APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT …fe-akuntansi.unila.ac.id/download/Jurnal Publikasi Ine...
Transcript of APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT …fe-akuntansi.unila.ac.id/download/Jurnal Publikasi Ine...
APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI
PERILAKU MANAJEMEN LABA ?
Ine Noviana /NPM: 0911031052/081804657845/ [email protected]
Pembimbing I: Susi Sarumpaet, Ph.D., Akt.
Pembimbing II: Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt.
ABSTRACT
This study aims to examine corporate governance on earnings management.
Independent variables in this study is the corporate governance structure that is the
size of board directors, board of independent commissioners, reputation of auditors,
audit committee, and company size. Dependent variable in this study were measured
by earnings management using discretionary accruals.
The sample in this study were manufacturing companies listed in IDX
(Indonesia Stock Exchange) in the period 2009-2011. Methods of data collection
using purposive sampling techniques to produce 123 samples of manufacturing firms.
This study uses multiple linear regression for data analysis.
The results showed that the size of the board of directors, audit committee and
company size significantly effect on earnings management. While the independent
commissioners and auditor reputation no significant influence earning management.
Measurement of the size of the board of directors by adding up all the existing board
of directors in the sample company, the board of commissioners of independent
measurements using the proportion of the number of commissioners who come from
outside the company divided by the total board of commissioners, auditor reputation
measurement by using a dummy variable if included in the KAP (Public Accountant
Office) Big 4 then it was coded 1 if not included in the KAP Big 4 are coded 0,
measurements of the audit committee member sample, and measurement of company
size variable by using the natural log of total asset.
Keywords : corporate governance, earnings management, size of board directors,
board of independent commissioners, reputation of auditors, audit
committee, and company size.
PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah penerapan corporate
governance dapat meminimalisasi perilaku manajemen laba. Isu mengenai corporate
governance (CG) atau tata kelola perusahaan telah menjadi salah satu elemen penting
perusahaan dalam mewujudkan tujuan perusahaan (corporate goals). Perkembangan
ini muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi (corporate failures)
sebagai akibat dari buruknya tata kelola perusahaan.
Boediono (2005) adalah salah satu penelitian yang menyatakan pada tahun 2001
terungkap skandal keuangan di perusahaan publik PT Lippo Tbk dan PT Kimia
Farma Tbk yang terdeteksi melakukan manipulasi laporan keuangan. Surat
pernyataan yang diterbitkan oleh BAPEPAM pada 8 Nopember 2004 menyatakan
bahwa PT. Indofarma melakukan praktik earning management dengan menyajikan
overstated laba bersih sebagai dampak dari penilaian persediaan barang dalam proses
yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga pokok penjualan tahun
tersebut understated. Andika (2012) menyatakan pada tahun 2009 terungkap kasus
PT Katarina Utama Tbk (RINA) dilaporkan oleh para pemegang saham, karena telah
terjadi penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh manajemen RINA. Kasus
tersebut akhirnya dilimpahkan oleh BEI kepada BAPEPAM untuk ditindak lanjuti.
Penelitian Alijoyo et al (2004) merupakan salah satu penelitian yang menunjukkan
lemahnya praktik corporate governance di Indonesia mengarah pada defisiensi
pembuatan keputusan dalam perusahaan dan tindakan perusahaan. Semakin baik
penerapan corporate governance maka diharapkan akan mengurangi praktik
manajemen laba sehingga laporan keuangan semakin bisa dipercaya.
Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani Letter of Intent
(LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya
adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan (corporate
governance). Salah satu penyebab kondisi ini adalah kurangnya penerapan corporate
governance. Pemerintah membentuk sebuah Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) yang didirikan pada tanggal 30 November 2004 berdasarkan keputusan
Menko Perekonomian nomor KEP/49/M.EKON/11/2004 merupakan suatu badan
bentukan pemerintah yang bertujuan untuk mendorong penerapan tata kelola
perusahaan (GCG) dalam sector korporasi di Indonesia.
Tindakan manajemen laba yang kurang baik dapat mengurangi kepercayaan investor,
sehingga mereka melakukan penarikan dana atau investasi secara bersama-sama yang
dapat mengakibatkan rush. Sehingga perlu suatu mekanisme untuk meminimalkan
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia, yang merupakan pengembangan dari penelitian Edgina (2008)
dengan memodifikasi hipotesis dan sampel penelitian. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji penerapan corporate governance dapat meminimalisasi manajemen
laba. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka judul penelitian ini yaitu
“Apakah Corporate Governance Dapat Meminimalisasi Perilaku Manajemen
Laba?”
