Analisis Penalaran Mahasiswa Calon Guru dalam...
Transcript of Analisis Penalaran Mahasiswa Calon Guru dalam...
© 2014 LPPM IKIP Mataram
Analisis Penalaran Mahasiswa Calon Guru
dalam Pemecahan Masalah Matematika Sekolah
Sanapiah
Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram
E-mail: [email protected]
Abstract: This study aims to identify the extent of student’s reasoning ability as the candidate of teachers
through the mathematical problem solving process. This research is done in the hope of developing the
students’reasoning ability which have been obtained at schools. Problem-solving activities applied only
focused on non routine school mathematics problem solving. Considering that non-routine matters will be able
to develop students’ reasoning skill if it is continuously supplied, and it will become a habit. This study uses a
qualitative approach with descriptive qualitative research desgin. The results of data analysis evaluation toward
the students’ reasoning process in solving the problem were identified that: 1) the average students’ reasoning
ability, the cadidate of teachers, is categorized as low/enough, 2) In problem solving activity, students
oftentimes misunderstand to the problem given, as a result, students can not provide valid inferences, 3) the
ability of reasoning owned previously by the students has not been able to to develop students’ further
knowledge, whereas the evaluation of a given material has already been very familiar with the students while
at schools.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan penalaran mahasiswa calon
guru melalui proses pemecahan masalah matematika. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat
mengembangkan kemampuan bernalar mahasiswa yang sudah diperoleh di bangku sekolah. Kegiatan
pemecahan masalah yang diterapkan hanya difokuskan pada pemecahan masalah matematika sekolah yang
bersifat non rutin. Dengan pertimbangan bahwa soal non rutin akan mampu mengembangkan kemampuan
penalaran mahasiswa calon guru jika secara terus menerus diberikan dan akan menjadi suatu kebiasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hasil analisis
data evaluasi terhadap proses penalaran mahasiswa calon guru dalam pemecahan masalah teridentifikasi
bahwa: 1) Rata-rata kemampuan penalaran mahasiswa calon guru dikategorikan rendah/cukup, 2) Dalam
kegitan memecahkan masalah, mahasiswa sering keliru dalam memahami masalah yang diberikan, akibatnya
mahasiswa tidak dapat memberikan kesimpulan yang valid, 3) Kemampuan penalaran yang sudah dimiliki
mahasiwa sebelumnya belum mampu dikoneksikan untuk mengembangkan pengetahuan selanjutnya, padahal
materi evaluasi yang diberikan sudah sangat familier dengan mahasiswa ketika di bangku sekolah.
Kata kunci: Penalaran mahasiswa dan pemecahan masalah
Pendahuluan
Dalam kurikulum Indonesia tahun 2006
menyebutkan bahwa ada 5 jenis kemampuan
yang harus dimiliki oleh siswa dalam mata
pelajaran matematika antara lain: 1) Me-
mahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasi-
kan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah, 2) Menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi mate-
matika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika 3) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan mema-
hami masalah, merancang model mate-
matika, menyelesaikan model dan menaf-
sirkan solusi yang diperoleh 4) Meng-
komunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah 5)
Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu me-
miliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Dengan memperhatikan tujuan kedua
dari kurikulum tersebut, jelas kiranya bahwa
para siswa diharapkan mampu menggunakan
penalarannya dalam berbagai situasi.
Misalkan untuk melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti dari suatu dugaan ataupun
juga menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika. Dengan demikian, kurikulum
tersebut menyarankan agar seorang guru
dalam setiap kesempatan pembelajaran
matematika yang dirancang, hendaknya
dimulai dengan pengenalan masalah.
Pengenalan masalah ini bertujuan untuk
membangun keterampilan berpikir siswa
(penalaran, komunikasi, dan koneksi).
Demikian halnya pada kurikulum
2013, untuk setiap pembelajaran yang
direncanakan oleh guru diharapkan lebih
melihat kepada proses pembelajaran
daripada hasil atau nilai tes akhir yang
diperoleh siswa. Hal ini di karenakan jenis
pendekatan yang digunakan dalam
kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik.
