BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Investasi
2.1.1.1. Pengertian Investasi
Gitman (2003:3) mengartikan investasi adalah “any vehicle into which fund
can be placed with expectation that it will generate positive income and/or preserve
on increased its value.” Sedangkan menurut Tandelilin (2010:2), investasi
merupakan tanggung jawab pada saat ini atas sejumlah modal ataupun sumber daya
lain dalam rangka memperoleh sejumlah laba di masa depan.
Investasi bisa diterjemahkan sebagai penamaan dana dalam suatu entitas
usaha atau proyek untuk mendapatkan profit. Investasi merupakan kegiatan
memperoleh sejumlah aset yang diharapkan di masa depan dapat kembali dijual
dengan nilai yang bertambah dan hal tersebut dilakukan selama jangka waktu
tertentu. Investor akan menyetujui apabila tingkat pengembalian tinggi walaupun
dengan tingkat risiko tinggi, begitu pun sebaliknya.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, penjelasan ditarik bahwa investasi
merupakan tanggungh jawab pada penanaman modal usaha yang dapat
dilaksanakan melalui berbagai bentuk seperti investasi pada sektor riil dan sektor
keuangan, dengan tujuan untuk mendapatkan laba di masa yang akan datang.
13
2.1.1.2. Dasar Keputusan Investasi
Tandelilin (2010) mengemukakan dasar-dasar keputusan investasi adalah
sebagai berikut:
a. Return
Utamanya, salah satu alasan melakukan investasi adalah untuk
mendapatkan keuntungan. Investor menentukan tingkat pengembalian
(return) yang mereka inginkan merupakan hal uang sangat wajar. Investor
mengekspektasikan tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi
yang ia lakukan merupakan ganti rugi terhadap biaya kesempatan
(opportunity cost) dan risiko daya beli turun yang terpengaruh inflasi.
Dalam berinvestasi, tingkat pengembalian yang terjadi (realized return)
dan yang diharapkan (expected return) harus dibedakan.
Expected return merupakan tingkat pengembalian yang diantisipasi
investor. Sementara realized return merupakan return yang telah terjadi di
masa lalu. Terdapat perbedaan antara expected return dan realized return,
yang mana disebabkan adanya tingkat risiko yang perlu dipertimbangkan
oleh investor.
b. Risiko
Hubungan langsung antara tingkat pengembalian terhadap risiko
yaitu peningkatan tingkat pengembalian akan mengakibatkan risiko yang
akan diperoleh meningkat pula
c. Time Factor
14
Jangka waktu merupakan poin penting dalam investasi. Investor
menanamkan modal dalam jangka waktu pendek, menengah, ataupun
jangka panjang. Pemilihan jangka waktu investasi menunjukkan tingkat
harapan pengembalian yang menjadi acuan oleh investor, seberapa lama
dana yang ia tanamkan dapat membuahkan hasil keuntungan tambahan
bagi dirinya.
2.1.1.3. Bentuk Investasi
Dalam buku Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Fahmi dan Hadi
(2009) menuliskan bahwa terdapat dua bentuk investasi pada umumnya,
yaitu:
a. Investasi Nyata
Merupakan jenis investasi yang melibatkan aset berwujud fisik nyata
(real asset) seperti mesin, tanah, bangunan, dan sebagainya. Investasi
dalam bentuk ini membutuhkan perhitungan penggunaan aset, sebab
terjadinya penggunaan aset secara langsung.
b. Investasi Finansial
Investasi keuangan adalah sebuah investasi dalam bentuk dana
keuangan dan tidak melibatkan fisik secara langsung namun
melibatkan kontrak keuangan misalkan deposito, obligasi, saham,
dsb.
Kedua jenis investasi tersebut dapat terlihat perbedaannya pada
tingkat likuidasi investasi. Investasi nyata membutuhkan komitmen
15
penggunaan jangka panjang, karena pada alaminya investasi nyata
merupakan biaya terpakai di depan namun belum digunakan secara
maksimal. Hal tersebut menimbulkan likuiditas yang rendah pada
investasi nyata. Sebaliknya, investasi keuangan memiliki fleksibilitas
karena tidak terikat oleh bentuk fisik
2.1.1.4. Jenis Investasi
Terdapat berbagai jenis pilihan investasi yang disediakan pasar
modal bagi investor. Dimulai dari intrumen pasar modal dengan risiko
rendah hingga berisiko tinggi, return tetap hingga return bervariabel,
dengan atau tanpa perjanjian spesifik, dan lainnya. Menurut Gumanti (2011:
24), dari berbagai alternatif investasi tersebut secara umum dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Investasi Langsung
Investasi langsung dilakukan langsung oleh investor tanpa adanya
perantara keuangan terlebih dahulu. Investor menanggung beban
risiko dan menerima return langsung melalui kegiatan investasi yang
ia lakukan, apakah itu dalam bentuk seperti capital gain/loss pada
saham atau untung jual-beli mesin.
