ANALISIS KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHAN …digilib.unila.ac.id/55891/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHAN …digilib.unila.ac.id/55891/3/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHANEKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG ANTARA SEKTOR PENDIDIKAN
DAN KETENAGAKERJAAN
(SKRIPSI)
Oleh:
Putri Rohma Sari
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACT
ANALYSIS OF GENDER INEQUALITY ON ECONOMIC GROWTH INLAMPUNG PROVINCE BETWEEN THE EDUCATION AND LABOR
SECTORS
By
Putri Rohma Sari
The purpose of this study is to analyze the factors that influence gender inequalityon the level of economic growth in Lampung Province between the education andemployment sectors. This study uses a model based on Levine and Renelt's (1992)economic growth model. This study uses secondary data obtained from the BadanPusat Statistika (BPS) with the study period of 2011-2015 This study uses a paneldata model with the number of individual cross (cross section) of 15 (fifteen)Regencies in Lampung Province. This research uses a model with the Fixed EffectModel (FEM) approach. The results showed that the Mean Years School, labor,Initial growth has positive and significant influence, Literacy Rate, Labor ForceParticipation Rate has no significant influence on economic growth in 15 (fifteen)Regencies in Lampung Province, 2011-2015 period, ceteris paribus.
Keywords: Data Panel, Fixed Effect Model, Initial Growt, Labor, Labor ForceParticipation Rate, Literacy Rate, Mean Years School.
ABSTRAK
ANALISIS KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHANEKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG ANTARA SEKTOR PENDIDIKAN
DAN KETENAGAKERJAAN
Oleh
Putri Rohma Sari
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi ketimpangan gender terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi diProvinsi Lampung antara sektor pendidikan dan ketenagakerjaan. Penelitian inimenggunakan model berdasarkan model pertumbuhan ekonomi Levine dan Renelt(1992). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BadanPusat Statistik (BPS) dengan periode penelitian tahun 2011-2015 Penelitian inimenggunakan model data panel dengan jumlah lintas individu (cross section)sebesar 15 (lima belas) Kabupaten di Provinsi Lampung. Penelitian inimenggunakan model dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa Rata-rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja. initialgrowth berpengaruh positif dan signifikan, Angka Melek Huruf, TingkatPartisipasi Angkatan Kerja memiliki pengaruh tidak signifikan terhadappertumbuhan ekonomi di 15 (lima belas) Kabupaten di Provinsi Lampung,periode 2011-2015, ceterisparibus.
Kata Kunci : Angka Melek Huruf , Data Panel, Fixed Effect Model, Initial growt,Rata-rata Lama Sekolah, Tenaga Kerja, Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja,
ANALISIS KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHANEKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG ANTARA SEKTOR PENDIDIKAN
DAN KETENAGAKERJAAN
Oleh:Putri Rohma Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 30 Mei 1996, merupakan anak
bungsu dari pasangan Mukhsin Yusuf S.Pd dan Susriati, S.Pd
Penulis menempuh pendidikannya dari bangku Taman Kanak-kanak Assalam
Sungkai Utara pada tahun 2000-2001, dilanjut kan ke SDN 1 Kotanegara pada
tahun 2001-2007, dilanjutkan ke SMPN 3 Sungkai Utara, Lampung Utara pada
tahun 2007-2010. Kemudian melanjut kan studi ke SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung pada tahun 2010-2013 jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada
tahun 2013, penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di lembaga kemahasiswaan yang ada di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis diantaranya yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa
sebagai Sekertaris Bidang Hubungan Masyarakat.
Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL)
kebeberapa institusi yaitu Bursa Efek Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bersama dengan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan angkatan 2013.
Selanjutnya penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun
2016 di Desa Bumi Nabung Baru, Kecamatan Bumi Nabung, Kabupaten
Lampung Tengah dimana penulis mendapatkan ilmu tambahan yang tidak didapat
di perkuliahan.
MOTO
“Jangan bandingkan dirimu dengan siapapun di dunia ini, kalau kaumelakukannya sama saja dengan menghina dirimu sendiri”
(Bill Gates)
“Masalah akan terasa ringan dengan bersabar dan berlapang dada”
(Putri Rohma Sari)
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, serta puji syukur kepada Allah
SWT, kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Kedua Orang Tuaku Bapak H Mukhsin Yusuf S.Pd dan Ibu Hj. Susriati S.Pd yang
telah membimbingku, memberikan kasih sayang, mendukungku dalam setiap
langkahku serta yang selalu mendoakan keselamatan dan keberhasilanku dalam
setiap doanya. Terima kasih juga kutunjukan untuk kakakku Oki Indra Suryatama,
serta keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan semangat dihidupku.
Sahabat-sahabatku dari Jurusan Ekonomi Pembangunan terima kasih atas
kebersamaan selama ini Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Dan
Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur kuucapkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Provinsi Lampung Antara Sektor Pendidikan dan Ketenagakerjaan” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Di Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang tuaku, Bapak Mukhsin Yusuf S.Pd dan Ibu Susriati, S.Pd. serta
Nenekku Salamiah yang telah membimbing, mendidik, mendoakan serta
memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan pelajaran, motivasi dan bimbingan yang sangat berharga bagi
Penulis dan selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembanguan Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembanguan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si selaku Dosen Penguji yang senantiasa
memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik serta dukungan, dan
meluangkan waktunya untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Moneyzar Usman, S.E., M.Si selaku Dosen Penguji yang senantiasa
memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik serta dukungan, dan
meluangkan waktunya untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses perkuliahan di
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung.
8. Staf dan Pegawai Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung, Bu
Yati, Pak Sainudin, Pak Kasim, Mas Maaruf, Mas Rulli terima kasih telah
berperan dalam proses kelancaran skripsi ini.
9. Kakakku Oki Indra Suryatama dan Elvita serta keponakanku Fiorenza Zhafira
Suryatama, Tasya Ananda, Lovia Wita Ayurini, Kevin, Chantiqa, Tiara
terima kasih atas doa dukungan yang telah diberikan selama ini.
10. Sahabatku “Red Lips” terutama untuk Tessa Theresia yang selalu siap
membantu dalam situasi apapun, Fadila Khoiriah, Fibriyani Puspita, Fitria
Waluyo, Milda Maulina terima kasih atas segala bentuk dukungan, perhatian,
arahan, serta motivasi yang telah kalian berikan, kalian yang selalu ada
selama ini aku sayang kalian.
11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 13, Adi Sasongko, Aris Kencono,
Fajar Sidik, Fredi Ardianto, Ricky Charel, Ridho Dani, Riki Rinaldi terima
kasih telah berbagi suka dan duka dengan penulis selama perkuliahan semoga
kita bisa sukses dengan cara masing-masing.
12. Teman-Teman Sonice, Adys, Agung, Ahong, Desna, Desti, Dwi, Galih, Ijul,
Iyan, Jamal, Lulu, Miji, Nanik, Nita, Ranau, Riko, Rona, Syuhada terima
kasih atas dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama ini
13. Sahabat SMA Ashil Nasywa, Desma Rina, Dwi Andjani, Nurika Tyasning
terima kasih selalu ada dan selalu mendengar keluh kesah penulis
14. Sahabat SMP Dea Fanawa, Eliarosa, Sherly Waya, dan Tias Ayu terima kasih
telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
15. Syaidina Iskandar Malik KM yang selalu mengerti dan selalu ada terimakasih
atas dukungan dan perhatian serta doanya.
16. Kakak Deri Firnanda Tampi dan adik-adik Hani Nabila, Indri Meyliana, Enon
Finur, Akbar Rozi, Alvin Prasetya dan Almira terima kasih atas
dukungannya.
