ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. UNITED TRACTOR TBK Ilaika ...
Transcript of ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. UNITED TRACTOR TBK Ilaika ...
1
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PT. UNITED TRACTOR TBK
Ilaika Lafiari1, LCA Robin Jonathan2, Heriyanto3
Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Email : [email protected]
Keywords : Liquidity, Solvability, Profitability,
and Growth
ABSTRACT
The theoretical basis of this research is financial
management that focuses on financial ratios. The
analytical tool used is liquidity ratio, Solvability
ratio, Profitability and Growth ratios. The results of
the analysis and discussion show that the liquidity
growth from the Current Ratio aspect has decreased
for 3 years, namely in 2012 by -4%, in 2013 by -25%,
and in 2014 by -9%. 2015 experienced a growth of
2% and 2016 of 3%. Cash Ratiom experienced
growth from 2012 by -40% to 68% in 2013. In 2014,
27% grew to 28% in 2015, and 2016 decreased by
7%. Debt to Asset Ratio grew from -35% in 2012 to
45% in 2013. In 2014, 6% grew to 15% in 2015. 2016
decreased by 3%. Debt To Equity Ratio experienced
growth in 2012 of -45% to 64% in 2013. 2014
decreased by 13% and 2015 grew by 21%. 2016
decreased by 6%. In 2012 Return on Investment
amounted to 6%, decreased for 3 years, namely 2013
by -39%, 2014 by -9% and 2015 by -40%. 2016
experienced a growth of 67%. Return on Equity
decreased for 4 years, namely in 2012 amounted to -
10%, in 2013 amounted to -21%, in 2014 amounted to
-7%, in 2015 at -29% and experienced growth in
2016 of 60%. Based on the results of the analysis
show that there is growth and decline (fluctuations) in
financial performance both in the previous year and
after, namely from 2012-2016. Thus the hypothesis is
rejected or unacceptable.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan cukup baik, sebelum
terjadinya krisis keuangan global yakni, di atas 6% per tahun (2007 – 2008). Kemudian pada
saat mulai terjadi krisis global di awal tahun 2009, ekonomi Indonesia mengalami penurunan
hingga laju pertumbuhannya hanya 4% meski tidak separah negara-negara Asia lainnya yang
turun menjadi minus 2% hingga 6%. Berbagai usaha dilakukan pemerintah, terutama
dukungan paket stimulus serta penurunan suku bunga secara konsisten serta ditopang oleh
konsumsi domestik yang tinggi, pada kuartal tiga ekonomi Indonesia tumbuh menjadi 4,2%
dan di akhir tahun 2009 meningkat lagi jadi 4,5%. Selanjutnya Pemerintah memprediksi
2
bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi 5,5% di akhir tahun 2010 dan terus
meningkat hingga di atas 7% di akhir tahun 2014.
Sektor industri di Indonesia saat ini, menjadi pusat dari pembangunan dan perekonomian
bangsa. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya peranan industri, persaingan menjadi hal
yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Sasaran strategi utama adalah
pemenuhan kebutuhan konsumen secara tepat, baik dari sisi waktu dan dari sisi jumlah demi
menjaga loyalitas konsumen. Bisnis alat berat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
usaha proyek pembangunan, pertambangan, infrastruktur, dan usaha agroindustri. Karena alat
berat sebagai alat pendukung bahkan alat utama dalam sebuah proyek pertambangan,
infrastruktur, dan agroindustri.
Sejak tahun 1990, pertumbuhan penjualan alat berat Indonesia terus mengalami kenaikan.
Namun, terjadi 3 kali siklus penurunan, yaitu pada tahun 1998, 2009, dan 2012. Hal ini
disebabkan karena adanya krisis ekonomi global yang berimbas pada krisis ekonomi dan
politik pada tahun 1997 – 1998 dan krisis ekonomi pada tahun 2008 – 2009. Secara langsung,
krisis ini ikut menyebabkan menurunnya permintaan dan penjualan alat berat nasional.
Sumber : Indoanalaisis. 2018
Pertambangan Indonesia sedang mengalami revitalisasi, setelah krisis ekonomi yang
melanda di tahun 1998 dan beberapa krisis ekonomi yang susul-menyusul setelahnya, banyak
perusahaan tambang Indonesia yang memilih untuk menghentikan eksplorasinya dan bahkan
operasionalnya di Indonesia. Berkat kondisi ekonomi yang membaik, dan kepercayaan pihak
luar negeri terhadap kestabilan ekonomi Indonesia, investor tambang mulai melirik Indonesia
sebagai salah satu negara tujuan investasi.
