ANALISIS PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP...
Transcript of ANALISIS PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP...
1
ANALISIS PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES
TERHADAP PERTUMBUHAN LABA
Oleh:
Budi Lestari ( C2C007021 )
Dosen Pembimbing:
Drs. M. Didik Ardiyanto, Msi., Akt.
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence about the influence of book tax
differences to earnings growth. The variables tested in this study were permanent
differences and temporary differences which are proxy of book tax differences.
Growth in earnings that is used is calculated by subtracting the current period
profit with profit the previous period and then divided by the earnings in the
previous period.
The population in this study were manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange in 2007-2009. The research data obtained from the
manufacturing company's financial statement year period 2007-2009. Based on
purposive sampling method, the sample obtained a total of 39 companies. The
hypothesis in this study were tested using multiple regression analysis.
The results showed that the book tax differences that proxy with permanent
differences and temporary differences do not significantly affect earnings growth.
That was caused by a number of permanent differences and temporary differences
are not significant in influencing the amount of taxable income which is the basis
for current income tax calculation. Insignificant amount in the end will have no
effect on the growth of income.
Keywords: permanent differences, temporary differences, book tax
differences, earnings growth.
2
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu isu yang sedang berkembang di bidang analisis perpajakan yang
menarik perhatian adalah mengenai book tax differences. Book tax differences
adalah perbedaan besaran laba akuntansi atau laba komersial dengan laba fiskal
atau penghasilan kena pajak. Poernomo (2008) menyatakan bahwa laba akuntansi
adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak
yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan lebih
ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi, sedangkan laba fiskal adalah laba atau
rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
lebih ditujukan untuk menjadi dasar penghitungan PPh.
Terdapat sejumlah penelitian yang telah meneliti kemungkinan book tax
differences menjadi sumber informasi yang berguna bagi pemakai laporan
keuangan. Penelitian tersebut memberi bukti bahwa adanya book tax differences
menjadi indikasi terjadinya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan (Mills dan Newberry, 2001; Phillips et al., 2003; Tang, 2006; Ayers et
al.,2008). Selain itu beberapa penelitian menyatakan bahwa book tax difference
juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas laba terutama dalam kaitannya
dengan persistensi laba (Hanlon, 2005; Wiryandari dan Yulianti, 2008).
Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa book tax
differences berkaitan dengan informasi laba sehingga dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan. Namun, manfaat book tax differences tersebut
tidak selalu timbul akibat adanya praktik manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Book tax differences juga timbul akibat adanya perbedaan aplikasi
antara ketentuan akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan
ketentuan fiskal berdasarkan Undang-Undang perpajakan dan tidak disebabkan
oleh adanya unsur oportunistik pihak manajemen seperti melakukan manajemen
laba (earnings management) dan perencanaan pajak (tax planning). Perbedaan ini
3
menyebabkan transaksi yang sama dapat diperlakukan secara berbeda oleh
perusahaan.
Adanya bukti mengenai kegunaan book tax differences dalam kaitannya
dengan informasi laba menjadikan informasi book tax differences menjadi penting
untuk dipahami. Informasi mengenai laba merupakan salah satu sumber penting
yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan. Laba merupakan indikator kinerja keuangan suatu perusahaan.
Diasumsikan bahwa semakin tinggi laba yang dihasilkan maka semakin baik pula
kinerja suatu perusahaan. Para pengguna laporan keuangan yang masing-masing
memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam menggunakan informasi laba
mengandalkan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan sebagai sumber
dalam pengambilan keputusannya.
Terdapat beberapa penelitian yang memberikan bukti bahwa book tax
differences mengandung informasi mengenai kinerja masa depan. Lev dan Nissim
(2004) membuktikan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba fiskal dapat
memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun kedepan, dan berhubungan kuat
(lemah) dengan return saham masa depan. Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian Jackson (2009) yang membuktikan bahwa book tax differences
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Tang dan Firth (2008) menyatakan
bahwa book tax differences yang besar menghasilkan reaksi pasar terhadap harga
saham menjadi rendah. Selain itu mereka juga menemukan bahwa book tax
differences berhubungan negatif dengan laba satu tahun ke depan. Hal itu
mengindikasikan bahwa informasi mengenai book tax differences berguna untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa depan.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
book tax differences dapat memberikan informasi mengenai karakteristik laba
perusahaan dan kinerja perusahaan masa depan. Informasi tersebut diperoleh
bukan hanya akibat adanya praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan,
tetapi juga karena adanya perbedaan aplikasi antara ketentuan akuntansi
4
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan fiskal berdasarkan
Undang-Undang perpajakan. Hal ini dibuktikan oleh Jackson (2009) yang
membuktikan bahwa hubungan antara book tax differences dengan pertumbuhan
laba tidak selalu disebabkan oleh manajemen laba, tetapi juga disebabkan oleh
perlakuan transaksi ekonomi yang berbeda serta tarif pajak efektif yang
berfluktuasi.
