Analisis penerapan levers of control pada perusahaan ...
Transcript of Analisis penerapan levers of control pada perusahaan ...
1
Analisis penerapan levers of control pada perusahaan asuransi sosial studi kasus PT Jasa Raharja (Persero)
Hamdan Rahmatullah
Rudyan Kopot
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstract
This research analyse the implementation of management control systems using levers of
control at PT Jasa Raharja (Persero) in relation with current organization life cycle. This
research is descriptive-qualitative that uses primary and secondary data. The conclution of
this research is that PT Jasa Raharja (Persero) already have adequate management control
systems, such as internal control, diagnostic control systems, business conduct boundaries,
belief systems, strategic conduct boundaries, and interactive control systems, with company
position of the current business life cycle.
Key words:
Levers of control, business life cycle
1. Pendahuluan
Dalam iklim lingkungan bisnis yang terus berkembang saat ini, perusahaan dituntut
untuk bisa memberikan pelayanan terbaik bagi konsumennya. Namun demikian, perusahaan
selalu memiliki keterbatasan atas sumberdaya yang dimilikinya. Tuntutan dunia bisnis yang
begitu keras dapat menyebabkan timbulkan tekanan bagi para pengambil keputusan.
Terkadang tekanan tersebut dapat menyebabkan kemampuan pengambilan keputusan menjadi
tidak tepat sasaran. Padahal ada cara lain yang lebih tepat dalam menyikapi tuntutan dunia
bisnis salah satunya adalah dengan memberdayakan seluruh potensi perusahaan, terutama
dalam memperdayakan dan mendorong kreativitas karyawaannya. Namun pemberdayaan
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
2
tersebut harus didukung dengan suatu sistem pengendalian dari manajemen untuk
mengarahkan kreativitas tersebut pada tujuan organisasi.
Pada umumnya dalam operasi bisnis perusahaan terhadap pasar yang dinamis dan
kompetitif, manajer tidak dapat menggunakan semua waktu mereka untuk meyakinkan semua
karyawan untuk melakukan semua hal seperti yang diharapkan. Sebagai gantinya, manajer
harus mendorong karyawan untuk mulai melakukan improvisasi dan menggunakan kreativitas
karyawan untuk merespon kebutuhan konsumen dengan catatan tetap dalam area yang
ditentukan. Dengan kondisi bisnis yang semakin kompetitif serta permintaan pelayanan dan
informasi yang semakin tinggi dari konsumen, semua kebutuhan ini harus dapat dipercayakan
terhadap inisiatif karyawan untuk mencari kesempatan dan respon terhadap kebutuhan
konsumen tersebut. Tetapi tetap harus diwaspadai karena bagaimanapun pencarian peluang
atau inisiatif yang tanpa pengawasan dan pengendalian dapat menjerumuskan bisnis kedalam
resiko yang besar atau mengundang perilaku yang dapat merusak integritas perusahaan.
Pemberian kebebasan pada karyawan untuk berkreasi, dan berinovasi merupakan suatu
pemberdayaan karyawan oleh perusahaan yang dapat memberikan dampak positif maupun
negatif bagi perusahaan oleh karenanya diperlukan pengelolaan dan pengendalian yang tepat
oleh manajemen. Salah satu alat untuk melakukan pengendalian yang dikemukakan oleh
Simons (2000) adalah levers of control.
Penggunaan levers of control pada suatu perusahaan akan berbeda dengan penggunaan
levers of control pada perusahaan lain. Tidak semua perusahaan harus menjalankan semua
perangkat dari levers of control. Penggunaan levers of control dapat disesuaikan dengan
posisi perusahaan dalam business life cycle. Perusahaan yang sudah dalam posisi mature akan
memiliki lebih banyak perangkat levers of control yang digunakan dari pada perusahaan yang
masih dalam posisi start-up maupun rapid growth. Simons (2000) menjelaskan secara ringkas
bagaimana levers of control dapat diimplementasikan pada bisnis ditahap start-up, rapid
growth, dan mature.
Penelitian dalam skripsi ini akan mengulas mengenai penerapan levers of control pada
perusahaan yang sudah dalam tahap mature. Perusahaan yang akan diteliti adalah PT Jasa
Raharja (Persero), untuk selanjutnya dalam penelitian ini disebut Jasa Raharja, yang
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang asuransi sosial yang dimiliki sepenuhnya oleh
pemerintah. Produk atau tugas yang dijalankan oleh Jasa Raharja adalah menjalankan
Undang-Undang Nomor 33 tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang kendaraan umum dan asuransi wajib tanggung jawab menurut hukum terhadap
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
3
pihak ketiga sesuai Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan. Penelitian ini berupa studi kasus yang ingin melihat seberapa efektifnya
perusahaan melakukan sistem pengendalian dengan berdasarkan teori levers of control. Hasil
dari penelitian ini akan menggambarkan sistem pengendalian manajemen apa saja yang
digunakan oleh perusahaan dalam melakukan kebijakan baik berdasarkan pedoman yang
sudah ada maupun dari kejadian diluar pedoman perusahaan sebelumnya.
2. Tinjauan Teoritis
Dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan tidak selalu memberikan hasil yang sesuai
dengan keinginan manajer. Tidak jarang para pekerja tidak mengerti mengenai strategi yang
telah ditetapkan atau bahkan gagal dalam mengimplementasikan strategi yang telah
ditentukan. Hal-hal tersebut dapat berdampak menurunnya kinerja perusahaan. Untuk
meminimalkan hal tersebut, manajer harus memiliki sistem pengendalian sehingga
perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Sistem Pengendalian
Manajemen tersebut akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan strategisnya. Sistem
Pengendalian Manajemen adalah sistem yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menggunakan informasi untuk mengevaluasi kinerja sumber daya yang berbeda pada
organisasi seperti manusia, aset, keuangan dan juga organisasi secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan strategi organisasi (Armesh, 2010). Tujuannya yaitu untuk memberikan
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan evaluasi (Widener,
2007 ; Merchant & Otley, 2007).
Simons (2000) menciptakan model pengendalian yang disebut Levers of control.
Levers of control merupakan suatu pengorganisasian sebagai penghitungan performa dan alat
sistem pengendalian. Strategi pengendalian bisnis dapat dicapai dengan mengintegrasikan ke-
empat levers yaitu sistem beliefs systems, boundary systems, diagnostic control systems, dan
interactive control systems.