Perusahaan baik yang besar maupun kecil, yang berorentasi profit maupun yang non
profit akan mempunyai perhatian yang besar terhadap keuangan dari perusahaan tersebut.
Keberhasilan maupun kegagalan dalam usahanya hampir sebagian dipengaruhi ataupun
3
ditentukan oleh keputusan keuangan perusahaan tersebut. Dengan kata lain masalah yang
biasa timbul dalam setiap organisasi berimplikasi terhadap bidang keuangan. Menilai kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat kita ketahui melalui laporan keuangan perusahaan yang
terdiri dari laporan neraca, laporan perhitungan laba-rugi, laporan arus kas, laporan perubahan
posisi keuangan. Dan laporan keuangan ini juga sangat penting untuk menilai prestasi dan
kondisi ekonomis perusahaan.
PT. United Tractor, Tbk adalah perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi, yang
merupakan distributor peralatan berat terbesar dan terkemuka di Indonesia yang menyediakan
produk-produk dari merek ternama dunia seperti Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag,
Tadano, dan Komatsu Forest.
Alasan penulis menjadikan PT. United Tractor, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia karena perusahaan tersebut banyak diminati oleh para investor dalam menanamkan
modalnya, dan Jumlah aset yang selalu meningkat yaitu pada tahun 2012 Rp. 24.157.999,
tahun 2013 Rp. 28.476.189, tahun 2014 Rp. 30.883.022, tahun 2015 Rp. 31.308.400, dan
tahun 2016 Rp. 33.930.058.
Mengetahui perkembangan perusahaan tersebut peneliti ingin membandingkan
perkembangan kinerja keuangan pada PT. United Tractor, Tbk dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016 ditinju dari rasio keuangan perusahaan. Atas dasar hal tersebut, maka
penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Analisis Kinerja Keuangan PT. United Tractor
Tbk”.
Menurut Kasmir (2009:7) : Manajemen keuangan adalah segala aktivitas mnajemen yang
berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan , termasuk lembaga yang
behubungan erat dengan sumber pendanaa dan investasi keuangan perusahaan serta
instrument keuangan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan
merupakan aktivititas yang berkaitan dengan perolehan aset, pengelolaan aset dan manajemen
aset dengan didasari tujuan umum seperti efisiensi dalam penggunaan dan memaksimumkan
keuntungan.
Menurut Jumingan (2011:239) : “Kinerja keuangan yaitu gambaran kondisi keuangan
pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas”.
Sedangkan Menurut Irham Fahmi (2012:2), kinerja keuangan adalah
“Suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan –aturan pelaksanaan keuangan
4
secara baik dan benar seperti dalam membuat suatu laporan keuangan yang telah
memenuhi standar atau ketentuan dalam SAK (standar akuntansi keuangan) atau
GAAP (generally accepted accounting principl) dan lainnya.”.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah
hasil atau prestasi suatu perusahaan yang dicapai dalam suatu periode atau beberapa periode
tertentu dalam pengelolaan keuangan perusahaan, dengan prestasi perusahaan tersebut dapat
menggambarkan kinerja perusahaan.
Menurut Hery (2012:3) : “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau
aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
1. Laporan Laba Rugi
Menurut Yayah Pudin Shatu (2016:22) laporan laba rugi adalah : “laporan keuangan dari
suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode tertentu yang terdiri dari seluruh
pendapatan dan beban, sehingga menghasilkan nilai laba atau rugi”.
2. Laporan Perubahan Modal
Menurut Yayah Pudin Shatu (2016:22) : “perubahan modal adalah suatu ikhtisar dari
laporan keuangan yang mencatat informasi mengenai perubahan modal, yang terdiri dari
jumlah modal setor awal, tambahan modal setor, saldo laba periode berjalan dan saldo
laba ditahan ”.
