ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

16
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 7691, Desember 2019 pISSN: 1412-369X eISSN: 2655-769X 76 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI PADA USAHATANI UBI KAYU Competitive Analysis and Level of Economic Efficiency of Cassava Farming Inca Aprilia Mardiana, Zulkarnain*, Djoko Umar Said Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Jl. Kenanga No. 3 Mulyojati 16C Kota Metro, Lampung Email: [email protected] ABSTRACT The purpose of the study was to determine the income of cassava farmers, the most influential production factors on cassava production, and the economic efficiency of cassava farming in Marga Tiga District, East Lampung Regency. The total population of 1.250 people who were taken using the Slovin formula, obtained a sample of 95 people using the Purposive Sampling method. The types of data are primary data and secondary data. Data analysis uses income analysis, multiple linear regression, and economic efficiency. The results of the study were 1) the income of cassava farmers was Rp. 7.422.769/ha, 2) the production factors of urea fertilizer, NPK fertilizer, SP3 fertilizer, ZA fertilizer and herbicides affected the production of cassava, and 3) the production factors of urea fertilizer, NPK fertilizer, SP36 fertilizer, ZA fertilizer and herbicide are not economically efficient, while the production factor of organic fertilizer is economically inefficient. Keywords: Economic Efficiency, Production Factors, Income, Cassava PENDAHULUAN Pembangunan sebagai proses perubahan menyeluruh dari sistem ekonomi yang terdapat di masyarakat sehingga membawa kemajuan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (Leksono et al., 2018). Pembangunan pertanian dikembangkan menuju pertanian yang tangguh (Dani et al., 2018). Pembangunan pertanian yang tangguh dapat diwujudkan melalui tiga sasaran utama yaitu peningkatan kesejahteraan petani, mewujudkan kemandirian pangan dan terciptanya peningkatan nilai ekspor hasil pertanian (Zulkarnain et al., 2010). Pembangunan pertanian di indonesia bertujuan tercapainya swasembada pangan (Payung & Paraeng, 2020) http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

Transcript of ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Page 1: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

76 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI

PADA USAHATANI UBI KAYU

Competitive Analysis and Level of Economic Efficiency of

Cassava Farming

Inca Aprilia Mardiana, Zulkarnain*, Djoko Umar Said

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana

Jl. Kenanga No. 3 Mulyojati 16C Kota Metro, Lampung

Email: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of the study was to determine the income of cassava farmers, the

most influential production factors on cassava production, and the economic

efficiency of cassava farming in Marga Tiga District, East Lampung Regency. The

total population of 1.250 people who were taken using the Slovin formula,

obtained a sample of 95 people using the Purposive Sampling method. The types

of data are primary data and secondary data. Data analysis uses income analysis,

multiple linear regression, and economic efficiency. The results of the study were

1) the income of cassava farmers was Rp. 7.422.769/ha, 2) the production factors

of urea fertilizer, NPK fertilizer, SP3 fertilizer, ZA fertilizer and herbicides

affected the production of cassava, and 3) the production factors of urea fertilizer,

NPK fertilizer, SP36 fertilizer, ZA fertilizer and herbicide are not economically

efficient, while the production factor of organic fertilizer is economically

inefficient.

Keywords: Economic Efficiency, Production Factors, Income, Cassava

PENDAHULUAN

Pembangunan sebagai proses perubahan menyeluruh dari sistem ekonomi

yang terdapat di masyarakat sehingga membawa kemajuan dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat. (Leksono et al., 2018). Pembangunan pertanian

dikembangkan menuju pertanian yang tangguh (Dani et al., 2018). Pembangunan

pertanian yang tangguh dapat diwujudkan melalui tiga sasaran utama yaitu

peningkatan kesejahteraan petani, mewujudkan kemandirian pangan dan

terciptanya peningkatan nilai ekspor hasil pertanian (Zulkarnain et al., 2010).

Pembangunan pertanian di indonesia bertujuan tercapainya swasembada pangan

(Payung & Paraeng, 2020)

http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id

Page 2: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 77

Pemerintah berupaya memajukan pembangunan pertanian ke arah produksi

komoditas melalui program diversifikasi pangan. Hal ini menekan tingkat

kemiskinan masyarakat yang mayoritas berada di pedesaan dan umumnya bekerja

di sektor pertanian. Melalui program diversifikasi pangan diharapkan dapat

meningatkan pendapatan dan menambah kesempatan kerja di wilayah pedesaan

(Yusdja & Basuno, 2004). Sektor pertanian berperan sebagai sektor yang

menopang kehidupan sebagian besar masyarakat indonesia (Kaizan et al., 2014).

Sektor pertanian berkembang dengan bertambahnya jumlah penduduk dan

perkembangan teknologi yang digunakan. Kontribusi sektor pertanian perlu

diimbangi dengan mengutamakan pembangunan pertanian, dikarenakan produk

pertanian memiliki peran penting dan strategis untuk memenuhi konsumsi

masyarakat (Fortunika et al., 2017). Sektor pertanian terbagi ke dalam 5 (lima)

sub sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor

peternakan, dan sub sektor perikanan (Zulkarnain et al., 2010).

