ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

69
i ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA AREN SEMUT DIKAWASAN HUTAN KEMASYARAKATAN (HKM) BANGKENG BUKIT KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI RIFAL WAYSADI. AK 105950063815 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2021

Transcript of ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

i

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP

GULA AREN SEMUT DIKAWASAN HUTAN

KEMASYARAKATAN (HKM) BANGKENG BUKIT

KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

RIFAL WAYSADI. AK

105950063815

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

ii

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP

GULA AREN SEMUT DIKAWASAN HUTAN

KEMASYARAKATAN (HKM) BANGKENG BUKIT DESA

BUKIT HARAPAN KECAMATAN GANTARANG

KABUPATEN BULUKUMBA

RIFAL WAYSADI. AK

105950063815

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Proposal Mahasiswa yang dilaksanakan oleh:

Nama : Rifal Waysadi.AK

Nim : 105950063815

Judul : Analisis Pendapatan Masyarakat Terhadap Gula Aren Semut

Dikawasan H utan Kemasyarakatan (HKM) Bangkeng Bukit

Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

Makassar,……………..2021

Telah diperiksa dan disetujui;

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Andi Azis Abdullah, S.hut., M.P. Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM

NIDN : 0930106701 NIDN : 0907028202

Diketahui Oleh,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi

Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si.,IPM.

IDN : 0912066901 NIDN : 0011077101

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

iv

HALAMAN KOMISI PENGUJI

Judul : Analisis an Analisis Pendapatan Masyarakat Terhadap Gula Aren

Semut Dikawasan Hutan Kemasyarakatan (HKM)

Bangkeng Bukit Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba.

Nama : Rifal Waysadi Ak

Stambuk : 105950063815

Program Studi : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

SUSUNAN TIM PENGUJI

NAMA TANDA TANGAN

Andi Azis Abdullah, S.hut., M.P.

Pembimbing I

(………………………………)

Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM (..................................)

Pembimbing II

(………………………………)

Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM.

Penguji I

(………………………………)

Muthmainnah, S.Hut., M. Hut.

Penguji II

(………………………………)

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA AREN

SEMUT DIKAWASAN HUTAN KEMASAYARAKATAN (HKM)

BANGKENG BUKIT KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN

BULUKUMBA.

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustka

di bagian akhir skripsi.

Makassar, Januari 2021

Rifal Waysadi. Ak

105 9500 638 15

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

vi

Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2019

@ Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apa pun tanpa izin Universitas

Muhammadiyah Makassar

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

viii

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala

atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

hasil penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan Masyarakat Terhadap Gula

Aren Semut Dikawasan Hutan Kemasyarakatan (HKM) Bangkeng Bukit

Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”.

Tak lupa pula kita haturkan salam dan shalawat kepada junjungan kita baginda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau yang menjadi surih tauladan bagi

kita semua. Penulis menyadari bahwasanya mungkin dalam penulisan hasil ini

masih banyak perbaikan dan kekeliruan yang disebabkan keterbatasan penulis,

sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat

membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Pada kesempatan kali ini

pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Kedua orang tua ayah dan ibu tercinta, tak henti – hentinya memanjatkan doa

untuk keberhasilan penulis, kemudian dukungan moral serta materi.

2. Ayahanda Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku Ketua Program Studi

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda Andi Azis Abdullah, S.hut., M.P selaku pembimbing I dan

Ayahanda Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM selaku pembimbing II,

penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala motivasi dan

masukannya demi tersusunnya Skripsi ini dengan baik dan benar.

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

ix

5. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku penguji I dan Ibunda

Muthmainnah, S.Hut., M.Hut selaku penguji II yang telah memberikan

masukan dan arahan sehingga penulis berhasil menyusun skripsi ini dengan

benar.

6. Ayahanda Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM selaku penasehat

akademik yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan selama

penulis menempuh perkuliahan hingga menyelesaikan masa studinya.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu selama

mengikuti kegiatan perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman – teman dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan dorongan dan motivasi yang besar.

9. Nhiny Afridayani yang telah memberikan dorongan dan motivasi sangat

besar.

Semoga doa dan motivasi yang diberikan oleh semua pihak dibalas oleh Allah

subhanahu wata’ala. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Januari 2021

Rifal Waysadi.AK

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI .................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2

1.4. Manfaat Penelitan ............................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan Kemasyarakatan ................................................................... 3

2.2. Hasil Hutan Bukan Kayu .................................................................. 5

2.3. Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu .............................................. 13

2.4. Kerangka Pikir .................................................................................. 15

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 16

3.2. Populasi dan Sampel .......................................................................... 16

3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 16

3.4. Analisis Data ..................................................................................... 18

BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Keadaan Fisik Lokasi ......................................................................... 19

BAB V . HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden ........................................................................... 23

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

xi

5.2. Penerimaan Responden dari Gula Aren Semut .................................. 25

5.3. Total Biaya Pengeluaran .................................................................... 27

5.4. Pendapatan ......................................................................................... 28

BAB VI . PENUTUP

6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 30

6.2. Saran ................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

xii

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kondisi Topografi pada areal kerja HKm bangkeng bukit .................... 20

2. Kondisi Tutupan Lahan pada Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Bangkeng Bukit ..................................................................................... 21

3. Jumlah Penduduk berdasarkan kelas umur ............................................ 22

4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ......................... 23

5. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................... 24

6. Jumlah Tanggungan Keluarga Tiap Responden pada areal Desa Bukit

Harapan dan Bukit Tinggi ...................................................................... 25

7. Penerimaan Responden dari Hasil Hutan Bukan Kayu (Gula Aren Semut)

Satu Tahun ............................................................................................ 26

8. Biaya Pengeluaran Responden per Tahun ............................................. 27

9. Jumlah Pendapatan Responden .............................................................. 28

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................... 15

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pelayanan

Ranger, hutan adalah suatu kesatuan sistem hayati berupa hamparan tanah yang

memiliki aset tetap hidup di dalamnya yang ditumbuhi pepohonan di habitatnya

yang sama, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. juga memisahkan hutan

menjadi hutan negara dan hutan pribadi. Hutan negara adalah hutan yang terletak

di darat yang tidak dibebani hak atas tanah, sedangkan hutan rakyat adalah hutan

yang terletak di darat yang terhalang hak atas tanah. Hutan rakyat yang

selanjutnya disebut hutan daerah adalah hutan-hutan dusun yang berada di atas

tanah milik yang dibuktikan dengan hak atau pengesahan.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.88/Menhut-II/2014 tentang Hutan

Kemasyarakatan. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan Negara yang pemanfaatan

utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat Keberadaan

HKm mampu menyelesaikan konflik-konflik kehutanan dengan memberi akses

dan hak mengelola terkait klaim masyarakat dalam penguasaan kawasan hutan,

dalam konteks tersebut HKm diharapkan dapat menjamin keberlanjutan serta

transformasi ekonomi dan budaya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah salah satu sumber daya hutan

yang memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan

masyarakat sekitar hutan.Sehingga, tidak salah lagi bahwa masyarakat di dalam

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

2

maupun di sekitar kawasan hutan berhubungan langsung maupun tidak langsung

dengan hasil hutan bukan kayu (Sihombing, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Seberapa besarkah tingkat pendapatan masyarakat terhadap gula aren

semut di kawasan hutan (HKm) Bangkeng Bukit desa bukit harapan,

Kec.gantarang kab. Bulukumba.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan yakni untuk mengetahui seberapa besarkah

tingkat pendapatan masyarakat terhadap gula aren semut di kawasan hutan

(HKm) Bangkeng Bukit Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang

Kabupaten Bulukumba.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi terhadap pendapatan masyarakat terhadap gula

aren semut di kawasan Hutan (HKm) Bangkeng Bukit Desa Bukit

Harapan Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

2. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat, instansi, terkait pendapatan

masyarakat terhadap gula aren semut di kawasan hutan (HKm)

Bangkeng Bukit Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba.

