Analisa Studio Wilayah; Kabupaten Magelang
description
Transcript of Analisa Studio Wilayah; Kabupaten Magelang
KABUPATENMAGELANG II
STUDIOANALISISWILAYAH ANALISIS STUDIO WILAYAH
KABUPATEN MAGELANG IIAryasa 36320 | Joobu 36328 | Nurlina 36391 | Grace 36522 |
Ardina 36912 | Maulidina 36950 | Adnan 37488
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Analisis Kabupaten Magelang” pada waktu yang telah ditentukan. Dalam penyusunan laporan ini kami mendapatkan banyak masukan dan kritik membangun dari berbagai pihak yang sangat membantu kami dalam pengembangan ide. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Retno Widodo Dwi Pramono, ST, M.Sc
2. Eko Heri Supriyanto, ST, MT.
3. Ir. Suryanto, MSP
4. Ir. Gunung Radjiman, M.Sc
Selaku dosen pengampu mata kuliah studio yang telah banyak membimbing dan mengarahkan kami dalam proses penyusunan laporan ini. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dinas Kabupaten Magelang serta masyarakat Kabupaten Magelang secara luas yang telah membantu pengerjaan laporan ini. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman Program Studi PWK angkatan 2010 yang telah bekerjasama dengan kami dalam proses kompilasi data dan analisis yang kami lakukan.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kabupaten Magelang di masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa dalam laporan memiliki banyak kekurangan, untuk itu kami menerima kritik serta saran pembaca.
Yogyakarta, 6 Januari 2013
Penyusun
KATA PENGANTAR
daftar isi!"#$
%"%&%&
%'
%'
%#%#%(
!%"#&(
'(
('
$"
)*
)'
%*!
%*#
%%&
DAFTAR
PENDAHULUAN
KARAKTERISTIK & KECENDERUNGAN
ISU & POTENSI
GAGASAN PENGEMBANGAN
Isi
Gambar
Tabel
Latar Belakang
Tujuan & Sasaran
Rumusan Masalah
Ruang Lingkup Analisis
Metode Pencarian &Pengumpulan Data
Dasar Hukum
Metode Analisis Data
Ketahanan Pangan
Karakteristik Fisik Dasar
Karakteristik Ekonomi
Karakteristik Penduduk
Karakteristik Sarana & Prasarana
Tingginya Tingkat Kemiskinan
Rendahnya Kualitas Pendidikan
Dampak Kerentanan Bencanadi Kabupaten Magelang
Rendahnya Aksesibilitas &Mobilitas Kabupaten Magelang
Rendahnya Kesejahteraan Petani
Dilema Pertambangan PasirKabupaten Magelang
Krisis Aksesibilitas Sektor Air Bersih di Kabupatern Magelang
Agrowisata
Agroindustri
Agro - Forestry
Keterkaitan Dengan Isu di Kabupaten Magelang
Agropolitan
Industri
%!"%!"%!&%!&%!'
%!'
$"
%!&
Tabel 2.1 Kemiringan Lahan di Kabupaten Magelang
Tabel 2.2 Struktur Tanah di Kabupaten Magelang
Tabel 2.3 Kedalaman Lahan di Kabupaten Magelang
Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai Utama Kabupaten Magelang
Tabel 2.5 Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Magelang Tahun 2003 – 2008
Tabel 2.6 Luas Lahan Kabupaten Magelang Tahun 2011
Tabel 2.7 Data Kelahiran dan Kematian Penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2010
Tabel 2.8 Sex Ratio di Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2011
Tabel 2.9 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidi-kan yang Ditamatkan Tahun 2007 - 2011
Tabel 2.10 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Tahun 2007 – 2011
Tabel 2.11 Dependency Ratio Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2011
Tabel 2.12 Komponen Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2010
Tabel 2.13 PDRB Kabupaten Magelang ADHK (dalam juta rupiah) tahun 2007-2011
Tabel 2.14 Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Magelang
Tabel 2.15 Penentuan Sektor Unggulan Kabupaten Magelang
Tabel 2.16 Penentuan Lokasi Sektor Unggulan Kabupaten Magelang
Tabel 2.17 Sektor Unggulan setiap Kecamatan Kabupaten Magelang 37Tabel 2.18 Perkembangan Jumlah SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Magelang tahun 2007 – 2011
DAFTAR TABEL
!$
!)
&%
&!
&"
&&
&#
&'
'%
'"
''
'&
''
!"!'!'!#
&&
Tabel 2.19 Keadaan Jalan Menurut Status
Tabel 2.20 Jumlah Kecelakaan di kabupaten Magelang Tahun 2010
Tabel 3.1 Pendapatan Perkapita Penduduk Kabupaten Magelang
Tabel 3.2 Angka Partisipasi Sekolah (APrS) Menurut Kelompok Umur dan Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 -2011
Tabel 3.3 Sebaran Bencana Alam di Kabupaten Magelang
Tabel 3.4 Kejadian Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Magelang Tahun 2008-2011
Tabel 3.5 Kejadian Bencana Banjir di Kabupaten Magelang Tahun 2008-2011
Tabel 3.6 Kejadian Bencana Angin Puting Beliung di Kabupaten Magelang Tahun 2008-2011
Tabel 3.7 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang lalu Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tabel 3.8 Komponen IPM di Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2011
Tabel 3.9 Jumlah Bangkitan Perjalanan, Jumlah Pertanian Serta PDRB Kabu-paten Magelang Tahun 2010
Tabel 3.10 Korelasi Bangkitan Perjalanan, Jumlah Pertanian Serta PDRB Ka-bupaten Magelang Tahun 2010
Tabel 3.11 Jumlah Kecelakan di Kabupaten Magelang Tahun 2010
Tabel 3.12 Pola Perjalanan Kabupaten Magelang Tahun 2012
Tabel 3.13 Proyeksi Pola Perjalanan Kabupaten Magelang Tahun 2022
Tabel 3.14 Jumlah uang yang dikeluarkan untuk makanan pokok perkeluarga per bulan
Tabel 3.15 Jumlah Luas Lahan Pertanian setiap petani
DAFTAR TABEL
#(
(*((
$*
$"
$#
$$
$)
)*
)!
)"
)#
)())%*%
%*%
%*#
Tabel 3.16 Perkiraan Pendapatan Petani dalam Setahun
Tabel 3.17 Perbandingan Pendapatan Petani dalam Setahun
Tabel 3.18 Kebutuhan Air Virtual
Tabel 3.19 Strategi dan Sasaran Penanggulangan Krisis Sektor Air Bersih Kabupaten Magelang
DAFTAR TABEL
%*$
%*)
%%#
%%'
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Magelang tahun 2012
Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kabupaten Magelang tahun 2012 Gambar 2.3 Peta Kabupaten Magelang tahun 2012
Gambar 2.4 Peta Hidrologi Kabupaten Magelang 2012
Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Magelang 2012 Gambar 2.6 Peta Kesesuaian Lahan tahun 2012
Gambar 2.7 Peta Daya Tampung Kabupaten Magelang tahun 2012 Gambar 2.8 Peta Struktur Ruang 2012
Gambar 2.9 Peta Pola Ruang Kabupaten Magelang 2012
Gambar 2.10 Jumlah Penduduk di Kabupaten Magelang Tahun 2011 Gambar 2.11 Peta Kepadatan Penduduk Bruti Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gambar 2.12 Sekolah di Kecamatan Sawangan
Gambar 2.13 Peta Persebaran Permukiman Kabupaten Magelang 2012
Gambar 2.14 Peta Persebaran Pasar Kabupaten Magelang 2012
Gambar 2.15 Skema Teori Doxiadis
Gambar 3.1 Peta Jumlah Kemiskinan Kabupaten Magelang tahun 2011
Gambar 3.2 Peta Kepadatan Penduduk Bruto Kabupaten Magelang tahun 2011
Gambar 3.3 Peta Aksesibilitas Kabupaten Magelang tahun 2011
Gambar 3.4 Peta Rawan Bencana Kabupaten Magelang tahun 2012
Gambar 3.5 Peta Permukiman Rawan Bencana Kabupaten Magelang
DAFTAR GAMBAR
"*
"%
""
"&"'"(")'$#'
##
(*(#
((
($$%
$&
!(
!&
!"!!
Gambar 3.6 Peta Permukiman Rawan Bencana Kabupaten Magelang Gambar 3.7 Tanah Longsor di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang Gambar 3.8 Peta Rawan Bencana Banjir Kabupaten Magelang Gambar 3.9 Peta Rawan Bencana Angin Putting Beliung Kabupaten Magelang Gambar 3.10 Peta Sebaran Sekolah di Kabupaten Magelang Tahun 2011 Gambar 3.11 Peta Struktur Ruang 2012 Gambar 3.12 Peta Aksesibilitas dan Mobilitas Kabupaten Magelang Gambar 3.13 Kondisi Jalan Kabupaten Magelang Gambar 3.14 Peta Pola Perjalanan Kabupaten Magelang tahun 2012 Gambar 3.15 Timbunan Komoditas yang tidak terangkut Gambar 3.16 Kegiatan penambangan pasir di Kecamatan Dukun Gambar 3.17 Skema Resiko Pertambangan Pasir Gambar 3.18 Kegiatan Penambangan Pasir di Kecamatan Srumbung Gambar 3.19 Peta Sebaran Lokasi Pertambangan Kabupaten Magelang Gambar 3.20 Lahan pertanian Kabupaten Magelang Gambar 3.21 Peta Sawah Irigasi Teknis dan Non Teknis Kabupaten Magelang Gambar 3.22 Peta Cadangan Produksi Beras Kabupaten Magelang Gambar 3.23 Peta Overlay Permukiman dan Daerah Kemarau Kabupaten Magelang
Gambar 4.1 Skema Gagasan Pengembangan
$'
$#
$(
$$
$)
)')$))
%**
DAFTAR GAMBAR
%*%
%*!
%*&%%*
%%%
%%"
%%&
%!#
%%#
%*"
Gra!k 2.1 Perbandingan Luas Lahan Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gra!k 2.2 Perbandingan Jumlah Penduduk dan Daya Tampung Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gra!k 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2007-2011
Gra!k 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Magelang Tahun 2007/2008 – 2010/2011
Gra!k 2.5 Kepadatan Netto Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2011
Gra!k 2.6 Kepadatan Fisiologis Kabupaten Magelang Tahun 2007 - 2011
Gra!k 2.7 Proyeksi Penduduk Kabupaten Magelang
Gra!k 2.8 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2007 – 2011
Gra!k 2.9 Struktur Penduduk Menurut Lapangan Kerja
Gra!k 2.10 Indeks pembangunan Manusia di Kabupaten Magelang Tahun 2007-2010
Gra!k 2.11 PDRB per kapita Kabupaten Magelang
Gra!k 2.12 Struktur Ekonomi Kabupaten Magelang 2011
Gra!k 2.13 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang
Gra!k 2.14 Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Magelang
Gra!k 2.15 Perkembangan Indeks Williamson Kabupaten Magelang
Gra!k 2.16 Hasil Perhitungan Multiplier E"ect Atas Dasar Harga Konstan
Gra!k 2.17 Proyeksi Kebutuhan Sarana SD Kabupaten Magelang Tahun 2016 – 2021
Gra!k 2.18 Proyeksi Kebutuhan Sarana SMP Kabupaten Magelang Tahun 2016 – 2021
DAFTAR GRAFIK
!(
"!
"(
"$
")
&*&*&%
&&
&#
&$&)'*
'%'#'$
')
#*
Gra!k 2.19 Proyeksi Kebutuhan Sarana SMA Kabupaten Magelang Tahun 2016 – 2021
Gra!k 2.20 Jumlah Sarana Kesehatan Per Kecamatan di Kabupaten Magelang tahun 2011
Gra!k 2.21 Jumlah Kebutuhan RSU Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gra!k 2.22 Proyeksi Kebutuhan Sarana Puskesmas Kabupaten Magelang Tahun 2016 - 2031
Gra!k 2.23 Jumlah Eksisting Dan Kebutuhan Puskesmas Pembantu Kabu-paten
Gra!k 2.24 Jumlah Sarana Beribadah Per Kecamatan di Kabupaten Magelang, 2011
Gra!k 2.25 Kondisi Jalan Kabupaten Magelang Gra!k 2.26 Perkembangan Struktur Ekonomi tahun 2007-2011
Gra!k 3.1 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Magelang Tahun 2003-2010
Gra!k 3.2 Jumlah Rumah Tangga Miskin per Kecamatan di Kabupaten Magelang
Gra!k 3.3 Kebutuhan Sarana Pendidikan Kabupaten Magelang tahun 2011
Gra!k 3.4 Kejadian Bencana Tanah Longsor Kabupaten Magelang
Gra!k 3.5 Kejadian Bencana Banjir Kabupaten Magelang
Gra!k 3.6 Kejadian Bencana Angin Putting Beliung Kabupaten Magelang
Gra!k 3.7 Perkembangan Jumlah SD, SMP, SMA Kabupaten Magelang Ta-hun 2007-2011
Gra!k 3.8 Rasio Murid Terhadap Guru di Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gra!k 3.9 Perkembangan Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2011
DAFTAR GRAFIK
!"
!#
!$
!%
!&
!'
("
)#
)#
')
()
(!
(&
'!
'(
)#
Gra!k 3.10 Struktur Ekonomi dan Lapangan Kerja di Kabupaten Magelang Tahun 2011
Gra!k 3.11 Pertumbuhan Ekonomi
Gra!k 3.12 Kondisi Jalan Kabupaten Magelang
Gra!k 3.13 Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Gra!k 3.14 Perbandingan Kebutuhan Air Kaupaten Magelang dengan Converaged Area PDAM
Gra!k 3.15 Pemenuhan Kebutuhan Air Kabupaten Magelang
%%#
DAFTAR GRAFIK
%%'
%*#
))
)(
)&
PENDAHULUAN
ekonomi dan sarana prasarana. Kemudian dari keempat sektor di analisis satu persatu kemudian dicari keterkaitannya satu sama lain sehingga menciptakan suatu kesimpulan yang berupa masalah maupun potensi.
Kabupaten Magelang yang saat ini tengah berkembang menjadi wilayah yang menuju “kekotaan” yang dilihat dari perkembangan
sumber daya yang belum digali dan dioptimalisasikan. Potensi-potensi ini sebenarnya dapat menunjang perkembangan wilayah Kabupaten Magelang agar tujuan pengembangan wilayah dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam melakukan perencanan wilayah juga tidak dapat lepas dari munculnya masalah-masalah yang perlu diantisipasi agar tidak menghambat proses tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah analisis yang dapat mengkorelasikan antara masalah-masalah yang muncul dalam pengembangan wilayah dengan potensi-potensi wilayah sebagai bahan dasar dalam melakukan suatu perencanaan
1. Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah sangat mempengaruhi terbentuknya dinamika yang terjadi di dalamnya. Dinamika menciptakan suatu pola interaksi serta pergerakan wilayah tersebut. Pengaruh terjadinya hal tersebut adalah terciptanya potensi serta permasalahan yang timbul pada suatu wilayah.
Dalam merencanakan suatu wilayah perlu dilakukan suatu proses perencanaan dimana dalam proses tersebut harus dilakukan secara berurutan dan kontinyu agar tercipta suatu rencana yang
satu dari proses perencanaan
dimana analisis bertujuan untuk memberikan gambaran nyata dari suatu wilayah yang diamati. Dalam melakukan analisis dibutuhkan berbagai macam data yang berhubungan dengan wilayah tersebut. Data-data tersebut selanjutnya akan dianalisis dan dicari keterkaitan antara satu dengan yang lain. Untuk lebih menyederhanakan dalam melakukan analisis suatu wilayah hendaknya dibuat berbagai sektor yang terdiri dari
!"#$%&'()*)'%
kondisi sarana dan prasarana yang tersedia. Laporan ini juga bertujuan untuk menganalisa berbagai kondisi tersebut dan mengetahui berbagai masalah dan potensi yang muncul terkait dalam usaha pembangunan Kabupaten Magelang agar dapat diantisipasi maupun acuan dalam perencanaan yang akan datang.
3.2 Sasaran Dari analisis yang telah dibuat hendaknya didapatkan berbagai macam kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat berupa permasalahan maupun potensi yang muncul sehingga nantinya analisis tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan
pengumpulan data serta analisis yang dilakukan adalah :
1. Tersedianya data yang lengkap yang kemudian berguna untuk perencanaan kedepannya.
2. Adanya analisis kecenderungan wilayah menggambarkan secara nyata keadaan di Kabupaten Magelang.
3. Adanya analisis yang saling terkait antar sektor yang
wilayah agar dalam menyusun gagasan pengembangan untuk perencanaan yang akan datang dapat berjalan secara efektif dan berkelanjutan.
