yang terlihat pada table 3.2. pada perconto hanging

    wall, foot walldan vein memiliki kuat tekan yang dimana dikaitkan dengan klasifikasi kekerasan

    batuan menurut skala Fredrich Van Mohs ( 1882) masuk dalam klasifikasi batuan cukup lunak

    yang memiliki skala mohs sebesar 3 - 4,5 seperti yang terlihat pada table 3.12.

    Tabel 3.12.

    Kekerasan dan Kekuatan Batuan

    Klasifikasi Skala Mohs Kuat tekan batuan (MPa)

    Sangat keras

    Keras

    +7

    6 7

    + 200

    120 200

    Kekerasan sedang 4.5 6 60 120

    III - 18

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    19/37

    Cukup lunak 3 4.5 30 60

    Lunak

    Sangat lunak

    2 3

    1 2

    10 30

    -10

    Analisa ini menyatakan bahwa batuan yang ada pada dasarnya dapat digali dengan alat

    mekanis hanya saja dilakukannya kegiatan peledakan dalam hal ini dikarenakan alasan mengejar

    target produksi,oleh karena itu kegiatan peledakan dilakukan.

    3.2.1 Pola Pemboran dan Arah Peledakan

    Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi peledakan

    batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi

    dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan. Membuat lubang maju dalam tambang bawah

    tanah atau tunnel perlu diciptakan suatu bidang bebas (free face) untuk kebutuhan peledakan.

    Untuk menambahkan free face dibutuhkan Cut Hole. Cut Hole adalah suatu lubang buka yang

    dibuat pada suatu face yang tidak mempunyaifree face seperti yang ada pada penambangan bawah

    tanah berupa lubang bor sedalam kemajuan yang diperoleh. Selain digunakan untuk pembuatan

    Cut Hole, pemboran juga dilakukan untuk pembuatan lubang tembak, lubang tembak ini diisi oleh

    bahan peledak.Pola pemboran yang digunakan adalah Parallel Cut Hole. Metode ini mirip dengan Burn

    Cut, yang mana pemboran dilakukan tegak lurus dengan permukaan terowongan, terdiri dari satu

    atau lebih lubang kosong yang berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-lubang bor berdiameter

    kecil yang berisi bahan peledak seperti yang terlihat pada gambar 3.7.

    III - 19

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    20/37

    Gambar 3.7

    Penampang pemboran Parallel Cut Hole

    Burden antara lubang lubang yang terisi dengan lubang kosong relatif kecil. Selanjutnya

    lubang lubang ledak diatur dalam segi empat yang mengelilingi bukaan. Jumlah segi empat

    dalam Cut Hole dibatasi oleh ketentuan batuan Burden dalam segi empat terakhir tidak melebihi

    Burden dari lubang Stoping.

    Arah peledakan untuk pembuatan crosscut seperti yang direncanakan yaitu mengikuti dip

    direction dari vein sebesar N 22o E, sedangkan arah peledakan untuk pembuatan stoping

    direncanakan berlawanan arah dari strike dari vein yaitu sebesar N 112o E.

    3.2.2 Rancangan Teknik Peledakan

    Metoda peledakan yang dipakai adalah metoda smooth blasting, yaitu merupakan salah

    satu metoda dari contour blasting yang bertujuan untuk memperhalus batas terluar atau keliling

    dari hasil peledakan. Smooth blasting telah dikembangkan dan diteliti di Swedia tahun 1950 dan

    tahun 60-an. Aplikasi dari metoda ini, yaitu dapat dugunakan pada penggalian surface dan

    underground. Metoda ini dimanfaatkan dalam countur blasting (dalam tambang bawah tanah

    digunakan untuk meledakkan wall and roof holes) yang bertujuan untuk memperhalus permukaan

    hasil peledakan. Dalam pelaksanaan metoda smooth blasting ini, untuk mendapatkan hasil yang

    baik maka ratio S/B sebaiknya 0.8. Artinya burden sebaiknya lebih besar dari pada spasinya.

