Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus...

33
Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Apartemen II.1.1.1 Pengertian Apartemen An apartment is a self-contained housing unit that occupies only part of a building. Apartments may be owned (by an owner/occupier) or rented by tenants (Hunt, 2000). An apartment building, block of flats or tenement, is a multi-unit dwelling made up of several (generally four or more) apartments (US), or flats (UK). A difference may be an apartment is one of many units on a floor and a flat is the only unit on a given floor. The term apartment building is used regardless of height in North America and the terms residential tower or apartment tower are used in other countries such as Australia (Levy et al, 2009). Dari pengertian apartemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apartemen adalah sebuah hunian yang dapat dimiliki perorangan atau disewa dan merupakan bagian dari bangunan kumpulan tempat tinggal.

Transcript of Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus...

Page 1: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Bab II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Apartemen

II.1.1.1 Pengertian Apartemen

An apartment is a self-contained housing unit that occupies only

part of a building. Apartments may be owned (by an owner/occupier)

or rented by tenants (Hunt, 2000).

An apartment building, block of flats or tenement, is a multi-unit

dwelling made up of several (generally four or more) apartments (US),

or flats (UK). A difference may be an apartment is one of many units

on a floor and a flat is the only unit on a given floor. The term

apartment building is used regardless of height in North America and

the terms residential tower or apartment tower are used in other

countries such as Australia (Levy et al, 2009).

Dari pengertian apartemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

apartemen adalah sebuah hunian yang dapat dimiliki perorangan atau

disewa dan merupakan bagian dari bangunan kumpulan tempat tinggal.

Page 2: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

II.1.1.2 Jenis-Jenis Apartemen

Menurut Chiara, dkk, dalam bukunya ”Manual Housing

Planning & Design Criteria” (1975) bangunan apartemen dapat

diklasifikasikan dari beberapa kategori, antara lain:

a) Berdasarkan ketinggian bangunan:

1. Low-rise apartment

Adalah tipe bangunan apartemen sampai dengan ketinggian 6

lantai.

2. Middle-rise apartment

Tipe bangunan apartemen antara 6-9 lantai.

3. High-rise apartment

Adalah tipe bangunan apartemen bertingkat tinggi sampai dengan

ketinggian 40 lantai atau bahkan lebih.

b) Berdasarkan fasilitas:

1. Apartment/flat

Kumpulan unit-unit hunian apartemen dengan fasilitas standar.

2. Condominium

Kumpulan unit-unit hunian apartemen dengan fasilitas lebih

mewah dari apartemen standar.

c) Berdasarkan kepemilikan:

1. Sistem Sewa

Page 3: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Apartemen yang disewakan dengan harga tetap setiap bulannya.

Pemeliharaan unit biasanya menjadi tanggungan owner/pengelola

apartemen.

2. Sistem Beli

Apartemen dengan sistem pembelian ataupun angsuran yang telah

ditetapkan. Setelah angsuran lunas maka unit apartemen menjadi

milik tenant.

d) Berdasarkan pelayanan dan kelengkapan:

1. Serviced & Furnished

Apartemen yang ditawarkan dengan fasilitas room service serta

unit yang telah dilengkapi furnitur/perabot.

2. Non-serviced & Furnished

Apartemen yang ditawarkan tanpa fasilitas room service namun

dengan unit yang telah dilengkapi furnitur/perabot.

3. Non-serviced & Un-Furnished

Apartemen yang ditawarkan tanpa fasilitas room service dan tidak

dilengkapi furnitur/perabot

e) Berdasarkan jenis kamar:

1. Tipe Efisien

Memiliki luas 18-45 m² berkapasitas 1 orang, terdiri dari ruangan

besar, r. duduk, r makan, r. tidur, dapur dan toilet.

2. Tipe 1 kamar

Page 4: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

memiliki luas 36-54 m² , berkapasitas 2-3 orang. Tipe 1 kamar

terdiri dari: ruang duduk, ruang makan, dapur, 1 ruang tidur, toilet

dan teras outdoor.

3. Tipe 2 kamar

memiliki luas 45-90 m² , berkapasitas 3-4 orang. Tipe 2 kamar

terdiri dari: ruang duduk, ruang makan, dapur, 2 ruang tidur, toilet

dan teras outdoor.