2. Rumusan Masalah Berbagai potensi serta masalah yang muncul dari hasil analisis hendaknya memberikan gambaran nyata bagaimana keadaan nyata dari Kabupaten Magelang. Kondisi ini diharapkan dapat menghasilkan suatu analisis yang dapat dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan yang efektif dan berkelanjutan dimasa yang akan datang. Hasil yang diharapkan dari analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Hasil analisis kecenderungan per sektor
2. Munculnya suatu masalah dari analisis yang dilakukan
3. Munculnya potensi dari analisis yang dilakukan
3. Tujuan dan Sasaran
3.1 Tujuan Pembuatan laporan analisis Kabupaten Magelang bertujuan untuk mengetahui kondisi Kabupaten Magelang secara menyeluruh. Kondisi yang
5.1 Sumber Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan dan langsung dari narasumber. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data dari instansi – instansi terkait.
5.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei dengan berbagai cara :
1. Metode observasi langsung ke
yang dilakukan langsung di Kabupaten Magelang dengan cara mengamati langsung kondisi eksisting yang ada pada Kabupaten Magelang. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian akan dicatat dan akan dianalisis lebih lanjut.
2. Metode wawancara langsung
metode ini bertujuan untuk menunjang informasi yang didapatkan dari berbagai referensi yang tersedia. Dengan adanya data langsung dari berbagai responden diharapkan mampu menjadi perbandingan antara data yang didapat dari data sekunder dengan data yang didapat dari
kemudian didapatkan berbagai macam masalah serta potensi yang ada di Kabupaten Magelang.
4. Ruang Lingkup Analisis Ruang lingkup lokasi yang dilakukan adalah Kabupaten Magelang dan wilayah sekitarnya yang terkait dengan Kabupaten Magelang. Wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang secara tidak langsung berpengaruh terhadap arah pengembangan wilayah Kabupaten Magelang. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pergerakan masyarakat yang tidak hanya melakukan pergerakan di dalam wilayah Kabupaten Magelang namun juga di wilayah sekitarnya.
Ruang lingkup waktu dari analisis dilakukan pada data-data sekunder selama lima tahun terakhir dan pengamatan lapangan pada tahun 2012. Data-data Kabupaten Magelang lima tahun terakhir tersebut menjadi bahan analisis
dan menjadi dasar perencanaan
kedepannya.
5. Metode Pencarian dan Pengumpulan Data
c. Normatiftanggapan atas kondisi yang berlaku maupun rencana pengembangan Kabupaten Magelang.
7. Dasar Hukum Dalam proses penyusunan laporan dan buku Analisis Kabupaten Magelang kami menyertakan berbagai sumber terkait untuk
dijadikan landasan dan pedoman dalam proses analisis data serta penyusunannya. Untuk menganalisis kami menggunakan beberapa dasar utama seperti
itu kami juga menggunakan UU Penataan Ruang Nomer 26
tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Pangan.
pakai dalam proses analisis dan penyusunan buku ini beberapa diantaranya adalah: Provinsi Jawa
Kabupaten
Kabupaten Magelang. RTRW Kabupaten Magelang mencakup
hasil wawancara.
3. Pencarian referensi dari
pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi berbagai inatansi yang terkait kemudian mengumpulkan data yang telah dimiliki oleh instansi tersebut. Jenis data yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan untuk menganalisis Kabupaten Magelang.
6. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari berbagai metode kemudian dianalisis secara kualitatif untuk diketahui keterkaitannya satu sama lain. Analisis data bertujuan untuk mengetahui keadaan eksisting dari Kabupaten Magelang. Analisis data yang dilakukan yaitu berupa analisis:
a. Deskriptifatau mengelaborasi dan mengaitkan keadaan wilayah Kabupaten Magelang baik secara umum maupun khusus kawasan tertentu.
b. Keruangan atau spasialberguna untuk menganalisa gejala-gejala yang bersifat
c. Ketiga ketahanan yang
keseimbangan antara
pengaman sosial.
d. Keempatmanakala ketahanan pangan
Kepala Daerah yang memuat
lintas satuan kerja perangkat
disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan
ketahanan pangan adalah:
a. Pertama
jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat.
b. Kedua
hak (entitlements) untuk
menukarkan (exchange) pangan ataupun menerima sebagai pemberian (transfer).
karakteristik & kecenderunganw i l aya h
Tempuran, Kecamatan Kajoran, Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Bandongan, Kecamatan Windusari, Kecamatan Secang, Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Pakis, Kecamatan Grabag, Kecamatan Ngablak. 21 kecamatan tersebut
2
Ha). Batas – batas administratif
sebagai berikut:
Temanggung dan Kabupaten Semarang
Semarang dan Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Temanggung
1. Karakteristik Fisik Dasar 1.1 Keadaan Umum Kabupaten Magelang merupakan
secara administrasi termasuk
dan menguntungkan karena terletak pada jalur persimpangan
Kabupaten Magelang merupakan
Solo.
fungsional Kabupaten Magelang
Salaman, Kecamatan Borobudur,
Salam, Kecamatan Srumbung,
Muntilan, Kecamatan Mungkid,
!!"#$%$#&'%!(&!#)*#'+',-'%.,/$,)0!1$2$3)
tuk permukaan saja, tetapi juga
atas permukaan laut, ketinggian permu
kaan laut,
Gambar2.1 Peta Administrasi Kabupaten Magelang tahun 2012 Sumber : Analisa Kelompok, 2012
cakup 21 kecamatan. Kecamatan
km2
2
ada di Kabupaten Magelang pada
1
permukaan, model tiga dimensi,
Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kabupaten Magelang tahun 2012 Sumber : Analisa Kelompok 2012
Tabel 2.1 Kemiringan Lahan di Kabupaten Magelang
No Kemiringan
1
2Bergelombang sampai berom
bak
Sebagian besar kecamatan (17
Bergelombang sam
pai berbukit
Kecamatan Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, Srumbung, sebagian Ngab
Berbukit sampai
gunung
Kecamatan Windusari, Kaliangkrik,
Sumber: RTRW Kabupaten Magelang
sedangkan Kecama
Kabupaten Magelang
permukaan laut.Beri
bandingan ketinggian
2011.
Batuan gunung api merupakan
Merbabu, dan Gunung Sumbing
lereng dan puncak gunung api tersebut terdiri dari breksi
batuan gunung api merupakan
Sumbing, dan Merbabu. Sebaran
Magelang, terbagi menjadi:
Kabupaten Magelang terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api, batuan beku terobosan dan
merupakan formasi andesit tua
andesit. Formasi ini menempati sisi
dan Borobudur bagian selatan. Batuan ini mengandung potensi
batuan andesit), dimana pada
pada pertambangan.
1.3 Analisis Geologi dan Jenis Tanah
Gambar 2.3 Peta Kabupaten Magelang tahun 2012 Sumber : Analisa Kelompok 2012
Tabel 2.2 Struktur Tanah di Kabupaten Magelang
!" #$%&'$&%()*+*, -./*0*,
1 2//&3.*/(45/*6& !7/&8*%9
: 2//&3.*/(;"'/*$()&* 45<*=*$*+(>*+?"+7*+@(>"%"6&?&%@(;*+?.=&/0"@(A5%$"0&?*+@(
B CD&'&+9
EC
45<*=*$*+(#*/*=*+(?*+(>"%"6&?&%9
F
G
H 45<*=*$*+(I%*6*7(?*+(!7*6/*'9
J #*/*=@(?*+(!7/&8*%9K 45<*=*$*+(I%*6*7(?*+(!7*6/*'91L
11 C
1: C
Sumber: RTRW Kabupaten Magelang
Tabel 2.3 Kedalaman Lahan di Kabupaten Magelang!" 45?*/*=*+ -./*0*,
1 C=&'***+($*+*,
#56*7.*+(8./*0*,(?.(45<*=*$*+(#%&=6&+7(?*+(D&'&+(6*7.*+(
: BL(C(GL(<=(?.(6*8*,( #56*7.*+(8./*0*,(?.(45<*=*$*+(#%&=6&+7@(D&'&+@(>"%"6&?&%@(
B M(GL(<=(?.(6*8*,(
Sumber: RTRW Kabupaten Magelang
Pada kabupaten magelang,
berada di sekitar gunung merapi
mendekati nol, namun sebagian bersifat perrenial (mengalir
pada musim kemarau mengalami penurunan debit.
Kondisi air di Kabupaten Magelang sekitar Gunung Merapi pada lereng barat merupakan akuifer bagus
sumber irigasi dalam bercocok tanam.
Namun, saat ini keadaan tepi
berbatasan langsung dengan
pertambangan pasir, terutama
lingkungan.
1.4 Analisis Hidrologi
distribusi air di permukaan
sungai.
Terdapat 10 sungai besar dan
/detik pada
/detik pada musim kemarau, serta 55 mata air
detik.
2
2.
Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai Utama Kabupaten Magelang
!*=*(D*5%*,(2/.%*+(#&+7*.(
ND2#OD2#P%"7" B9:BJ@KL('=:(NK1QO
D2#P*65/*+$ 1LB('=:(N:@JKQO
Angka 2011
erosi, dikarenakan air limpasan
1.5 Analisis Klimatologi
temperatur udara di Kabupaten
beserta kelembaban udara
di Kabupaten Magelang cukup
bencana longsor di beberapa
kabupaten Magelang.
Gambar 2.4 Peta Hidrologi Kabupaten Magelang 2012Sumber : Analisa Kelompok 2012
Tabel 2.5 Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Magelang Tahun 2003 - 2008
!" #$%&'())* ())+ ()), ())- ()). ())/
00 11 00 21 00 11 00 21 00 21 00 21
3 4&'$&56 () -/, (3 *(. 3. +*/ (- +./ 33 3*) 37 +3(
( 89:5$&56; (, --, (3 (/7 (( -(* (- *.) (, +3- (+ +.*
* 2&59< 3/ (++ (, (.7 () +-7 3. 3,7 (, -), (3 *,3
+ =>56% 3, 7( 3+ (), 3, 3+. 3/ (/) (( *+( 3. (3*
, 296 3) 3() 3, (,* * 3( 3/ *)7 - +7 33 3(.
- 4$'6 + ,3 ( 3) 3) -( 3 7 3( /* - +*
. 4$%6 ) ) 33 3,, / 7) ) ) ) ) + +7
/ =?$@<$@ 3 3+ ) ) * *, ) ) ) + 3 3)
7 A9><91:95 ( / , 3+ 3( 373 ) ) ) ) - +*
3) BC<":95 . 3)/ , 3. . 3)) + 3( + /) , -*
33 !"D91:95 3. *(/ (( -3( 3- *-, - 3*) 3- (7, 3, *+-
3( E9@91:95 (, ,3( (/ -)( ) ) (/ ,./ (7 +-/ (( +*(
Jumlah 144 2827 169 2763 133 2532 144 2325 150 2472 151 2562
longsor namun dapat juga sebagai
pertanian jika dibuat perencanaan
potensial untuk mengalirkan
gunung merapi, namun disisi
dingin terutama pada saat musim
1.6 Analisis Tata Guna Lahan
Tabel 2.6 Luas Lahan Kabupaten Magelang Tahun 2011
Jenis LahanLuas Lahan
(Ha)Persentase
1 Lahan Pertanian
a. Irigasi teknis 6623 17,79
b. Irigasi setengah teknis 5270 14,16
c. Irigasi sederhana 8809 13,67
d. Irigasi desa non PU 8263 22,20
e. Tadah hujan 8255 22,18
Jumlah lahan sawah 37220 100,00
2 Lahan Kering
a. Tegal kebun 36234 85,82
b. Perkebunan 256 0,61
c. Ditanami pohon/hutan rakyat 2971 7,04
d. Kolam/Tebet/empang 152 0,36
e. padang penggembalaan /rumput 2 0,00
f. Lainnya (perkarangn yang ditanami tanaman pertanian, dll) 2603 6,17
Jumlah lahan bukan sawah 42218 100,00
3 Lahan Bukan Pertanian
a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 17024 58,44
b. Hutan negara 7874 27,03
c. Lainnya 4234 14,53
Jumlah lahan bukan pertanian 29132 100,00
TOTAL (Luas wilayah kabupaten) 13045 28,20
mendominasi dibandingkan
Kabupaten Magelang penggunaan
semua kecamatan di Kabupaten
belum terencana.
Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Magelang 2012Sumber : Analisa Kelompok 2012
analisa skoring tersebut, didapat
perindustrian. Secara spasial
kecamatan di Kabupaten Magelang dapat dikembangkan kegiatan
bercirikan perkotaan (urban)
utama, meliputi Kecamatan Mungkid, Kecamatan Muntilan,
kecamatan tersebut cukup
sepanjang sepanjang jalur utama
1
dengan batasan perencanaan
dalam pengembangan kegiatan
Gambar 2.6 Peta Kesesuaian Lahan Kabupaten Magelang 2012Sumber : Analisa Kelompok 2012
1.8 Analisis Daya Tampung
Magelang dapat dilakukan dengan
2011 dirinci menurut kecamatan,
Keterangan:
++
+= Dt0,03
HP
HDt0,01
HP
PLw
dirinci menurut kecamatan,
2011, di Kabupaten Magelang
tampung Kabupaten Magelang
jika dibandingkan dengan
Kabupaten Magelang itu sendiri.
penduduk Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang:
Penduduk dan Daya Tampung Kabupaten Magelang Tahun 2011
Sumber : Kabupaten Magelang Dalam
Gambar 2.7 Peta Daya Tampung Kabupaten Magelang tahun 2012
1.9 Analisis Struktur Ruang Struktur ruang merupakan
dan sistem jaringan prasarana
sebagai pendukung kegiatan
ke dalam tata ruang bersama dengan pola ruang. Struktur ruang Kabupaten Magelang meliputi
jaringan prasarana. Kabupaten Magelang sendiri merupakan
Wonosobo, Kota Magelang,
Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Temanggung. Sistem
memiliki fungsi pengembangan
permukiman beserta kelengkapan
ruang Kabupaten magelang terbagi menjadi empat orde dengan
orde tersebut terbagi sebagai berikut:
Kecamatan Muntilan, dan Kota Magelang
Kecamatan Salaman, dan
Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Secang,
Kecamatan Salam, Kecamatan Srumbung, Kecamatan Pakis, Kecamatan Ngablak, Kecamatan Windusari, Kecamatan Bandongan, dan Kecamatan Kajoran
Mungkid dilakukan dengan
Mungkid merupakan ibukota Kabupaten Magelang, dimana di kecamatan ini terdapat berbagai
mengurusi otonomi di kabupaten
Kecamatan Mungkid memiliki
di Kabupaten Magelang.
Kecamatan Muntilan, dilakukan
Kecamatan Muntilan ini merupakan pusat kegiatan ekonomi di Kabupaten Magelang. Pada kecamatan ini terdapat berbagai
Gambar 2.8 Peta Struktur Ruang 2012 Sumber : Analisis Kelompok 2012
Magelang sebelum mendapat
Magelang diletakkan pada orde
Magelang.
macam sarana perekonomian
memadai dan saling terintegrasi
mendorong pengembangan
Kota Magelang merupakan
dengan Kabupaten Magelang.
merupakan ibukota dari Kabupaten
Gambar 2.9 Peta Pola Ruang Kabupaten Magelang 2012 Sumber : Analisis Kelompok 2012
1.10 Analisis Pola Ruang
peruntukan ruang dalam suatu
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
terkendali serta mampu mengatasi problematika pada dinamika
magelang.
ruang di Kabupaten Magelang
di Kabupaten Magelang sendiri
Kabupaten Magelang sesuai untuk
peruntukan pertanian, berupa tanaman semusimdengan sistem panenbongkar pada beberapa bulan sekali dengan proses bongkar pada saat panen seperti tembakau, padi, dan jagung.
Pada kondisi eksisting, Kabupaten
Tembakau serta surplus pada
magelang dalam pada bidang
2. Karakteristik Penduduk
Penduduk dapat berperan sebagai subjek sekaligus objek dalam
pemegang kebijakan, penduduk merupakan objek karena sasaran
Penduduk sebagai aktor
bila direncanakan dengan baik
Analisis kependudukan bertujuan
distribusi, komposisi serta dinamika untuk menentukan karateristik penduduk pada suatu
dalam perencanaan Kabupaten Magelang
2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk
kabupaten Magelang, sangat
tinggal di kaki gunung tersebut.