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Kemasyarakatan (HKM)

2.1.1 Pengertian Hutan Kemasyarakatan

Menurut Permenhut No 88/Menhut-II/2014 HKm merupakan hutan

negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan

masyarakat setempat. Pasal 6 dan pasal 7 menerangkan bahwa kawasan hutan

yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja HKm adalah kawasan hutan lindung

dan kawasan hutan produksi. Ketentuan kawasan tersebut dapat ditetapkan

sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan yaitu belum dibebani hak atau izin

dalam pemanfaatan hasil hutan dan menjadi sumber mata pencaharian

masyarakat setempat.

2.1.2 Pelaksanaan Hutan Kemasyarakatan

Sebagaimana ditunjukkan oleh Budiono (2011) sosialisasi dan

pendampingan merupakan komitmen dari otoritas publik, dengan demikian

peternak tepi dusun memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan

administrasi dari otoritas publik. Bantuan bagi peternak HKm bisa melalui

pengarahan, persiapan atau bimbingan.

Berdasarkan Permenhut nomor 37 tahun 2007 Bagian Kedua Pasal 12

ayat 1 dijelaskan bahwa Fasilitasi bertujuan untuk:

a. Mengembangkan lebih lanjut batas wilayah setempat dalam mengawasi

asosiasi tandan.

b. Mengarahkan daerah setempat untuk mengajukan izin sesuai pedoman

terkait.

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

4

c. Pengerjaan batas jaringan kelurahan dalam perencanaan rencana kerja

pemanfaatan dusun daerah.

d. Bekerja pada kapasitas jaringan lingkungan untuk membawa

pengembangan hutan melalui peningkatan inovasi pemasangan yang

lebih baik dan memperluas nilai tambahan barang-barang dusun.

e. Menggarap fitrah SDM warga kelurahan melalui peningkatan

informasi, kapasitas dan kemampuan.

f. Memberikan data pasar dan permodalan dalam memperluas intensitas

dan akses jaringan lingkungan ke sektor usaha dan permodalan.

g. Bekerja pada batas jaringan terdekat dalam menciptakan dusun dan

organisasi penggunaan barang hutan.

Menurut Watala (2009), perangkat hukum tentang HKm itu kemudian

revisi dengan lahirnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 677/Kpts-II/1998.

Dalam Keputusan tersebut terdapat beberapa prinsip pengelolaan HKm sebagai

berikut:

a. masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengambilan manfaat.

b. Masyarakat sebagai pengambilan keputusan dan menentukan sistem

pengusahaan.

c. Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau kegiatan.

d. Adanya kepastian hak dan kewajiban semua pihak.

e. Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat.

f. Pendekatan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan budaya.

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

5

2.1.3 Masyarakat dan Hutan

Masyarakat desa hutan merupakan sekumpulan orang yang tinggal

dalam maupun sekitar hutan. Kebanyakan dari masyarakat desa hutan

menggantungkan kehidupan pada sumber daya hutan yang ada di sekitar

mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Bagaimanapun, beberapa jaringan kota dusun di Indonesia masih

belum layak untuk mengelola hutan di sekitarnya secara tepat, diketahui

bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 610.375.92 ha yang

merupakan urutan ketiga negara dengan kerusakan hutan paling parah. Di

dunia, posisi ini bukanlah sesuatu yang patut disyukuri, selain itu, jaringan

kota hutan juga biasanya memiliki masalah sosial dan keuangan dalam

mengelola hutan. (jurnal administrasi publik).

2.2 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Hasil Hutan Bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK, adalah barang-

barang dari hutan organik, baik nabati maupun hewani hanya sebagai barang

pelengkap dan pengembangan, selain kayu (Dinas Satgas, 2007). Dengan tujuan

akhir untuk mengubah arah kawasan hutan para timber extraction menjadi

sustainable forest management, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) atau Non

Timber Forest Products (NTFP) memiliki nilai penting. keuntungan relatif dan

kontak langsung dengan jaringan dusun. Selanjutnya, tidak ada campur aduk

bahwa jaringan di dalam dan di sekitar kawasan hutan secara langsung atau

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

6

berimplikasi diidentifikasikan dengan barang-barang dusun non-kayu (Sihombing,

2011).

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah tindakan pemanfaatan dan

pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu tanpa merusak iklim dan tidak

mengurangi kapasitas pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan

Kayu (IUPHHK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 (13) Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 yang merupakan pemutakhiran dari

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin untuk

beroperasi yang diizinkan untuk menggunakan barang-barang hutan bukan kayu

di hutan-hutan biasa yang sedang berlangsung melalui pengumpulan atau

penebangan, pengembangan, pemeliharaan, dan latihan periklanan (Kemenhut,

2007)

Sumberdaya hutan juga multi-guna dan mengandung kepentingan yang

berbeda dan pemanfaatannya ditujukan untuk memahami individu yang paling

berkembang. Keunggulan tersebut tidak hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu

yang hanya menyumbang 20%, namun juga keunggulan Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK) dan administrasi ekologis yang memberikan komitmen terbesar sebesar

80%, namun hingga saat ini kemampuan HHBK telah belum digunakan secara

ideal. . Pandangan dunia ini telah membuat kami lebih sadar bahwa HHBK

mungkin merupakan aset hutan yang menikmati manfaat dekat dan paling erat

diidentifikasi dengan jaringan dusun. HHBK telah terbukti secara tegas

mempengaruhi perluasan upah jaringan dusun dan membuat komitmen penting

untuk memperluas perdagangan asing di negara itu (Kemenhut, 2009).

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

7

Penggunaan kayu selama ini pada umumnya masih akan diarahkan pada

hutan para eksekutif sebagai pembuat kayu dalam pengaturan keuangan. Kondisi

ini mendorong peningkatan penyalahgunaan kayu untuk memenuhi pasar dunia

dan industri dalam negeri tanpa mempertimbangkan nilai keuntungan yang

berbeda yang dapat diperoleh dari hutan dan menjaga sistem biologis hutan.

Akibatnya, pandangan dunia ini telah mendorong pengurangan di dekatnya,

manfaat dan sifat lingkungan hutan. Sementara, sekali lagi, aset hutan (SDH)

memiliki kemungkinan multifungsi yang dapat memberikan keuntungan finansial,

alam dan sosial yang lebih baik untuk bantuan pemerintah manusia. Keuntungan

tersebut tidak hanya berasal dari HHK seperti yang terjadi saat ini, tetapi juga

keuntungan dari HHBK dan administrasi ekologis (Kemenhut, 2009).