Subsektor tanaman pangan berperan dalam ketahanan pangan nasional,

mengatasi kemiskinan, mengurangi pengangguran, menyerap devisa dan menjadi

stimulus untuk pertumbuhan industri hulu dan industri hilir (Zulkarnain et al.,

2020) yang dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

nasional. Tanaman pangan secara empiris telah membuktikan perannya sehingga

tercipta kondisi ekonomi normal dan bertahan saat krisis ekonomi melanda

(Mardani et al., 2017).

Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan

dibudidayakan oleh petani adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan komoditas

unggulan yang layak dikembangkan di Indonesia, selain ketersediaan lahan yang

luas (Zulkarnain et al., 2021), juga karena iklim dan kondisi tanah yang cocok

untuk pengembangan komoditas ubi kayu, terlebih tanaman ini mampu tumbuh di

dataran tinggi dan rendah dan tidak mengenal musim (Nurmala, 2010). Salah satu

provinsi sebagai sentral produksi ubi kayu nasional yaitu Provinsi Lampung

(Badan Pusat Statistik, 2019). Tanaman ubi kayu terus dikembangkan hampir di

seluruh kabupaten di Provinsi Lampung, salah satunya Kabupetan Lampung

Timur. Kecamatan Marga Tiga merupakan sentra produksi tanaman ubi kayu di

Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Marga Tiga memiliki produksi ubi kayu

terbesar dibandingkan dengan Kecamatan lainnya di Kabupaten Lampung Timur,

dengan jumlah produksi ubi kayu sebesar 206.794 Ton (BPS Kabupaten Lampung

Timur, 2020).

Konsep dasar di dalam kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah fungsi

produksi itu sendiri. Fungsi produksi dapat menunjukkan secara nyata bentuk

hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk

memperoleh sejumlah produksi, dan sekaligus menunjukan produktivitas dari

hasil itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian akan dilakukan pada

Page 3: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

78 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

sentra produksi ubi kayu yang ada di Provinsi Lampung dengan tujuan yaitu

menganalisis pendapatan, menganalisis pengaruh faktor produksi, dan

menganalisis efisiensi ekonomi.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung

Timur yang dipilih seacara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai

sentra ubi kayu memiliki luas panen dan produksi ubi kayu tertinggi diantara

kecamatan lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey. Jenis data

adalah primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan

wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuisioner dan data

sekunder diperoleh melalui studi pustaka, literatur, instansi, dinas, buku-buku

laporan dan lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.

Populasi adalah seluruh petani yang melakukan usahatani ubi kayu. Jumlah

populasi yang digunakan dalam penlitian ini sebanyak 1.250 terdiri dari 2 desa

terpilih yaitu Desa Negeri Katon dan Desa Tanjung Harapan. Populasi di Desa

Negeri Katon sebanyak 935 petani dan di Desa Tanjung Harapan sebanyak 315

petani. Sampel adalah unit/individu dari sejumlah populasi. Jumlah sampel ubi

kayu dengan penduga populasi yang dihitung menggunakan rumus slovin (Sanusi,

2011), diperoleh sampel dari Kecamatan Marga Tiga dengan dua Desa yaitu Desa

Negeri Katon dan Desa Tanjung Harapan sebanyak 92 petani.

Analisis Pendapatan

Perhitungan pendapatan usahatani dapat menggunakan rumus (Soekartawi,

1995) sebagai berikut:

π = TR – TC

Keterangan :

π : Pendapatan Usahatani (Rp)

TR : Total Penerimaan (Total Revenue) (Rp)

TC : Total Biaya (Total Cost) (Rp)

Menurut Soekartawi (1994), untuk mengetahui apakah usahatani

mengutungkan atau tidak secara ekonomi, maka dapat dianalisis dengan

menggunakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya atau yang biasa

di sebut R/C (Return Cost Ratio). Secara sistematis dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Page 4: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 79

R/C = 𝐓𝐑

𝐓𝐂

Kriteria keputusan yang digunakan untuk menilai hasil R/C rasio dapat dibagi

menjadi tiga bagian besar:

a. R/C > 1 : maka usahatani ubi kayu menguntungkan

b. R/C = 1 : maka usahatani ubi kayu impas

c. R/C < : maka usahatani ubi kayu rugi

Analisis Pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap produksi ubi kayu

Analisis pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil

produksi pada usahatani ubi kayu dilakukan dengan menggunakan fungsi

produksi Cobb-Douglas dengan rumus sebagai berikut :

Y = A Ka Lb

Fungsi produksi adalah hubungan antar output yang dihasilkan dan faktor-

faktor produksi yang digunakan sering dinyatakan dalam satu fungsi produksi

(production function) (Sudarman, 2004).