4. Tipe 3 kamar

memiliki luas 90-108 m² , berkapasitas 4-5 orang. Tipe 3 kamar

terdiri dari: ruang duduk, ruang makan, dapur, 3 ruang tidur, 1-2

toilet dan teras outdoor.

5. Tipe 4 kamar

memiliki luas 100-135 m² , berkapasitas 5-8 orang., terdiri dari: r

duduk, ruang makan, dapur, 4 r tidur, 2 toilet dan2 teras outdoor.

6. Tipe 5 kamar

memiliki luas 100-135 m² , berkapasitas 5-8 orang, yang terdiri

dari: r.duduk, r. makan, dapur, 4 r tidur, 2 toilet dan 2 teras

outdoor

f) Berdasarkan lantai:

1. Simplex: apartemen dengan 1 lantai.

2. Duplex: apartemen dengan 2 lantai.

3. Triplex: apartemen dengan 3 lantai .

Page 5: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

II.2.1. Pusat Perbelanjaan

II.2.1.1 Pengertian Pusat Perbelanjaan

Menurut Nadine Beddington, pusat perbelanjaan adalah suatu

kompleks pertokoan yang pengelolaannya ditangani oleh manajemen

yang menyewakan ataupun menjual unit-unit toko yang tersedia

untuk pedagang eceran.

A shopping mall or shopping centre is a building or set of

buildings which contain retail units, with interconnecting walkways

enabling visitors to easily walk from unit to unit (Pacione, 2005).

“A group of architecturally unified commercial establishments

built on site that it planned, developed, owened, and managed as an

operating unit related by its location, size, and type of shops to the

trade area that it serves. The unit provides on-site parking in definite

relationship to the types and total size of the store” ( ULI).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat

perbelanjaan adalah suatu kumpulan unit-unit pertokoan/retail yang

bisa bersifat terbuka, ataupun tertutup, yang berada dalam sebuah

bangunan maupun kumpulan dari beberapa unit bangunan retail yang

dijual ataupun disewakan dan dikelola oleh sebuah sistem

manajemen, yang berfungsi sebagai tempat belanja, berekreasi dan

berinteraksi.

Page 6: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

II.1.1.2 Jenis-Jenis Pusat Perbelanjaan

Berdasarkan ciri fisiknya, International Council of Shopping

Center (1999) mengklasifikasikan pusat perbelanjaan menjadi dua

yaitu:

1. Strip Mall/Open Mall

Strip mall atau juga disebut juga shopping plaza, adalah suatu tipe

pusat perbelanjaan terbuka dengan deretan unit-unit retail yang

umumnya terdiri dari 1-2 lantai yang tersusun berjajar (umumnya

berderet lurus maupun membentuk konfigurasi U atau L) dengan area

pejalan kaki terbuka ditengahnya, yang menghubungkan antar unit-unit

retail yang saling berhadapan.

Pada perkembangannya dengan makin minimnya lahan (terutama

di perkotaan) tipe pusat perbelanjaan strip mall ini berubah menjadi

unit-unit retail dengan parkir kendaraan yang biasanya terletak

didepannya untuk menyesuaikan/optimalisasi dari lahan yang ada.

2. Shopping Mall/Closed Mall

Shopping mall atau biasa disebut mall saja merupakan tipikal pusat

perbelanjaan yang bersifat tertutup/indoor, yang berisi unit-unit retail

yang umumnya disewakan, dengan selasar besar tertutup yang berada

diantara unit-unit retail yang berhadapan. Biasanya mall merupakan

multi-storey building (terdiri lebih dari 2 lantai) dikarenakan letaknya

yang umumnya dibangun di dekat pusat kota dimana lahan sangat

terbatas namun dengan tuntutan fungsi yang banyak, sehingga

Page 7: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

pembangunan mall lebih bersifat vertikal dengan luasan yang biasanya

lebih besar dibanding strip mall. Dalam perkembangannya

pertumbuhan mall sangat pesat (terutama di perkotaan) dan merupakan

salah satu pusat bisnis, interaksi sosial, hiburan, pameran serta promosi

yang populer bagi masyarakat kota.

Berdasarkan skala pelayanannya International Council of

Shopping Center (1999) membagi pusat perbelanjaan menjadi

beberapa tipe, yaitu:

1. Neighborhood Center

Terletak disekitar daerah pemukiman dengan skala pelayanan

lingkungan dan ditujukan untuk melayani kebutuhan sehari-hari

(makanan, minuman, obat-obatan, perkakas rumah tangga, dll.),

Contohnya di Indonesia seperti Hero supermarket, Alfamart,

Indomaret mini-market.