Jurnal Kependidikan 13 (4): 421-426
422
Pendekatan saintifik ini bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan (penalaran,
komunikasi, dan koneksi) dan kreatifitas
siswa, dengan mengikuti tahapan menga-
mati, menanya, mencoba, menalar, men-
ciptakan, dan mengkomunikasikan.
Berdasarkan kedua kurikulum diatas,
dapat disimpulkan bahwa penalaran meru-
pakan salah kemampuan dasar matematika
yang harus dikuasai oleh siswa sekolah me-
nengah. Beberapa penelitian telah membuk-
tikan hal tersebut, dimana siswa Sekolah
Menengah telah mencapai kemampuan pe-
nalaran yang tergolong cukup baik yang
diidentifikasi melalaui proses pemecahan
masalah matematika (Permana & Sumarmo,
2007; Ramdani, 2012). Penalaran merupa-
kan proses berpikir dalam proses penarikan
kesimpulan. Secara garis besar terdapat dua
jenis penalaran, yaitu penalaran induktif
yang disebut pula induksi dan penalaran
deduktif yang disebut pula deduksi.
Dengan demikian, untuk menindak-
lanjuti tujuan yang diharapkan dari
kurikulum 2006 ataupun kurikulum 2013
khususnya pada mata pelajaran matematika.
IKIP Mataram sebagai lembaga pencetak
tenaga kependidikan, khususnya jurusan
pendidikan matematika diharapkan mampu
berperan serta mendukung harapan tersebut,
dengan cara menyiapkan mahasiswa-maha-
siswanya sebagai calon guru yang memiliki
kemampuan dalam pemecahan masalah,
yaitu dengan cara mengembangkan kemam-
puan penalaran matematis mahasiswa.
Untuk itu, agar kemampuan peme-
cahan masalah mahasiswa terus berkem-
bang, maka mahasiswa terus dilatih dan
dibimbing untuk menjadi pemecah masalah
yang handal. Salah satu cara adalah dengan
menyajikan masalah-masalah disesuaikan
dengan keadaan atau situasi kehidupan
sehari-hari mahasiswa dalam setiap kegiatan
perkulihan, dengan harapan untuk memper-
kuat kemampuan penalaran mahasiswa yang
telah dimiliki sebelumnya di bangku
sekolah. Dengan demikian, mahasiswa
secara bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep matematika secara mendalam,
khusus kemampuan mahasiswa dalam
pemecahan masalah.
Kegiatan pemecahan masalah yang
diterapkan nantinya hanya difokuskan pada
pemecahan masalah yang non rutin. Dengan
pertimbangan bahwa soal non rutin akan
mampu mengembangkan kemampuan pena-
laran mahasiswa jika secara terus menerus
diberikan dan akan menjadi suatu kebiasan,
serta mahasiwa tidak asing lagi dengan
jenis-jenis masalah yang membutuhkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dengan demikian, maka perlu dila-
kukan suatu upaya untuk mengidentifikasi
dan mengembangkan kemampuan penalaran
matematika yang sudah dimiliki mahasiwa
sebelumnya, dengan memfokuskan kemam-
puan penalaran mahasiswa melalui pemeca-
han masalah. Untuk itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh
mana kemampuan penalaran mahasiswa me-
lalui proses pemecahan masalah matematika.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di
jurusan pendidikan matematika FPMIPA
IKIP Mataram, dengan sumber data adalah
mahasiswa semester III Jurusan pendidikan
matematika angkatan tahun 2013/2014 pada
mata kuliah geometri analitik bidang dan
ruang. Analisis data terhadap kemampuan
bernalar mahasiswa dalam penelitian ini
dimasukkan kedalam tiga ketegori, yaitu
kategori bernalar tingkat tinggi, sedang dan
rendah, dengan banyak sampel 42 orang.