b. Investasi Tidak Langsung
Agen perantara keuangan adalah pihak yang berinteraksi langsung di
pasar modal pada investasi tidak langsung. Tujuan investor
melakukan investasi tidak langsung dengan agen perantara keuangan
16
adalah agar meminimalkan risiko yang mereka terima. Tingkat
pengembalian dan risiko yang akan ditanggung investor akan
diberikan dalam bentuk kontrak tertentu. Misalkan investasi kolektif,
di mana agen perantara keuangan mengurangi risiko dengan
menyebarkan sumber dana dari berbagai investor.
2.1.2. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan (financing) adalah salah satu dari tiga keputusan
stratejik manajemen keuangan. Pendanaan erat berkaitan dengan keputusan
manajemen keuangan lainnya, yaitu investasi dan kebijakan dividen. Keputusan
pada pendanaan suatu perusahaan tercermin dalam bentuk struktur permodalan
perusahaan. Struktur permodalan adalah suatu komposisi pendanaan perusahaan
berdasarkan sumber modal yang meliputi utang jangka pendek, utang jangka
panjang, dan modal perusahaan yang meliputi laba ditahan. Sumber-sumber
pendanaan tersebut dipengaruhi oleh keputusan manajemen keuangan lainnya,
misalkan saat melakukan investasi pada aset perusahaan membutuhkan dana
eksternal seperti utang.
Perusahaan manapun akan berharap dengan penggunaan struktur
permodalan optimal mampu memaksimalisasi nilai perusahaan dan meminimalisasi
biaya modal (Purnamasari, 2009). Untuk mencapai hal tersebut, keputusan
pendanaan menggunakan leverage yang diperoleh dari tax benefit pada bunga utang
dan optimalisasi biaya operasional. Sehingga, keputusan pendanaan yang akan
diambil oleh perusahaan akan menentukan ukuran dari investasi yang akan
17
dilakukan dan berapa besaran dividen yang bisa diatribusikan kepada pemegang-
pemegang saham perusahaan.
2.1.3. Struktur Modal
2.1.3.1. Pengertian Struktur Modal
Struktur permodalan (capital structure) adalah penyimbangan proporsinal
pendanaan milik perusahaan yang diindikasikan oleh komparasi antara utang dan
modal sendiri. Efisiensi pendanaan perusahaan akan terjadi pada saat struktur
modal perusahaan mencapai titik optimal. Struktur modal optimal diindikasikan
sebagai permodalan yang mampu meminimalisasi jumlah biaya atas penggunaan
modal ataupun biaya modal rata-rata, sehingga nilai perusahaan akan maksimal
(Martono dan D. Agus Harjito, 2010)
Weston dan Copeland (2010) menjabarkan struktur permodalan berupa
sumber biaya tetap teperinci dalam bentuk utang jangka panjang, preferred stock,
dan shareholder’s stock. Terdapat 2 jenis modal menurut Gitman dan Zutter (2012)
yaitu debt capital (modal utang) dan equity capital (modal sendiri). Dimana
dijelaskan bahwa yang termasuk ke dalam modal utang (debt capital) hanya utang
yang bersifat jangka panjang (long-term debt).
Suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengharapkan
keseimbangan antara sumber dana internal dan eksternal. Keputusan di mana
perusahaan memilih sumber modal adalah krusial bagi keuangan perusahaan.
Struktur modal adalah campuran pendanaan tetap dalam jangka panjang oleh
perusahaan yang terindikasi lewat utang, preferred stock dan saham biasa (Van
Horne dan Wachowicz, 1998).
18
Struktur permodalan optimal dapat berubah seiring berjalannya waktu, dan
perubahan tersebut menyebabkan fluktuasi tingkat risiko dan biaya pada tiap jenis
modal. Perubahan biaya modal dapat dipengaruhi dengan keputusan penganggaran
dan harga oleh perusahaan. Perusahaan menetapkan target struktur modal yaitu
dengan mengombinasikana utang, saham preferen, dan saham biasa yang
digunakan oleh perusahaan dalam perencanaan mendapatkan modal (Brigham dan
Houston, 2006: 6)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kesimpulan yang dapat ditarik
adalah struktur modal berfungsi sebagai campuran atau perbandingan dari sumber
pendanaan tetap dalam jangka panjang yang berasal modal pinjaman dan modal
sendiri yang digunakan oleh perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya.