Kecamatan Grabag, Secang dan
Sedangkan kecamatan Grabag
batas terluar Kabupaten Magelang dengan Kabupaten Semarang
strategis juga suasana lingkungan
jelas di Kecamatan Windusari
aksesibilitas transportasi disana. Selain itu kecamatan kecamatan
Merapi cenderung memiliki sedikit penduduk seperti Kecamatan
difungsikan sebagai pusat kegiatan baik itu permukiman
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011
karena efek letusan gunung
Gambar 2.10 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2011 Sumber: Kabupaten Magelang dalam
Kaliangkrik Windusari. Sedangkan
cenderung tetap. 2.3 Kepadatan Penduduk 2.3.1 Kepadatan Bruto Kepadatan penduduk bruto
lingkungan. Adapun rumus
penduduk brutto:
Kepadatan penduduk bruto di Kabupaten Magelang terdapat di Kecamatan Muntilan dan paling sedikit di Kajoran. Meskipun
paling tinggi namun karena
pula. Kecenderungan kepadatan
maka semakin tinggi kepadatan penduduk
!"#$%&'()*+"+",'-"%."'/0$%1%&2"%-'/0$%1%&'3,#456%7
berfungsi untuk menunjukkan trend dari kependudukan di
itu social ekonomi, lingkungan
210 dimana bencana merapi
Namun bencana tersebut tidak membuat penduduk trauma untuk tinggal di kabupaten Magelang.
kembali meningkat
Kabupaten Magelang Tahun 2008 – 2011
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka
penduduk di tiap kecamatan
sekitar gunung seperti Kajoran,
2.2 Laju dan Arah Perkembangan Penduduk
2.3.3 Kepadatan Penduduk Fisiologis
dengan cara membagi antara
bagus jika ditinjau dari kepemilikan
tidak diiringi dengan penggunaan teknologi maka akan ulit
2.3.2 Kepadatan Penduduk Netto Kepadatan penduduk netto
terbangun. Kepadatan netto
Magelang Tahun 2007 - 2011
Sumber: Analisis Kelompok 2012 Kepadatan Netto di Kabupaten
Gambar 2.11 Peta Kepadatan Penduduk Bruto Kabupaten Magelang 2011 Sumber: Analisis Studio Magelang 2012
penduduk sedikit demi sedikit di
Kabupaten Magelang
Sumber: Analisis Kelompok 2012
2.5 Perkembangan Penduduk
penduduk merupakan indikasi
pembangunan. Perkembangan
bebrapa faktor seperti:a. b. c. Pergerakan Penduduk
(migrasi)
memungkinkan untuk menjadi
Kabupaten Magelang Tahun 2007 - 2011
Sumber: Analisis Kelompok 2012
2.4 Proyeksi Penduduk
dengan menggunakan seperangkat
berfungsi untuk memperkirakan penduduk di masa mendatang
perencanaan sarana prasarana,
lingkungan dsb. Adapun metode
dengan mempertimbangkan tren
berbentuk ekspansif, dimana
dari total penduduk sedangkan
Berdasarkan Umur Tahun 2007 - 2011
Struktur penduduk berdasar umur
tenaga kerja juga berkaitan
Tabel 2.7 Data Kelahiran dan Kematian Penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2007 – 2010
Tahun Kelahiran Kematian
2007 42,013 30
2008 63,310 32
2009 69,402 54
2010 53,336 58
Berdasarkan data diatas, dapat
kematian di kabupaten Magelang cenderung meningkat. Meskipun
cenderung akan terus memiliki peningkatan populasi penduduk.
2.6 Struktur dan Komposisi Penduduk 2.6.1 Struktur Penduduk Menurut Umur Struktur penduduk menurut umur
konsentrasi umur, pada jenjang
2.6.2 Sex Ratio
berdasar jenis kelamin ini kemudian
pembangunan.
pembangunan di kabupaten Magelang
Sedangkan untuk penduduk usia lanjut
tinggal di perkotaan.
Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011
Salaman 98.95 97.44 97.08 99.74 99.83
Borobudur 123.01 101.79 101.43 100.74 100.76
Ngluwar 101.32 101.62 100.75 97.30 97.29
Salam 103.09 103.95 106.91 99.85 99.69
Srumbung 100.32 101.40 101.51 99.39 99.39
Dukun 96.46 99.01 98.25 99.11 99.08
Muntilan 98.94 98.36 98.17 100.21 100.29
Mungkid 93.36 95.60 94.36 99.05 98.99
Sawangan 100.05 98.73 98.46 102.65 103.29
Candimulyo 99.77 100.91 102.90 101.52 101.94
Mertoyudan 97.80 98.38 98.73 98.45 98.33
Tempuran 99.10 100.76 101.44 102.36 102.56
Kajoran 100.16 102.72 102.01 101.82 101.87
Kaliangkrik 96.85 99.34 98.93 102.17 102.38
Bandongan 100.24 100.87 100.87 102.33 102.64
Windusari 98.21 97.73 97.41 104.55 104.78
Secang 99.38 100.98 100.69 100.33 100.26
Tegalrejo 101.42 106.44 108.50 108.99 108.66
Pakis 97.87 97.65 98.78 100.00 100.43
Grabag 101.40 99.99 98.98 101.71 101.70
Ngablak 100.09 100.76 100.53 101.76 101.99
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011
Tabel 2.8 Sex Ratio di Kabupaten Magelang Tahun 2007 - 2011
Berdasarkan tingkat pendidikan
sarana pendidikan lanjut seperti SMA dan Perguruan Tinggi,
2.6.3 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan sebagai pilar utama
mencerdaskan penduduk di suatu
aktif dan pasif dalam perencanaan
disajikan data penduduk berdasarkan tamatan pendidikan:
P5+?.?.'*+(0*+7(D.$*=*$'*+ :LLHR :LLJR :LLK :L1L :L11).?*'()*=*$(#D F:9B1 :G91B :G91F 1H9KK :191E#D G9L1 BE9FH B:9F E:9:: BB9EJ#AP 1J9LF 1K9GH :L9LE 1K9L: :19BB#A2 1F9B1 1:9HK 1E9EH 1F9KJ 1K9JE
J9B G9JE G9JE E9J E9:1
Tabel 2.9 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2007 - 2011
Selain faktor sarana pendidikan,
meneruskan ke tingkat lanjut.
uang (seperti bekerja) bukan
dengan kemampuan untuk bisa terlepas dari jerat pengangguran
dengan dibarengi dengan
menurut lapangan kerja ini mengikuti struktur ekonomi,
disamping
secara garis besar terbagi dalam
pada angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Berdasarkan tabel
berada pada angkatan kerja. Pada
mengalami penurunan seiring dengan peningkatan bukan pada
2
produktif, ataupun lapangan kerja
Tabel 2.10 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Tahun 2007 - 2011
:LLH :LLJ :LLK :L1L :L111LL 1LL :J9HH :L9HE BJ9B:
19(#5'"/*, 119G 1G91: G9JF E9LB G9E:GL9GF GF9HH 1E9J: 1:9JF :B91J
B9(S*.++0* :H9HF 1J911 H91 B9JG J9H:1LL 1LL H19:B HK9:G GE9GJKJ9:H KG9LJ GK9:G HH9FG G19GK19HB B9K: 19KH 19H :9KK
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011
2
Menurut Lapangan Kerja
2.7 Ketenagakerjaan
mengukur ketenagakerjaan
Ratio ini menunjukkan seberapa besar beban tanggungan penduduk
sendiri, angka ketergantungan
dominan di Kabupaten Magelang
perdagangan, jasa dan industri.
tenaga kerja di sektor pertanian juga mengalami penurunan pula.
berdasar lapangan kerja ini berfungsi sebagai tolak ukur dalam mengembangkan sektor ekonomi.
ketergantungan semakin tinggi.
produktif kebupaten Magelang
semu mengingat tidak semua penduduk mendaftarkan diri ke
Tabel 2.11 Dependency Ratio Kabupaten Magelang Tahun 2007 - 2011
)*,&+TU=&% LC1E 1FCGE GFV:LLH :JJ@BBK HJ1@EEE K1@EKF EJ9GLH(Q:LLJ :KF@:F: HJ1@1FK KE@EJB EK9JK:(Q:LLK B:J@FJ1 HFE@E1K KH@:1H FG9EE1(Q:L1L BLH@BLJ HJ1@KG1 K:@EFE F191:B(Q:L11 BL:@KEL JLL@1FJ K1@:FF EK9:GF(Q
Sumber: Analisis Kelompok 2011
subjek (pelaku) pembangunan atau menempatkan manusia sebagai titik sentral.Kabupaten
keunggulan di beberapa sektor ekonomi namun tidak dibarengi
Tabel 2.12 Komponen Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten
Magelang Tahun 2007 - 2010
45$5%*+7*+ :LLH :LLJ :LLK :L1L2+7'*(W*%*C
N$*,&+O GK9K HL HL9LH HL9LH2+7'*(A5/5'(W&%&X(NQO K19B K19B K19BF K19BF
S*=*(#5'"/*,(N$*,&+O H91 H91 H9:G H9:GP5+75/&*%*+(
G:19F GBL9K GBB9:G GBG9KGYPA HL9G H19E H19HG H:9LJ
Manusia di Kabupaten Magelang
kerja. Tetapi dari sampel ini
lalu mengalami akumulasi dengan
ketimpangan antara pencari kerja
tidak terdaftar di dinas terkait.
lanjut menjadi pengangguran. Hal
2
kerangka demikian, pembangunan
menempatkan manusia sebagai objek (tujuan) sekaligus
3. Karakteristik Ekonomi 3.1 Kondisi Perekonomian 3.1.1 PDRB
memberi kontribusi paling besar
gas, dan air minum. Kontribusi
penduduk.
semakin menurun. Penurunan
semakin menurun. Sementara itu, sektor jasa mengalami
dengan angka pengeluaran riil
Magelang terus mengalami
pengeluaran perkapita.
Lapangan Usaha
2007
PDRB (dalam juta rupiah)
2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 1.057.402,65 1.087.510,19 1.127.359,19 1.145.120,42 1.142.912,87
Tanaman Bahan Makanan 789.918,00 822.206,16 853.154,49 865.979,46 851.581,29
Tanaman Perkebunan Rakyat 74.808,02 67.879,04 71.802,97 72.180,80 76.984,72
Peternakan & Hasil - hasilnya 115.241,62 118.761,01 122.267,97 125.785,55 130.552,82
Kehutanan 56.289,31 56.613,69 57.310,14 57.905,99 59.034,64
Tabel 2.13 PDRB Kabupaten Magelang ADHK (dalam juta rupiah) tahun 2007-2011
ekonomi perkapita di Kabupaten Magelang. Berikut ini data dan
Kabupaten Magelang atas dasar
Kabupaten Magelang
Sumber : Kabupaten Magelang dalam
semakin berkemabng karena lokasi Kabupaten Magelang
di pinggir jalan tersebut timbul
3.1.2 PDRB per Kapita
perkapita digunakan untuk
Kabupaten Magelang atas dasar
Perikanan 21.150,70 22.043,29 22.823,62 23.268,68 24.759,40
2Pertambangan dan Penggalian 92.325,93 99.569,34 107.011,64 115.123,12 125.092,78
3Industri Pengo-lahan 685.407,65 715.344,04 738.829,99 766.616,23 794.597,72
4Listrik, Gas, dan Air Minum 19.200,81 19.641,28 20.506,14 22.199,82 23.212,99
5Bangunan / Konstruksi 308.530,57 327.159,81 349.220,84 373.875,83 405.580,50
6
Perdagangan, Restoran dan Hotel 530.289,12 554.143,63 572.258,39 598.255,34 621.357,12
7Pengangkutan dan Komunikasi 197.854,96 208.198,11 218.606,40 232.009,52 245.909,74
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusa-haan 100.342,61 104.070,61 107.757,65 112.121,22 117.687,44
9 Jasa - jasa 591.293,35 645.811,58 697.214,44 750.978,51 816.003,29
PDRB Kab Magelang 3.582.647,65 3.761.388,59 3.938.764,68 4.116.390,00 4.292.354,45
PDRB per kapita 3.086.174,72 3.220.248,39 3.351.395,72 3.481.023,26 3.607.405,54
Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2011
Keberadaan Kabupaten Magelang
di Kabupaten Magelang menjadi subur dan cocok untuk pertanian.
Magelang pintar bertani karena
Kabupaten Magelang. Kelengkapan
sumber mata air di Kabupaten
semakin mendorong peningkatan
Kabupaten Magelang sebagai berikut :
Ekonomi Kabupaten Magelang
mendorong kegiatan komersial
ada di sekitar jalan tersebut.
Peningkatan tingkat pendidikan
akan meningkatkan kegiatan
Kabupten Magelang, dan semakin
besar pada peningkatan tersebut.
3.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang 2011
Miskin Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang termasuk kemiskinan struktural. Kemiskinan
dan curam. Selain itu, tingkat
membuat presentase penduduk miskin menurun. Tingkat
menggunakan pola pertanian
dan mobilitas terutama di
teknologi turut membantu dalam pengentasan kemiskinan di Kabupeten Magelang. Sementara disparitas pendapatan antar
sektor.
3
ekonomi Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang memiliki
Ketergantungan pemasukan
Kerusakan jalan di beberapa titik
mengganggu proses distribusi
Magelang dan Kabupaten Magelang
ekonomi di Kabupaten Magelang.
termasuk di bidang ekonomi. 3.4 Disparitas Pendapatan
penduduk, antar sektor, dan antar
untuk mendorong beberapa sektor
semua sektor terutama pertanian. Sementara analisa disparitas antar
berikut :
Williamson Kabupaten Magelang
penduduk bekerja di sektor
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana untuk setiap
Tabel 2.14 Produktivitas Tenaga Kerja Kabupaten Magelang
Lapangan UsahaProduktivitas Tenaga Kerja
(dalam juta rupiah)! 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 2,33 2,74 2,81 2,71 2,93Pertambangan dan Penggalian 18,39 16,40 17,44 9,50 14,17Industri Pengolahan 6,27 5,95 6,08 5,56 7,08Listrik, Gas, dan Air Minum 7,65 34,50 35,65 29,78 13,01Bangunan / Konstruksi 8,34 5,40 5,71 7,66 7,00Perdagangan, Restoran dan Hotel 3,32 3,23 3,30 3,63 3,24Pengangkutan dan Komunikasi 6,41 5,24 5,44 9,02 8,48Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 83,03 13,06 13,38 30,85 21,99Jasa - jasa 4,88 4,66 4,97 6,76 6,05
Keunggulan kompetitif
pengelolaan penggunaan sumber – sumber ekonomi dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Sementara keunggulan
pada kepemilikan ekonomi, infrastruktur, sosial, politik,
keunggulan kompetitif atau keunggulan komparatif saja belum dapat dikatakan sebagai
keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.
analisa penentuan sektor unggulan. Penentuan sektor unggulan dilakukan dengn cara
unggulan. Analisa penentuan sektor unggulan berdasarkan
Kabupaten Magelang sebagai berikut :
Angka indeks Williamson
menunjukkan jika di Kabupaten
berkegiatan ekonomi.
berjuang untuk meningkatkan
lereng gunung. Meskipun demikian angka disparitas tersebut semakin
jenis pekerjaan setiap kecamatan rata–rata sama dengan teknologi
Program–program pemerataan pembangunan untuk mengurangi
3.5 Analisis Sektor Unggulan Sektor unggulan merupakan
kompetitif dan keunggulan
Tabel 2.15 Penentuan Sektor Unggulan Kabupaten Magelang
Tabel analisa tersebut
sektor unggulan di Kabupaten
unggulan pada analisa potensi
sektor lain menjadi unggulan pada analisa potensi relatif ekonomi tapi tidak menjadi unggulan pada
tidak dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan.
3.5.1 Lokasi Sektor Unggulan
Tabel 2.16 Penentuan Lokasi Sektor Unggulan Kabupaten Magelang
kecamatan memiliki sektor unggulan
sektor unggulan setiap kecamatan
pengemabangan ekonomi Kabupaten Magelang sesuai dengan sektor
dapat dikembangkan ekonomi sesuai dengan unggulan setiap kecamatan
optimal. Sektor unggulan setiap
berikut :
Tabel 2.17 Sektor Unggulan setiap Kecamatan Kabupaten Magelang
!"#$#% & & & & & & &'%#$(#) & & & & & & &
Sektor unggulan Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang kecuali Kecamatan Kajoran, Kaliangkrik, dan Bandongan. Kabupaten Magelang saat
kota.
