ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG...

85
ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG SISTEM SWADANA MANDIRI DI KELOMPOK TERNAK CEMPAKA KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Skripsi) WERDHI ANGGRAENI JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Transcript of ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG...

Page 1: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN

SAPI POTONG SISTEM SWADANA MANDIRI DI KELOMPOK

TERNAK CEMPAKA KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

WERDHI ANGGRAENI

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Page 2: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

ABSTRACT

The Income and Marketing Analysis of Beef Fatten Cattle Business

with Self Funding System in Cempaka Livestock Group Punggur Subdistrict

Central Lampung Regency

By

Werdhi Anggraeni

This study was aims to analyze the income and marketing channel analysis of beef

fatten cattle business with self funding system in Cempaka Livestock Group

Punggur Subdistrict Central Lampung Regency. This study used a case study

method determined purposively as the consideration that the Cempaka Livestock

Group is a group which partnership program with the non government sector in

the beef fatten cattle business. The data are analyzed by qualitative and

quantitative descriptive analysis. The study results show that the income of the

beef fatten cattle business with self funding system for 6 tails is Rp 68.172.602,19

and for a tail is Rp11.362.100,36. The beef fatten cattle business with self funding

system is profitable as the value of R/C ratio>1(R/C ratio = 1.76). The marketing

of beef fatten cattle business with self funding systems only through one marketing

channel, that is breeder PT GGL wholesalers small traders consumer.

Key words : beef cattle, beef fatten cattle, income, marketing.

Page 3: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN

SAPI POTONG SISTEM SWADANA MANDIRI DI KELOMPOK

TERNAK CEMPAKA KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH

Oleh

Werdhi Anggraeni

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan dan saluran

pemasaran usaha penggemukan sapi potong sistem swadana mandiri di

Kelompok Ternak Cempaka Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus ditentukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Kelompok Ternak Cempaka merupakan

kelompok ternak yang menjalankan program kemitraan dengan pihak swasta

dalam usaha penggemukan sapi potong. Data dianalisis menggunakan analisis

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendapatan usaha penggemukan sapi potong sistem swadana mandiri per 6 ekor

adalah Rp 68.172.602,19, dan per 1 ekor adalah Rp 11.362.100,36. Usaha

penggemukan sapi sistem swadana mandiri menguntungkan untuk diusahakan

karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio = 1,76). Pemasaran sapi potong sistem

swadana mandiri hanya melalui satu saluran pemasaran, yaitu peternak PT

GGL pedagang besar pedagang kecil konsumen.

Kata kunci : penggemukan sapi potong, pendapatan , pemasaran, sapi potong

Page 4: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN

SAPI POTONG SISTEM SWADANA MANDIRI DI KELOMPOK

TERNAK CEMPAKA KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH

Oleh

WERDHI ANGGRAENI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio
Page 6: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio
Page 7: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gedung Tataan tanggal 02 Desember 1992, dari pasangan

Bapak Juwoto dan Ibu Ngadiah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak – Kanak (TK) di

TK Negara Jaya pada tahun 1999, tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1

Negara Jaya pada tahun 2005, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri

1 Negara Jaya pada tahun 2008, dan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri 1 Gading Rejo tahun 2011. Pada tahun yang sama (2011), penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Diploma tiga (D3) Jurusan Ekonomi dan Bisnis

Pertanian Politeknik Negeri Lampung (POLINELA), dan pada tahun 2014,

penulis melanjutkan studi S1di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian di

Universitas Lampung melalui jalur alih Program Agribisnis.

Penulis melaksanakan Homestay di Desa Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo,

Kabupaten Tanggamus pada tahun 2015, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

Hanaubrak, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran selama 60 hari

pada bulan Januari hingga Maret 2016.

Page 8: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu

menyertai dan mencurahkan Roh Kudus-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Pemasaran

Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Ternak Cempaka Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah”. Penulis menyadari bahwa dalam

penyelesaian skripsi ini banyak juga pihak yang telah memberikan sumbangsih,

bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun untuk penulis. Oleh karena

itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

nilainya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, yang

telah memberikan arahan, saran, dan nasihat.

3. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Pembimbing Pertama, atas ketulusan hati

dan kesabaran, bimbingan, motivasi, arahan, nasihat, ilmu yang bermanfaat,

dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

4. Dr.Ir. Ktut Murniati M.T.A., selaku Pembimbing Kedua, atas ketulusan hati

dan kesabaran, bimbingan, motivasi, arahan, nasihat, ilmu yang bermanfaat,

Page 9: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Dr. Ir. Fembriati Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Dosen Pembahas dan

Pembimbing Akademik, atas masukan, arahan, nasihat, motivasi, semangat

dan kesabaran yang telah diberikan tanpa henti dalam penyelesaian skripsi ini

6. Orang tuaku tersayang, Ibu Ngadiah, Bapak Juwoto, Adek Bernadus Peqih

Brahmantio, dan adek Katharina Juwita, yang telah memberikan kasih sayang,

perhatian, semangat, motivasi, nasihat, saran, dan doa yang tak pernah

terputus.

7. Seluruh karyawan di Agribisnis: Mbak Iin, Mbak Ayi, Mbak Tunjung, Mas

Buchori, dan Mas Boim, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada

penulis.

8. Ibu Surati, Bapak Petrus, serta seluruh anggota peternak di Kelompok Ternak

Cempaka Kecamatan Punggur, atas segala informasi, bantuan dan ilmu yang

telah diberikan kepada penulis.

9. Sahabat – sahabat terbaik penulis semasa kuliah: Yohana, Endah, Sinta, Septi,

Wayan Elpa, Yunita, Shendita, Rahmad Rizki, Yudi, Maria, Evi, atas

masukan, saran, semangat dan kebersamaan yang telah diberikan.

10. Sahabat – sahabat terbaikku: Dian Fatmasari, Binti Khabibarun Naimah, Dwi

Rahmawati, Inda Rustanti, Tri Kurniawati, Sherly Putria Sari, Margareta

Handayani, atas segala masukan, saran, semangat, dan kebersamaan yang

telah diberikan.

11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2011, Melani Florensia H, Wigeta,

Pram, Radot, Rafika, May Sari, Febi, Mona, Yeni, Evi, Bram, Antonio,

Page 10: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

Yakup, Veni, Namira, Mona, Putri Maida, Frisca, Lilik, Moriska dan teman-

teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas nasihat,

kebersamaan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

12. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan

segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses

penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan balasan terbaik

atas segala bantuan yang telah diberikan. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2019

Penulis,

Werdhi Anggraeni

Page 11: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii

I. PENDAHULAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .......... 10

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 10

1. Penggemukan Sapi Potong ...................................................... 10

2. Proses Penggemukan Sapi Potong ........................................... 14

3. Konsep Kemitraan ................................................................... 24

4. Teori Pendapatan ..................................................................... 34

5. Teori Pemasaran ....................................................................... 36

6. Pemasaran Sapi Potong ............................................................ 40

B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 42

C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 47

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 50

A. Metode Penelitian ........................................................................ 50

B. Konsep Dasar dan Landasan Operasional ................................... 50

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ................. 55

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................. 56

Page 12: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

E. Analisis Data ................................................................................ 56

1. Analisis Pendapatan ............................................................... 57

2. Pemasaran .............................................................................. 58

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ......................... 59

A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Cempaka .......................... 59

1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Ternak Cempaka ..... 59

2. Sistem Kemitraan di Kelompok Terak Cempaka .................. 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 65

A. Karakteristik Responden .............................................................. 65

B. Usaha Penggemukan Sapi Potong Sistem Swadana mandiri di

Kelompok Ternak Cempaka ........................................................ 67

1. Input Sistem Swadana Mandiri ........................................... 67

2. Proses Penggemukan Sapi Potong Sistem swadana

Mandiri ................................................................................ 73

3. Output Usaha Penggemukan Sapi Potong sistem

Swadana Mandiri ................................................................. 75

C. Analisis Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi Potong sistem

Swadana Mandiri di Kelompok Ternak Cempaka....................... 75

1. Biaya Produksi Sistem Swadana Mandiri ............................. 76

2. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi Potong

Sistem Swadana Mandiri di Kelompok Ternak Cempaka, .... 85

3. Pendapatan usaha penggemukan sapi potong sistem swadana

mandiri di kelompok ternak cempaka ................................... 86

D. Pemasaran Sapi Potong Hasil Penggemukan Sistem Swadana

Mandiri ........................................................................................ 89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 90

A. Kesimpulan .................................................................................. 90

B. Saran ............................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 90

LAMPIRAN ............................................................................................... 95

Tabel 16 - 24 ...................................................................................... 96-111

Page 13: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi daging ternak besar nasional tahun 2011 – 2015 (000 ton) .. 3

2. Perkembangan konsumsi daging sapi di Indonesia tahun

2000 – 2014 .......................................................................................... 4

3. Sebaran Populasi sapi potong menurut provinsi di Pulau Sumatera

tahun 2011-2015 .................................................................................. 5

4. Sebaran Populasi ternak besar menurut kabupaten di Provinsi Lampung

tahun 2015 (ekor) ................................................................................. 6

5. Perbedaan dari sistem weaner gaduh, swadanan mandiri, dan

mandiri di Kelompok Ternak Cempaka ............................................... 63

6. Karakteristik responden usaha penggemukan sapi potong sistem

swadana mandiri di Kelompok Ternak Cempaka, 2018 ...................... 65

7. Data daftar input produksi penggemukan sapi potong di Kelompok

Ternak Cempaka, 2018 ........................................................................ 73

8. Biaya bakalan sapi sistem swadana mandiri di Kelompok Ternak

Cempaka, 2018 .................................................................................... 77

9. Rata-rata penggunaan tenaga kerja sistem swadana mandiri di

Kelompok Ternak Cempaka,2018 ....................................................... 78

10. Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja sistem swadana

mandiri di Kelompok Ternak Cempaka,2018 ...................................... 79

11. Rata-rata biaya pakan usaha penggemukan sapi potong sistem swadana

mandiri di Kelompok Ternak Cempaka, 2018 .................................... 80

12. Rata-rata biaya obat dan vitamin penggemukan sapi potong sistem

swadana mandiri di Kelompok Ternak Cempaka, 2018 ...................... 83

Page 14: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

13. Rata-rata biaya penyusutan yang diperhitungkan pada usaha

pengemukan sapi potong sistem swadana mandiri di Kelompok Ternak

Cempaka, 2018 .................................................................................... 84

14. Total biaya produksi usaha penggemukan sapi potong sistem swadana

mandiri di Kelompok Ternak Cempaka, 2018 ..................................... 85

15. Analisis pendapatan dan R/C rasio usaha penggemukan sapi potong

sistem swadana mandiri di kelompok ternak cempaka ....................... 87

16. Identitas peternak sapi potong dengan sistem swadana mandiri ......... 96

17. Biaya bakalan sistem swadana mandiri ............................................... 97

18. Rata-rata jumlah biaya pakan sapi potong sistem swadana mandiri .... 98

19. Biaya obat dan vitamin sistem swadana mandiri ................................. 98

20. Biaya penggunaan tenaga kerja peternak sapi potong dengan

sistem swadana mandiri ....................................................................... 100

21. Biaya rata-rata pengunaan alat dan penyusutan sistem swadana

mandiri ................................................................................................. 105

22. Penerimaan sapi potong sistem swadana mandiri ................................ 108

23. Pendapatan peternak sistem swadana mandiri pada kelompok

ternak cempak ...................................................................................... 109

24. R/C Rasio peternak dengan sistem swadana mandiri .......................... 111

Page 15: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pola kemitraan inti plasma ................................................................ 30

2. Pola kemitraan subkontrak ............................................................... 30

3. Pola kemitraan dagang umum ........................................................... 31

4. Pola kemitraan keagenan .................................................................. 32

5. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis .............................. 32

6. Bagian alir analisis sistem keragaan usaha penggemukan sapi

potong di kelompok ternak cempaka di kelompok ternak

cempaka Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah ................ 49

7. Campuran pakan ternak kulit nanas dan singkong.................................... 69

8. Penstrep ..................................................................................................... 70

9. B-plex ........................................................................................................ 70

10. Gunasex ..................................................................................................... 70

11. Injektamin ................................................................................................. 70

12. Bangunan kandang penggemukan sapi di Kelompok Ternak

Cempaka, 2018 ......................................................................................... 72

13. Rantai Pemasaran usaha penggemukan sapi potong sistem Swadana

Mandiri di Kelompok Ternak Cempaka, 2018 ......................................... 90

Page 16: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor pembentuk PDB (Product

Domestic Bruto) yang jumlahnya cenderung meningkat tiap tahunnya. Sektor

pertanian memberikan kontribusi PDB sebesar 985,5 triliun pada tahun 2010,

kemudian sebesar 1.094,4 triliun pada tahun 2011, dan sebesar 1.190,4

tahun 2012 (BPS, 2013). Salah satu subsektor pertanian pemberi kontribusi

terhadap PDB adalah peternakan.

Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2009), pembangunan peternakan

diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja, serta

memberikan kesempatan usaha bagi masyarakat di pedesaan. Tujuan utama

dalam pengembangan usaha perternakan adalah untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat khususnya peternak, mendorong diversifikasi pangan,

pengembangan penerimaan devisa negara, dan menciptakan lapangan kerja.

Salah satu usaha bidang peternakan yang banyak dikembangkan adalah

penggemukan sapi potong. Penggemukan sapi potong adalah suatu sistem

pemeliharaan terhadap sapi yang khusus untuk diambil dagingnya. Sapi

tersebut tidak dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan di sawah atau

menarik pedati dan lain-lain. Sapi hanya dikandangkan secara terus menerus

Page 17: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

2

untuk jangka waktu yang ditentukan dengan tujuan utama memperoleh bobot

badan yang cepat meningkat, sehingga diperoleh bobot atau berat yang lebih

sebelum dipotong.

Usaha peternakan sapi potong di Indonesia sebagian besar masih tergolong

usaha peternakan rakyat yang masih bersifat sederhana dengan ciri skala

usaha kecil, teknik berternak secara tradisional, menggunakan bibit lokal,

kandang di dalam dan atau menempel di luar rumah, pengelolaan limbah

kandang dan pengendalian penyakit belum baik serta pengawinan ternak

masih secara alami, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk

kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka

terhadap perubahan – perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1998). Hal tersebut,

akan mempengaruhi pendapatan peternak dan perkembangan populasi sapi

potong.

Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang bersumber dari

hewan ternak. Daging dapat dihasilkan dari berbagai komoditas peternakan,

seperti ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Ternak besar, seperti

sapi, merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki peranan penting

sebagai penghasil daging dengan kualitas dan kuantitas cukup baik. Hal

tersebut terbukti bahwa populasi daging ternak sapi potong menunjukkan data

tertinggi dibandingkan populasi ternak besar lainnya. Data produksi daging

ternak besar nasional tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat pada

Tabel 1.

Page 18: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

3

Tabel 1. Produksi daging ternak besar nasional tahun 2011 – 2015

(000 ton)

Tahun Sapi potong Kerbau Kuda

2011 485,3 35,3 66,3

2012 508,9 37,0 44,4

2013 504,8 37,8 41,5

2014 497,7 35,2 43,6

2015 506,7 31,7 41,0

Sumber : Ditjennak Keswan Kementerian Pertanian, 2016b

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi daging ternak besar nasional sapi dari

tahun 2011 sampai tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan produksi daging

kerbau dan kuda. Hal ini, menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi

potong lebih menjanjikan dibandingkan dengan penggemukan ternak besar

kerbau dan kuda.

Suplai protein asal ternak, terutama daging sapi, yang dihasilkan secara

domestik belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat,

sehingga kebijakan impor daging dan sapi hidup masih diberlakukan.

Kebutuhan konsumsi daging masyarakat Indonesia baru mencapai 6,5

kg/kapita/tahun, sedangkan yang berasal dari daging sapi hanya sebesar 1,7

kg/kapita/tahun (Direktorat Jendral Peternakan, 2009). Perkembangan

konsumsi daging sapi di Indonesia tahun 2000 hingga tahun 2014 dapat

dilihat pada Tabel 2.

Page 19: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

4

Tabel 2. Perkembangan konsumsi daging sapi di Indonesia tahun 2000 – 2014

Tahun Konsumsi daging sapi

(kg/kapita/tahun)

Pertumbuhan konsumsi

daging sapi (%)

2000 1,53 5,47

2001 1,61 5,47

2002 1,27 -21,01

2003 1,87 47,24

2004 2,12 13,37

2005 1,87 -11,79

2006 1,91 2,14

2007 2,24 17,28

2008 2,30 2,68

2009 2,36 2,61

2010 2,48 5,08

2011 2,60 4,84

2012 2,29 -11,92

2013 2,28 -0,44

2014 2,36 3,51

Rata-rata 2,08 10,28

Sumber : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian

Pertanian, 2015

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi daging sapi pada tahun 2000

hingga tahun 2014 adalah 2,08 kg/kapita/tahun, sehingga perternakan,

khususnya pengembangan sapi potong, menjadi salah satu sektor usaha di

Indonesia yang berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau

Sumatera. Lampung memiliki potensi dalam pengembangan usaha

peternakan, khususnya pengembangan sapi potong. Sebaran populasi sapi

potong menurut provinsi di Pulau Sumatera tahun 2011-2015 dapat dilihat

pada Tabel 3.

Page 20: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

5

Tabel 3. Sebaran populasi sapi potong menurut provinsi di Pulau Sumatera

tahun 2011-2015

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Aceh 462.840 505.171 404.221 511.362 580.287

Sumatera Utara 541.698 609.951 532.277 646.749 662.234

Sumatera Barat 327.013 359.233 326.674 390.493 397.548

Riau 159.855 189.060 175.431 217.652 229.634

Jambi 119.888 139.534 118.985 136.638 145.760

Sumatera

Selatan 246.295 260.124 215.953 245.175 261.852

Bengkulu 98.948 105.550 106.015 109.174 115.739

Lampung 742.775 778.050 573.483 567.827 653.537

Bangka

Belitung 7.733 8.405 8.201 10.136 10.577

Sumber : Ditjennak Keswan Kementerian Pertanian, 2016c

Tabel 3 menunjukkan bahwa tahun 2010-2015 Lampung merupakan provinsi

dengan jumlah populasi sapi terbanyak di Pulau Sumatera. Populasi sapi

potong Provinsi Lampung tahun 2015 adalah 653.357 ekor. Hal ini

menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan wilayah yang potensial

dalam pengembangan subsektor peternakan. Salah satu kabupaten dengan

jumlah produksi sapi potong terbesar di provinsi Lampung adalah Kabupaten

Lampung Tengah. Lampung Tengah merupakan kabupaten yang ada di

Provinsi Lampung dengan jumlah populasi sapi potong terbesar di Lampung.

Jumlah populasi sapi potong menurut kabupaten di Provinsi Lampung dapat

dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa Kabupaten Lampung Tengah

merupakan kabupaten dengan jumlah populasi sapi potong paling tinggi

dibandingkan kabupaten lainnya di Provinsi Lampung. Jumlah populasi sapi

potong Lampung Tengah adalah 2.432.987 ekor. Jumlah tersebut

Page 21: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

6

menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra sapi

potong terbesar di Lampung dan memiliki potensi yang baik dalam

pengembangan penggemukan sapi potong.

Tabel 4. Sebaran populasi ternak besar menurut kabupaten di Provinsi

Lampung, tahun 2015 (ekor)

Kabupaten Sapi potong Domba Kambing Kerbau

Lampung Barat 313.653 5.303 73.128 316

Tanggamus 441.476 7.325 174.265 1.686

Lampung Selatan 890.121 7.249 357.048 2.321

Lampung Timur 1.156.951 10.529 138.646 2.521

Lampung Tengah 2.432.987 7.667 183.300 5.928

Lampung Utara 926.405 4.947 60.100 1.405

Way Kanan 1.128.897 1.159 51.952 951

Tulang Bawang 676.874 237 30.942 4.311

Pesawaran 485.561 7.735 30.928 1.542

Pringsewu 658.523 8.314 35.478 1.999

Mesuji 85.638 682 30.852 140

Tulang Bawang Barat 413.845 860 61.526 649

Pesisir Barat 86.903 6.275 8.325 1.803

Bandar Lampung 1.996.819 167 4.361 228

Metro 642.093 2.487 9.972 413

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2016

Potensi peternakan sapi di Kabupaten Lampung Tengah khususnya diProvinsi

Lampung umumnya masih sangat baik untuk dikembangkan, sehubungan

dengan visi dan misi Dinas Peternakan Provinsi Lampung untuk menjadikan

Lampung sebagai sentra sapi, dan program unggulan peternakan, yaitu

pengembangan kemitraan peternakan, dengan fokus 3 (tiga) komoditas, yaitu

sapi potong, kambing dan ayam ras, dalam bentuk; (1) pengembangan

kawasan peternakan yang terintegrasi dengan areal pertanian dan perkebunan,

(2) perusahaan swasta, BUMN atau lembaga lainnya, dan (3) dukungan

Page 22: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

7

teknologi tepat guna di bidang kesehatan ternak, pakan ternak, genetika

reproduksi ternak dan manajemen budidaya ternak (Listiana, 2010).

Kelompok Ternak Cempaka merupakan salah satu Kelompok Wanita Tani

(KWT) di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, dengan salah

satu unit usahanya adalah mengembangkan usaha penggemukan sapi potong.

Kelompok Ternak Cempaka menjalin hubungan kerjasama kemitraan dengan

PT GGL. Hubungan kerjasama kemitraan adalah pola kemitraan dengan

memanfaatkan dana KKP (Kredit Ketahanan Pangan) tahun 1998, yang

dilakukan antara perbankan, perusahaan sarana produksi atau sarana

peternakan, lembaga penjamin, lembaga penampungan hasil atau pasar,

perusahaan swasta lainnya yang bergerak di bidang pertanian dan pemerintah

daerah setempat. Program KKP Peternakan di Kabupaten Lampung Tengah

melibatkan kelembagaan Bank Niaga Cabang Tanjung Karang, Dinas

Peternakan Kabupaten Lampng Tengah, PT GGL (Great Giant Livestock)

dan kelompok ternak (Kalompok Tenak Cempaka, 2015). Program

kemitraan Kelompok Ternak Cempaka dengan PT GGL merupakan program

kemitraan penggemukan sapi potong dan merupakan salah satu kelompok

ternak pertama yang mengikuti program kemitraan pihak swasta.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis tertarik melakukan penelitian

yang berjudul “ Analisis Pendapatan Dan Pemasaran Usaha Penggemukan

Sapi Potong Sistem Swadana Mandiri di Kelompok Ternak Cempak

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah”.

Page 23: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan penelitian, yaitu:

1. Bagaimanakah pendapatan usaha penggemukan sapi potong sistem

swadana mandiri di Kelompok Ternak Cempaka?

2. Bagaimanakah pemasaran sapi potong hasil penggemukan dengan sistem

swadana mandiri di Kelompok Ternak Cempaka?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pendapatan usaha penggemukan sapi potong sistem swadana

mandiri di Kelompok Ternak Cempaka.

2. Mengetahui pemasaran sapi potong hasil penggemukan sistem swadana

mandiri di Kelompok Ternak Cempaka.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Instansi pemerintah, sebagai informasi dalam menetapkan kebijakan

pengembangan dan sistem pemasaran sapi potong hasil penggemukan di

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

2. Peternak, sebagai informasi dan masukan untuk pengembangan usaha sapi

potong hasil penggemukan dan pemasarannya.

Page 24: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

9

3. Peneliti lain, sebagai bahan pembanding dan referensi penelitian yang

sejenis.

Page 25: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjaun Pustaka

1. Penggemukan Sapi Potong

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

penghasil daging. Sapi potong bisa disebut sebagai sapi tipe pedaging dengan

ciri-ciri tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya

maksimal, laju pertumbuhannya cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi

pakan tinggi, dan mudah dibesarkan (Santoso, 2001). Menurut Abidin (2006)

sapi potong adalah jenis sapi khusus yang dipelihara untuk digemukkan

karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas

daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan,

dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh

pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong. Menurut Siregar (2008)

sapi-sapi yang termasuk dalam tipe sapi potong adalah:

a. Sapi Brahman

Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam

Bos indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama

adalah kankrej (Guzerat), Nelore, Gir dan Ongole. Sapi Brahman

digunakan sebagai penghasil daging dengan ciri-ciri memiliki punuk besar,

Page 26: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

11

tanduk, telinga besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari

kepala ke dada.

Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap suhu panas dari

suhu 8 – 105ºF, tanpa gangguan selera makan dan produksi susu. Sapi

Brahman banyak dikawinsilangkan dengan sapi Eropa dan dikenal dengan

Brahman Cross (BX). Karakteristik Sapi Brahman adalah:berukuran

sedang dengan berat jantan dewasa antara 800 – 1.100 kg, sedangkan

betina 500 – 700 kg. Sapi Brahman warnanya bervariasi dari abu-abu

muda, merah, hingga hitam. Sapi jantan warnanya lebih tua dari betina

dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu dan paha bawah.

b. Sapi Limousin

Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di

Prancis. Tingkat pertambahan badan cepat, per harinya dapat mencapai

1,1 kg. Ukuran tubuhnya besar dan berdaging tebal dengan umumnya

berwarna merah mulus. Sapi jantan beratnya 1.000-1.400 kg, sedangkan

berat sapi betina adalah 600-850 kg, dengan masa produktif sapi betina

antara 10-12 tahun.

c. Sapi Ongole

Sapi ongole berasal dari India, tepatnya di Kabupaten Guntur, Provinsi

Andra Pradesh. Sapi Ongole merupakan jenis ternak berukuran sedang,

gelambir yang lebar, badan panjang, sedangkan leher pendek, bentuk mata

elip dengan bola mata dan sekitar mata berwarna hitam, panjang telinga

20-25 cm. Warna yang populer adalah putih dengan sapi jantan di kepala

Page 27: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

12

berwarna abu tua, leher dan kaki berwarna hitam, warna ekor putih,

kelopak mata putih, kuku berwarna cerah, dan badan berwarna abu tua.