LANDASAN TEORI
Agency Theory
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa suatu hubungan antara manajer
(agent) dengan investor (principal) disebut hubungan keagenan. Adanya perbedaan
kepentingan sehingga menimbulkan konflik antara manajer (agent) dengan investor
(principal) memicu timbulnya biaya keagenan (agency cost). Pada dasarnya agent
dan principal memiliki kepentingan yang berbeda, oleh karena itu akan menimbulkan
konflik yang potensial. Konflik kepentingan tersebut terjadi karena adanya
pemisahaan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.
Dengan perbedaan kepentingan, pihak principal tidak dapat memonitor aktivitas
agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja sesuai dengan keinginan
para pemegang saham. Sedangkan agent sendiri memiliki lebih banyak informasi
penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
keseluruhan.
Political Theory
Aspek politik meruapakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perusahaan,
khususnya perusahaan besar yang kegiatannya melibatkan hajat hidup orang banyak.
Perusahaan cenderung akan menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya
sehingga mendapat kemudahan dari pemerintah. Semakin besar perusahaan, semakin
besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang
menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan
segera mengambil tindakan.
Asimetri Informasi
Laporan keuangan digunakan oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang sebenarnya
paling berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal
(pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat). Asimetri informasi muncul
ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Manajemen Laba
Definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu :
1. Definisi Sempit.
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals
dalam menentukan besarnya laba.
2. Definisi Luas.
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha di mana
manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)
profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. (Sugiri,1998)
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses
pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat
(sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan
General Addopted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan
laba yang dilaporkan.
Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Salah satu penelitian yang mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen laba adalah penelitian milik Sugiri (1998) yaitu:
1. Hipotesis Bonus Plan.
Bahwa pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan
metode akuntansi yang akan meningkatkan income.
2. The debt covenant hypothesis
Perusahaan yang semakin mendekati pelanggaran debt covenant (perjanjian
kontrak hutang) cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang
menggeser reported earnings dari future periods ke current period
(menaikkan laba yang dilaporkan sekarang), ceteris paribus.
3. Political Cost Hypothesis
Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
mengurangi laba periodik dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai aturan yang kurang
menguntungkan bagi perusahaan.
Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat
dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
1. Kebijakan Akuntansi.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib
diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih
awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya
kebijakan tersebut.
2. Pendapatan.
Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
3. Biaya
Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu
tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).
Motivasi Manajemen Laba
Scott (2008:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba,
yaitu:
1. Bonus Purposes
2. Political Motivation
3. Taxation Motivation
4. Pergantian CEO
5. Initial Public Offering ( IPO)
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Corporate Governance
Tata kelola perusahaan adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan
mengelola kegiatan perusahaan. Sistem tersebut mempunyai pengaruh besar dalam
menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya mencapai sasaran tersebut.
Keputusan Menteri BUMN : KEP-117/MBU/2002 tentang Praktek Good Corporate
Governance pada BUMN, dimana BUMN diwajibkan untuk menerapkan tata kelola
perusahaan secara konsisten dan atau menjadikan tata kelola perusahaan sebagai
landasan operasionalnya.
Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik ini antara lain :
1. Akuntabilitas (Accountability)
2. Pertanggung Jawaban (Responsibility)
3. Keterbukaan (Transparancy)
4. Kewajaran (Fairness)
5. Kemandirian (Independency)
Mekanisme good corporate governance memiliki beberapa indikator yang berupa
komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan
kepemilikan institusional.
1. Dewan Direksi
Jensen & Meckling (1997) mengungkapkan dengan adanya pemisahan peran antara
pemegang saham sebagai prinsipal dengan manajer sebagai agennya, maka manajer
pada akhirnya memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam hal pengalokasian
dana investor. Menurut Machfoedz (2003) Dewan direksi memiliki peran penting
dalam perusahaan yaitu untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan baik dalam
jangka pendek maupun panjang.
2. Dewan Komisaris Independen
Berdasarkan keputusan Direksi BEJ (sekarang BEI) nomor: KEP-399/BEJ/07-2001
(dalam Nurmala et. al. 2007) yaitu Pencatatan Efek Nomor I-A, komisaris
independen bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan dan Proporsi komisaris
independen sangat diperhitungkan. Seperti pada ketentuan di Pasar Modal dalam
Surat Direksi PT. Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) nomor: KEP-399/BEJ/07-2001
tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa poin C mengatur
hal-hal mengenai Komisaris Independen, Komite Audit, dan Sekretaris Perusahaan,
yang menjelaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance). Perusahaan tercatat wajib memiliki
Komisaris Independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan
jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota
komisaris (Emirzon, 2007) tindakan direksi, dan memberikan nasihat kepada direksi
jika diperlukan. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat
bertindak secara independen.