3. Neraca
Menurut Yayah Pudin Shatu (2016:27) Neraca adalah laporan keuangan yang
menunjukan posisi aset, kewajiban, dan ekuitas pada periode tertentu
4. Laporan Arus Kas
Menurut Yayah Pudin Shatu (2016:23) Laporan arus kas adalah :
Bagian dari laporan keuangan perusahaan yang dihasilkan dari suatu periode akuntansi
yang terdiri dari aliran dana kas masuk dan keluar, yang biasanya dikelompokkan
berdasarkan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Rasio Likuiditas
Menurut Brigham dan Houston (2010:134), mengatakan bahwa : “Aset likuid merupakan
asset yang diperdagangkan di pasar aktif sehingga dapat dikonversi dengan cepat menjadi
kas pada harga pasar yang berlaku, sedangkan posisi likuiditas suatu perusahaan berkaitan
dengan pertanyaan, apakah perusahaan mampu melunasi utangnya ketika utang tersebut
jatuh tempo di tahun berikutnya”.
5
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa
rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
atau membayar kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008:68), current ratio digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi utang
(kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo/segar dibayar.
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah sebagai berikut :
Current Ratio = x 100%
2. Rasio kas (Cash Ratio)
Menurut Kasmir (2009:113) bahwa Rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Cash Ratio dapat dihitung dengan rumus:
Cash Ratio = x 100%
Rasio Solvabililtas.
Menurut Kasmir (2009:114) : “Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang”.
Menurut Munawir (2010:32) : “Rasio solvabillitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang”.
1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Menurut Lukman Syamsudin (2009:54), Rasio ini mengukur berapa besar aktiva yang
dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman
yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan”.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa debt to assets ratio merupakan rasio keuangan
yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Menurut Munawir (2010:105) Rumus untuk mencari Debt to Asset Ratio adalah
sebagai berikut :
Debt to asset ratio = x 100%
6
2. Debt to Equity Ratio
Menurut Munawir (2010:105) Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan
perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio = x 100%
Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena
untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang
menguntungkan (profitable).
Menurut Harmono (2009:73) rasio profitabilitas menggambarkan kinerja
fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan
dalam memperoleh laba.
1. Return On Investment (ROI)
Menurut Mahmud M. Hanafi (2012:42) Return On Asset (ROA) mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. ROA sering juga
disebut sebagai ROI.
Menurut Handono (2017:62) ROI dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
ROI = x 100%
2. Return On Equity (ROE)
Menurut Eduardus Tandelilin (2010:315) bahwa Return on Equity (ROE) umumnya
dihitung menggunakan ukuran kinerja berdasarkan akuntansi dan dihitung sebagai laba
bersih perusahaan dibagi dengan ekuitas pemegang saham biasa.
Menurut Lukman Syamsudin (2009:64) ROE dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
ROE = x 100%
Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Menurut Popy Rufaidah (2014:39) : “Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan ekonomi dan industri”.
Menurut Kasmir (2012:107) Pertumbuhan penjualan (Sales Growth) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Pertumbuhan Penjualan =
7
METODE
Jangkauan Penelitian
1. Obyek penelitian dalam penulisan ini adalah PT. United Tractor, Tbk, yang meliputi
laporan keuangan periode 2012-2016.
2. Untuk menganilisis kinerja keuangan peneliti menggunakan rasio likuiditas diantaranya
current ratio, dan cash ratio. Rasio solvabilitas diantaranya debt to asset ratio, dan debt to
equity ratio. Rasio profitabilitas diantaranya return on investment, dan return on equity.
Rasio pertumbuhan diantaranya pertumbuhan penjualan (sales growth) tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016.]
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis rasio finansial
sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan metode komparative.
Pengukuran kinerja keuangan diketahui dari rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas,
sebagai berikut:
1. Likuiditas
a. Current Ratio = x 100%
b. Cash Ratio = x 100%
2. Solvabilitas
a. Debt to asset ratio = x 100%
b. Debt to Equity Ratio = x 100%
3. Profitabilitas
a. Return On Investment = x 100%
b. Return On Equity = x 100%
4. Pertumbuhan
Pertumbuhan Penjualan = x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Analisis
Dalam bab ini peneliti harus melakukan analisis terhadap data yang telah terhimpun
dalam bab sebelumnya, setelah itu baru dilakuakan analisis atas hasil yang telah dilakukan.