Optimalisasi struktur modal akan mampu mengurangi biaya modal dan mampu
meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya.
2.1.3.2. Pecking Order Theory
Konsep pecking order theory diuraikan pertama kali oleh Donaldson
(1961). Pada awalnya, konsep ini mengemukakan bahwa perusahaan umumnya
akan memprioritaskan sumber pendanaan dari dalam perusahaan untuk membayar
dividen saham dan membiayai investasi. Jika dana masih kurang, maka sumber
eksternal digunakan sebagai tambahan. Laba ditahan dan dari arus kas penyusutan
(depresiasi) merupakan sumber pendanaan dari dalam perusahaan. Pendanaan dari
sumber eksternal dilakukan dengan kebijakan penerbitan obligasi terlebih dahulu
dibandingkan penerbitan saham baru. Sesuai hasil temuannya, Donaldson
19
berpendapat kebijakan penerbitan utang yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan
untuk mengeliminasi biaya penerbitan (floatation cost) yang identik dengan sumber
pendanaan eksternal. Utang dipilih sebagai sumber proritas dibandingkan
penerbitan saham karena floatation cost penerbitan utang tersebut jauh lebih
rendah.
Pecking order theory oleh Myers dan Majluf (1984) menyatakan terdapat
2 jenis modal, yaitu pendanaan eksternal dan pendanaan internal. Temuan tersebut
menjelaskan penyebab kenapa perusahaan yang lebih profitable akan cenderung
menggunakan lebih sedikit utang. Hal itu tidak serta merta disebabkan kecilnya
target rasio utang perusahaan, namun dikarenakan kebutuhan kecilnya external
financing. Perusahaan dengan profitabilitas rendah akan cenderung menggunakan
berutang lebih banyak disebabkan dua alasan, yaitu: kebutuhan pendanaan yang
tidak tercukupi dengan sumber internal, dan preferensi utang sebagai sumber
eksternal.
Pecking order theory menjadikan hierarki sumber modal yaitu dari sumber
pendanaan internal (laba ditahan), eksternal (utang dan saham), kemudian
penerbitan saham baru. Myers dan Majluf (1984) berkata bahwa pemilihan sumber
eksternal disebabkan karena adanya informasi yang asimetri terdapat diantara
manajemen perusahaan dan stockholder.
Pecking order theory merunutkan preferensi sumber pendanaan yang
dipilih perusahaan. Hanadi (2004:313) mengurutkan skenario pemilihan pendanaan
tersebut sebagai berikut:
20
1. Sumber pendanaan internal yang dihasilkan dari sisa laba ditahan
menjadi pilihan pertama perusahaan.
2. Perusahaan memperkirakan patokan rasio pembayaran dividen
berdasarkan estimasi investasi. Perubahan dividen yang tiba-tiba
sebisa mungkin dihindari. Dapat dikatakan, perusahaan
mengusahakan pembayaran dividen konstan atau tidak mengalami
perubahan yang gradual dan signifikan.
3. Kebijakan dividen konstan dan fluktuasi keuntungan investasi yang
tak terprediksi dapat menyebabkan arus kas yang diterima
perusahaan lebih tinggi dibandingkan pengeluarannya.
4. Jika pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan menerbitkan
instrumen pasar modal seperti saham dan obligasi sebagai pilihan
terakhir.
Mengacu pada pecking order theory, urutan penggunaan sumber dana
berdasarkan penjelasan di atas adalah pendanaan internal, utang, kemudian ekuitas.
2.1.3.3. Trade-off Theory
Utang mampu meningkatkan nilai tetap perusahaan hingga poin tertentu
saja. Jika melewati poin tersebut, maka penggunaan utang bisa menurunkan nilai
perusahaan. Peningkatan keuntungan dari utang tidak dapat dibandingkan dengan
peningkatan keuntungan biaya agency problem dan financial distress. Poin itu
dinamakan struktur modal optimal, di mana jumlah utang optimal yang dapat
digunakan perusahaan tergambarkan. Model trade-off ini menggambarkan struktur
21
modal optimal terjadi saat tax shield benefits of leverage (keuntungan penggunaan
utang) seimbang dengan biaya agency problem dan financial distress. (Atmaja,
2008: 259)
Struktur modal optimal tidak bisa dipastikan melalui model ini, karena
sulitnya menentukan present value pada biaya agency cost dan financial distress.
Masukan krusial yang didapatkan dari model ini yaitu:
1. Pada perusahaan dengan aset tinggi, keberagaman profitabiltias
memungkinan financial distress yang tinggi terjadi. Perusahaan
dengan kondisi seperti ini sebaiknya lebih sedikit menggunakan
utang.
