ABSTRACT - Diponegoro Universityeprints.undip.ac.id/27793/1/jurnal.pdf · Kegiatan utama bank...
-
Upload
dangnguyet -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of ABSTRACT - Diponegoro Universityeprints.undip.ac.id/27793/1/jurnal.pdf · Kegiatan utama bank...
PENGARUH EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP
KUALITAS KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI KOTA PATI
Nama : Oktaviana Linda Kumala Dewi
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H Sugeng wahyudi, MM
ABSTRACT
This research carried out in order to analized effectiveness influence of intern
controlling system by using structure measurement tool that parted functional liability,
authority system, healthy practice, and qialified employee to credit quality which measured
by using NPL (non performing loan) value within BPR in Pati that already publicate on Bank
Indonesia on 2008 – 2009 periods.
Sample used were about 12 BPR. Variable used within this research was structure that
parted functional liability, authority system, healthy practice and qualified employee as the
dependent and NPL (non performing loan) as independent variable. Data obtained from
pubication of Bank Indonesia on 2008-2009 periods. Analysis technique used was double
regression and hypothesis by using t test in order to analyzed partial regression coefficient
and F-statistic to examine influence collectively by reliance level about 5%.
Result of hyppothesis examination within this research showed that effectiveness of
Intern Controling System were have negative and significant ifluence to both credit quality
and NPL (non performing loan). Hypothesis effort given by:
H1a: Structure that parted functional liability have negative influence to NPL (non
performing loan) means that when structure that parted functional liability more increasing
therefore problem credit level will descending.
H1d: Qualified employee have negative influence to NPL (non performing loan)
means that when qualified employee were increasing therefore problem credit or NPL (non
performing loan) will descending.
Keywords: Intern Controlling System, Credit Quality
PENDAHULUAN
Perbankan sebagai sektor vital dalam dunia usaha juga tidak luput mendapatkan
kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah. Salah satu kemudahan yang
diberikan itu yaitu paket kebijakan pemerintah (deregulasi), yang bertujuan untuk
memberikan kemudahan mendirikan bank-bank baru maupun perluasan dalam membuka
cabang-cabang di daerah-daerah serta perubahan status dari bank pemerintah menjadi bentuk
perusahaan perseroan.
Perubahan yang ditimbulkan oleh adanya kemudahan tersebut disatu sisi memang
menguntungkan tapi disisi lain menjadikan persaingan antar bank menjadi lebih ketat. Sebuah
bank tentu saja tidak mau kalah bersaing ataupun mengalami kemunduran yang berujung
pada likuidasi atau kebangkrutan. Untuk menjaga dan menghindari agar hal-hal yang tidak
diinginkan itu tidak terjadi, maka setiap bank berusaha membuat dan mengeluarkan ide-ide
kreatif atau program-program andalan yang bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar
mau menyimpan dana sebanyak-banyaknya di bank mereka, yang kemudian digunakan untuk
investasi dalam bentuk lain atau juga untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat
lainnya.
Kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan salah satunya adalah memberikan
kredit. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Bila diamati dalam neraca maka perkreditan merupakan kelompok
dari harta yang mendominasi sisi aktiva dalam neraca. Dari segi pendapatan yang diperoleh,
kegiatan perkreditan merupakan bagian dari pendapatan yang dominan.
Persaingan antar bank menjadi lebih ketat seperti sekarang ini dan kebutuhan
penanaman modal semakin terasa. Sebagai pimpinan bank tentunya tidak ingin bank yang
dipimpinnya mengalami kemacetan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan tersebut,
maka cara yang ditempuh adalah dengan menarik dana dari masyarakat dan kemudiaan
diinvestasikan dalam bentuk lain. Investor tertarik dengan bank yag mempunyai perputaran
uang yang stabil untuk itu bank berlomba-lomba menyalurkan kredit kepada masyarakat,
namun seringkali bank mengalami kesulitan yaitu adanya tunggakan kredit atau biasa disebut
sebagai kredit macet, artinya uang yang dipinjam mengalami kemacetan dalam penagihan
sehingga likuiditas bank bisa terancam karena kredit yang macet. Untuk mencegah terjadinya
kredit macet tersebut maka diperlukan pengamanan atau pembinaan terhadap kredit yang
diberikan. Masalah-masalah yang dihadapi bank dalam pemberian kredit tidak hanya
disebabkan oleh kelalaian saja, tetapi dapat juga disebabkan karena adanya penyelewengan
yang dilakukan oleh pegawai bank yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu didukukung
dengan pengendalian intern dalam pemberian kredit yang memadai.