Beliefs systems merupakan sebuah sistem pengendalian dimana manajer
mengkomunikasikan, mendefinisikan, dan memperkuat nilai dasar, tujuan, serta arah
organisasi. Sistem ini biasanya dikomunikasikan menggunakan dokumen formal seperti
pernyataan visi dan misi (Simons, 2000). Boundary systems merupakan sebuah sistem
pengendalian yang bersifat formal yang digunakan manajer untuk menentukan aturan-aturan
yang membatasi perusahaan. Sistem ini dibuat oleh manajer dengan menggunakan kode etik,
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
4
standar operasional perusahaan, serta budaya perusahaan (Simons, 2000). Diagnostic control
systems merupakan sistem pengendalian yang digunakan oleh manajer untuk memonitor hasil
kinerja perusahaan dan memperbaikinya dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan.
Sistem umpan balik ini seringkali digunakan oleh manajer dengan membandingkan dengan
sterategic plan maupun budget (Simons, 2000). Interactive control systems merupakan sistem
pengendalian formal yang digunakan oleh manajer untuk melibatkan dirinya dalam aktivitas
pengambilan keputusan subordinat. Sistem ini menyajikan informasi yang diperhatikan
khusus oleh atasan mereka dan dipergunakan untuk menciptakan hubungan dengan subordinat
(Simons, 2000).
Kemampuan perusahaan untuk menerapkan levers of control yang tepat sesuai dengan
tahapan siklus hidup perusahaan dapat menjadi kunci sukses mempertahankan kepercayaan
yang berkesinambungan. Perusahaan kecil dapat mengontrol strategi secara informal karena
komunikasi di perusahaan kecil lebih mudah dilakukan. Namun seiring berjalannya waktu,
perusahaan bertumbuh menjadi lebih besar dan komunikasi menjadi lebih sulit dilakukan
sehingga aliran informasi bisa terganggu dan berakibat pada kurang tanggapnya perusahaan
terhadap kesempatan dan ancaman yang ada. Untuk itu sistem informal perlu diformalkan.
Simons (2000) menjelaskan secara ringkas bagaimana levers of control dapat
diimplementasikan pada bisnis ditahap start-up, rapid growth, dan mature.
Gambar 2.1: Introduction of control systems over the Life Cycle of a Business
Sumber: Simons (2000)
Stage 1: Start-Up
Pada tahap ini, perusahaan mulai memperkenalkan produk mereka kepada para
customers. Karakteristik dari tahap ini adalah pertumbuhan penjualan yang lambat dan
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
5
memiliki pengeluaran yang tinggi akibat dari memproduksi produk yang terbatas. Di tahap
ini, perusahaan akan banyak berinvestasi pada research and development untuk memproduksi
produk baru (Anthony, 2011). Di tahap ini, sistem pengendalian yang formal belum terlalu
dibutuhkan. Setiap sistem pengendalian memerlukan biaya yang cukup besar sehingga pada
tahap ini pemilihan sistem akan sangat berpengaruh pada perusahaan
Stage 2: Rapid Growth
Pada tahap ini, terjadi peningkatan penjualan yang sangat pesat. Peningkatan
penjualan ini akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Tujuan perusahaan bukan lagi
untuk mendapatkan pelanggan baru tetapi memastikan pelanggan mereka membeli kembali
produk perusahaan (Anthony, 2011). Ketika pertumbuhan perusahaan meningkat, kantor baru
akan dibuka dan lini produk baru akan diluncurkan. Untuk meningkatkan efisiensi perusahaan
akan menciptakan unit kerja fungsional. Unit tersebut diambil dari berbagai divisi dengan
spesialisasi masing-masing. Dengan spesialisasi yang semakin meningkat, efisiensi juga akan
meningkat sehingga meningkatkan gross margin, growth (sales), dan profitabilitas. Dengan
spesialisasi yang sedikit dan target kinerja fungsional yang ketat, karyawan menemukan
kesulitan untuk bereaksi pada kondisi pasar lokal secara kreatif sehingga dapat menyebabkan
perusahaan akan kehilangan kemampuan dalam beradaptasi dengan cepat terhadap ancaman
dan peluang pasar. Untuk mengembalikan kepekaan tersebut, manager harus
mendesentralisasi pembuatan keputusan dengan menciptakan struktur organisasi yang
memungkinkan adanya desentralisasi (Simons, 2000).
Stage 3: Maturity
Pada tahap ini pendapatan dan penjualan perusahaan akan sangat tinggi namun terjadi
perlambatan pada pertumbuhan penjualan dan pendapatan karena pasar mulai jenuh. Pangsa
pasar kompetitor stabil dan kebanyakan konsumen perusahaan adalah mayoritas penduduk.
Persaingan dengan kompetitor akan semakin ketat dan perusahaan akan mulai keluar dari
industri tersebut. Inovasi dan pencarian pasar baru menjadi sesuatu yang penting dalam tahap
ini (Anthony, 2011). Selain terjadi penurunan terhadap pertumbuhan pendapatan, Maturity
merupakan tahap dimana perusahaan berada pada posisi puncak mereka. Perusahaan menjadi
semakin besar dan kompleks. Untuk memperluas jangkauan pengendalian, manajer
mengelompokan unit bisnisnya berdasarkan produk, wilayah, atau pelanggan. Untuk
membentuk karyawan memiliki perilaku yang inovatif dan terus mencari peluang, senior
manager harus melaksanakan interactive control system. Hal ini dilakukan agar karyawan
memiliki perilaku yang terus mencari peluang dan berinovasi (Simons, 2000).
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
6
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif dimana data yang
digunakan merupakan data kualitatif berupa wawancara, dokumen perusahaan dan dokumen
resmi lainnya dengan tujuan untuk menggambarkan realita empiris dibalik data-data tersebut
secara lebih mendalam dan terperinci. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencocokan antara
realita yang terjadi di lapangan dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode
deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan narasumber dari Jasa Raharja.
Wawancara dilakukan dengan mempertimbangkan keahlian narasumber agar informasi yang
didapat akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat digunakan untuk
mendukung proses penelitian ini.
Selain menggunakan teknik wawancara, penelitian ini juga menggunakan data
sekunder sebagai sumber informasi lanjutan. Data sekunder ini diperoleh dari dokumentasi
yang dimiliki oleh Jasa Raharja seperti laporan tahunan perusahaan. Selain itu, data sekunder
juga didapat dari studi pustaka atas buku dan jurnal internasional serta peraturan yang berlaku
di Indonesia yang berkaitan dengan penelitian. Pengolahan dan analisis data dalam penelitian
ini disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh serta tujuan penelitian yang ingin dicapai.
Data yang sudah diperoleh, baik data primer maupun data sekunder, diolah secara manual dan
dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode ini merupakan suatu teknik
yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan
memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat
itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
sebenarnya.