Pemilihan lokasi penelitian dan
sumber data ini didasarkan atas pertimba-
ngan bahwa peneliti sebagai dosen pengam-
pu pada mata kuliah tersebut. Sehingga
memungkinkan penelti untuk memperoleh
data kemampuan penalaran mahasiswa
secara akurat dan terpercaya sebagai fokus
dari penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh
melalui hasil evaluasi (tes). Analisis data
berupa hasil evaluasi (tes) mahasiswa
dilakukan tiap selesai satu subpokok materi
perkulihan. Analisis data hasil evaluasi (tes)
bertujuan untuk mengidentifikasi penalaran
mahasiwa calon guru matematika dalam
proses pemecahan masalah.
Sanapiah, Analisis Penalaran Mahasiswa Calon Guru
423
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis terhadap proses penalaran
mahasiswa yang diidentifikasi dalam tiga
kali evaluasi (Tes) yang disajikan pada tabel
1 berikut.
Tabel 1. Menunjukkan hasil evaluasi (tes) terhadap kemampuan penalaran mahasiswa.
No Keterangan
Hasil Evaluasi (Tes)
Pertama
(Segitiga)
Kedua
(Segiempat)
Ketiga
(bangun Ruang)
1 Banyak mahasiswa yang tes 42 40 42
2 Nilai rata-rata (NR) 50 54.04 61.9
3 Nilai tertinggi 90 80 95
4 Nilai terendah 20 40 40
5
Banyak mahasiswa yang
memperoleh nilai tinggi (≥80),
sedang (antara 50 dan 80) dan
rendah (≤ 50)
Tinggi = 7
Sedang = 9
Rendah = 26
Tinggi = 4
Sedang = 16
Rendah = 20
Tinggi = 8
Sedang = 19
Rendah = 15
6
Kategori Penalaran Mahasiswa
jika:
1. Rendah maka NR ≤ 50
2. Sedang maka 50 <NR < 80
3. Tinggi NR ≥ 80
Rendah Sedang Sedang
Tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa
rata-rata kemampuan penalaran mahasiswa
berada pada kategori sedang. Pada tes
pertama (materi segitiga), kemampuan
penalaran mahasiswa calon guru dikate-
gorikan masih rendah, karena data hasil tes
tersebut memberikan informasi bahwa
terdapat 26 mahasiswa yang memperoleh
nilai rendah berdasarkan standar penilaian
yang telah ditentukan. Sedangkan pada hasil
tes kedua (materi segiempat) dan ketiga
(materi bangun ruang) kemampuan pena-
laran mahasiswa calon guru sudah berada
pada kategori sedang yaitu dengan nilai rata-
rata skor yang diperoleh mahasiswa antara
50 sampai 80.
Kategori kemampuan penalaran
mahasiswa tersebut didasarkan pada
kemampuan mereka dalam menyelesaikan
masalah matematika yang hanya terbatas
pada materi segitiga, segiempat, dan bangun
ruang. Proses bernalar mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah tersebut dideskrip-
sikan melalaui langkah-langkah dalam
pemecahan masalah matematika, yang
dimulai dari proses mahasiswa memahami
masalah sampai menarik kesimpulan yang
valid. Setiap langkah dari proses penalaran
mahasiswa untuk pemecahan masalah
menggunakan masing-masing skor tertentu.
Jumlah skor yang diperoleh oleh masing-
masing mahasiswa dikonversi ke dalam
rumus, untuk menentukan nilai yang
diperoleh tiap mahasiswa. Kemudian nilai-
nilai mahasiswa tersebut di kelompokkan ke
dalam kategori nilai tinggi, sedang dan
rendah.
Proses penalaran mahasiswa calon
guru dalam memecahkan masalah menun-
jukkan bahwa kesalahan konsep merupakan
kesalahan yang paling sering dilakukan oleh
mahasiswa dibandingkan kesalahan pro-
sedur. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pemahaman konsep matematika yang
dimiliki oleh mahasiwa sewaktu berada di
bangku sekolah. Sebagaimana yang di-
kemukakan oleh Hudojo (2005) bahwa
belajar matematika memerlukan pemahaman
konsep-konsep. Konsep konsep tersebut
akan melahirkan teorema atau rumus yang
dapat diaplikasikan ke situasi lain yang
memerlukan keterampilan.