Menurut Kasmir (2004) faktor-Faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah meliputi
lembaga keuangan itu sendiri dimana dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang
teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi
akibat dari kolusi pihak analisis kredit dengan pihak debitor sehingga dalam analisisnya
dilakukan secara subyektif. Selain lembaga keuangan itu sendiri, Pihak nasabah juga
mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajiban kepada bank/ lembaga keuangan sehingga kredit yang
diberikan macet dan adanya unsur tidak sengaja dimana debitor mau membayar akan tetapi
tidak mampu. Misalnya kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena
hama, kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang serupa tentang efektivitas sistem pengendalian
intern dan kualitas kredit telah dilakukan oleh Zaini Widya Ramdhani dan Sucipto (2009).
Penelitian ini menekankan bahwa penilaian kualitas kredit pada umumnya dapat dilihat dari
NPL (Non Performing Loan) atau sering di sebut kredit bermasalah. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pengendalian internal yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk Cabang Medan Putri Hijau dapat meningkatkan kualitas kredit terbukti dari nilai kredit
bermasalah (non performing loans) yang berada dibawah 5%.
Berikut disajikan data nilai NPL pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Pati
periode tahun 2008-2009 yang terbagi menjadi 8 triwulan pada tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Nilai NPL pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Pati
periode tahun 2008-2009
NPL
NO NAMA BPR DI KOTA 2008 2009
I II III IV I II III IV
1 BPR WEDARIJAKSA 5.14 5.48 4.43 5.62 5.61 5.32 6.16 5.56
2 PD BPR Bank Daerah Pati 1.06 0.76 1.54 1.71 1.98 1.83 1.74 1.25
3 PD BPR BKK Pati kota 17.51 18.56 19.29 19.25 17.05 19.16 21.44 20.36
4 PT BPE SUNGKUNANDHANA 0.78 0.75 0.38 0.34 0.29 0.36 0.48 0.53
5 PT BPR ARTA RINI 11.88 7.18 4.29 4.2 3.8 4.42 7.33 8.05
6
PT BPR ARTAPERDANA DELTA
SENTOSA 15.87 16.55 19.66 13.98 17.64 21.43 17.29 13.39
7 PT BPR OERTAPERDANA 15.77 15.54 19.56 13.38 17.54 21.33 17.29 13.39
8 PT BPR ARTHA HUDA ABADI 3.34 3.26 3.23 3.38 3.7 4.07 4,00 3.96
9
PT BPR ASABAHANA
SEJAHTERA 14.51 13.56 13.56 8.89 6.54 6.85 6.07 6.07
10 PT BPR JUWANA ARTHASURYA 39.33 34.55 44.27 42.62 39.96 57.11 55.33 60.57
11 PT BPR MITRA PATI MANDIRI 3.17 3.25 2.3 2.19 2.27 1.72 1.72 2.62
12 PT BPR TAYU DUTAPERSADA 0.56 1.23 0.12 0.17 0.09 0.07 0.34 0.17
Sumber: Publikasi Bank Indonesia peiode 2008-2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui telah terjadi fenomena gap yaitu dari 12 BPR
di kota Pati, terdapat 7 BPR yang memiliki nilai NPL lebih dari 5% yaitu (BPR
WEDARIJAKSA, PD BPR BKK Pati kota, PT BPR ARTA RINI, PT BPR
ARTAPERDANA DELTA SENTOSA, PT BPR OERTAPERDANA, PT BPR
ASABAHANA SEJAHTERA, DAN PT BPR JUWANA ARTHASURYA) sebagian besar
nilai NPL dari BPR di Kota Pati tahun 2008-2009 memiliki nilai NPL lebih besar dari 5%.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul : “PENGARUH
EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS KREDIT
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI KOTA PATI”. Penelitian ini di lakukan pada
BPR di Kota Pati karena dalam publikasi BI yang dapat dilihat dari tabel 1.1 mengenai nilai
NPL BPR di Kota Pati tahun 2008-2009 nilai NPLnya rata-rata lebih dari 5%. Menurut
peraturan Bank Indonesia Nomor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan
penetapan status bank pada pasal 2 ayat 2 bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang
dapat membahayakan kelangsungan usahanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) salah
satunya adalah Bank yang memiliki kredit bermasalah (non-performing loan) secara neto
lebih dari 5% (lima perseratus) dari total kredit. BPR di Kota Pati yang rata-rata memiliki
NPL lebih dari 5% berarti termasuk bank yang memiliki potensi kesulitan likuiditas yang
dapat membahayakan kelangsungan usahanya.