2. Financial distress dapat menurunkan nilai aset tetap yang tidak
umum, aset tidak tampak, dan kesempatan bertumbuh. Perusahaan
dengan aktiva semacam ini sebaiknya lebih sedikit menggunakan
utang.
3. Perusahaan dengan biaya pajak tinggi lebih baik menggunakan
banyak utang dibandingkan perusahaan dengan biaya pajak rendah.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Dalam mengombinasikan, struktur modal optimal akan dipengaruhi tingkat
biaya modal yang digunakan perusahaan. Biaya modal yaitu biaya yang dihabiskan
perusahaan dalam rangka mengumpulkan dana terkait pembiayaan investasi yang
dilakukan. Selain itu, perusahaan diperlukan untuk menimbang faktor apa sa yang
22
mempengaruhi pengambilan keputusan struktur modal. Berikut adalah faktor-
faktor tersebut:
a. Stabilitas Penjualan
Stabilitas penjualan mampu memberikan kesempatan bagi perusahaan
untuk mengambil lebih banyak utang. Namun, hal tersebut akan
meningkatkan beban tetap dibandingkan dengan perusahaan dengan
penjualan yang kurang stabil.
b. Struktur Aktiva
Fleksibilitas struktur aktiva perusahaan menggambarkan penggunaan
levereage yang lebih tinggi. Komposisi aset perusahaan yang sebagian besar
berbentuk persediaan barang dan piutang akan sangat bergantung pada
keberlangsungan tingkat profitabilitas setiap persediaan dalam menentukan
nilainya. Perusahaan sebaiknya tidak bergantung pada pembiayaan melalui
penerbitan utang, melainkan lebih bergantung pada pembiayaan jangka
pendek.
c. Operational Leverage
Tingkat pengungkit (leverage) operasional akan menunjukkan perubahan
tingkat laba atau kerugian perusahaan yang diakibatkan perubahan biaya
dalam penjualan. Leverage operasi yang besar akan menguntungkan bagi
perusahaan namun berisiko karena ketergantungannya pada pemakaian aset
lancar dan aset tetap.
d. Tingkat pertumbuhan
23
Untuk meningkatkan pertumbuhan, perusahaan memerlukan modal
eksternal karena kapabilitas perusahaan yang kurang memadai jika
memodalinya sendiri. Tingkat pertumbuhan tinggi mengindikasikan
besarnya proporsi modal eksternal suatu perusahaan.
e. Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menggunakan utang
yang relatif lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh proporsi laba yang
dikembalikan sebagai profit pada stakeholder, sehingga dana alokasi untuk
membayarkan utang menjadi minim.
f. Pajak
Besarnya pajak yang dihadapi suatu perusahaan mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan pembiayaan dari utang. Bunga yang
dibayarkan pada utang mengurangi kemampuan perusahaan untuk
membayarkan pajak, sehingga pajak yang tinggi akan mendorong
perusahaan untuk mengalokasikan pembayaran bunga utang terlebih
dahulu.
g. Pengendalian
Dampak utang ataupun saham pada posisi pengendalian manajemen dapat
dipengaruhi struktur modal. Pertimbangan pengendalian dapat mengarah
pada penggunaan dari utang maupun ekuitas, karena jenis modal yang dapat
melindungi manajemen akan bervariasi dari situasi yang satu ke situasi yang
lainnya. Jika manajemen sama sekali merasa tidak nyaman, manajemen
akan mempertimbangkan situasi pengendalian apapun yang terjadi.
24
h. Sikap Pemberi Pinjaman dan Agen Pemberi Peringkat.
Perusahaan akan mendiskusikan struktur modalnya dengan pemberi
pinjaman serta agen pemberi peringkat memberikan agar bobot yang lebih
besar pada saran mereka. Apabila peminjam dan pemberi peringkat bersikap
lunak, perusahaan akan cenderung mengambil utang lebih banyak.
i. Sikap Manajemen
Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif dibandingkan yang
lainnya sehingga akan menggunakan lebih sedikit utang daripada rata-rata
perusahaan di dalam industrinya. Sedangkan manajemen manajemen yang
agresif akan menggunakan lebih banyak utang di dalam menghasilkan laba
yang lebih tinggi.
j. Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil
keputusan penerbitan saham atau utang, apakah ada dana yang tersedia
untuk menerbitkan sekuritas. Jika investor merasa tidak tertarik dengan
keuntungan perusahaan yang rendah, maka perusahaan akan melakukan
belanja modal dengan menggunakan utang dibandingankan penerbitan
saham.