3. Komite Audit
Pengertian komite audit dalam Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-
29/PM/2004, tertanggal 24 September 2004 pada Peraturan nomor IX.I.5 tentang
Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya.
Keberadaan komite audit pada saat ini telah diterima sebagai suatu bagian dari
organisasi perusahaan (Corporate Governance). Komite audit merupakan komponen
baru dalam sistem pengendalian perusahaan, selain itu komite audit dianggap sebagai
penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen
dalam menangani masalah pengendalian.
4. Ukuran Auditor
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang
terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar
untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Peran auditor diharapkan
dapat membatasi praktek manajemen laba serta membantu menjaga dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap
laporan keuangan. Sehingga reputasi auditor merupakan variabel penting yang
mempengaruhi manajemen laba.
5. Ukuran Perusahaan
Mengukur ukuran perusahaan terdapat pada beberapa proksi yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam pengukuran perusahaan antara lain jumlah karyawan, total aset,
jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar aset maka semakin banyak
modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semkain banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula dikenal dalam
masyarakat.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan agency theory terdapat perbedaan kepentingan oleh principal dan agent
masing-masing pihak ingin mencapai tujuannya. Agent memiliki kepentingan
memaksimalkan bonus dari kinerjanya, sehingga untuk mencapai hal tersebut agent
berusaha memberikan laporan terbaik dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
terkadang dapat memanipulasi laporan keuangan. Dengan adanya manipulasi laporan
keuangan maka investor akan mendapatkan informasi yang salah. Sedangkan
principal berkepentingan terhadap tingkat pengembalian keuntungan yang tinggi atas
dana yang telah diinvestasikan. Dengan adanya perbedaan kepentingan tersebut maka
terjadi konflik antara agent dan principal. Corporate governance merupakan salah
satu bentuk pengendalian terhadap adanya konflik kepentingan. Penerapan corporate
governance diharapkan mampu mengkontrol perilaku agent dan principal dalam
mencapai kepentingannya dengan cara yang tepat. Hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
H1: Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
H2: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
H3: Ukuran auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
H4: Proporsi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Metode Penelitian
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011. Perusahaan manufaktur dipilih dengan
tujuan untuk menghilangkan bias yang disebabkan oleh perbandingan industri.
Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling,
yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria dan karakteristik tertentu. Sampel
penelitian ini diambil dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2011.
Kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. Perusahaan
manufaktur dipilih karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan
perusahaan lainnya.
2. Perusahaan memiliki data lengkap mengenai dewan direksi, dewan komisaris
independen, reputasi auditor, komite audit, dan ukuran perusahaan, serta data
yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba.
3. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31
Desember 2009-2011, dipilih untuk mencari konsintensi keberadaan komite audit
dalam perusahaan setelah diterbitkan Peraturan No. IX.I.5 Lampiran Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. KEP-29/PM/2004
tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit.
Pemilihan sampel penelitian ini terdapat 41 perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia. Tabel 3.1 menjelaskan klasifikasi dan jumlah
perusahaan yang sesuai kriteria sampel.
Tabel 3.1 Teknik Pengambilan Sampel
No Klasifikasi Jenis Industri Jumlah
1. Semen 2
2. Keramik Porselen dan Kaca 4
3. Logam dan sejenisnya 4
4. Plastik dan Kemasan 5
5. Pulp dan Kertas 3
6. Kayu dan sejenisnya 1
7. Kimia 3
8. Otomotif 2
9. Kabel 1
10. Makanan dan Minuman 8
11. Rokok 2
12. Farmasi 4
13. Peralatan Rumah Tangga 1
Jumlah 41
Sumber : Data sekunder yang diolah tahun (2013)
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, yaitu
sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.
Sumber data diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia, IDX statistik 2009-2011.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen
Penelitian ini memiliki variabel dependen yaitu manajemen laba. Manajemen laba
diukur dengan discretionary accrual berdasarkan modified Jones (1991) yang
mengatakan total akrual terdiri dari akrual non diskresioner dan diskresioner. Dalam
penelitian ini earnings management menggunakan proksi discretionary accrual.
Discretionary Accrual (DA) diukur dengan menggunakan Modified Jones Model
(Dechow et al,1995).