TELAAH PUSTAKA
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan).
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat menurut Sukmadi (1994: 17) adalah bank sekunder
yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa
deposito berjangka atau tabungan serta pemberian kredit. BPR berfungsi sebagai penghimpun
dan penyalur dana masyarakat. Dengan tujuan untuk melaksanakan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani,
peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum
dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan,
pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke
tangan para pelepas uang (rentenir).
Mulyadi & Kanaka P (1998) berpendapat bahwa pengendalian intern adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain, yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi
Menurut Theodorus M.Tuanakotta (1982), pengendalian intern adalah meliputi rencana
dan semua metode kebijaksanaan yang terkordinasi dalam suatu perusahaan untuk
mengamankan harta kekayaannya, menguji ketepatan dan sampai seberapa jauh data
akuntansi dapat dipercaya, manggalakkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya
kebijaksanaan yang telah digariskan.
Menurut AICPA yang diterjemahkan oleh Zaki Baridwan (1990), pengendalian intern
meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara dan alat-alat yang dikoordinasikan yang
digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan,
memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, menjaga dipatuhinya kebijaksanaan
manajemen yang telah ditetapkan lebih dulu. Unsur-unsur Sistem pengendalian Intern
menurut Mulyadi (1993) adalah
1. Struktur yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggungjawab fungsional
terhadap unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Pembagian tanggungjawab fungsional dalam organisasi berdasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi operasi.
b. Tidak satu departemenpun diberi tanggungjawab rangkap untuk melaksanakan semua
tahap suatu transaksi.
Adanya pemisahan fungsi operasi, penyimpanan dan akuntansi yang
diselengarakan dapat mencerminkan tanggung jawab sesungguhnya. Jika tidak diadakan
pemisahan antara fungsi-fungsi tersebut maka data akuntansi yang dihasilkan tidak dapat
dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin
keamanannya.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu
pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya transaksi adalah perlu dibuat.
Prosedur yang baik akan menjamin data yang akan direkam dalam formulir dicatat dalam
catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan reability yang tinggi. Hal ini akan
menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, hutang,
pendapatan dan biaya.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi
Pembagian tanggungjawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan
cara untuk menjanmin praktek-praktek yang sehat dalam pelaksanaannya, cara yang
ditempuh adalah:
a. Penggunaan formulir bernomor tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak, dilakukan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada yang
diperiksa, dengan jadwal tidak teratur.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu fungsi atau
unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.
d. Perputaran jabatan yang dilakukan secara rutin nantinya akan dapat menjaga
independen pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persengkongkolan
diantara mereka dapat dihindari.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Secara periodik dilakukan pencocokkan fisik kekayaan dengan catatannya.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur
sistem pengendalian intern yang lain.
4. Karyawan yang kualitasnya sesuai dengan tanggungjawabnya.
Karyawan yang jujur dan ahli atau kompeten dalam bidang yang menjadi
tanggungjawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan effisien dan efektif.
Meskipun hanya dengan sedikit elemen sistem pengendalian intern yang mendukungnya.
Hal tersebut menunjukkan elemen karyawan yang berkualitas merupakan elemen sistem
pengendalian yang sangat penting.
Untuk mendapatkan elemen yang kompeten dan dapat dipercaya, dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya :
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan yang
dibutuhkan. Program yang baik dalam seleksi calon karyawan akan menjamin
diperolehnya karyawan yang memiliki kompetensi yang dituntut oleh jabatan yang
akan didudukinya.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan sesuai
dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.