17. Teman-teman KKN Bumi Nabung Baru, Kak Icha, Kak Ichan, Kak Verra dan
yang selalu berbagi canda dan tawa dengan penulis selama menjalankan kkn
selama 40 hari.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dari awal
sampai dengan skripsi ini terselesaikan.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 16 Oktober 2018
Penulis
Putri Rohma Sari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DANHIPOTESIS
A. Landasan Teori............................................................................... 7
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi............................................... 72. Konsep Gender......................................................................... 123. Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan............................ 144. Ketimpangan Gender dibidang Ketenagakerjaan..................... 175. Hubungan Ketimpangan Gender dengan Pertumbuhan
Ekonomi................................................................................................... 176. Kerangka Pemikiran................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian ......................................................................... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 24
C. Metode Pengambilan Sampel......................................................... 24
D. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 24
E. Definisi Operasional Variabel........................................................ 25
F. Metode Analisis ............................................................................. 29
G. Alat Analisis................................................................................... 30
H. TahapanAnalisis............................................................................. 31
1. Metode Estimasi Regresi Data Panel ....................................... 31
2. Langkah Penentuan Metode Regresi Data Panel ..................... 32
3. Uji Hipotesis ............................................................................ 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif ......................................................................... 37
1. Gambaran Umum Provinsi Lampung ...................................... 37
2. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung ............ 373. Rata-Rata Lama Sekolah.......................................................... 384. Angka Melek Huruf ................................................................. 385. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ......................................... 38
B. Hasil Uji Regresi Data Panel ......................................................... 39
1. Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 392. Uji Kriteria Pemilihan Model Penelitian.................................. 403. Estimasi Regresi Model Panel Data......................................... 424. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 445. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 54
B. Saran............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskriptif Data.................................................................................. 28
2. Intepretasi Berdasarkan Koefisien Determinasi................................ 36
3. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Tahun 2011 ........................... 39
4. Statistik Deskriptif ............................................................................ 40
5. Hasil Uji Chow ................................................................................. 41
6. Hasil Uji Hausman............................................................................ 42
7. Hasil Estimasi Data Panel ................................................................. 43
8. Intrepretasi Model ............................................................................. 44
9. Hasil Perhitungan Uji Parsial............................................................ 44
10. Hasil Perhitungan Uji F .................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. IPM Menurut Provinsi di Provinsi LampungTahun2011-2015 ........ L-1
2. IPM dan IPG Menurut Provinsi di Provinsi Lampung Tahun2011-2015 ......................................................................................... L-2
3. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25 Tahun di ProvinsiLampung Tahun 2011-2015.............................................................. L-3
4. Angka Melek Huruf Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut JenisKelamin Tahun 2011-2015 ............................................................... L-4
5. Penduduk 15+ Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan JenisKelamin di Provinsi Lampung Tahun2015....................................... L-5
6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Lampung Menurut JenisKelaminTahun 2011-2015 ................................................................ L-6
7. IPG, IPM, dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun2010-2015 ......................................................................................... L-7
8. Common/Pool................................................................................... L-8
9. Fixed Effect....................................................................................... L-9
10. Random Effect .................................................................................. L-10
11. Hasil Uji Chow ................................................................................. L-11
12. Hasil Uji Hausman............................................................................ L-11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan manusia di Indonesia yaitu mencapai
kesetaraan gender untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tanpa
membedakan laki-laki dan perempuan. Baron (2000:188) mengartikan bahwa
kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Ketimpangan gender dirasa masih banyak terjadi di
berbagai sektor, namun ketimpangan yang dapat dengan jelas di rasakan terjadi
pada sestor pendidikan dan ketenagakerjaan.
Dalam perspektif dinamika ekonomi, dapatlah disebutkan bahwa Lampung
memiliki peluang pertumbuhan ekonomi yang luar biasa potensial, mengingat
keberadaannya sebagai penyanggah ekonomi di Pulau Sumatera. Lampung
memiliki peran determinan dalam konteks geostrategis, mengingat dari wilayah
ini setiap hari berlangsung mobilitas perpindahan barang dan jasa ekonomi yang
volumenya luar biasa besar, tiada bandingannya dengan volumenya luar biasa
besar, tiada bandingannya dengan pelabuhan penghubung lainnya di
Indonesia.Dengan demikian, Lampung semestinya menjadi tolok ukur kemajuan
2
pembangunan Indonesia di wilayah Sumatera, diantaranya menyangkut kemajuan
ekonomi, infrastruktur publik, manajemen pariwisata, tata kelola birokrasi, dan
tidak kalah pentingnya kemajuan peradaban demokrasi.
Menurut Farida (2010), dalam proses pendidikan di Indonesia secara umum,
masih terdapat bias atau ketimpangan gender. Kesenjangan pada bidang
pendidikan telah menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap bidang
lain di Indonesia, hampir semua sektor, seperti lapangan pekerjaan, jabatan, peran
di masyarakat, sampai pada masalah menyuarakan pendapat antara laki-laki dan
perempuan. Penyebab ketimpangan gender adalah karena faktor kesenjangan
pendidikan yang belum setara. Dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk
yang berjenis kelamin perempuan maka, secara otomatis perempuan belum
berperan secara maksimal. Perbedaan gender tidaklah menjadi sebuah masalah
yang krusial seandainya perbedaan itu tidak menimbulkan ketidakadilan.
Yang kedua, di bidang ketenagakerjaan, Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan
tindakan diskriminasi terhadap para tenaga kerja di Indonesia selama ini masih
cukup tinggi yakni pada kisaran 30 persen, berdasarkan status pekerjaan terdapat
dua sektor yaitu formal dan informal di provinsi lampung sendiri dapat terlihat
dari tindak diskriminatif yang menimpa kaum perempuan banyak terjadi di sektor
industri atau pabrik yang sebatas mempekerjakan mereka hanya
sebagai worker (buruh). Banyak perempuan yang hanya dipekerjakan di pabrik
dan belum pada posisi kunci. Kebanyakan pekerjaan formal didominasi oleh kaum
laki-laki, dapat dilihat pada lampiran Table 1.6 penduduk 15+ yang Bekerja
menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Provinsi Lampung.
3
Menurut Setyowati (2008), kesetaraan gender akan timbul apabila
perhatian/keprihatinan tentang gender tidak muncul sedangkan terjadi
ketidaksetaraan bagi perempuan dalam mengakses fasilitas, kesempatan, dan
sumber daya. Isu gender akan muncul jika masyarakat menyadari bahwa
ketidaksetaraan adalah salah, tidak bisa diterima, dan tidak adil. Realisasi ini
mungkin muncul apabila kesenjangan gender cukup besar, dan apabila perempuan
sadar akan hak asasinya dan haknya akan demokrasi. Kesetaraan gender akan
memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan
memerintah secara efektif. Dengan demikian mempromosikan kesetaraan gender
adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk
memberdayakan masyarakat (semua orang) perempuan dan laki-laki-untuk
mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Menurut The Global Gender Gap Report 2013, Indonesia berada di peringkat
88 dari 144 negara dengan skor sebesar 66, 13 dibandingkan dengan Negara
ASEAN lainnya, Filipina (peringkat 7), Vietnam (peringkat 65) berada di atas
Indonesia. Ketidaksetaraan gender seringkali membatasi pilihan yang tersedia
bagi perempuan sehingga sangat membatasi kemampuan perempuan untuk
berpartisipasi atau menikmati hasil dari pembangunan. Beban pada kehidupan
manusia adalah beban pembangunan karena meningkatkan kualitas hidup
masyarakat adalah tujuan akhir dari pembangunan (Amalia, 2017).
Indeks pertumbuhan yang berkaitan dengan gender adalah Indeks
Pembangunan Gender (IPG). Indeks Pembangunan Gender (IPG) mengukur
pencapaian dalam dimensi yang sama dengan Indeks Pembangunan Manusia
4
(IPM), tetapi menangkap ketidaksetaraan dalam pencapaian antara perempuan
dan laki-laki.
Upaya pembangunan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
telah mengalami kemajuan. Namun, hasil pembangunan manusia tidak
memberikan manfaat yang adil antara laki-laki dan perempuan dan belum
cukup efektif dalam meningkatkan pencapaian pembangunan perempuan
dalam bidang pendidikan, ketenagakerjaa dan ekonomi. Peningkatan
pembangunan manusia di Provinsi Lampung tidak selalu meningkatkan
kesetaraan gender.
Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia.
dalam berperan, melakukan kontrol dan menerima manfaat pembangunan di
segala bidang kehidupan. Ketimpangan gender dalam hak, sumberdaya,
maupun akses politik tidak hanya merugikan perempuan secara umum tetapi
juga merugikan anggota masyarakat sekaligus menghambat pembangunan.
Investasi yang rendah untuk pendidikan perempuan akan mengurangi jumlah
modal manusia dalam masyarakat dan menurunkan tingkat pendapatan.
Rendahnya pendidikan dan keterampilan perempuan, serta terbatasnya akses
terhadap sumber daya akan membatasi produktivitas, pertumbuhan ekonomi
dan mengurangi efisiensi pembangunan secara keseluruhan. Maka upaya
meningkatkan kesetaraan gender merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan.