    3.2.2.1 Dimensi Terowongan

    Bentuk lubang bukaan crosscut yang digunakan adalah bentuk trapesium dengan dimensi

    seperti yang terlihat pada gambar 3.1. lebar terowongan 4 meter, tinggi dinding 4 meter, tinggi roof0,5 meter. Adapun perhitungan luas lubang bukaan sebagai berikut :

    L = L1 + L2

    L = ( P x l ) + ( 0,5 x (jumlah panjang sisi yang sejajar) x tinggi)

    III - 20

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    21/37

    L = (4 x 4) + ( 0,5 x (3+4) x 0,5)

    L = 16 + 1,75

    L = 17.75 m2

    Gambar 3.8

    Dimensi Terowongan

    III - 21

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    22/37

    Volume batuan insitu yang akan dibongkar untuk development sebesar 10035,8216 m3.

    Development tambang direncanakan akan selesai dalam jangka waktu 1 tahun, dan peledakan

    dilakukan sebanyak 6 kali dalam seminggu, sehingga kemajuan dalam 1 kali peledakan dapat

    dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Kemajuan peledakan = (total volume/jumlah peledakan dalam setahun)/luas terowongan

    = (10035,8216/300) / 17,75

    = 1,8847 m

    Maka dari kemajuan tersebut diharapkan kedalaman pemboran sebesar 1,8847/0,95= 1,9839 m.

    3.2.2.2 Desain Cut Hole, Stoping Hole, Floor Hole, Wall Hole, danRoof Hole

    Dimensi yang digunakan dalam perencanaan peledakan terowongan dapat diintruksikan

    secara geometris pada gambar 3.9. yang terdiri atas Floor holes, Wall holes, Cut hole, Stoping holedan Roof holes. Dalam mendesain suatu peledakan (penentuan spasi dan burden), maka bagian-

    bagian tersebut diatas harus diperhitungkan dengan baik yang mengacu pada besarnya diameter

    Empty Hole yang berfungsi sebagai free face.

    Gambar 3.9.

    Desain Cut Hole, Stoping Hole, Floor Hole, Wall Hole, danRoof Hole

    III - 22

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    23/37

    Pemilihan diameter empty hole tergantung pada tingkat kemajuan terowongan yang

    dinginkan. Semakin besar kemajuan terowongan yang dinginkan maka semakin besar diameter

    empty hole yang diperlukan.

    Desain untuk cut holes menggunakan tiga lubang kosong berukuran 75 mm dan untuk

    lubang tembak berukuran 45 mm. Adapun perhitungan sebagai berikut :

    Diameter lubang samaran

    DH = dn

    DH = 753 = 129,9038 mm = 0,1299038 m

    Dimana :

    DH = Diameter lubang samara (mm)D = Diameter lubang kosong (mm)

    N = Jumlah lubang

    Segi empat I adalah :

    Burden maksimum

    Bmax =1,7 DH

    Bmax = 1,7 x 0,1299038 = 0,221 m

    Burden praktis (B1)

    B1 = 1,7 DH (H + )

    B1 = (1,7 x 0,1299038) ((0,01 x 1,9839)+ 0,02)

    = 0,1822 m

    Ep = (H + ), drilling error

    Dimana :

    = Angular deviasi (m/m) yang ditetapkan 0,01 m/m

    = Collaring error (m) yang ditetapkan 0,02 m

    H=kedalaman lubang tembak, (m)

    III - 23

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    24/37

    Konsentrasi muatan (q)

    q= (55( B/DH)1,5 x (B-DH/2) x (c / 0,4)) /PRP ANFO

    q= (55x 0,045 x (0,1822 /0,1299038)1,5 x 0,1822 - 0,1299038/2) x (0,4/0,4))/1

    q= 0,8558 kg/m

    Dimana :

    PRPANFO = weight strength relative terhadap ANFO = 100%

    C = Rock constant = 0,4

    Jarak Antar lubang ledak (V1)

    V1 = 2 x B1

    V1 = 2 x 0,1822 = 0.2576 m

    Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak (ho)

    ho= 10

    = 10 x 0,045 = 0,45 m

    Dimana :