Pandangan dunia baru dari area layanan ranger melihat hutan sebagai

kerangka aset yang multi-utilitarian, multi-alasan dan mengandung kepentingan

yang berbeda dan pemanfaatannya ditujukan untuk memahami individu

berkembang terbaik. Pandangan dunia ini telah membuat kami lebih sadar bahwa

HHBK mungkin merupakan aset hutan yang menikmati manfaat serupa dan

paling erat diidentifikasi dengan jaringan dusun. HHBK terbukti mempengaruhi

perluasan pembayaran jaringan hutan dan membuat komitmen penting untuk

memperluas perdagangan asing negara tersebut. Nantinya, diyakini peningkatan

pelayanan ranger saat ini tidak hanya bertumpu pada barang-barang kayu dusun

saja, namun harus mengkaji kemampuan HHBK. Hasil investigasi menunjukkan

bahwa hanya 10% item backwood kayu berasal dari lingkungan hutan, sedangkan

sebagian besar (90%) item yang berbeda adalah item non-kayu hutan (HHBK)

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

8

yang belum diawasi dan digunakan secara ideal untuk lebih lanjut.

mengembangkan bantuan pemerintah daerah (Kemenhut, 2009).

Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan

kayu,karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Menurut UU

Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, disebutkan bahwa HHBK merupakan hasil

hutan hayati maupun non hayati atau menurut FAO adalah barang (goods) yang

dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal dari hutan atau lahan sejenisnya.

Adapun HHBK yang dimanfaatkan dan memiliki potensi untuk

dimanfaatkan oleh masyarakat, menurut Sumadiwangsa (2000) dikutip oleh

Sudarmalik dkk (2006).

dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

1. Getah-getahan : getah jelutung, getah merah, getah balam, getah karet alam

dan lain-lain.

2. Tanin : pinang, gambir, Rhizophora, Bruguiera, dan lain-lain,

3. Resin : gaharu, kemedangan, jernang, damar mata kucing, damar batu,

damar rasak, kemenyan dan lain-lain,

4. Minyak atsiri : minyak gaharu, minyak kayu putih, minyak keruing, minyak

lawang, minyak kayu manis

5. Madu : Apis dorsata, Apis mellifera,

6. Rotan dan bambu : segala jenis rotan, bambu dan nibung,

7. Penghasil karbohidrat : sagu, aren, nipah, sukun dan lain-lain,

8. Hasil hewan : sutra alam, lilin lebah, aneka hewan yang tidak dilindungi,

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

9

9. Tumbuhan obat dan tanaman hias : aneka tumbuhan obat dari hutan,

anggrek hutan, palma, pakis dan lain-lain.

2.2.1 Peranan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Menurut Sudarmalik dkk (2006) Tanaman penghasil HHBK memiliki

peran dalam segi alam dan keuangan, namun juga dalam segi sosial-

sosial.Secara umum peranan HHBK dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peranan HHBK terhadap aspek ekologis dalam ekosistem hutan, HHBK

merupakan bagian dari ekosistem hutan. Beberapa hasil HHBK diperoleh

dari hasil pohon, misalnya getah-getahan,tanin resin dan minyak atsiri.

Sedangkan selebihnya dari palm, hasil satwa ataupun anggrek. Untuk

pohon seperti gaharu (Aquilaria Malaccensis), dalam ekosistem memiliki

peranan sebagai pohon dominan dengan ketinggian mencapai 30 – 40 m.

Palm berupa sagu, nipah, dll. Merupakan bagian dari ekosistem yang

berfungsi menjaga abrasi oleh sungai atau laut.

2. Peranan HHBK terhadap ekonomi Rumah tangga Seperti yang

disebutkan diatas bahwa HHBK dapat menjaga adanya kestabilan

pendapatan dan resiliensi (kekenyalan) terhadap perubahan yang terjadi

di luar sistem hutan rakyat. Resiliensi adalah suatu tingkat kelenturan

dari sumber pendapatan terhadap adanya perubahan pasar. Contohnya

adanya perubahan nilai tukar mata uang. Pada saat terjadi krisis moneter,

HHBK memiliki peran yang besar terhadap pendapatan rumah tangga

dan devisa negara, karena HHBK tidak menggunakan komponen import

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

10

dalam memproduksi hasil. Dengan efisiensi penggunaan lahan yang

tinggi dan diversifikasi produksi maka kontribusi terhadap pendapatan

juga semakin besar.

3. Peranan HHBK terhadap kemajuan provinsi Di pedesaan, komitmen

terbesar dalam mendorong perbaikan adalah dari bidang hortikultura dan

layanan ranger. Dari beberapa hutan lokal yang ada desain papan, hasil

dari hutan lokal membuat komitmen yang signifikan untuk membayar

kota dan pergantian acara lokal. Dengan mengarahkan HHBK mulai dari

pembuatan, penyiapan dan peragaan, semua harus dimungkinkan oleh

daerah setempat, dengan tujuan agar hasil dari latihan ini dikenang bagi

daerah pembuatnya.

2.2.2 Pemanfaatan HHBK

Menurut Departemen Kehutanan (2007) Peran masyarakat di dalam dan

disekitar kawasan konservasi (daerah penyangga) sebagai user/pemohon,

dalam pemanfaatan HHBK dari kawasan konservasi sebagai berikut :

1. Membentuk lembaga/kelompok Masyarakat lokal di dalam dan di

sekitar kawasan konservasi (Daerah penyangga).

2. Mengajukan permohonan izin pemanfaatan HHBK dari kawasan

konservasi kepada UPT Ditjen PHKA terkait.

3. Membuat rencana (target, volume) pengambilan jenis, untuk periode

tertentu.

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

11

4. Mengembangkan HHBK secara lestari di daerah penyangga dengan

memperhatikan aspek konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

5. Melaporkan kegiatan pemanfaatan HHBK dari kawasan konservasi

secara periodik kepada UPT Ditjen PHKA terkait.

Menurut Departemen Kehutanan (2007) Penggunaan spesies tumbuhan

liar sebagai HHBK diusulkan sehingga spesies tumbuhan liar dapat digunakan

secara wajar untuk keberhasilan individu yang terbaik. Tujuan pemanfaatan

HHBK dalam mengaktifkan jaringan di daerah pendukung kawasan

konservasi adalah:

a. Mengerjakan status keuangan daerah bantal daerah setempat.

b. Restorasi tanah di zona bantalan.

c. Mencegah disintegrasi dan bekerja pada kualitas ekologis dan

menyirami papan.

d. Mencegah/menghentikan laju pelanggaran hutan belantara dan illegal

logging.

e. Amankan kawasan pelestarian sesuai kapasitasnya.

Pilihan lain untuk memajukan wilayah pelayanan jagawana adalah

peningkatan jenis-jenis barang hutan bukan kayu, karena itu jelas bukan

potensi yang cukup tinggi. Kemungkinan pemanfaatan HHBK yang berbeda

sangat tinggi dalam mendukung peningkatan upah individu. Salah satu

kekurangan daerah adalah inovasi ramu dan pasca panen belum mendominasi,

sehingga membuat satu ton HHBK tidak terpakai.

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

12

Oleh karena itu, di kemudian hari, sangat penting untuk memperkuat

organisasi dan meningkatkan batas wilayah dalam administrasi, pengumpulan,

dan perawatan pasca-pengumpulan, sehingga wilayah setempat mendapatkan

jumlah dan kualitas yang sesuai. (Njurumana dan Butarbutar, 2008).