2. Community Center

Hampir serupa dengan tipe neighborhood center, namun dengan skala

pelayanan yang lebih luas dan dari segi kuantitas lebih banyak jenis

barang yang ditawarkan (apparel, home furnishings, elektronik, dll.)

dan biasanya terdapat department store yang banyak menawarkan

potongan harga, seperti Ramayana Department Store.

3. Regional Center

Page 8: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Pusat perbelanjaan skala wilayah dengan anchor-tenant sebagai

pusatnya dan toko-toko lain dan dilengkapi dengan fasilitas parkir

yang cukup besar, seperti Pondok Indah Mall dan ITC Kuningan.

4. Super-regional Center

Pusat perbelanjaan skala kota yang serupa namun lebih besar dari

regional center dengan lebih banyak anchor-tenant. Biasanya terletak

di pusat kota seperti Mega Mall Pluit, Kelapa Gading Mall dan Mall

Taman Anggrek.

5. Fashion/Speciality Center

Pusat perbelanjaan dengan sebuah spesialisasi seperti retail-retail

fesyen, elektronik ataupun unit-unit retail yang sejenis, seperti ITC

Roxy Mas dan Ratu Plaza

6. Power Center

Didominasi oleh suatu anchor-tenant, menawarkan banyak program

diskon dalam skala layanan wilayah, seperti Carrefour.

7. Theme/Festival Center

Pusat perbelanjaan dengan tipikal ataupun tema tertentu, biasanya

didominasi berupa unit-unit restoran maupun fasilitas hiburan, seperti

Cilandak Town Square dan Kemang Food Festival.

8. Outlet Center

Biasanya terletak dikawasan rekreasi atau turisme, terdiri dari unit-unit

retail yang menjual barang dengan brand sendiri, tersusun berjajar

maupun berupa cluster, seperti Pasar Seni Ancol.

Page 9: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

II.1.3 Mix-use Builling

“Space within a building or project providing for more than one use

(i.e., a loft or apartment project with retail, an apartment building with office

space, an office building with retail space) (arizona real estate development,

2009)

“Mixed-use development is the practice of allowing more than one

type of use in a building or set of buildings. In planning zone terms, this can

mean some combination of residential, commercial, industrial, office,

institutional, or other land uses.” (Leinberger, 2008)

Mixed-use Development atau proyek multi fungsi, Mixed-use Development

adalah kawasan yang terdiri dari satu atau beberapa massa bangunan yang

terpadu dan saling berhubungan secara langsung dengan bangunan lain dengan

peruntukan yang berbeda, semua massa bangunan berdiri di atas lahan yang

sama dan dimiliki oleh satu pengembang. Produk Bangunan hasil proyek

multifungsi ini lebih dikenal Mixed-use building yang merupakan Bangunan

dengan fungsi ganda Mixed-use building biasanya perpaduan antara fasilitas

hunian, fasilitas rekreasi dll. Fasilitas hunian (Indonesia apartment ,Esti Savitri

etc, 2007)

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Mix-use Building

adalah bangunan yang mempunyai fungsi bangunan yang berbeda, misalnya

kombinasi fungsi pusat perbelanjaan, apartemen, kantor.

Page 10: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

II.2 Tinjauan Khusus Topik

II.2.1. Arsitektur Hemat Energi

Definisi hemat energi dalam arsitektur adalah meminimalkan penggunaan

energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun

produktivitas penghuninya. (Frick et al, 2006).

Menurut Mark Deisendorf dalam bukunya yang berjudul “Greenhouse

Solutions with Sustainable Energy”, mendefinisikan hemat energi, yaitu

efficient energy use, sometimes simply called energy efficiency, is using less

energy to provide the same level of energy service. Efficient energy use is

achieved primarily by means of a more efficient technology or process rather

than by changes in individual behaviour (2007, p86).

Energy conservation or energy efficiency is the practice of decreasing the

quantity of energy used. It may be achieved through efficient energy use, in

which case energy use is decreased while achieving a similar outcome, or by

reduced consumption of energy services. Energy conservation may result in

increase of financial capital, environmental value, national security, personal

security, and human comfort. Individuals and organizations that are direct

consumers of energy may want to conserve energy in order to reduce energy

costs and promote economic security. Industrial and commercial users may

want to increase efficiency and thus maximize profit (IEA Energy

Conservation in Buildings and Community Systems Programme, 2009).

