Analisis COSO Dan GAO

download Analisis COSO Dan GAO

of 29

description

analisis

Transcript of Analisis COSO Dan GAO

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    1/29

    MENGENAL PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH MENURUT

    COSO DAN GAO PADA LAPAN PUSTEKROKET

    Oleh : Gitta Muliawati

    NIM : 2011120144

    Program Studi Akuntansi S1

    Fakultas Ekonomi

    Universitas Pamulang

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    2/29

    Pengertian Pengendalian internal menurut beberapa pendapat

    1. Mulyadi : Sistem Pengendalian Internal Meliputi struktur Organisasi,metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

    kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan dataakuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan

    manajemen.

    2. James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson(sesuai dengan SAS No. 55) : Pengendalian Internal adalah seluruh

    kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan

    yang masuk akal agar tujuan organisasi (Entity) dapat tercapai.

    3. COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of theTreadway Commission) : Pengendalian Internal adalah Sebuahproses yang dihasilkan oleh Dewan Direktur, Manajemen, dan Personel

    Lainnya, yang didesain untuk memberikan jaminan yang masuk akal

    yang memperhatikan tercapainya tujuan-tujuan dengan kategori

    sebagai berikut :

    Efektif dan efisisiensinya operasi Terpercayanya (Reliabillity) Laporan Keuangan Tunduk pada hukum dan aturan yang berlaku

    1. ELEMEN-ELEMENMulyadi :

    1. Struktur Organisasiyang memisahkan tanggung jawab fungsionalsecara tegas.

    2. Sistem Wewenang dan prosedur pencatatan, yang memberikanperlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan

    biaya.

    3. Praktik yang sehatdalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unitorganisasi.

    4. Karyawanyang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    3/29

    Efektifitas unsur-unsur Sistem pengendalian tersebut sangat ditentukan oleh

    Lingkungan Pengendalian (Control Environment) dimana lingkungan

    pengendalian tersebut memiliki 4 (empat) unsur sebagai berikut :

    1. Filosofi dan gaya operasi2. Berfungsinya dewan komisaris dan komite pemeriksaan3. Metode Pengendalian Manajemen4. Kesadaran pengendalian

    James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson :

    1. Lingkungan Pengendalian (The Control Environment)Lingkungan Pengendalian adalah efek kolektif dari berbagai

    factor pada saat pembangunan, penyempurnaan, atau

    pelemahan efektifnya system akuntansi suatu entitas atau

    Prosedur Pengendalian (Control Procedures) dan

    kemampuannya untuk memcapai tujuan tertentu.

    Faktor Lingkungan Pengendalian meliputi filosofi manajemen

    dan gaya operasi, struktur organisasi, fungsi dewan direksi

    dan komisinya (khususnya audit committee), metode

    penentuan wewenang dan tanggung jawab, metode

    pengendalian manajemen, kebiasaan dan kebijaksanaan

    personelnya, dan pengaruh eksternal lainnya yang

    mempengaruhi sebuah entitas.

    2. Sistem Akuntansi (The Accounting System)Sistem akuntansi terdiri dari metode-metode dan catatan-

    catatan yang dibangun untuk mengidentifikasi, membangun,mengklasifkasi, merekam, dan melaporkan transaksi suatu

    entitas dan untuk menjaga akuntabilitas asset dan hutang

    yang terkait.

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    4/29

    Sebuah system akuntansi harus memiliki metode dan catatan

    yang cukup dan tepat untuk menyelesaikan tujuan sebagai

    berikut :

    Mengidentifikasi dan merekam seluruh transaksi yang valid Menggambarkan transaksi dalam basis waktu dan detil yang cukup

    untuk membolehkan klasifikasi transaksi yang sesuai untuk Laporan

    Keuangan

    Mengukur nilai transaksi dalam dalam suatu sikap(gaya/tingkahlaku)yang membolehkan mencatat nilai moneter yang wajar dalam

    Pernyataan Keuangan.

    Menentukan periode waktu kapan terjadinya transaksi agardibolehkannya pencatatan transaksi dalam periode waktu yang sesuai.

    Menyajikan transaksi secara sesuai dan penyingkapan yangberhubungan dalam pernyataan keuangan.

    1. Prosedur Pengendalian (Control Procedures)Prosedur Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur

    tambahan selain Lingkungan Pengendalian dan system

    akuntasi, yang dibangun manajemen untuk memberikan

    jaminan yang masuk akal bahwa tujuan khusus sebuah entitas

    dapat tercapai.

    Tujuan khusus tersebut terbagi dalam beberapa kategori

    sebagai berikut :

    Pemberian wewenang (Otorisasi) yang sesuai untuk melaksanakantransaksi dan kegiatan

    Pemisahan Tugas Desain dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai Perlindungan yang memadai terhadap akses dan penggunaan asset

    dan catatan-catatan.

    Pengecekan independen terhadap performance dan penilaian yangsesuai dengan jumlah yang direkam

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    5/29

    COSO :

    Pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling

    berhubungan. Komponen ini didapat dari cara manajemen

    menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen.Walaupun komponen-komponen tersebut dapat diterapkan kepada

    semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah dapat

    menerapkannya berbeda dengan perusahaan besar. Dalam hal ini

    pengendalian dapat tidak terlalu formal dan tidak terlalu terstruktur,

    namun pengendalian internal tetap dapat berjalan dengan efektif.

    Adapun 5 (lima) komponen Pengendalian internal tersebut adalah :

    1. Control EnvironmentLingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu

    organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para

    anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi

    komponen Pengendalian Internal lainnya, memberikan disiplin

    dan struktur. Faktor lingkungan pengendalian termasuk :

    Integritas, nilai etika dan kemampuan orang-orang dalam entitas; Filosofi manajemen dan Gaya Operasi; Cara Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab,

    mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya; dan

    Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi.1. Risk Assesment

    Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar

    dan dalam yang harus ditaksir. Prasyarat dari Risk Assessmentadalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan

    yang berbeda, dan konsisten secara internal. Risk Assessment

    adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko

    yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah

    basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur.

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    6/29

    Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu

    berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi

    dan menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan

    perubahan tersebut.

    2. Control ActivitiesControl Activities adalah kebijakan dan prosedur membantu

    meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah dijalankan.

    Control Activities membantu meyakinkan bahwa tindakan yang

    diperlukan telah diambil dalam menghadapi resiko sehingga

    tujuan entitas dapat tercapai. Control Activities terjadi pada

    seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh fungsi.

    Control activities termasuk berbagai kegiatan yang berbeda-

    beda, seperti :

    Penyetujuan (Approvals) Otorisasi (Authorization) Verifikasi (Verifications) Rekonsiliasi (Reconciliations) Review terhadap performa operasi (Reviews of Operating

    Performance)

    Keamanan terhadap Aset (Security of Assets) Pemisahan tugas (Segregation of duties)1. Information and Communication

    Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar

    dan terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang

    memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya.

    Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi

    operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem,

    yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan

    mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya

    menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga

    kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    7/29

    untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan

    keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang

    efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir

    ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh

    personel harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen

    teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan

    serius. Para personel harus mengerti peran mereka dalam

    sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti

    bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan

    pekerjaan orang lain. Mereka harus memiliki niat untuk

    mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada

    atasannya. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif

    dengan pihak eksternal, seperti customer, supplier, regulator,dan Pemegang Saham.

    2. MonitoringSistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses

    untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke

    waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan

    yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau

    kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini termasuk manajemendan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang

    dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan

    frekuensi evaluasi terpisah, akan tergantung pada terutama

    penaksiran resiko dan efektifnya prosedur monitoring yang

    sedang berlangsung. Ketergantungan sistem pengendalian

    harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius

    juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.

    1. SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAPPENGENDALIAN INTERNAL

    Mulyadi :

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    8/29

    Dalam buku tulisan Mulyadi, yang harus bertanggung jawab dalam

    pengendalian internal adalah Manajemen puncak yang terdiri dari

    seluruh dewan direksi. Tidak hanya direktur keuangan saja yang

    bertanggung jawab atas pengendalian internal , tetapi seluruh

    jajaran direksi bertanggung jawab atas pengendalian internal.

    Manajemen puncak bertanggung jawab terhadap pengembangan

    dan pengoperasian Pengendalian internal karena mereka

    bertanggung jawab atas pengelolaan dana yang dipercayakan oleh

    pemilik perusahaan.

    James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson :

    Dalam buku tulisan James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A

    Robinson, tidak menyuratkan siapa yang bertanggung jawab

    terhadap pengendalian internal, namun dapat tersirat bahwa peran

    manajemen dan dewan direksi sangat penting dalam pengendalian

    internal mengingat kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur

    tersebut merupakan hasil keputusan manajemen. Selain itu

    manajemen dan dewan direksi memiliki peran yang signifikan dalam

    elemen-elemen pengendalian internal.

    COSO :

    Menurut COSO, semua orang dalam organisasi yaitu Manajemen,

    Dewan direksi, Komite Audit, dan Personel lainnya bertanggung

    jawab terhadap pengendalian internal, karena semua orang dalam

    organisasi memiliki peran dalam pengendalian internal, sehingga

    pengendalian internal tidak dapat berjalan dengan baik apabila ada

    salah satu anggota yang tidak menjalankan perannya dalam

    pengendalian internal.

    Menurut COSO, pihak-pihak luar seringkali memberikan kontribusi

    terhadap pencapaian tujuan perusahaan, seperti Auditor eksternal,

    Badan Regulasi dan legislatif, customer, analis keuangan, dan

    media massa. Namun demikian pihak ketiga tersebut tidak

    bertanggung jawab terhadap pengendalian internal karena mereka

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    9/29

    bukan bagian dari organisasi maupun bukan bagian dari sistem

    pengendalian internal.

    1. PERBANDINGAN DAN KESIMPULAN1. DEFINISI

    Mulyadi memandang sistem pengendalian internal sebagai

    struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang

    dikoordinasikan, sedangkan James R Davis, C Wayne

    Alderman, & Leonard A Robinson memandangnya sebagaiseluruh kebijakan dan prosedur yang diciptakan. Dua definisi

    ini dapat diartikan bahwa dapat saja pihak internal dan pihak

    eksternal yang menciptakan atau menghasilkan struktur

    organisasi, metode, ukuran-ukuran, atau kebijakan dan

    prosedur. Artinya pengendalian internal sebuah entitas dapat

    dihasilkan oleh pihak internal maupun pihak luar. Adapun

    definisi Pengendalian Internal hasil rumusan COSO

    memandang pengendalian internal sebagai sebuah proses yang

    dihasilkan Dewan Direktur, Manajemen, dan Personel lainnya

    (Pihak Internal). Dalam keadaan sebenarnya, perancangan

    sistem pengendalian internal, dapat juga diserahkan kepada

    pihak luar, namun demikian tetap yang akan melaksanakan

    sistem pengendalian internal adalah pihak-pihak internal.

    Ditinjau dari tujuan pengendalian internal menurut tiga definisi

    di atas, definisi menurut James R Davis, C Wayne Alderman, &

    Leonard A Robinson memberikan tujuan yang terlalu luas(tercapainya tujuan organisasi) mengingat tujuan organisasi

    bermacam-macam. Tujuan yang lebih detil disampaikan dalam

    definisi Mulyadi dan hasil rumusan COSO.

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    10/29

    Ada kesamaan antara definisi James R Davis, C Wayne

    Alderman, & Leonard A Robinson dengan definisi COSO yang

    tidak terdapat dalam definisi menurut Mulyadi, yaitu

    pengendalian internal adalah untuk memberikan jaminan yang

    masuk akal tercapainya tujuan. Hal ini cukup penting

    mengingat untuk mencapai tujuan-tujuan pengendalian

    internal secara mutlak seringkali dibutuhkan biaya yang besar.

    Misalkan untuk menjaga aset dengan sangat aman, maka

    diterapkan pengamanan yang berteknologi tinggi, dengan

    petugas keamanan yang berkualitas tinggi dan bayaran yang

    besar juga. Dalam hal ini tujuan pengendalian dapat tercapai

    namun biaya yang dibutuhkan terlalu besar apabila perusahaan

    tersebut hanyalah perusahaan penjual beras kecil-kecilan. Olehsebab itulah pengendalian internal yang diterapkan sebaiknya

    disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan.

    Dari uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa definisi

    hasil rumusan COSO, memberikan definisi yang lebih tepat

    dibandingkan dua definisi lainnya mengingat definisi hasil

    rumusan COSO lebih lengkap dibandingkan definisi menurut

    Mulyadi, namun tidak seluas definisi James R Davis, C Wayne

    Alderman, & Leonard A Robinson.

    Definisi hasil rumusan COSO tersebut juga diterapkan pada

    SAS No. 78 yang mengamandemen SAS No. 55, sehingga

    definisi menurut James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard

    A Robinson juga seharusnya mengikuti hasil rumusan COSO

    mengingat definisi James R Davis, C Wayne Alderman, &

    Leonard A Robinson tersebut mengutip dari SAS no. 55.

    Dari tiga definisi di atas, dapat dikonklusikan pengendalian

    internal tidak hanya struktur organisasi, metode, dan ukuran-

    ukuran saja, namun termasuk juga kegiatan dan prosedur.

    Struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran tersebut

    merupakan bagian dari suatu proses yang dihasilkan oleh pihak

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    11/29

    internal maupun eksternal, untuk memberikan jaminan yang

    masuk akal tercapainya tujuan-tujuan sebagai berikut :

    Terjaganya kekayaan organisasi Efektif dan efisisiensinya operasi Terpercayanya (Reliabillity) Laporan Keuangan Dipatuhinya kebijakan manajemen Tunduk pada hukum dan aturan yang berlaku

    1. ELEMEN-ELEMENBila diperbandingkan, elemen-elemen pengendalian internal menurut

    Mulyadi, adalah termasuk dalam elemen Control Activities menurut COSO

    dan Control Procedures menurut James R Davis, C Wayne Alderman, &

    Leonard A Robinson. Adapun elemen Accounting System menurut James R

    Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson juga dapat dikatakan

    sebagai bagian dari elemen Control Activities menurut COSO.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen

    Pengendalian internal hasil rumusan COSO, lebih lengkapdibandingkan elemen-elemen pengendalian internal menurut dua

    rumusan lainnya.

    1. SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAPPENGENDALIAN INTERNAL

    Mengingat Mulyadi memandang Sistem Pengendalian Internal hanya sebagai

    struktur organisasi, metode, dan prosedur saja, maka wajar apabila menurut

    Mulyadi hanya Manajemen puncak saja yang bertanggung jawab, selain itumanajemen bertanggung jawab atas dana yang dipercayakan pemilik

    perusahaan.

    Walaupun memberikan definisi yang luas, namun James R Davis,

    C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson menyiratkan bahwa

    peran manajemen dan dewan direksi sangat vital dalam

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    12/29

    perusahaan, karena manajemen dan dewan direksi sangat

    menentukan kebijakan-kebijakan dan prosedur yang dijalankan,

    serta sangat mempengaruhi elemen-elemen Pengendalian

    internal.

    Dalam rumusan COSO, semua orang dalam organisasi yaitu

    Manajemen, Dewan direksi, Komite Audit, dan Personel lainnya

    bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, karena

    semua orang dalam organisasi memiliki peran dalam

    pengendalian internal.

    Mulyadi dan James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A

    Robinson, memang hanya menyiratkan manajemen dan dewan

    direksi saja yang bertanggung jawab terhadap sistem

    pengendalian intern, namun demikian peran setiap anggota

    organisasi sangatlah diperlukan untuk menciptakan sistem

    pengendalian intern yang dapat mencapai tujuan-tujuan

    pengendalian intern.

    Alamat Email Refrensi:

    1.

    Diposkan olehChuya_12 di02.52

    Mengenal Pengendalian Intern Pemerintah Menurut COSO

    Suatu organisasi yang dikelola tentunya memiliki unsur-unsur pengelolaan atau manajemen yaitu

    unsur perencanaan (planning), unsur pengorganisasian (organizing), unsur pelaksanaan

    (actuating) dan unsur pengendalian (controlling). Unsur tersebut diperlukan untuk mencapai

    tujuan organisasi. Organisasi yang sederhana pun tentunya secara tidak disadari memiliki unsur-unsur tersebut. Misalnya di suatu desa memiliki tujuan untuk mencapai keamanan lingkungan,

    sehingga dilakukan perencanaan sistem keamanan lingkungan untuk mencapai tujuan tersebut.

    Setelah memiliki perencanaan maka dibutuhkan unsur pengorganisasian yaitu menempatkan

    warga menjadi penanggung jawab untuk masalah keamanan dan mengatur keseluruhan

    pelaksanaan keamanan di wilayah desa tersebut. Dan yang terakhir adalah unsur pengendalian

    http://www.blogger.com/profile/08698769161232704364http://www.blogger.com/profile/08698769161232704364http://junior-auditor.blogspot.com/2009/08/pengertian-pengendalian-internal.htmlhttp://junior-auditor.blogspot.com/2009/08/pengertian-pengendalian-internal.htmlhttp://junior-auditor.blogspot.com/2009/08/pengertian-pengendalian-internal.htmlhttp://junior-auditor.blogspot.com/2009/08/pengertian-pengendalian-internal.htmlhttp://www.blogger.com/profile/08698769161232704364
  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    13/29

    oleh kepala desa sebagai manajemen puncak di desa serta unsur pengendalian dari masyarakat.

    Sistem pengendalian (controlling) dapat berasal dari organisasinya sendiri (intern) maupun

    berasal dari luar organisasinya (ekstern). Objek yang dikendalikan oleh sistem ini adalah unsur-

    unsur pengelolaan organisasi seperti yang tercantum di atas, yaitu pengendalian terhadap

    perencanaan, pengendalian terhadap pengorganisasian dan pengendalian terhadap pelaksanaan.

    Pengendalian intern harus terus dikembangkan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Sistem

    pengendalian intern ini sering dipadankan dengan sistem pengendalian manajemen (SPM),

    karena pengendalian akan dilakukan oleh pimpinan manajemen organisasi yang dibantu oleh tim

    pengawas khusus, misalnya Inspektorat Jenderal pada lembaga kementerian, Satuan Khusus

    Audit Internal (SKAI) pada perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, dan sebutan lainnya

    untuk tim audit intern. Sementara pengendalian ekstern hanya merupakan bentuk pengawasan

    dan pertanggungjawaban terhadap stakeholder, terutama bagi organisasi yang memiliki

    kepentingan terhadap organisasi tersebut.

    Sistem pengendalian intern pun harus dapat diandalkan (reliable), yaitu memenuhi unsur-unsur

    sebagai berikut :

    - kompetensi pegawai yang seusai dengan tanggung jawab,

    - pemisahan tanggung jawab dan fungsi dalam organisasi terutama pemisahan authorized(otorisasi), pencatatan (akuntansi), dan penyimpanan aset (bendahara),

    - sistem pemberian wewewnang , tujuan dan teknik serta pengawasan untuk menciptakan

    pengendalian atas aset, hutang, penerimaan dan pengeluaran,

    - pengendalian terhadap penggunaan aset, dokumen dan formulir yang penting untuk

    menghindari kesalahan pegawai dan kerahasiaan dokumen.

    - melakukan perbandingan catatan dengan kenyataan (fisik) yang ada, serta melakukan koreksi

    jika terjadi ketidaksesuaian.