Berikut ini adalah hasil pengelompokan data dari laporan keungan PT. United Tractor Tbk
tahun 2012-2016:
No Jenis Data Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Ativa Lancar 20,872,523 11,411,116 14,728,267 15,693,084 15,394,713 21,012,533
2 Hutang Lancar 8,919,384 5,084,645 8,720,386 10,285,156 11,797,813 13,103,137
3 Kas 5,657,105 1,931,865 5,602,065 4,831,694 7,029,336 8,350,162
4 Total Aktiva 26,640,711 24,157,999 28,476,189 30,883,022 31,308,400 33,930,058
5 Total Hutang 9,025,926 5,340,250 9,007,687 10,564,625 12,131,276 13,650,181
6 Modal Sendiri 17,614,785 18,817,749 19,468,502 20,318,397 19,177,124 20,279,877
7 EBIT 4,506,259 4,382,080 3,229,413 3,185,852 1,806,760 3,294,037
8 EAT 3,759,218 3,664,853 2,832,882 2,845,517 1,839,319 3,277,421
Sumber: idx.co.id. 2012-2016
Rekpitulasi Hasil Perhitungan Rasio likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Pertumbuhan
Tahun 2012-2016
No Rasio Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 RASIO LIKUIDITAS
a. Current Ratio 234% 224% 169% 153% 156% 160%
b. Cash Ratio 63% 38% 64% 47% 60% 64%
2 RASIO SOLVABILITAS
a. Debt to Asset Ratio 34% 22% 32% 34% 39% 40%
b. Debt to Equity Ratio 51% 28% 46% 52% 63% 67%
3 RASIO PROFITABILITAS
a. Return on Investment 17% 18% 11% 10% 6% 10%
b. Return on Equity 21% 19% 15% 14% 10% 16%
4 RASIO PERTUMBUHAN RATA-RATA
FLUKTUASI
a. Pertumbuhan current ratio -4% -25% -9% 2% 3% -6.6%
b. Pertumbuhan cash ratio -40% 68% 27% 28% 7% 18.0%
c. Pertumbuhan Debt to Asset ratio -35% 45% 6% 15% 3% 6.8%
d. Pertumbuhan Debt to Equity Ratio -45% 64% 13% 21% 6% 11.8%
e. Pertumbuhan ROI 6% -39% -9% -40% 67% -3.0%
d. Pertumbuhan ROE -10% -21% -7% -29% 60% -1.4%
Pembahasan
1. Current Ratio menunjukan kemampuan untuk membayar hutang lancar yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar. Hasil perhitungan menujukan bahwa current ratio pada
9
tahun 2012 sebesar 224% artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp. 2,24
aktiva lancar. Pada tahun 2013 sebesar 169% artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin
oleh Rp. 1,69 aktiva lacar. Pada tahun 2014 sebesar 153% artinya setiap Rp.1,- hutang
lancar dijamin oleh Rp. 1,53 aktiva lancar. Pada tahun 2015 current ratio sebesar 156%
artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp. 1,56 aktiva lancar, dan tahun 2016
current ratio sebesar 160% artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp. 1,60
aktiva lancar. Semakin tinggi current ratio yang dicapai maka semakin besar kemampuan
perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya. Hal ini menunjukan adanya pertumbuhan
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
2. Cash Ratio digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang lancar yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan.
Hasil perhitungan menunjukan bahwa cash ratio pada tahun 2012 sebesar 38% angka
tersebut diinterprestasikan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lacar akan dijamin oleh Rp. 0,38
kas. Tahun 2013 sebesar 64% angka tersebut diinterprestasikan bahwa setiap Rp.1,-
hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,64 kas. Tahun 2014 sebesar 47% angka tersebut
dapat diinterprestsikan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0.47 kas
yang tersedia. Tahun 2015 cash ratio sebesar 60%, angka tersebut dapat
diinterprestasikan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,60 kas.
Pada tahun 2016 cash ratio sebesar 64%, angka tersebut dapat diinterprestasikan bahwa
setiap Rp. 1,- hutang lancar akan dijamin oleh Rp. 0,64 kas yang tersedia. Hal ini
menujukan bahwa kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar semakin
meningkat.
3. Debt to Asset Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki atau total
hutang (debt total) dengan total aset (total assets) yang dinyatakan dalam prosentase.
Debt to Asset Ratio tahun 2012 sebesar 22% ini berarti total aktiva tersebut dibiayai
dengan menggunakan total hutang sebesar Rp. 5.340.250. Tahun 2013 sebesar 32% ini
berarti total aktiva tersebut dibiayai dengan menggunakan total hutang sebesar Rp.
9.007.687. Tahun 2014 sebesar 34% ini berarti total aktiva tersebut dibiayai dengan
menggunakan total hutang sebesar Rp. 10.564.625 Tahun 2015 debt to asset ratio sebesar
39% ini berarti total aktiva tersebut dibiayai dengan menggunakan total hutang Rp.