k. Kondisi Pasar
Kondisi pasar modal yang berubah-ubah mempengaruhi keputusan investor
dalam menyediakan dana untuk permodalan perusahaan. Perubahan kondisi
pada pasar modal dalam jangka pendek ataupun panjang dapat
mempengaruhi struktur modal optimal. Jika kondisi pasar modal lesu, maka
25
investor akan mengurangi kegiatan investasi dan penanaman modal di pasar
sekuritas. Perusahaan akan cenderung menggunakan utang sebagai sumber
pendanaan lebih sedikit jika terdapat dalam kondisi pasa lesu.
l. Fleksibilitas Keuangan
Manajemen keuangan yang baik akan menjaga kapasitas peminjaman yang
mencukupi, sehingga perusahaan memiliki tingkat fleksibilitas keuangan
dalam beroperasi. Peminjaman tersebut akan dilakukan dengan
pertimbangan melalui estimasi kebutuhan dana, market forecast, keyakinan
pihak manajemen pada prakiraan tersebut, dan konsekuensi bila terjadinya
kekurangan modal.
2.1.5. Utang
2.1.5.1. Pengertian Utang
Utang adalah kewajiban di masa depan untuk mengalokasikan jasa ataupun
aset. Kewajiban itu terjadi karena transaksi yang dilakukan perusahaan dengan
pihak eksternal (Horngren, 1977).
Utang merupakan kewajiban untuk membayar sejumlah jasa, barang,
ataupun uang di masa depan oleh perusahaan pada pihak eksternal, yang mana
disebabkan adanya transaksi yang terjadi di masa sebelumnya. (Haryanto, 2009).
Berdasarkan dua pengertian ahli di atas, kesimpulan yang dapat ditarik
bahwa utang adalah suatu modal dalam bentuk pinjaman yang berasal dari berbagai
pihak yang wajib dibayarkan kembali pada pihak pemberi pinjaman tersebut sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati.
26
2.1.5.2. Klasifikasi Utang
Menurut Djarwanto (2004) dan Ginting (2012) utang diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu:
a. Utang Jangka Pendek
Merupakan utang yang jatuh tempo dibawah satu tahun. Utang jangka
pendek antara lain meliputi utang dagang (accounts payable), wesel,
penghasilan ditangguhkan (deffered revenue), dan kewajiban yang
harus dipenuhi (accrual payable).
b. Utang Jangka Panjang
Merupakan kewajiban perusahaan pada pihak-pihak lain dengan jangka
waktu jatuh tempo lebih dari sepuluh tahun. Utang dalam klasifikasi ini
meliputi utang obligasi, utang hipotek, dan wesel baya jangka panjang
(long-term notes payable).
Dalam manajemen keuangan, utang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan, atau biasa disebut sebagai financial leverage. Perusahaan
akan mengalami kesulitan dan menghadapi berbagai risiko jika hanya bergantung
pada modalnya sendiri dalam melakukan ekspansi bisnis. Sehingga, utang dapat
menjadi pilihan bagi perusahaan agar kapabilitas dana yang ia miliki untuk
berekspansi semakin besar. Jumlah utang ini harus mampu dikontrol oleh
perusahaan karena dapat menimbulkan risiko gagal bayar dan dapat
mengesampingkan kewajiban perusahaan untuk mendistribusikan keuntungannya
bagi para pemegang saham.
27
2.1.5.3. Rasio Utang
Untuk dapat mengukur tingkat utang perusahaan, diperlukan rasio-rasio
tertentu untuk melihat dampak peran utang tersebut pada keuangan perusahaan.
Rasio-rasio itu antara lain adalah:
1. Debt-to-Assets Ratio (DAR)
DAR adalah rasio yang mengukur tingkat jumlah utang yang digunakan
untuk membiayai jumlah aset perusahaan, menunjukkan persentase aset
cair yang dapat digunakan perusahaan. Berikut perhitungan rasio DAR:
𝐷𝐴𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠× 100%
2. Debt-to-Equity Ratio (DER)
DER adalah rasio yang mengukur jumlah utang dibandingkan jumlah
ekuitas yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk melihat komposisi
pendanaan perusahaan, apakah cenderung lebih banyak didanai oleh
modal sendiri ataupun oleh utang. Jika nilai pada rasio ini sekamin
tinggi, makan akan menunjukkan tingginya tingkat risiko keuangan
perusahaan. Berikut perhitungan rasio DER
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦× 100%
3. Short-term Debt-to-Assets Ratio (SDAR)
SDAR adalah rasio yang mengukur besarnya utang jangka pendek atau
utang lancar yang dilakukan perusahaan untuk mendanai aset yang
mereka miliki. Berikut perhitungan SDAR:
28
𝑆𝐷𝐴𝑅 =𝑆ℎ𝑜𝑟𝑡 − 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠× 100%
4. Long-term Debt-to-Assets Ratio (LDAR)
LDAR berfungsi sebagai rasio yang mengukur tingkat utang jangka
panjang perusahaan yang digunakan untuk memdanai total aset,
menunjukkan persentase aset tidak lancar perusahaan. Berikut
perhitungan LDAR:
𝐿𝐷𝐴𝑅 =𝐿𝑜𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠× 100%
Investor perusahaan diharapkan untuk jeli dalam perubahan rasio-rasio ini.
