Ardani Fito Print

54
Skrining Fitokimia LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I SKRINING FITOKIMIA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) OLEH : NAMA : ARDANI NUGRAHA SALAM STB : 15020110266 KLPK : I (SATU) KELAS : 59 ASISTEN : ASRIL LALANGKO LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA FAKULTAS FARMASI MAKASSAR Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Transcript of Ardani Fito Print

Skrining Fitokimia

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I

SKRINING FITOKIMIA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn)

OLEH :

NAMA : ARDANI NUGRAHA SALAM

STB : 15020110266

KLPK : I (SATU)

KELAS : 59

ASISTEN : ASRIL LALANGKO

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS FARMASI

MAKASSAR

2013

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jambu biji (Psidium guajava Linn) tumbuh alami di daerah

tropis Amerika yang mudah di jumpai di seluruh daerah tropis dan

subtropis. Psidium guajava Linn, yang termasuk famili myrtaceae telah

banyak digunakan sebagai pengobatan. Daun jambu biji mengandung

essensial yang kaya akan sineol, tannin dan triterpen. Tiga senyawa

flavonoid yaitu Quersetin, Axicularin, dan Guaijavarin telah di isolasi

dari daun jambu biji.

Kandungan senyawa fenolik fitokimia yang melimpah dalam

daun jambu biji. Dapat menghambat reaksi peroksida dalam tubuh,

sehingga dapat mencegah berbagai penyakit kronis seperti diabetes,

kanker dan penyakit hepar.

Bagian yang sering digunakan adalah daun dan buah. Dimana

daun mengandung tannin , minyak atsiri (eugenol), minyak lemak,

damar, dan zat samak, triterpenoid, flavonoid, asam malat, dan asam

apfel. Sedangkan buah mengandung asam amino (tritofan, lisin),

pectin, kalsium, fosfor, besi, mangan, magnesium, belerang dan

vitamin (A, B1, dan C).

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Ekstrak daun jambu biji mempunyai aktivitas antiradikal yang

potensial. Peningkatan asupan seimbang ekstrak daun jambu biji

dapat meningkatkan kesehatan. Metabolit sekunder seperti

Quersetin (yang juga terdapat dalam daun jambu biji). Sudah

dipastikan mempunyai aktivitas antiradikal, sedangkan komponen

tannin sebagai komponen utama juga menunjukkan aktivitas yang

potensial sebagai antiradikal. Dari uraian tersebut maka praktikan

melakukan identifikasi simplisia, uji kemurnian, dan skrining fitokimia

sehingga dapat diketahui kemurnian dan senyawa apa saja yang

terkandung dalam simplisia tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara uji pendahuluan dan

mengidentifikasi komponen kimia pada tanaman daun

(Psidium guajava Linn).

1.2.2 Tujuan Percobaan

Mengidentifikasi golongan komponen kimia dengan

cara reaksi warna dan reaksi pengendapan pada tanaman

(Psidium guajava Linn).

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan

1. Klasifikasi (K.Heyne edisi III : 1987)

Regnum : Plantae

Subregnum : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrales

Famili : Mytaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava

2. Nama lain (Tjitrosoepomo, 1989)

Jambu biji ini akrab juga dengan nama Psidium guajava

(Inggris/Belanda), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa);

Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura).

3. Morfologi Tanaman (Tjitrosoepomo, 1989) :

1. Daun (Folium)

Merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi

sebagai alat pengambilan zat – zat makanan (reabsorbsi),

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

asimilasi transpirasi dan respirasi.Daun jambu biji tergolong

daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan

helaian saja disebut daun bertangkai.

Sifat – sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai

berikut :

a. Bangun daun (Circumscription)

Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian

terlebar daunya berada ditengah–tengah dan memiliki

bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya

adalah ½ - 2 : 1

b.    Ujung (epex)

Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang

semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju

kesuatu titik pertemuan membentuk sudut 900

c.    Pangkal (basis folii)

Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi

terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka

pangkal dari daun jambu biji ini, adalah tumpul (obtusus)

d.    Susunan tulang–tulang daun (nervation atau vanation)

Daun jambu biji memiliki pertumbuhan daun yang

menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu

tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan

terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

tulang–tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan

kita kepada susunan sirip – sirip pada ikan.

e.    Tepi daun (margo)

Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer)

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

B. Teori Umum

Analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang

mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang

terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau

bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya

(Moelyono, 1996).

Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah

berkembang menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara

kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan

dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa

organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai

struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,

penyebarannya secara ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne,

1984).

Satu hal yang penting dan pertimbangan mendasar dalam

mendesain prosedur pada fitokimia adalah seleksi dalam pelarut yang

tepat untuk ekstraksi seringkali sulit umumnya atau diharapkan

mengikuti aturan kelarutan untuk pemberian kelas pada fitokonstituen

karena mereka menyajikan substansi dalam ekstrak tumbuhan kasar

pada efek kelarutan (Wilcox, 1995).

Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang

mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

penting  dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah

dimanfaatkan dalam kajian biologis (Robinson, 1991).

Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengujian secara

kimia metode yang digunakan harus bersifat sederhana,

pengerjaannya cepat menggunakan peralatan yang minimum,

mengggunakan reagen yang selektif terhadap suatu golongan

senyawa tertentu, memiliki limit deteksi yang rendah dan memberikan

informasi tambahan mengenai ada atau tidaknya gugus fungsi tertentu

(Harborne, 1984).

Senyawa bahan alam adalah hasil metabolisme suatu organisme

hidup (tumbuhan, hewan, sel) berupa metabolit primer dan sekunder.

Senyawa metabolit sekunder merupakan sember bahan kimia yang

tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan

dan pengembangan obat-obat baru ataupun untuk menunjang

berbagai kepentingan industri. Selain sebagai bahan obat, senyawa

metabolit sekunder juga didayagunakan oleh manusia untuk

menunjang kepentingan industri seperti industri kosmetik dan industri

pembutan pestisida dan insektisida (Putra, 2005).

Metabolik sekunder adalah hasil metabolisme yang disintesis

oleh beberapa organisme tertentu yang tidak merupakan kebutuhan

pokok untuk hidup dan tumbuh. Meskipun demikian, metabolik

sekunder dapat berfungsi sebagai nutrien darurat untuk pertahanan

hidup (Judoamdjojo, 1990).

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada

tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid, saponin, terpenoid dan

tanin (Harborne, 1984).

1. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa  yang tersebar luas

hampir pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung

paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan

membentuk cincin heterosiklik. Alkaloid dapat ditemukan pada biji,

daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid

dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan

bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam

pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering

kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya

sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar

(Sabirin, 1994).

Strukutur KImia Alkaloid

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

2. Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang

ditemukan di alam  terutama pada jaringan tumbuhan tinggi.

Senyawa ini merupakan produk metabolik sekunder yang terjadi

dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat racun.

Flavanoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus

hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid

cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol

dan air (Markham, 1982).

Strukutur KImia Flavanoid

Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan

aglikon flavonoid. Uji warna yang penting dalam larutan alkohol

ialah direduksi dengan serbuk Mg dan HCl pekat. Diantara

flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan warna merah ceri

kuat (Harborne,1984).

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

3. Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk

dari sistem cincin siklopentana prehidrofenantrena. Steroid

merupakan golongan senyawa metabolik sekunder yang

banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada

umumnya diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam

terutama dalam tumbuhan (Djamal, 1988).

Strukutur Kimia Steroid

4. Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol. Saponin

merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti

sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya

membentuk busa yang stabil dalam air dan menghomolisis sel

darah merah. Dari segi pemanfaatan, saponin sangat ekonomis

sebagai bahan baku pembuatan hormon steroid, tetapi saponin

kadang-kadang dapat menyebabkan keracunan pada ternak

(Robinson, 1991).

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Strukutur Kimia Saponin

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

C. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : air suling

Rumus Molekul : H2O

Rumus Struktur : H – O – H

Berat Molekul : 18,02 gr/mol

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pelarut

2. Besi (III) Klorida (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : FERII (III) CHLORIDUM

Nama Lain : Besi (III) Klorida

Rumus Molekul : FeCl3

Cl

Rumus Struktur : Fe Cl

Cl

Pemerian : hablur atau serbuk hablur, hiam kehijauan

bebas warna jingga dari garam hidrat.