Selain sektor jasa sebagai sektor unggulan Kabupaten Magelang. Setiap
sebagai berikut:
à Sektor tersebut tidak menimbulkan multiplier effect
à Sektor tersebut menimbulkan multiplier effect
serta dapat membangkitkan bagi kegiatan perekonomian di
Perdagangan, Hotel dan Restoran,
Multiplier effect merupakan efek
membangkitkan beraneka ragam kegiatan lain. Pada
dan andalan di dalam suatu kota. Akan tetapi belum tentu
besar mampu memiliki multiplier
kegiatan tersebut dalam unit
dilakukan dalam perencanaan
serta memberi bangkitan bagi
Dasar Harga Konstan
Persebaran sarana pendidikan dianggap sangat penting untuk
pendidikan maka dapat dikatakan kabupaten tersebut mampu
positif bagi kemajuan kabupaten
di Kabupaten Magelang.
Tabel 2.18 Perkembangan Jumlah SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Magelang
tahun 2007 - 2011
pendidikan di Kabupaten Magelang.
4. Karakteristik Sarana dan Prasarana Keberadaan dan kelengkapan sarana prasarana merupakan
sekunder. Sarana dan prasarana
sarana prasarana tersebut antara lain mencakup sarana pendidikan,
peribadatan, dan permukiman
4.1 Sarana Pendidikan Peran sarana pendidikan dalam
andalan untuk mempersiapkan
tantangan zaman.Persiapan
bidang pendidikan dilakukan sejak dari masa pendidikan dasar,
peran sarana pendidikan sangat penting dalam memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran.
Gambar 2.12 Sekolah di Kecamatan Sawangan
4.1.1 Sekolah Dasar (SD)
penting dalam sarana pendidikan
masa TK mulai diterapkan pada lingkungan keluarga.
Kabupaten Magelang Tahun 2016 – 2021
Kabupaten Magelang. Mengingat
kan
terkait di Kabupaten Magelang.
mengalami kekurangan sarana
mendatang. Hasil ekstrapolasi
mengalami penurunan seperti di
Kabupaten Magelang Tahun 2016 - 2021
SMP merupakan jenjang
sebagai pelengkap dari program
Tabel diatas merupakan analisis
Pertama di Kabupaten Magelang.
unit SMP untuk menampung penduduk usia SMP. Terdapat
mengalami penurunan pada 10
.
nampak sangat jelas pada
cenderung curam beserta pola
Tahun 2016 - 2021
merupakan tingkat pendidikan
memiliki jangkauan luas, baik lokasi
tidak dibatasi. SMA menampung murid dari lulusan SMP dan 1 SMA
Kabupaten Magelang sangat tinggi, Bisa di simpulkan sarana
pesat, terutama pada kecamatan
Atas (SMA).
SMA di Kabupaten Magelang
sarana pendidikan di Kabupaten Magelang. Hasil ekstrapolasi
sarana SMA di Kabupaten
akan datang semakin meningkat 4.2 Sarana Kesehatan
manusia. Keberadaan akan sarana
puskesmas, puskesmas pembantu,
-matan di Kabupaten Magelang tahun 2011
masing – masing kecamatan dinilai
standar sarana jangkauan kabupaten bukan kecamatan,
perlu sarana tersebut karena cukupi. Sarana tersebut
bagi puskesmas – puskesmas
sakit umum memiliki fasilitas
akan dilakukan mencari
Magelang.
4.2.1 RSU (Rumah sakit Umum)
umum untuk mencapai kualitas
dibangun untuk menjadi rujukan
puskesmas diKabupaten Magelang
4.2.2 Puskesmas
setiap kecamatan memiliki satu puskesmas dan apabila penduduk
dibangun puskesmas pembantu. Pembangunan puskesmas dianggap sangat penting bagi
terdapat pengobatan gratis bagi mereka tanpa dan dengan kartu
Kabupaten Magelang Tahun 2016 - 2031
Sesuai dengan analisis diatas
menjangkau ke semua kecamatan
4.3 Sarana Peribadatan Sarana peribadatan merupakan salah satu sarana pendukung masyarakat dalam melakukan ke-giatan keagamaan. Tempat periba-datan berguna untuk memenuhi kebutuhan rohani setiap manusia, oleh karena itu perlu adanya
4.2.3 Puskesmas Pembantu Puskesmas pembantu merupakan puskesmas yang dibangun untuk membantu memenuhi pelayanan kesehatan di setiap kecamatan di Kabupaten Magelang.
Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa jumlah Puskesmas Pembantu di Kabupaten Magelang saat ini sudah dapat mencukupi kebutuhan yang ada kecuali
Sumber : Kabupaten Magelang Dalam Angka 2010-2011, Diolah Tahun 2012
di Kecamatan Muntilan dan Kecamatan Mungkid. Pada kedua kecamatan tersebut sampai saat ini masih kekurangan jumlah puskesmas pembantu. Namun, hal tersebut tidak teralu menjadi masalah karena di kedua kecamtan tersebut masih terlayani oleh sarana kesehatan lain seperti puskesmas dan Rumah Sakit.
penempatan sarana peribadatan yang mudah dijangkau oleh mas-ing-masing pemeluk agama, agar terjadi keseimbangan antara keg-iatan jasmani dan rohani.
di Kabupaten Magelang, 2011
adapat melindungi manusia dari
kabupaten Magelang, keberadaan
selatan, barat, maupun timur
permukiman. Namun bisa
Kabupaten Magelang. Hal tersebut disebabkan karena di bagian
tinggal di sekitar jalur tersebut
untuk membuka bisnis ataupun
Gambar 2.13 Peta Persebaran Permukiman Kabupaten Magelang 2012
Sumber : Analisa Kelompok 2012
tingkat ekonomi Kabupaten Magelang, terutama dari sektor
pusat perbelanjaan modern.
perlu dilestarikan.
4.5 Sarana Perekonomian
antara penjual dan pembeli
pasar di Kabupaten Magelang merupakan pasar tradisional,
dengan perkembangan jaman.
melalui media pasar. Apalagi
barang pertanian amat sangat bergantung pada keberadaan
Sumber : Analisa Kelompok 2012
Gambar 2.14 Peta Persebaran Pasar Kabupaten Magelang 2012
Magelang, mebuat beberapa jalan
kondisi jalan magelang dalam tabel berikut:Berdasarkan status
Tabel 2.19 Keadaan Jalan Menurut Status
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2010
4.6 Sarana Transportasi
Magelang, tidak terlepas dari
antara kedua kota tersebut.
jalan memegang peranan penting dalam perkembangan Kabupaten
di dalam sistem transportasi.
jalan akan menentukan pola
keberadaan jalan tidak mungkin diabaikan. Keberadaan jaringan
ada. Keberadaan jaringan jalan
kegiatan seperti jenis kegiatan
penataan ruang dan penggunaan
#*& Pola jaringan jalan di Kabupaten Magelang terdiri dari jaringan jalan arteri, jaringan jalan kolektor, dan jaringan jalan lokal. Keberadaan pola jaringan jalan menunjang
dapat menjalankan fungsi dan
Karena ditakutkan keberadaan
transportasi di Kabupaten Magelang.
Kabupaten Magelang
Sumber: Kabupaten Magelang
Kondisi jalan baik mengalami
sedang mengalami perbaikan
rusak terjadi akibat penurunan
baik merupakan polemic tersendiri bagi Kabupaten magelang, karena
diantara dua kota besar di Pulau
segera diatasi dengan kerjasama
di Kabupaten Magelang
merupakan jalan Kabupaten, dengan total panjang ruas jalan
aspal dan dalam kondisi sedang.
berada di Kabupaten Magelang ini,
Begitu pula dengan jalan Propinsi,
aspal dan berada dalam keadaan
untuk mencapai kualitas prima,
untuk jalan kabupaten/kota
total panjang ruas jalan sebesar
tersendiri dan perlu segera
Kabupaten Magelang itu sendiri.
dagangan, emnjadi kombinasi
membuat kemacetan tidak dapat
menggunakan bus berbadan besar, dan memakan lebar jalan cukup
pada distribusi barang dan jasa,
Begitu pula dengan kecelakaan
kecelakaan menimbulkan kerugian
meninggal ataupun cacat total,
dengan uang sebesar apapun.
kabupaten Magelang dengan
$*& Penunjang Transportasi
ingin menggunakan transportasi public dapat menuju terminal dan menggunakan bus, karena cara ini
Terminal di Kabupaten Magelang
Muntilan, Secang serta Borobudur.
kereta membuat Kabupaten
pda jalan darat dengan
maupun Semarang, begitu pula dengan kereta api. Hal ini sangat
+*&Kecelakaant
di Kabupaten Magelang (peta
kemacetan terjadi di sekitar pasar. Sebagai lokasi dengan
cukup tinggi, bisa dipastikan
sedikit. Ketidakdisiplinan para
perkembangan penggunaan
dari perkembangan piramida penduduk di Kabupaten Magelang
Kecenderungan ruang Kabupaten
pola ruang dan struktur ruang
perkembangan pola ruang
semakin lama semakin meningkat
juga dari pengguna jalan itu sendiri.
5 Kecenderungan Kabupaten Magelang merupakan
Kecenderungan perkembangan
Tabel 2.20 Jumlah Kecelakaan di kabupaten Magelang Tahun 2010
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2010
Z&=/*,(45<5/*'**+ A5+.+77*/ S&'*(
>5%*$S&'*( Z&=/*,(
4"%6*+Z&=/*,(45%&7.*+(
BBF :: KL EJB FKF
Gambar 2.14 Skema Teori Doxiadis
Teknik Analisis Kota, 2011
Kabupaten Magelang menunjukkan
berkembang di Kabupaten
mendominasi perekonomian Kabupaten Magelang semakin lama semakin menurun sementara sektor jasa semakin lama semakin meningkat. Perekonomian Kabupaten Magelang semakin
Kabupaten Magelang saat ini sedang menuju proses mengkota
sektor tersier.
Muntilan, Mungkid dan Kota
juka perkembangan Kabupaten
dari keadaan struktur penduduk
sebagian penduduk berada di usia
usia tua sedikit. Bentuk piramida
penduduk di Kabupaten Magelang
ISU DAN POTENSI
yang mengalami kemiskinan. Pemerintah juga sudah berupanya untuk menanggulangi masalah tersebut, tetapi dari kesadaran para penduduk yang masih kurang karena rendahnya pendidikan dan pola pikir yang masih sederhana. Kondisi Kabupaten memiliki
sebagian besar adalah pertanian dan perkebunan, lalu sisanya pedagang sayur, buah dan tukang ojek, dll. Berdasarkan data keluaran BPS Kabupaten Magelang, angka kemiskinan di Kabupaten Magelang mencapai 167.200 jiwa di tahun 2010 atau sebesar 14,14% dengan garis kemiskinan Rp 184.053/kapita/bulan. Jumlah
tahun 2003 hingga tahun 2010 dengan garis kemiskinan yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Fluktuasi jumlah penduduk miskin dari tahun ke
berikut ini.
Oleh: Joobu Wahyudi (36328)
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) bahwa Tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, dan perkiraan
penduduk. Bisa disimpulkan Kemiskinan adalah keadaan dimana pendapatan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan minimumnya. Tingkat pendapatan itulah yng menentukan keadaan seseorang itu miskin atau tidak miskin. Kemiskinan merupakan permasalahan yang sering terjadi dan wajib ditangani dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh.
Kemiskinan yang ada di Kabupaten Magelang merupakan masalah utama, sampai saat ini masih banyak penduduk
!!!"#!$%#&'(#)*+,($!
Sumber: Kabupaten Magelang dalam angka 2010 – 2011, diolah tahun 2012
1 TINGGINYA TINGKAT KEMISKINAN
Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Magelang semakin meningkat ini karena dari segi pendapatan masih dibawah UMR, kurangnya penerangan listrik, sumber air bukan PDAM, tidak memiliki alat kompor untuk memasak,
Kabupaten Magelang yaitu paling banyak adalah pada kategori rentan miskin, hal ini berarti penduduk Kabupaten Magelang masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhannya. Peta diatas merupakan peta jumlah kemiskinan dari beberapa kategori (Hampir miskin, miskin, sangat miskin, rentan miskin). Bisa dilihat diatas kita mengetahui kecamatan yang paling banyak kemiskinannya yaitu di grabak dan bandongan (semaki gelap semakin banyak masyarakat miskin).
Trend yang terjadi yakni jumlah penduduk miskin terus mengalami penurunan, dapat dilihat dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Namun berdasarkan hasil dari data Kabupaten Magelang dalam angka jumlah rumah tangga miskin mengalami peningkatan yakni dari 102.528 rumah tangga di tahun 2008 menjadi 142.583 rumah tangga di tahun 2011. Untuk lebih
jumlah rumah tangga miskin per kecamatan di bawah ini.
Sumber : Kabupaten Magelang dalam angka 2010 - 2011, diolah 2012
Sumber: Hasil survey Program Perlindungan Sosial, Program Sosial Ekonomi, dan SPDKP
Pada tabel diatas PDRB Perkapita Kabupten Magelang mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Diketahui bahwa di tahun 2010 dan 2011 pendapatan perkapita Kabupaten Magelang sudah berada di atas standar World Bank yaitu masing-masing sebesar Rp 9.675 dan Rp 9.989 dengan nilai kurs sebesar 8.920 Rupiah/1 USD di tahun 2010 dan 8.700 Rupiah/1 USD di tahun 2011.
Dari peta kepadatan penduduk Kabupaten Magelang, Kecamatan Bandongan memiliki kepadatan yang cukup tinggi berkisar 1.201 – 1.862 jiwa/km2 dan memiliki jumlah penduduk miskin yang terbanyak berkisar 9.000 jiwa. Analisis ini bisa di ketahui kecamatan Bandongan yang merupakan daerah yang bisa dibilang masih terbelakang daripada kecamatan lainnya (dari faktor ekonomi, SDM, sarana dan prasarana yang masih kurang). Bisa dilihat pada peta di atas.kerentanan kemiskinan yang dihadapi masyarakat lewat pendapatan perkapita. Berikut ini disajikan tabel pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Magelang.
Sumber : Kabupaten Magelang dalam angka 2010-2011, diolah tahun 2012
!"#$%!&'()*+,)-.)'+%/#0*+)12
3)104 5667 5668 5669 56:6 56::
;)<=%>)?&@)4?
8=A76 8=B7: 8=98C 9=B7C 9=989
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang Tahun 2007-2011
Pemikiran ini sejalan dengan pemikiran Amartya Sen yakni penyebab awetnya kemiskinan, ketidakberdayaan, maupun keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas.
Dalam isu kemiskinan di Kabupaten Magelang, ada beberapa penyebab kenapa terjadi kemiskinan. Antara lain :
Aksesibilitas rendah
Tingkat pendidikan yang rendah
Bencana alam
Faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Magelang antara lain yakni faktor struktural dan kultural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Menurut Selo Soemardjan (1980), kemiskinan struktural dipicu oleh rendahnya kualitas pendidikan, terbatasnya akses terhadap layanan publik, serta minimnya modal untuk membangun usaha.
Sumber : Kabupaten Magelang dalam angka 2010 – 2011, diolah tahun 2012
Setelah pasca bencana merapai banyak jembatan yang putus akibat lahar dingin, otomatis aksesibilitas makin rendah. Makin susah para masyarakat untuk menggunakan jembatan yang masih rusak, hal ini pemerintah sudah bergerak cepat untuk membuat jembatan kembali. Pada peta di bawah merupakan peta aksesibilitas yang dimana bisa dilihat hanya beberapa kecamatan yang dilewati oleh jalan jogja semarang yang memiliki aksesibilitas yang baik. Kecamatan yang lain masih rendah aksesibilitasnya.
Ketersediaan aksesibilitas di Kabupaten Magelang masih kurang memadai terutama pada daerah-
terpencil. Pada daerah tersebut, kondisi jalan banyak yang rusak akibat dilewati truk-truk dengan beban yang berlebihan, selain itu belum ada transportasi umum sebagai sarana mobilitas penduduk. Akibatnya seperti pengiriman barang bahan pokok atau hasil pertanian ke pasar menjadi terhambat dan terjadi pembusukan.
Tingkat pendidikan Kabupaten Magelang masih rendah, rata – rata lulusan SMP/MTS dan SMA/SMK. Dari segi pelayan masih sangat kurang, dengan
sekolah dan sarana transportasi yang masih minim.
Kebutuhan sarana pendidikan di Kabupaten Magelang masih sangat banyak,
faktor standar jumlah pendidikan di Kabupaten Magelang masih sangatlah kurang. Sarana SD, SMP, dan SMA kebutuhannya sekitar 100 unit sekolah, dengan yang kondisi sekarang masih tidak ideal.