Perbaikan model agroforestri yang bergantung pada HHBK merupakan

lompatan maju elektif dalam pemanfaatan unit lahan yang terkonsentrasi

untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas penciptaan guna membangun

jaringan provinsi di Timor Barat untuk peningkatan gaji. Pertimbangan untuk

memilih jenis tanaman dapat diselesaikan tergantung pada penyusunan produk

dengan mempertimbangkan pencapaian sosial, masuk akal moneter, dan

keterjangkauan lahan.

Pemajuan HHBK melalui agroforestry harus ditegakkan dengan

melibatkan dan memperluas batas wilayah lokal dalam agroforestry para

pelaksana, termasuk komponen prosedur pengembangan, strategi

pengumpulan yang tidak berbahaya bagi ekosistem, metode penyiapan barang

yang sesuai dengan kebutuhan pasar, penimbunan barang dan kerangka

pameran yang adil. sebagai penguatan pertemuan atau pendirian sehingga

mereka dapat mengawasi unit. satuan tanah secara ahli. Di dalam sistem

pengembangan agroforestri, HHBK harus memiliki pilihan untuk digabungkan

dengan berbagai jenis tanaman pangan sebagai dorongan untuk lebih

mengembangkan ketahanan pangan daerah. Pengembangan jenis pangan

pilihan merupakan salah satu upaya mendorong individu untuk memperluas

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

13

ketahanan pangan melalui peningkatan jenis tanaman dalam peningkatan

agroforestri.(Nj Rumanadan Butarbutar, 2008).

Pengumpulan HHBK lokal merupakan gerakan ekonomi adat yang

dianggap bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan pengumpulan

HHBK dipengaruhi oleh kecenderungan genetik, aksesibilitas HHBK hanya

sebagai motivator keuangan, di mana semakin tinggi dorongan keuangan

dalam iklim umum, semakin penting peluang untuk pemilahan HHBK sebagai

pilihan untuk kepuasan finansial. kebebasan moneter yang ada juga

mempengaruhi keragaman HHBK, karena semakin tinggi minat HHBK maka

semakin tinggi pula penyalahgunaan HHBK itu sendiri. (Nugroho dkk, 2015).

2.2.3 Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu

Dari perspektif moneter, pembayaran identik dengan uang tunai, tenaga

kerja, dan produk yang diperoleh atau diperoleh selama jangka waktu tertentu,

seperti bulan atau waktu yang lama. (Sultika, 2010).

Bayaran yang didapat dari siklus pembuatan bergantung pada jumlah barang

dagangan yang dikirim oleh setiap jenis dan kualitas dan biaya setiap unit dari

setiap jenis dan kualitas. Ukuran pembayaran setara dengan jumlah barang

dagangan yang dibuat dikalikan dengan biaya per unit. Gaji keluarga sebagian

besar tidak berasal dari satu sumber, namun dapat muncul dari setidaknya dua

jenis pendapatan. Bermacam-macam sumber pembayaran diyakini dipengaruhi

oleh tingkat gaji itu sendiri. Tingkat upah yang rendah mengharuskan individu

keluarga untuk bekerja/berusaha lebih keras untuk mengatasi masalah mereka.

Bagi keluarga tertentu, upaya tersebut tidak hanya menambah melimpahnya jam

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

14

kerja dari latihan yang ada, tetapi juga melakukan latihan yang berbeda. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa hasil pemeriksaan bahwa sebagian besar keluarga

memiliki lebih dari satu jenis pendapatan (Sultika, 2010).

Pendapatan adalah penghargaan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan

yang dilakukannya, pembayaran sebagai kompensasi dan partisipasi variabel

penciptaan tanah, pekerjaan, modal dan pelaksana. (Filly, 2018).

Rodjak dalam Filly (2018) pendapatan petani adalah pembayaran penuh

peternak dari budidaya dan di luar wisma. Tingkat gaji peternak juga dipengaruhi

oleh berbagai sumber, khususnya gaji peternak sebagai administrator, gaji kerja

peternak, gaji keluarga peternak dan gaji keluarga peternak.

Gustiyana dalam Filly (2018) menyatakan bahwa gaji dipisahkan menjadi

dua, yaitu gaji rumah khusus dan gaji keluarga. Gaji budidaya adalah gaji yang

diperoleh dari selisih antara gaji bersih (hasil) dan biaya produksi (masukan) yang

ditentukan setiap bulan, tahun atau per musim berkembang. Sementara itu, gaji

keluarga adalah gaji yang diperoleh dari hasil latihan budidaya dan di luar

peternakan. Gaji non budidaya adalah bayaran yang didapat dari latihan seperti

berdagang, buruh, dan lain sebagainya

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

15

2.2.4. Kerangka Pikir

Di Kabupaten Bulukumba terdapat kawasan hutan kemasyarakatan (HKm)

bangkeng Bukit di Desa Bukit Harapan Masyarakat yang tinggal di sekitar

kawasan hutan Memanfaatkan hutan sebagai sumber pendapatan, karena

masyarakat sekitar kawasan banyak yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu

yaitu aren.

Gambar 1: Kerangka Pikir

Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) bangkeng

Bukit Desa Bukit Harapan dan Desa bukit tinggi

Sumber Mata Pencaharian Masyarakat Di Kawasan

Hutan Kemasyarakatan (HKM) Bangkeng Bukit

ma

HHBK (Nira Aren)

n

Pemanfaatan Masyarakat

Pendapatan Masyarakat Pada HHBK

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

16

III. METODE PENELITIAN

3.2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Harapan dan Desa Bukit Tinggi

Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba selama Dua Bulan yaitu pada bulan

September sampai dengan Bulan November 2020.

3.1 Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Desa

Bukit harapan dan Desa Bukit Tinggi yang memanfaatkan hasil hutan

bukan kayu yakni nira aren.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sensus yakni

20 orang

3.2 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah data

primer dan Data Sekunder.

1. Data Primer

Data Primer diperoleh dari lapangan melalui persepsi lapangan,

studi dan pertemuan yang diselenggarakan dengan memanfaatkan jajak

pendapat sejumlah responden sebagai unit investigasi. Dalam penelitian

ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara :

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

17

a. Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap yang diteliti

terhadap kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan bukan

kayu pohon aren. di Desa tersebut.

b. Wawancara dan pengisian kuesioner dengan melakukan tanya jawab

secara langsung terhadap masyarakat di Desa Bukit Harapan dan Desa

Bukit Harapan terkait jumlah penerimaan dan jumlah biaya produksi gula

aren semut.

c. Dokumentasi adalah mengambil gambar yang dibutuhkan pada saat

melakukan pengamatan maupun wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari kantor yang

berlaku, laporan penelitian, tulisan, karya logis, dokumentasi dan data lain

yang diidentifikasi dengan pemeriksaan ini. Pemilahan informasi

tambahan dilakukan dengan studi tulis, dimana metode ini digunakan

dengan mengumpulkan berbagai informasi pendukung yang diperoleh dari

tulisan dan dari organisasi terkait, misalnya administrasi dinas jaga, bahan

pustaka, artikel, buku harian, web office dan akibat dari penelitian masa

lalu.