Dari definisi hemat energi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

arsitektur hemat energi adalah dengan meminimalkan penggunaan energi pada

Page 11: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

bangunan, namun tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan,

kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya.

II.2.2. Efisiensi Energi

II.2.2.1 Tinjauan Efisiensi Energi Dalam Desain

Menurut Arvin Krisan dkk dalam bukunya, Climate Responsive

Architecture: A Design Handbook For Energy Efficient Building,

efisiensi energi dalam bangunan mengenai:

“For a climatically responsive design of buidling in any climate

zone of the earth consideration of sun path (to identity desibeable or

undesiberable radiation), of predominant winds and local modifying

factor like topography, vegetation, and buidling has highest

importance. Additionally, the local condition of relative air

humadity, preciption and seasonal change of all these factor have to

be analyzed before the design work can start.”

Iklim dapat dijadikan patokan bagi perancangan bangunan, jika

dikaitkan dengan perancangan energi. Posisi dan tata letak bangunan

merupkan hal utama dalam merancang bangunan yang hemat energi.

Hal lain ynag perlu menjadi pertimbangan dalah gubahan massa dan

dimensi bangunan. Bangunan akan hemat energi, jika bangunan

dapat merespon iklim dimana bangunan tersebut berada.

Page 12: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Terkait proyek Pusat perbelanjaan dan Apartemen di Jakarta

Barat, yang terletak di iklim tropis basah, maka akan disinggung

sedikit mengenai iklim tropis. Ciri-ciri iklim tropis lembab:

• Curah hujan relatif tinggi: 2000-3000 m/thn.

• Radiasi matahari relatif tinggi:1500-2500 kWh/m2/tahun.

• Suhu relatif tinggi, (contoh : Jakarta 23-33 oC) , dengan

variasi perbedaan suhu harian, bulanan dan tahunan maximun

10 oC

• Kelembaban udara tinggi ( contoh: Jakarta: 60-95 %)

• Kecepatan angin relatif rendah (contoh: Jakarta < 5 m/s)

Faktor-faktor yang memepengaruhi kenyamanan manusia adalah

Temperatur udara, curah hujan kelembaban, radiasi matahari,

pergerakan udara. Pada iklim tropis, memilki tingkat kelembaban

dan curah hujan yang tinggi dan selalu mendapat pancaran radiasi

panas matahari, maka ada beberapa aspek yang perlu

dipertimbangkan agar bangunan sesuai dengan iklim tropis, terkait

dalam upaya efisiensi energi antara lain :

Pemilihan dan penggunaan material bangunan

Pemilihan material bangunan sebaiknya yang memantulkan

panas, tidak menyerap panas atau bahkan angka absorbsi dan angka

kalor transmisinya rendah. Ketebalan bahan juga berpengaruh

terhadap penyerapan panas. Material yang mempunyai ketebalan

lebih tipis cenderung menyerap panas.

Page 13: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Orientasian bangunan

Pada daerah tropis lembab sebaiknya agar mengurangi bukaan

pada sisi barat bangunan, hal ini dimaksudkan agar radiasi panas

matahari yang merugikan yang masuk ke dalam ruangan. Sebaiknya

pengorientasian bangunan pada daerah dengan iklim tropis lembab

adalah ke arah utara-selatan serta hindari peletakan masa bangunan

sisi bidang yang lebar menghadap barat.

Bentuk atap, Overstek , dan penggunaan selubung bangunan

Dalam kajian arsitektur hemat energi di daerah tropis lembab,

bentuk atap, overstek memegang salah satu peranan penting. Selain

berfungsi merespon curan hujan yang tinggi, bentuk atap miring

yang memiliki overstek yang cukup, dapat mengurangi tingkat

penestrasi radiasi panas matahari ke bangunan. Penggunaan selubung

bangunan pada fasad dapat menghalau pancaran radiasi panas

matahari.

Gambar 1. Pengaruh penggunaan overstek pada bangunan

Page 14: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Sistem tata udara dan sistem tata cahaya

Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor

utama yang terkait dengan penghematan penggunaan energi karena

secara langsung berhubungan dengan tingkat kenyamanan, kesehatan

penghuni.