Memahami hubungan antara perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal
merupakan hal yang penting karena informasi tersebut dapat memberikan bukti
mengenai kegunaan penghasilan kena pajak dalam menentukan nilai perusahaan
(Jackson, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui manfaat book tax differences dalam memberikan informasi mengenai
kinerja perusahaan yang tercermin dalam pertumbuhan laba. Dalam penelitian ini,
book tax differences dibagi menjadi dua komponen, yaitu perbedaan permanen
dan perbedaan temporer. Pertumbuhan laba, diukur dari perubahan pada laba
bersih akuntansi. Dalam penelitiannya, Jackson (2009) memisahkan pertumbuhan
pada laba menjadi dua komponen, yaitu laba sebelum pajak dan beban pajak. Hal
ini dikarenakan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada laba sebelum
pajak atau perubahan pada beban pajak penghasilan masa depan. Namun, dalam
penelitian ini pertumbuhan laba yang akan diteliti dihitung dengan cara
mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian
dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.
II. TELAAH TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang menguji kemampuan book tax differences
dalam memprediksi kinerja perusahaan masa depan terutama yang berhubungan
dengan informasi laba. Penelitian yang dilakukan oleh Phillips, et al. (2003)
memberi bukti bahwa beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi
5
manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari kerugian dan
penurunan laba. Sejalan dengan Hanlon (2005) yang menguji peranan book tax
differences dalam mengindikasikan persistensi laba, akrual, dan arus kas untuk
laba satu tahun ke depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan
dengan book tax differences dalam jumlah besar serta bernilai positif dan negatif
(large positive book tax differences dan large negative book tax differences)
mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan yang
mempunyai book tax differences dalam jumlah kecil (small book tax differences).
Hanlon (2005) menyatakan bahwa investor dapat menafsirkan book tax
differences yang besar sebagai „red flag‟ dan mengurangi harapan mereka
mengenai persistensi laba di masa depan.
Lev dan Nissim (2004) melakukan penelitian dengan mengembangkan “tax
based fundamental” yang didefinisikan sebagai rasio estimasi penghasilan kena
pajak dengan laba bersih. Mereka menemukan bukti bahwa rasio laba akuntansi
terhadap laba fiskal dapat memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun kedepan,
dan berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan.
Konsisten dengan penelitian Lev dan Nissim (2004), Jackson (2009)
melakukan peneltian untuk menguji hubungan antara book tax differences dan
pertumbuhan laba. Dalam penelitiannya, Jackson membagi book tax differences
menjadi dua komponen, yaitu komponen perbedaan permanen dan perbedaan
temporer. Jackson juga membagi pertumbuhan laba menjadi perubahan pada laba
sebelum pajak dan perubahan pada beban pajak. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bersifat negatif antara komponen
perbedaaan permanen dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan
komponen sementara book tax differences (pajak tangguhan) berhubungan
negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa mendatang.
Di Indonesia, penelitian mengenai perbedaan antara laba akuntansi dan laba
fiskal dilakukan oleh Wiryandari dan Yulianti (2008). Penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk meneliti hubungan antara perbedaan laba akuntansi dan laba
6
pajak dengan perilaku manajemen laba dan persistensi laba. Dengan
menggunakan model distribusi laba, hasil penelitian menunjukkan bahwa beban
pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi
manajemen laba dengan tujuan untuk menghindari penurunan laba. Penelitian
juga dilakukan untuk menguji apakah perbedaan laba akuntansi dan laba pajak
dapat digunakan untuk mengukur persistensi laba. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak positif yang besar mempunyai
persistensi laba yang lebih rendah.
Irreza dan Yulianti (2010) baru-baru ini meneliti penggunaan komponen-
komponen pembentuk pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba.
Dalam penelitiannya, komponen pajak tangguhan dibagi ke dalam komponen
akrual dan pencadangan atas pendapatan dan beban, kompensasi, depresiasi aset
berwujud, penilaian aset lainnya dan miscellaneous item. Hasil penelitian
menemukan bukti bahwa total perubahan kewajiban pajak tangguhan bersih dan
total akrual dapat mendeteksi kemungkinan perusahaan melakukan aktivitas
manajemen laba untuk menghindari kerugian.
Dari beberapa penelitian yang telah diuraikan tersebut, secara umum dapat
disimpulkan bahwa beda antara laba akuntansi dengan laba kena pajak dapat
memberikan informasi mengenai karakteristik laba yang dihasilkan dan kinerja
masa depan perusahaan.
2.2 Hipotesis
Telah disinggung sebelumnya book-tax differences yang akan dianalisis
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua komponen, yaitu perbedaan permanen
dan perbedaan temporer. Perbedaan permanen timbul akibat adanya perbedaan
pengakuan transaksi antara peraturan akuntansi dan peraturan pajak. Perbedaan
permanen terdiri dari penghasilan yang telah dipotong PPh final, penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak, pengeluaran yang termasuk dalam non
deductible expense dan tidak termasuk dalam deductible expense.
7
Penghasilan yang diakui dalam peraturan akuntansi dapat menambah laba
perusahaan, namun dalam peraturan pajak penghasilan tersebut tidak diakui dan
harus dikeluarkan dari perhitungan laba fiskal (penghasilan kena pajak). Hal ini
akan menyebabkan laba fiskal (penghasilan kena pajak) menjadi rendah sehingga
akan berpengaruh pada beban pajak yang semakin kecil. Jika penghasilan sebelum
pajak konstan, semakin rendah beban pajak yang dibayarkan maka laba bersih
yang dihasilkan semakin besar.