Sebab, risiko keuangan akan timbul jika perusahaan tidak menjaga kondisi utang
yang mereka miliki. Tujuan setiap perusahaan adalah untuk memaksimalkan
keuntungan pemilik perusahaan, yang mana tercermin dalam tingkat ekuitas yang
dimiliki perusahaan. Dengan melihat rasio DER, investor akan tahu apakah
perusahaan mengejar ekspansi dibanding kesejahteraan pemilik. Rasio-rasio ini
akan sangat berguna melihat motif keuangan perusahaan, apakah ia bergantung
pada pemilik atau mampu untuk memaksimalkan utang untuk berkembang.
2.1.5.4. Karakteristik Utang
Berikut adalah karakteristik yang membandingkan utang jangka panjang
ataupun jangka pendek (Sulaeman, 2011):
• Kecepatan
Utang jangka pendek akan lebih mudah diperoleh daripada utang jangka
panjang. Kreditur akan melakukan analisis kelayakan peminjaman jika
29
perusahaan mengajukan peminjaman kredit per jangka panjang. Dana yang
akan dipinjamkan oleh kreditur akan membutuhkan pertanggungjawaban dari
perusahaan, apakah dana tersebut mampu dikembalikan dengan lancar.
• Fleksibilitas
Perusahaan cenderung untuk tidak memakai utang jangka panjang dalam
mendanai aset lancar yang sementara. Alasan yang dikemukakan antara lain:
- Floatation cost yang lebih besar untuk utang jangka panjang dibandingkan
utang jangka pendek
- Pembayaran utang jangka panjang akan memakan biaya tertentu jika
dilakukan sebelum jatuh temponya.
- Utang jangka panjang umumnya memiliki aturan-aturan dari kreditur
(covenant) yang bisa mengurangi efisiensi dalam pengambilan keputusan
manajemen keuangan.
• Biaya Utang
Pada umumnya utang jangka panjang membutuhkan biaya penerbitan yang
lebih mahal (seperti suku bunga lebih tinggi) dibandingkan utang jangka
pendek. Hal ini biasanya merupakan prakiraan tingkat inflasi di masa
mendatang yang mana akan mengalami kenaikan, dan juga terdapatnya
kemungkinan risiko tinggi pada jangka waktu peminjaman yang panjang.
• Risiko Utang
Risiko utang pada jangka pendek akan lebih besar, sebab:
- Adanya fluktuasi suku bunga yang menyebabkan pembayaran dapat
berubah tidak menentu jika dibandingkan utang jangka panjang
30
- Besarnya komposisi utang jangka pendek di perusahaan akan
menimbulkan kesulitan likuiditas.
2.1.6. Profitabilitas
Brigham dan Houston (2006) berpendapat profitabilitas adalah hasil
rangkaian kebijakan dan keputusan perusahaan. Sartono (2001) menyatakan
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan
melalui penjualan, jumlah aset, ataupun modal sendiri. Van Horne dan Wachowicz
(2005) menyatakan rasio profitabilitas merupakan hubungan antara investasi dan
laba penjualan. Berdasarkan pengertian di atas, kesimpulan ditarik bahwa investor
akan sangat memerlukan analisis profitabilitas untuk memperkirakan seberapa
besar keuntungan yang akan mereka terima, baik itu dalam jangka pendek ataupun
panjang.
Rasio-rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis secara umum; rasio terkait
dengan penjualan dari sudut pandang produksi mentah, dan rasio terkait dengan
investasi dari sudut pandang operasional perusahaan secara menyeluruh. Return-
on-equity (ROE) akan menjadi proksi profitabilitas dalam penelitian ini. Pada
penelitian-penelitian terdahulu mengenai struktur modal, peneliti menggunakan
rasio return-on-assets, return-on-investment, , dan gross profit margin sebagai
proksi dari variabel profitabilitas.