Ramdhani dan Sucipto (2009) menyatakan, Kredit juga memiliki strategi yang dapat
menyebabkan pengelolaan kredit menjadi sangat penting. Tujuan pengelolaan kredit adalah
agar bank dapat meningkatkan kesehatan dan kinerjanya, dengan peningkatan kuantitas dan
kualitas kredit. Kuantitas kredit dinilai dari jumlah dan tingkat pertumbuhan kredit yang
disalurkan. Kualitas kredit, secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari jumlah dan porsi
kredit bermasalah (non perfoming loans). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
26/4/BPPP Mei 1993 kualitas kredit untuk BPR dibagi menjadi 4 (empat) kriteria yaitu lancar
(L), kurang lancar (KL), Diragukan (D) dan macet (M). dan menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank
pada pasal 2 ayat 2 bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan
kelangsungan usahanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) salah satunya adalah Bank
yang memiliki kredit bermasalah (non-performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima
perseratus) dari total kredit. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP
tanggal 14 Desember 2001 tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan NPL dihitung
dengan menggunakan rumus:
Kredit Total
bermasalahKredit NPL
Keterangan:
Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit
kepada bank lain)
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP)
Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zaini widya Ramdhani dan
Sucipto pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Medan Putri Hijau menyatakan bahwa
pengendalian internal kredit yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Medan
Putri Hijau dapat meningkatkan kualitas kredit, terbukti dari nilai kredit bermasalah (non
performing loan) yang berada dibawah 5% ini berarti apabila pengendalian interen baik
maka akan menurunkan nilai kredit bermasalah (non performing loan). Dengan landasan teori
tersebut,maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Hipotesis statistik:
H1 : Efektivitas Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif terhadap kualitas kredit
(NPL)
H1a: Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional berpengaruh negatif
terhadap NPL artinya apabila struktuktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional
semakin meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun.
H1b: Sistem wewenang berpengaruh negatif terhadap NPL artinya sistem wewenang
semakin meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun.
H1c: Praktek yang sehat berpengaruh negatif terhadap NPL artinya pabila praktek yang
sehat semakin meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun.
H1d: Karyawan yang berkualitas berpengaruh negatif terhadap NPL artinya apabila
karyawan yang berkualitas meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian ini menganalisis seberapa besar
pengaruh efektivitas pengen dalian intern terhadap kualitas kredit. Untuk memudahkan dalam
melakukan penelitian, dibuat suatu kerangka kerja teoritis yang akan menjadi arahan dalam
melakukan pengumpulan data serta analisisnya. Secara sistematis kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
(-)
(-)
(-)
(-)
Sumber: Mulyadi (1993), Ramdhani dan Sucipto (2009)
METODOLOGI
Variabel Dependen
Sistem Pengendalian Intern yang diukur dengan unsur-unsur pengendalian intern yaitu
struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional, system wewenang, praktek yang
sehat, dan karyawan yang berkualitas adalah sebagai variable dependen.
Variabel Independen
Kualitas kredit yang diukur dengan menggunakan NPL (non performing loan).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang
Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan NPL dihitung dengan menggunakan rumus:
struktur yang
memisahkan tanggung
jawab fungsional
Sistem wewenang
Praktek yang sehat
Karyawan yang
berkualitas
NPL
Kredit Total
bermasalahKredit NPL
Penelitian ini menggunakan teknik populasi, yaitu mengambil seluruh subyek
penelitian. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau
pengukuran, kuantitatif dan kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota
kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2000: 6).
Populasi dalam penelitian ini meliputi semua BPR di Kota Pati yang terdaftar di BI periode
2008-2009 yang berjumlah 12 BPR yang ditunjukkan pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Bank Perkreditan Rakyat di Kota Pati
No. Nama BPR
1 BPR WEDARIJAKSA
2 PD BPR Bank Daerah Pati
3 PD BPR BKK Pati kota
4 PT BPE SUNGKUNANDHANA
5 PT BPR ARTA RINI
6 PT BPR ARTAPERDANA DELTA SENTOSA
7 PT BPR OERTAPERDANA
8 PT BPR ARTHA HUDA ABADI
9 PT BPR ASABAHANA SEJAHTERA
10 PT BPR JUWANA ARTHASURYA
11 PT BPR MITRA PATI MANDIRI
12 PT BPR TAYU DUTAPERSADA
Sumber: Publikasi BI
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari publikasi BI dengan periode 2008-2009 dan data primer yang diperoleh dari hasil
kuesioner/dan wawancara.
Analisis deskriptif dengan menggunakan metode Deskriptif Persentase (DP).