Hubungan antara produksi ubi kayu dengan faktor produksi yang berupa

masukan luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk organik, pupuk urea, pupuk NPK,

dan pupuk SP36, pupuk ZA, dan herbisida diketahui dengan melakukan analisis

linier berganda, dimana fungsi produksi model Cobb Douglas tersebut diubah

kedalam bentuk persamaan logaritma natural (Ln). Oleh karena itu, persamaan

tersebut harus diubah menjadi persamaan linier dengan cara melogaritmakan

menjadi:

Ln Y = Ln a + b1Ln X1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4+ b5LnX5 + b6LnX6 + b7LnX7+ b8LnX8 + b9 LnX9

Keterangan :

Y : Produksi ubikayu (kg)

a : Konstanta

𝑏1−𝑏9: Koefisien Regresi

X1: Luas lahan (Ha)

X2:Tenaga kerja (HOK)

X3: Bibit (ikat/ batang)

X4: Pupuk Organik (kg)

X5: Pupuk Urea (kg)

X6: Pupuk NPK (kg)

X7: Pupuk SP36 (kg)

X8 : Pupuk ZA (kg)

X9 : Herbisida (liter)

Page 5: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

80 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

Analisis Efisiensi Ekonomi

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumbedaya yang ada secara efektif dan

efisien dengan tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya

yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila tidak ada barang yang

terbuang percuma atau penggunaan seefektif mungkin (Samuelson, dkk. 2003).

Menurut Soekartawi (1994), efisiensi ekonomi akan terjadi jika petani

mampu membuat suatu upaya sehingga nilai produk marjinal (NPMX) untuk suatu

faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (PX), atau dapat dituliskan

sebagai berikut :

NPMx = Px ; atau NPMx

Px = 1

Pada kenyataannya, NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi

adalah sebagai berikut:

a. NPMx / Px > 1; artinya penggunaan faktor produksi x belum efisien.

Untuk mencapai efisien, faktor produksi x perlu ditambah.

b. NPMx / Px < 1; artinya penggunaan faktor produksi x tidak efisien. Untuk

menjadi efisien, maka penggunaan faktor produksi x perlu dikurangi.

HASIL PENELITIAN

Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu

Analisis pendapatan dapat digunakan untuk menilai apakah usahatani

tersebut layak atau tidak diusahakan. Menurut Sukirno (2002), pendapatan total

usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total

yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input milik keluarga

diperhitungkan sebagai biaya produksi.

Analisis pendapatan dapat digunakan untuk menilai apakah usahatani

tersebut layak atau tidak diusahakan. Penerimaan usahatani ubi kayu yang

diterima adalah dengan mengalikan jumlah produksi ubi kayu dengan harga ubi

kayu per kilogram. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani ubi kayu di

Kecamatan Marga Tiga terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya

variabel atau biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tetap adalah biaya yang

dikeluarkan untuk input yang tidak habis digunakan dalam satu kali proses

produksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani ubi

kayu untuk menunjang dan memperlancar kegiatan produksi ubi kayu.

Page 6: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 81

Pendapatan usahatani diperoleh dari hasil penjualan produksi ubi kayu.

Pendapatan yang diperoleh oleh petani belum dikurang dengan pengeluaran

selama proses berlangsungnya usahatani, seperti pembelian bibit, pupuk, biaya

tenaga kerja, herbisida dan pembelian peralatan dan sebagainya. Untuk

memperjelas berikut analisa biaya usahatani dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai

berikut.

Tabel 1. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu di Kecamatan Marga Tiga

Uraian Satuan Harga Jumlah Nilai (Rp)

Penerimaan

Produksi

790,00 18.919,24 14.946.200,00

Biaya Produksi

a. Biaya Variabel

Bibit Ikat 10.913,00 72,35 789.556,00

Pupuk Organik Kg 625,00 676,00 422.500,00

Urea Kg 1.957,00 170,08 332.847,00

NPK Kg 2.867,00 271,92 779.595,00

SP36 Kg 2.693,00 138,67 373.438,00

ZA Kg 1.600,00 325,00 520.000,00

Herbisida

585.099,00

Tenaga Kerja

2.357.190,00

Biaya Angkut

1.164.261,00

Total Biaya Variabel

7.324.485,00

b. Biaya Tetap

Penyusutan Alat

168.293,00

Pajak

30.652,00

Total Biaya Tetap

198.946,00

Biaya Total

7.523.430,00

Pendapatan atas biaya variabel

7.758.298,00

Pendapatan atas biaya total

7.422.769,00

R/C atas biaya variabel

2,08

R/C atas biaya total 1,99

Sumber: Data Primer (Diolah) 2020

Tabel 1 menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan petani ubi kayu

untuk satu kali proses produksi adalah sebesar Rp. 7.523.430. Biaya variabel atau

biaya tunai yang digunakan petani untuk membeli bibit, pupuk, herbisida, upah

tenaga kerja dan biaya lainnya sebesar Rp. 7.324.485 dan total biaya tetap yang

dikeluarkan untuk pembelian peralatan dan pajak sebesar Rp. 198.946. Hal ini

sejalan dengan penelitian (Mardika et al., 2017) yang menyatakan biaya tetap

perhektar sebesar Rp. 285.289,80 sedangkan biaya variabel perhektar sebesar Rp.