Arsitek memiliki peran yang besar dalam

mempertimbangkan bagaimana merancang bangunan agar

penggunaan energi untuk penghawaan atau pengkondisian udara dan

pencahayaan buatan dapat dibuat seefisien mungkin.

“Therefore, when it comes to designing for a country with a diffrent

climate, culture, and economic situation, it seems reaseonable that

the architect should consider these aspects, as well as the available

techinques, material, and the conditions for climate comfort.” (Aldo

Rossi's)

II.2.2.2 Penerapan Efisiensi Energi Dalam Desain

Teknik untuk mengurangi tingkat penggunaan energi pada bangunan

dapat ditempuh dengan menggunakan passive solar design,

penggunaan cahaya alami dan pengudaraan alami.

1. Passive Solar Design (Rancangan Pasif)

Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui

pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa

mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan

Page 15: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

pasif mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan

bangunan dengan sendirinya mampu mengantisipasi permasalahan

iklim luar.

passive solar design bergantung pada:

- posisi matahari terhadap fasad bangunan,

- orientasi tapak dan kelandaian,

- bayangan pada tapak,

- bayangan yang potensial dari luar tapak,

- orientasi bangunan,

- penestrasi radiasi panas matahari pada bangunan,

- layout jalan dan distribusi servis,

- proporsi fasad antara glazing dengan luas area.

Perancangan pasif di wilayah tropis basah, umumnya dilakukan

untuk mengupayakan agar pemanasan bangunan karena radiasi

matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan

penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas

hanya akan dimanfaatkan cahaya dan menminimalkan memasukkan

radiasi panas matahari. Pengurangan panas pada kulit bangunan

dipengaruhi oleh pergerakkan angin.

2. Active Design (Rancangan Aktif)

Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi

listrik sel solar, kemudian energi listrik digunakan untuk memenuhi

Page 16: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif, arsitek

dituntut untuk menerapkan strategi perancangan pasif, karena tanpa

penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam

bangunan akan tetap tinggi. Salah satu bangunan yang dianggap

paling berhasil menerapkan teknik perancangan pasif dan aktif

penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British

pavillion) di kota Seville, Spanyol yang dirancang oleh Nicholas

Grimshaw & Partner.

3. Pencahayaan Alami

Penggunaan cahaya alami dapat mengurangi penggunaan energi

untuk memenuhi kebutuhan akan cahaya pada bangunan. Faktor

yang mempengaruhi masuknya sinar matahari adalah:

• orientasi dari jendela,

• derajat kemiringan jendela,

• bayangan yang ada di sekitar bangunan

• pantulan permukaan.

Pencahayaan alami bergantung pada letek bangunan terhadap

garis lintang, kondisi cuaca, awan, dan posisi matahari terhadap garis

lintang. Orientasi matahari berhubungan dengan cahaya yang dapat

dimanfaatkan dalam ruang agar mengurangi tingkat pemakaian

cahaya buatan pada bangunan.

Page 17: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Namun pemanfaatan cahaya alami, memilki dampak buruk

yakni dapat membawa radiasi panas yang dapat menyebabkan

temperarur dalam bangunan dapat meningkat. Dalam kaitan dengan

sinar matahari, sisi dan orientasi bukaan menjadi hal utama bagi

pertimbangan pemanfaatan cahaya alami, sekaligus dapat

menimbulkan permasalahan mengingat ada kemungkinan panas

radiasi panas dapat dihantarkan melalui kulit bangunan. Intensitas

radiasi matahari ditentukan oleh:

• energi radiasi absolut,

• hilangnya energi pada atsmosfir,

• sudut jatuh pada bidang yang disinari,

• penyebaran radiasi.

Cara efektif untuk mengurangi dampak radiasi matahari adalah

dengan selektif dalam mendesain kulit bangunan dan memilih

material bangunan yang tingkat absopsi terhadap panas nmataharinya

kecil. Kulit bangunan akan menjadi panas bila tidak dilindungi dari

radiasi matahari dan akan meneruskan panas ini ke dalam ruangan.

Ada berbagai jenis kulit bangunan yang dapat digunakan untuk

mengurangi pancaran radiasi panas matahari pada bangunan,

diantaranya adalah sirip vertikal, sirip horizontal, kombinasi sirip

vertikal dan horizontal, dinding tirai, dinding masif, kaca pelindung,

Page 18: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

4. Ventilasi alami

Pergerakkan angin ditentukan oleh kondisi iklim dan letak

geografis. Tujuan penggunaan ventilasi alami dapat dibagi menjadi 2

alasan utama, yakni untuk mencapai kenyaman dan untuk melakukan

penghematan energi dengan mengurangi pengudaraaan buatan.