1. Efektivitas sistem pengendalian intern
Metode deskriptif (DP) digunakan untuk menggambarkan efektivitas pengendalian intern
pengelolaan kualitas kredit BPR di Kota Semarang.
Perhitungan indeks persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%100% xN
n
Keterangan:
n = Nilai masing-masing skor yang diperoleh (skor empirik)
N = Jumlah seluruh skor atau nilai (skor ideal)
% = Tingkat keberhasilan yang dicapai
(Ali, 1982)
2. Penafsiran terhadap analisis deskriptif
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Menentukan persentase maksimal yaitu 100%.
b. Menentukan persentase minimal yaitu 0%.
c. Menentukan rentang persentase (r %), diperoleh dari pengurangan persentase minimal
terhadap persentase maksimal, maka didapatkan yaitu 100% - 0% = 100%.
d. Menentukan interval kelas persentase, diperoleh dari pembagian criteria terhadap
rentang persentase, maka didapatkan yaitu 100% : 4 = 25%.
e. Menetapkan kriteria, yaitu sangat efektif, efektif, kurang efektif, dan tidak efektif.
Tabel 3.3
Penentuan Kriteria Efektivitas SPI
No. Rentang Persentase Kriteria Skala
1 75% - 100% Sangat Efektif 4
2 50% - 75% Efektif 3
3 25% - 50% Kurang Efektif 2
4 0% - 25% Tidak Efektif 1
(Muchsin, 1996)
1.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Sebelum pengambilan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas
dan reliabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan.
1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner.
Validitas menunjukkan sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. (Azwar, 2003).
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah berdasarkan Rumus
Koefisien Product Moment Pearson, yaitu :
2222 YYNXXN
YXXYNrXY
Dimana :
rxy : koefisien Korelasi Product Moment
X : nilai dari item ( pertanyaan)
Y : nilai dari total item
N : banyaknya responden atau sampel penelitian (Azwar, 2003)
Perhitungan ini akan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical
Package for Social Science). Untuk menentukan nomor-nomor item yang valid dan yang
gugur, perlu dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Kriteria penilaian uji validitas,
adalah:
Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item
kuesioner tersebut valid.
Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item
kuesioner tersebut tidak valid.
Menurut Azwar (2003), ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu
keharusan sebuah angket untuk valid dan reliabel. Suatu angket dikatakan valid jika
pertanyaan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket
tersebut. Sedangkan suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu. Di mana validitas diukur dengan membandingkan
r hasil dan r tabel (r product moment), jika
r hasil > r tabel, data valid
r hasil < r tabel, data tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. (Azwar, 2003). Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliabel
hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang
belum berubah. (Azwar, 2003).
Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan
menggunakan Rumus Koefisien Cronbach Alpha: (Azwar, 2003)
rrk
kr
1
Dimana :
= Koefisien Cronbach Alpha
k = Jumlah item valid
r = Rerata korelasi antar item
1 = Konstanta
Pengujian reliabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan pada penelitian ini akan
menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha pada penelitian ini
akan digunakan nilai 0.6 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan
reliabel bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0.6 (Ghozali, 2001).
Syarat suatu alat ukur menunjukkan kehandalan yang semakin tinggi adalah apabila
koefisien reliabilitas () yang mendekati angka satu. Apabila koefisien alpha () lebih besar
dari 0.6 maka alat ukur dianggap handal atau terdapat internal consistency reliability dan
sebaliknya bila alpha lebih kecil dari 0.2 maka dianggap kurang handal atau tidak terdapat
internal consistency reliability. Tabel 3.2. berikut ini memberikan kriteria dalam melakukan
interprestasi terhadap indeks reliabilitas.
Tabel 3.4
Indeks Reliabilitas dan Interprestasinya
Koefisien alpha () Interprestasi
0.800 – 1.00 Sangat Tinggi
0.600 – 0.799 Tinggi
0.400 – 0.599 Cukup Tinggi
0.200 – 0.399 Rendah
< 0.200 Sangat Rendah Sumber : Arikunto (1999)
. Adapun bentuk persamaan regresi linear berganda yang digunakan dapat
dirumuskan: (Gujarati, 1995)
Y = + lXl + 2X2 + 3X3 + 4X4 + e
Keterangan :
Y : NPL
: Koefisien konstanta.