Hal yang berlawanan akan terjadi pada pengeluaran yang dalam peraturan
akuntansi akan mengurangi laba namun tidak menurut peraturan pajak. Dalam
peraturan akuntansi pengeluaran tersebut akan mengurangi laba, namun dalam
peraturan pajak item tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan penghasilan
kena pajak. Hal ini akan mengakibatkan beban yang dibayarkan sebagai
pengurang laba akan menjadi lebih kecil dan penghasilan kena pajak menjadi
lebih besar. Penghasilan kena pajak yang besar berarti beban pajak yang lebih
besar pula. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin besar beban pajak
yang harus dibayarkan maka akan memperkecil laba bersih yang dihasilkan.
Penelitian oleh Tang dan Firth (2008) yang memasukkan komponen
perbedaan permanen dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa book tax
differences yang besar menandakan bahwa laba perusahaan lebih transitory dan
kurang persisten, menyimpulkan kinerja yang lebih rendah di tahun mendatang
dan menyebabkan harga saham menjadi lebih rendah. Jackson (2009) yang juga
melakukan penelitian dengan menganalisis perbedaan permanen menemukan
bukti bahwa perbedaan permanen berhubungan positif dengan pertumbuhan laba
hanya karena mereka berhubungan negatif dengan perubahan beban pajak.
Maksud dari pernyataan ini adalah semakin tinggi perbedaan permanen maka
semakin rendah beban pajak masa depan, yang berarti bahwa laba bersih masa
depan akan semakin tinggi.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Perbedaan permanen berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
8
Beberapa perbedaan temporer dapat timbul apabila penghasilan atau beban
diakui dalam perhitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat
penghasilan atau beban tersebut diakui dalam perhitungan laba fiskal, misalnya
perbedaan metode penyusutan dan masa manfaat yang digunakan dalam
penghitungan laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan temporer kena pajak
tersebut menyebabkan timbulnya beban pajak tangguhan atau pendapatan pajak
tangguhan. Beban pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak
tangguhan sedangkan pendapatan pajak tangguhan menimbulkan aset pajak
tangguhan.
Besarnya pajak tangguhan bersih berpengaruh terhadap pembayaran pajak
masa depan yang tercermin pada pajak kini di tahun mendatang. Pembalikan
perbedaan temporer akan mempengaruhi pembayaran pajak di masa yang akan
datang. Misalnya, pembalikan kewajiban pajak tangguhan akan meningkatkan
pembayaran pajak masa yang akan datang, sementara pemulihan aset pajak
tangguhan akan mengurangi pembayaran pajak masa depan. Pembayaran pajak
yang semakin meningkat atau semakin menurun akan berpengaruh pada laba
bersih yang akan dihasilkan. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin
besar beban pajak yang dibayarkan maka semakin kecil laba bersih yang
dihasilkan, begitu pula sebaliknya.
Perbedaan temporer juga dapat memberi informasi mengenai kinerja ekonomi
masa depan melalui diskresi akrual yang digunakan oleh perusahaan untuk
memanipulasi laba yang tercermin dari beban pajak tangguhan. Pendeteksian
manajemen laba dalam penelitian Philips et al. (2003) menyimpulkan bahwa
beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba guna
menghindari penurunan laba dan menghindari kerugian, namun tidak demikian
dengan memenuhi perkiraan analis pasar. Penelitian yang dilakukan Hanlon
(2005) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki perbedaan temporer
(pajak tangguhan) yang besar memiliki laba yang kurang persisten. Jackson
(2009) yang memfokuskan penelitian pada pertumbuhan laba juga menemukan
9
bahwa perbedaan temporer berhubungan negatif dengan pertumbuhan laba
sebelum pajak.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang akan diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2: Perbedaan temporer berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Dependen
Menurut Sekaran (2003:88) variabel dependen adalah variabel yang menjadi
fokus utama peneliti. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
laba. Laba merupakan indikator kinerja suatu perusahaan. Informasi yang
terkandung di dalam laba bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Pertumbuhan laba merupakan perubahan laba yang
dihasilkan oleh perusahaan dari periode ke periode. Pertumbuhan laba dihitung
dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode
sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya. Pertumbuhan
laba dirumuskan sebagai berikut:
=
Keterangan:
= pertumbuhan laba
= laba bersih perusahaan i pada tahun t
= laba bersih perusahaan i pada tahun t-1
10
3.1.2 Variabel Independen
3.1.2.1 Perbedaan Permanen ( Permanen Differences)
Adanya perbedaan antara prinsip akuntasi dengan peraturan perpajakan akan
menimbulkan suatu selisih yang mencakup komponen perbedaan permanen dan
perbedaan temporer. Perbedaan permanen timbul akibat adanya suatu transaksi
yang diakui oleh standar akuntansi namun tidak diakui oleh peraturan perpajakan.