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

18

3.4 Analisis data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan perhitungan pendapatan

masyarakat dengan menggunakan rumus:

a. Penerimaan

TR = P x Q

Keterangan :

TR : Total Revenue {penerimaan total (Rp)}

P : Price (harga)

Q : Quantity {jumlah barang (botol)}

b. Biaya Total Produksi (Pengeluaran)

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC : Total Cost (biaya total)

TFC : Total Fixed Cost (biaya tetap total)

TVC : Total Variabel cost (biaya variabel total)

c. Pendapatan

I = TR – TC

Keterangan:

I : Income (pendapatan)

TR : Total Penerimaan

TC : Total Biaya

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

19

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Keadaan fisik lokasi

4.1.2. Luas dan Letak

Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) terletak di Desa Bukit

Harapan dan bukit tinggi Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba,

Sulawesi Selatan. Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan desa) yaitu jarak

dari pusat desa ± 2 Km, jarak dari pusat kecamatan yaitu ± 20 Km, jarak

dari pusat kabupaten ± 18 km serta jarak dari pusat provinsi kota Makassar

yaitu ± 170 Km. Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang terdapat di

Desa Bukit Harapan sesuai SK Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yaitu seluas 78 Ha, dengan batas

Batas Desa Bukit Harapan sebagai berikut. (KTH Buhung Lali, 2008) :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontonyeleng

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sopa

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dampang (Bontoulu)

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bontonyeleng

a. Topografi

Keadaan topografi areal kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Bangkeng Bukit dapat dilihat pada tabel berikut (KTH Buhung Lali,2008)

:

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

20

Tabel 1. Kondisi Topografi pada areal kerja HKm bangkeng bukit

NO Keterangan Luas (ha) %

1. Sangat Curam (>45%) - -

2. Curam (24-45%) 13 16,6

3. Agak curam(15-25%) 25 32,0

4. Landai (8-15 %) 30 38,4

5. Datar (0-8 %) 10 12,8

Jumlah 78 112,6

Tabel 1, menunjukan bahwa areal rata-rata topografi yang curam

(24-25%) seluas 13 ha, agak curam (15-25%) seluas 25 ha, yang cukup

dominan adalah landau (38,4%) seluas 30 ha, datar (0-8%) seluas 10 ha

dan sama sekali tidak ada daerah yang sangat curam. Keadaan topografi di

Desa Bukit Harapan pada umumnya berbukit, yang berada pada ketinggian

<500 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi khususnya keadaan

lereng pada lokasi Hutan Kemasyarakatan dengan luas 78 ha umumnya

bergelombang sampai berbukit.

b. Tutupan Lahan

keadaan tutupan lahan areal kerja HKm bangkeg bukit dapat dilihat

pada tabel berikut (KTH Buhung Lali, 2008) :

Tebel 2. Kondisi Tutupan Lahan pada Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan

(HKm) Bangkeng Bukit.

No. Jenis Penutupan

Lahan Luas

(ha) % Keterangan

1 Hutan Alam 34 43,5 Aren, Jati Lokal, Mahoni, Sengon, Angsana, Lento-lento, Jati Putih

2 Hutan Campuran 44 56,4

Kakao, Petai, Jambu Mente, Lengkeng, Nangka, Langsat, Rambutan, Kemiri, Mangga,

Kelapa, Asam, Merica, Kapuk, Bambu.

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

21

Tabel 2, menunjukkan bahwa vegetasi lokasi jenis tanaman kayu-

kayuan seperti aren, jati lokal, mahoni, sengon, angsana, lento-lento dan jati

putih.Sedangkan jenis tanaman non kayu adalah coklat, petai, jambu mente,

lengkeng,nangka, langsat, rambutan, kemiri, mangga, kelapa, asam, merica,

kapuk, dan bambu. Lokasi yang disurvei dan diukur menjadi areal HKm saat

ini baru dibebani rencana kelompok yang sebelumnya adalah penanaman

masyarakat setempat secara swadaya.

4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

a. Jumlah Penduduk

Kondisi sosial ekonomi sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk.

Jumlah penduduk di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang,

Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 3. dibawah ini (Badan

Pusat Statistik Kab.Bulukumba 2016):

Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan kelas umur

No Kecamata

n Desa

Jumlah Penduduk (orang)

Laki-laki Perempua

n

Jumlah

1. Gantarang Bukit

Harapan

1,321 1,465 2,786

Jumlah 1,321 1.465 2,786

Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Bukit

Harapan sebesar 2,786 jiwa dengan perincian 1,465 jiwa perempuan dan

1,321 jiwa laki laki. Hal ini menunjukkan jumlah kaum perempuan lebih

banyak daripada kaum laki-laki.

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

22

b. Keadaan Ekonomi

Secara umum mata pencaharian masyarakat di Desa Bukit

Harapanadalah PNS, Pengusaha, Pedagang, Petani, Tukang Kayu, Tukang

Batu, Perbengkelan,Tukang Ojek, Sopir, Buruh Tani, serta beberapa warga

yang merantau keluar daerah untuk mencari nafkah.Khusus untuk

pengelolaan sumber daya alam ada beberapa hal yang sangat mendukung

pendapatan masyarakat yaitu:

Pendapatan masyarakat dari Tanaman Aren (Arenga pinnata)Dari

luas wilayah Desa Bukit Harapan, 20% diantaranya adalah tanaman aren

sehingga hasil produksi aren menjadi salah satu sumber pendapatan utama

bagi masyarakat Desa Bukit Harapan. Tanaman aren telah dibudidayakan

sekitar tahun1950 an dan petani aren memanen secara berkelanjutan.

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas responden

Identitas dari responden merupakan suatu kondisi yang menggambarkan

keadaan responden atau wilayah setempat secara keseluruhan yang memanfaatkan

barang-barang hutan bukan kayu. Identitas dari responden yang akan dikaji dalam

penelitian ini yaitu : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan anggota

keluarga.

a. Umur responden

Klasifikasi berdasarkan umur responden, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Klasifikasi responden berdasarkan kelompok umur

No Umur Rata-rata (tahun) Jumlah

1 ≤48 12

2 >48 8

Jumlah 20

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021

Pada Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata responden dibawah atau

berumur 48 berjumlah 12 orang dengan persentase 60 % rata-rata umur responden

di atas 48 tahun dengan persentase 40 %. Dilihat dari susunan responden

berdasarkan usia di atas, terlihat bahwa usia 48 tahun lebih banyak dari pada

periode >48 tahun. Usia sangat mempengaruhi tingkat angkatan kerja dan tingkat

upah, hal ini dikarenakan semakin berpengalaman usia maka semakin rendah

tingkat kemampuan bekerja.

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

24

b. Tingkat pendidikan responden

Klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan responden, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan Responden

1 SD 13

2 SMP 5

3 SMA 2

Jumlah 20

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021

Berdasarkan Tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa dari 20 orang

responden sebanyak 13 orang responden tingkat SD dengan persentase (65 %)

,tingkat SMP sebanyak 5 orang responden dengan persentase (25 %) dan

SMA sebanyak 2 orang responden dengan persentase (10 %).

Tingkat pendidikan sangat penting untuk dimiliki seseorang. Semakin

tinggi derajat latihan akan semakin memudahkan seseorang untuk melakukan

latihan, khususnya dalam mencari suatu jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan

seseorang akan mempengaruhi dalam menangani bisnisnya, khususnya

metode yang tepat untuk mengelola bisnisnya untuk membangun ukuran

gajinya.

c. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah semua individu yang tinggal di dalam atau

di luar rumah yang dibiayai atau dijunjung. Jumlah lingkungan keluarga juga

sangat mempengaruhi peternak untuk terus bekerja mencari uang untuk

bertahan hidup, serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Jika

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

25

jumlah kelurahan yang dibangun, biaya yang dibutuhkan jauh lebih besar.

