BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf ·...

24
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang hasil belajar yaitu :”Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work study”(Webster’s New Internasional Dictionary, 1951 : 20) yang mempunyai arti hasil belajar adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi sesorang dalam satu atau lebih garis-garis pekerjaan atau belajar. Dengan demikian maka dapat digunakan tes untuk mengukur hasil belajar. Tes yang digunakan dapat berupa tes tertulis ataupun pengamatan. Menurut Abu Ahmadi, menjelaskan hasil belajar sebagai berikut secara teori bila sesuatu dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik berupa nilai, pengakuan, dan penghargaan. Disamping itu siswa memerlukan dan harus menerima umpan balik secara langsung berupa nilai raport/nilai tes. Dengan nilai raport atau nilai tes inilah perkembangan hasil belajar siswa dapat terlihat. Menurut Bloom (dalam Sudjana 2007 : 22-32) tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat dikuasai oleh siswa mencakup 3 apek yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor. Tingkat perkembangan mental tersebut menurut Bloom yaitu : 1. Aspek Kognitif Yaitu yang berkenaan dengan pengenalan baru atau mengingat kembali (menghafal) suatu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu :

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan

perubahan belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Di dalam webster’s

New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang hasil belajar yaitu

:”Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by

person in one more lines of work study”(Webster’s New Internasional Dictionary,

1951 : 20) yang mempunyai arti hasil belajar adalah standar tes untuk mengukur

kecakapan atau pengetahuan bagi sesorang dalam satu atau lebih garis-garis

pekerjaan atau belajar. Dengan demikian maka dapat digunakan tes untuk

mengukur hasil belajar. Tes yang digunakan dapat berupa tes tertulis ataupun

pengamatan.

Menurut Abu Ahmadi, menjelaskan hasil belajar sebagai berikut secara teori

bila sesuatu dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar

untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik berupa

nilai, pengakuan, dan penghargaan. Disamping itu siswa memerlukan dan harus

menerima umpan balik secara langsung berupa nilai raport/nilai tes. Dengan nilai

raport atau nilai tes inilah perkembangan hasil belajar siswa dapat terlihat.

Menurut Bloom (dalam Sudjana 2007 : 22-32) tingkat kemampuan atau

penugasan yang dapat dikuasai oleh siswa mencakup 3 apek yaitu kemampuan

kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor. Tingkat perkembangan

mental tersebut menurut Bloom yaitu :

1. Aspek Kognitif

Yaitu yang berkenaan dengan pengenalan baru atau mengingat kembali

(menghafal) suatu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual.

Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu :

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

6

a. Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat

mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus

mengerti atau dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami

atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang

dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan

menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c)

mengekstrapolasi.

c. Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-

prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

d. Analisis (analysis) adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang

untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam

unsur-unsur atau komponen pembentuknya.

e. Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat

menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai

faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme.

f. Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat

menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu

kriteria tertentu.

2. Aspek Afektif

Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah

pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang

diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari

dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang

kemampuan dalam ranah afektif yaitu:

a. Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi

fenomena atau rangsangan tertentu.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

7

b. Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena,

tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan

siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.

c. Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena

atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten.

d. Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan

nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk

suatu sistem nilai.

2. Aspek Psikomotorik

Yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang menunjukkan gerak

(skill). Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain

berdasarkan domain yang dibuat Bloom, yaitu :

a. Persepsi (Perception)

b. Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

c. Kesiapan (Set)

d. Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

e. Respon Terpimpin (Guided Response)

f. Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di

dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

g. Mekanisme (Mechanism)

h. Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan

meyakinkan dan cakap.

Sesuai dengan taksonomi Bloom dalam domain kognitif terdiri dari C1

sampai C6, Meliputi: C1 Menghafal (Remember) : menarik kembali informasi

yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses

kognitif yang paling rendah tingkatannya, C2 Memahami (Understand) :

mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang

dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang

telah ada dalam pemikiran peserta didik, C3 Mengaplikasikan (Apply) :

mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

8

mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:

menjalankan dan mengimplementasikan, C4 Menganalisis (Analyze):

menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan

bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses

kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan, mengorganisir, dan

menemukan pesan tersirat, C5 Mengevaluasi (Evaluate): membuat suatu

pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses

kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa dan mengkritik, C6

Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk

kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini,

yaitu: membuat, merencanakan, dan memproduksi. Dengan memperhatikan uraian

diatas, maka perlu pemahaman lebih lanjut tentang kemampuan kognitif

seseorang.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan hasil belajar adalah hasil usaha atau belajar yang menunjukkan ukuran

kecakapan, baik kognitif, afektif maupun psikomotor yang dicapai dan

ditunjukkan dalam bentuk nilai raport atau nilai test formatif. Ukuran hasil belajar

dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran selalu berupa angka.

Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran

(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran

tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Menurut Zainul dan Nasution

(2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu :

1) Penggunaan angka atau skala tertentu

2) Menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Jadi pengukuran berarti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara

membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang

dihasilkan adalah data kuantitatif. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran,

perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. dihasilkan adalah data

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

9

kuantitatif. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur

yang disebut dengan instrumen.

Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk

mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes dan non tes, antara

lain:

1. Tes Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait, sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir

pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

(Suryanto Adi, dkk : 2009). Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut

adalah indikator pencapaian kompetensi.

Arikunto dan Jabar (2004) tes merupakan alat atau prosedur yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara

atau aturan yang telah ditentukan. Dalam kaitan pembelajaran tersebut untuk

melakukan pengukuran dapat dengan menggunakan tes formatif yang berupa

pilihan ganda ataupun uraian.

Kesimpulan dari pengertian diatas, tes merupakan suatu alat ukur yang

berisi pertanyaan, pernyataan, dan tugas yang harus dijawab, ditanggapi dan

dikerjakan untuk mengukur kemampuan intelektual siswa dalam pembelajaran

dengan menggunakan kriteria yang sudah ditentukan serta mempunyai jawaban

yang dianggap benar sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau

prestasi siswa tersebut.

Menurut Poerwanti Endang (2008), tes dibedakan menjadi beberapa jenis

antara lain :

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan, meliputi :

- Tes tertulis, yaitu tes yang soal dan jawabannya dilakukan secara tertulis.

- Tes lisan, yaitu tes yang soal dan jawabannya dalam bentuk lisan.

- Tes unjuk kerja, yaitu penilaian belajar siswa yang meliputi semua

penilaian dalam bentuk tulisan, produk atau sikap. Pada Tes ini siswa

diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian

kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

10

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya, meliputi :

- Tes essai (Essay-type test, yaitu tes yang menuntut siswa

mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya

dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

- Tes jawaban pendek, tes digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika

peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essai,

tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek , dalam bentuk rangkaian

kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka.

- Tes objektif, yaitu tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk

menjawab tes telah tersedia.

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses peserta didik pada ranah

afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada

aspek kognitif. Teknik non test disebut juga asesmen alternative. Bentuk-bentuk

asesmen alternative menurut O’Malley and Pierce (1996) :

- Assmen kinerja (performance assesment)

- Observasi dan pertanyaan (Observation and Question)

- Presentasi dan diskusi (Presentation and Discussion)

- Proyek/pameran (Project/Exhibition)

- Eksperimen/demonstrasi (Experimenting/Demonstration)

- Bercerita (Story or text reteling)

- Evaluasi diri oleh siswa (self assesment)

- Portofolio dan jurnal

2.1.2 Metode Eksperimen

Metode eksperimen menurut Rusyan (1993 : 96)adalah cara penyajian

pelajaran melalui percobaan-percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu

pertanyaan atau hipotesis tertentu. Metode eksperimen memberi peluang kepada

guru dan siswa untuk melakukan percobaan terhadap sesuatu serta mengamati

proses dari prcobaan tersebut.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

11

Metode eksperimen menurut Syaiful Bahri (2000 : 241) adalah metode

pemberian kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk

dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode Eksperimen adalah

Metode atau cara di mana guru dan siswa bersama-sama mengerjakan sesuatu

latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 95) adalah cara penyajian

pelajaran dimana siswa melakukan prcobaan dengan mengalami sendiri sesuatu

yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan

demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau

mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan dari proses

yang dialaminya.

Jadi dapat disimpulkan metode eksperimen adalah suatu cara yang

digunakan oleh seseorang secara individu ataupun berkelompok untuk

menyelidiki, mengamati, melakukan dan menarik kesimpulan dari suatu

percobaan atau hipotesis tertentu.