4. Hasil Penelitian
Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen pada Siklus Hidup Perusahaan
Jasa Raharja merupakan perusahaan asuransi yang telah berdiri sejak tahun 1981.
Semenjak tahun tersebut, Jasa Raharja telah menjalankan UU no. 33 dan 34 dengan baik.
Pemberian hak monopoli dapat mempermudah Jasa Raharja untuk mengembangkan bisnisnya
sampai saat ini. Predikat market leader sebagai asuransi kecelakaan lalu lintas pun didapat
oleh Jasa Raharja karena hanya perusahaan ini yang bergerak pada sektor tersebut. Jasa
Raharja tidak memiliki kompetitor yang menjual produk yang sama sehingga konsumen yang
dimiliki Jasa Raharja cenderung stabil. Pangsa pasar Jasa Raharja pun sudah ditetapkan yaitu
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
7
seluruh masyarakat Indonesia. Namun, bentuk negara yang berbentuk kepulauan menjadi
kendala tersendiri bagi perusahaan. Untuk dapat melayani seluruh masyarakat Indonesia Jasa
Raharja mengelompokan unit bisnisnya berdasarkan wilayah berupa pembuatan cabang-
cabang perusahaan hingga pelosok negeri sehingga mempermudah perusahaan dalam
memberikan pelayanan pada masyarakat. Selain pangsa pasar yang stabil, pertumbuhan
penjualan dan laba bersih perusahaan juga cenderung stabil dan pada tahun 2013 Jasa raharja
mencatatkan laba bersih tertingginya sebesar Rp 1.916.975.000.000.
Konsumen perusahaan merupakan seluruh penduduk Indonesia, dengan demikian
pangsa pasar yang dimiliki oleh Jasa Raharja tidak akan melebihi dari seluruh masyarakat
yang tinggal di Indonesia. Untuk memperlebar pangsa pasar, Jasa Raharja harus melakukan
inovasi baru atau bisa juga dengan adanya regulasi baru dari pemerintah. Dari uraian tersebut
menandakan bahwa Jasa Raharja saat ini sudah mencapai titik mature. Menurut Simons
(2000), posisi ini ditandai dengan perusahaan tumbuh menjadi semakin besar dan kompleks.
Untuk memperluas span of control, span of accountability, dan span of attention, Jasa Raharja
mengelompokan unit bisnisnya berdasarkan wilayah. Pada kondisi ini Jasa Raharja
diharuskan untuk memiliki semua semua sistem pengendalian mulai dari Internal control,
diagnostic control systems, business conduct boundary, belief system, strategic boundaries,
dan interactive control system.
Internal Control
Simons (2000) membagi internal controls menjadi tiga kategori pengamanan yaitu
structural safeguards, systems safeguards, dan staff safeguards. Structural safeguards
dirancang untuk meyakinkan secara jelas definisi dari kewenangan seorang individu dalam
memegang asset dan mencatat transaksi akuntansi. Dalam melakukan pengelolaan aset
berharga perusahaan, Jasa Raharja memberikan perhatian khusus. Aset perusahaan yang
memiliki nilai paling tinggi adalah investasi pada sekuritas utang dan ekuitas. Sekuritas utang
dan ekuitas ini dikelola oleh divisi investasi. Dalam melakukan analisa untuk investasi
dibantu oleh komite investasi. Komite investasi adalah para ahli dibidang manajemen
investasi yang direkrut oleh perusahaan. Sedangkan untuk aset berharga lainnya seperti aset
tetap dikelola oleh divisi umum.
Dalam penerapan pemisahan tugas atau segregation of duties, Jasa Raharja membagi
penjagaan aset menjadi dua tugas utama yaitu pengelolaan dan pencatatan aset. Pengelolaan
aset dipegang oleh divisi umum, yang tugasnya adalah melakukan pemeliharaan dan
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
8
penjagaan aset secara fisik. Sedangkan perhitungan aset dilakukan oleh divisi akuntasi yang
bertugas untuk mencatat dan menghitung jumlah aset perusahaan. Sedangkan dalam tingkat
otorisasi, yang boleh melakukan pengelolaan dan pengendalian aset adalah divisi terkait yaitu
divisi umum dan akuntansi. Untuk menangani masalah khusus, Jasa Raharja memiliki divisi
yang dikhususkan untuk menangani masalah internal yang disebut divisi Satuan Pengawas
Internal (SPI). Tugas utamanya adalah melakukan pengendalian internal Jasa Raharja baik
yang berada dipusat maupun cabang. Selain memiliki SPI, Jasa Raharja juga menggunakan
jasa auditor eksternal untuk memberikan opini atas laporan keuangan Jasa Raharja. Kantor
akuntan publik yang ditunjuk untuk memberikan opini atas laporan keuangan Jasa Raharja
periode 2012 adalah Dani Sudarsono dan Rekan (DsR). Selain oleh kantor akuntan publik,
laporan keuangan Jasa Raharja juga diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena
Jasa Raharja dimiliki oleh pemerintah.
Systems safeguards dirancang untuk meyakinkan akan adanya prosedur yang
mencukupi untuk memproses transaksi dan menghasilkan laporan manajemen yang tepat
waktu. Prosedur harus meyakinkan bahwa seluruh transaksi dicatat secara akurat dan tepat
waktu dalam pencatatan akuntansi. Setiap terjadinya kecelakaan lalu lintas, insan Jasa Raharja
yang berada paling dekat dengan tempat kejadian perkara akan langsung mendatangi tempat
tersebut. Pada saat itu petugas akan membantu memberikan bantuan dan melakukan
identifikasi mengenai penyebab kecelakaan tersebut. Ketika kecelakaan tersebut diketahui
merupakan murni kecelakaan lalu lintas, petugas akan membantu korban tersebut untuk
mengajukan claim atas kecelakaan yang terjadi. Pada saat itulah pencatatan atas claim
dilakukan. Setelah dicatat, laporan tersebut akan diserahkan kepada kantor cabang untuk
ditindak lanjut. Dengan adanya prosedur tersebut diharapkan akan membuat transaksi dicatat
secara akurat dan tepat waktu.
