ERT107 MICROBIOLOGY FOR BIOPROCESS ENGINEERING Pn Syazni Zainul Kamal PPK Bioprocess.
BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf ·...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan
perubahan belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Di dalam webster’s
New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang hasil belajar yaitu
:”Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by
person in one more lines of work study”(Webster’s New Internasional Dictionary,
1951 : 20) yang mempunyai arti hasil belajar adalah standar tes untuk mengukur
kecakapan atau pengetahuan bagi sesorang dalam satu atau lebih garis-garis
pekerjaan atau belajar. Dengan demikian maka dapat digunakan tes untuk
mengukur hasil belajar. Tes yang digunakan dapat berupa tes tertulis ataupun
pengamatan.
Menurut Abu Ahmadi, menjelaskan hasil belajar sebagai berikut secara teori
bila sesuatu dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar
untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik berupa
nilai, pengakuan, dan penghargaan. Disamping itu siswa memerlukan dan harus
menerima umpan balik secara langsung berupa nilai raport/nilai tes. Dengan nilai
raport atau nilai tes inilah perkembangan hasil belajar siswa dapat terlihat.
Menurut Bloom (dalam Sudjana 2007 : 22-32) tingkat kemampuan atau
penugasan yang dapat dikuasai oleh siswa mencakup 3 apek yaitu kemampuan
kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor. Tingkat perkembangan
mental tersebut menurut Bloom yaitu :
1. Aspek Kognitif
Yaitu yang berkenaan dengan pengenalan baru atau mengingat kembali
(menghafal) suatu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual.
Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu :
6
a. Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat
mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya.
b. Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan
menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c)
mengekstrapolasi.
c. Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-
prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.
d. Analisis (analysis) adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang
untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam
unsur-unsur atau komponen pembentuknya.
e. Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai
faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme.
f. Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat
menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu.
2. Aspek Afektif
Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang
diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari
dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang
kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
a. Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu.
7
b. Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena,
tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan
siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.
c. Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena
atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten.
d. Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan
nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk
suatu sistem nilai.
2. Aspek Psikomotorik
Yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang menunjukkan gerak
(skill). Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain
berdasarkan domain yang dibuat Bloom, yaitu :
a. Persepsi (Perception)
b. Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
c. Kesiapan (Set)
d. Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
e. Respon Terpimpin (Guided Response)
f. Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
g. Mekanisme (Mechanism)
h. Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
Sesuai dengan taksonomi Bloom dalam domain kognitif terdiri dari C1
sampai C6, Meliputi: C1 Menghafal (Remember) : menarik kembali informasi
yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses
kognitif yang paling rendah tingkatannya, C2 Memahami (Understand) :
mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang
telah ada dalam pemikiran peserta didik, C3 Mengaplikasikan (Apply) :
mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
8
mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
menjalankan dan mengimplementasikan, C4 Menganalisis (Analyze):
menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses
kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan, mengorganisir, dan
menemukan pesan tersirat, C5 Mengevaluasi (Evaluate): membuat suatu
pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses
kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa dan mengkritik, C6
Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk
kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini,
yaitu: membuat, merencanakan, dan memproduksi. Dengan memperhatikan uraian
diatas, maka perlu pemahaman lebih lanjut tentang kemampuan kognitif
seseorang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan hasil belajar adalah hasil usaha atau belajar yang menunjukkan ukuran
kecakapan, baik kognitif, afektif maupun psikomotor yang dicapai dan
ditunjukkan dalam bentuk nilai raport atau nilai test formatif. Ukuran hasil belajar
dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan atau
upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran selalu berupa angka.
Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran
tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Menurut Zainul dan Nasution
(2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu :
1) Penggunaan angka atau skala tertentu
2) Menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Jadi pengukuran berarti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang
dihasilkan adalah data kuantitatif. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran,
perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. dihasilkan adalah data
9
kuantitatif. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur
yang disebut dengan instrumen.
Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk
mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes dan non tes, antara
lain:
1. Tes Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait, sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir
pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
(Suryanto Adi, dkk : 2009). Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut
adalah indikator pencapaian kompetensi.
Arikunto dan Jabar (2004) tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara
atau aturan yang telah ditentukan. Dalam kaitan pembelajaran tersebut untuk
melakukan pengukuran dapat dengan menggunakan tes formatif yang berupa
pilihan ganda ataupun uraian.
Kesimpulan dari pengertian diatas, tes merupakan suatu alat ukur yang
berisi pertanyaan, pernyataan, dan tugas yang harus dijawab, ditanggapi dan
dikerjakan untuk mengukur kemampuan intelektual siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan kriteria yang sudah ditentukan serta mempunyai jawaban
yang dianggap benar sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau
prestasi siswa tersebut.
Menurut Poerwanti Endang (2008), tes dibedakan menjadi beberapa jenis
antara lain :
a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan, meliputi :
- Tes tertulis, yaitu tes yang soal dan jawabannya dilakukan secara tertulis.
- Tes lisan, yaitu tes yang soal dan jawabannya dalam bentuk lisan.
- Tes unjuk kerja, yaitu penilaian belajar siswa yang meliputi semua
penilaian dalam bentuk tulisan, produk atau sikap. Pada Tes ini siswa
diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian
kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
10
b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya, meliputi :
- Tes essai (Essay-type test, yaitu tes yang menuntut siswa
mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
- Tes jawaban pendek, tes digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika
peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essai,
tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek , dalam bentuk rangkaian
kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka.
- Tes objektif, yaitu tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia.
2. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses peserta didik pada ranah
afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada
aspek kognitif. Teknik non test disebut juga asesmen alternative. Bentuk-bentuk
asesmen alternative menurut O’Malley and Pierce (1996) :
- Assmen kinerja (performance assesment)
- Observasi dan pertanyaan (Observation and Question)
- Presentasi dan diskusi (Presentation and Discussion)
- Proyek/pameran (Project/Exhibition)
- Eksperimen/demonstrasi (Experimenting/Demonstration)
- Bercerita (Story or text reteling)
- Evaluasi diri oleh siswa (self assesment)
- Portofolio dan jurnal
2.1.2 Metode Eksperimen
Metode eksperimen menurut Rusyan (1993 : 96)adalah cara penyajian
pelajaran melalui percobaan-percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu
pertanyaan atau hipotesis tertentu. Metode eksperimen memberi peluang kepada
guru dan siswa untuk melakukan percobaan terhadap sesuatu serta mengamati
proses dari prcobaan tersebut.
11
Metode eksperimen menurut Syaiful Bahri (2000 : 241) adalah metode
pemberian kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk
dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode Eksperimen adalah
Metode atau cara di mana guru dan siswa bersama-sama mengerjakan sesuatu
latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 95) adalah cara penyajian
pelajaran dimana siswa melakukan prcobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan
demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan dari proses
yang dialaminya.
Jadi dapat disimpulkan metode eksperimen adalah suatu cara yang
digunakan oleh seseorang secara individu ataupun berkelompok untuk
menyelidiki, mengamati, melakukan dan menarik kesimpulan dari suatu
percobaan atau hipotesis tertentu.
2.1.2.2 Langkah- langkah Metode Eksperimen
Langkah-langkah eksperimen yang dikemukakan oleh Ramyulis (2005 :
250) antara lain :
1. Memberi penjelasan secukupnya apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.
2. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa saat melakukan eksperimen.
3. Sebelum melakukan eksperimen, terlebih dulu guru harus menetapkan alat-alat yang dibutuhkan, langkah-langkah yang harus ditempuh, hal-hal apa yang harus dicatat dan variabel-variabel mana yang harus dikontrol.
4. Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah tindak lanjut dari eksperimen tersebut, misalnya : mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut, mengadakan Tanya jawab tentang proses dan melaksanakan tes untuk menguji pengertian siswa.