    Sementara untuk mendapatkan sistem pengendalian yang efektif dan efisien maka harus

    memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

    - sistem pengendalian merupakan proses yang terintegrasi dan dilakukan teruse menerus

    terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan suatu organisasi,

    - sistem pengendalian harus mendapatkan dukungan dan menuntut peran serta dari seluruh

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    14/29

    anggota dan pimpinan manajemen organisasi,

    - perencanaan pengendalian harus mengarah pada pencapaian tujuan organisasi,

    - perencanaan pengendalian dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai risiko yang dapat

    menghambat tercapainya tujuan organisasi, dan

    - sistem pengendalian memberikan manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

    Organisasi pemerintahan pun memerlukan sistem pengendalian intern yang relaible, efektif dan

    efisien. Apalagi organisasi ini memiliki tanggung jawab kepada masyarakat. Sistem

    pengendalian intern pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 60 tahun 2008. Objek

    hukum dari peraturan ini adalah seluruh lembaga atau instansi pemerintah baik pemerintah pusat

    maupun pemerintah daerah. Sedangkan subjek peraturan ini adalah seluruh aparat pengawasan

    intern dalam hal ini adalah seluruh inspektorat kementerian, Inspektorat pada lembaga

    pemerintah non departemen/kementerian, dan inspektorat daerah (propinsi dan kabupaten/kota)

    serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

    Sistem pengendalian intern pemerintah yang dianut oleh Indonesia diambil dari sistem

    pengendalian intern menurut GAO (Government Accounting Organization) yaitu lembaga Badan

    Pemeriksa Keuangan di Amerika Seriktat dan menurut COSO (Commitee Of Sponsoring

    Organization of Treadway Commision) yaitu komisi yang bergerak di bidang manajemenorganisasi. Pengendalian intern menurut GAO mengandung 8 unsur pengendalian manajemen

    yaitu pengorganisasian, kebijakan, prosedur, perencanaan, pencatatan/akuntasi, personil,

    pelaporan dan reviu intern. Sedangkan unsur pengendalian menurut COSO mengandung 5 unsur

    pengendalian yaitu lingkungan pengendalian, peniliaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi

    dan komunikasi serta pemantauan pengendalian.

    Tujuan dari sistem pengendalian intern secara umum akan membantu suatu organisasi mencapai

    tujuan operasional yaitu efektivitas dan efisiensi kegiatan, keterandalan laporan keuangan, dan

    kepatuhan pada peraturan yang berlaku. Sistem pengendalian intern pemerintah sendiri memiliki

    tujuan untuk mencapai kegiatan pemerintahan yang efektif dan efisien, perlindungan aset negara,

    keterandalan laporan keuangan, dan kepatuhan pada perunda-undangan dan peraturan serta

    kebijakan yang berlaku.

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    15/29

    Pada saat ini sistem pengendalian intern pemerintah yang masih berlaku adalah sistem

    pengendalian intern menurut GAO. Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi

    serta permasalahan yang lebih kompleks dalam pengelolaan suatu organisasi maka sistem

    pengendalian intern menurut COSO harus mulai disosialisasikan dan dilaksanakan. Perbedaan

    yang paling mendasar dari GAO dan COSO adalah adanya penilaian risiko pada sistem

    pengendalian intern menurut COSO sebagai salah satu unsur yang harus dianalisis. Selain itu,

    pada COSO peran manusia sebagai pelaku fungsi dalam suatu organisasi menjadi penting karena

    dibutuhkan tidak hanya kompetensi saja namun juga integritas dan etika yang diperlukan untuk

    mendapatkan lingkungan pengendalian organisasi yang menunjang untuk pencapaian tujuan

    organisasi.

    Sistem pengendalian intern ini perlu diketahui oleh seluruh komponen organisasi pemerintahan

    karena sistem ini merupakan sistem yang terintegrasi dan merupakan tanggung jawab bersama

    untuk mewujudkan tujuan organisasi. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai unsur

    pengendalian intern menurut COSO.

    Lingkungan Pengendalian

    Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang dibangun dan diciptakan dalam suatu organisasiyang akan mempengaruhi efektivitas pengendalian. Kondisi lingkungan kerja dipengaruhi oleh

    beberapa hal yaitu adanya penegakan integritas dan etika seluruh anggota organisasi, komitmen

    pimpinan manajemen atas kompetensi, kepemimpinan manajemen yang kondusif, pembentukan

    struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewewnang dan tanggung

    jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber

    daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan yang efektif dan hubungan kerja yang baik

    dengan pihak ekstern.

    Dalam lingkup organisasi pemerintahan maka lingkungan pengendalian terkait dengan integritas,

    etika, dan kompetensi pegawai, kepemimpinan manajemen, serta pengawasan intern yang

    dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    16/29

    Pegawai diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan, pendidikan, pengalaman dan

    keterampilan sesuai dengan fungsi kerjanya, namun juga memiliki integritas dan etika yang

    tinggi. Penyebab terjadinya kecurangan adalah karena lemahnya integritas dan etika dari pegawai

    pemerintah. Motivasi ekonomi menjadi hal yang paling berat yang harus dihadapi oleh

    organisasi pemerintahan, karena masih terbatasnya standar pendapatan untuk pegawai

    pemerintahan jika dibandingkan dengan pegawai perusahaan swasta atau BUMN, terutama bagi

    pegawai pelaksana. Penegakan etika dan integritas ini sebaiknya dinyatakan dalam bentuk

    peraturan tertulis seperti kode etik dan peraturan kepegawaian. Sehingga nantinya pegawai dapat

    melakukan hal tersebut dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari dan membentuk budaya kerja yang

    baik. Sanksi dan penghargaan merupakan salah satu sarana agar pegawai dapat terus

    mengembangkan integritas dalam kegiatan pekerjaannya.

    Kepemimpinan mengandung arti keteladanan, sehingga dibutuhkan pemimpin yang menjadi

    teladan bagi pegawai yang dipimpinnya, terutama dalam hal penegakan integritas dan etika.

    Pemimpin dalam pemerintahan juga harus mendukung penetapan kompetensi pegawainya

    sehingga tidak terjadi penilaian yang subjektif dalam penentuan posisi pegawai sesuai fungsi dan

    tanggung jawab. Penetapan key performance indicator (KPI) atau sasaran pekerjaan setiap

    pegawai menjadi penting untuk menilai prestasi kerja pegawai. Selain itu, pemimpin

    memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan pengetahuan sertaketerampilan dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan pegawai. Dan yang terutama adalah

    pemimpin harus dapat menjaga agar lingkungan kerja tetap kondusif sehingga setiap pegawai

    mau dan mampu bekerja dengan baik agar tujuan organisasi dapat terwujud.

    Pengawasan intern diperlukan untuk memberikan peringatan dini, meningkatkan efektivitas

    pengelolaan risiko, serta nenelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas

    dan fungsi pemerintah. Sehingga kinerja yang baik dari aparat pengawasan intern pemerintah

    dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi masyarakat.

    Penilaian risiko

    Risiko merupakan hal-hal yang berpotensi menghambat tercapainya tujuan. Identifikasi terhadap

    risiko (risk identification) diperlukan untuk mengetahui potensi-potensi kejadian yang dapat

    menghambat dan menghalangi terwujudnya tujuan organisasi. Setelah dilakukan identifikasi

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    17/29

    maka dilakukan analisis terhadap risiko meliputi analisis secara kuantitatif (quantitative risk

    analysis) dan kualitatif (qualitative risk analysis). Analisis risiko akan menentukan dampak

    kejadian, serta merupakan input untuk mendapatkan cara mengelola risiko tersebut. Kemudian

    dilakukan pengelolaan risiko (risk management) yaitu dengan alternatif sebagai berikut :

    - memindahkan risiko seperti penggunaan asuransi jiwa oleh pegawai,

    - mentolerir risiko misalnya menggunakan peralatan yang ada karena keterbatasan sumber daya

    peralatan,

    - menghilangkan risiko misalnya dengan mengubah jenis pekerjaan karena pekerjaan tersebut

    tidak dapat dilakukan atau risikonya terlalu besar.