Pergerakkan angin dapat membuat pendinginan dan

pemepercepat pelepasan panas pada kulit bangunan oleh penguapan.

Kriteria penggunaan ventilasi alami sebaiknya memperhatikan

tingkat temperatur dan kelembaban di tempat bangunan tersebut.

Ventilasi dibuat demi menjamin tersedianya udara luar yang masuk

kedalam ruangan. Pergerakkan angin di suatu tempat bergantung

pada pembagian disaribusi tekanan di sekitar bangunan, orientasi

dari inlet jendela, dan ukuran bukaan. Orientasi jendela sangat

penting untuk memastikan pergerakkan angin merta di semua

tempat. Pada pengudaraan alami, ukuran bukaan menentukan tingkat

kecepatan udara yang dapat masuk ke dalam ruangan. Rate

kecepatan udara yang masuk ke dalam ruanganan sangat dipengaruhi

oleh ukuran in-let dan out-let bukaan. Lokasi dan tipe mekanisme in-

let dan out-let memempengaruhi pergerakkan udara yang terjadi.

Pada banyak kasus yang terjadi, kecepatan udara maksimal dapat

masuk apabila out-let pada ruangan lebih besar daripada in-let. Cross

ventilasi membuat pengudaraan alami menjadi optimal. Jika

pertukaran udara baik, penghawaan dan pengkondisian udara dalam

Page 19: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

bangunan dapat diminimalkan, sehingga dapat mengemat

penggunaan energi pada bangunan.

' Constant air movement at height can be used to ventilate, pollution-

free, at minimal cost.' (Tony Fitzpatric).

Namun yang perlu diingat, penggunaan pengudaraan alami

memiliki kekurangan, yakni dapat membawa polusi ke dalam

bangunan. Untuk mengurangi tingkat pulusi yang masuk, dapat

menggunakan ex-haust fan.

II.3 Tinjauan Khusus Tapak

Pada proyek Pusat perbelanjaan dan apartemen, tapak yang dipilih adalah

Slipi Jaya dengan pertimbangan:

- Lokasi yang strategis, misalnya terletak di kawasan bisnis; dan

terletak di jalan protokol; dekat dengan jalan tol dalam kota.

- Akses ke tapak mudah, dan dilalui oleh transportasi massal

contohnya, bus way.

- Kompetitor yang sekelas relatif sedikit jika dibandingkan dengan

di Benhill.

Page 20: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Luas tanah adalah ± 6.500 m².

KDB (Koefisien Dasar Bangunan) adalah 60%

KLB (Koefisien Luas Bangunan) adalah 4

Ketinggian maksimal bangunan adalah 24 lantai.

GSB 15 meter terhadap ruas Jl. Letjen. S. Parman.

GSB 8 meter terhadap ruas Jl. Kemanggisan Utama.

GSB 3 meter terhadap ruas Jl. Nelimurni 1.

Batas Tapak:

Batas Utara : Jl. Letjen S Parman

Batas selatan : Jl. Nelimurni dan permukiman warga

Batas Timur : Jl. Kemanggisan Utama dan flyover Jl. Brigjen Katamso H

Gambar 2 : Lokasi Tapak

LOKASI

Page 21: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Batas Barat : permukiman warga

II.4. Studi Banding Terhadap Proyek Sejenis

II.4.1 Apartemen

Survey lapangan mengenai apartemen adalah:

Apartemen Mediterania Garden Residences 2 di Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Apartemen Mediterania Residences 2 terdiri dari 5 tower yang antar massa

bangunannya saling terkoneksi dan dihubungkan dengan pedestrian. Apertemen

Mediterania Residences 2, merupakan apartemen non-service & un-furnised.

Gambar 3 : Letak dan posisi tapak terhadap kota

Page 22: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Keunggulan Apartemen Medit 2 terletak pada pengoptimalan potensi tapak dan

peletakkan massa bangunan.

Kekurangan Apartemen Mediterania Residences 2 terletak pada minimnya

jumlah lift, sehingga apabila tingkat okupansi apartemen telah 100%, dapat

mengurangi kenyamanan penghuni karena harus mengantri lift.