12
Untuk menekan kegagalan, sebaiknya guru menempuh beberapa tahapan, antara
lain :
a. Tahap persiapan
Tahap ini berupa penetapan tujuan yang sesuai, penyediaan failitas, uji
eksperimen sendiri dan menyusun skenario pembelajaran serta perangkat
pembelajaran yang menunjang.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan mengenai prosedur penelitian,
alat dan bahan yang berbahaya, serta membimbing siswa melakukan
percobaan. Bimbingan tersebut dilaksanakan selama proses pembelajaran
hingga siswa menarik kesimpulan.
c. Tindak lanjut
Tahap ini berupa diskusi tentang hambatan-hambatan eksperimen,
penyimpanan peralatan hingga evaluasi akhir kegiatan percobaan.
Demikian Ramyulis mengemukakan tentang langkah-langkah metode
eksperimen, langkah-langkah yang disebutkan sudah cukup lengkap dan jelas,
namun masih ada beberapa kekurangan. Pendapat dari Ramyulis akan dilengkapi
oleh pendapat dari Zakiyah Daradjat.
Langkah- langkah metode eksperimen menurut Zakiyah Daradjat (2006 :
72) antara lain :
1. Menerangkan metode eksperimen 2. Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang signifikan untuk diangkat. 3. Sebelum guru menetapkan alat yang diperlukan, jelaskan langkah-langkah
apa saja yang harus dicatat dan variabel-variabel apa saja yang harus dikontrol.
4. Setelah eksperimen dilakukan, guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman siswa.
Demikian Zakiyah Daradjat mengemukakan langkah-langkah metode
eksperimen, namun pendapat tersebut akan dilengkapi oleh pendapat dari
Roestiyah (2010 : 81).
13
Agar penggunaan metode eksperimen dapat efektif dan efisien, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah
alat dan bahan atau materi harus cukup bagi tiap siswa.
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemui bukti yang meyakinkan
atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu
bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati
proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam bereksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu
diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan juga kematangan jiwa dan sikap
perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial, dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu
tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Langkah-langkah metode eksperimen menurut Roestiyah (2010 : 81). yaitu :
1. Jelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen. 2. Mintalah siswa untuk memahami masalah yang akan dibuktikan melalui
eksperimen. 3. Jelaskan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan
dipergunakan dalam eksperimen. 4. Mintalah siswa untuk mencatat hal-hal yang perlu dicatat. 5. Guru mengawasi pekerjaan siswa selama eksperimen berlangsung. 6. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003 : 82)
meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Percobaan awal Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.
14
b. Pengamatan Merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
c. Hipotesis awal Siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan pengamatannya
d. Verifikasi Merupakan kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.
e. Aplikasi konsep Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
f. Evaluasi Merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep terkait dengan materi.
Dengan memperhatikan langkah-langkah dan tahap-tahap metode
eksperimen dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah metode eksperimen antara lain :
1. Guru menjelaskan tentang metode eksperimen.
2. Menentukan masalah yang akan diamati dalam percobaan.
3. Menyiapkan alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam
eksperimen.
4. Guru menjelaskan langkah-langkah eksperimen.
5. Mintalah siswa mencatat semua yang mereka amati dari percobaan yang
dilakukan
6. Setelah siswa selesai melakukan percobaan, mintalah siswa untuk
mendiskusikan hasil percobaannya didepan kelas.
7. Guru memberikan evaluasi dengan tes atau tanya jawab.
15
2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan metode eksperimen
Menurut Rusyan (1993 : 96) metode eksperimen memiliki kelebihan sebagai
berikut :
a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya.
b. Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan
penemuan dari hasil percobaannya
c. Melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya
terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam
melakukan eksperimen.
d. Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa
melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung.
e. Siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat
kebenaran secara langsung.
f. Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa.
g. Metode ini melibatkan aktifitas dan kreatifitas siswa secara langsung
dalam pengajaran, sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.
h. Siswa dapat berkreasi sesuai dengan kreatifitasnya, sekaligus dapat
menarik simpulan sendiri dari hasil percobaannya.
i. Adanya kegiatan percobaan baik dengan bimbingan guru maupun tanpa
bimbingan guru, siswa aktif manakala ada petunjuk yang jelas tentang
langkah-langkah yang harus ditempuh.
j. Guru dapat menilai kegiatan proses dan hasil secara obyektif.