TAC = Nit – CFOit
Nilai Total Accrual (TAC) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary
Least Square) sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e
Menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat
dihitung dengan rumus:
NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1– ΔRect/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1)
Selanjutnya DA dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAit/Ait-1 – NDAit
Keterangan:
DAit = Discretionary Accruals perusahaan I pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan I pada periode ke t
TAit = Total Akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error
Dalam penelitian ini, discretionary accrual sebagai proksi atas manajemen laba
diukur dengan menggunakan Modified Jones Model, karena model ini mempunyai
standar error dari hasil regresi estimasi nilai total akrual yang paling kecil
dibandingkan model-model yang lainnya (Dechow et. al, 1995).
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah corporate governance. Dimana akan
diuji apakah peran corporate governance dapat meminimalisasi manajemen laba.
Corporate governance terdiri dari dewan direksi, dewan komisaris independen,
ukuran auditor, komite audit dan ukuran perusahaan.
1. Dewan Direksi
Dewan direksi adalah ukuran (jumlah) dewan direksi pada perusahaan dimana dewan
direksi merupakan orang yang ditunjuk untuk memimpin dan menentukan kebijakan
suatu perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur dewan direksi adalah
jumlah seluruh dewan direksi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Ukuran dewan direksi dapat dilihat
dalam annual report perusahaan sampel.
2. Dewan Komisaris Independen
Ukuran dewan komisaris independen dalam penelitian ini menggunakan proporsi
dewan komisaris independen dibandingkan dengan jumlah total dewan komisaris. Jika
dalam laporan keuangan tidak dicantumkan berapa jumlah anggota dewan komisaris
independen, maka diasumsikan perusahaan tersebut memiliki komisaris independen
sebanyak 1 orang, karena di dalam undang-undang perseroan terbatas No. 40 tahun
2007 mewajibkan semua perusahaan untuk memiliki dewan komisaris independen.
Pengukuran dewan komisaris dengan cara menjumlah semua anggota dewan
komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan dibagi dengan total dewan
komisaris pada perusahaan sampel.
3. Ukuran Auditor
Ukuran auditor diproksikan sebagai KAP yang berafiliasi dengan Big 4 Auditors.
Variabel ini adalah variabel dummy dimana jika KAP termasuk dalam Big 4 Auditors
diberi kode 1 dan jika tidak termasuk dalam Big 4 maka diberi kode 0.
Auditor yang masuk dalam keempat KAP tersebut dianggap berukuran besar karena
memiliki jumlah klien terbanyak. Kantor akuntan publik yang termasuk dalam big 4
adalah :
1. Sidharta & Sidharta berafiliasi dengan KPMG
2. Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernest and Young
3. Osman Ramli Satrio yang berafiliasi dengan Deloitte Touche & Tohmatsu
4. Haryanto Sahari & rekan yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers
4. Komite Audit
Keberadaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang
diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite,
sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang
memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. Proporsi komite audit
independen diukur dengan presentase antara jumlah anggota komite audit independen
terhadap jumlah total komite audit.
5. Ukuran Perusahaan
Secara matematis ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Ln of total assets
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data
yang akurat dan relevan sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas. Metode
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Tinjauan Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk mempelajari lebih dalam konsep dan teori
yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga mendapatkan
landasan teori yang memadai untuk melakukan penelitian.
2. Mengakses web dan situs terkait
Metode ini digunakan untuk mencari dan melengkapi data-data yng
dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai sumber informasi, antara lain :
IDX, Bursa Efek Indonesia.
Data yang terkumpul kemudian akan dilanjutkan dengan pencatatan , perekapan dan
penghitungan sehingga mendapatkan hasil penelitian.
Alat Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi
berganda (multiple linear regression). Penelitian ini menggunakan Ordinary Least
Square (OLS), yaitu mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan
jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut untuk
mengukur kekuatan dan menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen.
Analisis Regresi Berganda
Metode yang digunakan penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple
regression analysis). Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis -
hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
DA = α+β1DD +β2DKT +β3UA +β4UKA +β5UP +e
Keterangan :
DA = discretionary accruals (proksi dari manajemen laba)
α = konstanta
β1,2,3,4,5 = koefisien regresi
DD = dewan direksi
DKT = dewan komisaris independen total
UA = ukuran auditor
UKA = ukuran komite audit
UP = ukuran perusahaan
e = koefisien eror
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data (titik) pada
normal P plot of regression standardized residual variabel independen, dimana:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas;
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau
mendekati normal.
Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolonieritas. Deteksi terhadap
ada tidaknya multikolonieritas yaitu (a) Nilai R square (R2) yang dihasilkan oleh
suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak
terikat, (b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variable independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,09), maka
merupakan indikasi adanya multikolonieritas, (c) Melihat nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah
multikolonieritas apabila mempunyai nilai toleransi kurang dari 0,1 dan nilai VIF
lebih dari 10 (Ghozali, 2006).