2.1.2.2 Langkah- langkah Metode Eksperimen

Langkah-langkah eksperimen yang dikemukakan oleh Ramyulis (2005 :

250) antara lain :

1. Memberi penjelasan secukupnya apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.

2. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa saat melakukan eksperimen.

3. Sebelum melakukan eksperimen, terlebih dulu guru harus menetapkan alat-alat yang dibutuhkan, langkah-langkah yang harus ditempuh, hal-hal apa yang harus dicatat dan variabel-variabel mana yang harus dikontrol.

4. Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah tindak lanjut dari eksperimen tersebut, misalnya : mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut, mengadakan Tanya jawab tentang proses dan melaksanakan tes untuk menguji pengertian siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

12

Untuk menekan kegagalan, sebaiknya guru menempuh beberapa tahapan, antara

lain :

a. Tahap persiapan

Tahap ini berupa penetapan tujuan yang sesuai, penyediaan failitas, uji

eksperimen sendiri dan menyusun skenario pembelajaran serta perangkat

pembelajaran yang menunjang.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan mengenai prosedur penelitian,

alat dan bahan yang berbahaya, serta membimbing siswa melakukan

percobaan. Bimbingan tersebut dilaksanakan selama proses pembelajaran

hingga siswa menarik kesimpulan.

c. Tindak lanjut

Tahap ini berupa diskusi tentang hambatan-hambatan eksperimen,

penyimpanan peralatan hingga evaluasi akhir kegiatan percobaan.

Demikian Ramyulis mengemukakan tentang langkah-langkah metode

eksperimen, langkah-langkah yang disebutkan sudah cukup lengkap dan jelas,

namun masih ada beberapa kekurangan. Pendapat dari Ramyulis akan dilengkapi

oleh pendapat dari Zakiyah Daradjat.

Langkah- langkah metode eksperimen menurut Zakiyah Daradjat (2006 :

72) antara lain :

1. Menerangkan metode eksperimen 2. Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang signifikan untuk diangkat. 3. Sebelum guru menetapkan alat yang diperlukan, jelaskan langkah-langkah

apa saja yang harus dicatat dan variabel-variabel apa saja yang harus dikontrol.

4. Setelah eksperimen dilakukan, guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman siswa.

Demikian Zakiyah Daradjat mengemukakan langkah-langkah metode

eksperimen, namun pendapat tersebut akan dilengkapi oleh pendapat dari

Roestiyah (2010 : 81).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

13

Agar penggunaan metode eksperimen dapat efektif dan efisien, maka perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah

alat dan bahan atau materi harus cukup bagi tiap siswa.

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemui bukti yang meyakinkan

atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu

bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati

proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga

mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d. Siswa dalam bereksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu

diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh

pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan juga kematangan jiwa dan sikap

perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.

e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai

kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial, dan keyakinan manusia.

Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu

tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Langkah-langkah metode eksperimen menurut Roestiyah (2010 : 81). yaitu :

1. Jelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen. 2. Mintalah siswa untuk memahami masalah yang akan dibuktikan melalui

eksperimen. 3. Jelaskan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan

dipergunakan dalam eksperimen. 4. Mintalah siswa untuk mencatat hal-hal yang perlu dicatat. 5. Guru mengawasi pekerjaan siswa selama eksperimen berlangsung. 6. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,

mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003 : 82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

a. Percobaan awal Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

14

b. Pengamatan Merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

c. Hipotesis awal Siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan pengamatannya

d. Verifikasi Merupakan kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

e. Aplikasi konsep Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.

f. Evaluasi Merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep terkait dengan materi.

Dengan memperhatikan langkah-langkah dan tahap-tahap metode

eksperimen dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah metode eksperimen antara lain :

1. Guru menjelaskan tentang metode eksperimen.

2. Menentukan masalah yang akan diamati dalam percobaan.

3. Menyiapkan alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam

eksperimen.

4. Guru menjelaskan langkah-langkah eksperimen.

5. Mintalah siswa mencatat semua yang mereka amati dari percobaan yang

dilakukan

6. Setelah siswa selesai melakukan percobaan, mintalah siswa untuk

mendiskusikan hasil percobaannya didepan kelas.