Dollar dan Gatti (1999), menjelaskan bahwa ketimpangan gender dapat diukur
5
dari kesenjangan pencapaian pendidikan, peningkatan dan kegiatan ekonomi
(ketenagakerjaan) antara laki-laki dan perempuan. Menurut teori, ketimpangan
gender yang tinggi maka pertumbuhan ekonomi rendah dan sebaliknya.
Namun, berdasarkan data yang diperoleh dari Provinsi Lampung, kenyataaan
tidak sesuai dengan lampiran teori (Tabel 1.8).
Permasalahan yang terjadi di Provinsi Lampung adalah ketimpangan gender
yang tinggi tidak selalu menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan
sebaliknya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka muncul beberapa pertanyaan dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh ketimpangan gender terhadap tingkat pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Lampung?
2. Bagaimana pengaruh ketimpangan gender di bidang pendidikan terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?
3. Bagaimana pengaruh ketimpangan gender di bidang ketenagakerjaan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penilitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin
dicapai di antaranya:
6
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ketimpangan gender di
bidang pendidikan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Lampung.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ketimpangan gender di
bidang ketenagakerjaan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:
1. Sebagai pemenuhan syarat kelulusan bagi penulis untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi.
2. Sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya yang serupa.
3. Sebagai bahan informasi dan masukkan bagi pemerintah daerah dalam
meningkatkan perekonomian.
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro (2006), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu
proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian
meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional
yang semakin besar.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian
suatu Negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Menurut Levine dan Renelt (1992), sebagai penentu
pertumbuhan ekonomi, sebuah penelitian harus menggunakan variabel kontrol
yang mana variabel kontrol adalah variabel yang telah diakui secara luas sebagai
penentu pertumbuhan ekonomi. Variabel kontrol terdiri antara lain initial level of
GDP, pertumbuhan jumlah penduduk, rasio investasi terhadap GDP dan kualitas
sumber daya manusia dan yang lainnya.
Levine dan Renelt (1992), mengemukakan bahwa semakin terbuka suatu daerah
diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, namun
dengan syarat melalui kegiatan investasi. Jadi, semakin terbuka suatu daerah
8
semakin besar pula akses untuk investasi yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah tersebut (Jin, 2000).
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat
dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan Tiga
komponen pertumbuhan ekonomi yang mempunyai arti penting bagi setiap
masyarakat adalah (Todaro dan Smith, 2006).
Secara sederhana pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan cara
membandingkan perhitungan nasional pada periode tertentu dengan periode
sebelumnya, misalnya dengan membandingkan GDP tahun tertentu dengan
tahun sebelumnya, sehingga dapat diketahui beberapa pertumbuhannya.
Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan nilai PDB, yaitu
PDB dengan harga konstan, karena pengaruh perubahan harga atau inflasi
dihilangkan.
Berikut rumus perhitungan pertumbuhan ekonomi:= X 100%
Keterangan :Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan).PDB(t)= Produk domestic bruto periode t (berdasarkan harga konstan).PDB (t-1) = Produk domestic bruto periode sebelumnya.
1.1. Teori Pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith merupakan salah satu tokoh klasik yang mengagas mengenai teori
ekonomi, termasuk teori pertumbuhan ekonomi. Adam Smith berpendapat bahwa
9
proses pertumbuhan ekonomi terdiri dari dua aspek utama yaitu pertumbuhan
output total dan pertumbuhan ekonomi.
a. Pertumbuhan Output
Terdapat tiga unsur pokok dalam sistem produksi yaitu :
1. Tersedianya sumber daya alam yang menjadi batas maksimum bagi
pertumbuhan suatu perekonomian. Apabila sumber daya alam yang tersedia
belum dimanfaatkan secara maksimal, maka jumlah penduduk dan persediaan
barang modal yang tersedia akan ikut berperan dalam pertumbuhan output.
Namun, jika semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara
maksimal, maka pertumbuhan ouput tersebut akan terhenti.
2. Sumber daya manusia (jumlah penduduk) dalam proses pertumbuhan output
akan beradaptasi dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.
3. Persediaan barang modal termasuk dalam unsur produksi sebagai penentuan
tingkat output dan berperan dalam proses pertumbuhan output. Persediaan
barang modal berpengaruh terhadap tingkat output total. Persediaan barang
modal berpengaruh terhadap tingkat output total dapat secara langsung,
sedangkan stok modal berpengaruh terhadap tingkat output total secara tidak
langsung.
b. Total Pertumbuhan Penduduk
Adam Smith mengemukakan pendapatnya bahwa jumlah penduduk akan
meningkat apabila standar upah yang berlaku lebih tinggi dari standar upah
subsisten. Contohnya ialah orang-orang akan berani menikah muda jika
standar upah di atas standar subsisten, sehingga mengakibatkan jumlah
kelahiran meningkat. Namun sebaliknya apabila standar upah lebih rendah
10
dibandingkan dengan standar upah subsisten, maka jumlah penduduk akan
menurun.
Adam Smith berpendapat bahwa tingkat upah yang tinggi dan meningkat apabila
cepatnya pertumbuhan akan permintaan tenaga kerja daripada penawaran tenaga
kerja. Namun persediaan barang modal dan tingkat output masyarakat sebagai
penentu permintaan akan tenaga kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa laju
pertumbuhan persediaan barang modal dan laju pertumbuhan output menentukan
laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja.
1.2. Teori W. W. Rostow
Dalam buku The Stages of Economic, A Non Comunist Manifesto, Rostow
menggunakan pendekatan sejarah dalam menjabarkan bagaimana proses
perkembangan atau pertumbuhan ekonomi yang terjadi di masyarakat.
Menurut Rostow, proses pertumbuhan ekonomi di masyarakat berlangsung
melalui beberapa tahapan, yaitu:
Tahap 1. Perekonomian Tradisional
Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat subsisten.
Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat terbatas. Dalam
perekonomian semacam ini sektor pertanian memegang penting. Kemampuan
penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh hubungan darah
dan keluarga.
Tahap II. Prakondisi Tinggal Landas
Tahap ini merupakan proses transisi dari masyarakat agraris menuju
masyarakat industri. Sektor industri mulai berkembang di samping sektor
11
pertanian yang masih memegang peranan penting dalam perekonomian. Pada
tahap ini, perekonomian mulai bergerak dinamis, industri-industri
bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat, dan lembaga keuangan
resmi sebagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi
investasi besar- besaran terutama pada industri manufaktur.
Tahap III. Tinggal Landas
Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam keseluruhan proses
pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Tahap ini memiliki waktu yang
cukup pendek. Dalam tahap ini akan terjadi suatu revolusi industri yang
berhubungan erat dengan revolusi metode produksi.
Tahap IV. Tahap Menuju Kedewasaan
Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap
sumberdaya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang di
mana produksi dilakukan secara swadaya. Tahapan ini juga ditandai dengan
munculnya beberapa sektor penting yang baru. Pada saat negara berada pada
tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga perubahan penting yang terjadi:
(1) Tenaga kerja berubah dari tidak terdidik menjadi terdidik; (2) Perubahan
watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi manager
efisien yang halus dan sopan; (3) Masyarakat jenuh terhadap industrialisasi
dan menginginkan perubahan lebih jauh.
Tahap V. Tahap Konsumsi Massa Tinggi Pada tahap ini akan ditandai dengan
terjadinya migrasi besar-besaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran
kota, akibat pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat bekerja. Pada
tahap ini terjadi perubahan orientasi dari pendekatan penawaran (supply side)
12
menuju ke pendekatan permintaan (demand side) dalam sistem produksi yang
dianut. Sementara itu terjadi pula pergeseran perilaku ekonomi yang semula
lebih banyak menitikberatkan pada sisi produksi, kini beralih ke sisi
konsumsi.