Sumber: Kabupaten Magelang dalam angka 2010 – 2011, diolah tahun 2012
rendah. Angka partisipasi sekolah pada kelompok umur 7-12 tahun dan kelompok umur 13-15 tahun serta angka partisipasi murni pada tingkat pendidikan SD dan SMP masih tergolong tinggi. Namun angka partisipasi sekolah pada kelompok umur 16-18 tahun serta angka partisipasi murni pada tingkat pendidikan SMA masih sangat rendah, bahkan tidak mencapai angka 50%. Berarti sebanyak separuh lebih anak-anak usia 16-18 tahun mengalami putus sekolah atau tidak bersekolah.
Selain itu faktor lain kenapa pendidikan Kabupaten Magelang rendah, yaitu partisipasi penduduk Kabupaten Magelang dalam pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Angka partisipasi sekolah dan angka pertisipasi murni ini merupakan bukti bahwa pendidikan di Kabupaten Magelang masih tergolong rendah. Secara keseluruhan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 angka partisipasi mengalami kenaikan namun nilainya masih sangat
!""# !"$" !"$$ !""# !"$" !"$$: 7D:5%,)104 98=67 98=A5 98=6A E" 9B=89 9B=69 9B=CF5 :AD:C%,)104 8F=8A 8F=8A 8C=89 E>! 75=CB 7A=AA 7F=C9A :BD:8%,)104 F9=59 F8=65 F8=5C E>G FA=7: F:=A7 F5=5F
%& '()&*+&,-.*/0
123,4-5406787+487-9(,&)4:-;<= 123,4-5406787+487->/027-;<=?723,46-5(2@7@7,42
Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2009-2011
Bencana alam merupakan hal yang tidak bisa di hindarkan. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal, seperti tempat kawasan resapan di jadikan permukiman, kawasan longsor di jadikan permukiman, Kebakaran yang sering terjadi, dll.
Pada tahun 2010 terjadi bencana erupsi merapi yang besar, menyebabkan kerugian besar dalam bidang perekonomian
terutama bagi para penduduk yang bekerja di pertanian dan banyak penduduk yang kehilangan tempat tinggal.
Pada tanggal 7 September 2012 terjadi kebakaran Pasar Talun di Kecamatan Dukun, tidak hanya menghancurkan 123 kios dan 510 los yang ada. Kebakaran ini menyebabkan pedagang kehabisan modal. Lalu pada bulan Januari 2012 terjadi tanah longsor di
budaya kemiskinan sendiri yang mencakup karakteristik psikologis sosial dan ekonomi. Kemiskinan muncul akibat suatu budaya yang dianut oleh masyarakat sendiri. Hal ini terjadi juga pada sebagian penduduk miskin Kabupaten Magelang yang menerima kemiskinan dengan pasrah akibat kemiskinan telah menjerat masyarakat dalam kurun waktu yang cukup lama. Karena menganggap kemiskinan sebagai takdir maka daya juang untuk keluar dari jerat kemiskinan pun menjadi rendah.
Dusun Santan dan Jumbleng, Desa Sriwedari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang rata tanah setelah tertimbun longsoran tebing setinggi 20 meter. Terjadinya longsor karena cuaca yang buruk lalu hujan deras yang menggunyur menyebabkan tanan menjadi longsor. Kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin. Menurut seorang antropolog, Oscar Lewis (1983) orang-orang miskin adalah kelompok yang mempunyai
Gambar 3.4 Peta Rawan Bencana Kabupaten Magelang tahun 2012
Memiliki tempat wisata yang menarik untuk meningkatkan perekonomian
Sebenarnya potensi yang dimiliki Kabupaten Magelang cukup untuk meningkatkan kesejahteraaan hidup para masyarakat tinggal bagaimana cara untuk melakukan perubahan pola pikir atau budaya yang turun temurun seperti itu. Dengan mengetahui masalah dan potensi maka bisa dilakukan ide –ide dan inovasi baru untuk memberantas kemiskinan Kabupaten Magelang.
Dari isu kemiskinan yang telah dibahas diatas, sebenarnya Kabupaten Magelang memiliki potensi yang kuat untuk mensejahterakan dan meningkatkan kualitas penduduknya. Potensinya antara lain :
Memiliki Sumber mata air yang mengalir sepanjang tahun fungsinya untuk sawah irigasi
Memiliki daerah pertanian yang subur dan hasil produksinya sangat tinggi, tinggal bagaimana caranya untuk mengelola / memberikan inovasi.
Struktur tanah berpasir yang kaya akan mineral dan susah di temukan di wilayah lain.
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 telah disebutkan juga bahwa Kabupaten Magelang termasuk dalam kawasan rawan bencana di Jawa Tengah. Hal ini tentunya mengundang berbagai penelitian untuk mengetahui bagaimana kerentanan bencana di Kabupaten magelang serta bagaimana dampaknya terhadap penduduk yang tinggal di Kabupaten ini.
Oleh: Adnan Adin Nugraha (37488)
Magelang merupakan dataran tinggi yang berbentuk menyerupai cawan karena dikelilingi oleh lima gunung yaitu Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Sumbing, dan Pegunungan Menoreh. Hal ini menyebabkan Kabupaten Magelang memiliki tingkat kerentanan bencana alam yang cukup tinggi.
!"#$%&'(!"#$$" !"#$%&'()*#+&, !"#$%&'()"#$&#
-&.&/&# 0 0 0
123245+53 0 0 0
6$.57&3 0 0 0
-&.&/ 0 0
-35/45#$ 0 0 0
85%5# 0 0 0
95#'".&# 0 0 0
95#$%"+ 0 0
-&7&#$&# 0 0 0 0
:&#+"/5.;2 0
!"#$%&'()* + + + +!*/<53&# 0 0
=&>23&# 0 0
=&."&#$%3"% 0 0
1&#+2#$&# 0 0
?"#+5@&3" 0 0 0
-*A&#$ 0 0 0
!*$&.3*>2 0 0
B&%"@ 0 0
C3&4&$ 0 0
6$&4.&% 0 0
=*A&/&'&#
D*#"@(1*#A&#&(E.&/
!&#&,(F2#$@23 E#$"#(B5'"#$(
1*."5#$1&#>"3
1&#>"3(F&,&3(
8"#$"#=*%*3"#$&#
Sumber: BPBD Kabupaten Magelang
Dengan melihat tabel sebaran bencana di Kabupaten Magelang, dapat disimpulkan bahwa kecamatan yang memiliki tingkat kerentanan bencana paling tinggi adalah
Kecamatan Mertoyudan, dengan jumlah bencana sebanyak lima buah. Letak Kecamatan Mertoyudan berada di tengah-tengah Kabupaten Magelang,
2 DAMPAK KERENTANAN BENCANA ALAM KABUPATEN MAGELANG
Lokasi permukiman penduduk pada areal yang tidak sesuai peruntukan lahan permukiman juga mempengaruhi kerentanan bencana pada suatu wilayah. Semakin banyak permukiman yang menyalahi ketentuan peruntukan lahan di suatu wilayah maka kerentanan wilayah tersebut terhadap suatu bencana akan meningkat.
dimana kecamatan ini memiliki kelerengan paling datar, sedangkan kecamatan-kecamatan lain disekelilingnya berada pada tingkat kelerengan yang tinggi. Hal ini menyebabkan Kecamatan Mertoyudan seringkali mengalami bencana akibat adanya limpahan material dari tiap kecamatan-kecamatan lain yang ada disekelilingnya.
Berdasarkan peta persebaran permukiman yang dioverlay dengan peta kelerengan Kabupaten Magelang, dapat dilihat bahwa masih terdapat banyak permukiman penduduk yang berada di tingkat kelerengan lebih dari 8%. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan
lahan peruntukan permukiman yang seharusnya berada di tingkat kelerengan 0-8%. Kondisi yang seperti ini menyebabkan meningkatnya resiko timbulnya korban jiwa setiap terjadi bencana di Kabupaten Magelang.
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012
menjadi tiga tingkatan:
!"# Tingkat longsor rendah, meliputi Kecamatan Secang, Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Candimulyo, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Dukun.
$"# Tingkat longsor ringan, meliputi Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan Mungkid, Kecamatan Muntilan, Kecamatan Salam, dan Kecamatan Ngluwar.
%"# Tingkat longsor tinggi, meliputi Kecamatan Windusari,
!"# Tanah Longsor Tanah longsor di Kabupaten Magelang terjadi akibat terdapatnya dinding/tebing yang curam dan kurangnya vegetasi yang dipicu oleh hujan deras. Pada daerah di sekitar lereng Guung Merapi longsor yang terjadi disebabkan oleh struktur batuan yang bersifat lunak, terjadinya penggerowongan, semakin berkurangnya vegetasi untuk menahan karena hujan dan gempa akibat gunung merapi yang terus aktif. Berdasarkan peta kerawanan bencana tanah longsor, wilayah yang memiliki kerawanan bencana
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012
Kerusakan yang timbul akibat bencana tanah longsor ini cenderung berupa kerusakan terhadap permukiman penduduk dan infrastruktur yang ada. Jumlah kerugian untuk bencana tanah longsor di Kabupaten Magelang ini berkisar antara 400-500 juta rupiah, sedangkan untuk jumlah bantuan yang ada cenderung belum dapat menutupi nilai kerugian. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat untuk mengantisipasi bencana ini.
Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Bandongan, Kecamatan Kajoran, Kecamatan Tempuran, Kecamatan Salaman, Kecamatan Borobudur, dan Kecamatan Pakis.
Berdasarkan peta kerawanan bencana tanah longsor, juga dapat disimpulkan bahwa kecamatan-kecamatan yang memiliki tingkat longsor tinggi berada pada tingkat kelerengan yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kelerengan suatu wilayah, semakin tinggi juga tingkat kerawanannya akan bencana tanah longsor.
!&,5# D5/.&,(=234&# D5/.&,(=*35$"&# D5/.&,(1&#'5&#
GHHIJ('*7&@K(J(23&#$(.5%&K(GL(35/&,(
35@&%K(MN(@&3<3&@(35@&%)<O(LPLOGHHOHHHKQ )<O(JLIORNSOHHHKQ
GHHR SP(35/&,(35@&%K(N(@&3<3&@(35@&% )<O(SLIOHHHOHHHKQ )<O(MRLOJRMOHHHKQ
GHMH G(23&#$(.5%& )<O(LRSOMNHOHHHKQ Q
GHMM
P('*7&@K(M(23&#$(K(GM(
'*4"#$T'&.5+(.2#$@23K(MJL(35/&,(
35@&%K(MJ(.&,&#(<*%&3&#$&#(
.2#$@23K(G(@&3<3&@(35@&%
)<O(SNLOHNNOSHHKQ Q
Sumber: suaramerdeka.com/MH Habib Sha
Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2011, diolah
Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana
$"# Banjir
Bencana banjir biasanya terjadi akibat kurangnya areal resapan air pada suatu wilayah, sehingga wilayah tersebut tidak dapat menampung volume air hujan. Namun, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Magelang berbeda dengan banjir yang kebanyakan terjadi di daerah lain, yang menggenang di satu dataran. Perbedaan tersebut
rawan bencana banjir paling tinggi adalah Kecamatan Mertoyudan. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Mertoyudan merupakan wilayah paling datar dan berada di tengah wilayah Kabupaten Magelang.
wilayah Kabupaten Magelang yang dikelilingi lima gunung yakni Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, dan Menoreh yang membentuk menjadi cawan raksasa. Hal ini mengakibatkan banjir yang terjadi di wilayah ini bersifat tidak menggenang namun cepat surut.
Bencana banjir yang terjadi di kabupaten Magelang berasal dari air hujan yang mengguyur dengan lebat. Aliran air ini akan mejadi deras di satu tempat. Kondisi ini bisa terjadi di bagian manapun dari wilayah ini. Banjir yang menggenang dapat terjadi pada suatu daerah yang datar.
Di Kabupaten Magelang ini wilayah yang memiliki tingkat potensi
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012
Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2011, diolah
Bencana angin puting beliung di Kabupaten Magelang ini biasanya terjadi ketika musim penghujan tiba, dimana aliran hujan turun begitu deras dan disertai angin kencang. Bencana ini mengakibatkan
%"# Angin Puting Beliung
Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Tahun 2011, diolah
!&,5# D5/.&,(=234&# D5/.&,(=*35$"&# D5/.&,(1&#'5&#
GHHI
G(23&#$(
/*#"#$$&.K(R(
@&3<3&@(35@&%(
)<O((PPMOHHHOHHHKQ( )<O((JLGOJLLOHHHKQ(
GHHRM('*7&@K(G(
@&3<3&@(35@&%)<O((MHNOHHHOHHHKQ( )<O(SMOHHHOHHHKQ
GHMH Q Q Q
GHMMR(23&#$(.5%&K(L(
@&3<3&@(35@&%)<O(MGLOPGSOHHHKQ Q
Bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Magelang cenderung menurun dari tahun 2008-2009, namun kembali naik di tahun 2011. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut juga terjadi banjir lahar dingin yang akibat letusan Gunung Merapi. Banjir lahar dingin tersebut membawa banyak sisa vulkanik dan mengendap di bawah sungai sehingga ketika terjadi hujan deras, aliran sungai sudah tidak mampu menampung debit air lagi.
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012, olah data 2012
puluhan pohon tumbang dan menutupi aksesibilitas jalan sehingga dapat mengganggu aktvitas masyarakat dalam usaha pemenuhan kebutuhan mereka. Bencana ini juga seringkali merusak permukiman-permukiman penduduk dan seringkali juga memakan korban jiwa.
Berdasarkan peta tersebut, dapat dilihat bahwa hampir seluruh kecamatan Kabupaten Magelang mengalami bencana ini. Hal ini disebabkan oleh adanya hujan dengan intensitas air yang tinggi dan disertai dengan angin kencang yang merata di seluruh wilayah kabupaten ini.
Kejadian bencana angin puting di kabupaten Magelang terus terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah kerugian akibat terjadinya bencana ini masih belum ditanggulangi oleh jumlah bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini mengindikasikan perlu adanya campur tangan aktif dari pemerintah dalam usaha penanggulangan bencana angin puting beliung.
!&,5# D5/.&,(=234&# D5/.&,(=*35$"&# D5/.&,(1&#'5&#
GHHI
NM(35/&,(35@&%K(N(
23&#$(.5%&K(L(@&3<3&@(
35@&%
)<(MLHOPMPOHHHKQ )<(MROMNHOHHHKQ
GHHR (GGL(35/&,(35@&% )<(SMIOIGHOHHHKQ )<(MILOIHHOHHHKQ
GHMH Q ()<O(LPIOSMGOHHHKQ )<O(LJOPMJOHHHKQ
GHMMJLM(35/&,(35@&%((L(
@&3<3&@(35@&%Q Q
Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2011, diolah.
Sumber data : Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana Tahun 2009-2011 dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Tahun 2011, diolah.
yakni sekitar 75%, sedangkan sisanya lulusan SMA hingga Perguruan Tinggi. Rendahnya tamatan pendidikan ini disebabkan oleh banyak factor diantaranya factor ekonomi, sarana sekolah jenjang lanjut yang kurang memadai hingga persebaran yang kurang merata. Faktor ekonomi memang menjadi factor utama dalam melanjutkan sekolah. Ketika individu tidak memiliki pendapatan yang cukup, maka Ia akan berfokus pada upaya mempertahankan hidup dengan bekerja disbanding sekolah. Bahkan mindset masyarakat yang
hanya upaya untuk menghabiskan pendapatan juga masih berkembang. Rupanya konsep untuk menjadikan pendidikan
tamatkan penduduk di Kabuapaten Magelang.Di Kabupaten Magelang, diketahui bahwa penduduk Kabupaten Magelang masih banyak yang bertamatan SD-SMP
Oleh : Maulidina Dwi K.D. (36950)
Pendidikan sebagai aspek utama dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, memiliki peran penting terhadap pembangunan. Ketika sumber daya manusia belum berkompeten, maka akan menjadi sebuah hambatan dalam mengembangkan wilayah tersebut. Ketika wilayah dituntut untuk mengembangkan
teknologi, meningkatkan investor guna membuka peluang serapan tenaga kerja, maka aspek yang harus dibentuk terlebih dahulu ialah sumber daya manusianya. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas manusia ialah melalui pendidikan. Berikut disajikan data tentang pendidikan yang di
!&4H+H+()4%I)4?%"+,)J),()4 5667K 5668K 5669 56:6 56::
3+H)(%3)J),%E" C5=A: 5B=:A 5B=:C :7=99 5:=:F
E" B=6: AF=C7 A5=C F5=55 AA=F8
E>! :8=6C :9=B7 56=6F :9=65 5:=AA
E>G :C=A: :5=79 :F=F7 :C=98 :9=8F
"+*@LJ)-E)'M)4) 8=A B=8F B=8F F=8 F=5:
!"#$%&'()*$"+*,%-(.*/%0*-/(1*0*#(2-/3*4()%,'(5(6"#$%&(1*,*(1*&7(!8!9:2!(;<<=
sebagai salah satu investasi yang everlasting belum banyak diambil. Atau mungkin sudah mulai diambil tetapi belum dimaksimalkan sehingga impact belum terasa.