    Penilaian terhadap risiko merupakan hal yang baru dikembangkan. Bidang usaha perbankan

    merupakan salah satu bidang pekerjaan yang sudah memiliki berbagai ketentuan mengenai

    manajemen risiko ini. Sedangkan untuk bidang usaha konstruksi dan infrastruktur masih dalam

    tahap pengembangan dan analisis risiko.

    Hal yang terutama dalam penilaian risiko ini adalah adanya kesadaran (awareness) pegawai dan

    pimpinan instansi pemerintahan bahwa setiap kegiatan pekerjaan, terutama kegiatan pokok

    pekerjaan, memiliki risiko yang harus dikelola. Pengelolaan akan tergantung pada tingkat risiko

    yang dihadapi.

    Kegiatan Pengendalian

    Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko, menetapkan dan

    melaksanakan kebijakan serta prosedur, serta memastikan bahwa tindakan tersebut telah

    dilaksanakan secara efektif.

    Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi risiko dapat dibagi menjadi 2 jenis tindakan

    yaitu tindakan preventif dan tindakan mitigasi. Tindakan preventif adalah tindakan yang

    dilakukan sebelum kejadian yang berisiko berlangsung, sedangkan tindakan mitigasi adalah

    tindakan yang dilakukan setelah kejadian berisiko berlangsung, dalam hal ini tindakan mitigasi

    berfungsi untuk mengurangi dampak yang terjadi. Tindakan-tindakan tersebut juga harus

    dilakukan evaluasi sehingga dapat dinilai keefektifan serta keefisienan tindakan tersebut.

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    18/29

    Umumnya tindakan preventif dapat mengurangi dampak lebih besar dibandingkan tindakan

    mitigasi, sehingga dalam organisasi pemerintahan diperlukan tindakan preventif agar tidak

    banyak pengeluaran yang diperlukan untuk melakukan tindakan mitigasi.

    Penetapan kebijakan dan prosedur di lingkungan organisasi pemerintahan erat kaitannya dengan

    perundang-undangan, peraturan, dan ketetapan-ketetapan. Kebijakan seharusnya tidak menabrak

    peraturan yang ada. Sedangkan prosedur sudah seharusnya disusun dan ditetapkan hingga ke

    struktur terkecil dalam suatu organisasi pemerintahan, misalnya prosedur pekerjaan dalam satu

    unit/bagian kerja. Kebijakan dan prosedur ini sudah dalam bentuk tertulis agar setiap pegawai

    dapat mengetahui dan melaksanakan setiap kebijakan dan prosedur yang ada.

    Beberapa kegiatan pengendalian intern pemerintah meliputi reviu kinerja, pembinaan sumber

    daya manusia, pengendalian sistem informasi, pengendalian fisik aset, penetapan ukuran kinerja,

    pemisahan fungsi, otorisasi transaksi dan kejadian, pencatatan yang akurat dan tepat waktu,

    pembatasan akses terhadap sumber daya, akuntabilitas terhadap sumber daya, dan dokumentasi

    atas sistem pengendalian intern.

    Informasi dan komunikasi

    Informasi adalah data yang sudah diolah yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalamrangka penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. Informasi yang salah dapat menyebabkan

    keputusan dan kebijakan yang salah pula. Hal ini juga berlaku untuk organisasi pemerintahan.

    Kesalahan informasi dapat terjadi saat melakukan pengambilan data, analisis data dan

    kesimpulan data menjadi informasi serta pengelolaan informasi. Unit pengumpul dan pengolah

    data serta pengelola informasi merupakan unit yang sentral dalam unsur pengendalian informasi

    yang berkualitas. Informasi berkualitas sendiri harus memenuhi beberapa syarat yaitu informasi

    harus sesuai kebutuhan, tepat waktu, mutakhir, akurat, dan dapat diakses dengan mudah oleh

    pihak-pihak yang terkait.

    Informasi yang berkualitas tentunya harus dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang terkait.

    Penyampaian informasi yang tidak baik dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi penerima

    informasi. Dalam suatu instansi pemerintahan harus dibentuk unit khusus yang menangani

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    19/29

    penyampaian informasi, atau ditunjuk pejabat yang berwenang untuk melakukan penyampaian

    informasi tersebut.

    Unsur pengendalian terhadap informasi dan komunikasi menjadi penting karena berkembangnya

    ilmu dan teknologi. Teknologi informasi dapat menjadikan pengendalian intern pemerintah lebih

    efektif dan efisien, namun di sisi lain menuntut adanya pengembangan terhadap pengetahuan dan

    keterampilan pegawai akan teknologi informasi.

    Pemantauan Pengendalian Intern

    Pemantauan (monitoring) adalah tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan

    manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas

    sebagai penilai terhadap kualitas dan efektivitas sistem pengendalian intern. Pemantauan dapat

    dilakukan dengan 3 cara yaitu pemantauan berkelanjutan (on going monitoring), evaluasi yang

    terpisah (separate evaluation), dan tindak lanjut atas temuan audit.

    Pemantauan berkelanjutan merupakan bahasa lain dari supervisi oleh atasan langsung.

    Pemantauan ini dapt dilakukan setiap saat, dapat menggunakan sarana laporan pekerjaan harian

    (daily activity), mingguan, atau laporan bulanan. Pemantauan meliputi berbagai aspek kegiatan

    pekerjaan sesuai kebijakan dan prosedur yang ada. Pelaksanaan terhadap prosedur yang telahditetapkan diharapkan dapat mengurangi penyimpangan kegiatan pekerjaan.

    Evaluasi terpisah adalah penilaian secara periodik atas kinerja organisasi dengan standar

    pengukuran yang sudah disepakati sebelumnya.

    Peranan pemantauan (monitoring) pengendalian internal memiliki peran yang penting dalam

    seluruh komponen pengendalian internal. Setiap komponen pengendalian internal akan

    mendapatkan pemantauan dan pengawasan. Di sinilah peran dari tim khusus pengawasan intern

    atau yang dikenal dengan tim audit.

    Kesimpulan

    Sistem pengendalian intern merupakan salah satu fungsi manajemen suatu organisasi yang harus

    dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai. Saat ini sistem

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    20/29

    pengendalian intern yang digunakan adalah berdasarkan definisi dari COSO yang mencakup 5

    unsur yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan

    komunikasi, serta pemantauan. Kelima unsur tersebut merupakan syarat-syarat suatu manajemen

    organisasi yang berlaku. Dalam sistem pengendalian intern pemerintah pun persyaratan di atas

    diperlukan, sehingga tercipta manajemen publik yang mampu memberikan pelayanan kepada

    publik/masyarakatnya dengan efektif, efisien dan ekonomis, serta taat pada peraturan,

    perundangan dan ketentuan-ketentuan lainnya.