Transaksi-transaksi tersebut nantinya akan dikumpulkan menjadi satu oleh akuntan
perusahaan dan akan ditampilkan pada laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
tersebut nantinya akan diperiksa oleh SPI. SPI dapat menggunakan software yang digunakan
khusus untuk divisinya yaitu Audit Command Language. Software tersebut digunakan oleh
divisi SPI untuk mengolah data dan dapat diakses oleh seluruh anggota SPI dimana pun ia
berada. Namun, Data yang dimiliki oleh SPI tidak dapat diakses oleh karyawan Jasa Raharja
yang lain sehingga integritas dan keamanan data dapat terjamin. Setelah data diperiksa oleh
SPI, Manajer akan menerima laporan tersebut segera setelah laporan dari SPI tersebut telah
selesai. Tugas dari manajer adalah bertanggung jawab atas kebenaran laporan tersebut dengan
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
9
membubuhkan tanda tangan pada laporan tersebut. Sistem yang digunakan oleh Jasa Raharja
didesain agar tidak semua orang dapat mengakses data tersebut sehingga data yang diolah
oleh perusahaan terjamin kerahasiaanya. Sistem yang dikembangkan juga sudah terkait satu
sama lain sehingga dapat mempermudah pegawai dalam melakukan pelaporan dan mengakses
data yang dibutuhkan.
Staff safeguards merupakan salah satu bentuk dari internal control yang dirancang
untuk meyakinkan bahwa staf akuntansi dan staf pemroses transaksi memiliki level yang
memadai baik dari keahlian, pelatihan, dan sumber daya. Pada Jasa Raharja staf yang bekerja
sebagai akuntan perusahaan harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai akuntansi dan
sistem pengendalian. Untuk menjadi seorang kepala divisi juga diperlukan pengalaman yang
mumpuni dalam hal tersebut. Selain kemampuan yang dibutuhkan oleh akuntan perusahaan,
kejujuran juga sangat dibutuhkan bagi seorang akuntan. Salah satu bentuk pengendalian
mengenai kejujuran karyawan, perusahaan menggunakan rotasi pegawai sehingga para
pegawai tidak dapat menyembunyikan ataupun memonopoli suatu pekerjaan tertentu. Dengan
adanya rotasi tersebut dapat juga membuat pegawai tidak jenuh pada pekerjaannya.
Masalah terakhir yang biasanya dihadapi oleh perusahaan terkait staf perusahaan
adalah ketersediaan sumberdaya manusia. Jasa Raharja merupakan perusahaan yang memiliki
kantor yang banyak dan tersebar hingga ke pelosok negeri. Setiap tahunnya Jasa Raharja
selalu menambah kantor cabang ataupun kantor pelayanan dan kantor sistem administrasi
menunggal satu atap (Kantor Samsat). Pesatnya pertumbuhan kantor Jasa Raharja tidak
diimbangi dengan jumlah karyawan Jasa Raharja. Jumlah tenaga kerja, terutama pada pelosok
negeri, masih sangat minim yaitu satu kantor samsat hanya dijaga oleh satu orang.
Profit Plan dan Diagnostic Control Systems
Pada Profit plan dan Diagnostic control system, dibagi menjadi Rencana Jangka
Panjang Perusahaan (RJPP), Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), Key Performance
Indicators (KPI), dan sistem insentif. RJPP merupakan suatu rencana strategi perusahaan
yang berisikan strategi-strategi perusahaan untuk 5 (lima) tahun mendatang. RJPP ini akan
menjadi panduan bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. RJPP juga
digunakan sebagai acuan pembuatan strategi tahunan perusahaan. Dengan adanya RJPP akan
membuat perusahaan lebih terarah dalam mencapai tujuannya. Dalam penyusunannya, RJPP
dibuat oleh seluruh divisi perusahaan yang nantinya akan dihimpun oleh divisi penelitian dan
pengembangan untuk dibuat menjadi satu rencana jangka panjang perusahaan. Setelah
disusun menjadi satu, rancangan RJPP tersebut diserahkan kepada direksi perusahaan untuk
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
10
dikaji terlebih dahulu. Rancangan RJPP baru bisa disahkan menjadi RJPP setelah mendapat
rekomendasi dari dewan komisaris dan persetujuan dari pemegang saham perusahaan melalui
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). RJPP ini harus diserahkan kepada pemegang saham
enam bulan sebelum masa RJPP sebelumnya berakhir. RJPP disahkan dalam RUPS paling
lambat enam bulan setelah RJPP periode sebelumnya berakhir.
RKAP disusun berdasarkan RJPP yang dibuat sebelumnya. Semua hal yang akan
dimasukan dalam RKAP harus sesuai dengan RJPP pada periode tersebut. Dalam
penyusunannya, RKAP disusun oleh semua divisi dalam perusahaan yang telah dikordionasi
oleh divisi keuangan. Tahapan pembuatan RKAP dimulai ketika divisi keuangan perusahaan
meminta kepada setiap divisi untuk membuat rencana kerja masing-masing untuk tahun
depan. Setelah program setiap divisi selesai, divisi keuangan akan mengumpulkan semua
program dari setiap divisi dan menyatukan seluruh program tersebut hingga menjadi satu
RKAP. Rencana kerja tersebut oleh direksi akan dianalisa sehingga tidak semua program bisa
terlaksana pada tahun depan. RKAP sebelum diserahkan oleh pemegang saham akan
dilakukan evaluasi terlebih dahulu oleh dewan komisaris. Paling lambat dua bulan sebelum
periode berakhir, RKAP tersebut diserahkan kepada Menteri BUMN untuk dikaji lebih lanjut.
RKAP baru dapat disetujui dan dijadikan sebagai pedoman kerja pada saat RUPS menyetujui
RKAP tersebut.
KPI merupakan salah satu alat yang digunakan perusahaan bukan hanya untuk
menetapkan tujuan diawal tetapi juga digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja
perusahaan. KPI yang digunakan oleh Jasa Raharja berdasarkan Kriteria Penilaian Kinerja
Unggul (KPKU). KPKU merupakan tolak ukur keberhasilan direksi dan dewan komisaris
dalam mengelola dan mengawasi perusahaan. Keberhasilan perusahaan ditopang oleh kinerja
seluruh divisi sehingga setiap tingkat manajemen Jasa Raharja juga membuat KPI. Dalam
melakukan evaluasi, Assessor akan menilai KPKU dengan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan tentang berbagai aspek mendasar mengenai pengelolaan perusahaan dalam
konteks pencapaian kinerja yang unggul. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokkan ke
dalam tujuh kategori yaitu kepemimpinan; perencanaan strategis; fokus pada pelanggan;
pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan; fokus pada tenaga kerja; fokus pada
operasi; dan hasil. KPKU mulai diterapkan oleh Jasa Raharja pada tahun 2013. Pada 2013
hasil KPKU Jasa Raharja dinilai masih cukup rendah. Nilai yang diperoleh hanya 359,75 dari
total nilai 1.000 sehingga Jasa Raharja dikategorikan pada posisi early result. Hal tersebut
dianggap wajar karena pada tahun itu perusahaan baru menggunakan KPKU sehingga masih
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
11
banyak yang perlu dipelajari. Berdasarkan nilai tersebut, Kementerian BUMN
merekomendasikan kepada perusahaan untuk meningkatkan pemahaman manajer mengenai
KPKU, membentuk tim internal untuk mengimplementasikan KPKU, dan menata dan
membangun sistem manajemen yang mengacu pada KPKU. Dengan adanya rekomendasi
tersebut, diharapkan Jasa Raharja dapat memiliki nilai KPKU yang lebih baik.