    : diameter lubang ledak (m)

    Jumlah dodol yang diisi dalam lubang ledak :

    n= (H-ho)/panjang dodol

    n= (1,9839 0,45)/ 0,2

    n= 7,66 = 8 batang dayagel permitted

    Segi empat II adalah:

    Perhitungan segi empat yang baru (W2)

    Ep = (H + )

    = (0,01x 1,9839) + 0,02 = 0,0398 m

    W2 = 2x (B1 Ep)

    W2 = 2 x (0,1822 0,0398) = 0,2013 m

    III - 24

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    25/37

    Burden maksimum

    Bmax = 8,8 x 10-2 x (((B1- Ep)x q x PRPANFO)/(xc))

    Bmax = 8,8 x 10-2 x (((0,1822 - 0,0398)x 0,8558 x 1)/(0,045x0,4))

    = 0,2289 m

    Burden praktis ( B2 )

    B2 = Bmax Ep

    = 0,2289 - 0,0398 = 0,1891 m

    Jarak lubang ledak (V2)

    V2 = 2 x (B2 + 1/2V1)V2= 2 x (0,1891 + 1/2(0,2576) = 0,3962 m

    Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak (ho)

    Ho= 10x 0,045 = 0,45 m

    Panjang dodol yang diisi dalam lubang ledak

    n= (H-ho)/panjang dodol

    n= (1,9839 0,45)/0,2

    n= 7,66 = 8 batang dayagel permitted

    Segi empat III adalah :

    Perhitungan segi empat yang baru, lebar bukaan ( W3)

    W3 = 2x (B2+ 1/2V1 Ep)

    W3 = 2 x (0,1891 + 1/2(0,2576)-( 0,0398) = 0,3932 m

    Burden maksimum

    Bmax = 8,8 x 10-2 x ((W3 x q x PRPANFO)/(xc))

    Bmax = 8,8 x 10-2 x ((0,3932 x 0,8558 x 1)/(0,045x0,4))

    = 0,3805 m

    III - 25

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    26/37

    Burden praktis ( B3 )

    B3 = Bmax Ep

    = 0,3805 - 0,0398 = 0,3406 m

    Jarak lubang ledak (V3)

    V3 = 2 x (B3 + V2/2)

    V3= 2 x (0,3406 + 0,3962 /2) = 0,7619 m

    Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak (ho)

    Ho= 10x 0,045 = 0,45 m

    Panjang dodol yang diisi dalam lubang ledak

    n= (H-ho)/panjang dodol

    n= (1,9839 0,45)/ 0,2

    n= 7,66 = 8 batang dayagel permitted

    Segi empat IV adalah :

    Perhitungan segi empat yang baru, lebar bukaan baru ( W4)

    W4 = 2x (B3+ V2/2 Ep)

    W4 = 2 x (0,3406 + 0,3962 /2 - 0,0398) = 0,7056 m

    Burden maksimum

    Bmax = 8,8 x 10-2 x ((W4 x q x PRPANFO)/(xc))

    Bmax = 8,8 x 10-2 x ((0,7056 x 0,8558 x 1)/(0,045x0,4))

    = 0,3702 m

    Burden praktis ( B4 )

    B4 = Bmax Ep

    = 0,3702 - 0,0398= 0,3304 m

    III - 26

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    27/37

    Jarak lubang ledak (V4)

    V4 = 2 x (B4 + V3/2)

    V4= 2 x (0,3304 + 0,7619 /2) = 1,0059 m

    Panjang lubang yang tidak diisi bahan peledak (ho)

    Ho= 10x 0,045 = 0,45 m

    Panjang dodol yang diisi dalam lubang ledak

    n= (H-ho)/panjang dodol

    n= (1,9839 0,45)/0,2

    n= 7,66 = 8 batang dayagel permitted

    Look out ( LO) = 0,1 + H (tan 3o)

    = 0,1 + 1,9839 (tan 3o)