Bobot sapi jantan mencapai 600 kg dan sapi betina 300-400 kg.

d. Sapi Brahman Cross

Sapi Brahman Cross di Australia secara komersial jarang dikembangkan

secara murni dantetapi disilangkan dengan Hereford Shorthorn (HS). Hasil

persilangan dengan Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross (BX).

Sapi Brahman Cross memiliki keistimewaan karena tahan terhadap suhu

panas dan gigitan caplak, serta memiliki kecepatan pertumbuhan yang

tinggi.

Sapi Brahman Cross (BX) memiliki sifat-sifat, seperti: (1) persentasi

kelahiran 81,2%, (2) rata-rata bobot lahir 28,4 kg, bobot saat umur 13

bulan mencapai 212 kg dan umur 18 bulan dapat mencapai 295 kg, (3)

daya tahan terhadap panas cukup tinggi, karena produksi panas basal

rendah dengan pengeluaran panas yang efektif, (4) ketahanan terhadap

parasit dan penyakit sangat baik.

e. Sapi Hereford

Sapi Hereford merupakan turunan dari sapi Eropa yang dikembangkan di

Inggris. Rata-rata berat sapi jantan adalah 900 kg dan betina adalah 725

kg. Sapi Hereford berwarna merah, kecuali bagian muka, dada, perut

bawah dan ekor, berwarna putih.

Page 28: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

13

Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008), peternak yang maju pasti akan

selalu mengikuti perkembangan dunia peternakan, khususnya perkembangan

bangsa sapi potong. Peternak yang ingin meningkatkan mutu sapi perlu

mengetahui bangsa-bangsa sapi, baik di luar maupun di dalam Indonesia.

Peternak yang telah berpengalaman cukup banyak di lapangan mampu

menilai dan membandingkan sapi yang satu dengan yang lainnya. Beberapa

jenis sapi potong yang dapat diusahakan oleh peternak Indonesia adala:

a. Sapi Bali

Sapi Bali merupakan sapi hasil keturunan dari sapi liar yang memiliki

rambut halus, pendek, dan mengkilat. Warna rambut sapi Bali ketika

muda adalah coklat dan kemudian akan menghitam. Sapi Bali dapat

mencapai bobot badan jantan dewasa antara 350-400 kg dan betina dewasa

antara 250-300 kg.

b. Sapi Madura

Sapi Madura merupakan sapi hasil persilangan Bos Indicus (Zebu) dan Bos

Sondaicus (banteng). Daerah penyebaran Sapi Mandura adalah Madura

dan Jawa Timur. Sapi Madura termasuk sapi jenis pedaging dan pekerja

yang memiliki rambut berwarna merah bata dengan tanduk yang pendek,

beragam, dan melengkung. Sapi Madura memiliki berat badan 350 kg dan

tinggi rata-rata 118 cm.

c. Sapi PO (Peranakan Ongole)

Sapi PO memiliki ciri tubuh lebih kecil, warna rambut yang bervariasi,

tetapi umumnya berwarna putih keabu-abuan. Sapi PO terkenal sebagai

Page 29: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

14

sapi pedaging dan sapi pekerja. Tinggi Sapi PO jantan berkisar 150 cm

dengan berat badan mencapai 600 kg, sedangkan tinggi sapi PO betina

sekitar 135 cm dengan berat badan mencapai 450 kg.

d. Sapi Simmental

Sapi Simmental adalah sapi yang berasal dari jenis sapi Bos taurus. Sapi

Simmental merupakan tipe sapi perah dan sapi pedaging. Sapi Simmental

memiliki warna rambut coklat kemerahan pada bagian wajah, dan lutut ke

bawah sampai ujung ekor berwarna putih. Sapi Simmental jantan dewasa

mencapai berat badan 1.000 kg, sedangkan Sapi Simmental betina dewasa

mampu mencapai berat badan sekitar 800 kg.

2. Proses Penggemukan Sapi Potong

Penggemukan sapi potong modern sangat berbeda dengan penggemukan sapi

potong di waktu lampau, yang menggunakan sapi bakalan umur 2-3 tahun.

Saat ini, peternak menggunakan sapi bakalan usia muda, yang diberi pakan

penguat dengan aktifitas sapi dibatasi.

Sugeng (2005) menyatakan bahwa penggemukan sapi sebaiknya pada ternak

sapi usia 12-18 bulan atau paling tua umur 2.5 tahun. Pembatasan ini

dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase

pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging,

sehingga bila pakan yang diberikan memiliki kandungan protein dan mineral

yang mencukupi, maka sapi dapat cepat menjadi gemuk.

Page 30: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

15

Tujuan dari penggemukan sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging

per satuan ekor, meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa

memotong sapi lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang

menurun akibat pemotongan sapi betina umur produktif. Usaha

penggemukan sapi potong, selain dapat memperbaiki kualitas daging dan

menaikkan harga jual ternak, juga dapat meningkatkan nilai tambah dari

pupuk kandang yang dihasilkannya. Artinya, pupuk kandang yang

diproduksi pada waktu penggemukan itu dapat lebih ditingkatkan nilai

ekonomisnya (Santoso, 2001).

Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008), pemilihan sapi sebagai calon bibit

pengganti ataupun calon penggemukan sering dirasa sulit. Peternak

memerlukan pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang cukup, serta

kriteria dasar. Kriteria dasar tersebut meliputi jenis dan sifat genetis, bentuk

luar, dan kesehatan sapi.

a. Jenis dan Sifat Genetis Sapi

Peternak sapi potong pasti memilih jenis sapi potong unggul, seperti

hereford, aberdeen anggus, beefmaster, charolais dan sebagainya, karena

persentase hasil karkas sapi-sapi tersebut lebih dari 60%, sedangkan jenis

lokal kurang dari 60%. Akan tetap seringkali iklim setempat terkadang

dirasa tidak menunjang untuk penggemukan jenis sapi potong tersebut,

sehingga peternak akan memilih sapi potong jenis lokal, seperti Sapi

Bali, Sapi Madura dan Sapi Ongole, walaupun hasil karkasnya kurang

dari 60%.

Page 31: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

16

b. Bentuk Fisik Sapi

Peternak yang telah menentukan jenis sapi bakalan yang akan

digemukkan perlu memperhatikan bentuk luar sapi tersebut. Sapi yang

bentuk luarnya bagus, pada umumnya menghasilkan persentase hasil

karkas yang baik. Ciri-ciri atau bentuk luar sapi potong yang baik

adalah:

(1) Ukuran badan besar, yang memungkinkan sapi mampu

menampung jumlah makanan yang banyak.

(2) Bentuk tubuh segi empat, serta pertumbuhan tubuh bagian depan,

tengah, dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar.

(3) Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.

(4) Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.

(5) Kaki besar, pendek dan kokoh.

c. Kesehatan Sapi

Sapi yang bentuk luarnya memenuhi persyaratan tidak berarti sehat.

Guna mengetahui kesehatan sapi, maka diuraikan keadaan tubuh, sikap

dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan, dan

pandangan sapi yang sehat.

(1) Keadaan Tubuh Sapi

Sapi yang sehat keadaan tubuhnya tampak bulat berisi dengan kulit

lemas, dan mudah dilipat. Apabila dilepas lipatannya cepat merata

kembali dengan rambut yang licin dan mengkilat. Selaput lendir

mulut dan gusi berwarna merah muda, lidah mudah bergerak secara

Page 32: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

17

bebas, ujung hidung bersih, basah dan dingin. Suhu seluruh

permukaan tubuh sapi dewasa adalah 38ºC – 39,5ºC.

(2) Sikap dan Tingkah Laku Sapi

Sapi yang sehat terlihat tegap dengan keempat kaki memperoleh

titik berat sama. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan

kesan bahwa sapi sakit atau mengalami kelelahan.

(3) Pernapasan

Sapi sehat bernapas dengan tenang dan teratur, sedangkan sapi

yang ketakutan, lelah akibat kerja berat, atau kondisi terlalu panas

pernapasannya menjadi lebih cepat. Begitu pula sapi yang sedang

tiduran, pernapasannya lebih cepat dari pada sapi yang sedang

berdiri. Jumlah pernapasan sapi untuk anak sapi adalah 30

kali/menit dan dewasa 10-30 kali/menit.

(4) Pencernaan Sapi

Sapi yang sehat akan memamahbiak dengan tenang sambil istirahat

atau tiduran. Setiap gumpalan pakan dikunyah 60-70 kali dan

dalam waktu 24 jam akan diulangi 6-7 kali. Sapi yang sehat nafsu

makan dan minumnya cukup besar. Pembuangan kotoran dan urin

berjalan lancar dan teratur. Apabila terjadi gangguan pencernaan,

gerakan pada perut besar dan proses untuk memamahbiak terhenti.

Cara pemeliharaan sapi potong dilakukan dengan sistem kereman, yaitu suatu

cara pemeliharaan di kandang secara terus menerus dalam kurun waktu 4-12

Page 33: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

18

bulan. Tujuan pemeliharaan sapi dengan cara ini adalah untuk meningkatkan

atau menghasilkan daging yang relatif lebih cepat. Pemeliharaan sapi potong

meliputi beberapa kegiatan, yaitu (Herlambang, 2014) :

(1) Penyediaan Pakan

Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaannya, sapi tergolong

hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu

secara mekanis di dalam mulut dengan bantuan air ludah, fermentatif di

dalam rumen dengan bantuan mikroba rumen, dan enzimatis setelah

melewati rumen. Penggemukan yang hanya mengandalkan pakan berupa

hijauan saja kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan

waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah

dengan kombinasi pakan berupa hijauan dan konsentrat. Kebutuhan

pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% dari berat badannya.

Konsentrat yang digunakan adalah ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit

biji kedelai, kulit nanas.

Konsentrat diberikan terlebih dahulu untuk memberi pakan mikroba

rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikroba telah siap

dan aktif mencerna hijauan. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi,

daun tebu, daun jagung, alang-alang, rumput gajah, dan rumput-

rumputan liar. Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi

rendahnya kandungan nutrisis (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan

hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang

sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim

pencernaan.

Page 34: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

19

(2) Konsentrat sebagai Pakan Sapi Potong

Konsentrat merupakan salah satu bahan pakan yang kadar nutrisi protein

dan kabohidratnya tinggi serta kadar serat kasar yang rendah (di bawah

18%). Bahan-bahan komposisi konsentrat yang umum digunakan dan

mudah didapat di antaranya adalah:

(a) Dedak

Dedak dengan komposisi 70% atau 75% dapat diganti dengan

alternatif berupa batang rumbia yang di dalamnya terdapat sagu

rumbia. Secara kandungan nutrisi, batang rumbia memiliki

karbohidrat yang cukup tinggi.

(b) Jagung giling

Jagung giling dengan komposisi 8 – 10% sebagai penambahan

nutrisi, terutama kebutuhan serat dan lemak kasar yang tidak ada

pada dedak.

(c) Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan sisa pembuatan dan pemerasan minyak

yang diperoleh dari daging kelapa yang telah dikeringkan terlebih

dahulu dan berperan sebagai sumber protein.

(d) Tepung tulang

Tepung tulang atau kalsium dengan komposisi 2 – 5% sebagai

pelengkap kebutuhan akan mineral, terutama kalsium, dan sebagai

penambahan protein.

Page 35: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

20

(e) Vitamin

Vitamin bisa diberikan sebagai tambahan dan pelengkap kebutuhan

mikro, tetapi tetap berpatokan pada dosis yang ditentukan dan

jangan sampai berlebihan.

(3) Dosis dan Waktu yang Tepat Pemberian Konsentrat

Konsentrat diberikan sebagai makanan penguat atau ekstra pada ternak

sapi potong, di samping makanan pokok yang utama berupa rumput segar

dan hijau. Perbandingan pemberian pakan pokok dan konsentrat untuk

pakan penggemukan sapi adalah antara 30% : 70% atau maksimal 20% :

80%. Waktu pemberian konsentrat lebih baik dilakukan sekali sehari,

yaitu pada pagi hari sebelum diberi makanan utama, berupa hijauan, agar

lebih efektif untuk meningkatkan berat badan.

(4) Pengendalian Penyakit pada Sapi Potong

Usaha pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara:

(a) Pemanfaatan kandang karantina, yaitu kandang terpisah, yang dibuat

dengan tujuan sebagai tempat memonitor gejala penyakit tertentu

yang tidak diketahui pada saat proses penggemukan.

(b) Menjaga kebersihan kandang, merupakan salah satu cara untuk

mencegah datangnya penyakit, bakteri dan virus penyebab penyakit

bagi sapi.