Dalam setiap tahapan kegiatan
pemecahan masalah, mahasiswa diharapkan
mampu memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk bisa
bertahan hidup dalam situasi kehidupan
yang semakin komplek (Rusman, 2011).
Untuk itu, mahasiswa-mahasiswa calon guru
harus mampu berperan aktif dalam usaha
mengembangkan pemahaman konsep, atu-
ran, dan teori dalam memecahkan masalah,
terutama mengembangkan kemampuan
penalaran mahasiswa calon guru agar
mampu mengaplikasikannya setelah benar-
benar menjadi seorang guru atau pendidik.
Berdasarkan hasil analisis terhadap
proses penalaran mahasiswa dalam
pemecahan masalah dapat diidentifikasi
Jurnal Kependidikan 13 (4): 421-426
424
bahwa: 1) rata-rata kemampuan penalaran
mahasiswa dikategorikan rendah/cukup, 2)
dalam kegitan memecahkan masalah,
mahasiswa sering keliru dalam memahami
masalah, akibatnya mahasiswa tidak dapat
memberikan kesimpulan yang valid, 3)
kemampuan penalaran yang sudah dimiliki
mahasiwa sebelumnya belum mampu
dikoneksikan untuk mengembangkan penge-
tahuan selanjutnya, padahal materi evaluasi
yang diberikan sudah sangat familier dengan
mahasiswa selama di bangku sekolah.
Soal soal yang diujikan dalam
penelitian ini berkaitan dengan dunia nyata,
karena soal-soal yang berkaitan dengan
dunia nyata tidak hanya bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan penalaran
matematika, namun juga bisa mengem-
bangkan kreativitas dan komunikasi
mahasiswa (Wijaya, 2012). Soal-soal yang
digunakan tersebut memerlukan beberapa
pemahaman konsep dalam mencari
selesaiannya. Selesaian-selesaian dari soal-
soal yang digunakan hanya mengharapkan
pada satu solusi atau strategi pemecahan
masalah dalam proses bernalar mahasiswa.
Beberapa contoh proses penalaran
mahasiswa dalam memperoleh selesaian dari
soal-soal evaluasi yang dilaksanakan
sebanyak tiga kali tes berdasarkan
kesimpulan valid dan tidak valid, diuraikan
pada tabel 2 dan tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 2 Contoh proses bernalar mahasiswa pada evaluasi pertama pada materi segitiga
No Proses Bernalar Mahasiswa Kesimpulan
1
Tidak Valid
2
Tidak Valid
3
Valid
4
Valid
Tabel 2 pada nomor 1 dan 2 diatas
menunjukkan bahwa proses penalaran
mahasiswa yang meghasilkan kesimpulan
yang tidak valid dalam menyelesaikan soal
uraian dari beberapa siswa. Dalam proses
pemecahan masalah tersebut, mahasiswa
kebanyak masih keliru pada proses menen-
tukan strategi pemecahan masalah sehingga
tidak memperoleh hasil penyelesaian yang
valid. Sedangkan pada contoh proses
bernalar nomor 3 dan 4, terdapat beberapa
mahasiswa yang mampu menyelesaikan
masalah tersebut dengan benar atau
memperoleh kesimpulan yang valid. Namun
rata-rata dari tiga kali evaluasi yang
dilaksanakan, hanya 16,66 % mahasiswa
calon guru yang mampu memberikan
selesaian masalah dengan valid.