1,.. 4 : Koefisien variabel efektivitas sistem pengendalian intern
X1 : Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional
X2 : Sistem wewenang
X3 : Praktek yang sehat
X4 : Karyawan yang berkualitas
e : faktor pengganggu
3.1. Uji Hipotesis
1. Pengujian secara parsial (Uji t)
Pengukuran uji t dimaksudkan untuk mempengaruhi apakah secara individu ada
pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian secara parsial
untuk setiap koefisien regresi diuji untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara
variabel bebas dengan variabel terikat, dengan melihat tingkat signifikansi nilai t pada 5%
rumus yang digunakan (Gujarati, 1995):
Keterangan:
th : t hitung
i : parameter yang diestimasi
Se : standar error
Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai mutlak th tt
maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, sebaliknya
dikatakan tidak signifikan bila nilai th < tt maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis
alternative (Ha) ditolak.
2. Uji Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa baik sampel
menggunakan data (Gujarati, 1995). R2 mengukur besarnya jumlah reduksi dalam
variabel dependen yang diperoleh dari penggunaan variabel bebas. R2 mempunyai nilai
antara 0 sampai 1, dengan nilai R2 yang tinggi berkisar antar 0,7 sampai 1.
R2 yang digunakan adalah nilai adjusted R
2 yang merupakan R
2 yang telah
disesuaikan. Adjusted R2 merupakan indikator untuk mengetahui pengaruh penambahan
suatu variabel independen ke dalam persamaan.
1
1
hS
t
e
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Data
Indikator Item
pertanyaan
r hitung r tabel Keterangan
Struktur yang
memisahkan
tanggung jawab
fungsional
P1 0.386 0.2006 VALID
P2 0.564 0.2006 VALID
P3 0.685 0.2006 VALID
P4 0.718 0.2006 VALID
P5 0.591 0.2006 VALID
Sistem wewenang P1 0.992 0.2006 VALID
P2 0.988 0.2006 VALID
P3 0.996 0.2006 VALID
P4 0.988 0.2006 VALID
P5 0.990 0.2006 VALID
Praktek yang sehat P1 0.477 0.2006 VALID
P2 0.688 0.2006 VALID
P3 0.721 0.2006 VALID
P4 0.639 0.2006 VALID
P5 0.562 0.2006 VALID
Karyawan yang
berkualitas
P1 0.755 0.2006 VALID
P2 0.883 0.2006 VALID
P3 0.829 0.2006 VALID
P4 0.832 0.2006 VALID
P5 0.817 0.2006 VALID
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Data
Indikator Alpha
Cronbach
0,6 Keterangan
Struktur yang memisahkan
tanggung jawab fungsional
0.801 0.6 Reliabel
Sistem wewenang 0.997 0.6 Reliabel
Praktek yang sehat 0.812 0.6 Reliabel
Karyawan yang berkualitas 0.932 0.6 Reliabel
Sumber:Data primer yang telah diolah dengan SPSS
Tabel 4.6
Hasil Ananlisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -20.459 8.164 -2.506 .018
X1 -.885 .295 -.268 -2.999 .005 .917 1.090
X2 1.953 .203 .866 9.629 .000 .907 1.102
X3 -.738 .255 -.467 -2.890 .007 .281 3.562
X4 .935 .210 .714 4.442 .000 .284 3.515
a. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah dengan SPSS
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
NPL(Y)= -20.459-0.885.X1+1.953X2-0.738X3+0.935X4
Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa dengan nilai constan sebesar -
20,459 maka menggambarkan bahwa jika variabel independen semua dalam keadaan konstan
maka variabel dependen akan mengalami penurunan sebesar 20.459. Sedangkan berdasarkan
persamaan regresi tersebut dapat dilihat X1 (Struktur yang memisahkan tanggung jawab
fungsional) bernilai negatif yaitu -0.885, yang artinya apabila X1 (Struktur yang memisahkan
tanggung jawab fungsional) naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti
dengan penurunan sebesar 0.885. Pada X2 (sistem wewenang) bernilai positif yaitu 1.953
yang artinya apabila X2 (sistem wewenang) naik dengan anggapan variabel lain konstasn,
maka akan diikuti dengan peningkatan sebesar1.953. Pada X3 (praktek yang sehat) bernilai
negatif yaitu 0.738, yang artinya apabila X3 (praktek yang sehat) naik dengan anggapan
variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan peningkatan sebesar 0.738. Dan yang
terakhir Pada X4 (Karyawan yang berkualitas) bernilai positif yaitu 0.935, yang artinya
apabila X4 (Karyawan yang berkualitas) naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka
akan diikuti dengan kenaikan sebesar 0,935. Jadi ini berarti bahwa peningkatan Struktur yang
memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) dan X3 (praktek yang sehat) akan menurunkan
NPL, sedangkan peningkatan X2 (sistem wewenang) dan X4 (Karyawan yang berkualitas)
akan meningkatkan NPL.