Adapun jumlah tanggungan responden pada dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Jumlah Tanggungan Keluarga Tiap Responden pada areal Desa Bukit

Harapan dan Bukit Tinggi

No Jumlah Tanggungan

Keluarga Jumlah Responden (orang)

1 ≥4 8

2 <4 12

Jumlah 20

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021

Berdasarkan Tabel 6 Sangat terlihat bahwa jumlah kelurahan absolut

responden adalah keluarga yang paling bergantung pada mereka yang berusia

kurang dari 4 tahun berjumlah 12 orang, dan lingkungan keluarga tidak sehat

lebih dari 4 tahun berjumlah 8 orang. .

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

26

5.2. Penerimaan Responden dari Gula Aren Semut

Berdasarkan hasil penelitian, penerimaan responden dari pemanfaatan hasil

hutan bukan kayu Gula Aren Semut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan Responden dari Hasil Hutan Bukan Kayu (Gula Aren

Semut) Satu Tahun

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa total keseluruhan

penerimaan responden dari Hasil produksi gula aren semut sebesar Rp Rp

523.584.000/tahun dengan rata-rata penerimaan responden sebesar Rp

26.179.200/tahun Penerimaan responden paling tinggi dari hasil produksi gula

aren semut sebesar Rp 62.208.000 responden/tahun hal ini dikarenakan jumlah

NoCode

Responden

Nira Aren

( L/Hr )

P. Gula Aren

Semut/HrSatuan

Harga Gula Aren

Semut /kg

Penerimaan

Gula Aren/Th

1 A 1 30 5,40 kg 16.000Rp 31.104.000Rp

2 A 2 50 9,00 kg 16.000Rp 51.840.000Rp

3 A 3 20 3,60 kg 16.000Rp 20.736.000Rp

4 A 4 60 10,80 kg 16.000Rp 62.208.000Rp

5 A 5 40 7,20 kg 16.000Rp 41.472.000Rp

6 A 6 15 2,70 kg 16.000Rp 15.552.000Rp

7 A 7 24 4,32 kg 16.000Rp 24.883.200Rp

8 A 8 25 4,50 kg 16.000Rp 25.920.000Rp

9 A 9 15 2,70 kg 16.000Rp 15.552.000Rp

10 A 10 20 3,60 kg 16.000Rp 20.736.000Rp

11 A 11 17 3,06 kg 16.000Rp 17.625.600Rp

12 A 12 21 3,78 kg 16.000Rp 21.772.800Rp

13 A 13 25 4,50 kg 16.000Rp 25.920.000Rp

14 A 14 14 2,52 kg 16.000Rp 14.515.200Rp

15 A 15 20 3,60 kg 16.000Rp 20.736.000Rp

16 A 16 30 5,40 kg 16.000Rp 31.104.000Rp

17 A 17 19 3,42 kg 16.000Rp 19.699.200Rp

18 A 18 21 3,78 kg 16.000Rp 21.772.800Rp

19 A 19 10 1,80 kg 16.000Rp 12.441.600Rp

20 A 20 27 4,86 kg 16.000Rp 27.993.600Rp

523.584.000Rp

26.179.200Rp

Jumlah

Rata-rata

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

27

Nira Aren yang yang di panen yaitu sebanyak 60 liter/hari sehingga produksi gula

aren semut dapat menghasilkan 10,8 kg gula semut aren/hr. Penerimaan paling

rendah dari hasil produksi gula aren semut terdapat 1 responden yaitu

Rp12.441.600/Tahun. Hal ini karena jumlah nira aren yang dipanen oleh

responden hanya 10 liter/hari sehingga produksi gula aren semut hanya

menghasilkan menghasilkan 1,80 kg /hari.

5.3.Total Biaya Pengeluaran

Total biaya pengeluaran dari responden pada lokasi penelitian dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8.Biaya Pengeluaran Responden per Tahun

No Code Responden Biaya Pengeluaran/Tahun

1 A 1 Rp 2.032.000

2 A 2 Rp 2.057.000

3 A 3 Rp 497.000

4 A 4 Rp 5.912.000

5 A 5 Rp 5.427.000

6 A 6 Rp 2.787.000

7 A 7 Rp 3.557.000

8 A 8 Rp 3.037.000

9 A 9 Rp 2.792.000

10 A 10 Rp 3.347.000

11 A 11 Rp 2.687.000

12 A 12 Rp 505.000

13 A 13 Rp 1.726.000

14 A 14 Rp 2.810.000

15 A 15 Rp 1.762.000

16 A 16 Rp 3.185.000

17 A 17 Rp 2.797.000

18 A 18 Rp 3.353.000

19 A 19 Rp 2.559.000

20 A 20 Rp 3.033.000 JUMLAH Rp 55.862.000

RATA- RATA Rp 2.793.100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

28

Tabel 8 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dari produksi gula

aren semut secara keseluruhan yaitu Rp 55.862.000/Tahun dengan rata

pengeluaran sebesar Rp 2.793.100/responden. Pengeluaran paling tinggi

responden sebesar Rp 5.912.000 dan pengeluaran paling rendah sebesar

Rp497.000 Biaya Pengeluaran ini didapat dari jumlah rata-rata biaya yang

dikeluarkan oleh responden dari setiap alat yang digunakan. Tinggi rendahnya

biaya pengeluaran dari responden dipengaruhi oleh banyaknya peralatan dan

bahan-bahan yang digunakan dalam produksi gula aren semut.

5.4. Pendapatan

Pendapatan bersih atau keuntungan usaha adalah hasil yang diperoleh dari

selisih antara total penerimaan dengan total biaya pengeluaran. Pendapatan

responden dari hasil produksi gula aren semut dapat dilihat pada Tabel 9 berikut

ini.