Berikut adalah model dari perhitungan return -to-equity ratio:
=𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦× 100%
31
2.1.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya mengenai keterkaitan antara struktur modal, modal
kerja, dan profitabilitas sudah beberapa kali diteliti dengan berbagai model
penelitian dan variabel yang bervariasi. Beberapa jurnal dijadikan sebagai referensi
penelitian kali ini. Review penelitian sebelumnya dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Nama
Penulis dan
Tahun
Judul
Penelitian Inti Penelitian Hasil Penelitian
Kurniasih
Dwi Astuti,
Wulan
Retnowati,
Ahmad
Rosyid
(2015)
Pengaruh
Struktur Modal
Terhadap
Profitabilitas
(Studi Pada
Perusahaan Go
Publik Yang
Menjadi 100
Perusahaan
Terbaik Versi
Majalah Fortune
Indonesia
Periode Tahun
2010-2012)
Studi berupaya
mengembangkan
penelitian yang telah
dilakukan Abor (2005),
Gill, et al., (2011), dan
Fawzi dan Maroof (2012)
tentang efek dari struktur
modal terhadap
profitabilitas dengan
objek 100 perusahaan
terbaik di Indonesia versi
majalah Fortune selama
tiga tahun (2010-2012).
Hasil menunjukkan bahwa
long-term debt to assets
ratio memiliki berpengaruh
signifikan negatif serta
DAR dan DER berpengaruh
signifikan positif terhadap
profitabilitas. NPM sebagai
variabel kontrol dalam
penelitiain ini berpengaruh
signifikan positif terhadap
profitabilitas
Muhammad
Ircham, Siti
Ragil
Handayani,
Muhammad
Saifi
(2014)
Pengaruh
Struktur Modal
Dan
Profitabilitas
Terhadap Harga
Saham
(Studi pada
Perusahaan
Makanan dan
Minuman yang
terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia Tahun
2009-2012)
Penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh
DER, DAR ROE, EPS
perusahaan makanan dan
minuman terdafatar di
Bursa Efek Indonesia
terhadap harga saham,
serta untuk mengetahui
variabel independen yang
paling dominan dalam
mempengaruhi harga
saham.
Hasil ditemukan bahwa
DER, DAR ROE, EPS
secara simultan
berpengaruh signifikan
pada harga saham. Secara
parsial, ROE berpengaruh
negatif dan DER, DAR
EPS berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Pengaruh dominan terhadap
harga saham ditemukan
pada variabel EPS
32
Chiang Yat
Hung,
Chan Ping
Chuen
Albert,
Hui Chi Man
Eddie
(2002)
Capital
Structure and
Profitability of
the Property and
Construction
Sectors in Hong
Kong
Tulisan ini membahas
hubungan antara
profitabilitas, biaya
modal, dan struktur modal
antara pengembang
properti dan kontraktor di
Hong Kong
Temuan menunjukkan
bahwa capital gearing
berhubungan positif dengan
aset tetapi negatif dengan
margin keuntungan,
terutama terjadi pada
perusahaan kontraktor
Nurul
Syuhada
Baharuddin,
Zaleha
Khamis,
Wan Mansor
Wan
Mahmood,
Hussian
Dollah
(2011)
Determinants of
Capital
Structure
for Listed
Construction
Companies in
Malaysia
Studi ini meneliti struktur
utang dan ekuitas untuk
perusahaan konstruksi
terdaftar di Bursa
Malaysia selama periode
dari 2001 hingga 2007.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
perusahaan konstruksi
sangat bergantung pada
pembiayaan utang
dibandingkan dengan
pembiayaan ekuitas untuk
ekspansi dan pertumbuhan.
Temuan ini juga
menunjukkan bahwa laba
berkurang ketika
perusahaan menggunakan
lebih banyak utang.
Joshua Abor
(2005)
The Effect of
Capital
Structure On
Profitability: An
Empirical
Analysis of
Listed Firms in
Ghana
Penelitian membahas
hubungan struktur modal
terhadap profitabilitas
pada perusahaan-
perusahaan tercatat
selama periode lima
tahun.di Ghana Stock
Exchange (GSE)
Hasil penelitian
menemukan hubungan
signifikan positif antara
SDAR dan ROE. LDAR
berpengaruh negatif dengan
ROE. Berkaitan dengan
pengaruh total debt dan
return rate, hasil
menunjukkan hubungan
signifikan positif antara
DAR dan ROE
Mohammad
Fawzi
Shubita,
Jaafer
Maroof
alsawalhah
(2012)
The
Relationship
between Capital
Structure and
Profitability
Penelitian ini berupaya
untuk memperluas temuan
Abor (2005) dan Gill, et
al., (2011) tentang
pengaruh struktur modal
terhadap profitabilitas.