15.990.518,40. Terdapat perbedaan biaya variabel yang cukup besar, hal ini

dikarenakan jumlah penggunaan biaya variabel yang digunakan oleh petani pada

penelitian cenderung lebih sedikit, maka biaya variabel yang dikeluarkan oleh

petani lebih kecil.

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 2.357.190.

Biaya tersebut dikeluarkan petani untuk memberi upah tenaga kerja yang

digunakan dalam usahatani ubi kayu. Tenaga kerja yang digunakan petani dalam

Page 7: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

82 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

usahatani ubi kayu yaitu tenaga kerja olah tanah, penanaman, pemupukan,

penyiangan, pemanenan dan pasca panen. Hal ini sejalan dengan penelitian

(Muizah et al., 2013) yang menyatakan bahwa biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 3.526.900. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan

cukup besar jika dibandingkan pada saat penelitian. Dimana biaya tenaga kerja

yang paling besar adalah biaya pemanenan.

Bibit yang digunakan adalah sebanyak 72,35 ikat/ha dengan harga bibit

Rp.10.913. Rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk pembelian bibit sebesar

Rp. 789.556. Hal ini sejalan dengan penelitian (Thamrin et al., 2013) jumlah bibit

yang digunakan oleh petani dengan luas 1 Ha adalah sebanyak 23.809 ikat.

Biaya yang dikeluarkan petani untuk pembelian pupuk yang digunakan

dalam usahatani ubi kayu adalah sebesar Rp. 2.428.380. Penggunaan pupuk lebih

banyak pada saat kemarau dibandingkan pada musim penghujan. Pupuk yang

paling banyak digunakan pada saat penelitian adalah pupuk urea dan NPK, jumlah

yang digunakan yaitu pupuk urea sebesar 170 kg/ha dan pupuk NPK 271 kg/ha.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Anggraini et al., 2017) rata-rata penggunaan

pupuk yang paling banyak dipakai yaitu pupuk urea sebesar 146,15 dan NPK

sebesar 189,43.

Total penerimaan petani ubi kayu sebesar RP. 14.946.200 dengan rata-rata

jumlah produksi perhektar sebesar 18.919 Kg dengan harga jual sebesar Rp. 790.

Harga jual ubi kayu masih dibawah penelitian (Thamrin et al., 2013) sebesar

Rp.1000 dan rata-rata produksi yang dihasilkan adalah 52.166.67kg/ha. Selain itu

menurut penelitian (Miftah et al., 2012) rata-rata produksi ubi kayu sebesar

17.085kg/ha dengan harga Rp. 905. Setelah mengetahui besarnya penerimaan

yang diperoleh petani selanjutnya yang harus diketahui adalah besarnya

pendapatan usahatani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga. Pendapatan yang

diperoleh petani ubi kayusebesar Rp.7.442.769.

Usahatani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga dinilai layak dan

menguntungkan dilihat dari nilai R/C atas biaya total dapat dilihat pada Tabel 10.

Nilai R/C atas biaya total sebesar 1.99 yang berarti bahwa setiap Rp.1,00 biaya

yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,99.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mansi.,dkk (2018) bahwa usahatani ubi

kayu diperoleh R/C rasio 3,23. R/C rasio lebih dari satu sehingga usahatani ubi

kayu sudah menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

Page 8: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 83

Analisis Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi Terhadap Produksi Ubi

Kayu

1). Uji Klasik

Uji Heteroskedastisitas

Pada asumsi uji klasik terdapat uji heteroskedastisitas. Uji ini bertujuan

untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidak samaan varians dari residual

untuk semua pengamatan pada model regresi. Syarat yang harus dipenuhi dalam

model regresi ini adalah tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Adapun hasil uji

klasik heteroskedastisitas yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan pada

Gambar 1 sebagai berikut :

Sumber : Data Primer Diolah 2020

Gambar 1. Hasil uji klasik heteroskedastisitas

Gambar 1. Grafik Scatterplot menunjukan bahwa tidak ada pola yang jelas

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik

adalah model regresi yang tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas

dapat dilhat dari nilai tolerance dan varian inflation factor (VIF). Apabila nilai

VIF dibawah 10 maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut

tidak terdapat masalah multikolinearitas, sebalinya apabila nilai VIF diatas 10

maka diambil kesimpulan hawa model regresi tersebut terdapat masalah

multikolinearitas. Berikut merupakan hasil uji multikolinearitas disajikan pada

Tabel 13 berikut.