Tabel 9. Jumlah Pendapatan Responden Budidaya madu

No Code

Responden

Penerimaan/Tahu

n

Pengeluaran/Tahu

n Pendapatan/tahun

1 A 1 Rp 31.104.000 Rp 2.032.000 Rp 29.072.000

2 A 2 Rp 51.840.000 Rp 2.057.000 Rp 49.783.000

3 A 3 Rp 20.736.000 Rp 497.000 Rp 20.239.000

4 A 4 Rp 62.208.000 Rp 5.912.000 Rp 56.296.000

5 A 5 Rp 41.472.000 Rp 5.427.000 Rp 36.045.000

6 A 6 Rp 15.552.000 Rp 2.787.000 Rp 12.765.000

7 A 7 Rp 24.883.200 Rp 3.557.000 Rp 21.326.200

8 A 8 Rp 25.920.000 Rp 3.037.000 Rp 22.883.000

9 A 9 Rp 15.552.000 Rp 2.792.000 Rp 12.760.000

10 A 10 Rp 20.736.000 Rp 3.347.000 Rp 17.389.000

11 A 11 Rp 17.625.600 Rp 2.687.000 Rp 14.938.600

12 A 12 Rp 21.772.800 Rp 505.000 Rp 21.267.800

13 A 13 Rp 25.920.000 Rp 1.726.000 Rp 24.194.000

14 A 14 Rp 14.515.200 Rp 2.810.000 Rp 11.705.200

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

29

No Code

Responden

Penerimaan/Tahu

n

Pengeluaran/Tahu

n Pendapatan/tahun

15 A 15 Rp 20.736.000 Rp 1.762.000 Rp 18.974.000

16 A 16 Rp 31.104.000 Rp 3.185.000 Rp 27.919.000

17 A 17 Rp 19.699.200 Rp 2.797.000 Rp 16.902.200

18 A 18 Rp 21.772.800 Rp 3.353.000 Rp 18.419.800

19 A 19 Rp 12.441.600 Rp 2.559.000 Rp 11.784.600

20 A 20 Rp 27.993.600 Rp 3.033.000 Rp 24.960.600

JUMLAH Rp 523.584.000 Rp 55.862.000 Rp 469.624.000

RATA-RATA Rp 26.179.200 Rp 2.793.100 Rp 23.481.200

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa total pendapatan

responden dari hasil produksi gula aren semut pada lokasi penelitian ini sebesar

Rp 469.624.000 /tahun dengan rata-rata pendapatan responden setiap tahunnya Rp

23.481.200 /tahun.Pendapatan terbesar didapatkan oleh responden atas nama Aco

dengan total pendapatan sebesar Rp 56.296.000 /tahun, pendapatan ini didapatkan

dari hasil panen nira aren sebanyak 60 liter nira aren yang di produksi per harinya

dan menghasilkan gula aren semut sebanyak 10,8 kg/hari dan pendapatan

terendah atas nama Taming dengan total pendapatan sebesar Rp11.705.200/tahun,

pendapatan ini dihasilkan dari hasil panen nira aren sebanyak 10 liter sehingga

dapat menghasilkan gula aren semut sebanyak 1,80 kg/hari. Tinggi rendahnya

pendapatan responden didapatkan berdasarkan jumlah hasil panen nira aren yang

di produksi menjadi gula aren semut . semakin banyak nira aren yang di produksi

menjadi gula aren semut maka pendapatan akan semakin tinggi. Sehingga

pendapatan mereka dalam setiap panennya dalam 1 kali sehari yang di dapat

dikatakan tergolong tinggi hal ini dikarenakan pendapatan gula aren semut ini

dijadikan sebagai pekerjaan utama bagi masyarakat.

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

30

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan

dari masyarakat produksi gula aren semut di Desa Bukit Harapan dan Desa Bukit

Tinggi Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba dari 20 Orang Responden

yang ada, memiliki nilai pendapatan yaitu sebesar Rp 469.624.000 per tahunnya,

dengan rata-rata pendapatan tiap responden produksi gula aren Rp23.481.200 per

tahun.

6.2. Saran

Sehubungan dengan saran saya, sebagai siswa ujian utama, otoritas publik

dan mitra terkait juga dapat memperluas minat mereka dalam mengerjakan sifat

dari setiap tindakan daerah yang dapat membangun nilai finansial mereka, seperti

memberikan persiapan.

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

31

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta

(ID): Departemen Kehutanan RI.

Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: P.21/Menhut-Ii/2009 Tentang Kriteria dan Indikator Penetapan

Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan . Kementerian Kehutanan.

Jakarta.

Njurumana, G. N. D. dan T. Butarbutar. 2008. Prospek pengembangan hasil

hutan bukan kayu berbasis agroforestri untuk peningkatan dan

diversifikasi pendapatan masyarakat di Timor Barat. Jurnal Info Hutan.

V(1):53 62.

Nugroho dkk, A. C., T. M. Frans, R. P. Kainde, dan H. D.Walangitan.

2015.Kontribusi hasil hutan bukan kayu bagi masyarakat di sekitar

kawasan hutan. Jurnal Cocos. 6(5):1-12.

Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan

Bukan Kayu. Jakarta.

Sihombing. 2011. Hasil Hutan Bukan Kayu . Bumi Aksara. Bandung.

Sudarmalik dkk Y, Rochmayanto, Purnomo. 2006. Peranan Beberapa Hasil

Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Riau dan Sumatera Barat. [Prosiding]

Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan.

Bogor

Sultika. 2010. Analisis Pendapatan Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan

Rakyat. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB.

Bogor.

Undang-Undang tentang Kehutanan No. 41 tahun 1999.

Watala. 2009. Hutan Kemasyarakatan Melestarikan Hutan untuk Kesejahteraan

Masyarakat (Catatan 10 Tahun Program HKm di Provinsi Lampung ).

Buku. Watala. Lampung. 122p.

Filly, Novita Niarsari. 2018. Kontribusi Usaha Budidaya Lebah Madu Terhadap

Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Lebah Madu Desa Buana Sakti

Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. (Skripsi). Universitas

Lampung : Bandar Lampung

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

32

LAMPIRAN

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

33

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP

HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DI KAWASAN

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKM) BANGKENG BUKIT

DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN GANTARANG

KABUPATEN BULUKUMBA

I. Data Responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur Responden :

4. Jenis Kelamin P/L :

5. Status Dalam Keluarga :

6. Pendidikan Terakhir :

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

34

II. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama bapak memproduksi gula aren semut?

2. Berapa kali bapak memanen Nira aren 1 hari/minggu/bulan/tahun?

3. Berapa banyak Gula yang bapak/ ibu dapatkan dalam 1 kali

produksi?

(kg, liter, atau botol)

4. Berapa harga gula yang bapak jualkan?

5. Kemana biasanya gula bapak di jual?

6. Apakah memproduksi gula Aren merupakan profesi tetap bapak?

7. Jumlah tanggungan keluarga Bapak ?

8. Berapa biaya bapak yg dikeluarkan dalam memproduksi gula aren

semut?

9. Berapa biaya yang bapak/ibu keluarkan untuk menjual gula?

10. Pekerjaan tetap Bapak apa?

11. Jenis gula apa yang bapak jual?

12. Berapa lama setiap pemanenan ?

13. Alat apa saja yang bapak gunakan dalam mengambil nira aren?

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

35

No Alat Satuan Jumlah Harga/unit (Rp)

1

2

3

4

5

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

36

Lampiran 2. Data Responden

No Nama

Responden

Umur

(Tahun

)

Jenis

Kelamin Pendidikan

Jumlah

Anggota

Keluarg

a

Pekerjaa

n

1 Asri 68 Laki-

Laki SMP 4 orang Petani

2 Baso 50 Laki-

Laki SD 4 orang Petani

3 Kamaruddin

g 30

Laki-

Laki SD 3 orang Petani

4 Aco 30 Laki-

Laki SD 4 orang Petani

5 Sapar 45 Laki-

Laki SD 2 orang Petani

6 Baha 51 Laki-

Laki SMP 3 orang Petani

7 Ahmad 60 Laki-

Laki SMA 2 orang Petani

8 Tamrin 42 Laki-

Laki SMP 1 orang Petani

9 Taco 50 Laki-

Laki SD 3 orang Petani

10 Nambu 30 Laki-

Laki SD 2 orang Petani

11 Uttang

41 Laki-

Laki SD 3 orang Petani

12 Mappi

39 Laki-

Laki SMP 1 orang Petani

13 Soba

52 Laki-

Laki SD 5 orang Petani

14 Coring

43 Laki-

Laki SD 2 orang Petani

15 Indra

40 Laki-

Laki SD 4 orang Petani

16 Ahdiar

42 Laki-

Laki SMP 5 orang Petani

17 Asbar

31 Laki-

Laki SMA 3 orang Petani

18 Ansar

50 Laki-

Laki SD 4 orang Petani

19 Taming

50 Laki-

Laki SD 2 orang Petani

20 Arjun

40 Laki-

Laki SD 4 orang Petani

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

37

Lampiran 3. Pengeluaran Responden

No Nama Variabe

l Biaya Nama Barang

Jumlah

Barang Harga

Pemakaia

n (

pertahun )