3 RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN
SMP dan SMA yang tersedia masih sangat rendah. Belum lagi masalah sebaran pendidikan yang kurang merata yang mempersulit individu untuk meneruskan jenjang lanjut. Adanya ketidakmerataan sarana pendidikan ini menjadikan ketimpangan sumberdaya manusia. Misalnya saja Kecamatan Mertoyudan dengan Kecamatan Kaliangkrik. Masih tingginya kebutuhan sarana pendidikan di Kecamatan tersebut menunjukkan tingginya minat penduduk untuk sekolah. Memang minat yang tinggi ini salah satunya dilatarbelakangi oleh jumlah penduduk yang tinggi yang itu disebabkan oleh adanya magnet di kecamatan tersebut. Selain itu sarana infrastruktur yang mewadahi membuat kebutuhan
mau mendapat uang banyak maka harus bekerja keras, tapi ketika bekerja tanpa diiringi pengetahuan maka bukankah itu hanya sebuah
Selain masalah ekonomi, masalah sarana pendidikan sekolah jenjang lanjut yang masih sedikit jumlahnya menjadikan munculnya gap yang terlampau jauh dengan jenjang sekolah dasar. Dapat
bahwa sarana SD sangat banyak sekali, namun ketika hendak melanjutkan ke jenjang yang lebih lanjut ternyata jumlah
Sumber: Analisis Kelompok 2012
data yang diperoleh, sebenarnya di Magelang secara keseluruhan baik itu jumlah murid, guru
akan pendidikan di suatu daerah menjadi meningkat. Pendidikan memang menjadi sebuah investasi skala makro bagi suatu daerah dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Padahal kalau ditinjau dari segi kualitas, yang salah satu indikatornya ialah nilai RMTG (Rasio Murid Terhadap Guru), bisa
dimana satu guru mengampu 10- 20 siswa untuk SD, 8-16 siswa SMP dan kurang dari 12 siswa SMA. Jika dilihat dari data ini memang diharapkan mampu mendidik siswa dengan optimal bahkan eksklusif, namun pada kenyataannya tidak semua siswa didikan memiliki sumbangsih yang besar terhadap pembangunan daerah ini.Berdasarkan tren dari
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka
Adanya kualitas pendidikan yang rendah ini, dampak yang paling terasa ialah pada manusia itu sendiri yang menyebabkan kurang bersaingnya tenaga kerja di suatu wilayah. Kaitan antara pendidikan dan tenaga kerja berimpact pada jenis lapangan pekerjaan dimana hampir 40% penduduk produktif bekerja di sektor pertanian
dibawah ini. Sektor pertanian merupakan sektor paling banyak menyerap tenaga kerja dengan berbagai background pendidikan pekerjanya sehingga efektif dalam menanggulangi pengangguran.
ini, dapat dilihat bahwa Kabupaten Magelang tenaga kerja nya didominasi oleh pertanian yakni hampir 48% meskipun secara output baru menyumbang 28% dari PDRB total. Selain pertanian, sector perdagangan juga menyerap banyak tenaga kerja. Dari Jumlah
maupun sarana sekolah mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk serius dan komitmen terhadap masalah pendidikan memang terbukti secara output nya. Perlu diketahui bahwa untuk masalah pendidikan sendiri, pemerintah Kabupaten Magelang telah menganggarkan lebih dari 20% APBDnya untuk pendidikan baik secara kuantitas seperti pengadaan sarana prasarana, pengadaan buku pelajaran maupun secara kualitas seperti pengadaan pelatihan bagi para guru guna meningkatkan kualitas guru di kabupaten Magelang (Sumber: artikel dari www.magelangkab.go.id). Selain itu, angka melek huruf yang terdapat di Kabupaten Magelang juga sangat tinggi yakni dikisaran 91%. Hal ini menunjukkan bahwa hamper seluruh penduduk sudah bisa membaca.
Sumber: Jawa Tengah dalam Angka
lebih dari itu yakni skill yang kompeten yang bisa didapat dibangku informal. Skill yang kompeten inilah yang mampu melihat adanya peluang wilayah dan mengembangkannya menjadi keunggulan keunggulan komperatif sehingga meningkatkan pembangunan suatu wilayah dan mampu mensejahterakan masyarakat sebagai outcome utamanya.
di sektor pertanian ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan ada kecenderungan pegeseran lapangan kerja, dimana sektor perdagangan mulai mendapat perhatian dari para tenaga kerja.
Dari penjelasan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rendahnya kualitas pendidikan sangat mempengaruhi tenaga kerja di suatu wilayah. Kualitas disinitidak hanya sekedar pada sekolah di bangku formal hingga jenjang yang tinggi, namun
Sumber: Kabupaten Magelang dalam Angka 2011
kabupaten Magelang, bahwa aktivitas-aktivitas utama yang terjadi cenderung berkumpul pada suatu wilayah. Hal inilah yang membuat terjadinya kesenjangan mobilitas antara orde I maupun orde IV. Tidak hanya aktivitas sehari-hari seperti bekerja, maupun sekolah, kesenjangan mobilitas juga terjadi pada distribusi barang dan jasa. Apalagi penghasil utama produk pertanian maupun perkebunan berada di Orde kelas dua, seperti Kajoran, Kaliangkrik, Windusari maupun Grabag.
!"# Mobilitas
Sumber : Analisis Kelompok 2012
Setiap aktivitas tidak lepas dari mobilitas. Dikarenakan setiap wilayah memiliki potensi dan peran masing-masing, setiap wilayah memiliki bangkitan dengan nilai yang berbeda. Perpindahan dari daerah asal dan tujuan menggambarkan bahwa kebutuhan manusia dan potensi daerah yang berbeda, sehingga mau tidak mau mereka harus melakukan mobilitas untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Dapat dilihat dari pola ruang
4 RENDAHNYA MOBILITAS DAN AKSESIBILITAS DI KABUPATEN MAGELANG
Oleh : Grace Damaris Suradi (36522)
Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2010
Jika diperhatikan lebih lanjut pada kecamatan Bandongan, bahwa dengan hasil produksi yang tinggi sebesar 30,985.76 ton hanya terjadi bangkitan sebesar 142 SMP per tahunnya. Hal ini mengindikasikan mobilitas yang sangatlah rendah. Jika dikorelasikan antara 4 variabel tersebut maka:
Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2010, olah data 2012
&'()*+,-'(
./01'2#34(,5/5/*
6785/*
347-'(+'(
69:&#;</-'=
&'()*+-'(
64'7>8(#?87741',-+8( ! "@A$BB ,"!C% "DEAB
F+)"#;$,-'+145= "CCA "G@A "C$@H $! $! $! $!
./01'2#34(,5/5/*
64'7>8(#?87741',-+8( "@A$BB ! "%!A "A%CBB
F+)"#;$,-'+145= "CCA "!G! "CCCH $! $! $! $!
6785/*#347-',(+'(
64'7>8(#?87741',-+8( ,"!C% "%!A ! ,"C@D
F+)"#;$,-'+145= "G@A "!G! "E!@H $! $! $! $!
69:&#;</-'=
64'7>8(#?87741',-+8( "DEAB "A%CBB ,"C@D !
F+)"#;$,-'+145= "C$@ "CCC "E!@H $! $! $! $!
Sumber : Analisis Kelompok 2012
Korelasi antara bangkitan dan jumlah produk pertanian dan perkebunan yang mencakup padi, ubi jalar, kacang tanah, vanili, kapuk, tebu, cengkeh, kopi dan tembakau memiliki korelasi sebesar -0.103 dengan value sebesar 0.657, yang berarti bahwa produksi hasil pertanian maupun perkebunan memiliki korelasi yang cukup rendah, atau dengan kata lain, hasil produksi tidak dipengaruhi dengan bangkitan perjalanan.
$"# Penyebab
Kabupaten Magelang yang berada di antara dua kota utama di pulau Jawa, yaitu Semarang dan Yogyakarta, memiliki tingkat mobilitas yang tidak bisa disepelekan.
Tingginya mobilitas akibat posisi kabupaten Magelang yang menjadi tempat transit bagi kendaraan-kendaraan yang menuju Semarang maupun Yogyakarta, menyebabkan munculnya beberapa titik kemacematan maupun rawan kecelakaan yang harus diwaspadai.
Namun lain halnya jika ditilik korelasi antara bangkitan perjalanan dan PDRB masing-masing kecamatan, korelasi sebesar 0.487 dengan value 0.025 mengindikasikan bahwa bangkitan perjalanan memiliki pengaruh dalam PDRB kabupaten Magelang. Hal ini berarti, rendahnya mobilitas terutama di area-area pinggiran kabupaten Magelang, tidak bisa dibiarkan terus menerus karena akan mengganggu kestabilan ekonomi kabupaten Magelang itu sendiri. Apalagi beberapa tahun belakangan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Magelang semakin menurun setiap tahunnya.
Sumber : Analisis Kelompok 2012
langsung dengan kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Boyolali. Kondisi tersebut didukung oleh keadaan kontur yang cukup ekstrim. Diapit dengan kedua gunung di sisinya, membuat Kabupaten Magelang memiliki kontur yang sangat beragam. Sehingga akses menuju ke daerah-darerah tersebut sangat sulit. Namun di beberapa wilayah yang sudah terjangkau jalan, memiliki derajat kemiringan yang cukup tinggi, sehingga meyulitkan dalam beraktivitas karena mengeluarkan tenaga yang cukup banyak, dan tidak sembarangan kendaraan bisa melewatinya. Sehingga tidak adanya transportasi publik yang membuat memaksa masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi dalam beraktivitas.
Dengan kerugian sebesar Rp 338,750,000 tentu bukanlah jumlah yang sedikit apalagi bila dibandingan dengan nyawa yang melayang akibat 335 kecelakaan yang terjadi di kabupaten Magelang.
Sumber : Survey Lapangan 2012
N0J@)1%
;&O&@)())4>&4+4??)@
P0()%
$&'),
P0()%
#+4?)4
N0J@)1%
;L'<)4
N0J@)1%;&'0?+)4%
/#0*+)12
AAC 55 96 F8A C9C #*AA8Q7C6Q666
Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2010
Dengan total luas wilayah 1,085.73 km2, kabupaten Magelang memiliki bentang wilayah yang cukup beragam. Seperti yang dicantumkan dalam peta diatas, pemukiman di Kabupaten tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Magelang. Jika dibandingan dengan ruas-ruas jalan yang ada di Kabupaten Magelang, maka dapat dilihat beberapa wilayah yang masih kurang terjangkau terutama di bagian barat dan timur Kabupaten Magelang yang berbatasan
Sumber : Kabupaten Magelang dalam Angka 2011, olah data 2012
di masing-masing lokasi, dimana titik A mewakili tempat distribusi produk pertanian kepada konsumen atau dalam hal ini mengambil sample pasar Secang, sedangkan titik B,C, dan D sebagai penghasil produk-produk pertanian maupun perkebunan yang siap diedarkan kepada masyarakat, dan E sebagai pusat pemerintahan serta kegiatan perekonomian utama dalam hal ini mengambil sampel Mungkid dan Muntilan. Maka dapat dilihat sample pola perjalanan masyarakat sebagai berikut:
Peran pemerintah cukup dipertanyakan dalam mengatasi keadaan yang menyangkut isu mobilitas, dikarenakan perawatan terhadap ruas jalan yang sudah ada cenderung menurun. Maka ditakutkan kalau jumlah kecelakaan dan kemacetan di tahun-tahun mendatang akan meningkat dikarenakan kondisi jalan yang tidak bertambah baik.
Jika diambil sampel dari pola perjalanan pada titik titik berikut untuk melihat bagai mana pola perjalanan masyarakat akibat bangkitan dan tarikan perjalanan
Sumber : Analisis Penulis 2012
Yang tentunya akan menurunkan kualitas produk itu sendiri apabila dibiarkan menunggu proses distribusi.
Perjalanan menuju Mungkid maupun Muntilan berda di peringkat pertama dengan jumlah perjalanan terbanyak. Hal ini tidak mengherankan mengingat Mungkid maupun Muntilan itu sendiri berad di Orde I. namun jika dibandingan dengan jumlah perjalanan dari titik penghasil produk pertanian menuju tempat pemasaran sangatlah rendah, hal ini ditakutkan akan menimbulkan penumpukan produk hasil pertanian maupun perkebunan.
Sumber : Analisis penulis 2012
Sumber : Analisis penulis 2012
Jika dibiarkan, dalam sepuluh tahun mendatang maka pola perjalanan yang terjadi akan menimbukan jumlah mobilitas yang sangat tinggi ke titik E, dan masih terdapat lemahnya mobilitas terutama di titik D. keadaan tersebut akan menimbulkan kemacetan dan pemusatan kegiatan di kabupaten Magelang yang tentunya akan merubah penggunaan lahan terutama di daerah sekitar Mungkid maupun Muntilan.
Oleh : Aryasa Bijak Utama (36320)
Sumberdaya adalah semua potensi dan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah satu sumber daya alam di Kabupaten Magelang adalah pasir, adanya
membuat jumlah batu dan pasir di Kabupaten Magelang semakin berlimpah, bahan galian dari Gunung Merapi seperti pasir kerikilan,kerakal-berangkal, bongkah dan lava yang bersifat andesitik ini sangat diperlukan untuk pembangunan sarana
jalan dan pembangunan. Setiap
berat pasti memerlukan material pasir dan batu. Kualitas pasir dan batu yang berasal dari kawasan gunung Merapi telah dikenal secara luas sebagai pasir dan batu berkualitas tinggi terutama untuk pembangunan
Istimewa Yogyakarta. Lokasi penambangan pasir dan batu di Kabupaten Magelang banyak terletak di Kecamatan Dukun dan Kecamatan Srumbung.Akan tetapi adanya erupsi Gunung Merapi ini membuat warga setempat berpikir bahwa erupsi itu adalah bencana dan berkah. Bencana yang dimaksudkan adalah bila Gunung
Merapi erupsi dan mengeluarkan larva yang menyebabkan jatuhnya korban dan merusak sarana dan prasarana warga, dan berkah yang dimaksudkan adalah adanya pasir yang berlimpah akibat aktivitas Merapi tersebut sehingga terjadikegiatan penambangan dilakukan oleh masyarakat setempat sebagai pekerjaan pokok dansebagian lain sebagai pekerjaan sampingan.
Penambangan galian C (khususnya pasir) yang terjadi di lereng Gunung Merapi sangat sulit dihentikan. Pasalnya, para penambang menganggap bahwa pasir yang mereka ambil merupakan berkah akibat adanya erupsi Gunung Merapi dan mereka menganggap pasir tersebut tidak ada yang memilikinya, sehingga mereka menambang dalam jumlah yang sangat banyak.
Sumber : Survey Lapangan 2012
5 DILEMA PERTAMBANGAN PASIR KABUPATEN MAGELANG
menjadi dilemma tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Magelang itu sendiri, karena penambangan pasir galian C tersebut selain menjadi sarana warga untuk meningkatkan perekonomian juga dapat menimbulkan dampak lingkungan bagi daerah di lokasi penambangan.