(c) Pemberian vaksin pada bakalan baru. Pemberian vaksin cukup

dilakukan pada sapi yang berada di kandang karantina. Biasanya

Page 36: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

21

penyakit yang sering menyerang sapi potong adalah cacingan,

penyakit mulut, kuku, kembung dan lain-lain.

Umumnya sapi yang digemukkan adalah sapi jantan. Laju pertumbuhan dan

penimbunan daging sapi jantan lebih baik dari pada sapi betina, terlebih jika

sapi jantan tersebut dikebiri. Sapi yang dikebiri proses penimbunan

dagingnya cepat, mutu dagingnya lebih baik, empuk, dan lezat. Oleh karena

itu, para pengusaha penggemukan sapi memiliki sapi dengan jenis kelamin

jantan yang dikebiri, sebagai sapi bakalan untuk digemukkan (Sugeng, 2005).

Menurut Siregar dan Tobing (1995) terdapat beberapa sistem penggemukan

sapi, yaitu:

(1) Sistem dry lot fattening

Sistem dry lot fattening adalah penggemukan sapi dengan memperbanyak

pemberian pakan konsentrat. Jumalah pemberian hijauan hanya relatif

sedikit, sehingga efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi. Perbandingan

hijauan dan konsentrat berkisar antara 40:60 sampai 20:80. Perbandingan

ini didasarkan pada bobot bahan kering (BK). Penggemukan sisitem ini

dilakukan di dalam kandang. Jadi, pakan harus disediakan sesuai porsi

waktu yang tepat.

Sistem penggemukan ini sebaiknya selalu tersedia hijauan. Bila sapi

masih terlihat lapar, hijauan diberikan lagi, sehingga akan berimplikasi

pada peningkatan laju pertumbuhan bobot tubuh. Sistem penggemukan

dengan sistem ini ada yang dimulai dari anak sapi yang masih menyusu

Page 37: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

22

(pedet susu), atau anakan sapi jantan yang sejak lahir telah diberikan

ransum pakan berkualitas tinggi dan ditempatkan pada kandang khusus.

(2) Sistem pasture fattening

Sistem penggemukan pasture fattening, adalah sapi yang digembalakan di

padang penggembalaan sepanjang hari. Terdapat ternak yang tidak

dikandangkan dan ada yang dikandangkan setelah malam hari atau pada

saat matahari bersinar terik. Padang penggembalaan yang baik adalah

padang yang ditumbuhi hijauan berupa rumput dan leguminosa,

sedangkan padang penggembalaan yang hanya ditumbuhi rumput saja

berdampak kurang baik bagi laju pertumbuhan sapi. Bila memungkinkan,

padang pengembalaan, yang hanya ditumbuhi rumput sebaiknya ditanami

leguminasa, agar kualitas pakan di padang menjadi lebih baik.

Leguminosa mempunyai kemampuan untuk menangkap nitrogen,

sehingga tanah di bawahnya menjadi lebih subur dan baik untuk

pertumbuhan rumput. Selain itu, leguminosa juga memiliki kandungan

protein yang tinggi.

Hal yang harus diperhatikan pada sistem pasture fattening adalah cara

penggembalaan dalam memanfaatkan hijauan, yaitu pemanfaatan hijauan

jangan hanya di satu tempat saja. Bisa jadi hijauan pada suatu tempat

sudah habis, sedangkan di tempat lain masih belum termanfaatkan, maka

perlu dilakukan rotasi pemanfaatan untuk mengatur pertumbuhan hijauan

yang ada.

Page 38: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

23

(3) Sistem kereman

Sistem kereman hampir sama dengan sistem dry lot fattening, yaitu sapi

diberi pakan hijauan dan konsentrat serta dikandangkan selama

pemeliharaan. Bedanya, sistem keraman lebih banyak dilakukan oleh

peternak tradisional dan pemberian pakannya masih tergatung dengan

kondisi. Bila musim hujan sapi lebih banyak diberi konsentrat.

Menurut Siregar (2008), cara penggemukan sistem kereman dilakukan

dengan teknologi pemeliharaan tertentu, yaitu:

(a) Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak

digembalakan. Ternak sapi hanya sewaktu-waktu dikeluarkan, yaitu

pada saat membersihkan kandang dan memandikan ternak sapi.

(b) Semua kebutuhan ternak, baik berupa kandang air minum disediakan

oleh peternak secara tak terbatas.

(c) Cara penggemukan sistem ini mengutamakan pemberian pakan

berupa campuran rumput, leguminosa dan makanan penguat.

(d) Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenaga kerja.

Hal ini, bertujuan agar makanan yang dikonsumsi sepenuhnya

diubah menjadi daging dan lemak, sehingga pertumbuhan bobot

badan meningkat secara cepat.

(e) Diawal masa penggemukan, ternak sapi lebih dahulu diberikan obat

cacing.

(f) Untuk meningkatkan palatabilitas atau nafsu makan, perlu diberikan

perangsang nafsu makan dan vitamin.

Page 39: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

24

(g) Lama penggemukan berkisar 4 – 10 bulan, tergantung pada kondisi

awal dan bobot sapi yang digemukan.

(4) Sistem kombinasi dry lot dan pasture fattening

Sistem ini merupakan perpaduan dry lot dan pasture fattening. Pada

sistem ini, bila musim hujan hijauan berlimpah, maka sapi digembalakan

di padang gembalaan dan tidak harus dikandangkan. Sementara pada

musim kemarau, sapi dikandangkan dan diberi pakan penuh. Saat siang

hari digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan saat malam hari

sapi dikandangkan dan diberi konsentrat. Sistem penggemukan ini

membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada sistem dry lot fattening,

tetapi lebih singkat daripada sistem pasture fattening. Sapi yang awalnya

dipelihara di padang penggembalaan, kemudian beberapa bulan sebelum

dijual diberi pakan konsentrat penuh, hasilnya lebih baik dibandingkan

sapi yang dari awal pemeliharaannya diberi pakan hijauan dan konsentrat

secara seimbang.

3. Konsep Kemitraan

Kemitraan antara pengusaha kecil dibangun dalam rangka mengangkat usaha

kecil yang tertinggal dan dipinggirkan oleh bisnis atau usaha besar. Definisi

dan kebijaksanaan kemitraan usaha resmi telah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, yang kemudian dijabarkan dalam

Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997, kemitraan adalah kerjasama

usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar

Page 40: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

25

disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar

dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan

saling menguntungkan.

Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan usaha yang dilandasi

kerja sama antara perusahaan dan peternakan rakyat, dan pada dasarnya

merupakan kerja sama vertikal (vertical partnership). Kerja sama tersebut

mengandung pengertian bahwa kedua belah pihak harus memperoleh

keuntungan dan manfaat. Menurut Saptana (2006) kemitraan adalah suatu

jalinan kerja sama berbagai pelaku agribisnis, mulai dari kegiatan

praproduksi, produksi hingga pemasaran. Kemitraan dilandasi oleh azas

kesetaraan kedudukan, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan serta

adanya persetujuan di antara pihak yang bermitra untuk saling berbagi biaya,

risiko, dan manfaat.

Secara ekonomi, kemitraan dapat dijelaskan sebagai (Haeruman, 2001):

a. esensi kemitraan terletak pada kontribusi bersama, baik berupa tenaga

(labour) maupun benda (property) atau keduanya untuk tujuan kegiatan

ekonomi. Pengendalian kegiatan dilakukan bersama dan pembagian

keuntungan dan kerugian didistribusikan di antara mitra.

b. ”partnership” / ”alliance” adalah suatu asosiasi yang terdiri dari dua

orang/usaha atau yang sama-sama memiliki sebuah peran dengan tujuan

untuk mencari laba.

c. kemitraan adalah suatu persekutuan dari dua orang atau lebih sebagai

pemilik bersama yang menjalankan suatu bisnis mencari keuntungan.

Page 41: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

26

d. suatu kemitraan adalah suatu perusahaan dengan sejumlah pemilik yang

menikmati bersama keuntungan-keuntungan dari perusahaan dan masing-

masing menanggung liabilitas yang tidak terbatas atas hutang-hutang

perusahaan.

Menurut Hafsah (2006) tujuan ideal kemitraan yang ingin dicapai dalam

pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret adalah:

a . meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat,

b . meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,

c . meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat serta usaha

kecil, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan

nasional, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan ketahanan

ekonomi nasional.

Sasaran kemitraan agribisnis adalah terlaksananya kemitraan usaha dengan

baik dan benar bagi pelaku-pelaku agribisnis terkait di lapangan sesuai

dengan hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Manfaat yang dapat

dicapai dari usaha kemitraan (Hafsah, 2006) antara lain adalah:

a . produktivitas

Bagi perusahaan yang lebih besar, dengan model kemitraan, perusahaan

besar dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity

tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapangan sendiri, karena biaya

untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Melalui model

kemitraan petani dapat memperoleh tambahan input, kredit dan

penyuluhan yang disediakan oleh perusahaan inti.

Page 42: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

27

b . efisiensi

Erat kaitannya dengan sistem kemitraan, perusahaan dapat mencapai

efisiensi dengan menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu,

dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani.

Sebaliknya, bagi petani, yang umumnya relatif lemah dalam hal

kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra akan dapat

menghemat waktu produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang

disediakan oleh perusahaan.

c. jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas

Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi

dan produktivitas di pihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan

pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan yang

menjadi pendorong kemitraan. Apabila berhasil dapat menjaga

kelangsungan kemitraan ke arah penyempurnaan.

d. risiko

Suatu hubungan kemitraan idealnya dilakukan untuk mengurangi risiko

yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Kontrak akan mengurangi risiko

yang dihadapi oleh pihak inti jika pengadaan bahan baku sepenuhnya

dari pasar terbuka. Perusahaan inti akan memperoleh keuntungan lain

karena tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola

pertanian yang sangat luas.

e. sosial

Kemitraan dapat memberikan dampak sosial (social benefit) yang cukup

tinggi, yang berarti negara terhindar dari kecemburuan sosial. Kemitraan

Page 43: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

28

dapat pula menghasilkan persaudaraan antarpelaku ekonomi yang

berbeda status.

f. ketahanan ekonomi nasional

Peningkatan pendapatan yang diikuti dengan tingkat kesejahteraan dan

sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik, otomatis akan

mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat

dalam kemitraan yang mampu meningkatkan ketahanan ekonomi secara

nasional.

Prinsip-prinsip kemitraan yang ideal adalah kemitraan yang saling

menguntungkan dan berlandaskan ekonomi, bukan berdasarkan belas

kasihan. Kemitraan antara usaha skala kecil dan usaha skala besar harus

dilakukan dalam kaitan bisnis yang saling menguntungkan. Menurut Hafsah

(2006) prinsip–prinsip kemitraan yang harus ada agar menjamin suksesnya

kemitraan antara lain adalah prinsip saling ketergantungan dan saling

membutuhkan, saling menguntungkan, memiliki transparansi, memiliki azas

formal dan legal, melakukan alih pengetahuan dan pengalaman, melakukan

pertukaran informasi, penyelesaian masalah dan pembagian keuntungan yang

adil. Dalam pelaksanaannya kemitraan dihadapkan pada kendala-kendala,

seperti:

a. berdasarkan rasa belas kasihan dan mengandung unsur sloganisme,

b. adanya ”jurang” kemampuan dalam penguasaan teknis, konsistensi

dalam pemenuhan janji, dan rendahnya kemampuan dengan pengusaha

besar,

Page 44: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

29

c. pihak pengusaha tidak menyadari hakekat kemitraan justru untuk

memajukan usaha sendiri.

Bentuk-bentuk pola kemitraan yang banyak dilaksanakan adalah

(Departemen Pertanian, 2002):

a. Inti-plasma

inti-plasma merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra. Perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan

kelompok mitra sebagai plasma. Syarat-syarat untuk kelompok mitra

adalah: (1) berperan sebagai plasma, (2) mengelola seluruh usaha

budidaya sampai dengan panen, (3) menjual hasil produksi kepada

perusahaan mitra, (4) memenuhi kebutuhan perusahan sesuai dengan

persyaratan yang telah disepakati. Syarat- syarat perusahaan

mitraadalah: (1) berperan sebagai perusahaan inti, (2) menampung hasil

produksi, (3) membeli hasil produksi, (4) memberi bimbingan teknis dan

pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, (5) memberi pelayanan

kepada kelompok mitra berupa permodalan/kredit, saprodi, dan

teknologi, (6) mempunyai usaha budidaya pertanian/memproduksi

kebutuhan perusahaan, dan (7) menyediakan lahan. Pola kemitraan inti

plasma dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 45: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

30

Plasma

Plasma Perusahaan Inti Plasma

Plasma

Gambar 1. Pola kemitraan inti plasma

Sumber : Departemenn Pertanian, 2002

b. Subkontrak

Subkontrak merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra. Kelompok mitra memproduksi komponen

yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

Syarat-syarat kelompok mitra adalah: (1) memproduksi kebutuhan yang

diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari komponen produksinya,

(2) menyediakan tenaga kerja, dan (3) membuat kontrak dengan

mencantumkan volume, harga, dan waktu. Syarat-syarat perusahaan

mitra adalah: (1) menampung dan membeli komponen produksi

perusahaan yang dihasilkan oleh kelompok mitra, (2) menyediakan

bahan baku/modal kerja, dan (3) melakukan kontrol kualitas produksi.