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya (t-1).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada
beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatter
plot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID), uji Gletjer, uji Park,
dan uji White.
Uji Hipotesis
Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji signifikasi koefisien regresi secara keseluruhan dan
pengaruh variabel bebas secara bersama-sama.
a. Apabila F hitung < F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya tidak ada
pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.
b. Apabila F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada
pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Uji
F dapat dilakukan hanya dengan melihat nilai signifikansi F yang terdapat
pada output hasil analisis regresi yang menggunakan versi 17.0. jika angka
signifikansi F lebih kecil dari α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat
secara simultan.
Uji T
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara linier antara variabel
bebas dan variabel terikat.
a. Jika t hitung < t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha, artinya tidak ada
pengaruh antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
b. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha, artinya ada pengaruh
antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Uji t dapat
dilakukan hanya dengan melihat nilai signifikansi t masing-masing variabel yang
terdapat pada output hasil analisis regresi yang menggunakan versi 17.0. jika
angka signifikansi t lebih kecil dari α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variable bebas terhadap variabel terikat.
Uji Statistik
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien ini dinyatakan dalam %, yang menyatakan kontribusi regresi, secara fisik
adalah akibat prediktor, terhadap variasi total variabel respon, yaitu Y. Makin besar
nilai R2, makin besar pula kontribusi atau peranan prediktor terhadap variasi respon.
Biasanya model regresi dengan nilai R2 sebesar 70% atau lebih dianggap cukup baik,
meskipun tidak selalu.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Statistik Deskriptif Sampel
Sumber: data sekunder yang diolah (2013)
Ukuran Auditor
Berdasarkan analisis frekuensi ukuran auditor perusahaan manufaktur sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Sampel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Discretionary Accruals 123 -0,9985 0,5440 0,334519 0,2869926
Dewan Direksi 123 2 11 4.829 2.0792
Dewan Komisaris Independen 123 0.1 0.8 0.379 0.1230
Ukuran Komite Audit 123 0.3 0.5 0.334 0.0354
Ukuran Perusahaan 123 18.7758 32.1190 27.176847 2.1233982
Tabel 4.2 Frekuensi Ukuran Auditor Big Four dan Non Big Four
Ukuran Auditor Frekuensi Persentase
Big Four 51 41%
Non Big Four 72 59%
Total 123 100%
Sumber : Data Sekunder yang diolah (2013)
Tabel 4.2 menjelaskan frekuensi perusahaan manufaktur yang diaudit menggunakan
audit dengan ukuran klien non big four sebesar 59% lebih dominan daripada
perusahaan manufaktur yang menggunakan auditor dengan ukuran klien big four
sebesar 41% dari jumlah perusahaan manufaktur yang diamati. Hal tersebut
menggambarkan bahwa saat ini perusahaan tidak mengutamakan ukuran auditor,
sehingga lebih banyak perusahaan sampel yang tidak menggunakan auditor yang
berafiliasi dengan KAP big four.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Tabel 4.3 adalah uji normalitas menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Tabel 4.3 Uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov
Variabel Dependen Kolmogorov-
Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-
tailed)
Kondisi
Discretionary
Accruals
0.872 0.433 Asymp. Sig. > α
Sumber : data sekunder yang diolah (2013)
Berdasarkan tabel diatas Asymp. Sig. (2-tailed) memiliki nilai lebih dari 0.05
sehingga penelitian ini memenuhi asumsi uji normalitas data .
Uji Multikolonieritas
Tabel 4.4 Uji Multikolonieritas
Model Tolerance VIF Hasil
Dewan Direksi 0.564 1.773 Tidak terjadi multikolonieritas
Dewan Komisaris Independen 0.849 1.177 Tidak terjadi multikolonieritas
Ukuran Auditor 0.701 1.427 Tidak terjadi multikolonieritas
Ukuran Komite Audit 0.914 1.094 Tidak terjadi multikolonieritas
Ukuran Perusahaan 0.791 1.265 Tidak terjadi multikolonieritas
Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)
Jika suatu penelitian terjadi multikolonieritas adalah apabila memiliki nilai tolerance
lebih dari sama dengan 0.10 atau sama dengan nilai VIF kurang dari sama dengan 10.
Uji Autokorelasi
Tabel 4.5 Uji Durbin-Watson (DW Test)
Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi
(nonautokorelasi).