Kelarutan : larut dalam air, larutan beropalesensi

berwarna jingga

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

3. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Acidum cloridum

Nama Lain : Asam klorida

Rumus Molekul : HCl

Rumus struktur : H Cl

Berat Molekul : 36,36

Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap dan bau

merangsang

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pereaksi

4. Kalium Hidroksida (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Potassium Hydroxide

Nama Lain : Kalium hidroksida

Rumus Molekul : KOH

Berat Molekul : 56,11

Pemerian : Kristal putih, higroskopik, deliquescent,

menyerap karbondioksida

kelarutan : larut dalam 0,9 bagian air: 2,3 bagian

gliserin.

Saat dilarutkan dalam air dan alkohol dan

larutan asam akan menghasilkan panas.

Kegunaan : Membentuk garam kalium dari ester yang

larut dalam air.

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

.

5. Etanol 95% (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Ethyl Alcohol

Nama Lain : Etanol

Rumus Molekul : C2H5OH

Berat Molekul : 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak

berwarna, bersifat mobile/dan

bergerak/mengalir, mudah terbakar, bau

penenang, rasa membakar, padat pada suhu

kurang dari -30°C.

Kelarutan : Campur dengan air dan pelarut organik

Kegunaan : Sebagai pelarut untuk alkohol terdenaturasi

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

D. Cara Kerja (Anonim; 2013)

1 Reaksi Identifikasi katekol

a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung

katekol akan menghasilkan warna hijau.

b. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung

katekol akan terjadi endapan.

2 Reaksi identifikasi terhadap pirogalotanin

a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung

pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.

b. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung

pirogalotanin akan terjadi endapan.

3 Reaksi identifikasi terhadap Dioksiantrakinon

Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditetesi dengan KOH 10% P b/v dalam etanol 95% P, jika

mengandung dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah

4 Reaksi Identifikasi terhadap alkaloid

Ekstrak methanol dimasukkan ke dalam masing-masing

tabung reaksi kemudian ditetesi :

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

1. HCl 0,5 N dan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid maka

akan menghasilkan endapan kuning.

2. HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid

maka akan menghasilkan endapan coklat.

3. HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jika mengandung alkaloid

maka akan menghasilkan endapan warna jingga.

5 Reaksi Identifikasi terhadap steroid

Serbuk dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama

15 menit lalu disaring filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak

kering ditambahkan eter setelah berlebih dahulu disusupensikan

dengan sedikit air, bagian larut eter dipisahkan. Lapisan eter

kemudian ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Burchard jika

mengandung steroid akan menghasilkan warna merah jambu.

6 Reaksi identifikasi terhadap saponin

serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi , ditambahkan

10 ml air panas, didinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10

detik, terbentuk buih , lalu tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N,

buih tidak hilang.

7 Reaksi identifikasi terhadap flavanoid

Serbuk ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl P, jika terjadi

warna merah menunjukkan adanya flavanoid.

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

8 Reaksi identifikasi terhadap suberin, kutin, minyak lemak, dan

minyak atsiri.

Tempatkan simplisia diatas kaca objek, tambahkan beberapa

tetes larutan sudan III P, simplisia uji dapat dijernihkan terlebih

dahulu dengan larutan kloralhidrat P. kecuali simplisia mengandung

minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam dalam

bejana tertutup berisi etanol (90%) P, terjadi warna jingga

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

BAB III

PROSEDUR KERJA

III.1. Alat dan bahan

A. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam uji Pendahuluan

yaitu aluminium foil, batang pengaduk, bunsen, cawan porselin,

gelas kimia, kompor listrik, rak tabung dan tabung reaksi

B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada uji

Pendahuluan yaitu Aquades, Etanol 95% P, FeCl3 , HCl, KOH,

metanol, pereaksi bauchardat, pereaksi dragendroff, pereaksi

lieberman, pereaksi mayer, tissue, sampel (Psidium Guajava

Linn).

III.2. Prosedur Kerja dan Pengolahan Sampel

1. Pengambilan

Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) diambil dari hutan

asal desa parang loe, Kec. Duri loe Kab.Gowa, Sulawesi

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Selatan. Simplisia daun diambil pada saat terjadi fotosintesis

maksimum yaitu pada pukul 08.00-11.00.