Pola kemitraan subkontrak dapat dilihat pada Gambar 2.

Kelompok Mitra Kelompok Mitra

PERUSAHAAN MITRA

Kelompok Mitra Kelompok Mitra

Gambar 2. Pola kemitraan subkontrak

Sumber : Departemen Pertanian, 2002

Page 46: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

31

c. Dagang umum

Dagang umum merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra. Perusahaan mitra memasarkan hasil produksi

kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang

diperlukan perusahaan mitra. Syarat kelompok mitra adalah memasok

kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra, dan syarat perusahaan

mitra adalah memasarkan hasil produksi kelompok mitra. Pola

kemitraan dagang umum dapat dilihat pada Gambar 3.

Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

Memasarkan Produk

Kelompok Mitra

Konsumen/

Industri

Gambar 3. Pola kemitraan dagang umum

Sumber : Departemen Pertanian, 2002

d. Keagenan

Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra. Kelompok mitra diberi hak khusus untuk

memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra. Syarat kelompok

mitra adalah mendapatkan hak khusus untuk memasarkan barang dan

jasa usaha perusahaan mitra, sedangkan perusahaan mitra tidak memiliki

syarat. Pola kemitraan keagenan dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 47: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

32

Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

Memasok

Memasarkan

Konsumen

Gambar 4. Pola kemitraan keagenan

Sumber : Departemen Pertanian, 2002

e. Kerjasama Operasional Agribisnis

Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) merupakan hubungan

kemitraan antara kelompok mitra sebagai penyedia lahan, sarana dan

tenaga. Perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana

seperti teknologi untuk mengusahakan/membudidayakan pertanian.

Pola kemitraan kerjasama operasional dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis

Sumber : Departemen Pertanian, 2002

f. Pola Kemitraan (Penyertaan) Saham

Pola lainnya adalah pola kemitraan (penyertaan) saham merupakan

kemitraan usaha agribisnis yang dilakukan dengan penandatanganan

perjanjian yang mencakup jangka waktu, hak, dan kewajiban dalam

Perusahaan Mitra

- Modal - Tenaga - Manajemen

-Lahan -Sarana - Tenaga

Kelompok Mitra

Page 48: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

33

melaporkan risiko pelaksanaan kemitraan kepada Instansi Pembina

Teknis di daerah, pembagian risiko, penyelesaian jika terjadi

perselisihan. Hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan menengah

dan usaha besar dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan

pengembangan salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan,

pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi.

Menurut Purnaningsih (2007) faktor-faktor keberhasilan dalam kemitraan

agribisnis diantaranya adalah:

a. masing-masing perusahaan mitra dapat berlaku sebagai mitra yang baik

sesuai dengan prinsip kemitraan, yaitu saling menguntungkan, saling

memerlukan dan saling memperkuat, dengan cara: (a) mengadakan

bimbingan teknis mengenai komoditi yang dimitrakan, (b) mengadakan

bimbingan manajerial kepada petani dan kelompok tani sebagai

kelompok mitra, (c) mengusahakan pendanaan dari lembaga pembiayaan

bagi kelompok mitra, (d) memenuhi komitmen sesuai dengan perjanjian

kerjasama, seperti pembelian produksi dari kelompok mitra, sekaligus

memasarkan hasil produksi.

b. kelompok mitra melaksanakan poin-poin perjanjian secara disiplin serta

memenuhi kriteria kualitas dan kuantitas produk.

c. mentaati asas kemitraan dan tidak menyalahi isi perjanjian walaupun ada

pihak lain yang berusaha menawarkan harga yang lebih baik.

Selanjutnya Purnaningsih (2007) menyatakan bahwa faktor-faktor kegagalan

dalam kemitraan agribisnis di antaranya adalah:

Page 49: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

34

a. adanya kesenjangan komunikasi antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, seperti masalah harga komoditi (produk) yang sedang

berlaku, informasi pasar.

b. kelompok mitra tidak dapat memenuhi poin perjanjian, seperti kualitas

dan kuantitas produksi.

c. kelompok mitra tergoda oleh penawaran dari pihak lain untuk membeli

komoditi yang diusahakan petani, karena harga yang lebih baik.

d. salah satu pihak tidak dapat memenuhi perjanjian kemitraan usaha karena

beberapa sebab, antara lain: (a) kelompok mitra tidak dapat menjual hasil

produksi sesuai dengan ketentuan, karena kualitas tidak sesuai dengan

kualifikasi yang ditetapkan, hasil panen dijual kepada pihak lain, atau

kontinuitas tidak terpenuhi, (b) perubahan manajemen perusahaan mitra,

(c) suatu kejadian di luar kemampuan manusia (force majeure) seperti

kebakaran, banjir, gempa bumi, dan lain-lain.

4. Teori Pendapatan

Menurut Soedarsono (1994), pendapatan usahatani diartikan sebagai

pendapatan yang diperoleh petani dalam usahanya selama satu kali produksi,

atau satu tahun, yang diperhitungkan dari hasil penjualan atau perolehan

produksi dalam usahataninya. Pendapatan bersih adalah hasil pendapatan

keseluruhan atau pendapatan kotor yang dikurangi dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya pendapatan yang akan

diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari berbagai faktor yang

mempengaruhinya, seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,

pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Page 50: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

35

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap umumnya

diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan

walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, seperti: pajak,

penyusutan alat, gaji karyawan, sewa lahan, dan sebagainya, sehingga

biaya ini dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi

komoditas pertanian.

Biaya tidak tetap (variabel cost) merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh hasil produksi komoditas pertanian, seperti: biaya untuk

saprodi (sarana produksi komuditas pertanian), sehingga biaya ini

diartikan pula sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan

besarnya produksi komuditas pertanian yang diperoleh. Jika

menginginkan produksi tinggi, maka faktor-faktor produksi, seperti

tenaga kerja, perlu ditambah, pupuk juga ditambah, dan sebagainya.

Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya

tidak tetap. Rumus total biaya dan total cost (TC) menurut Rahim dan

Hastuti (2008) adalah:

TC = FC + VC................................................................................................ (1)

Keterangan :

TC = total biaya (total cost)

FC = biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya tidak tetap (variabel cost)

Page 51: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

36

Pendapatan usahatani dirumuskan sebagai berikut (Rahim dan

Hastuti, 2008):

Pd = TR-TC .................................................................................................. (2)

TR = Y. Py .................................................................................................... (3)

TC = FC + VC............................................................................................... (4)

Pd = Y.Py – ( FC + VC ) .............................................................................. (5)

Keterangan :

Pd = pendapatan usahatani

TR = total penerimaan (total revenue)

TC = total biaya (total cost)

Y = produksi yang diperoleh

Py = harga y

FC = biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya tidak tetap (variabel cost)

5. Teori Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan,

dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Difinisi pemasaran tersebut

didasarkan pada konsep kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan

permintaan (demands) akan produk (barang, jasa dan gagasan), nilai, biaya,

dan kepuasan, pertukaran dan transaksi, hubungan dan jaringan, pasar serta

pemasaran dan prospek.

a. Saluran pemasaran

Sebagian besar produsen tidak langsung menjual produk kepada

konsumen akhir. Antara produsen dan konsumen terdapat, sekumpulan

perantara pemasaran yang melakukan berbagai fungsi dan menyandang

Page 52: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

37

berbagai nama. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang

saling tergantung, yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk

atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2002).

Penggunaan perantara dalam saluran pemasaran memiliki keunggulan

efisien, karena perantara membuat barang-barang tersedia secara luas

dan mudah diperoleh pasar sasaran. Menurut Stern dan El-Ansary

dalam Kotler (1997), perantara melancarkan arus barang dan jasa.

Prosedur ini diperlukan untuk menjembatani ketidaksesuaian antara

berbagai barang dan jasa yang dihasilkan produsen dan bermacam barang

yang diminta oleh konsumen. Ketidaksesuaian itu timbul dari kenyataan

bahwa produsen biasanya menghasilkan sejumlah besar barang dengan

keragaman terbatas, sedangkan konsumen biasanya hanya menginginkan

jumlah terbatas dari banyak ragam barang.

Saluran pemasaran memiliki berbagai macam tingkat. Tiap perantara

yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat

ke pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran. Tingkat-tingkat

saluran pemasaran adalah (Kotler, 2005):

(1) Saluran nol-tingkat (saluran pemasaran lagsung). Saluran ini terdiri

dari suatu perusahaan yang menjual langsung ke pelanggan akhir.

(2) Saluran satu-tingkat, yaitu saluran yang berisi satu perantara

penjualan, seperti pengecer.

(3) Saluran dua-tingkat, yaitu saluran yang berisi dua perantara,

biasanya pedagang besar dan pengecer.

Page 53: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

38

(4) Saluran tiga-tingkat yaitu saluran berisi tiga perantara, misalya

pedagang besar menjual ke pemborong, yang akan menjual

ke pedagang kecil.

Panjang pedeknya saluran pemasaran dapat mempengaruhi efisiensi

pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil pertanian tergantung dari

beberapa faktor, antara lain (Hanafiah dan Saefuddin, 1986 dalam

Setiorini, 2008):

(a) jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara

produsen dan konsumen, biasanya makin panjang saluran yang

ditempuh oleh produk.

(b) Cepat tidaknya produk rusak (perishable goods). Produk yang cepat

atau mudah rusak harus segera diterima konsumen dan dengan

demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.

(c) Skala produksi (bulky product/voluminous). Bila produksi

berlangsung dalam dalam sekala usaha yang jumlah produk yang

dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak menguntungkan bagi

produsen yang langsung menjual ke pasar. Kehadiran pedagang

perantara, dalam hal ini sangat diharapkan, namun saluran yang akan

dilalui produk cenderung akan panjang.

(d) Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat

cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran. Pedagang yang

posisi keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi pemasaran

lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya

lemah.

Page 54: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

39

b. Lembaga pemasaran

Lembaga pemasaran dapat berbentuk perorangan atau perserikatan serta

melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Penyaluran barang dan jasa

melibatkan beberapa lembaga, mulai dari produsen sampai ke

konsumen akhir. Lembaga pemasaran ini diharapkan dapat

memperlancar penyaluran barang dari produsen ke konsumen

melalui berbagai aktivitas atau kegiatan yang dikenal sebagai

perantara (Limbong dan Sitorus, 1987).

Menurut Hanafiah dan Saeffudin (1986) mengatakan bahwa, lembaga

pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau

fungsi pemasaran, dimana barang bergerak dari produsen sampai pihak

konsumen. Lembaga menurut istilah pemasaran tersebut termasuk

golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran

dapat diidentifikasi sebagai:

(1) Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung

berhubungan dengan petani.

(2) Pedang pengumpul, yaitu lembaga yang membeli komoditi dari

tengkulak.

(3) Pedagang besar, yaitu lembaga yang melakukan proses konsentrasi

(pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, dan

melakukan distribusi ke agen penjualan atau pengecer.

Page 55: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

40

(4) Agen penjualan, yaitu lembaga yang membeli komoditi yang

dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang ralatif

murah dibanding pengecer.

(5) Pengecer, yaitu lembaga yang berhadapan langsung dengan

konsumen.

Analisis saluran dan lembaga pemasaran dilakukan untuk

mengidentifikasi saluran pemasaran yang ada. Mengetahui hal tersebut

proses penyampaian produk dari tangan produsen ke konsumen,

dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Peranan

lembaga pemasaran dalam manajemen mutu produk sebelum sampai ke

tangan konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987 dalam Setiorini,2008).

6. Pemasaran Sapi Potong

Pasar ternak atau hewan merupakan ajang pertemuan antara peternak,

pedagang, pengumpul, maupun pedagang antar wilayah untuk melakukan

transaksi jual beli ternak. Transaksi jual beli di pasar tradisional masih

transparan, dimana margin tataniaga belum terdistribusi secara proporsional.

Dipastikan margin tataniaga yang paling redah dan dirugikan adalah

peternak. Berbagai alur pemasaran ternak sapi menurut (Herlambang, 2014)

adalah:

(1) Peternak Konsumen

Penjualan ini dilakukan dengan cara konsumen yang mendatangi

peternak. Kondisi ini sering terjadi karena peternak kurang

mendapatkan informasi konsumen.

Page 56: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

41

(2) Peternak Blantik Pedagang Pemotong/Penjagal Konsumen.

(3) Peternak Blantik Pedagang Besar

Karena perternak tidak ingin mengeluarkan biaya, maka Blantik

menguasai proses pemasaran, baik di tempat peternakan mapun pasar

hewan. Peternak tidak perlu lagi mengeluarkan biaya. Skala usaha

pedagang besar berkisar antara 12-18/ekor/hari.