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.6 Uji Glejser
Variabel
Dependen
Sig Alpha Kondisi Kesimpulan
Dewan Direksi 0.998 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistas
Dewan Komisaris Independen 0.834 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistas
Ukuran Auditor 0.990 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistas
Ukuran Komite Audit 0.346 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistas
Ukuran Perusahaan 0.068 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistas
Sumber : data sekunder yang diolah (2013)
Berdasarkan tabel 4.6 variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji Nilai DW dU 4-dU Keputusan
Durbin Watson 2.061 1.802 2.198 Tidak terjadi autokolerasi
Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.7 Uji Determinasi
Variabel Dependen Adjusted
R Square
Std. Error of the Estimate
Discretionary
Accruals .081 0.2751491
Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)
Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai adjusted R square
sebesar 0,081 yang dapat dimaknai bahwa 8.1% variasi earning management bisa
dijelaskan oleh dewan direksi, dewan komisaris independen, ukuran auditor, komite
audit dan ukuran perusahaan, sedangkan sisanya sebesar 91,9% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Persamaan Regresi
Tabel 4.8
Model Beta
Dewan Direksi 0.286
Dewan Komisaris Independen 0.065
Ukuran Auditor -0.078
Ukuran Komite Audit 0.225
Ukuran Perusahaan -0.251
Sumber : data sekunder diolah (2013)
Berdasarkan hasil pengujian regresi di atas diketahui dapat dibentuk sebuah
persamaan sebagai berikut:
DA = 0.286 DD +0.065 DKT – 0.078 UA + 0.225 UKA – 0.251 UP
Pengujian Hipotesis
Uji F
Tabel 4.9 Uji F
Sumber : data sekunder diolah (2013)
Berdasarkan tabel 4.8 diatas diperoleh nilai F hitung sebesar 3.146 dengan tingkat
signifikan 0.011, hal ini mengindikasikan bahwa variabel independen dapat menjadi
penjelas variabel dependen.
Uji T
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel 4.10 Uji t
Model Sig. t B Hasil
Dewan Direksi 0.015 2.472 0.286 Signifikan
Dewan Komisaris Independen 0.489 0.695 0.065 Tidak Signifikan
Ukuran Auditor 0.452 -0.754 -0.078 Tidak Signifikan
Ukuran Komite Audit 0.015 2.476 0.225 Signifikan
Ukuran Perusahaan 0.012 -2.568 -0.251 Signifikan
Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)
Penelitian ini memiliki 5 hipotesis yang diajukan untuk meneliti apakah corporate
governance dapat meminimalisasi manajemen laba perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Dalam tabel 4.10, nilai signifikansi uji t diwakili oleh dengan
kolom sig. Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05 (5%), hasil pengujian untuk
setiap hipotesis adalah sebagai berikut:
Variabel Dependen Variabel Independen F hitung F tabel Sig
Discretionary
Accruals
Dewan Direksi
Dewan Komisaris Independen
Ukuran Auditor
Ukuran Komite Audit Ukuran
Perusahaan
3.146 2.290 0.011
Hipotesis pertama (H1) adalah komposisi dewan direksi berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B)
sebesar 0.286 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,015 (p < 0,05), maka variabel
dewan direksi berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba yang
berarti H1 diterima.
Hipotesis kedua (H2) adalah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian diperoleh angka koefisien
regresi (B) sebesar 0.065 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.489 (p > 0,05), maka
variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif secara tidak
signifikan terhadap manajemen laba yang berarti H2 tidak terdukung.
Hipotesis ketiga (H3) adalah ukuran auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar -
0.078 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.452 (p > 0,05), maka variabel ukuran
auditor berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap manajemen laba yang
berarti H3 tidak terdukung.
Hipotesis keempat (H4) adalah ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Dari hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar
0.225 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.015 (p < 0,05), maka variabel ukuran
komite audit berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba yang
berarti H4 tidak terdukung.
Hipotesis kelima (H5) adalah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Dari hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar -
0.251 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.012 (p > 0,05), maka variabel ukuran
perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba yang
berarti H5 diterima
Penelitian dikatakan signifikan apabila nilai signifikansi di bawah 5% atau α=0,05.
Berdasarkan tabel 4.10 hasil penelitian memiliki tiga variabel yang signifikan yaitu
proporsi dewan direksi, ukuran komite audit dan ukuran perusahaan. Ketiga variabel
tersebut berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui apakah
corporate governance dapat meminimalisasi manajemen laba. Corporate governance
meliputi dewan direksi, dewan komisaris independen, ukuran auditor, komite audit
dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukan dua variabel memiliki nilai yang
signifikan yaitu dewan direksi dan ukuran perusahaan. Sedangkan dewan komisaris
independen, ukuran komite audit dan ukuran auditor tidak berpengaruh signifikan
dalam meminimalisasi perilaku manajemen laba.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dewan direksi berpengaruh signifikan dalam meminimalisasi perilaku
manajemen laba, ditunjukan dengan nilai sig sebesar 0.015 atau kurang dari
α=0.05. Hal tersebut menunjukan semakin banyak proporsi dewan direksi maka
akan semakin efektif pengawasan terhadap perilaku manajemen laba dalam
perusahaan.
2. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku
manajemen laba, hasil penelitian menunjukan nilai signifikansi dewan
komisaris independen sebesar 0.489 lebih besar dari nilai α=0.05
3. Ukuran auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba dengan
nilai 0.452 atau lebih dari α=0.05.
4. Komite audit berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku
manajemen laba. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai sig. sebesar 0.015 atau
kurang dari α=0.05. Hal tersebut menunjukan bahwa ada atau tidaknya komite
audit belum tentu mengurangi perilaku manajemen laba.
5. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dalam meminimalisasi perilaku
manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan nilai signifikansi ukuran
perusahaan adalah 0.012 > α=0.05, yang berarti semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin kecil dorongan perusahaan tersebut untuk melakukan
manajemen laba.
6. Nilai Adjusted R square sebesar 0,081 yang dapat dimaknai bahwa 8.1% variasi
manajemen laba bisa dijelaskan oleh dewan direksi, dewan komisaris
independen, ukuran auditor, komite audit dan ukuran perusahaan.
Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya
yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dalam pengambilan
sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada jenis
perusahaan lain seperti perbankan, BUMN, telekomunikasi atau transportasi .
2. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan manufaktur selama 3 tahun.
Diharapkan penelitian berikutnya mampu melakukan pengamatan yang lebih
panjang dengan jumlah perusahaan yang lebih banyak.
3. Komite audit juga hanya diukur dengan menggunakan proporsi komite audit
independen tanpa memperhatikan pengalaman dan kompetensi anggota.
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan model pengukuran
manajemen laba yang dapat dilakukan dengan menambahkan variabel mediasi atau
moderasi sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat.
Daftar Pustaka
Ahmad,Fadli . 2010 . Pengaruh Mekanisme Corporate Governance , Struktur
Kepemilikan , Komite Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap
Manajemen Laba. Skripsi. Sumatera Barat: Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas. http://repository.unand.ac.id/7751/1/Skripsi.pdf
Alijoyo, Antonius., Elmar Bouma, TB M Nazmudin Sutawinangun, dan M Doddy
Kusadrianto. 2004. Review of Corporate Governance in Asia: Corporate
Governance in Indonesia. Forum for Corporate Governance in Indonesia
Andika,Surgery.2012. Pelanggaran Penggunaan Dana IPO oleh Emiten (Analisis
kasus PT Katarina Utama Tbk. Skripsi, Jakarta. Fakultas Hukum.
Universitas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294581-
S1704-Andika%20Surgery.pdf
Ayres, F. Lucas. 1994. Perception of Earnings Quality: What Managers Need to
Know. Management Accounting. 27–29. http://papers.ssrn.com
Beasley, M. 1996. “An Empirical Analysis of he Relation Between the Board of
Director Composition and Financial Statement Fraud”. Accounting
Review.71(4); Oktober : 443-465.
Bimo. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro. http://undip.ac.id/35281/1/Skripsi_01.pdf
Boediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace
dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.
Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI.
Carcello, Joseph V., Carl W. Hollingsworth, April Klein, and Terry L. Neal. 2006.
Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance
Mechanisms, and Earnings Management. www.ssrn.com.
Chtourou S. Marrakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau. 2001. Corporate
Governance and Earning Managemen. Working Paper.
http://papers.ssrn.com.
Darmawati, D. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu studi
empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 5(1) ; 47-68.
Dechow, P.M. 1995, “Accounting Earnings and Cash Flow as A Measures Of Firm
Perfor-mance: The Role Of Accounting Accrual. Journal Accounting and
Economics, 18(1); 3-42.
Dennis, Diane, & John Mc Connell. 2003. International Corporate Governance,
Journal of Financial & Quantitative Analysis.38:1-36.
Edgina, Antonia. 2011. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi
Dewan Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba. Thesis
Ekonomi Manajemen. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro
Emirzon, Joni. 2007. Regulatory Driven Dalam Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance Pada Perusahaan di Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. 4(8); 96-97.
Fadli, Ahmad. 2010. Analisis Mekanisme Corporate Governance Terhadap Ukuran
Perusahaan. Skripsi Akuntansi. Sumatera Utara : Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas.
Faisal. 2005. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan,dan Mekanisme
Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 8(2), 175-190.
http://lib.ibs.ac.id.