Sedangkan kelemahan dari metode eksperimen antara lain :
a. Metode ini memakan waktu yang banyak.
b. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
c. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika
diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial.
16
d. Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,
kemungkinan menghadapi bahaya selalu ada. Dalam hal ini factor
keselamatan kerja perlu diperhitungkan.
e. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal.
f. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap, jika kurang
lengkap maka eksperimen tersebut akan gagal.
g. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada fakor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan
kemampuan atau pengendalian.
2.1.2.4 Penerapan Metode Eksperimen Pada Pembelajaran IPA di SD
Dalam pembelajaran IPA menuntut penggunaan metode dan strategi
belajar yang efektif, dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, adapun salah satu
metode yang dapat memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mngajar adalah metode eksperimen, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran
dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri suatu yang
dipelajari, dengan cara mengamati suatu objek serta menganalisis dan menarik
kesimpulan tentang keadaan atau prosesnya.
Metode eksperimen di SD biasa disebut sebagai percobaan yang
merupakan cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami sendiri suatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan menerapkan
metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri,
mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan sendiri mengenai objek, keadaan atau proses tertentu.
Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari keadaan dan
menarik kesimpulan berdasarkan proses yang dialaminya.
Dari berbagai prinsip dan pandangan tentang metode eksperimen dapat
ditarik kesimpulan bahwa metod eksperimen dapat dikembangkan dan diterapkan
dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran
melalui eksperimen, siswa menjadi lebih aktif, guru berusaha membimbing,
17
melatih dan membiasakan siswa untuk terampil menggunakan alat, terampil
merangkai percobaan dan mengambil kesimpulan yang merupakan tujuan
pembelajaran IPA. Percobaan (eksperimen) melatih siswa untuk merekam semua
data fakta yang diperoleh melalui hasil pengamatan dan bukan opini hasil
rekayasa pemikiran. Eksperimen membelajarkan siswa terlibat secara aktif
sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa yang diharapkan. Berdasarkan
karakteristiknya, metode eksperimen paling cocok diterapkan bagi siswa SD pada
pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Adapun prosedur
pelaksanaan eksperimen yang dapat diterapkan di SD yaitu :
1. Langkah Persiapan
Persiapan ini penting untuk sebuah eksperimen, sebab dengan persiapan
yang matang kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang
muncul dapat diperkecil, prsiapan untuk melaksanakan kegiatan
eksperimen antara lain :
a. Mentapkan tujuan eksperimen
b. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
c. Mempersiapkan tempat eksperimen
d. Mempersiapkan tata tertib terutama untuk menjaga peralatan dan bahan
yang digunakan.
e. Membuat petunjuk dan langkah-langkah yang harus ditempuh selama
eksperimen berlangsung secara sistematis, termasuk hal-hal yang
dilarang atau yang membahayakan.
2. Langkah Pelaksanaan Eksperimen
a. Sebelum siswa melaksanakan eksperimen, siswa mendiskusikan yang
akan dipersiapkan dengan guru, setelah itu barulah meminta alat-alat
atau perlengkapan yang akan digunakan dalam eksperimen.
b. Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode eksperimen, guru
perlu mendekati siswa untuk mengamati proses eksperimen yang
sedang dilaksanakan.
c. Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan
situasi secara keseluruhan untuk mengontrol keseluruhan eksperimen.
18
d. Selama eksperimen berlangsung, guru memberikan dorongan dan
bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa sehingga
percobaan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Tindak lanjut metode eksperimen
Setelah eksperimen dilaksanakan, kegiatan selanjutnya antara lain :
a. Meminta siswa mengumpulkan lembar kegiatan eksperimen
b. Mendiskusikan masalah yang ditemukan selama eksperimen.
c. Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua
perlengkapan yang telah dipakai dan membersihkan apabila kotor.