Objek penelitian berupa
perusahaan industri
terdaftar selama 2004-
2009di Bursa Efek
Amman
Hasil penelitian
menemukan hubungan
signifikan negatif antara
utang dan profitabilitas.
Hasil menunjukkan
perusahaan lebih
bergantung pada ekuitas
sebagai opsi pembiayaan
utama yang lebih
menghasilkan keuntungan.
33
Amarjit Gill,
Nahum
Biger,
Neil Mathur
(2011)
The Effect of
Capital
Structure on
Profitability:
Evidence from
the United
States
Penelitian ini berupaya
untuk memperluas temuan
Abor (2005) tentang
hubungan struktur modal
dan profitabilitas, dengan
objek berupa perusahaan
jasa dan perusahaan
manufaktur Amerika
Serikat.
Hasil penelitian
menemukan hubungan
positif antara SDAR,
LDAR dan DAR terhadap
profitabilitas di industri
manufaktur
Joseph T.L.
Ooi
(1999)
The debt
maturity
structure of UK
property
companies
Penelitian ini menyelidiki
struktur jatuh tempo utang
perusahaan-perusahaan
properti terbuka di Inggris
selama periode 1989-95.
Hasil empiris menunjukkan
bahwa ada keleluasaan bagi
perusahaan properti untuk
memberi sinyal kepada
pasar bahwa nilai mereka
yang sebenarnya
menggunakan keputusan
jatuh tempo utang.
Joseph T.L.
Ooi
(1999)
The
Determinants of
Capital
Structure:
Evidence on UK
property
companies
Penelitian ini menyelidiki
struktur jatuh tempo utang
perusahaan-perusahaan
properti terbuka di Inggris
selama periode 1989-95.
Uji empiris
mengungkapkan bagaimana
struktur utang-ekuitas
perusahaan dipengaruhi
oleh berbagai atribut
spesifik perusahaan dan
faktor ekonomi makro.
Secara khusus, bukti
menunjukkan bahwa
struktur aset, orientasi
bisnis, dan tingkat
keterlibatan dalam
pengembangan properti
merupakan penentu yang
signifikan dari kebijakan
utang perusahaan-
perusahaan properti.
2.2. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dibahas di atas, penelitian ini akan
mengambil tiga rasio yang dapat mewakili pengujian yang akan dilakukan. Untuk
mewakili struktur permodalan perusahaan, variabe-variabel independen yang akan
34
digunakan adalah long-term debt to assets ratio (LDAR) sebagai X1, debt to total
assets ratio (DAR) sebagai X2, dan debt to total equity ratio (DER) sebagai X3.
LDAR mengukur tingkat utang jangka panjang perusahaan dalam
pembiayaan jumlah aset, menunjukkan persentase aset tidak lancar perusahaan.
DAR mengukur jumlah utang perusahaan dalam pembiayaan jumlah aset,
menunjukkan persentase aset cair yang dapat digunakan perusahaan. DER
mengukur jumlah utang dibandingkan jumlah ekuitas, menunjukkan persentase
financial leverage yang dimiliki perusahaan.
Return-on-equity (ROE) menjadi proksi yang mewakili profitabilitas
perusahaan pada variabel dependen. Tingkat profitabilitas yang digambarkan oleh
return-on-equity akan mencerminkan realisasi investasi yang ditanamkan, apakah
investasi tersebut dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh
stakeholder perusahaan.
Rasio-rasio tersebut dianggap mewakili kondisi struktur modal dan
profitabilitas pada perusahaan-perusahaan dalam sub-sektor konstruksi bangunan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2017 untuk menerangkan realisasi
investasi kebijakan pembangunan Indonesia. Berikut kerangka pemikiran yang
dapat ditarik:
35
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka di atas dan kerangka pemikiran, maka dapat
ditarik kesimpulan sementara atau hipotesis sebagai berikut:
1. Secara parsial, Long-term Debt-to-Assets Ratio (LDAR) berpengaruh
signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan sub-sektor
Konstruksi Bangunan
2. Secara parsial, Debt-to-Assets Ratio (DAR) berpengaruh signifikan
terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan sub-sektor Konstruksi
Bangunan
3. Secara parsial, Debt-to-Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan
terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan sub-sektor Konstruksi
Bangunan
4. Secara simultan, Long-term Debt-to-Assets Ratio (LDAR), Debt-to-
Assets Ratio (DAR), dan Debt-to-Equity Ratio (DER) berpengaruh
Y
Return on Equity
X1
Long-term Debt-to-Assets Ratio
X2
Debt-to-Assets Ratio
X3
Debt-to-Equity Ratio
36
signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan sub-sektor
Konstruksi Bangunan