III.3. Uji pendahuluan

Semua sampel yang diperoleh dapat diklasifikasikan,

dimana akan diserbukkan sampel lunak dan keras dan

mereaksikan dengan beberapa pengujian seperti :

a. Identifikasi tanin

sampel dibasahi dengan FeCl3 jika mengandung katekol

berwarna hijau, dan jika berwarna biru mengandung

pirogalotanin

b. Identifikasi dioksiantrakinon

serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditetesi

KOH 10% jika menghasilkan warna merah mengandung

dioksiantrakinon.

c. Identifikasi alkaloid

1. serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika mengandung

alkaloid menghasilkan endapan kuning

2. serbuk ditambahkan pereaksi Bauchardat, jika

mengandung alkaloid menghasilkan endapan coklat

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

3. serbuk ditambahkan pereaksi Dragendrof, jika

mengandung alkaloid menghasilkan endapan jingga

d. Identifikasi fenol

1. serbuk dimasukkan dalam vial

2. ditutupi dengan kaca objek dan diberi kapas yang telah

dibasahi air.

3. kemudian dipanaskan, jika terbentuk uap pada kaca objek

ditambahkan FeCl3 akan menghasilkan wrna biru hitam

bila memngandung fenol

e. Identifikasi steroid

serbuk dihaluskan dengan etanol dan dipanaskan

selama 15 menit, disaring, filtrate diuapkan sampai kering.

Ekstrak kering ditambahkan eter yang terlebih dahulu

disuspensikan, bagian yang larut dalam eter dipisahkan.

Lapisan eter ditetesi dengan pereaksi Libermen-Burchard

menghasilkan warna merah jambu jika mengandung steroid.

f. Identifikasi Saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi

ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan, dan dikocok selama

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

10 detik, terbentuk buih, ditambahi 1 tetes asam klorida 2 N,

buih tidak hilang, mengandung saponin.

g. Identifikasi flavanoid

Serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan HCl P, jika

terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan pada sampel daun Daun jambu biji (Psidium

guajava Linn) sebagai berikut:

No Golongan Komponen

Kimia Pereaksi / Perlakuan hasil Ket

.

1.

2.

3.

Tanin

a. Katekol

b. Pirogalotanin

Dioksiantrakinon

Alkaloid

Sampel + FeCl3 1 N

Sample + FeCl3 1 N

Serbuk + KOH 10% b/v + (dalam

etanol 95 % P)

Ekstrak + Metanol :

a. HCl 0,5 N + Pereaksi Mayer

b. HCl 0,5 N + Pereaksi

Bauchardat

hijau

biru

merah

endapan

kuning

endapan

coklat

Hijau

Hijau

Kehitaman

Coklat

Endapan

Kuning

Endapan

+

_

_

+

+

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

4.

5.

6.

Saponin

Flavonoid

steroid

c. HCl 0,5 N + Pereaksi

Dragendorff

Sampel + air panas + dikocok

kuat + HCl 2 N

Serbuk + FeCl3 + HCl P

Serbuk + etanol -> dipanaskan

slma 15 menit + disaring + filtrat

+ eter + suspensi air -> dipisah

eter -> ditetesi prx lieberman-

bauchard.

endapan

jingga

buih tidak

hilang

merah

merah

jambu

coklat

Endapan

jingga

Berbuih

Kuning

kehijauan

Merah

bata

+

+

_

_

Keterangan :

(-) : tidak mengandung senyawa kimia yang dimaksud.

(+) : mengandung senyawa kimia yang dimaksud

Perhitungan :Sampel :

% susut pengeringan adalah

Berat sampel (basah)- berat sampel kering x 100% Berat sampel basah

= 1.000 g - 600 g x 100 % 1.000 g

= 400 g x 100% 1.000 g

= 40 %

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

BOUCHEERDAT DRAGONDROF

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

MAYER ALKALOID

SAPONIN + HCl2n SAPONIN

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

DIOKSIANTRAKINON FLAVA, Fecl3+HCL pekat

KATEKOL + FeCl3 PIROGALOTANIN

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui senyawa yang

terdapat pada sampel yang digunakan yaitu (Psidium guajava Linn) serta

mengetahui pelarut dan metode yang sesuai dengan sampel yang

diidentifikasi. Pengambilan dan pengolahan sampel merupakan tahap

awal dalam melakukan percobaan selanjutnya. Dalam pengambilan

bahan alam diperlukan cara khusus, karena sampel yang akan diambil

memiliki sifat yang berbeda-beda dengan sampel lainnya, begitupula

dengan waktu pengambilannya, alat yang digunakan pada saat

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

pengambilan serta cara pengolahannya setelah masa pengumpulan telah

dilakukan.