Page 9: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

84 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independent Nilai VIF

Luas Lahan(X1) 62.414

Tenaga Kerja(X2) 17.637

Bibit(X3) 51.891

Pupuk Organik(X4) 1.097

Pupuk Urea(X5) 2.194

Pupuk NPK(X6) 1.615

Pupuk SP36(X7) 1.599

Pupuk ZA(X8) 1.432

Herbisida(X9) 6.877 Sumber : Data Primer (diolah) 2020

Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel independen (Pupuk organik, Pupuk

urea, Pupuk NPK, Pupuk SP36, Pupuk ZA, dan herbisida) memiliki nilai VIF

dibawah 10, sedangkan variabel independen (Luas lahan, Tenaga Kerja dan Bibit)

memiliki nilai VIF diatas 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang

digunakan seperti pupuk organik, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SP36, pupuk

ZA, dan herbisida tidak terdapat masalah multikolinearitas. Sedangkan model

regresi yang digunakan seperti luas lahan, tenaga kerja, dan bibit terdapat masalah

multikolinearitas. Pada tabel 2 menunjukan bahwa hasil uji multikolinearitas

terdapat masalah multikolinearitas. Setelah dilakukan regresi kembali dengan

menggunakan SPSS 16.0 tanpa X1, X2, X3 didapatkan hasil uji heteroskedastisitas

dan uji multikolinearitas sebagai berikut:

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidak samaan varians dari rasidual untuk semua pengamatan pada model

regresi. Adapun hasil uji klasik heteroskedastisitas yang diperoleh dalam

penelitian ini disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut :

Sumber : Data Primer (diolah) 2020

Gambar 2. Hasil uji klasik heteroskedastisitas

Page 10: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 85

Gambar 2. Grafik scatterplot menunjukan bahwa tidak ada pola yang jelas

serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik

adalah model regresi yang tidak mengandung multikolinearitas. Berikut

merupakan hasil uji multikolinearitas disajikan pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas tanpa X1,X2,X3

Variabel Independent Nilai VIF

Pupuk Organik (X4) 1.071

Pupuk Urea (X5) 2.035

Pupuk NPK (X6) 1.394

Pupuk SP36 (X7) 1.244

Pupuk ZA (X8) 1.235

Herbisida (X9) 2.312

Sumber : Data Primer (diolah) 2020

Tabel 3 menunjukan bahwa variabel independen (pupuk organik, pupuk

urea, pupuk NPK, pupuk SP36, pupuk ZA, dan herbisida) memiliki nilai VIF

dibawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak

terdapat masalah multikolinearitas.

2). Koefisien Determinan (R2)

Hasil pengujian regresi linier berganda dengan menggunkan SPSS 16.0

diperoleh R2 sebesar 0.734 yang berarti bahwa besarnya presentase variabel

independen (X4-X9) terhadap variabel dependen (Y) sebesar 85,2%, sedangkan

sisanya 14,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Persamaan regresi

yang diperoleh dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Y = 0.936(constant) 0.015 (X4) + 0.094 (X5) + 0.109 (X6) + 0.046 (X7) + 0.168

(X8) + 0.592 (X9)

3). Uji F (Uji Bersama)

Selanjutnya untuk mengkaji apakah faktor-faktor produksi yang digunakan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi ubi kayu digunakan uji f.

Faktor produksi pada usahatani ubi kayu dikatakan berpengaruh apabila nilai f-

hitung 39.120 lebih besar dari f-tabel 2.21 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih

kecil dari taraf signifikan 0,005. Maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-

Page 11: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

86 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

sama variabel independen (X4, X5, X6, X7, X8, X9) berpengaruh terhadap produksi

ubi kayu (y).

4). Uji t (Uji Parsial)

Hasil penelitian analisis pengaruh variabel (X) terhadap produksi ubi kayu

di Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur terdiri dari variabel

dependen atau (Y) yaitu produksi ubi kayu dan variabel independen (X) yang

meliputi pupuk organik, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SP36, pupuk ZA dan

herbisida. Hasil penelitian pada 92 responden yang menanam ubi kayu dapat

dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Coefficient pada Regresi Linier BergandaTanpa X1,X2,X3

Variabel Koefisien

regresi t- hitung Signifikansi Keterangan

Pupuk Organik (X4) 0.015 0.503 0.616 Tidak Signifikan

Pupuk Urea (X5) 0.094 1.989 0.050*** Signifikan

Pupuk NPK (X6) 0.109 3.085 0.003** Signifikan

Pupuk SP36 (X7) 0.046 2.317 0.023*** Signifikan

Pupuk ZA (X8) 0.168 3.890 0.000* Signifikan

Herbisida (X9) 0.592 6.565 0.000* Signifikan

R2 = 0.734 n =92 Sumber : Data Primer (diolah) 2020

Keterangan :

F-hitung = 39.120

Tingkat taraf kepercayaan 99 %

Tingkat taraf kepercayaan 95 %

Tingkat taraf kepercayaan 90 %

Berdasarkan hasil pengujian regresi linier berganda dengan SPSS 16.0 dari tabel

di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel pupuk organik (X4) tidak mempengaruhi produksi ubi kayu dengan

nilai t-hitung 0.503 lebih kecil dari t-tabel 1.987 pada tingkat kepercayaan

5%. Variabel pupuk organik memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.015

dengan nilai signifikansi 0.616 yang berarti bahwa variabel pupuk organik

tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu. hal ini dikarenakan rata-

rata pupuk organik yang digunakan yaitu sebesar 520 kg dimana pupuk

organik tersebut tidak mempengaruhi produksi ubi kayu.hal ini dikarenakan

pupuk yang dberikan oleh petani tidak berimbang. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Thamrin et al., 2013) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk

secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara

tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, waktu aplikasi sesuai dengan

jenis tanaman akan mencapai hasil tertinggi.