7. Guru memberikan evaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

15

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan metode eksperimen

Menurut Rusyan (1993 : 96) metode eksperimen memiliki kelebihan sebagai

berikut :

a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaannya.

b. Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan

penemuan dari hasil percobaannya

c. Melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya

terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam

melakukan eksperimen.

d. Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa

melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung.

e. Siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat

kebenaran secara langsung.

f. Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa.

g. Metode ini melibatkan aktifitas dan kreatifitas siswa secara langsung

dalam pengajaran, sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.

h. Siswa dapat berkreasi sesuai dengan kreatifitasnya, sekaligus dapat

menarik simpulan sendiri dari hasil percobaannya.

i. Adanya kegiatan percobaan baik dengan bimbingan guru maupun tanpa

bimbingan guru, siswa aktif manakala ada petunjuk yang jelas tentang

langkah-langkah yang harus ditempuh.

j. Guru dapat menilai kegiatan proses dan hasil secara obyektif.

Sedangkan kelemahan dari metode eksperimen antara lain :

a. Metode ini memakan waktu yang banyak.

b. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

c. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika

diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

16

d. Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,

kemungkinan menghadapi bahaya selalu ada. Dalam hal ini factor

keselamatan kerja perlu diperhitungkan.

e. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak

selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal.

f. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap, jika kurang

lengkap maka eksperimen tersebut akan gagal.

g. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada fakor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan

kemampuan atau pengendalian.

2.1.2.4 Penerapan Metode Eksperimen Pada Pembelajaran IPA di SD

Dalam pembelajaran IPA menuntut penggunaan metode dan strategi

belajar yang efektif, dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, adapun salah satu

metode yang dapat memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar

mngajar adalah metode eksperimen, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran

dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri suatu yang

dipelajari, dengan cara mengamati suatu objek serta menganalisis dan menarik

kesimpulan tentang keadaan atau prosesnya.

Metode eksperimen di SD biasa disebut sebagai percobaan yang

merupakan cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami sendiri suatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan menerapkan

metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri,

mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan

menarik kesimpulan sendiri mengenai objek, keadaan atau proses tertentu.

Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari keadaan dan

menarik kesimpulan berdasarkan proses yang dialaminya.

Dari berbagai prinsip dan pandangan tentang metode eksperimen dapat

ditarik kesimpulan bahwa metod eksperimen dapat dikembangkan dan diterapkan

dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran

melalui eksperimen, siswa menjadi lebih aktif, guru berusaha membimbing,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

17

melatih dan membiasakan siswa untuk terampil menggunakan alat, terampil

merangkai percobaan dan mengambil kesimpulan yang merupakan tujuan

pembelajaran IPA. Percobaan (eksperimen) melatih siswa untuk merekam semua

data fakta yang diperoleh melalui hasil pengamatan dan bukan opini hasil

rekayasa pemikiran. Eksperimen membelajarkan siswa terlibat secara aktif

sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa yang diharapkan. Berdasarkan

karakteristiknya, metode eksperimen paling cocok diterapkan bagi siswa SD pada

pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Adapun prosedur

pelaksanaan eksperimen yang dapat diterapkan di SD yaitu :

1. Langkah Persiapan

Persiapan ini penting untuk sebuah eksperimen, sebab dengan persiapan

yang matang kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang

muncul dapat diperkecil, prsiapan untuk melaksanakan kegiatan

eksperimen antara lain :

a. Mentapkan tujuan eksperimen

b. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.

c. Mempersiapkan tempat eksperimen

d. Mempersiapkan tata tertib terutama untuk menjaga peralatan dan bahan

yang digunakan.

e. Membuat petunjuk dan langkah-langkah yang harus ditempuh selama

eksperimen berlangsung secara sistematis, termasuk hal-hal yang

dilarang atau yang membahayakan.

2. Langkah Pelaksanaan Eksperimen

a. Sebelum siswa melaksanakan eksperimen, siswa mendiskusikan yang

akan dipersiapkan dengan guru, setelah itu barulah meminta alat-alat

atau perlengkapan yang akan digunakan dalam eksperimen.

b. Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode eksperimen, guru

perlu mendekati siswa untuk mengamati proses eksperimen yang

sedang dilaksanakan.

c. Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan

situasi secara keseluruhan untuk mengontrol keseluruhan eksperimen.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

18

d. Selama eksperimen berlangsung, guru memberikan dorongan dan

bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa sehingga

percobaan tersebut dapat dilaksanakan.