2.1.3 Pembelajaran IPA di SD
2.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam atau sains (science) diambil dari bahasa Latin
scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, Tetapi kemudian berkembang
menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau sains. Sains merupakan produk dan
proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan langkah-
langkah yang ditempuh ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka
mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Karakteristik yang mendasar dari
sains adalah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Leo Sutrisno (2007:1.19) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan suatu usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan yang benar
(true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth). Menurut Samatowa (2010 : 3) yang mengutip
pendapat Hendrodarmojo (1992 : 3) yang mengutip pendapat Nash (1993),
menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.
Cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta
menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain. Sehingga
keleluhurannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamati. Menurut Puspitasari (skripsi 2010 : 29) yang mengutip pendapat sumaji,
menjelaskan bahwa IPA berupaya untuk membangkitkan minat manusia supaya
manusia mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya mengenai alam
19
sekitar. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa
serta rasa cinta pada sang pencipta (Depdikbud 1993/1994:97). Lebih lanjut lagi
pengertian IPA menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh. Amin (1987:3)
mengatakan bahwa IPA merupakan salah satu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam.
Jadi pendidikan IPA di SD merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. Produk berupa kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,
konsep, teori, dan hukum IPA, sedangkan proses berupa langkah-langkah yang
harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang
gejala alam.
2.1.3.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Sutrisno dkk, 1986 yang dikutip oleh Trianto (2010: 137)
mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi.
Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan
konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang
dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan
teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Salah satunya dengan
melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Laksmi Prihantoro dkk, yang dikutip
oleh Trianto (2007 : 1.29) merupakan salah satu jenis ilmu pengetahuan, yang
mempunyai 3 aspek yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai produk.
a) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses merujuk pada suatu aktivitas ilmiah
yang dilakukan oleh para ahli Ilmu Pengetahuan Alam. Setiap aktivitas ilmiah
mempunyai ciri rasional, Kognitif dan bertujuan. Tujuan aktivitas ilmiah ini
adalah mencari kebenaran dan mencari penjelasan yang terbaik. Aktivitas
ilmiah semacam ini dipayungi oleh suatu kegiatan yang disebut Penelitian.
20
b) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Prosedur
Pengetahuan dalam Ilmu Pengetahuan Alam dibangun melalui penalaran
inferensi berdasarkan data yang tersedia. Kebenarannya diuji lewat
pengamatan nyata. Pengamatan dalam Ilmu Pengetahuan Alam harus tepat
dan prosedurnya benar. Prosedur dalam Ilmu Pengetahuan Alam
dikembangkan melalui suatu metode ilmiah.
c) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk
IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses yang berupa pengetahuan
yang dajarkan didalam sekolah maupun luar sekolah ataupun bahan bacaan
untuk penyebaran pengetahuan.
Hakekat IPA meliputi IPA sebagai proses yaitu proses yang digunakan
untuk mempelajari obyek studi, menemukan dan mengembangkan produk –
produk sains, IPA sebagai prosedur yaitu metodologi yang dipakai untuk
mengetahui sesuatu atau Penelitian dan IPA sebagai produk adalah hasil dari
proses berupa pengetahuan, sekumpulan konsep – konsep dan fakta.
2.1.3.3 Ruang Lingkup IPA
Ruang Lingkup IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.1.3.4 Tujuan Pembelajaran IPA
Berdasarkan kurikulum 2004 yang dituliskan oleh Sapriati (2009 : 2.4),
tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
adalah agar siswa mampu :
a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
21
b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran akan adanya
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
d. Berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
e. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
f. Memiliki pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (SMP/MTs).
Sutarno N dkk (2006:28) mengatakan bahwa pembelajaran IPA SD terbagi
dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Mengetahui pengetahuan awal siswa.