2. Variabel pupuk Urea (X5) berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu

dengan nilai t-hitung 1.987 dengan nilai signifikansi 0.050< 0,10 dengan

Page 12: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 87

tingkat kepercayaan 10%. Uji satu arah. Variabel pupuk urea memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 0.094 yang berarti bahwa setiap penambahan pupuk

urea sebanyak 1% maka akan meningkatkan produksi ubi kayu 0.94% dari

rata-rata produksi ubi kayu sebesar 14.553 kg. Hal ini sejalan dengan

penelitian Saputra (2013) yang menyatakan bahwa pupuk urea berpengaruh

nyata terhadap produksi ubi kayu.

3. Variabel pupuk NPK (X6) berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu

dengan nilai t-hitung 1.987 dengan nilai signifikansi 0.003< 0.025 dengan

tingkat kepercayaan 5%. Uji satu arah. Variabel pupuk NPK memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 0.109 yang berarti bahwa setiap penambahan pupuk

urea sebanyak 1% maka akan meningkatkan produksi ubi kayu 0.109% dari

rata-rata produksi ubi kayu sebesar 14.553 kg. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Maharani et al., 2019) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk

NPK pada tanaman bertujuan untuk memenuhi unsur hara makro yang

dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhannya.

4. Variabel pupuk SP36 (X7) berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu

dengan nilai t-hitung 1.987 dengan nilai signifikansi 0.023< 0,10 dengan

tingkat kepercayaan 10%. Uji satu arah. Variabel pupuk SP36 memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 0.046 yang berarti bahwa setiap penambahan pupuk

SP36 sebanyak 1% maka akan meningkatkan produksi ubi kayu 0.46% dari

rata-rata produksi ubi kayu sebesar 14.553 kg.

5. Variabel pupuk ZA (X8) berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu

dengan nilai t-hitung 1.987 dengan nilai signifikansi 0.000< 0,1 dengan

tingkat kepercayaan 1%. Uji satu arah. Variabel pupuk ZA memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 0.168 yang berarti bahwa setiap penambahan pupuk

ZA sebanyak 1% maka akan meningkatkan produksi ubi kayu 0.168% dari

rata-rata produksi ubi kayu sebesar 14.553 kg.

6. Variabel herbisida (X9) berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu dengan

nilai t-hitung 1.987 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0,1 dengan tingkat

kepercayaan 1%. Uji satu arah. Variabel herbisida memiliki nilai koefisien

regresi sebesar 0.592 yang berarti bahwa setiap penambahan herbisida

sebanyak 1% maka akan meningkatkan produksi ubi kayu sebesar 592%. Hal

ini sejalan dengan penelitian (Maharani et al., 2019) yang menyatakan bahwa

herbisida berpengaruh nyata.

Analisis Efisiensi Ekonomi

Efisiensi usahatani menunjukan perbandingan antara nilai hasil produksi

usahatani ubi kayu dengan nilai masukan (pupuk organik, pupuk urea, pupuk

NPK, pupuk SP36, pupuk ZA dan herbisida) yang digunakan dalam proses

produksi usahatani ubi kayu. Dalam suatu usahatani petani perlu mengetahui

Page 13: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

88 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

sudah efisien atau belum usahataninya. Berdasarkan hasil penelitian analisis

efisiensi ekonomi dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi MT II

Variabel Koefisien

Regresi (Bi) NPMxi Pxi NPMxi/Pxi Keterangan

Pupuk Organik (X4) 0.015 255 813 0.31 TE

Pupuk Urea (X5) 0.094 6,357 2,543 2.50 BE

Pupuk NPK (X6) 0.109 4,609 3,726 1.24 BE

Pupuk SP36 (X7) 0.046 3,814 3,501 1.09 BE

Pupuk ZA (X8) 0.168 5,943 2,080 2.86 BE

Herbisida (X9) 0.592 577,771 201,500 2.87 BE

Sumber : Data Primer (diolah) 2020

Tabel 5 menunjukan bahwa pada penggunaan faktor produksi pupuk

organik memiliki nilai efisiensi <1. Hal ini menunjukan bahwa faktor-faktor

produksi tersebut tidak efisien sehingga penggunaan faktor produksi perlu

dikurangi agar mencapai efisiensi ekonomi. Sedangkan faktor produksi pupuk

organik, pupuk NPK, pupuk SP36, dan herbisida memiliki nilai efisiensi >1. Hal

ini menunjukan bahwa faktor produksi tersebut belum efisien sehingga

penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar dapat mencapai efisiensi

ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis efisiensi ekonomi dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pupuk Organik (X4), nilai efisiensi ekonomi yang diperoleh dari faktor

produksi pupuk organik sebesar 0.31, artinya penggunaan faktor produksi

pupuk organik tidak efisien secara ekonomi sehingga perlu adanya

pengurangan input pupuk organik untuk mencapai efisiensi ekonomi.