Konsekuensinya transaksi tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi ketika
menghitung pendapatan kena pajak.
Oleh karena book tax differences dan komponennya memiliki nilai yang
relevan terhadap laba pada tahun berjalan dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja masa depan dan menjelaskan ekuitas perusahaan (Tang dan
Firth, 2008), maka perbedaan permanen digunakan sebagai variabel independen
yang akan melengkapi perbedaan temporer dalam memprediksi pertumbuhan laba.
Perbedaan permanen yang dimaksud dalam penelitian ini diperoleh dari jumlah
perbedaan permanen yang tersaji pada catatan laporan keuangan dibagi dengan
total aset.
3.1.2.2. Perbedaan Temporer (Temporary Differences)
Perbedaan temporer timbul karena standar akuntansi dan peraturan
perpajakan mencatat dan mengakui transaksi pada waktu yang berbeda. Perbedaan
temporer ini mengakibatkan adanya aset pajak tangguhan dan/ atau kewajiban
pajak tangguhan. Perbedaan temporer merupakan refleksi dari kebijakan akrual
(discretionary accruals) tertentu yang diterapkan oleh perusahaan. Kebijakan
akrual ini mengakibatkan adanya suatu perbedaan waktu pengakuan penghasilan
atau biaya antara akuntansi dengan pajak. Mengingat bahwa kebijakan akrual
tersebut memungkinkan manajer melakukan manajemen laba, maka perbedaan
temporer yang mengandung kebijakan akrual tersebut relevan dalam memprediksi
kinerja perusahaan di masa depan. Perbedaan temporer yang dijadikan variabel
dalam penelitian ini diperoleh dari jumlah perbedaan temporer yang terdapat pada
catatan laporan keuangan dibagi dengan total aset.
11
3.1.3 Variabel Kontrol
3.1.3.1 Arus Kas Operasi
Arus kas operasi menunjukkan besarnya aliran masuk yang berasal dari
aktivitas operasi dan aliran keluar yang digunakan untuk aktivitas operasi. Arus
kas operasi sebagai proksi komponen laba permanen merupakan salah satu
komponen nilai prediksi laba dalam menentukan persistensi laba (Wijayanti,
2006), sehingga diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan positif dengan
laba masa depan. Arus kas operasi dalam penelitian ini dihitung dari total aliran
kas operasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa dan ditambah pajak
penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.
3.1.3.2 Akrual
Wijayanti (2006) menyatakan bahwa akrual adalah proksi komponen laba
transitori. Akrual merupakan item laba sebelum pajak yang tidak mempengaruhi
kas pada periode berjalan (pretax accrual). Komponen akrual kurang persisten
dibandingkan dengan komponen kas. Logika yang mendasarinya adalah
komponen akrual yang memiliki diskresi tinggi mengakibatkan banyak error yang
akan terkoreksi pada laba mendatang (Dechow dan Dichev, 2002 dalam
Wiryandari dan Yulianti, 2008). Dapat disimpulkan bahwa akrual berhubungan
negatif dengan perubahan laba masa depan. Akrual dalam penelitian ini dihitung
sebagai laba akuntansi sebelum pajak dikurangi oleh aliran kas operasi sebelum
pajak. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibagi dengan total aset.
3.1.3.3 Perubahan pada ROA
Return on Assets (ROA) atau tingkat profitabilitas merupakan indikator
dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA
menunjukkan seberapa efisien manajemen menggunakan asetnya untuk
menghasilkan laba. ROA didapat dengan cara menghitung laba bersih perusahaan
dibagi dengan total aset. Perubahan pada ROA dapat digunakan untuk
mengendalikan tren jangka pendek dan jangka panjang pada laba, sehingga
12
diperkirakan bahwa perubahan pada ROA akan berhubungan positif dengan
perubahan laba masa depan (Jackson, 2009). Perubahan ROA pada penelitian ini
dihitung dari selisih antara ROA pada tahun berjalan dan ROA tahun lalu dibagi
dengan ROA tahun lalu.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang akan menjadi pengamatan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-
2009. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan sampel
penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan
laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten dan lengkap
dari tahun 2007-2009 dan tidak di-delisting selama periode pengamatan
penelitian.
2. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Dikarenakan
penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan
adalah yang dinyatakan dalam Rupiah.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan komersial
dan laporan keuangan fiskal selama tahun pengamatan. Alasannya adalah
kerugian dapat dikompensasi ke masa depan (carryforward) menjadi
pengurang biaya pajak tangguhan dan diakui sebagai aset pajak tangguhan
sehingga dapat mengaburkan arti book tax differences (Hanlon, 2005).
4. Perusahaan tidak melakukan kompensasi pajak akibat rugi selama tahun-
tahun sebelumnya.
5. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
indikator- indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada penelitian
ini.
13
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang mengacu
pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data ini berupa
laporan keuangan Perusahaan Manufaktur yang dipublikasikan di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2007-2009. Sumber data tersebut berasal dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007-2009, Fact Book tahun 2008-2010,
website IDX yaitu www.idx.co.id, dan Pojok BEI Universitas Diponegoro.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sekunder pada penelitian ini adalah dengan
metode dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen yang relevan baik dari kepustakaan maupun pencarian melalui
internet untuk memperoleh informasi- informasi serta data-data yang diperlukan.