Pemasaran sapi potong dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemasaran

sapi hidup dan pemasaran sapi berupa karkas daging sapi yang layak di

konsumsi. Kedua cara tersebut dijelaskan sebagai (Herlambang, 2014) :

(1) Pemasaran sapi hidup

Pemasaran sapi hidup harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan,

khususnya kesehatan sapi itu sendiri. Supaya sapi hidup terus terjaga,

ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

(a) Hari terakhir sebelum dijual, sapi harus diberi pakan yang cukup

dan berkualitas, serta tidak digunakan sebagai tenaga kerja. Hal

tersebut dilakukan agar tidak terjadi penyusutan berat badan.

(b) Sapi harus mendapat perawatan atau pengobatan.

(c) Apabila sapi diangkut dengan menggunakan truk, bagian alas

sebaiknya diberi jerami padi setebal 10 cm dan diberi sekat atau

pemisah untuk menghindari ternak terluka atau terpeleset. Selain

itu, kapasitas pemuatan sapi harus disesuaikan dengan luas bak

truk.

(d) Pemberian cap bakar. Cap bakar ini diberikan pada bagian badan

ternak yang sekiranya tidak menurunkan kualitas kulit sapi.

Page 57: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

42

Pemasaran sapi hidup dapat dilakukan melalui pasar ternak atau pasar

lelang, perusahaan yang telah berkerjasama dengan peternak, atau

melalui koperasi. Khusus sapi potong yang akan diekspor harus

dilengkapi dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang melalui penelitian dan rekomendasi (Herlambang, 2014).

(2) Pemasaran berupa karkas daging sapi yang layak konsumsi dibagi

menjadi dua, yaitu karkas dan karkas daging.

Karkas daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang,

sedangkan karkas adalah daging yang belum dipisahkan dari tulang atau

kerangkanya. Karkas juga diartikan sebagai hewan setelah mengalami

pemotongan, pengkulitan, dibersihkan dari jerohan, dan kaki-kaki bagian

bawah juga telah mengalami pemotongan. Karkas biasanya juga sudah

dipisahkan dari kepala. Menurut FAO/WHO pengertian karkas lebih

diperjelas lagi yaitu bagian tubuh hewan yang telah disembelih, utuh,

atau dibelah sepanjang tulang belakang, yang juga diartikan sebagai

hewan setelah mengalami pemotongan, pengulitan, dibersihkan dari

jerohan, dan kaki-kaki bagian bawah juga telah mengalami pemotongan.

Terdapat lima tahap yang harus dilalui untuk memperoleh karkas. Tahap-

tahap itu meliputi inspeksi ante mortem, penyembelihan, penuntasan

darah, dressing, dan inspeksi pasca amortem (Dwiari, 2008).

B. Penelitian Terdahulu

Arviansyah (2015), melakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan

Usaha dan Sistem Pemasaran Susu Kambing di Desa Sungai Langka

Page 58: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

43

Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran”. Tujuan penelitian

tersebut adalah; (1) mengetahui produksi susu kambing dan pendapatan

peternak dalam satu tahun terakhir, (2) menganalisis efisiensi sistem

pemasaran susu kambing, (3) menganalisis strategi pemasaran susu kambing.

Metode analisis yang digunakan untuk menghitung produksi susu kambing

dan pendapatan usaha susu kambing adalah analisis keuntungan, R/C rasio,

efisiensi sistem pemasaran (struktur pasar, perilaku pasar, keragaman pasar,

dan strategi pemasaran). Hasil penelitian adalah rata-rata produksi susu

kambing PE di lokasi penelitian masih di bawah potensinya, tetapi usaha

ternaknya sudah menguntungkan. Sistem pemasaran susu kambing PE di

lokasi penelitian belum efisien, dan strategi pemasaran susu kambing PE oleh

peternak di lokasi penelitian masih sederhana, belum dilakukan diversifikasi

produk, belum ada merek dagang pada produk, tidak terdapat diversifikasi

harga, dan belum terdapat kegiatan promosi.

Duunga, Suparta, Putri (2014) meneliti tentang “Efisiensi Pemasaran Sapi Bali

di Kabupaten Bangli”. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi saluran

pemasaran, menghitung margin pemasaran dan tingkat farmer’s share, serta

menganalisis efisiensi pemasaran sapi potong. Lokasi penelitian dipilih

secara purposive sampling. Responden penelitian diambil secara

classified random sampling, yaitu sebanyak 40 orang peternak sapi, dan

sampel pedagang dipilih secara snowball ball sampling, sebanyak 15 orang

belantik, 3 orang jagal, serta masing-masing 1 orang pedagang besar dan

pedagang antarpulau. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 saluran yang terbentuk dari

Page 59: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

44

lembaga pemasaran, yaitu saluran pemasaran I (peternak - belantik -

penjagal), saluran pemasaran II (peternak - belantik - pedagang besar -

penjagal), dan saluran pemasaran III (peternak - belantik - pedagang

antarpulau). Margin pemasaran tertinggi terdapat pada saluran II, yaitu

sebesar Rp. 757.142/ekor, dan yang paling rendah terdapat pada saluran

pemasaran I, yaitu sebesar Rp. 500.834. Farmer’s share tertinggi

terjadi pada saluran pemasaran III, sebesar 96,03% dan yang paling

rendah terjadi pada saluran pemasaran II, sebesar 93,16%. Saluran

pemasaran III merupakan saluran paling efisien dilihat dari hasil

penghitungan indeks efisiensi sebesar 0,75%.

Nurdiansyah (2015) menganalisis “ Analisis Pendapatan dan Pemasaran

Kakao di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur”. Tujuan

penelitian adalah untuk: menganalisis pendapatan usahatani kakao dan

menganalisis pemasaran kakao. Berdasarkan analisi pendapatan dan

efisiensi pemasaran diketahui bahwa: (1) usahatani kakao di Kecamatan

Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur menguntungkan bagi petani,

dengan rasio penerimaan dengan total biaya sebesar 2,02. (2) sistem

pemasaran kakao di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung

Timur berlangsung tidak efisien, yang ditunjukkan oleh rantai tataniaga yang

panjang, Ratio Profit Margin (RPM) antara lembaga perantara pemasaran

yang terlibat tidak merata, dan nilai elastisitas transmisi harga sebesar 1,05,

yang artinya pasar yang terjadi adalah pasar tidak bersaing sempurna.

Page 60: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

45

Kusuma, Septa, Amiruddin (2013) meneliti tentang “Strategi Pemasaran Sapi

Potong di CV Septia Anugrah Jakarta”. Penelitan dilakukan untuk

(a) menganalisis kegiatan usaha sapi potong. (b) mengetahui strategi

pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah dengan memanfaatkan matriks

strengths, weaknesses, opportunities dan threats (SWOT), (c) menyusun

prioritas strategi pemasaran sapi potong menggunaka analisis SWOT QSPM

atau matrik perencanaan kuantitatif. Analisis SWOT menghasilkan alternatif

yang dapat diterapkan, yaitu: (a) strategi kekuatan peluang, memperluas

jaringan pemasaran sapi potong dengan melakukan penetrasi pasar. (b)

strategi kekuatan ancaman, meningkatkan loyalitas pelanggan.

(c) strategi kelamahan peluang, memanfaatkan para investor untuk

meningkatkan modal. (d) strategi kelemahan ancaman, meningkatakan

kerjasama dengan para stakeholder.

Karokaro,Tarigan,Lubis (2011) melakukan penelitian dengan judul

“ Analisis Efisiensi Pemasaran Kakao, Studi Kasus : Desa Lau Sireme, Desa

Lau Bagot, dan Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi”.

Tujuan penelitian adalah (a) menganalisis hubungan saluran pemasaran

komoditi kakao dengan efisiensi saluran pemasaran di Desa Lau Sireme, Desa

Lau Bagot, Desa Sukandebi, Kabupaten Dairi dan (b) menganalisis perbedaan

efisiensi pemasaran, bila petani menjual kepada pedagang pengumpul desa

atau pedagang besar (kecamatan) yang membeli langsung ke lahan usahatani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat hubungan antara saluran

pemasaran dengan efisiensi pemasaran tinggi. Ada perbedaan nyata antara

saluran pemasaran 1 (petani pedagang pengumpul desa) dengan pemasaran

Page 61: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

46

saluran II (petani pedagang besar). Saluran pemasaran II lebih efisien dari

saluran pemasaran I.

Anggraini, dkk (2013) melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Efisiensi

Pemasaran Ubi Kayu di Provinsi Lampung”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sistem pemasaran ubi kayu di Provinsi Lampung sudah efisien dilihat

dari pangsa produsen (PS) yang lebih dari 80%, walaupun: (1) struktur pasar

yang terbentuk adalah pasar yang hampir mendekati pasar bersaing sempurna,

yaitu pasar persaingan oligopsonistik. (2) perilaku pasar: petani produsen ubi

kayu tidak menghadapi kesulitan dalam memasarkan hasil panennya, sistem

pembayaran dominan dilakukan secara tunai, dan harga dominan ditentukan

oleh pihak pabrik/pembeli. (3) keragaman pasar meliputi: (a) saluran

pemasaran ubi kayu yang terdapat dilokasi penelitian terdiri dari 2, yaitu: (1)

petani Pabrik Tapioka (2) petani pengempul pabrik tapioka. (b)

margin pemasaran dan RPM relatif kecil sebesar 13,32% terhadap harga

konsumen akhir dan RPM sebesar 0,39, yang mengindikasikan sistem

pemasaran ubi kayu relatif efisien, (c) koefisien korelasi harga ubi kayu

adalah 0,995, yang berarti ada hubungan yang sangat erat antara harga di

tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir, (d) elastisitas

transmisi harga yang diperoleh adalah 0,911, yang menunjukkan bahwa pasar

yang terjadi adalah pasar persaingan oligopsonistik dan sisten pemasaran

yang terjadi tidak efisien.

Ali (2017) melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Efisiensi Pemasaran

Kubis di Kecamatan Gisting”. Metode analisis data yang digunakan adalah

Page 62: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

47

metode S-C-P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran kubis

di Kecamatan Gisting tidak efisien, dimana : (a) struktur pasar yang dihadapi

oleh petani adalah struktur pasar oligopsoni, (b) perilaku pasar menunjukkan

bahwa petani masih dirugikan dan bertindak sebagai price taker, (c) terdapat

dua belas saluran pemasaran dengan pangsa produsen (PS) masih di bawah

55%, marjin pemasaran tinggi, rasio marjin keuntungan (RPM) tidak

menyebar merata, serta elastisitas transmisi harga lebih dari satu.

Topik penelitian yang dilakukan saat ini, yaitu “Analisis Pendapatan dan

Pemasaran Usaha Penggemukan Sapi Potong Sistem Swadana Mandiri di

Kelompok Ternak Cempaka Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah”, mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu.

Perbedaannya yaitu belum pernah diteliti penelitian tentang usaha

penggemukan sapi potong. Kesamaan dalam penggunaan metode penelitian

ini dengan penelitian terdahulu, yaitu sama-sama menggunakan analisis

pendapatan, dan analisis pemasaran.

C. Kerangka Pemikiran

Kelompok Ternak Cempaka merupakan kelompok wanita tani yang berada di

Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

Kelompok Ternak Cempaka didirikan dengan latar belakang kegiatan ibu-ibu

rumah tangga, yang bergabung dalam kegiatan PKK (Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga). Salah satu unit usaha dari Kelompok Ternak

Cempaka adalah penggemukan sapi potong.

Page 63: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

48

Usaha penggemukan sapi potong di Kelompok Ternak Cempaka terdiri dari 3

sistem penggemukan yaitu sistem weaner gaduh, swadanan mandiri, dan

mandiri. Sistem weaner gaduh merupakan sistem pembudidayaan yang

bekerjasama dengan PT GGL, dalam penyediaan bakalan dan pakan. Sistem

swadana mandiri adalah sistem penggemukan yang juga bekerjasama dengan

PT GGL dalam penyediaan pakan, namun bakalan sapi berasal dari peternak

sendiri, sedangkan sistem mandiri adalah sistem yang dilakukan secara

mandiri oleh peternak dalam penyediaan pakan, dan bakalan sapi tanpa ada

hubungan kerjasama dengan pihak manapun.

Dalam usaha penggemukan sapi potong, Kelompok Ternak Cempaka

membutuhkan sarana produksi sebagai pelancar untuk mencapai tujuan.

Sarana produksi (input) di Kelompok Ternak Cempaka adalah, sapi bakalan,

pakan, tenaga kerja, obat, vitamin, alat, dan kandang. Selain input, hal yang

terpenting adalah proses produksi pengemukan sapi potong, hingga

menghasilkan Output (berupa sapi siap jual). Untuk memperoleh

pendapatan, peternak harus melalukan penjualan dengan melibatkan beberapa

lembaga sehingga membentuk saluran pemasaran.