Pertama-tama yang harus dilakukan yaitu, memetik sampel

berdasarkan karakteristiknya yaitu sampel yang akan diambil

perlakuannya berbeda pada setiap bagian tanaman yang akan diambil.

Setelah dipetik kemudian dilakukan sortasi basah (pencucian dengan air).

Hal ini bertujuan untuk membersihkan sampel dari benda-benda asing

seperti lumpur, tanah dan batu serta untuk membuang bagian sampel

yang rusak atau tidak dikehendaki. kemudian dilakukan proses

pengeringan dengan cara mengangin–anginkan dengan tidak terkena

sinar matahari langsung, dikhawatirkan jangan sampai ada zat yang

terkandung dalam sampel yang dapat terurai dan dapat mempengaruhi

kestabilan senyawa aktifnya oleh sinar matahari. Tujuan dilakukannya

pengeringan untuk menghilangan molekul-molekul air, ini dilakukan

karena air merupakan medium yang mudah ditumbuhi mikroba atau

jamur.

Selanjutnya dilakukan sortasi kering untuk memisahkan komponen

lain setelah proses pengeringan sehingga simplisia yang diperoleh benar-

benar murni, dan dibuatlah rajangan. Pada proses ekstraksi, sampel

dipotong-potong kecil, maksudnya yaitu sampel digunting hingga ukuran

kecil atau sesuai dengan standar rajangan yaitu dengan derajat halus

4/18, setelah itu kemudian ditimbang sebanyak yang diinginkan, sampel

diangin-anginkan hingga diperoleh susut pengeringan 10 %, tujuannya

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

agar kadar air yang demikian ini diharapkan dapat menghentikan proses

enzimatis yang memungkinkan dapat merusak zat aktif simplisia selain itu

juga dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada

simplisia dan juga untuk mendapatkan hasil pemisahan yang sempurna

pada proses ekstraksi.

Pengeringan harus dilakukan dalam keadaan yang terawasi untuk

mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus

dikeringkan secepat-cepatnya tanpa menggunakan suhu yang tinggi, lebih

baik dengan aliran udara yang baik. Proses pengeringan ini berlangsung

selama kurang lebih 2 minggu. Setelah sampel benar-benar kering maka

dilakukan sortasi kering yang bertujuan untuk membersihkan sampel dari

bagian-bagian lain yang tidak diperlukan untuk selanjutnya benar-benar

siap untuk diekstraksi. Kemudian dilakukan penimbangan kering, dan

sampel siap untuk diekstraksi. Sampel yang siap untuk diekstraksi

disimpan pada suhu kamar dalam wadah kering dan terlindung dari

cahaya matahari.

Disaat penimbangan sampel diperoleh bobot sampel untuk daun

jambu biji (Psidium guajava Linn) dengan berat awal (berat basah) yaitu

1000 gram dan berat akhir (berat kering) yaitu 600 gram. Sehingga %

susut pengeringan pada sampel Daun jambu biji yaitu 40 %. Setelah

dilakukan lagi susut pengeringan untuk mencapai standar sampel harus

10 % atau kurang dari 10 %. Dalam hal ini kadar sampel (Psidium guajava

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Linn) telah mencapai standar yaitu kurang dari 10 % dengan sisa kadar air

yang belum hilang adalah 10%.

Kemudian dilakukan uji pendahuluan berupa uji organoleptik

meliputi bentuk, warna dan rasa tanaman serta uji identifikasi apakah

sampel yang diperoleh mengandung senyawa kimia atau tidak. Dimana

hasil yang diperoleh yaitu pada uji pendahuluan bahwa sampel Daun

jambu biji (Psidium guajava Linn) mengandung senyawa tanin (katekol)

dan flavanoid yang masuk dalam golongan metabolit sekunder.