3.5 Metode Analisis
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode
analisis regresi.
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam
penelitian ini. Uji statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
umum atau karakteristik data yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis
yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), distribusi frekuensi, nilai minimum
dan maksimum serta deviasi standar.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan
estimator linier yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) perlu dilakukan uji
asumsi klasik. Dalam uji asumsi klasik ini model analisis yang digunakan akan
menghasilkan estimator yang tidak bias apabila memenuhi beberapa asumsi klasik
sebagai berikut:
14
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Analisis statistik
yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji normalitas residual yaitu uji
one sample kolmogrov-smirnov test. Dalam uji ini akan digunakan uji one sample
kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance
(tolerance value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai
tolerance lebih dari 0,10 atau nilai VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel dalam model regresi.
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, penelitian ini
menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen. Dalam pengambilan keputusan dapat
dilihat dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas 0,05
maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun sebaliknya, jika
nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas.
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi dapat
15
diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan
dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat
autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima yang berarti
tidak ada autokolerasi.
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis penelitian ini, uji statistik yang
digunakan adalah analisis regresi. Analisis regresi bertujuan untuk mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, selain itu juga menunjukkan
arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan
regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
NI = +
PERM +
TEMP +
CFO +
ACC +
ROA +
Keterangan:
= Pertumbuhan laba
= Jumlah perbedaan permanen
= Jumlah perbedaan temporer
= Arus Kas Operasi
ACC = Total akrual
= Perubahan ROA
= error
3.5.3.1 Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
deteminasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
16
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali,2006).
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan > 0,05 berarti secara
bersama-sama variabel independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Jika nilai signifikan < 0,05 berarti secara bersama-sama variabel
dependen mempunyai pengaruh terhadap variabel independen.
1.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka
suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun 2007-2009. Penentuan sampel penelitian dilakukan
dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan
proses pemilihan sampel diperoleh 39 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
penelitian. Dengan menggabungkan data penelitian selama 3 tahun dalam satu
analisis, maka jumlah observasi dalam penelitian adalah 117 observasi. Ringkasan
prosedur seleksi sampel dapat dilihat pada tabel 4.1:
17
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel Penelitian
KETERANGAN JUMLAH
Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menurut
ICMD 2009
149
Data laporan keuangan tidak berhasil diperoleh secara fisik
baik melalui pojok BEI maupun website
(15)
Perusahaan yang delisting selama periode tahun 2007-2009 (7)
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tidak dalam
bentuk rupiah
(4)
Perusahaan manufaktur yang mengalami rugi dan terkena
kompensasi rugi untuk pembayaran pajak selama periode
pengamatan
(84)
Total perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai
sampel penelitian
39
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Gambaran umum sampel dengan variabel pertumbuhan laba, perbedaan
permanen, perbedaan temporer, arus kas operasi, akrual, dan perubahan ROA
dapat dilihat pada tabel statistik deskriptif berikut:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
NI 117 -19 120 1.76 11.398
PERM 117 -9 9 .60 4.129
TEMP 117 -9 9 1.32 3.807
OCF 117 -9 9 .78 3.119
ACC 117 -9 7 -1.41 4.134
ROA 117 -15 108 1.57 10.483
Valid N (listwise)
117
18
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2010
Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa jumlah observasi (N)
dari penelitian ini ada 117 observasi. Dari 117 observasi terhadap sampel, nilai
variabel pertumbuhan laba yang terkecil adalah -19 dan yang terbesar adalah 120.
Hal ini berarti pertumbuhan laba perusahaan sampel yang terendah adalah sebesar
-19% dan yang tertinggi sebesar 120% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba
perusahaan sampel sebesar 1,76%. Standar deviasi sebesar 11,398 menunjukkan
variasi yang terdapat dalam variabel pertumbuhan laba. Pada variabel perbedaan
permanen (PERM), nilai yang terkecil adalah sebesar -9 dan nilai yang tertinggi
sebesar 9. Nilai rata-rata variabel perbedaan permanen sebesar 0,60 dengan
standar deviasi sebesar 4,129. Variabel perbedaan temporer (TEMP) memiliki
nilai yang paling kecil sebesar -9 dan nilai yang terbesar sebesar 9. Nilai rata-rata
variabel sebesar 1,32 dengan standar deviasi sebesar 3,807.
Variabel kontrol berupa arus kas operasi (CFO) menunjukkan nilai terkecil
sebesar -9 dan nilai yang terbesar 9 dengan nilai rata-rata sebesar 0,78. Standar
deviasi sebesar 3,119 menunjukkan variasi yang terdapat dalam variabel arus kas
operasi. Pada variabel akrual (ACC), nilai terkecil sebesar -9 dan nilai terbesar
sebesar 7. Nilai rata-rata variabel akrual adalah -1,41 dengan standar deviasi
sebesar 4,134 menunjukkan variasi yang terdapat dalam variabel akrual. Variabel
perubahan ROA ( ROA) memiliki nilai terkecil sebesar -15 dan yang terbesar
108. Nilai rata-rata variabel ini adalah 1,57 dengan standar deviasi sebesar 10,483.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Hasil uji normalitas yang tercantum pada lampiran menunjukkan bahwa data
tidak terdistribusi secara normal. Hal ini berarti menyalahai asumsi klasik. Agar
data terdistribusi secara normal maka model regresi diubah menjadi semilog, yaitu
mengubah variabel dependen dalam bentuk logaritma. Adapun persamaan
regresinya menjadi sebagai berikut:
19
Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil bahwa data telah terdistribusi secara
normal, sehingga disimpulkan bahwa model regresi semilog ini layak dipakai.