Penambangan pasir di wilayah lereng Gunung Merapi terjadi secara legal (resmi) dan illegal (penambangan liar). Padahal selama ini, penambangan galian C cenderung menimbulkan kerusakan lingkungan karena penambangan pasir dilakukan ditempat yang tidak sesuai. Hal tersebut
MASALAH
Penambangan pasir dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu
berikut:
Sumber: Survey lapangan dan hasil wawancara 2012
")J*)(%ELR+)@%S(L4LJ+
'=# !&4I&')*)4%,&4)?)%(&'M)%I)4?%J&4?)(+<),()4%<)4I)(%*&4H),)4?%I)4?%+(0,%J&4)J<)4?%R&1+4??)%H)*),%
I=# GH)4I)%(&,)(0,)4%R&<)?+)4%J)RI)')(),%()'&4)%*&4)J<)4?)4%*)R+'%I)4?%<&'*L,&4R+%@L4?RL'%R&1+4??)%R&T)(,0DT)(,0%<+R)J&4?&4)+%@)1)4%H)4%*&J0(+J)4%J&'&()=
!"# 3&'H)*),%%,&<+4?D,&<+4?%<0(+,%I)4?%')T)4%@L4?RL'=
$"# (0')4?4I)%H&<+,%)+'%*&'J0())4-%J),)%)+'=
%"# #0R)(4I)%M)@)4%)(+<),%<)4I)(4I)%(&4H)'))4%<&'),%I)4?%(&@0)'%J)R0(%(&%)'&)%@L()R+%*&',)J<)4?)4%*)R%%)+'=
D"# !L@0R+%0H)')=
")J*)(%U+R+(
#&R+(L%!&',)J<)4?)4%!)R+'%3&'1)H)*%P+4?(04?)4%!)H)%
;)<0*),&4%>)?&@)4?
Terjadinya bencana longsor ini terjadi akibat daerah Kabupaten Magelang tersebut memilikikemiringan lereng 25-40% yang memungkinkan terjadinya bencana tersebut bila kegiatan penambangan pasir tersebut tidak diawasi dengan baik. Berikut peta titik-titik kegiatan pertambangan: Dari hasil wawancara yang dilakukan dilapangan, dampak sosial ekonomi adalah terjadinya penyerapan tenaga kerja sehingga sebagian masyarakat beralih profesi dari petani menjadi tenaga kerja di penambangan pasir. Kegiatan ini juga menyebabkan banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat
sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor sehingga sewaktu-waktu bisa mengenai lahan dan pemukiman mereka, apalagi bila turun hujan.
adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/ mataair, rusaknya jalan dan polusi udara. Tebing-tebing rawan longsor yang dimaksud adalah sebperti gambar yang ada dibawah ini:
Sumber : Survey Lapangan 2012
Sumber : Bappeda Kabupaten Magelang
penghasilan Rp. 90.000 – Rp. 150.000 cukup menggiurkan tentunya. Pasir merupakan salah satu produk kegiatan Gunung Merapi yang merupakan andalan pemerintah Kabupaten Magelang dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan juga menyerap lapangan kerja.
Potensi Dari hasil wawancara yang dilakukan, menambang pasir bagi masyarakat Kabupaten Magelang itu sendiri merupakan cara mudah untuk meningkatkan perekonomian mereka, karena menurut mereka, aktivitas dalam menambang pasir tidak memerlukan keterampilan (skill) khusus. Hanya dengan bermodal senggrong saja, seseorang bisa menjadi penambang pasir dengan
memiliki penghasilan sekitar Rp. 500.000,00 perbulan. Standar hidup layak dapat dilihat dari Upah Mimum Regional (UMR) Ka-bupaten Magelang yang menurut Keputusan Gubernur Jawa Ten-gah Nomor 561.4/73/2011 UMR Kabupaten Magelang sebesar Rp. 870.000,00.
Sebagai simulasi diasumsikan keperluan untuk membeli kebutu-han makanan dengan jumlah kon-sumsi beras setiap keluarga dalan sebulan. Perhitungannya sebagai berikut :
Oleh: Ardina Putri Rahtama (36912) Sektor pertanian merupakan sek-tor yang penting karena memiliki kontribusi besar pada PDRB dan menyerap banyak tenaga kerja. Sektor pertanian yang memiliki kontribusi paling besar adalah sub sektor tanaman bahan makanan. Meskipun begitu ternyata perta-nian belum dapat mensejahterakan orang – orang yang bekerja di dalamnya. Pertanian masih memi-liki nilai yang relatif rendah diband-ingkan sektor lainnya. Upah tenaga kerja yang didapat oleh pelaku pertanian saat masih sangat ren-dah dibawah 3 juta perpekerja pertahun. Pertumbuhan produktivi-tas tenaga kerja sektor pertanian
Jika dalam satu keluarga ter-dapat 4 anggota keluarga dan
Sumber : Kabupaten Magelang Dalam Angka 2010-2011
dua orang diantaranya bekerja di sektor pertanian, dalam setahun keluarga itu hanya memiliki peng-hasilan sebesar 6 juta pertahun. Diasumsikan keluarga tersebut
Sumber : Analisa penulis, 2012
Dengan pendapatan Rp 500.000,00 perbulan, sebuah keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan keluarganya dengan sisa pendapatan sekitar Rp 50.000,00 dalam sebulan. Uang Rp 50.000,00 tentu saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lain keluarga tersebut.
6 RENDAHNYA KESEJAHTERAAN PETANI
tinggi, seringkali mereka tidak mampu. Jika sudah seperti itu anak – anak petani tersebut bisaanya memilih bekerja karena tidak ada biaya.
Tentu saja selain untuk makan dan sekolah masih ada kebutuhan lain yang kadang “harus” dikeluarkan. Misalnya biaya untuk membayar listrik atau air bersih. Dua infrastruktur itu merupakan dua infrastruktur yang bisaanya dapat diakses oleh masyarakat. Jika tidak dapat membayar biaya untuk mengakses infrastruktur tersebut jaringan ke rumahnya akan dimatikan sihingga aktivitasnya dapat terganggu. Belum lagi kebutuhan untuk kesehatan, sakit tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Jika sakit, banyak yang bisaanya tidak pergi ke puskesmas apalagi ke dokter. Biasanya mereka hanya membeli obat di warung – warung bahkan ada yang membiarkan penyakitnya tanpa penanganan medis.
Banyak hal yang menyebabkan pendapatan petani di Kabupaten Magelang rendah. Salah satu penyebabnya adalah ketidak seimbangan jumlah lahan pertanian dengan jumlah petani yang ada. Di Kabupaten Magelang setiap petani hanya memiliki tanah seluas 0,088 ha. Data jumlah lahan pertanian dapat dilihat sebagai berikut :
Asumsi keluarga tersebut memiliki dua orang anak yang masih sekolah. Satu SD dan satu SMP, keluarga tersebut sudah tidak mengeluarkan uang untuk membayar uang sekolah. Apakah dengan begitu anaknya
Belum tentu, biaya sekolah tidak terbatas pada SPP saja tapi biaya seragam dan buku yang paling jelas. Biaya seragam sekolah saat sekitar satu juta dan bisaanya harus dibayar saat awal masuk dan harus dibayar lunas dalam waktu seminggu dibeberapa sekolah. Dua anak berarti dua juta dalam setahun. Dengan sisa Rp 50.000,00 sebulan cukupkah
Sisa uang untuk makan berarti sebesar Rp 600.000,00 setahun dan jelas tidak cukup membayar uang sekolah anak sebesar Rp 2.000.000,00. Selain seragam, uang buku menjadi pengeluaran wajib bagi anak sekolah. Berapa
sebesar Rp 200.000,00 per semester, berarti pengeluarannya sebesar Rp 800.000,00 per tahun. Itu baru kebutuhan seragam dan buku, setiap anak sekolah pasti membutuhkan uang saku dan kadang jika sudah kelas 6 SD atau 3 SMP pasti ada les - les tambahan untuk menghadapi ujian. Sementara untuk tingkat SMA/SMK apalagi perguruan
mahal untuk dapat mengolah tanah pertanian. Asumsi neraca input dan output nilai pertanian selama setahun sebagai berikut :
ika setiap petani memiliki lahan hanya 0,088 ha berapa pendapatan mereka dengan produktivitas 6 ton/ha. Jika dikalkulasi setiap petani hanya mendapatkan 0,53 ton pertahun per petak sawah. Pada tahun 2012 saja HGK di petani hanya sekitar Rp 4.500,00.Uang yang didapatkan hanya sekitar 2,4 juta pertahun. Pendapatan bahkan dibawah angka produktivitas tenaga kerja pertanian. Dengan uang sebesar itu tentu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Ketidakseimbangan terjadi karena terjadi penurunan jumlah lahan pertanian sementara jumlah petani terus meningkat. Peningkatan jumlah petani yang tidak diimbangi peningkatan luas lahan mengakibatkan semakin sedikitnya lahan yang diolah seorang petani sehingga pendapatan petani juga ikut menurun. Sebab lain adalah tidak seimbangnya biaya produksi dengan pendapatan yang didapat. Seorang petani yang menyewa lahan pertanian harus membayar
Sumber : Analisa penulis, 2012
Sumber : Analisa penulis, 2012
Hasil dari pertanian selama setahun masih sangat rendah. Petani bahkan dapat merugi, tidak mendapatkan keuntungan dari hasil pertanian. Penyebabnya adalah on farming kurang baik. Cara bertanam di Kabupaten Magelang rata – rata masih menggunakan sistem yang tradisional. Sistem yang dimaksud bukan hanya cara tanam saja tapi juga cara pengelolaan pertanian. Penggunaan teknik dan bahan berkualitas untuk mendapatkan hasil optimal masih minim. Masih ada pengolahan lahan yang menggunakan kerbau sehingga waktu pengerjaan lebih lama.
petani saat yang hanya Rp 500.000,00. Jika dilihat ternyata dengan menyewa lahan pertanian seluas satu hektar dalam setahun dapat menghasilkan uang 17 juta dalam setahun. Untuk petani yang memiliki lahan petanian sendiri tidak perlu menyewa lahan sehingga biaya produksi dapat ditekan sehingga pendapatanya bisa mencapai 40 juta lebih dalam setahun.
Namun, pendapatan itu hanya untuk petani yang menyewa lahan dengan minimal luas 1 ha. Pada kenyataannya di Kabupaten Magelang luas lahan pertanian yang dimiliki setiap petani sangat kecil yaitu hanya 0,088 ha atau sekitar 880 m2. Jarang sekali ada petani yang memiliki lahan pertanian diatas satu hektar. Asumsi pendapatan petani dalam sebulan dengan lahan 880 m2 sebagai berikut :
Lahan pertanian dapat mencapai produktivitas optimal jika dapat menghasilkan panen 10 ton/ha. Rendahnya hasil pertanian tersebut juga menjadi penyebab pemuda Kabupaten Magelang tidak mau bekerja di sektor pertanian. Pemilik lahan pertanian juga lama kelamaan semakin merasa lahan pertanian tidak menguntungkan. Lahan pertanian yang berada di pinggir jalan bisaanya menjadi peluang pemilik lahan untuk menjualnya karena dirasa lebih menguntungkan.
Jika produktivitas optimal petani Kabupaten Magelang dapat memiliki pendapatan bersih sekitar 17,4 juta pertahun atau sekitar 1,45 juta perbulan. Pendapatan tersebut tetu saja dapat lebih mensejahterakan petani di Kabupaten Magelang karena pendapatan perpekerja hampir 3 kali lipat dari pendapatan
Sumber : Analisa penulis, 2012
pada satu bidang lahan pertanian. Mayoritas komoditi yang dihasilkan oleh Kabupaten Magelang adalah beras. Padahal tidak semua kawasan di Kabupaten Magelang cocok untuk ditanami padi. Setiap tanaman memiliki kriteria lahan yang berbeda agar dapat berkembang secara optimal. Selain itu dalam satu bidang lahan pertanian bisaanya hanya ditanami satu macam tanaman sehingga hasil panen yang didapat hanya dari tanaman itu saja. Jika tanaman tersebut gagal panen dapat dipastikan petani tersebut tidak akan mendapatkan
beragam di Kabupaten Magelang sangat memungkinkan untuk pengembangan berbagai jenis komoditas pertanian. Lahan pertanian padi tersebar di seluruh kecamatan seperti yang dapat dilihat pada peta berikut :
Dari perkiraan tersebut bisa dilihat berapa pendapatan seorang petani yang hanya memiliki tanah pertanian seluas 880 m2 . Dalam setahun petani sekarang hanya mendapatkan untung 2,1 juta dan jika hasil panennya optimal (10 ton/ha) uang yang didapat hanya 3,7 juta. Perhitungan hanya untuk petani yang memiliki lahan pertanian jika tidak memiliki lahan pertanian tentu saja pendapatannya jauh dibawah itu. Jika petani tersebut menyewa lahan pertanian, biaya sewa yang dibayar sekitar 2 juta pertahun dan biaya itu sangat mengurangi pendapatan petani. Bisa saja keuntungan yang didapat petani hanya sekitar 200ribu setahun.
Seperti terlihat pada gambar diatas, saat pertanian di Kabupaten Magelang kurang memiliki variasi komoditas karena hanya terdapat satu jenis tanaman
Sumber : survey lapangan, 2012
sebenarnya bukan merupakan sistem pertanian yang baik. Hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk kimia pada awalnya memang dapat meningktakan produktivitas lahan pertanian tapi unsur – unsur kimia pupuk akan melekat pada tanah pertanian yang dalam jangka panjang dapat menurunkan kesuburan tanah. Penurunan kesuburan tanah tidak langsung dirasakan dampaknya saat penggunaan tapi beberapa tahun setelahnya. Selain pupuk, bahan kimia juga berasal dari pestisida atau obat hama yang digunakan petani. Sama
Karena lahan pertanian yang sempit, sebaiknya dikembangkan model pertanian yang modern dan intensif agar produktivitas lahan pertanian meningkat. Untuk meningkatkan pendapatan petani dapat dikembangkan sistem integrated farming atau mengatur spesialisasi komoditas dari setiap desa di Kabupaten Magelang.
Selain itu untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian harus mulai dilakukan pertanian organik. Pertanian yang selama dilakukan di Kabupaten Magelang yang menggunakan pupuk kimia
Sumber : Bappeda Kabupaten Magelang, 2010
Magelang. Kegiatan off farm yang selam ini dilakukan baru sebatas pengolahan buah stoberi yang dijadikan selai atau dodol. Sementara komoditas lain belum terlalu banyak pengolahan hasil pertanian.
Pengembangan off farm di Kabupaten Magelang penting dilakukan untuk membagi jumlah tenaga kerja yang sekarang bekerja di sektor pertanian agar sebagian beralih pada pengolahan off farm yang sering disebut juga industri pengolahan hasil pertanian. Dengan terbaginya sebagian pekerja pertanian ke industri pengolahan hasil pertanian, produktivitas tenaga kerja pertanian akan meningkat. Selain itu pengembangan industri pengolahan hasil pertanian juga akan meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.
Padahal Kabupaten Magelang memiliki letak yang strategis karena terletak diantara tiga gunung yang terdapat di tiga sisi wilayah. Gunung yang pertama adalah Gunung Merapi yang terletak di sebelah timur laut. Gunung Merbabu di sebelah timur dan terakhir Gunung Sumbing di sebelah barat laut. Ketiga gunung tersebut sampai sekarang masih berstatus aktif dan Gunung Merapi merupakan gunung yang paling aktif. Letak Kabupaten Magelang
seperti pupuk, pestisida akan meninggalkan bahan kimia tidak hanya pada tanah tapi juga pada hasil panen. Penggunaan bahan kimia tersebut selain tidak sehat untuk tanah ternyata juga tidak sehat untuk komoditas yang akan kita konsumsi. Disamping itu, pengguanan pestisida yang sama pada hama yang sama lama kelamaan akan membuat hama tersebut kebal terhadap pestisida yang digunakan petani. Misalnya pengatasan hama wereng dengan penggunaan pestisida A, pada penggunaan sekali dua kali wereng tersebut langsung mati tapi pada penggunaan ke sepuluh hama wereng tersebut masih hidup. Selain mempengaruhi kuantitas panen yang dihasilkan, penggunaan obat kimia juga akan berdampak pada penurunan kualitas hasil panen karena hasil panen yang sebetulnya menjadi “racun” bagi konsumen.
Selain kegiatan on farm, kurangnya pengolahan hasil pertanian (off farm) turut membuat rendahnya nilai tukar pertanian. Hal tersebut dikarenakan hasil pertanian yang ada selama ini hanya dijual dengan pengolahan yang sangat minim. Untuk komoditas beras misalnya, pengolahan yang dilakukan hanya sebatas pengepakan atau pembungkusan beras ke dalam karung-karung untuk didistribusikan keluar Kabupaten
saja sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras di kedua kecamatan tersebut. Cadangan beras yang ada saat ini diekspor ke daerah lain. Beras dapat dikatakan sebagai salah satu komoditas basis Kabupaten Magelang. Peta sebaran lokasi beras sebagai komoditas unggulan dapat dilihat pada peta berikut:
yang berada di antara tiga gunung aktif tersebut memberi dampak positif. Letak tersebut membuat Kabupaten Magelang menjadi daerah subur dan cawan air karena memiliki mata air pegunungan yang melimpah dari ketiga gunung tersebut.