3. Tindak lanjut metode eksperimen

Setelah eksperimen dilaksanakan, kegiatan selanjutnya antara lain :

a. Meminta siswa mengumpulkan lembar kegiatan eksperimen

b. Mendiskusikan masalah yang ditemukan selama eksperimen.

c. Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua

perlengkapan yang telah dipakai dan membersihkan apabila kotor.

2.1.3 Pembelajaran IPA di SD

2.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam atau sains (science) diambil dari bahasa Latin

scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, Tetapi kemudian berkembang

menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau sains. Sains merupakan produk dan

proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan langkah-

langkah yang ditempuh ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka

mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Karakteristik yang mendasar dari

sains adalah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Leo Sutrisno (2007:1.19) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan suatu usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui

pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan yang benar

(true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan

kesimpulan yang betul (truth). Menurut Samatowa (2010 : 3) yang mengutip

pendapat Hendrodarmojo (1992 : 3) yang mengutip pendapat Nash (1993),

menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.

Cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta

menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain. Sehingga

keleluhurannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang

diamati. Menurut Puspitasari (skripsi 2010 : 29) yang mengutip pendapat sumaji,

menjelaskan bahwa IPA berupaya untuk membangkitkan minat manusia supaya

manusia mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya mengenai alam

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

19

sekitar. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa

serta rasa cinta pada sang pencipta (Depdikbud 1993/1994:97). Lebih lanjut lagi

pengertian IPA menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh. Amin (1987:3)

mengatakan bahwa IPA merupakan salah satu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada gejala-

gejala alam.

Jadi pendidikan IPA di SD merupakan produk dan proses yang tidak

dapat dipisahkan. Produk berupa kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,

konsep, teori, dan hukum IPA, sedangkan proses berupa langkah-langkah yang

harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang

gejala alam.

2.1.3.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Sutrisno dkk, 1986 yang dikutip oleh Trianto (2010: 137)

mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi.

Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan

konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang

dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan

produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan

teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Salah satunya dengan

melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, agar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Laksmi Prihantoro dkk, yang dikutip

oleh Trianto (2007 : 1.29) merupakan salah satu jenis ilmu pengetahuan, yang

mempunyai 3 aspek yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai produk.

a) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses merujuk pada suatu aktivitas ilmiah

yang dilakukan oleh para ahli Ilmu Pengetahuan Alam. Setiap aktivitas ilmiah

mempunyai ciri rasional, Kognitif dan bertujuan. Tujuan aktivitas ilmiah ini

adalah mencari kebenaran dan mencari penjelasan yang terbaik. Aktivitas

ilmiah semacam ini dipayungi oleh suatu kegiatan yang disebut Penelitian.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

20

b) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Prosedur

Pengetahuan dalam Ilmu Pengetahuan Alam dibangun melalui penalaran

inferensi berdasarkan data yang tersedia. Kebenarannya diuji lewat

pengamatan nyata. Pengamatan dalam Ilmu Pengetahuan Alam harus tepat

dan prosedurnya benar. Prosedur dalam Ilmu Pengetahuan Alam

dikembangkan melalui suatu metode ilmiah.

c) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk

IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses yang berupa pengetahuan

yang dajarkan didalam sekolah maupun luar sekolah ataupun bahan bacaan

untuk penyebaran pengetahuan.

Hakekat IPA meliputi IPA sebagai proses yaitu proses yang digunakan

untuk mempelajari obyek studi, menemukan dan mengembangkan produk –

produk sains, IPA sebagai prosedur yaitu metodologi yang dipakai untuk

mengetahui sesuatu atau Penelitian dan IPA sebagai produk adalah hasil dari

proses berupa pengetahuan, sekumpulan konsep – konsep dan fakta.

2.1.3.3 Ruang Lingkup IPA

Ruang Lingkup IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.3.4 Tujuan Pembelajaran IPA

Berdasarkan kurikulum 2004 yang dituliskan oleh Sapriati (2009 : 2.4),

tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

adalah agar siswa mampu :

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat

dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

21

b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran akan adanya

hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

d. Berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

e. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

f. Memiliki pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (SMP/MTs).

Sutarno N dkk (2006:28) mengatakan bahwa pembelajaran IPA SD terbagi

dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Mengetahui pengetahuan awal siswa.