Pada Percobaan uji pendahuluan ini dilakukan pengujian terhadap

tanin, dioksiantrakinon, alkaloid, saponin, steroid dan yang terakhir

flavanoid.

Pada pengujiian tanin, sampel dihaluskan untuk menghancurkan

dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolit

sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sampel

dibasahi dengan larutan FeCl3  1 N dimana menghasilkan warna hijau

pada reaksi identifikasi katekol. Jadi dapat disimpulkan bahwa daun daun

jambu biji positif mengandung tanin katekol. Sedangkan untuk tanin

pirogalotanin setelah sampel ditambahkan dengan FeCl31 N

menghasilkan warna hijau kehitaman hal ini menunjukan bahwa daun

daun jambu biji tidak mengandung pirogalotanin.

Pengujian dioksiantrakinon, sampel yang sudah dihaluskan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH 10% P b/v

dalam etanol 95% P. Dimana hasil yang didapatkan adalah warna coklat.

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Hal ini menandakan bahwa daun daun jambu biji tidak mengandung

senyawa dioksiantrakinon karena warna yang dihasilkan apabila positif

dioksiantrakinon adalah warna merah.

Pada pengujian alkaloid, sampel ditambahkan 9 ml aquadest

ditambahkan 1 ml HCl dipanskan lalu didinginkan saring dengan filtrate

ditambahkan pada 3 gelas arloji ditambahkan pada tabung reaksi

pertama ditambahkan pereaksi mayer. Dimana hasil yang didapatkan

yaitu terdapat endapan kuning Sedangkan pada tabung reaksi kedua

ditambahkan pereaksi bouchardat. Dan hasil yang didapatkan terdapat

endapan coklat. Sedangkan pada tabung reaksi ketiga ditambahkan

pereaksi dragendrof. Dan hasil yang didapatkan yaitu terdapat endapan

jingga. Hal ini menunjukan bahwa daun Daun jambu biji mengandung

alkaloid.

Pada pengujian saponin, yaitu pertama-tama disiapkan satu tabung

reaksi, kemudian di dalam tabung reaksi tersebut ditambahkan serbuk

daun jambu biji. Setelah itu, ditambahkan 10 ml air panas, kemudian

didinginkan. Kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik, dimana setelah

dikocok terdapat buih tinggi 1-10 cm. Kemudian setelah ditambahkan 1

tetes asam klorida 2 N, buihnya ada, berarti dapat disimpulkan bahwa

daun daun jambu biji mengandung saponin.

Pada pengujian flavanoid ini, serbuk ditambahkan dengan FeCl3

kemudian ditambahkan HCl P dimana hasil yang didapatkan berwarna

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

kuning kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa daun jambu biji tidak

mengandung flavonoid. Jika apabila warnanya merah berarti

mengandung flavonoid.

Pada pengujian steroid, serbuk ditambahkan dengan etanol

kemudian dipanaskan selama 15 menit, disaring, difiltrat kemudian

diuapkan sampai kering. Kemudian ditambahkan eter lalu tambahkan

sedikit suspensi air, lapisan eter dipisahkan kemudian ditetesi pereaksi

lieberman-bauchardt dimana hasil yang didapatkan berwarna merah bata.

Hal ini menunjukkan bahwa daun jambu biji tidak mengandung steroid.

Jika apabila warnanya merah jambu akan mengandung steroid.

Berdasarkan hasil percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa

daun jambu biji mengandung tanin terhadapap ketekol, alkoloid dan

saponin.

Tanin adalah senyawa kompleks yang terbentuk dari campuran

polifenol yang sulit dipisahkan karena tidak mengkristal. Umumnya

dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi, hamper setiap suku dan jenis dari

tanaman mengandung tannin. Tannin biasanya terdapat pada bagian

tertentu dari tanaman, seperti daun, buah, batang dan kulit kayu. Sifat

kimia dari tannin salah satunya adalah jika dilarutkan dengan larutan

FeCI3 berwarna biru tua atau hitam kehijauan. Manfaat tannin adalah

sebagai adstrigen, antiseptic, pengawet, sebagai reagensia untuk

mendeteksi gelatin, protein dan alkaloid, sebagai adidotum pada

keracunan dan pengobatan luka bakar.