    Analisa dan Cara Mengatasi Fraud

    Analisa dan Cara Mengatasi Fraud

    Definisi dan Jenis-jenis Fraud

    Definisi Pengawasan Intern yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

    No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah seluruh proses

    kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap

    penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang

    memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan

    secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    21/29

    baik. Pada PP Pasal 2 ayat 1 tercantum bahwa pengendalian penyelenggaraan kegiatan

    pemerintahan dilakukan untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

    transparan dan akuntabel. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal

    pemerintah memiliki tujuan untuk mencapai pengelolaan keuangan baik di pemerintah daerah

    maupun pemerintah pusat sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

    Kegagalan pemerintah dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan dapat

    diakibatkan oleh beberapa hal antara lain penyimpangan kebijakan dan penyimpangan yang

    diakibatkan oleh kecurangan (fraud). Penyimpangan kebijakan dilakukan oleh manajemen

    puncak terutama untuk mencapai tujuan tertentu, dengan cara membuat kebijakan yang tidak

    sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan penyimpangan kecurangan (fraud) dapat

    dilakukan baik oleh manajemen puncak maupun pegawai lainnya dengan untuk mendapatkan

    keuntungan, dengan cara melakukan tindakan-tindakan kriminal seperti korupsi, kolusi,

    penipuan, dan lain sebagainya.

    Bagaimana cara mengatasi fraud adalah tugas bersama dari suatu organisasi pemerintahan dan

    sistem pengawasan internalnya. Pengenalan akan kecurangan dan dampaknya menjadi hal yang

    penting untuk diketahui seluaruh staf pegawai hingga manajemen puncak.

    Sebagai perbandingan, pada suatu perusahaan di bidang manufaktur, perusahaan tersebut

    mengalami kerugian akibat kecurangan pegawai mencapai Rp. 100 juta/tahun. Jika keuntungan

    rata-rata perusahaan tersebut adalah 10% dari penjualan maka perusahaan tersebut harus

    kehilangan keuntungan dari penjualan sebesar Rp. 1.000 juta/tahun. Bayangkan penjualan

    perusahaan tersebut menjadi tidak berguna akibat adanya kerugian akibat kecurangan.

    Demikian juga dengan kerugian atau kebocoran keuangan negara yang terjadi akibat adanya

    fraud. Hal ini dapat berakibat pada alokasi dana yang hilang yang telah dikumpulkan dari

    berbagai pendapatan negara terutama pajak yang telah didapatkan dari masyarakat. Dengan rata-

    rata setiap penduduk membayar pajak sekitar 15%-20% dari penghasilannya maka dapat

    dibayangkan kerugian negara berdampak pula pada pendapatan penduduk yang harus

    ditingkatkan pemerintah. Padahal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dibutuhkan

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    22/29

    sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pemerintah yang didanai dari pajak di atas. Dan yang

    lebih utama adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan menjadi berkurang,

    termasuk pula investasi dari luar negeri berkurang, sehingga kondisi makro keuangan pemerintah

    menjadi terganggu pula.

    Kesadaran untuk melakukan tindakan anti fraud dapat diawali dengan memberikan pengertian

    yang lebih tentang kerugian dan dampak fraud. Setelah itu, seiring dengan kesadaran yang

    meningkat, maka diupayakan untuk menghilangkan penyebab fraud. Kemudian melakukan

    tindakan hukuman dan penghargaan untuk lebih mempercepat peningkatan kesadaran dan

    budaya kerja tanpa fraud.

    Penyebab terjadinya fraud adalah motivasi, sarana dan kesempatan sebagai berikut:

    - Motivasi : adalah mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan atau suaru organisasi.

    Alasan pribadi seperti masalah keuangan dapat menjadi motivasi untuk melakukan kecurangan.

    Untuk suatu organisasi, fraud pun dapat dilakukan untuk mendapatkan keuntungan atau untuk

    mendapatkan apresiasi yang positif walaupun pekerjaan yang dilakukan tidak baik, misalnya

    kolusi antara kontraktor/konsultan dengan panitia pengadaan barang/jasa,

    - Sarana : mencakup seluruh media yang dapat digunakan untuk melakukan kecurangan,

    misalnya dokumen kontrak/lelang yang diatur, transaksi keuangan dilakukan secara tunai dantidak menggunakan pencatatan yang baik, dan lain sebagainya.

    - Kesempatan : karena kurangnya pengawasan internal dan pemahaman tentang aturan dapat

    menjadi ruang terjadinya kecurangan.

    Menurut Robert Cockerall (auditor Ernst & Young) dalam makalahnya "Forensic Accounting

    fundamental : Introduction to the investigations" dinyatakan bahwa lingkungan profil fraud

    mencakup beberapa hal yaitu motivasi, kesempatan, tujuan/objek fraud, indikator, metode dan

    konsekuensi fraud. Motivasi dan kesempatan memiliki pengertian yang sama dengan definisi

    sebelumnya. Tujuan/objek fraud adalah sarana yang digunakan untuk mencapai motivasi

    kecurangan di atas. Indikator fraud mengandung pengertian adanya gejala-gejala yang merujuk

    kepada pembuktian kecurangan. Metode fraud adalah cara-cara yang dilakukan untuk melakukan

    kecurangan. Sedangkan konsekuensi fraud adalah dampak kecurangan yang terjadi pada

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    23/29

    organisasi tersebut. Pada organisasi pemerintahan khususnya pada lingkup kegiatan pekerjaan

    umum maka dapat diberikan contoh sebagai berikut :

    Seorang pengawas proyek memiliki motivasi kecurangan adalah karena kesulitan keuangan

    keluarga. Pegawai tersebut menggunakan kesempatan sebagai seorang pengawas proyek sesuai

    kewenangannya. Objek yang sesuai dengan kewenangannya sebagai pengawas adalah laporan

    pengawasan pekerjaan. Caranya adalah dengan melakukan manipulasi data yaitu menyetujui

    progress pekerjaan walaupun tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan disertai

    permintaan dana kepada pihak kontraktor. Indikasi yang didapatkan adalah perbedaan spesifikasi

    pekerjaan. Konsekuensi dari perbuatan pegawai tersebut kepada organisasi proyek adalah

    ketidaksesuaian mutu pekerjaan.

    Berikut ini adalah jenis fraud berdasarkan subjek atau pelaku, sebagai berikut :

    -employee fraud (kecurangan pegawai) : kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dalam suatu

    organisasi kerja,

    -management fraud (kecurangan manajemen) : kecurangan yang dilakukan oleh pihak

    manajemen dengan menggunakan laporan keuangan/transaksi keuangan sebagai sarana fraud,

    biasanya dilakukan untuk mencurangi pemegang kepentingan (stakeholders) yang terkait

    organisasinya.