Pembelajaran IPA melibatkan akomodasi kognitif terhadap pengetahuan awal
siswa. Untuk mengetahui pemahaman awal terhadap suatu topik/ konsep IPA
siswa, Biasanya para Peneliti mengajukan pertanyaan (apersepsi) sebelum mulai
mengajar. Apersepsi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
b. Mengetahui pendapat / jawaban siswa.
Pada saat siswa menyampaikan pendapat atau jawaban atas pertanyaan Peneliti
berdasarkan pengamatan, pengalaman dan pemahamannya, peluang terjadinya
konflik pemikiran dibenak siswa semakin besar. Hal ini disebabkan oleh bekal
pengetahuan awal terhadap topik yang sedang dipelajari akan diuji kebenarannya.
Jadi tugas dalam tahap ini adalah membantu pemahaman siswa melalui penjelasan
topik dengan melakukan percobaan / eksperimen.
c. Menerapkan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahap ini Peneliti meugaskan peserta didik untuk menemukan contoh-
contoh dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai atau berhubungan dengan konsep
IPA yang diterima di sekolah. Dengan menghubungkan dan melakukan aplikasi
konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, berarti peserta didik
telah melakukan pembelajaran IPA secara utuh.
22
Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara
lain sebagai berikut :
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang
ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antar sains dan
teknologi.
c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan
masalah dan melakukan observasi.
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, sensitive, obyektif, terbuka, jujur, benar
dan dapat bekerja sama.
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam.
f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. (
Depdiknas, 2003 : 2 dalam buku karangan Trianto, 2010 : 141 – 143 )
Pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang dapat dimiliki oleh kemampuan
siswa yang standar dinamakan standar kompetensi dan dirinci ke dalam
kompetensi dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas III Semester
II disajikan lebih rinci dalam tabel berikut ini :
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Kelas IVSemester II
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi
alternatif dan cara penggunaannya
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
23
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Fauzan Haris pada tahun 2005, dia
melakukan penelitian berjudul “ penerapan metode eksperimen untuk
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas II di SD Negeri 6 Purworejo.”
Penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan metode eksperimen, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Karena pada siklus I ke siklus selanjutnya
mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari hasil rata-rata hasil tes belajar
siswa pada pra siklus yaitu 63, pada siklus I yaitu 75 sedangkan pada siklus II
yaitu 85.
Kelebihan penelitian tersebut adalah dengan metode eksperimen dapat
meningkatkan semangat dan keaktifan siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Sedangkan kelemahan penelitian tersebut adalah pelaksanaannya
yang dikelas II sehingga membuat siswa lain gaduh saat nmelakukan percobaan,
alangkah baiknya apabila metode eksperimen diterapkan dikelas tinggi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan metode eksperimen dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Tindak lanjutnya adalah dengan melihat
kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut, maka masih perlu adanya
penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil penelitian tersebut.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Dian Dewi pada tahun 2005 dia
melakukan penelitian berjudul “Peningkatan hasil belajar IPA dengan metode
eksperimen pada siswa kelas IV SD N Purwoyoso 01 Kecamatan Ngaliyan kota
Semarang tahun pelajaran 2005/2006”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
dengan metode eksperimen, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena pada
siklus I ke siklus selanjutnya mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari
hasil rata-rata hasil tes belajar siswa pada pra siklus 62, pada siklus I menjadi 68
sedangkan pada siklus II menjadi 78.
Kelebihan dari penelitian tersebut adalah peneliti telah berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa dengan metode eksperimen. Kelemahan penelitian tersebut
adalah peralatan pada metode eksperimen oleh peneliti tersebut, masih kurang.
Sehingga tidak semua siswa dapat melakukan percobaan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
24
belajar siswa. Tindak lanjutnya adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan
dari penelitian tersebut, maka masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai
pengembangan dari hasil penelitian tersebut.