    = 0,1988 m

    Dimana :

    H = Kedalaman lubang tembak (m)

    LO= Look Out (m)

    Perhitungan Lubang Lifter

    Burden maximum

    Bmax = 0,9 x ((q x PRPANFO)/(c x F(S/B))

    Bmax = 0,9 x ((0,8558 x 1)/(0,45x1,45(1)))

    = 0,9965m

    Dimana :

    C= koreksi konstanta batuan ( c+0,05 = 0,4 + 0,05 = 0,45)

    F= Faktor fixasi (yang digunakan 1,45)

    S= Spasi

    B= Burden

    (S/B = 1)

    III - 27

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    28/37

    Jumlah lubang ledak

    N = ((Lebar terowongan + 2Hsin )/Bmax) + 2

    N = ((4+ (2x1,9839 x sin 3o))/ 0,9965)+2 = 6,2 = 6 lubang

    Spasi jarak lubang ledak (SL)

    SL = ((Lebar terowongan + 2Hsin )/(N-1))

    SL = ((4+ (2x1,9839 x sin 3o))/ (6-1)) = 0,8415 m

    Spasi praktis (SLp)

    SLp = SL H sin

    = 0,8415 - (1,9839 x sin 3o )

    = 0,7377 m

    Burden Praktis (BL)

    BL = Bmax - H sin - Ep

    = 0,9965 - 1,9839 x sin 3o - 0,0398

    = 0,853 m

    Panjang dari Bottom Charge ( Hb)

    Hb= 1,25 BL

    = 1,25 x 0,853 = 1,0662 m

    Panjang dari Coloumn charge (hc)

    Hc= H- hb ho

    = 1,9839 - 1,0662 0,45 = 0,4677 m

    Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan ukuran bahan

    peledak dayagel permitted 200mm

    III - 28

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    29/37

    Bottom charge = hb/panjang dodol

    = 1,0662 /0,2 = 5 batang dayagel permitted

    Column charge = Hc/ Panjang dodol

    = 0,4677 / 0,2 = 2 batang dayagell permitted

    Perhitungan lubang Kontur

    Lubang kontur untuk Back

    Jarak untuk Smooth blasting ( S)

    S = k x d

    = 15 x 0,045 =0,675 m

    Dimana :

    K = konstanta =15-16

    S/B = 0,8

    B = 0,675 /0,8 = 0,8438 m

    Disebabkan oleh look out dan deviasi maka practical burden ( Br)

    Br = B- H sin - Ep

    = 0,8438 - 1,9839 x sin 3o - 0,0398

    = 0,7002 m

    Konsentrasi muatan untuk smooth blasting minimum adalah

    q= 90 d2

    = 90 x 0,0452 = 0,18225 kg

    Burden maximum ( Bmax) adalah

    Bmax = 0,9 x ((q x PRPANFO)/(c x F(S/B))

    Bmax = 0,9 x ((0,18225 x 1)/(0,45x1,2(0,8)))

    III - 29

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    30/37

    = 0,5846 m

    Panjang roof= (2x 0,7071) + 3 = 4,4142 m

    Jumlah lubang tembak ( N )

    N = (panjang roof/jarak smooth blasting) + 2

    N = (4,4142 / 0,675)+2 = 8,54 = 9 lubang

    Panjang dari bottom charge (hb)

    Hb= 1,25 x Br

    = 1,25 x 0,7002 = 0,8752 m

    Panjang dari column charge (hc)

    Hc= H- hb- ho

    = 1,9839 - 0,8752 0,45 = 0,6587 m

    Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan ukuran bahan

    peledak dayagel permitted 200mm

    Bottom charge = hb/panjang dodol

    = 0,8752 /0,2 = 4 batang dayagel permitted

    Column charge = Hc/ Panjang dodol

    = 0,6587 / 0,2 = 3 batang dayagell permitted

    Lubang kontur untuk Rib

    Jarak untuk Smooth blasting ( S)

    S/B = 1,25 ; f= 1,2

    Burden maximum ( Bmax) adalah

    Bmax = 0,9 x ((q x PRPANFO)/(c x F(S/B))