Hasil uji multikolinearitas yang tercantum pada lampiran memperlihatkan
bahwa semua variabel penelitian memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >
0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang akan
digunakan dalam penelitian ini, tidak memiliki problem multikolinearitas. Hasil
uji autokorelasi yang tercantum pada lampiran menunjukkan bahwa angka
Durbin-Watson (D-W) adalah sebesar 1,983. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
model regresi yang akan digunakan di dalam penelitian ini tidak terdapat masalah
autokorelasi karena angka Durbin-Watson nya berada di antara du (1,802) sampai
dengan 4-du (4 – 1,802 = 2,198). Hasil uji heteroskedastisitas yang menggunakan
uji Glejser (tercantum di lampiran) menunjukkan bahwa nilai t-statistik dari
seluruh variabel independen tidak ada yang signifikan secara statistik, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah
heteroskedastisitas.
4.2.3 Pengujian Hipotesis
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi ( R2
)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap
variabel dependen. Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 di
bawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .661a .438 .341 .90200
a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF
b. Dependent Variable: lnNI
Sumber: Data sekunder diolah, 2011
20
Dari tabel di atas diketahui bahwa besarnya Adjusted R2 adalah 0,341, hal ini
berarti 34,1% variasi pertumbuhan laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen yaitu perbedaan permanen (PERM) dan perbedaan temporer (TEMP),
serta variabel kontrol berupa arus kas operasi (OCF), total akrual (ACC), dan
perubahan ROA ( ROA), sedangkan sisanya sebesar 65,9 % dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model.
4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.
Hasil uji F dalam penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Hasil Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18.356 5 3.671 4.512 .004a
Residual 23.594 29 .814
Total 41.950 34
a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF
b. Dependent Variable: lnNI
Sumber: Data sekunder diolah, 2011
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 4,512 dengan
probabilitas 0,004. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba ( NI ) atau dapat
dikatakan bahwa perbedaan permanen (PERM), perbedaan temporer (TEMP),
arus kas operasi (CFO), akrual (ACC), dan perubahan ROA ( ROA) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba ( NI).
21
4.2.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji model persamaaan regresi
secara parsial terhadap masing-masing variabel independen dan variabel kontrol.
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .758 .176 4.310 .000
PERM -.004 .036 -.017 -.122 .904
TEMP .008 .044 .026 .179 .859
OCF -.015 .044 -.049 -.340 .736
ACC .007 .040 .026 .180 .858
ROA .039 .008 .655 4.671 .000
a. Dependent Variable: lnNI
Sumber: Data sekunder diolah, 2011
Dari tabel di atas maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
LnNI = 0,758 – 0,004 PERM + 0,008 TEMP – 0,015 CFO + 0,007 ACC +
0,039 + +
Berdasarkan hasil uji statistik t menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang
dimasukkan dalam model regresi, hanya variabel perubahan ROA ( ROA) yang
signifikan mempengaruhi pertumbuhan laba NI). Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas signifikansi untuk perubahan ROA ( ROA) sebesar 0,000 (p < 0,05).
Sedangkan variabel perbedaan permanen (PERM), perbedaan temporer (TEMP),
arus kas operasi (OCF), dan akrual (ACC) ditemukan tidak signifikan. Hal ini
terlihat dari nilai probabilitas signifikansi PERM sebesar 0,904 (p > 0,05), TEMP
sebesar 0,854 (p > 0,05), OCF sebesar 0,736 (p > 0,05) dan ACC sebesar 0,858
22
(p > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba NI) hanya
dipengaruhi oleh perubahan ROA ( ROA).
4.3.3 Interpretasi Hasil
Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) mengenai pengaruh perbedaan
permanen (PERM) terhadap pertumbuhan laba menunjukkan nilai t sebesar -0,122
dengan signifikansi sebesar 0,904. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel perbedaan permanen
(PERM) tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Oleh karena itu,
hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini yang menyatakan ―Perbedaan permanen
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba‖ ditolak. Perbedaan permanen
mempunyai arah koefisien negatif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
Perbedaan permanen yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan laba merupakan dampak dari jumlah perbedaan permanen yang
tidak terlalu signifikan besarnya terhadap jumlah laba kena pajak (penghasilan
kena pajak). Perbedaan permanen yang dapat menjadi pengurang atau penambah
laba kena pajak dengan jumlah yang tidak signifikan tidak akan terlalu
berpengaruh terhadap perubahan jumlah beban pajak kini. Pajak kini merupakan
komponen pembentuk beban pajak penghasilan di samping pajak tangguhan.