Keiza Stefani (2010) dalam sebuah penelitian berjudul “Penerapan metode
eksperimen dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas VII SMP N 2 Malang”,
yang hasilnyametode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
terbukti bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa pada saat belum dilakukan
metode eksperimen adalah 64 dan pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa
meningkat menjadi 76. Sedangkan Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus
II meningkat menjadi 90. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah peneliti telah
menggunakan metode yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
dengan menerapkan metode eksperimen. Sehingga siswa mengalami peningkatan
hasil belajar yang signifikan yaitu dari nilai semula 64 menjadi 76 di siklus I dan
90 di siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan menerapkan
metode eksperimen dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindak lanjutnya adalah masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai
pengembangan dari hasil penelitian tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Susana pada tahun 2006 dengan judul
“Pengaruh metode eksperimen terhadap hasil Belajar Siswa Kelas VIII di SMP N
3 Surabaya”, penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan metode eksperimen
dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP N 3 Surabaya Hasil
penelitiannya pengaruh metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII SMP N 3 Surabaya.
Kelebihan penelitian tersebut adalah peneliti telah membuktikah bahwa
metode eksperimen tidak hanya cocok untuk diterapkan di sekolah dasar, namun
juga cocok untuk diterapkan di SMP. Dari hasil tersebut di simpulkan bahwa m
etode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tindak lanjutnya
adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut, maka
masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil
penelitian tersebut.
25
Penelitian yang dilakukan oleh Ana Arifah dengan judul penelitian “Upaya
meningkatkan hasil belajar IPA Melalui metode eksperimen di SMK Nawa Bakti
Kebumen” penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa metode eksperimen
dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil penelitian tersebut menunjukan
peningkatan nilai rata-rata siswa pada pra siklus sbesar 63.8, pada siklus I
meningkat menjadi 80 dan pada siklus II menjadi 98. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah melalui metod eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindak lanjutnya adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari penelitian
tersebut, maka masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan
dari hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya dan permasalahan yang ada
pada proses pembelajaran, hasil belajar di kelas IV SD Negeri 2 Beran, maka
tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD negeri 2 Beran Kepil Wonosobo
dengan menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Setelah melakukan observasi, penulis melihat bahwa pembelajaran IPA kelas
IV berlangsung konvensional. Guru masih belum melakukan variasi dalam
pembelajaran dikelas. Sehingga peran siswa kurang aktif saat pembelajaran IPA
berlangsung. Sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai KKM yang telah
ditentukan.
Untuk memperbaiki hasil belajar siswa guru perlu melakukan metode
eksperimen adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang secara individu
ataupun berkelompok untuk menyelidiki, mengamati, melakukan dan menarik
kesimpulan dari suatu percobaan atau hipotesis tertentu.
a) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
b) Siswa menyimak tujuan pembelajaran.
c) Siswa menyimak langkah-langkah pembelajaran percobaan energy panas
dan energy bunyi.
d) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok @ 4 siswa.
26
e) Siswa melakukan percobaan energy panas dan energi bunyi.
f) Siswa mengamati dan menuliskan hasil percobaan.
g) Siswa mempresentasikan hasil percobaan tentang energy panas dan energy
bunyi.
h) Siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.
i) Guru memberikan evaluasi dengan tes tertulis.
27
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir metode eksperimen
PBM
Pembelajaran Konvensional
Guru tanpa melakukan metode eksperimen
Siswa kurang bersemangat dan bosan dalam mengikuti pembelajaran
Hasil Belajar Siswa rendah
Pembelajaran metode eksperimen KD mendeskripsikan energi panas dan
bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
Melakukan percobaan
Membuat kesimpulan Penilaian proses
Hasil belajar meningkat
Tes tertulis Penilaian Hasil
Menyimak tujuan pembelajaran
Menyimak langkah-langkah pembelajaran (percobaan energi)
Pembentukan kelompok @ 4 siswa Penskoran
Percobaan energi panas
Percobaan energi bunyi
Menuliskan hasil percobaan
Presentasi hasil percobaan (mendeskripsikan energi panas dan energi bunyi)
kebenaran jawaban
keberanian
28
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (
Suharsimi Arikunto, 1992 : 62 ) Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka
berpikir tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Melalui metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa
Kelas IV SD Negeri 2 Beran Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012”.