1.3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow-Swan)
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan
penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi
modal). tingkat kemajuan teknologi. Teori neoklasik berpendapat bahwa rasio
modal output bisa berubah. untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa
digunakan jumlah modal yang berbeda dengan bantuan tenaga kerja yang
jumlahnya berbeda, sesuai dengan yang dibutuhkan (Arsyad, 1997). Teori
pertumbuhan neoklasik menghitung pertumbuhan output sebagai fungsi
pertumbuhan input, terutama modal dan tenaga kerja. Faktor modal dan
tenaga kerja dapat dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi,
sehingga dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut= ( , , , )Keterangan:g = growthf = fungsik = CapitalTK = Tenaga Kerjat = Teknologi
2. Konsep Gender
Echols & Hassan Shadily (1983: 265) mengemukakan kata gender berasal dari
bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. (Rahmawati, 2004: 19), Secara umum,
pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Istilah gender sudah digunakan secara
13
luas masyarakat di berbagai forum, baik yang bersifat akademis maupun non-
akademis ataupun dalam diskursus pembuatan kebijakan (law making process).
Konsep gender tidak merujuk kepada jenis kelamin tertentu (laki-laki atau
perempuan).
Berbeda dengan jenis kelamin, gender merupakan konsep yang dipergunakan
untuk menggambarkan peran dan relasi sosial laki-laki dan perempuan. Gender
merumuskan peran apa yang seharusnya melekat pada laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat. Konsep inilah yang kemudian membentuk identitas gender
atas laki-laki dan perempuan yang diperkenalkan, dipertahankan, dan
disosialisasikan melalui perangkat-perangkat sosial dan norma hukum yang
tertulis maupun tidak tertulis dalam masyarakat.
Menurut Eitzen, ada 2 penyebab munculnya ketimpangan gender, yaitu
(Mulyono, 2006) :
a. Pandangan Teori Materialis
Teori materialis menjelaskan ketimpangan gender sebagai sebuah outcome
tentang bagaimana perempuan dan laki-laki diikat terhadap kepada ekonomi
masyarakat. Maksudnya adalah perempuan dihargai dengan upah yang lebih
sedikit dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan : (1) kalah kuat
secara fisik dibanding laki-laki, dan (2) perempuan secara fisik memiliki tugas-
tugas sosial yang lebih banyak dibanding laki-laki. Teori ini menekankan
kontrol dan distribusi sumber daya yang bernilai sebagai fakta yang krusial
dalam menghasilkan stratifikasi.
b. Pembedaan antara pekerjaan domestik dan public
Pembedaan ruang lingkup publik dan domestik dari aktivitas menyebabkan
perempuan dibatasi geraknya. Peran reproduksi perempuan dan tanggung
14
jawabnya pada pekerjaan domestik membuatnya terbatas untuk mengakses
sumber daya yang bernilai tinggi.
3. Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan
Kesenjangan pada bidang pendidikan telah menjadi faktor utama yang sangat
berpengaruh terhadap bidang lain di Indonesia, hampir semua sektor, seperti
lapangan pekerjaan, jabatan, peran di masyarakat, sampai pada masalah
menyuarakan pendapat antara laki-laki dan perempuan. Penyebab ketimpangan
gender adalah karena faktor kesenjangan pendidikan yang belum setara. Dengan
rendahnya tingkat pendidikan penduduk yang berjenis kelamin perempuan maka,
secara otomatis perempuan belum berperan secara maksimal.. Perbedaan gender
tidaklah menjadi sebuah masalah yang krusial seandainya perbedaan itu tidak
menimbulkan ketidakadilan. Namun justru sebaliknya, melahirkan ketidakadilan
terhadap kaum perempuan, kekerasan dan sebagainya. Melalui pendidikan ,
diharapkan dunia yang tanpa kekerasan dan tanpa penindasan terhadap kaum
perempuan ini dapat terwujud, karena pendidikan adalah proses memanusiakan
manusia dalam arti seluas-luasnya.
Ketimpangan gender di bidang pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
kesenjangan antara kondisi gender sebagaimana yang dicita-citakan (kondisi
normatif) dengan kondisi gender sebagaimana adanya (kondisi objektif) di bidang
pendidikan (Menteri Negara Peranan Wanita, 1998).
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam
membentuk Sumber Daya Manusia yang produktif, inovatif dan berkepribadian
yang sesuai dengan nilai-nilai budaya. Disamping memberikan nilai-nilai kognitif,
dan psikomotorik kepada setiap warga negara, pendidikan juga digunakan sebagai
15
alat untuk mentransformasikan nilai-nilai yang diharapkan berguna dalam
kehidupan bermasyarakat. Negara menjamin bahwa setiap warga negara
(perempuan dan laki-laki) mempunyai kesamaan hak dan kewajiban yang sama
untuk memperoleh pendidikan. Untuk menyukseskan pembangunan, diperlukan
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.Untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi, diperlukan pendidikan yang tinggi pula.
Mengikutsertakan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, berarti
memanfaatkan sumber daya insani yang potensial dalam pembangunan dan
merupakan tindakan yang efisien dan efektif. Apalagi didukung dengan kualitas
sumber daya manusia yang tinggi di bawah latar belakang pendidikan yang tinggi
pula. Sumber daya manusia yang berkualitas rendah akan merupakan beban bagi
pembangunan.
Dikemukakan oleh Bemmelen (2003), ketimpangan gender di bidang pendidikan
dapat dilihat dari indikator kuantitatif: (1) angka buta huruf, (2) angka partisipasi
sekolah, (3) pilihan bidang studi. Bentuk ketimpangan gender di bidang
pendidikan. Dikemukakan oleh Bemmelen (2003), ketimpangan gender di bidang
pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator kuantitatif yaitu Angka Melek
Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja.
3.1. Angka buta huruf
Melek huruf merupakan syarat utama untuk berpartisipasi dalam kehidupan
modern dan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Di Indonesia, jenjang
pendidikan formal juga menunjukkan perbedaan gender yang signifikan. Tingkat
pendidikan formal perempuan secara umum lebih rendah daripada laki-laki
16
3.2. Angka partisipasi sekolah
Ada tiga alasan pokok yang menyebabkan ketimpangan gender yaitu
a. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka semakin terbatas pula jumlah
sekolah.
b. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula biaya yang
diperlukan.
c. Investasi pendidikan formal bagi perempuan kerap kali tidak banyak
dirasakan oleh orang tua, karena anak perempuan setelah menikah akan
menjadi anggota keluarga suaminya
3.3. Pilihan bidang studi
Kaum laki-laki lebih dominan dalam memilih jurusan dan mempelajari
keterampilan pada bidang kejuruan teknologi dan industri seolah-olah secara
khusus kaum laki-laki dipersiapkan untuk menjadi pemain utama dalam dunia
produksi. Sementara itu, perempuan lebih dipersiapkan untuk melaksanakan peran
pembantu, misalnya ketatausahaan dan teknologi kerumah-tanggaan.
Faktor-faktor penentu ketimpangan gender di bidang pendidikan
Faktor-faktor penentu ketimpangan gender di bidang pendidikan meliputi:
1) Masalah lama, dilihat dari latar belakang sejarah, sejak dulu dari masa ke
masa atau dari generasi ke generasi, perempuan selalu lebih sulit
mendapatkan akses ke dalam pendidikan formal.
2) Nilai gender yang dianut oleh masyarakat, ada dua nilai gender yang
menonjol yang masih berlaku di masyarakat, terutama di masyarakat
pedesaan. Mereka cendrung lebih mengutamakan anak laki-laki dari pada
17
anak perempuan di dalam memberikan kesempatan untuk mengikuti
pendidikan formal.
4. Ketimpangan Gender dibidang Ketenagakerjaan
Khotimah (2009) menyatakan bahwa struktur angkatan kerja perempuan
memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Dengan demikian, sebagian besar
perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan yang tidak
memerlukan kualitas pengetahuan dan keterampilan canggih atau spesifik.
Pekerjaan perempuan di sektor informal biasanya kurang memberikan
jaminan perlindungan secara hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai,
di samping kondisi kerja yang memprihatinkan serta pendapatan yangrendah.
5. Hubungan Ketimpangan Gender dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan ketimpangan gender dengan pertumbuhan ekonomi telah banyak
menjadi objek penelitian di berbagai negara. Laporan World Bank (2005),
menyatakan bhawa biaya disparitas gender tinggi, karna disparitas gender
tidak hanya mengurangi kesejahteraan perempuan, tetapi juga mengurangi
kesejahteraan laki-laki dan anak-anak dan menghalangi pembangunan
ekonomi. Rendahnya tingkat pendidikan akan menyebabkan human capital
menjadi rendah pula.