Jumlah pajak kini tentu memiliki pengaruh yang besar terhadap jumlah beban
pajak penghasilan. Beban pajak penghasilan merupakan pengurang laba sebelum
pajak menjadi laba bersih. Hal tersebut menjelaskan alasan mengapa perbedaan
permanen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Hasil pengujian terhadap perbedaan temporer menunjukkan bahwa variabel
perbedaan temporer memiliki hubungan arah positif namun tidak signifikan. Hasil
pengujian menunjukkan nilai t sebesar 0,179 dengan signifikansi sebesar 0,859.
Nilai probabilitas signifikansi tesebut lebih besar dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel perbedaan temporer (TEMP) tidak mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis 2 (H2) dalam
23
penelitian ini yang menyatakan ―Perbedaan temporer berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba‖ ditolak.
Perbedaan temporer tidak berpengaruh pada beban pajak penghasilan. Untuk
perbedaan temporer dengan koreksi positif, jumlah yang dikoreksi akan
menambah penghitungan beban pajak kini. Namun, di sisi lain koreksi fiskal
tersebut menimbulkan penghasilan pajak tangguhan. Hal itu menyebabkan jumlah
perbedaan temporer yang tadinya dapat menambah pajak penghasilan melalui
pajak kini selanjutnya akan dihapus melalui pengurangan pajak penghasilan
dalam bentuk penghasilan pajak tangguhan. Begitu pula dengan perbedaan
temporer dengan koreksi negatif. Untuk perbedaan temporer dengan koreksi
negatif, jumlah yang dikoreksi akan mengurangi penghitungan beban pajak kini.
Namun, di sisi lain koreksi fiskal tersebut akan menimbulkan beban pajak
tangguhan. Hal itu menyebabkan jumlah perbedaan temporer yang tadinya dapat
mengurangi pajak penghasilan melalui pajak kini selanjutnya akan dihapus
melalui penambahan pajak penghasilan dalam bentuk beban pajak tangguhan.
Perbedaan temporer berpengaruh terhadap beban pajak perusahaan melalui
aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan. Kenaikan neto aset pajak
tangguhan menyebabkan pengurangan beban pajak perusahaan, sebaliknya
kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan menyebabkan kenaikan beban pajak
perusahaan. Jumlah kenaikan neto aset pajak tangguhan ataupun kewajiban pajak
tangguhan tidak terlalu signifikan besarnya terhadap beban pajak penghasilan,
sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan laba.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Jackson (2009) yang
menyatakan bahwa book tax differences berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Pernyataan tersebut disimpulkan dari hasil penelitian Jackson (2009) yang
menemukan bukti bahwa perbedaan permanen berhubungan negatif terhadap
perubahan beban pajak sedangkan perbedaan temporer berhubungan negatif
dengan laba sebelum pajak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
Jackson (2009) dikarenakan setting penelitian yang dilakukan berbeda. Jackson
24
(2009) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika yang
memiliki peraturan perpajakan yang berbeda dengan peraturan perpajakan di
Indonesia.
V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh book tax differences yang
diproksi dengan perbedaan permanen dan perbedaan temporer terhadap
pertumbuhan laba. Sampel yang digunakan dipilih berdasarkan purposive
sampling dengan kriteria tertentu dan didapat jumlah sampel sebanyak 39
perusahaan. Untuk mengontrol hubungan antara book tax differences yang
diproksi dengan perbedaan permanen dan perbedaan temporer terhadap
pertumbuhan laba maka digunakan variabel kontrol berupa arus kas operasi,
akrual, dan perubahan ROA.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa baik perbedaan permanen maupun
perbedaan temporer tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal
tersebut disebabkan oleh jumlah perbedaan permanen maupun perbedaan
temporer yang tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah laba kena pajak yang
merupakan dasar perhitungan untuk beban pajak kini.
5.2 Keterbatasan
Dalam penelitian ini mengandung beberapa keterbatasan di antaranya
penelitian ini tidak membagi komponen book-tax differences menjadi normal
(abnormal) book-tax differences untuk membedakan apakah perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal yang terjadi disebabkan oleh tindakan oprotunistik pihak
manajemen atau perbedaan aplikasi ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dan
Undang-Undang perpajakan. Keterbatasan lainnya yaitu jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian relatif sedikit, yaitu 39 perusahaan manufaktur,
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi.
25
Sedikitnya perusahaan yang digunakan sebagai sampel karena terdapat beberapa
data laporan keuangan yang tidak lengkap serta penelitian hanya berfokus pada
perusahaan yang mendapatkan laba selama periode pengamatan.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran
yang dapat diberikan antara lain:
1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya komponen book tax differences
dibagi menjadi normal (abnormal) book-tax differences dalam model
regresi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat atas penyebab
timbulnya book tax differences dan pengaruh yang disebabkan book tax
differences tersebut.
2. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan variabel perbedaan
permanen dan variabel perbedaan temporer dengan tax to book ratio
sebagai proksi book tax differences yang telah mencakup perbedaan
permanen dan perbedaan temporer untuk menguji pengaruhnya terhadap
pertumbuhan laba.