Pembelajaran IPA melibatkan akomodasi kognitif terhadap pengetahuan awal

siswa. Untuk mengetahui pemahaman awal terhadap suatu topik/ konsep IPA

siswa, Biasanya para Peneliti mengajukan pertanyaan (apersepsi) sebelum mulai

mengajar. Apersepsi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.

b. Mengetahui pendapat / jawaban siswa.

Pada saat siswa menyampaikan pendapat atau jawaban atas pertanyaan Peneliti

berdasarkan pengamatan, pengalaman dan pemahamannya, peluang terjadinya

konflik pemikiran dibenak siswa semakin besar. Hal ini disebabkan oleh bekal

pengetahuan awal terhadap topik yang sedang dipelajari akan diuji kebenarannya.

Jadi tugas dalam tahap ini adalah membantu pemahaman siswa melalui penjelasan

topik dengan melakukan percobaan / eksperimen.

c. Menerapkan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tahap ini Peneliti meugaskan peserta didik untuk menemukan contoh-

contoh dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai atau berhubungan dengan konsep

IPA yang diterima di sekolah. Dengan menghubungkan dan melakukan aplikasi

konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, berarti peserta didik

telah melakukan pembelajaran IPA secara utuh.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

22

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara

lain sebagai berikut :

a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang

ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antar sains dan

teknologi.

c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan

masalah dan melakukan observasi.

d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, sensitive, obyektif, terbuka, jujur, benar

dan dapat bekerja sama.

e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam.

f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. (

Depdiknas, 2003 : 2 dalam buku karangan Trianto, 2010 : 141 – 143 )

Pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang dapat dimiliki oleh kemampuan

siswa yang standar dinamakan standar kompetensi dan dirinci ke dalam

kompetensi dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas III Semester

II disajikan lebih rinci dalam tabel berikut ini :

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Kelas IVSemester II

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi

alternatif dan cara penggunaannya

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

23

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Fauzan Haris pada tahun 2005, dia

melakukan penelitian berjudul “ penerapan metode eksperimen untuk

meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas II di SD Negeri 6 Purworejo.”

Penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan metode eksperimen, dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Karena pada siklus I ke siklus selanjutnya

mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari hasil rata-rata hasil tes belajar

siswa pada pra siklus yaitu 63, pada siklus I yaitu 75 sedangkan pada siklus II

yaitu 85.

Kelebihan penelitian tersebut adalah dengan metode eksperimen dapat

meningkatkan semangat dan keaktifan siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Sedangkan kelemahan penelitian tersebut adalah pelaksanaannya

yang dikelas II sehingga membuat siswa lain gaduh saat nmelakukan percobaan,

alangkah baiknya apabila metode eksperimen diterapkan dikelas tinggi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan metode eksperimen dapat

mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Tindak lanjutnya adalah dengan melihat

kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut, maka masih perlu adanya

penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil penelitian tersebut.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Dian Dewi pada tahun 2005 dia

melakukan penelitian berjudul “Peningkatan hasil belajar IPA dengan metode

eksperimen pada siswa kelas IV SD N Purwoyoso 01 Kecamatan Ngaliyan kota

Semarang tahun pelajaran 2005/2006”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa

dengan metode eksperimen, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena pada

siklus I ke siklus selanjutnya mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari

hasil rata-rata hasil tes belajar siswa pada pra siklus 62, pada siklus I menjadi 68

sedangkan pada siklus II menjadi 78.

Kelebihan dari penelitian tersebut adalah peneliti telah berhasil meningkatkan

hasil belajar siswa dengan metode eksperimen. Kelemahan penelitian tersebut

adalah peralatan pada metode eksperimen oleh peneliti tersebut, masih kurang.

Sehingga tidak semua siswa dapat melakukan percobaan. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah bahwa dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

24

belajar siswa. Tindak lanjutnya adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan

dari penelitian tersebut, maka masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai

pengembangan dari hasil penelitian tersebut.