    III - 30

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    31/37

    Bmax = 0,9 x ((0,18225 x 1)/(0,45x1,2(1,25)))

    = 0,4677 m

    Perhitungan untuk burden praktis ( Bw)

    Bw = Bmax - Ep

    = 0,4677 - 0,0398

    = 0,4278 m

    Perhitungan Spasi (S)

    S/B = 1,25Bmax

    S = 1,25 x 0,4677

    = 0,5846 m

    Untuk menentukan panjang dari rib, tinggi terowongan mempengaruhi, sehingga panjang

    dari rib = tinggi terowongan Burden pada lifter Burden pada Roof

    Panjang Rib terowongan = 4 0,853 - 0,7002 = 2,4469 m

    Jumlah lubang tembak ( N )

    N = (panjang rib terowongan/jarak spasi) + 2

    N = (2,4469 / 0,5846 )+2 = 6,19 = 6 lubang

    Spasi Praktis (Sw)

    Sw= panjang yang ditempati di terowongan/(Jumlah lubang tembak 1)

    Sw= 2,4469 / (6-1) = 0,4894 m

    Panjang dari bottom charge (hb)

    Hb= 1,25 x Bw

    = 1,25 x 0,4278 = 0,5348 m

    Panjang dari column charge (hc)

    Hc= H- hb- ho

    III - 31

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    32/37

    = 1,9839 - 0,5348 0,45 = 0,9991 m

    Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan ukuran bahan

    peledak dayagel permitted 200mm

    Bottom charge = hb/panjang dodol

    = 0,5348 /0,2 = 3 batang dayagel permitted

    Column charge = Hc/ Panjang dodol

    = 0,9991 / 0,2 = 5 batang dayagell permitted

    Perhitungan Lubang Stoping

    Perhitungan untuk stoping horizontal dan keatas dipengaruhi oleh burden praktis pada

    lubang kontur serta lebar dari bukaan horizontal pada cut holes. Burden praktis dari lubang

    kontur Rib (Bw) = 0,4278 m dan lebar terowongan menjadi = 4 m. Sehingga panjang

    tempat untuk lubang stoping horizontal dan ke atas adalah lebar terowongan sisi bukaan

    pada burden segitiga keempat ( B) 2 kali burden praktis (Bw)

    Panjang tempat untuk stoping = 4 - 0,3304 - (2x 0,4278) = 2,814 m

    Burden maximum ( Bmax) adalah

    Bmax = 0,9 x ((q x PRPANFO)/(c x F(S/B))

    Bmax = 0,9 x ((0,8558 x 1)/(0,45x1,45(1,25)))

    = 0,9219 m

    Perhitungan untuk burden praktis ( BH)

    BH = Bmax - Ep

    = 0,9219 - 0,0398= 0,8821 m

    Perhitungan Spasi (S)

    S/B = 1,25Bmax

    III - 32

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    33/37

    S = 1,25 x 0,9219

    = 1,1 m

    Jumlah lubang tembak ( N )

    N = (panjang Stoping terowongan/jarak spasi) + 2

    N = (2,814 / 1,1)+2 = 4,55 = 5 lubang

    Dikarenakan adanya satu lubang cut pada spasi stoping, maka lubang stoping dikurangi 1

    jadi jumlah lubang stoping horizontal keatas adalah = 5-1 = 4

    Spasi Praktis (Sw)

    Sw= panjang yang ditempati di terowongan/(Jumlah lubang tembak 1)

    Sw= 2,814 / (5-1) = 0,7035 m

    Panjang dari bottom charge (hb)

    Hb= 1,25 x Sw

    = 1,25 x 0,7035 = 0,8794 m

    Panjang dari column charge (hc)