Tabel 4.7
Hasil Uji F Hitung terhadap Nilai NPL
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 668.066 4 167.017 26.549 .000a
Residual 188.729 30 6.291
Total 856.795 34
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3
b. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansinya adalah sebesar 0,000.
Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variable
Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) , sistem wewenang (X2), praktek
yang sehat (X3), dan karyawan yang berkualitas (X4) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap NPL (non performing loan).
Tabel 4.8
Uji Hipotesis Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -20.459 8.164 -2.506 .018
X1 -.885 .295 -.268 -2.999 .005 .917 1.090
X2 1.953 .203 .866 9.629 .000 .907 1.102
X3 -.738 .255 -.467 -2.890 .007 .281 3.562
X4 .935 .210 .714 4.442 .000 .284 3.515
a. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah dengan SPSS
Dari hasil uji t, pada tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. X1 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0.885 menunjukkan bahwa X1
berpengaruh negatif terhadap NPL, yang artinya apabila X1 naik dengan anggapan
variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan NPL sebesar 0.885. Nilai
signifikansi sebesar 0,005 menunjukkan X1 berpengaruh signifikan terhadap NPL
karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan X1
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL.
2. X2 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 1.953 menunjukkan bahwa X2
berpengaruh positif terhadap NPL, yang artinya apabila X2 naik dengan anggapan
variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan NPL sebesar 1.953. Nilai
signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan X1 berpengaruh signifikan terhadap NPL
karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan X2
berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL.
3. X3 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0.738 menunjukkan bahwa X3
berpengaruh negatif terhadap NPL, yang artinya apabila X3 naik dengan anggapan
variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan NPL sebesar 0.738. Nilai
signifikansi sebesar 0,007 menunjukkan X3 berpengaruh signifikan terhadap NPL
karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan X3
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL.
4. X4 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0.953 menunjukkan bahwa X4
berpengaruh positif terhadap NPL, yang artinya apabila X4 naik dengan anggapan
variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan NPL sebesar 0.953. Nilai
signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan X4 berpengaruh signifikan terhadap NPL
karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,000. Sehingga dapat disimpulkan X4
berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL.
Tabel 4.9
Koefisien Determinasi Pada Uji Hipotesis I
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjuste
d R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Chang
e
1 .883a .780 .750 2.50818 .780 26.549 4 30 .000 2.071
a. Predictors: (Constant), X4,
X2, X1, X3
b. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data sekunder yang telah diolah dengan SPSS
Dari tabel 4.9 diketahun besarnya R square adalah sebesar 0,780 dan adjusted R square
sebesar 0,750. R2 atau R square disini tidak digunakan karena pada penggunaan R2 akan
meningkat tanpa melihat apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan atau tidak terhadap
variabel terikat. Sehingga pada penelitian ini menggunakan Adjusted R2, nilai ini dapat naik
atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan dalam model. Ini berarti 78% variasi nilai
NPL dipengaruhi oleh keempat variabel dependen yaitu Struktur yang memisahkan tanggung
jawab fungsional (X1) , sistem wewenang (X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan yang
berkualitas (X4) sedangkan sisanya 22 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain:
1. Terdapat pengaruh secara parsial dan negatif antara struktur yang memisahkan
tanggung jawab fungsional terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL.
2. Terdapat pengaruh secara parsial dan positif antara sistem wewenang terhadap
kualitas kredit dengan indikator NPL.