3. Menggunakan sampel perusahaan baik yang laba maupun rugi dan
mengembangkan model penelitian ini pada sektor lain selain sektor
manufaktur.
4. Periode pengamatan pada penelitian ini relatif pendek, yaitu selama tiga
tahun. Untuk penelitian selanjutnya, periode tahun pengamatan sebaiknya
diperpanjang dengan periode atau rentang waktu yang berbeda.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Ayers, B., J.Jiang, and S. K. Laplante. 2008. ‖ Taxable Income as A Performance Measure : The Effects of Tax Planning and Earnings Quality.‖
http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 25 Mei 2010.
26
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanlon, M. 2005. ―The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Flows When Firms Have Large Book-tax Differences.‖ The Accounting
Review, Vol. 80, No.1, h. 137-166.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan per 1 April 2007. Jakarta : Salemba Empat.
Irreza dan Yulianti. 2010. ―Penggunaan Komponen-Komponen Pembentuk Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba: Sebuah Pendekatan Baru
di Indonesia‖, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Jackson, Mark. 2009. ―Book-Tax Differences and Earnings Growth.‖ http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 25 Mei 2010.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting. 12th ed. USA: John Wiley & Sons.
Lev, Baruch. and Dorron Nissim. 2004. ―Taxable Income, Future Earnings, and Equity Values‖. The Accounting Review, Vol. 79, No. 4, h.1039-1074.
Mills, L. and K. Newberry. 2001. ―The Influence of Tax and Non-Tax Costs on
Book-Tax Reporting Differences: Public and Private Firms.‖ The Journal of American Accounting Association, Vol 23, h. 1-19.
Philips, J., M. Pincus, and S. Rego. 2003. ―Earnings Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expenses.‖ Working Paper SSRN, http://www.ssrn.com. Diakses tanggal 6 November 2010.
Poernomo, Yosep. 2008. ―Modul Akuntansi Perpajakan.‖ Modul Tidak Dipublikasikan, Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan.
Resmi, Siti. 2005. Perpajakan Teori dan Kasus. 2 ed. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business. 4th ed. United States of
America: John Wiley & Sons, Inc.
Tang, Tanya Y.H. 2006. ―Book-Tax Differences, a Proxy for Earnings Management and Tax Management—Empirical Evidence from China.‖
Working Paper SSRN, http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 25 Mei 2010.
27
Tang, Tanya Y.H. and Michael Firth. 2008. ―Market Perception of the
Information in Book-Tax Differences – An Empirical Study in China’s Capital Markets.‖ http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 23 November 2010.
Wijayanti, Handayani Tri. 2006.‖ Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus
Kas‖, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Wiryandari, Santi Aryn dan Yulianti. 2008. ―Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi & Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi
Laba’, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Yulianti. 2005. ―Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen
Laba.‖ Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 1, h. 107-129.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
VII. LAMPIRAN
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
NI 117 -19 120 1.76 11.398
PERM 117 -9 9 .60 4.129
TEMP 117 -9 9 1.32 3.807
OCF 117 -9 9 .78 3.119
ACC 117 -9 7 -1.41 4.134
ROA 117 -15 108 1.57 10.483
Valid N (listwise)
117
28
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 117
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.53836686
Most Extreme Differences Absolute .192
Positive .192
Negative -.187
Kolmogorov-Smirnov Z 2.076
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
2. Uji Normalitas dengan Model Regresi Semilog
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 35
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .83303708
Most Extreme Differences Absolute .213
Positive .213
Negative -.137
Kolmogorov-Smirnov Z 1.263
Asymp. Sig. (2-tailed) .082
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
29
3. Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) .758 .176 4.310 .000
PERM -.004 .036 -.017 -.122 .904 .967 1.034
TEMP .008 .044 .026 .179 .859 .940 1.064
OCF -.015 .044 -.049 -.340 .736 .928 1.077
ACC .007 .040 .026 .180 .858 .959 1.042
ROA .039 .008 .655 4.671 .000 .986 1.014
a. Dependent Variable: lnNI
4. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constan
t)
.742 .069
10.784 .000
PERM -.024 .014 -.295 -1.721 .096
TEMP .024 .017 .244 1.403 .171
OCF -.001 .017 -.013 -.075 .941
ACC -.006 .016 -.060 -.351 .728
ROA -.005 .003 -.233 -1.370 .181
a. Dependent Variable: AbsUt
30
5. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .661a .438 .341 .90200 1.983
a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF
b. Dependent Variable: lnNI
HASIL UJI HIPOTESIS
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 ROA, ACC,
PERM,
TEMP, OCF a
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .661a .438 .341 .90200
a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18.356 5 3.671 4.512 .004a
Residual 23.594 29 .814
Total 41.950 34
a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF
b. Dependent Variable: LnNI
31
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .758 .176 4.310 .000
PERM -.004 .036 -.017 -.122 .904
TEMP .008 .044 .026 .179 .859
OCF -.015 .044 -.049 -.340 .736
ACC .007 .040 .026 .180 .858
ROA .039 .008 .655 4.671 .000
a. Dependent Variable: LnNI