2. Pupuk Urea (X5), nilai efisiensi ekonomi yang diperoleh dari faktor produksi

pupuk urea sebesar 1.17, artinya penggunaan faktor produksi pupuk urea

belum efisien secara ekonomi, sehingga perlu penambahan input pupuk urea

untuk mencapai efisiensi ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Seru et

al., 2017) yang menyatakan penggunaan pupuk urea belum efisien dengan

nilai efisiensi sebesar 44.522.

3. Pupuk NPK (X6), nilai efisiensi ekonomi yang diperoleh dari faktor produksi

pupuk NPK sebesar 1.24, artinya penggunaan faktor produksi pupuk NPK

belum efisien secara ekonomi, sehingga perlu adanya penambahan input

pupuk NPK untuk mencapai efisiensi ekonomi. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Maharani et al., 2019) yang menyatakan bahwa penggunaan faktor

produksi pupuk NPK belum efisien dengan nilai efisiensi sebesar 9.721.

4. Pupuk SP36 (X7), nilai efisiensi ekonomi yang diperoleh dari faktor produksi

pupuk SP36 sebesar 1.09, artinya penggunaan faktor produksi pupuk SP36

belum efisien secara ekonomi, sehingga perlu adanya penambahan input

pupuk SP36 untuk mencapai efisiensi ekonomi.

Page 14: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 89

5. Pupuk ZA (X8), nilai efisiensi ekonomi yang diperoleh dari faktor produksi

pupuk ZA sebesar 2.86, artinya penggunaan faktor produksi pupuk ZA belum

efisien secara ekonomi, sehingga perlu adanya penambahan input pupuk ZA

untuk mencapai efisiensi ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian Safitri

(2012) yang menyatakan bahwa penggunaan faktor produksi pupuk ZA

belum efisien dengan nilai efisiensi sebesar 8,94.

Herbisida (X9) nilai efisiensi ekonomi yang diperoleh dari faktor produksi

herbisida sebesar 2.87, artinya penggunaan faktor produksi herbisida belum

efisien secara ekonomi, sehingga perlu adanya penambahan input herbisida untuk

mencapai efisiensi ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian Carkini.,dkk (2014)

yang menyatakan bahwa penggunaan faktor produksi herbisida belum efisien

dengan nilai efisiensi sebesar 1.43.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh yaitu pendapatan yang diperoleh petani ubi

kayu di Kecamatan Marga Tiga adalah sebesar Rp. 7.422.769 dengan penerimaan

Rp. 14.946.200. Faktor produksi pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SP36, pupuk

ZA, dan herbisida secara parsial mempengaruhi produksi ubi kayu di Kecamatan

Marga Tiga. Faktor pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SP36, pupuk ZA, dan

herbisida secara ekonomi belum efisien, sedangkan faktor produksi pupuk organik

secara ekonomi tidak efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N., Harianto, H., & Anggraeni, L. (2017). Analisis Pendapatan Dan

Faktor Produksi Usahatani Ubikayu Berdasarkan Pasar Yang Dipilih Petani

(Study Kasus Petani di Kabupaten Lampung Tengah). Journal of Food

System & Agribusiness, 1(1), 12–20. https://doi.org/10.25181/jofsa.v1i1.80

Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Panen, dan Produktivitas Ubi Kayu Menurut

Kecamatan di Kabupaten Lampung Timur dalam Angka.2020.

Dani, A. W. R., Said, D. U., Zulkarnain, Z., & Afriani, I. (2018). Strategi

Pemasaran Susu Kambing Pada CV. Berkah di Desa Banarjoyo Kabupaten

Lampung Timur. Jurnal Wacana Pertanian, 14(2), 80–91.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.

Kaizan, K., Arifin, B., & Santoso, H. (2014). Kelayakan Finansial dan Nilai

Ekonomi Lahan (Land Rent) Pada Penggantian Usahatani Kopi Menjadi

Karet di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampun. Jurnal Ilmu Ilmu

Agribisnis, 2(4), 308–315.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23960/jiia.v2i4.308-3015

Page 15: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

90 I. A. Mardiana, Zulkarnain, dan D. U. Said

Leksono, T. B., Supriyadi, S., & Zulkarnain, Z. (2018). Analisis Perbandingan

Pendapatan Usahatani Padi Organik Dan Anorganik Kecamatan Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Wacana Pertanian, 14(2), 69–

79. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.37694/jwp.v14i2.45

Maharani, A. D., Prasetyo, E., & Setiawan, B. M. (2019). Analisis Efisiensi

Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatai Padi di

Kelompok Tani Sidomakmur I Kecamatan Pati kabupaten Pati.