    -customer fraud : kecurangan yang dilakukan oleh konsumen/pelanggan, misalnya kecuranganoleh pihak kontraktor/konsultan terhadap satuan kerja proyek.

    -e-commerce fraud (kecurangan melalui internet) : kecurangan yang dilakukan akibat adanya

    transaksi melalui internet (misalnya pengadaan lelang melalui internet).

    Cara Mengatasi Fraud

    Fraud harus dapat dikontrol dan dijaga, sehingga tidak semakin berkembang dan merugikan

    organisasi pemerintahan tersebut. Cara mengontrol dan menjaga agar tidak terjadi fraud adalah

    sebagai berikut :

    -mengendalikan suasana kerja yang baik di lingkungan kerja, antara lain dengan menanamkan

    etika kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja/pegawai.

    -menghilangkan kesempatan untuk melakukan fraud dengan cara sistem pengawasan internal

    yang ketat,

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    24/29

    Mengendalikan suasana kerja yang baik adalah merupakan tanggung jawab pimpinan disertai

    kerja sama dengan anggota organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan salah satu

    unsur yang harus diciptakan dan dipelihara agar timbul perilaku positif dan kondusif untuk

    penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerja, melalui beberapa cara yaitu

    penegakan integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif,

    pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan

    tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan

    sumber daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif dan

    hubungan kerja yang baik dengan instansi pemeritah terkait. Hal tersebut tercantum dalam PP

    No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

    Pengawasan internal yang ketat diharapkan mampu mengidentifikasikan dan meredam gejala

    fraud. Bentuk pengawasan internal yang ketat adalah dengan audit kinerja, audit investigatif dan

    audit laporan keuangan sesuai Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (PERMEN

    PAN No. PER/05/M.PAN/03/2008) dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

    Audit kinerja merupakan proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi terhadap pengelolaan

    keuangan negara, dalam hal ini adalah penyusunan/pelaksanaan anggaran; penerimaan,penyaluran dan penggunaan dana; serta pengelolaan aset dan kewajiban, dan pelaksanaan tugas

    dan fungsi auditi yang terdiri atas aspek ekonomis, efisiensi dan efektivitas.

    Audit dengan tujuan tertentu adalah audit untuk pemeriksaan khusus meliputi audit investigatif,

    audit mutu pengawasan internal, dan hal lain di luar bidang pengelolaan keuangan negara. Dalam

    menangani permasalahan fraud maka audit investigatif digunakan untuk membuktikan kebenaran

    indikasi terjadinya perbuatan kecurangan yang meruigkan negara dan atau potensi negara. Dalam

    pelaksanaan pemeriksaan khusus investigatif maka terungkaplah seluruh fakta dan proses

    terhadap indikasi fraud yang bertetnangan dengan peraturan. Namun pengungkapan bukti

    menjadi kendala terutama jika perbuatan kecurangan dilakukan secara melembaga, sehingga

    dibutuhkan cara pengungkapan fakta disertai bukti yang cukup. Berbagai cara investigasi

    dilakukan antara lain dengan wawancara langsung dengan auditi, pemeriksaan dokumen,

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    25/29

    masukan/input dari whistle blower (saksi pemberi informasi), dan teknik interogasi yang tepat.

    Investigasi terhadap fraud dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut menemukan indikasi

    awal bahwa telah terjadi fraud, biasanya identifikasi terhadap indikasi ini dilakukan oleh auditor

    yang telah berpengalaman, dengan melihat gejala dan bukti-bukti awal. Kemudian dilakukan

    investigasi untuk membuktikan prediksi dan hipotesis tersebut. Pedoman pelaksanaan

    pemeriksaan khusus, meliputi pula di dalamnya mengenai audit investigasi, di lingkungan

    Kementerian Pekerjaan Umum sendiri sudah ditetapkan melalui PERMEN PU No. 8 tahun 2008.

    Sedangkan audit atas laporan keuangan adalah audit yang bertujuan memberikan opini atas

    kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum

    Pemberian opini didasarkan atas hasil pengelolaan aset negara serta penggunaan keuangan

    negara yang baik dan sesuai kenyataan. Audit atas laporan keuangan dapat menjadi input bagi

    proses audit investigatif, terutama dalam hal mengidentifikasikan indikasi terjadinya fraud yang

    dilakukan oleh manajemen puncak dan atau dilakukan secara melembaga.

    Cara menemukan indikasi fraud dengan menggunakan audit laporan keuangan disebut dengan

    sistem akuntansi forensik (forensic accounting). Sistem ini dapat mengungkap fakta terjadinya

    kecurangan dengan mengungkap transaksi-transaksi keuangan yang mencurigakan pada laporan

    keuangan dan mengembangkan hasil temuan tersebut menjadi sebuah alat bukti.

    Perkembangan terhadap sistem akuntansi forensik ini diharapkan mampu mengatasi kerugian

    dan kebocoran keuangan negara. Sistem ini awalnya berkembang semenjak kasus perusahaan-

    perusahaan swasta raksasa dunia yang ternyata melakukan kecurangan laporan keuangan. Kasus

    perusahaan WorldCom dan Enron Corp., merupakan kasus kebangkrutan terbesar yang terkait

    dengan kecurangan manajemen puncak dengan menggunakan laporan keuangan sebagai

    media/sarana fraud. WorldCom mengalami kerugian akibat fraud sebesar USD 102 Milyar dan

    Enron Corp mengalami kerugian sebesar USD 63 Milyar. Setelah kasus tersebut, sisrtem

    akuntansi forensik pun dikembangkan, tidak hanya oleh perusahaan swasta. Sistem ini pun dapat

    dikembangkan untuk mendeteksi adanya kecurangan dan penyalahgunaan keuangan negara.

    Kata forensik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cabang ilmu kedokteran yg

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    26/29

    berhubungan dng penerapan fakta-fakta medis pd masalah-masalah hukum, atau ilmu bedah yg

    berkaitan dengan penentuan identitas mayat seseorang yg ada kaitannya dng kehakiman dan

    peradilan. Istilah forensik sendiri pada Bahasa Indonesia cenderung masih jarang digunakan dan

    hanya digunakan untuk ilmu medis dan pembuktian hukum. Sementara menurut Bologna and

    Linquist definisi akuntansi forensik adalah sbb :

    "Forensic and investigative accounting is the application of financial skills and an investigative

    mentality to unresolved issues, conducted within the context of the rules of evidence. As a

    discipline, it encompasses financial expertise, fraud knowledge, and a sound knowledge and

    understanding of business reality and the working of the legal system. Its development has been

    primarily achieved through on-the-job training as well as experience with investigating officers

    and legal counsel."

    atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

    "Akuntansi forensik dan investigasi adalah aplikasi keahlian keuangan dan mentalitas

    penyelidikan untuk menyelesaikan isu yang sesuai dengan konteks peraturan pembuktian.