Pada penelitian ini, penulis hanya menganalisis pendapatan dan pemasaran

sistem swadana mandiri, dengan pertimbangan bahwa pada bulan Agustus

sampai Oktober 2018 proses penggemukan yang berlangsung hanya sistem

swadana mandiri saja. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 6.

Page 64: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

49

Keterangan:

= tidak dianalisis

= dianalisis

Gambar 6. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan pemasaran usaha

penggemukan sapi potong sistem swadana mandiri di

kelompok ternak Cempaka Kecamatan Punggur Kabupaten

Lampung Tengah

Usaha Pengemukan Sapi

Input Proses Output

Kelompok

Ternak Cempaka

Sistem Mandiri Swadana Mandiri

(pakan bermitra

dengan PT GGL)

Weaner Gaduh

(Sapi bakalan

dan pakan

berasal dari PT

GGL)

Pemasaran

Pendapatan

Page 65: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

50

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi

kasus di Kelompok Ternak Cempaka. Metode studi kasus merupakan salah

satu metode penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan

mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertantu

dengan daerah atau subjek yang sempit selama kurun waktu tertentu

(Arikunto, 2004). Metode studi kasus digunakan untuk memperoleh data

secara lengkap dan rinci di Kelompok Ternak Cempaka mengenai

pendapatan dan pemasaran usaha penggemukan sapi potong sistem swadana

mandiri.

B. Konsep Dasar dan Landasan Operasional

Konsep dasar dan landasan operasional mencangkup pengertian yang

digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan

dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

Penggemukan adalah suatu usaha pemeliharaan sapi yang bertujuan untuk

mendapatkan produksi daging berdasarkan peningkatan bobot badan tinggi

Page 66: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

51

melalui pemberian makanan yang berkualitas dengan waktu yang relatif

singkat, yaitu 3 bulan.

Peternak sapi potong adalah pihak yang melakukan usaha pemeliharaan sapi

potong, baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan.

Sapi bakalan adalah bibit sapi potong berumur 2 – 3 tahun, baik lokal maupun

impor yang memiliki berat tubuh sekitar 300 kg.

Periode penggemukan sapi adalah lama pemeliharaan dan penggemukan sapi

selama 3 bulan. Periode penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga

Oktober 2018.

Lama pemeliharaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk memelihara sapi

potong mulai dari awal pemeliharaan hingga siap jual, data penelitian ini

adalah 3 bulan.

PT GGL merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang usaha

penggemukan sapi potong, yang menjalin kemitraan dengan Kelompok

Ternak Cempaka.

Sistem Swadana Mandiri adalah sistem kemitraan dimana pakan bakalan

dimitrakan dengan PT GGL dan pemasaran harus dilakukan oleh PT GGL.

Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

bobot badan akhir sapi potong, antara lain: sapi bakalan, pakan ternak, tenaga

kerja, pestisida dan vitamin, alat dan kandang.

Page 67: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

52

Bobot badan awal adalah jumlah berat badan tertimbang sapi-sapi bakalan

saat awal penggemukan, diukur dalam satuan kilogram (kg).

Bobot akhir adalah berat badan tertimbang sapi-sapi saat akhir penggemukan,

diukur dalam satuan kilogram (kg).

Pengadaan sarana produksi adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilakukan

untuk menyediakan faktor produksi pada usaha penggemukan sapi potong.

Hijauan adalah jenis bahan pakan yang berasal dari hijauan daun segar,

seperti rumput-rumputan, rumpu gajahan, dan lainnya diukur dalam satuan

kilogram per periode, yaitu selama 3 bulan (kg/periode).

Pakan ternak adalah makan bagi hewan ternak yang berguna untuk

meningkatkan bobot badan akhir sapi potong dalam satu kali periode

penggemukan, yaitu tiga bulan, diukur dalam satu kali periode yang

dinyatakan dalam kilogram per periode (kg/periode).

Biaya pakan adalah nilai yang dikeluarkan untuk pakan yaitu kulit nanas +

kulit singkong, konsentrat dan rumput hijauan, pada satu periode

penggemukan, dinyatakan dengan satuan rupiah per periode (kg/periode).

Obat adalah nilai yang dikeluarkan untuk pembelian obat bagi hewan ternak

sapi dalam satu periode, dinyatakan dengan satuan rupiah per periode

(Rp/kg).

Page 68: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

53

Vitamin adalah nilai dikeluarkan untuk pembelian vitamin bagi hewan ternak

sapi dalam satu periode, dinyatakan dengan satuan rupiah per periode

(Rp/kg).

Tenaga kerja dalam keluarga adalah sumberdaya manusia yang terlibat dalam

kegiatan usaha budidaya penggemukan sapi potong yang berasal dari dalam

anggota keluarga peternak, dihitung dalam sekali periode, yaitu tiga bulan,

dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK).

Tenaga kerja luar keluarga adalah sumberdaya manusia yang terlibat dalam

kegiatan usaha budidaya penggemukan sapi potong yang berasal dari luar

anggota keluarga peternak, dihitung dalam sekali periode yaitu tiga bulan

dalam satuan Hari Kerja Orang (HOK).

Harga faktor produksi merupakan harga atau nilai dari faktor produksi yang

digunakan dalam kegiatan usaha penggemukan sapi potong, diukur dalam

satu periode, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)

Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan Kelompok Ternak

Cempaka untuk melakukan kegiatan penggemukan sapi potong. Biaya

produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan olek Kelompok Ternak Cempaka

yang besarnya tidak dipengaruhi jumlah output yang diproduksi, terdiri dari

penyustan alat, tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya rumput hijauan. Biaya

tetap diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Page 69: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

54

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh Kelompok Ternak

Cempaka yang besarnya dipengaruhi jumlah output yang diproduksi, terdiri

dari bakalan, pakan ternak, obat dan vitamin, serta pajak. Biaya variabel

diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Kandang adalah tempat untuk kegiatan budidaya penggemukan sapi potong,

yang ukurannya disesuaikan berdasarkan jumlah hewan ternak sapi potong,

dan dinyatakan dalam rupiah per periode (Rp/ periode).

Alat adalah serangkaian peralatan yang digunakan dalam kegiatan usaha

penggemukan sapi potong berupa, cangkul, sekop, sorok, bak, alat suntik dan

sepatu boots. Penyusutan alat dihitung berdasarkan penyusutan umur

ekonomis yang dikonversikan menjadi penyusutan per periode, dinyatakan

dalam rupiah per periode (Rp/periode).

Harga output adalah harga jual sapi potong per kilogram, dihitung per periode

penggemukan, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah sapi potong yang dijual

dengan harga jual sapi per kilogram, yaitu diukur dengan satuan rupiah (Rp).

Pendapatan merupakan jumlah penerimaan total dikurangi dengan biaya total

dalam kegiatan produksi, sehingga menghasilkan sejumlah uang atau

keuntungan, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pemasaran merupakan proses pertukaran serangkaian kegiatan untuk

memindahkan produk sapi potong hidup dari produsen ke konsumen dengan

Page 70: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

55

tujuan, untuk menciptakan permintaan, memperoleh pendapatan dan

kepuasan disemua pihak yang terlibat.

Saluran atau rantai pemasaran adalah pihak-pihak yang bekerja dalam

memasarkan suatu produk yang dihasilkan dari produsen sampai pada

konsumen akhir, sehingga membentuk sebuah pola atau rantai.

Rumah potong hewan (RPH) adalah suatu komplek bangunan dengan desain

dan syarat tertentu, yang digunakan sebagai tempat pemotongan hewan bagi

konsumsi masyarakat luas.

Belantik adalah pelaku pasar yang kadang bisa memainkan harga sapi di

pasar hewan.

Pedagang besar adalah salah satu lembaga dalam pemasaran yang membeli

sapi potong dari petani dan menjualnya ke luar daerah.

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong dari

pedagang pemotong dalam bentuk potongan hasil ternak dan menjualnya

kepada konsumen di pasar.

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Ternak Cempaka yang terletak di

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Penentuan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

Page 71: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

56

Kelompok Ternak Cempaka merupakan kelompok ternak dengan unit usaha

penggemukan sapi potong.

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Ternak

Cempaka Sistem Swadana Mandiri, dengan jumlah responden adalah 20

orang. Waktu pengumpulan data penelitian adalah bulan Juli sampai dengan

bulan Oktober 2018 , dengan periode pengamatan adalah 3 bulan, yaitu bulan

Agustus sampai Oktober 2018

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari

responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner serta

pengamatan langsung tentang keadaan di lapangan. Data sekunder diperoleh

dari mempelajari dan mengamati dokumen/catatan tertulis atau arsip yang

relevan yang berhubungan dengan topik penelitian bersumber dari Badan

Pusat Statistik, data di Kelompok Ternak Cempaka dan lembaga-lembaga

penelitian atau publikasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif

dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah suatu prosedur analisis yang

menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-

orang yang diamati. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab

Page 72: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

57

tujuan pertama dan ketiga, sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis yang

dilakukan secara matematis. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab

tujuan ketiga, yaitu untuk menghitung pendapatan usaha penggemukan di

kelompok ternak Cempaka.

1. Analisis Pendapatan

Pendapatan yang akan dihitung adalah pendapatan usaha penggemukan

sapi potong pada sistem swadana mandiri. Menurut Soekartawi (1995)

secara matematis besarnya pendapatan dapat dirumuskan sebagai:

Π = TR – TC ..................................................................................... (6)

Π = Y.Py – ( ∑ ......................................................... (7)

keterangan:

Π = Pendapatan (Rp)

TR = total revenue atau penerimaan total (Rp)

TC = total cost atau biaya total (Rp)

Xi = Faktor produksi variabel ke i (i = 1, 2, 3,...,n)

Pxi = Harga faktor produksi variabel ke i (Rp)

Y = sapi potong (Kg)

Py = Harga sapi potong (Rp/kg)

BTT = Biaya tetap total

Guna mengetahui kelayakan usaha, maka dilakukan analisis R/C rasio

dengan melakukan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya

total, yang dirumuskan sebagai:

R/C=

................................................................................................(8)

Page 73: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

58

Keterangan :

R/C = nisbah penerimaan dan biaya

TR = total revenue atau penerimaan total (Rp)

TC = total cost atau biaya total (Rp)

Jika R/C > 1, maka suatu usaha mengalami keuntungan,

karena penerimaan lebih besar dari biaya. Jika R/C < 1, maka suatu

usaha mengalami kerugian atau tidak menguntungkan karena penerimaan

lebih kecil dari biaya, dan jika R/C = 1, maka suatu usaha mengalami

impas, karena penerimaan sama dengan biaya.

2. Pemasaran

Pemasaran sapi potong hasil penggemukan sistem swadana mandiri di

Kelompok Ternak Cempak dianalisis secara deskriptif kualitatif, dan

terbatas hanya pada saluran pemasaran sapi potong.

Page 74: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

59

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Cempaka

1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Ternak Cempaka

Kelompok Ternak Cempaka, (2018), Kelompok Ternak Cempaka

merupakan Kelompok Wanita Tani yang memiliki usaha penggemukan sapi

potong yang berlokasi di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

Kelompok Ternak Cempaka didirikan dengan latar belakang kegiatan ibu-

ibu rumah tangga, yang bergabung dalam kegiatan PKK. Menyadari

semakin berkembangnya kegiatan PKK, maka dilakukan upaya peningkatan

pendapatan dengan membentuk UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Sejahtera), yang dibentuk pada tanggal 9 Januari 1996, dan

diresmikan pada tanggal 9 Januari 1998. Kelompok Ternak Cempaka pada

tahun 2002 mendapat pinjaman dari Bank Niaga sebesar Rp. 1.830.000.000.

Dana ini yang kemudian digunakan sebagai dana pembuatan kandang dan

pembelian bakalan bagi Kelompok Ternak Cempaka. Sistem budidaya

ternak Kelompok Ternak Cempaka adalah penggemukan dan

pengembangan sapi melalui hubungan kemitraan dengan PT GGL.

Kelompok Ternak Cempaka tahun 1996 hanya beranggotakan 27 peternak.

Sejak era kemitraan yang pertama tahun 1991, Kelompok Ternak Cempaka

Page 75: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

60

tahun 2005 adalah 44 orang, dan pada tahun 2018 jumlah anggota kelompok

ternak bertambah menjadi 69 orang.

2. Sistem Kemitraan di Kelompok Ternak Cempaka

Hubungan kemitraan Kelompok Ternak Cempaka dengan PT GGL dimulai

pada tahun 1991. Awal kemitraan PT GGL hanya memasok pakan yang

berasal dari hasil produk pabrik pengolahan tapioka dan kulit nanas, lalu

memasarkan sapi yang dihasilkan oleh peternak Cempaka. Kemudian pada

tahun 2013, selain memasok pakan, PT GGL juga membantu pengadaan

sapi bakalan bagi peternak mitra yang belum mandiri, yang disebar ke

kelompok percontohan di Lampung Tengah. Salah satu kelompok

percontohan adalah peternak mitra di Desa Astomulyo yaitu Kelompok

Ternak Cempaka (Kelompok Ternak Cempaka, 2018).