Sistem insentif lainnya yang diterapkan perusahaan berdasarkan performa individu
adalah kenaikan gaji dengan menggunakan merit system. Tujuan penerapan sistem ini adalah
untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil, kompetitif, seimbang dengan lingkungan,
guna meningkatkan produktivitas karyawan serta akan merefleksi pada peningkatan kinerja
perusahaan (Veithzal, Rivai, 2011). Merit system yang diterapkan oleh Jasa Raharja
menggunakan performance appraisal sebagai acuan penilaian. Performance appraisal
merupakan pemberian poin atas pekerjaan yang telah dikerjakan oleh karyawan. Hal-hal yang
dinilai dalam performance appraisal adalah hasil kerja, keterampilan, kepemimpinan,
disiplin, kerjasama, inisiatif, pengetahuan jabatan, dan tanggung jawab. Setiap hal tersebut
memiliki poin masing masing. Setiap Poin-poin tersebut akan diakumulasi setiap tahunnya
dan akan dievaluasi selama enam bulan sekali. Poin minimal yang harus dicapai oleh
karyawan adalah 400. Poin-poin tersebut terdiri dari hasil kerja, keterampilan, kepimimpinan,
disiplin, kerjasama, inisiatif, pengetahuan jabatan, pengambilan keputusan, dan tanggung
jawab. Jika karyawan dapat mencapai nilai melebihi 400, karyawan tersebut akan
mendapatkan insentif berupa kenaikan gaji selama satu tahun kedepan. Sedangkan jika tidak
mencapai angka yang telah ditetapkan, karyawan tersebut harus menerima sanksi berupa
pemotongan gaji selama satu tahun. Sehingga merit system dapat digunakan untuk
memotivasi karyawan dengan dua cara yaitu pemberian bonus jika performanya baik dan
pemberian sanksi jika performanya buruk.
Business Conduct Boundaries
Pedoman Perilaku (Code of Conduct) merupakan salah satu struktur/perangkat
Perusahaan dalam upaya untuk mewujudkan good governance yang berfungsi sebagai
pedoman bagi seluruh pekerja Jasa Raharja dalam melakukan interaksi dengan para
stakeholders. Pedoman perilaku ini berisi nilai-nilai luhur, komitmen perilaku, dan
pelaksanaan pedoman perilaku. Didalam pedoman perilaku ini terdapat nilai-nilai luhur yang
harus dipegang oleh insan Jasa Raharja. Menurut Jasa Raharja nilai-nilai luhur adalah nilai-
nilai yang berkembang dalam Perseroan, diyakini mempunyai pengaruh langsung terhadap
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
12
penciptaan suasana yang kondusif, meminimalkan perbedaan persepsi yang muncul dalam
berinteraksi, serta menciptakan motivasi dan tanggungjawab. Nilai-nilai luhur tersebut terdiri
dari takwa / akhlak mulia, kejujuran, disiplin, keteladanan, profesional, mengutamakan
kepuasan pelanggan dan kerjasama. Selanjutnya, pada pedoman perilaku Jasa Raharja
terdapat komitmen perilaku yang mengatur seluruh pekerja Jasa Raharja dalam bersikap,
seperti sikap kepada peraturan, hubungan dengan mitra kerja, sikap kepada perseroan, sikap
kepada sesama dan sikap kepada Pelanggan. Beliefs Systems
Belief systems yang dimiliki Jasa Raharja adalah pernyataan visi, misi, dan core value.
Visi dari PT Jasa Raharja adalah “Menjadi perusahaan terkemuka di bidang Asuransi dengan
mengutamakan penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib sejalan dengan
kebutuhan masyarakat”. Visi ini ditunjukan kepada perusahaan itu sendiri, produk, dan
pelanggan. Visi yang hanya terdiri dari satu kalimat ini memiliki cakupan yang cukup luas
dan sarat akan makna bagi perusahaan. Efektivitas sebuah visi dapat dilihat dari enam hal
yaitu menarik, dukungan semua pemangku kepentingan, sesuai dengan misi dan values,
veriviable, feasible, dan inspirational (Niven, 2003). Berdasarkan kriteria yang tersebut, dapat
disimpulkan bahwa visi Jasa Raharja sudah efektif. Pernyataan visi Jasa Raharja sudah
memenuhi keenam kategori pernyataan visi yang efektif. Pernyataan visi tersebut juga sudah
menjawab pertanyaan “what do we want to be?”. Namun demikian, pernyataan visi tersebut
belumlah sempurna karena masih ada kata yang bersifat ambigu sehingga sulit untuk
diterjamahkan. Pernyataan ambigu tersebut dapat membuat tujuan perusahaan menjadi tidak
jelas dan dapat berakibat munculnya risiko baru seperti tidak berjalanya strategi perusahaan
sesuai dengan visi yang dinyatakan. Oleh karena itu, pernyataan visi perusahaan sebaiknya
disempurnakan menjadi “Menjadi perusahaan dengan pelayanan terbaik di bidang Asuransi
dengan mengutamakan penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib sejalan
dengan kebutuhan masyarakat”.
Untuk mencapai visi perusahaan, Jasa Raharja memiliki empat poin yang terdapat
dalam misinya yang disebut dengan Catur Bakti Ekakarsa Jasa Raharja, yang berbunyi:
1. Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar dan pelayanan
prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
2. Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai penyelenggara
Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta Badan Usaha Milik Negara.
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
13
3. Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan kepentingan agar
produktivitas dapat tercapai secara optimal demi kesinambungan Perusahaan.
4. Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber daya bagi
keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
David (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik dari sebuah misi,
yaitu luas dalam cakupan, panjang kalimatnya tidak lebih dari 250 kata, menginspirasi,
mengidentifikasi kegunaan produk perusahaan, menunjukan bahwa perusahaan bertanggung
jawab secara sosial, menunjukan bahwa perusahaan bertanggung jawab secara lingkungan,
memasukan sembilan komponen pernyataan misi, dan tak lekang oleh waktu. Komponen-
komponen perrnyataan misi yang dimaksudkan adalah konsumen, produk atau jasa, pasar,
teknologi, fokus pada kelangsungan hidup, filosofi, konsep diri, fokus pada citra publik, dan
fokus pada karyawan.