    Sebagai suatu disiplin ilmu, hal tersebut membutuhkan keahlian keuangan, pengetahuan akan

    fraud, dan pengetahuan serta pengertian tentang bisnis (sistem) riil dan hukum. Hal tersebut

    dapat berkembang melalui kerja praktek dan pengalaman dengan masalah investigasi dan

    hukum."

    Hal yang membedakan antara pemeriksaan laporan keuangan biasa dengan sistem akuntansi

    forensik ini adalah pada besarnya material yang mempengaruhinya. Umumnya untuk audit

    laporan keuangan biasa, material yang berpengaruh adalah jenis pendapatan dan pengeluaran

    yang bernominnal besar, sedangkan yang kecil kadang diabaikan dalam penentuan indikasi

    kecurangan. Pada akuntansi forensik, indikasi kecurangan tidak berdasarkan pada nominal

    transaksi yang besar, namun melihat pada jenis pendapatan dan pengeluaran yang mencurigakan.

    Pemeriksaan akuntansi forensik tidak dapat dipisahkan dari proses investigasi. Karena untuk

    mengungkap hal yang kecil namun mencurigakan menjadi suatu alat bukti dibutuhkan usaha

    yang tidak mudah, sehingga proses audit laporan keuangan akan disertai pula oleh proses

    penyelidikan terhadap hal tersebut.

    Selain menggunakan sistem audit yang ada, penggunaan sistem informasi juga dapat dilakukan

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    27/29

    untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud. Penggunaan sistem informasi ini membutuhkan

    pengetahuan statistik dan pengelolaan data sehingga kecenderungan terjadinya fraud dapat

    diatasi. Sistem informasi ini merupakan jembatan penghubung antara pengalaman dan

    pengetahuan terhadap audit dan fraud. Kurangnya pengalaman auditor dapat diatasi dengan

    sistem informasi atau data base yang baik, selain peningkatan kompetensi melalui pendidikan

    dan pelatihan.

    Dengan adanya data historis yang cukup mengenai fraud maka diharapkan dapat diketahui

    motivasi, kesempatan, objek, indikasi, metode dan konsekuensi kecurangan, atau dengan kata

    lain didapatkan profil fraud/kecurangan yang kemungkinan dapat terjadi kembali.

    Contohnya dari data yang telah dikumpulkan maka didapatkan profil kecurangan sebagai berikut

    motivasi kecurangan pegawai adalah memperkaya diri, kesempatan kecurangan adalah melalui

    proses lelang, objek kecurangan yaitu paket pengadaan barang/jasa, metode kecurangan adalah

    dengan pemecahan paket pengadaan agar proses pengadaan dilakukan dengan penunjukan

    langsung atau pelelangan terbatas. Indikasi kecurangan adalah adanya perubahan nilai dan

    kegiatan proyek. Sementara konsekuensi yang diterima organisasi adalah ketidakpercayaan pihak

    penyedia jasa lain kepada panitia pengadaan barang/jasa.

    Dengan penggunaan data base maka proses deteksi pada kecurangan menjadi lebih cepat. Proses

    deteksi kecurangan yang biasanya diawali dengan audit kinerja secara umum kemudian baru

    ditemukan adanya indikasi kecurangan, berkembang lagi menjadi investigasi dan terakhir

    menemukan bukti, kini prosesnya dapat lebih cepat, yaitu menemukan kemungkinan kecurangan

    yang dapat terjadi berdasarkan data base, untuk kemudian di-evaluasi apakah kemungkinan

    tersebut terjadi atau tidak pada kegiatan yang di-audit.

    Penggunaan sistem informasi hanya merupakan cara deteksi awal, untuk kemudian proses

    investigasi dilakukan sesuai teknik audit investigasi.

    Kesimpulan

    Fraud adalah bentuk kecurangan untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    28/29

    lembaga/organisasi. Kecurangan yang bersifat lembaga lebih kompleks dibandingkan dengan

    kecurangan yang dilakukan oleh pribadi. Kecurangan/fraud mengakibatkan kerugian yang besar.

    Dalam pemerintahan, kerugian yang diterima bukan hanya kehilangan atau kebocoran uang

    negara, namun juga berakibat pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

    serta menurunnya tingkat investasi. Cara mengatasi fraud terbagi atas 3 tindakan yaitu tindakan

    preventif, tindakan deteksi dan tindakan investigasi. Tindakan preventif merupakan tanggung

    jawab bersama antara manajemen puncak dengan stafnya, untuk menciptakan dan

    mengembangkan budaya kerja yang beretika dan lingkungan kerja yang baik. Tindakan deteksi

    adalah cara mengidentifikasi kecurangan yang terjadi. Metode yang digunakan dalam deteksi

    atas fraud dibagi atas metode konvensional dan metode sistem informasi. Metode konvensional

    adalah dengan cara menemukan indikasi setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh

    terlebih dahulu. Salah satu cara menemukan indikasi kecurangan, terutama yang dilakukan

    secara lembaga, adalah dengan menggunakan sistem Akuntansi forensik, yaitu dengan cara

    memeriksa transaksi yang mencurigakan pada laporan keuangan, baik nominal yang besar

    maupun yang kecil. Sementara metode sistem informasi adalah dengan cara melakukan

    perbandingan profil kecurangan yang dapat terjadi, meliputi motivasi, kesempatan, objek fraud,

    metode fraud, indikasi fraud dan konsekuensi yang diterima organisasi. Tindakan investigasi

    adalah proses penyelidikan sehingga didapatkan pembuktian yang cukup. Tindakan-tindakan

    pengawasan tersebut adalah cara untuk mengatasi kecurangan sehingga kehilangan keuangannegara dapat terus ditekan dan pada akhirnya tercapai tujuan untuk menghilangkan kebocoran

    dan kerugian negara.

    Referensi :

  • 5/24/2018 Analisis COSO Dan GAO

    29/29

    Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Peraturan Pemerintah RI No. 60 tahun 2008, 2008

    Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, Permen PAN No.

    PER/05/M.PAN/03/2008, 2008

    Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Khusus di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum,

    Permen PU No.08/PRT/M/2008, 2008

    Forensic Accounting: Public Acceptance towards Occurrence of Fraud Detection, Adrian

    Nicholas Koh, Lawrence Arokiasamy, Cristal Lee Ah Suat, KBU International College,

    Malaysia, 2009

    Forensic accounting fundamentals: introduction to investigations, Robert Cockerall, Ernst &

    Young, 2007

    New Frontiers: Training Forensic Accountants Within The Accounting Program, Vinita

    Ramaswamy, University of St. Thomas, Houston, 2007

    Strategic Fraud Detection: A Technology-Based Model, Conan C. Albrecht, W. Steve Albrecht