Hubungan kemitraan yang dilakukan oleh PT GGL adalah penyediaan bibit

sapi, pakan serta obat-obatan, sedangkan vaksin diperoleh melalui subsidi

dari Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Lampung Tengah. PT GGL

selain mengusahakan peternakan sapi potong di kandang sendiri, PT GGL

juga melakukan kerjasama kemitraan dengan peternak mitra melalui

program kemitraan Plasma Inti Rakyat (PIR). Program kemitraan PIR

terdiri dari dua macam, yaitu PIR Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dan PIR

Swadana Gaduhan. PIR KKP adalah program kemitraan dimana semua

modal usaha, mulai dari pengadaan bakalan hingga pakan difasilitasi oleh

perusahaan, sedangkan pada PIR Swadana Gaduhan hanya sapi bakalan

yang disediakan oleh plasma (fatma, 2018).

Page 76: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

61

Dalam program PIR Swadana Gaduhan, PT GGL menerapkan 2 sistem,

yaitu sistem weaner gaduh dan swadana mandiri. PT GGL menyediakan

dan menyalurkan paket sapi bakalan Brahman Cross sebanyak 10 ekor per

peternak yang menggunakan sistem weaner gaduh, sedangkan peternak

dengan sistem swadana mandiri diharuskan memiliki 4 ekor sapi bakalan

per peternak. Peternak dengan sistem swadana mandiri dapat membeli

bakalan sapi dari PT GGL atau dari pasar melalui broker. Selain sistem

weaner gaduh dan swadanan mandiri, Kelompok Ternak Cempaka juga

mengusahakan penggemukan secara mandiri, yaitu bakalan sapi, pakan dan

vitamin dibeli secara mandiri oleh peternak (Fatma, 2018).

a. Sistem Weaner Gaduh

Sistem weaner gaduh merupakan sistem kemitraan dimana sapi bakalan

dan pakan berasal dari PT GGL. Sistem kemitraan ini merupakan salah

satu sistem kemitraan yang melibatkan peran pemerintah, perusahaan

swasta dan peternak dalam pengembangan usaha penggemukan sapi

potong untuk memenuhi permintaan akan daging. Dukungan

pemerintah salah satunya adalah pengawasan terhadap pelaksanaan

kemitraan dan kebijakan jumlah sapi bakalan jenis Brahman Cross atau

sapi BX yang berasal dari Australia, serta keterlibatan Dinas Peternakan

Lampung Tengah dalam menyediakan obat dan vitamin bagi peternak

di Lampung Tengah.

Sistem weaner gaduh di Kelompok Ternak Cempaka mulai

dikembangkan pada tahun 2013. Syarat untuk menjalin kemitraan ini

adalah para peternak harus tergabung dalam satu kelompok tani yang

Page 77: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

62

telah berbadan hukum dan telah tergabung pada sistem swadana

mandiri terlebih dahulu. Selain itu, peternak juga berkewajiban

menyediakan kandang sesuai dengan ketentuan dari PT GGL, yaitu

menggunakan sistem postal, dengan kontruksi kandang menggunakan

bahan kayu, berlantai semen, dan beratap genteng. Rata-rata luas

kandang adalah 3 m² per ekor, jarak kandang dari rumah minimal 9 m,

dengan posisi kandang menghadap ketimur, karena sinar matahari pagi

mengandung sinar Ultra Violet. Pada tahun 2016 sistem weaner gaduh

di Kelompok Ternak Cempaka berhenti karena PT GGL tidak lagi

menyediakan bakalan sapi untuk peternak sebagai akibat dari kebijakan

pemerintah yang mengurangi impor bakalan sapi BX (Kelompok

Ternak Cempaka, 2018).

b. Sistem Swadana Mandiri

Sistem swadana mandiri merupakan sistem yang terbentuk karena

adanya kemitraan dengan PT GGL. Kemitraan dengan sistem swadana

mandiri berupa penyediaan pakan yang berasal dari PT GGL,

sedangkan sapi bakalan merupakan bakalan sapi yang dibeli sendiri

oleh peternak. Syarat peternak mengikuti sistem swadana mandiri

adalah peternak harus memiliki minimal 4 ekor sapi yang dimitrakan

dengan PT GGL, sapi yang dimitrakan ini yang kemudian akan

diberikan pakan oleh PT GGL selama satu kali periode, yaitu selama 3

bulan masa penggemukan sapi, dan sapi hasil penggemukan harus

dijual ke PT GGL.

Page 78: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

63

c. Sistem Mandiri

Sistem mandiri merupakan sistem usaha penggemukan sapi secara

mandiri, yang dilakukan oleh peternak anggota Kelompok Ternak

Cempaka tanpa menjalin kemitraan dengan pihak swasta. Peternak

mengusahakan sistem mandiri disesuai dengan kemampuan membeli

bakalan sapi, dan pakan.

Perbedaan dari sistem weaner gaduh, swadana mandiri, dan mandiri secara

lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan dari sistem weaner gaduh, swadanan mandiri, dan

mandiri di Kelompok Ternak Cempaka

Sistem Keterangan

Weaner Gaduh

1. Jenis sapi yang digunakan adalah jenis sapi

Australia yang berasal dari PT GGL

2. Pakan berasal dari PT GGL

3. Hasil produksi sapi potong seluruhnya wajib

dijual ke PT GGL

4. Kemitraan berhenti pada tahun 2016

Swadana Mandiri

1. Jenis sapi yang digunakan adalah jenis sapi

lokal milik peternak

2. Pakan berasal dari PT GGL

3. Hasil produksi sapi lokal wajib dijual ke PT

GGL

4. Kemitraan masih berjalan sampai sekarang

Mandiri

1. Jenis sapi yang digunakan adalah jenis sapi

lokal milik peternak, yang berasal dari Belantik

2. Pakan dibeli secara mandiri oleh peternak

3. Hasil produksi dijual ke pasar bebas (belantik,

pedagang besar, dll)

4. Mulai diusahakan tahun 2016

Sistem usaha penggemukan sapi potong sistem weaner gaduh dan mandiri

tidak diteliti pada penelitian ini, karena sistem weaner gaduh sudah tidak

dilakukan pada tahun 2016, sedangkan sistem mandiri pengusahaannya

Page 79: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

64

tidak dilakukan antara bulan Agustus sampai Okteber 2018, sehingga

penelitian ini hanya membahas tentang sistem swadana mandiri.

Page 80: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendapatan usaha penggemukan sapi potong sistem swadana mandiri di

Kelompok Ternak Cempaka per 6 ekor adalah Rp 68.172.602,19, dan per

1 ekor adalah Rp 11.362.100,36, dan menguntungkan untuk diusahakan

dengan R/C rasio >1.

2. Pemasaran hasil produksi sapi potong sistem swadana mandiri hanya

melalui satu saluran pemasaran, yaitu Peternak PT GGL Pedagang

Besar Pedagang Kecil Konsumen.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi pemerintah agar lebih tegas dalam menetapkan kebijakan mengenai

bantuan tentang usaha penggemukan karena sangat membantu peternak

dengan skala usaha kecil.

Page 81: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

91

2. Bagi Peternak agar lebih jujur lagi mengenai bagian penggunaan pakan

untuk sistem weaner gaduh dan mandiri, agar pencapaian bobot/berat

sapi potong maksimal.

3. Bagi peneliti lain sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang

pengetahuan efesiensi pemasaran terhadap ketiga sistem kemitraan

dengan melibatkan beberapa responden pembeli.

Page 82: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

92

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta

Ali, Muhammad Fajar. 2017. Skripsi. Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran Kubis

di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Anggraini, Nuni, Hasyim, Ali I., Situmorang, Suriaty. 2013. Analisis Efisiensi

Pemasaran Ubi Kayu di Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Ilmu Agribisnis

Vol 1 No. 1 80-86. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Azzaino, Z. 2003. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian. Skipsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2013. Analisis PDB Sektor Pertanian. Badan Pusat Statistik

Indonesia. Indonesia.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. 2016. Populasi

Ternak Menurut Kabupaten di Provinsi Lampung Tahun 2015

http://disnakkeswan.lampungprov.go.id/ [2 September2016]

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016a. Populasi Daging Sapi Potong

Nasional Tahun 2011 – 2015 http://disnakkeswan.go.id/ [1 Oktober 2016]

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016b. Produksi Daging Sapi Potong

Nasional Tahun 2011 – 2015 http://disnakkeswan.go.id [1 Oktober 2016]

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016c. Populasi sapi potong menurut

provinsi di Pulau Sumatera tahun 2012-2015 http://disnakkeswan.go.id/ [2

September2016]

Duunga, Suparto, putri. 2014. Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Bali di

Kabupaten Bangli. Universitas Udayana. Denpasar

Herlambang, Bayu. 2014. Jadi Jutawan dari Berternak Sapi Potong dan Sapi

Perah. Flashbooks. Jogjakarta. Jakarta

Kariyasa, K. 2005. Sistem integrasi tanaman ternak dalam perspektif

reorientasi kebijakan subsidi pu puk dan peningkatan pendapatan petani.

Page 83: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

93

Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian,3 (1).

http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/analisis-

kebijakan- pertanian/346-joomla-promo11/2253-sistem-integrasi-

tanaman-ternak- dalam-perspektif-reorientasi-kebijakan-subsidi-pupuk-

dan-peningkatan- pendapatan-petani [2 Juli 2018]

Karokaro, Nike S., Tarigan, Kelin, dan Lubis, Satia N. 2011. Analisis Efisiensi

Pemasaran Kakao (Studi Kasus : Desa Lau Sireme, Desa Lau Bagot, Desa

Sukandebi, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Daeri. Jurnal Ilmiah.

Universitas Sumatera. Medan.

Kementrian Pertanian. 2013. Analisis PDB Sektor Pertanian. Pusat Data dan

Informasi Pertanian Sekertaris Jendral- Kementrian Pertanian.

Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan dan Pengendalian.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Kotler, philip. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Millenium. PT. Ikrar Mandiri

Abadi. Jakarta.

Kotler, philip. 2005. Manajemen Pemasaran edisi kesebelas jilid 2. PT. Tema

Baru. Jakarta.

Kusuma, septa, amirudin. 2013. Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV Septia

Anugrah Jakarta. Journal Institusi Pertanian Bogor. Bogor. [

htpp://Journal.ipb.id/index.php/jurnalmdi/ diunduh 24 September 2017]

Kuswaryan, S., S. Rahayu, C. Firmansyah, dan A. Firman. 2004. Manfaat

Ekonomi dan Penghematan Devisa Impor dari Pengembangan

Peternakan Sapi Potong Lokal. Jurnal Ilmu Ternak, 4(1) : 41-46

https://scholar.google.co.id/citations?user=oCfDFYAAAAAJ&hl=id [28

Agustus 2018]

Limbong, W. H dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mosher, A.T. 1987. Menggerakan Dan Membangun Pertaian. Yasaguna. Jakarta

Murtidjo, B. A. 2000. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta

Nurdiansyah. 2015. Analisis Pedapatan dan Pemasaran Kakao di Kecamatan

Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Lampung.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2016.

Perkembangan Konsumsi Daging Sapi Di Indonesia Tahun 2000 – 2014

http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/ [1 September 2018]

Santosa, U. 2001. Tata laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.

Page 84: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

94

Satiti, R. 2017. Analisis sistm agribisnis dan kemitraan usaha pengemukan

sapi potong di koperasi gunung madu. Skripsi. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Setiorini, Fajarwulan. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Ika Mas, di Kabupaten

Tanggamus, Kecamatan Pagelaran, Provinsi Lampung. (Skripsi) Institut

Pertanian Bogor. Bogor. hhtp://repository.ipb.ac.id/bitstream/c08fse.pdf,

[8 Juli 2018]

Sinaga, Roma K, Maryunianta, Yusak, dan Jufri, Muhammad. 2011. Analisis

Tataniaga Sayuran Kubis Ekspor Di Desa Saribudolok Kecamatan

Silimakuta Kabupaten Simalungu. Jurnal Penelitian. Universitas Sumatera.

Medan

Siregar, B. 2008. Penggemukan Sapi Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, B. dan S. N. Tabing. 1995. Analisis Penggemukan Sapi Potong di

Desa Gebang, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan. Bogor.

http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php/jitv-ijavs [29 Agustus

2018]

Soedarsono. 1994. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi.1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Sudarmono, A. S dan Sugeng, Y. B. 2008. Sapi Potong. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Sugeng, Y. B. 2005. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Tim Karya Tani Mandir. 2009. Pedoman Budidaya Ikan Garumi. Nuansa Aulia.

Bandung

Page 85: ANALISISPENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG …digilib.unila.ac.id/56445/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-04-18 · karena nilai R/C rasio > 1 (R/C rasio

95

LAMPIRAN