Jika dibandingkan dengan teori yang disebutkan diatas, pernyataan misi yang
dikeluarkan oleh Jasa Raharja sudah cukup sesuai. Pernyataan misi yang dibuat memiliki
cakupan yang luas yang mencakup perusahaan, negara, masyarakat, serta lingkungan.
Walaupun cakupannya luas, misi tersebut tidak dibuat panjang. Jumlah kata yang terdapat
dalam pernyataan misi tidak lebih dari 250 kata. Selain itu tujuan perusahaan yang mulia
yaitu menciptakan barang publik yang digunakan untuk melindungi masyarakat dapat menjadi
sumber inspirasi bagi karyawan dan stakeholder perusahaan lainnya.
Secara keseluruhan, pernyataan misi Jasa Raharja sudah menjawab “ why it exist” dan
“what business am i in”. Pernyataan misi tersebut sudah menggambarkan bentuk perusahaan
dan bisnis yang digeluti oleh perusahaan tersebut. Sehingga pernyataan misi tersebut bisa
menjadi identitas diri perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan yang lain.
Pernyataan misi Jasa Raharja sudah dibuat dengan cukup baik namun tidak adanya evaluasi
pada pernyataan misi semenjak tahun 1999 membuat pernyataan misi ini dipertanyakan
mengenai pencapaian dan kesesuaian dengan lingkungan bisnis. Pada lingkungan bisnis yang
terus berkembang membuat perusahaan semakin membutuhkan teknologi untuk membantu
perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi konsumen. Jasa Raharja pun menyadari
akan pentingnya penerapan teknologi tersebut seperti akan diberlakukannya sistem ERP.
Untuk itu Jasa Raharja perlu melakukan perbaikan mengenai misinya dengan menambahkan
komponen teknologi didalamnya. Untuk itu diperlukan perbaikan mengenai pernyataan misi
tersebut. Pernyataan misi yang direkomendasikan adalah:
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
14
Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan terhadap pengguna lalu lintas
dan pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai penyelenggara Program
Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta Badan Usaha Milik Negara.
Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan kepentingan antara karyawan
dan pemegang saham serta penggunaan teknologi yang mutakhir agar produktivitas dapat
tercapai secara optimal demi kesinambungan Perusahaan.
Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber daya bagi keseimbangan
dan kelestarian lingkungan.
PRIME Service merupakan slogan yang selalu dikedepankan oleh perusahaan. PRIME
Service ini menjadi core values perusahaan yang selalu dikedepankan oleh perusahaan
sehingga PRIME ini dapat selalu dilaksanakan dengan baik oleh semua pekerja Jasa Raharja.
PRIME yang dimaksudkan ini terdiri dari lima huruf yang setiap hurufnya memiliki makna
yang berbeda. Proaktif Ramah Ikhlas Mudah dan Empati merupakan kepanjangan dari
PRIME. Setiap kata tersebut memiliki arti, yaitu
Proaktif: Menurut Jasa Raharja tidak ada bisnis yang tidak menghadapi kompetisi dan selalu
ada persaingan sehingga proaktif terhadap konsumen harus dilakukan agar dapat memengkan
hati konsumen dan dapat menjadikan nilai tambah untuk perusahaan.
Ramah: Insan Jasa Raharja selalu bersikap ramah dengan memahami karakteristik pelanggan
untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan yang membutuhkan dan senang dilayani.
Ikhlas: Insan Jasa Raharja selalu ikhlas membangun motivasi dan rasa percaya diri yang
tinggi untuk menghasilkan yang terbaik bagi masyarakat dan bagi perusahaan.
Mudah: Perusahaan memberikan kemudahan dengan membuka kantor pelayanan didaerah
rawan kecelakaan, menempatkan mobil pelayanan keliling dirumah sakit yang mengalami
korban kecelakaan lalulintas
Empati: Petugas Jasa Raharja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya
korban atau ahli waris korban kecelakaan alat angkutan umum dan lalu lintas jalan selalu
memproyeksikan dirinya sebagai korban sehingga dapat merasakan perasaan yang sama.
Belief systems tersebut, selanjutnya harus disosialisasikan kepada seluruh stakeholders
perusahaan terutama karyawan perusahaan. Sosialisasi perlu dilakukan agar semua
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
15
stakeholders perusahaan dapat mengetahui dan memahami apa dan kemana tujuan perusahaan
tersebut. Mensosialisaikan belief systems dapat menggunakan dua cara yaitu secara lisan dan
tulisan. Pada Jasa Raharja, komunikasi belief systems lebih banyak menggunakan media-
media komunikasi perusahaan seperti website Jasa Raharja, laporan tahunan perusahaan, code
of conduct, dan media lainnya seperti booklet, pin, dan hiasan yang terdapat pada dinding dan
elevator. Jasa Raharja sengaja mensosialisasikan belief systems ditempat-tempat yang sering
dilewati maupun dikunjungi oleh stakeholders perusahaan terutama karyawan agar mereka
menjadi semakin hafal dan memahami maksud dari belief systems tersebut.
Sosialisasi dengan menggunakan media perusahaan sangat baik diterapkan oleh Jasa
Raharja namun tidak demikian dengan sosialisasi secara lisan. Pihak manager perusahaan
hampir tidak pernah melakukan sosialisasi mengenai belief systems perusahaan walaupun
sering mendapatkan kesempatan mensosialisasikannya seperti pada saat rapat ataupun
kunjungan ke daerah. Hal tersebut dapat menyebabkan turunnya motivasi pegawai untuk
menghafal dan memahami maksud dari belief systems perusahaan. Hal tersebut akan membuat
usaha sosialisasi menggunakan media-media perusahaan menjadi sia-sia sehingga belief
systems yang terdapat pada Jasa Raharja hanya sebatas keberadaannya saja tidak sampai
memberikan arah kepada seluruh stakeholders mengenai jati diri dan tujuan perusahaan. Hal
tersebut sangat disayangkan mengingat pernyataan visi, misi, dan core values perusahaan
yang dibuat dengan cukup baik.
Salah satu cara yang paling efektif untuk Jasa Raharja dalam mensosialisasikan belief
systems perusahaan adalah dengan menggerakan manajer perusahaan untuk turun langsung
dalam melakukan sosialisasi dalam bentuk verbal. Sosialisasi dapat disisipkan pada saat rapat
atau acara-acara perusahaan. dengan begitu karyawan Jasa Raharja dapat memiliki motivasi
lebih dalam menghafal dan memahami belief systems Jasa Raharja.