12.131.276 dan tahun 2016 debt to asset ratio sebesar 40% ini berati total aktiva tersebut
dibiyai dengan menggunakan total hutang Rp. 13.650.181. Hal ini menunjukan adanya
10
perubahan yang disebabkan peningkatan pembayar hutang yang dilakukan oleh
perusahaan terhadap hutang lancar perusahaan yang mengalami penurunan.
4. Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukan hubungan antara jumlah pinjaman jangka
panjang untuk mengetahui financial laverage. Debt to equity tahun 2012 sebesar 28%
artinya bahwa setiap Rp.1,- total hutang dibiayai oleh 0,28 modal atau equity. Pada tahun
2013 mengalami peningkatan sebesar 46% artinya bahwa setiap Rp. 1,- total hutang
dibiayai oleh 0,46 modal atau equity. Pada tahun 2014 sebesar 52% artinya bahwa setiap
Rp. 1,- total hutang dibiayai oleh 0,52 modal atau equity. Pada tahun 2015 mengalami
peningkatan sebesar 63% artinya setiap Rp. 1,- total hutang dibiayai oleh 0,63 modal atau
equit, dan tahun 2106 sebesar 67% artinya setiap Rp.1,- total hutang dibiayai oleh 0,67
modal atau equity. Semakin menurun tingkat Debt to Equity Ratio maka akan semakin
baik bagi perusahaan dalam menurunkn tingkat hutangnya. Hasil penelitian menunjukan
adanya peningkatan yang menjadikan perusahaan belum mampu menurunkan tingkat
hutang perusahaan setiap tahunnya.
5. Return On Investment menunjukan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang
ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini dihitung dengan
membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asetnya. Hasil perhitungan dapat dilihat Return On Investment tahun
2012 sebesar 18% artinya setiap Rp. 1,- EBIT dihasilkan oleh Rp. 0,18 total aktiva.
Namun Pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 11% artinya bahwa setiap Rp. 1,-
EBIT dihasilkan oleh Rp. 0,11 total aktiva. Pada tahun 2014 menurun kembali sebesar
10% artinya setiap Rp. 1,- EBIT dihasilkan oleh Rp. 0,10 total aktiva. Tahun 2015
sebesar 6% artinya setiap Rp. 1,- EBIT dihasilkan oleh Rp. 0,6 total aktiva. Pada tahun
2016 mengalami peningkatan sebsar 10% artinya setiap Rp. 1,- EBIT dihasilkan oleh Rp.
0,10 total aktiva. Semakin rendah rasio ini maka semakin beresiko perusahaan dalam
menghasilkan laba. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa terjadinya fluktuasi setiap
tahunnya.
6. Return On Equity digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan memanfaatkan
dana yang berasal dari perusahaan. Hasil perhitungan menunjukan ROE tahun 2012
sebesar 19% artinya setiap Rp. 1,- laba bersih dihasilkan oleh Rp. 0,19 total ekuitas.
Menurun selama 3 tahun yaitu pada tahun 2013 sebesar 15 % artinya setiap Rp. 1,- laba
bersih dihasilkan oleh Rp. 0,15 total ekuitas, tahun 2014 sebesar 14% artinya setiap Rp.
1,- laba bersih dihasilkan oleh Rp. 0,14 total ekuitas dan tahun 2015 sebesar 10% artinya
11
setiap Rp. 1,- laba bersih dihasilkan oleh Rp. 0,10 total ekuitas. Pada tahun 2016
mengalami kenaikan sebesar 16% yang artinya setiap RP.1,- laba bersih dihasilkan oleh
Rp. 0,16 total ekuitas.
7. Pertumbuhan Current Ratio mengalami penurunan selama 3 tahun yaitu tahun 2012
sebesar -4%, tahun 2013 sebesar -25%, dan tahun 2014 sebesar -9%. Namun pada tahun
2015 mengalami pertumbuhan sebesar 2% dan 2016 sebesar 3%. Rata-rata fluktuasi
current ratio selama 5 tahun yaitu sebesar -6.6%.
8. Pertumbuhan Cash Ratio mengalami pertumbuhan pada tahun 2012 sebesar -40%
menjadi 68% ditahun 2013. Namun terjadi penurunan pada tahun 2014 sebesar 27%.