Satua

n Harga / Tahun

1 Asri

Biaya

Tetap

Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000

wadah 3 Rp 120.000 - buah Rp 360.000

tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000

bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 565.000

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per Harga / Tahun

Biaya

Tidak

Tetap

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 5 Rp 5.000 per 15 buah Rp 375.000

Bensin 1 Rp 9.000 per 120 liter Rp 1.080.000

Jumlah Rp 1.467.000

Total Jumlah Rp 2.032.000

2 Baso

Biaya

Tetap

Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000

wadah 4 Rp 160.000 - buah Rp 640.000

tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000

bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 845.000

37

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

38

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

Biaya

Tidak

Tetap

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 12 buah Rp 120.000

Bensin 1 Rp 9.000 per 120 liter Rp 1.080.000

Jumlah Rp 1.212.000

Total Jumlah Rp 2.057.000

3

Kamaruddin

g

Biaya

Tetap

Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 80.000 - buah Rp 160.000

tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000

bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 365.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 12 buah Rp 120.000

Jumlah Rp 132.000

Total Jumlah Rp 497.000

4 Aco Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 5 Rp 200.000 per - buah Rp 1.000.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

38

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

39

Jumlah Rp 1.205.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 5 Rp 5.000 per 15 buah Rp 375.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 240 liter Rp 4.320.000

Jumlah Rp 4.707.000

Total Jumlah Rp 5.912.000

5 Sapar

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 4 Rp 200.000 per - buah Rp 800.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 1.005.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 3 Rp 5.000 per 6 buah Rp 90.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 240 liter Rp 4.320.000

Jumlah Rp 4.422.000

Total Jumlah Rp 5.427.000

6 Baha Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15. 000

39

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

40

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 605.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 1 Rp 5.000 per 2 buah Rp 10.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000

Jumlah Rp 2.182.000

Total Jumlah Rp 2.787.000

7 Ahmad

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 805.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 4 buah Rp 40.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 150 liter Rp 2.700.000

Jumlah Rp 2.752.000

Total Jumlah Rp 3.557.000

40

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

41

8 Tamrin

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 805.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 6 buah Rp 60.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000

Jumlah Rp 2.232.000

Total Jumlah Rp 3.037.000

9 taco

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 605.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

41

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

42

kelapa tua 1 Rp 5.000 per 3 buah Rp 15.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000

Jumlah Rp 2.187.000

Total Jumlah Rp 2.792.000

10 Nambu

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 805.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 1 buah Rp 10.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 140 liter Rp 2.520.000

Jumlah Rp 2.542.000

Total Jumlah Rp 3.347.000

42

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

43

11 Uttang

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 605.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 3 Rp 5.000 per 6 buah Rp 90.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 110 liter Rp 1.980.000

Jumlah Rp 2.082.000

Total Jumlah Rp 2.687.000

12 mappi

Biaya

Tetap

Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 80.000 - buah Rp 160.000

tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000

bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 365.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 5 buah Rp 10.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 13 buah Rp 130.000

Jumlah Rp 140.000

43

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

44

Total Jumlah Rp 505.000

13 soba

Biaya

Tetap

Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 160.000 - buah Rp 320.000

tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000

bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 525.000

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

Biaya

Tidak

Tetap

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 10 buah Rp 100.000

Bensin 1 Rp 9.000 per 121 liter Rp 1.089.000

Jumlah Rp 1.201.000

Total Jumlah Rp 1.726.000

14 coring

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 605.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 5 Rp 5.000 per 15 buah Rp 375.000

44

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

45

Bensin 2 Rp 9.000 per 101 liter Rp 1.818.000

Jumlah Rp 2.205.000

Total Jumlah Rp 2.810.000

15 indra

Biaya

Tetap

Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 120.000 - buah Rp 240.000

tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000

bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 445.000

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per Harga / Tahun

Biaya

Tidak

Tetap

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 3 Rp 5.000 per 15 buah Rp 225.000

Bensin 1 Rp 9.000 per 120 liter Rp 1.080.000

Jumlah Rp 1.317.000

Total Jumlah Rp 1.762.000

16 ahdiar

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 4 Rp 200.000 per - buah Rp 800.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 1.005.000

Biaya

Tidak Nama Barang

Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

45

Page 58: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

46

Tetap korek api 1 Rp 2.000 per 5 buah Rp 10.000

kelapa tua 1 Rp 5.000 per 2 buah Rp 10.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000

Jumlah Rp 2.180.000

Total Jumlah Rp 3.185.000

17 asbar

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 605.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 1 Rp 5.000 per 4 buah Rp 20.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000

Jumlah Rp 2.192.000

Total Jumlah Rp 2.797.000

18 ansar

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 805.000

46

Page 59: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

47

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 4 buah Rp 8.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 2 buah Rp 20.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 140 liter Rp 2.520.000

Jumlah Rp 2.548.000

Total Jumlah Rp 3.353.000

19 taming

Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 605.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 4 buah Rp 40.000

Jumlah Rp 52.000

Total Jumlah Rp 657.000

20 arjun Biaya

Tetap

wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000

wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000

tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000

baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

47

Page 60: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

48

sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000

Jumlah Rp 805.000

Biaya

Tidak

Tetap

Nama Barang Jumlah

Barang Harga per

Satua

n Harga / Tahun

korek api 1 Rp 2.000 per 4 buah Rp 8.000

kelapa tua 2 Rp 5.000 per 6 buah Rp 60.000

Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000

Jumlah Rp 2.228.000

Total Jumlah Rp 3.033.000

48

Page 61: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

49

Lampiran 4. Penerimaan Responden

49

Page 62: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

50

Lampiran 5. Pendapatan Responden 50

Page 63: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

51

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Pohon Aren (arenga pinnata)

Page 64: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

52

Alat dan Bahan yang digunakan dalam produksi gula Aren Semut

Page 65: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

53

Proses produksi gula aren

Page 66: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

54

Proses wawancara responden

Page 67: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

55

RIWAWAT HIDUP

Rifal Waysadi Ak dilahirkan di Desa Tamatto pada

Tanggal 20 Februari 1998. Penulis merupakan anak

kedua dari pasangan bapak Abu Ak dan Mardiana,

adik dari Angsi Nurfatiha Ak dan Kakak Dari Wais Al-

qarni Ak, Akram Al-fatih Ak dan Zufar Al-qhosy Ak.

Penulis memulai Pendidikan dari SD Negeri 225 Allu pada Tahun

2006 dan tamat paa tahun 2009 pada tahun tahun yang sama penulis

meneruskan Pendidikan Sekolah menengah pertama di SMP Negeri

10 Bulukumba selesai pada Tahun 2012, kemudian penulis

meneruskan pendidikan sekolah menengah atas di Pondok Pesantren

Al-ikhlas Ujung Bone selesai pada tahun 2015, Pada tahun yang sama

penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi kehutanan,

Fakultastas pertanian di Universitas Muhammadiyah Makassar

Program strata 1 (S1).

Page 68: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

56

Page 69: ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA …

57