Seguino (2008), menyatakan beberapa argumentasi yang menjelaskan
ketimpangan gender dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi
antara lain:
1. Kesenjangan gender dalam pendidikan akan mengurangi jumlah rata-
rata modal manusia dalam masyarakat. Kesenjangan ini menghalangi
bakat-bakat yang memiliki kualifikasi tinggi yang terdapat pada anak
18
perempuan yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat pengembalian
investasi sektor pendidikan.
2. Adanya eksternalitas dari pendidikan kaum wanita bagi penurunan
tingkat fertilitas dan mendorong pendidikan yang lebih baik bagi
generasi mendatang. Penurunan fertilitas memberikan eksternalitas
positif bagi penurunan angka beban ketergantungan dalam angkatan
kerja.
3. Pemerataan kesempatan dalam sektor pendidikan dan pekerjaan bagi
setiap gender memberikan dampak positif bagi kemampuan bersaing
suatu negara dalam perdagangan internasional.
Penelitian Terdahulu
Adanya penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan
penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut membahas hanya sebagian dari
variabel yang digunakan oleh penulis. Dan dapat digunakan sebagai bahan
refrensi peneliti untuk membandingkan beberapa hasil penelitian yang berkaitan
dengan judul penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan judul penelitian:
1. Penelitian dari Aktaria (2002), tentang Ketimpangan Gender dalam
Pertumbuhan Ekonomi, penulis menggunakan variabel Gender Inequality
Index (GII), Gender Development Index (GDI), Gender Empowerment
Measure (GEM), Pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi data panel. Hasil yang diperoleh analisis deskriptif
menunjukan ketimpangan gender yang tajam disetiap kabupaten/kota.
Hasil analisis regresi menunjukan pengaruh negatif dan signifikan antara
ketimpangan gender dengan pertumbuhan ekonomi. Secara statistik
19
ketimpangan gender yang diwakili proksi GII tidak sekuat proksi dari
indeks pembangunan gender lain.
2. Penelitian dari Simanjuntak (2008), tentang Analisis Pengaruh
Ketidaksetaraan Gender terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Tahun 1985, 1995, dan 2005. Penulis menggunakan variabel PDRB per
kapita, investasi, populasi, education inequality, labor inequality. Analisis
yang digunakan adalah Regresi data panel dengan Generalized Least
Square (GLS). . Hasil yang di peroleh dari penelitian ini adalah
Pertumbuhan investasi di setiap Provinsi di Indonesia untuk tahun 1985,
1995, dan 2005 mempunyai pengaruh yang positif namun tidak signifikan
terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan populasi di
setiap propinsi di Indonesia untuk tahun 1985, 1995, dan 2005 mempunyai
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ketidaksetaraan gender dalam bidang pendidikan dan bidang
ketenagakerjaan untuk tahun 1985, 1995, dan 2005 memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-
masing propinsi di Indonesia.
3. Penelitian Gumbel (2004), tentang The Influence of Gender Inequality
on Economic Growth. Dalam penelitiannya, penulis menggunakan
variable GNP per kapita, Angka Harapan Hidup Pria dan Wanita, Tingkat
partisipasi angkatan kerja Perempuan, Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Regresi OLS. Hasil yang di peroleh dari penelitian ini
adalah Ketimpangan gender dalam pendidikan adalah berasosiasi
negatif dan kuat dengan PDB per kapita yang tinggi meskipun
ketimpangan pendidikan bukan variabel yang paling berpengaruh.
20
Ketimpangan dalam ketenagakerjaan menunjukkan kualitas penjelas
yang paling tinggi dan ketimpangan dalam kesehatan tidak
mendapatkan hasil yang signifikan. Model yang diterapkan tidak
mampu untuk menunjukkan hasil statistik yang berkualitas.
Dimungkinkan bahwa variabel eksogen yang mempengaruhi
pertumbuhantidak dimasukkan ke dalam persamaan.
4. Penelitian dari Harahap (2014), tentang Analisis Pengaruh Ketimpangan
Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Dalam
penelitiannya penulis menggunakan variabel indeks pembangunan
manusia, indeks pembangunan gender, gender inequality index,
pertumbuhan ekonomi, rasio angka harapan hidup laki-laki dan
perempuan, rasio lama rata-rata sekolah laki-laki dan perempuan, rasio
tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian adalah statistik deskriptif dan regresi
data panel. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Ketimpangan
gender yang terjadi tidak sesuai dengan teori yang ada di sebutkan bahwa
ketimangan gender yang kecil akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di suatu daerah, akan tetapi keadaan yang terjadi adalah ketimpangan
gender tidak selalu dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi saja, ada
juga daerah yang ketimpangan gender yang besar namun pertumbuhan
ekonominya juga besar, semua itu di lihat dari tingkat pendidikan,
kesehatan, ketenaga kerjaan antara laki-laki dan perempuan.
5. Penelitian dari Klasen dan Lamanna (2008) tenang The Impact of
Gender Inequality in Education and Employment on Economic Growth
in Developing Countries: Updates and Extensions. Penulis menggunakan
21
variabel Population growth rate, Average of exports plus imports as
share of GDP Labor force growth rate, Level of fertility Under five
mortality rate, Life expectancy measured in years, Number of year of
schooling for the male population, Number of year of schooling for the
population, Absolute growth in male years of schooling, Absolute
growth in total years of schooling.
Alat analisis yang digunakan adalah Analisis cross section dan regresi data
panel. Hasil yang diperoleh Ketimpangan gender dalam pendidikan juga
menurunkan pertumbuhan ekonomi di tahun 1990-an. Penemuan dari
penelitian sebelumnya menggunakan data sampai tahun 1990 sebagian besar
dikonfirmasi melalui analisis yang diperluas ini. Ketimpangan gender dalam
pendidikan di Timur Tengah dan Afrika Utara dan Asia Selatan terus
mengganggu pertumbuhan di wilayah tersebut, tetapi dengan mengurangi
jumlah. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketimpangan gender dalam
pendidikan menurun tajam dalam 2 dekade. Analisis panel menunjukkan
bahwa ketidaksetaraan dalam ketenagakerjaan memiliki dampak negatif yang
cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi
6. Kerangka Pemikiran
Ketimpangan gender di Provinsi Lampung merupakan salah satu masalah
dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung dilihat melalui PDRB. Penelitian ini akan mengukur
ketimpangan gender dan melihat bagaimana pengaruh ketimpangan gender
dari pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Lampung.
22
Ketimpangan gender di Provinsi Lampung diukur melalu perbandingan nilai
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender
(IPG).
Pengaruh ketimpangan gender dari pendidikan, dan ketenagakerjaan terhadap
pertumbuhan ekonomi menggunakan variabel-variabel dari dua pendekatan
tersebut. Variabel-variabel diperoleh dari indikator–indikator dua pendekatan
ketimpangan gender yang dianggap layak dan mewakili pengaruh ketimpangan
gender terhadap pertumbuhan ekonomi.
Variabel pendidikan yang selama ini digunakan adalah angka partisipasi
sekolah atau angka buta huruf. Dalam penelitiannya, Klasen dan Lamanna
(2008), menggunakan rasio rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki
serta angka melek huruf perempuan dan laki-laki. Sehingga dalam penelitian ini, rasio
rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki digunakan sebagai variabel
yang mewakili ketimpangan gender dari sisi pendidikan.
Tingkat partisipasi angkatan kerja dalam angkatan kerja digunakan sebagai
proxy ketenagakerjaan. Walaupun tingkat partisipasi angkatan kerja sebanding
dengan jumlah tenaga kerja, hal ini dapat dihindari dengan model panel fixed
effects yang digunakan dalam penelitian Klasen dan Lamanna. Sehingga pada
penelitian yang akan dilakukan, variabel yang digunakan adalah rasio Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja perempuan dan laki-laki sebagai variabel
ketimpangan gender dari sisi ketenagakerjaan.
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi tidak hanya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pendapatan per kapita tetapi juga
23
diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya
pembangunan tersebut ditujukan untuk seluruh penduduk tanpa membedakan
jenis kelamin, suku, dan agama. Namun, pada pelaksanaan upaya tersebut
masih mengabaikan permasalahan kesetaraan dan keadilan gender terdapat
kesenjangan antara peran laki-laki dan perempuan sebagai pelaku dan
penerima hasil pembangunan. Peran kaum perempuan dalam pelaksanaan
program pembangunan masih belum dimanfaaatkan secara optimal. Hal ini
disebabkan oleh masih rendahnya kualitas sumber daya perempuan baik
dalam bidang pendidikan dan tenaga kerja.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
1. Variabel angka melek huruf perempuan dan laki-laki diduga
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Lampung
2. Rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki diduga berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Lampung.