II.4.2 Pusat Perbelanjaan

Survey lapangan mengenai pusat perbelanjaan adalah:

Gambar 4 : Apartemen Mediterania Garden Residences 2

Gambar 5. Siteplan Apartemen Mediterania Residences 2

Page 23: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

1. Margo City di Jl. Margonda Raya, Depok.

Margo City merupakan Leased Mall yang mengadopsi konsep Single

Coridor. Margo City memiliki desain arsitektur yang khas dan unik, yaitu

memiliki land mark sebuah crown berbentuk rangkaian besi tersusun menjulang

di atas atrium dan skylight, setinggi 40 m. Margo City terdiri dari 4 lantai yang

terdiri dari Lower Ground, Ground Floor, 1st Floor dan 2nd Floor dan

dilengkapi dengan 4 void dan Escalator, Travelator dan Elevator bagi

pengunjung.

Gambar 7. Interior Margo City

Gambar 6. Tampak depan Margo City

Page 24: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Margo City memiliki keunggulan yaitu merupakan mall yang cukup

mendapatkan cahaya matahari melalui jendela, karena pada Margo City,

terdapat banyak void dan jendela di langit-langit, sehingga pada siang hari

lampu di koridornya tidak perlu dinyalakan.

Kekurangan Margo City terletak pada tata letak anchor tenant yang kurang

merata, sehingga ada beberapa area yang jarang dilewati oleh pengunjung mall,

yang menyebabkan area tersebut menjadi sepi.

2. Blok M Square

Blok M Square merupakan sebuah pusat perbelanjaan dengan konsep

grosir dan merupakan contoh pusat perbelanjaan yang menggunakan double

Gambar 8. Void yang terdapat pada Margo City

Gambar 9. Jendela atas yang terdapat pada Margo City

Page 25: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

coridor. Contoh lain pusat perbelanjaan ynag mengadopsi tipe ini adalah ITC.

Target pasar Blok M Square adalah mayoritas masyarakatnya menegah ke

bawah, contohnya pelajar dan mahasiswa.

Blok M Square terdiri dari 5 lantai, lantai 1 digunakan sebagai area

penjualan jewelery, seperti perhiasan dan jam tangan. Pada lantai 2 dan 3

digunakan sebagai retail fashion dan life stlye, seperti sepatu, pakaian, tas,dll.

Pada lantai 2 dan 3 terdapat anchor tenant, yakni carrefour, sedangkan pada

lantai 4 digunakan sebagai area penjualan elektronik, seperti handphone,

kamera digital,dll. Sedangkan pada lantai 5 merupakan area foodcourt dan

Cinema 21.

Fasilitas Blok M Square terbilang standar, seperti pada pusat perbelanjaan

lainnya. Contoh fasilitas hibiran yang ada di Blok M Square adalah Cinema 21

dan Foodcpourt yang dilengkapi dengan Wi-Fi.

Gambar 10 . Perspektif fasad Blok M Square

Page 26: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Dari aspek bangunan, Keunggulan Blok M Square ada pada pengoptimalan area

yang dijual atau disewakan sangat besar, karena berupa kios-kios kecil dan

modular.

Gambar 13. Contoh layout ruang Blok M Square

Gambar 11. Foodcourt di Blok M Gambar 12. Cinema 21 di Blok M Square

Page 27: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Namun, Blok M Square memiliki kekurangan, yakni pada area tertentu, yang

tidak terdapat magnet (anchor tenant), dapat menyebabkan area tersebut

menjadi sepi. minim bukaan dan void sebagai dampak dari pengotimalan area.

Selain itu, sebagai dampak pengoptimalan area retail, maka bukaan pada Blok

M Square menjadi sangat sedikit. Void pada Blok M Squre hanya terdapat 1

buah yang terletak di tengah. Dari Analisa, Blok M Square sangat tergantung

pada pencahayaan dan penghawaan buatan.

Gambar 14. Suasana area retail yang sepi pengunjung

Gambar 15. Void dan bukaan pada atap bangunan di Blok M Square

Page 28: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

II.4.2 Mix-use Pusat Perbelanjaan dengan Apartemen

1. FX Mall

FX Mall adalah mall yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. FX

Mall adalah bangunan mixed-use building yang memadukan fungsi mall/pusat

perbelanjaan dan apartemen dengan konsep “entertainment & bussiness center”.