3. Terdapat pengaruh secara parsial dan negatif antara praktek yang sehat terhadap
kualitas kredit dengan indikator NPL
4. Terdapat pengaruh secara parsial dan positif antara karyawan yang berkualitas
terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL
5. Terdapat pengaruh secara simultan dan negatif antara efektivitas SPI dengan
indikator struktur yang memisahkan tanggung jawab, sistem wewenang, praktek
yang sehat, dan karyawan yang berkualitas terhadap kualitas kredit dengan
indikator NPL.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1. Data penelitian ini sebagian berasal dari persepsi responden yang disampaikan dalam
bentuk instrument kuesioner yang mungkin mempengaruhi validitas hasil. Persepsi
responden belum tentu mencerminkan keadaan sebenarnya dan akan berbeda jika data
diperoleh dengan wawancara. Responden memiliki kecenderungan untuk menilai
gaya kepemimpinan dari maing-masing pemimpin serta kualitas personal dalam
masing-masing unit.
2. Rata-rata kebanyakan dari pegawai BPR di kota Pati belum mengenal metode
kuesiner, sehingga memerlukan proses dan prosedur yang lama untuk pengajuan
kuesioner pada BPR di kota Pati.
3. Belum semua pihak-pihak yang terkait dengan efektivitas sistem pengendalian intern
BPR di kota Pati dapat menjadi responden. Hampir 50% dari kuesioner tidak dapat
kembali dikarenakan waktu pelaksanaan penyebaran kuesioner merupakan masa tutup
tahun anggaran sehingga banyak calon responden yang tidak bersedia untuk mengisi
kuesioner yang diajukan peneliti.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa saran antara lain:
1. Bagi Perusahaan Bank Perkreditan Rakyat di Kota Pati.
Untuk Bank perkreditan Rakyat di Kota Pati perlu meningkatkan sistem
pengendalian interanal karena hal ini terbukti setelah dilakukannya pengujian
hipotesis secara simultan (uji F) Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat
signifikansinya adalah sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05
maka dapat dikatakan bahwa variable Struktur yang memisahkan tanggung jawab
fungsional (X1) , sistem wewenang (X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan
yang berkualitas (X4) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap NPL
(non performing loan).
Dengan melihat nilai Beta pada Standardized Coeficients dapat ditentukan tingkatan
pengaruh variabel dependen (Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional,
sistem wewenang, praktek yang sehat , dan karyawan yang berkualitas) sehingga
dapat digunakan sebagai tolok ukur perusahaan dalam hal ini Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) di Kota Pati dalam upaya meningkatkan efektivitas Sistem
Pengendalian Intern (SPI) untuk menurunkan Nilai NPL(non performing loan) yang
nantinya akan meningkatkan kualitas kredit. Berikut adalah tingkatan pengaruh
variabel dependen yang paling berpengaruh terhadap NPL (non performing loan)
yang dilihat dari nilai Beta pada Standardized Coeficients yaitu:
a. Sistem wewenang (X2) dengan nilai Beta pada Standardized Coeficients sebesar
0.866.
b. Karyawan yang berkualitas (X4) dengan nilai Beta pada standardized Coeficients
sebesar 0.714.
c. Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) dengan nilai Beta
pada standardized Coeficients sebesar -0.286
d. Terakhir adalah praktek yang sehat (X3) dengan nilai Beta pada standardized
Coeficients sebesar -0.467.
2. Bagi peneliti lain perlu mempertimbangkan variabel-variabel lain, sebab tidak
sepenuhnya indikator SPI berpengaruh negatif terhadap kualitas kredit dengan
indikator NPL.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:
Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baridwan, Zaki. 1990. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode.
Yogyakarta: Akademi Akuntansi YKPN.
Boockholdt, James L. 1993. Accounting Information System. Edisi 4. USA:
Richard D. Irwin.
Chen, Jhony P.2003, Non-Performing Loan Securitization in the People’s
Republic of China, Asset Management Reference, Sept. 2003. No. 9.
Djarwanto PS dan Pangestu S. 1985. Statistik Induktif. Yogyakarta: Penerbit
BPFE.
Ghozali,I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.Semarang:
UNDIP.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, International ed. McGraw-Hill:
New York.
Hadi, Sutrisno. 1990. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Kasmir, 2004. Pemasaran Bank. Jakarta: Prenada Media.
Kohler, Erik L. 1964. “A Dictionary of Accountants” 3rd Edition.
Manove, Michael, A. Jorge Padilla, dan Marco Pagano, 2001, Collateral Versus
Project Screening: A Model of Lazy Bank, RAND Journal of Economics
Vol. 32, No. 4, s
Mulyadi dan Kanaka Puradireja. 1998. Auditing, Buku Satu dan Buku Dua, Edisi
Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.