Strategic Boundaries
Terdapat dua strategic boundaries pada Jasa Raharja yaitu lingkup perusahaan dan
batasan investasi perusahaan Batasan utama yang dilakukan pemerintah terhadap strategi
Jasa Raharja adalah pemerintah hanya memberikan hak untuk memonopoli Undang-undang
no. 33 dan 34 tahun 1964. Pemerintah memberikan hak monopoli tersebut agar masyarakat
dapat mendapatkan perlindungan terhadap kecelakaan lalu lintas sehingga masyarakat dapat
lebih merasa aman untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Batasan dari hak pemerintah
tersebut adalah Jasa Raharja hanya diperbolehkan menjalankan asuransi yang sudah
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
16
ditentukan Pemerintah saja. Jasa Raharja tidak diperkenankan untuk menjalankan produk
asuransi lain. Pembatasan tersebut dimaksudkan agar Jasa Raharja bisa lebih fokus untuk
menjalankan Undang-Undang tersebut sehingga Jasa Raharja dapat memberikan perlindungan
serta pelayanan yang lebih baik. Dengan hanya dibatasi pada pelaksanaan Undang-Undang
no.33 dan 34 maka Jasa Raharja tidak dapat memonopoli produk asuransi lainnya.
Dalam menjaga kesehatan keuangan perusahaan asuransi, pemerintah memberikan
perlindungan berupa aturan dari Menteri Keuangan yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Republik Indonesia nomor 53 tahun 2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi
dan perusahaan reasuransi. Pada peraturan tersebut pemerintah menetapkan seberapa besar
perusahaan asuransi dan reasuransi boleh melakukan investasi, bentuk investasi, serta tingkat
solvabilitas minimal perusahaan sehingga perusahaan dapat terlindungi dari kerugian
investasi dan konsumen asuransi juga terlindungi dari kemungkinan perusahaan asuransi
gagal membayar claim.
Pemerintah, melalui Menteri Keuangan, memberikan batasan jumlah dan bentuk
investasi dari perusahaan asuransi. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi pada
satu jenis investasi, seperti saham atau obligasi, tidak boleh lebih besar dari total investasi
perusahaan. Dengan begitu perusahaan harus menyebarkan bentuk investasi mereka pada
beberapa jenis. Maksud dari peraturan tersebut adalah agar menyeimbangkan kepentingan
antara perusahaan dengan nasabah asuransi. Dari sudut perusahaan, mereka ingin
memaksimalkan hasil investasi mereka sehingga dapat memiih bentuk investasi yang
memiliki return tertinggi namun biasanya memiliki risiko yang tinggi pula. Dari sudut
nasabah, mereka ingin pada saat melakukan claim, perusahaan dapat langsung membayarkan
hak nasabah tersebut sehingga investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi harus yang
bersifat liquid dan memiliki risiko investasi yang rendah. Setiap bentuk investasi juga
memiliki faktor risikonya masing-masing sehingga perusahaan asuransi pun harus bisa
mengelola faktor risiko tersebut.
Selain penenpatan investasi, hal lain yang dibatasi oleh Menteri Keuangan adalah
tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas merupakan Ukuran yang digunakan
untuk menilai kemampuan perusahaan Asuransi dalam memenuhi kewajibannya kepada
Pemegang Polis atau Tertanggung. Tingkat solvabilitas didapat melaui selisih antara aset yang
diperkenankan dengan liabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas didapat dari tingkat
solvabilitas dibagi dengan batas tingkat solvabilitas minimum. Target Tingkat Solvabilitas
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
17
paling rendah 120% dari modal minimum berbasis risiko. Tingkat solvabilitas merupakan
salah satu indikator keberhasilan bagi perusahaan asuransi. Maka dari itu, Jasa Raharja sangat
menjaga tingkat solvabilitas tersebut agar tingkat solvabilitas mereka dapat terus meningkat
karena semakin besar tingkat solvabilitasnya menandakan bahwa semakin baiknya
perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajiban claim mereka. Pada tahun 2012 Rasio
pencapaian solvabilitas Jasa Raharja adalah sebesar 323,66%. Rasio tersebut jauh lebih besar
daripada batasan yang ditentukan oleh pemerintah yaitu 120%.
Interactive Control Systems
Pendirian perusahaan ini merupakan salah satu rencana pemerintah dalam melakukan
pengadaaan barang publik dan dapat memberikan sumbangan penerimaan bagi negara. Oleh
karena itu, perusahaan sangat tergantung kepada peraturan pemerintah. Telah diketahui
bersama, bahwa Jasa Raharja merupakan satu-satunya perusahaan asuransi yang diberikan
kewenangan oleh Pemerintah Indonesia untuk mengelola asuransi wajib kecelakaan
penumpang kendaraan umum dan kecelakaan lalu lintas jalan. Hak untuk memonopoli pasar
tersebut merupakan hak yang diberikan oleh pemerintah yang menjadi competitive advantage
bagi perusahaan. Dengan adanya aturan ini, perusahaan dapat terus berkembang tanpa harus
memikirkan adanya ancaman dari kompetitor, konsumen, suplier, produk substitusi, dan
pendatang baru.
Selain menjadi competitive advantage perusahaan, hak monopoli tersebut dapat juga
menjadi risiko apabila hak untuk memonopoli tersebut dicabut. Risiko tersebut muncul ketika
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memita Undang Undang nomor 33 dan 34 tahun
1964 untuk diamandemen. UU tersebut dimaksudkan agar tersedia layanan jasa santunan
kepada orang yang mengalami kecelakaan. Namun, saat ini setelah pelaku pasar semakin
kompleks, pemberian hak monopoli itu dinilai sudah tidak tepat. Seharusnya, pengelolaan
premi yang dibayarkan penumpang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Pernyataan tersebut
bertujuan untuk memberi kesempatan kepada konsumen untuk memilih perusahaan asuransi
saat mengalami kecelakaan. Selain itu, jika dikelola oleh beberapa perusahaan asuransi akan
menciptakan efisiensi, sehingga masyarakat pembayar premi dapat mengetahui
pengelolaannya dengan transparan. Penghapusan hak monopoli tersebut kemudian menjadi
strategic uncertainty yang dihadapi perusahaan karena adanya risiko kehilangan hak
monopoli tersebut. Dari adanya risiko tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap
asumsi-asumsi yang digunakan oleh perusahaan. Sehingga secara tidak langsung dapat
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
18
menyebabkan tidak tercapainya strategi yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Dari paparan
diatas terlihat bahwa jenis sistem yang diterapkan oleh Jasa Raharja adalah intelligent
systems. Ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan regulasi atau peraturan pemerintah
yang menyebabkan perusahaan memilih jenis sistem interaktif tersebut.