Francis,J.R., & Wang . D . 2008. The Joint Effect of Investor Protect & Big 4 Audits
on Earnings Quality Around The World. Contempory Accounting
Research. 25,157-191
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono, Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah
dan Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE, Edisi 2004/2005
Hettihewa, Samanthala.2003. Corporate Earning Management – A Descriptive
Study, School Of Economics And Finance Working Paper Series
Januarti. Indira. 2007. Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen
Laba. Jurnal UPN Veteran Jakarta.
Jensen, M and Meckling, W, 1976, Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics
48 (3); 305-360.
Jones, J. 1991. Earnings Management during Import Relief Investigations. Journal of
Accounting Research 29; 193-228.
Keputusan Ketua BAPEPAM Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: KEP-134/BL/2006 (2004), nomor : Kep-29/PM/2004.
Keputusan Menko Perekonomian nomor KEP/49/M.EKON/11/2004.
Keputusan Menteri BUMN : KEP-117/MBU/2002 tentang Praktek Good Corporate
Governance.
Klein, A. 2002. Audit Committee, Boeard of Director Characteristic, and Earnings
Management. Retrieved August 25, 2011, dari
http ://www.ssrn.com
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia ,Jakarta: KNKG.
Machfoedz, Mas’ud dan Suranta, Eddy. 2003. Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai
Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi. Simposium Nasional
Akuntansi VI. Surabaya.
Meutia, Intan. 2004. Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP
Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 2 (1); Januari: 37-
52.
Moses, Douglas O. 1997. Income Smooting and Incentives: Empirical Using
Accounting Changes, The Accounting Review. 62(2); April: 259-377.
Murhadi, Werner R. Maret 2009. Studi Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Praktik Earnings Management pada Perusahaan Terdaftar di
PT Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 11(1) ;
1-9. http://puslit2. petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007.
Niemi, Lasse. 2002; Can Small Audit Firms Signal Their Audit Quality?.
Workshop on Auditing and Financial Accounting Research
Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba.
Simposium Nasional Akuntansi XI.
Parulian, S.R. 2004. Analisis Hubungan antara Komite Audit dan Komisaris
Independen dengan Praktek Manajemen Laba: Studi Empiris Perusahaan
di BEJ. Tesis Pasca-sarjana FEUI.
Pfeffer, J. and Davis-Blake, A. 1986. Administrative Succession and Organizational
Performance: How Administrator experience Mediated the Succession
Effect. Academy of Management Journal. 29; 72-83
Purwantini, Titi. 2008. Pengaruh Mekanisme GCG terhadap Nilai Perusahaan dan
Kinerja Perusahaan. Jurnal STIE AUB Surakarta.
Ricky, Oetomo. 2012. Analisa Pengaruh Corporate Governance dan Reputasi
Auditor Terhadap Earning Management Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI (2008-2012). Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Atmajaya.
Santoso, Singgih.2000. Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Scoot, William, R.2008. Financial Accounting Theor. International Edition. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik. Purwokerto:
Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Sugiri, Slamet. 1998. Earning Management : Teori, Modal dan Bukti Empiris. Telaah
Bisnis; 1-8.
Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep 315/ BEJ/06-
2000
Sutojo, Siswanto dan Aldrige. E. John, 2005. Good Corporate Governance PT
Daman Mulia Pustaka, Jakarta.
Ujiyantho, A.M. dan Pramuka, A.B. 2007. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan .Simposium Nasional Akuntansi
X.Makassar.
UU Nomor 40 Tahun 2007. 2007. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.
Veronica N.P Siregar., Sylvia dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Ikatan
Akuntan Indonesia.
Watts, R and Zimmerman. 1986. Towards a Positive Theory of The Determination of
Accounting Standards. The Accounting Review 53, 112-134.
Wedari, L.K., 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan
Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional
Akuntansi VII.
Widowati, Nungki. 2009. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemn
Laba pada Perushaan Manufaktur. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Universitas Diponegoro Semarang.
Widyaningdyah, Agnes. 2001.Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Earning Management Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.
Wulaningrum, Ratna. 2010. Analisis Tindakan Manajemen Laba Sebelum dan
Sesudah Kebijakan Good Corporate Governance Pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi.
Yermack, D. 1996. Higher market valuation of companies with small board of
earnings management and boar characteristics directors, Journal of
Financial Economics. 40: 185-211.
Yulianto, Eko. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dan
Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2007-2008. Skripsi tidak
Diterbitkan. Universitas Malang.
Zhou, Jian dan Randal Elder. 2001. Audit Firm Size, Industry Specialization and
Earnings Management by Initial Public Offering Firms. Unpublished
manuscript, State Unversity of New York, Binghamton, NY