Pada tahun 2015 bertumbuh menjadi 28% dan di akhir tahun 2016 mengalami penurunan
yang cukup signifikan sebesar 7%. Rata-rata fluktuasi cash ratio selama 5 tahun yaitu
sebesar 18.0%.
9. Pertumbuhan Debt to Asset Ratio mengalami penurunan tahun 2012 sebesar -35%, dan
mengalami pertumbuhan di tahun 2013 sebesar 45%. Menurun kembali ditahun 2014
sebesar 6% dan bertumbuh menjadi 15% ditahun 2015. Namun kembali menurun ditahun
2016 yaitu sebesar 3%. Rata- rata fluktuasi debt to asset ratio selama 5 tahun yaitu
sebesar 6.8%.
10. Pertumbuhan Debt To Equity Ratio tahun 2012 mengalami penurunan sebesar -45% dan
mengalami pertumbuhan ditahun 2013 sebesar 64%. Namun pada tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 13% dan bertumbuh menjadi 21% ditahun 2015. Tahun 2016
mengalami penurunan sebesar 6%. Rata-rata fluktuasi debt to equity ratio selama 5 tahun
yaitu sebesar 11.8%
11. Pertumbuhan Return On Investment pada tahun 2012 sebesar 6%, menurun selama 3
tahun yaitu ditahun 2013 sebesar -39%, tahun 2014 sebesar -9% dan tahun -400%.
Namun mengalami petumbuhan tahun 216 sebesar 67%. Rata-rata fluktasi return on
investment selama 5 tahun yaitu sebesar -3.0%.
12. Pertumbuhan Return On Equity mengalami penurunan selama 4 tahun yaitu pada tahun
2012 sebesar -10%, tahun 2013 sebesar -21%, tahun 2014 sebesar -7%, tahun 2015
sebesar -29% dan mengalami pertumbuhan ditahun 2016 sebesar 60%. Rata-rata fluktuasi
return on equity selama 5 tahun yaitu sebesar -1.4%.
KESIMPULAN DAN SARAN
PENUTUP
12
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. United Tractor
Tbk, selama 5 tahun terakhir dengan melihat perbandingan neraca dan laba rugi
perusahaan pada tahun 2012 – 2016, maka penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kinerja keuangan ditinjau dari aspek likuiditas terlihat bahwa current ratio tahun
2014-2016 mengalami petumbuhan yang positive dibandingkan tahun 2012-2013.
Hasil cash ratio meunjukan dari tahun 2012-2013 mengalami pertumbuhan, namun
pada tahun 2014-2016 menurun.
2. Kinerja keuangan ditinjau dari aspek solvabilitas terlihat bahwa debt to asset ratio dan
Debt to equity ratio berfluktuasi dalam penggunaan hutang. Artinya bahwa adanya
pertumbuhan dan penurunan selama 5 tahun..
3. Kinerja keuangan ditinjau dari aspek profitabilitas terlihat bahwa return on investment
dan Return on equity mengalami pertumbuhan dihakhir tahun 2016.
Adanya penurunan yang terjadi disebabkan oleh menurunya tingkat permintaan dan
penjualan alat berat yang terjadi dan keadaan pertambangan yang sedang mengalami krisis
ekonomi. Hasil analisis menunjukan bahwa perusahaan dapat menikmati keuntungan atauu
pertumbuhan di tahun 2016. Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ditolak atau tidak dapat diterima.
REFERENCES
Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (Edisi 11 ).
Terjemahan Yulianto. Jakarta : Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Invesatsi. Jakarta: Salemba Empat.
Hanafi, Mahmud M. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Balai Pustaka.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan : Berbasis balanced scorecard. Jakarta: Bumi Aksara.
Hery. 2012. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT. Grasindo.
Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan (Cetakan Keempat). Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmir. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi 1. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
______, 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Rufaidah, Popy. 2014. Manajemen Strategik (Edisi 1 Cetakan Ketiga). Bandung: Humaniora.
Shatu, Pudin Yayah. 2016. Kuasai Detail Akuntansi Laba dan Rugi. Jakarta: Pustaka Ilmu
Semesta.
13
Sugiono, Arif dan Edy untung. 2008. Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta:
Grasindo.
Syamsudin, Lukman. 2009. Manejemen Keuangan Perusahaan. Malang: PT Raja Grafindo
Persada.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi (Edisi 1).
Yogyakarta: Kanisius.