Untuk pencapaian target dan sasaran perusahaan, diperlukan adanya monitor terhadap
faktor yang dapat menghambat perusahaan untuk mencapai target tersebut. Faktor tersebut
harus dimonitor secara interaktif agar penanganan faktor tersebut dapat dilakukan dengan
baik. Faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap target dan sasaran perusahaan adalah
tingkat pertumbuhan kendaraan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan
yang ada di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebanyak 94.373.324. Terjadi peningkatan
sebanyak 10% dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut diseabkan karena adanya
beberapa hal seperti semakin kompleksnya kebutuhan masyarakat, semakin mudahnya
kepemilikan kendaraan, dan semakin berkembangnya infrastruktur. Kenaikan jumlah
kendaraan tersebut akan memiliki dampak positif dan negatif bagi Jasa Raharja. Dampak
positif dari bertambahnya jumlah kendaraan adalah semakin banyak pemasukan perusahaan
yang berasal dari iuran dan sumbangan wajib. Jadi bertambahnya jumlah kendaraan akan
berbanding lurus dengan pendapatan perusahaan.
Namun, selain berdampak terhadap pemasukan perusahaan, kenaikan jumlah
kendaraan akan meningkatkan jumlah kecelakaan. Data dari BPS menyebutkan bahwa jumlah
kecelakaan lalu lintas pada tahun 2012 adalah sebanyak 117.949 kasus meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu sebanyak 108.696. Kenaikan jumlah kendaraan, semakin banyaknya jalanan
yang sudah rusak, dan semakin banyaknya pelanggaran yang terjadi di jalan merupakan
penyebab utama meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas. Meningkatnya jumlah
kecelakaan lalu lintas akan membuat semakin tingginya jumlah claim pada Jasa Raharja. Hal
tersebut akan meningkatkan jumlah beban yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Tingkat
kecelakaan lalu lintas yang semakin bertambah, menjadi masalah utama bagi perusahaan.
Masalah tersebut harus dicarikan solusi yang tepat agar dapat mengurangi jumlah claim. Jasa
Raharja sudah melakukan berbagai cara agar dapat mengurangi masalah tersebut. Strategi
yang digunakan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut bersifat preventif yang meliputi
program pengadaan sarana, program keselamatan lalu lintas, program preventif kecelakaan,
program khusus pengamanan Lebaran/Natal/Tahun Baru.
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
19
5. Kesimpulan
Jasa Raharja telah menerapkan konsep levers of control yang telah dikemukakan oleh
Simons (2000) dengan cukup baik, walaupun masih ada yang perlu diperbaiki. Komponen
sistem pengendalian pada perusahaan yang tergolong mature ini telah dimiliki seluruhnya
oleh perusahaan. komponen tersebut meliputi Internal control, diagnostic control systems,
business conduct boundary, belief system, strategic boundaries, dan interactive control
system. Pernyataan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan perlu dilakukan evaluasi
secara berkala. Perubahan lingkungan perusahaan yang terjadi selama 15 tahun yang
membuat evaluasi ini sangat penting dilakukan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
David (2011) pernyataan misi yang dimiliki Jasa Raharja masih belum lengkap sehingga perlu
dilakukan perbaikan mengenai pernyataan misi Jasa Raharja. Belief systems yang dimiliki
perusahaan sudah cukup baik, namun sosialisasi mengenai hal tersebut masih sangat kurang.
Belief systems belum tertanam dengan baik pada seluruh insan perusahaan. Hal tersebut
terjadi karena sosialisasi yang dilakukan oleh manajer secara verbal belum dilakukan dengan
baik. Untuk itu manajer harus melakukan sosialisasi mengenai belief systems dengan lebih
baik dan lebih sering lagi sehingga belief systems dapat tertanam pada seluruh insan
perusahaan.
Daftar Referensi
Anthony, Robert N. Vijay Govindarajan (2007). Management Control System, twelfth edition.
Newyork: MCGraw-Hill International Edition
Armesh, Hamed; Habibollah Salarzehi ; Baqer Kord (2010). Management Control Systems.
Ulrich’s, vol. 2, no. 6, pp. 193-204
David, F (2011). Strategic Management. New Jersey: Prentice Hall
Elder, J.Randal; Mark S.Beasley; Alvin A.Arens; Amir A.Yusuf (2009). Auditing and
Assurance Services: An Indonesian Adaptation. Singapore: Pearson
Hendry, Anthony E (2011). Understanding Strategic Management (2nd edition). London:
Oxford University Press
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014
20
Ireland, R.Duane; Robert E.Hoskisson; & Michael A.Hitt (2009). The Management of
Strategy: Concepts and Cases, 9th Edition. Kanada: South-western, a part of Cengcage
Learning
Niven, Paul R. (2002). Balance Scorecard. Kanada: John Wiley & Sons, Inc., Newyork
PT. Jasa Raharja (Persero). (2012). Laporan Tahunan 2012. Jakarta
Republik Indonesia. 1964. Undang Undang Nomor 33 Tahun 1964 Tentang Dana
pertanggungan wajib kecelakaan penumpang. Lembaran Negara RI Tahun 1964.
Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 1964. Undang Undang Nomor 34 Tahun 1964 Tentang Dana
pertanggungan wajib kecelakaan lalu lintas jalan. Lembaran Negara RI Tahun 1964.
Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 1992. Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian. Lembaran Negara RI Tahun 1992. Sekretariat Negara. Jakarta
Simons, Robert. (1991). Strategic orientation and top management attention to control
systems. Strategic Management Journal, 12, 49-62
Simons, Robert. (2000). Performance Measurement & Control Systems for Implementing
Strategy. New Jersey: Prentice Hall.
Veithzal, Rivai; Ahmad Fawzi, Ella Jauvani, Silvia Murni, dan Burhanuddin Abdullah.
(2011). Performance appraisal. Jakarta: Rajawali Pers.
Widener, S. K. (2007). An empirical analysis of the levers of control framework. Accounting,
Organizations and Society, 32, 757–788.
http://www.bumn.go.id/jasaraharja/prestasi/prestasi-dan-penghargaan/
http://webbeta.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=
14
http://webbeta.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=
25
Analisis penerapan …, Hamdan Rahmatullah, FE UI, 2014