3. Variabel rasio tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan laki-
laki diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Propinsi Lampung.
1. Rasio AMH Perempuandan Laki-laki
2. Rasio MYS Perempuandan Laki-laki (RMYS)
1. Rasio TPAK Perempuandan Laki-laki (RTPAK)
PertumbuhanEkonomi (Y)
KetimpanganGender Sektor
Pendidikan
KetimpanganGender Sektor
Ketenagakerjaan
III. METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat pengaruh ketimpangan gender
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung merupakan variabel dependen, variabel independennya terdiri
dari angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, serta ketimpangan tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) masyarakat di Provinsi Lampung.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di 15 Kabupaten/Kota dan kurun waktu (time-series)
dari Tahun 2011 hingga 2015 kmenggunakan waktu dan data terbaru.
C. Metode Pengambilan Sampel
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library
search), yaitu penelitian yang dilakukan dengan bahan-bahan kepustakaan berupa
tulisan - tulisan ilmiah dan laporan-laporan penelitian ilmiah yang memiliki
hubungan dengan topik yang diteliti.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
25
Menurut Hasan (2002), data sekunder merupakan data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang
telah ada. Data sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini
merupakan data panel yaitu gabungan dari data deret lintang (cross-section)
sebanyak 15 Kabupaten/Kota dan kurun waktu (time-series) dari tahun 2011
hingga 2015. Penulis memilih tahun 2011 hingga 2015 dikarenakan terdapat
fluktuasi ketimpangan gender dan penurunan pertumbuhan ekonomi pada
periode tersebut. Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
E. Definisi Operasional Variabel
Dalam definisi operasional variabel-variabel menjelaskan seluruh variabel yang
digunakan. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek,
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Untuk menimbulkan keterikatan dalam
penelitian, dibutuhkan suatu alat ukur yang biasa dikenal dengan isitilah variabel.
Variabel inilah yang saling memengaruhi satu dengan lainnya. Berikut ini adalah
penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing variabel opersional:
Variabel Dependen (Y)
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi, merupakan salah satu indikator pencapaian keberhasilan
pembangunan dari bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi didapat dari
perhitungan PDRB, yaitu PDRB tahun sekarang dikurangi PDRB tahun
sebelumnya di bagi PDRB tahun sebelumnya dikali seratus persen, sehingga
26
satuan dari pertumbuhan ekonomi ini adalah persen. Berikut ini adalah rumus
untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi Sukirno (2007) :
PDRB = PDRBt − PDRBt − 1PDRBt − 1 x 100%Keterangan:PDRB = Laju pertumbuhan ekonomiPDRBt = PDRB pada tahun tPDRBt-1 = PDRB pada tahun sebelumnya
Variabel Independen (X)
1. Ketimpangan Gender Rata-rata Lama Sekolah ( )Rata-rata Lama Sekolah (RLS)/ Mean Years School (MYS) didefinisikan sebagai
jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.
Merupakan rasio perhitungan dari rata-rata lama sekolah perempuan di bagi rata-
rata lama sekolah laki-laki dan dikalikan seratus persen, satuan dalam persen.
Variabel ini menggambarkan ketimpangan gender dalam pendidikan. Rasio
pendidikan tersebut dihitung dari perbandingan rata-rata lama sekolah antara
perempuan dan laki-laki dengan menggunakan satuan persentase.MYS = ∑ Lama sekolah penduduk ke − iDengan :P = Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun ke atas
2. Ketimpangan Gender Angka Melek Huruf ( )Sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang melek huruf.
Dengan demikian, dapat dikaji seberapa banyak penduduk di suatu wilayah yang
memeiliki kemampuan dasar kemampuan dasar untuk memperluas akses
27
informasi, menambah pengetahuan dan ketrampilan, memudahkan komunikasi,
serta mempromosikan pemahaman yang lebih baik sehingga penduduk tersebut
mampu meningkatkan kualitas hidup diri, keluarga, maupun negaranya di
berbagai bidang kehidupan;
- Dapat digunakan sebagai tolok ukur target perencanaan dan evaluasi program
pemberantasan buta huruf;
- Digunakan untuk mengevaluasi program pemberantasan buta huruf;
- Digunakan untuk mengevaluasi program pemberantasan kemiskinan, program
pembangunan di bidang kesehatan dan program pembangunan manusia
lainnya;
Digunakan untuk mengidentifikasi jenis media informasi dan komunikasi yang
dapat diakses masyarakat.
AMH 15+ = x 100 %a = Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca & menulis
b = Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
3. Ketimpangan Gender Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja( )Merupakan rasio perhitungan dari tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di
bagi tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan dikalikan seratus persen,
satuan dalam persen. Rasio tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
perempuan dan laki-laki Rasio TPAK perempuan dan laki-laki
menggambarkan ketimpangan gender dalam ketenagakerjaan. Rasio TPAK
perempuan dan laki-laki merupakan perbandingan persentase jumlah angkatan
28
kerja terhadap penduduk usia kerja antara perempuan dan laki-laki. Satuan
yang digunakan adalah persentase.
TPAK = Jumlah Angkatan KerjaJumlah Penduduk 15 tahun keatas x 1004. Tenaga Kerja ( )Tenaga kerja terdiri dari orang-orang berusia 15 tahun lebih yang memasok tenaga
kerja untuk produksi barang dan jasa selama periode tertentu. Data tenaga kerja
berasal dari BPS Satuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persen (%)
dengan rumusan :
× 100%Sehingga diperoleh hasil satuan dalam bentuk persen (%).
5. Initial Growth (X6)
Initial Growth merupakan data pertumbuhan ekonomi yang diambil dari satu
tahun sebelum penelitian. Satuan yang digunakan adalah %. Data diperoleh dari
BPS untuk Provinsi Lampung tahun 2011-2015.
Tabel 3.1 Deskriptif Data
Nama Variabel Simbol SatuanPengukuran
SumberData
Pertumbuhan Ekonomi (Y) G Persen BPS
Ketimpangan Gender AngkaMelek Huruf ( ) KA Persen BPS
Ketimpangan Gender Rata-rataLama Sekolah ( ) KR Persen BPS
Ketimpangan Gender TingkatPartisipasi Angkatan Kerja ( ) KT Persen
BPS
Tenaga Kerja ( ) TK Persen BPS
Initial Growth ( ) Persen BPS
29
F. Metode Analisis
Instrumen analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode data panel
(panel data),
1. Regresi Data Panel
Menurut Wibisono (2005) data panel adalah kombinasi dari data time series dan
cross section. Data time series adalah merupakan data yang disusun berdasarkan
urutan waktu, seperti data harian, bulanan, kuartal atau tahunan. Sedangkan data
cross section merupakan data yang dikumpulkan pada waktu yang sama dari
beberapa daerah, perusahaan atau perorangan. Penggabungan kedua jenis data
dapat dilihat bahwa variabel terikat pertumbuhan ekonomi tediri dari beberapa
unit perusahaan (cross section), namun dalam berbagai periode waktu (time
series). Data yang seperti inilah yang disebut dengan data panel. Dalam analisis
model data panel dikenal tiga pendekatan yang terdiri dari Efek Sederhana/Umum
(common effect), Efek Tetap (fixed effect), dan Efek Acak (random effect). Data
panel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan menggunakan data runtut waktu
(time series) atau lintas individu (cross section)
Menurut Baltagi (2005), penggunaan data panel memiliki beberapa
keunggulan antara lain:
1. Mengendalikan heterogenitas individu. Data panel menunjukkan
bahwa individu, perusahaan, propinsi atau negara adalah heterogen. Penelitian
runtut waktu dan kerat silang tidak mengontrol heterogenitas tersebut
sehingga beresiko untuk memperoleh hasil yang bias.
2. Data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi,
mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan
lebih efisien.
30
3. Data panel lebih mampu mempelajari perubahan dinamis dibandingkan
dengan observasi cross-section yang berulang-ulang.
4. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang
secara sederhana tidak dapat dideteksi oleh data time-series dan cross section
5. Model data panel memungkinkan untuk membangun dan menguji
model perilaku yang lebih rumit daripada data time-series dan cross-section.
G. Alat Analisis
Analisis pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi
menggunakan metode regresi data panel.
Berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, Levine dan Renelt (1992), menjelaskan
bahwa population growth menentukan tingkat kemakmuran ekonomi. Selanjutnya
human capital atau kualitas sumber daya manusia terkait secara positif terhadap
pertumbuhan ekonomi sehingga modal manusia merupakan salah satu faktor
penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan modal manusia yang
berkualitas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Kualitas modal
manusia ini akan didekati dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) karena IPM menunjukan kualitas manusia dari beberapa aspek yaitu aspek
pendidikan, kesehatan dan aspek ekonomi (kemampuan daya beli).
Model pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Levine dan Renelt (1992),
dengan model persamaan sebagai berikut:( = + + + …………………)Keterangan :Y = Pertumbuhan Ekonomi,M =variabel yang digunakan sesuai dengan kepentingan penelitianZ = variabel penjelas lainya yang digunakan dalam fungsi pertumbuhan
31
A = variabel yang harus dimasukan dalam fungsi pertumbuhan= Error term
β0,β1,β2 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dalam penelitian ini persamaan model
yang digunakan adalah := + + + + + + + εG = Pertumbuhan Ekonomi (Growth) Provinsi LampungKA = Ketimpangan Gender Angka Melek HurufKR = Ketimpangan Gender Rata-rata Lama SekolahKT = Ketimpangan Gender Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaDM = Variabel DummyTK = Tenaga Kerja
= Pertumbuhan ekonomi per kapita tahun sebelumnya= Konstanta− = Koefisien
i = 1,2,..n, menunjukan jumlah lintas individu (cross section)t = 1,2,..n, menunjukan runtun waktu (time series)ε = Residual (error term)
H. Tahapan Analisis
1. Metode Estimasi Regresi Data Panel
Estimasi menggunakan data panel umumnya menggunakan salah satu dari tiga
metode perhitungan, yaitu metode Common Effect (CEM), metode Fixed Effect
(FEM), dan metode Random Effect (REM). Ketiga metode tersebut sangat
berbeda satu sama lain. (Gujarati dan Porter, 2009)
a. Metode Common Effect
Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel adalah dengan
hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan hanya
menggambungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu
maka kita bisa menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel.
Metode ini dikenal dengan estimasi Common Effect. Dalam pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu (Greene, 2000).
32
b. Fixed Effect Model
Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep di dalam persamaan
dikenal dengan model regresi Fixed Effect. Teknik model Fixed Effect adalah
teknik mengestimasi data panel menggunakan variabel dummy untuk menangkap
adanya perbedaan intersep (Greene, 2000) Pengertian Fixed Effect ini didasarkan
adanya perbedaan intersep, namun intersepnya sama antar waktu. Model estimasi
ini seringkali disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variables (LSDV).
c. Random Effect Model
Dalam menjelaskan random effect, parameter-parameter yang berbeda antar
daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error (Greene, 2000).
Pendekatan yang dipakai dalam random effect mengasumsikan setiap perusahaan
mempunyai perbedaan intersep, yang mana intersep tersebut adalah variabel
random atau stokastik. Model ini sangat berguna jika individu (entitas) yang
diambil sebagai sampel adalah dipilih secara random dan merupakan wakil
populasi. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi
sepanjangcross section dan time series.
2. Langkah Penentuan Metode Regresi Data Panel
Estimasi data panel terdiri dari tiga (3) macam metode yaitu Common Effect,
Fixed Effect, dan Random Effect. Tentu dalam suatu pengujian diharuskan
memilih permodelan yang terbaik. menurut Widarjono (2007), terdapat tiga cara
pengujian yang digunakan pada suatu penelitian untuk memilih teknik estimasi
data panel, yaitu uji Chow, uji Hasuman, dan uji Lagrange Multiplier (LM).
33
a. Uji Chow
Uji Chow test digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel
dengan fixed effect lebih baik daripada model regresi data panel common effect
(Greene, 2000). Adapun langkahnya dengan melihat koefisien determinasi (R2)
dan nilai DW-statistics. Nilai yang tinggi dari kedua pengujian tersebut akan
mengindikasikan pemilihan model terbaik, apakah menggunakan metode
Common Effect atau Fixed Effect. Adapun hipotesis dari pengujian restricted F-
Test yaitu:
H0 : Model Common Effect (restricted) . . . . . . menerima H0
Ha : Model Fixed Effect (unrestricted) . . . . . . . . . . . menolak H0
b. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk membandingkan apakah fixed effect model atau
random effect model yang lebih sesuai. Ho dari uji Hausman yaitu random effect
dan sedangkan Hi yaitu fixed effect. Statistik uji Hausman mengikuti distribusi
Chi Square dengan degree of freedom sebanyak jumlah variabel bebas dari model.
Jika nilai statistik Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka model yang
tepat adalah model fixed effect dan sebaliknya (Greene, 2000).
3. Uji Hipotesis
Berguna untuk menguji signifikansi koefisien regresi yang didapat. Artinya,
koefisien regresi yang didapat secara statistik tidak sama dengan nol, karena jika
sama dengan nol maka dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk
menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikatnya
Maolana (2012). Untuk kepentingan tersebut, maka semua koefisien regresi harus
34
diuji. Ada dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan,
yaitu:
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t )
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial. Uji t dilakukan dengan
membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel (Gujarati, 2003). Hipotesis uji t
sebagai berikut:
Pengujian ini berdasarkan pada nilai yang bernilai positif dan negatif. Kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 ditolak dan Ha diterima, jika t-hitung > t-tabel ; t-hitung < t-tabel
H0 diterima dan Ha ditolak, jika t-hitung < t-tabel ; t-hitung> t-tabel
Dalam penelitian ini, uji-t adalah sebagai berikut:
1. H0 : β1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
ketimpangan gender angka harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi
Ha : β1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ketimpangan gender
angka harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi.
2. H0 : β2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable
ketimpangan gender rata- rata lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi
Ha : β2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ketimpangan gender
rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi.
35
3. H0 : β3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
ketimpangan gender tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan laki-laki
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
Ha : β3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ketimpangan gender
tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan laki laki terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi.
Dengan tingkat signifikan 5%, jika nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima dan
nilai t hitung > t tabel H0 ditolak.
Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel maka 0 ditolak atau menerima H a artinya
variable bebas berpengaruh signifikan terhadap variable terikat
Jika nilai t-hitung nilai < nilai t-tabek maka o diterima atau menolak a Artinya
variable bebas tidak berpengaruh terhadap variable terikat
b. Uji F (Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara
bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen
(Gujarati, 2003). Perumusan hipotesisnya adalah:
- H0 : β1, β2, β3, β4 = 0
Artinya seluruh variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
- Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0
Artinya seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah :
H0 ditolak dan Ha diterima, jika F-hitung > F-tabel. H0 diterima dan Ha ditolak,
36
jika F-hitung < F-tabel.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determiniasi menunjukkan variasi dari variabel dependen mampu
dijelaskan oleh variasi dari variabel independennya. Nilai R2 mempunyai rentang
nilai 0 sampai dengan 1, dan jika nilainya mendekati 1 maka semakin baik.
Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan bahwa semakin besar pula
variasi variabel bebas dalam membentuk variabel terikat. Berikut pedoman dalam
memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi:
Tabel 4. Interpretasi Berdasarkan Koefisien Determinasi (R2)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.001 – 0.200 Sangat Lemah0.201 – 0.400 Lemah0.401 – 0.600 Cukup Kuat0.601 – 0.800 Kuat0.801 – 1.000 Sangat Kuat
Sumber: Triton. 2006.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rata-rata lama sekolah berpengaruh signifikan terhadap Laju Pertumbuhan
Ekonomi di 15 (lima belas) Kabupaten di Provinsi Lampung periode 2011-
2015.
2. Angka Melek Huruf berpengaruh tidak signifikan terhadap Laju
Pertumbuhan Ekonomi di 15 (lima belas) Kabupaten di Provinsi Lampung
periode 2011-2015.
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap
Laju Pertumbuhan Ekonomi di 15 (lima belas) Kabupaten di Provinsi
Lampung periode 2011-2015.
4. Tingkat Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap Laju Pertumbuhan
Ekonomi di 15 (lima belas) Kabupaten di Provinsi Lampung periode 2011-
2015.