Agrisaintifika: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 3(1), 2019.

Mardani, Nur, T. M., & Satriawan, H. (2017). Analisis usaha tani tanaman pangan

jagung di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal S. Pertanian, 1(3),

203–204.

Mardika, I. N., Rantau, I. K., & Wijayanti, P. U. (2017). Analisis Usahatani Ubi

Kayu Varietas Gajah (Studi Kasus di Kelompok Tani-Ternak Kerti

Winangun, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng).

Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and

Agritourism), 6(2), 231–239. https://doi.org/10.24843/jaa.2017.v06.i02.p06

Miftah, H., Syarbaini, A., & Andari, T. (2012). Analisis Pendapatan dan Nilai

Tambah Ubi Kayu sebagai Penyusun Model Pola Klaster. Jurnal Pertanian,

3(April), 50–58.

Muizah, R., Supardi, S., & Awami, S. N. (2013). Analisis Pendapatan Usahatani

Ubi Kayu(manihot esculenta crantz) (studi kasus desa Mojo Kecamatan

Cluwak Kabupaten Pati). Mediagro, 9(2), 55–67.

Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES : Jakarta.

Nurmala, T. (2010). Potensi dan Prospek Pengembangan Hanjeli (Coix lacryma

jobi L) sebagai Pangan Bergizi Kaya Lemak untuk Mendukung Diversifikasi

Pangan Menuju Ketahanan Pangan Mandiri. Pangan, 20(1), 41–48.

Oktafiana Fortunika, S., Istiyanti, E. I., & Sriyadi, S. (2017). Kontribusi Sektor

Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa

Tengah (Analisis Struktur Input–Output). AGRARIS: Journal of Agribusiness

and Rural Development Research, 3(2), 119–127.

https://doi.org/10.18196/agr.3252

Payung, S. E. T., & Paraeng, S. (2020). Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor

Tanaman Pangan dan Arah Pengembangannya di Kabupaten Mimika.

JURNAL KRITIS (Kebijakan, Riset, Dan Inovasi), 4(1), 89–109.

Rejeki,2006. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES : Jakarta.

Sanusi, A. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat : Jakarta Selatan.

Samuelson, P. A dkk. 2003. Ilmu Makro Ekonomi. PT. Media Global Edukasi:

Jakarta.

Page 16: ANALISIS KOMPETITIF DAN TINGKAT EFISIENSI EKONOMI …

Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 76—91, Desember 2019 pISSN: 1412-369X

eISSN: 2655-769X

Volume 15 (2): 76—91, Desember 2019 91

Saputra, B.I.D. 2013. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor

Produksi pada Usahatani Jagung di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobokan.

[Skripsi]. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

Salim, E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf. Yogyakarta: Andi

Offset.

Sastraatmadja E. 2005. Revitalisasi Pertanian. HKTI : Jawa Barat.

Safitri, A. 2012. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi

pada Usahatani Padi Varietas Ciherang Di Kabupaten Karanganyar.[Skripsi].

Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

Seru, G., Kardi, C., Yudiarini, N., Agribisnis, P., & Pertanian, F. (2017). Pada

Usahatani Jagung Manis ( Studi Kasus Di Kelurahan. 7(14), 15–19.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi

CobbDouglas. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Soekartawi.1995.Analisis Usahatani. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Soentoro. 1998. Pengembangan Mekanisasi Pertanian Tinjauan Aspek Ekonomi

dan Kelembagaan. Prosiding Perspektif Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian

dalam Peningkatan Daya Saing Komoditas. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Bogor.

Sukirno, S. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali Press:

Jakarta.

Thamrin, M., Mardhiyah, A., & Marpaung, S. E. (2013). Analisis Usahatani Ubi

Kayu (Manihot utilissima). Agrium, 18(1), 57–64.

Yusdja, Y., & Basuno, E. (2004). Analisis Peluang Peningkatan Kesempatan

Kerja dan Pendapatan Petani Melalui Pengelolaan Usahatani Bersama.

Jurnal Agro Ekonomi, 22(2), 1–25.

Zulkarnain, Z., Haryono, D., & Kasymir, E. (2010). Keunggulan Komparatif dan

Kompetitif dalam Produksi Padi di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi

Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 10(3), 185–199.

Zulkarnain, Z., Zakaria, W. A., Haryono, D., & Murniati, K. (2020).

Determination of Cost of Sold Goods in Tapioca Factory of Cluster I and

Cluster II in Lampung Province. International Journal of Advanced Science

and Technology, 29(4), 5227–5234.

http://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article/view/25947

Zulkarnain, Z., Zakaria, W. A., Haryono, D., & Murniati, K. (2021). Daya Saing

Komoditas Ubi Kayu dengan Internalisasi Biaya Transaksi di Kabupaten

Lampung Tengah, Lampung, Indonesia. Agro Bali : Agricultural Journal,

4(2), 230–245. https://doi.org/10.37637/ab.v4i2.712