Berdasarkan analisis penalaran
mahasiswa diatas, memberikan informasi
bahwa kemampuan penalaran mahasiswa
termasuk dalam kategori sedang. Hal ini
dikarenakan mahasiswa belum mampu
menghubungkan berbagai pengetahuan
matematika yang saling berkaitan satu sama
lainnya. Permana dan Sumarmo (2007)
menegaskan bahwa pada hakekatnya,
matematika sebagai ilmu yang terstruktur
Sanapiah, Analisis Penalaran Mahasiswa Calon Guru
425
dan sistimatik mengandung arti bahwa
konsep dan prinsip dalam Matematika
adalah saling berkaitan antara satu dengan
lainnya. Sebagai implikasinya, maka dalam
belajar matematika untuk mencapai
pemahaman yang bermakna siswa harus
memiliki kemampuan koneksi matematis
yang memadai.
Tabel 3 Contoh proses bernalar mahasiswa pada evaluasi kedua pada materi segiempat
No Proses Bernalar Mahasiswa Kesimpulan
1
Tidak Valid
2
Tidak Valid
3
Valid
4
Valid
Tabel 3 memberikan informasi ten-
tang proses penalaran mahasiswa dalam
memecahkan masalah segi empat. Keba-
nyakan mahasiswa masih keliru dalam
pemahaman konseptual, sehingga sebagian
besar mahasiswa keliru dalam proses
penarikan kesimpulan.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data proses
penalaran mahasiswa dalam pemecahan
masalah menunjukkan bahwa mahasiwa
masih lemah dalam pemahaman konsep
sebelumnya. Akibatnya masalah-masalah
yang diberikan tidak dapat diselesaikan
dengan benar. Kesalahan konsep merupakan
kesalahan yang paling sering dilakukan
mahasiswa dalam menentukan selesaian dari
soal-soal evaluasi yang diberikan, baik
materi segitiga, segiempat maupun bangun
ruang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa proses penalaran mahasiswa dalam
kegiatan pemecahan masalah masih dalam
kategori sedang/cukup, artinya rata-rata
kemampuan penalaran mahasiswa tergolong
cukup baik.
Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka ada
beberapa saran yang diajukan antara lain:
1. Perlunya pengembangan kegiatan pem-
belajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan penalaran mahasiswa
dalam proses pemecahan masalah.
2. Perlunya pengembangan assesment dan
bahan ajar untuk meningkatkan kemam-
puan penalaran mahasiswa melalui
pembelajaran berbasis masalah.
3. Hendaknya kegiatan pembelajaran lebih
mementingkan proses berpikir maha-
siswa daripada hasil pembelajaran.
4. Berikan kesempatan yang sebesar-
besarnya bagi mahasiswa untuk me-
ngembangkan kreativitas dan kemam-
puan komunikasinya dalam pembela-
jaran berbasis masalah.
Jurnal Kependidikan 13 (4): 421-426
426
Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). 2006. Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah: Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk SMP/MTs.
Jakarta: Kemendiknas.
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran Matematika.
JICA. Jakarta: IMSTEP.
Rusman. 2011. Seri Manajemaen Sekolah
Bermutu. Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Bandung:
Raja Grafindo Persada.
Yuwono, I. 2005. Pengembangan Model
Pembelajaran Matematika Secara
Membumi. Disertasi tidak
diterbitkan. Program Studi
Pendidikan Matematika, Surabaya:
PPs UNESA.
Mujib & Suparangga. 2012. Analisis
Penalaran Dalam Ujian Nasional
Matematika SMA /MA Program IPA
Tahun 2011 / 2012. Universitas
Muslim Nusantara (UMN) Al-
Washliyah. Diakses 20 Oktober
2014.
Ramdani, yani. 2012. Pengembangan
instrumen dan bahan ajar untuk
meningkatkan kemampuan
komunikasi, penalaran, dan koneksi
matematisdalam konsep integral.
Jurnal penelitian pendidikan. Vol. 13
nomor 1, April 2012.
Permana, Yanto & Sumarmo, Utari. 2007.
Mengembangkan Kemampuan
Penalaran dan Koneksi Matematik
Siswa SMA Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah. Jurnal
Educationist, Vol. 1, Nomor 2, Juli
2007