5. Initial Growth berpengaruh signifikan terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi
di 15 (lima belas) Kabupaten di Provinsi Lampung periode 2011-2015.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
55
1. Untuk menyelesaikan permasalahan gender secara lebih efektif, kegiatan-
kegiatan sosialisasi atau pelatihan gender maupun bentuk-bentuk kegiatan
lainnya dikalangan aparat dan masyarakat perlu melibatkan kedua belah
pihak, perempuan dan laki-laki secara bersama-sama. Dengan meningkatkan
kesetaraan dan keadilan gender diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi kearah yang lebih baik
2. Bagi daerah yang masih jauh dari kesetaraan gender, baik dibidang
pendidikan dan ketenagakerjaan, agar lebih peduli dan melakukan evaluasi
terhadap kebijakan yang masih bias gender dari pemerintah daerah yang
merupakan wujud adanya kesadaran, kepekaan dan respon yang kuat dalam
mendukung kesetaraan dan keadilan gender.
3. Pemerintah sebaiknya mengadakan pelatihan-pelatihan kepada calon
angkatan kerja, khususnya angkatan kerja informal di 15 (lima belas)
kabupaten di provinsi Lampung. Sehingga para angkatan kerja informal ini
memiliki kemampuan yang memadai untuk menggunakan sarana dan
prasarana yang dapat menunjang peningkatan produktifitas, dan pada
akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
4. Di bidang pendidikan untuk menunjang pendidikan gratis, beasiswa atau
wajib belajar hendaknya diikuti dengan dibangunnya fasilitas serta
infrastuktur yang memadai disetiap wilayah khususnya daerah terpencil agar
pendidikan dapat dirasakan bagi seluruh masyarakat khususnya penduduk
yang kurang mampu, menyediakan dana bantuan pendidikan bagi
masyarakat karena dengan pendidikan masyarakat dapat meningkatkan
56
produktivitas kerja lewat penguasaan ilmu yang dimiliki dan diharapkan
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Alfi. 2017. “Pengaruh Pendidikan, Pengangguran, dan KetimpanganGender terhadap Kemiskinan di Sumatra Utara” Skripsi Sekolah TinggiEkonomi dan Bisnis Islam Al Ulum Terpadu Medan.
Baron, (Alih bahasa Ratna Juwita). 2000. Psikologi Sosial. Bandung: KhazanahIntelektual.
Barro, Robert J., Dan Long Wha Lee., 1996. International Measurs Of SchoolingYears And Schooling Quality, “American Economic Review”, Vol. 86.
Bemmelen, Sita Van. 2003. Konsep Gender dan Isu Gender di BidangPendidikan.Semiloka Gender untuk Para Guru/Pendidik Kabupaten/Kota seBali.
Badan Pusat Statistika, 2015 “Indeks Pembangunan Gender”http://www.lampung.bps.go.id/ diakses tanggal 16 Desember 2017.
__________________, 2015 “Lampung Dalam Angka”http://www.lampung.bps.go.id/ diakses tanggal 16 Desember 2017.
__________________, 2015 “Seri Analisis Pembangunan Wilayah ProvinsiLampung” http://www.lampung.bps.go.id/ diakses tanggal 16 Desember 2017.
Dollar D, Gatti R. 1999. “Gender Inequality, Income and Growth: Are GoodTimes Good for Women?” Mimeograph, World Bank, Washington,
Echols, Hassan (1983). “Kamus Inggris Indonesia” Jakarta : Gramedia.
Erma, Aktaria, (2002). “Ketimpangan Gender dalam Pertumbuhan Ekonomi”Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Farida, 2010. “Ketimpangan Gender dibidang Pendidikan” dalamhttp://farida223.blogspot.co.id/2010/10/ketimpangan-gender-di-bidang-pendidikan_21.html diakses tanggal 15 Desember 2017.
Caroline, O. N. Moser. 1993. “Gender Planning and Development : The Practiceand Training”.
Global Gender Gap, 2016. “Global Gender Gap Index 2016” dalamhttp://reports.weforum.org/global-gender-gap-report-2016/rankings/ didownload tangga 16 Desember 2017.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.
Ichsanti. “5 Teori Pertumbuhan Ekonomi (Klasik, Neo Klasik, Adam smith,Schumpeter) dalam http://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/teori-pertumbuhan-ekonomi/ diakses tanggal 17 Desember 2017
Jin, 2000. “Openness And Growth. An Interpretation Of Empirical From EastAsian Countries, Journal Of International Trade And EconomicDevelopment 9:1 5-17
Kartika, 2014. “Hubungan Kesetaraan Gender dengan Teknologi dan Informasi(Manajemen Sumber Daya)” dalamhttp://ichasarsono.blogspot.co.id/2014/01/hubungan-kesetaraan-gender-dengan.html diakses 14 desember 2017
Kemenpppa, 2017. “Mencapai Kesetaraan Gender dan MemberdayakanKaum Perempuan” dalam https://www.kemenpppa.go.id/indexphp/page/read/31/1439/mencapai-kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-kaum-perempuan diakses tanggal 15 Desember 2017.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2015.“Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2015” dalamhttps://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/24/1014/pembangunan-manusia-berbasis-gender-tahun-2015 diakses tanggal 16 Desember 2017.
Khotimah, Khusnul. 2009. “Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan DalamSektor Pekerjaan” Journal Studi Gender dan Anak
Klasen, Stephen dan Fransesca Lamanna. 2008. The Impact of ender Inequality inEducation and Employment on Economic Growth in Developing Countries:Updates and Extensions. “ Feminist Econimics”, Vol. 15.
Kompasiana, 2014. “Lampung Sebagai Kawasan Ekonomi Strategis” dalamhttps://www.kompasiana.com/sahabat.erwin/lampung-sebagai-kawasan-ekonomi-strategis_54f9873ba333116d788b46fd diakses tanggal 16Desember 2017.
Levine, R. 1997. “Finance Development and Economic Growth : Views andAgenda” Journal of Economic Literatur.
Levine. Renelt. 1992. “A Sensitivity Analysis of Cross-Country GrowthRegressions”. American Economic Review.
Mansour Fakih,1996 “Analisis Gender dan Transformasi Sosial” Jakarta :Pustaka Pelajar.
Menteri Negara Peranan Wanita. 1998. Jender dan Permasalahannya. KantorMenteri Negara Peranan Wanita. Jakarta.
Pritchett, Lant. 2000. Where Has All The Education Gone?. “Working PaperNo.1581, Policy Research Department”. World Bank And Kennedy SchoolOf Goverment
Priyadi, U., Astuti. 2003. “Ekonomi Pembangunan Tingkat Kesetaraan Gender”Jurnal Pembangunan Vol. 8 No.1
Rahmawati, (2004). “Persepsi Remaja tentang Konsep Maskulin dan FeminimDilihat dari Beberapa Latar Belakangnya” Skripsi pada Jurusan PsikologiPendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rahmi, (2014) tentang Analisis Pengaruh Ketimpangan Gender TerhadapPertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. UniversitasDiponegoro.
Retno, 2008. “Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan DalamMasyarakat Teknologi Informasi Dan Komunikasi ( Gender & Tik )”
Samosir, O.B., Toersilaningsih, R. 2004 . “Hubungan Kesetaraan Gender,Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi”
Saputra, Bayu. 6 Juli 2017. “Duduki Peringkat 27, Lampung Jeblok MasalahPendidikan Tribun Lampung” dalam http://lampung.tribunnews.com/2017/07/06/duduki-peringkat-27-lampung-jeblok-masalah-pendidikandiakses tanggal 16 Desember 2017
Seguino, S. 2008. “Micro-Macro Linkages Between Gender, Development andGrowth : Implications for the carribbeam Region”
__________2008. “Gender wage Inequality and Economic Growth : Is ThereReally a Puzzle?”
Setyowati, Retno. 2008. “Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan PerempuanDalam Masyarakat Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Gender & TIK)”
Suryadi, 2004. Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan. Cet. I. Bandung:Genesindo
Todaro, 2006. “Pembangunan Ekonomi Didunia Ke Tiga” edisi 4, Jakarta:Erlangga
Todaro, M.P dan Smith S.C. 2006. “Pembangunan Ekonomi” , Jakarta: Erlangga
World Bank, 2005. Pembangunan Berperspektif Gender. Jakarta: Dian Rakyat
World Health Organization (WHO). 2012. What Do We Mean By Sex And Gender? Www.Who.Int/Gender/Whatisgender Diakses 17 Desember 2017