Menempati lahan seluas ± 8.000 m², FX Mall terdiri dari 9 lantai mall dan 16

lantai apartemen, yang dikenal dengan FX Residence.

FX Mall memiliki wahana rekreasi ekstrim yang disebut “Atmosfear”, yaitu

berupa seluncur tertutup yang terbuat dari stainless steel dan polikarbonat

sepanjang 7 lantai yang dapat menghantarkan pengguna mencapai lantai dasar

dalam hitungan ± 12 detik,.

FX mall memiliki 11 ruang konferensi/meeting yang disewakan dengan tema

ultra-modern dan unik yang disebut “Fpod”, dengan fasilitas koneksi internet,

teleconferencing, fax & printing juga food & beverages. Selain itu FX Mall juga

menyediakan fasilitas cinema/bioskop, bar & lounge juga nightclub.

Gambar 16: Fasad Depan FX

Page 29: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Apartemen pada FX hanya terdapat 1 tipe unit, yaitu 2 bedroom dengan

luasan 70 m² yang terdiri dari 2 kamar tidur, ruang keluarga, r. makan dan pantry.

Failitas penunjang yang ditawarkan antara lain: kolam renang, fitness center,

lapangan tenis, billiar dan rooftop dining pada lantai teratas. Unit yang ditawarkan

termasuk serviced & furnished, jadi unit apartemen yang ada dilengkapi dengan

jasa pelayanan kamar dan sudah lengkap dengan perabot/furnitur. Sasaran FX

Mall yang dituju adalah menengah ke atas dengan pasar utama professional

muda.

Gambar 18: Atmosfear di FX Gambar 17: Fpod, fasilitas ruang konferensi di FX Mall

Gambar 19. Contoh interior di FX Apartemen

Page 30: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

2. Poins Square

Poins Square adalah mix-use Pusat Perbelanjaan dengan Apartemen yang

terletak di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Pada Poins Square terdapat pemisahan akses antara pusat perbelanjaan

dengan apartemen. Akses untuk apartemen terdapat di basement. Pusat

perbelanjaan di Poins Square terdiri dari 6 lantai, sedangkan apartemennya

dimulai dari lantai 7 sampai 22. Apartemen Poins Square merupakan kategori

Fully Furnished, dimana unit apartemen yang ditawarkan telah dilengkapi dengan

furnitur. Fasilitas yang ditawarkan apartemen Poins Square adalah kolam renang,

joging track, children playground, sauna, laundry, dll.

Gambar 20. Fasad depan Poins Square

Page 31: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

• Poins Square memiliki kelebihan, diantaranya:

* bentuk yang demikian dapat memberikan kesan terbuka merangkul

pada perempatan jalan Lebak bulus.

* menghindari dampak kebisingan semaksimal.

* memaksimalkan area apartemen dan area retail pusat perbelanjaan.

Gambar 21 . Contoh denah unit apartemen Poins Square

Page 32: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

• Sedangkan kekekurangan dari Poins Square adalah:

* bentuk massa bangunan untuk tower apartement menyerupai huruf

“L” yakni bagian memanjang pada bangunan menghadap timur barat

menyebabkan ruangan didalamnya panas akibat sinar radiasi

matahari langsung.

* pusat perbelanjaan Poins Square minim bukaan dan void, sehingga

sangat mengandalkan pencahayaan dan pengudaran buatan.

II.2.5 Studi Literatur Terhadap Proyek Sejenis

1. Glorieta 4/The Oakwood, Makati, Philiphina

The Oakwood terdiri dari 26 lantai yang merupakan mix-use building yang

terdiri dari fungsi perbelanjaan, apartemen dan hotel. The Oakwood diarsiteki oleh

Architectute International Ltd Gf & Partner. Enterance The Oakwood dirancang

kreatif untuk memisahkan fungsi hotel dengan perbelanjaan melalui pengaturan

taman. Restoran, cinema, high-end shops, food court, merupakan contoh fasilitas

yang ada di The Oakwood untuk menunjang ketiga fungsi tersebut.

Gambar 22. Fasad Glorieta 4/The Oakwood Gambar 23. Detail fasad Glorieta 4/The Oakwood

Page 33: Bab II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00082-AR Bab 2.pdfDari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan

Gambar 24. Siteplan Glorieta 4/The Oakwood

Gambar 25. Denah tipikal apartemen pada Glorieta 4/The Oakwood