Keiza Stefani (2010) dalam sebuah penelitian berjudul “Penerapan metode

eksperimen dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas VII SMP N 2 Malang”,

yang hasilnyametode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini

terbukti bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa pada saat belum dilakukan

metode eksperimen adalah 64 dan pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa

meningkat menjadi 76. Sedangkan Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus

II meningkat menjadi 90. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah peneliti telah

menggunakan metode yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu

dengan menerapkan metode eksperimen. Sehingga siswa mengalami peningkatan

hasil belajar yang signifikan yaitu dari nilai semula 64 menjadi 76 di siklus I dan

90 di siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan menerapkan

metode eksperimen dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tindak lanjutnya adalah masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai

pengembangan dari hasil penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Susana pada tahun 2006 dengan judul

“Pengaruh metode eksperimen terhadap hasil Belajar Siswa Kelas VIII di SMP N

3 Surabaya”, penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan metode eksperimen

dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP N 3 Surabaya Hasil

penelitiannya pengaruh metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII SMP N 3 Surabaya.

Kelebihan penelitian tersebut adalah peneliti telah membuktikah bahwa

metode eksperimen tidak hanya cocok untuk diterapkan di sekolah dasar, namun

juga cocok untuk diterapkan di SMP. Dari hasil tersebut di simpulkan bahwa m

etode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tindak lanjutnya

adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari penelitian tersebut, maka

masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari hasil

penelitian tersebut.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

25

Penelitian yang dilakukan oleh Ana Arifah dengan judul penelitian “Upaya

meningkatkan hasil belajar IPA Melalui metode eksperimen di SMK Nawa Bakti

Kebumen” penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa metode eksperimen

dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil penelitian tersebut menunjukan

peningkatan nilai rata-rata siswa pada pra siklus sbesar 63.8, pada siklus I

meningkat menjadi 80 dan pada siklus II menjadi 98. Kesimpulan dari penelitian

ini adalah melalui metod eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tindak lanjutnya adalah dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari penelitian

tersebut, maka masih perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan

dari hasil penelitian tersebut.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya dan permasalahan yang ada

pada proses pembelajaran, hasil belajar di kelas IV SD Negeri 2 Beran, maka

tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD negeri 2 Beran Kepil Wonosobo

dengan menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Setelah melakukan observasi, penulis melihat bahwa pembelajaran IPA kelas

IV berlangsung konvensional. Guru masih belum melakukan variasi dalam

pembelajaran dikelas. Sehingga peran siswa kurang aktif saat pembelajaran IPA

berlangsung. Sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai KKM yang telah

ditentukan.

Untuk memperbaiki hasil belajar siswa guru perlu melakukan metode

eksperimen adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang secara individu

ataupun berkelompok untuk menyelidiki, mengamati, melakukan dan menarik

kesimpulan dari suatu percobaan atau hipotesis tertentu.

a) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

b) Siswa menyimak tujuan pembelajaran.

c) Siswa menyimak langkah-langkah pembelajaran percobaan energy panas

dan energy bunyi.

d) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok @ 4 siswa.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

26

e) Siswa melakukan percobaan energy panas dan energi bunyi.

f) Siswa mengamati dan menuliskan hasil percobaan.

g) Siswa mempresentasikan hasil percobaan tentang energy panas dan energy

bunyi.

h) Siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.

i) Guru memberikan evaluasi dengan tes tertulis.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

27

Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir metode eksperimen

PBM

Pembelajaran Konvensional

Guru tanpa melakukan metode eksperimen

Siswa kurang bersemangat dan bosan dalam mengikuti pembelajaran

Hasil Belajar Siswa rendah

Pembelajaran metode eksperimen KD mendeskripsikan energi panas dan

bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

Melakukan percobaan

Membuat kesimpulan Penilaian proses

Hasil belajar meningkat

Tes tertulis Penilaian Hasil

Menyimak tujuan pembelajaran

Menyimak langkah-langkah pembelajaran (percobaan energi)

Pembentukan kelompok @ 4 siswa Penskoran

Percobaan energi panas

Percobaan energi bunyi

Menuliskan hasil percobaan

Presentasi hasil percobaan (mendeskripsikan energi panas dan energi bunyi)

kebenaran jawaban

keberanian

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2217/3/T1_292010611_BAB II.pdf · Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran ... guru dan siswa untuk melakukan percobaan

28

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (

Suharsimi Arikunto, 1992 : 62 ) Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka

berpikir tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

“Melalui metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa

Kelas IV SD Negeri 2 Beran Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo Semester II

Tahun Pelajaran 2011/2012”.