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan kandungan kimia yag

terdapat dalam daun jambu biji yang dapat menyembuhkan peristaltik,

luka bakar dan lain sebagainya.

Alkaloid adalah senyawa organik yang bersifat basa lemah yang

memiliki gugus nitrogen yang terikat dengan cincin heterosiklin dan

biasanya memiliki efek farmakologi. Fungsinya sebagai racun, hasil akhir

dari reaksi detoksifikasi, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan

sebagai cadangan makanan.

Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai

struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan

koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Glikosida saponin bisa

berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.

Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan

menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput

lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat

reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak

diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan

menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu

senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat

dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau

beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Dalam percobaan ada beberapa faktor kesalahan yang dapat

menyebabkan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yaitu

antara lain sebagai berikut:

1. Pipet tetes yang digunakan sudah tidak baik,

2. Kurang sterilnya alat yang digunakan,

3. Kurangnya mutu terhadap bahan-bahan yang digunakan.

4. Kurangnya ketelitian dalam melihat perubahan warna yang terjadi.

5. Kontaminasi dari mikrootaganisme atau timbulnya jamur di sampel

simplisia.

BAB VI

VI.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan uji pendahuluaan dapat disimpulkan bahwa:

Pada uji pendahuluan

1. Daun jambu biji positif mengandung senyawa tanin terhadap

ketekol, alkaloid dan saponin yang sesuai dengan literatur.

2. Pada penimbangan sampel diperoleh bobot sampel untuk daun

jambu biji dengan berat awal (berat basah) yaitu 1000gram dan

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

berat akhir (berat kering) yaitu 600 gram. Sehingga susut

pengeringan pada sampel daun jambu biji yaitu 40 %.

VI.2 Saran

Sebaiknya alat dan bahan dilengkapi agar pengujian identifikasi

dapat berjalan sesuai prosedur penuntun yang ada.

.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013. Penunutun dan Buku Kerja Praktikum Fitokmia I.Laboratorium Bahan Alam Fakultas Farmasi.Makassar

Djamal, R. 1988.  Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fessenden, R.J & J. S. Fessenden. 1986. Kimia Organik. diterjemahkan oleh A.H.Pudjaatmaka. Erlangga : Jakarta.

Harborne, J.B., 1984. Phitochemical Method. Chapman and Hall ltd. London.

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Skrining Fitokimia

Judoamidjojo M., Darwis A.A., Gumbira E., 1990. Teknologi Fermentasi.  IPB. Bogor.

K.Heyne.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi III. Yayasan sarana Warna Jaya. Departemen Kesehatan RI.Jakarta.

Markham, K.R. 1982. Cara Mengidentifikasi Falvanoid . Alih Bahasa : Kosasih Padmawinata. ITB : Bandung.

Moelyono, M.W. 1996. Panduan Praktikum Analisis Fitokimia. Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Putra, S. A. 2005. Bahan Alam, Ujung Tombak Riset Kimia.  Indonesia

Robinson, T. 1991. The Organic Constituen of HigherPlants. 6th Edition. Department of Biochemistry. University of Massachusetts

Sabirin, M., Hardjono S., dan Respati S. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik II. UGM : Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G., (1989), Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wilcox, M. F. & C. F. Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. SecondEdition. Perntice Hall. New Jersey

Skema kerja

- tanin terhadap katekol - tanin terhadap pirogalotanin

- Dioksiantrakinon

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

sampel

FeCI3

Hijau

sampel

biru

FeCI3

Skrining Fitokimia

- Alkaloid

- steroid

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

Serbuk (tabung rex)

Ditetesi KOH 10 %

merah

HCI 0,5 N

Pereaksi bouchardat Pereaksi drangedrofPereaksi mayer

Endapan kuning Endapan coklat Endapan jingga

Serbuk + etanol

Di panaskan 15 menit

Disaring, filtrat (kering)

Ditambahkan eter

Skrining Fitokimia

- saponin - flavanoid

Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266

serbuk

+ sedikit air

Dipisahkan, di tetesi pereaksi lieberman-Burchard

Merah jambu

Serbuk (tabung rex)

+ 10 ml air panas, didinginkan

Kocok slma 10 detik (buih)

Ditetesi HCI 2 N Buih = hilang merah

+ FeCI3dan HCI