    Hc= H- hb- ho

    = 1,9839 - 0,8794 0,45 = 0,6545 m

    Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan ukuran bahan

    peledak dayagel permitted 200mm

    Bottom charge = hb/panjang dodol

    = 0,8794 /0,2 = 4 batang dayagel permitted

    Column charge = Hc/ Panjang dodol

    III - 33

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    34/37

    = 0,6545 / 0,2 = 3 batang dayagell permitted

    Perhitungan untuk stoping dari atas kebawah, dipengaruhi oleh burden praktis dari roof dan

    burden praktis dari lifter. Burden praktis dari lifter ( BL) = 0,853 m dan burden praktis dari

    roof ( Br) = 0,7002 m. Tempat yang dapat diisi lubang stoping kebawah = tinggi

    terowongan BL BR

    Tempat lubang stoping kebawah = 4- 0,853 - 0,7002 = 2,4469 m

    Burden maximum ( Bmax) adalah

    Bmax = 0,9 x ((q x PRPANFO)/(c x F(S/B))

    Bmax = 0,9 x ((0,8558 x 1)/(0,45x1,2(1,25)))

    = 1,0134 m

    Perhitungan untuk burden praktis ( BD)

    BD = Bmax - Ep

    = 1,0134 - 0,0398 = 0,9736 m

    Perhitungan Spasi (S)

    S/B = 1,25 Bmax

    S = 1,25 x 1,0134

    = 1,2153 m

    Jumlah lubang tembak ( N )

    N = (panjang Stoping bawah terowongan/jarak spasi) + 2

    N = (2,4469 / 1,2153)+2 = 4,01 = 4 lubang

    Spasi Praktis (Sw)

    Sw= panjang yang ditempati di terowongan/(Jumlah lubang tembak 1)

    Sw= 2,4469 / (4-1) = 0,8156 m

    Panjang dari bottom charge (hb)

    III - 34

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    35/37

    Hb= 1,25 x Sw

    = 1,25 x 0,8156 = 1,0195 m

    Panjang dari column charge (hc)

    Hc= H- hb- ho

    = 1,9839 - 1,0195 0,45 = 0,5143 m

    Jumlah panjang dodol yang digunakan untuk muatan column charge dengan ukuran bahan

    peledak dayagel permitted 200mm

    Bottom charge = hb/panjang dodol

    = 1,0195 /0,2 = 5 batang dayagel permitted

    Column charge = Hc/ Panjang dodol

    = 0,5143 / 0,2 = 3 batang dayagell permitted

    Dari perhitungan lubang Cut,lubang lifter,lubang kontur rib dan back,serta lubang stoping,

    maka rancangan peledakan untuk kegiatan development dapat dilihat pada gambar . .

    III - 35

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    36/37

    Gambar

    Rancangan peledakan

    Rancangan peledakan yang terlihat pada gambar. Akan menghasilkan ukuran

    fragmentasi, dimana fragmentasi ini merupakan salah satu petunjuk untuk dapat mengetahui

    keberhasilan dari suatu peledakan. Berdasarkan Kuznetzov (1973) dan yang telah dimodifikasi

    oleh cunningham (1983), ukuran fragmentasi batuan dapat dihitung dengan rumus:

    X= A (V/Q)0,8 x Q0,17 x (E/115)-0,63

    = 3,252 ( 33,45/28,28095)0,8 x 28,280950,17x (100/115)-0,63

    = 7,169 cm

    Dimana :X= Rata rata ukuran fragmentasi (cm)

    A= Faktor batuan

    V= Volume batuan yang tebongkar (m3)

    Q= jumlah bahan peledak pada setiap lubang peledak (kg)

    E= Relative weight strength bahan peledak,untuk ANFO = 100

    Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan

    peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan.Dalam membicarakan

    perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendaknya terlebih dahulu dibedakan pengertian

    antara kedua hal tersebut. Peralatan peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat

    digunakan berulang kali, pada peledakan ini dikarenakan menggunakan metode nonel maka

    peralatan berupa Shotgun. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kali

    proses peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali, adapun perlengkapan yang digunakan

    seperti : pipa plastic nonel, detonator nonel, Connector, dayagel permitted.

    III - 36

  • 7/31/2019 BAB III Geoteknik Dan Peledakan Fix

    37/37