Selain itu Kabupaten Magelang merupakan salah satu lumbung padi Provinsi Jawa Tengah. Sebagai daerah yang subur, Kabupaten Magelang menjadi daerah yang ideal untuk pertanian bahan pangan. Sesuai dengan fungsi kabupaten sebagai produsen Kabupaten Magelang merupakan salah satu lumbung padi Jawa Tengah. Hasil pertanian padi dengan komoditas utama beras menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Magelang. Ketersediaan beras terdapat diseluruh kecamatan di Kabupaten Magelang. Ketersediaan beras yang cukup menjadi salah satu penentu ketahanan pangan di Kabupaten Magelang.
Sebagai makanan pokok utama di Kabupaten Magelang beras menjadi komoditas yang penting untuk dikembangkan. Dari semua kecamatan di Kabupaten Magelang ternyata hampir semua kecamatan memiliki surplus beras. Kecamatan yang tidak memiliki cadangan beras hanya Kecamatan Pakis dan Ngablak. Kedua kecamatan itu dapat memenuhi kebutuhan beras mereka dari kecamatan lain karena cadangan dari Kecamatan Grabag
Sumber : Analisa penulis, 2012
Beras memang menjadi komoditas unggulan saat ini. Produksi data ini sudah dapat mencukupi kebutuhan pangan Kabupaten Magelang dan kualitas beras dari Kabupaten Magelang dapat dikatakan cukup baik. Oleh kaena itu, selain dikonsumsi Kabupaten Magelang juga diekspor ke daerah lain.
kabupaten Magelang berada diantara lima bukit, dengan cadangan air tanah serta curah hujan yang tinggi. Kabupaten Magelang juga memiliki 10 Daerah Aliran Sungai beserta banyak sumber mata air terlindungi. Sumber air Gedad dan Tlogorejo
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, di Tahun 2012 tercatat bahwa terdapat 11 kecamatan yaitu Kecamatan Srumbung, Salam, Mungkid, Sawangan, Ngluwar, Kajoran, Borobudur, Candimulyo, Pakis, Secang, dan Salaman yang mengalami bencana kekeringan.
Sumber : Analisis Penulis, 2012
Dengan jumlah warga mencapai 21.782 jiwa, dropping air yang telah dijadwalkan adalah semingu dua kali pada hari Senin dan Kamis, dengan tiap tangki yang mencapai 5000 liter.
7 KRISIS AKSESIBILITAS SEKTOR AIR BERSIH DI KABUPATEN MAGELANG
Selain rutin mengalami kemarau tiap tahunnya, keberadaan PDAM sebagai fasilitator bagi masyarakat akan pemenuhan air bersih juga turut memprihatinkan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan air secara makro.
yang berada di kawasan Gunung Andong dan Gunung Telomoyo adalah sumber air terbesar di wilayah daerah aliran sungai Bolong, yang telah diolah oleh PDAM Magelang sebagai sumber pasokan air untuk wilayah kota dan kabupaten Magelang.
Perbandingan antara kebutuhan air kabupaten magelang dengan dengan coveraged area PDAM juga sangat timpang selama lima tahun terakhir. Tak heran jika setengah dari masyarakat menggunakan sumur dirumah masing-masing bagi masyarakat dengan tingkat perekenomian menengah keatas. Namun demikian, bagaimana dengan nasib penduduk kabupaten magelang yang tidak
kemiskinan pada tahun 2012 di Kabupaten Magelang mencapai 14%.
Tingkat kebutuhan akan air bersih menurut standar WHO adalah 1600 m3. Mencakup pemenuhan pada kebutuhan do-mestik sebesar 800 m3/Tahun, beserta koreksi sebesar 2,0 pada kebutuhan virtual mencak-up kebutuhan hidup layak serta pangan domestik lainnya.
Tabel 3.18 Kebutuhan Air Virtual
Sumber: Kantor Mentri Lingkungan Hidup (2009)
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Magelang 2012
Magelang. Penyebab pertama
adalahnya kurangnya dana
pada pemerintah pusat untuk
menempatkan pembangunan
PDAM sebagai prioritas program
pembangunan. Sampai saat ini,
pemerintah Kabupaten Magelang
terkesan hanya mengadakan
aggaran rutin dropping air bersih
tiap tahunnya apabila terjadi
kemarau. Pada tahun 2011,
anggaran yang dikeluarkan untuk
dropping air bersih mencapai
Rp 160.600.000,- (Sumber :
Badan Penanggulangan Bencana
Kabupaten Magelang, 2012)
Kedua, menurunnya tingkat
kualitas sumber air bersih pasca
erupsi merapi. Lahar dingin yang
membawa turun material berat dari
hulu, menyebabkan meningkatnya
debit air sungai serta turunnya
kualitas serta volume air pada
sungai sehingga mengandung
bebatuan material.
Ketiga, masyarakat dengan kondisi
kekurang sektor air bersih biasanya
bertempat tinggal pada kawasan
permukiman terpencil dijangkau
dengan jarak antar rumah yang
relatif jauh serta berada pada
kondisi geohidrologi yang miskin air
Untuk menyelesaikan krisis
sektor air bersih pada kabupaten
magelang, dapat menggunakan
beberapa pendekatan. Diantaranya
Pada tahun 2012, telah tercatat
bahwa sumber utama sektor air
bersih pada masyarakat Kabupate
Magelang adalah melalui swadaya
mandiri melalui sumur terlindungi
dengan presentase mencapai
33,73%, hampir dua kali lipat
dari penggunaan sumber air
ledeng yang dikelola oleh PDAM.
Hal tersebut mengindikasikan
rendahnya presentase yang telah
dipenuhi pemerintah terhadap
kebutuhan masyarakat akan
sektor air bersih.
Air merupakan kebutuhan
utama masyarakat selain udara.
Pertambahan penduduk yang
terus menerus tidak sebanding
dengan manajemen pengelolahan
sumber daya air yang baik.
Meskipun secara teoritis volume
sumber daya air tidak akan
berubah karena mengalami siklus
yang berkesinambungan, dinamika
kebutuhan serta kegiatan manusia
telah berdampak terhadap siklus
tersebut.
Pentingnya pengelolahan air
bersih yang terstruktur bagi
kebutuhan domestik, menjadi hal
utama karena dapat mengurangi
penggalian sumur yang sering
menjadi penyebab berkurangnya
cadangan air tanah, penurunan
tanah, serta degradasi lingkungan.
Terdapat beberapa penyebab
utama terhadap terjadinya krisis
sektor air bersih di Kabupaten
untuk mandiri, partisispatif,
serta aktif warga Kabupaten
Magelang semisal membangun
saluran jaringan air sederhana
melalui sumber mata air terdekat
dengan pipa pralon. Hal tersebut
berjangka panjang lebih baik
ketimbang menunggu aksi nyata
pemerintah dalam menanggulangi
secara jitu krisis air bersih karena
masih terhalang pada sektor
pendanaan.
pendekatan aspek sosial, dengan
memberikan kesadaran bahwa
krisis air bersih adalah musuh
bersama, yang harus dihadapi
dengan semangat, etos kerja,
kesadaran, kerelaan, kemandirian,
dan toleransi tanpa menunggu
bantuan atau belas kasih dari
pihak lain. Dari aksi sosialisasi
tersebut, dapat ditindak lanjut
dengan mengadakan pelatihan
pengelolahan air bersih, seperti
memberdayakan masyarakaat
Tabel 3.19 Strategi Penanggulangan Krisis Sektor Air Bersih Kabupaten Magelang
Sumber: Analisis Penulis
Dengan hasil-hasil perkebunan tersebut, tentu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar serta pemasukan pemerintah, sehingga pengganggaran jaringan PDAM dapat terus ditingkatkan, coveraged area sanggup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga kabupaten Magelang. . Karena pada hakikatnya, kita tidak dapat hidup tanpa keberadaan bumi beserta sumberdaya alamnya, sedangkan bumi dapat terus hidup dan berputar tanpa keberadaan manusia.
Selain aspek sosial, pendekatan melalui aspek lingkungan juga sangat penting untuk diadakan, karena menyangkut kondisi
magelang. Dengan menjaga dan memperbaiki lingkungan terutama terhadap sektor sumber air bersih, degradasi lingkungan serta bencana alam kekeringan tentu dapat ditanggulangi dan diminimalisir sekecil mungkin
Strategi Agropolitan dengan pola penanaman agroferasti menjadi pilihan yang baik dikarenakan potensi pertanian yang ada pada Kabupaten Magelang saat ini. Konsep Agroferasti adalah perkebunan dengan tanaman panen produktif, sesuai dengan
tersebut. Misalkan dengan kondisi penurunan kualitas air pada daerah perbukitan yang gundul dan rawan erosi, cocok untuk ditanami pepohonan berakar kuat serta yang berbuah banyak. Disamping dapat menahan air pada tanah tersebut, pepohonan tadi juga dapat menghasilkan buah yang dapat dipanen secara periodik.
yang sering terjadi kemarau, dapat dilakukan penanaman dengan tanaman yang tidak terlalu membutuhkan air, namun dapat menghasilkan produksi, semisal pohon jati.
PENGEMBANGANG AG A S A N
!"#$%&%&'&($)*(%*+,&(%&(
dan hilir terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi, dan kesiapan pranata (institusi). Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetitif (competitive advantage) Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena kondisi ini sangat sulit untuk ditiru (coping) (Porter, 1998). Lebih jauh lagi, mengingat pengembangan kawasan agropolitan ini menggunakan potensi lokal, maka konsep ini sangat mendukung perlindungan dan pengembangan budaya sosial local (local social culture).
1.1 Agrowisata Agrowisata merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian
(1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut
1 Agropolitan Pengembangan kawasan pedesaan sering menyebabkan adanya urban bias yaitu kondisi tersedotnya potensi pedesaan ke perkotaan baik itu manusia, sumber daya alam yang mana pada awalnya pengembangan ini untuk mensejahterakan masyarakat desa (Douglas, 1986). Oleh karenanya perlu sebuah solusi untuk mengurangi fenomena tersebut salah satunya dengan pengembangan agropolitan. Konsep ini mengembangkan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan sehingga diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan.
Disamping itu, pentingnya pengembangan kawasan agropolitan di Indonesia diindikasikan oleh ketersediaan lahan pertanian dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya kemampuan (skills) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar petani, jaringan (network) terhadap sektor hulu
!"#$%&%&'&($)*(%*+,&(%&(
berurutan pada unit lahan yanag sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat” (King dan Chandler, 1978). Dalam perencanaan ini adapun tujuan pengembangan Agroforestry antara lain :
ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu sebagai berikut:
!"# Perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada
$"# Perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin
%"# Perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar
&"# Perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber dana dan teknik-teknik yang ada
'"# Perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
1.2 Agro-forestryMenurut International Council for Research in Agroforetry, Agro forestry ialah uatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanamaan (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan/atau hewan secara bersamaan atau
a. Pemanfaatan lahan secara optimal yang ditujukan kepada produksi hasil tanaman berupa kayu dan non kayu secara berurutan dan/atau bersamaan.
b. Pembangunan hutan secara multi funfsi dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif.
c. Meningkatkan pendapatan petani/penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan meningkatnya kepedulian warga masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya guna mendukung proses pemantapan ketahan pangan masyarakat.
d. Terbinanya kualitas daya dukung lingkungan bagi kepentingan masyarakat luas.
1.3 Agroindustri Agroindustri adalah suatu industry yang dalam kegiatannya memproses bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewan melalui
(# Industri kecil, adalah industry yang dapat memberikan pengaruh ganda yang besar terhadap kehidupan perekonomian lebih lanjut
(# Industri hilir, adalah industry yang mengolah bahan baku menjadi setengah jadi menjadi barang jadi.
3 Keterkaitan dengan Isu di Kabupaten MagelangGagasan pengembangan merupakan suatu upaya dalam mewujudkan suatu wilayah yang lebih baik. Dengan adanya gagasan pengembangan berupa agropolitan dan industry, diharapkan mampu mengurangi masalah masalah yang ada di daerah ini. Karena kompleksnya suatu permasalahan maka diperlukan beberapa strategi untuk mengentasnya. Di Kabupaten Magelang sendiri, ada dua gagasan besar yang direncanakan yakni agropolitan dan industry yang diharapkan mampu mengurangi disparitas suatu wilayah yang mana dari disparitas tersebut memunculkan anak anak masalah seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, aksesibilitas dan mobilitas yang masih rendah hingga masalah kesejahteraan petani yang kurang diperhatikan dsb.
proses pengolahan, pengawetan,
kimia, pengepakan dan distribusi pemasaran (Austin 1992). Agroindustri dinilai sangat menguntungkn karena dapat mengelola produk pertanian sehingga meningkatkan nilai tambah. Nilai tambah inilah yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan suatu wilayah. Selain itu dengan agroindustry, diharapkan mampu memasok kebutuhan gizi masyarakat dan memenuhi kebutuhan pangan.
2 IndustriStrategi peningkatan daya saing di bidang industry pada intinya merupakan upaya merestrukturisasi kegiatan produksi dan distribusi yang dapat diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan tumbuhnya spesialisasi, mengembangkan usaha sesuai potensi sumberdaya local dan daya dukung lingkungan dan sebagai upaya pemerataan pendapatan masyarakat. Industri berdasarkan sifat pengolahannya dibedakan menjadi 3 (Adisasmita, 2010):(# Industry dasar/hulu, adalah
industry yang mengolah sumberdaya alam (SDA) sampai menjadi barang setengah jadi dan barang jadi
mata pencaharian dari alam sekaligus terlibat langsung dalam mengelola lingkungan. Konsep agropolitan yang menekankan sector pertanian, sangat efektif dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani. Dengan agropolitan petani tidak hanya menanam saja tapi juga bisa menjualnya menjadi obyek wisata yang kemudian dapat meningkatkan ekonomi petani. Konsep agroindustry diharapkan
Berdasarkan diagram diatas, terlihat beberapa isu yang ada di Kabupaten Magelang. Beberapa isu tersebut bisa dicari solusinya malalui konsep agropolitan atau industry bahkan beberapa diupayakan untuk diselesaikan dengan kedua konsep tersebut. Pada konsep Agropolitan dimana aspek lingkungan sangat ditekankan, maka diharapkan dapat mempertahankan kuaitas lingkungan yang sudah ada. Dengan adanya agropolitan maka masyarakat dapat memperoleh
Gambar 4.1 Skema Gagasan Pengembangan
Sumber : Analisis Kelompok, 2012
ketika memiliki ekonomi yang lebih baik maka melanjutkan jenjang sekolah hingga SMK sehingga SDM akan lebih berkualitas dan kompetitif. Berkulitasnya manusia ini diharapkan mampu memberi variasi pada aktivitas ekonomi sehingga memberi multiplier effect yang lebih banyak dan diharapkan mampu mengurangi kemiskinan yang ada di Kabupaten Magelang. Selain itu dengan industry diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas transportasi di Kabupaten Magelang. Karena aksesibiitas transportasi merupakan factor
industri sehingga diharapkan memberi kemudahan akses pula bagi masyarakat.
mampu menunjang aktivitas pertanian yang ada di wilayah ini sehingga sector pertanian mampu memberi added value yang lebih banyak. Agroforestry sebagai upaya pelestarian lingkungan diharapkan mampu menjaga homeostatis alam dan menciptakan regional resilience. Sehingga masalah seperti kesulitan memperoleh air bersih dapat diselesaikan, baik itu dengan cara alam seperti memepertahankan daerah resapan air atau melalui penggunaan teknologi. Selain itu adanya area area rawan bencana juga diharapkan mampu dicari jalan keluarnya dengan agroforestry ini, sehingga bencana seperti longsor, banjir dapat diminimalisir yang tentunya juga didukung dengan rencana tata ruang yang berlandaskan lingkungan. Pengembangan konsep industry merupakan upaya wilayah dalam melihat peluang ekonomi terhadap pertumbuhan demand di bidang indutri baik itu dari sisi permintaan lahan, labour force dan bahan baku. Dengan adnya industry ini diharapkan dapat membuka peluang kerja sehingga tenaga kerja dapat diserap. Penyerapan ini diharapkan mampu meningkatkan kondisi ekonomi penduduk yang berimplikasi pada peningkatan kualitas pendidikan yang dulunya hanya tamatan SD
Perencanaan Wilayah dan KotaJurusan Teknik Arsitektur dan PerencanaanFakultas TeknikUniversitas Gadjah Mada